Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih"

Transkripsi

1

2 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia: Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia: Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berprilaku yang terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Medan: Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. Misi Kantor Bank Indonesia Medan: Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya. Kalender Publikasi Periode Publikasi KER Triwulan I KER Triwulan II KER Triwulan III KER Triwulan IV Publikasi Pertengahan Mei Pertengahan Agustus Pertengahan November Pertengahan Februari Penerbit: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX Jl. Balai Kota No.4 MEDAN, Indonesia Telp : ext. 8224, 8273 Fax : , Homepage : KBIMedan@bi.go.id

3

4 Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih RINGKASAN EKSEKUTIF... viii BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Kondisi Umum Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor dan Impor Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Keuangan Sektor Bangunan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi...18 BOKS 1 Pembatasan Kuota Ekspor Karet...20 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Kondisi Umum Inflasi Triwulanan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Menurut Kota Inflasi Tahunan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Menurut Kota Faktor-Faktor Penyebab Inflasi...34 BOKS 2 Perdagangan Antar Daerah Komoditas Utama...36 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kondisi Umum Intermediasi Perbankan Penghimpunan Dana Masyarakat Penyaluran Kredit Penyaluran Kredit UMKM Stabilitas Perbankan Resiko Kredit Resiko Likuiditas...51 Daftar Isi ii

5 3.4. Perbankan Syariah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Sistem Pembayaran Non Tunai Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Kegiatan Transaksi Kliring Sistem Pembayaran Tunai Perkembangan Aliran Uang Kartal(Inflow dan Outflow) Temuan Uang Palsu Penyediaan Uang Layak Edar BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Perkembangan Kesejahteraan Daerah BOKS 3 Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat melalui Industri Kreatif BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Perkiraan Ekonomi Perkiraan Inflasi Daerah...68 LAMPIRAN Daftar Isi iii

6 Daftar Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Permintaan Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi Sumatera Utara Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumut Perkembangan Nilai Ekspor per Kelompok Komoditi Provinsi Sumut Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumut dari Sisi Penawaran Perkembangan Produksi Padi dan Jagung Indikator Kinerja Perbankan Provinsi Sumut Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Triwulan III Komoditas yang Memberikan Andil Deflasi Triwulan III Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%) Inflasi Tahunan di Sumut Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) Inflasi Tahunan di Sumut Menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%, yoy) Indikator Utama Perbankan Sumut Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut per Sektor Ekonomi Indikator Utama Perbankan Syariah Sumut Indikator Utama BPR Sumut Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Transaksi Kliring Perbankan Sumatera Utara Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (%) Angkatan Kerja Sumut Menurut Status Pekerjaan Utama (%) Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (%) Daftar Isi iv

7 Daftar Grafik 1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumut Struktur Perekonomian Sumut Pertumbuhan PDRB Sektor Konsumsi Sumut Perkembangan Nilai Penjualan berdasarkan Survei Perdagangan Eceran (SPE) Perkembangan Survei Konsumen Provinsi Sumut Perkembangan Indeks NTPR Provinsi Sumut Perkembangan Kredit Sektor Konsumsi Provinsi Sumut Perkembangan Rekening Pemerintah Daerah Sumut di Perbankan Perkembangan Realisasi APBD Provinsi Sumatera Utara Pertumbuhan PDRB Sektor Investasi Sumut Perkembangan Kredit Investasi Sumut Perkembangan Penjualan Semen Sumut Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei Perdagangan Eceran Sumut Impor Capital Goods Sumut Pertumbuhan PDRB Aktivitas Perdagangan Luar Negeri Sumut Perkembangan Nilai Ekspor Sumut Perkembangan Nilai Ekspor Komoditi Utama Sumut Perkembangan Volume Ekspor Komoditi Utama Sumut Perkembangan Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan Sumut Negara Tujuan Ekspor Sumut Perkembangan Nilai Impor Sumut Pertumbuhan Volume Impor Sumut per Kategori Barang (%) Persentase Nilai Impor Sumut per Kategori Barang Negara Asal Impor Sumut Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Sumut Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumut Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Sumut Perkembangan Nilai Tukar Perkebunan Rakyat (NTPR) Sumut Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Pengolahan dan SKDU Sumut Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan Sumut Pertumbuhan PDRB Sektor PHR Sumut Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Sumut Perkembangan Kredit Sektor PHR Provinsi Sumut Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei Perdagangan Eceran Sumut Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi Sumut Perkembangan Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Sumut Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan Sumut Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional Inflasi Provinsi September Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut Perkembangan Harga Cabe Merah di Kota Medan Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Sumut Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan di Sumut Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Sumut Daftar Isi v

8 2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut Inflasi Kelompok Bahan Makanan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Inflasi Kelompok Sandang Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Inflasi Kelompok Kesehatan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan Ekspektasi Konsumen terhadap Pergerakan Harga Barang/Jasa Disagregasi Inflasi Sumut Perkembangan DPK Sumut Struktur DPK Sumut Perkembangan Suku Bunga DPK Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut Pangsa Kredit Sumut per Jenis Penggunaan Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumut Perkembangan Suku Bunga, BI rate, dan Penyaluran Kredit Sumut Perkembangan Kredit UMKM Sumut Pangsa Kredit UMKM Sumut Perkembangan Penyaluran KUR Sumut Perkembangan Debitur KUR Sumut Perkembangan NPL Perbankan Sumut Financing to Deposit Ratio (FDR)Perbankan Syariah Sumut (%) Non Performing Financing (NPF)Perbankan Syariah Sumut (%) Perkembangan NPL BPR Sumut Perkembangan Cek/ BG Kosong Perbankan Sumut Perkembangan Aliran Uang Kartal melalui Bank Indonesia di Sumatera Utara Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara Persentase Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan Nilai Tukar Petani Indeks Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Konsumen...68 Daftar Isi vi

9 Daftar Lampiran A. PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha B. Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 (qtq, %) Daftar Isi vii

10 INDIKATOR Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III MAKRO Indeks Harga Konsumen - Medan 112,80 112,61 116,38 116,82 118,05 120,55 122,38 125,76 118,05 126,21 122,38 130,21 130,89 132,77 133,81 - Pematangsiantar 112,88 112,99 116,67 116,19 117,40 120,79 122,10 127,44 117,40 128,46 122,10 132,85 134,98 137,59 138,94 - Sibolga 114,95 114,94 118,91 117,39 118,81 121,90 125,16 131,28 118,81 131,13 125,16 136,15 137,27 140,47 140,35 - Padangsidempuan 115,52 114,28 117,32 117,71 118,16 120,68 121,67 126,44 118,16 126,17 121,67 132,33 132,80 134,37 135,66 Laju Inflasi Tahunan (yoy %) - Medan 6,37 2,45 4,61 2,69 4,65 7,05 5,16 8,10 6,87 4,70 6,70 3,29 3,75 5,20 2,47 - Pematangsiantar 6,89 2,62 4,52 2,72 4,00 6,90 4,65 11,34 9,85 6,35 8,11 4,68 4,67 7,11 5,26 - Sibolga 7,88 4,80 5,19 1,59 3,36 6,06 5,26 12,83 11,37 7,57 6,89 3,58 3,74 7,12 4,91 - Padangsidempuan 8,50 1,73 3,12 1,87 2,29 5,60 3,71 8,26 7,94 4,55 7,31 2,93 4,12 6,50 3,90 PDRB - harga konstan (Rp miliar) - Pertanian 6.696, , , , , , , , , , , , , , ,27 - Pertambangan & Penggalian 322,00 322,37 334,28 344,64 336,27 340,65 354,13 365,34 360,60 368,79 378,12 387,34 383,88 391,10 400,69 - Industri Pengolahan 6.194, , , , , , , , , , , , , , ,66 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 200,00 203,37 205,38 206,78 212,39 215,40 219,64 222,44 232,40 237,62 239,67 237,03 238,19 243,11 245,54 - Bangunan 1.783, , , , , , , , , , , , , , ,72 - Perdagangan, Hotel, dan Restoran 5.079, , , , , , , , , , , , , , ,72 - Pengangkutan dan Komunikasi 2.574, , , , , , , , , , , , , , ,07 - Keuangan, Persewaan, dan Jasa 1.939, , , , , , , , , , , , , , ,13 - Jasa-Jasa 2.738, , , , , , , , , , , , , , ,33 Pertumbuhan PDRB (yoy %) Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) Sumber : Inflasi dan PDRB -> BPS ; Ekspor-Impor -> Bank Indonesia TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH INFLASI DAN PDRB 4,63 4,74 4,97 5,70 6,02 6,55 6,42 6,36 6,32 6,80 6,76 6,36 6,32 6,29 6, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,01 419,43 505,38 570,89 618,93 592,03 453,75 649,00 725,24 871,04 931,24 911, ,72 817,97 987,66 912,78 878, , , , ,28 870, , , , , , , , , ,26

11

12 Ringkasan Eksekutif

13 Ringkasan Eksekutif viii

14 Ringkasan Eksekutif ix

15 Ringkasan Eksekutif x

16 Ringkasan Eksekutif xi

17 Ringkasan Eksekutif xii

18 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Regional

19 BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Kinerja Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) pada triwulan III-2012 menunjukkan perlambatan dan berada dibawah pertumbuhan ekonomi nasional. Indikator perekonomian sisi permintaan menunjukkan perekonomian masih ditopang oleh tingkat konsumsi dan investasi dengan tren yang masih meningkat. Sementara itu, dari sisi penawaran, kinerja perekonomian Sumut tetap ditopang oleh sektor-sektor ekonomi utama terkecuali sektor PHR yang mengalami perlambatan 1.1 KONDISI UMUM Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumut Grafik 1.2 Struktur Perekonomian Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Pada triwulan III-2012 perekonomian Provinsi Sumatera Utara masih mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,12% (yoy), melambat dibandingkan triwulan II-2012 yang tumbuh sebesar 6,29% (yoy) serta berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,17% (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi selama 3 tahun terakhir. Perlambatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara dipengaruhi oleh perlambatan kinerja ekspor semenjak triwulan II-2012 seiring dengan perlambatan perekonomian global. Indikasi perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini juga ditunjukkan dengan angka perlambatan kinerja sektor PHR sebagai salah satu sektor ekonomi utama. Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Sumut pada triwulan laporan ditunjang oleh konsumsi dan kegiatan investasi yang tercatat masih mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dan tetap tumbuh positif sebagai motor perekonomian serta menahan pertumbuhan ekonomi untuk melambat lebih dalam. Sementara itu, dari sisi penawaran, sektor- 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

20 sektor ekonomi andalan Sumatera Utara yaitu sektor pertanian dan industri pengolahan tetap menunjukkan pertumbuhan dan tercatat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhannya selama kurun waktu 3 tahun terakhir. Sementara itu, sektor PHR mengalami perlambatan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini diperkirakan merupakan imbas dari melemahnya kinerja perdagangan internasional serta tren penurunan harga komoditas perkebunan di pasar internasional. Sumbangan ketiga sektor ekonomi andalan tersebut tercatat sebesar 62,27% terhadap total perekonomian secara keseluruhan atau meningkat dibandingkan dengan share ketiga sektor tersebut pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 62,04%. Komposisi ketiga sektor ekonomi tersebut diantaranya adalah sektor pertanian (23,07%), industri pengolahan (20,60%), dan PHR (18,61%). Besaran Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara atas dasar harga konstan pada triwulan laporan sebesar Rp 34,07 triliun atau meningkat sebesar Rp 1,14 triliun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. 1.2 SISI PERMINTAAN Tabel 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Permintaan Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Dari sisi permintaan, perekonomian Sumut tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan II Aktivitas konsumsi dan kegiatan investasi masih merupakan sektor yang dominan dalam perekonomian Sumut. Kegiatan investasi tercatat masih memberikan pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan aktivitas perekonomian lainnya dari sisi permintaan. Sementara itu, kegiatan perdagangan internasional menunjukkan perlambatan seiring dengan tren penurunan harga komoditi di pasar internasional serta menurunnya permintaan ekspor komoditi utama Sumut yaitu CPO dan Karet. Peningkatan aktivitas konsumsi dikonfirmasi oleh peningkatan berbagai indikator aktivitas konsumsi diantaranya Survei Konsumen (SK), jumlah kredit perbankan sektor konsumsi, serta hasil Survei Perdagangan Eceran (SPE). Tingginya aktivitas konsumsi diperkirakan juga didukung oleh adanya faktor musiman pada triwulan ini yaitu lebaran dan Idul Fitri. Di sisi lain, kegiatan investasi di Sumut pada triwulan laporan menunjukkan perkembangan yang menggembirakan dan tercatat mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 2

21 triwulan sebelumnya. Sementara itu, transaksi perdagangan internasional Sumut pada triwulan laporan cenderung melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya baik kegiatan ekspor maupun impor. Secara keseluruhan, transaksi perdagangan internasional Sumut masih mencatatkan surplus neraca perdagangan atau Net Ekspor sebesar Rp 2,16 triliun Konsumsi Grafik 1.3 Pertumbuhan PDRB Sektor Konsumsi Sumut Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Penjualan berdasarkan Survei Perdagangan Eceran (SPE) Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Konsumsi pada triwulan III-2012 tumbuh 5,81% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,59% (yoy). Komponen konsumsi rumah tangga menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sementara itu komponen konsumsi pemerintah masih menunjukkan perlambatan. Indikator peningkatan konsumsi rumah tangga juga terlihat pada hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX yang tumbuh sebesar 19,87% (yoy) meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,46% (yoy). Peningkatan aktivitas konsumsi rumah tangga juga didukung tingginya konsumsi rumah tangga seiring dengan dampak musiman yaitu lebaran dan Idul Fitri yang berada pada triwulan III Indikasi peningkatan konsumsi rumah tangga juga terlihat dari hasil Survei Konsumen (SK) pada triwulan III-2012, dimana Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat mengalami peningkatan dari level sebesar 109,79 pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 123,39. Optimisme konsumen cenderung meningkat pada triwulan ini diakibatkan adanya peningkatan pola konsumsi. Sementara itu, Indeks Keyakinan Ekonomi (IKE) juga memberikan arah yang sama dimana pada triwulan III tercatat sebesar 116,5 atau mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 105,4. Indeks pembelian barang tahan lama berdasarkan hasil Survei Konsumen juga memberikan konfirmasi terhadap tingginya tingkat konsumsi masyarakat. 3 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

22 Pada triwulan laporan indeks pembelian barang tahan lama tercatat sebesar 116,82 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 115,24. Namun demikian, melambatnya sub sektore perkebunan sebagai sektor utama di Provinsi Sumatera Utara diperkirakan menyebabkan sektor komsumsi tidak dapat tumbuh optinal. Hal ini terkonfirmasi oleh perlambatan Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR) di wilayah Sumut sebagai alat ukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga. Pada triwulan laporan, NTPR berada pada indeks 98,86, sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada indeks 100,50. Di tengah perlambatan ekspor CPO Sumut, perlambatan indeks NTPR diperkirakan juga dipicu oleh menurunnya harga baik internasional mapun harga domestik komoditi perkebunan utama (CPO dan Karet). Sementara itu, kredit perbankan sektor konsumsi pada triwulan III-2012 tercatat tumbuh sebesar 14,56% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,90% (yoy). Grafik 1.5 Perkembangan Survei Konsumen Provinsi Sumut Grafik 1.6 Perkembangan Indeks NTPR Provinsi Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Sektor Konsumsi Provinsi Sumut Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 4

23 Sementara itu konsumsi pemerintah pada triwulan laporan tumbuh sebesar 4,85% (yoy) mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,96% (yoy). Perlambatan ini seiring dengan masih belum optimalnya realisasi anggaran pemerintah pada triwulan laporan. Realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara hingga akhir Agustus 2012 mencapai 50,8%. Realisasi belanja Pemprov Sumut tersebut sama dengan rata-rata realisasi APBD 2012 sampai dengan Agustus 2012 agregat per provinsi. Berdasarkan data dari Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah, Ditjen Perimbangan Keuangan, Kementrian Keuangan, realisasi total belanja 33 provinsi adalah Rp301,46 triliun. Realisasi ini lebih tinggi dari periode sama tahun 2011, yang tidak mencapai Rp300 triliun. Perkembangan rekening pemerintah daerah di perbankan sampai dengan akhir triwulan III menunjukkan tren yang menurun. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama tercatat simpanan milik pemerintah daerah justru mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan pada periode ini realisasi anggaran pemerintah relatif lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Grafik 1.8 Perkembangan Rekening Pemerintah Daerah Sumut di Perbankan Grafik 1.9 Perkembangan Realisasi APBD Provinsi Sumatera Utara Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Sumber : Investasi Pada triwulan III-2012 kegiatan investasi tumbuh sebesar 11,79% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 11,40% (yoy). Peningkatan ini diperkirakan didorong oleh peningkatan kegiatan investasi berupa penambahan kapasitas utilisasi sektor swasta. Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit investasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 30,29% (yoy) dengan baki debet mencapai Rp26,97 triliun, mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 26,95% (yoy). Pertumbuhan kredit investasi juga tercatat masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan kredit investasi selama 3 tahun terakhirr yang tumbuh sebesar 19,34% (yoy). Pada tahun 2012, kredit 5 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

24 investasi diperkirakan akan tetap tumbuh seiring dengan tren penurunan suku bunga perbankan serta kuatnya finansial perusahaan dalam membiayai kegiatan investasinya. Grafik 1.10 Pertumbuhan PDRB Sektor Investasi Sumut Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Investasi Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Berdasarkan informasi dari liason contact, pada triwulan laporan diketahui adanya beberapa perusahaan terutama perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan yang menyatakan akan melakukan realisasi investasinya berupa pembangunan pabrik baru, pembelian mesin, serta intensifikasi lahan. Namun demikian beberapa kendala yang dikeluhkan oleh pelaku usaha terkait dengan kegiatan investasi pada triwulan laporan diantaranya adalah maraknya sengketa lahan yang menyebabkan pelaku usaha kesulitan atau enggan melakukan investasi berupa ekstensifikasi atau pembukaan lahan baru. Di samping itu adanya pengalihan tanaman perkebunan dari tanaman karet ke kelapa sawit mengakibatkan semakin berkurangnya pasokan bahan baku karet alam. Peningkatan kegiatan investasi, berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengenai realisasi investasi PMA dan PMDN menunjukkan adanya penurunan jumlah proyek serta nilai investasi pada triwulan III-2012 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Namun demikian secara tahunan, sampai dengan triwulan III-2012 perkembangan kegiatan investasi diperkirakan akan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai triwulan III-2012, jumlah proyek investasi di Provinsi Sumatera Utara tercatat sejumlah 155 proyek dengan total nilai investasi sebesar Rp 2,29 triliun hampir menyamai kegiatan investasi selama tahun Tabel 1. 2 Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi Sumatera Utara P : Jumlah Proyek ; I : Nilai Investasi (Rp Miliar) Sumber : BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 6

25 Grafik 1.12 Perkembangan Penjualan Semen Sumut Grafik 1.13 Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei Perdagangan Eceran Sumut Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Sementara itu, indikator pembangunan infrastruktur sebagai salah satu indikator tingkat investasi juga memberikan konfirmasi terjadinya peningkatan terutama indikator tingkat penjualan semen serta nilai penjualan barang konstruksi berdasarkan hasil Survei Perdagangan Eceran (SPE). Tingkat penjualan semen pada triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan sebesar 5,36% (yoy) dengan volume penjualan sebesar 705 ribu ton. Angka tersebut mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang justru mengalami penurunan sebesar -7,45% (yoy). Nilai penjualan barang konstruksi berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) juga menunjukkan arah yang sama, dimana tingkat pembelian barang konstruksi tumbuh sebesar 98,57% (yoy), mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 75,65% (yoy). Di sisi lain, impor barang modal (capital goods) Sumut pada triwulan laporan juga masih menunjukkan tren yang menurun seiring dengan melemahnya kinerja perdagangan internasional. Pada triwulan laporan, volume impor barang modal mengalami penurunan sebesar -15,68% (yoy) dengan jumlah sebesar 30,97 ribu ton atau menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar -7,41% (yoy). Berdasarkan informasi liason contact Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX diketahui bahwa kapasitas utilisasi perusahaan relatif stabil yang berada pada kisaran 50% - 100% serta masih menunjukkan adanya optimisme untuk melakukan penambahan kapasitas utilisasi. Hal ini 7 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 Grafik 1.14 Impor Capital Goods Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh)

26 menunjukkan masih tingginya optimisme pelaku usaha terkait dengan perkembangan ekonomi Sumut pada triwulan mendatang terutama yang ditopang oleh masih stabilnya permintaan domestik Ekspor dan Impor Kegiatan transaksi perdagangan internasional berdasarkan data PDRB pada triwulan III-2012 melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, kinerja ekspor dan impor tercatat masing-masing tumbuh sebesar 2,68 % dan 4,22% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang masing-masing tumbuh sebesar 4,02% dan 5,01% (yoy). Sementara itu, net ekspor pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar -6,89% (yoy). Kendati terjadi perlambatan pada transaksi perdagangan internasional Provinsi Sumatera Utara, neraca perdagangan masih mencatatkan net ekspor sebesar Rp 2,1 triliun. Grafik 1.15 Pertumbuhan PDRB Aktivitas Perdagangan Luar Negeri Sumut Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Ekspor Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara tercatat mengalami penurunan sebesar -11,86% (yoy), sedikit menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya yang juga tercatat mengalami penurunan sebesar -20,82% (yoy). Secara volume, transaksi ekspor Sumut masih menunjukkan peningkatan sebesar 15,53% (yoy). Volume transaksi ekspor tersebut mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya mengalami penurunan sebesar -13,85% (yoy). Peningkatan volume ekspor yang tidak diikuti dengan nilai ekspor menunjukkan bahwa pada triwulan ini harga komoditi internasional masih mengalami penurunan terutama untuk komoditi CPO dan Karet. Tabel 1.3 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumut Tabel 1.4 Perkembangan Nilai Ekspor per Kelompok Komoditi Provinsi Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 8

27 Berdasarkan kategori komoditi, kelompok barang intermediate goods (bahan baku) dan consumption goods (barang konsumsi) mendominasi ekspor dengan persentase masing-masing sebesar 86% dan 14%. Sementara itu, berdasarkan klasifikasi komoditi menurut SITC, komoditi ekspor Sumut didominasi oleh komoditi manufaktur sub kelompok bahan makanan dan produk pertanian dengan presentase pada triwulan laporan masing-masing sebesar 53% dan 21%. Adapun nilai ekspor Sumut pada periode ini tercatat sebesar 2,60 Miliar USD dengan komoditi ekspor dominan CPO dan karet. Berdasarkan negara tujuan utama ekspor Provinsi Sumatera Utara sebagian besar ke negara Eropa dan India dengan komposisi masing-masing sebesar 27% dan 25%. Grafik 1.17 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditi Utama Sumut Grafik 1.18 Perkembangan Volume Ekspor Komoditi Utama Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.19 Perkembangan Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.20 Negara Tujuan Ekspor Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Perkembangan ekspor komoditi utama Provinsi Sumatera Utara terutama untuk komoditi CPO mulai menunjukkan perbaikan, sedangkan komoditi karet alam pada triwulan laporan masih menunjukkan tren yang menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Nilai ekspor CPO pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan sebesar -0,67% (yoy), mengalami perbaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang turun sebesar -39,36% (yoy). Sedangkan komoditi Karet mengalami penurunan sebesar -42,70% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang juga turun sebesar -25,44% (yoy). 9 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

28 Sementara itu, volume ekspor terutama untuk komoditi CPO pada triwulan III-2012 tercatat mengalami peningkatan sebesar 13,66% (yoy), dari 695 ribu ton pada triwulan II-2012 menjadi sebesar ribu ton. Komoditi Karet pada triwulan laporan justru mengalami penurunan sebesar - 8,61% (yoy). Angka tersebut justru, mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang masih tumbuh sebesar 0,05% (yoy). Perkembangan harga internasional untuk komoditi CPO dan Karet pada triwulan III-2012 secara rata-rata mengalami penurunan masingmasing sebesar -1,45% dan 34,30% (yoy). Tren penurunan harga komoditas perkebunan di pasar internasional mulai diantisipasi oleh sejumlah negara-negara produsen komodit tersebut ternasuk Indonesia. Sejumlah negara produsen mulai meningkatkan kuota pembatasan ekspor Karet ke level yang terbesar sejak Thailand, Indonesia dan Malaysia, pemasok 70% persediaan karet global sepakat memangkas ekspor sebesar ton atau setara dengan impor China selama 5 pekan. Langkah sejumlah negara itu dimaksudkan untuk mengangkat harga karet yang merosot 50% sejak mencapai rekor pada Februari 2011 di tengah melimpahnya stok. Upaya-upaya untuk mengembalikan harga karet tersebut mulai menampakkan hasil belakangan ini. Harga karet domestik meningkat menjadi Rp25.845/ kg pada September 2012 setelah sebelumnya sempat turun di level Rp24.568/ kg. Harga lelang karet di level petani pun ikut naik, pada akhir September 2012 harga lelang karet sebesar Rp15.000/ kg untuk pengeringan 2 minggu, padahal di pertengahan September 2012 harganya masih Rp13.000/ kg. Sementara itu, aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Belawan juga menunjukkan penurunan mengkonfirmasi melemahnya aktivitas perdagangan internasional. Aktivitas bongkar tercatat sebesar -2,67% (yoy) mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang masih tumbuh sebesar 5,87% (yoy). Perlambatan aktivitas bongkar di Pelabuhan Belawan sejalan dengan tren melemahnya impor. Aktivitas impor pada akhir triwulan IV-2012 diperkirakan akan mengalami perbaikan seiring dengan mulai diterapkannya regulasi mengenai penetapan pintu masuk impor komoditi hortikultura yang hanya diperbolehkan melalui 4 Pelabuhan yaitu Sumatera Utara, Surabaya, Jakarta, dan Makasar yang sempat ditunda implementasinya. Sementara itu, aktivitas muat di Pelabuhan Belawan pada triwulan laporan tercatat sebesar -24,12% (yoy), mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang juga tumbuh negatif sebesar -15,67% (yoy). Nilai impor Provinsi Sumatera Utara pada periode laporan tercatat sebesar -2,13% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 1,22% (yoy). Secara volume, transaksi impor juga menunjukkan penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dengan tumbuh negatif sebesar -15,65% (yoy). Angka tersebut jauh menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga mengalami penurunan sebesar - BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 10

29 7,39% (yoy). Jika dirinci menurut golongan penggunaan barang, terjadi perlambatan volume impor untuk barang bahan baku dan barang modal. Sementara itu, kelompok barang konsumsi menunjukkan perbaikan walaupun pertumbuhan tahunannya masih negatif. Dari struktur komoditi impor Sumut, bahan baku/penolong masih memberikan andil yang cukup besar mencapai 91%. Sementara itu, impor barang konsumsi memiliki share sebesar 7% terhadap total impor sedangkan impor barang modal sebesar 2%. Dilihat dari negara asal impor, nilai impor dari Cina mencatat nilai tertinggi pada triwulan III-2012 sebesar 179 juta USD (29,4%), diikuti oleh Singapura sebesar 123 juta USD (20%), negara-negara kawasan Eropa 95 juta USD (10%), dan Malaysia 78 juta USD (13%). Grafik 1215 Perkembangan Nilai Impor Sumut Grafik 1.22 Pertumbuhan Volume Impor Sumut per Kategori Barang (%) Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.23 Persentase Nilai Impor Sumut per Kategori Barang Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1.24 Negara Asal Impor Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah 1.3 SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, perekonomian Provinsi Sumatera Utara mengalami perlambatan pada triwulan III Struktur perekonomian pada triwulan laporan masih didominasi oleh tiga sektor utama yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertanian, dan sektor PHR. Kombinasi ketiga sektor tersebut memberikan sumbangan sebesar 62,27%. Ketiga sektor utama tersebut masih menjadi sektor pendorong pertumbuhan ekonomi Sumut. Kinerja sektor 11 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

30 pertanian dan industri pengolahan tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, sektor PHR menunjukkan tren yang melambat pada triwulan laporan. Tabel 1. 5 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Penawaran Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Sektor Pertanian Grafik 1.25 Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Sumut Grafik 1.26 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara dan KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1.28 Perkembangan Nilai Tukar Perkebunan Rakyat (NTPR) Sumut Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan yang positif dengan tumbuh sebesar 5,41% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 12

31 sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,60% (yoy). Pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan ini juga tercatat masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan sektor pertanian selama kurun waktu 3 tahun terakhir sebesar 5,05%. Kinerja sektor pertanian diperkirakan masih akan mencatatkan pertumbuhan positif pada triwulan berikutnya seiring dengan akan mulainya musim panen serta adanya peningkatan perkiraan produksi sesuai dengan rilis Angka Ramalan (ARAM) II BPS. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX juga menunjukkan arah yang sama, dimana pada triwulan laporan ekspektasi realisasi kegiatan usaha sektor pertanian juga menunjukkan perbaikan yang ditunjukkan dengan nilai SBT sebesar 4,25, mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,14. Peningkatan kinerja sektor pertanian pada triwulan III-2012, tidak diikuti dengan membaiknya indikator tingkat kesejahteraan petani. Hal ini tercermin dari melambatnya indikator perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani. Perlambatan ini, diperkirakan sebagai imbas menurunnya kinerja sub sektor perkebunan sebagai salah satu saktor utama di Provinsi Sumatera Utara seiring dengan melemahnya aktivitas perdagangan internasional serta tren penurunan harga untuk komoditi CPO dan Karet. Hal ini mencerminkan bahwa kemampuan tukar produk pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga mengalami penurunan. NTP pada triwulan III-2012 tercatat sebesar 101,05 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 101,97. Melambatnya kinerja sub sektor perkebunan terkonfirmasi oleh menurunnya indeks NTPR. Indeks NTPR pada triwulan laporan tercatat sebesar 98,86 menurun dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 100,50. Di sisi lain, kredit perbankan untuk kegiatan sektor pertanian pada triwulan laporan juga menunjukkan tren yang menurun. Kredit perbankan sektor pertanian tercatat tumbuh sebesar 36,75% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 47,54% (yoy). Namun demikian, ditengah penurunan kinerja sub sektor perkebunan, sub sektor tanaman bahan makanan diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan sektor ini. Tabel 1. 6 Perkembangan Produksi Padi dan Jagung Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara 13 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

32 Berdasarkan data BPS Provinsi Sumatera Utara, produksi padi (Angka Ramalan II) 2012 diproyeksikan sebesar 3,68 juta ton meningkat sebesar 2,25% (yoy) dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya. Jumlah luas panen dan produktivitas tanaman padi juga diproyeksikan mengalami peningkatan. Sementara itu, luas panen untuk komoditi jagung diproyeksikan mengalami penurunan seiring dengan tingginya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan perkebunan. Luas panen jagung pada tahun 2012 diproyeksikan mengalami penurunan sebesar - 3,26% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan luas panen komoditi jagung diperkirakan tidak menyebabkan penurunan produksi dikarenakan terdapat peningkatan produktivitas yang signifikan sehingga secara total jumlah produksi jagung diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 5,78% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, sebagai lanjutan program peningkatan produktivitas padi dan upaya pencapaian taraget produksi akan didukung dengan pembuatan lahan sawah baru di daerah Nias Selatan dan Mandailing Natal (Madina). Program lain yang diharapkan untuk mencapai program ini adalah pembangunan infrastruktur, kelancaran distribusi pupuk bersubsidi, serta percepatan bantuan pupuk Sektor Industri Pengolahan Grafik 1.29 Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Pengolahan dan SKDU Sumut Grafik 1.30 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara dan KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan III-2012 tercatat tumbuh sebesar 4,60% (yoy) meningkat signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 2,37% (yoy). Kinerja sektor industri tercatat juga tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan selama 3 tahun terakhir sebesar 3,07%. Beberapa indikator sektor industri pengolahan seperti hasil SKDU, penyaluran kredit perbankan sektor industri pengolahan, dan indeks pertumbuhan produksi manufaktur memberikan konfirmasi terjadinya peningkatan sektor industri pengolahan. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX menunjukkan arah yang sama, dimana pada BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 14

33 triwulan laporan ekspektasi realisasi kegiatan usaha sektor industri pengolahan menunjukkan tren yang meningkat dengan nilai SBT sebesar 9,43 mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,97. Pada triwulan laporan, kredit perbankan sektor industri pengolahan tercatat masih tumbuh sebesar 18,59% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 11,35% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan kredit sektor industri pengolahan diperkirakan dipicu oleh tingginya kebutuhan modal kerja pelaku usaha sektor ini seiring dengan masih kuatnya permintaan domestik yang dipicu oleh faktor musiman lebaran dan Idul Fitri. Di sisi lain, berdasarkan data perkembangan pertumbuhan produksi industri manufaktur di Provinsi Sumatera Utara pada periode laporan menunjukkan bahwa secara tahunan produksi industri manufaktur besar dan sedang tumbuh sebesar 3,4% (yoy) meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,68% (yoy). Peningkatan indeks produksi tersebut dipicu oleh peningkatan produksi dari industri kertas dan industri kimia. Perkembangan infrastruktur pendukung sektor industri terutama yang menopang perdagangan internasional di wilayah Sumbagut terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Pada tahun 2012, Pelabuhan Belawan sebagai salah satu pintu masuk kegiatan ekspor dan impor menunjukkan peningkatan produktivitas bongkar muat seiring dengan adanya penambahan peralatan bongkar muat. Berdasarkan hasil liaison permintaan untuk komoditi sub sektor bahan kimia masih menunjukkan peningkatan. Pelemahan ekspor yang terjadi belakangan ini juga dirasa belum memberikan pengaruh bagi perkembangan sub sektor ini. Hal ini selain disebabkan negara tujuan ekspor yang beragam juga karena produk yang dihasilkan merupakan bahan baku dari kebutuhan konsumen sehari-hari (consumer goods) yang bersifat habis pakai. Di tengah peningkatan kinerja sektor industri pengolahan, beberapa pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Pemakai Gas (Apigas) mengeluhkan kenaikan gas industri yang ditetapkan oleh PT. Perusahaan Gas Negara. Kenaikan harga gas industri yang mulai berlaku 1 September 2011 semakin terasa dampaknya khususnya bagi industri sarung tangan karet dan keramik. Kenaikan harga gas industri sebesar 63% (dari USD4,5 per mmbtu menjadi USD9,1 per mmbtu) melemahkan daya saing industri sarung tangan karet asal Sumut di pasar internasional, terutama dibandingkan negara tetangga Malaysia, yang masih mematok harga gas industri sebesar USD4,5 per mmbtu. Apigas semakin keberatan karena kenaikan harga tersebut justru diikuti dengan pengurangan volume dan tekanan pasokan gas. Bagi industri sarung tangan karet dan keramik, gangguan pasokan dapat merusak hasil produksi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan III-2012 tumbuh sebesar 15 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

34 5,48% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 8,29% (yoy). Kinerja sektor PHR pada triwulan ini juga tercatat tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhannya selama 3 tahun terakhir sebesar 7,09%. Perlambatan kinerja sektor PHR diperkirakan merupakan imbas dari menurunnya perdagangan internasional terutama untuk komoditas perkebunan. Grafik 1.31 Pertumbuhan PDRB Sektor PHR Sumut Grafik 1.32 Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Beberapa prompt indicator seperti perkembangan tingkat hunian hotel memberikan konfirmasi adanya perlambatan pada sektor ini. Namun demikian, indikator sektor PHR lainnya yaitu nilai penjualan berdasarkan hasil SPE dan kredit perbankan sektor PHR masih menunjukkan peningkatan. Perkembangan sub sektor perhotelan pada triwulan laporan menunjukkan tren yang menurun. Sampai dengan akhir triwulan III-2012 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Provinsi Sumut tercatat tumbuh sebesar 37,44% mengalami perlambatan dibandingkan dengan posisi akhir triwulan II-2012 yang tercatat tumbuh sebesar 42,64%. Sementara itu, berdasarkan hasil SPE yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX sampai dengan akhir triwulan III-2012 tercatat tumbuh sebesar 19,87% (yoy) lebih tinggi dibandingkan angka pertumbuhan triwulan sebelumnya. Indikator aktivitas perdagangan dapat pula dilihat dari dukungan pembiayaan perbankan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kredit sektor ini, terus melanjutkan tren yang meningkat sejak trend-reversal pada triwulan I-2010 dengan mencatatkan pertumbuhan yang signifikan sebesar 38,08% (yoy) Grafik 1.33 Perkembangan Kredit Sektor PHR Provinsi Sumut Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 16

35 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 35,54% (yoy). Pada triwulan III-2012, jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp31,69 triliun Sektor Keuangan Dari seluruh sektor, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan ini yaitu sebesar 9,13% (yoy) mengalami penurunan dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 14,04% (yoy). Masih tingginya kinerja subsektor perbankan pada triwulan laporan sebagai salah satu subsektor dominan diperkirakan menjadi salah satu faktor penunjang pertumbuhan sektor ini, walaupun tidak sepesat pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, perbankan Provinsi Sumatera Utara membukukan pertumbuhan kredit sebesar 24,78% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan Sumut pada triwulan laporan mencatatkan pertumbuhan sebesar 12,38% (yoy). Tabel 1. 7 Indikator Kinerja Perbankan Provinsi Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) Demikian halnya dengan indikator kinerja perbankan Sumut lainnya, pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan penghimpunan DPK perbankan menyebabkan tingkat LDR perbankan pada triwulan laporan tercatat sebesar 91,32% atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 91,23%. Kualitas penyaluran kredit perbankan menunjukkan peningkatan dengan tingkat NPL sebesar 2,39% dari sebelumnya sebesar 2,47%. Namun demikian, melambatnya kinerja sektor PHR diperkirakan memberikan imbas terhadap perlambatan yang terjadi pada sektor ini terutama untuk sub sektor jasa Sektor Bangunan Pada triwulan III-2012, sektor bangunan mengalami pertumbuhan sebesar 6,41% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,14% (yoy). Penurunan ini terkonfirmasi dari tren melambatnya pertumbuhan pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan di Sumut ke sektor bangunan dan konstruksi yang pada periode laporan tercatat tumbuh 21,45% (yoy), menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 17 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

36 23,42% (yoy). Namun demikian, nilai penjualan barang konstruksi berdasarkan hasil Survei Perdagangan Eceran Semen pada triwulan laporan tumbuh sebesar 98,57% (yoy) masih mengalami peningkatan dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya sebesar 75,05% (yoy). Grafik 1.34 Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei Perdagangan Eceran Sumut Grafik 1.35 Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Grafik 1.36 Perkembangan Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Sumut Grafik 1.37 Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Pada triwulan laporan, sektor pengangkutan dan komunikasi mencatat pertumbuhan sebesar 8,24% (yoy) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,00% (yoy). Perlambatan kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi terkonfirmasi oleh data penyaluran kredit perbankan kepada sektor ini yang juga tumbuh melambat. Pada triwulan III-2012, penyaluran kredit perbankan kepada sektor pengangkutan dan komunikasi tercatat sebesar 33,63% (yoy) melambat dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya sebesar 47,40% (yoy). Di sisi lain, prompt indicator arus penumpang angkutan udara maupun angkutan laut yang BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 18

37 masuk ke Provinsi Sumatera Utara tercatat tumbuh sebesar 12,43% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,52% (yoy). 19 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

38 g BOKS 1 PEMBATASAN KUOTA EKSPOR KARET Harga karet mulai merangkak naik dan kembali memasuki tren bullish setelah sejumlah negara produsen meningkatkan kuota pembatasan ekspor ke level yang terbesar sejak Thailand, Indonesia dan Malaysia, pemasok 70% persediaan karet global sepakat memangkas ekspor sebesar ton atau setara dengan impor China selama 5 pekan. Langkah sejumlah negara itu dimaksudkan untuk mengangkat harga karet yang merosot 50% sejak mencapai rekor pada Februari 2011 di tengah melimpahnya stok. Sejalan dengan skema tersebut, volume ekspor karet di Provinsi Sumatera Utara menurun sejak Juni hingga September Volume ekspor karet Sumut yang tercatat sebesar 50,74 ribu ton pada Juni 2012, volumenya menurun menjadi 48,80 ribu ton pada Juli 2012 dan kembali menurun pada Agustus 2012 menjadi 45 ribu ton. Pada September 2012, nilainya kembali merosot menjadi 46,32 ribu ton. Tidak hanya pengendalian volume ekspor, preferensi petani untuk mengurangi waktu penyadapan karet sehingga produksi berkurang juga dimaksudkan untuk mendongkrak kembali harga karet. Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Upaya-upaya untuk mengembalikan harga karet tersebut mulai menampakkan hasil belakangan ini. Harga karet domestik meningkat menjadi Rp25.845/ kg pada September 2012 setelah sebelumnya sempat turun di level Rp24.568/ kg. Harga lelang karet di level petani pun ikut naik, pada akhir September 2012 harga lelang karet sebesar Rp15.000/ kg untuk pengeringan 2 minggu, padahal di pertengahan September 2012 harganya masih Rp13.000/ kg. 20 Pembatasan Kuota Ekspor Karet Boks 1

39 Perkembangan Harga Karet Boks 1 Pembatasan Kuota Ekspor Karet 21

40 BAB II Perkembangan Inflasi Daerah

41 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Inflasi Sumatera Utara triwulan III-2012 sebesar 2,91% (yoy) jauh di bawah proyeksi sebelumnya. Kelompok volatile foods bahkan deflasi sebesar 0,68% (yoy) 2.1. KONDISI UMUM Inflasi triwulanan periode ini tercatat sebesar 0,78% (qtq), jauh menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar 1,51% ( qtq). Secara tahunan, inflasi Sumatera Utara juga menurun menjadi 2,91% ( yoy) dari triwulan lalu sebesar 5,52% ( yoy). Realisasi inflasi Sumut pada triwulan ini di bawah inflasi nasional 4,31% (yoy). Bila dibandingkan dengan provinsi lainnya, inflasi provinsi Sumut juga berada pada urutan kelima terendah, setelah provinsi Sulawesi Tenggara, Aceh, Kepulauan Riau, dan Sumatera Selatan. Berdasarkan disagregasi inflasi, pada triwulan III-2012 inflasi inti mendominasi dengan level 4,24%. Sementara itu, inflasi adminsitered prices tercatat sebesar 3,39% (yoy). Sebaliknya, kelompok volatile foods justru deflasi sebesar 0,68% (yoy). Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Grafik 2.2. Inflasi Provinsi Sumut dan Nasional September 2012 yoy (%) Sumut Nasional Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 2.2. INFLASI TRIWULANAN Inflasi Sumatera Utara triwulan III-2012 sebesar 0,78% ( qtq). Realisasi inflasi tersebut menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar 1,51% ( qtq). Kelompok bahan makanan mengalami deflasi pada triwulan ini. Beberapa komoditas yang memberikan andil deflasi cukup besar adalah cabe merah, daging ayam ras, bawang merah, dencis, cabe rawit, dan cabe hijau. Sebaliknya komoditas yang memberikan andil inflasi besar pada triwulan ini adalah angkutan udara yang menyumbang inflasi pada bulan Juli dan Agustus BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 22

42 Komoditas Tabel 2.1. Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Triwulan III-2012 Juli 2012 Agustus 2012 September 2012 Andil Inflasi Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Inflasi Angkutan udara 0,4203 Angkutan udara 0,0693 SLTA 0,0833 Upah pembantu RT 0,0759 Gaun 0,0524 Emas Perhiasan 0,0490 Beras 0,0660 Emas perhiasan 0,0408 Tongkol 0,0400 Daging ayam ras 0,0655 Gula pasir 0,0372 Kembung/ Gembung 0,0332 Bayam 0,0544 Daging sapi 0,0355 Celana Panjang Jeans 0,0262 Daging sapi 0,0540 Kain Gorden 0,0263 Bahan Pelumas/ Oli 0,0197 Kontrak rumah 0,0518 Udang basah 0,0244 Sawi Hijau 0,0103 Sumber: Badan Pusat Statistik Tabel 2.2. Komoditas yang Memberikan Andil Deflasi Triwulan III-2012 Juli 2012 Agustus 2012 September 2012 Andil Andil Komoditas Andil Deflasi Komoditas Komoditas Deflasi Deflasi Cabe merah -0,1135 Daging ayam ras -0,1455 Cabe merah -0,1741 Tongkol -0,0650 Cabe merah -0,1378 Daging ayam ras -0,0644 Udang basah -0,0291 Dencis -0,0550 Bawang merah -0,0440 Dencis -0,0205 Jeruk -0,0418 Dencis -0,0224 Jeruk -0,0179 Beras -0,0311 Angkutan antar kota -0,0179 Baju kaos/ t-shirt -0,0141 Bawang merah -0,0237 Cabe rawit -0,0176 Cumi-cumi -0,0139 Jengkol -0,0210 Cabe hijau -0,0168 Sumber: Badan Pusat Statistik INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA Inflasi Sumatera Utara triwulan III-2012 sebesar 0,78% ( qtq). Realisasi inflasi tersebut menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar 1,51% ( qtq). Kelompok bahan makanan yang sempat memiliki level inflasi triwulanan tertinggi pada triwulan II-2012, pada triwulan ini justru deflasi sebesar 1,62% (qtq). Di sisi lain, kelompok sandang yang sebelumnya deflasi, kini justru inflasi sebesar 2,84% (qtq). Tabel 2.3. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%) Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah 23 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

43 a. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan tercatat deflasi sebesar 1,62% ( qtq) pada triwulan ini. Subkelompok bumbu-bumbuan (deflasi 20,65%), subkelompok daging dan hasil -hasilnya (deflasi 2,28%), dan subkelompok ikan segar (deflasi 1,67%) menjadi pemicu utama deflasi kelompok bahan makanan. Deflasi subkelompok bumbu-bumbuan dibandingkan triwulan lalu terutama disebabkan oleh penurunan harga cabe merah. Grafik 2.4 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut Berdasarkan Survei Pemantauan Harga yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX harga cabe merah (besar) menurun 20% dari Rp per kg pada triwulan II-2012 menjadi Rp per kg pada triwulan III Begitu pula dengan harga cabe merah keriting yang menurun 40% dari Rp per kg pada triwulan II-2012 menjadi Rp per kg pada triwulan III Harga daging ayam ras juga menurun 16% dari Rp per kg pada triwulan lalu menjadi Rp per kg pada triwulan ini. Grafik 2.5 Perkembangan Harga Cabe Merah dan Daging Ayam Ras I II III IV V I II III IV V I II III IV I II III IV V I II III IV V I II III IV I II III IV V I II III IV V I II III IV Jan 2012 Feb 2012 Mar 2012 Apr 2012 Mei 2012 Jun 2012 Jul 2012 Agt 2012 Sept 2012 Cabe merah besar Cabe merah keriting Daging ayam ras Sumber: Survei Pemantauan Harga, Bank Indonesia BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 24

44 b. Kelompok Sandang Inflasi triwulanan kelompok sandang sebesar 2,84% ( qtq). Inflasi kelompok sandang terutama dipicu oleh inflasi subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya (3,46%). Ada juga subkelompok yang justru deflasi, yaitu subkelompok sandang anak-anak 0,09% ( qtq). Berdasarkan SPH, harga emas perhiasan 22 karat tercatat mengalami kenaikan sebesar 13% dari Rp per gram pada akhir triwulan II-2012 menjadi Rp per gram pada triwulan III Sementara itu, emas perhiasan 24 karat mengalami kenaikan harga 11% dari Rp per gram menjadi Rp per gram pada akhir triwulan III Selain kenaikan harga emas di pasar internasional yang berimbas pada harga emas perhiasan, komoditas celana panjang jeans juga mengalami kenaikan harga dibandingkan triwulan lalu, hal ini disebabkan oleh pola konsumsi masyarakat Sumut yang terbiasa mengenakan baju baru saat Hari Raya Idul Fitri tiba. Grafik 2.5 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut 25 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

45 c. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau pada triwulan III-2012 sebesar 1,14% (qtq), mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya sebesar 2,59% (qtq). Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Sumut d. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Level inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami peningkatan dari 0,70% (qtq) pada triwulan lalu menjadi 2,99% (qtq) pada triwulan ini. Hal ini sejalan dengan siklus musiman kenaikan harga subkelompok transportasi pada hari raya Idul Fitri. Komoditas angkutan udara bahkan sempat menjadi komditas yang memberikan andil inflasi tertinggi pada Juli 2012 dan Agustus Grafik 2.7. Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan di Sumut BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 26

46 e. Kelompok Kesehatan Inflasi kelompok kesehatan pada triwulan III-2012 tercatat sebesar 0,87%. Subkelompok yang memberikan andil inflasi besar adalah subkelompok obat-obatan dan subkelompok perawatan jasmani dan kesehatan masing-masing sebesar 1,12% (qtq). Grafik 2.8. Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Sumut f. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami sedikit penurunan menjadi 0,78% ( qtq). Inflasi triwulanan subkelompok penyelenggaraan rumah tangga (1,55%) merupakan yang tertinggi. Sementara itu, subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air justru deflasi sebesar 0,17% (qtq). Komoditas yang sempat memberikan andil besar bagi inflasi Sumut di pertengahan triwulan ini adalah kain gorden. Inflasi komoditas ini terkait dengan pola konsumsi masyarakat yang cenderung mengganti perlengkapan rumah tangganya dengan yang baru pada saat menjelang hari raya Idul Fitri. Grafik 2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut 27 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

47 g. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Pada triwulan II-2012, inflasi subkelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga tercatat sebesar 0,17% (qtq). Level inflasi tersebut menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar 0,58% (qtq). Subkelompok yang memberikan andil terbesar adalah subkelompok olahraga (0,71%). Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut INFLASI MENURUT KOTA Dari 4 kota di Sumatera Utara yang dihitung inflasinya, seluruh kota mengalami peningkatan level inflasi. Inflasi triwulanan tertinggi terjadi di kota Padangsidimpuan, sebesar 0,98% (qtq), diikuti dengan inflasi kota Medan sebesar 0,96% (qtq) dan kota Sibolga sebesar 0,78%. Sementara itu, kota Pematang Siantar mengalami deflasi sebesar 0,09% (qtq) Tabel 2.4. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%) No. Kota I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 1 Medan 2,19 4,00 1,21 2,26-0,84-0,17 3,35 0,38 1,05 2,12 1,52 2,76 0,32 0,00 3,46-0,28 0,52 1,44 0,96 2 Pematang Siantar 3,07 5,39 1,38 1,33-0,20 0,10 3,26-0,41 1,04 2,89 1,08 4,37 1,19 0,00 2,76 0,64 1,60 1,93-0,09 3 Padangsidempuan 4,65 3,52 1,27 1,56-0,03-1,07 2,66 0,33 0,38 2,13 0,82 3,92 0,87-0,01 6,03 1,35 0,36 1,18 0,98 4 Sibolga 4,63 3,41 3,07 2,22-0,52-0,01 3,45-1,28 1,21 2,60 2,67 4,89 0,79-0,01 2,02 1,77 0,82 2,33 0,78 Gabungan 2,48 4,09 1,30 2,13-0,73-0,18 3,31 0,24 1,03 2,21 1,49 3,06 0,44 0,00 3,34 0,00 0,63 1,51 0,78 Sumber: BPS, diolah 2.3. INFLASI TAHUNAN INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA Sama halnya dengan inflasi triwulanan, kelompok bahan makanan juga deflasi sebesar 0,31% ( yoy). Inflasi tertinggi dialami oleh kelompok sandang 6,98% ( yoy). Sementara itu, BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 28

48 kelompok bahan makanan justru deflasi sebesar -0,31% (yoy). Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar relatif stabil di level 3,32% (yoy). Tabel 2.5. Inflasi Tahunan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%) Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah a. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 0,31% ( yoy) bila dibandingkan tahun lalu. Subkelompok yang memberikan andil deflasi besar adalah subkelompok daging dan hasil-hasilnya 1,46% ( yoy), subkelompok sayuran sebesar 9,02% ( yoy), dan bumbu-bumbuan 14,28% ( yoy). Sebaliknya ada juga subkelompok yang justru inflasi cukup tinggi yaitu subkelompok buah-buahan sebesar 10,41% ( yoy). Komoditas dari subkelompok bumbubumbuan yang menurun cukup tajam dibandingkan periode sama tahun lalu adalah bawang merah. Komoditas subkelompok ikan segar yang juga turun tajam dibandingkan tahun lalu adalah ikan kembung. Harga bawang merah di pasaran tercatat sebesar Rp per kg atau menurun 14% dibandingkan tahun lalu sebesar Rp per kg. Harga ikan kembung di pasaran menurun 21% dari Rp per kg menjadi Rp per kg. Grafik Inflasi Kelompok Bahan Makanan 29 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

49 b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau pada triwulan III-2012 sebesar 4,72% (yoy) menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar 6,00% ( yoy). Seluruh subkelompok juga mengalami inflasi. Inflasi subkelompok makanan jadi sebesar 3,20% ( yoy). Sementara itu inflasi subkelompok minuman yang tidak beralkohol, dan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol masing-masing sebesar 8,24% dan 5,48%. Grafik 2.12 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau c. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Inflasi tahunan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga Sumut relatif stabil dibandingkan beberapa triwulan terakhir. Pada triwulan III-2012, inflasi Sumut tercatat sebesar 4,36% ( yoy). Subkelompok jasa pendidikan (5,68%) memberikan andil besar atas inflasi kelompok ini. Grafik 2.13 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 30

50 d. Kelompok Sandang Sama halnya dengan inflasi triwulanan (qtq), inflasi tahunan kelompok sandang juga mengalami inflasi paling tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Pada triwulan laporan, inflasi kelompok sandang tercatat sebesar 6,98% (yoy), menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar 10,74% (yoy). Subkelompok yang memiliki level inflasi tinggi adalah subkelompok sandang lakilaki dewasa sebesar 14,71% ( yoy). Inflasi subkelompok lainnya, yaitu sandang wanita dewasa sebesar 13,39% ( yoy), sandang anak-anak (6,16%), dan barang pribadi dan sandang lainnya (0,80%). Grafik 2.14 Inflasi Kelompok Sandang e. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar Sama halnya dengan inflasi kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar juga memiliki tingkat inflasi yang stabil. Pada triwulan ini inflasi tahunan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 3,32% ( yoy). Inflasi subkelompok biaya tempat tinggal sebesar 4,53% ( yoy), inflasi subkelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar 4,48% ( yoy), inflasi subkelompok perlengkapan rumah tangga sebesar 1,84% ( yoy), dan inflasi subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air sebesar 0,21% (yoy). 31 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

51 Grafik 2.17 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar f. Kelompok Kesehatan Pada triwulan III-2012, inflasi kelompok kesehatan tercatat sebesar 2,54% ( yoy). Realisasi inflasi kelompok kesehatan menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar 4,09% (yoy). Subkelompok yang mengalami inflasi terbesar adalah subkelompok jasa perawatan dan jasmani sebesar 9,47% ( yoy). Sementara itu, inflasi subkelompok obat-obatan berada pada level inflasi 3,79% ( yoy), inflasi perawatan jasmani dan kosmetik sebesar 2,22% ( yoy), dan inflasi jasa kesehatan 0,62% (yoy). Grafik 2.18 Inflasi Kelompok Kesehatan g. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan lalu. Terjadi penurunan dari 3,50% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 3,38% ( yoy) pada triwulan III Subkelompok transpor mengalami tingkat inflasi tertinggi (4,52%) dibandingkan subkelompok lainnya. Sebaliknya subkelompok komunikasi dan pengiriman justru mengalami deflasi sebesar 0,17% (yoy). BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 32

52 Grafik 2.19 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan INFLASI MENURUT KOTA Tingkat inflasi keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut, semuanya mengalami penurunan level inflasi bila dibandingkan triwulan lalu. Inflasi kota Pematangsiantar merupakan yang tertinggi dibandingkan kota lain, yaitu sebesar 5,26% ( yoy), diikuti dengan kota Sibolga sebesar 4,91% (yoy). Sementara itu, inflasi kota Padang Sidimpuan dan Medan masing-masing sebesar 3,90% (yoy) dan 2,47% (yoy). Tabel 2.6. Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Pada triwulan ini, kelompok inflasi tertinggi di masing-masing kota berbeda-beda. Inflasi kelompok sandang merupakan yang tertinggi di kota Medan. Sementara itu di kota Padangsidimpuan, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Kelompok Pendidikan, rekreasi, dan olah raga menjadi kelompok inflasi tertinggi di kota Pematangsiantar, dan kelompok bahan makanan menjadi kelompok inflasi tertinggi di Sibolga. 33 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

53 Tabel 2.7. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%,yoy) Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah 2.4. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFLASI Faktor Fundamental Ekspektasi Inflasi Seiring penurunan level inflasi, ekspektasi konsumen terhadap harga mendatang juga menurun. Indeks ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang dan 6 bulan yang akan datang pada survei Konsumen masing-masing sebesar 155 dan 156. Indeks tersebut menurun dibandingkan triwulan lalu yang masing-masing sebesar 170 dan 171. Grafik 2.20 Ekspektasi Konsumen terhadap Pergerakan Harga Barang/ Jasa Sumber: Survei Konsumen dan BPS, diolah Realisasi inflasi Provinsi Sumatera Utara yang terjaga pada saat libur sekolah dan Hari Raya Idul Fitri tidak terlepas dari upaya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam mengantispasi potensi tekanan inflasi di antaranya adalah sebagai berikut: Pemantauan : Pemantauan akan dilakukan secara kontinyu terhadap kondisi terkini bahan pokok di pasar baik dari aspek harga maupun ketersediaannya. Pemprov Sumut telah membentuk Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar Sumut yang mulai pertengahan Juli 2012 turun ke pasar tradisional dan modern untuk mendeteksi lebih awal permasalahan BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 34

54 yang ada untuk selanjutnya bisa segera diatasi. Walikota Medan bersama Ketua Tim Ahli TPID Prov Sumut telah melakukan pemantauan langsung ke Pusat Pasar Medan pada hari Jumat tanggal 13 Juli Selain itu, juga dilakukan pemantauan ke gudang distributor pada tanggal 30 Juli Intervensi : Gubernur telah menyampaikan surat kepada seluruh bupati/walikota untuk melakukan pasar murah dan/atau operasi pasar jika diperlukan untuk mengantisipasi kenaikan harga ataupun peningkatan kebutuhan yang berlebihan. Pemko Medan telah menyelenggarakan pasar murah sejak tanggal 16 Juli s.d. 14 Agustus 2012 di 151 titik, naik dari 146 titik di tahun sebelumnya. Persuasi : Langkah persuasi dilakukan berupa himbauan kepada konsumen untuk melakukan konsumsi secara bijak dan kepada pedagang untuk mengambil keuntungan yang wajar. Himbauan ini diberikan melalui pertemuan dengan distributor tanggal 12 Juli 2012, konferensi pers pada saat kunjungan pasar tanggal 13 Juli 2012, talkshow tanggal 12, 14, 18 dan 19 Juli 2012 dan iklan layanan masyarakat di radio mulai tanggal 3 Agustus Represi : Jika berdasarkan pemantauan terdapat aktivitas spekulasi yang melanggar hukum, maka Pemprov Sumut akan memberikan sanksi mulai dari pencabutan izin usaha hingga sanksi pidana. Pelaksanaan represi ini dilakukan berkoordinasi dengan instansi terkait yang berwenang Faktor Non Fundamental Disagregasi Inflasi Pada triwulan III-2012, kelompok volatile foods Sumatera Utara mengalami deflasi sebesar 0,68% (yoy). Realisasi volatile foods ini jauh di bawah proyeksi sebelumnya. Sama halnya dengan volatile foods, inflasi inti dan administered prices juga mengalami penurunan level inflasi walaupun tidak setajam penurunan inflasi volatile foods. Grafik 2.21 Disagregasi Inflasi Sumut Sumber: BPS, diolah 35 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

55 g BOKS 2 PERDAGANGAN ANTAR DAERAH KOMODITAS UTAMA Guna mengidentifikasi pola perdagangan antar daerah komoditas utama seperti beras, cabe merah, bawang merah, minyak goreng, dan gula pasir, maka Bank Indonesia melakukan survei terkait pola perdagangan antar daerah di masing-masing wilayah. Di wilayah Sumatera Bagian Utara yang meliputi Provinsi Sumatera Utara dan Aceh, survei dilakukan kepada responden yang meliputi petani, produsen, pedagang pengepul, pedagang besar, pedagang grosir, dan pedagang pengecer. Survei juga dilakukan ke Bulog, Petugas Pasar, Jembatan Timbang, dan konsumen. Survei tersebut mengidentifikasi pola perdagangan antar daerah, stok dan pergudangan, hambatan perdagangan, kondisi infrastruktur, komponen modal, komponen biaya produksi, serta pola konsumsi masyarakat atas komoditas utama tersebut. a. Pola Perdagangan Antar Daerah Berdasarkan survei tersebut diketahui bahwa perdagangan komoditas beras, cabe merah, bawang merah, minyak goreng, dan gula pasir tidak hanya terjadi intra daerah kabupaten/kota yang sama tetapi juga dengan kabupaten/kota di luar wilayah Sumatera Bagian Utara. Perdagangan Antar Daerah Komoditas Beras Kebutuhan minyak goreng di wilayah Sumbagut secara umum dapat dipenuhi oleh hasil produksi setempat. Hasil produksi minyak goreng juga didistribusikan ke kota/ kabupaten lain di wilayah Sumbagut maupun kota/ kabupaten di luar wilayah Sumbagut. Kendati demikian, perdagangan minyak goreng antar daerah di luar wilayah Sumatera Bagian Utara tetap ada, khususnya melalui pedagang besar. Sebagai produsen CPO terbesar kedua setelah Riau, Sumbagut tidak hanya mengekspor minyak goreng ke wilayah lain, tetapi juga mengekspor bahan baku minyak goreng (kelapa sawit/ CPO) ke pengepul di kota/kabupaten dalam wilayah Sumbagut maupun luar Sumbagut. Perdagangan Antar Daerah Komoditas Minyak Goreng 36 Perdagangan antar Daerah Komoditas Utama Boks 2

56 Indonesia Wilayah Sumbagut bukan merupakan daerah penghasil tebu (bahan baku gula pasir). Produksi tebu yang dihasilkan PTPN II relatif sedikit jika dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat Sumbagut akan gula pasir. Oleh karena itu, pemenuhan gula pasir dilakukan dengan impor, khususnya dari Provinsi Lampung. Namun, dalam proses pengangkutannya dilakukan melalui Jakarta. Perdagangan Antar Daerah Komoditas Gula Pasir Jakarta Kebutuhan cabe merah di wilayah Sumbagut dapat dipenuhi dari produksi di wilayah Sumbagut. Kabupaten Karo merupakan sentra produksi cabe merah di wilayah Sumbagut. Bahkan, Sumbagut mengekspor atau menjadi supplier utama kebutuhan cabe merah di Sumatera, khususnya untuk Batam, Kepulauan Riau. Boks 2 Perdagangan Antar Daerah Komoditas Utama 37

57 Perdagangan Antar Daerah Komoditas Cabe Merah Kebutuhan bawang merah di wilayah Sumbagut sebagian besar dipenuhi dari Brebes, Jawa Tengah melalui Jakarta. Selain itu, pedagang besar di wilayah Sumbagut juga mengimpor bawang merah dari Cina. Perdagangan Antar Daerah Komoditas Bawang Merah b. Stok dan Pergudangan Lokasi gudang beras terkonsentrasi di kabupaten/kota yang memiliki rata-rata stok (stock holding) tinggi. Gudang Bulog di kota Medan memiliki rata-rata stok tertinggi. Sebagian besar produksi beras di wilayah Sumbagut terkonsentrasi di pesisir timur yakni di kota / kabupaten Aceh Tamiang, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, dan Asahan. Demikian pula dengan lokasi gudang komoditas minyak goreng yang juga terkonsentrasi di daerah pesisir timur. Secara umum wilayah Sumbagut bukan merupakan daerah produsen gula pasir. Produsen gula pasir utama di wilayah Sumbagut terletak di Kab.Langkat, Bener Meriah, dan Aceh Tengah. 38 Perdagangan antar Daerah Komoditas Utama Boks 2

58 Stok Beras Stok Minyak Goreng Stok Gula Pasir Stok Cabe Merah Stok Bawang Merah c. Hambatan Perdagangan Hambatan utama dalam transportasi pendistribusian beras adalah ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman. Hal ini bersumber dari sifat komoditas beras yang memiliki lag masa tanam dan masa panen yang cukup lama. Hambatan lainnya adalah faktor alam (cuaca) di sebagian besar kab/ kota dan kerusakan infrastruktur (khususnya di Kab. Tapanuli Utara). Sebagian besar responden menyatakan tidak ada kendala dalam distribusi barang. Boks 2 Perdagangan Antar Daerah Komoditas Utama 39

59 Hambatan Distribusi Beras Hambatan Distribusi Minyak Goreng Hambatan Distribusi Gula Pasir Hambatan Distribusi Cabe Merah Hambatan Distribusi Bawang Merah d. Komponen Modal Petani dan pedagang lebih banyak menggunakan modal sendiri dalam proses produksi maupun pendistribusian komoditas. Pinjaman bank dan kredit pemerintah relatif sedikit dijadikan sumber modal. Komponen Modal 40 Perdagangan antar Daerah Komoditas Utama Boks 2

60 e. Komponen Biaya Produksi Biaya pembelian bibit merupakan komponen biaya produksi terbesar bagi petani (beras, kelapa sawit, tebu, cabe merah, dan bawang merah). Faktor biaya produksi yang cukup besar proporsinya terhadap total biaya adalah pembelian pupuk. Komponen Biaya Produksi Boks 2 Perdagangan Antar Daerah Komoditas Utama 41

61 f. Pola Konsumsi Masyarakat Hambatan utama yang dirasakan konsumen untuk mendapatkan komoditas adalah harga yang lebih mahal dari biasanya. Hambatan Utama dari Sisi Konsumen g. Kondisi Infrastruktur Sebagian besar responden pedagang (75%) memiliki persepsi kualitas jalan yang dilalui dalam pendistribusian komoditas Baik. Hal ini terkonfirmasi dari persentase jalan beraspal. Kendati demikian, kualitas pelabuhan dan bandara masih memerlukan peningkatan kualitas dan kapasitas, karena sebagian besar pedagang menyatakan kualitas pelabuhan dan bandara adalah Sedang. 100% 80% 60% 40% 20% 0% Kondisi Infrastruktur JALAN PELABUHAN BANDARA Baik Sedang Rusak % Jalan Beraspal Berdasarkan hasil survei tersebut, diketahui bahwa intensitas perdagangan antar daerah untuk kelima komoditas (beras, minyak goreng, gula pasir, cabe merah, dan bawang 42 Perdagangan antar Daerah Komoditas Utama Boks 2

62 merah) cukup tinggi, oleh karena itu koordinasi antar daerah perlu ditingkatkan, salah satunya dapat dilakukan melalui penguatan koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) antar provinsi/ wilayah. Akses pelaku pasar, khususnya petani yang masim minim terhadap kredit perbankan, menuntut kita untuk menggiatkan sosialisasi serta meningkatkan aksesibilitas petani kepada kredit perbankan maupun kredit program dari pemerintah. Selain itu, guna mengefisienkan tata niaga kelima komoditas tersebut, realisasi Sistem Resi Gudang khususnya di wilayah Sumbagut (Karo, Serdang Bedagai, Simalungun, dan Takengon) harus dipercepat. Boks 2 Perdagangan Antar Daerah Komoditas Utama 43

63 BAB III Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran

64

65 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Fungsi intermediasi perbankan Provinsi Sumatera Utara sampai dengan triwulan III-2012 tetap menunjukkan peningkatan dengan stabilitas sistem keuangan (risiko kredit dan risiko likuiditas) yang masih terjaga. Di sisi lain jumlah transaksi sistem pembayaran tunai maupun non tunai juga menunjukkan peningkatan sejalan dengan peningkatan transaksi perekonomian A. PERBANKAN 3.1 KONDISI UMUM Walaupun mengalami perlambatan ekonomi di triwulan ini, namun kinerja perbankan Sumatera Utara di triwulan III-2012 masih menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Bahkan secara tahunan, indikator pertumbuhan aset perbankan baik bank umum konvensional, bank umum syariah, maupun BPR masih tumbuh secara signifikan. Kualitas kredit masih terjaga dengan baik yang terlihat dari rasio Non Performing Loan (NPL) yang masih di bawah 5% pada triwulan III-2012 sebesar 2,39%. Angka ini juga masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata rasio NPL selama 2 tahun terakhir yang tercatat sebesar 3,05%. Kegiatan intermediasi perbankan pada periode laporan juga menunjukkan peningkatan yang ditunjukkan oleh peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 91,23% pada triwulan II-2012 menjadi 91,32%. Total aset perbankan Sumut pada triwulan III-2012 mencapai Rp176,64 triliun, tumbuh sebesar 4,75% (qtq) atau 15,12% (yoy). Total aset perbankan tersebut masih didominasi oleh bank konvensional yaitu sebesar Rp168,55 triliun (95,42%), sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp8,09 triliun (4,58%). Pertumbuhan ini memberikan keyakinan akan kinerja positif perbankan Sumut walaupun masih dalam tren penurunan angka pertumbuhan sejak triwulan II Dana pihak ketiga yang dihimpun pada triwulan III-2012 tumbuh sebesar 4,60% (qtq) atau 12,38% (yoy) dengan jumlah sebesar Rp135,54 triliun, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya sebesar 0,55% (qtq). Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan simpanan tabungan dan giro dengan persentase masing-masing sebesar 6,55% dan 5,59% (qtq). Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga untuk jenis simpanan deposito pada periode laporan juga mengalami peningkatan walaupun tidak sebesar komponen DPK lainnya yaitu sebesar 2,06% (qtq). Secara tahunan seluruh instrumen dana pihak ketiga mengalami kenaikan BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 44

66 dimana kenaikan tertinggi dialami oleh tabungan yaitu sebesar 19,21% (yoy), sedangkan deposito dan giro naik masing-masing sebesar 6,92%(yoy) dan 9,10%(yoy). Sementara itu, penyaluran kredit perbankan di provinsi Sumatera Utara justru mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 7,71% (qtq) menjadi 4,70% (qtq). Namun demikian, secara tahunan, kredit perbankan pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 24,78% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan selama 2 tahun terakhir yang tercatat sebesar 20,20%. Dari sisi jenis penggunaan, pertumbuhan kredit tertinggi di triwulan laporan dialami oleh kredit investasi yaitu sebesar 5,06% (qtq). Hal ini menunjukkan optimisme yang tinggi dari industri perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumut ke depan di tengah kontraksi perekonomian Sumut di triwulan ini. Tabel 3. 1 Indikator Utama Perbankan Sumut Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah 3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN Kegiatan intermediasi perbankan selama triwulan III-2012 menunjukkan peningkatan yang tercermin dari tren peningkatan LDR dari 91,23% menjadi 91,32%. Tingkat LDR pada periode laporan tercatat sebagai pencapaian LDR tertinggi selama kurun waktu 3 tahun terakhir. Rata-rata pencapaian LDR perbankan selama 3 tahun terakhir tercatat sebesar 84,19%. Tingginya pertumbuhan kredit dibandingkan dengan pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga perbankan memberikan peranan besar dalam peningkatan LDR. Sampai dengan triwulan III-2012, spread pertumbuhan kredit dibandingkan dengan penghimpunan dana pihak ketiga perbankan secara tahunan tercatat sebesar 12,40% lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 10,19% Penghimpunan Dana Masyarakat Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Sumut hingga triwulan III-2012 mencapai Rp135,54 triliun, tumbuh sebesar 4,60% (qtq) meningkat signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat hanya tumbuh sebesar 0,55% (qtq). Ditinjau dari strukturnya, DPK Sumut, masih tetap didominasi oleh tabungan dan deposito dengan pangsa masing-masing sebesar 43,67% dan 38,62% dari total DPK dengan nilai nominal tercatat masing-masing sebesar Rp59,20 triliun dan Rp52,35 triliun. Berdasarkan jenisnya, peningkatan 45 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

67 pertumbuhan DPK pada triwulan ini didorong oleh kinerja simpanan giro dan tabungan dengan tren yang meningkat dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, kinerja penghimpunan dana pihak ketiga dalam bentuk deposito pada periode laporan juga masih mengalami peningkatan walaupun tidak setinggi komponen giro dan tabungan. Masih tingginya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan sebagai lembaga keuangan yang aman serta kembali normalnya tingkat aktivitas konsumsi masyarakat menjadi salah satu penyebab masih meningkatnya penghimpunan dana pihak ketiga perbankan pada periode ini. Grafik 3.1 Perkembangan DPK Sumut Grafik 3.2 Struktur DPK Sumut Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Di sisi lain tren stabilnya suku bunga acuan atau BI Rate pada triwulan III-2012 sebesar 5,75% yang direspon oleh perbankan dengan menurunkan tingkat suku bunga penghimpunan dana pihak ketiga juga tidak serta merta mengurangi minat masyarakat untuk menempatkan dana di perbankan. Pada periode triwulan III-2012, seluruh instrumen penghimpunan dana pihak ketiga perbankan (tabungan, deposito, dan giro) mengalami peningkatan. Dilihat dari rata-rata suku bunga tertimbang, selama triwulan laporan suku bunga deposito, tabungan, dan giro mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,07, 0,13, dan 0,03 bps dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dengan demikian tingkat rata-rata suku bunga tertimbang untuk deposito, tabungan, dan giro saat ini sebesar 5,19%, 2,03%, dan 2,16%. Di tengah tren penurunan suku bunga deposito, penghimpunan tabungan perbankan di Sumut menjadi faktor pemicu kembali meningkatnya penghimpuanan dana pihak ketiga perbankan. Disamping itu, sifat tabungan yang lebih likuid sehingga mudah ditarik ataupun dilakukan switching apabila diperlukan, serta fitur-fitur dan kemudahan dalam melakukan transaksi, mampu menjadi salah satu daya tarik bagi masyarakat untuk menyimpan dananya dalam bentuk ini. Tren penurunan suku bunga deposito tentunya akan semakin memberikan ruang bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit sehingga mampu menjadi BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 46

68 penggerak peningkatan penyaluran kredit khususnya untuk menggerakkan sektor riil yang bersifat produktif. Grafik 3.3 Perkembangan Suku Bunga DPK Sumut Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Penyaluran Kredit Pada triwulan III-2012 kredit perbankan di Sumatera Utara tumbuh 4,70% (qtq) hingga mencapai Rp123,77 triliun. Dengan pertumbuhan yang positif pada triwulan ini maka secara tahunan pertumbuhan kredit menjadi 24,78% (yoy) yang diperkirakan sebagai dampak pertumbuhan ekonomi regional. Pertumbuhan kredit pada triwulan ini tercatat masih lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,71% (qtq). Pertumbuhan kredit pada triwulan laporan, dipicu oleh peningkatan kredit investasi dan kredit konsumsi yang tercatat masing-masing tumbuh sebesar 5,06% dan 4,76% (qtq). Berdasarkan jenisnya, kredit modal kerja masih mendominasi pangsa penyaluran kredit perbankan Sumut dengan proporsi sebesar 51,51% diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi dengan pangsa masing-masing sebesar 26,69% dan 21,79%. Grafik 3.4 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut Grafik 3.5 Pangsa Kredit Sumut per Jenis Penggunaan Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah 47 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

69 Secara nominal, kredit modal kerja dan kredit investasi pada triwulan laporan, masingmasing meningkat sebesar Rp 2,76 triliun dan Rp 1,30 triliun (qtq) lebih tinggi dibandingkan peningkatan kredit konsumsi yang tercatat meningkat sebesar Rp 1,50 triliun. Peningkatan kedua komponen kredit tersebut memberikan sinyal yang positif terhadap pengembangan perekonomian provinsi Sumatera Utara. Tingginya pertumbuhan kredit modal kerja memberikan sinyal masih kuatnya ekspektasi para pelaku usaha mengenai peningkatan permintaan yang berimplikasi kepada tingginya kebutuhan modal kerja. Selain itu, pertumbuhan kredit investasi juga memberikan sinyal semakin membaiknya iklim investasi di provinsi Sumatera Utara. Hal ini mencerminkan adanya optimisme para pelaku usaha terhadap perekonomian provinsi Sumatera Utara di masa mendatang. Adanya tren peningkatan kredit investasi pada akhirnya akan memberikan multiplier effect lebih besar terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Grafik 3.6 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumut Grafik 3.7 Perkembangan Suku Bunga, BI Rate, dan Kredit Sumut Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Namun demikian, hal yang perlu diwaspadai adalah besaran kelonggaran tarik/undisbursed loan pada triwulan ini. Kelonggaran tarik merupakan fasilitas pinjaman debitur yang tidak digunakan atau merupakan selisih antara plafon kredit yang diterima oleh debitur dengan jumlah total baki debet. Pada triwulan ini, kelonggaran tarik kredit perbankan tercatat sebesar Rp 10,56 triliun atau meningkat sebesar 34,87% (yoy). Sampai dengan bulan triwulan laporan besaran kelonggaran tarik meningkat sebesar 37,67% (ytd) dibandingkan dengan posisi akhir tahun Dilihat dari komponennya, undisbursed loan didominasi oleh kredit modal kerja dengan share sebesar 86,58% diikuti oleh kredit investasi sebesar 13,04%. Tingginya undisbursed loan pada sektor modal kerja diperkirakan mulai berkurang pada triwulan IV-2012 seiring dengan tingginya konsumsi masyarakat serta masih tingginya kebutuhan modal kerja para pelaku usaha. BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 48

70 Pada triwulan III-2012, rata-rata tertimbang suku bunga kredit tercatat sebesar 11,19%, menurun 0,12 bps dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Relatif stabilnya BI Rate pada level 5,75% semenjak awal tahun 2012 serta terjaganya level inflasi, nampaknya mulai direspon oleh perbankan, dimana pada triwulan ini tren suku bunga perbankan menunjukkan penurunan. Perkembangan kredit perbankan juga menunjukkan bahwa kredit investasi dan modal kerja menunjukkan peningkatan yang signifikan baik secara tahunan maupun kuartalan dibandingkan dengan pertumbuhan kredit konsumsi. Secara keseluruhan kredit investasi dan modal kerja mencapai Rp 90,73 triliun pada akhir triwulan ini. Berdasarkan sektor usaha, secara umum tidak terjadi perubahan struktural pada komposisi penyaluran kredit pada triwulan III Penyaluran kredit paling besar di Provinsi Sumatera Utara diserap oleh sektor Perdagangan sebesar 25,60%, sektor Industri Pengolahan sebesar 19,89%, dan sektor Pertanian sebesar 13,92%. Sementara itu, baik secara triwulanan maupun secara tahunan pertumbuhan kredit pada hampir semua sektor menunjukkan pertumbuhan positif, kecuali kredit sektor Pertambangan yang mencatat kontraksi sebesar - 20,59% (yoy). Namun demikian, secara kuartalan kredit sektor Pertambangan pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 3,85% (qtq). Dari sisi nominal kredit, peningkatan penyaluran kredit pada sektor PHR tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar Rp1,60 triliun (qtq). Cukup tingginya pertumbuhan kredit pada sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) menjadi salah satu indikator peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat pada triwulan III Secara tahunan dan kuartalan, sektor Jasa Dunia Usaha menunjukkan pertumbuhan kredit sektoral tertinggi di Provinsi Sumatera Utara yaitu tumbuh sebesar 51,27% (yoy) atau 13,35% (qtq). Sedangkan pertumbuhan kredit sektor-sektor ekonomi utama Provinsi Sumatera Utara seperti sektor Pertanian tercatat tumbuh signifikan seiring dengan tingginya kebutuhan pembiayaan pada triwulan laporan untuk kegiatan tanam. Tabel 3.2 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut per Sektor Ekonomi Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah 49 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

71 3.2.3 Penyaluran Kredit UMKM Grafik 3.8 Perkembangan Kredit UMKM Sumut Grafik 3.9 Pangsa Kredit UMKM Sumut Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Jumlah kredit UMKM pada triwulan III-2012 mengalami penurunan sebesar -5,48% (qtq) dengan nominal sebesar Rp29,69 triliun, menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,95% (qtq). Secara tahunan, kredit UMKM masih tumbuh sebesar 8,28% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 18,64% (yoy). Share kredit UMKM pada triwulan laporan tercatat sebesar 23,99% dari keseluruhan total kredit perbankan Sumut. Berdasarkan pangsa penyaluran kredit UMKM Sumut, pada triwulan III-2012 didominasi oleh kredit menengah (Rp 500 juta Rp 5 miliar) dengan proporsi sebesar 51,53% dari total kredit UMKM atau mencapai Rp 15,30 triliun, disusul dengan kredit skala kecil (Rp 50 juta Rp 500 juta) senilai Rp 10,57 triliun (30,51%), dan kredit skala mikro (dibawah Rp 50 juta) dengan baki debet sebesar Rp 5,49 triliun (17,95%). Grafik 3.10 Perkembangan Penyaluran KUR Sumut Grafik 3.11 Perkembangan Debitur KUR Sumut Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 50

72 Sebagai salah satu daerah yang menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan salah satu skim kredit bagi UMKM, pada triwulan III-2012 Provinsi Sumatera Utara telah menyalurkan KUR dengan total baki debet sebesar Rp 2,16 triliun dengan jumlah debitur sebanyak debitur. Total baki debet penyaluran KUR Provinsi Sumatera Utara mengalami pertumbuhan sebesar 14,34% (qtq), meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,82% (qtq). Sedangkan pertumbuhan jumlah debitur KUR di Provinsi Sumatera Utara tercatat tumbuh sebesar 6,92% (qtq), melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,58% (qtq). Pemerintah telah berupaya untuk mempercepat penyaluran KUR dengan melakukan penurunan suku bunga KUR Ritel (plafon lebih dari Rp 20 juta s.d. Rp 500 juta) dari semula 14% menjadi 13%. Ketentuan tersebut berlaku untuk KUR Ritel yang perjanjian kreditnya sejak tanggal 2 Februari Namun demikian tren penurunan suku bunga perbankan yang pada triwulan laporan secara rata-rata tertimbang tercatat sebesar 11,31% diperkirakan menjadikan KUR kurang kompetitif. Namun demikian secara keseluruhan, adanya tren penurunan suku bunga perbankan semakin menambah alternatif pembiayaan bagi UMKM. 3.3 STABILITAS PERBANKAN Risiko Kredit Grafik 3.12 Perkembangan NPL Perbankan Sumut Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Provinsi Sumatera Utara pada periode laporan menunjukkan kondisi yang stabil di bawah batas aman 5% serta mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. NPL perbankan pada akhir triwulan III-2012 sebesar 2,39%, lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,47%. NPL perbankan pada periode ini juga tercatat masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata NPL selama 3 tahun terakhir yang tercatat sebesar 3,15%. NPL perbankan Sumut yang selalu berada di bawah batas 51 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

73 aman sejak tahun 2008 menunjukkan risiko kredit perbankan di Sumut yang relatif stabil meskipun terdapat perlambatan ekonomi regional di paruh pertama 2009 sebagai dampak krisis keuangan global serta perlambatan di tahun 2012 akibat masih belum adanya penyelesaian krisis ekonomi di Eropa. Sebagai upaya mempertahankan stabilitas perbankan dalam rangka menghadapi dinamika perkembangan perekonomian regional dan global, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/ 8 /PBI/2012 tanggal 13 Juli 2012 tentang Kepemilikan Saham Bank Umum. Peningkatan ketahanan perbankan dilakukan melalui peningkatan penerapan prinsip kehati-hatian dan tata kelola bank yang baik (good corporate governance). Untuk meningkatkan pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan tata kelola bank yang baik diperlukan penataan struktur kepemilikan bank. Penataan struktur kepemilikan saham bank dilakukan melalui penerapan batas maksimum kepemilikan saham sehingga dapat mengurangi dominasi kepemilikan yang dapat berdampak negatif terhadap operasional bank. Penerapan batas maksimum kepemilikan saham juga akan berdampak positif untuk mendorong konsolidasi perbankan dalam rangka memperkuat industri perbankan nasional Risiko Likuiditas Risiko likuditas perbankan di Sumut pada triwulan III-2012 tetap terjaga. Dengan indikator Cash Ratio (CR) yang relatif stabil di atas 3%, perbankan Sumut memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi kewajibannya. Pada periode ini cash ratio perbankan tercatat sebesar 5,32%. Namun demikian, perbankan Sumut perlu memperhatikan terjadinya perubahan preferensi masyarakat pada periode laporan dalam melakukan penempatan dana di perbankan yang cenderung pada instrumen jangka pendek seperti tabungan dibandingkan dengan instrumen jangka panjang berupa deposito. Sampai dengan triwulan III-2012, pertumbuhan penghimpunan tabungan tercatat tumbuh sebesar 19,21% (yoy) sedangkan pertumbuhan penghimpunan deposito tercatat mengalami pertumbuhan lebih rendah sebesar 6,92% (yoy). Sementara di sisi lain, tren penurunan suku bunga kredit pada periode ini mendorong peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit produktif jangka panjang berupa kredit investasi. Hal ini terkonfirmasi dengan peningkatan kinerja investasi berdasarkan data PDRB sisi permintaan yang dirilis oleh BPS Sumatera Utara. Kondisi ini, diharapkan diikuti dengan peningkatan kualitas pengelolaan likuiditas bank guna mengantisipasi potensi mismatch likuiditas. 3.4 PERBANKAN SYARIAH Ekspansi usaha perbankan syariah di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan laporan kembali menunjukkan perkembangan positif kendati masih tumbuh melambat pada triwulan ini. Hal ini masih mengindikasikan perkembangan perbankan syariah yang tetap diminati oleh BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 52

74 masyarakat ditengah berkembangnya perbankan konvensional serta maraknya lembaga keuangan non bank. Secara tahunan, aset perbankan syariah tercatat tumbuh sebesar 27,80% (yoy) mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 44,56% (yoy). Perlambatan pertumbuhan aset perbankan syariah dipicu oleh melambatnya penghimpunan dana pihak ketiga perbankan syariah yang pada triwulan laporan tumbuh sebesar 32,26% (yoy) yang juga tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Namun demikian, indikator perbankan secara triwulanan masih menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan aset perbankan syariah tumbuh sebesar 12,83% (qtq), meningkat signifikan jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,46% (qtq). Perkembangan penyaluran kredit perbankan syariah pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 11,72% (qtq), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 10,60% (qtq). Penyaluran pembiayaan perbankan syariah pada triwulan laporan sebesar Rp 6,29 triliun atau tumbuh sebesar Rp 660 miliar dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tabel 3.3 Indikator Utama Perbankan Syariah Sumut Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik 3.13 Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah Sumut (%) Grafik 3.14 Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah Sumut (%) Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah 53 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

75 Sementara itu, kinerja pertumbuhan penghimpunan dana perbankan syariah pada triwulan laporan tercatat sebesar 11,06% (qtq), jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami penurunan sebesar -3,28% (qtq). Peningkatan pertumbuhan penyaluran pembiayaan perbankan syariah dibandingkan dengan penghimpunan dana menyebabkan Financing to Deposits Ratio (FDR) pada triwulan ini tercatat sebesar 127,85% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 127,09%. Kualitas kredit perbankan syariah di Sumut yang tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) tetap terjaga dengan baik pada kisaran 5,32%. 3.5 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Tabel 3.4 Indikator Utama BPR Sumut Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Perkembangan kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III-2012 masih menunjukkan perkembangan yang positif. Aset BPR pada triwulan laporan sebesar Rp 857 miliar dengan jumlah jaringan kantor sebanyak 59 jaringan kantor. Nilai aset BPR tercatat tumbuh sebesar 2,83% (qtq), menurun dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,43% (qtq). Fungsi intermediasi BPR di Sumut masih menunjukkan pertumbuhan yang positif, dimana LDR BPR pada triwulan laporan tercatat sebesar 105,00% atau menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 105,88%. Tren penurunan LDR BPR dipicu oleh pertumbuhan pesatnya pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga pada triwulan laporan senilai Rp 600 miliar atau meningkat sebesar 11,72% (yoy) atau 5,89% (qtq). Sedangkan penyaluran kredit BPR tercatat sebesar Rp 628 miliar meningkat sebesar 18,38% (yoy) atau 4,56% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. NPL gross BPR di Sumut pada triwulan III-2012 tercatat sebesar 7,01%, mengalami penurunan dibandingkan dengan NPL pada posisi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,11%. Untuk lebih meningkatkan kinerja BPR, Kantor Bank Indonesia mulai memfasilitasi upaya pembentukan APEX BPR yang berperan dalam penyatuan/pengumpulan dana (pooling of fund), pemberian bantuan keuangan (financial assistance), dan dukungan teknis (technical BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 54

76 services) dari bank umum kepada BPR yang tergabung dalam APEX BPR dengan tujuan akhir yaitu peningkatan fungsi intermediasi BPR. Grafik 3.15 Perkembangan NPL BPR Sumut Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah B. SISTEM PEMBAYARAN Walaupun mengalami perlambatan kinerja perekonomian, perkembangan sistem pembayaran Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III-2012 masih menunjukkan peningkatan. Hal ini ditandai oleh peningkatan nominal transaksi baik tunai maupun non tunai secara tahunan. 3.6 SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Tabel 3.5 Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Sumber : Bank Indonesia, diolah Transaksi perbankan Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement BI-RTGS) pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan sebesar Rp 57,76 triliun atau meningkat 28,55% (qtq) menjadi Rp257,7 triliun dari nilai transaksi pada triwulan II-2012 yang tercatat sebesar Rp200,5 triliun. Sedangkan volume transaksi RTGS mengalami penurunan sebesar -19,81% (qtq) menurun dibandingkan triwulan lalu yang masih tumbuh sebesar 12,70% (qtq). Volume transaksi pada triwulan laporan tercatat sebesar transaksi. 55 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

77 Penurunan volume transaksi RTGS di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa pada triwulan laporan lebih banyak didominasi oleh transaksi dalam jumlah nominal besar. Sejalan dengan peningkatan transaksi BI-RTGS, besaran rata-rata per hari nilai transaksi pada triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp 4,22 triliun, meningkat 30,65 % (qtq) atau Rp 991 miliar bila dibandingkan dengan triwulan II Rata-rata volume transaksi per hari pada triwulan III-2012 menunjukkan penurunan sebesar -18,49% (qtq) menjadi transaksi per hari Kegiatan Transaksi Kliring Nilai transaksi kliring pada triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp38,04 triliun. Nilai ini meningkat 1,65% (qtq) atau Rp 618 miliar bila dibandingkan dengan triwulan II Sementara itu, volume warkat kliring mengalami peningkatan sebesar 4,51% (qtq) dibandingkan triwulan lalu menjadi lembar warkat. Hal ini menunjukkan bahwa pada triwulan laporan transaksi kliring Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan seiring dengan tingginya transaksi perekonomian. Tabel 3.6 Transaksi Kliring Perbankan Sumatera Utara Sumber : Bank Indonesia, diolah BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 56

78 Grafik 3.16 Perkembangan Cek/BG Kosong Perbankan Sumut Sumber : Bank Indonesia, diolah Pada triwulan III-2012, besaran ratarata per hari nilai transaksi kliring adalah sebesar Rp624 miliar, dengan rata-rata jumlah warkat yang diproses sebanyak transaksi (warkat) per hari. Sementara itu, jumlah penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG) kosong di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III-2012 tercatat sebanyak warkat dengan nilai Rp447 miliar. Dengan demikian rata-rata penolakan cek dan bilyet giro per harinya sebanyak 277 warkat dengan nilai Rp 7,33 miliar. Penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG) kosong ini mengalami peningkatan dibandingkan triwulan lalu dari segi nilai 9,55% (qtq), sedangkan dari segi volume mengalami peningkatan sebesar 3,55% (qtq). 3.7 SISTEM PEMBAYARAN TUNAI Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow) Grafik 3.17 Perkembangan Aliran Uang Kartal melalui Bank Indonesia di Provinsi Sumatera Utara Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Perkembangan aliran uang kartal yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Sumatera Utara pada triwulan II-2012 mengalami net inflow, artinya jumlah aliran uang masuk ke Bank Indonesia lebih besar dibandingkan aliran uang keluar. Kegiatan transaksi aliran uang kartal di Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Sumatera Utara menunjukkan posisi net inflow sebesar Rp 1,05 triliun, meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2012 yang tercatat net inflow sebesar Rp 527 miliar. Posisi inflow atau aliran uang kartal yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia pada periode laporan tercatat sebesar Rp 8,09 triliun atau meningkat 57 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

79 sebesar 27,05% (qtq), sedangkan posisi outflow atau aliran uang kartal keluar tercatat sebesar Rp 7,03 triliun atau meningkat sebesar 20,40% (qtq) Temuan Uang Palsu Tabel 3.7 Data Temuan Uang Palsu di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumatera Utara & Aceh) Sumber : Bank Indonesia, diolah Temuan uang palsu yang masuk ke sistem perbankan di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan kecenderungan yang menurun baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun posisi tahun sebelumnya. Temuan uang palsu, baik dari segi nominal maupun jumlah lembar mengalami penurunan. Pada triwulan III-2012 ditemukan sebanyak 420 lembar uang palsu dengan total nilai sebesar Rp Sebagaimana triwulan-triwulan sebelumnya, denominasi Rp paling banyak dipalsukan dibandingkan pecahan lainnya, atau sebanyak 68,33% dibandingkan total temuan uang palsu. Sementara itu jumlah temuan uang palsu Rp sebanyak 123 lembar. Selebihnya, temuan uang palsu denominasi Rp (6 lembar), denominasi Rp (2 lembar), dan denominasi Rp5.000 (2 lembar) Penyediaan Uang Layak Edar Tabel 3.18 Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara Sumber : Bank Indonesia, diolah BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 58

80 Salah satu tugas pokok Bank Indonesia dalam pengedaran uang diantaranya adalah melakukan pemusnahan atau kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang sudah tidak layak edar (lusuh/rusak) sebagai upaya untuk memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan di masyarakat (clean money policy) secara berkesinambungan. Pada triwulan III-2012 jumlah uang kartal yang telah dikenai Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) atau dimusnahkan tercatat sebesar Rp 236 miliar atau sebesar 2,91% dari jumlah inflow. Jumlah uang kartal yang dicatat sebagai PTTB tersebut menurun dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar Rp 806 miliar. 59 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

81 BAB IV Perkembangan Keuangan Daerah

82 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sumatera Utara : lebih baik, namun perlu akselerasi Data Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara menunjukkan bahwa pertumbuhan triwulanan konsumsi pemerintah di triwulan III 2012 mencapai 1,11% qtq (angka sangat sementara). Angka ini sedikit di bawah angka pertumbuhan di periode yang sama tahun 2011 yaitu 1,21% (qtq). Namun penurunan pertumbuhan ini diduga lebih disebabkan karena sebaran realisasi yang lebih baik dimana realisasi konsumsi pemerintah di triwulan lebih tersebar ke paruh awal tahun anggaran. Pertumbuhan triwulanan pada triwulan II 2012 mencapai 1,15% ( qtq), jauh lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi pemerintah di triwulan II 2011 yang hanya mencapai 0,87% ( qtq). Demikian pula pada awal tahun 2012, setelah mengalami realisasi belanja cukup besar di akhir tahun konsumsi pemerintah hanya turun 1,02% di triwulan I 2012, sementara di triwulan I 2011, konsumsi pemerintah turun 1,05% (qtq). Perbaikan kinerja ini juga terlihat dari realisasi belanja daerah pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Daerah ( APBD) Provinsi Sumatera Utara tahun 2012 yang menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi belanja daerah hingga akhir September 2012 mencapai 51,63%, lebih baik jika dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun 2011 dan 2010 yang masing-masing hanya mencapai 48,84% dan 39,74%. Perbaikan kinerja ini didorong oleh realisasi yang cukup tinggi dari beberapa SKPD Provinsi Sumatera Utara. Hingga akhir September 2012, lima SKPD yang tertinggi capaian realisasi belanjanya yaitu Rumah Sakit Jiwa yang mencapai 92,73% dari total pagu Rp , diikuti oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang telah merealisasikan. 90,50% dari total pagu Rp Selanjutnya Satuan Polisi Pamong Praja merealisasikan 87,95% dari total pagu Rp , Bappemas merealisasikan 84,52% dari total pagu Rp dan KIPD Sumatera Utara merealisasikan 82,71% dari total pagu Rp Perbaikan kinerja juga Nampak dari sisi pelaporan dimana Pemprov Sumut mendapat apresiasi dari Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA) atas penyampaian laporan realisasi bulanan yang komprehensif. Penyampaian laporan bulanan tersebut meliputi perkembangan realsiasi keuangan, capaian fisik, dan capaian proses strategis. Capaian proses strategis sendiri meliputi proses pengadaan, penandatanganan kontrak, pelaksanaan, hingga serah terima pekerjaan atau Provisional Hand Over (PHO). Beberapa provinsi yang mendapatkan BAB 4 Perkembangan Keuangan Daerah 60

83 apresiasi serupa adalah Aceh, Banten, Bengkulu, Daerah Istimewa Yogyakarta, Gorontalo, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, dan Sumatera Barat. Walaupun demikian, memang dengan pencapaian angka realisasi ini masih diperlukan akselerasi di triwulan terakhir 2012 untuk merealisasikan seluruh anggaran belanja. Terlebih dengan adanya tambahan anggaran belanja pada APBD Perubahan Sumatera Utara 2012 yang telah disetujui DPRD Sumatera Utara pada tanggal 2 Oktober Dengan disahkannya APBD Perubahan tersebut maka anggaran belanja pada APBD Perubahan Sumatera Utara 2012 naik sebesar Rp dari sebelumnya Rp menjadi Rp Jika dibandingkan dengan pemerintah provinsi lainnya menggunakan data akhir Agustus 2012, realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang mencapai 50,8% sama dengan rata-rata realisasi APBD 2012 dari seluruh pemerintah provinsi. Berdasarkan data dari Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah, Ditjen Perimbangan Keuangan, Kementrian Keuangan, realisasi total belanja 33 provinsi adalah Rp301,46 triliun. Realisasi ini lebih tinggi dari periode sama tahun 2011, yang tidak mencapai Rp300 triliun. Grafik 4. 1 Persentase Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi 50,8 Terdapat beberapa provinsi yang realisasi belanjanya di atas rata-rata di antaranya yaitu Sumatera Barat, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Aceh, Jawa tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, dan yang tertinggi Maluku Utara sebesar 62,1%. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun terdapat peningkatan kinerja realisasi belanja APBD Provinsi Sunatera Utara, namun masih diperlukan kerja keras untuk mengakselerasikan realisasi belanja di akhir tahun untuk menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi tetap pada level yang diharapkan. 61 Perkembangan Keuangan Daerah BAB 4

84 BAB V Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

85 BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Perkembangan ketenagakerjaan menunjukkan indikasi yang membaik, salah satunya tercermin dari penurunan persentase tingkat pengangguran terbuka 5.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Angka Pengangguran Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama Kegiatan Utama Satuan Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt Angkatan Kerja Ribuan orang Bekerja Ribuan orang Penganggur Ribuan orang Bukan Angkatan Kerja Ribuan orang Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja % 69,98 69,14 69,38 69,51 73,53 72,09 74,55 69,41 Tingkat Pengangguran Terbuka % 8,25 8,45 8,01 7,43 7,18 6,37 6,31 6,20 Sumber : BPS Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional pada Agustus 2012, terjadi penurunan jumlah angkatan kerja, persentase partisipasi angkatan kerja, dan pengangguran terbuka. Penurunan jumlah angkatan kerja dari 6,56 juta (Februari 2012) menjadi 6,13 juta (Agustus 2012) tersebut wajar mengingat jumlah penduduk yang bekerja dan menganggur juga mengalami penurunan dari periode sebelumnya. Dengan penurunan jumlah angkatan kerja tersebut, persentase Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga menurun. Persentase TPAK menurun dari 74,55% pada Februari 2012 menjadi 69,41% pada Agustus Sementara itu, persentase TPT menurun dari 6,31% menjadi 6,20%. Penurunan presentase tingkat pengangguran terbuka juga terkonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX, dimana pada hasil survei tersebut mencatat adanya peningkatan ketersediaan lapangan kerja saat ini serta 6 bulan yang akan datang berdasarkan persepsi para responden. Ketersediaan lapangan kerja saat ini tercatat sebesar 101,58 berada di level Grafik 5.1 Ketersediaan Lapangan Kerja Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) optimis serta menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan triwulan 62 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan BAB 5

86 sebelumnya yang masih berada pada level pesimis. Demikian halnya, dengan ketersediaan lapangan kerja 6 buan yang akan datang juga menunjukkan arah yang sama Lapangan Pekerjaan Utama Komposisi pekerja di Sumatera Utara menurut lapangan pekerjaannya tidak berubah jauh dari periode-periode sebelumnya. Sebagian besar penduduk Sumut (43,40%) bekerja di sektor pertanian. Penduduk yang bekerja di sektor perdagangan, rumah makan, dan akomodasi sebesar 19,42% menurun dibandingkan Februari 2012 yang tercatat sebesar 20,45%. Penurunan juga terjadi pada pekerja di sektor industri yang menurun dari 8,19% menjadi 7,68%. Sektor yang mengalami peningkatan jumlah pekerja adalah sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan yang meningkat dari 14,96% menjadi 15,56% pada Agustus Tabel 5.2. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (%) Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2011 (Persen) Agustus 2012 (Persen) Pertanian 43,90 43,40 Industri 8,19 7,68 Perdagangan, Rumah makan, dan Akomodasi 20,45 19,42 Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan 14,96 15,56 Lainnya 12,51 13,94 JUMLAH 100,00 100,00 Sumber : BPS Status Pekerjaan Utama Status pekerjaan utama pada dasarnya terbagi 2, yaitu formal dan informal. Lebih rinci lagi dapat dibagi menjadi 6 status pekerjaan utama. Status pekerjaan yang tergolong formal adalah berusaha dengan dibantu buruh tetap/dibayar dan kategori buruh/ karyawan/pegawai. Selebihnya tergolong pekerjaan informal. Berdasarkan klasifikasi tersebut maka sekitar 40,09% (2,31 juta orang) bekerja di sektor formal dan sebesar 59,91% (3,44 juta orang) bekerja pada kegiatan informal. Terjadi peningkatan pangsa buruh/karyawan/pegawai yang cukup besar dari 30,67% menjadi 36,49%, di sisi lain terjadi penurunan pangsa pekerja keluarga dari 24,06% menjadi 19,02%. Hal tersebut mengindikasikan adanya perubahan struktur pekerja, dimana terjadi peralihan pekerja sektor informal ke sektor formal. BAB 5 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 63

87 Tabel 5.3. Angkatan Kerja Sumut Menurut Status Pekerjaan Utama (%) Status Pekerjaan Utama Februari Agustus Februari Agustus 1 Berusaha Sendiri 14,96% 18,20% 15,81% 16,03% 2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap / buruh tidak dibayar 21,57% 17,02% 19,98% 16,61% 3 Berusaha dibantu buruh tetap / buruh dibayar 3,61% 3,41% 3,34% 3,61% 4 Buruh/ Karyawan/Pegawai 29,30% 35,09% 30,67% 36,49% 5 Pekerja Bebas 5,79% 8,27% 6,13% 8,24% 6 Pekerja Keluarga 24,77% 18,00% 24,06% 19,02% Sumber : BPS 5.2. PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN Tingkat Penghasilan Masyarakat Jumlah 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% Kendati terjadi penurunan persepsi konsumen/masyarakat atas penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu, namun ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang meningkat dari 134 pada triwulan II-2012 menjadi 141 pada triwulan III Grafik 5.2. Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan 180,00 160,00 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0, Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yl Sumber: Survei Konsumen Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan indikator kesejahteraan p etani tidak mencatatkan perkembangan sebaik perkembangan ketenagakerjaan. NTP mencerminkan daya tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam menghasilkan produk pertanian. Indeks NTP kembali menurun. Pada September 2012 NTP tercatat sebesar 101,05. Walaupun besarnya indeks NTP tersebut masih di atas 100, namun sangat sedikit margin antara yang diterima petani dengan yang harus dibayar petani. Beberapa kelompok petani bahkan memiliki indeks NTP di bawah 100, yang artinya indeks harga yang diterima petani lebih 64 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan BAB 5

88 kecil dibandingkan dengan yang harus dibayar petani. Termasuk di dalam kelompok petani tersebut adalah petani padi dan palawija dimana Nilai Tukar Petani Padi dan Palawija (NTPP) te rcatat sebesar 99,81, petani tanaman perkebunan rakyat dengan Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR) tercatat sebesar 98,86, dan nelayan dengan Nilai Tukar Nelayan (NTN) tercatat sebesar 98,64. Grafik 5.3. Nilai Tukar Petani BAB 5 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 65

89 gg BOKS 3 PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI INDUSTRI KREATIF Green Economy, sebuah konsep sistem ekonomi yang tidak bersifat eksploitatif, tetapi sebuah sistem yang berupaya melestarikan lingkungan alam dan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana untuk masa depan yang lebih baik. Bank Indonesia dalam perannya untuk memberdayakan sektor riil dan UMKM, menggandeng Green Teachers Indonesia (GTI) untuk mengembangkan industri kreatif melalui pengolahan limbah (kertas, koran bekas, plastik, botol air minum dalam kemasan, dan racikan Uang Tidak Layak Edar-UTLE) menjadi sebuah produk yang bermanfaat. Bank Indonesia turut ambil bagian, khususnya dalam hal bantuan teknis (technical assistant) dengan mengadakan pelatihan kepada pengrajin. Bank Indonesia mengundang industri kreatif dari Yogyakarta sebagai narasumber. Pelatihan tersebut meliputi: Pelatihan daur ulang kemasan botol menjadi berbagai macam perlengkapan rumah tangga seperti keranjang buah, tempat payung, pot, tempat minuman gelas, dan lain-lain Pelatihan daur ulang organik Pelatihan daur ulang kemasan plastik menjadi bunga dan brooch. Hasil Industri Kreatif dari Koran Bekas dan Racikan UTLE Selain itu, Bank Indonesia juga memberikan bantuan mesin pintal dan mesin jahit untuk memperlancar produksi. Salah satunya adalah produksi seminar kit (agenda dan tas) yang terbuat dari racikan UTLE. Bank Indonesia juga turut memfasilitasi pemasaran produk industri kreatif tersebut dengan memamerkan hasil produksi industri kreatif dalam berbagai seminar, salah satunya Pekan Raya Lingkungan Hidup 2012 dan CSR Expo di Medan beberapa waktu yang lalu. Pemberdayaan sektor riil melalui pengembangan industri kreatif ini, diharapkan tidak hanya mengurangi limbah dan meningkatkan pelestarian alam, tetapi juga dapat memberikan nilai tambah hasil produksi pengrajin serta membuka lapangan pekerjaan di sektor informal yang akhirnya juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 66 Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat melalui Industri Kreatif Boks 4

90 BAB VI Prospek Perekonomian Daerah

91 BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan mendatang diperkirakan terakselerasi menjadi 6,30% dan diimbangi oleh laju inflasi yang terjaga pada kisaran 4,80%±1% 6.1. Perkiraan Ekonomi Kendati perkonomian Provinsi Sumatera Utara sedikit terkoreksi, namun pada triwulan IV-2012 (yoy) perekonomian Sumut diperkirakan terakselerasi menjadi 6,30% (yoy) dengan potensi terkoreksi ke bawah. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara tahun 2012 sebesar 6,23%. Laju pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang didukung oleh optimisme konsumen dan peningkatan konsumsi pemerintah. Investasi pemerintah maupun swasta juga diprediksi naik. Kendati demikian, dari sisi neraca perdagangan internasional belum dapat berharap banyak dari kinerja ekspor. Triwulan mendatang, ekspor Sumut diprediksi masih dalam tren menurun. Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia wilayah IX pada bulan September 2012 diketahui bahwa ekspektasi konsumen terhadap kondisi perekonomian mendatang meningkat seiring peningkatan indeks ekspektasi penghasilan, ketersediaan lapangan pekerjaan, dan kondisi ekonomi mendatang. Grafik 6. 1 Indeks Ekspektasi Konsumen IEK Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yad Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad Kondisi ekonomi 6 bulan yad Sumber: Survei Konsumen, KBI Medan BAB 6 Prospek Perekonomian Daerah 67

92 6.2. Perkiraan Inflasi Daerah Laju inflasi tahunan pada triwulan IV-2012 diperkirakan berada pada kisaran 4,50%-5,00%. Hasil Survei Konsumen yang dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX menunjukkan terdapat kecenderungan penurunan harga pada 3 bulan yang akan datang. Grafik 6. 2 Ekspektasi Konsumen Indeks Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3 bulan yad Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bulan yad %, yoy 200 Inflasi IHK aktual (axis kanan) Sumber : Survei Konsumen, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) mengkonfirmasi tingkat inflasi triwulan mendatang yang diperkirakan stabil, karena beberapa komoditas utama seperti daging ayam ras, cabe merah, dan bawang merah menunjukkan tendensi penurunan harga. Potensi tekanan inflasi justru mungkin muncul dari komoditas beras yang harganya mulai naik di minggu pertama November Prospek Perekonomian Daerah BAB 6

93 Lampiran

94

95

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Medan, Mei 2012 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX. Nasser Atorf Direktur Eksekutif

Medan, Mei 2012 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX. Nasser Atorf Direktur Eksekutif Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2010

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2010 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2010 BANK INDONESIA MEDAN 2010 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN *) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo 1.2.1 SEKTOR PERTANIAN. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR 2009 2010 I II III IV I II III 1. PERTANIAN 7,74 5,42 (2,89) 5,18 1,52 1,35

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV - 213 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2009 BANK INDONESIA MEDAN 2009 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2009

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2009 BANK INDONESIA MEDAN 2009 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I tahun 213 tumbuh sebesar 4,17% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,18% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II - 2008 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya sehingga

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Timur Triwulan I-2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2012 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci