Psikometri NORMA 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Psikometri NORMA 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi."

Transkripsi

1 Psikometri Modul ke: NORMA 2 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si.

2 Norma Posisi/kedudukan seseorang dalam kelompok patokan, acuan Unit skala yang sama atau tidak, kasar-halus Penggunaan norma tergantung tujuan tes. Misal: T-score untuk melihat perbedaan yang cukup halus (kecuali skor maksimal tes tidak terlalu besar, contoh:rs 0-30) Didasarkan pada suatu kelompok yang representatif mewakili populasi 2

3 NORMA Hasil pengukuran psikologis = data (skor) / skor mentah / Raw score : Raw score bisa berupa: Jumlah soal yang dijawab benar Jumlah waktu untuk mengerjakan soal Jumlah jawaban yang mengindikasikan suatu ciri (jawaban ya ) tes kepribadian 3

4 Mengapa diperlukan Norma? Raw Score (RS) yang dihasilkan dari pengukuran tidak mempunyai arti apa-apa karena masih harus dihubungkan dengan jumlah soal dan derajat kesulitan soal Contoh:Bambang Pada tes Arithmatik 1, dapat RS 15 dari 60 soal Pada tes Arithmatik 2, dapat RS 30 dari 40 soal Pada tes Arithmatik 3, dapat RS 8 dari 10 soal Apa arti raw score di atas? Tidak bisa langsung diinterpretasi karena tidak ada patokan nilai 4

5 Mengapa diperlukan Norma? Pengukuran psikologis tidak mempunyai titik nol mutlak. Seseorang yang mendapat skor 80 tidak berarti 2 kali kemampuan skor 40 selalu skala interval Perbedaan raw score tidak mencerminkan jarak yang sesungguhnya antarindividu yang sesungguhnya Untuk dapat dimaknai, raw score individu harus diubah ke dalam bentuk Norma (raw score harus dikonversi menjadi scaled score/derived score) 5

6 PENGERTIAN NORMA performance by defined group on particular test (Kaplan & Saccuzzo) a set of values descriptive of the performance on a test on some specified group. Usually showed as a table giving equivalent values on some derived score for each raw score on a test (Lyman, 1971) the test performance data of a particular group of testtakers that are designed for use as a reference when evaluating or interpreting individual test scores. (Cohen & Swerdlik) 6

7 PENGERTIAN NORMA Penyebaran skor dari suatu kelompok standar yang dirancang sebagai acuan untuk mengevaluasi atau menginterpretasi skor yang diperoleh individu dalam suatu pengukuran. Patokan yang dipakai untuk menilai hasil tes (raw score) seseorang. Tidak harus dari kelompok peserta tes; bisa jadi dari teori yang digunakan. Jika norma didapatkan dari jumlah sampel yang besar dan representatif, norma tersebut bisa digunakan untuk tes serupa. 7

8 Sampel harus merepresentasikan populasi distribusi normal, tidak boleh skewed

9 Contoh tabel norma (tes Weschler) 9

10 FUNGSI NORMA Menginterpretasikan skor yang diperoleh dari alat ukur Membandingkan posisi individu dengan individu lain Memaknai skor yang diperoleh individu dan membandingkannya dengan skor kelompok dalam tes yang sama Mengambarkan kinerja individu di beberapa tes (intraindividu) Menggambarkan kinerja tes dari sampel yang sudah terstandardisasi Acuan untuk interpretasi/evaluasi skor

11 KELOMPOK STANDAR/NORMATIF Representatif mewakili populasi N cukup besar semakin besar N, semakin stabil norma; karena penyebaran mendekati normal dan tidak dipengaruhi oleh faktor kebetulan Sesuai dengan tujuan pengukuran 11

12 SCALED /CONVERTED SCORE Untuk mengetahui posisi individu, Raw Score (RS) diubah ke dalam skor relatif / Scaled Score/Converted Score/Derived Score Tujuannya: o Untuk menunjukkan posisi relatif individu dalam kelompok normatif, sehingga performa (skor) dapat dibandingkan dengan orang lain (Antar-individu) o Untuk memberikan ukuran yang memungkinkan perbandingan langsung performa (skor) individu pada berbagai tes yang berbeda( Intraindividu) 12

13 Cara umum untuk mengonversi RS Norma perkembangan (Developmental norms) bagaimana perkembangan individu dibandingkan dengan kelompok sampel tertentu Norma Kelompok (Within Group Norms) membandingkan skor tes dengan performa kelompok subyek pada tes 13

14 Cara umum mengkonversikan RS Norma perkembangan (Developmental norms) Ada 3 macam : Mental Age Umur Grade Equivalents Kelas Ordinal Scale Tahap perkembangan (Gesell, Piaget) Norma Kelompok (Within Group Norm) 14

15 Cara umum mengkonversikan RS Norma perkembangan (Developmental norms) Norma Kelompok (Within Group Norm) Prestasi kelompok standardisasi ini dinyatakan dalam skala : Persentil Standard score: Transformasi linear Transformasi non linear Normalized standard score; T-score, Stanine score, C score 15

16 DEVELOPMENTAL NORMS Suatu cara untuk menafsirkan skor tes berdasarkan tingkat perkembangan pada domain tertentu. Skor mentah yang dihubungkan dengan suatu norma perkembangan memperlihatkan sejauh mana perkembangan seseorang pada domain tersebut Terdiri dari 3 macam: i. Mental Age, ii. Grade Equivalent, dan iii. Ordinal Scales 16

17 Mental Age Yang menjadi norma adalah nilai rata-rata yang diperoleh kelompok umur sampel standar pada tes tersebut Contoh terdapat pada skala Binet Simon o Item-item dikelompokkan menurut tingkat umur o Dalam tingkat umur 8 tahun terdapat item-item yang dapat dikerjakan oleh sebagian besar anakanak berusia 8 tahun pada sampel standar Skor yang dicapai seseorang anak memperlihatkan tingkat umur perkembangannya 17

18 Mental Age Skor yang dicapai seorang anak memperlihatkan tingkat umur perkembangannya misal nilai rata-rata umur 8 tahun pada tes X = 23 Jika seorang anak mendapat skor 23 maka MAnya = 8 Kemampuan subyek setara dengan kemampuan anak usia 8 tahun 18

19 Mental Age Bentuk test Soal soal dikelompokkan menurut tingkat umur. Test Binet - Simon (1908): 3 th 13 th Soal soal untuk tingkat umur 7 th, adalah soal soal yang dapat dibuat oleh sebagian besar kelompok anak berumur 7 th (kelompok standardisasi) 19

20 Mental Age Cara menghitung MA Hitung Basal Age (BA), yaitu usia tertinggi di mana pada usia itu dan di bawah usia tsb semua item tes dapat dijawab dengan benar Hitung kredit tambahan, yaitu jumlah item yang dapat dijawab betul di atas Basal Age MA = Basal age + Kredit tambahan IQ = MA / CA x

21 Contoh Perhitungan MA Umur Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal Basal Age 6 tahun Setiap tanda + dihitung sebagai ¼ thn (3 bln) Jadi MA = /4 = 9 (12=jawaban benar setelah BA) Jika CA = 10.5 maka IQ = 9 / 10.5 x 100 = 85,

22 Kelemahan Mental Age Satuan MA tidak konstan, cenderung mengecil / menyusut dengan meningkatnya usia Contoh : Anak usia 4 tahun IQ 75 = anak 12 tahun IQ 75 o Usia 4 tahun 1 tahun keterbelakang mental o Usia 12 tahun 3 tahun keterbelakang mental MA = 3 IQ = 3/4 x 100 = 75 CA = 4 MA = 9 IQ = 9/12 x 100 = 75 CA = 12 22

23 Grade Equivalents Dipakai pada Educational Achievement Test Skor subyek pada test ini ditafsirkan menurut kelas Yang menjadi norma adalah nilai rata-rata yang diperoleh sampel standar dalam pelajaran tertentu Contoh: Skor subyek pada test membaca setara dengan ratarata anak kelas 2 SD (skor 48) Kemampuan membaca anak ini setara dengan kemampuan anak kelas 2 SD (GE 2) Bentuk test : Soal-soal tidak dikelompokkan menurut kelas (hanya rata-rata skor di kelas tertentu)

24 Hal hal yang perlu diperhatikan dalam menginterpretasikan skor subyek : Guru yang mengajar di setiap kelas berlainan; kecepatan dan mutu pengajaran juga berbeda Yang menjadi norma untuk setiap kelas adalah nilai rata rata dalam kelas Ada anak yang berprestasi di bawah dan di atas rata rata (outliers). Jadi subyek yang mendapat skor lebih tinggi dari rata rata kelas belum berarti ia telah menguasai pelajaran kelas yang lebih tinggi Kelompok standardisasi : murid murid dalam setiap kelas Yang dijadikan norma kelas : Skor rata rata dari kelas pada test tersebut 24

25 Kelemahan Grade Equivalents Dapat terjadi salah interpretasi Contoh Grade Equivalent matematika seorang anak kelas V = 6,3 tidak berarti ia menguasai materi matematika kelas VI, karena belum menguasai proses aritmatika yang dipelajari di kelas VI. Namun, kemampuannya lebih baik daripada kemampuan anak kelas V 25

26 Ordinal Scales Tidak sama pengertiannya dengan skala ordinal dalam statistika yang merupakan salah satu skala pengukuran Ordinal scale dibuat dengan tujuan menentukan fase/ tahapan perkembangan yang telah dicapai subyek pada suatu fungsi tingkah laku tertentu (locomotion, diskriminasi sensoris, bahasa, kognisi) 26

27 Ordinal Scales Dibuat berdasarkan penelitian bahwa perkembangan fungsi-fungsi tingkah laku memperlihatkan pola urutan yang seragam dalam kebudayaan yang berbeda Menjadi norma adalah perilaku yang khas (typical) dalam suatu fase Test Gesell, Test Piaget 27

28 ORDINAL SCALES CONTOH Gessel Development Schedules Mengukur fungsi motorik, adaptif, dan bahasa Usia 3 bulan tengkurap Usia 6 bulan duduk Usia 1 tahun berjalan Piaget Proses-proses kognitif Object Permanence Conservation 28

29 WITHIN GROUP NORMS Suatu cara menafsirkan skor tes dengan membandingkannya dengan performa sekelompok subyek pada tes tersebut Kelompok subyek = kelompok terstandardisasi Subyek yang hendak dinilai dan kelompok standarisasi berasal dari populasi yang sama; kelompok standarisasi mewakili populasi 29

30 WITHIN GROUP NORMS (2) Penilaian dilakukan dengan melihat kedudukan subyek dalam penyebaran skor kelompok Kedudukan subyek dalam penyebaran kelompok standar menggambarkan kedudukan subyek dalam penyebaran populasi 30

31 WITHIN GROUP NORMS (3) Contoh: Tes Wechsler Adult Intelligence Scale Populasi : orang dewasa usia 16 s.d. 79 tahun Norma : thn, thn, thn, dst. Buat norma warga Jakarta harus Jakarta juga (tidak boleh dari pedalaman Papua, misalnya) Sampel usia tahun harus proporsional mewakili populasi Diberikan 11 subtest cari penyebaran skor, mean, SD, dll 31

32 PERSENTIL A percentile is a point on the measurement scale below which specified percentage of the cases in the distribution falls contoh: P50 = 23 The rank or percentile rank of a particular score is defined as the percentage of individuals n the distribution with scores at or below the particular value contoh: PR23 = 50 skor 23 atau di bawahnya dicapai oleh 50 orang 32

33 PERSENTIL (1) Menunjukkan posisi relatif seseorang dalam sampel standarisasi Dianggap sebagai urutan dalam kedudukan suatu kelompok yang terdiri dari 100 orang, di mana yang lebih baik adalah subyek dengan nilai persentil yang lebih besar Skor persentil adalah persentase dari jumlah orang yang berada di bawah skor mentah 33 (raw score) tertentu

34 PERSENTIL (2) Contoh: 28% orang dari suatu kelompok berhasil mengerjakan lebih dari 15 soal dengan benar Maka skor 15 berhubungan dengan persentil 28 Persentil = % jumlah orang Persentase skor = % jumlah item yang benar 34

35 PERSENTIL Kelebihan Mudah dihitung dan dimengerti oleh awam (hanya butuh data mentah, persentase, Dapat digunakan secara universal Sesuai untuk semua jenis tes dan kelompok sampel Kekurangan Tidak memiliki satuan/unit yang sama cth: perbedaan skor di persentil 50 dan 45 belum tentu sama dengan skor di persentil 15 dan 20 35

36 STANDAR SCORE (SS) Mengungkapkan jarak individu dari nilai mean dalam satuan standar deviasi (SD) distribusi skor tes SS atau z-score diperoleh dengan transformasi dari raw score 36

37 Linear/Nonlinear SS Linear SS: bentuk distribusi SS sama dengan distribusi raw score Nonlinear SS: bentuk distribusi SS berbeda dengan distribusi raw score karena distribusi RS diubah ke dalam distribusi normal (normalized) ketika jumlah sampel besar dan mewakili populasi secara representatif caranya bisa jadi dengan menambah item yang sulit/mudah (tergantung skewed ke arah mana)

38 CARA MENGHITUNG Z-SCORE Buat distribusi frekuensi raw score Hitung mean dan SD Hitung z-score dengan rumus: z = x - x SD 38

39 Evaluasi Standard Score Kelebihan Memiliki unit pengukuran yang sama Kedudukan subyek dalam suatu kelompok standar tetap Dapat memperbandingkan kemampuan subyek pada beberapa tes, atau kemampuan antarsubyek pada satu tes Kekurangan Memiliki nilai yang + dan Satuan ukurannya terlalu besar 39

40 STANDARD SCORES Untuk mengatasi kelemahan tersebut: Setiap nilai z dikalikan dengan suatu bilangan konstan Kemudian tambahkan dengan bilangan tertentu Misal z = -1 Dikalikan dengan 10, ditambah dengan 50 Maka z = (-1 x 10) + 50 = 40 tidak akan ada nilai yang negatif 40

41 TRANSFER LANGSUNG Raw Score Scaled Score Xs = ( Ss So )Xo - [( Ss So ) Xo Xs ] Xs = Standard Score Xo = Raw Score Xo = Mean RS Xs = Mean SS So = SD RS Ss = SD SS 41

42 T-SCALE Diperkenalkan oleh W.A.McCall Dipergunakan untuk mengatasi kelemahan dari standard score scale Tanpa angka -, jangkauan skor/daerah populasi diperluas, distribusi normal Mean = 50, SD = 10 42

43 CARA MENGHITUNG T-SCORE Dengan menggunakan Tabel T 1. tentukan kelas interval 2. tentukan batas atas kelas 3. tentukan frekuensi 4. tentukan frekuensi kumulatif 5. tentukan proporsi kumulatif 6. cari nilai T melalui proporsi kumulatif dari masingmasing kelas pada table T 7. gambarkan titik-titik untuk merepresentasikan setiap nilai T 8. cari nilai T untuk masing-masing raw score 9. buat tabel yang memuat raw score dan T-Score 43

44 CARA MENGHITUNG T-SCORE Tanpa menggunakan Tabel T 1. s.d 5 sama dengan cara dengan menggunakan Tabel T 6. menentukan z-score pada table B-Guilford berdasarkan proporsi kumulatif yang diperoleh 7. masukkan z-score ke rumus z = (skor-mean)/sd dengan mean = 50, SD = 10 untuk pembuktian, cocokkan dengan tabel T 44

45 DOMAIN CRITERION-REFERENCED TESTING (CRT) Yang menjadi patokan untuk menginterpretasikan adalah suatu content domain tertentu Skor mengindikasikan seberapa jauh seserang menguasai keterampilan-keterampilan tertentu misalnya berhitung dan membaca Content domain yang hendak diukur ditentukan oleh tujuan instruksional pendidikan, yaitu pengetahuan dan keterampialn apa yang harus dikuasai 45

46 SIFAT-SIFAT CRT Content meaning Apa yang dapat dilakukan subyek, apa yang mereka ketahui Bukan bagaimana mereka jika dibandingkan dengan orang lain Mastery Testing Apakah individu/subyek dapat atau tidak mencapai derajat penguasaan tertentu All or None 46

47 SIFAT RELATIF DARI NORMA Skor tes tidak dapat diinterpretasikan terlepas dari nama tes (mengukur aspek/dimensi apa) serta skala dan sample yang dipakai dalam pembuatan norma Tes isi dari macam-macam tes berbeda-beda. Bahkan tes dengan nama yang sama isinya dapat berbeda Skala Skor IQ yang dipakai menggunakan skala apa? Ratio IQ? Deviatin IQ? Standard Score? Mean? SD? Sampel karakteristik sample? Tingkat pendidikan? Tempat tinggal? 47

48 SIFAT RELATIF DARI NORMA Dapatkah derived score (misal IQ, Scaled Sore, T- Score) dari tes yang berbeda saling diperbandingkan? TIDAK jika sample standarisasi dari tes-tes tersebut berlainan 48

49 Lowest 4% Next 7% Next 12% Next 17% Middle 20% Next 17% Next 12% Next 7% Highest 4% Stanine 1 Stanine 2 Stanine 3 Stanine 4 Stanine 5 Stanine 6 Stanine 7 Stanine 8 Stanine 9 49

50 Lowest 1% Next 3% Next 7% Next 12% Next 17% Middl e 20% Nex t 17% C = 0 C = 1 C = 2 C = 3 C = 4 C = 5 C = 6 Next 12% Next 7% Next 3& Highest 1% C = 7 C = 8 C = 9 C = 10 50

51 NORM REFERENCED vs CRITERION REFERENCE Norm: untuk memberikan perbedaan perfomrna antar dividu; performa individu tergantung performa orang lain Criterion-referenced: tidak bergantung pada orang lain, independen Lengkapin dari Friedenberg!!!!

52 Norm-Referenced Menghitung total skor penempuh tes Mengonversi total skor

53 Criterion-Referenced Score Disebut juga: content-, domain-, objective referenced Skor individu mengindikasikan performa individu dalam domain tesnya dengan menggunakan kriteria perfect performance Dalam dunia pendidikan digunakan untuk mengetahui materi yang telah dikuasai oleh siswa

54 Criterion-Reference Score Proses penyusun tes mengidentifikasi kriteria yang akan digunakan untuk membandingkan performa individu Kriteria bisa berupa: Optimum performance penguasaan isi tes ( berapa yang dijawab dengan benar), fakta khusus, prinsip, keterampilan Typical performance test --> Berdasarkan teori dan hypothetical mean

55 Criterion-Referenced Norm pada Optimum Performance Test Terdiri dari tiga tipe: content-referenced score objective-referenced score pass/fail atau mastery score

56 1. Content-Referenced Score Kriteria: Penguasaan individu terhadap keseluruhan materi Cara hitung: persentase jawaban yang dijawab dengan benar (benar : seluruhnya x 100%)

57 Interpretasi skor individu dengan menghitung content-referenced score dipengaruhi oleh: 1. Representativeness dari item terhadap domain tingkah laku (content validity) 2. Tingkat kesukaran item

58 2. Objective Referenced Score Menggunakan tujuan (objective) sebagai kriteria Skor yang diperoleh: persentase objective yang dikuasi oleh individu Individu dianggap menguasai objective ketika bisa menjawab item dengan benar dalam jumlah yang ditentukan Rumit, namun secara teoritis dapat mengukur Contoh: Ujian sekolah jaman sekarang (per indikator/tiu)

59 3. Pass/Fail or Mastery Scores C-r score dapat digunakan untuk membagi penempuh tes menjadi dua kelompok: lulus atau tidak lulus Ada batasan tertentu (ditentukan oleh penyusun tes) sebagai batasan kriteria kelulusan Skor awal bisa berupa content-referenced atau objectivereferenced scores

60 Criterion-Referenced Norm pada Typical Performance Test 1. Berdasarkan teori misalnya berdasarkan kriteria diagnosis pada DSM-IV-TR 2. Berdasarkan hypothetical mean Menggunakan mean dari skala yang digunakan

61 Hypothetical Mean Misalnya: Pada tes empati Menggunakan skala lichert (misalnya 1-6) Tentukan median dari range skor item (misalnya 3) Tentukan median dari range total skor atau all possible scores (misalnya 25)

62 Jika Budi mendapatkan skor 50 (hypothetical mean = 25), maka: Budi cenderung memiliki empati yang tinggi jika dibandingkan dengan Bisa juga dibagi dengan jumlah item (50:10 = 5), dia cenderung menjawab setuju Perolehan individu tidak lagi dibandingkan berdasarkan SD

63 Daftar Pustaka Cohen, R. J., & Swerdlik, M. E. (2010). Psychological testing and assessment: An introduction to test and measurement. (7 th ed.). Boston: McGraw Hill. Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS. (3rd ed.). New York: SAGE Publications, Ltd. Kaplan, R.M. & Saccuzzp, D.P. (2009). Psychological testing: Principles, applications, and issues. California: Wadsworth Cengage Learning Urbina, S. (2004). Essentials of psychological testing. New York: John Wiley & Sons, Inc.

64 Terima Kasih Arie Suciyana S., S.Si., M.Si.

Psikometri NORMA 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi.

Psikometri NORMA 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi. Psikometri Modul ke: 11 NORMA 1 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Karakteristik Norma Menunjukkan posisi/kedudukan seseorang dalam kelompok

Lebih terperinci

Psikometri Validitas 1

Psikometri Validitas 1 Modul ke: Psikometri Validitas 1 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Pengertian: VALIDITAS Berkaitan dengan apa yang diukur oleh tes dan seberapa tepat tes mengukur

Lebih terperinci

Psikometri. Reliabilitas 1

Psikometri. Reliabilitas 1 Psikometri Modul ke: Reliabilitas 1 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Apa itu Reliabilitas? reliability is a synonym for dependability or consistency Tests that

Lebih terperinci

Psikometri. Aplikasi uji Reliabilitas dan. Validitas

Psikometri. Aplikasi uji Reliabilitas dan. Validitas Psikometri Modul ke: Aplikasi uji Reliabilitas dan Fakultas Psikologi Validitas Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Perhitungan Manual Uji Reliabilitas 2 Kruder-Richardson (K-R 20) =

Lebih terperinci

Modul ke: Psikometri NORMA 2. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Psikometri NORMA 2. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Psikometri NORMA 2 Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Norma dalam Psikometri Pengertian dan Jenis Norma Norma adalah penyebaran skorskor

Lebih terperinci

Psikometri Reliabilitas 2

Psikometri Reliabilitas 2 Modul ke: Psikometri Reliabilitas 2 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Perhitungan Reliabilitas 2 TIPE-TIPE RELIABILITAS Test-Retest Reliability Alternate-Form Reliability

Lebih terperinci

Psikometri Validitas 2

Psikometri Validitas 2 Modul ke: Psikometri Validitas 2 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. VALIDITAS KRITERIA 2 Validitas Kriteria Validitas Kriteria menunjukkan efektivitas suatu tes dalam

Lebih terperinci

Psikometri. Analisis Item 1

Psikometri. Analisis Item 1 Psikometri Modul ke: Analisis Item 1 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Test items are the units that make up a test and the means through which

Lebih terperinci

Psikometri. Pengantar Psikometri. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Psikometri. Pengantar Psikometri. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Psikometri Pengantar Psikometri Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. RAPEM PSIKOMETRI Judul Mata Kuliah : Psikometri Semester : Genap 2014/2015 Sks : 3 Kode

Lebih terperinci

Konstruksi Alat Ukur Psikologi

Konstruksi Alat Ukur Psikologi MODUL PERKULIAHAN Konstruksi Alat Ukur Psikologi Pengantar Tes dan Pengukuran Psikologi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 01 61032 Dian Misrawati, M.Psi Psikolog

Lebih terperinci

Modul ke: Psikometri. Norma 1. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Psikometri. Norma 1. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Psikometri Norma 1 Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN NORMA Norma merupakan rata-rata atau kekhasan pada tes tertentu yang

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 1

Statistika Psikologi 1 Modul ke: Statistika Psikologi 1 Tendensi Sentral Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. DISTRIBUSI SAMPEL 2 DISTRIBUSI SAMPEL 3 TENDENSI SENTRAL: Apa dan mengapa tendensi

Lebih terperinci

PSIKOMETRI. Pengantar Psikometri MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 01

PSIKOMETRI. Pengantar Psikometri MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 01 MODUL PERKULIAHAN PSIKOMETRI Pengantar Psikometri Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 01 B41616BA Mutiara Pertiwi, M.Psi Abstract Modul ini berisi tentang pengantar

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) Mata Kuliah : Psikometri Kode Mata Kuliah : PSI-206 Jumlah SKS : 3 Waktu Pertemuan : 150 menit Kompetensi Dasar : 1. Penguasaan metodologi penelitian psikologi Indikator

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN : Orientasi kuliah : Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan, gambaran umum perkuliahan, dan rencana pembelajaran matakuliah psikologi eksperimen. Media & buku sumber 1 1.1 Mahasiswa memahami tujuan, arah,

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 1

Statistika Psikologi 1 Modul ke: Statistika Psikologi 1 Penyajian Data: Fakultas Psikologi Tabel dan Grafik Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. KATEGORI PENGOLAHAN DATA DALAM STATISTIKA Descriptive statistics

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI BAHAN AJAR (MINGGU KE 12) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA BIDANG STUDI FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI 2 1. Pengertian Bobot, Skor dan Nilai Bobot = bilangan yang dikenakan terhadap

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 2

Statistika Psikologi 2 Statistika Psikologi 2 Modul ke: 14 Arie Fakultas Psikologi Memilih Uji Statistika yang Tepat Review 1 14 Suciyana S., S.Si., M.Si. Program Studi Psikologi KonsepDasar Pada penelitian terhadap pengaruh

Lebih terperinci

PENILAIAN ACUAN PATOKAN dan PENILAIAN ACUAN NORMATIF

PENILAIAN ACUAN PATOKAN dan PENILAIAN ACUAN NORMATIF PENILAIAN ACUAN PATOKAN dan PENILAIAN ACUAN NORMATIF PENGOLAHAN DAN KONVERSI SKOR MENTAH MENJADI SKOR STANDAR (NILAI) 1. PENGOLAHAN DAN KONVERSI SKOR MENTAH MENJADI NILAI DILAKUKAN DENGAN MENGACU PADA

Lebih terperinci

PENILAIAN ACUAN KRITERIA (PAK)

PENILAIAN ACUAN KRITERIA (PAK) PENILAIAN ACUAN KRITERIA (PAK) Tujuan penggunaan tes acuan berfokus pada kelompok perilaku siswa yang khusus. Joesmani menyebutnya dengan didasarkan pada kriteria atau standard khusus. Dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 1

Statistika Psikologi 1 Modul ke: 08 Statistika Psikologi 1 Distribusi Normal Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Distribusi Normal Distribusi data yang ditandai oleh bentuk seperti lonceng

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 2. Modul ke: Uji-t. Fakultas Psikologi. (t-test) Program Studi Psikologi

Statistika Psikologi 2. Modul ke: Uji-t. Fakultas Psikologi. (t-test) Program Studi Psikologi Modul ke: Statistika Psikologi 2 Uji-t Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi (t-test) UJI STATISTIKA Proses pengujian pernyataan penelitian (uji hipotesa) yang akan menghasilkan model statistika Variasi

Lebih terperinci

Psikometri. Statistika untuk Psikometri. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Psikometri. Statistika untuk Psikometri. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Psikometri Statistika untuk Psikometri Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Psikometri Statistika untuk Psikometri Fakultas Psikologi Program Studi

Lebih terperinci

Pengantar Psikodiagnostik

Pengantar Psikodiagnostik MODUL PERKULIAHAN Pengantar Psikodiagnostik Sejarah, Pengertian, dan Kegunaan Psikodiagnostik Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 01 B41616AA Mutiara Pertiwi, M.Psi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) Mata Kuliah : Statistik Kode Mata Kuliah : PSI-106 Jumlah SKS : 3 Waktu Pertemuan : 150 menit Kompetensi Dasar : 1. Penguasaan metodologi penelitian psikologi Indikator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Terlihat dari judul penelitian ini akan dilakukan secara experiment. Dimana penelitian eksperimen mengambil sampel secara acak murni, namun pada pelaksanaan

Lebih terperinci

SILABI. Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar Cara Pengajaran. : memahami dan menjelaskan definisi pengukuran

SILABI. Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar Cara Pengajaran. : memahami dan menjelaskan definisi pengukuran SILABI 1. Fakultas / Program Studi : FMIPA / Pendidikan Fisika 2. Mata Kuliah & Kode : Teori dan Teknik Pengukuran Pendidikan / 3. Jumlah SKS : Teori 2 SKS 4. Semester dan Waktu : VIII / 100 menit 5. Kompetensi

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI & OBJEKTIVITAS DALAM PEMERIKSAAN PSIKOLOGI

KUANTIFIKASI & OBJEKTIVITAS DALAM PEMERIKSAAN PSIKOLOGI KUANTIFIKASI & OBJEKTIVITAS DALAM PEMERIKSAAN PSIKOLOGI Ursa Majorsy 1. T E S P S I K O L O G I Istilah tes atau psikotes digunakan bidang psikologi kurang tepat dalam TES = berasal dari kata Testum (mangkuk

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 1

Statistika Psikologi 1 Statistika Psikologi 1 Modul ke: 14 Memilih Uji Statistika yang Tepat Review 1 14 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. 2 MemilihUji Statistikayang Tepat Jika dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan ragam kesulitan belajar Biologi yang dialami oleh siswa

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan ragam kesulitan belajar Biologi yang dialami oleh siswa BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang berfungsi untuk mendeskripsikan ragam kesulitan belajar Biologi yang dialami oleh siswa kelas X di MAN

Lebih terperinci

Overview : Pengantar Psikodiagnostik. Kuliah 1 Pengantar Psikodiagnostik

Overview : Pengantar Psikodiagnostik. Kuliah 1 Pengantar Psikodiagnostik Overview : Pengantar Psikodiagnostik Kuliah 1 Pengantar Psikodiagnostik Aturan dalam Kelas 1. Keterlambatan : 15 menit, setelah 15 menit tidak absen 2. HP dimatikan/ SILENT 3. Mengumpulkan tugas tepat

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 2

Statistika Psikologi 2 Modul ke: Statistika Psikologi 2 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Sampling, Sampling Distribution, Confidence Intervals, Effect Size, dan Statistical Power SAMPLING Teknik menentukan sampel dari

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 2

Statistika Psikologi 2 Modul ke: Statistika Psikologi 2 Uji t Sampel Berpasangan Fakultas Psikologi (Paired-samples t-test) Program Studi Psikologi Uji t Sampel Berpasangan Membandingkan data dari dua sampel, dimana tiap partisipan

Lebih terperinci

BAB 6 KATEGORISASI BERDASARKAN INTERVAL NILAI

BAB 6 KATEGORISASI BERDASARKAN INTERVAL NILAI BAB 6 KATEGORISASI BERDASARKAN INTERVAL NILAI KATEGORISASI BERDASARKAN INTERVAL NILAI Pengantar Untuk membuat kategorisasi atau pengelompokan data di samping dapat menggunakan kuartil (K), desil (D), persentil

Lebih terperinci

Panduan Penggunaan AnBuso 2015

Panduan Penggunaan AnBuso 2015 COVER DAFTAR ISI COVER...i DAFTAR ISI... ii Pendahuluan...1 Hal yang Baru...1 Kerangka Isi...2 Input Data...3 Menu Identitas... 3 Menu Jawaban... 7 Laporan Peserta...7 Menu Laporan Objektif... 8 Menu Laporan

Lebih terperinci

Evaluasi Pembelajaran Bahasa Jerman

Evaluasi Pembelajaran Bahasa Jerman Evaluasi Pembelajaran Bahasa Jerman JR501 Drs. Setiawan, M.Pd. Pepen Permana, S.Pd Pertemuan 2 Deutschabteilung UPI - 2007 Hubungan antara Pembelajaran & Evaluasi to teach without testing is unthinkable

Lebih terperinci

P EDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

P EDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan VALIDITAS ISI ALAT UUKUR PENELITIAN: KONSEP DAN PANDUAN PENILAIANNYA Helli Ihsan Universitas Pendidikan Indonesia Helli_psi@upi.edu P EDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan Abstrak Ada banyak definisi tentang

Lebih terperinci

Modul ke: Psikometri. Analisis Item 2. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Psikometri. Analisis Item 2. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Psikometri Analisis Item 2 Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Metode Analisis Data 2 Menggunakan bantuan SPSS 16.0 for windows dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB III METODE PENELITIAN O X O BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP. Pembelajaran yang dilakukan menggunakan model reciprocal

Lebih terperinci

PENDEKATAN PENILAIAN Grading Nilai

PENDEKATAN PENILAIAN Grading Nilai PENDEKATAN PENILAIAN Grading Nilai CORRECTION FOR GUESSING Jawaban salah Skor = Jawaban benar - ----------------------- ( n 1 ) n = jumlah alternatif pilihan yang disediakan PENILAIAN dan PENDEKATAN PENILAIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. matematika berdasarkan strategi Rotating Trio Exchange dalam meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN. matematika berdasarkan strategi Rotating Trio Exchange dalam meningkatkan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan pembelajaran matematika berdasarkan strategi Rotating Trio Exchange dalam meningkatkan kemampuan

Lebih terperinci

24/02/2011. Psikologi Klinis. Dr. Sofia Retnowati. Measurement issues. Measurements Source of variation Classification Health measurements

24/02/2011. Psikologi Klinis. Dr. Sofia Retnowati. Measurement issues. Measurements Source of variation Classification Health measurements Pengukuran dalam Psikologi Klinis Dr. Sofia Retnowati Measurement issues Measurements Source of variation Classification Health measurements Measurement e e properties es 1 Pengertian Umum dalam Pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuasi eksperimen, di mana subjek tidak dikelompokan secara acak tetapi menerima keadaan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN. 4. A. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4. A.1. Gambaran jenis kelamin subjek penelitian

4. HASIL DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN. 4. A. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4. A.1. Gambaran jenis kelamin subjek penelitian 39 4. HASIL DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisis dan interpretasi dari hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Pada bagian pertama dari bab ini

Lebih terperinci

Pengantar Psikodiagnostik

Pengantar Psikodiagnostik Modul ke: Pengantar Psikodiagnostik Tes Individu Tes Kelompok Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Tes Individu Tes yang diberikan

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 2

Statistika Psikologi 2 Statistika Psikologi 2 Modul ke: 11Fakultas Psikologi Korelasi Ganda: Analisis Statistika dengan SPSS Arie Suciyana S., M.Si. Program Studi Psikologi Uji KorelasiGanda (Multiple Correlation) Uji Korelasi

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 1

Statistika Psikologi 1 Modul ke: Statistika Psikologi 1 SKALA PENGUKURAN Fakultas Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Program Studi Psikologi APA YANG DIUKUR DALAM STATISTIKA Variabel: karakteristik atau kondisi yang dapat

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN OLEH: ASEP SUPENA. Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta 2010

BAHAN KULIAH ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN OLEH: ASEP SUPENA. Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta 2010 BAHAN KULIAH ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN OLEH: ASEP SUPENA Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta 2010 EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN BEBERAPA ISTILAH ASESMEN (ASSESSMENT) PENGUKURAN(MEASURAMENT)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. matematik siswa dengan menerapkan pendekatan Model Eliciting Activities

BAB III METODE PENELITIAN. matematik siswa dengan menerapkan pendekatan Model Eliciting Activities 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa dengan menerapkan pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs)

Lebih terperinci

PERTEMUAN 4 PENGUKURAN

PERTEMUAN 4 PENGUKURAN PERTEMUAN 4 PENGUKURAN PENGUKURAN PSIKOLOGI Pengantar Pengertian Karakteristik Tingkat pengukuran Jenis pengukuran Pengantar Perkembangan ilmu pengetahuan baik dari segi keilmuan dan metode pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian pengembangan LKPD berbasis SETS dengan metode outdoor learning untuk menumbuhkan science process skill dan

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 1

Statistika Psikologi 1 Modul ke: 09 Statistika Psikologi 1 Distribusi Sampel dan Uji Hipotesa Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. DISTRIBUSI SAMPEL DAN UJI HIPOTESA Hipotesa: pernyataan

Lebih terperinci

PSIKOMETRI. Oleh: Prof. Dr. I Wayan Koyan, M.Pd. Pascasarjana Undiksha Singaraja

PSIKOMETRI. Oleh: Prof. Dr. I Wayan Koyan, M.Pd. Pascasarjana Undiksha Singaraja PSIKOMETRI Oleh: Prof. Dr. I Wayan Koyan, M.Pd. Pascasarjana Undiksha Singaraja 1 BAB I PENGUKURAN A. PENGERTIAN 1. PSIKOMETRI a. PSIKOMETRI ADALAH KOMBINASI DARI PENGUKURAN DAN STATISTIKA (KERLINGER b.

Lebih terperinci

Statistik Deskriptif. Statistik Farmasi 2015

Statistik Deskriptif. Statistik Farmasi 2015 Statistik Deskriptif Tujuan perkuliahan Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa mampu: 1. Meringkas data, dengan menggunakan pengukuran tendensi sentral seperti rata-rata, median, modus dan

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 2

Statistika Psikologi 2 Modul ke: 09Fakultas Psikologi Statistika Psikologi 2 Analisis Regresi Linier Sederhana Arie Suciyana S., S.Si, M.Si Program Studi Psikologi Regresi Linier Sederhana (Simple Linear Regression) Uji (analisa)

Lebih terperinci

Tes Inventori: SSCT. Modul ini akan menjelaskan tentang cara pengadministrasian dan skoring tes SSCT (Saks Sentence Completion Test)

Tes Inventori: SSCT. Modul ini akan menjelaskan tentang cara pengadministrasian dan skoring tes SSCT (Saks Sentence Completion Test) Modul ke: Tes Inventori: SSCT Modul ini akan menjelaskan tentang cara pengadministrasian dan skoring tes SSCT (Saks Sentence Completion Test) Fakultas PSIKOLOGI Karisma Riskinanti, M.Psi., Psi. Program

Lebih terperinci

Dasar-dasar Metode Penelitian

Dasar-dasar Metode Penelitian Dasar-dasar Metode Penelitian Modul ke: Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kuantitatif Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Reno Laila Fitria Apa itu Rencana Penelitian (Research

Lebih terperinci

dapat digunakan formulasi sebagai berikut : Letak Letak Letak

dapat digunakan formulasi sebagai berikut : Letak Letak Letak 1. Ukuran Letak Agar kita dapat mengetahui lebih jauh mengenai karakteristik data observasi dengan beberapa ukuran sentral, kita sebaiknya mengetahui beberapa ukuran lain, yaitu ukuran letak. Ada tiga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, serta analisis data. A.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN INTELEGENSI (CFIT) DAN POTENSI PERFORMA KERJA (DARI HASIL KRAEPELIN TEST) PADA CALON KARYAWAN BANK SWASTA DI JAWA TIMUR

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN INTELEGENSI (CFIT) DAN POTENSI PERFORMA KERJA (DARI HASIL KRAEPELIN TEST) PADA CALON KARYAWAN BANK SWASTA DI JAWA TIMUR HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN INTELEGENSI (CFIT) DAN POTENSI PERFORMA KERJA (DARI HASIL KRAEPELIN TEST) PADA CALON KARYAWAN BANK SWASTA DI JAWA TIMUR Ninik Setiyowati Jurusan Psikologi Universitas Negeri Malang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Disain Penelitian Tujuan penelitian ini adalah membandingkan peningkatan kemampuan koneksi matematis antara siswa SMA yang memperoleh pembelajaran matematika Knisley

Lebih terperinci

Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan : 2. Perkembangan pada abad ke-20

Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan : 2. Perkembangan pada abad ke-20 TIU : Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi inteligensi dari berbagai pendekatan, serta terutama memahami konsep inteligensi dari pendekatan psikometri serta mampu melakukan asesmen parsial

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini menguraikan yang menyangkut kegiatan operasional penelitian dari karakteristik subyek, desain penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian dan teknik pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment atau eksperimen semu. Quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment atau eksperimen semu. Quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah quasi experiment atau eksperimen semu. Quasi eksperimen mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 2

Statistika Psikologi 2 Modul ke: 08Fakultas Psikologi Statistika Psikologi 2 Analisis Regresi: Pendahuluan dan Uji Liniearitas Arie Suciyana S., S.Si, M.Si Program Studi Psikologi Regresi: Pendahuluan Pengembangan dari Uji Statistika

Lebih terperinci

STATISTIKA DESKRIPTIF

STATISTIKA DESKRIPTIF STATISTIKA DESKRIPTIF Ukuran Pusat (measure of center) Ukuran Penyebaran (measure of variability) Menurut Anda, bagaimana penampilan saya? Gambaran saya? Visualizing Telling Dapatkan Anda tentukan manakah

Lebih terperinci

Psikodiagnostik 1. Marcia Martha Siahay

Psikodiagnostik 1. Marcia Martha Siahay Psikodiagnostik 1 Marcia Martha Siahay Diagnosis berasal dari Greek (jerman) yunani, yaitu Gnosis. Yang berarti knowledge From Eksprience (pengetahuan dari pengalaman) Diagnostik berarti mencari untuk

Lebih terperinci

BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ

BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ SEAMEO SEAMOLEC Jakarta - INDONESIA 2012 Pendahuluan Dalam topik ini akan diuraikan evaluasi hasil belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode kuasi eksperimen adalah metode yang dalam pelaksanaannya tidak

BAB III METODE PENELITIAN. metode kuasi eksperimen adalah metode yang dalam pelaksanaannya tidak 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experiment. Penelitian quasi experiment dengan pertimbangan bahwa metode kuasi eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena data pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena data pada penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena data pada penelitian ini berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Menurut Juliansyah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 Baleendah Kabubaten Bandung yang terdiri atas 10 kelas dengan banyak

Lebih terperinci

Bab 3. Metodologi Penelitian

Bab 3. Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Berikut ini merupakan variabel-variabel dari penelitian: Motorik kasar adalah keterampilan-keterampilan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM KONSTRUKSI ALAT UKUR PSIKOLOGI. Overview dan RKPS

MODUL PRAKTIKUM KONSTRUKSI ALAT UKUR PSIKOLOGI. Overview dan RKPS MODUL PRAKTIKUM KONSTRUKSI ALAT UKUR PSIKOLOGI Overview dan RKPS Sukaesi Marianti, S.Psi., M.Si., Ph.D Program Studi Psikologi, FISIP, Universitas Brawijaya Email: s.marianti@ub.ac.id 1. Deskripsi Modul

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 1

Statistika Psikologi 1 Statistika Psikologi 1 Modul ke: 12 Korelasi: Pendahuluan Korelasi Pearson Product Moment Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Apakah korelasi itu? Uji Korelasi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuasi eksperimen. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuasi eksperimen. Menurut BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuasi eksperimen. Menurut Sugiyono (2010: 77) desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Russeffendi (2010, hlm. 35) menyatakan bahwa Penelitian eksperimen atau percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Suharsimi (2006:160) Metode penelitian adalah cara yang

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Suharsimi (2006:160) Metode penelitian adalah cara yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Menurut Suharsimi (2006:160) Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data untuk penelitiannya. Metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, sebab penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perlakuan yang

Lebih terperinci

0 0 (Ruseffendi, 1994: 53) Keterangan: 0 : Pretes dan postes X : Kelompok yang memperoleh perlakuan

0 0 (Ruseffendi, 1994: 53) Keterangan: 0 : Pretes dan postes X : Kelompok yang memperoleh perlakuan BAB III METODE PENELITIAN A. Disain Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa yang pembelajarannya melalui model LAPS-Heuristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan permasalahan dan hipotesis yang ditentukan, maka penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan permasalahan dan hipotesis yang ditentukan, maka penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan permasalahan dan hipotesis yang ditentukan, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional, yakni mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan Suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan Suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan BAB III METODE PENELITIAN 3. Desain Penelitian Metode merupakan Suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan sesuatu secara benar. Husein (998 : ). Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini diperlukan

Lebih terperinci

MATERI KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN

MATERI KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN MATERI KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN A. Pendekatan Penilaian Hasil Belajar Sebelum melakukan proses evaluasi terlebih dahulu kita harus melakukan pengukuran dengan alat yang disebut tes. Hasil pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas. Desain pada penelitian ini berbentuk:

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas. Desain pada penelitian ini berbentuk: 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen, pada kuasi eksperimen subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metoda, Waktu dan Tempat Penelitian Pada Bab III ini akan dibahas berbagai aspek yang berkaitan dengan metodologi penelitian seperti metoda penelitian, waktu dan tempat

Lebih terperinci

PENYETARAAN (EQUATING) SKOR BIOLOGI SMA BERDASARKAN HASIL UJIAN NASIONAL TAHUN 2010/2011

PENYETARAAN (EQUATING) SKOR BIOLOGI SMA BERDASARKAN HASIL UJIAN NASIONAL TAHUN 2010/2011 PENYETARAAN (EQUATING) SKOR BIOLOGI SMA BERDASARKAN HASIL UJIAN NASIONAL TAHUN 2010/2011 Rumondang Purwati Peneliti di Pusat Penilaian Pendidikan, Kemdikbud E-mail: rumondangpurwati@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 2

Statistika Psikologi 2 Modul ke: Statistika Psikologi 2 Fakultas Psikologi Uji ANOVA: Pendahuluan dan Uji ANOVA Klasifikasi Program Studi Psikologi Analysis of Variance (ANOVA) Uji statistika yang dilakukan dengan membandingan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2009:7) yang

BAB II LANDASAN TEORI. tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2009:7) yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Evaluasi Menurut (Jurs,2005) membedakan antara evaluasi, pengukuran dan testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen menggunakan seluruh subyek dalam kelompok belajar (intact

Lebih terperinci

1. Sesudah ulangan matematika diperoleh penyebaran skor sebagai berikut

1. Sesudah ulangan matematika diperoleh penyebaran skor sebagai berikut Nama : Dwi Mentari NIM : 06101011040 TUGAS EVALUASI PENDIDIKAN (Evaluasi bab 16 17) EVALUASI BAB 16 1. Sesudah ulangan matematika diperoleh penyebaran skor sebagai berikut NO SKOR (x) Orang (f) 1 9 3 8,5

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Pada penelitian ini, subjek tidak dikelompokkan secara acak, melainkan peneliti menerima keadaan subjek apa adanya, sehingga penelitian ini

Lebih terperinci

STATISTIKA -deskripsi data-

STATISTIKA -deskripsi data- STATISTIKA -deskripsi data- PERTEMUAN KE-3 Oleh: MUHAMMAD YUSUF AWALUDDIN 2 overview : Deskripsi data : Sering digunakan peneliti, khususnya dalam memperhatikan perilaku data dan penentuan dugaan-dugaan

Lebih terperinci

NORMA KREATIVITAS MENGGUNAKAN TORRANCE TEST OF CREATIVITY THINKING UNTUK ANAK USIA 6-12 TAHUN

NORMA KREATIVITAS MENGGUNAKAN TORRANCE TEST OF CREATIVITY THINKING UNTUK ANAK USIA 6-12 TAHUN Provitae Jurnal Psikologi Pendidikan 2017, Vol. 9, No. 1, 41-57 NORMA KREATIVITAS MENGGUNAKAN TORRANCE TEST OF CREATIVITY THINKING UNTUK ANAK USIA 6-12 TAHUN Yeni Anna Appulembang Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

Statistika Psikologi 2

Statistika Psikologi 2 Modul ke: Statistika Psikologi 2 Fakultas Psikologi Uji ANOVA Amatan Ulang (One Way Anova Within Groups) Program Studi Psikologi Uji ANOVA Amatan Ulang (One Way Anova Within Groups) Uji hipotesa 1 Independent

Lebih terperinci

KURIKULUM PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP SURYA. Kode: SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

KURIKULUM PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP SURYA. Kode: SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) KURIKULUM PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP SURYA Kode: SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Program Studi : Pendidikan Matematika Nama Mata Kuliah : Statistika Dasar Kode Mata Kuliah : MAT 2215 Jumlah SKS : 3 Tahun

Lebih terperinci

Kelas Eksperimen : O X O

Kelas Eksperimen : O X O 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, penelitian ini merupakan penelitian Quasi-Eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Menurut BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukoharjo kelas XI semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN O X 1 O O X 2 O

BAB III METODE PENELITIAN O X 1 O O X 2 O A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menguji dan membandingkan pengaruh dua perlakuan yang berbeda terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif (variabel terikat). Perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk. mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 1997:136).

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk. mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 1997:136). 5 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 1997:136). Penelitian ini dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain kuasi eksperimen. Pada kuasi eksperimen ini subjek tidak dikelompokkan secara acak tetapi

Lebih terperinci