KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014

2 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Sumatera Utara. Pada periode ini mengulas dinamika ekonomi di Sumut pada Triwulan IV-2013 yang tercermin dari perkembangan makroekonomi regional, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, serta prospek ekonomi Sumut ke depan. Analisis dilakukan berdasarkan data laporan bulanan bank umum dan BPR, data statistik dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, data dari instansi/lembaga terkait lainnya serta informasi dari para pelaku ekonomi utama di Sumatera Utara. Secara umum, kondisi perekonomian Sumut pada triwulan IV-2013 kembali melambat pada level 5,83% (yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi disebabkan adanya perlambatan pada pertumbuhan konsumsi serta investasi, sementara di sisi penawaran, disebabkan adanya perlambatan pertumbuhan pada sektor primer dan tersier. Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan juga turut disebabkan oleh tekanan inflasi yang kembali meningkat dari triwulan sebelumnya yaitu meningkat signifikan dari 9,35% menjadi 10,18% (yoy). Capaian inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan laporan tersebut juga jauh melampaui inflasi nasional sebesar 8,38% (yoy), bahkan menjadi provinsi dengan tingkat inflasi tertinggi kedua nasional setelah Sumatera Barat. Sementara itu, di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, kredit perbankan di Sumatera Utara pada triwulan IV meskipun tumbuh melambat dibandingkan periode yang sama tahun 2012 yang mencapai 23,49% (yoy), masih tumbuh cukup positif dilevel 18,56% (yoy). Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan I-2014 kami perkirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2013, dipengaruhi oleh optimisme pada konsumsi terutama sebagai akibat perayaan imlek yang terjadi pada awal tahun dan mulai terasanya aktivitas persiapan pemilu. Sementara itu dari sisi sektoral, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) dan sektor Angkutan dan Komunikasi diperkirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan I Sementara di sisi lain, inflasi pada triwulan I diperkirakan akan mulai mereda di kisaran 9,0 9,4%. Penurunan inflasi diperkirakan bersumber dari membaiknya pasokan pangan dan distribusi. Namun, beberapa upward risk seperti krisis energi baik listrik dan gas, kenaikan harga gas elpiji, rencana pengurangan subsidi listrik, gangguan produksi dan distribusi bahan makanan terkait erupsi Gunung Sinabung dan cuaca ekstrem perlu mendapat perhatian lebih. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah menyediakan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan buku ini. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Medan, Februari 2014 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX (SUMATERA UTARA DAN ACEH) Hari Utomo Direktur Eksekutif ii

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii RINGKASAN UMUM... xi BAB 1 EKONOMI MAKRO REGIONAL Kondisi Umum Analisis Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor dan Impor Analisis Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel, Dan Restoran Sektor Keuangan, Persewaan, Dan Jasa Perusahaan Sektor Bangunan Sektor Pengangkutan Dan Komunikasi BAB 2 INFLASI Kondisi Umum Analisis Perkembangan Inflasi Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Menurut Kota Disagregasi Inflasi iii

4 2.3.1 Inflasi Inti (Core Inflation) Inflasi Volatile Food Inflasi Administered Prices BOX 1 SiHarapanKu, Terobosan Layanan Informasi Harga dan Produksi dalam Mengendalikan Inflasi Sumatera Utara BAB 3 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kondisi Umum Intermediasi Perbankan Penghimpunan Dana Masyarakat Penyaluran Kredit Perbankan Penyaluran Kredit UMKM Stabilitas Perbankan Perbankan Syariah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kinerja Sistem Pembayaran Non Tunai Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Kegiatan Transaksi Kliring Kinerja Sistem Pembayaran Tunai BOX 2 Dampak Erupsi Gunung Sinabung BOX 3 Pelayanan Penukaran Uang Pecahan Kecil dengan Kartu (Card to Cash) di Kota Medan BAB 4 KEUANGAN PEMERINTAH Realisasi Belanja Pemerintah Rekening Pemerintah di Bank APBD Sumatera Utara Tahun BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Ketenagakerjaan iv

5 5.2. Kesejahteraan Profil Kemiskinan Sumatera Utara Tingkat Penghasilan Masyarakat Nilai Tukar Petani BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN Perkiraan Ekonomi Perkiraan Inflasi LAMPIRAN v

6 DAFTAR TABEL Tabel 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Permintaan Tabel 1. 2 Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi Sumatera Utara Tabel 1. 3 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumut Tabel 1. 4 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Penawaran Tabel 1. 5 Perkembangan Produksi Padi/Palawija Tabel 2.1 Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (% qtq) Tabel 2. 2 Inflasi Tahunan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%) Tabel 2. 3 Inflasi Triwulanan 4 Kota di Sumatera Utara (%, yoy) Tabel 2. 4 Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%) Tabel 2. 5 Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) Tabel 2. 6 Inflasi Tahunan di Sumut Menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%,yoy) Tabel 3. 1 Indikator Utama Perbankan Sumut Tabel 3. 2 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut per Sektor Ekonomi Tabel 3. 3 Indikator Utama BPR Sumut Tabel 3. 4 Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Tabel 3. 5 Transaksi Kliring Perbankan Sumatera Utara Tabel 3. 6 Perkembangan temuan uang rupiah tidak asli Tabel 4. 1 Perkembangan APBD Tahun 2012 s.d Tabel 5. 1 Perkembangan UMP di Kawasan Sumatera SumateraSumatera Tabel 5. 2 Garis Kemiskinan Sumatera Utara Tahun (Rp/ Kapita/ Bulan) Tabel 5. 3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) vi

7 DAFTAR GRAFIK Grafik 1. 1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumut Grafik 1. 2 Struktur Perekonomian Sumut Grafik 1. 3 Bobot terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Triwulan IV Grafik 1. 4 Pertumbuhan PDRB Sektor Konsumsi Sumut Grafik 1. 5 Perkembangan Nilai Penjualan berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) Grafik 1. 6 Perkembangan Survei Konsumen Provinsi Sumut Grafik 1. 7 Perkembangan Kredit Konsumsi Sumut Grafik 1. 8 Perkembangan Indeks NTPR Provinsi Sumut Grafik 1. 9 Perkembangan Rekening Pemerintah Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor Investasi Sumut Grafik Perkembangan Kredit Investasi Sumut Grafik Perkembangan Penjualan Semen Sumut Grafik Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei penjualan eceran Sumut 23 Grafik Pertumbuhan PDRB Aktivitas Perdagangan Luar Negeri Sumut Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Sumut Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Sumut Grafik Perkembangan Volume Ekspor Komoditas Utama Sumut Grafik Perkembangan Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan Sumut Grafik Negara Tujuan Ekspor Sumut Grafik Perkembangan Nilai Impor Sumut Grafik Pertumbuhan Volume Impor Sumut per Kategori Barang (%) Grafik Persentase Nilai Impor Sumut per Kategori Barang Grafik Negara Asal Impor Sumut vii

8 Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Sumut Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumut Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Sumut Grafik Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan Sumut Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Pengolahan dan SKDU Sumut Grafik Perkembangan Kredit Sektor PHR Sumut Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor PHR dan SKDU Sumut Grafik Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Sumut Grafik Perkembangan NTB Perbankan di Provinsi Sumut Grafik Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi Sumut Grafik Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei penjualan eceran Sumut 36 Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan Sumut Grafik Perkembangan Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Sumut Grafik 2. 1 Disagregasi Inflasi Sumut dan Nasional Grafik 2. 2 Inflasi Provinsi Desember Grafik 2. 3 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan Grafik 2. 5 Perkembangan Cabe Merah Grafik 2. 6 Perkembangan Harga Sayur-sayuran Grafik 2. 7 Perkembangan Bawang Merah dan Bawang Putih Grafik 2.8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Sumut Grafik 2.9 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Sumut Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut viii

9 Grafik 2.11 Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut 44 Grafik 2.12 Inflasi Triwulanan Grafik 2.13 Inflasi Tahunan Kelompok Sandang di Sumut Grafik 2.14 Pergerakan Harga Emas Perhiasan Triwulan IV Grafik 2.15 Pergerakan Harga Emas Dunia Triwulan IV Grafik 2.16 Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Sumut Grafik 2.17 Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Sumut Grafik 2.18 Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut Grafik 2.19 Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut Grafik 2.20 Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan di Sumut Grafik 2.21 Inflasi Tahunan Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan di Sumut 48 Grafik 2.22 Disagregasi Inflasi Sumut Grafik 3. 1 Perkembangan DPK Sumut Grafik 3. 2 Struktur DPK Sumut Grafik 3. 3 Perkembangan Suku Bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) Sumut Grafik 3. 4 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut Grafik 3. 5 Pangsa Kredit Sumut per Jenis Penggunaan Grafik 3. 6 Perkembangan Suku Bunga, BI Rate, dan Kredit Sumut Grafik 3. 7 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumut Grafik 3. 8 Perkembangan Kredit UMKM Sumut Grafik 3. 9 Pangsa Kredit UMKM Sumut Grafik Perkembangan Penyaluran KUR Sumut Grafik Perkembangan Debitur KUR Sumut Grafik Perkembangan NPL Perbankan Sumut Grafik Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah ix

10 Grafik Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah Grafik Perkembangan NPL BPR Sumut Grafik Perkembangan Aliran Uang Kartal melalui Bank Indonesia di Provinsi Sumatera Utara Grafik Perkembangan Jumlah Uang Tidak Layak Edar di Sumatera Utara Grafik 4. 1 Estimasi Realisasi Belanja Daerah secara Agregat Nasional Tahun Grafik 4. 2 Estimasi Realisasi Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Sumut tahun Grafik 4. 3 Estimasi Realisasi Belanja Daerah Pemerintah Provinsi tahun Grafik 4. 4 Realisasi Belanja Modal dan Estimasi Belanja Modal Tahun Grafik 4. 4 Posisi Rekening Pemerintah Daerah Grafik 5. 1 Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara Grafik 5. 2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara menurut Daerah Grafik 5. 3 Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan Grafik 5. 4 Nilai Tukar Petani Grafik 6. 1 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Grafik 6. 2 Perkembangan Penyaluran Semen di Sumatera Utara Grafik 6. 3 Komponen IKK Survei Konsumen Grafik 6. 4 Indeks Penjualan Eceran x

11 RINGKASAN UMUM GAMBARAN UMUM Pada triwulan IV-2013, ekonomi Sumatera Utara tumbuh sebesar 5,83% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan III Namun demikian, perekonomian Sumut pada triwulan ini masih di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,72% (yoy). Realisasi pertumbuhan ini sedikit di bawah proyeksi sebelumnya sebesar 5,9% 6,2% (yoy). Inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 4,27% (qtq) atau 10,18%(yoy), jauh di atas inflasi Nasional yang hanya sebesar 8,38% (yoy) dan berada pada urutan kedua angka inflasi tertinggi secara nasional. Laju inflasi pada triwulan IV-2013 tersebut sedikit lebih tinggi dari kisaran proyeksi sebelumnya sebesar 9,7%-10,1 (yoy). Ditengah perlambatan ekonomi dan tingginya tekanan inflasi, kinerja perbankan Sumatera Utara sampai dengan triwulan IV-2013 secara umum masih tumbuh cukup baik dan pada level yang terjaga. Hal ini tercermin dari rasio Non Performing Loans yang menurun dari 2,29% di triwulan III-2013 menjadi 2,12% di triwulan IV-2013, ditengah pertumbuhan kredit yang masih tumbuh dari 18,41% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 18,56% (yoy). Kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara menunjukkan peningkatan, yang tercermin dari penurunan jumlah penduduk miskin dan NTP yang meningkat. Ke depan, perlu diambil kebijakan yang terstruktur untuk meminimalkan dampak negatif kenaikan UMP dan yang bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Utara pada tahun 2014 meningkat sebesar 9,52% dibandingkan UMP Sumatera Utara tahun 2013, yaitu dari Rp menjadi sebesar Rp Kenaikan UMP Sumatera Utara ini lebih kecil dibandingkan kenaikan UMP Sumatera Utara pada tahun sebelumnya yang mencapai 14,58% dan rata-rata kenaikan UMP di kawasan Sumatera yang mencapai 19,08%. Kenaikan UMP akan berpotensi memberikan tekanan terhadap inflasi Sumatera Utara tahun 2014, karena untuk menjaga margin keuntungan, pelaku usaha umumnya cenderung memilih untuk melakukan penyesuaian harga dibanding efisiensi. Mencermati perkembangan beberapa indikator ekonomi, pada triwulan I-2014 mendatang pertumbuhan ekonomi Sumut diperkirakan tetap berada dalam lintasan yang meningkat, bersumber dari permintaan domestik yang tetap kuat. Sementara itu, laju inflasi tahunan triwulan I mendatang diperkirakan berada pada kisaran 9,0%-9,4%(yoy). Perekonomian Sumut pada triwulan IV-2013 tumbuh ASSESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL Pada triwulan IV-2013, ekonomi Sumatera Utara tumbuh sebesar 5,83% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan III Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi disebabkan adanya perlambatan pada pertumbuhan konsumsi serta investasi. Perlambatan yang terjadi pada xi

12 melambat 5,83% (yoy). Tekanan inflasi Sumut pada triwulan IV-2013 menunjukkan peningkatan, dan berada jauh di atas inflasi Nasional. Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, industri perbankan Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 secara umum masih tumbuh cukup baik. konsumsi di triwulan laporan tidak hanya terjadi pada konsumsi rumah tangga, namun juga pada konsumsi pemerintah. Perlambatan pertumbuhan pada konsumsi rumah tangga diperkirakan karena faktor keraguan masyarakat dan preferensi masyarakat untuk menahan dalam melakukan konsumsi sebagai akibat tekanan harga yang tercermin dari tingkat inflasi yang cukup tinggi. sementara di sisi penawaran, disebabkan adanya perlambatan pertumbuhan pada sektor primer dan tersier. ASSESMEN INFLASI Inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 4,27% (qtq) atau 10,18%(yoy). Realisasi inflasi Sumut pada periode laporan jauh di atas inflasi Nasional yang hanya sebesar 8,38% (yoy) dan berada pada urutan kedua angka inflasi tertinggi secara nasional dan hanya berada sedikit dibawah dari capaian inflasi Sumatera Barat sebesar 10,87% (yoy). Secara umum, pergerakan inflasi inti pada triwulan IV-2013 relatif stabil dengan komoditas yang menjadi perhatian utama adalah emas perhiasan yang pada triwulan ini harganya cenderung menurun. Sementara itu, Inflasi kelompok Volatile food selama triwulan IV-2013 relatif tinggi tercermin dari perkembangan inflasi pada kelompok ini yang setiap bulannya di triwulan IV-2013 selalu berada diatas kisaran 12% (Oktober 2013 sebesar 12,7% (yoy), November 2013 sebesar 15,3% (yoy), dan Desember sebesar 13,1% (yoy)). Penyumbang inflasi utama pada kelompok ini selama triwulan IV-2013 berasal dari sub kelompok bumbu-bumbuan, terutama dari komoditas bawang merah dan cabai merah terkait kurangnya pasokan. Inflasi pada kelompok administered prices disepanjang triwulan IV-2013 cukup tinggi, khususnya pada Oktober 2013 sebesar 18,8% (yoy), Nopember 2013 sebesar 19,2% dan Desember 2013 sebesar 18,8% Komoditas utama yang menjadi penyumbang inflasi pada kelompok administered prices adalah kenaikan tarif listrik, bahan bakar rumah tangga dan angkutan udara menyusul penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM). ASSESMEN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, industri perbankan Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 secara umum masih tumbuh cukup baik. Hal ini terlihat dari pertumbuhan beberapa indikator utama kinerja perbankan di Sumatera Utara yang masih cukup baik seperti total aset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit yang masih tumbuh masing-masing sebesar 15,79% (yoy), 11,45% (yoy), dan 18,56% (yoy). Total aset perbankan di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 mencapai Rp214,97 triliun, meningkat sebesar 5,69% (qtq) atau 15,79% (yoy). Namun, pertumbuhan aset perbankan tersebut melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2012 yang mencapai 15,99% (yoy). Posisi penghimpunan dana oleh Perbankan berupa Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp155,88 triliun, tumbuh 4,88% (qtq) atau 11,45% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 meningkat sebesar 6,44% (qtq) atau 18,56% (yoy), tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,47% (qtq) atau xii

13 18,41% (yoy). Pertumbuhan kredit perbankan yang jauh lebih tinggi dari DPK yang dihimpun Perbankan menyebabkan Loan to Deposit Ratio cukup besar (diatas 100%). Sementara itu, kualitas kredit yang disalurkan pada triwulan laporan juga masih dapat dijaga dan berada jauh dibawah level indikatif 5%. Transaksi perbankan di Provinsi Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan IV-2013 baik secara nominal maupun volume mengalami peningkatan. Demikian pula dengan perputaran kliring perbankan di Provinsi Sumatera Utara, pada triwulan IV-2013 juga mengalami peningkatan secara nominal yaitu sebesar 1,13% (qtq). Sementara itu, perkembangan aliran uang kartal di Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 mengalami net inflow Rp291,07 miliar, berbeda dengan kondisi pada triwulan III-2013 yang mengalami net outflow sebesar Rp 281,19 miliar. Kondisi ini disebabkan oleh aliran setoran masyarakat kepada perbankan setelah mengalami penarikan pada triwulan III-2013 yang bersamaan dengan perayaan Idul Fitri. Sementara itu, jumlah uang kartal yang tidak layak edar sehingga harus dimusnahkan tercatat sebesar Rp1,02 triliun atau sebesar 22,50% dari jumlah inflow. APBD 2013 Provinsi Sumut diperkirakan masih akan dibawah pagu anggaran. Kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara menunjukkan peningkatan, yang tercermin dari penurunan persentase ASSESMEN KEUANGAN DAERAH Penyerapan belanja daerah Provinsi Sumatera Utara terus mengalami peningkatan kinerja. Hal ini tercermin dari realisasi penyerapan belanja terhadap APBD yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, pencapaian APBD 2013 diperkirakan masih akan berada dibawah pagu anggaran sebagaimana dengan hasil estimasi penyerapan belanja daerah APBD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 yang dilakukan oleh Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah, DJPK - Kementerian Keuangan. Provinsi Sumatera Utara diperkirakan termasuk kedalam 13 Provinsi dengan pencapaian di atas 92,5% APBD. Namun, estimasi penyerapan tahun ini relatif berbeda dengan realisasi tahun 2012 sebesar 92,3% APBD. Seiring dengan perkiraan masih terbentuknya SiLPA akibat penyerapan belanja daerah APBD 2013 yang masih dibawah pagunya, posisi simpanan Pemda Sumatera Utara (Pemprov dan Pemkab/Pemko ) akhir 2013 masih meningkat. SilPA tersebut diduga akan digunakan untuk biaya langsung antara lain belanja pegawai di awal tahun. ASSESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara menunjukkan peningkatan, yang tercermin dari penurunan persentase penduduk miskin dan NTP yang meningkat. Ke depan, perlu diambil kebijakan yang terstruktur untuk meminimalkan dampak negatif kenaikan UMP dan yang bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Persentase penduduk miskin Sumut pada Semester II-2013 tercatat mencapai 10,39% (data September 2013), sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 10,41%. Penurunan ini terutama bersumber dari menurunnya persentase penduduk miskin di xiii

14 penduduk miskin dan NTP yang meningkat. Perekonomian Sumut pada triwulan I-2014 diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan IV Sementara itu laju inflasi diperkirakan sebesar 9,0% 9,4% (yoy) pedesaan menjadi 10,33% dari sebelumnya sebesar 10,53% di tahun Walaupun penduduk miskin menurun, tetapi berdasarkan hasil survei konsumen pada triwulan IV-2013 terjadi penurunan persepsi konsumen/masyarakat atas penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu. Hal ini tercermin dari penurunan indeks dari 132,18 menjadi 115,38. Ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang juga menurun dari 128,71 menjadi 125,64. Kondisi ini mengindikasikan walaupun jumlah penduduk miskin menurun, optimisme kegiatan konsumsi masih relatif rendah. Sementara itu, NTP mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 97,42 menjadi 99,11. Meskipun mengalami peningkatan, namun nilai indeks yang dibawah 100 menunjukkan bahwa indeks harga yang diterima petani lebih rendah dari indeks yang harus dibayar oleh petani. Nilai indeks NTP yang di bawah 100 ini terjadi pada hampir semua sub sektor, kecuali sub sektor peternakan (NTPT). PROSPEK PEREKONOMIAN Pertumbuhan perekonomian Sumatera Utara pada triwulan I-2014 diperkirakan lebih tinggi dari triwulan IV-2013, dipengaruhi oleh optimisme pada konsumsi terutama sebagai akibat perayaan imlek dan Cap Gomeh yang terjadi pada awal tahun dan mulai terasanya aktivitas persiapan pemilu. Selain itu, seiring dengan pemulihan permintaan global yang akan menopang perbaikan harga komoditas ekspor (IHex), pada akhirnya diduga akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan ekspor, ditengah tekanan terhadap ketentuan larangan ekspor mineral. Sementara itu dari sisi sektoral, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan sektor Angkutan dan Komunikasi diperkirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan I Sementara di sisi lain, inflasi pada triwulan I-2014 diperkirakan akan mulai mereda di kisaran 9,0-9,4%. Penurunan inflasi diperkirakan bersumber dari membaiknya pasokan bahan pangan dan kelancaran distribusi. Namun, beberapa upward risks seperti krisis energi baik listrik dan gas, kenaikan harga gas elpiji, rencana pengurangan subsidi listrik, gangguan produksi dan distribusi bahan makanan pasca Gunung Sinabung dan cuaca ekstrem perlu mendapat perhatian lebih. Dengan mempertimbangkan perkembangan perekonomian global dan perkembangan ekonomi domestik hingga saat ini, kinerja perekonomian Sumatera Utara untuk keseluruhan tahun 2014 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan di kisaran 6,1%- 6,6%. Pertumbuhan tersebut terutama diperkirakan akan ditopang oleh masih positifnya kinerja sektor konsumsi baik konsumsi pemerintah maupun konsumsi swasta terkait peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP), menurunnya tekanan inflasi, serta peningkatan aktivitas ekonomi terkait Pemilu Sementara itu pertumbuhan investasi juga diperkirakan masih akan optimis seiring dengan penyelesaian proyekproyek infrastuktur yang menjadi bagian dari proyek pendukung dalam MP3EI, penambahan pabrik industri pengolahan kelapa sawit dan xiv

15 meningkatnya belanja modal berupa infrastruktur pada APBD tahun Namun, pertumbuhan investasi diperkirakan masih akan sedikit tertahan khususnya menjelang masa Pemilu terkait pelaku usaha yang memilih wait and see terhadap hasil Pemilu Sementara itu, ekspor juga diperkirakan akan meningkat seiring membaiknya perekonomian negara mitra dagang (USA, Eropa) serta stabilnya ekonomi Cina. Seiring dengan perkiraan masih cukup tingginya konsumsi rumah tangga, impor barang konsumsi pada tahun 2014 juga diperkirakan masih akan tinggi. xv

16 BAB 1 EKONOMI MAKRO REGIONAL Pada triwulan IV-2013, ekonomi Sumatera Utara tumbuh sebesar 5,83% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan III Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi disebabkan adanya perlambatan pada pertumbuhan konsumsi serta investasi, sementara dari sisi penawaran, disebabkan adanya perlambatan pertumbuhan pada sektor primer dan tersier. Sektor primer yang mengalami perlambatan adalah sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian, sementara sektor tersier yang mengalami perlambatan adalah sektor angkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Perekonomian Sumatera Utara masih didominasi ketiga sektor industri pengolahan, sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran Kondisi Umum Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1. 1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1. 2 Struktur Perekonomian Sumut Pada triwulan IV-2013, laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara melambat dari 5,94%(yoy) 1 pada triwulan III-2013 menjadi 5,83% (yoy) (Grafik 1.1). Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi disebabkan adanya perlambatan pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta investasi, sementara net ekspor mengalami peningkatan pertumbuhan yang signifikan. Dari sisi penawaran, faktor dominan yang menyebabkan perlambatan laju pertumbuhan adalah sektor primer seperti sektor pertanian dan sektor 1 PDRB Tw III-2013 mengalami revisi dari Angka sangat sementara menjadi Angka sementara sesuai Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Sumatera Utara No.13/02/12 Th. XVII, 5 Februari

17 pertambangan dan penggalian, serta sektor tersier seperti sektor angkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Secara keseluruhan, perekonomian Sumatera Utara pada periode laporan mencatat output riil sebesar Rp36,34 triliun 2 atau mencapai 5,19% dari perekonomian Indonesia, meningkat dari triwulan sebelumnya yang menyumbang sebesar 5,10% terhadap perekonomian Indonesia Analisis Sisi Permintaan Tabel 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Permintaan Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan disebabkan oleh perlambatan pada pertumbuhan konsumsi dan investasi, sementara net ekspor mengalami pertumbuhan positif. Perlambatan yang terjadi pada konsumsi di triwulan laporan tidak hanya terjadi pada konsumsi rumah tangga, namun juga pada konsumsi pemerintah. Perlambatan pertumbuhan pada konsumsi rumah tangga diperkirakan karena faktor keraguan masyarakat dan preferensi masyarakat untuk menahan dalam melakukan konsumsi sebagai akibat tekanan harga yang tercermin dari tingkat inflasi yang cukup tinggi. Meskipun melambat, konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan masih tumbuh cukup tinggi (6,42%, yoy) dengan andil terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 3,73%. Secara keseluruhan tahun 2013, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tumbuh dari 6,03% (yoy) pada tahun 2012 menjadi 7,42% (yoy) (Tabel 1.1). Sementara itu, konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 4,39% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,58% (yoy). Andil konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 sebesar 0,55% (Grafik 1.3). 2 Berdasarkan Harga Konstan, tahun dasar

18 Untuk keseluruhan tahun 2013, konsumsi pemerintah masih tumbuh sebesar 4,32% (yoy). Pencapaian pada tahun 2013 tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,18% (yoy) seiring dengan pertumbuhan anggaran belanja APBD Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2013 yang tidak setinggi tahun sebelumnya. Pertumbuhan anggaran belanja APBD Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2013 hanya sebesar 15,67% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan anggaran belanja APBD Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 yang mencapai hingga 48,11% (yoy). Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada pertumbuhan investasi. Investasi pada triwulan IV-2013 hanya tumbuh 4,59% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,13% (yoy), dengan andil terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 1,25%. Meskipun melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,66% (yoy), pertumbuhan investasi untuk keseluruhan tahun 2013 masih tumbuh cukup tinggi yaitu 8,43% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan investasi di Sumatera Utara didukung dengan banyaknya realisasi proyek MP3EI yang berjalan pada tahun 2013 antara lain pembangunan Bandara Kualanamu. Di sisi lain, net ekspor yang dalam enam triwulan terakhir mengalami pertumbuhan negatif, pada triwulan IV-2013 mulai mengalami pertumbuhan positif. Net ekspor pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 6,71% (yoy), meningkat drastis dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif sebesar -12,59% (yoy) maupun dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2012 yang hanya sebesar -22,53% (yoy). Andil net ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan laporan sebesar 0,30%. Namun, net ekspor untuk keseluruhan tahun 2013 masih tumbuh negatif sebesar -13,51% (yoy), melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang juga tumbuh negatif sebesar -3,51%(yoy). Perlambatan pertumbuhan net ekspor tahun 2013 tersebut disebabkan lebih tingginya pertumbuhan impor (7,53%, yoy) dibandingkan pertumbuhan ekspor (4,92%, yoy). Grafik 1. 3 Bobot terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Triwulan IV

19 1.2.1 Konsumsi Pada triwulan IV-2013, konsumsi tumbuh sebesar 6,14% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,21% (yoy) (Grafik 1.4). Perlambatan konsumsi terutama terjadi pada konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 6,42% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,64% (yoy). Meskipun tumbuh melambat, konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dengan andil terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 3,73%. Melambatnya konsumsi rumah tangga diindikasikan oleh nilai penjualan barang eceran yang turun menjadi Rp62,12 miliar atau turun sebesar -9,75% (yoy) (Grafik 1.5) 3. Penurunan nilai penjualan eceran pada triwulan IV-2013 diakibatkan oleh penurunan pertumbuhan pembelian perlengkapan rumah tangga lainnya, bahan bakar kendaraan bermotor, serta peralatan dan komunikasi. % Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1. 4 Pertumbuhan PDRB Sektor Konsumsi Sumut Sumber: KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1. 5 Perkembangan Nilai Penjualan berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) Perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga di Sumatera Utara juga diduga terkait dengan turunnya tingkat optimisme konsumen atas kondisi perekonomian di Sumatera Utara dan lebih memilih menahan konsumsi mengingat tekanan harga yang meningkat di triwulan akhir tahun Kondisi turunnya tingkat optimisme konsumsi masyarakat juga dikonfirmasi oleh perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen/IKK dan Indeks Keyakinan Ekonomi/IKE yang meskipun masih berada di level optimis namun dengan optimisme yang menurun. Pada triwulan IV- 2013, IKK di Kota Medan sebesar 107,05 turun dibandingkan triwulan III-2013 yang 3 Survei Penjualan Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX 19

20 mencapai 111,20, sementara IKE mencapai 102,35 turun cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 113,37 (Grafik1.6) 4. Perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga Sumatera Utara turut disumbangkan dari sisi pembiayaan yaitu turunnya pembiayaan kredit konsumsi. Kredit konsumsi Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 6,12% (yoy) menjadi Rp36,58 triliun, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,08% (yoy) (Grafik 1.7). Penurunan permintaan kredit konsumsi diperkirakan akibat adanya peningkatan suku bunga kredit konsumsi perbankan sejalan dengan peningkatan BI Rate yang pada triwulan IV-2013 menjadi 7,50%. Selain itu, tingginya tekanan inflasi Sumatera Utara pada triwulan laporan diperkirakan turut menurunkan daya beli dan minat masyarakat dalam melakukan konsumsi. Meskipun melambat, namun konsumsi rumah tangga Sumatera Utara masih tumbuh cukup tinggi yaitu diatas 5% (yoy). Masih cukup tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tersebut turut didukung oleh adanya peningkatan kesejahteraan petani perkebunan, mengingat sektor utama unggulan Sumatera Utara adalah sektor perkebunan. Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR) pada triwulan IV-2013 sebesar 99,92 naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 93,70 (Grafik 1.8). Sumber: KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 1. 6 Perkembangan Survei Konsumen Provinsi Sumut Sumber: Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik 1. 7 Perkembangan Kredit Konsumsi Sumut 4 Survei Konsumen KPw BI Wilayah IX (Sumatera dan Aceh) 20

21 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik 1. 8 Perkembangan Indeks NTPR Provinsi Sumut Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik 1. 9 Perkembangan Rekening Pemerintah Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2013 yang meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (4,58%; yoy) masih tumbuh cukup baik (4,39%; yoy). Masih baiknya pertumbuhan konsumsi pemerintah tersebut juga tercermin dari menurunnya posisi simpanan milik Pemerintah Daerah 5 di perbankan. Posisi rekening Pemerintah Daerah (Pemda) Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp2,25 triliun, turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp8,12 triliun (Grafik 1.9). Namun, secara tahunan, pertumbuhan konsumsi pemerintah tahun 2013 justru melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,18% (yoy) menjadi hanya sebesar 4,32% (yoy). Hal ini akibat lebih terbatasnya ruang gerak Pemda melakukan konsumsi akibat pertumbuhan anggaran belanja APBD Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 yang tidak setinggi tahun sebelumnya (pertumbuhan anggaran belanja APBD tahun 2013 sebesar 15,67% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2012 sebesar 48,11% (yoy)) Investasi Investasi 6 Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 4,59% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan investasi triwulan sebelumnya yang sebesar 7,13% (yoy) (Grafik 1.10). Perlambatan investasi tersebut sejalan dengan perlambatan impor barang modal yang tumbuh negatif sebesar -16,58% (yoy) 5 Terdiri dari Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara 6 Terdiri dari Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Perubahan Stok 21

22 menjadi USD122,85 juta, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 27,20% (yoy). Sementara itu, peran pembiayaan perbankan terkait investasi pada triwulan IV juga mengalami pelambatan sebagaimana tercermin dari pertumbuhan kredit investasi yang melambat dari triwulan sebelumnya (Grafik 1.11). Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor Investasi Sumut Sumber: Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik Perkembangan Kredit Investasi Sumut Perlambatan investasi tersebut juga dikonfirmasi oleh data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Investasi Sumatera Utara pada triwulan-iv 2013 tumbuh sebesar 69,68% (yoy) dengan realisasi sebesar Rp1,53 triliun, melambat drastis dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh hingga 121,50% (yoy). Melambatnya pertumbuhan investasi terutama terjadi pada Penanaman Modal Asing (PMA) yang tumbuh negatif sebesar -9,15% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 137,8% (yoy). Sementara itu, meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (108,90%; yoy) Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada triwulan laporan masih tumbuh cukup tinggi (93,56%; yoy). Tabel 1. 2 Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi Sumatera Utara P : Jumlah Proyek ; I : Nilai Investasi (Rp Miliar) Sumber : 22

23 Di sisi lain, investasi bangunan juga mengalami perlambatan sebagaimana diindikasikan dari penurunan pertumbuhan penjualan bahan konstruksi pada Survei Penjualan Eceran (SPE) triwulan IV-2013 yang hanya tumbuh 0,24% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (10,64%; yoy) (Grafik 1.13). Meskipun mengalami perlambatan pada triwulan laporan, realisasi investasi secara keseluruhan tahun 2013 masih cukup tinggi yang didukung oleh banyaknya realisasi proyek MP3EI yang berjalan pada tahun 2013 antara lain pembangunan Bandara Kualanamu. Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Grafik Perkembangan Penjualan Semen Sumut Sumber: KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei penjualan eceran Sumut Ekspor dan Impor Pada triwulan IV-2013 kinerja ekspor Sumatera Utara (antar negara maupun antar daerah) membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seiring dengan pemulihan permintaan global dan perbaikan harga CPO. Kinerja ekspor pada triwulan laporan tercatat tumbuh 6,58% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,78% (yoy). Sementara itu, impor justru tumbuh melambat dari 8,43% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi sebesar 6,57% (yoy) pada triwulan IV-2013 yang diduga turut disebabkan oleh efek pelemahan nilai tukar rupiah. Peningkatan ekspor ditengah penurunan impor mendorong perbaikan net ekspor pada triwulan laporan. Akibatnya, net ekspor pada triwulan IV-2013 tumbuh 6,71% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif sebesar -12,59% (yoy). Peningkatan transaksi perdagangan antar negara maupun antar daerah di Sumatera Utara, berhasil mendorong perbaikan pada neraca perdagangan dan 23

24 mencatatkan net ekspor Rp1,89 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp1,79 triliun (Grafik 1.14). Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik Pertumbuhan PDRB Aktivitas Perdagangan Luar Negeri Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Sumut Meskipun nilai ekspor Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 masih mengalami pertumbuhan negatif (-4,90%; yoy), namun membaik apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga tumbuh negatif (-13,36%; yoy). Nilai ekspor Sumatera Utara telah mengalami pertumbuhan negatif dalam dua tahun terakhir, sebagai dampak penurunan harga internasional komoditas utama Sumatera Utara. Secara volume, transaksi ekspor Sumatera Utara juga tumbuh negatif sebesar -2,77% (yoy), walaupun membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga tumbuh negatif sebesar -11,05% (yoy) (Grafik 1.15). Membaiknya nilai dan volume ekspor pada triwulan IV-2013 (meskipun masih tumbuh negatif), salah satunya disebabkan oleh perbaikan harga internasional CPO. Rata-rata harga internasional CPO pada triwulan IV-2013 sebesar USD783,16 per-ton, lebih tinggi dibandingkan rata-rata harga tahun sebelumnya, yaitu sebesar USD714,74 per-ton. Namun untuk komoditas karet, rata-rata harga pada triwulan IV-2013 sebesar USD267,17 per-ton masih belum membaik dibandingkan harga tahun sebelumnya yaitu sebesar USD313,06 per-ton. Tabel 1. 3 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumut Deskripsi Nilai (US$) Share (%) Total Nilai Ekspor % Consumption Goods ,55% Intermediate Goods ,32% Capital Goods ,13% Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah 24

25 Berdasarkan kategori komoditas, kelompok barang intermediate goods (bahan baku) dan consumption goods (barang konsumsi) mendominasi ekspor Sumatera Utara (Tabel 1.3). Adapun nilai ekspor Sumatera Utara pada periode ini tercatat sebesar USD2,38 miliar dengan komoditas ekspor dominan masih tetap CPO dan karet. Berdasarkan negara tujuan utama, ekspor Provinsi Sumatera Utara sebagian besar ditujukan ke negara RRC, Malaysia, Eropa, Amerika Serikat dan Jepang, dengan komposisi masing-masing sebesar 6,71%, 6,62%, 5,88%, 5,20%, dan 4,76%. Perkembangan ekspor komoditas utama Sumatera Utara untuk komoditas CPO dan karet meskipun kembali mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan IV-2013, namun membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai ekspor CPO tumbuh sebesar -3,17% (yoy), membaik dibandingkan triwulan III-2013 yang tumbuh -28,59% (yoy). Sementara itu, nilai ekspor karet tumbuh membaik meski masih negatif dari -6,69% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi -2,87% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 1.16). Demikian pula dengan volume ekspor, juga mengalami pertumbuhan yang membaik (Grafik 1.17). Meskipun masih tumbuh negatif (yoy), pertumbuhan volume ekspor untuk komoditas CPO pada triwulan IV-2013 membaik dari -13,00% (yoy) triwulan III-2013 menjadi sebesar -2,74% (yoy). Sementara itu, volume ekspor komoditas karet mengalami pertumbuhan sebesar 15,86% (yoy), tumbuh drastis dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 13,96% (yoy). Masih relatif rendahnya harga ekspor karet Sumatera Utara dibandingkan periode yang sama tahun 2012 menyebabkan pertumbuhan nilai ekspor tidak setinggi peningkatan volume ekspor karet Sumatera Utara. Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik Perkembangan Volume Ekspor Komoditas Utama Sumut 25

26 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Grafik Perkembangan Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik Negara Tujuan Ekspor Sumut Sementara itu, aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Belawan mengkonfirmasi adanya penurunan aktivitas perdagangan internasional. Aktivitas bongkar pada triwulan laporan tercatat turun sebesar -10,92% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan aktivitas bongkar pada triwulan sebelumnya yang sebesar -6,06% (yoy). Penurunan aktivitas bongkar di Pelabuhan Belawan sejalan dengan tren melambatnya impor yang tercatat pada triwulan laporan. Sementara itu, aktivitas muat di Pelabuhan Belawan pada triwulan laporan tercatat sebesar -29,29% (yoy), sedikit membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga tumbuh negatif sebesar -39,55% (yoy). 26

27 Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik Perkembangan Nilai Impor Sumut Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik Pertumbuhan Volume Impor Sumut per Kategori Barang (%) Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik Persentase Nilai Impor Sumut per Kategori Barang Sumber : KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik Negara Asal Impor Sumut Sementara itu, nilai impor Provinsi Sumatera Utara pada periode laporan kembali tumbuh negatif sebesar -2,37% (yoy) setelah triwulan sebelumnya juga tumbuh negatif sebesar -2,68% (yoy). Secara volume, pertumbuhan transaksi impor juga relatif rendah yaitu sebesar 0,20% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,58% (yoy). Jika dirinci menurut golongan penggunaan barang, volume impor untuk kelompok barang konsumsi, dan barang modal mengalami pertumbuhan negatif dan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Volume barang konsumsi pada triwulan ini tumbuh negatif sebesar -23,71% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif sebesar -12,53% (yoy). Volume barang modal tumbuh negatif sebesar -75,24% (yoy), turun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 45,65% (yoy). Penurunan Impor ini diperkirakan sebagai dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah. Berdasarkan 27

28 informasi dari Gabungan Importir Nasional Indonesia (GINSI) Sumut, pelemahan nilai tukar yang terjadi mengakibatkan beberapa importir melakukan pengurangan maupun pembatalan order akibat naiknya harga pembelian yang cukup signifikan. Dari struktur komoditas impor Sumut, bahan baku/penolong masih memberikan andil yang paling besar, yaitu mencapai 78,8%, naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 77,20%. Sementara itu, impor barang konsumsi memiliki pangsa sebesar 7,78% turun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,64%, dan impor barang modal memiliki pangsa sebesar 14,05%, turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang memiliki pangsa sebesar 14,16% terhadap total impor. Dilihat dari negara asal impor, nilai impor dari RRC mencatat nilai tertinggi pada triwulan IV-2013 sebesar 166,60 juta USD (19,05%), diikuti oleh Malaysia sebesar 119,76 juta USD (13,69%), Eropa 56,96 juta USD (6,51%), Amerika Serikat 54,60 juta USD (6,24%), dan Australia 33,35 juta USD (3,81%) Analisis Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan perekonomian Sumatera Utara disebabkan adanya perlambatan pada sektor primer (a.l sektor pertanian dan sektor pertambangan & penggalian) dan sektor tersier (a.l sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan). Berdasarkan pangsanya, struktur perekonomian di Sumatera Utara masih didominasi oleh 3 sektor utama yaitu sektor industri pengolahan (pangsa 21,96% dari total PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) atau senilai Rp 23,34 triliun), diikuti oleh sektor pertanian (pangsa 21,64% atau Rp21,93 triliun), serta sektor PHR (pangsa 18,98% atau Rp20,17 triliun). Total pangsa ketiga sektor utama tersebut sekitar 61,58% dari PDRB Sumatera Utara. Sektor industri pengolahan terus menunjukkan kinerja yang membaik yang tercermin dari pertumbuhan tahunan (yoy) sektor ini yang terus menunjukan tren peningkatan. Sementara itu, kinerja dua sektor utama lainnya justru mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya antara lain terkait penurunan angka produksi pertanian akibat kondisi cuaca/iklim yang buruk, tidak serentaknya musim tanam, dan bencana alam seperti erupsi Gunung Sinabung. 28

29 Tabel 1. 4 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Penawaran Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah Sektor Pertanian Pada triwulan IV-2013, sektor pertanian tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun 2012 (Tabel 1.4). Selain itu, pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan laporan juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan sektor pertanian selama kurun waktu 3 tahun terakhir sebesar 4,76%. Akibatnya, kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara turun dari 1,33% di triwulan sebelumnya menjadi 1,27% pada triwulan IV Perlambatan pertumbuhan sektor pertanian di triwulan IV-2013 disebabkan oleh kurangnya supply produksi dan penurunan luas panen terutama dari sub sektor bahan makanan (tabama) yang berasal dari sentra produksi Karo sebagai dampak dari erupsi Gunung Sinabung pada areal pertanian tabama, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Total penurunan area pertanian mencapai Ha, dengan rincian Ha areal pertanian tabama, areal pertanian sayur-sayuran, dan areal pertanian buahbuahan. Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, erupsi Sinabung menyebabkan tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Karo mengalami puso. Dari Ha pertanian padi, sebanyak 1.244,26 Ha terkena puso. Komoditas hortikultura yang mengalami puso adalah cabe merah seluas 106 Ha, tomat seluas 532 Ha, kentang seluas 416 Ha, terung seluas 283 Ha dan bawang merah seluas 7,7 Ha. Sedangkan komoditas buah-buahan yang mengalami puso diantaranya jeruk seluas 714 Ha serta alpukat seluas 457 Ha. Selain itu, berdasarkan informasi dari BMKG dan Dinas Pertanian, faktor cuaca yang ekstrim dengan curah hujan yang tinggi dan tidak serentaknya musim tanam menyebabkan hasil panen tidak setinggi triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu. 29

30 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara dan KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumut Kondisi perlambatan pada sektor pertanian juga terkonfirmasi oleh menurunnya tingkat optimisme masyarakat terhadap sektor Pertanian. Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX, pada triwulan IV-2013 tingkat optimisme masyarakat akan pertumbuhan sektor pertanian ke depan sedikit menurun, yang diindikasikan dengan nilai SBT sektor pertanian yang turun menjadi -2,71 dibandingkan triwulan sebelumnya 0,40 (Grafik 1.24). Selain itu, perlambatan sektor pertanian juga terkonfirmasi dari penurunan angka produksi pertanian berdasarkan Angka Ramalan (Aram II-2013). Berdasarkan data BPS Provinsi Sumatera Utara, komoditas padi/palawija yang mengalami penurunan produksi adalah padi, kedelai, kacang hijau dan ubi jalar (Tabel 1.5). Penurunan produksi lebih disebabkan adanya penurunan luas lahan pertanian di Sumatera Utara, sementara produktivitas masih meningkat. 30

31 Tabel 1. 5 Perkembangan Produksi Padi/Palawija Sumber: BPS, diolah Keterangan: 1) = Bentuk Hasil Gabah Kering Giling (GKG), konversi GKP ke GKG = 86,02%, konversi GKG ke Beras = 62,74% 2) = Bentuk Hasil Biji Kering 3) = Bentuk Hasil Umbi Basah Perlambatan kinerja sektor pertanian tersebut sejalan dengan penurunan pertumbuhan pembiayaan perbankan terhadap sektor pertanian. Kredit yang disalurkan perbankan kepada sektor pertanian pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp26,18 triliun atau tumbuh sebesar 29,99% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 34,18% (yoy) (Grafik 1.26). 31

32 Sumber: Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Sumut Sektor Industri Pengolahan Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan IV-2013 tercatat tumbuh sebesar 5,89% (yoy), meningkat cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,77% (yoy). Salah satu faktor pendukung meningkatnya pertumbuhan pada sektor industri pengolahan pada triwulan laporan tersebut adalah meningkatnya pembiayaan yang dilakukan perbankan kepada sektor industri pengolahan. Pada triwulan IV-2013, kredit yang diterima Sektor Industri Pengolahan dari Perbankan mencapai Rp32,55 triliun atau tumbuh sebesar 24,47% (yoy). Realisasi kredit perbankan yang diterima sektor Industri Pengolahan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp32,55 triliun atau 16,00% (yoy) (Grafik 1.27). Terus membaiknya pertumbuhan sektor industri pengolahan tersebut juga dikonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV-2013 yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX yang menyatakan bahwa tingkat optimisme masyarakat akan pertumbuhan sektor industri pengolahan ke depan membaik. Hal ini diindikasikan dengan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sektor industri pengolahan yang meningkat menjadi -0,92 dibandingkan triwulan sebelumnya -6,81 (Grafik 1.28). 32

33 Sumber: Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara dan KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Pengolahan dan SKDU Sumut Sejalan dengan perkembangan sektor industri pengolahan, produksi industri manufaktur besar dan sedang di Provinsi Sumatera Utara pada periode laporan tumbuh sebesar 11,68% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,93% (yoy). Jenis-jenis industri yang mengalami kenaikan antara lain industri furnitur sebesar 13,68% (yoy), industri makanan sebesar 8,63% (yoy), industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar 8,45% (yoy), industri kertas dan barang dari kertas sebesar 7,24% (yoy), industri logam dasar sebesar 3,56% (yoy) dan industri karet, barang dari karet dan plastik sebesar 0,03% (yoy) Sektor Perdagangan, Hotel, Dan Restoran Meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan III-2013, sektor PHR pada triwulan IV-2013 masih tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar 7,61% (yoy) bahkan masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhannya selama 3 tahun terakhir sebesar 7,52% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga didukung oleh tingginya pembiayaan perbankan kepada sektor ini yaitu mencapai Rp40,76 triliun atau tumbuh sebesar 24,99% (yoy), meningkat dibandingkan jumlah kredit yang disalurkan pada triwulan sebelumnya sebesar Rp38,83 triliun atau tumbuh sebesar 22,53% (yoy) (Grafik 1.29). Melambatnya pertumbuhan sektor PHR tersebut juga dikonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV-2013 yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX yang menyatakan bahwa tingkat optimisme 33

34 masyarakat akan pertumbuhan sektor PHR ke depan mengalami penurunan. Hal ini diindikasikan dengan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sektor PHR yang menurun menjadi 1,99 dibandingkan triwulan sebelumnya 3,01 (Grafik 1.30). Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik Perkembangan Kredit Sektor PHR Sumut Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara dan KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh) Grafik Pertumbuhan PDRB Sektor PHR dan SKDU Sumut Sementara itu, perlambatan pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya diperkirakan karena tertahannya pertumbuhan sub sektor perdagangan. Hal ini diindikasikan dari hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX yang menunjukkan bahwa sampai dengan akhir triwulan IV-2013 pertumbuhan nilai penjualan eceran turun menjadi 4,27% (yoy), lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang sebesar 23,43% (yoy). Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Sumut Selain itu, pertumbuhan sub sektor hotel juga diperkirakan mengalami perlambatan yang sejalan dengan penurunan tingkat hunian kamar di Sumatera Utara. Sampai dengan akhir triwulan IV-2013 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Provinsi Sumatera Utara tercatat menurun sebesar -0,4%, bila dibandingkan dengan posisi akhir triwulan III-2013 yang tumbuh sebesar 22,5% (Grafik 1.31). 34

35 1.3.4 Sektor Keuangan, Persewaan, Dan Jasa Perusahaan Pada triwulan IV-2013, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan sebesar 6,42% (yoy) atau mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 10,18% (yoy). Perlambatan pertumbuhan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sejalan dengan pertumbuhan NTB (Nilai Tambah Bank) pada triwulan IV yang tumbuh sebesar 5,65% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,27% (yoy) (Grafik 1.32) Sumber: Departemen Statistik - Bank Indonesia-diolah Grafik Perkembangan NTB Perbankan di Provinsi Sumut Sektor Bangunan Pada triwulan IV-2013, sektor bangunan tetap tumbuh tinggi yaitu sebesar 6,67% (yoy). Tingginya pertumbuhan sektor bangunan didukung oleh pertumbuhan pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan di Sumatera Utara berupa kredit ke sektor konstruksi yang pada periode laporan tumbuh sebesar 27,44% (yoy) atau mencapai Rp4,97 triliun (Grafik 1.33). Namun, pencapaian pertumbuhan sektor bangunan pada triwulan laporan tersebut sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,99% (yoy). Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX, mengkonfirmasi adanya perlambatan pertumbuhan sektor bangunan (Grafik 1.34). Hal ini terlihat dari perlambatan pertumbuhan penjualan barang konstruksi. Penjualan barang konstruksi pada triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 0,24% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,64% (yoy). 35

36 Sumber: Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi Sumut Sumber: KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei penjualan eceran Sumut Sektor Pengangkutan Dan Komunikasi Pada triwulan laporan, sektor pengangkutan dan komunikasi mencatat pertumbuhan sebesar 5,68% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,68% (yoy). Perlambatan sektor pengangkutan dan komunikasi sejalan dengan penurunan pertumbuhan penyaluran kredit perbankan kepada sektor ini. Pada triwulan IV-2013, penyaluran kredit perbankan kepada sektor pengangkutan dan komunikasi tercatat tumbuh sebesar 9,70% (yoy) atau mencapai Rp3,62 triliun, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 27,52% (yoy) atau mencapai Rp3,80 triliun (Grafik 1.35). Selain itu, arus penumpang (angkutan udara dan angkutan laut) yang masuk ke Provinsi Sumatera Utara juga mengalami penurunan. Pertumbuhan jumlah penumpang pada triwulan laporan tercatat tumbuh negatif sebesar -6,55% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan jumlah penumpang triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,79% (yoy) (Grafik 1.36) 36

37 Sumber : Laporan Bulanan Bank, Bank Indonesia, diolah Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan Sumut Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara Grafik Perkembangan Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Sumut 37

38 BAB 2 INFLASI Inflasi Provinsi Sumatera Utara triwulan IV-2013 sebesar 10,18% (yoy), jauh di atas Inflasi Nasional yang hanya sebesar 8,38% (yoy). Tingginya inflasi akhir periode laporan terutama didorong oleh inflasi Komponen yang Harganya Diatur Pemerintah (Administered Prices) dan juga inflasi Harga bergejolak (Volatile Food) 2.1 Kondisi Umum Provinsi Sumatera Utara pada akhir triwulan IV-2013 tercatat mengalami inflasi sebesar 4,27% (qtq) atau 10,18%(yoy) (Grafik2.1), meningkat dibandingkan inflasi pada triwulan lalu yang hanya sebesar 3,27% (qtq) atau 9,35%(yoy). Realisasi inflasi Sumut pada periode laporan jauh di atas inflasi Nasional yang hanya sebesar 8,38% (yoy). Kondisi inflasi Provinsi Sumatera Utara tersebut tertinggi kedua di Indonesia setelah Sumatera Barat. (inflasi terendah terjadi di Provinsi Gorontalo sebesar 5,8% (yoy)-grafik 2.2). Berdasarkan kelompoknya, inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 masih dibayangi oleh peningkatan pada kelompok volatile food khususnya pada komoditas Bawang Merah dan Cabai Merah. yoy % 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0, Medan Sumut Nasional Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2. 1 Disagregasi Inflasi Sumut dan Nasional Gorontalo Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Sumatera Selatan Papua Barat NAD Yogyakarta Bali Lampung Sulawesi Tengah Jawa Timur Jawa Tengah Jakarta Sulawesi Utara Kepulauan Riau Papua Nusa Tenggara Timur Bangka Belitung Jambi Riau Maluku Kalimantan Barat Jawa Barat Nusa Tenggara Barat Kalimantan Timur Banten Maluku Utara Bengkulu Sumatera Utara Sumatera Barat Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 5,84 5,91 5,92 6,22 6,80 6,98 7,04 7,25 7,31 7,32 7,35 7,56 7,57 7,59 7,98 8,00 8,12 8,24 8,27 8,41 8,71 8,74 8,80 8,81 8,90 9,04 9,51 9,65 9,65 9,78 9,94 10,18 10,87 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 Grafik 2. 2 Inflasi Provinsi Desember

39 2.2 Analisis Perkembangan Inflasi Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 2.1 Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (% qtq) Kelompok I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Inflasi triwulanan Provinsi Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 kembali meningkat dari 3,36% (qtq) menjadi 4,27% (qtq) (Tabel 2.1). Tingginya inflasi secara triwulanan terutama didorong oleh kelompok Transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (4,27%,qtq). Walaupun kelompok ini masih menjadi penyebab utama tingginya inflasi triwulan IV, pencapaian pada triwulan laporan jauh menurun jika dibandingkan dengan triwulan III (9,55%) yang diperkirakan karena relatif meredanya dampak peningkatan BBM bersubdisi yang terjadi pada pertengahan tahun lalu2013. Sub kelompok lain yang menjadi penyumbang tingginya inflasi adalah bahan makanan yang pada triwulan ini meningkat 1,85% (qtq) lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 0,35% (qtq). Tabel 2. 2 Inflasi Tahunan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%) Kelompok I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah 39

40 Capaian inflasi tahunan Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 tersebut merupakan inflasi tertinggi sejak tahun 2010, bahkan jauh lebih tinggi dari inflasi nasional pada akhir tahun. Sebagaimana halnya inflasi triwulanan, kelompok penyebab tingginya inflasi tahunan Sumatera Utara juga terutama berasal dari kelompok Transpor, komunikasi & jasa keuangan serta kelompok bahan makanan. Walapun demikian, pergerakan meningkat dari sub kelompok perumahan, listrik, gas dan bahan bakar sepanjang triwulan IV-2013 (Tabel 2.3) perlu mendapatkan perhatian. a. Kelompok Bahan Makanan % 8,01 5,68 6,03 7,33 4 2,82 3,18 2 1,85 1,03 0 0,10 0,38-0,01 0,35-0,73-0,27-2 I II III IV I II III IV I II III -1,62 IV I II III IV -2, Sumber : BPS, diolah Grafik 2. 3 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut % ,89 3,94 3,14 14,69 13,73 4,65 10,54 1,141,6 7,44 1,92-0,31 12,27 13,18 9,69 10,07 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS, diolah Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan IV-2013 secara qtq tercatat sebesar 1,85% (qtq), relatif meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 0,35% (qtq). Secara tahunan inflasi kelompok ini juga mengalami peningkatan dari 12,27% (yoy) menjadi 13,18% (yoy) (Grafik 2.3 dan Grafik 2.4). Pada triwulan IV 2013, tingginya Inflasi kelompok bahan makanan tersebut terutama disumbangkan oleh sub kelompok bumbu-bumbuan terutama dari komoditas cabai merah dan bawang merah yang mengalami peningkatan harga yang cukup tinggi. Tingginya harga komoditas cabai merah ini diperkirakan disebabkan karena banyaknya lahan cabai yang mengalami gagal panen terutama sebagai akibat musim hujan yang terus menerus maupun dampak dari letusan Gunung Sinabung. Sebagian besar pasokan cabai merah untuk wilayah Sumatera Utara berasal dari Kabupaten Karo yang merupakan daerah sentra cabai merah. Letusan gunung Sinabung membuat banyak panen cabai mengalami kegagalan baik karena dampak langsung maupun dampak tidak langsung dari abu vulkanik. Berdasarkan informasi Balai Potensi Tanaman Pangan dan Holtikultura (BPTPH) Sumut letusan Sinabung diperkirakan berdampak pada pertanian 40

41 tabama, sayur-sayuran dan buah-buahan dengan total area pertanian terdampak mencapai Ha, dengan rincian Ha areal pertanian tabama, areal pertanian sayur-sayuran, areal pertanian buah-buahan dan 9 Ha areal pertanian tanaman hias. Sementara itu menurut beberapa pedagang, pasokan komoditas cabai dari wilayah lain seperti Surabaya yang biasanya memasok untuk wilayah Pekanbaru dan sebagian Sumatera Utara juga sangat terbatas karena musim hujan yang merusak panen di sentra cabai di Jawa. Berdasarkan hasil pemantauan harga yang dilakukan oleh KPw BI Wilayah IX juga menunjukkan kondisi yang sama dimana terlihat bahwa harga cabai merah besar dan cabai merah keriting mengalami peningkatan sejak pertengahan Oktober (Grafik 2.5) M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V M I M II M III M IV M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V MI M II M III M IV M I M II M III M IV M V Cabe Merah Besar (ordinat kiri) Cabe Rawit Hijau (ordinat kiri) Cabe Merah Keriting (ordinat kiri) Sumber: SPH KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 2. 5 Perkembangan Cabe Merah Komoditas lain pada kelompok bahan makanan yang pada triwulan IV 2013 juga menjadi penyumbang tingginya inflasi adalah bawang merah dan beras. Meningkatnya harga bawang merah diperkirakan karena sedikitnya pasokan komoditas di pasaran karena gagal panen di sentra bawang merah di Jawa. Ketergantungan Sumatera Utara yang tinggi terhadap pasokan komoditas bawang merah dari Jawa menyebabkan harga komoditas sangat berfluktuasi bergantung pada ketersediaan pasokan. Peningkatan harga bawang merah sepanjang Tw IV ini terkonfirmasi dari survei pemantauan harga (SPH) yang dilakukan oleh KPw BI Wilayah IX. Sementara itu penyebab mahalnya komoditas Beras disebabkan karena pada triwulan IV ini wilayah Sumut sedang memasuki masa tanam sehingga pasokannya secara umum relatif menurun terutama jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sedang dalam masa panen. Walapun letusan Gunung Sinabung berdampak pada beberapa komoditas dari kelompok bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran namun demikian, untuk beberapa 41

42 komoditas sayuran berdasarakan hasil SPH harganya masih relatif stabil. Dari hasil SPH terlihat hanya sawi hijau yang menunjukkan peningkatan harga di pasar tradisional maupun pasar modern. Sementara itu beberapa komoditas sayuran lain harganya masih relatif stabil. TOMAT SAYUR WORTEL KANGKUNG SAWI HIJAU Rupiah M I M II M III M IV M V MI M II M III M IV M I M II M III M IV M V Sumber: SPH KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 2. 6 Perkembangan Harga Sayur-sayuran ribu Rp BAWANG MERAH BAWANG PUTIH I II III IV V I II III IV I II III IV V Okt Nov Des Sumber: SPH KPw BI Wilayah IX (Sumut & Aceh), diolah Grafik 2. 7 Perkembangan Bawang Merah dan Bawang Putih b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Meskipun secara triwulanan inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami penurunan dari 1,85% (qtq) pada triwulan III-2013 menjadi 0,61% (qtq) (Grafik 2.8). Relatif turunnya harga komoditas pada kelompok ini, terutama gula pasir dibandingkan dengan triwulan sebelumnya membuat inflasi qtq kelompok ini relatif menurun. Relatif turunnya harga gula pasir pada Tw IV diperkirakan karena melimpahnya pasokan komoditas ini di pasar modern maupun tradisional sebagai antisipasi terhadap tingginya permintaan akhir tahun. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemkot Kota Medan menambah stok gula sehingga pada akhir tahun harganya relatif stabil. Sementara itu, inflasi kelompok ini secara tahunan justru mengalami peningkatan dari 6,10% (yoy) menjadi 6,25% (yoy) (Grafik 2.9). Walaupun secara triwulanan relatif menurun tetapi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya harga komoditas pada kelompok ini relatif lebih tinggi. Beberapa komoditas yang relatif meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya adalah rokok kretek dan rokok kretek filter. 42

43 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00-0,50 2,56 2,31 2,38 1,22 1,43 0,89 0,60 0,50 0,00 2,59 2,34 1,85 1,31 1,14 0,61 0,48 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 12 % ,72 10,27 8,73 7,16 5,98 6,10 5,62 6,0 6,25 4,73,84 4,72 4,15,3 5,36 4,88 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: BPS, diolah Grafik 2.8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Sumut Sumber : BPS, diolah Grafik 2.9 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Sumut c. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar relatif menurun dari 3,20% (qtq) menjadi 1,22% (qtq) (Grafik 2.11). Menurunnya inflasi kelompok ini terutama disebabkan karena pada triwulan III 2013 terjadi peningkatan tinggi pada Tarif air minum PAM dan Tarif Listrik di Sumatera Utara yang tidak terjadi lagi pada triwulan IV Hal ini membuat inflasi kelompok ini mengalami penurunan. Secara tahunan inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar meningkat dari 7,90% (yoy) menjadi 8,26% (yoy) (Grafik 2.11). Sub kelompok biaya tempat tinggal menjadi sub kelompok dengan inflasi tertinggi sebesar 5,6% (yoy). Komoditas utama yang menjadi penyumbang inflasi pada sub kelompok ini berasal dari komoditas bahan bangunan seperti batu bata/batu tela, daun pintu dan cat tembok. Hal ini diperkirakan berhubungan dengan maraknya realisasi pembangunan untuk mengejar anggaran akhir tahun oleh pemerintah daerah dan juga pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat sebagai persiapan perayaan Natal dan Tahun Baru yang ramai dirayakan oleh mayarakat Sumatera Utara. 43

44 % 1,67 0,21 2,64 2,77 0,88 1,02 0,74 0,01 0,97 0,67 0,78 0,88 1,51 2,10 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 3,20 1, % 7,567,46 7,5 6,64 5,51 5,295,46 3,56 3,34 3,29 3,32 3,33 4,19 8,26 5,36 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 7, Sumber : BPS, diolah Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut Sumber : BPS, Sumut Grafik 2.11 Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut d. Kelompok Sandang Secara triwulanan kelompok ini mengalami penurunan realisasi inflasi dari sebesar 7,8% (qtq) pada triwukan III 2013 menjadi -0,2% (qtq) (Grafik 2.13). Penurunan yang cukup dalam pada kelompok sandang ini disebabkan penurunan harga pada komoditas emas perhiasan yang cukup dalam. Emas perhiasan yang pada triwulan III 2013 mengalami peningkatan tinggi ternyata mengalami penurunan pada triwulan IV Relatif rendahnya harga emas diperkirakan karena pengaruh dari harga internasional emas yang relatif menurun (Grafik 2.16). Penurunan ini diperkirakan karena ditundanya kebijakan tappering of oleh Bank Sentral Amerika sehingga menurunkan permintaan harga komoditas ini. Turunnya harga emas terlihat dari data harga emas internasional yang juga menunjukkan penurunan pada akhir tahun 2013 Secara tahunan kelompok sandang juga mengalami penurunan dari sebesar 3,71% (yoy) atau 2,47% (yoy) (Grafik 2.14). Penurunan ini terutama dari sub kelompok barang pribadi dan sandang lain terutama pada komoditas emas perhiasan. Harga komoditas ini pada tw IV 2013 ternyata tidak setinggi harga pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan harga emas perhiasan pada akhir tahun memang diluar perilakunya yang biasanya menunjukkan peningkatan pada akhir tahun. Penurunan harga emas ini juga terkonfirmasi oleh survei pemantauan harga yang sejak minggu ke IV bulan Oktober lalu menunjukkan penurunan. 44

45 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV % 6,45 4,07 3,47 2,84 2,30 2,14 1,13 1,00-0,50-0,41 0,02-0,43-0,20-0,85 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -3, Sumber : BPS, diolah Grafik 2.12 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut 7, % 13,78 12,87 10,95 10,74 8,328,43 6,68 6,88 6,98 7,23 5,63 2,54-0,16-1,05 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS, Sumut Grafik 2.13 Inflasi Tahunan Kelompok Sandang di Sumut 3,71 2, Rupiah I II III IV V I II III IV I II III IV V Okt Nov Des Emas Perhiasan 22 Karat Emas Perhiasan 24 Karat $/Troy Once Harga Emas Internasional Sumber: Survei Pemantauan Harga, Bank Indonesia Grafik 2.14 Pergerakan Harga Emas Perhiasan Triwulan IV-2013 Sumber: World Bank Grafik 2.15 Pergerakan Harga Emas Dunia Triwulan IV-2013 e. Kelompok Kesehatan Inflasi kelompok kesehatan pada triwulan IV-2013 secara qtq mengalami peningkatan dari 0,4% (qtq) menjadi 0,9% (qtq) (Grafik 2.16). Subkelompok yang mengalami peningkatan paling tinggi pada triwulan IV adalah sub kelompok jasa perawatan jasmani yang mengalami peningkatan 0,1% (qtq). Sementara itu secara tahunan, inflasi kelompok kesehatan meningkat dari 1,8% (yoy) pada triwulan III 2013 menjadi 2,1% (yoy) (Grafik 2.18). Sub kelompok yang meningkat tinggi secara tahunan juga berasal dari sub kelompok jasmani dan jasa kesehatan. 45

46 % 3,30 2,39 1,73 0,85 0,56 0,63 0,640,63 0,87 0,61 0,50 0,23 0,3 0,35 0,09 0,00 % ,40 3,58 2,43 2,65 4,25 4,63 6,95 6,84 4,09 4,09 2,54 2,68 2,30 1,77 2,32 2,12 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS, diolah Grafik 2.16 Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Sumut Sumber : BPS, Sumut Grafik 2.17 Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Sumut f. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Pada triwulan IV-2013, secara triwulanan inflasi sub kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga tercatat mengalami penurunan dari sebesar 3,66% (qtq) menjadi 0,22% (qtq) (Grafik 2.19). Sub kelompok yang mengalami peningkatan tertinggi adalah sub kelompok kursus-kursus/pelatihan yang mengalami inflasi 16,9% (qtq) dan 16,99% (yoy), sedangkan penurunan inflasi kelompok ini terutama bersumber dari sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang mengalami penurunan cukup tinggi. Sementara itu secara tahunan kelompok ini mengalami peningkatan inflasi dari 7,79%(yoy) menjadi 7,93%(yoy) (Grafik 2.18). Komoditas yang mengalami peningkatan tinggi pada triwulan ini berasal dari sub kelompok pendidikan dan sub kelompok kursuskursus dan pelataihan. Meningkatnya inflasi tahunan pada kelompok ini diperkirakan disebabkan dari meningkatnya permintaan dari masyarakat Medan karena meningkatnya kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka. 46

47 % 2,63 2,42 2,06 1,79 3,66 1,12 0,97 0,58 0,41 0,24 0,17 0,00 0,01 0,09 0,22-0,18 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % ,30 8,33 1,62 0,7 2,35 2,15 4,76 4,57 4,81 3,83 4,2 4,36 3,28 6,51 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 7,93 7, Sumber : BPS, diolah Grafik 2.18 Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut Sumber : BPS, Sumut Grafik 2.19 Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut g. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Inflasi pada kelompok Transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan pada triwulan IV-2013 mengalami penurunan yang cukup tajam jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi kelompok ini secara triwulanan menurun dari 9,55% (qtq) menjadi 4,37% (qtq) (Grafik 2.20). Rendahnya inflasi secara triwulanan ini disebabkan mulai normalnya inflasi kelompok ini setelah sebelumnya mengalami peningkatan tinggi sebagai akibat dari peningkatan harga BBM. Sementara itu secara tahunan kelompok ini mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, yaitu meningkat dari 15,7% (yoy) menjadi 19,06%(yoy) (Grafik 2.21). Meningkatnya inflasi tahunan kelompok ini terutama disebabkan karena meningkatnya inflasi sub kelompok transport. Komoditas yang mengalami peningkatan pesat dibandingkan dengan tahun lalu adalah angkutan dalam kota, bensin, dan juga angkutan udara yang diperkirakan lebih tinggi dari tahun sebelumnya karena dampak dari kenaikan harga BBM yang terjadi di pertengahan tahun

48 % 4,61 4,37 1,03 3,11 0,47 2,20 2,99 1,540,70 1,41 0,66 0,31-0,02 I II III IV -0,46-1,99 I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS, diolah Grafik 2.20 Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan di Sumut 9,55 25 % ,79 8,76-0,19 1,72 1,32 1,52 2,41 3,83 3,38 4,69 2,57 3,5 0,98-0,60 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS, Sumut Grafik 2.21 Inflasi Tahunan Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan di Sumut 19,06 15, Inflasi Menurut Kota Secara triwulanan, inflasi dari 4 kota di Sumatera Utara yang dihitung inflasinya, seluruh kota mengalami penurunan level inflasi kecuali kota Sibolga yang justru meningkat dari 1,48% (qtq) menjadi 2,04% (qtq). Sementara itu, inflasi triwulanan tertinggi terjadi di kota Pematang Siantar dengan inflasi sebesar 2,49% (qtq), diikuti oleh kota Sibolga sebesar 2,04% (qtq), Padangsidimpuan sebesar 1,33% (qtq), dan Medan sebesar 1,55% (qtq) (Tabel 2.3). Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Tabel 2. 3 Inflasi Triwulanan 4 Kota di Sumatera Utara (%, yoy) No. Kota I II III IV I II III IV I II III IV 1 Medan Pematang Siantar Padangsidempuan Sibolga Gabungan Secara tahunan, semua kota di Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan level inflasi bila dibandingkan triwulan lalu. Hanya kota Pematang Siantar yang pada triwulan IV 2013 ini memiliki Inflasi tahunan yang lebih rendah daripada periode sebelumnya (9,44% (yoy) menjadi 7,83% (yoy)). Inflasi tahunan 48

49 tertinggi terjadi di Kota Padangsidempuan (12,02%; yoy), Medan (10,10%;yoy), diikuti kota Sibolga (10,08%;yoy), dan kota Pematang Siantar (7,83%; yoy) (Tabel 2.5). Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Tabel 2. 5 Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) No. Kota I II III IV I II III IV I II III IV 1 Medan Pematang Siantar Padangsidempuan Sibolga Gabungan Kelompok penyumbang inflasi tertinggi pada triwulan IV-2013 relatif sama di setiap kota yaitu pada kelompok Transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Hal ini disebabkan masih terasanya dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi terutama pada komoditas bensin, angkutan dalam kota dan angkutan udara. Sub kelompok ini memiliki dampak terbesar terutama pada kota Medan (inflasi 19,51%; yoy) sebagai akibat meningkatnya angkutan udara. Kelompok lain yang juga mengalami peningkatan pesat adalah kelompok bahan makanan yang terutama terjadi di Sibolga (inflasi 17,77%, yoy) sebagai dampak dari peningkatan harga komoditas beras dan bawang merah. Tabel 2. 6 Inflasi Tahunan di Sumut Menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%,yoy) No. Kelompok Kota Medan Padangsidempuan Pematangsiantar Sibolga Gabungan 1 BAHAN MAKANAN 12,60 10,81 17,03 17,77 13,18 2 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 5,56 6,08-15,65 5,72 6,25 3 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 8,43 6,32 8,84 5,81 8,26 4 SANDANG 2,71 1,85 0,03 3,32 2,47 5 KESEHATAN 1,80 2,92 3,80 3,50 2,12 6 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 8,95 5,71 4,00 0,04 7,92 7 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 19,51 14,88 18,55 14,65 19,06 UMUM 10,10 7,83 12,02 10,08 10,18 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah 49

50 2.3 Disagregasi Inflasi % (yoy) 25,00 Umum Core Volatile Foods Administered Price 20,00 18,83 15,00 13,29 10,00 10,18 5,00 4,85 0,00-5, Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 2.22 Disagregasi Inflasi Sumut Inflasi Inti (Core Inflation) Secara umum, pergerakan inflasi inti pada triwulan IV-2013 relatif stabil dengan komoditas yang menjadi perhatian utama adalah emas perhiasan yang pada triwulan ini harganya cenderung menurun. Hal ini diperkirakan karena ditundanya kebijakan tappering off pada akhir tahun Stabilnya harga emas yang memiliki bobot relatif besar membuat kelompok ini relatif stabil pada triwulan IV Walaupun demikian relatif turunnya harga komoditas ini diperkirakan hanya untuk sementara dan dikhawatirkan akan meningkat lagi pada triwulan I Komoditas yang pada triwulan IV 2013 mengalami peningkatan berasal dari kelompok sandang yang diperkirakan meningkat karena tingginya permintaan menjelang akhir tahun Inflasi Volatile Food Inflasi kelompok Volatile food selama triwulan IV-2013 relatif tinggi tercermin dari perkembangan inflasi pada kelompok ini yang setiap bulannya di triwulan IV-2013 selalu berada diatas kisaran 12% (Oktober 2013 sebesar 12,7% (yoy), November 2013 sebesar 15,3% (yoy), dan Desember sebesar 13,1% (yoy). Penyumbang inflasi utama pada kelompok ini selama triwulan IV-2013 berasal dari sub kelompok bumbu-bumbuan, terutama dari komoditas bawang merah dan cabai merah terkait kurangnya pasokan. Berkurangnya pasokan bawang merah disebabkan karena ketergantungan yang 50

51 tinggi terhadap pasokan bawang merah dari pulau Jawa, dimana pada triwulan IV yang lalu pasokan dari Jawa relatif berkurang karena buruknya cuaca yang disebabkan oleh hujan deras dan banjir. Berkurangnya pasokan cabai merah pada triwulan IV-2013 diperkirakan selain akibat dari letusan Gunung Sinabung yang merusak areal tanaman cabai di sentra cabai di Kabupaten Karo juga karena tingginya permintaan akan komoditas ini khususnya pada saat hari Natal dan Tahun Baru. Komoditas lain yang menjadi perhatian adalah beras yang pada triwulan IV 2013 memberikan andil inflasi yang cukup besar. Tingginya harga beras disebabkan terbatasnya pasokan karena pada triwulan IV, sebagian besar areal pertanian padi di Sumatera Utara sedang memasuki masa tanam setelah panen yang terjadi pada triwulan sebelumnya. Meningkatnya harga beras diperkirakan juga karena meningkatnya permintaan sehubungan dengan perayaan hari Raya Natal dan Tahun Baru yang membuat permintaan akan komoditas ini relatif meningkat Inflasi Administered Prices Inflasi pada kelompok administered prices disepanjang triwulan IV cukup tinggi. Hal ini tercermin dari inflasi pada kelompok ini sebesar 18,8% (yoy) pada bulan Oktober, 19,2% (yoy) pada November dan 18,8% pada Desember Komoditas utama yang menjadi penyumbang inflasi pada kelompok administered prices adalah tarif listrik, bahan bakar rumah tangga dan angkutan udara. Meningkatnya tarif listrik merupakan kebijakan dari pemerintah pusat yang dimplementasikan secara bertahap pada tahun Peningkatan inflasi pada bahan bakar rumah tangga disebabkan karena kebijakan PERTAMINA untuk membebankan biaya transportasi gas elpiji 12 kg kepada konsumen yang kemudian mendorong peningkatan harga pada komoditas ini. Kebijakan pembebanan distribusi elpiji ini baru diberlakukan di Sumatera sehingga mendorong peningkatan inflasi pada kota-kota di Sumatera. Berdasarkan hasil FGD diperoleh informasi pembebanan biaya distribusi LPG 12 Kg dilakukan melalui perubahan pola distribusi LPG dari pola SPPBE (Stasiun Pengisian Pengangkutan Bulk Elpiji) menjadi pola SPPEK (Stasiun Pengisian Pengangkutan Elpiji Khusus) terhitung mulai 7 Oktober Dengan adanya perubahan pola tersebut, maka ongkos angkut dari Depot/Instalasi/Terminal LPG PERTAMINA ke SPPBE maupun biaya pengisisan LPG ke tabung agen yang selama ini menjadi beban PERTAMINA akan dibebankan pada konsumen dalam struktur harga jual. 51

52 BOKS 1 SiHarapanKu, Terobosan Layanan Informasi Harga dan Produksi dalam Mengendalikan Inflasi Sumatera Utara Minimnya informasi harga dan produksi bahan pangan yang terpercaya akan mempengaruhi efisiensi keputusan yang diambil oleh para pelaku ekonomi di tingkat daerah. Akumulasi dan ekspektasi negatif masyarakat akibat adanya asymmetric information menimbulkan gejolak harga yang pada gilirannya dikhawatirkan dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi makro. Melalui transparansi harga dan produksi bahan pangan, potensi gejolak perekonomian di daerah diharapkan dapat berkurang menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sebagai komitmen Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumut dalam pengendalian inflasi dan sebagai salah satu tindak lanjut dari Rakornas IV TPID Tahun 2013, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah IX (Sumut dan Aceh) bekerja sama dengan Pemprov Sumut telah melaunching Sistem Harga Pangan Komoditas Utama (SiHarapanKu) pada tanggal 22 Januari 2014 yang diresmikan langsung oleh Gubernur Sumatera Utara. Website SiHarapanKu juga terintegrasi dengan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) TPID Kota Medan sehingga diharapkan dapat menjadi sistem pengendalian harga dan produksi yang semakin banyak memberikan informasi bagi masyarakat. Melalui SiHarapanKu, diharapkan dapat membantu petani dan pihak-pihak terkait lainnya untuk menghindari spekulasi harga yang dilakukan kelompok tertentu sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Situs tersebut menampilkan data harga dari beberapa pasar untuk 19 jenis komoditi yang telah disurvei oleh 17 Disperindag Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut dan data produksi dari 17 komoditi yang bersumber dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut. Selain data harga dan produksi, SiHarapanKu juga memuat informasi mengenai profil daerah dari 33 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut, Program Pangan Sumut, Stok pupuk di Sumut, Kegiatan TPID Provinsi Sumut, Berita ekonomi nasional dan regional, Artikel mengenai inflasi, serta informasi ekonomi lainnya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai kondisi perekonomian Sumut. 52

53 SiHarapanKu dapat diakses melalui situs atau SMS 7 dengan mengetik harga#pasar#komoditas dan dikirimkan ke Fasilitas SMS tersebut terdiri dari tiga kategori yaitu SMS Harga, SMS Produksi, dan SMS Market sehingga masyarakat dapat memperoleh informasi terkini mengenai harga komoditi di beberapa pasar, jumlah produksi komoditi, serta daftar nama petani dan pedagang di Sumut dengan Mudah, Murah, dan Cepat. Melalui layanan SMS tersebut, petani di daerah yang belum paham akan internet tetap dapat mengakses informasi harga pada SiHarapanKu. Gambar 1 Tampilan situs SiHarapanKu 7 Tarif normal sesuai tarif masing-masing operator 53

54 BAB 3 PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, kinerja Perbankan Sumatera Utara masih relatif baik. Hal ini tercermin dari beberapa rasio keuangan yang masih baik antara lain Loan to Deposit Ratio (LDR) yang masih tinggi dan rasio Non Performing Loans (NPL) kredit yang relatif rendah. Sementara itu, meningkatnya aktivitas perekonomian menjelang akhir tahun berdampak pada meningkatnya transaksi masyarakat Kondisi Umum Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, industri perbankan Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 secara umum masih tumbuh cukup baik. Hal ini terlihat dari pertumbuhan beberapa indikator utama kinerja perbankan di Sumatera Utara yang masih cukup baik seperti total aset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit yang masih tumbuh masing-masing sebesar 15,79% (yoy), 11,45% (yoy), dan 18,56% (yoy). Total aset perbankan di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 mencapai Rp214,97 triliun, meningkat sebesar 5,69% (qtq) atau 15,79% (yoy). Namun, pertumbuhan aset perbankan tersebut melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2012 yang mencapai 15,99% (yoy). Total aset Perbankan pada triwulan laporan tersebut masih didominasi oleh aset milik bank konvensional yang mencapai Rp205,47 triliun (95,58%), sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp9,50 triliun (4,42%). Aset perbankan konvensional pada triwulan laporan tersebut meningkat 6,01% (qtq), sebaliknya perbankan syariah mengalami penurunan 0,84% (qtq). Meskipun demikian, pertumbuhan aset perbankan syariah pada triwulan laporan masih lebih tinggi 7,47% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Posisi penghimpunan dana oleh Perbankan berupa Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp155,88 triliun, tumbuh 4,88% (qtq) atau 11,45% (yoy). Peningkatan DPK pada triwulan laporan tersebut disumbang oleh Tabungan dan Deposito yang masing-masing meningkat 4,95% (qtq) dan 11,85%(qtq), sementara Giro turun -10,80% (qtq) sebagaimana dengan polanya yang mengalami penurunan di triwulan terakhir a.l terkait dengan transaksi-transaksi keuangan sektor korporasi dan Pemerintah. Peningkatan Deposito pada triwulan laporan tersebut disebabkan oleh kenaikan suku bunga Deposito dari 5,85% di triwulan sebelumnya menjadi 6,76% pada triwulan laporan seiring dengan peningkatan BI Rate. Tabungan dan Deposito masih mendominasi dana masyarakat di perbankan Sumatera 54

55 Utara dengan pangsa masing-masing sekitar 42,29% dan 42,50%, sementara Giro hanya memiliki pangsa pasar 15,21% dari total DPK. Dana yang dihimpun oleh Perbankan melalui DPK tersebut, sebagian besar ditempatkan kembali oleh perbankan dalam bentuk aktiva produktif seperti kredit dan sisanya ditempatkan pada penempatan lainnya seperti surat-surat berharga maupun penempatan antar bank. Penyaluran kredit di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 meningkat sebesar 6,44% (qtq) atau 18,56% (yoy), tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,47% (qtq) atau 18,41% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan tertinggi dicatat oleh kredit investasi yang tumbuh 8,70% (qtq) atau 42,89% (yoy) seiring dengan masih tumbuh cukup tingginya investasi yang dilakukan, khususnya program MP3EI di Sumatera Utara. Hal ini menunjukkan peran dan optimisme yang tinggi dari industri perbankan untuk menopang pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara ke depan, khususnya investasi. Pertumbuhan kredit perbankan yang jauh lebih tinggi dari DPK yang dihimpun Perbankan menyebabkan Loan to Deposit Ratio cukup besar (diatas 100%). Sementara itu, kualitas kredit yang disalurkan pada triwulan laporan juga masih dapat dijaga dan berada jauh dibawah level indikatif 5% (Tabel 3.1). Meskipun mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, masih cukup baiknya kinerja perbankan tersebut masih mampu memberikan nilai tambah pada pertumbuhan sektor keuangan di triwulan IV-2013 pada level yang cukup baik yaitu sebesar 6,42% (yoy). Tabel 3. 1 Indikator Utama Perbankan Sumut Indikator Perbankan Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Aset Rp Triliun 114,62 118,87 126,61 133,70 137,49 144,81 153,44 160,05 163,7 168,6 176,6 185,6 183,8 190,50 203,40 214,97 Pertumbuhan (%yoy) 0,06 8,54 14,49 15,49 19,95 21,82 21,19 19,71 19,04 16,45 15,12 15,99 12,32 12,97 15,15 15,80 Kredit Rp Triliun 75,64 80,70 84,49 88,55 91,51 96,97 99,19 106,55 109,7 118,2 123,8 131,6 133,8 140,29 146,56 156,00 Pertumbuhan (%yoy) 14,97 20,13 21,73 20,35 20,98 20,16 17,40 20,33 19,92 21,90 24,78 23,49 21,96 18,68 18,41 18,56 DPK Rp Triliun 95,40 97,87 102,94 109,07 112,60 115,99 120,61 127,40 128,9 129,6 135,5 139,9 137,9 139,77 148,62 155,88 Pertumbuhan (%yoy) 7,41 9,28 13,99 14,96 18,03 18,51 17,17 16,81 14,43 11,71 12,38 9,78 7,04 7,87 9,65 11,45 LDR % 79,29 82,46 82,08 81,19 81,28 83,60 82,24 83,63 85,17 91,23 91,32 94,08 97,04 100,32 98,61 100,08 NPL-Gross % 3,51 3,59 3,69 3,13 2,97 2,86 2,78 2,28 2,37 2,47 2,39 1,89 2,25 2,27 2,29 2, Intermediasi Perbankan Perkembangan kegiatan intermediasi Perbankan Sumatera Utara pada triwulan IV 2013 relatif masih cukup baik. Meskipun pertumbuhan kredit menurut lokasi bank pada triwulan IV-2013 melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, 55

56 namun pertumbuhan kredit berdasarkan lokasi proyek masih tercatat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, pertumbuhan DPK pada triwulan laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan lokasi bank, seiring dengan masih tumbuhnya DPK ditengah perlambatan kredit, rasio kredit terhadap penghimpunan dana masyarakat (Loan to Deposit Ratio/LDR) terus mengalami peningkatan dan teracatat pada level 100,08% (Tabel 3.1). Demikian pula untuk rasio LDR terhadap kredit berdasarkan lokasi proyek, masih mengalami peningkatan menjadi 95,32% di akhir triwulan IV Rasio LDR tersebut meningkat signifikan terhadap posisi akhir triwulan IV-2012 yang hanya sebesar 78,02%. Masih cukup tingginya rasio LDR pada triwulan laporan tersebut mengindikasikan masih stabilnya dukungan perbankan pada sektor riil dan kinerja perekonomian secara umum. Penyaluran kredit pada triwulan IV-2013 tersebut masih diimbangi dengan manajemen pengelolaan risiko dengan prinsip kehati-hatian yang cukup baik oleh Perbankan. Hal ini tercermin dari rasio non performing loan (NPL) gross yang pada pada triwulan laporan mengalami penurunan dari 2,29% di triwulan sebelumnya menjadi 2,12% pada triwulan laporan Penghimpunan Dana Masyarakat Pertumbuhan dana masyarakat yang dihimpun perbankan Sumatera Utara mengalami kenaikan yang cukup tinggi pada triwulan laporan. Posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) di Provinsi Sumatera Utara pada akhir triwulan IV-2013 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 11,45% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 9,65% (yoy), (Grafik 3.1). Berdasarkan jenisnya, pertumbuhan terjadi dalam bentuk simpanan tabungan dan deposito sebesar 4,95% (qtq) dan 11,85% (qtq), sementara simpanan Giro turun -10,80% (qtq) sebagaimana dengan polanya yang mengalami penurunan di triwulan terakhir a.l terkait dengan transaksi-transaksi keuangan sektor korporasi dan ekspansi Pemerintah di periode akhir tahun. Ditinjau dari bentuk simpanannya, komposisi DPK di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan laporan masih tetap didominasi oleh Tabungan yaitu sebesar Rp65,92 triliun (42,29% total DPK), diikuti oleh deposito sebesar Rp66,25 triliun (pangsa 42,50%) dan sisanya Giro (Grafik 3.2). 56

57 160 DPK (Rp Triliun) Pertumbuhan (%,yoy) Pertumbuhan (%,qtq) Deposito (Rp Triliun) Tab (Rp Triliun) Giro (Rp Triliun) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum dan BPR - diolah Grafik 3. 1 Perkembangan DPK Sumut Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum dan BPR - diolah Grafik 3. 2 Struktur DPK Sumut Peningkatan suku bunga deposito pada triwulan laporan menjadi salah satu faktor penyebab masih tumbuh tingginya simpanan masyarakat pada Perbankan dalam bentuk Deposito pada triwulan IV Berdasarkan rata-rata suku bunga tertimbang, suku bunga deposito meningkat cukup tinggi dari 5,85% di triwulan III-2013 menjadi 6,76% pada triwulan IV Sementara itu, suku bunga giro dan tabungan relatif stabil menjadi 2,23% dan 2,01% (Grafik 3.3). 10,00% 9,00% 8,00% 7,00% 6,00% 5,00% 4,00% 3,00% 2,00% 1,00% 0,00% Dep (Skala kiri) Giro (Skala kanan) Tab (skala kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV ,00% 3,50% 3,00% 2,50% 2,00% 1,50% 1,00% 0,50% 0,00% Grafik 3. 3 Perkembangan Suku Bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) Sumut Penyaluran Kredit Perbankan Seiring dengan pertumbuhan DPK, kredit perbankan di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Dengan pertumbuhan pada triwulan laporan sebesar 6,44% (qtq) atau 18,56% (yoy), posisi kredit yang disalurkan oleh Perbankan di Sumatera 57

58 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV-2013 Utara pada akhir triwulan IV 2013 mencapai Rp156,00 triliun. Pertumbuhan kredit pada triwulan laporan tersebut meningkat dari 18,41% (yoy) di triwulan III-2013 menjadi 18,56% (yoy) (Grafik 3.4). Meningkatnya akselerasi penyaluran pembiayaan di masyarakat tersebut menunjukkan dukungan perbankan untuk pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara terus meningkat. Triliun Kredit (Rp Triliun) Pertumbuhan (%,yoy) Pertumbuhan (%,qtq) % Konsumsi 23,54% Investasi 27,96% Modal Kerja 48,51% Grafik 3. 4 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut Grafik 3. 5 Pangsa Kredit Sumut per Jenis Penggunaan 58

59 Berdasarkan jenis penggunaannya, Kredit Modal Kerja (KMK) masih mendominasi pangsa penyaluran kredit perbankan di Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp75,67 triliun, diikuti oleh Kredit Investasi (KI) sebesar Rp43,61 triliun, dan Kredit Konsumsi (KK) sebesar Rp36,72 triliun (Grafik 3.5). Seiring dengan peningkatan suku bunga simpanan, suku bunga kredit umumnya juga mengalami peningkatan pada triwulan IV Rata-rata tertimbang suku bunga kredit tercatat sebesar 11,32%, meningkat dibandingkan dengan Triliun Kredit (Rp Triliun) Sk Bunga Kredit BI Rate I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % 13% 12% 11% 10% 9% 8% 7% 6% 5% triwulan sebelumnya sebesar 11,27% (Grafik 3.6). Grafik 3. 6 Perkembangan Suku Bunga, BI Rate, dan Kredit Sumut Masih cukup tingginya penyaluran kredit modal kerja tersebut memberikan sinyal bahwa ditengah perlambatan perekonomian, optimisme para pelaku usaha akan ekspektasi perbaikan kondisi ekonomi pada periode mendatang masih tumbuh. Sementara itu, meskipun mengalami perlambatan, kredit investasi juga masih tumbuh positif yang mengisyaratkan optimisme para pelaku usaha terhadap iklim investasi dan perekonomian Sumatera Utara di tengah terbatasnya pertumbuhan investasi dan tekanan terhadap nilai tukar. Meskipun penyaluran kredit masih tumbuh cukup tinggi, posisi kelonggaran tarik (undisbursed loan) pada triwulan laporan juga masih cukup besar. Kelonggaran tarik merupakan fasilitas pinjaman debitur yang Triliun Undisbursed Loan Pertumbuhan (%,yoy) Pertumbuhan (%,qtq) % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV belum digunakan atau merupakan selisih antara plafon kredit yang diterima oleh debitur dengan jumlah total baki debet. Posisi undisbursed loan pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp 12,35 triliun atau sekitar 7,92% dari total kredit (Grafik 3.7). Grafik 3. 7 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumut 59

60 Jika dilihat berdasarkan sektor usaha, secara umum tidak terjadi perubahan pada komposisi penyaluran kredit pada triwulan IV-2013 dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya. Pangsa penyaluran kredit paling besar di Provinsi Sumatera Utara terutama masih diserap oleh sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (26,13%), sektor Industri Pengolahan (20,87%), dan sektor Pertanian (26,18% dari total kredit). Penyaluran kredit ke ketiga sektor tersebut mencatat kenaikan masing-masing sebesar 4,97% (qtq) atau 24,99% (yoy), 13,97% (qtq) atau 24,47% (yoy), dan 13,24% (qtq) atau 29,995 (yoy). Baik secara tahunan maupun triwulanan, pertumbuhan kredit ketiga sektor utama tersebut mengalami peningkatan dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (Tabel 3.2). Pertanian Indikator Perbankan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Jasa-jasa Lain-lain Tabel 3. 2 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut per Sektor Ekonomi Tw. I Tw. II Pangsa Penyaluran Kredit UMKM Tw. III Tw. IV Tw. I Pertumbuhan (yoy) Tw. II- Tw. III Tw. IV Seiring dengan melambatnya pertumbuhan kredit, penyaluran kredit UMKM di Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 juga mengalami pertumbuhan yang melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Posisi kredit yang disalurkan Perbankan kepada UMKM di triwulan IV-2013 mencapai Rp39,70 triliun, tumbuh 4,56% (qtq) atau 21,30% (yoy). Meskipun kredit UMKM pada triwulan laporan tersebut mengalami peningkata, namun apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 25,23% (yoy) pertumbuhan penyaluran kredit UMKM pada triwulan laporan justru mengalami perlambatan (Grafik 3.8). Sementara itu, pangsa kredit UMKM terhadap total kredit perbankan di Provinsi Sumatera Utara masih relatif rendah yaitu dikisaran 25,45%. Kondisi ini mengindikasikan bahwa penyaluran kredit kepada usaha mikro, kecil maupun menengah Sumatera Utara masih cukup rendah. Dengan kata lain, potensi pembiayaan Perbankan ke sektor usaha di Sumatera Utara masih sangat tinggi. Apabila dilihat Tw. I Pertumbuhan (qtq) Tw. II- Tw. III Tw. IV ,53% 15,52% 15,78% 16,78% 41,43% 31,86% 34,18% 29,99% 3,23% 4,71% 6,20% 13,24% 0,19% 0,17% 0,18% 0,25% 0,00% -7,69% 0,00% 50,00% -3,85% -4,00% 12,50% 44,44% 19,09% 18,90% 19,49% 20,87% 19,62% 13,05% 16,00% 24,47% -2,29% 3,76% 7,73% 13,97% 1,05% 0,95% 0,85% 0,73% 20,69% 8,13% 0,81% -10,24% 10,24% -5,00% -6,02% -8,80% 2,79% 3,08% 3,43% 3,19% 26,87% 30,12% 30,39% 27,44% -4,36% 15,82% 16,20% -1,00% 25,21% 27,38% 26,49% 26,13% 25,29% 27,65% 22,53% 24,99% 3,47% 13,84% 1,09% 4,97% 2,57% 2,62% 2,59% 2,32% 33,33% 30,04% 27,52% 9,70% 4,24% 6,98% 3,26% -4,74% 5,51% 5,82% 5,90% 0,00% 42,28% 40,38% 38,40% 0,00% 12,18% 10,85% 5,88% 0,00% 28,07% 25,56% 25,29% 23,95% 8,46% 3,31% 3,98% -0,05% 0,51% -4,63% 3,38% 0,81% 60

61 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV-2013 berdasarkan kriteria skala usahanya, kredit UMKM masih didominasi oleh kredit menengah (Grafik 3.9). Kredit UMKM yang disalurkan berupa kredit menengah pada triwulan IV-2013 (Rp500 juta Rp5 miliar) senilai Rp18,07 triliun, disusul oleh kredit skala kecil (Rp50 juta Rp500 juta) senilai Rp14,47 triliun, dan kredit skala mikro (dibawah Rp 50 juta) dengan baki debet sebesar Rp7,16 triliun. Triliun Kredit UMKM (Rp Triliun) Pertumbuhan (%,yoy) Pertumbuhan (%,qtq) % 46% 18% 36% Mikro Kecil Menengah Grafik 3. 8 Perkembangan Kredit UMKM Sumut Grafik 3. 9 Pangsa Kredit UMKM Sumut Terkait dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR), outstanding Kredit Untuk Rakyat (KUR) dengan total baki debet tercatat sebesar Rp2,58 triliun (Grafik 3.10) dengan jumlah debitur sebanyak debitur (Grafik 3.11). Penyaluran KUR (total baki debet) Provinsi Sumatera Utara tersebut tumbuh 3,68% (qtq) atau 12,12% (yoy). Meskipun demikian, penyaluran KUR pada triwulan laporan tersebut mengalami perlambatan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,18% (yoy) (Grafik 3.11). KUR (Rp Miliar) Pertumbuhan (%,yoy) Pertumbuhan (%,qtq) % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Miliar 0 % Debitur (Ribu) Pertumbuhan (%,yoy) Pertumbuhan (%,qtq) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan Penyaluran KUR Sumut Grafik Perkembangan Debitur KUR Sumut 61

62 3.3. Stabilitas Perbankan Melalui prinsip kehati-hatian, Perbankan Sumatera Utara masih mampu mengelola kualitas kreditnya dengan cukup baik. Hal ini tercemin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau Non Performing Loan (NPL) perbankan Provinsi Sumatera Utara yang selalu berada di bawah batas aman 5% sejak tahun NPL gross perbankan pada akhir triwulan IV-2013 tercatat sebesar 2,12%, terus menurun bila dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,29% (Grafik 3.12). 4,00% 3,50% 3,00% 2,50% 2,00% 1,50% 1,00% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Perkembangan NPL Perbankan Sumut Hal ini menunjukkan risiko kredit perbankan di Provinsi Sumatera Utara yang relatif terjaga ditengah penyaluran kredit yang masih tumbuh cukup baik Perbankan Syariah Ekspansi usaha perbankan syariah di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan IV masih cukup baik. Hal ini tercermin dari pertumbuhan aset perbankan syariah triwulan laporan yang meskipun mengalami sedikit penurunan aset dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq), namun jika dibandingkan dengan aset pada triwulan IV-2012 masih mengalami peningkatan sebesar 7,47% (yoy) (Tabel 3.3). Kondisi ini mengindikasikan perbankan syariah tetap diminati oleh masyarakat di tengah berkembangnya perbankan konvensional serta maraknya lembaga keuangan non bank. Demikian pula halnya dengan pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah yang masih tercatat tumbuh positif. Posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah pada triwulan laporan mencapai Rp 6,07 triliun, meningkat Rp380 miliar (6,68%; qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya atau meningkat Rp540 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (9,76%; yoy). Sementara itu, penyaluran pembiayaan perbankan syariah pada triwulan laporan tercatat meningkat sebesar 1,36% (qtq) atau 7,63% (yoy). 62

63 Tabel 3. 3 Indikator Utama Perbankan Syariah Sumut Indikator Perbankan Syariah Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Aset Rp Triliun 3,57 3,85 4,41 4,52 4,76 4,96 6,33 6,64 6,93 7,17 8,09 8,84 9,3 9,24 9,58 9,5 Pertumbuhan (%yoy) 6,89 1,58 4,41 23,16 33,33 28,83 43,67 46,90 45,59 44,56 27,80 33,13 34,2 28,87 18,42 7,47 Pembiayaan Rp Triliun 3,78 4,12 4,37 4,44 4,61 4,94 4,59 4,83 5,09 5,63 6,29 6,95 7,42 7,16 7,38 7,48 Pertumbuhan (%yoy) 8,00 3,26-0,68 14,05 21,96 19,90 5,03 8,78 10,41 13,97 37,04 43,89 45,78 27,18 17,33 7,63 DPK Rp Triliun 2,06 2,20 2,40 2,80 3,02 3,16 3,72 4,48 4,58 4,43 4,92 5,53 5,41 5,48 5,69 6,07 Pertumbuhan (%yoy) 5,10-3,51-0,41 29,15 46,60 43,64 55,00 60,00 51,66 40,19 32,26 23,44 18,12 23,70 15,65 9,76 FDR % 183,50 187,27 182,08 158,57 152,65 156,33 123,29 107,81 111,14 127,09 127,85 125,68 137,15 130,71 129,70 123,23 NPF-Gross % 8,07 7,63 7,96 4,79 4,63 6,18 5,04 4,71 4,96 5,86 5,32 4,11 5,48 5,21 5,93 6,6 Pertumbuhan penghimpunan dana yang lebih pesat dibandingkan dengan penyaluran pembiayaan perbankan syariah menyebabkan Financing to Deposits Ratio /FDR mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yakni dari sebesar 129,70% di triwulan III-2013 menjadi 123,23%(Grafik 3.13). Sedangkan rasio Non Performing Financing (NPF) gross, sejak awal tahun 2013 terus mengalami peningkatan hingga di kisaran 6,6% (Grafik 3.14), lebih tinggi dari batas maksimum NPF yang dipersyaratkan Bank Indonesia sebesar 5%. Kondisi ini mengisyaratkan perlunya perhatian khusus terhadap pembiayaan yang dilakukan perbankan syariah agar tetap prudent dan sustain. 250 % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah Grafik Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah 3.5. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Perkembangan kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 terus menunjukkan perkembangan yang positif. Meskipun mengalami penurunan nilai aset, DPK dan kredit BPR dari triwulan sebelumnya (qtq), apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2012 ketiga komponen tersebut masih tumbuh (yoy) (Tabel 3.3) 63

64 Tabel 3. 3 Indikator Utama BPR Sumut Indikator BPR Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw. I Tw.II Tw.III Tw.IV* Aset Rp Juta Pertumbuhan (%yoy) 16,25 12,43 16,41 13,18 11,62 15,67 12,31 11,56 12,26 13,76 16,14 9,79 Kredit Rp Juta Pertumbuhan (%yoy) 10,58 7,91 10,50 9,75 12,21 17,47 18,38 20,04 18,92 26,64 20,12 13,61 DPK Rp Juta Pertumbuhan (%yoy) 15,54 10,91 12,14 8,95 7,07 11,67 13,88 13,86 14,94 16,40 19,16 14,80 LDR % 96,53 100,65 100,58 100,59 101,17 105,88 105,00 106,05 104,66 110,06 106,73 103,47 NPL % 6,69 8,00 7,55 9,26 8,92 7,11 7,01 6,15 6,6 6,34 6,63 7,26 *data triwulan IV-2013 menggunakan posisi bulan November 2013 Sementara itu, meskipun secara nominal posisi kredit yang disalurkan BPR pada akhir triwulan IV-2013 mengalami penurunan dibandingkan posisi pada triwulan sebelumnya, fungsi intermediasi BPR di Provinsi Sumatera Utara masih menunjukkan kinerja yang masih baik. Hal ini tercermin dari rasio loan to deposit ratio (LDR) BPR yang meskipun sedikit turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, masih tercatat cukup tinggi yaitu 103,47% pada triwulan laporan (Tabel 3.3) Namun, masih baiknya kondisi LDR pada triwulan laporan tidak diimbangi dengan kondisi NPL. NPL gross BPR di Provinsi Sumatera Utara justru mengalami peningkatan sekitar 0,6% dari posisi akhir triwulan III-2013 menjadi 7,26% pada triwulan IV-2013 (Grafik 3.15). Meningkatnya NPL tersebut perlu mendapat perhatian yang lebih agar pembiayaan yang dilakukan BPR tetap dapat dipercaya oleh masyarakat. 9,50% 9,00% 8,50% 8,00% 7,50% 7,00% 6,50% 6,00% 5,50% 5,00% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Kinerja Sistem Pembayaran Non Tunai Grafik Perkembangan NPL BPR Sumut Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Transaksi perbankan di Provinsi Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan IV-2013 baik secara nominal maupun volume mengalami peningkatan. Secara nominal, transaksi RTGS 64

65 pada triwulan laporan meningkat 12,93% (qtq) menjadi Rp229,59 triliun, sedangkan untuk volume mengalami peningkatan 4,69% (qtq) menjadi sebesar transaksi (Tabel 3.4). Peningkatan nominal dan volume transaksi RTGS di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 tersebut diduga terkait dengan meningkatnya kegiatan transaksi masyarakat dalam rangka perayaan hari raya Natal dan Tahun Baru pada periode laporan. Tabel 3. 4 Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Sumber : LBU Perbankan KPw Wil. IX, diolah Kegiatan Transaksi Kliring Perputaran kliring perbankan di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 mengalami peningkatan secara nominal sebesar 1,13% (qtq) menjadi sebesar Rp35,53 triliun (Tabel 3.5). Namun, secara volume transaksi warkat kliring justru lebih rendah 4,59% (qtq) menjadi hanya sebesar lembar warkat. Akibatnya, besaran rata-rata per hari nilai transaksi kliring di Sumatera Utara mencapai Rp550 miliar, dengan rata-rata jumlah warkat yang diproses sebanyak lembar warkat per hari. Tabel 3. 5 Transaksi Kliring Perbankan Sumatera Utara Sumber : LBU Perbankan KPw Wil. IX, diolah 65

66 Miliar Rupiah Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV Kinerja Sistem Pembayaran Tunai ,00 INFLOW OUTFLOW NET FLOW 8.000, , , ,00 0,00 I-10 II-10 III-10 IV-10 I-11 II-11 III-11 IV-11 I-12 II-12 III-12 IV-12 I-13 II-13 III-13 IV ,00 Grafik Perkembangan Aliran Uang Kartal melalui Bank Indonesia di Provinsi Sumatera Utara Perkembangan aliran uang kartal di Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 mengalami net inflow Rp291,07 miliar, berbeda dengan kondisi pada triwulan III-2013 yang mengalami net outflow sebesar Rp 281,19 miliar (Grafik 3.17). Kondisi ini disebabkan oleh aliran setoran masyarakat kepada perbankan setelah mengalami penarikan pada triwulan III-2013 yang bersamaan dengan perayaan Idul Fitri. Sebagai perwujudan dari clean money policy Bank Indonesia untuk menyediakan uang dalam kondisi layak edar, dilakukan penarikan uang lusuh (tidak layak edar). Uang lusuh yang ditarik tercatat sebesar 22,5% dari jumlah uang yang masuk (inflow) (Grafik 3.18). Jumlah tersebut mengalami penurunan 34,9% (qtq) jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. (miliar Rp.) INFLOW RATIO PTTB I-10 II-10 III-10 IV-10 I-11 II-11 III-11 IV-11 I-12 II-12 III-12 IV-12 I-13 II-13 III-13 IV % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Grafik Perkembangan Jumlah Uang Tidak Layak Edar di Sumatera Utara 66

67 Meskipun temuan uang rupiah tidak asli pada triwulan laporan mengalami peningkatan dari tahun lalu hingga 24,05% (yoy), namun apabila dibandingkan triwulan sebelumnya masih lebih rendah 27,84% (qtq) (Tabel 3.6). Untuk terus mengantisipasi meningkatnya temuan uang rupiah tidak asli tersebut, Bank Indonesia terus melakukan berbagai upaya yang antara lain melalui peningkatan security features uang yang dicetak dan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Bank Indonesia juga senantiasa berupaya untuk memadukan layanan pembayaran tunai dan non tunai dalam rangka mewujudkan less-cash society. Salah satu pemaduan layanan pembayaran tunai dan non tunai yang dilakukan Bank Indonesia adalah melalui pelayanan penukaran uang menggunakan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) yang bertujuan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan APMK sebagai alternatif uang kertas dan uang logam terutama pecahan kecil. Tabel 3. 6 Perkembangan temuan uang rupiah tidak asli Selain itu, untuk meningkatkan pelayanan penyediaan uang layak edar dalam pecahan kecil secara lebih cepat, aman, praktis dan efisien, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX juga telah mengimplementasikan Card to Cash (C to C) yang diluncurkan sejak 7 November Pelayanan ini dilakukan melalui 9 bank yang ada di kota Medan (Boks 2). 67

68 BOKS 2 DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG Gunung Sinabung yang tidak pernah meletus sejak tahun 1600 dan sempat aktif pada 27 Agustus 2010, pada September 2013 kembali aktif dan mengalami erupsi kembali. Pada September 2013 lalu, setidaknya telah terjadi 4 kali letusan dari Gunung Sinabung dengan letusan pertama terjadi pada tanggal 15 September Terjadinya erupsi Gunung Sinabung di Kabuten Karo sejak September 2013 tersebut berdampak pada kurangnya pasokan tanaman pangan dan holtikultura yang diproduksi oleh Sentra Karo. Dinas Pertanian menginformasikan bahwa erupsi Sinabung menyebabkan tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Karo mengalami puso. Sebanyak 1.244,26 Ha dari Ha pertanian padi terkena puso. Sedangkan, komoditas hortikultura yang mengalami puso adalah cabai merah (2.106 Ha), tomat (532 Ha), kentang (416 Ha) dan bawang merah (7,7 Ha). Sementara itu, untuk subkelompok buah-buahan, lahan jeruk mengalami puso seluas 714 Ha, alpukat 457 Ha dan terung Karo 283 Ha. Dampak ini terdapat di 4 kecamatan yaitu Naman Teran, Simpang Empat, Payung dan Tiganderket. Upaya penanggulangan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Sumut antara lain melalui program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi melalui 3 kategori yaitu pertumbuhan (2000 Ha), pengembangan (1000 Ha) dan pemantapan (3000 Ha). Selain itu, khusus di Karo, Kementan melaksanakan pengembangan jeruk dan kentang masing-masing seluas 265 Ha dan 10 Ha 9. Erupsi sinabung tersebut berdampak pada meningkatnya harga sayuran dan buah-buahan tidak hanya di Kota Medan namun juga wilayah sekitarnya. Hal ini dikarenakan Kabupaten Karo merupakan salah satu sentra produksi penyuplai sayuran dan buah-buahan ke Kota Medan dan sekitarnya. Dampak erupsi ternyata juga telah berdampak pada produksi pangan dan holtikultura di sentra produksi lain diluar Karo. Beberapa titik pertanian cabai merah di wilayah Simalungun dan Deli Serdang juga telah menyebabkan supply cabai merah berkurang dan mengakibatkan harga cabai merah merangkak naik. Kondisi ini yang juga diperburuk dengan tersendatnya pasokan dari sentra produksi Karo akibat rusaknya Jalan lintas Karo-Medan dan cuaca ekstrem pada tahun 2013 lalu mengakibatkan inflasi pada kelompok volatile food di Sumatera Utara juga cukup tinggi. 8 Sumber situs Pemerintah Kabupaten Karo ( 9 Hasil Rapat Koordinasi TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan tanggal 16 Januari

69 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV-2013 Di sisi lain, sektor pariwisata seperti perhotelan di kawasan Berastagi yang berjarak 11 km dari Sinabung juga terkena dampak negatif. Hal ini terlihat dari turunnya occupancy rate hingga hanya 47% dari sebelumnya yang mampu mencapai lebih kurang 100% pada hari-hari libur dan hari besar lainnya. Sementara itu, posisi kredit yang disalurkan oleh Bank Umum di Sumatera Utara ke wilayah Kabupaten Karo pada akhir tahun 2013 tercatat sebesar Rp1,58 triliun, meningkat 8,7% (%) dari Rp 1,46 Triliun pada Desember Bank Persero menjadi penyumbang utama penyaluran kredit di Kab. Karo (58,3% total kredit), yang disusul oleh Bank Pembangunan Daerah/BPD (28,8% total kredit), dan Bank Swasta Nasional (12,9%). Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit modal masih menjadi kredit yang disalurkan terbesar (56% total kredit), diikuti oleh kredit konsumsi (37%). Sementara itu, kredit investasi yang disalurkan Bank Umum melalui proyek di Kabupaten Karo masih relatif rendah (hanya 7% dari total kredit). Dari sisi sektoral, sektor Perdagangan posisi kredit yang disalurkan oleh Bank Umum di Kab. Karo tahun 2013 terutama masih berupa kredit kepada sektor Hotel dan Restoran (PHR) yang mencapai hingga 46% dari total kredit ke Karo, disusul oleh kredit pertanian sebesar 10%, dan jasa sebesar 3,6% (Grafik 1). Pada Agustus 2013 atau satu bulan sebelum erupsi, rasio Non Performing Loans (NPL) kredit di Kabupaten Karo tercatat sebesar 2,6% yang kemudian sedikit meningkat menjadi 2,8% di Desember Namun, nilai rasio tersebut masih jauh dibawah treshold sebesar 5%. Peningkatan NPL kredit tertinggi terjadi pada September 2013 dan berada dikisaran 3%, untuk selanjutnya cenderung membaik kembali pada Oktober, November dan turun dikisaran 2,8% pada Desember 2013 (Grafik 2). 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Sektor Pertanian Sektor PHR Sektor Jasa Miliar Rp Outs. Kredit ke Karo Persentase NPL (%) NPL Kredit (Miliar Rp) 4,00% 3,50% 3,00% 2,50% 2,00% 1,50% 1,00% 0,50% 0,00% Berdasarkan Kredit yang disalurkan Bank Umum dan NPR yang ada di Sumatera Utara ke Kab. Karo (Berdasar Lokasi Proyek) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum - diolah Grafik 1. Persentase Kredit pada 3 Sektor Utama di Kabupaten Karo Grafik 2. Perkembangan Kredit dan NPL Kredit Bank Umum di Sumut ke Kab. Karo 69

70 Terkait dengan bencana alam erupsi Gunung Sinabung tersebut, pada tanggal 22 Januari 2014 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengeluarkan kebijakan Perbankan khusus wilayah bencana. Kebijakan tersebut mengacu pada PBI Nomor 8/15/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Perlakuan Khusus terhadap Kredit Bank bagi Daerah-Daerah Tertentu di Indonesia yang Terkena Bencana Alam. Beberapa hal yang diatur adalah penilaian kualitas kredit, kualitas kredit yang direstrukturisasi, pemberian kredit baru bagi debitur yang terkena dampak bencana, dan aturan untuk bank syariah. Untuk penilaian kualitas kredit, OJK menetapkan bahwa kualitas kredit dengan plafon maksimal Rp 5 miliar hanya didasarkan atas ketepatan membayar, sementara penetapan Kualitas Aset bagi kredit dengan plafon di atas Rp 5 miliar tetap mengacu pada ketentuan yang berlaku yaitu PBI Nomor 14/15/PBI/2013 tentang Penilaian Kualitas Aset bagi Bank Umum. Sementara itu, untuk kualitas kredit bagi bank umum mau pun BPR yang direstrukturisasi akibat bencana alam ditetapkan lancar sejak restrukturisasi sampai dengan tiga tahun setelah terjadinya bencana. Keputusan yang ketiga terkait dengan pemberian kredit, OJK menetapkan bahwa bank dapat memberikan kredit baru bagi debitur yang terkena dampak bencana alam dengan penetapan kualitas kredit baru tersebut dilakukan terpisah dengan kredit yang telah ada. Selain itu, OJK juga menetapkan perlakuan khusus terhadap daerah yang terkena bencana alam berlaku juga bagi penyediaan dana berdasarkan prinsip syariah. Sementara itu, sebagai bentuk kepedulian terhadap korban erupsi Gunung Sinabung, Bank Indonesia telah menyalurkan bantuan pada bulan Oktober dan November 2013, yaitu bantuan berupa bibit tanaman seluas 103 Ha dan bantuan sandang serta pangan. Namun, seiring dengan masih berlanjutnya erupsi, maka Bank Indonesia melakukan peninjauan dan identifikasi langsung terkait kebutuhan para pengungsi di lapangan. Identifikasi tersebut dilakukan bersama dengan Dinas Perikanan dan Dinas Pertanian Kabupaten Karo ke Posko Pengungsi Erupsi Gunung Sinabung di Tanjung Pulo dan Tanjung Mbelang, Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo. Bantuan ketiga disampaikan Bank Indonesia yang secara simbolis dilakukan oleh Bapak Halim Alamsyah, bertempat di Posko Media Center Kabanjahe kepada 123 KK di Tanjung Mbelang dan 229 KK di Tanjung Pulo pada tanggal 8 Februari Bantuan tahap ketiga lebih difokuskan pada upaya pemulihan psikologis dan produktivitas dari korban erupsi Gunung Sinabung melalui pelaksanaan kegiatankegiatan yang positif dan produktif a.l berupa trauma healing, pelatihan ketrampilan, dan pemulihan budidaya ikan di Desa Singgamanik. 70

71 BOKS 3 Pelayanan Penukaran Uang Pecahan Kecil dengan Kartu (Card to Cash) di Kota Medan Uang Pecahan Kecil (UPK) sangat dibutuhkan oleh masyarakat kota Medan untuk melakukan transaksi sehari-hari dan menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Data tahun 2010 menunjukkankebutuhan UPK Kota Medan tercatat sebesar Rp765 miliar, meningkat sebesar 15% (yoy) menjadi Rp911 miliar di tahun 2011, dan tahun 2012 meningkat kembali sebesar 4% (yoy) menjadi sebesar Rp950 miliar. Hal ini diperkirakan tidak terlepas dari adat kebiasaan masyarakat kota Medan yang multi etnis dan umumnya membutuhkan UPK dalam jumlah yang cukup besar pada event-event tertentu seperti upacara pernikahan dan upacara pemakaman. Sementara itu, nilai transaksi keuangan dengan menggunakan Kartu Debet (secara Nasional) cukup besar dan juga terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010, nilai transaksi keuangan dengan menggunakan kartu debet mencapai Rp2.001,9 triliun, meningkat hingga 22% (yoy) ditahun selanjutnya mencapai Rp2.447,0 triliun, dan pada akhir tahun 2012 mencapai Rp3.065 triliun (tumbuh 25% (yoy)). Dari survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia di beberapa kota besar di Indonesia, preferensi masyarakat untuk menggunakan kartu ATM dan Debet untuk transaksi non tunai juga tinggi, masing-masing sebesar 92% dan 50% (Grafik 1). Grafik 1. Hasil Survei Responden yang pernah melakukan transaksi non tunai 71

72 Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan UPK serta perkembangan penggunaan rata-rata kartu debet secara nasional yang cenderung meningkat dalam 3 tahun terakhir tersebut, membutuhkan adanya upaya-upaya untuk meningkatkan pelayanan kebutuhan uang pecahan kepada masyarakat secara cepat, praktis, aman, dan efisien. Hal ini juga sesuai dengan amanat UU Bank Indonesia No.23 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU No.3 Tahun 2004 terkait tugas Bank Indonesia untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Untuk menjawab kebutuhan pelayanan terhadap masyarakat tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumut dan Aceh) meluncurkan kegiatan Card to Cash (C to C) di kota Medan pada 7 November Kehadiran C to C menjadi salah satu alternatif pelayanan kebutuhan uang pecahan yang dibutuhkan masyarakat. Pelaksanaan C to C di kota Medan tersebut dilakukan sebagai upaya untuk melengkapi proses yang selama ini telah dilakukan oleh Bank Indonesia yaitu pelayanan penukaran UPK 10 ke masyarakat melalui kegiatan Kas Keliling luar kota dan dalam kota. Dengan C to C, diharapkan penyebaran pemenuhan kebutuhan masyarakat akan UPK semakin merata. C to C adalah pelayanan penukaran uang pecahan kecil bagi masyarakat dengan menggunakan kartu debet atau kartu Elektronik. Untuk melakukan penukaran uang kecil, masyarakat tidak perlu lagi membawa uang tunai sebagaimana biasanya, dan juga tidak perlu melakukan transaksi lainnya seperti mengambil uang tunai terlebih dahulu di ATM/bank baru kemudian melakukan penukaran. Cukup dengan datang ke loket yang disediakan di bank yang melayani penukaran C to C, bank akan mendebet rekening nasabah secara langsung sesuai dengan jumlah uang pecahan kecil yang dikehendaki (Gambar 2). Pelayanan ini tersedia di 9 bank yaitu BCA, BRI, Danamon, Bank Mandiri, Bank Mestika, BNI, CIMB Niaga, BII, dan Bank Permata. Jadual pelayanan C to C tersebut adalah setiap hari Selasa dan Kamis (kecuali hari libur). Pelayanan ini tidak dikenakan biaya, sepanjang nasabah menggunakan kartu ATM/Debet nasabah sendiri di bank yang bersangkutan. Masyarakat/ penukar datang ke bank yang ditunjuk meminta pecahan yang diinginkan Masyarakat menggesek kartu debetnya atau uang elektronik pada EDC EDC akan mengeluarkan receipt sebagai dasar melakukan rekapitulasi transaksi penukaran Keesokan harinya bank melaporkan ke BI hasil penukarannya dan Mengisi kembali loket sesuai kekurangannya berdasarkan plafond yang disepakati. Gambar 2. Mekanisme Pelaksanaan C to C 10 UPK yang dimaksud adalah uang yang memenuhi kriteria Hasil Cetak Sempurna (HCS), dan merupakan Uang Layak Edar (ULE). 72

73 Miliar Rupiah Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV-2013 BAB 4 KEUANGAN PEMERINTAH Penyerapan belanja daerah Provinsi Sumatera Utara terus mengalami peningkatan kinerja. Hal ini tercermin dari realisasi penyerapan belanja terhadap APBD yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, pencapaian APBD 2013 diperkirakan masih akan berada dibawah pagu anggaran sebagaimana dengan hasil estimasi penyerapan belanja daerah APBD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 yang dilakukan oleh Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah, DJPK - Kementerian Keuangan. Seiring dengan perkiraan masih terbentuknya SiLPA akibat penyerapan belanja daerah APBD 2013 yang masih dibawah pagunya, posisi simpanan Pemda Sumatera Utara (Pemprov dan Pemkab/Pemko ) akhir 2013 masih meningkat. SiLPA yang terbentuk tersebut sebagian diduga akan dipergunakan oleh Pemprov sebagai salah satu sumber dana pembiayaan untuk belanja langsung antara lain belanja pegawai pada awal tahun 4.1. Realisasi Belanja Pemerintah Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan oleh Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah, DJPK - Kementerian Keuangan, nominal realisasi belanja daerah Nasional tahun 2013 diperkirakan sebesar Rp654,8 triliun atau meningkat dari realisasi belanja daerah dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2011 maupun tahun 2012 (Grafik 4.1). Meskipun secara nominal realisasi belanja daerah pada tahun 2013 diperkirakan masih mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, namun persentase penyerapan belanja daerah untuk tahun 2013 justru diperkirakan hanya akan mencapai 92,5% dari APBD, jauh lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 96,2% APBD (2012) dan 98,8% APBD (2011) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) - Kementerian Keuangan Grafik 4. 1 Estimasi Realisasi Belanja Daerah secara Agregat Nasional Tahun

74 Sementara itu, realisasi penyerapan belanja Pemprov Sumut terus mengalami peningkatan dari hanya 77,1% APBD di tahun 2009, meningkat terus menjadi 79,7% di 2010 hingga pada akhirnya mencapai sekitar 81,5% dari APBD di tahun 2011 (Grafik 4.2). Miliar Rp ,2% 92,5% 81,5% 79,7% 77,1% ,0% 90,0% 85,0% 80,0% 75,0% 70,0% 65,0% APBD Realisasi % Realisasi thdp APBD. Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), Kementerian Keuangan diolah Grafik 4. 2 Estimasi Realisasi Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Sumut tahun 2013 Untuk tahun 2013, realisasi belanja daerah Provinsi Sumatera Utara (Sumut) diperkirakan termasuk dalam kelompok provinsi dengan realisasi penyerapan belanja di atas rata-rata seluruh provinsi yang mencapai 92,5% dari pagunya dalam APBD. Terdapat 13 daerah yang mempunyai realisasi belanja Provinsi di bawah rata-rata dengan dan 20 daerah dengan realisasi belanja di atas rata-rata. Estimasi belanja terendah diperkirakan dicatat oleh Provinsi Riau sebesar 79,7%, sementara realisasi belanja tertinggi diperkirakan akan dicatat oleh Sulawesi Tengah sebesar 99,7% (Grafik 4.3). Meskipun estimasi persentase penyerapan belanja Pemerintah Provinsi untuk tahun 2013 tersebut masih berada diatas rata-rata realisasi belanja seluruh provinsi, namun jika dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2012 yang mencapai 92,3% dari pagunya di APBD atau mencapai Rp7,1 triliun relatif tetap. 74

75 Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) - Kementerian Keuangan Grafik 4. 3 Estimasi Realisasi Belanja Daerah Pemerintah Provinsi tahun 2013 Seiring dengan pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur yang dilakukan disepanjang tahun 2013, realisasi belanja modal Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk tahun 2013 diperkirakan masih akan cukup tinggi terhadap pagunya (sekitar diatas 80%- an dari APBD). Telah beroperasinya proyek-proyek infrastruktur pendukung MP3EI di Sumatera Utara serta dimulainya proyek infrastruktur pendukung MP3EI lainnya menjadi penopang cukup baiknya realisasi belanja modal untuk Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Miliar Rp ** 120,0% 100,0% 80,0% 60,0% 40,0% 20,0% 0,0% **Perkiraan Bank Indonesia APBD % Realisasi thdp APBD Grafik 4. 4 Realisasi Belanja Modal dan Estimasi Belanja Modal Tahun Rekening Pemerintah di Bank Rekening Pemerintah Daerah (Pemda) di perbankan dapat digunakan untuk memprediksi besaran dana sisa anggaran yang dimiliki oleh pemda selama periode berjalan. Data dana pemda di bank umum merupakan akumulasi dari berbagai jenis dana pemerintah daerah, baik yang bersumber dari Penerimaan Asli Daerah (PAD), transfer baik dari provinsi 75

76 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV-2013 maupun Pemerintah Pusat maupun sumber-sumber lainnya. Pada umumnya rekening Pemda di perbankan tersebut mempunyai pergerakan dengan pola meningkat pada tiga bulan pertama, untuk selanjutnya berfluktuatif di bulan-bulan berikutnya dan mempunyai titik terendah pada akhir tahun berjalan. Kondisi ini diduga berkaitan erat dengan realisasi penyerapan belanja daerah yang bergerak cukup lambat diawal tahun yang selanjutnya akan ekspansif pada akhir tahun. Posisi simpanan Pemda (Provinsi dan Pemkab/Pemko) Sumut di bank pada akhir tahun 2013 tercatat sebesar Rp2,3 triliun atau turun 72,3% (qtq) dibandingkan dengan posisi pada akhir triwulan III-2013 sebesar Rp8,1 triliun sebagaimana dengan pola realisasi belanja yang meningkat tajam di akhir tahun. Namun, posisi simpanan Pemda Sumut pada akhir tahun 2013 tersebut masih mengalami peningkatan 11,7% (yoy) dari posisi akhir tahun 2012 yang mencapai Rp2,0 triliun (Grafik 4.4). Peningkatan posisi simpanan Pemda Sumut di akhir tahun 2013 terhadap tahun sebelumnya tersebut diduga sebagai konsekuensi meningkatnya dana Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran terkait relatif lebih rendahnya perkiraan penyerapan belanja daerah Pemprov Sumut pada tahun 2013 dari pagunya di APBD SiLPA yang terbentuk tersebut diduga sebagian akan dipergunakan sebagai salah satu sumber pembiayaan belanja langsung antara lain berupa belanja pegawai diawal tahun dan belanja rutin.. Miliar Rp % Rek.Pemda Sumut Growth qtq (%) Growth yoy (%) 250% 200% 150% 100% ,67% -72,3% 50% 0% -50% -100% Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia, diolah Grafik 4. 5 Posisi Rekening Pemerintah Daerah 4.3. APBD Sumatera Utara Tahun 2014 Setelah sempat mengalami penundaan pengesahan akhir Desember 2013, DPRD Sumut melalui rapat paripurna pada tanggal 20 Januari 2014 akhirnya telah menyepakati Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2014 sebesar 76

77 Rp8,5 triliun. Alokasi belanja tidak langsung dianggarkan sebesar Rp5,1 triliun atau 59,6% dari total anggaran, sementara alokasi belanja langsung mencapai Rp3,4 triliun atau sekitar 40,4%. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, struktur APBD tahun 2014 ditetapkan dengan konsep balanced budget yaitu besar belanja daerah sebesar penerimaan daerah. Penggunaan dan realisasi APBD Sumut nantinya diarahkan tidak mengakibatkan defisit dan Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SiLPA). Berdasarkan struktur APBD 2014 tersebut, anggaran pendapatan daerah pada tahun 2014 hanya meningkat 0,1% dari tahun 2013, sementara anggaran belanja daerah justru mengalami penurunan hingga sekitar 4% dari anggaran tahun lalu. Penurunan pagu belanja daerah dicatat oleh anggaran untuk belanja langsung yang turun hingga sekitar 18,2% (yoy), sementara pagu belanja untuk belanja tidak langsung masih meningkat dibandingkan anggaran tahun 2013 (Tabel 4.1). Namun, dalam rangka untuk terus meningkatkan porsi pembiayaan daerah terhadap belanja modal melalui proyek-proyek infrastruktur yang berkualitas terus ditingkatkan. Peningkatan tersebut antara lain berupa peningkatan pagu anggaran untuk Dinas Bina Marga yang meningkat dari anggaran APBD-Perubahan tahun 2013 sebesar Rp791,3 miliar menjadi Rp1,2 triliun di Rancangan Perda APBD Tabel 4. 1 Perkembangan APBD Tahun 2012 s.d 2014 URAIAN * Miliar Rp Delta Anggaran 2013 thdp thdp 2013 Miliar Rp % Miliar Rp % PENDAPATAN DAERAH 7.332, , , ,3 15,7 6,8 0,1 BELANJA DAERAH 7.677, , , ,1 15,5-378,3-4,3 BELANJA LANGSUNG 2.654, , , ,4 133, ,4-18,2 BELANJA TIDAK LANGSUNG 5.022, , , ,3-46,7 749,1 28,0 SURPLUS/DEFISIT -345,3-385,1 0,0-39,7 11,5 385,1-100,0 sumber: Badan Pembangunan Daerah Sumatera Utara 11 Sumber Badan Perencana Pembangunan Daerah -Sumatera Utara 77

78 BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara menunjukkan peningkatan, yang tercermin dari penurunan persentase penduduk miskin dan NTP yang meningkat. Ke depan, perlu diambil kebijakan yang terstruktur untuk meminimalkan dampak negatif kenaikan UMP dan yang bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan baik di perkotaan maupun di pedesaan 5.1. Ketenagakerjaan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Utara pada tahun 2014 yang ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur Sumut Nomor /811/KPTS/2013 tertanggal 1 November 2013 meningkat sebesar 9,52% dibandingkan UMP Sumatera Utara tahun 2013, yaitu dari Rp menjadi sebesar Rp Kenaikan UMP Sumatera Utara ini lebih kecil dibandingkan kenaikan UMP Sumatera Utara pada tahun sebelumnya yang mencapai 14,58% maupun dari rata-rata kenaikan UMP di kawasan Sumatera yang mencapai 19,08%. Besaran UMP Sumut tersebut berada diatas tingkat Kebutuhan Hidup Layak (KHL) tahun 2014 (119,02%), namun tingkat kenaikannya masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan UMP selama 4 tahun terakhir sebesar 11,82%. Pertumbuhan UMP Sumut tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 15,89% (yoy). Tabel 5. 1 Perkembangan UMP di Kawasan Sumatera SumateraSumatera Proses penetapan UMP Provinsi Sumatera Utara tahun 2014 berlangsung sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. UMP Provinsi Sumut tahun 2014 ditetapkan berdasarkan KHL terendah yaitu Kabupaten Serdang Bedagai. Meskipun pada awalnya UMP 78

79 diusulkan oleh Dewan Pengupahan sebesar 18,59% diatas KHL atau sebesar Rp , namun pada akhirnya UMP Provinsi Sumut 2014 ditetapkan oleh Gubernur Sumatera Utara sebesar Rp atau 19,02% di atas KHL. Proses penetapan upah berjalan dengan lancar dan dapat diterima dengan baik. Hal ini diindikasikan oleh relatif sedikitnya unjuk rasa yang menolak keputusan kenaikan UMP tersebut (hanya terjadi di daerah Deli Serdang) serta tidak adanya pengaduan/permintaan penangguhan UMP yang masuk ke Disnaker Sumut 12. Relatif kondusifnya kondisi di Sumut pasca penetapan UMP tersebut juga tercermin dari tidak adanya pengurangan karyawan pada perusahaan sentra-sentra industri di Sumatera Utara. Berdasarkan liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX kepada pelaku usaha, kenaikan UMP belum menyebabkan pengurangan tenaga kerja, namun komposisi tenaga kerja tetap dan tidak tetap akan disesuaikan dengan kebutuhan, terutama sektor padat karya (antara lain perhotelan dan eksportir kopi). Pelaku usaha juga menginformasikan bahwa kenaikan UMP diperkirakan memberikan potensi untuk meningkatkan biaya produksi 5-15% di tahun Untuk menekan potensi kenaikan biaya produksi tersebut, pelaku usaha berharap peningkatan UMP Sumatera Utara 2014 diimbangi oleh kenaikan kinerja pegawai karena besaran UMP tersebut telah melampaui KHL. Untuk menjaga margin keuntungan, pelaku usaha umumnya cenderung memilih untuk melakukan penyesuaian harga dibanding efisiensi. Hal ini diperkirakan akan berpotensi memberikan tekanan terhadap inflasi Sumatera Utara tahun Kesejahteraan Profil Kemiskinan Sumatera Utara Pendapatan per kapita penduduk Sumatera Utara pada tahun 2013 sebesar Rp30,3 juta, meningkat 14,1% (yoy) dari tahun sebelumnya sebesar Rp26,6 juta. Peningkatan pendapatan per kapita tersebut disertai dengan perbaikan kesenjangan pendapatan masyarakat. Persentase penduduk miskin Sumut pada Semester II-2013 tercatat mencapai 10,39% (data September 2013), sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 10,41%. 12 Sumber: Focus Group Discussion dengan Dinas Tenaga Kerja Sumut pada tanggal 5 Desember

80 Grafik 5. 1 Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara Penurunan ini terutama bersumber dari menurunnya persentase penduduk miskin di pedesaan menjadi 10,33% dari sebelumnya sebesar 10,53% di tahun Sementara itu persentase penduduk miskin di perkotaan menunjukkan peningkatan (10,28% tahun 2012 meningkat menjadi 10,45% tahun 2013). Penurunan persentase masyarakat miskin di pedesaan dan peningkatan persentase masyarakat miskin di perkotaan menyebabkan persentase penduduk miskin di perkotaan menjadi lebih tinggi dari di pedesaan. Grafik 5. 2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara menurut Daerah Pada September 2013 garis kemiskinan Sumut sebesar Rp per kapita per bulan. Pada daerah perkotaan, garis kemiskinannya sebesar Rp per kapita per bulan dan daerah pedesaan sebesar Rp per kapita per bulan. Apabila dibandingkan dengan kondisi pada September 2012, garis kemiskinan Sumut pada September 2013 naik 14,47%. Garis kemiskinan di perkotaan naik 12,01% dan garis kemiskinan di pedesaan naik 17,27%. Garis kemiskinan digunakan sebagai batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk miskin merupakan penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. 80

81 Tabel 5. 2 Garis Kemiskinan Sumatera Utara Tahun (Rp/ Kapita/ Bulan) Sumber: BPS Ket: *) Data September Penurunan persentase penduduk miskin Sumatera Utara juga diikuti dengan penurunan indeks kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan yang masingmasing menurun dari 1,82 dan 0,50 pada 2012 menjadi 1,72 dan 0,46 pada Kedua indikator ini mengindikasikan kondisi penduduk miskin yang relatif semakin membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan kedua indeks ini terutama terjadi di perkotaan, yang menurun dari sebelumnya masing-masing 2,04 dan 0,63 menjadi 1,63 dan 0,44. Sementara di pedesaan kedua indeks tersebut meningkat dari sebelumnya masing-masing sebesar 1,61 dan 0,38 menjadi 1,80 dan 0,47. Penurunan indeks kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan di perkotaan Sumatera Utara dan peningkatan kedua indeks tersebut di pedesaan dibandingkan tahun sebelumnya, mengakibatkan indeks kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan tahun 2013 di daerah perkotaan lebih rendah daripada di daerah pedesaan. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di perkotaan lebih mendekati garis kemiskinan dibandingkan rata-rata pengeluaran penduduk di pedesaan. Tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin di perkotaan juga semakin menyempit, sedangkan di desa semakin melebar. Kondisi ini berbeda dengan tahun 2012 dimana kemiskinan di daerah pedesaan lebih baik dibandingkan di daerah perkotaan. Hal ini diduga karena banyaknya masyarakat pedesaan yang urbanisasi ke kota. 81

82 Tabel 5. 3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Sumber: BPS Ket: *) Data September Upaya mengatasi kemiskinan perlu terus ditingkatkan. Untuk itu, selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan yang menyangkut kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan Tingkat Penghasilan Masyarakat Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumatera Utara dan Aceh) menunjukkan bahwa pada triwulan IV-2013 terjadi penurunan persepsi konsumen/masyarakat atas penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu. Hal ini tercermin dari penurunan indeks dari 132,18 menjadi 115,38. Ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang juga menurun dari 128,71menjadi 125,64. Sumber : Survei Konsumen KPw BI Wilayah IX Grafik 5. 3 Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indikator kesejahteraan petani yang mencerminkan daya tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam 82

83 menghasilkan produk pertanian. Pada triwulan IV-2013 ini indeks NTP mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 97,42 menjadi 99,11. Meskipun mengalami peningkatan, namun nilai indeks yang dibawah 100 menunjukkan bahwa indeks harga yang diterima petani lebih rendah dari yang harus dibayar oleh petani. Nilai indeks NTP yang di bawah 100 ini terjadi pada hampir semua sub sektor, kecuali sub sektor peternakan (NTPT). Besarnya indeks NTP per subsektor pada triwulan IV-2013 masing-masing tercatat sebesar 98,67 untuk subsektor padi & palawija (NTPP); 95,38 untuk subsektor hortikultura (NTPH); 99,92 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR); 104,10 untuk subsektor peternakan (NTPT); dan 98,36 untuk subsektor perikanan (NTN). Mencermati nilai indeks yang di bawah 100 ini, perlu diambil kebijakan yang mendukung produktivitas petani yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan petani. Sumber : BPS Grafik 5. 4 Nilai Tukar Petani 83

84 Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des Jan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV-2013 BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN Pada triwulan I-2014, perekonomian Sumatera Utara diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dari triwulan IV Hal ini terutama dipengaruhi oleh optimisme pada konsumsi terutama sebagai akibat perayaan imlek yang terjadi pada awal tahun dan mulai terasanya aktivitas persiapan pemilu. Di sisi sektoral, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan sektor Angkutan dan Komunikasi diperkirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan I Sementara itu, laju inflasi triwulan mendatang diperkirakan berada pada kisaran 9,0%-9,4%(yoy) 6.1 Perkiraan Ekonomi Pada triwulan I-2014, perekonomian Sumatera Utara diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang diprakirakan masih akan ditopang oleh aktivitas konsumsi rumah tangga dan realisasi konsumsi pemerintah sehubungan dengan perayaan Imlek dan Cap Gomeh yang terjadi pada awal tahun serta mulai terasanya aktivitas persiapan pemilu. Peningkatan konsumsi rumah tangga juga diindikasikan dari beberapa hasil survei terakhir seperti Survei Konsumen dan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX. Hasil Survei Konsumen menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) cenderung meningkat (Grafik 6.1). 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% -5,00% -10,00% -15,00% Indeks Keyakinan Konsumen growth (mtm%) Sumber : Survei Konsumen KPw BI Wilayah IX Grafik 6. 1 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Selain konsumsi, perkembangan terakhir mengindikasikan kegiatan investasi pada triwulan I-2014 diperkirakan cenderung meningkat dan diduga akan menjadi sumber yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan mendatang. Hal ini terindikasi 84

85 dari meningkatnya penyaluran semen di Sumatera Utara (Grafik 6.2). Tingginya realisasi semen diperkirakan dapat mendorong investasi fisik terutama terkait dengan penyelesaian infrastuktur yang menjadi bagian proyek dalam MP3EI (penambahan fasilitas di Sentra Industri Sei Mangkei dan pembangunan Kuala Tanjung). Optimisme pertumbuhan ini juga didasarkan pada meningkatnya aktivitas pemerintah terutama sebagai persiapan Pemilu yang akan dilangsungkan pada awal triwulan II Selain itu, meredanya tekanan nilai tukar Rupiah diduga akan menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya kembali impor barang modal untuk penyelesaian proyek-proyek infrastruktur, setelah pada triwulan sebelumnya sempat tertahan. Sumber : ASI (Asosiasi Semen Indonesia) Grafik 6. 2 Perkembangan Penyaluran Semen di Sumatera Utara Sementara itu, kegiatan ekspor luar negeri Sumatera Utara diperkirakan akan mengalami perbaikan pada triwulan I Hal ini diperkirakan sebagai dampak dari perbaikan harga komoditas ekspor utama seperti CPO dan Karet serta optimisme akan perkiraan pertumbuhan ekonomi negara maju yang diperkirakan akan positif pada tahun Selain itu, dampak dari pelemahan nilai tukar mulai bisa dirasakan oleh eksportir pada awal tahun Hal ini karena pada awal tahun dilakukan penyesuaian kontrak baru oleh eksportir di wilayah Sumatera Utara dan biasanya berlaku untuk satu tahun. Di sisi sektoral, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan sektor Angkutan dan Komunikasi diperkirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan I Kondisi ini diperkirakan sebagai dampak dari meningkatnya aktivitas masyarakat terutama karena musim kampanye Pemilu Legislatif dan Presiden. Selain itu, perayaan Imlek dan Cap Gomeh pada awal triwulan I-2014 yang banyak dirayakan oleh masyarakat Sumatera Utara diperkirakan juga menjadi faktor pendorong utama peningkatan sektor ini. Berdasarkan 85

86 Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan* Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV-2013 hasil Survei Konsumen, tingginya aktivitas konsumsi dikonfirmasi oleh tren peningkatan indeks penghasilan saat ini serta konsumsi barang tahan lama yang mengalami peningkatan pada triwulan laporan (Grafik 6.3). Sementara itu, nilai penjualan berdasarkan hasil Survei Perdagangan Eceran pada triwulan IV 2013 juga menunjukkan optimisme walaupun tidak setinggi optimisme pada akhir tahun lalu dengan peningkatan sebesar 25,2% (yoy) (Grafik 6.4) Apr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Jan Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yl Konsumsi terhadap barang tahan lama Indeks Keyakinan Konsumen Net Balance Sumber : Survei Konsumen KPw Wil. IX, diolah Grafik 6. 3 Komponen IKK Survei Konsumen Indeks SPE Growth mtm (%) Growth yoy (%) Sumber : Survei Penjualan Eceran KPw Wil. IX, diolah Grafik 6. 4 Indeks Penjualan Eceran Sementara itu, Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan I-2014 diperkirakan tidak seoptimis triwulan sebelumnya. Perkiraan ini didasarkan dari relatif turunnya impor bahan baku baik dalam nilai maupun volume. Dampak dari turunnya impor bahan baku ini diperkirakan mengurangi hasil produksi dari sektor pengolahan di Sumatera Utara. Melihat perkembangan perekonomian global dan perkembangan ekonomi domestik hingga saat ini, kinerja perekonomian Sumatera Utara untuk keseluruhan tahun 2014 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan ekonomi di kisaran 6,1%-6,6%. Pertumbuhan tersebut terutama diperkirakan akan ditopang oleh masih positifnya kinerja sektor konsumsi baik konsumsi pemerintah maupun konsumsi swasta. Peningkatan pendapatan masyarakat terkait peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP), menurunnya tekanan inflasi, serta peningkatan aktivitas ekonomi terkait Pemilu 2014 menjadi faktor pendorong masih tumbuh baiknya konsumsi di tahun Selain itu, perkiraan akan masih tumbuh cukup tingginya tingkat konsumsi masyarakat di tahun 2014 juga disinyalir terkait dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tercermin dari pendapatan per kapita yang meningkat serta tingkat kemiskinan yang menurun. Sementara itu, pertumbuhan investasi relatif diperkirakan masih optimis. Perkiraan ini didorong oleh penyelesaian proyek-proyek infrastruktur yang 86

87 menjadi bagian dari proyek pendukung MP3EI, penambahan pabrik industri pengolahan kelapa sawit dan meningkatnya belanja modal berupa infrastruktur pada APBD tahun Berdasarkan hasil liaison, pertumbuhan investasi diperkirakan masih akan sedikit tertahan khususnya menjelang masa Pemilu terkait pelaku usaha yang memilih wait and see terhadap hasil Pemilu Sementara itu, ekspor juga diperkirakan akan meningkat khususnya untuk komoditas CPO seiring membaiknya perekonomian negara mitra dagang (USA, Eropa) serta stabilnya ekonomi Cina... Seiring dengan perkiraan masih cukup tingginya konsumsi rumah tangga, impor barang konsumsi pada tahun 2014 juga diperkirakan masih akan tinggi. Sebagai konsekuensi terhadap periode telah masuknya masa tanam produk pertanian di awal tahun, impor pupuk juga diperkirakan masih akan meningkat. Dari sisi sektoral, mesin pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 diperkirakan lebih banyak digerakkan oleh sektor industri pengolahan. Optimisme industri pengolahan seiring dengan perkiraan membaiknya harga CPO dan pemulihan perekonomian negara-negara mitra dagang seperti USA, Eropa dan China. Selain industri pengolahan, mesin penggerak perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2014 diperkirakan juga akan berasal dari sektor Perdagangan Hotel dan Restoran. Meningkatnya tingkat hunian hotel dan transaksi perdagangan sebagai efek dari Pemilu 2014 diperkirakan akan mendorong pertumbuhan dari sektor PHR. Dampak dari pemilu juga diperkirakan akan meningkatkan transaksi pada sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan antara lain berupa peningkatan kredit maupun penarikan dana seiring dengan pengajuan kredit baru dan dukungan selama masa kampanye. 6.2 Perkiraan Inflasi Laju inflasi tahunan triwulan I-2014 mendatang diperkirakan berada pada kisaran 9,0%-9,4%(yoy). Inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan terutama akan berasal dari kelompok administered prices dan volatile foods. inflasi pada kelompok administered prices diperkirakan masih tinggi karena pengaruh dari beberapa kebijakan pemerintah yang bersifat Nasional diantaranya adalah rencana pengurangan subsidi gas, dan kebijakan pemerintah terkait impor serta kebijakan administered prices yang bersifat lokal seperti rencana peningkatan tarif parkir untuk Provinsi Sumut diperkirakan menjadi upward risks inflasi kelompok ini. Peningkatan harga elpiji 12 kg bahkan sudah dirasakan oleh masyarakat dimana harga di level agen meningkat 57% dibandingkan awal Oktober dari Rp ,00 menjadi Rp ,00. Sementara itu, inflasi kelompok volatile foods pada triwulan I-2014 diperkirakan tidak akan setinggi periode sebelumnya. Direalisasikannya raskin sesuai target dan Tersedianya stok beras yang cukup pada awal tahun 2014 diperkirakan dapat menurunkan harga beras yang sempat 87

88 meningkat pada akhir Desember 2013 yang lalu. Berdasarkan data BULOG, stok beras untuk wilayah Sumut dan Aceh masih aman hingga akhir triwulan I Meningkatnya harga komoditas cabai merah diperkirakan masih tertahan oleh banyaknya pasokan terutama dari panen cabai di Aceh dan masuknya pasokan dari Jawa. Namun, ancaman bencana alam di wilayah Sumut seperti dampak dari letusan Gunung Sinabung yang masih dirasakan dan juga ancaman banjir di beberapa daerah pemukiman maupun pertanian menjadi hal yang perlu mendapatkan perhatian karena dapat mendorong meningkatnya inflasi. Untuk inflasi pada kelompok inti, kenaikan harga pada kelompok sandang dan harga mobil diperkirakan akan menjadi salah satu pendorong penyebab inflasi inti di Sumatera Utara. Meningkatnya aktivitas ekonomi dan politik terutama menjelang pelaksanaan Pemilu Legislatif diperkirakan mendorong peningkatan permintaan pada kelompok ini. Komoditas lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah komoditas emas perhiasan yang harganya diperkirakan mengalami peningkatan. 88

89 LAMPIRAN 89

90 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PERBANKAN SUMATERA UTARA (Rp Triliun) 90

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NOVEMBER 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2013 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2012 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV 2015 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV 2015 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan nilai-nilai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

i

i i 2 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Indeks 250 200 150 100 50 0 Indeks SPE Growth mtm (%) Growth yoy (%)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN *) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo 1.2.1 SEKTOR PERTANIAN. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR 2009 2010 I II III IV I II III 1. PERTANIAN 7,74 5,42 (2,89) 5,18 1,52 1,35

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Mengoptimalkan Potensi Perekonomian Domestik Sumatera Utara Februari 2017 VISI DAN MISI Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci