HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c)"

Transkripsi

1 5 b. Analisis data daya tahan dengan metode semiparametrik, yaitu menggunakan regresi hazard proporsional. Analisis ini digunakan untuk melihat pengaruh peubah penjelas terhadap peubah respon secara simultan. c. Pemeriksaan asumsi hazard proporsional. 3. Validasi model Validasi model perlu dilakukan untuk mengevaluasi kestabilan model. Validasi model dilakukan dengan melihat perubahan model dan parameter dengan set data yang berbeda. Pada data pemodelan didapatkan model dan penduga rasio hazard beserta selang kepercayaannya. Data validasi sebesar 3% juga dilakukan pemodelan untuk mendapatkan nilai rasio hazard. Rasio hazard pada data validasi kemudian dibandingkan dengan rasio hazard pada data pemodelan. Bila rasio hazard data validasi berada di dalam selang kepercayaan 95% dari hazard ratio pada data pemodelan, maka dapat dikatakan model yang dihasilkan valid. 4. Interpretasi koefisien. Diagram alur metode penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2. HASIL DAN PEMBAHASAN Kategorisasi Peubah Pendeteksian pencilan penting dilakukan sebelum analisis data. Pencilan adalah pengamatan yang tidak mengikuti sebagian besar pola dan terletak jauh dari pusat data. Keberadaan data pencilan harus dihindari karena dapat berpengaruh terhadap pendugaan koefisien regresi. Pendeteksian pencilan dilakukan pada peubah bebas yang berskala kuantitatif, yaitu peubah jangka waktu pinjaman, jumlah angsuran, jumlah tanggungan, dan umur. Diagram kotak garis adalah analisis deskriptif yang dapat mendeteksi pencilan. Berdasarkan diagam kotak garis pada Gambar 5 jelas menunjukkan bahwa terdapat pencilan pada semua peubah bebas yang berskala kuantitatif. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah transformasi data kuantitatif menjadi data kualitatif. Teknik ini digunakan untuk mereduksi jumlah nilai suatu peubah yang berskala kuantitatif dengan cara memilahmilah nilai data peubah ke dalam sub-sub selang nilai. (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 5 Diagram kotak garis peubah: (a) jangka waktu pinjaman (bulan), (b) pendapatan total (juta rupiah), (c) jumlah angsuran (juta rupiah), (d) jumlah tanggungan, dan (e) umur (tahun). Batas-batas selang untuk peubah tersebut beserta peubah bonekanya dapat dilihat pada Lampiran 1. Peubah umur juga diubah menjadi peubah kategorik walaupun peubah ini tidak memiliki data pencilan, hal ini dimaksudkan untuk menyeragamkan dan mempermudah dalam interpretasi hasil. Eksplorasi Data Secara keseluruhan pada data kredit motor persentase debitur yang mampu melunasi utang-utangnya sebesar 3%, kemudian terdapat 48% debitur yang hingga akhir masa pengamatan masih lancar kreditnya dan 22% debitur mengalami gagal bayar (Gambar 6). Gambar 6 Persentase status kredit debitur secara keseluruhan. Persentase data tersensor terbilang besar karena debitur yang diamati adalah debitur yang memulai kredit dari Januari 28 sampai Desember 21 (36 bulan), sedangkan masa pengamatan mulai Januari 28 sampai Juni 211 (42 bulan). Sebanyak 69% debitur gol_top V A R V A R jumlah tanggungan AGE sensor 48% macet 22% lancar 3%

2 6 memiliki jangka waktu pinjaman 25 sampai 36 bulan. Misalkan jangka waktu pinjaman debitur adalah 36 bulan maka debitur yang dapat diamati perilaku kreditnya secara lengkap adalah debitur yang memulai kredit pada enam bulan pertama (Januari-Juni 28) masa pengamatan, selebihnya tidak dapat diamati secara lengkap (tergantung jangka waktu pinjaman dan waktu awal kredit). Persentase status kredit untuk debitur yang melakukan kredit pada enam bulan pertama masa pengamatan dapat dilihat pada Gambar 7. Persentase data tersensor sebanyak 4%, hal ini menandakan bahwa hanya sedikit debitur yang tidak dapat diamati perilaku kreditnya secara lengkap. Debitur yang tersensor adalah debitur yang memiliki jangka waktu pinjaman 42 bulan atau lebih. sensor 4% lancar 68% Gambar 7 Persentase status kredit untuk debitur yang melakukan akad kredit pada bulan Januari-Juni 28 diamati sampai Juni 211. Debitur yang melakukan kredit pada awal pengamatan yaitu bulan Januari 28 dapat diamati perilaku kreditnya secara lengkap. Hingga akhir pengamatan tidak ada debitur yang masih dalam proses kredit. Persentase debitur berstatus lancar dan macet pada bulan Januari 28 (Gambar 8) dan pada enam bulan pertama masa pengamatan (Gambar 7) tidak jauh berbeda, hal ini menandakan bahwa persentase ini mampu mewakili seluruh data jika dapat diamati secara lengkap. lancar 71% Gambar 8 macet 28% macet 29% Persentase status kredit untuk debitur yang melakukan akad kredit pada bulan Januari 28 diamati sampai Juni 211. Sebesar 71% debitur yang melakukan kredit pada Januari 28 dapat melunasi utang-utangnya hingga masa pengamatan berakhir (Gambar 8). Hal ini disebabkan karena data pada penelitian ini merupakan data debitur yang sudah lolos seleksi oleh pihak kreditur pada saat permohonan kredit dilakukan. Data inilah yang diamati hingga masa pengamatan berakhir. Sedangkan debitur yang tidak lolos seleksi tidak dapat diamati perilaku kreditnya. Sebesar 29% debitur pada awalnya memenuhi kualifikasi risiko kredit rendah pada akhirnya mengalami kredit macet. Angka 29% pada status kredit macet terbilang tidak sedikit, hal ini disebabkan oleh definisi macet pada penelitian ini adalah debitur yang tidak membayar angsuran dalam waktu 3 hari setelah jatuh tempo. Menurut ketentuan Bank Indonesia definisi tersebut masih dalam kategori dalam perhatian khusus, dikatakan macet apabila terdapat tunggakan pokok dan atau bunga yang telah melampaui 18 hari. Meskipun demikian, persentase debitur macet tetap harus diperkecil untuk mengurangi kerugian perusahaan pemberi kredit. Eksplorasi data untuk masing-masing peubah penjelas dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar 1. Persentase debitur gagal bayar terbesar pada peubah jenis motor adalah debitur yang mengkredit motor bebek kelas bawah yaitu sebesar 3% (Gambar 9a). Selanjutnya, tipe motor matic berada di posisi ke-dua dengan 17%. Mayoritas debitur memiliki telepon tidak tetap. Berdasarkan Gambar 9b dapat dilihat bahwa sebanyak 23% debitur yang memiliki telepon tidak tetap mengalami gagal bayar. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko kegagalan lebih rentan dialami oleh debitur yang memiliki telepon tidak tetap. Sebagian besar debitur sudah memiliki telepon yaitu sebesar 76% dan hanya 2% yang mengalami gagal bayar. Gambar 9c menunjukkan bahwa persentase debitur gagal bayar terbesar adalah debitur yang tidak memiliki telepon. Persentase gagal bayar pada peubah uang muka menunjukkan bahwa debitur yang membayar uang muka kurang dari 5% memiliki persentase gagal bayar paling besar. Gambar 9d menunjukkan bahwa semakin besar persentase uang muka yang dibayar maka semakin kecil persentase kegagalannya. Sebanyak 69% dari seluruh debitur melakukan kredit dengan jangka waktu pinjaman 25 sampai 36 bulan. Terdapat 27% debitur yang mengalami gagal bayar pada jangka waktu tersebut. Persentase gagal bayar

3 7 Jumlah debitur (%) Jumlah debitur (%) Gambar 9 Persentase debitur yang mengalami kredit macet, lancar, dan tersensor pada peubah tipe motor (a), telepon tetap (b), kepemilikan telepon (c), uang muka (d), jangka waktu pinjaman (e), jenis kelamin (f), pendapatan (g), dan pendapatan total (h). terbesar terjadi pada debitur dengan jangka waktu pinjaman lebih dari 36 bulan. Berdasarkan diagram batang dapat dilihat bahwa semakin besar jangka waktu pinjaman maka semakin besar persentase kegagalannya (Gambar 9e). Mayoritas debitur yang melakukan kredit motor berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebesar 76%. Berdasarkan Gambar 9f dapat dilihat bahwa sebanyak 23% debitur laki-laki mengalami gagal bayar. Persentase gagal bayar debitur laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan, tetapi perbedaannya tidak terlalu besar. Dilihat dari segi pendapatan, persentase gagal bayar terbesar terjadi pada debitur dengan penghasilan perbulan terkecil. Gambar 9g menunjukkan bahwa bahwa semakin besar penghasilan debitur maka semakin kecil persentase kegagalannya. Gambar 9h menunjukkan bahwa debitur dengan pendapatan total terendah memiliki persentase kegagalan paling besar. Kemudian dapat dilihat juga bahwa semakin besar pendapatan total debitur maka persentase gagal bayar semakin kecil. Jumlah angsuran per bulan diduga mempengaruhi perilaku debitur dalam membayar utangnya. Berdasarkan Gambar 1a dapat dilihat bahwa persentase debitur gagal bayar terbesar adalah debitur dengan jumlah angsuran perbulan kurang dari Rp5 dan Rp5 sampai Rp75 yaitu sebanyak 24%. Persentase kegagalan terkecil yaitu debitur dengan jumlah angsuran (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) perbulan lebih dari 1.25 juta rupiah yaitu sebanyak 9%. Sebagian besar debitur memiliki rumah sendiri yaitu sebanyak 62%. Persentase gagal bayar pada status rumah tersebut sebanyak 2%. Sementara itu, persentase terbesar gagal bayar terjadi pada debitur yang tinggal pada rumah sewa atau kontrak yaitu sebesar 28% (Gambar 1b). Hal ini mungkin disebabkan oleh uang sewa yang harus dibayar debitur tiap bulan untuk tempat tinggal, sehingga alokasi pendapatan untuk pembayaran kredit terganggu. Sebanyak 85% debitur memiliki status menikah, 22% diantaranya mengalami gagal bayar. Sementara itu, persentase gagal bayar terbesar terjadi pada debitur berstatus duda atau janda yaitu sebesar 28% (Gambar 1c). Persentase gagal bayar terbesar pada kategori jumlah tanggungan terjadi pada debitur dengan jumlah tanggungan lebih dari 5 orang (Gambar 1d). Sementara itu, debitur yang tidak mempunyai tanggungan memiliki persentase kegagalan sebesar 23%. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran yang lebih besar untuk debitur dengan jumlah tanggungan lebih dari lima dibandingkan debitur yang tidak mempunyai tanggungan, sehingga dapat menghambat pembayaran kredit. Mayoritas debitur memiliki pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 42%. Persentase gagal bayar pada jenis pendidikan tersebut sebanyak 22%. Persentase terbesar gagal bayar terjadi pada debitur dengan pendidikan terakhir SMP dan SD yang memiliki

4 8 Jumlah debitur (%) Jumlah debitur (%) (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) Gambar 1 Persentase debitur yang mengalami kredit macet, lancar dan tersensor pada peubah jumlah angsuran (a), kepemilikan tempat tinggal (b), status pernikahan (c), jumlah tanggungan (d), tingkat pendidikan (e), pekerjaan (f), jenis pendapatan (g), dan umur (h). perbedaan persentase hanya 1% (Gambar 1e). Selain itu, dapat dilihat juga bahwa semakin besar tingkat pendidikan debitur maka persentase gagal bayar semakin kecil. Mayoritas debitur memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 24%, 22% diantaranya mengalami gagal bayar. Persentase gagal bayar terbesar terjadi pada debitur yang memiliki pekerjaan sebagai pedagang (Gambar 1f). Sementara itu, persentase gagal bayar terendah terjadi pada debitur yang bekerja sebagai pegawai negeri dan guru. Hal ini mungkin disebabkan oleh pendapatan dari jenis pekerjaan pedagang tidak tetap setiap bulan. Sebagian besar debitur sudah memiliki pendapatan tetap, yaitu sebanyak 56%. Persentase gagal bayar pada jenis pendapatan tidak tetap sebanyak 25% mengalami gagal bayar. Nilai ini adalah persentase terbesar gagal bayar pada kategori jenis pendapatan (Gambar 1g). Penghasilan debitur yang tidak tentu tiap bulan dapat mengganggu pembayaran kredit. Gambar 1h menunjukkan bahwa debitur dengan umur termuda memiliki persentase kegagalan paling besar. Selanjutnya, dapat dilihat juga bahwa semakin tua usia debitur maka persentase gagal bayar semakin kecil. Model Daya Tahan Model dibangun dengan menggunakan analisis daya tahan. Data yang digunakan dibagi menjadi dua bagian, 7% untuk pemodelan dan 3% untuk validasi. Pada proses pengolahan model menggunakan analisis daya tahan debitur yang berstatus lancar termasuk dalam kategori data tersensor. Metode Kaplan-Meier Kaplan-Meier merupakan salah satu metode dalam analisis daya tahan nonparametrik. Tabel hasil penaksiran fungsi daya tahan dan fungsi hazard menggunakan metode Kaplan-Meier dapat dilihat pada Lampiran 3. Penyajian dalam bentuk grafik untuk fungsi daya tahan dapat dilihat pada Gambar 11. Peluang daya tahan Durasi daya tahan (bulan) Gambar 11 Grafik fungsi daya tahan dengan metode Kaplan-Meier. Grafik fungsi daya tahan menggunakan metode Kaplan-Meier menunjukkan bahwa penurunan terbesar peluang daya tahan terjadi sekitar 1 bulan pertama, setelah itu penurunannya lebih lambat. Secara eksplorasi penurunan peluang daya tahan pada 1 bulan

5 9 pertama memiliki nilai tangen.168, kemudian pada bulan ke-1 sampai 2 nilai tangen.81, dan pada bulan ke-2 sampai 36 nilai tangen.47. Hal ini menunjukkan bahwa pada 1 bulan pertama terdapat banyak debitur yang mengalami kredit macet dibandingkan dengan bulanbulan berikutnya ditandai dengan nilai tangen yang lebih besar. Grafik fungsi hazard dapat dilihat pada Gambar 12. Tingkat hazard dengan metode Kaplan-Meier dari waktu ke waktu tidak sama. Pada periode awal fungsi hazard tinggi kemudian menurun seiring bertambahnya waktu. Fungsi daya tahan mengindikasikan peluang debitur untuk tetap lancar kreditnya, sebaliknya fungsi hazard mengindikasikan potensial kegagalan (macet). Tingkat hazard memiliki nilai yang tinggi pada 1 bulan pertama, kesimpulan yang sama juga diperoleh pada fungsi daya tahan yang penurunannya lebih curam pada 1 bulan pertama. Hazard Gambar Durasi daya tahan (bulan) Grafik fungsi hazard dengan metode Kaplan-Meier. Metode Kaplan-Meier juga bisa digunakan untuk membandingkan dua atau lebih grup data daya tahan. Pembandingan dilakukan dengan uji hipotesis, salah satu uji yang bisa digunakan adalah uji Logrank. Hipotesis nol yang diuji adalah fungsi daya tahan dari seluruh grup sama atau tidak nyata perbedaannya. Hipotesis tandingannya adalah minimal ada satu grup yang memiliki fungsi daya tahan berbeda dengan grup lainnya. Uji Logrank ini juga dilakukan untuk pemeriksaan asumsi tingkat hazard yang harus proporsional. Hasil analisis daya tahan untuk masingmasing peubah bebas dapat dilihat pada Tabel 2. Dapat dilihat bahwa seluruh peubah penjelas mempunyai nilai-p kurang dari alpha 5%. Hal ini menandakan bahwa tiap kategori dalam peubah memberikan fungsi daya tahan yang berbeda. Tabel 2 Hasil uji Logrank untuk tiap peubah beserta signifikansinya (nilai-p) Peubah Khi- Kuadrat Nilai-p Tipe motor <.1 Telepon tetap 28.5 <.1 Kepemilikan telepon <.1 Uang muka <.1 Jangka waktu pinjaman <.1 Jenis kelamin 25.4 <.1 Pendapatan <.1 Pendapatan total <.1 Jumlah angsuran <.1 Kepemilikan tempat tinggal <.1 Status pernikahan Jumlah tanggungan 29.5 <.1 Tingkat pendidikan <.1 Pekerjaan <.1 Jenis pendapatan <.1 Umur <.1 Metode Kaplan-Meier juga dapat menghasilkan pola daya tahan untuk setiap peubah penjelas. Grafik fungsi daya tahan pada peubah uang muka menunjukkan bahwa debitur yang membayar uang muka kurang dari 5% memiliki fungsi daya tahan terendah, atau yang paling cepat untuk menjadi macet kreditnya. Gambar 13 menunjukkan bahwa semakin besar persentase uang muka yang dibayar maka semakin tinggi fungsi daya tahannya atau risiko untuk menjadi debitur macet semakin kecil. Selain itu, fungsi daya tahan pada kategori uang muka kurang dari 5% dan 5-1% terlihat lebih curam dibandingkan kategori uang muka lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa risiko pada kategori tersebut sangat besar. Hasil analisis daya tahan menggunakan metode Kaplan-Meier pada masing-masing peubah penjelas dapat dilihat pada Lampiran 4. Pada peubah tipe motor, debitur yang mengkredit motor bebek kelas bawah memiliki fungsi daya tahan yang rendah, atau yang paling cepat untuk menjadi gagal bayar. Kategori yang memiliki fungsi daya tahan tertinggi adalah tipe motor sport dan motor bebek kelas atas. Kedua kategori tersebut mempunyai fungsi daya tahan yang hampir sama. Fungsi daya tahan pada peubah jenis kelamin terdapat perbedaan antara debitur.

6 1 1 Peluang daya tahan Durasi daya tahan (bulan) < > 2 Gambar 13 Grafik fungsi daya tahan metode Kaplan-Meier untuk peubah bebas uang muka (%). laki-laki dan perempuan. Debitur laki-laki memiliki fungsi daya tahan yang lebih rendah dibandingkan dengan debitur perempuan. Berdasarkan jumlah pendapatan per bulan, debitur dengan pendapatan kurang dari dua juta rupiah memiliki risiko kredit terbesar, hal ini bisa dilihat dari grafik fungsi daya tahan yang paling rendah dibandingkan kategori penghasilan lainnya. Selanjutnya, dapat dilihat juga bahwa semakin besar penghasilan per bulan maka semakin tinggi fungsi daya tahan debitur. Dilihat dari karakteristik debitur dengan kepemilikan tempat tinggal yang berbeda, debitur berstatus tempat tinggal sewa atau kontrak memiliki fungsi daya tahan terendah, sedangkan debitur yang memiliki rumah sendiri memiliki fungsi daya tahan yang paling tinggi. Fungsi daya tahan pada peubah status pernikahan menunjukkan bahwa debitur dengan status duda atau janda merupakan debitur yang paling cepat untuk menjadi gagal bayar. Debitur yang belum menikah dan sudah menikah memiliki fungsi daya tahan tertinggi. Fungsi daya tahan pada kedua kategori tersebut berhimpit yang menunjukkan bahwa keduanya memiliki daya tahan yang hampir sama. Ditinjau dari segi tingkat pendidikan, debitur dengan tingkat pendidikan S1 memiliki fungsi daya tahan tertinggi, sedangkan yang paling cepat gagal bayar adalah debitur berpendidikan SMP. Kategori SMP dibandingkan dengan kategori SD memiliki fungsi daya tahan yang lebih rendah, walaupun perbedaannya tidak terlalu besar. Jumlah tanggungan debitur diduga mempengaruhi durasi daya tahan debitur. Risiko gagal bayar terbesar terjadi pada debitur yang memiliki jumlah tanggungan lebih dari lima orang. Hal ini ditunjukkan dengan fungsi daya tahan yang lebih curam dibandingkan kategori jumlah tanggungan lainnya. Fungsi daya tahan pada kategori jumlah tanggungan, 1, 2, 3, dan 4 terlihat berhimpit yang menunjukkan bahwa keduanya memiliki daya tahan yang hampir sama. Debitur memiliki pekerjaan yang berbedabeda, debitur yang bekerja sebagai pedagang memiliki risiko paling tinggi untuk menjadi gagal bayar dibandingkan dengan kategori lainnya. Debitur yang bekerja sebagai pegawai negeri dan guru memiliki fungsi daya tahan tertinggi. Fungsi daya tahan pada kedua kategori tersebut berhimpit yang menunjukkan bahwa keduanya memiliki daya tahan yang hampir sama. Fungsi daya tahan pada peubah umur menunjukkan bahwa debitur yang berumur kurang dari 21 tahun merupakan debitur yang paling cepat untuk menjadi gagal bayar. Debitur yang berumur 41 sampai 5 tahun dan lebih dari 5 tahun memiliki fungsi daya tahan tertinggi. Fungsi daya tahan pada kedua kategori tersebut berhimpit yang menunjukkan bahwa keduanya memiliki daya tahan yang hampir sama. Metode Regresi Hazard Proporsional Regresi hazard proporsional dapat menerangkan pengaruh karakteristik debitur terhadap durasi daya tahan secara simultan. Sebelum melakukan analisis terlebih dahulu membuat peubah boneka untuk seluruh peubah kategorik. Jika suatu peubah memiliki k buah kategori maka peubah boneka yang terbentuk sebanyak k-1 buah. Peubah boneka yang dibentuk dapat dilihat pada Lampiran 1.

7 11 Hasil analisis dengan metode regresi hazard proporsional dapat dilihat pada Lampiran 5. Analisis ini dilakukan dengan memasukkan seluruh peubah penjelas ke dalam model. Pengujian parameter secara simultan dengan uji-g didapatkan nilai statistik uji khi-kuadrat sebesar dan nilai-p <.1, artinya minimal ada satu peubah penjelas yang berpengaruh terhadap durasi daya tahan debitur. Pengujian parameter secara parsial dilakukan dengan Uji Wald. Peubah yang berpengaruh nyata terhadap durasi daya tahan debitur pada alpha 5% antara lain peubah tipe motor, kepemilikan telepon, uang muka, jenis kelamin, jumlah angsuran, kepemilikan tempat tinggal, status pernikahan, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan umur. Pemodelan dilakukan kembali dengan mengeluarkan peubah yang tidak berpengaruh nyata. Hasil analisis dengan model reduksi beserta nilai dugaan koefisien β dapat dilihat pada Lampiran 6. Model yang diperoleh memiliki nilai log-likelihood sebesar dengan statistik uji-g sebesar dan nilai-p <.1. Hal ini menunjukkan setidaknya ada satu peubah penjelas yang berpengaruh nyata terhadap durasi daya tahan debitur. Pengujian parameter secara parsial menunjukkan bahwa seluruh peubah yang masuk dalam model reduksi berpengaruh nyata terhadap durasi daya tahan debitur pada taraf nyata alpha 5%. Pemeriksaan Asumsi Regresi hazard proporsional memiliki asumsi yang cukup kuat. Asumsi metode ini yaitu memiliki hazard yang bersifat proporsional antara satu individu dan individu lainnya. Pemeriksaan asumsi dilakukan dengan membuat dugaan ln(-ln)s(t) untuk semua kategori dalam peubah bebas dan melakukan uji Logrank untuk membandingkan fungsi daya tahan antar dua atau lebih kategori. Kurva ln(-ln)s(t) untuk peubah uang muka menunjukkan bahwa kurva yang dihasilkan paralel antar kategori (Gambar 14). Hal ini didukung juga dengan hasil uji Logrank yang menyatakan ada perbedaan fungsi daya tahan yang signifikan antar kategori uang muka (Tabel 3). Dengan demikian, kategori uang muka memiliki fungsi hazard yang bersifat proporsional. Kurva ln(-ln) peluang daya tahan untuk semua peubah dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan hasil uji Logrank untuk masingmasing peubah dan kurva ln(-ln) peluang daya tahan dapat disimpulkan bahwa seluruh peubah memenuhi asumsi hazard proporsional. -Ln(-Ln)S(t) Durasi daya tahan (bulan) < > 2 Gambar 14 Grafik ln(-ln)s(t) metode Kaplan-Meier untuk peubah uang muka (%). Validasi Model Model dibangun dengan menggunakan analisis daya tahan menggunakan 7% dari keseluruhan data, sedangkan sisanya digunakan untuk validasi model. Validasi model perlu dilakukan untuk mengevaluasi kestabilan model. Validasi model dilakukan dengan melihat perubahan model dan parameter dengan set data yang berbeda. Hasil pemeriksaan rasio hazard pada data validasi dibandingkan dengan selang kepercayaan rasio hazard pada data pemodelan dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil validasi model menunjukkan bahwa ada beberapa peubah yang memiliki rasio hazard di luar interval. Peubah tersebut antara lain, tipe motor (1 vs 2); kepemilikan telepon (1 vs 2); jenis kelamin (1 vs 2); jumlah angsuran (2 vs 1); kepemilikan tempat tinggal (2 vs 1) dan (4 vs 1); tingkat pendidikan (3 vs 2) dan (6 vs 2). Walaupun demikian, perbedaan jaraknya tidak terlalu besar sehingga masih bisa ditoleransi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa model yang dihasilkan sudah cukup baik. Interpretasi Koefisien Interpretasi koefisien pada regresi hazard proporsional dapat dilihat melalui rasio tingkat hazard-nya. Rasio hazard adalah risiko relatif suatu individu pada suatu kategori mengalami kejadian dibandingkan dengan

8 12 kategori lainnya. Nilai rasio hazard yang dihasilkan dengan analisis regresi hazard proporsional dapat dilihat pada Lampiran 6. Berdasarkan peubah tipe motor, debitur yang mengkredit motor bebek kelas bawah dan motor sport masing-masing memiliki kecenderungan untuk menjadi debitur gagal 1.5 dan 1.7 kali dibandingkan dengan debitur yang mengkredit motor bebek kelas atas. Hal ini menunjukkan bahwa debitur yang mengkredit motor bebek kelas bawah memiliki risiko gagal bayar yang besar dibandingkan dengan kelompok tipe motor lainnya. Dilihat dari status kepemilikan telepon debitur, risiko untuk menjadi macet pada debitur yang tidak memiliki telepon sebesar 1/.786 = 1.27 kali dari debitur yang memiliki telepon. Hal ini menunjukkan bahwa risiko gagal bayar yang besar terjadi pada debitur yang tidak memiliki telepon. Berdasarkan karakteristik debitur dengan persentase uang muka muka yang berbeda, debitur yang membayar uang muka kurang dari 5%, 5-1%, 1-15%, dan 15-2% masing-masing memiliki kecenderungan untuk menjadi debitur gagal bayar 7.1, 4.6, 2.4, dan 1.7 kali dibandingkan dengan debitur yang membayar uang muka sebesar >2%. Hal ini berarti bahwa semakin kecil uang muka yang dibayar oleh debitur maka semakin besar risiko untuk menjadi macet kreditnya. Bank Indonesia sudah mengeluarkan ketentuan mengenai uang muka pembiayaan yang tertuang dalam Surat Edaran bank Indonesia No. 14/1/DPNP tanggal 15 Maret 212 tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit Kendaraan Bermotor. Ketentuan tersebut berisi uang muka untuk pembelian kendaraan bermotor roda dua paling rendah 25%. Dilihat dari segi jenis kelamin debitur, debitur laki-laki memiliki risiko untuk menjadi macet kreditnya sebesar 1.2 kali dibandingkan dengan debitur perempuan. Hal ini memperkuat dari hasil eksplorasi data sebelumnya yang menyatakan persentase debitur macet untuk jenis kelamin laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Besarnya jumlah angsuran per bulan juga merupakan salah satu peubah yang berpengaruh nyata terhadap durasi daya tahan debitur. Risiko untuk menjadi macet pada debitur yang memiliki angsuran per bulan Rp5 sampai Rp75 memiliki kecenderungan untuk menjadi debitur gagal 1.2 kali dibandingkan dengan debitur yang memiliki angsuran per bulan kurang dari Rp5. Nilai rasio hazard pada peubah kepemilikan tempat tinggal untuk debitur yang memiliki tempat tinggal berstatus rumah keluarga, dan sewa atau kontrak masingmasing adalah dan dengan pembanding status rumah milik sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa debitur yang tinggal di rumah sendiri memiliki risiko gagal bayar terkecil. Hal ini bisa disebabkan oleh pembayaran uang sewa perbulan untuk debitur yang belum memiliki tempat tinggal sendiri, sehingga alokasi pendapatan untuk pembayaran kredit terganggu. Dilihat dari status pernikahan, debitur yang berstatus menikah, dan duda atau janda masing-masing memiliki kecenderungan untuk menjadi debitur macet 1.3 dan 1.9 kali dibandingkan dengan debitur berstatus belum menikah. Hal ini menunjukkan bahwa debitur berstatus janda atau duda memiliki risiko gagal bayar terbesar. Berdasarkan karakteristik debitur dengan jumlah tanggungan yang berbeda, debitur yang memiliki jumlah tanggungan 5 orang dan lebih dari 5 orang masing-masing memiliki kecenderungan untuk menjadi debitur gagal 1.2 dan 1.4 kali dibandingkan dengan debitur yang memiliki tidak memiliki jumlah tanggungan. Hal ini berarti semakin banyak jumlah tanggungan maka semakin besar risiko seorang debitur untuk menjadi macet kreditnya. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran yang lebih besar untuk debitur dengan jumlah tanggungan lebih dari lima dibandingkan debitur yang tidak mempunyai tanggungan sehingga dapat menghambat pembayaran kredit. Kategori SD digunakan sebagai kategori pembanding pada peubah tingkat pendidikan. Nilai rasio hazard pada tingkat pendidikan S1 sebesar.749 menggambarkan bahwa debitur yang berpendidikan SD memiliki kecenderungan 1/.749 = kali lebih besar untuk menjadi debitur gagal bayar dibandingkan debitur S1. Hal ini memperkuat hasil eksplorasi data sebelumnya yang menyatakan persentase debitur macet untuk tingkat pendidikan SD lebih besar dibandingkan S1. Dilihat dari jenis pekerjaan, debitur dengan pekerjaan pegawai swasta, petani, pedagang, dan jasa masing-masing memiliki kecenderungan untuk menjadi debitur macet 1.2, 1.4, 1.7, 1.6, dan 1.4 kali dibandingkan dengan debitur yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri. Hal ini menunjukkan

2 Telepon tetap 0 (1) X 3 Kepemilikan. 1 Memiliki telepon 1 telepon Tidak memiliki 2 telepon (1) (2) (3) (4) X 4 Uang muka (%) 1 <

2 Telepon tetap 0 (1) X 3 Kepemilikan. 1 Memiliki telepon 1 telepon Tidak memiliki 2 telepon (1) (2) (3) (4) X 4 Uang muka (%) 1 < L A M P I R A N Lampiran Peubah-peubah penjelas yang digunakan beserta peubah boneka yang dibentuk Peubah Kategori Keterangan Peubah Boneka () () () X Tipe motor Bebek kelas bawah Bebek kelas atas Motor

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini adalah MS.Excell 2003, Answertree 2.01 dan SPSS for Windows versi Tabel 1. Karakteristik debitur

HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini adalah MS.Excell 2003, Answertree 2.01 dan SPSS for Windows versi Tabel 1. Karakteristik debitur Software yang digunakan dalam penelitian ini adalah MS.Excell 2003, Answertree 2.01 dan SPSS for Windows versi 15.0. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Karakteristik Debitur Banyaknya debitur kredit konsumtif

Lebih terperinci

HASIL. yang berlebihan. kotak garis (box-plot) yaitu, Bersubsidi. untuk KPR Bersubsidi. 2. Membangun. analisis. keseluruhan

HASIL. yang berlebihan. kotak garis (box-plot) yaitu, Bersubsidi. untuk KPR Bersubsidi. 2. Membangun. analisis. keseluruhan 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekplorasi Seluruh Data KPR Bersubsidi Secara kesulurahan persentase macet pada data Kredit Pemilikan Rumah Bersubsidi dalam penelitian ini sebesar 6,05%. Gambar 3 menggambarkan perbandingan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam

PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam 55 II. PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam pengembalian Kredit Mikro Utama diidentifikasi

Lebih terperinci

Others Institution Credit Job Code

Others Institution Credit Job Code 4. Residence status (status kepemilikan rumah) yang dinotasikan dengan RS. Peubah ini dibagi menjadi enam kelompok. 5. Job code (kode pekerjaan) yang dinotasikan dengan JC. Peubah ini dibagi menjadi lima

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Pasien ART Rendahnya imunitas dan beratnya keadaan klinis pasien saat memulai ART mempengaruhi lamanya proses perbaikan imunologis maupun klinis pasien. Tabel 2

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Kredit UMKM Bank X merupakan kredit dengan jumlah nasabah terbanyak dibandingkan dengan jenis kredit lainnya. Jasa layanan kredit usaha pada Bank ini diantaranya meliputi

Lebih terperinci

PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal)

PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal) PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK 1. Data Biner Data biner merupakan data yang hanya memiliki dua kemungkinan hasil. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal) dengan peluang masing-masing

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Jika hipotesis nol benar, maka statistik uji-w akan menyebar mengikuti sebaran normal baku. Hipotesis nol ditolak jika W > Z α/2 (Hosmer & Lemeshow 1989). Interpretasi koefisien untuk model regresi logistik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosiodemografi Responden

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosiodemografi Responden HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan data lapangan dilakukan pada tanggal 19- Mei 12dan tanggal 26-27 Mei 12 serentak di empat wilayah DKI. Responden secara keseluruhan ditargetkan sebanyak orang. Beberapa

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. extended untuk mengatasi nonproportional hazard dan penerapannya pada kasus

BAB III PEMBAHASAN. extended untuk mengatasi nonproportional hazard dan penerapannya pada kasus BAB III PEMBAHASAN BAB III PEMBAHASAN Pada Bab III ini akan dibahas tentang prosedur pembentukan model Cox extended untuk mengatasi nonproportional hazard dan penerapannya pada kasus kejadian bersama yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis keberlanjutan studi dalam wajib belajar 6 tahun (SD/MI) adalah metode Life Table, Kaplan-Meier, dan hazard proporsional Cox. 4.1 Metode

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kredit

TINJAUAN PUSTAKA Kredit TINJAUAN PUSTAKA Kredit Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati.

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA TAHAN DEBITUR MENGGUNAKAN PERLUASAN MODEL COX DAN COX STRATIFIKASI IWAN KURNIAWAN

ANALISIS DAYA TAHAN DEBITUR MENGGUNAKAN PERLUASAN MODEL COX DAN COX STRATIFIKASI IWAN KURNIAWAN ANALISIS DAYA TAHAN DEBITUR MENGGUNAKAN PERLUASAN MODEL COX DAN COX STRATIFIKASI IWAN KURNIAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dan untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dan untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Salah satu lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat telah menjadikan pinjam-meminjam uang sebagai sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. viii

DAFTAR ISI. Halaman. viii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi ABSTACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR SIMBOL... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Sebelum melakukan pembahasan mengenai permasalahan dari skripsi ini, akan diuraikan beberapa teori penunjang antara lain: Kredit Macet, Regresi Logistik, Model Terbaik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bank Jabar Banten KCP Dramaga dan juga

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bank Jabar Banten KCP Dramaga dan juga 37 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bank Jabar Banten KCP Dramaga dan juga cabang Cibinong. Pelaksanaan penelitian berlangsung bulan Juli 2009 sedangkan upaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA Untuk mendapatkan hasil variabel mana yang paling signifikan dan mendapatkan penghitungan pengaruh hazard dan survival pada masing-masing variabel, maka dilakukan regresi

Lebih terperinci

Peubah yang diamati sebagai peubah respon adalah peubah indikator keberhasilan mahasiswa, sedangkan peubah lainnya digunakan sebagai peubah penjelas.

Peubah yang diamati sebagai peubah respon adalah peubah indikator keberhasilan mahasiswa, sedangkan peubah lainnya digunakan sebagai peubah penjelas. 5 diamati sebagai peubah respon adalah peubah indikator keberhasilan mahasiswa, sedangkan peubah lainnya digunakan sebagai peubah penjelas. Metode Analisis Tahapan-tahapan dilakukan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan, alat penggerak pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari pembangunan. Bank sebagai

Lebih terperinci

Jurnal Gradien Vol 8 No 2 Juli 2012: Yuli Andriani, Uxti Mezulianti, dan Herlina Hanum

Jurnal Gradien Vol 8 No 2 Juli 2012: Yuli Andriani, Uxti Mezulianti, dan Herlina Hanum Jurnal Gradien Vol 8 No 2 Juli 2012:809-814 Model Tingkat Kelancaran Pembayaran Kredit Bank Menggunakan Model Regresi Logistik Ordinal (Studi Kasus: Bank Rakyat Indonesia Tbk Unit Pasar Bintuhan) Yuli

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Perilaku konsumen

TINJAUAN PUSTAKA Perilaku konsumen TINJAUAN PUSTAKA Perilaku konsumen Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Analisis survival atau analisis ketahanan hidup adalah metode yang

BAB II KAJIAN TEORI. Analisis survival atau analisis ketahanan hidup adalah metode yang BAB II KAJIAN TEORI BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Survival Analisis survival atau analisis ketahanan hidup adalah metode yang berhubungan dengan jangka waktu, dari awal pengamatan sampai suatu kejadian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perhitungan Model scoring ini adalah model perhitungan yang cepat dan mudah untuk mengidentifikasikan keputusan yang mempunyai beragam criteria. Perhitungan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperhatikan adalah jangka waktu dari awal pengamatan sampai suatu event

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperhatikan adalah jangka waktu dari awal pengamatan sampai suatu event BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Survival Analisis survival merupakan suatu analisis data dimana variabel yang diperhatikan adalah jangka waktu dari awal pengamatan sampai suatu event terjadi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan uang tersebut kembali ke masyarakat. merupakan lembaga keuangan yang paling lengkap kegiatannya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan uang tersebut kembali ke masyarakat. merupakan lembaga keuangan yang paling lengkap kegiatannya yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Menurut Undang Undang Nomor 14 tahun 1967 tentang pokok pokok perbankan, yang dimaksud lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan kegiatan

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS Dengan melihat permasalahan yang terjadi pada Bank X, maka perlu adanya cara untuk menganalisa variabel-variabel apa saja yang akan menentukan kredit macet atau lancar dengan menggunakan

Lebih terperinci

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Lama Waktu Pembayaran Angsuran Pertama Program ZIS Produktif Baitul Mal Aceh

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Lama Waktu Pembayaran Angsuran Pertama Program ZIS Produktif Baitul Mal Aceh Statistika, Vol. 17 No. 2, 53 61 November 2017 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Lama Waktu Pembayaran Angsuran Pertama Program ZIS Produktif Baitul Mal Aceh Samsul Anwar, Afriyani, Desfrira Ahya, Nurhidayati,

Lebih terperinci

BAB III REGRESI TERSENSOR (TOBIT) Model regresi yang didasarkan pada variabel terikat tersensor disebut

BAB III REGRESI TERSENSOR (TOBIT) Model regresi yang didasarkan pada variabel terikat tersensor disebut BAB III REGRESI TERSENSOR (TOBIT) 3.1 Model Regresi Tersensor (Tobit) Model regresi yang didasarkan pada variabel terikat tersensor disebut model regresi tersensor (tobit). Untuk variabel terikat yang

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO Faktor-faktor yang diduga akan mempengaruhi pengembalian KUR Mikro adalah usia, jumlah tanggungan keluarga, jarak tempat tinggal

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR PENGARUH LAMA PROSES PELAYANAN IMB (IZIN

PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR PENGARUH LAMA PROSES PELAYANAN IMB (IZIN Your logo PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR PENGARUH LAMA PROSES PELAYANAN IMB (IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN) DI SURABAYA DENGAN METODE REGRESI COX Dosen Pembimbing : Prof.Drs.NUR IRIAWAN,MIkom,PhD PENDAHULUAN Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah explanatory research. Menurut. Singarimbun&Efendi (1995) explanatory research adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah explanatory research. Menurut. Singarimbun&Efendi (1995) explanatory research adalah penelitian 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah explanatory research. Menurut Singarimbun&Efendi (1995) explanatory research adalah penelitian pengujian hipotesis. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian 75 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum MAN Batang Tabel 4.1 Peta Pendidikan di Kabupaten Batang No Nama Sekolah Jumlah 1 MI Negeri 2 2 MI Swasta 100 3

Lebih terperinci

RMSE = dimana : y = nilai observasi ke-i V PEMBAHASAN. = Jenis kelamin responden (GENDER) X. = Pendidikan responden (EDU) X

RMSE = dimana : y = nilai observasi ke-i V PEMBAHASAN. = Jenis kelamin responden (GENDER) X. = Pendidikan responden (EDU) X pembilang persamaan (3) adalah rataan jumlah kuadrat galat, N jumlah pengamatan dan M jumlah himpunan bagian. Penyebutnya merupakan fungsi nilai kompleks, dengan C(M) adalah nilai kompleksitas model yang

Lebih terperinci

BERITA RESMI. Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Profil Penerima Manfaat BUMI di Sukabumi

BERITA RESMI. Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Profil Penerima Manfaat BUMI di Sukabumi No. 02/02/BR/II/2017, 23 Februari 2017 Profil Penerima Manfaat BUMI di Sukabumi Pada tahun 2012, Sukabumi memulai program zakat produktif yang disebut "Bangkit Usaha Mandiri Sukabumi Berbasis Masjid" (BUMI).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Survival Secara umum, analisis survival merupakan kumpulan dari prosedur statistik untuk analisis data yang variabel hasilnya berupa waktu sampai mengalami kejadian

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit Tongkol Dalam menyalurkan KUR kepada debitur, ada beberapa tahap atau prosedur yang harus dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penulisan skripsi. Teori penunjang tersebut adalah: Regresi logistik, analisis survival,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penulisan skripsi. Teori penunjang tersebut adalah: Regresi logistik, analisis survival, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Sebelum melalukan pembahasan mengenai permasalahan dari skripsi ini, pada bab ini akan diuraikan beberapa teori penunjang yang dapat membantu dalam penulisan skripsi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang dengan cepat, sumber-sumber dana diperlukan untuk membiayai usaha tersebut. Salah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perbankan, penelitian ini lebih bersifat penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perbankan, penelitian ini lebih bersifat penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Dalam mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit perbankan, penelitian ini lebih bersifat penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS 51 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi Data Penelitian 4.1.1 Profil Obyek Penelitian Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah Pasar Sleman. Pasar Sleman merupakan pasar terbesar di Kecamatan Sleman.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data panel dan merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 53 BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN Dalam bab Analisa dan Pembahasan diuraikan terlebih dahulu tentang hasil perolehan data penelitian, selanjutnya dipaparkan hasil uji validitas dan reabilitas, analisa deskriptif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa Gambar 1 memperlihatkan Karakteristik siswa SMA Negeri Ulu Siau berdasarkan jurusan. Berdasarkan Gambar 1 umumya siswa lebih memilih jurusan IPA daripada jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan merupakan analisis mengenai kondisi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji validitas dan reliabilitas dari kuesioner pada lampiran 1 menunjukkan bahwa kuesioner tersebut valid dan realibel. Kuesioner di katakan valid jika nilai Alpha Cronbach

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menjawab

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menjawab BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menjawab rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya dengan berdasarkan tingkat eksplanasinya 54.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bank adalah lembaga keuangan yang merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia. Sebagai lembaga Intermediasi, bank memiliki

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB II KERANGKA TEORETIS BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Pengertian Piutang Menurut Niswonger dkk. (1999): istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito (3 Bulan) Dan Kredit Macet (NPL) Terhadap Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU KOTA SANTRI Cabang Karanganyar Koperasi Serba Usaha KOTA SANTRI Cabang Karanganyar dalam memberikan kredit

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Hasil analisis deksriptif (Wangi SP, 2008) memperlihatkan bahwa semakin besar nilai pengajuan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. umum dari obyek penelitian. Pada penelitian ini peneliti mengambil data waktu tiga

BAB III METODE PENELITIAN. umum dari obyek penelitian. Pada penelitian ini peneliti mengambil data waktu tiga BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu dan tempat penelitian menguraikan tentang jadwal penelitian dilaksanakan dan lokasi dimana penelitian dilakukan, yang juga mencakup gambaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku bunga kredit dan kredit bermasalah (NPL) dampaknya terhadap jumlah penyaluran kredit pada PT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi merupakan jumlah dari keseluruhan obyek (satuan-satuan/individuindividu) yang karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto, 1994). Populasi yang

Lebih terperinci

Pokok Bahasan. Jenis-jenis Data (Berdasarkan Sifatnya)

Pokok Bahasan. Jenis-jenis Data (Berdasarkan Sifatnya) DATA DAN PENYAJIAN Pokok Bahasan Jenis-jenis Data (Berdasarkan Sifatnya) Kualitatif & kuantitatif Kategorik & Kontinum Level of data Penyajian Data : Tabel Histogram Poligon Kurve Pengerjakan dengan komputer

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA TAHAN MENUNGGU KELAHIRAN ANAK PERTAMA DI PROVINSI LAMPUNG MAHFUZ HUDORI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

ANALISIS DAYA TAHAN MENUNGGU KELAHIRAN ANAK PERTAMA DI PROVINSI LAMPUNG MAHFUZ HUDORI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 i ANALISIS DAYA TAHAN MENUNGGU KELAHIRAN ANAK PERTAMA DI PROVINSI LAMPUNG MAHFUZ HUDORI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP 65 V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP Kecamatan Cimarga merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan program SPP sejak diselenggarakannya

Lebih terperinci

dimana: n1= jumlah sampel dalam tiap kecamatan

dimana: n1= jumlah sampel dalam tiap kecamatan IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kota Bogor merupakan kota

Lebih terperinci

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN BAB. III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu data yang diukur dengan data rasio berdasarkan data time series. Data tersebut diperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketentraman. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke

Lebih terperinci

di masa yang akan datang dilihat dari aspek demografi dan kepuasannya. PENDAHULUAN

di masa yang akan datang dilihat dari aspek demografi dan kepuasannya. PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini ada dua teknologi yang diusung oleh perusahaan-perusahaan telekomunikasi Indonesia yaitu teknologi Global System for Mobile communication (GSM) dan teknologi Code

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Peubah Penjelas

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Peubah Penjelas 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Peubah Penjelas Hasil analisis mengenai persentase responden berdasarkan peubah-peubah penjelas ditunjukkan pada Gambar 2. Usia responden

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas. Variable Corrcted item total R tabel Keterangan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas. Variable Corrcted item total R tabel Keterangan 61 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas Uji validitas bertujuan untuk menguji tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Tabel 5.1 Hasil Uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank. Kegiatan utama dari perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Bank. Kegiatan utama dari perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian dan dunia bisnis yang semakin pesat menuntut adanya persaingan usaha yang semakin ketat pula. Hal inilah yang menjadi pemikiran penting

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pemecahan atas permasalahan yang telah dirumuskan. Menurut Efferen (2008: 48)

BAB III METODE PENELITIAN. pemecahan atas permasalahan yang telah dirumuskan. Menurut Efferen (2008: 48) BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Suatu penelitian memerlukan adanya metode penelitian karena metode penelitian merupakan rangkaian langkah yang harus ditempuh oleh peneliti secara ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha pemerintah dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat adalah memberdayakan peranan jasa perbankan. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA. 26 Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISA DATA. 26 Universitas Indonesia BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Data Kolektibilitas Debitur Tahun 2008 Bank Indonesia melalui PBI No:9/14/PBI/2007 tentang Sistem Informasi Debitur mewajibkan bank umum melaporkan kualitas debitur untuk pemenuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membiayai usaha yang dijalankan. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha. permodalan dan pengembangan usaha masyarakat.

I. PENDAHULUAN. membiayai usaha yang dijalankan. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha. permodalan dan pengembangan usaha masyarakat. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berkontribusi cukup tinggi dalam perekonomian nasional, khususnya dalam membantu masyarakat membiayai usaha yang dijalankan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Berdasarkan Undang undang RI Nomor 10. masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Berdasarkan Undang undang RI Nomor 10. masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini perbankan memiliki peranan penting untuk pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Berdasarkan Undang undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Analisis Survival

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Analisis Survival BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dipaparkan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan bab selanjutnya dan pembahasan utama dalam penelitian

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Mahasiswa Pascasarjana IPB 2005-2010 Berhenti Studi Pada Tabel 1 terlihat bahwa persentase mahasiswa pascasarjana IPB yang berhenti studi tahun 2005-2010 menurun tetapi

Lebih terperinci

MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD PADA LAJU TAMAT MAHASISWA JURUSAN MATEMATIKA UNIVERSITAS ANDALAS

MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD PADA LAJU TAMAT MAHASISWA JURUSAN MATEMATIKA UNIVERSITAS ANDALAS Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 33 41 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND MODEL REGRESI COX PROPORTIONAL HAZARD PADA LAJU TAMAT MAHASISWA JURUSAN MATEMATIKA UNIVERSITAS ANDALAS

Lebih terperinci

BAB 4 ANALSIS DAN BAHASAN. Tuberculosis (TB Paru) berdasarkan variabel usia, jenis kelamin, perilaku

BAB 4 ANALSIS DAN BAHASAN. Tuberculosis (TB Paru) berdasarkan variabel usia, jenis kelamin, perilaku BAB 4 ANALSIS DAN BAHASAN 4.1. Analisis Data dan Bahasan 4.1.1. Analsis Deskriptif Analisis deskriptif berikut ini menjelaskan kateristik pasien penderita Tuberculosis (TB Paru) berdasarkan variabel usia,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. BPRS Al Salam Amal Salman atau lebih dikenal dengan nama BPRS Al Salaam (BAS). BAS berkantor pusat di Jalan Cinere Raya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. PUAP, adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui

III. METODE PENELITIAN. PUAP, adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui 41 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan yang selanjutnya disingkat PUAP, adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu unit kegiatan produksi yang mengolah sumber sumber ekonomi untuk

I. PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu unit kegiatan produksi yang mengolah sumber sumber ekonomi untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu unit kegiatan produksi yang mengolah sumber sumber ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Indonesia yang tergolong miskin. Bagi mereka mencari kredit mandiri

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Indonesia yang tergolong miskin. Bagi mereka mencari kredit mandiri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Untuk memulai sebuah usaha, banyak orang sering merasa kebingungan karena tidak memiliki modal. Apalagi untuk masyarakat Indonesia yang tergolong miskin. Bagi

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha di Indonesia tidak terlepas dari peranan pemerintah yang memberikan kesempatan terutama pada perusahaan-perusahaan untuk dapat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 22 III. METODOLOGI PENELITIAN 2.5. Data Penelitian Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari bagian Akademis POLBAN serta data pendukung yang merupakan data primer (persepsi)

Lebih terperinci

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT DAN REPAYMENT CAPACITY

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT DAN REPAYMENT CAPACITY VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT DAN REPAYMENT CAPACITY 7.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian KUR Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian

Lebih terperinci

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL 1 PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL Uaies Qurnie Hafizh, Vita Ratnasari Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berkembang dari tahun ke tahun, dan pada tahun 2004 PT. Bank Danamon

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berkembang dari tahun ke tahun, dan pada tahun 2004 PT. Bank Danamon BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Adira Finance tbk. Berdiri pada bulan Maret 1990, yang beralamat di Graha Adira Menteng Jakarta Selatan.

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan jawaban responden yang telah diklasifikasikan menurut jenis kelamin, umur, pendidikan, jenis pekerjaan, dan pengeluaran dalam satu bulan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari data, baik itu bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Apabila dikumpulkan data dari seluruh elemen dalam suatu populasi,

Lebih terperinci

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI 7 BAB ΙΙ LANDASAN TEORI Berubahnya nilai suatu variabel tidak selalu terjadi dengan sendirinya, bisa saja berubahnya nilai suatu variabel disebabkan oleh adanya perubahan nilai pada variabel lain yang

Lebih terperinci

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS 7.1. Karakteristik Responden Responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 38 responden yang menjadi mitra

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH SURAT PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH ANTARA BANK ---------------------------------------------- DAN ---------------------------------- Nomer: ----------------------------------

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Linier Sederhana Dalam beberapa masalah terdapat dua atau lebih variabel yang hubungannya tidak dapat dipisahkan karena perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan utama suatu bank adalah menghimpun dana (funding) dari masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan utama suatu bank adalah menghimpun dana (funding) dari masyarakat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam masa pembangunan dalam segala bidang, khususnya bidang perekonomian. Pada saat ini perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara bisa dilihat dari minimalnya dua sisi, yaitu ciri perekonomian negara tersebut, seperti pertanian atau industri dengan sektor perbankan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penilitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penilitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penilitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada koperasi di Kabupaten Bantul. Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah para debitur yang mengalami kredit

Lebih terperinci

ANALISIS STATUS KREDIT MIKRO DENGAN REGRESI LOGISTIK TJIPTO AJI SUDARSO

ANALISIS STATUS KREDIT MIKRO DENGAN REGRESI LOGISTIK TJIPTO AJI SUDARSO ANALISIS STATUS KREDIT MIKRO DENGAN REGRESI LOGISTIK TJIPTO AJI SUDARSO DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN TJIPTO AJI SUDARSO. Analisis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai analisis Kesehatan Bank terhadap Harga Saham pada Perbankan BUMN Go Public periode tahun 2007-2011,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia UIN Maulana. Malik Ibrahim Malang Jalan Gajayana No.50 Malang.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia UIN Maulana. Malik Ibrahim Malang Jalan Gajayana No.50 Malang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Jalan Gajayana No.50 Malang. 3.2 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Lebih terperinci