LAPORAN PENGKAJIAN MUTU PRODUK (PMP) Halaman 1 dari 28

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENGKAJIAN MUTU PRODUK (PMP) Halaman 1 dari 28"

Transkripsi

1 Halaman 1 dari 28 Nama Sediaan :Amoxicillin 500 mg Bentuk Sediaan : Kaplet Jumlah Batch : 12 Jumlah Batch Disetujui : 12 Jumlah Batch Ditolak : - Ukuran Batch : 350,000 kaplet Kemasan : kaplet (Dus / Folding Box) Disusun Oleh : Nama Bagian Tandan Tangan Tanggal Diperiksa Oleh: Nama Bagian Tandan Tangan Tanggal Disetujui Oleh: Nama Bagian Tandan Tangan Tanggal

2 Halaman 2 dari 28 DAFTAR ISI I. Tujuan II. Keterangan produk 1. Formula 2. Alur Proses 3. Spesifikasi Produk 3.1 Pemerian 3.2 Identifikasi 3.3 Bobot rata-rata kaplet 3.4 Penampang 3.5 Ketebalan 3.6 Kekerasan 3.7 Kerapuhan 3.8 Waktu hancur 3.9 Kadar 3.10 Keragaman bobot 3.11 Dissolusi III. Evaluasi Proses 1. Data trend jumlah batch yang diproduksi 2. Data trend rentang bobot kaplet, penampang, ketebalan, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, kadar, keragaman bobot, dissolusi 3. Data trend proses produksi 4. Data trend produk setengah jadi (antara) 5. Data trend rekonsiliasi produk ruahan 6. Data trend rekonsiliasi produk jadi 7. Data trend pemasok zat aktif 8. Penyimpangan selama proses 9. Laboratorium test ulang IV. Produk komplain, penarikan, dan pengembalian V. Produk stabilitas VI. Validasi proses VII. Kualitas air VIII. Bahan pengemas primer IX. HVAC X. Review dari APR tahun atau PPT tahun lalu XI. Pengendalian perubahan XII. Data perhitungan Cp dan Cpk XIII. Pembahasan XIV. Kesimpulan dan Rekomendasi XV. Lampiran 1. Alur Proses 2. Gambar perhitungan Cp dan Cpk

3 Halaman 3 dari 28 I. Tujuan : Pengkajian Mutu Produk (PMP) dimaksudkan untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, untuk menganalisa trend dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses. II. Keterangan Produk 1. Formula : No Nama bahan Berat per kaplet Berat batch teoritis 1 Amoxycillin Trihidrat Compact mg kg 2 Sodium Starrch Glicolate (SSG) mg kg 3 Aerosil / Cab. O. Sil mg kg 4 Flocel / Comprecel / Avicel PH mg kg 5 Magnesium Stearat mg kg 6 Talk mg kg Total Jumlah Bahan Baku : mg Kg 2. Alur Proses Data terlampir 3. Spesifikasi Produk 3.1. Pemerian - Bentuk : - Kaplet - Warna putih sampai putih kekuningan - Satu sisi terdapat tulisan RAMA - Satu sisi terdapat Break Line 3.2. Identifikasi - Amoxicillin : Positif 3.3. Rentang bobot kaplet mg 3.4. Penampang 18,0 18,2 mm 3.5. Ketebalan 5,0 6,0 mm

4 Halaman 4 dari Kekerasan >70 N 3.7. Kerapuhan 1% 3.8. Waktu hancur 15 menit 3.9. Kadar 90,0 120,0% Keragaman bobot 85,0 115,0% Dissolusi Q + 5 % Q = 75%, t = 30 menit III. Evaluasi 1. Jumlah batch yang diproduksi No Nomer batch Ukuran Batch Keterangan Mtd Exp (bln/thn) (bln/thn) 1 T 1146 AC kg Mar 13 Mar 18 2 T 1147 AC kg Mar 13 Mar 18 3 T 3013 AC kg Jul 13 Jul 18 4 T 3014 AC kg Jul 13 Jul 18 5 T 3015 AC kg Jul 13 Jul 18 6 T 3016 AC kg Jul 13 Jul 18 7 T 3017 AC kg Jul 13 Jul 18 8 T 4038 AC kg Okt 13 Okt 18 9 T 4039 AC kg Okt 13 Okt T 4040 AC kg Okt 13 Okt T 4041 AC kg Okt 13 Okt T 4042 AC kg Okt 13 Okt T 4043 AC kg Okt 13 Okt T 4044 AC kg Okt 13 Okt T 4045 AC kg Okt 13 Okt T 4046 AC kg Okt 13 Okt 18

5 Halaman 5 dari T 4047 AC kg Okt 13 Okt T 4071 AC kg Okt 13 Okt T 4072 AC kg Okt 13 Okt T 4073 AC kg Okt 13 Okt T 4074 AC kg Okt 13 Okt T 4075 AC kg Okt 13 Okt T 4076 AC kg Okt 13 Okt Trend rentang bobot kaplet, penampang, ketebalan, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, kadar, keragaman bobot, dissolusi Spesifikasi Bobot rata-rata kaplet : mg Penampang : 18,0 18,2 mm Ketebalan : 5,0 6,0 mm Kekerasan : >70 N Kerapuhan : 1% Waktu hancur : 15 menit Kadar : Amoxycillin Trihydrate Compact = 90,0 120,0% Keragaman bobot : 85,0 115,0% Dissolusi : Q + 5 % Q = 75%, t = 30 menit No Bobot Rata-rata Kekerasan Nomor Penampang Ketebalan Kerapuhan Kaplet (N) Batch (mm) (mm) (%) (mg) min max 1 T 1146 AC T 1147 AC T 3013 AC T 3014 AC T 3015 AC T 3016 AC T 3017 AC T 4038 AC T 4039 AC T 4040 AC T 4041 AC T 4042 AC T 4043 AC T 4044 AC T 4045 AC

6 Halaman 6 dari T 4046 AC T 4047 AC T 4071 AC T 4072 AC T 4073 AC T 4074 AC T 4075 AC T 4076 AC No Keragaman Bobot Dissolusi Nomor Waktu Hancur Kadar (%) (%) Batch (menit) (%) min max min max 1 T 1146 AC T 1147 AC T 3013 AC T 3014 AC T 3015 AC T 3016 AC T 3017 AC T 4038 AC T 4039 AC T 4040 AC T 4041 AC T 4042 AC T 4043 AC T 4044 AC T 4045 AC T 4046 AC T 4047 AC T 4071 AC T 4072 AC T 4073 AC T 4074 AC T 4075 AC T 4076 AC

7 Halaman 7 dari 28

8 Halaman 8 dari 28

9 Halaman 9 dari Trend Proses Produksi

10 Halaman 10 dari 28 No Nomor Batch Waktu Mixing Zat Aktif Waktu Pencetakan Kaplet (jam/hari) 1 T 1146 AC 10 menit 8 jam 2 T 1147 AC 10 menit 7 jam 3 T 3013 AC 10 menit 8 jam 4 T 3014 AC 10 menit 3,5 jam 5 T 3015 AC 10 menit 6 jam 6 T 3016 AC 10 menit 8 jam 7 T 3017 AC 10 menit 6,5 jam 8 T 4038 AC 10 menit 6,5 jam 9 T 4039 AC 10 menit 4,5 jam 10 T 4040 AC 10 menit 9 jam 11 T 4041 AC 10 menit 5 jam 12 T 4042 AC 10 menit 8,5 jam 13 T 4043 AC 10 menit 5 jam 14 T 4044 AC 10 menit 7 jam 15 T 4045 AC 10 menit 5,5 jam 16 T 4046 AC 10 menit 4,5 hari 17 T 4047 AC 10 menit 5 jam 18 T 4071 AC 10 menit 6,5 jam 19 T 4072 AC 10 menit 5,5 jam 20 T 4073 AC 10 menit 7,5 jam 21 T 4074 AC 10 menit 6,5 jam 22 T 4075 AC 10 menit 6 jam 23 T 4076 AC 10 menit 6 jam

11 Halaman 11 dari Trend Hasil Produk Setengah Jadi (Antara) No Nomor Hasil Teoritis Hasil Aktual Rendemen Batch (kg) (kg) (%) 1 T 1146 AC T 1147 AC T 3013 AC T 3014 AC T 3015 AC T 3016 AC T 3017 AC T 4038 AC T 4039 AC T 4040 AC T 4041 AC T 4042 AC T 4043 AC T 4044 AC T 4045 AC T 4046 AC T 4047 AC T 4071 AC T 4072 AC T 4073 AC T 4074 AC T 4075 AC T 4076 AC

12 Halaman 12 dari Trend Hasil Produk Ruahan No Nomor Hasil Teoritis Hasil Aktual Rendemen Batch (kg) (kg) (%) 1 T 1146 AC T 1147 AC T 3013 AC T 3014 AC T 3015 AC T 3016 AC T 3017 AC T 4038 AC T 4039 AC T 4040 AC T 4041 AC T 4042 AC T 4043 AC T 4044 AC T 4045 AC T 4046 AC T 4047 AC T 4071 AC T 4072 AC T 4073 AC T 4074 AC T 4075 AC T 4076 AC

13 Halaman 13 dari Trend Hasil Produk Jadi No Nomor Hasil Teoritis Hasil Aktual Rendemen Batch (botol) (botol) (%) 1 T 1146 AC T 1147 AC T 3013 AC T 3014 AC T 3015 AC T 3016 AC T 3017 AC T 4038 AC T 4039 AC T 4040 AC T 4041 AC T 4042 AC T 4043 AC T 4044 AC T 4045 AC T 4046 AC T 4047 AC T 4071 AC T 4072 AC T 4073 AC T 4074 AC T 4075 AC T 4076 AC

14 Halaman 14 dari Trend Pemasok Zat Aktif No No. Batch Nama Zat Aktif Pemasok 1 T 1146 AC Zhuhai 2 T 1147 AC Zhuhai 3 T 3013 AC United 4 T 3014 AC United 5 T 3015 AC United 6 T 3016 AC United 7 T 3017 AC United 8 T 4038 AC Zhuhai 9 T 4039 AC Zhuhai 10 T 4040 AC Zhuhai 11 T 4041 AC Zhuhai 12 T 4042 AC Amoxicillin Trihidrat Compact Zhuhai 13 T 4043 AC Zhuhai 14 T 4044 AC Zhuhai 15 T 4045 AC Zhuhai 16 T 4046 AC Zhuhai 17 T 4047 AC Zhuhai 18 T 4071 AC Zhuhai 19 T 4072 AC Zhuhai 20 T 4073 AC Zhuhai 21 T 4074 AC Zhuhai 22 T 4075 AC Zhuhai 23 T 4076 AC Zhuhai 8. Penyimpangan Selama Proses Tidak terjadi penyimpangan selama proses

15 Halaman 15 dari Laboratorium Test Ulang Tidak ada test ulang terhadap semua produk. IV. Produk Komplain, Penarikan dan pengembalian 1. Produk Komplain Tidak ada produk komplain selama periode terhadap produk

16 Halaman 16 dari Penarikan Produk Tidak ada penarikan produk selama periode terhadap produk Amoxicillim 500 mg kaplet. 3. Pengembalian Produk No Tipe pengembalian Produk Jumlah Jumlah (Batch) (botol) 1 Produk daluwarsa Produk cacat Wadah cacat Produk tanpa isi No. Bets/daluwarsa salah 0 0 Total pengembalian produk 0 0 V. Produk stabilitas Telah dilakukan uji stabilitas jangka panjang pada produk Amoxicillin Kaplet. No Batch Pemasok Zat Aktif Pengujian Tanggal Uji T 4223 AA T24 11 November 2013 T 4224 AA Hebei T24 11 November 2013 T 4225 AA T24 11 November 2013 T 3371 AA T24 6 Oktober 2013 T 3375 AA Zhuhai T24 6 Oktober 2013 T 3376 AA T24 6 Oktober 2013 VI. VII. Validasi proses Belum dilakukan validasi proses produk Amoxicillin kaplet 500 mg selama periode. Kualitas Air Dari hasil evaluasi air yang digunakan dalam proses sediaan Amoxicillin kaplet 500 mg, tinjauan tahunan trend hasil pemantauan kualitas air tidak ditemukan data yang menyimpang dari spesifikasi produk. VIII. Bahan pengemas primer Pemasok bahan pengemas primer (PLCN) adalah PT. XXX.

17 Halaman 17 dari 28 IX. HVAC Pemantauan HVAC untuk parameter suhu, kelembaban dan perbedaan tekanan selama periode 2013 masih memenuhi syarat. X. Review dari APR tahun atau PPT tahun lalu Untuk peninjauan produk tahunan periode Januari 2012 Desember 2012 telah dilakukan peninjauan. XI. XII. Pengendalian Perubahan Selama periode Januari 2012 Desember 2012 tercatat tidak adanya perubahan pada proses dan formula pada produk Biovitan Syrup 60 ml Data perhitungan Cp dan Cpk No Parameter Cp Cpk Nilai Keterangan Nilai Keterangan 1 Bobot rata-rata 4.18 Sangat baik 0.88 Kurang baik 2 Penampang Kekerasan Kurang baik 4 Penetapan kadar 3.31 Sangat baik 2.43 Sangat baik 5 Kerapuhan Sangat baik 6 Ketebalan kaplet 3.66 Sangat baik 3.01 Sangat baik 7 Waktu hancur Sangat baik 8 Keragaman bobot 1.95 Sangat baik 1.81 Sangat baik 9 Dissolusi Baik Process Capability (Kemampuan Proses) Kemampuan proses adalah suatu perhitungan melalui perbandingan antara output produk dengan spesifikasi disain. Jika peralatan mempunyai kemampuan secara konsisten memenuhi batas rentang kualitas yang diharapkan, maka kualitas dan biaya produksi dapat optimal. Jika mesin tidak mampu secara konsisten memenuhi tingkat kualitas yang diharapkan, maka biaya akan menjadi tinggi karena produk cacat (reject) dan pengerjaan ulang (rework). Penggunaan analisa kemampuan proses, antara lain: 1. Memperkirakan variasi output dari proses. 2. Mempermudah pemilihan proses produksi. 3. Menentukan pemilihan mesin. 4. Membantu program pengendalian kualitas.

18 Halaman 18 dari 28 Hubungan antara kemampuan proses dengan batas spesifikasi dapat dinyatakan dengan rasio kemampuan (Cp). Penggunaan Cp dalam menilai kemampuan proses berdasarkan asumsi bahwa rata-rata proses tepat berada di pertengahan batas spesifikasi. Dalam kenyataan, hal ini jarang tercapai. Untuk memperbaiki kelemahan diatas, digunakan rasio Cpk, yang menyatakan posisi rata-rata proses dibandingkan dengan batas spesifikasi. Makin tinggi nilai Cpk makin kecil presentasi produk yang terletak di luar batas spesifikasi. Interpretasi Kapabilitas Proses Potential (Cp) : Cp > 1.33 : Kapabilitas proses sangat baik 1.0 Cp 1.33 : Kapabilitas proses baik Cp < 1.00 : Kapabilitas proses rendah / kurang baik Interpretasi Kapabilitas Proses Real (Cpk) : Cpk > 1.33 : Jika terjadi peningkatan variasi di masa mendatang, kecil kemungkinannya menyimpang dari spesifikasi (proses menjadi lebih murah untuk diproduksi) 1.1 Cpk < 1.3 : Kondisi ideal, variasi dalam batas yang diizinkan 1.0 Cpk < 1.1 : Perubahan sedikit dalam proses produksi mengakibatkan munculnya penyimpangan. 0.9 Cpk < 1.0 : Produk cacat (penyimpangan produk) kadang kala muncul,proses harus diperiksa lebih ketat untuk mengeliminasi produk cacat. Cpk < 0.9 Rumus Perhitungan: Cp = : Produk cacat (penyimpangan produk) terjadi secara teratur, proses tidak terkontrol, harus diperiksa bagaimana proses kerja, atau design spesifikasi perlu ditinjau ulang Jika parameter yang mempunyai 2 batas spesifikasi : Cpk = min {, } Jika parameter yang mempunyai 1 batas spesifikasi : Cpk = (Jika hanya spesifikasi atas saja) Cpk = (Jika hanya spesifikasi bawah saja) USL LSL SD X : Batas atas spesifikasi : Batas bawah spesifikasi : Standar Deviasi : Nilai rata-rata

19 Halaman 19 dari 28 XIII. Pembahasan Amoxicillin kaplet 500 mg merupakan sediaan padat berbentuk kaplet, berwarna putih sampai putih kekuningan, satu sisi kaplet terdapat tuliasan RAMA dan satu sisi kaplet terdapat break line. Amoxicillin kaplet 500 mg memiliki kandungan zat aktif Amoxicillin trihidrat compact 500 mg. Ada beberapa persyaratan untuk suatu produk yang di mana produk tersebut harus memenuhi semua persyaratan tersebut sehingga produk tersebut lulus uji dan bisa dipasarkan. Untuk produk Amoxicillin kaplet 500 mg sendiri ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain identifikasi dari produk, bobot rata-rata, penampang kaplet, kekerasan kaplet, kerapuhan kaplet, waktu hancur, penetapan kadar, dissolusi dan keragaman bobot. Untuk mendukung baik atau tidaknya hasil dari pengujian persyaratan Amoxicillin kaplet 500 mg dilakukan perhitungan Cp dan Cpk di mana hasil yang didapat menentukan baik tidaknya hasil dari produksi Amoxicillin kaplet 500 mg selama periode. Untuk persyaratan bobot rata-rata, hasilnya tidak ada yang menyimpang dari persyaratan. Hal tersebut juga didukung dengan hasil Cp yang didapatkan menunjukkan ukuran sangat baik namun untuk nilai Cpk hasilnya dikategorikan dalam hasil yang kurang baik, hal tersebut dapat dikarenakan oleh nilai bobot rata-rata hasilnya tidak merata nilainya walaupun tidak keluar dari persyaratan yang ditentukan. Untuk persyaratan penampang kaplet, tidak bisa dihitung nilai Cp dan nilai Cpk walau hasil yang didapatkan baik, yakni tidak keluar dari range. Penyebab dari tidak bisa dihitungnya nilai Cp dan Cpk menggunakan program minitab masih belum diketahui. Untuk persyaratan penetapan kadar zat aktif, di mana yang dianalisa di sini adalah kadar Amoxicillin, hasilnya tidak ada yang menyimpang dari persyaratan. Hal tersebut juga didukung dengan hasil Cp dan Cpk yang didapatkan menunjukkan ukuran sangat baik. Untuk persyaratan kerapuhan kaplet, hasilnya tidak ada yang menyimpang dari persyaratan. Hal tersebut juga didukung dengan hasil Cpk yang didapatkan menunjukkan ukuran yang sangat baik. Untuk persyaratan ketebalan kaplet, hasilnya tidak ada yang menyimpang dari persyaratan. Hal tersebut juga didukung dengan hasil Cp dan Cpk yang didapatkan menunjukkan ukuran yang dangat baik. Untuk persyaratan waktu hancur hasilnya tidak ada yang menyimpang Hal tersebut didukung oleh hasil perhitungan Cp dan Cpk yang sangat baik.

20 Halaman 20 dari 28 Untuk persyaratan keragaman bobot, hasilnya tidak ada yang menyimpang dari persyaratan. Hal tersebut juga didukung dengan hasil Cp dan Cpk yang didapatkan menunjukkan ukuran sangat baik. Untuk persyaratan dissolusi hasilnya tidak ada yang menyimpang dari perstyaratan. Hal tersebut didukung oleh hasil Cpk yang menunjukkan hasil yang baik. Untuk trend produk jadi, tidak semua batch memiliki rendemen 100%. Ada yang lebih atau bahkan kurang dari 100%. Namun pada batch record tidak dicantumkan berapa range rendemen yang dipersyaratkan. Hasil yang tidak masuk ke dalam range rendemen membuktikan tidak konsistennya proses produksi. Maka perlu ditambahkan adanya range persyaratan rendemen untuk menjaga hasil proses produksi tetap konsisten. Selama proses produksi tidak terdapat penyimpangan maupun test ulang pada semua produk Amoxicillin kaplet 500 mg. Selama periode juga tidak didapatkan produk yang dikomplain, dikembalikan maupun ditarik Uji stabilitas juga sudah dilakukan pada produk Amoxicillin kaplet 500 mg pada beberapa batch dengan 2 pemasok zat aktif yang berbeda, yakni T 4223 AA, T 4224 AA dan T 4225 AA, untuk zat aktif yang dipasok dari Hebei yang sudah dilakukan uji pada tanggal 11 November 2013 serta T 3371 AA, T 3375 AA dan T 3376 AA untuk zat aktif yang dipasok dari Zhuhai yang sudah dilakukan uji pada tanggal 6 Oktober 2013 hingga pengujian T24. Untuk validasi proses, pada produk Amoxicillin kaplet 500 mg pada periode belum dilakukan. Untuk pemasok bahan pengemas primer yakni PLCN oleh PT. XXX. Untuk kualitas air dan HVAC sudah dilakukan pemantauan selama periode dan tidak ditemukan adanya penyimpangan atau hasil masih memenuhi syarat. Untuk review dari APR atau PPT tahun lalu yakni periode Januari 2012 Desember 2012 belum dilakukan peninjauan kembali dan selama periode Januari 2013 Desember 2013 tercata belum adanya perubahan pada proses dan formula pada produk Amoxicillin kaplet 500 mg.

21 Halaman 21 dari 28 XIV. Kesimpulan Dan Rekomendasi 1. Selama periode tercatat belum adanya perubahan proses dan formula pada produk Amoxicillin kaplet 500 mg. 2. Selama periode tercatat tidak ada produk Amoxicillin kaplet 500 mg yang dikomplain, ditarik maupun dikembalikan. 3. Semua hasil persyaratan pada semua batch produk Amoxicillin kaplet 500 mg memenuhi syarat dengan kategori sangat baik. 4. Perlu adanya audit dari pemasok bahan pengemas primer. 5. Perlu ditambahkan adanya persyaratan range rendemen hasil produk jadi pada batch record untuk menjaga konsistensi proses produksi. 6. Seluruh produk Amoxicillin kaplet 500 mg periode Januari 2013 Desember 2013 memenuhi syarat. XV. Lampiran 1. Alur Proses 2. Gambar Perhitungan Cp dan Cpk

22 Halaman 22 dari 28 Lampiran 1 Alur Proses I. Pembuatan Campuran I Sodium Starch Glicolate (0,70 kg) Aerosil (2,45 kg) Magnesium Stearat (2,45 kg) Talk (2,00 kg) Aduk sampai homogen dan ayak dengan mesh 16 CAMPURAN I II. Pencampuran Akhir Ke dalam cone mixer, masukkan : Amoxicillin Trihydrat Compact (50,00 kg) Flocell / 2 bagian (± 20,17 kg) Campuran I 1 / 2 bagian (± 3,795 kg) Amoxicillin Trihydrat Compact (100,00 kg) Flocell / 2 bagian (± 20,17 kg) Campuran I 1 / 2 bagian (± 3,795 kg) Amoxicillin Trihydrat Compact (51,26 kg) Mixing selama 10 menit

23 Halaman 23 dari 28 III. MASSA AMOXICILLIN KAPLET Pencetakan dan Pengemasan Kaplet Penampang : 18,0 18,2 mm Ketebalan : 5,0 6,0 mm Kekerasan : > 70 N Kerapuhan : 1% Waktu hancur : 15 menit Rentang bobot : mg Kadar : 90,0 120,0 % Keragaman bobot : 85,0 115,0 % Disolusi : Q + 5 % Q = 75 %, t = 30 menit Mesin Pencetak Kaplet Massa Amoxicillin Kaplet Stripping (kemas primer) Kemas sekunder AMOXICILLIN KAPLET Bentuk : Kaplet Penandaan : Rama Strip Penampang : 18,0 18,2 mm Keutuhan Punch dies : baik

24 Halaman 24 dari 28 Lampiran 2 Gambar perhitungan Cp dan Cpk

25 Halaman 25 dari 28

26 Halaman 26 dari 28

27 Halaman 27 dari 28

28 Halaman 28 dari 28

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg. PEMBAHASAN TABLET Setelah dilakukan uji granul dan granul dinyatakan layak untuk dikempa, proses yang selanjutnya dilakukan adalah pencetakan tablet sublingual famotidin. Sebelum pencetakan, yang dilakukan

Lebih terperinci

DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN MUTU PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN

DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN MUTU PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN Lampiran 15. Etiket PT. UNIVERSAL PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN Nama Produk/Bahan No. Batch/Lot Pabrik Pemasok No. Penerimaan Barang Jumlah No. Sertifikat Analisis Tanda Tangan DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 17 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet Lampiran. Perhitungan Karakteristik Pati Kentang Merah Berat kentang

Lebih terperinci

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan BAB 1 PENDAHULUAN Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang relatif lebih stabil secara fisika kimia dan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang sering dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan Proses Pembuatan Tablet

Lampiran 1. Bagan Proses Pembuatan Tablet Lampiran 1. Bagan Proses Pembuatan Tablet Penimbangan Pencampuran Granulasi Basah Oven, suhu 60 o C LOD Granulasi Kering Lubrikasi Kadar Zat Berkhasiat LOD Pemerian Pemerian Friabilitas Keseragaman Bobot

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV. BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Percobaan Ibuprofen, HPMC 6 cps (Shin-Etsu), PVP K-30, laktosa, acdisol, amprotab, talk, magnesium stearat, kalium dihidrogen fosfat, natrium hidroksida, natrium dihidrogen fosfat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Berbagai Jenis Kentang. Kentang Putih. Kentang Kuning. Kentang Merah. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Gambar Berbagai Jenis Kentang. Kentang Putih. Kentang Kuning. Kentang Merah. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Gambar Berbagai Jenis Kentang Kentang Putih Kentang Kuning Kentang Merah 53 Lampiran 2. Gambar Mikroskopik Pati Kentang Pati Kentang Kuning dengan perbesaran 10x10 Keterangan; Lamela tampak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco 17 BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Bahan yang digunakan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco chemical),

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

DOKUMENTASI

DOKUMENTASI DOKUMENTASI PENDAHULUAN Dokumentasi adalah suatu bukti yang dapat dipercaya pada penerapan/pemenuhan CPOTB. Mutu yang direncanakan adalah satu-satunya solusi untuk mengatasi keluhan yang terkait dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DA PEMBAHASA

V. HASIL DA PEMBAHASA V. HASIL DA PEMBAHASA Metode analisis kadar vitamin C pada susu bubuk yang dilakukan pada penelitian ini merupakan metode yang tercantum dalam AOAC 985.33 tentang penentuan kadar vitamin C pada susu formula

Lebih terperinci

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid Sebagai contoh diambil tablet Isoniazid dengan konsentrasi 11.5% (Formula 4). Dibuat formula untuk 100 tablet, dengan berat tablet 50 mg dan diameter

Lebih terperinci

ANALISA PENYIMPANGAN DAN CAPABILITY PROCESS (CP)

ANALISA PENYIMPANGAN DAN CAPABILITY PROCESS (CP) #11 ANALISA PENYIMPANGAN DAN CAPABILITY PROCESS (CP) Analisa Penyimpangan Dalam diagram kendali dimungkinkan terjadi penyimpangan, antara lain: 1. Proses Terkendali, terjadi variasi karena penyebab acak

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim / Salep

Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim / Salep Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim / Salep Penimbangan Peleburan bahan D ki (F i k) Pencampuran D lt t Pelarutan zat aktif, P t(f i) ph Pencampuran Identifikasi ph Kadar zat berkhasiat Homogenitas

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANCE MESIN PENGUPAS KAYU (ROTARY) PT. HENRISON IRIANA SORONG MENGGUNAKAN METODE INDEKS KAPABILITAS

ANALISA PERFORMANCE MESIN PENGUPAS KAYU (ROTARY) PT. HENRISON IRIANA SORONG MENGGUNAKAN METODE INDEKS KAPABILITAS ANALISA PERFORMANCE MESIN PENGUPAS KAYU (ROTARY) PT. HENRISON IRIANA SORONG MENGGUNAKAN METODE INDEKS KAPABILITAS Ashar 1, Irman Amri 2*, Usran 3 1 Dosen Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic. 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Amilum Biji Nangka Pada penelitian ini didahulu dengan membuat pati dari biji nangka. Nangka dikupas dan dicuci dengan air yang mengalir kemudian direndam larutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel 56 Lampiran 2. Gambar tanaman singkong (Manihot utilissima P.) Tanaman Singkong Umbi Singkong Pati singkong 57 Lampiran 3. Flowsheet isolasi pati singkong Umbi singkong

Lebih terperinci

Silakan tulis nama dan nim pada kertas satu lembar

Silakan tulis nama dan nim pada kertas satu lembar Silakan tulis nama dan nim pada kertas satu lembar Apa yg dimaksud dengan produk jadi, produk ½ jadi, produk ruahan, dan produk antara? Buatlah bagan produksi suatu obat secara umum! Produksi PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun sirih hijau (Piper betle, L) diperoleh dari PT. Borobudur Natural Herbal Industry,

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR As-Syifaa Vol 08 (02) : Hal. 64-74, Desember 2016 ISSN : 2085-4714 FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI

Lebih terperinci

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari. BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A HASIL DETERMINASI TANAMAN PISANG AGUNG

LAMPIRAN A HASIL DETERMINASI TANAMAN PISANG AGUNG LAMPIRAN A HASIL DETERMINASI TANAMAN PISANG AGUNG LAMPIRAN B HASIL RENDEMEN AMILUM KULIT PISANG AGUNG Jenis Hasil Uji Rep. Serbuk Amilum Perhitungan A A A Rendemen (%),,0, Hasil Rendemen Serbuk Amilum

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. kualitatif. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data. 1. Produk : Cairan Rem DOT 3

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. kualitatif. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data. 1. Produk : Cairan Rem DOT 3 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Umum Perusahaan Pada bab ini dilakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian, baik yang berkaitan dengan data kuantitatif maupun data yang bersifat

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DENAH PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES

LAMPIRAN 1 DENAH PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES LAMPIRAN 1 DENAH PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES 78 Direktur Utama Divisi Pemasaran Produksi Direktur Pemasaran Divisi Pengembangan Bisnis Logistik Divisi Pabrik Ass. Pabrik Umum Divisi Manajemen Mutu

Lebih terperinci

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur PEMBUATAN GRANUL 1. Cara Basah Zat berkasiat,zat pengisi dan pengkancur dicampur baik bai,laludibasahi dengan larutan bahan pengikat,bila perlu ditambah bahan pewarna.setelah itu diayak menjadi granul,dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim

Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim Penimbangan Peleburan bahan Dasar krim (Fase minyak) Pencampuran Dengan ultra turrax Pelarutan zat aktif, Pengawet (Fase cair) -ph -Stabilitas krim Pencampuran Dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Blanko Laporan Hasil Pengujian Laboratorium LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT INSTALASI PENGAWASAN MUTU

Lampiran 1. Blanko Laporan Hasil Pengujian Laboratorium LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT INSTALASI PENGAWASAN MUTU Lampiran 1. Blanko Laporan Hasil Pengujian Laboratorium LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT INSTALASI PENGAWASAN MUTU LAPORAN HASIL PENGUJIAN NOMOR : / /201 1. NAMA CONTOH 2. NAMA PABRIK

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Dari pengolahan data yang telah dilakukan terhadap 3 batch produksi. Lupromax EA 150 ml, didapatkan hasil adalah sebagai berikut :

BAB V PEMBAHASAN. Dari pengolahan data yang telah dilakukan terhadap 3 batch produksi. Lupromax EA 150 ml, didapatkan hasil adalah sebagai berikut : BAB V PEMBAHASAN Dari pengolahan data yang telah dilakukan terhadap 3 batch produksi Lupromax EA 150 ml, didapatkan hasil adalah sebagai berikut : 1. Pada Batch pertama, yakni produksi pada tanggal 21

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%). Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%). Dibuat formula untuk 100 tablet, berat pertablet 00 mg dan penampang tablet 9 mm. Berat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: 4.1.1 Pemeriksaan bahan baku Hasil pemeriksan bahan baku ibuprofen, Xanthan Gum,Na CMC, sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya kemajuan teknologi dalam industri farmasi sekarang ini, terutama di bidang sediaan solida termasuk sediaan tablet yang telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia), BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. BAHAN Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia), pragelatinisasi pati singkong suksinat (Laboratorium Farmasetika, Departemen Farmasi FMIPA UI),

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PE ELITIA

IV. METODOLOGI PE ELITIA IV. METODOLOGI PE ELITIA 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan, mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012 di laboratorium kimia departemen Quality Control (QC)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim

Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim Penimbangan Peleburan bahan Dasar krim (Fase minyak) Pencampuran Dengan ultra turrax Pelarutan zat aktif, Pengawet (Fase cair) -ph -Stabilitas krim Pencampuran Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Untuk mencapai kepuasan pelanggan, perusahaan harus mampu untuk menjaga kualitas produk yang diproduksinya. Kualitas dari suatu produk dikatakan baik bila produk tersebut telah sesuai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat

Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat DITKESAD POKPIM ITDIT SESDITKESAD INFOLAHTA SUBDIT BINCAB SUBDIT BINYANKES SUBDIT BINMATKES SUBDIT BINDUKKES RSPAD LAFI AD LAKESMIL LABIOMED

Lebih terperinci

PERTEMUAN #11 ANALISIS PENYIMPANGAN DAN CAPABILITY PROCESS (CP) 6623 TAUFIQUR RACHMAN EBM503 MANAJEMEN KUALITAS

PERTEMUAN #11 ANALISIS PENYIMPANGAN DAN CAPABILITY PROCESS (CP) 6623 TAUFIQUR RACHMAN EBM503 MANAJEMEN KUALITAS ANALISIS PENYIMPANGAN DAN CAPABILITY PROCESS (CP) PERTEMUAN #11 EBM503 MANAJEMEN KUALITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim / Salep

Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim / Salep Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim / Salep Penimbangan Peleburan bahan Dasar krim (Fase minyak) Pencampuran Dengan ultra turrax Pelarutan zat aktif, Pengawet (Fase cair) -ph -Stabilitas krim Pencampuran

Lebih terperinci

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al, BAB 1 PENDAHULUAN Sediaan farmasi terdapat berbagai macam bentuk berbeda yang didalamnya terkandung suatu bahan obat untuk pengobatan penyakit tertentu. Salah satu bentuk sediaan yang paling populer adalah

Lebih terperinci

Gambar Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco

Gambar Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco Lampiran 1. Gambar Nata de Coco dan Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco Gambar Nata de Coco basah Gambar Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco Lampiran. Hasil Uji Mikroskopik Selulosa Mikrokristal

Lebih terperinci

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08 Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur 1 Why Statistik Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 100% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 1,7 menit Cycle time

Lebih terperinci

Peta Kendali (Control Chart)

Peta Kendali (Control Chart) Peta Kendali (Control Chart) Pengendalian Kualitas Statistika Ayundyah Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII October 29, 2015 Ayundyah (UII) Peta Kendali (Control Chart) October 29, 2015 1 / 22 Control

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan. Bintang Toedjoe didirikan pada tanggal 29 April 1946 bertempat di Garut, Jawa Barat oleh seorang sinshe yang bernama Tan Jun Sie.

Lebih terperinci

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati Lampiran 1. Flow Sheet Pembuatan Pati Kentang Kentang Residu Filtrat Ditimbang ± 10 kg Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong Diblender hingga halus Disaring dan diperas menggunakan kain putih yang bersih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis-jenis sediaan obat yang ada di pasaran, tablet merupakan bentuk sediaan yang paling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009). BAB 1 PENDAHULUAN Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling popular di masyarakat karena bentuk sediaan tablet memiliki banyak keuntungan, misalnya: massa tablet dapat dibuat dengan menggunakan mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih. Rendemen pati yang dihasilkan adalah sebesar 90,0%.

Lebih terperinci

APLIKASI METODE RESPON PERMUKAAN DAN GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMASI SIFAT FISIK DAN MEKANIK TABLET OBAT

APLIKASI METODE RESPON PERMUKAAN DAN GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMASI SIFAT FISIK DAN MEKANIK TABLET OBAT APLIKASI METODE RESPON PERMUKAAN DAN GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMASI SIFAT FISIK DAN MEKANIK TABLET OBAT Ivan Aris Nugroho 1) dan Abdullah Shahab 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas TIN-212

Pengendalian Kualitas TIN-212 II Process Capability Analysis Pengendalian Kualitas TIN-212 Syarat-syarat pelaksanaan process capability analysis 1 Jika kita sudah mengetahui bagaimana kinerja proses kita (voice of process), tentunya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 1.1 Departemen Research and Development (R&D) Research and Development yaitu suatu langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : HADI TRIWANTORO K

SKRIPSI. Oleh : HADI TRIWANTORO K PENGARUH LAMA PENCAMPURAN MAGNESIUM STEARAT (DENGAN KADAR 0,5% DAN 1%) SEBAGAI BAHAN PELICIN TERHADAP SIFAT FISIK TABLET CTM (CHLORPHENIRAMIN MALEAT) SECARA KEMPA LANGSUNG SKRIPSI Oleh : HADI TRIWANTORO

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim / Salep

Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim / Salep Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim / Salep Penimbangan Peleburan bahan Dasar krim (Fase minyak) Pencampuran Dengan ultra turrax Pelarutan zat aktif, Pengawet (Fase cair) -ph -Stabilitas krim Pencampuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian bersifat eksperimental yaitu dilakukan pengujian pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian bersifat eksperimental yaitu dilakukan pengujian pengaruh BAB III METODE PENELITIAN Penelitian bersifat eksperimental yaitu dilakukan pengujian pengaruh penambahan polimer terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat. Dalam penelitian ini yang termasuk

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis kadar air dan kadar lemak adalah mie instan Indomie (dengan berat bersih 61 gram, 63 gram, dan 66 gram), petroleum

Lebih terperinci

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Asetosal 150 mg Starch 10% PVP 5% Laktosa q.s Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% Monografi a. Asetosal Warna Bau

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN AVICEL PH 101 TERHADAP SIFAT FISIS TABLET EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum. L) SECARA GRANULASI BASAH

PENGARUH PENAMBAHAN AVICEL PH 101 TERHADAP SIFAT FISIS TABLET EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum. L) SECARA GRANULASI BASAH PENGARUH PENAMBAHAN AVICEL PH 101 TERHADAP SIFAT FISIS TABLET EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum. L) SECARA GRANULASI BASAH Lindawati Damidjan, Iskandar Soedirman, Dwi Hartanti Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui perbedaan karakter masing-masing manitol, dilakukan serangkaian penelitian berupa penentuan bentuk polimorf dan pemeriksaan ukuran partikel. Struktur

Lebih terperinci

1. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum Pembuatan kurva baku... 35

1. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum Pembuatan kurva baku... 35 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv INTISARI... xv ABSTRACT... xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

PETA KENDALI VARIABEL

PETA KENDALI VARIABEL PETA KENDALI VARIABEL 9 Pengendalian Kualitas Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e- Mail : debrina@ub.ac.id Blog : hcp://debrina.lecture.ub.ac.id/ 2 Outline Peta Kendali Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu kerangka yang memuat langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Pada bagian ini akan dijelaskan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, salah satu penyebab masalah lingkungan hidup yang sering dijumpai adalah limbah. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang kian pesat, produksi limbah juga

Lebih terperinci

LAMPIRAN A HASIL UJI MUTU FISIK MASSA TABLET. Formula Tablet Likuisolid Ibuprofen F A F B F C F D

LAMPIRAN A HASIL UJI MUTU FISIK MASSA TABLET. Formula Tablet Likuisolid Ibuprofen F A F B F C F D LAMPIRAN A HASIL UJI MUTU FISIK MASSA TABLET Mutu fisik yang diuji Replikasi Formula Tablet Likuisolid Ibuprofen F A F B F C F D Persyaratan Sudut Diam (derajat) Carr s Index (%) Hausner Ratio I 31,99

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim

Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim Penimbangan Peleburan bahan Dasar krim (Fase minyak) Pencampuran Dengan ultra turrax Pelarutan zat aktif, Pengawet (Fase cair) -ph Pencampuran Dengan mikser -Identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pemakaian barang-barang yang terbuat dari bahan baku

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pemakaian barang-barang yang terbuat dari bahan baku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, pemakaian barang-barang yang terbuat dari bahan baku plastik semakin meningkat. Hal ini dikarenakan plastik mempunyai banyak kelebihan-kelebihan yang mulai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. INTISARI... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. INTISARI... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii INTISARI... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR PERSAMAAN... x DAFTAR SINGKATAN... xi DAFTAR PERSAMAAN... xii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Selama ini, kemajuan teknologi dalam industri farmasi, terutama dibidang sediaan solida termasuk sediaan tablet telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Produk yang dihasilkan oleh PT. Cosmar adalah produk kosmetik dengan 3 kategori berdasarkan bentuknya, liquid, pasta dan padat, diantaranya yaitu lipstik, bedak two way cake,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat

Lebih terperinci

SKRIPSI UMI SALAMAH K Oleh :

SKRIPSI UMI SALAMAH K Oleh : OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN LEPAS LAMBAT TABLET TEOFILIN DENGAN MATRIKS ETIL SELULOSA (EC) DAN HIDROKSIETIL SELULOSA (HEC) DENGAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : UMI SALAMAH K 100 030 007 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Laboratorium Pengawasan Mutu mempunyai fungsi yang sangat vital dalam

BAB IV ANALISIS. Laboratorium Pengawasan Mutu mempunyai fungsi yang sangat vital dalam BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Proses Bisnis Lama Laboratorium Pengawasan Mutu mempunyai fungsi yang sangat vital dalam sebuah industri farmasi (dalam hal ini PT. SFF) yakni berperan dalam penentuan kualitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Mutu Dalam dunia industri baik industri jasa maupun manufaktur mutu adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi, yang memproduksi 11 macam obat. Obat-obat tersebut adalah Himaneuron kaplet, Hiralgin kaplet, Fenilbutazon tablet, magylan tablet,

Lebih terperinci

POTENSI EKSTRAK KERING SIRIH MANADO:MIYANA SEBAGAI BAHAN BAKU TABLET HERBAL

POTENSI EKSTRAK KERING SIRIH MANADO:MIYANA SEBAGAI BAHAN BAKU TABLET HERBAL POTENSI EKSTRAK KERING SIRIH MANADO:MIYANA SEBAGAI BAHAN BAKU TABLET HERBAL Awal P, Yun Astuti Nugroho Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional Badan Litbang Kesehatan Kem Kes RI E-mail: b2p2to2t@gmail.com

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Sugiyono 1), Siti Komariyatun 1), Devi Nisa Hidayati 1) 1) Program S1 Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK

PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK Pendahuluan Kualitas / Mutu : Ukuran tingkat kesesuaian barang/ jasa dg standar/spesifikasi yang telah ditentukan/ ditetapkan. Pengendalian

Lebih terperinci

LAMPIRAN A HASIL UJI KERAGAMAN BOBOT TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN

LAMPIRAN A HASIL UJI KERAGAMAN BOBOT TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN LAMPIRAN A HASIL UJI KERAGAMAN BOBOT TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN Hasil Uji Keragaman Bobot Tablet Formula A Replikasi I Replikasi II Replikasi III No Bobot Bobot Bobot Y Y Y Tablet Tablet Tablet (%) (%)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat DITKESAD

Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat DITKESAD Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat DITKESAD POKPIM ITDIT SESDITKESAD INFOLAHTA SUBDIT BINCAB SUBDITBIN YANKES SUBDIT MATKES SUBDIT BINDUKKES RSPAD LAFI LAKESMIL LABIOMED

Lebih terperinci

LAMPIRAN A HASIL UJI KERAGAMAN BOBOT TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN

LAMPIRAN A HASIL UJI KERAGAMAN BOBOT TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN LAMPIRAN A HASIL UJI KERAGAMAN BOBOT TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN Hasil Uji Keragaman Bobot Tablet Formula A Replikasi I Replikasi II Replikasi III No Bobot Bobot Bobot Y Y Y Tablet Tablet Tablet (%) (%)

Lebih terperinci

Metode Training SPC TIDAK FOKUS PADA CARA MELAKUKAN PERHITUNGAN STATISTIK TAPI

Metode Training SPC TIDAK FOKUS PADA CARA MELAKUKAN PERHITUNGAN STATISTIK TAPI Metode Training SPC TIDAK FOKUS PADA CAA MELAKUKAN PEHITUNGAN STATISTIK TAPI MENGAJAKAN KONSEP STATISTIK SECAA MENDALAM, APLIKASI STATISTIK, TEMASUK TEKNIK SAMPLING DISETAI VIDEO SIMULASI, STUDI KASUS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin

Lebih terperinci

Jurnal Para Pemikir Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn : e-issn :

Jurnal Para Pemikir Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn : e-issn : Jurnal Para Pemikir Volume 6 mor 2 Juni 2017 p-issn : 2089-5313 UJI SIFAT FISIKTABLETHISAP KOMBINASI EKSTRAK HERBA PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) DAN BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff)

Lebih terperinci

SPC Copyright Sentral Sistem March09 - For Trisakti University. Aplikasi Statistik pada Industri Manufaktur

SPC Copyright Sentral Sistem March09 - For Trisakti University. Aplikasi Statistik pada Industri Manufaktur Aplikasi Statistik pada Industri Manufaktur Why Statistic? Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 00% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 9 detik Cycle time produksi

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Kadar Air Produk Kerupuk Udang Berbasis SNI Menggunakan Statistical Quality Control Method

Pengendalian Kualitas Kadar Air Produk Kerupuk Udang Berbasis SNI Menggunakan Statistical Quality Control Method Pengendalian Kualitas Kadar Air Produk Kerupuk Udang Berbasis SNI Menggunakan Statistical Quality Control Method Debrina Puspita Andriani *1), Destantri Anggun Rizky 2), Unggul Setiaji 3) 1,2,3) Jurusan

Lebih terperinci

Peta Kendali (Control Chart)

Peta Kendali (Control Chart) Peta Kendali (Control Chart) Pengendalian Kualitas Statistika Ayundyah Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII October 21, 2015 Ayundyah (UII) Peta Kendali (Control Chart) October 21, 2015 1 / 17 Control

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini, seiring dengan semakin bertumbuhnya jumlah penduduk mengakibatkan sering terjadinya permasalahan dalam lingkungan hidup, seperti salah satunya mengenai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, menggunakan metode kering pada kondisi khusus

Lebih terperinci