Gambar 4.5 Diagram Alir Penilaian Kinerja Mesin

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 4.5 Diagram Alir Penilaian Kinerja Mesin"

Transkripsi

1 112 Mulai Pemilihan indikator penilaian kinerja mesin Pengumpulan data indikator penilaian kinerja mesin 1. Allocated Downtime 2. Accident Lost Time Penentuan bobot dan interval penilaian kinerja mesin berdasarkan pakar di perusahaan Rancang bangun penilaian kinerja mesin Laporan hasil penilaian kinerja mesin Selesai Gambar 4.5 Diagram Alir Penilaian Kinerja Mesin (Sumber: Penulis)

2 113 e. Penilaian karyawan Penilaian karyawan berdasarkan 8 (delapan) indikator penilaian yang telah dievaluasi. 8 (delapan) indikator tersebut adalah: 1. Ketelitian kerja. 2. Kualitas pekerjaan. 3. Keandalan pekerjaan. 4. Pemahaman pekerjaan. 5. Surat Peringatan. 6. Absensi. 7. 5S. 8. Inisiatif

3 114 Mulai Pemilihan indikator penilaian kinerja karyawan Pengumpulan data indikator penilaian kinerja karyawan Penentuan bobot dan interval penilaian kinerja karyawan berdasarkan pakar di perusahaan 1. Ketelitian kerja 2. Kualitas pekerjaan 3. Keandalan pekerjaan 4. Pemahaman pekerjaan 5. Surat Peringatan (SP) 6. Absensi 7. 5S 8. Inisiatif Rancang bangun penilaian kinerja karyawan Laporan hasil penilaian kinerja karyawan Selesai Gambar 4.6 Diagram Alir Penilaian Kinerja Karyawan (Sumber: Penulis) 4.2 Penilaian Kinerja Metode penilaian kinerja industri packaging berupa tingkatan yang menggambarkan kondisi setiap aspek yang dinilai. Penilaian kinerja perusahaan dapat dikategorikan menjadi tiga tingkatan, seperti pada Tabel 4.1.

4 115 Penilaian dilakukan setelah diperoleh hasil penilaian secara kualitatif dan kuantitatif dari masing-masing aspek penilaian. Tabel 4.1 Klasifikasi Skor Penilaian Kinerja Perusahaan No. Predikat 1 Kurang baik 2 Sedang 3 Baik (Sumber: Penulis) Penilaian dikatakan Baik apabila input data indikator penilaian sama dengan standar yang telah ditetapkan. Penilaian Sedang apabila data yang diperoleh berada dalam batas kritis standar ideal dan masih berada dalam batas toleransi. Sementara itu, penilaian Kurang Baik akan diberikan jika data yang diperoleh berada diluar batas toleransi yang telah ditetapkan. Ada beberapa penilaian yang hanya menetapkan dua predikat, yaitu Baik dan Kurang Baik. Hal ini dilakukan apabila perusahaan menetapkan standar dengan toleransi sekecil mungkin ataupun tidak ada toleransi pada proses penilaian tersebut, hal ini dapat dilihat pada penilaian kinerja bahan baku. Penilaian untuk keseluruhan kinerja perusahaan, merupakan penjumlahan dari setiap aspek penilaian kinerja, dimana hasil penjumlahan

5 116 tersebut dapat merepresentasikan kinerja perusahaan, khususnya di dalam lantai produksi selama kurun waktu satu bulan aktivitas usaha. 4.3 Penilaian Kinerja Keseluruhan Penilaian kinerja keseluruhan akan diperoleh apabila kinerja dari setiap indikator sudah diketahui hasilnya. Proses untuk memperoleh hasil penilaian indikator dapat ditentukan berdasarkan pembobotan, jika parameter penilaian banyak. Apabila parameter penilaian sedikit, dapat dilakukan pembuatan kaidah if-then Penentuan Skor Aspek penilaian kinerja yang memiliki banyak indikator akan diberikan skor guna memperoleh nilai akhir dari aspek tersebut. Skor ditentukan berdasarkan akuisisi pakar dan pandangannya terhadap pengaruh indikator tersebut terhadap penilaian aspek. Hal ini terjadi pada saat melakukan penilaian terhadap proses, yang memiliki banyak indikator, sementara hasil akhir yang diharapkan hanya satu penilaian. Skor penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Skor Penilaian Kinerja Perusahaan No. Penilaian Skor 1 Baik 3 2 Sedang 2 3 Kurang baik 1 (Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging)

6 117 Untuk menentukan apakah suatu aspek memiliki nilai Baik, Sedang atau Kurang Baik, diperoleh berdasarkan interval nilai yang ditentukan oleh para pakar dan penulis Penentuan Bobot dan Penilaian Akhir Skor ditetapkan untuk memberikan bobot terhadap indikator, yang akan berpengaruh terhadap penilaian aspek kinerja dan penilaian kinerja lantai produksi perusahaan secara menyeluruh. Bobot didasarkan kepada pendapat pakar, yang berupa daftar isian kuesioner. Metode ini dipilih, jika pakar tidak membuat bobot penilaian secara utuh, misalnya untuk memperoleh nilai akhir penilaian kinerja terdapat tiga aspek penilaian, yaitu mesin, karyawan, dan metode, maka untuk mendapatkan satu penilaian dari ketiga aspek tersebut harus dibuat bobot masing-masing indikator. Bobot dibuat berdasarkan seberapa besar pengaruh indikator tersebut terhadap aspek penilaian. Bentuk kuesioner dan penilaian dapat dilihat pada lampiran. Penilaian secara keseluruhan didasarkan pada kombinasi hasil penilaian dari masingmasing indikator kinerja, sehingga memberikan output berupa klasifikasi skor. Aspek dapat dinilai berdasarkan bobot dari setiap indikator, yang juga merupakan output dari pendapat pakar, seperti tertera pada Tabel 4.3.

7 118 Tabel 4.3 Tabel Bobot Aspek dan Indikator Penilaian Aspek Bobot Indikator Bobot Bahan Baku 25% Critical 60% Major 40% Metode 25% Pengoperasian Mesin Cetak 35% Quality Control Incoming 35% Prosedur Kerja Karyawan 30% Mesin 25% Allocated Downtime 60% Accident Lost Time 40% Karyawan 25% Ketelitian Kerja 15% Kualitas Pekerjaan 25% Keandalan Pekerjaan 10% Pemahaman Pekerjaan 20% Surat Peringatan 10% Absensi 10% 5S 5% Inisiatif 5% (Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging) Apabila Skor dan Bobot sudah diperoleh, maka nilai akhir didapat sebagai hasil perkalian antara skor dan bobot. Pada tahapan ini perlu dilakukan penentuan interval nilai, untuk setiap hasil penilaian, seperti tertera pada Tabel 4.4.

8 119 Tabel 4.4 Interval Penilaian No. Interval Nilai Penilaian 1 X < 80% Kurang Baik 2 80% X < 90% Sedang 3 X 90% Baik (Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging) 4.4 Indikator Penilaian Kinerja Aspek penilaian kinerja, terdiri dari empat aspek yang disebut sebagai 4M, yang terdiri dari Material (bahan baku), Method (metode), Machine (mesin), dan Man (manusia). Proses penilaian kinerja, termasuk dalam penilaian proses yang dilakukan dilantai produksi. Setiap aspek memiliki kriteria penilaian tersendiri, dimana nilai akhir dari aspek tersebut merupakan penjumlahan dari skor yang ditunjukkan oleh setiap kriteria Penilaian Kinerja Proses Penilaian kinerja proses adalah penilaian kinerja terhadap faktor-faktor kritis yang mempengaruhi baik buruknya proses produksi yang terjadi khususnya pada lantai produksi. Penilaian ini akan memberikan masukkan bagi perusahaan, sehingga mampu memperbaiki kondisinya secara lebih baik lagi.

9 120 Penilaian proses dilakukan dengan menilai kinerja material, kinerja metode, kinerja mesin, dan kinerja karyawan. Semua penilaian tersebut hanya dibatasi pada penilaian kinerja dilantai produksi, yang lebih difokuskan pada mesin cetak. Pembahasan secara detail, perlu dilakukan berkenaan dengan penilaian kinerja tersebut Data Perusahaan Pada tahapan ini, tidak ada proses penilaian. Yang ada hanya input data, antara lain : a. Username. b. Password. Tahapan penilaian tidak dapat dilakukan apabila pengguna program tidak memasukkan data perusahaan yang akan dinilai.

10 Penilaian Bahan Baku Penilaian ini perlu dilakukan karena kualitas Industri Packaging sangat tergantung kepada bahan baku, yaitu kertas coated duplex sebagai input. Apabila suatu input memiliki kualitas yang baik, maka akan diperoleh hasil produksi packaging dengan grade tertinggi. Penilaian terhadap bahan baku dilakukan berdasarkan Penilaian Kualitas dan Kuantitas Bahan Baku. Penilaian indikator kualitas dan kuantitas bahan baku tersebut terdapat dua penilaian, yaitu: Critical dan Major. Penilaian critical yaitu indikator penilaian yang memiliki toleransi sangat rendah ataupun tidak memiliki toleransi sama sekali, dengan kata lain 100% kertas coated duplex harus diterima dalam keadaan baik, dimana penilaian critical mempunyai syarat penilaian yaitu; ukuran, kerekatan, arah flute, kesikuan, dan kelengkungan. Sedangkan untuk penilaian major, indikator penilaian memiliki toleransi yang rendah yaitu hanya sebesar 2%. Penilaian tersebut dalam kertas coated duplex yaitu: perbandingan fluting, warna, dan jumlah per ikat. Penilaian kualitas dan kuantitas bahan baku dapat dibagi menjadi beberapa indikator, yang akan menentukan penilaian dari indikator tersebut. Apabila kualitas dan kuantitas

11 122 bahan baku sudah dapat menghasilkan penilaian kualitatif, maka dapat diperoleh penilaian bahan baku secara keseluruhan. Penilaian baik dan buruknya bahan baku dapat ditentukan dari proses Incoming Inspection mengenai batas kritis yang diperoleh dari Tabel Induk Untuk Pemeriksaan Normal yang sesuai dengan Standar Internasional. Adapun bentuk dari Tabel Untuk Pemeriksaan Normal dapat dilihat pada Lampiran. Tujuan dari penilaian kinerja bahan baku adalah sebagai berikut: 1. Menjaga kualitas produk. 2. Mempertahankan kepercayaan pelanggan. 3. Meningkatkan daya saing dengan perusahaan sejenis. Penilaian kinerja bahan baku mempunyai sasaran yang dikhususkan kepada departemen sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi kualitas dan kuantitas bahan baku yang datang dari supplier. Departemen tersebut diantaranya adalah: 1. Departemen Quality Control (Inspector) Sedangkan untuk jangka waktu penilaian kinerja bahan baku, dapat dilakukan setiap bahan baku datang dari supplier

12 123 dan diakumulasi ke dalam satu bulan, dimana dapat digunakan sebagai perbandingan kinerja bahan baku dengan bulan sebelumnya, maupun sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja bahan baku di bulan berikutnya oleh departemen yang bersangkutan. Indikator penilaian kinerja bahan baku yang telah ditentukan memiliki data atau dokumen pendukung yang dapat digunakan sebagai alat untuk pertimbangan menilai bahan baku terhadap fakta-fakta yang terjadi atau dilakukan dalam kurun waktu satu bulan disetiap indikator tersebut. Data atau dokumen pendukung penilaian dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Data atau Dokumen Pendukung Penilaian Kinerja Bahan Baku Indikator Data atau Dokumen Pendukung Critical Major Quality Control Incoming Quality Control Incoming (Sumber: PT. Mitra Surya Eratama Packaging)

13 124 Setiap indikator dari penilaian kinerja bahan baku yang telah ditentukan bersama oleh pakar di PT. Mitra Surya Eratama Packaging, maka dihasilkan juga interval penilaian dari setiap indikator yang termasuk dalam penilaian Kurang Baik, dan Baik. Pada penilaian kinerja bahan baku, hanya terdapat dua tingkat penilaian (kurang baik dan baik), dikarenakan tidak adanya toleransi dalam penilaian tersebut. Interval penilaian setiap indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Interval Penilaian Bahan Baku Berdasarkan Pendapat Pakar Indikator Penilaian Interval Penilaian Critical Major Kurang baik Baik Kurang baik Baik X < 100% X = 100% X < 98% 98% X 100% (Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging) Dibawah ini merupakan gambar pie chart pembagian bobot dari setiap indikator penilaian kinerja bahan baku yang telah disepakati dan ditinjau oleh pakar di PT. Mitra Surya Eratama Packaging:

