IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa fisiko kimia Bahan Analisa fisiko kimia yang dilakukan untuk teh herbal terdiri dari analisa fisiko kimia bahan baku utama yaitu daun pegagan kering dan bahan tambahan yaitu teh hijau kering, daun jeruk purut kering dan stevia kering (untuk teh herbal pegagan sweet). Serta dilakukan analisa terhadap kantong yaitu meliputi keadaan kantong dan keadaan seduhan. 1. Analisa Sifat penting bahan utama dan bahan tambahan teh herbal Analisa yang dilakukan terhadap pegagan kering ini meliputi kadar air, kadar abu, kadar abu larut dalam air, pengamatan visual. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik teh herbal yang dihasilkan. Tabel 4. Hasil analisa sifat penting bahan utama dan bahan tambahan teh herbal kering dibandingkan dengan SNI Karakteristik DP TH DJ STV SNI Kadar air (% b/b) 7,43 6,59 6,36 5,88 Maks 8 Kadar abu (%b/b) 5,68 5,41 4,65 5,76 Maks 8 Kadar abu larut dalam air (%b/b) 40,56 41,22 35,63 38,73 min 45 Kadar serat (%b/b) 11,24 12,65 12,74 10,23 Maks 16 Kadar Air Pada hasil analisa tersebut dapat diketahui bahwa pegagan kering memiliki kadar air yang normal yaitu sebesar 7,43 %. Pada analisa bahan tambahan yaitu teh hijau kering, daun jeruk purut kering, dan stevia kering berturut turut memberikan hasil kadar air sebesar 6,59 %; 6,36 %; 5,88 %. Semua bahan memberikan hasil yang telah memenuhi aturan pengujian SNI yaitu sebesar maksimal 8 %. Pengukuran kadar ini menurut Hall (1957) yaitu kadar air yang cukup tinggi dapat mempengaruhi daya tahan terhadap serangan mikroorganisme, sehingga bahan tersebut mudah rusak dan tidak tahan dalam penyimpanannya. Oleh karena itu, untuk memperpanjang daya tahan suatu bahan terhadap mikroorganisme dan penyimpanan, maka sebagian air pada bahan dihilangkan, sehingga mencapai kadar air tertentu.

2 Apabila mengandung kadar air yang besar (lebih dari 10%), maka bahan tersebut akan menjadi media yang baik bagi pertumbuhan mikroba seperti kapang, ragi dan bakteri. Pertumbuhan mikroba ditandai dengan peningkatan kegiatan metabolisme terutama respirasi. Selama respirasi akan menimbulkan energi yang mengakibatkan suhu penyimpanan menjadi naik sehingga terjadi penguapan di sekitar bahan. Dengan adanya air tersebut, maka tempat itu merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu komposisi zat-zat yang terkandung dalam bahan-bahan tersebut berubah dan menghasilkan zat-zat yang tidak diinginkan, seperti bau tengik, bau busuk, bau asam dan bau apek. Proses untuk mengurangi kadar air pada pegagan dan bahan tambahannya tersebut dapat dilakukan melalui proses pengeringan. Pengeringan merupakan proses pengeluaran air dari suatu bahan pertanian menuju kadar air keseimbangan dengan udara sekeliling atau pada tingkat kadar air yang menyebabkan bahan pertanian tahan tehadap serangan jamur, enzim dan aktivitas serangga (Henderson et al, 1976). Daun pegagan yang telah dikeringkan dapat digunakan sebagai teh kesehatan yang memiliki ekek farmakologis atau efek pengobatan yaitu sebagai obat untuk revitalisasi tubuh dan pembuluh darah serta mampu memperkuat struktur jaringan tubuh. Tak kalah penting, pegagan juga dapat dikonsumsi sebagai brain tonic atau obat anti lupa bagi orang dewasa dan manula (manusia usia lanjut). Pegagan juga bersifat menyejukkan atau mendinginkan, menambah tenaga, menimbulkan selera makan, memperindah suara, dan mengurangi dahaga. Di samping itu, pegagan mempermudah timbulnya rasa kantuk bagi penderita sulit tidur, menenangkan syaraf, memperbanyak sel-sel darah merah, serta menyembuhkan gangguan ringan di hati dan limpa yang membengkak. Bahan tambahan selain teh berfungsi sebagai bahan flavor untuk pembuatan teh herbal pegagan. Menurut Vishweswarairah et al (1992), penambahan flavor adalah usaha untuk memperbaiki cita rasa yang biasanya dilakukan dengan penambahan cita rasa. Jenis flavor yang digunakan untuk pembuatan teh herbal pegagan merupakan jenis flavor alami. Menurut Heat et

3 al. (1986), sumber bahan flavor alami dapat berasal dari tanaman dan bagianbagiannya yang sudah dikenal bermanfaat di dalam pangan. Teh hijau dan daun jeruk purut yang digunakan sebagai flavor untuk pembuatan teh celup pegagan sudah dalam bentuk kering. Kadar Abu Berdasarkan hasil analisa, kadar abu yang dihasilkan daun pegagan kering sebesar 5,68 %. Sedangkan untuk bahan tambahannya yaitu teh hijau memiliki kadar abu sebesar 5,41 %, daun jeruk purut sebesar 4,65 %, dan stevia sebesar 5,76 %. Semua hasil analisa kadar abu memenuhi SNI yang menetapkan kadar abu maksimal 8 %. Ini menandakan bahwa bahan utama dan bahan tambahan memiliki kandungan mineral yang cukup baik, karena terbuat dari bahan-bahan yang alami. Kandungan abu total yang tinggi dalam bahan dan produk pangan merupakan indikator yang sangat kuat bahwa produk tersebut potensi bahayanya sangat tinggi untuk dikonsumsi. Tingginya kandungan abu berarti tinggi pula kandungan unsur-unsur logam dalam bahan atau produk pangan. Menurut Sudarmadji (1989), abu adalah zat organik (mineral) sisa hasil pembakaran suatu bahan. Komponen mineral dalam suatu bahan sangat bervariasi baik jenis maupun jumlahnya. Abu total didefinisikan sebagai residu yang dihasilkan pada proses pembakaran bahan organik pada suhu 550 o C, berupa senyawa anorganik dalam bentuk oksida, garam dan juga mineral. Abu total yang terkandung di dalam bahan pangan sangat dibatasi jumlahnya, kandungan abu total bersifat kritis. Kadar Abu Larut Dalam Air Dari hasil pengujian diperoleh kadar abu larut air pegagan sebesar 40,56 %, teh hijau sebesar 41,22 %, daun jeruk purut sebesar 35,63 %, dan stevia sebesar 38,73 %. Semua bahan belum memenuhi standar SNI dalam hal kadar abu larut dalam air, yaitu 35,63-41,22%b/b (SNI min 45%b/b). Kendala rendahnya kadar abu larut dalam air dapat diatasi dengan tambahan formula berupa bahan yang mengandung abu larut air, terutama adalah bahan yang sekaligus memiliki nilai fungsional bagi kesehatan.

4 Penentuan pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral yang dapat larut dalam air, karena produk teh herbal ini akan banyak dipergunakan dalam air, sehingga mineral-mineral yang ada pada bahan masih dapat ditolerir oleh tubuh atau tidak Kadar Serat Dari hasil pengujian diperoleh kadar serat pegagan menghasilkan sebesar 11.24%, teh hijau menghasilkan sebesar 11.65%, daun jeruk purut menghasilkan sebesar 12.74%, dan stevia menghasilkan sebesar 10.23%. Dari nilai-nilai tersebut membuktikan bahwa kadar serat yang dihasilkan telah memenuhi ketentuan SNI yaitu maksimal 16%. Hal ini menunjukkan bahwa bahan-bahan tersebut memiliki kadar serat kasar yang normal dan dapat dimanfaatkan misalnya sebagai suplemen dalam meningkatkan kadar serat kasar pada produk (FAO, 1997). Pengujian kadar serat ini bertujuan untuk mengetahui jumlah serat yang terkandung pada bahan. Bahan yang memiliki kadar serat yang tinggi dapat dimanfaatkan sebagai suplemen dalam meningkatkan kadar serat produk untuk mencegah berbagai macam penyakit seperti darah tinggi, jantung dan diabetes melitus. Serat kasar adalah senyawa yang tidak dapat dicerna dalam organ pencernaan manusia maupun hewan. Pilliang dan Djojosoebagjo (2002) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan serat kasar ialah sisa bahan makanan yang telah mengalami proses pemanasan dengan asam kuat dan basa kuat selama 30 menit..

5 B. Analisa Fisik Kantong Tabel 5. Hasil pengujian ketahanan kantong teh celup jenis non sweet Formula DP (gr) TH (gr) DJ (gr) Keadaan kantong A 1 0,5 0,5 Tidak sobek B 1 0,5 1 Tidak sobek C 1 0,5 1,5 Tidak sobek D 1,5 1 0,5 Tidak sobek E 1,5 1 1 Tidak sobek F 1,5 1 1,5 Tidak sobek G 0,5 1,5 0,5 Tidak sobek H 0,5 1,5 1 Tidak sobek I 0,5 1,5 1,5 Tidak sobek Tabel 6. Hasil pengujian ketahanan kantong teh celup jenis sweet Formula DP (gr) TH (gr) DJ (gr) STV (gr) Keadaan kantong A 1 0,5 0,5 0,5 Tidak sobek B 1 0,5 1 0,5 Tidak sobek C 1 0,5 1,5 0,5 Tidak sobek D 1,5 1 0,5 0,5 Tidak sobek E 1, ,5 Tidak sobek F 1,5 1 1,5 0,5 Tidak sobek G 0,5 1,5 0,5 0,5 Tidak sobek H 0,5 1,5 1 0,5 Tidak sobek I 0,5 1,5 1,5 0,5 Tidak sobek Hasil analisis mutu terhadap semua sampel terpilih menunjukkan bahwa sebagian besar sampel telah memenuhi SNI dalam hal keadaan kantong, yaitu tidak sobek setelah direndam selama 15 menit baik dalam air dingin maupun air panas; keadaan seduhan, yaitu memiliki warna, rasa dan aroma khas teh. Menurut SNI kantong dinyatakan baik apabila tidak sobek/rusak C. Organoleptik Uji organoleptik yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji hedonik (kesukaan). Uji hedonik atau kesukaan merupakan salah satu jenis uji penerimaan. Dalam uji ini panelis diminta mengungkapkan tanggapan

6 pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya, disamping itu mereka juga diminta untuk mengemukakan tingkat kesukaan atau ketidaksukaannya. Komposisi penggunaan daun pegagan kering, teh hijau kering, daun jeruk purut kering dan stevia kering ditentukan berdasarkan trial error campuran bahan dalam 250 ml air. Campuran tersebut kemudian diseduh dengan menggunakan air panas (80 o C) maksimal selama 3 menit. Merendam teh terlalu lama ketika menyeduh akan mengurangi khasiat dari teh itu sendiri. Selain itu, makin lama kita menyeduh, tanin akan semakin banyak keluar sehingga menyebabkan rasa teh menjadi pahit dan sepat. Karena kebiasaan kita minum teh manis, rasa pahit dan sepat ini disamarkan dengan manisnya gula. Untuk teh kualitas tinggi, seduhan ala Gongfu Cha untuk seduhan pertama cukup 25 detik, dan bisa diseduh berulangkali dengan tambahan waktu 5 detik dari seduhan sebelumnya. Jadi setelah 25 detik, teh dituang ke cangkir lain. Seduhan berikutnya adalah 30 detik, dituang lagi, dan seterusnya dengan ditambahkan waktu 5 detik. Untuk hasil yang terbaik digunakan suhu 80 o C karena komposisi teh hijau apabila diseduh dalam suhu o C keluar dengan baik. Suhu yang dibutuhkan untuk seduhan teh hijau sekitar 70 derajat. Jika terlalu panas kualitas rasa teh akan berubah. Untuk mencegah kanker perut, teh yang baik untuk diminum berjenis teh hijau, yang mengandung zat antioksidan. Hal itu berdasar riset terkini mengenai manfaat teh hijau telah membuktikan mampu mencegah terjadinya kanker perut Dari hasil riset terbaru itu, satu gelas minuman teh hijau yang dikonsumsi setiap harinya, ternyata sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya gangguan peradangan pada lambung. Peradangan itulah yang menjadi salah satu penyebab timbulnya kanker perut. Panelis yang digunakan dalam uji hedonik ini adalah 30 orang panelis agak terlatih. Pada pengujian ini panelis diminta untuk mengutarakan tanggapannya terhadap beberapa parameter yaitu rasa, aroma dan warna seduhan teh celup pegagan. Data yang diperoleh ditabulasikan dan dianalisa dengan statistik.

7 1. Rasa Rasa makanan dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup-kuncup kecapan yang terletak pada papila yaitu bagian pada lidah. Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain. Selain itu suhu makanan akan mempengaruhi kemampuan kuncup cecapan ntuk menangkap rangsangan rasa. Makanan yang terlalu panas akan membakar lidah dan merusak kuncup cecapan, sedangkan makanan yang dingin akan membius kuncup kecapan sehingga tidak peka lagi (Winarno, 2004). Menurut Nasution (1980), rasa dapat di nilai dengan adanya tanggapan rangsangan kimiawi oleh indera pencicip (lidah). Tingkat Kesukaan Parameter Rasa Non sweet Sweet Jenis Teh Celup A B C D E F G H I Gambar 7. Grafik Tingkat Kesukaan Parameter Rasa Dari grafik di atas terlihat bahwa panelis cenderung menyukai teh celup jenis sweet dibandingkan dengan jenis non sweet. Semakin rendah nilai parameter maka akan semakin disukai. Untuk jenis sweet lebih disukai pada formulasi D dan E, sedangkan untuk jenis non sweet lebih disukai formulasi G. Hal ini dimungkinkan karena panelis lebih terbiasa untuk merasakan pengecapan rasa yang manis, sehingga pada saat di ujikan, hasil rata-rata panelis lebih menyukai seduhan teh celup dengan tambahan pemanis alami dari daun stevia. Daun tanaman stevia rebaudiana mengandung campuran dari diterpen, triterpen, tanin, stigmasterol, minyak yang mudah menguap dan delapan senyawa manis diterpen glikosida. Stevia rebaundiana mengandung delapan glikosida diterpen yang

8 menyebabkan daun tersebut terasa manis, yaitu steviosida, steviol biosida, rebaudiosida A - E dan dulkosida A. Menurut Kinghorn (1985), steviosida memiliki kemanisan kira-kira 300 kali lebih manis dari sukrosa pada konsentrasi 0.4%, 150 kali lebih manis dari sukrosa pada konsentrasi 4% dan 100 kali lebih manis dari sukrosa pada konsentrasi 10%. Sementara itu siklamat, pemanis sintesis kontroversial yang masih digunakan, ternyata hanya mempunyai tingkat kemanisan antara kali dari tingkat kemanisan sukrosa. Aspartam juga termasuk pemanis sintesis kontroversial dan sering digunakan, tingkat kemanisan antara kali kemanisan sukrosa. Dengan kata lain, tingkat kemanisan gula stevia lebih unggul apabila dibandingkan dengan siklamat atau aspartam yang selama ini banyak dipakai sebagai pemanis produk makanan dan minuman (Sudarmaji, 1982). Hasil uji organoleptik yang dijelaskan oleh Lutony (1993) bahwa setiap 0.1 gram pemanis stevia setara dengan 20 gram sukrosa (gula putih) pada minuman teh manis tanpa mengurangi rasa kesukaan, sedangkan pada minuman ringan yang mengandung essence jeruk dan juga frombosen untuk penggunaan 2 gram pemanis stevia setara dengan 4 gram gula putih. Hasil perhitungan statistik antara non sweet dan sweet menunjukkan perbedaan yaitu adanya pengaruh yang nyata kesukaan panelis terhadap rasa produk. Perhitungan skala numerik respon tingkat kesukaan panelis terhadap rasa teh celup pegagan dapat dilihat pada Lampiran 3a dan 9a. Panelis cenderung menyukai teh celup jenis sweet dibandingkan jenis non sweet. Secara lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 3b dan 9b. 2. Aroma Aroma merupakan sensasi bau yang ditimbulkan leh rangsangan kimia, senyawa volatile yang tercium oleh syaraf-syaraf olfaktori yang berada di rongga hidung ketika bahan pangan masuk ke mulut. Sensasi atau rangsangan tersebut senantiasa akan menimbulkan kelezatan, yang kemudian dapat mempengaruhi tingkat atau daya terima panelis atau konsumen terhadap suatu produk pangan tertentu (Peckham, 1969).

9 Tingkat Kesukaan Parameter Aroma Non sweet Jenis Teh Celup Sweet A B C D E F G H I Gambar 8. Grafik Tingkat Kesukaan Parameter Aroma Penilaian terhadap parameter aroma dilakukan dengan cara merasakan bau dengan indera penciuman saat menghirup dan meminum air seduhan teh celup yang disajikan. Dari grafik di atas terlihat bahwa panelis cenderung menyukai aroma seduhan teh celup jenis sweet dibandingkan dengan jenis non sweet. Tingkat kesukaan yang paling rendah mewakili aroma yang palung disukai. Untuk jenis sweet lebih disukai pada formulasi D, sedangkan untuk jenis non sweet lebih disukai formulasi D pula. Hal ini disebabkan karena komposisi antara jenis sweet tidak terlalu berbeda sehingga aroma yang keluar dari seduhan pun tidak jauh berbeda. Setiap bahan memiliki komposisi kimia yang berbeda. Aroma yang keluar dari seduhan berasal dari minyak atsiri yang terkandung pada bahan. Barnes et al. (2002) menyatakan bahwa minyak atsiri yang ditemukan pada pegagan terdiri atas berbagai macam terpenoid, termasuk -caryophyllen, tran- -farnesen, dan germacrena D (seskuiterpen) yang merupakan komponen utama, α-pinene dan -pinene. Selain golongangolongan tersebut, ada kandungan lain dalam pegagan, yaitu alkaloida hidrokatilina, valerin, beberapa asam lemak seperti asam linolenat, asamlinoleat, lignosen, asam oleat, asam palmitat dan asam stearat, fitosterol seperti kampesterol, sitosterol, dan stigmasterol, resin, dan juga tanin. Menurut Eden (1976), daun teh mengandung komponen penting

10 yaitu kafein, senyawa-senyawa fenolik dan aroma. Senyawa aroma teh tersusun dari senyawa-senyawa minyak atsiri (essential oil). Senyawa polifenol akan mengalami perubahan kimia menjadi beberapa seri senyawa yaitu turunan asam-asam galat dan katekin. Turunan asam galat yang paling terkenal yaitu senyawa tanin. Seyawa ini sangat memegang peranan penting dalam penentuan mutu teh, karena hasil kondensasi dari oksidasi tanin akan menentukan briksness, strength dan warna air seduhan teh. Sedangkan pada daun jeruk purut mengandung zat tanin (1,8 %), steroid triterpenoid dan minyak atsiri (1-1,5 % v/b). Perhitungan skala numerik respon tingkat kesukaan panelis terhadap rasa teh celup pegagan dapat dilihat pada lampiran 5a dan 11a. Hasil perhitungan statistik antara non sweet dan sweet tedapat perbedaan, yang menunjukkan adanya pengaruh yang nyata tingkat kesukaan panelis terhadap aroma produk. Secara lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 5b dan 11b. 3. Warna Faktor warna merupakan faktor penentu mutu bahan makanan dan kadanga sangat menentukan suatu bahan yang dinilai bergizi, enak dan layak untuk dikonsumsi atau tidak. Suatu bahan pangan apabila memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan menyimpang dari warna yang seharusnya maka konsumen tidak akan tertarik untuk membelinya. Selain itu warna dapat digunakan sebagai indikator kesegaran dan kematangan. Baik atau tidaknya cara pencampuran atau pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam dan merata.

11 Tingkat Kesukaan Parameter Warna Non sweet Jenis Teh Celup Sweet 102 A B C D E F G H I Gambar 9. Grafik Tingkat Kesukaan Parameter Warna Penilaian terhadap parameter warna dilakukan dengan melihat secara visual teh celup yang disajikan. Dari grafik di atas terlihat bahwa panelis cenderung menyukai warna seduhan teh celup jenis sweet dibandingkan dengan jenis non sweet. Tingkat kesukaan yang paling rendah mewakili warna yang paling disukai. Untuk jenis sweet lebih disukai pada formulasi D, sedangkan untuk jenis non sweet lebih disukai formulasi F. Antara jenis sweet dan non sweet, seduhan yang paling disukai panelis yaitu jenis non sweet formulasi F. Hal ini disebabkan karena pencampuran komposisi pada formula F lebih banyak mengandung teh hijau dan dun jeruk purut. Warna air seduhan ini dipengaruhi oleh komponen pembentuk warna dari pencampuran daun pegagan, teh hijau dan daun jeruk purut. Warna yang dihasilkan teh celup pegagan berasal dari teh hijau ( bahan-bahan organik,ikatan-ikatan nitrogen, karbohidrat dan turunannya, polifenol, pigmen, enzim, dan vitamin), daun pegagan (asam amino, flavonoid, terpenoid, dan minyak atsiri), dan daun jeruk purut (tanin, steroid triterpenoid, dan minyak atsiri) Perhitungan skala numerik respon tingkat kesukaan panelis terhadap warna teh celup pegagan dapat dilihat pada lampiran 7a dan 13a. Dalam perhitungan statistik antara non sweet dan sweet tidak terdapat perbedaan yang menunjukkan tidak adanya pengaruh yang nyata pada kesukaan panelis terhadap warna produk. Sehingga dapat disimpulkan

12 bahwa penambahan stevia tidak berpengaruh terhadap warna seduhan teh. Secara lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 7b dan 13b. D. Penentuan produk Terbaik Produk terbaik dihasilkan berdasarkan hasil analisa yang dipilih secara subyektif melalui pembobotan setiap parameter yang diukur diberi bobot yang berbeda sesuai dengan tingkat kepentingannya dengan skala 1 sampai 5, penilaian dinyatakan sebagai berikut: 1 = untuk parameter yang dianggap sangat penting 2 = untuk parameter yang dianggap penting 3 = untuk parameter yang dianggap biasa (netral) 4 = untuk parameter yang dianggap tidak penting 5 = untuk parameter yang dianggap sangat tidak penting Tabel 7. Skor tingkat kesukaan Teh Celup Jenis Non-Sweet Formulasi Parameter Rasa Aroma Warna Jumlah A B C D E F G H I Tabel 8. Skor tingkat kesukaan Teh Celup Jenis Sweet Formulasi Parameter Rasa Aroma Warna Jumlah A B C D E F G H I

13 Dari hasil perhitungan di atas, maka hasil dengan jumlah terkecil yang menjadi formula yang disukai oleh panelis. Berdasarkan tabel di atas, yang menjadi formulasi terbaik teh herbal pegagan non sweet adalah formula G dengan komposisi 20% daun pegagan; 60% teh hijau; dan 20% gram daun jeruk purut. Sedangkan untuk formulasi terbaik teh herbal pegagan sweet adalah formulasi D yaitu dengan komposisi 42,86% pegagan; 28,57% teh hijau; 14,285% daun jeruk purut; dan 14,285% stevia. Jika dibandingkan antara teh celupl pegagan non-sweet dan sweet, tingkat kesukaan panelis lebih cenderung menyukai teh celup jenis sweet, yang diperlihatkan dengan jumlah penilaian yang labih kecil. Hal ini dikarenakan indera pengecap panelis yang lebih sering mengecap rasa manis. Rasa manis yang timbul berasal dari pemanis alami yaitu stevia yang tidak mengandung kalori sehingga dengan penambahan pemanis ini akan baik untuk kesehatan. E. Analisa usaha Tujuan menganalisis aspek finansial adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Dalam melakukan investasi diperlukan perhitungan kemungkinan keuntungan yang tinggi agar harapan untuk mendapatkan nilai lebih pada waktu mendatang dapat tercapai. Sebagai tolak ukur analisis finansial diperlukan parameterparameter yang berasal dari analisis sebelumnya, antara lain adalah kapasitas produksi, pangsa pasar, teknologi yang dipakai, pilihan mesin dan peralatan, jumlah tenaga kerja, fasilitas pendukung, dan proyeksi harga-harga. Untuk menentukan perkiraaan biaya diperlukan asumsi-asumsi yang menjadi dasar perhitungan biaya. Asumsi-asumsi tersebut antara lain: a. Merupakan jenis usaha kecil b. Dikerjakan sendiri (tanpa membayar pekerja) c. Dilakukan pada rumah milik sendiri (tanpa harus membayar sewa ruang produksi) d. Biaya hanya berdasarkan harga bahan tanpa memperhitungkan alat e. Modal usaha dari modal sendiri

14 1. Biaya produksi Perhitungan secara sederhana dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 9. Perhitungan sederhana biaya produksi teh celup pegagan Bahan & alat yang Jumlah digunakan Satuan Harga/kg Jumlah Bahan 1. Daun pegagan kering 2. Teh hijau kering 3. Daun jeruk purut kering 4. Stevia kering 1 kg 2 kg 1 kg ½ Rp. Rp. Rp. Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 5. Tea bag 666 Rp. 100,00 Rp ,00 Total Rp ,00 Untuk satu kali pembuatan tiap kilogramnya akan menghasilkan 666 kantong celup dengan rincian biaya pada tabel diatas. Maka dapat ditentukan harga produk penjualan per satuan berikut ini: HPP = = Biaya Kapasitasproduksi Rp , = Rp. 273,42 Harga Jual = HPP+(50%*HPP) = Rp. 273,42 + Rp. 136,71 = Rp. 410,13 Rp 450,00 Maka harga jual per kantong Rp 450,00 2. Pendapatan Satu kantong teh celup dijual dengan harga Rp. 450,00. Dengan demikian untuk kapasitas 666 kantong akan diperoleh penghasilan sebesar Rp , Keuntungan Keuntungan sekali produksi per kg = pendapatan total biaya = Rp ,00 Rp ,00 = Rp ,00

15 4. Analisis kelayakan usaha Untuk mengetahui usaha teh celup pegagan jenis sweet dan non-sweet ini, dilakukan dengan menghitung efisiensi penggunaan modal (return of investment, ROI), titik balik modal (break event point, BEP), serta rasio biaya dan pendapatan (benefit cost ratio,b/c). 1. Return of investment (ROI) ROI merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal atau untuk mengukur keuntungan usaha dalam kaitannya dengan investasi yang digunakan. ROI = (hasil penjualan / total biaya produksi) x 100% = ( / ) x 100% = 164,58% Nilai 164% menunjukkan bahwa dengan modal Rp 1,00 yang dikeluarkan akan kembali sebanyak Rp 1, Break even point (BEP) Break even point (BEP) adalah suatu kondisi saat investasi tidak mengalami kerugian dan tidakmendapatkan keuntungan (titik impas). Titik impas ini dapat dilihat dari dua sisi, yaitu produksi dan harga. BEP produksi berarti pada jumlah produksi tersebut, usaha berada pada titik impas. Adapu BEP harga berarti pada harga yang diperoleh,usaha tidak rugi dan tidak untung, alias impas. BEP produksi = totalbiaya h arg a = = 404,67 bag BEP harga = totalbiaya totalproduksi = = Rp. 273,42 Dengan harga jual Rp. 450,00 per kantong, usaha berada pada titik impas saat produksi mencapai 404 kantong. Sebaliknya, dengan jumlah produksi 666 kantong maka titik impas usaha berada pada saat harga jual mencapai Rp. 273,42.

16 3. Benefit cost ratio (B/C) Benefit cost ratio (B/C) adalah salah satu cara mengukur kelayakan usaha yang sederhana. B/C ratio sebagai perbandingan antara hasil penjualan (keuntungan) dengan total biaya produksi. B/C ratio = keuntungan / biaya produksi = Rp ,00 / Rp ,00 = 0,65 B/C ratio sebesar 0,65 menunjukkan bahwa dari modal Rp 100,00 akan diperoleh keuntungan sebesar 0,65 kalinya atau 65%

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan konsumsi yang berbeda-beda, antara lain untuk kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan konsumsi yang berbeda-beda, antara lain untuk kesehatan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman favorit yang banyak disukai dan dikonsumsi oleh masyarakat. Berbagai kalangan usia menggemari minuman teh dengan tujuan konsumsi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perubahan gaya hidup saat ini, masyarakat menginginkan suatu produk pangan yang bersifat praktis, mudah dibawa, mudah dikonsumsi, memiliki cita rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri. Pemanis yang umumnya digunakan dalam industri di Indonesia yaitu

BAB I PENDAHULUAN. industri. Pemanis yang umumnya digunakan dalam industri di Indonesia yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanis merupakan bahan yang sering digunakan untuk keperluan produk olahan pangan seperti makanan dan minuman baik skala rumah tangga maupun industri. Pemanis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, teh berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis). Teh Camellia

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, teh berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis). Teh Camellia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan minuman berkafein yang diolah dengan cara menyeduh bagian pucuk atau tangkai daun yang telah dikeringkan. Beberapa jenis teh yang beredar di masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Teh merupakan salah satu dari jenis produk minuman yang dikenal dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Teh merupakan salah satu dari jenis produk minuman yang dikenal dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh merupakan salah satu dari jenis produk minuman yang dikenal dan digemari oleh masyarakat Indonesia. Bagi konsumen teh, komoditas ini dianggap mempunyai keunggulan komparatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali ditemukan tempe, makanan yang terbuat dari kedelai dengan cara fermentasi atau peragian dengan menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nutrien untuk menumbuhkan bakteri yang diinginkan. Pembuatan kombucha, teh

BAB I PENDAHULUAN. nutrien untuk menumbuhkan bakteri yang diinginkan. Pembuatan kombucha, teh 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kombucha merupakan salah satu olahan teh fermentasi. Teh yang telah diseduh dengan air panas diberi tambahan gula sebagai pemanis dan sebagai nutrien untuk menumbuhkan

Lebih terperinci

5.1 Total Bakteri Probiotik

5.1 Total Bakteri Probiotik V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Total Bakteri Probiotik Berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan penambahan bakteri L. acidophilus pada perbandingan tepung bonggol pisang batu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Buah Kurma Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kurma dalam bentuk yang telah dikeringkan dengan kadar air sebesar 9.52%. Buah kurma yang

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup baik, diantaranya adalah belimbing wuluh. Pemanfaatan belimbing wuluh dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat 1 I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teh sebagai bahan minuman dibuat dari pucuk muda daun teh yang telah mengalami proses pengolahan tertentu seperti pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging yang dicetak, dimasak dan dibekukan serta terbuat dari campuran daging giling yang diberi bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan bahan pangan. Kandungan gizi yang ada pada ikan sangatlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Gorontalo. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanan Praktek Produksi Proses Pembuatan Teh Herbal Daun Sirsak dengan Campuran Kayu Manis, Daun Stevia dan Secang dalam Kemasan Celup dilaksanakan mulai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Karakteristik teh hijau No Parameter SNI Menurut Nasution dan Tjiptadi (1975) 1 Keadaan - Rasa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Karakteristik teh hijau No Parameter SNI Menurut Nasution dan Tjiptadi (1975) 1 Keadaan - Rasa IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI PRODUK Karakteristik produk diketahui dengan melakukan analisis proksimat terhadap produk teh hijau. Analisis proksimat yang dilakukan adalah kadar air, kadar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Tambahan Pangan Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan, bukan merupakan bahan khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Purata kadar air (% ± SE) tempe dengan penambahan tepung belut dan variasi usar tempe berkisar antara 60,37 ±

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman herbal merupakan salah satu minuman berbahan dasar tumbuhan alami yang berkhasiat bagi tubuh. Minuman herbal dibuat dengan dasar rempahrempah, akar, batang,

Lebih terperinci

Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan

Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan Obat Diabetes Herbal Dari Daun- Daunan Saat ini telah banyak beredar obat diabetes baik dalam bentuk bahan kimia atau berupa obat herbal tradisional.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Kambing Susu kambing menurut hasil penelitian dalam Sodiq dan Abidin (2008) mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing dapat dikonsumsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil 4... Penelitian Pendahuluan Sebelum dilakukan penelitian utama, terlebih dahulu dilakukan penelitian pendahuluan pembuatan permen cokelat dengan penambahan daging ikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Organoleptik 1. Aroma Bau atau aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk diklasifikasikan dan dijelaskan karena ragamnya yang begitu besar, agar menghasilkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE UNTUK PEMBUATAN KUE LUMPUR COKLAT DENGAN PENAMBAHAN VARIASI GULA PASIR JURNAL PUBLIKASI

SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE UNTUK PEMBUATAN KUE LUMPUR COKLAT DENGAN PENAMBAHAN VARIASI GULA PASIR JURNAL PUBLIKASI SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE UNTUK PEMBUATAN KUE LUMPUR COKLAT DENGAN PENAMBAHAN VARIASI GULA PASIR JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar tepung terigu yang digemari oleh semua kalangan usia (subagjo,

BAB I PENDAHULUAN. dasar tepung terigu yang digemari oleh semua kalangan usia (subagjo, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Biskuit merupakan salah satu produk olahan pangan yang berbahan dasar tepung terigu yang digemari oleh semua kalangan usia (subagjo, 2007). Kegemaran masyarakat terhadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan melakukan preparasi ikan. Selanjutnya diberi perlakuan penggaraman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biskuit Menurut SNI 2973-2011, biskuit merupakan salah satu produk makanan kering yang dibuat dengan cara memanggang adonan yang terbuat dari bahan dasar tepung terigu atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tepung Tulang Ikan Tuna 4.1.1 Rendemen Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai ekonomis dan efektivitas suatu produk atau bahan. Perhitungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di masyarakat adalah kerusakan sel tubuh sebagai akibat aktivitas unsur radikal bebas yang terdapat dalam

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Organoleptik Bakso Ikan Nila Merah Uji organoleptik mutu sensorik yang dilakukan terhadap bakso ikan nila merah yang dikemas dalam komposisi gas yang berbeda selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH Dian Kartikasari 1, Nurkhasanah 2, Suwijiyo Pramono 3 1 Pasca sarjana prodi Farmasi Universitas Ahmad

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh adalah minuman yang sangat umum dalam kehidupan kita seharihari.kebiasaan minum teh tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi juga hampir di seluruh dunia. Teh ternyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat IX-xi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat dari bahan utama yaitu tumbuhan umbi yang digunakan oleh semut sebagai sarang sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelor merupakan salah satu tanaman sayuran yang multiguna. Hampir semua bagian dari tanaman kelor ini dapat dijadikan sumber makanan karena mengandung senyawa aktif

Lebih terperinci

kerusakan, dan dapat menurunkan kualitas dari buah-buahan.

kerusakan, dan dapat menurunkan kualitas dari buah-buahan. PENDAHULUAN Latar Belakang Puding termasuk makanan pencucimulut (dessert) yang biasanya diolah dari bahan dasar agar-agar yang berasal dari rumput laut. Proses pembuatan puding dapat dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. Kedelai adalah salah satu tanaman jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras kencur dikenal sebagai minuman tradisional khas Indonesia yang terbuat dari bahan-bahan herbal segar. Komposisi utamanya ialah beras dan rimpang kencur yang memiliki

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sirup merupakan salah satu produk olahan cair yang dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Sirup merupakan salah satu produk olahan cair yang dikonsumsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirup merupakan salah satu produk olahan cair yang dikonsumsi sebagian besar orang sebagai minuman pelepas dahaga. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max) PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max) Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan. Ikan nila banyak digemari oleh masyarakat karena dagingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk fermentasi. Proses fermentasi mampu meningkatkan nilai gizi

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk fermentasi. Proses fermentasi mampu meningkatkan nilai gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan konsumsi pangan tidak lagi hanya memikirkan tentang cita rasa, harga dan tampilan makanan tetapi juga mulai memperhatikan nilai gizi. Konsumen mulai beralih

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh :

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh : PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI Oleh : PRAPTI AKHIRININGSIH NPM : 0533010001 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging ayam merupakan salah satu bahan pangan yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang berkualitas tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan salah satu olahan semi padat dengan bahan utama susu. Es krim merupakan produk olahan susu sapi yang dibuat dengan bahanbahan utama yang terdiri atas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: WIDYA AGUSTINA A 420 100 076 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Formulasi Tepung Bumbu Ayam Goreng Pada proses pengolahan tepung bumbu ayam goreng, formula dasar diperoleh dari hasil survei dari internet dan buku yang kemudian dimodifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman dan makanan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin menyadari akan pentingnya mengkonsumsi makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyeduhan. Produk teh tidak hanya dihasilkan dari daun teh, namun dapat. dihasilkan dari daun lain seperti daun sirsak.

BAB I PENDAHULUAN. penyeduhan. Produk teh tidak hanya dihasilkan dari daun teh, namun dapat. dihasilkan dari daun lain seperti daun sirsak. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh adalah jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi setelah air (Damayanthi, 2008), selain sebagai minuman yang menyegarkan, teh telah memiliki khasiat bagi tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. susunan asam-asam amino yang lengkap (Fitri, 2007). Produksi telur yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. susunan asam-asam amino yang lengkap (Fitri, 2007). Produksi telur yang tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telur merupakan salah satu sumber protein pangan hewani yang memiliki kandungan gizi yang lengkap dan baik bagi pertumbuhan. Produk pangan hasil peternakan unggas

Lebih terperinci

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2012. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan, Laboratorium Organoleptik, Laboratorium Biokimia Zat Gizi,

Lebih terperinci

Tabel 9. Rata-rata kadar air mi sagu MOCAL

Tabel 9. Rata-rata kadar air mi sagu MOCAL IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Air Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada waluh. Secara umum waluh kaya akan kandungan serat, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada waluh. Secara umum waluh kaya akan kandungan serat, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia kaya akan sumber daya alam hayati yang belum dimanfaatkan secara optimal, salah satunya adalah tanaman waluh. Pemanfaatan tanaman waluh dimasyarakat belum

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A PEMANFAATAN LIMBAH AIR LERI BERAS IR 64 SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN SIRUP HASIL FERMENTASI RAGI TEMPE DENGAN PENAMBAHAN KELOPAK BUNGA ROSELLA SEBAGAI PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : PUJI

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Evaluasi Mutu dan Waktu Kadaluarsa Sirup Teh Dari Jumlah Seduh Berbeda RINGKASAN

ARTIKEL ILMIAH. Evaluasi Mutu dan Waktu Kadaluarsa Sirup Teh Dari Jumlah Seduh Berbeda RINGKASAN 1 ARTIKEL ILMIAH Evaluasi Mutu dan Waktu Kadaluarsa Sirup Teh Dari Jumlah Seduh Berbeda RINGKASAN Penelitian mengenai Evaluasi Mutu dan Waktu Kadaluarsa Sirup Teh Dari Jumlah Seduh Berbeda telah dilakanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino essensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai biologisnya mencapai 90%,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Teh adalah salah satu minuman terkenal di dunia, termasuk di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Teh adalah salah satu minuman terkenal di dunia, termasuk di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh adalah salah satu minuman terkenal di dunia, termasuk di Indonesia. Teh juga merupakan salah satu bahan penyegar yang penggunaannya populer di Indonesia selain kopi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerupuk adalah salah satu produk olahan tradisional yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Makanan tersebut dikenal baik di segala usia maupun tingkat sosial masyarakat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidup manusia. Dewasa ini telah banyak dikembangkan produk pangan yang

I. PENDAHULUAN. hidup manusia. Dewasa ini telah banyak dikembangkan produk pangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Pangan merupakan salah satu faktor yang penting yang mempengaruhi kualitas hidup manusia. Dewasa ini telah banyak dikembangkan produk pangan yang memadukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Akan tetapi, perubahan gaya hidup dan pola makan yang tak sehat akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Akan tetapi, perubahan gaya hidup dan pola makan yang tak sehat akan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan dan sosial mulai timbul ketika usia harapan hidup bertambah. Hal ini menyebabkan adanya perubahan pola hidup pada diri manusia. Akan tetapi, perubahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Kuesioner Penelitian LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA Berikut ini akan disajikan beberapa pertanyaan mengenai susu UHT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan pengawet berbahaya dalam bahan makanan seperti ikan dan daging menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh pemerintah. Penggunaan bahan pengawet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah air, dengan konsumsi per

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah air, dengan konsumsi per BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh sebagai minuman telah dikenal dan menjadi bagian dari kebudayaan dunia sejak berabad-abad yang lampau. Teh adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi diantaranya mengandung mineral, vitamin dan lemak tak jenuh. Protein dibutuhkan tubuh

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN BAB III METODE PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Proses pembuatan dari Tape Ketan Beta karoten ini akan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 1 Mei 2015 pukul 09.00-17.00 di Jln. Gombang alas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh merupakan salah satu jenis minuman yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia yang menjadikan minuman teh sebagai minuman yang menyegarkan dan memiliki khasiat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya di era modern ini banyak hasil pengolahan ikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya di era modern ini banyak hasil pengolahan ikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai banyak kekayaan alamnya terutama laut. Berbagai macam spesies sudah teridentifikasi dan bahkan terdapat beberapa

Lebih terperinci

Karakteristik mutu daging

Karakteristik mutu daging Karakteristik mutu daging Oleh: Elvira Syamsir (Tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia edisi Maret 2011) Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang, Kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kekurangan konsumsi protein diduga sebagai salah satu penyebab gizi buruk di Indonesia. Hal ini yang diakibatkan oleh rendahnya taraf perekonomian sebagian besar masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Padahal diabetes merupakan penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan fungsional adalah pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat

I. PENDAHULUAN. Pangan fungsional adalah pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pangan fungsional adalah pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, di luar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Parameter

BAB V PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Parameter BAB V PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Parameter 1. Kualitas Fisik dan Organoleptik Berdasarkan Parameter Warna Tempe Parameter warna pemberian dosis ragi sebanyak 0,5-3 grafik berpengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Total Fenolat Senyawa fenolat merupakan metabolit sekunder yang banyak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, termasuk pada rempah-rempah. Kandungan total fenolat dendeng sapi yang

Lebih terperinci