BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perhitungan Model scoring ini adalah model perhitungan yang cepat dan mudah untuk mengidentifikasikan keputusan yang mempunyai beragam criteria. Perhitungan dalam model ini dilakukan dengan cara mengkuantitatifkan data kualitatif menjadi score tertentu, dan selanjutnya adalah menjumlahkan nilainilai yang diperoleh tersebut. Total score yang dihasilkan akan menjadi acuan untuk keputusan kredit yang akan dibuat. Apabila total score melebihi tingkat cutoff score batas atas yang ditetapkan, maka aplikasi calon debitur disetujui, apabila total score yang di dapat berada diantara cutoff score batas atas dan batas bawah, maka aplikasi dapat dipertimbangkan, sedangkan apabila total score yang di dapat berada di bawah cutoff score batas bawah maka aplikasi kredit dapat ditolak atau dipertimbangkan kembali dengan melihat situasi dan kondisi yang ada.

2 Cara Mengkuantitatifkan Data Berdasarkan formulir aplikasi yang diperoleh dari BPR GM, maka penulis menggunakan pengalaman dari BPR GM itu sendiri di dalam pengembangan scoring system. Atribut-atribut yang terdapat di dalam formulir permohonan kredit digunakan sebagai dasar dalam penilaian scoring ini, di mana setiap atribut diberikan bobot tertentu, dengan menggunakan bobot dari angka minus seratus sebagai angka terendah, sampai dengan angka lima sebagai angka tertinggi. Bobot tersebut akan berubah sesuai dengan kondisi atribut tersebut. Pemberian score dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : 1. Setiap atribut yang memiliki kondisi yang lebih baik dari atribut sebelumnya, nilainya akan bertambah satu. 2. Setiap atribut yang memiliki kondisi yang dianggap kurang baik dari atribut sebelumnya, maka nilainya dikurangi satu. 3. Khusus untuk atribut kredibilitas, jika statusnya adalah tidak baik, maka score atribut itu adalah Setiap atribut dikelompokan ke dalam beberapa interval sesuai dengan ketentuan pihak manajemen dari BPR GM. Atribut-atribut tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan 5 C dan keterangan lainnya, namun hanya diambil empat diantara lima bagian tersebut. Atribut dan keterangan tersebut meliputi : 1. Kondisi jaminan.

3 Pribadi pemohon. Penghasilan bersih. Analisis risiko kredit. Kekayaan lain. Kriteria tersebut akan dibagi lagi menjadi beberapa atribut lain yang akan diberi bobot. Untuk bobotnya sendiri dan maksimum score yang didapat untuk masing-masing kategori dapat kita lihat dari table di bawah ini : Tabel 4.1 Kriteria dan Bobot Score-nya Kriteria Bobot persentase Maksimum Score Kondisi Jaminan 30% 30 Data pribadi 25% 25 Penghasilan Bersih 20% 20 Analisis Risiko kredit 20% 20 Kekayaan lain 5% 5 Total Score 100 Untuk mendapatkan score dari masing-masing kategori, maka dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut Jumlah score atribut Total Maksimum score perkategori x Maksimum score perkategori Contoh perhitungan score: Untuk kategori data pribadi, maksimum score-nya adalah 42 point. Jika jumlah atribut untuk kategori data pribadi adalah 30 point, maka score-nya adalah : x 25 = point

4 51 Setelah mendapatkan seluruh score untuk perkategorinya, maka langkah selanjutnya adalah menjumlahkan seluruh score yang didapat dan dibandingkan dengan cutoff score-nya. Hasil dari perhitungan yang didapat jika pointnya berupa pecahan, maka secara otomatis dibulatkan ke atas. Atribut-atribut yang ada di dalamnya itu akan kita kuantitatifkan berdasarkan formulir aplikasi kredit adalah sebagai berikut: 1. Kondisi Jaminan Kondisi jaminan ini merupakan faktor yang terpenting di dalam memberikan keputusan kredit. Tanpa adanya jaminan, maka kredit tidak akan disetujui. Jumlah jaminan yang dijaminkan harus lebih besar dibandingkan dengan kredit yang diajukan. Keadaan ini digunakan untuk berjaga-jaga apabila calon debitur tidak dapat melakukan kewajiban kreditnya kepada bank. Atribut-atribut kondisi jaminan ini terdiri dari: a. Kredit dengan Jaminan Kendaraan Bermotor Harga Mobil berdasarkan penilaian BPR GM Jaminan berupa mobil ini merupakan jaminan yang paling penting dalam permintaan kredit. Jaminan ini dialokasikan terhadap harga mobil yang dimiliki oleh calon debitur pada BPR tersebut. Semakin mahal harga mobil, yang dijadikan sebagai jaminan maka bobotnya pun akan semakin tinggi.

5 52 Tabel 4.2 Interval Harga Mobil Interval Harga Mobil Perkiraan Bobot > Rp 300 juta 5 Rp juta 4 Rp juta 3 Rp juta 2 < Rp 50 juta 1 Surat-surat Mobil dan Motor Jaminan yang dijaminkan selain berbentuk fisik, jaminan tersebut juga harus disertai adanya bukti pendukung yang berupa surat-surat atas kepemilikan mobil atau motor tersebut. Bila surat mobil dan motor atas nama calon debitur tersebut, maka bobotnya pun akan semakin tinggi. Sedangkan bila surat-surat tersebut atas nama orang lain, maka bobotnya pun akan berkurang. Tabel 4.3 Interval Surat Mobil dan Motor Interval Surat Mobil dan Motor Perkiraan Bobot Surat-surat Mobil a.n calon debitur 5 Surat-surat Motor a.n calon debitur 4 Surat-surat Mobil a.n orang lain 3 Kondisi Kendaraan Kondisi kendaraan ini membedakan antara kendaraan biasa dan angkutan kota. Di mana jika kendaraan dalam keadaan baru maka bobot nilainya akan semakin tinggi. Kondisi keadaan dibagi menjadi lima kategori.

6 53 Tabel 4.4 Interval Kondisi Kendaraan Interval Kondisi Kendaraan Perkiraan Bobot Kendaraan baru plat hitam 5 Angkutan Kota Baru 4 Kend bekas plat hitam a.n sendiri 3 Angkutan Kota Bekas 2 Kend bekas a.n orang lain plat hitam (termasuk anggota keluarga) 1 Deposito / Giro Deposito atau giro merupakan faktor tambahan di dalam penilaian kredit dengan jaminan kendaraan bermotor. Karena dengan adanya deposito / giro maka bank akan lebih aman karena apabila debitur tidak melakukan pembayaran angsuran / menunggak maka bank memiliki cadangan jaminan. Apabila debitur memiliki deposito pada bank tersebut akan diberi bobot tertinggi sedangkan apabila debitur memiliki giro dari bank lain akan diberi bobot terendah karena ada kemungkinan bahwa giro tersebut tidak dapat dicairkan (giro kosong). Tabel 4.5 Interval Deposito/Giro Interval Deposito/Giro Perkiraan Nilai Deposito bank sendiri 5 Deposito bank lain 4 Giro 3 Tidak ada 0

7 54 b. Kredit dengan jaminan Rumah / Tanah Harga Rumah Menurut Penilaian BPR GM Jaminan penting lainnya dapat berupa rumah. Harga rumah dapat dilihat dari luas tanah, lokasi rumah, sertifikat rumah/struk pembayaran PBB dan survei atas rumah tersebut. Seharusnya semakin mahal harga rumah itu, maka bobotnya pun akan semakin tinggi, dan sebaliknya. Namun, bobot akan diberikan nilai tertinggi bila harga rumah berkisar antara Rp 250 juta sampai 1 milyar, dibandingkan bila harga rumah di atas satu milyar. Karena semakin mahal harga rumah, maka pihak bank akan cukup sulit juga untuk menemukan calon pembeli yang benar-benar berminat akan rumah tersebut. Tabel 4.6 Interval Harga Rumah Interval Harga Rumah Perkiraan Bobot > Rp 3 milyar 3 Rp 1 3 milyar 4 Rp 250 juta 1 milyar 5 Rp 150 juta 250 juta 2 < Rp 150 juta 1 Status Tanah Selain harga rumah, maka status tanah juga harus diperhatikan. Karena jika rumah tersebut tidak memiliki status yang jelas, maka harga rumah tersebut akan turun. Bila status tanah merupakan hak milik calon debitur, maka bobotnya akan

8 55 semakin tinggi. Sedangkan untuk bobot terendah, kami berikan untuk status tanah Hak Pakai Atas Tanah Negara, karena pemerintah dapat menarik kembali dan tanpa uang pengganti. Tabel 4.7 Interval Status Tanah Interval Status Tanah Perkiraan Bobot Hak Milik 5 Hak Guna Bangunan (HGB) 4 Strata Title 3 HGB di atas Hak Kelolaan 2 Hak Pakai Atas Tanah Negara 1 Lokasi Rumah Lokasi rumah memerankan peran yang cukup penting. Atribut ini berhubungan dengan atribut harga rumah. Bila rumah tersebut berada di lokasi dan lingkungan yang strategis, dan fasilitas yang lengkap, maka harga rumah tersebut pun akan dihargai lebih mahal. Tabel 4.8 Interval Lokasi Rumah Interval Lokasi Rumah Perkiraan Bobot Perum menengah / real estate 5 Perum mewah / real estate 4 Di luar real estate (jalan protokol) 3 Di luar real estate (jalan kelas 1) 2 Di luar tersebut di atas 1

9 56 c. Kredit dengan Jaminan Deposito atau Giro Deposito dan Giro Selain jaminan berupa mobil, rumah, maka jaminan calon debitur dapat berupa deposito dan giro yang dimilikinya pada BPR maupun pada bank lain. Semakin besar jumlah yang dimiliki pada BPR tersebut dan bank lain, maka semakin besar pula bobotnya, dan sebaliknya. Tabel 4.9 Interval Deposito dan Giro Interval Deposito dan Giro Perkiraan Bobot Deposito Bank Sendiri 5 Deposito Bank Lain 4 Giro 3 2. Pribadi Pemohon Jenis Kelamin Jenis kelamin berkaitan dengan sikap dalam pembayaran kredit. Berdasarkan pengalaman dalam pemberian kredit, debitur wanita memiliki sikap lebih taat dalam pembayaran angsuran, selain itu, prosentase kredit bermasalah debitur wanita lebih sedikit dibandingkan debitur pria. Tabel 4.10 Interval Jenis Kelamin Interval Jenis Kelamin Perkiraan Bobot Pria 1 Wanita 2

10 57 Usia pada Saat Pengajuan Kredit Atribut umur sangat menentukan di dalam pemberian kredit. Karena mencerminkan tingkat kedewasaan berpikir dan semangat dalam berusaha. Sehingga semakin berumur seseorang, maka semakin dewasa. Namun, di sisi lain, semakin tua akan menurunkan semangatnya. Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin besar score yang diperoleh, namun sampai batas umur tertentu, score yang diperoleh akan menurun. Berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia, seseorang dianggap cakap hukum apabila telah berumur minimal 21 tahun atau telah menikah. Sehingga dengan adanya pertimbangan tersebut, maka umur 21 tahun tersebut dianggap sebagai nilai terendah. Ada usia tertentu di mana seseorang sanggup untuk bekerja dengan baik dan membayar angsuran kreditnya. Usia tersebut dinamakan usia produktif. Dan di dalam usia tertentu pula, seseorang dapat dikelompokkan menjadi professional, maupun tetap menjadi karyawan biasa. Di mana umur yang berkisar antara 26 sampai 40 tahun merupakan umur yang produktif sehingga bobotnya pun cukup tinggi.

11 58 Tabel 4.11 Interval Usia pada Saat Pengajuan Kredit Interval Usia pada Saat Pengajuan Perkiraan Bobot Kredit 1. Wiraswasta & Professional < 25 tahun tahun tahun 3 > 51 tahun 2 2. Karyawan < 25 tahun tahun tahun 3 > 51 tahun 1 Pendidikan Pendidikan berkaitan dengan kesempatan kerja dan penghasilan yang akan diperoleh seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah memperoleh pekerjaan dan semakin besar pula penghasilannya. Sehingga dengan pendidikan yang semakin tinggi, maka bobotnya pun akan semakin tinggi. Tabel 4.12 Interval Pendidikan Interval Pendidikan Perkiraan Bobot SLTP 1 SLTA 2 Akademi (D3) 3 S1 4 S2 5

12 59 Status Tempat Tinggal Status rumah mencerminkan kekayaan yang dimiliki oleh calon debitur dan kemudahan memperoleh informasi keberadaan calon debitur apabila terjadi tunggakan angsuran. Apabila rumah tersebut diperoleh dengan cara kredit maka performance calon debitur dalam ketepatan pembayaran dapat diketahui. Bila rumah tersebut merupakan milik calon debitur sendiri dan dijaminkan, maka bobotnya diberikan nilai tertinggi. Tabel 4.13 Interval Status Tempat Tinggal Interval Status Tempat Tinggal Perkiraan Bobot Milik Sendiri 5 Milik Keluarga 3 Milik Perusahaan 2 Sewa atau Kos 1 Status Perkawinan Status perkawinan mencerminkan tanggung-jawab pemohon terhadap keluarga dan keberanian dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang akan dilakukan oleh seseorang dalam kondisi menikah, akan dipengaruhi juga oleh pendapat dari pasangannya, dan keluarga yang dimiliki. Sedangkan seseorang yang belum menikah, keputusan yang dilakukan akan lebih dominan dipengaruhi oleh pertimbangan secara pribadi. Status perkawinan dikelompokkan ke dalam tiga interval. Di mana status

13 60 duda atau janda diberikan bobot terendah. Sedangkan status menikah diberikan bobot tertinggi. Tabel 4.14 Interval Status Perkawinan Interval Status Perkawinan Perkiraan Bobot Belum Menikah 2 Menikah 3 Janda atau Duda 1 Lama Usaha atau Pengalaman Bekerja Pengalaman kerja berkaitan dengan skill yang dimiliki oleh seseorang. Semakin lama orang tersebut bekerja dengan spesifikasi tertentu yang ada padanya, maka akan semakin mengetahui pekerjaan dan pengalamannya dengan baik. Pengetahuan dan pengalaman dalam bekerja berkaitan dengan penghasilan yang akan diperolehnya. Tabel 4.15 Interval Lama Usaha atau Pengalaman Bekerja Interval Lama Usaha atau Pengalaman Perkiraan Bobot Bekerja 1. Wiraswasta & Professional < 3 tahun tahun tahun 4 > 10 tahun 5 2. Karyawan < 3 tahun tahun tahun 4 > 10 tahun 5

14 61 Jabatan atau Pekerjaan Atribut ini kami bagi menjadi dua kelompok, yaitu berdasarkan jenis pekerjaannya. Jenis pekerjaannya kita bagi menjadi dua, yaitu : o Karyawan Untuk karyawan, jabatan dibagi menjadi tiga posisi, yaitu staff, managerial dan direktur. Dengan mengetahui jabatan calon debitur, maka dapat dilihat apakah calon tersebut memenuhi kualifikasi atau tidak untuk diberikan kredit. o Wiraswasta/Professional Untuk wiraswasta atau professional, bobot penilaian dilakukan berdasarkan besarnya omset selama setahun. Semakin tinggi omsetnya maka semakin tinggi pula bobot nilainya. Tabel 4.16 Interval Jabatan atau Pekerjaan Interval Jabatan atau Pekerjaan Perkiraan Bobot 1. Untuk Karyawan Staff Biasa 2 Manager 3 Direktur 5 2. Untuk Pengusaha < Rp 50 juta 2 Rp 50 juta Rp 100 juta 3 Rp 100 juta Rp 200 juta 4 > Rp 200 juta 5

15 62 NPWP NPWP ini merupakan atribut yang dapat menjadi acuan dalam scoring system ini karena dengan adanya NPWP, maka calon debitur akan dapat lebih mudah dalam mendapat kredit. Karena dengan adanya NPWP, maka orang tersebut dapat dipastikan memiliki suatu usaha. Tabel 4.17 Interval NPWP Interval NPWP Perkiraan Bobot Ada a.n. sendiri dan alamat sama 5 Ada a.n. suami / istri dan alamat sama 4 Ada a.n. suami / istri dan alamat beda 3 Tidak ada 1 Kartu Kredit Kartu kredit merupakan salah satu alat pembayaran yang dapat mempermudah transaksi para penggunanya. Namun demikian, untuk mendapatkan Kartu kredit tersebut, seseorang harus memenuhi beberapa syarat yang ditetapkan oleh perusahaan pembuat Kartu kredit. Sehingga dalam menentukan bobot kelayakan calon debitur menerima pemberian kredit, maka dapat dilihat dari jumlah, kevalidan, dan jumlah tunggakan dari Kartu kredit tersebut. Bila seseorang mempunyai Kartu kredit cukup banyak dan dengan jenis yang berbeda, maka orang tersebut dianggap cukup berpotensi, sehingga diberikan bobot yang tinggi.

16 63 Dan sebaliknya, bila orang tersebut tidak memiliki Kartu kredit, maka orang tersebut diberikan bobot terendah. Tabel 4.18 Interval Kartu Kredit Interval Kartu Kredit Perkiraan Bobot Ya 1 Tidak 0 Kredibilitas Atribut kredibilitas ini menunjukkan adanya hubungan yang baik antara calon debitur dengan orang yang terdekat dengannya, misalnya saja dengan adik, orang tua, saudara, atasan, dan orang terdekat lainnya. Bila kredibilitas dari relasi dengan orang terdekatnya adalah istimewa, maka bobotnya pun akan tinggi, karena calon debitur tersebut dianggap mempunyai gambar diri yang baik menurut pandangan orang terdekatnya dan sebaliknya bobotnya akan rendah, bila calon debitur tersebut tidak mempunyai hubungan yang baik dengan orang di sekitarnya, maupun dengan pihak bank. Kredibilitas juga diperlukan dalam penilaian, untuk menilai apakah calon debitur dapat dipercaya dalam melakukan pembayaran kredit. Penilaian tersebut dapat juga didapat dari informasi informasi dari bank lain atau pula dari Bank Indonesia.

17 64 Tabel 4.19 Interval Kredibilitas Interval Kredibilitas Perkiraan Bobot Baik 5 Tidak Diketahui 0 Tidak Baik -100 Bank Referensi (Hubungan dengan BPR GM) Catatan pengalaman calon debitur dalam berhubungan dengan bank merupakan sumber informasi yang cukup penting sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Apabila calon debitur merupakan nasabah lama yang pernah mengajukan kredit dan tidak bermasalah dalam pembayaran angsurannya, maka nasabah tersebut akan memperoleh kredit baru dengan lebih mudah dan lebih mendapat prioritas. Selain pernah menjadi nasabah lama, yang menjadi criteria dalam menentukan seseorang menjadi nasabah prioritas antara lain, nasabah tersebut memiliki rekening di bank tersebut. Misalnya tabungan atau deposito. Di sisi lain apabila seorang debitur pernah masuk ke dalam pinjaman bermasalah atau daftar hitam, maka bank akan menanggung resiko lebih besar di masa yang akan datang. Nasabah lama atau yang memiliki prioritas diberikan score yang tinggi, karena nasabah tersebut merupakan asset bagi bank, sedangkan untuk nasabah yang memiliki catatan negative maka akan diberi nilai terendah.

18 65 Tabel 4.20 Interval Bank Referensi Interval Bank Referensi Perkiraan Bobot Nasabah Lama 1 Nasabah Baru 0 3. Penghasilan Bersih Penghasilan Bersih Calon Debitur Bobot kredit dapat dilihat pula pada penghasilan yang dihasilkan calon debitur setiap bulannya. Semakin besar penghasilan yang didapatnya, dibandingkan dengan angsuran yang harus dibayarnya, maka semakin besar pula bobotnya. Sehingga calon debitur tersebut dianggap mampu untuk meminjam sejumlah uang tertentu yang akan digunakan untuk keperluannya. Tabel 4.21 Interval Penghasilan Bersih Calon Debitur Interval Penghasilan Bersih Calon Perkiraan Bobot Debitur < 2x Angsuran 1 2x 3x Angsuran 2 3x 4x Angsuran 3 4x 6x Angsuran 4 > 6x Angsuran 5 Penghasilan Suami / Istri per Bulan Selain penghasilan calon debitur itu sendiri, bila diketahui penghasilan pasangannya, maka akan memberi nilai lebih lagi. Karena akan berpengaruh terhadap debt ratio. Selain itu, akan terdapat kepastian adanya pembayaran angsuran tepat waktu.

19 66 Konsep penilaiannya sama dengan konsep penilaian penghasilan calon debitur di atas. Tabel 4.22 Interval Penghasilan Suami / Istri per Bulan Interval Penghasilan Suami / Istri per Perkiraan Bobot Bulan Tidak Ada 1 < 2x Angsuran 2 2x 3x Angsuran 3 3x 5x Angsuran 4 > 5x Angsuran 5 Penghasilan Lain-lain Selain penghasilan calon debitur dan pasangannya, bila calon debitur tersebut memiliki penghasilan lain di luar pekerjaannya tersebut, maka bobotnya pun akan semakin tinggi. Tabel 4.23 Interval Penghasilan Lain-lain Interval Penghasilan Lain-lain Perkiraan Bobot Tidak Ada 1 < 2x Angsuran 2 2x 3x Angsuran 3 3x 5x Angsuran 4 > 5x Angsuran 5 Tanggungan Jumlah tanggungan berpengaruh terhadap sisa penghasilan yang akan dipakai untuk pembayaran angsuran seseorang. Semakin banyak jumlah tanggungan, maka semakin banyak jumlah pengeluarannya. Semakin kecil sisa penghasilan yang dipakai untuk menutup angsuran, maka score yang dimiliki

20 67 semakin kecil. Di sisi lain, jumlah tanggungan ini juga berhubungan dengan status perkawinan seseorang, di mana orang yang belum menikah tentunya belum memiliki tanggungan, sehingga memiliki bobot tinggi. Tabel 4.24 Interval Tanggungan Interval Tanggungan Perkiraan Bobot > 3 Orang 1 3 Orang 2 2 Orang 3 1 Orang 4 Tidak Ada 5 Kewajiban Angsuran Lainnya Calon debitur biasanya memiliki kewajiban angsuran lainnya. Bila ia memiliki angsuran lain, maka bobotnya pun akan semakin rendah karena jumlah penghasilan tersebut akan dikurangi untuk pembayaran angsuran lainnya. Tabel 4.25 Interval Kewajiban Angsuran Lainnya Interval Kewajiban Angsuran Perkiraan Bobot Lainnya Ada 0 Tidak Ada 1 Pengeluaran perbulan Pengeluaran merupakan biaya yang harus dikeluarkan setiap bulannya. Pengeluaran ini dapat berupa pengeluaran untuk listrik, air, telepon, kebutuhan hidup, dan pengeluaran lainnya.

21 68 Semakin konsumtif seseorang, maka semakin banyak pula pengeluarannya. Sehingga bila pengeluaran lebih besar dibandingkan penghasilan yang dihasilkannya, maka akan mendapat bobot yang rendah, karena calon debitur tersebut tidak dapat membayar angsurannya. Tabel 4.26 Interval Pengeluaran per Bulan Interval Pengeluaran per Bulan Perkiraan Bobot > 50% Total Penghasilan 1 35% 50% Total Penghasilan 3 < 35% Total Penghasilan 5 4. Analisis Risiko Kredit Debt Ratio Debt ratio adalah rasio angsuran dibagi dengan penghasilan bersih. Berdasarkan kebijakan kredit yang berlaku saat ini debt ratio merupakan faktor yang sangat penting dalam penilaian kelayakan kredit. Saat ini kebijakan yang berlaku adalah total angsuran dibagi dengan total penghasilan maksimumnya hanya 1/3. Berdasarkan penelitian analisis kredit bahwa 50% penghasilan digunakan untuk pengeluaran kebutuhan sehari-hari, tentunya ada standar minimum untuk pengeluaran kebutuhan sehari-hari sesuai dengan UMR. Semakin rendah debt ratio yang dimiliki seseorang maka akan semakin besar sisa penghasilan yang digunakan untuk kebutuhan berjaga-jaga. Dalam hal ini berkaitan

22 69 juga dengan risiko pembayaran angsuran yang ditanggung oleh bank. Interval di atas 50% diberikan angka satu, karena dianggap mempunyai tingkat hutang yang cukup besar sehingga akan mempengaruhi kemampuan membayar debitur tersebut. Sedangkan interval 0% - 10% diberikan bobot tertinggi, karena dianggap sedikit dalam penggunaan hutang. Tabel 4.27 Interval Debt Ratio Interval Debt Ratio Perkiraan Bobot 0% - 10% 5 11% - 20% 4 21% - 30% 3 30% - 50% 2 > 50% 1 Debt Service Coverage Rasio debt service coverage menggambarkan besarnya angsuran dibagi dengan sisa penghasilan setelah dikurangi seluruh pengeluaran termasuk angsuran. Sebagai ilustrasi untuk rasio ini adalah seseorang dengan penghasilan Rp 15 juta per bulan dengan pengeluaran sehari-hari sebesar Rp 2 juta. Yang bersangkutan mengajukan kredit dengan angsuran Rp 5,5 juta. Debt ratio yang bersangkutan 36,6% atau lebih besar dari 1/3 gaji. Dengan mempertimbangkan debt service coverage, maka yang bersangkutan akan memperoleh tambahan score karena sisa penghasilannya masih mencukupi untuk menutup angsurannya,

23 70 yaitu Rp 5,5 juta dibagi dengan Rp 7,5 juta atau sebesar 73%. Semakin kecil rasio debt service coveragenya maka semakin kecil risiko yang ditanggung oleh bank, dan semakin besar pula bobotnya. Tabel 4.28 Interval Debt Service Coverage Interval Debt Service Coverage Perkiraan Bobot 0% - 10% 5 11% - 20% 4 21% - 30% 3 30% - 50% 2 > 50% 1 Loan to Value (LTV) LTV mencerminkan besarnya hutang dibandingkan dengan nilai jaminan yang diberikan. LTV ini secara tidak langsung menunjukkan besarnya modal yang dimiliki seseorang dalam aktiva tetap yang menjadi agunan. Semakin kecil nilai LTV, maka semakin besar modal yang ditanamkan dalam aktiva tersebut dan secara psikologis seseorang akan lebih merasa takut kehilangan aktiva yang menjadi agunan karena telah memasukkan modal yang besar. Orang tersebut akan berusaha memenuhi kewajibannya. Disisi lain semakin besar modal yang ada di aktiva tetap yang menjadi agunan juga menunjukkan kemampuan keuangan seseorang, sehingga pembayaran lebih terjamin atau risiko lebih rendah. Standar interval untuk LTV adalah 60%. Presentasi lebih

24 71 kecil akan memiliki score yang semakin tinggi, demikian pula nilai yang semakin besar akan memiliki score yang lebih rendah. Tabel 4.29 Interval Loan to Value Interval Loan to Value Perkiraan Bobot 0% - 40% 5 41% - 50% 4 51% - 60% 3 > 61% 1 Term of Loan Term of Loan menggambarkan lamanya jangka waktu kredit yang dijalankan debitur. Bagi bank sendiri semakin panjang jangka waktu kredit yang diberikan maka akan semakin besar pula risiko kredit bermasalah dikemudian hari. Begitu juga sebaliknya apabila semakin pendek jangka waktu kreditnya maka resiko kredit bermasalah yang harus ditanggung bank akan lebih kecil. Hal tersebut juga berkaitan dengan kondisi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian sehingga risiko kredit bermasalah yang akan ditanggung oleh bank akan semakin besar jika term of loannya semakin panjang. Tabel 4.30 Interval Term of Loan Interval Term of Loan Perkiraan Bobot =< 6 bulan bulan bulan bulan 2 > 36 bulan 1

25 72 Pemakaian Jaminan Dalam pemberian kredit, terdapat jaminan atas pengajuan kredit tersebut. Pemakaian jaminan untuk kredit tersebut dapat bervariasi, tergantung kemauan dari calon debitur. Bila pemakaian itu digunakan untuk dipakai sendiri maka bobotnya pun akan tinggi, karena orang tersebut akan lebih berhati-hati. Tetapi bila pemakaian jaminan dipakai untuk usaha, maka bobotnya akan lebih rendah. Tabel 4.31 Interval Pemakaian Jaminan Interval Pemakaian Jaminan Perkiraan Bobot Dipakai Sendiri 5 Usaha 4 Disewakan 3 Lain-lain 2 5. Kekayaan Lainnya. Tanah atau Rumah Penilaian kredit akan diberikan lebih tinggi lagi, bila calon debitur tersebut memiliki tanah atau rumah lainnya. Tanah atau rumah dipengaruhi oleh luas dan lokasi. Bila luas dan lokasinya bagus, maka harga tanah atau rumah tersebut akan mahal. Karena itu akan diberikan bobot yang cukup tinggi.

26 73 Tabel 4.32 Interval Tanah atau Rumah Interval Tanah atau Rumah Perkiraan Bobot > Rp 1 milyar 4 Rp 250 juta 1 milyar 3 Rp 150 juta 250 juta 2 < Rp 150 juta 1 Rekening Giro / Tabungan / Deposito Selain kekayaan lainnya berupa tanah atau rumah, yang perlu diperhatikan juga adalah adanya rekening giro, tabungan, dan deposito di bank lain. Atribut ini juga menjadi faktor penting karena cukup liquid apabila sewaktu-waktu diperlukan. Meskipun cukup liquid, dan calon debitur mempunyai sejumlah rekening, tetap harus diperhatikan pula jumlah yang ada di dalamnya. Bila jumlahnya cukup besar, maka bobot yang akan diberikan besar pula. Tabel 4.33 Interval Rekening Giro / Tabungan / Deposito Interval Rekening Giro / Tabungan / Perkiraan Bobot Deposito Saldo rata-rata < 1x angsuran 1 Saldo rata-rata 1 2x angsuran 2 Saldo rata-rata 3 4x angsuran 3 Saldo rata-rata > 4x angsuran 4 Setelah memperoleh credit table, langkah selanjutnya adalah uji model dan akan kita analisa

27 Penentuan Cutoff Score Berdasarkan hasil questionnaire dan wawancara dengan pihak BPR GM, maka cara penentuan cutoff score yang digunakan adalah : Sebesar lebih dari atau sama dengan 60% dari total score yang didapat dari hasil perhitungan atribut form pengajuan kredit diterima. Sebesar 50% sampai dengan 60% dari total score dipertimbangkan. Sebesar kurang dari 50% dari total score ditolak. 4.4 Uji Model Scoring Pengujian model dilakukan dengan menggunakan data dari Januari sampai Agustus Pengujian juga dibantu dengan custom software (aplikasi Lotus Notes) untuk mempermudah pengujian. Data yang diambil sejumlah 104 debitur Kredit Angsuran Berjangka (KAB) yang telah disetujui secara manual dan merupakan data yang paling lengkap. Dari model scoring yang penulis usulkan, maksimum score yang di dapat dari seluruh credit table adalah 100 point, untuk form daftar score dapat dilihat pada lampiran 2. Tetapi formulir pengajuan kredit dari BPR GM tidak mencakup semua atribut yang penulis sarankan. Selain itu, beberapa atribut yang didapatkan dari BPR GM ternyata tidak lengkap. Oleh karena itu, maksimum score setelah dikurangi jika atribut tersebut tidak ada datanya..

28 75 berikut : Atribut-atribut yang tidak ada datanya dari BPR GM adalah sebagai Penghasilan suami/istri. Penghasilan lain-lain. Pengeluaran Kartu kredit Kekayaan lain (Rumah/Tanah/Deposito/Giro) Debt Service Coverage Setelah semua data dimasukan ke dalam aplikasi credit scoring, maka hasilnya akan dicocokan dengan pihak BPR GM sebagai pengguna aplikasi ini. 4.5 Hasil Uji Model Scoring Dari penentuan cutoff score yang diusulkan BPR GM, maka didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.34 Hasil perhitungan menurut Credit Scoring Application Total Score Jumlah Debitur Hasil Total score >= Diterima Total score Dipertimbangkan Total score < 50 2 Ditolak 104

29 76 Hasil Perhitungan Credit Scoring Application 37% 2% 61% Diterima (CR >= 60) Dipertimbangkan (CR= 50-59) Ditolak (CR < 50) Gambar 4.1 Hasil Perhitungan Credit Scoring Application Berdasarkan hasil analisis diatas (Gambar 4.1), nilai persentase yang didapatkan dari 104 sample adalah 61% dinyatakan memenuhi kriteria, 37% dipertimbangkan dan 2% debitur yang ditolak..

LAMPIRAN 1 QUESTIONNAIRE

LAMPIRAN 1 QUESTIONNAIRE LAMPIRAN QUESTIONNAIRE Kebijakan Kredit untuk pembuatan Credit Table Scorecard. Gambarkan jumlah debitur kredit yang ada di BPR Gunadhana Mitrasembada: Total debitur.78 debitur. Total nilai outstanding

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Pada pembuatan tugas akhir ini penulis memilih untuk mengadakan penelitian penilaian scoring pada cabang PT. Bank Perkreditan Rakyat Gunadhana Mitrasembada

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit Tongkol Dalam menyalurkan KUR kepada debitur, ada beberapa tahap atau prosedur yang harus dilaksanakan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF : : :

RINGKASAN EKSEKUTIF : : : DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 (a). Ringkasan Eksekutif - Rencana dan Langkah-Langkah Strategis (b). Ringkasan Eksekutif - Indikator Keuangan BPR dengan modal inti

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ahmad Ifham Solihin Ini Lho, Bank Syariah!, PT. Karya Kita, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA. Ahmad Ifham Solihin Ini Lho, Bank Syariah!, PT. Karya Kita, Bandung. 80 DAFTAR PUSTAKA Ahmad Ifham Solihin. 2008. Ini Lho, Bank Syariah!, PT. Karya Kita, Bandung. AS Mahmoeddin. 2001. Apakah Kredit Bank Itu?, Gunung Agung, Jakarta. BNI 46. 2003. Pedoman Kebijakan dan Prosedur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 64 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dikemukakan hasil dan pembahasan dari group field project mengenai perencaan keuangan individu. Individu yang akan dibahas dibagi menjadi dua golongan,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 35 BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Didalam suatu lembaga keuangan baik negeri maupun swasta yang menyediakan berbagai macam produk layanan kredit, prosedur pemberian kredit sangatlah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK MODAL USAHA DI KJKS BMT BINAMA SEMARANG

BAB IV PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK MODAL USAHA DI KJKS BMT BINAMA SEMARANG BAB IV PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK MODAL USAHA DI KJKS BMT BINAMA SEMARANG A. Mekanisme Pembiayaan Murobahah Modal Usaha di KJKS BMT Binama Semarang Pembiayaan modal di KJKS Binama Semarang adalah

Lebih terperinci

Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G

Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G Materi: 2 1 2 3 Klasifikasi Modal Bank Rasio Kecukupan

Lebih terperinci

Apply now! GRATIS HP Motorola W175. *

Apply now! GRATIS HP Motorola W175. * APLIKASI MGMPL - 1/5 PENTING BAGI PEMBERI REFERENSI BOX DATA PEMBERI REFERENSI - WAJIB DIISI (penawaran tidak berlaku bila tidak dilengkapi) 1. Print aplikasi ini, lalu tulis dan lengkapi Box Data Pemberi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. lembaga keuangan yang kegiatannya adalah dalam bidang jual beli uang.

BAB II LANDASAN TEORI. lembaga keuangan yang kegiatannya adalah dalam bidang jual beli uang. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sumber Dana Bank Sumber dana bank merupakan usaha bank dalam menghimpun dana untuk membiayai kegiatan operasinya. Hal ini sesuai dengan fungsi bank dalam lembaga keuangan yang

Lebih terperinci

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT A. Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat atau BPR memiliki sejarah yang panjang didalam timeline industri perbankan di Indonesia. Awalnya BPR dibentuk

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR LAMPIRAN 65 66 Lampiran 1. Kuisioner penelitian Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR Gambaran Ringkas Penelitian Sektor

Lebih terperinci

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI :

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI : 1 Nama Data : Antar Bank Aktiva BPR Semua jenis simpanan/tagihan BPR Pelapor dalam rupiah kepada bank lain di Indonesia. Simpanan/tagihan kepada bank lain di Indonesia dengan jenis giro, tabungan, deposito

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Pembiayaan Produk Kepemilikan Kendaraan Bermotor (Kp Kb) di KSPPS BINAMA SEMARANG Semarang Pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor merupakan salah

Lebih terperinci

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP 65 V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP Kecamatan Cimarga merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan program SPP sejak diselenggarakannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Kredit Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang, kegiatan bank ialah menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito)

Lebih terperinci

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008. A. Pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan. 19 Usaha

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Di BMT Al Hikmah Ungaran Cabang Karangjati BMT sebagai lembaga keuangan syariah yang salah satu produknya memberikan jasa bantuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah kredit berasal dari bahasa yunani (credere) yang berarti. disepakati yaitu dapat berupa barang, uang, atau jasa.

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah kredit berasal dari bahasa yunani (credere) yang berarti. disepakati yaitu dapat berupa barang, uang, atau jasa. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa yunani (credere) yang berarti kepercayaan. Oleh karena itu dasar dari kredit ialah kepercayaan. Seseorang atau suatu badan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical), BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat

Lebih terperinci

PERSYARATAN MENGAJUKAN KREDIT DI BANK

PERSYARATAN MENGAJUKAN KREDIT DI BANK PERSYARATAN MENGAJUKAN KREDIT DI BANK Oleh: Safir Senduk Dikutip dari Tabloid NOVA No. 685/XIV Pada nomor yang lalu, kita telah berkenalan sekilas dengan produk kredit di bank. Sekarang, kita akan berbicara

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat No. 10/ 45 /DKBU Jakarta, 12 Desember 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat Sehubungan dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dana tersebut kemasyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Bank 1. Pengertian Bank Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan perekonomian,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN. Dari PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk. KANTOR CABANG PONOROGO

LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN. Dari PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk. KANTOR CABANG PONOROGO LAMPIRAN LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN Dari PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk. KANTOR CABANG PONOROGO LAMPIRAN 2 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA PT. Bank Negara Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pengertian pembiayaan mikro dan prosedur pembiayaan mikro. menambah modal usaha nasabah dengan harapan agar usahanya lebih

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pengertian pembiayaan mikro dan prosedur pembiayaan mikro. menambah modal usaha nasabah dengan harapan agar usahanya lebih BAB IV PEMBAHASAN A. Pengertian pembiayaan mikro dan prosedur pembiayaan mikro Pembiayaan mikro adalah pembiayaan yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah yang sudah mempunyai usaha lebih dari 2 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri perbankan pasca krisis multidimensi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri perbankan pasca krisis multidimensi yang melanda 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini industri perbankan pasca krisis multidimensi yang melanda Indonesia telah memperoleh banyak pelajaran berharga tentang pentingnya suatu kebijakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/21/DKBU tanggal 10 Agustus 2009 PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK INDONESIA DIREKTORAT KREDIT, BPR

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PD.BPR BKK TAMAN. KAB.PEMALANG penulis ditempatkan pada Bagian Kredit pada aspek

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PD.BPR BKK TAMAN. KAB.PEMALANG penulis ditempatkan pada Bagian Kredit pada aspek BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PD.BPR BKK TAMAN KAB.PEMALANG penulis ditempatkan pada Bagian Kredit pada aspek penyaluran kredit,

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA digilib.uns.ac.id BAB III DESKRIPSI LEMBAGA A. Sejarah PD. Bank Perkreditan Rakyat BKK Boyolali Perusahaan Daerah BPR BKK Boyolali Kota Kabupaten Boyolali merupakan hasil dari merger 18 PD.BPR BKK se Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR WAWANCARA Jawab

DAFTAR WAWANCARA Jawab 89 DAFTAR WAWANCARA 1. Bagaimana Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pemberian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan pada Bank Prekreditan Rakyat Jawab a. Bagi pihak pemberi kredit/kreditur (bank) Pemberian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM

BAB III ANALISIS SISTEM BAB III ANALISIS SISTEM 3.1 Analisa Sistem Analisa merupakan tahap awal dalam pengembangan sistem dan merupakan tahap fundamental yang sangat menentukan kualitas sistem informasi yang dikembangkan. Analisa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Kredit UMKM Bank X merupakan kredit dengan jumlah nasabah terbanyak dibandingkan dengan jenis kredit lainnya. Jasa layanan kredit usaha pada Bank ini diantaranya meliputi

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. A. Syarat-syarat Pemberian Kredit Umum BPR Nusamba

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. A. Syarat-syarat Pemberian Kredit Umum BPR Nusamba BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan A. Syarat-syarat Pemberian Kredit Umum BPR Nusamba Banguntapan 1. Foto copy KTP (Kartu Tanda Penduduk), 5 lembar 2. Foto copy Kartu Keluarga, 1 lembar 3. Foto

Lebih terperinci

No. 8/ 28 /DPBPR Jakarta, 12 Desember 2006 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

No. 8/ 28 /DPBPR Jakarta, 12 Desember 2006 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA No. 8/ 28 /DPBPR Jakarta, 12 Desember 2006 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Perkreditan Rakyat ----------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang Dalam proses pengajuan pembiayaan murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang, terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 128 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan dan mempunyai peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan untuk beragam keperluan, baik produktif (investasi dan modal

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan untuk beragam keperluan, baik produktif (investasi dan modal BAB IV PEMBAHASAN A. Prosedur Pembiayan BSM Oto di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar Perbankan syariah menjalankan fungsi yang sama dengan perbankan konvensional, yaitu sebagai lembaga intermediasi

Lebih terperinci

PermataKPR Bijak Biarkan Uang Anda yang Bekerja

PermataKPR Bijak Biarkan Uang Anda yang Bekerja PermataKPR Bijak Biarkan Uang Anda yang Bekerja Nikmati Hidup Nyaman Tanpa Beban Nikmati bunga KPR hingga 0% dengan menambah saldo tabungan Anda. KPR pun bisa lunas lebih cepat dan Anda tetap fleksibel

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN WILAYAH JARINGAN KANTOR BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN MODAL

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG Latar belakang diluncurkannya fasilitas kredit BNI Tunas Usaha (BTU) adalah Inpres Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perbankan, Lembaga Keuangan, dan Financial Intermediaries Undang-Undang perbankan Nomor 10 tahun 1998 memberikan beberapa pengertian, antara lain: 1. Perbankan Segala

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sektor Perbankan 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Negara Republik Indoneisa Nomor 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan yaitu badan usaha yang

Lebih terperinci

FORMULIR APLIKASI PEMBUKAAN REKENING INDIVIDU

FORMULIR APLIKASI PEMBUKAAN REKENING INDIVIDU FORMULIR APLIKASI PEMBUKAAN REKENING INDIVIDU DATA REKENING Produk: Tab Eko Dolar Mata Uang Tab Eko Valas Mata Uang : Tab Ekonomi Tab Eko Yunior Tab Super Ultra * Khusus rekening Super Ultra Buku Tabungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS. 11 Sumber: Dendawijaya, 2005: 55.

BAB II PROSES BISNIS. 11 Sumber: Dendawijaya, 2005: 55. BAB II PROSES BISNIS Untuk menggambarkan proses bisnis PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk., perlu dipahami ketentuan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah diubah melalui Undang-Undang

Lebih terperinci

POLA KEBIJAKAN TAHUN BUKU 2017 KOPDIT PADAT ASIH

POLA KEBIJAKAN TAHUN BUKU 2017 KOPDIT PADAT ASIH POLA KEBIJAKAN TAHUN BUKU 2017 KOPDIT PADAT ASIH I. ORGANISASI 1. Rapat Anggota Tahunan (RAT) merupakan pemegang kekuasaan tertinggi. 2. Rapat Anggota Tahunan dilaksanakan satu kali dalam setahun. 3. Rapat

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN ATAS PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT MIKRO UTAMA PADA BANK BJB KANTOR CABANG CIANJUR

TINJAUAN ATAS PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT MIKRO UTAMA PADA BANK BJB KANTOR CABANG CIANJUR TINJAUAN ATAS PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT MIKRO UTAMA PADA BANK BJB KANTOR CABANG CIANJUR Nama : Lucky S.A.M Npm : 34209877 Program studi : Manajemen keuangan Latar Belakang Masalah 1. Setiap perorangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS BAB IV HASIL PENELITIAN A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS SURIYAH Kc Kudus Sebagai lembaga keuangan syariah aktivitas yang tidak kalah penting adalah melakkukan penyaluran

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR

ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR ( Studi Kasus Calon Debitur Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Hayam Wuruk Jakarta) Agriando 22209826 LATAR BELAKANG Kepercayaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Penerapan dan Perhitungan Akad Sewa-Menyewa Ijarah Pada Bank DKI

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Penerapan dan Perhitungan Akad Sewa-Menyewa Ijarah Pada Bank DKI BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Penerapan dan Perhitungan Akad Sewa-Menyewa Ijarah Pada Bank DKI Syariah Ijarah adalah akad sewa menyewa atau akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan manfaat atau hak guna

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Bank Mandiri Syariah KCP Ngaliyan merupakan salah satu bentuk bank di Indonesia yang bertugas sebagai lembaga intermedasi. Salah satu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c) 5 b. Analisis data daya tahan dengan metode semiparametrik, yaitu menggunakan regresi hazard proporsional. Analisis ini digunakan untuk melihat pengaruh peubah penjelas terhadap peubah respon secara simultan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan

BAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya bank dikenal sebagai sebuah tempat dimana kita menyimpan uang kita, tempat yang sangat identik dengan kata menabung. Orang tua kita selalu mengajari kita

Lebih terperinci

Dengan Bersama, Cicilan KPR Jadi Ringan

Dengan Bersama, Cicilan KPR Jadi Ringan KPR Keluarga Bersama Jadi Ringan Dengan Bersama, Cicilan KPR Jadi Ringan Semua tabungan anggota keluarga Anda bisa membantu meringankan bunga KPR. Jutaan Keluarga. Satu Bank. PERMATAKPR KELUARGA Beban

Lebih terperinci

POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO. Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS

POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO. Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS Final Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO I. KETENTUAN UMUM 1 Dalam rangka mencapai tujuan usaha yang berpedoman kepada visi

Lebih terperinci

Asset Liabilities Management (ALMA) Muniya Alteza

Asset Liabilities Management (ALMA) Muniya Alteza Asset Liabilities Management (ALMA) Muniya Alteza Manajemen Likuiditas Pengertian likuiditas: Kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya pada saat ditagih

Lebih terperinci

Financial Check List. Definisi Pembiayaan. Mengapa Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Kapan Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan?

Financial Check List. Definisi Pembiayaan. Mengapa Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Kapan Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Daftar Isi Financial Check List 1 01 Definisi Pembiayaan 3 02 Mengapa Masyarakat Memerlukan Jasa Pembiayaan? 5 5 03 Kapan Masyarakat Memerlukan Jasa Pembiayaan? 6 6 04 Siapa Saja Nasabah 8 Jasa Pembiayaan?

Lebih terperinci

Keuntungan Penggunaan Kredit

Keuntungan Penggunaan Kredit Pengertian Kredit Kredit adalah bagian integral dari kehidupan modern. Digunakan untuk membeli tiket bioskop, membayar makanan di restoran atau membeli mobil. Cara paling umum untuk menggunakan kredit

Lebih terperinci

PENGURUS DEWAN PIMPINAN KETUA WAKIL KETUA SKRETARIS WAKIL SEKRETARIS BENDAHARA 3 ORANG ANGGOTA MENEJER KABID KEUANGAN ANGGOTA DILAYANI

PENGURUS DEWAN PIMPINAN KETUA WAKIL KETUA SKRETARIS WAKIL SEKRETARIS BENDAHARA 3 ORANG ANGGOTA MENEJER KABID KEUANGAN ANGGOTA DILAYANI RAPAT ANGGOTA TAHUNAN (RAT) PENGURUS DEWAN PIMPINAN KETUA WAKIL KETUA SKRETARIS WAKIL SEKRETARIS BENDAHARA 3 ORANG ANGGOTA BADAN PENGAWAS KETUA SEKRETARIS ANGGOTA PENGURUS PARIPURNA KOMISARIS-KOMISARIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit Usaha Mikro Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Loan Service. Tugas tugas yang dilaksanakan antara lain : sesuai dengan prosedur pemberian kredit yang benar.

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Loan Service. Tugas tugas yang dilaksanakan antara lain : sesuai dengan prosedur pemberian kredit yang benar. BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 1.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama penulis melaksanakan kerja praktek, penulis ditempatkan pada bagian Loan Service. Tugas tugas yang dilaksanakan antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah persaingan bisnis saat ini, bisnis perbankan ke depan

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah persaingan bisnis saat ini, bisnis perbankan ke depan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah persaingan bisnis saat ini, bisnis perbankan ke depan nampaknya lebih mendapat perhatian dari pelaku ekonomi. Kompleksitas masalah merupakan tantangan bagi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V ini, berdasarkan hasil penelitian terhadap analisis sumber dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V ini, berdasarkan hasil penelitian terhadap analisis sumber dan Bab V Kesimpulan dan Saran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab V ini, berdasarkan hasil penelitian terhadap analisis sumber dan penggunaan modal kerja serta rasio likuiditas dan pembahasan-pembahasan yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X

BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK Gambaran Umum Kredit Konsumtif pada Bank X 51 BAB 4 ANALISIS KREDIT KONSUMTIF BANK X DENGAN INTERNAL MODEL CREDITRISK + Dalam Bab 4 secara lebih mendalam akan dibahas analisis mengenai pengukuran risiko kredit konsumtif pada bank X dengan menggunakan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kelangsungan usaha Bank

Lebih terperinci

2. Bagaimana prosedur dalam penerbitan kartu kredit sendiri? kartu kredit, dapat dijelaskan sebagai berikut :

2. Bagaimana prosedur dalam penerbitan kartu kredit sendiri? kartu kredit, dapat dijelaskan sebagai berikut : 102 Hasil Wawancara 1. Apa pengertian kartu kredit? Kartu kredit adalah kartu yang digunakan sebagai pengganti uang tunai yang dipergunakan sebagai transaksi pembayaran. Di mana pemakaian kartu kredit

Lebih terperinci

Analisis Sistem Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit Pemilikan Rumah. (Studi Kasus pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung) Oleh:

Analisis Sistem Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit Pemilikan Rumah. (Studi Kasus pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung) Oleh: Analisis Sistem Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (Studi Kasus pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung) Oleh: Rizka Maulidhia Enanto (0610233175) Dosen Pembimbing: Lutfi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Return on Assets (ROA) Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui Return on Assets (ROA). Return on Assets (ROA) digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perlakuan Akuntansi Perlakuan akuntansi adalah standar yang melandasi pencatatan suatu transaksi yang meliputi pengakuan, pengukuran atau penilaian

Lebih terperinci

FORMULIR APLIKASI PEMBUKAAN REKENING INDIVIDU

FORMULIR APLIKASI PEMBUKAAN REKENING INDIVIDU FORMULIR APLIKASI PEMBUKAAN REKENING INDIVIDU DATA REKENING Produk: Tab Eko Dolar Mata Uang Tab Eko Valas Mata Uang (harap sebutkan): Tab Ekonomi Tab Eko Yunior Tab Super Ultra * Khusus rekening Super

Lebih terperinci

INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRES PADA PENGENDALIAN INTERN ATAS PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERERASI PATRA. Pemberian Kredit

INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRES PADA PENGENDALIAN INTERN ATAS PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERERASI PATRA. Pemberian Kredit L1 INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRES PADA PENGENDALIAN INTERN ATAS PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERERASI PATRA Pemberian Kredit No Pertanyaan Ya Tidak Keterangan 1 Apakah koperasi memiliki standar operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank menghimpun dana dan menyalurkannya ke masyarakat. Pada usaha perbankan, potensi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Tinjauan Umum Bank Perkreditan Rakyat Gamping Artha Raya

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Tinjauan Umum Bank Perkreditan Rakyat Gamping Artha Raya BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Bank Perkreditan Rakyat Gamping Artha Raya 4.1.1 Sejarah singkat PT. Bank Perkreditan Rakyat Gamping Artha Raya (BPR GAR) PT. Bank Perkreditan Rakyat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Sistem dan Prosedur Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dana kas besar ialah bagian dari persediaan uang tunai yang tidak langsung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dana kas besar ialah bagian dari persediaan uang tunai yang tidak langsung 28 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Dana Kas Besar Dana kas besar ialah bagian dari persediaan uang tunai yang tidak langsung dipakai dalam transaksi sehari-hari. Kas besar biasanya digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Strategi Pemasaran ib Griya Hasanah di BNI Syariah Cabang Umum Meruya Dengan mengetahui permasalahan yang ada, manajer pengelola pembiayaan memilih strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

2. Bagaimanakah pelaksanaan (di Kantor Pusat dan Kantor Cabang) kebijakan perkreditan tersebut?

2. Bagaimanakah pelaksanaan (di Kantor Pusat dan Kantor Cabang) kebijakan perkreditan tersebut? Questioner 1. Apakah Bank BTN memiliki kebijakan perkreditan Bank? Ya, Bank BTN memiliki kebijakan perkreditan bank. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia melalui SK Direktur BI No.27/162/KEP./Dir. tgl

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk membiayai,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SITEM PEMBERIAN PEMBIAYAAN PADA KJKS BMT AMANAH USAHA MULIA MAGELANG. A. Sistem dan Prosedur Pemberian pembiayaan

BAB IV ANALISIS SITEM PEMBERIAN PEMBIAYAAN PADA KJKS BMT AMANAH USAHA MULIA MAGELANG. A. Sistem dan Prosedur Pemberian pembiayaan BAB IV ANALISIS SITEM PEMBERIAN PEMBIAYAAN PADA KJKS BMT AMANAH USAHA MULIA MAGELANG A. Sistem dan Prosedur Pemberian pembiayaan 1. Prosedur Permohonan Pembiayaan 1 Mengisi formulir dan menandatangani

Lebih terperinci

Petunjuk : Berilah tanda (X) pada salah satu jawaban anda

Petunjuk : Berilah tanda (X) pada salah satu jawaban anda Lampiran 1. Kuisioner Nasabah Responden yang terhormat, Saya, You Wan Dhira (NIM: 142101067), Mahasiswi Program Studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Saya mohon kesediaan Bapak / Ibu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memenuhi sejumlah persyaratan yang telah ditentukan oleh Bank BTN, adapun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memenuhi sejumlah persyaratan yang telah ditentukan oleh Bank BTN, adapun BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 KESIMPULAN Untuk mengajukan Kredit Pemilikan Rumah pada Bank BTN, nasabah harus memenuhi sejumlah persyaratan yang telah ditentukan oleh Bank BTN, adapun kesimpulan dari

Lebih terperinci

BAB 10 Membeli Rumah

BAB 10 Membeli Rumah BAB 10 Membeli Rumah Menggali informasi secara rinci dan lengkap tentang dana yang harus disiapkan sebelum membeli rumah secara kredit merupakan suatu keharusan. Bisa jadi apa yang disampaikan pengembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, masyarakat perlu melakukan usaha untuk memenuhi. kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya. Tetapi tidak semua

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, masyarakat perlu melakukan usaha untuk memenuhi. kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya. Tetapi tidak semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat perlu melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya. Tetapi tidak semua masyarakat terutama masyarakat lapisan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Otoritas Jasa

Lebih terperinci

BAB IV MEKANISME PENILAIAN BARANG JAMINAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA KSPPS BINAMA SEMARANG

BAB IV MEKANISME PENILAIAN BARANG JAMINAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA KSPPS BINAMA SEMARANG BAB IV MEKANISME PENILAIAN BARANG JAMINAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA KSPPS BINAMA SEMARANG A. Analisis mekanisme penilaian barang jaminan pada KSPPS Binama Semarang Barang jaminan atau yang biasa disebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan kebutuhan primer bagi manusia sebagai tempat tinggal dan menetap. Dan untuk bisa memiliki rumah, kita memerlukan biaya yang cukup besar. Beberapa orang

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dengan melihat uraian diatas maka penulis menyusun laporan kerja

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dengan melihat uraian diatas maka penulis menyusun laporan kerja BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dengan melihat uraian diatas maka penulis menyusun laporan kerja praktek dan menuangkannya dengan judul PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 43 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang akan dianalisis dalam karya akhir ini adalah mengenai pengukuran risiko kredit di bagian Consumer Banking, khususnya untuk kredit

Lebih terperinci