14 125 Bobot Penilaian Bahan Baku 40% 60% Critical Major Gambar 4.7 Bobot Penilaian Bahan Baku Berdasarkan Pakar (Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging) Contoh Penilaian Kinerja Bahan Baku 1. Critical - Data penilaian critical pada bahan baku didapat dari dokumen pendukung yaitu form incoming inspection dimana inspeksi bahan baku dilakukan setiap bahan baku datang dari supplier yang dapat diakumulasikan setiap bulan. - Penilaian critical bahan baku di perusahaan tidak memiliki toleransi, misalnya dalam bulan Februari bahan baku yang masuk sebesar lembar maka sampel

15 126 yang di hitung sebanyak lembar. Dari semua sampel tersebut yang diterima sejumlah lembar, maka memiliki nilai 100%. - Penilaian critical bahan baku mutlak sebesar 100% yang telah ditentukan oleh pakar di perusahaan, apabila memenuhi maka penilaian tersebut dikatakan Baik. - Penilaian Baik memiliki skor penilaian 3, yang merupakan nilai skor penuh yaitu 3. Dengan kata lain penilaian critical bahan baku harus sebesar Nilai 3 kemudian dikalikan dengan bobot penilaian 3 critical bahan baku yang telah disepakati oleh pakar perusahaan yaitu 60%. - Maka penilaian critical adalah % = 60%. 2. Major - Data penilaian major pada bahan baku didapat dari dokumen pendukung yaitu form incoming inspection, seperti penilaian critical bahan baku, dimana inspeksi

16 127 bahan baku dilakukan setiap bahan baku datang dari supplier yang dapat diakumulasikan setiap bulan. - Penilaian major bahan baku di perusahaan memiliki toleransi sangat kecil yaitu hanya sebesar 2%, misalnya dalam bulan Februari bahan baku yang masuk sebesar lembar, maka sampel yang di hitung sebanyak lembar dari semua sampel tersebut yang boleh dikatakan reject hanya sebanyak 21 lembar (berdasarkan Tabel Induk untuk Pemeriksaan Normal, maka presentase yang diterima masih diatas 98%. - Jika dilihat interval penilaian major yang telah ditetapkan bersama dengan pakar perusahaan, maka termasuk penilaian Baik. - Penilaian Baik memiliki skor penilaian 3, yang merupakan nilai skor penuh yaitu 3, dengan kata lain penilaian major bahan baku harus sebesar Nilai 3 kemudian dikalikan dengan bobot penilaian 3 major bahan baku yang telah disepakati oleh pakar perusahaan yaitu 40%.

17 128 - Maka penilaian major adalah % = 40%. 3. Penilaian akhir kinerja bahan baku = critical + major = 60% + 40% = 100% Penilaian Metode Penilaian kinerja metode didasarkan kepada audit kesesuaian prosedur kerja yang harus dijalankan. Penilaian metode tersebut adalah: 1. Metode yang dilakukan karyawan dalam menjalankan mesin cetak. 2. Quality Control Incoming bahan baku. 3. Prosedur kerja karyawan. Secara lebih jelas, penilaian kinerja metode bertujuan sebagai berikut:

18 Memparlancar proses produksi. 2. Meningkatkan efisiensi waktu kerja. 3. Meminimalisir produk defect. 4. Mengurangi tingkat kecelakaan. Penilaian kinerja metode mempunyai sasaran yang dikhususkan kepada departemen sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi kinerja metode tersebut selama produksi. Departemen tersebut diantaranya adalah: 1. Departemen Quality Control. 2. Departemen offset (Mesin cetak). Sedangkan untuk jangka waktu penilaian kinerja metode, dapat dilakukan dalam kurun waktu satu bulan, dimana dapat digunakan sebagai perbandingan kinerja metode dengan bulan sebelumnya, maupun sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja metode di bulan berikutnya oleh departemen yang bersangkutan. Indikator penilaian kinerja metode yang telah ditentukan memiliki data atau dokumen pendukung yang dapat digunakan sebagai alat untuk pertimbangan menilai metode

19 130 terhadap fakta-fakta yang terjadi atau dilakukan selama dalam kurun waktu satu bulan disetiap indikator tersebut, data atau dokumen pendukung penilaian dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Data atau Dokumen Pendukung Penilaian Kinerja Metode Indikator Pengoperasian Mesin Cetak Quality Control Incoming Data atau Dokumen Pendukung Audit Kesesuaian Mesin Cetak Audit Kesesuaian QC Incoming Prosedur Kerja Karyawan Audit kesesuaian Karyawan (Sumber : PT. Mitra Surya Eratama Packaging) Setiap indikator dari penilaian kinerja metode yang telah ditentukan bersama oleh pakar di PT. Mitra Surya Eratama Packaging, maka dihasilkan juga interval penilaian dari setiap indikator yang termasuk dalam penilaian Kurang Baik, Sedang, dan Baik. Interval penilaian setiap indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.8.

20 131 Tabel 4.8 Interval Penilaian Metode Berdasarkan Pendapat Pakar Indikator Penilaian Interval Penilaian Pengoperasian Mesin Cetak Quality Control Incoming Prosedur Kerja Karyawan Kurang baik Sedang Baik Kurang baik Sedang Baik Kurang baik Sedang Baik X < 70% 70% X < 80% X 80% X < 70% 70% X < 80% X 80% X < 70% 70% X < 80% X 80% (Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging) Dibawah ini merupakan gambar pie chart pembagian bobot dari setiap indikator penilaian kinerja metode yang telah disepakati dan ditinjau oleh pakar di PT. Mitra Surya Eratama Packaging.

21 132 Bobot Penilaian Metode 30% 35% Pengoperasian mesin cetak 35% Quality Control Incoming Prosedur kerja karyawan Gambar 4.8 Bobot Penilaian Metode Berdasarkan Pakar (Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging) Contoh Penilaian Kinerja Metode 1. Pengoperasian Mesin Cetak - Data audit kinerja pada mesin cetak didapat dari dokumen atau form audit kesesuaian mesin cetak, yang dapat dinilai dalam waktu satu bulan. Dokumen audit kesesuaian mesin cetak tersebut berisikan beberapa pertanyaan yang ditujukan kepada karyawan yang mengoperasikan mesin cetak. - Dari data laporan audit kesesuaian mesin cetak yang dikeluarkan setiap bulan, misalnya saja bulan Februari didapat data dari prosedur kerja pengoperasian mesin

22 133 cetak, hanya 9 prosedur yang dijalankan dari keseluruhan 15, berarti memiliki persentase 60%. - Maka 60% apabila dilihat dalam interval penilaian pengoperasian mesin cetak yang telah disepakati bersama pakar tesebut berada dalam penilaian kurang baik. - Penilaian kurang baik memiliki skor penilaian 1, dimana nilai skor tertinggi yaitu 3, maka perbandingan penilaian yaitu Nilai 1 tersebut kemudian dikalikan dengan bobot 3 penilaian pengoperasian mesin cetak yang telah disepakati pakar yaitu 35%. - Maka penilaian pengoperasian mesin cetak adalah % = 11.67%. 2. Quality Control Incoming - Data audit kinerja pada bahan baku didapat dari dokumen atau form audit kesesuaian quality control incoming, yang dapat dinilai dalam waktu satu bulan. Dokumen

23 134 audit kesesuaian bahan baku tersebut berisikan beberapa pertanyaan yang ditujukan kepada karyawan yang melakukan pengecekan terhadap bahan baku. - Dari data laporan audit kesesuaian bahan baku yang dikeluarkan setiap bulan, misalnya saja bulan Februari didapat data dari prosedur kerja pengecekan bahan baku, hanya 7 prosedur yang dijalankan dari keseluruhan 10, berarti memiliki persentase 70%. - Maka 70% apabila dilihat dalam interval penilaian pengoperasian mesin cetak yang telah disepakati bersama pakar tesebut berada dalam penilaian sedang. - Penilaian sedang memiliki skor penilaian 2, dimana nilai skor tertinggi yaitu 3, maka perbandingan penilaian yaitu Nilai 2 tersebut kemudian dikalikan dengan bobot 3 penilaian pengoperasian mesin cetak yang telah disepakati pakar yaitu 35%.

24 135 - Maka penilaian pengoperasian mesin cetak adalah % = 23.33%. 3. Prosedur Kerja Karyawan - Data audit kinerja pada karyawan didapat dari dokumen atau form audit kesesuaian karyawan, yang dapat dinilai dalam waktu satu bulan. Dokumen audit kesesuaian karyawan tersebut berisikan beberapa pertanyaan yang ditujukan kepada karyawan di dalam melakukan pekerjaan. - Dari data laporan audit kesesuaian karyawan yang dikeluarkan setiap bulan, misalnya saja bulan Februari didapat data dari prosedur kerja rutin yang harus dikerjakan oleh karyawan, terdapat 8 prosedur yang dijalankan dari keseluruhan 10, berarti memiliki persentase 80%. - Maka 80% apabila dilihat dalam interval penilaian prosedur kerja karyawan yang telah disepakati bersama pakar tesebut berada dalam penilaian baik.

25 136 - Penilaian baik memiliki skor penilaian 3, dimana nilai skor tertinggi yaitu 3, maka perbandingan penilaian yaitu Nilai 3 tersebut kemudian dikalikan dengan bobot 3 penilaian pengoperasian mesin cetak yang telah disepakati pakar yaitu 30%. - Maka penilaian pengoperasian mesin cetak adalah % = 30%. 4. Penilaian akhir kinerja metode = Pengoperasian mesin cetak + Quality control incoming + Prosedur kerja karyawan = 11,667% + 23,333% + 30% = 65%

26 Penilaian Mesin Penilaian kinerja mesin dapat ditentukan oleh masalahmasalah yang terjadi pada mesin tersebut di saat proses produksi berlangsung, dalam hal ini penilaian kinerja difokuskan pada mesin cetak. Mesin cetak merupakan mesin yang paling banyak jumlahnya di dalam pabrik packaging. Penilaian yang dilakukan adalah Allocated Downtime yaitu waktu yang dialokasikan untuk terhentinya proses produksi, dikarenakan mesin harus diperiksa, dibersihkan, dan diperbaiki serta Accident Lost Time yaitu waktu terhentinya kegiatan proses produksi secara tiba-tiba, dikarenakan mesin rusak atau terjadi kecelakaan. Hal ini perlu dilakukan mengingat mesin cetak sebagai alat utama keberhasilan proses produksi industri packaging. Tujuan dari penilaian kinerja mesin cetak (offset) adalah sebagai berikut: 1. Memparlancar proses produksi. 2. Meningkatkan efisiensi biaya, waktu, dan tenaga kerja yang digunakan untuk perbaikan. 3. Meminimalisir produk defect.

27 138 Penilaian kinerja mesin cetak (offset) mempunyai sasaran yang dikhususkan kepada departemen sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi kinerja mesin tesebut selama produksi, departemen tersebut diantaranya adalah: 1 Departemen Offset (Mesin cetak) Sedangkan untuk jangka waktu penilaian kinerja mesin cetak dapat dilakukan dalam kurun waktu satu bulan, dimana dapat digunakan sebagai perbandingan kinerja mesin cetak dengan bulan sebelumnya, maupun sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja kinerja mesin cetak di bulan berikutnya oleh departemen yang bersangkutan. Indikator penilaian kinerja mesin cetak yang telah ditentukan memiliki data atau dokumen pendukung yang dapat digunakan sebagai alat untuk pertimbangan menilai mesin cetak terhadap fakta-fakta yang terjadi atau dilakukan selama dalam kurun waktu satu bulan disetiap indikator tersebut, data atau dokumen pendukung penilaian dapat dilihat pada Tabel 4.9.

28 139 Tabel 4.9 Data atau Dokumen Pendukung Penilaian Kinerja Mesin Indikator Allocated Downtime Allocated Lost Time Data atau Dokumen Pendukung Laporan Divisi Offset Laporan Divisi Offset (Sumber: PT. Mitra Surya Eratama Packaging) Setiap indikator dari penilaian kinerja mesin yang telah ditentukan bersama oleh pakar di PT. Mitra Surya Eratama Packaging, maka dihasilkan juga interval penilaian dari setiap indikator yang termasuk dalam penilaian Kurang Baik, Sedang, dan Baik. Interval penilaian setiap indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.10 Interval Penilaian Mesin Berdasarkan Pendapat Pakar Indikator Penilaian Interval Penilaian Allocated Downtime Kurang baik Sedang Baik X > 5% X = 5% X < 5%

29 140 Accident Lost Time Kurang baik Sedang Baik X > 5% X = 5% X < 5% (Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging) Dibawah ini merupakan gambar pie chart pembagian bobot dari setiap indikator penilaian kinerja mesin cetak yang telah disepakati dan ditinjau oleh pakar di PT. Mitra Surya Eratama Packaging. Bobot Penilaian Mesin 0% Allocated Downtime 60% Accident Lost Time Gambar 4.9 Bobot Penilaian Mesin Berdasarkan Pakar (Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging)

30 141 Contoh Penilaian Kinerja Mesin 1. Allocated Downtime - Data Allocated Downtime didapat dari dokumen divisi offset yang dapat dinilai setiap kali melakukan percetakan yang kemudian Allocated Downtime tersebut dapat diakumulasi setiap satu bulan produksi. - Dari data laporan divisi offset yang dikeluarkan setiap bulan, misalnya saja bulan Februari didapat data terjadi waktu tidak produktif 13% dimana 9,8%-nya merupakan waktu Allocated Downtime. - Maka 9,8% apabila dilihat dalam interval penilaian Allocated Downtime yang telah disepakati bersama pakar tesebut berada dalam penilaian Kurang Baik. - Penilaian Kurang Baik memiliki skor penilaian 1, dimana nilai skor tertinggi yaitu 3, maka perbandingan penilaian yaitu 3 1.

31 142 - Nilai 1 tersebut kemudian dikalikan dengan bobot 3 penilaian Allocated Downtime yang telah disepakati pakar yaitu 60%. - Maka penilaian Allocated Downtime adalah % = 20%. 2. Accident Lost Time - Data Accident Lost Time didapat dari dokumen divisi offset yang dapat dinilai setiap kali melakukan percetakan yang kemudian Accident Lost Time tersebut dapat diakumulasi setiap satu bulan produksi. - Dari data laporan divisi offset yang dikeluarkan setiap bulan, misalnya saja bulan Februari didapat data terjadi waktu tidak produktif 13% dimana 3.2%-nya merupakan waktu Accident Lost Time. - Maka 3,2% apabila dilihat dalam interval penilaian Accident Lost Time yang telah disepakati bersama pakar tesebut berada dalam penilaian Baik.

32 143 - Penilaian Baik memiliki skor penilaian 3, dimana nilai skor tertinggi yaitu 3, maka perbandingan penilaian yaitu Nilai 3 tersebut kemudian dikalikan dengan bobot 3 penilaian Accident Lost Time yang telah disepakati pakar yaitu 40%. - Maka penilaian Accident Lost Time adalah % = 40%. 3. Penilaian akhir kinerja mesin = Allocated Downtime + Accident Lost Time = 20% + 40% = 60%

33 Penilaian Karyawan Penilaian kinerja karyawan dapat dilihat dari beberapa indikator yang dapat mengindikasikan baik atau buruknya proses produksi. Indikator-indikator tersebut yang secara umum dapat dinilai diantaranya adalah: Ketelitian Kerja, Kualitas Pekerjaan, Keandalan Pekerjaan, Pemahaman Pekerjaan, Surat Peringatan, Absensi, 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Sitsuke), dan Inisiatif yang diberikan oleh karyawan sebagai masukan kepada perusahaan. Hal ini juga bertujuan untuk melihat sejauh mana perusahaan, khususnya bagian produksi dapat memotivasi karyawannya untuk bekerja dan memberikan rasa nyaman dan aman dalam bekerja. Secara lebih jelas penilaian kinerja karyawan bertujuan sebagai berikut: 1. Proses evaluasi terstruktur dan objektif. 2. Menjaga kualitas Sumber Daya Manusia PT. Mitra Surya Eratama Packaging. 3. Meningkatkan kinerja dan daya saing operator.

34 145 Penilaian kinerja karyawan mempunyai sasaran yang dikhususkan kepada departemen sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi kinerja karyawannya, departemen tersebut diantaranya adalah: 1. Departemen Quality Control (Inspector) 2. Departemen Offset (mesin cetak) Sedangkan untuk jangka waktu penilaian kinerja karyawan dapat dilakukan setiap bulan, dimana dapat digunakan sebagai perbandingan kinerja karyawan dengan bulan sebelumnya, maupun sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan di bulan berikutnya oleh departemen yang bersangkutan. Indikator penilaian kinerja karyawan yang telah ditentukan memiliki data atau dokumen pendukung yang dapat digunakan sebagai alat untuk pertimbangan menilai karyawan terhadap fakta-fakta yang terjadi atau dilakukan selama dalam kurun waktu satu bulan pada setiap indikator tersebut, data atau dokumen pendukung penilaian dapat dilihat pada Tabel 4.11.

35 146 Tabel 4.11 Data atau Dokumen Pendukung Penilaian Kinerja Karyawan Indikator Ketelitian Kerja Kualitas Pekerjaan Keandalan Pekerjaan Pemahaman Pekerjaan Surat Peringatan Absensi 5S Inisiatif Data atau Dokumen Pendukung Laporan ketidaksesuaian Pencapaian sasaran mutu Audit kesesuaian Checklist berdasarkan jobdesc/kompetensi Data HRD Data HRD Audit team 5S Data HRD (Sumber: PT. Mitra Surya Eratama Packaging) Setiap indikator dari penilaian kinerja karyawan yang telah ditentukan bersama oleh pakar di PT. Mitra Surya Eratama Packaging maka dihasilkan juga interval penilaian dari setiap indikator yang termasuk dalam penilaian Kurang Baik, Sedang, dan Baik. Interval penilaian setiap indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.12.

36 147 Tabel 4.12 Interval Penilaian Karyawan Berdasarkan Pendapat Pakar Indikator Penilaian Interval Penilaian Ketelitian Kerja Kualitas Pekerjaan Keandalan Pekerjaan Pemahaman Pekerjaan Surat Peringatan Absensi Kurang baik Sedang Baik Kurang baik Sedang Baik Kurang baik Sedang Baik Kurang baik Sedang Baik Kurang baik Sedang Baik Kurang baik Sedang Baik X 3 X = 2 X < 2 X 70% 70 % < X 80% X > 80% X 80% 80% < X 90% X > 90 % X 80% 80% < X 90% X > 90 % 2 X 3 X = 1 X = 0 X 5 2 X 3 X 1

37 148 5S Inisiatif Kurang baik Sedang Baik Kurang baik Sedang Baik < 3 Seiri 3 Seiri 8 Seiton 9 Seiton 8 Seiso X = 0 X = 1 X 2 (Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging) Dibawah ini merupakan gambar pie chart pembagian bobot dari setiap indikator penilaian kinerja karyawan yang telah disepakati dan ditinjau oleh pakar di PT. Mitra Surya Eratama Packaging. Gambar 4.10 Bobot Penilaian Karyawan Berdasarkan Pakar (Sumber: Penulis dan PT. Mitra Surya Eratama Packaging)

38 149 Contoh Penilaian Kinerja Karyawan 1. Ketelitian Kerja - Data ketelitian kerja karyawan diambil dari form laporan ketidaksesuaian selama sebulan, kasus-kasus yang terjadi karena ketidaktelitian karyawan mesin antara lain: tidak teliti dalam melihat warna, dan kesalahan setting kertas. - Setiap form laporan ketidaksesuaian yang dikeluarkan merupakan gambaran terjadinya kasus ketidaktelitian yang terjadi pada mesin cetak. Misalnya, dalam produksi bulan Februari terdapat 4 form laporan ketidaksesuaian yang mengindikasikan terjadinya cacat. - Banyaknya form laporan ketidaksesuaian dalam bulan Februari adalah berjumlah 4 buah, jika dikaitkan dengan interval penilaian yang telah ditentukan dan disepakati bersama pakar perusahaan maka masuk dalam penilaian Kurang baik. - Penilaian Kurang baik memiliki skor penilaian 1 dimana penilaian Baik memiliki skor penuh yaitu 3,

39 150 maka pada bulan Februari penilaian ketelitian kerja memiliki nilai Nilai 1 tersebut lalu dikalikan pada bobot penilaian 3 ketelitian kerja yang telah disepakati pakar yaitu 15% - Maka penilaian ketelitian kerja adalah % = 5% 2. Kualitas pekerjaan - Data kualitas pekerjaan karyawan didapat dari dokumen pencapaian sasaran mutu selama periode satu bulan. - Dari dokumen pencapaian sasaran mutu dapat dilihat sasaran mutu yang telah didapat, misalnya pencapaian sasaran mutu bulan Februari sebesar 80%. - Maka nilai 80% dalam interval penilaian kualitas pekerjaan yang telah ditentukan dan disepakati pakar perusahaan tersebut berada dalam penilaian Sedang.

40 151 - Penilaian Sedang memiliki skor penilaian 2, dimana merupakan penilaian dengan skor penuh, maka pada bulan Februari penilaian kualitas pekerjaan yaitu Nilai 2 tersebut kemudian dikalikan bobot penilaian 3 kualitas pekerjaan yang telah disepakati pakar yaitu 25%. - Maka penilaian kualitas pekerjaan adalah % = 16.67% 3. Keandalan pekerjaan - Data keandalan pekerjaan karyawan dapat dianalisa dari dokumen audit kesesuaian selama periode satu bulan. - Dokumen audit kesesuaian merupakan tahapan yang harus dijalankan karyawan dalam periode waktu satu bulan, misalnya pada bulan Februari dari 10 tahapan yang dijalankan hanya 6, maka presentase yang dikerjakan sebanyak 60%. - Kemudian presentase keandalan pekerjaan karyawan sebesar 60% termasuk dalam interval penilaian Kurang

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Pemrograman Sistem Penilaian Kinerja Dalam membangun sebuah sistem diperlukan tahapan-tahapan tertentu, dimana setiap tahapan tersebut memiliki aspek

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian 3.1.1 Definisi Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian yang

Lebih terperinci

pakar perusahaan. keandalan pekerjaan karyawan 3 1 kemudian dikalikan dengan bobot penilaian 3 10%. 3.33%. 4. Pemahaman pekerjaan

pakar perusahaan. keandalan pekerjaan karyawan 3 1 kemudian dikalikan dengan bobot penilaian 3 10%. 3.33%. 4. Pemahaman pekerjaan 152 Baik dimana interval tersebut telah disepakati bersama pakar perusahaan. - Penilaian Kurang Baik memiliki skor penilaian 1, sedangkan skor penuh yaitu 3, maka penilaian keandalan pekerjaan karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pada dasarnya bertujuan mendapatkan keuntungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pada dasarnya bertujuan mendapatkan keuntungan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan pada dasarnya bertujuan mendapatkan keuntungan yang maksimal, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Tujuan ini dapat tercapai apabila perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan pengendalian kualitas produk dalam proses produksinya sampai pengendalian kualitas produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Untuk mencari akar penyebab masalah maka data harus dianalisa untuk menghasilkan perbaikan yang tepat. Hasil pengolahan data pada bab IV dijadikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan 81 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan dalam Bab IV dan dikaitkan dengan rumusan masalah pada Bab I, maka dapat dihasilkan beberapa

Lebih terperinci

Pendahuluan. I.1 Latar belakang

Pendahuluan. I.1 Latar belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap yaitu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, persaingan semakin ketat sehingga industri yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa harus dapat unggul dalam pasar. Kepuasan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Secara umum, penelitian ini bertujuan membantu perusahaan dalam

BAB IV PEMBAHASAN. Secara umum, penelitian ini bertujuan membantu perusahaan dalam BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Secara umum, penelitian ini bertujuan membantu perusahaan dalam menekan tingkat terjadinya kecacatan produk yang terjadi selama proses produksinya dengan efektif dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 81 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Dalam melakukan penelitian di PT. Multi Bintang Indonesia mengenai penerapan 5S, peneliti menyusun suatu kerangka berpikir yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perusahaan dalam hal untuk meningkatkan produktivitasnya harus mempunyai sistem produksi yang baik dengan proses yang terkendali agar dapat memberikan output yang sesuai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu mulai dari tahap pendahuluan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan dan analisis data, serta tahap pembuatan kesimpulan.

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT DEFINISI Peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk berkomunikasi secara luas dan sekaligus melalui petapeta

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Pembagian tugas dan tanggung jawab dari jabatan pada struktur organisasi perusahaan, yaitu : 1. Direktur Adapun kewajiban Direktur

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 1.1 Tahap Analyze 1.1.1 Diagram Pareto Pada tahapan Analyse diagram pareto berguna untuk membantu mengurutkan prioritas penyelesaian masalah yang harus dilakukan. Yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Metode penelitian ini merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapantahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan maupun bagian yang

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan data Observasi dilakukan pada lantai Produksi dan dikhususkan pada proses pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan buku,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK PT Sahabat Buana adalah perusahaan yang memproduksi bijih-bijih plastik dimana terdapat banyak pesaing, untuk itu perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lean dan Six sigma merupakan dua metodologi perbaikan yang berbeda satu sama lain dalam hal target, fokus maupun metode yang digunakan. Dalam perkembangan dunia bisnis

Lebih terperinci

TUGAS BESAR III LEAN SIX SIGMA JOURNAL REVIEW SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEDE SUDRAJATTULLOH

TUGAS BESAR III LEAN SIX SIGMA JOURNAL REVIEW SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEDE SUDRAJATTULLOH TUGAS BESAR III LEAN SIX SIGMA JOURNAL REVIEW SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEDE SUDRAJATTULLOH 411110023 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS MA CHUNG MALANG 2013 JOURNAL

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian akan dilakukan dengan langkah-langkah berikut Gambar 3.1: Gambar 3.1 Diagram Alir 11 12 Gambar 3.2 Diagram Alir (Lanjutan) 3.2 Langkah-Langkah Penelitian

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. perhitungan dan analisa yang telah dilakukan, sehubungan dengan hasil yang didapat

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. perhitungan dan analisa yang telah dilakukan, sehubungan dengan hasil yang didapat BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Tahap akhir dari penelitian ini ialah mengambil kesimpulan dari hasil perhitungan dan analisa yang telah dilakukan, sehubungan dengan hasil yang didapat maka penulis memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persaingan yang terjadi di dunia industri manufaktur dalam merebut pasar pada era globalisasi ini semakin tajam. Hal tersebut mendorong harapan pelanggan akan produk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di CV.Mabar Karya Utama Medan yang berada di Jl. Mabar. Penelitian ini dimulai dari tanggal 08 Agustus 013 sampai tanggal

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa perbandingan setelah menggunakan 5S Penerapan 5S pada PT. TJM Internasional divisi warehouse terutama packing dilakukan dengan melibatkan pihak terkait

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis Penelitian bersifat deskriptif yang artinya mengumpulkan data yang dibutuhkan yang dikumpulkan yang diteliti dan diolah untuk mudah dimengerti. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec, BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define Aktivitas proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Semarang Plant Central java ini dianalisis menggunakan diagram SIPOC (Supplier-Input-Proccess-Output- Customer).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Memasuki perkembangan era global seperti saat ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat nasional, maupun internasional,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi maintenance Maintenance (perawatan) menurut Wati (2009) adalah semua tindakan teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 51 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, akan dijelaskan terlebih dahulu bagaimana cara kerja sistem pengendalian kualitas yang dilakukan pada saat paling awal yaitu mulai

Lebih terperinci

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah para karyawan produksi PT.

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah para karyawan produksi PT. V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah para karyawan produksi PT. AKM Bekasi sebanyak 102 orang. Profil responden dijelaskan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak.

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak. PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Theresia Sihombing *), Ratna Purwaningsih Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 57 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT. Inkoasku merupakan salah satu perusahaan industri otomotif yang bergerak dalam bidang Wheel Rim Manufakturing.

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

Kegiatan Diagnosa IKM oleh Konsultan Diagnosis IKM (Shindan Shi) Doni Primadi

Kegiatan Diagnosa IKM oleh Konsultan Diagnosis IKM (Shindan Shi) Doni Primadi Kegiatan Diagnosa IKM oleh Konsultan Diagnosis IKM (Shindan Shi) Doni Primadi Shindan : Kegiatan pelayanan konsultasi diagnosis IKM berupa analisis manajemen & teknik produksi, mutu, bahan baku/pembantu,

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Pada bagian ini akan diuraikan langkah-langkah pemecahan masalah yang dihadapi dan dapat digambarkan pada flowchart di bawah ini: Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian atau tahapan-tahapan penelitian yang akan dilalui dari awal sampai akhir. Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan National Garment merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pembuatan barang fashion seperti kaos,kemeja,celana,jaket

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Aktual Jumlah Frekuensi Cacat PT. X

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Aktual Jumlah Frekuensi Cacat PT. X BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi sepatu. Sebagai salah satu perusahaan yang menghasilkan produk kelas dunia, maka kualitas

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya telah dibahas pada bab sebelumnya (Bab IV). Dimana cacat yang terjadi

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya telah dibahas pada bab sebelumnya (Bab IV). Dimana cacat yang terjadi BAB V ANALISA HASIL Dalam bab ini akan membahas tentang analisa hasil pengendalian proses yang sebelumnya telah dibahas pada bab sebelumnya (Bab IV). Dimana cacat yang terjadi pada proses powder coating

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Industri nasional tumbuh 7.9% pada tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Industri nasional tumbuh 7.9% pada tahun 2007 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan pembangunan nasional. Industri nasional tumbuh 7.9% pada tahun 2007 (Sumber: Departemen Perindustrian).

Lebih terperinci

Tabel 4.38 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Filler. Tabel 4.39 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Pasteur

Tabel 4.38 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Filler. Tabel 4.39 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Pasteur Tabel 4.38 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Filler Tabel 4.39 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Pasteur Tabel 4.40 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Labeller Tabel 4.41 Metode 5W+1H dan Analisis

Lebih terperinci

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Juni 03, pp.-8 ISSN 30-495X Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 0J Untuk Meningkatkan Produktivitas Ridwan Mawardi, Lely Herlina, Evi Febianti 3,,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan proses pengumpulan data dan pengolahannya diperoleh data dalam bentuk diagram pareto, dari diagram pareto tersebut dapat diketahui bahwa orhanisasi/perusahaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak manajemen

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak manajemen BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak manajemen perusahaan PT. X, khususnya pada bagian quality control, penulis menarik simpulam sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada proses bahan baku, proses produksi, dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan

Lebih terperinci

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang)

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang) Debora Anne Y. A., Desy Gunawan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif (descriptif research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun berada dalam kondisi perekonomian yang cenderung tidak stabil. Hal tersebut memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam) BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN 5.1 Analisa Nilai Availability Table 5.1 Nilai Availability Mesin Steam Ejector Planned Equipment Loss Time Availability Januari 42 6 36 85.71 Februari 44 7 37 84.09 Maret

Lebih terperinci

Variable X. Audit Operasional

Variable X. Audit Operasional Variable X Audit Operasional Indicator No Kuesioner Ya Tidak Independensi 1 Apakah auditor merupakan staff khusus yang terpisah dari kegiatan operasional perusahaan? 2 Apakah auditor cukup independent

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap,

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai evaluasi kinerja supplier pada perusahaan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya yaitu: 1. Terdapat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Selama ini Perusahaan

Lebih terperinci

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN:

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN: Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun 201 4 ISBN: 978-602-1180-04-4 ANALISIS PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) MENGGUNAKAN OVERALL EQUIPMENT EFECTIVENESS (OEE) DAN SIX BIG LOSSES PADA MESIN CAVITEC DI

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam rangka peran serta mewujudkan Pembangunan Nasional, khususnya

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam rangka peran serta mewujudkan Pembangunan Nasional, khususnya BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan Dalam rangka peran serta mewujudkan Pembangunan Nasional, khususnya dibidang industri, PT. PAKOAKUINA bergerak dalam bidang industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PADA HASIL PERCETAKAN DENGAN METODE SEVEN STEPS DI CV. RESNA OFFSET SURAKARTA

PENGENDALIAN KUALITAS PADA HASIL PERCETAKAN DENGAN METODE SEVEN STEPS DI CV. RESNA OFFSET SURAKARTA PENGENDALIAN KUALITAS PADA HASIL PERCETAKAN DENGAN METODE SEVEN STEPS DI CV. RESNA OFFSET SURAKARTA TUGAS AKHIR DIajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Industri ALBERTUS

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG

ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG ANALISA PENYEBAB CACAT PADA PROSES PRODUKSI GALVANIZED IRON DIVISI COIL TO COIL (SHEAR LINE 1 DAN 4) DI PT. FUMIRA SEMARANG Nia Budi Puspitasari Program Studi Teknik Industri UNDIP Abstrak Sebagai salah

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dengan baik. Adapun kebutuhan perangkat lunak (software) dan perangkat keras

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dengan baik. Adapun kebutuhan perangkat lunak (software) dan perangkat keras BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sebelum mengimplementasikan dan menjalankan Sistem Informasi Pengendalian Persediaan Barang pada UD. Mekaryo Utomo dibutuhkan perangkat keras dan perangkat

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1 Total Jumlah Produksi pada Tahun 2011

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1 Total Jumlah Produksi pada Tahun 2011 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Persaingan global yang semakin ketat, secara tidak langsung, menuntut para pelaku usaha untuk selalu menghasilkan produk yang berkualitas dan berdaya saing. Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Abadi Genteng, Jatiwangi, merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam pembuatan genteng dan aksesorisnya. Perusahaan ini termasuk jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu perusahaan manufaktur, sistem manajemen harus

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu perusahaan manufaktur, sistem manajemen harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di dalam suatu perusahaan manufaktur, sistem manajemen harus diperhatikan dengan baik, guna membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya yaitu mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 82 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Perumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Model dalam perumusan masalah dan pengambilan keputusan yang digunakan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini adalah

Lebih terperinci

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) PERTEMUAN #13 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan produk plastik pada saat ini cukup pesat dimana semakin meningkatnya pemesanan oleh masyarakat. Oleh karena itu PT. PANCA BUDI IDAMAN lebih meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define 5.2 Tahap Measure Jenis Cacat Jumlah Cacat jumlah

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define 5.2 Tahap Measure Jenis Cacat Jumlah Cacat jumlah 59 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define National Garmen merupakan sebuah industri pembuatan baju kemeja, kaos polo, kaos oblong dan jaket. Sistem produksi pada National Garmen berdasarkan make by order yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Latar Belakang Perusahaan Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia (Pro Tec) merupakan perusahaan perakit komponen-komponen untuk perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Produk yang dikatakan berkualitas adalah produk yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Maka dari itu setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menghasilkan produk berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data yang dilakukan penulis menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan pada Lini 2 bagian produksi Consumer Pack, yang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM 5S SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KERJA

IMPLEMENTASI PROGRAM 5S SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KERJA TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI PROGRAM 5S SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KERJA (Studi Kasus di: CV. Permata Tujuh Wonogiri) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan PT Anugrah Plastindo Lestari adalah suatu Perseroan Terbatas yang didirikan pada tanggal 01 Desember 1994 dengan nomor akte pendirian 02-2185.HT.01.01.

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC) Produk Kue Astor untuk Meminimumkan Produk Rusak Pada PT. Prima Jaya A.M.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disesuaikan dengan jumlah order yang dimiliki oleh suatu industri, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang disesuaikan dengan jumlah order yang dimiliki oleh suatu industri, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini hampir semua perusahaan yang bergerak di bidang industri dihadapkan pada tingkat persaingan yang semakin kompetitif. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar

BAB IV PEMBAHASAN. dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survei Pendahuluan Evaluasi Sistem Pengendalian Internal pada PT Bondor Indonesia diawali dengan melakukan survei pendahuluan guna memperoleh informasi seputar latar belakang perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 23 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan Pertama berdirinya PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera di Tangerang adalah melalui tahapan yang begitu kecil. Dalam awal pendiriannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Bridgestone Tire Indonesia, merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang pembuatan produk ban. Agar perusahaan tetap bersaing dengan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahaluan Total Produktive Maintenance (TPM) merupakan salah satu konsep inovasi dari Jepang, dan Nippondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan dan mengembangkan konsep

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK KARTON BOX DI PT. DAYACIPTA KEMASINDO PLANT CIBITUNG

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK KARTON BOX DI PT. DAYACIPTA KEMASINDO PLANT CIBITUNG MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK KARTON BOX DI PT. DAYACIPTA KEMASINDO PLANT CIBITUNG Oleh: Renny Desiana Sodikin (37413412) Dosen Pembimbing: Arief Nurdini, ST., MT. LATAR BELAKANG Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA Data data yang ditampilkan dalam Bab sebelumnya akan dijadikan bahan analisa dalam mendukung dan mendukung usaha perbaikan mutu yang mengarah kepada peningkatan efisiensi

Lebih terperinci