KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013

2 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Sumatera Utara. Pada periode ini mengulas dinamika ekonomi di Sumut pada Triwulan I-2013 yang tercermin dari perkembangan makroekonomi regional, perbankan, keuangan daerah, dan sistem pembayaran, serta prospek ekonomi Sumut ke depan. Analisis dilakukan berdasarkan data laporan bulanan bank umum dan BPR, data statistik dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, data dari instansi/lembaga terkait lainnya serta informasi dari para pelaku ekonomi utama di Sumatera Utara. Dari analisis yang kami lakukan, dapat kami sampaikan bahwa secara umum kondisi perekonomian Sumut pada triwulan I-2013 cukup baik di tengah kondisi perekonomian global yang masih bergejolak. Perekonomian Sumatera Utara tetap tumbuh stabil, pada level 6,14% (yoy). Peningkatan investasi dan aktivitas konsumsi yang tumbuh masing-masing 14,49% dan 7,39% (yoy) menjadi motor penggerak ekonomi. Hal ini juga ditunjang oleh kinerja ekspor yang meningkat dengan pertumbuhan sebesar 2,00% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Masih stabilnya pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2013 juga tidak terlepas dari peran kredit perbankan yang tumbuh cukup tinggi pada triwulan ini yaitu sebesar 21,98% (yoy). Sementara itu, Inflasi tercatat relatif meningkat dibanding triwulan sebelumnya, yaitu di level 5,82% (yoy), namun nilai tersebut masih lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 5,90%. Ke depan kami optimis perekonomian Sumatera Utara bisa tumbuh lebih tinggi pada kisaran angka 6,2% 6,3% (yoy) pada triwulan II-2013 yang masih ditopang oleh konsumsi dan investasi. Pertumbuhan investasi pada triwulan I-2013 diperkirakan akan masih berlanjut di triwulan mendatang. Sementara di sisi lain, beberapa upward risk seperti rencana kenaikan harga BBM bersubsidi, rencana kenaikan harga LPG 12 kg, dan dampak kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) diperkirakan akan sedikit mendorong laju inflasi pada triwulan II-2013 pada kisaran 5,4 5,5% (yoy). Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah menyediakan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan buku ini. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Medan, Mei 2013 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX (SUMATERA UTARA DAN ACEH) Hari Utomo Direktur Eksekutif i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GRAFIK... vii RINGKASAN UMUM... xi BAB 1 EKONOMI MAKRO REGIONAL Kondisi Umum Analisis Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor dan Impor Analisis Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel, dan restoran Sektor Keuangan Sektor Bangunan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi BOKS 1 Penerapan Model SRI Guna Meningkatkan Produktivitas Pertanian Padi ii

4 BAB 2 INFLASI Kondisi Umum Analisis Perkembangan Inflasi Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi menurut Kota Faktor-faktor Penyebab Inflasi Faktor Fundamental Faktor Non Fundamental BOKS 2 Pasar Induk Tuntungan BOKS 3 Relaksasi Kebijakan Impor Hortikultura BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN Kondisi Umum Intermediasi Perbankan Penghimpunan Dana Masyarakat Penyaluran Kredit Stabilitas Perbankan Risiko Kredit Risiko Likuiditas Perbankan Syariah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sistem Pembayaran Non Tunai Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Kegiatan Transaksi Kliring Sistem Pembayaran Tunai Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow) iii

5 3.7.2 Temuan Uang Palsu Penyediaan Uang Layak Edar BAB 4 KEUANGAN PEMERINTAH Realisasi Pendapatan Pemerintah Realisasi Belanja Pemerintah Rekening Pemerintah di Bank BAB 5 KETENAGAKERJAAN Ketenagakerjaan Tingkat Penghasilan Masyarakat BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN Perkiraan Ekonomi Perkiraan Inflasi LAMPIRAN iv

6 DAFTAR TABEL Tabel 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Permintaan... 3 Tabel 1. 2 Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi Sumatera Utara... 8 Tabel 1. 3 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumut Tabel 1. 4 Perkembangan Nilai Ekspor per Kelompok Komoditas Provinsi Sumut Tabel 1. 5 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Penawaran Tabel 1. 6 Perkembangan Produksi Padi dan Jagung Tabel 1. 7 Indikator Kinerja Perbankan Provinsi Sumut Tabel 2. 1 Inflasi Triwulanan Provinsi Sumatera Utara menurut Kelompok Barang & Jasa (%)25 Tabel 2. 2 Inflasi Tahunan Provinsi Sumatera Utara menurut Kelompok Barang & Jasa (%).. 25 Tabel 2. 3 Inflasi Triwulanan Empat Kota di Sumut (%, qtq) Tabel 2. 4 Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) Tabel 2. 5 Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan kelompok Barang & jasa Tabel 3. 1 Indikator Utama Perbankan Sumut Tabel 3. 2 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut per Sektor Ekonomi Tabel 3. 3 Indikator Utama Perbankan Syariah Sumut Tabel 3. 4 Indikator Utama BPR Sumut Tabel 3. 5 Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Tabel 3. 6 Transaksi Kliring Perbankan Sumatera Utara Tabel 3. 7 Data Temuan Uang Palsu di Kantor Perwakilan Bank Indonesia v

7 Tabel 5. 1 Penduduk Usia 15 tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama Tabel 5. 2 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Tabel 5. 3 Angkatan Kerja Sumut Menurut Status Pekerjaan Utama (%) Tabel 6.1 Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II Tabel 6.2 Perkembangan Inflasi Aktual dan Perkiraan Inflasi Triwulanan II vi

8 DAFTAR GRAFIK Grafik 1. 1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumut... 1 Grafik 1. 2 Struktur Perekonomian Sumut... 1 Grafik 1. 3 Pertumbuhan PDRB Sektor Konsumsi Sumut... 3 Grafik 1. 4 Perkembangan Nilai Penjualan berdasarkan Survei penjualan eceran (SPE)... 3 Grafik 1. 5 Perkembangan Survei Konsumen Provinsi Sumut... 3 Grafik 1. 6 Perkembangan Indeks NTPR Provinsi Sumut... 3 Grafik 1. 7 Perkembangan Kredit Sektor Konsumsi Provinsi Sumut... 4 Grafik 1. 8 Perkembangan Rekening Pemerintah... 4 Grafik 1. 9 Pertumbuhan PDRB Sektor Investasi Sumut... 5 Grafik Perkembangan Kredit Investasi Sumut... 5 Grafik Perkembangan Penjualan Semen Sumut... 6 Grafik Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan SPE Sumut... 6 Grafik Pertumbuhan PDRB Aktivitas Perdagangan Luar Negeri Sumut... 7 Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Sumut... 7 Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Sumut Grafik Perkembangan Volume Ekspor Komoditas Utama Sumut Grafik Perkembangan Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan Sumut Grafik Negara Tujuan Ekspor Sumut Grafik Perkembangan Nilai Impor Sumut Grafik Pertumbuhan Volume Impor Sumut per Kategori Barang (%) Grafik Persentase Nilai Impor Sumut per Kategori Barang Grafik Negara Asal Impor Sumut Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian dan SKDU Sumut Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumut vii

9 Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Sumut Grafik Perkembangan Nilai Tukar Perkebunan Rakyat (NTPR) Sumut Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Pengolahan dan SKDU Sumut Grafik Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan Sumut Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Pengolahan dan SKDU Sumut Grafik Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Sumut Grafik Perkembangan Kredit Sektor PHR Sumut Grafik Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan SPE Sumut Grafik Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi Sumut Grafik Perkembangan Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Sumut Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan Sumut Grafik 2. 1 Inflasi Provinsi Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan Grafik 2. 3 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan Grafik 2. 4 Harga Bawang Merah Grafik 2. 5 Harga Bawang Putih Grafik 2. 6 Harga Cabe Merah Grafik 2. 7 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi Grafik 2. 8 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi Grafik 2. 9 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, LGA, dan Bahan Bakar Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, LGA, dan Bahan Bakar Grafik Harga Emas Internasional Grafik Harga Emas Perhiasan Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang viii

10 Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Sandang Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Transportasi Grafik Ekspektasi Konsumen terhadap Pergerakan harga Barang/ Jasa Grafik Disagregasi Inflasi Sumatera Utara Grafik 3. 1 Perkembangan DPK Sumut Grafik 3. 2 Struktur DPK Sumut Grafik 3. 3 Perkembangan Suku Bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) Sumut Grafik 3. 4 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut Grafik 3. 5 Pangsa Kredit Sumut per Jenis Penggunaan Grafik 3. 6 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumut Grafik 3. 7 Perkembangan Suku Bunga, BI Rate, dan Kredit Sumut Grafik 3. 8 Perkembangan Kredit UMKM Sumut Grafik 3. 9 Pangsa Kredit UMKM Sumut Grafik Perkembangan Penyaluran KUR Sumut Grafik Perkembangan Debitur KUR Sumut Grafik Perkembangan NPL Perbankan Sumut Grafik Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah Sumut (%) Grafik Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah Sumut (%) Grafik Perkembangan NPL BPR Sumut Grafik Perkembangan Cek/BG Kosong ix

11 Grafik Perkembangan Aliran Uang Kartal melalui Bank Indonesia di Provinsi Sumut Grafik Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara Grafik 4. 1 Posisi Rekening Pemerintah Daerah Grafik 5. 1 Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan Grafik 5. 2 Nilai Tukar Petani Grafik 6. 1 Perkiraan Pertumbuhan Perekonomian Sumatera Utara Grafik 6. 2 Indeks Ekspektasi Konsumen Grafik 6. 3 Ekspektasi Konsumen x

12 RINGKASAN UMUM GAMBARAN UMUM Pada triwulan I-2013, perekonomian Sumut tumbuh sebesar 6,14% (yoy). Terjadi sedikit peningkatan dibandingkan triwulan IV-2012 (6,13%). Perekonomian Sumut pada triwulan ini juga di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,02% (yoy). Realisasi pertumbuhan ini sedikit di bawah proyeksi sebelumnya sebesar 6,2%6,5% (yoy). Inflasi triwulanan Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 2,54% (qtq) atau 5,82% (yoy). Realisasi inflasi Sumatera Utara Triwulan I-2013, di bawah inflasi nasional sebesar 5,90% (yoy). Laju inflasi pada triwulan I-2013, di atas proyeksi sebelumnya sebesar 4%-5% (yoy). Kinerja perbankan Sumatera Utara sampai dengan triwulan I-2013 masih di bawah kinerja dari triwulan sebelumnya akan tetapi stabilitas sistem keuangan (risiko kredit dan risiko likuiditas) masih tetap terjaga. Perkembangan ketenagakerjaan menunjukkan indikasi yang membaik, tercermin dari peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja, dan tingkat partisipasi angkatan kerja dan juga penurunan persentase tingkat pengangguran terbuka. Mencermati perkembangan beberapa indikator ekonomi, pada triwulan mendatang pertumbuhan ekonomi Sumut diperkirakan terakselerasi menjadi 6,20%-6,30%. Sementara itu, laju inflasi tahunan triwulan II-2013 mendatang diperkirakan berada pada kisaran 5,4%-5,5% (yoy). Perekonomian Sumut pada triwulan I-2013 tumbuh 6,14% (yoy) Tekanan inflasi Sumut pada triwulan I-2013 menunjukkan peningkatan, namun masih berada di bawah ASSESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL Dalam 2 triwulan terakhir perekonomian Sumatera Utara (Sumut) relatif stabil. Pada triwulan I-2013, perekonomian Sumut tumbuh sebesar 6,14% (yoy). Terjadi sedikit peningkatan dibandingkan triwulan IV-2012 (6,13%). Perekonomian Sumut pada triwulan ini juga di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,02% (yoy). Di sisi permintaan, relatif stabilnya pertumbuhan perekonomian Sumut pada triwulan laporan terutama ditunjang oleh peningkatan investasi baik investor dalam negeri maupun asing dan kinerja konsumsi. Dari sisi penawaran, pertumbuhan tertinggi berasal dari sektor-sektor tersier, seperti sektor angkutan dan komunikasi dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. ASSESMEN INFLASI Inflasi triwulanan Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 2,54% (qtq) atau 5,82% (yoy). Realisasi inflasi Sumatera Utara Triwulan I-2013, di bawah inflasi nasional sebesar 5,90% (yoy). Realisasi inflasi Sumatera Utara pada periode ini menduduki peringkat ke-15 untuk provinsi yang memiliki level inflasi terendah setelah Aceh, Maluku, Sulawesi Tenggara, Kepulauan Riau, Maluku Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Sumatera xi

13 inflasi nasional. Stabilitas sistem keuangan (risiko kredit dan risiko likuiditas) masih terjaga Selatan, Kalimantan Selatan, Riau, Jakarta, dan Jawa Barat. Realisasi inflasi tersebut meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,88% (qtq). Peningkatan inflasi dibandingkan triwulan lalu terutama terjadi di kelompok Bahan Makanan (7,33%, qtq); Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (2,06%, qtq), serta Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar (1,51%, qtq). Dibandingkan triwulan sebelumnya, tingkat inflasi triwulanan keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumatera Utara, semuanya mengalami peningkatan laju inflasi. Tingkat inflasi triwulanan tertinggi tercatat terdapat di kota Sibolga (3,71%, qtq), sementara itu tingkat inflasi triwulanan terendah terdapat di kota Padangsidempuan (1,08%, qtq). Pada triwulan awal tahun 2013, inflasi inti mengalami kenaikan dari 4,06% (yoy) pada Desember 2012 menjadi 4,19% (yoy) pada Maret Inflasi volatile foods meningkat tajam dari 1,89% (yoy) pada Desember 2012 menjadi 9,88% (yoy) pada Maret Sedangkan, inflasi administered prices mengalami penurunan dari 5,77% (yoy) pada Desember 2012 menjadi 4,77% (yoy) pada Maret Kenaikan harga volatile foods ini dipicu oleh kenaikan harga cabe merah akibat penurunan pasokan dari Kabupaten Karo serta bawang merah dan bawang putih akibat adanya pembatasan impor hortikultura yang diberlakukan mulai Januari 2013 hingga Juni ASSESMEN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan Sumatera Utara sampai dengan triwulan I-2013 masih di bawah kinerja dari triwulan sebelumnya akan tetapi stabilitas sistem keuangan (risiko kredit dan risiko likuiditas) masih tetap terjaga. Kualitas kredit masih terjaga dengan baik yang terlihat dari rasio Non Performing Loan (NPL) pada triwulan I-2013 yang masih di bawah 5%, yaitu sebesar 2,25%. Angka ini juga masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata rasio NPL selama 2 tahun terakhir (Januari 2011-Desember 2012) yang tercatat sebesar 2,61%. Sementara itu, kegiatan intermediasi perbankan pada periode laporan justu menunjukkan peningkatan ditunjukkan oleh peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 94,08% pada triwulan IV-2012 menjadi 97,05%. Total aset perbankan di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I2013 mencapai Rp183,83 triliun, menurun sebesar 0,98% (qtq) akan tetapi tumbuh 12,32% (yoy). Total aset perbankan tersebut masih didominasi oleh bank konvensional yang mencapai Rp174,53 triliun (94,94%), sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp9,3 triliun (5,06%). Walaupun secara keseluruhan total aset perbankan mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya, namun untuk total asset perbankan syariah mengalami peningkatan. Porsi aset perbankan syariah pada triwulan ini sebesar 5,06% dari total asset perbankan naik dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,76%. Aset perbankan syariah mengalami peningkatan sebesar 5,2% dari triwulan lalu yang tercatat sebesar Rp8,84 triliun menjadi sebesar Rp9,3 triliun pada triwulan I Dana pihak ketiga yang dihimpun pada triwulan I-2013 turun sebesar 1,38% (qtq) akan tetapi tumbuh sebesar 7,05% (yoy) dengan xii

14 jumlah sebesar Rp137,93 triliun. Sementara itu, penyaluran kredit di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I-2013 tumbuh sebesar 1,73% (qtq) dan 21,98% (yoy). Transaksi pembayaran non tunai di Provinsi Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) mengalami penurunan sebesar -6,87%, sedangkan melalui kliring mengalami peningkatan nilai 0,84% (qtq). Untuk transaksi pembayaran tunai, data triwulan I-2013 menunjukkan posisi net inflow yang meningkat dibandingkan dengan triwulan IV Hal ini didorong oleh posisi inflow atau aliran uang kartal yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumatera Utara dan Aceh) pada periode laporan yang meningkat sebesar 39,72% (qtq), sedangkan posisi outflow atau aliran uang kartal yang keluar menurun sebesar -43,10% (qtq). Realisasi belanja Sumut pada triwulan I-2013 mencapai 11,61% ASSESMEN KEUANGAN DAERAH Kinerja keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I-2013 menunjukkan tingginya upaya akselerasi. Selain sebagai upaya untuk mencapai target realisasi belanja daerah, akselerasi ini juga digunakan untuk menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi. Realisasi belanja daerah Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I tahun 2013 baru mencapai 11,61%. Posisi rekening Pemerintah Daerah di bank pada triwulan I-2013 meningkat sebesar 106,4% (qtq) dibandingkan posisi pada triwulan sebelumnya dari Rp2,97 triliun menjadi Rp 6,18 triliun. ASSESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan menunjukkan peningkatan dengan jumlah angkatan kerja yang bekerja, dan tingkat partisipasi angkatan kerja dan juga penurunan persentase tingkat pengangguran terbuka Perkembangan ketenagakerjaan menunjukkan indikasi yang membaik, tercermin dari peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja, dan tingkat partisipasi angkatan kerja dan juga penurunan persentase tingkat pengangguran terbuka. Kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara menunjukkan peningkatan, yang tercermin dari penurunan jumlah penduduk miskin dan NTP yang masih positif. Ke depan, perlu diambil kebijakan yang terstruktur untuk meminimalkan dampak negatif kenaikan UMP dan yang bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional pada Februari 2013, terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja, dan persentase partisipasi angkatan kerja serta penurunan tingkat pengangguran terbuka. Peningkatan jumlah angkatan kerja dari 6,13 juta (Agustus 2012) menjadi 6,45 juta (Februari 2013). Persentase TPAK meningkat dari 69,41% pada Agustus 2012 menjadi 72,72% pada Februari Sementara itu, persentase TPT menurun dari 6,20%.menjadi 6,01%. Persepsi masyarakat akan penghasilan saat ini dan mendatang juga masih meningkat. Hal ini tercermin dari peningkatan indeks dari 125,63 menjadi 128,57. Ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang juga meningkat dari 136,7 menjadi 140,32. Sementara itu, Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan indikator xiii

15 kesejahteraan petani pada triwulan I-2013 ini sedikit mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 101,51 menjadi 100,78. Perekonomian Sumut pada triwulan II-2013 diperkirakan tumbuh 6,2% 6,3% (yoy). Sementara itu laju inflasi diperkirakan sebesar 5,4% 5,5% (yoy) PROSPEK PEREKONOMIAN Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) tumbuh stabil pada triwulan I Triwulan mendatang pertumbuhan ekonomi Sumut diperkirakan terakselerasi menjadi 6,20%-6,30%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi mendatang masih ditopang oleh konsumsi dan investasi. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Sumut mendatang terutama didorong oleh pertumbuhan sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor angkutan dan komunikasi. Laju inflasi tahunan triwulan II-2013 mendatang diperkirakan berada pada kisaran 5,4%-5,5% (yoy). Beberapa upward risk yang menjadi perhatian di triwulan mendatang adalah rencana pembatasan BBM bersubsidi, rencana kenaikan harga LPG 12 kg, dan dampak kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) yang masih terus berlanjut hingga akhir tahun. xiv

16

17

18 BAB 1 EKONOMI MAKRO REGIONAL Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan I-2013 tumbuh sebesar 6,14% (yoy). Dari sisi permintaan perekonomian Sumut ditopang oleh peningkatan investasi dan aktivitas konsumsi. Sementara itu dari sisi penawaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor tersier seperti sektor angkutan dan komunikasi dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Namun demikian, share tertinggi masih bersumber dari sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran Kondisi Umum yoy (%) 7.00 Sumut Nasional PHR Bangunan II III 2010 IV I II III 2011 IV I II III 2012 IV I LGA Industri Pertambangan Pertanian 0 I 2013 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Angkutan Keuangan I Jasa II III 2011 IV I II III 2012 IV I 2013 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1. 1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumut Grafik 1. 2 Struktur Perekonomian Sumut Dalam 2 triwulan terakhir perekonomian Sumatera Utara (Sumut) relatif stabil. Pada triwulan I-2013, perekonomian Sumut tumbuh sebesar 6,14% (yoy). Terjadi sedikit peningkatan dibandingkan triwulan IV-2012 (6,13%). Perekonomian Sumut pada triwulan ini juga di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,02% (yoy). Di sisi permintaan, relatif stabilnya pertumbuhan perekonomian Sumut pada triwulan laporan terutama ditunjang oleh peningkatan investasi baik investor dalam negeri maupun asing dan kinerja konsumsi. Dari sisi penawaran, pertumbuhan tertinggi berasal dari sektorsektor tersier, seperti sektor angkutan dan komunikasi dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. 1

19 1.2. Analisis Sisi Permintaan Tabel 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Permintaan Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Aktivitas konsumsi dan kegiatan investasi masih merupakan sektor yang dominan dalam perekonomian Sumut. Kegiatan investasi menjadi sumber pertumbuhan utama perekonomian Sumut dari sisi permintaan, dengan tumbuh sebesar 14,49% dibandingkan tahun lalu. Pada triwulan I-2013 konsumsi tumbuh 7,39% dibandingkan triwulan lalu. Selain itu, neraca perdagangan sudah mulai menunjukkan perbaikan dibandingkan triwulan lalu Konsumsi Pada triwulan I-2013, konsumsi tumbuh 7,39% (yoy). Peningkatan konsumsi pada triwulan ini terutama didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga. Peningkatan konsumsi pada triwulan I-2013 salah satunya tercermin dari indikator peningkatan penjualan eceran (Survei Penjualan Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX). Pada triwulan I-2013, nilai penjualan eceran tercatat sebesar Rp49,88 miliar, meningkat 1,71% (qtq) atau 4,13% (yoy). 2

20 % 9.00% % % % 5.00% % % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Konsumsi (triliun) Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1. 3 Pertumbuhan PDRB Sektor Konsumsi Sumut yoy Sumber: KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1. 4 Perkembangan Nilai Penjualan berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) Optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi juga turut mendukung peningkatan konsumsi. Berdasarkan Survei Konsumen, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) pada triwulan I-2013 sebesar 111,53 meningkat dibandingkan triwulan IV-2012 sebesar 107,83. Peningkatan kesejahteraan petani perkebunan juga turut mempengaruhi besarnya konsumsi Sumatera Utara, mengingat sektor utama unggulan Sumatera Utara adalah sektor perkebunan. Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR) 100,09 menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar 100,42. Sumber: KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1. 6 Perkembangan Indeks NTPR Provinsi Sumut Grafik 1. 5 Perkembangan Survei Konsumen Provinsi Sumut 3

21 Sumber: Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik 1. 8 Perkembangan Rekening Pemerintah Grafik 1. 7 Perkembangan Kredit Sektor Konsumsi Provinsi Sumut Sejalan dengan peningkatan konsumsi, realisasi kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan di Sumatera Utara juga meningkat. Pada Maret 2013, kredit konsumsi tercatat sebesar Rp34,92 triliun, meningkat 13,97% (yoy). Perkembangan rekening pemerintah hingga Maret 2013 tercatat sebesar Rp6,18 triliun. Rekening pemerintah tersebut mengalami peningkatan lebih dari 100% dibandingkan akhir triwulan lalu (Rp2,99 triliun) Investasi Investasi pada triwulan I-2013 tumbuh sebesar 14,49% (yoy). Pertumbuhan investasi tersebut meningkat dibandingkan pertumbuhan investasi triwulan lalu sebesar 10,34% (yoy). Peningkatan investasi tersebut salah satunya didukung oleh peningkatan realisasi penanaman modal, baik dalam negeri maupun asing. Nilai kredit investasi yang disalurkan perbankan di Sumatera Utara pada triwulan I-2013 tercatat sebesar Rp31,18 triliun, meningkat 30,30% (yoy) atau 2,16% (qtq). 4

22 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Sumber: Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik 1. 9 Pertumbuhan PDRB Sektor Investasi Sumut Grafik Perkembangan Kredit Investasi Sumut Terjadi peningkatan nilai realisasi investasi, khususnya investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Peningkatan besar khususnya terjadi pada nilai investasi PMDN sebesar Rp1,99 triliun dengan jumlah proyek sebanyak 7. Sementara itu, nilai investasi oleh PMA sebesar Rp175 miliar dengan jumlah proyek sebanyak 51 proyek. Tabel 1. 2 Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi Sumatera Utara P : Jumlah Proyek ; I : Nilai Investasi (Rp Miliar) Sumber : Peningkatan nilai investasi triwulan ini, sejalan dengan peningkatan pembangunan infrastruktur (penjualan semen) yang merupakan salah satu indikator tingkat investasi juga menunjukkan adanya peningkatan. Tingkat penjualan semen pada triwulan laporan tercatat sebesar 781,6 ribu ton mengalami pertumbuhan sebesar 13,49% (yoy). Nilai penjualan barang konstruksi berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) juga menunjukkan peningkatan dari Rp6,49 miliar pada triwulan IV-2012 menjadi Rp6,96 miliar pada triwulan laporan. Meskipun demikian, pertumbuhan penjualan pada triwulan ini mengalami perlambatan yaitu sebesar 53,05% (yoy), dari sebelumnya tumbuh hingga 81,39% (yoy) pada triwulan lalu. 5

23 Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Grafik Perkembangan Penjualan Semen Sumut Sumber: KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei penjualan eceran Sumut Ekspor dan Impor Kegiatan transaksi perdagangan internasional berdasarkan data PDRB pada triwulan I-2013 meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, kinerja ekspor tercatat tumbuh sebesar 2,00% (yoy), mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,98% (yoy). Selain itu, impor tumbuh sebesar 6,10% (yoy), meningkat bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,63% (yoy). Sementara itu, net ekspor pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar -22,21% (yoy). Kendati terjadi perlambatan pada transaksi perdagangan internasional Provinsi Sumatera Utara, neraca perdagangan masih mencatatkan net ekspor sebesar Rp1,91 triliun. 6

24 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik Pertumbuhan PDRB Aktivitas Perdagangan Luar Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Sumut Negeri Sumut Nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara tercatat mengalami penurunan sebesar 8,84% (yoy), sedikit menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya yang juga tercatat mengalami penurunan sebesar -11,50% (yoy). Secara volume, transaksi ekspor Sumut masih menunjukkan peningkatan sebesar 10,26% (yoy). Volume transaksi ekspor tersebut mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami peningkatan sebesar 8,79% (yoy). Adanya peningkatan volume maupun nilai ekspor menunjukkan bahwa ekspor provinsi Sumut di triwulan ini menguat setelah pada triwulan sebelumnya melesu karena perbaikan peningkatan permintaan produk unggulan Sumatera Utara di pasar internasional. Dampak dari harga komoditas internasional yang terus mengalami penurunan terutama untuk komoditas CPO dan karet masih sangat mempengaruhi nilai pertumbuhan ekspor yang tercatat bernilai negatif meskipun volume ekspor terus meningkat. Harga internasional CPO pada triwulan ini mencapai harga terendah di 735,56 USD/ton, jauh di bawah harga terendah pada triwulan I-2012 yaitu sebesar 1.019,41 USD/ton. Selain itu, harga karet di pasar internasional pada triwulan laporan tercatat mencapai harga terendah di 324,78 USD/ton yang bernilai di bawah nilai terendah yang tercatat pada triwulan I-2012 yaitu sebesar 360,65 USD/ton. Berdasarkan informasi dari contact liason, optimisme eksportir dalam hal ini eksportir kayu dan kopi untuk permintaan atas komoditas tersebut masih baik untuk tahun Eksportir kayu mengakui bahwa telah terjadi penurunan permintaan yang cukup signifikan pada tahun 2012 dan melihat kondisi perekonomian tahun 2013 maka diprediksikan pada akhir tahun ini permintaan akan kayu dari luar negeri akan meningkat. Sedangkan untuk eksportir kopi menyatakan bahwa permintaan terhadap kopi masih relatif stabil sepanjang tahun ini. 7

25 Tabel 1. 3 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Tabel 1. 4 Perkembangan Nilai Ekspor per Kelompok Komoditas Provinsi Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Berdasarkan kategori komoditas, kelompok barang intermediate goods (bahan baku) dan consumption goods (barang konsumsi) mendominasi ekspor dengan persentase masing-masing sebesar 85% dan 15%. Sementara itu, berdasarkan klasifikasi komoditas menurut SITC, komoditas ekspor Sumut didominasi oleh komoditas manufaktur sub kelompok bahan makanan dan produk pertanian dengan presentase pada triwulan laporan masing-masing sebesar 46,32% dan 25,90%. Adapun nilai ekspor Sumut pada periode ini tercatat sebesar 2,34 miliar USD dengan komoditas ekspor dominan CPO dan karet. Berdasarkan negara tujuan utama ekspor Provinsi Sumatera Utara sebagian besar ke negara Eropa, Cina, dan India dengan komposisi masing-masing sebesar 22,15%, 13,79%, 11,91%. Perkembangan ekspor komoditas utama Provinsi Sumatera Utara untuk komoditas CPO dan karet pada triwulan laporan mengalami penurunan. Nilai ekspor CPO pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan sebesar -9,85% (yoy) dibandingkan dengan nilai ekspor di triwulan sebelumnya yang juga tumbuh negatif sebesar -9,60% (yoy). Nilai komoditas Karet yang juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar -4,41% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang juga tumbuh negatif sebesar -33,35% (yoy). 8

26 Sementara itu, pertumbuhan volume ekspor terutama untuk komoditas CPO pada triwulan I-2013 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 22,53% (yoy) dibandingkan pertumbuhan volume ekspor pada triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2012 pertumbuhan volume ekspor mengalami pertumbuhan hingga 9,80% (yoy). Meskipun demikian volume CPO (qtq) pada triwulan laporan sedikit menurun menjadi 1,18 juta ton dibandingkan volume pada triwulan IV-2012 sebesar 1,28 juta ton. Komoditas Karet pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan menjadi sebesar 13,56% (yoy) bila dibandingkan pertumbuhan volume karet pada triwulan sebelumnya yang sebesar -3,38% (yoy). Sejalan dengan peningkatan tahunan, secara triwulanan jumlah volume ekspor karet tersebut mengalami peningkatan dari 137 ribu ton pada triwulan IV-2012 menjadi 156 ribu ton pada triwulan laporan. Sementara itu, perkembangan harga internasional untuk komoditas CPO dan Karet pada triwulan I2013 secara rata-rata mengalami penurunan masing-masing sebesar -28,02% dan 19,40% (yoy). Tren penurunan nilai ekspor komoditas kelapa sawit dan karet tersebut mengikuti perkembangan harga komoditas dunia karena masih melemahnya perekonomian global yang mempengaruhi permintaan atas komoditas tersebut. Namun demikian dengan adanya 3 negara eksportir karet terbesar yang tergabung dalam International Tripartie Rubber Council (ITRC), yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand, yang telah bersepakat untuk menahan ekspor masing-masing negaranya sebesar 30% selama 6 bulan sejak bulan Oktober 2012 hingga Maret 2013, harga karet dunia terbukti mampu bertahan dari penurunan yang lebih besar. Harga karet cenderung mengalami peningkatan. Pada triwulan I-2013 tercatat secara ratarata harga karet sebesar 330,08 USD/ton yang bernilai lebih besar dari triwulan IV2012 yang tercatat secara rata-rata bernilai 313,06 USD/ton. 9

27 Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Grafik Perkembangan Volume Ekspor Komoditas Utama Sumut Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik Perkembangan Aktivitas Bongkar Muat di Grafik Negara Tujuan Ekspor Sumut Pelabuhan Belawan Sumut Sementara itu, aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Belawan menunjukkan peningkatan aktivitas perdagangan internasional. Aktivitas bongkar pada triwulan laporan tercatat sebesar 7,74% (yoy). Nilai pertumbuhan tersebut meningkat dibandingkan pertumbuhan aktivitas bongkar pada triwulan sebelumnya yang sebesar -0,45% (yoy). Peningkatan aktivitas bongkar di Pelabuhan Belawan sejalan dengan tren meningkatnya impor yang tercatat pada triwulan laporan. Sementara itu, aktivitas muat di Pelabuhan Belawan pada triwulan laporan tercatat sebesar -3,24% (yoy), mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,23% (yoy). Meskipun demikian, aktivitas ekspor di provinsi Sumatera Utara justru meningkat. 10

28 Pertumbuhan nilai impor Provinsi Sumatera Utara pada periode laporan tercatat sebesar 8,55% (yoy), mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif sebesar 12,18% (yoy). Secara volume, transaksi impor juga menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dengan tumbuh sebesar 0,72% (yoy). Angka tersebut meningkat bila dibandingkan dengan pertumbuhan volume impor pada triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif sebesar -1,12% (yoy). Jika dirinci menurut golongan penggunaan barang, terjadi perlambatan pertumbuhan volume impor untuk barang konsumsi dan barang modal. Sementara itu, kelompok bahan baku menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Volume bahan baku pada triwulan ini tercatat mengalami pertumbuhan 5,02% setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh negatif sebesar -4,16%. Sementara itu, volume bahan modal mengalami penurunan dari 208,62% (yoy) pada triwulan IV-2012 menjadi 52,52% (yoy) pada triwulan laporan. Dari struktur komoditas impor Sumut, bahan baku/penolong masih memberikan andil yang cukup besar mencapai 76%. Sementara itu, impor barang modal memiliki share sebesar 16%, dan impor barang konsumsi memiliki share sebesar 8% terhadap total impor. Dilihat dari negara asal impor, nilai impor dari Cina mencatat nilai tertinggi pada triwulan I-2013 sebesar 224,79 juta USD (25%), diikuti oleh Malaysia sebesar 100,13 juta USD (11%), negara-negara kawasan Eropa sebesar 77,82 juta USD (9%), dan India 75,06 juta USD (9%). 11

29 Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik Pertumbuhan Volume Impor Sumut per Kategori Grafik Perkembangan Nilai Impor Sumut Barang (%) Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik Persentase Nilai Impor Sumut per Kategori Barang 1.3. Grafik Negara Asal Impor Sumut Analisis Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, pertumbuhan perekonomian Sumut lebih banyak didorong oleh sektor tersier seperti sektor angkutan & komunikasi, sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor angkutan dan komunikasi sebesar (8,63%, yoy) dan sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 8,28% (yoy). Kendati, ketiga sektor tersier tersebut memiliki angka pertumbuhan tinggi, namun share atau struktur perekonomian Sumut masih didominasi oleh sektor pertanian, yang memiliki share sebesar 22,89% dari total PDRB Sumut. Diikuti dengan sektor industri 12

30 pengolahan (share 20,46%), dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (share 18,89%). Kombinasi ketiga sektor tersebut memberikan sumbangan sebesar 62,25%. Kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran menunjukkan tren peningkatan pada triwulan ini. Sedangkan kinerja sektor pertanian dan sektor industri pengolahan tercatat mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tabel 1. 5 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Penawaran Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Sektor Pertanian Pada triwulan I-2013, sektor pertanian tumbuh sebesar 5,93% (yoy). Kinerja sektor pertanian tersebut sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,03% (yoy). Pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan ini juga tercatat masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan sektor pertanian selama kurun waktu 3 tahun terakhir sebesar 5,16%. Sejalan dengan pertumbuhan sektor pertanian, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX juga menunjukkan arah yang sama, dimana pada triwulan laporan ekspektasi realisasi kegiatan usaha sektor pertanian juga menunjukkan penurunan yang diindikasikan dengan nilai SBT sektor pertanian yang menurun dari 8,95 (triwulan IV-2012) menjadi -8,94 (triwulan I-2013). Sejalan dengan penurunan kinerja sektor pertanian, indikator kesejahteraan petani, yaitu Nilai Tukar Petani juga mengalami penurunan. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan tukar produk pertanian yang dihasilkan petani terhadap barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga petani. NTP Sumut pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 100,78, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 101,51. Penurunan NTP tersebut salah satunya disebabkan oleh penurunan Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR), dimana subsektor perkebunan (khususnya CPO dan karet) merupakan subsektor 13

31 unggulan Sumut. Indeks NTPR Sumut menurun dari 100,42 (triwulan IV-2012) menjadi 100,09 (triwulan I-2013). Kredit yang disalurkan perbankan untuk sektor pertanian pada triwulan I-2013 tercatat sebesar Rp20,79 triliun. Realisasi kredit pertanian tersebut tumbuh sebesar 38,99% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 36,75% (yoy). Berdasarkan data BPS Provinsi Sumatera Utara, produksi padi (Angka Sementara) 2012 diproyeksikan sebesar 3,72 juta ton meningkat sebesar 3% dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya. Jumlah luas panen dan produktivitas tanaman padi juga diproyeksikan mengalami peningkatan. Sejalan dengan hal tersebut, produksi tanaman jagung di Sumut juga meningkat 4,09% menjadi 1,35 juta ton. 14

32 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara dan KPw BI Wilayah IX Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara (Sumut & Aceh) Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumut Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Sumber: Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Sumut Grafik Perkembangan Nilai Tukar Perkebunan Rakyat (NTPR) Sumut Tabel 1. 6 Perkembangan Produksi Padi dan Jagung Sumber: BPS, diolah 15

33 Sektor Industri Pengolahan Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan I-2013 tercatat tumbuh sebesar 2,55%. Pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan ini sedikit melambat dibandingkan triwulan lalu sebesar 3,95%. Pertumbuhan yang melambat ini tercermin juga dari menurunnya nilai kredit yang disalurkan di sektor ini. Kredit yang disalurkan perbankan untuk sektor industri pengolahan pada triwulan I-2013 Namun demikian masih terdapat optimisme akan pertumbuhan sektor ini ke depan berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan indeks pertumbuhan produksi manufaktur yang menunjukkan adanya peningkatan kinerja sektor industri pengolahan. Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara dan KPw BI Wilayah Sumber: Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah IX (Sumut & Aceh) Grafik Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Pengolahan Sumut dan SKDU Sumut Pada triwulan laporan, kredit perbankan sektor industri pengolahan tercatat masih tumbuh sebesar 16,17% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 18,59% (yoy). Di sisi lain, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX, ekspektasi realisasi kegiatan usaha sektor industri pengolahan pada triwulan laporan menunjukkan tren yang meningkat dengan nilai SBT sebesar 3,38 dengan peningkatan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -8,97. Berdasarkan data perkembangan pertumbuhan produksi industri manufaktur di Provinsi Sumatera Utara pada periode laporan menunjukkan bahwa secara tahunan produksi industri manufaktur besar dan sedang tumbuh sebesar 4,42% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,4% (yoy). Peningkatan ini disebabkan oleh naiknya produksi industri kayu, barang dari 16

34 kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya sebesar 13,27%, disusul oleh industri makanan sebesar 11,87%, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar 5,42%, dan industri karet, barang dari karet, dan plastik sebesar 2,54% Sektor Perdagangan, Hotel, dan restoran Sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada triwulan I-2013 tumbuh sebesar 7,61% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2012 dengan pertumbuhan sebesar 5,45% (yoy). Kinerja sektor PHR pada triwulan ini juga tercatat tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhannya selama 3 tahun terakhir sebesar 7,43%. Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara dan KPw BI Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Wilayah IX (Sumut & Aceh) Grafik Perkembangan Kredit Sektor PHR Sumut Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Pengolahan dan SKDU Sumut Peningkatan ini ditunjukan dengan peningkatan pembiayaan perbankan pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2013, jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp33,74 triliun, meningkat dibandingkan jumlah kredit yang disalurkan pada triwulan sebelumnya sebesar Rp32,61 triliun. 17

35 Namun demikian, beberapa prompt indicator seperti penjualan berdasarkan hasil SPE dan tingkat hunian kamar mengalami penurunan. Sampai dengan akhir triwulan I2013 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Provinsi Sumut tercatat tumbuh sebesar 43,71%(yoy), menurun bila dibandingkan dengan posisi akhir triwulan IV2012 yang tercatat tumbuh sebesar 47,23% Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Sumut (yoy). Sementara itu, berdasarkan hasil SPE yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX sampai dengan akhir triwulan I-2013 nilai penjualan eceran tercatat tumbuh sebesar 4,13% (yoy), melambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang sebesar 11,98% (yoy) Sektor Keuangan Dari seluruh sektor, Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa mengalami penurunan pertumbuhan dari triwulan sebelumnya. Pertumbuhan pada triwulan ini yaitu sebesar 8,55% (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 10,57% (yoy). Menurunnya kinerja subsektor perbankan (qtq) pada triwulan laporan sebagai salah satu subsektor dominan diperkirakan menjadi salah satu faktor penunjang penurunan pertumbuhan sektor ini. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya jumlah asset dan DPK yang dimiliki bank. Total aset perbankan di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I-2013 mencapai Rp183,83 triliun, menurun sebesar 0,98% (qtq). Aset perbankan masih dibiayai oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) yang pada triwulan I-2013 turun sebesar 1,38% (qtq)) dengan jumlah sebesar Rp137,93 triliun. Penurunan DPK disebabkan oleh penurunan simpanan Tabungan dan Deposito dengan persentase masing-masing sebesar 4,46% dan 1,41% (qtq). 18

36 1. 7 Tabel Indikator Kinerja Perbankan Provinsi Sumut Sumber: KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Sektor Bangunan Pada triwulan I-2013, sektor bangunan mengalami pertumbuhan sebesar 6,27% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,88% (yoy). Pertumbuhan yang meningkat ini dikonfirmasi dengan pertumbuhan penjualan barang konstruksi yang meningkat. Penjualan barang konstruksi pada triwulan I-2012 tumbuh sebesar 81,39% (yoy) dan 7,4%(qtq). Selain itu, pertumbuhan pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan di Sumut ke sektor bangunan dan konstruksi pada periode laporan meningkat hingga mencapai 19,62% (yoy), bila dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 16,17% (yoy). Nilai penjualan barang konstruksi berdasarkan hasil Survei penjualan eceran pada triwulan laporan juga menunjukkan peningkatan hingga mencapai Rp6,96 miliar, sedangkan nilai penjualan barang kosntruksi pada triwulan sebelumnya hanya mencapai Rp6,49 miliar. 19

37 Sumber: Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Sumber: KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Grafik Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi Survei penjualan eceran Sumut Sumut Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pada triwulan laporan, sektor pengangkutan dan komunikasi mencatat pertumbuhan sebesar 8,63% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,28% (yoy). Masih tingginya kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi didukung oleh tingginya pertumbuhan penyaluran kredit perbankan kepada sektor ini. Pada triwulan I-2013, penyaluran kredit perbankan kepada sektor pengangkutan dan komunikasi tercatat sebesar 36,82% (yoy). Pertumbuhan di sektor ini akhirnya meningkat setelah terus melambat di setiap triwulan I, II, dan III pada tahun Di sisi lain, arus penumpang angkutan udara maupun angkutan laut yang masuk ke Provinsi Sumatera Utara justru mengalami penurunan. Pertumbuhan jumlah penumpang angkutan laut dan udara pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 9,63% (yoy), menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,43% (yoy). 20 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik Perkembangan Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Sumut Sumber: Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan Sumut

38 BOKS 1 Penerapan Metode SRI (System of Rice Intensification) Guna Meningkatkan Produktivitas Pertanian Padi Beras merupakan komoditas pangan yang sangat strategis karena merupakan makanan pokok utama bagi masyarakat Indonesia. Indonesia saat ini merupakan negara dengan populasi terbesar ke empat di dunia, dengan jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahunnya (Grafik 1). Pertambahan jumlah penduduk ini tentunya harus diimbangi dengan peningkatan pasokan makanan yang sesuai. IRRI (International Rice Research Institute) mengestimasikan bahwa dalam 25 tahun ke depan Indonesia akan mengalami peningkatan kebutuhan beras hingga 38%, yang berarti bahwa rata-rata panen sebesar 4,6 ton per hektare harus ditingkatkan menjadi lebih dari 6 ton per hektare untuk mengisi kesenjangan tersebut. Tabel 1 Populasi Penduduk Indonesia Sumber: Departemen Pertanian dalam Roadmap Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) menyatakan bahwa untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia dapat ditempuh melalui 2 strategi, yaitu peningkatan produksi dan penurunan konsumsi beras. Dalam rangka peningkatan produksi, strategi yang produktivitas, perluasan areal, dan pengelolaan lahan. 21 ditempuh adalah peningkatan

39 Dalam rangka meningkatkan produktivitas pertanian, Bank Indonesia pada tahun 2012 menginisiasi program kerja Penguatan Ketahanan Pangan Daerah: Pilot Project untuk Komoditas Beras dan Cabai. Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang ditunjuk untuk melaksanakan program ketahanan pangan untuk komoditas beras. Hal ini tidak mengherankan mengingat pada tahun 2012 Sumatera Utara sebagai salah satu wilayah penghasil beras di tanah air diprogramkan menjadi lumbung beras nasional (sumber: Produksi padi di Sumatera Utara cukup besar dan bahkan melebihi kebutuhan yang diperlukan masyarakat setempat. Sumatera Utara dapat menjadi lumbung beras nasional terutama karena dukungan dari lima kabupaten yang selama ini dikenal sebagai sentra penghasil beras terbesar di provinsi tersebut. Kelima kabupaten penghasil beras terbesar di Sumut yakni Deli Serdang, Serdang Bedagai, Langkat, Labuhan Batu Utara, dan Mandailing Natal (Madina). Adapun produktivitas pertanian di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Produktivitas Pertanian di Sumatera Utara Tahun Luas Panen(Ha) Produktivitas(Ton/Ha) 750, , , , , , Produksi(Ton) 3,265, ,340, ,527, ,582, ,607, ,715, Sumber: Dalam rangka program ketahanan pangan Bank Indonesia dan sejalan dengan program lumbung beras nasional, pada tahun 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX menandatangani MoU dengan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara untuk melaksanakan pilot project penerapan penanaman padi menggunakan metode SRI (System of Rice Intensification) di Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) SRI KARYA ditunjuk untuk melaksanakan pilot project tersebut. Di awal pelaksanaan pilot project, hanya 2 kelompok tani dari Gapoktan SRI KARYA yang menerapkan metode SRI, yaitu Kelompok Tani Sri Karya dan Kelompok Tani Fajar. SRI adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air, dan unsur hara. Metode SRI pertama kali ditemukan di 22

40 Madagaskar antara tahun oleh Fr. Henri de Laulanié, S.J. seorang Pastor Jesuit asal Prancis. Berbeda dengan metode konvensional yang selama ini diterapkan, metodologi SRI memiliki beberapa prinsip yaitu (1) Bibit yang ditanam berusia kurang dari 12 hari setelah semai (hss) atau ketika bibit masih berdaun 2 helai; (2) Bibit ditanam satu pohon perlubang dengan jarak 30 x 30 cm, 35 x 35 cm atau lebih jarang lagi; (3) Pindah tanam harus dilakukan secepat mungkin (kurang dari 30 menit), dilakukan dengan hati-hati agar akar tidak putus, serta ditanam di lubang yang dangkal; (4) Selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen, air yang diberikan maksimal setinggi 2 cm, dan paling baik jika diairi hingga becek setinggi 5 mm. Selain tu terdapat periode pengeringan, hingga tanah menjadi retak (irigasi terputus); (5) Penyiangan dilakukan sejak awal, yaitu sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval 10 hari. Pola tanam padi dengan menerapkan metode SRI telah menunjukkan hasil yang menjanjikan pada semua varietas padi baik varietas lokal maupun varietas unggul baru di berbagai negara. Di Desa Pematang Setrak, penerapan SRI terbukti telah berhasil meningkatkan produktivitas pertanian. Pada musim tanam pertama di Tahun 2012, yaitu musim tanam kering, hasil panen para petani yang menerapkan metode SRI di Desa Pematang Setrak rata-rata mencapai ±8,5 ton/ha. Sedangkan pada musim tanam kedua di tahun 2012, yaitu musim tanam basah, hasil panen para petani rata-rata mencapai ±6,5 ton/ha. Penurunan hasil panen pada musim tanam basah terjadi karena pada musim tersebut curah hujan sangat tinggi dan tanaman tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup. Hal ini mengakibatkan tanah tetap basah sehingga tingkat keasaman pada tanah meningkat. Terlebih lagi, kondisi udara yang lembab memicu tingginya serangan hama dan penyakit pada tanaman. Hama yang menyerang antara lain kepinding tanah dan wereng tanah. Sedangkan penyakit menyerang daun tanaman, mengakibatkan daun padi menjadi rusak sehingga proses fotosintesis pada daun padi menjadi tidak sempurna. 23

41 BAB 2 INFLASI Inflasi Provinsi Suamtera Utara triwulan I-2013 tercatat sebesar 2,54% (qtq) atau 5,82% (yoy). Realisasi tersebut di bawah inflasi nasional sebesar 5,90% (yoy). Inflasi triwulan ini terutama didorong oleh kelompok Bahan Makanan 2.1. Kondisi Umum Inflasi triwulanan Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 2,54% (qtq) atau 5,82% (yoy). Realisasi inflasi Sumatera Utara Triwulan I-2013, di bawah inflasi nasional sebesar 5,90% (yoy). Realisasi inflasi Sumatera Utara pada periode ini menduduki peringkat ke-15 untuk provinsi yang memiliki level inflasi terendah setelah Aceh, Maluku, Sulawesi Tenggara, Kepulauan Riau, Maluku Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Riau, Jakarta, dan Jawa Barat. Sumber : BPS, diolah Grafik 2. 1 Inflasi Provinsi (yoy) 2.2. Analisis Perkembangan Inflasi Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi triwulanan Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 2,54% (qtq), meningkat jika dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,88% (qtq). Peningkatan inflasi dibandingkan triwulan lalu terutama 24

42 terjadi di kelompok Bahan Makanan (7,33%, qtq); Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (2,06%, qtq), serta Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar (1,51%, qtq). Laju inflasi triwulan ini sedikit tertahan karena adanya deflasi pada kelompok Sandang (-0,85%, qtq) dan kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan (-0,46%, qtq). Tabel 2. 1 Inflasi Triwulanan Provinsi Sumatera Utara menurut Kelompok Barang & Jasa (%) Sumber : BPS, diolah Peningkatan laju inflasi juga terjadi pada laju inflasi tahunan Provinsi Sumatera Utara yang pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 5,82% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat hanya sebesar 3,86% (yoy). Namun demikian inflasi tahunan Sumatera Utara pada periode ini masih berada di bawah inflasi nasional yang tercatat sebesar 5,90% (yoy). Tabel 2. 2 Inflasi Tahunan Provinsi Sumatera Utara menurut Kelompok Barang & Jasa (%) Sumber : BPS, diolah a. Bahan Makanan Inflasi triwulanan maupun tahunan kelompok Bahan Makanan mengalami peningkatan dibandingkan periode lalu. Inflasi triwulanan (qtq) kelompok ini meningkat dari 1,03% (qtq) menjadi 7,33% (qtq). Secara tahunan juga meningkat dari 1,92% (yoy) menjadi 9,69% (yoy). Peningkatan inflasi kelompok bahan makanan pada periode ini terutama didorong oleh sub kelompok bumbu-bumbuan yang mencatat inflasi sebesar 58,70% (qtq) atau 49,44% (yoy). Tingginya inflasi sub kelompok ini didorong oleh kenaikan harga cabe merah, bawang merah, dan bawang putih yang cukup tinggi. 25

43 Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan Grafik 2. 3 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX, diketahui bahwa harga bawang merah naik 200% (dari Rp per kg menjadi Rp per kg) dibandingkan harga tahun lalu (triwulan I-2012). Sedangkan apabila dibandingkan dengan triwulan lalu harga ini mengalami peningkatan sebesar 100% (dari Rp per kg menjadi Rp per kg). Berikut adalah grafik harga bawang merah berdasarkan SPH yang dipantau berdasar posisi harga pada minggu terakhir bulan yang diamati: Grafik 2. 4 Harga Bawang Merah Sementara itu, harga bawang putih mengalami kenaikan sebesar 108% (dari Rp per kg menjadi Rp per kg) dibandingkan harga tahun lalu (triwulan I2012) dan meningkat sebesar 56,25% (dari Rp per kg menjadi Rp per kg) dibandingkan triwulan sebelumnya 26

44 Berikut adalah grafik harga bawang putih berdasarkan SPH yang dipantau berdasar posisi harga pada minggu terakhir bulan yang diamati: Grafik 2. 5 Harga Bawang Putih Selain itu, harga cabe merah mengalami kenaikan harga sepanjang bulan Januari dan Februari 2013 dan mulai mengalami penurunan pada bulan Maret Harga tertinggi tercatat sebesar Rp per kg pada minggu pertama bulan Februari 2013 yang mengalami kenaikan sebesar 28,57% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp per kg. Berikut adalah grafik harga cabe merah berdasarkan SPH yang dipantau berdasar posisi harga pada minggu terakhir bulan yang diamati: Grafik 2. 6 Harga Cabe Merah Kenaikan harga cabe merah disebabkan oleh penurunan pasokan dari Kabupaten Karo. Pedagang cabe merah yang biasanya memasok ±500 kg per hari, pada Februari 2013 hanya memasok ±250 kg per hari. Sementara itu, kenaikan harga bawang merah, dan bawang putih berkaitan dengan pembatasan impor beberapa komoditas hortikultura hingga Juni Pembatasan impor tersebut menyebabkan penurunan pasokan bawang merah impor di pasaran, terlebih di sisi lain pasokan bawang merah dari pulau Jawa juga belum mengalami peningkatan. 27

45 b. Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 1,31% (qtq) atau 5,62% (yoy). Secara triwulanan, inflasi kelompok ini mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,48% (qtq). Peningkatan laju inflasi (qtq) ini didorong oleh kelompok minuman yang tidak beralkohol dan makanan jadi yang masing-masing mengalami inflasi 1,73% (qtq) dan 1,41% (qtq). Di samping itu, pada akhir triwulan juga terjadi peningkatan harga komoditas Rokok Kretek sebesar 7,69% dari Rp menjadi Rp Harga Rokok Kretek Filter juga mengalami peningkatan 5,26% dari Rp menjadi Rp Grafik 2. 7 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi c. Grafik 2. 8 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar Inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar pada triwulan I2013 sebesar 1,51% (qtq) atau 4,19% (yoy). Inflasi kelompok ini, baik secara triwulanan maupun tahunan, lebih didorong oleh sub kelompok Perlengkapan Rumah Tangga yang mencatat inflasi sebesar 1,77% (qtq) atau 6,94% (yoy). Pada bulan Maret 2013, terdapat 3 komoditas yang signifikan memberikan andil inflasi yaitu Sewa Rumah (andil inflasi 0,1094%), upah pembantu rumah tangga (andil inflasi 0,0985%), dan kontrak rumah (andil inflasi 0,0222%). 28

46 Grafik 2. 9 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, LGA, dan Bahan Bakar Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, LGA, dan Bahan Bakar d. Sandang Secara triwulanan maupun tahunan kelompok Sandang mengalami penurunan laju inflasi. Inflasi triwulanan kelompok sandang turun dari 1,00% (qtq) pada triwulan sebelumnya menjadi -0,85% (qtq). Sementara itu, inflasi tahunan turun dari 5,63% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 2,54% (yoy). Penurunan laju inflasi kelompok Sandang didorong oleh penurunan inflasi sub kelompok Barang Pribadi dan Sandang Lainnya. Komoditas Emas Perhiasan yang termasuk di dalam kelompok Sandang mengalami penurunan harga sehingga menjadi komoditas yang memberikan andil deflasi terbesar pada triwulan I-2013 dengan andil deflasi di kota Medan sebesar 0,0790. Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH), pada triwulan laporan tercatat penurunan harga Emas Perhiasan 22 karat sebesar -5,23% (qtq) (turun dari Rp per gram menjadi Rp per gram). Sementara itu, harga Emas Perhiasan 24 karat mengalami penurunan sebesar -5,26% (qtq) (dari Rp per gram menjadi Rp per gram). Turunnya harga Emas Perhiasan ini mengikuti penurunan harga emas di pasar internasional yang juga mengalami penurunan dari USD1.685/ Oz pada akhir Desember 2012 menjadi USD1.581,69/ Oz pada akhir Maret Berikut adalah grafik harga emas internasional berdasarkan Bloomberg yang dipantau berdasar harga rata-rata bulanan: 29

47 Grafik Harga Emas Internasional Sementara itu, berikut adalah grafik harga emas perhiasan berdasarkan Survei Pemantauan Harga yang dilakukan oleh KPw BI Wilayah IX yang dipantau berdasar harga rata-rata bulanan: Grafik Harga Emas Perhiasan Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang e. Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Sandang Kesehatan Inflasi kelompok Kesehatan di triwulan ini tercatat sebesar 0,30% (qtq) atau 2,32% (yoy). Relatif stabilnya inflasi kelompok ini disebabkan karena tidak adanya 30

48 komoditas di kelompok Kesehatan yang mengalami kenaikan harga signifikan. Kenaikan tertinggi secara triwulanan dialami sub kelompok Jasa Perawatan dan Jasmani, yaitu sebesar 0,55% (qtq), diikuti oleh sub kelompok Jasa Kesehatan 0,38% (qtq), dan sub kelompok Obat-obatan 0,29% (qtq). Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan f. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Secara triwulanan maupun tahunan, kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga mengalami peningkatan laju inflasi. Inflasi triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga meningkat dari 0,09% (qtq) pada triwulan sebelumnya menjadi 2,06% (qtq). Sementara itu, inflasi tahunan naik dari 3,28% (yoy) menjadi 4,81% (yoy). Sub kelompok Jasa Pendidikan mencatat inflasi tertinggi yakni 2,94% (qtq) atau 6,95% (yoy). Tercatat Sekolah Dasar memberikan andil inflasi sebesar 0,0208% pada inflasi kota Medan bulan Maret Hal ini diperkirakan karena adanya tambahan biaya pengeluaran ekstra terutama yang terkait dengan persiapan Ujian Nasional. 31

49 Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga g. Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Secara triwulanan kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan mengalami penurunan laju inflasi dari 1,41% (qtq) pada triwulan sebelumnya menjadi 0,46% (qtq). Sementara itu secara tahunan, kelompok ini juga mengalami penurunan laju inflasi yakni dari 6,79% (yoy) menjadi 4,69% (yoy). Baik secara triwulanan maupun tahunan, deflasi kelompok ini didorong oleh sub kelompok Transportasi dan kelompok Komunikasi dan Pengiriman yang masing-masing mengalami deflasi sebesar -0,64% (qtq) dan -0,04% (qtq) pada akhir triwulan I Tercatat tarif Angkutan Udara memberikan andil deflasi sebesar -0,0332% pada inflasi kota Medan bulan Maret Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Transportasi Inflasi menurut Kota Tingkat inflasi triwulanan keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut, semuanya mengalami peningkatan laju inflasi. Tingkat inflasi triwulanan tertinggi 32

50 tercatat terdapat di kota Sibolga (3,71%, qtq), sementara tingkat inflasi triwulanan terendah terdapat di kota Padangsidempuan (1,08%, qtq). Tabel 2. 3 Inflasi Triwulanan Empat Kota di Sumut (%, qtq) Sumber : BPS, diolah Sementara itu, secara tahunan keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut mengalami peningkatan. Kota Pematangsiantar mencatat inflasi tertinggi yaitu sebesar 6,68% (yoy), diikuti oleh Sibolga (6,26%, yoy) dan Medan (5,78%, yoy). Tabel 2. 4 Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) Sumber : BPS, diolah Pada triwulan ini, kelompok inflasi tahunan tertinggi di masing-masing kota didominasi oleh kelompok Bahan Makanan dengan nilai inflasi gabungan sebesar 9,69%. Deflasi tahunan tercatat hanya terdapat pada kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan di Kota Padang Sidempuan dengan nilai -1,97% (yoy). Tabel 2. 5 Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan kelompok Barang & jasa Sumber : BPS, diolah 33

51 2.3. Faktor-faktor Penyebab Inflasi Faktor Fundamental Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK), masyarakat melihat adanya potensi penurunan harga 3 bulan yang akan datang. Hal ini tercermin dari penurunan Indeks Ekspektasi Harga 3 Bulan yang Akan Datang dari 162 (Desember 2012) menjadi 150 (Maret 2013). Sementara itu, untuk 6 bulan ke depan masyarakat melihat adanya potensi peningkatan harga yang ditunjukkan oleh Indeks Ekspektasi Harga 6 bulan yang Akan Datang meningkat dari 167 (Desember 2012) menjadi 170 (Maret 2013). Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Grafik Ekspektasi Konsumen terhadap Pergerakan harga Barang/ Jasa Realisasi inflasi Provinsi Sumatera Utara triwulan I-2013 yang relatif terjaga - di tengah adanya pembatasan impor hortikultura, Pemilihan Gubernur Sumatera Utara, dan Hari Raya Imlek - tidak terlepas dari upaya Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan dalam mengawal ekspektasi masyarakat serta upaya-upaya lain dalam menjaga stabilitas pasokan. Beberapa upaya tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Operasi pasar dan penyaluran raskin yang terus dilaksanakan. 2. Dinas Pertanian mendorong masyarakat untuk meningkatkan pemanfaatan lahan pekarangan petani guna mengatasi kendala keterbatasan lahan agar dapat meningkatkan produksi pangan. 3. Penggalakan kembali program Gerakan Perempuan Optimalisasi Pekarangan khusus untuk tanaman cabe melalui polybag, di mana program tersebut pernah dilaksanakan dan sempat menahan laju harga namun program tersebut terhenti karena periode program berakhir. 34

52 4. Pemkot Medan berkoordinasi dengan Bulog sejak pertengahan Januari s.d. Februari dalam pelaksanaan operasi pasar dan penyaluran raskin untuk menahan laju kenaikan harga beras. 5. TPID Kota Pematang Siantar melalui Gerakan Percepatan Penganekaragamam Konsumsi Pangan (P2KP) melakukan beberapa kegiatan antara lain: a) Pemanfaatan Lahan Pekarangan Rumah, b) Pembuatan Bahan pangan Lokal menjadi tepung-tepungan sehingga diharapkan melalui Gerakan P2KP akan dapat menekan konsumsi beras masyarakat sebesar 1,5 %/tahun, c) Lomba Cipta Pangan dari Bahan Non Beras, d) Pembuatan brosur, baliho dalam rangka "Sosialisasi Gerakan P2KP", dan e) Pelatihan Budidaya di lahan sempit dengan teknologi hidroponik Faktor Non Fundamental Di triwulan I-2013, inflasi inti mengalami kenaikan dari 4,06% (yoy) pada Desember 2012 menjadi 4,19% (yoy) pada Maret Inflasi volatile foods meningkat tajam dari 1,89% (yoy) pada Desember 2012 menjadi 9,88% (yoy) pada Maret Sedangkan, inflasi administered prices mengalami penurunan dari 5,77% (yoy) pada Desember 2012 menjadi 4,77% (yoy) pada Maret Kenaikan harga volatile foods ini dipicu oleh kenaikan harga cabe merah akibat penurunan pasokan dari Kabupaten Karo serta bawang merah dan bawang putih akibat adanya pembatasan impor hortikultura yang diberlakukan mulai Januari 2013 hingga Juni Sumber : BPS, diolah Grafik Disagregasi Inflasi Sumatera Utara 35

53 BOKS 2 Peran Strategis Pasar Induk Tuntungan untuk Pengendalian Inflasi Sebagai bagian dari upaya melakukan pengendalian inflasi serta mengembangkan perekonomian di Kota Medan dan sekitarnya, Pemerintah Kota Medan membangun pasar induk di Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan. Pembangunan ini sejalan dengan arah strategi kebijakan Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kota Medan untuk mengurangi volatilitas harga komoditas melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi distribusi komoditas. Pasar induk ini akan mampu mengambil peran penting dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari distribusi komoditas tersebut dan pada akhirnya dapat menjaga stabilitas pasokan yang bermuara pada stabilitas tingkat harga. Pembangunan pasar induk Medan Tuntungan ini merupakan upaya yang strategis baik untuk pengembangan kota maupun kepentingan masyarakat. Aktivitas seperti penyortiran, pemilahan, dan pemilihan sayuran, semuanya dilakukan di sini sehingga sampah-sampahnya dapat dikelola dengan baik. Selain sampah yang dapat terkelola dengan baik, terkumpulnya produk sayur-sayuran dan buah-buahan di satu lokasi ini dapat membantu dalam pengontrolan harga pasar sehingga secara jangka panjang inflasi pun dapat dikendalikan. Dalam kaitan ini, jajaran TPID Kota Medan pun telah melakukan kunjungan studi banding ke Pasar Induk Puspa Agro di Jawa Timur untuk mempelajari operasionalisasi pasar induk ini nantinya khususnya dalam mendukung upaya pengendalian inflasi. Pasar induk ini didirikan di atas lahan seluas 24 ha yang memiliki bangunan utama yang dapat menampung 720 pedagang grosir dan 2 bangunan lainnya yang keduanya dapat menampung 432 pedagang sub grosir. Selain bangunan utama, terdapat fasilitas-fasilitas lain yang telah disiapkan Pemerintah Kota Medan seperti bangunan perkantoran sebanyak 6 unit, bengkel beserta tempat penginapan untuk supir, kafetaria, plaza wisata yang dapat menjadi tempat pedagang kaki lima yang menjual olahan buah dan sayuran dengan daya tampung hingga 64 pedagang, tempat sampah sementara yang memiliki daya tampung hingga 60 m3, serta bank sampah yang disediakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Daerah Kota Medan. Pembangunan infrastruktur Pasar induk ini sudah selesai, selanjutnya tinggal penyelesaian pembangunan jalan akses masuk ke pasar tersebut. Pasar induk ini dapat beroperasi di pertengahan tahun ini dan diharapkan meningkatkan kapasitas perekonomian Kota Medan dan mendukung upaya pengendalian inflasi di Kota Medan yang menyumbang sekitar 85% terhadap pembentukan inflasi Provinsi Sumatera Utara. 36

54 BOKS 3 Relaksasi Kebijakan Impor Hortikultura Pengaturan impor 20 komoditas hortikultura hortikultura melalui Peraturan Menteri Pertanian No. 60/2012 dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 60/2012 yang bertujuan untuk melindungi produk hortikultura lokal dari serbuan produk impor berimbas pada menurunnya pasokan produk hortikultura yang ada di masyarakat. Pemerintah melarang 13 komoditas hortikultura masuk ke Indonesia dalam jangka waktu 6 bulan, di antaranya durian, nanas, melon, pisang, mangga, pepaya, kentang, kubis, wortel, cabai, krisan, anggrek dan heliconia. Sementara 7 komoditas hortikultura dibatasi jumlah impornya, di antaranya bawang (bawang bombay, bawang merah, dan bawang putih), jeruk (jeruk siam, jeruk mandarin, lemon, dan grapefruit atau pamelo), kemudian anggur, apel, dan lengkeng. Dengan adanya penurunan pasokan produk hortikultura tersebut, terjadi kelangkaan pasokan yang pada akhirnya meningkatkan laju inflasi. Hal ini tercermin dari inflasi pada akhir triwulan I-2013 yang berasal dari kelompok bahan makanan dengan proporsi terbesar berasal dari kenaikan harga cabe merah, bawang merah, dan bawang putih. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumut dan Aceh) di Pusat Pasar - Kota Medan, tercatat harga tertinggi bawang merah dan bawang putih masing-masing mencapai Rp dan Rp per kg pada minggu ke-3 Maret Bahkan pada awal April 2013 tercatat harga bawang merah mencapai Rp per kg di Pusat Pasar tersebut. Hal ini juga berimbas kepada buah-buahan seperti buah jeruk impor yang mengalami kenaikan harga hingga mencapai Rp per kg dari posisi harga Rp pada akhir Desember 2012 sebelum diberlakukannya pembatasan impor tersebut. Keadaan tersebut membuat Pemerintah mengevaluasi kebijakan pengaturan impor. Pada awal bulan April 2013 Pemerintah melakukan relaksasi kebijakan dengan mengeluarkan 5 produk dari ketentuan pembatasan impor, yaitu bawang, kubis, krisan, anggrek serta heliconia dan menetapkannya sebagai komoditas bebas Hal ini kemudian dikonfirmasi melalui Peraturan Menteri Perdagangan No.16/M-DAG/PER/4/2013 tanggal 22 April 2013 yang bertujuan untuk menyederhanakan proses perizinan dan pelaksanaan administrasi impor menjadi lebih tertib sehingga kepastian dalam berusaha menjadi lebih terjamin dan mengubah sistem impor produk hortikultura dengan tidak lagi menerapkan pembatasan alokasi kuota. Penerbitan peraturan ini sekaligus mencabut peraturan terdahulu yaitu Permendag No. 30/2012 yang telah diubah beberapa kali terakhir dengan Permendag No. 60/2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura. 37

55 Dengan adanya relaksasi ini membuat harga bawang merah di sejumlah pasar tradisional kota Medan mulai berangsur turun. Penurunan harga tersebut dipicu oleh lancarnya pasokan bawang merah di tingkat distributor bawang. Harga bawang merah mengalami penurunan hingga ke level harga Rp per kg. Begitu juga dengan bawang putih yang kini dijual dengan harga Rp per kg turun dari sebelumnya Rp per kg. Bawang putih sendiri sempat menyentuh angka Rp per kg saat terjadi kelangkaan beberapa waktu lalu. Diharapkan ke depannya laju inflasi komoditas hortikultura dapat terus menurun sejalan dengan relaksasi kebijakan impor oleh Pemerintah. 38

56 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan Sumatera Utara sampai dengan triwulan I-2013 relatif di bawah kinerja pada triwulan sebelumnya, akan tetapi stabilitas sistem keuangan (risiko kredit dan risiko likuiditas) masih tetap terjaga. Di sisi lain, jumlah transaksi sistem pembayaran tunai dan kliring menunjukkan peningkatan Kondisi Umum Stabilitas perekonomian Sumatera Utara yang terlihat dari kegiatan dan indikator perbankan menunjukkan adanya peningkatan. Kualitas kredit masih terjaga dengan baik yang terlihat dari rasio Non Performing Loan (NPL) pada triwulan I2013 yang masih di bawah 5%, yaitu sebesar 2,25%. Angka ini juga masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata rasio NPL selama 2 tahun terakhir (Januari 2011Desember 2012) yang tercatat sebesar 2,61%. Sementara itu, kegiatan intermediasi perbankan pada periode laporan justru menunjukkan peningkatan yang terlihat dari peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) menjadi 97,05% dari sebelumnya sebesar 94,08% pada triwulan IV Total aset perbankan di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I-2013 mencapai Rp183,83 triliun, menurun sebesar 0,98% (qtq) akan tetapi tumbuh 12,32% (yoy). Total aset perbankan tersebut masih didominasi oleh bank konvensional yang mencapai Rp174,53 triliun (94,94%), sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp9,3 triliun (5,06%). Walaupun secara keseluruhan total aset perbankan mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya, namun untuk total asset perbankan syariah mengalami peningkatan. Porsi aset perbankan syariah pada triwulan ini sebesar 5,06% dari total asset perbankan naik dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,76%. Aset perbankan syariah mengalami peningkatan sebesar 5,2% dari triwulan lalu yang tercatat sebesar Rp8,84 triliun menjadi sebesar Rp9,3 triliun pada triwulan I Secara umum, aset perbankan masih dikontribusi oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) yang pada triwulan I-2013 turun sebesar 1,38% (qtq) akan tetapi tumbuh sebesar 7,05% (yoy) dengan jumlah sebesar Rp137,93 triliun. Penurunan DPK 39

57 disebabkan oleh penurunan simpanan Tabungan dan Deposito dengan persentase masing-masing sebesar 4,46% dan 1,41% (qtq). Sementara itu, penghimpunan DPK berupa simpanan Giro pada periode laporan justru mengalami kenaikan sebesar 7,54% (qtq). Walaupun giro mengalami kenaikan yang cukup besar, pangsa pasar giro masih jauh lebih kecil dari deposito dan tabungan yang masih mendominasi dana masyarakat di perbankan Sumatera Utara dengan pangsa masing-masing sekitar 43,38 % dan 39,67% dari total DPK. Sedangkan giro sendiri hanya memiliki pangsa pasar 16,96%. Dana masyarakat yang telah dihimpun oleh perbankan porsi terbesar penyalurannya adalah dalam bentuk kredit dibandingkan penempatan lainnya seperti penempatan pada surat-surat berharga maupun penempatan antar bank. Penyaluran kredit di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I-2013 tumbuh sebesar 1,73% (qtq) dan 21,98% (yoy). Menurut jenis penggunaan, pertumbuhan kredit investasi mengalami pertumbuhan tertinggi di triwulan laporan yaitu sebesar 2,20% (qtq) dan 30,34% (yoy). Hal ini menunjukkan peran dan optimisme yang tinggi dari industri perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara ke depan di tengah kontraksi perekonomian di triwulan ini. Tabel 3. 1 Indikator Utama Perbankan Sumut Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah 3.2. Intermediasi Perbankan Kegiatan intermediasi perbankan selama triwulan I-2013 menunjukkan peningkatan,tercermin dari tren peningkatan LDR dari 94,08% menjadi 97,05%. Tingkat LDR pada periode laporan tercatat sebagai pencapaian LDR tertinggi selama kurun waktu 3 tahun terakhir. Rata-rata pencapaian LDR perbankan selama 3 tahun terakhir (Januari 2010-Desember 2012) tercatat sebesar 82,85%. Tingginya pertumbuhan kredit perbankan dibandingkan dengan pertumbuhan penghimpunan DPK menyebabkan peningkatan LDR yang signifikan. Hal ini juga menunjukkan peran 40

58 perbankan dalam meningkatakan kapasitas ekonomi daerah melalui penyaluran kredit semakin meningkat Penghimpunan Dana Masyarakat Penghimpunan DPK di Provinsi Sumatera Utara hingga triwulan I-2013 mencapai Rp137,93 triliun, menurun sebesar 1,38% (qtq). Ditinjau dari bentuk simpanannya, DPK di Provinsi Sumatera Utara masih tetap didominasi oleh tabungan senilai Rp59,83 triliun (pangsa 43,38%) dan deposito senilai Rp54,71 triliun (pangsa 39,67%). Penurunan DPK secara triwulanan ini didorong oleh penurunan kinerja simpanan tabungan dan deposito dengan persentase masing-masing sebesar 4,46% dan 1,41% (qtq). Sementara itu, penghimpunan DPK untuk jenis simpanan Giro pada periode laporan justru mengalami kenaikan sebesar 7,54% (qtq). Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik 3. 2 Struktur DPK Sumut Grafik 3. 1 Perkembangan DPK Sumut Dilihat dari rata-rata suku bunga tertimbang, selama triwulan laporan suku bunga deposito mengalami sedikit peningkatan dari 5,35% menjadi 5,36%. Sementara itu, suku bunga giro dan tabungan mengalami penurunan. Suku bunga giro menurun dari 2,28% menjadi 2,25%. Suku bunga tabungan 2,03% menjadi 1,99%. 41 mengalami penurunan dari

59 Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik 3. 3 Perkembangan Suku Bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) Sumut Penyaluran Kredit Pada triwulan I-2013 kredit perbankan di Provinsi Sumatera Utara tumbuh 1,73% (qtq) hingga mencapai Rp133,86 triliun. Dengan pertumbuhan yang positif pada triwulan ini maka secara tahunan pertumbuhan kredit menjadi 21,98% (yoy). Namun demikian pertumbuhan kredit pada triwulan ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,31% (qtq). Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit modal kerja masih mendominasi pangsa penyaluran kredit perbankan di Provinsi Sumatera Utara dengan porsi sebesar 50,61%, diikuti oleh kredit konsumsi (26,09%) dan kredit investasi (23,30%). Sumber : Bank Indonesia, diolah Grafik 3. 4 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut Sumber : Bank Indonesia, diolah Grafik 3. 5 Pangsa Kredit Sumut per Jenis Penggunaan Kredit modal kerja pada triwulan laporan mencapai Rp67,75 triliun, meningkat 1,74% (qtq) dibandingkan triwulan lalu. Kredit investasi senilai Rp31,19 triliun, meningkat 2,20% (qtq) dibandingkan triwulan lalu. Begitu pula 42

60 kredit konsumsi yang juga meningkat 1,31% (qtq) menjadi Rp34,92 triliun. Indikator tersebut memberikan sinyal yang positif bagi pengembangan perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Tingginya pertumbuhan kredit modal kerja memberikan sinyal masih kuatnya ekspektasi para pelaku usaha mengenai peningkatan kondisi ekonomi yang masih relatif baik. Hal iniberimplikasi kepada tingginya kebutuhan modal kerja. Selain itu, pertumbuhan kredit investasi juga memberikan sinyal semakin membaiknya iklim investasi di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini mencerminkan adanya optimisme para pelaku usaha terhadap perekonomian Provinsi Sumatera Utara di masa mendatang. Adanya tren peningkatan kredit investasi pada akhirnya akan memberikan multiplier effect lebih besar terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Grafik 3. 6 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumut Grafik 3. 7 Perkembangan Suku Bunga, BI Rate, dan Kredit Sumut Namun demikian, posisi kelonggaran tarik (undisbursed loan) pada triwulan ini masih cukup besar yaitu sebesar Rp 12,19 triliun atau 9,11% dari total kredit. Kelonggaran tarik merupakan fasilitas pinjaman debitur yang belum digunakan atau merupakan selisih antara plafon kredit yang diterima oleh debitur dengan jumlah total baki debet. Secara triwulanan, kelonggaran tarik kredit perbankan ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 12,35% (qtq). Sedangkan secara tahunan naik sebesar 47,58% (yoy). Dari sisi suku bunga, pada triwulan I-2013 rata-rata tertimbang suku bunga kredit tercatat sebesar 11,10%, meningkat sebelumnya sebesar 11,03%. 43 dibandingkan dengan triwulan

61 Jika dilihat berdasarkan sektor usaha, secara umum tidak terjadi perubahan pada komposisi penyaluran kredit pada triwulan I Penyaluran kredit paling besar di Provinsi Sumatera Utara diserap oleh sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar 25,21%, sektor Industri Pengolahan (19,09%), dan sektor Pertanian (15,53%). Sementara itu, secara tahunan semua sektor menunjukkan pertumbuhan positif. Sedangkan secara triwulanan hanya tiga sektor yang mengalami penurunan yakni sektor industri pengolahan, pertambangan dan galian serta sektor konstruksi. Pertumbuhan kredit terbesar tercatat pada sektor jasa yang tumbuh sebesar 42,28% (yoy) dan 12,18% (qtq). Tabel 3. 2 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut per Sektor Ekonomi Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Penyaluran Kredit UMKM Jumlah kredit UMKM pada triwulan I-2013 mengalami peningkatan sebesar 0,7% (qtq) dengan nominal mencapai Rp32,98 triliun. Secara tahunan, kredit UMKM masih tumbuh sebesar 19,84% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 11,78% (yoy). Pangsa kredit UMKM pada triwulan laporan tercatat sebesar 24,64% dari keseluruhan total kredit perbankan di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan kriteria skala usahanya, kredit UMKM pada triwulan I-2013 didominasi oleh kredit menengah (Rp500 juta Rp5 miliar) dengan proporsi sebesar 51,49% dari total kredit UMKM atau mencapai Rp16,98 triliun. Disusul dengan kredit skala kecil (Rp50 juta Rp500 juta) senilai Rp10,25 triliun (31,08%), dan kredit skala mikro (dibawah Rp 50 juta) dengan baki debet sebesar Rp5,75 triliun (17,43%). 44

62 Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik 3. 9 Pangsa Kredit UMKM Sumut Grafik 3. 8 Perkembangan Kredit UMKM Sumut Pada triwulan I-2013 Provinsi Sumatera Utara telah menyalurkan Kredit Untuk Rakyat (KUR) dengan total baki debet sebesar Rp2,37 triliun dengan jumlah debitur sebanyak debitur. Total baki debet penyaluran KUR Provinsi Sumatera Utara mengalami pertumbuhan sebesar 2,90% (qtq), melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,52% (qtq). Pertumbuhan jumlah debitur KUR di Provinsi Sumatera Utara tercatat tumbuh sebesar 4,65% (qtq), juga lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,34% (qtq). ] Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Grafik Perkembangan Penyaluran KUR Sumut Grafik Perkembangan Debitur KUR Sumut 45

63 3.3. Stabilitas Perbankan Risiko Kredit Di tengah pesatnya pertumbuhan kredit, perbankan Sumatera Utara masih mampu mengelola kualitas kreditnya dengan cukup baik, yang tercemin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau Non Performing Loan (NPL) dimana pada periode laporan stabil di bawah batas aman 5%. NPL gross perbankan pada akhir triwulan I-2013 sebesar 2,25%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 1,89%. Meskipun demikian NPL perbankan pada periode ini tercatat masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata NPL selama 2 tahun terakhir (Januari 2011-Desember 2012) yang tercatat sebesar 2,61%. Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik Perkembangan NPL Perbankan Sumut NPL perbankan Provinsi Sumatera Utara yang selalu berada di bawah batas aman sejak tahun 2008 menunjukkan risiko kredit perbankan di Provinsi Sumatera Utara yang relatif terjaga Risiko Likuiditas Risiko likuditas perbankan di Provinsi Sumut pada triwulan I-2013 tetap terjaga. Hal ini ditunjukkan dengan indikator Cash Ratio (CR) yang relatif stabil di atas 3%, perbankan Sumut memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi kewajibannya. Pada periode ini cash ratio perbankan tercatat sebesar 5,12%. Namun demikian, perbankan Sumut perlu memperhatikan terjadinya perubahan preferensi masyarakat pada periode laporan dalam 46

64 melakukan penempatan dana di perbankan yang cenderung pada instrumen jangka pendek seperti tabungan dibandingkan dengan instrumen jangka panjang berupa deposito Perbankan Syariah Ekspansi usaha perbankan syariah di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan laporan kembali menunjukkan perkembangan positif. Hal ini mengindikasikan perbankan syariah tetap diminati oleh masyarakat di tengah berkembangnya perbankan konvensional serta maraknya lembaga keuangan non bank. Secara tahunan, aset perbankan syariah tercatat tumbuh sebesar 34,20% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 33,13% (yoy). Peningkatan pertumbuhan aset perbankan syariah dipicu oleh meningkatnya penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah yang pada triwulan laporan tumbuh sebesar 18,12% (yoy). Perkembangan penyaluran pembiayaan perbankan syariah pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 6,76% (qtq), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 10,49% (qtq). Penyaluran pembiayaan perbankan syariah pada triwulan laporan sebesar Rp 7,42 triliun atau tumbuh sebesar Rp 470 miliar dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tabel 3. 3 Indikator Utama Perbankan Syariah Sumut Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah 47

65 Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah Sumut (%) Grafik Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah Sumut (%) Sementara itu, penghimpunan dana perbankan syariah pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan sebesar 2,17% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Penurunan pertumbuhan penyaluran pembiayaan perbankan syariah dibandingkan dengan penghimpunan dana menyebabkan Financing to Deposits Ratio (FDR) mengalami peningkatan dari periode sebelumnya yakni dari sebesar 125,68% menjadi 137,15%. Namun demikian peningkatan FDR diikuti kualitas pembiayaan perbankan syariah di Provinsi Sumut yang memburuk, tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) gross menjadi 5,48% Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Perkembangan kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I-2013 masih menunjukkan perkembangan yang positif. Aset BPR pada triwulan laporan mencapai sebesar Rp904,558 miliar dengan jumlah jaringan kantor sebanyak 59 jaringan kantor. Nilai aset BPR tercatat tumbuh sebesar 12,26% (yoy) atau 3,16% (qtq). Tabel 3. 4 Indikator Utama BPR Sumut 48

66 Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Fungsi intermediasi BPR di Provinsi Sumatera Utara masih menunjukkan kinerja yang positif meskipun mengalami penurunan, dimana LDR BPR pada triwulan laporan tercatat sebesar 104,69% atau menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 104,92%. Tren penurunan LDR BPR dipicu oleh pesatnya pertumbuhan penghimpunan DPK pada triwulan laporan senilai Rp635,892 miliar atau meningkat sebesar 14,94% (yoy) atau 3,87% (qtq). Sedangkan penyaluran kredit BPR tercatat sebesar Rp665,535 miliar meningkat sebesar 18,92% (yoy) atau 2,51% (qtq). NPL gross BPR di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 6,60%, mengalami peningkatan dibandingkan dengan NPL pada posisi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,15%. Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik Perkembangan NPL BPR Sumut Sistem Pembayaran Non Tunai Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Transaksi perbankan di Provinsi Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan I-2013 mengalami penurunan secara nominal sebesar Rp 14,46 triliun atau menurun sebesar 6,87% (qtq) yakni dari nilai transaksi pada triwulan IV-2012 sebesar Rp210,56 triliun menjadi Rp196,09 triliun pada triwulan I Di sisi lain volume transaksi RTGS juga mengalami penurunan sebesar 8,76% (qtq) menjadi sebesar transaksi. Penurunan nominal dan volume transaksi RTGS 49

67 di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I merupakan fenomena rutin pasca hari raya Natal dan Tahun Baru pada triwulan IV Tabel 3. 5 Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara 2011 Keterangan Tw I 1 Jumlah Transaksi RTGS : a. Nominal (Rp. Miliar) b. Volume (lembar warkat) 2 Rata-rata Transaksi RTGS per hari : a. Nominal (Rp. Miliar) b. Volume (lembar warkat) 2012 Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw I-2013 (QTQ) (YOY) 2013 Tw I Tw IV 158, , , , , , , , , % 13.31% 237, , , , , , , , , % 7.27% 2, ,825 2, ,772 2, ,690 3, ,070 2, ,561 3, ,078 4, ,324 3, ,324 3, % 20.99% 4, % 14.55% Sumber : Bank Indonesia, diolah Sejalan dengan penurunan nilai keseluruhan transaksi BI-RTGS, besaran rata-rata per hari nilai transaksi pada triwulan I-2013 tercatat sebesar Rp3,32 triliun juga turun 3,71% (qtq) atau Rp 14,46 triliun bila dibandingkan dengan triwulan IV Tercatat rata-rata volume transaksi per hari pada triwulan I-2013 juga menurun sebesar 5,67% (qtq) menjadi transaksi per hari Kegiatan Transaksi Kliring Nilai transaksi kliring pada triwulan I-2013 tercatat sebesar Rp38,10 triliun. Nilai ini meningkat 0,84% (qtq) atau Rp319 miliar bila dibandingkan dengan triwulan IV2012. Namun demikian, volume warkat kliring mengalami penurunan dibandingkan triwulan lalu sebesar -1,43% (qtq) menjadi lembar warkat. Keterangan 1 Perputaran Kliring : a. Nominal (Rp. Miliar) b. Volume (lembar warkat) 2 Perputaran Kliring per Hari : a. Nominal (Rp. Miliar) b. Volume (lembar warkat) 3 Kliring Retur : a. Nominal (Rp. Miliar) b. Volume (lembar warkat) 4 Kliring Retur per Hari : a. Nominal (Rp. Miliar) b. Volume (lembar warkat) 5 Penolakan Cek/BG Kosong : a. Nominal (Rp. Miliar) b. Volume (lembar warkat) 6 Penolakan Cek/BG Kosong per Hari : a. Nominal (Rp. Miliar) b. Volume (lembar warkat) 7 Rasio Cek/BG Kosong thdp Perputaran Kliring : a. Nominal (%) b. Volume (%) 8 Jumlah Hari Kerja Tabel 3. 6 Transaksi Kliring Perbankan Sumatera Utara Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 2013 Tw I YOY QTQ 32,361 33,881 35,511 35,983 35,809 37,425 38,042 37,789 38, % 0.84% 1,085,821 1,107,032 1,122,130 1,121,416 1,124,046 1,145,383 1,197,041 1,131,951 1,115, % -1.43% , , , , , , , , % 18, % , , , , , , , , % -3.21% 20, % -2.55% % -0.17% % 0.82% , , , , , , , , % -3.53% 17, % -3.88% % -0.08% % -0.32% % 2.08%

68 Sumber : Bank Indonesia, diolah , , ,000 15, , ,000 12, Pada triwulan I-2013, besaran rata- 19,000 11,000 I II III IV 2009 I II III IV 2010 Nominal (Rp. Miliar) I II III IV 2011 I II III IV 10, Volume (lembar warkat) Sumber : Bank Indonesia, diolah Grafik Perkembangan Cek/BG Kosong Perbankan Sumut rata per hari nilai transaksi kliring adalah sebesar Rp646 miliar, dengan rata-rata jumlah warkat yang diproses sebanyak lembar warkat per hari. Sementara itu, jumlah penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG) kosong di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I-2013 tercatat sebanyak warkat dengan nilai Rp478 miliar. Rata-rata penolakan cek dan bilyet giro per harinya sebanyak 298 warkat dengan nilai Rp 8,09 miliar. Penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG) kosong ini menurun jika dibandingkan triwulan lalu, yaitu dari segi nilai sebesar 0,08% (qtq) dan dari segi volume sebesar 0,32% (qtq) Sistem Pembayaran Tunai Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow) Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik Perkembangan Aliran Uang Kartal melalui Bank Indonesia di Provinsi Sumatera Utara Perkembangan aliran uang kartal di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumatera Utara dan Aceh) pada triwulan I-2013 mengalami net inflow, artinya jumlah aliran uang kartal yang masuk melalui setoran perbankan ke Kantor Perwakilan 51

69 Bank Indonesia Wilayah IX (Sumatera Utara dan Aceh) lebih besar dibandingkan aliran uang kartal yang keluar. Data triwulan I-2013 menunjukkan posisi net inflow sebesar Rp 3.937,31 miliar, meningkat dibandingkan triwulan IV-2012 yang tercatat net inflow sebesar Rp571,76 miliar. Posisi inflow atau aliran uang kartal yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumatera Utara dan Aceh) pada periode laporan tercatat sebesar Rp 6,09 triliun atau meningkat sebesar 39,72% (qtq), sedangkan posisi outflow atau aliran uang kartal yang keluar tercatat sebesar Rp 2,15 triliun atau menurun sebesar -43,10% (qtq) Temuan Uang Palsu Pada triwulan I-2013 ditemukan sebanyak lembar uang palsu dengan total nilai sebesar Rp Temuan uang palsu ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 81,51% (yoy) dari segi jumlah lembar dan 77,79% dari segi nominal. Sementara dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, uang palsu juga mengalami peningkatan, yaitu sebesar 140,71% (qtq) dari segi jumlah lembar dan 128,03% dari segi nominal. Tabel 3. 7 Data Temuan Uang Palsu di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumatera Utara dan Aceh) Sumber : Bank Indonesia, diolah Sebagaimana triwulan-triwulan sebelumnya, denominasi Rp paling banyak dipalsukan dibandingkan pecahan lainnya, yaitu sebanyak 71,71% dari total temuan uang palsu. Sementara itu jumlah temuan uang palsu Rp pada triwulan ini meningkat sebanyak 104 lembar dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi 233 lembar. Temuan uang palsu denominasi Rp meningkat dari 26 lembar dibanding triwulan sebelumnya menjadi 50 lembar. Selebihnya, temuan uang palsu berupa denominasi Rp5.000 sebanyak 3 lembar dan tidak terdapat temuan uang palsu berdenominasi Rp dan Rp

70 Bank Indonesia selalu mengingatkan kepada masyarakat agar menerapkan 3D setiap menerima uang tunai, yaitu Dilihat, Diraba, Diterawang guna mencegah peredaran uang tidak asli. Dalam rangka mencegah peredaran uang palsu tersebut, Bank Indonesia menerapkan pola sosialisasi 3D berupa TOT dan kerja sama dengan pihak Kepolisian sebagai salah satu nara sumber yang akan dilakukan di kota Medan dan daerah-daerah kepada seluruh lapisan masyarakat mulai dari pelajar, mahasiswa, pedagang, dan lain-lain. Dalam rangka mengurangi penggunaan uang tunai dan peredaran uang palsu, Bank Indonesia berupaya untuk memadukan layanan pembayaran tunai dan non tunai dalam rangka mewujudkan less-cash society. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat agar semakin sering menggunakan alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) terutama uang elektronik sebagai alternatif uang kertas dan uang logam terutama pecahan kecil. Program sosialisasi mengenai less-cash society tahun 2013 juga telah disiapkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat antara lain para merchant/pedagang dan masyarakat lainnya Penyediaan Uang Layak Edar Salah satu tugas pokok Bank Indonesia dalam pengedaran uang diantaranya adalah menyediakan uang kartal yang layak edar (clean money policy). Dalam melaksanakan tugas tersebut Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumut dan Aceh) melakukan pemusnahan atau kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang sudah tidak layak edar (lusuh/rusak). Pada triwulan I-2013 jumlah uang kartal yang telah dikenai Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) atau dimusnahkan tercatat sebesar Rp384,84 miliar atau sebesar 6,32% dari jumlah inflow. Jumlah uang kartal yang dicatat sebagai PTTB tersebut meningkat dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar Rp261,44 miliar. 53

71 Sumber : Bank Indonesia, diolah Grafik Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara 54

72 BAB 4 KEUANGAN PEMERINTAH Kinerja keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I-2013 menunjukkan tingginya upaya akselerasi. Selain sebagai upaya untuk mencapai target realisas belanja daerah, akselerasi ini juga digunakan untuk menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi 4.1. Realisasi Pendapatan Pemerintah Realisasi pendapatan daerah Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I tahun 2013 sebesar Rp1,71 triliun atau mencapai 20,22% dari target pendapatan tahun 2013 sebesar Rp8,48 triliun. Realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat dana perimbangan merupakan realisasi tertinggi yaitu 21,95% atau sebesar Rp791,2 miliar dari target Rp3,61 triliun. Selanjutnya pendapatan asli daerah memiliki realisasi sebesar 19,15% atau Rp921 miliar dari target Rp4,81 triliun, sedangkan pendapatan lainnya baru mencapai realisasi 3,38% atau Rp 2,2 miliar dari target Rp65,8 miliar Realisasi Belanja Pemerintah Realisasi belanja daerah Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I tahun 2013 sebesar Rp1,03 triliun atau mencapai 11,61% dari total anggaran tahun 2013 sebesar Rp8,87 triliun. Realisasi belanja operasi sebesar Rp1,03 triliun atau mencapai 13,87%, sedangkan pada belanja modal dengan anggaran Rp913 miliar sampai dengan triwulan I 2013 belum terdapat realisasi. Dari perencanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah Pemerintah Sumut, terdapat defisit sebesar Rp385,05 miliar. Defisit anggaran tersebut dapat ditutup dengan sumber-sumber pembiayaan seperti Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SILPA), dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan pinjaman daerah. 55

73 Tabel 4.1 Realisasi APBD Triwulan I-2013 Sumber : Laporan Realisasi APBD Triwulan I Tahun Anggaran

74 4.3. Rekening Pemerintah di Bank Posisi rekening Pemerintah Daerah di bank pada triwulan I-2013 meningkat sebesar 106,4% (qtq) dibandingkan posisi pada triwulan sebelumnya dari Rp2,97 triliun menjadi Rp 6,18 triliun. Posisi ini juga meningkat sebesar 44,96% (yoy) dibandingkan posisi pada triwulan yang sama tahun 2012 yang mencapai Rp4,27 triliun. Kenaikan posisi rekening Pemerintah Daerah yang cukup signifikan pada triwulan I-2013 karena belum besarnya pengeluaran Pemerintah Daerah dan kondisi awal tahun yang belum ada urgensi untuk mengejar target realisasi belanja daerah. Grafik 4. 1 Posisi Rekening Pemerintah Daerah Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia, diolah 57

75 BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Perkembangan ketenagakerjaan menunjukkan indikasi yang membaik, tercermin dari peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja, dan tingkat partisipasi angkatan kerja dan juga penurunan persentase tingkat pengangguran terbuka. Kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara menunjukkan peningkatan, yang tercermin dari penurunan jumlah penduduk miskin dan NTP yang masih positif. Ke depan, perlu diambil kebijakan yang terstruktur untuk meminimalkan dampak negatif kenaikan UMP dan yang bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan baik di perkotaan maupun di pedesaan 5.1. Ketenagakerjaan Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Angka Pengangguran Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional pada Februari 2013, terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja dan persentase partisipasi angkatan kerja. Peningkatan jumlah angkatan kerja dari 6,13 juta (Agustus 2012) menjadi 6,45 juta (Februari 2013) tersebut wajar mengingat jumlah penduduk yang bekerja dan menganggur juga mengalami peningkatan dari periode sebelumnya. Dengan peningkatan jumlah angkatan kerja tersebut, persentase Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) meningkat sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurun. Persentase TPAK meningkat dari 69,41% pada Agustus 2012 menjadi 72,72% pada Februari Sementara itu, persentase TPT menurun dari 6,20%.menjadi 6,01%. Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama Sumber : BPS Lapangan Pekerjaan Utama Komposisi pekerja di Sumatera Utara menurut lapangan pekerjaannya tidak berubah jauh dari periode-periode sebelumnya. Sebagian besar penduduk Sumut (43,39%) bekerja di sektor pertanian. Penduduk yang bekerja di sektor industri 58

76 sebesar 11,72% meningkat dibandingkan Februari 2012 yang tercatat sebesar 11,16%. Peningkatan juga terjadi pada pekerja di sektor jasa yang meningkat dari 37,71% menjadi 38,89%. Tabel 5.2. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (%) Sumber : BPS Status Pekerjaan Utama Status pekerjaan utama pada dasarnya terbagi 2, yaitu formal dan informal. Lebih rinci lagi dapat dibagi menjadi 6 status pekerjaan utama. Status pekerjaan yang tergolong formal adalah berusaha dengan dibantu buruh tetap/dibayar dan kategori buruh/ karyawan/pegawai. Selebihnya tergolong pekerjaan informal. Berdasarkan klasifikasi ini, maka pada bulan Februari 2013, penduduk yang bekerja pada kegiatan formal sebesar 2,19 juta orang (36,18 persen) dan yang bekerja pada kegiatan informal sebesar 3,87 juta orang (63,82 persen). Terjadi penurunan pangsa buruh/karyawan/pegawai dari 36,49% menjadi 32,60%, di sisi lain terjadi peningkatan pangsa pekerja keluarga dari 19,02% menjadi 23,18%. Hal tersebut mengindikasikan adanya perubahan struktur pekerja, dimana terjadi peralihan pekerja sektor formal ke sektor informal. Tabel 5.3. Angkatan Kerja Sumut Menurut Status Pekerjaan Utama (%) Sumber : BPS 59

77 5.1.4 Upah Pekerja Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota atau UMSK untuk Kota Medan ditetapkan berdasarkan SK Gubsu Nomor /36/KPTS/2013 tanggal 18 Januari 2013 untuk 6 sektor dengan upah terendah Rp dan tertinggi Rp per bulan. Enam sektor tersebut yakni industri pengolahan dengan 27 jenis industri, sektor konstruksi/bangunan dengan 2 jenis pekerjaan, sektor perdagangan besar, eceran dan rumah makan serta hotel dengan 7 jenis pekerja. Sektor lainnya yakni sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan, bangunan, tanah dan jasa perusahaan, serta sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan. Sementara itu, Deliserdang yang juga daerah padat industri memiliki UMSK untuk 62 subsektor dengan upah terendah sebesar Rp dan tertinggi Rp perbulan. Penetapan UMSK ini naik sekitar 5-10% dari Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar Rp per bulan dan Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) dengan upah terendah Rp per bulan dan tertinggi Rp per bulan. Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Utara pada tahun 2013 yang ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur Sumut Nomor /711/KPTS/2012 tanggal 29 November 2012 meningkat sebesar 14,58% dibandingkan UMP Sumatera Utara tahun 2012, yaitu dari Rp menjadi sebesar Rp Kenaikan UMP Sumatera Utara ini lebih kecil dibandingkan kenaikan UMP Sumatera Utara pada tahun sebelumnya yang mencapai 15,89% maupun dari rata-rata kenaikan UMP di kawasan Sumatera yang mencapai 18,50%. Pada tanggal 18 Oktober 2012 UMP Sumatera Utara sebenarnya telah ditetapkan sebesar Rp , tetapi karena pada tanggal 21 November 2012 terjadi demonstrasi buruh menolak besaran UMP tersebut, maka pada tanggal 29 November 2012 dikeluarkan SK Gubernur baru untuk merevisi besaran UMP yang telah ditetapkan sebelumnya. Sementara itu, Upah Minimum Kota (UMK) Medan tahun 2013 meningkat sebesar 28,40% dibandingkan UMK Medan tahun 2012, yaitu dari Rp menjadi sebesar Rp Dalam prosesnya, penetapan UMK Medan tahun 2013 juga mengalami revisi seperti penetapan UMP Sumatera Utara. Semula UMK Medan ditetapkan sebesar Rp , tetapi kemudian pada tanggal 18 Desember

78 bertepatan dengan demonstrasi buruh di depan Kantor Gubernur Provinsi Sumatera Utara, besaran UMK Medan tersebut direvisi. Dalam jangka pendek, kenaikan UMP dan UMK diperkirakan tidak akan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, walaupun untuk perusahaan tertentu yang memiliki skala kecil dengan margin keuntungan yang tipis akan terkena dampaknya karena tidak memiliki ruang yang cukup untuk mengurangi margin akibat kenaikan biaya tenaga kerja serta tidak memiliki kemampuan untuk menaikkan harga jual karena akan menekan penjualan. Namun demikian apabila tekanan untuk menaikkan UMP dan UMK terus berlanjut dalam besaran yang cukup besar disertai demonstrasi di tahun-tahun berikutnya maka diperkirakan akan meningkatkan ketidakpastian usaha dalam iklim investasi di Sumatera Utara Tingkat Penghasilan Masyarakat Sumber : Survei Konsumen KPw BI Wilayah IX Grafik 5. 1 Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan Persepsi masyarakat akan penghasilan saat ini dan mendatang masih juga meningkat. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumatera Utara dan Aceh) menunjukkan bahwa pada triwulan I-2013 terjadi peningkatan persepsi konsumen/masyarakat atas penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu. Hal ini tercermin dari peningkatan indeks dari 125,63 menjadi 128,57. Ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang juga meningkat dari 136,7 menjadi 140,32. Hal ini mengindikasikan adanya potensi penurunan tingkat kemiskinan di masa mendatang. 61

79 Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indikator kesejahteraan petani yang mencerminkan daya tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam menghasilkan produk pertanian. Pada triwulan I-2013 ini indeks NTP mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 101,51 menjadi 100,78. Walaupun besarnya indeks NTP tersebut masih di atas 100, namun sangat sedikit margin antara yang diterima petani dengan yang harus dibayar oleh petani. Besarnya indeks NTP per subsektor pada triwulan I-2013 masing-masing tercatat sebesar 99,86 untuk subsektor padi & palawija (NTPP); 104,83 untuk subsektor hortikultura (NTPH); 100,09 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR); 102,35 untuk subsektor peternakan (NTPT); dan 99,37 untuk subsektor perikanan (NTN). Sumber : Survei Konsumen KPw BI Wilayah IX Grafik 5. 2 Nilai Tukar Petani 62

80 BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN Pada triwulan mendatang, perekonomian Sumatera Utara diperkirakan terakselerasi menjadi 6,20%-6,30% (yoy). Dari sisi permintaan laju pertumbuhan ekonomi Sumut ditopang oleh konsumsi dan investasi. Sementara itu, dari sisi penawaran perekonomian Sumut lebih banyak didorong oleh sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; dan sektor angkutan dan komunikasi. Laju inflasi triwulan mendatang diperkirakan berada pada kisaran 5,4%-5,5% 6.1. Perkiraan Ekonomi Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) tumbuh stabil pada triwulan I Triwulan berikutnya pertumbuhan ekonomi Sumut diperkirakan terakselerasi menjadi 6,20%-6,30%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi triwulan berikutnya masih ditopang oleh konsumsi dan investasi. Pertumbuhan investasi pada triwulan I-2013 masih berlanjut di triwulan berikutnya. Terlebih lagi sejumlah proyek besar seperti Kawasan Industri Sei Mangkei yang ditargetkan beroperasi awal tahun 2014, dapat menarik minat investor baik dalam negeri berupa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun investor asing dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA). Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Sumut mendatang terutama didorong oleh pertumbuhan sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor angkutan dan komunikasi. Pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan II-2013 didorong oleh masa panen padi di sejumlah sentra padi di Sumut (Kabupaten Simalungun, Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Serdang Bedagai) pada bulan April-Mei Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran disebabkan oleh libur sekolah pada bulan Juni berpotensi untuk meningkatkan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) atau occupancy rate hotel. Selain itu, tahun ajaran baru juga meningkatkan transaksi penjualan alat tulis dan keperluan sekolah juga dapat mendorong pertumbuhan subsektor perdagangan. Pertumbuhan sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan mendatang berpotensi meningkat karena peningkatan penggunaan moda transportasi untuk keperluan berlibur. Tabel 6.1. Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II-2013 Pertumbuhan 2011 Sumut 6, I 6,3 II 6,2 III 6,3 IV 6, , I 6,1 IIE 6,2-6,3 E=Estimasi, F=Forecast Sumber: Estimasi dan Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX F 6,3-6,5

81 Sumber: BPS dan Bank Indonesia, diolah *Angka triwulan I-2013 merupakan angka proyeksi Bank Indonesia Grafik 6. 1 Perkiraan Pertumbuhan Perekonomian Sumatera Utara Stabilitas perekonomian Sumut pada triwulan I-2013 mampu menjaga optimisme masyarakat Sumut atas kondisi perekonomian saat ini dan 6 bulan 1 mendatang. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada akhir triwulan I-2013 sebesar 116,03 lebih tinggi dibandingkan IKK triwulan lalu sebesar 115,61. Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)2 triwulan I-2013 sebesar 111,53, meningkat dibandingkan triwulan lalu sebesar 107,83. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)3 triwulan I-2013 sebesar 120,53. Peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen ini tidak terlepas persepsi masyarakat akan adanya peningkatan penghasilan dan ketersediaan lapangan pekerjaan, serta daya beli masyarakat atas pembelian barang tahan lama (durable goods). Optimisme masyarakat tersebut dapat menjadi sinyal positif perekonomian Sumut mendatang. 1 Indeks Keyakinan Konsumen merupakan rata-rata sederhana dari indeks Kondisi Ekonomi dan Indeks Ekspektasi Konsumen. 2 Indeks Kondisi Ekonomi saat ini mencakup keyakinan konsumen mengenai penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu, ketepatan waktu saat ini untuk melakukan pembelian barang tahan lama (durable goods) dan jumlah ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu. 3 Indeks ekspektasi Konsumen mencakup keyakinan konsumen mengenai ekspektasi konsumen 6 bulan yang akan datang dibandingkan saat ini terhadap ekspektasi penghasilan, kondisi ekonomi secara umum, dan ketersediaan lapangan kerja. 64

82 Grafik 6. 2 Indeks Ekspektasi Konsumen 6.2. Perkiraan Inflasi Laju inflasi tahunan triwulan II-2013 mendatang diperkirakan berada pada kisaran 5,4%-5,5% (yoy). Beberapa upward risk yang menjadi perhatian di triwulan berikut adalah rencana pembatasan BBM bersubsidi, rencana kenaikan harga LPG 12 kg, dan dampak kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) yang masih terus berlanjut hingga akhir tahun. Potensi kenaikan inflasi pada triwulan mendatang juga tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) yang dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX. Dalam survei tersebut, terdapat peningkatan indeks ekspektasi harga 3 bulan yang akan datang dan harga 6 bulan yang akan datang. Tabel 6.2. Perkembangan Inflasi Aktual dan Perkiraan Inflasi Triwulan II-2013 Inflasi 2011 II III 2012 IV I II 2013 III IV I IIE Sumatera Utara 5,00 6,87 3,67 3,86 5,52 2,91 3,86 5,82 5,4-5,5 E=Estimasi, F=Forecast Sumber: Estimasi dan Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX Sumber: Survei Konsumen, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX Grafik 6. 3 Ekspektasi Konsumen F 5,5-5,6

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Medan, Mei 2012 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX. Nasser Atorf Direktur Eksekutif

Medan, Mei 2012 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX. Nasser Atorf Direktur Eksekutif Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 2013 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII DIVISI EKONOMI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2013 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah KATA PENGANTAR Pertamatama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga Triwulan I 2013 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2014 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 29 Kantor Ringkasan Eksekutif KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2012 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

i

i i 2 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Indeks 250 200 150 100 50 0 Indeks SPE Growth mtm (%) Growth yoy (%)

Lebih terperinci

Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2009 BANK INDONESIA MEDAN 2009 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN III. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN III. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN III 2014 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-29 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci