PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

Transkripsi

1 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan sapi lokal merupakan alternatif kebijakan yang sangat memungkinkan untuk dapat meningkatkan produksi dan ketersediaan daging nasional. Ketidak cukupan daging sapi yang terjadi di Indonesia dapat diatasi dengan program pengembangan plasma nutfah sapi lokal Indonesia yaitu seperti sapi Bali, sapi Madura, sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan. Sapi Pasundan merupakan hasil pemurnian lebih dari 10 (sepuluh) generasi Bos sundaicus/banteng/sapi Bali dengan sapi Jawa, sapi Madura, dan sapi Sumba ongole dan akhirnya terbentuklah sapi Pasundan dengan karakteristik warna tubuh dominan merah bata, terdapat warna putih pada bagian pelvis dan keempat kaki bagian bawah (tarsus dan carpus) dengan batasan yang tidak kontras. Terdapat garis belut atau garis punggung disepanjang punggung dengan warna lebih tua dari warna dominan. Beberapa sapi pasundan jantan dapat mengalami perubahan warna dari merah bata menjadi hitam sesuai dengan dewasa kelamin (perubahan hormon androgen). Hidung hitam, ujung ekor hitam, bentuk tubuh segi empat, bentuk kaki panjang dan kecil, bentuk tanduk pendek tidak beragam dan bervariasi dari kecil sampai besar, ada yang bergumba/punuk dan tidak bergumba/punuk. Hal ini menunjang peningkatan produksi sehingga harus dilakukan penetapan dan pelepasan rumpun atau galurnya sebagai Sumber Daya Genetik Ternak (SDGT) lokal atau spesifik asli agar terhindar dari

2 2 ancaman kepunahan. (Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No 1051/kpts/SR.120/10/2014). Ukuran-ukuran tubuh (lingkar dada) pada ternak mempunyai hubungan erat dengan bobot badan. Bobot badan dugaan memberi gambaran mengenai bentuk tubuh ternak. Ukuran tubuh yang dapat dipakai dalam memprediksi produktivitas sapi antara lain, panjang badan, tinggi badan, lingkar dada, dan bobot badan aktual. Secara umum ada dua macam teknik pengukuran bobot hidup seekor ternak, yaitu dengan penimbangan dan pendugaan. Metode penimbangan adalah cara yang akurat untuk menentukan bobot badan ternak, namun ada kendala dari mengetahui bobot badan ternak dengan cara penimbangan. Hal ini dikarenakan mahalnya harga timbangan ternak sehingga tidak semua peternak dapat memiliki timbangan ternak, maka dari itu dilakukan cara lain dalam menentukan bobot badan ternak yaitu menggunakan metode pendugaan bobot badan. Pendugaan bobot badan dugaan dengan mengukur lingkar dada dilakukan dengan menggunakan pita rondo, pita rondo memiliki fungsi ganda yaitu alat untuk mengukur lingkar dada dan alat ukur bobot badan ternak (bila dibalikan). Penggunaan pita rondo yang merupakan alat ukur bobot badan dengan mengukur tubuh ternak berdasarkan lingkar dada sudah dikenal di lingkungan peternakan terutama pada ternak sapi dan babi. Namun, penggunaan pita rondo pada sapi Pasundan perlu diuji ketepatannya dikarenakan belum adanya penelitian mengenai penggunaan pita rondo pada sapi Pasundan. Informasi mengenai penyimpangan pendugaan bobot badan dengan menggunakan pita rondo terhadap bobot badan aktual belum teruji secara akurat. Oleh

3 3 karena itu, penelitian mengenai penyimpangan bobot badan dugaan menggunakan pita rondo terhadap bobot badan aktual sapi Pasundan di Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis perlu dilakukan. 1.2 Identifikasi Masalah 1) Seberapa besar bobot badan dugaan menggunakan pita rondo pada sapi pasundan di Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Kecamatan Cijeungjing. 2) Adakah penyimpangan bobot badan dugaan terhadap bobot badan aktual dapat di toleransi Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Kecamatan Cijeungjing. 1.3 Maksud dan Tujuan 1) Mengetahui bobot badan dugaan sapi Pasundan dengan menggunakan pita ukur rondo dengan bobot badan aktual di Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Kecamatan Cijeungjing. 2) Seberapa besar penyimpangan bobot badan dugaan sapi Pasundan dengan menggunakan pita ukur rondo dengan bobot badan aktual dapat di toleransi, di Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Kecamatan Cijeungjing.

4 4 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah untuk keakurasian dalam pendugaan bobot badan dengan menggunakan pita rondo pada sapi Pasundan khususnya pada peternakan rakyat di Desa. 1.5 Kerangka Pemikiran Sapi lokal di BPPT SP Dusun Kidul Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis memiliki berbagai macam ternak lokal yang salah satunya sapi pasundan. Sapi pasundan merupakan salah satu sumber daya genetik Jawa Barat yang memiliki keunggulan antara lain, efisiensi dalam pemeliharaan terhadap penyakit tropis, siklus produksi yang pendek, persentase karkas tinggi, dan kualitas daging yang tinggi (Indrijani dkk, 2011). Pengukuran ukuran pada tubuh sapi, selain dapat dipergunakan untuk menduga bobot badan seekor ternak, juga dapat dijadikan sebagai parameter teknis penentuan sapi bibit. Pertumbuhan seekor tenak dapat diketahui melalui perkembangan ukuran tubuh yang pada akhirnya dapat dijadikan variable untuk menduga bobot badan suatu ternak. Bobot badan merupakan salah satu indikator yang sangat berkaitan erat dengan produktivitas ternak, karena bobot badan merupakan salah satu aspek produksi yang penting untuk diketahui oleh peternak ataupun dalam dunia peternakan. Seperti makhluk hidup lain, ternak mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Williamson dan Payne (1987), Pertumbuhan seekor ternak dimanifestasikan dengan berubahnya ukuran-ukuran tubuh diantaranya lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak. Ukuran tersebut memberikan petunjuk bobot badan ternak dengan ketelitian

5 5 yang cukup baik. Korelasi yang dekat antara bobot badan dengan ukuran tubuh, yaitu pertambahan lingkar dada 1% mengakibatkan bobot badan bertambah 3% (Rusdi, 1983). Dimana semakin bertambah bobot badan maka ternak tersebut bertambah besar tubuhnya dengan pertambahan kearah samping yang terlihat nyata, sedangkan pertambahan ukuran tubuh lainnya tidak terlalu berbeda jauh. Berbagai rumus penentu bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran tubuh telah banyak diketahui, seperti rumus Schoorl dan rumus Winter, bahkan berbagai penelitian sudah mengoreksi rumus tersebut sesuai dengan keadaan lingkungan, umur ternak, pengaruh genetis dan waktu (Santosa, 1995). Lingkar dada memiliki korelasi yang tinggi dengan bobot badan, oleh karena itu untuk menduga bobot badan sering menggunakan ukuran lingkar dada. Pendugaan bobot badan dengan menggunakan ukuran lingkar dada dilakukan menggunakan pita rondo, pita rondo berasal dari Negara Jerman, digunakan untuk menentukan bobot badan ternak sapi dan babi, pita rondo sangat efisien karena selain sebagai pita ukur, pita rondo sekaligus dilengkapi dengan perkiraan bobot badan ternak dibalik angka pengukuran. Oleh karena itu tidak perlu lagi mengukur panjang badan dan tinggi pundak. Pita ukur rondo dipercaya memiliki ketepatan tinggi dalam menduga bobot badan ternak dan cocok dipakai di lapangan (WOAH, 2011). Pertumbuhan dan pekembangan adalah salah satu faktor penting dalam pemuliabiakan ternak. pertumbuhan tubuh secara keseluruhan umumnya diukur dengan bertambahnya berat badan sedangkan ukuran tubuh dapat diketahui melalui pengukuran tinggi pundak, panjang badan dan lingkar dada. Kombinasi berat badan dan ukuran tubuh umumnya di pakai sebagai ukuran pertumbuhan (Rachma, 2006).

6 6 Pita rondo digunakan dalam menentukan bobot badan, dalam penggunaan pita rondo bila diuji coba pada ternak kerbau memperlihatkan penyimpangan sebesar 43,39% (Ornenza, 2012). Begitupun pada ternak babi, penggunaan pita rondo memperlihatkan penyimpangan sebesar 1,28% (Dico, 2012). Berbagai penentuan bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran tubuh telah banyak diketahui, bahkan telah banyak berbagai peneliti yang mengoreksi rumus tersebut, disesuaikan dengan keadaan lingkungan, pengaruh genetis dan waktu. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hasil penelitian sementara adalah masih terdapat penyimpangan, antara nilai bobot badan dugaan dengan nilai bobot badan aktual. 1.6 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 di BPPT (Balai Pengembangan dan Perbibitan Ternak) Sapi potong Ciamis, Dusun Kidul, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat.