BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN
|
|
- Yanti Erlin Lie
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN Perkembangan ketenagakerjaan di Indonesia selama satu tahun terakhir menunjukkan tanda adanya perbaikan. Jumlah orang yang bekerja pada Februari 2007 meningkat jika dibandingkan dengan keadaan pada Februari Peningkatan jumlah orang yang bekerja mendorong adanya penurunan angka dan tingkat pengangguran terbuka. Meskipun perkembangan ketenagakerjaan telah menunjukkan adanya perbaikan, jumlah penganggur terbuka masih cukup besar. Besarnya jumlah penganggur terbuka masih menjadi tantangan perekonomian Indonesia saat ini. Untuk itu, penciptaan lapangan kerja formal seluas-luasnya yang telah menjadi prioritas utama pemerintah terus diupayakan, antara lain, melalui perbaikan iklim ketenagakerjaan agar pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dapat terjadi. I. Permasalahan yang Dihadapi Perkembangan ketenagakerjaan pada awal tahun 2007 (Februari) cukup menggembirakan. Hal itu ditunjukkan dari bertambahnya penduduk yang bekerja. Pada bulan Februari 2007,
2 penduduk yang bekerja bertambah sebanyak 2,12 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2006 dan bertambah sebanyak 2,40 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan setahun yang lalu (Februari 2006). Bertambahnya jumlah orang yang bekerja tersebut mendorong adanya penurunan pengangguran terbuka. Jumlah penganggur terbuka pada tahun Februari 2007 telah menurun sebesar 384 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2006 dan menurun sebesar 556 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan pada Februari Dengan penurunan tersebut, jumlah penganggur terbuka pada Februari 2007 mencapai 10,55 juta orang atau 9,75 persen dari seluruh angkatan kerja. Walaupun terjadi penurunan, jumlah penganggur terbuka pada kurun waktu satu tahun ini masih cukup besar. Sementara itu, jumlah angkatan kerja pada Februari 2007 mencapai 108,13 juta orang atau naik sebanyak 1,74 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan pada Agustus 2006 dan meningkat sebesar 1,85 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan pada Februari Jumlah penganggur terbuka pada kelompok usia muda (15-24 tahun) merupakan mayoritas dengan jumlah 6,82 juta orang pada tahun Agustus 2006 atau 62,35 persen dari jumlah penganggur terbuka (10,93 juta orang). Besarnya jumlah penganggur terbuka pada usia muda merupakan tantangan tersendiri yang harus diupayakan penyelesaiannya agar mereka dapat bekerja sesuai dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Selain itu, dari jumlah penganggur terbuka sebesar 10,93 juta orang, sekitar 30,84 persen berpendidikan SD ke bawah, 24,97 persen berpendidikan SLTP, 38,02 persen berpendidikan SLTA, dan 6,16 persen berpendidikan Diploma I sampai universitas. Sebagian besar penganggur terbuka berpendidikan SLTA diikuti dengan penganggur terbuka dengan tingkat pendidikan rendah, yaitu SD ke bawah. Rendahnya tingkat pendidikan penganggur terbuka menjadi hambatan dalam memperoleh lapangan kerja yang baik. Lapangan kerja formal pada Februari 2007 menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan keadaan Februari Walaupun masih belum dapat menutup berkurangnya lapangan kerja formal pada periode sebelumnya, namun jumlah pekerja formal telah meningkat dari 28,79 juta (30,25 persen) pada Februari 2006 menjadi 23-2
3 29,72 juta (30,46 persen) pada Februari Pekerja yang bekerja dengan status buruh/karyawan sebesar 27,53 persen dari seluruh orang yang bekerja. Lapangan kerja informal akhirnya menjadi tumpuan hidup sebagian besar angkatan kerja yang tidak terserap pada lapangan kerja formal. Sekitar 70 persen (Februari 2007) tenaga kerja Indonesia bekerja pada lapangan kerja informal. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa lapangan kerja informal merupakan mayoritas tempat mata pencaharian masyarakat Indonesia. Jika dilihat dari sisi gender, sekitar 35,20 persen tenaga kerja perempuan bekerja dengan status pekerja tidak dibayar. Hal itu menunjukkan bahwa walaupun terjadi peningkatan lapangan kerja yang diisi oleh perempuan, umumnya lapangan kerja tersebut masih dalam kegiatan informal. Selain itu, masih besarnya jumlah dan persentase angkatan kerja yang berpendidikan rendah mencerminkan masih rendahnya kualitas angkatan kerja yang tersedia. Hal itu tercermin dari besarnya jumlah angkatan kerja yang berpendidikan SD ke bawah pada Agustus tahun 2006, yaitu 55,37 juta orang atau 52,05 persen. Dengan kondisi seperti itu sering kali timbul ketidaksesuaian kebutuhan di pasar kerja. Oleh karena itu, masih perlu dilakukan penyempurnaan dan pengembangan program pelatihan dan penyelenggaraan pelatihan kerja. Keterbatasan dalam penyediaan sarana dan prasarana pelatihan, khususnya pada balai latihan kerja milik pemerintah, menyebabkan lembaga pelatihan belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan pasar kerja yang terus berkembang. Sementara itu, tuntutan dunia kerja akan tenaga kerja terampil, ahli, dan kompeten seiring dengan tuntutan ekonomi global juga semakin tinggi. Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) yang telah terbentuk pada tahun 2005 diharapkan dapat membantu penyiapan tenaga kerja Indonesia yang terampil, ahli, dan kompeten dalam rangka menghadapi persaingan global. Berbagai permasalahan, baik sebelum pemberangkatan maupun setelah penempatan di luar negeri, masih mewarnai pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI). Keinginan untuk mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri didorong oleh kondisi perekonomian saat ini yang belum mampu menciptakan lapangan kerja secara memadai. Dengan terbatasnya lapangan kerja di dalam 23-3
4 negeri, bekerja di luar negeri menjadi salah satu pilihan. Selain menghasilkan devisa yang cukup besar, pengiriman TKI selama ini juga telah memberikan lapangan pekerjaan yang cukup berarti. Namun, masih sering terjadi berbagai permasalahan yang disebabkan oleh lemahnya perlindungan terhadap TKI. Sebagian besar TKI adalah penatalaksana rumah tangga yang berpendidikan rendah sehingga kemampuan dan kesadaran mereka untuk melindungi diri dan memecahkan persoalan yang dihadapi menjadi sangat terbatas. Dalam hubungan itu upaya yang telah diambil, seperti penerbitan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2006 tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, terus diperkuat agar berbagai permasalahan yang timbul tidak terjadi lagi. Di dalam perekonomian yang semakin membaik dan lebih demokratis, tuntutan akan pelaksanaan hubungan industrial yang lebih baik sangat sering dikemukakan. Keinginan serikat pekerja untuk meningkatkan kesejahteraan, termasuk kondisi kerja, menjadi hal yang wajar. Sebaliknya, keinginan untuk meningkatkan produktivitas pekerja sering dikemukakan oleh pengusaha. Berbagai keinginan itu yang sering kali menimbulkan ketegangan membutuhkan upaya pemerintah untuk menciptakan tata cara hubungan industrial yang dapat menyalurkan tuntutan tersebut. Upaya itu tidaklah mudah karena hubungan industrial yang harmonis dapat tercipta jika terdapat keseimbangan dan kesejajaran antara pekerja dan pemberi kerja dalam memperjuangkan hak-haknya. Keseimbangan dan kesejajaran di antara pekerja dan pemberi kerja menjadi kunci utama untuk menciptakan hubungan industrial yang harmonis. II. Langkah Kebijakan dan Hasil yang Dicapai Permasalahan ketenagakerjaan mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari pemerintah. Dengan memperhatikan permasalahan seperti yang diuraikan sebelumnya, pemerintah terus mendorong terciptanya lapangan kerja ke arah industri padat pekerja, industri mikro, kecil, menengah, dan industri yang berorientasi pada ekspor melalui pasar kerja yang lebih luwes. Mendorong pasar kerja 23-4
5 yang luwes bukan berarti melupakan perlindungan yang memadai bagi tenaga kerja dan juga tanpa melupakan hubungan industrial yang harmonis antara pemberi kerja dan pekerja. Selain itu pemerintah terus menyempurnakan penyelenggaraan pelatihan kerja, menyempurnakan mekanisme penempatan TKI ke luar negeri, serta menyempurnakan berbagai upaya penciptaan kesempatan kerja yang dilakukan oleh pemerintah. Berbagai langkah kebijakan yang ditempuh adalah sebagai berikut. Pertama, pemerintah melanjutkan upaya penciptaan dan perluasan kesempatan kerja, yang terdiri atas (1) menyempurnakan peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan yang mendorong penciptaan pasar tenaga kerja yang lebih luwes dengan tetap mengacu pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketengakerjaan; (2) menyusun berbagai aturan pelaksanaan Undang- Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri; (3) menyempurnakan dan mengonsolidasikan program perluasan kesempatan kerja; (4) memfasilitasi kegiatan pendukung pasar kerja melalui penguatan kelembagaan, peningkatan kualitas informasi pasar kerja dan penyelenggaraan bursa kerja; (5) menempatkan tenaga kerja melalui mekanisme antarkerja lokal (AKL), antarkerja antardaerah (akad), dan antarkerja khusus (aksus); dan (6) mengoordinasikan penempatan tenaga kerja yang akan bekerja ke luar negeri dan mengonsolidasikan kebutuhan pelatihan TKI. Kedua, pemerintah meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja, yang terdiri atas (1) menyusun kerangka kualifikasi nasional dan sistem sertifikasi bidang pendidikan dan pelatihan; (2) meningkatkan fungsi dan kinerja balai latihan kerja (BLK) menjadi pusat pelatihan berbasis kompetensi; (3) mengembangkan standar kompetensi kerja pada sektor industri dan jasa; (4) menyelenggarakan program pelatihan pemagangan dalam negeri dan luar negeri; (5) mengembangkan kelembagaan produktivitas dan pelatihan kewirausahaan; (6) meningkatkan profesionalisme tenaga kepelatihan dan keinstrukturan BLK; (7) memberikan fasilitasi dan mendorong sistem pendanaan pelatihan berbasis masyarakat; (8) meningkatkan dan memperbaiki sarana dan prasarana BLK; (9) 23-5
6 memperkuat kelembagaan BNSP; dan (10) memfasilitasi pengembangan standar kompetensi dan sertifikasi kompetensi. Ketiga, pemerintah memberikan perlindungan dan mengembangkan lembaga tenaga kerja, yang terdiri atas (1) meningkatkan perangkat dan prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang cepat, tepat, dan adil; (2) mendorong dan menyempurnakan pelaksanaan negosiasi bipartit antara serikat pekerja dan pemberi kerja; (3) meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga pengawas hubungan industrial; (4) menyebarluaskan pemahaman dan penyamaan persepsi tentang peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan; (5) meningkatkan pengawasan, perlindungan, dan penegakan hukum serta keselamatan dan kesehatan kerja; (6) membina syarat kerja dan kesejahteraan pekerja; (7) mengembangkan jaminan sosial tenaga kerja; dan (8) melaksanakan Rencana Aksi Nasional (RAN) Penghapusan Bentuk- Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak (Keputusan Presiden Nomor 59 Tahun 2002), khususnya pekerja anak pada sektor perikanan. Dalam rangka perluasan dan pengembangan kesempatan kerja, telah dilakukan upaya sebagai berikut. Dalam kerangka regulasi, pemerintah telah menyusun peraturan pelaksanaan yang merupakan amanat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Sampai saat ini telah ditetapkan tiga peraturan pemerintah (PP) yang merupakan amanat undang-undang itu, yakni Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja (PP Nomor 15/2007), Sistem Pelatihan Kerja Nasional (PP Nomor 31/2006), dan Pembentukan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (PP Nomor 23/2004). Dua peraturan/keputusan presiden juga telah diterbitkan, yaitu peraturan/keputusan presiden tentang Dewan Pengupahan (Keppres Nomor 107/2004) dan Lembaga Produktivitas Nasional (Perpres Nomor 50/2005). Sementara itu, pemerintah juga telah menyusun peraturan pelaksanaan yang merupakan amanat Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Pada tahun 2006 telah ditetapkan Peraturan Presiden tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (Perpres Nomor 81/2006). 23-6
7 Dalam rangka penempatan tenaga kerja di dalam negeri, pemerintah telah melakukan upaya sebagai berikut: (1) untuk mengurangi pengangguran, dilakukan pendayagunaan/pemberdayaan tenaga kerja pemuda mandiri profesional/tenaga kerja sukarela/ tenaga kerja mandiri (TKPMP/TKS/TKM), padat karya, pembangunan infrastruktur/produktif, penerapan teknologi tepat guna, dan pemberdayaan usaha ekonomi produktif sebanyak orang; sampai bulan Juni 2007, telah dilaksanakan pemberdayaan TKPMP/TKS sebanyak orang, padat karya sebanyak orang, penerapan teknologi tepat guna sebanyak 324 orang, dan usaha ekonomi produktif sebanyak 40 orang; (2) pemberdayaan wirausaha baru sebanyak orang pada tahun 2006 dan sebanyak 330 orang sampai Juni tahun 2007; (3) peningkatan pelayanan penempatan melalui job fair di 12 lokasi yang menyerap pencari kerja serta membangun bursa kerja dalam jaringan (on-line) di 25 lokasi provinsi/kabupaten/kota; (4) penempatan tenaga kerja melalui mekanisme antarkerja antardaerah/antarkerja lokal/khusus (akad/aksus) sampai dengan Juni 2007 sebanyak orang; pembentukan 10 lembaga penempatan tenaga kerja swasta; subsidi program melalui pembekalan kewirausahaan tahun 2006 sebanyak orang; dan kegiatan Grameen Bank sebanyak orang; (5) pengembangan pelayanan pengguna tenaga kerja asing dengan fasilitas on-line system di Kawasan Ekonomi Khusus Investasi Pulau Batam, Bintan, dan Karimun bekerja sama dengan Bank BNI; (6) penerbitan izin mempekerjakan tenaga kerja asing (IMTA) tahun 2006 sebanyak orang, sementara sampai dengan bulan Juni 2007 sebanyak orang; dan (7) penyederhanaan prosedur pemberian visa dan izin tinggal bagi investor/tka melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per-07/Men/III/2006 dalam upaya mempercepat proses pemberian IMTA dari sebelumnya, 7 hari kerja, menjadi 4 hari kerja dan pemberian kewenangan perpanjangan IMTA kepada daerah. Sementara itu, terkait dengan penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri, telah dilakukan (1) pelaksanaan kegiatan sebagai tindak lanjut Instruksi Presiden 6 Tahun 2006 tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri yang antara lain adalah 23-7
8 menyederhanakan birokrasi pelayanan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri dari 21 tahap menjadi 11 tahap, meningkatkan kompetensi calon TKI dari non-skilled menjadi skilled labor, membentuk tim antardepartemen dalam rangka pengembangan pasar kerja internasional, melakukan pendaftaran ulang terhadap 447 Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS), menerbitkan SIPPTKI bagi 370 PPTKIS, dan mencabut izin 104 PPTKIS karena tidak memenuhi persyaratan; (2) penempatan TKI ke luar negeri tahun 2006 sebanyak orang, dengan rincian orang di Kawasan Asia Pasifik dan orang di Kawasan Timur Tengah, sedangkan pada tahun 2007 telah ditempatkan TKI sebanyak orang; dan (3) pengembangan sistem dan uji coba bagi 200 kartu tenaga kerja luar negeri yang berbentuk Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (Smart Card). Dalam rangka peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja telah dilakukan hal berikut ini: (1) penerbitan sertifikasi kompetensi personel keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sebanyak orang serta pemberian lisensi kepada delapan lembaga sertifikasi profesi (LSP) sebagai pelaksana uji kompetensi; (2) pelaksanaan berbagai pelatihan untuk sekitar orang yang terdiri atas pelatihan institusional sebanyak orang dan noninstitusional/mobile training unit (MTU) sebanyak orang, dan pelatihan berbasis kompetensi sebanyak 518 orang; (3) penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) masing-masing sebanyak 26 SKKNI pada tahun 2006 dan 33 SKKNI pada tahun 2007; (4) pelatihan pemagangan di dalam negeri sebanyak 618 orang dan pelatihan pemagangan di luar negeri (IMM) sebanyak 786 orang, pemulangan pemagangan luar negeri (IMM) sebanyak orang, dan pemberangkatan pemagangan luar negeri (IMM) sebanyak orang; (5) pelatihan peningkatan produktivitas sebanyak orang, pelatihan 192 orang teknisi, dan pelatihan kewirausahaan sebanyak 582 orang; (6) pengiriman kontingen ke ASEAN Skill Competition (ASC) VI di Brunei Darussalam yang berhasil meraih 6 medali emas, 2 medali perak, dan 2 medali perunggu, serta 2 diploma of excellent; (7) pelatihan instruktur/pelatih sebanyak 488 orang, bimbingan teknis tenaga pelatihan sebanyak 100 orang, dan pelatihan training of trainers sebanyak 395 orang; (8) pelatihan berbasis masyarakat untuk
9 orang, pelatihan orang tenaga kerja terampil bidang bangunan dan pelatihan ketransmigrasian sebanyak 480 orang; (9) peningkatan sarana dan prasarana pelatihan berbasis kompetensi di 19 balai latihan kerja/lembaga Latihan Kerja Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPTP) dan 43 BLK/LLK Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD); (10) pengembangan MTU di 24 BLK dan Balatrans, serta peningkatan peralatan pelatihan Competency-Based Training (CBT) di 18 BLK UPTD; (11) pengukuhan Ketua dan Anggota Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP); serta (12) pengembangan 9 BLK sebagai tempat uji kompetensi (TUK). Dalam rangka perlindungan dan pengembangan lembaga tenaga kerja telah dilakukan: (1) pembentukan 31 Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di seluruh Indonesia dan telah diresmikan secara keseluruhan di Padang pada tanggal 14 Januari 2006 oleh Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi; (2) pengangkatan 159 orang hakim ad-hoc pada Pengadilan Hubungan Industrial dan Mahkamah Agung RI dengan Keputusan Presiden Nomor 31/M/Tahun 2006 tanggal 6 Maret 2006; (3) penyusunan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Nasional dan Peraturan Perusahaan (PP) Nasional; (4) pembentukan lembaga kerja sama (LKS) bipartit pada tahun 2006 sehingga sampai saat ini jumlahnya terakumulasi menjadi LKS bipartit; (5) peningkatan kemampuan pegawai teknis hubungan industrial dan human resources development (HRD) perusahaan mengenai penyusunan struktur dan skala upah yang diikuti 98 orang; (6) penambahan personel pengawas ketenagakerjaan sebanyak 92 orang dan pegawai penyidik pegawai negeri sipil sebanyak 30 orang; (7) pemerintah telah menyusun dua rancangan peraturan pemerintah (RPP) yang merupakan amanat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya Pasal 156 ayat (5) dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, khususnya pasal 6 ayat (2) dalam kerangka regulasi; kedua RPP tersebut adalah RPP tentang Perubahan Perhitungan Uang Pesangon Pekerja/Buruh yang di-phk dan RPP tentang Pencadangan Kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK); saat ini kedua RPP masih dalam proses pembahasan; (8) sosialisasi peraturan perundang-undangan bidang ketenagakerjaan tentang pengawasan, jaminan sosial, perselisihan 23-9
10 hubungan industrial, keselamatan dan kesehatan kerja di 33 provinsi; (9) bimbingan teknis bagi 598 pegawai teknis hubungan industrial dan Bimtek Pengawasan Ketenagakerjaan sebanyak 11 kali yang diikuti 330 orang; (10) penanganan jumlah kasus perselisihan hubungan industrial selama tahun pada 33 provinsi sebanyak 210 kasus, sedangkan kasus PHK pada periode yang sama sebanyak 176 dengan jumlah pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak orang; (11) pembinaan lembaga kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang terdiri dari 238 perusahaan jasa K3 dan perusahaan P2K3; (12) pembinaan personel K3 yang terdiri dari 712 orang di tingkat ahli K3 dan orang di tingkat operator; (13) Sertifikasi Kompetensi Personel Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebanyak orang; serta (14) pembentukan Zona Bebas Pekerja Anak di Kabupaten Kutai Kartanegara, pencegahan anak untuk bekerja pada pekerjaan terburuk, dan penarikan pekerja anak dari pekerjaan terburuk. III. Tindak Lanjut yang Diperlukan Beberapa tindak lanjut dari arah kebijakan untuk memperbaiki iklim ketenagakerjaan adalah sebagai berikut: 1. Penyelesaian peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perhitungan uang pesangon pekerja yang di-phk dan pengaturan tentang kompensasi PHK; 2. Penyempurnaan sistem dan mekanisme penempatan TKI ke luar negeri agar TKI memperoleh kemudahan, biaya yang relatif murah, dan bebas pungutan yang tidak resmi, sehingga TKI yang ingin bekerja di luar negeri dapat merasa nyaman dan aman; 3. Pengkonsolidasian program-program perluasan kesempatan kerja dalam rangka mensinergikan berbagai program APBN dan mengoptimalkan penggunaan dana yang terkait dengan kegiatan-kegiatan yang dapat memperluas kesempatan kerja; 4. Peningkatan fungsi dan kinerja lembaga pelatihan yang dikelola pemerintah secara bertahap, khususnya perbaikan sarana dan prasarana, peningkatan profesionalisme tenaga 23-10
11 pelatih/instruktur dan peningkatan kualitas materi pelatihan, agar lembaga pelatihan dapat memberikan perbaikan kualitas dan kompetensi tenaga kerja; 5. Penyempurnaan mekanisme untuk memperkuat proses negosiasi antara pekerja dan pemberi kerja, sehingga dapat dihasilkan negosiasi yang saling memberi manfaat, khususnya dalam hal pengupahan, kondisi kerja dan syarat kerja; 6. Peningkatan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja yang selama ini masih harus diperbaiki, termasuk pengawasan terhadap perusahaan yang mempekerjakan pekerja anak. Selain itu jumlah pegawai pengawas ketenagakerjaan yang masih sangat terbatas kuantitas dan kualitasnya akan ditingkatkan
BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN
BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN I. Permasalahan yang Dihadapi Kondisi ketenagakerjaan dalam kurun waktu Februari 2005 Februari 2008 menunjukkan perkembangan yang semakin membaik. Jumlah kesempatan
Lebih terperinciBAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN
BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN Situasi ketenagakerjaan di Indonesia masih ditandai dengan tingginya tingkat pengangguran terbuka dan masih lambatnya daya serap tenaga kerja di lapangan kerja formal.
Lebih terperinciBAB 22 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN
BAB 22 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN A. KONDISI UMUM Perkembangan ekonomi Indonesia telah menunjukkan kemajuan diberbagai bidang pembangunan. Tetapi kemajuan ini masih belum dapat menangani masalah pengangguran
Lebih terperinciBAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN
BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN Meningkatnya tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 9,5 persen berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Kerja merupakan fitrah manusia yang asasi.
Lebih terperinciU R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 4,595,130, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 56,014,733, BELANJA LANGSUNG 61,151,826,750.00
Urusan Pemerintahan Organisasi : : 1.1 URUSAN WAJIB Ketenagakerjaan dan Transmigrasi 1.1.01 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi KODE 00 00 PENDAPATAN DAERAH 00 00 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH,595,130,000.00
Lebih terperinciPerluasan Lapangan Kerja
VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR KINERJA DISNAKERTRANSDUK PROV. JAWA TIMUR Untuk mewujudkan agenda dan prioritas pembangunan di Jawa Timur berdasarkan visi, misi
Lebih terperinciKetenagakerjaan. ketenagakerjaan.
L. BIDANG KETENAGAKERJAAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 Ketenagakerjaan 1. Kebijakan, Perencanaan, Pembinaan, dan Pengawasan 2. Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur 3. Pembinaan Pelatihan
Lebih terperinciPemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi
12.URUSAN KETENAGAKERJAAN a. Program dan Kegiatan. Program pokok yang dilaksanakan pada urusan Ketenagakerjaan tahun 2012 sebagai berikut : 1) Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja;
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciMATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN
MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN 20 - VISI : Terwujudnya tenaga kerja yang berdaya saing dan harmonis, masyarakat transmigrasi yang mandiri,
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH
BAB II GAMBARAN UMUM DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH 2.1 Sejarah Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah disingkat Disnakertrans Prov. Jateng merupakan organisasi
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. Laporan Monitoring dan Evaluasi Peningkatan Kualitas dan Produktivitas
Satuan Kerja Perangkat Daerah : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tahun Anggaran : 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja 1.
Lebih terperinci2. Pembinaan (pengawasan, pengendalian, monitoring, evaluasi, dan pelaporan) penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang ketenagakerjaan skala daerah.
L. BIDANG KETENAGAKERJAAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 Ketenagakerjaan 1. Kebijakan, Perencanaan, Pembinaan, dan Pengawasan 2. Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur 3. Pembinaan Pelatihan
Lebih terperinciMATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN
MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN 2009-2014 VISI : Terwujudnya ketenagakerjaan, ketransmigrasian dan kependudukan yang maju, berdaya saing,
Lebih terperinciBERITA NEGARA. No.11, 2014 KEMENAKERTRANS. Data. Informasi. Ketenagakerjaan. Klasifikasi. Karakteristik. Perubahan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2014 KEMENAKERTRANS. Data. Informasi. Ketenagakerjaan. Klasifikasi. Karakteristik. Perubahan. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. VISI DAN MISI Penyusunan visi dan misi Disnakertransduk tidak terlepas dari visi dan misi Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Untuk itu sebelum memasuki visi
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA KOTA SURABAYA
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI BUPATI MADIUN,
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN. pembangunannya adalah mereka kelompok masyarakat yang belum bekerja
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja Dalam bidang ketenagakerjaan sebagai subjek dan objek pembangunannya adalah mereka kelompok masyarakat
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR KINERJA DISNAKERTRANSDUK PROV. JAWA TIMUR Untuk mewujudkan agenda dan prioritas pembangunan di Jawa Timur berdasarkan visi, misi
Lebih terperinciBAB II PROGRAM KERJA. Dinas Tenaga Kerja merupakan instansi teknis yang melaksanakan salah
BAB II PROGRAM KERJA 2.1 Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja merupakan instansi teknis yang melaksanakan salah satu urusan rumah tangga Daerah dibidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, dengan kewenangannya
Lebih terperinciPROFIL DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
PROFIL DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI GAMBARAN UMUM Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 9 Tahun 2011, tentang Pembentukan Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum Dinas Tenaga Kerja Kota Surabaya
5 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Umum Dinas Tenaga Kerja Kota Surabaya Pada awal pemerintahan Republik Indonesia, ketika Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan jumlah kementerian
Lebih terperinciAnggaran Setelah Perubahan. Jumlah. Modal
LAMPIRAN I.3 : PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2014 Halaman
Lebih terperinciLAMPIRAN XIV PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Januari 2010
LAMPIRAN XIV PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Januari 2010 N. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Ketenagakerjaan
Lebih terperinciTerwujudnya Masyarakat Tenaga Kerja Kabupaten Bandung yang Mandiri, Produktif, Profesional dan Berdaya Saing
BAB II PROGRAM KERJA 2.1 Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja merupakan instansi teknis yang melaksanakan salah satu urusan rumah tangga Daerah dibidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, dengan kewenangannya
Lebih terperinciSUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Ketenagakerjaan. 4. Pembentukan kelembagaan SKPD bidang ketenagakerjaan di daerah.
- 62-14. BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN 1. Ketenagakerjaan 1. Kebijakan, Perencanaan, Pembinaan, dan Pengawasan 1. Pelaksanaan kebijakan pusat dan provinsi, penetapan kebijakan daerah dan
Lebih terperinciKEPALA SUB BAGIAN UMUM, KEUANGAN, DAN ASET
INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI) KEPALA SUB BAGIAN UMUM, KEUANGAN, DAN ASET Instansi : DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN JOMBANG Tujuan : 1. Memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pelayanan penempatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsi yang sangat signifikan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan tidak bisa digantikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbaikan pelayanan birokrasi perizinan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah tidak bisa dipisahkan dari konteks reformasi birokrasi. Institusi birokrasi memiliki peran
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS
Menimbang BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, : a. bahwa
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 1 2 3 4 1 Meningkatnya tenaga kerja yang memiliki 1 Peningkatan lulusan pelatihan
Lebih terperinciN. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN
- 67 - N. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN SUB BIDANG 1. Ketenagakerjaan 1. Kebijakan, Perencanaan, Pembinaan, dan Pengawasan 2. Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM)
Lebih terperinciPENETAPAN KINERJA TAHUN 2012
PENETAPAN KINERJA TAHUN 212 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KAB. KUTAI KARTANEGARA 13 2 A. POKOK Rp 3,713,27, A.I URUSAN WAJIB ENAGAKERJAAN Rp 3,114,618, 1. Memfasilitasi pelayanan penempatan tenaga
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation
Lebih terperinciTENTANG DI KOTA CIMAHI. Ketenagakerjaan. Kerja Asing;
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 183 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN
Lebih terperinciWALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL WALIKOTA MADIUN,
WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut ketentuan Pasal
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT
- 156 - BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciN. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN
- 389 - N. PEMBAGIAN URUSAN AN KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN SUB 1. Ketenagakerjaan 1. Kebijakan, Perencanaan, Pembinaan, dan Pengawasan 1. Penetapan dan pelaksanaan kebijakan, pedoman, norma, standar,
Lebih terperinci- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN
- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a.
Lebih terperinci-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG
-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG
Lebih terperinciTUGAS DAN FUNGSI DINAS KETENAGAKERJAAN DAN TRANSMIGRASI
TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETENAGAKERJAAN DAN TRANSMIGRASI (Berdasarkan Peraturan Bupati Sigi Nomor 28 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat Daerah)
Lebih terperinciDINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI GORONTALO TAHUN 2009 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI GORONTALO TAHUN 2009
DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI GORONTALO TAHUN 2009 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI GORONTALO TAHUN 2009 KONDISI KETENAGAKERJAAAN DI PROVINSI GORONTALO A. PEMBANGUNAN LAPANGAN
Lebih terperinciBUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBismillahirrohmannirrohiim Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,
Sambutan Pembukaan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Pada Sustainable Development Goals (SDGs) Conference Indonesia s Agenda for SDGs toward Decent Work for All Hotel Borobudur Jakarta, 17 Februari
Lebih terperinciSALINAN. jdih.bulelengkab.go.id
SALINAN BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciPENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI JAWA TIMUR
PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI JAWA TIMUR NO. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PROGRAM/KEGIATAN PROGRAM/KEGIATAN 1. Program Peningkatan
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, FUNGSI DAN TUGAS, SERTA TATA KERJA PADA DINAS TENAGA KERJA
Lebih terperinciIKHTISAR EKSEKUTIF. Target Realisasi Kategori Penilaian (1) (2) (3) (4) (5) (6) Indikator Kinerja. Persentase. pencari kerja
IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Kinerja merupakan wujud akuntabilitas kinerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat. Laporan Kinerja juga memberikan gambaran mengenai pencapaian kinerja dan
Lebih terperinciBAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN
BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN I. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Masalah penganggur merupakan salah satu isu yang mendapat perhatian besar pemerintah selama pelaksanaan pembangunan jangka menengah
Lebih terperinciURUSAN WAJIB KETENAGAKERJAAN
4.1.14 URUSAN WAJIB KETENAGAKERJAAN 4.1.14.1 KONDISI UMUM Pembangunan ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan dengan berbagai pihak yaitu antara Pemerintah, pengusaha dan pekerja atau
Lebih terperinciPENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI JAWA TIMUR
PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI JAWA TIMUR NO. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PROGRAM/KEGIATAN PROGRAM/KEGIATAN 1. Program Peningkatan
Lebih terperinciTarget Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Tabel 5.1 Rencana Program, Kegiatan, Kinerja, Kelompok dan Pendanaan Indikatif Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur Tujuan Kinerja Program Renstra Target Target Target
Lebih terperinci2. Meningkatnya Hubungan Industrial yang Harmonis; 3. Menurunnya Persentase Penduduk Miskin.
BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Tujuan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Timur Tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang menunjukkan tingkat prioritas
Lebih terperinciWALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU
WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 99 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA KOTA PEKANBARU DENGAN
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 61 TAHUN 2016 Menimbang TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS TENAGA KERJA KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS DINAS PENANAMAN MODAL, PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DAN TENAGA KERJA KABUPATEN TUBAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN KEPUTUSAN BUPATI TUBAN NOMOR 188.45/ /KPTS/414.031/2017 TENTANG RENCANA STRATEGIS DINAS PENANAMAN MODAL, PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DAN TENAGA KERJA KABUPATEN TUBAN TAHUN 2016-2021 RENCANA STRATEGIS
Lebih terperinciBAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. Visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia adalah
BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia adalah Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju,
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS
SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 2 BUPATI BANTAENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 2 TAHUN 2015
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 2 BUPATI BANTAENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS
Lebih terperinciDAFTAR PERATURAN PELAKSANAAN DARI UU NO. 13 TAHUN 2003 DAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN YANG LAIN
A. KEPUTUSAN MENTERI PERATURAN PELAKSANAAN UU NO.13/2003: 1 KEP. 223 /MEN/2003 Tentang Jabatan-jabatan di Lembaga Pendidikan yang Dikecualikan dari Kewajiban Membayar Kompensasi. 2 KEP. 224 /MEN/2003 Tentang
Lebih terperinciWALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA Menimbang Mengingat
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN
Lebih terperinciprovinsi. provinsi. 3. Penanggungjawab. penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang. provinsi. ketenagakerjaan skala
- 297 - N. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Ketenagakerjaan 1. Kebijakan, Perencanaan, Pembinaan, dan Pengawasan 1. Penetapan
Lebih terperinciWALIKOTA KEDIRI NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG
WALIKOTA KEDIRI P ERATURA N W ALIKOTA KEDIRI NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 62 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL DAN TENAGA
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TIMUR
Lebih terperinciPAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN
PAPARANPERENCANAAN DAN PROGRAM KETENAGAKERJAAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2017-2022 DINAS TENAGA KERJA DAN KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KEBUMEN DASAR HUKUM PERENCANAAN TENAGA KERJA Landasan
Lebih terperinciPROGRAM/ KEGIATAN DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROV. NTB. Seleksi Daerah Calon Kompetitor Indonesia Skills competition.
SKPD : DINAS TENAGA DAN TRANSMIGRASI PROV. NTB DANA : APBD TAHUN : 2017 PROGRAM/ KEGIATAN DINAS TENAGA DAN TRANSMIGRASI PROV. NTB NO. SASARAN KEGIATAN PROGRAM UNIT 1 Meningkatnya Pelayanan Program Peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan bagian yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan pendidikan dan latihan kerja. Dalam GBHN dinyatakan
Lebih terperinciBAB. V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, PENDANAAN INDIKATIF. kependudukan diwujudkan melalui 6 (enam) program prioritas utama
BAB. V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, PENDANAAN INDIKATIF A. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN Pelaksanaan pembangunan ketenagakerjaan, ketransmigrasian dan kependudukan diwujudkan melalui 6 (enam) program prioritas
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Jl. Soekarno-Hatta No. 532 Telp. 7564327,
Lebih terperinciK A T A P E N G A N T A R
K A T A P E N G A N T A R Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas ridho dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Rencana Kinerja Tahunan Tahun Anggaran ini tanpa kendala
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja yang mampu menyerapnya. Masalah pengangguran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangguran adalah kondisi saat seseorang tidak bekerja dalam usia produktif antara 15 hingga 65 tahun. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2008
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI JAWA TIMUR
Lebih terperinciBAB II PROFIL PERUSAHAAN
BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Barat Sebagai perwujudan dari pelaksanaan otonomi daerah terbentuk Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa
Lebih terperinciPROGRAM KERJA TAHUN 2014 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN BANTUL ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD) 2014
Belanja Tidak Langsung PROGRAM KERJA TAHUN 2014 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN BANTUL ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD) 2014 NO PROGRAM KEGIATAN VOLUME DANA (Rp) SASARAN TARGET KET
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI PAPUA
GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. 4.1 Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur Visi merupakan gambaran arah pembangunan atau kondisi
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 37 TAHUN2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN MUSI RAWAS
PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 37 TAHUN2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI MUSI RAWAS,
Lebih terperinciBUPATI KEPULAUAN ANAMBAS
BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS, Menimbang : a.
Lebih terperinciWALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS TENAGA KERJA
WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB III OBJEK LAPORAN KKL. Balai besar pengembangan latihan kerja dalam negeri (BBPLKDN)
BAB III OBJEK LAPORAN KKL 3.1 Gambaran Umum BBPLKDN Bandung 3.1.1 Sejarah BBPLKDN Bandung Balai besar pengembangan latihan kerja dalam negeri (BBPLKDN) bandung adalah lembaga pelatihan pemerintah yang
Lebih terperinciGUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGANGGURAN
GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN PENGANGGURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat GUBERNUR GORONTALO, : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciLAMPIRAN IV : PERATURAN BUPATI BULELENG NOMOR
LAMPIRAN IV : PERATURAN BUPATI BULELENG NOMOR : 54 Tahun 2015 TANGGAL : 20 OKTOBER 2015 TENTANG : TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH KABUPATEN BULELENG DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI I. TUGAS POKOK.
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.250/MEN/XII/2008 TENTANG KLASIFIKASI DAN KARAKTERISTIK DATA DARI JENIS INFORMASI KETENAGAKERJAAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
Lebih terperinciDINAS TENAGA KERJA KOTA BANDUNG
1 DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDUNG Tugas pokok Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung adalah melaksanakan sebagian kewenangan Daerah di bidang tenaga kerja dan transmigrasi, untuk melaksanakan tugas pokok tersebut
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 85 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 85 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPROGRAM DAN KEGIATAN DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2015
PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2015 SKPD : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sulawesi Tengah Kode Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Daerah Dan
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA DITJEN BINALATTAS TAHUN 2015
LAPORAN KINERJA DITJEN BINALATTAS TAHUN 2015 Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan R.I i KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah
Lebih terperinciLANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC
LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC attitude knowledge skill Agus Sutrisno Empat Kerangka Strategis MEA ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukumg dengan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciSALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TRANSMIGRASI DAN TENAGA KERJA
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Jl. Soekarno-Hatta No. 532 Telp. 7564327,
Lebih terperinciBAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 25
BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini, maka Peraturan Bupati Pulang Pisau Nomor 25 Tahun 2011 tentang Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Kabupaten
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016
INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 2017 IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Kinerja merupakan wujud akuntabilitas kinerja Dinas Tenaga Kerja
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS
BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci