VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan."

Transkripsi

1 VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih sangat kurang untuk mencapai target dan kontinuitas produksi sesuai dengan kebutuhan pasar. Hal tersebut yang melatarbelakangi perusahaan untuk membuat suatu pola kerjasama melalui system kemitraan. Konsistensi dan kesinambungan produksi PT Saung Mirwan tercapai melalui kerjasama dengan para petani kecil. Pola kemitraan telah memberikan manfaat yang dirasakan oleh PT Saung Mirwan. Persoalan penting yang dihadapi adalah bagaimana mengubah cara berfikir dan bekerja yang awalnya sederhana dan tradisional menjadi berwawasan bisnis dengan menerapkan teknologi tepat guna. PT Saung Mirwan menjalankan kemitraan dengan petani sejak tahun Program kemitraan ini telah dijalankan di daerah Bogor dan Garut, dengan total petani mitra antara orang. Kecamatan Megamendung, Bogor adalah salah satu daerah dimana petaninya berkerjasama dengan PT Saung Mirwan dalam bentuk kemitraan usahatani kedelai edamame. Kemitraan bermula pada tahun Pada saat penelitian dilakukan, kemitraan yang dijalankan diikuti oleh 350 orang petani. Sistem kemitraan usahatani kedelai edamame yang dikelola oleh PT Saung Mirwan dapat digolongkan sebagai pola kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA). Pola kemitraan ini menempatkan Petani mitra sebagai penyediaan lahan pertanian, sarana produksi, dan tenaga kerja. Sedangkan PT Saung Mirwan berperan dalam memberikan bantuan kepada petani mitranya. Bantuan yang diberikan oleh PT Saung Mirwan saat ini, hanya terbatas pada penyediaan benih, penyuluhan dan bimbingan teknis, serta jaminan pasar. Terbatasnya pelayanan bantuan PT Saung Mirwan terhadap petani mitranya, dikarenakan terbatasnya kemampuan PT Saung Mirwan untuk menyiapkan ketersedian sarana produksi yang dibutuhkan oleh petani. Pada awal pelaksanaan kemitraan, PT Saung Mirwan pernah memberikan program bantuan modal 159

2 usahatani, tetapi karena banyak petani yang menunggak maka sampai saat ini, pinjaman tersebut ditiadakan. Selain bantuan berupa benih PT Saung Mirwan juga menyediakan bantuan, berupa penyuluhan maupun informasi tentang usahatani edamame, baik menyangkut dengan budidaya peningkatan produksi, informasi harga yang berlaku, keadaan pasar dan informasi menyangkut aktivitas kemitraan. Pertemuan tersebut tidak selalu membahas masalah teknis budidaya, tetapi juga sebagai sarana berbincang-bincang antara pihak perusahaan dengan petani mengenai berbagai hal dengan tujuan menjaga tali silaturahmi diantara mereka. Pertemuan antara petani mitra dengan penyuluh lapangan PT Saung Mirwan memang tidak dijadwalkan secara pasti. Hal ini dikarenakan jumlah PPL yang disediakan PT Saung Mirwan hanya satu orang, sehingga kadang dalam satu bulan tidak semua petani mitra dapat dikunjungi oleh PPL. Persyaratan yang ditetapkan PT Saung Mirwan untuk menjadi mitra tani kedelai edamame PT Saung Mirwan tidak sulit, calon anggota hanya perlu menghubungi PPL atau manajer kemitraan PT Saung Mirwan dengan menyerahkan foto copy KTP, luas lahan dan alamat lahan yang akan ditanami edamame, dan calon mitra tani diharuskan mengisi formulir data diri yang disiapkan PT Saung Mirwan, lalu calon mitra tani akan diajukan surat perjanjian yang harus dipatuhi setelah calon mitra tani menyetujui dan menandatangani isi surat perjanjian tersebut. Dalam perjanjian kemitraan terkandung aspek-aspek perjanjian berupa identitas calon anggota mitra tani, luas areal tanam petani mitra, lokasi atau daerah penanaman, kewajiban pihak perusahaan, kewajiban pihak petani mitra, harga beli perusahaan, pengaturan waktu tanam, standart kualitas, dan waktu pembayaran hasil panen. Petani mitra tidak mendapatkan pinjaman berupa modal usahatani dan seluruh biaya operasional ditanggung petani mitra. Pembelian benih bisa dilakukan dengan dua cara, dapat dibayar dengan tunai atau melakukan pinjaman. Benih pinjaman yang telah diterima petani akan dihitung dalam satuan rupiah. Harga benih yang disepakati dalam kontrak sebesar Rp40.000,-/kg. Keseluruhan pinjaman ini akan dikembalikan petani pada saat panen, yaitu dengan cara memotong uang penerimaan petani sebesar pinjaman tersebut. 160

3 Pemotongan dilakukan oleh pihak perusahaan, sehingga petani langsung menerima penerimaan bersih setelah dipotong pinjaman. Sedangkan keseluruhan sisa biaya penanaman ditanggung oleh petani. Harga jual kedelai edamame ditentukan oleh pihak perusahaan, yaitu sebesar Rp6.750,-/kg. Waktu pembayaran hasil panen petani mitra adalah paling lambat 14 hari setelah diterima perusahaan. Di dalam kontrak perjanjian kemitraan diatur tentang kualitas produksi edemame yang akan diterima oleh PT Saung Mirwan. Kualitas produksi edamame yang ditentukan adalah 1) umur tanaman kurang lebih 64 hari setelah tanam, 2) warna kulit polong hijau muda, 3) berisi penuh, tidak kopong, 4) sehat, tidak terkena jamur dan serangan hama dan 5) isi polong 2-3 biji. Jika kedelai edamame yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar PT Saung Mirwan maka edamame tersebut akan dikembalikan pada petani mitra. Selain itu juga disepakati jalan yang akan diambil jika timbul perselisihan diantara kedua belah pihak, maka akan diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat. Apabila tetap tidak dapat ditemukan jalan penyelesaian lewat musyawarah untuk mufakat, maka masalah tersebut akan diselesaikan melalui jalur hukum. Dengan adanya kontrak kerja kemitraan antara petani kedelai edamame dengan PT Saung Mirwan, diharapkan terjadi kesepahaman mengenai kesepatakan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi, oleh petani mitra maupun PT Saung Mirwan. Kontrak kerja berguna sebagai dasar hukum yang digunakan selama ikatan kemitraan tersebut berlangsung, sehingga petani mitra dan PT Saung Mirwan, memiliki posisi yang sama dimata hukum karena memiliki bukti secara tertulis yang sudah disepakati bersama. konflik atau perselisihan mengenai kerjasama kemitraan dapat diminimalisir, apabila kedua belah pihak mengerti dan menjunjung tinggi seluruh isi kontrak yang telah disepakati bersama sebelum petani memutuskan untuk bergabung dalam program kemitraan bersama PT Saung Mirwan. 6.2 Motivasi Petani Mitra Rata-rata petani mitra PT Saung Mirwan dapat digolongkan dalam petani kecil. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata luas lahan yang mereka usahakan, dari 30 petani kedelai edamame yang bermitra rata-rata luas lahan mereka adalah 0,13 ha. Di Indonesia, batasan petani kecil yang disepakati pada seminar BPLPP pada 161

4 tahun 1979, telah disepakati bahwa yang dinamakan petani kecil yaitu petani yang memiliki lahan dari 0,25 ha di Jawa atau 0,5 ha di luar jawa (Soekartawi,1986). Petani kecil juga memiliki dua ciri yaitu kecilnya pemilikan dan penguasaan sumberdaya dan rendahnya pendapatan yang diterima. Pemilikan dan penguasaan sumberdaya ini tidak hanya terbatas pada sumberdaya lahan,sumber daya modal baik berupa input produksi maupun keuangan juga merupakan hal yang sangat krusial. Dengan terbatasnya sumberdaya modal yang dimiliki, maka kelangsungan usahatani kedelai petani menjadi terhambat. Keterbatasan sumberdaya modal ini dapat disebabkan oleh rendahnya pendapatan yang diterima petani, sehingga seringkali terjadi perang kepentingan antara kebutuhan rumah tangga dengan kebutuhan modal usahatani. Oleh karena itu pentingnya bantuan dari pihak luar untuk mendukung perkembangan usaha petani kecil. Dukungan dari pihak luar ini dapat berasal dari pemerintah, lembaga keuangan, atau perusahaan besar sebagai pemilik modal. Dewasa ini pemerintah Indonesia sudah memiliki banyak program bantuan, khususnya bantuan modal berupa bantuan keuangan. Bantuan keuangan dari pemerintah ini disalurkan melalui lembaga keuangan dalam bentuk kredit. Selain pemerintah dan pihak lembaga keuangan, saat ini sudah banyak perusahaan besar yang memiliki modal yang besar membuat program kemitraan bersama petani kecil. Bantuan modal yang didapat petani dari kemitraan bersama perusahaan, tidak hanya terbatas pada bantuan modal berupa uang akan tetapi dapat berupa barang, contohnya bantuan benih, pupuk, obat-obatan, dan lain-lain. Dengan adanya program kemitraan, diharapkan dapat terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara petani dan pihak perusahaan. Ciri kedua dari petani kecil adalah rendahnya pendapatan usahatani. Rendahnya pendapatan usahatani ini dapat dipicu oleh ketidakstabilan pasar dan harga (Soekartawi, 1986). Ketidakstabilan pasar dan harga akan berpengaruh terhadap kestabilan penerimaan usahatani, sehingga membuat petani kesulitan dalam melakukan perencanaan produksi dan pengalokasian modal. Hal inilah yang membuat petani selalu menanggung kerugian yang tidak sedikit, contohnya peningkatan harga input tidak diimbangi dengan peningkatan harga output, sehingga penerimaan yang didapat petani tidak dapat menutupi seluruh 162

5 pengeluaran input produksi. Oleh karena itu dengan adanya program kemitraan, petani dan pihak perusahaan dapat saling mendukung untuk memenuhi kepentingan masing-masing, dimana pihak mitra dapat menyediakan bahan baku yang dibutuhkan perusahaan, sedangkan pihak perusahaan dapat memberikan bantuan modal dan jaminan pemasaran bagi usahatani petani mitra. Berdasarkan informasi di lapangan, petani mitra memiliki empat alasan utama mereka tergabung dalam program kemitraan PT Saung Mirwan. Alasan tersebut antara lain A) ingin mendapatkan bantuan modal, B) ingin mendapatkan jaminan pasar, C) ingin mendapatkan bantuan dalam hal teknologi, D) harga yang ditawarkan perusahaan lebih tinggi dibandingkan harga pasar. Tabel 9. Alasan Petani Mitra Menjalin Hubungan Kemitraan Dengan PT Saung Mirwan Tahun Alasan Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % A. Bantuan Modal B. Jaminan Pasar C. Bantuan Teknologi D. Harga Lebih Tinggi Berdasarkan Tabel 9, sebagian besar petani menjadikan alasan ingin mendapatkan bantuan modal bukan sebagai alasan utama mereka. Hal ini disebabkan petani mitra sudah mengerti bahwa bantuan permodalan dari PT Saung Mirwan hanya terbatas pada bantuan pinjaman benih, sedangakan seluruh biaya operasional lainnya ditanggung oleh petani. Alasan ingin mendapatkan jaminan pasar merupakan alasan utama sebagian besar petani mitra. Hal ini ditunjukan dengan persentase terbesar berada di peringkat pertama untuk alasan petani menjalin kemitraan bersama PT Saung Mirwan. Dengan demikian, kepastian atau jaminan pasar yang ditawarkan kemitraan merupakan hal yang penting sehingga dijadikan sebagai alasan utama petani kedelai edamame menjalin kemitraan bersama PT Saung Mirwan. Alasan ingin mendapatkan bantuan dalam hal teknologi juga menjadi pertimbangan bagi petani untuk menjalin kemitraan. Hal ini ditunjukan dengan sebagaian besar petani dilihat dari persentase pada Tabel 9 menempatkan alasan tersebut sebagai alasan ke dua mereka. Bantuan teknologi dari pihak perusahaan 163

6 dirasa penting mengingat yang pertama kali mengembangkan kedelai edemame di Indonesia adalah PT Saung Mirwan, sehingga keberhasilan teknologi dalam mengembangkan kedelai edamame yang diterapkan PT Saung Mirwan dapat diterapkan juga di petani. Sedangkan alasan harga yang ditawarkan PT Saung Mirwan lebih tinggi dibangdingkan harga pasar, merupakan alasan petani tapi ditempatkan pada prioritas terakhir. Hal ini ditunjukan oleh sebagian besar petani responden menempatkan alasan tersebut pada peringkat terakhir. Harga yang ditetapkan PT Saung Mirwan memang lebih tinggi dibandingkan harga yang ditetapkan tengkulak akan tetapi dari segi waktu pembayaran lebih lambat, sehingga harga bukan merupakan alasan utama mereka. 6.3 Pendistribusian Benih Kepada Petani Mitra Dalam mendapatkan benih terdapat dua cara yang ditawarkan PT Saung mirwan, antara lain dengan cara dibayar tunai atau dengan menggunakan pinjaman. Sedangkan untuk pendistribusi kepada petani, biasanya petani mengambil sendiri di PT Saung mirwan sekaligus menerima uang hasil panen. Akan tetapi petani diharuskan untuk melaporkan terlebih dahulu kebutuhan benih yang akan diambil. Karena benih yang tersedia terbatas, sehingga PT Saung mirwan membatasi jumlah Benih yang diambil oleh seorang petani, supaya petani lain mendapatkan bagiannya. Pada awal kemitraan, benih edamame berasal dari jepang dan diimpor langsung dari jepang. Tetapi setelah kemitraan berjalan lama, benih tidak lagi diimpor dari jepang melainkan didapat dari Jember, Jawa Timur. Bahkan ada sebagian dari petani mitra yang mencoba untuk membuat benih sendiri, akan tetapi hal ini tidak diperkenankan bila benih awal di beli dari PT Saung Mirwan. Kualitas benih pada awal kemitraan memiliki kualitas yang tinggi dan bagus penampakannya. Bijinya berukuran besar, berwarna kuning sampai keputihan dan halus. Tetapi pada kemitraan sekarang ini, tidak jarang petani mengeluhkan kualitas benih yang kurang baik, berdasarkan hasil wawancara, terdapat sebanyak 33,33 persen petani mengeluhkan kualitas benih yang buruk. Hal ini tentu saja disadari oleh pihak PT Saung Mirwan, oleh karena itu pihak PT Saung Mirwan memberlakukan kebijakan pinjaman modal berupa benih, selain itu jika didapati gagal panen disebabkan benih yang kurang baik menimpa lima 164

7 petani dalam satu daerah, maka ke-lima petani tersebut benihnya akan diganti secara gratis. Selain mengeluhkan kualitas benih yang buruk, petani mitra juga sering sekali mengeluhkan sulitnya mendapatkan benih. Berdasarkan fakta di lapangan sebanyak 76,67 persen atau sebagian besar petani mengaku kesulitan untuk mendapatkan benih. Berdasarkan informasi dari pihak PT Saung Mirwan, pihak perusahaan pun sering kali kesulitan untuk mendapatkan benih. Selain itu PT Saung Mirwan menerapkan sistem pembatasan untuk produksi kedelai edamame. Hal ini disebabkan kebutuhan produk kedelai edamame PT Saung Mirwan disesuaikan dengan permintaan pasar yang didapat oleh PT Saung Mirwan. Namun tidak jarang PT Saung Mirwan pun kekurangan persediaan kedelai edamame untuk memenuhi permintaan pasar mereka. 6.4 Sistem Pemanenan dan Pembayaran Hasil Panen Pada saat panen, pihak perusahaan menyediakan armada angkutan untuk menjemput hasil panen dari petani mitra. Tetapi dikarenakan angkutan dari perusahaan sangat terbatas, sehingga tidak jarang petani mitra harus mengantarkan sendiri ke kantor PT Saung Mirwan. Angkutan hasil panen akan siap sedia di tempat, apabila petani mitra memberikan konfirmasi bahwa mereka akan segera panen. Petani mitra kedelai edamame tidak melakukan penyortiran awal terhadap hasil panen mereka. Sehingga seluruh kegiatan pascapanen secara penuh diserahkan kepada pihak PT Saung Mirwan. Edamame yang telah diterima, kemudian disortir oleh bagian penerimaan perusahaan. Edamame yang memiliki kualitas sesuai standar akan dihargai sesuai kesepakatan yang telah tertulis dalam surat kontrak. Edamame yang tidak sesuai dengan standar kualitas sering disebut produk BS akan dikembalikan kepada petani. Hasil sortiran bagian penerimaan perusahaan, akan diinformasikan kepada petani dalam sebuah form, isi form tersebut adalah jumlah edamame yang sesuai dengan standar kualitas, jumlah BS, serta total jumlah uang yang diterima petani, dan tunggakan pinjaman benih. Pembayaran hasil panen akan diterima petani paling lambat 14 hari atau dua minggu setelah edamame diterima perusahaan. 165

8 Edamame BS yang dikembalikan kepada petani mitra. Berdasarkan informasi di lapangan, sebesar 90 persen petani mitra yang diwawancarai mengaku menjual edamame BS kepada koperasi yang mereka bentuk sendiri antar petani mitra dengan harga Rp1500/kg, kadang kala memang ada pembeli yang segaja datang ke petani untuk membeli produk BS dengan harga yang lebih tinggi yaitu Rp2000, akan tetapi datangnya tidak menentu sehingga petani mitra lebih memilih menjualnya ke koperasi. Hanya sebesar 6,67 persen petani yang mengkonsumsi sendiri hasil BS tersebut, dengan alasan hasil BS mereka tidak banyak. Sisanya sebanyak 3,33 persen petani menjadikan edameme BS tersebut sebagai benih untuk ditanam sendiri. 6.5 Petugas Penyuluh Lapang PT Saung Mirwan Pada awal kemitraan, program penyuluhan di kantor PT Saung Mirwan sangat sering dilaksanakan, karena pada saat itu komoditi kedelai edamame masih asing di Indonesia, sehingga petani masih sering menemukan kesulitan dalam teknik budidaya kedelai edamame. Selain itu petani juga masih dibimbing mengenai cara pemberian pupuk yang tepat dan bantuan menanggulangi hama dan penyakit. Namun setelah beberapa lama mereka bermitra, perusahaan sudah jarang mengadakan penyuluhan rutin, hal ini dikarenakan budidaya kedelai edamame sudah mulai memasyarakat. Walaupun begitu pihak PT Saung Mirwan tetap menyediakan tenaga petugas penyuluh lapang (PPL) untuk mengontrol perawatan tanaman, penentuan waktu panen dan bantuan menangani hama penyakit tanaman (HPT). Selain masalah teknis PPL juga merupakan fasilitator antara perusahaan dan petani mitra kedelai edamame. Berdasarkan hasil wawancara dilapangan, hampir seluruh petani mitra menyatakan bahwa mereka sangat puas dengan kinerja PPL yang disediakan PT Saung Mirwan. Hal ini dibuktikan dengan 86,67 persen petani responden menyatakan bahwa kinerja PPL dinilai baik. Walaupun penyuluhan yang seharusnya menjadi tugas utama sudah jarang dilakukan secara rutin, dikarenakan budidaya kedelai edamame sudah memasyarakat di Kecamatan Megamendung, akan tetapi petugas PPL tidak lantas berdiam diri dan menunggu datangnya pengaduan dari petani mitra, baik megenai kemitraan ataupun kendala dalam budidaya kedelai edamame, akan tetapi PPL tetap aktif mengunjungi petani mitra 166

9 dengan tujuan menyampaikan informasi terbaru mengenai kemitraan, waktu pemanenan, mengontrol kondisi tanaman petani mitra, ataupun hanya berbincang-bincang untuk bersilaturahmi. Fakta dilapangan menyebutkan bahwa alasan petani puas dengan kinerja PPL adalah sifat kekeluargaan yang ditunjukan Pada Tabel 10 dengan nilai 42,3 persen petani menyatakan, PPL yang ditunjuk kemitraan membuat petani merasa nyaman, diperhatikan, dan dihargai oleh pihak perusahaan. Sedangkan sebanyak 26,92 persen petani responden yang menyatakan alasan mereka puas terhadap kinerja PPL dikarenakan PPL banyak memberikan informasi mengenai teknologi dan kendala produksi, selanjutnya 26,92 persen pula menyatakan bahwa petugas PPL memberikan kemudahan petani mitra dalam penanganan pasca panen, selain itu hanya 3,85 persen petani yang menyatakan bahwa PPL sering memberikan bantuan pendanaan. Sisanya sebesar 42,31 petani mitra menyatakan bahwa mereka puas terhadap kinerja PPL dikarenakan bersifat kekeluargaan. Disisi lain sebesar 13,33 persen petani mitra menganggap bahwa kinerja tenaga PPL buruk. Alasan mereka menilai kinerja PPL yang buruk karena petani menilai tenaga PPL sulit untuk dihubungi, kunjungan jarang dilakukan, tanggapan terhadap aspirasi atau keluhan petani mitra lambat. Sehingga petani mitra merasa perusahaan cenderung membiarkan mengenai kendala-kendala yang terjadi pada usahatani kedelai edamame yang mereka jalankan. Hal ini dapat disebabkan jumlah tenaga PPL yang kurang yaitu hanya satu orang untuk megelola 350 petani dan sembilan komoditi yang dimitrakan. Tabel 10. Alasan Petani Mitra Mengenai Kinerja Tenaga Petugas Penyuluh Lapang Tahun 2011 Kategori Jumlah (Orang) Persen (%) Memberikan bantuan informasi, teknologi dan masalah produksi 7 26,92 Bersifat kekeluargaan 11 42,31 Memberikan kemudahan penanganan pasca panen 7 26,92 Membantu petani dalam pendanaan 1 3,85 Total

Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa)

Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa) LAMPIRAN 201 Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun 2009-2025 Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%) Total Konsumsi (000 ton) 2009 2010 2011

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN 6.1. Pola Kemitraan CV TMF Kemitraan antara peternak ayam di daerah Cibinong pada dasarnya adalah sama dengan semua kemitraan yang dijalankan di semua daerah kemitraan CV TMF.

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame Edamame yang memiliki nama latin Glycin max(l)merrill atau yang biasa disebut sebagai kedelai jepang. merupakan jenis tanaman sayuran yang bentuknya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangkan pemikiran konseptual dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu konsep kemitraan, pola kemitraan agribisnis, pengaruh penerapan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT

PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT VI PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT 6.1. Gambaran Umum Kemitraan Kemitraan antara petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes dengan PT. Medco Intidinamika berawal pada

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Risiko Berbagai definisi dapat diberikan kepada kata risiko itu. Namun, secara sederhana artinya senantiasa mengena dengan kemungkinan

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai PENDAHULUAN Latar Belakang Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai aspek teknik budidaya rumput laut dan aspek manajerial usaha tani rumput laut. teknik manajemen usahatani.

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK Analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C. Perhitungan usahatani

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Sayuran Organik CV. Tani Organik Merapi Karakteristik petani sayuran organik di CV. Tani Organik Merapi dalam penelitian ini meliputi beberapa aspek yakni

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. program kemitraan PT. Pagilaran dapat dilihat pada tabel 19.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. program kemitraan PT. Pagilaran dapat dilihat pada tabel 19. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karekteristik Identitas Responden Identitas responden yang digunakan dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok, Luasan lahan, pengalaman bertani,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian dan Pola Kemitraan Usaha Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. CV. Tunas Mekar Farm 5.1.1. Sejarah CV. Tunas Mekar Farm Tunas Mekar Farm (TMF) adalah perusahaan peternakan ayam broiler yang menerapkan sistem kemitraan pola inti

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan. Pemilihan PT Saung Mirwan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pertanian sayur di Desa Nanggerang yang berkembang mulai tahun 1990- an memang tidak berlangsung lancar begitu saja, terdapat kendala-kendala yang dihadapi para petani

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah) 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian selama ini memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pembangunan nasional, seperti dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja,

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

V. HASIL DANPEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi. benih padi. Karakteristik petani penangkar benih padi untuk melihat sejauh mana

V. HASIL DANPEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi. benih padi. Karakteristik petani penangkar benih padi untuk melihat sejauh mana V. HASIL DANPEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Penangkar Benih Padi Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini yaitu petani penangkar benih padi yang bermitra dengan UPT Balai Benih Pertanian

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 73 VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Karakteristik Lembaga Perkreditan Keberhasilan usahatani kentang dan tomat di lokasi penelitian dan harapan petani bagi peningkatan

Lebih terperinci

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN 7.1 Analisis Kepuasan Petani Mitra Evaluasi kemitraan dapat juga dilihat dari tingkat kepuasan petani mitra yang menjalankannya. Kepuasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa

Lebih terperinci

POLA KEMITRAAN PT SAYURAN SIAP SAJI DENGAN MITRA BELI BAWANG BOMBAY DI JAWA BARAT

POLA KEMITRAAN PT SAYURAN SIAP SAJI DENGAN MITRA BELI BAWANG BOMBAY DI JAWA BARAT POLA KEMITRAAN PT SAYURAN SIAP SAJI DENGAN MITRA BELI BAWANG BOMBAY DI JAWA BARAT Oleh Garry Oglamando NPM 14751021 Laporan Tugas Akhir Mahasiswa Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Sebutan Ahli Madya

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani (wholefarm) adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah,

Lebih terperinci

VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN. 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan

VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN. 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan Penilaian tingkat kepentingan dan kinerja dilakukan secara individu oleh seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan Kemitraan merupakan sebuah istilah konsep kerjasama yang dikenal di Indonesia. Di negara lain terdapat tiga mekanisme dasar yang digunakan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA Lampiran 1 Questioner ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA 1. Pertanyaan dalam Kuisioner ini tujuannya hanya semata-mata untuk penelitian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG KEMITRAAN PADA BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN DI SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki lahan pertanian yang potensial. Lahan pertanian tersebut memiliki potensi untuk ditanami beberapa tanaman pangan yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 98 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dikemukakan hasil temuan studi yang menjadi dasar untuk menyimpulkan keefektifan Proksi Mantap mencapai tujuan dan sasarannya. Selanjutnya dikemukakan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI

VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI 6.1 Gambaran Kemitraan PT. Sang Hyang Seri dengan Petani Penangkar Benih Kemitraan antara PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kambing Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI BUNCIS DENGAN SISTEM TEBASAN DAN TANPA TEBASAN

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI BUNCIS DENGAN SISTEM TEBASAN DAN TANPA TEBASAN Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 1 Juni 2015 2 PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI BUNCIS DENGAN SISTEM TEBASAN DAN TANPA TEBASAN Annisa Aprianti R 1 1) Fakultas Agrobisnis dan Rekayasa Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada awal berdirinya perusahaan PT. Sayuran Siap Saji memiliki peluang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada awal berdirinya perusahaan PT. Sayuran Siap Saji memiliki peluang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Kemitraan PT. Sayuran Siap Saji 1. Latar belakang Pada awal berdirinya perusahaan PT. Sayuran Siap Saji memiliki peluang adanya peningkatan permintaan pasar. Akan tetapi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat digunakan untuk sumber pangan, pakan ternak, sampai untuk bahan baku berbagai industri manufaktur dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Cabai Merah Keriting Cabai merah keriting atau lombok merah (Capsicum annum, L) merupakan tanaman hortikultura sayur sayuran semusim untuk rempah-rempah yang diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dewasa ini salah satunya diprioritaskan pada bidang ketahanan pangan, sehingga pemerintah selalu berusaha untuk menerapkan kebijakan dalam peningkatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

V. KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING

V. KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING V. KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING 5.1. Profil Perusahaan Inti Perusahaan inti yang beroperasi di Kabupaten Karanganyar terdiri dari empat perusahaan yaitu Gema Usaha Ternak (anak cabang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Hasil Pengujian Data 6.1.1 Uji Validitas Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows Release 17.0. Atribut pre sampling kuesioner pertama yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan TINJAUAN PUSTAKA Koperasi Unit Desa (KUD) Pembangunan masyarakat di perdesaan turut mempercepat tingkat kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan berdasarkan

Lebih terperinci

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak VI POLA KEMITRAAN Dramaga Unggas Farm merupakan perusahaan kemitraan ayam broiler yang didirikan pada tanggal 17 Juli 2009. Lokasi kantor perusahaan ini berada di Jl. Raya Dramaga KM 8, Kecamatan Dramaga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea berkadar N 45-46

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG USAHA BUDIDAYA DAN KEMITRAAN PERKEBUNAN TEMBAKAU VIRGINIA DI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia Jauh sebelum masyarakat Indonesia mengenal sistem kemitraan pertanian seperti sekarang, pada awalnya sistem kemitraan ini lebih dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG USAHA BUDIDAYA DAN KEMITRAAN PERKEBUNAN TEMBAKAU VIRGINIA DI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian khususnya tanaman hortikultura selama ini mempunyai peluang yang besar, tidak hanya sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang saat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT Kopi Mandailing. No Indikator Parameter Skor

Lampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT Kopi Mandailing. No Indikator Parameter Skor 76 Lampiran. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT Kopi Mandailing I. FAKTOR INTERNAL No Indikator Parameter Skor. Kondisi fisik dan mutu Kopi Mandailing Grade Grade Grade Grade. Produksi kopi Mandailing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menopang kehidupan masyarakat, karena sektor pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia. Sehingga

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster 43 Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam Petani Klaster 44 Lampiran 1 Usahatani Jahe Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam Petani Non Klater 45 Lampiran 2. Output Karakteristik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR. Geografi menurut ikatan Geografi Indonesia (IGI :1988) dalam adalah ilmu yang

II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR. Geografi menurut ikatan Geografi Indonesia (IGI :1988) dalam adalah ilmu yang 12 II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Ilmu Geografi Geografi menurut ikatan Geografi Indonesia (IGI :1988) dalam adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor Jawa Barat, tepatnya di Kecamatan Jasinga. Pemilihan lokasi ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting bagi Indonesia, sehingga peranan sektor pertanian dalam pembangunan tidak perlu diragukan lagi. Pemerintah memberikan amanat

Lebih terperinci