HUBUNGAN CADANGAN OVARIUM, AFC,AMH PADA KASUS ENDOMETRIOSIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN CADANGAN OVARIUM, AFC,AMH PADA KASUS ENDOMETRIOSIS"

Transkripsi

1 HUBUNGAN CADANGAN OVARIUM, AFC,AMH PADA KASUS ENDOMETRIOSIS I Gde Sastra Winata, Ketut Suwiyoga Divisi Onkologi Ginekologi, SMF/Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar Oleh: I Gede Sastra Winata Fransiskus Christianto Raharja PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I BAGIAN/ SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UNUD/ RSUP SANGLAH DENPASAR 2013 i

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang... 3 BAB II ENDOMETRIOSIS Definisi Etiologi Diagnosis Diagnosis Banding Tatalaksana BAB III CADANGAN OVARIUM, AFC,AHM PADA ENDOMETRIOSIS Cadangan Ovarium AFC AHM Hubungan Cadangan Ovarium, AFC, AHM pada Endometriosis DAFTAR PUSTAKA ii

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Endometriosis dijumpai pada kurang lebih 10% populasi wanita usia reproduksi., dengan dampak klinis yang beragam, diagnosis yang tidak mudah dan memiliki angka kekambuhan yang cukup tinggi. 1 Endometriosis terutama memberikan tiga dampak klinik, benjolan, nyeri perut/pelvis/senggama, infertilitas. 2-4 Sampai saat ini banyak cara pengobatan telah dicoba, namun hasilnya belum memuaskan. Pada dasarnya pengobatan endometriosis hanyalah untuk mengurangi atau menghilangkan dampak klinik yang ada, hanya secara simtomatis Angka kejadian endometriosis yang cukup tinggi ini, menempatkan endometriosis menjadi masalah yang dominan, sedangkan diagnosis dan penanganan sering terlambat sehingga menimbulkan kerusakan jaringan dan terjadinya infertilitas. 8 Diagnosis yang cepat dan tepat diperlukan untuk mencegah timbulnya penyulit pada kasus endometriosis. 1-4 Cadangan Ovarium, AFC (Antral Follicle Count), AHM (anti Mullerian Hormon) diketahui dapat menentukan tingkat keberhasilan dari program IVF (In Vitro Fertilization), Sehingga perlu diketahui adanya hubungan cadangan ovarium, AFC (Antral Follicle Count), AHM (anti Mullerian Hormon) pada kasus endometriosis. 3

4 BAB II ENDOMETRIOSIS 2.1. Definisi Endometriosis merupakan penyakit yang ditandai adanya jaringan yang histologi menyerupai endometrium, yang letaknya diluar rongga rahim, baik kelenjar maupun stromanya. Akibat dari keadaan tersebut adalah sangat luas dan bervariasi. Pada endometriosis yang ringan, tidak banyak menimbulkan kelainan, akan tetapi pada derajat berat, sering dijumpai adanya perlekatan rongga pelvis, distorsi alat reproduksi dengan segala akibat yang menyertainya, serta gangguan sistemik yang lain. Selain itu, dapat pula terjadi gangguan biokimia tubuh, atau gangguan fisiologi terhadap motilitas tuba atau gangguan mekanisme immunologi Penyakit ini dapat berbentuk implan, plak, nodul atau endometrioma. Pada umumnya endometriosis hanya terbatas pada rongga pelvis saja, akan tetapi kadang-kadang dapat menyebar sampai tempat yang lebih jauh. Adenomiosis sering disebut dengan endometriosis interna. Istilah ini mengaburkan karena secara patologi anatomi serta teori terjadinya, adenomiosis berbeda dengan endometriosis. Adenomiosis tidak responsif dengan progesterone, begitu pula manifestasi klinik dan pengobatannya sangat berbeda, sehingga adenomiosis sering tidak dibicarakan bersama-sama dengan endometriosis. 1,9 4

5 2.2. Etiologi Banyak hipotesis mengenai etiologi endometriosis, seperti yang dijelaskan sebagai berikut: 1,3,4,10,11 Menstruasi retrograde, Teori Sampson ini adalah yang paling populer. Dijelaskan bahwa endometriosis pada rongga pelvis adalah akibat sekunder karena implantasi potongan sel endometrial saat menstruasi yang mengalami refluks. Sel-sel ini menempel pada peritoneum dan karena pengaruh hormonal ia tumbuh. Hal ini didukung dengan ditemukannya endometriosis paling sering pada 1-4, 8, 10 daerah tuba atau daerah lain di pelvis. Metaplasia, Berseberangan dengan teori menstruasi retrograd, teori ini mengungkapkan endometriosis merupakan metaplasia adari epitel selomik. Atau proliferasi dari sisia sel embrionik. Duktus Mullerian dan jaringan mesenkim sekitarnya membentuk saluran reproduktif perempuan. Duktus Mullerian sendiri berasal dari epitel selomik selama pembentukan janin. Hipotesis ini mengungkapkan epitel selomik memiliki kemampuan multipoten sehingga jaringan yang tertinggal dapat membentuk endometriosis apabila diinduksi. Fenomena induksi ini diungkapkan dalan teori induksi; bahwa penginduksi dapat berupa kombinasi sisa menstruasi serta pengaruh esterogen dan progesteron. 1,10,11 Metastasis limfatik dan vascular, Teori ini dapat mendukung ditemukannya endometriosis pada daerah yang jarang dan jauh seperti pada hidung dan kolumna spinalis. Sekitar 30% dari wanita dengan endometriosis, endometriosis ditemukan pada kelenjar limfenya. Penyebaran secara hematogen 5

6 pun dapat menjelaskan adanya endometriosis pada lengan, paha, maupun pada paru-paru. 1,8 Penyebaran iatrogenik. Endometriosis kadang ditemukan pada dinding anterior abdomen pada wanita yang melahirkan dengan seksio cesarea (SC). Teori ini menyebutkan endometrium mungkin tidak sengaja tertanam selama SC. Endometriosis iatrogenik juga dapat ditemukan pada luka bekas episiotomi. 8 Perubahan imunologi. Kegiatan sel natural killer (NK) pada cairan peritoneum penderita endometriosis menurun. Derajat penurunan kegiatan sel NK ini selaras dengan derajat berat ringannya endometriosis. Sel NK adalah sel efektor yang mengenali kemudian menghancurkan sel tumor, virus atau sel asing yang menempel pada permukaan jaringan. Penurunan kegiatan sel NK ini selain terjadi pada cairan peritoneum juga tampak pada serumnya. Selain itu mengapa endometrium yang terlepas tersebut tetap bertahan, dibuktikan pada penelitian lain bahwa sel endometrium penderita endometriosis ini lebih tahan terhadap apoptosis dan fagositosis. Pada penderita endometriosis juga terjadi perubahan cairan peritoneum yang menunjukkan meningkatan aktivitas makrofag, sekresinya adalah beberapa sitokin yang menyebabkan terjadinya proses apoptosis patologis. Hal ini terutama ditemukan pada endometriosis berat dengan infertilitas, dimana terjadi proses tersebut pada sel granulosa ovarium dengan ditemukan kadar Interleukin-6 (IL-6) dan IL-8 yang tinggi pada cairan peritoneum. 4,10,11 Pertumbuhan lebih lanjut dari sel endometrium akibat menstruasi retrograd kemungkinan juga melibatkan sistem imun penderita endometriosis. Suatu proses imunologi yang sangat komplek dan saling terkait diduga berperan pada 6

7 pertumbuhan lebih lanjut dari sel endometrium yang terlepas. Hal ini berhubungan dengan dijumpainya sel limfoid pada implant endometriosis. Selain itu dijumpai juga adanya peningkatan kadar makrofag dan limfosit T didalam cairan peritoneum. Keadaan ini mungkin merupakan salah satu awal dari proses inflamasi yang komplek. Terjadi pula peningkatan kadar sitokin dan growth factor yang dihasilkan oleh leukosit atau sel lain. Mereka dapat berperan sebagai autokrin, berpengaruh pada sel induknya sendiri dan parakrin yang berpengaruh pada sel disekitarnya atau masuk peredaran darah maupun rongga tubuh yang cukup jauh. Para peneliti menemukan jenis sitokin yang meningkat diantaranya adalah Rantes (Regulated on Activation, Normal T-cell Expressed and Secreted), IL-1 (Interleukin-1), IL-6 dan TNF (Tumor Necrosis Factor). Sedangkan faktor pertumbuhan yang meningkat pada penderita endometriosis diantaranya adalah VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor). IL-1 merupakan sitokin yang memiliki peran penting dalam mengatur inflamasi dan respon imun. IL-1 yang dihasilkan oleh aktif monosit dan macrophage, memiliki dua macam reseptor yaitu reseptor alfa dan beta, tetapi keduanya dapat dihambat dengan satu macam reseptor antagonis IL-1. IL-1 beta dapat memicu faktor angiogenesis seperti VEGF dan IL-6 sehingga terjadi pertumbuhan pembuluh darah pada stroma endometriosis, tetapi tidak pada stroma endometrium normal. Peneliti lain melihat sisi lain dari peran IL-1 ini. Didapatkan bahwa IL-1 beta ini menyebabkan sekresi sicam-1 (Intercelluler Adhesion Molecule-1) stroma sel endometriosis mengalami peningkatan. Peningkatan kadar sicam-1 dicairan peritoneum penderita endometriosis secara kompetisi akan menghambat fungsi leukosit, 7

8 sehingga sel endometrium yang refluks saat menstruasi tersebut terhindar dari pemusnahan. Dua temuan ini, angiogenesis dan peningkatan sicam-1 mungkin dapat menjelaskan bagaimana sel endometrium yang terlepas saat menstruasi tersebut bisa menempel, menyusup dan tumbuh terus menjadi endometriosis. 4 Bagaimana sel endometrium yang terlepas ke kavum abdomen ini menyusup dibawah peritoneum, mungkin dapat diterangkan oleh Chung (2001) dengan melihat ekspresi dari metalloproteinase (MMP) dan tissue inhibitors of metalloproteinase (TIMP). MMP adalah suatu enzim yang dapat menghancurkan membran basal, sehingga suatu sel dapat menyusup ke jaringan lain seperti pada sel trophoblast atau pada neoplasma. Aktivitas MMP ini akan dihambat oleh TIMP, sehingga hasil akhir dari suatu proses tergantung dari rasio MMP/TIMP. Chung membandingkan aktivitas MMP dan TIMP ini pada endometrium dari kavum uteri dan jaringan endometriosis yang diambil dari penderita, dibandingkan dengan jaringan endometrium wanita normal. Didapatkan bahwa ekspresi TIMP-3 yang rendah baik pada endometrium kavum uteri maupun jaringan endometriosis yang diambil dari penderita endometriosis. Sedangkan ekspresi MMP-9 dan rasio MMP-9/TIMP-3 lebih tinggi pada jaringan endometriosis dibandingkan dengan ekspresinya di endometrium kavum uteri, baik pada wanita normal maupun penderita endometriosis. Disimpulkan bahwa jaringan endometriosis memang mempunyai kemampuan menyusup yang lebih tinggi. 11 Predisposisi genetik. Sampai saat ini belum jelas benar gen mana yang terkait dengan endometriosis. Diduga melibatkan banyak lokus gen yang saling 8

9 terkait dan bersama faktor lingkungan barulah fenotip endometriosis akan muncul. Wanita yang memiliki riwayat endometriosis dalam keluarganya didapatkan penderita endometriosis memiliki kemungkinan untuk menderita endometriosis pada usia yang lebih muda dan endometriosis yang lebih berat dibandingkan mereka yang tidak memiliki riwayat endometriosis dalam keluarganya. 8 Faktor lingkungan. Dioksin merupakan bahan polusi yang sebagian besar masuknya melalui makanan. Pada percobaan binatang kera rhesus, didapatkan bahwa munculnya endometriosis akibat dioksin tergantung dari dosis, dan memerlukan dosis yang tinggi untuk terjadinya endometriosis ini. Selain itu disebutkan pula bahwa dioksin ini dapat melewati plasenta dan air susu, sehingga dapat mengenai fetus/bayi. Dioksin juga mempengaruhi kerja organ reproduksi, mempengaruhi reseptor hormon reproduksi, seperti reseptor estrogen, progesteron, epidermal growth factor, dan prolaktin. Pengaruh dioksin terhadap reseptor estrogen tergantung pada umur wanita dan target organ. Lebih lanjut 1-4, 11 dioksin ini juga mempengaruhi sistem imun dan menekan fungsi limfosit T Diagnosis Untuk mendiagnosis endometriosis perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, 1-5, 10,11 dan pemeriksaan penunjang Keluhan dan Gejala Klinik Endometriosis perlu dicurigai pada wanita dengan infertilitas, dismenore, dispareunia, atau nyeri pelvis kronis. Akan tetapi kebanyakan wanita dengan nedometriosis asimtomatis. 10 9

10 Nyeri. Nyeri pada endometriosis meliputi; 1) nyeri panggul yang progresif, yang berhubungan dengan menstruasi atau sebelum menstruasi, 2) dispareunia, nyeri saat defekasi, nyeri suprapubis, disuria. Gejala ini sering berhubungan dengan lokasi anatomis dari endometriosis. Berdasarkan asumsi teori regurgitasi (Sampson) maka tempat yang tersering adalah yang dekat dengan fimbriae tuba, yaitu berturut-turut adalah: ovarium, peritoneum pelvis, cavum douglasi, ligamentum sakro-uteri, dinding belakang uterus, colon rektosigmoid, vesika rektosigmoid, vesika urinaria, appendik dan ligamentum rotundum. 1-4 Gejala nyeri dapat sangat bervariasi pada satu penderita dan penderita lainnya, dan intensitas gejala kadang tidak sesuai dengan keadaan penyakitnya. Sebagai contoh, penderita endometriosis dengan fokus tunggal dapat mengalami nyeri hebat, tapi penderita endometriosis multifokus kadang malah sering tanpa gejala. Hal ini berkaitan dengan inflamasi peritoneal, infiltrasi mendalam dengan kerusakan jaringan, perlengketan, penebalan fibrotik, dan kumpulan serpihan darah menstruasi dalam fokus endometriosis yang mengakibatkan traksi dengan gerakan jaringan fisiologis yang menimbulkan nyeri. 5,7,11 Infertilitas. Endometriosis berat yang menyebabkan adhesi sehingga menghambat motilitas tuboovarial dan penangkapan ovum berkaitan dengan infetilitas. Beberapa mekanisme seperti disfungsi ovulasi, insufisiensi luteal, luteinized unruptured follicle syndrome, aborsi berulang, gangguan imunitas, dan inflamasi peritoneal masih belum terbukti untuk dapat menjelaskan hubungan endometriosis ringan dengan infertilitas

11 Keluhan Lain. Implantasi dekat permukaan rektum maupun uretra dapat menimbulkan nyeri dan pendarahan saat defekasi maupun berkemih. Premenstrual spotting banyak terjadi pada penderita endometriosis. Ruptur endometrioma pada ovarium dapat menimbulkan akut abdomen. 7, Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Pemeriksaan vulva, vagina, serviks dianjurkan walaupun endometriosis sangat jarang ditemukan pada daerah ini. Pemeriksaan pelvis disarankan untuk dilakukan saat menstruasi karena saat itu nyeri lebih mudah ditemukan. Nodul (biasanya lunak) pada ligamen uterosakral, dan cul-de-sac ditemukan pada sepertiga pasien endometriosis. Pada endometriosis yang berat uterus dapat terfiksasi retroversi dan mobilitas ovarium dan tuba falopii berkurang. 10 Kista coklat pada ovarium adalah hasil dari terisinya kavitas endometrioma oleh darah. Dalam hal ini USG dapat membantu diagnosis endometrioma akan tetapi tidak dapat mendiagnosis perlengketan maupun implan kecil pada peritoneum. Transvaginal ultrasonografi dapat secara akurat mendiagnosis endometrioma ovarium, tapi untuk kista coklat sering terjadi false positif. 7,8 Diagnosis pasti dilakukan dengan laparoskopi dan laparotomi sehingga implan dapat dilihat, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan histologi yang menunjukkan massa terdiri dari kelenjar dan stroma endometrial. Dengan laparoskopi pada endometriosis ovarium superfisial lesi-lesi yang terjadi dapat berupa lesi-lesi yang khas maupun lesi-lesi yang tidak khas. Kista endometriotik endometrium yang lebih besar (endometrioma) biasanya terletak pada permukaan anterior ovarium yang berhubungan dengan adanya retraksi, pigmentasi, dan perlekatan peritoneum 11

12 posterior. Kista endometriotik ovarium sering kali mengandung cairan kental berwarna coklat tua (cairan coklat) terdiri dari hemosiderin yang berasal dari perdarahan intra ovarium sebelumnya. Karena cairan ini didapatkan juga pada penyakit lain seperti kista hemoragik korpus luteum atau kista neoplastik, maka perlu dilakukan biopsi atau pengangkatan kista ovarium yang selanjutnya dilakukan pemeriksaan histologi yang merupakan baku emas diagnosis endometriosis. 6,8,11 12

13 BAB III CADANGAN OVARIUM, AFC, AMH PADA ENDOMETRIOSIS 3.1 Cadangan Ovarium Cadangan ovarium atau ovarian reserve adalah potensi reproduksi wanita yang digambarkan dengan kualitas dan kuantitas oosit pada ovarium. 3.2 AFC (Antral Follicel Count) AFC (Antral Follicel Count) merupakan folikel kecil - kecil yang berukuran 2-8 mm yang dapat dilihat di ovarium dengan menggunakan USG transvaginal. Folikel antral disebut juga resting follicle (Halim, et al., 2006). Folikel ini terlihat pada awal siklus haid dan jumlahnya dapat memperkirakan jumlah folikel primodial di dalam ovarium (Gurevich, 2010). Jumlah folikel antral kedua ovarium < 5 folikel menunjukkan kelompok respon buruk dalam program superovulasi, kelompok 5-10 folikel termasuk respon kurang, kelompok folikel termasuk respon baik, dan diatas 30 folikel disebut respon berlebihan (Halim, et al., 2006). Jumlah folikel antral mempunyai nilai prediksi terbaik untuk menilai respon ovarium. Pembatalan siklus lebih sering pada wanita dengan jumlah folikel antral < 6 folikel (Ng, et al., 2000). Jumlah folikel antral yang terlihat pada pemeriksaan dengan menggunakan USG transvaginal berhubungan dengan jumlah folikel primodial. Jumlah folikel antral dihitung hari ke 3-7 setelah menstruasi. Wanita yang mempunyai jumlah folikel antral < 5 folikel yang berdiameter < 10 mm 13

14 sebelum stimulasi ovarium dimulai mempunyai prognostik keberhasilan yang rendah (Toner, 2007). 3.3 AMH (Anti Mullerian Hormon) AMH (Anti Mullerian Hormon) adalah hormon yang di produksi oleh sel granulosa folikel ovarium, pertama kali dibuat pada folikel primer, AMH tertinggi pada preantral dan small anyral diamana diameter folikel < 4 mm, kadar AMH sudah tidak ada lagi pada folikel dengan diameter > 8 mm. Pemeriksaan AMH merupakan salah satu jenis pemeriksaan untuk mengukur cadangan ovarium yang berperan penting dalam menentukan prognosis kemampuan reproduksi wanita. Salah satu kelebihan dari AMH dibanding FSH, estradiol, dan inhibin B adalah AMH tidak berpengaruh signifikan pada siklus menstruasi. AMH dipercaya sebgai hormon penanda lebih dini dan tercepat dalam mengukur cadanganovarium pada pertambahan usia wanita. Pengukuran AMH dapat menggantikan FSH dalam menentukan pemeriksaan awal cadangan ovarium. 3.4 Hubungan Cadangan Ovarium, AFC, AHM pada Endometriosis Pada penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan antara AFC dan AHM untuk memprediksi cadangan ovarium, dimana AHM merupakan prediktor paling baik dibandingkan dengan AFC. 14

15 15

16 DAFTAR PUSTAKA 1. Speroff, Leon, Glass, Robert H., Kase, Nathan G., (1999), Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility, 6 th ed.: Lippincott Williams & Wilkins, Philladelphia. 2. Adnyana, Putra, (2005), Endometriosis: Masalah Klinis dan Penanganannya, Subbagian Fertilitas dan Endokrinologi Reproduksi, Makalah Pertemuan Ilmiah Tahunan. Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUNUD/RS Sanglah, Bali. 3. DeCherney, A.H., Nathan, L., (2003), Current Diagnostic and Gynecologic Diagnosis & Treatment, 9 th ed: McGraw-Hill, California. 4. J., Brandon, Bankowski, E., Amy, Hearne, C., Nicholas, Lambrou, E., Harold, Fox, E., Edward, Wallach. (2002), The Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetric, 2 nd ed.: Lippincott Williams & Wilkins, Philladelphia. 5. Wiknjosastro, G.H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T., (2005), Ilmu Kandungan, ed.7: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. 6. Samsulhadi., (2002), Evaluasi Standar Pengobatan Endometriosis. Seksi Fertilitas dan Endokrinologi Reproduksi, Lab/SMF Obsgin. FK Unair, RSUD Dr.Soetomo, Surabaya.. 7. Berek, Jonathan S., (2002), Novak's Gynecology, 13 th ed.: Lippincott Williams & Wilkins, Philladelphia. 8. Stenchever, Morton A., Droegemueller, William, et al., (2002), Comprehensive Gynecology, 4 th ed., CD-ROM. 9. Walter A, Hentz JG, Magtibay PM. Endometriosis : Correlation Between Histologic and Visual Findings at Laparoscopy. Am J.Obstet Gynecology. June 2001; Adiyono, W., Hardian., (2003), Endometriosis. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. 11. Sutton, Christopher, Jones, Kevin, Adamson, David G., (2006), Modern Management of Endometriosis. Taylor & Francis, UK. 16

17 12. Peran Anti Mullerian Hormone (AMH) pada Folikulogenesis. Obgynmag majalah Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Available at 17

BAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit jinak ginekologi yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di negara-negara maju maupun berkembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma) abnormal mirip endometrium (endometrium like tissue) diluar kavum uterus. Terutama pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologi yang sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan (sel-sel kelenjar dan

Lebih terperinci

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Endometriosis Endometriosis merupakan penyakit yang terjadi pada masa belasan tahun sampai mencapai usia menopause, yang berarti dapat diderita sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. yang berasal dari implantasi endometriosis dan pertumbuhan jaringan. endometrium yang mencapai rongga peritoneal.

BAB I. Pendahuluan. yang berasal dari implantasi endometriosis dan pertumbuhan jaringan. endometrium yang mencapai rongga peritoneal. BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penelitian. Endometriosis merupakan penyakit yang timbul pada 10% wanita reproduktif dan memiliki gejala nyeri pelvis, dismenorea, dan infertilitas. 1 Endometriosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000

Lebih terperinci

SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL

SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL Setiap pasangan infertil harus diperlakukan sebagai satu kesatuan yang berarti apabila istri saja sedangkan suaminya tidak mau diperiksa, maka pasangan ini tidak diperiksa.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Folikel antral adalah folikel kecil - kecil berukuran 2-8 mm yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Folikel antral adalah folikel kecil - kecil berukuran 2-8 mm yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Folikel Antral Folikel antral adalah folikel kecil - kecil berukuran 2-8 mm yang dapat dilihat di ovarium dengan menggunakan USG transvaginal. Folikel antral disebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kista coklat ovarium adalah salah satu entitas atau jenis kista ovarium yang paling sering ditemukan para klinisi dalam bidang obstetri dan ginekologi.

Lebih terperinci

II. ANAMNESIS Anamnesis tanggal : 10 November 2015 Keluhan utama : Nyeri perut kanan bawah saat menstruasi

II. ANAMNESIS Anamnesis tanggal : 10 November 2015 Keluhan utama : Nyeri perut kanan bawah saat menstruasi FAKULTAS KEDOKTERAN UKDW UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo 5-5 Yogyakarta 55 Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Bethesda Yogayakarta Nama : Andre reynaldo

Lebih terperinci

PENANGANNYA : Antibiotika cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan irigasi

PENANGANNYA : Antibiotika cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan irigasi RADANG GENITALIA SERVISITIS Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Infertilitas dalam arti klinis didefinisikan sebagai Ketidakmampuan seseorang atau pasangan untuk menghasilkan konsepsi setelah satu tahun melakukan hubungan seksual

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan infertilitas. Sampel merupakan pasien rawat inap yang telah menjalani perawatan pada Januari 2012-Juli 2013. Data

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sekitar 85-90% dari pasangan muda yang sehat akan hamil dalam waktu 1 tahun. Evaluasi dan pengobatan infertilitas telah berubah secara dramatis selama periode waktu

Lebih terperinci

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FATMAWATI MADYA SP2FER S ENDOMETRIOSIS Telah banyak hipotesa diajukan untuk menerangkan patogenesis endometriosis, tapi hingga kini belum ada satupun teori yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fertilisasi in vitro (FIV) merupakan salah satu cara bagi pasangan infertil untuk memperoleh keturunan. Stimulasi ovarium pada program FIV dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan dengan usia rata-rata 55 tahun (Stoler, 2014). Diperkirakan terdapat 500.000 kasus baru setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Endometriosis sudah diketahui sejak masa lampau yaitu 1600 SM. Publikasi lengkap yang pertama dibuat oleh Sampson pada tahun 1921. Namun demikian hingga kini etiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan tumbuhnya jaringan endometrium (stroma dan kelenjar) di luar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan tumbuhnya jaringan endometrium (stroma dan kelenjar) di luar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Endometriosis merupakan kelainan ginekologi yang umum terjadi yang ditandai dengan tumbuhnya jaringan endometrium (stroma dan kelenjar) di luar rongga uterus dan penyakit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. infertil adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun

BAB II LANDASAN TEORI. infertil adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Infertilitas Infertilitas mempunyai pengertian sangat beragam. Pasangan infertil adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah

Lebih terperinci

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi/organ reproduksi wanita Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon

Lebih terperinci

Gangguan Hormon Pada wanita

Gangguan Hormon Pada wanita Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA Neni Rusnita*, Estu Lovita.P Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7 Palangka Raya ABSTRAK Mioma Uteri

Lebih terperinci

PERBEDAAN JUMLAH HITUNG FOLIKEL ANTRAL PADA PENGGUNA KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON HORMONAL DI RUMAH SAKIT Dr. M DJAMIL PADANG

PERBEDAAN JUMLAH HITUNG FOLIKEL ANTRAL PADA PENGGUNA KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON HORMONAL DI RUMAH SAKIT Dr. M DJAMIL PADANG Laporan Penelitian PERBEDAAN JUMLAH HITUNG FOLIKEL ANTRAL PADA PENGGUNA KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON HORMONAL DI RUMAH SAKIT Dr. M DJAMIL PADANG Difference of Antral Follicle Count Between Users and Non-Users

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang

Lebih terperinci

: Asuhan Kebidanan IV (PATOLOGI GSR) ENDOMETRIOSIS DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3

: Asuhan Kebidanan IV (PATOLOGI GSR) ENDOMETRIOSIS DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3 Mata Kuliah Dosen : Asuhan Kebidanan IV (PATOLOGI GSR) : Andi Cahyadi Sari S.ST ENDOMETRIOSIS DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3 Andi yuliana Mulmaharani (NH04130004) Asnia Mahmud Kadatua (NH0413026) Dasriani (NH0413

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. INFERTILITAS Sebelum pemeriksaan apapun dimulai, penyebab utama ketidaksuburan dan komponen dasar evaluasi infertilitas yang dirancang untuk mengidentifikasi penyebab tersebut

Lebih terperinci

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin

Lebih terperinci

Ovarian Cysts: A Review

Ovarian Cysts: A Review Ovarian Cysts: A Review Cheryl Horlen, BCPS University of the Incarnate Word Feik School San Antonio, Texas 7/20/2010 US Pharm. 2010;35(7):HS-5-HS-8 Kista ovarium adalah penyebab umum dari prosedur bedah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi dalam wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi dalam wanita. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi dalam wanita. Reproduksi dimulai dengan perkembangan ovum di dalam ovarium (Guyton dan Hall, 2006). Ovum merupakan oosit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010). 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menstruasi 2.1.1 Pengertian Menstruasi Mentruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, dkk, 2005). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor: Hanom Husni Syam Anita Rachmawati Cover dan layout: Edwin Kurniawan Diterbitkan oleh: Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP dr. Hasan Sadikin Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sindroma Ovarium Polikistik Sejak 1990 National Institutes of Health mensponsori konferensi Polikistik Ovarium Sindrom (PCOS), telah dipahami bahwa sindrom meliputi suatu spektrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik. adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal:

BAB I PENDAHULUAN. Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik. adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Endometriosis adalah kelainan ginekologi dengan karakteristik adanya implantasi jaringan endometrium di lokasi ektopik, misal: peritoneum panggul, ovarium

Lebih terperinci

Istilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11

Istilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11 Skenario gangguan MENSTRUASI Rukmono Siswishanto SMF/Bagian Obstetri & Ginekologi RS Sardjito/ Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta Anita, wanita berumur 24 tahun datang ke tempat praktek karena sejak 3

Lebih terperinci

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: ASKEP CA OVARIUM A. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar

Lebih terperinci

Ni Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing.

Ni Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing. Ni Ketut Alit A Faculty Of Nursing Airlangga University Pasangan yg melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan selama 12 bulan --- tidak terjadi kehamilan Tidak adanya konsepsi setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. endometrium diluar lokasi normalnya dikavum uteri. kelainan ini

BAB I PENDAHULUAN. endometrium diluar lokasi normalnya dikavum uteri. kelainan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Endometriosis merupakan suatu keadaaan ditemukannya jaringan endometrium diluar lokasi normalnya dikavum uteri. kelainan ini dideskripsikan sejak 1860 dan menjadi salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang tidak hamil, terjadi secara siklik dan periodik akibat peluruhan dinding endometrium sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai 85-90% adalah kanker ovarium epitel.

Lebih terperinci

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi. perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi. perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Reproduksi Gangguan reproduksi berawal dari tidak normalnya siklus haid dan banyak darah yang keluar saat haid. Siklus menstruasi normal berlangsung selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Menopause merupakan salah satu proses dalam siklus reproduksi alamiah yang akan dialami setiap perempuan selain pubertas, kehamilan, dan menstruasi. Seorang perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik atau buruknya pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian maternal (maternal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual, serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan uterus abnormal (PUA) menjadi masalah yang sering dialami oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan mengeluh menoragia,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause Seiring dengan bertambahnya usia, banyak hal yang terjadi dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun, pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

Defenisi. endometrium kavum uteri tidak termasuk

Defenisi. endometrium kavum uteri tidak termasuk Defenisi Normal blastokis nidasi (implantasi) pada endometrium kavum uteri tidak termasuk serviks dan kornu uteri. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi diluar endometrium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Berdasarkan UU no 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit pada sistem reproduksi yang menyebabkan kematian yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit pada sistem reproduksi yang menyebabkan kematian yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit pada sistem reproduksi yang menyebabkan kematian yaitu neoplasma ganas serviks uterus, neoplasma ganas ovarium, neoplasma ganas kandung kemih (buli-buli), leiomioma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Menurut kamus besar bahasa indonesia (2005) pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah (dijalani, dirasakan, ditanggung). Menurut Notoatmodjo (2005) pengalaman

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uterus 2.1.1. Anatomi dan Histologi Uterus Uterus berbentuk seperti buah pir dan berdinding tebal. Yang terdiri dari fundus uteri, korpus uteri, cavum uteri. Ukuran dari fundus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS MODUL : KEHAMILAN NORMAL Oleh: Dr. Defrin,SpOG(K) Diterbitkan Oleh: Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

Hubungan Kerapatan Reseptor Hormon Estrogen pada Wanita Perimenopause terhadap Kejadian Tipe Hiperplasia Endometrium

Hubungan Kerapatan Reseptor Hormon Estrogen pada Wanita Perimenopause terhadap Kejadian Tipe Hiperplasia Endometrium ARTIKEL PEELITIA Hubungan Kerapatan Reseptor Hormon Estrogen pada Wanita Perimenopause terhadap Kejadian Tipe Hiperplasia Endometrium Indahwati D., Aloysius Suryawan, Ucke Sastrawinata Bagian / KSM Obstetri

Lebih terperinci

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Penyakit Radang Panggul Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Penyakit radang panggul adalah gangguan inflamasi traktus genitalia atas perempuan, dapat meliputi endometritis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari jaringan miometrium uterus. Nama lainnya adalah leiomioma uteri, fibroid, fibromioma. Kelainan jinak uterus

Lebih terperinci

Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari 2nd Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor Wiryawan Permadi Hartanto Bayuaji Hanom Husni Syam Dian Tjahyadi Edwin Kurniawan Cover dan layout Edwin Kurniawan ii Diterbitkan oleh Departemen/SMF

Lebih terperinci

PENGARUH DIOXIN TERHADAP ENDOMETRIOSIS Oleh : Dr Hj. Putri Sri Lasmini, SpOG(K)

PENGARUH DIOXIN TERHADAP ENDOMETRIOSIS Oleh : Dr Hj. Putri Sri Lasmini, SpOG(K) PENGARUH DIOXIN TERHADAP ENDOMETRIOSIS Oleh : Dr Hj. Putri Sri Lasmini, SpOG(K) Abstrak Endometriosis adalah masalah ginekologi yang sering ditemui, namun penyebab pastinya belum diketahui. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja putri merupakan salah satu bagian dalam program kesehatan reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu harus mandapatkan perhartian yang

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks uteri merupakan salah satu masalah penting pada wanita di dunia. Karsinoma serviks uteri adalah keganasan kedua yang paling sering terjadi dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller. Kesulitan diagnosis dini pada

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes**

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes** KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes** A. Pengantar Sistem reproduksi pada manusia dapat dibedakan menjadi sistem reproduksi laki-laki dan wanita sesuai jenis kelaminnya. 1. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu dari seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita kanker ini umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak kandungan (uterus) yang terjadi pada otot polos dan jaringan ikat. Mioma dikenal juga dengan istilah leiomyoma uteri, fibromioma uteri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat penting untuk management nyeri yang efektif dan berkualitas dalam perawatan pasien (Patricia 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto, 1995). Estrogen berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 2.1 Defenisi Kista Ovarium BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kista Ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang beisi cairan, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bisa berupa air, darah, nanah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infertilitas 1. Definisi Infertilitas atau kemandulan adalah penyakit sistem reproduksi yang ditandai dengan ketidakmampuan atau kegagalan dalam memperoleh kehamilan, walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker merupakan salah satu penyakit yang banyak menimbulkan morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat dan bentuk berbeda dari sel asalnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan masalah kesehatan reproduksi yang menjadi ancaman bagi wanita yang berkeinginan untuk hamil dengan pasangannya. Kondisi ini dialami oleh sekitar 10-15% pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tahap perkembangan manusia, setiap manusia pasti mengalami masa remaja atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24 tahun, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagian besar meningioma berlokasi di kavitas intra kranial, diikuti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagian besar meningioma berlokasi di kavitas intra kranial, diikuti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar meningioma berlokasi di kavitas intra kranial, diikuti spinal dan intra orbita, dan meskipun tidak mengivasi jaringan otak, meningioma menyebabkan penekanan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Haid Haid merupakan proses kematangan seksual bagi seorang wanita (LK lee dkk, 2006). Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan

Lebih terperinci

Jadwal Acara PRA KONAS

Jadwal Acara PRA KONAS Jadwal Acara PRA KONAS 1. Workshop USG Transvaginal Topik 07.30 08.00 Pendaftaran 08.00 08.10 Pendahuluan 08.10 08.30 Tips dan Trik USG Trannsvaginal, Anatomi Organ Panggul 08.30 08.50 Etiko dan Medikolegal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan

Lebih terperinci

Profil Penderita Endometriosis di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada Tahun

Profil Penderita Endometriosis di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada Tahun Profil Penderita Endometriosis di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada Tahun 20-205 Grandy Pangemanan 2 Maria Loho 2 Freddy W. Wagey Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasikomplikasi ini bila dapat dideteksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan yang sering di jumpai pada wanita usia subur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan yang sering di jumpai pada wanita usia subur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan yang sering di jumpai pada wanita usia subur adalah timbulnya mioma uteri (20-25%). Biasanya penyakit ini ditemukan secara tidak sengaja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma, merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot rahim dan jaringan ikat di rahim. Tumor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penyakit dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan. (adenokarsinoma) (Kumar, 2007 ; American Cancer Society, 2011 ;

BAB II LANDASAN TEORI. penyakit dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan. (adenokarsinoma) (Kumar, 2007 ; American Cancer Society, 2011 ; 4 BAB II LANDASAN TEORI A. TinjauanPustaka 1. Kanker Payudara a. Definisi Kanker atau neoplasma adalah istilah yang digunakan untuk penyakit dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan mampu menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain perubahan kadar hormon seksual yang terjadi pada saat pubertas, kehamilan, menstruasi dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Ekstrak Metanol Buah Adas terhadap Lama Siklus Siklus estrus terdiri dari proestrus (12 jam), estrus (12 jam), metestrus (12 jam), dan diestrus (57 jam), yang secara total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang kejadiannya cukup sering, terutama mengenai penduduk yang tinggal di negara berkembang. Kanker ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat kronis dan kompleks. Penyakit ini dapat menyerang segala usia dan jenis kelamin. Lesi yang

Lebih terperinci