PENJERAPAN TEMBAGA (II) DALAM AIR LIMBAH DENGAN BEBERAPA JENIS TANAH PADA REAKTOR BATCH (Tanah Berlempung, Tanah Lempung Berpasir Dan Tanah Pasir)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENJERAPAN TEMBAGA (II) DALAM AIR LIMBAH DENGAN BEBERAPA JENIS TANAH PADA REAKTOR BATCH (Tanah Berlempung, Tanah Lempung Berpasir Dan Tanah Pasir)"

Transkripsi

1 PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : PENJERAPAN TEMBAGA (II) DALAM AIR LIMBAH DENGAN BEBERAPA JENIS TANAH PADA REAKTOR BATCH (Tanah Berlepung, Tanah Lepung Berpasir Dan Tanah Pasir) H a r y a n t o*, Purwanto**, Agus Hadiyarto** Progra Studi Ilu Lingkungan Progra Pascasarjana Universitas Diponegoro * Fakultas Teknik Universitas Muhaadiyah Surakarta ** Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstrak Penelitian enggunakan tiga jenis tanah yaitu tanah berlepung warna hita dari Suberlawang, tanah lepung berpasir warna coklat dari Ngeplak dan tanah pasir warna erah dari Nogosari. Percobaan dilakukan secara batch pada berbagai aca konsentrasi awal tebaga (II) dala larutan dan air libah, sedangkan untuk analisis data dengan odel penjerapan Languir dan Freundlich. Keapuan penjerapan tanah berlepung terhadap tebaga (II) dala larutan (98 %), tanah lepung berpasir (76 %) dan tanah pasir (72 %). Model Freundlich penjerapan tebaga (II) dala air libah dengan tanah lebih sesuai daripada odel Languir dengan kesesuaian untuk tanah berlepung (84,83 %), tanah lepung berpasir (66,68 %) dan tanah pasir (13,83 %). Kata kunci : tebaga (II), air libah, tanah, penjerapan 1. PENDAHULUAN Penyebaran loga berat endapat perhatian para peerhati lingkungan, karena sifat loga berat yang berbahaya bagi anusia, tanaan, hewan dan akhluk hidup yang lain. Kesulitan dala pengelolaan libah yang engandung loga berat disebabkan oleh bentuk dan kandungan loga berat dala libah yang sangat bervariasi. Tebaga (Cu) terasuk loga berat yang harus diwaspai keberadaannya, naun dala julah yang sangat kecil diperlukan tubuh untuk ebentuk sel-sel darah erah karena dala air udah ebentuk suspensi dan tidak dapat didegradasi, dala julah lebih besar dan waktu peaparan yang laa akan dapat enyebabkan rasa yang tidak enak di lidah, iritasi hidung, ulut dan ata serta diare, disaping enyebabkan kerusakan pada hati. Pengolahan air libah yang engandung tebaga dapat dilakukan secara fisika dan atau kiia, sehingga tebaga tidak enyebabkan pencearan tanah dan air Pengolahan secara fisika antara lain dengan proses ebran dan penjerapan yang relatif urah, sedangkan untuk proses kiia isalnya dengan pengendapan bertingkat yang eerlukan biaya yang relatif besar. Tanah yang engandung bahan organik, kation natriu, aluiniu, besi dan silikat dapat enjerap loga berat (tebaga) yang terdapat dala air libah sebesar ek/100 g. Industri kerajinan tebaga erupakan salah satu industri yang berkebang di daerah Cepogo Boyolali Jawa Tengah sebagai salah satu sentra industri kerajinan tebaga yang eproduksi berbagai aca perabot ruah tangga. Selain enghasilkan produk yang beranfaat, kegiatan industri tersebut engahasilkan air libah yang engandung senyawa tebaga. Seentara di daerah sekitarnya banyak pengrajin batu bata yang enggunakan bahan baku tanah. Oleh karena itu untuk engurangi pencearan tebaga diungkinkan eadukan kedua jenis industri tersebut yaitu dengan eanfaatkan tanah yang untuk enjerap tebaga dala air libah, keudian tanah yang telah enjerap tebaga dapat dipergunakan sebagai bahan baku pebuatan batu bata. Penelitian ini ditujukan untuk epelajari keapuan penjerapan tanah disekitar industri kerajinan tebaga yaitu tanah berlepung (dari Suberlawang Sragen), tanah lepung berpasir (dari Ngeplak Boyolali) dan tanah pasir (dari Nogosari Boyolali), diana ketiga daerah ini asuk wilayah Jawa Tengah. Perasalahan dala penggunaan ke tiga jenis tanah sebagai penjerap tebaga (II) yaitu belu diketahui keapuan dan odel yang sesuai untuk penjerapan tebaga (II) dala air libah yang dapat digunakan dala perancangan alat penjerap. Adapun tujuan penelitian yaitu engetahui keapuan dan enyusun odel penjerapan pada reaktor batch tebaga (II) dengan tanah berlepung, tanah berpasir dan tanah pasir. H-13-1

2 2. METODE PENELITIAN 2.1. Alat dan Bahan Yang Dipergunakan. Bahan Yang Dipergunakan : Tanah berlepung warna hita (Suberlawang Sragen), tanah lepung berpasir warna coklat (Ngeplak Boyolali) dan tanah pasir warna erah (Nogosari Boyolali) kedalaan c. Tebaga nitrat, Cu(NO 3 ) 2 (Eerck, keurnian 99,98 %). Air libah yang engandung tebaga (Kerajinan tebaga di Cepogo Boyolali). Air suling (daya hantar listrik 0,1 µ S/c dan kadar Cu 2+ = 0,0277 pp) Alat Yang Dipergunakan: 1. Alat pengabil sapel tanah (Soil Auger) 2. Erleneyer 3. Gelas ukur 4. Labu takar 5. Pipet volu 6. Pipet ukur 7. Gelas beker 8. Botol sapel 9. Filter 10. Atoic Absorption Spectrophotoeter Cara Kerja Cara kerja penjerapan tebaga (II) pada reaktor batch disajikan dala bentuk blok diagra berikut ini Tanah NERACA Tanah 100 gra 1000 l Larutan tebaga nitrat / air libah GELAS BEKER (REAKTOR) Didiakan pada T ± 20 o C, diabil 10 l sapel filtrat untuk ja (0, ¼, ½, 3/4, 1, 2, 4) ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETER Kadar tebaga (II) dala filtrat Gabar 1. Diagra Alir Percobaan Penjerapan Tebaga (II) Dengan Tanah Secara Batch Analisis data dilakukan dengan odel penjerapan isotheral Languir dan Freundlich serta Microsoft Ecel Progra. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisis Air Libah dan Tanah Kandungan Loga Berat Air Libah H-13-2

3 Kandungan loga dala Air Libah kerajinan tebaga di Cepogo Boyolali Jawa Tengah dianalisis dengan Atoic Absorption Spectrophotoeter dan hasilnya disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Kandungan Loga Air Libah No Loga Berat Kadar, pp 1. Tebaga (Cu 2+ ) 8,01 2. Tiah hita (Pb 2+ ) 3,82 3. Kroiu (Cr 3+ ) 1,05 4. Kadiu (Cd 2+ ) 2,01 5. Nikel (Ni 2+ ) 1,73 6. Kobalt (Co 2+ ) 1,11 7. Seng (Zn 2+ ) 3,30 Suber : Data prier, 2004 Air Libah engandung 7 (tujuh) aca loga berat yang terasuk dala kelopok berbahaya yaitu tiah hita (II), nikel (II), kroiu (III) dan kadiu (II) yang epunyai selektivitas yang lebih besar daripada tebaga (II) dan berpengaruh besar terhadap penjerapan tebaga (II) dengan tanah. Loga kobalt (II), seng (II) dengan selektivitas lebih kecil daripada tebaga (II) dan kurang berpengaruh terhadap penjerapan tebaga (II) dengan tanah Analisis Sifat Tanah Hasil analisis tanah berlepung warna hita dari Suberlawang, tanah lepung berpasir warna coklat dari Ngeplak dan tanah pasir warna erah dari Nogosari disajikan pada table 2. Tabel 2. Sifat Tanah Berlepung, Tanah Lepung Berpasir Dan Tanah Pasir Tanah Kerikil Pasir Kasar Koponen, % Berat Pasir Sedang Pasir Halus Lanau Lepung Kadar Air, % ρ, g/l ph Cu 2+, pp Berlepung (hita) ,0 0,6094 Lepung Berpasir (coklat) ,0 0,9972 Pasir (erah) ,0 0,6094 Suber : Data prier, Tanah terdiri dari fraksi kerikil/pasir sangat kasar (2,0 1,0 ), pasir kasar (1,0 0,5), pasir sedang/biasa (0,5 0,25), pasir halus (0,25 0,10), lanau (0,1-0,002) dan lepung (< 0,002). Kerikil, pasir kasar, pasir sedang dan pasir halus berisi pasir kuarsa (SiO 2 ) yang bersifat resisten terhadap pelapukan. Pelapukan dapat terjadi pada partikel lanau enjadi lepung. Lepung erupakan gabungan dari ion-ion yang dapat engebang dan engkerut dengan adanyapebasahan dan pengeringan atau keapuan enahan sejulah air yang besar. Sebagian partikel lepung epunyai uatan negatif dan engikat kation-kation yang erupakan unsur yang esensial. Kation-kation ini bergerak pada perukaan lepung dan dapat terjadi pertukaran kation dengan kation-kation dala larutan tanah. Lanau dan lepung disusun oleh ineral-ineral kaolinit, hidrous ika (illit), verikulit, ontorillit dan klorit yang epunyai kapasitas tukar kation pada ph 7,0 antara ek/100 gra. Ukuran partikel suatu bahan penjerap epengaruhi kecepatan penjerapan, seakin kecil ukuran partikel seakin besar kecepatan penjerapannya,, hal ini disebabkan oleh pendeknya jarak yang ditepuh kation pada proses difusi. Tanah berlepung dan tanah lepung berpasir engandung koponen lanau dan lepung yang lebih besar daripada tanah berpasir, aka epunyai keapuan penjerapan yang relatif lebih besar dan lebih cepat daripada tanah berpasir. H-13-3

4 3.2. Penjerapan Tebaga (II) Secara Batch. Penjerapan tebaga (II) secara batch diaksudkan untuk engetahui keapuan penjerapan tiga jenis tanah pada berbagai aca konsentrasi awal. Keapuan penjerapan tiga jenis tanah pada kondisi kesetibangan dengan 5 (lia) aca konsentrasi yang berbeda dan air libah ditunjukkan pada tabel 3 No Tabel 3. Keapuan Penjerapan Tanah Berlepung, Tanah Lepung Berpasir dan Tanah Pasir Jenis Larutan 1 Cu(NO 3 ) 2 Konsentrasi Awal, pp Tanah Berlepung /, g/g tanah Tanah Lepung Berpasir Tanah Pasir ( D = 1,13 ) ( D = 1,65 ) ( D = 1,78 ) Air Libah Suber : Data prier, 2004 Pada keadaan kesetibangan tanah berlepung, tanah lepung berpasir dan tanah pasir epunyai keapuan penjerapan tebaga (II) yang sebanding dengan konsentrasi awal. Pada konsentrasi awal yang saa, tanah berlepung epunyai keapuan penjerapan yang lebih besar daripada tanah lepung berpasir dan tanah pasir. Kondisi ini disebabkan oleh kandungan koponen lepung dan lanau yang epunyai kation Aluiniu (III) dan Silika (II) yang udah digantikan oleh tebaga (II) lebih banyak daripada dua jenis tanah lainnya. Penjerapan tebaga (II) dala larutan dan air libah dengan tanah berlepung, tanah lepung berpasir dan tanah pasir pada beberapa aca konsentrasi awal ditunjukkan pada gabar 2, 3 dan 4. 0,12 /, g / g tanah 0,10 0,08 0,06 0,04 0,02 0, Waktu, ja Co = 1,51 pp Co = 3,45 pp Co = 7,25 pp Co = 9,32 pp Co = 12,45 pp L (Co = 8,01 pp) Gabar 2. Keapuan Penjerapan Tanah Berlepung Penjerapan tebaga (II) dala larutan dengan tanah berlepung pada 5 (lia) aca konsentrasi awal enunjukkan bahwa dengan bertabahnya konsentrasi, diikuti dengan bertabahnya julah tebaga (II) yang terjerap tanah berlepung baik pada kondisi dinais (0 1 ja pertaa) aupun kondisi tunak (jenuh) ulai 1 ja pertaa. Pada air libah (L), walaupun kadar tebaga (II)-nya lebih besar daripada C o = 3,45 pp, ternyata terjadi penurunan julah tebaga (II) yang terjerap, Kondisi ini disebabkan oleh adanya kation-kation lain yang terjerap bersaa-saa, terutaa kation-kation yang epunyai selektivitas penjerapan lebih besar dari pada tebaga (II), sehingga perukaan dan pori partikel tanah berlepung tidak hanya enjerap tebaga (II), tetapi juga kation-kation yang lain dan ditunjukkan pada gabar 2 H-13-4

5 /, g / g tanah 0,12 0,10 0,08 0,06 0,04 0,02 0, Waktu, ja Co = 1,51 pp Co = 3,45 pp Co = 7,25 pp Co = 9,32 pp Co = 12,45 pp L (Co = 8,01 pp) 4 Gabar 3 Keapuan Penjerapan Lepung Berpasir Penjerapan tebaga (II) dala larutan dengan tanah lepung berpasir pada 5 (lia) aca konsentrasi awal enunjukkan bahwa dengan bertabahnya konsentrasi, diikuti dengan bertabahnya julah tebaga (II) yang terjerap tanah lepung berpasir baik pada kondisi dinais (0 1 ja pertaa) aupun kondisi tunak (jenuh) ulai 1 ja pertaa, naun julah yang terjerap lebih kecil dibandingkan dengan pada tanah berlepung. Pada air libah (L) terjadi fenoena yang saa pada tanah berlepung dengan gradien yang lebih kecil dan ditunjukkan pada gabar /, g / g tanah Waktu, ja 2 3 Co = 1,51 pp Co = 3,45 pp Co = 7,25 pp Co = 9,32 pp Co = 12,45 pp L (Co = 8,01 pp) 4 Gabar 4. Keapuan Penjerapan Tanah Pasir Penjerapan tebaga (II) dala larutan dengan tanah pasir pada 5 (lia) aca konsentrasi awal enunjukkan bahwa dengan bertabahnya konsentrasi, diikuti dengan bertabahnya julah tebaga (II) yang terjerap tanah pasir baik pada kondisi dinais (0 1 ja pertaa) aupun kondisi tunak (jenuh) ulai 1 ja pertaa, naun julah yang terjerap lebih kecil dibandingkan dengan pada tanah lepung berpasir. Pada air libah (L) epunyai fenoena yang saa dengan pada tanah lepung berpasir dengan gradien yang lebih kecil dan hapir saa dengan konsentrasi awal tebaga (II) dala larutan C o = 1,51 pp ditunjukkan pada gabar 4. Kondisi ini enunjukkan bahwa selektvitas tebaga (II) pada tanah pasir lebih rendah dibandingkan dengan tanah berlepung dan tanah lepung berpasir. Kondisi dinais penjerapan terjadi pada 0 1 ja pertaa engikuti persaaan : n = k C t atau ln = ln k + n ln t. C (1) Hasil perhitungan harga konstanta k dan n pada kondisi dinais dicantukan pada tabel 4. Tabel 4. Harga Konstanta k dan n Pada Penjerapan Secara Dinais No Jenis Larutan Jenis Tanah k n 1 Cu(NO 3 ) 2 Berlepung 1,0442 0,0229 H-13-5

6 2 Air Libah Lepung Berpasir 1,0191 0,0102 Pasir 1,0153 0,0096 Berlepung 1,0042 0,0025 Lepung Berpasir 1,0035 0,0020 Pasir 1,0013 1,0006 Pada kondisi dinais harga konstanta k dan n pada tanah berlepung lebih besar daripada dua jenis tanah yang lain (tanah lepung berpasir dan tanah pasir) atau sebanding dengan ukuran partikel dan kandungan koponen lepung dan lanau dala tanah penjerap. Laju penjerapan (r) yang besar disebabkan oleh reaksi kiia pada perukaan partikel, sedangkan laju penjerapan yang labat karena proses difusi tebaga (II) ke ikropori koponen anorganik dan organik tanah Model Penjerapan Tebaga (II) Secara Batch Pendekatan hasil percobaan penjerapan secara batch dengan odel penjerapan isoteral Languir k C 1 =. (2) 1 + k 2 C Tabel 5. Harga Konstanta Languir Pada Penjerapan Tebaga (II) Dengan Tanah No Jenis Tanah k 1 k 2, R 2 1 Tanah Berlepung 1,8467 7,57 0, Tanah Lepung Berpasir 0,0840 0,08 0, Tanah Berpasir 0,0606 0,03 0,5285 Dari tiga jenis tanah hanya tanah berlepung yang dapat dijelaskan dengan odel Languir yang enghasilkan harga k 1 = 1,8467, k 2 = 7,67 dan R 2 = 0,9659. Penjerapan dengan tanah lepung berpasir dan tanah pasir tidak dapat dilakukan pendekatan dengan odel Languir dibuktikan dengan harga R 2 yang terlau kecil. Kondisi ini dapat terjadi karena kandungan lepung (partikel berukuran kecil) pada tanah berlepung sebesar 44 % lebih besar daripada tanah lepung berpasir (15,30 %) dan tanah pasir (4,00). Ukuran partikel lepung yang kecil eungkinkan terjadinya penjerapan tebaga (II) dengan energi penjerapan yang relatif konstan dan tidak terjadi perpindahan zat terjerap antar bidang di perukaan partikel. Pendekatan terhadap hasil percobaan penjerapan secara batch dengan odel penjerapan isoteral Freundlich : 1 n = k C... (3) Tabel 6 Harga Konstanta n Dan k Model Freundlich No Jenis Tanah n K, Lg -1 R 2 1 Tanah Berlepung 1,4227 0, Tanah Lepung Berpasir 1,0774 7, Tanah Berpasir 1,0341 5, Konstanta n dan K pada odel Freundlich paling besar terjadi pada tanah berlepung, keudian tanah lepung berpasir dan terkecil pada tanah dengan koefisien korelasi yang besar (R 2 1). Perbandingan tebaga (II) terjerap dengan berat tanah (/) pada persaaan Freundlich untuk konsentrasi zat terjerap tertentu epunyai harga terbesar pada tanah berlepung, keudian pada tanah lepung berpasir dan tanah pasir. Kondisi ini dapat terjadi sesuai dengan kandungan koponen lepung dan lanau yang H-13-6

7 epunyai ukuran partikel yang paling kecil dan struktur kiia yang dapat bereaksi dengan tebaga (II) dala larutan diantara koponen tanah yang lain. Naun yang perlu endapat perhatian harga konstanta 1/n yang yang lebih besar dari ketentuan odel Freundlich sebesar 0,2-0,7 yang erupakan salah satu bentuk penyipangan dari odel. Pengujian kesesuaian odel Languir dan Freundlich yang diperoleh dengan penjerapan tebaga (II) dala air libah ditunjukkan pada tabel 7 Tabel 7. Penerapan Model Languir dan Freundlich Untuk Air Libah No Jenis Tanah Kesesuaian, % Model Languir Model Freundlich 1 Tanah Berlepung 33,74 13,83 2 Tanah Lepung Berpasir 42,71 66,68 3 Tanah pasir 34,11 84,83 Pada penjerapan tebaga (II) dengan tanah odel penjerapan Freundlich yang diperoleh sesuai untuk tanah pasir dan lepung berpasir. Kondisi ini dapat disebabkan dala air libah selain tebaga (II) terdapat juga kation-kation lain (terutaa yang epunyai selektifitas lebih besar daripada tebaga (II), nikel (II), tiah hita (II) dan kadiu (II) serta bahan-bahan lain yang engurangi julah tebaga (II) yang terjerap dala tanah. Model penjerapan isoteral Freundlich yang diperoleh untuk tanah lepung berpasir dan tanah pasir dapat dipergunakan sebagai referensi perancangan alat penjerap tebaga (II) dala air libah industri kerajinan tebaga di Cepogo Boyolali, sedangkan untuk tanah berlepung harus disusun odel khusus libah tersebut. 4. KESIMPULAN Hasil penelitian tentang penjerapan tebaga (II) dala air libah dengan tanah berlepung, tanah lepung berpasir dan tanah pasir, dapat disipulkan : 1. Keapuan penjerapan tanah terhadap tebaga (II) dala libah engikuti persaaan Freundlich sebagai berikut : No Jenis Tanah Ukuran Partikel Persaaan 1 Berlepung D : 0,002 9,52 ( D : 1,13 ) 2 Lepung Berpasir D : 0,002 9,52 ( D : 1,65 ) Kesesuaian, % = 1 1, ,83 = 0,4974 C 2 7,66.10 C 1 1, ,68 3 Pasir D : 0,002 9,52 ( D : 1,78 ) 1 2 1, 0341 = 5,82.10 C 84,83 Model Freundlich untuk tanah berpasir epunyai kesesuaian yang paling baik dan dapat diaplikasikan secara langsung. 2. Tanah berlepung, tanah lepung berpasir dan tanah pasir dapat dianfaatkan sebagai bahan penjerap pada pengolahan libah industri yang engandung tebaga (II) secara batch. DAFTAR PUSTAKA Achadi, U.F., 2001, Pengaruh Paraeter Menyipang Dala Air Minu/ Air Bersih Terhadap Kesehatan, (Direktur Jenderal PPM & PL, Departean Kesehatan dan Kesos, Jakarta. Droste R.L., 1997, Theory and Practice of Water and Wastewater Treatent, John Wiley and Sons, Inc, Singapore. Forth, H.D., 1995, Fundaentals of Soil Science, John Wiley & Sons Inc, Singapore Kepen LH, Noor : Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Libah Cair Bagi Kegiatan Industri, Bapedal, 1996, Jakarta. H-13-7

8 Matagi, S.V., Swai, D. and Mugabe, R., 1998, A Review of Heavy Metal Reoval Mechaniss in Wetlands, Afr.J.Trop.Hydrobiol,Fish.8, Kapala, Uganda. Metcalf and Eddy, 1991, Wastewater Engineering : Treatent, Disposal and Reuse, McGraw-Hill, Inc., Singapore. Papini, M.P., et.al, 2001, Copetitive Sorption and Transport of Heavy Metals Through a Natural Porous Mediu, University la Sapienza, P.le Aldo Moro, Roe, Italy Sung, C.H., et.al, 2002, Adsorption Pb (II) on Calcite-Type Calciu Carbonate by Bacth and Continuous Reactors, Departeent of Cheical Engineering, Sungkyunkwan University, Suwon Korea, J. Ind. Eng. Che., vol. 8, No. 4. Tan, K.H., (Terj. Goenadi, D.H.), 1998, Dasar-dasar Kiia Tanah, Cetakan ke-5, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Wentz, C.A., 1995, Hazardous Waste Manageent, Second edition, McGraw-Hill, Inc, Singapore. Yavuz, O, Yalcin,A. and Fuat G., 2003, Reoval of Copper, Nickel, Cobalt and Manganese fro Aqueous Solution by Kaolinite, Water Research 37, , Diyarbakir, Turkey. Yi, S., 2003, Surface Copleation Reaction for Copper (II) Adsorption on Kaolinite, School of Urban and Civil Engineering, Hongik University. H-13-8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM 25 PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Budi Hartono Fakultas Teknik, Universitas Ibnu Chaldun, Jl. Raya Serang Cilegon K.5, Serang Banten. Telp. 254-82357 / Fax. 254-82358

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI TAHUN 2003 ( TINGKAT NASIONAL )

SOAL SELEKSI TAHUN 2003 ( TINGKAT NASIONAL ) SOAL SELEKSI TAHUN 2003 ( TINGKAT NASIONAL ) Bagian 1 ( Nilai : 20 point ) 1. Sifat-sifat di bawah ini,anakah yang erupakan sifat intensif suatu zat : a. Warna b. Sifat Magnit c. Kerapatan/densitas d.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 Peran Pendidikan, Sains, dan Teknologi untuk Mengebangkan Budaya Iliah dan Inovasi terbarukan dala endukung Sustainable Developent Goals (SDGs) 2030 ANALISIS INTENSITAS MEDAN MAGNET EXTREMELY LOW FREQUENCY

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

Panel Akustik Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Limbah Batu Apung Dengan Pengikat Poliester

Panel Akustik Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Limbah Batu Apung Dengan Pengikat Poliester Proceeding Seinar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarasin, 7-8 Oktober 2015 Panel Akustik Raah Lingkungan Berbahan Dasar Libah Batu Apung Dengan Pengikat Poliester Ngakan Putu Gede Suardana

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur

Lebih terperinci

Dampak Pembangunan SMPN 3 Blitar Terhadap Kinerja Lalu Lintas Sekitarnya

Dampak Pembangunan SMPN 3 Blitar Terhadap Kinerja Lalu Lintas Sekitarnya Dapak Pebangunan SMPN 3 Blitar Terhadap Kinerja Lalu Lintas Sekitarnya Miftachul Huda 1), Dwi Muryanto 2) 1) Teknik Sipil, Teknik, Universitas Muhaadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya, 60113 Eail:

Lebih terperinci

UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK

UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 4 ISSN : 1411-4216 UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK Henny Ambar, Sumarno, Danny Sutrisnanto Jurusan Magister

Lebih terperinci

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant Siste Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant A 11 M. Andy udhito Progra Studi Pendidikan Mateatika FKIP Universitas Sanata Dhara Paingan Maguwoharjo Yogyakarta eail: arudhito@yahoo.co.id Abstrak elah

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS

PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS Jurnal Mateatika UNAND Vol. 5 No. 3 Hal. 85 91 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS FERDY NOVRI

Lebih terperinci

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3 Zat dan Wujudnya Massa Jenis Jika kau elihat kapas yang berassa 1 kg dan batu berassa 1 kg, apa ada di benaku? Massa Jenis adalah perbandingan antara assa benda dengan volue benda Massa jenis zat tidak

Lebih terperinci

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Vol. 2, 2017 Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Widiarti 1*, Rifa Raha Pertiwi 2, & Agus Sutrisno 3 Jurusan Mateatika, Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. Uu Transforator erupakan suatu alat listrik yang engubah tegangan arus bolak balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain elalui suatu gandengan agnet dan berdasarkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Jurnal Iliah MEDIA ENGINEERING Vol. 3, No. 2, Juli 2013 ISSN 2087-9334 (94-98) ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Octaviani Litwina Ada Aluni

Lebih terperinci

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA Juli Biantoro 1, Didit Purnoo 2 1,2 Fakultas Ekonoi dan Bisnis, Universitas Muhaadiyah Surakarta dp274@us.ac.id Abstrak Ketahanan

Lebih terperinci

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi

Lebih terperinci

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air Ratni Dewi 1, Fachraniah 1 1 Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK Kehadiran

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN NAMA PRAKTIKAN : Raadhan Bestari T. Barlian GRUP PRAKTIKAN : Grup Pagi (08.00-11.00) KELOMPOK : 2 HARI/TGL. PRAKTIKUM : Kais, 17

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Energi atahari sebagai suber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak dapat habis, serta gratis dan epunyai prospek yang cukup baik untuk dikebangkan. Apalagi letak geografis

Lebih terperinci

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya

Lebih terperinci

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan 2.1.2. Pengertian Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik dala suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Seua benda

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1)

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1) JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2, Oktober 2002: 94 98 Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Perforansi Mesin Pendingin ) Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA Jurnal Mateatika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 160 167 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA

Lebih terperinci

Model Produksi dan Distribusi Energi

Model Produksi dan Distribusi Energi Model Produksi dan Distribusi Energi Yayat Priyatna Jurusan Mateatika FMIPA UNPAD Jl. Raya Jatinangor Bdg Sd K 11 E ail : yatpriyatna@yahoo.co Abstrak Salah satu tujuan utaa proses produksi dan distribusi

Lebih terperinci

Kriptografi Visual Menggunakan Algoritma Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gambar Sampul

Kriptografi Visual Menggunakan Algoritma Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gambar Sampul Kriptografi Visual Menggunakan Algorita Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gabar Sapul Yusuf Rahatullah Progra Studi Teknik Inforatika Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia 13512040@std.stei.itb.a.id

Lebih terperinci

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah Konferensi Nasional Siste & Inforatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Penerapan Metode Sipleks Untuk Optialisasi Produksi Pada UKM Gerabah Ni Luh Gede Pivin Suwirayanti STMIK STIKOM Bali Jl. Raya

Lebih terperinci

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) Ipleentasi Histogra Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segentasi Citra Berwarna Risky Agnesta Kusua Wati, Diana Purwitasari, Rully Soelaian

Lebih terperinci

STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING

STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING Statistika, Vol., No., Noveber 0 STUDI SIMULASI BIAS ESTIMATOR GPH PADA DATA SKIP SAMPLING Gede Suwardika, Heri Kuswanto, Irhaah Jurusan Statistika,Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala, Universitas

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : Simulasi Kinetika Reaksi Menggunakan Persamaan Model Hidrodinamik

PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : Simulasi Kinetika Reaksi Menggunakan Persamaan Model Hidrodinamik PROSIDING SEMINR NSIONL REKYS KIMI DN PROSES 4 ISSN : 1411-416 Siulai Kinetika Reaki Menggunakan Peraaan Model idrodinaik Endang Srihari, Lie wa, adi Wijaya S. dan Selvi Litiany Juruan Teknik Kiia Fakulta

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+ MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

KAJIAN SELEKTIVITAS ION Pb +2 DAN Cr +3 PADA PROSES PERTUKARAN ION

KAJIAN SELEKTIVITAS ION Pb +2 DAN Cr +3 PADA PROSES PERTUKARAN ION PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411-4216 KAJIAN SELEKTIVITAS ION Pb +2 DAN Cr PADA PROSES PERTUKARAN ION Isni utami Jurusan Teknik Kimia, UPN Veteran Jawa Timur JL.Raya

Lebih terperinci

PENGARUH GEOMETRI TERAS TERHADAP KINERJA NEUTRONIK PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT DENGAN SIKLUS BAHAN BAKAR TERTUTUP

PENGARUH GEOMETRI TERAS TERHADAP KINERJA NEUTRONIK PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT DENGAN SIKLUS BAHAN BAKAR TERTUTUP PEGARUH GEOMETRI TERAS TERHADAP KIERJA EUTROIK PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT DEGA SIKLUS BAHA BAKAR TERTUTUP Dian Fitriyani dan Anton Basri Jurusan Fisika Universitas Andalas Kapus Liau Manis UAD Padang difiaal@gail.co

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KECEPATAN LARI 400 METER PUTRI FINAL PADA KEJUARAAN NASIONAL ATLETIK JAWA TIMUR TERBUKA DI SURABAYA TAHUN 2016

ANALISIS KECEPATAN LARI 400 METER PUTRI FINAL PADA KEJUARAAN NASIONAL ATLETIK JAWA TIMUR TERBUKA DI SURABAYA TAHUN 2016 Analisis Kecepatan Lari..(Dian Saputri) ANALISIS KECEPATAN LARI METER PUTRI FINAL PADA KEJUARAAN NASIONAL ATLETIK JAWA TIMUR TERBUKA DI SURABAYA TAHUN THE ANALYSIS OF METERS RUN SPEED WOMEN ATHLETES IN

Lebih terperinci

PENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta PENENTUAN e/ Kusnanto Mukti W/ M009031 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Eksperien dala enentukan besar uatan elektron pertaa kali dilakukan oleh J.J.Thoson. Dala percobaanya,

Lebih terperinci

Studi Efektifitas pada Penurunan Kadmium (Cd) terhadap Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) dengan Metode Elektrolisis

Studi Efektifitas pada Penurunan Kadmium (Cd) terhadap Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) dengan Metode Elektrolisis Studi Efektifitas pada Penurunan Kadmium (Cd) terhadap Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) dengan Metode Elektrolisis Cegara Arung D. 1, Erwin Akkas 2, dan Rahmat Gunawan 2,* 1 Laboratorium Riset Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia perindustrian di Indonesia semakin berkembang, salah satunya adalah industri elektroplating. Beragam barang perhiasan, peralatan rumah tangga, komponen

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian 39 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini terasuk tipe penelitian dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini dipergunakan untuk enggabarkan tentang

Lebih terperinci

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL 59 PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL The Effect of Liquid Waste on The Content of Cu. Zn, Cn,

Lebih terperinci

UJI EFEKTIFITAS CANGKANG TELUR DALAM MENGADSORBSI ION Fe DENGAN PROSES BATCH. Faisol Asip, Ridha Mardhiah, Husna

UJI EFEKTIFITAS CANGKANG TELUR DALAM MENGADSORBSI ION Fe DENGAN PROSES BATCH. Faisol Asip, Ridha Mardhiah, Husna UJI EFEKTIFITAS CANGKANG TELUR DALAM MENGADSORBSI ION Fe DENGAN PROSES BATCH Faisol Asip, Ridha Mardhiah, Husna Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl.Raya Palembang Prabumulih Km.32,

Lebih terperinci

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp SIMULASI PERILAKU PONDASI GABUNGAN TELAPAK DAN SUMURAN DENGAN VARIASI DIMENSI TELAPAK DAN DIAMETER SUMURAN PADA TANAH LEMPUNG BERLAPIS DITINJAU DARI NILAI PENURUNAN Habib Abduljabar Waskito 1), Niken Sili

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WATER CHILLER

KARAKTERISTIK WATER CHILLER Karakteristik Water Chiller (PK Purwadi dan Wibowo Kusbandono KARAKTERISTIK WATER CHILLER PK Purwadi dan Wibowo Kusbandono ABSTRACT The quantities of cooling load and the condition of air in air conditioning

Lebih terperinci

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis p-issn: 461-0933 e-issn: 461-1433 Halaan 59 Naskah diterbitkan: 30 Deseber 015 DOI: doi.org/10.1009/1.0110 Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Haronis Esar Budi Progra Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR

KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR 18 ISSN 216-3128 Prayitno, dkk. KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR Prayitno, Endro Kismolo, Nurimaniwathy Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN

Lebih terperinci

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016 ISSN 0853 4403 WAHANA Volue 67, Noer 2, Deseber 206 PERBANDINGAN LATIHAN BOLA DIGANTUNG DAN BOLA DILAMBUNGKAN TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK MULA DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA SISWA PUTRA KELAS X-IS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 POLUTAN LOGAM BERAT Pencemaran lingkungan dengan zat beracun telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir sebagai akibat dari pesatnya pertumbuhan industri [8]. Aktivitas berbagai

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-58 Perancangan Siste Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Siste Fuzzy Mochaad Raa Raadhan,

Lebih terperinci

Koligatif Larutan Sifat Koligatif Larutan dan Satuan Konsentrasi Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit dan Elektrolit

Koligatif Larutan Sifat Koligatif Larutan dan Satuan Konsentrasi Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit dan Elektrolit Setelah epelajari bab ini, peserta didik apu: 1. enjelaskan penyebab adanya fenoena sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osotik; 2.

Lebih terperinci

Uji Rank Mann-Whitney Dua Tahap

Uji Rank Mann-Whitney Dua Tahap Statistika, Vol. 7 No., 55 60 Mei 007 ji Rank Mann-Whitney Dua Tahap Teti Sofia Yanti Dosen Jurusan Statistika FMIPA NISBA. Abstrak ji rank Mann-Whitney adalah salah satu bentuk pengujian dala analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi. Air digunakan hampir di setiap aktivitas makhluk hidup. Bagi manusia, air

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN WAKTU AERASI MENGGUNAKAN BUBBLE AERATOR DALAM MENURUNKAN KADAR BESI (Fe) AIR SUMUR DESA KEBARONGAN KEMRANJEN BANYUMAS TAHUN 2016

KEEFEKTIFAN WAKTU AERASI MENGGUNAKAN BUBBLE AERATOR DALAM MENURUNKAN KADAR BESI (Fe) AIR SUMUR DESA KEBARONGAN KEMRANJEN BANYUMAS TAHUN 2016 KEEFEKTIFAN WAKTU AERASI MENGGUNAKAN BUBBLE AERATOR DALAM MENURUNKAN KADAR BESI (Fe) AIR SUMUR DESA KEBARONGAN KEMRANJEN BANYUMAS TAHUN 2016 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai sa satu syarat enyelesaikan

Lebih terperinci

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan BAB 1. PENDAHULUAN Kegiatan pelapisan logam akan menghasilkan limbah yang berbahaya dan dapat menjadi permasalahan yang kompleks bagi lingkungan sekitarnya. Limbah industri pelapisan logam yang tidak dikelola

Lebih terperinci

DALAM AIR MENGGUNAKAN PARTIKEL TRICALCIUM PHOSPHATE

DALAM AIR MENGGUNAKAN PARTIKEL TRICALCIUM PHOSPHATE MODEL KESETIMBANGAN ADSORPSI TEMBAGA (Cu 2+ ) TERLARUT DALAM AIR MENGGUNAKAN PARTIKEL TRICALCIUM PHOSPHATE SEBAGAI ADSORBEN Erniwita Ekasari, Ahmad Fadli, Sunarno Laboratorium Konversi Elektrokimia, Jurusan

Lebih terperinci

Volume 17, Nomor 2, Hal Juli Desember 2015

Volume 17, Nomor 2, Hal Juli Desember 2015 Volue 17, Noor 2, Hal. 111-120 Juli Deseber 2015 ISSN:0852-8349 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA MIND MAP TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KERINCI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Efriana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Antam Tbk UBPE Pongkor adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pertambangan dan pengolahan emas. Produk utama dari perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

Diketik ulang oleh : Copyright Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, KIMIA, ASTRONOMI, INFORMATIKA, dll UNTUK

Diketik ulang oleh : Copyright  Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, KIMIA, ASTRONOMI, INFORMATIKA, dll UNTUK Copyright http://serbiserbi.co/ Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, 1 2 SOAL PILIHAN GANDA 1. Tahukah kalian, salah satu keunikan dari laba-laba pelopat adalah keistiewaan penglihatannya.

Lebih terperinci

STUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

STUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI STUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI ABSTRAK Rachmanita Nofitasari, Ganjar Samudro dan Junaidi Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

et al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen

et al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kitosan merupakan senyawa dengan rumus kimia poli(2-amino-2-dioksi-β-d-glukosa) yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin. Kitosan serta turunannya sangat bermanfaat

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu 6 Siulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Sith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu Neilcy Tjahja Mooniarsih Progra Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK Lucky T Sianjuntak, Maksu Pine Departeen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Suatera Utara, Medan e-ail : LuckyTrasya@gail.co

Lebih terperinci

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis p-issn: 461-0933 e-issn: 461-1433 Halaan 59 Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Haronis Esar Budi Progra Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala Universitas Negeri Jakarta, Jl.

Lebih terperinci

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.460-919) Volue 1, No., Maret 016 MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI 1 Suraidin, Islahudin, 3 M. Firan Raadhan 1 Mahasiswa Sarjana

Lebih terperinci

Respon Tanaman Jagung (Zea mays) pada Berbagai Regim air Tanah dan Pemberian Pupuk Nitrogen

Respon Tanaman Jagung (Zea mays) pada Berbagai Regim air Tanah dan Pemberian Pupuk Nitrogen Respon Tanaan Jagung (Zea ays) pada Berbagai Regi air Tanah dan Peberian Pupuk Nitrogen Burhanuddin Rasyid, Solo S.R. Saosir, Firan Sutoo Jurusan Ilu Tanah, Fak. Pertanian, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis

Lebih terperinci

Betty Hidayati, Sunarno, Silvia Reni Yenti

Betty Hidayati, Sunarno, Silvia Reni Yenti Studi Kinetika Adsorpsi Logam Cu 2+ dengan Menggunakan Adsorben Zeolit Alam Teraktifasi Betty Hidayati, Sunarno, Silvia Reni Yenti Laboratorium Dasar-dasar Proses dan Operasi Pabrik, Jurusan Teknik Kimia

Lebih terperinci

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran 2 kurang tertarik epelajari pelajaran ilu pengetahuan ala karena etode pebelajaran yang diterapkan guru. Jadi etode pengajaran guru sangat epengaruhi inat belajar siswa dala epelajari ilu pengetahuan ala.

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR MODEL MATEMATIKA SISTEM PEMUKAAN ZAT AI PENGANTA Pada bagian ini kita akan enurunkan odel ateatika siste perukaan zat cair. Dengan eperkenalkan prinsip resistansi dan kapasitansi untuk siste perukaan zat

Lebih terperinci

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL)

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Media Elektrika, ol. 8, No. 1, Juni 015 ISSN 1979-7451 PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Adhi Kusantoro, ST, MT [1] Ir.Agus Nuwolo,

Lebih terperinci

Estimasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algoritma Space Alternate Generalized Expectation (SAGE)

Estimasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algoritma Space Alternate Generalized Expectation (SAGE) JUISI, Vol. 03, No. 02, Agustus 2017 1 Estiasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algorita Space Alternate Generalized Expectation (SAGE) Musayyanah 1, Yosefine Triwidyastuti 2, Heri Pratikno 3

Lebih terperinci

ANALISIS SCALING KETEL UAP PIPA API DI INDUSTRI TEKSTILCIREBON

ANALISIS SCALING KETEL UAP PIPA API DI INDUSTRI TEKSTILCIREBON ANALISIS SCALING KETEL UAP PIPA API DI INDUSTRI TEKSTILCIREBON JURNAL TEKNIK MESIN Oleh W. Djoko Yudisworo yudisworojoko@yahoo.co.id.tm-untag.crb ABSTRAK Penelitian terhadap unjuk kerja Ketel uap (Boiler

Lebih terperinci

PEMANFAATAN AERASI UNTUK MENGURANGI KADAR COD DAN FOSFAT DALAM AIR LIMBAH CAR WASH

PEMANFAATAN AERASI UNTUK MENGURANGI KADAR COD DAN FOSFAT DALAM AIR LIMBAH CAR WASH PEMANFAATAN AERASI UNTUK MENGURANGI KADAR COD DAN FOSFAT DALAM AIR LIMBAH CAR WASH Rizqa Mikaviany Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS),

Lebih terperinci

PSIKOLOGI PERKEMBAN GAN

PSIKOLOGI PERKEMBAN GAN PSIKOLOGI PERKEMBAN GAN 1 Definisi psikologi perkebangan Psikologi berasal dari bahasa yunani yaitu kata psikose yg berarti jiwa dan logos yg berarti ilu. Berarti psikologi adalah ilu yg ebahas tentang

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka 5 Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Definisi Penjadwalan Penjadwalan adalah kegiatan pengalokasian suber-suber atau esin-esin yang ada untuk enjalankan sekupulan tugas dala jangka waktu tertentu. (Baker,1974).

Lebih terperinci

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo Kecepatan ato gas dengan distribusi Mawell-Boltzann () Oleh: Purwadi Raharjo Dala proses odifikasi perukaan bahan, kita ungkin sering endengar teknologi pelapisan tipis (thin fil). Selain pelapisan tipis,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST Jurnal Mateatika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 74 81 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST RELIGEA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss,

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss, I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsep teori graf diperkenalkan pertaa kali oleh seorang ateatikawan Swiss, Leonard Euler pada tahun 736, dala perasalahan jebatan Konigsberg. Teori graf erupakan salah satu

Lebih terperinci

KEGUNAAN KITOSAN SEBAGAI PENYERAP TERHADAP UNSUR KOBALT (Co 2+ ) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

KEGUNAAN KITOSAN SEBAGAI PENYERAP TERHADAP UNSUR KOBALT (Co 2+ ) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM KEGUNAAN KITOSAN SEBAGAI PENYERAP TERHADAP UNSUR KOBALT (Co 2+ ) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Harry Agusnar, Irman Marzuki Siregar Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi Satriananda *) ABSTRAK Air yang mengandung Besi (Fe) dapat mengganggu kesehatan, sehingga ion-ion Fe berlebihan dalam air harus disisihkan.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan daerah sebagai bagian yang integral dari pebangunan nasional dilaksanakan berdasakan prinsip otonoi daerah dan pengaturan suber daya nasional yang

Lebih terperinci

SISTEM RESI GUDANG SOLUSI BAGI PETANI

SISTEM RESI GUDANG SOLUSI BAGI PETANI SISTEM RESI GUDANG SOLUSI AGI PETANI Noviarina Purnai Putri Siste Resi Gudang ulai di kenal di Indonesia sejak 5 tahun terakhir. Sebelu uncul Undang- Undang no 9 Tahun 2006 Tentang Siste Resi Gudang banyak

Lebih terperinci

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM 4.1. Generator Bilangan Rando dan Fungsi Distribusi Pada siulasi seringkali dibutuhkan bilangan-bilangan yang ewakili keadaan siste yang disiulasikan. Biasanya, kegiatan

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET 3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) Adapun sejarah Badan Pusat Statistik di Indonesia terjadi epat asa peerintah di Indonesia, antara lain : 1. Masa Peerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upah bagi para pekerja erupakan faktor penting karena erupakan suber untuk ebiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang berpendidikan upah erupakan hasil

Lebih terperinci

KAJIAN KINETIKA KIMIA MODEL MATEMATIK REDUKSI KADMIUM MELALUI LAJU REAKSI, KONSTANTE DAN ORDE REAKSI DALAM PROSES ELEKTROKIMIA ABSTRAK ABSTRACT

KAJIAN KINETIKA KIMIA MODEL MATEMATIK REDUKSI KADMIUM MELALUI LAJU REAKSI, KONSTANTE DAN ORDE REAKSI DALAM PROSES ELEKTROKIMIA ABSTRAK ABSTRACT ISSN 1410-6957 KAJIAN KINETIKA KIMIA MODEL MATEMATIK REDUKSI KADMIUM MELALUI LAJU REAKSI, KONSTANTE DAN ORDE REAKSI DALAM PROSES ELEKTROKIMIA Pustek Akselerator dan Proses Bahan-BATAN, Yogyakarta Jl. Babarsari

Lebih terperinci