ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU (Kasus Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU (Kasus Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)"

Transkripsi

1 ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU (Kasus Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) Oleh DIAN MURDANI H PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN DIAN MURDANI. Analisis Usahatani dan Pemasaran Beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru (Kasus Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Di Bawah Bimbingan RITA NURMALINA SURYANA. Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia yang memiliki pertumbuhan penduduk yang tinggi harus mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduknya terutama beras. Namun, sampai saat ini Indonesia masih memiliki masalah dalam memenuhi kebutuhan pangan secara swasembada. Pemerintah Kabupaten Cianjur berupaya untuk mendukung tercapainya swasembada beras dengan memasyarakatkan varietas padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru. Pandan Wangi memiliki keunggulan dari segi kualitas dan harga sehingga dijadikan sebagai komoditas unggul utama di Kabupaten Cianjur. Kabupaten Cianjur terutama Kecamatan Warungkondang yang merupakan sentra produksi beras Pandan Wangi seharusnya terus mengembangkan potensi daerah yang dimiliki. Namun kenyataannya, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Luas areal penanaman padi Pandan Wangi di daerah tersebut mengalami penurunan karena banyak petani padi Pandan Wangi yang beralih menanam padi Varietas Unggul Baru seperti Ciherang. Penelitian ini bertujuan mengkaji keragaan usahatani dan menganalisis pendapatan usahatani padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru, menganalisis saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran dan efisiensi pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru di Kecamatan Warungkondang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2008 di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat yaitu di Desa Bunikasih, Desa Tegallega dan Desa Mekarwangi. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Jumlah responden usahatani sebanyak 60 petani yaitu 30 petani yang menanam padi Pandan Wangi dan 30 petani yang menanam padi Varietas Unggul Baru. Pengambilan responden usahatani dilakukan dengan sengaja (metode purposive). Responden untuk analisis pemasaran ditentukan dengan metode snow ball sampling dengan mengikuti alur tataniaga mulai dari petani sampai ke konsumen. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang usahatani dan pemasaran beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru di Kecamatan Warungkondang. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan, analisis R/C ratio, analisis marjin, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Input yang digunakan pada usahatani padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru terdiri dari benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Petani padi Pandan Wangi menggunakan benih bersertifikat dan benih budidaya sendiri. Petani padi Varietas Unggul Baru memperoleh benih dari produsen benih nasional dan dari bantuan pemerintah. Pupuk yang digunakan yaitu Urea, Phonska (NPK),

3 TSP dan SP-36. Pestisida yang digunakan yaitu matador, decis, arivow dan furadan. Tenaga kerja yang digunakan yaitu tenaga kerja wanita, pria dan traktor. Teknik budidaya padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru terdiri dari pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, penyulaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit serta pemanenan. Umur tanam padi Pandan Wangi lebih lama yaitu hari sehingga hanya bisa dibudidayakan dua kali dalam satu tahun sedangkan Varietas Unggul Baru hanya hari sehingga bisa dibudidayakan tiga kali dalam satu tahun. Selain itu, padi Pandan Wangi dipanen dalam bentuk malai kering panen (MKP) sedangkan padi Varietas Unggul Baru dipanen dalam bentuk gabah kering panen (GKP). Hasil analisis usahatani per musim diketahui pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total per hektar usahatani Pandan Wangi pada setiap musim lebih besar daripada Varietas Unggul Baru. Hasil analisis usahatani per tahun diketahui pendapatan atas biaya tunai per hektar usahatani Pandan Wangi lebih kecil daripada Varietas Unggul Baru. Hal ini dikarenakan selisih antara penerimaan usahatani padi Varietas Unggul Baru dengan padi Pandan Wangi lebih besar daripada selisih antara total biaya tunai padi Varietas Unggul Baru dengan padi Pandan Wangi. Pendapatan atas biaya total per hektar per tahun padi Pandan Wangi lebih besar daripada padi Varietas Unggul Baru. Hal ini dikarenakan selisih antara penerimaan usahatani padi Varietas Unggul Baru dengan padi Pandan Wangi lebih kecil daripada selisih antara biaya total padi Varietas Unggul Baru dengan padi Pandan Wangi. Usahatani kedua varietas padi tersebut layak untuk diusahakan dilihat dari nilai R/C rasio. R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total usahatani padi Pandan Wangi lebih besar daripada Varietas Unggul Baru. Hal ini berarti setiap rupiah biaya yang dikeluarkan oleh petani padi Pandan Wangi akan memberikan penerimaan yang lebih besar daripada penerimaan petani padi Varietas Unggul Baru dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Saluran pemasaran beras Pandan Wangi dan beras Varietas Unggul Baru di daerah penelitian berbeda. Pemasaran beras Pandan Wangi terdiri dari dua saluran yaitu (1) petani - pedagang di Pasar Tani Deptan - konsumen dan (2) petani - Gapoktan Citra Sawargi - CV. Quasindo - retail - konsumen. Pemasaran beras Varietas Unggul Baru terdiri dari tiga saluran yaitu (1) petani - pedagang pengumpul - konsumen ; (2) petani - pedagang pengumpul - pedagang besar (grosir) - konsumen dan (3) petani - pedagang pengumpul - pedagang pengecer - konsumen. Lembaga-lembaga pemasaran tersebut melakukan fungsi-fungsi pemasaran seperti fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Saluran pemasaran beras Pandan Wangi yang dapat dikatakan efisien adalah saluran (2c) karena memiliki total margin yang terkecil, nilai farmer s share terbesar jika dibandingkan dengan saluran (2a) dan (2b) serta penyebaran rasio pada setiap lembaga pemasaran yang terdapat pada saluran (2c) lebih merata dibandingkan dengan saluran lainnya. Saluran pemasaran beras Varietas Unggul Baru yang dapat dikatakan efisien adalah saluran pemasaran (2) karena memiliki total margin yang terkecil, nilai farmer s share terbesar dan penyebaran rasio pada setiap lembaga pemasaran yang terdapat pada saluran (2) lebih merata dibandingkan dengan saluran lainnya. Disamping itu saluran pemasaran (2) lebih banyak digunakan sehingga volume penjualan beras pada saluran (2) lebih banyak.

4 ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU (Kasus Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) DIAN MURDANI H Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN AGRIBISNIS Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh : Nama Mahasiswa : Dian Murdani Nomor Registrasi Pokok : H Program Mayor : Agribisnis Judul : Analisis Usahatani dan Pemasaran Beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru (Kasus Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui : Dosen Pembimbing Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS NIP Mengetahui : Ketua Departemen Agribisnis Tanggal Kelulusan : November 2008 Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU (KASUS KECAMATAN WARUNGKONDANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT) ADALAH HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN Bogor, November 2008 Dian Murdani H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan, Sumatera Utara pada tanggal 02 Pebruari 1986 sebagai anak pertama dari lima bersaudara keluarga Bapak Drs. H. Mara Muda Nasution, MM dan Ibu Hj. Murni Ritonga. Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 02 Padangmatinggi, Padangsidimpuan dan lulus pada tahun Pendidikan tingkat menengah dapat diselesaikan penulis pada tahun 2000 di SMP Negeri 1 Padangsidimpuan. Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2003 di SMU Negeri 3 Padangsidimpuan. Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. Selepas menempuh program Diploma III, penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2006 hingga tahun 2008.

8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah membimbing hamba-hambanya menuju kebahagian melalui Rasul-Nya dan Al-Quran al Karim. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Usahatani dan Pemasaran Beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru (Kasus Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Upaya memberikan yang terbaik telah dilakukan secara optimal dalam penyusunan skripsi ini, namun kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi berbagai pihak yang terkait dan bagi pembaca pada umumnya. Bogor, November 2008 Dian Murdani H

9 UCAPAN TERIMA KASIH Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatiannya yang sangat berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai. 2. Tanti Novianti, SP, MSi atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian dan penguji utama dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini. 3. Tintin Sarianti, SP, MM atas kesediaannya menjadi dosen komite akademik dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini. 4. Papa, Mama tercinta yang selalu mendoakan, memberi semangat, mendukung penulis dengan penuh kasih sayang. Adik-adikku tersayang yang memberikan semangat, membesarkan hatiku, membuat segalanya jadi indah dan ceria. 5. Aa Anwar, Bapak H. Pepen dan keluarga yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data responden dan menyediakan fasilitas tempat tinggal. 6. Bapak Machpudin, keluarga besar Gapoktan Citra Sawargi dan seluruh responden yang telah banyak membantu penulis selama pengumpulan data dan memberikan informasi yang sangat berguna dalam penelitian ini. 7. Erwin Saputra Zega, SH atas semua kasih sayang, semangat dan doanya. 8. Keluarga besarku di Jakarta atas bantuan, nasehat, kebaikan dan doanya. 9. Seluruh staf sekretariat Ekstensi AGB yang telah membantu penulis. 10. Teman-teman kosan, Keluarga Muslim Ekstensi (Kamus) dan rekan-rekan AGB yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga ukhuwah kita tetap terjalin dan hanya Allah SWT yang dapat menilai dan membalas segala amal kebaikan yang telah dilakukan, Amin. Bogor, November 2008 Penulis

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Kegunaan Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Komoditas Beras Varietas Unggul Beras Aromatika (Frangrant Rice) Beras Pandan Wangi Tinjauan Studi Terdahulu Studi Empiris Mengenai Beras Pandan Wangi Studi Empiris Mengenai Usahatani dan Pemasaran III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Konseptual Konsep Usahatani Konsep Pemasaran Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Data dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Analisis Data Analisis Usahatani Analisis Pemasaran Defenisi Operasional V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Wilayah dan Topografi Sosial Ekonomi Masyarakat Profil Gabungan Kelompok Tani Karakteristik Petani Responden Status Usaha Umur Pendidikan... 49

11 Luas Areal Usahatani Padi Pengalaman dalam Usahatani Padi Status Kepemilikan Lahan VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Usahatani Padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru Penggunaan Input Teknik Budidaya Output Usahatani Analisis Usahatani Padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru Penerimaan Usahatani Biaya Usahatani Pendapatan Usahatani Analisis Pemasaran Padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru Lembaga dan Fungsi Pemasaran Saluran Pemasaran Margin Pemasaran, Farmer s Share dan Rasio Keuntungan/ Biaya VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Indonesia Tahun Jumlah Impor Beras Dunia Tahun Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Jumlah Produksi Padi di Kabupaten Cianjur Tahun Luas Areal Sebaran Padi Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur Tahun Kandungan Zat Gizi Beras Pandan Wangi per 100 Gram Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Contoh Perhitungan Pendapatan Usahatani Karakteristik Petani Padi Varietas Pandan Wangi dan Petani Padi Varietas Unggul Baru Rata-rata Penggunaan Input Usahatani Padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru per Hektar per Musim Tanam Rata-rata Penggunaan Input Usahatani Padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru per Hektar per Tahun Produksi Padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru per Hektar Penerimaan Padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru per Hektar per Musim per Tahun Produksi, Penerimaan, Biaya, Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio Usahatani Padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru per Hektar per Musim Tanam Produksi, Penerimaan, Biaya, Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio Usahatani Padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru per Hektar per Tahun Fungsi-fungsi Pemasaran yang Dilaksanakan oleh Lembaga-lembaga Pemasaran Beras Pandan Wangi Harga Beli dan Harga Jual Beras Xiang Mi di Retail Fungsi-fungsi Pemasaran yang Dilaksanakan oleh Lembaga-lembaga Pemasaran Beras Varietas Unggul Baru Margin Pemasaran, Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran dan Farmer s Share Pemasaran Beras Pandan Wangi di Warungkondang Margin Pemasaran, Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran dan Farmer s Share Pemasaran Beras Varietas Unggul Baru... 94

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Margin Tataniaga Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Saluran Pemasaran Beras Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang Saluran Pemasaran Beras Varietas Unggul Baru di Kecamatan Warungkondang... 89

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Data Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Setiap Provinsi di Indonesia Tahun Bulir Beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru (Ciherang) Deskripsi Padi Varietas Pandan Wangi Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.163/Kpts/LB.240/3/ Deskripsi Padi Varietas Ciherang Deskripsi Padi Varietas IR Rincian Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Padi Pandan Wangi per Hektar per Musim Tanam Rincian Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Padi Varietas Unggul Baru per Hektar per Musim Tanam Rincian Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru per Hektar per Tahun Rincian Margin, Farmer s Share dan Rasio Keuntungan terhadap Biaya pada Pemasaran Padi Varietas Pandan Wangi Rincian Margin, Farmer s Share dan Rasio Keuntungan terhadap Biaya pada Pemasaran Padi Varietas Unggul Baru Kuesioner Usahatani Beras Pandan Wangi dan Beras Varietas Unggul Baru Kuesioner Pemasaran Beras Pandan Wangi dan Beras Varietas Unggul Baru

15 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia yang memiliki pertumbuhan penduduk yang tinggi harus mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Namun, sampai saat ini Indonesia masih memiliki masalah dalam memenuhi kebutuhan pangan secara swasembada. Bahkan, Indonesia semakin tergantung pada pasokan pangan impor seperti beras, kedelai, jagung, gandum dan gula. Ketergantungan komoditas beras pada luar negeri menjadi masalah yang besar bagi Indonesia. Hal ini dikarenakan beras merupakan sumber bahan pangan pokok masyarakat Indonesia yang belum dapat digantikan oleh sumber pangan lainnya. Tingginya ketergantungan terhadap luar negeri menyebabkan apabila terjadi penurunan produksi beras baik di dalam maupun di luar negeri akan berdampak pada melemahnya ketahanan pangan nasional. Angka konsumsi langsung rumah tangga yang diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menunjukkan, tahun 2004 konsumsi beras rumah tangga yaitu 115,5 kilogram per kapita per tahun 1. Pada tahun 2005 angka konsumsi langsung rumah tangga menurun menjadi 110 kilogram per kapita per tahun 2. Penurunan ini terjadi karena masyarakat tidak hanya mengkonsumsi beras sebagai sumber bahan pangan pokok tetapi mulai mengkonsumsi pangan dengan bahan yang beragam. 1 Bustanul Arifin. Kisruh Impor Beras. 2 Desember (Diakses tanggal 10 November 2008) 2. Cadangan VS Ekspor Beras.31 Maret (Diakses tanggal 10 November 2008)

16 Menurut data Badan Pusat Statistik, tahun 2002 rata-rata konsumsi beras yang mencakup konsumsi langsung rumah tangga, konsumsi industri makanan, kebutuhan benih, susut dan kegunaan lain mencapai 115,5 kilogram per kapita per tahun. Pada tahun 2003 turun menjadi 109,7 kilogram per kapita per tahun tetapi tahun 2004 rata-rata konsumsi beras naik drastis menjadi 138,81 kilogram per kapita per tahun dan tahun 2005 naik menjadi 139,15 kilogram per kapita per tahun 3. Konsumsi beras nasional dinilai sangat tinggi dibandingkan negara lainnya di Asia seperti Jepang hanya 60 kilogram per kapita per tahun dan Malaysia 80 kilogram per kapita per tahun 4. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2008) pada Tabel 1, Angka Tetap (ATAP) produksi padi tahun 2007 sebesar 57,16 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), terjadi kenaikan sebanyak 2,70 juta ton (4,96 %) dibandingkan produksi tahun Kenaikan produksi terjadi karena peningkatan luas panen padi di Indonesia seluas 361,21 ribu hektar (3,06 %) dan juga peningkatan produktivitas sebesar 0,85 kuintal/hektar (1,84 %). Kenaikan produksi terjadi di beberapa provinsi terutama di Provinsi Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Lampung, Sulawesi Tengah dan Kalimantan Barat. Angka Ramalan II (ARAM II) produksi padi tahun 2008 diperkirakan sebesar 59,88 juta ton GKG, terjadi kenaikan sebanyak 2,72 juta ton (4,76 %) dibandingkan produksi tahun 2007 (ATAP). Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena peningkatan luas panen padi di Indonesia seluas 237,61 ribu hektar 3 Suswono. Menyelidiki Impor Beras. 24 Januari (Diakses tanggal 11 November 2008) 4 Endonesia. Beras Nasional 139 Kg/Kapita. 14 Juni (Diakses tanggal 14 Juni 2007)

17 (1,96 %) dan juga peningkatan produktivitas sebesar 1,30 kuintal/hektar (2,76 %). Kenaikan produksi diperkirakan terjadi di beberapa provinsi terutama di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah. Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Indonesia Tahun Perkembangan Uraian * Absolut % Absolut % Luas Panen(ha) Jawa , ,73 Luar Jawa , ,28 Indonesia , ,96 Produktivitas (ku/ha) Jawa 52,53 53,72 55,18 1,19 2,27 1,46 2,72 Luar Jawa 40,27 41,21 42,28 0,94 2,33 1,07 2,60 Indonesia 46,20 47,05 48,35 0,85 1,84 1,30 2,76 Produksi (ton) Jawa , ,52 Luar Jawa , ,89 Indonesia , ,76 Keterangan : Bentuk produksi padi adalah Gabah Kering Giling (GKG) *) ARAM (Angka Ramalan) II 2008 Sumber : Badan Pusat Statistik, Meskipun produksi padi Indonesia beberapa tahun ini mengalami peningkatan, namun jumlah produksi tersebut belum dapat mengimbangi jumlah konsumsi beras penduduk Indonesia. Tingginya konsumsi beras mengakibatkan permintaan beras di dalam negeri tinggi dan tidak seimbang dengan ketersediaan beras. Oleh karena itu pemerintah melakukan kebijakan impor beras. Indonesia termasuk kedalam enam negara pengimpor beras terbesar di dunia seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tingginya jumlah impor beras menyebabkan masalah bagi petani di Indonesia terutama dalam persaingan harga 5 Resmi Statistik No. 38/07/Th. XI. 1 Juli (Diakses tanggal 15 Agustus 2008)

18 dengan beras impor murah yang mendapatkan subsidi dari negara asalnya. Jumlah impor beras Indonesia pada tahun 2007 diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2006 karena terjadi peningkatan produksi padi di Indonesia pada tahun 2007 dibandingkan dengan tahun Tabel 2. Jumlah Impor Beras Dunia Tahun No NEGARA IMPOR *) **) (%) 1 Indonesia ,900 1, Philippines 1,890 1,791 1,900 1, Nigeria 1,777 1,600 1,700 1, n Iran, Islamic Rep ,251 1, EU-27 1,058 1,083 1,000 1, Saudi Arabia 1,357 1,448 6,310 7, Dunia 29,009 28,888 28,915 29, Sumber : United States Department of Agriculture, "Grain: World Markets and Trade" Desember Note : *) = 000 metric tons **) = Estimate Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengurangi jumlah impor beras adalah dengan melakukan pengembangan varietas padi. Pengembangan tersebut ditujukan agar tercipta varietas-varietas padi unggul yang mampu memenuhi keinginan petani padi seperti potensi hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit dan mutu produk tinggi. Selain itu juga ditujukan untuk pemenuhan keinginan konsumen beras baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Beberapa varietas padi yang sedang dikembangkan antara lain Varietas Unggul Baru dan Varietas Unggul Lokal. Varietas Pandan Wangi merupakan salah satu Varietas Unggul Lokal yang sedang dikembangkan. Daerah 6 (Diakses tanggal 29Agustus 2008)

19 pengembangan varietas Pandan Wangi adalah di Kabupaten Cianjur, Sukabumi, Garut, Ciamis, Tasikmalaya, Majalengka, dan Karawang (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2003). Harga beras Pandan Wangi lebih mahal daripada beras Varietas Unggul Baru karena Pandan Wangi merupakan varietas padi aromatik berkualitas tinggi yang menghasilkan nasi yang pulen, enak dan wangi pandan. Tingginya harga beras Pandan Wangi juga dikarenakan lamanya produksi padi Pandan Wangi dibandingkan dengan padi Varietas Unggul Baru dan terbatasnya jumlah produksi. Produksi terbatas karena padi Pandan Wangi hanya dapat menghasilkan kualitas beras yang baik jika ditanam di daerah Cianjur sedangkan beras Varietas Unggul Baru seperti Ciherang dan IR 64 lebih mudah ditemukan karena dapat diproduksi di luar daerah Cianjur. Provinsi Jawa Barat merupakan sentra produksi padi terbesar di Indonesia (Lampiran 1). Salah satu kabupaten yang merupakan sentra produksi padi di Jawa Barat adalah Kabupaten Cianjur. Tabel 3 menunjukkan jumlah produksi padi di Kabupaten Cianjur pada tahun 2001 sampai 2006 cenderung mengalami fluktuasi. Hal ini dikarenakan luas tanam, luas panen dan produktivitas padi di Kabupaten Cianjur mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Tabel 3. Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Jumlah Produksi Padi di Kabupaten Cianjur Tahun Tahun Luas Tanam Luas Panen Produktivitas Jumlah (ha) (ha) ku/ha Produksi (ton) , , , , , , Sumber : Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur Tahun 2002, 2004, 2006

20 Pemerintah Kabupaten Cianjur berupaya mengembangkan Varietas Unggul Baru seperti Ciherang, IR 64, Cimelati, Sintanur dan Varietas Unggul Lokal seperti padi Varietas Pandan Wangi (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2006). Varietas Pandan Wangi memiliki keunggulan dibandingkan dengan Varietas Unggul Baru baik dari segi kualitas maupun harga. Oleh karena itu Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur menetapkan Pandan Wangi sebagai komoditas unggul utama yang diberi nama Varietas Unggul Tahan Harga atau VUTH (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2003). Tabel 4 menunjukkan sentra produksi beras Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur yaitu di Kecamatan Warungkondang, Gekbrong, Cianjur, Cilaku, Cibeber, Cugenang dan Sukaresmi. Daerah-daerah tersebut merupakan dataran tinggi yang terletak di kaki Gunung Gede dan daerah kaya air karena padi Pandan Wangi hanya tumbuh di daerah tersebut 7. Kecamatan Warungkondang memiliki luas areal padi Pandan Wangi terbesar dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Tabel 4. Luas Areal Sebaran Padi Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur Tahun No Kecamatan Tahun Sebaran (ha) Warungkondang Gekbrong Cianjur Cilaku Cibeber Cugenang Sukaresmi Jumlah Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2006 Peluang pengembangan agribisnis padi Pandan Wangi masih sangat terbuka mengingat Kabupaten Cianjur memiliki potensi yang cukup besar untuk 7 Cianjur. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm. (Diakses tanggal 29 Agustus 2008)

21 pengembangan komoditas tersebut. Kesesuaian ekosistem lahan pertanian di Kabupaten Cianjur baik kondisi iklim, tanah dan letak geografis merupakan faktor penting dalam memproduksi beras Pandan Wangi yang berkualitas. Hal ini disebabkan beras Pandan Wangi khas Cianjur tercipta karena paduan faktor genetik dan lingkungan. Jika ditanam di luar daerah Kabupaten Cianjur maka rasa, aroma, kepulenan dan ciri lain dari beras Pandan Wangi yang dihasilkan akan berbeda (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2002). Selain itu ketersediaan sumberdaya lahan yang cukup luas dan tenaga kerja pertanian yang cukup banyak juga merupakan potensi yang harus dimanfaatkan secara optimal. Dengan pemanfaatan tersebut diharapkan Kabupaten Cianjur sebagai sentra produksi beras Pandan Wangi dapat menunjang produksi beras nasional sehingga swasembada beras dapat tercapai Perumusan Masalah Tingginya jumlah impor beras menyebabkan kondisi perdagangan beras di Indonesia semakin kompetitif. Hal ini mendorong Indonesia untuk menghasilkan produk-produk unggulan agar tetap bisa bersaing dengan produk-produk impor. Beras Pandan Wangi merupakan salah satu produk unggulan yang diharapkan mampu bersaing dengan beras impor bahkan mampu menghasilkan devisa negara. Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur menetapkan Pandan Wangi sebagai komoditas unggul utama disamping tanaman palawija, sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias. Hal ini dikarenakan padi Pandan Wangi merupakan varietas padi aromatik yang berkualitas tinggi karena menghasilkan nasi yang pulen, enak, wangi pandan dan nilai jual yang cukup tinggi. Oleh karena itu beras Pandan Wangi merupakan produk pertanian yang berpotensi untuk diekspor.

22 Peraturan Menteri Perdagangan No.12/M-DAG/PER/4/2008 tentang Ketentuan Impor dan Ekspor Beras menyatakan bahwa beras Pandan Wangi diperbolehkan untuk diekspor. Izin ekspor tersebut akan keluar jika pemerintah menilai terdapat kondisi surplus persediaan beras dalam negeri. Kondisi tersebut terjadi apabila persediaan beras dalam negeri diatas tiga juta ton karena persediaan beras aman dalam negeri sekitar 1,5 sampai 2 juta ton 8. Adanya peraturan tersebut menunjukkan bahwa beras Pandan Wangi mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan. Oleh karena itu, potensi padi Pandan Wangi harus terus dikembangkan terutama di daerah-daerah sentra produksi seperti di Kecamatan Warungkondang. Namun kenyataannya, luas areal penanaman padi Pandan Wangi di daerah tersebut mengalami penurunan sejak tahun Hasil wawancara dengan petani responden diketahui bahwa banyak petani padi Pandan Wangi yang beralih menanam padi Varietas Unggul Baru seperti varietas Ciherang. Hal ini dikarenakan umur tanam Varietas Pandan Wangi lebih lama daripada Varietas Unggul Baru. Padi Pandan Wangi hanya dapat berproduksi dua kali dalam satu tahun sedangkan Varietas Unggul Baru dapat berproduksi tiga kali dalam satu tahun. Hal tersebut menyebabkan jumlah produksi per tahun yang dihasilkan oleh padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru juga berbeda. Padahal jika dilihat dari harga, harga hasil produksi Pandan Wangi yaitu malai kering panen (MKP) lebih mahal daripada harga hasil produksi Varietas Unggul Baru yaitu Gabah Kering Panen (GKP). Harga satu kilogram MKP adalah Rp sedangkan harga satu kilogram GKP adalah Rp Tingginya harga 8 Tempo Interaktif - Pemerintah Izinkan Ekspor Beras. 15 April (Diakses tanggal 15 Agustus 2008)

23 MKP Pandan Wangi belum cukup menjadi jaminan bahwa petani akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dari usahatani padi Pandan Wangi daripada usahatani padi Varietas Unggul Baru. Dari sisi pemasaran, petani padi Pandan Wangi telah terlindungi dari tekanan pedagang pengumpul atau tengkulak. Pemerintah Kabupaten Cianjur menggalakkan pembentukan kelompok tani dalam menghadapi masalah baik dalam pemasaran maupun produksi beras Pandan Wangi. Para petani Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang telah membentuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Citra Sawargi pada bulan September Pemasaran beras Pandan Wangi ditangani oleh Gapoktan dengan menampung semua hasil panen padi Pandan Wangi dan menjualnya kepada perusahaan distributor beras yaitu CV. Quasindo (Quality Sehat Indonesia). Dengan dibentuknya Gapoktan tersebut, petani padi Pandan Wangi memiliki posisi tawar terhadap harga jual hasil produksinya. Adanya Gapoktan juga menghambat timbulnya penjualan beras Pandan Wangi campuran yang selama ini terjadi. Banyak pedagang yang melakukan pencampuran beras Pandan Wangi asli dengan beras varietas lain yang memiliki ciri fisik mirip dengan beras Pandan Wangi asli. Hal ini dikarenakan mahalnya harga beras Pandan Wangi sehingga mendorong pedagang melakukan pencampuran untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Dampak dari kecurangan tersebut kepercayaan konsumen terhadap keaslian beras Pandan Wangi mengalami penurunan, permintaan beras di tingkat petani semakin rendah dan petani pun mendapat disinsentif harga.

24 Berbeda halnya dengan beras Varietas Unggul Baru dimana tidak ada kelompok tani yang menangani pemasarannya. Petani padi Varietas Unggul Baru menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul dimana harganya ditentukan langsung oleh pedagang pengumpul berdasarkan kualitas hasil panen. Ada juga petani padi Varietas Unggul Baru yang menjual hasil produksinya dengan sistem tebasan kepada pedagang pengumpul dimana padi dijual sebelum dilakukan pemanenan. Proses tawar-menawar antara petani dan tengkulak terjadi dengan sistem taksir menaksir karena tidak diketahui secara pasti berapa berat gabah yang akan dipanen. Sistem tersebut memiliki resiko menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain. Penentuan harga pada saat proses tawar-menawar berlangsung ditentukan dengan melihat harga pada musim sebelumnya. Apabila pada musim sebelumnya harga yang ditetapkan pada saat dilakukan penjualan terlalu mahal maka pedagang pengumpul atau tengkulak akan menurunkan harga pada musim berikutnya. Hal tersebut biasanya terjadi karena setelah dilakukan pemanenan, jumlah atau kualitas padi yang dihasilkan tidak sesuai dengan perkiraan pada saat terjadi penjualan. Kondisi tersebut menyebabkan petani padi Varietas Unggul Baru tidak memiliki posisi tawar sehingga merugikan petani. Apalagi tengkulak melakukan pembayaran satu sampai dua bulan setelah dilakukan transaksi penjualan. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini antara lain : 1. Bagaimana keragaan usahatani padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru di Kecamatan Warungkondang.

25 2. Bagaimana pendapatan usahatani padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru di Kecamatan Warungkondang. 3. Bagaimana saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran dan efisiensi pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru di Kecamatan Warungkondang Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. Mengkaji keragaan usahatani padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru di Kecamatan Warungkondang. 2. Menganalisis pendapatan usahatani padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru di Kecamatan Warungkondang. 3. Menganalisis saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran dan efisiensi pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru di Kecamatan Warungkondang. Penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi dalam hal usahatani dan pemasaran beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru seperti pihak petani, pemerintah, mahasiswa dan perguruan tinggi. Bagi petani, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat terutama dalam hal keputusan memilih varietas padi yang akan diproduksi. Keputusan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

26 Bagi pemerintah terutama Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan produksi beras Varietas Pandan Wangi dan beras Varietas Unggul Baru serta memperbaiki sistem pemasaran yang dilakukan selama ini. Manfaat bagi mahasiswa dan perguruan tinggi adalah diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi atau pembanding bagi studi-studi mengenai komoditas beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru selanjutnya.

27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Komoditas Beras Beras merupakan bahan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Beras memiliki rasa yang enak sesuai dengan selera masyarakat Indonesia dan memiliki kandungan gizi lebih tinggi daripada jagung, kentang dan ketela. Beras termasuk komoditas strategis karena ketahanan pangan Indonesia bertumpu pada produksi beras dengan jumlah yang aman, harga terjangkau dan bergizi. Pemenuhan kebutuhan pangan tergantung pada produksi beras dalam negeri namun apabila belum terpenuhi maka dilakukan impor beras Varietas Unggul Varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi yang penting untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani padi. Hal ini dikarenakan varietas unggul adalah galur hasil pemuliaan yang mempunyai satu atau lebih keunggulan khusus, seperti potensi hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, toleran terhadap cekaman lingkungan dan mutu produk tinggi. Pengembangan varietas padi unggulan harus tetap dilakukan agar tercipta varietas-varietas padi unggul yang tidak hanya ditujukan pada pemenuhan keinginan petani tetapi juga keinginan konsumen beras. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2008) 9, varietas unggul terdiri dari beberapa macam diantaranya : 1) Varietas Unggul Nasional (UNGNAS) atau Varietas Unggul Biasa (improved national variety) atau Varietas Unggul Bogor seperti Bengawan, Si Gadis, 9 Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Varietas Unggul Padi Sawah : Pengertian dan Aspek Terkait. Bank Pengetahuan Padi Indonesia.

28 Remaja dan Jelita. Varietas ini dihasilkan oleh Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor sebelum tahun 1965 dan mempunyai daya produksi sedang. 2) Varietas Unggul Baru (VUB) Kelompok tanaman padi yang memiliki karakteristik umur kisaran hari setelah sebar (HSS), anakan banyak (> 20 tunas/rumpun) dan bermalai agak lebat (± 150 butir gabah/malai). Varietas ini diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1967, diantaranya berasal dari Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI) di Filipina. Varietas ini mempunyai daya produksi yang tinggi dan responsif terhadap pemupukan tinggi (high yielding variety). 3) Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) Kelompok tanaman padi yang memiliki karakteristik postur tanaman tegap, berdaun lebar dan berwarna hijau tua, beranak sedikit (< 15 tunas/rumpun), berumur HSS, bermalai lebat (± 250 butir gabah/malai) dan berpotensi hasil lebih dari 8 ton gabah kering giling/ha. 4) Varietas Unggul Hibrida (VUH) Kelompok tanaman padi yang terbentuk dari individu-individu generasi pertama (F1) asal suatu kombinasi persilangan dan memiliki karakteristik potensi hasil lebih tinggi dari varietas unggul inhibrida yang mendominasi areal pertanaman produksi padi. 5) Varietas Unggul Lokal Varietas yang telah ada dan dibudidayakan secara turun-temurun oleh petani serta menjadi milik masyarakat dan dikuasai negara. Varietas ini tidak termasuk Varietas Unggul Nasional (UNGNAS), tetapi di daerah tertentu mampu menghasilkan padi lebih tinggi atau menyamai padi UNGNAS.

29 Beberapa varietas unggul yang umumnya dibudidayakan petani di Jawa Barat antara lain Ciherang, IR 64 dan Sintanur. Diantara ketiga varietas tersebut, varietas yang paling banyak dibudidayakan adalah IR 64 karena umur tanamnya cukup singkat yaitu 115 hari. Namun saat ini, varietas padi IR 64 mengalami penurunan kualitas dimana rata-rata produksi yang dihasilkan hanya 5 ton per hektar. Hal ini menyebabkan petani mulai beralih pada varietas Ciherang karena mampu berproduksi 5 hingga 8,5 ton per hektar 10. Gambar beras Varietas Pandan Wangi dan Ciherang dapat dilihat pada Lampiran 2. Deskripsi padi Varietas Pandan Wangi berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.163/Kpts/LB.240/3/2004 dapat dilihat pada Lampiran 3. Deskripsi mengenai varietas Ciherang dan IR 64 pada Lampiran 4 dan Beras Aromatika (Frangrant Rice) Padi atau beras aromatika adalah padi atau beras yang mengandung unsur aroma, pulen, wangi dan enak. Varietas padi yang bersifat aromatik misalnya padi Varietas Unggul Lokal Rojolele, Pandan Wangi, Mentikwangi dan Gandamana 11. Penanaman padi aromatik dapat memberikan nilai tambah bagi petani karena harganya lebih mahal dari harga padi biasa (tidak beraroma). Namun penanaman padi tersebut kurang berkembang karena umurnya relatif lebih panjang dan hasilnya tidak setinggi Varietas Unggul Nasional sehingga tidak cukup memenuhi permintaan pasar. Sementara tuntutan masyarakat produsen dan konsumen terhadap bahan pangan khususnya beras semakin meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitas Dengan Varietas Unggul, Swasembada Beras Akan Terwujud. (Diakses tanggal 22 September 2008) 11 Balai Penelitian Tanaman Padi Jawa Tengah Padi Aromatik Varietas Sintanur. Bank Pengetahuan Padi Indonesia.

30 Keberhasilan pemenuhan tuntutan pangan harus didukung dengan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, tahan hama/penyakit dan berkualitas baik. Pemerintah melalui Badan Litbang Pertanian berupaya mengembangkan Varietas Unggul Baru yang bersifat aromatik diantaranya Bengawan Solo dan Sintanur Beras Pandan Wangi Perkembangan padi Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur dimulai pada awal tahun 1970 di Desa Mayak, Kecamatan Cibeber. Beberapa tahun kemudian padi Pandan Wangi mulai ditanam di daerah Jambu Dipa dan Bunikasih yang terletak di Kecamatan Warungkondang. Penanaman padi Pandan Wangi di ketiga daerah tersebut berkembang luas, karena beras yang dihasilkan dinilai memiliki keunggulan khusus (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2003). Varietas Pandan Wangi merupakan varietas lokal ciri khas kota Cianjur yang berasal dari padi bulu (javanica) varietas lokal. Sejak tahun 1973 varietas ini dikenal dengan nama Pandan Wangi karena ciri khas aroma pandan yang keluar jika beras Pandan Wangi dimasak. Selain memiliki aroma yang khas, beras Pandan Wangi mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti protein, gula pereduksi, dan zat besi. Kandungan zat gizi beras Pandan Wangi per 100 gram dapat dilihat secara rinci pada Tabel 5. Tabel 5. Kandungan Zat Gizi Beras Pandan Wangi per 100 Gram No Parameter Hasil Satuan 1 Kadar protein 8,97 % 2 Kadar lemak 0,32 % 3 Kadar gula pereduksi 63,39 % 4 Zat besi (Fe) 4,65 Ppm 5 Cat tembaga (Cu) 6,42 Ppm 6 Kalori 14,81 Kg/gr Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Cianjur, 2002

31 Padi Pandan Wangi memiliki umur tanam 145 sampai 155 hari, tinggi tanaman 150 sampai 170 cm, bentuk gabah (endosperm) bulat atau gemuk berperut, berbulu, tahan rontok dan berat butir gabah adalah 30 gram. Selain itu, beraroma pandan, kadar amolase 26 persen dan potensi hasil 6 hingga 7 ton malai kering panen (MKP) per hektar. Padi Pandan Wangi ditanam di ketinggian sekitar 700 m di atas permukaan laut. Selain di Kabupaten Cianjur, padi Pandan Wangi ditanam di Kabupaten Sukabumi, Garut, Ciamis, Tasikmalaya, Majalengka dan Karawang (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2003). Sentra produksi beras Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur adalah di Kecamatan Warungkondang, Cugenang, Cibeber dan Cianjur. Beras Pandan Wangi Kabupaten Cianjur berbeda dengan beras lainnya karena beras Pandan Wangi pulen nasinya, enak, dan wangi pandan. Beras Pandan Wangi khas Cianjur tercipta karena paduan faktor genetik dan lingkungan. Jika ditanam di luar daerah Kabupaten Cianjur maka rasa, aroma, kepulenan dan ciri lain akan berbeda (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2002) Tinjauan Studi Terdahulu Studi Empiris Mengenai Beras Pandan Wangi Penelitian Malinda (2005) yang berjudul Analisis Strategi dan Taktik Pemasaran Beras Pandan Wangi dan Manisan Khas Cianjur menunjukkan bahwa berdasarkan analisis Biplot diketahui atribut beras Pandan Wangi yang paling kuat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen adalah promosi produk yang baik, keunikan produk, rasa yang lezat dan khas, keberagaman penampilan produk, kemasan yang menarik serta kemudahan dalam mendapatkan produk.

32 Kelompok Cluster terpilih untuk konsumen beras Pandan Wangi yang menjadi target pasar adalah kelompok dengan pendapatan rata-rata per bulan Rp sampai Rp dan pengeluaran Rp sampai Rp (28 persen). Positioning beras Cianjur diantaranya adalah Beras wangi asli Cianjur, kualitas terjamin. Taktik pemasaran untuk beras Pandan Wangi diantaranya adalah melakukan diversifikasi kemasan, mempertahankan kemurnian produk dan karakteristik produknya yang khas, membuat hak paten dengan nama baru, membidik segmen pasar potensial (menengah keatas), dan menyediakan produk pada outlet penjualan khusus untuk produk pangan khas Cianjur. Penelitian Rohman (2008) dengan judul Analisis Daya Saing Beras Varietas Pandan Wangi dan Beras Varietas Unggul Baru (Oryza sativa) Kasus Di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengusahaan beras Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru di daerah penelitian memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif yang digambarkan dari nilai PCR dan DRC kedua komoditi bernilai kurang dari satu. Kedua komoditi tersebut layak diusahakan baik secara finansial dan ekonomi yang tercermin dari nilai KP dan KS yang bernilai positif. Kebijakan pemerintah terhadap input dan output menghambat produsen untuk berproduksi atau tidak berjalan efektif yang tercermin dari nilai EPC kedua komoditas yang kurang dari satu. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan jika terjadi penurunan output sebesar 20 persen, komoditas beras Pandan Wangi masih memiliki daya saing dan layak diusahakan secara finansial maupun ekonomi. Namun beras Varietas Unggul Baru tidak memiliki keunggulan kompetitif lagi dan secara finansial komoditas ini tidak layak diusahakan saat terjadi perubahan.

33 Kondisi demikian terjadi pula pada saat terjadi penurunan jumlah output yang diikuti oleh peningkatan harga pupuk anorganik dan penurunan harga output serta penurunan biaya imbangan lahan. Pada kondisi terjadi kenaikan harga input pupuk sebesar 16,67 persen dan terjadi penurunan harga output serta biaya imbangan penggunaan lahan sebesar 12 persen, kedua komoditi masih tetap memiliki daya saing dan tetap layak diusahakan secara finansial dan ekonomi Studi Empiris Mengenai Usahatani dan Pemasaran Penelitian Rachmawati (2003) yang berjudul Analisis Usahatani dan Pemasaran Beras Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang dan Cugenang menunjukkan bahwa usahatani yang dilakukan oleh pemilik penggarap dan penggarap menguntungkan. Namun usahatani yang dilakukan petani pemilik penggarap lebih menguntungkan dibanding dengan penggarap. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rasio R/C atas biaya tunai petani pemilik penggarap 3,14 sedangkan rasio R/C penggarap besarnya 1,19. Rasio R/C atas biaya total petani pemilik penggarap sebesar 1,35 dan penggarap sebesar 1,18. Hasil analisis pemasaran menunjukkan bahwa ada 12 saluran pemasaran beras Pandan Wangi dimana terdapat saluran yang menjual beras murni dan ada beras campuran. Saluran yang menjual beras murni yaitu saluran 9C dan 9D. Nilai farmer s share terbesar dan terkecil terdapat pada saluran 9B dan 9C, masingmasing besarnya 42,41 persen dan 27,83 persen. Nilai keuntungan terbesar 48,62 persen diperoleh pedagang besar daerah saluran 9C sedangkan keuntungan terkecil diperoleh pedagang besar daerah saluran 3. Nilai marjin terkecil terdapat pada saluran 9B sebesar 57,59 persen dan nilai marjin terbesar adalah saluran 9C sebesar 72,17 persen. Saluran pemasaran yang efisien adalah saluran 9D.

34 Penelitian Kusumah (2004) dengan judul Analisis Perbandingan Usahatani dan Pemasaran Antara Padi organik dan Padi Anorganik (Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, kota Bogor, Propinsi Jawa Barat). Berdasarkan analisis diketahui pendapatan atas biaya tunai petani padi organik lebih rendah daripada padi anorganik. Tetapi pendapatan atas biaya total petani padi organik lebih besar daripada padi anorganik. R/C rasio atas biaya tunai yang diperoleh petani padi organik (1,95) lebih rendah dari pada padi anorganik (2,23). Nilai total margin pemasaran yang diperoleh pola pemasaran I dan II padi organik lebih besar dari pola pemasaran III dan IV padi organik, begitu juga jika dibandingkan dengan seluruh pola pemasaran padi anorganik. Pola pemasaran III dan IV padi organik jika dibandingkan dengan seluruh pola pemasaran padi anorganik diketahui ternyata nilai total margin pemasarannya hampir sama dengan seluruh pola pemasaran padi anorganik. Berdasarkan nilai rasio biayakeuntungan diketahui bahwa pola pemasaran padi organik lebih efisien dibandingkan dengan padi anorganik. Struktur pasar yang terbentuk untuk padi organik dan anorganik sama yaitu pasar oligopsoni. Penelitian Ubaydillah (2008) dengan judul Analisis Pendapatan dan Margin Pemasaran Padi Ramah Lingkungan Metode SRI (System of Rice Intensification) Kasus : Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa Barat. Hasi penelitian menunjukkan bahwa usahatani padi ramah lingkungnan metode SRI lebih menguntungkan dibandingkan usahatani padi konvensional meskipun membutuhkan biaya usahatani yang lebih besar. Hal ini dikarenakan produktivitas tanaman padi ramah lingkungan lebih tinggi daripada

35 padi konvensional. Nilai R/C rasio usahatani padi ramah lingkungan metode SRI yaitu 1,61 dan R/C rasio usahatani padi konvensional 1,23. Tataniaga padi ramah lingkungan metode SRI di Desa Ponggang memiliki tiga saluran pemasaran yang melibatkan lembaga pemasaran yaitu petani/produsen, pedagang pengumpul lokal, pedagang pengumpul tingkat daerah (PPTD), pedagang beras non lokal yaitu grosir dan pengecer. Biaya pemasaran tertinggi terdapat pada saluran pemasaran I karena lembaga pemasaran yang terlibat lebih banyak. Saluran pemasaran III lebih efisien karena memiliki margin biaya total paling kecil dan farmer s share paling tinggi (78,79 %). Lembaga pemasaran yang menerima keuntungan paling besar yaitu petani, pedagang pengecer non lokal, pedagang grosir, pedagang pengumpul dan pedagang PPTD. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dengan penelitian Kusumah dan Ubaydillah yaitu dalam metode analisis yang digunakan namun berbeda dalam jenis dan spesifikasi padi yang diteliti. Persamaan dengan penelitian Malinda dan Rohman dalam komoditas yang diteliti yaitu beras Pandan Wangi, namun berbeda dalam metode analisis yang digunakan. Penelitian mengenai usahatani dan pemasaran beras Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang sudah pernah dilakukan oleh Rachmawati pada tahun Namun memiliki perbedaan yaitu dalam penelitian ini terdapat permasalahan penurunan area tanam padi Pandan Wangi yang disebabkan banyaknya petani Pandan Wangi yang beralih menanam Varietas Unggul Baru. Oleh karena itu pada penelitian ini juga dilakukan analisis usahatani dan pemasaran beras Varietas Unggul Baru.

36 Selain itu penelitian ini dilakukan setelah terbentuknya Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Kecamatan Warungkondang sedangkan penelitian Rachmawati dilakukan sebelum Gapoktan dibentuk. Hal tersebut menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan terutama dalam pemasaran beras Pandan Wangi yang dianalisis. Secara ringkas studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Nama Penulis Tahun Judul Metode Analisis Rachmawati 2003 Analisis Usahatani dan R/C rasio, margin Pemasaran Beras Pandan Wangi tataniaga, di Kecamatan Warungkondang farmer s share dan Cugenang Saryani Kusumah Jaya 2004 Analisis Perbandingan Usahatani dan Pemasaran Antara Padi Organik dan Padi Anorganik (Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) Malinda 2005 Analisis Strategi dan Taktik Pemasaran Beras Pandan Wangi dan Manisan Khas Cianjur Muhammad Ubaydillah Restu Edianur Rohman 2008 Analisis Pendapatan dan Margin Pemasaran Padi Ramah Lingkungan Metode SRI (System of Rice Intensification) Kasus : Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang, Jawa Barat 2008 Analisis Daya Saing Beras Varietas Pandan Wangi dan Beras Varietas Unggul Baru (Oryza sativa) Kasus Di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat R/C rasio, margin tataniaga, farmer s share Analisis Biplot R/C rasio, margin tataniaga, farmer s share Policy Analysis Matrix (PAM)

37 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Konsep Usahatani Menurut Soeharjo dan Patong (1973), usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan oleh perorangan atau sekumpulan orang untuk menghasilkan output yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga ataupun orang lain disamping bermotif mencari keuntungan. Analisis pendapatan usahatani memiliki tujuan untuk menggambarkan keadaan sekarang suatu usaha dan untuk menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Menurut Suratiyah (2006) dalam Ubaydillah (2008), usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktorfaktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin. Ada empat unsur pokok dalam usahatani yang sering disebut sebagai faktor-faktor produksi (Hernanto, 1989) yaitu : 1) Tanah Tanah usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan dan sawah. Tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, membeli, menyewa, bagi hasil (menyakap), pemberian negara, warisan atau wakaf.

38 Penggunaan tanah dapat diusahakan secara monokultur maupun polikultur atau tumpangsari. 2) Tenaga Kerja Jenis tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Tenaga ini dapat berasal dari dalam dan luar keluarga (biasanya dengan cara upahan). Dalam teknis perhitungan, dapat dipakai konversi tenaga kerja dengan cara membandingkan tenaga pria sebagai ukuran baku, yaitu : 1 pria = 1 hari kerja pria (HKP) ; 1 wanita = 0,7 HKP ; 1 ternak = 2 HKP dan 1 anak = 0,5 HKP. 3) Modal Modal dalam usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit (kredit bank, pelepas uang/famili/tetangga), hadiah, warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa. 4) Pengelolaan atau manajemen Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Pengenalan pemahaman terhadap prinsip teknik dan ekonomis perlu dilakukan untuk dapat menjadi pengelola yang berhasil. Prinsip teknis tersebut meliputi : (a) perilaku cabang usaha yang diputuskan; (b) perkembangan teknologi; (c) tingkat teknologi yang dikuasai dan (d) cara budidaya dan alternatif cara lain berdasar pengalaman

39 orang lain. Prinsip ekonomis antara lain : (a) penentuan perkembangan harga; (b) kombinasi cabang usaha; (c) pemasaran hasil; (d) pembiayaan usahatani; (e) penggolongan modal dan pendapatan serta tercermin dari keputusan yang diambil agar resiko tidak menjadi tanggungan pengelola. Kesediaan menerima resiko sangat tergantung kepada : (a) perubahan sosial serta (b) pendidikan dan pengalaman petani. Menurut Soekartawi (1986), ada beberapa istilah yang digunakan untuk melihat ukuran pendapatan dan keuntungan usahatani. Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Istilah lain dari pendapatan kotor usahatani adalah nilai produksi atau penerimaan kotor usahatani yang dibedakan menjadi pendapatan kotor tunai dan tidak tunai. Pendapatan kotor tunai atau penerimaan usahatani adalah nilai uang yang diterima dari usahatani yang berbentuk benda. Pendapatan kotor tidak tunai merupakan pendapatan bukan dalam bentuk uang seperti hasil panen yang dikonsumsi, digunakan untuk bibit atau makanan ternak, digunakan untuk pembayaran, disimpan di gudang dan menerima pembayaran dalam bentuk benda. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua input yang habis terpakai atau dikeluarkan didalam produksi. Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan tidak tunai. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran berdasarkan nilai uang sehingga segala keluaran untuk keperluan usahatani yang dibayar dalam bentuk benda tidak termasuk dalam pengeluaran tunai. Pengeluaran tidak tunai (diperhitungkan) adalah nilai semua input yang digunakan namun tidak dalam bentuk uang misalnya nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda atau berdasarkan kredit.

40 Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran usahatani untuk mengukur imbalan yang diperoleh petani akibat dari penggunaan faktor-faktor produksi. Penampilan usahatani kecil dinilai dengan mengukur penghasilan bersih usahatani yang diperoleh dari hasil pengurangan antara pendapatan bersih dengan bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman, biaya yang diperhitungkan dan penyusutan Konsep Pemasaran Menurut Kotler (2005), pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Defenisi pemasaran oleh Limbong dan Sitorus (1987), pemasaran adalah segala usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen. Konsep yang melandasi pemasaran adalah pertukaran (Kotler, 2005). Pertukaran terjadi apabila terpenuhi lima kondisi yaitu terdapat sedikitnya dua pihak, masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang mungkin bernilai bagi orang lain, masing-masing pihak mampu berkomunikasi dan melakukan penyerahan, masing-masing pihak bebas menolak atau menerima tawaran dan masing-masing pihak yakin berunding dengan pihak lain layak dan bermanfaat. Menurut Limbong dan Sitorus (1987), fungsi pemasaran merupakan kegiatan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang atau jasa dari titik produsen ke titik konsumen. Menurur Kotler (1997) tiga fungsi pokok pemasaran yaitu : (1) Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak

41 milik dari barang dan jasa yang dipasarkan yang terdiri dari fungsi pembelian dan penjualan; (2) Fungsi fisik merupakan semua kegiatan yang langsung berhubungan dengan barang atau jasa sehingga menimbulkan kepuasan tempat, bentuk dan waktu seperti kegiatan penyimpanan, pengolahan dan pengangkutan; (3) Fungsi fasilitas merupakan semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen seperti fungsi penanggungan resiko dan fungsi informasi pasar. Saluran pemasaran adalah beberapa organisasi yang saling bergantung dan terlibat dalam proses mengupayakan agar produk atau jasa tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi (Kotler, 2005). Saluran pemasaran terbentuk karena produsen tidak menjual barangnya secara langsung kepada konsumen akhir sehingga diperlukan adanya perantara. Menurut Kotler (2005), ada beberapa istilah lembaga yang terlibat dalam penyaluran barang dari produsen kepada konsumen akhir yang meliputi : (1) pedagang yaitu perantara yang membeli, memiliki dan menjual barang tersebut seperti pedagang besar dan pengecer; (2) agen yaitu mencari pelanggan dan mungkin melakukan negosiasi atas nama produsen tetapi memiliki barang tersebut seperti pialang, perwakilan produsen dan agen penjualan; (3) fasilitator yaitu lembaga yang membantu dalam proses distribusi tetapi tidak memiliki barangnya dan tidak melakukan negosiasi pembelian atau penjualan seperti perusahaan angkutan, pergudangan independen, bank dan agen iklan. Menurut Rahim dan Hastuti (2007) dalam Ubaydillah (2008), efisiensi pemasaran komoditas pertanian merupakan rasio yang mengukur keluaran suatu sistem atau produksi komoditas pertanian atau proses untuk setiap unit masukan

42 untuk membandingkan sumberdaya yang digunakan terhadap keluaran atau output yang dihasilkan selama berlangsungnya proses pemasaran. Pemasaran yang efisien diperoleh dari efisiensi operasional dan efisiensi harga. Efisiensi operasional dengan pendekatan margin pemasaran dan farmer s share sedangkan efisiensi harga dengan pendekatan integrasi pasar dan elastisitas transmisi harga. Analisis efisiensi pemasaran dalam penelitian ini hanya menggunakan pendekatan efisiensi operasional dimana pemasaran akan efisien bila memiliki biaya pemasaran yang rendah dan masing-masing lembaga pemasaran tidak dirugikan atau mendapat keuntungan yang layak. Margin tataniaga didefenisikan sebagai perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani produsen atau dapat pula dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen sampai ke titik konsumen akhir. Kegiatan untuk memindahkan barang dari titik produsen ke titik konsumen membutuhkan pengeluaran baik fisik maupun materi. Pengeluaran yang harus dilakukan untuk menyalurkan komoditi dari produsen ke konsumen disebut biaya tataniaga. Hammond dan Dahl (1977) menyatakan bahwa margin tataniaga menggambarkan perbedaan harga di tingkat konsumen (Pr) dengan harga di tingkat produsen (Pf). Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga satu dengan yang lainnya sampai ke tingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat semakin besar perbedaan harga antar produsen dengan harga di tingkat konsumen. Secara grafis margin tataniaga dapat dilihat pada gambar berikut ini :

43 MP P Pr Sr Sf Pf Df Dr 0 Qrf Q Gambar 1. Margin Tataniaga Sumber : Hammond dan Dahl (1977) Keterangan : Pr : harga di tingkat pengecer Sr : penawaran di tingkat pengecer Dr : permintaan di tingkat pengecer Pf : harga di tingkat petani Sf : penawaran di tingkat petani Df : permintaan di tingkat petani Qrf : jumlah keseimbangan ditingkat petani dan pengecer Margin pemasaran pada suatu saluran pemasaran tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari margin pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat. Rendahnya biaya tataniaga suatu komoditi belum tentu mencerminkan efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan persentase atau bagian harga yang diterima petani (farmer s share) terhadap harga yang di bayar konsumen akhir. Tingkat efisiensi tataniaga juga dapat diukur melalui besarnya rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga. Rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga mendefenisikan besarnya keuntungan yang diterima atas biaya tataniaga yang dikeluarkan. Semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya maka dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien (Limbong dan Sitorus, 1987).

44 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Beras Pandan Wangi merupakan varietas padi aromatik yang berkualitas tinggi karena menghasilkan nasi yang pulen, enak dan memiliki aroma pandan serta nilai jual yang cukup tinggi. Keunggulan-keunggulan tersebut menyebabkan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur menetapkan Pandan Wangi sebagai komoditas unggul utama disamping palawija, sayuran, buah-buahan dan tanaman hias. Padi varietas Pandan Wangi merupakan produk pertanian yang berpotensi untuk diekspor. Adanya Peraturan Menteri Perdagangan No.12/M- DAG/PER/4/2008 yang menyatakan beras Pandan Wangi diperbolehkan untuk diekspor menunjukkan beras Pandan Wangi mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan. Kabupaten Cianjur memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan komoditas beras Pandan Wangi. Kesesuaian ekosistem lahan pertanian di Kabupaten Cianjur baik kondisi iklim, tanah dan letak geografis merupakan faktor penting dalam memproduksi beras Pandan Wangi yang berkualitas. Hal tersebut tidak dimiliki oleh semua daerah karena apabila padi Pandan Wangi ditanam di luar daerah Kabupaten Cianjur maka rasa, aroma, kepulenan dan ciri lain dari beras Pandan Wangi yang dihasilkan akan berbeda Jika dilihat dari sisi pemasaran, petani padi Pandan Wangi terlindungi dari tekanan pedagang pengumpul atau tengkulak karena terbentuknya Gapoktan Citra Sawargih. Pemasaran beras Pandan Wangi ditangani oleh Gapoktan sehingga petani padi Pandan Wangi memiliki posisi tawar terhadap harga jual hasil produksinya. Selain itu adanya Gapoktan juga menghambat timbulnya penjualan beras Pandan Wangi campuran yang selama ini terjadi.

45 Berbeda halnya dengan beras Varietas Unggul Baru dimana tidak ada kelompok tani yang menangani pemasarannya. Petani padi Varietas Unggul Baru menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul dimana harganya ditentukan langsung oleh pedagang pengumpul berdasarkan kualitas hasil panen. Ada juga petani padi Varietas Unggul Baru yang menjual hasil produksinya dengan sistem tebasan kepada pedagang pengumpul dimana padi dijual sebelum dilakukan pemanenan. Kondisi tersebut menyebabkan petani padi Varietas Unggul Baru tidak memiliki posisi tawar sehingga sangat merugikan petani. Melihat kondisi tersebut seharusnya potensi padi Pandan Wangi terus dikembangkan terutama di daerah-daerah sentra produksi seperti di Kecamatan Warungkondang. Namun kenyataannya, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal karena sejak tahun 2002 terjadi penurunan luas areal penanaman padi Pandan Wangi. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden diketahui bahwa banyak petani padi Pandan Wangi yang beralih menanam Varietas Unggul Baru seperti Ciherang. Hal ini disebabkan adanya perbedaan dalam hal pembudidayaan kedua varietas padi tersebut terutama dalam hal umur tanam. Umur tanam Varietas Pandan Wangi lebih lama sehingga hanya dapat berproduksi dua kali dalam setahun sedangkan Varietas Unggul Baru dapat berproduksi tiga kali dalam setahun. Penyebab timbulnya permasalahan tersebut perlu diketahui secara pasti sehingga perlu dilakukan analisis usahatani dan pemasaran terhadap Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru. Analisis usahatani dilakukan agar petani memperoleh informasi yang jelas mengenai pendapatan yang diperoleh dari memproduksi padi Varietas Pandan Wangi dan padi Varietas Unggul Baru

46 sehingga diketahui varietas padi yang lebih menguntungkan. Dengan demikian keputusan petani dalam memilih varietas yang akan diproduksi berdasarkan perhitungan yang matang dimana keputusan tersebut dapat meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan kesejahteraan petani. Operasional penelitiannya dilakukan dengan menganalisis tingkat pendapatan dan R/C rasio yang diperoleh dari usahatani padi kedua varietas tersebut. Pendapatan perlu dianalisis karena tingginya harga beras Pandan Wangi belum cukup menjadi jaminan bahwa petani akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dari usahatani Pandan Wangi daripada usahatani Varietas Unggul Baru. Rasio R/C dianalisis untuk melihat efisiensi usahatani dimana rasio tersebut menunjukkan penerimaan yang diperoleh petani dari setiap rupiah yang dikeluarkan untuk masing-masing varietas tersebut. Analisis pemasaran dilakukan dengan menganalisis saluran pemasaran kedua varietas dan fungsi pemasaran setiap lembaga atau pelaku pemasaran yang terlibat. Jumlah lembaga atau pelaku pemasaran yang terlibat akan menentukan panjang pendeknya saluran pemasaran. Analisis terhadap margin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya dilakukan untuk melihat efisiensi pemasaran kedua varietas beras tersebut. Efisiensi pemasaran tidak ditentukan oleh panjang pendeknya saluran pemasaran. Pemasaran efisien bila memiliki biaya pemasaran yang kecil dan masing-masing pelaku pasar menerima bagian keuntungan yang layak atas pengorbanan biaya yang dikeluarkan selama kegiatan pemasaran. Gambar kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.

47 Pemerintah Kabupaten Cianjur menetapkan Pandan Wangi sebagai komoditas unggul utama Adanya peraturan pemerintah yang memperbolehkan untuk mengekspor beras Pandan Wangi Potensi Kabupaten Cianjur untuk mengembangkan beras Pandan Wangi Harga jual beras Pandan Wangi lebih tinggi daripada beras Varietas Unggul Baru Adanya Gapoktan yang menangani pemasaran beras Pandan Wangi Luas area tanam padi Pandan Wangi menurun Petani beralih menanam Varietas Unggul Baru Umur tanam padi Varietas Pandan Wangi lebih lama daripada Varietas Unggul Baru Penjualan beras Pandan Wangi campuran Analisis Usahatani dan Pemasaran Beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru Analisis Usahatani Analisis pendapatan usahatani - Penerimaan usahatani - Biaya usahatani Analisis efisiensi usahatani - R/C rasio Analisis Pemasaran Saluran dan lembaga pemasaran Fungsi-fungsi pemasaran Efisiensi pemasaran - Margin pemasaran - Farmer s share - Rasio keuntungan/biaya Rekomendasi untuk Pengembangan Agribisnis Beras Pandan Wangi Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

48 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat yaitu di Desa Bunikasih, Desa Tegallega dan Desa Mekarwangi. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) karena merupakan sentra produksi beras Pandan Wangi terbesar di Kabupaten Cianjur. Selain itu daerah ini juga berpotensi untuk membudidayakan padi Varietas Unggul Baru. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder baik data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui observasi langsung di lapangan, wawancara langsung dan pengisian kuisioner yang diajukan kepada responden. Wawancara dilakukan dengan petani padi Varietas Pandan Wangi, petani padi Varietas Unggul Baru dan pihak-pihak yang terkait dalam saluran pemasaran. Data sekunder dikumpulkan dari literatur-literatur yang relevan seperti buku, majalah Padi, internet, Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, Badan Pusat Statistika, Bank Pengetahuan Padi Indonesia, perpustakaan IPB dan instansi lainnya yang dapat membantu untuk ketersediaan data Metode Pengumpulan Data Jumlah responden usahatani dalam penelitian ini sebanyak 60 petani yang terdiri dari 30 orang petani padi Pandan Wangi dan 30 orang petani padi Varietas Unggul Baru. Pengambilan responden usahatani dalam penelitian ini dilakukan

49 dengan sengaja (metode purposive). Responden dipilih berdasarkan informasi yang diperoleh dari Petugas Penyuluh Lapang (PPL) yang relevan. Hal ini dikarenakan petani padi Pandan Wangi yang menjadi responden adalah petani yang menanam padi Pandan Wangi selama dua musim berturutturut. Musim tersebut yaitu musim tanam Juni sampai November 2007 atau Juli sampai Desember 2007 yang selanjutnya disebut sebagai musim tanam periode 1 dan musim tanam Desember 2007 sampai Juni 2008 atau Januari sampai Juli 2008 yang selanjutnya disebut sebagai musim tanam periode 2. Petani padi Varietas Unggul Baru yang menjadi responden adalah petani yang menanam Varietas Unggul Baru selama tiga musim berturut-turut. Musim tersebut yaitu musim tanam Agustus sampai November 2007 atau September sampai Desember 2007 yang selanjutnya disebut sebagai musim tanam periode 1, musim tanam Desember 2007 sampai Maret 2008 atau Januari sampai April 2008 yang selanjutnya disebut sebagai musim tanam periode 2 dan musim tanam April sampai Juli 2008 atau Mei sampai Agustus 2008 yang selanjutnya disebut sebagai musim tanam periode 3. Responden untuk analisis pemasaran ditentukan dengan metode snow ball sampling dengan mengikuti alur tataniaga mulai dari petani padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru sampai ke tingkat konsumen. Dari tingkat produsen atau petani akan diketahui kemana aliran produk dan lembaga-lembaga apa saja yang terlibat dalam pemasaran produk sampai ke konsumen. Metode ini digunakan berdasarkan kepada informasi dari responden sebelumnya sehingga responden yang terpilih di saluran pemasaran akan disesuaikan dengan pola pemasaran yang terjadi di lokasi penelitian. Responden

50 terdiri dari dua orang pengurus Gapoktan Citra Sawargi, satu orang karyawan CV. Quasindo, dua orang pedagang pengumpul atau tengkulak, dua orang pedagang besar atau grosir dan dua orang pedagang pengecer Analisis Data Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang usahatani dan pemasaran padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan, analisis R/C ratio, analisis marjin, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran Analisis Usahatani Penerimaan total usahatani (total farm revenue) merupakan nilai produk dari usahatani yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi periode tertentu. Total biaya atau pengeluaran adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu. Pendapatan total usahatani merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total. Rumus penerimaan, total biaya dan pendapatan adalah : TR = P x Q TC = biaya tunai + biaya diperhitungkan π atas biaya tunai = TR - biaya tunai π atas biaya total = TR TC Keterangan : TR : total penerimaan usahatani (Rp) TC : total biaya usahatani (Rp) P : harga output (Rp/Kg) Q : jumlah output (Kg) π : pendapatan atau keuntungan (Rp)

51 Pendapatan dianalisis berdasarkan biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Pendapatan selain dapat diukur dengan nilai mutlak juga dapat diukur analisis efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (revenue cost ratio) atau analisis R/C. Rasio R/C yang dihitung dalam analisis ini terdiri dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Rasio R/C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio R/C atas biaya total dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Rumus analisis imbangan penerimaan dan biaya usahatani adalah sebagai berikut : R/C rasio atas biaya tunai = TR / biaya tunai R/C rasio atas biaya total = TR / TC Keterangan : TR : total penerimaan usahatani (Rp) TC : total biaya usahatani (Rp) Secara teoritis R/C menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C-nya. Suatu usaha dapat dikatakan menguntungkan dan layak untuk diusahakan apabila nilai R/C rasio lebih besar dari satu (R/C > 1), makin tinggi nilai R/C menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh semakin besar. Namun apabila nilai R/C lebih kecil dari satu (R/C < 1), usaha ini tidak mendatangkan keuntungan sehingga tidak

52 layak untuk diusahakan. Contoh perhitungan pendapatan usahatani dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Contoh Perhitungan Pendapatan Usahatani No Keterangan Jumlah A Penerimaan B Biaya tunai 1 Benih 2 Pupuk 3 Obat-obatan 4 Tenaga kerja luar keluarga Total biaya tunai C Biaya yang diperhitungkan 1 Penyusutan 2 Sewa lahan 3 Tenaga kerja keluarga Total biaya yang diperhitungkan D Total biaya (B+C) E Pendapatan atas biaya tunai (A-B) F G H Pendapatan atas biaya total (A-D) R/C atas biaya tunai (A/B) R/C atas biaya total (A/D) Harga per Satuan (Rp) Total (Rp) Analisis Pemasaran Analisis saluran pemasaran dilakukan dengan cara mengidentifikasi lembaga pemasaran yang terlibat serta mendeskripsikan alur pemasaran yang terjadi dalam bentuk skema. Skema pemasaran dapat terbentuk beberapa macam tergantung alur pemasaran yang terjadi pada pemasaran beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru. Kemudian diidentifikasi fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan masing-masing lembaga pemasaran dalam proses penyaluran padi dari petani sampai ke konsumen dalam bentuk beras sehingga dapat meningkatkan nilai guna.

53 Analisis margin dilakukan untuk mengetahui komponen biaya pemasaran serta bagian yang diterima masing-masing pelaku pasar yang terlibat dalam pemasaran beras Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru. Adanya perbedaan harga ditingkat petani dengan konsumen menyebabkan margin yang diterima masing-masing pelaku pasar akan berbeda. Hal ini disebabkan karena adanya biaya-biaya yang dikeluarkan lembaga pemasaran dalam menjalankan fungsi pemasaran. Margin pemasaran dihitung berdasarkan pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap tingkat lembaga pemasaran. Besarnya margin pemasaran pada dasarnya merupakan penjumlahan dari biaya-biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh oleh lembaga pemasaran. Menurut Limbong dan Sitorus (1987), perhitungan margin tataniaga secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Mi = Hji Hbi Mi = Ci + i Hji Hbi = Ci + i Berdasarkan persamaan diatas, keuntungan tataniaga pada tingkat ke-i adalah i = Hji Hbi Ci Maka besarnya margin pemasaran adalah mi = Mi Keterangan : Mi Hji Hbi Ci i i mi : margin pemasaran pada pasar tingkat ke i (Rp/kg) : harga penjualan pada pasar tingkat ke i (Rp/kg) : harga pembelian pada pasar tingkat ke i (Rp/kg) : biaya pada pasar tingkat ke i (Rp/kg) : keuntungan pemasaran pada pasar tingkat ke i (Rp/kg) : 1, 2, 3,... n : total margin pemasaran

54 Bagian yang diterima petani dari harga yang terjadi dikonsumen akhir dapat diketahui melalui farmer s share. Nilai farmer s share digunakan untuk melihat apakah pemasaran produk tersebut memberikan balas jasa yang seimbang kepada petani. Farmer s share berhubungan negatif dengan margin pemasaran artinya semakin tinggi margin pemasaran maka bagian yang akan diperoleh petani (farmer s share) semakin rendah. Farmer s share dihitung dengan rumus sebagai berikut : Fs = Pf x 100 % Pr Keterangan : Fs : Farmer s share Pf : Harga yang diterima petani (Rp/kg) Pr : Harga yang dibayar konsumen (Rp/kg) Berdasarkan nilai margin pemasaran tersebut dapat diketahui tingkat rasio keuntungan terhadap biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Rasio ini menunjukkan besarnya keuntungan yang diperoleh terhadap biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran. Semakin tinggi nilai rasio semakin besar keuntungan yang diperoleh. Rasio tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Rasio keuntungan/biaya = Keuntungan (Li) Biaya Pemasaran (Ci) 4.5. Defenisi Operasional Beberapa variabel yang digunakan untuk mengidentifikasi usahatani dan menganalisis pendapatan dan pemasaran padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru antara lain : 1. Umur padi adalah jumlah hari atau lamanya antara tanam dan panen. 2. Jarak tanam adalah jauhnya perbedaan dari satu rumpun padi ke rumpun padi disekitarnya pada saat ditanam (cm).

55 3. Padi Pandan Wangi terdiri dari dua musim tanam dalam satu tahun. Musim tanam periode 1 yaitu musim tanam Juni sampai November 2007 atau Juli sampai Desember 2007 dan musim tanam periode 2 yaitu musim tanam Desember 2007 sampai Juni 2008 atau Januari sampai Juli Padi Varietas Unggul Baru terdiri dari tiga musim tanam dalam satu tahun. Musim tanam periode 1 yaitu musim tanam Agustus sampai November 2007 atau September sampai Desember 2007, musim tanam periode 2 yaitu musim tanam Desember 2007 sampai Maret 2008 atau Januari sampai April 2008 dan musim tanam periode 3 yaitu musim tanam April sampai Juli 2008 atau Mei sampai Agustus Hasil produksi adalah hasil produksi fisik berupa malai kering panen (MKP) untuk padi Pandan Wangi dan gabah kering panen (GKP) untuk padi Varietas Unggul Baru dalam satuan kg/ha/musim atau kg/ha/tahun. 6. Harga jual petani dalam analisis usahatani adalah harga malai kering panen (MKP) untuk padi Pandan Wangi dan gabah kering panen (GKP) untuk padi Varietas Unggul Baru yang diterima petani dalam satuan Rp/kg. 7. Harga jual petani dalam analisis pemasaran adalah harga malai kering panen (MKP) untuk padi Pandan Wangi dan gabah kering panen (GKP) untuk padi Varietas Unggul Baru yang telah dikonversikan untuk menghasilkan satu kilogram beras dalam satuan Rp/kg. 8. Harga beli pedagang pengumpul adalah harga malai kering panen (MKP) untuk padi Pandan Wangi dan gabah kering panen (GKP) untuk padi Varietas Unggul Baru yang telah dikonversikan untuk menghasilkan satu kilogram beras dalam satuan Rp/kg.

56 V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Wilayah dan Topografi Kabupaten Cianjur berada di tengah-tengah wilayah Provinsi Jawa Barat dengan luas areal hektar yang terdiri dari 30 kecamatan dengan 348 desa. Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur pada tahun 2006 sebanyak jiwa. Secara geografis Kabupatan Cianjur berada di antara 6 derajat 21 detik - 7 derajat 25 detik Lintang Selatan dan 106 derajat 42 detik derajat 25 detik Bujur Timur. Perbatasan wilayah Kabupaten Cianjur di sebelah Utara dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta, di sebelah Timur dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, di sebelah Selatan dengan Samudra Indonesia dan di sebelah Barat dengan Kabupaten Sukabumi. Topografi Kabupaten Cianjur sebagian besar merupakan daerah pegunungan, berbukit-bukit, dan sebagian merupakan dataran rendah. Ketinggian Kabupaten Cianjur adalah 0 sampai meter di atas permukaan laut (puncak Gunung Gede), dengan kemiringan antara 1 sampai 40 %. Pekerjaan penduduk Kabupaten Cianjur disektor pertanian yaitu sekitar %. Oleh karena itu sektor pertanian memiliki peran penting dalam perekonomian Kabupaten Cianjur. Pada tahun 2005 sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 48,64 persen dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Cianjur. Subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor yang memberikan kontribusi yang paling besar yaitu sebesar 36,16 persen (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2006). Kabupaten Cianjur dibagi menjadi tiga wilayah berdasarkan wilayah pengembangan, yaitu : wilayah pengembangan utara, tengah dan selatan. Wilayah

57 yang paling ideal untuk pengembangan sektor pertanian adalah wilayah pengembangan utara. Wilayah tersebut meliputi 15 kecamatan yaitu Cianjur, Cilaku, Warungkondang, Gekbrong, Cibeber, Karangtengah, Sukaluyu, Ciranjang, Bojongpicung, Mande, Cikalongkulon, Cugenang, Sukaresmi, Cipanas dan Pacet. Wilayah ini merupakan dataran tinggi di kaki Gunung Gede yang sebagian besar merupakan daerah dataran tinggi pegunungan dan sebagian lagi merupakan dataran yang digunakan untuk areal perkebunan dan persawahan. Kecamatan Warungkondang merupakan salah satu kecamatan yang terletak di wilayah pengembangan utara. Kecamatan ini memiliki luas hektar dengan jumlah desa sebanyak 11 desa. Desa tersebut antara lain Ciwalen, Bunisari, Bunikasih, Cikaroya, Cieundeur, Jambudipa, Sukamulya, Cisarandi, Bunikasih, Mekarwangi dan Tegallega. Beberapa desa yang memiliki potensi untuk pengembangan budidaya padi, khususnya varietas Pandan Wangi adalah Desa Bunikasih, Mekarwangi dan Tegallega. Desa Bunikasih berpotensi untuk lahan pertanian khususnya padi dimana sebagian besar lahan petanian yaitu seluas 143 hektar dipergunakan untuk budidaya padi. Demikian juga dengan Desa Mekarwangi dan Tegallega yaitu seluas 88 hektar. Didukung oleh lingkungan dan sumberdaya yang dimiliki budidaya padi yang dilaksanakan mampu menghasilkan padi dengan rata-rata delapan ton per hektar (Kecamatan Warungkondang, 2006) Sosial Ekonomi Masyarakat Pekerjaan mayoritas penduduk di Desa Bunikasih, Mekarwangi dan Tegallega berkaitan dengan pertanian dan sisanya buruh swasta, PNS, pedagang dan TNI. Penduduk di desa-desa tersebut masih memiliki pendidikan yang rendah.

58 Sebagian besar penduduk hanya menamatkan pendidikan sekolah dasar bahkan tidak menamatkan pendidikan sekolah dasar. Hanya sebagian kecil penduduk yang mengikuti pendidikan hingga tingkat SLTP dan hingga tingkat SMU. Pada umumnya petani di tiga desa tersebut mengusahakan tanaman pangan terutama padi. Padi yang ditanam oleh penduduk terdiri dari beberapa varietas. Varietas yang paling banyak ditanam adalah Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru. Teknik budidaya padi yang dilakukan petani masih menggunakan cara-cara konvensional. Usahatani padi yang dilakukan petani di desa tersebut sudah terorganisir dalam kelembagaan kelompok tani diantaranya gabungan kelompok tani (Gapoktan) Citra Sawargi. Gapoktan ini terbentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 237/kps/OT/60/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani Profil Gabungan Kelompok Tani Menurut Departemen Pertanian (2007), pembentukan Gapoktan diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya dengan menumbuhkembangkan kerja sama antar petani dan pihak lain yang terkait untuk pengembangan usahataninya. Selain itu Gapoktan diharapkan mampu membantu menggali potensi, memecahkan masalah usahatani anggota secara efektif, memudahkan dalam mengakses informasi, pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya. Gapoktan Citra Sawargi berdiri pada bulan September 2006 atas kerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB) yang dibimbing oleh Dinas Pertanian Kabupaten

59 Cianjur dan Departemen Pertanian (Deptan). Gapoktan ini terdiri dari 12 kelompok tani yang tersebar di empat desa yaitu lima kelompok tani di Desa Bunikasih, empat kelompok tani di Desa Mekarwangi, dua kelompok tani di Desa Tegallega dan satu kelompok tani di Desa Bunisari. Jumlah anggota Gapoktan sebanyak 550 orang dengan luas sawah 315 hektar. Visi dari Gapoktan ini yaitu terwujudnya pembangunan pertanian berbasis potensi lokal yang berwawasan lingkungan melalui agribisnis dan agrowisata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Misi Gapoktan adalah : (a) meningkatkan, menjaga dan memelihara keanekaragaman hayati dan mendorong/mendukung pembangunan pertanian dan perkebunan; (b) peningkatkan produksi baik kualitas maupun kuantitas berbagai komoditas unggulan yang memiliki daya saing dan nilai ekonomis tinggi; (c) mendorong kemandirian dan peran serta petani, kelembagaan tani dan pengusaha pertanian dalam pembangunan pertanian; (d) optimalisasi sumberdaya alam secara selektif dan berwawasan lingkungan; (e) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumberdaya manusia secara optimal dan (f) mendorong dan memfasilitasi masuknya investasi pembangunan di bidang agribisnis dan agrowisata di lahan pertanian dan perkebunan. Gapoktan Citra Sawargi dibentuk untuk ikut berpartisipasi melestarikan penanaman padi unggul lokal Pandan Wangi dan mencari keuntungan melalui usaha pengembangan sistem agribisnis berbasis komoditi pertanian padi unggul lokal Pandan Wangi untuk mendapatkan kepastian pasar atau harga dan peningkatan pendapatan serta kesejahteraan petani anggota.

60 Jenis kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh Gapoktan terdiri dari unit produksi padi Pandan Wangi, pengadaan sarana produksi dengan membuat kebun bibit pemurnian padi Pandan Wangi, menampung hasil produksi petani padi Pandan Wangi, melakukan pengolahan hasil, melakukan sortasi, pengemasan dan pemasaran hasil olahan padi. Gapoktan juga memberikan pembinaan dan pengembangan petani anggota diantaranya pengembangan komoditi padi Varietas Pandan Wangi, pengembangan pola tanam, pembinaan dan pengembangan kelompok tani. Pemasaran beras pandan wangi dilakukan oleh Gapoktan Citra Sawargi melalui kerja sama dengan CV Quasindo (Quality Sehat Indonesia). CV. Quasindo bertindak sebagai mitra kerja dan usaha yang mengemas dan memasarkan beras Pandan Wangi dengan kemasan bermerek Xiang Mi (beras wangi). Pada tanggal 24 April 2007 Gapoktan telah melakukan penandatanganan kerja sama dengan CV Quasindo. Sistem kerjasama yang dilaksanakan adalah sistem kontrak harga sehingga tidak ada fluktuasi harga. Sistem kontrak harga yang dilakukan setiap satu periode tanam yaitu selama enam bulan. Harga yang ditetapkan Rp 9.000/kg beras. Pembayaran dilakukan 50 % sebelum beras dikirim ke CV. Quasindo dan 50 % lagi setelah beras dikirim. Jumlah beras yang dikirim oleh Gapoktan ke CV. Quasindo sebanyak 10 ton/bulan Karakteristik Petani Responden Responden dalam penelitian ini baik petani Varietas Pandan Wangi maupun petani Varietas Unggul Baru merupakan anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Citra Sawargi. Beberapa karakteristik responden yang dianggap

61 penting meliputi status usaha, umur, pendidikan, luas lahan, pengalaman dalam usahatani padi dan status kepemilikan lahan. Karakteristik tersebut dianggap penting karena mempengaruhi pelaksanaan usahatani kedua varietas tersebut terutama dalam melaksanakan teknik budidaya padi. Karakteristik petani responden untuk kedua varietas padi tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Karakteristik Petani Padi Varietas Pandan Wangi dan Petani Padi Varietas Unggul Baru Karakteristik Responden Padi Varietas Pandan Wangi Jumlah % petani Padi Varietas Unggul Baru Jumlah % Petani 1. Status usaha a. Utama b. Sampingan Umur (thn) a b , c , Pendidikan a. SD ,3 b. SLTP 2 6,7 - - c. SMU 1 3,3 2 6,7 4. Luas Lahan (ha) a. 0, , b. 0,31-0, ,7 4 13,3 c. > 0, ,7 2 6,7 5. Pengalaman Bertani (thn) a , ,7 b , ,7 c ,3 5 16,7 6.Status Kepemilikan Lahan a.pemilik Penggarap 28 93, ,3 b.penggarap 2 6,67 2 6, Status Usaha Petani responden di daerah penelitian baik petani padi Varietas Pandan Wangi dan petani padi Varietas Unggul Baru menjadikan bertani sebagai mata pencaharian utama (100 %). Sebagian besar responden yaitu 73,3 persen dari 60

62 responden tidak memiliki mata pencaharian lain selain bertani. Sisanya yaitu 26,7 persen dari jumlah responden memiliki mata pencaharian sampingan. Namun pendapatan usaha yang diperoleh petani dari usaha sampingan tersebut masih dibawah tingkat pendapatan yang diperoleh dari bertani padi. Adapun mata pencaharian sampingan yang dimiliki oleh sebagian petani responden seperti berdagang, beternak, memelihara ikan, menjahit, supir, buruh tani, buruh bangunan dan pedagang pengumpul beras Umur Umur petani responden Pandan Wangi di daerah penelitian kebanyakan antara tahun. Namun untuk petani responden Varietas Unggul Baru petani yang berumur antara memiliki jumlah yang sama dengan petani yang berumur antara Oleh karena itu secara keseluruhan, petani responden kedua varietas tersebut sebagian besar adalah orang-orang yang berusia produktif. Hal tersebut menunjukkan bahwa usahatani padi di daerah penelitian banyak dikembangkan oleh orang-orang yang masih berusia produktif. Biasanya, orang-orang yang masih berusia produktif memiliki semangat yang tinggi untuk mengembangkan usahanya karena pada usia tersebut terdapat dorongan kebutuhan yang tinggi. Namun, ada beberapa petani yang telah berusia lanjut (lebih dari 57 tahun) masih tetap bertani. Mereka menganggap bertani merupakan mata pencaharian pokok mereka yang telah turun temurun. Di lain pihak banyak generasi muda tidak ingin bekerja pada sektor pertanian. Mereka menganggap bertani merupakan pekerjaan berat yang membutuhkan tenaga besar, bukan pekerjaan yang cepat menghasilkan uang tunai dan pendapatan yang diperoleh tidak rutin. Hal tersebut dikarenakan pendapatan

63 dari usahatani diperoleh setelah panen yaitu beberapa bulan setelah tanam. Pendapatan yang diperoleh dari usahatani juga tidak rutin setiap bulan, hanya diperoleh dua atau tiga kali dalam setahun. Oleh karena itu, mereka lebih tertarik menjadi tukang ojek, supir angkot atau bekerja di kota Pendidikan Tingkat pendidikan petani responden akan berpengaruh pada tingkat penyerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan. Seluruh responden baik petani padi Pandan Wangi maupun Varietas Unggul Baru pernah mengikuti pendidikan formal. Namun tingkat pendidikan yang diikuti oleh petani tersebut masih rendah. Sebagian besar petani responden hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar (SD) yaitu 90 persen untuk responden petani Pandan Wangi dan 93,3 persen untuk responden petani Varietas Unggul Baru. Hanya sebagian kecil petani yang mencapai tingkatan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan sekolah menengah atas (SMA). Biasanya orang yang hanya mengenyam pendidikan rendah lebih cenderung menggunakan teknologi tradisional baik cara maupun alat yang sudah turun temurun dalam mengembangkan usahanya. Hal ini terjadi karena orangorang yang memiliki pendidikan rendah biasanya akan mengalami kesulitan dalam transfer teknologi. Penyebabnya orang tersebut merasa khawatir dengan resiko yang akan diterimanya jika menggunakan teknologi baru tersebut Luas Areal Usahatani Padi Luas areal rata-rata usahatani padi Pandan Wangi di daerah penelitian adalah 0,39 hektar sedangkan padi Varietas Unggul Baru 0,31 hektar. Sebagian

64 besar responden petani Pandan Wangi memiliki luasan areal usahatani 0,3 hektar yaitu sebanyak 56,7 %. Demikian juga dengan petani Varietas Unggul baru yaitu sebanyak 80 %. Hal tersebut terjadi karena sebagian besar petani di daerah penelitian tidak hanya menanam satu varietas padi pada semua lahan yang dimiliki. Oleh karena itu luas areal yang digunakan untuk menanam satu varietas padi cukup kecil. Selain itu lahan yang dimiliki sebagian besar petani merupakan lahan warisan dari orang tua mereka. Dengan demikian lahan yang dimiliki tidak luas karena luas keseluruhan lahan telah dibagi-bagi kepada beberapa orang pewaris Pengalaman dalam Usahatani Padi Sebagian besar petani responden telah lama berprofesi sebagai petani padi. Bertani merupakan usaha turun-temurun dari orang tua mereka. Terutama petani Pandan Wangi menganggap bahwa bertani Pandan Wangi harus terus menerus dikembangkan agar komoditas unggulan daerah Kabupaten Cianjur tersebut tidak sampai punah. Rata-rata petani responden baik petani Pandan Wangi maupun Unggul Baru telah bertani selama tahun. Pengalaman yang cukup lama tersebut menjadikan petani lebih memahami usahatani yang mereka lakukan dengan lebih baik. Selain pemahaman secara praktek langsung dilapang, petani juga diberi petunjuk oleh petugas PPL (Petugas Penyuluh Lapang) mengenai teknik budidaya yang lebih baik lagi Status Kepemilikan Lahan Sebagian besar responden yaitu 93,3 persen dari 30 responden petani Pandan Wangi merupakan petani pemilik penggarap. Demikian juga dengan

65 responden petani Varietas Unggul Baru yaitu 93,3 persen dari 30 responden merupakan petani pemilik penggarap. Oleh karena itu, sebagian besar petani responden kedua varietas tersebut menggunakan modal sendiri dalam melaksanakan usahataninya. Semua biaya seperti biaya benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan biaya lainnya berasal dari modal sendiri. Berbeda dengan petani pemilik dan penggarap, petani penggarap pada awalnya mengeluarkan biaya untuk pembelian input usahatani seperti benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Namun setelah panen biaya pembelian benih, pupuk dan pestisida dikurangi dari nilai penjualan hasil panen. Oleh karena itu kedua belah pihak baik petani penggarap maupun pemilik lahan tidak menanggung biaya-biaya tersebut. Namun untuk biaya tenaga kerja ditanggung oleh petani penggarap.

66 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Keragaan Usahatani Padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru Keragaan usahatani padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru dikaji untuk mengetahui gambaran tentang usahatani kedua varietas tersebut di daerah penelitian. Hal tersebut dilakukan dengan mengidentifikasi penggunaan sumberdaya atau input, teknik budidaya dan output yang dihasilkan pada usahatani padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru Penggunaan Input Input yang digunakan pada usahatani padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru terdiri dari benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Perincian penggunaan benih, pupuk dan pestisida per hektar per musim tanam pada usahatani kedua varietas tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rata-rata Penggunaan Input Usahatani Padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru per Hektar per Musim Tanam No Biaya Varietas Pandan Wangi Varietas Unggul Baru Jumlah Harga Nilai Jumlah Harga Nilai (kg) (Rp) (Rp) (kg) (Rp) (Rp) 1 Benih (kg) 40, , ,6 2 Pupuk : Urea (kg) 187, ,2 183, ,2 TSP (kg) 32, ,75 86, ,17 NPK (Ponska) 139, ,8 111, ,17 SP 36 12, , Total biaya pupuk 371, ,7 391, ,53 3 Pestisida : Furadan (padat) 2, Matador (cair) 87,7 166, ,95 109,05 166, ,26 Decis (cair) 208, ,33 163, ,62 Arivow (cair) 300,7 83, ,57 174,48 83, ,11 Total biaya pestisida 69589, ,99

67 Selain penggunaaan input per hektar per musim tanam, pada penelitian ini juga dianalisis penggunaan input per hektar per tahun. Hal ini dilakukan karena adanya perbedaan jumlah musim tanam dalam satu tahun antara kedua varietas tersebut. Perincian penggunaan benih, pupuk dan pestisida per hektar per tahun pada usahatani kedua varietas tersebut dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rata-rata Penggunaan Input Usahatani Padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru per Hektar per Tahun No Biaya Varietas Pandan Wangi Varietas Unggul Baru Jumlah Harga Nilai Jumlah Harga Nilai (kg) (Rp) (Rp) (kg) (Rp) (Rp) 1 Benih (kg) 80, , ,8 2 Pupuk : Urea (kg) 375, ,4 550, ,6 TSP (kg) 64, ,5 260, ,5 NPK (Ponska) 278, ,5 334, ,5 SP 36 25, , Total biaya pupuk , ,6 3 Pestisida : Furadan (padat) 4, Matador (cair) 175,4 166, ,89 327, , ,78 Decis (cair) 417, ,66 490, ,86 Arivow (cair) 601,5 83, ,13 523,446 83, ,33 Total biaya pestisida , ,96 Keterangan : Varietas Pandan Wangi : biaya untuk dua musim tanam Varietas Unggul Baru : biaya untuk tiga musim tanam a. Benih Dari 30 jumlah responden petani padi Pandan Wangi di daerah penelitian diketahui bahwa 60 persen petani menggunakan benih berlabel atau bersertifikat dan 40 persen petani menggunakan benih hasil budidaya sendiri. Petani memperoleh benih berlabel atau bersertifikat dari penangkar benih sedangkan petani yang menggunakan benih hasil budidaya sendiri memperoleh benih dari produksi padi musim sebelumnya. Mereka menganggap harga benih berlabel

68 relatif lebih mahal, sehingga mereka menggunakan benih hasil budidaya sendiri. Padahal benih bersertifikat memiliki produktivitas yang lebih tinggi sekitar 5-10% dari pada produktivitas benih hasil budidaya sendiri. Petani padi Varietas Unggul Baru memperoleh benih dengan membeli benih padi hasil produsen benih nasional dan beberapa petani memperoleh benih dari bantuan pemerintah. Harga benih padi Varietas Unggul Baru sama dengan harga benih padi Pandan Wangi bersertifikat yaitu Rp 6000 per kilogram. Rata-rata penggunaan benih untuk kedua varietas padi tersebut tidak jauh berbeda yaitu 40,1 kg/ha/musim tanam untuk padi Pandan Wangi dan 41 kg/ha/musim tanam untuk padi Varietas Unggul Baru. Oleh karena itu penggunaan benih untuk padi Pandan Wangi adalah 80,2 kg/ha/tahun yang digunakan untuk dua kali musim tanam sedangkan untuk padi Varietas Unggul Baru adalah 123 kg/ha/tahun yang digunakan untuk tiga kali musim tanam. Jumlah penggunaan benih tersebut lebih besar dari jumlah benih yang dianjurkan oleh pemerintah yaitu 25 kg/ha/musim tanam. Hal tersebut terjadi karena petani khawatir benih yang tumbuh sedikit sehingga penggunaannya diperbanyak. b. Pupuk Pupuk yang digunakan untuk padi Varietas Pandan Wangi dan padi Varietas Unggul Baru sama yaitu pupuk Urea, Phonska (NPK), TSP dan SP-36. Jumlah pupuk yang digunakan oleh petani padi Pandan Wangi untuk satu hektar dan satu musim tanam adalah Urea 187,9 kg, TSP 32,2 kg, Phonska 139,1 kg dan SP-36 12,5 kg. Jumlah pupuk yang digunakan oleh petani padi Varietas Unggul Baru untuk satu hektar dan satu musim tanam adalah Urea 183,49 kg, TSP 86,69 kg, Phonska 111,59 kg dan SP-36 9,45 kg.

69 Total penggunaan pupuk untuk padi Pandan Wangi untuk satu musim tanam 371,7 kg/ha sedangkan total penggunaan pupuk untuk padi Varietas Unggul Baru untuk satu musim tanam 391,2 kg/ha. Dengan demikian penggunaan pupuk per hektar per musim tanam untuk Varietas Unggul Baru lebih banyak dari pada Varietas Pandan Wangi. Pupuk yang digunakan untuk padi Pandan Wangi per hektar per tahun yaitu Urea 375,9 kg, TSP 64,3 kg, Phonska 278 kg, SP-36 25,1 kg dan untuk padi Varietas Unggul Baru adalah Urea 550,5 kg, TSP 260,1 kg, Phonska 334,7 kg dan SP-36 28,3 kg. Total penggunaan pupuk untuk padi Pandan Wangi 743,3 kg/ha/tahun yang digunakan untuk dua kali musim tanam dan untuk padi Varietas Unggul Baru 1.173,6 kg/ha/tahun yang digunakan untuk tiga kali musim tanam. Pupuk tersebut diperoleh petani di toko-toko pertanian yang terdapat di Kecamatan Warungkondang. Harga pupuk tersebut yaitu Urea Rp 1.600/kg, TSP Rp 2.500/kg, Ponska Rp 2.500/kg dan SP-36 Rp 2.000/kg. c. Pestisida Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida kimia. Pestisida yang digunakan untuk kedua varietas padi tersebut sama yaitu pestisida semprot seperti matador, decis dan arivow. Namun untuk padi Varietas Pandan Wangi, beberapa petani menggunakan pestisida padat yang penggunaannya dengan cara ditaburkan ke lahan seperti furadan. Jumlah penggunaan pestisida pada usahatani kedua varietas tersebut tidak banyak karena penggunaannya dikurangi bahkan dihindari oleh para petani. Pestisida digunakan apabila tanaman padi terserang organisme pengganggu dan dosis penggunaannya disesuaikan dengan tingkat kerusakan tanaman.

70 d. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap biaya usahatani. Perhitungan biaya tenaga kerja untuk padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru sama saja yaitu dengan menghitung hari orang kerja (HOK) dikalikan dengan upah per HOK. Di daerah penelitian satu hari kerja berkisar lima jam yang dimulai dari jam dengan upah Rp per hari untuk pria dan Rp per hari untuk wanita. Adanya perbedaan upah pria dan wanita menyebabkan satu hari kerja wanita (HKW) terlebih dahulu dikonversikan ke hari kerja pria (HKP). Tenaga kerja pria dengan upah Rp dihitung sebagai satu HKP sedangkan wanita dengan upah Rp dihitung sebagai 0,67 HKP. Perhitungan tersebut diperoleh dari pembagian antara upah wanita dengan upah pria. Jumlah hari kerja yang dibutuhkan petani untuk melaksanakan suatu kegiatan usahatani dikonversikan ke jumlah HOK. Ketetapan satu HOK dalam usahatani adalah 8 jam sehingga satu hari kerja di daerah penelitian setara dengan 5/8 HOK. Demikian juga dengan upah dimana upah per hari di daerah penelitian dikonversikan ke upah per HOK. Karena sebelumnya HKW telah dikonversikan ke HKP maka upah per hari yang ditetapkan adalah Rp Upah tersebut merupakan upah selama lima jam kerja sehingga upah per jam Rp Oleh karena itu upah per HOK selama 8 jam adalah Rp Perhitungan biaya tersebut digunakan untuk menghitung biaya tenaga kerja penanaman, penyulaman dan penyiangan yang dilakukan oleh wanita. Selain itu, juga digunakan untuk menghitung biaya tenaga kerja membersihkan

71 pematang, pembuatan media bibit, menabur, meratakan tanah, menggarisi lahan, pemupukan, penyemprotan dan pengairan yang dilakukan oleh pria. Kegiatan membajak tanah dilakukan dengan menyewa traktor dengan sistem borongan. Biaya sewa traktor berkisar Rp Rp per hektar. Biaya pemanenan dihitung berdasarkan jumlah panen yaitu Rp 200/kg MKP untuk padi Pandan Wangi dan Rp 150/kg GKP untuk padi Varietas Unggul Baru. Biaya panen padi Pandan Wangi lebih mahal karena padi tersebut dipanen bersama malainya sehingga pemanenannya lebih sulit Teknik Budidaya Teknik budidaya padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru tidak jauh berbeda. Proses budidaya yang dilakukan terdiri dari pembibitan, pengolahan tanah, penanaman dan penyulaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit serta pemanenan. Perbedaan kedua varietas tersebut terdapat pada umur tanam dimana umur tanam padi Pandan Wangi lebih lama daripada Varietas Unggul Baru. Oleh karena itu padi Pandan Wangi hanya bisa dibudidayakan dua kali dalam satu tahun sedangkan Varietas Unggul Baru tiga kali dalam satu tahun. Berikut adalah teknik budidaya padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru : a. Pembibitan Petani di daerah penelitian baik petani padi Pandan Wangi maupun Varietas Unggul Baru pada umumnya melakukan proses pembibitan melalui dua tahap yaitu penyiapan media semai dan menebar benih. Pembuatan media semai dilakukan agar gembur sehingga benih mudah tumbuh.

