KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2 Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Kajian Statistik dan Survei Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat Telp. : Fax : billy_g@bi.go.id aprilda_r@bi.go.id indria_s@bi.go.id

3 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemerintah Daerah dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.

4 KATA PENGANTAR Pada triwulan I-2013, kinerja perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tanpa sektor pertambangan tercatat tumbuh sebesar 5,84% (yoy). Dari sisi permintaan, pencapaian tersebut masih didorong oleh kinerja kegiatan konsumsi rumah tangga. Secara sektoral, pencapaian tersebut didukung oleh kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan apabila termasuk sektor pertambangan maka kinerja perekonomian NTB tercatat tumbuh positif mencapai 4,70 % (yoy). Hingga triwulan I-2013, perkembangan harga barang dan jasa di NTB menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Secara tahunan, laju inflasi di NTB mencapai 5,18% (yoy), lebih rendah dibanding laju inflasi Nasional yang tercatat sebesar 5,90% (yoy). Di sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan kegiatan ekonomi melalui intermediasi perbankan menunjukkan kinerja yang baik, tercermin dari pertumbuhan kredit pada posisi triwulan I-2013 yang mencapai 26,42% (yoy). Kinerja positif intermediasi perbankan tersebut turut disertai dengan terjaganya kualitas kredit yang tercemin dari tingkat rasio Non Performing Loan (NPL) dibawah batas indikatif. Di samping ulasan di atas, kajian ini juga mengupas perkembangan keuangan daerah, sistem pembayaran, kesejahteraan masyarakat serta prospek ekonomi ke depan yang dapat menjadikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia maupun stakeholders di daerah. Bank Indonesia terus mendorong pertumbuhan ekonomi regional yang akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, antara lain dengan melakukan penelitian dan kajian serta memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah. Ucapan terima kasih dan penghargaan atas kerjasama kepada semua pihak terutama jajaran Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten maupun Kota, dinas/instansi terkait, perbankan, akademisi dan pihak lainnya yang telah membantu penyediaan data sehingga kajian ini dapat dipublikasikan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada kita semua. Mataram, 7 Mei 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Deputi Kepala Perwakilan, Kamaruddin Nur Asisten Direktur i

5 INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER Provinsi Nusa Tenggara Barat INDIKATOR Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 EKONOMI MAKRO REGIONAL Indeks Harga Konsumen Kota Mataram Kota Bima Laju Inflasi Tahunan (yoy %) Kota Mataram Kota Bima PDRB-harga konstan (miliar Rp) 4, , , , , , , , , Pertanian 1, , , , , , , , , Pertambangan dan Penggalian 1, , Industri Pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy %) (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) 4.70 Pertumbuhan PDRB tanpa Sektor Pertambangan (yoy %) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) PERBANKAN Total Aset (Rp triliun) Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) Kredit (Rp triliun) Loan to Deposit Ratio NPL gross (%) Bank Umum : Total Aset (Rp triliun) Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) Tabungan (%) Giro (%) Deposito (%) Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Mikro (< atau = Rp50 juta) (Rp triliun) Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Kredit Kecil (Rp 50 < x < Rp500 juta) (Rp triliun) Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Kredit Menengah (Rp 500 juta < x < Rp5 miliar) (Rp triliun) Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Total Kredit MKM (Rp triliun) Loan to Deposit Ratio NPL (%) ii

6 INDIKATOR Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Bank Perkreditan Rakyat : Total Aset (Rp triliun) Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) Tabungan (%) Giro (%) -Deposito (%) Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor Modal Kerja Investasi Konsumsi Loan to Deposit Ratio NPL (%) SISTEM PEMBAYARAN Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 1, , , , , , , , , Volume Transaksi RTGS (lembar) 2,324 2,397 2,511 2,818 2,694 2,723 2,763 2,945 2,560 Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 1, , , , , , , , Volume Kliring Kredit (lembar) 28,020 28,129 29,331 32,452 32,247 32,410 31,828 36,479 36,443 Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) iii

7 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2013 DAFTAR ISI Kata Pengantar...i Indikator Ekonomi dan Moneter...ii Daftar Isi...iv Daftar Grafik...v Daftar Tabel...viii Ringkasan Eksekutif...ix Bab 1 Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat Kondisi Umum Sisi Permintaan Sisi Penawaran...5 Bab 2 Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat Kondisi Umum Inflasi Triwulanan Inflasi Tahunan Inflasi Berdasarkan Kota Disagregasi Inflasi...20 Boks 1 Pusat Informasi Harga Pangan Strategis: Upaya Meminimisasi Asimetri Informasi di Provinsi Nusa tenggara barat...23 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Perkembangan Perbankan Nusa Tenggara Barat Intermediasi Perbankan Stabilitas Sistem Perbankan Perkembangan Sistem Pembayaran...37 Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi Pendapatan Daerah Realisasi Belanja...42 Bab 5 Kesejahteraan Masyarakat Ketenagakerjaan Kesejahteraan Masyarakat Pendidikan...47 Boks 2 Klaster Usaha Sapi Membawa Perubahan Paradigma Masyarakat Desa Senayan, Kabupaten Sumbawa Barat...49 Bab 6 Prospek Ekonomi Dan Harga Prospek Ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat Perkiraan Inflasi Nusa Tenggara Barat...51 iv

8 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2013 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga...3 Grafik 1.2 Penyaluran Kredit Konsumsi...3 Grafik 1.3 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor...3 Grafik 1.4 Indeks Keyakinan Konsumen...3 Grafik 1.5 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto...4 Grafik 1.6 Perkembangan Volume Penjualan Semen...4 Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Investasi...4 Grafik 1.8 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri...4 Grafik 1.9 Perkembangan Volume Ekspor (Dalam Ribu)...5 Grafik 1.10 Perkembangan Volume Impor (Dalam Ribu)...5 Grafik 1.11 Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat Periode Triwulan IV-2012 Dan Triwulan I Grafik 1.12 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Barat...7 Grafik 1.13 Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama Nusa Tenggara Barat...7 Grafik 1.14 Perkembangan Luas Lahan Tanam Padi...8 Grafik 1.15 Perkembangan Luas Lahan Panen Padi...8 Grafik 1.16 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Pertanian...8 Grafik 1.17 Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat Tembaga Nusa Tenggara Barat...9 Grafik 1.18 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat ke Sektor Pertambangan...9 Grafik 1.19 Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu...10 Grafik 1.20 Perkembangan Tamu Hotel Berbintang...10 Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Perdagangan Hotel Dan Restoran...11 Grafik 1.22 Perkembangan Volume Penjualan Semen...12 Grafik 1.23 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Bangunan...12 Grafik 1.24 Perkembangan Kondisi Perbankan...12 Grafik 1.25 Perkembangan Laba Perbankan...12 Grafik 1.26 Perkembangan Arus Penumpang Domestik Angkutan Udara...13 Grafik 1.27 Perkembangan Arus Penumpang Internasional Angkutan Udara...13 Grafik 1.28 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Angkutan Laut...13 Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Transportasi dan Komunikasi...13 Grafik 1.30 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri...14 Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Industri Pengolahan...14 Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Listrik...15 Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Listrik, Air dan Gas...15 Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan...16 v

9 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2013 Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan...16 Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan...17 Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulanan...17 Grafik 2.5 Inflasi Tahunan...18 Grafik 2.6 Sumbangan Inflasi Tahunan...18 Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%, mtm)...20 Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy)...20 Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras (Rp/Kg)...21 Grafik 2.10 Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan Minyak Goreng...21 Grafik 2.11 Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional...22 Grafik 2.12 Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di Pasar Dunia...22 Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum...25 Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kegiatan Usaha...25 Grafik 3.3 Perkembangan Bank Umum Syariah...25 Grafik 3.4 Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Perbankan...25 Grafik 3.5 Perkembangan Aset Bank Umum Syariah...26 Grafik 3.6 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah...26 Grafik 3.7 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah...26 Grafik 3.8 Perkembangan FDR dan NPF Bank Umum Syariah...26 Grafik 3.9 Perkembangan Indikator BPR...27 Grafik 3.10 Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan...27 Grafik 3.11 Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut Sektor Ekonomi...28 Grafik 3.12 Perkembangan Penyaluran dan Kualitas Kredit BPR...28 Grafik 3.13 Perkembangan DPK Bank Umum...30 Grafik 3.14 Pertumbuhan DPK Bank Umum...30 Grafik 3.15 Pangsa DPK Per Kepemilikan DPK Bank Umum...30 Grafik 3.16 Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Bank Umum...30 Grafik 3.17 Perkembangan Kredit Bank Umum...31 Grafik 3.18 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan...31 Grafik 3.19 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (qtq, %)...32 Grafik 3.20 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy, %)...32 Grafik 3.21 Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral...34 Grafik 3.22 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum (%)...34 Grafik 3.23 Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total Kredit Bank Umum...34 Grafik 3.24 Perkembangan Kredit UMKM...34 Grafik 3.25 Perkembangan Rasi NPL Kredit UMKM Bank Umum...35 Grafik 3.26 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow...38 Grafik 3.27 Perkembangan Penukaran Uang Kecil...39 Grafik 3.28 Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan...39 Grafik 3.29 Perkembangan Transaksi Non Tunai...40 Grafik 3.30 Perkembangan Transaksi Kliring...41 Grafik 3.31 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement...41 Grafik 4.1 Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat di Perbankan...44 vi

10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2013 Grafik 5.1 Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia...45 Grafik 5.2 Daerah Asal Tenaga Kerja Indonesia...45 Grafik 5.3 Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia...46 Grafik 5.4 Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi Penghasilan...47 Grafik 5.5 Perkembangan Nilai Tukar Petani...47 Grafik 5.6 Rata-rata Lama Sekolah...48 Grafik 5.7 Rasio Angka Melek Huruf...48 Grafik 6.1 Ekspektasi Situasi Bisnis Triwulan Mendatang...50 Grafik 6.2 Indeks Ekspektasi Konsumen...50 Grafik 6.3 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang...52 Grafik 6.4 Prakiraan Sifat hujan...52 vii

11 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2013 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Permintaan (%, yoy)...2 Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran (%, yoy)...6 Tabel 1.3 Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat...8 Tabel 2.1 Inflasi Tahunan (yoy, %)...18 Tabel 2.2 Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan I-2013 di Kota Mataram dan Bima...19 Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan...29 Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Bank Umum (yoy, %)...33 Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum...33 Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit...36 Tabel 3.5 Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum...37 Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi NTB Tahun viii

12 RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Perkembangan Ekonomi dan Perbankan Makro Ekonomi Regional Pada triwulan I-2013, kinerja perekonomian Nusa Tenggara Barat (NTB) tanpa sektor pertambangan menunjukan kinerja yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 5,22% (yoy) menjadi 5,84% (yoy). Setelah berada pada tren pertumbuhan kontraksi, kinerja perekonomian NTB dengan sektor pertambangan mampu menunjukkan pertumbuhan yang positif tercatat sebesar 4,70% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang terkontraksi sebesar 0,81% (yoy). Dari sisi permintaan, positifnya pertumbuhan ekonomi NTB dipengaruhi oleh peningkatan kinerja konsumsi pemerintah. Kontribusi positif terbesar diberikan oleh kegiatan konsumsi rumah tangga yang tampil sebagai komponen utama penggerak perekonomian NTB. Sementara itu, kinerja kegiatan ekspor masih berada pada tren pertumbuhan kontraksi. Dari sisi penawaran, meningkatnya kinerja perekonomian NTB dipengaruhi oleh membaiknya kinerja sektor pertambangan yang mampu tumbuh positif setelah berada pada tren pertumbuhan negatif dalam periode yang cukup lama. Selain itu, pencapaian tersebut didorong oleh meningkatnya kinerja sektor bangunan dan perdagangan, hotel dan restoran serta keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi. Perkembangan Inflasi Sepanjang triwulan I-2013 inflasi di NTB cenderung mengalami peningkatan dan berada di atas rata-rata historisnya. Secara tahunan, pada triwulan I-2013 laju inflasi NTB tercatat sebesar 5,18% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 3,99% (yoy). Kondisi tersebut searah dengan pergerakan laju inflasi nasional yang mengalami tekanan inflasi akibat permasahan yang relatif sama yaitu gangguan pasokan. Pada triwulan I-2013, laju inflasi nasional cenderung mengalami peningkatan yang tercatat sebesar 5,90% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 4,30% (yoy). Berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju inflasi NTB sepanjang triwulan I-2013 jauh lebih tinggi dibanding pergerakan rata-rata historisnya (lima tahun terakhir). Pada bulan Januari 2013, laju inflasi NTB tercatat sebesar 1,54% (mtm), lebih tinggi dibanding rata-rata historisnya yang tercatat sebesar 1,27% (mtm). Berbeda dengan pola historisnya, tekanan ix

13 RINGKASAN EKSEKUTIF laju inflasi pada akhir triwulan I 2013 justru berada pada level yang cukup tinggi. Pada bulan Februari 2013, inflasi bulanan NTB tercatat sebesar 1,01% (mtm), sedangkan bulan Maret 2013 tercatat sebesar 0,81% (mtm). Jauh lebih tinggi dibanding rata-rata historisnya yang masing-masing sebesar 0,55% dan - 0,23% (mtm). Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan I-2013 juga cenderung menunjukkan peningkatan yang tercatat mencapai 3,39% (qtq), jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai -0,03% (qtq). Kondisi tersebut terutama disebabkan melonjaknya tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar. Sementara pada kelompok lainnya, cenderung mengalami penurunan. Secara umum, meningkatnya tekanan harga di Nusa Tenggara Barat dipengaruhi oleh terbatasnya ketersediaan pasokan bahan makanan khususnya pada sub kelompok bumbu-bumbuan (cabe rawit, bawang putih dan bawang merah) dan sub kelompok sayur-sayuran (tomat sayur). Kondisi tersebut disebabkan oleh gangguan pasokan akibat adanya kebijakan pembatasan impor hortikultura khususnya pada komoditas bawang putih. Sedangkan gangguan pasokan pada komoditas hortikultura lainnya disebabkan kondisi cuaca yang kurang kondusif. Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan I-2013 inflasi tahunan Kota Mataram jauh lebih rendah dibandingkan dengan Kota Bima. Inflasi tahunan Kota Mataram tercatat sebesar 4,92% (yoy), sedangkan inflasi Kota Bima tercatat jauh lebih tinggi yaitu sebesar 6,22% (yoy). Dilihat dari disagregasinya, meningkatnya inflasi Nusa Tenggara Barat utamanya disebabkan oleh gejolak harga pada kelompok inflasi volatile food. Kinerja Perbankan Perkembangan perbankan di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan I-2013 terus menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan kinerja indikator utama perbankan meliputi total aset secara gabungan tercatat Rp.20,92 triliun dengan angka pertumbuhan mencapai 19,03%. Pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan Nusa Tenggara Barat relatif baik, tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tinggi sebesar 122,75% dan didukung dengan risiko kredit yang rendah. Kinerja intermediasi perbankan tersebut didorong oleh pembiayaan yang terus meningkat sebesar 26,42% (yoy) atau mencapai Rp16,38 triliun, namun peningkatan tersebut belum seiring diikuti dengan peningkatan dana pihak ketiga (DPK) yang hanya tumbuh sebesar 15,64% (yoy) atau Rp13,35 Triliun. x

14 RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan Sistem Pembayaran Pada triwulan I-2013 perkembangan transaksi keuangan secara tunai di Nusa Tenggara Barat berada pada tren net inflow. Kondisi tersebut tercermin dari penurunan jumlah aliran uang keluar (cash outflow) yang lebih kecil dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau dengan kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih kecil dibandingkan jumlah setoran uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada triwulan I-2013, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih berada pada tren peningkatan yang tercatat sebesar Rp1,42 triliun atau tumbuh signifikan sebesar 17,62% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh hingga 24,46% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp739,80 miliar. Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat tercatat mencapai Rp919,90 miliar yang tumbuh positif sebesar 34,45% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat tumbuh rendah sebesar 24,67% (yoy) atau sebanyak Rp1,16 triliun. Jumlah aliran uang keluar yang lebih kecil dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan terjadinya net inflow dengan jumlah mencapai Rp500,19 miliar. Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan I-2013 relatif menunjukkan penurunan dibanding triwulan lalu. Kondisi tersebut didorong oleh menurunnya transaksi keuangan secara non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS), dari sebesar Rp2,53 triliun pada triwulan lalu menjadi Rp2,35 triliun pada triwulan I Sementara itu, pada triwulan I-2013 transaksi secara kliring kembali menunjukkan penurunan yang tercatat mencapai Rp1,56 triliun (triwulan IV- 2012: Rp1,64 triliun). Kinerja Keuangan Daerah Pada triwulan I-2013, perkembangan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) relatif lebih baik dibanding kinerja periode yang sama tahun lalu. Hingga akhir triwulan I-2013, kinerja penerimaan pendapatan Pemprov. NTB tercatat mencapai Rp503,80 miliar atau sebesar 20,21% dari target sepanjang tahun Pencapaian tersebut, lebih rendah dibanding pencapaian triwulan I-2012 yang tercatat sebesar Rp583,95 miliar atau mencapai 26,05% dari total anggaran pendapatan tahun xi

15 RINGKASAN EKSEKUTIF Berdasarkan kinerjanya, komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) menunjukkan pencapaian sebesar 22,19%, lebih tinggi dibanding kinerja komponen Dana Perimbangan (transfer) yang mencapai 19,64%. Relatif rendahnya kinerja penerimaan Dana Perimbangan akibat minimnya penerimaan dana bagi hasil pajak dan bukan pajak (Sumber Daya Alam) serta Dana Alokasi Khusus. Sementara pada komponen PAD, kinerjanya didorong oleh penerimaan komponen Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah yang mampu mencapai 37,15%. Namun demikian, terdapat sumber penerimaan yang masih belum terserap secara optimal yaitu pada komponen Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Pendapatan Retribusi Daerah. Hingga akhir triwulan I-2013, realisasi belanja Pemprov. NTB tercatat sebesar 18,18% atau sebesar Rp452,49 miliar dari target belanja tahun Pencapaian tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 9,59%. Berdasarkan komponennya, tingkat realisasi anggaran belanja tertinggi dialami komponen transfer bagi hasil ke Kabupaten/Kota/Desa dengan nilai mencapai Rp92,72 miliar atau sebesar 35,20% terhadap rencana anggaran tahun Kemudian disusul oleh komponen belanja hibah dengan tingkat realisasi mencapai 23,41% atau sebesar Rp174,28 miliar. Kesejahteraan Masyarakat Sepanjang triwulan I-2013, perkembangan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat yang berangkat ke luar negeri menunjukkan penurunan. Jumlah TKI asal NTB yang berangkat sepanjang periode laporan tercatat sebanyak orang, turun 5,04% bila dibandingkan triwulan IV-2012 yang tercatat sebanyak orang. Namun demikian, kondisi tersebut meningkat sebesar 10,32% dibanding dengan periode yang sama tahun lalu, yang tercatat mencapai orang. Sementara itu, untuk masyarakat pedesaan dilihat dari tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) kembali menunjukkan penurunan. Sepanjang triwulan I-2013, rata-rata indeks NTP Nusa Tenggara Barat tercatat sebesar 94,61 turun sebesar 0,69 point dibanding triwulan lalu yang mencapai 95,30. Kondisi tersebut disebabkan menurunnya nilai tukar petani padi/palawija, perkebunan dan nelayan. 2. Prospek Ekonomi dan Perkembangan Harga Triwulan II-2013 Prospek Ekonomi Pada triwulan II-2013, perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat diprediksi mampu menunjukkan pertumbuhan yang positif dan berada pada kisaran 4,50% - 5,00% (yoy). Dari sisi permintaan, xii

16 RINGKASAN EKSEKUTIF pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2013 diprediksi masih akan ditopang oleh kegiatan konsumsi rumah tangga yang akan tampil sebagai sumber utama pendorong pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut didorong oleh semakin membaiknya daya beli masyarakat seiring tibanya musim panen padi dan meningkatnya aktivitas konsumsi akibat kegiatan pemilihan kepala daerah (Gubernur NTB, Walikota Bima dan Bupati Lombok Timur) yang berlangsung pada Mei Kegiatan konsumsi pemerintah diperkirakan masih tumbuh tinggi selaras dengan meningkatnya anggaran belanja pemerintah NTB. Sementara itu, kegiatan ekspor diperkirakan masih berada pada tren pertumbuhan kontraksi dan menjadi penahan utama pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat, sebagian besar pelaku usaha di NTB mempersepsikan optimisme dalam kegiatan usaha. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi situasi bisnis yang tercatat sebesar 26,10%. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan didorong oleh kinerja sektor-sektor andalan kecuali sektor pertambangan. Sektor perdagangan hotel dan restoran diperkirakan menjadi sumber utama pendorong pertumbuhan ekonomi seiring meningkatnya kegiatan perdagangan hasil bumi (pertanian) dan meningkatnya kegiatan MICE 1 akibat kegiatan kampanye pemilihan kepala daerah serta membaiknya tingkat kunjungan wisatawan. Kinerja sektor pertanian diperkirakan mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2013 sejalan dengan bertambahnya luas lahan panen yang didukung oleh cuaca yang relatif kondusif. Sementara kinerja sektor pertambangan diperkirakan belum menunjukkan pemulihan dan masih berada pada tren pertumbuhan yang rendah. Masih berlangsungnya kegiatan perluasan dinding tambang menyebabkan produksi konsentrat tembaga masih berada dibawah kapasitas normalnya. Kegiatan tersebut diperkirakan akan terus berlangsung hingga akhir 2013, sehingga kegiatan produksi konsentrat tembaga menggunakan material batuan cadangan (stock pile) dengan kadar mineral rendah sehingga jumlah konsentrat tembaga yang dihasilkan terbatas. Dari sisi pembiayaan, dukungan perbankan dalam mendorong peningkatan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku usaha di Nusa Tenggara Barat pada triwulan II-2013 diprediksi masih berada pada tren meningkat. Beberapa hal yang mendasari peningkatan tersebut antara lain permodalan bank yang cukup, prospek usaha dan kondisi ekonomi yang diperkirakan membaik. Kondisi tersebut terindikasi dari hasil Survei Opini Pimpinan/Pejabat Bank Umum yang kembali menunjukkan adanya peningkatan pemberian kredit baru. Berdasarkan sektornya, permintaan kredit baru tersebut 1 Meetings, incentives, conferences, & exhibitions xiii

17 RINGKASAN EKSEKUTIF sebagian besar masih ditujukan untuk kegiatan usaha pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan tingkat suku bunga, penyaluran kredit pada triwulan II-2013 diperkirakan cenderung mengalami penurunan suku bunga, sejalan dengan tingkat BI Rate yang cenderung menurun sejak awal tahun Prospek Inflasi Pada triwulan II-2013, laju inflasi Nusa Tenggara Barat diperkirakan kembali mengalami tren peningkatan dan diprediksi berada pada kisaran 6,00% ± 1% (yoy). Secara umum, tekanan inflasi pada awal triwulan II-2013 diperkirakan akan bergerak menurun dan kemudian akan bergerak meningkat seiring berakhirnya musim panen padi dan kenaikan tarif tenaga listrik. Berdasarkan informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, sepanjang triwulan II-2013, kondisi sifat hujan yang akan dialami Provinsi Nusa Tenggara Barat bersifat cenderung di atas normal yang berpotensi menekan laju inflasi. Kondisi tersebut juga tercermin dari ekspektasi masyarakat akan pembentukan harga barang dan jasa pada triwulan II-2013 yang terindikasi dari indeks ekspektasi harga konsumen untuk tiga bulan yang akan datang yang cenderung menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 6.3). Peningkatan ekspektasi tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh ketidakpastian pemerintah dalam menetapkan kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak. Dari sisi supply, tekanan inflasi diprediksi dipengaruhi oleh terkendalanya pasokan hortikultura (bumbu-bumbuan dan buah-buahan) asal impor yang mengalami pembatasan. Selain itu, terbatasnya pasokan solar diperkirakan akan menyebabkan terbatasnya operasional angkutan transportasi (truk) sehingga berpotensi mengganggu kelancaran distribusi pasokan komoditi yang berasal dari luar NTB. Di sisi lain, berlangsungnya kegiatan panen padi pada triwulan II-2013 akan menjadi faktor yang menahan laju inflasi. xiv

18 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT 1.1. KONDISI UMUM Pada triwulan I-2013, kinerja perekonomian Nusa Tenggara Barat (NTB) tanpa sektor pertambangan menunjukan kinerja yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 5,22% (yoy) menjadi 5,84% (yoy). Setelah berada pada tren pertumbuhan kontraksi, kinerja perekonomian NTB dengan sektor pertambangan mampu menunjukkan pertumbuhan yang positif tercatat sebesar 4,70% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang terkontraksi sebesar 0,81% (yoy). Dari sisi permintaan, positifnya pertumbuhan ekonomi NTB dipengaruhi oleh peningkatan kinerja konsumsi pemerintah. Kontribusi positif terbesar diberikan oleh kegiatan konsumsi rumah tangga yang tampil sebagai komponen utama penggerak perekonomian NTB. Sementara itu, kinerja kegiatan ekspor masih berada pada tren pertumbuhan kontraksi. Dari sisi penawaran, meningkatnya kinerja perekonomian NTB dipengaruhi oleh membaiknya kinerja sektor pertambangan yang mampu tumbuh positif setelah berada pada tren pertumbuhan negatif dalam periode yang cukup lama. Selain itu, pencapaian tersebut didorong oleh meningkatnya kinerja sektor bangunan dan perdagangan, hotel dan restoran serta keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, positifnya kinerja pertumbuhan ekonomi NTB utamanya disebabkan oleh kinerja konsumsi pemerintah yang mengalami peningkatan tajam. Berdasarkan sumbangannya, kontribusi positif terbesar diberikan oleh kegiatan konsumsi rumah tangga hingga 2,99%. Di sisi lain, penahan laju pertumbuhan ekonomi NTB terbesar berasal dari kinerja ekspor yang masih berada pada tren kontraksi dengan kontribusi negatif mencapai 2,56%. Berdasarkan komposisi struktur ekonomi, kegiatan konsumsi rumah tangga dan pengeluaran konsumsi pemerintah menjadi komponen utama pembentuk struktur perekonomian NTB dengan pangsa masing-masing sebesar 56,83% dan 19,39%. 1

19 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Permintaan (%,yoy) Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat Uraian Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY** Tw.I** Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah (1.73) Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor (14.18) (17.21) (11.16) (3.17) (11.62) (15.08) (10.20) (20.18) (8.41) (13.72) (11.67) Impor (4.26) (6.92) 9.54 (6.02) (2.11) (7.46) Produk Domestik Regional Bruto (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (3.15) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) (1.12) 4.70 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat Uraian 2011 Produk Domestik Regional Bruto (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (3.15) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) (1.12) 4.70 Sumber: BPS, diolah, Keterangan: * ) angka sementara, ** ) angka sangat sementara 2013 Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY** Tw.I** Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah (0.26) Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok 0.78 (1.09) (2.42) (6.55) (2.41) (9.23) (7.54) (2.77) (4.29) (5.83) 1.06 Ekspor (4.22) (5.10) (3.35) (0.79) (3.32) (3.93) (2.64) (5.47) (2.12) (3.58) (2.65) Impor (2.06) (3.80) (1.31) (1.38) (2.11) (2.06) a. Konsumsi Pada triwulan I-2013, kegiatan konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,31% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 6,04% (yoy). Pencapaian tersebut turut dikonfirmasi oleh data prompt indicator pemakaian listrik yang menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Sepanjang triwulan I-2013, pemakaian listrik untuk kategori rumah tangga di NTB tercatat mencapai 155,13 juta kwh atau tumbuh sebesar 1,65% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,24% (yoy). Sementara data prompt indicator lainnya yaitu tingkat keyakinan konsumen dan jumlah penjualan kendaraan bermotor menunjukkan arah yang berbeda. Hasil Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat pada triwulan I-2013 menunjukkan peningkatan tingkat keyakinan konsumen dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, jumlah penjualan kendaraan bermotor menunjukkan peningkatan yang tumbuh sebesar 4,31% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif sebesar 11,61% (yoy). Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit perbankan untuk konsumsi menunjukkan peningkatan. Hingga triwulan I-2013, penyaluran kredit konsumsi tercatat mencapai Rp8,94 triliun, tumbuh sebesar 19,52% (yoy) atau mencapai 54,60% dari total kredit yang disalurkan perbankan di NTB. 2

20 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT Pertumbuhan tersebut melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 16,26% (yoy). Grafik 1.1 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik 1.2 Penyaluran Kredit Konsumsi Konsumsi Listrik RT (juta kwh) g-kons. listrik RT (%)-kanan I II III IV I II III IV I , , , , , , , , , , Kredit Konsumsi (Rp miliar)-kiri Pertumbuhan (%)-Kanan I II III IV I II III IV I 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Sumber: PLN Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI Grafik 1.3 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Mobil (unit) growth total (%,yoy)-kanan growth mobil (%,yoy)-kanan 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - b. Investasi I II III IV I II III IV I Sumber: Dispenda NTB Motor (unit) growth motor (%,yoy)-kanan (10.00) (20.00) (30.00) Grafik 1.4 Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Level optimis Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB Kinerja kegiatan investasi (pembentukan modal tetap bruto) kembali berada pada tren perlambatan. Pada triwulan I-2013, kinerja investasi tercatat tumbuh sebesar 0,61% (yoy), lebih rendah dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 2,09% (yoy). Kondisi tersebut berbeda dengan data prompt indicator pertumbuhan tingkat pemakaian semen di NTB menunjukkan peningkatan jumlah konsumsi semen. Sepanjang triwulan I- 2013, tingkat pemakaian semen tercatat mencapai 254,98 ribu ton atau tumbuh sebesar 30,71% (yoy), lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 28,18% (yoy). Dari sisi pembiayaan, setelah berada pada tren pertumbuhan tinggi, kegiatan penyaluran kredit perbankan untuk kegiatan investasi tumbuh 3

21 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT melambat sebesar 41,72% (yoy) atau sebesar Rp1,98 triliun, lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh mencapai 58,26% (yoy). Grafik 1.5 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto Grafik 1.6 Perkembangan Volume Penjualan Semen 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1, PMTB (Rp miliar)-kiri Pertumbuhan (%)-Kanan Tw1* Tw2* Tw3* Tw4*Tw1**Tw2**Tw3**Tw4**Tw1** , , , , ,000 50,000 - Volume Penjualan Semen (ton) Pertumbuhan (%,yoy)-kanan I II III IV I II III IV I (10) (20) Sumber : BPS Provinsi NTB, diolah Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Investasi Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah Grafik 1.8 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri 2, , , , Kredit Investasi (Rp miliar)-kiri) Pertumbuhan (%)- Kanan I II III IV I II III IV I 180% 160% 140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% (50.00) (100.00) PMA (US$ juta) PMDN (Rp miliar) - kanan Tw Tw2 Tw3 Tw Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI Sumber : BKPM c. Ekspor Impor Tidak berbeda dengan periode sebelumnya, perkembangan kegiatan perdagangan barang antar negara asal NTB (ekspor) masih berada pada tren kontraksi. Pada triwulan I-2013, kegiatan ekspor menunjukkan kontraksi yang tercatat sebesar 11,67% (yoy), turun dibanding triwulan lalu yang terkontraksi sebesar 8,41% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan kegiatan ekspor menjadi komponen yang memberikan sumbangan negatif mencapai 2,65% terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi NTB dari sisi permintaan. Penurunan kinerja ekspor tersebut dikonfirmasi oleh data prompt indicator rata-rata volume ekspor NTB di sepanjang triwulan I-2013 yang mengalami kontraksi. Ekspor NTB sepanjang triwulan I-2013 tercatat mencapai 22,07 ribu ton atau tumbuh negatif sebesar 71,73% (yoy), turun tajam dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 32,14% (yoy). Kondisi tersebut 4

22 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT ditenggarai dipengaruhi secara langsung oleh rendahnya produksi komoditas tambang yang merupakan komoditas utama ekspor NTB. Grafik 1.9 Perkembangan Volume Ekspor (dlm ribu) Grafik 1.10 Perkembangan Volume Impor (dlm ribu) 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 Cons Goods (kg)-kanan Cap Goods (kg)-kanan Raw Mat (kg) 1,200 1, ,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 70,000 Raw Mat (kg) Cap Goods (kg) 60,000 Cons Goods (kg)-kanan 50,000 40,000 30,000 20,000 10, Sumber: BI, Data Sementara Sumber: BI, Data Sementara Di sisi lain, kegiatan impor barang tujuan NTB menunjukkan penurunan. Pada triwulan I-2013, kegiatan impor tumbuh negatif sebesar 7,46% (yoy), pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif mencapai 6,02% (yoy). Kondisi tersebut sejalan dengan data prompt indicator volume impor sepanjang triwulan I-2013 tercatat sebesar 23,22 ribu ton atau tumbuh negatif sebesar 9,31% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh mencapai 49,86% (yoy) SISI PENAWARAN Pada sisi penawaran, membaiknya kinerja sektor andalan mampu mendorong kinerja perekonomian NTB berada pada pertumbuhan yang positif. Berdasarkan sumbangannya, kontribusi positif terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi diberikan oleh sektor perdagangan, hotel, restoran dengan sumbangan sebesar 1,68%, kemudian disusul oleh sektor bangunan dengan sumbangan sebesar 0,96%. Setelah beberapa periode sebelumnya memberikan kontribusi negatif, sektor pertambangan mampu memberikan kontribusi psositif sebesar 0,01%. Pertumbuhan ekonomi NTB tanpa sektor pertambangan mengalami peningkatan. Pada triwulan I-2013 pertumbuhannya tercatat mencapai 5,84% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2012 yang tumbuh sebesar 5,22% (yoy). Kondisi tersebut utamanya dipengaruhi oleh meningkatnya kinerja sektor bangunan dan perdagangan, hotel dan restoran. 5

23 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT Pada triwulan I-2013, struktur perekonomian NTB didominasi oleh 3 (tiga) sektor andalan dengan pangsa mencapai 60,34% dari keseluruhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTB. Pangsa tersebut mengalami peningkatan dibanding triwulan lalu yang sebesar 59,93% yang dipengaruhi oleh membaiknya kinerja sektor pertambangan. Pangsa sektor terbesar dimiliki oleh sektor pertanian mencapai 24,56%, diikuti oleh sektor pertambangan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, masing-masing tercatat sebesar 18,36% dan 17,42%. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran (%,yoy) Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat Uraian Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY** Tw.I** Pertanian Pertambangan dan Penggalian (25.23) (32.61) (19.59) (28.71) (26.36) (27.85) (14.98) (36.75) (25.16) (26.98) 0.08 Industri Pengolahan Listrik,Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusa Jasa-jasa (0.56) (0.12) PDRB Seluruh Sektor (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (3.15) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) (1.12) 4.70 PDRB Non Pertambangan Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat Uraian Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY** Tw.I** Pertanian Pertambangan dan Penggalian (7.30) (8.74) (5.35) (7.65) (7.22) (6.15) (2.86) (8.20) (4.97) (5.62) 0.01 Industri Pengolahan Listrik,Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusa Jasa-jasa (0.06) (0.01) PDRB Seluruh Sektor (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (3.15) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) (1.12) 4.70 Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah, Keterangan: * ) angka sementara, ** ) angka sangat sementara Berdasarkan penggolongannya, struktur perekonomian NTB tidak mengalami pergeseran. Pada periode laporan, pangsa terbesar kembali dimiliki sektor tersier yang meliputi sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan pangsa mencapai 44,28%. Kemudian diikuti oleh sektor primer (pertanian dan pertambangan) dengan pangsa sebesar 42,92%. Selanjutnya, pangsa paling kecil diberikan oleh sektor sekunder yang meliputi sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan dengan pangsa sebesar 12,80%. 6

24 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan; 5.82% Transportasi & Komunikasi; 7.99% Perdagangan, Hotel & Restoran ; 17.01% Grafik 1.11 Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat periode Triwulan IV-2012 (kiri) dan Triwulan I-2013 (kanan) Jasa-jasa; 13.05% Pertanian; 24.99% Industri Pengolahan; 3.92% Pertambangan dan Penggalian; 18.36% Listrik,Gas & Air Bersih; 0.52% Bangunan; 8.36% Perdagangan, Hotel & Restoran ; 17.42% Bangunan; 8.90% Pertambangan dan Listrik,Gas & Air Penggalian; 17.94% Bersih; 0.52% Industri Pengolahan; 3.79% Sumber : BPS Provinsi NTB Pertanian; 24.56% Jasa-jasa; 13.26% Transportasi & Komunikasi; 7.52% Keuangan, Persew aan & Jasa Perusahaan; 6.07% Grafik 1.12 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Barat Growth-PDRB NTB non tambang (%,yoy) Growth-PDRB NTB (%,yoy) Grafik 1.13 Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama Nusa Tenggara Barat Pertanian (%) PHR (%) Pertambangan (%) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1** Tw2** Tw3** Tw4** Tw1** Sumber : BPS Provinsi NTB a. Pertanian Sumber : BPS Provinsi NTB, diolah Pada triwulan I-2013, kinerja sektor pertanian tumbuh sebesar 1,94% (yoy). Kondisi tersebut lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 5,23% (yoy). Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh data prompt indicator yaitu luas lahan panen yang cenderung menunjukkan kinerja yang melambat. Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB kinerja produksi pertanian cenderung menunjukkan perlambatan. Sepanjang triwulan I-2013, areal luas lahan panen komoditas padi di NTB tumbuh negatif sebesar 10,46% (yoy), lebih rendah dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 6,46% (yoy). Sementara itu, kinerja produksi tanaman padi sepanjang tahun 2013 diprediksi meningkat, diperkirakan mampu tumbuh sebesar 3,99% (yoy) atau mencapai 2,2 juta ton gabah kering giling. 7

25 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT Grafik 1.14 Perkembangan Luas Lahan Tanam Padi Grafik 1.15 Perkembangan Luas Lahan Panen Padi Luas lahan tanam padi (ha) Luas lahan panen padi (ha) Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB Asumsi data Maret 2013 = Maret 2012 Periode Tabel 1.3 Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat Luas Lahan Panen (Ha) Produktivitas (Kuintal/Ha) Produksi (Ton GKG) , ,552, , ,526, , ,750, , ,870, , ,774, ,062 49,45 2,067, * 426,837 49,56 2,115, * n/a n/a 2,200,000 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. NTB Ket: *) Angka Ramalan (ARAM) III-2012 dan Road Map Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) Provinsi NTB Grafik 1.16 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Pertanian Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar)-kiri Pertumbuhan (%)-Kanan I II III IV I II III IV I 400% 350% 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI 8

26 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT Sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini, kegiatan penyaluran kredit pada sektor pertanian juga menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Pada triwulan I-2013, outstanding kredit yang disalurkan pada sektor pertanian tercatat mencapai Rp456,55 miliar atau tumbuh sebesar 44,80% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 76,28% (yoy). b. Pertambangan Setelah berada pada tren pertumbuhan negatif, kinerja sektor pertambangan berada dalam pertumbuhan yang positif. Pada triwulan I-2013, kinerja sektor pertambangan tumbuh positif sebesar 0,08% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif hingga 25,16% (yoy). Sementara data prompt indicator komoditas utama sektor pertambangan yaitu produksi konsentrat tembaga masih menunjukkan terjadinya kontraksi pertumbuhan. Sepanjang triwulan I-2013, total produksi konsentrat tembaga tercatat sebesar 53,81 ribu ton yang tumbuh negatif sebesar 37,02% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang terkontraksi hingga sebesar 12,98% (yoy). Sama seperti periode sebelumnya, rendahnya produksi konsentrat tembaga tersebut dipengaruhi oleh kegiatan perluasan area eksploitasi wilayah pertambangan (pengupasan permukaan tanah) yang berada pada fase keenam. Sehingga produksi konsentrat tembaga menjadi terbatas akibat menggunakan material batuan cadangan (stock pile) dengan kadar mineral rendah. Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang disalurkan pada sektor pertambangan masih berada pada tren kontraksi. Pada triwulan I- 2013, outstanding credit untuk sektor ini mencapai Rp7,36 miliar yang tumbuh negatif sebesar 19,69% (yoy), membaik dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 45,93% (yoy). Grafik 1.17 Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat Tembaga Nusa Tenggara Barat Grafik 1.18 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat ke Sektor Pertambangan 600, , ,000 WMT (ton) PEB (USD.000) g-prod (%,yoy)-rhs - (10) (20) Kredit Sektor Pertambangan (Rp miliar)-kiri Pertumbuhan (%)-Kanan 10% 0% -10% -20% 300,000 (30) % 200, ,000 (40) (50) % -50% -60% - I II III IV I II III IV I (60) 0.00 I II III IV I II III IV I -70% Sumber : PT Newmont Nusa Tenggara Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI 9

27 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT c. Perdagangan, Hotel dan Restoran Kinerja sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) menunjukkan pertumbuhan yang meningkat. Pada triwulan I-2013, sektor PHR tercatat tumbuh sebesar 9,44% (yoy), lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 6,38% (yoy). Kondisi tersebut ditengarai dipengaruhi oleh meningkatnya kinerja sub sektor perdagangan besar dan eceran yang diperkirakan meningkat. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan konsumsi masyarakat seiring tibanya hari raya keagamaan yaitu Maulid Nabi dan Nyepi. Sementara kinerja sub sektor hotel dan restoran cenderung menunjukkan perlambatan dan menahan laju pertumbuhan sektor PHR. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh situasi keamanan yang kurang kondusif pada awal tahun akibat adanya gangguan keamanan (kerusuhan) di Sumbawa dan relatif minimnya kegiatan MICE 1 pada awal tahun. Kondisi tersebut turut dikonfirmasi oleh data prompt indicator perkembangan tingkat hunian kamar (TPK) dan rata-rata lama serta jumlah tamu menginap yang cenderung menurun. Sepanjang triwulan I-2013, rata-rata tingkat hunian kamar hotel berbintang di NTB mencapai 41,14%, lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 52,26%. Sementara itu, ratarata lama tamu yang menginap di hotel berbintang cenderung meningkat dari 2,50 hari pada triwulan lalu menjadi 2,69 hari pada triwulan I Sementara, perkembangan jumlah tamu yang menginap di hotel berbintang selama periode laporan menunjukkan penurunan yang tercatat sebanyak 74,33 ribu orang (pangsa domestik sebesar 79,11%) yang tumbuh negatif sebesar 2,94% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebanyak 107,33 ribu orang atau tumbuh sebesar 14,74% (yoy). Grafik 1.19 Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu Tingkat Hunian Kamar (%)-Kiri Lama Tinggal Tamu (hari)-kanan Sumber : BPS Provinsi NTB Grafik 1.20 Perkembangan Tamu Hotel Berbintang Asing Domestik growth total (%,yoy)-kanan Org 120, ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0 I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi NTB Meetings, Incentives, Conferencing, Exhibitions 10

28 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran 6, , , , , , Kredit Sektor PHR (Rp miliar)-kiri Pertumbuhan (%)-Kanan I II III IV I II III IV I 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Sumber : Laporan Bulanan Bank KPw BI Prov. NTB Dari sisi pembiayaan, berbeda dengan pertumbuhan pada sektor ini, pertumbuhan kegiatan penyaluran kredit perbankan ke sektor PHR menunjukkan perlambatan. Pada triwulan I-2013, outstanding credit untuk sektor PHR mencapai Rp5,26 triliun atau tumbuh signifikan sebesar 48,72% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 54,85% (yoy). d. Bangunan Pada triwulan I-2013, kinerja sektor bangunan menunjukkan peningkatan signifikan yang tumbuh sebesar 11,28% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 5,19% (yoy). Kondisi tersebut turut dikonfirmasi oleh perkembangan data prompt indicator sektor bangunan yaitu tingkat konsumsi semen di NTB yang tumbuh dalam level yang tinggi. Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia, pada triwulan I-2013 tingkat konsumsi semen di NTB mampu tumbuh tinggi mencapai 30,71% (yoy) atau mencapai 254,98 ribu ton, lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 28,18% (yoy). Di sisi pembiayaan, kinerja penyaluran kredit pada sektor ini juga mengalami peningkatan dan berada pada tren pertumbuhan yang tinggi. Hingga triwulan I-2013, outstanding credit pada sektor bangunan tercatat mencapai Rp493,63 miliar atau tumbuh sebesar 49,18% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 46,80% (yoy). 11

29 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT 300, , , , ,000 50,000 Grafik 1.22 Perkembangan Volume Penjualan Semen - Volume Penjualan Semen (ton) Pertumbuhan (%,yoy)-kanan I II III IV I II III IV I (10) (20) Grafik 1.23 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Bangunan Kredit Sektor Bangunan (Rp miliar)-kiri Pertumbuhan (%)-Kanan I II III IV I II III IV I 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI e. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Pada triwulan I-2013, sektor ini tumbuh sebesar 9,78% (yoy), lebih rendah dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 11,01% (yoy). Pencapaian tersebut diperkirakan dipengaruhi kinerja sub sektor keuangan yang tercermin dari data prompt indicator kinerja perkembangan laba perbankan (sebelum pajak) di NTB yang tumbuh melandai. Hingga triwulan I-2013, laba (sebelum pajak) kegiatan usaha perbankan NTB tercatat tumbuh sebesar 9,52% (yoy), turun tajam dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 72,00% (yoy). Grafik 1.24 Perkembangan Kondisi Perbankan Grafik 1.25 Perkembangan Laba Perbankan % Aset(Rp miliar)-kanan Kredit(Rp miliar)-kanan DPK(Rp miliar)-kanan g-aset (kiri),yoy g-kredit (kiri),yoy g-dpk (kiri),yoy 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 1,400,000 1,200,000 1,000,000 Rp. Jt 800, , , ,000 0 Laba Perbankan (sblm pajak) Growth (yoy)-kanan I II III IV I II III IV I % Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI f. Transportasi dan Komunikasi Kinerja sektor transportasi dan komunikasi pada triwulan I-2013 mengalami perlambatan, yang tumbuh sebesar 5,08% (yoy), lebih rendah 12

30 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,79% (yoy). Melambatnya kinerja tersebut utamanya dipengaruhi oleh kinerja sub sektor transportasi angkutan udara (penumpang internasional) dan angkutan laut yang melambat. Grafik 1.26 Perkembangan Arus Penumpang Domestik Angkutan Udara Grafik 1.27 Perkembangan Arus Penumpang Internasional Angkutan Udara 600, , , , , ,000 - Penumpang Domestik (org) growth (%) - kanan I II III IV I II III IV I ,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 Penumpang Internasional (org) growth (%) - kanan I II III IV I II III IV I Sumber : PT Angkasa Pura I Sumber : PT Angkasa Pura I Pada triwulan I-2013, kegiatan transportasi melalui angkutan udara yang tercermin melalui perkembangan jumlah penumpang pesawat sebanyak 477,74 ribu penumpang atau tumbuh sebesar 10,34% (yoy), jauh lebih rendah dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh mencapai 35,87% (yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh jumlah penerbangan penumpang internasional yang melandai sehubungan telah berakhirnya musim pemberangkatan haji. Grafik 1.28 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Angkutan Laut Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Transportasi dan Komunikasi 450, , , , , , , ,000 50,000 Total Bongkar/Muat (ton) growth (%) - kanan Kredit Sektor Transportasi dan Komunikasi (Rp miliar)-kiri Pertumbuhan (%)-Kanan 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0 (100.00) % Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi NTB Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI Sementara itu, setelah berada pada tren pertumbuhan tinggi kegiatan transportasi melalui angkutan laut menunjukkan terjadinya perlambatan yang tumbuh negatif sebesar 0,62% (yoy). Pertumbuhan tersebut turun tajam dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2012 yang tumbuh sebesar 109,82% (yoy). 13

31 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit pada sektor transportasi dan komunikasi yang cenderung berada pada pertumbuhan yang tinggi juga menunjukkan perlambatan. Hingga akhir triwulan I-2013, pembiayaan yang disalurkan pada sektor ini tercatat sebesar Rp147,29 miliar atau tumbuh sebesar 61,49% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh tinggi mencapai 89,27% (yoy). g. Industri Pengolahan Pada triwulan I-2013, kinerja sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 3,56% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan IV-2012 yang tumbuh sebesar 4,55% (yoy). Kondisi tersebut turut dikonfirmasi oleh perkembangan data prompt indicator yaitu data konsumsi listrik industri yang menunjukkan perlambatan pemakaian listrik. Sepanjang triwulan I-2013, pemakaian konsumsi listrik industri mencapai 10,57 juta kwh atau tumbuh signifikan sebesar 73,01% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan konsumsi triwulan IV-2012 yang tercatat tumbuh sebesar 75,50% (yoy) Grafik 1.30 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri - Konsumsi Listrik Industri (juta kwh) growth(%)-kanan I II III IV I II III IV I Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Industri Pengolahan Kredit Sektor Industri Pengolahan (Rp miliar)-kiri Pertumbuhan (%)-Kanan I II III IV I II III IV I 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% Sumber : PLN Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI Dari sisi pembiayaan, sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini kegiatan pembiayaan perbankan menunjukkan perlambatan. Hingga akhir triwulan I-2013 penyaluran kredit pada sektor industri tercatat sebesar Rp162,10 miliar atau tumbuh sebesar 44,30% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang hanya tumbuh sebesar 89,73% (yoy). h. Listrik, Gas, dan Air Bersih Pada triwulan I-2013, kinerja sektor listrik, gas dan air bersih mampu tumbuh tinggi mencapai 7,39% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 6,36% (yoy). Berdasarkan komposisinya, sektor listrik, gas dan air bersih memiliki pangsa yang terkecil atau sebesar 0,52% dalam pembentukan struktur perekonomian NTB, sehingga tingginya pertumbuhan tersebut belum 14

32 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT memiliki dampak yang signifikan. Pertumbuhan tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh kinerja sub sektor gas dan air bersih yang mengalami peningkatan. Sementara kinerja sub sektor listrik diperkirakan masih mengalami perlambatan yang dikonfirmasi melalui perkembangan prompt indicator data konsumsi listrik NTB yang melambat. Sepanjang triwulan I-2013 jumlah pemakaian listrik di NTB mencapai 245,91 juta kwh atau tumbuh sebesar 6,45% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 11,99% (yoy) atau sebesar 260,22 juta kwh. Berdasarkan komposisinya, konsumsi listrik untuk rumah tangga pangsanya mencapai 63,08%. Sedangkan pemakaian pada kategori bisnis dan industri, pangsanya masing-masing sebesar 32,62% dan 4,30%. Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Listrik Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Listrik, Air dan Gas Total Konsumsi Listrik (juta kwh) growth(%)-kanan I II III IV I II III IV I Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air (Rp miliar)-kiri Pertumbuhan (%)-Kanan I II III IV I II III IV I 400% 350% 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% Sumber : PLN Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang di salurkan ke sektor listrik, gas, dan air bersih mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Hingga triwulan I-2013, outstanding kredit pada sektor ini mengalami peningkatan yang tercatat menjadi Rp6,89 miliar, tumbuh signifikan menjadi sebesar 363,25% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 6,65% (yoy). 15

33 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT 2.1. KONDISI UMUM Sepanjang triwulan I-2013 inflasi di NTB cenderung mengalami peningkatan dan berada di atas rata-rata historisnya. Secara tahunan, pada triwulan I-2013 laju inflasi NTB tercatat sebesar 5,18% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 3,99% (yoy). Kondisi tersebut searah dengan pergerakan laju inflasi nasional yang mengalami tekanan inflasi akibat permasahan yang relatif sama yaitu gangguan pasokan. Pada triwulan I-2013, laju inflasi nasional cenderung mengalami peningkatan yang tercatat sebesar 5,90% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 4,30% (yoy). Berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju inflasi NTB sepanjang triwulan I-2013 jauh lebih tinggi dibanding pergerakan rata-rata historisnya (lima tahun terakhir). Pada bulan Januari 2013, laju inflasi NTB tercatat sebesar 1,54% (mtm), lebih tinggi dibanding rata-rata historisnya yang tercatat sebesar 1,27% (mtm). Berbeda dengan pola historisnya, tekanan laju inflasi pada akhir triwulan I 2013 justru berada pada level yang cukup tinggi. Pada bulan Februari 2013, inflasi bulanan NTB tercatat sebesar 1,01% (mtm), sedangkan bulan Maret 2013 tercatat sebesar 0,81% (mtm). Jauh lebih tinggi dibanding rata-rata historisnya yang masingmasing sebesar 0,55% dan -0,23% (mtm). Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan yoy -NTB (%) mtm -NTB (%) yoy - Nasional (%) mtm - Nasional (%) Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan NTB (%,qtq) Nasional (%,qtq) I II III IV I II III IV I Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan I-2013 juga cenderung menunjukkan peningkatan yang tercatat mencapai 3,39% (qtq), jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai -0,03% (qtq). Kondisi tersebut terutama disebabkan melonjaknya tekanan inflasi 16

34 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT pada kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar. Sementara pada kelompok lainnya, cenderung mengalami penurunan. Secara umum, meningkatnya tekanan harga di Nusa Tenggara Barat dipengaruhi oleh terbatasnya ketersediaan pasokan bahan makanan khususnya pada sub kelompok bumbu-bumbuan (cabe rawit, bawang putih dan bawang merah) dan sub kelompok sayur-sayuran (tomat sayur). Kondisi tersebut disebabkan oleh gangguan pasokan akibat adanya kebijakan pembatasan impor hortikultura khususnya pada komoditas bawang putih. Sedangkan gangguan pasokan pada komoditas hortikultura lainnya disebabkan kondisi cuaca yang kurang kondusif. Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan I-2013 inflasi tahunan Kota Mataram jauh lebih rendah dibandingkan dengan Kota Bima. Inflasi tahunan Kota Mataram tercatat sebesar 4,92% (yoy), sedangkan inflasi Kota Bima tercatat jauh lebih tinggi yaitu sebesar 6,22% (yoy). Dilihat dari disagregasinya, meningkatnya inflasi Nusa Tenggara Barat utamanya disebabkan oleh gejolak harga pada kelompok inflasi volatile food INFLASI TRIWULANAN Secara triwulanan, perkembangan harga barang dan jasa di Nusa Tenggara Barat pada triwulan I-2013 cenderung bergerak meningkat yang tercermin dari inflasi triwulanan yang mengalami kenaikan dari sebesar -0,03% (qtq) pada triwulan lalu menjadi sebesar 3,39% (qtq) pada triwulan laporan. Angka tersebut juga lebih tinggi dibanding laju inflasi triwulanan nasional yang juga mengalami peningkatan dan tercatat sebesar 2,43% (qtq) Bahan Makanan Perumahan, air Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan Kesehatan Transportasi, komunikasi Sumber: BPS Provinsi NTB Makanan jadi, Minuman Sandang Pendidikan, rekreasi I II III IV I II III IV I Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulanan Bahan Makanan Perumahan, air Kesehatan Transportasi, komunikasi I II III IV I II III IV I Sumber: BPS Provinsi NTB Makanan jadi, Minuman Sandang Pendidikan, rekreasi Kecenderungan meningkatnya tekanan inflasi tersebut utamanya berasal dari lonjakan tekanan laju inflasi kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, air, gas dan bahan bakar. Sementara pada kelompok lainnya, tekanan inflasi cenderung mengalami penurunan terutama pada

35 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT kelompok sandang. Berdasarkan sumbangannya, pembentuk laju inflasi pada triwulan I-2013 didorong oleh kelompok bahan makanan yang memberikan andil terbesar dalam pembentukan laju inflasi triwulanan, kemudian diikuti kelompok perumahan, air, gas dan bahan bakar dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau INFLASI TAHUNAN Secara tahunan, pada triwulan I-2013 tekanan inflasi di Nusa Tenggara Barat masih berada pada tren meningkat yang tercatat sebesar 5,18% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar 3,99% (yoy). Kondisi tersebut searah dengan laju inflasi Nasional yang juga berada pada tren meningkat yang tercatat sebesar 5,90% (yoy). Sumber: BPS Provinsi NTB Tabel 2.1 Inflasi Tahunan (yoy,%) No Kelompok Mar Juni Sept Des Mar Jun Sept Des Jan Feb Mar Umum Bahan Makanan Makanan jadi, minuman Perumahan, air Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi Transportasi, komunikasi Berdasarkan kelompok komoditas, meningkatnya laju inflasi pada triwulan I-2013 dibanding triwulan IV-2012 utamanya disebabkan oleh melonjaknya harga pada kelompok bahan makanan. Kemudiaan diikuti oleh kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga. Sementara laju inflasi pada kelompok lainnya cenderung mengalami penurunan. Grafik 2.5 Inflasi Tahunan Grafik 2.6 Sumbangan Inflasi Tahunan Bahan Makanan Perumahan, air Kesehatan Transportasi, komunikasi Makanan jadi, minuman Sandang Pendidikan, rekreasi Bahan Makanan Perumahan, air Kesehatan Transportasi, komunikasi Makanan jadi, minuman Sandang Pendidikan, rekreasi Sumber: BPS Provinsi NTB Sumber: BPS Provinsi NTB

36 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT Laju inflasi tahunan tertinggi dialami oleh kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar 8,89% (yoy), kemudian diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang tercatat sebesar 5,13% (yoy). Sementara itu, perkembangan inflasi kelompok barang dan jasa lainnya tercatat pada kisaran 1,74% (yoy) hingga 4,10% (yoy). Berdasarkan sumbangannya, kelompok bahan makanan mendominasi pembentukan inflasi dengan sumbangan mencapai 2,68%, kemudian diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,14%. Sedangkan kontribusi kelompok barang dan jasa lainnya yang turut memicu inflasi berada pada kisaran 0,08% hingga 0,66% INFLASI BERDASARKAN KOTA Berdasarkan kota perhitungan tingkat inflasi di Nusa Tenggara Barat, pada triwulan I-2013 Kota Mataram mengalami inflasi lebih rendah dibandingkan Kota Bima. Secara tahunan, inflasi Kota Mataram tercatat mencapai 4,92% (yoy), lebih rendah dibanding Kota Bima yang tercatat mencapai 6,22% (yoy). Berdasarkan karakteristiknya, pembentukan laju inflasi Kota Mataram pada awal tahun cenderung mengalami penurunan tekanan dibanding triwulan sebelumnya. Namun sepanjang triwulan I-2013 laju inflasi mengalami tekanan dan cenderung lebih tinggi dibanding dengan kondisi rata-rata historisnya (lima tahun terakhir). Pada Januari dan Februari 2013, laju inflasi bulanan pada Kota Mataram tercatat masing masing mencapai 1,56% dan 1,01% (mtm), lebih tinggi dibanding rata-rata nilai historisnya yang sebesar 1,35% dan 0,55% (mtm). Berbeda dengan pola historisnya yang cenderung mengalami deflasi, pada Maret 2013 laju inflasi bulanan justru mengalami tekanan yang mencapai 0,72% (mtm), melonjak dibanding rata-rata historis yang sebesar -0,26% (mtm). Tabel 2.2 Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan I-2013 di Kota Mataram dan Bima Kota Mataram Januari 2013 Februari 2013 Maret 2013 Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%) Tomat Sayur 0.27% Cabe Rawit 0.23% Bawang Merah 0.47% Cabe Rawit 0.24% Tomat Sayur 0.14% Cabe Rawit 0.35% Beras 0.24% Bawang Putih 0.11% Bawang Putih 0.24% Bawang Merah 0.15% Beras 0.08% Cumi-cumi 0.05% Telur Ayam Ras 0.09% Telur Ayam Ras 0.08% Jeruk 0.03% Kota Bima Januari 2013 Februari 2013 Maret 2013 Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%) Bandeng 0.25% Tongkol 0.24% Bawang Putih 0.78% Tomat Sayur 0.16% Beras 0.14% Bandeng 0.20% Beras 0.17% Bawang Putih 0.13% Bawang Merah 0.16% Bawang Merah 0.08% Pepaya 0.13% Cabe Rawit 0.09% Kacang Panjang 0.08% Cabe Merah 0.12% Tenggiri 0.08% Sumber: BPS

37 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT Sejalan dengan kota Mataram, pergerakan laju inflasi di Kota Bima pada triwulan I-2013 juga lebih tinggi dibanding rata-rata historisnya. Pada Januari 2013, laju inflasi bulanan Kota Bima tercatat mengalami inflasi sebesar 1,42% (mtm). Pada Februari 2013 laju inflasi kembali mengalami inflasi yang cukup tinggi dan tercatat sebesar 1,00% (mtm). Kemudian pada Maret 2013, laju inflasi kembali mengalami peningkatan mencapai 1,19% (mtm). Kondisi tersebut cenderung lebih tinggi dibanding dengan rata-rata historisnya (lima tahun terakhir) yang masing-masing sebesar 0,98% (mtm), 0,54% (mtm) dan -0,10% (mtm). Berdasarkan komoditasnya, penyebab utama meningkatnya tekanan inflasi di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan I-2013 adalah melonjaknya harga pada kelompok bahan makanan antara lain tomat sayur, cabe rawit, bawang putih dan bawang merah serta ikan segar, meskipun NTB termasuk daerah penghasil utama bawang merah dan bawang putih. Di sisi lain, komoditas yang menahan laju inflasi atau cenderung mengalami penurunan antara lain daging ayam ras, emas perhiasan dan bayam DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan komponennya, pada triwulan I-2013 pergerakan laju inflasi NTB cenderung mengalami peningkatan. Kondisi tersebut disebabkan oleh meningkatnya tekanan inflasi dari komponen yang memiliki karakteristik harga yang dapat bergejolak (volatile food). Sementara tekanan inflasi pada komponen lainnya, yaitu kelompok inflasi inti dan komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) cenderung mengalami pelemahan. Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%,mtm) Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy) Inflasi Bulanan administered price core inflation volatile food Inflasi Tahunan administered price core inflation volatile food Sumber: BPS Sumber: BPS Pada triwulan I-2013, laju inflasi komponen volatile food tercatat mengalami lonjakan mencapai 11,20% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 0,30% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, tingginya tekanan inflasi tersebut didorong oleh meningkatnya inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan dan sub

38 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT kelompok buah-buahan. Laju inflasi tertinggi pada komponen volatile food dialami oleh sub kelompok bumbu-bumbuan yaitu sebesar 5,79% (yoy) dan juga menjadi sub kelompok yang mengalami peningkatan laju inflasi terbesar. Sementara itu, berbeda dengan perkembangan harga di pasar internasional cenderung meningkat, perkembangan harga komoditas utama komponen volatile food (beras) di NTB pada triwulan I-2013 cenderung mengalami penurunan. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya pasokan beras akibat mulai berlangsungnya kegiatan panen padi. Peningkatan ketersediaan beras tersebut dapat dikonfirmasi oleh membaiknya realisasi penyerapan beras oleh BULOG. Dalam rangka menjaga stabilitas harga beras dan ketahanan pangan di Provinsi NTB, hingga akhir Maret 2013 BULOG Divre NTB telah menyerap hasil pertanian setara beras sebanyak ton (Maret 2012 : ton). Kondisi tersebut mampu menjaga ketersediaan (stok) beras, dimana hingga akhir triwulan I-2013 ketersediaan pangan (cadangan beras pemerintah) mencapai 58,97 ribu ton beras. Persediaan tersebut diperkirakan akan semakin meningkat seiring tibanya puncak panen dan diperkirakan mampu menyangga kebutuhan beras hingga lebih dari 6 bulan mendatang. Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras (Rp/kg) Rp IR I (Pelita ) Medium II IR 64 Super IR Zak (pack) Jan 12 Feb 12 Mar Apr Mei Juni 12 Juli 12 Aug Sept Okt Sumber: SPH, KPw BI Prov. NTB Nov 12 Des 12 Jan 13 Feb Mar Grafik 2.10 Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan Minyak Goreng (Rp/kg) Rp Cabe Rawit Cabe Merah Bsr Minyak Goreng-rhs Gula Pasir Lokal -rhs Jan 12 Feb 12 Mar 12 Apr 12 Mei 12 Juni Juli Aug 12 Sept 12 Okt 12 Nov Des Jan Sumber: SPH, KPw BI Prov. NTB Feb Mar Perkembangan inflasi dari komponen administered price pada triwulan I-2013 kembali menunjukkan penurunan. Secara tahunan, tekanan inflasi komponen administered price tercatat mencapai 2,53% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar 6,01% (yoy). Kondisi tersebut utamanya disebabkan oleh menurunnya tekanan harga pada sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air dan sub kelompok transpor. Di sisi lain, tekanan inflasi pada komponen ini diberikan oleh sub kelompok sarana dan penunjang transpor. Perkembangan laju inflasi inti di NTB cenderung bergerak menurun. Pada triwulan I-2013, laju inflasi inti tercatat sebesar 3,70% (yoy), lebih

39 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,15% (yoy). Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh pelemahan tekanan harga pada sub kelompok makanan jadi dan sub kelompok minuman yang tidak beralkohol serta sub kelompok biaya tempat tinggal. Di sisi lain, komoditas yang menjadi pendorong inflasi inti berasal dari sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga dan sub kelompok obat-obatan. Grafik 2.11 Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional Grafik 2.12 Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di Pasar Dunia Jagung-US$/bushel Gula-US$/pound Beras-kanan USD/mt Gold-kiri $/oz CPO-US$/mt Minyak-kanan US$/barrel Sumber: CEIC, IMF, 1 bushel= 31,5 kg Sumber: CEIC

40 Boks 1 Pusat Informasi Harga Pangan Strategis: Upaya Meminimisasi Asimetri Informasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan, salah satu aspek yang sangat penting untuk diperhatikan adalah kestabilan harga, terutama harga pangan yang rentan mengalami gejolak harga. Terbatasnya akses informasi terhadap harga pangan akan mempengaruhi efisiensi keputusan/kebijakan para pelaku ekonomi dan pemerintah daerah sehingga dapat membentuk persepsi negatif terhadap harga 1. Kondisi ini diakibatkan adanya asimetri informasi yang berpotensi menimbulkan gejolak harga yang pada gilirannya mempengaruhi laju inflasi. Dengan terbukanya akses informasi yang luas terhadap harga pangan, diharapkan terjadinya konvergensi harga pangan, dan mampu mencegah terjadinya aksi spekulasi sehingga dapat menjaga daya beli dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kondisi Saat ini Pemantauan harga di NTB telah dilakukan oleh beberapa instansi/satuan perangkat kerja daerah (SKPD). Namun demikian, kegiatan pemantauan yang dilakukan umumnya belum terintegrasi atau bersifat parsial, seperti halnya pada metode pengumpulan data, tabulasi dan pengolahan data serta kegiatan diseminasi/penyebarluasan informasi. Selain pemantauan harga, untuk mendukung terwujudnya ketahanan pangan yang baik, telah dibentuk juga Tim Pembina dan Tim Petugas Pencatat Arus Keluar Masuk Komoditas Strategis Pangan di Provinsi NTB berdasarkan SK Gub. NTB No 366 Tahun 2012, 1 Laporan Studi Kelayakan PIHPS DKI Jakarta yang memantau volume dan asal/tujuan komoditas pangan utama yang masuk atau keluar NTB. No Tabel Kegiatan Pemantauan Harga Instansi/ SKPD Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi NTB Badan Ketahanan Pangan Provinsi NTB Kementerian Pertanian Media Informasi Running Text, Papan Informasi Harga Media cetak/koran Web Site Web Site, TVRI, RRI & SMS Periode Data Harian Harian Mingguan Harian Harapan Ke Depan Pengelolaan informasi harga antar instansi/skpd yang masih belum seragam berpotensi mengalami permasalahan. Adanya perbedaan harga pada komoditas yang sama dapat berakibat menurunkan kualitas data dan mengurangi kepercayaan masyarakat sehingga informasi menjadi tidak bermanfaat. Oleh karena itu, perlu adanya sinergisitas antar lembaga untuk meningkatkan manfaatnya kegiatan pemantauan harga dan arus keluar masuk barang di NTB melalui pusat informasi harga pangan strategis (PIHPS). Sehingga dapat menghasilkan informasi yang mampu menjadi referensi dalam rangka menigkatkan kegiatan perekonomian dan mewujudkan stabilitas harga. Hal ini sejalan dengan semangat mendorong terciptanya keterbukaan informasi publik dan dalam rangka menjembatani kesenjangan informasi harga di masyarakat. 23

41 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan perbankan di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan I-2013 terus menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan kinerja indikator utama perbankan meliputi total aset secara gabungan tercatat Rp.20,92 triliun dengan angka pertumbuhan mencapai 19,03%. Fungsi intermediasi perbankan berjalan baik dan didukung dengan kinerja kredit yang baik dengan Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,02% atau masih dibawah ketentuan sebesar 5% PERKEMBANGAN PERBANKAN NUSA TENGGARA BARAT PERKEMBANGAN BANK UMUM Pada triwulan I-2013, perkembangan total aset 1 Bank Umum di NTB terus berada dalam tren peningkatan dengan nilai mencapai Rp19,62 triliun atau tumbuh sebesar 19,03% (yoy). Perkembangan tersebut searah dengan bertambahnya jumlah jaringan kantor bank umum di NTB, yaitu sebanyak 26 bank dengan jumlah kantor sebanyak 266 dan jumlah ATM yang tersebar di Nusa Tenggara Barat mencapai lebih dari 350 unit. Berdasarkan komposisinya, kepemilikan aset bank umum di NTB masih didominasi oleh bank-bank milik pemerintah yang jumlahnya mencapai Rp13.16 triliun dengan pangsa mencapai 67,06% dari total aset seluruh bank umum di NTB, sedikit menurun dibanding triwulan lalu yang mencapai angka 72,30%. Sementara itu, perkembangan kepemilikan aset bank-bank lainnya mengalami perubahan yang berarti terutama bank swasta nasional dan bank syariah masing-masing mencapai angka 38,34% dan 10,16% meningkat dibanding triwulan sebelum pada angka 28,48% dan 9,29%. Berdasarkan data per kabupaten/ kota, jumlah pencapaian aset tertinggi didominasi oleh bank yang beroperasi di wilayah Kota Mataram dengan pangsa mencapai 64,32% sebesar Rp12,62 triliun, kemudian disusul Kota Bima dan Kabupaten Sumbawa dengan pangsa yang sama sebesar 8,97% dengan nominal masing-masing sebesar Rp1,76 triliun, sementara Kabupaten/Kota lain relatif meningkat meskipun tidak terlalu signifikan. Perkembangan aset bank umum konvensional mengalami peningkatan yaitu tumbuh sebesar 17,86% (yoy) dengan nominal sebesar Rp18,06 triliun, 1 Aset mengacu konsep gross untuk perhitungan antar kantor bagi Bank yang berkantor pusat di NTB. 24

42 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN menurun dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 22,14% (yoy). Sementara, perkembangan aset bank umum syariah mengalami peningkatan dengan level pertumbuhan lebih tinggi dibanding bank umum konvensional, sebesar Rp1,56 triliun atau tumbuh sebesar 37,44% (yoy). Pertumbuhan tersebut sedikit menurun bila dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 39,73% (yoy). Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kegiatan Usaha PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH Hingga triwulan I-2013, kinerja indikator bank umum syariah di Nusa Tenggara Barat masih berada pada tren peningkatan. Hingga Maret 2013, total aset bank umum syariah meningkat menjadi Rp1,56 triliun atau tumbuh sebesar 37,44% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 39,73% (yoy). Pertumbuhan aset tersebut ditopang oleh peningkatan performa kegiatan pembiayaan dengan kualitas NPF yang tetap terjaga sebesar 1,12%. Sementara itu, perkembangan pangsa aset bank umum syariah terhadap total aset perbankan di NTB mengalami peningkatan dari 7,33% pada triwulan lalu menjadi sebesar 7,45% pada periode laporan. Grafik 3.3 Perkembangan Bank Umum Syariah (Rp Mil) Grafik 3.4 Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Perbankan (%) Dari sisi pembiayaan, dana yang berhasil disalurkan bank umum syariah hingga triwulan I-2013 meningkat mencapai Rp1,36 triliun atau tumbuh 25

43 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN sebesar 42,40% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 43,33% (yoy). Di sisi lain, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun tumbuh sebesar 29,06% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh hingga 31,46% (yoy), serta dari segi nominal mengalami penurunan menjadi sebesar Rp0,80 triliun dibanding triwulan sebelumnya sebesar Rp 0,85 triliun. Grafik 3.5 Perkembangan Aset Bank Umum Syariah Grafik 3.6 Perkembangan DPK Bank Umum Syariah Rasio penyaluran pembiayaan atau Financing Deposit Ratio (FDR) terhadap pendanaan masih tetap tinggi, yakni mencapai 170,67%, meningkat dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 151,12%. Hal ini membuktikan kemampuan bank syariah dalam menghimpun DPK masih sangat rendah. Grafik 3.7 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah Grafik 3.8 Perkembangan FDR dan NPF Bank Umum Syariah 26

44 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Dari sisi risiko pembiayaan, meskipun laju pertumbuhan kegiatan pembiayaan bank umum syariah sangat tinggi, namun risiko kredit masih stabil dan tetap terjaga. Hal tersebut tercermin dari rasio gross Non Performing Financing (NPF) bank umum syariah masih dibawah ketentuan yaitu sebesar 1,12% pada triwulan laporan PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Kinerja BPR di NTB pada triwulan I-2013 secara umum tetap menunjukkan peningkatan, meskipun cenderung melambat. Secara kelembagaan, perkembangan jumlah kantor BPR yang beroperasional di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tengara Barat tidak mengalami perubahan, yaitu sebanyak 32 bank, terdiri dari 29 BPR yang beroperasi secara konvensional dan 3 BPR yang beroperasi secara syariah, dengan jumlah kantor sebanyak 115 kantor BPR. Pada triwulan I-2013, jumlah aset BPR meningkat menjadi sebesar Rp1,30 triliun atau tumbuh sebesar 16,37% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang mencapai 19,18% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana, kegiatan penghimpunan dana masyarakat secara nominal sedikit meningkat pada triwulan laporan, menjadi Rp596,25 miliar atau tumbuh sebesar 11,29% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 14,97% (yoy). Grafik 3.9 Perkembangan Indikator BPR Grafik 3.10 Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaaan Dari sisi kegiatan intermediasi, pada triwulan I-2013 jumlah kredit BPR yang berhasil disalurkan kepada debitur mencapai Rp725,19 miliar atau tumbuh sebesar 14,20% (yoy), pertumbuhan tersebut lebih rendah bila dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 15,76% (yoy) dengan nominal sebesar Rp698,92 miliar. Berdasarkan komposisi penggunaannya, penyaluran kredit pada jenis modal kerja masih mendominasi penyaluran kredit BPR dengan pangsa sebesar 62,06%, kemudian disusul oleh kredit konsumsi dan investasi yang masing- 27

45 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN masing tercatat sebesar 33,22% dan 4,72%. Secara sektoral, penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran masih mendominasi pangsa kredit BPR dengan pangsa sebesar 46,31% atau sebesar Rp335,85 miliar. Kemudian disusul oleh penyaluran kredit pada sektor pertanian dengan pangsa sebesar 14,84% atau mencapai Rp107,61 miliar. Perkembangan kegiatan intermediasi BPR pada triwulan I-2013 masih berada pada level kinerja tinggi, tercermin dari jumlah dana yang disalurkan dalam bentuk kredit masih lebih tinggi dari jumlah dana yang berhasil dihimpun bank. Kondisi tersebut tercemin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR sebesar 121,62%. Namun demikian, tingginya penyaluran kredit BPR diikuti pula dengan tingginya risiko kredit, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) yang tergolong tinggi sebesar 12,14%, berada diatas ambang batas ketentuan 5%. Kondisi tersebut lebih buruk dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 11,32%. Grafik 3.11 Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut Sektor Ekonomi Grafik 3.12 Perkembangan Penyaluran dan Kualitas Kredit BPR 3.2. INTERMEDIASI PERBANKAN Pada triwulan I-2013, pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan Nusa Tenggara Barat relatif baik, tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tinggi sebesar 122,75% dan didukung dengan risiko kredit yang rendah. Kinerja intermediasi perbankan tersebut didorong oleh pembiayaan yang terus meningkat sebesar 26,42% (yoy) atau mencapai Rp16,38 triliun, namun peningkatan tersebut belum seiring dengan peningkatan dana pihak ketiga (DPK) yang hanya tumbuh sebesar 15,64% (yoy) atau Rp13,35 Triliun. Pertumbuhan DPK tersebut melambat bila dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 17,01% (yoy) dengan nominal sebesar Rp13,31 Triliun. 28

46 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Laju pertumbuhan kredit yang lebih cepat dibanding pertumbuhan DPK tersebut mendorong Loan to Deposit Ratio (LDR) juga mengalami peningkatan mencapai 122,75 % (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 117,72%. Namun demikian, tingginya kinerja penyaluran kredit tersebut didukung oleh risiko kredit atau Non Performing Loan (NPL) yang rendah sebesar 2,02 %, menandakan bank tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kreditnya. Indikator Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 1 Aset 14,128 15,048 15,897 16,877 17,573 18,641 19,419 20,774 20,916 Growth % (yoy) Kredit 10,393 11,171 11,785 12,369 12,958 14,170 14,817 15,673 16,381 Growth % (yoy) DPK 9,069 9,796 10,450 11,378 11,540 12,423 12,900 13,314 13,345 Growth % (yoy) LDR (%) NPL (%) Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Kegiatan penghimpunan DPK pada bank umum di Nusa Tenggara Barat pada triwulan I-2013 terus mengalami pertumbuhan, meskipun cenderung melambat. Jumlah DPK yang berhasil dihimpun tercatat mencapai Rp12,75 triliun atau tumbuh sebesar 15,85% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar 17,11% (yoy) atau sebesar Rp12,73 triliun. Dari sisi jumlah rekening DPK mengalami peningkatan sebesar 9,85% atau mencapai rekening dibanding triwulan lalu sebanyak rekening. Secara keseluruhan, jumlah DPK yang berhasil dihimpun oleh bank umum di NTB masih didominasi Bank Pemerintah dengan pangsa 70,45% atau mencapai nilai Rp8.98 triliun. Dana yang dihimpun dalam bentuk dana jangka pendek yaitu tabungan dengan pangsa sebesar 54,63% atau mencapai Rp6,97 triliun dengan jumlah rekening sebanyak 1,47 juta atau sekitar 71,01% dari jumlah penduduk yang bekerja di NTB yang pada Agustus 2012 tercatat sebanyak 2,07 juta 2. Pangsa tabungan tersebut menurun dibanding posisi triwulan IV-2012 yang tercatat mencapai 62,46%. Secara tahunan, jumlah tabungan pada triwulan laporan tumbuh sebesar 19,41% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 19,02% (yoy). 2 Survei Angkatan Kerja BPS Prov. NTB 29

47 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.13 Perkembangan DPK Bank Umum (Rp miliar) Grafik 3.14 Pertumbuhan DPK Bank Umum (yoy) Dari jumlah dana masyarakat yang tersimpan pada tabungan, kepemilikannya didominasi oleh rekening perorangan mencapai 69,03% dari jumlah rekening DPK yang dihimpun oleh bank umum di NTB sebesar Rp12,75 triliun. Dilihat dari kepemilikan per Kabupaten/Kota masih didominasi oleh pemilik dari Kota Mataram dengan total dana Rp8.57 triliun, disusul oleh Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima masing-masing dengan total dana Rp1,26 triliun dan Rp1,01 triliun. Grafik 3.15 Pangsa DPK per Kepemilikan DPK Bank Umum (Rp miliar) Grafik 3.16 Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Bank Umum Perkembangan jenis simpanan jangka panjang yang ditempatkan dalam bentuk deposito sedikit meningkat. Pada triwulan I-2013, jumlah deposito sebesar Rp3,36 triliun atau tumbuh sebesar 25,06% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding triwulan IV-2012 yang tumbuh sebesar 23,09% (yoy) atau mencapai Rp3,01 triliun. Berdasarkan komposisinya, pangsa deposito mengalami peningkatan dari sebesar 23,62% pada triwulan IV-2012, menjadi sebesar 26,37% terhadap keseluruhan DPK yang dihimpun bank umum di NTB. 30

48 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Peningkatan jumlah deposito tersebut juga diiringi dengan kenaikan pesat jumlah rekening deposito hingga mencapai rekening, meningkat 302% dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut diperkirakan disebabkan oleh program beberapa bank yang memberikan hadiah menarik di awal penempatan dana. Giro masih menempati urutan terendah penghimpunan DPK bank umum di NTB dengan pangsa sebesar 19% atau sebesar Rp2,42 triliun, tumbuh negatif sebesar minus 2,47% (yoy), menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,41%. Penurunan tersebut diperkirakan karena di Triwulan I-2013, sebagian dana giro sudah dipergunakan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan Perkembangan Kredit Bank Umum Secara umum kegiatan penyaluran kredit bank umum yang berhasil disalurkan ke masyarakat meningkat. Hingga triwulan I-2013, total outstanding kredit yang disalurkan kepada masyarakat di NTB sebanyak rekening dengan nominal sebesar Rp15,66 triliun atau tumbuh sebesar 27,04% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya sampai dengan triwulan laporan, penyaluran kredit di NTB didominasi kredit konsumsi tercatat Rp8,94 triliun dengan pangsa 55,59%, disusul kredit modal kerja sebesar 31,96% dan kredit investasi sebesar 12,46%. Dari sisi kinerja intermediasi bank umum, tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tercatat sebesar 122,80%, lebih tinggi dari kinerja triwulan sebelumnya yang mencapai 117,61%. Tingkat LDR yang berada di atas 100% mencerminkan bahwa selain menggunakan dana pihak ketiga, bank umum juga memanfaatkan dana lainnya seperti modal sendiri ataupun dana antar bank dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan. Hal ini menandakan masih terbukanya peluang bagi perbankan lain untuk ikut bersaing ke dalam industri perbankan di NTB. Grafik 3.17 Perkembangan Kredit Bank Umum (Rp miliar) Grafik 3.18 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (%) 31

49 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar penyaluran kredit bank umum di NTB masih tertuju pada jenis konsumsi dengan pangsa mencapai 55,59% terhadap keseluruhan kredit bank umum di NTB atau sebesar Rp8,70 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 19,88% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan IV-2012 yang mencapai 16,49% (yoy). Kemudian disusul oleh kredit modal kerja dengan pangsa sebesar 31,96% sebagai pangsa terbesar kedua yang tercatat mencapai Rp5,00 triliun atau tumbuh sebesar 35,61% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 39,18% (yoy). Sedangkan pangsa kredit investasi tercatat sebesar 12,46% atau mencapai Rp1.95 triliun, tumbuh hingga 41,89% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 58,73% (yoy). Secara kuartalan, pada triwulan I-2013 perkembangan kredit modal kerja mencapai pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 5,34% (qtq), kemudian diikuti kredit investasi yang tumbuh sebesar 5,07% (qtq), sementara kredit konsumsi tumbuh sebesar 3,99% (qtq). Grafik 3.19 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (qtq,%) Grafik 3.20 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy,%) Secara sektoral, pertumbuhan kredit tertinggi pada triwulan I-2013 dipegang oleh sektor listrik, gas dan air yang tumbuh hingga 373,89% (yoy). Kemudian diikuti oleh kinerja pada sektor pengangkutan, pergudangan dan komunikasi serta sektor pertanian yang tumbuh masing-masing sebesar 57,80% (yoy) dan 57,24% (yoy). Sementara itu, kredit pada sektor pertambangan dan jasa sosial masih mengalami pertumbuhan negatif yang tercatat masing-masing sebesar minus 18,76% (yoy) dan 17,81% (yoy). Berdasarkan pangsanya, penyaluran kredit produktif masih terkonsentrasi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang pangsanya mencapai 31,44% atau sebesar Rp4,92 triliun. Kemudian penyaluran kredit terbesar disumbangkan oleh sektor kontruksi dengan pangsa sebesar 3,11% atau sebesar Rp487,03 miliar, kemudian diikuti oleh sektor jasa dunia usaha yang pangsanya sebesar 2,51% atau sebesar Rp392,45 32

50 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN miliar. Sementara penyaluran kredit pada sektor-sektor produktif lainnya pangsanya berada pada kisaran 0,04% hingga 2,51% dari keseluruhan kredit. Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Bank Umum (yoy,%) Penyaluran Kredit Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 1 Menurut Jenis Penggunaan - Modal Kerja Investasi Konsumsi Menurut Sektor Ekonomi - Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdag.Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Jasa dunia usaha Jasa sosial Lain-lain Penyaluran Kredit Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum (Rp miliar) Growth Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 (%,yoy) 1 Menurut Jenis Penggunaan 9,867 10,616 11,204 11,765 12,323 13,488 14,117 14,974 15, Modal Kerja 2,731 2,885 3,131 3,412 3,689 4,229 4,286 4,749 5, Investasi ,169 1,374 1,549 1,746 1,856 1, Konsumsi 6,561 7,081 7,242 7,184 7,260 7,710 8,084 8,369 8, Menurut Sektor Ekonomi 9,398 9,867 10,616 11,204 11,765 12,323 13,488 14,116 14, Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan,Hotel dan Restoran 2,150 2,252 2,560 2,966 3,240 3,758 4,189 4,687 4, Pengangkutan dan Komunikasi Jasa dunia usaha Jasa sosial Lain-lain 7,038 7,606 7,748 7,634 7,749 8,212 8,426 8,595 8, Secara umum, perkembangan suku bunga bank umum pada triwulan I-2013 mengalami peningkatan, kecuali suku bunga kredit investasi yang mengalami penurunan menjadi sebesar 15,19% dari triwulan sebelumnya sebesar 15,26%, selebihnya untuk kredit Modal Kerja dan Kredit Konsumsi meningkat menjadi 15,1% dan 12,85%. Pada jenis simpanan, suku bunga deposito mengalami peningkatan sebesar 5,83% dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,77%. 33

51 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.21 Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral Grafik 3.22 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum (%) Perkembangan Kredit UMKM Sejalan dengan meningkatnya penyaluran kredit pada bank umum, penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Nusa Tenggara Barat juga menunjukkan peningkatan. Pada triwulan I-2013, nominal outstanding credit UMKM (plafon kredit < Rp5 miliar) perbankan NTB (Bank Umum dan BPR) meningkat menjadi Rp15,49 triliun atau tumbuh sebesar 24,54% (yoy). Berdasarkan pangsanya terhadap total kredit, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya pangsa penyaluran kredit UMKM sedikit meningkat, yaitu dari sebesar 94,74% pada triwulan IV-2012 menjadi 94,83% pada triwulan I Perkembangan penyaluran kredit oleh bank umum di NTB pada triwulan I-2013 masih didominasi oleh penyaluran untuk kredit UMKM yang pangsanya mencapai 94,28% atau mencapai Rp14,76 triliun. Berdasarkan skala kreditnya, penyaluran kredit UMKM bank umum didominasi oleh kredit kecil (plafon Rp50 juta s.d Rp500 juta) mencapai Rp9,30 triliun dengan pangsa sebesar 59,38%. Kemudian diikuti oleh kredit mikro (plafon s.d Rp50 juta) mencapai Rp2,83 triliun dengan pangsa mencapai 18,07%. Sedangkan pangsa kredit menengah (plafon Rp500 juta s.d Rp5 miliar) sebesar 16,83% atau secara nominal mencapai Rp 2,64 triliun. Grafik 3.23 Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total Kredit Bank Umum Grafik 3.24 Perkembangan Kredit UMKM 34

52 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit UMKM bank umum pada triwulan I-2013 masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan nominal kredit sebesar Rp8,69 triliun atau dengan pangsa sebesar 58,87% dari total kredit UMKM bank umum yang telah disalurkan, disusul oleh kredit modal kerja sebesar Rp4,48 triliun dengan pangsa 30,37% dan kredit investasi sebesar Rp1,59 triliun dengan pangsa 10,76%. Dari sisi risiko kredit, perkembangan risiko kredit UMKM pada triwulan I-2013 cenderung meningkat dibanding triwulan lalu. Rasio NPL tertinggi dimiliki kredit UMKM skala kredit mikro yang tercatat mencapai 4,18%, lebih buruk dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 3,78%. Sementara perkembangan NPL kredit UMKM pada skala kecil dan menengah masing-masing tercatat sebesar 1,65% (Des. 2012: 0,94%) dan 0,74% (Des. 2012: 0,63%). Grafik 3.25 Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Bank Umum Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Hingga Triwulan I-2013, realisasi penyaluran KUR oleh bank umum di NTB mencapai Rp1,10 triliun atau tumbuh sebesar 49,27 % (yoy) yang disalurkan kepada debitur KUR. Pertumbuhan tersebut menurun dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 63,97% (yoy) atau sebanyak Rp1,09 triliun dengan jumlah rekening sebanyak debitur. Secara sektoral, penyaluran KUR didominasi oleh sektor perdagangan hotel dan restoran dengan pangsa mencapai 80,10% atau sebanyak Rp0,88 triliun. Kemudian diikuti oleh sektor pertanian dan sektor jasa dunia usaha masingmasing sebesar Rp0,13 triliun dan Rp0,04 triliun. 35

53 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit NO SEKTOR 2013 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 1 Pertanian 63,235 67,461 71,795 85,969 96, , , , ,750 2 Pertambangan Industri Pengolahan 5,927 6,616 6,867 7,357 7,834 9,786 13,649 20,660 24,916 4 Listrik, Gas & Air 0 0 3,236 3, Konstruksi Perdag, Htl & Rstrn 354, , , , , , , , ,939 7 Angktn & Komuniks 1,898 3,282 2,468 2,536 2,822 3,509 4,161 7,031 10,395 8 Jasa Dunia Usaha 19,462 21,660 23,586 25,427 28,339 28,837 31,712 38,157 42,075 9 Jasa Sosial 1, ,435 4,301 6,947 6,093 5,963 5,808 5, Lain-lain 4,129 4,670 9,141 19,443 25,297 62,225 73,533 81,299 8,209 Total Pertumbuhan (%,qtq) Pertumbuhan (%,yoy) (Jutaan Rp) 450, , , , , , ,034 1,090,576 1,094, KUR merupakan program dari pemerintah untuk membantu usaha mikro/kecil produktif yang mengalami kesulitan akses permodalan ke perbankan karena keterbatasan penyediaan agunan atau UMKM yang feasible namun belum bankable. Sumber dana penyaluran KUR adalah 100% (seratus persen) dari bank pelaksana yang dihimpun dari dana masyarakat berupa tabungan, deposito dan giro. Sementara itu, plafon KUR Mikro yang saat ini dapat disalurkan oleh seluruh bank penyalur KUR nilainya sampai dengan Rp20 juta dan KUR Ritel dengan plafon di atas Rp20 juta sampai dengan Rp500 juta. Bank-bank penyalur KUR di NTB yaitu Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Bukopin, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah dan Bank NTB. Meskipun sudah ada sejak tahun 2009, program penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) masih memiliki kendala dalam pelaksanaannya, antara lain dari faktor calon debitur yaitu: usaha belum feasible, masih memiliki tunggakan kredit program, adanya persepsi dari masyarakat bahwa KUR adalah bantuan (hibah), sehingga calon debitur berani menunggak, sebagian besar tidak memiliki NPWP, sedangkan dari faktor internal bank adalah keterbatasan jaringan kantor cabang. 3.3 STABILITAS SISTEM PERBANKAN Pada triwulan I-2013, peningkatan penyaluran kredit bank umum didukung oleh risiko kredit yang terjaga. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh nilai Non Performing Loan (NPL) yang tercatat sebesar 1,55%, sedikit lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 1,42% dan masih dibawah target indikatif yang ditetapkan sebesar 5%. 36

54 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.5 Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum Berdasarkan jenis penggunaan, pada triwulan I-2013, rasio NPL terbesar dialami oleh kredit modal kerja sebesar 2,57%. Selanjutnya diikuti oleh kredit investasi sebesar 1,37% dan kredit konsumsi 1,00%. Secara sektoral, meningkatnya risiko kredit pada triwulan I-2013 didorong oleh meningkatnya rasio NPL pada beberapa sektor usaha, antara lain industri pengolahan menjadi sebesar 3,11%, industri perdagangan, hotel dan restoran sebesar 2,25%, pertambangan sebesar 2,19%, konstruksi sebesar 2,00%, jasa dunia usaha sebesar 1,47%, jasa dunia sosial sebesar 1,38%. Sementara itu penurunan rasio NPL terbesar dimiliki oleh sektor pertanian, yang triwulan sebelumnya sebesar 4,96% turun menjadi 4,15%. 3.4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran baik tunai dan non tunai. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, pada triwulan laporan tercatat kegiatan transaksi keuangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat menunjukkan peningkatan. Transaksi secara tunai kembali mengalami net inflow, sedangkan perkembangan transaksi secara non tunai masih didominasi layanan transaksi Real Time Gross Settlement. 37

55 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi Keuangan Secara Tunai Pada triwulan I-2013 perkembangan transaksi keuangan secara tunai di Nusa Tenggara Barat kembali berada pada tren net inflow. Kondisi tersebut tercermin dari penurunan jumlah aliran uang keluar (cash outflow) yang lebih kecil dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau dengan kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih kecil dibandingkan jumlah setoran uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat. Grafik 3.26 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow (Rp, miliar) Pada triwulan I-2013, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih berada pada tren peningkatan yang tercatat sebesar Rp1,42 triliun atau tumbuh signifikan sebesar 17,62% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh hingga 24,46% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp739,80 miliar. Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat tercatat mencapai Rp919,90 miliar yang tumbuh positif sebesar 34,45% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat tumbuh rendah sebesar 24,67% (yoy) atau sebanyak Rp1,16 triliun. Jumlah aliran uang keluar yang lebih kecil dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan terjadinya net inflow dengan jumlah mencapai Rp500,19 miliar Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil Secara umum, kegiatan penukaran uang pecahan kecil di NTB menunjukkan peningkatan. Selama triwulan I-2013, penukaran uang pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling yang melingkupi seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan penukaran langsung ke Kantor Perwakilan Bank 38

56 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai Rp43,98 miliar atau tumbuh positif sebesar 4,13% (yoy), namun tumbuh lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 10,98% (yoy). Berdasarkan lokasi, penukaran uang pecahan kecil secara langsung melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai Rp35,95 miliar atau tumbuh sebesar 21,10% (yoy), meningkat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 17,45% (yoy). Sementara itu, penukaran uang pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling mengalami peningkatan atau tumbuh negatif sebesar 36,01% (yoy) atau sebanyak Rp8,03 miliar, lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 71,52% (yoy). Berdasarkan komposisinya, penukaran uang kertas pecahan kecil (s.d Rp20.000) sepanjang triwulan I-2013 jumlahnya mencapai Rp28,541miliar. Penukaran uang kertas masih didominasi jenis Rp2.000,00 dengan jumlah mencapai Rp2,63 juta lembar, disusul pecahan Rp5.000,00 sebanyak Rp1,36 juta lembar, pecahan Rp10.000,00 sebanyak Rp0,81 juta lembar, pecahan Rp20.000,00 sebanyak Rp0,41 juta lembar dan pecahan Rp1.000,00 sebanyak Rp0,05 juta lembar. Sementara secara nominal, jumlah penukaran tertinggi dialami uang pecahan Rp20.000,00 yang mencapai Rp8,29 miliar kemudian disusul uang pecahan Rp10.000,00 yang mencapai uang pecahan Rp8,10 miliar. Grafik 3.27 Perkembangan Penukaran Uang Kecil (Rp, miliar) Grafik 3.28 Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan Transaksi Pembayaran Secara Non Tunai Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan I-2013 relatif menunjukkan penurunan dibanding triwulan lalu. Kondisi tersebut didorong oleh menurunnya transaksi keuangan secara non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS), dari sebesar 39

57 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Rp2,53 triliun pada triwulan lalu menjadi Rp2,35 triliun pada triwulan I Sementara itu, pada triwulan I-2013 transaksi secara kliring kembali menunjukkan penurunan yang tercatat mencapai Rp1,56 triliun (triwulan IV- 2012: Rp1,64 triliun). Grafik 3.29 Perkembangan Transaksi Non Tunai a. Transaksi Kliring Sepanjang triwulan I-2013, nilai transaksi kliring mencapai Rp1,56 triliun atau tumbuh sebesar 17,54% (yoy), lebih rendah dibanding dengan triwulan IV-2012 yang tumbuh sebesar 19,90% (yoy). Berdasarkan frekuensi transaksinya, jumlah warkat kliring yang diproses sepanjang triwulan I-2013 menunjukkan peningkatan yang tercatat sebanyak 36,44 ribu lembar atau tumbuh sebesar 13,01% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebanyak 36,48 ribu lembar. Grafik 3.30 Perkembangan Transaksi Kliring 40

58 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN b. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Walaupun mengalami penurunan pada triwulan lalu, kegiatan transaksi sarana RTGS masih mendominasi sistem pembayaran non tunai pada perbankan di Nusa Tenggara Barat. Sepanjang triwulan I-2013, jumlah transaksi pembayaran melalui RTGS tercatat sebanyak Rp2,35 triliun yang tumbuh negatif sebesar 2,21% (yoy), menurun dibanding triwulan IV-2012 ( Rp2,52 triliun) yang tumbuh sebesar 29,29% (yoy). Grafik 3.31 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement Dari sisi volume transaksi, jumlah transaksi RTGS menunjukkan penurunan, dari lembar pada triwulan IV-2012 menjadi lembar pada periode laporan. Berbagai keunggulan yang dimiliki sarana RTGS seperti kecepatan dan ketepatan dalam penyelesaian transaksi serta rendahnya risiko settlement-nya turut mempengaruhi jumlah transaksi RTGS di Nusa Tenggara Barat. 41

59 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Pada triwulan I-2013, perkembangan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) relatif lebih baik dibanding kinerja periode yang sama tahun lalu. Meski pada sisi penerimaan, cenderung mengalami penurunan akibat rendahnya penyerapan dana bagi hasil, peningkatan yang cukup tinggi ditunjukkan kinerja belanja daerah. Kondisi tersebut didorong oleh kinerja realisasi belanja komponen transfer bagi hasil ke Kabupaten/Kota/Desa dan belanja modal REALISASI PENDAPATAN DAERAH Penerimaan pendapatan Pemerintah Provinsi NTB sepanjang tahun 2013 direncanakan mengalami penambahan dibanding tahun lalu. Anggaran pendapatan direncanakan mampu mencapai hingga Rp2,49 triliun atau tumbuh 5,16% dibandingkan anggaran tahun 2012 yang ditargetkan sebesar Rp2,37 triliun (APDB-P 2012). Alokasi anggaran pendapatan daerah masih didominasi dana perimbangan dibandingkan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) dan pendapatan lain-lain yang sah, dengan pangsa masing-masing sebesar 66,26% : 32,19% : 1,55%. Hingga akhir triwulan I-2013, kinerja penerimaan pendapatan Pemprov. NTB tercatat mencapai Rp503,80 miliar atau sebesar 20,21% dari target sepanjang tahun Pencapaian tersebut, lebih rendah dibanding pencapaian triwulan I yang tercatat sebesar Rp583,95 miliar atau mencapai 26,05% dari total anggaran pendapatan tahun Berdasarkan kinerjanya, komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) menunjukkan pencapaian sebesar 22,19%, lebih tinggi dibanding kinerja komponen Dana Perimbangan (transfer) yang mencapai 19,64%. Relatif rendahnya kinerja penerimaan Dana Perimbangan akibat minimnya penerimaan dana bagi hasil pajak dan bukan pajak (Sumber Daya Alam) serta Dana Alokasi Khusus. Sementara pada komponen PAD, kinerjanya didorong oleh penerimaan komponen Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah yang mampu mencapai 37,15%. Namun demikian, terdapat sumber penerimaan yang masih belum terserap secara optimal yaitu pada komponen Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Pendapatan Retribusi Daerah REALISASI BELANJA Pada sisi komponen belanja, jumlah belanja pada tahun 2013 dianggarkan meningkat hingga Rp2,49 triliun atau tumbuh 5,26% dibandingkan rencana belanja tahun 2012 yang mencapai Rp2,36 triliun. Berdasarkan 42

60 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH alokasinya, dominasi belanja pemerintah dialokasikan pada belanja operasional khususnya pada belanja hibah dan belanja pegawai. Hingga akhir triwulan I-2013, realisasi belanja Pemprov. NTB tercatat sebesar 18,18% atau sebesar Rp452,49 miliar dari target belanja tahun Pencapaian tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 9,59%. Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Tahun 2013 (Rp Juta) Uraian APBD 2012 APBD 2013 Rencana Rencana Realisasi Tw I-13 % Pendapatan Daerah 2,370, ,492, , I Pendapatan Asli Daerah 793, , , Pendapatan Pajak Daerah 555, , , Pendapatan Retribusi Daerah 15, , , Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaaan 88, , Daerah Yang Dipisahkan 4 Lain-lain Pendapatan Asli daerah Yang Sah 134, , , II Pendapatan Transfer 1,561, ,651, , Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,099, ,187, , a Dana Bagi Hasil Pajak 186, , b Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 49, , c Dana Alokasi Umum 809, , , d Dana Alokasi Khusus 53, , Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 461, , , a Dana Penyesuaian 461, , , III Lain-lain Pendapatan Yang Sah 15, , , Pendapatan Hibah 15, , , Belanja Daerah 2,364, ,488, , I Belanja Operasi 1,734, ,840, , Belanja Pegawai 557, , , Belanja Barang 402, , , Belanja Subsidi Belanja Hibah 584, , , Belanja Bantuan Sosial 115, , Belanja Bantuan Keuangan 75, , II Belanja Modal 420, , , Belanja Tanah , Belanja Peralatan dan Mesin 46, , , Belanja Bangunan dan Gedung 90, , Belanja Jalan Irigasi dan Jaringan 281, , , Belanja Aset Tetap Lainnya 1, Belanja Aset Lainnya , III Belanja Tak Terduga 14, , Belanja Tak Terduga 14, , IV Transfer 195, , , Transfer Bagi Hasil ke Kabupaten/Kota/Desa 195, , , a Bagi Hasil Pajak Surplus/(Defisit) 5, , , , Pembiayaan I Penerimaan daerah 38, , Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILP 17, , Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 21, II Pengeluaran daerah 44, , Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 44, , Pembiayaan Netto (5,968.20) (3,912.86) (2.41) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) , Sumber : Biro Keuangan, Setda Provinsi NTB (Data Sementara) 43

61 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan komponennya, tingkat realisasi anggaran belanja tertinggi dialami komponen transfer bagi hasil ke Kabupaten/Kota/Desa dengan nilai mencapai Rp92,72 miliar atau sebesar 35,20% terhadap rencana anggaran tahun Kemudian disusul oleh komponen belanja hibah dengan tingkat realisasi mencapai 23,41% atau sebesar Rp174,28 miliar. Dari sisi saldo keuangan Pemprov NTB, hingga triwulan I-2013, jumlah dana simpanan milik Pemprov NTB yang ada di perbankan NTB menurun mencapai sebesar Rp163,35 miliar, tumbuh negatif sebesar 59,53% (yoy) dibanding posisi triwulan I Rendahnya jumlah simpanan tersebut dipengaruhi oleh tingkat penyerapan belanja pada triwulan I-2013 (18,18%) yang lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2012 (9,59%). Grafik 4.1 Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat di Perbankan (Rp miliar) Deposito Tabungan Giro Sumber : Laporan Bulanan Bank, KPw BI Prov. NTB 44

62 BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Perkembangan beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Barat relatif menurun. Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah TKI yang berangkat ke luar negeri menurun dibandingkan triwulan lalu. Dari sisi kesejahteraan, perkembangan tingkat pendapatan masyarakat kota terindikasi meningkat, namun daya beli masyarakat di pedesaan NTB relatif menurun dibanding triwulan lalu KETENAGAKERJAAN Sepanjang triwulan I-2013, perkembangan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat yang berangkat ke luar negeri menunjukkan penurunan. Jumlah TKI asal NTB yang berangkat sepanjang periode laporan tercatat sebanyak orang, turun 5,04% bila dibandingkan triwulan IV-2012 yang tercatat sebanyak orang. Namun demikian, kondisi tersebut meningkat sebesar 10,32% dibanding dengan periode yang sama tahun lalu, yang tercatat mencapai orang. Berdasarkan negara tujuan penempatan TKI, Malaysia merupakan negara tujuan utama dengan pangsa mencapai 99,93% atau sebanyak orang (Data BP3TKI Mataram). Selain karena masih berlangsungnya kebijakan moratorium (penghentian sementara) pengiriman TKI ke kawasan Timur Tengah, dominasi penempatan tenaga kerja di Malaysia diperkirakan dipengaruhi oleh faktor kedekatan geografis dan sosiologis (kemiripan bahasa dan kesamaan agama). Grafik 5. 1 Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Grafik 5. 2 Daerah Asal Tenaga Kerja Indonesia Sumbawa KSB 0.14% 0.05% Dompu 0.26% Malaysia 99.93% Lainnya 0.07% Lotim 57.31% Loteng 27.99% Lobar 11.15% Bima 1.10% Kota Bima 0.05% KLU 1.88% Kota Mataram 0.08% Sumber: BP3TKI Mataram Sumber: BP3TKI Mataram Dari sisi jenis lapangan kerja, pada triwulan laporan seluruh penempatan TKI berada pada jenis sektor formal. Sejalan dengan negara tujuan penempatan, sebagian besar atau 96,33% TKI memilih profesi sebagai pekerja ladang. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh relatif rendahnya latar belakang pendidikan dan

63 BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT relatif minimnya tingkat keterampilan para TKI asal NTB. Akibatnya pilihan kesempatan kerja menjadi terbatas dan mempengaruhi penempatan lapangan kerja TKI pada jenis profesi tersebut. Kemudian disusul oleh jenis pekerjaan konstruksi dan kilang/industri yang masing-masing tercatat sebesar 2,24% dan 0,81%. Berdasarkan daerah asal TKI, sebanyak 57,31% berasal dari Lombok Timur, kemudian diikuti oleh Lombok Tengah dengan pangsa sebesar 27,99%. Grafik 5. 3 Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia Rp. Juta 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Kuwait Jepang Jordania Asia Timur Malaysia Negara Lainnya Saudi Arabia Sumber: KPw BI Prov. NTB Dari sisi pengiriman dana, perkembangan kegiatan money remittance dengan tujuan NTB yang tercatat melalui perbankan kembali menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah dana yang dikirim ke NTB tercatat turun 0,60% dari sebesar Rp110,58 miliar pada triwulan lalu menjadi Rp109,92 miliar pada triwulan I Jumlah tersebut tumbuh negatif sebesar 12,45% (yoy) bila dibandingkan dengan triwulan I-2012 yang mampu mencapai Rp125,55 miliar. Berdasarkan wilayah asal pengiriman, negara utama yang mendominasi asal pengiriman dana remitansi ke NTB sepanjang triwulan I-2013 masih didominasi Saudi Arabia dengan pangsa mencapai 48,52% atau sebesar Rp53,33 miliar. Sedangkan daerah utama tujuan pengiriman dana remitansi didominasi Kota Mataram (termasuk Kabupaten Lombok Barat) dengan pangsa mencapai 44,54% atau sebesar Rp48,96 miliar KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Sepanjang triwulan I-2013, perkembangan kesejahteraan masyarakat di Nusa Tenggara Barat utamanya di Kota Mataram diperkirakan menunjukkan perkembangan yang baik. Kondisi tersebut tercermin dari indeks penghasilan saat ini dibandingkan kondisi enam bulan lalu dan indeks ekspektasi penghasilan yang berada di atas level optimis (indeks = 100). Sepanjang triwulan I-2013, secara rata-rata indeks-indeks tersebut tercatat sebesar 141,83% dan 156,33% (Survei Konsumen, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa

64 BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tenggara Barat), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat masingmasing sebesar 139,00% dan 150,17%. Peningkatan pendapatan masyarakat tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh penetapan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2013 yang mengalami kenaikan sebesar 10%. Sementara itu, untuk masyarakat pedesaan dilihat dari tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) kembali menunjukkan penurunan. Sepanjang triwulan I-2013, rata-rata indeks NTP Nusa Tenggara Barat tercatat sebesar 94,61 turun sebesar 0,69 point dibanding triwulan lalu yang mencapai 95,30. Kondisi tersebut disebabkan menurunnya nilai tukar petani padi/palawija, perkebunan dan nelayan. Grafik 5. 4 Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi Penghasilan Indeks Penghasilan Saat Ini vs 6 Bulan Lalu Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan YAD Level Optimis Grafik 5. 5 Perkembangan Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani NTPH (Horti) NTPT (Ternak) NTPP (Padi & Plwj) NTPR (Kebun) NTN (Nelayan) Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB Sumber: BPS NTP merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi pertanian. Rendahnya pencapaian angka NTP yang dibawah angka 100 menunjukkan bahwa kemampuan daya beli petani NTB relatif masih rendah. Harga jual hasil pertanian yang rendah dan meningkatnya harga-harga yang dibayar petani untuk biaya produksi dan barang-barang yang dikonsumsi mengakibatkan berkurangnya daya beli petani PENDIDIKAN Pendidikan yang berkualitas dan merata merupakan salah satu faktor penting upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kualitas sumber daya manusia dapat diukur dari kemajuan tingkat pendidikan suatu daerah. Perkembangan tingkat pendidikan dapat diukur dari durasi rata-rata lama sekolah dan rasio penduduk melek huruf. Berdasarkan data BPS Prov. NTB. tingkat pendidikan di NTB dari tahun 2007 hingga tahun 2011 cenderung menunjukkan perbaikan. Hingga tahun 2011, rata-rata lama sekolah di NTB

65 BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT tercatat mencapai 6,97 tahun, meningkat 0,2 tahun dibandingkan tahun 2010 yang tercatat selama 6,77 tahun. Kondisi tersebut lebih baik dibandingkan tahun 2010 yang mengalami peningkatan hanya sebesar 0.04 tahun. Jumlah penduduk yang bebas buta huruf juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Hingga akhir 2011, rasio angka melek huruf cenderung menunjukkan peningkatan menjadi sebesar 83,24%, meski pada tahun 2010 sempat mengalami penurunan mencapai 81,05%. Grafik 5. 6 Rata-rata Lama Sekolah Grafik 5. 7 Rasio Angka Melek huruf Rata-rata Lama Sekolah (tahun) Angka Melek Huruf (%) Sumber: BPS Sumber: BPS

66 Boks 2 Klaster Usaha Sapi Membawa Perubahan Paradigma Masyarakat Desa Senayan, Kabupaten Sumbawa Barat Pendahuluan Kesejahteraan bukanlah warisan dan penciptaan kesejahteraan juga bukan semata-mata tugas pemerintah, melainkan upaya bersama semua pihak. Oleh karena itu, merupakan langkah yang tepat bagi Bank Indonesia melaksanakan program klaster sebagai salah satu bentuk kegiatan bantuan teknis dalam rangka pemberdayaan sektor riil dan UMKM. Salah satu success story program bantuan teknis dan Program Sosial BI ditorehkan oleh Desa Binaan BI di Dusun Bun Mudrak, Kabupaten Lombok Tengah dengan diperolehnya Certificate of Merit Global CSR Award 2013 dalam kompetisi The 5 th Annual Global CSR Summit 2013 yang merupakan ajang kompetisi tahunan bagi program CSR perusahaan, lembaga nasional dan internasional se-asia. Kiranya, program pemberdayaan di daerah lain dapat membawa Indonesia menjejakkan langkah di pentas internasional. Latar Belakang Program Klaster Usaha Sapi di Desa Senayan, Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) merupakan dukungan Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB terhadap Program Bumi Sejuta Sapi (program Pemerintah Provinsi NTB). Hal lainnya yang melatarbelakangi dicetuskannya program Klaster Usaha Sapi tersebut, yaitu potensi alam, tersedianya infrastuktur (Rumah Potong Hewan bertaraf internasional dan Pasar Hewan), telah terbangunnya kelompok peternak sapi dan adanya dukungan stakeholders, yaitu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB dan Dinas Kelautan Perikanan Peternakan KSB. Pelaksanaan Program Output yang diharapkan dari pengembangan Klaster Usaha Sapi di Desa Senayan, yaitu: a. Meningkatnya populasi ternak sapi di NTB; b. Meningkatnya pendapatan masyarakat peternak melalui intensifikasi ternak sapi; c. Kelompok mampu mengakses modal kerja perbankan melalui usaha yang dikembangkan; d. Terciptanya lapangan pekerjaan baru. Untuk mencapai output tersebut, tahapan kegiatan yang telah dilakukan, yaitu: 1. Penandatanganan MoU antara BI dan Bupati KSB; 2. Identifikasi jumlah ternak dan aset kelompok; 3. Pelatihan penguatan kelembagaan kelompok; 4. Pengadaan Tenaga Pendamping Lapangan (TPL); 5. Studi banding ke sentra pembibitan dan pengolahan produk turunan sapi; 6. Pelatihan peningkatan manajemen pembibitan sapi potong dan pakan ternak; 7. Pembangunan infrastruktur (antara lain kandang komunal, kandang kawin, kandang sapih dan timbangan sapi). Gambaran Keberhasilan Kendala utama yang dihadapi pada awal kegiatan pengembangan Klaster Usaha Sapi di Desa Senayan adalah dari sisi individu anggota kelompok, antara lain adanya kesulitan mengubah pola pikir dan kebiasaan anggota kelompok dari pemeliharaan sapi pola lar (penggembalaan) yang telah dilaksanakan secara turun temurun menuju pola pengandangan (komunal), anggota kelompok masih belum memahami tujuan program klaster dan belum berjalannya fungsi kelompok yang ada. Namun, kondisi terkini telah memperlihatkan progress yang cukup signifikan, yaitu: a. Kelompok sudah mulai menempatkan ternak sapi di kandang dan pemberian pakan berprotein tinggi berupa legum untuk penggemukan; b. Telah terbangunnya kesadaran anggota dalam berkelompok, terlihat dari pertemuan yang diikuti oleh anggota kelompok; c. Kelompok setiap bulan telah melakukan Posyandu (penimbangan, pemeriksaan dan pencatatan kesehatan ternak); d. Kelompok sudah memahami hubungan siklus perkawinan dan waktu lahir ternak dengan ketersediaan pakan; e. Kelompok sudah memahami teknik menentukan pejantan yang sehat; f. Kelompok telah membuat tempat penampungan limbah ternak sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik. g. Kelompok telah menikmati keuntungan dengan pemeliharaan sapi dikandangkan selama 3 4 bulan sebesar ± Rp2 juta per ekor. Perubahan cara pandang (paradigma) terhadap usaha ternak sapi yang selama ini hanya dianggap sebagai usaha sampingan telah membawa sebuah perubahan besar bagi kehidupan perekonomian masyarakat Desa Senayan. Semoga hal yang baik ini dapat ditularkan ke daerah lainnya yang memiliki kemiripan karakter dengan masyarakat Desa Senayan, Kecamatan Poto Tano, KSB. 49

67 BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA 6.1. PROSPEK EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Pada triwulan II-2013, perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat diprediksi mampu menunjukkan pertumbuhan yang positif dan berada pada kisaran 4,50% - 5,00% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2013 diprediksi masih akan ditopang oleh kegiatan konsumsi rumah tangga yang akan tampil sebagai sumber utama pendorong pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut didorong oleh semakin membaiknya daya beli masyarakat seiring tibanya musim panen padi dan meningkatnya aktivitas konsumsi akibat kegiatan pemilihan kepala daerah (Gubernur NTB, Walikota Bima dan Bupati Lombok Timur) yang berlangsung pada Mei Hal ini terindikasi dari tingkat nilai Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang cenderung meningkat dan berada di atas level optimis (100) yang mencerminkan keoptimisan masyarakat dalam melakukan konsumsi. Kegiatan investasi diperkirakan akan meningkat sejalan dengan tren pertumbuhan kredit investasi pada level yang cukup tinggi. Kegiatan konsumsi pemerintah diperkirakan masih tumbuh tinggi selaras dengan meningkatnya anggaran belanja pemerintah NTB. Sementara itu, kegiatan ekspor diperkirakan masih berada pada tren pertumbuhan kontraksi dan menjadi penahan utama pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat, sebagian besar pelaku usaha di NTB mempersepsikan optimisme dalam kegiatan usaha. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi situasi bisnis yang tercatat sebesar 26,10%. Grafik 6.1 Ekspektasi Situasi Bisnis Triwulan Mendatang Grafik 6.2 Indeks Ekspektasi Konsumen Ekspektasi situasi bisnis Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Sumber: SKDU, KPw BI Prov. NTB Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB 50

68 BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan didorong oleh kinerja sektor-sektor andalan kecuali sektor pertambangan. Sektor perdagangan hotel dan restoran diperkirakan menjadi sumber utama pendorong pertumbuhan ekonomi seiring meningkatnya kegiatan perdagangan hasil bumi (pertanian) dan meningkatnya kegiatan MICE 1 akibat kegiatan kampanye pemilihan kepala daerah serta membaiknya tingkat kunjungan wisatawan. Kinerja sektor pertanian diperkirakan mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2013 sejalan dengan bertambahnya luas lahan panen yang didukung oleh cuaca yang relatif kondusif. Sementara kinerja sektor pertambangan diperkirakan belum menunjukkan pemulihan dan masih berada pada tren pertumbuhan yang rendah. Masih berlangsungnya kegiatan perluasan dinding tambang menyebabkan produksi konsentrat tembaga masih berada dibawah kapasitas normalnya. Kegiatan tersebut diperkirakan akan terus berlangsung hingga akhir 2013, sehingga kegiatan produksi konsentrat tembaga menggunakan material batuan cadangan (stock pile) dengan kadar mineral rendah sehingga jumlah konsentrat tembaga yang dihasilkan terbatas. Dari sisi pembiayaan, dukungan perbankan dalam mendorong peningkatan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku usaha di Nusa Tenggara Barat pada triwulan II-2013 diprediksi masih berada pada tren meningkat. Beberapa hal yang mendasari peningkatan tersebut antara lain permodalan bank yang cukup, prospek usaha dan kondisi ekonomi yang diperkirakan membaik. Kondisi tersebut terindikasi dari hasil Survei Opini Pimpinan/Pejabat Bank Umum yang kembali menunjukkan adanya peningkatan pemberian kredit baru. Berdasarkan sektornya, permintaan kredit baru tersebut sebagian besar masih ditujukan untuk kegiatan usaha pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan tingkat suku bunga, penyaluran kredit pada triwulan II-2013 diperkirakan cenderung mengalami penurunan suku bunga, sejalan dengan tingkat BI Rate yang cenderung menurun sejak awal tahun PERKIRAAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT Pada triwulan II-2013, laju inflasi Nusa Tenggara Barat diperkirakan kembali mengalami tren peningkatan dan diprediksi berada pada kisaran 6,00% ± 1% (yoy). Secara umum, tekanan inflasi pada awal triwulan II-2013 diperkirakan akan bergerak menurun dan kemudian akan bergerak meningkat seiring berakhirnya musim panen padi dan kenaikan tarif tenaga listrik. Berdasarkan informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, sepanjang triwulan II-2013, kondisi sifat hujan yang 1 Meetings, incentives, conferences, & exhibitions 51

69 BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA akan dialami Provinsi Nusa Tenggara Barat bersifat cenderung di atas normal yang berpotensi menekan laju inflasi. Kondisi tersebut juga tercermin dari ekspektasi masyarakat akan pembentukan harga barang dan jasa pada triwulan II-2013 yang terindikasi dari indeks ekspektasi harga konsumen untuk tiga bulan yang akan datang yang cenderung menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 6.3). Peningkatan ekspektasi tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh ketidakpastian pemerintah dalam menetapkan kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak. Dari sisi supply, tekanan inflasi diprediksi dipengaruhi oleh terkendalanya pasokan hortikultura (bumbu-bumbuan dan buah-buahan) asal impor yang mengalami pembatasan. Selain itu, terbatasnya pasokan solar diperkirakan akan menyebabkan terbatasnya operasional angkutan transportasi (truk) sehingga berpotensi mengganggu kelancaran distribusi pasokan komoditi yang berasal dari luar NTB. Di sisi lain, berlangsungnya kegiatan panen padi pada triwulan II-2013 akan menjadi faktor yang menahan laju inflasi. Grafik 6.3 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang Grafik 6.4 Prakiraan Curah Hujan Indeks Ekspektasi Harga Konsumen-3 bln yad Nusa Tenggara Barat Sumber : Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB Sumber : BMKG 52

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III211 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit : BANK INDONESIA MATARAM Kelompok Kajian Statistik dan Survei Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan IV 2008 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan IV2008 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan II21 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan II21 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I 200 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I200 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan IV2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan IV2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III2013

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I - 200 7 Kantor Bank Indonesia M a t a r a m Penerbit : BANK INDONESIA MATARAM Bidang Ekonomi, Moneter dan Perbankan Seksi Statistik dan Kajian

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III 2008 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III2008 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Mei 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Mei 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-211 v KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci