KEPENTINGAN NASIONAL AMERIKA SERIKAT DALAM BIDANG ENERGI DI ASIA TENGAH PERIODE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEPENTINGAN NASIONAL AMERIKA SERIKAT DALAM BIDANG ENERGI DI ASIA TENGAH PERIODE"

Transkripsi

1 KEPENTINGAN NASIONAL AMERIKA SERIKAT DALAM BIDANG ENERGI DI ASIA TENGAH PERIODE SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.sos) oleh Hanifah PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M

2

3

4

5 ABSTRAKSI Skripsi ini menganalisa tentang kepentingan nasional Amerika Serikat (AS) dalam bidang energi minyak di Asia Tengah. Negara-negara pecahan Uni Soviet yang membentuk Asia Tengah memiliki nilai strategis secara geopolitik dan geoekonominya. Kawasan ini banyak terdapat potensi energi minyak dan gas alam yang belum dimanfaatkan, selain itu posisinya yang strategis membuat Asia Tengah sebagai daerah yang signifikan untuk pasar energi global. Dengan posisi dan nilai yang strategis dari kawasan Asia Tengah inilah yang kemudian banyak kekuatankekuatan besar yang berusaha mengamankan kepentingan nasionalnya di kawasan tersebut. kekuatan-kekuatan besar tersebut seperti Rusia, Cina, Iran, Turki dan AS. Persaingan antara kekuatan besar tersebut disebut dengan Great Game. Dalam hal ini, penulis fokus kepada AS sebagai negara industri yang mengkonsumsi minyak dalam skala besar tetapi produksinya tidak mencukupi untuk kebutuhan dalam negeri AS. Terlebih lagi dengan tidak stabilnya keadaan Timur Tengah sehingga mendorong pemerintah AS untuk mencari minyak dikawasan lain dalam hal ini kawasan Asia Tengah. Selanjutnya, penulis menganalisa tentang kebijakan yang dikeluarkan pemerintah AS terkait kepentingan minyak di Asia Tengah yang diimplementasikan melalui hubungan bilateral. Untuk menganalisa proses penelitian ini, penulis menggunakan teori kebijakan luar negeri (foreign policy), konsep kepentingan nasional (national interest), konsep geopolitik-geostrategis, dan konsep keamanan energi (energy security) sebagai bagian dari kepentingan nasional AS. Penelitian ini menemukan bahwa AS melakukan berbagai macam kerjasama dan hubungan bilateral terhadap negara-negara di Asia Tengah dengan menghasilkan kerjasama dan kesepakatan antarnegara, termasuk didalamnya kesepakatan terkait energi minyak. Kerjasama energi tersebut dilakukan oleh AS melalui perusahaanperusahaan minyak nasionalnya yang aktif dalam menyepakati berbagai kerjasama dengan perusahaan-perusahaan minyak di kawasan Asia Tengah. Keyword: AS, Asia Tengah, Keamanan Energi, Great Game

6 KATA PENGANTAR Atas berkat Rahmat dan Karunia dari Allah SWT, maka dengan mengucapkan Alhamdulillah skripsi ini akhirnya bisa terselesaikan dengan baik. Shalawat dan Salam selalu tercurahkan kepada Muhammad SAW. Terselesainya skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan motivasi berbagai pihak yang sangat membantu dalam proses penulisan. Oleh karenanya penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Terimakasih untuk Ayahanda S. Santoso dan Ibunda Paryati selaku kedua orang tua tercinta, terimakasih atas do a terbaiknya, cinta, kesabaran dan dukungannya berupa moral dan material. Saudara penulis, Anisa dan Ibnu Hadi Jawaz, terimakasih untuk dukungan dan semangatnya. 2. Bapak Agus Nilmada Azmi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak menyediakan waktu dan pikiran ditengah kesibukannya. Terimakasih telah mengarahkan, membimbing dan menjadi editor yang luar biasa sabar dalam proses penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Rahmi Fitriyanti, M.Si dan dan Bapak faisal Nurdin, M.Sc, selaku dosen penguji yang telah menguji skripsi ini dan banyak memberikan masukanmasukan berharga terkait penulisan dan untuk perbaikan selanjutnya. 4. Bapak Drs, Armein Daulay M.Si, sebagai Dosen Penasehat Akademik, terimakasih untuk ilmu, motivasi dan sharing pengalaman hidup yang luar biasa. 5. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Hubungan Internasional, yang telah membimbing dan mengajarkan berbagai ilmu serta membantu penulis dalam meyelesaikan tugasnya sebagai mahasiswa 6. Sahabat-sahabat HI B, Awi (KM), Rina, Rosi, Fitri, Neti, Naila, Dida, Filly, Ika, Uli. Terimakasih untuk pertemanan dan kebersamaannya. Semoga kekompakan kita terus terjaga sampai kapan pun. Sukses selalu dan jangan pernah lelah untuk mengejar cita-cita. 7. Seluruh teman-teman HI angkatan 2008, dan kepada senior HI 2006 dan 2007, terimakasih sudah berbagi pengalaman.

7 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya dalam proses penulisan skripsi ini. Semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT atas semua kebaikan. Akhir kata, penulis memohon maaf atas kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya dalam pengembangan ilmu HI. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan bagi penulis untuk perbaikan di masa mendatang. Terimakasih. Jakarta, 5 Mei 2014 Penulis

8 DAFRTAR ISI ABSTRAKSI... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR SINGKATAN... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Pertanyaan Penelitian... 7 C. Kerangka Pemikiran... 7 C.1. Teori Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy)... 8 C.2. Konsep Kepentingan Nasional (National Interset) C.3. Konsep Geopolitik-Geostrategis C.4. Konsep Keamanan Energi (Energy Security) D. Metode Penelitian E. Sistematika Penulisan BAB II NILAI STRATEGIS ASIA TENGAH A. Geopolitik dan Geostrategis Asia Tengah...19 B. Potensi Sumber Daya Energi Minyak Asia Tengah...22 B.1. Kazakhstan...22 B.2. Uzbekistan...25 B.3. Kyrgyzstan...27 B.4. Turkmenistan...28

9 B.5. Azerbaijan...30 C. Stabilitas Keamanan Asia Tengah...33 D. Kepentingan Kekuatan-Kekuatan Eksternal di Asia Tengah...38 BAB III KEBIJAKAN PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT DALAM BIDANG ENERGI MINYAK DAN KEPENTINGAN AS DI ASIA TENGAH A. Keamanan Energi Minyak Amerika Serikat...44 A.1. Konsumsi Minyak Amerika Serikat...46 A.2. Pengaruh Minyak Terhadap Pertumbuhan Ekonomi AS.48 B. Kepentingan Amerika Serikat di Asia Tengah...52 B.1. Kepentingan Politik dan Ekonomi...52 B.2. Menciptakan Stabilitas Keamanan Regional...61 B.3. Kepentingan Pengendalian Sumber Energi...66 BAB IV KEPENTINGAN NASIONAL AMERIKA SERIKAT DALAM BIDANG ENERGI MINYAK DI KAWASAN ASIA TENGAH A. Implementasi Kesepakatan Energi Minyak Amerika Serikat Asia Tengah...69 B. Pembanguan Saluran Pipa Minyak AS-Asia Tengah...76 C. Analisa Kepentingan Nasional Amerika Serikat dalam Bidang Energi Minyak di Asia Tengah...80 BAB V KESIMPULAN 88 DAFTAR PUSTAKA... xii LAMPIRAN... xix

10 DAFTAR GAMBAR Gambar II.A.1 Peta Kawasan Asia Tengah...20 Gambar II.B1.2 Produksi Minyak Kazakhstan...23 Gambar II.B1.3 Cadangan Minyak Kazakhstan...24 Gambar II.B2.3 Produksi Minyak Uzbekistan...25 Gambar II.B2.4 Cadangan Minyak Uzbekistan...26 Gambar II.B3.5 Produksi Minyak Kyrgyzstan...27 Gambar II.B3.6 Cadangan Minyak Kyrgyzstan...28 Gambar II.B4.7 Produksi Minyak Turkmenistan...29 Gambar II.B4.8 Cadangan Minyak Turkmenistan...30 Gambar II.B5.9 Produksi Minyak Azerbaijan...31 Gambar II.B5.10 Cadangan Minyak Azerbaijan...31 Gambar III.A.1 Konsumsi Energi Dunia Menurut Sumber Energi...45 Gambar III.A1.2 Konsumsi Minyak Negara Dunia Tahun Gambar III.A1.3 Konsumsi Produksi dan Impor Minyak AS...47 Gambar III.A2.4 Konsumsi Energi AS menurut Kegunaan...49 Gambar IV.A.3 Rute Pipa Minyak Baku Tbilisi Ceyhan (BTC)...78

11 DAFTAR TABEL Tabel II.B.1 Cadangan Produksi dan Ekspor Minyak Negara-Negara Asia Tengah Tahun Tabel III.B1.1 Populasi Dan Pendapatan Perkapita Negara Negara Asia Tengah Tahun Tabel III.B1.2 Total Bantuan Ekonomi AS ke Asia Tengah...59 Tabel IV.A.1 Kerjasama AS dengan Asia Tengah Terkait Impor Minyak AS..74 Tabel IV.A.2 Impor Minyak AS dari Asia Tengah Periode

12 DAFTAR SINGKATAN ACG AS AIOC BIT BP BTC CIS CPC EIA FDI GDP HT IMU KMG NEP Azeri Chirag Guneshi Amerika Serikat Azerbaijan International Operating Company Bilateral Investment Treaty British Petroleum Baku Tbilisi Ceyhan Commonwealth of Independent States Caspian Pipeline Consortium Energy Information Administration Foreign Direct Investment Gross Domestic Product Hizbut Tahrir Islamic Movement of Uzbekistan Kazmunaigaz State Oil Company National Energy Policy NEPD National Energy Policy Development NOC SCO SPR National Oil Company Shanghai Cooperation Organization Strategic Petroleum Reserves

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pecahnya Uni Soviet memunculkan delapan negara bagian yaitu Georgia, Armenia, Tajikistan, Kazhakstan, Turkmenistan, Uzbekistan, Azerbaijan dan Kyrgyzstan. Namun dalam defenisi saat ini dan diterima secara luas bahwa banyak literatur yang menjelaskan 5 diantara negara-negara tersebut menjadi negara yang memiliki otoritas terhadap laut Kaspia serta berstatus sebagai negara independen yang sekarang bernama Republik Asia Tengah (CARs) yaitu, Kazhakstan, Turkmenistan, Uzbekistan, Tajikistan, dan Kyrgyzstan (Smith, 96:147, Jim Nichol, 2010:1, Sharbanou,2012:6). Negara-negara tersebut muncul di politik dunia sejak memperoleh status sebagai negara merdeka pada tahun Ketika itu Uni Soviet mengalami disintegrasi yang kemudian tidak mampu mempertahankan eksistensinya sehingga terpecah-pecah menjadi beberapa negara bagian (Adrianus, 2007:188). Kemenangan AS pada perang dingin yang berlangsung antara tahun berakibat pada semakin menguatnya posisi AS dalam geopolitik internasional. Fakta kemenangan tersebut ialah ketika pimpinan Uni Soviet menghilangkan ideolog komunisme. Hal tersebut juga menjadi pertanda runtuhnya Uni Soviet dan menyebabkan AS menjadi negara adikuasa satu-satunya dan tentu saja memberikan kemenangan pada demokrasi liberal atas sosialis komunis. Untuk mempertahankan pengaruh AS terhadap negara-negara pecahan Uni Soviet, AS terus melakukan

14 hubungan diplomatik dengan kelima negara di kawasan Asia Tengah tersebut. Salah satu contohnya ialah AS memasok suplai senjata dan latihan intelijen ke Asia Tengah karena Asia Tengah memiliki jumlah militer yang terbatas. Asia Tengah juga mengharapkan bantuan militer dari AS karena di kawasan ini terdapat masalah keamanan seperti adanya organisasi militan Islamic Movement of Uzbekistan (IMU) dan Hizbut Tahrir (HT) (Abdul Halim Mahaly 2003:147). Asia Tengah menempati posisi penting dalam percaturan internasional karena terletak pada persilangan Timur Tengah dan Asia Timur serta Eropa dan Asia Selatan. Letak geografis tersebut sangat strategis bagi jalur perdagangan internasional dan transportasi energi yang menghubungkan antara Asia dan Eropa. Asia Tengah merupakan jalur perdagangan internasional yang sangat ramai dan penting, jalur ini disebut dengan silk road. Selain itu nilai strategis Asia Tengah semakin bertambah karena kawasan ini memiliki beragam sumber daya alam yang belum tersentuh (Bahram Amirahmadian 2006:2). Masalah energi telah menjadi isu global bagi negara-negara di dunia, karena dengan meningkatnya perekonomian global maka berdampak juga terhadap meningkatnya permintaan energi. Energi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui sehingga ketersediannya menjadi terbatas. Hal tersebut membuat setiap negara berupaya untuk menjamin ketersediaan dan keamanan pasokan energi domestiknya, Karena dengan menipisnya energi maka akan berdampak pada masalah ekonomi, politik dan keamanan suatu negara. ( Florian Bauman 2008:4). Diantara sumber energi yang ada seperti gas, air, minyak, udara, dan nuklir, penulis fokus kepada energi minyak bumi yang menjadi kajian dalam penelitian ini.

15 Minyak mejadi perhatian serius diantara isu energi yang lain. Selain persoalan distribusi, minyak juga mempunyai nilai politis. Ketika minyak menjadi sumber daya energi yang penting dan krusial bagi suatu negara maka keberadaannya akan sangat menentukan keamanan energi negara tersebut. Bahkan, akan sangat berpengaruh terhadap stabilitas dalam negeri (Budi Winarno 2011:152). Jika dilihat dalam laporan International Energy Agency (IEA) pada tahun 2010 terbukti bahwa sebagian besar konsumsi energi dunia adalah energi minyak yaitu sebanyak 41,6%, sementara energi lainnya seperti gas sebanyak 15.6%, listrik sebanyak 17,2%, batu bara 9.8 %, energy daur ulang 12,7 % dan lainnya sebanyak 3,1%. (IEA 2010:28). Ini disebabkan karena energi minyak bumi memiliki berbagai keuntungan seperti kemudahan dalam eksplorasi, pengelolaan hingga pendistribusiannya. Penyebab itulah yang kemudian setiap negara berusaha untuk menguasai energi minyak bumi seperti AS. Konsumsi energi minyak AS terus mengalami peningkatan, pada tahun 2009 AS menggunakan sekitar 19 persen dari produksi minyak dunia (BP energy statistics: 2009), akan tetapi AS tidak dapat memenuhi kebutuhan energi minyak dalam negerinya karena tingkat permintaan konsumsi minyak terus meningkat. Sehingga strategi AS untuk memenuhi kebutuhan energinya ialah dengan mengimpor energi dari negara produsen lain yaitu dari kawasan Timur Tengah. Adanya impor energi tersebut maka kawasan Timur Tengah dapat memenuhi 60 persen kebutuhan energi AS. Akan tetapi AS memiliki kekhawatiran Timur Tengah akan melakukan embargo minyak karena kebijakan yang dikeluarkan AS terkadang bersebrangan dengan Timur Tengah dan AS melihat kondisi politik kawasan Timur

16 Tengah yang semakin tidak stabil menjadikannya mencari alternatif produksi energi dalam jumlah besar dari kawasan lain (Abdul Halim Mahally 2003:146). AS melihat kawasan Asia Tengah termasuk laut kaspia yang terdapat didalamnya sebagai kawasan yang strategis bagi peningkatan permintaan energi domestiknya. Sehingga pada tahun 1997 AS melakukan pendekatan dengan kawasan Asia Tengah untuk memenuhi keamanan energi dalam negerinya. Cadangan sumber daya alam yang dimiliki oleh kawasan Asia Tengah tersebut dapat menjadi pilihan untuk mengurangi ketergantungan AS pada pasokan minyak dari kawasan Timur Tengah (Jim Nichol 2012:50). Wilayah Kaspia mempunyai cadangan energi dalam jumlah besar yang belum tersentuh, Bahkan, ada perkiraan cadangan minyak Kaspia mencapai 200 miliar barrel. Apabila digabungkan, tingkat produksi Laut Kaspia sebanding dengan produksi gabungan minyak Irak dan Kuwait. Selain itu, cadangan gas di Kazakhstan menempati urutan ke 15 dunia, menurut British Petroleum, Kazakhstan memiliki cadangan minyak yaitu sekitar 2% dari total cadangan minyak dunia dan sekitar 1% dari cadangan gas dunia. Sedangkan Turkmenistan memiliki cadangan gas alam ke 4 terbesar di dunia. (Jim Nichol 2012:52-58). Kehadiran AS di kawasan Asia Tengah menguat setelah peristiwa 11 Sepetember 2001, AS menggunakan wilayah Asia Tengah sebagai batu loncatan ke Afghanistan, AS ingin menjadikan kawasan ini sebagai garda terdepan (forefront) untuk mendukung kebijakannya dalam rangka memerangi terorisme di Afganistan yang letak geografisnya berdekatan dengan kawasan Asia Tengah. Untuk mengimplementasikan agenda perang melawan terrorisme tersebut, AS mendirikan

17 basis militer Karshi Khanabad Air Base di Uzbekistan dan Manas Air Base di Kyrgiztan. (Lionel Beehner 2005:28). Pada tahun 1997 AS mengeluarkan kebijakan New Central Asia Strategy, dalam strategi kebijakan ini AS membantu negara-negara Asia Tengah untuk dapat keluar dari pengaruh Rusia dan strategi keamanan energi (Energy Security) termasuk didalamnya mengamankan transportasi minyak yang aman dan bebas dari ancaman negara-negara lain. AS berusaha menjadikan kawasan Asia Tengah sebagai basis suplai energinya yang baru agar tidak terus bergantung pada suplai energi di Timur Tengah. AS juga memberikan bantuan financial terhadap perekonomian masingmasing negara Asia Tengah dalam rangka mempromosikan sistem jalur pipa minyak (Klevemen Lutz 2003:34). Kebijakan AS di kawasan Asia Tengah juga terletak pada jaringan pipa yang digunakan untuk mengalirkan energi dari Asia Tengah sehingga tidak ada ancaman dari negara lain yang mengontrol semua rute ekspor. Pipeline Politics digunakan AS untuk mendapatkan kontrol atas sumber daya energi Asia Tengah. Istilah pipeline politics ini mengacu pada permasalahan mengenai eksploitasi dan ekspor sumber energi tersebut. Negara-negara yang memiliki cadangan energi tidak memiliki teknologi dan kemampuan keuangan untuk mengeksploitasi energinya, sehingga negara-negara di kawasan Asia Tengah ini bergantung pada teknologi Rusia dan Barat (Manouchehr Moradi 2006:174) Pipeline Politics menjadi dasar kebijakan AS yang bermakna pada akses dan keamanan energi. Akses diartikan bahwa perusahaan-perusahaan AS lah yang memimpin pembangunan sumber energi kawasan dan mendapatkan aliran yang

18 tidak terputus dari Asia tengah. keamanan energi dimaksudkan karena AS membutuhkan permintaan pasokan energi jangka panjang dari Asia Tengah sehingga AS membuat strategi dengan cara membangun pipa minyak untuk ekspor energi dari Asia Tengah, dengan cara itulah AS dapat mengeksplorasi sumber energi di Asia Tengah. (Adrianus Harsawaskita 2007:199). AS ikut serta dalam membangun pipa minyak di kawasan Asia Tengah yaitu Caspian Pipeline Consortium pada tahun 2001 dan selesai pada tahun Pembangunan ini dipimpin oleh perusahaan besar AS yaitu Chevron yang berinvestasi 20 miliar dolar serta perusahaan AS lainnya yaitu Unocal, Amoco, Exxon, Penzoil. Pipa ini berfungsi sebagai pengkapalan minyak melalui rute ekspor menuju ke Laut Hitam dan memiliki kapasitas awal sekitar barel (1 barel= 159 Liter) per hari. Selain itu terdapat juga pipa The Baku-Tbilis-Ceyhan (BTC) Pipeline yang dipergunakan untuk memasok energi ke negara sekutu AS di Eropa Barat (Abdul Halim Mahaly 2003:162). Selain ingin menguatkan pengaruh dan menguasai sumber energi Asia Tengah, perhatian politik luar negeri AS juga terletak pada kekhawatiran AS akan kebangkitan dan meningkatnya peran Rusia dan Cina sebagai kekuatan baru di Asia Tengah. Kekayaan alam yang dimiliki oleh Asia Tengah termasuk laut Kaspia didalamnya berakibat pada persaingan negara-negara besar (the new Great Game) dalam meperebutkan sumber daya alam tersebut. Kehadiran Rusia dan Cina di Asia Tengah dapat menjadi ancaman bagi AS sehingga akan melemahkan posisi AS di kawasan tersebut (Stephen Blank 2007:6).

19 AS sebagai negara super power terus melancarkan kepentingan energi untuk tujuan negaranya, sedangkan negara lain seperti Rusia dan Cina yang semakin agresif dalam hubungan kerjasama dengan Asia Tengah juga tidak terlepas pada kepentingan nasionalnya. Berangkat dari permasalahan diatas, maka skripsi ini akan membahas mengenai nilai strategis Asia Tengah dan dampaknya terhadap kepentingan nasional Amerika Serikat dalam bidang energi minyak di Asia Tengah. B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1. Apa nilai strategis yang dimiliki kawasan Asia Tengah sehingga AS memiliki kepentingan di kawasan? 2. Apa upaya AS terhadap kepentingan nasionalnya terkait minyak di kawasan Asia Tengah? C. Kerangka Pemikiran Dalam melakukan suatu penelitian ilmiah, maka diperlukan teori dan konsep sebagai dasar untuk memulai penelitian. Kegunaan teori dalam penelitian adalah untuk melandasi dan membatasi pemikiran. Skripsi ini akan menggunakan teori kebijakan luar negeri (foreign policy), konsep kepentingan nasional (national interest), konsep geopolitik-geostrategis dan konsep keamanan energi (energy security). Hal ini dikarenakan kebijakan luar negeri yang diambil oleh pemerintah AS terhadap Asia Tengah yang menempati posisi strategis mengacu kepada masalah

20 keamanan energi domestik AS yang menjadi salah satu bagian kepentingan nasionalnya. Selain itu kenaikan harga minyak juga dapat menjadi ancaman bagi stabilitas ekonomi suatu negara, sehingga konsep keamanan energi tepat untuk memaparkan kepentingan AS di Asia Tengah. C.1. Teori Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy) Menurut K.J Holsti (1992:83) foreign policy as ideas or actions designed by policy makers to solve a problem or promote some changes in the policies, attitudes or actions of another state or states, also includes the intentions behind the actions (kebijakan luar negeri merupakan ide-ide serta tindakan yang dikeluarkan oleh pembuat kebijakan untuk memecahkan masalah dan mempromosikan beberapa perubahan dalam politik, sikap dan tindakan terhadap negara lain yang memiliki maksud dibalik tindakan tersebut, Terjamahan penulis). Sedangkan Henry Kissinger (1969:261) mendefinisikan kebijakan luar negeri yaitu foreign policy begins where domestic policy ends (kebijakan luar negeri mulai dilakukan ketika kebiajakan domestik berakhir, terjemahan penulis). Berdasarkan definisi tersebut, kebijakan luar negeri dapat dipahami sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh negara berupa ide maupun perilaku yang bertujuan untuk mengatasi masalah dan merefleksikan kepentingan nasional sebuah negara terhadap negara lain dalam politik internasional. Kebijakan luar negeri digunakan untuk mencapai kepentingan masyarakat suatu negara meskipun kepentingan nasional suatu bangsa ditentukan oleh siapa yang berkuasa pada waktu itu. Formulasi kebijakan luar negeri harus meliputi

21 kejadian-kejadian penting, kebutuhan-kebutuhan politik domestik dan luar negeri, nilai-nilai sosial dan imperatif ideologis, keadaan pendapat umum, adanya kapabilitas, tingkat ancaman, kesempatan yang dirasakan dalam suatu situasi, konsekuensi yang telah diduga, biaya untuk mempersiapkan tindakan, dan elemenelemen waktu atau tuntutan situasi tertentu (Mochtar Mas oed 1990:184) Kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh suatu negara mempunyai beberapa tujuan agar tepat sasaran. Tujuan tersebut diantaranya adalah, keamanan (security), kesejahteraan (welfare), otonomi (autonomy), dan prestise (prestige). Keempat tujuan tersebut tidak semua negara menempatkannya menjadi prioritas utama tetapi setiap kebijakan luar negeri yang dikeluarkan dimaksimalkan sesuai dengan keadaan dunia internasional (K.J.Holsti 1992:83). Kebijakan luar negeri yang dikeluarkan suatu negara dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi: (a) struktur sistem, struktur dan sistem internasional sangat berpengaruh bagi negara dalam mengambil kebijakan luar negerinya, (b) struktur ekonomi global, (c) tujuan dan tindakan aktor lain, merupakan respon atas tindakan dari aktor negara lain sehingga negara mempunyai tujuan-tujuan tertentu demi kepentingan nasionalnya. (d) masalah regional/global, ketika satu negara mengalami masalah apalagi didalam satu kawasan maka hal ini akan berdampak pula terhadap negara lain (K.J.Holsti 1992: ). Sedangkan faktor internal yaitu: (a) kebijakan sosial-ekonomi/keamanan, kebijakan luar negeri sangat bergantung terhadap kondisi sosial, ekonomi dan keamanan dalam negeri suatu negara. (b) Topografi/letak geografis, letak geografis

22 negara berpengaruh terhadap citra negara didunia internasional, hal ini berkaitan dengan daya tarik negara tersebut, (c) struktur pemerintahan, ini berkaitan dengan bagaimana pemerintahan suatu negara mengambil kebijakan untuk kepentingan nasionalnya (d) birokrasi, berkaitan dengan proses pengambilan kebijakan luar negeri yang diambil oleh suatu negara. (e) atribut nasional, berkaitan dengan karakteristik negara dengan komposisi jumlah penduduk, perkembangan ekonomi, dan aktifitasnya di dunia internasional (K.J.Holsti 1992: ). Dalam penelitian ini penulis melihat faktor yang mempengaruhi tindakan/kebijakan AS dalam mencapai kepentingannya di Asia Tengah. Penulis akan melihat pada faktor-faktor yang dikemukakan oleh Holsti, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Tetapi, dari keseluruhan faktor yang dikemukakan oleh Holsti, penulis hanya akan melihat beberapa faktor yang dominan mempengaruhi saja, yaitu, karakteristik topografi/letak geografis, kebijakan sosial ekonomi/keamanan, masalah regional/global, tindakan aktor lain. Penulis menganggap bahwa faktor-faktor tersebut paling mempengaruhi karena kebijakan AS di Asia Tengah dipengaruhi oleh karakter geografis kedua negara tersebut, kebijakan AS tersebut juga terkait permasalahan ekonomi dan keamanan domestik Asia Tengah, seperti adanya masalah regional gerakan militan yang mengancam kepentingan AS, serta adanya kehadiran negara lain seperti Rusia dan Cina di kawasan Asia Tengah yang dianggap dapat melemahkan pengaruh dan mengancam kepentingan AS di kawasan.

23 C.2 Konsep Kepentingan Nasional (National Interest) Konsep kepentingan nasional merupakan dasar untuk menjelaskan politik luar negeri suatu negara dengan melihat ruang lingkup dari kepentingan itu sendiri dan seberapa jauh intensitas suatu negara dengan kebutuhan negara lain. Konsep kepentingan nasional digunakan untuk analisis politik karena digunakan untuk menjelaskan, menerangkan dan mengevaluasi sumber-sumber ataupun kelayakan kebijakan luar negeri suatu negara (K.J Holsti 1992). Thomas W. Robinson, mengutip Hans Morgenthau secara umum mendefinisikan kepentingan nasional kedalam 6 tipe, yaitu (a) Primary interest, yang berarti bahwa kepentingan nasional bertujuan untuk melindungi pertahanan keamanan negara, sistem politik dan identitas nasional. (b) Secondary interest, yaitu kepentingan nasional untuk melindungi warga negaranya di luar negeri. (c) Permanent interest, diartikan sebagai kepentingan nasional yang bertujuan untuk mencapai kepentingan-kepentingan negara dalam periode masa tertentu. (d) Variable interest, yaitu kepentingan nasional dapat berdasarkan pada opini publik dan situasi politik dalam negeri. (e) General interest, adalah kepentingan nasional juga berkaitan dengan perilaku positif berdasarkan luas dan letak geografis, jumlah populasi, serta beberapa aspek seperti ekonomi, perdagangan, diplomasi dan hukum internasional. (f) Specific interest, berarti bahwa kepentingan nasional berkaitan pada waktu dan isu tertentu (Thomas W. Robinson 1969:183). Berdasarkan tipe-tipe kepentingan nasional tersebut, maka kepentingan AS di Asia Tengah mengacu pada tipe primary interest dan general interest. Primary interest dimaksudkan bahwa masalah energi bagi Amerika Serikat merupakan salah

24 satu bagian dari masalah keamanan nasional AS. sementara general interest dipahami sebagai letak dan posisi geografis Asia Tengah yang strategis bagi AS untuk mengamankan energi kawasan ini, yang kemudian ketika masalah energi berada pada titik aman juga berpengaruh pada perekonomian AS. Daniel S. papp menjelaskan dalam bukunya contemporary international relations (1997) bahwa konsep kepentingan nasional dapat digunakan dalam beberapa criteria yaitu ekonomi, ideology dan militer. Pertama, kriteria ekonomi dapat dijadikan dasar dalam menjelaskan kepentingan nasional. Maksudnya setiap kebijakan yang dilakukan untuk memperkuat perekonomian suatu negara dapat dianggap sebagai kepentingan nasional. Meningkatkan perdagangan negara, memperkuat industry, minyak dan sumberdaya alam lainnya dianggap sebagai kepentingan nasional. Kedua, ideologi digunakan oleh suatu negara untuk memberikan legitimasi kepada kebijakan mereka, faktor ideologi juga dapat berpengaruh terhadap kepentingan nasional. Ketiga, militer merupakan criteria yang penting untuk pertahanan dan keamanan suatu negara. Kepentingan nasional dapat mempengaruhi power dan militer sebuah negara menjadi lebih kuat. Kepentingan nasional yang dimiliki suatu negara digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup negara dan keamanan tentunya dihadapkan dengan suatu politik internasional (sebagai arena persaingan), serta yang penting adalah untuk mencapai pertumbuhan kekayaan, ekonomi dan kekuasaan suatu negara (Stean & Pettiford, 2001:21). Kepentingan nasional suatu negara/bangsa timbul akibat terbatasnya sumber daya nasional atau kekuatan nasional, sehingga negara-negara bangsa yang

25 bersangkutan perlu mencari pemenuhan kepentingan-kepentingan nasional keluar batas-batas negaranya (Tulus Warsito 1998:19). Definisi tersebut sejalan dengan faktor-faktor pendorong terjadinya kepentingan nasional AS di Asia Tengah terkait keamanan energinya. Keterbatasan sumber daya minyak AS menyebabkan AS harus mencari alternatif produksi minyak dari kawasan lain, dalam hal ini ialah Asia Tengah. C.3 Konsep Geopolitik-Geostrategis Geopolitik dipahami sebagai studi mengenai pengaruh dari faktor-faktor geografi dalam perilaku bernegara, termasuk di dalamnya bagaimana lokasi, iklim, sumber-sumber alam populasi yang secara luas serta alamiah menentukan pilihan dalam kebijakan negara-negara dan juga posisinya dalam kedudukan bernegara (Griffiths & O Callaghan, 2002: 120). Dalam studi Hubungan Internasional, geopolitik merupakan suatu kajian yang melihat masalah dari sudut pandang ruang dan geosentrik. Konteks territorial dimana hubungan itu terjadi bervariasi dalam fungsi wilayah dalam interaksi, lingkup wilayah dan hirarki actor dari nasional, internasional, benua, kawasan serta provinsi maupun lokal. Disini geografi membatasi dan mengarahkan aktivitas negara (Adrianus Harsawaskita 2007:185). Sedangkan, geostrategi berhubungan dengan kebijakan luar negeri yang dijalankan oleh sebuah negara, misalnya seperti kebijakan yang dimotivasi untuk mengotrol sumber daya negara lain. Geostrategi sangat dipengaruhi oleh kebangsaan pembuat strategi, kekuatan sumber daya sebuah negara, jangkauan dari tujuan negara, dan faktor teknologi (Haas, Tibold & Cillesen, 2006:6).

26 Geostrategi disebut juga sebagai strategi yang ditetapkan dengan mempertimbangkan unsur atau kondisi geopolitik. Jadi ada sebuah hubungan antara geopolitik dengan geostrategic. Konsep geopolitik suatu negara akan dirumuskan dalam sebuah strategi, dan geostrategic adalah strategi dalam suatu negara berdasarkan hasil pertimbangan kondisi geopolitik negara tersebut (May Rudy 1993: 42). C.4 Konsep Keamanan Energi (Energy Security) Konsep mengenai keamanan energi (energy security) muncul ketika negaranegara dunia mulai mencemaskan akan keberadaan sumber daya energi yang mulai menipis, dari permasalahn tersebutlah maka banyak negara yang mencari sumber energi dengan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negerinya. International Energy Association (IEA: 2013) mendefinisikan konsep keamanan energi sebagai The uninterrupted physical availability at a price which is affordable while respecting environment concern (ketersedian secara fisik yang tersedia dengan harga murah dan tetap memperhatikan masalah lingkungan, terjemahan penulis.). Keamanan energi merupakan salah satu konsep national strategy ketika suatu negara mempunyai kemampuan untuk mempertahankan dan mengamankan ketersediaan cadangan energi untuk kebutuhan negaranya. Keamanan energi dapat menjadi multidimensional concept yaitu ada keterkaitan antara stabilitas politik, ekonomi, militer yang dilakukan suatu negara untuk berusaha mengamankan energi yang dimilikinya (Florian Baumann, 2008:4).

27 Dinamika ekonomi dan politik turut mempengaruhi suplai energi bagi kegiatan suatu negara. Hal-hal yang mempengaruhi batas cadangan energi antara lain adalah ketersediaan cadangan energi, fluktuasi harga, ancaman terorisme, instabilitas domestik negara pengekspor energi, adanya perang, persaingan geopolitik, hingga peta energi oleh negara-negara pengkonsumsi energi besar yang biasanya dilakukan oleh negara maju (Daniel Yergin, 2006:69). Sumber daya energi adalah sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, hal ini berarti bahwa cadangan energi di dunia semakin lama akan habis. Dengan kebutuhan akan energi yang secara terus menerus maka akan berakibat pada krisis energi dunia. Ketersediaan suplai energi menjadi masalah yang cukup signifikan dalam hal ini, karena jika suplai energi menurun, maka akan menimbulkan kenaikan harga energi yang berakibat pada turunnya daya beli energi (Florian Baumann 2008:4). Konsep keamanan energi menekankan pada ketersediaan dan keamanan pasokan dengan harga yang memadai (Ilgar, 2009:19). Keamanan energi dapat dilihat sebagai secara kontekstual tergantung pada peran aktor yang melakukannya. Maksudnya ialah bahwa di negara-negara eksportir energi, keamanan energi dilihat dalam konteks akses terhadap pasar dan tingkat permintaan, sedengkan bagi negara importer, keamanan energi dilihat dalam konteks cara memperoleh energi bagi negaranya ( Wilrich dalam Hadiwinata, 2006:2). Penelitian ini memfokuskan pada minyak sebagi salah satu bagian dari energi dunia, minyak juga dapat menjadi faktor pertimbangan dalam penentuan kebijakan luar negeri suatu negara. Konflik sering kali timbul karena sumber minyak yang terbatas dan karena pemakaian yang eksploitatif oleh suatu negara

28 baik di kawasan maupun secara global. Oleh sebab itu, tiap negara mulai merencanakan pengembangan energy minyak yang efektif untuk mengantisipasi adanya krisis energi minyak yang akan terjadi. Dalam kebijakan energi AS, pemerintah AS melakuan ekspansi pencarian minyak ke berbagai kawasan termasuk kawasan Asia Tengah. Kawasan Asia Tengah ini menyimpan kekayaan energi minyak yang cukup besar sehingga menjadi wilayah strategis bagi AS untuk memenuhi kebutuhan energinya. Pemerintah AS turut membantu perusahaan-perusahaannya yaitu Exxonmobil, Unocal dan Penzoil untuk memperoleh energi dari Asia Tengah. Hal ini akan dijelaskan pada bab-bab berikutnya. Konsep keamanan energi ini akan dapat menjelaskan pandangan AS mengenai pentingnya kawasan Asia Tengah bagi keberlangsungan suplai minyak ke AS dan berkaitan dengan pertumbuhan dan kelangsungan ekonomi AS. D. Metode Penelitian Menurut Mochtar Mas oed (1990:180), metode penelitian berbicara tentang bagaimana cara memperoleh, memahami data dan fakta yang ditempuh melalui pengamatan, wawancara, penggunaan data kuantitatif dan bahan dokumen. Oleh karena itu untuk menguji suatu penelitian maka dibutuhkan suatu metode penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode analisa kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Penelitian kualitatif adalah menafsirkan suatu penelitian seperti asumsi/dugaan, nilai, dan pendapat dari penulis sehingga

29 menjadi jelas dalam hasil akhir suatu penelitian (Locke, Spirduso & Silverman dalam Creswell 1994, 147). Dalam melakukan penelitian, penulis akan menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui buku, skripsi, jurnal, majalah, ataupun media elektronik dan surat kabar. Penulis akan memperoleh data sekunder tersebut dari beberapa sumber seperti American Corner, Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia (UI), Perpustakaan Ali Alatas KEMENLU, Perpustakaan Nasional dan artikel-artikel dari berbagai situs internet yang dapat dipertanggungjawabkan (reliable). Setelah data terkumpul, penulis akan mulai memahami, memaknai, kemudian menampilkan data tersebut. Selanjutnya, penulis akan menggunakan data tersebut untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti dengan menggunakan teori-teori yang relevan dan dilakukan analisis yang sesuai untuk menjawab bagaimana nilai strategis Asia Tengah dan dampaknya terhadap kepentingan nasional Amerika Serikat dalam bidang energi di Asia Tengah. E. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Pertanyaan Penelitian C. Kerangka Pemikiran C. 1. Teori Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy) C. 2. Konsep Kepentingan Nasional (National Interest) C. 3. Konsep Geopolitik-Geostrategis C.4. Konsep Keamanan Enegi (Energy Security) D. Metode Penelitian E. Sistematika Penulisan

30 BAB II NILAI STRATEGIS KAWASAN ASIA TENGAH C. Geopolitik dan Geostrategis Asia Tengah D. Potensi Energi Minyak Asia Tengah B.1. Kazakhstan B.2. Uzbekistan B.3. Kyrgyzstan B.4. Turkmenistan B.5. Azerbaijan C. Stabilitas Keamanan Asia Tengah D. Kepentingan Kekuatan-Kekuatan Eksternal di Asia Tengah BAB III KEBIJAKAN PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT DALAM BIDANG ENERGI MINYAK DAN KEPENTINGAN AS DI ASIA TENGAH C. Keamanan Energi Minyak Amerika Serikat A.1. Konsumsi Minyak Amerika Serikat A.2. Pengaruh Minyak Terhadap Pertumbuhan Ekonomi AS D. Kepentingan Amerika Serikat di Asia Tengah B.1. Kepentingan Politik dan Ekonomi B.2. Menciptakan Stabilitas Keamanan Regional B.3. Kepentingan Pengendalian Sumber Energi BAB IV KEPENTINGAN NASIONAL AMERIKA SERIKAT DALAM BIDANG ENERGI MINYAK DI KAWASAN ASIA TENGAH A. Implementasi Kesepakatan Energi Minyak Amerika Serikat Asia Tengah B. Pembanguan Saluran Pipa Minyak AS-Asia Tengah C. Analisa Terhadap Kepentingan Nasional Amerika Serikat dalam Bidang Energi Minyak di Asia Tengah BAB V KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

31 BAB II NILAI STRATEGIS ASIA TENGAH Bab II ini menjelaskan tentang nilai strategis Asia Tengah yang mencakup tiga sub-bab. Pertama, geopolitik dan geostrategis Asia Tengah yang termasuk di dalamnya letak geografis kawasan Asia Tengah yang menyebabkan kawasan ini memiliki nilai strategis bagi kepentingan negara lain. Kedua, membahas tentang potensi sumber daya energi Asia Tengah dan pada sub-bab ketiga menjelaskan tentang adanya kekuatan eksternal di Asia Tengah yang berusaha untuk mengamankan kepentingan nasionalnya di kawasan tersebut. A. Geopolitik dan Geostrategis Asia Tengah Aspek geografi memiliki peran penting dalam hubungan antar negara. Aspek geografi membentuk karakter, identitas, dan sejarah suatu bangsa. Selain itu, aspek geografi juga mempengaruhi karakter sosial, politik, dan kemajuan ekonomi suatu negara sehingga memainkan peranan penting dalam hubungan internasional (Griffiths & O Callaghan, 2002:120). Letak geografis kawasan Asia Tengah berada disebelah timur Laut Kaspia, Sebelah barat Cina, Sebelah utara Afghanistan, dan bagian selatan Rusia. Kawasan ini merupakan wilayah transit bagi pergerakan penduduk dan barang antara Eropa, Asia Barat, Asia Selatan, dan Asia Timur. Wilayah yang menghubungkan benua Asia dan Eropa ini meliputi Kazakhstan, Uzbekistan, Turkmenistan, Kyrgyzstan,

32 Tajikistan, Azerbaijan, Georgia dan Armenia. (Country Profile Central Asia, Desember: 2006). Gambar II.A.1 Peta Asia Tengah Source: Kawasan Asia Tengah terletak pada persilangan antara Timur Tengah dan Asia Timur serta antara Eropa dan Asia Selatan. Posisi tersebut sangat strategis bagi jalur transportasi dan perdagangan antara kawasan Asia Timur dengan kawasan Asia Selatan, Timur Tengah bahkan Eropa. Kawasan Asia Tengah merupakan jalur perdagangan internasional yang sangat ramai dan penting, jalur ini disebut dengan silk road. Jalur silk road ini digunakan untuk membawa produksi minyak dan gas alam kepasar energi global (Arvantipoulus, 2002).

33 Salah satu akibat geopolitik dari runtuhnya Uni Soviet adalah munculnya suatu persaingan politik dan persaingan bagi negara-negara besar di Asia Tengah. Kemunculan negara-negara tersebut merupakan kemuculan New Great Game. Istilah "great game" awalnya diciptakan oleh Arthur Connolly dan kemudian dipopulerkan oleh R. Kipling untuk mengambarkan persaingan kekuasaan antara Rusia dan Inggris pada abad ke 19 atas hegemoni Asia Tengah (Rasizade, 2002:125). karena posisi geostrategis Asia Tengah yang merupakan daerah penting dan menyebabkan persaingan di antara kekuatan besar selama berabad-abad, sehingga istilah new great game digunakan untuk memperlihatkan bahwa yang terlibat dalam persaingan untuk memperoleh pengaruh di kawasan Asia Tengah bukan lagi Rusia dan Inggris melainkan kekuatan dari negara-negara lain seperti Cina, Iran, Turki dan Amerika Serikat (Shamkhal Abilov, 34). Jika dilihat dari aspek geostrategisnya, kawasan Asia Tengah adalah kawasan strategis yang didalamnya terdapat sumber daya alam seperti minyak, gas alam, logam (emas dan perak), dan kimia, sehingga negara-negara lain menjadikan kawasan ini untuk mengontrol serta menguasai sumber daya energinya termasuk didalamnya persaingan kekuasaan, pengaruh, keamanan, dan kekayaan (Constantine Arvanitopoulos, 2002:1). Meskipun begitu, Asia Tengah bukanlah kawasan yang stabil, negara-negara kawasan ini merupakan negara yang lemah dan tidak demokrasi karena di kawasan ini juga terdapat isu-isu keamanan seperti gerakan separatism, terorisme, dan konflik antar etnis (Bahram Amirahmadian:1). Selain aspek geostrategisnya, terdapat juga kendala geografis dengan adanya fakta bahwa kawasan Asia Tengah posisinya terletak jauh dari pasar minyak

34 internasional, dan negara di kawasan merupakan negara land locked (negara yang terkunci), karena kawasan Asia Tengah tidak berbatasan dengan laut lepas sehingga bergantung pada negara-negara tetangga dekat mereka untuk akses ke pasar-pasar Barat. Hal ini berakibat pada pertarungan cadangan minyak yaitu kontrol produksi minyak, dan kontrol dari pipa yang akan menyalurkan minyak ke pasar barat. Kedua hal tersebut menarik masuk investasi asing atau foreign direct investment (FDI) di sektor energi baik untuk mengeksploitasi maupun untuk mengalirkan minyak (pipeline) kepelabuhan terdekat (Arvanitopoulos, 2002: 1). Kondisi geografis kawasan Asia Tengah dikelilingi daratan sehingga tidak memiliki akses ke lautan menyebabkan negara-negara tersebut sangat bergantung pada jalur pipa untuk mengekspor produksi energinya ke pasar global. Kesulitan melakukan ekspor energi kepasar global menyebabakan negara-negara dikawasan tidak mampu meningkatkan taraf perekonomiannya meskipun memiliki sumber daya energi yang berlimpah. B. Potensi Sumber Daya Energi Asia Tengah Asia Tengah adalah kawasan yang memiliki sumber daya energi dalam skala besar terutama minyak dan gas alam yang dapat memenuhi kebutuhan pasar dunia. Berikut ini merupakan pemaparan profil negara-negara kawasan Asia Tengah untuk mengetahui tinjaun geografis dan potensi energi minyak yang dimilikinya. B. 1. Kazakhstan Letak geografis Kazakhstan berbatasan dengan Rusia dibagian utara, Cina dibagian timur, Kyrgyzstan dan Uzbekistan dibagian selatan dan laut kaspia dan

35 Turkmenistan dibagian barat (Kazakhstan: CIA the World Factbook). Kazakhstan adalah negara yang disebut sebagai pemimpin dari negara-negara Asia Tengah karena secara ekonomi Kazakhstan memiliki Gross Domestic Product (GDP) lebih besar dibanding negara-negara Asia Tengah lainnya. Bahkan Presiden Nursultan Nazarbayev pernah mengumumkan pada bulan November 2006 bahwa Kazakhstan berencana untuk menjadikan negara ini sebagai salah satu dari 50 negara kompetitif secara ekonomi. Kazakhstan merupakan negara Asia Tengah yang memiliki cadangan minyak terbesar diantara negara-negara penghasil minyak bekas Uni Soviet. Minyak merupakan 15% dari total ekspor Kazakhstan (Constantine, 2002:1). Gambar II.B1.2 Produksi Minyak Kazakhstan (Barel / Hari) Sumber: Kazakhstan oil production, diakses dari Grafik diatas adalah total produksi minyak Kazakhstan yang diproduksi dalam barel per hari (bbl/hari), dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa total produksi minyak Kazakhstan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jika pada

36 tahun 2004 produksi hanya sekitar 1,2 juta barel/hari maka pada tahun 2007 meningkat menjadi 1,4 juta barel/hari. Dan pada tahun 2009 total produksi minyak Kazakhstan mencapai 1,5 juta barel/hari. Kazakstan memiliki lima ladang minyak yaitu Tengiz, Karachaganak, Aktobe, Mangistau, dan Uzen. Ladang minyak Tengiz merupakan sumber produksi minyak terbesar di kazakhstan, kazakhstan memiliki perusahaan minyak dan gas nasional yaitu Kazmunaigaz (KMG) yang didirikan pada tahun 2002 dengan tujuan mempresentasikan kepentingan negara dalam industri minyak dan dan gas kazakstan (eie.gov.countries Kazakhstan). Gambar II.B1.3 Cadangan Minyak Kazakhstan (Barel) Sumber: Kazakhstan oil proved reserved, diakses dari Grafik diatas menggambarkan besaran cadangan minyak Kazakhstan, dilihat dalam grafik bahwa cadangan minyak Kazakhstan mengalami peningkatan yang cukup signigikan pada tahun Pada tahun 2003 hanya memiliki cadangan sebesar 2,7 miliar barel, kemudian pada tahun 2010 cadangan minyak Kazakhstan mencapai 30 miliar barel.

37 Kazakhstan telah menarik investor asing dengan teknologi yang canggih untuk pengembangan sumber daya minyak negaranya. Sejumlah investasi asing sudah berlangsung di Kazakhstan. Salah satunya ialah perjanjian dengan Chevron untuk mengembangkan minyak di ladang Tengiz Kazakhstan barat, dan perjanjian dengan konsorsium Inggris seperti Agip dan Texaco di Karachaganak Kazakhstan utara. (Constantine Arvanitopoulos, 2002: 3). B. 2. Uzbekistan Letak geografi Uzbekistan bebatasan dengan Kazakhstan dibagian utara, Kyrgizstan dan Tajikistan dibagian timur, Turkmenistan di bagian barat selatan, dan Afganistan dibagian selatan (Uzbekistan Country Profile, 2009). Selain minyak, Uzbekistan juga memiliki kekayaan gas alam yang melimpah. Uzbekistan adalah swasembada dalam produksi gas alam. dalam produksi minyak Uzbekistan memiliki tiga kilang yang terletak di Ferghana, Alty-Aryk, dan Bukhara (Uzbekistan: Eia gov). Gambar II.B2.3 Produksi Minyak Uzbekistan (Barel / Hari) Sumber: Uzbekistan oil production, diakses dari

38 Mengacu pada grafik diatas yang merupakan grafik total produksi minyak Uzbekistan, pada tahun 2004 Uzbekistan memproduksi minyak sebesar 142 ribu barel/hari. Jumlah ini kemudian menurun drastis pada tahun 2009 menjadi 69 ribu barel/hari dan pada tahun 2010 menjadi 87 ribu barel/hari. Uzbekistan adalah negara pengimpor minyak akan tetapi terlihat dalam grafik bahwa produksi minyak Uzbekistan telah menurun selama bertahun-tahun, disebabkan karena kurangnya investasi dari perusahaan besar. Gambar II.B2.4 Cadangan Minyak Uzbekistan (Barel) Sumber: Uzbekistan oil proved reserves, diakses dari Grafik diatas adalah bukti cadangan minyak Uzbekistan, pada tahun 2003 cadangan minyak Uzbekistan sebesar 297 juta barel, yang kemudian angka ini meningkat menjadi 594 juta barel pada tahun 2008 hingga tahun Uzbekistan memiliki minyak yang cukup besar dan deposit gas alam. Uzbekistan adalah produsen gas alam terbesar ketiga di Commonwealth of

39 Independent States (CIS), setelah Rusia dan Turkmenistan, dan merupakan salah satu dari lima belas produsen gas alam dunia (Michael, 2008: 20). Negara ini mengkonsumsi sebagian besar produksi gas dalam negeri, dan Uzbekistan menggunakan pipa gas Soviet untuk mengekspor beberapa gas ke Rusia dan negara-negara Asia Tengah lainnya (Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Tajikistan) (Nichol, 2012:58). B. 3. Kyrgyzstan Letak geografis Kyrgyzstan berbatasan dengan Cina di bagian Timur Selatan, Kazakhstan di bagian utara, Uzbekistan di bagian barat, dan Tajikistan dibagian barat Selatan (Kyrgyzstan Country Profile, 2009). Kyrgyzstan adalah salah satu negara di kawasan Asia Tengah yang memiliki perekonomian rendah, perekonomiannya bergantung pada ekspor emas. (Kyrgyzstan Economy Profile, 2013). Gambar II.B3.5 Produksi Minyak Kyrgyzstan (Barel / Hari) Sumber: Kyrgyzstan oil production, diakses dari

40 Berdasarkan grafik produksi minyak Kyrgyzstan diatas, dari tahun 2001 hingga Kyrgyzstan mengalami penurunan produksi minyak yang cukup signifikan. Pada tahun 2003 Kyrgyzstan memproduksi minyak sebesar 1.9 ribu barel/hari, angka ini kemudian menurun pada tahun 2007 menjadi 965 barel/hari dan pada tahun 2010 kembali menurun menjadi 946 barel/hari. Gambar II.B3.6 Cadangan Minyak Kyrgyzstan Sumber: Kyrgyzstan oil proved reserves, diakses dari Total cadangan minyak Kyrgyzstan termasuk dalam jumlah besar dan Kyrgyzstan adalah negara yang memiliki cadangan minyak dalam jumlah yang stabil setiap tahunnya hal ini dapat dilihat pada tahun 2008 hingga tahun 2010 total cadangan minyak Kyrgyzstan sebesar 40 juta barel. B. 4. Turkmenistan Letak geografis Turkmenistan berbatasan dengan Laut Kaspia di bagian barat, Kazakhstan dibagian utara, Uzbekistan dibagian timur, Iran dan Afghanistan dibagian selatan. Turkmenistan memiliki potensi sumber gas dan minyak dalam

41 skala besar, akan tetapi pada tahun 2004, 60% warga Turkmen hidup dalam garis kemiskinan. Turkmenistan memiliki dua kilang minyak yaitu Seydi (Charjew) dan Turkmenbashi (Turkmenistan Country Profile, 2009). Gambar II.B4.7 Produksi Minyak Turkmenistan (Barel / Hari) Sumber:Turkmenistan oil production,diakses dari Grafik diatas adalah grafik total produksi minyak Turkmenistan dalam barel/hari, dari grafik dapat dilihat bahwa produksi minyak Turkmenistan mengalami peningkatan, walaupun pada tahun 2007 mengalami penurunan dari jumlah total 203 ribu barel/hari pada tahun 2003 dan menurun menjadi 180 ribu barel/haripada tahun Namun kemudian angka ini meningkat pada tahun 2010 menjadi 216 ribu barel/hari.

42 Gambar II.B4.8 Cadangan Minyak Turkmenistan (Barel) Sumber: Turkmenistan oil proved reserves, diakses dari Grafik diatas adalah grafik bukti cadangan minyak Turkmenistan, pada grafik dapat dilihat bahwa pada tahun 2003 Turkmenistan memiliki cadangan minyak sebesar 273 juta barel, angka ini naik menjadi 546 juta barel dan pada tahun 2010 cadangan minyak Turkmenistan meningkat dalam jumlah 600 juta barel. B. 5. Azerbaijan Letak geografis Azerbaijan berbatasan dengan Rusia di utara, Laut Kaspia di bagian Timur, Iran di bagian selatan, Georgia dan Armenia di bagian barat (Azerbaijan Country Profile, 2009). Azerbaijan adalah salah satu daerah terkaya di dunia dalam produksi minyak dan gas alam. Produksi minyak Azerbaijan terletak di ladang minyak Azeri Chirag Guneshi (ACG) yaitu sebesar 80%. Minyak di Azerbaijan merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi negara ini. Ekspor minyak mentah dan produksi minyak merupakan 85,4 persen dari total ekspor negara tersebut (Michael, 2008: 27).

43 Gambar II.B5.9 Produksi Minyak Azerbaijan(Barel / Hari) Sumber: Azerbaijan oil production, diakses dari Grafik diatas adalah grafik total produksi minyak Azerbaijan yang mengalami peningkatan produksi. Pada tahun 2004 total produksi minyak sebesar 312 ribu barel/hari, angka ini kemudian meningkat pada tahun 2009 menjadi 1,11 juta barel/hari dan pada tahun 2010 menjadi 1,41 juta barel/hari. Gambar II.B5.10 Cadangan Minyak Azerbaijan (Barel) Sumber: Azerbaijan oil proved reserves, diakses dari

44 Grafik diatas adalah grafik bukti cadangan minyak Azerbaijan, dapat dilihat dalam grafik bahwa cadangan minyak Azerbaijan cukup mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 cadangan minyak Azerbaijan hanya sebesar 589 juta barel, angka ini kemudian naik menjadi 7 miliar barel pada tahun 2008 hingga Pemerintah Azerbaijzan telah bekerjasama dengan perusahaan minyak asing untuk memperoleh teknologi, organisasi modal dan proyek untuk mengembangkan ladang lepas pantai. Tiga ladang minyak Azeri terbesar sedang dikembangkan oleh Azerbaijan International Operating Company, yang mencakup 12 perusahaan konsorsium. Berdasarkan grafik tersebut, bahwa ata-rata produksi dan bukti cadangan minyak kawasan Asia Tengah mengalami peningkatan. Adapun rincian cadangan total minyak dan produksi minyak tersebut dapat di grafikkan pada tabel berikut: Tabel II.B.1 Cadangan, Produksi Dan Ekspor Minyak Negara-Negara Asia Tengah Tahun 2010 Negara Cadangan Minyak Produksi Minyak Ekspor Minyak (barel/hari) (Juta barel/hari) Uzbekistan 594 Miliar barel 87,000 2,078 Kazakhstan 30 Miliar barel 1,060,800 1,039 Azerbaijan 7 Miliar barel 1,041, ,700 Turkmenistan 600 Juta barel 216,000 97,430

45 Kyrgyzstan 40 Juta barel 946,2 1,890 Tajikistan 12 Juta barel 219,9 349 Data diolah dari Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ekspor minyak dari negara-negara Asia Tengah termasuk dalam jumlah besar. Di Asia Tengah juga terdapat Cadangan minyak Kaspia yang mencapai 200 miliar barrel. Cadangan minyak ini hampir 3 persen, dan cadangan gas Kaspia sebesar 5 persen dari cadangan dunia.tingkat produksi Laut Kaspia sebanding dengan gabungan produksi minyak Irak dan Kuwait. Tingkat produksi diperkirakan akan mencapai 4 juta barel per hari pada tahun 2015 (The World Factbook: 2011). Dari tabel diatas Kazakhstan memiliki 30 miliar barel cadangan minyak yaitu sekitar 2% dari total cadangan minyak dunia. Sedangkan Turkmenistan memiliki cadangan minyak 600 juta barel, begitu juga dengan Azerbaijan yang menyimpan cadangan minyak sebesar 7 Miliar barel. Sedangkan Uzbekistan memiliki cadangan minyak sebesar 594 miliar barel. Apabila digabungkan, total cadangan minyak di wilayah Asia Tengah tersebut kemungkinan lebih dari 631 miliar barrel. Walaupun kawasan Asia Tengah memiliki Sumber energi yang berlimpah, tetapi kawasan ini bukanlah kawasan yang stabil dan masih banyak terdapat permasalahan yang menyangkut keamanannya seperti adanya gerakan separatis Islam di negara-negara Asia Tengah.

46 B. Stabilitas Keamanan Asia Tengah Kawasan Asia Tengah terdapat kelompok Radikalisme Islam yang bertujuan untuk mengganti pemerintahan sekuler di Asia Tengah menjadi negara Islam. Radikalisme Islam telah menjadi masalah serius di Asia Tengah, dimulai pada akhir 1980an dan menguat ketika runtuhnya Uni Soviet. Adapun penyebab radikalisasi ini salah satunya karena faktor krisis sosial-ekonomi, dan represi politik di Asia Tengah, contohnya adalah kebijakan pemerintah Uni Soviet pada masa Mikhael Gorbachev tahun 1987 yang memberi kebebasan menjalankan aktifitas agama bagi Kristen dan Yahudi tetapi melarang umat Islam menjalankan aktifitas keagamaannnya. Hal itu yang kemudian membuat protes kalangan Muslim di Asia Tengah. Gerakan Islam radikal yang terparah terdapat di lembah Ferghana (Zeyno at al, 2006:7). Lembah Ferghana sebagai pusat pergerakan Islam di Asia Tengah yang merupakan pertemuan dari tiga bekas republik Soviet Uzbekistan, Kyrgyzstan dan Tajikistan. Di wilayah seluas 22 ribu km persegi tinggal sekitar 7 juta orang yang menjadikannya wilayah terpadat di Asia Tengah. Selama bertahun-tahun pemerintahan Asia Tengah menganggap wilayah itu sebagai pusat ekstremis Islam yang menginginkan Negara Islam di kawasan (Ramtani, 2005). Pada awalnya, empat gerakan Islam radikal yang aktif di Asia Tengah adalah Adolat (Keadilan), Baraka (Berkah), Tauba (Pertobatan), dan Islam Lashkarlari (Laskar Islam). Kelompok-kelompok ini telah ada sejak masa Soviet di era reformasi Gorbachev. Gerakan-gerakan ini menyatakan bahwa tujuan dari mereka adalah untuk mendirikan negara Islam dan menerapkan prinsip-prinsip demokrasi berdasarakan ketetapan Al-qur an. Seiring waktu, kelompok lainnya juga menjadi

47 aktif di wilayah tersebut, termasuk Hizbut Tahrir dan Islamic Movement of Uzbekistan (IMU) (Zeyno at al, 2006:18). Dengan adanya bantuan dari Al-Qaeda dan Taliban, gerakan Islam Adolat, Islam Laskarlari, Baraka dan Tauba melebur menjadi satu dan berada di bawah anggota IMU. Pada awalnya, gerakan ini terdiri dari hanya beberapa ratus anggota, tetapi dengan tidak adanya tindakan tegas oleh pemerintah Uzbekistan, mereka mampu menyebarkan propaganda mereka di Lembah Ferghana dan merekrut lebih banyak pengikut (Zeyno at al, 2006:49). U.S Department of States annual Report on Religious Freedom pada 1999 menyatakan bahwa terdapat dua organisasi utama yang dianggap sebagai gerakan Radikalisme Islam di Asia Tengah yaitu Islamic Movement of Uzbekistan (IMU) dan Hizbut Tahrir (HT) (McGlinchet, 2009:1) Organisasi HT merupakan cabang dari Islamic Liberation Party (ILP), pendiri HT adalah seorang Palestina bernama Taqi-Uddin Al-Nabhani al-filastini ( ), Partai ini awalnya didirikan di Yordania pada awal 1953 di Timor Yerusalem. HT percaya bahwa kesucian Islam hancur karena seorang jenderal yang menyimpang dari praktik Al-Qur an dan Nabi Islam. Dengan demikian, tujuan strategis gerakan ini adalah untuk kembali ke bentuk paling murni dari Islam dan menyatukan seluruh umat Islam dibawah kepemimpinan Khilafah (Ehsan Ahrari, 2005:4). Untuk mencapai tujuan tersebut, HT kemudian menyebar dibanyak negara lain seperti Suriah, Lebanon, Kuwait,Irak, Afrika Utara, Turki dan Iran, Ia juga mulai beroperasi di Komunitas Islam di Eropa, terutama di Inggris dan Jerman, Asia Tengah, Asia Timur, dan Australia (Lisnyanski, 2007:6).

48 HT menegaskan bahwa mereka berniat untuk mencapai tujuannya melalui cara-cara damai saja. Akan tetapi HT cenderung menjadi gerakan radikalisme, Pada juni 2001 HT mempublikasikan Al-Waie di Uzbekistan yaitu dokumen yang berisikan pernyataaan bahwa orang Muslim dapat menggunakan segala cara bahkan kekerasan dalam perjuangan menggulingkan rezim di Asia tengah dan mengembalikanna kepada pemerintahan Islam. pada Februari 2002 HT menyebarkan brosur pernyataan provokator yang berisi bahwa tidak akan ada kerjasama antara Islam dan agama-agama lain, HT menyatakan bahwa orang dari agama lain yang tidak beriman kepada Allah, Alquran dan Shari'ahh, maka tidak diperbolehkan untuk berdialog dengan mereka (Lisnyanski, 2007:11). Kekacauan ekonomi dan sosial di Asia Tengah menjadi penyebab banyaknya pengikut HT yang kebanyakan para pemuda pengangguran, para anggota tidak diharuskan menguasai secara mendalam prinsip Islam yang penting mengakui tujuan syariat dan partai. HT memiliki pengikut yang merupakan anggota inti. Selain menyebut HT sebagai organisasi teroris, AS juga menyebut HT sebagai kelompok Islam radikal yang paling popular (Harsawaskita, 2007:191). Gerakan lain yang dianggap sebagai Radikalisme Muslim di asia Tengah adalah Islamic Movement of Uzbekistan (IMU). IMU dibentuk pada tahun 1996 oleh Tahir Yuldashev di lembah Farghana yang merupakan wilayah Uzbekistan berbatasan dengan Kyrgyzstan. Wilayah ini memiliki kondisis perekonomian yang buruk sehingga dapat dengan mudah mempengaruhi pemikiran masyarakatnya dengan ajaran radikal. Gerakan IMU memiliki tujuan politik untuk menjatuhkan presiden Uzbekistan Islam Karimov karena rezim Presiden ini menyatakan

49 kampanye melawan aktivitas Muslim dan menekan hampir semua manifestasi dari Islam. Dengan demikian, tujuan awal IMU, adalah untuk menggulingkan Presiden Karimov serta mendeklarasikan jihad dalam rangka menciptakan sebuah sistem agama yang kemudian mengganti rezim sekuler dengan negara Islam di Uzbekistan(Sharon,2005:2 & Cornell, 2005:5). IMU terdaftar oleh Departemen Luar Negeri AS sebagai organisasi teroris pada tahun IMU sebagai organisasi Islam militan dan ekstremis yang terkait dengan jaring Islam internasional memiliki hubungan baik dengan Taliban dan Al- Qaeda, Osama bin Laden adalah sponsor utama dari keuangan IMU. Dengan izin dari Taliban, IMU juga mendirikan sebuah kamp pelatihan IMU di Afghanistan (Vitally Naumkin. 2003: 30). Untuk mencapai tujuannya, IMU terus melakukan serangan menggulingkan pemerintahan Karimov, pada tanggal 16 Februari 1999 IMU berusaha melakukan pembunuhan kepada Presiden Islam Karimov di Tashkent, Uzbekistan yang menewaskan 16 orang dan 130 lainnya terluka. pada juli-agustus 1999 IMU melakukan penyerbuan ke wilayah Batken daerah selatan Kyrgyzstan yang dihuni terutama oleh etnis Uzbek Jama Namangani yang memimpin kelompok gerilya tesrbut. Mereka menyandra dan menyita beberapa desa Kyrgyzstan, diduga penyerangan ini berusaha untuk menciptakan negara Islam di selatan Kyrgyzstan sebagai loncatan untuk jihad di Uzbekistan (Jim Nichol, 2012:15). Menurut Mcglinchey US department of States mempercayai bahwa IMU merupakan pihak yang bertanggung jawan atas serangan yang terjadi di kawasan Asia Tengah sejak 1999 yang dianggap sebagai aksi terrorisme oleh AS. presiden

50 AS George W Bush mengatakan dalam pidatonya didepan kongres AS pada 20 September 2001 bahwa IMU merupakan salah satu gerakan yang memiliki hubungan denga Al-Qaeda dan menjadi salah satu sasaran operasi AS dalam memerangi terorosme di Afghanistan setelah peristiwa 9/11, AS kemudian menjalin kerjasama militer dengan negara-negara kawasan Asia Tengah sebagai bagian dari operasi yang dinamakan enduring freedom untuk memerangi terorisme di Afghanistan karena letak geografis Asia Tengah berbatsan dengan Afghanistan, sekaligus memerangi HT dan IMU yang terdapat di Asia Tengah. (Wishnick 2009, 5). Walaupun kawasan Asia Tengah merupakan kawasan yang tidak stabil dan memiliki perekonomian kurang berkembang, namun kelima negara bekas Uni Soviet tersebut telah menjadi perhatian khusus tidak hanya bagi AS tetapi bagi negara besar lainnya seperti Rusia, Cina, dan Negara lainnya.kehadiran AS di Asia Tengah membuat Rusia dan Cina tidak menerima sepenuhnya kehadiran AS karena dianggap dapat melemahkan pengaruh Rusia dan Cina di kawasan Asia Tengah. C. Kepentingan Kekuatan-Kekuatan Eksternal di Asia Tengah Negara-negara di kawasan Asia Tengah merupakan negara yang masih tergolong ke dalam weak state dan weak power yang memiliki beberapa persoalan domestik negaranya. Kondisi sebagai weak state menyebabkan instabilitas domestik sehingga sering timbul konflik. Weak power di kawasan menyebabkan negaranegara tersebut tidak memiliki power yang memungkinkan untuk terlibat dalam persaingan antar negara (Buzan & Weafer, 2003: ). Dengan adanya sumber

51 daya alam yang melimpah namun dalam kondisi weak states dan weak power, menyebabkan masuknya kekuatan-kekuatan eksternal dalam menguatkan dominasi pengaruhnya di kawasan Asia Tengah. Persaingan antara negara-negara besar di kawasan Asia Tengah disebut dengan The Great Game. Great Game adalah istilah yang dikemukakan oleh Arthur Connolly untuk mendeskripsikan persaingan dan konflik antara Kekaisaran Inggris dan Kekaisaran Rusia yang ketika itu memperebutkan kekuasaan di Asia Tengah, dimulai pada abad ke-19 dan berlanjut sampai tahun Inggris mencari pengaruh dan kontrol di sebagian besar kawasan Asia Tengah untuk menguatkan pengaruh dari kerajaannya yaitu British India, dan kemudian menjadikan Asia Tengah sebagai negara penyangga (Buffer state). sementara itu kekaisaran Rusia berusaha untuk memperluas wilayah dan lingkup pengaruhnya untuk menciptakan satu kerajaan terbesar Rusia (Asia History, Kallie Szczepanski). Great Game resmi berakhir dengan dibentuknya Komisi Perbatasan Bersama Anglo -Rusia pada tahun 1907, yang mencapai kesepakatan bahwa daerah utara dikendalikan Rusia, dan daerah selatan dikuasai Inggris. Konvensi ini juga ditentukan garis perbatasan antara kedua kerajaan, dan menyatakan Afghanistan dibawah kontrol resmi Inggris selama Inggris tidak mengubah rezim (Asia History, Kallie Szczepanski). Rusia juga sepakat untuk mengadakan hubungan politik dengan Afghanistan lewat Inggris. Sementara Inggris sepakat untuk mempertahankan perbatasan dan mencegah upaya Afghanistan untuk menguasai wilayah Rusia (Adrianus, 2007:185). Berakhir nya Great Game menandai munculnya new great game di Asia Tengah, New great game yang dikemukakan oleh Ahmed Rashid memperlihatkan

52 bahwa yang terlibat dalam persaingan yang berlangsung di kawasan Asia Tengah tidak lagi Rusia dan Inggris melainkan major power lainnya seperti AS, Rusia, Cina, Iran dan Turki. Persaingan antara major power saat ini merupakan persaingan ekonomi dalam mengakuisisi sumber energi di kawasan, membangun jalur pipa minyak dan gas alam, serta mengembangkan pengaruh politik masing-masing negara. Hal inilah yang mendasari negara-negara tersebut bersaing dalam memperluas pengaruh dan power nya di kawasan Asia Tengah (Mustafa Aydin, 2000: 10). Peristiwa serangan 11 September mempengaruhi keterlibatan AS di kawasan Asia Tengah, AS ingin menjadikan kawasan ini sebagai garda terdepan (forefront) untuk mendukung kebijakannya dalam rangka memerangi terorisme di Afganistan yang letak geografisnya berdekatan dengan kawasan Asia Tengah. Pendirian pangkalan militer AS yang berada di Kyrgyzstan dan Uzbekistan merupakan bukti keterlibatan AS di Asia Tengah, dengan adanya basis-basis militer AS tersebut dapat langsung merespon ancaman yang terjadi (Rumer, 2006:2). Melihat peningkatan hubungan antara AS dengan kelima negara Asia Tengah membuat Rusia terancam dan mencurigai bahwa AS juga memiliki keinginan untuk mengontrol sumber energi di kawasan. Keberadaan AS di Asia Tengah akan mereduksi pengaruh Rusia terhadap negara-negara Asia Tengah serta sumber energi di dalamnya. Rusia masih melihat kawasan Asia Tengah sebagai bagian dari kekuasaannya. Rusia berusaha memperbaiki hubungannya dengan negara-negara di kawasan Asia Tengah melalui berbagai perjanjian keamanan dan melihat masuknya kekuatan eksternal lainnya sebagai ancaman (Briefing Paper, 2007:2).

53 Keterlibatan Cina di kawasan Asia Tengah didasarkan pada kepentingan mengatasi gerakan separatisme Uighur di wilayah barat laut Cina, yaitu provinsi Xinjiang. Kepentingan lainnya yaitu menguasai sumber energi di kawasan untuk memenuhi permintaan energi domestik Cina yang sangat tinggi. Cina juga berkepentingan untuk membangun jalur pipa minyak dan gas alam untuk meningkatan kapasitas suplai energi impor dari Asia Tengah. Salah satunya ialah jaringan pipa minyak Kazakhstan-China (Xuanli, 2005:41). Rusia kemudian melakukan kerja sama dengan Cina untuk menyeimbangkan AS dalam politik regional Asia Tengah. Rusia dan Cina telah memiliki hubungan diplomatik yang erat dan menjadi strategic partnership. Para pemimpin Rusia dan Cina menyatakan keinginan mereka untuk dunia yang multi polar di mana dominasi dunia atas politik Amerika harus dikurangi (Chi lin Yang, 2006:34). Pada tahun 1996, Rusia dan Cina bersama negara-negara di kawasan Asia Tengah (Kazakhstan, Kyrgistan, Tajikistan) membentuk forum pertemuan yang bernama Shanghai V. Forum pertemuan tersebut membahas mengenai isu-isu perbatasan dan mempromosikan rasa saling percaya. Pada 15 Juni 2001, Shanghai V kemudian berubah menjadi organisasi kerjasama yang lebih formal dengan membentuk institusi bernama Shanghai Cooperation Organisation (SCO) dengan Uzbekistan sebagai anggota baru. SCO mendeklarasikan untuk memfokuskan kerjasama dalam menjaga keamanan bersama dan stabilitas kawasan dengan memerangi separatisme, terorisme dan ekstremisme (Marcel de Haas, 2007;7-9). Adapun Negara anggota SCO ialah Rusia, Cina, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Uzbekistan serta terdapat didalamnya negara pengamat yaitu Mongolia, Iran, Pakistan, dan India. ( Source 2005 Data Sheet,

54 SCO bagi Rusia dan Cina dipandang sebagai kesempatan untuk mengelola Asia Tengah dan berusaha menggunakan SCO sebagai penyeimbang terhadap AS, dan isu lintas batas yang bebas dari pengaruh AS. Rusia dan Cina menganggap bahwa kehadiran AS tersebut dapat mengancam kepentingannya dan melemahkan pengaruhnya di kawasan. Rusia dan Cina kemudian berusaha mengembalikan dan memperluas pengaruhnya dengan menjalin kerjasama secara bilateral maupun multilateral dengan negara-negara Asia Tengah. Kerjasama Rusia dan Cina dalam SCO pun semakin menguat yang ditunjukkan dengan sejumlah kerjasama dalam bidang militer dan keamanan, serta mempromosikan kerjasama dalam bidang ekonomi (Marcel de Haas, 2007;7-9). Pada bulan Desember 2007, Rusia dengan Kazakhstan dan Turkmenistan membuat kesepakatan untuk membangun jaringan pipa gas sepanjang pantai timur Kaspia menuju Rusia. Pembangunan jaringan pipa ini dapat mengekspor minyak sebanyak 20 miliar meter kubik per tahun pada tahapan awal (Rakaryan Sukajaputra, Kompas: 2008). Sementara itu kehadiran Cina di Asia Tengah juga berusaha untuk mengamankan suplai energi melalui jaringan pipa minyak Kazakhstan-China, yang menghubungkan ladang minyak Kazakh di utara Kaspia dengan jaringan pipa di China di Wilayah Otonomi Xinjiang, barat laut China (Rakaryan Sukajaputra, Kompas: 2008). Selain AS, Rusia dan Cina, terdapat major power lain yang berusaha menanamkan pengaruhnya dikawasan namun tidak terlau maksimal yaitu Turki dan Iran. Turki adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan negara-negara Asia Tengah Sejak tahun Turki memberikan berbagai bantuan politik, akademik,

55 ekonomi serta menawarkan sistem modernisasi Islam yang mampu memperkuat hubungan kebudayaannya dengan kawasan yang mayoritas menggunakan bahasa Turki. Namun usaha yang dilakukan Turki tidak mendapat tanggapan yang memuaskan dari negara-negara kawasan karena lebih memilih merumuskan identitasnya sendiri daripada disatukan dibawah payung politik dan budaya yang lebih luas (Aydin, 2010) Sementara Iran memiliki posisi yang strategis dalam menghubungkan kawasan Asia Tengah dengan Timur Tengah sehingga Iran dapat menjadi jalur alternatif kawasan Asia Tengah untuk mendistribusikan produksi energinya ke pasar dunia. Selain itu, kehadiran Iran dikawasan Asia Tengah juga untuk memperkuat posisi Republik Islam. Namun hubungan yang tidak harmonis antara Iran dan AS menyebabkan negara-negara di kawasan Asia Tengah khawatir jika kerjasamanya dengan Iran akan menimbulkan konsekuensi politik dari AS yang selama ini memberikan bantuan ekonomi kepada negara-negara tersebut (Aydin:2010). Pada dasarnya, Turki dan Iran belum mempunyai kapabilitas yang memungkinkan keduanya menanamkan pengaruh di Asia Tengah. Dengan adanya pertumbuhan Cina, dominasi Rusia dan kehadiran AS itu sudah cukup merupakan hal yang penting bagi Asia Tengah untuk memperluas kemitraannya dalam politik global, sehingga keberadaan Turki dan Iran tampaknya tidak begitu menarik bagi kawasan tersebut (Nikolay Kozhanov: 2012). Keberadaan kekuatan-kekuatan eksternal di Asia Tengah digunakan sebagai upaya untuk menjaga pengaruh dominan mereka dan berusaha menjadi penyeimbang bagi kekuatan AS di kawasan tersebut.

56 BAB III KEBIJAKAN PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT DALAM BIDANG ENERGI MINYAK DAN KEPENTINGAN AS DI ASIA TENGAH A. Keamanan Energi Minyak Amerika Serikat Sumber energi minyak merupakan salah satu sumber energi terpenting dari sumber energi lainnya. Minyak dapat digunakan untuk kebutuhan industri, transportasi, perumahan dan juga untuk keperluan militer seperti menjadi tenaga penggerak perang modern (tank, pesawat, helikopter, kapal perang) serta untuk kelancaran fungsi ekonomi global. Robert E.bell menyatakan bahwa minyak tidak hanya sekedar bahan bakar bagi mobil dan pesawat terbang, akan tetapi minyak merupakan bahan bakar bagi kekuatan militer, perbendaharaan nasional, dan politik internasional. Minyak tidak lagi hanya sebuah komoditas yang dibeli dan dijual di dalam batasan keseimbangan tradisional tentang supply dan demand. Minyak lebih merupakan penentu kesejahteraan, keamanan nasional, dan power internasional bagi mereka yang memiliki sumber daya energi yang vital ini dan kebalikannya bagi mereka yang tidak memilikinya. (Robert E. Ebel, 2002:) Konsumsi energi minyak dunia mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan sumber energi lainnya baik untuk kebutuhan ekonomi suatu negara maupun kebutuhan industri dan militernya. Selain itu penggunaan minyak bumi cenderung lebih mudah dan lebih efektif sehingga minyak bumi mampu menarik perhatian masyarakat dunia. Seperti terlihat dalam gambar di bawah ini:

57 Gambar III.A.1 Konsumsi Energi Dunia Menurut Sumber Energi Tahun 2010 Sumber: World Primary Energi Consumption by Fuel Type, Diagram diatas adalah konsumsi energi dunia menurut sumber energinya. Dalam diagram dapat dilihat bahwa minyak sebagai energi yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat dunia. konsumsi minyak dunia pada tahun 2010 mencapai 45 % dari total sumber energi dunia. Angka ini lebih besar jika dibandingkan dengan gas alam sebesar 37% dan batu bara yang hanya 9 %, serta energi terbarukan lainnya sebesar 9%. Keamanan energi minyak menjadi permasalahan serius bagi pemerintah AS ketika produksi energi AS tidak mampu memenuhi konsumsi dalam negerinya. Permasalahan tersebut berpengaruh terhadap kebijakan keamanan energi AS yaitu, pertama, menurunnya tingkat produksi minyak AS sehingga berakibat pada produksi tidak mampu memenuhi permintaan yang terus meningkat. Kedua,

58 meningkatnya ketergantungan impor minyak AS kepada negara produsen minyak asing. Ketiga, meningkatnya persaingan dengan major power lainnya untuk mendapatkan sumber daya minyak ( Wicaksono, 2008: 60-61). A.1. Konsmsi Minyak Amerika Serikat Pada tahun 2009 AS menjadi negara dengan tingkat konsumsi minyak tertinggi di dunia, seperti terlihat dalam gambar berikut: Gambar III.A1.2 Konsumsi Minyak Negara-Negara Dunia Tahun 2009 Sumber: BP Energy Statistic: the world in oil consumption, reserves and energy production Gambar tersebut merupakan konsumsi energi minyak dunia pada tahun AS sebagai negara pengkonsumsi energi minyak terbesar di dunia sebesar 18,6 juta barel/hari, dan konsumsi terbesar kedua dunia adalah Cina sebesar 8,6 juta barel/hari. Hal ini menjadi bukti bahwa AS membutuhkan cadangan energi minyak dalam skala besar dan akan dicari di negara produsen minyak. Sampai saat ini, sejumlah negara Arab penghasil minyak masih menjadi pemasok utama kebutuhan

59 minyak dunia. Terutama Arab Saudi yang memiliki cadangan minyak terbesar di dunia. Sebelumnya AS memiliki sumber daya energi yang berlimpah, namun dalam perkembangannya terjadi peningkatan konsumsi energi dalam negerinya, sehingga pada periode 1950-an merupakan masa dimana produksi dan konsumsi energi AS mencapai titik keseimbangan. Pada periode selanjutnya tingkat konsumsi energi AS terus meningkat drastis sehingga melebihi tingkat produksi dalam negeri AS. Oleh karena itu AS dituntut untuk mengeksplorasi sumber daya energi dari wilayah lain dan mengimpornya. Berikut ini adalah grambar konsumsi produksi dan impor minyak AS: Gambar III.A1.3 Konsumsi, Produksi dan Impor Minyak AS (Dalam Juta Barel/hari) Pada grafik diatas tergambar proses peningkatan kebutuhan energi dalam negeri AS. dari grafik impor dapat dipahami bahwa peningkatan terus terjadi sejak periode 1980 hingga tahun Produksi minyak AS mengalami penurunan dari 10 juta barel/hari sebelum tahun 1985 menjadi 5,76 juta barel/hari pada tahun 2010, di

60 sisi lain konsumsi minyak AS mengalami peningkatan misalnya pada tahun 1985 AS mengkonsumsi minyak sebesar 16,7 juta barel perhari dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 20,68 juta barel per hari. Jarak antara produksi dan konsumsi yang tidak seimbang tersebut menyebabkan AS mengimpor minyak dari negara lain untuk menutupi kekurangannya. Misalnya pada tahun 2010 AS memproduksi minyak sebesar juta barel/hari, sedangkan konsumsinya mencapai juta barel/hari sehingga untuk menutupi kekurangan konsumsi minyak AS, negara ini mengimpor minyak dari produsen lain sekitar 10 juta barel/hari (EIA: 2011). Impor energi AS tersebut disebabkan karena meningkatnya konsumsi minyak AS setiap tahunnya, hal ini karena pertumbuhan penduduk AS yang juga mengalami peningkatan sehingga menuntut perkembangan ekonomi yang sejalan. Dengan semakin banyaknya populasi penduduk AS dari sekitar 249,438,712 jiwa pada tahun 1990 menjadi 305,529,237 jiwa pada tahun 2009 (U.S News Population:2009). A.2. Pengaruh Energi Minyak terhadap Pertumbuhan Ekonomi AS Konsumsi energi AS yang tinggi berasal dari sektor perumahan, perdagangan, industri dan transportasi. Sektor industri dan transportasi memberi pengaruh yang besar terhadap peningkatan konsumsi energi AS, seperti terlihat dalam gambar berikut:

61 Gambar III.A2.4 Konsumsi Energi AS Menurut Kegunaannya (Dalam Quadrilion BTU) Mengacu pada grafik diatas bahwa sektor industri AS merupakan konsumsi minyak terbesar, pada tahun 2009 industri dalam negeri AS mengkonsumsi minyak sebesar 30 Quadrillion British Thermal Unit (BTU), dan dari sector transportasi sebesar 25 Quadrillion BTU. Kedua angka sektor tersebut lebih tinggi jika dibandingkan sektor perumahan sebesar 15 Quadrillion BTU dan dari sector perdagangan hanya sebesar 10 Quadrilllion BTU (EIA: 2011). Sebagai negara maju yang berstatus negara industri, AS memiliki ketergantungan pada pasokan minyak asing. AS mengimpor setidaknya 60% minyak dari wilayah lain (American Energi Security, 2006:XV). Negara pemasok minyak bagi AS adalah Arab Saudi, Kanada, Meksiko, Venezuela, Nigeria, Irak, Aljazair, Angola, Rusia, dan Inggris (Deloitte, 2009:13). Awalnya AS tidak terlalu memikirkan masalah minyak sebelum terjadinya perang dunia II, namun setelah produksi minyak domestik mengalami penurunan akibat kebutuhan besar AS untuk mensuplai minyak yang dibutuhkan oleh pasukan sekutu dalam perang dunia II, maka AS mulai khawatir akan berkurangnya sumber

62 energi. Sekretaris Roosevelt, William Knox mengatakan didepan Kongres pada Maret 1944 bahwa perang telah membuat pemerintah AS sangat cemas tentang minyak. Ia menyebutkan kebijakan minyak AS pasca perang yaitu menyediakan sumber daya minyak dalam skala besar untuk keselamatan dan keamanan negara AS (David Ottaway, 2009). Hal ini pula yang kemudian menyebabkan pemerintah presiden Roosvelt berusaha untuk mencari akses ke sumber minyak dari negara lain. Pilihan AS pada waktu itu adalah Arab Saudi. (Mahally, 2003:152). Arab Saudi menandatangani perjanjian dengan perusahaan minyak AS yaitu Standard Oil of California, yang sekarang Chevron, kemudian pada tahun 1944 AS- Arab Saudi membentuk Arabian American Oil Company (ARAMCO). Chevron kemudian mengajak tiga mitra lainnya untuk bergabung yaitu Mobil, Exxon, dan Texaco. Kedua negara melakukan kerjasama energi ARAMCO yang bertujuan untuk mengembangkan sumber-sumber energi minyak bumi (Alan Greenspan, 2008:449). Akan tetapi pada tanggal 17 Oktober 1973, Negara Arab Saudi yang tergabung dalam Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) melakukan embargo minyak bumi terhadap AS sehingga harga minyak dunia melambung tinggi dan AS mengalami kejatuhan ekonomi selama dua tahun. Harga minyak kemudian meningkat secara drastis hingga tahun 1981 (Alan Greenspan, 2008:449). AS menyadari akan pentingnya pasokan energi minyak yang lancar bagi ekonominya sehingga pada tahun 2001 Presiden Bush memerintahkan pengisian Cadangan Minyak Strategis AS dan kemudian AS merumuskan kebijakan Strategic petroleum Reserves (SPR). SPR adalah minyak yang disimpan dan dikelola oleh

63 Departemen Energi AS dengan ketentuan pasokan yang cukup untuk masa 90 hari, dalam hal ini minyak diimpor saat persediaan berlimpah dan harganya rendah (Karen, 2006:2). Apabila terjadi gangguan persediaan atau embargo dari negara pengekspor minyak, AS masih bisa bertahan selama 90 hari dan itu cukup waktu untuk mencari jalan keluar dari gangguan pasokan persedian minyak. SPR hanya dapat digunakan dalam keadaan darurat seperti ketika terjadi badai Katrina di AS pada tahun 2005 (Alan Grenspaann, 2008:449). Kebijakan energi nasional AS dituangkan dalam laporan National Energy Policy Development Group pada tahun 2001 yang menyatakan bahwa Energy security must be priority of US trade and foreign policy ( masalah keamanan energi harus menjadi prioritas utama perdagangan dan kebijakan luar negeri AS, terjemahan penulis). Melalui kebijakan luar negerinya, isu keamanan energi merupakan salah satu agenda penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah AS. AS mengupayakan langkah-langkah antisipasi terhadap terjadinya gangguan pasokan dan melakukan hubungan diplomatik dengan negara produsen energi untuk menjamin ketersedian minyak negaranya. Ketergantungan AS terhadap pasokan minyak dari negara Arab mulai dikurangi, karena AS khawatir jika negara-negara Arab tersebut dapat kembali melakukan embargo minyak kepada Barat, sehingga lonjakan minyak seperti yang pernah terjadi pada tahun 1973 akan kembali terulang. Terlebih lagi kebijakan AS terkadang berbeda dengan Timur Tengah, hal ini akan membuat negara-negara Arab penghasil minyak dapat bersatu melakukan embargo minyak yang tentu saja akan berakibat pada rusaknya stabilitas ekonomi AS (Mahally: 2003).

64 AS berupaya mencari sumber-sumber minyak selain dari kawasan Timur Tengah, yang kemudian menjadikan Asia Tengah sebagai basis suplay energi minyaknya yang baru. Asia Tengah termasuk kawasan yang memiliki letak strategis dan penting bagi kepentingan AS. Suplai minyak Asia Tengah diharapkan mampu membantu kebutuhan konsumsi energi yang semakin meningkat akibat industrialisasi pemerintahan AS. AS melakukan invesatasi perusahan minyak di Asia Tengah setelah runtuhnya Uni Soviet yang disusul dengan merdekanya negaranegara dikawasan Asia Tengah. (Mahally, 2003:147). B. Kepentingan Amerika Serikat di Asia Tengah B.1. Kepentingan Politik dan Ekonomi Sejak runtuhnya Uni Soviet, AS semakin menguatkan pengaruhnya dikawasan Asia Tengah, Negara konstitusi berbasis republik federal demokrasi AS dipimpin oleh Presiden sebagai Kepala Negara. Pada tahun 2001 George W. Bush sebagai Presiden yang memerintah selama dua periode hingga Januari Partai utama yang terdapat di AS ialah partai demokrat dan republik (CIA, The World FactBook). Pemerintah AS memiliki kepentingan untuk menjaga hubungannya dengan negara-negara pecahan Uni Soviet tersebut. AS berusaha memperoleh kembali statusnya di kawasan Asia Tengah pasca perang dingin, salah satu cara yang dilakukan AS ialah dengan menegaskan kembali kehadirannya di negara-negara pecahan Uni Soviet. AS juga melakukan kunjungan kenegaraan dan pemberian bantuan untuk meningkakan kerjasama. Terdapat kantor kedutaan AS di lima

65 negara Asia Tengah merupakan salah satu bukti adanya hubungan bilateral AS-Asia tengah (Chi-Lin Yang, 2008: 336). AS dan Asia Tengah kerap melakukan kunjungan diplomasi dan negosiasi terkait peningkatan kerjasama bilateral, baik di level Presiden maupun level Perdana Menteri. Berbagai dialog dan kunjungan politik menunjukkan nilai strategis yang tinggi bagi hubungan bilateral dalam segi ekonomi, politik, dan keamanan nasional masing-masing negara. Melalui dialog dan kunjungan tersebut telah di capai beberapa kesepakatan yang menunjukkan kepentingan negara untuk mengembangkan hubungan politik ke level yang lebih tinggi. Adapun tujuan utama dari kebijakan luar negeri AS di Asia Tengah adalah untuk mendorong demokratisasi Asia tengah dan menghormati hak asasi manusia. Semua pemimpin negara-negara Asia Tengah telah menyatakan bahwa mereka berkomitmen untuk demokratisasi. Hal tersebut di nyatakan pada tahun 1994 ketika Presiden Clinton melakukan kunjungan ke Kazkakhstan dan bersama presiden Nazarbayev menandatangani Charter on Democratic Partnership yang mengakui komitmen Kazakhstan terhadap supremasi hukum, penghormatan terhadap hak manusia, dan reformasi ekonomi. Begitu juga dengan Uzbekistan, pada bulan Maret 2002, U.S.-Uzbek Strategic Partnership Declaration ditandatangani oleh Uzbekistan yang bertujuan untuk mengintensifkan transformasi demokratis dan meningkatkan kebebasan pers. Kemudian pada Desember 2002 AS mengunjungi Presiden Tajikistan yaitu Rahmon, dan Tajikistan menyatakan untuk memperluas kebebasan fundamental dan hak asasi manusia (Jim Nichol, 2012:24).

66 Dalam bidang militer AS telah menetapkan kebijakan keamanan untuk terlibat di Asia Tengah dan meningkatkan kerjasama militer dengan kawasan tersebut. Negara Asia Tengah yang pertama kali melakukan kerjasama militer dengan AS yaitu Kazakhstan, AS dan Kazakhstan menandatangani perjanjian defense cooperation agreement pada tahun 1994 yang berisikan kerjasama pertahanan dan melibatkan dialog tentang pertahanan, pelatihan, dan anggaran militer. Kesepakatan ini kemudian diperluas pada tahun 1997 dengan memasukkan isu keamanan nuklir dan bantuan pertahanan AS ke kawasan tersebut. Perjanjian serupa juga ditandatangani oleh Uzbekistan pada tahun 2000 yang juga menjadi penerima transfer pertama di Asia Tengah dalam peralatan militer di bawah program Foreign Military Financing yaitu Uzbekistan menerima 16 kendaraan angkut militer (Elizabeth Wishnick, 2002:9). Selanjutnya pada tahun 1993, militer Asia Tengah mulai menerima pelatihan dari AS di Jerman, dan pada pertengahan tahun 1994 semua negara Asia Tengah bergabung dengan program partnership for peace program (PfP) NATO. Program ini menyelenggarakan serangkaian latihan untuk memberikan pelatihan dan kegiatan perdamaian dan mengembangkan interoperabilitas (Elizabeth Wishnick, 2002:9). Secara militer, AS memberikan bantuan berupa peralatan, pelatihan personil militer dan kemudian mendirikan pangkalan militer, hal ini terlihat dengan adanya dua pangkalan AS yang masing-masing terletak di Uzbekistan dan Kyrgyzstan, yang dinyatakan oleh AS sebagai bantuan operasi pasca perang di Afghanistan. Dua pangkalan tersebut ialah Karshi-Khanabad Air Base yang terletak di selatan

67 Uzbekistan tidak jauh dari Tajikistan, dan Manas Air Base yang terletak di utara Bishkek, Kyrgyzstan (Lionel, 2005;28). Alasan lain yang melatar belakangi dukungan negara Asia Tengah terhadap kampanye AS memerangi terorisme internasional dikarenakan adanya faktor ekonomi dan militer. Pertumbuhan ekonomi dan militer negara-negara Asia Tengah tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Dengan memihak AS dalam perang terhadap terrorisme di Afghanistan maka bantuan ekonomi dan militer dari AS pun menguat (Mahally, 2003). Kebijakan luar negeri AS terhadap Asia Tengah dicantumkan dalam NSS (National Security Strategy) pada tahun 2003 yang menempatkan kebijakan luar negeri AS di Asia Tengah kedalam 5 kategori yaitu: (1) mendukung demokratisasi kelima negara di Asia, termasuk didalamnya mendirikan rule of law dalam upaya untuk memerangi kejahatan dan korupsi (2) mempromosikan kemakmuran untuk mendorong negara-negara Asia tengah agar mendukung satu sama lain dalam hal ketidakstabilan atau ancaman terhadap perdamaian, (3) meningkatkan keamanan di wilayah tersebut, seperti mengurangi ancaman regional (nonproliferasi, terorisme), (4) mengejar pengawasan senjata dan nonproliferasi senjata pemusnah massal (WMD), dan (5) integrasi dalam masyarakat yang lebih besar (tujuan politik dan ekonomi). (Cohen, 2006:6, & Elizabeth Wishnick, 2002: 4-5). Antara tahun telah banyak dilakukan pertemuan antara pejabat tinggi AS dengan pejabat negara-negara Asia Tengah, seperti antara presiden, perdana menteri, menteri luar negeri dan pejabat parlemen. Dari beberapa pertemuan tersebut terdapat pertemuan yang berisikan kesepakatan antara AS dan

68 Asia Tengah. Berbagai kunjungan kerjasama penting untuk menunjang dan memperkuat hubungan bilateral termasuk dalam bidang energi. Kerjasama AS dengan Kazakhstan juga ditandai dengan berbagai macam kerjasama tingkat tinggi. Salah satunya ialah pada September 2006, Presiden Republik Kazakhstan Nursultan Nazarbayev malakukan kunjungan ke Washington yang kemudian bersama dengan Presiden George W. Bush melakukan Pernyataan Bersama untuk prospek lebih lanjut hubungan Kazakhstan-AS, termasuk penguatan kemitraan strategis melalui intensifikasi dialog strategis pada energi, kerja sama militer, perdagangan, investasi dan demokratisasi. AS juga menyatakan dukungan Kazakhstan ke WTO. Pertemuan ini kemudian berlanjut pada Pada April 2010, dalam pertemuan antara kedua pemimpin, kesepakatan dicapai pada penguatan lebih lanjut dari kemitraan strategis antara Kazakhstan dan AS, membahas isu-isu keamanan global, termasuk non-proliferasi nuklir dan stabilisasi di Afghanistan, promosi demokrasi, perdagangan dan kerjasama ekonomi. AS melaksanakan program bantuan seperti Foreign Military Financing (FMF), International Military Education and Training (IMET), Counterterrorism (CT), ( Embassyof the Republic of Kazakhtan). Sejak tahun 2006, Kazakhstan telah menerapkan Program Pengembangan Ekonomi bersama-sama dengan Pemerintah AS. Program tersebut telah diperpanjang sampai tahun Tujuan dari Program ini adalah untuk mempromosikan diversifikasi ekonomi Kazakhstan, meningkatkan daya saing ekonomi, termasuk pengusaha, dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. ( Embassyof the Republic of Kazakhtan: 2012).

69 Pada bulan Juni 2004, Perwakilan Dagang AS menandatangani United states and Central Asia Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) dengan duta besar dari negara-negara regional Asia Tengah yaitu Turkmenistan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, dan Uzbekistan. Perjanjian ini berfokus pada sejumlah bidang termasuk perdagangan, investasi, dan transit yang bertujuan untuk membangun Perdagangan dan Investasi antara AS-Asia Tengah. Perwakilan AS dan Asia Tengah melakukan pertemuan setiap tahunnya untuk membahas kekayaan intelektual, tenaga kerja, perlindungan lingkungan, dan isu-isu yang menghambat arus perdagangan dan investasi swasta antara Amerika Serikat dan Asia Tengah (Jim Nichol, 2010:48). Kawasan Asia Tengah adalah kawasan yang memiliki tingkat perekonomian yang rendah, terutama di Kyrgyzstan dan Tajikistan. Tajikistan merupakan negara termiskin di kawasan Asia Tengah dengan penghasilan GDP hanya sebesar $ pada tahun 2005 yang kemudian angka ini meningkat menjadi pada tahun Sedangkan Kyrgtzstan sebesar 80% penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan. Berikut pendapatan perkapita negara-negara di kawasan Asia Tengah tahun 2010

70 Tabel III.B1.1 Populasi dan Pendapatan Perkapita Kawasan Asia Tengah Tahun 2010 Nama Negara Populasi 2010 Pendapatan Perkapita Tahun 2010 (US$) Kazakhstan Tajikistan Uzbekistan Kyrgyzstan Turkmenistan Data diolah dari Sejak kemerdekaan hingga sekarang tingkat kemiskinan di Asia Tengah tidak mengalami perbaikan, oleh karena itu AS melakukan inisiatif untuk membantu secara ekonomi di kawasan Asia Tengah, AS juga terus memberikan bantuan teknis untuk meningkatkan arus perdagangan dan meningkatkan lingkungan usaha di seluruh wilayah. Hal ini dapat dilihat dari total bantuan AS ke Asia Tengah pada tahun Kazakhstan misalnya, memperoleh bantuan dari AS yaitu sebesar US$ juta, sedangkan Kyrgizstan sebagai penerima terbesar kedua setelah Kazakhstan yaitu US$11.74 juta, selanjutnya ialah Tajikistan US$ juta, Uzbekistan US$ juta, dan Turkmenistan US$ juta. Pada tahun 2010 bantuan ekonomi AS ke Asia Tengah semakin bertambah jumlahnya, dapat dilihat dari tabel berikut:

71 Tabel III.B1.2 Total Bantuan Ekonomi AS Ke Asia Tengah Tahun (Juta Dolar) Nama Negara Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Kazakhstan Tajikistan Uzbekistan Kyrgyzstan Turkmenistan Sumber: Jim Nichol, Central Asia: Regional Developments and Implications for U.S. Interests, September 2012 Data diatas menunjukkan bahwa bantuan financial AS ke negara-negara Asia Tengah mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2003 keseluruhan total bantuan AS hanya juta dolar, maka pada tahun 2010 total bantuan tersebut meningkat menjadi juta dolar. Fakta tersebut dapat menjadi salah satu faktor menguatnya pengaruh AS di Asia Tengah. Sementara negara-negara di kawasan tersebut juga teruntungkan secara ekonomi terutama Tajikistan dan Kyrgyzstan yang merupakan negara miskin di Asia Tengah. Menurunnya bantuan AS terhadap Uzbekistan disebakan karena pada tahun 2005 Uzbekistan mengusir pasukan militer AS dari pangkalan udara khanabad dan Uzbekistan memberikan waktu 180 hari bagi AS meninggalkan pangkalan tersebut

72 dan memindahkan pesawat dan peralatan militernya. Keputusan ini didasari oleh dua faktor yaitu Uzbekistan beranggapan bahwa AS ikut serta dalam demonstrasi revolusi yang terjadi di di Andijan pada tanggal 13 Mei 2005 dimana ratusan orang meninggal, faktor lain ialah keputusan PBB dan AS yang memerintahkan untuk mengevakuasi 440 pengungsi Uzbek dari Kiygizstan ke Rumania, pengungsi tersebut dianggap teroris oleh AS dan Uzbekistan adalah penjahat. Sebagai pembalasannya, Uzbekistan menyerukan AS untuk menutup pangkalan militer, memindahkan peralatan dan memaksa keluar dalam waktu 180 hari. Sejak peristiwa tahun 2005 tersebutlah maka pemberian bantuan AS ke Uzbekistan pun turut menurun (Michael, 41-42). Asia Tengah merupakan salah satu kawasan pasar ekspor bagi AS, Asia Tengah membeli mesin-mesin militer, perlengkapan transportasi, komoditas pertanian dan otomotif dari AS (Chi-Lin Yang, 2008: 336). Dengan adanya kerjasama dengan negara-negara di Asia Tengah dalam berbagai bidang maka AS berharap bahwa masalah keamanan energi dalam negerinya dapat teratasi. Strategi kebijakan luar negeri negara-negara Asia Tengah adalah untuk membangun hubungan baik dengan AS serta dengan semua aktor global. Negaranegara dikawasan tersebut melihat bahwa AS sebagai aktor yang memiliki pengaruh dan berperan dalam menentukan pengembangan ekonomi dan politik di dunia. Oleh karena itu hubungan dengan Amerika Serikat adalah salah satu prioritas tertinggi untuk kebijakan luar negeri di kawasan Asia Tengah (Ivascenkova, 2008:58).

73 B.2. Menciptakan Stabilitas Keamanan Regional Tujuan AS untuk kawasan Asia Tengah adalah pengembangan negara-negara yang baru merdeka, demokratis dan politik yang stabil, serta reformasi untuk masyarakat modern dan integrasi ke dalam ekonomi dunia. Strategi ini bertujuan untuk keamanan regional kawasanasia Tengah. AS telah menekankan bahwa keamanan, stabilitas dan kemakmuran di kawasan ini terkait dengan reformasi demokrasi dan ekonomi, menghormati HAM, supremasi hukum, dan kesediaan masing-masing negara untuk bekerja sama memecahkan masalah-masalah regional. AS percaya bahwa tujuan ini dapat dicapai melalui transisi ke nilai-nilai demokrasi dan perkembangan pasar bebas setiap negara di Asia Tengah (Michael Peterson, 2005:45). Tujuan AS tersebut dituangkan dalam Undang-Undang Silk Road Strategi Act pada tanggal 10 Maret 1999 yaitu (Hsiang Tao Hsu:132): (1) Untuk mempromosikan dan memperkuat kemerdekaan, kedaulatan, pemerintahan yang demokratis, dan menghormati Hak Asasi Manusia di Asia Tengah; (2) Untuk mempromosikan toleransi, pluralisme, dan pemahaman kontra rasisme (3) Untuk membantu secara aktif dalam penyelesaian konflik regional dan untuk memfasilitasi penghapusan hambatan untuk lintas batas perdagangan; (4) Untuk mempromosikan hubungan persahabatan dan kerjasama ekonomi; (5) Untuk membantu mempromosikan prinsip-prinsip yang berorientasi pasar bebas;

74 (6) Untuk membantu dalam pengembangan infrastruktur, serta membangun hubungan internasional yang kuat dalam energi dan perdagangan antara negara-negara yang demokratis (7) Untuk mendukung kepentingan bisnis AS dan investasi dalam daerah. Sebelum tahun 2001, tujuan AS di Asia Tengah dituangkan dalam Silk Road Strategic Act tersebut pada 10 maret 1999 yang disebutkan diatas bahwa tujuan AS adalah untuk mendukung kemandirian ekonomi dan politik Asia Tengah dan mendorong rekonsiliasi regional, kerjasama, dan pembangunan ekonomi. Namun, peristiwa 11 Sepetember turut serta merubah tujuan AS di kawasan Asia Tengah. AS fokus terhadap perang melawan terrorisme di negara-negara dekat Asia Tengah seperti Afghanistan dan Irak. Hal ini menyebabkan hadirnya kekuatan militer AS di negara-negara Asia Tengah (Michael Peterson, 2005:2). Setelah peristiwa 11 September, tujuan utama keamanan bagi AS di Asia Tengah adalah di bidang kontraterorisme dan keamanan regional. Kedua aspek ini saling terkait karena berdampak pada stabilitas regional di daerah dan bahwa pengaruh Islam radikal dan terorisme bisa mendestabilisasi wilayah tersebut. Mengenai kontraterorisme, Asia Tengah merupakan daerah yang tepat untuk melawan terorisme. Pertama, secara geografis terletak di daerah di mana terdapat organisasi teroris internasional berasal. Kedua, adalah lokasinya yang strategis untuk meluncurkan operasi kontrateroris di bawah operasi enduring freedom (Micahel Peterson, 2005: 46). Untuk mendukung operasi ini AS memerlukan negara koalisi di Asia Tengah yang didasarkan pada lokasi yang dekat ke daerah teroris. Uzbekistan dan Tajikistan

75 adalah negara Asia Tengah yang memberikan fasilitas mereka ke AS dan pasukan militernya, Kyrgyzstan menawarkan penggunaan bandara Manas dan Uzbekistan menawarkan penggunaan pangkalan udara Karshi- Khanabad. Perjanjian tambahan diperoleh untuk mengisi bahan bakar pesawat di bandara Dushanbe dan Ashgabat Kazakhstan yang memberikan izin untuk mendarat bagi pesawat AS ketika cuaca buruk atau darurat tekhnis (Micahel Peterson, 2005: 41). Lionel Beehner (2005: 28) menjelaskan bahwa terdapat sekitar tentara militer AS dan hanya sekitar 700 tentara militer Kyrgyzstan di Manas. Sementara itu, Uzbekistan menerima bantuan militer, pelatihan, dan peralatan dari AS. Pemerintah Uzbekistan juga menerima sekitar $ 150 juta paket bantuan tahunan, serta pelatihan kontraterorisme, intelijen, dan penegak hukum dari lembaga pemerintah AS dan menerima jaminan keamanan terhadap ancaman eksternal. Kemudian AS memberikan bantuan sekitar $ 10 juta dalam bentuk militer tahunan untuk Kyrgyzstan. Selain bantuan tersebut AS juga membayar pemerintah Kyrgyzstan sekitar $ per tahun untuk sewa Manas. Kyrgyzstan mendapat keuntungan sebesar US$ 700 setiap kali pesawat AS mendarat dan lepas landas. Selain itu ratusan juta dolar dalam kontrak bahan bakar untuk pemasok lokal dan perantara energi ke AS. (Alexander Cooley,2012:1). Tujuan lain dari kerjasama keamanan antara AS dan Asia Tengah ialah untuk membasmi Islam radikal yang berada di kawasan tersebut. Beberapa negara di Asia Tengah seperti Uzbekistan, Kyrgyzstan, dan Tajikistan mengahadapi masalah pergerakan Islam yang melakukan aksi kekerasan senjata dan menimbulkan kerugian secara domestik. Di Uzbekistan terdapat Islamic Movement of Uzbekistan

76 (IMU) sebuah organisasi militant yang melancarkan serangan terror di Uzbekistan dan Kyrgyzstan pada tahun 1999 dan IMU memiliki keterkaitan dengan dua organisasi Tajikistan s Tajik Opposition Front (TTOF) dan Hizbul Tahrir (HT) karena kesamaan tujuan yaitu menumbangkan kalangan yang sedang berkuasa dan mendirikan negara Islam di seluruh Asia Tengah. (Mahally, 2003:154). Pada awalnya, gerakan ini terdiri dari hanya beberapa ratus anggota, tetapi dengan tidak adanya tindakan tegas oleh pemerintah Uzbekistan, mereka mampu menyebarkan propaganda mereka di Lembah Ferghana dan merekrut lebih banyak pengikut (Zeyno at al, 2006:49). U.S Department of States annual Report on Religious Freedom pada 1999 menyatakan bahwa Islamic Movement of Uzbekistan (IMU) dan Hizbut Tahrir (HT) merupakan dua organisasi utama yang dianggap sebagai gerakan Radikalisme Islam di Asia Tengah (Mc Glinchet, 2009:1). Hal ini sangat penting bagi AS untuk mencegah wilayah Asia Tengah menjadi tempat berkembang bagi terorisme dan ekstremisme Islam. Setelah serangan bersenjata yang dilakukan oleh IMU di Kyrgizstan pada tahun 1999, AS kemudian merumuskan kebijakan baru yaitu Central Asian Border Security Initiative (CASI) pada bulan April 2000, dengan $ 3 juta dalam bantuan keamanan tambahan untuk masing-masing lima negara Asia Tengah. Kemitraan NATO dalam Partnership for Peace program (PFP) juga sebagai bentuk kebijakan AS dan Barat dalam keterlibatan militer di Asia Tengah. Melalui program PFP ini Negara-negara Asia Tengah yang baru merdeka, namun masih rentan terhadap ancaman-ancaman dari luar mampu mendapatkan pengalaman yang signifikan dengan adanya pembentukan militer AS (Ozden Zeynep Oktav, 2005: 22-23).

77 Pada tahun Uzbekistan adalah penerima tertinggi militer AS dan bantuan polisi, yaitu memperoleh lebih dari USD 131 juta, yang diikuti oleh Kazakhstan dan Kyrgyzstan memperoleh bantuan kedua dan ketiga yang masingmasing menerima bantuan kurang dari 100 juta. Sebaliknya, dari tahun , Kazakhstan adalah penerima teratas dari bantuan militer dan polisi AS yaitu memperoleh hamper USD 260 juta dan Kyrgyzstan diposisi kedua sebesar USD 224 juta dan Uzbekistan menurun pada posisi keempat di antara lima negara Asia Tengah yang mendapat bantuan militer dari AS yaitu menerima sekitar USD 42 juta (Daniel Resnick, 2013). Kebijakan AS di Asia Tengah pasca 11 September dibagi dalam 3 kategori yaitu promosi keamanan, reformasi domestik, dan energi pembangunan. Kebijakan ini dinyatakan oleh Deputi Asisten Menteri Negara B. Lynn Pascoe pada Juni 2003 (Micahel Peterson, 2005: 40). Kebijakan AS dilakukan pada penguatan keamanan negara-negara Asia Tengah untuk melawan terorisme, proliferasi, dan perdagangan senjata. Kerjasama pertahanan dan keamanan AS di Asia Tengah terus mendukung tindakan untuk mencegah atau menggagalkan ancaman teroris dan untuk membangun angkatan bersenjata yang efektif di bawah kontrol sipil. Dukungan Asia Tengah terhadap AS jelas memiliki kaitan erat dengan upaya pemberantasan organisasi radikalisme Islam tersebut dan berharap AS melalui perang melawan terror dapat menuntaskan masalah-masalah radikalisme yang mereka hadapi. Basis militer AS melakukan penjagaan ketat untuk melindungi ladang minyak, pipa minyak, kilang minyak dan kapal tanker serta menghadapi kemungkinan muncul ancaman dari pihak luar yang kontra atas kehadrian militer

78 AS diwilayah tersebut. AS membetuk sebuah kelompok militer yang disebut dengan Central Command (CENTCOM), CENTCOM ditempatkan di negara-negara produsen utama minyak Asia Tengah yaitu Azerbaijan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Turkmenistan dan Uzbekistan (Michael:1). B.3. Kepentingan Pengendalian Sumber Energi Kepentingan AS selain keamanan regional di Asia Tengah, AS juga tertarik dalam melakukan eksplorasi dan ekspor cadangan sumber daya alam di Asia Tengah, sehingga sumber daya energi ini dapat digunakan dalam pasar dunia dan akan membantu diversifikasi suplay energi dunia. Negara-negara Asia Tengah diperkirakan memiliki cadangan minyak yaitu 10 miliar barel dan 202 triliun kaki kubik gas alam. Kazakhstan memiliki potensi untuk menjadi salah satu dari lima eksportir minyak dunia pada tahun 2015, Turkmenistan memiliki salah satu deposito terbesar gas alam, 80 sumber daya energi lainnya di wilayah ini mencakup hidro listrik di Tajikistan dan Kyrgizstan (yang bisa berkontribusi terhadap kebutuhan energi untuk Asia Tengah, Afghanistan dan sebagian Asia Selatan) dan sebagian besar minyak dan gas alam yang belum dimanfaatkan di Uzbekistan (Leon: 2006). Masalah keamanan energi menjadi masalah keamanan nasional bagi AS, sehingga pada bulan April 1997, pembuat kebijakan luar negeri AS didepan kongres menjelaskan tentang pentingnya kawasan Asia Tengah bagi kelangsungan suplay energi AS. Ketika itu Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa sumber daya energi Asia Tengah dapat memperkuat keamanan energi barat. Sehingga pada masa pemerintahan Clinton, AS mengeluarkan kebijakan New central Asia Strategy.

79 Dalam kebijakan ini AS ikut serta dalam mengembangkan cadangan minyak yang belum di manfaatkan di Asia Tengah (Ahmed Samir, 2010: 68). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kawasan Asia Tengah memiliki potensi sumber daya alam yang besar. Hal inilah yang membuat AS berkepentingan untuk dapat menguasai sumber daya energinya karena AS tertarik dengan impor energy dari negara-negara Asia Tengah. Kebijakan dan strategi AS terkait energi minyak dilakukan diantaranya melalui investasi secara besar-besaran pada proyek eksplorasi dan pengembangan energi di negara-negara Asia Tengah. Hal ini didukung oleh perusahaan-perusahaan minyak AS yang melakukan investasi di Asia Tengah dalam skala besar. Selain itu AS juga mengeluarkan kebijakan SPR (Strategic Petroleum Reserves) yang cadangan minyak strategis ini dapat membantu pemerintah AS jika terjadi gangguan pasokan dalam jangka pendek. Pada tahun 2007, AS melakukan kunjungan resmi kenegaraan ke Turkmenistan. Bill Richardson yang menjabat sebagai Menteri Energi pada masa pemerintahan Presiden AS William J. Clinton mengatakan bahwa kepentingan energi Amerka Serikat sangat bergantung pada ketersediaan minyak mentah dan gas alam yang mencukupi. Ditemukannya sumber energi baru di kawasan Asia Tengah, termasuk Turkmenistan, maka AS dapat melakukan dua tugas sekaligus yaitu memenuhi kebutuhan energinya dan berupaya membawa Tukrmenistan dan Asia Tengah lebih dekat dengan Barat baik secara politik maupun ekonomi dengan melakukan proses demokratisasi dan liberalisasi ekonomi. Kemudian Menlu AS Condoleezza Rice pada bulan Februari 2008, mengemukakan bahwa Turkmenistan

80 telah setuju untuk memasok gas alam kepada AS dan merealisasikan pembangunan pipa gas melintasi Laut Kaspia yang akan menghentikan monopoli Rusia atas gas Turkmenistan (CRS Report for Congress, 2004: 3-4). Dalam melakukan diplomasi energi dengan Asia Tengah, AS meningkatkan hubungan dengan negara-negara yang memiliki sumber alam besar yang dapat mendukung keamanan energinya. Perusahaan-perusahaan AS melakukan pendekatan kepada negara-negara di Asia Tengah. Untuk mengimplementasikan hal itu maka pemerintah AS menunjuk perusahaan-perusahaan energi AS seperti Chevron, Amoco, Unocal dan ExxonMobil untuk melakukan kontrak kerjasama energi dengan negara-negara Asia Tengah. Melalui kebijakan ini AS memastikan bahwa aliran minyak dari Asia Tengah dapat dialirkan dengan aman dan lancar ke pasar global dan dapat menghambat kontrol Rusia atas transportasi minyak dari kawasan Asia Tengah (Ahmed Samir, 2010: 69). AS telah mempromosikan pengembangan beberapa rute ekspor untuk wilayah karena mayoritas negara-negara Asia Tengah adalah negara land locked. AS turut serta memberikan kontribusi terhadap Caspian Pipeline Consortium untuk pengiriman minyak dari Kazakhstan ke Laut Hitam, dan membantu dalam pembangunan pipa Baku- Tbilisi-Ceyhan (BTC) dari Kaspia ke laut Mediterania. Implementasi dari kesepakatan energi AS dan Asia Tengah akan dipaparkan pada bab berikutnya.

81 BAB IV KEPENTINGAN NASIONAL AMERIKA SERIKAT DALAM BIDANG ENERGI MINYAK DI KAWASAN ASIA TENGAH Setelah membahas mengenai nilai strategis serta potensi sumber daya alam Asia Tengah dan kepentingan AS di kawasan tersebut, hingga hubungan bilateral antara AS ke Asia Tengah yang kemudian disepakatinya perjanjian kerjasama antara kedua belah pihak. Maka pada bab IV ini akan dipaparkan mengenai pertama, kesepakatan energi minyak antara AS dan Asia Tengah yang didalamnya juga berisi tentang dukungan AS melalui perusahaan nasionalnya dalam pembangunan saluran pipa minyak di Asia Tengah. Kedua, analisa tentang kepentingan nasional AS dalam bidang energi minyak di kawasan Asia Tengah. Dalam analisa ini akan dibahas mengenai kepentingan nasional yang diperoleh oleh AS melalui kebijakan luar energinya dalam hal ini adalah minyak di Asia Tengah. Meningkatnya peran AS dikawasan Asia Tengah dipicu oleh beberapa alasan kepentingan AS yaitu energy security dimana AS menginginkan sumber daya minyak di Asia Tengah dan hal ini mendorong perusahaan-perusahaan AS aktif dalam berinvestasi dikawasan tersebut. A. Implementasi Kesepakatan Energi Minyak Amerika Serikat-Asia Tengah Kebutuhan terhadap energi minyak yang semakin meningkat guna menopang laju pertumbuhan ekonomi AS, telah membuat semakin pentingnya masalah keamanan energi di kalangan pemerintah AS. Kerjasama yang dilakukan antara pemerintah AS dengan negara-negara di Asia Tengah bertujuan untuk menjamin ketersediaan pasokan energi yang memadai. Menurut Michael T. Klare bahwa tugas

82 mewakili, memproduksi dan menyalurkan energi kepada konsumen umumnya dilakukan oleh perusahaan swasta. Akan tetapi peran pemerintah juga tidak kalah penting dalam proses penyaluran energi bagi kepentingan ekonomi suatu negara. Sektor swasta dituntut untuk melakukan hal-hal yang dibutuhkan dalam memproduksi dan mendistribusikan pasokan energi guna memenuhi kebutuhan energi nasional suatu negara (Michael T. Klare: 2009:484). Setelah pembubaran Uni Soviet, AS mulai melihat kawasan Asia Tengah sebagai salah satu kawasan yang penting untuk masa depan AS, sehingga pada tanggal 3 Mei 1994 Wakil Menteri Luar Negeri AS Talbott menjelaskan di konferensi bisnis AS-Asia Tengah bahwa AS memiliki kepentingan nasional di Asia Tengah karena Asia Tengah adalah pintu gerbang yang di gunakan untuk akses masuk ke tiga daerah yang penting dan strategis untuk AS yaitu sebelah timur Cina dan seluruh Asia, selatan Iran, Afghanistan, dan dunia Islam, ke barat dan utara Rusia dan Eropa. Selain itu, Asia Tengah adalah sebuah wilayah yang memiliki sumber daya alam dan manusia yang besar yang dapat menawarkan potensi untuk kesejahtraan bagi pengusaha AS untuk melakukan bisnis di Asia Tengah (Richard B. Stephens, 2000:9). Kebijakan AS terkait energi minyak dijelaskan dalam national energy policy (NEP) tahun 2001 yang menyatakan bahwa keamanan nasional AS tergantung pada pasokan energi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan ekonomi AS, oleh karena itu pemerintah AS berupaya untuk menemukan sumber-sumber energi minyak eksternal tambahan untuk kepentingan nasional AS. Selain itu ketergantungan impor minyak AS yang tinggi dari Timur Tengah menimbulkan

83 persoalan, karena negara-negara di Timur Tengah mengalami ketidakstabilan politik. Ketidakstabilan tersebut ialah banyak konflik-konflik yang terjadi di Timur Tengah, seperti masalah nuklir Iran, konflik Israel-palestina, yang kebijakan AS tersebut bersebrangan dengan Timur Tengah sehingga dapat mengancam ekspor minyak dari Timur Tengah ke AS. Rancangan kerjasama AS dengan Asia Tengah dijelaskan dalam national energy policy (NEP) AS yang berisikan mengenai Asia Tengah serta Laut Kaspia yang memiliki sumber daya energi yang menjanjikan bagi kepentingan nasional AS. Dalam NEP juga disebutkan agar pemerintah AS dapat melakukan banyak kerjasama dengan kawasan Asia Tengah termasuk seluruh pemimpin negaranya (Michael, 2004:66). Oleh karena itu, AS selalu ikut serta dalam mengikuti kebijakan diversifikasi sumber daya energi untuk mengamankan pasokan energi dalam negerinya dan meningkatkan kerjasama dengan negara-negara di Asia Tengah. Dalam menjalankan kebijakan energinya, pemerintah AS juga dibantu oleh perusahaan minyak nasionalnya dalam hal ini ialah NOCs (National Oil Companies). AS memiliki perusahaan minyak diantaranya ExxonMobil, Chevron, Amoco, dan Unocal. Perusahaan-perusahaan energi tersebut mempunyai pengaruh dalam membuat keputusan energi AS karena para pemimpin NOCs memiliki akses langsung kepada pemerintah AS. Selain itu mereka juga dapat melakukan investasi besar di negara penghasil minyak dan menjadi jaminan jalur suplai minyak yang masuk ke AS dengan menguasai ladang - ladang minyak di negara produsen (Report NEP: 2001).

84 Dari segi dukungan pemerintah AS terhadap perusahaan minyak nasionalnya, pemerintah AS memberikan dukungan dari aspek finansial, politik dan bahkan militer untuk memberikan fasilitas kesempatan berinvestasi bagi perusahaan minyak AS. Aspek tersebut digunakan tidak hanya untuk memberikan perusahaan dengan bantuan keuangan tetapi juga untuk meningkatkan hubungan yang erat dengan pemerintah Negara produsen minyak produsen (Report NEP: 2001). Pemerintah AS dan NOCs sepakat untuk mempertahankan keamanan minyak melalui diversifikasi penyuplai dan rute transportasi minyak. ExxonMobil adalah salah satu perusahaan minyak AS yang berbasis di Texas dan merupakan salah satu korporasi besar AS yang bergerak dibidang migas. Di AS, ExxonMobil menjadi perusahaan dengan total laba tertinggi ke 5, dibawah perusahaan Amerika Serikat lainya. ExxonMobil banyak memberikan pengaruhnya di negara-negara Asia Tengah seperti banyak melakukan investasi di ladang-ladang minyak kawasan tersebut. Kerjasama energi minyak antara AS dan Asia Tengah di tunjukkan dalam keterlibatan perusahaan-perusahaan energi minyak AS ke wilayah Asia Tengah, Kazakhstan melakukan kerja sama dengan perusahaan Chevron yang berbasis di San Fransisco yang kemudian pada bulan April 1993 menghasilkan penandatanganan perjanjian untuk mendirikan perusahaan bersama yang dinamakan Tengizchevroil. Chevron berhasil menguasai ladang minyak Tengiz dengan kepemilikan Chevron memegang 50 persen, ExxonMobil 25 persen, dan 20 persen pemerintah Kazakhstan. Tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan minyak sekitar b/d pada tahun 2010 (George Lenczowski: 1997:111)

85 Pada tanggal 20 September 1994 ditandatangani sebuah kesepakatan antara pemerintah Azerbaijan dan sebelas perusahaan minyak, kesepakatan ini disebut dengan "Deal of Century". Kesepakatan ini menciptakan sebuah konsorsium yang disebut Azerbaijan International Operating Company (AIOC). Kesebelas perusahaan tersebut ialah Amoco (AS, 17 persen), British Petroleum (Inggris, 17 persen), Unocal (AS, 11 persen), Socar (Azeri, 10 persen), Lukoil (Rusia, 10 persen), Pennzoil ( AS, 9,8 persen), Statoil (Norwegia, 8,5 persen), TPAO (Turki, 6,75 persen), Exxon (AS, 5 persen), McDermott (AS, 2,5 persen), Ramco (Inggris, 2 persen) dan Delta (Arab Saudi, 0,5 persen). Jika di jumlahkan maka total perusahaan-perusahaan AS memegang 45 persen saham di Azerbaijan. Konsorsium AIOC akan berkonsentrasi pada pengembangan eksplorasi tiga ladang minyak lepas pantai yaitu Azeri, Chirag, dan Guneshli. Tujuan AIOC adalah untuk menghasilkan minyak sebesar b/d pada tahun Cadangan mereka diperkirakan adalah 47,5 miliar barel (George Lenczowski: 1997:111). Perusahaan lain AS yang memiliki investasi saham di Asia Tengah yaitu Conoco Philips sebesar 9.26% dan ExxonMobil sebesar 18.52%. AS memiliki keuntungan juta dolar AS hingga tahun 2006 (Jacob Townsend, Amy King, 2007:5). Namun, investasi energi yang pertama kali dilakukan oleh AS yaitu Chevron yang bekerjasama dengan Kazakstan yang menyepakati Join Venture (JV). JV diartikan sebagai kesepakatan antara dua pihak atau lebih dalam sebuah kerjasama, yang mana bentuk dan aturan dalam kerjasama harus diperjelas karena baik pembagian keuntungan maupun resiko dan biaya harus disepakati bersama. Pihak-pihak dalam JV perlu mengetahui dan mengerti dengan baik tujuan,

86 kepentingan, dan cara melakukan bisnis saru sama lainnya, sebab tanpa itu semua kerjasama tersebut sulit dilakukan (Radon, 2007: ). Tabel IV.A.1 Kerjasama AS dengan Asia Tengah Terkait Impor Minyak AS Negara Impor Sejak Tahun Azerbaijan barel per hari 1998 Turkmenistan barel per hari 1998 Kazakhstan barel per hari 1997 Kyrgyzstan barel per hari 1997 Uzbekistan barel per hari 1998 *Peningkatan impor setiap tahun, sumber :Total oil export to US dari Tabel diatas adalah impor energi minyak AS dari negara-negara Asia Tengah Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kerjasama energi minyak antara Asia Tengah dengan AS dimulai pada tahun 1997 dan 1998, kerjasama ini berlanjut hingga sekarang. Azerbaijan adalah pengimpor minyak terbesar dibandingkan dengan negara Asia Tengah lainnya yaitu dengan jumlah impor 10 ribu barel minyak perhari pada tahun 1998.

87 Keterlibatan AS di Asia Tengah didorong oleh faktor minyak, hal ini karena komitmen serius perusahaan-perusahaan besar AS seperti Chevron dan ExxonMobil yang banyak melakukan kerjasama energi minyak dengan negara-negara di Asia Tengah. Perusahaan minyak AS telah berinvestasi di beberapa proyek minyak dan gas di kawasan Kaspia. Hal ini memiliki kepentingan yang kuat dalam pengembangan pipa yang akan mengangkut minyak Kaspia dan gas ke pasar dunia dengan mempertimbangkan hal-hal yang efisien, dalam pandangan minyak AS bahwa pilihan terbaik adalah untuk membangun pipa minyak dengan tidak melalui wilayah Rusia dan Cina karena hal ini dapat menguatkan monopoli Rusia dan Cina di kawasan Asia Tengah (Dana Baikenova:2). Pada tanggal 14 November 2008 AS ikut serta dalam menghadiri Baku Energy Summit yang juga dihadiri oleh pejabat tinggi Azerbaijan, Kazakhstan, Turkmenistan serta Komisi Eropa. Fokus utama KTT ini adalah untuk mempertimbangkan cara-cara diversifikasi rute minyak dan transportasi gas alam dari cekungan Kaspia ke pasar global dan Eropa. Kaitannya dengan AS ialah, AS memberikan dukungan dari aspek finansial, politik, bahkan militer untuk memfasilitasi produksi minyak di negara-negara Asia Tengah, dan negara transit. Deklarasi KTT menyatakan pentingnya wilayah Asia Tengah sebagai salah satu pusat terbesar dari produksi sumber daya minyak dan transportasi energi untuk pasar internasional (Ilgar Mammadov, 2009: 62). Tabel IV.A.2 IMPOR MINYAK AS DARI NEGARA-NEGARA ASIA TENGAH TAHUN ( Ribu Barel / hari )

88 NEGARA Azerbaijan Turkmenistan Kazakhstan Kyrgyzstan Sumber: Total oil export to US dari Tergambar dalam tabel diatas bahwa impor minyak AS dari Asia Tengah termasuk dalam skala yang cukup besar. Walaupun pada faktanya bahwa angka impor minyak AS tersebut juga terkadang mengalami penurunan jumlah impor, tetapi kemudian mengalami peningkatan kembali dan penurunan tersebut tidak berdampak besar bagi pemerintah AS. Azerbaijan dan Turkmenistan menjadi negara yang mengalirkan minyak ke AS lebih besar dibandingkan dengan negara-negara Asia Tengah lainnya karena kedua negara ini selain memiliki cadangan minyak dalam jumlah besar, juga hubungannya dengan AS berjalan baik dan tidak ada permasalahan-permasalahan yang memicu untuk konflik. B. Pembangunan Saluran Pipa Minyak AS-Asia Tengah Energi minyak dialirkan menggunakan pipa untuk mengantarkan langsung minyak ke negara tujuan. Jalur pipa minyak merupakan hal yang penting dalam investasi energi, karena jika tidak adanya pipa minyak maka akan sulit untuk melakukan pengiriman minyak dari Asia Tengah ke AS. Walaupun transportasi

89 minyak dapat dilakukan dengan pengiriman melalui jalan darat seperti truk minyak dan kereta, akan tetapi resiko yang dihadapi akan lebih besar dibandingkan dengan jalur pipa minyak (William Landrum, 2010). Ada keuntungan bagi AS jika menggunakan jalur transportasi pipa minyak, pertama, AS dapat mengurangi dana militer untuk pengawalan angkutan minyak dari Asia Tengah ke AS. AS tidak perlu menggunakan pasukan militer yang akan mengawal distribusi minyak, AS hanya cukup mengawasi pipa minyak tersebut terpasang dengan baik dan tidak kebocoran. Kedua, suplai energi minyak akan lebih cepat sampai ke pusat pengolahan minyak mentah dibandingkan dengan jalur transportasi lain karena dapat membutuhkan waktu berhari-hari jika dibawa dengan kapal laut (William Landrum, 2010). Dukungan AS terhadap jalur pipa minyak dari Asia Tengah juga untuk memastikan bahwa ekspor minyak tidak dikendalikan oleh Rusia, Cina, maupun Iran, sehingga perusahaan-perusahaan AS akan memainkan peran penting dalam pembangunan pipa minyak di kawasan Kaspia (Chi Lin Yang, 2008: 337). Dua pipa utama yang mengangkut minyak Kaspia ke pasar dunia adalah pipa minyak Baku-Tbilisi-Ceyhan (BTC) dan Caspian Pipeline Consortium (CPC). Keduanya adalah produk dari transisi era pasca-soviet. BTC diresmikan pada tahun 2005 dan CPC pada tahun 2003 dan dimaksudkan untuk membuka wilayah yang baru merdeka ke pasar dunia serta mengurangi ketergantungan terhadap Rusia (Adrian Dellecker, 2008:3).

90 AS melakukan kerjasama dalam pembangunan jalur pipa minyak yang dimulai pada tahun 1999, perjanjian kerjasama ini ditandatangani oleh AS dengan Azerbaijan, Kazakhstan dan Uzbekistan di Ankara. Isi dari perjanjian kerjasama ini adalah membangun jalur pipa minyak Baku Tbilisi Ceyhan (BTC), jalur pipa minyak ini merupakan transportasi pipa minyak yang pertama dalam mengekspor minyak ke negara-negara diluar kawasan Asia Tengah. BTC dibangun sepanjang1.768 kilometer (1.099 mil) dari ladang minyak Azeri-Chirag-Guneshli di Laut Kaspia ke Laut Mediterania, yang menghubungkan Baku ibukota Azerbaijan, Tbilisi, ibukota Georgia, dan Ceyhan di selatan-timur pantai Mediterania (Federick Star, 2005:7, Chi Lin Yang, 2008: 338). Gambar IV.A.3 Rute Pipa Minyak Baku Tbilisi Ceyhan (BTC) Sumber:BTC Pipeline Route, Oil window to the west, Federick Star,Silk Road Studies Program, 2005 Hampir semua minyak Azerbaijan diekspor melalui pipa BTC, BTC adalah proyek internasional yang dirancang untuk transportasi minyak mentah, diproduksi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... HALAMAN MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... HALAMAN MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... HALAMAN MOTTO... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR

Lebih terperinci

SINGKATAN DAN ISTILAH...

SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR SINGKATAN

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR SINGKATAN... x ABSTRACT... xi ABSTRAK... xii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010. 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara selalu menarik untuk dikaji karena begitu kuatnya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara selalu menarik untuk dikaji karena begitu kuatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran Amerika Serikat dalam menjalin kerjasama dengan berbagai negara selalu menarik untuk dikaji karena begitu kuatnya kepentingan yang dibawa oleh Amerika

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang bisa menjadi kekuatan, baik itu kekuatan ekonomi maupun kekuatan politik, bagi suatu negara adalah kepemilikan sumber daya alamnya terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi kawasan disekitarnya. Kawasan Asia Tengah terdiri dari lima

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi kawasan disekitarnya. Kawasan Asia Tengah terdiri dari lima BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asia Tengah merupakan salah satu kawasan yang sangat strategis di dunia. Asia tengah merupakan penghubung antara Asia Timur dan Timur Tengah yang kaya akan hasil

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Rusia memiliki luas wilayah sebesar 17,098,242 km² dan merupakan negara

BAB I. Pendahuluan. Rusia memiliki luas wilayah sebesar 17,098,242 km² dan merupakan negara BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Rusia merupakan salah satu dari negara yang tergabung dalam rezim Uni Soviet pada masanya. Setelah runtuhnya Uni Soviet Rusia menjadi negara eks- Soviet terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya BAB V KESIMPULAN Keamanan energi erat hubungannya dengan kelangkaan energi yang saat ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya industrialisasi dan kepentingan militer. Kelangsungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan terkait dengan kelangsungan berjalannya sebuah negara.

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan terkait dengan kelangsungan berjalannya sebuah negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keamanan energi saat ini menjadi isu yang sangat penting untuk dibicarakan terkait dengan kelangsungan berjalannya sebuah negara. Pentingnya ketersediaan sumber

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor

Lebih terperinci

BAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN. Sebagaimana telah diketahui berdasarkan bab sebelumnya, bahwa bahkan

BAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN. Sebagaimana telah diketahui berdasarkan bab sebelumnya, bahwa bahkan BAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN Bab IV ini akan membahas mengenai reaksi Rusia sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi kegagalan Amerika Serikat dalam melancarkan ambisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang BAB V KESIMPULAN Fenomena hubungan internasional pada abad ke-20 telah diwarnai dengan beberapa konflik. Terutama di Kawasan Asia Pasifik atau lebih tepatnya kawasan Laut China Selatan. Laut China Selatan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Pengukuran keluaran agregat pada akun pendapatan nasional disebut

BAB I. Pendahuluan. Pengukuran keluaran agregat pada akun pendapatan nasional disebut BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pengukuran keluaran agregat pada akun pendapatan nasional disebut produk domestik bruto atau gross dometic product (yang sering disingkat GDP). Ada banyak definisi

Lebih terperinci

merupakan salah satu anomali mengingat beberapa prasyarat tidak terpenuhi di Kashgar. Kashgar merupakan prefektur kecil di bagian selatan Xinjiang,

merupakan salah satu anomali mengingat beberapa prasyarat tidak terpenuhi di Kashgar. Kashgar merupakan prefektur kecil di bagian selatan Xinjiang, BAB V PENUTUP Kebijakan pintu terbuka pada akhir 1978 menjadi awal keterbukan Cina atas berbagai peraturan yang bersifat lebih liberal terhadap pasar. Kawasan ekonomi khusus (Special Economic Zones, SEZ)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi saat ini merupakan kunci semua kegiatan dalam peradaban umat

BAB I PENDAHULUAN. Energi saat ini merupakan kunci semua kegiatan dalam peradaban umat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi saat ini merupakan kunci semua kegiatan dalam peradaban umat manusia. Sebagian besar konflik yang terjadi di dunia disebabkan oleh kebutuhan energi dan perebutan

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

RESUME SKRIPSI PENINGKATAN PERSAINGAN CINA AS DALAM MEMPEREBUTKAN PASAR DI AFRIKA. Oleh : ELFA FARID SYAILILLAH

RESUME SKRIPSI PENINGKATAN PERSAINGAN CINA AS DALAM MEMPEREBUTKAN PASAR DI AFRIKA. Oleh : ELFA FARID SYAILILLAH RESUME SKRIPSI PENINGKATAN PERSAINGAN CINA AS DALAM MEMPEREBUTKAN PASAR DI AFRIKA Oleh : ELFA FARID SYAILILLAH 151070247 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah 9 BAB I 10 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak lokasi pengolahan minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer BAB V KESIMPULAN Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. 45 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Sejarah Perminyakan Indonesia Minyak bumi merupakan salah satu jenis sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rusia merupakan negara federasi yang terbentuk pasca keruntuhan Uni Soviet. Sebagai negara baru, Rusia berusaha untuk membangun kembali kejayaan seperti

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Dunia, (dalam persen)

Pertumbuhan Ekonomi Dunia, (dalam persen) 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini pertumbuhan ekonomi dunia mengalami

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

TINJAUAN UMUM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI TINJAUAN UMUM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Definisi, Signifikansi, & Ruang Lingkup Politik Luar Negeri Sifat & Tujuan Politik Luar Negeri Keterkaitan

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara

Lebih terperinci

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar RESUME SKRIPSI Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar negara yang melintasi batas negara. Sebagian besar negara-negara di dunia saling

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2015 TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI TINJAUAN UMUM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL Sejarah Lahirnya Nation State / Negara Bangsa Transformasi

Lebih terperinci

BAB II KONDISI EKONOMI IRAN SEBELUM SANKSI EMBARGO. Iran merupakan salah satu negara dikawasan Timur Tengah yang terbilang

BAB II KONDISI EKONOMI IRAN SEBELUM SANKSI EMBARGO. Iran merupakan salah satu negara dikawasan Timur Tengah yang terbilang BAB II KONDISI EKONOMI IRAN SEBELUM SANKSI EMBARGO Iran merupakan salah satu negara dikawasan Timur Tengah yang terbilang maju dalam perekonomiannya cukup tinggi dibandingkan negara-negara sesama Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi dunia saat ini berada pada posisi tiga kejadian penting yaitu harga minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika Serikat.

Lebih terperinci

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy

Lebih terperinci

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Oleh : Indah Astutik Abstrak Globalisasi ekonomi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistim ekonomi global yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui apakah suatu negera tersebut memiliki perekonomian yang baik (perekonomiannya meningkat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di suatu negara. Fluktuasi harga minyak mentah dunia mempengaruhi suatu negara

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PERTAMBANGAN

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PERTAMBANGAN BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PERTAMBANGAN 2.1. Gambaran Umum Sektor Pertambangan Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam dan mineral sehingga cukup layak apabila sebagaian pengamat

Lebih terperinci

Shell Meresmikan Terminal Bahan Bakar Minyak di Pulau Laut Kalimantan Selatan

Shell Meresmikan Terminal Bahan Bakar Minyak di Pulau Laut Kalimantan Selatan UNTUK DITERBITKAN SEGERA: 27 AGUSTUS 2010 Shell Meresmikan Terminal Bahan Bakar Minyak di Pulau Laut Kalimantan Selatan Shell bekerjasama dengan Indonesia Bulk Terminal (IBT), meresmikan Terminal Bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Pengertian Globalisasi Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan menyulut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi (migas) di tanah air memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari struktur perekonomian fiskal

Lebih terperinci

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan BAB V KESIMPULAN Arab Saudi merupakan negara dengan bentuk monarki absolut yang masih bertahan hingga saat ini. Namun pada prosesnya, eksistensi Arab Saudi sering mengalami krisis baik dari dalam negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang besar. Biaya biaya tersebut dapat diperoleh melalui pembiayaan dalam negeri maupun pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Politik Luar Negeri merupakan sikap dan komitmen suatu Negara terhadap lingkungan eksternal, strategi dasar untuk mencapai tujuan kepentingan nasional yang harus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam perekonomian dunia. Jepang dewasa ini menjadi negara yang paling maju di Asia bahkan di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat BAB V KESIMPULAN Kerjasama Internasional memang tidak bisa terlepaskan dalam kehidupan bernegara termasuk Indonesia. Letak geografis Indonesia yang sangat strategis berada diantara dua benua dan dua samudera

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

mereka. Seperti telah diketahui misalnya KPI telah melakukan kerjasama sebelumnya dengan pihak Jepang dan Vietnam dalam downstream business di Vietnam

mereka. Seperti telah diketahui misalnya KPI telah melakukan kerjasama sebelumnya dengan pihak Jepang dan Vietnam dalam downstream business di Vietnam BAB IV KESIMPULAN Harapan akan adanya kerjasama yang menguntungkan dari masing-masing pihak menjadi fondasi terjadinya negosiasi antara kedua belah pihak seperti pembahasan sebelumnya. Ketersediaan minyak

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai emerging country, perekonomian Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh tinggi. Dalam laporannya, McKinsey memperkirakan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN INDONESIA KELUAR DARI KEANGGOTAAN OPEC (ORGANIZATION OF THE PETROLEUM EXPORTING COUNTRIES)

BAB III KEBIJAKAN INDONESIA KELUAR DARI KEANGGOTAAN OPEC (ORGANIZATION OF THE PETROLEUM EXPORTING COUNTRIES) BAB III KEBIJAKAN INDONESIA KELUAR DARI KEANGGOTAAN OPEC (ORGANIZATION OF THE PETROLEUM EXPORTING COUNTRIES) Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi atau sering disebut juga dengan OPEC ( The Organization

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, menjadi salah satu tujuan negara-negara asing untuk merebut. kepentingan nasionalnya di Timur Tengah.

BAB I PENDAHULUAN. ini, menjadi salah satu tujuan negara-negara asing untuk merebut. kepentingan nasionalnya di Timur Tengah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusia adalah negara terbesar di dunia yang terletak di sebelah timur Eropa dan utara Asia. Pada saat Uni Soviet, Rusia merupakan negara bagian terbesarnya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh sangat besar bagi ekonomi dunia. Secara politik, Amerika Serikat merupakan negara demokrasi

Lebih terperinci

Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, Selasa, 09 November 2010

Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, Selasa, 09 November 2010 Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, 09-11-2010 Selasa, 09 November 2010 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN

Lebih terperinci

PENGANTAR BISNIS. Memahami Sistem Bisnis Amerika Serikat. Oleh: Catur Widayati, SE.,MM. Modul ke: Fakultas EKONIMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

PENGANTAR BISNIS. Memahami Sistem Bisnis Amerika Serikat. Oleh: Catur Widayati, SE.,MM. Modul ke: Fakultas EKONIMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen Modul ke: PENGANTAR BISNIS Memahami Sistem Bisnis Amerika Serikat Fakultas EKONIMI DAN BISNIS Oleh: Catur Widayati, SE.,MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Sejarah Perekonomian Amerika ABAD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan

Lebih terperinci

melakukan Revolusi Kuba dan berhasil menjatuhkan rezim diktator Fulgencio merubah orientasi Politik Luar Negeri Kuba lebih terfokus pada isu-isu high

melakukan Revolusi Kuba dan berhasil menjatuhkan rezim diktator Fulgencio merubah orientasi Politik Luar Negeri Kuba lebih terfokus pada isu-isu high BAB V KESIMPULAN Dari keseluruhan uraian skripsi maka dapat diambil kesimpulan yang merupakan gambaran menyeluruh dari hasil pembahasan yang dapat dikemukakan sebagai berikut : Hubungan luar negeri antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan perekonomian suatu negara. Tanpa energi, suatu negara akan. dapat menghambat laju roda perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan perekonomian suatu negara. Tanpa energi, suatu negara akan. dapat menghambat laju roda perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN Energi merupakan suatu kebutuhan signifikan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan perekonomian suatu negara. Tanpa energi, suatu negara akan mengalami kemacetan dalam menjalankan kegiatan

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Rapat KKIP, tgl 12 Maret 2014, di Mako Armatim TNI-AL, Surabaya Rabu, 12 Maret 2014

Sambutan Presiden RI Pd Rapat KKIP, tgl 12 Maret 2014, di Mako Armatim TNI-AL, Surabaya Rabu, 12 Maret 2014 Sambutan Presiden RI Pd Rapat KKIP, tgl 12 Maret 2014, di Mako Armatim TNI-AL, Surabaya Rabu, 12 Maret 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA RAPAT KOMITE KEBIJAKAN INDUSTRI PERTAHANAN (KKIP) DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu pemanasan global sudah sering dibicarakan pada media berita dan masyarakat sendiri sudah tidak asing lagi dengan kata pemanasan global. Namun isu pemanasan

Lebih terperinci

DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Tinjauan Umum Teori Kepentingan Nasional Teori National Interest Versi Hans J. Morgenthau Teori National Interest Versi Donald Nuchterlin

Lebih terperinci