PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU
|
|
- Bambang Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU Program Studi PG-PAUD FKIP Universitas Riau ABSTRAK Kesejahteraan guru secara umum sangat penting diperhatikan karena dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya pada satuan pendidikan. Guru PAUD secara khusus memegang peranan penting dan strategis dalam upaya menumbuhkembangkan generasi emas (golden age) sejak dini pada satuan PAUD. Kesejahteraan guru bukan saja dalam aspek sosial, ekonomi dan fisik, tetapi juga kesejahteraan psikologis. Penelitian ini berfokus pada masalah kesejahteraan psikologis guru dengan rumusan masalah: Bagaimanakah pemetaan kesejahteraan psikologis guru PAUD se Kota Pekanbaru? Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat kesejahteraan psikologi Guru PAUD se Kota Pekanbaru. Metode penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif dengan skala pengukuran kesejahteraan psikologis, mencakup dimensi otonomi, lingkungan, peribadi, hubungan positif, makna dan tujuan hidup dan penerimaan diri. Populasi penelitian 624 guru PAUD (TPA dan KB) se Kota Pekanbaru dengan sampel 164 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran umum kesejahteraan psikologis guru berada pada kategori sedang (51.75%). Dilihat dari 6 dimensi kesejahteraan guru, ternyata sebaran persentasenya seimbang atau merata skitar 16-18%. Namun, kalau dilihat dari kategori dari frekuensi rentang skor skala kesejahteraan psikologis, maka jumlah guru PAUD yang berada pada kategori rendah adalah 29.88% dan sangat rendah (32.32%). Artinya, sebagian besar guru PAUD se Kota Pekanbaru berada tingkat kesejahteraan psikologis rendah dan sangat rendah. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologis guru PAUD (TPA dan KB) se Kota Pekanbaru sungguh memprihatinkan. Implikasinya, disamping perlu adanya upaya peningkatan kesejahteraan guru dalam aspek sosial ekonomi, mesti pula ditingkatkan kesejahteraan psikologis guru PAUD se Kota Pekanbaru melalui kebijakan dan manajemen sumber daya manusia yang efektif dari Pemda dan Yayasan yang menyelenggarakan PAUD di Kota Pekanbaru. Kata Kunci : Kesejahteraan psikologis, Guru PAUD, TPA dan KB. PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak sejak usia lahir sampai usia 6 tahun, yang dilakukan secara menyeluruh, mencakup semua aspek perkembangan dengan memberikan stimulasi terhadap perkembangan jasmani dan rohani agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Agar perkembangan anak dapat terstimulasi dengan baik, maka diperlukan seorang guru yang profesional. Guru yang profesional merupakan seorang guru yang mengedepankan mutu dan kualitas layanan, layanan guru harus memenuhi standarisasi kebutuhan masyarakat, bangsa dan memaksimalkan kemampuan peserta didik (Martinis, 2004). Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tentulah guru harus memenuhi kebutuhannya sendiri terlebih dahulu, baik kebutuhan fisik maupun psikologisnya. Menurut Bradburn Ryff dan Keyes (Fransiska dan Ninawati, 2005) kesejahteraan psikologi merujuk pada perasaanperasaan seseorang mengenai aktivitas hidup sehari-hari. Perasaan ini dapat berkisar dari kondisi mental negatif (misalnya ketidakpuasan hidup, kecemasan dan sebagainya) sampai ke kondisi mental positif, misalnya realisasi potensi atau aktualisasi diri. Setiap manusia menginginkan kehidupan yang sejahtera baik kondisi fisik, sosial dan psikologisnya. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya yaitu dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang meliputi fisik, sosial dan psikologi. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap guru PAUD Kota Pekanbaru terdapat guru yang mempunyai kesejahteraan psikologis yaitu guru melakukan pekerjaannya dengan perasaan senang atau bahagia, sungguh-sungguh dan tanggung jawab. Guru sangat menyenangi anakanak dalam mendidik tanpa rasa beban bagi guru tersebut. Di lihat dari kenyataannya bahwa menjadi guru PAUD itu tidak mudah, guru mendidik anak dari dasar, guru harus membuat media setiap hari, bahkan dengan kerja yang berat mereka hanya EDUCHILD Vol. 4 No, 1 Tahun
2 mendapatkan gaji yang rendah. Masalah tersebut akhirnya menjadi pemikiran untuk ditelaah lebih jauh. Oleh karena itulah penulis tertarik untuk meneliti Pemetaan Kesejahteraan Psikologis Guru PAUD se Kota Pekanbaru. Pertanyaan mendasar disini adalah bagaimanakah pemetaan kesejahteraan psikologis Guru PAUD se Kota Pekanbaru? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kesejahteraan psikologi Guru PAUDse Kota Pekanbaru. Diharap hasil penelitian ini dapat salah satu sumber informasi tentang pentingnya kesejahteraan psikologis Pekanbaru untuk menjadi seorang guru PAUD yang kompeten, sehingga dengan kesejahteraan yang dimiliki guru akan meningkatkan kinerjanya yang pada akhirnya akan dapat membentuk insan yang cerdas komprehensif sesuai dengan tujuan PAUD. KAJIAN PUSTAKA Pengertian kesejahteraan psikologis (Psychologcal Well-Being) menurut Corsini (2002) kesejahteraan psikologis adalah suatu keadaan subjektif yang baik, termasuk kebahagiaan, self esteem dan kepuasaan dalam hidup.menurut Ryff (Fransiska dan Ninawati, 2005) mendefinisikan kesejahteraan psikologi adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan sendiri dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat menciptakan dan mengatur lingkungan yang kompatibel dengan kebutuhannya. Memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna serta berusaha dan mengeksplorasikan dirinya. Menurut Ryff (Fransiska dan Ninawati, 2005) dimensi kesejahteraan psikologi terbagi menjadi enam indikator yang terdiri dari: a. Kemampuan menerima diri sendiri maupun kehidupannya dimasa lalu(sel facceptance). Penerimaan diri adalah sikap positif terhadap diri sendiri dan merupakan ciri penting dari kesejahteraan psikologis (psychological wellbeing). b. Pengembangan atau pertumbuhan diri (personal growth). Pengembangan atau pertumbuhan diri dapat dioperasionalkan dalam tinggi rendahnya kemampuan seseorang untuk mengembangkan potensi diri secara berkelanjutan. c. Keyakinan bahwa hidupnya bermakna dan memiliki tujuan (purpose in life). Dimensi ini dapat dioperasionalkan dalam tinggi rendahnya pemahaman individu akan tujuan dan arah hidupnya. Orang yang sejahtera secara psikologis adalah orang yang menemukan makna hidupnya Ryff dan Keyes (Ninawati, 2005). d. Memiliki kualitas hubungan positif dengan orang lain (positive relationship with others). Dimensi ini dapat dioperasionalkan ke dalam tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam membina hubungan yang hangat dengan orang lain. e. Kapasitas untuk mengatur kehidupannya dan lingkungannya secara efektif (enviromental mastery). Enviromental mastery adalah kemampuan individu untuk memilih atau mengubah lingkungan sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Orang yang well-being adalah orang yang mampu menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisiknya. f. Kemampuan untuk menentukan tindakan sendiri (Autonomy). Konsep otonomi berkaitan dengan kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri, kemandirian dan kemampuan mengatur tingkah laku. Orang yang berfungsi penuh digambarkan memiliki internal locus of evaluation yaitu menilai diri sendiri dengan menggunakan standar pribadi Ryff dan Keyes (Fransiska dan Ninawati, 2005) Hasil Penelitian dan Pembahasan Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian dengan metode survey deskriptif kuantitatif melalui sebaran skala pengukuran kesejahteraan psikologis terhadap 164 guru PAUD (TPA dan KB) se Kota Pekanbaru, maka diperoleh hasil penelitian tentang pemetaan kesejahteraan psikologis guru PAUD se Kota Pekanbaru sebagaimana dipapar berikut ini. 1. Data Deskriptif Kuantitatif Kesejahteran Guru PAUD Berdasarkan hasil ukur kesejahteraan psikologis guru PAUD se Kota Pekanbaru diperoleh data deskriptif kuantitatif antara data hipotetik dan empirik tentang skor minimal dan maksimal serta rata-rata dan standar deviasi sebagaimana terlihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Skor Kesejahteraan Psikologis Guru Data Skor Min Skor Max Mean Standar Deviasi Hipotetik Empirik ,5 27,5 24 EDUCHILD Vol. 4 No, 1 Tahun 2015
3 2. Tingkat Kesejahteraan Psikologis Guru Paud Berdasarkan data deskriptif pada tabel 1 diatas dapat ditentukan kategori kesejahteraan psikologis guru PAUD se Kota Pekanbaru dengan formula sbb: Sangat Tinggi : x > { Mean + (1,5 Tinggi : { Mean + (0,5 < x < { Mean + (1,5 Sedang : { Mean - (0,5 < x < { Mean + (0,5 Rendah : { Mean - (1,5 < x < { Mean - (0,5 Sangat Rendah: x < { Mean - (1,5 Dengan formula di atas, maka dapat dilakukan pemetaan tingkat kesejahteraan psikologis guru PAUD se Kota Pekanbaru sebagaimana terlihat pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kesejahteraan Psikologis Guru NO Kategori Jumlah Kelompok Kategori Skor Subjek Persentase 1 Sangat Tinggi x > 156, ,68 2 Tinggi 129,,25 < x < 156, ,76 3 Sedang 101,75< x < 129, ,36 4 Rendah 74,5< x < 101, ,88 5 Sangat Rendah x < 74, ,32 Gambaran (pemetaan) yang lebih jelas tentang kesejahteraan psikologis guru PAUD se Kota Pekanbaru dapat dilihat pada grafik 1 di bawah ini. Grafik 1. Distribusi Kategori Kesejahteraan Psikologis Guru PAUD Dari tabel 2 dan grafik 1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat kesejahteraan psikologis guru PAUD se Kota Pekanbaru berada kategori rendah (29.88%) dan sangat rendah (32.32%). Berarti kondisi kesejahteraan psikologis guru PAUD se Kota Pekanbaru sungguh memprihatinkan. 3. Distribusi Dimesi Kesejahteraan Psikologis Guru PAUD Pemetaan Kesejahteraan Psikologis Guru PAUD se Kota Pekanbaru secara rinci darit dimensi-dimensinya dapat dipetakan pada tabel 3 dan grafik 2 di bawah ini. EDUCHILD Vol. 4 No, 1 Tahun
4 Tabel 3. Distribusi Dimensi Kesejahteraan Psikologis Guru PAUD di Pekanbaru No. Dimensi Kesejahteraan Psikologi Persentase (%) 1 Autonomy 18 2 Environhment 16 3 Personal 16 4 Positive 17 5 Purpose 16 6 Self-acceptance 17 Jumlah 100 Keterangan Berdasarkan tabel 3 di atas, diketahui pemetaan kesejahteraan psikologis guru PAUD se Kota Pekanbaru, dimana diketahui bahwa ke 6 dimensi kesejahteraan guru PAUD se Kota Pekanbaru menyebar hampir seimbang. Artinya, tingkat kesejahteraan guru PAUD se Kota Pekanbaru dibangun secara merata (persentase) oleh 6 dimensi antara 16% sampai dengan 18%. Gambaran distribusi 6 dimensi pemetaan kesejahteraan psikologis Guru PAUD se Kota Pekanbaru dapat dilihat pada grafik 2 di bawah ini. Grafik 2 : Distribusi Dimensi Kesejahteraan Psikologis Guru PAUD se Kota Pekanbaru. 4. Pembahasan Tingkat Kesejahteraan Psikologis Guru PAUD Secara keseluruhan tingkat Kesejahteraan Psikologis Guru PAUD se Kota Pekanbaru berada pada kategori sedang (51,75%). Ini diketahui dari perbandingan skor empirik dengan skor ideal kali seratus persen, yakni 16804/32472x100%= 51.75%. Data ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan guru PAUD (TPA dan KB) se Kota Pekanbaru perlu mendapat perhatian serius karena tingkat kesejahtaeraan psikologis sedang akan mempengaruhi tingkat kinerja guru PAUD. Dengan katan lain, jika tingkat kesejahteraan psikologi guru PAUD sedang, maka tingkat kinerja guru PAUD juga berada pada kategori sedang. Pada hal peranan guru PAUD sangat krusial dan strategis dalam upaya menumbuh-kembangkan generasi emas bangsa Indonesia ke depan, khususnya di Kota Pekanbaru. Apa lagi, jika dilihat dari distribusi tingkat kesejahteraan psikologis guru PAUD, dimana sebagian besar berada pada kategori rendah dan bahkan sangat rendah (29,88%+32,32%=62,20%). Maka, perhatian serius harus diberikan berupa upaya meningkatkan kesejahteraan psikologis guru PAUD pada kategori tinggi dan sangat tinggi. Upaya peningkatan kesejahteraan psikologis guru PAUD harus memperhatikan keseluruhan unsur pembentuk kesejahteraan psikologisnya karena hasil penelitian menunjukkan bawha tingkat kesejahteraan psikologis guru PAUD terbangun secara merata oleh enam dimensi kesejahteraan psikologis guru (masing-masing dimensi berdistribusi rata-rata antara 16-18%). Iimplikasinya, bahwa jika ingin meningkatkan kesajehteraan psikologis guru maka perhatikan keseluruhan dimensi kesejahteraan psikologis guru PAUD agar kinerja guru PAUD semakin meningkat di masa depan. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pihak yang berwewenang, pihak pemerintah, Yayasan penyelenggara PAUD karena anak usia dini merupakan generasi emas (golden age) cerminan generasi bangsa Indonesia 25 tahun kedepan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesejahteraan psikologi kepada Guru PAUD se Kota Pekanbaru berada pada taraf sedang (51,75%), hal ini menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologi kepada Guru PAUD se Kota Pekanbaru untuk menjalani profesi sebagai guru PAUD profesional dikatakan belum kondusif dan memprihatinkan. Distribusi relatif dari seluruh dimensi kesejahteraan psikologis guru PAUD di Kota Pekanbaru juga merata persentasenya antara 16-18%. Implikasinya, peningkatan kesejahteraan psikologis berlaku seluruh dimensi kesejahteraan psikologis guru PAUD. 26 EDUCHILD Vol. 4 No, 1 Tahun 2015
5 Saran Diperlukan upaya memberi motivasi untuk peningkatan Kesejahteraan psikologi kepada Guru PAUD untuk tetap berusaha mempertahankan prestasi yang baik dengan cara berusaha tetap fokus dengan keberhasilan yang telah dicapai. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan lebih memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologi, misalnya faktor eksternal dari subyek, seperti kondisi budaya, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan kondisi sosial ekonomi maupun faktor-faktor internal dari subyek, seperti kondisi emosi, intelektual, motivasi, dan kemampuan problem solving. Dengan harapan, penelitian selanjutnya akan mendapatkan hasil yang lebih akurat mengenai hubungan antara kedua variabel. Untuk menunjang hasil penelitian yang lebih berbobot, hendaknya ditambah dengan menggunakan metode lain, yaitu metode observasi dan wawancara, karena data yang diperoleh akan lebih mendalam dan bervariasi. DAFTAR PUSTAKA Fransisca Iriani & Ninawati Gambaran Kesejahteraan psikologiss Pada Dewasa Muda ditinjau dari Pola Attachment.Jurnal Psikologi. Jakarta. Fakultas Psikologi. Universitas Tarumanegara. Galll, Meredith D. Gall,Joyce P. and Bobg, Walter R., (2003). Educational Research: An Introduction. Boston. Person Education, Inc. Ryff,C.D., & Keyes, C. C. L.M. (1995). The structure of Psychological Well Being Revisited. Journal of Personalyty and Social Psychology. Robbins, S. P Organizational Theory : Stucture, Design, and Applications. Prentice Hall Inc. Saifudin Azwar Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Salami Emotional Intellegence, Self Efficacy, Psychological Well Beinng and Students attitudes : Europan Journal Of Educationall Studies. Sugiono (2006). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung. Alfabeta. EDUCHILD Vol. 4 No, 1 Tahun
HUBUNGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DENGAN KINERJA GURU PAUD SE KOTA PEKANBARU
HUBUNGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DENGAN KINERJA GURU PAUD SE KOTA PEKANBARU Prodi PG-PAUD FKIP Universitas Riau email: devirisma79@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian korelasi untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui psychological well-being pada pasien HIV positif (usia 20-34 tahun) di RS X Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah fakta-fakta dari objek penelitian realitas dan variabel-variabel
BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Hal ini dikarenakan peneliti lebih menekankan pada data yang dapat dihitung untuk mendapatkan penafsiran
Lebih terperinciDAFTAR ISI Dina Meyraniza Sari,2013
DAFTAR ISI Halaman Halaman Pernyataan... i Kata Pengantar... ii Hikmah... iii Ucapan Terima Kasih... iv Abstrak... vi Abstract... vii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... xi Daftar Gambar... xii Daftar Lampiran...
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PSYCHOLOGICAL WELL-BEING 2.1.1. Definisi Psychological Well-Being Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being. Menurut Ryff (1989), psychological well being
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan mengambil metode
56 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well Being 1. Konsep Psychological Well Being Konsep psychological well being sendiri mengacu pada pengalaman dan fungsi psikologis yang optimal. Sampai saat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel- variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Tergantung : Psychological well-being 2. Variabel Bebas : Locus
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pembahasan pada bab metode penelitian ini meliputi: Identifikasi variabel
BAB III METODE PEELITIA Pembahasan pada bab metode penelitian ini meliputi: Identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, metode pengambilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing
67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing pada mahasiswa Fakultas Psikologi Unversitas X di kota Bandung, maka diperoleh kesimpulan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : Psychological Well-Being 2. Variabel tergantung : Komitmen Organisasional B. Definisi Operasional 1. Komitmen Organisasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2014), terlebih bagi individu yang sudah bekerja dan hanya memiliki latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya tingkat persaingan dalam dunia pekerjaan, menuntut individu untuk mengejar pendidikan hingga tingkat yang lebih tinggi (Utami & Kusdiyanti, 2014), terlebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tujuan suatu bangsa untuk memberdayakan semua warga negaranya agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Arikunto (2006:12), mengatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian yang dilakukan ini dapat dikatakan sebagai penelitian kuantitatif. Arikunto (2006:12), mengatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah pendekatan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian & Definisi Operasional Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang akan diuji adalah: 1. Variable (X): Materialisme
Lebih terperinciGAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA
GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA INDIENA SARASWATI ABSTRAK Studi yang menggunakan teori kebahagiaan
Lebih terperinciRika Dewi Ernawati 1, Zulkifli N 2, Devi Risma 3
THE CORELATION BETWEEN SELF EFFICACY AND STUDENTS LEARNING MOTIVATION AT EARLY CHILDHOOD EDUCATION STUDY PROGRAM OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION FACULTY AT RIAU UNIVERSITY (A CCORRELATIVE STUDY) Rika
Lebih terperinciPEMETAAN PENERAPAN MODIFIKASI PERILAKU KOGNITIF PADA ANAK USIA DINI OLEH PENDIDIK PAUD DI KOTA PEKANBARU
PEMETAAN PENERAPAN MODIFIKASI PERILAKU KOGNITIF PADA ANAK USIA DINI OLEH PENDIDIK PAUD DI KOTA PEKANBARU Program Studi PG PAUD FKIP Universitas Riau email: dr_erish@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan pendekatan korelasional
Lebih terperinciStudi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung
Prosiding Psikologi ISSN: 246-6448 Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung 1 Rahmadina Haturahim, 2 Lilim Halimah 1,2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit contohnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan tempat sekumpulan individu melakukan suatu aktivitas kerja. Aktivitas tersebut terdapat di dalam perusahaan atau organisasi. Pada zaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dian Lidriani, 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi lansia di dunia mengalami peningkatan pesat. Berdasarkan hasil penelitian Kinsella &Velkof (2001), bahwa sepanjang tahun 2000, populasi lansia dunia tumbuh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prostitusi merupakan fenomena yang tiada habisnya. Meskipun telah dilakukan upaya untuk memberantasnya dengan menutup lokalisasi, seperti yang terjadi di lokalisasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu
19 BAB II LANDASAN TEORI A. Biseksual 1. Definisi Biseksual Krafft-Ebing, salah seorang seksologis Jerman menyebut biseksual dengan sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Lokasi Penelitian 1. Populasi dan Sampel penelitian Sampel penelitian adalah orang tua anak tunarungu. Anak tunarungu tersebut bersekolah di kelas satu
Lebih terperinciKesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Kesehatan Mental Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konsep Kebahagiaan atau Kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tindakan kriminalitas merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu hukuman yang akan diberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan menjadi calon-calon pemimpin bangsa maupun menjadi calon penggerak kehidupan bangsa dari sumbangsih
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah ertentu dengan maksud
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang di gunakan Metode peneletian adalah cara dan prosedur yang sitematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah ertentu dengan maksud mendapatkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN Identifikasi variabel penelitian digunakan untuk menguji hipotesa penelitian. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini ialah: Variabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan menjadi calon-calon pemimpin bangsa maupun menjadi calon penggerak kehidupan bangsa dari sumbangsih
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004, Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh setiap individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang, mengisi
Lebih terperinciPerbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship
Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Sania Faradita ABSTRACT The purpose of this study, is to know the
Lebih terperinciKesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS) 1 Hany Fakhitah, 2 Temi Damayanti Djamhoer 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung,
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D Human Development (Psikologi Perkembangan Edisi Kesepuluh). Jakarta: Kencana.
DAFTAR PUSTAKA Fransiska, M. 2009. Gambaran Psychological well-being pada Pria Gay Dewasa Muda yang telah Coming-out. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Mardiah, D. 2009. Hubungan antara
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian eksperimen (True Experimental Research) yaitu suatu penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 TIPE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis eksperimen dengan cara memberi perlakuan sesuatu pada situasi tertentu, kemudian membandingkan hasil tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum anak-anak tinggal dengan orang tua mereka di rumah, tetapi ada juga sebagian anak yang tinggal di panti asuhan. Panti asuhan adalah suatu lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta restrukturisasi organisasi, begitu pula di Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa kemajuan dan perubahan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta restrukturisasi organisasi, begitu pula di Indonesia. Hal ini menimbulkan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian & definisi operasional Variabel adalah sebuah karakteristik atau kondisi yang berubah atau memiliki nilai yang berbeda
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well-being 1. Definisi Psychological well-being Psychological well-being merupakan istilah yang digunakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well-being 1. Definisi Psychological well-being Psychological well-being merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kesehatan psikologis individu berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang paling dinanti-nantikan. Pada pasangan yang sulit memiliki anak, segala
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setelah sepasang pria dan wanita menikah, memiliki anak merupakan hal yang paling dinanti-nantikan. Pada pasangan yang sulit memiliki anak, segala upaya akan
Lebih terperinciBAB 5 Simpulan, Diskusi, Saran
BAB 5 Simpulan, Diskusi, Saran 5.1 Simpulan Pada penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecemasan state dengan psychological well being pada isteri TNI Angkatan Darat yang suaminya bertugas
Lebih terperinciHUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN
HUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Disusun Oleh Nama : Pandu Perdana NPM : 15512631 Kelas : 4PA05 Keluarga Perceraian
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab 5 ini, akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan diskusi dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Kemudian, saran-saran juga akan dikemukakan untuk perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sumber daya manusia itu sendiri dapat dirincikan menjadi seorang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, sumber daya manusia menjadi hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya, semakin banyak sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya untuk menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk membangun relasi sosial
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan pendekatan
31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional dengan menggunakan teknik analisa regresi berganda ( multiple regresion).
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN...i. KATA PENGANTAR.ii. ABSTRAK..v. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR DIAGRAM.xi. DAFTAR LAMPIRAN..
Abstrak Penelitian ini berjudul studi kasus mengenai profil Psychological Well- Being pada anak yatim piatu di Panti Asuhan Putra X Bandung. Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran mengenai
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan masing-masing dimensi pada psychological
Lebih terperinci2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kekerasan dalam rumah tangga menjadi sebuah fenomena sosial yang memprihatinkan di tengah masyarakat. Abrahams (2007), mengungkapkan bahwa kekerasan dalam
Lebih terperinciHubungan Flow dengan Psychological Well-Being Mahasiswa Psikologi UNISBA yang Aktif Organisasi. Adinda Dwi Fajrina, 2 Dewi Rosiana
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan Flow dengan Psychological Well-Being Mahasiswa Psikologi UNISBA yang Aktif Organisasi 1 Adinda Dwi Fajrina, 2 Dewi Rosiana 1,2 Psikologi, Universitas Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja termasuk ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gereja merupakan sebuah institusi yang dibentuk secara legal dan berada di bawah hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja
Lebih terperinciPaket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING
Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING Pendahuluan Psikologi kesehatan sebagai pengetahuan social-psychological dapat digunakan untuk mengubah pola health behavior dan mengurangi pengaruh dari psychosocial
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Robert Donmoyer (Given, 2008), adalah pendekatan-pendekatan
Lebih terperinciBAB 3. Metodologi Penelitian
BAB 3 Metodologi Penelitian 3.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda di antara organisme, situasi, atau lingkungan (Christensen, 2001). 3.1.1
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological
15 BAB II LANDASAN TEORI A. PSYCHOLOGICAL WELL-BEING 1. Definisi Psychological Well-Being Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological well-being menjadi afek positif dan afek negatif. Penelitiannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap pasangan yang telah menikah tentu saja tidak ingin terpisahkan baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pasangan yang telah menikah tentu saja tidak ingin terpisahkan baik secara fisik maupun psikologis. Namun kenyataanya, tuntutan tugas dan profesi dalam pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia memerlukan norma atau
Lebih terperinciSM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA
1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1980-an di Amerika setidaknya 50 persen individu yang lahir menghabiskan sebagian masa remajanya pada keluarga dengan orangtua tunggal dengan pengaruh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
11 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Psychological Well-Being 1. Konsep Psychological Well-Being Psychological well-being (kesejahteraan psikologi) dipopulerkan oleh Ryff pada tahun 1989. Psychological well-being
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orientasi seksual yang dikenal dan diketahui masyarakat Indonesia pada umumnya hanya ada satu jenis saja, yakni heteroseksual atau pasangan yang terdiri dari dua orang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. potensi individu dimana individu dapat menerima kekurangan dan kelebihan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well-Being 1. Pengertian Psychological Well-Being Psychological well-being merupakan realisasi dan pencapaian penuh dari potensi individu dimana individu dapat
Lebih terperinciHubungan Antara Psychological Well Being (Kesejahteraan Psikologi) dengan Kepuasan Kerja pada PNS Dinas Sosial Provinsi Lampung
Hubungan Antara Psychological Well Being (Kesejahteraan Psikologi) dengan Kepuasan Kerja pada PNS Dinas Sosial Provinsi Lampung Aden Rahmat Afrianto, Binsar Siregar, Insan Firdaus Fakultas Psikologi, Universitas
Lebih terperinciPERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012
PERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH 10508075 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Mahasiswa Tingkat
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kesejahteraan psikologis pada pegawai outsourcing Universitas X kota Bandung. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian
Lebih terperinciHubungan antara Gaya Regulasi Motivasi dengan Psychological Well Being pada Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ilmu Budaya Unpad Novita Purnamasari
Hubungan antara Gaya Regulasi Motivasi dengan Psychological Well Being pada Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ilmu Budaya Unpad Novita Purnamasari Dibimbing Oleh : Dr.Ahmad Gimmy Prathama Siswandi, M.Si ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya menginginkan dirinya selalu dalam kondisi yang sehat, baik sehat secara fisik maupun secara psikis, karena hanya dalam kondisi yang sehatlah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana kondisi PWB lansia sebelum dan setelah mengikuti program PMK, serta
Lebih terperinciEmployee engagement merupakan topik yang sudah banyak. diperbincangkan dalam perusahaan. Employee engagement menjadi sangat
Employee engagement merupakan topik yang sudah banyak diperbincangkan dalam perusahaan. Employee engagement menjadi sangat penting bagi sebuah perusahaan untuk dapat mempertahankan karyawannya yang bertalenta.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa. Hal ini dapat terwujud dengan adanya partisipasi dan dukungan perangkat yang baik. Salah satu perangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi, dari kehidupan bersama antara seorang laki-laki dan perempuan tetapi lebih dari itu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi psychological well-being, faktor-faktor yang berkaitan dengan psychological well-being, pengertian remaja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan memperoleh ilmu sesuai dengan tingkat kebutuhannya yang dilaksanakan secara formal sebagai
Lebih terperinciKESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA. (Psychological Well-Being Review From Family Social Support)
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA (Psychological Well-Being Review From Family Social Support) ANITA CRESENTIANA LINDA YOSEPHIN Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data Yayasan Lupus Indonesi (YLI) menunjukkan bahwa jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Data Yayasan Lupus Indonesi (YLI) menunjukkan bahwa jumlah penderita penyakit Lupus di Indonesia meningkat dari 12.700 jiwa pada 2012 menjadi 13.300 jiwa per
Lebih terperinciPSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
149 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada wanita dewasa muda yang menjadi istri
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kesejahteraan Psikologis Ryff (Ryff & Keyes, 1995) menjelaskan bahwa kesejahteraan psikologis sebagai pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang dan suatu keadaan ketika
Lebih terperinciKajian tentang Psychological Well Being pada Anak Tunanetra di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
Kajian tentang Psychological Well Being pada Anak Tunanetra di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Desy Santika Dewi Universitas Airlangga Surabaya desysantika@gmail.com Abstrak. Pandangan negatif terhadap
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci : Attachment to God, Psychological Well Being, Early Adulthood
Abstrak Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kontribusi dimensi Attachment to God terhadap dimensi Psychological Well Being. Adapun responden dalam penelitian tersebut adalah 200
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan seseorang tentunya tidak akan pernah lepas dari peranan orang tua karena orang tua merupakan tumpuan pertama anak dalam memahami dunia. Orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,
Lebih terperinciyang lainnya, maupun interaksi dengan orang sekitar yang turut berperan di dalam aktivitas OMK itu sendiri,. Interaksi yang sifatnya saling
BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dukungan sosial dengan psychological well-being pada anggota komunitas Orang Muda Katolik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual, romantik, dan afektif terhadap orang yang memiliki jenis kelamin sama dengan mereka (Papalia,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori dari Carol D. Ryff mengenai psychological
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan pemilihan Teori Penelitian ini menggunakan teori dari Carol D. Ryff mengenai psychological well-being. Alasan menggunakan teori tersebut dalam penelitian ini adalah berdasarkan
Lebih terperinciKorupsi dan Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Psikologis Anak
Korupsi dan Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Psikologis Anak Inda Puspita Sari Magister Sains Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga (Indasarira@yahoo.co.id) ABSTRAK. Keluarga merupakan lingkungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. organisasi dengan kesejahteraan psikologis karyawan. Peran organisasi dan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penunjang keberhasilan sebuah organisasi adalah keberadaan dan kontribusi karyawan. Produktifitas dan kinerja karyawan yang tinggi akan memberikan kontribusi
Lebih terperinciGAMBARAN PENGELOLAAN KELAS OLEH GURU PAUD SE-KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU
GAMBARAN PENGELOLAAN KELAS OLEH GURU PAUD SE-KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Prodi PG PAUD FKIP Universitas Riau email: sutantipaud@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan khusus dapat dialami oleh setiap individu. Menurut Riset
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. orang lain, memiliki otonomi, dapat menguasai lingkungan, memiliki. tujuan dalam hidup serta memiliki pertumbuhan pribadi.
112 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Psychological Well Being merupakan evaluasi individu terhadap kepuasan hidup dirinya dimana di dalamnya terdapat penerimaan diri, baik kekuatan dan kelemahannya, memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, didapatkan data jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 87% memeluk agama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat enam agama resmi yang dapat dianut, yaitu Islam, Budha, Hindu, Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Kong Hu Cu. Kebebasan memilih agama
Lebih terperinciPSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN WONOTUNGGAL KABUPATEN BATANG
i PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN WONOTUNGGAL KABUPATEN BATANG SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi Jurusan Psikologi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
11 BAB II LANDASAN TEORI A. KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS A.1. Definisi Kesejahteraan Psikologis Kesejahteraan psikologis adalah pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang dan suatu keadaan ketika individu
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS VA SDN 017 PANDAU JAYA KECAMATAN SIAK HULU
PENGGUNAAN METODE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS VA SDN 017 PANDAU JAYA KECAMATAN SIAK HULU Prodi PG-PAUD FKIP Universitas Riau Email: dorenthiatambunan@gmail.com
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA GRATITUDE DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA MAHASISWA UKSW YANG KULIAH SAMBIL BEKERJA FULL TIME
HUBUNGAN ANTARA GRATITUDE DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA MAHASISWA UKSW YANG KULIAH SAMBIL BEKERJA FULL TIME OLEH DEBBY CHINTYA 802012 097 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi
Lebih terperinci