HASIL DAN PEMBAHASAN. Lokasi BPPT-SP Ciamis terletak di Dusun Kidul Blok Jentir RT 11 RW 04,

Transkripsi

1 19 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Lokasi BPPT-SP Ciamis terletak di Dusun Kidul Blok Jentir RT 11 RW 04, Desa Cijeungjing, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis. Balai ini berjarak 700 meter dari jalan raya Ciamis-Banjar dan 250 meter dari pemukiman penduduk sehingga mudah dijangkau oleh transportasi, juga didukung dengan tersedianya air bersih yang berasal dari sumur-sumur yang dibangun pada setiap kandang. BPPT-SP Ciamis memiliki luas areal 13 ha dengan topografi areal datar-landai dengan ketinggian 224 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lahan 2 o -7 o. Lokasi balai ini memiliki suhu udara berkisar antara o C, kelembaban rata-rata % dan curah hujan berkisar antara mm/tahun. Jarak dari pusat kota Kabupaten Ciamis ke lokasi BPPT sekitar 7 km. Provinsi Jawa Barat melalui Dinas peternakan, berupaya memenuhi kebutuhan daging sapi di wilayah Jawa Barat. Usaha pemenuhan daging sapi tersebut salah satunya dengan mendirikan UPTD BPPT-SP Ciamis. Tujuan pendirian UPTD BPPT- SP Ciamis antara lain untuk mewujudkan peningkatan produksi dan penyuluhan serta penerapan teknologi tepat guna, mewujudkan peningkatan dan pemenuhan sarana dan prasarana peternakan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia peternak dan pendapatan peternak, mengurangi ketergantungan importasi, dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri, juga untuk menghadapi globalisasi dan peningkatan daya

2 20 saing produk ternak dalam negeri. UPTD BPPT-SP Ciamis didirikan pada tanggal 13 Mei 2003 oleh Dinas peternakan Provinsi Jawa Barat serta di resmikan oleh Gubernur Jawa Barat R.Nuriana. Gambar 4. UPTD BPPT SP Cijeungjing Balai Pengembangan Pembibitan Ternak Sapi Potong bertujuan untuk meningkatkan kontribusi Jawa Barat dalam pemenuhan kebutuhan bibit ternak sapi potong, sebagai salah satu upaya Jawa Barat dalam mengurangi ketergantungan dari luar provinsi atau dari impor, sekaligus meningkatkan pendapatan bagi peternak melalui pemanfaatan sumberdaya yang tersedia. Bangsa ternak sapi potong yang ada di BPPT Sapi Potong Ciamis saat ini yaitu PO, Pasundan, Brahman, Simental, Simpo dan Limpo. Saat ini pengembangan ternak lebih difokuskan pada bangsa PO dan Pasundan karena sapi lokal lebih tepat

3 21 dikembangkan karena memiliki daya tahan yang baik sehingga cocok di budidayakan di Indonesia. 4.2 Tatalaksana Pemeliharan Perkandangan Sistem perkandangan yang berada di BPPT SP Cijeungjing ini terdiri dari kandang sapi induk, kandang sapi beranak, kandang sapi pejantan, kandang karantina, kandang individu, kandang anak, kandang jepit, dan gudang HMT. Di BPPT SP Cijeungjing Sapi Pasundan betina di tempatkan pada kandang koloni sedangkan sapi pasundan jantan ditempatkan di kandang individu. Kandang koloni merupakan model kandang dalam suatu ruangan tanpa sekat yang diisi oleh beberapa ekor ternak tanpa diikat. Kandang betina berukuran 3x4m dengan kapasitas 5 ekor. Kebutuhan luas kandang perekor ternak sapi pada kandang koloni minimal 4m 2,untuk mempermudah pembuangan kotoran sapi, terdapat selokan dimana kotoran yang telah dibersihkan mengalir ke satu pusat pembuangan. Kondisi perkandangan yang berada di BPPT Cijeungjing sangat baik karena dilihat dari kenyamanan ternak dan pekerja kandang, arah kandang membujur dari timur ke barat, sehingga sinar matahari yang cukup, kemiringan lantai sekitar 2% sehingga hampir tidak ada genangan air dilantai kandang, pertukaran udara baik, serta terlindung dari hembusan angin yang besar, kandang mudah dibersihkan dalam waktu yang relatif singkat, hal ini sesuai dengan pernyataan yang dipaparkan siregar, dkk (1997), yaitu memberi kenyamanan kepada ternak, pemelihara,dan pegawai ternak,

4 22 memenuhi persyaratan bagi kesehatan ternak, dan memberikan kemudahan bagi pekerja kandang sehingga dapat bekerja lebih efektif Pemberian Pakan Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dapat dicerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang memakannya. Zat nutrien adalah za-zat gizi dalam bahan pakan yang sangat diperlukan untuk hidup ternak meliputi protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air. Faktor pakan sangat menentukan pertumbuhan, bila kualitasnya baik dan diberikan dalam jumlah yang cukup, pertumbuhannya akan menjadi lebih cepat dan demikian pula sebaliknya. (Tillman et al., 1998). pakan yang diberikan di BPPT SP Cijeungjing adalah berupa hijauan dan konsentrat. Pemberian pakan hijauan diberikan tiga kali dalam sehari untuk sapi pasundan, yaitu pada pukul 07:00, pukul 10:00 dan pukul 15:00 sebanyak 4kg untuk jantan dan 3kg untuk betina, rumput yang digunakan adalah rumput kinggres, jerami, dan rumput lapangan. Pemberian konsentrat untuk sapi pasundan diberikan dua kali dalam sehari yaitu pada pukul 09:00 dan 12:00 sebanyak 4kg untuk sapi jantan dan 3,5kg untuk sapi betina dewasa. Bahan baku konsentrat yang digunakan berupa : pollard, dedak, jagung, onggok, bungkil kelapa, kacang hijau. Pakan tambahan berupa konsentrat merupakan salah satu sumber gizi tinggi, mineral dan protein (Nuschati, 2008).

5 Pola Perkawinan Upaya memperoleh bibit yang berkualitas teknik perkawinan dapat dilakukan dengan cara kawin alam atau Inseminasi Buatan (IB). Inseminasi Buatan menurut Blakely dan David (1998) menjelaskan bahwa usaha manusia memasukan mani/simen kedalam alat reproduksi betina dengan menggunakan alat inseminasi gun. Tujuan IB adalah untuk memperoleh sapi unggul dari segi kualitas atau kuantitas karena simen pejantan yang digunakan telah terseleksi dan menghindari peluang perkawinan inbreeding (Fikar dan Samsul, 2010). Pola perkawinan yang baik akan berpengaruh terhadap performa kuantitatif dan kualitatif ternak, dengan perkawinan Inseminasi Buatan maka genetik suatu ternak akan terjaga performa kuantitatif dan kualitatifnya dan akan menghasilkan keturunan dengan performa yang baik (Williamson dan Payne, 1993). Kegiatan inseminasi Buatan (IB) dilakukan pada sapi bibit yang birahi dan ternak harus sudah mencapai dewasa kelamin dan dewasa tubuh yaitu pada umur bulan. Deteksi Birahi yang dilakukan di BPPT Cijeungjing adalah sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu, setiap pagi, siang, dan sore hari. Menurut (Toelihere, 1981), deteksi birahi harus dilakukan dua kali paling sedikit dalam satu hari, yaitu pada pagi dan sore hari Pola Kesehatan Kesehatan tenak merupakan salah satu tujuan penting dalam menjalankan usaha ternak. Di BPPT Cijeungjing kegiatan kesehatan dilakukan dengan cara pencegahan dan pengobatan. Oleh karena itu salah satu kegiatan pencegahan penyakit diantaranya seperti pemberian obat cacing rutin setiap 3 bulan sekali. Vitamin dan antibiotik juga rutin diberikan agar sapi terhindar dari penyakit lainnya seperti BEF (Bovine

6 24 Efhenmeral Feve). Sapi yang terjangkit penyakit BEF dilakukan pengobatan dengan vex-oxy dan vitamin B kompleks dengan cara disuntik. Sebelum sapi terjangkit penyakit, dapat dilakukan pencegahan penyakit BEF dengan vaksin secara teratur serta sanitasi kandang dan lingkungan. 4.3 Deskripsi Ukuran Tubuh dan Bobot Badan Aktual Sapi Pasundan Jantan dan Betina Data Lingkar Dada Sapi Pasundan Jantan dan Betina Hasil analisis mengenai lingkar dada yang dilakukan terhadap sapi pasundan jantan sebanyak 15 ekor dan sapi pasundan betina sebanyak 47 ekor menggunakan pita rondo dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisis Pengukuran Lingkar Dada Menggunakan Pita Rondo Pada Sapi Pasundan Jantan dan Betina di BPPT SP Cijeungjing Nilai Lingkar Dada Jantan Betina Rata-rata (cm) 156,4 149,00 Ragam 16,69 66,22 Standar Deviasi (cm) 4,08 8,14 Koefisien Variasi (%) 2,61 5,46 Nilai min (cm) Nilai max (cm) Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa lingkar dada pada sapi Pasundan jantan dan betina di Balai Pengembangan dan Perbibitan Ternak Sapi Potong Cijeungjing berkisar antara cm dan cm, sedangkan rata-rata lingkar dada pada

7 25 sapi pasundan jantan dan betina sebesar 156,4 ± 4,08 cm dan 149,00 ± 8,14 cm. Koefisien variasi hasil pengukuran lingkar dada pada sapi pasundan jantan sebesar 2,61% dan sapi pasundan betina sebesar 5,46% yang artinya dapat dikatakan bahwa lingkar dada sapi pasundan jantan dan betina seragam. Menurut Nasution (1992), bila nilai koefisien variasi dibawah 15% maka masih dianggap seragam. Hal ini menunjukan bahwa hasil pengukuran tersebut cukup berbeda dengan Keputusan Mentri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1051/Kpts/SR.120/10/2014 tentang penetapan rumpun sapi pasundan bahwa sapi pasundan jantan memiliki kisaran lingkar dada sebesar 150,22 ± 11,76 cm dan sapi pasundan betina memiliki kisaran lingkar dada sebesar 138,22 ± 11,85 cm. Besar kecilnya lingkar dada sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya berat badan seekor ternak. Bertambahnya ukuran dada dapat menyebabkan bertambahnya bobot badan, dimana daerah dada akan semakin dalam dan meluas yang akhirnya bagian tersebut akan tertimbun oleh otot, maupun lemak. Penimbunan otot ini akan mempengaruhi perubahan badan yang akan semakin membesar dan bertambah berat (Diwyanto, dkk., 1984). Sapi pasundan jantan yang berada di Balai Pengembangan dan Perbibitan Ternak Sapi Potong Cijeungjing relatif cukup besar sedangkan sapi pasundan betina relatif lebih kecil, hal ini diduga karena sapi pasundan jantan merupakan hasil seleksi dilapangan untuk di jadikan sapi bibit karena diarahkan untuk pengembangan sapi lokal di Jawa Barat. Sapi pasundan jantan dipilih berdasarkan performans yang di atas ratarata, pada sapi pasundan betina yang relatif lebih kecil diduga karena sistem manajemen pemeliharaan yang berbeda.

8 Data Bobot Badan Aktual Sapi Pasundan Jantan dan Betina Hasil analisis mengenai bobot badan aktual hasil penimbangan dengan jumlah sampel sebanyak 15 ekor pada sapi pasundan jantan dan 47 ekor sapi pasundan betina dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Analisis Pengukuran Bobot Badan Aktual Pada Sapi Pasundan Jantan dan Betina di BPPT SP Cijeungjing. Nilai Bobot Badan Aktual Jantan Betina Rata-rata (kg) 343,67 306,81 Ragam 102, ,38 Standar Deviasi (kg) 10,13 43,63 Koevisien Variasi (%) 2,95 14,22 Nilai min (kg) Nilai max (kg) Berdasarkan Tabel 2. Terlihat bahwa bobot badan aktual sapi pasundan jantan dan betina di Balai Pengembangan dan Perbibitan Ternak Sapi Potong Cijeungjing adalah kg dan kg, sedangkan rata-rata bobot badan aktual pada sapi pasundan jantan dan betina sebesar 343,67 ± 10,13 kg dan 306,81 ± 43,63 kg. Koefisien variasi hasil pengukuran bobot badan aktual sapi pasundan jantan dan betina sebesar 2,95% dan 14,22%, artinya dapat dikatakan bahwa bobot badan aktual pada sapi pasundan jantan dan betina seragam. Menurut Nasution (1992), bila nilai koefisien variasi dibawah 15% maka masih dianggap seragam. Hal ini menunjukan bahwa hasil pengukuran tersebut cukup berbeda dengan Keputusan Mentri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1051/Kpts/SR.120/10/2014

9 27 tentang penetapan rumpun sapi pasundan bahwa sapi pasundan jantan memiliki kisaran bobot badan aktual sebesar 240,40 ± 34,00 kg dan sapi pasundan betina memiliki kisaran bobot badan aktual sebesar 220,30 ± 22,00 kg. Faktor lingkungan dan manajemen pemeliharaan akan sangat mempengaruhi besarnya bobot badan sapi sesuai dengan pendapat Tomaszewska dkk (1993) bahwa laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan, genetik, dan faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan adalah sistem manajemen atau pengelolaan yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan dan iklim. Sapi pasundan yang beradan di Balai Pengembangan dan Perbibitan Ternak Sapi Potong Cijeungjing relatif cukup besar, berbeda dengan Keputusan Mentri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1051/Kpts/SR.120/10/2014 tentang penetapan rumpun sapi pasundan. Hal ini dikarnakan sistem manajemen tatalaksana yang terkontrol sehingga mempengaruhi terhadap produktivitas ternak. Sapi pasundan yang berada di BPPT Cijeungjing adalah hasil seleksi dilapangan untuk di jadikan sapi bibit karena diarahkan untuk pengembangan sapi lokal di Jawa Barat. 4.4 Selisih Bobot Badan Dugaan dan Bobot Badan Aktual Sapi Pasundan Jantan dan Betina Data Bobot Badan Dugaan dan Bobot Badan Aktual Sapi Pasundan Jantan dan Betina Hasil perhitungan bobot badan dugaan menggunakan pita rondo pada sapi pasundan jantan dan betina sebanyak 62 ekor yang terdiri dari 15 ekor jantan dan 47 ekor betina dapat dilihat pada Tabel 3.

10 28 Tabel 3. Hasil Analisis Perihitungan Bobot Badan Dugaan dan Bobot Badan Aktual Pada Sapi Pasundan Jantan dan Betina. Jantan Betina No. Nilai Aktual Dugaan Aktual Dugaan 1 Rata-rata (kg) 343,67 309,60 306,81 274,70 2 Ragam 102,67 654, , ,43 3 Standar Deviasi (kg) 10,13 25,58 43,63 39,87 4 Koefisien Variasi (%) 2,95 8,26 14,22 14,51 5 Minimal (cm) Maksimal (cm) Berdasarkan Tabel 3. Terlihat bahwa rata-rata bobot badan aktual pada sapi pasundan jantan sebesar 343,67 ± 10,13 kg dengan koefisien variasi sebesar 2,95% dan bobot badan aktual sapi pasundan betina sebesar 306,81 ± 43,63 kg dan koefisien variasi sebesar 14,22. Sedangkan rata-rata bobot badan dugaan sapi pasundan jantan sebesar 309,60 ± 25,58 kg dan koefisien variasi sebesar 8,26% dan bobot badan dugaan sapi pasundan betina sebesar 274,70 ± 39,87 kg dan koefisien variasi sebesar 14,51%. Sesuai dengan pendapat Nasoetion (1992) yang menyatakan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati hampir seragam. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara bobot badan aktual dengan bobot badan dugaan, namun penggunaan pendugaan bobot badan dengan menggunakan pita rondo akan memudahkan pentaksiran bobot badan Sapi Pasundan tanpa harus menggunakan alat timbang.

11 Penyimpangan Bobot Badan Aktual Dengan Bobot Badan Dugaan Pada Sapi Pasundan Jantan dan Betina Hasil perhitungan mengenai penyimpangan bobot badan dugaan menggunakan pita rondo dan bobot badan aktual pada sapi pasundan jantan dan betina sebanyak 62 ekor yang terdiri dari 15 ekor jantan dan 47 ekor betina dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Analisis Penyimpangan Bobot Badan Aktual Dengan Bobot Badan Dugaan Pada Sapi Pasundan Jantan dan Betina No Nilai Jantan Betina Penyimpangan Kg % Kg % 1 Rata-rata 34,07 10,04 32,11 10,35 2 Minimal 6 1, ,00 3 Maksimal 58 17, ,09 Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa penyimpangan bobot badan aktual dan bobot badan dugaan pada sapi pasundan jantan dengan rata-rata penyimpangan sebesar 34,07 kg atau 10,04% dengan nilai minimal penyimpangan sebesar 6 kg atau 1,65% dan nilai maksimal sebesar 58 kg atau 17,58% dan rata-rata penyimpangan pada sapi pasundan betina sebesar 32,11 kg atau 10,35% dengan nilai minimal penyimpangan sebesar 10 kg atau 4,00% dan nilai maksimal penyimpangan sebesar 84 kg atau 28,09%. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat maka semakin kecil nilai pengukuran lingkar dada menggunakan pita rondo pada sapi pasundan jantan maupun betina maka semakin besar nilai penyimpangan yang diperoleh, dan semakin besar nilai pengukuran

12 30 lingkar dada menggunakan pita rondo pada sapi pasundan jantan maupun betina maka semakin kecil nilai penyimpangan yang diperoleh, penyimpangan bobot badan dugaan menggunakan pita rondo terhadap bobot badan aktual dapat digunakan untuk menduga bobot badan pada sapi pasundan jantan maupun betina, di Balai Pengembangan dan Perbibitan Ternak Sapi Potong Cijeungjing, karena sesuai dengan pendapat Williamson dan Payne (1978) bahwa penyimpangan pendugaan bobot badan umumnya berkisar antara 5% sampai 10% dari bobot badan sebenarnya.