BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
|
|
- Liana Lie
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Politik luar negeri Korea Selatan dari masa ke masa banyak diwarnai dengan berbagai macam perubahan. Perubahan ini terjadi dari setiap pemerintahan yang berkuasa memiliki pandangan politik luar negeri yang berbeda-beda. Korea Selatan memiliki kebijakan nasional utama dalam pelaksanaan politik luar negerinya yakni, mengembangkan ekonomi nasional. 1 Namun, disamping itu, Pemerintah Korea Selatan juga bermaksud untuk memberikan peran dan berkontribusi yang lebih besar bahkan lebih lengkap dalam forum internasional untuk mengatasi masalah-masalah global seperti non-proliferasi dan pemberantasan kemiskinan. Kemudian salah satu tujuan utama Korea Selatan juga untuk meningkatkan citra nasional melalui penyelesaian berbagai masalah diplomatik dan kerjasama internasional dengan meningkatkan infrastruktur diplomatik. Korea Selatan yang saat ini terkenal dengan budaya pop atau yang sering disebut dengan Korean Wave mulai menggunakan aset budaya tersebut sebagai salah satu langkah untuk mengembalikan citra positif di dunia internasional dan alat kerjasama dengan negara lain. Korea Selatan memilih untuk menggunakan strategi soft power diplomacy dapat menghasilkan perubahan sikap atau perilaku Tiongkok seperti yang diinginkan Korea Selatan agar Tiongkok dapat memberi dukungan dalam bidang ekonomi. Soft power telah dipandang sebagai komponen kekuatan nasional yang sangat penting karena terkait dengan kekuatan yang tidak kasat mata seperti budaya, ideologi dan sistem sosial. Universalitas budaya suatu negara dan kemampuannya menetapkan norma, peraturan dan regim yang mampu mewarnai pola hubungan internasional merupakan sumber utama kekuatan nasional. Meskipun tidak nampak (intangible) keberadaannya dapat diukur dari soliditas bangsa tersebut, popularitas budayanya di mata dunia dan perannya dalam lembaga-lembaga dunia. 1 Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas oed (2004), Politik Luar Negeri Korea Selatan, (Yoyakarta: UGM Press), hlm. 8 1
2 Salah satu kerjasama internasional yang coba ditingkatkan oleh Korea Selatan saat ini adalah dengan negara Tiongkok, salah satu negara yang memiliki potensi ekonomi dan militer terbesar di Asia. Pada tahun 2012, Korea Selatan dan Tiongkok memperingati 20 tahun normalisasi hubungan mereka. Meninjau semua kemajuan substansial yang telah dibuat sejak mereka menjalin hubungan diplomatik lebih dari 20 tahun yang lalu, Korea Selatan dan Tiongkok menangani tantangan bersama dan memperdalam kerja sama mereka secara komprehensif. Kedua negara bersama mempromosikan perdamaian regional dan revitalisasi Asia, dan meningkatkan kemakmuran dunia. Tiongkok bersedia untuk meluncurkan layanan izin RMB (Chinese Yuan) di Korea Selatan agar kedua belah pihak bisa mempercepat negosiasi sehingga untuk menyelesaikan pembicaraan perdagangan bebas mereka sebelum akhir tahun. Tiongkok juga menyambut perusahaan Korea Selatan untuk berinvestasi lebih banyak di Tiongkok tengah dan barat. Korea Selatan mendukung Tiongkok untuk secara komprehensif memperdalam reformasi. Korea Selatan sangat berharap bahwa kedua negara bisa menjadi mitra strategis yang bisa mendukung dan membantu satu sama lain, siap untuk memperkuat komunikasi dengan Tiongkok di bidang urusan politik, keamanan dan militer, dan bersedia untuk bertukar pandangan mengenai isu-isu utama pada waktu yang tepat. Kerja sama bilateral Korea Selatan dan Tiongkok dapat memberikan kontribusi untuk kawasan Asia Timur dan dunia pada umumnya. Korea Selatan dan Tiongkok tidak hanya akan mencari pengembangan infrastruktur bersama, tetapi juga bergandengan tangan untuk mengatasi tantangan global dan menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan dan dunia. Korea Selatan dan Tiongkok telah mencapai konsensus penting tentang kerja sama dalam berbagai bidang dan menandatangani serangkaian kesepakatan penting. Meski, hubungan Korea Selatan dan Tiongkok dapat dikatakan sebagai suatu hubungan yang tarik-ulur, namun berbeda dengan keadaan beberapa dekade lalu, saat ini hubungan keduanya dapat dikatakan memasuki masa keemasan. Hubungan Korea Utara dan Tiongkok yang tengah mengalami kerenggangan karena pemerintah Tiongkok merasa dikelabui oleh Pyongyang menyusul ujicoba senjata 2
3 nuklir 12 Februari 2013 lalu, 2 dimanfaatkan oleh Korea Selatan untuk membenahi hubungan dengan Tiongkok. Sejak normalisasi hubungan diplomatik tahun 1992, Korea Selatan kini menjadi mitra dagang terbesar ketiga bagi Tiongkok. Sebaliknya Beijing juga mitra dagang terbesar Korea Selatan. Saat ini kedua negara, ditambah Jepang, sedang merundingkan zona bebas perdagangan. Daniel Pinkston, pakar Korea di International Crisis Group (ICG), melihat perekonomian kedua negara saling erat bertautan. Perundingan yang sudah dimulai sejak 2012, akhirnya ditandatangani pada Juni 2015 lalu. 3 Baik Korea Selatan ataupun Tiongkok termasuk rantai suplai global terbesar di kawasan Asia. Karena pendistribusian proses produksi secara global, sebagian besar produsen bergantung dari pasokan bahan baku atau komponen dari negara lain. Dapat dikatakan bahwa hubungan Korea Selatan dan Tiongkok yang sedang membaik ini hanya dilandasi atas kepentingan nasional masing-masing negara. Hubungan kerjasama bilateral yang mulai membaik antara Korea Selatan dan Tiongkok ini tidak hanya berdampak pada negeri tirai bambu dan negeri ginseng saja. Hubungan Korea Selatan dan Tiongkok akan membuat poros hubungan internasional saat ini mulai cenderung terkonsentrasi ke kawasan Asia Timur. Kemudian tumbuhnya perekonomian di negara-negara Asia Timur yang menyumbang dua perlima dari pertumbuhan ekonomi global telah menggeser perhatian publik dunia ke kawasan ini sehingga menjadikan Asia Timur sebagai wilayah yang menentukan pada abad ke-21 ini. Mulai terjalinnya perjanjian kerjasama antara kedua negara juga akan membawa tidak hanya stabilitas politik yang dipengaruhi namun juga sektor perekonomian dan keamanan khususnya dalam upaya denuklirisasi Korea Utara. Bahkan kerjasama perdagangan bebas Korea Selatan dan Tiongkok dapat menentukan kedudukan kedua negara di dalam hubungan internasional yang saat ini masih didominasi oleh Amerika Serikat Rumusan Masalah 2 Ruth Krichner, Pengaruh Tiongkok pada Korea Utara, DW.com (daring), 24 November 2010, < diakses 4 Februari David Gray, Tiongkok-Korea Selatan Teken Perjanjian Perdagangan bebas, Tempo.co (daring), 2 Juni 2015, < diakses 10 Februari
4 Bagaimana strategi soft power diplomacy berpengaruh dalam hubungan Korea Selatan dan Tiongkok? 1.3. Landasan Konseptual Untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai pengaruh strategi soft power diplomacy dalam membangun hubungan Korea Selatan dengan Tiongkok, peneliti menggunakan konsep utama yaitu Soft Power oleh Joseph S. Nye dan Modern Diplomasi oleh Barston. Peneliti juga menggunakan konsep kepentingan nasional untuk melihat pengaruh soft power diplomacy dalam pemenuhan kepentingan nasional Korea Selatan untuk meningkatkan kerjasama dengan Tiongkok Modern Diplomasi Diplomasi sering dikaitkan dengan manajemen konflik atau manajemen hubungan antara negara yang satu dengan negara yang lain. Diplomasi juga merupakan salah satu instrumen utama dalam pelaksanaan politik atau kebijakan luar negeri suatu negara. Dalam hubungan internasional, kebijakan luar negeri suatu negara akan didasarkan oleh kepentingan nasionalnya, sehingga diplomasi akan bertujuan untuk memenuhi kepentingan nasional tersebut. Jika dalam diplomasi menurut Morgenthau peran diplomat hanya sebagai simbol negara dan pemegang kebijakan luar negeri, maka menurut R. Barston dalam bukunya, Modern Diplomacy, peran utama seorang diplomat adalah mereduksi konflik dan menjaga keharmonisan hubungan antar-negara, sehingga tercipta perdamaian dunia. Dalam diplomasi modern menurut Barston, setidaknya ada enam tugas pokok sorang diplomat yang wajib dijalankan, yaitu : (1) Mempresentasikan negara (2) memberikan informasi terkait negara dimana dia ditugaskan/listening post, (3) memberikan masukan kepada Pemerintah terkait kebijakan Luar Negeri, (4) Mereduksi potensi konflik yang muncul dari kerjasama internasional (5) menjalankan kebijakan luar negeri, (6) menyesuaikan diri dalam dinamika politik luar negeri yang dinamis. 4 Selain itu, Barston juga menjelaskan Masih dalam buku Modern Diplomacy, Barston menjelaskan bahwa jalur ekonomi dan perdagangan sesungguhnya bisa 4 Barston, R. P. (1997), Modern Diplomacy. Second Edition, (Longman, London and New York), hlm
5 digunakan sebagai instrumen untuk mempererat hubungan antar negara, selain penggunaan isu keamanan dan jalur politik tentunya. 5 Modern diplomacy atau diplomasi yang baru menekankan adanya keterbukaan. Bicara mengenai diplomasi, berarti membicarakan tentang national interest, bagaimana mendapatkan kepentingan nasional dengan meningkatkan soft power dan hard power. Maka dari itu, pemerintah sebuah negara membuat apa yang disebut kebijakan luar negeri, seperti: Pengaruh lingkungan internal Pengaruh lingkungan eksternal Soft power diplomacy Hard diplomacy Meningkatnya peran aktor transnasional menjadi sangat besar dalam perkembangan diplomasi modern. Dampak perkembangan teknologi terhadap diplomasi sangat besar, sistem baru memudahkan para aktor melakukan pertukaran informasi. Munculnya isu-isu baru merupakan hal wajar karena dunia sedang megalami globalisasi. Isu-isu global harus dapat dikuasai oleh para diplomat agar dalam mendapatkan kepetingan negaranya lebih mudah. Isu-isu di dunia tidak dapat dihalangi oleh batas-batas kenegaraan, dan pada akhirnya, peranan media massa secara nasional maupun internasional semakin nyata Soft Power Aktor-aktor hubungan internasional, khususnya negara, memerlukan kekuatan atau power yang dapat digunakan mempengaruhi pihak lain dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Perwujudan power tersebut dapat dilakukan melalui tiga cara, yakni ancaman atau tindakan koersif ( sticks ), pancingan dan pembayaran/payments ( carrots ) serta daya tarik untuk membuat pihak lain melakukan apa yang diinginkan 6. Power yang diwujudkan melalui dua cara pertama diasosiakan dengan hard power 7, sedangkan yang diwujudkan melalui daya tarik, menurut Joseph S. Nye dikategorikan 5 R.P. Barston, Hlm Nye, J.S. (2008), Public Diplomacy and Soft Power, THE ANNALS of the American Academy of Political and Social Science; 616;94-109, hlm Nye, J.S. (2003), The Velvet Hegemon, Foreign Policy, no. 136: 74 dalam Hackbarth, J R. (2009), Soft Power and Smart Power in Africa, Strategic Insights, Volume VIII, Issue 1:1-19, (Center for Contemporary Conflict), hlm. 2 5
6 sebagai soft power. Menurut Nye, power adalah kekuatan atau kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Nye menggolongkan power dalam dua spektrum perilaku yang berbeda, yakni hard power yang digolongkan dalam spektrum perilaku command power, yakni kemampuan untuk mengubah apa yang pihak lain lakukan (what others do) dan soft power dalam spektrum perilaku co-optive power, yakni kemampuan untuk dapat mempengaruhi dan membentuk apa yang pihak lain inginkan (what others want) 8. Cooptive power dapat diperoleh melalui agenda setting (memanipulasi agenda pilihan politik sehingga pihak lain gagal mengekspresikan suatu preferensi politik tertentu karena merasa preferensi tersebut terlihat tidak realistis yang bersumber pada institusi) atau melalui attraction (daya tarik yang bersumber pada budaya, nilai-nilai dan kebijakan yang dimiliki). Soft power kemudian didefinisikan Nye sebagai kekuatan atau kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk mendapatkan hasil yang diinginkan (power) tersebut melalui penggunaan daya tarik daripada penggunaan kekerasan (coercion) atau imbalan (payment) 9. Soft power bersumber dari aset-aset yang dapat digunakan untuk memproduksi daya tarik. Nye menjabarkan bahwa soft power suatu negara utamanya didasarkan pada tiga sumber, yaitu kebudayaan (culture, yang membuat negara tersebut menarik bagi pihak lain), nilai politik (political values, yang dianut negara tersebut di dalam maupun luar negeri) dan kebijakan luar negeri (foreign policies, yang membuat negara memiliki legitimasi dan otoritas moral). 10 Kebudayaan sebagai salah satu sumber utama soft power dibagi lagi menjadi dua jenis, yakni high culture, seperti seni, literatur, dan pendidikan yang menarik perhatian elit tertentu serta pop culture, yang berfokus pada produksi hiburan massal (mass entertainment). Soft power adalah attractive power (kekuatan daya tarik) 11 yang hanya dapat dihasilkan apabila sumber-sumber yang dimobilisasi melalui diplomasi publik memiliki daya tarik yang cukup atraktif untuk mempengaruhi preferensi target atau penerima soft power yang dituju. Oleh karena itu, dalam pembentukan soft power, 8 Nye, J.S. (2005), Soft Power and Higher Education, Forum for the Future of Higher Education, < diakses 20 Oktober Nye, J.S, Public Diplomacy and Soft Power, hlm Nye.J.S, Public Diplomacy and Soft Power, hlm Nye.J.S, Public Diplomacy and Soft Power, hlm. 95 6
7 selain mengidentifikasi sumbernya perlu diidentifikasi pula faktor-faktor apa yang dapat membuat sumber-sumber soft power tersebut menarik dan dapat diterima oleh penerima soft power. Tabel 1. Spektrum Perilaku dan Sumber Power oleh Joseph S. Nye Sumber: Nye, J.S. (2004), Soft Power: The Means to Success in World Politics, 1st ed. (New York: Public Affairs) Aktor-aktor yang terlibat dalam pembentukan soft power diistilahkan sebagai referees dan receivers soft power. Referees soft power terkait dengan pihak yang menjadi sumber rujukan legitimasi dan kredibilitas soft power sedangkan receivers soft power adalah target yang dituju sebagai sasaran penerima soft power 12. Hubungan antara sumber soft power dengan referees dan recievers soft power dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Sumber Soft Power Kebijakan luar negeri Nilai-nilai dan kebijakan domestik Tabel 2. Sumber, Rujukan dan Target Soft Power Referees/rujukan untuk kredibilitas dan legitimasi Soft Power Pemerintah, media, organisasi non-pemerintah, (Nongovernmental Organizations/NGOs), organisasi antar-pemerintah (Intergovernmental Organizations/IGOs) Media, NGOs, IGOs Recievers/Penerima Soft Power Pemerintah dan publik/masyarakat negara lain Pemerintah dan publik/masyarakat negara lain High culture Pemerintah, NGOs, IGOs Pemerintah dan publik/masyarakat negara lain Pop culture Media, pasar (markets) Publik/masyarakat 12 Nye.J.S, Public Diplomacy and Soft Power, hlm
8 negara lain Sumber: Nye, J.S. (2008), Public Diplomacy and Soft Power, THE ANNALS of the American Academy of Political and Social Science; 616; , hlm Konsep Kepentingan Nasional Hubungan bilateral yang dijalin antar dua negara tidak terlepas dari kepentingan nasional masing-masing negara yang mendasarinya untuk melakukan kerjasama. Kepentingan nasional adalah sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya. Menurut Joseph S. Nye apapun bentuk Pemerintahannya, suatu negara pasti akan selalu bertindak dalam kerangka kepentingan nasionalnya. 13 Politik luar negeri tersebut menjadi manifestasi utama suatu negara dari perilaku suatu negara dalam berhubungan dengan negara lain. Jika beberapa negara memiliki keselarasan dalam kepentingan nasional yang diperjuangkan masing-masing baik itu alasan ideologis maupun pragmatis maka negara-negara tersebut dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dan sangat kooperatif satu sama lain. Dalam bukunya Mohtar Mas oed menjelaskan konsep ini sama dengan menjalankan kelangsungan hidup. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa kelangsungan hidup tercipta dari adanya kemampuan minimum. Kemampuan minimum tersebut dapat dilihat dari kepentingan suatu negara yang dihubungkan dengan negara lain. Hal tersebut menjelaskan bagaimana sebuah kepentingan dapat menghasilkan kemampuan akan menilai kebutuhan maupun keinginan pribadi yang sejalan dengan itu berusaha menyeimbangkan akan kebutuhan maupun keinginan dilain pihak. Konsep ini juga menjelaskan seberapa luas cakupan dan seberapa jauh sebuah kepentingan nasional suatu negara harus sesuai dengan kemampuannya.6 Kemampuan disini menjadi batasan yang didukung dari Sumber Daya Manusia (SDM) maupun Sumber Daya Alam (SDA). 14 Dalam upaya pencapaian tujuan nasional tersebut tidak hanya melibatkan kepentingan penguasa saja tetapi lebih mengedepankan kepentingan rakyat secara keseluruhan. Sebagai dasar politik luar negeri suatu negara, kepentingan nasional menjadi poin utama dalam upaya menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi 13 Nye.J.S, (1992), Understanding International Conflicts, (USA: Harper Collins College Publisher), hlm Mochtar Mas oed, (1994), Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, (Jakarta: PT. Pustaka LP3ES), hlm
9 perilaku suatu negara dalam perpolitikan internasional serta menjadi dasar penentu pembuat kebijakan luar negeri. Kepentingan nasional suatu bangsa dengan sendirinya perlu mempertimbangkan berbagai nilai yang berkembang dan menjadi ciri khas suatu negara. Aspek kebudayaan yang dimiliki oleh setiap negara tentunya mempunyai karakteristik paling khas. Kebijakan luar negeri yang telah ditetapkan oleh suatu negara diimplementasikan pelaksanaannya melalui diplomasi. Dalam penelitian ini, untuk memenuhi kepentingan nasionalnya, Korea Selatan menggunakan soft power diplomacy untuk mengembalikan citra positif Korea Selatan di Tiongkok, sehingga mampu meningkatkan dan membangun kembali hubungan yang harmonis dengan negara tersebut. Kepentingan nasional Korea Selatan ini juga menjadi tolak-ukur keberhasilan strategi soft power diplomacy yang telah dilaksanakan oleh Korea Argumentasi Utama Dalam memenuhi kepentingan nasional di bidang ekonomi sebagai kekuatan ekonomi terbesar di Asia, Korea Selatan memiliki strategi untuk menggunakan soft power diplomacy yang melibatkan aktor-aktor non untuk memulihkan hubungannya dengan Tiongkok. Strategi diplomasi ini diwujudkan dengan adanya budaya pop yang sering disebut juga dengan korean wave. Korean wave dapat mendukung pencapaian kepentingan nasional Korea Selatan dalam hal ini mewujudkan citra positif Korea Selatan sebagai negara adidaya. Pengaruh pelaksanaan strategi ini terlihat dari semakin kuatnya hubungan Korea Selatan dan Tiongkok yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan kerjasama di bidang ekonomi dan sosial-budaya. Salah satu pengaruh yang ditimbulkan adalah dengan meningkatnya intensitas perdagangan dan pertukaran budaya antara Korea Selatan dan Tiongkok. Korea Selatan dan Tiongkok juga membangun kerjasama perdagangan bebas, dimana Tiongkok memberikan investasi mencapai US$ 30 juta di Korea Selatan dalam bidang industri dan investasi senilai US$ 3 milyar dalam bidang pariwisata, dan hiburan Metode Penelitian a. Metode Penelitian 9
10 Dalam menelaah permasalahan yang ada dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan analisa deskriptif dengan metode penelitian kualitatif yang menekankan pada kualitas data dengan menjelaskan dan menganalisis hubungan antara data, fakta, dan teori yang ada untuk kemudian ditarik kesimpulan. b. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data akan ditekankan pada studi literatur, baik buku, laporan maupun jurnal yang membahas mengenai hubungan antara Korea dan Tiongkok serta penerapan politik luar negeri Korea Selatan untuk mendukung argumenargumen peneliti sehingga dapat menggambarkan suatu kesimpulan yang utuh bagaimana strategi, pengaruh dan prospek soft power diplomacy dalam membangun kembali hubungan Korea Selatan dan Tiongkok. Selain itu, referensi online juga akan digunakan sebagai alternatif informasi guna memperkaya bahasan yang akan dianalisa. Selain itu, penggunaan referensi online juga berguna untuk memberi informasi terkini, agar data yang digunakan dapat berimbang antara data primer dan data sekunder. Peneliti akan selektif dalam memilih sumber referensi dan tidak lupa untuk membandingkan berbagai sumber untuk mendukung argumen dalam penelitian ini agar terciptanya penelitian yang komprehensif dan reliable. c. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan langkah : Reduksi data merupakan proses pemilahan, pengkategorian, dan pemusatan pada data yang relevan dengan fokus permasalahan penelitian. Perbandingan data lama dan data baru. Dalam penelitian ini perbandingan data dimulai dengan membandingkan angka atau volume kerjasama antara Korea Selatan dan Tiongkok sebelum dan sesudah masuknya Korean Wave di Tiongkok. Penyajian data dilakukan dengan menggambarkan fenomena atau keadaan sesuai dengan data yang telah direduksi dan dibandingkan Sistematika Penelitian Dalam membuat penelitian yang berjudul Pelaksanaan Strategi Soft Power Diplomacy dalam Membangun Hubungan Korea Selatan dan Tiongkok dengan 10
11 kerangka Modern Diplomacy dan Soft Power Diplomacy, peneliti akan membaginya ke dalam empat bab utama, yaitu pendahuluan, pembahasan, analisis, dan penutup. Pada BAB I, peneliti akan membahas mengenai latar belakang masalah terkait hubungan Korea Selatan dan Tiongkok serta mengapa kedua negara tersebut perlu berdiplomasi. Pada bab ini juga akan dijelaskan mengenai pertanyaan penelitian, landasan konseptual dan teori yang digunakan untuk menjawab masalah yang ada, serta argumentasi utama, metode penelitian dan terakhir sistematika penelitian dari penelitian ini. Di dalam BAB II, peneliti akan lebih menekankan kepada perkembangan Korean Wave di Tiongkok dari awal masuknya hingga kebijakan yang membatasi adanya korean wave di negara tirai bambu tersebut. Selain itu, peneliti juga akan meneliti mengenai aktor-aktor yang terlibat dalam perkembangan Korean Wave di Tiongkok seperti aktor non-pemerintah dan media massa. Pada BAB III, peneliti akan menjabarkan hubungan Korea Selatan dan Tiongkok di bidang keamanan, politik, ekonomi, dan sosial pasca masuknya Korean Wave di Tiongkok. Kemudian peneliti juga akan mengelaborasikan jawaban atas rumusan masalah dengan menganalisis keberhasilan penggunaan korean wave dilihat dari perspektif Modern Diplomacy dan Soft Power Diplomacy dalam mengembalikan citra Korea Selatan di mata masyarakat Tiongkok hingga pada pemenuhan kepentingan nasional Korea Selatan dan perbaikan hubungan bilateral Korea Selatan dan Tiongkok. Pada BAB IV, peneliti akan memberikan kesimpulan terhadap seluruh pembahasan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya untuk mengetahui apakan argumen peneliti sesuai atau tidak sesuai. 11
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cina merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat dan saat ini dianggap sebagai salah satu kekuatan besar dunia. Dengan semakin besarnya kekuatan Cina di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak lama. India merupakan negara non-komunis pertama yang mengakui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang India dan Afganistan merupakan dua negara tetangga yang mempunyai keterikatan sejarah yang kuat. Hubungan baik antar kedua negara pun sudah terjalin sejak lama. India
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan
Lebih terperinciterlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.
BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.
BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat.
BAB IV KESIMPULAN Terjadinya Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat turut mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. Salah satunya adalah sikap yang ditunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME
PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap
Lebih terperinciAMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA
AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA Oleh: Dewi Triwahyuni, S.Ip., M.Si. Saran Bacaan: Eugene R. Wittkopf, The Future of American Foreign Policy,, Second Edition (New York: St. Matin s Press, 1992).
Lebih terperincimengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea
BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di
Lebih terperinciMemahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku
Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 1 (Januari-Juni 2017): 77-81 Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Tonny Dian Effendi Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinci: Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si. Memahami Diplomasi
Mata Kuliah Dosen : Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si Memahami Diplomasi Pada masa kini dengan berkembang luasnya isu internasional menyebabkan hubungan internasional tidak lagi dipandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memilih judul skripsi DAMPAK KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH INDONESIA DENGAN PEMERINTAH AUSTRALIA DALAM BIDANG
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ada beberapa pertimbangan yang mendorong penulis tertarik untuk memilih judul skripsi DAMPAK KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH INDONESIA DENGAN PEMERINTAH AUSTRALIA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA
Lebih terperinciMUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM
MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang
BAB V KESIMPULAN Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dihadapkan pada berbagai perubahan dan pergeseran kekuatan dalam lingkungan strategis global dan regional sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kebudayaan disadari atau tidak merupakan bagian dari identitas yang melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa bangsa itu" dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme.
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pada akhir abad ke 20 hingga awal abad ke 21 telah ditandai dengan adanya suatu proses penyatuan dunia yang menjadi sebuah ruang tanpa batasan tertentu. Proses
Lebih terperinciuntuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang
Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan
BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.
100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Pemilihan judul skripsi didasarkan pada permasalahan mengenai tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia sektor domestik yang bekerja di Malaysia. Terutama mengenai
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. perekonomian suatu bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memandang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Kerjasama merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan perekonomian suatu bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memandang pentingnya kerjasama dengan
Lebih terperincibilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika
BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu
Lebih terperinciENVIRONMENT CHANGE, SECURITY & CONFLICT
ENVIRONMENT CHANGE, SECURITY & CONFLICT Isu Lingkungan = Perluasan Konsep Keamanan? By: Dewi Triwahyuni 1 Isu Lingkungan = Perluasan Konsep Keamanan? Sejak 1920an, adanya pergerakan negara totaliter di
Lebih terperinciDEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA
DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal kemerdekannya, Indonesia memiliki kondisi yang belum stabil, baik dari segi politik, keamanan, maupun ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peluang kerjasama dalam era globalisasi saat ini sangat diperlukan dalam konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan meningkatkan hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak menimbulkan isu-isu dan permasalahan dalam hubungan antar negara, berbagai macam seperti permasalahan
Lebih terperinciPengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan
Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Cina dan Taiwan adalah dua kawasan yang memiliki latar belakang
Lebih terperincimemperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.
BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi global merujuk kepada ekonomi yang berdasarkan ekonomi nasional masing-masing negara yang ada di belahan dunia. Saat ini, fenomena krisis global menunjukkan
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Jepang sudah lama memiliki peran penting di dalam masyarakat internasional,
BAB IV KESIMPULAN Jepang sudah lama memiliki peran penting di dalam masyarakat internasional, khususnya dalam pembangunan negara-negara berkembang melalui pemberian ODA. Kebijakan ODA Jepang ini sangat
Lebih terperinciPertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.
PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperhitungkan baik dalam skala regional maupun global (Ganewati
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah China merupakan salah satu aktor hubungan internasional yang kini memiliki peran penting dalam tatanan global. Pada beberapa tahun terakhir, China telah menjadi
Lebih terperinci1 BAB I 2 PENDAHULUAN
1 1 BAB I 2 PENDAHULUAN 2.1 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan diplomatik yang terjadi antara dua negara tentu dapat meningkatkan keuntungan antara kedua belah pihak negara dan berjalan dengan lancar.
Lebih terperinciMobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita
Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita Kamala Chandrakirana Seminar Nasional Program Studi Kajian Gender UI Depok, 11 Februari 2015 Disampaikan dalam Seminar Nasional "Jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai
Lebih terperinciAKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017
AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017 STATE Miriam Budiardjo: Negara sebagai suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menonjol dalam Hubungan Internasional adalah Power State, Power sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Internasional adalah hal yang kompleks, namun yang paling menonjol dalam Hubungan Internasional adalah Power State, Power sering diartikan sebagai kekuatan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor
BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (narkoba) merupakan salah satu bentuk tindak kejahatan transnasional. Amerika Serikat, menurut
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer
BAB V KESIMPULAN Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016.
Lebih terperinciSejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik
Politik Global; Dalam Teori dan Praktik Edisi 2 oleh Aleksius Jemadu Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id
Lebih terperinciBAB I. A. Latar Belakang
BAB I A. Latar Belakang Keamanan pangan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi setiap negara. World Trade Organization (WTO) adalah organisasi internasional yang sejak tahun 1995 memiliki peran sentral
Lebih terperincisebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.
BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik
Lebih terperinciHUBUNGAN INDONESIA -- TIONGKOK BERKEMBANG PESAT...
Kolom IBRAHIM ISA Kemis, 03 Oktober 2013 -------------------- HUBUNGAN INDONESIA -- TIONGKOK BERKEMBANG PESAT... Hubungan dua negeri Asia: -- Indonesia dan Tiongkok--, Yang satu negeri kepulauan terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara di kawasan Asia Timur yang berhasil menyebarkan kebudayaannya ke berbagai negara. Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada Desember 2013, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada Desember 2013, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri dan melakukan upacara peresmian sebuah pabrik yang berada kawasan industri Cilegon,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. global semakin hari semakin mencuat ke permukaan. Adanya dominasi negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biennale Jogja adalah sebuah agenda seni berskala internasional yang digelar rutin setiap dua tahun sekali oleh Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY). Agenda seni
Lebih terperinci2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B
BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Publishers, Inc., Plymouth, 2011, Seung Yoon Yang & Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea Sejak Awal Abad hingga Masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konflik berkepanjangan antara Korea Utara dan Korea Selatan tidak kunjung mereda hingga saat ini. Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat membuat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinci2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang semakin maju ini ada banyak isu-isu yang berkembang. Bukan hanya isu mengenai hard power yang menjadi perhatian dunia, tetapi isu soft
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Perdagangan internasional diatur dalam sebuah rejim yang bernama WTO. Di dalam institusi ini terdapat berbagai unsur dari suatu rejim, yaitu prinsip, norma, peraturan, maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia dan Thailand merupakan dua negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang sedang berusaha mengembangkan sektor industri otomotif negerinya. Kenyataan bahwa
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin
BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan
Lebih terperinciSambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia
Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Disampaikan Pada Forum Seminar WTO Tanggal 12 Agustus 2008 di Hotel Aryaduta, Jakarta Kepada
Lebih terperincimenjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.
BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global
Lebih terperinciS I L A B U S. Jurusan/Program Studi : Ilmu Administrasi Negara : Organisasi dan Administrasi Internasional Kode : SAN 224 SKS : Teori: 2 Praktek: -
S I L A B U S Fakultas : Ilmu Sosial Jurusan/Program Studi : Ilmu Administrasi Negara Mata Kuliah : dan Administrasi Kode : SAN 224 SKS : Teori: 2 Praktek: - Semester : V Mata Kuliah Prasyarat : - Dosen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Runtuhnya Uni Soviet sebagai negara komunis utama pada tahun 1990-an memunculkan corak perkembangan Hubungan Internasional yang khas. Perkembangan pasca-
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, Selasa, 08 Desember 2009
Sambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, 8-12-09 Selasa, 08 Desember 2009 Â SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY DI GEDUNG MERDEKA,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan
BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai
Lebih terperinciJURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA
UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciPERAN ILMU-ILMU SOSIAL DALAM MENYAMBUT MEA
PERAN ILMU-ILMU SOSIAL DALAM MENYAMBUT MEA Musdaliah Mustadjar Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah pintu menuju sistem ekonomi global, dimana
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan
PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan pangan pokok utama sebagian besar masyarakat di Indonesia.
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE
BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three
Lebih terperinciKepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act
Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan Terlibat Dalam Lord's Resistance Army Disarmament and Northern Uganda Recovery Act Lord s Resistance Army (LRA) suatu kelompok pemberontak
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan dengan mengacu pada hipotesa yang peneliti tentukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut: pertama, Kausalitas
Lebih terperinciRechtsVinding Online. Aktor Non-Negara
PENYEMPURNAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI INDONESIA Oleh: Yeni Handayani Sebagai negara kesatuan yang
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON THE FRAMEWORK FOR
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. diplomasi yang dibawa oleh TNI yang bergabung dalam Kontingen Garuda adalah
BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tugas pokok TNI tidak hanya sebagai pasukan perang, tetapi juga menjadi pasukan pemelihara perdamaian dalam menjalani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM
Lebih terperinciGLOBAL FRAMEWORK AND LOCAL REALITIES
PARIWISATA DAN POLITIK LUAR NEGERI TOURISM AND POLITICS: GLOBAL FRAMEWORK AND LOCAL REALITIES KELOMPOK 4 Anggie Aditya Murti Ajeng Yuliana R Pandu Raka Pangestu Annisa Nadya I Farid Ali Syahbana Muhammad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Indonesia dengan Jepang telah berlangsung cukup lama dimulai dengan hubungan yang buruk pada saat penjajahan Jepang di Indonesia pada periode tahun 1942-1945
Lebih terperinciPidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010
Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENGENAI DINAMIKA HUBUNGAN indonesia - MALAYSIA DI MABES
Lebih terperinciyang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diaspora India adalah sekelompok orang yang bermigrasi dari wilayah teritori negara India menuju luar batas negara India. Migrasi yang dilakukan juga berlaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK (AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperinci