BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Kondisi Perusahaan Saat Ini Dari beberapa variabel yang berhubungan dengan produktivitas seperti tenaga kerja, bahan baku, mesin dan permodalan, maka berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian di lapangan penulis berkesimpulan untuk menggunakan variabel tenaga kerja dan bahan baku sebagai faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas pada bagian produksi di P.T. Semasi. Berikut akan ditampilkan grafik tingkat defect, repair dan juga tingkat produktivitas pada departemen assembly yang dihasilkan oleh bagian produksi sehingga mampu menunjukkan keadaan saat ini yang dihadapi oleh pihak perusahaan. Oleh sebab itu dengan adanya pengolahan data dalam bentuk grafik ini mampu mengintrepretasikan penurunan atau kenaikan produktivitas khususnya pada bagian produksi P.T. Semasi. 1

2 14000 SUMMARY DEFECT BAGIAN PRODUKSI Defects Nov-04 Dec-04 Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 Month Gambar 4.1. Summary Defect Bagian Produksi (Nov 04 Apr 05) AVERAGE DEFECT BAGIAN PRODUKSI Defects Nov-04 Dec-04 Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 Month Gambar 4.2. Rata-rata Defect per Hari Bagian Produksi (Nov 04 Apr 05) Sesuai pada Gambar 4.1, maka berdasarkan hasil pengolahan data output per hari yang dilakukan secara kuantitatif, dapat disimpulkan bahwa dijumpai adanya peningkatan jumlah defect yang dihasilkan oleh bagian produksi per bulannya dengan jumlah rata-rata sebesar 28%. Apabila dihitung rata-rata defect per hari yang dihasilkan oleh bagian produksi, ternyata mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 23% tiap bulannya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.2. Peningkatan jumlah defect ini menunjukkan 2

3 adanya beberapa hambatan atau bottleneck yang menyebabkan proses produksi menjadi tidak efektif dan efisien. SUMMARY REPAIR BAGIAN PRODUKSI Repairs Dec-04 Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 Month Gambar 4.3. Summary Repair Bagian Produksi (Dec 04 Apr 05) Repairs/Day AVERAGE REPAIR BAGIAN PRODUKSI ( REPAIRS / DAY ) Dec-04 Jan-05 Feb-05 Mar-05 Apr-05 Month Gambar 4.4. Rata-rata Repair per Hari Bagian Produksi Gambar 4.3 menunjukkan bahwa proses repair yang terjadi di bagian produksi, tiap bulannya berjumlah rata-rata lebih besar dari 25000, dimana peningkatan tertinggi terlihat pada bulan April Apabila data repair ini dihitung secara rata-rata per hari, maka akan didapat proses repair yang berjumlah lebih dari 1300 (dapat terlihat pada Gambar 4.4). Angka ini diperoleh berdasarkan data output per jam yang diolah secara 3

4 kuantitatif. Peningkatan jumlah proses repair yang terjadi menunjukkan adanya bottleneck yang mengakibatkan proses produksi menjadi tidak efektif dan efisien. Productivity Dept.Assembly 1.10 Productivity Ass A Ass B Ass C Ass D Ass E 0.80 November'04 Desember'04 Januari'05 Febuari'05 Maret'05 April'05 Mei'05 Month Gambar 4.5. Produktivitas pada Departemen Assembly Berdasarkan Gambar 4.5, dapat disimpulkan bahwa produktivitas antara tiap lini produksi dalam hal ini lini A sampai dengan lini E pada departemen assembly tidak sama untuk setiap bulannya. Pada grafik dapat dilihat bahwa beberapa lini assembly memiliki tingkat produktivitas dibawah 1.00 dan bahkan untuk beberapa bulan ada yang melebihi 1.00, hal ini dikarenakan lini tersebut dipergunakan untuk mengerjakan proses produksi tambahan yang jadwalnya tidak sesuai dengan yang sudah direncanakan. Faktor ini juga merupakan salah satu yang menjadi pembahasan penulis dalam melakukan penelitian ini. Secara umum, berdasarkan fakta-fakta yang diintrepretasikan dengan grafik-grafik tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa terdapat adanya penurunan produktivitas pada bagian produksi yang meliputi departeman tertentu yaitu departemen cutting, stitching dan assembly. Alasan ini diperkuat oleh data-data yang menunjukkan 4

5 peningkatan jumlah defect dan proses repair tiap bulannya. Oleh sebab itu proses sisipan seperti proses repair ini akan menyebabkan cycletime produksi menjadi lebih lama sehingga otomatis output yang dihasilkan akan menjadi berkurang. Penulis juga menemukan ketidaksesuaian produktivitas antara tiap lini produksi dan tentu saja kelima grafik tersebut belum dapat menggambarkan bagaimana atau apa penyebab penurunan produktivitas dan mengapa ketidaksesuaian produktivitas antara tiap lini dapat terjadi, oleh sebab itu penulis akan membahasnya secara detail pada sub bab berikutnya. Dapat disimpulkan bahwa grafik-grafik ini cukup memberikan sebuah gambaran secara umum bahwa diperlukan sebuah proses improvement untuk meningkatkan produktivitas pada bagian produksi dari P.T. Semasi Identifikasi Masalah Perumusan permasalahan akan dilakukan berdasarkan metodologi yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dimana pertama kali penulis melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan untuk melihat proses produksi dan setelah itu melakukan brainstorming tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas di P.T. Sepatu Mas Idaman secara umum dengan memperhatikan variable-variabel yang mempengaruhi produktivitas seperti tenaga kerja, material, mesin dan capital. Dengan menggunakan alat bantu analisa yaitu Problem Tree Diagram, maka akan memudahkan penulis untuk mengelompokkan beberapa penyebab potensial dari masalah atau issue tersebut secara sistematis dan mengidentifikasi apa yang menjadi penyebab utamanya berdasarkan variabel-variabel yang sudah ditentukan. Pada gambar problem 5

6 tree dibawah ini dirangkum mengenai rincian beberapa penyebab terjadinya penurunan produktivitas. Mengenai penjelasan rinci tentang beberapa penyebabnya dapat dilihat pada sub bab (faktor tenaga kerja) dan sub bab (faktor bahan baku). Kapasitas Waktu kedatangan Dokumentasi Supplier Komunikasi Pembayaran BAHAN BAKU PRODUKTIFITAS BAGIAN PRODUKSI PT.SEMASI Seleksi bahan baku Minimum order Pelatihan Teknis Proses Rekrutmen TENAGA KERJA Waktu Kerja Pembagian Shift Gambar 4.6. Problem Tree Produktivitas Faktor Produktivitas Tenaga Kerja Secara historikal, menurut penelitian sekitar 10 % peningkatan produktivitas pertahun dipengaruhi oleh kualitas dari pekerja itu sendiri. Pada umumnya peningkatan produktivitas pekerja diukur dari kualitas pekerjaan, kemampuan teknikal yang dimiliki, waktu bekerja dan kondisi kesehatan dari pekerja itu sendiri. Variabel pertama objek pengukuran produktivitas adalah tenaga kerja, dimana yang dapat menjadi penyebab penurunan produktivitas yaitu salah satunya karena proses rekrutmen yang tidak tepat 6

7 (wrong person in the wrong place). Karyawan yang dipekerjakan itu tidak mempunyai pengetahuan dan kemampuan teknikal yang memadai tentang proses kerja di tempat karyawan tersebut dialokasikan, sehingga menghasilkan output yang kurang berkualitas atau menjadikan proses produksi menjadi terhambat. Kebutuhan akan tenaga kerja yang berkualitas sangatlah diperlukan, hal ini terlihat pada proses QC (Quality Control) terhadap bahan baku ataupun finished good dimana membutuhkan kejelian dan keahlian didalam melakukan proses kontrol terhadap kondisi hasil produk atau material yang datang agar sesuai dengan kualifikasi atau persyaratan yang sudah ditentukan. Selain itu waktu kerja yang mencakup pembagian shift dan overtime serta besarnya kompensasi juga dapat mempengaruhi produktivitas dan motivasi pekerja, sehingga penyebab-penyebab inilah yang akan berpengaruh secara tidak langsung pada kualitas produk yang dihasilkan. Faktor Ketersediaan Material Ketersediaan material juga merupakan faktor yang sangat krusial karena tanpa bahan baku, maka proses produksi tidak akan berjalan dengan lancar. Begitu pula dengan P.T. Semasi, dimana ketersediaan bahan baku berupa kulit dan bahan pelengkap lainnya menjadi hal yang utama, sehingga faktor keterlambatan kedatangan material menjadi indikator yang mempengaruhi penurunan produktivitas. Implikasi dari penyebab ini akan berakibat secara langsung pada penurunan kuantitas atau jumlah output produksi yang dihasilkan serta akan menimbulkan idle time atau waktu tunggu pada lini tertentu, sehingga pemanfaatan sumber daya yang tersedia menjadi tidak efektif. Keterlambatan 7

8 material dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain pemasok, material yang datang tidak memenuhi standard yang diinginkan dan terkadang banyak yang cacat sehingga ada sejumlah bahan baku yang harus ditolak (reject) bahkan diklaim kembali, atau jika memungkinkan dilakukan proses repair dengan pengecatan (rebrush), dimana untuk melakukan hal-hal tersebut membutuhkan waktu tambahan untuk prosesnya sehingga akan mengakibatkan keterlambatan dari jadwal produksi yang sudah direncanakan. Dari sisi pemasok dapat dipengaruhi oleh kapasitas produksi dari pemasok itu sendiri, sehingga akhirnya permintaan dari pembeli tidak dapat terpenuhi karena tidak dapat disediakan oleh pemasok dan juga pemasok tidak dapat mengirimkan material sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama, hal ini dikarenakan oleh faktor internal dari pemasok tersebut. Penyebab-penyebab yang terjadi ini sebenarnya saling berkaitan satu sama lain sehingga apabila ada satu faktor yang tidak produktif, maka akan mengganggu faktor lainnya. Misalnya kurangnya ketelitian proses QC (Quality Control) pada saat inspeksi bahan baku yang berakibat hasil produk yang diproses selanjutnya tidak sesuai dengan standar mutu perusahaan, hal ini dikarenakan cacat material dari input departemen sebelumnya sehingga menyebabkan tingkat defect dan repair yang tinggi di setiap departemen produksi. Dan faktor lain juga dikarenakan adanya perbedaan kapasitas kerja pada tiap lini (line balancing) dari masing-masing departemen produksi, hal ini disebabkan kemampuan berproduksi atau menghasilkan output pada tiap lini berbeda-beda sehingga proses yang satu dengan lainnya terkadang menjadi saling menunggu dan hal ini 8

9 mengakibatkan kurang produktifnya beberapa departemen, sehingga dampaknya secara langsung akan terlihat pada keterlambatan pengiriman barang ke pembeli dan akan mengurangi competitive advantage dari perusahaan tersebut Hasil Pengolahan Data Setelah menemukan beberapa penyebab masalah yang akan diteliti, maka selanjutnya dilakukan model penelitian secara deskriptif untuk memperkuat identifikasi masalah. Model deskriptif adalah model penelitian dengan menyajikan permasalahan berdasarkan data-data yang berhasil didapat dari perusahaan melalui diagram, tabel dan akan disimpulkan dengan grafik lengkap dengan penjelasannya. Pada sub bab ini penulis mengolah data berdasarkan penyebab yang paling berpengaruh terhadap penurunan produktivitas, hal ini diamati dari hasil penelitian di lapangan dan juga atas data-data sekunder yang berhasil didapatkan. Dibawah ini merupakan hasil pengolahan data yang disusun oleh penulis yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk mempermudah proses analisa atas suatu pengamatan. Data Produktivitas Tenaga Kerja Pengolahan data produktivitas tenaga kerja ini diperoleh berdasarkan data output perjam per departemen produksi dan data absensi karyawan per departemen. Hasil akhir dari perhitungan produktivitas ini adalah menggunakan satuan pairs per man. Rumusan mengenai jumlah pairs per man yaitu merupakan rata-rata output yang dihasilkan dalam satu hari dimana merupakan hasil pembagian dari total output masing-masing departemen 9

10 dari shift satu dan dua ditambah dengan overtime dibagi dengan total jumlah karyawan yang bekerja. Berikut adalah hasil dari pengamatan penulis : Average Labour Productivity ( Jan'05 - May'05 ) Januari Febuari Maret April Mei Pairs / Man CUTTING SKIVING STICHING RAJUT ASSEMBLY PREPARATION Gambar 4.7. Produktivitas Rata-rata Tenaga Kerja per Bulan (Jan 05 Mei 05) Pada Gambar 4.7 menunjukkan produktivitas tenaga kerja tiap departemen bagian produksi P.T. Semasi, dimana grafik tersebut merepresentasikan jumlah rata-rata tenaga kerja per bulan mulai periode January 2005 sampai dengan bulan Mei Grafik tersebut didapat dari hasil pengolahan data output per jam per bagian produksi antara lain pada departemen Cutting, Skiving, Sticthing, Rajut, Assembly dan Preparation. Berikut penjelasan detail mengenai Gambar 4.7.! Untuk departemen Cutting produktivitas maksimum mencapai 15 pairs/man pada bulan April dan minimum mencapai 10 pairs/man pada bulan Januari, dengan rata-rata labour productivity selama waktu 5 bulan (Januari Mei 2005) adalah sebesar 13 pairs/man. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan labour productivity pada bagian cutting ini meningkat dengan range yang tidak besar. 10

11 ! Untuk departemen skiving apabila dilihat pada grafik terjadi kenaikan produktivitas setiap bulannya dengan titik maksimal pada bulan Mei sebesar 89 pairs/man dan minimum sebesar 52 pairs/man pada bulan Januari, sehingga untuk labour productivity rata-rata hasil produksi per 5 bulan (Januari-Mei 2005) adalah sebesar 67 pairs/man. Jadi secara keseluruhan labour productivity pada bagian skiving ini meningkat dengan range yang signifikan.! Untuk departemen Stitching terjadi kenaikan setiap bulannya dengan range yang sempit, titik minimal terjadi pada bulan Januari sebesar 6 pairs/man dan maksimal pada bulan Mei sebesar 8 pairs/man sehingga rata-rata labour productivity untuk kurun waktu 5 bulan (Januari Mei 2005) adalah sebesar 7 pairs/man.! Untuk departemen Rajut, labour productivity relatif stabil pada kisaran output produksi sejumlah 5 pairs/man untuk setiap bulannya selama kurun waktu 5 bulan untuk data periode bulan Januari sampai dengan Mei 2005.! Sedangkan untuk departemen Assembly, penulis menyimpulkan labour productivity cenderung menurun dengan titik maksimal pada bulan Januari dan Mei sebesar 10 pairs/man dan minimal pada bulan April sebesar 7 pairs/man dengan rata-rata labour productivity per 5 bulan (Januari Mei 2005) adalah sebesar 8 pairs/man.! Untuk departemen Preparation, dirumuskan bahwa labour productivity cenderung menurun dengan titik maksimal pada bulan Januari sebesar 57 pairs/man dan minimal pada bulan Mei sebesar 38 pairs/man, dengan rata-rata per 5 bulan (Januari Mei 2005) labour productivity sebesar 48 pairs/man. 11

12 Pada Gambar 4.8 menunjukkan tingkat produktivitas tenaga kerja per hari dari tiap departemen pada setiap bagian produksi untuk periode Januari Mei Tingkat produktivitas ini didapat dari jumlah output per jam tiap departemen per hari (shift 1 dan shift 2 ) dibagi dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja (shift 1 dan shift 2) pada departemen yang bersangkutan. Productivity Labour Dept Cutting Productivity Labour Dept Skiving Pairs / Man Januari - Mei 2005 Pairs / Man Januari - Mei 2005 Productivity Labour Dept Stitching Productivity Labour Dept Rajut Pairs / Man Pairs / Man Januari - Mei 2005 Januari - Mei 2005 Productivity Labour Dept Assembly Productivity Labour Dept Preparation Pairs / Man Pairs / Man Januari - Mei 2005 Januari - Mei

13 Gambar 4.8. Produktivitas Tenaga Kerja per Hari per Departemen (Jan 05 Mei 05) Berikut ini penjelasan detail mengenai Gambar 4.8.! Untuk departemen Cutting produktivitas maksimum sebesar 27 pairs/man dan minimum sebesar 6 pairs/man dan secara per hari terjadi peningkatan produktivitas seperti yang terlihat pada grafik.! Untuk departemen Skiving produktivitas maksimum sebesar 154 pairs/man dan minimum sebesar 32 pairs/man dan secara per hari terjadi peningkatan produktivitas.! Untuk departemen Stitching produktivitas maksimum sebesar 14 pairs/man dan minimum sebesar 3 pairs/man dan secara per hari terjadi peningkatan produktivitas seperti yang terlihat.! Untuk departemen Rajut produktivitas maksimum sebesar 11 pairs/man dan minimum sebesar 1 pairs/man dan secara per hari terjadi penurunan produktivitas seperti yang terlihat pada grafik.! Untuk departemen Assembly produktivitas maksimum sebesar 16 pairs/man dan minimum sebesar 4 pairs/man dan secara per hari terjadi peningkatan produktivitas seperti yang terlihat pada gambar

14 ! Untuk departemen Preparation produktivitas maksimum sebesar 93 pairs/man dan minimum sebesar 21 pairs/man dan secara per hari terjadi penurunan produktivitas. Labour Usage ( Jan - May 2005 ) Labour Amount Work Day Cutting Skiving Stitching Rajut Assembly Preparation Gambar 4.9. Penggunaan Tenaga Kerja per Hari per Departemen (Jan 05 Mei 05) Pada Gambar 4.9 menunjukkan tingkat penggunaan tenaga kerja per hari kerja setiap departemen pada bagian produksi, berikut penjelasan untuk Gambar 4.9 :! Untuk departemen Cutting (terlihat pada garis kuning) pengunaan sumber daya tenaga kerja maksimal sebesar 407 orang dan minimal sebesar 322 orang. 14

15 Penggunaan sumber daya tenaga kerja yang besar terjadi pada awal Januari dan pada akhir Januari 2005 mengalami penurunan yang signifikan kemudian kecendrungan naik secara perlahan di dalam penggunaan tenaga kerja untuk periode kerja Januari Mei 2005.! Untuk departemen Skiving (terlihat pada garis hitam) penggunaan sumber daya tenaga kerja relatif stabil pada kisaran maksimal 76 orang dan minimal 62 orang. Penggunaan sumber daya yang tinggi terjadi pada bulan Januari dan pertengahan Februari setelah itu mengalami menurun secara perlahan.! Untuk departemen Stitching (terlihat pada garis hijau) penggunaan sumber daya tenaga kerja cukup fluktuatif, maksimal terjadi pada akhir bulan Mei sebesar 550 orang dan minimal sebesar 480 orang untuk periode kerja Januari Mei 2005.! Untuk departemen Rajut (terlihat pada garis biru muda) penggunaan sumber daya tenaga kerja cukup stabil pada kisaran maksimal 175 orang dan minimal 143 orang. Penggunaan sumber daya yang tinggi terjadi pada awal Januari dan yang rendah untuk periode Mei.! Untuk departemen Assembly (terlihat pada garis garis merah) penggunaan sumber daya tenaga kerja cukup fluktuatif dan mengalami peningkatan dari bulan Januari sampai dengan akhir periode April, kemudian menurun secara signifikan yaitu maksimal sebesar 624 orang dan minimal sebesar 506 orang.! Untuk departemen Preparation (terlihat pada garis biru tua) penggunaan sumber daya tenaga kerja relatif stabil dan meningkat secara perlahan dengan jumlah maksimal sebesar 109 orang dan minimal sebesar 89 orang. 15

16 Output Cutting Dept Output ( Jan - May 2005 ) Work Day Skiving Dept Output ( Jan - May 2005 ) Output Work Day 8000 Stitching Dept Output ( Jan - May 2005 ) Output Work Day 16

17 Output Rajut Dept Output ( Jan - May 2005 ) Work Day Assembly Dept Output ( Jan - May 2005 ) Output Work Day Output Preparation Dept Output ( Jan - May 2005 ) Work Day Gambar Output per Hari per Departemen ( Jan 05 Mei 05 ) Gambar 4.10 menjelaskan output yang dihasilkan per hari untuk setiap departemen pada bagian produksi. Berikut adalah penjelasannya :! Untuk departemen Cutting output yang dihasilkan berfluktuatif menuju ke arah peningkatan dengan output maksimum sebesar 9135 dan minimal sebesar

18 ! Untuk departemen Skiving output yang dihasilkan berfluktuatif menuju ke arah peningkatan dengan output maksimum sebesar 9718 dan minimal sebesar 2100.! Untuk departemen Stitching output yang dihasilkan berfluktuatif menuju ke arah peningkatan dengan output maksimum sebesar 7125 dan minimal sebesar 1404.! Untuk departemen Rajut output yang dihasilkan berfluktuatif menuju ke arah penurunan dengan output maksimum sebesar 1849 dan minimal sebesar 0.! Untuk departemen Assembly output yang dihasilkan berfluktuatif menuju ke arah peningkatan dengan output maksimum sebesar dan minimal sebesar 1721.! Untuk departemen Preparation output yang dihasilkan berfluktuatif menuju ke arah penurunan dengan output maksimum sebesar 8850 dan minimal sebesar Data Keterlambatan Material Pengolahan data terhadap tingkat availability dari bahan baku ini diperoleh berdasarkan data Material Status Weekly Report dimana di dalam report tersebut terdapat data-data mengenai pemasok, domisili pemasok, jenis bahan baku yang dipesan, jumlah material, waktu order dan waktu kedatangan material ke pabrik. Didalam perhitungan ini penulis menggunakan batasan toleransi maksimal 2,5 bulan untuk waktu tenggang atau lead time kedatangan material sampai ke gudang P.T. Sepatu Mas Idaman, sehingga jika material datang lebih dari 2.5 bulan setelah PO (Purchase Order) dikeluarkan, maka penulis mengkategorikannya sebagai material yang terlambat dan mengalami delay. Hal ini disesuaikan dengan kebijakan dari perusahaan yang menggunakan perhitungan masa tenggang yaitu dengan kurun waktu 3,5 bulan 18

19 pemesanan dari pihak pembeli sampai dengan pengiriman. Pada Gambar 4.11 dilampirkan data yaitu mengenai informasi masa tenggang material yang dipesan, masa tenggang proses produksi sampai dengan produk siap didistribusikan ke pembeli. Keterangan informasi mengenai rata-rata waktu kedatangan material dari beberapa pemasok melalui transportasi laut dan udara dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. MARKETING BUKA PO DARI BUYER 3 HARI PPIC BUAT MRS 2 HARI PURCHASING BUKA PO PEMBELIAN MATERIAL 3 HARI (LOKAL) 2 HARI (IMPORT) PURCHASING KONFIRMASI ETD SUPPLIER LIHAT TABEL KEDATANGAN SUPPLIER PPIC & PRODUKSI PROSES PRODUKSI 3 MINGGU PPIC & PRODUKSI PENGIRIMAN Gambar Lead Time Pemesanan Material, Produksi, dan Pengiriman 19

20 Berikut ditampilkan daftar tabel yang berisikan informasi tentang rata-rata waktu kedatangan material dari beberapa supplair luar negeri baik melalui transportasi udara maupun laut sampai material tersebut tiba di pabrik. Tabel 4.1. Daftar Waktu Pengiriman Import melalui Udara (hari) No Negara Asal Perjalanan Proses Lainnya Total 1 Amerika Argentina Guang Zhou Hong Kong India Inggris Italy Jerman Korea Malaysia Portugal Shanghai Singapore Taiwan Belgia Tabel 4.2. Daftar Waktu Pengiriman Import melalui Laut (hari) No Negara Asal Perjalanan Proses Lainnya Total 1 Amerika Argentina Guang Zhou Hong Kong India Inggris Italy Jerman Korea Malaysia Portugal Shanghai Singapore Taiwan Belgia Didalam melakukan observasi mengenai kedatangan material, penulis menggunakan data acuan sebanyak 88 PO (Purchase Order), dimana diantaranya 20

21 sejumlah 41 PO untuk kebutuhan produksi dengan merek dagang Rockport dan sebanyak 47 PO untuk kebutuhan produksi merek dagang Lacoste. Material ini dipesan melalui 22 pemasok luar negeri dan sebagai informasi tambahan bahwa material ini juga yang kemudian akan digunakan untuk kebutuhan produksi periode Januari Mei Pada Gambar 4.12 berikut, akan ditunjukkan mengenai status kedatangan material yang dijelaskan dalam bentuk pie chart dan prosentase angka. Prosentase Keterlambatan Material Rockport Prosentase Keterlambatan Material Lacoste Telat 13% Telat 41% On Time 59% Telat On Time On Time 87% Telat On Time Gambar Status Kedatangan Material Merek Rockport dan Lacoste Sesuai Gambar 4.12, ternyata untuk merek dagang Rockport sejumlah 59% dari bahan baku yang dipesan datang tepat waktu dan 41% mengalami keterlambatan, sedangkan untuk merek dagang Lacoste sejumlah 87% bahan baku yang dipesan datang tepat waktu dan 13% mengalami keterlambatan Analisa dan Pembahasan 21

22 Berdasarkan hasil pengolahan data pada sub bab sebelumnya dirumuskan suatu analisa dan pembahasan sesuai faktor-faktor yang berkaitan dengan produktivitas dan ditelaah mengenai hal-hal apa yang menjadi penyebab penurunan produktivitas di P.T. Sepatu Mas Idaman. Dengan bantuan alat analisa problem tree, penulis mencoba untuk mempersempit ruang lingkup dengan menggunakan cause-effect diagram untuk tiap-tiap faktor yang mempengaruhi produktivitas dikarenakan luasnya cakupan produktivitas itu sendiri. Penurunan Produktivitas Tenaga Kerja Tabel 4.3 berikut merupakan hasil summary dari tiap departemen produksi yang berisi tentang jumlah output maksimum dan minimum yang dihasilkan pada tiap bagian dengan menggunakan sejumlah tenaga kerja tertentu. Dapat dilihat output maksimal dan minimal jumlahnya sangat beragam, hal ini disebabkan karena tiap proses produksi memiliki kapasitas dan tingkat kesulitan proses yang berbeda-beda pula. Table 4.3. Summary Produktivitas Tenaga Kerja per Departemen Department Productivity Output Labour Cutting Max : Min : Skiving Max : Min : Stitching Max : Min : Rajut Max : Min : Assembly Max : Min : Preparation Max :

23 Min : Berdasarkan pada Tabel 4.3, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu : - Antara tiap departemen memiliki kecepatan produksi (tingkat produktif) yang berbeda-beda, ada departemen yang bekerja sangat cepat dan ada yang lambat, sehingga dengan situasi seperti ini sewaktu-waktu dapat terjadi proses produksi yang saling menunggu dan menyebabkan keterlambatan di dalam melakukan produksi. - Terdapat suatu hubungan antara output yang dihasilkan masing-masing departemen dengan keterampilan tenaga kerja pada tiap departemen, dimana output yang dihasilkan oleh tiap departemen sangatlah bervariasi sehingga pergerakan output yang dihasilkan juga berfluktuatif (lihat Gambar 4.10). - Terdapat penurunan produktivitas tenaga kerja secara keseluruhan, dimana hasil produktivitas yang minimum menggunakan tenaga kerja lebih banyak dari produktivitas yang maksimum sehingga keadaan ini menyebabkan tenaga kerja dalam keadaan menganggur atau menunggu (lihat Tabel 4.3). Hal ini merupakan salah satu faktor yang tidak efisien karena sumber daya yang tersedia tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga sangatlah merugikan perusahaan khususnya dalam hal membayar upah tenaga kerja yang mengganggur tersebut. Berdasarkan beberapa analisa dan pembahasan tersebut, penulis mencoba untuk mencari penyebab dari penurunan produktivitas dengan menggunakan alat bantu analisa berupa cause and effect diagram. 23

24 Insentif tidak sesuai Pelatihan teknis tidak ada Proses Rekrutmen tidak selektif Penurunan produktifitas tenaga kerja Pembagian Shift secara acak Waktu Kerja + overtime Gambar Cause Effect Diagram Penurunan Produktivitas Tenaga Kerja Berikut adalah penjelasan detail mengenai faktor-faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas tenaga kerja : 1. Proses rekrutmen Proses rekrutmen yang dilakukan perusahaan tidak selektif sehingga menyebabkan orang yang dipekerjakan tidak memiliki keterampilan sesuai dengan bidangnya sehingga dengan keadaan seperti ini pekerjaan menjadi terhambat dan lebih jauhnya akan menyebabkan produksi menjadi terlambat. 2. Pelatihan teknis Tidak adanya pelatihan teknis yang diberikan kepada karyawan dan jika pihak pembeli mengajukan variasi produk dengan cara meminta model baru, maka hal ini akan menimbulkan permasalahan. Dengan adanya pelatihan teknis diharapkan masing-masing tenaga kerja memiliki keterampilan dan keahlian yang sama, sehingga sebagai value added karyawan tersebut sewaktu-waktu memungkinkan untuk dialokasikan ke bagian proses lain yang membutuhkan atau siap dirotasi apabila proses yang terkait mengalami kekurangan sumber daya tenaga kerja yang mungkin disebabkan karena ketatnya deadline pengiriman yang dituntut oleh pihak pembeli. 24

25 3. Pembagian shift Tidak ada metode yang baik di dalam melakukan pembagian shift, karena dengan adanya pembagian shift yang baik diharapkan simpangan produktivitas antar shift (shift pagi dan malam) tidak akan berbeda jauh, selain itu tenaga kerja produktif seharusnya dibagi secara merata dengan yang non produktif. 4. Insentif Insentif diberikan dengan jumlah yang sama dan tidak jauh berbeda antara shift pagi dengan shift malam, sehingga tidak mendorong karyawan untuk bekerja pada malam hari, dimana pekerjaan malam hari tentulah sangat berat dan tingkat kecekatannya akan berbeda jika dibandingkan dengan bekerja pada shift pagi hari. 5. Waktu kerja Waktu kerja selama 8 jam ditambah dengan overtime 5 jam tentu saja akan menguras tenaga bagi pekerja sehingga akan mengurangi produktivitas bagi pekerja tersebut ketika bekerja keesokan harinya. Ketersediaan Material (Material Availability) Berdasarkan Gambar 4.12 yaitu mengenai status kedatangan material untuk merek dagang Rockport dan Lacoste, terlihat bahwa secara keseluruhan dari total PO (Purchasing Order) yang dipesan sebanyak 88 PO untuk kebutuhan produksi periode bulan Januari sampai dengan Mei 2005, terdapat sebanyak 26% atau sekitar 23 PO mengalami keterlambatan. Hal ini memperlihatkan bahwa perlunya perusahaan melakukan seleksi yang ketat terhadap para pemasok dikarenakan hal keterlambatan seperti ini akan sangat mengganggu di dalam merencanakan jadwal produksi, sehingga 25

26 akhirnya akan mengakibatkan keterlambatan pengiriman barang ke pihak pembeli. Berikut ini merupakan penjabaran mengenai informasi keterlambatan dari para pemasok tersebut. Tabel 4.4. Summary Supplier dan Status Pemesanan Merek Lokasi Nama Supplier Jumlah PO Telat Tepat waktu ( % ) Rockport Italy Vibram Mexico Waitomo USA Robus Lamindo Textille Rubbe China Tailian YC Tanaway Young Chang Vibram Taiwan Sun Lots Sun Horse Kaspac Seolin Malaysia Op Korea Seho Hongkong Unipac Merek Lokasi Nama Supplier Jumlah PO Telat Tepat waktu Lacoste Malaysia Op Korea Seho Wonjin Sadesa Taiwan Sunhorse MingChen Tyche Thailand Sanguan Kit Unknown Stan policky Berdasarkan dari keterangan tabel ini dapat ditentukan pemasok manakah yang reliable dan mana yang tidak, hal ini dapat dilihat dari prosentase antara jumlah kedatangan material yang tepat waktu dengan jumlah pemesanan (Purchase Order). Untuk lebih detailnya, berikut penulis akan mencoba menjabarkan beberapa faktor yang mengakibatkan keterlambatan bahan baku dari pemasok. 26

27 Force Major Komunikasi terhambat Kapasitas supplier Material terlambat Pembayaran Minimum order Dokumentasi terlambat / ada kesalahan Gambar Cause Effect Diagram Penyebab Keterlambatan Material Penjelasan detail mengenai faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan material pada Gambar 4.14, yaitu sebagai berikut : 1. Kapasitas Pemasok Keterlambatan material dapat dikarenakan jumlah pesanan melebihi kapasitas produksi dari pemasok itu sendiri, sehingga mereka juga mengalami hambatan di dalam proses produksi dan mengakibatkan pengiriman material yang dipesan tersebut menjadi terlambat. 2. Dokumentasi Hal ini dapat menjadi penyebab keterlambatan pula dikarenakan dokumentasi yang tidak lengkap atau adanya kesalahan pada berkas tersebut sehingga akan memperlambat proses pengecekan barang di pelabuhan dan jika ini terjadi tentu saja secara tidak langsung akan menghambat proses produksi. 3. Minimum order Minimum order menjadi hal yang dapat menjadi penyebab keterlambatan karena untuk menghindari pemborosan biaya pengiriman, maka pihak pemasok terkadang menunda proses pengiriman material dan menunggu pesanan-pesanan 27

28 yang lain agar dapat dikirimkan secara bersama-sama. Hal ini juga dapat memperlambat proses produksi. 4. Komunikasi Komunikasi merupakan salah satu hal yang penting bagi kedua belah pihak yaitu antara pembeli dengan pemasok khususnya dalam melakukan negoisasi harga, konfirmasi spesifikasi, dan konfirmasi Estimate Time Delivery. Oleh sebab itu jika ada kesalahan konfimasi informasi tersebut antara keduanya, maka akan berakibat terhambatnya kedatangan material sampai ke pabrik sehingga akan mengganggu kelangsungan proses produksi. 5. Force Major Hal-hal yang tidak dapat dihindari dan sifatnya tidak terduga juga dapat menghambat proses pengiriman material seperti bencana alam atau hilangnya sejumlah material pada saat inspeksi barang di pelabuhan, sehingga ada prosedur tambahan yang harus dilalui ataupun adanya prosedur bea cukai yang berbelitbelit sehingga hal ini secara tidak langsung juga akan berdampak pada keterlambatan proses produksi. 6. Pembayaran Proses pembayaran harus dilakukan dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan kesepakatan bersama sehingga hubungan antara pemasok dapat terjalin dengan baik dan saling menguntungkan. Oleh sebab itu hal pengunduran proses pembayaran dan aturan yang berbelit-belit akan mengakibatkan terhambatnya proses pengiriman material dari pemasok. 28

29 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab-bab sebelumnya telah dilakukan analisa dan penelitian berdasarkan data-data dan informasi yang diolah sedemikian rupa sebagai pembuktian dari hasil temuan penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha pada era globalisasi ini diwarnai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha pada era globalisasi ini diwarnai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha pada era globalisasi ini diwarnai dengan persaingan yang semakin ketat. Persaingan bukan hanya datang dari dalam tetapi datang juga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Kerangka Pikir Secara umum, produktivitas dapat diterjemahkan sebagai suatu rasio untuk mengukur kemampuan suatu organisasi atau individu, industri tertentu atau

Lebih terperinci

Gambar 4.5 Diagram Alir Penilaian Kinerja Mesin

Gambar 4.5 Diagram Alir Penilaian Kinerja Mesin 112 Mulai Pemilihan indikator penilaian kinerja mesin Pengumpulan data indikator penilaian kinerja mesin 1. Allocated Downtime 2. Accident Lost Time Penentuan bobot dan interval penilaian kinerja mesin

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: (Dokumentasi CV. ASJ)

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: (Dokumentasi CV. ASJ) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang CV. ASJ merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang industri sandal, berlokasi di kota Bandung, Jawa Barat. CV. ASJ memproduksi sandal pria dari

Lebih terperinci

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer?

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Wawancara I Pertanyaan no. 1 Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Jb. belum ada cara untuk mengatasi

Lebih terperinci

PROSEDUR PENANGANAN DELIVERY ORDER PADA PT. JUAHN INDONESIA

PROSEDUR PENANGANAN DELIVERY ORDER PADA PT. JUAHN INDONESIA PROSEDUR PENANGANAN DELIVERY ORDER PADA PT. JUAHN INDONESIA Nama : Hidayatunnisa NPM : 40209855 Jurusan : Akuntansi Komputer Pembimbing: Toto Sugiharto, MSC., PhD. Latar Belakang Masalah Delivery order

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing Sebagai yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa konsentrasi perhatian konsep JIT adalah pada aspek manusia, kualitas,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4% BAB V ANALISA 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping (CVSM) Value stream mapping merupakan sebuah tools untuk memetakan jalur produksi dari sebuah produk yang didalamnya termasuk material dan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya industri manufaktur di Indonesia, maka akan semakin ketat persaingan antara perusahaan manufaktur satu dan lainnya. Hal ini memicu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah tata cara yang terperinci mengenai tahap-tahap melakukan sebuah penelitian. Metodologi penelitian pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

BAB 3 DATA UNTUK PENJADWALAN JOB SHOP

BAB 3 DATA UNTUK PENJADWALAN JOB SHOP BAB 3 DATA UNTUK PENJADWALAN JOB SHOP Bab ini berisi data yang diperoleh dari perusahaan, seperti waktu kerja, pesanan, waktu proses tiap job pada tiap mesin, aliran proses dan rekaman jadwal produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh

BAB I PENDAHULUAN. apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi global mempengaruhi kondisi ekonomi di Indonesia, apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh Danareksa

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. didirikan. Salah satu caranya adalah dengan meminimalkan biaya produk (product

I. Pendahuluan. didirikan. Salah satu caranya adalah dengan meminimalkan biaya produk (product I. Pendahuluan A. Latar Belakang Menciptakan laba maksimum adalah tujuan utama mengapa perusahaan itu didirikan. Salah satu caranya adalah dengan meminimalkan biaya produk (product cost) sehingga marjin

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Kuesioner Konstruk 2. Kuesioner Perbandingan Berpasangan

LAMPIRAN. 1. Kuesioner Konstruk 2. Kuesioner Perbandingan Berpasangan LAMPIRAN 1. Kuesioner Konstruk 2. Kuesioner Perbandingan Berpasangan Kriteria No Sub Kriteria Perlu Tidak Perlu Alasan Tida Kualitas Quality 1 Kualitas bahan baku yang dikirim oleh supplier dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Era globalisasi dan perdagangan bebas membuat persaingan bisnis semakin ketat. Ketatnya persaingan bisnis membuat perusahaan perusahaan di seluruh Indonesia harus berfikir

Lebih terperinci

Program Kerja Review dan Pengujian atas Bagian Produksi

Program Kerja Review dan Pengujian atas Bagian Produksi Program Kerja Review dan Pengujian atas Bagian Produksi Program Audit Perencanaan Produksi Nama Perusahaan : PT LASER METAL Periode Audit MANDIRI Persyaratan : Perencanaan Produksi 2013 No Jawaban ICQ

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil Praktek Kerja dan Analisis. 4.2 Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem pembelian impor komponen

BAB IV. Hasil Praktek Kerja dan Analisis. 4.2 Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem pembelian impor komponen BAB IV Hasil Praktek Kerja dan Analisis 4.1 Sistem Komputerisasi yang digunakan Perusahaan ini telah menggunakan sistem yang terkomputerisasi sebagai kegiatan operasional kerja. Database yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Produksi 1.1.1 Pengertian Proses Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN WAWANCARA. Produk yang diproduksi dan dijual kepada pelanggan PT. Lucky Print Abadi. adalah kain bercorak. Kain dijual dalam ukuran yard.

LAMPIRAN WAWANCARA. Produk yang diproduksi dan dijual kepada pelanggan PT. Lucky Print Abadi. adalah kain bercorak. Kain dijual dalam ukuran yard. L 1 LAMPIRAN WAWANCARA 1. Bisa menceritakan sejarah PT. Lucky Print Abadi? Sejarah perusahaan dapat dilihat pada Company Profile yang telah kami berikan kepada kalian 2. Produk apa yang diproduksi PT.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian atau tahapan-tahapan penelitian yang akan dilalui dari awal sampai akhir. Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Disain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kuantitatif. Deskriptif yaitu menganalisa, mengendalikan dan mendiskripsikan

Lebih terperinci

5 BAB V ANALISA DAN HASIL

5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Analisa Kanban Banyaknya kartu kanban yang diperlukan dihitung dengan rumus (Arnaldo Hernandez, 1989): Banyaknya Kanban = Permintaan Harian X Faktor Pengamanan

Lebih terperinci

Studi Kasus. Tabel 1. Data Penjualan Periode. Penjualan Periode (Unit) Penjualan. (Unit)

Studi Kasus. Tabel 1. Data Penjualan Periode. Penjualan Periode (Unit) Penjualan. (Unit) Studi Kasus 1. Gambaran Perusahaan PT. TIGA PUTRA adalah sebuah perusahaan yang bergerak sebagai produksi sepatu. Perusahaan yang berada di Sidoarjo ini telah terkenal mampu memasarkan produk dengan baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin meningkatnya pemesanan oleh masyarakat. Oleh karena itu PT. PANCA BUDI IDAMAN lebih meningkatkan

Lebih terperinci

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek?

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek? Nama : Bagian : A. Analisis Sasaran Perusahaan Analisis Dukungan Fungsi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan No. Kategori Pertanyaan Y T 1. Rencana Jangka Panjang (Strategis) 1. Apakah selama ini fungsi

Lebih terperinci

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Jessica Juventia, Lusia P.S Hartanti Program Studi Teknik Industri Universitas Pelita Harapan Surabaya, Indonesia Jessicajuventia28@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efisiensi, efektifitas dan produktifitas adalah kata-kata yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Efisiensi, efektifitas dan produktifitas adalah kata-kata yang sering BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Efisiensi, efektifitas dan produktifitas adalah kata-kata yang sering dilontarkan dalam beberapa dekade belakangan ini, baik dari pihak konsumen pada umumnya maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi dan Proses Produksi 2.1.1 Pengertian Produksi Dari beberapa ahli mendifinisikan tentang produksi, antara lain 1. Pengertian produksi adalah suatu proses pengubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan teknologi di Indonesia terjadi dengan sangat pesat. Hal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan badan usaha, perusahaan, organisasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang penelitian, penjelasan mengenai permasalahan yang diangkat yaitu berupa perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai, batasan masalah, dan sistematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Menurut Ir. Abrar Husen, MT., Manajemen Proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Juni 03, pp.-8 ISSN 30-495X Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 0J Untuk Meningkatkan Produktivitas Ridwan Mawardi, Lely Herlina, Evi Febianti 3,,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) II YULIATI, SE, MM PRINSIP DASAR JUST IN TIME ( JIT ) 3. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste) Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat. 36 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT Prima Plastik Internusa (PPI) adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang packaging atau produksi kemasan. PT PPI didirikan tahun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI PERUSAHAAN a. Proses Produksi Proses produksi merupakan rangkaian operasi yang dilalui bahan baku baik secara fisik maupun kimia untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap ini dikumpulkan informasi mengenai sistem pembelian dan pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri percetakan adalah salah satu industri yang selalu berhubungan dengan gambar dan tulisan untuk dijadikan sebuah hardcopy. Semakin berkembangnya zaman, industri

Lebih terperinci

Pendahuluan. I.1 Latar belakang

Pendahuluan. I.1 Latar belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap yaitu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Lama Melihat model bisnis dari PT XYZ maka kita dapat melakukan pembagian atas setiap proses bisnis yang ada didalam perusahaan. Adapun proses-proses bisnis tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu mulai dari tahap pendahuluan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan dan analisis data, serta tahap pembuatan kesimpulan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Operasional sebuah perusahaan modifikasi otomotif memiliki ciri khas tersendiri

I. PENDAHULUAN. Operasional sebuah perusahaan modifikasi otomotif memiliki ciri khas tersendiri I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG DAN MASALAH Operasional sebuah perusahaan modifikasi otomotif memiliki ciri khas tersendiri dibanding perusahaan otomotif lainnya. Salah satu kinerja utama perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era global dalam dunia industri telah menyebabkan bertambahnya jumlah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, baik perusahaan yang berskala kecil maupun besar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian kualitas juga harus dijadikan prioritas utama. juga menjamin kualitas produk hingga masa akhir penggunaannya.

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian kualitas juga harus dijadikan prioritas utama. juga menjamin kualitas produk hingga masa akhir penggunaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, dunia industri semakin berkembang.seiring dengan itu, maka persaingan bisnis khususnya di bidang manufaktur juga semakin ketat.setiap

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem

BAB IV PEMBAHASAN. Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan evaluasi sistem BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini, audit operasional atas fungsi produksi pada PT Dunia Daging Food Industries yang akan dibahas antara lain adalah: a) Tahapan audit yang dilakukan (survei pendahuluan dan

Lebih terperinci

PENCATATAN PERSEDIAAN PAKAN APUNG SPLA12-5 DI PT X UNIT LAMPUNG RECORDING OF STOCK OF FLOATING FEED SPLA12-5 IN THE PT X UNIT LAMPUNG

PENCATATAN PERSEDIAAN PAKAN APUNG SPLA12-5 DI PT X UNIT LAMPUNG RECORDING OF STOCK OF FLOATING FEED SPLA12-5 IN THE PT X UNIT LAMPUNG PENCATATAN PERSEDIAAN PAKAN APUNG SPLA12-5 DI PT X UNIT LAMPUNG RECORDING OF STOCK OF FLOATING FEED SPLA12-5 IN THE PT X UNIT LAMPUNG Alvino Yudhistria 1, Luluk Irawati 2, Sri Handayani 2 1 Mahasiswa,

Lebih terperinci

Rancangan Perbaikan Beban Kerja Staf di Departemen Purchasing PT Insera Sena

Rancangan Perbaikan Beban Kerja Staf di Departemen Purchasing PT Insera Sena Rancangan Perbaikan Beban Kerja Staf di Departemen Purchasing PT Insera Sena Joan Patricia Yuwono 1, Herry Christian Palit, S.T., M.T. 2 Abstract: Process of bicycle s raw materials procurement in PT Insera

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT Dan Liris merupakan industri yang bergerak di bidang textile yang memproduksi benang, kain dan juga pakaian jadi. Pada bagian textile khususnya divisi Weaving

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

BAB 1 PENDAHULUAN I-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri manufaktur merupakan salah satu jenis industri yang sedang berkembang di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, indeks produksi industri manufaktur

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. mengetahui kondisi perusahaan dari waktu ke waktu selama pengukuran

BAB V ANALISA HASIL. mengetahui kondisi perusahaan dari waktu ke waktu selama pengukuran 75 BAB V ANALISA HASIL Pengumpulan dan pengolahan data telah dilakukan dan disajikan pada bab 4 (empat), selanjutnya hasilnya akan dianalisa untuk mengetahui interprestasi untuk setiap kriteria yang dinilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana, prasarana, dan lain-lain yang dapat merugikan pihak perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. sarana, prasarana, dan lain-lain yang dapat merugikan pihak perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern saat ini, dunia usaha dihadapkan pada kondisi persaingan yang ketat. Kondisi ini menuntut perusahaan agar lebih efektif dan efisien dalam mencapai

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMBELIAN BAHAN BAKU DALAM MENUNJANG KELANCARAN PROSES PRODUKSI

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMBELIAN BAHAN BAKU DALAM MENUNJANG KELANCARAN PROSES PRODUKSI ABSTRAK SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMBELIAN BAHAN BAKU DALAM MENUNJANG KELANCARAN PROSES PRODUKSI (Studi Kasus pada PT. Suri Tani Pemuka Unit Aquafeed Banyuwangi) Oleh : Ike Sulistyawati Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI Modul ke: 05 KEWIRAUSAHAAN III Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III Fakultas SISTIM INFORMASI Endang Duparman Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.a.cid EVALUASI RENCANA PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disesuaikan dengan jumlah order yang dimiliki oleh suatu industri, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang disesuaikan dengan jumlah order yang dimiliki oleh suatu industri, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini hampir semua perusahaan yang bergerak di bidang industri dihadapkan pada tingkat persaingan yang semakin kompetitif. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk

Lebih terperinci

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Penentuan Objek Penelitian PT REKABAJA MANDIRI memproduksi ratusan item produk yang berasal dari puluhan group produk. Mengingat begitu

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM INVENTORI PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan P.T Berkat Jaya Komputindo

BAB 3 ANALISA SISTEM INVENTORI PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan P.T Berkat Jaya Komputindo BAB 3 ANALISA SISTEM INVENTORI PERUSAHAAN 3.1 Analisa Sistem Berjalan 3.1.1 Sejarah Perusahaan P.T Berkat Jaya Komputindo P.T Berkat Jaya Komputindo pertama kali didirikan pada tanggal 5 Januari 1999,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Langkah pengumpulan dan pengolahan data telah selesai dilakukan dan telah disajikan dalam bab sebelumnya yaitu bab 4 (empat), maka proses selanjutnya adalah proses analisa

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Tahap Perencanaan Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi sistem manajemen warna di dalam perusahaan. Selama dilakukannya observasi di PT Chun Cherng Indonesia, penulis menemukan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 57 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT. Inkoasku merupakan salah satu perusahaan industri otomotif yang bergerak dalam bidang Wheel Rim Manufakturing.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Sygma Examedia merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang berlokasi di Jalan Babakan Sari I No 71, Kiaracondong. PT Sygma Examedia bergerak di bidang pencetakan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace, IAe) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang industri pesawat terbang. PT. Dirgantara Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Metode penelitian ini merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapantahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan maupun bagian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lean dan Six sigma merupakan dua metodologi perbaikan yang berbeda satu sama lain dalam hal target, fokus maupun metode yang digunakan. Dalam perkembangan dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan I-1

BAB I Pendahuluan I-1 I-1 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan yang ketat antar industri manufaktur di bidang elektronik dan permintaan konsumen yang terus menigkat setiap tahunnya, membuat para pelaku industri

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia 46 BAB IV PEMBAHASAN MASALAH 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia PT Indomo mulia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi peralatan rumah tangga salah satu produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan baku di dalam banyak industri perlu disediakan pada waktu, tempat, dimungkinkan dengan pemeliharaan inventori yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan baku di dalam banyak industri perlu disediakan pada waktu, tempat, dimungkinkan dengan pemeliharaan inventori yang baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan baku di dalam banyak industri perlu disediakan pada waktu, tempat, serta harga yang tepat untuk memuluskan pelaksanaan organisasi. Berbagai bisnis perlu

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Keseimbangan Lintasan Keseimbangan lintasan adalah lintasan produksi dimana material berpindah secara kontinyu dengan laju rata-rata yang sama melalui sejumlah stasiun kerja,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: 02Fakultas Ekonomi dan Bisnis Manajemen Pembelian Kebutuhan Perdana Pengisian Kembali Persediaan Dr. Sawarni Hasibuan, M.T. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Manajemen

Lebih terperinci

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu rangkaian kerangka pemecahan masalah yang dibuat secara sistematis dalam pemecahan masalah yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN USULAN PERBAIKAN

BAB 5 ANALISIS DAN USULAN PERBAIKAN BAB 5 ANALISIS DAN USULAN PERBAIKAN 5.. Analisis Prosedur pada Sistem Informasi Persediaan Berdasarkan Pengumpulan data pada bab 4 terdapat 6 prosedur Sistem Informasi Persediaan. Enam Prosedur Sistem

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Keadaan Saat ini 6.1.1.1 Struktur Organisasi dan Job Description Saat Ini Struktur organisasi dan job description saat ini tergambar dalam bab 4 pengumpulan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Proses Bisnis Pengadaan Barang Yang Sedang Berjalan Pada bab ini akan dibahas bagaimana PT.A didalam melakukan proses pengadaan barang. Didalam melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan, apakah perusahaan tersebut perusahaan perdagangan ataupun perusahaan pabrik serta perusahaan jasa selalu mengadakan perencanaan material. Tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan bahan baku (Bhattacharyya, 2011). target penjualan (made to stock) dan pesanan pelanggan (made to order) untuk

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan bahan baku (Bhattacharyya, 2011). target penjualan (made to stock) dan pesanan pelanggan (made to order) untuk BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang UD Eka adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi kebutuhan alas kaki, produk yang dihasilkan antara lain sandal, sol dan sepatu. Perusahaan yang berdiri sejak tahun

Lebih terperinci

FUNGSI PENTING PERSEDIAAN UNTUK PERUSAHAAN TEKSTIL

FUNGSI PENTING PERSEDIAAN UNTUK PERUSAHAAN TEKSTIL FUNGSI PENTING PERSEDIAAN UNTUK PERUSAHAAN TEKSTIL Oleh: Ir. R. Budi Setiawan, M.M., CISCP Senior Consultant at Supply Chain Indonesia Persediaan secara umum dapat didefinisikan sebagai barang yang disimpan

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA DENGAN PERUSAHAAN

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA DENGAN PERUSAHAAN LAMPIRAN HASIL WAWANCARA DENGAN PERUSAHAAN : Apa aplikasi yang dibutuhkan oleh PT. Puncak Menara Hijau Mas? : Kami membutuhkan aplikasi untuk kegiatan pembelian, penjualan, dan persediaan barang di perusahaan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan fasilitas didefinisikan sebagai rencana awal atau penataan fasilitas-fasilitas fisik seperti peralatan, tanah, bangunan, dan perlengkapan untuk mengoptimasikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Informasi Akuntansi Pembelian Pada PT Arwana Citramulia, Tbk Untuk mengetahui tentang prosedur pembelian pada PT Arwana Citramulia, Tbk, maka penerapan prosedur

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penulis melakukan observasi langsung pada PT. BROCO MUTIARA ELECTRICAL INDUSTR dan melakukan wawancara dengan bagian MR (Management Representative)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Secara umum, penelitian ini bertujuan membantu perusahaan dalam

BAB IV PEMBAHASAN. Secara umum, penelitian ini bertujuan membantu perusahaan dalam BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Secara umum, penelitian ini bertujuan membantu perusahaan dalam menekan tingkat terjadinya kecacatan produk yang terjadi selama proses produksinya dengan efektif dan

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU DALAM PROSES PEMBUATAN PRODUK BUSI DI PT. DENSO INDONESIA Nama : Chika Lorenthia Nandalika NPM : Jurusan :

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU DALAM PROSES PEMBUATAN PRODUK BUSI DI PT. DENSO INDONESIA Nama : Chika Lorenthia Nandalika NPM : Jurusan : ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU DALAM PROSES PEMBUATAN PRODUK BUSI DI PT. DENSO INDONESIA Nama : Chika Lorenthia Nandalika NPM : 34411629 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Asep Mohamad Noor,

Lebih terperinci

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang BAB III Objek Penelitian III.1. Sejarah singkat Perusahaan PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang furniture / meubel. Kegiatan utama dari perusahaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. kuantitas terhadap jumlah barang yang diproduksi khususnya dimesin extruder

BAB V ANALISA. kuantitas terhadap jumlah barang yang diproduksi khususnya dimesin extruder BAB V ANALISA 5.1. Analisa Kapasitas Dari kondisi forecast di tahun 2012 menunjukan adanya peningkatan kuantitas terhadap jumlah barang yang diproduksi khususnya dimesin extruder double layer. Dengan adanya

Lebih terperinci

Penerapan Sistem Pembelian Just In Time (JIT) untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas pada Perusahaan Manufaktur PENDAHULUAN

Penerapan Sistem Pembelian Just In Time (JIT) untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas pada Perusahaan Manufaktur PENDAHULUAN Penerapan Sistem Pembelian Just In Time (JIT) untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas pada Perusahaan Manufaktur 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Just In Time System pada PT. Primarindo Asia Infrastructure Penerapan Just In Time pada PT. Primarindo Asia Infrastructure baru mulai dilakukan pada awal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dalam mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi adalah pendekatan umum untuk

Lebih terperinci