72 Sebelum benih disemai, benih terlebih dahulu direndam dengan air garam selama 48 jam. Kemudian direndam di air yang bersih untuk memilih benih yang bagus. Benih yang mengapung dibuang karena merupakan benih yang tidak bagus dan benih yang bagus adalah benih yang tenggelam di dalam air. Perendaman tersebut dilakukan selama dua malam sampai benih berkecambah. Pembuatan media atau tempat persemaian dilakukan dengan mencangkul dan membersihkan tanah. Luas tempat persemaian 20 m 2 untuk satu kilogram benih. Setelah dilakukan pengolahan tanah, tanah tersebut dibiarkan selama 4 hari kemudian benih ditebar. Perbedaan antara persemaian benih padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul baru adalah lama persemaian yaitu 30 hari untuk Pandan Wangi dan hari untuk Varietas Unggul Baru. b. Pengolahan tanah Tujuan pengolahan tanah adalah menciptakan struktur tanah yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan menstabilkan kondisi tanah, memperbaiki sifat fisik tanah serta memperbaiki pengairan (drainase) sehingga diharapkan hasil yang diperoleh maksimal. Kegiatan pengolahan tanah yang dilakukan baik untuk padi Pandan Wangi maupun untuk Varietas Unggul baru sama yaitu membabat jerami, memopok pematang, pembajakan lahan dan perataan permukaan lahan. Babat jerami dilakukan dengan membersihkan sisa-sisa jerami dari musim panen sebelumnya yang terdapat di areal sawah dengan membenamkan jerami ke dalam tanah. Cara tersebut dilakukan agar jerami cepat membusuk dan berubah menjadi kompos. Namun kebanyakan petani tidak melakukan babat jerami tetapi langsung membajak tanah. Membersihkan pematang (memopok/numpang

73 galeung) dilakukan dengan menutup pematang sawah dangan lumpur sawah agar aliran air di lahan tidak bocor. Pembajakan lahan dilakukan dengan menggunakan traktor. Lama pembajakan tergantung luas lahan yang akan dibajak. Perakaran padi Pandan Wangi lebih dalam daripada padi Varietas Unggul Baru sehingga kedalaman mata bajak padi Pandan Wangi relatif lebih dalam yaitu 20 cm. Selanjutnya dilakukan perataan permukaan lahan (ngangler), jika lahan telah rata dan gembur maka lahan siap untuk ditanami. c. Penanaman dan Penyulaman Bibit di lahan semai dicabut (babut) kemudian ditanam di lahan persawahan. Sebelum penanaman, lahan sawah digarisi (ngagurat) agar jarak tanamnya sesuai. Jarak tanam padi pandan Wangi dan Varietas Unggul baru sama yaitu 25 x 25 cm. Jumlah bibit yang ditanam untuk satu lubang tanam adalah 2-3 bibit. Penanaman (tandur) umumnya dilakukan wanita sedangkan pria mengangkut bibit dari lahan semai ke lahan penanaman dan menggarisi lahan. Sebelum penyulaman (ngageudag) terlebih dahulu diamati apakah ada bibit padi yang tidak tumbuh atau terbawa oleh aliran air. Jika terdapat bibit yang mati atau hilang maka dilakukan penyulaman dengan mengganti bibit yang mati atau hilang tersebut dengan bibit yang baru. Penyulaman dilakukan hari setelah bibit ditanam. d. Pemupukan Petani umumnya menggunakan pupuk padat seperti Urea, TSP, SP-36 dan Phonska. Pemupukan untuk kedua varietas padi tersebut dilakukan sebanyak dua kali untuk satu musim tanam. Pemupukan pertama dilakukan bersamaan dengan

74 waktu dilakukan penyulaman yaitu hari setelah bibit ditanam. Pemupukan kedua dilakukan pada saat 60 hari setelah tanam. e. Penyiangan dan Pengairan Penyiangan dilakukan untuk membersihkan lahan dari gulma-gulma yang dapat menghambat pertumbuhan padi. Penyiangan untuk kedua varietas biasanya dilakukan sebanyak dua kali. Penyiangan pertama (ngarambet) dilakukan pada saat padi berumur hari setelah tanam sedangkan penyiangan kedua (ngaramas) dilakukan pada saat padi berumur 60 hari setelah tanam. Penyiangan umumnya dilakukan oleh wanita. Pengairan harus diatur untuk memperlancar aliran air yang mengairi sawah sehingga tidak menghambat pertumbuhan padi. Aliran air dikontrol setiap tiga hari sekali terutama pada saat padi harus digenangi air terus menerus. Padi pandan Wangi digenangi air terus menerus umur hari sedangkan padi Varietas Unggul baru umur hari. Setelah mencapai umur tersebut padi tersebut dikeringkan karena telah mendekati waktu panen. f. Pengendalian Hama Penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan untuk mengurangi kerusakan tanaman akibat aktivitas organisme pengganggu. Penggunaan pestisida di daerah penelitian baik untuk padi Pandan Wangi maupun Varietas Unggul baru dikurangi atau bahkan dihindari. Petani terlebih dahulu melakukan pengamatan sebelum melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Tindakan pengendalian baru dilakukan jika tanaman terserang organisme pengganggu. Frekuensi penyemprotan disesuaikan dengan tingkat kerusakan yang dialami tanaman padi. Insektisida yang digunakan petani umumnya berbentuk cair

75 yang dilarutkan dalam air seperti matador, decis, arivow. Namun petani padi Pandan Wangi ada yang menggunakan pestisida padat seperti furadan. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari yaitu sebelum jam atau pada sore hari yaitu setelah jam Organisme pengganggu tanaman yang sering menyerang padi di daerah penelitian adalah hama tungro, walangsangit, tikus dan burung. Masa kritis padi terserang hama ketika berumur 5-60 hari. Serangan hama tungro mengakibatkan kadar hampa meningkat sehingga menurunkan produksi sebesar persen. Hama tikus dapat menurunkan produksi padi 10 persen, demikian juga halnya dengan hama burung. Hama tungro (mentek) bisa menyerang kedua varietas padi baik Pandan Wangi maupun Varietas Unggul Baru. Penyebab timbulnya penyakit tungro belum diketahui oleh petani hingga saat ini. Usaha yang dilakukan petani untuk menekan serangan hama tersebut sekecil mungkin adalah dengan melakukan pola pemanenan yang serempak. g. Pemanenan Tahapan sebelum panen antara kedua varietas padi tersebut berbeda, padi Pandan Wangi lebih lama daripada padi Varietas Unggul Baru. Padi Varietas Pandan Wangi memiliki kelopak daun 65 hari setelah tanam, masa premodia (berbunga/ada bakal padi/menjelang bunting) 95 hari dan pemasakan biji (masak susuk) 110 hari. Sedangkan padi Varietas Unggul Baru, padi memiliki kelopak daun 45 hari setelah tanam, masa premodia (berbunga/ada bakal padi/menjelang bunting) 65 hari dan pemasakan biji (masak susuk) 90 hari. Oleh karena itu umur

76 panen Padi Pandan Wangi lebih lama yaitu setelah berumur hari sedangkan padi Varietas Unggul Baru setelah berumur hari. Cara panen kedua varietas tersebut juga berbeda. Padi Pandan Wangi dipanen beserta malainya sehingga disebut malai kering panen (MKP). Pemanenan padi pandan Wangi dilakukan dengan menggunakan ani-ani karena memiliki postur batang yang tinggi dengan butir gabah yang melekat kuat pada malainya. Berbeda dengan padi Varietas Unggul Baru yang dipanen dalam bentuk gabah yang disebut gabah kering panen (GKP). Pemanenannya dilakukan hanya dengan menggunakan arit Output Usahatani Total produksi per tahun padi Varietas Unggul Baru lebih banyak daripada Pandan Wangi. Hal ini dikarenakan padi Varietas Unggul Baru dapat ditanam tiga kali dalam satu tahun sedangkan padi Pandan Wangi hanya dua kali dalam satu tahun. Panen padi Pandan Wangi dilakukan pada bulan Juni - Juli dan November - Desember sedangkan panen padi Varietas Unggul Baru dilakukan pada bulan Maret - April, Juli - Agustus dan November - Desember. Produksi kedua varietas padi tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Produksi Padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru per Hektar di Kecamatan Warungkondang Musim Panen Varietas Pandan Wangi Varietas Unggul Baru Panen November-Desember , ,76 Panen Maret-April ,03 Panen Juni-Juli-Agustus , ,51 Total produksi (kg/ha/tahun) , ,29 Keterangan : Panen padi Pandan Wangi dalam bentuk MKP (malai kering panen) Panen padi Varietas Unggul Baru dalam bentuk GKP (gabah kering panen)

77 Tabel 11 menunjukkan hasil produksi pada panen bulan November - Desember untuk kedua varietas tersebut lebih banyak. Hal ini disebabkan masa premodia (berbunga/ada bakal padi) kedua varietas tersebut terjadi pada musim kemarau dimana intensitas penyinaran lebih tinggi sehingga biji/anak padi lebih banyak dan potensi hasil juga tinggi. Perbedaan jumlah produksi kedua varietas tersebut hanya sekitar 4,7 ton. Penyebab hal tersebut yaitu salah satu musim panen padi Varietas Unggul Baru yaitu panen bulan Maret - April memiliki jumlah produksi yang lebih rendah. Hal ini disebabkan pada musim tanam tersebut banyak hama yang menyerang tanaman padi sehingga produksi yang dihasilkan mengalami penurunan. Hama yang menyerang antara lain hama tungro yang mengakibatkan kadar hampa meningkat sehingga menurunkan produksi sebesar persen Analisis Usahatani Padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru Analisis usahatani dilakukan dengan menghitung tingkat pendapatan dan rasio R/C usahatani padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru. Analisis usahatani yang dilakukan dalam penelitian ini hanya terhadap petani pemilik penggarap yaitu petani yang mengusahakan atau menggarap lahan milik sendiri. Hal ini dikarenakan dari 30 responden petani padi Pandan Wangi dan 30 responden petani padi Varietas Unggul Baru hanya terdapat dua orang petani penggarap pada setiap varietas yaitu 6,67 % dari jumlah total responden. Adapun analisis yang dilakukan mengacu kepada konsep pendapatan atas biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai seperti biaya pembelian sarana produksi,

78 biaya tenaga kerja luar keluarga dan pajak. Biaya total adalah biaya tunai ditambah dengan biaya yang diperhitungkan. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang pengeluarannya tidak dalam bentuk tunai seperti penggunaan tenaga kerja keluarga, penyusutan peralatan dan sewa lahan Penerimaan Usahatani Jumlah produksi per hektar padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru berbeda pada setiap musim. Oleh karena itu jumlah penerimaan per hektar yang diperoleh petani juga berbeda pada setiap musim seperti yang dapat dilihat pada Tabel 12. Jumlah produksi padi Pandan Wangi pada panen bulan November - Desember 2007 sebanyak 7577,28 kilogram dengan penerimaan sebesar Rp sedangkan panen bulan Juni - Juli 2008 sebanyak 6357,56 kilogram dengan penerimaan sebesar Rp Tabel 12. Penerimaan Padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru per Hektar per Musim dan per Tahun Jenis Varietas Padi Varietas Pandan Wangi Panen November-Desember 2007 Panen Juni-Juli 2008 Total Varietas Unggul Baru Panen November-Desember 2007 Panen Maret-April 2008 Panen Juli-Agustus 2008 Total Jumlah panen (kg) 7577, , , , , , ,29 Harga (Rp/kg) Nilai (Rp) Keterangan : Panen padi Pandan Wangi dalam bentuk MKP (malai kering panen) Panen padi Varietas Unggul Baru dalam bentuk GKP (gabah kering panen) Satu kilogram MKP menghasilkan 0,46 kg beras karena rendemen MKP 46 % Satu kilogram GKP menghasilkan 0,56 kg beras karena rendemen GKP 56 % Jumlah produksi padi Varietas Unggul Baru pada panen bulan November - Desember 2007 sebanyak 7618,75 kilogram dengan penerimaan sebesar Rp , panen bulan Maret - April 2008 sebanyak 4928,02 kilogram

79 dengan penerimaan sebesar Rp dan panen bulan Juli - Agustus 2008 sebanyak 6102,50 kilogram dengan penerimaan sebesar Rp Total jumlah produksi padi Pandan Wangi per hektar per tahun adalah 13934,84 kg sedangkan padi Varietas Unggul Baru 18649,29 kg. Selisih jumlah produksi kedua varietas tersebut sekitar 4.714,45 kg. Perbedaan jumlah produksi tersebut disebabkan karena padi Pandan Wangi hanya panen dua kali dalam satu tahun sedangkan Varietas Unggul Baru tiga kali dalam satu tahun. Namun jumlah penerimaan usahatani per hektar per tahun yang diperoleh petani kedua varietas tersebut tidak jauh berbeda. Petani padi Pandan Wangi memperoleh penerimaan sebesar Rp /ha/tahun sedangkan petani padi Varietas Unggul baru memperoleh penerimaan sebesar Rp /ha/tahun. Selisih jumlah penerimaan kedua varietas tersebut tidak begitu besar, hanya Rp /ha/tahun. Hal ini dikarenakan harga jual Pandan Wangi lebih tinggi dari pada Varietas Unggul Baru. Satu kilogram malai kering panen (MKP) Pandan Wangi dijual dengan harga Rp 3000 sedangkan untuk satu kilogram gabah kering panen (GKP) Varietas Unggul Baru hanya Rp Biaya Usahatani Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu komoditi atau produk baik secara tunai maupun diperhitungkan. Komponen biaya yang digunakan pada usahatani kedua varietas padi tersebut yaitu benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan biaya-biaya lainnya seperti biaya penyusutan peralatan, pajak dan sewa lahan atau biaya imbangan penggunaan lahan. Total biaya usahatani per hektar yang dikeluarkan untuk padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru berbeda setiap musim. Perbedaan tersebut

80 dikarenakan pada setiap musim tanam terdapat perbedaan biaya tenaga kerja luar keluarga yang digunakan untuk pemanenan dan biaya sewa lahan atau biaya imbangan penggunaan lahan. Biaya tersebut berbeda karena perhitungannya berdasarkan jumlah produksi padi yang dihasilkan. Dengan demikian perbedaan jumlah produksi pada setiap musim mengakibatkan biaya tersebut juga berbeda. Biaya pemanenan dihitung dengan mengalikan jumlah produksi dengan biaya panen Rp 200/kg MKP untuk Pandan Wangi dan Rp 150/kg GKP untuk Varietas Unggul Baru. Perhitungan biaya sewa lahan juga berdasarkan jumlah produksi dimana penggunaan lahan sawah dibayar dengan hasil panen yang menggunakan sistem bagi hasil mertilu. Pada sistem tersebut seluruh nilai hasil panen terlebih dahulu dikurangi dengan biaya sarana produksi seperti biaya benih, pupuk dan pestisida. Dari hasil pengurangan tersebut 2/3 merupakan bagian pemilik lahan yang dianggap sebagai sewa lahan dan 1/3 merupakan bagian penggarap. Oleh karena itu perbedaan jumlah produksi pada setiap musim baik untuk padi Pandan Wangi maupun Varietas Unggul Baru menyebabkan biaya pemanenan dan sewa lahan berbeda pada setiap musim. Total biaya usahatani per hektar padi Pandan Wangi pada musim tanam periode 1 adalah Rp yang terdiri dari biaya tunai Rp dan biaya diperhitungkan Rp ,64. Pada musim tanam periode 2, total biaya yang dikeluarkan Rp yang terdiri dari biaya tunai Rp dan biaya diperhitungkan Rp ,64. Rincian biaya usahatani padi Pandan Wangi per hektar per musim tanam dapat dilihat pada Lampiran 6.

81 Total biaya usahatani per hektar padi Varietas Unggul Baru pada musim tanam periode 1 adalah Rp yang terdiri dari biaya tunai Rp ,6 dan biaya diperhitungkan Rp Total biaya usahatani per hektar padi Varietas Unggul Baru pada musim tanam periode 2 adalah Rp yang terdiri dari biaya tunai Rp dan biaya diperhitungkan Rp Pada musim tanam periode 3, total biaya yang dikeluarkan Rp yang terdiri dari biaya tunai Rp ,3 dan biaya diperhitungkan Rp Rincian biaya usahatani padi Varietas Unggul Baru per hektar per musim tanam dapat dilihat pada Lampiran 7. Total biaya diperhitungkan pada setiap musim baik dalam usahatani padi Pandan Wangi maupun usahatani padi Varietas Unggul Baru lebih besar dari pada biaya tunai yang dikeluarkan. Tingginya biaya diperhitungkan disebabkan oleh tingginya biaya sewa lahan atau imbangan penggunaan lahan. Total biaya yang dikeluarkan per hektar per musim tanam dalam usahatani padi Pandan Wangi lebih besar daripada Varietas Unggul Baru. Hal tersebut dikarenakan biaya pestisida, biaya pemanenan dan biaya lainnya seperti penyusutan peralatan, pajak dan sewa lahan atau biaya imbangan penggunaan lahan yang dikeluarkan dalam usahatani Pandan Wangi lebih besar daripada usahatani Varietas Unggul Baru. Namun, apabila dilihat dari total biaya per hektar per tahun yang dikeluarkan dalam usahatani padi Varietas Unggul Baru lebih besar daripada padi Pandan Wangi. Total biaya usahatani padi Varietas Unggul Baru sebesar Rp ,5/ha/tahun sedangkan padi Pandan Wangi sebesar Rp ,2/ha/tahun. Hal ini disebabkan karena padi Varietas Unggul Baru

82 berproduksi tiga kali dalam satu tahun sehingga pengeluaran biaya dilakukan tiga kali dalam satu tahun. Berbeda dengan padi Pandan Wangi yang berproduksi hanya dua kali dalam satu tahun sehingga pengeluaran biaya juga dilakukan hanya dua kali dalam satu tahun. Rincian biaya usahatani padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru per hektar per tahun dapat dilihat pada Lampiran Pendapatan Usahatani Suatu usahatani dikatakan menguntungkan jika selisih antara penerimaan dan pengeluarannya bernilai positif. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan pengeluaran tunai. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan pengeluaran total. Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total per hektar yang diterima dalam usahatani Pandan Wangi pada setiap musim lebih besar daripada Varietas Unggul Baru. Padahal jika dilihat dari biaya yang dikeluarkan pada setiap musim, biaya usahatani padi Pandan Wangi lebih besar daripada biaya usahatani padi Varietas Unggul Baru. Hal ini dikarenakan penerimaan yang diperoleh pada usahatani padi Pandan Wangi juga lebih besar sehingga pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total menjadi lebih besar. Pendapatan atas biaya tunai per hektar per musim pada kedua varietas padi tersebut jauh lebih besar daripada pendapatan atas biaya total. Rendahnya pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani dikarenakan tingginya biaya diperhitungkan sehingga biaya total yang dikeluarkan oleh petani menjadi besar. Produksi, penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C rasio usahatani per hektar per musim tanam kedua varietas padi tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.

83 Tabel 13. Produksi, Penerimaan, Biaya, Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio Usahatani Padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru per Hektar per Musim Tanam Padi Varietas Pandan Padi Varietas Unggul Baru No Uraian Wangi Periode 1 Periode 2 Periode 1 Periode 2 Periode 3 A Produksi (kg) 7577, , , , ,50 B Penerimaan usahatani C Biaya usahatani Biaya tunai ,3 Biaya diperhitungkan Total biaya D Pendapatan atas biaya tunai E Pendapatan atas , ,14 biaya total ,56 F R/C atas biaya tunai 5,40 4,81 4,85 3,51 4,14 G R/C atas biaya total 1,20 1,17 1,17 1,09 1,14 Keterangan : Produksi padi Pandan Wangi dalam bentuk MKP (malai kering panen) Produksi padi Varietas Unggul Baru dalam bentuk GKP (gabah kering panen) Musim tanam padi Varietas Pandan Wangi : Periode 1: musim tanam Juni - November 2007 atau Juli - Desember 2007 Periode 2: musim tanam Desember Juni 2008 atau Januari - Juli 2008 Musim tanam padi Varietas Unggul Baru : Periode 1: musim tanam Agustus- November 2007 atau September - Desember 2007 Periode 2: musim tanam Desember Maret 2008 atau Januari - April 2008 Periode 3: musim tanam April - Juli 2008 atau Mei - Agustus 2008 Pada penelitian ini juga dilakukan analisis usahatani per hektar per tahun agar perbandingan yang dilakukan antara kedua varietas padi tersebut lebih adil (fair). Produksi, penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C rasio usahatani kedua varietas padi tersebut per hektar per tahun dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 menunjukkan pendapatan atas biaya tunai padi Pandan Wangi lebih kecil yaitu Rp ,1/ha/tahun sedangkan padi Varietas Unggul Baru adalah Rp ,6/ha/tahun. Tetapi pendapatan atas biaya total padi Pandan

84 Wangi lebih besar yaitu Rp ,8/ha/tahun sedangkan padi Varietas Unggul Baru adalah Rp ,8/ha/tahun. Hal ini dikarenakan selisih antara penerimaan usahatani padi Varietas Unggul Baru dengan penerimaan usahatani padi Pandan Wangi lebih besar daripada selisih antara total biaya tunai padi Varietas Unggul Baru dengan total biaya tunai padi Pandan Wangi. Dengan demikian pendapatan atas biaya tunai padi Varietas Unggul Baru lebih besar daripada padi Pandan Wangi. Namun, selisih antara penerimaan usahatani padi Varietas Unggul Baru dengan penerimaan usahatani padi Pandan Wangi lebih kecil daripada selisih antara biaya total padi Varietas Unggul Baru dengan biaya total padi Pandan Wangi. Dengan demikian pendapatan atas biaya total padi Varietas Unggul Baru lebih kecil daripada padi Pandan Wangi. Tabel 14. Produksi, Penerimaan, Biaya, Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio Usahatani Padi Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru per Hektar per Tahun No Uraian Padi Varietas Pandan Wangi Padi Varietas Unggul Baru A Produksi (kg) 13934, ,29 B Penerimaan usahatani C Biaya usahatani Total biaya tunai , ,8 Total biaya diperhitungkan , ,69 Total biaya , ,5 D Pendapatan atas biaya tunai , ,6 E Pendapatan atas biaya total , ,8 F R/C atas biaya tunai 5,11 4,19 G R/C atas biaya total 1,18 1,14 Keterangan : Produksi padi Pandan Wangi dalam bentuk MKP (malai kering panen) Produksi padi Varietas Unggul Baru dalam bentuk GKP (gabah kering panen) Biaya usahatani padi Varietas Pandan Wangi : biaya untuk dua musim tanam Biaya usahatani padi Varietas Unggul Baru : biaya untuk tiga musim tanam Dilihat dari perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C Rasio) atas biaya tunai dan biaya total dapat disimpulkan bahwa usahatani kedua varietas padi

85 tersebut layak untuk diusahakan. Nilai R/C rasio atas biaya tunai untuk beras Pandan Wangi adalah 5,11 dan untuk beras Varietas Unggul Baru adalah 4,19. Nilai R/C rasio atas biaya total untuk beras Pandan Wangi adalah 1,18 dan untuk beras Varietas Unggul Baru adalah 1,14. Dari nilai R/C rasio yang diperoleh dapat dilihat bahwa R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total usahatani padi Pandan Wangi lebih besar daripada usahatani padi Varietas Unggul Baru. Hal tersebut berarti bahwa setiap rupiah biaya tunai atau biaya total yang dikeluarkan oleh petani padi Pandan Wangi akan memberikan penerimaan sebesar nilai R/C rasionya yaitu lebih besar daripada penerimaan yang akan diperoleh petani padi Varietas Unggul Baru dari setiap rupiah biaya tunai atau biaya total yang dikeluarkan Analisis Pemasaran Beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru Lembaga dan Fungsi Pemasaran Usahatani padi yang dikembangkan oleh petani di Warungkondang akan dapat dikatakan berhasil jika produksi yang dihasilkan oleh petani dapat diterima oleh pasar. Pasar merupakan lembaga perantara yang memiliki keterkaitan dengan berbagai pihak baik perorangan walaupun kelembagaan. Lembaga pemasaran adalah suatu organisasi yang memiliki peranan dalam menyalurkan hasil produksi pertanian ke konsumen akhir dengan melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi pemasaran diperlukan untuk memperlancar proses penyampaian barang dari produsen ke konsumen. Apabila fungsi pemasaran berjalan dengan baik maka pemasaran dapat meningkatkan nilai jual produk. Demikian juga halnya dengan pemasaran beras Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru.

86 Fungsi-fungsi pemasaran yang terdiri dari fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kedua varietas beras tersebut. Fungsi pertukaran yang dilakukan seperti fungsi pembelian dan penjualan. Fungsi fisik seperti pengolahan hasil (processing), pengemasan (packaging), pengangkutan (transportasi) dan penyimpanan. Fungsi fasilitas seperti sortasi dan informasi pasar. Tidak semua fungsi pemasaran tersebut dilakukan oleh semua lembaga. Ada kalanya suatu fungsi pemasaran dilakukan oleh satu atau beberapa lembaga tetapi tidak dilakukan oleh lembaga lainnya. Namun ada fungsi pemasaran tertentu yang dilakukan oleh semua lembaga yang terlibat yaitu fungsi pertukaran seperti pembelian dan penjualan. Lembaga-lembaga pemasaran yang terdapat dalam saluran pemasaran beras Pandan Wangi adalah petani, pedagang di Pasar Tani Departemen Pertanian (Deptan) Jakarta dan pameran-pameran, Gapoktan Citra Sawargi, CV. Quasindo dan retail (pasar modern dan toko buah). Tabel 15. Fungsi-fungsi Pemasaran yang Dilaksanakan oleh Lembaga-Lembaga Pemasaran Beras Pandan Wangi No Lembaga Fungsi Pemasaran Pemasaran 1 Petani Pertukaran Penjualan 2 Pedagang di Pertukaran Pasar Tani Fisik Deptan Fasilitas Penyortiran 3 Gapoktan Pertukaran Fisik Fasilitas Kegiatan Pembelian,penjualan Pengolahan,pengemasan,pengangkutan Pembelian,penjualan Pengemasan,penyimpanan,pengangkutan Informasi harga 4 CV. Quasindo Pertukaran Fisik 5 Retail (pengecer) Pertukaran Pembelian,penjualan Pembelian,penjualan Pengemasan,pengangkutan

87 Tabel 15 menunjukkan bahwa tidak semua lembaga pemasaran beras Pandan Wangi yang terlibat melakukan semua fungsi pemasaran. Masing-masing lembaga melaksanakan fungsi yang berbeda namun setiap lembaga melaksanakan fungsi pertukaran yaitu penjualan. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga yang terlibat dalam pemasaran beras Pandan Wangi akan dijelaskan dibawah ini : a. Petani Petani di daerah penelitian yaitu di Desa Bunikasih, Mekarwangi dan Tegallega merupakan anggota beberapa kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Citra Sawargi. Gapoktan menangani pemasaran beras Pandan Wangi sehingga sebagian besar petani padi Pandan Wangi menjual hasil produksinya berupa malai kering panen (MKP) kepada Gapoktan. Namun ada sebagian kecil petani yang menjual hasil produksinya kepada pedagang. Petani dan pedagang tersebut merupakan anggota kelompok tani Karya Tirta di Desa Bunikasih yang juga merupakan anggota Gapoktan Citra Sawargih. Usaha yang dijalankan oleh pedagang tersebut merupakan usaha sendiri dengan modal pribadi. Harga penjualan kepada Gapoktan dan pedagang pengecer sama yaitu Rp per kilogram malai kering panen. Namun dalam menganalisis pemasaran, harga jual MKP dari petani ditetapkan dengan mengkonversikan jumlah MKP untuk menghasilkan satu kilogram beras. Dimana satu kilogram beras dihasilkan dari 2,2 kilogram MKP Pandan Wangi sehingga harga jual MKP Pandan Wangi dari petani adalah Rp6.600.

88 b. Pedagang di Pasar Tani Deptan Jakarta dan Pameran Pedagang yang menjual beras Pandan Wangi di Pasar Tani Deptan Jakarta dan di pameran-pameran dapat dikatakan sebagai pedagang pengecer. Usaha yang dijalankan oleh pedagang tersebut, selain untuk mendapatkan keuntungan pribadi juga bertujuan memperkenalkan beras Pandan Wangi kepada masyarakat. Pedagang membeli MKP padi Pandan Wangi kepada petani secara langsung. Selain melakukan fungsi pertukaran yaitu pembelian dan penjualan, pedagang juga melakukan fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi fisik yang dilakukan yaitu fungsi pengolahan (penjemuran dan penggilingan), fungsi pengemasan dan pengangkutan sedangkan fungsi fasilitas yaitu penyortiran. Kegiatan penjemuran dan penggilingan dilakukan di pabrik penggilingan beras. Rendemen padi Varietas Pandan Wangi yaitu 46 persen sehingga untuk menghasilkan satu kilogram beras dibutuhkan 2,2 kilogram MKP. Kecilnya rendemen Varietas Pandan Wangi disebabkan hasil panen yang diperoleh beserta malainya (tangkai) sekitar 10 % dari jumlah total hasil panen sehingga persentase yang terbuang lebih besar. Oleh karena itu, harga beli MKP Pandan Wangi untuk menghasilkan satu kilogram beras adalah Rp 6.600,00. Biaya penjemuran Rp 30/kg MKP padi Pandan Wangi sehingga untuk satu kilogram beras Pandan Wangi dibebankan biaya penjemuran sebesar Rp 66. Biaya penggilingan beras Pandan Wangi lebih mahal daripada beras Varietas Unggul Baru yaitu Rp 400/kg beras. Hal tersebut dikarenakan pada proses penggilingan padi Pandan Wangi terdapat proses perontokan malai. Selain itu kegiatan fungsi pemasaran yang dilakukan pedagang yaitu penyortiran, pengemasan dan transportasi. Penyortiran dilakukan untuk

89 memisahkan beras dari beras yang kurang bagus atau dari berbagai barang atau produk ikutan lainnya dalam proses penggilingan. Sortasi yang dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tangan. Biaya tenaga kerja penyortiran dan pengemasan Rp 200/kg beras. Pengemasan suatu produk atau komoditi dapat mempengaruhi nilai jual dan daya tahan suatu produk. Pengemasan yang baik dapat menjaga suatu produk dari kerusakan yang dapat menurunkan kualitas dan nilai jual produk. Begitu pula dengan beras Pandan Wangi. Kemasan yang digunakan oleh pedagang adalah kemasan plastik per lima kilogram. Biaya kemasan tersebut adalah Rp1.500/kemasan sehingga untuk satu kilogram beras dibebankan biaya kemasan Rp 300. Biaya pengangkutan yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul adalah biaya pengangkutan I (dari sawah ke pabrik) sebesar Rp 100/kg, biaya pengangkutan II (dari pabrik ke gudang) sebesar Rp 50/kg dan biaya pengangkutan III (ke Pasar Tani/pameran di Jakarta/Bandung) sebesar Rp 200/kg. Pedagang menjual beras Pandan Wangi kepada konsumen dengan harga Rp 9.000/kg. Penjualan beras tersebut dilakukan di Pasar Tani yang diadakan setiap hari Jumat di Departemen Pertanian Jakarta dan di pameran-pameran pertanian yang diadakan di Jakarta dan Bandung. Sistem pembayaran yang berlaku umumnya sistem tunai yaitu pembayaran dilakukan pada saat transaksi berlangsung. c. Gapoktan Citra Sawargi Gapoktan hanya menangani pemasaran beras Pandan Wangi dimana dalam pemasarannya Gapoktan melakukan kerjasama dengan CV. Quasindo (Quality Sehat Indonesia). Sistem kerjasama yang dilaksanakan adalah sistem kontrak

90 harga sehingga tidak ada fluktuasi harga. Sistem kontrak harga yang dilakukan setiap satu periode tanam yaitu selama enam bulan. Harga yang ditetapkan Rp 9.000/kg. Pembayaran dilakukan 50 % sebelum beras dikirim ke CV. Quasindo dan 50 % lagi setelah beras dikirim. Jumlah beras yang dikirim oleh Gapoktan ke CV. Quasindo sebanyak 10 ton/bulan. Gapoktan menampung seluruh panen petani anggotanya dengan membeli hasil panen petani dengan harga Rp3.000/kg MKP. Harga beli MKP Pandan Wangi untuk menghasilkan satu kilogram beras adalah Rp karena satu kilogram beras dihasilkan dari 2,2 kg MKP. Selain melakukan fungsi pertukaran yaitu pembelian dan fungsi penjualan, Gapoktan juga melakukan fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi fisik yang dilakukan yaitu fungsi pengolahan (penjemuran dan penggilingan), fungsi pengemasan, penyimpanan dan transportasi sedangkan fungsi fasilitas yang dilakukan yaitu penyortiran dan pemberian informasi harga kepada petani. Biaya-biaya yang dikeluarkan Gapoktan untuk melaksanakan fungsifungsi tersebut sama saja dengan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang. Namun ada beberapa perbedaaan yaitu biaya kemasan dan biaya pengangkutan III. Gapoktan menjual beras Pandan Wangi kepada CV. Quasindo dikemas dalam karung dengan berat 50 kg/karung. Biaya kemasan tersebut adalah Rp1.500/karung sehingga untuk satu kilogram beras dibebankan biaya Rp 30. Biaya pengangkutan III merupakan 50 % biaya pengangkutan dari gudang Gapoktan ke CV. Quasindo (Jakarta). Hal ini dikarenakan biaya pengangkutan ditanggung oleh kedua belah pihak yaitu 50 % ditanggung Gapoktan dan 50 % ditanggung CV. Quasindo. Pengangkutan dilakukan menggunakan truk dengan

91 kapasitas 5000 kg/truk dengan biaya Rp /truk. Gapoktan menanggung biaya sebesar Rp /truk sehingga biaya pengangkutan yang ditanggung Gapoktan Rp 100/kg. Fungsi penyimpanan juga dilakukan oleh Gapoktan karena panen padi Pandan Wangi hanya dua kali dalam satu tahun sedangkan pasokan ke CV. Quasindo dilakukan setiap bulan secara kontiniu. Oleh karena itu, pada saat panen raya Gapoktan menampung seluruh hasil panen petani anggota agar mempunyai cadangan beras untuk dikirim ke CV. Quasindo setiap bulannya. Meskipun beras bukan barang yang tidak cepat mengalami kerusakan, proses dan tempat penyimpanan tetap harus diperhatikan dengan baik. Jika kurang baik dapat mengakibatkan kemasan menjadi rusak, beras menjadi bau apek, masuknya kutu ke dalam beras, bahkan dapat mengakibatkan beras menjadi busuk. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya kualitas beras tersebut. Gapoktan mengantisipasi menurunnya kualitas beras tersebut dengan melakukan penyimpanan dalam bentuk gabah. Hal ini dilakukan karena gabah tidak mudah mengalami kerusakan walaupun penyimpanan dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama sampai masa panen berikutnya yaitu 6 bulan. Gapoktan memberikan informasi harga yang ditetapkan dalam kontrak kerja sama dengan CV. Quasindo kepada para petani. Hal tersebut dilakukan agar terjadi saling keterbukaan antara pihak-pihak yang terkait. Dengan demikian diharapkan kerja sama tersebut dapat berjalan lancar. d. CV. Quasindo (Quality Sehat Indonesia) CV. Quasindo melakukan fungsi pertukaran yaitu pembelian beras Pandan Wangi dari Gapoktan Citra Sawargi dan penjualan beras tersebut kepada pasar-

92 pasar modern. Perusahaan juga melakukan fungsi fisik yaitu pengemasan dan transportasi. Selain mengeluarkan biaya untuk pengemasan dan transportasi, perusahaan juga mengeluarkan biaya karyawan, biaya promosi dan biaya gedung. Perusahaan menggunakan kemasan plastik per lima kilogram yang diberi label Xiang Mi yang berarti beras harum. Nama tersebut ditetapkan dengan mempertimbangkan pasar karena perusahaan berencana untuk mengekspor beras tersebut ke negara-negara Asia seperti Thailand, Vietnam dan Cina. Kemasan yang digunakan memiliki ciri khas dengan motif bunga anggrek yang melambangkan beras Pandan Wangi sebagai beras asli Indonesia seperti halnya bunga anggrek sebagai bunga asli Indonesia. Pada kemasan dicantumkan logo jaminan varietas yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian dan garansi uang kembali (Moneyback Guarantee) jika memang ternyata ada kandungan varietas beras lain selain beras Pandan Wangi pada kemasan beras Xiang Mi. Hal tersebut dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan jaminan kepada konsumen akan keaslian beras Pandan Wangi Xiang Mi. Selain itu untuk melindungi konsumen dari pemalsuan beras Pandan Wangi asli merek Xiang Mi, perusahaan juga memberikan jaminan berupa sembilan warna yang dipakai untuk kemasan beras tersebut. Hal tersebut akan membuat pihak yang akan memalsukan berpikir beberapa kali untuk memalsukan beras Xiang Mi karena membutuhkan biaya yang cukup besar untuk membuat kemasannya. Biaya pembuatan kemasan tersebut adalah Rp2.000/kemasan sehingga untuk satu kilogram beras dibebankan biaya kemasan Rp 400. Biaya pengangkutan yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah biaya pengangkutan I yang merupakan 50 % biaya pengangkutan dari gudang Gapoktan

93 ke CV. Quasindo (Jakarta). Oleh karena itu biaya pengangkutan yang ditanggung perusahaan sama dengan biaya yang ditanggung Gapoktan yaitu Rp 100/kg. Perusahaan juga mengeluarkan biaya pengangkutan II yaitu biaya pengangkutan ke pasar modern sebesar Rp /bulan. Volume penjualan perusahaan kg/bulan sehingga biaya pengangkutan ke pasar modern Rp250/kg. Karyawan yang dimiliki perusahaan yaitu 2 orang supir, 2 orang sales, 2 orang karyawan administrasi dan 2 orang karyawan pengemasan/gudang. Biaya upah seluruh karyawan tersebut sebesar Rp /bulan. Volume penjualan perusahaan kg/bulan sehingga biaya karyawan sebesar Rp 990/kg beras. Promosi dilakukan perusahaan sekali dalam satu tahun di koran Kompas dengan biaya Rp Perhitungan biaya promosi yang dibebankan kepada satu kilogram beras dilakukan dengan membagi biaya promosi dengan 12 bulan kemudian dibagi dengan volume penjualan beras yaitu kg/bulan. Dari perhitungan tersebut diperoleh biaya promosi sebesar Rp 350/kg beras. Biaya sewa gedung yang digunakan sebagai tempat operasional perusahaan seperti pengemasan,penyimpanan adalah sebesar Rp /tahun. Perhitungan biaya gedung yang dibebankan kepada satu kilogram beras dilakukan dengan membagi biaya gedung dengan 12 bulan kemudian dibagi dengan volume penjualan beras yaitu kg/bulan. Dari perhitungan tersebut diperoleh biaya sewa gedung sebesar Rp 166,66/kg beras. CV. Quasindo memasarkan beras Xiang Mi ke pasar-pasar modern seperti Hero, Carefour, Sogo, Grand Lucky, Giant, Kemchick, Trans Market, Glyel Supermarket dan toko buah. Harga yang ditetapkan perusahaan per kemasan beras Xiang Mi dengan berat lima kilogram terhadap masing-masing pasar tersebut

94 berbeda-beda. Hal tersebut terjadi karena pasar-pasar modern tersebut tidak menerapkan sistem bagi hasil tetapi langsung menghitung dengan beberapa potongan. Oleh karena itu pasar modern yang memotong dengan jumlah yang besar ditetapkan harga yang besar juga. Pembayaran beras Xiang Mi oleh retail kepada CV. Quasindo dilakukan setelah beras tersebut terjual. Sales CV. Quasindo akan melakukan pengecekan beras yang terjual di setiap retail. Apabila ada beras yang tidak terjual dalam periode waktu tertentu maka beras tersebut akan diambil kembali oleh CV. Quasindo. e. Retail (Pasar Modern dan Toko Buah) Pasar modern dan toko buah hanya melakukan fungsi pertukaran yaitu pembelian beras Pandan Wangi Xiang Mi dari CV. Quasindo dan penjualan kepada konsumen akhir. Pasar modern dan toko buah tidak melakukan fungsi fisik seperti pengemasan atau transportasi. Hal ini dikarenakan beras Xiang Mi telah dikemas sehingga tidak perlu dilakukan pengemasan ulang. Biaya transportasi juga ditanggung oleh CV. Quasindo. Biaya yang dikeluarkan pasar modern dan toko buah hanya biaya untuk pembelian plastik yaitu Rp 500/plastik. Plastik tersebut dapat digunakan untuk satu kemasan beras Xiang Mi dengan berat lima kilogram sehingga biaya plastik Rp 100/kg. Pasar Modern dan toko buah menjual beras Xiang Mi kepada konsumen dengan harga yang berbeda karena harga pembelian dari CV. Quasindo juga berbeda. Hero membeli per kemasan beras Xiang Mi kepada CV. Quasindo dengan berat lima kilogram sebesar Rp , Carefour sebesar Rp sedangkan Sogo, Grand Lucky, Giant, Kemchick, Trans Market, Glyel

95 Supermarket dan toko buah sebesar Rp Hero menetapkan harga jual per kemasan beras Xiang Mi dengan berat lima kilogram sebesar Rp , Carefour sebesar Rp sedangkan Sogo, Grand Lucky, Giant, Kemchick, Trans Market, Glyel Supermarket dan toko buah sebesar Rp Tabel 16. Harga Beli dan Harga Jual Beras Xiang Mi di Retail Harga Beli dari CV. Harga Jual kepada Quasindo Konsumen Retail per kemasan (5 per kemasan per kg per kg kg) (5 kg) Hero Carefour Sogo, Grand Lucky, Giant, Kemchick, Trans Market, Glyel Supermarket & toko buah Lembaga-lembaga pemasaran yang terdapat dalam saluran pemasaran beras Varietas Unggul Baru adalah petani, pedagang pengumpul, pedagang besar (grosir) dan pedagang pengecer. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tersebut akan dijelaskan dibawah ini : a. Petani Gapoktan Citra Sawargi hanya menangani pemasaran beras Varietas Pandan Wangi. Oleh karena itu, tidak ada organisasi atau kelompok tani yang menangani langsung pemasaran beras Varietas Unggul Baru. Petani padi Varietas Unggul Baru menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul dengan harga berdasarkan kualitas hasil panen. Harga jual untuk per kilogram gabah kering panen (GKP) padi Varietas Unggul Baru yaitu Rp Rp 2.600,00. Namun dalam menganalisis pemasaran kedua varietas beras tersebut, harga jual GKP dari petani ditetapkan dengan mengkonversikan jumlah GKP untuk menghasilkan satu kilogram beras. Dimana satu kilogram beras dihasilkan

96 dari 1,78 kilogram GKP Varietas Unggul Baru. Oleh karena itu, harga jual GKP Varietas Unggul Baru dari petani adalah Rp b. Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul membeli GKP padi Varietas Unggul Baru kepada petani secara langsung. Selain melakukan fungsi pertukaran yaitu pembelian dan penjualan, pedagang pengumpul juga melakukan fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi fisik yang dilakukan yaitu fungsi pengolahan (penjemuran dan penggilingan), fungsi pengemasan dan pengangkutan/transportasi sedangkan fungsi fasilitas yaitu penyortiran. Kegiatan penjemuran dan penggilingan tersebut dilakukan di pabrik penggilingan beras. Rendemen padi Varietas Unggul Baru yaitu 56 persen sehingga satu kilogram beras dihasilkan dari 1,78 kilogram GKP Varietas Unggul Baru. Oleh karena itu, harga beli GKP Varietas Unggul Baru kepada petani adalah Rp Biaya penjemuran Rp 30/kg GKP padi Varietas Unggul Baru sehingga untuk satu kilogram beras Varietas Unggul Baru dibebankan biaya penjemuran sebesar Rp 53,4. Biaya penggilingan beras Varietas Unggul Baru yaitu Rp 300/kg. Selain itu kegiatan fungsi pemasaran yang dilakukan pedagang pengumpul yaitu penyortiran, pengemasan dan transportasi. Sortasi yang dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tangan. Biaya tenaga kerja penyortiran dan pengemasan Rp 200/kg beras. Namun kegiatan penyortiran hanya dilakukan oleh pedagang pengumpul yang menjual langsung kepada konsumen. Kemasan yang digunakan untuk memasarkan beras Varietas Unggul Baru ada dua macam yaitu kemasan plastik per lima kilogram beras dan kemasan karung per 50 kilogram beras. Kemasan yang digunakan oleh pedagang

97 pengumpul beras Varietas Unggul Baru yang langsung menjual kepada konsumen akhir adalah kemasan plastik per lima kilogram. Biaya kemasan tersebut adalah Rp1.500/kemasan sehingga untuk satu kilogram beras dibebankan biaya kemasan Rp 300. Sedangkan kemasan yang digunakan oleh pedagang pengumpul beras Varietas Unggul Baru yang menjual kepada pedagang besar (grosir) dan pengecer adalah karung per 50 kilogram. Biaya kemasan tersebut adalah Rp1.500 per karung sehingga untuk satu kilogram beras dibebankan biaya kemasan Rp 30. Biaya pengangkutan yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul yang langsung menjual kepada konsumen akhir adalah biaya pengangkutan I (dari sawah ke pabrik) sebesar Rp 100/kg, biaya pengangkutan II (dari pabrik ke gudang) sebesar Rp 50/kg dan biaya pengangkutan III (ke Pasar Tani/pameran di Jakarta/Bandung) sebesar Rp 200/kg. Sedangkan pedagang pengumpul beras Varietas Unggul Baru yang menjual kepada pedagang besar (grosir) dan pengecer hanya mengeluarkan biaya pengangkutan I dan II yang besarnya sama dengan pedagang pengumpul yang langsung menjual ke konsumen. Pedagang pengumpul yang menjual langsung kepada konsumen menetapkan harga Rp 6.000/kg beras Varietas Unggul Baru. Penjualan beras tersebut dilakukan di Pasar Tani yang diadakan setiap hari Jumat di Departemen Pertanian Jakarta dan di pameran-pameran yang diadakan di Jakarta dan Bandung. Pedagang pengumpul yang menjual beras Varietas Unggul Baru kepada pedagang besar (grosir) dan pengecer menetapkan harga Rp 5000/kg. Sistem pembayaran yang berlaku umumnya sistem tunai yaitu pembayaran dilakukan pada saat transaksi berlangsung.

98 c. Pedagang Besar (Grosir) Pedagang besar hanya melakukan fungsi pertukaran yaitu pembelian beras dari pedagang pengumpul dan penjualan beras kepada konsumen serta fungsi fisik yaitu pengangkutan. Harga pembelian beras dari pedagang pengumpul sebesar Rp 5.000/kg sedangkan harga penjualan beras kepada konsumen sebesar Rp 5.200/kg. Konsumen yang biasanya membeli kepada pedagang besar adalah rumah makan, warung tegal (warteg), pedagang makanan. Pedagang besar mengeluarkan biaya pengangkutan beras dari pedagang pengumpul ke lokasi usaha sebesar Rp 50/kg beras. Rendahnya biaya tersebut disebabkan karena pedagang besar masih berada di Kecamatan Warungkondang. Pedagang besar tidak melakukan pengemasan dikarenakan pedagang besar tidak menjual beras dalam kemasan tetapi dijual per kilogram secara curah. d. Pedagang Pengecer Pedagang pengecer di daerah penelitian juga hanya terlibat dalam pemasaran beras Varietas Unggul Baru. Pedagang pengecer hanya melakukan fungsi pertukaran yaitu pembelian beras dari pedagang pengumpul dan penjualan beras kepada konsumen akhir serta fungsi fisik yaitu pengangkutan. Harga pembelian beras dari pedagang pengumpul sebesar Rp 5.000/kg sedangkan harga penjualan beras kepada konsumen sebesar Rp 5.300/kg. Konsumen yang biasanya membeli beras kepada pedagang pengecer adalah konsumen rumah tangga. Biaya pengangkutan yang dikeluarkan pedagang pengecer dari pedagang pengumpul ke lokasi usaha adalah Rp 50/kg beras. Rendahnya biaya tersebut disebabkan karena pedagang pengecer masih berada di Kecamatan

99 Warungkondang. Pengecer tidak melakukan fungsi fisik seperti pengemasan. Hal tersebut dikarenakan pengecer menjual beras per kilogram secara curah. Tabel 17. Fungsi-fungsi Pemasaran yang Dilaksanakan oleh Lembaga-lembaga Pemasaran Beras Varietas Unggul Baru No Lembaga Fungsi Pemasaran Pemasaran 1 Petani Pertukaran Penjualan 2 Pedagang Pertukaran pengumpul Fisik Kegiatan Pembelian,penjualan Pengolahan,pengemasan,pengangkutan Penyortiran Fasilitas 3 Grosir Pertukaran Pembelian,penjualan 4 Pengecer Pertukaran Pembelian,penjualan Tabel 17 menunjukkan tidak semua lembaga pemasaran beras Varietas Unggul Baru terlibat melakukan semua fungsi pemasaran. Masing-masing lembaga melaksanakan fungsi yang berbeda namun setiap lembaga melaksanakan fungsi pertukaran. Fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh lembaga pemasaran beras Varietas Unggul Baru lebih sedikit daripada fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh lembaga pemasaran beras Pandan Wangi Saluran Pemasaran Saluran pemasaran merupakan rangkaian lembaga pemasaran yang dilalui oleh barang dan jasa dari produsen ke tangan konsumen. Saluran yang berbeda akan memberikan keuntungan yang berbeda kepada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat didalam kegiatan pemasaran. Saluran pemasaran beras Pandan Wangi dan beras Varietas Unggul Baru di daerah penelitian berbeda. Saluran pemasaran beras Pandan Wangi terdiri dari dua saluran pemasaran, yaitu : (1) Petani - Pedagang di Pasar Tani Deptan dan Pameran - Konsumen Pada saluran pemasaran ini, petani menjual padi Pandan Wangi hasil produksinya dalam bentuk malai kering panen (MKP) kepada pedagang.

100 Pedagang melakukan pengolahan MKP tersebut menjadi beras kemudian menjual beras tersebut langsung kepada konsumen tanpa melalui perantara lembaga pemasaran lain. Penjualan langsung kepada konsumen terjadi di Pasar Tani yang diadakan setiap hari Jumat di Departemen Pertanian Jakarta. Selain itu penjualan dilakukan di pameran-pameran yang diadakan di Jakarta atau Bandung. Hal tersebut bertujuan untuk memperkenalkan beras hasil produksi Cianjur yang terkenal memiliki kualitas baik terutama beras Varietas Pandan Wangi. Dari 30 responden petani padi Pandan Wangi, petani yang menjual hasil panennya melalui saluran pemasaran ini hanya 5 orang yaitu sekitar 16,7 % yaitu merupakan anggota kelompok tani Karya Tirta. Oleh karena itu volume penjualan pada saluran pemasaran ini hanya sedikit. (2) Petani - Gapoktan Citra Sawargi- CV. Quasindo - Retail - Konsumen Pada saluran pemasaran ini, petani menjual padi Pandan Wangi hasil produksinya dalam bentuk malai kering panen (MKP) kepada Gapoktan Citra Sawargih. Gapoktan melakukan pengolahan MKP tersebut menjadi beras kemudian menjual beras tersebut kepada CV. Quasindo. Beras tersebut dikemas oleh CV. Quasindo dan diberi merek Xiang Mi kemudian dijual kepada retail. Pada umumnya petani padi Pandan Wangi di daerah penelitian menjual hasil produksinya pada saluran pemasaran ini. Hal ini dikarenakan petani Pandan Wangi merupakan anggota Gapoktan sehingga semua hasil panen petani ditampung oleh Gapoktan. Namun dari 30 responden petani padi Pandan Wangi, sebanyak 25 orang mengikuti saluran pemasaran ini yaitu sebesar 83,8 %.

101 Saluran pemasaran kedua pada pemasaran beras Pandan Wangi dibedakan menjadi tiga berdasarkan retail yaitu saluran (2a) melalui retail Hero ; (2b) melalui retail Carefour dan (2c) melalui retail Sogo, Grand Lucky, Giant, Kemchick, Trans Market, Glyel Supermarket dan toko buah. Saluran pemasaran yang melalui pasar modern tersebut dibedakan karena adanya perbedaan harga beli pasar modern dan toko buah kepada CV. Quasindo dan adanya perbedaan harga jual pasar modern dan toko buah kepada konsumen. Saluran pemasaran beras Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang dapat dilihat pada Gambar 3. Hero 83,3 % (2a) Gapoktan (2b) Petani CV. Citr Qu Carefour a i (1) 16,7 % (2c) Sogo, Grand Lucky, Giant, Kemchick, Trans Market, Konsumen Pedagang di Pasar Tani Deptan, Pameran Gambar 3. Saluran Pemasaran Beras Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang Saluran pemasaran beras Varietas Unggul Baru di daerah penelitian terdiri dari tiga saluran yaitu : (1) Petani - Pedagang Pengumpul - Konsumen Pada saluran pemasaran ini, petani menjual padi Varietas Unggul Baru hasil produksinya dalam bentuk gabah kering panen (GKP) kepada pedagang

102 pengumpul. Pedagang pengumpul melakukan pengolahan GKP tersebut menjadi beras. Kemudian pedagang pengumpul menjual beras tersebut langsung kepada konsumen tanpa melalui perantara lembaga pemasaran lain. Penjualan langsung kepada konsumen terjadi di Pasar Tani yang diadakan setiap hari Jumat di Departemen pertanian Jakarta. Selain itu penjualan dilakukan di pameran-pameran yang diadakan di Jakarta atau Bandung. Hal tersebut bertujuan untuk memperkenalkan beras hasil produksi Cianjur yang terkenal memiliki kualitas baik. Dari 30 responden petani padi Varietas Unggul Baru, petani yang menjual hasil panennya melalui saluran pemasaran ini hanya 4 orang yaitu sekitar 13,3 %. Hal tersebut dikarenakan pedagang pengumpul pada saluran pemasaran ini menjual beras Varietas Unggul Baru hanya di Pasar Tani Deptan dan pameran sehingga volume penjualannya hanya sedikit. (2) Petani - Pedagang Pengumpul - Pedagang Besar (Grosir) - Konsumen Pada saluran pemasaran ini, petani menjual padi Varietas Unggul Baru hasil produksinya dalam bentuk gabah kering panen (GKP) kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul melakukan pengolahan GKP tersebut menjadi beras kemudian menjual beras tersebut kepada pedagang besar atau grosir di sekitar Kecamatan Warungkondang. Pedagang besar menjual beras tersebut kepada konsumen yang membeli beras dalam jumlah yang cukup besar seperti rumah makan, warung tegal (warteg), pedagang makanan. Saluran pemasaran ini lebih banyak digunakan oleh petani padi Varietas Unggul Baru di daerah penelitian. Dari 30 responden petani padi Varietas Unggul Baru, 18 orang petani (60 %) menjual hasil panennya melalui saluran pemasaran

103 ini. Hal tersebut dikarenakan pedagang pengumpul lebih menyukai pembelian dalam jumlah besar sehingga beras dijual kepada pedagang besar. (3) Petani - Pedagang Pengumpul - Pedagang Pengecer - Konsumen Pada saluran pemasaran ini, petani menjual padi Varietas Unggul Baru hasil produksinya dalam bentuk gabah kering panen (GKP) kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul melakukan pengolahan GKP tersebut menjadi beras. Kemudian pedagang pengumpul menjual beras tersebut kepada pedagang pengecer di sekitar Kecamatan Warungkondang. Pedagang pengecer menjual beras tersebut kepada konsumen akhir yaitu konsumen rumah tangga. Biasanya pembelian konsumen akhir yang membeli beras kepada pedagang pengecer dalam jumlah yang sedikit. Dari 30 responden petani padi Varietas Unggul Baru, petani yang hasil panennya melalui saluran pemasaran ini jumlahnya 8 orang yaitu sekitar 26,7 %. Saluran pemasaran beras Varietas Unggul Baru di Kecamatan Warungkondang dapat dilihat pada Gambar 4. Petani (2) Pedagang Besa 60 % (1) 13,3 % Pedagang Pengumpul Konsumen : Rumah Makan, Konsumen Rumah 26,7 % (3) Pedagang Peng Gambar 4. Saluran Pemasaran Beras Varietas Unggul Baru di Kecamatan Warungkondang

104 Margin Pemasaran, Farmer s Share dan Rasio Keuntungan/Biaya Efisiensi pemasaran dapat dilihat dengan pendekatan margin pemasaran, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Analisis margin saluran pemasaran beras Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru dilakukan untuk melihat sejauh mana perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen akhir dengan harga yang diterima produsen. Perbedaan harga disebabkan oleh setiap lembaga melakukan fungsi pemasaran yang berbeda untuk memperoleh keuntungan. Semakin banyak lembaga yang terlibat dalam saluran pemasaran maka semakin besar biaya pemasaran yang dikeluarkan dan semakin besar perbedaan harga yang harus dibayar oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Nilai margin yang efisien adalah yang mempunyai nilai lebih rendah dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya. Namun rendahnya nilai margin belum tentu dapat mencerminkan efisiensi yang tinggi. Indikator lain untuk melihat efisiensi pemasaran adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani (farmer s share) oleh petani terhadap harga yang di bayar konsumen akhir. Farmer s share yang lebih efisien adalah yang mempunyai nilai lebih tinggi. Rasio imbangan keuntungan-biaya (Li/Ci) menunjukkan besarnya keuntungan yang diperoleh terhadap biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran kedua varietas beras tersebut. Semakin tinggi nilai rasio semakin besar keuntungan yang diperoleh. Tabel 18 menunjukkan saluran pemasaran beras Pandan Wangi yang memiliki total margin pemasaran terbesar adalah saluran pemasaran (2). Hal tersebut dikarenakan biaya pemasaran yang dikeluarkan dan keuntungan yang

105 diperoleh saluran ini lebih besar daripada saluran (1). Besarnya total biaya pemasaran yang dikeluarkan saluran (2) dikarenakan fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran pada saluran (2) lebih banyak dibandingkan dengan saluran (1). Besarnya nilai keuntungan yang diperoleh saluran (2) dikarenakan lembaga pemasaran pada saluran ini mampu menjual beras Pandan Wangi dengan harga yang lebih mahal daripada harga jual saluran (1). Tabel 18. Margin Pemasaran, Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran dan Farmer s Share Pemasaran Beras Pandan Wangi di Warungkondang N o Lembaga pemasaran Saluran Pemasaran Beras Pandan Wangi (1) (2a) (2b) (2c) Rp/kg (%)* Rp/kg (%)* Rp/kg (%)* Rp/kg (%)* 1 Petani Harga jual , , , ,8 2 Pedagang/ Gapoktan Harga beli , , , ,8 Harga jual , , , ,94 Biaya , , , ,56 Pemasaran Keuntungan , , , ,55 Margin , , , ,12 Rasio Li/Ci 0,82 1,54 1,54 1,54 3 CV. Quasindo Harga beli , , ,94 Harga jual , , ,12 Biaya 2256,6 11, ,6 10, ,6 13,27 Pemasaran Keuntungan 5743,34 29, ,34 37, ,34 27,90 Margin , , ,18 Rasio Li/Ci 2,55 3,52 2,1 4 Pasar Modern Harga beli , , ,12 Harga jual Biaya 100 0, , ,59 Pemasaran Keuntungan , , ,29 e Margin , , ,88 Rasio Li/Ci 21,0 17,0 9,0 Total Biaya , ,6 17,2 3302,6 15, ,6 19,43 TotalKeuntungan , ,34 48, ,3 52, ,34 41,75 Total Margin , , , ,18 Rasio Li/Ci 0,82 2,82 3,36 2,15 FarmerShare % 73,33 34,38 31,43 38,82 Keterangan : Saluran pemasaran beras Pandan Wangi : Saluran (2a) : melalui Hero Saluran (2b) : melalui Carefour Saluran (2c) : melalui Sogo, Grand Lucky, Giant, Kemchick, Trans Market, Glyel Supermarket dan toko buah *persentase terhadap harga jual kepada konsumen akhir

106 Jika dibandingkan antara ketiga saluran yang terdapat pada saluran pemasaran (2) diketahui bahwa saluran pemasaran (2b) memiliki margin pemasaran yang lebih besar dibandingkan dengan saluran pemasaran (2a) dan (2c). Total margin saluran (2b) lebih besar dikarenakan harga yang ditetapkan oleh pasar modern pada saluran ini yaitu Carefour lebih besar daripada harga yang ditetapkan pasar modern lainnya yang terdapat pada saluran (2a) dan (2c). Saluran pemasaran beras Pandan Wangi yang memiliki margin pemasaran terkecil adalah saluran pemasaran (1). Hal ini dikarenakan harga jual beras Pandan Wangi yang dibayar oleh konsumen pada saluran pemasaran (1) lebih rendah dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya. Selain itu pada saluran pemasaran (1) lembaga yang terlibat dalam pemasaran beras Pandan Wangi hanya pedagang pengumpul sehingga fungsi-fungsi yang dilakukan hanya sedikit. Hal tersebut berimplikasi pada rendahnya biaya pemasaran yang dikeluarkan pada saluran pemasaran (1) dibandingkan saluran pemasaran lainnya. Berdasarkan analisis rasio keuntungan terhadap biaya diketahui saluran pemasaran beras Pandan Wangi yang memiliki nilai rasio keuntungan terhadap biaya paling tinggi adalah saluran pemasaran (2b) dengan nilai rasio 3,36. Hal ini berarti bahwa setiap rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran beras Pandan Wangi pada saluran pemasaran (2b) akan memberikan keuntungan yang lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh pada saluran pemasaran lainnya. Saluran pemasaran yang memiliki nilai farmer s share yang lebih besar adalah saluran pemasaran (1) yaitu sebesar 73,33 persen. Hal ini berarti bahwa pada saluran (1), petani padi Pandan Wangi menerima bagian yang lebih besar dari harga yang dibayarkan oleh konsumen. Besarnya nilai farmer s share

107 dikarenakan saluran (1) memiliki jalur pemasaran yang lebih pendek dimana pedagang pengumpul langsung menjual beras Pandan Wangi kepada konsumen. Dilihat dari ketiga kriteria dalam menentukan saluran pemasaran yang efisien diketahui bahwa saluran pemasaran (1) memiliki total margin yang terkecil, nilai farmer s share terbesar namun rasio keuntungan terhadap biaya yang dimiliki lebih kecil dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya. Oleh karena itu saluran pemasaran (1) belum bisa dikatakan efisien apalagi volume penjualan beras Pandan Wangi pada saluran pemasaran (1) hanya sedikit. Saluran pemasaran beras Pandan Wangi yang dapat dikatakan efisien adalah saluran pemasaran (2c) karena memiliki total margin yang terkecil, nilai farmer s share terbesar jika dibandingkan dengan saluran pemasaran (2a) dan (2b). Walaupun rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran pada saluran ini bukan merupakan rasio terbesar tetapi penyebaran rasio pada setiap lembaga pemasaran yang terdapat pada saluran pemasaran (2c) lebih merata dibandingkan dengan saluran lainnya. Tabel 19 menunjukkan saluran pemasaran beras Varietas Unggul Baru yang memiliki total margin pemasaran terbesar adalah saluran pemasaran (1) yaitu sebesar Rp 1.728/kg. Besarnya total margin pemasaran yang diperoleh saluran pemasaran (1) dikarenakan biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh saluran pemasaran (1) lebih besar daripada saluran pemasaran (2) dan (3). Besarnya total biaya pemasaran yang dikeluarkan saluran pemasaran (1) dikarenakan adanya aktifitas fungsi fasilitas berupa penyortiran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran pada saluran (1). Selain itu biaya kemasan beras juga lebih mahal karena pada saluran ini beras yang dijual dikemas dalam kemasan

108 plastik dengan berat 5 kg/kemasan. Jauhnya daerah pemasaran yaitu ke Pasar tani atau pameran di Jakarta atau Bandung juga menyebabkan tingginya biaya transportasi yang dikeluarkan saluran pemasaran (1) dibandingkan dengan saluran pemasaran (2) dan (3). Besarnya nilai keuntungan yang diperoleh saluran pemasaran (1) dikarenakan lembaga pemasaran yang terdapat pada saluran ini menjual berasnya langsung kepada konsumen. Selain itu harga jual berasnya juga lebih mahal daripada harga beras yang ditawarkan oleh saluran (2) dan (3). Tabel 19. Margin Pemasaran, Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran dan Farmer s Share Pemasaran Beras Varietas Unggul Baru di Warungkondang No Lembaga pemasaran Saluran Pemasaran Beras Varietas Unggul Baru I II III Rp/kg (%)* Rp/kg (%)* Rp/kg (%)* 1 Petani Harga jual , , ,6 2 Pengumpul Harga beli , , ,6 Harga jual , ,3 Biaya Pemasaran 1203,4 20,1 533,4 10,3 533,4 10,1 Keuntungan 524,6 8,74 194,6 3,74 194,6 3,67 Margin , ,7 Rasio Li/Ci 0,44 0,36 0,36 3 Grosir Harga beli ,2 Harga jual Biaya Pemasaran 50 0,96 Keuntungan 150 2,88 Margin 200 3,85 Rasio Li/Ci 3 4 Pengecer Harga beli ,3 Harga jual Biaya Pemasaran 50 0,94 Keuntungan 250 4,73 Margin 300 5,66 Rasio Li/Ci 5 Total Biaya 1203,4 20,1 583,4 11,2 583,4 11,0 TotalKeuntungan 524,6 8,74 344,6 6,63 444,6 8,39 Total Margin , , ,4 Rasio Li/Ci 0,44 0,59 0,76 FarmerShare % 71,2 82,2 80,6 Keterangan : *persentase terhadap harga jual kepada konsumen akhir Saluran pemasaran yang memiliki nilai margin pemasaran terkecil adalah saluran pemasaran (2). Hal ini dikarenakan harga jual beras Varietas Unggul Baru

109 yang dibayar oleh konsumen pada saluran pemasaran (2) lebih rendah dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya. Berdasarkan analisis rasio keuntungan terhadap biaya diketahui saluran pemasaran beras Varietas Unggul Baru yang memiliki nilai rasio keuntungan terhadap biaya paling tinggi adalah saluran pemasaran (3) dengan nilai 0,76. Sedangkan saluran pemasaran yang memiliki nilai farmer s share yang paling besar adalah saluran pemasaran (2) sebesar 82,15 persen. Hal ini berarti bahwa petani padi Varietas Unggul Baru pada saluran pemasaran (2) menerima bagian yang lebih besar dari harga yang dibayarkan oleh konsumen. Dilihat dari ketiga kriteria dalam menentukan saluran pemasaran yang efisien diketahui bahwa saluran pemasaran (2) lebih efisien dibandingkan dengan saluran lainnya. Hal ini dikarenakan saluran pemasaran (2) memiliki total margin yang terkecil, nilai farmer s share terbesar. Walaupun rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran pada saluran ini bukan merupakan rasio terbesar diantara saluran lainnya tetapi penyebaran rasio pada setiap lembaga pemasaran yang terdapat pada saluran pemasaran (2) lebih merata dibandingkan dengan saluran lainnya. Disamping itu saluran pemasaran (2) lebih banyak digunakan sehingga volume penjualan beras Varietas Unggul Baru pada saluran pemasaran (2) lebih banyak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa saluran pemasaran beras Varietas Unggul Baru di daerah penelitian yang lebih efisien adalah saluran pemasaran (2).

110 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Input yang digunakan pada usahatani padi Varietas Pandan Wangi terdiri dari benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Begitu juga dengan Varietas Unggul Baru, namun terdapat perbedaan benih yang digunakan pada kedua varietas tersebut. Sebagian besar petani padi Pandan Wangi menggunakan benih bersertifikat tetapi ada juga petani yang menggunakan benih hasil budidaya sendiri. Petani padi Varietas Unggul Baru memperoleh benih dari produsen benih nasional dan beberapa petani memperoleh benih dari bantuan pemerintah. Teknik budidaya padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru terdiri dari pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, penyulaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama penyakit dan pemanenan. Perbedaannya terdapat pada umur tanam dimana umur tanam padi Pandan Wangi lebih lama yaitu hari sedangkan Varietas Unggul Baru hanya hari. Oleh karena itu padi Pandan Wangi hanya bisa dibudidayakan dua kali dalam satu tahun sedangkan Varietas Unggul Baru tiga kali dalam satu tahun. Bentuk hasil panen kedua varietas tersebut juga berbeda. Padi Pandan Wangi dipanen beserta malainya yang disebut malai kering panen (MKP) sedangkan Varietas Unggul Baru dipanen dalam bentuk gabah kering panen (GKP). Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total per hektar yang diterima dalam usahatani Pandan Wangi pada setiap musim lebih besar daripada usahatani Varietas Unggul Baru. Padahal jika dilihat dari biaya yang dikeluarkan pada setiap musim, biaya usahatani padi Pandan Wangi lebih besar dari pada usahatani padi Varietas Unggul Baru. Hal ini dikarenakan penerimaan

111 usahatani yang diperoleh juga lebih besar sehingga pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total besar. Pendapatan atas biaya tunai per hektar per tahun untuk padi Pandan Wangi lebih kecil yaitu Rp ,1 sedangkan padi Varietas Unggul Baru adalah Rp ,6. Tetapi pendapatan atas biaya total per hektar per tahun untuk padi Pandan Wangi lebih besar yaitu Rp ,8 sedangkan untuk padi Varietas Unggul Baru adalah Rp ,8. Dilihat dari nilai R/C Rasio dapat disimpulkan bahwa usahatani kedua varietas padi tersebut layak untuk diusahakan. Nilai R/C rasio atas biaya tunai untuk beras Pandan Wangi adalah 5,11 dan untuk beras Varietas Unggul Baru adalah 4,19. Nilai R/C rasio atas biaya total untuk beras Pandan Wangi adalah 1,18 dan untuk beras Varietas Unggul Baru adalah 1,14. R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total usahatani padi Pandan Wangi lebih besar daripada Varietas Unggul Baru. Hal tersebut berarti bahwa setiap rupiah biaya tunai atau biaya total yang dikeluarkan oleh petani padi Pandan Wangi akan memberikan penerimaan sebesar nilai R/C rasionya yaitu lebih besar daripada penerimaan yang akan diperoleh petani padi Varietas Unggul Baru dari setiap rupiah biaya tunai atau biaya total yang dikeluarkan. Saluran pemasaran beras Pandan Wangi dan beras Varietas Unggul Baru di daerah penelitian berbeda. Pemasaran beras Pandan Wangi terdiri dari dua saluran pemasaran yaitu (1) petani - pedagang pengumpul - konsumen dan (2) petani - Gapoktan Citra Sawargi - CV. Quasindo - retail - konsumen. Saluran pemasaran kedua dibedakan menjadi tiga berdasarkan retail yaitu (2a) melalui

112 retail Hero ; (2b) melalui retail Carefour dan (2c) melalui retail Sogo, Grand Lucky, Giant, Kemchick, Trans Market, Glyel Supermarket dan toko buah. Pemasaran beras Varietas Unggul Baru terdiri dari tiga saluran pemasaran yaitu (1) petani - pedagang pengumpul - konsumen ; (2) petani - pedagang pengumpul - pedagang besar (grosir) - konsumen dan (3) petani - pedagang pengumpul - pedagang pengecer konsumen. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran beras Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang terdiri dari fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Namun tidak semua fungsi pemasaran tersebut dilakukan oleh semua lembaga. Saluran pemasaran beras Pandan Wangi yang dapat dikatakan efisien adalah saluran (2c) karena memiliki total margin yang terkecil, nilai farmer s share terbesar jika dibandingkan dengan saluran (2a) dan (2b). Walaupun rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran pada saluran ini bukan merupakan rasio terbesar tetapi penyebaran rasio pada setiap lembaga pemasaran yang terdapat pada saluran pemasaran (2c) lebih merata dibandingkan dengan saluran lainnya. Saluran pemasaran beras Varietas Unggul Baru yang dapat dikatakan efisien adalah saluran pemasaran (2) karena memiliki total margin yang terkecil, nilai farmer s share terbesar. Walaupun rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran pada saluran ini bukan merupakan rasio terbesar tetapi penyebaran rasio pada setiap lembaga pemasaran yang terdapat pada saluran pemasaran (2) lebih merata dibandingkan dengan saluran lainnya. Disamping itu saluran pemasaran (2) lebih banyak digunakan sehingga volume penjualan beras pada saluran (2) lebih banyak.

113 7.2. Saran Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk pengembangan agribisnis Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur antara lain : 1. Usahatani padi Pandan Wangi harus terus dikembangkan di Kabupaten Cianjur. Hal tersebut melihat usahatani padi Pandan Wangi memberikan penerimaan yang lebih besar daripada penerimaan yang akan diperoleh dari usahatani padi Varietas Unggul Baru dari setiap rupiah biaya tunai atau biaya total yang dikeluarkan oleh petani. 2. Kerja sama dengan CV. Quasindo harus terus dilaksanakan karena kerja sama tersebut dapat melindungi petani padi Pandan Wangi dari tekanan tengkulak. Selain itu kerja sama tersebut dapat mencegah penjualan beras Pandan Wangi campuran. Kedepannya diharapkan CV. Quasindo mampu membeli beras kepada Gapoktan dengan harga yang lebih mahal. Peningkatan harga tersebut dapat menjadi insentif bagi petani sehingga petani terdorong untuk tetap menanam Padi Pandan Wangi. 3. Sebaiknya volume penjualan beras Xiang Mi yang dijual melalui saluran pemasaran (2c) dapat ditingkatkan karena saluran pemasaran tersebut lebih efisien dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya. 4. Pemasaran beras Pandan Wangi harus dikembangkan tidak hanya di wilayah pulau Jawa tetapi ke wilayah lain di luar pulau Jawa. Selain pemasaran domestik sebaiknya beras Pandan Wangi diekspor ke negara lain. Apalagi saat ini telah dikeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan yang memperbolehkan beras Pandan Wangi untuk diekspor. Adanya peraturan

114 tersebut memberikan kemudahan untuk pengembangan usahatani beras Pandan Wangi sampai ke pasar internasional. 5. Peran pemerintah dibutuhkan dalam meningkatkan keberhasilan usahatani dan pemasaran beras Pandan Wangi. Peranan tersebut misalnya dalam memberikan penyuluhan yang lebih intensif kepada petani terutama mengenai teknik budidaya secara baik dan benar. Hal tersebut bertujuan agar petani dapat menghasilkan beras dengan kualitas yang baik, kuantitas sesuai dengan yang ditargetkan dan memiliki kontinuitas yang pada akhirnya dapat meningkatkan posisi tawar petani di pasar.

115 DAFTAR PUSTAKA Dahl, C. D and J. W. Hammond Market and Price Analysis The Agricultural Industries. MC Graw - Hill Book Company. New York. Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur Laporan Tahunan Tahun Laporan. Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Cianjur Usulan Pemutihan Varietas Padi Sawah Pandan Wangi Cianjur. Pemerintah Propinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Jawa Barat. Bandung Laporan Tahunan Tahun Laporan. Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Cianjur Laporan Tahunan Tahun Laporan. Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Cianjur. Fitriadi, Farid Analisis Pendapatan dan Margin Pemasaran Padi Ramah Lingkungan (Kasus di Desa Sukagalih, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya). Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hernanto, F Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Kusumah, J. S Analisis Perbandingan Usahatani dan Pemasaran Antara Padi Organik dan Padi Anorganik (Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kotler, P dan G. Armstrong Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia. Prenhallindo. Jakarta. Kotler, P Manajemen Pemasaran Jilid 1. PT. Indeks. Jakarta. Limbong, W. H dan P. Sitorus Pengantar Tataniaga Pertanain. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Malinda Analisis Strategi dan Taktik Pemasaran Beras Pandan Wangi dan Manisan Khas Cianjur. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rachmawati, Sri Analisis Usahatani dan Pemasaran Beras Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang dan Cugenang. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

116 Rohman, R. E Analisis Daya Saing Beras Varietas Pandan Wangi dan Beras Varietas Unggul Baru (Oryza sativa) Kasus di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soeharjo, A dan Dahlan Patong Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soekartawi, dkk Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia. Jakarta. Ubaydillah, Muhammad Analisis Pendapatan dan Margin Pemasaran Padi Ramah Lingkungan Metode SRI (System of Rice Intensification) Kasus : Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa Barat. Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

117 LAMPIRAN

118 Lampiran 1. Data Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Setiap Provinsi di Indonesia Tahun 2007 No Provinsi Luas panen Area (Ha) Produktivitas (ku/ha) Produksi (Ton) 1. Nanggroe Aceh D , Sumatera Utara , Sumatera Barat , R i a u , J a m b i , Sumatera Selatan , Bengkulu , Lampung , Bangka Belitung , Riau Kepulauan , D.K.I. Jakarta , Jawa Barat , Jawa Tengah , D.I. Yogyakarta , Jawa Timur , Banten , B a l i , Nusa Tenggara Barat , NusaTenggaraTimur , Kalimantan Barat , Kalimantan Tengah , Kalimantan Selatan , Kalimantan Timur , Sulawesi Utara , Sulawesi Tengah , Sulawesi Selatan , Sulawesi Tenggara , Gorontalo , Sulawesi Barat , Maluku , Maluku Utara , Papua Barat , Papua , Indonesia , Sumber : Badan Pusat Statistik, (Diakses tanggal 29 Agustus 2008)

119 Lampiran 2. Bulir Beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru (Ciherang) Gambar a. Bulir Beras Varietas Pandan Wangi Gambar b. Bulir Beras Varietas Ciherang

120 Lampiran 3. Deskripsi Padi Varietas Pandan Wangi Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 163/Kpts/LB.240/3/2004 Asal : Populasi varietas local Pandan Wangi Cianjur Nomor aksesi koleksi : Balitpa 1644 Metode seleksi : Galur murni Golongan : Berbulu Umur tanaman : 155 Hari Bentuk tanaman : Kompak Tinggi tanaman : 168 cm Anakan produktif : batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna helai daun : Hijau Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegap Daun bendera : Tegap Bentuk gabah : Bulat Warna gabah : Kuning emas Kerontokan : Tahan Kerebahan : Kurang tahan Tekstur nasi : Pulen Bobot 1000 butir : 29,7 gram Kadar amilosa : 24,96 persen Potensi hasil : 7,4 ton GKG/Ha Rata-rata hasil : 5,7 ton GKG/Ha Ketahanan terhadap hama dan penyakit : Rentan terhadap hama wereng coklat biotipe 2 dan 3, rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain 4, rentan terhadap penyakit tungro Keterangan : Baik ditanam di Kabupaten Cianjur Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2008 dalam Rohman, 2008

121 Lampiran 4. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nomor pedigri : S3383-1d-Pn Golongan : Cere Umur tanaman : hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : cm Anakan produktif : batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna daun telinga : Putih Warna lidah daun : Putih Warna daun : Hijau Muka daun : Kasar pada sebelah bawah Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Panjang ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Bobot 1000 butir : gram Kadar amilosa : 23 % Ketahanan terhadap hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Ketahanan terhadap : Tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB) strain penyakit III dan IV Anjuran tanam : Cocok di tanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian dibawah 500 m dpl Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2008 dalam Rohman, 2008

122 Lampiran 5. Deskripsi Padi Varietas IR 64 Golongan : Cere, kadang -kadang berbulu Umur tanaman : Kurang lebih 115 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : Kurang lebih 85 cm Anakan produktif : Banyak Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna daun telinga : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Ramping, panjang Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Tahan Kerebahan : Tahan Rasa nasi : Enak Bobot butir : 27 gram Kadar amylosa : 24.1% Ketahanan terhadap : Tahan wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan wereng hama hijau Agak tahan bakteri busuk daun dan tahan virus kerdil rumput Sawah irigasi dataran rendah di Jawa Timur Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2008 dalam Rohman, 2008

123 Lampiran 6. Rincian Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Padi Pandan Wangi per Hektar per Musim Tanam No Komponen Jumlah Musim Tanam Periode 1 Musim Tanam Periode 2 Nilai (Rp) Nilai (Rp) Harga Jumlah (Rp/satuan) Harga (Rp/satuan) Biaya Tunai Biaya Diperhitungkan Biaya Tunai Biaya Diperhitungkan A Penerimaan Panen November-Desember , Panen Juni-Juli , Total penerimaan usahatani B Biaya 1 Benih (kg) 40, , Pupuk : Urea (kg) 187, ,2 187, ,2 TSP (kg) 32, ,75 32, ,75 NPK (Ponska) 139, ,75 139, ,75 SP 36 12, , Total biaya pupuk , ,7 3 Pestisida : Furadan (padat) 2, , Matador (cair) 87, , ,946 87, , ,946 Decis (cair) 208, ,33 208, ,33 Arivow (cair) 300,752 83, , ,752 83, ,566 Total biaya pestisida 69589, ,84 4 Tenaga kerja : Membajak (Traktor) , ,6 Membersihkan pematang 10, , Membuat media persemaian 3, , Menabur 1, ,

124 Lampiran 6. (Lanjutan) Pengolahan tanah II (meratakan tanah/ngangler) 7, , Menggarisi lahan 2, , Menanam (tandur) 7, , Penyulaman 2, , Pemupukan 3, , Penyiangan I 2, , Penyiangan II 2, , Penyemprotan 1, , Pengairan (ngaboyor) 5, , Pemanenan , Total biaya tenaga kerja Biaya lainnya : Biaya penyusutan peralatan 41416, ,665 Pajak , ,28 Sewa lahan (biaya imbangan penggunaan lahan) , ,97 Total biaya lainnya , , , ,64 Biaya produksi , ,64 Total biaya produksi (tunai + diperhitungkan) C Pendapatan atas biaya tunai Pendapatan atas biaya total D R/C atas biaya tunai 5,40 4,81 R/C atas biaya total 1,20 1,17

125 N o Lampiran 7. Rincian Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Padi Varietas Unggul Baru per Hektar per Musim Tanam Musim Tanam Periode 1 Musim Tanam Periode 2 Musim Tanam Periode 3 Harga Nilai (Rp) Harga Nilai (Rp) Harga Nilai (Rp) Komponen Jumlah (Rp/ Biaya B.diperhitung Jumlah (Rp/ Biaya B.diperhitung Jumlah (Rp/ Biaya satuan) Tunai kan satuan) Tunai kan satuan) Tunai B.diperhitung kan A Penerimaan Panen Nov- Des , ,80 Panen Maret- April , ,40 Panen Juli- Agustus , ,20 Total , , ,20 B Biaya 1 Benih (kg) 41, ,6 41, ,6 41, ,6 2 Pupuk : Urea (kg) 183, ,2 183, ,2 183, ,2 TSP (kg) 86, ,1 86, ,1 86, ,1 NPK (Ponska) 111, ,1 111, ,1 111, ,1 SP 36 9, ,00 9, ,00 9, ,00 Tot. b. pupuk , , ,5 3 Pestisida : Matador (cair) 109,05 166, ,26 109,05 166, ,26 109,05 166, ,26 Decis (cair) 163,58 60, ,62 163,58 60, ,62 163,58 60, ,62 Arivow (cair) 174,48 83, ,11 174,48 83, ,11 174,48 83, ,11 Total 42529, , ,99 4 Tenaga kerja Membajak , , ,0 Membersihkan pematang 9, , ,

126 Membuat persemaian 3, , , Menabur 2, , , Meratakan 7, , , tanah Menggarisi lahan 2, , , Menanam 7, , , Penyulaman 2, , , Pemupukan 4, , , Penyiangan I 2, , , Penyiangan II 2, , , Penyemprotan 2, , , Pengairan 5, , , Pemanenan , ,2 Total , , , Biaya lainnya Penyustn.alat 27611, , ,11 Pajak 95528, , ,90 Sewa lahan , , ,27 Tot.B.lainnya 95528, , , , , ,38 Biaya prod , , , , , ,38 Tot.B.prod , , ,64 C Pendapatan , , ,94 atas b. tunai Pendapatan , , ,56 atas b. total D R/C atas 4,85 3,51 4,14 biaya tunai R/C atas biaya total 1,17 1,09 1,14

127 Lampiran 8. Rincian Penerimaan, Biaya, Pendapatan dan R/C Rasio Padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru per Hektar per Tahun No Komponen Jumlah Varietas Pandan Wangi Nilai (Rp) Biaya Tunai Harga (Rp/satuan) Biaya Diperhitungkan Jumlah Varietas Unggul Baru Nilai (Rp) Biaya Tunai Harga (Rp/satuan) Biaya Diperhitungkan A Penerimaan Panen November-Desember , , ,8 Panen Maret-April , ,4 Panen Juni-Juli-Agustus , , ,2 Total penerimaan usahatani 13934, , ,4 B Biaya 1 Benih (kg) 80, , ,8 2 Pupuk : Urea (kg) 375, ,4 550, ,6 TSP (kg) 64, ,5 260, ,5 NPK (Ponska) 278, ,5 334, ,5 SP 36 25, , Total biaya pupuk , ,6 3 Pestisida : Furadan (padat) 4, Matador (cair) 175, , ,89 327, , ,78 Decis (cair) 417, ,66 490, ,86 Arivow (cair) 601,504 83, ,13 523,446 83, ,33 Total biaya pestisida , ,961 4 Tenaga kerja : Membajak (Traktor) , ,1 Membersihkan pematang 20, , Membuat media persemaian 6, , Menabur 3, ,

128 Lampiran 8. (Lanjutan) Pengolahan tanah II (meratakan tanah/ngangler) 14, , Menggarisi lahan 4, , Menanam (tandur) 15, , Penyulaman 4, , Pemupukan 7, , Penyiangan I 4, , Penyiangan II 4, , Penyemprotan 3, , Pengairan (ngaboyor) 11, , Pemanenan , ,65 Total biaya tenaga kerja , , Biaya lainnya : Biaya penyusutan peralatan 82833, ,33 Pajak , ,7 Sewa lahan (biaya imbangan penggunaan lahan) , ,36 Total biaya lainnya , , , ,69 Biaya produksi , , , ,69 Total Biaya produksi (tunai + diperhitungkan) , ,5 C Pendapatan atas biaya tunai , ,6 Pendapatan atas biaya total , ,88 D R/C atas biaya tunai 5,11 4,19 R/C atas biaya total 1,18 1,14

129 No Lampiran 9. Rincian Margin, Farmer s Share dan Rasio Keuntungan terhadap Biaya pada Pemasaran Padi Varietas Pandan Wangi Lembaga 1 Petani Harga Jual MKP yang dikonversi ke 1 kg beras Saluran Pemasaran I IIa (Hero) IIb (Carefour) IIc (lainnya) Rp/kg (%)* Rp/kg (%)* Rp/kg (%)* Rp/kg (%)* , , , ,82 2 Pedagang/Gapoktan Harga beli , , , ,82 Biaya pengangkutan I 100 1, , , ,59 Biaya penjemuran 66 0, , , ,39 Biaya penggilingan 400 4, , , ,35 Biaya pengangkutan II 50 0, , , ,29 Biaya penyortiran dan 200 2, , , ,18 pengemasan Biaya kemasan 300 3, , , ,18 Biaya pengangkutan III 200 2, , , ,59 Total Biaya Pemasaran , , , ,56 Harga jual , , ,94 Keuntungan , , , ,55 Margin , , , ,12 Rasio Keuntungan/Biaya 0,82 1,54 1,54 1,54 3 CV. Quasindo Harga beli , , ,94 Biaya pengangkutan I 100 0, , ,59 Biaya kemasan 400 2, , ,35 Biaya karyawan 990 5, , ,82 Biaya promosi 350 1, , ,06 Biaya pengangkutan II 250 1, , ,47 Biaya gedung 166,66 0,87 166,66 0,79 166,66 0,98 Total Biaya pemasaran 2256,66 11, ,66 10, ,66 13,27 Harga jual , , ,12 Keuntungan 5743,34 29, ,34 37, ,34 27,90 Margin , , ,18 Rasio Keuntungan/Biaya 2,55 3,52 2,10 4 Retail Harga beli , , ,12 Biaya Pemasaran : Plastik 100 0, , ,59 Harga jual Keuntungan , , ,29 Margin , , ,88 Rasio Keuntungan/Biaya 21,00 17,00 9,00 5 Konsumen Harga beli Total biaya , ,6 17, ,66 15, ,66 19,43 Total keuntungan , ,3 48, ,34 52, ,34 41,75 Total margin , , , ,18 Rasio keuntungan/biaya 0,82 2,82 3,36 2,15 Farmer s share (%) 73,33 34,38 31,43 38,82 Keterangan : *persentase terhadap harga jual kepada konsumen akhir

130 Lampiran 10. Rincian Margin, Farmer s Share dan Rasio Keuntungan terhadap Biaya pada Pemasaran Padi Varietas Unggul Baru No Lembaga 1 Petani Harga Jual GKP yang dikonversi ke 1 kg beras Saluran Pemasaran I II III Rp/kg (%)* Rp/kg (%)* Rp/kg (%)* , ,0 82, ,0 80,60 2 Pedagang pengumpul Harga beli , , ,60 Biaya pengangkutan I 100 1, , ,89 Biaya penjemuran 53,4 0,89 53,4 1,03 53,4 1,01 Biaya penggilingan 300 5, , ,66 Biaya pengangkutan II 50 0, , ,94 Biaya penyortiran dan 200 3,33 pengemasan Biaya kemasan 300 5, , ,57 Biaya pengangkutan III 200 3,33 Total biaya Pemasaran 1203,4 20,06 533,4 10,26 533,4 10,06 Harga jual , , ,34 Keuntungan 524,6 8,74 194,6 3,74 194,6 3,67 Margin , , ,74 Rasio Keuntungan/Biaya 0,44 0,36 0,36 3 Grosir Harga beli ,15 Biaya Pemasaran : 50 0,96 Pengangkutan Harga jual ,00 Keuntungan 150 2,88 Margin 200 3,85 Rasio Keuntungan/Biaya 3 4 Pengecer Harga beli ,34 Biaya Pemasaran : 50 0,94 Pengangkutan Harga jual ,00 Keuntungan 250 4,72 Margin 300 5,66 Rasio Keuntungan/Biaya 5 5 Konsumen Harga beli , , ,00 Total biaya 1203,4 20,06 583,4 11,22 583,4 11,01 Total keuntungan 524,6 8,74 344,6 6,63 444,6 8,39 Total margin , , ,40 Rasio keuntungan/biaya 0,44 0,59 0,76 Farmer s share (%) 71,2 82,15 80,60 Keterangan : *persentase terhadap harga jual kepada konsumen akhir

131 Lampiran 11. Kuesioner Usahatani Beras Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusun skripsi Analisis Usahatani dan Pemasaran Beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru Kasus Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat oleh Dian Murdani (H ), Mahasiswa Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. KUESIONER USAHATANI BERAS VARIETAS PANDAN WANGI ATAU VARIETAS UNGGUL BARU *) coret yang tidak perlu A. Identitas dan Karakteristik Responden 1. Nama : Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan* 3. Umur :... tahun 4. Lama bertani :... tahun 5. Alamat : Pendidikan terakhir : SD/SLTP/SMA/Perguruan Tinggi* 7. Apakah bertani padi merupakan mata pencaharian utama : ya / tidak* 8. Jika tidak, apa mata pencaharian utama : Mata pencaharian lainnya : Luas lahan yang diusahakan untuk bertani padi :.ha dari luas total lahan usahatani yang dimiliki :...ha 11. Status kepemilikan lahan?(penggarap/pemilik dan penggarap)*sewa lahan?rp./ha 12. Musim tanam :. 13. Sumber modal usahatani : sendiri/pinjam ke petani lain/lainnya* Jumlah pinjaman?rp Kemana hasil panen dijual?(pedagang pengumpul/pengecer/lainnya...)* 15. Permasalahan yang sering dihadapi dalam usahatani padi (budidaya, teknologi, modal, hama, lainnya...) Uraian singkat : Pendapatan rata-rata diluar usahatani : Rp.../bulan 17. Pengeluaran rata-rata diluar usahatani : Rp.../bulan 18. Jumlah tanggungan keluarga (termasuk responden) :. B. Gambaran Umum Usahatani a) Pemilihan Varietas dan benih 1. Varietas yang ditanam :...(Pandan wangi/ciherang/ir64/ )* Alasan : Varietas padi yang akan ditanam pada musim panen berikutnya? :...(Pandan wangi/ciherang/ir64/ )* Alasan :...

132 3. Benih yang digunakan :...(Bersertifikat/tidak bersertifikat/ )* 4. Jumlah benih :... kg/... ha/musim tanam 5. Lama persemaian :...hari 6. Tempat persemaian :...nampan/kotak/pepiti/ Proses persemaian :... b) Pengolahan tanah 1. Alat pembajakan yang digunakan : Kedalaman mata bajak : Lama pembajakan : Sarana pengolahan tanah diperoleh dari : Proses pengolahan tanah :... c) Penanaman 1. Umur bibit :...hari 2. Jumlah bibit :...bibit/rumpun 3. Jarak tanam :...cm 4. Kedalaman tanam :... cm 5. Proses penanaman :... d) Perawatan Tanaman 1. Penyulaman : Pengolahan tanah ringan : Penyiangan : Alat yang digunakan : Menjelang bunting :...hari 6. Pemasakan biji :...hari e) Pemupukan 1. Pupuk diperoleh dari : Pemupukan :...hari 3. Proses Pemupukan :... f) Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman 1. Secara teknik budidaya : Secara biologis (predator alami) : Secara fisik (perangkap) : Secara kimia (pestisida kimia) : Bahan yang digunakan : Proses pengendalian hama dan penyakit :... g) Panen 1. Umur panen :...hari 2. Alat yang digunakan : Proses panen :... h) Pasca panen 1. Pengeringan :...hari 2. Penggilingan : Pengemasan :...

133 C. Penggunaan faktor-faktor produksi/input usahatani padi (Pandan wangi/ciherang/ir 64) N o Pengeluaran Jumlah Hari HOK Nilai (Rp) I II III Benih Pupuk kimia a. Pupuk padat - Urea - TSP - KCl - NPK (Ponska) - SP-36 b. Pupuk cair - c. Pupuk kandang - d. Pestisida padat - Furadan e. Pestisida cair - Matador - Spontan - Decis - Elsan - Arivow Tenaga kerja a.pengolahantanahi - Membajak Traktor Ternak Manusia - Memopok b. Persemaian - Pembuatan Media - Menabur c.pengolahantanahii - Meratakan d. Penanaman - Menggarisi lahan - Menanam/tandur e. Pemupukan f. Penyulaman g. Penyiangan I Penyiangan II h. Penyemprotan i. Pengairan j. Panen - Memanen - Mengangkut k. Pasca Panen - Mengeringkan - Penggilingan - Pengemasan - Mengangkut Jumlah /jam Harga Satuan (Rp) Biaya Tunai Biaya Diperhitungkan Total Biaya

134 D. Peralatan yang digunakan dalam usahatani padi No. Jenis alat Jumlah (buah) 1. Cangkul 2. Kored 3. Parang/Bedog 4. Handsprayer 5. Garokan 6. Capalakan 7. Karung 8. Terpal 9. Garukan/perata tanah 10. Ani-ani Harga beli (Rp) Nilai Pembelian (Rp) Masa pakai (thn) Estimasi umur ekonomis (thn) Biaya Penyusutan (Rp) E. Pengeluaran usahatani lainnya No. Jenis pengeluaran Jumlah (Rp) 1 Pajak 2 Sewa lahan per (musim/tahun) Total F. Penerimaan hasil produksi No. Produksi Total produksi (kg) 1 Malai/Gabah kering panen 2 3 Nilai Total Produksi (NTP) Harga (Rp/Kg)

135 Lampiran 12. Kuesioner Pemasaran Beras Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusun skripsi Analisis Usahatani dan Pemasaran Beras Varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru Kasus Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat oleh Dian Murdani (H ), Mahasiswa Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. KUESIONER PEMASARAN BERAS VARIETAS PANDAN WANGI ATAU VARIETAS UNGGUL BARU *) coret yang tidak perlu A. Identitas dan Karakteristik Responden 1. Nama : Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan* 3. Umur :...tahun 4. Alamat : Pendidikan terakhir : SD/SLTP/SMU/Perguruan Tinggi/lainnya* 6. Jumlah tanggungan keluarga : 7. Berdagang padi sebagai : Pedagang pengumpul/pedagang besar/pengecer/lainnya* 8. Lamanya jadi pedagang :...bulan/tahun 9. Volume penjualan :...(kg/kwintal/ton) B. Pembelian padi Varietas Pandan Wangi atau Varietas Unggul Baru No Pihak penjual/ Asal penjual* Jumlah Persentase Harga beli Daerah asal DD LD (kg) (%) (Rp/kg) *) beri tanda check list ( ) C. Pemasaran padi Varietas Pandan Wangi atau Varietas Unggul Baru Penjualan Daerah penjualan * Persentase Harga DD LD (%) jual (Rp/kg) a. Pedagang besar b. Pengecer c.konsumen akhir d. e. Catatan : DD = dalam daerah; LD = luar daerah *) beri tanda check list ( ) Sistem pembayaran

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR Oleh : AMATU AS SAHEDA A14105511 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya angka pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh sektor pertanian karena dengan pertambahan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari daerah tersebut banyak ditemukan jenis-jenis padi liar. Hal ini didasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari daerah tersebut banyak ditemukan jenis-jenis padi liar. Hal ini didasarkan 29 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Karakteristik Padi 2.1.1 Gambaran umum komoditas Padi Padi (Oryza sativa) adalah tanaman pangan yang dihasilkan terbanyak di dunia dan menempati daerah tersebar di daerah

Lebih terperinci

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Oleh: DAVID ERICK HASIAN A 14105524 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) SKRIPSI AULIA RAHMAN HASIBUAN A.14104522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR)

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) Oleh PRIMA GANDHI A14104052 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

81 Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009) 1 & 2

81 Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009) 1 & 2 81 Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009) ANALISIS SISTEM TATANIAGA BERAS PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, KABUPATEN CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT Eva Yolynda Aviny

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI Prof. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL NASIONAL

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL NASIONAL ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL NASIONAL (Kasus Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI JUNIASTI ZALUKHU H34067010 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI. Oleh : ROHELA A

DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI. Oleh : ROHELA A DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI Oleh : ROHELA A14105699 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) Oleh : AKBAR ZAMANI A. 14105507 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur 69 BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Kecamatan Warungkondang secara administratif terletak di Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Secara geografis,

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A 14105605 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH Oleh : Ir. Hj. Fauziah Ali A. Pendahuluan Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang banyak bagi perkembangan suatu usaha pertanian, diantaranya

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar Ubi jalar telah banyak diteliti dari berbagai bidang disiplin ilmu, akan tetapi penelitian mengenai efisiensi teknis usahatani belum pernah dilakukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A34403066 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK (Studi Kasus: Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) Oleh : TANTRI MAHARANI A14104624 PROGAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KOPERASI UNIT DESA (KUD) SUMBER ALAM KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT. Okwan Himpuni H

ANALISIS KINERJA KOPERASI UNIT DESA (KUD) SUMBER ALAM KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT. Okwan Himpuni H ANALISIS KINERJA KOPERASI UNIT DESA (KUD) SUMBER ALAM KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT Okwan Himpuni H 34066099 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG 5.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Jawa Timur dan Jawa Barat 5.1.1. Jawa Timur Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS

ANALISIS TATANIAGA BERAS VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

BAB VI. IDENTITAS KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB VI. IDENTITAS KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN 75 BAB VI. IDENTITAS KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN 6.1. identitas Karakteristik Karakteristik konsumen diperlukan dalam penelitian ini, hal ini dilakukan karena bertujuan

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN BENIH SERTIFIKAT TERHADAP EFISIENSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI PANDAN WANGI

PENGARUH PENGGUNAAN BENIH SERTIFIKAT TERHADAP EFISIENSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI PANDAN WANGI PENGARUH PENGGUNAAN BENIH SERTIFIKAT TERHADAP EFISIENSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI PANDAN WANGI SKRIPSI ROSANA PODESTA S H34050480 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan dalam pembangunan Indonesia, namun tidak selamanya sektor pertanian akan mampu menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber :  [18 Februari 2009] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahunnya jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian PENDAHULUAN POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN Dr. Adang Agustian 1) Salah satu peran strategis sektor pertanian dalam perekonomian nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM II)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM II) No. 53/11/13/Th.XVIII, 2 November 2015 PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM II) A. PADI Angka Ramalan II (ARAM II) produksi padi tahun 2015 diperkirakan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GESIT (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawaa Barat) SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H34076008 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan prioritas pada pembangunan sektor pertanian, karena sektor pertanian di Indonesia sampai

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi

Lebih terperinci

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT OLEH: ARYANI PRAMESTI A 14301019 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI INTAN AISYAH NASUTION H34066065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan ketersediaan lahan sawah yang mencapai 8,1 juta ha, lahan tegal/kebun

BAB I PENDAHULUAN. dengan ketersediaan lahan sawah yang mencapai 8,1 juta ha, lahan tegal/kebun BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara agraris. Baik dari sisi ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian memiliki peranan yang relatif

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014)

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014) BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 37/07/73/Th. V, 1 Juli 2014 14 PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014) A. PADI Angka Tetap (ATAP) 2013,

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris di mana sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor pertanian pula berperan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kelompok Tani Harum IV Kelurahan Situmekar, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi) SKRIPSI OCTIASARI H34070084 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peranan cukup penting adalah

Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peranan cukup penting adalah ROZFAULINA. ' Analisis Pendapatan dan Produksi Usahatani Cabai Merah Keriting, kasus Tiga Desa di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Dibimbing oleh NUNUNG KUSNADI). Salah satu tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN 8.1. Pengaruh Perubahan Harga Output dan Harga Input terhadap Penawaran Output dan Permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Anorganik Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan

Lebih terperinci

3.5 Teknik Pengumpulan data Pembatasan Masalah Definisi Operasional Metode Analisis Data

3.5 Teknik Pengumpulan data Pembatasan Masalah Definisi Operasional Metode Analisis Data DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii ABSTRAK... xiii ABSTRACT...

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI DESA CIMANGGIS KECAMATAN BOJONG GEDE KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI DESA CIMANGGIS KECAMATAN BOJONG GEDE KABUPATEN BOGOR ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI DESA CIMANGGIS KECAMATAN BOJONG GEDE KABUPATEN BOGOR SKRIPSI FELIX BOB SANFRI SIREGAR H 34076064 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN *

I. PENDAHULUAN * I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pengembangan hortikultura yang ditetapkan oleh pemerintah diarahkan untuk pelestarian lingkungan; penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan; peningkatan

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Serta Proyeksinya 5.1.1.1 Produksi Produksi rata - rata ubi kayu di sampai dengan tahun 2009 mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN Bunyamin Z. dan N.N. Andayani Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Jagung sebagian besar dihasilkan pada lahan kering dan lahan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARJIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN (Kasus di Desa Sukagalih, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya)

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARJIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN (Kasus di Desa Sukagalih, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya) ANALISIS PENDAPATAN DAN MARJIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN (Kasus di Desa Sukagalih, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: FARID FITRIADI A 14102675 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci