MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PINANG SEBATANG ESTATE, PT. ANEKA INTIPERSADA, PT. MINAMAS PLANTATION, SIAK, RIAU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PINANG SEBATANG ESTATE, PT. ANEKA INTIPERSADA, PT. MINAMAS PLANTATION, SIAK, RIAU"

Transkripsi

1 MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PINANG SEBATANG ESTATE, PT. ANEKA INTIPERSADA, PT. MINAMAS PLANTATION, SIAK, RIAU RUDY RYANTO A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Kamis, 30 Agustus 2012 MANAJEMEN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PINANG SEBATANG ESTATE, PT. ANEKA INTIPERSADA, PT. MINAMAS PLANTATION, MAREDAN, RIAU Management Fertilization of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) In Pinang Sebatang Estate, PT.Aneka Intipersada,PT. Minamas Plantation, Maredan, Riau Rudy Ryanto 1 dan Ahmad Junaedi 2 1 Mahasiswa, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB 2 Staf Pengajar, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB Abstract The internships was conducted in Pinang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation within 3 months commencing on February 13, 2012 until May 13, Internship activities include all activities undertaken in the field consisted of technical aspects and managerial aspects, both in the field and in the office. Technical aspects were follow and implement the prosess of fertilization from the start of repackage fertilizer stage in storage until sowing fertilizer, the process of harvesting fresh fruit bunches (FFB) in the field until the sorting process at the mill, field maintenance processes like weeds control with herbicide applications and planting host plants for predator (beneficial plant). The author had the opportunity to follow the seeding process starts from the preparation area nurseries, sorting seeds to planting seeds into the baby bag. The author also perform managerial aspects such as helping krani division to entry the data all the work in Division IV PSE with applications on line using the System, Application and Products (SAP), assist staff in the preparation of auditor training Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), follow and assist the organization of supervision before leaving for work in the morning meeting. Based on the observation, generally, implementation of fertilization has been going according to Standard Operational Procedure (SOP) and has fulfilled the accuracy of fertilization. Key words :Fertilization, Oil Palm, Field, data

3 RINGKASAN RUDY RYANTO. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pinang Sebatang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Siak, Riau. (Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI). Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi TBS secara maksimum dan ekonomis, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannnya. Kegiatan magang ini dilakukan di Pinang Sebatang Estate (PSE), PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation dalam waktu 3 bulan terhitung mulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai dengan 13 Mei Kegiatan magang mencakup kegiatan aspek teknis dan manajerial, baik di lapangan maupun di kantor. Aspek teknis yang penulis lakukan antara lain mengikuti dan melaksanakan proses pemupukan mulai dari tahap penguntilan pupuk di gudang hingga penaburan pupuk di pokok, proses panen tandan buah segar (TBS) di lapangan hingga proses penyortiran di pabrik, proses pemeliharaan lapangan seperti pengendalian gulma dengan aplikasi herbisida dan menanam tanaman inang untuk predator (tumbuhan yang bermanfaat). Penulis memiliki kesempatan untuk mengikuti kegiatan pembibitan mulai dari tahap seleksi bibit hingga penanaman bibit di baby bag. Penulis juga melakukan aspek manajerial seperti membantu krani divisi memasukkan data semua pekerjaan di Divisi IV PSE secara on line menggunakan aplikasi System, Application and Product (SAP), membantu staf dalam persiapan pelatihan auditor Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Penulis membantu Asisten Divisi IV PSE dan tim legal untuk mencari dan merapikan seluruh arsip yang diminta oleh pihak auditor. Penulis mengamati manajemen pemupukan di PSE dan membandingkan pengorganisasiannya dengan Gunung Sari Estate (GSE). Berdasarkan data di GSE didapatkan hasil dalam jarak tempuh 603 m maka penabur dapat menabur 128

4 pokok sedangkan di PSE seorang penabur harus menempuh jarak m untuk dapat menabur 128 pokok. Sistem penaburan pupuk Blok Manuring System (BMS) di PSE dapat digolongkan tidak efisien karena seorang penabur harus mengeluarkan tenaga lebih banyak dibandingkan karyawan penabur pupuk di GSE. Pemupukan yang efektif dan efisien selalu mengacu pada konsep empat tepat (4 T) yaitu tepat jenis, dosis, cara, dan waktu aplikasi. Kebun PSE menggunakan pupuk tunggal seperti Urea, MOP dan RP. Penggunaan pupuk tunggal merupakan keputusan yang tepat karena lebih efisien dari segi ekonomi. Pada pengamatan tepat dosis kebun PSE sudah tergolong tepat dosis karena penggunaan sistem untilan yang dapat mengontrol ketepatan dosis, namun perlu diadakan penyesuaian takaran untilan untuk pemupukan yang lebih efisien. Cara penaburan pupuk di kebun PSE pada awalnya kurang tepat dimana penaburan pupuk tidak mencapai daerah belakang pokok sedangkan akar aktif juga terdapat disana. Pengarahan oleh penulis mampu meningkatkan ketepatan cara penaburan pupuk namun prestasi kerja menurun. Hal ini dapat diperbaiki dengan cara memperbaiki sistem kerja penaburan pupuk di PSE. Pemupukan di PSE masih belum memenuhi kriteria tepat waktu dimana pada semester 2 pemupukan MOP dilakukan 2 kali karena pupuk MOP semester 1 belum diaplikasi. Kriteria tepat waktu menjadi penting karena terkait dengan efisiensi dan efektifitas pemupukan. Keterlambatan pemupukan dapat terjadi antara lain karena keterlambatan datangnya pupuk dan curah hujan yang tinggi di bulan Oktober hingga Desember. Penulis juga melakukan pengamatan terhadap aplikasi pupuk organik. Pengaplikasian janjang kosong di PSE mampu meningkatkan total produksi per ha setiap blok. Meningkatnya sumber unsur hara pada setiap pokok belum diikuti dengan penurunan dosis aplikasi sehingga biaya pemeliharaan per satuan luas lahan bertambah tinggi.

5 MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PINANG SEBATANG ESTATE, PT. ANEKA INTIPERSADA, PT. MINAMAS PLANTATION, SIAK, RIAU Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor RUDY RYANTO A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

6 Judul : MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PINANG SEBATANG ESTATE, PT. ANEKA INTIPERSADA, PT. MINAMAS PLANTATION, SIAK, RIAU Nama NIM : RUDY RYANTO : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr. NIP Tanggal Lulus :

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 September Penulis merupkan anak pertama dari dua bersaudara dari bapak Baeni dan ibu Triyatmi. Tahun 2002 penulis lulus dari SDN 04 Kalisari, kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SMPN 179 Jakarta. Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMAN 39 Jakarta. Penulis kemudian diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur SNMPTN. Penulis aktif di organisasi kemahasiswaan sebagai wakil ketua umum Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) pada tahun 2009/2010 dan kemudian menjadi ketua umum Himagron pada tahun 2010/2011. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan Himpunan Mahasiswa Agronomi Indonesia pada tahun Pada kegiatan akademik penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Agronomi (AGH 200) dan Manajemen Air dan Hara Tanaman (AGH 322) pada tahun Penulis mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik sejak tahun Pada tahun 2011 penulis mendapatkan beasiswa dari perusahaan Minamas Plantation, Sime Darby Group.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kesempatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pinang Sebatang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Siak, Riau. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Triyatmi dan Bapak Baeni serta keluarga besar yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat selama menjalankan studi di IPB. 2. Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen pembimbing skripsi dan akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis menimba ilmu di Departemen Agronomi dan Hortikultura hingga penulis menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr.Ir. Sudradjat, MS dan Dr.Ir. Hariyadi, MS, selaku dosen penguji, atas saran dan masukan yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini. 4. Saudara Topan dan Aris, Bapak Supriadi, Egianta, Waldi, Bayu, Rahmat serta seluruh karyawan Pinang Sebatang Estate yang telah membantu penulis selama kegiatan magang berlangsung. 5. Minamas Plantation atas segala dukungan untuk pengembangan diri penulis. 6. Keluarga HATORI : Shely, Iput, Taufiq, Pungki, Pandu, Hafizh serta Keluarga NIU : Salman, Andi, Priyo, Mitha, Nita, Shella, Widya, Ucha, Nadia serta Jundana yang telah mengisi hari-hari penulis. 7. Kawan-kawan mahasiswa Agronomi IPB maupun Indonesia yang telah banyak bertukar pikiran dengan penulis. Bogor, September 2012 Penulis

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN... vii viii ix PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit... 3 Syarat Tumbuh... 4 Pemupukan... 4 Konsep Empat Tepat... 6 METODE MAGANG... 8 Tempat dan Waktu... 8 Metode Pelaksanaan... 8 Pengumpulan Data dan Informasi... 9 Analisis Data dan Informasi KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis dan Administratif Luas Hak Guna Usaha dan Tata Guna Lahan Keadaan Tanah dan Iklim Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Keadaan Tanaman dan Produksi Fasilitas Kesejahteraan Karyawan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek Manajerial HASIL DAN PEMBAHASAN Pengorganisasian Pemupukan Efektivitas Pemupukan Defisiensi Unsur Hara Tanaman Aplikasi Pupuk Organik KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran... 58

10 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 61

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Jumlah dan Cara Penentuan Pohon Contoh pada Sistem Tersebar Topografi dan Jenis Tanah di Pinang Sebatang Estate Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Pinang Sebatang Estate Produksi dan Produkitivitas Tandan Buah Segar di Pinang Sebatang Estate Kriteria Tandan Buah Segar dan Batas Toleransi Pengamatan Tepat Dosis Pupuk MOP Pengamatan Tepat Dosis Pupuk Urea Perbandingan Kebutuhan Pupuk dan Jumlah Pupuk Tersedia per Pasar dengan Bobot Untilan yang Berbeda Pengamatan Prestasi Kerja Sebelum dan Setelah Pengarahan Penulis Curah Hujan Juli 2011 Januari Waktu Kedatangan Pupuk, Waktu Aplikasi Rekomendasi serta Waktu Realisasi Pemupukan Pengamatan Visual Defisiensi Hara Dosis Pupuk, Total Aplikasi Janjang Kosong, Total Produksi

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Suasana Antrian Pagi Supervisi Panen terhadap Karyawan Panen Penomoran pada Tandan Buah Segar dan Brondolan Cara Kerja Tim Semprot Mandoran A dan Mandoran B Rumah Blok Spraying System Pemanfaatan Agen Biologis Burung Hantu Beneficial Plant Proses Pembibitan Pengambilan Leaf Sampling Unit Diagram Alur Permintaan dan Penerimaan Pupuk Pinang Sebatang Estate (a) Penyimpanan Pupuk, (b) Peguntilan Pupuk, (c) Pemuatan Pupuk (a) Alat Penabur dan Penakar Pupuk, (b) Penaburan Pupuk Area Buffer Zone Cara Kerja Pemupukan Blok Manuring System di Gunung Sari Estate Cara Kerja Pemupukan Blok Manuring System di Pinang Sebatang Estate

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Jurnal Kegiatan Magang di Pinang Sebatang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Maredan, Riau Peta Areal Statement Kebun Pinang Sebatang Curah Hujan di Pinang Sebatang Estate tahun Struktur Organisasi di Pinang Sebatang Estate Jumlah Karyawan Staf dan non Staf Rekapitulasi Program Pemupukan Tahun di Pinang Sebatang Estate

14 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi minyak nabati dunia pada tahun 1981 mencapai metrik ton, di antaranya metrik ton (12.5%) berasal dari minyak sawit dan minyak inti sawit (Setyamidjaja, 2006). Sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Kebutuhan buah kelapa sawit meningkat tajam seiring dengan meningkatnya kebutuhan Crude Palm Oil (CPO) dunia. Luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2010 mencapai 7.8 juta ha dengan produksi total 19.8 juta ton (Ditjenbun, 2010). Pengembangan kelapa sawit di Indonesia tidak lagi mengandalkan perluasan lahan karena lahan-lahan kelas S1 untuk kelapa sawit sudah dioptimalkan. Peningkatan produktivitas menjadi alternatif cara untuk mengembangkan produksi kelapa sawit Indonesia. Produktivitas kelapa sawit Indonesia dapat dioptimalkan dengan cara memperbaiki cara pemeliharaan kelapa sawit (Depkominfo, 2010). Tanaman kelapa sawit umumnya menempati tanah-tanah yang bereaksi masam sampai agak masam. Tanah-tanah tersebut memiliki tingkat kesuburan kimia yang rendah, tetapi kesuburan fisiknya umumnya cukup baik (Poeloengan et al., 2003). Pemupukan secara berkesinambungan menjadi satu keharusan utuk mendukung produktivitas tanaman yang cukup tinggi mengingat kelapa sawit tergolong tanaman yang sangat konsumtif terhadap unsur hara. Tercapainya produksi tandan buah segar (TBS) yang optimal dan kualitas minyak yang baik merupakan tujuan dari pemupukan tanaman kelapa sawit (Sutarta et al., 2003). Pupuk harus dapat digunakan secara efisien dan tepat sasaran. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar pemupukan dapat efisien dan tepat sasaran adalah meliputi penentuan jenis pupuk, dosis pupuk, metode pemupukan, waktu dan frekuensi pemupukan, serta pengawasan mutu pupuk (Winarna et al., 2003). Perkembangan teknologi pemupukan tanaman kelapa sawit sangat pesat. Perkembangan teknologi tersebut dapat terlihat dari beragamnya jenis atau tipe pupuk, usaha perbaikan metode penetapan dosis pupuk, pemilihan metode pemupukan yang tepat, dan penentuan waktu dan frekuensi dalam aplikasi pupuk

15 2 (Winarna et al., 2003). Manajemen pemupukan yang menerapkan berbagai teknologi pemupukan diharapkan meningkatkan produksi tanaman kelapa sawit. Tujuan Kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam aspek budidaya tanaman kelapa sawit dengan memahami dan menghayati proses kerja budidaya tanaman kelapa sawit secara nyata di lapangan. Tujuan secara khusus pada magang ini adalah untuk mempelajari manajemen pemupukan pada tanaman kelapa sawit yang terdapat di Pinang Sebatang Estate, PT. Minamas Plantation, Riau.

16 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan tepung sari kelapa sawit sekarang. Spesies-spesies liar yang ada di Amerika diasumsikan keluar dari Afrika mengikuti perjalanan manusia pada zaman prasejarah (Pahan, 2006). Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Taksonomi kelapa sawit dapat diuraikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Areraceae Sub Famili : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies : E. gueneensis Jacq. Tanaman kelapa sawit termasuk ordo monokotil. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar (radix), batang (caulis), dan daun (folium). Akar keluar dari pangkal batang sangat banyak jumlahnya dan terus bertambah banyak dengan bertambahnya umur tanaman. Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus ke atas dan berbentuk slindris. Perakaran kelapa sawit terbagi menjadi akar primer, akar sekunder, akar tersier, dan akar kuartener. Secara alamiah (pertumbuhan di hutan), tinggi batang dapat mencapai 30 m, tetapi secara komersial (dalam budidaya perkebunan) jarang sekali tinggi tanaman kelapa sawit melebihi m. Hal ini berhubungan dengan kemudahan pelaksanaan pemanenan buah dan pemeliharaan lainnya. Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Panjang pelepah daun dapat mencapai 9 m, tergantung pada umur tanaman. Pada satu pohon kelapa sawit yang normal dan sehat umumnya terdapat pelepah daun (Setyamidjaja, 2006).

17 4 Syarat Tumbuh Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada areal yang memiliki curah hujan di atas mm dan merata sepanjang tahun. Hujan tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun. Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyukai cahaya matahari. Penelitian menunjukkan pada bulan-bulan yang penyinaran mataharinya lebih panjang mempunyai kolerasi positif dengan produksi kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang pada musim hujan (drainase baik). Tanah-tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit banyak terdapat di daerah tropis seperti latosol dan alluvial (Sastrosayono, 2003). Pemupukan Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi TBS secara maksimum dan ekonomis, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Selain itu untuk mencapai kondisi tanah yang subur maka perlu kombinasi pemakaian pupuk organik dan an organik. Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannnya (Sutarta et al., 2003). Pengambilan contoh daun dan tanah bertujuan untuk memperoleh data tentang kandungan unsur-unsur hara dalam daun dan tanah melalui analisis laboratorium. Pengambilan contoh daun harus mewakili kondisi hara tanaman dalam satu leaf sampling unit (LSU). Menurut Sutarta et al. (2003) pohon-pohon yang akan digunakan sebagai pohon contoh harus memiliki berbagai persyaratan antara lain : 1. Pohon-pohon contoh adalah pohon-pohon normal, pohon sakit dihindarkan dan sebagai gantinya dipilih pohon berikutnya, 2. Pohon-pohon yang tumbuh di pinggir jalan dan parit dihindarkan, sebagai gantinya pilih 3 pohon berikutnya, 3. Tidak berdekatan dengan areal terbuka, dan

18 5 4. Pohon contoh terpilih diberi tanda dengan menggunakan cat pada batangnya Sebaran pohon contoh harus disesuaikan dengan luas satu LSU. Penentuan pohon contoh dengan sistem tersebar dapat disusun dengan interval pemilihan pohon yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah dan Cara Penentuan Pohon Contoh pada Sistem Tersebar Luas Jumlah Jumlah Pohon Contoh Cara penentuan pohon (ha) Pohon Pohon % setiap 5 pohon selang 5 baris setiap 5 pohon selang 10 baris setiap 5 pohon selang 10 baris setiap 10 pohon selang 10 baris setiap 10 pohon selang 12 baris setiap 10 pohon selang 15 baris setiap 10 pohon selang 16 baris Sumber : Buku Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit (Sutarta, 2003) Pengambilan contoh daun harus menggambarkan keadaan unsur hara pohon sawit. Menurut hasil penelitian ternyata daun ke 17 adalah yang paling sesuai. Jika karena suatu keadaan daun ke 17 rusak pada suatu tanaman maka diambil daun ke 9 pada seluruh pohon contoh dalam LSU tersebut. Dari daun contoh diambil sebanyak 8 sampai 12 helai anak daun (4 atau 6 helai dari sebelah kiri dan 4 atau 6 buah dari sebelah kanan). Anak daun yang diambil adalah bagian tengah cm lalu dibersihkan dengan kapas atau kain yang sudah dicelupkan ke dalam aquadest. Tulang anak daun/lidi dibuang (Sutarta et al., 2003). Pengambilan contoh tanah kesuburan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan hara dalam tanah pada lapis olah (berkisar 0-20 cm) untuk mendukung penyusunan rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit. Contoh tanah untuk kesuburan tersebut diambil dari dalam dan luar piringan tanaman kelapa sawit. Pengambilan contoh tanah dilakukan di sekitar pohon Leaf Sampling Unit (LSU). Jumlah contoh tanah mencakup sekitar 25-50% dari jumlah LSU. Menurut Sutarta et al. (2003) contoh tanah diambil dari setiap tahun yang sama, jika tahun sama : a. Diambil satu contoh tanah untuk setiap tahun tanam b. Satu contoh tanah diambil gabungan beberapa tahun tanam yang umurnya tidak jauh berbeda.

19 6 Konsep Empat Tepat Pemupukan yang efektif dan efisien selalu mengacu pada konsep empat tepat (4 T) yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu aplikasi (Poeloengan et al., 2003). Sedangkan untuk memperbaiki kondisi lahan dapat dilakukan melalui aplikasi bahan organik seperti limbah pabrik kelapa sawit (PKS). Pemilihan jenis pupuk harus mempertimbangkan dari segi teknis dan ekonomis. Menurut Poeloengan et al. (2003), beberapa dasar pertimbangan dalam penentuan jenis pupuk antara lain umur tanaman, gejala defisiensi hara, kondisi lahan, dan harga pupuk. Pengetahuan teknis tentang sifat pupuk dan sifat tanah serta dimana pupuk akan diaplikasikan akan sangat menentukan efisiensi pemupukan. Dosis didapat dari hasil analisis daun dan tanah. Pengambilan sampel daun biasanya pada daun ke-17 karena daun ke-17 merupakan daun paling peka yang menunjukkan perbedaan paling besar dalam tingkat hara N, P, dan K (Chapman dan Gray, 1949). Kebutuhan tanaman terhadap pupuk berbeda-beda tiap umur tanaman. Tanaman muda umumnya lebih responsif terhadap pemupukan bila dibandingkan tanaman tua. Menurut Lubis (1992), kebutuhan tanaman akan pupuk pada Tanaman Menghasilkan (TM) lebih besar dibandingkan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) karena sebagian besar energi pada TM digunakan untuk generatif sedangkan pada TBM digunakan untuk pertumbuhan. Hakim (2007) menyatakan bahwa ada beberapa cara pemupukan yang biasa digunakan: a) Suface application (Top dressing; broadcast atau disebar di atas tanah langsung) b) Furrow application (di dalam rorak-rorak/ di pinggir guludan) c) Sub soil placement (pocket/ dibenam) d) Soil injection (dimasukkan ke dalam tanah, biasanya dalam bentuk cairan) e) Stem injection (langsung dimasukkan ke dalam batang/ kambium sedikit demi sedikit) f) Nutritional spray (follar spray/melalui daun)

20 7 Waktu pemupukan ditentukan oleh iklim terutama curah hujan. Selain itu juga ditentukan oleh sifat fisik tanah, pengadaan pupuk, serta sifat sinergis dan antagonis antar unsur hara. Pemupukan akan efektif dilaksanakan jika tanah mengandung air yaitu pada awal musim hujan atau akhir musim hujan. Pada saat musim hujan tidak dianjurkan dilakukan pemupukan karena zat hara akan mengalir (run off) ke tempat yang lebih rendah dan ke sungai. Pagi sampai siang hari merupakan waktu yang optimal untuk aplikasi pemupukan di lapangan. Idealnya aplikasi pemupukan dilaksanakan pada saat akar dalam kondisi baik, artinya tanah dalam keadaan lembab atau basah. Pada musim yang kemaraunya di bawah 1 bulan, pemupukan dapat dilaksanakan kapan saja dengan frekuensi di atas 2 kali per tahun. Pada daerah dengan musim kemarau di atas 3 bulan, aplikasi pemupukan harus disesuaikan dengan kondisi perakaran kelapa sawit (Hakim, 2007).

21 8 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di Pinang Sebatang Estate (PSE), PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Riau. Magang dilaksanakan selama tiga bulan dimulai tanggal 13 Februari sampai 13 Mei Metode Pelaksanaan Penulis melaksanakan kegiatan magang dengan mengikuti kegiatan praktek teknis di lapangan dan kegiatan manajerial baik di perkebunan maupun di kantor. Jurnal kegiatan magang disajikan pada Lampiran 1. Aspek teknis yang penulis lakukan selama kegiatan magang berlangsung yaitu mengikuti dan melaksanakan proses pemupukan mulai dari tahap penguntilan pupuk di gudang hingga penaburan pupuk di pokok, proses panen tandan buah segar (TBS) di kebun hingga proses sortir di pabrik, proses pemeliharaan kebun mulai dari pengendalian gulma dengan aplikasi herbisida, penanaman tanaman inang predator (beneficial plant) hingga tunas pasar serta penulis berkesempatan mengikuti proses pembibitan dimulai dari persiapan areal pembibitan, sortir bibit hingga penanaman bibit ke baby bag. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan mengikuti waktu dan jadwal yang telah ditentukan oleh Asisten Divisi IV PSE. Penulis juga melakukan aspek manajerial diantaranya membantu krani divisi untuk menginput data seluruh kegiatan di Divisi IV PSE secara on line menggunakan aplikasi System, Aplication and Product (SAP), mengikuti dan membantu staff PT Aneka Intipersada dalam persiapan dan pelaksanaan pelatihan auditor Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), serta mengikuti dan membantu pengorganisasian supervisi sebelum berangkat bekerja dalam apel pagi. Aspek khusus yang penulis lakukan adalah mengamati pengelolaan pemupukan di PSE terutama di Divisi IV. Divisi IV PSE menjadi tempat yang penulis pilih untuk pengambilan data dan informasi pengelolaan pemupukan karena seluruh manajemen pemupukan PSE terdapat di Divisi IV.

22 9 Pengumpulan Data dan Informasi Secara garis besar metode pelaksanaan magang di lapangan adalah pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan mengambil data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan yang dilakukan oleh penulis selama berada di lapangan. Kegiatan ini meliputi ketepatan jenis dan dosis pupuk, ketepatan waktu dan cara aplikasi pemupukan, proses penetapan dosis aplikasi untuk leaf sampling unit (LSU), jumlah tenaga kerja dalam kegiatan pemupukan, dan gejala defisiensi hara tanaman, serta dilakukan kegiatan diskusi dengan petugas gudang, KHL, mandor, dan asisten kebun. Data sekunder diperoleh dari data kebun yang diberikan oleh kepala kantor kebun dan dari studi pustaka. Penulis juga mengambil data sekunder seperti data curah hujan, kondisi tanaman, data produksi dan produktifitas serta data yang terkait dengan pemupukan, struktur organisasi, dan ketenagakerjaan. Pengamatan yang dilakukan oleh penulis yang berkaitan dengan aspek pemupukan antara lain : 1. Ketepatan dosis pupuk. Data ini diperoleh dari pengamatan terhadap 4 orang penabur pupuk pada satu blok. Setiap penabur pupuk penulis mengamati penabur pupuk hingga pasar tengah atau sekitar 32 pokok. 2. Ketepatan jenis pupuk. Data ini diperoleh dari penggunaan jenis pupuk di PSE kemudian dibandingkan kelebihan dan kekurangan jika menggunakan jenis pupuk yang lain. 3. Ketepatan waktu pemupukan. Penulis mengamati data kebun terkait waktu kedatangan pupuk dan curah hujan kemudian penulis mengaitkan dengan realisasi waktu pemupukan di PSE. 4. Ketepatan cara pemupukan. Penulis mengamati cara penaburan pupuk dan metode pemupukan yang dilakukan di PSE kemudian penulis membandingkan dengan standar penaburan pupuk serta dengan metode penaburan pupuk di kebun yang lain. 5. Defisiensi unsur hara. Penulis melakukan pengamatan secara visual terhadap 3 blok di Divisi IV PSE yaitu blok D24, D25 dan C26.

23 10 6. Aplikasi janjang kosong. Penulis mengamati produktivitas blok yang telah diaplikasi janjang kosong dengan blok yang belum diaplikasi. Analisis Data dan Informasi Pengolahan data dilakukan dengan membandingkan ketepatan dosis, jenis, waktu, serta cara aplikasi pemupukan untuk dibandingkan dengan studi pustaka. Penulis juga membandingkan metode penaburan pupuk di PSE dengan kebun lain yang masih dalam manajemen Minamas Plantation. Penulis juga membandingkan produktivitas blok yang telah diaplikasi janjang kosong dengan blok yang belum diaplikasi janjang kosong.

24 11 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis dan Administratif Pinang Sebatang Estate berada di Desa Maredan, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Pinang Sebatang Estate merupakan bagian dari PT Aneka Intipersada yang memiliki 3 kebun dengan 1 pabrik kelapa sawit. PT Aneka Intipersada merupakan kebun Minamas Plantation yang paling dekat dengan ibukota provinsi yaitu sekitar ± 40 km. Letak geografis PT Aneka Intipersada berada di koordinat 0 32' 25" ' 24" LS dan ' 30" ' 21" LU. Ketinggian tempat Pinang Sebatang Estate sekitar ± 52 meter di atas permukaan laut dengan suhu berkisar antara C. Luas Hak Guna Usaha dan Tata Guna Lahan PT Aneka Intipersada mendapatkan Hak Guna Usaha (HGU) pada tahun 1994 seluas ha. Pinang Sebatang Estate memiliki luas areal yang diusahakan seluas ha dan areal yang tidak diusahakan seluas 860 ha. Jumlah areal Pinang Sebatang Estate yang ditanami tanaman kelapa sawit yang telah menghasilkan (TM) seluas ha dan areal yang ditanami tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 30 ha. Luasan areal yang digunakan untuk prasarana seluas ha. Pinang Sebatang Estate terbagi menjadi 4 divisi. Luas areal yang ditanami pada Divisi I seluas ha, Divisi II seluas , Divisi III seluas ha, dan Divisi IV seluas ha. Peta Areal Statement Pinang Sebatang Estate disajikan pada Lampiran 2. Pinang Sebatang Estate memiliki penomoran blok lama dan baru. Penomoran blok baru digunakan untuk meminimimalkan nomor blok. Divisi I PSE pada penomoran blok lama terdiri dari blok B0 B1, C0 C9, D0 D8, dan E4 E8, sedangkan pada penomoran blok baru Divisi I PSE terdiri dari C001 C006 dan D002 D005. Divisi II PSE pada penomoran blok lama terdiri dari blok A2 A12, B3 B11, sedangkan pada penomoran blok baru Divisi II PSE terdiri dari A001 A006 dan B003 B006. Divisi III PSE pada penomoran blok lama terdiri dari blok A13 A27, B13 B20, sedangkan pada penomoran blok baru

25 12 Divisi III PSE terdiri dari A007 A013 dan B007 B010. Divisi IV PSE pada penomoran blok lama terdiri dari blok B21 B26, C14 C26, D15 D26, sedangkan pada penomoran blok baru Divisi IV PSE terdiri dari B011 B013, C008 C013, dan D009 D013. Keadaan Tanah dan Iklim Curah hujan rata-rata di PSE dari tahun 2002 sampai 2011 adalah mm/tahun. Data curah hujan PSE tahun disajikan pada Lampiran 3. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan Desember dengan rata-rata 232 mm/bulan. Menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson kondisi iklim di Pinang Sebatang Estate termasuk dalam klasifikasi iklim A yaitu daerah sangat basah karena dengan rata-rata bulan basah (BB) sebanyak 10 bulan dan bulan kering (BK) 1 bulan maka didapatkan nilai Q sebesar 10%. Ketentuan tipe iklim A pada ketetapan Schmidth-Ferguson adalah 0.5% 14.3%. Keadaan topografi dan jenis tanah di PSE disajikan pada Tabel 2. Pada Tabel 2 terlihat bahwa tanah di PSE didominasi tanah mineral yang mencapai 95.29%. Topografi berbukit di PSE mencapai 94.55%. Tanah gambut di PSE terdapat di Divisi I PSE. Tabel 2. Topografi dan Jenis Tanah di Pinang Sebatang Estate Uraian Luas Areal ha % Berbukit Topografi Datar Bergelombang Total Mineral Jenis Tanah Gambut Total Sumber : Data Kantor Kebun Pinang Sebatang Estate, 2012

26 13 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Pinang Sebatang Estate dipimpin oleh Senior Manager dengan tugas umum sebagai berikut : 1 Mengelola seluruh kegiatan, aset dan sumberdaya yang berada di bawah pengawasannya. 2 Mempersiapkan rencana jangka pendek, menengah dan jangka panjang. 3 Merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi : pengembangan areal baru sesuai dengan jadwal pemeiiharaan tanaman dan non-tanaman serta panen sehingga dicapai biaya yang ekonomis. 4 Mengantisipasi kemungkinan kejadian yang merugikan perusahaan. 5 Menciptakan dan menumbuhkan sense of belonging seluruh personil terhadap perusahaan. Pinang Sebatang Estate dipimpin oleh Senior Manager dibantu oleh satu orang Senior Asisten, tiga orang Asisten dan satu orang Kepala Administrasi (Kasie). Kasie bertanggungjawab terhadap administrasi kebun. Kepala Administrasi membawahi seluruh pegawai kantor besar dan gudang sentral. Kasie bekerjasama dengan senior asisten maupun asisten menyediakan segala kebutuhan kebun maupun traksi. Struktur Organisasi PSE disajikan pada Lampiran 4. Senior Asisten di PSE bertanggung jawab atas Divisi III, traksi, serta bekerjasama dengan Kepala Administrasi mengelola gudang. Senior Asisten juga bertugas mengkoordinasikan seluruh asisten divisi. Senior Asisten menjadi penanggungjawab sementara (PJS) kebun jika Senior Manager sedang tidak berada di kebun. Asisten divisi memiliki tugas umum mengelola seluruh kegiatan operasional di divisi sesuai dengan program, biaya yang telah disetujui dan kultur teknis dalam buku Agriculture Reference Manual (ARM). Pelatihan terhadap karyawan baru, membina kesejahteraan karyawan dan memelihara administrasi divisi. Status karyawan di PSE terdiri atas karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf meliputi Estate Manager, senior asisten, asisten divisi dan kepala administrasi. Sedangkan karyawan non staf meliputi SKU B dan SKU Harian. Jumlah karyawan PSE disajikan pada Lampiran 5.

27 14 Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman Kelapa sawit yang terdapat di PSE berasal dari 4 varietas yaitu varietas Marihat, Lonsum, Socfindo serta Guthrie. Varietas marihat mendominasi populasi yang terdapat di PSE. Tanaman kelapa sawit di PSE ditanam dengan menggunakan pola tanam segitiga sama sisi dengan jarak tanam rata-rata 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan rata-rata jumlah populasi per ha sejumlah 137 pohon. Tahun tanam di PSE beragam mulai dari tahun tanam 1993 hingga 2001 namun pada Divisi IV PSE hanya terdapat satu tahun tanam yaitu Jumlah populasi tanaman berdasarkan jarak tanam dapat terlihat pada Tabel 3. Pada Tabel 4 disajikan produksi dan produktivitas di PSE pada tahun 2008 hingga Februari Tabel 3. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Pinang Sebatang Estate Tahun Tanam Luas (ha) Divisi I Divisi II Divisi III Divisi IV Jumlah Luas Jumlah Luas Jumlah Luas Tanaman (ha) Tanaman (ha) Tanaman (ha) Total Sumber : Data Kantor Kebun Pinang Sebatang Estate, 2012 Tabel 4. Produksi dan Produkitivitas Tandan Buah Segar di Pinang Sebatang Estate Tahun Luas (ha) Produksi Produktivitas Berat Janjang (ton) (ton/ha/tahun) Rata-rata (kg) Februari Sumber : Data Kantor Kebun Pinang Sebatang Estate, 2012 Jumlah Tanaman

28 15 Pada Tabel 4 terlihat berat janjang rata-rata buah sawit di PSE meningkat secara konsisten setiap tahunnya. Pada tahun produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat hingga mencapai ton/ha. Luas areal PSE mengalami penurunan hal ini dikarenakan sebagian wilayah PSE beralih fungsi menjadi plot tanaman mother plant Minamas Research Center (MRC). Fasilitas Kesejahteraan Karyawan Pinang Sebatang Estate (PSE) memberikan fasilitas kepada karyawan seperti perumahan karyawan. Perumahan karyawan PSE saat ini terdapat di 3 pondok yaitu pondok 1 untuk karyawan Divisi I dan II, pondok 3 untuk karyawan Divisi III dan IV serta emplasmen untuk karyawa traksi, kantor serta beberapa karyawan Divisi IV. Perumahan karyawan PSE saat di emplasment merupakan perumahan baru dengan lantai keramik dan sudah permanen sedangkan untuk pondok 1 dan pondok 2 masih semi permanen dengan dinding kayu. Perumahan karyawan di PSE seluruhnya akan di renovasi menjadi permanen secara bertahap. Fasilitas pendidikan yang terdapat di lokasi PSE adalah Sekolah Dasar (SD) yang terdapat di emplasmen dan juga Taman Kanak-kanak yang terdapat di pondok 1 dan 2. Bis sekolah juga disediakan untuk mengantar dan menjemput anak-anak karyawan bersekolah. Fasilitas olah raga juga diberikan kepada karyawan untuk menjaga kesehatan dan menjadi hiburan karyawan di kebun. Fasilitas seperti lapangan sepak bola, bola voli dan bulu tangkis juga terdapat di lokasi perumahan karyawan. PSE juga mengadakan lomba-lomba olah raga maupun lomba untuk anak-anak yang bertujuan untuk menjaga dinamikan kehidupan di kebun sehingga karyawan tidak mudah jenuh. Fasilitas beribadah disediakan oleh PSE seperti masjid dan gereja. Bilal juga disediakan oleh perusahaan untuk mengajak dan mengingatkan karyawan untuk tetap menjaga keimanan, menjaga kebersihan tempat ibadah dan memberi pendidikan agama kepada anak karyawan. Fasilitas air dan listrik diberikan kepada karyawan dan dikelola oleh masing-masing pondok. Perumahan pondok 1 dan 3 diberi fasilitas listrik terbatas hanya 7 jam namun pada emplasment fasilitas listrik diberikan 24 jam karena aliran listrik menjadi satu dengan kantor besar dan emplasment utama dimana alat-alat di kantor besar membutuhkan listrik 24 jam.

29 16 Kebun PSE memiliki 1 kantor besar dan 4 kantor divisi. Poliklinik hanya terdapat di Aneka Persada Estate (APE) sedangkan di PSE hanya ada tempat untuk beristirahat. Karyawan yang mendapatkan izin sakit harus berobat ke poliklinik di APE lalu kembali ke PSE untuk beristirahat total di ruang kesehatan hingga jam kerja selesai. Karyawan mendapatkan tunjangan kesehatan gratis, tunjangan beras bagi karyawan tetap (SKU), tunjangan hari raya (THR) dan bonus akhir tahun. Upah pokok karyawan SKU sudah sesuai dengan upah minimum regional dimana upah pokok karyawan SKU sebesar Rp ,- / bulan. Setiap karyawan juga mendapatkan asuransi jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek).

30 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan penulis di kebun Pinang Sebatang Estate (PSE) Divisi IV dimulai dari antrian pagi yang dilakukan pada pukul setiap harinya. Kegiatan ini dilakukan untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada hari tersebut serta evaluasi kegiatan yang telah dilakukan pada hari kemarin. Kegiatan antrian pagi antara mandor dan asisten divisi dilakukan pada pukul setelah itu dilanjutkan antrian pagi untuk mandor dengan anggota masing-masing (Gambar 1). Antrian pagi antara mandor dan asisten selalu dimulai dari Mandor 1 menyampaikan safety briefing dilanjutkan rencana kegiatan hari ini serta evaluasi hari sebelumnya lalu dilanjutkan oleh asisten. Asisten divisi sangat peduli terhadap keselamatan kerja karyawannya sehingga seringkali ketika antrian pagi asisten mengingatkan untuk memakai alat pelindung diri (APD) bagi para mandor maupun karyawan, pengguna sepeda motor juga wajib menggunakan helm Standard Nasional Indonesia (SNI). Mutu buah adalah salah satu hal yang menjadi perhatian utama asisten divisi setiap antrian pagi. Materi antrian pagi tidak hanya pada pekerjaan namun hal sosial masyarakat seperti posyandu maupun acara Pekan Olahraga dan Seni Kebun Pinang Sebatang Estate juga dapat dibahas ketika antrian pagi. Gambar 1. Suasana Antrian Pagi Mandor Panen terhadap Karyawan Panen

31 18 Senior Manager PSE terkadang mengecek langsung kondisi karyawan di divisi. Senior Manager mengikuti dari awal antrian pagi. Kedisiplinan mandor maupun karyawan menjadi fokus utama Senior Manager PSE. Setiap mandor diwajikan menggunakan jam tangan agar lebih menghargai waktu dan semakin meningkatkan kedisiplinan. Senior Manager PSE juga merangkap sebagai chairman PT Aneka Intipersada sehingga setiap bulan Senior Manager PSE memimpin rapat evaluasi PT Aneka Intipersada. Rapat tersebut membahas mulai dari produksi, kesehatan dan keselamatan kerja (K3), hingga kadar ekstraksi minyak di pabrik. Selama magang penulis mengikuti beberapa kegiatan di kebun antara lain panen, pengendalian gulma, pemupukan, aplikasi janjang kosong, hingga pengambilan sampel daun. Panen Panen merupakan kegiatan inti di suatu perkebunan kelapa sawit. Kegiatan panen dilakukan mulai dari potong buah matang hingga transportasi buah ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Mutu buah merupakan hal yang menjadi fokus utama setiap asisten divisi di PT Aneka Intipersada karena setiap bulannya nilai mutu buah direkapitulasi oleh Plantation Sustanaible Quality Management (PSQM) lalu dibuat peringkat seluruh asisten divisi PT Aneka Intipersada. Pada rapat Strategic Of Unit 16 (SOU16) setiap awal bulan akan diberikan penghargaan kepada 3 divisi yang memiliki nilai teratas dalam mutu buah. Divisi IV. Pinang Sebatang Estate hampir setiap bulan menduduki posisi 3 teratas namun pada bulan Maret Divisi IV turun menjadi peringkat 9 karena ditemukan ada satu hari di bulan Maret buah Divisi IV terkontaminasi pupuk karena dump truck untuk mengangkut buah belum dicuci setelah mengangkut pupuk. Pada bulan April Divisi IV PSE kembali menduduki posisi 3. Kriteria matang panen. Menurut buku Agricultural Reference Manual Minimum Ripeness Standard (MRS) atau Kriteria matang panen didasarkan atas jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah yang matang yaitu sekurang-kurangnya terdapat 5 brondolan per janjang di piringan sebelum panen. Kriteria matang panen akan mempengaruhi kadar ekstraksi minyak (OER) dan

32 19 kualitas minyak yang diolah. Meningkatnya buah mentah atau buah kurang matang dapat menurunkan kandungan minyak dan menimbulkan masalah semasa proses perebusan dan pemipilan. Meningkatnya buah mentah juga memberikan dampak di kebun. Pemanen yang memotong buah mentah akan cenderung lebih cepat siap borong namun pusingan potong buah akan terlambat. Buah masak yang seharusnya dipanen pada hari itu menjadi tertinggal di pokok dan akan terus membrondol sehingga pada pusingan berikutnya buah akan terlampau masak bahkan sebagian telah membusuk sehingga menjadi buah busuk. Persentase brondolan yang meningkat menyebabkan output pemanen memotong buah menjadi turun akibat waktu pemanen banyak tersita untuk mengutip brondolan. Pada kondisi demikian pemanen akan kembali memotong buah mentah untuk mengejar siap borong karena memotong buah mentah tidak perlu mengutip brondolan akibatnya pusingan semakin bertambah terlambat. Kebun Pinang Sebatang Estate sangat tegas menghadapi buah mentah. Pada Divisi IV buah mentah yang terkirim ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) akan dikenakan denda sebesar rupiah kepada pemanen dan pemanen diwajibkan mengambil buah mentah tersebut ke PKS. Kebijakan berbeda diterapkan di Divisi III PSE karena buah mentah yang cukup sering ditemukan di PKS dan pusingan yang tinggi sehingga denda kepada pemanen yang memotong buah mentah dinaikkan menjadi rupiah. Minamas Plantation menjaga kualitas buah dengan cara buah yang boleh dipotong minimum 10 brondolan per janjang. TBS yang dipanen akan dikelompokkan dan diberikan batas toleransi disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Kriteria Tandan Buah Segar dan Batas Toleransi Kriteria Batas Toleransi Unripe (mentah) 0 % (1-4 brondolan yang lepas per janjang) Under ripe (kurang matang) < 5 % (5-9 brondolan yang lepas per janjang)

33 20 Tabel 5. Kriteria Tandan Buah Segar dan Batas Toleransi (Lanjutan) Kriteria Batas Toleransi Ripe (matang) < 95 % ( 10 atau lebih brondolan yang lepas per janjang) Empty bunch (janjang kosong) 0 % (brondolan yang lepas per janjang > 95 %) Longstalk (gagang panjang) 0 % (panjang gagang lebih dari 5 cm) Old bunch (buah restan) 0 % (lebih dari 48 jam) Sumber : Buku Agricultural Reference Manual (Minamas Plantation, 2008) Kebutuhan tenaga panen. Kebutuhan tenaga kerja di Divisi IV Pinang Sebatang Estate berdasarkan luas areal Divisi IV PSE. Pada awal bulan Februari Divisi IV PSE mengalami kekurangan karyawan panen, dimana perbandingan karyawan dengan luas areal tidak ideal. Perbandingan karyawan dengan luas areal yang ideal pada kondisi topografi berbukit adalah 1 : % karyawan panen, namun pada awal bulan Februari perbandingan karyawan dengan luas areal mencapai 1 : 20 yang artinya 1 karyawan bertanggung jawab atas 20 ha dalam satu pusingan panen. Jumlah karyawan panen Divisi IV PSE pada awal bulan Februari adalah 834 ha / 20 ha/hk = 41 karyawan panen, sedangkan jumlah karyawan ideal untuk areal bergelombang adalah 834 ha / 18 ha/hk + (10 % Karyawan Panen) = 46 + (10% x 46) = = 51 karyawan panen. Jumlah karyawan yang tidak ideal pada bulan Februari menyebabkan pusingan yang tinggi. Jumlah karyawan kembali normal di akhir bulan Februari karena masuknya tenaga kerja panen baru sehingga pusingan panen yang tinggi berkisar hari berangsur turun di bulan Maret hingga normal pada pertengahan bulan Maret yaitu 9 hari.

34 21 Alat panen. Pokok sawit di areal Pinang Sebatang Estate didominasi oleh tahun tanam 1994, sedangkan pokok sawit dengan tahun tanam termuda yaitu 2001 sehingga seluruh areal PSE menggunakan egrek sebagai alat panen. Alat bantu panen yang digunakan selain egrek di kebun PSE adalah angkong, kapak, goni eks pupuk yang telah dicuci hingga tidak ada bahan kimia tersisa, gancu, tojok, stempel dan pewarna makanan. Berikut ini merupakan alat panen dengan penggunaan dan spesifikasinya : 1. Dodos kecil digunakan untuk potong buah tanaman umur 3 4 tahun dengan lebar mata ukuran 8 cm, lebar tengah 7 cm, tebal tengah 0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, dan panjang total 18 cm. Dodos besar digunakan untuk potong buah tanaman umur 5 8 tahun dengan lebar mata ukuran cm, lebar tengah 12 cm, tebal tengah 0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, dan panjang total 20 cm. 2. Egrek untuk digunakan untuk potong buah tanaman umur > 9 tahun (tinggi pokok 3 meter) dengan panjang pangkal pisau 20 cm, panjang pisau 45 cm sudut lengkung dihitung pada sumbu 135 dan berat pisau 0.5 kg, dengan panjang gagang pisau dari alumunium 6 meter atau dapat disambung hingga mencapai 9 meter. 3. Egrek digunakan untuk memotong tandan buah yang memiliki ketinggian lebih dari 9 m (umur >8 tahun). 4. Angkong digunakan untuk mengangkut TBS dan brondolan dari dalam blok ke TPH. 5. Gancu dan tojok digunakan untuk memuat dan membongkar TBS dari dan ke alat transport. 6. Karung eks pupuk yang telah dibersihkan digunakan sebagai tempat pengumpulan brondolan ke TPH dan sebagai alas brondolan di TPH. 7. Stempel dan pewarna makanan digunakan untuk memberi nomor pada pangkal TBS sehingga krani cek sawit dengan jelas mengidentifikasi pemanen yang memotong buah tersebut.

35 22 Sarana jalan. Sarana jalan merupakan salah satu faktor yang dapat memperlancar transportasi panen sehingga sarana jalan harus mendapat perhatian agar tidak menghambat pengangkutan buah. Jalan di Pinang Sebatang Estate dibagi menjadi 5 yaitu jalan akses (access road), jalan utama (main road), jalan pengumpul (collection road), jalan bantu (tertiary road), dan jalan pringgan, (boundary road). Jalan akses adalah jalan penghubung keluar masuk kebun atau antar kebun (emplasmen,kantor besar, pabrik, dermaga / bulking station) dengan lebar jalan 12 meter, jalan utama (main road) merupakan jalan penghubung antar collection road dan jalan akses dengan lebar jalan 9 meter dengan arah timur - barat, jalan pengumpul (collection road) adalah jalan pengumpul hasil dengan lebar badan jalan 7 meter dan memiliki arah utara selatan, jalan bantu yaitu jalan tambahan yang dibuat pada areal areal sulit untuk mendukung pengumpulan produksi, jalan pringgan merupakan jalan yang dibuat di sepanjang pinggir kebun dan berfungsi sebagai tanda batas areal kebun, dan digunakan untuk pengawasan dan pengumpulan hasil. Jalan bantu banyak terdapat di Divisi I dan II Pinang Sebatang Estate karena topografi arealnya yang berbukit dan berkontur. Sarana jalan di Divisi IV PSE sudah tercipta dengan baik. Perawatan terhadap sarana jalan juga rutin dilakukan. Perawatan jalan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Memperbaiki main road dan collection road. Perawatan main road menggunakan road grader dengan tujuan membentuk kemiringan permukaan yang tepat. Pemakaian batu padas berdiameter > 10 cm untuk menimbun lobang pada badan jalan dengan ketentuan tidak boleh dekat dengan permukaan jalan (kedalaman minimal 20 cm). 2. Pemeliharaan pasar rintis/jalan pikul dengan cara kimia dan manual. Pemeliharaan ini dilakukan oleh tim semprot dan karyawan perawatan. 3. Membuat Titi panen atau jembatan kecil di dalam blok untuk menghubungkan areal yang satu dengan areal lain dalam satu blok yang terhalang oleh parit atau sungai. Titi panen berfungsi untuk mempermudah pemanen dalam proses pengangkutan TBS menggunakan angkong ke TPH.

36 23 4. Tunas jalan adalah kegiatan memotong pelepah/cabang pokok sawit yang menghalangi sinar matahari dan mengganggu lalu-lintas kendaraan. Rotasi panen atau pusingan potong buah. Fokus utama kegiatan panen adalah memotong semua janjang masak panen dengan rotasi panen < 9 hari dan dengan mutu panen sesuai standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta mengirimkan seluruh TBS yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Rotasi panen atau pusingan adalah interval waktu antara satu perlakuan panen dengan perlakuan panen berikutnya. Pusingan panen Divisi IV PSE pada bulan Februari tinggi akibat kurangnya tenaga kerja sehingga pusingan dapat mencapai 14 hari. Memasuki bulan Maret dengan penambahan tenaga kerja pusingan panen perlahan menurun dan stabil di 8 hingga 9 hari. Penurunan pusingan ini juga disebabkan oleh ketegasan asisten terhadap pemanen yang menurunkan buah mentah. Pemanen yang tidak menurunkan buah mentah secara tidak langsung meningkatkan prestasi kerja karyawan dalam hektaran demi mendapatkan siap borong. Meningkatnya hektaran panen akan menyebabkan pusingan panen semakin rendah sehingga tidak ada buah matang yang tertinggal di pokok. Taksasi produksi harian selalu dilakukan pada satu hari sebelum kegiatan panen berlangsung. Taksasi dilakukan oleh mandor panen untuk mengetahui kerapatan buah, kebutuhan tenaga kerja panen, dan kebutuhan unit untuk pengangkutan buah ke PKS. Taksasi produksi dilakukan dengan menghitung jumlah janjang matang tanaman contoh dibagi dengan jumlah tanaman contoh dan dikali 100%. Tanaman contoh yang digunakan untuk taksasi produksi adalah 10 % dari total populasi tanaman yang ada di tiap blok. Sistem hancak panen. Sistem hancak panen di Pinang Sebatang Estate menggunakan sistem hancak giring tetap. Sistem hancak giring tetap adalah sistem dimana pemanen mendapat hancak yang tetap, pemanen baru boleh pindah ke hancak blok berikutnya sesuai nomor pemanen jika hancaknya di satu blok telah selesai. Sistem hancak panen giring tetap merupakan sistem yang ideal karena manajemen pelaksanaan panen berdasarkan taksasi produksi dapat dilaksanakan secara sempurna, tandan buah segar (TBS) yang dipanen terpusat di collection

37 24 road yang sama karena panen dimulai bersama dari satu collection road. Sistem hancak giring tetap juga dapat menghindari kecemburuan sesame pemanen karena hancak setiap pemanen tetap sesuai nomor pemanen. Pada sistem ini mandor juga lebih mudah mengawasi pemanen karena pemanen berada di satu areal yang sama. Organisasi panen. Struktur organisasi panen di setiap divisi Pinang Sebatang Estate dimulai dari pemanen yang bertanggung jawab terhadap mandor panen, setiap mandor panen memiliki satu orang kerani cek sawit yang bertugas mengecek dan mencatat nomor pemanen yang terdapat di TBS serta brondolan yang selanjutnya akan dicatat di lembar penerimaan buah (LPB). Mandor panen bertanggung jawab terhadap mandor 1 dan mandor 1 bertanggung jawab terhadap asisten. Sistem organisasi panen yang digunakan di Gunung Sari Estate adalah Block Harvesting Sistem non Division of Labour (BHS non DOL). Sistem BHS non DOL ini adalah sistem dimana pemanen, pengutip brondolan dan pengangkut TBS serta brondolan ke TPH adalah satu orang yang sama. Sistem ini diterapkan karena sulitnya mencari tenaga kerja pemanen. Pelaksaan panen. Kegiatan panen diawali dengan antrian pagi antara mandor panen dan karyawan panen. Antrian pagi dilakukan untuk briefing kegiatan yang akan dilakukan pada hari tersebut dan evaluasi kerja hari kemarin. Karyawan dan mandor segera berangkat ke hancak masing-masing untuk melaksanakan potong buah. Kegiatan potong buah dilaksanakan dari arah yang sama hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan dan pengangkutan buah. Setiap pemanen memiliki target basis buah seberat 1300 kg atau sekitar 70 janjang dengan berat janjang rata-rata 19 kg yang harus dipotong setiap harinya. Pemanen menurunkan pelepah yang menjadi penyangga buah masak terlebih dahulu. Pelepah yang diturunkan disusun membentuk huruh U di kanan dan kiri pokok serta di gawangan mati. Bentuk huruf U mempunyai tujuan untuk menambah bahan organik di sekeliling pokok tidak hanya di gawangan mati dan juga pelepah di kiri dan kanan pokok dapat meminimalisir kehilangan pupuk akibat aliran air hujan karena pupuk akan tertahan di bawah

38 25 pelepah mati dimana di bawah pelepah mati terdapat banyak akar muda yang aktif mencari unsur hara tersedia di tanah. Tahap selanjutnya setelah pemanen memotong pelepah penyangga buah adalah pemanen memotong buah yang telah masak kemudian gagang panjang langsung dipotong menggunakan kapak minimal ± 3 cm dari permukaan buah lalu potongan gagang dibuang ke gawangan mati. Kegiatan selanjutnya setelah pemotongan buah di pokok, adalah mengutip semua brondolan yang jatuh di piringan ke dalam karung. Pemanen menyelesaikan potong buah hingga pasar tengah kemudian pemanen mengangkut semua brondolan yang telah dikutip serta TBS yang telah di potong dan disusun di TPH secara teratur dengan ketentuan kelipatan lima untuk setiap barisnya. Pemanen segera memberi stempel menggunakan pewarna makanan di pangkal buah sebagai tanda bahwa buah tersebut dipotong oleh pemanen tersebut sedangkan untuk karung brondolan di TPH cukup diberi nomor di atas karung menggunakan minyak brondolan pada potongan gagang panjang (Gambar 2). (a) Stempel pada TBS (b) Penomoran untuk Brondolan Gambar 2. Penomoran pada Tandan Buah Segar dan Brondolan Mandor panen bertugas mengecek mutu hancak panen setelah pemanen menyelesaikan hancaknya di 1 blok. Mandor akan mengecek secara acak setiap hari nya 2 pemanen. Setiap pemanen mendapatkan kesempatan yang sama untuk dievaluasi hancaknya. Mutu hancak yang dicek adalah buah yang di panen setiap pokok, buah tinggal di pokok, brondolan tinggal, pelepah sengkleh, susunan pelepah, over prunning, under prunning. Mutu buah di TPH juga di cek oleh mandor panen dengan kriteria yang harus di cek adalah buah masak, mentah, kurang masak, empty bunch, janjang panjang, kontaminasi, dan alas LF (brondolan). Mandor panen segera kembali ke kantor divisi untuk mengisi buku

39 26 kegiatan mandor sebagai laporan kepada asisten divisi realisasi potong buah pada hari tersebut. Mandor panen dibantu oleh kerani buah yang bertugas menggrading buah di TPH dan memuat TBS masak ke mobil muat. Kerani mencatat no pemanen serta jumlah buah yang dipotong oleh setiap pemanen melalui stempel pada bonggol buah sehingga premi dan basis setiap pemanen dapat dihitung. Kerani mengisi Laporan Potong Buah (LPB) yang berisi jumlah buah setiap pemanen dan besar premi yang diterima mandor panen, mandor 1, dan kerani. Kerani buah menyerahkan LPB kepada kerani checkroll pagi hari setelah antrian pagi keesokan harinya. Kerani checkroll segera menginputkan data dari LPB manual ke SAP atau database perusahaan sehingga data tersebut selalu terekam rapi dan dapat dievaluasi oleh kantor pusat Minamas di Jakarta maupun kantor pusat Sime Darby di Malaysia. Data digital yang diinputkan berfungsi juga untuk menghitung premi setiap anggota pada tutup buku. Sistem Upah dan Premi. Sistem upah dan premi di PSE menggunakan sistem basis borong dimana setiap pemanen akan mendapatkan premi jika pada hari itu pemanen dapat memotong kg sehingga pemanen akan mendapatkan premi sebesar Rp ,-. Jika dalam satu hari seorang pemanen mampu memotong lebih dari kg maka bobot lebihnya akan dikalikan dengan Rp 45/kg. Jika dalam satu hari seorang pemanen mampu memotong 2 kali basis atau kg atau lebih maka pemanen akan mendapatkan premi sebesar Rp ,- dan bobot lebih dari basis kg akan dikalikan dengan Rp 50/kg. Pengawasan. Pengawasan panen di PSE dilakukan mulai dari mandor (mandor panen), mantri tanaman, mandor 1, asisten divisi hingga senior manager. Pengawasan yang dilakukan mandor panen merupakan kegiatan rutin setiap harinya dimana mandor panen mengawasi karyawan panen bekerja di lapangan dan mengecek 3 orang pemanen yang ditentukan secara acak setiap harinya. Mandor panen dibantu buku pemeriksaan mutu buah dimana kriteria mutu hancak yang di cek adalah buah tiggal, brondolan tinggal, pelepah sengkleh, under pruning, susunan pelepah. Mutu tandan buah segar (TBS) juga dicek

40 27 menggunakan buku pemeriksaan buah dengan kriteria buah mentah, kurang matang, janjang kosong, gagang panjang, alas brondolan serta stempel. Pengendalian Gulma Tanaman merupakan tumbuhan yang dibudidayakan dan hasilnya diinginkan oleh manusia. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan oleh manusia. Gulma merugikan karena dalam pertumbuhannya gulma berkompetisi dengan tanaman budidaya untuk memperebutkan unsur hara, ruang, air dan cahaya. Gulma mudah tumbuh baik di lingkungan yang kaya akan unsur hara hingga miskin hara. Pengendalian gulma pada dasarnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan gulma. Tanaman pokok harus memiliki keunggulan yang terus ditingkatkan sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya atau hidup berdampingan dengan tanaman pokok pada waktu yang sama. Pengendalian gulma harus memperhatikan konsep ambang ekonomi dimana kerugian yang ditimbulkan oleh kehadiran gulma tersbut harus lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendaliannya (Pahan, 2010). Metode pengendalian gulma yang dilakukan di PSE adalah Blok Spraying System (BSS). BSS merupakan sistem pengendalian gulma yang dilakukan secara terencana dan terorganisir sehingga tercipta pengendalian gulma yang efektif, efisien dan aman dari blok ke blok lainnya. Pengendalian gulma di PSE menerapkan sistem rayon dimana hanya dikelola oleh satu divisi yaitu Divisi II PSE. Tim pengendalian gulma dibagi menjadi 2 kelompok atau biasa disebut geng. Geng semprot mandoran A merupakan tim pengendalian gulma menggunakan alat Micron Herbi Sprayer (MHS) sedangkan sprayer manual digunakan oleh geng semprot mandoran B. Mandoran A. Mandoran A menggunakan alat MHS dimana larutan yang disemprotkan berbentuk embun sehingga lebih cepat masuk ke dalam jaringan tanaman. Mandoran A bertugas untuk pengendalian gulma di piringan, pasar rintis serta TPH. Piringan merupakan daerah di sekililing tanaman kelapa sawit yang merupakan tempat penaburan pupuk dimana daerah tersebut merupakan daerah

41 28 perakaran yang aktif menyerap unsur hara sehingga harus bersih dari gulma. Pasar rintis merupakan jalan diantara barisan kelapa sawit dimana jalan tersebut digunakan untuk transportasi buah ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) maupun kegiatan lainnya. TPH merupakan tempat pengumpulan hasil panen di samping collection road yang akan dimuat oleh truck ke pabrik kelapa sawit. Mandoran A menggunakan bahan kimia kimia campuran antara merek Prima Up dengan Dejavu. Prima Up yang digunakan mengandung bahan aktif Isopropilamina glyphosate dengan konsentrasi 4% dimana dalam 200 cc herbisida dicampur dengan 5 litter air. Dejavu mengandung bahan aktif fluroksipir dengan konsentrasi 1% dimana dalam 50 cc herbisida dicampur dengan 5 litter air. Campuran larutan tersebut digunakan untuk mengendalikan gulma Eleusine indica, Axonopus compressus, Borreria latifolia, Cyrtococcum acrescens, Paspalum conjugatum, dan Ageratum conyzoides. Keunggulan alat MHS yaitu butiran akan berbentuk embun yang seragam yaitu 250 mikron sehingga mudah menyerap ke dalam jaringan tanaman. Karyawan juga tidak perlu memompa seperti di alat semprot punggung semi otomatis karena MHS menggunakan baterai atapun accu sebagai sumber daya untuk mengalirkan larutan dan mengeluarkannya. Namun, alat MHS memiliki kelemahan dimana alat ini mudah rusak baik di sumber daya maupun bagian lainnya sehingga mandor semprot harus paham mengenai rangkaian sumber daya pada alat MHS sehingga ketika terjadi kerusakan karyawan langsung menemui mandor untuk mengganti dengan alat cadangan ketika alat yang rusak diperbaiki oleh sang mandor. Mandoran B. Mandoran B menggunakan alat semprot punggung semi otomatis RB-15. Tim semprot mandoran B bertugas untuk mengendalikan gulma di gawangan. Gawangan merupakan areal yang berada di luar piringan dan pasar rintis. Gulma yang terdapat di gawangan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman serta dapat menjadi inang hama dan penyakit. Gulma yang dikendalikan adalah anak kayu, kentosan serta kerisan. Mandoran B menggunakan bahan kimia kimia campuran antara merek Prima Up dengan Meta Prima. Prima Up yang digunakan mengandung bahan aktif Isopropilamina glyphosate dengan konsentrasi 0.8% dimana dalam 120 cc herbisida dicampur dengan 15 litter air. Meta Prima mengandung bahan aktif Metil metsulfuron dengan konsentrasi 0.03% dimana dalam 5 gram herbisida

42 29 dicampur dengan 15 litter air. Campuran larutan tersebut digunakan untuk mengendalikan gulma Melastoma malabatricum, Chromolaena odorata, Mikania micrantha dan gulma berkayu lainnya. Fasilitas truck semprot juga diberikan oleh perusahaan untuk mendukung kinerja tim semprot. Truck berisikan air yang digunakan sebagai pelarut dari herbisida yang digunakan. Tim semprot mandoran A terdiri dari 16 orang karyawan semprot dengan prestasi kerja 3.7 ha/hk. Tim Semprot Mandoran B terdiri dari 12 karyawan dengan prestasi kerja antara ha/hk Sistem kerja karyawan semprot di PSE adalah menyemprot piringan di setiap pokok dari collection road A hingga tembus ke collection road B dan masuk di pasar selanjutnya hingga kembali ke collection road A. Sistem kerja tim semprot dijelaskan pada Gambar 3. Gambar 3. Cara Kerja Tim Semprot Mandoran A dan B Kebun PSE sangat peduli terhadap keamanan dan keselamatan kerja karyawan semprot. Alat Pelindung diri wajib dikenakan karyawan semprot ketika bekerja. Alat pelindung diri (APD) tersebut berupa apron, masker hidung, pelindung mata dan muka, sarung tangan karet, baju lengan panjang dan celana panjang serta sepatu boot. Fasilitas rumah BSS juga disediakan pihak kebun dimana fungsi dari rumah tersebut adalah meningkatkan keselamatan dan kemanan karyawan semprot. Rumah BSS digunakan pada pagi hari dimana sebelum berangkat kerja karyawan diwajibkan berganti pakaian kerja lengkap dengan alat pelindung diri dan menyimpan pakaian yang dikenakan dari rumah di loker. Setelah karyawan mengenakan pakaian lengkap dengan APD maka karyawan segera berangkat

43 30 menuju blok yang akan disemprot menggunakan truck semprot. Setelah selesai bekerja karyawan kembali ke rumah BSS melalui pintu belakang dan langsung mandi membersihkan diri dari kemungkinan zat kimia yang masih menempel di tubuh. Setelah berganti pakaian dengan pakaian bersih yang ada di loker karyawan baru boleh kembali ke rumah. Pakaian dinas yang kotor dikumpulkan menjadi satu karena ketika karyawan bekerja di lapangan petugas rumah BSS mencuci baju dinas karyawan semprot yang kotor. Rumah BSS dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Rumah Blok Spraying System Pengendalian Hama Pengendalian hama di kebun PSE memprioritaskan pemanfaatan biological control dan minimalisasi penggunaan pestisida, agar produk yang dihasilkan berwawasan clean and healthy food. Pelaksanaan Early Warning System untuk deteksi hama secara dini, merupakan tindakan yang mendukung pelaksanaan pengendalian hama secara terpadu atau disebut Intergrated Pest Management (IPM) (Manual Referensi Agronomi, 2008). Deteksi hama dilakukan dengan monitoring atau pengamatan secara rutin. Pengamatan rutin akan menyebabkan kenaikan biaya upah, tetapi pada akhirnya tindakan tersebut memungkinkan untuk menghemat biaya pengendalian dan mempertahankan produksi (karena berkurangnya kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama tersebut). Pengelolaan hama di PSE dilakukan dengan 2 metode yaitu pemanfaatan biological control serta penggunaan pestisida. Pemanfaatan agen biologi untuk mengendalikan hama merupakan prioritas utama PSE. Kebun PSE menggunakan burung hantu dan ular sebagai musuh alami tikus. Burung hantu diberikan kandang pemikat sebagai tempat pengembangan burung hantu. Metode ini memanfaatkan sifat burung hantu yang

44 31 mempunyai kebiasaan untuk selalu berkumpul di satu tempat pada saat sebelum dan sesudah mencari makan (berburu tikus) sambil berteriak-teriak satu sama lainnya. Pengamatan terhadap perilaku burung hantu di lapangan menunjukkan bahwa sebelum berkumpul, biasanya satu atau lebih burung hantu berteriak-teriak sehingga dalam selang waktu tidak lama kemudian akan datang burung hantu lainnya untuk ikut bergabung bersama-sama sambil berteriak-teriak sehingga populasi burung hantu akan semakin meningkat. Nest Box atau kandang burung hantu telah disiapkan sebelumnya. Nest box yang dipasang di kawasan tersebut diusahakan posisinya pada lokasi-lokasi dengan ketinggian tanah puncak (tertinggi) dan pada awalnya sebagian nest box (2 3 unit) dipasang berdekatan (jarak m) dengan kandang pemikat burung hantu. Nest box dipasang di sekitar kandang pemikat burung hantu dalam kawasan radius m. Burung hantu dan nest box dapat dilihat pada Gambar 5. (a) Burung Hantu (Tyto alba) (b) Nest Box Gambar 5. Pemanfaatan Agen Biologis Burung Hantu Divisi IV PSE merupakan salah satu divisi yang mengalami serangan ulat api (Setora nitens). Hal ini terjadi karena letak Divisi IV PSE yang strategis dimana seluruh truck pengangkut TBS dari seluruh divisi melewati main road Divisi IV sehingga penyebaran ulat api semakin berkembang. Pengendalian secara biologis dilakukan dengan menanam tanaman bermanfaat (beneficial plant) terutama di pinggir main road karena populasi ulat api di pinggir main road tergolong banyak. Jenis tanaman bermanfaat yang ditanam di PSE adalah Cassia cobanensis, Turnera subulata. dan Antigonon leptopus. Tanaman bermanfaat tersebut digunakan sebagai inang musuh alami dari ulat api seperti Sycanus sp dan Eocanthecona furcellata. Beneficial plant yang terdapat di PSE disajikan pada Gambar 6.

45 32 (a) Antigonon leptosus (b) Turnera subulata (c) Cassia cobanensis Gambar 6. Beneficial Plant Pengendalian ulat api di Divisi IV PSE juga menggunakan aplikasi pestisida kimiawi. Pengendalian kimiawi yang dilakukan adalah menggunakan metode penyemprotan pestisida dengan fogging atau pengasapan. Pestisida yang digunakan adalah merek Matador dengan bahan aktif Lamda sihalotrin 25 g/l. Dosis yang digunakan adalah 0.2 l/ha dengan konsentrasi 2 ml/l dan volume semprot 100 l/ha. Pengendalian dengan metode fogging dilakukan malam hari oleh 3 karyawan PSE dengan prestasi kerja 5.5 ha/hk. Pembibitan Pembibitan di PSE merupakan areal pembibitan yang akan digunakan untuk penanaman kembali (replanting) tanaman yang sudah menurun produksinya. Areal pembibitan di PSE merupakan areal pembibitan yang dibuat untuk mendukung pemenuhan kebutuhan bibit PT Aneka Intipersada. Lokasi pembibitan di PSE terdapat di Divisi II PSE dimana topografi areal pembibitan relatif datar dan terletak di tengah kebun. Kebutuhan air melimpah karena di lokasi pembibitan sudah disiapkan embung air. Luas total areal pembibitan di PSE adalah ha. Bedengan untuk pembibitan pre nursery dibuat memanjang dari barat ke timur dengan lebar bedengan 1.2 m dan jarak antar bedengan 1 m. Tepi bedengan diberi palang berupa papan kayu sehingga baby bag dapat tersusun rapi, padat dan teratur. Media tanam bibit berupa tanah top soil dicampur dengan pupuk SP-36 dengan dosis 12.5 g/baby bag. Tanah top soil sudah diayak dengan ayakan 1 cm sehingga terpisah dengan akar atau kerikil. Penulis mengikuti kegiatan pembibitan pre nursery di PSE mulai dari kedatangan bibit, penyortiran, hingga penanaman bibit ke dalam baby bag. Bibit

46 33 yang digunakan adalah bibit dari Socfindo pada tahap 1 dan PPKS pada tahap 2 dan 3. Pada saat bibit datang tahap 1 lokasi pembibitan masih belum siap untuk dilakukan penanaman karena baby bag belum seluruhnya terisi media sehingga bibit harus disimpan di ruangan dengan suhu terjaga tetap rendah sehingga aktifitas fisiologis bibit tidak cepat terjadi. Penanaman bibit dilakukan dengan tahapan seleksi bibit terlebih dahulu. Bibit diseleksi dengan kriteria bibit afkir, double tun dan normal. Bibit normal dan double tun dapat ditanam sedangkan bibit afkir dimasukkan kembali ke dalam plastik dan box. Bibit afkir mencakup bibit abnormal dimaana bibit tersebut berbentuk garputala, tongkat berkait, kecambah terhambat dan kecambah mati sedangkan bibit double tun adalah bibit yang memiliki 2 hingga 3 kecambah dalam satu bibit namun bibit double tun dijaga hanya 2 kecambah yang dipekenankan ditanam sehingga bibit yang memiliki 3 kecambah harus di matikan satu kecambah. Seleksi dilakukan oleh karyawan yang telah diberi pengarahan tentang kriteria bibit abnormal, normal dan double tun didampingi oleh mandor yang mencatat dan membantu menentukan kriteria bibit jika karyawan menemukan kendala untuk menentukan kriteria bibit tersebut. Penulis bertindak sebagai mandor dalam seleksi bibit. Setelah seleksi bibit langsung dikirim ke bedengan untuk segera ditanam oleh karyawan. Data jumlah bibit yang didapatkan pada saat seleksi harus sama dengan jumlah baby bag yang telah ditanami bibit. Bibit ditanam di baby bag dengan lubang tanam yang dibuat menggunakan jari sekitar 2.5 cm kemudian ditutup kembali sekitar 1.5 cm. Posisi kecambah sangat diperhatikan dimana akar mengarah ke bawah atau ke dalam tanah dan pucuk harus mengarah ke atas atau ke luar tanah. Proses pembibitan di PSE disajikan pada Gambar 7. (a) Seleksi (b) Penanaman Bibit (c) Bibit di Pre Nursery Gambar 7. Proses Pembibitan

47 34 Pengambilan Leaf Sampling Unit Penentuan dosis rekomendasi pemupukan pada Minamas Plantation dilakukan oleh Minamas Research Center (MRC) dengan berbagai pertimbangan antara lain analisis Leaf Sampling Unit (LSU), historis status hara daun, produksi, umur tanaman, jenis tanah atau tingkat kesuburan tanah, pengamatan visual atau field visit, dan nilai ekonomis. LSU merupakan pertimbangan utama dalam penentuan dosis rekomendasi dan diambil sekali dalam satu tahun untuk menentukan dosis rekomendasi tahun berikutnya. Minamas Plantation khususnya Pinang Sebatang Estate memulai periode baru setiap tahunnya pada bulan Juli, sehingga untuk pengambilan sample daun setiap tahunnya dilaksanakan 2 bulan sebelum periode baru dimulai sekitar akhir bulan April atau awal bulan Mei. MRC mengeluarkan buku saku prosedur pengambilan sampel daun yang berguna untuk mengingatkan cara pengambilan sampel daun yang benar. Menurut buku prosedur pengambilan sampel daun suatu LSU harus mencerminkan keseragaman dari segi umur tanaman, jenis tanah, kultur teknis, topografi dan drainase. Luasan areal LSU berkisar antara ha. LSU disarankan agar tidak kurang dari 10 ha karena akan menyulitkan dalam aplikasi pemupukan dan efisiensi biaya analisa daun. Sampel daun yang digunakan oleh Minamas Research Center adalah daun ke 17. Pengambilan LSU di Pinang Sebatang Estate khususnya Divisi IV dibagi menjadi 3 tim. Setiap tim memiliki tugas mengambil LSU dan melakukan pengamatan visual defisiensi hara pada satu blok kecil setiap harinya. Satu tim dibagi menjadi 2 petugas dimana petugas pertama membawa gunting, plastik, blanko LSU, alat tulis, serta label LSU. Petugas pertama bertugas mengamati secara visual kondisi tanaman yang di sensus, mencatat data pada blanko yang sudah tersedia, memotong daun, memisahkan daun dengan lidinya dan menyimpan daun dalam wadah plastik yang sudah tersedia. Petugas kedua memegang egrek, cat, dan kuas serta bertugas menentukan daun ke 17, memotong daun ke 17, serta memberi label menggunakan cat pada pokok. Pengambilan LSU di Minamas Plantation menggunakan sistem yang ditentukan oleh MRC. Sistem LSU merupakan pengaturan cara menghitung jumlah baris dan pokok serta jumlah sampel yang harus diambil. Sistem pada

48 35 setiap blok berbeda sesuai dengan populasi tanaman ataupun luas blok. Pada blok D 25 Divisi IV PSE menggunakan sistem 8 x 10 sedangkan pada blok D 24 menggunakan sistem 8 x 11. Pada sistem 8 x 10, angka 8 memiliki arti sampel yang diambil setiap baris ke 8, sedangkan angka 10 memiliki arti sampel yang diambil setiap pokok ke 10. Pengambilan LSU di Divisi IV PSE disajikan pada Gambar 8. Gambar 8. Pengambilan Leaf Sampling Unit Pemupukan Organik Pemupukan organik di Divisi IV Pinang Sebatang Estate hanya dilakukan aplikasi janjang kosong. Lokasi kebun Pinang Sebatang Estate jauh dari pabrik kelapa sawit (PKS) sehingga tidak dilakukan aplikasi wet decanter solid (WDS) maupun palm oil mill effluent (POME). Aplikasi janjang kosong di Divisi IV PSE tidak lagi menggunakan sistem borongan tetapi sudah diberikan satu mandoran untuk menangani aplikasi janjang kosong di Divisi IV PSE. Janjang kosong merupakan limbah dari pabrik kelapa sawit dengan perbandingan dengan bobot TBS sekitar 23%. Aplikasi janjang kosong diharapkan dapat menambah masukan unsur hara yang dapat diserap tanaman terutama unsur nitrogen dan P2O5. Satu ton janjang kosong meimiliki kandungan hara yang setara dengan 5 kg Urea, 1 kg TSP, 16 kg MOP, dan 5 kg Kieserite. Aplikasi janjang kosong juga dapat digunakan sebagai mulsa organik sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma dan memperbaiki struktur tanah karena meningkatnya KTK (kapasitas tukar kation) tanah sehingga pupuk yang diaplikasikan mempunyai efisiensi yang tinggi. Pelapukan janjang kosong juga

49 36 dapat meningkatkan penyimpanan air di tanah sehingga memacu pertumbuhan dan perkembangan Nephrolepsis sp. Aplikasi janjang kosong di areal berbukit seperti PSE dapat bermanfaat untuk mencegah erosi tanah dan potensial pupuk hilang akibat aliran air hujan (run off). Janjang kosong diangkut dari pabrik menggunakan dump truck kebun yang mengirim buah ke PKS sehingga ketika kembali ke kebun dum truck tidak kosong namun berisi JJK. Janjang kosong kemudian diturunkan di collection yang telah ditentukan oleh mandor JJK dan telah diketahui oleh mandor 1. Bobot janjang kosong yang diletakkan oleh satu dump truck sekitar 4-5 ton. Mandor janjang kosong akan memeriksa janjang kosong yang baru datang dari pabrik untuk mengecek janjang kosong yang mogol atau janjang kosong yang masih terdapat buah keras menempel pada janjang kosong. Buah mogol terjadi akibat perebusan yang kurang maksimal sehingga hasil evaluasi buah mogol akan diserahkan kepada pabrik untuk memperbaiki kinerja perebusan di pabrik. Janjang kosong yang sudah diturunkan di collection segera diaplikasi ke pokok oleh mandoran janjang kosong. Setiap pokok mendapatkan dosis 250 kg janjang kosong. Janjang kosong kemudian diletakkan diantara pokok dalam barisan tanaman serta diletakkan satu lapis. Peletakkan janjang kosong satu lapis untuk mempercepat proses pelapukan dan mencegah perkembangan hama Oryctes rhinoceros (kumbang tanduk). Pemupukan Anorganik Pemupukan merupakan salah satu aspek pemeliharaan yang membutuhkan biaya paling tinggi yaitu sekitar 60% dari total biaya pemeliharaan sehingga ketepatan atau ketelitian aplikasi adalah sesuatu yang sangat mutlak untuk dilakukan. Prinsip utama dalam aplikasi/penaburan pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah setiap pokok harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah direkomendasikan oleh MRC untuk mencapai produktivitas tanaman yang menjadi tujuan akhir dari bisnis perkebunan. Manajemen pemupukan merupakan suatu metode pemupukan yang sistematis dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Perencanaan pemupukan

50 37 dimulai dari pengambilan sampel daun untuk mengetahui status hara, hingga permintaan pupuk oleh kebun kepada departemen purchasing hingga pupuk masuk ke dalam gudang penyimpanan. Organisasi dalam pekerjaan pemupukan ditujukan agar setiap karyawan maupun mandor mengerti dengan jelas mengenai tugasnya masing-masing. Pelaksanaan pemupukan merupakan aplikasi dari semua yang telah direncanakan sebelumnya. Pengawasan dilakukan saat pemupukan berlangsung maupun setelah pemupukan berlangsung. Perencanaan Pemupukan Penentuan Dosis. Penentuan dosis rekomendasi pemupukan pada Minamas Plantation dilakukan oleh Minamas Research Center (MRC) dengan berbagai pertimbangan antara lain analisis Leaf Sampling Unit (LSU), historis status hara daun, produksi, umur tanaman, jenis tanah atau tingkat kesuburan tanah, pengamatan visual atau field visit, dan nilai ekonomis. LSU merupakan pertimbangan utama dalam penentuan dosis rekomendasi dan diambil sekali dalam satu tahun untuk menentukan dosis rekomendasi tahun berikutnya. Minamas Plantation khususnya Pinang Sebatang Estate memulai periode baru setiap tahunnya pada bulan Juli, sehingga untuk pengambilan sample daun setiap tahunnya dilaksanakan 2 bulan sebelum periode baru dimulai sekitar akhir bulan April atau awal bulan Mei. Analisa LSU seluruh kebun Minamas dilakukan di laboratorium MRC. Hasil analisa lab diserahkan kepada departemen Agronomis di MRC untuk menjadi salah satu pertimbangan penentuan dosis rekomendasi. Hasil analisa hara daun diklasifikasikan dalam 2 tingkatan Nutrition Level dimana defisiensi dan low nutrisi menjadi satu tingkat selain itu optimum, high dan ekses menjadi satu tingkat lainnya. Pengadaan Pupuk. Penentuan dosis rekomendasi harus sesuai dengan dana alokasi perusahaan. Sehingga, agenda anggaran dana untuk pupuk masuk ke dalam rapat manager terkait alokasi dana untuk satu tahun. Dosis rekomendasi yang dikirim dari MRC ke unit kebun menjadi dasar pihak kebun untuk mengajukan permintaan pupuk kepada departemen purchasing untuk dikirimkan pupuk sesuai dengan tonase yang dibutuhkan dan waktu kedatangan yang sesuai

51 38 jadwal sebelum bulan aplikasi rekomendasi. Gambar 9 menyajikan diagram alur permintaan dan penerimaan pupuk di Pinang Sebatang Estate Gambar 9. Diagram Alur Permintaan dan Penerimaan Pupuk di Pinang Sebatang Estate. Penyimpanan Pupuk. Pupuk yang masuk ke kebun lalu disimpan di dalam gudang penyimpanan dengan susunan yang teratur. Gudang penyimpanan pupuk beralaskan kayu sehingga tidak lembab. Gudang pupuk di Pinang Sebatang Estate belum permanen sehingga sekelilingnya ditutup menggunakan terpal untuk mencegah air hujan masuk. Penempatan pupuk juga diatur sehingga pupuk yang pertama kali masuk gudang merupakan pupuk yang pertama kali dikeluarkan dari gudang untuk di aplikasi (first in first out). Pupuk dipisahkan berdasarkan jenis pupuk karena ada sifat sinergis dan antagonis. Pupuk yang bersifat sinergis contohnya urea (N) dan MOP (K) disimpan di dalam ruangan yang sama namun tetap diberi ruang pemisah antara tumpukan pupuk urea dengan MOP. Pupuk yang bersifat antagonis seperti urea (N) dengan RP (P) disimpan dalam gudang terpisah.untuk menghindari pencampuran pupuk ketika penguntilan. Penguntilan Pupuk. Kegiatan penguntilan pupuk bertujuan untuk meningkatkan ketepatan dosis pemupukan. Kegiatan until pupuk adalah suatu kegiatan menakar kembali pupuk berukuran 50 kg menjadi lebih kecil sehingga jumlah pupuk dalam satu karung tepat untuk memupuk hingga pasar tengah. Penguntilan pupuk dilakukan untuk kebutuhan pemupukan hari berikutnya sehingga pupuk yang telah dipecah dan di until tidak menggumpal. Penguntilan dilakukan oleh karyawan penabur pupuk sehingga karyawan penguntil pupuk dapat berbeda setiap harinya. Kebutuhan tenaga kerja until pupuk disesuaikan dengan rencana kebutuhan pupuk keesokan harinya. Basis untuk penguntil pupuk adalah kg. Jika penguntil melebihi basis maka setiap penguntil akan mendapatkan premi sebesar Rp 40/kg.

52 39 Pengambilan Pupuk. Kegiatan pengambilan pupuk di PSE harus mendapat persetujuan dari Kepala Gudang. Kepala Gudang bertugas memastikan jumlah pupuk yang dimuat dari gudang ke lapangan. Pupuk yang dimuat merupakan pupuk yang sudah diuntil. Proses pengambilan pupuk dari gudang ke lahan harus didampingi oleh keamanan kebun. Proses pengambilan pupuk tergolong terlambat karena karyawan baru mulai muat pupuk ke dump truck pada pukul Proses muat pupuk membutuhkan waktu sekitar 40 menit sehingga pupuk baru sampai di lapangan pada pukul Tenaga muat pupuk untuk satu dump truck sebanyak 2 orang. Satu dump truck mampu memuat rata-rata 6 ton pupuk setiap harinya. Pengeceran pupuk di setiap pasar pikul juga menjadi tugas dari tenaga muat pupuk. Kegiatan pengeceran didampingi oleh salah satu mandor pupuk. Jumlah untilan pupuk per pasar pada pupuk MOP adalah 3 hingga 4 until pupuk dengan berat untilan pupuk 14 kg. Proses penyimpanan dan penguntilan pupuk disajikan pada Gambar 10. (a) (b) (c) Gambar 10. (a) Penyimpanan Pupuk, (b) Peguntilan Pupuk (c) Pemuatan Pupuk Pengorganisasian Pemupukan Pemupukan di PT Aneka Intipersada khususnya kebun Pinang Sebatang Estate menggunakan sistem Rayon dimana seluruh kegiatan pemupukan Pinang Sebatang Estate ditangani oleh satu divisi yaitu Divisi IV. Pelaksanaan system rayon membuat rencana pemupukan lebih terarah dan sistem pengawasan yang lebih mudah. Penggunaan sistem rayon merupakan salah satu aplikasi dari blok manuring system (BMS). Rumah BMS juga akan dibangun yang berfungsi sebagai tempat menjaga keselamatan dan keamanan karyawan yang berhubungan langsung dengan bahan kimia. Karyawan pupuk diwajibkan berganti pakaian kerja di rumah BMS sebelum berangkat ke lapangan. Setiap karyawan memiliki

53 40 loker untuk menyimpan pakaian yang telah dikenakan dari rumah. Karyawan diwajibkan mandi di rumah BMS setelah pulang kerja dan berganti pakaian dengan pakaian yang disimpan di dalam loker. Pakaian kotor segera dicuci menggunakan mesin cuci oleh karyawan yang bekerja di rumah BMS. Sistem rumah BMS sudah diterapkan oleh karyawan semprot dimana rumah BSS sudah selesai dibangun dan sudah dapat digunakan. Pelaksanaan Pemupukan Pelangsir dan Penabur pupuk. Areal topografi PSE berbukit sehingga sistem yang sesuai adalah pelangsir dan penabur. Pelangsir pupuk bertugas melangsir satu untilan pupuk ke pokok ke 8 sehingga penabur hanya tinggal melanjutkan hingga pasar tengah. Perbandingan jumlah pelangsir dengan penabur adalah 2 : 1. Penabur pupuk bertugas untuk menabur pupuk di setiap pokok sesuai dosis dan merata. Pupuk harus ditabur merata di pinggir rumpukan pelepah mati hal ini bertujuan untuk meminimalisir kehilangan pupuk akibat aliran run off. Proses penaburan dan alat penaburan pupuk disajikan pada Gambar 11. (a) (b) Gambar 11. (a) Alat Penabur dan Penakar Pupuk, (b) Penaburan Pupuk Pengawasan Pemupukan Sistem pemupukan berdasarkan blok merupakan suatu sistem yang efektif dan efisien bagi penaburan pupuk maupun pengawasan aplikasi pupuk. Pengawasan aplikasi pupuk semakin baik karena setiap mandor pupuk maupun asisten divisi mendapatkan satu buku yang untuk mengevaluasi kinerja penabur pupuk pada hari tersebut. Kriteria penilaian di dalam buku tersebut adalah pupuk tidak merata, pokok tidak terpupuk, untilan tertinggal, tercecer di pasar rintis, goni yang tertinggal di dalam blok. Setiap kriteria memiliki nilai tersendiri. Krani divisi

54 41 segera merekap hasil evaluasi buku BMS dari mandor pupuk dalam bentuk nilai untuk setiap penabur sehingga setiap penabur dapat terlihat kinerjanya. Evaluasi penaburan pupuk tidak hanya dilakukan di tingkat mandor namun Mantri Tanaman, Asisten Divisi, Manajer Kebun, hingga Plantation Sustainable Quality Management (PSQM) juga mengevaluasi penaburan pupuk secara berkala. Hasil evaluasi Asisten Divisi dan Manajer menjadi bahan evaluasi internal sedangkan hasil evaluasi PSQM dilaporkan hingga ke tingkat manajemen pusat di Malaysia. Kebun PSE sudah memiliki sertifikasi Roundtable and Sustainable Palm Oil (RSPO) yaitu sertifikasi yang menyatakan bahwa kebun PSE mengelola kebun kelapa sawit secara berkelanjutan yang berdasarkan kelayakan ekonomi, sosial dan lingkungan. Faktor-faktor keamanan dan keselamatan kerja sangat diperhatikan. Karyawan yang kontak langsung dengan bahan kimia wajib menggunakan alat pelindung diri seperti apron, sarung tangan karet, masker, sepatu, baju lengan panjang dan celana panjang. Faktor keramahan lingkungan diwujudkan kebun PSE dengan membuat buffer zone atau zona bebas bahan kimia. Buffer zone meliputi area rawa, sungai dan parit sehingga bahan kimia tidak mencemari lingkungan luas akibat terbawa aliran air. Batas area buffer zone adalah 50 meter ke kanan dan kiri dari rawa, sungai dan parit. Area buffer zone di PSE disajikan pada Gambar 12. Gambar 12. Area Buffer Zone

55 42 Aspek Manajerial Manajemen Kebun Tingkat Non Staf Manajemen kebun tingkat non staf meliputi seluruh kegiatan teknis di lapangan hingga administrasi baik di kantor divisi maupun kantor kebun. Manajemen kegiatan teknis di lapangan dilakukan oleh mandor sedangkan kegiatan administrasi dilakukan oleh krani. Penulis selama magang melakukan kegiatan sebagai pendamping mandor maupun krani. Pendamping Mandor I. Kegiatan yang dilakukan oleh mandor I adalah mengatur, mengawasi, membagi tugas dan memberi petunjuk teknis kepada para mandor dalam melaksanakan pekerjaan, serta mengawasi seluruh pekerjaan sesuai dengan RKH (Rencana Kerja Harian). Pada saat penulis menjadi pendamping mandor I penulis mengikuti seluruh kegiatan mandor satu dimulai dari antrian pagi yang dilanjutkan dengan mengawasi seluruh kegiatan di Divisi IV PSE mulai dari panen hingga pupuk dan semprot. Pada siang hari mandor I bekeliling mengecek TBS yang sudah terkumpul di tempat pengumpulan hasil (TPH) untuk mengecek kematangan TBS sebelum dikirim ke pabrik. Mandor I juga mengecek hancak panen satu orang pemanen setiap harinya dan penentuan hancak pemanen yang dicek harus adil dan acak agar setiap pemanen mendapatkan kesempatan yang sama dan tidak mengetahui hancak siapa yang dicek pada hari tersebut. Pendamping Mandor Panen. Panen merupakan kegiatan utama di setiap divisi. Peran aktif mandor panen sangat diperlukan untuk mendapatkan produksi maksimal. Penulis selama magang menjadi pendamping mandor panen mempelajari tentang rotasi panen, angka kerapatan panen, blok yang akan dipanen, membagi hancak sekaligus mengabsen karyawan, melakukan cek hancak, menghitung tenaga pemanen, mengisi buku kerja mandor (BKM), dan mendenda karyawan apabila melakukan kesalahan. Penulis dan mandor panen melakukan pengecekan hancak 3 orang pemanen setiap harinya. Pendamping Mandor Perawatan. Penulis selama menjadi pendamping mandor perawatan melakukan pengawasan karyawan yang menanam beneficial plant. Mandor perawatan Divisi IV PSE menangani mulai dari pengelolaan hama hingga pengambilan LSU. Mandor perawatan pada malam hari melakukan

56 43 pengawasan terhadap karyawan yang melakukan fogging dan pada dini hari mandor perawatan melakukan kegiatan tangkap kupu-kupu. Pada pagi hari mandor perawatan mengisi buku kegiatan mandor (BKM) atau buku kegiatan mandor untuk mencatat hasil dari kegiatan di malam hari. Pendamping Mandor Semprot. Mandor semprot PSE bertanggung jawab atas kondisi gulma baik di TPH, piringan, pasar rintis, gawangan mati dan kaki lima di seluruh areal kebun PSE. Mandor semprot memiliki pengetahuan terkait dosis dan konsentrasi herbisida, menghitung luasan aplikasi per hari kemudian melaporkannya di buku kegiatan mandor. Penentuan dosis dilakukan oleh asisten setelah menganalisis kondisi gulma di blok yang akan dilakukan pengendalian gulma. Pendamping Mandor Pupuk. Mandor pupuk di kebun PSE bertanggung jawab penuh terhadap pemupukan di seluruh areal PSE. Mandor pupuk melakukan pengawasan mulai dari muat pupuk, pengeceran pupuk, pembagian hancak pemupuk, hingga efektifitas pemupukan yang terwakilkan dalam konsep 4 T yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat jenis dan tepat waktu. Penulis bersama mandor pupuk juga mengecek hancak penabur pupuk dan mencatat di buku pengawasan pemupukan sehingga kinerja penabur pupuk dapat terukur. Pendamping Krani Divisi. Krani divisi bertanggung jawab atas seluruh administrasi di divisi dan melaporkannya ke kantor besar. Penulis setiap pagi membantu krani divisi dalam merekap absensi karyawan pada hari tersebut. Penulis juga menggantikan kegiatan krani divisi dalam mengisi rekapitulasi pusingan potong buah dan produksi pada panen hari kemarin. Krani divisi melaporkan seluruh absensi karyawan secara on line di kantor besar menggunakan aplikasi System, Aplication and Product (SAP). Penulis diberikan pengetahuan untuk menginput data menggunakan aplikasi tersebut dan menggantikan kegiatan input data harian ketika krani divisi sakit. Manajemen Kebun Tingkat Staf Staf di kebun PSE dipimpin oleh Senior Manager yang dibantu oleh seorang senior asisten serta 3 orang asisten divisi dan kepala administrasi. Senior Manager PSE merupakan ketua dari tim Strategy of Unit 16 (SOU 16) PT Aneka

57 44 Intipersada. Rapat SOU 16 diadakan setiap satu bulan sekali dimana pada rapat tersebut dibahas kinerja dari masing-masing kebun dan divisi. Pengecekan langsung ke lapangan juga dilakukan oleh seluruh staf PT Aneka Intipersada untuk menilai kondisi lapangan dan meningkatkan kinerja di bulan berikutnya. Rapat SOU 16 juga membahas terkait kinerja pabrik kelapa sawit. Penulis selalu dilibatkan dalam setiap rapat SOU 16. Asisten divisi memiliki tugas mengelola seluruh kegiatan operasional divisi sesuai dengan program, biaya yang telah disetujui dan kultur teknis dalam ARM. Asisten juga bertanggung jawab atas pelatihan terhadap karyawan baru, membina kesejahteraan karyawan dan memelihara administrasi divisi. Asisten divisi IV PSE setiap pagi setelah antrian pagi selesai selalu melakukan pertemuan khusus di ruangannya dengan seluruh mandor panen dan mandor pupuk untuk mengevaluasi dan memberikan pengarahan pekerjaan pada hari tersebut. Pada saat penulis melakukan magang penulis berkesempatan untuk menjadi panitia dalam kegiatan pelatihan auditor Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Aspek yang akan dilakukan audit dalam pelatihan adalah aspek legal, lingkungan, aspek teknis, tanggung jawab terhadap pekerja, social dan komunitas, Setiap asisten divisi mendapatkan tanggung jawab untuk menangani satu aspek. Asisten Divisi IV PSE mendapat tugas untuk bergabung di tim legal. Penulis membantu asisten Divisi IV PSE dan tim legal untuk mencari dan merapikan seluruh arsip yang diminta oleh pihak auditor.

58 45 HASIL DAN PEMBAHASAN Manajemen pemupukan merupakan suatu metode pemupukan yang sistematis dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Perencanaan pemupukan dimulai dari pengambilan sampel daun untuk mengetahui status hara, hingga permintaan pupuk oleh kebun kepada departemen purchasing hingga pupuk masuk ke dalam gudang penyimpanan. Organisasi dalam pekerjaan pemupukan ditujukan agar setiap karyawan maupun supervisi mengerti dengan jelas mengenai tugasnya masing-masing. Pelaksanaan pemupukan merupakan aplikasi dari semua yang telah direncanakan sebelumnya. Pengawasan dilakukan saat pemupukan berlangsung maupun setelah pemupukan berlangsung. Pengorganisasian Pemupukan Pada sistem BMS terdapat 2 mandoran pupuk dimana setiap harinya kedua mandoran tersebut akan memupuk di blok yang sama sehingga pekerjaan pemupukan akan selesai berurutan dari satu blok ke blok lainnya dalam satu divisi. Limbong (2011) menyatakan dalam Gambar 13 bahwa pada sistem pemupukan BMS di Gunung Sari Estate karyawan penabur pupuk berjalan di pasar pinggul hingga tembus ke collection road berikutnya dan masuk ke pasar pikul dalam blok selanjutnya juga hingga tembus ke collection road. Berikutnya karyawan penabur akan pindah ke pasar pikul di sampingnya. Gambar 11 menyajikan sistem penaburan BMS menurut Limbong, 2011 dan Gambar 14 menyajikan sistem penaburan BMS di PSE Gambar 13. Cara Kerja Pemupukan Blok Manuring System di Gunung Sari Estate (Limbong, 2011).

59 46 Gambar 14. Cara Kerja Pemupukan Blok Manuring System di Pinang Sebatang Estate. Sistem kerja BMS di PSE berbeda dengan GSE. Karyawan penabur pupuk hanya menaburkan pupuk sampai pasar tengah lalu kembali ke collection road yang sama dan masuk ke pasar pikul di blok sebelahnya. Jika dihitung jarak yang ditempuh seorang penabur pupuk di GSE maka didapatkan hasil dalam 603 m maka penabur dapat menabur 128 pokok sedangkan pada PSE seorang penabur harus menempuh jarak sejauh m untuk dapat menabur 128 pokok. Sistem penaburan pupuk BMS di PSE dapat digolongkan tidak efisien karena seorang penabur harus mengeluarkan tenaga lebih banyak dibandingkan karyawan penabur pupuk di GSE. Kegiatan pengambilan pupuk di gudang juga mempengaruhi efisiensi pelaksanaan pemupukan. Kegiatan pengambilan pupuk di PSE harus mendapat persetujuan dari Kepala Gudang. Kepala Gudang bertugas memastikan jumlah pupuk yang dimuat dari gudang ke lapangan. Pupuk yang dimuat merupakan pupuk yang sudah diuntil. Proses pengambilan pupuk dari gudang ke lahan harus didampingi oleh keamanan kebun. Proses pengambilan pupuk tergolong terlambat karena karyawan baru mulai muat pupuk ke dump truck pada pukul Proses muat pupuk membutuhkan waktu sekitar 40 menit sehingga pupuk baru sampai di lapangan pada pukul Hal ini mengakibatkan proses pemupukan tergolong lambat. Karyawan penabur harus menunggu di lapangan hingga pukul Efisiensi waktu dapat ditingkatkan jika Kepala Gudang dan tenaga muat pupuk

60 47 mulai bekerja pada pukul ketika karyawan penabur antrian pagi sehingga ketika karyawan penabur tiba di lapangan pupuk telah diecer. Efektivitas Pemupukan Pemupukan merupakan hal yang sangat penting bagi tanaman perkebunan khususnya kelapa sawit. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pemupukan mencapai ±60% dari seluruh total biaya operasional kebun. Biaya yang tinggi maka harus diikuti dengan cara pemupukan yang baik. Strategi pemupukan kelapa sawit yang baik harus mengacu pada konsep efektivitas dan efisiensi yang maksimum. Strategi pemupukan yang baik terletak pada aspek perencanaan dan pelaksanaan pemupukan yang sesuai dengan anjuran rekomendator. Rencana kerja yang terarah (Pemupukan diselesaikan blok per blok) dan pelaksanaan pemupukan yang baik sesuai dosis anjuran (semua pokok mendapat pupuk secara merata), serta pengawasan yang baik (terutama di daerah rendahan dan berbukit) (Pahan, 2006). Pemupukan yang efektif dan efisien selalu mengacu pada konsep empat tepat (4 T) yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu aplikasi (Poeloengan et al., 2003). Sedangkan untuk memperbaiki kondisi lahan dapat dilakukan melalui aplikasi bahan organik seperti limbah pabrik kelapa sawit (PKS). Tepat Jenis. Beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan jenis pupuk antara lain : umur tanaman, gejala defisiensi hara, kondisi lahan dan harga pupuk (Poeloengan et al., 2003). Minamas Research Center (MRC) merekomendasikan jenis pupuk yang digunakan di Pinang Sebatang Estate pada tahun adalah Urea, Rock Phospate, MOP, Dolomite, Kieserite, dan HGFB. Pada tahun pupuk majemuk NK Blend sempat dianjurkan oleh MRC untuk digunakan di PSE, namun penggunaan NK Blend mengindikasikan efektifitas pemupukan yang menurun sehingga pada tahun penggunaan jenis pupuk dikembalikan ke pupuk tunggal yaitu Urea dan MOP. Ketidakefisienan penggunaan pupuk majemuk NK Blend di kebun PSE didasarkan pada beberapa hal berikut ini : transportasi pupuk, harga pupuk,

61 48 ketersediaan tenaga kerja. Transportasi pupuk ke kebun PSE tidaklah sulit karena dari kota Pekanbaru hanya sekitar 2 hingga 3 jam berbeda dengan kebun di Kalimantan yang membutuhkan waktu sekitar 9 jam untuk dapat masuk ke kebun dengan akses jalan yang relatif lebih sulit. Harga pupuk majemuk NK Blend lebih mahal daripada 2 pupuk tunggal yaitu Urea dan MOP. Tenaga kerja perempuan untuk penabur pupuk tidaklah sulit berbeda dengan kebun di Kalimantan yang sulit mencari tenaga kerja. Berdasarkan hal tersebut MRC menilai penggunaan pupuk tunggal lebih sesuai di PSE jika dikaji dari segi ekonomis. Menurut Poeloengan et al (2003) biaya produksi menjadi bagian terbesar dalam biaya pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Bersamaan dengan peningkatan kebutuhan pupuk pada perkebunan kelapa sawit menyebabkan beredarnya pupukpupuk yang kualitasnya di bawah standar. Salah satu langkah yang dilakukan kebun PSE adalah melakukan quality control terhadap pupuk yang baru datang di gudang dengan pengambilan sample pupuk untuk diuji di MRC kandungan unsur hara aktual dalam pupuk tersebut. Namun demikian hasil check sample pupuk baru akan diketahui minimal 2 minggu setelah analisa di lab MRC sedangkan pupuk yang datang segera diaplikasi pupuk, hal ini menjadikan hasil uji lab kurang bermanfaat karena hanya sebagai evaluasi dan bahan untuk mengajukan complain terhadap pihak distributor pupuk namun pengaplikasian pupuk di bawah standar belum dapat dicegah. Tepat Dosis. Prinsip utama dalam aplikasi/penaburan pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah bahwa setiap pokok harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah direkomendasikan oleh Minamas Research Center (MRC) untuk mencapai produktifitas tanaman yang menjadi tujuan akhir dari bisnis perkebunan. Dosis rekomendasi diberikan ke kebun PSE pada bulan Mei atau 2 bulan sebelum awal semester ganjil sehingga kebun dapat mengajukan pupuk yang akan di aplikasi kepada bagian Purchasing Minamas. Pinang Sebatang Estate memiliki areal dengan topografi berbukit sehingga digunakan sistem until pupuk untuk menjaga agar aplikasi pupuk tetap dosis. Sistem untilan pupuk adalah suatu sistem dimana pupuk dalam satu karung dengan berat 50 kg dibagi ke beberapa karung dengan bobot yang disesuaikan

62 49 dengan jumlah pokok yang akan di aplikasi dan dosis aplikasi contoh perhitungannya adalah sebagai berikut : Divisi : IV Blok : B011 (Tahun Tanam 1994 = Pupuk Urea Dosis Bobot satu until ha = pokok) : kg = sak : 2 kg/pokok : 14 kg Jumlah untilan : /14 = Penulis melakukan pengamatan terhadap tepat dosis di kebun PSE. Penulis melakukan pengamatan pada 4 orang pemupuk pada satu blok dan dilakukan pada 3 blok untuk pupuk MOP dan 2 blok untuk pupuk Urea. Pengamatan penulis terkait tepat dosis pada pupuk MOP dan Urea disajikan pada Tabel 6 dan 7. Blok Tabel 6. Pengamatan Tepat Dosis Pupuk MOP Berat Tahun Jenis Dosis Untilan Tanam Pupuk (kg/pokok) (kg) Penabur ke- Rata-rata jumlah pokok/until Persen Ketepatan Dosis D011, 1994 MOP I % D II % III % IV % A008, 1994 MOP I % A II % III % IV % D MOP I % II % III % IV % Rata-rata 107.8% Sumber : Data pengamatan penulis, 2012 Berdasarkan data pengamatan tepat dosis tersebut didapatkan hasil bahwa rata-rata persentase ketepatan dosis aplikasi pada pupuk MOP adalah 107.8%, hal tersebut terjadi karena takaran untilan pupuk MOP tidak disesuaikan dengan dosis rekomendasi dan jumlah pokok dalam satu pasar namun terpaku pada sistem untilan 14 kg. Dosis rekomendasi pupuk MOP adalah 1.5 kg, sedangkan satu untilan berisi 14 kg untuk 9 pokok sehingga terdapat lebih pupuk 0.5 kg pada

63 50 setiap until pupuk MOP. Pupuk lebih 0.5 kg setiap untilnya seharusnya dapat dihindari dengan menyesuaikan bobot untilan dengan dosis rekomendasi dan jumlah pokok yang akan diaplikasi untuk satu untilan. Kelebihan dosis sebesar 7.8% berpengaruh dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh PSE. Berdasarkan perhitungan penulis dengan harga pupuk MOP non subsidi sebesar Rp 7 500,- maka PSE akan mengalami kerugian sebesar Rp ,- untuk satu divisi. Divisi : IV Luas : 864 ha Kelebihan Dosis : 7.8% Harga Pupuk MOP : Rp 7 500,- / kg Jumlah Pokok per ha : 131 pokok/ha Dosis Pupuk MOP : 1.5 kg/pokok Kelebihan Pupuk : 7.8% x 1.5 kg/pokok = 117 g/pokok Kelebihan Pupuk per ha : 117 g/pokok x 131 pokok/ha = g/ha = 15 kg/ha Total Kelebihan Pupuk Divisi IV PSE : 15 kg/ha x 864 ha = kg Total Kerugian PSE untuk Satu Divisi : kg x Rp 7 500,- /kg = Rp ,- Pada Tabel 7 terlihat bahwa ketepatan dosis rata-rata aplikasi pupuk urea mencapai angka 97.6%, hal tersebut terjadi karena takaran untilan yang digunakan tetap mengacu pada 14 kg sehingga dengan dosis aplikasi 1 kg urea dan dalam satu pasar terdapat jumlah pokok 32 pokok sedangkan untilan yang diecer di setiap pasar sebanyak 2 until maka total hanya 28 kg dan hanya cukup untuk 28 pokok. Pada pengamtan penulis di blok yang lain takaran untilan sudah direvisi mengacu pada jumlah pokok pada setiap pasar sehingga bobot untilan menjadi 16 kg hal ini terbukti mempu meningkatkan tepat dosis dapat mencapai 100%. Jika dibandingkan antara kebutuhan pupuk per pasar dengan total pupuk yang tersedia di pasar maka jumlah pupuk yang tersedia di pasar pikul tidak tepat dengan kebutuhan pupuk per pasar. Tabel 8 menyajikan kebutuhan pupuk dan jumlah pupuk yang tersedia per pasar.

64 51 Tabel 7. Pengamatan Tepat Dosis Pupuk Urea Blok Tahun Jenis Dosis Berat Penabur Rata-rata Persen Tanam Pupuk (kg/pokok) Untilan ke- Jumlah Ketepatan D Urea 1 (kg) 14 I pokok/until % Dosis 1 14 II % 1 14 III % 1 14 IV % B Urea 1 16 I % 1 16 II % 1 16 III % 1 16 IV % Rata-rata 97.6% Sumber : Data pengamatan penulis, 2012 Pada Tabel 8 terlihat bahwa pada bobot untilan 14 kg pada pupuk MOP total pupuk yang terdapat di setiap pasar tidak tepat sesuai dengan kebutuhan pupuk per pasar. Bobot untilan 16 kg lebih sesuai antara total pupuk per pasar dengan kebutuhan pupuk per pasar. Pemupukan di PSE sudah tergolong tepat dosis hanya perlu diadakan penyesuaian takaran untilan untuk pemupukan yang lebih efisien. Jenis Pupuk Tabel 8. Perbandingan Kebutuhan Pupuk dan Jumlah Pupuk Tersedia per Pasar dengan Bobot Untilan yang Berbeda Bobot Rata-rata Jumlah Jumlah Total Dosis Kebutuhan Untilan Pokok Hingga Untilan per Untilan (kg/pokok) Pupuk (kg) (kg) Pasar Tengah Pasar per Pasar MOP sampai MOP Urea Urea Sumber : Data pengamatan penulis, 2012 Tepat Cara. Menurut Poeloengan et al. (2003) pemupukan manual di perkebunan kelapa sawit umumnya dilakukan menggunakan 2 cara yaitu cara tabor dan cara benam (pocket). Pemupukan di kebun PSE dilakukan dengan cara tebar. Pupuk wajib disebar merata di pinggir pelepah mati yang disusun secara U shape. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kehilangan pupuk akibat aliran air hujan (run off). Pupuk yang terkena aliran air hujan akan tertahan di bawah pelepah mati sehingga pupuk tersebut tetap dapat diserap oleh tanaman. Berdasarkan pengamatan penulis maka Asisten Divisi IV PSE memberikan kesempatan kepada penulis untuk memberikan pengarahan kepada

65 52 pemupuk tentang cara pemupukan yang tepat. Penulis menjelaskan kepada pemupuk bahwa pupuk harus disebar secara merata hingga ke belakang pokok kelapa sawit agar pupuk tidak menumpuk di satu titik yang mengakibatkan peluang kehilangan pupuk semakin besar karena akar yang menyerap pupuk hanya ada di satu titik sedangkan akar aktif tersebar merata mengelilingi pokok kelapa sawit. Pupuk juga harus menyentuh tanah agar akar dapat menyerap unsur hara yang disediakan pupuk bukan diatas pelepah mati. Pupuk yang terletak diatas pelepah mati hanya akan hilang karena menguap terutama pupuk yang memiliki sifat higroskopis seperti urea. Berdasarkan pengamatan penulis, terjadi perubahan prestasi kerja antara sebelum dan setelah penulis memberikan pengarahan mengenai cara penaburan yang benar. Tabel 9 menyajikan perubahan prestasi kerja karyawan pada saat sebelum dan setelah pengarahan penaburan pupuk oleh penulis. Tabel 9. Pengamatan Prestasi Kerja Sebelum dan Setelah Pengarahan Penulis Prestasi Premi Setelah atau Sebelum Jenis Blok Kerja Karyawan Pengarahan oleh Penulis Pupuk Karyawan (Rp/hari) Sebelum (15 Februari 2012) D005 MOP 602 kg Sebelum (14 Maret 2012) D011, D010 MOP 610 kg Sebelum (16 Maret 2012) A008, A009 MOP 606 kg Sebelum (15 April 2012) B011, B012 Urea 600 kg Sebelum (25 April 2012) C012, D012, D013 Urea 608 kg Setelah (26 April 2012) B009, B010 Urea 455 kg Setelah (27 April 2012) B008, B009 Urea 217 kg 0 Setelah (27 April 2012) A013 Urea 350 kg 0 Setelah (09 Mei 2012) A012, A010 Urea 451 kg Sumber : Data pengamatan penulis, 2012 Pada Tabel 9 terlihat perbedaan prestasi kerja sebelum dan setelah penulis memberi pengarahan dimana sebelum penulis memberi pengarahan prestasi kerja penabur selalu di atas 600 kg atau premi maksimum dalam pemupukan. Setelah pengarahan penaburan pupuk oleh penulis prestasi kerja menjadi menurun karena penabur yang tadinya hanya menaburkan pupuk dar samping kiri dan kanan pokok sekarang wajib menabur mengelilingi pokok. Penaburan pupuk menjadi lebih merata namun premi karyawan penabur menjadi turun. Tepat Waktu. Waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh iklim (terutama curah hujan), sifat fisik tanah, pengadaan pupuk, serta adanya sifat

66 53 sinergis dan antagonis antar unsur hara (Pahan, 2006). Pada Tabel 11 terlihat untuk pupuk MOP dan RP pada realisasinya di semester pertama tidak dipupuk hal ini dapat terjadi karena pada bulan Oktober hingga Desember 2011 mengalami curah hujan yang tinggi. Data curah hujan di semester pertama hingga bulan Januari dapat dilihat dari Tabel 10. Tabel 10. Curah Hujan Juli 2011 Januari 2012 Bulan Curah Hujan (mm) Juli 102 Agustus 145 September 216 Oktober 290 November 232 Desember 242 Januari 116 Sumber : Data Pinang Sebatang Estate, 2012 Pemupukan MOP dilakukan 2 kali pada semester 2 hal ini akan merugikan karena kebutuhan hara pada semester 2 hanya 1.25 kg per pokok jika ditambah lagi 1.5 kg per pokok di semester 2 maka pokok sawit juga tidak mampu menyerap unsur hara. Unsur hara hanya akan menghilang tercuci ataupun menghilang karena penguapan. Menurut Pahan (2006) untuk menjamin waktu pemupukan yang tepat, sebaiknya dilakukan pembelian secara kontrak dengan stok minimal untuk penaburan 1 bulan. Sistem pemasaran pupuk di Indonesia terdiri dari 4 lini, yaitu produsen (Urea, TSP, ZA) dan importer (TSP, MOP), unit pemasaran PUSRI (tingkat provinsi), distributor (tingkat kabupaten), serta instansi pemerintah dan PT atau KUD (tingkat desa). Para petani akan lebih diprioritaskan terlebih dahulu oleh PUSRI baru kemudian pihak perkebunan. Tabel 11 menyajikan waktu rekomendasi pemupukan, kedatangan pupuk serta aktualisasi pemupukan di lapangan sedangkan rekapitulasi program pemupukan tahun di PSE disajikan pada Lampiran 6. Pada Tabel 11 terlihat bahwa kedatangan pupuk sebagian besar sudah datang sebelum bulan aplikasi rekomendasi. Namun, pada pupuk MOP yang direkomendasikan untuk aplikasi pada bulan Oktober hingga November tidak dapat terlaksana sesuai jadwal. Hal tersebut dapat terjadi salah satunya karena kedatangan pupuk MOP terlambat hingga bulan Desember.

67 54 Jenis Pupuk Urea RP MOP Dolomite Kieserite Tabel 11. Waktu Kedatangan Pupuk, Waktu Aplikasi Rekomendasi serta Realisasi Pemupukan Aplikasi Waktu Kedatangan Pupuk Waktu Aplikasi Rekomendasi Waktu Realisasi Pemupukan Dosis (kg) Pertama Juni - Juli September Oktober Juli Agustus 1 Kedua Januari-Februari Maret April April Mei 1 Pertama Juli - Agustus Oktober November Agustus September 1 Kedua - - Pertama Juni, Juli dan Desember Oktober November Februari Maret 1.5 Kedua Februari - Maret Maret April 1.25 Pertama Juli - Agustus Agustus Agustus 1.8 Kedua Pertama Juni Agustus Juli Agustus 1.75 Kedua Pertama Juli Juli Juli Januari 0.1 HGFB Kedua Sumber : Data Pinang Sebatang Estate, 2012 Defisiensi Unsur Hara Tanaman Penulis mengamati defisiensi unsur hara Pinang Sebatang Estate secara visual bersamaan dengan pengambilan sample LSU. Tabel 12 menyajikan hasil pengamatan penulis mengenai defisiensi unsur hara di Divisi IV PSE. Tabel 12. Pengamatan Visual Defisiensi Hara Ʃ Pokok diamati Ʃ Pokok Sehat Ʃ Pokok Sakit Defisiensi Hara Ulangan N K P Mg B Total Persentase 71.79% 2.10% 1.77% 6.08% 0.77% 11.50% 5.53% Sumber : Data pengamatan penulis, 2012 Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa pokok di Divisi IV PSE 71.79% merupakan tanaman sehat yang memiliki kecukupan unsur hara. Pada ulangan ke- 3 penulis mengambil data di blok C26 Divisi IV PSE dimana blok tersebut berbatasan langsung dengan Sungai Pingai sehingga setengah dari blok tersebut merupakan areal rendahan atau rawa yang menyebabkan tanaman kerdil karena tergenang dan anak daun menguning akibat kekurangan unsur Mg. Defisiensi hara yang paling banyak terdapat di Divisi IV PSE adalah defisiensi hara K dan B.

68 55 Defisiensi hara B dapat terlihat dari anak daun yang keriput, daun muda menbengkok dan berwarna kecoklatan. Defisiensi unsur hara K dapat terlihat dari bagian tepi anak daun mengering (Pahan, 2006). Aplikasi Pupuk Organik Penulis melakukan pengamatan terhadap beberapa blok yang telah di aplikasi pupuk organik. Penulis mengamati hubungan antara dosis pupuk anorganik pada lahan yang tidak di aplikasi janjang kosong dan total produksi blok yang diberi aplikasi janjang kosong berbanding dengan blok yang tidak diaplikasi. Jika dilihat dari Tabel 13 dosis aplikasi pupuk anorganik di lahan yang telah diaplikasi janjang kosong maupun yang tidak diaplikasi tidak berbeda hal ini dikarenakan MRC masih tetap mengacu kepada hasil analisis LSU dalam penetapan dosis rekomendasi. Pengaplikasian janjang kosong merupakan upaya meningkatkan unsur hara yang memerlukan biaya untuk pengaplikasiannya. Pengaplikasian janjang kosong yang tidak diikuti penurunan dosis rekomendasi menyebabkan biaya pemeliharaan di setiap Estate menjadi lebih tinggi. Pada blok yang telah diaplikasi janjang kosong total produksi ton per ha di atas rata-rata. Pada blok C011 dan C012 yang sudah di aplikasi sekitar 21% dan 45% produksinya total ton per ha pada blok tersebut mencapai dan ton per ha sedangkan rata-rata produksi per blok hanya berkisar 18 ton per ha. Blok B013 dan C013 merupakan areal yang sebagian blok nya merupakan rendahan. Blok C013 telah diaplikasi janjang kosong hingga 100% dengan total produksi mencapai rata-rata total produksi blok yaitu ton/ha sedangkan blok B013 tidak diaplikasi janjang kosong sehingga produksi blok hanya ton/ha. Hal ini dapat terjadi karena unsur hara K merupakan unsur hara yang paling banyak terkandung di dalam janjang kosong dan paling cepat terurai yang berfungsi untuk meningkatkan jumlah dan ukuran tandan.

69 56 Tabel 13. Dosis Pupuk, Total Aplikasi Janjang Kosong, Total Produksi Blok / (TT) Jumlah Pokok / (Luas (ha)) Aplikasi ke Dosis (kg/ pokok) Aplikasi Janjang Kosong (jumlah pokok) Urea RP MOP Dolomite Kieserite HGFB B B B C C C C C Total Produksi (ton/ha) C C D

70 57 Tabel 13. Dosis Pupuk, Total Aplikasi Janjang Kosong, Total Produksi (Lanjutan) Blok / (TT) Jumlah Pokok / (Luas (ha)) Aplikasi ke Dosis (kg/ pokok) Aplikasi Janjang Kosong (jumlah pokok) Urea RP MOP Dolomite Kieserite HGFB D D D D Sumber : Data Pinang Sebatang Estate dan Pengamatan Penulis, 2012 Keterangan : 1) Periode Aplikasi Pemupukan Juli Juni ) Periode Panen Juli Maret ) Aplikasi Janjang Kosong hingga Maret 2012 Total Produksi (ton/ha)

71 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Manajemen pemupukan di Pinang Sebatang Estate sudah tergolong baik. Perencanaan hingga pengawasan sudah berjalan sesuai SOP yang ada. Efektifitas pemupukan tidak terlepas dari konsep 4 T (tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu). Pemupukan MOP di PSE kelebihan dosis sebesar 7.8% dan pada pupuk urea kekurangan dosis sebesar 2.4% menunjukkan pemupukan sudah tergolong tepat dosis namun kesesuaian untilan pupuk dengan jumlah pokok harus lebih diperhatikan. Pemupukan di PSE masih belum memenuhi kriteria tepat waktu dimana pada semester 2 pemupukan MOP dilakukan dua kali karena pupuk MOP semester 1 belum diaplikasi. Kriteria tepat waktu menjadi penting karena terkait dengan efisiensi dan efektifitas pemupukan. Pemupukan dua kali dalam satu semester tidak efektif karena kebutuhan pupuk MOP pokok sawit pada satu semester hanya sekitar 1.5 kg. Pupuk hanya akan hilang karena tercuci sehingga pemupukan tidak efektif dan tidak efisien dari segi biaya. Janjang kosong di PSE sudah diaplikasikan di beberapa blok. Meningkatnya sumber unsur hara pada setiap pokok belum diikuti dengan penurunan dosis rekomendasi sehingga biaya pemeliharaan bertambah tinggi. Saran Untilan pupuk disesuaikan dengan dosis dan jumlah pokok per pasar sehingga jumlah untilan yang diecer tepat untuk satu pasar. Cara kerja pemupukan dibuat lebih efisien sehingga penabur tidak menghabiskan banyak tenaga untuk berjalan menuju pasar berikutnya. Aplikasi janjang kosong diharapkan menjadi salah satu kriteria yang dilihat dalam penentuan dosis rekomendasi.

72 59 DAFTAR PUSTAKA Chapman, G. W. dan H. M. Gray Leaf analysis and the nutrition of oil palm. Ann Bot. 13: Depkominfo Peningkatan produktivitas cpo dukung pertumbuhan ekonomi. duktivitas-cpo-dukung-pertumbuhan-ekonomi/. [14 April 2011] Ditjenbun, Luas areal dan produksi perkebunan seluruh indonesia menurut pengusahaan. [14 April 2011]. Hakim, M Kelapa Sawit: Teknis Agronomis dan Manajemennya (Tinjauan Teoritis dan Praktis). Lembaga Pupuk Indonesia. Jakarta. 296 hal. Limbong, R. K Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Lubis, A. U Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat Bandar Kuala. Pematang Siantar. 435 hal. Manual Referensi Agronomi Minamas Plantation Buku Pedoman Teknis Kelapa Sawit. Minamas Plantation. Jakarta. 738 hal. Pahan, I Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 424 hal. Poeloengan, Z, M. L. Fadli, Winarna, S. Rahutomo, dan E. S. Sutarta Permasalahan pemupukan pada perkebunan kelapa sawit, hal Dalam W. Darmosarkoro, E. S. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Medan. Sastrosayono, S Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 65 hal. Setyamidjaja, D Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal. Sutarta, E. S, S. Rahutomo, W. Darmosarkoro, dan Winarna Peranan unsur hara dan sumber hara pada tanaman kelapa sawit, hal Dalam W. Darmosarkoro, E. S. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Sutarta, E. S, M. R. Adiwiganda, dan Z. Poeloengan Pengambilan contoh daun dan tanah, hal Dalam W. Darmosarkoro, E. S. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

73 60 Sutarta, E. S. dan W. Darmosarkoro Penggunaan pupuk majemuk pada perkebunan kelapa sawit, hal Dalam W. Darmosarkoro, E. S. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Winarna, W. Darmosarkoro dan E. S. Sutarta Teknologi pemupukan tanaman kelapa sawit, hal Dalam W. Darmosarkoro, E. S. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

74 LAMPIRAN 60

75 61 Lampiran 1. Jurnal Kegiatan Magang di Pinang Sebatang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Siak, Riau. Tanggal 11-Feb Feb Feb-12 Orientasi Kebun Libur Uraian Kegiatan Karyawan Prestasi Kerja Standar Jumlah Karyawan Lama Kegiatan 2.20 ha 3 ha 13 7 jam Lokasi Blok C011, C010 dan C009, Mengikuti Panen 14-Feb-12 Until Pupuk kg/ 7 HK 9 7 jam Gudang Pupuk dan PKS 15-Feb-12 Mengikuti Pemupukan 43 until / 602 kg 450 kg 26 4 jam Divisi 1 16-Feb-12 Mengikuti Panen 2.89 ha/ HK 3 ha 14 7 jam Blok D010 dan D Feb-12 Demonstrasi Trunk Injection 5 jam TSE dan Kantor Divisi 18-Feb-12 Membantu Krani Divisi 152 HK 7 jam Divisi IV 19-Feb-12 Libur 20-Feb-12 Pengendalian gulma 29 HK 7 jam Divisi IV 21-Feb-12 Pengendalian gulma 3.4 ha / HK 17 HK 7 jam Blok C Feb-12 ISPO 23-Feb-12 ISPO 24-Feb-12 ISPO 25-Feb-12 Tanam Casia ISPO 269 Bibit 7 HK 7 jam Blok D Feb-12 Libur 27-Feb-12 Mengikuti Pemupukan, ISPO 606 kg/hk 600 kg/ HK 30 HK 7 jam 28-Feb-12 Aplikasi JJK, ISPO 185 pokok / HK 12 pokok/ HK 5 HK 7 jam C013, C008 5-Mar-12 Kerani, ISPO C010, C011, C012, D 011, D012, D 013

76 62 Lampiran 1. Jurnal Kegiatan Magang di Pinang Sebatang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Siak, Riau (Lanjutan) Tanggal Uraian Kegiatan Karyawan Prestasi Kerja Standar Jumlah Karyawan Lama Kegiatan 6-Mar-12 ISPO 7-Mar-12 Mengikuti Panen 15 HK 7 jam 8-Mar-12 ISPO 9-Mar-12 ISPO 7 jam 10-Mar-12 Kerani Divisi Kantor Besar 11-Mar-12 Libur 12-Mar-12 Kerani Divisi 13-Mar-12 Kerani Divisi 14-Mar-12 Pupuk 610 kg / HK 600 kg / HK 18 HK 5 jam D011, D Mar-12 Mengikuti pemupukan 606 kg / HK 600 kg / HK 30 HK A009, A Mar-12 Mengikuti pemupukan 606 kg / HK 600 kg / HK 32 A008, A Mar-12 Rapat Pembibitan 5 jam Kantor Besar 18-Mar-12 Libur 19-Mar-12 Areal Pembibitan PT AIP. 10 orang 10 jam Krani Bibitan Divisi II 20-Mar-12 Areal Pembibitan PT AIP. 10 orang 10 jam Krani Bibitan Divisi II 21-Mar-12 Cek bibit afkir 7 jam Kantor Besar 22-Mar-12 Membantu mandor Emplasent 4 jam Emplasment 23-Mar-12 Pembukaan PORSENIBUN 7 jam Emplasment 24-Mar-12 Kerani Divisi 7 jam Kantor Besar Lokasi

77 63 Lampiran 1. Jurnal Kegiatan Magang di Pinang Sebatang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Siak, Riau (Lanjutan) Tanggal Uraian Kegiatan Karyawan Standar Prestasi Kerja Jumlah Karyawan Lama Kegiatan 26-Mar-12 Kerani Divisi 7 jam Kantor Besar 27-Mar-12 Persiapan SOU Kantor Besar 28-Mar-12 Pengarahan LSU oleh MRC 4 jam Blok C Mar-12 Pengambilan Leaf sampling Unit 7 jam Blok C25 30-Mar-12 Pengambilan Leaf sampling Unit 7 jam Blok C Mar-12 Kantor Divisi, Kantor 7 jam Krani Divisi Besar 1-Apr-12 Libur 2-Apr-12 Penentuan dosis di MRC MRC 3-Apr-12 Krani Divisi 7 jam Kantor Besar 4-Apr-12 Field Day R&D 7 jam Teluk Siak 5-Apr-12 Field Day R&D 7 jam Teluk Siak 6-Apr-12 Libur 7 jam 7-Apr-12 Persiapan SOU 16 Kantor Besar 8-Apr-12 Libur 7 jam 9-Apr-12 Menggantikan Kerani Divisi Kantor Besar 10-Apr-12 Membantu Kerani Divisi 7 jam Kantor Besar 11-Apr-12 SOU 16 7 jam Kantor Besar 12-Apr-12 field Mill dan Meeting SOU 16 7 jam Teluk Siak 13-Apr-12 Pengumpulan data di Kantor Besar 8 jam Kantor Besar Lokasi

78 64 Lampiran 1. Jurnal Kegiatan Magang di Pinang Sebatang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Siak, Riau (Lanjutan) Tanggal Uraian Kegiatan Karyawan Prestasi Kerja Standar Jumlah Karyawan Lama Kegiatan 14-Apr-12 Kantor Divisi 7 jam Kantor Divisi 15-Apr-12 Libur 16-Apr-12 Supervisi Dosen 7 jam 17-Apr-12 Panen 7 jam C011, C010, C Apr-12 Until Pupuk 7 jam Gudang Sentral 19-Apr-12 Kantor Divisi 7 jam 20-Apr-12 Krani Bibitan 7 jam Divisi 2 21-Apr-12 Krani Bibitan 7 jam Divisi 2 22-Apr-12 Libur 23-Apr-12 Kantor Divisi 7 jam 24-Apr-12 Kantor Besar 7 jam 25-Apr-12 C 012, D 012, 608 kg /HK 23 7 jam Pupuk D Apr-12 B 008, B009, 455 kg/ ha 28 7 jam Pupuk B Apr-12 Pupuk 217 kg/ HK 28 7 jam B008 B Apr-12 Rekap bibit tanaman bulan april 5 jam Kantor Besar 29-Apr-12 Libur 30-Apr-12 Until Pupuk 5 jam Gudang Sentral Lampiran 1. Jurnal Kegiatan Magang di Pinang Sebatang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Siak, Riau (Lanjutan) Lokasi

79 65 Tanggal Uraian Kegiatan Karyawan Prestasi Kerja Standar Jumlah Karyawan Lama Kegiatan 1-May-12 MRC 7 jam MRC 2-May-12 Krani Bibitan 5 jam Divisi 2 3-May-12 Mandor Panen 7 jam Divisi 3 4-May-12 Until Pupuk 5 jam Gudang Sentral 5-May-12 Pupuk 350 kg/ HK 7 jam A013 6-May-12 Libur 7 jam 7-May-12 Rumah BSS 5 jam Divisi 1 8-May-12 Field Check dan Rapat SOU 9 jam 9-May-12 Pupuk 451 kg / HK 7 jam A 012, A May-12 Pupuk 7 jam A009, A010 Lokasi

80 Lampiran 2. Peta Areal Statement Pinang Sebatang Estate. 66

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate (GSE) PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berada di wilayah Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah 18 KONDISI UMUM KEBUN Letak Geografis Kebun PT. Ladangrumpun Suburabadi merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha yaitu : Angsana Estate (ASE), Gunung Sari Estate (GSE), dan Angsana Factory (ASF).

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate LAMPIRAN 59 60 Lampiran 1. Jurnal Harian Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate Tanggal Uraian Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar...(Satuan/HK)... 11 Februari 2012 Orientasi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN oleh HULMAN IRVAN A24052646

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu jenis

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan penulis di kebun Pinang Sebatang Estate (PSE) Divisi IV dimulai dari antrian pagi yang dilakukan pada pukul 05.30 06.30 setiap harinya. Kegiatan ini

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN OLEH EKY PERDANA A24052775

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Tambusai Estate terletak di antara 100 0 37-100 0 24 Bujur Timur dan 1 0 04-1 0 14 Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 5 November 2009 PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen 45 PEMBAHASAN Kegiatan panen merupakan salah satu kegiatan budidaya kelapa sawit yang paling penting. Cara panen yang tepat sangat mempengaruhi kuantitas produksi dan waktu yang tepat mempengaruhi kualitas

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan PANEN KELAPA SAWIT 1. Pengrtian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di

Lebih terperinci

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja (satuan/hk) Standar Pekerja Penulis Status sebagai Mahasiswa 14 Feb 2008 Orientasi lapang Seluruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Bul. Agrohorti 4 (2):132-137 (2016) Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Fertilization Management on Mature Plant Oil Palm in Kebun Tanjung Jati Monica Christina

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-34 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT.PN III (PT. Perkebunan Nusantara III) Kebun Rambutan merupakan salah satu unit PT. PN III yang memiliki 8 wilayah kerja yang dibagi berdasarkan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara Harvest and Transportation Management of Palm Oil Fresh Fruit Bunch (Elaeis guineensis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen 53 PEMBAHASAN Kriteria Panen Kriteria panen atau minimum ripenes standart (MRS) secara umum untuk tandan buah yang dapat dipanen di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG KEMASAN ESTATE, PT. BERSAMA SEJAHTERA

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP 38 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP (CLP GROUP) dengan nama P.T. SUBUR ARUM MAKMUR kebun Senamanenek I (PT.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

KEADAAN UMUM. Letak Geografi 8 KEADAAN UMUM PT. Sari Lembah Subur (SLS) merupakan anak perusahaan dari PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT. SLS adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Letak Geografis Kebun Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Letak Geografis Kebun Keadaan Iklim dan Tanah 12 KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Angsana Estate (ASE) merupakan salah satu kebun yang dikelola oleh unit usaha PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI) dibawah naungan PT Minamas Plantation (sebelumnya

Lebih terperinci

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau Nurcahya Destiawan dan Ani Kurniawati * 1 Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Keefektifan pemupukan berkaitan dengan tingkat hara pupuk yang diserap tanaman. Pupuk dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Efesiensi pemupukan berkaitan

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau Bul.Agrohorti 2 (3): 213-220 (2015) Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau Harvest Management of Oil Palm at Tambusai District

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGELOLAAN KELAPA SAWIT ((Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, PEMATANG KULIM, BAKRIE

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MUSTIKA PT SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh CINDY CHAIRUNISA

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. SOCFIN INDONESIA, KEBUN TANAH GAMBUS, LIMA PULUH, BATU BARA, SUMATERA UTARA Oleh : GUNTUR SYAHPUTRA PURBA A 34104049 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Manajemen Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate, Riau

Manajemen Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate, Riau Manajemen Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate, Riau Harvesting Management and Post Harvest Handling Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Teluk

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG 9 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Wilayah dan Administratif PT. Intisawit Perkasa terletak di Desa Kepenuhan Barat, Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Lokasi perkebunan dapat dicapai

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN 54 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS SUMATERA BARAT. PT. Bakrie Pasaman Plantations ini bernaung dibawah PT. Bakrie

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. 51 PEMBAHASAN Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton,

Lebih terperinci

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014 Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014 IMPLEMENTASI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) POLA MASYARAKAT PADA

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 tahun. Proses pemanenan kelapa sawit meliputi kegiatan memotong tandan buah yang masak, memungut brondolan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate Manager membawahi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Tanggal : 28 Juli 2011 PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PELANTARAN AGRO ESTATE

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar 23 Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Tanggal Uraian Kegiataan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi 01/03/2014 Penunasan 10 pokok 54 pokok 76 pokok L022 02/03/2014 Libur hari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Harvest Management on oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) at East Kota Waringin, Central Kalimantan

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau Harvesting Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Sei Lukut Estate, Siak, Riau Zul Adhri Harahap dan Hariyadi

Lebih terperinci

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U )

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) PENDAHULUAN Leaf sampling merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pupuk yang akurat akan menghasilkan produksi TBS yang maksimal.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai November 2009 di PTP Nusantara VI pada unit usaha Rimbo Satu Afdeling IV (Gambar Lampiran 5), Rimbo Dua Afdeling

Lebih terperinci

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : BAYU SUGARA NIM. 110500079 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konservasi Tanah Salah satu faktor yang cukup penting dan peranannya sangat besar dalam usaha perkebunan kelapa sawit adalah kondisi sumberdaya lahannya. Keadaan tanah kebun inti I

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO 2, dan air. Bagian yang perlu

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha)

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha) I. TINJAUAN PUSTAKA A. Produksi 1. Peramalan Produksi Peramalan produksi sangat penting dan ketepatannya akan meningkatkan efesiensi dibidang pemakaian tenaga pemanen, angkutan dan jam olah pabrik. peramalan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk 35 PEMBAHASAN Pahan (2008) menyebutkan bahwa pemupukan kelapa sawit dilakukan pada tiga tahap perkembangan tanaman, yaitu tahap pembibitan, TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), dan TM (Tanaman Menghasilkan).

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT SKRIPSI OLEH: VICTOR KOMALA 060301043 BDP-AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan 14 KONDISI UMUM KEBUN Profil Perusahaan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) merupakan perusahaan agribisnis yang mengelola perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit. BGA memiliki visi yaitu World Class

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Hatantiring, Kalimantan Tengah

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Hatantiring, Kalimantan Tengah Bul. Agrohorti 4(1) : 37-45 (2016) Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Hatantiring, Kalimantan Tengah Harvesting Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Hatantiring

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Kelapa Sawit Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanaman dan pemeliharaan tanaman, panen juga

Lebih terperinci

PENANAMAN KELAPA SAWIT

PENANAMAN KELAPA SAWIT PENANAMAN KELAPA SAWIT Pundu Learning Centre - 2013 Struktur Penulisan SOP Penanaman Kelapa Sawit Pundu Learning Centre - 2013 STRUKTURISASI SOP Penanaman KS Pedoman Teknis Strukturisasi Filosofi, Kebijakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik.

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit tergantung dari tingkat kesesuaian lahan, keunggulan bahan tanam, dan tindakan kultur teknis. Unsur kesesuaian

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci