UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KRISTIANI KAUM MUDA MILIRAN, PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA, MELALUI KATEKESE S K R I P S I

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KRISTIANI KAUM MUDA MILIRAN, PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA, MELALUI KATEKESE S K R I P S I"

Transkripsi

1 UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KRISTIANI KAUM MUDA MILIRAN, PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA, MELALUI KATEKESE S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Theresia Tincerustina NIM: PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

2 UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KRISTIANI KAUM MUDA MILIRAN, PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA, MELALUI KATEKESE S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Theresia Tincerustina NIM: PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 i

3 ii

4 iii

5 PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur skripsi ini kupersembahkan kepada: Kongregasi SMFA (Suster-Suster Misi Fransiskan Santo Antonius) dan para Pendamping Kaum Muda, MUDIKA Miliran dan MUDIKA Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta iv

6 MOTTO Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya. (1 Tes 5:24) Janganlah katakan: aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kau sampaikan. (Yer 1:7b) v

7 PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana selayaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 9 September 2008 Penulis, Theresia Tincerustina vi

8 LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Theresia Tincerustina Nomor Mahasiswa : Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KRISTIANI KAUM MUDA MILIRAN, PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA, MELALUI KATEKESE Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 9 September 2008 Yang menyatakan (Theresia Tincerustina) vii

9 ABSTRAK Judul skripsi UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KRISTIANI KAUM MUDA MILIRAN, PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA, MELALUI KATEKESE dipilih berdasarkan pada fakta bahwa pelaksanaan katekese orang dewasa di Lingkungan Miliran memprihatinkan. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam setiap pelaksanaan katekese orang dewasa, jumlah umat maupun kaum mudanya yang hadir sangat sedikit. Dalam proses katekese, kaum muda cenderung pasif dan hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh katekis. Selama proses berlangsung, orang tua terlalu mendominasi sehingga kaum muda merasa kurang dilibatkan. Bertitik tolak pada kenyataan ini, maka skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para pendamping pendalaman iman dan kaum muda mendapatkan cara baru dalam berkatekese dengan menggunakan katekese model Shared Christian Praxis. Permasalahan pokok dalam skripsi adalah kurangnya kualitas pendamping dalam mengemas suatu pendalaman iman. Maka untuk melihat permasalahan secara lebih mendalam, penulis mengadakan penelitian sederhana. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kaum muda kurang tersapa dan dilibatkan dalam proses pendalaman iman. Berdasarkan penemuan di atas maka penulis menawarkan program pendampingan iman yang menarik dan berkualitas bagi kaum muda dengan model Shared Christian Praxis (SCP) yang dikemas dalam bentuk pendalaman iman, wisata rohani dan outbound. Program ini dibuat dengan tujuan agar kaum muda lebih banyak terlibat dalam mengkomunikasikan pengalaman iman mereka dan berpartisipasi secara aktif dalam proses berkatekese. Dengan demikian program pendampingan dengan model Shared Christian Praxis (SCP) dapat membantu kaum muda dalam meningkatkan penghayatan iman mereka. Hasil akhir menunjukkan bahwa Shared Christian Praxis (SCP) merupakan suatu model katekese yang bersifat dialogis partisipatif. Katekese model ini bertujuan untuk membantu para pendamping dan kaum muda agar memiliki suatu pendekatan berkatekese yang handal dan efektif sehingga mereka mampu berkatekese dengan cara yang lebih menarik dan melibatkan peserta secara aktif dalam proses katekese. Katekese model ini juga mempunyai lima langkah pokok. Oleh karena itu, para pendamping dan kaum muda perlu mengenal dan memahami katekese model ini. Untuk keperluan itu penulis menawarkan suatu program katekese model Shared Christian Praxis (SCP), sekaligus dengan penjabarannya. viii

10 ABSTRACT This thesis entitled THE EFFORT TO ENHANCE THE PRACTICE OF MILIRAN YOUTH CHRISTIAN FAITH THROUGH CATECHESES AT BACIRO PARISH, YOGYAKARTA was chosen based on the fact that implementation of the adult catechesis at Miliran is inadeguate. The fact shows that there are only few people attending in every time the adult catechesis is conducted. During the process of catechesis, the participants of youth are passive and only to listen to the catechist s words, and the catechists plays the main role. Based on this concern, this thesis is meant to help catechists and the youth and sind a new way in catechizing by using a catecheses model of Shared Christian Praxis. The main problems discussed in is inability of the catechists to create interesting. Therefore, in order to see the problem in detail, the writer conducted a simple research. The results of catechese activities. The research indicated that the youth were less addressed and involved in the process of catechetical activities. Based on the result above, the writer offered an appealing program of faith deepening for them by using Shared Christian Praxis model (SCP), which was done in the forms of faith deepening, a spiritual tour and an outbound. This program was designed with a specific intention on the youth so they were more involved in communicating the practice of their personal faith and participating actively in the process of the catecheses. Thus, the program of Shared Christian Praxis model (SCP) can assist the youth to enhance their faith practices. The result also shows that Shared Christian Praxis model (SCP) is the right and expected model of catechizing. This model of catechizing has a goal to help the catechists and the youth to have an effective, reliable catechetical approach so that they have a capability to conduct an interesting catechetical activities. The model of catechesis has, infact, five steps. Therefore, the catechists and the youth necessarily know and understand it for their own benefit. For this purpose, the writer of this thesis has proposed a well planned Shared Christian Praxis model (SCP) of catechesis, as well as how to conduct it. ix

11 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah Bapa yang telah setia membimbing dan menuntun penulis selama menyusun hingga terselesaikannya penulisan skripsi yang berjudul UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KRISTIANI KAUM MUDA MILIRAN, PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA, MELALUI KATEKESE. Skripsi ini disusun berdasarkan keprihatian di lapangan menyangkut kehidupan keagamaan kaum muda. Mengingat dan menimbang bahwa penulis juga hidup dan tinggal bersama dengan mereka, maka penulisan skripsi ini ditujukan bagi para kaum muda, pendamping kaum muda dan siapa saja yang mempunyai hati, minat dan perhatian kepada perkembangan iman kaum muda. Semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran, inspirasi dan dorongan untuk meningkatkan kegiatan kaum muda. Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, maka pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si. selaku dosen pembimbing utama yang dengan penuh kesabaran, kesetiaan senantiasa memberikan semangat dan masukan kepada penulis hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. 2. Romo Drs. H.J. Suhardiyanto, S.J. selaku dosen wali yang telah setia membimbing dan mengarahkan penulis selama menimba ilmu di kampus IPPAK. 3. Romo Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. selaku dosen penguji III yang berkenan memberi masukan yang membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. x

12 4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama belajar hingga selesainya skripsi ini. 5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 6. Pimpinan dan Dewan Umum Kongregasi SMFA beserta anggotanya yang telah setia memberikan dukungan moral dan spiritual serta semangat hingga terselesaikannya skripsi ini. 7. Para suster di komunitas Miliran yang dengan penuh kesabaran, kesetiaan mendukung, mendoakan penulis. 8. Bapak, ibu, kakak, adik yang memberikan semangat dan dukungan selama penulis menempuh studi di Yogyakarta. 9. Pastor Paroki dan sekretariat Paroki Kristus Raja Baciro, pengurus Lingkungan se- Miliran yang telah memberi kesempatan dan dukungan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan mendampingi kegiatan MUDIKA. 10. Pengurus MUDIKA Miliran, S. Deddy Budiawan, Y. Novian Trigunawan, Y. Danang Kristiyanto, S. Anjar Apriyana Hermawan, A. Ruwi Haryanto, A. Eko Purwanto, C. Diah Anggraeni, A. Nucifera Haidityasari dan siapa saja yang dengan caranya sendiri telah mendukung proses penulisan skripsi ini dengan bersedia memberikan informasi yang diperlukan demi kelengkapan materi skripsi ini. 11. Sahabat-sahabat mahasiswa angkatan 2004/2005 yang selalu setia memberikan semangat dan dukungan. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang selama ini dengan tulus telah memberikan bantuan hingga selesainya skripsi ini. xi

13 Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Yogyakarta, 9 September 2008 Penulis Theresia Tincerustina xii

14 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv MOTTO... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xiii DAFTAR SINGKATAN... xviii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah... 7 C. Pembatasan Masalah... 8 D. Rumusan Masalah... 8 E. Tujuan Penulisan... 9 F. Manfaat Penulisan... 9 G. Sistematika Penulisan... 9 BAB II. PENGHAYATAN IMAN KAUM MUDA DAN KATEKESE A. Penghayatan Iman Pengertian Iman Penghayatan Iman Kristiani B. Kaum Muda Pertumbuhan Fisik Perkembangan Mental Perkembangan Emosional Perkembangan sosial-psikologis Perkembangan Moral xiii

15 6. Perkembangan Religius C. Tantangan Penghayatan Iman Kristiani Kaum Muda dan Pendampingannya Tantangan Penghayatan Iman Kristiani Kaum Muda a. Peranan Gereja pada umumnya terhadap Penghayatan Iman Kaum Muda b. Peranan Gereja Kecil atau Keluarga terhadap Penghayatan Iman Kaum Muda Pengertian Pendampingan a. Tujuan Pendampingan b. Materi Pendampingan c. Bentuk Pendampingan d. Syarat Pendampingan ) Pelaksanaan Pendampingan ) Pendamping ) Evaluasi D. Katekese Katekese pada umumnya Arti Katekese Tujuan Katekese Isi Katekese Katekese Umat dalam upaya Meningkatkan Penghayatan Iman. 31 a. Pengertian Katekese Umat b. Tujuan Katekese Umat c. Model-model Katekese Umat ) Katekese Umat dengan Model Pengalaman Hidup ) Katekese Umat dengan Model Biblis ) Katekese Umat dengan Model Campuran: Biblis dan Pengalaman Hidup d. Shared Christian Praxis (SCP) sebagai Salah Satu Model Katekese Umat ) Pengertian Shared Christian Praxis (SCP) a) Praxis xiv

16 b) Kristiani c) Sharing ) Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP) a) Langkah Nol : Pemusatan Aktivitas b) Langkah I : Mengungkap Pengalaman Hidup Peserta c) Langkah II : Mendalami Pengalaman Hidup Peserta.. 39 d) Langkah III : Menggali Pengalaman Iman Kristiani e) Langkah IV : Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Konkrit Peserta f) Langkah V : Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit BAB III. METODOLOGI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGHAYATAN IMAN KAUM MUDA SERTA PELAKSANAAN KATEKESE DI MILIRAN, PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA A. Metodologi Penelitian Jenis Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Identifikasi Variabel a. Definisi Operasional Variabel b. Pengembangan Instrumen Tehnik Pengumpulan Data a. Observasi b. Wawancara c. Kuesioner B. Pembahasan Hasil Penelitian a. Gambaran Umum Tempat Penelitian a. Latar Belakang Berdirinya Paroki Baciro Yogyakarta b. Lingkungan Miliran b. Laporan Hasil Penelitian c. Statistik Katekese dan Penghayatan Iman a. Penjabaran Statistik Penghayatan Iman b. Penjabaran Statistik Katekese xv

17 c. Penjabaran Statistik Penghayatan Iman dan Katekese per Item d. Tabel Hasil Penelitian di Lapangan a. Tabel Penghayatan Iman b. Tabel Katekese C. Refleksi Kateketis Hasil Penelitian BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) BAGI KAUM MUDA MILIRAN, PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA A. Latar Belakang Penyusunan Program a. Wisata Rohani b. Outbound B. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan C. Penjabaran Program D. Petunjuk Pelaksanaan Program E. Persiapan Pendampingan Katekese Contoh Persiapan Pendampingan Iman Model Shared Christian Praxis (SCP) Contoh Persiapan Pendampingan Iman dengan Bentuk Wisata Rohani Contoh Persiapan Pendampingan Iman dengan Bentuk Outbound Contoh Persiapan Pendampingan Iman Model Pengalaman Hidup BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan Permasalahan Pokok Berkaitan dengan Kaum Muda Peranan Orang Tua dan Gereja dalam Upaya Meningkatkan Penghayatan Iman Kaum Muda Peranan Pendamping Pendalaman Iman B. Saran Saran Umum bagi MUDIKA, Orang Tua, Pendamping Kaum Muda Saran Khusus bagi Gereja Paroki Baciro Yogyakarta DAFTAR PUSTAKA xvi

18 LAMPIRAN Lampiran 1: Pengantar Kuesioner... (1) Lampiran 2: Kuesioner Penelitian... (2) Lampiran 3: Daftar Pertanyaan Wawancara bagi MUDIKA... (6) Lampiran 4: Daftar Pertanyaan Wawancara bagi Pengurus Lingkungan, Pendamping MUDIKA, dan Orang Tua... (7) Lampiran 5: Hasil Wawancara... (8) Lampiran 6: Photo Kegiatan Wisata Rohani di Sendang Sono... (13) xvii

19 DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1976/1977, hal. 8. B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner Gereja, 7 Desember CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober DCG : Directorium Catechisticum Generale, Direktorium Kateketik Umum yang dikeluarkan oleh Kongregasi Suci para Klerus, 11 April DH : Dignitatis Humanae, Pernyataan Konsili Vatikan II, tentang Kebebasan Beragama 7 Desember DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 November GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November xviii

20 C. Singkatan Lain Art Dll KAS KKI KWI LCD MUDIKA PIA PIRA PKKI PT RINSTRA SLTA SLTP SMTA VCD : Artikel : dan lain-lain : Keuskupan Agung Semarang : Karya Kepausan Indonesia : Konferensi Waligereja Indonesia : Liquid Cristal Display : Muda-mudi Katolik : Pendampingan Iman Anak : Pendampingan Iman Remaja : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-indonesia : Perseroan Terbatas : Rencana Induk Strategik Pengembangan Paroki Kristus Raja Baciro : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama : Sekolah Menengah Tingkat Atas : Video Compact Disk xix

21 BAB I PENDAHULUAN Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengambil judul Upaya Meningkatkan Penghayatan Iman Kristiani Kaum Muda Miliran, Paroki Baciro, Yogyakarta, melalui Katekese. Dalam bagian pendahuluan ini, penulis akan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan judul skripsi tersebut, seperti: latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan dan manfaat penulisan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu per satu. A. Latar Belakang Dalam kurun waktu tertentu, manusia mengalami perubahan dan pertumbuhan, baik itu secara jasmani maupun rohani. Perubahan dan pertumbuhan tentunya melalui perkembangan. Dalam siklus kehidupan terjadi perkembangan yaitu mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua; dan yang akan dibahas pada kesempatan ini adalah remaja-dewasa. Mereka ini sering dikenal dengan nama kaum muda. Kaum muda dalam arti kata dipergunakan untuk menunjuk kaum, golongan atau kelompok orang yang muda usia. Kaum muda adalah para muda-mudi yang berumur tahun. Menurut organisasi pemuda, kaum muda dapat mencakup semua muda-mudi yang berumur antara tahun (Mangunhardjana, 1986: 11-12). Bagi kaum muda masa ini merupakan masa yang tidak seimbang dalam hidupnya karena sedang dalam proses pencarian dan penentuan identitas dirinya. Pada masa ini biasanya kaum muda mengalami berbagai persoalan seperti kebebasan, ketaatan, masa depan, hidup seksual dan hidup keagamaan. Masa ini akan menjadi lebih berat kalau orang-orang di sekitar ikut menolak, memarahi dan tidak mau memahaminya. Ilmu 1

22 2 Psikologi mendeskripsikan kaum muda sebagai orang-orang yang secara fisik berada pada taraf di mana daya tahan tubuh berada pada puncak perkembangannya. Sejalan dengan perkembangan fisik, fungsi intelektual orang muda pun berada pada satu tingkat yang tinggi dan baik. Mereka dapat berpikir secara kritis pada tingkat lintas ilmu dan dapat melahirkan gagasan-gagasan serta ide-ide, membentuk konsep-konsep yang dapat mempertajam kemampuan inteligensi yang meliputi kosa kata, informasi umum dan pemikiran untuk memperbaiki hidup secara menyeluruh, pengembangan bakat dan minat yang makin terarah kepada tujuan hidup yang telah ditentukan (Suban, 1994: 89). Dengan kata lain, pada puncak perkembangannya kaum muda menjadi orang yang penuh vitalitas dan memiliki berbagai kemungkinan untuk mewujudkan diri. Mereka menjadi sangat peka terhadap segala kejadian dan peralihan suasana di sekitarnya. Kaum muda Katolik adalah kelompok kaum muda yang menjalankan kegiatannya dalam wadah MUDIKA (Muda-mudi Katolik). Sebagai orang Katolik maka mereka menghayati imannya dalam Gereja Katolik. MUDIKA menyatakan imannya kepada Allah Tritunggal dengan ikut serta dalam kehidupan menggereja. Iman adalah penyerahan total kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa, melainkan dengan suka rela. Ungkapan tersebut seperti terdapat dalam Dokumen Gereja, yaitu: Salah satu pokok yang amat penting dalam ajaran Katolik, yang tercantum dalam Sabda Allah dan terus menerus diwartakan oleh para Bapa Gereja, yakni manusia wajib secara suka rela menjawab Allah dengan beriman; maka dari itu tak seorang pun boleh dipaksa melawan kemauannya sendiri untuk memeluk iman. Sebab pada hakikatnya kita menyatakan iman kita dengan kehendak bebas, karena manusia tidak dapat mematuhi Allah yang mewahyukan Diri, kalau ia, sembari ditarik oleh Bapa, tidak dengan bebas menyatakan kepada Allah ketaatan imannya, yang secara rasional dapat dipertanggungjawabkan (DH 10). Iman tidak terlepas dari pengalaman hidup, maka penghayatan iman yang dianut hendaknya terwujud dalam perbuatan hidup nyata sehari-hari, baik dalam Lingkungan keluarga, hidup menggereja maupun dalam hidup bermasyarakat. Hal ini seperti yang

23 3 terungkap dalam teks Kitab Suci Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati (Yak 2:17). Di dalam wadah MUDIKA sendiri juga telah ada upaya untuk mewujudkan penghayatan iman melalui menjadi anggota MUDIKA, aktif di karang taruna, melibatkan diri dalam kegiatan kemanusiaan, baik di Lingkungan Gereja maupun masyarakat, dll. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa MUDIKA adalah harapan dan generasi penerus Gereja, sebab di pundak merekalah keberlangsungan hidup beriman terus bertumbuh dan berkembang. Maka sudah selayaknya kalau MUDIKA mendapat pendampingan yang benar dan terus menerus. Membangun manusia muda adalah tugas bersama, maka diperlukan kerja sama berbagai pihak yaitu MUDIKA sendiri, orang tua, keluarga, Lingkungan, masyarakat dan Gereja. MUDIKA yang memperoleh bekal memadai untuk meneruskan karya Gerejani yang telah dimulai, menjadikan mereka siap terjun ke masyarakat guna memberikan kesaksian melalui keterlibatannya di dalam hidup menggereja maupun bermasyarakat. Pengalaman ini penulis alami ketika mengamati proses kegiatan yang berlangsung di Miliran, Lingkungan Santo Andreas, Lingkungan Santo Don Bosco dan Lingkungan Santo Simon Rasul. Pada umumnya ketika waktu anak-anak, remaja aktif terlibat di Lingkungan dengan sendirinya ketika menjadi mudika dan dewasa mereka juga tetap aktif di Lingkungan. Di Paroki Baciro terdapat tiga puluh tujuh Lingkungan. Hal ini memberi gambaran secara sepintas bahwa Paroki Baciro sangat potensial dalam membantu umatnya untuk menumbuhkembangkan iman mereka sehingga umat terbantu dalam mewujudkan penghayatan imannya di dalam lingkup Gereja. Fakta di lapangan menunjukkan kurang dirasakan karena tidak semua Lingkungan mempunyai usaha yang sama dalam mengembangkan bidang pastoral terutama model pertemuan pendalaman iman yang bervariasi. Kegiatan MUDIKA juga bervariasi dalam mengembangkan usahanya, seperti beberapa Lingkungan yang ada mencoba tetap bertahan meneruskan kegiatan MUDIKA

24 4 yang telah dirintis oleh para pendahulunya. Kegiatan MUDIKA tetap berjalan karena proses regenerasi sungguh diperhatikan. Artinya sebelum terjadi pergantian pengurus, sudah ada tenaga yang dipersiapkan untuk mengganti sehingga ketika terjadi pergantian pengurus baru sudah ada tenaganya, sedangkan beberapa Lingkungan yang lain sudah mati. Penyebabnya adalah: permasalahan pribadi, di mana di antara MUDIKA ada yang merasa minder untuk mengikuti kegiatan karena sudah lama tidak aktif; kesenjangan usia sehingga kalau tidak ada teman sebaya tidak mau datang; tuntutan tugas dari sekolah atau tempat kerja. Selain itu juga karena jumlah MUDIKA di Lingkungan hanya sedikit sehingga kegiatan MUDIKA tidak jalan. Ada pula MUDIKA yang di Lingkungan tidak aktif karena lebih suka mengikuti kegiatan di komunitas atau di gereja lain yang lebih maju kegiatannya. Di dalam organisasi MUDIKA sendiri juga terjadi pergesekan antara pengurus dan anggotanya yang disebabkan oleh ketidakpuasan anggota terhadap pengurus yang kurang mampu mempertanggungjawabkan tugas yang telah dipercayakan kepadanya. Contohnya meninggalkan tugas kepengurusan begitu saja karena mendapat tugas di luar kota. Hal ini menunjukkan lemahnya sistim organisasi dalam MUDIKA tersebut. Selain itu juga problem keluarga menyangkut keadaan ekonomi di mana orang tua menuntut para anggota keluarga untuk bersama-sama berusaha bekerja mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Selain itu juga situasi dan kondisi tempat kerja yang kurang memungkinkan MUDIKA untuk dapat membagi waktunya antara kerja dan kegiatan MUDIKA. Peran orang tua dalam mendorong dan mendukung putra-putrinya untuk terlibat, baik itu di Lingkungan Gereja maupun masyarakat sangat penting. Hal ini dipengaruhi oleh pendidikan nilai yang telah ditanamkan para orang tua sejak anak masih kecil. Segala sesuatu yang diperoleh pada masa anak-anak itulah yang akan dikembangkan ketika menginjak dewasa. Apabila sejak usia dini anak telah ditanamkan atau dididik untuk melibatkan diri dalam kegiatan hidup menggereja seperti PIA, rajin

25 5 ikut misa mingguan, rajin berdoa bersama dalam keluarga, mengikuti pendalaman iman Lingkungan, dll, maka sikap yang telah ditanamkan sejak masa anak-anak inilah yang nantinya akan membuahkan hasil. Hasil itu adalah mereka aktif terlibat dalam kegiatan di Lingkungan Gereja dan masyarakat dengan kesadaran serta kebebasan bukan hanya sekedar ikut-ikutan, karena diajak teman atau karena tidak mempunyai teman. Selain itu juga ada beberapa orang tua yang masih memiliki anggapan bahwa sekolah adalah yang utama sedangkan kegiatan MUDIKA itu kurang penting. Menurut orang tua kegiatan MUDIKA banyak menyita waktu dan tenaga anak sehingga mengurangi porsi anak untuk belajar. Dengan kata lain orang tua memiliki ketakutan kalau kegiatan MUDIKA dapat mengganggu proses belajar anaknya. Mereka lupa bahwa MUDIKA adalah generasi penerus Gereja. Penyebab lain adalah kurangnya kesediaan dari para orang tua untuk merelakan dirinya menjadi pendamping MUDIKA. MUDIKA dibiarkan berjalan sendirian dalam menjalankan kegiatannya sehingga tidak rutin dilakukan. Oleh karena itu kurangnya pendampingan bagi MUDIKA secara berkesinambungan dan terus menerus menyebabkan mereka merasa berjalan sendirian. Meskipun disadari bahwa tidak selamanya MUDIKA harus menggantungkan diri kepada generasi tua tetapi paling tidak, masih ada bentuk perhatian yang diberikan oleh para orang tua. Perhatian itu dapat berupa memberikan dukungan dan motivasi bagi MUDIKA untuk bergerak mewujudkan potensi dan imannya melalui keterlibatan mereka, baik di dalam Lingkungan Gereja maupun masyarakat. Kesadaran dan peranan kaum tua yang kurang berani memberi kepercayaan kepada MUDIKA untuk bergerak dan terlibat dengan leluasa mengekspresikan diri dalam kegiatan Gereja juga masih kuat mewarnai kegiatan di paroki Baciro. Hal ini disebabkan oleh budaya Jawa yang menganggap bahwa orang tua yang layak berada di barisan paling depan terhadap jalannya perkembangan keagamaan. Selain itu juga karena orang-orang

26 6 yang terlibat dalam reksa pastoral merasa masih mampu sehingga MUDIKA hanya sekedar membantu. Para orang tua kurang menyadari akan potensi yang dimiliki MUDIKA, di mana mereka memiliki kemampuan menjadi penggerak bagi sesama kaum muda sendiri. Peranan orang tua yang dominan juga nampak dalam hal pendalaman iman. Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan masih seringkali dijumpai pendamping pendalaman iman dalam penyampaiannya menggunakan cara yang lama sehingga terkesan monoton, menggurui, kurang menarik dan kurang melibatkan peserta untuk terlibat aktif menyumbangkan harta kekayaan iman yang mereka miliki. Maka kegiatan pendalaman iman menjadi terkesan disingkirkan oleh MUDIKA karena mereka hanya datang, duduk dan diam tanpa diberi kesempatan untuk berpendapat atau bertanya bahkan mengekspresikan pengalaman imannya, sehingga seringkali MUDIKA merasa enggan untuk bergabung bersama orang tua dalam kegiatan pendalaman iman. Ada pun harapan MUDIKA adalah diberi kesempatan untuk terlibat langsung menangani suatu kegiatan; suasana baru yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman; dana yang cukup untuk mendukung kegiatan MUDIKA. Selain itu pendampingan yang seimbang antara liturgi dan sarana pendukungnya, sebab kaum muda identik dengan sesuatu yang menyenangkan dan menantang sehingga mereka terpacu untuk kreatif. Kegiatan MUDIKA bukan hanya sekedar kumpul untuk berdoa atau hura-hura tetapi juga dapat memberi solusi tentang permasalahan yang mereka hadapi, seperti: menyediakan lowongan pekerjaan atau memberi informasi yang diperlukan. Dari pihak MUDIKA sendiri ada suatu kerelaan untuk menyisihkan waktu guna berkumpul bersama, tidak menganggap remeh kegiatan MUDIKA dan menganggap kegiatan yang lain lebih penting. Sedangkan dari pihak orang tua diharapkan adanya kerelaan dan kesediaan untuk mendorong MUDIKA aktif terlibat melalui keteladanan hidup dan juga keterlibatannya

27 7 secara langsung dalam kegiatan MUDIKA guna mendorong dan sekaligus memberi masukan yang berguna tanpa keharusan untuk persis melakukan apa yang dikehendaki orang tua. Dengan kata lain MUDIKA memerlukan pendampingan orang tua yang sungguh memahami dan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh MUDIKA. Kini sudah saatnya bagi MUDIKA untuk menumbuhkan kepercayaan dalam diri bahwa mereka memiliki potensi untuk mengembangkan dirinya sebagai salah satu bentuk perwujudan iman yang dihidupinya selama ini. Oleh karena itu dengan berbagai persoalan, keprihatinan dan harapan MUDIKA di atas penulis mengambil judul Upaya Meningkatkan Penghayatan Iman Kristiani Kaum Muda Miliran, Paroki Baciro, Yogyakarta, melalui Katekese. B. Identifikasi Masalah 1. Permasalahan pribadi, seperti merasa minder untuk mengikuti kegiatan yang ada karena sudah lama tidak aktif. 2. Kesenjangan usia sehingga kalau tidak ada teman yang sebaya tidak mau datang. 3. Tuntutan tugas dari sekolah atau tempat kerja. 4. Jumlah MUDIKA di Lingkungan hanya sedikit sehingga kegiatan tidak jalan. 5. Ada kecenderungan lebih suka mengikuti kegiatan di komunitas atau di Gereja lain yang lebih maju kegiatannya. 6. Lemahnya sistim organisasi MUDIKA yang ada sehingga pengurus mudah meninggalkan tugas yang telah dipercayakan kepadanya. 7. Problem keluarga menyangkut keadaan ekonomi sehingga menuntut para anggota keluarga untuk bersama-sama berusaha bekerja mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.

28 8 8. Situasi dan kondisi tempat kerja yang kurang memungkinkan MUDIKA untuk dapat membagi waktunya antara kerja dan kegiatan MUDIKA. 9. Peran orang tua dalam mendorong dan mendukung putra-putrinya untuk terlibat, baik itu di Lingkungan Gereja maupun masyarakat. 10. Anggapan beberapa orang tua bahwa sekolah adalah yang utama sedangkan kegiatan MUDIKA itu kurang penting bahkan banyak menyita waktu dan tenaga anak sehingga mengurangi porsi anak untuk belajar. 11. Kurangnya kesediaan dari para orang tua untuk merelakan dirinya menjadi pendamping MUDIKA. 12. Kesadaran dan peranan kaum tua yang kurang berani memberi kepercayaan kepada MUDIKA untuk bergerak dan terlibat dengan leluasa. 13. Model pendampingan pendalaman iman yang kurang menarik 14. Kurangnya mutu atau kualitas pendamping pendalaman iman dikarenakan minimnya tenaga pastoral di bidang katekese. C. Pembatasan Masalah Sehubungan dengan judul dari penelitian, pembatasan masalah terfokus pada Upaya Meningkatkan Penghayatan Iman Kristiani Kaum Muda Miliran, Paroki Baciro, Yogyakarta, melalui Katekese. D. Rumusan Masalah 1. Sejauhmana penghayatan iman Kristiani kaum muda Miliran, Paroki Baciro, Yogyakarta selama ini? 2. Sejauhmana proses katekese berlangsung?

29 9 3. Seberapa besar sumbangan katekese dalam meningkatkan penghayatan iman Kristiani bagi kaum muda Miliran, Paroki Baciro, Yogyakarta? E. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui sejauhmana penghayatan iman Kristiani kaum muda Miliran, Paroki Baciro, Yogyakarta selama ini. 2. Mengetahui seberapa jauh proses katekese telah dilaksanakan. 3. Mengetahui seberapa besar sumbangan katekese terhadap penghayatan iman Kristiani bagi kaum muda Miliran, Paroki Baciro, Yogyakarta. 4. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Strata I (SI) pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. F. Manfaat Penulisan 1. Memberi sumbangan bagi Gereja Paroki Baciro, Lingkungan Santo Andreas, Lingkungan Santo Don Bosco dan Lingkungan Santo Simon Rasul Paroki Baciro dalam pendampingan iman MUDIKA. 2. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam rangka mengenal dan memahami MUDIKA serta permasalahannya. G. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, penulis akan menyampaikan pokok-pokok gagasan sebagai berikut:

30 10 Bab I menguraikan tentang pendahuluan yang meliputi: latar belakang penulisan, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan manfaat. Bab II menguraikan tentang penghayatan iman kaum muda, tantangan dan pendampingannya serta katekese. Bab III menguraikan tentang metodologi dan pembahasan hasil penelitian yang meliputi: jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, identifikasi variabel, tehnik pengumpulan data, gambaran umum tempat penelitian, laporan hasil penelitian dan refleksi kateketis hasil penelitian. Bab IV menguraikan tentang usulan program yang meliputi: latar belakang penyusunan program, alasan pemilihan tema dan tujuan, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan program dan persiapan pendampingan katekese. Bab V menguraikan tentang penegasan kembali pokok-pokok atau intisari dari penulisan skripsi yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

31 BAB II PENGHAYATAN IMAN KAUM MUDA DAN KATEKESE A. Penghayatan Iman Dalam kehidupan sehari-hari manusia beriman memerlukan suatu bentuk dari ungkapan iman yang mereka yakini. Iman yang diyakini bukan sekedar diungkapkan melalui perayaan tetapi perlu perwujudan nyata. Perwujudan nyata dari iman yang dihayati dapat terungkap melalui keterlibatan mereka di Lingkungan, Gereja dan masyarakat. Pada kesempatan ini akan diuraikan dua hal yang berkaitan dengan penghayatan iman yaitu pengertian iman dan penghayatan iman Kristiani: 1. Pengertian Iman Iman dalam bahasa Yunani disebut Pistis atau bahasa Latin Fides dan bahasa Inggris Faith diartikan sebagai keyakinan dan penerimaan akan wahyu Allah. Dalam bahasa Indonesia Beriman, lebih dimaksudkan dalam hubungan dengan Allah; sedangkan Percaya kerap dipakai dalam hubungan antar manusia. Namun perlu ditegaskan bahwa dalam konteks teologis, kata iman dan percaya dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan manusia dengan Allah, terutama dalam menerima wahyu-nya (Madya Utama, et.al., 2002: 47). Ungkapan yang sama juga dikatakan bahwa iman adalah tanggapan atas panggilan dan tawaran pernyataan Diri dari Allah. Pengertian mengenai iman harus dimulai dari pemahaman kita mengenai wahyu, sebab iman merupakan tanggapan manusia atas wahyu Allah (Martasudjita, 1998: 31-32). Kepada Allah yang menyampaikan wahyu, manusia wajib menyatakan ketaatan iman (Rm 16:26; Rm 1:5; 2 Kor 10:5-6). Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan dan dengan secara suka rela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikaruniakan oleh-nya (DV 5). 11

32 12 Konsili Vatikan II juga menyebut bahwa Gereja merupakan Persekutuan iman, harapan dan cinta (LG 8), persekutuan persaudaraan orang yang menerima Yesus dengan iman dan cinta kasih (GS 32). Konsili juga mengajarkan bahwa Gereja dibentuk karena perpaduan unsur manusiawi dan Ilahi (LG 8). Kesatuan Gereja bukan hanya karya Roh Kudus tetapi juga hasil komunikasi antar manusia, khususnya perwujudan komunikasi iman di antara para anggota Gereja. Komunikasi ini terjadi terutama dalam perayaan iman. Komunikasi iman mengandaikan pengungkapan iman sebagai sarana komunikasi. Hidup beriman umat pada dasarnya menyangkut dua aspek yaitu pengungkapan iman dan perwujudan iman. Pengungkapan iman ialah segala pernyataan iman dalam bentuk yang khusus dan eksplisit, terutama dalam bentuk pewartaan atau pengajaran dan perayaan Gereja. Sedangkan perwujudan iman ialah segala perkataan dan tindakan yang memang dijiwai oleh semangat iman, namun tidak secara khusus (KWI, 1996: ). Dengan demikian menjadi jelas bahwa dalam hidup beriman tidak cukup hanya mengedepankan pengungkapan iman saja tanpa menyertakan perwujudan iman. Iman secara nyata diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Iman dalam agama berarti kepercayaan kepada Tuhan. Iman berarti mengandalkan diri pada Tuhan (Mangunhardjana, 1993: 55-57). Iman merupakan hubungan pribadi dengan Allah, yang hanya mungkin karena rahmat Allah; akan tetapi iman tidaklah buta sebab orang beriman mengetahui kepada siapa ia percaya (2 Tim 1:12). Manusia hidup karena imannya; tanpa iman, manusia tak dapat bertahan. Iman adalah jawaban pribadi manusia atas prakarsa Allah. Iman bukan hasil refleksi manusia tetapi merupakan buah cuma-cuma yang dihasilkan oleh Roh Kudus dalam diri kita. Iman tumbuh dan berkembang melalui cinta kasih yang dialami, serta pengalaman hidup sehari-hari. Menyambut Firman Allah berarti menyerahkan seluruh dirinya ke dalam persekutuan dengan Allah. Titik tolak refleksi (Yak 1:2-8) manusia mampu beriman (mengenal dan

33 13 berhubungan dengan Tuhan) semata-mata karena kebaikan Tuhan. Dengan iman manusia menjawab dan menanggapi Tuhan yang memperkenalkan Sabda, kehendak, perintah dan Diri-Nya. Iman adalah keputusan: dari pihak manusia, iman berdasarkan pada pemahaman. Dalam beriman manusia menyadari keadaan diri dan memahami Tuhan sebagai yang paling tepat diandalkan dan dapat diharapkan untuk mendatangkan kebaikan pada-nya. Oleh Karena itu untuk beriman dari pihak manusia harus ada keputusan (Mangunhardjana, 1993: 58). Iman yang diyakini seseorang mengharapkan suatu tindakan konkrit dalam menentukan, apakah ia akan mengandalkan Allah ataukah mengandalkan dirinya sendiri. Tindakan dalam mengambil suatu keputusan hanya dapat dilakukan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Maka selain iman adalah keputusan, iman juga memerlukan keterlibatan. Iman adalah keterlibatan. Orang beriman sejati menyerahkan diri (mempercayakan hidup dan masa depannya) kepada Tuhan. Penyerahan diri berdampak pada keterlibatan manusia untuk mencapai kepenuhan hidup dan masa depannya. Iman yang menuntut keterlibatan (cipta, rasa, karya dan karsa) membawa kesetiaan: dalam segala hal dan sepanjang hidup terikat pada Tuhan dan kehendak-nya (Mangunhardjana, 1993: 59). Sedangkan inti hidup beriman bukan terletak pada orang yang rajin berdoa, beribadat, tekun ke gereja, hidupnya baik, melainkan juga orang yang berkata, Ya kepada Tuhan, mengakui dan menerima Tuhan sebagai satu-satunya penyelamat. Iman perlu diwujudkan dalam keterlibatan dan kesetiaan kepada Tuhan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari (Mangunhardjana, 1993: 60-61). Pada umumnya berkembangnya iman melalui tahap-tahap yang teratur dan makin mendalam. Proses itu merupakan dinamika antara pewartaan dan penerimaan wahyu dalam iman yang sekaligus merupakan perubahan yang terus menerus. Maka iman penting untuk dipahami, diungkapkan serta diwujudkan. Hubungan ketiga hal tersebut adalah manusia memiliki kemampuan dasar yaitu berpikir, berperasaan atau berkehendak. Ada pun unsur-unsur iman adalah

34 14 pemahaman iman, perayaan atau ungkapan iman, perwujudan atau penghayatan iman. Iman perlu dipahami manusia. Pemahaman tentang iman perlu juga diungkapkan melalui perayaan. Perayaan saja belum cukup karena iman perlu diwujudkan secara nyata dalam hidup sehari-hari. Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati (Yak 2:14-26). Maksud dari Yakobus mengandung asumsi pokok bahwa orang yang mendengarkan Firman harus melaksanakannya juga. Iman tidak boleh berhenti pada masalah liturgi melainkan harus peduli terhadap pelbagai situasi aktual dan lingkungan hidup. 2. Penghayatan Iman Kristiani Dalam perjalanan hidup rohani, manusia beriman selalu berusaha untuk memaknai hidupnya. Dalam mencari makna hidup, manusia menyadari akan keterbatasannya bahwa manusia itu lemah dan terbatas. Pengalaman hidup yang rapuh dan tak berdaya membuat manusia mencari dan membutuhkan kekuatan dari luar dirinya. Penghayatan berasal dari kata Hayat yang berarti hidup, sedangkan menghayati berarti mengalami dan merasai sesuatu dalam batin. Maka penghayatan berarti pengalaman batin (Poerwadarminta, 2006: 412). Oleh karena itu pengalaman iman yang dialami dan dirasai perlu diwujudkan dalam hidup bersama dengan umat beriman lainnya. Hidup menggereja adalah hidup menampakkan iman kepada Yesus Kristus. Sebagai orang beriman kita dituntut untuk menampakkan kehadiran Yesus di tengah keluarga dan masyarakat kita. Kehadiran Yesus dapat dialami oleh orang lain apabila kita menampakkannya dalam kesaksian hidup sehari-hari. Dalam hidupnya, Yesus senantiasa terlibat atau ambil bagian dalam hidup manusia. Sebagai pengikut Yesus, kita juga dipanggil untuk ambil bagian dalam hidup menggereja. Kesadaran ini menuntut dari kita sikap siap sedia untuk melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan Gereja dan masyarakat, seperti: MUDIKA, karang taruna, koor Lingkungan, doa bersama, kerja bakti, kunjungan

35 15 keluarga, pendampingan PIA-PIRA, dll. Dengan demikian diharapkan melalui penghayatan hidup sehari-hari dapat mengubah manusia menjadi semakin dewasa. Manusia dapat menemukan makna hidup dalam dirinya dengan mengandalkan Allah sebagai kekuatan utama, sebab yang menjadi titik pangkal penghayatan hidup beriman bukan dari pikiran manusia melainkan tindakan Allah yang hadir dalam diri kita. Pengalaman akan kehadiran Allah dalam diri manusia dapat dijumpai melalui penghayatan pengalaman hidup sehari-hari. Iman seseorang menjadi berkembang melalui proses yang lama dan panjang, bahkan selama manusia hidup ia tetap berusaha untuk memupuk dan memperdalam imannya; maka iman itu perlu kualitas. Manusia yang berkualitas adalah manusia yang menghayati kesehariannya selalu dalam inspirasi hubungan pribadi dengan Allah. Dengan kata lain, manusia yang berkualitas bukan saja mengejar kebahagiaan di dunia melainkan sekalian memandang hidupnya di dunia ini sebagai persiapan untuk hidup di akhirat. Ada pun ciriciri kedewasaan iman bagi orang Kristiani yaitu tidak mudah cepat melarikan diri dalam menghadapi perbedaan paham atau sikap tetapi menanggapinya sebagai sesuatu yang dapat memurnikan dan memperkaya imannya. Selain itu juga mampu berdialog dengan orang-orang yang seiman maupun yang beragama lain. Ciri yang lain adalah kreatif, tidak mudah ikut-ikutan, jauh dari perasaan takut dalam menghadapi situasi baru dan seseorang yang mempergunakan imannya sebagai sumber bagi motivasi dan inisiatif baru. Dengan demikian iman yang dewasa tidak memiliki perasaan takut terhadap perubahan tetapi menanggapinya sebagai hal yang biasa dalam suatu perkembangan yang hidup. B. Kaum Muda Pengertian kaum muda adalah kaum, golongan atau kelompok orang yang berusia muda. Kaum muda adalah mereka yang oleh ilmu psikologi disebut remaja, adolescent

36 16 yang mencakup para muda-mudi dalam usia sekolah menengah tingkat atas (SMTA), serta dalam umur studi di perguruan tinggi semester I-IV. Kaum muda sebagai pribadi sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan: fisik, mental, emosional, sosial, moral dan religius dengan segala permasalahannya (Mangunhardjana, 1986: 11-16) yang akan diuraikan lebih lanjut di bawah ini: 1. Pertumbuhan Fisik Pertumbuhan fisik merupakan gejala yang paling nampak pada kaum muda. Berkat pertumbuhan fisik itu, anak laki-laki makin menampilkan diri sebagai pria dan anak-anak perempuan sebagai wanita. Dalam masa pertumbuhan fisik, muda-mudi mempersoalkan baik buruknya hasil pertumbuhan fisik dan ini membuat mereka gelisah karena pertumbuhan tidak menghasilkan seperti yang diharapkan. 2. Perkembangan Mental Perkembangan ini nampak dalam perkembangan intelektual, cara berpikir kritis dan abstrak. Mereka mulai meninggalkan masa kanak-kanak dan mulai berpikir sebagai orang dewasa. Dengan kecakapan berpikir ini mereka menggali pengertian tentang siapa dirinya, membentuk gambaran diri mereka, peranan yang diharapkan, panggilan hidup dan masa depan. Semua ini merupakan masalah yang tidak ringan bagi mereka. Oleh karena itu muda-mudi sering nampak resah, suka menyendiri dan melamun. 3. Perkembangan Emosional Perkembangan ini ada kaitannya dengan perkembangan fisik, di mana terjadi perubahan dan keseimbangan hormon-hormon dalam tubuh yang nampak pada perpindahan gejolak hati yang cepat, sikap masa bodoh, keras kepala dan cepat marah.

37 17 Dengan munculnya gejolak hati ini menghantar mereka untuk menahan emosi dan memahami persoalan positif yakni bahagia, bersemangat, puas, percaya diri dan bangga. 4. Perkembangan Sosial-Psikologis Perkembangan sosial kaum muda-mudi menyangkut jalinan hubungan dengan orang-orang lain. Muda-mudi mulai terbuka terhadap pergaulan di luar keluarganya khususnya pergaulan dalam kelompok sebaya. Di dalam kelompok ini muda-mudi belajar keterampilan, misalnya: cara masuk dalam kelompok, cara menghadapi pengaruh kelompok, penerimaan kelompok dan keterlibatan dalam kelompok. Philips Tangdilintin (1981: 37-38) mengemukakan ciri-ciri sosial-psikologis kaum muda sebagai berikut: a). Penuh dinamika, gairah hidup dan gelora semangat yang menuntut penyaluran. Mereka tidak suka Berdiam dan merasa cepat puas. Mereka cenderung Bergerak. b). Kaum muda cenderung bertualang, mencari dan mencoba nilai-nilai baru. Mereka tidak senang didikte dan tidak menghendaki situasi mapan, karenanya masih terbuka terhadap segala sesuatu yang baru, haus akan perkembangan, tidak senang dengan keadaan yang statis. c). Perkembangan intelek dan emosi mendorong muda- mudi untuk menjadi selektifkritis. Mereka membina citarasanya sendiri, alam pikiran dan skala nilainya sendiri. d). Masa muda merupakan masa pembangunan untuk mencari dan menemukan identitas. Dalam keadaan terombang-ambing ketidakpastian, mereka mendambakan sapaan, perhatian, pengertian dan bimbingan orang dewasa yang mereka anggap memiliki pengalaman hidup lebih matang. Potensi-potensi di atas membuka kemungkinan bagi kaum muda untuk menjadi daya pembaharu. 5. Perkembangan Moral Perkembangan moral membawa kaum muda ke dalam tingkat hidup yang lain dari pada masa sebelumnya di mana mulai terjadi pergeseran arti antara yang baik dan buruk, benar dan salah. Dengan bertambah umur dan masuk ke dalam kelompok kaum muda, para muda-mudi mengalami perubahan sikap. Mereka mempertanyakan dan ingin mengetahui dasar-dasar mengapa hal-hal dan tindakan itu baik atau buruk. Itu semua

38 18 menghadapkan kaum muda pada masalah pencarian patokan moral yang dapat mereka gunakan sebagai alat untuk menentukan mana yang baik dan benar; mana yang tidak baik dan tidak benar serta penentuan pegangan yang dapat mereka pergunakan sebagai pedoman hidup. 6. Perkembangan Religius Perkembangan ini menyangkut hubungan dengan Tuhan. Muda-mudi bukan hanya ikut-ikutan dalam menjalankan praktek keagamaan seperti pada masa kanak-kanak, melainkan mempertanyakannya untuk memperoleh kejelasan perkara dan mencapai taraf kesejatian dengan Tuhan (mutlak). Hal ini membawa muda-mudi ke suatu krisis yang harus diartikan secara mendalam yaitu situasi mencari dan memilih. Sikap mencari dan memilih ini dimiliki oleh mereka terhadap pengetahuan dan tuntutan moral, suatu sikap positif sebagai jalan untuk beriman secara bertanggungjawab. C. Tantangan Penghayatan Iman Kristiani Kaum Muda dan Pendampingannya Iman pada hakekatnya tidak pernah mati melainkan terus bertumbuh dan berkembang. Maka seiring dengan perkembangan zaman, kiranya iman juga mengalami tantangan yang tidak kecil. Oleh karena itu pada kesempatan ini akan diuraikan tentang tantangan penghayatan iman Kristiani kaum muda dan pendampingannya. 1. Tantangan Penghayatan Iman Kristiani Kaum Muda Pembinaan iman kaum muda merupakan suatu kegiatan yang mutlak perlu dilaksanakan untuk menghindarkan pengaruh negatif dari perkembangan zaman yang kuat mempengaruhi perkembangan hidup manusia dalam berpikir, menentukan pilihan dan bertindak. Bagi kaum muda pandangan kritis terhadap dunia tempat mereka hidup

39 19 menghantarkan mereka kepada pertanyaan-pertanyaan rumit bidang keagamaan. Mereka bertanya apakah agama dapat memberikan jawaban atas masalah-masalah mendesak yang menyangkut kemanusiaan. Kaum muda secara menggebu-gebu mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan akan kehidupan keagamaan dan menemukan nilai-nilai personal dalam kehidupan beragama. Kaum muda selalu mengalami kesulitan dalam mengadakan hubungan, antara mereka dengan Gereja yang institusional. Pada umumnya kaum muda lebih menekankan nilai-nilai personal, persahabatan dan menekankan norma-norma moral individual sementara kaum tua lebih menekankan agama yang dilembagakan, yang dalam hal ini adalah Hierarki. Pesatnya perkembangan dan kemajuan zaman serta peningkatan taraf hidup seseorang membawa dampak yang tidak sedikit. Kaum muda sekarang mudah terserang penyakit seperti materialisme di mana mereka dengan senang hati mengikuti trend-trend yang membuat mereka diakui oleh lingkungannya. Maka tidak mengherankan kalau mereka selalu berusaha untuk menjadi lebih. Penyakit yang lain yaitu hedonisme dan konsumerisme. Kaum muda yang memiliki paham atau sikap hedonisme dan konsumerisme biasanya mempunyai kebiasaan hidup susah diatur dan hidup menurut kemauannya sendiri saja sehingga mereka kurang mau berusaha untuk memperjuangkan hidupnya di masa mendatang. Melalui tingkah lakunya, sebenarnya mereka memprotes sikap para orang tua. Melihat begitu banyaknya tantangan yang dihadapi oleh kaum muda, maka Gereja perlu menyadari betapa pentingnya peran kaum muda bagi tumbuh dan berkembangnya Gereja itu sendiri. Oleh karena itu Gereja perlu memberikan suatu pembinaan sejak dini bagi kaum muda. Dalam hal ini Gereja dapat berarti Gereja pada umumnya dan Gereja kecil yang tidak lain adalah keluarga. Gereja pada umumnya maupun Gereja kecil

40 20 mempunyai peranan yang besar dalam perkembangan dan penghayatan iman kaum muda. Ada pun peranan itu adalah: a. Peranan Gereja pada umumnya terhadap Penghayatan Iman Kaum Muda Kaum muda merupakan generasi dan penerus perkembangan serta keberadaan Gereja, maka kaum muda bukanlah tanpa arti bagi Gereja. Keberadaan mereka di dalam Gereja, baik secara individual maupun kolektif disadari sebagai sumbangan yang berharga bagi Gereja. Makna eksistensial tersebut telah mendapat perhatian yang amat besar dari Konsili Vatikan II dalam dekritnya tentang pendidikan Kristen di mana kaum muda menjadi prioritasnya. Tentang kaum muda Konsili Vatikan II menegaskan bahwa mereka harus dibina untuk berperan serta dalam kehidupan kemasyarakatan sedemikian rupa sehingga dilengkapi dengan sarana yang dibutuhkan dan serasi, mereka dapat mengintegrasikan diri secara aktif dalam kelompok masyarakat, dapat berdialog dengan orang lain dan mengusahakan kepentingan bersama secara suka rela. Hanya dalam dan melalui partisipasi yang aktif kaum muda dapat menyatakan diri serta menyatukan semua potensinya ke dalam masyarakat dan dengan itu turut membangun dunia sekaligus mempersiapkan diri untuk menata hari esok. Maka tugas Gereja dalam hal ini adalah melibatkan mereka dalam kehidupan masyarakat. Untuk merealisasikan himbauan konsili tersebut Gereja telah mengusahakan sarana-sarana yang tepat dan khas baginya. Perhatian Gereja yang terungkap dalam berbagai kemungkinan bertujuan untuk mengikutsertakan kaum muda dalam pembangunan dewasa ini, sebagai sarana untuk belajar sekaligus sebagai sumbangan yang berharga untuk masyarakat. Philips Tangdilintin (1981: 61-63) mengungkapkan arah pembinaan bersifat pendampingan yang hendaknya dilakukan oleh Gereja bagi kaum muda adalah seperti berikut:

41 21 1. Kepribadian B Memampukan kaum muda untuk mengerti harga diri, arti dan makna dirinya sebagai pribadi. B Membimbing mereka mencari dan menemukan sendiri identitasnya, untuk menjadi Diri sendiri, mempribadi. B Mendampingi mereka meraih cita-cita hidupnya dengan menyadari sikap, kecenderungan dan sifat-sifatnya. 2. Spiritual / Iman Kristiani B Mengantar kaum muda dengan cara yang menyenangkan, semakin dekat pada Kristus yang mereka imani. B Membantu mereka menjadi manusia Kristiani sejati dalam hubungan pribadi dengan Kristus. B Menciptakan kemungkinan dan kesempatan bagi mereka untuk dikembangkan oleh Kristus sendiri: dijiwai, disemangati dan dihidupkan oleh Kristus sendiri. B Memampukan mereka melayani, baik satu sama lain dalam kelompok bina, maupun dalam masyarakatnya. B Menyuburkan hidup rohani yang mampu menggerakkan mereka masingmasing ke arah ungkapan dan perwujudan iman dalam tindakan nyata seharihari. 3. Ke-Gereja-an ( sebagai Institusi) B Menolong kaum muda menyadari diri sebagai anggota Gereja yang penuh, dengan peranan dan tanggung jawab yang khas dalam ke-muda-annya. B Mengantar kaum muda semakin menggereja, menstimulir partisipasi sebanyak mungkin kaum muda dalam Gereja. B Memampukan mereka sebagai penjamin kontinuitas iman Gereja dengan bekal pengetahuan dan penghayatan iman yang seimbang. B Memahami arti dan arah perkembangan Gereja, khususnya Gereja setempat dan tempat kaum awam didalamnya. B Memahami dan menghayati Gereja sebagai komunitas iman dan memampukan mereka membentuk serta menghidupkan komunitas iman itu dalam lingkungan / kelompok setempat. B Menyadari pelayanan-pelayanan baru dari kebutuhan baru. 4. Masyarakat-Dunia B Memampukan mereka semakin memasyarakat dengan keterlibatan, peranan dan tanggung jawab yang khas dalam ke-muda-annya. B Memupuk kesadaran bahwa hidup sehari-hari dengan segala situasinya adalah wujud dari iman Kristiani mereka. B Menolong mereka untuk memahami hambatan-hambatan struktural yang melestarikan keadaan-keadaan tak manusiawi seperti ketidakadilan, penindasan dan kemiskinan. B Membuat mereka semakin mampu Membiaskan hidup, semangat dan nilainilai Kristiani melalui kehadiran dan karya di tengah masyarakat.

42 22 Keempat unsur di atas merupakan kesatuan yang saling berkaitan satu sama lain karena mencakup totalitas pribadi manusia yang utuh. b. Peranan Gereja Kecil atau Keluarga terhadap Penghayatan Iman Kaum Muda Selain Gereja pada umumnya, keluarga yang merupakan Gereja kecil juga mempunyai peranan yang besar dalam terwujudnya perkembangan dan penghayatan iman kaum muda. Keluarga merupakan sekolah pertama dan utama dalam pertumbuhan iman sejak dini, maka orang tua dalam hal ini sungguh mempunyai peranan yang penting. Orang tua memiliki tugas dan tanggung jawab pertama dan utama dalam hal: mendidik anak, bidang keagamaan, kesusilaan, seksualitas, kemurnian, budaya dan kemasyarakatan. Maka Tim Pusat Pendampingan Keluarga Brayat Minulyo (2007: 23-25) memberi masukan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga Katolik dalam mendidik putera-puterinya, seperti: Dalam rangka memenuhi tugas mendidik anak dalam bidang hidup keimanan, orang tua pertama-tama dituntut memiliki pengalaman iman yang baik, menampilkan peri laku hidup yang baik; sebab anak akan lebih mudah mencontoh apa yang diperbuat orang tua. Alangkah baiknya, setiap keluarga Katolik membiasakan diri untuk mengadakan doa bersama, membaca dan merenungkan Sabda Tuhan bersama. Dalam keluarga seorang anak sungguh dapat mengenal dan memahami Allah. Dalam keluarga, seorang anak seharusnya juga mendapat pendidikan mengenai nilai-nilai moral. Untuk itu dalam keluarga, anak-anak dibiasakan belajar membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Berkaitan dengan pendidikan moral dan kesusilaan, orang tua harus menanamkan nilai-nilai luhur, penghormatan terhadap nilai-nilai kehidupan, penghargaan terhadap sesama manusia yang dimulai dalam lingkup keluarga. Keluarga juga menjadi tempat pertama dan utama dalam pendidikan kesetiakawanan dan semangat sosial anak. Bagaimana orang tua menciptakan iklim yang kondusif yang memungkinkan anak dapat saling berbagi dengan sesamanya, mau memperhatikan kebutuhan orang lain, menumbuhkan semangat mau saling membantu dan melayani, semangat rela berkorban dan mau saling menghargai.

43 23 Orang tua juga memiliki tugas dan tanggung jawab utama dan pertama dalam menyelenggarakan pendidikan seksualitas, cinta dan kemurnian. Pendidikan seksualitas tentunya harus diberikan sedikit demi sedikit dan proporsional. Pendidikan seksualitas ini sangat penting untuk membantu pertumbuhan anak, bagaimana orang tua memberi penjelasan tentang perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang dialami oleh putera-puterinya. Keluarga Katolik juga mempunyai tugas untuk berpartisipasi dalam misi pewartaan Gereja yang diterima dari Yesus Kristus, yaitu misi kenabian, keimaman dan rajawi. Melalui penghayatan cinta kasih dalam seluruh perjalanan hidup, mereka membangun keluarga yang dijiwai oleh semangat pelayanan, pengorbanan, kesetiaan, pengabdian, membagikan kekayaan rohani yang telah mereka terima dalam Sakramen perkawinan sebagai cerminan dari cinta Yesus Kristus kepada Gereja-Nya. Dalam bidang kemasyarakatan, orang tua mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kepada anak-anak dimensi sosial manusia. Anak dididik untuk memiliki jiwa dan semangat solider, setia kawan, semangat berkorban dan sehati sejiwa dengan mereka yang berkekurangan. Pendidikan dimulai dalam keluarga. Anak dilatih dan dididik untuk mau membagi apa yang dimiliki. Keluarga Katolik dipanggil untuk terlibat aktif dalam membangun persaudaraan sejati yang didasari cinta, keadilan dan kebenaran. Ungkapan yang sama juga diungkapkan oleh Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang (2003: 34-35) yang terdapat dalam Nota Pastoral dengan tema Menghayati Iman dalam Arus-arus Besar Zaman ini. Orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya, terutama dalam penanaman nilai-nilai iman. Tugas itu semakin relevan dalam era informasi ini. Tugas tersebut dapat terlaksana bila ada kasih yang tulus dalam kehidupan berkeluarga, sebagai sakramen kasih Allah sendiri kepada umat-nya. Di dalam hidup keluarga yang didasarkan atas kasih inilah anak-anak dapat Semakin bertambah besar dan bertambah hikmatnya dan besarnya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia (Luk 2:52). Betapa pentingnya membangun budaya kasih dalam keluarga, agar hidup keluarga menjadi sehat. Bila keluarga sehat, masyarakat menjadi sehat pula. Anak-anak, kaum remaja dan kaum muda adalah bagian sangat penting untuk membangun masyarakat dan Gereja sekarang dan masa depan. Pendidikan nilai yang dilaksanakan sekarang merupakan sebuah bentuk kaderisasi berkelanjutan bagi

44 24 warga Gereja dan masyarakat. Kaum muda, remaja dan anak-anak berada di jantung hati Gereja. Pada merekalah terletak harapan Gereja dan masyarakat untuk membangun masa depan yang lebih baik. Karena itu perlu dikembangkan gerakan mencintai orang muda, remaja dan anak-anak melalui berbagai jalur: pendidikan nilai dalam keluarga, keterlibatan dalam hidup Gereja dan masyarakat. 2. Pengertian Pendampingan Poerwadarminta (2006: 261), mengungkapkan kata pendampingan berasal dari kata damping yang berarti dekat, karib, rapat; pendampingan juga berarti suatu usaha membantu kaum muda menyongsong masa depan dengan tujuan, materi, bentuk, metode dan tehnik pendampingan yang tertentu (Mangunhardjana, 1986: 22). Untuk lebih jelasnya akan diuraikan pada bagian berikut: a. Tujuan Pendampingan Kaum muda dibantu untuk mendapatkan ilmu, pengetahuan, informasi, kecakapan, sikap, perbuatan, peri laku, hidup yang memadai dalam segi-segi pokok yang berhubungan dengan hidup pribadi, kebersamaan dengan orang lain dan peran mereka dalam masyarakat, bangsa dan dunia (Mangunhardjana, 1986: 25). b. Materi Pendampingan Materi atau bahan pendampingan adalah hal-hal yang disajikan kepada para peserta untuk diolah dalam acara pendampingan berupa penyampaian segala ilmu dan pengetahuan; kegiatan dan latihan untuk mendapatkan kecakapan; bantuan dan usaha untuk menanamkan sikap perbuatan, peri laku hidup dalam bidang-bidang kepribadian, kebersamaan, pengabdian dan peran dalam masyarakat (Mangunhardjana, 1986: 35-36).

45 25 c. Bentuk Pendampingan Pendampingan yang dilakukan di lapangan akan berjalan dengan baik dan lancar apabila dari awal sudah ditentukan dan direncanakan dengan matang bentuk apa yang akan dipakai. Bentuk pendampingan merupakan wujud atau sosok, forma, dari usaha pendampingan. Berkat bentuk itu jalan atau saluran menuju ke titik tujuan pendampingan diciptakan dan usaha pendampingan menjadi konkrit, dapat diamati dan dapat diukur unsur-unsurnya (Mangunhardjana, 1986: 47). d. Syarat Pendampingan Proses belajar yang baik dapat tercapai pada sasaran pendampingan yang dituju, apabila memenuhi syarat-syarat tertentu baik dalam pelaksanaan pendampingan, pendamping maupun dalam para peserta sendiri. Mangunhardjana (1986: 58-59) mengungkapkan syarat-syarat tersebut sebagai berikut: 1) Pelaksanaan Pendampingan Agar mendukung tercapainya proses dan sasaran pendampingan, pelaksanaan pendampingan hendaknya: 1. Menjaga dan memperkembangkan sikap saling menghormati, menerima dan percaya antara pendamping dan kaum muda yang didampingi. 2. Melibatkan kaum muda yang mengikuti acara pendampingan itu sejak penyiapan, pelaksanaan dan evaluasinya. Karena keterlibatan itu membantu proses belajar para peserta. 3. Mengusahakan kebersamaan dan kerja sama, agar ada suasana saling mendukung dan membantu dalam usaha saling memperkembangkan. 4. Menciptakan suasana keterbukaan antar peserta, rasa aman, tak terancam di kalangan mereka, kemerdekaan untuk mengikuti acara pendampingan sesuai dengan kepribadian masing-masing dan tenggang rasa antar mereka, mengingat perbedaan-perbedaan pribadi itu. 2) Pendamping Untuk dapat menciptakan pelaksanaan pendampingan seperti tersebut di atas, dari pendamping dituntut pengetahuan, kecakapan, sikap dan peri laku khusus.

46 26 Mangunhardjana (1986: ) mengungkapkan kualifikasi sebagai pendamping adalah: 1. Mengenal diri sendiri: tahu kekuatan dan kelemahan; segi positif dan negatifnya; kelebihan dan kekurangannya sendiri, sehingga mampu bertindak secara tepat dan mengurangi akibat-akibat negatifnya dari kelemahan; segi negatif dan kekurangannya. 2. Aman dengan diri sendiri: tidak ada rasa negatif terhadap diri sendiri dan mantap dengan diri sendiri, sehingga dapat menampilkan diri dengan yakin, tetapi wajar. 3. Integritas diri: seimbang antara lahir dan batin; hati dan budi, dan hidup moral yang tidak menjadi sandungan. 4. Telah mencapai taraf perkembangan pribadi cukup dan bergairah untuk tetap mau maju, sehingga dapat menjadi model. 5. Kreativitas dan kemudahan untuk menemukan, sehingga tidak mudah panik pada saat-saat pendampingan yang gawat. 6. Cerdik menangkap situasi dan bertindak sigap. 7. Bersikap terbuka terhadap perkembangan, sehingga siap untuk belajar terus menerus. 8. Keberanian untuk eksperimen yang sehat dan menanggung resiko yang wajar, sehingga tidak kaku dalam pelaksanaan pendampingan dan tidak cepat menjadi kolot karena melulu terpaku pada yang sudah-sudah. 9. Daya tahan dan stamina tinggi sehingga dapat menanggung beban fisik yang wajar dan tetap bersemangat tinggi. 10. Rasa humor yang sehat sehingga dapat tetap santai meskipun serius. 11. Memiliki pengetahuan cukup (kualifikasi ilmiah) dalam seluk beluk pendampingan: arah, proses, metode, tehnik pendampingan. 3) Evaluasi Evaluasi berasal dari kata bahasa Inggris to evaluate yang berarti menentukan nilai, menaksir harga, atau menarik batas akhir atas tingkat kemajuan suatu kegiatan, usaha atau keadaan. Dalam hal kegiatan pendampingan, evaluasi merupakan sarana untuk mengumpulkan bahan informasi mengenai unsur-unsur pokok pendampingan, yang kemudian diolah dan ditarik kesimpulan darinya, bagaimana hasil seluruh program pendampingan yang sudah diadakan (Mangunhardjana, 1986: 103). Melalui evaluasi maka pendamping dapat melihat sejauhmana program kegiatan yang telah dilakukan dapat berjalan dengan baik dan dapat diterima oleh peserta.

47 27 D. Katekese Dalam kerangka proses pewartaan Injil, katekese bukan hanya ditujukan kepada anak-anak, remaja atau muda-mudi saja. Katekese juga diarahkan pada orang-orang dewasa dalam usia berapa pun. Dengan demikian, katekese hendaknya bersifat terus menerus (CT 43). Pada bagian selanjutnya akan diuraikan tentang katekese dan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaannya. 1. Katekese pada umumnya Katekese adalah salah satu usaha Gereja untuk menjawab keprihatinannya yang paling mendasar, yakni melayani Kerajaan Allah. Dengan melayani Kerajaan Allah, Gereja sepenuh hati menginginkan dan mengusahakan terwujudnya keselamatan seluruh umat manusia secara utuh seperti dikehendaki dan direncanakan Allah. Hal ini dilakukan karena katekese bukan merupakan hal yang mati tetapi kegiatan Gereja yang terus berkembang sesuai dengan zamannya. Gereja juga bukan hanya bersatu dalam doa, ekaristi dan liturgi, melainkan juga terpanggil menjalankan karya pelayanan, lebih-lebih kepada mereka yang sangat membutuhkan bantuan (Kis 2:41-47). Dalam AG 36 dikatakan Setiap anggota Gereja tidak terkecuali kaum mudanya dipanggil untuk bermisi, menjadi pewarta kabar kebaikan Allah. Ungkapan ini didasarkan pada konsekuensi Sakramen Babtis. Maka di dalam proses kegiatan yang melibatkan kaum muda adalah kesempatan bagi mereka untuk belajar bekerja sama, menghargai pendapat orang lain. Kesadaran bahwa semua tidak bisa dikerjakan sendiri melainkan perlu orang lain, mendorong kaum muda untuk menghidupi nilai-nilai kebersamaan. Dari berbagai macam kegiatan MUDIKA, yang mau ditawarkan adalah katekese, mengingat kegiatan melalui dialog untuk sharing pengalaman iman sangat dinanti-nantikan.

48 28 Katekese sebagai salah satu bagian dari karya pastoral, merupakan komunikasi iman yang bertujuan untuk saling mengembangkan dan meneguhkan iman. Yang menjadi perhatian pokok dalam katekese adalah terjadinya komunikasi iman sehingga lewat komunikasi itu diharapkan akan terjadi pengertian dan penghayatan iman yang lebih mendalam, yang mengarah kepada pertobatan yang terus menerus sehingga mencapai kehidupan Kristen yang penuh (Ruchiyat, 1981: 17-18). Beberapa hal yang dibutuhkan karya katekese: 1. Kekhususan katekese adalah pengembangan iman pesertanya/jemaatnya dengan komunikasi iman. Perkembangan iman yang diharapkan tidak akan mudah tercapai tanpa orang lain, tanpa hubungan dengan orang lain dalam komunitas orang beriman dan masyarakat. Dengan kata lain, iman akan berkembang dalam kebersamaan, dan dalam kebersamaan itu pulalah iman dihayati dan mendapat arti melalui kehidupan konkrit dalam masyarakatnya. 2. Katekese perlu memperhatikan kebudayaan setempat agar iman berakar dan dapat dihayati dalam kehidupan sehari-hari. 3. Katekese baru berarti bila mengantarkan orang untuk berkontak dengan Tuhan. Misalnya dalam liturgi: katekese tanpa liturgi atau perayaan sakramen akan merupakan pengetahuan belaka dan liturgi tanpa pengertian iman yang dalam akan mengarah pada ritualisme. 4. Katekese bukan hanya memberikan pengetahuan iman tetapi mengarahkan pesertanya pada hidup Kristen yang utuh sehingga setiap orang beriman mampu mengartikan hidupnya dalam terang Sabda Allah. 5. Katekese memerlukan sarana, metode dan bahasa yang sesuai dengan pesertanya untuk menyampaikan warta gembira sehingga iman semakin diperdalam. Maka metode yang digunakan hendaknya diperbaharui terus menerus. 6. Katekese tidak bisa lepas dari pengalaman hidup manusia yang konkrit. 7. Katekese harus menghantarkan orang untuk mampu menghayati imannya dalam komunitas. 2. Arti Katekese Pengertian katekese berdasarkan arti aslinya adalah membuat bergema, menyebabkan sesuatu bergaung. Katekese adalah proses pendidikan iman di mana dengan

49 29 sadar umat beriman berkumpul untuk mengkomunikasikan pengalaman iman mereka, mengolah serta mendalaminya dalam perspektif Kitab Suci dan Tradisi Kristiani sehingga dapat menemukan ilham atau inspirasi atau semangat baru untuk mewujudkannya dalam hidup bersama di tengah jemaat dan masyarakat demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Anjuran Apostolik, Paus Yohanes Paulus II dalam Dokumen Catechesi Tradendae, memberikan pengertian katekese sebagai: Pembinaan anak-anak, kaum muda dan orangorang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT 18). Rumusan di atas mau menegaskan bahwa katekese perlu diberikan sejak usia dini, masa perkembangan atau remaja serta kaum muda dan terlebih pada usia dewasa. Dengan kata lain katekese diberikan kepada siapa saja tanpa memandang usia, kebudayaan, dan lain-lain. Dan yang tidak boleh dilupakan adalah katekese diselenggarakan secara organis dan sistematis, itu berarti perlu perencanaan dan persiapan yang memadai. 3. Tujuan Katekese Katekese bertujuan untuk membawa orang Kristiani pada kematangan iman dan memungkinkan mereka untuk menerima Roh Kudus dan mendalami pertobatan mereka sehingga dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah mampu membangun tata sosial yang lebih adil dan manusiawi, berani menjadi saksi di tengah masyarakat sehingga seluruh umat mengalami suasana Kerajaan Allah di tengah masyarakat (DCG 22). Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae, Paus Yohanes Paulus II tujuan khas katekese, yaitu: Mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan peri hidup Kristen umat

50 30 beriman, muda maupun tua (CT 20). Ungkapan di atas mau menunjukkan bahwa iman umat beriman mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Untuk sampai kepada perkembangan yang utuh perlu adanya pendampingan yang serius dan terus menerus. Dengan demikian umat terbantu untuk mewujudkan penghayatan imannya melalui kehidupan nyata sehari-hari di tengah keluarga, Lingkungan, Gereja dan masyarakat. 4. Isi Katekese Dalam katekese itu kita bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus, Pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan pengantara dalam menanggapi Sabda Allah. Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup kita dalam Kitab Suci, khususnya dalam Perjanjian Baru, yang mendasari penghayatan iman Gereja di sepanjang Tradisinya. Dengan demikian Yesus Kristus menjadi isi katekese, di mana kehidupan Kristiani dilihat dalam nilai dan terang Injil. Melalui katekese, umat diharapkan semakin mendalami isi warta Kristiani seperti ungkapan Paus Yohanes Paulus II dalam Dokumen Catechesi Tradendae: Karena katekese merupakan suatu momen dan aspek dalam pewartaan Injil, isinya juga tidak dapat lain kecuali isi pewartaan Injil sendiri secara menyeluruh satusatunya amanat, yakni warta gembira keselamatan yang telah didengar sekali atau ratusan kali, dan telah diterima setulus hati; dalam katekese terus menerus dialami melalui refleksi atau studi sistematis, melalui kesadaran akan gema pantulannya dalam kehidupan pribadi seseorang, suatu kesadaran yang meminta komitmen yang semakin penuh dan dengan mengintegrasikannya dalam keseluruhan yang organis dan selaras, yakni peri hidup Kristen dalam masyarakat dan dunia (CT 26). Artikel tersebut menegaskan, bahwa kabar gembira keselamatan diwartakan secara menyeluruh kepada umat secara terus menerus sehingga warta tersebut sungguh menyentuh kehidupan pribadi umat sehingga mereka mengalami kepenuhan hidup, baik sebagai orang Kristen dengan mewujudkan imannya akan Kristus di tengah masyarakat dan dunia.

51 31 5. Katekese Umat dalam upaya meningkatkan Penghayatan Iman Katekese Umat dicetuskan dalam Pertemuan Komisi Kateketik Keuskupan se- Indonesia (PKKI) pertama yang berlangsung di Sindanglaya, Jawa Barat dari tanggal 10 s/d 17 Juli Peserta pertemuan terdiri dari utusan keuskupan yang pada waktu itu berjumlah 30 dari 33 keuskupan yang ada. Pertemuan pertama PKKI I mencari dan membahas arah katekese di Indonesia yang kemudian disepakati bahwa yang dikembangkan di Indonesia adalah Katekese Umat. Perumusan arti dan makna Katekese umat terjadi pada pertemuan PKKI II di Wisma Samadi Klender, pada tanggal 29 Juni s/d 5 Juli a. Pengertian Katekese Umat Katekese Umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat atau kelompok. Melalui kesaksian, para peserta saling membantu sedemikian rupa sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Dalam katekese umat tekanan terutama diletakkan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese Umat mengandaikan adanya perencanaan. Rumusan di atas menekankan bahwa katekese umat merupakan komunikasi iman. Komunikasi iman bukan saja antara pembimbing dengan peserta, tetapi lebih-lebih komunikasi antar peserta sendiri (Huber, 1981: 15-16). b. Tujuan Katekese Umat Dalam hubungan dengan tujuan Katekese Umat, PKKI II seperti yang dirangkum oleh Yosef Lalu (2005: 73) menegaskan bahwa tujuan komunikasi iman adalah: Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari.

52 32 Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-nya dalam kenyataan hidup sehari-hari. Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan dalam hidup Kristiani. Pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta. Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat. c. Model-model Katekese Umat Pendalaman iman menjadi menarik dan tidak terkesan monoton apabila pendamping mengetahui berbagai macam model katekese yang ada seperti diungkapkan dalam diktat mata kuliah PPL Paroki untuk mahasiswa semester V (Sumarno Ds., 2005: 11-14). 1) Katekese Umat dengan Model Pengalaman Hidup Model pengalaman hidup merupakan model katekese yang bertitik tolak pada pengalaman hidup peserta. Katekese dengan model pengalaman hidup ini bermaksud mengusahakan umat beriman agar dapat mengalami kehadiran Allah dan mampu menangkap kehendak Allah dalam peristiwa hidup sehari-hari dalam terang iman. Secara garis besar, model pengalaman hidup meliputi langkah-langkah sebagai berikut: Introduksi yang berisi lagu dan doa pembukaan Penyajian pengalaman hidup peserta Penggalian dan pendalaman pengalaman peserta Rangkuman pendalaman pengalaman hidup Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi Gereja Pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi Gereja Rangkuman Pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi Gereja, inti pesan pengalaman dan pesan Kitab Suci atau Tradisi Gereja

53 33 Penerapan dalam hidup konkrit Penutup 2) Katekese Umat dengan Model Biblis Model Biblis merupakan model katekese yang bertitik tolak pada teks Kitab Suci. Katekese dengan model Biblis ini mengajak peserta untuk mendalami Sabda Tuhan, merenungkan dan berusaha mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Katekese model ini mengusahakan agar umat mengalami kehadiran Allah dalam hidupnya dengan merenungkan Sabda Tuhan dalam Kitab suci. Secara garis besar, model Biblis meliputi langkah-langkah sebagai berikut: Doa pembukaan atau nyanyian pembukaan Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi Pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi Pendalaman pengalaman hidup peserta Penerapan dalam hidup peserta Doa penutup 3) Katekese Umat dengan Model Campuran: Biblis dan Pengalaman Hidup Katekese dengan model campuran bertitik tolak pada pengalaman hidup religius pengalaman tradisi. Model ini bertujuan membantu umat dalam mengkonfrontasikan antara nilai-nilai pengalaman hidup peserta dengan nilai-nilai tradisi maupun dengan teks Kitab Suci. Diharapkan melalui model ini peserta mampu menarik pelajaran nyata dalam hidup menggereja maupun memasyarakat. Model berlangsung melalui langkah-langkah: Doa pembukaan

54 34 Pembacaan teks Kitab Suci atau Tradisi Penyajian pengalaman hidup Pendalaman pengalaman hidup dan teks Kitab Suci atau Tradisi Penerapan meditatif Evaluasi singkat atas jalannya katekese Doa penutup 4) Shared Christian Praxis (SCP) sebagai Salah Satu Model Katekese Umat Di lapangan begitu banyak kita jumpai model-model pendalaman iman yang dilaksanakan. Dari berbagai model itu, Shared Christian Praxis (SCP) dipilih sebagai salah satu model Katekese Umat. a) Pengertian Shared Christian Praxis (SCP) Model Shared Christian Praxis (SCP) merupakan suatu alternatif katekese model pengalaman hidup. Shared Christian Praxis menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogal dan partisipatif, berawal dari pengalaman hidup konkrit (fakta) yang selanjutnya direfleksi secara kritis dan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi Kristiani (idealitas) supaya muncul pemahaman, sikap dan kesadaran baru (aktualitas) yang memberi motivasi pada keterlibatan baru. Dan pada akhirnya baik secara pribadi maupun bersama mampu mengadakan penegasan dan pengambilan keputusan demi makin terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Katekese dengan model Shared Christian Praxis (SCP) ini pertama kali diperkenalkan oleh Thomas H. Groome seorang ahli katekese yang berusaha mencari pendekatan katekese yang handal dan efektif, yaitu suatu model yang sungguh

55 35 mempunyai dasar teologis yang kuat, mampu memanfaatkan perkembangan ilmu pendidikan dan memiliki keprihatinan pastoral yang aktual. Model ini ditawarkan untuk menjawab kebutuhan para katekis dalam membantu umat demi perkembangan iman mereka. Orientasi model ini adalah praksis peserta sebagai subyek yang bebas dan bertanggung jawab. Sesuai dengan tiga huruf (S-C-P), model ini memiliki tiga komponen yaitu praxis, Kristiani dan shared. Penjelasan masing-masing komponen itu sebagai berikut: 1) Praxis Praxis adalah suatu tindakan manusia yang sudah direfleksikan sebagai tindakan. Praxis meliputi seluruh keterlibatan manusia dalam dunia yang mempunyai tujuan untuk mencapai perubahan hidup yang meliputi kesatuan antar praktek dan teori, antara refleksi kritis dan kesadaran historis, sintesis praktek dan teori akan membentuk suatu kreativitas, sedangkan refleksi kritis dan kesadaran historis akan mengarah pada keterlibatan baru. Praxis mempunyai tiga unsur yaitu aktivitas, refleksi dan kreativitas. Ketiga unsur itu berfungsi membangkitkan berkembangnya imajinasi, meneguhkan kehendak dan mendorong praksis baru yang dapat dipertanggungjawabkan secara etis dan moral. Penjelasan singkat arti ketiga unsur itu adalah sebagai berikut: Unsur pertama, aktivitas meliputi kegiatan mental dan fisik, kesadaran. Tindakan personal dan sosial, hidup pribadi dan kegiatan publik yang merupakan medan untuk perwujudan diri sebagai manusia. Kedua, refleksi menekankan refleksi kritis terhadap tindakan historis pribadi dan sosial terhadap kehidupan bersama serta terhadap Tradisi dan Visi iman Kristiani sepanjang sejarah. Ketiga, kreativitas merupakan perpaduan antara aktivitas dan refleksi

56 36 yang menekankan transendensi manusia dalam dinamika menuju masa depan yang terus berkembang sehingga melahirkan praksis baru (Sumarno Ds., 2005: 15-16). 2) Kristiani Maksud Kristiani dalam Shared Christian Praxis (SCP) adalah mengusahakan agar kekayaan iman Kristiani sepanjang sejarah dan visinya makin terjangkau dan relevan untuk kehidupan peserta. Kekayaan iman Kristiani yang ditekankan dalam model ini adalah pengalaman iman tradisi Kristiani sepanjang sejarah dan visinya. Tradisi Kristiani mengungkapkan realitas iman jemaat yang hidup dan sungguh dihidupi. Ini mengungkapkan tanggapan manusia terhadap pewahyuan diri Allah yang terlaksana dalam hidup mereka sebagai realitas iman, tradisi senantiasa mengundang keterlibatan praktis. Sedang visi Kristiani menegaskan tuntutan dan janji Allah yang terkandung di dalam tradisi, tanggung jawab dan pengutusan orang Kristiani sebagai jalan untuk menghidupi semangat dan sikap kemuridan. Visi Kristiani yang paling hakiki adalah terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia (Groome, 1997: 3). 3) Sharing Istilah shared atau sharing mengandung pengertian komunikasi timbal balik, partisipasi aktif dan kritis dari semua peserta. Istilah ini juga merupakan proses katekese yang menekankan unsur dialog partisipatif peserta yang ditandai dengan suasana kebersamaan, persaudaraan, keterlibatan dan solidaritas. Dalam sharing semua peserta diharapkan untuk ikut aktif, terbuka, siap mendengar dengan hati pengalaman orang lain dan berkomunikasi dengan kebebasan hati (Groome, 1997: 4).

57 37 Dikatakan pula bahwa sharing berarti berbagi rasa, pengetahuan serta saling mendengarkan pengalaman orang lain. Ada dua unsur penting yaitu membicarakan dan mendengarkan. Arti dari membicarakan di sini adalah lebih pada menyampaikan atau mengungkapkan pengalaman hidup yang didasari oleh sikap keterbukaan, kepercayaan dan kerendahan hati untuk mengungkapkan pengalaman dan pengetahuan yang nyata dalam dirinya. Sedangkan maksud dari mendengarkan di sini adalah berarti mendengar dengan hati yang disharingkan. Mendengarkan berarti juga melibatkan keseluruhan diri sehingga dalam mendengarkan timbullah gerak hati, empati terhadap apa yang disharingkan peserta yang lain (Sumarno Ds., 2005: 17). b) Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP) Shared Christian Praxis (SCP) sebagai suatu model berkomunikasi tentang makna pengalaman hidup antar peserta, dalam prosesnya memiliki langkah-langkah yang berurutan dan terus mengalir. Thomas H. Groome mengemukakan lima langkah pokok yang didahului dengan langkah awal / pendahuluan sebagai berikut: 1. Langkah 0: Pemusatan Aktivitas Langkah ini bertujuan mendorong peserta sebagai subyek utama untuk menemukan topik pertemuan yang bertolak dari kehidupan konkrit yang selanjutnya menjadi tema dasar pertemuan. Dengan demikian tema dasar pertemuan dapat sungguh-sungguh mencerminkan pokok-pokok hidup, keprihatinan, permasalahan dan kebutuhan peserta. Pemilihan tema pertemuan perlu memperhatikan situasi konkrit peserta, tujuannya, dinamika pendekatan perlu yang bersifat dialogis, dan sumber-sumber iman Kristiani. Tema dasar hendaknya sungguh-sungguh mendorong peserta untuk terlibat aktif dalam pertemuan, menekankan partisipasi dan dialog, dan tidak bertentangan dengan iman

58 38 Kristiani. Untuk itu seorang pendamping harus dapat membantu peserta merumuskan prioritas tema yang tepat. Pada tahap ini pendamping dapat menggunakan sarana-sarana yang menunjang untuk dapat menemukan salah satu aspek yang dapat menjadi topik dasar pertemuan. Sarana-sarana tersebut dapat melalui cerita, simbol, poster, video, kaset suara lainnya yang dapat mendukung dalam pemilihan tema bersama. Untuk itu seorang pendamping harus dapat memilih sarana yang tepat (Sumarno Ds., 2005: 19). 2. Langkah I: Mengungkap Pengalaman Hidup Peserta Pada langkah ini, peserta dibantu untuk mengungkapkan pengalaman hidup aktual. Pengalaman itu dapat berupa pengalamannya sendiri maupun kehidupan serta permasalahan sosial, ekonomi dan budaya yang terjadi di dalam masyarakat atau pun gabungan keduanya. Ada pun cara yang dipakai pada kesempatan ini adalah sharing. Peserta membagikan pengalaman hidup yang sungguh-sungguh dialami dan tidak boleh ditanggapi sebagai suatu laporan. Dalam dialog ini peserta boleh diam karena diam pun merupakan salah satu cara berdialog. Diam tidak sama dengan tidak terlibat. Pada tahap ini pendamping dapat menggunakan: lambang, tarian, nyanyian, puisi, pantomim, dan sebagainya; yang penting, bentuk itu bisa dimengerti oleh peserta lain dan betul-betul mengungkapkan pengalaman hidup faktual. Peran dan tanggung jawab pembimbing dalam hal ini adalah: Pertama, sebagai fasilitator yang menciptakan suasana pertemuan menjadi hangat dan mendukung peserta untuk membagikan praxis hidupnya berkaitan dengan tema dasar; kalau pesertanya banyak, sebaiknya dibagi dalam kelompokkelompok kecil. Kedua, merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang (a) jelas, (b) terarah, (c) tidak menyinggung harga diri seseorang, (d) sesuai dengan latar belakang peserta, dan (e) bersifat terbuka dan obyektif (Sumarno Ds., 2005: 19-20).

59 39 3. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta Pada langkah kedua ini, tujuan pertemuan adalah memperdalam saat refleksi dan mengantar peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup dan tindakannya yang meliputi: (a) pemahaman kritis dan sosial (alasan, minat, asumsi), (b) kenangan analitis dan sosial (sumber-sumber historis) dan (c) imajinasi kreatif dan sosial (harapan konsekuensi historis). Pada tahap ini pembimbing bertanggung jawab: Pertama, menciptakan suasana pertemuan yang menghormati dan mendukung setiap gagasan serta sumbang saran peserta; Kedua, mengundang refleksi kritis setiap peserta; Ketiga, mendorong peserta supaya mengadakan dialog dan penegasan bersama yang bertujuan memperdalam, menguji pemahaman, kenangan dan imajinasi peserta; Keempat, mengajak setiap peserta untuk berbicara tetapi tidak memaksa; Kelima, menggunakan pertanyaan yang menggali tidak menginterogasi dan mengganggu harga diri dan apa yang dirahasiakan peserta; Keenam, menyadari kondisi peserta, lebih-lebih mereka yang tidak biasa melakukan refleksi kritis terhadap pengalaman hidupnya (Sumarno Ds., 2005: 20). 4. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani Pokok dari langkah ini adalah mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan peserta yang konteks dan latar belakang kebudayaan berbeda. Tradisi dan Visi Kristiani mengungkapkan pewahyuan Diri dan kehendak Allah yang memuncak dalam misteri hidup dan karya Yesus serta mengungkapkan tanggapan manusia atas pewahyuan tersebut. Sifat pewahyuan Ilahi: dialogal, menyejarah dan normatif; maka perlu ditafsirkan supaya menjadi relevan. Pada tahap ini pendamping dapat berfungsi sebagai guru dan sekaligus sebagai murid. Sebagai guru pendamping bukanlah pengajar tetapi sebagai patner, yang

60 40 bersama peserta berusaha untuk menyadari kehendak Allah. Sedangkan sebagai murid, pendamping siap belajar dan maju untuk segala ilmu. Sementara itu dalam memberikan penafsiran, pendamping perlu mengikutsertakan kesaksian iman, harapan dan cinta pada nilai Tradisi dan Visi Kristiani. Untuk itu seorang pendamping harus membuat persiapan yang matang sebelum melaksanakan proses katekese (Sumarno Ds., 2005: 21). 5. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkrit Langkah ini lebih menekankan interpretasi yang dialektis antara tradisi dan visi faktual peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani yang akan melahirkan kesadaran sikap dan niat baru sebagai jemaat Kristiani. Jadi dalam langkah ini bertujuan untuk mengajak peserta, berdasar nilai Tradisi dan Visi Kristiani untuk menemukan sikap dan nilai hidup yang hendak dipertahankan dan diperkembangkan. Di satu pihak peserta mengintegrasikan nilai-nilai hidup mereka ke dalam Tradisi dan Visi Kristiani. Pada langkah ini peserta mendialogkan pengolahan mereka pada langkah pertama dan kedua dengan isi pokok pada langkah ketiga peserta diberi kebebasan untuk mempertimbangkan dan menilai mengenai nilai Tradisi dan Visi Kristiani berdasar situasi konkrit. Peserta dapat mengungkapkan perasaan, sikap, intuisi, persepsi, evaluasi dan penegasan. Pada tahap ini pendamping perlu menghormati kebebasan dan hasil penegasan peserta dengan meyakinkan peserta bahwa mereka mampu mempertemukan nilai pengalaman hidup dan visi mereka dengan nilai Tradisi dan Visi Kristiani. Oleh karena itu, pendamping hendaknya mendorong peserta untuk merubah sikap dari pendengar pasif menjadi pihak aktif. Selain itu pendamping perlu menyadari bahwa tafsirannya bukan merupakan harga mati, yang bukan merupakan kebenaran satu-satunya (Sumarno Ds., 2005: 21-22).

61 41 6. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit Langkah kelima ini peserta diajak untuk sampai pada keputusan praktis yakni mendorong keterlibatan baru dengan jalan mengusahakan pertobatan pribadi dan sosial yang kontinyu. Bentuknya, ada yang menekankan aspek kognitif (pemahaman), afektif (perasaan) dan tingkah laku (praktis-politis). Ada pun sifatnya: personal, interpersonal atau sosial-politis. Subyeknya, dapat bersifat aktivitas pribadi/tindakan bersama. Arahnya: lebih intern untuk kepentingan kelompok/ekstern untuk kepentingan di luar kelompok. Sesuai dengan tujuan langkah ini, pendamping harus sungguh-sungguh mengusahakan agar peserta sampai pada keputusan pribadi dan bersama. Pendamping dapat merangkum hasil langkah keempat, supaya dapat lebih membantu peserta dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini pendamping perlu menekankan pada peserta sikap optimis dan realistis terhadap masa depan yang lebih baik dengan kesadaran bahwa Allah senantiasa hadir dalam situasi apa pun (Sumarno Ds., 2005: 22). Shared Christian Praxis sebetulnya bukan suatu metode pedagogis, melainkan suatu pendekatan umum yang di dalamnya bermacam-macam metode dapat dipakai. Pada umumnya Shared Christian Praxis (SCP) membutuhkan sejumlah ketrampilan dasar; yang pokok adalah bahwa semua langkah itu mengalir dalam suatu kesatuan yang menyeluruh dan bukan langkah-langkah yang terlepas. Selain itu yang penting ada kebersamaan tertentu dalam setiap tindakan khususnya menyangkut praxis Kristiani, yang dapat diungkapkan dan direfleksikan bersama (Sumarno Ds., 2005: 23).

62 BAB III METODOLOGI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGHAYATAN IMAN KAUM MUDA SERTA PELAKSANAAN KATEKESE DI MILIRAN, PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA A. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah perpaduan antara kuantitatif dan kualitatif. Kedua metode penelitian tersebut memang berbeda namun penggabungannya dapat dilakukan demi mencapai tujuan penelitian dan memperkuat data-data yang diperoleh (Brannen, 2005: 22-23). Penelitian kualitatif dilakukan karena tidak meneliti suatu lahan yang kosong tetapi menggalinya. Maka tehnik kualitatif seperti wawancara mendalam lebih dibutuhkan. Selain wawancara yang juga dilakukan adalah observasi partisipatif yang berarti peneliti ikut terlibat langsung dalam proses kegiatan yang dilakukan. Sedangkan untuk melengkapi data yang diperoleh peneliti menggunakan metode kuantitatif melalui kuesioner yang diberikan langsung kepada responden. Harapannya hasil penelitian sedekat mungkin dengan pengalaman MUDIKA itu sendiri berkaitan dengan penghayatan iman mereka. Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan eksperimen sederhana. Eksperimen dilakukan sebelum maupun sesudah memperoleh hasil data penelitian. Tujuan yang mau dicapai adalah mau melihat sejauhmana katekese yang diberikan mampu meningkatkan penghayatan iman kaum muda Miliran, Lingkungan Santo Andreas, Lingkungan Santo Don Bosco, dan Lingkungan Santo Simon Rasul, Paroki Baciro Yogyakarta. 42

63 43 2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan terhadap kaum muda Miliran, Lingkungan Santo Andreas, Lingkungan Santo Don Bosco dan Lingkungan Santo Simon Rasul Paroki Baciro pada bulan April-Juli Paroki Baciro sengaja dipilih karena belum pernah diadakan penelitian tentang kaum muda yang menyangkut penghayatan iman kecuali menyangkut Legio Maria dan PIA. Selain itu peneliti adalah umat dari paroki yang bersangkutan sehingga mempermudah penelitian. 3. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah kaum muda yang ada di Lingkungan Santo Andreas, Lingkungan Santo Don Bosco dan Lingkungan Santo Simon Rasul Paroki Baciro dengan jumlah 60 orang. Jumlah populasi ini sekaligus menjadi sampel penelitian. Harapannya bahwa hasil penelitian yang dilakukan melalui katekese dapat meningkatkan penghayatan iman kaum muda Paroki Baciro. 4. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini ada dua variabel yang berlaku yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah katekese sedangkan variabel terikatnya adalah penghayatan iman. a. Definisi Operasional Variabel Katekese adalah proses pendidikan iman di mana dengan sadar umat beriman berkumpul untuk mengkomunikasikan pengalaman iman mereka, mengolah serta mendalaminya dalam perspektif Kitab Suci dan Tradisi Kristiani sehingga dapat menemukan inspirasi/semangat baru untuk mewujudkannya dalam hidup bersama di tengah jemaat dan masyarakat demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Maka di

64 44 dalam proses katekese terdapat interaksi antara pendamping dan peserta; peserta dengan peserta melalui serangkaian materi, metode, langkah-langkah pelaksanaan, media dan sarana yang dipakai. Sedangkan penghayatan iman adalah ungkapan perwujudan iman seseorang yang terungkap melalui keterlibatan mereka di dalam keluarga, hidup menggereja dan bermasyarakat. b. Pengembangan Instrumen Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat untuk pengumpulan data. Kuesioner dalam bentuk pilihan ganda digunakan untuk mengukur sejauhmana katekese mempengaruhi penghayatan iman. Kisi-kisi instrumen No Variabel Aspek Variabel Indikator No. Item 1. Penghayatan Siapakah MUDIKA Arti MUDIKA 1 Iman Peranan, hambatan, Peranan orang tua ter- 2 dukungan dari keluarga hadap perkembangan dan Gereja iman kaum muda Hambatan yang dihada- 3,4 pi kaum muda dalam lingkupkeluarga, Gereja Dukungan yang diper- 5,6 oleh dalam lingkup keluarga, Gereja Kegiatan yang dibutuhkan dan dilaksanakan MUDIKA Yang dibutuhkan kaum muda saat ini Tantangan yang dihadapi kaum muda mempengaruhi keterlibatan di Lingkungan Kegiatan MUDIKA mengurangi waktu belajar dan kesempatan kerja 7 8 9

65 45 Perkembangan, perwujudan, penghayatan, dan pendampingan iman 2. Katekese Kegiatan pendalaman iman Komunikasi dan relasi yang terjalin dengan baik di antara kaum muda mempengaruhi minat kaum muda untuk aktif terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan Terlibat dalam kegiatan MUDIKA memberi dampak positif bagi penghayatan iman Kegiatan yang pernah diikuti di Lingkungan dan masyarakat Kegiatan yang di lakukan untuk meningkatkan penghayatan iman pribadi Iman yang diyakini perlu diwujudkan dengan perbuatan konkrit Perkembangan iman seseorang merupakan tanggung jawab pribadi Pendampingan iman bagi kaum muda selama ini sudah baik Dalam mengikuti pendalaman iman yang dilaksanakan seringkali peserta tidak aktif Yang dialami dan di rasakan setelah mengikuti pendalaman iman Kegiatan pendalaman iman yang menarik Sikap yang anda lakukan dalam kegiatan pendalaman iman Pelaksanaan pendalaman iman yang dibuat menarik Pendalaman iman khusus MUDIKA dilakukan secara menarik dan ,

66 46 Kualifikasi Pendamping Bahan, sarana, suasana, tema kreatif Yang diharapkan dari pendamping pendalaman iman Sikap yang dimiliki pendamping pendalaman iman Wawasan yang dimiliki oleh pendamping pendalaman iman Bahan atau materi pendalaman iman yang selama ini diberikan Sarana yang biasa di pergunakan selama proses pendalaman iman Suasana yang terbentuk selama proses pendalaman iman berlangsung Tema yang diberikan selama ini sesuai dengan situasi dan kondisi zaman terutama menyangkut permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat Tehnik Pengumpulan Data Tehnik atau metode pengumpulan data merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi yang diharapkan. Selama penelitian berlangsung peneliti menggunakan tiga metode pengumpulan yaitu: a. Observasi: peneliti mengadakan penelitian secara langsung pada obyek penelitian yang berhubungan dengan penulisan skripsi. Observasi dilakukan dengan cara terlibat langsung dalam proses kegiatan dengan berusaha mengamati dan mencatat segala sesuatu yang diperlukan (Moleong, 2007: 9). b. Wawancara: peneliti mengadakan wawancara secara langsung dengan para responden serta pihak-pihak yang bisa membantu memberi informasi yang dibutuhkan, antara

67 47 lain: ketua atau pengurus lingkungan, orang tua, pendamping MUDIKA, ketua atau wakil MUDIKA dan orang-orang yang berpengaruh dalam proses kegiatan MUDIKA [Lampiran 3: (6); 4: (7); 5: (8)-(12)]. c. Kuesioner: untuk mencari data peneliti menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang sudah dipersiapkan sebelumnya yang ditujukan kepada responden [Lampiran 2: (2)-(5)]. Sebelum pelaksanaan terlebih dahulu penulis menghubungi pamong Lingkungan yang akan digunakan sebagai tempat pertemuan [Lampiran 1: (1)]. B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian a. Latar Belakang Berdirinya Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta Pada kesempatan ini akan diuraikan tentang latar belakang berdirinya paroki Baciro berdasarkan Buku Rencana Induk Strategik Pengembangan Paroki Gereja Kristus Raja Baciro Yogyakarta, (2004: 4-6). Paroki Baciro merupakan salah satu paroki yang berada di bawah naungan Keuskupan Agung Semarang. Pada awalnya Paroki Kristus Raja Baciro merupakan salah satu kring bagian dari Paroki Santo Antonius Kota Baru. Berhubung bertambah pesatnya pertumbuhan umat Paroki Santo Antonius Kota Baru sedangkan gedung gereja sudah tidak memadai lagi, maka kring Baciro melakukan usaha mencari tempat ibadat di dalam wilayah Baciro sendiri. Maka untuk selanjutnya misa kudus diselenggarakan di aula atau bangsal pertemuan PT. Pabrik Cerutu Taru Martani dan dihadiri oleh sekitar 300 umat Katolik. Dengan demikian, kring Baciro sejak saat itu telah mulai berkembang menjadi suatu stasi yang meliputi 6 blok yaitu Baciro Lama, Baciro Baru, Baciro Selatan, Sanggarahan GK (Gondokusuman), Sanggarahan UH (Umbulharjo) dan Gendeng GK (Gondokusuman). Paroki Kristus Raja Baciro diakui secara resmi keberadaannya pada tanggal 27 Oktober 1963 bersamaan selesainya

68 48 pembangunan panti paroki pada waktu itu. Sampai sekarang ini, jumlah Lingkungan yang ada yaitu 37 Lingkungan yang terbagi dalam 3 wilayah yaitu: 1) Wilayah paroki induk: meliputi 24 Lingkungan (Demangan, Balapan, Sapen, Pengok Perum Kereta Api, Pengok Kidul, Ambarukmo, Baciro Utara, Baciro Selatan, Gendeng Utara, Gendeng Selatan, Sokowaten, Sorowajan Utara, Sorowajan Selatan, Semaki Kulon, Semaki Gede, Sanggrahan Gondokusuman, Sanggrahan Umbul Harjo, Miliran Barat, Miliran Timur, Miliran Selatan, Muja-Muju Utara, Babadan, Gedong Kuning, Kanoman). 2) Wilayah stasi Babarsari: meliputi 8 Lingkungan (Santo Bartolomeus Babarsari, Santa Maria Bantulan, Sang Timur Janti, Santo Yusup Tambakbayan, Menara Gading Mundu Saren, Maria Immaculata Kledokan, Santo Stephanus Polodadi, Santa Elisabet Seturan). 3) Wilayah Pangkalan: meliputi 5 Lingkungan (Gatak, Pelem, Pangkalan, Wonocatur, Karang Jambe). Sejak berdirinya Paroki Kristus Raja Baciro sudah berganti-ganti pastor sebanyak 13 kali. Masing-masing pastor paroki mempunyai keprihatinan sendiri terhadap kebutuhan umatnya. Di antara para pastor itu belum ada yang secara khusus memberi perhatian bagi kelangsungan MUDIKA paroki maupun Lingkungan, padahal MUDIKA merupakan generasi penerus perkembangan Gereja. Ada pun letak geografis pusat Paroki Kristus Raja Baciro ada di Jalan Melati Wetan, No.47, Yogyakarta. Paroki Kristus Raja Baciro mempunyai visi, misi serta cita-cita yang tertuang dalam buku Rencana Induk Strategik Pengembangan Paroki Kristus Raja Baciro yang disingkat RINSTRA (2004: 9) yaitu: o Visi Paroki Baciro yaitu terwujudnya Paroki Kristus Raja Baciro yang inovatif dan memiliki semangat berliturgi, bersaudara dan melayani dengan menjadi saksi Kristus.

69 49 o Misi Paroki Baciro yaitu umat Paroki Kristus Raja Baciro semakin inovatif dalam melaksanakan panggilan dan perutusan untuk berliturgi, membangun paguyuban yang hidup dan berkembang dalam pelayanan sejati, baik dalam Gereja maupun masyarakat. o Cita-cita Paroki Baciro, yaitu: 1. Umat semakin banyak yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan menggereja. 2. Umat semakin sadar perlunya membangun hidup bersama sehingga tidak merasa sendiri dan berkembang dalam semangat persekutuan (paguyuban) serta saling meneguhkan. 3. Umat semakin meningkat mutu dan kualitas hidup berimannya, hingga lebih berarti bagi Lingkungan dan masyarakat sekitar. 4. Umat semakin peka dan peduli serta memberi perhatian serius bagi mereka yang lemah, miskin, terlantar, menderita dan tersingkirkan. 5. Umat semakin banyak yang terdorong untuk melakukan tindakan-tindakan konkrit seperti teladan Tuhan Yesus sendiri dengan berbagai cara, antara lain: berdoa, mengajar, memberi makan, menyembuhkan serta menghidupkan. b. Lingkungan Miliran Lingkungan Miliran merupakan bagian dari wilayah paroki induk. Penulis memilih Lingkungan ini sebagai tempat penelitian dengan beberapa pertimbangan, diantaranya: MUDIKA paroki kurang terorganisasi dengan baik sehingga kegiatannya berlangsung hanya dalam peristiwa-peristiwa tertentu seperti hari Valentine, Natal dan Paskah. MUDIKA Lingkungan yang ada banyak yang tidak aktif dikarenakan jumlah anggota MUDIKA yang terlalu sedikit dan juga tidak ada penggeraknya sehingga vacum kegiatannya. MUDIKA Miliran sebelumnya merupakan binaan penulis, akan tetapi karena berbagai hal maka MUDIKA berjalan sendiri dan akhirnya sempat vacum. Menimbang timbul tenggelamnya kegiatan MUDIKA di Miliran membuat penulis tergerak untuk mengetahui lebih jauh apa yang sebenarnya terjadi dan apa penyebabnya. Selain itu tempatnya dekat dengan rumah penulis tinggal sehingga mudah terjangkau dalam mengadakan penelitian. Pada prinsipnya penelitian ini juga dalam rangka mendukung paroki Baciro dalam mewujudkan visi, misi dan cita-citanya.

70 50 Ada pun yang menjadi keprihatinan penulis adalah kurangnya perhatian dan dukungan para orang tua, pengurus Lingkungan dan Gereja dalam memfasilitasi MUDIKA sebagai wadah untuk berorganisasi dan sebagai tempat perwujudan penghayatan iman mereka. Bagaimanapun juga MUDIKA merupakan bagian dari umat yang perlu ditangani secara serius dan terus menerus. Hal ini disebabkan oleh karena MUDIKA adalah pribadi yang sedang berkembang yang memerlukan penanganan, pendampingan dan perhatian sesuai dengan kebutuhan mereka. Pada mulanya Miliran merupakan satu Lingkungan, namun mulai tahun 1996 pada saat Pastor FX. Wiyono, Pr menjabat sebagai pastor Paroki Baciro, Lingkungan ini dibagi menjadi tiga bagian dengan nama Miliran Timur, Miliran Barat dan Miliran Selatan. Pembagian ini dilakukan dalam rangka pemekaran mengingat jumlah umat yang semakin berkembang. Lingkungan masing-masing kemudian mengambil nama pelindung Santo Andreas untuk Miliran Timur dengan pamong Lingkungan Bapak Andreas Pahino, Bp.; Santo Simon Rasul untuk Miliran Barat Bapak Albertus Nainggolan dan Santo Don Bosco untuk Miliran Selatan Bapak FX. Bowo Sudarsono. Data di atas diperoleh berdasarkan wawancara bersama pengurus Lingkungan Miliran. 2. Laporan Hasil Penelitian Penelitian dalam rangka Upaya Meningkatkan Penghayatan Iman Kristiani Kaum Muda Miliran, Paroki Baciro, Yogyakarta melalui Katekese dilakukan guna melihat dan memperbandingkan sejauhmana katekese sudah dilakukan dan memberi dampak bagi MUDIKA. Melalui penelitian dengan cara penyebaran kuesioner langsung kepada MUDIKA yang bersangkutan menghasilkan sebuah data temuan. Maka pada kesempatan ini penulis menyajikan hasil temuan itu berdasarkan pendapat Cornelius Trihendradi (2005: 97-98) sebagai berikut:

71 51 1. Pengukuran Deskriptif: pengukuran deskriptif pada dasarnya memaparkan secara numerik ukuran tendensi sentral, dispersi, dan distribusi suatu data. 1) Tendensi sentral mengukur pemusatan data. Ada beberapa ukuran umum tendensi sentral yang sering digunakan, yaitu: Mean atau rata-rata adalah nilai rata-rata terukur suatu data. Median adalah nilai tengah data setelah data tersebut diuraikan dari kecil ke besar. Modus adalah nilai yang sering muncul dari suatu data 2) Dispersi mengukur penyebaran suatu data. Ada beberapa ukuran umum dispersi yang sering digunakan, yaitu: Standar deviasi adalah nilai simpangan baku. Varian adalah nilai kuadrat dari standar deviasi. Standar Error mean (S.E mean) adalah estimasi tentang standar deviasi dari suatu distribusi rata-rata yang diperoleh dari sampel yang diambil secara random terus menerus dari populasinya. 3) Distribusi mengukur distribusi suatu data. Ada beberapa ukuran umum distribusi yang sering digunakan, yaitu: Skewness adalah nilai kemencengan distribusi data. Apabila bernilai positif maka distribusi data akan menceng ke kanan, apabila negatif sebaliknya. Kurtosis adalah nilai keruncingan atau tinggi distribusi data. Kenormalan suatu data dapat dilihat dari nilai perbandingan Skewness dengan Standar Error of Skewness; dan nilai perbandingan Kurtosis dengan Standar Error of Kurtosis, harus di antara -2 dan 2. Maximum adalah nilai tertinggi atau terbesar dari suatu data Minimum adalah nilai terendah atau terkecil dari suatu data 2. Rumus menghitung Modus, Median, Mean, Range, Varian, Standar deviasi berdasar pendapat Sugiyono (2006: 45-52) sebagai berikut: b1 a. Rumus Modus: Mo = b + p ( ) b1 + b 2 Keterangan: Mo b p : Modus (mode). : Batas klas interval dengan frekuensi terbanyak. : Panjang klas interval dengan frekuensi terbanyak.

72 52 b 1 : Frekuensi pada klas modus (frekuensi pada klas interval yang terbanyak) dikurangi frekuensi klas interval terdekat sebelumnya. b 2 : Frekuensi klas modus dikurangi frekuensi klas interval berikutnya. b. Rumus Median: Md = b + p ( 1 2n f F ) Keterangan: Md b n F f : Median. : Batas bawah, di mana median akan terletak. : Banyak data atau jumlah sampel. : Jumlah semua frekuensi sebelum klas median. : Frekuensi klas median. c. Rumus Mean: Me = f i xi f i Keterangan: Me f i : Mean untuk data bergolong. : Jumlah data atau sampel. f i x i Produk perkalian antara f i pada tiap interval data dengan tanda klas (X i ). Tanda klas X i adalah rata-rata dari batas bawah dan batas pada setiap interval data. d. Rumus Rentang: R = X t X r Keterangan: R X t : Rentang. : Data terbesar dalam kelompok.

73 53 X r : Data terkecil dalam kelompok. e. Rumus Varians: 2 σ f. Rumus Standar Deviasi: σ = Keterangan: 2 σ : Variabel populasi. = ( 2 x i- x) n ( X i n X ) 2 σ n : Simpangan baku populasi. : Jumlah sampel. 3. Statistik Katekese dan Penghayatan Iman N Penghayatan Katekese Iman Valid Missing 0 0 Mean 41, ,6833 Std. Error of Mean,58051,50337 Median 42, ,0000 Mode 43,00 53,00 Std. Deviation 4, ,89912 Variance 20,219 15,203 Skewness -,555,272 Std. Error of Skewness,309,309 Kurtosis,213 -,551 Std. Error of Kurtosis,608,608 Range 22,00 17,00 Minimum 28,00 46,00 Maximum 50,00 63,00 Sum 2492, ,00

74 54 a. Penjabaran Statistik Penghayatan Iman Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 46,00 2 3,3 3,3 3,3 47,00 2 3,3 3,3 6,7 48, ,3 13,3 20,0 49,00 3 5,0 5,0 25,0 50,00 4 6,7 6,7 31,7 51, ,0 10,0 41,7 52,00 3 5,0 5,0 46,7 53, ,0 15,0 61,7 54,00 4 6,7 6,7 68,3 55,00 2 3,3 3,3 71,7 56,00 5 8,3 8,3 80,0 57,00 5 8,3 8,3 88,3 58,00 4 6,7 6,7 95,0 59,00 1 1,7 1,7 96,7 60,00 1 1,7 1,7 98,3 63,00 1 1,7 1,7 100,0 Total ,0 100,0 b. Penjabaran Statistik Katekese Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 28,00 1 1,7 1,7 1,7 31,00 1 1,7 1,7 3,3 35,00 4 6,7 6,7 10,0 36,00 2 3,3 3,3 13,3 37,00 2 3,3 3,3 16,7 38, ,0 10,0 26,7 39,00 4 6,7 6,7 33,3 40,00 5 8,3 8,3 41,7 41,00 3 5,0 5,0 46,7 42,00 3 5,0 5,0 51,7 43, ,7 11,7 63,3 44,00 3 5,0 5,0 68,3 45, ,0 10,0 78,3 46, ,0 10,0 88,3 47,00 3 5,0 5,0 93,3 48,00 3 5,0 5,0 98,3 50,00 1 1,7 1,7 100,0 Total ,0 100,0

75 55 c. Penjabaran Statistik Penghayatan Iman dan Katekese per Item 1) MUDIKA N Valid 60 Missing 0 Mean 2,5000 Median 2,0000 Mode 2,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid D 13 21,7 21,7 21,7 A 18 30,0 30,0 51,7 C 15 25,0 25,0 76,7 B 14 23,3 23,3 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa MUDIKA menurut para responden adalah mereka yang saat ini duduk di kelas III SLTP sampai dengan SLTA (30%). 2) Peranan Orang Tua N Valid 60 Missing 0 Mean 2,5500 Median 2,5000 Mode 2,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid D 12 20,0 20,0 20,0 B 18 30,0 30,0 50,0 C 15 25,0 25,0 75,0 A 15 25,0 25,0 100,0 Total ,0 100,0

76 56 Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan orang tua terhadap perkembangan iman MUDIKA adalah penting, di mana mereka mendidik kaum muda secara seimbang sesuai kebutuhan mereka (30%). 3) Hambatan dalam Keluarga N Valid 60 Missing 0 Mean 2,4167 Median 2,0000 Mode 2,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00 Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid C 16 26,7 26,7 26,7 D 17 28,3 28,3 55,0 B 13 21,7 21,7 76,7 A 14 23,3 23,3 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa MUDIKA mengalami hambatan dari dalam keluarga untuk mengikuti kegiatan MUDIKA karena masih tergantung sepenuhnya pada orang tua, kurang diberi kepercayaan dan tanggung jawab dan sebagainya (28,3%). 4) Hambatan dalam Gereja N Valid 60 Missing 0 Mean 2,5500 Median 3,0000 Mode 4,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00

77 57 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent B 15 25,1 25,1 25,0 D 14 23,3 23,3 48,3 A 14 23,3 23,3 71,7 C 17 28,3 28,3 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa MUDIKA juga mengalami hambatan dalam lingkup Gereja. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang menunjukkan adanya hambatan itu yaitu kaum tua yang dominan dalam kegiatan keagamaan (28,3%). 5) Dukungan dari Keluarga N Valid 60 Missing 0 Mean 2,4667 Median 2,0000 Mode 2,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent C 15 25,0 25,0 25,0 B 16 26,7 26,7 51,7 A 15 25,0 25,0 76,7 D 14 23,3 23,3 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa MUDIKA mengalami dukungan dari keluarga yaitu orang tua memberi teladan bukan hanya dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan (26,7%). Dengan demikian mereka dapat meneladan sikap orang tua yang sungguh memiliki sikap seimbang antara yang dikatakan dengan yang dilakukan sehingga MUDIKA semakin termotivasi untuk meningkatkan penghayatan iman mereka melalui keterlibatannya di Lingkungan, Gereja maupun masyarakat.

78 58 6) Dukungan dari Gereja N Valid 60 Missing 0 Mean 2,5833 Median 3,0000 Mode 3,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent D 14 23,3 23,3 23,3 B 13 21,7 21,7 45,0 C 17 28,3 28,3 73,3 A 16 26,7 26,7 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa MUDIKA juga mengalami dukungan dari pihak Gereja dalam rupa memberikan kemudahan dalam hal fasilitas yang akan digunakan (28,3%). Hal ini mau menggambarkan bahwa Gereja memberikan dukungan sepenuhnya kepada MUDIKA. 7) Yang dibutuhkan MUDIKA N Valid 60 Missing 0 Mean 2,5500 Median 3,0000 Mode 3,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent A 14 23,3 23,3 23,3 B 14 23,3 23,3 46,7 C 17 28,3 28,3 75,0 D 15 25,1 25,1 100,0 Total ,0 100,0

79 59 Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang dibutuhkan MUDIKA saat ini adalah kegiatan yang menantang dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi kaum muda (28,3%). 8) Tantangan MUDIKA N Valid 60 Missing 0 Mean 2,3667 Median 2,0000 Mode 1,00(a) Minimum 1,00 Maximum 4,00 a Multiple modes exist. The smallest value is shown Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent D 17 28,3 28,3 28,3 A 17 28,3 28,3 56,7 C 13 21,7 21,7 78,3 B 13 21,7 21,7 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi oleh MUDIKA adalah perkembangan tehnologi informasi yang semakin maju, kesibukan studi dan kerja serta kegiatan di komunitas lain yang lebih menarik (A&D= 28,3%). 9) MUDIKA Menyita Waktu N Valid 60 Missing 0 Mean 2,4500 Median 2,0000 Mode 1,00(a) Minimum 1,00 Maximum 4,00 a Multiple modes exist. The smallest value is shown

80 60 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent A 16 26,7 26,7 26,7 C 16 26,7 26,7 53,3 D 13 21,6 21,6 75,0 B 15 25,0 25,0 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa MUDIKA menyatakan setuju dan ragu-ragu bahwa kegiatan MUDIKA mengurangi waktu belajar dan kesempatan untuk kerja (26,7%). Hal ini berarti responden menyatakan, tidak selamanya kegiatan MUDIKA mendukung mereka dalam menjalankan tugas studi maupun bekerja. 10) Komunikasi dan relasi yang baik N Valid 60 Missing 0 Mean 2,5167 Median 2,5000 Mode 4,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent C 15 25,0 25,0 25,0 D 15 25,0 25,0 50,0 B 14 23,3 23,3 73,3 A 16 26,7 26,7 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi dan relasi yang baik di antara rekan-rekan MUDIKA mempengaruhi minat kaum muda sendiri untuk aktif terlibat dalam kegiatan MUDIKA yang dilaksanakan (26,7%).

81 61 11) MUDIKA Memberi Dampak Positif N Valid 60 Missing 0 Mean 2,4667 Median 2,0000 Mode 1,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent B 16 26,7 26,7 26,7 C 15 25,0 25,0 51,7 D 14 23,3 23,3 75,0 A 15 25,0 25,0 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa MUDIKA berpendapat, terlibat dalam kegiatan MUDIKA tidak selalu memberi dampak positif bagi penghayatan iman mereka. Hal ini tergantung dari model kegiatan yang dilaksanakan dan sasaran yang mau dicapai. Responden (26,7%) menyatakan tidak setuju. 12) Kegiatan yang pernah diikuti di Lingkungan N Valid 60 Missing 0 Mean 2,5500 Median 2,5000 Mode 4,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent C 14 23,3 23,3 23,3 A 16 26,7 26,7 50,0 B 13 21,7 21,7 71,7 D 17 28,3 28,3 100,0 Total ,0 100,0

82 62 Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan yang pernah diikuti di Lingkungan adalah latihan koor, terlibat dalam kegiatan MUDIKA di Lingkungan, menghadiri pendalaman iman Lingkungan bersama orang tua dan yang lainnya (28,3%). 13) Kegiatan yang pernah diikuti di Masyarakat N Valid 60 Missing 0 Mean 2,4500 Median 2,0000 Mode 2,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent B 15 25,1 25,1 25,0 C 17 28,3 28,3 53,3 D 14 23,3 23,3 76,7 A 14 23,3 23,3 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa MUDIKA pernah mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di Lingkungan masyarakat (28,3%). Kegiatan itu masih terbatas pada kegiatan karang taruna, belum meluas pada kegiatan lain. 14) Kegiatan untuk Meningkatkan Penghayatan Iman N Valid 60 Missing 0 Mean 2,4833 Median 2,0000 Mode 2,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00

83 63 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent D 15 25,0 25,0 25,0 A 16 26,7 26,7 51,7 C 14 23,3 23,3 75,0 B 15 25,0 25,0 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan yang MUDIKA lakukan secara pribadi untuk meningkatkan penghayatan iman mereka adalah membaca dan merenungkan Sabda Tuhan setiap hari (26,7%). Hal ini menunjukkan bahwa MUDIKA menyadari pentingnya doa yang setiap hari dilakukan. 15) Iman perlu diwujudkan secara konkrit N Valid 60 Missing 0 Mean 2,5000 Median 2,5000 Mode 2,00(a) Minimum 1,00 Maximum 4,00 a Multiple modes exist. The smallest value is shown Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent D 14 23,3 23,3 23,3 C 16 26,7 26,7 50,0 B 16 26,7 26,7 76,7 A 14 23,3 23,3 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden menyatakan setuju dan tidak setuju (B&C=26,7%) bahwa iman yang diyakini perlu diwujudkan dengan perbuatan konkrit. Artinya yang tidak setuju bahwa penghayatan iman yang diyakini tidak perlu dinampakkan secara berlebihan. Melalui kehidupan konkrit, orang lain dapat melihat dan merasakan seberapa besar penghayatan iman yang dimiliki.

84 64 16) Perkembangan Iman Tanggung Jawab Pribadi N Valid 60 Missing 0 Mean 2,3667 Median 2,0000 Mode 2,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent C 14 23,3 23,3 23,3 B 21 35,1 35,1 58,3 A 14 23,3 23,3 81,7 D 11 18,3 18,3 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden menyatakan setuju bahwa perkembangan iman seseorang merupakan tanggung jawab pribadi (35,1%). Ini berarti yang menjadi tanggung jawab utama perkembangan iman adalah pribadi yang bersangkutan meskipun disadari juga memerlukan bantuan orang lain. 17) Pendampingan iman untuk MUDIKA cukup baik N Valid 60 Missing 0 Mean 2,4833 Median 2,0000 Mode 2,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent A 13 21,7 21,7 21,7 D 18 30,0 30,0 51,7 B 16 26,6 26,6 78,3 C 13 21,7 21,7 100,0 Total ,0 100,0

85 65 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendampingan iman bagi kaum muda selama ini ada yang sudah cukup baik namun ada juga yang belum baik. Buktinya responden banyak memilih yang lainnya (30%). 18) Peserta tidak aktif N Valid 60 Missing 0 Mean 2,5500 Median 3,0000 Mode 4,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent B 14 23,3 23,3 23,3 D 15 25,0 25,0 48,3 A 15 25,0 25,0 73,3 C 16 26,7 26,7 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mengikuti pendalaman iman yang dilaksanakan seringkali peserta tidak aktif, karena proses pendalaman iman kurang menarik dalam penyajiannya (26,7%). 19) Pengalaman setelah mengikuti Pendalaman Iman N Valid 60 Missing 0 Mean 2,4667 Median 2,0000 Mode 1,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00

86 66 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent C 16 26,7 26,7 26,7 D 15 25,0 25,0 51,7 A 14 23,3 23,3 75,0 B 15 25,0 25,0 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang dialami dan dirasakan oleh MUDIKA setelah mengikuti pendalaman iman adalah merasa terganggu karena mengurangi waktu untuk belajar dan bekerja (26,7%). Hal ini menunjukkan bahwa proses kegiatan pendalaman iman terlalu lama waktunya. 20) Pendalaman Iman yang Menarik N Valid 60 Missing 0 Mean 2,5167 Median 2,5000 Mode 2,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent B 13 21,7 21,7 21,7 D 17 28,3 28,3 50,0 C 16 26,7 26,7 76,7 A 14 23,3 23,3 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pendalaman iman yang menarik bagi MUDIKA adalah kegiatan yang membuat pesertanya menjadi aktif dan kreatif (28,3%). Hal ini mau menunjukkan betapa besar pengaruh dari proses pendalaman iman yang dikemas secara menarik dan sesuai dengan kebutuhan peserta.

87 67 21) Sikap dalam Ikut Pendalaman Iman N Valid 60 Missing 0 Mean 2,3500 Median 2,0000 Mode 1,00(a) Minimum 1,00 Maximum 4,00 a Multiple modes exist. The smallest value is shown Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent B 17 28,3 28,3 28,3 D 17 28,3 28,3 56,7 C 14 23,3 23,3 80,0 A 12 20,1 20,1 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap yang MUDIKA lakukan dalam mengikuti kegiatan pendalaman iman adalah aktif terlibat menanggapi segala sesuatu yang disampaikan dan berani mengusulkan sesuatu yang berguna bagi perkembangan pendalaman iman selanjutnya (B&D=28,3%). 22) Pelaksanaan Pendalaman Iman dibuat menarik N Valid 60 Missing 0 Mean 2,4000 Median 2,0000 Mode 2,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent D 16 26,7 26,7 26,7 C 18 30,0 30,0 56,7 B 12 20,0 20,0 76,7 A 14 23,3 23,3 100,0 Total ,0 100,0

88 68 Hasil penelitian menunjukkan bahwa MUDIKA tidak setuju bahwa pelaksanaan pendalaman iman sudah dibuat secara menarik (30%). Hal ini menunjukkan bahwa MUDIKA peka melihat pendalaman iman yang selama ini sudah dilakukan. 23) Pendalaman Iman Khusus MUDIKA dibuat menarik dan kreatif N Valid 60 Missing 0 Mean 2,4000 Median 2,0000 Mode 2,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent C 15 25,1 25,1 25,0 D 20 33,3 33,3 58,3 A 11 18,3 18,3 76,7 B 14 23,3 23,3 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memilih yang lainnya kalau pendalaman iman khusus MUDIKA dilakukan secara menarik dan kreatif dalam penyampaiannya (33,3%). Ini menunjukkan bahwa pendalaman iman khusus MUDIKA ada yang sudah dibuat namun ada juga yang belum. 24) Yang diharapkan dari Pendamping Pendalaman Iman N Valid 60 Missing 0 Mean 2,5333 Median 3,0000 Mode 4,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00

89 69 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent A 16 26,7 26,7 26,7 D 13 21,7 21,7 48,3 C 14 23,3 23,3 71,7 B 17 28,3 28,3 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang diharapkan dari pendamping pendalaman iman adalah berperan aktif dan melibatkan peserta tanpa pilih kasih (28,3%). Hal ini menunjukkan bahwa seorang pendamping pendalaman iman perlu mengenal pesertanya, memiliki keterampilan dan menguasai proses pendalaman iman sehingga semua yang hadir merasa terlibat dan dilibatkan. 25) Sikap yang dimiliki Pendamping Pendalaman Iman N Valid 60 Missing 0 Mean 2,4833 Median 2,0000 Mode 2,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent B 14 23,3 23,3 23,3 C 18 30,0 30,0 53,3 A 13 21,7 21,7 75,0 D 15 25,0 25,0 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap yang dimiliki pendamping pendalaman iman adalah bersikap terampil dalam berkomunikasi dan berelasi dengan peserta (30%). Hal ini mau menunjukkan bahwa proses pendalaman iman sudah berlangsung seperti yang diharapkan.

90 70 26) Wawasan yang dimiliki Pendamping Pendalaman Iman N Valid 60 Missing 0 Mean 2,4333 Median 2,0000 Mode 1,00(a) Minimum 1,00 Maximum 4,00 a Multiple modes exist. The smallest value is shown Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent B 16 26,7 26,7 26,7 A 16 26,7 26,7 53,3 D 14 23,3 23,3 76,7 C 14 23,3 23,3 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa wawasan yang dimiliki oleh pendamping pendalaman iman adalah memahami seluk beluk tentang liturgi dan memahami secara mendalam tentang ketujuh sakramen dalam Gereja dan penerapannya (B&A=26,7%). Hal ini memberikan gambaran bahwa pendamping pendalaman iman kurang memahami tentang apa itu katekese, bagaimana pengolahan dan penyampaiannya. 27) Bahan atau Materi Pendalaman Iman N Valid 60 Missing 0 Mean 2,4667 Median 2,0000 Mode 2,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent A 14 23,3 23,3 23,3 B 18 30,1 30,1 53,3 D 14 23,3 23,3 76,7 C 14 23,3 23,3 100,0 Total ,0 100,0

91 71 Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan atau materi pendalaman iman yang selama ini diberikan menyangkut kaum muda, persoalan dan tantangannya (30,1%). Hal ini terjadi karena bahan untuk pendalaman iman menggunakan buku panduan yang sudah disiapkan oleh Keuskupan Agung Semarang. 28) Sarana yang biasa dipakai dalam Pendalaman Iman N Valid 60 Missing 0 Mean 2,5500 Median 2,5000 Mode 2,00 Minimum 1,00 Maximum 4,00 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent C 13 21,7 21,7 21,7 D 17 28,3 28,3 50,0 B 14 23,3 23,3 73,3 A 16 26,7 26,7 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana yang dipergunakan selama proses pendalaman iman adalah bervariasi atau lainnya (28,3%). Hal ini menunjukkan bahwa tiap Lingkungan memiliki kebijakan masing-masing. 29) Suasana yang terbentuk selama Pendalaman Iman N Valid 60 Missing 0 Mean 2,4167 Median 2,0000 Mode 1,00(a) Minimum 1,00 Maximum 4,00 a Multiple modes exist. The smallest value is shown

92 72 Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent B 16 26,7 26,7 26,7 A 16 26,7 26,7 53,3 C 15 25,0 25,0 78,3 D 13 21,6 21,6 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa suasana yang terbentuk selama proses pendalaman iman berlangsung adalah penuh persaudaraan dan menegangkan sehingga terkesan kaku dan pasif (B&A=26,7%). Hal ini mau menunjukkan bahwa suasana selama pendalaman iman berlangsung bervariasi. Artinya Lingkungan yang satu suasana sudah dialami penuh persaudaraan tetapi di Lingkungan lain masih dialami menegangkan sehingga terkesan kaku dan pasif. 30) Tema yang diberikan sesuai N Valid 60 Missing 0 Mean 2,4833 Median 2,0000 Mode 1,00(a) Minimum 1,00 Maximum 4,00 a Multiple modes exist. The smallest value is shown Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent D 16 26,7 26,7 26,7 C 15 25,0 25,0 51,7 A 13 21,6 21,6 73,3 B 16 26,7 26,7 100,0 Total ,0 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tema yang diberikan selama ini sesuai dengan kebutuhan peserta dan sesuai dengan perkembangan zaman terutama menyangkut permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat. Responden menyatakan setuju (D&B=26,7%).

93 73 1. Tabel Hasil Penelitian di lapangan a. Tabel Penghayatan Iman (N=60) No Definisi Operasional No. Pernyataan Frequensi % variabel Item 1. Siapakah MUDIKA 1. MUDIKA adalah mereka a. yang saat ini duduk di kelas III SLTP sampai dengan SLTA. b. umur tahun atau belum menikah dan berjiwa muda. c. yang menjadi tulang punggung perkembangan Gereja. d. lainnya , ,7 2. Peranan, hambatan, dukungan dari keluarga dan Gereja 2. Peranan orang tua terhadap perkembangan iman anda sebagai kaum muda a.mendukung kaum muda untuk terlibat aktif dalam kegiatan yang positif. b.mendidik kaum muda secara seimbang sesuai kebutuhan mereka. c.mendukung kaum muda terlibat di Lingkungan dan di Gereja. d. lainnya 3. Hambatan yang anda hadapi sebagai kaum muda dalam lingkup keluarga a. masih tergantung sepenuhnya pada orang tua. b. kurang diberi kepercayaan dan tanggung jawab. c. kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tua. d. lainnya ,3 21,7 26,7 28,3 4. Hambatan yang anda hadapi sebagai kaum muda dalam lingkup Gereja a. komunikasi yang tidak searah atau atas bawah b.pengurus Lingkungan kurang memberi perhatian. c.kaum tua yang dominan dalam kegiatan keagamaan. d.kurang diberi kepercayaan dan kesempatan untuk mandiri. 5. Dukungan yang anda peroleh dari keluarga a. diberi kesempatan untuk aktif dalam kegiatan di Lingkungan dan masyarakat. b. orang tua memberi teladan bukan hanya dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan , , , , ,7

94 74 3. Kegiatan yang dibutuhkan dan dilaksanakan MUDIKA c. orang tua selalu mengingatkan kalau ada kegiatan yang dilaksanakan. d. relasi dan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak. 6. Dukungan yang anda peroleh dalam lingkup Gereja a.diberi kesempatan untuk mengadakan kegiatan yang membantu penghayatan iman. b. didampingi secara langsung c. memberikan kemudahan dalam hal fasilitas yang akan digunakan. d. memberikan dukungan dalam hal finansial 7. Yang anda butuhkan sebagai kaum muda saat ini a. kepercayaan untuk melaksanakan kegiatan tanpa campur tangan sepenuhnya dari orang tua atau pendampingan seperlunya saja. b. pendampingan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan kaum muda. c.kegiatan yang menantang dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi kaum muda. d. kegiatan yang membuat kaum muda aktif dan kreatif untuk meneruskan pembinaan iman yang telah dimulai. 8. Tantangan yang anda hadapi sebagai kaum muda yang mempengaruhi keterlibatan dalam kegiatan MUDIKA Lingkungan a. perkembangan tehnologi informasi yang semakin maju. b. kesibukan studi dan kerja c. kegiatan di ko munitas lain yang lebih menarik. d. lainnya. 9. Menurut anda kegiatan MUDIKA mengurangi waktu belajar dan kesempatan kerja a. setuju b. tidak setuju c. ragu-ragu d. lainnya , ,7 21,7 28,3 23, ,3 23,3 28,3 25, ,3 21,7 21, , , , , Komunikasi dan relasi yang baik di antara rekan-rekan MUDIKA mempengaruhi minat anda untuk aktif terlibat dalam kegiatan MUDIKA yang dilaksanakan a. sangat setuju 16 26,7

95 75 4. Perkembangan, perwujudan, penghayatan dan pendampingan iman b. setuju c. tidak setuju d. lainnya Menurut anda, terlibat dalam kegiatan MUDIKA memberi dampak positif bagi penghayatan iman anda a. setuju b. tidak setuju c. selalu d. lainnya Kegiatan yang pernah diikuti di Lingkungan a. latihan koor b.terlibat dalam kegiatan MUDIKA Lingkungan c.menghadiri pendalaman iman Lingkungan bersama orang tua. d. lainnya Kegiatan yang pernah diikuti di Lingkungan masyarakat a. kerja bakti membersihkan kampung b. membantu tetangga yang memiliki hajat c. mengikuti kegiatan karang taruna d. lainnya 14. Kegiatan yang anda lakukan untuk meningkatkan penghayatan iman pribadi a. membaca dan merenungkan Sabda Tuhan setiap hari. b.terlibat dalam kegiatan yang berhubungan dengan penghayatan iman. c. berdoa setiap hari d.saling membagikan pengalaman iman dengan orang lain. 15. Iman yang diyakini perlu diwujudkan dengan perbuatan konkrit a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju d. ragu-ragu 16. Perkembangan iman seseorang merupakan tanggung jawab pribadi a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju d. lainnya , , , ,7 21,7 23, , ,3 25, , , , , , , , , , , , , Pendampingan iman bagi kaum muda selama ini sudah cukup baik a. sangat setuju 13 21,7

96 76 b. setuju c. tidak setuju d. lainnya , , Penghayatan iman adalah ungkapan perwujudan iman seseorang yang terungkap melalui keterlibatan mereka di dalam keluarga, hidup gerejawi dan bermasyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa MUDIKA adalah mereka yang saat ini duduk di kelas III SLTP sampai dengan SLTA (30%). Hal ini menunjukkan bahwa mereka kurang menyadari keberadaan orang-orang muda disekitar yang turut berperan serta dalam kegiatan MUDIKA yaitu kaum muda yang belum menikah, yang saat ini bekerja atau kuliah. Selama ini MUDIKA sudah berusaha untuk aktif melibatkan diri dalam kegiatan yang diadakan di Lingkungan seperti latihan koor, pendalaman iman bersama dengan orang tua, dan terlibat dalam kegiatan MUDIKA yang diadakan di Lingkungan (28,3%). Namun di masyarakat, mereka masih terbatas pada kegiatan yang diselenggarakan oleh karang taruna saja (28,3%). Hal ini menunjukkan bahwa MUDIKA masih berkutat dalam kegiatan di lingkup gerejawi saja dan kurang melibatkan diri dalam kegiatan memasyarakat. Tetapi MUDIKA yang bekerja dan kuliah sudah mengambil bagian keduanya yaitu baik di Lingkungan maupun di masyarakat. Keterlibatan dan keaktifan MUDIKA dalam mewujudkan penghayatan iman mereka juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: peranan orang tua dalam mendukung putera-puterinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya orang tua sudah memberikan dukungan melalui tindakan mereka yang mendidik kaum muda secara seimbang sesuai dengan kebutuhan MUDIKA sendiri (30%). Ungkapan di atas menunjukkan bahwa MUDIKA memerlukan pembinaan sekaligus kepercayaan untuk mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu orang tua juga memberikan teladan bukan hanya dengan kata-kata tetapi juga melalui perbuatan

97 77 (26,7%). Hal itu berarti orang tua sungguh melaksanakan apa yang dikatakannya yaitu terlibat aktif di kegiatan yang diselenggarakan oleh Lingkungan, Gereja maupun masyarakat. Melalui kesaksian dan teladan hidup yang dibuat oleh orang tua dengan sendirinya mendorong kaum muda untuk meneladan sikap hidup mereka. Di pihak lain MUDIKA juga mengalami kendala untuk aktif terlibat dalam kegiatan yang diadakan karena mereka masih tergantung sepenuhnya pada orang tua, kurang diberi kepercayaan dan tanggung jawab (28,3%) sehingga MUDIKA terkesan ragu-ragu untuk mengikuti kegiatan yang ada, dan memulai kegiatan yang baru terpisah dari orang tua. Hal ini disebabkan oleh pihak Gereja, yang dalam hal ini menyangkut dewan paroki dan pengurus Lingkungan yang masih cukup dominan dalam kegiatan keagamaan (28,3%). Meskipun demikian, pihak Gereja masih memberi dukungan dalam rupa memberikan kemudahan dalam penggunaan fasilitas yang ada untuk memperlancar kegiatan MUDIKA (28,3%). MUDIKA adalah kelompok Muda-mudi Katolik yang menjalankan kegiatan dan mewujudkan penghayatan imannya dalam lingkup Gereja. Oleh karena itu guna meningkatkan mutu penghayatan iman mereka, MUDIKA perlu membekali diri dengan membaca dan merenungkan Sabda Tuhan setiap hari (26,7%). Bagi MUDIKA iman yang dihayati perlu diwujudkan secara konkrit dalam kehidupan nyata sehari-hari (26,7%). Namun demikian ada juga MUDIKA yang beranggapan bahwa iman yang dimiliki tidak perlu diwujudkan secara terang-terangan, sebab melalui kesaksian hidup sehari-hari orang bisa melihat sejauhmana mereka sudah beriman. Selain itu MUDIKA menyatakan setuju bahwa perkembangan iman seseorang merupakan tanggung jawab pribadi (35,1%). Hal ini berarti yang menjadi tanggung jawab utama perkembangan iman seseorang adalah pribadi yang bersangkutan meskipun disadari bahwa peran serta orang lain juga besar pengaruhnya.

98 78 MUDIKA adalah pribadi yang dinamis, penuh cita-cita dan harapan serta idealitas yang tinggi, maka kebutuhan mereka dalam hal pembinaan iman juga besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang dibutuhkan MUDIKA saat ini adalah kegiatan yang menantang dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang mereka hadapi (28,3%). Hal ini menunjukkan bahwa kaum muda mengharapkan MUDIKA bukan hanya sekedar wadah untuk kumpul membahas hal-hal yang berbau rohani saja tetapi juga memberikan solusi terhadap permasalahan yang mereka alami. Di sisi lain MUDIKA juga menyadari bahwa untuk terlibat aktif dalam kegiatan selalu ada tantangan yang menghalangi, seperti: perkembangan tehnologi informasi yang semakin maju, kesibukan studi dan kerja serta kegiatan di komunitas lain yang lebih menarik (28,3%). Penyebab lain yaitu pelaksanaan kegiatan yang diadakan terlalu lama waktunya dan kadang kurang jelas arahnya sehingga MUDIKA merasa kegiatan yang ada menyita waktu mereka untuk belajar dan bekerja (26,7%). Dengan ini responden menyatakan bahwa tidak selamanya kegiatan MUDIKA mendukung mereka dalam menjalankan tugas studi dan kerja. Ada pun sisi positif yang ditemukan adalah MUDIKA menyadari bahwa komunikasi dan relasi yang baik di antara rekan-rekan MUDIKA dapat mempengaruhi minat kaum muda sendiri untuk aktif terlibat dalam kegiatan MUDIKA yang dilaksanakan (26,7%). Kaum muda juga berpendapat bahwa terlibat dalam kegiatan MUDIKA memberi dampak positif bagi penghayatan iman mereka. Akhirnya MUDIKA menyadari bahwa pendampingan bagi kaum muda belum mencukupi, untuk itu perlu ditingkatkan lagi (30%). b. Tabel Katekese (N=60) No Definisi Operasional variabel 1. Kegiatan Pendalaman Iman No. Item Pernyataan Frequensi % 18. Dalam mengikuti pendalaman iman yang dilaksanakan seringkali peserta tidak aktif, karena a. tema yang disajikan kurang sesuai 15 25

99 79 dengan minat dan keperluan pesertanya. b.pesertanya menganggap bahwa pendalaman iman hanya berlaku untuk orang tua saja. c.proses pendalaman iman kurang menarik dalam penyajiannya. d. lainnya 19. Yang dialami dan dirasakan setelah mengikuti pendalaman iman a. biasa saja b.merasa terbantu untuk semakin mengenal pribadi Yesus dan diriku sehingga memperdalam imanku. c.merasa terganggu karena mengurangi waktu untuk belajar dan bekerja. d.merasa tertarik untuk menghadiri pertemuan berikutnya. 20. Kegiatan pendalaman iman yang menarik a. kegiatan yang dapat membantu pesertanya untuk semakin terlibat, baik di Lingkungan Gereja maupun masyarakat. b.kegiatan yang dapat menjawab kebutuhan para pesertanya. c.kegiatan yang dapat menantang pesertanya untuk peka menanggapi tantangan zaman yang terus berkembang. d. kegiatan yang membuat pesertanya menjadi aktif dan kreatif. 21. Sikap yang anda lakukan dalam kegiatan pendalaman iman a. duduk manis mendengarkan b.aktif terlibat menanggapi segala sesuatu yang disampaikan. c. menjawab pertanyaan kalau ditunjuk namanya. d. berani mengusulkan sesuatu yang berguna bagi perkembangan pendalaman iman selanjutnya. 22. Menurut anda, pelaksanaan pendalaman iman yang dibuat menarik a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju d. ragu-ragu ,3 26, , , ,3 21,7 26,7 28, ,1 28,3 23,3 28, , , Pendalaman iman khusus MUDIKA dilakukan secara menarik dan kreatif dalam penyampaiannya a. sangat setuju 11 18,3

100 80 2. Kualifikasi Pendamping 3. Bahan, sarana, suasana, tema b. setuju c. tidak setuju d. lainnya. 24. Yang anda harapkan dari pendamping pendalaman iman a.memiliki keterampilan dalam memimpin pendalaman iman b.berperan aktif dan melibatkan peserta tanpa pilih kasih. c. mengutamakan kebutuhan dan kepentingan peserta pendalaman iman. d. lainnya. 25. Sikap yang dimiliki pendamping pendalaman iman a.bersikap sebagai fasilitator atau pemudah dalam proses kegiatan b.menguasai tehnik memimpin pendalaman iman c. terampil berkomunikasi dan berelasi dengan peserta. d. penuh persaudaraan dan melibatkan seluruh peserta untuk bersama-sama berproses selama pendalaman iman berlangsung. 26. Wawasan yang dimiliki oleh pendamping pendalaman iman a.memahami seluk beluk tentang liturgi b.memahami secara mendalam ketujuh sakramen dalam Gereja dan penerapannya. c. menyeluruh, dalam arti memahami segala sesuatu yang menyangkut tentang Gereja, iman dan perwujudannya serta katekese. d. kurang memadai atau terbatas 27. Bahan atau materi pendalaman iman yang selama ini diberikan a. sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi peserta. b. menyangkut kaum muda, persoalan dan tantangannya. c.menyangkut permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat. d.sesuai dengan persiapan pendamping 28. Sarana yang biasa dipergunakan selama proses pendalaman iman a. hanya menggunakan Kitab Suci b. menggunakan sarana audio visual (tape recorder, film, cerita bergambar) , , , ,7 28,3 23, , ,7 23, ,7 26,7 23, , ,3 30,1 23,3 23, ,7 23,3

101 81 c. hanya menggunakan pengalaman iman seseorang. d. lainnya. 29. Suasana yang terbentuk selama proses pendalaman iman berlangsung a. penuh persaudaraan b. menegangkan sehingga terkesan kaku dan pasif c.santai tetapi serius sehingga memudahkan peserta untuk terlibat. d. terbuka, yang ditandai dengan saling mendengarkan dan saling menghargai. 30. Tema yang diberikan selama ini sesuai dengan kebutuhan peserta dan sesuai dengan perkembangan zaman terutama menyangkut permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju d. lainnya 13 21, , ,7 26, , , , , Katekese adalah proses pendidikan iman, di mana dengan sadar umat beriman berkumpul untuk mengkomunikasikan pengalaman iman mereka, mengolah serta mendalaminya dalam perspektif Kitab Suci dan Tradisi Kristiani sehingga dapat menemukan inspirasi dan semangat baru untuk mewujudkannya dalam hidup bersama di tengah jemaat dan masyarakat demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Maka di dalam proses katekese terdapat interaksi antara pendamping dan peserta; peserta dengan peserta melalui serangkaian materi, metode, langkah-langkah pelaksanaan, media dan sarana yang dipakai. Berdasarkan hasil penelitian mengungkapkan bahwa pendalaman iman pada umumnya sudah dilaksanakan oleh masing-masing Lingkungan, namun prosesnya berbeda-beda. Responden menyatakan bahwa mereka tidak aktif dalam mengikuti pendalaman iman karena prosesnya kurang menarik dalam penyajiannya (26,7%). Pendalaman iman yang tidak menarik kemasannya mengakibatkan peserta tidak berkesan sehingga tidak mendapatkan apa-apa bahkan pengalaman setelah mengikuti

102 82 pendalaman iman justru mengganggu karena mengurangi waktu untuk belajar dan bekerja (26,7%). Hal ini menunjukkan bahwa proses pendalaman iman memakan waktu yang lama dan karena pertemuannya digabung antara MUDIKA dan orang tua sehingga bahasa yang dipergunakan terkadang kurang mengena. Responden menyatakan bahwa pendalaman iman yang menarik adalah pertemuan yang membuat pesertanya menjadi aktif dan kreatif (28,3%). Pernyataan ini berarti bahwa proses pendalaman iman yang menarik dalam kemasannya sangat dibutuhkan dan perlu diusahakan. Pendalaman iman yang menarik akan membantu proses kelancaran bahan yang telah disiapkan karena peserta akan menjadi aktif terlibat dalam menanggapi segala sesuatu yang disampaikan dan berani mengusulkan sesuatu yang berguna bagi perkembangan pendalaman iman selanjutnya (28,3%). Namun pada kenyataannya belum terlaksana dengan baik, karena pada umumnya MUDIKA berpendapat bahwa pelaksanaan pendalaman iman belum dibuat secara menarik (30%). Selain itu MUDIKA juga menyadari bahwa perlu diadakannya pendalaman iman khusus untuk MUDIKA. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa belum semuanya Lingkungan menerapkan itu (33,3%). Maka harapan MUDIKA adalah adanya pendamping yang memiliki kualitas, wawasan yang luas dan mendalam serta keterampilan dalam mengemas suatu pendalaman iman. Harapan itu terungkap berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa pendamping pendalaman iman kurang berperan aktif dalam melibatkan peserta tanpa pilih kasih (28,3%). Hal ini terjadi karena pendamping kurang mengenal pesertanya dengan baik. Selain itu pendamping hendaknya juga memiliki keterampilan dalam berkomunikasi dan berelasi dengan peserta (30%). Para pendamping tidak boleh melupakan kualitas pribadinya sendiri berkaitan dengan wawasan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan liturgi, ketujuh sakramen dalam Gereja dan penerapannya serta katekese (26,7%). Wawasan yang dimiliki tersalur dengan baik apabila pendamping mengetahui apa yang dibutuhkan peserta saat ini.

103 83 Bahan/materi pendalaman iman yang disampaikan sudah menyangkut tentang kaum muda, persoalan dan tantangannya (30,1%). Hal ini terjadi karena pendamping menggunakan buku panduan yang sudah disiapkan oleh tim komisi-komisi Keuskupan Agung Semarang (Komisi PSE, Komisi Liturgi, Komisi Kitab Suci, Komisi Kateketik) seperti: masa APP, Bulan Maria, Bulan Kitab Suci, masa Adven. Guna mendukung kelancaran bahan yang akan digunakan perlu adanya sarana pendukung yang memadai. Selama ini sarana yang dipakai bervariasi (28,3%) sesuai dengan kemampuan dan kebijakan Lingkungan masing-masing. Tema yang disajikan dalam suatu pertemuan pendalaman iman kiranya tidak boleh diabaikan begitu saja. Tema yang menarik akan mengundang peserta untuk menghadirinya. Responden menyatakan tema yang disampaikan sudah sesuai dengan kebutuhan peserta dan sesuai dengan perkembangan zaman terutama menyangkut permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat (26,7%). Pendalaman iman dapat berlangsung dengan baik dan lancar apabila didukung oleh bahan, tema dan sarana pendukung yang saling menunjang sehingga suasana keakraban dan persaudaraan dapat terjalin. Kenyataannya belum semua Lingkungan melaksanakannya. Responden menyatakan (26,7%) suasana yang terbentuk selama pendalaman iman penuh persaudaraan dan ada yang menegangkan sehingga terkesan kaku dan pasif. Hasil penelitian menyangkut katekese mengungkapkan pentingnya pendalaman iman yang dikemas secara menarik dan berkualitas. Sebab pendalaman iman merupakan pertemuan yang dapat membangkitkan antusias mereka dalam berbagi pengalaman iman sehingga satu sama lain dapat saling mendukung dan meneguhkan. Harapan itu dapat terwujud jika diimbangi dengan kualifikasi pendamping yang berkualitas dan memadai sesuai dengan kebutuhan umat setempat. Dengan demikian selesai mengikuti pendalaman iman, peserta memperoleh kesegaran dan dikuatkan dalam menjalani hidup sebagai seorang Kristiani.

104 84 3. Refleksi Kateketis Hasil Penelitian Katekese adalah salah satu usaha Gereja untuk menjawab keprihatinannya yang paling mendasar yaitu melayani Kerajaan Allah. Maka setiap anggota Gereja tidak terkecuali kaum mudanya dipanggil untuk bermisi menjadi pewarta kabar kebaikan Allah. Oleh karena itu di dalam proses kegiatan yang dilakukan hendaknya kaum muda lebih banyak dilibatkan. Pendalaman iman yang melibatkan kaum muda hendaknya dikemas sedemikian rupa agar mereka lebih bersemangat dalam mengikutinya terlebih dalam upaya menumbuhkan iman mereka. Katekese bukan merupakan hal yang mati melainkan kegiatan Gereja yang terus berkembang sesuai zamannya. Oleh karena itu sarana, metode, bahan dan cara penyampaiannya hendaknya disesuaikan dengan perkembangan zaman pula. Dalam penyelenggaraan katekese perlu variasi, baik dari segi tema, sarana, media, bahan dan cara pendampingan. MUDIKA pada umumnya mengharapkan pendampingan yang memberi dampak bagi mereka, seperti pendalaman iman yang disampaikan secara menarik dan kreatif sehingga selesai pertemuan mereka memperoleh semangat baru untuk menerapkan niat-niat konkrit yang dibuat selama pertemuan. Harapannya katekese merupakan suatu kegiatan yang selalu ditunggu oleh MUDIKA guna menimba semangat dan kekuatan baru dalam menjalani hidup sebagai Muda-mudi Katolik. Maka kehadiran seorang pendamping yang berjiwa muda dan paham tentang katekese serta cara pengolahannya sangat diharapkan. Pendamping yang kurang memiliki kreativitas dalam mengemas suatu pendalaman iman juga mempengaruhi minat peserta untuk menghadiri pertemuan yang diadakan. Setiap orang yang berkecimpung dalam bidang katekese perlu memperhatikan dua hal yang tidak boleh dilupakan, yaitu: dirinya sendiri sebagai pewarta Sabda dan umat sebagai sidang pendengar. Dalam menyampaikan pewartaannya ia harus yakin bahwa segala ungkapannya mengalir dari kekayaan rohaninya dan sekaligus dia yakin bahwa

105 85 pewartaannya harus dapat diresapi oleh alam pikiran dari para pendengarnya. Maka pendamping dalam pengertian ini seharusnya perlu membuat suatu persiapan yang matang, agar dalam proses katekese sungguh terjadi komunikasi iman yang dialogis, artinya saling memperhatikan, mendengarkan, menerima dan memberi menuju pertobatan dan iman yang dewasa. Katekese yang dikemas secara menarik dan menyentuh hati akan membawa ke suatu pertobatan dan perubahan sikap hidup Kristen yang mendalam (Banyu Dewa, 1999: 22). Katekese adalah kegiatan pendalaman iman yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Perkembangan dan tawaran dunia dengan segala daya tariknya mampu mengalahkan keinginan baik manusia untuk menumbuhkembangkan iman mereka. Maka pendalaman iman yang dikemas secara menarik kiranya dapat menjadi budaya tandingan untuk mengatasinya. Oleh karena itu diharapkan para pendamping MUDIKA selalu mengadakan survey di lapangan tentang kebutuhan mereka saat ini sehingga bahan dan tema yang disampaikan sungguh aktual, kontekstual dan mengena pada sasaran. Bagi para pendamping, hendaknya tidak boleh melupakan pikiran dan gagasan serta usul-usul yang ada perlu diperhatikan sehingga MUDIKA merasa dihargai, dimengerti dan dibutuhkan serta dilibatkan secara penuh dalam kegiatan pendalaman iman guna meningkatkan penghayatan iman mereka. Selain itu juga perlu adanya kehadiran dan bimbingan secara kontinyu dari para pendamping dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh MUDIKA. Namun bukan berarti semuanya ditangani oleh para orang tua, melainkan orang tua memberi kepercayaan penuh kepada MUDIKA untuk menyelenggarakan suatu kegiatan pendalaman iman sendiri. Para orang tua mendukung melalui hadir bersama mereka, memberi masukan dan dukungan serta memberi fasilitas yang mereka butuhkan.

106 86 Kiranya yang menjadi refleksi penulis berkaitan dengan harapan Keuskupan Agung Semarang dan KWI. Pada tahun 2004 telah dicanangkan oleh Gereja Indonesia untuk membangun Habitus baru dalam upaya mencari solusi terhadap permasalahan yang dialami oleh Negara dan Gereja. Nota Pastoral 2004 bertemakan Keadaan Publik: Menuju Habitus Baru Bangsa, Keadilan Sosial Bagi Semua. Melalui Nota Pastoral tersebut pihak Gereja membuat suatu pilihan untuk terlibat dalam membangun dan mewujudkan Habitus Baru bangsa dengan membangun budaya alternatif. Budaya alternatif bukan sekedar pilihan sosial tetapi pilihan iman yang didasarkan pada Sabda Yesus di atas bukit, yang menawarkan pola hidup alternatif bagi murid-murid-nya (art.17). Dengan demikian, pilihan untuk membangun budaya alternatif merupakan pilihan iman untuk mengikuti Yesus yang pada masa hidup-nya menyerukan dan menjadi tanda sikap hidup alternatif bagi zamannya. Pilihan ini mempunyai konsekuensi, bahwa beriman pada masa sekarang bukanlah persoalan individual melulu di hadapan Tuhan tetapi beriman selalu berdimensi sosial, yaitu menjadi tanda kebaikan Allah di tengah kehidupan bersama. Dimensi sosial hidup beriman dinyatakan ketika orang berkembang dalam imannya, maupun orang mewujudkan buah-buah imannya dalam hidup bersama. Beriman zaman sekarang hanya bermakna bila mampu menyinari persoalan-persoalan hidup konkrit dalam terang iman. Iman menemukan wujudnya dalam kehidupan bersama, dalam menjadi tanda pengharapan akan karya Allah di tengah-tengah dunia, menjadi pelopor dalam pembangunan masyarakat baru. Masih dalam kaitannya dengan Nota Pastoral di atas, pada tahun 2008, Keuskupan Agung Semarang juga menghimbau agar kaum muda semakin digiatkan dalam upaya mengembangkan iman umat melalui keterlibatan kaum muda dalam mendampingi anak dan remaja. Nota Pastoral Keuskupan Agung Semarang (2008: 44-48) bertemakan Melibatkan Anak dan Remaja untuk Pengembangan Umat. Anak dan remaja tidak lagi

107 87 dipandang sebagai obyek pembinaan tetapi subyek yang berperan serta dalam pengembangan umat. Oleh karena itu, anak dan remaja diundang untuk mau mengembangkan iman mereka, terlibat dalam kehidupan menggereja serta berperan dalam tugas perutusan Gereja sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Kaum muda juga merupakan subyek aktif dalam pengembangan umat. Banyak kaum muda terlibat dalam pembinaan iman anak dan remaja. Pembinaan kaum muda diharapkan mempunyai kesinambungan dengan pembinaan iman anak dan remaja. Salah satu upaya untuk menjaga kesinambungan pembinaan iman anak dan remaja serta pembinaan kaum muda ialah dengan melibatkan kaum muda dalam pengembangan iman anak dan remaja. Diharapkan dengan terlibat dalam pembinaan iman anak dan remaja, kaum muda juga belajar menghargai anak dan remaja dan melibatkan mereka dalam pengembangan umat. Kaum muda merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keluarga yang adalah basis hidup beriman, dan generasi penentu masa depan yang dipanggil untuk terlibat dalam mengembangkan umat. Pendidikan kader dan pelatihan-pelatihan telah banyak dilakukan agar mereka mampu semakin menumbuhkembangkan paguyuban-paguyuban hidup beriman yang tanggap. Upaya ini akan semakin bermakna jika disertai dengan keterlibatan langsung dalam gerak pengembangan umat. Dengan demikian, penetapan tahun 2008 sebagai tahun dimulainya gerakan anak dan remaja terlibat untuk pengembangan umat merupakan sarana strategis bagi kaum muda untuk mewujudkan jiwa misionernya. Kaum muda ditantang untuk ikut ambil bagian dalam derap Gereja KAS yang secara serius berupaya mengembangkan keterlibatan anak dan remaja untuk pengembangan umat. Keterlibatan ini sekaligus berguna untuk mempersiapkan situasi menuju tahun 2009 sebagai tahun kaum muda.

108 BAB IV USULAN PROGRAM KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) BAGI KAUM MUDA MILIRAN, PAROKI BACIRO YOGYAKARTA Suatu kegiatan yang akan dilaksanakan di lapangan dapat berjalan dengan baik dan lancar apabila dipersiapkan dengan matang dan terencana. Para pendamping perlu membuat suatu program pendampingan. Program merupakan serangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis guna mempermudah pendamping dalam rangka menyusun kegiatan secara terperinci dan menyeluruh yang dijabarkan sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Pada bab V ini, penulis akan menguraikan usulan program Katekese Umat dengan model Shared Christian Praxis (SCP) bagi kaum muda Miliran, Lingkungan Santo Andreas, Lingkungan Santo Don Bosco dan Lingkungan Santo Simon Rasul Paroki Baciro Yogyakarta. Judul yang diambil dalam usulan program ini adalah pendalaman iman yang menarik dan berkualitas guna membantu meningkatkan penghayatan iman kaum muda Miliran, Paroki Baciro, Yogyakarta. Uraian dalam bab ini terbagi dalam lima bagian yaitu latar belakang penyusunan program, alasan pemilihan tema dan tujuan, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan program dan persiapan katekese. A. Latar Belakang Penyusunan Program Pendampingan bagi kaum muda merupakan usaha untuk mendampingi para kaum muda dalam upaya meningkatkan penghayatan iman mereka akan Kristus. Berdasarkan hasil penelitian sederhana yang penulis lakukan terdapat beberapa permasalahan yang perlu diperhatikan. Selama ini kaum muda Miliran Lingkungan Santo Andreas, 88

109 89 Lingkungan Santo Don Bosco dan Lingkungan Santo Simon Rasul Paroki Baciro Yogyakarta telah mendapatkan pendampingan namun belum secara maksimal. Hal ini nampak dalam kegiatan pendalaman iman yang pelaksanaannya masih digabung antara yang tua dan muda sehingga mereka merasa kurang tersentuh dan tersapa dengan pelaksanaan pendalaman iman yang selama ini telah dilakukan. Berdasarkan keprihatinan yang ada, pendamping mengusulkan program pendampingan dengan model yang diharapkan dapat lebih melibatkan partisipasi kaum muda selama proses pendampingan. Pendamping memilih model pendampingan katekese dalam bentuk pendalaman iman, wisata rohani, dan outbound, dengan harapan dapat mengangkat dan mendorong kaum muda untuk terlibat aktif selama proses pendampingan berlangsung. Pendamping dalam hal ini hanya berperan sebagai fasilitator. Berikut ini akan diuraikan model Shared Christian Praxis (SCP) dan bentuk yang akan dipergunakan selama proses pendampingan. Kaum muda adalah generasi penerus keberlangsungan Gereja, maka keberadaan mereka sangat berharga. Keberadaan kaum muda di tengah-tengah umat terkadang kurang dihargai dan diperhatikan. Hal ini dapat terlihat dalam pelaksanaan pendalaman iman. Kaum muda lebih banyak diam dan kurang diberi kesempatan untuk membagikan kekayaan rohani mereka karena kalah dengan orang tua yang dominan dalam kegiatan pendalaman iman. Shared Christian Praxis (SCP) merupakan suatu alternatif katekese model pengalaman hidup yang menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogal dan partisipatif. Sedangkan menurut Thomas Groome (1997:1) orientasi dari Shared Christian Praxis (SCP) adalah praksis peserta sebagai subyek yang bebas dan bertanggungjawab. Lima langkah pokok Shared Christian Praxis (SCP) adalah sebagai berikut: 1. Langkah 0 : Pemusatan aktivitas 2. Langkah I : Mengungkap pengalaman hidup peserta 3. Langkah II : Mendalami pengalaman hidup peserta

110 90 4. Langkah III : Menggali pengalaman iman Kristiani 5. Langkah IV : Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit 6. Langkah V : Mengusahakan suatu aksi konkrit Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kaum muda melewatkan begitu saja peristiwa dan pengalaman yang mereka alami dan rasakan. Maka pada pertemuan ini yang mau ditawarkan adalah pendampingan pendalaman iman dengan bentuk wisata rohani dan outbound dengan harapan kaum muda terbantu untuk mengungkapkan pengalaman iman mereka, menggali dan menemukan makna didalamnya. Ada pun bentuk-bentuk itu adalah sebagai berikut: 1. Wisata Rohani Dalam kehidupan sehari-hari, manusia memerlukan istirahat setelah bekerja; demikian pula kaum muda. Kaum muda juga memerlukan suasana santai dalam kegiatan yang berkaitan dengan memperdalam iman mereka akan Kristus. Salah satu kegiatan itu adalah wisata rohani. Wisata rohani adalah bepergian bersama-sama untuk memperluas pengetahuan sekaligus memperdalam rohani, maka tempat yang dipilih adalah gua Maria. Harapannya di tempat yang suci itu, kaum muda dapat menimba pengalaman sekaligus meneladani orang kudus yang ada di dalamnya. Dengan demikian kaum muda terdorong dan tergerak hatinya untuk mewujudkan penghayatan iman mereka melalui tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. 2. Outbound Kaum muda identik dengan suasana gembira, sesuatu yang menyenangkan serta menantang sehingga mereka terpacu untuk aktif dan kreatif. Menimbang hal tersebut maka bentuk pendampingan yang dipilih adalah outbound. Outbound dilaksanakan dalam rangka membuka wawasan kaum muda bahwa alam juga turut berperan serta dalam

111 91 perkembangan iman mereka sehingga alam juga perlu diperlakukan dengan semestinya. Tujuan outbound dilaksanakan guna membentuk kepribadian kaum muda sehingga menyadari bahwa mereka memiliki kemampuan dan perlu disalurkan, baik secara pribadi maupun kelompok, maka dalam pelaksanaannya outbound menekankan kebersamaan antar pesertanya. Selain itu outbound juga mengandung unsur pembelajaran yang dikemas di alam terbuka dan dalam bentuk permainan sehingga kaum muda terdorong untuk berekspresi dan mudah menangkap maksud serta isi dari berbagai bentuk permainan yang dilaksanakan. Dengan bentuk outbound, kaum muda tidak merasa sendirian karena lewat permainan peserta dikondisikan untuk terlibat semuanya tanpa terkecuali, dan kehadirannya sungguh dibutuhkan oleh sesamanya. Hal tersebut di atas mengandaikan adanya keterbukaan untuk saling bekerja sama, menerima semua peserta apa adanya. B. Alasan Pemilihan Tema dan Tujuan Sesuai dengan judul skripsi Upaya Meningkatkan Penghayatan Iman Kristiani Kaum Muda Miliran, Paroki Baciro, Yogyakarta, melalui Katekese maka tema yang diangkat dalam usulan program ini adalah pendalaman iman yang menarik dan berkualitas. Tema umum ini dibuat berdasarkan kebutuhan kaum muda Miliran, Lingkungan Santo Andreas, Lingkungan Santo Don Bosco dan Lingkungan Santo Simon Rasul Paroki Baciro Yogyakarta; sedangkan tujuan pendampingan iman adalah meningkatkan penghayatan iman Kristiani kaum muda yang terwujud melalui keterlibatan aktif di Lingkungan, Gereja dan masyarakat. Tema umum dijabarkan dalam empat judul yaitu: sahabat sejati dalam mencari jati diri, menjadi MUDIKA yang pantang menyerah, alam adalah bagian dari hidup imanku dan menyusun rencana kegiatan MUDIKA di masa yang akan datang. Judul pertama diangkat agar kaum muda menyadari dan menerima siapakah dirinya dan orang lain yang

112 92 ada di sekitarnya sehingga mereka memaknai pentingnya nilai kebersamaan hidup bersama dengan orang lain sehingga tumbuh kesadaran untuk terlibat dalam kegiatan di Lingkungan dan masyarakat. Judul kedua diangkat agar kaum muda menyadari bahwa dalam hidup ini begitu banyak tantangan yang harus dihadapi baik dari dalam maupun luar diri. Maka sebagai pengikut Kristus, diharapkan kaum muda memiliki sikap pantang menyerah, tidak mengambil jalan pintas melainkan tetap berusaha seperti Yesus yang mengalami jatuh dan bangun dalam mewujudkan kehendak Allah namun tidak pernah menyerah. Dengan demikian kaum muda dapat menemukan nilai-nilai kehidupan yang telah diperjuangkan oleh Yesus demi keselamatan umat manusia. Judul yang ketiga diangkat untuk mengajak kaum muda mengenal, memahami, menyadari alam sebagai bagian dari perkembangan iman mereka sehingga melalui pengalaman nyata hidup seharihari kaum muda terdorong untuk menjaga dan melestarikan alam di sekitarnya. Sedangkan judul yang keempat diangkat agar kaum muda menyadari bahwa hidup masa depan perlu direncanakan dengan matang dan sistematis, demikian pula halnya dengan kegiatan MUDIKA. Harapannya kegiatan MUDIKA bukan hanya sekedar kumpulkumpul tetapi merupakan suatu wadah dan sarana penyaluran potensi dan kekayaan rohani kaum muda serta kegiatan yang selalu ditunggu-tunggu pelaksanaannya sehingga ada usaha untuk mengemas kegiatan secara menarik, kreatif dan inovatif. Tema umum beserta penjabarannya akan dilaksanakan dalam bentuk pertemuan berkala. Uraian tema, tujuan, judul serta tujuan pertemuan diuraikan sebagai berikut: Tema Tujuan : Pendalaman iman yang menarik dan berkualitas. : Meningkatkan penghayatan iman Kristiani kaum muda yang terwujud melalui keterlibatan aktif di Lingkungan, Gereja dan masyarakat.

113 93 Judul pertemuan 1 : Sahabat sejati dalam mencari jati diri Tujuan : Kaum muda menyadari dan mengungkapkan dirinya dalam keluarga, Gereja dan masyarakat agar MUDIKA memahami pentingnya nilai kebersamaan hidup bersama orang lain sehingga mereka mampu terlibat dalam kegiatan di Lingkungan dan masyarakat. Judul pertemuan 2 Tujuan : Menjadi MUDIKA yang pantang menyerah : Kaum muda menyadari dan memahami bahwa mereka mau berusaha untuk tidak mudah menyerah, mandiri dan kreatif sehingga mampu memberikan kesaksian hidup di tengah kaum muda, Lingkungan dan masyarakat. Judul pertemuan 3 Tujuan : Alam adalah bagian dari hidup imanku : Kaum muda menyadari, mengenal, memahami, dan menghayati alam sebagai bagian dari perkembang- an iman sehingga mereka termotivasi untuk menjaga dan melestarikan. Judul pertemuan 4 : Menyusun rencana kegiatan MUDIKA di masa yang akan datang. Tujuan : Kaum muda menyadari perlunya menata hidup dengan tertib serta merencanakan langkah ke depan sehingga kegiatan MUDIKA lebih menarik, kreatif dan inovatif. C. Penjabaran Program

114 94 C. Penjabaran Program TEMA TUJUAN : Pendalaman iman yang menarik dan berkualitas. : Meningkatkan penghayatan iman Kristiani kaum muda yang terwujud melalui keterlibatan aktif di Lingkungan, Gereja dan masyarakat. NO JUDUL TUJUAN MATERI METODE SARANA SUMBER BAHAN PERTEMUAN PERTEMUAN Sahabat Sejati dalam mencari jati diri Kaum muda menyadari dan mengungkapkan dirinya dalam keluarga, Gereja dan masyarakat agar MUDIKA memahami pentingnya nilai kebersamaan hidup bersama orang lain sehingga mereka mampu terlibat dalam kegiatan di Lingkungan dan masyarakat Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk berkembang Keluarga, Gereja dan masyarakat adalah tempat untuk bertumbuhkembangnya iman Siapakah aku? Penyampaian informasi Menyanyi Refleksi Nonton film Dinamika kelompok Teks Kitab Suci Yohanes 15:9-17 Perintah supaya saling mengasihi. LCD LapTop Kertas hvs Spidol Teks lagu VCD Gitar Lilin Salib Korek api Hadiwiyata, A. (1984). Sejenak Bersama Yohanes. Jakarta: Obor. hh Perhimpunan Pendidikan dan Pengajaran Kristen PETRA. Tanpa tahun penerbitan. Puji-pujian bagi Tuhan. Kumpulan lagu-lagu yang diterbitkan untuk kalangan sendiri oleh Dewan Pengurus Perhimpunan Pendidikan dan Pengajaran Kristern PETRA. Surabaya. hh. 107 dan 171. Widadaprayitna, YR. (1999). Kidung Ekaristi. Manuskrip yang berisi kumpulan lagu-lagu untuk kaum muda di Gereja Kota Baru. Yogyakarta. h. 43. Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta. (Ed.). (2002). Kumpulan Lagu-lagu Pilihan: Gita Ria. Untuk kalangan sendiri. Jakarta: Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta. hh. 49 dan 75. A Blue Sky Studios Production.

115 95 2 Menjadi MUDIKA yang pantang menyerah 3 Alam adalah bagian dari hidup imanku Kaum muda menyadari dan memahami bahwa mereka mau berusaha untuk tidak mudah menyerah, mandiri, dan kreatif sehing ga mampu memberikan kesaksian hidup di tengah kaum muda, Lingkungan dan masyarakat. Kaum muda menyadari, mengenal, memahami, dan menghayati alam sebagai bagian dari perkembangan iman sehingga mereka termotivasi untuk menjaga dan melestarikan. Spiritualitas kaum muda Spiritualitas Gembala yang baik Menjadi pribadi Kristen yang dewasa Manusia mendapat kuasa dan kepercayaan dari Allah untuk mengolah, menjaga keutuhan semesta Allah menciptakan alam semesta sungguh baik adanya Sharing Menyanyi Dinamika kelompok Pleno Jalan salib Penyampaian informasi Refleksi Menyanyi Permainan Penyampaian informasi Penugasan Sharing Pleno Renungan Teks 10:11-15 Gembala yang baik Buku renu- ngan jalan salib Load speaker Kertas Hvs Spidol Teks lagu Gitar Lilin Korek api Teks Kitab Suci Kejadian 1: :15 Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya Teks lagu Alam Kertas flap Kertas Hvs (2002). Ice Age. Lore Forte. Yohanes Bergant, Dianne & Karris, Robert. (Ed.). (2002a). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (A.S. Hadiwiyata, Lembaga Biblika Indonesia, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. Hermanto Riyadi, F. (2005). Koleksi Aneka Bahan Retret dan Rekoleksi. hh dan 97. Perhimpunan Pendidikan dan Pengajaran Kristen PETRA. Tanpa tahun penerbitan. Puji-pujian bagi Tuhan. Kumpulan lagu-lagu yang diterbitkan untuk kalangan sendiri oleh Dewan Pengurus Perhimpunan Pendidikan dan Pengajaran Kristern PETRA. Surabaya. h Karya Kepausan Indonesia (2003). Kumpulan Lagu Anak-anak: Hatiku Penuh Nyanyian. Jakarta: KKI. h. 24. Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta. (Ed.). (2002). Kumpulan Lagu-lagu Pilihan: Gita Ria. Untuk kalangan sendiri. Jakarta: Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta. hh. 35 dan 38. Bergant, Dianne & Karris, Robert. (Ed.). (2002a). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (A.S. Hadiwiyata, Lembaga Biblika Indonesia, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. Purnawan Kristanto (2000). 77 Permainan Asyik 1. Yogyakarta: Andi. Karya Kepausan Indonesia (2003).

116 96 4 Menyusun rencana kegiatan MUDIKA di masa yang akan datang Kaum muda menyadari perlunya menata hidup dengan tertib serta merencanakan langkah ke depan sehingga kegiatan MUDIKA lebih menarik, kreatif dan inovatif. 10 rahasia menuju sukses Cita-citaku Penyampaian informasi Menyanyi Permainan Dinamika kelompok sharing Spidol Gunting Air Ember Baskom Tali rafia Kain penutup mata Gitar Kacang hijau Pipa Kalung Ikat rambut Gelang Jam tangan Kaos kaki Kipas Tas kain TeksYakobus 2:14-22 Iman tanpa perbuatan hakekatnya mati Kertas Hvs Spidol Gunting Tali rafia Isolasi Kertas flap Gitar Bola Uang Buku tulis HP Majalah Teks lagu pada Kumpulan Lagu Anak-anak: Hatiku Penuh Nyanyian. Jakarta: KKI. hh. 41, 67 dan 122. Hermanto Riyadi, Ferdinandus (2005). Koleksi Aneka Bahan Retret dan Rekoleksi. hh dan Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta. (Ed.). (2002). Kumpulan Lagu-lagu Pilihan: Gita Ria. Untuk kalangan sendiri. Jakarta: Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta. hh. 33,36 dan 41. Soenarja, A. (1987). Inspirasi Hidup: Dari Hari ke Hari dalam Terang Alkitab. Yogyakarta: Kanisius. hh

117 97 D. Petunjuk Pelaksanaan Program Program pendampingan ini dilaksanakan bagi kaum muda Miliran, Lingkungan Santo Andreas, Lingkungan Santo Don Bosco, dan Lingkungan Santo Simon Rasul Paroki Baciro, Yogyakarta yang dikemas dalam bentuk pertemuan berkala. Setiap pertemuan dilaksanakan dalam waktu kurang lebih dua jam kecuali pendampingan dalam bentuk outbound dan wisata rohani karena memerlukan waktu yang panjang. Program yang ditawarkan ini bersifat usulan dan selalu terbuka terhadap masukan yang lebih menunjang terpenuhinya kebutuhan peserta, artinya waktu pelaksanaan bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta di lapangan. Judul pertemuan dalam program pendampingan ini diangkat berdasarkan kebutuhan kaum muda Miliran, Lingkungan Santo Andreas, Lingkungan Santo Don Bosco, dan Lingkungan Santo Simon Rasul Paroki Baciro, Yogyakarta. Program pendampingan ini dilaksanakan oleh penulis secara langsung namun melibatkan pengurus MUDIKA dan Lingkungan dengan tujuan memberikan gambaran secara langsung proses pendampingan pendalaman iman dengan model Shared Christian Praxis (SCP). Selain itu juga menerapkan harapan Keuskupan Agung Semarang untuk memberdayakan dan melibatkan kaum muda dalam pengembangan umat, sehingga penulis memilih mendampingi kaum muda secara langsung. Kaum muda dalam pelaksanaan program ini dipandang sebagai subyek yang memiliki kekayaan rohani dan potensi sehingga perlu dibagikan kepada orang lain. Dengan demikian masing-masing peserta memiliki peran dan tugas yang sama bukan hanya menjadi penonton atau pendengar setia melainkan terlibat aktif dalam keseluruhan proses pendalaman iman. Harapannya pendampingan katekese dengan model Shared Christian Praxis (SCP) dapat membantu usaha kaum muda dalam meningkatkan penghayatan iman mereka yang terwujud melalui keterlibatan aktif di Lingkungan dan

118 98 masyarakat. Dengan adanya usulan program tersebut, penulis berharap agar kaum muda yang hadir menjadi terbuka akan bentuk-bentuk pendampingan dan berani mencoba menggunakannya. Dari empat pertemuan yang disiapkan, ada dua pertemuan yang dapat dilaksanakan, salah satunya wisata rohani [Lampiran 6: (13)-(14)]. E. Persiapan Pendampingan Katekese: Berikut ini penulis uraikan persiapan pendalaman iman bagi kaum muda Miliran, Lingkungan Santo Andreas, Lingkungan Santo Don Bosco, dan Lingkungan Santo Simon Rasul, Paroki Baciro Yogyakarta secara keseluruhan. Persiapan untuk langkah I dan II digabungkan, seperti berikut: 1. Contoh Persiapan Pendampingan Iman dengan Model Shared Christian Praxis (SCP) a. Identitas: 1) Pelaksana : Sr. Theresia, SMFA 2) NIM : ) Tema : Sahabat sejati dalam mencari jati diri 4) Tujuan : Kaum muda menyadari dan mengungkapkan dirinya dalam keluarga, Gereja dan masyarakat agar MUDIKA memahami pentingnya nilai kebersamaan hidup bersama orang lain sehingga mereka mampu terlibat dalam kegiatan di Lingkungan dan masyarakat. 5) Peserta : MUDIKA Lingkungan Santo Andreas, Lingkungan Santo Don Bosco dan Lingkungan Santo Simon Rasul. 6) Tempat : Lingkungan Andreas, Miliran Timur.

119 99 7) Hari / Tanggal : Selasa, 20 Mei ) Waktu : WIB 9) Model : Shared Christian Praxis (SCP) 10) Metode : Penyampaian informasi, menyanyi, refleksi, nonton film, dinamika kelompok. 11) Sarana : Kitab Suci, LCD, LapTop, kertas hvs, spidol, teks lagu, VCD, gitar, lilin, Salib, korek api. 12) Sumber Bahan : Hadiwiyata, A. (1984). Sejenak Bersama Yohanes. Jakarta: Obor. hh Perhimpunan Pendidikan dan Pengajaran Kristen PETRA. Tanpa tahun penerbitan.. Puji-pujian bagi Tuhan. Kumpulan lagu-lagu yang diterbitkan untuk kalangan sendiri oleh Dewan Pengurus Perhimpunan Pendidikan dan Pengajaran Kristen PETRA. Surabaya. hh. 107 dan 171. Widadaprayitna, YR. (1999). Kidung Ekaristi. Manuskrip yang berisi kumpulan lagu-lagu untuk kaum muda di Gereja Kota Baru. Yogyakarta. h. 43. Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta. (Ed). (2002). Kumpulan Lagu-lagu Pilihan: Gita Ria. Untuk kalangan sendiri. Jakarta: Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta. hh. 49 dan 75. A Blue Sky Studios Production. (2002). Ice Age. Lore Forte.

120 100 b. Pemikiran Dasar Dalam kenyataan hidup sehari-hari terkadang kita merasa sendirian, tidak mempunyai teman untuk dijadikan sahabat berbicara, padahal di sekitar kita begitu banyak manusia yang dapat kita jadikan teman bicara dan berbagi rasa. Hal ini terjadi karena kita masih menutup diri dan kurang berani memulai untuk membuka diri. Salah satu ciri manusia adalah makhluk sosial, artinya mereka diciptakan untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lain. Dengan kata lain tidak ada satu manusia pun yang bisa dan mampu untuk hidup seorang diri saja. Apalagi dalam kaitannya dengan perkembangan hidupnya, mereka sangat membutuhkan sentuhan dan masukan dari orang lain yang telah lebih dahulu bertumbuh dan berkembang. Intinya manusia saling membutuhkan dan melengkapi, bahkan saling menyempurnakan, baik sebagai komunitas atau pun kelompok; manusia bersama-sama berusaha menciptakan kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan. Injil Yohanes 15:9-17 menguraikan bagaimana Yesus sebelum menghadap kepada Bapa-Nya berpesan kepada para murid-nya, Supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Untuk memperoleh dan menjadi seorang sahabat sejati perlu pengorbanan, baik itu waktu, tenaga, pikiran, perasaan, dan lain sebagainya. Tidak ada segala sesuatu yang diperoleh tanpa usaha dan kerja keras. Seperti Yesus sendiri yang rela berkorban hingga wafat di kayu salib demi menunjukkan kasih-nya kepada manusia yang dicintai-nya, demikian pula hendaknya kita. Sebagai pengikut-nya sudah layak dan sepantasnya kalau kita dapat berbuat seperti yang telah Yesus lakukan untuk kita.

121 101 Melalui pertemuan pada siang ini diharapkan, agar kita semua berani mulai untuk menjadi sahabat bagi orang lain, tanpa memandang agama, suku atau budaya melainkan menjadi sahabat atas dasar cinta. Maka melalui persahabatan yang kita bangun bersama dengan orang lain dengan sendirinya kita semakin mampu mengenal jati diri kita yang sesungguhnya. Dengan demikian kita mulai menyadari akan pentingnya nilai kebersamaan hidup bersama dengan orang lain sehingga mendorong kita untuk sadar, peka dan tanggung jawab dalam melibatkan diri terhadap kegiatan yang ada di Lingkungan maupun masyarakat. c. Pengembangan Langkah-langkah: 1) Pembukaan: a) Pengantar Rekan-rekan muda yang terkasih dalam Yesus Kristus, selamat siang dan selamat datang dalam acara jumpa kangen bersama dengan MUDIKA Santo Andreas, Santo Don Bosco dan Santo Simon Rasul. Siang ini kita berkumpul di tempat ini untuk mengenal dan memahami siapa diriku dan sesamaku bahkan boleh dikatakan siapakah sahabat sejatiku. Untuk dapat lebih mendalaminya maka diharapkan dari kita semua untuk terbuka dan rela berbagi pengalaman. Karena dengan memberi dan menerima maka satu sama lain akan menjadi lebih kaya. Untuk memulai kegiatan kita, mari kita buka dengan lagu. b) Lagu Pembukaan: Hari ini kurasa bahagia dan Sungai suka citaku (Perhimpunan Pendidikan dan Pengajaran Kristen PETRA. Puji-pujian bagi- Tuhan, hh. 107 dan 171).

122 102 (1) Hari ini kurasa bahagia Hari ini kurasa bahagia, berkumpul bersama saudara seiman Tuhan Yesus tlah satukan kita, tanpa memandang di antara kita Bergandengan tangan dalam kasih, dalam satu hati Berjalan dalam terang kasih Tuhan Kau saudaraku kau sahabatku Tiada yang dapat memisahkan kita o o o Kau saudaraku kau sahabatku Tiada yang dapat memisahkan kita (2) Sungai suka cita-mu Sungai suka cita-mu mengalir dalamku Oh yes yes yes yes Anggur suka cita-mu melimpah dalamku Kumenari dan bersuka Puji-Mu di setiap waktu Sebab sungai suka cita-mu ada dalamku Mengalir bersama-mu, bersuka di dalam-mu Mengikuti-Mu Tuhan dalam kegerakan-mu Melayani-Mu Tuhan di dalam suka cita-mu Sbab hanya Tuhan yang membuat suka citaku penuh c) Doa Pembukaan Allah Bapa yang maha baik, syukur dan terima kasih kami panjatkan kepada-mu atas rahmat dan cinta kasih-mu yang selalu melimpah atas diri kami sehingga pada siang ini kami boleh berkumpul bersama rekan-rekan mudika tiga Lingkungan. Kami mohon kepada-mu, utuslah Roh Kudus-Mu turun ke atas kami, memampukan kami untuk dapat saling berbagi pengalaman akan cinta yang boleh kami alami bersama Engkau, sesama dan terlebih sahabat kami. Ajarilah kami untuk memiliki keterbukaan hati untuk saling berbagi sehingga satu sama lain dapat saling memperkaya. Usirlah perasaan malu, takut dan cemas dalam diri kami sebab Engkau selalu beserta kami. Doa ini kami haturkan kepada-mu dengan perantaraan Yesus, Tuhan dan sahabat sejati kami. Amin.

123 103 2) Langkah I dan II: Mengungkapkan dan Mendalami Pengalaman Hidup Peserta a) Pengantar Teman-teman yang terkasih, sebentar lagi kita akan diajak untuk melihat film Ice Age guna belajar dari mereka, bagaimana usaha dan perjuangan mereka dalam membentuk sebuah persahabatan yang sejati. b) Inti sari film Ice Age Dalam zaman es, hewan-hewan melakukan migrasi untuk mencari tempat yang lebih aman dan tidak terlalu dingin. Pid adalah seekor Kukang yang pemalas sehingga setiap tahun selalu ketinggalan untuk pindah; Many adalah seekor gajah besar yang berkuasa, cuek dan tidak mau direpotkan, sedangkan Diego adalah seekor harimau yang taat pada pimpinannya dan haus untuk membalas dendam dengan bangsa manusia. Melalui perjalanan yang panjang, sulit dan melelahkan mereka bertiga tanpa sengaja telah membentuk sebuah persahabatan yang solid dan tak terpisahkan. Melalui berbagai tantangan akhirnya mereka menyadari bahwa dalam sebuah persahabatan diperlukan sebuah pengorbanan dan kesetiaan. c) Pengungkapan pengalaman hidup peserta dengan pertanyaan penuntun: (1) Dalam membangun persahabatan sejati, upaya apa saja yang dilakukan oleh tokohtokoh dalam film Ice Age? (2) Apa saja yang menjadi hambatan dalam menciptakan persahabatan sejati dalam lingkup MUDIKA? bagaimana solusinya?

124 104 d) Rangkuman Dalam perjalanan peziarahan hidup ini, kita dibayangi oleh berbagai cita-cita dan harapan yang mau kita capai. Kita berharap bahwa dalam perjalanan itu dapat menjumpai orang-orang yang bisa memberi kesejukan hati dan pandangan bagi kita agar semakin dekat dengan apa yang diharapkan; namun seringkali apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan realita yang ada. Demikian pula dengan cerita dalam Ice Age yang menggambarkan bagaimana susahnya menyatukan visi dan misi dari ke tiga pribadi yang sungguh berbeda karakter. Namun melalui peristiwa dan pengalaman yang mereka alami di sepanjang jalan membuat ketiganya menyadari akan pentingnya suatu pengorbanan, kesetiaan, terbuka dalam menerima perbedaan itu sehingga mereka mampu membawa misi mereka yang mulia yaitu menyelamatkan anak manusia dari kebuasan pihak yang berkuasa yaitu rombongan harimau yang tidak lain adalah kawan Diego sendiri. Demikian pula dalam menghayati persahabatan yang kita bangun melalui wadah MUDIKA yang ada di Lingkungan masing-masing. Begitu banyak tantangan dan kendala yang merintangi terwujudnya suatu kegiatan yang telah direncanakan. Melalui keterbukaan, kerelaan diri untuk berkorban menyisihkan waktu untuk kegiatan sehingga menjadikan MUDIKA suatu wadah yang sangat dirindukan untuk berbagi rasa; Sebab di mana ada dua atau tiga orang berkumpul atas nama-ku, Aku akan hadir di tengah-tengah mereka. Di mana ada beberapa MUDIKA yang rela memberikan diri untuk saling berbagi ide, gagasan, suka-duka dalam kegiatan MUDIKA dengan sendirinya akan ditemukan jalan keluar terhadap permasalahan yang dihadapi. Kuncinya ada usaha dan perjuangan untuk saling mengasihi dan menerima sesama apa adanya tanpa suatu tuntutan apa pun.

125 105 3) Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani a) Lagu selingan: Keheningan Hati (Widadaprayitna. Kidung Ekaristi, h. 43). Di sela hening hati ini, kudengar Sabda-Mu ya Tuhan Menggema lembut dalam kalbu, membuka mata hatiku Kuingin melangkah seturut Sabda-Mu Agar ku selalu dekat dengan-mu Kan kuwartakan Sabda-Mu Tuhan Ke seluruh penjuru dunia Ajar ku tuk selalu setia, menjadi saksi dan pewarta Hingga di seluruh dunia, memuji-mu alleluia b) Pembacaan Sabda Allah dari Injil Yohanes 15:9-17 Peserta yang hadir memperoleh satu lembar teks bacaan yang sudah disiapkan. Kemudian peserta diminta untuk membaca secara bergiliran. Setelah itu untuk mengulanginya lagi diminta salah satu peserta untuk membacanya secara perlahan. Setelah itu masuk dalam kelompok dengan pertanyaan penuntun sebagai berikut: (1) Apa sih ciri-ciri persahabatan itu? (2) Syarat-syarat apa yang harus dipenuhi untuk menjadi sahabat Yesus? (3) Tugas apa yang diharapkan oleh Yesus untuk anda lakukan sebagai MUDIKA guna mencapai perkembangan Kerajaan Allah dan terwujudnya persahabatan yang sejati? c) Lagu selingan: Jangan lelah (Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta. Kumpulan lagulagu pilihan: Gita Ria, h. 49). Jangan lelah bekerja di ladang-nya Tuhan Roh Kudus yang bri kekuatan Yang mengajar dan menopang Tiada lelah bekerja bersama-mu Tuhan Yang selalu mencukupkan atas segalanya Ratakan tanah bergelombang Timbunlah tanah yang berlobang Menjadi siap dibangun, di atas dasar iman (2x)

126 106 d) Pendamping memberikan tafsir dari Injil Yohanes 15:9-17 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan. Dalam bacaan Injil yang baru kita dengar bersama, mengajak kita untuk menjadi seorang sahabat yang produktif. Ayat 9 mengungkapkan, Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-ku itu. Kita yang mengakui diri sebagai pengikut Kristus hendaknya juga memiliki sikap hidup seperti Yesus yaitu selalu tinggal dalam kasih Bapa-Nya. Seperti Yesus yang berinisiatif untuk mengasihi kita, maka kita juga diharapkan memiliki inisiatif yang sama dalam mengasihi sesama. Artinya satu sama lain berusaha mengasihi dan memberi masukan tanpa menunggu siapa dulu yang memulainya melainkan di mulai dari diri sendiri. Dalam suatu persekutuan yang anggotanya mempunyai macam-macam latar belakang, keinginan, watak-perangai dan seribu ciri-ciri lainnya, Yesus menunjuk suatu daya pengikat yaitu Saling mengasihi. Dengan adanya sikap saling mengasihi berarti segala sesuatu dilakukan atas dasar cinta dan bukan pemaksaan. Ayat 14 mengungkapkan, Kamu adalah sahabat-ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Kita sebagai sahabat Yesus di tuntut suatu syarat. Ada pun syarat untuk menjadi seorang sahabat Yesus adalah mengikuti perintah-nya; melaksanakan ajaran dan himbauan-nya; mengamalkan apa yang dilihat, didengar dan didapat dari Yesus. Itu semua diwujudkan melalui kesaksian hidup sehari-hari yang dilandasi cinta kasih. Ayat 16 mengungkapkan, Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap. Kita di sebut sahabat Yesus karena Ia sendiri yang memilih dan memanggil kita sesuai dengan keputusan-nya. Maka dari pihak kita sebagai manusia dituntut adanya suatu peran serta untuk berupaya mencari, berusaha

127 107 dengan ikut menghilangkan rintangan dan halangan dari dalam atau luar diri sendiri. Selain itu juga menciptakan suasana, iklim kehidupan yang memungkinkan kabar keselamatan yang dibawa oleh Yesus Kristus mempunyai bentuk dan wujudnya yang konkrit. Bila kita bersedia turun tangan berarti kita sudah mewujudkan salah satu himbauan-nya yaitu kita berbuah, menghasilkan manfaat yang berguna bagi orang lain. 4) Langkah IV: Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit a) Pengantar Dalam pembicaraan yang telah kita lalui bersama menunjukkan bahwa kita telah menemukan berbagai kendala dan kesulitan dalam mengusahakan sebuah persahabatan yang sejati dalam wadah MUDIKA. Ini berarti bahwa dalam hidup bersama kaum muda Katolik, kita dihadapkan pada pengalaman kesulitan dan kemudahan dalam menjalin suatu persahabatan yang dilandasi cinta kasih bukan hanya sekedar suka atau tidak suka. Dalam Injil Yesus berkata, Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawa untuk sahabat-sahabatnya. Pengorbanan diri yang dilandasi cinta kasih kiranya perlu menjadi bagian dari hidup kita sebagai pengikut Kristus, sebab Yesus sendiri telah lebih dahulu berkorban dan mengasihi kita. Dengan menyadari diri, maka dari pihak pribadi ada upaya untuk berusaha. Melalui perjumpaan dan sharing bersama teman-teman MUDIKA mengingatkan kita bersama bahwa kita tidak berjuang seorang diri. Masih banyak tangan-tangan yang rela membantu dan membimbing kita untuk sampai kepada-nya. b) Pertanyaan Penuntun: (1) Apa arti Sabda Tuhan bagi kehidupanku sebagai orang beriman dan sebagai MUDIKA?

128 108 (2) Sikap-sikap mana yang perlu kuperbaiki dan kuperbaharui sebagai MUDIKA untuk mencontoh teladan hidup Yesus yang rela menyerahkan nyawa bagi sahabat-sahabat- Nya? c) Rangkuman oleh pemandu Sebagai MUDIKA, bekerja sama dengan orang lain merupakan syarat utama, sebab Allah telah memanggil kita bukan untuk hidup sendiri melainkan hidup bersama orang lain. Maka tidak mengherankan apabila percekcokan dan selisih paham seringkali terjadi dan tidak dapat dihindari. Namun itu bukan merupakan hal yang serius yang mampu menggoyahkan iman kita akan Kristus. Perbedaan yang ada di antara MUDIKA merupakan kesempatan untuk saling memperkaya satu sama lain. Kuncinya adalah pengertian, keterbukaan yang didasari saling mengasihi sehingga satu sama lain dapat berkembang bersama. Yesus melalui perkataan-nya mau mengingatkan kepada kita agar dalam hidup ini segala sesuatu dilakukan atas dasar saling mengasihi dan rela berkorban sehingga dalam kesaksian hidup sehari-hari tidak perlu mempertentangkan perbedaan yang ada melainkan dengan semangat kasih menggunakan perbedaan untuk saling memperkaya. Apabila masing-masing pribadi MUDIKA memberi diri dan rela berkorban maka kegiatan yang ada dapat maju dan berkembang. Melalui keterlibatan, kepekaan dan sikap tanggung jawab yang dimiliki mendorong masing-masing mudika untuk memberikan yang terbaik bagi lingkungan. Dengan sendirinya melalui kehadiran dan keterlibatan MUDIKA dalam setiap kegiatan yang diadakan di Lingkungan, Gereja dan masyarakat dengan sendirinya Kerajaan Allah semakin nyata terwujud. Berdasarkan pengalaman dikasihi Allah maka marilah kita bersama-sama berjuang mengalahkan setiap godaan yang dapat merusak semangat cinta kasih dengan meningkatkan budaya saling mengasihi tanpa pamrih.

129 109 5) Langkah V: Mengusahakan suatu aksi konkrit a) Pengantar Teman-teman MUDIKA yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita baru saja bersamasama menggali pengalaman hidup rohani dengan bantuan film Ice Age. Melalui cerita yang disajikan kita dapat belajar bagaimana usaha dan perjuangan masing-masing pribadi dalam mengusahakan terwujudnya persahabatan sejati yang dilandasi sikap saling mengasihi. Dengan saling menerima diri dan orang lain apa adanya membuat suasana persaudaraan menjadi lebih terbangun. Melalui Sabda Tuhan yang setiap Minggu kita dengarkan, mengajak kita bersama untuk tetap bertahan menjunjung kasih yang telah dianugerahkan-nya bagi kita. Tantangan zaman semakin menawarkan dan menjanjikan kenikmatan bagi siapa saja tanpa memandang usia. Hal itu dapat diatasi dengan semangat dan budaya kasih melalui mengambil hal-hal yang bernilai positif. b) Membuat niat baru (1) Niat konkrit apa yang hendak andalakukan sebagai MUDIKA dalam mensikapi Sabda Tuhan yang telah direnungkan bersama dan mewujudkannya dalam kehidupan seharihari? (2) Hal-hal apa saja yang perlu diusahakan, baik secara pribadi maupun kelompok dalam mewujudkan niat-niat tersebut? Selanjutnya peserta diberi kesempatan untuk hening memikirkan niat-niat baru yang hendak dilakukan setelah pertemuan ini sambil diiringi dengan musik instrumentalia.

130 110 6) Penutup a) Setelah menentukan niat yang akan dilakukan, masih dalam keadaan hening, lilin dinyalakan. Kemudian peserta diberi kesempatan untuk berdoa secara spontan lalu dilanjutkan dengan doa Bapa Kami. b) Doa Penutup Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur dan berterima kasih atas rahmat penyertaan- Mu yang boleh kami alami sepanjang pertemuan ini. Melalui sharing pengalaman dalam menjalin persahabatan dalam wadah MUDIKA mengajak kami untuk semakin terbuka menerima perbedaan di antara kami sebagai kekayaan. Selain itu melalui permenungan Sabda-Mu, kami juga semakin disadarkan untuk mencintai sesama kami apa adanya seperti Engkau mengasihi dan mencintai kami. Engkau mengharapkan agar kami anakanak-mu saling mengasihi, maka ajarilah kami untuk menghargai pentingnya nilai kebersamaan hidup bersama dengan orang lain sehingga kami berusaha untuk saling membagikan apa yang kami miliki tanpa pilih kasih. Dengan demikian berkat rahmat-mu kami dimampukan untuk dapat mewujudkan kasih itu melalui keterlibatan kami di Lingkungan, Gereja maupun masyarakat. Doa ini kami haturkan kepada-mu sebab Engkaulah Tuhan dan sahabat kami, hari ini, selalu dan sepanjang masa. Amin. c) Lagu Penutup: Jumpa lagi ( Buku Gita Ria, h. 75). Lama sudah aku mencari, ketenangan di dalam diri Atau tempat pautan hati, kala ku sendiri Reff: Dikaulah sahabatku, yang lama kucari Sekarang berjumpa Sahabatku yang baik hati Buatlah hidupku, penuh cinta dan karya Kini aku sudah bertemu Dikau yang tlah lama kucari Sahabatku yang baik hati, jumpa lagi

131 Contoh Persiapan Pendampingan Iman dengan bentuk Wisata Rohani a. Identitas: 1) Pelaksana : Sr. Theresia, SMFA 2) NIM : ) Tema : Menjadi MUDIKA yang pantang menyerah 4) Tujuan : Kaum muda menyadari dan memahami bahwa mereka mau berusaha untuk tidak mudah menyerah, mandiri dan kreatif sehingga mampu memberikan kesaksian hidup di tengah kaum muda, Lingkungan dan masyarakat. 5) Peserta : MUDIKA Lingkungan Santo Andreas, Lingkungan Santo Don Bosco dan Lingkungan Santo Simon Rasul 6) Tempat : Gua Maria Sendang Sono, Kulon Progo 7) Hari / Tanggal : Minggu, 22 Juni ) Waktu : WIB 9) Model : Shared Christian Praxis (SCP) 10) Metode : Sharing, menyanyi, dinamika kelompok, pleno, jalan salib, penyampaian informasi, refleksi. 11) Sarana : Kitab Suci, buku renungan, jalan salib, load speaker, kertas hvs, spidol, teks lagu, gitar, lilin, korek api. 12) Sumber Bahan : Bergant, Dianne & Karris, Robert. (Ed.). (2002a). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (A.S. Hadiwiyata, Lembaga Biblika Indonesia, Penerjemah).Yogyakarta: Kanisius.

132 112 Hermanto Riyadi, F. (2005). Koleksi Aneka Bahan Retret dan Rekoleksi. Manuskrip yang berisi kumpulan Bahan-bahan Retret dan Rekoleksi. Oleh para Frater SCJ untuk tim pemberi Retret di Kaliurang: Yogyakarta. hh dan 97. Perhimpunan Pendidikan dan Pengajaran Kristen PETRA. Tanpa tahun penerbitan.. Puji-pujian bagi Tuhan. Kumpulan lagu-lagu yang diterbitkan untuk kalangan sendiri oleh Dewan Pengurus Perhimpunan Pendidikan dan Pengajaran Kristen PETRA. Surabaya. hh. 112 dan 113. Karya Kepausan Indonesia. (2003). Kumpulan Lagu Anak-anak: Hatiku Penuh Nyanyian. Jakarta: KKI. h. 24. Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta. (Ed). (2002). Kumpulan Lagu-lagu Pilihan: Gita Ria. Untuk kalangan sendiri. Jakarta: Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta. hh. 35 dan 38. b. Pemikiran Dasar Dalam kenyataan hidup manusia, suasana persaudaraan, kegembiraan, kedamaian dan sukacita adalah suatu dambaan semua insan di muka bumi ini. Untuk menemukan situasi seperti di atas merupakan sebuah perjuangan, dan setiap orang berusaha dengan berbagai upaya untuk melakukannya lewat kelompok persahabatan, pencinta kedamaian, aktif di kegiatan Gereja, kelompok peziarahan hidup, dll. Mereka bersama-sama

133 113 mempunyai visi dan misi demi sebuah situasi yang teduh dalam kehidupan bersama. Namun ternyata hal ini tidak mudah untuk dapat dipikirkan, direncanakan dan dilaksanakan oleh manusia, justru seringkali yang dialami adalah kemalasan, kejenuhan, ketakutan, kecemasan dan kebingungan. MUDIKA Lingkungan Santo Andreas, Lingkungan Santo Don Bosco dan Lingkungan Santo Simon Rasul juga mengalami hal yang sama; sebagai kaum muda Katolik, mereka juga memiliki kesulitan tersendiri. Dalam menempuh peziarahan hidup, mereka mengalami adanya kendala untuk aktif kembali menghidupkan MUDIKA yang lama vakum karena kaum tua masih cukup dominan sehingga mudika kurang leluasa bergerak, juga kurangnya regenerasi. Akibatnya MUDIKA meraba-raba apa yang dapat mereka lakukan supaya tetap dapat melanjutkan pendampingan iman yang sudah dimulai oleh generasi sebelumnya. Oleh karena itu MUDIKA mengadakan wisata rohani. Harapannya melalui jalan salib panjang yang mereka lakukan, dapat menimba kekuatan dari Yesus sendiri yang mau berusaha melakukan kehendak Bapa-Nya dengan penuh cinta. Injil Yohanes 10:11-15 menguraikan bagaimana Yesus menyerahkan nyawa-nya bagi domba-domba-nya. Penyerahan nyawa ini merupakan tindakan pengurbanan Diri yang total. Selain itu mau menunjukkan bahwa MUDIKA Lingkungan Santo Andreas, Lingkungan Santo Don Bosco dan Lingkungan Santo Simon Rasul tidak mau menyerah dengan keadaan melainkan mau bangkit lagi. Maka dari pertemuan ini diharapkan peserta mampu menyadari dan merefleksikan secara mendalam pengorbanan Yesus demi cinta- Nya yang besar bagi umat manusia. Dengan demikian MUDIKA Lingkungan Santo Andreas, Lingkungan Santo don Bosco dan Lingkungan Santo Simon Rasul tidak takut menderita dan gagal dalam menjalankan kembali kegiatannya, sebab MUDIKA yang memiliki kepribadian yang dewasa akan selalu berjuang untuk berani diubah dan berubah.

134 114 c. Pengembangan Langkah-langkah: 1) Pembukaan: a) Pengantar Teman-teman yang terkasih dalam Yesus Kristus, selamat pagi. Pagi ini kita akan memulai peziarahan hidup kita bersama dengan Yesus yang menderita di kayu salib. Teman-teman yang terkasih dalam jalan salib ini, kita mendapat tugas: masing-masing orang membaca per stasi pemberhentian, sedangkan bagian bawah dibacakan bersama. Masing-masing orang mendapat buku panduan dengan harapan dapat menyimak dengan lebih baik. Kemudian selama perjalanan antar stasi kita doakan Bapa Kami dan Salam Maria. Mari kita ciptakan suasana doa agar kita mampu mendengarkan apa yang dikendaki Allah dalam diri kita, dan semangat pengorbanan Yesus meresap dalam hati kita. b) Lagu Pembukaan: Allah Peduli (Perhimpunan Pendidikan dan Pengajaran Kristen PETRA. Puji-pujian bagi Tuhan, h. 113). Banyak perkara, yang tak dapat aku mengerti Mengapakah harus terjadi, di dalam kehidupan ini Banyak perkara, yang tak dapat aku mengerti Mengapakah harus terjadi, tanpa Allah peduli Allah mengerti, Allah peduli, segala persoalan yang kita hadapi Tak akan pernah dibiarkan-nya, Ku bergumul sendiri, sbab Allah peduli c) Doa Pembukaan Allah Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur dan berterima kasih atas anugerah yang telah Engkau berikan kepada kami berupa rahmat kesehatan, nafas kehidupan serta cuaca yang sejuk sehingga kami siap memulai hari ini dengan penuh syukur. Pada kesempatan pagi ini, kami anak-anak-mu MUDIKA Lingkungan Santo Andreas,

135 115 Lingkungan Santo Don Bosco dan Lingkungan Santo Simon Rasul akan mengadakan jalan salib bersama guna menimba kekuatan dari Putera-Mu sendiri. Maka utuslah Roh Kudus-Mu menaungi kami agar kami mampu mengarahkan hati dan budi hanya kepada Allah saja. Kuatkanlah persaudaraan di antara kami sehingga kami bersama-sama berusaha dan berjuang untuk semakin mengenal Yesus Putera-Mu; dengan demikian kami semakin mencintai-mu. Sertailah kami semua dari awal hingga akhir pertemuan sehingga dapat menemukan nilai-nilai baru untuk memperkaya dan memperkembangkan diri kami menuju kedewasaan iman. Doa ini kami haturkan kepada-mu sebab Engkaulah Tuhan dan junjungan kami. Amin. 2) Langkah I dan II: Mengungkapkan dan Mendalami Pengalaman Hidup Peserta a) Setelah selesai jalan salib bersama dilanjutkan dengan istirahat dan minum serta snack. Acara dilanjutkan dengan dinamika kelompok yang terbagi dalam tiga kelompok. Lagu selingan: Kasih-Nya seperti sungai dan Bertemu dalam kasih-nya (Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta. Kumpulan lagu-lagu pilihan: Gita Ria, hh ). (1) Kasih-Nya seperti sungai Kasih-Nya seperti sungai (2x) Kasih-Nya seperti sungai di hatiku alleluia Mengalir di waktu susah Mengalir di waktu senang Kasih-Nya seperti sungai di hatiku (kasih diganti damai, cinta, firman) (2) Bertemu dalam kasih-nya Bertemu dalam kasih-nya Berkumpul dalam anugerah-nya Bersuka cita semua di dalam rumah Tuhan Oh, saudaraku dan kau saudariku Tuhan cinta dan mengasihi-mu

136 116 Mari bersuka cita semua Di dalam rumah Tuhan (2x) b) Pertanyaan penuntun dalam kelompok: (1) Apa yang mendorong anda mengikuti ziarah ke Gua Maria Sendang Sono? (2) Apa yang mendorong anda mau menjadi anggota MUDIKA? (3) Sebutkan hambatan dan keuntungan yang diperoleh ketika menjadi anggota MUDIKA! (4) Usul dan saran untuk kegiatan MUDIKA yang akan datang! c) Rangkuman Acara dilanjutkan dengan pleno. Masing-masing kelompok mensharingkan hasil pembicaraannya dalam kelompok besar kemudian ditanggapi oleh kelompok lain sehingga saling memperkaya satu sama lain. Setelah semuanya melaporkan, pendamping merangkum hasilnya. Teman-teman MUDIKA yang terkasih, kita baru saja mendengar bersama sharing pengalaman teman-teman berkaitan dengan maksud dan tujuan pergi ke Gua Maria Sendang Sono: ada yang karena ingin berdoa supaya lulus ujian; semakin akrab dengan teman-teman MUDIKA Lingkungan; lebih mengenal pribadi Yesus dan Maria secara lebih dekat, dan lain-lain. Semua itu menggambarkan bahwa masing-masing pribadi mempunyai maksud dan tujuan bukan hanya sekedar jalan-jalan, dengan demikian masing-masing pribadi menyadari bahwa MUDIKA adalah sarana dan wadah yang pas bagi kaum muda untuk mengekspresikan diri. Teman-teman juga menyadari bahwa yang mendorong anda untuk menjadi anggota MUDIKA adalah untuk menambah teman, wawasan dan pengalaman; mau berkarya buat Tuhan; berelasi dan berkomunikasi; melatih berorganisasi dan menciptakan generasi baru. Dengan demikian kegiatan

137 117 MUDIKA menjadi ajang bagi kaum muda untuk mengasah wawasan dan ketrampilan yang dimiliki. Namun kita juga menyadari bahwa dalam suatu wadah organisasi tentunya mengalami hambatan dan dukungan dalam menjalankan kegiatan yang sudah terprogram. Kiranya hambatan yang ada justru semakin menantang para anggotanya untuk kreatif dalam mencari solusi. Melalui dukungan yang diterima dari berbagai pihak membuat kaum muda merasa semakin disemangati untuk terus mengembangkan mudika agar semakin berkualitas. Maka dalam suatu pertemuan MUDIKA perlu adanya usul dan saran untuk kegiatan yang akan datang supaya kegiatan yang dilaksanakan semakin berkualitas dan menarik. Hal ini akan berjalan dengan baik kalau di antara MUDIKA sendiri telah terjalin relasi dan komunikasi; dan ini mengandaikan bahwa antar anggota saling mengenal satu sama lain, baik itu karakter maupun kemampuan yang dimiliki. Mari kita belajar dari Yesus sendiri yang sungguh mengenal kita secara dekat; tidak mudah mengeluh dan pantang menyerah. Yesus bisa melakukan itu semua karena dalam hidup- Nya, Ia tidak hanya memberi kesaksian dengan kata-kata hampa melainkan melakukan apa yang dikatakan-nya. Dengan demikian terdapat keseimbangan antara apa yang dipikirkan, dikatakan, dilakukan, dihayati dan dihidupi. Kiranya sikap dan teladan hidup seperti itulah yang perlu kita miliki dan usahakan bersama. 3) Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani a) Lagu selingan: Ada satu sobatku (Perhimpunan Pendidikan dan Pengajaran Kristen PETRA. Puji-pujian bagi Tuhan, h.112). Ada satu sobatku yang setia, tak pernah Dia tinggalkan diriku Di waktu aku susah, waktu ku sendirian Dia slalu menemani diriku Nama-Nya Yesus Nama-Nya Yesus Nama Yesus yang menghibur hatiku (2x)

138 118 b) Pembacaan Sabda Tuhan dari Injil Yohanes 10:11-15 Gembala yang baik. Injil dibacakan oleh salah seorang peserta, kemudian masing-masing peserta hening sejenak untuk meresapkan Sabda Tuhan. Kemudian masuk dalam kelompok dengan pertanyaan penuntun: (1) Ayat mana yang berkesan bagi anda? Jelaskanlah! (2) Sebagai MUDIKA syarat apa yang harus anda penuhi sebagai seorang gembala yang baik? (3) Sikap mana yang hendaknya dilakukan sebagai MUDIKA guna mewujudkan tercapainya MUDIKA yang pantang menyerah? c) Pendamping memberikan tafsir dari Injil Yohanes 10:11-15 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan Ayat 11 mengungkapkan, Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. Gembala diambil sebagai lambang yang terkenal di Israel. Di dalam lambang itu diletakkan segala unsur keterlibatan sehidup semati; rasa tanggung jawab yang tanpa pamrih; mau mempertaruhkan segala demi keselamatan mereka yang diserahkan kepadanya. Ayat 14 mengungkapkan, Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-ku dan domba-domba-ku mengenal Aku. Gembala yang baik adalah gembala yang bekerja dan berjuang: demi domba-dombanya; melindungi/mengamankan; memelihara domba-dombanya; mengenal dan di kenal Bapa ; mengenal serta di kenal domba-dombanya. Demikian pula dengan Yesus. Ia adalah penebus, pembebas dan penyelamat. Ia mengenal ciptaan-nya, mengetahui segala sesuatu yang diletakkan pada diri setiap makhluk dengan pola dan rencana-nya. Penyerahan nyawa Yesus bagi keselamatan

139 119 manusia merupakan tindakan pengurbanan Diri yang total, tanpa pamrih dan demi kemuliaan Bapa-Nya. Yesus dapat melaksanakan tugas-nya di dunia dengan baik karena Dia selalu tinggal bersama Bapa-Nya. Artinya, Yesus tidak mengandalkan kemampuan diri sendiri tetapi bersandar pada kasih dan penyelenggaraan Bapa-Nya. 4) Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam situasi konkrit peserta a) Pengantar Dalam pembicaraan yang telah kita lalui bersama menunjukkan bahwa kita telah menemukan sikap-sikap mana yang dibuat Yesus dalam penghayatan-nya sebagai Gembala yang baik. Sikap Yesus itu mau kita terapkan dalam mengemban tugas sebagai MUDIKA. Kita menyadari bahwa dalam menjalankan tugas mengalami jatuh dan bangun dan merasa tidak mampu berbuat apa-apa. Namun dalam pertemuan ini, Allah mengingatkan kembali panggilan kita sebagai generasi penerus keberlangsungan Gereja. Maka menjadi MUDIKA yang pantang menyerah kiranya memberi motivasi bagi kita bersama untuk mulai sekali lagi. b) Pertanyaan Penuntun: (1) Apa makna Yesus sebagai Gembala yang baik bagi kehidupanku sebagai MUDIKA? (2) Sikap-sikap mana yang perlu kuperbaharui dalam usaha menjadi MUDIKA yang pantang menyerah? c) Rangkuman oleh Pemandu Yesus telah banyak menawarkan nilai-nilai baik yang sangat berguna bagi kita sebagai MUDIKA. Marilah kita menyadari peran dan tugas yang telah diembankan kepada kita sehingga semakin berani meninggalkan sesuatu yang kurang mendukung

140 120 usaha dan perkembangan kita untuk menjadi MUDIKA yang pantang menyerah. Maka upaya yang dapat kita tempuh adalah meningkatkan kerjasama dengan siapa saja yang dapat membantu perkembangan pribadi kita, dan yang utama adalah menimba kekuatan dari pada-nya dengan cara membaca dan merenungkan Sabda Tuhan serta melaksanakannya dalam kehidupan konkrit sehari-hari. 5) langkah V: Mengusahakan suatu aksi konkrit a) Pengantar Teman-teman yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita baru saja menggali pengalaman hidup rohani, di mana dalam menjalankan kegiatan MUDIKA kita mengalami pengalaman suka dan duka. Dengan bantuan jalan salib yang telah kita lakukan bersama, mengajarkan kita untuk tidak takut menderita dan berkorban. Dari pengalaman iman penginjil Yohanes, kita dapat memahami bagaimana usaha Yesus untuk menjadi seorang Gembala yang baik. Yesus selalu menekankan pentingnya rela menyerahkan nyawa, mengenal serta dikenal oleh domba-dombanya dan mengenal serta dikenal oleh Bapa. Dari pengalaman Yesus kita juga bisa belajar bagaimana Dia tidak mementingkan keinginannya sendiri melainkan mengutamakan kehendak Bapa-Nya. b) Membuat niat baru (1) Niat-niat apa yang akan anda lakukan untuk menjadi MUDIKA yang pantnag menyerah? (2) Hal-hal apa saja yang perlu anda usahakan dalam mewujudkan niat-niat itu? Teman-teman yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita baru saja berbagi pengalaman melalui sharing bersama tentang situasi mudika kita dan mendengarkan

141 121 Sabda Tuhan. Marilah sekarang kita hening sejenak guna mengendapkan semuanya sambil membuat niat-niat baru secara konkret yang dapat dibuat setelah mengikuti kegiatan ini. 6) Penutup a) Setelah selesai merumuskan niat-niat konkrit, lilin dinyalakan. Kemudian dilanjutkan dengan doa umat secara spontan yang dimulai oleh pendamping kemudian diteruskan oleh peserta. Akhirnya semua doa yang telah dipanjatkan dipersatukan dengan doa Bapa Kami sambil bergandengan tangan sebagai tanda bahwa masing-masing peserta memiliki tanggung jawab untuk saling mendukung dan meneguhkan teman-teman MUDIKA. b) Doa Penutup Allah Bapa yang penuh cinta, kami bersyukur dan berterima kasih kepada-mu karena Engkau telah setia menemani seluruh rangkaian kegiatan kami, dari awal hingga akhir. Begitu banyak hal yang boleh kami timba dari kesetiaan dan pengorbanan Putera- Mu Yesus, juga kami telah disegarkan melalui sharing dari teman-teman MUDIKA yang membuat kami semakin termotivasi untuk bangkit dan mulai sekali lagi. Semoga di harihari mendatang kami masih tetap Kau bimbing untuk berpegang teguh pada Sabda-Mu sehingga membuat kami tidak mudah menyerah pada situasi melainkan berani berjuang untuk mandiri dan kreatif dalam memajukan kegiatan mudika kami. Mampukan kami untuk menjadi saksi-mu di tengah kaum muda, Lingkungan, Gereja dan masyarakat. Terpujilah Engkau Tuhanku, hari ini dan sepanjang masa. Amin.

142 122 c) Lagu penutup: Jalan serta Yesus (Karya Kepausan Indonesia. Kumpulan lagu anakanak: Hatiku Penuh Nyanyian, h. 24). Jalan serta Yesus Jalan serta-nya setiap hari Jalan serta Yesus Serta Yesus selamanya Jalan dalam suka, Jalan dalam duka Jalan serta-nya setiap hari Jalan dalam suka, Jalan dalam duka Serta Yesus selamanya 3. Contoh Persiapan Pendampingan Iman dengan bentuk Outbound a. Identitas: 1) Pelaksana : Sr. Theresia, SMFA 2) NIM : ) Tema : Alam adalah bagian dari hidup imanku 4) Tujuan : Kaum muda menyadari, mengenal, memahami, dan menghayati alam sebagai bagian dari perkembangan iman sehingga mereka termotivasi untuk menjaga dan melestarikan. 5) Peserta : MUDIKA Lingkungan Santo Andreas, Lingkungan Santo Don Bosco dan Lingkungan Santo Simon Rasul 6) Tempat : Balai Sinta, Sinduharjo, Sleman. 7) Hari / Tanggal : - 8) Waktu : WIB 9) Model : Shared Christian Praxis (SCP) 10) Metode : Menyanyi, permainan, penyampaian informasi, penugasan, sharing, pleno, renungan.

143 123 11) Sarana : Kitab Suci, teks lagu, alam, kertas flap, kertas hvs spidol, gunting, air, ember, baskom, tali rafia, kain penutup mata, gitar, kacang hijau, pipa, kalung, ikat rambut, gelang, jam tangan, kaos kaki, kipas, tas kain. 12) Sumber Bahan : Bergant, Dianne & Karris, Robert. (Ed.). (2002a). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (A.S. Hadiwiyata, Lembaga Biblika Indonesia, Penerjemah).Yogyakarta: Kanisius. Purnawan Kristanto (2000). 77 Permainan Asyik 1. Yogyakarta: Andi. Karya Kepausan Indonesia (2003). Kumpulan Lagu Anak-anak: Hatiku Penuh Nyanyian. Jakarta: KKI. hh. 41,67 dan 122. b. Pemikiran Dasar Allah menciptakan alam semesta dengan begitu indah dan sempurna; itu semua diciptakan Allah bagi manusia untuk dinikmati dan demi kesejahteraan manusia. Allah menciptakan matahari dan bulan; terang dan gelap; cakrawala; lautan dan daratan; hewan dan tumbuh-tumbuhan. Harapannya semua yang telah diciptakan-nya dengan baik juga menghasilkan sesuatu yang baik. Pada kenyataannya manusia bertindak lain. Manusia dengan sesuka hatinya merusak alam yang begitu indah demi kepentingan pribadi, padahal manusia tidak bisa hidup tanpa menjaga keseimbangan antara dirinya dan alam semesta yang ada. Segala sesuatu yang ada di muka bumi perlu kerja sama, saling menjaga, merawat dan saling menyayangi agar

144 124 dengan demikian semuanya bisa hidup sesuai dengan apa yang dihendaki oleh Bapa pencipta. Kitab Kejadian 1:1-2:15 mengisahkan bagaimana Allah menciptakan bumi dan segala isinya dengan bersabda. Beraneka ragam isi dunia diciptakan-nya dan yang terakhir diciptakan adalah manusia; maka meskipun hasil ciptaan yang terakhir tetapi justru yang paling mulia diantara ciptaan lainnya. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, yang berarti manusia diciptakan seperti Allah. Manusia juga diberi kuasa oleh Allah untuk menjaga, memelihara dan mengolah alam semesta demi kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu sebagai generasi penerus manusia pertama kita diharapkan dapat melanjutkan tugas itu. Maka sepanjang hari ini, marilah kita menikmati alam yang ada di hadapan kita sekarang dengan penuh syukur. Dengan demikian bersama dengan alam, kita akan sampai kepada Allah yang telah menciptakan alam semesta dengan begitu indahnya. c. Pengembangan langkah-langkah: 1) Pembukaan: a) Pengantar Teman-teman yang terkasih dalam Yesus Kristus, selamat pagi dan selamat berjumpa kembali melalui kegiatan MUDIKA kali ini. Tidak seperti biasa, pertemuan dilakukan di alam yang terbuka. Harapannya kita dapat lepas dari rutinitas harian dan bersama dengan alam semesta, memuji dan meluhurkan nama-nya dengan cara menikmati ciptaan-nya dengan penuh syukur. b) Lagu Pembukaan: Mari kita bersuka ria (Karya Kepausan Indonesia. Kumpulan lagu anak-anak: Hatiku Penuh Nyanyian, h. 67).

145 125 Mari kita bersuka ria, Karna ini hari bahagia Kita berkumpul jadi satu, Puji Tuhan semesta alam Tepuk tangan wajah berseri, hilangkanlah hati yang sedih Bukankah Yesus berkata damai yang dibrikan kita, mari kita bersuka ria c) Doa pembukaan Allah Bapa yang penuh cinta, kami bersyukur dan berterima kasih kepada-mu atas rahmat kesehatan serta nafas kehidupan yang boleh kami terima pada hari yang baru ini. Lihatlah kami anak-anak-mu yang berkumpul di tempat ini untuk bersahabat dengan alam yang telah Engkau ciptakan dengan begitu indah. Ajarilah kami untuk menghargai setiap ciptaan-mu seperti kami menghargai dan mencintai diri kami sendiri sehingga kami masing-masing terdorong untuk melestarikan alam semesta yang ada disekitar kami. Bimbinglah dan tuntunlah kami semua agar seluruh rangkaian kegiatan pada hari ini dapat berjalan dengan baik sesuai rencana dan kehendak-mu. Doa ini kami haturkan kehadirat-mu dengan perantaraan Yesus, Tuhan dan pengantara kami. Amin. 2) Langkah I dan II: Mengungkapkan dan Mendalami Pengalaman Hidup Peserta a) Pengantar Teman-teman yang terkasih, seluruh rangkaian kegiatan kita akan dikemas melalui permainan dan dalam kelompok. Dengan lagu peserta dibentuk menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota 5-10 orang. Kemudian dijelaskan bentuk-bentuk permainan yang akan dilakukan secara singkat. b) Pelaksanaan Outbound (1) Peserta diminta jalan-jalan di sekitar lokasi yang telah ditentukan bersama dengan anggota kelompoknya. Kemudian sebelum masuk ke stase pertama peserta diminta

146 126 untuk keliling lapangan, dilanjutkan perlombaan antar kelompok dengan bentuk permainan sebagai berikut: (2) Stase pertama: peserta diberi potongan pipa sejumlah anggota kelompok dan dua buah biji kacang hijau. Masing-masing peserta akan membuat barisan panjang dan kemudian memasukkan dua buah biji kacang hijau ke dalam pipa. Pipa ini akan terus disambung oleh anggota yang lain sampai pada garis finish yang telah ditentukan. Kemudian kelompok secara singkat mencatat hasil kegiatan sesuai dengan perintah yang tertulis dalam kertas yang diberikan bersamaan dengan pipa dan kacang hijau. (3) Stase kedua: membuat sungai ajaib. Permainan dilakukan dengan cara memindahkan air yang ada dalam ember ke dalam baskom yang sudah disediakan dengan menggunakan kedua tangan lalu berantai sampai anggota kelompok yang terakhir. Setelah bunyi bel kegiatan segera dihentikan kemudian menulis hasil sesuai perintah yang diberikan. (4) Stase ketiga: gambar berantai. Peserta dibagikan satu lembar kertas Hvs kemudian menggambarkan suasana kehidupan sehari-hari. Satu orang satu gambar dan di bawahnya ditulis nama panggilan. Setelah waktu yang ditentukan habis, kertas digeser ke peserta berikutnya sampai selesai hingga terbentuklah suatu gambar yang akan dijelaskan maksudnya. (5) Stase keempat: berjalan melalui rintangan dengan mata ditutup dengan kain. Permainan dilakukan dengan cara semua anggota kelompok diikat kaki kanannya dan ditutup matanya. Setelah itu ketua kelompok memberi instruksi sesuai dengan aturan permainan menuju tempat yang sudah ditentukan. Anggota kelompok tidak boleh terpisah atau jatuh. (6) Stase kelima: pengamatan. Seorang pendamping berlenggang bak peragawati dengan berpakaian aneh dan menggunakan banyak asesoris, seperti: kalung, ikat rambut,

147 127 gelang, jam tangan, kaos kaki, kipas dari daun, tas kain. Selama beberapa waktu dia berjalan kesana-kemari dan peserta yang lain mengamati. Kemudian peragawati itu pergi dan peserta diminta untuk menulis segala sesuatu yang dipakai oleh peragawati tersebut, seperti: berapa jumlahnya, apa warnanya, tulisan di tasnya, dll. c) Lagu selingan: Adakah sukacita (Karya Kepausan Indonesia. Kumpulan lagu anak- anak: Hatiku Penuh Nyanyian, h.122). Adakah sukacita dihatiku, dihatiku, dihatiku Adakah sukacita dihatiku, bersama denganmu Adakah susu-kaka-cici-tata, dihatiku, dihatiku, dihatiku Adakah susu-kaka-cici-tata, dihatiku, bersama denganmu Adakah s-u-k-a-c-i-t-a dihatiku, dihatiku, dihatiku Adakah s-u-k-a-c-i-t-a dihatiku, bersama denganmu d) Pengungkapan pengalaman hidup peserta dengan pertanyaan penuntun: (1) Sebutkan pengalaman mengesan selama anda mengikuti proses outbound! (2) Kesulitan/hambatan apa saja yang dialami dalam kelompok selama anda mengikuti proses outbound? (3) Cara apa saja yang kelompok pakai untuk mengatasi kesulitan yang dialami? Peserta berkumpul di tempat yang telah ditentukan kemudian merefleksikan bersama macam-macam kegiatan yang telah dilakukan dalam kelompok kemudian ditulis dalam kertas flap lalu digantung pada tempat yang telah disiapkan. Setelah itu disharingkan dalam kelompok besar. e) Rangkuman Teman-teman yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita baru saja mengadakan berbagai macam permainan. Tentunya bukan sekedar bermain tetapi ada hikmah yang

148 128 mau dicapai dibalik itu semua. Segala sesuatu yang kelihatan mudah tetapi kalau tidak dikerjakan dengan hati yang tulus akan menjadi sia-sia; namun seberat apa pun pekerjaan kalau dikerjakan bersama-sama akan menjadi ringan dan membahagiakan. Oleh karena itu, mari kita buat suatu budaya baru di mana segala sesuatu yang kelihatan mudah dapat menjadi guru bagi kita dalam menjalani hidup bersama dengan orang lain. Semakin kita mengenal orang-orang yang kita ajak kerja sama akan semakin mempermudah pekerjaan yang akan kita lakukan. Kuncinya adalah keterbukaan untuk saling memberi dan menerima kekurangan serta kelebihan sesama dengan apa adanya. Ingat pepatah Berakitrakit ke hulu berenang-renang ke tepian. Bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian. Dengan penyesuaian yang terus menerus dan tentunya perlu perjuangan akhirnya kita akan mudah masuk ke kehidupan orang lain. Dengan demikian bekerja sama bersama orang lain mendatangkan keuntungan dan kebahagiaan. Demikian pula dengan alam. Kita juga bisa bekerja sama dengan alam. Kalau kita baik dengan alam dengan sendirinya alam akan memenuhi apa yang menjadi kebutuhan kita; sebab dari awal penciptaan, alam diciptakan dan disediakan oleh Allah untuk dimanfaatkan manusia. Kuncinya adalah menggunakan seperlunya dan tidak serakah. 3) Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani a) Peserta yang hadir memperoleh satu lembar teks bacaan yang sudah disiapkan. Kemudian peserta diminta untuk membaca secara bergiliran. Setelah itu untuk mengulanginya lagi diminta salah satu peserta untuk membacanya secara perlahan. b) Pembacaan dari Kitab Kejadian 1:1-2:15 Peserta masih dalam kelompok yang sama merenungkan Sabda Tuhan, kemudian mengerjakan pertanyaan yang telah diberikan, yaitu:

149 129 (1) Ayat mana yang berkesan bagi anda? jelaskan dan berilah contohnya! (2) Pesan apa yang mau disampaikan bagi anda sebagai MUDIKA? c) Pendamping memberikan tafsir dari Kitab Kejadian 1:1-2:15 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan Kitab Kejadian mengisahkan bagaimana Allah secara teratur menciptakan bumi dan segala isinya dengan bersabda. Seluruh kisah penciptaan ditujukan pada penciptaan manusia. Tempat hunian telah diciptakan lebih dahulu dan disitulah manusia akan tinggal. Waktu juga telah diciptakan sebagai ukuran; dengan itu manusia dapat mengatur hidupnya. Pada akhirnya setelah siap semuanya, diciptakanlah laki-laki dan perempuan. Dengan mengisahkan penciptaan manusia secara lebih rinci dari pada tindakan penciptaan sebelumnya mau menyatakan bahwa manusia adalah puncak dari seluruh penciptaan. Selain disediakan tempat tinggal yang nyaman, manusia juga diberi kepercayaan oleh Allah untuk menguasai seluruh ciptaan, mengusahakan dan memelihara taman itu. Hal ini mau menunjukkan bahwa Allah menghendaki manusia menjadi pewaris ciptaan untuk kemudian meneruskannya secara turun temurun sehingga semua manusia tetap dapat mengalami kesejahteraan dalam hidup mereka; dan alam akan memenuhi kebutuhan manusia, dengan catatan bahwa manusia juga menjaga, menyayangi dan menghormati serta melestarikan alam seperti Sang Pencipta-Nya. Dengan demikian terdapat sifat ketergantungan satu sama lain dalam mempertahankan kehidupan di dunia ini. 4) Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam situasi konkrit peserta a) Kata Pengantar

150 130 Dalam pembicaraan yang telah kita lalui bersama menunjukkan bahwa dalam hidup keseharian terkadang kita kurang memperlakukan alam semesta dengan semestinya. Kita secara pribadi masih ada kecenderungan untuk mementingkan keinginan dan kebutuhan sendiri tanpa memperhitungkan efek bagi generasi berikutnya. Kita juga telah menemukan bagaimana sikap kita sering tidak sejalan dengan apa yang dikehendaki oleh Bapa ketika menciptakan alam semesta dan seisinya. Allah sungguh menghargai hasil ciptaannya dan memerintah manusia agar menjaganya dengan baik. Kiranya sikap Allah menjadi acuan bagi kita untuk menghargai alam seperti kita menghargai dan memperlakukan diri kita sendiri. Maka dengan memahami dan mengenal alam sebagai bagian dari hidup imanku, berarti kita menghargai Sang Pencipta-Nya. Hal itu bisa kita mulai dengan memelihara alam di sekitar rumah, lalu Lingkungan di mana kita tumbuh dan berkembang. b) Pertanyaan Penuntun (1) Apa makna kisah penciptaan yang disampaikan melalui Kitab Suci bagi diriku sebagai MUDIKA? (2) Sikap-sikap mana yang perlu diperbaharui dan diperjuangkan sebagai MUDIKA dalam menghargai alam sebagai bagian dari hidup imanku? c) Rangkuman oleh pemandu Sebagai MUDIKA, pertumbuhan iman berkembang seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman hidup sehari-hari. Seseorang dikatakan dewasa secara iman kalau ia sungguh menyadari bahwa segala sesuatu yang dipikirkan, dikatakan dan dilakukan disertai dengan sikap tanggung jawab, sehingga dengan demikian dari pihak pribadi ada sikap menghargai diri sendiri dan dengan sendirinya juga akan mudah dalam menghargai

151 131 sesama dan alam semesta. Kiranya sikap Allah yang menghargai karya ciptaan-nya mengajak kita bersama untuk selalu intropeksi diri, sejauhmana aku sudah menghargai Allah sebagai pencipta dengan menghargai ciptaan-nya yang kelihatan?. Dengan demikian dari hari ke hari ada usaha untuk terus menerus memperbaiki sikap hidup yang kurang berkenan dihadapan-nya. 5) Langkah V: Mengusahakan suatu aksi konkrit a) Pengantar Rekan-rekan MUDIKA yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita baru saja bersamasama menggali pengalaman hidup rohani yang menyangkut penghargaan kita kepada alam semesta sebagai bagian dari hidup imanku melalui outbound. Dari pengalaman itu kita diajak untuk menghargai alam semesta, baik secara pribadi maupun kelompok karena kita menyadari sebagai makhluk sosial yang memerlukan orang lain dalam menumbuhkembangkan iman kita, terlebih dalam menghargai alam semesta yang telah memenuhi kebutuhan keseharian hidup kita. Dari pengalaman iman penulis Kitab Kejadian, kita dapat memahami betapa kuasa-nya Allah yang telah menciptakan segala sesuatu. Meskipun Dia berkuasa tetapi tetap memberi kebebasan kepada manusia dalam mengolah alam semesta demi kesejahteraan manusia. Bagi Allah yang terpenting adalah kebahagiaan manusia bukan kemuliaan Diri-Nya. Akhirnya pengalaman kita sebagai orang beriman diterangi dengan teladan Allah yang menghargai ciptaan-nya semakin memampukan kita bersama untuk tetap tekun berjuang dalam mengusahakan keberlangsungan hidup ciptaan-nya melalui menghargai alam semesta yang ada di sekitar kita.

152 132 6) Membuat niat baru (1) Niat-niat apa yang hendak anda lakukan sebagai MUDIKA untuk semakin berusaha menghargai alam sebagai bagian dari hidup iman anda? (2) Hal-hal apa saja yang perlu anda usahakan dalam mewujudkan niat-niat itu? Setelah merenungkan Sabda Tuhan dan merefleksikan seluruh proses kegiatan dari awal sampai akhir, peserta diajak untuk membuat niat-niat konkrit yang dapat dilakukan untuk melestarikan alam di Lingkungan mereka, baik secara pribadi maupun kelompok. 7) Penutup a) Setelah menentukan niat yang akan dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan doa umat secara spontan dan disatukan dengan doa Bapa Kami. b) Doa Penutup Bapa yang penuh kasih, kembali kami bersyukur dan berterima kasih kepada-mu atas bimbingan dan penyertaan-mu dari awal hingga akhir pertemuan ini. Begitu banyak hal yang boleh kami lihat, alami, dan pelajari bersama dengan teman-teman MUDIKA dan juga bersama dengan alam semesta yang ada disekitar kami. Semoga melalui pengalaman hari ini, kami semakin berusaha untuk melestarikan dan mencintai alam sebagai sahabat dan bagian dari hidup kami. Agar dengan demikian iman kami akan Dikau semakin maju dan berkembang. Doa ini kami haturkan kepada-mu, sebab Engkaulah Tuhan kami yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin. c) Lagu penutup: Bila kulihat bintang gemerlapan ( Perhimpunan Pendidikan dan Pengajaran Kristen PETRA. Puji-pujian bagi Tuhan, h.14).

153 133 Bila kulihat bintang gemerlapan, dan bunyi guruh riuh kudengar Ya Tuhanku, tak putus aku heran, melihat ciptaan-mu yang besar Maka jiwaku pun memuji-mu, sungguh besar, Kau Allahku Maka jiwaku pun memuji-mu, sungguh besar, Kau Allahku 4. Contoh Persiapan Pendampingan Iman dengan Model Shared Christian Praxis (SCP) a. Identitas: 1) Pelaksana : Sr. Theresia, SMFA 2) NIM : ) Tema : Menyusun rencana kegiatan MUDIKA di masa yang akan datang. 4) Tujuan : Kaum muda menyadari perlunya menata hidup dengan tertib serta merencanakan langkah ke depan sehingga kegiatan MUDIKA lebih menarik, kreatif dan inovatif. 5) Peserta : MUDIKA Lingkungan Santo Andreas, Lingkungan Santo Don Bosco dan Lingkungan Santo Simon Rasul 6) Tempat : Balai RK Miliran Selatan 7) Hari / Tanggal : - 8) Waktu : WIB 9) Model : Shared Christian Praxis (SCP) 10) Metode : Penyampaian informasi, menyanyi, permainan, sharing, dinamika kelompok 11) Sarana : Kitab Suci, kertas hvs, spidol, gunting, tali rafia, isolasi, kertas flap, gitar, bola, uang, buku tulis, HP, majalah, teks lagu. 12) Sumber Bahan : Hermanto Riyadi, F. (2005). Koleksi Aneka Bahan

154 134 Retret dan Rekoleksi. Manuskrip yang berisi kumpulan Bahan-bahan Retret dan Rekoleksi. Oleh para Frater SCJ untuk tim pemberi Retret di Kaliurang: Yogyakarta. hh dan Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta. (Ed). (2002). Kumpulan Lagu-lagu Pilihan: Gita Ria. Untuk kalangan sendiri. Jakarta: Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta. hh. 33, 36 dan 41. Soenarja, A. (1987). Inspirasi Hidup: Dari Hari ke Hari dalam Terang Alkitab. Yogyakarta: Kanisius. hh b. Pemikiran dasar Salah satu syarat utama menjadi orang Katolik adalah: beriman kepada Yesus Kristus. Beriman kepada Kristus berarti menaruh kepercayaan, harapan dan cinta secara total kepada pribadi-nya. Maka untuk menjadi anggota Kristus dalam Gereja pun melalui proses yang tidak mudah; begitu pula menjadi anggota MUDIKA suatu lingkungan. Masing-masing anggota di tuntut suatu adanya kerja sama, saling berbagi ide dan saran demi perkembangan dan kelancaran kegiatan mudika; sebab dengan aktif di kegiatan MUDIKA berarti kita mewujudnyatakan iman kita akan Kristus. Yakobus 2:17 mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati; sebab iman akan nampak wujudnya melalui perbuatan hidup sehari-hari. Selain itu iman bekerja sama dengan perbuatan dan oleh perbuatan itu iman menjadi sempurna. Oleh karena itu sungguh disayangkan apabila sebagai pengikut Kristus; perkataan, pikiran dan perbuatan kita tidak dilandasi oleh iman.

155 135 Dari pertemuan ini kita berharap semakin mampu menyadari dan memahami iman yang kita miliki dan hidupi sebagai pengikut Kristus, agar dengan demikian kita semakin berusaha untuk mengenal siapa Yesus secara benar sehingga kehidupan kita juga menampakkan bahwa kita ini adalah pengikut-nya. c. Pengembangan Langkah-langkah: 1) Pembukaan: a) Pengantar Teman-teman yang terkasih dalam Yesus Kristus, selamat pagi dan selamat berjumpa kembali dalam kegiatan MUDIKA ini. Sungguh merupakan suatu kebahagiaan ketika melihat teman-teman hadir untuk turut serta menyemarakkan kegiatan MUDIKA kita kali ini. Pada kesempatan ini kita akan bersama-sama menyusun rencana kegiatan ke depan; maka mulai dari saat ini kita fokuskan perhatian pada MUDIKA kita yang tercinta. b) Lagu Pembukaan: Satukanlah hati kami (Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta. Kumpulan lagu-lagu pilihan: Gita Ria, hh. 36). Satukanlah hati kami Tuk memuji dan menyembah Oh Yesus, Tuhan dan Rajaku Eratkanlah tali kasih Diantara kami semua Oh Yesus, Tuhan dan Rajaku Bergandengan tangan dalam satu hati Bergandengan tangan dalam satu iman Saling mengasihi diantara kami, Keluarga Kerajaan Allah c) Doa pembukaan Allah Yang Maha kasih, kami bersyukur atas kehadiranmu dalam diri kami masingmasing; terlebih kami bersyukur atas rahmat talenta yang Engkau hadiahkan kepada

156 136 kami. Pada pagi hari ini kami bersama-sama MUDIKA tiga Lingkungan hendak membicarakan kegiatan MUDIKA yang akan datang. Maka kami mohon, utuslah Roh Kudus-Mu turun ke atas kami agar kami dimampukan untuk saling berbagi ide demi perkembangan MUDIKA di masa yang akan datang. Doa ini kami sampaikan kepadamu dengan perantaraan Yesus Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin. 2) Langkah I dan II: Mengungkapkan dan Mendalami Pengalaman Hidup Peserta a) Pengantar Teman-teman yang terkasih dalam Yesus Kristus, pada session pertama ini temanteman diminta untuk mencari benda atau barang yang menarik hati dan berkesan di seputar ruang pertemuan. Masing-masing orang mencari satu kemudian disharingkan dalam kelompok. Kelompok akan dibagi sesuai dengan jenis barang atau benda yang anda dapatkan; sedangkan session kedua, akan disampaikan 10 Rahasia Menuju Sukses. b) Penyampaian Materi: 10 Rahasia Menuju Sukses. Dalam kehidupan nyata sehari-hari untuk menuju sukses diperlukan syarat-syarat seperti berikut: 1. Tantangan Hidup mungkin seperti jalan berbatu-batu. Tantangan bukan menggilas anda menjadi debu melainkan mengasah. Tantangan rutin yang berkesinambungan membentuk pribadi yang teguh, seperti berolah raga membentuk badan. 2. Keyakinan Keyakinan anda membentuk tindak tanduk sehari-hari. Tindak tanduk menciptakan hasil dan hasil-hasil itu bila direntangkan selama hidup adalah apa yang di sebut takdir. 3. Tujuan dan nilai-nilai Pikiran-pikiran hebat mempunyai tujuan; yang lainnya hanyalah harapan. Tujuan adalah visi dan kekuatan pendorong untuk mencapai hasil-hasil hebat. Nilai-nilai kita merupakan sumber dari mana terbit semua yang kita kehendaki dalam kehidupan. Nilai-nilai kita yang menentukan tentang siapakah diri kita.

157 Mengatasi ketakutan Kunci mengatasi ketakutan terletak dalam penguasaan keyakinan. Kegagalan dan keberhasilan hanya sekedar sesuatu yang kita buat sendiri. Ketakutan akan kegagalan adalah tidak lain dari jalan pikiran. Ketakutan membunuh daya cipta dan daya khayal. Pejuang sejati adalah seseorang yang mempunyai keberanian untuk bertempur dengan musuh-musuh dalam dirinya sendiri. 5. Sikap Setiap fakta yang kita hadapi tidaklah penting seperti sikap kita menghadapinya, karena itulah yang menentukan keberhasilan atau kegagalan. Sikap positif menciptakan hasil-hasil positif. 6. Fokus Fokus: arahkan di mana suatu benda hendak ditaruh sehingga menimbulkan suatu pemandangan yang terbaik. Bila anda menguasai kemampuan berfokus pada suatu barang, anda akan dapat menguasai barang itu sendiri. 7. Komitmen Komitmen berarti memberi dan memegang kata-kata anda, berusaha sebaik mungkin. Komitmen adalah mengerjakan apa yang anda katakan, terlepas bagaimana perasaan anda hari ini. Bila anda gagal dalam komitmen, lihatlah kembali komitmen itu dan bertanyalah pada diri sendiri Apa aku berhenti terlalu dini?. 8. Keinginan Apabila anda mau berhasil, anda harus bertekad untuk benar-benar mau, bukan hanya ingin. 9. Cita-cita Tujuan dari cita-cita adalah memfokuskan perhatian kita. Pikiran tidak akan menggapai ke arah suatu prestasi sebelum dipikirkan secara jelas obyektifitasnya. Bila cita-cita membuat anda berkeringat sedikit maka kemungkinannya adalah benarbenar cita-cita yang bagus yang akan menyita waktu anda. Manusia tidak berencana untuk gagal tetapi manusia gagal untuk berencana. 10. Pilihan Kemampuan utama yang dimiliki manusia adalah kemampuan untuk memilih. Kita semua mempunyai kemampuan untuk menentukan takdir kita, dari waktu ke waktu dengan memilih. Pilihan untuk hidup bersemangat adalah kesempatan dari waktu ke waktu. c) Pengungkapan pengalaman hidup peserta dengan pertanyaan penuntun: (1) Mengapa anda memilih benda tersebut? apa yang menarik / berkesan? (2) Dari 10 rahasia menuju sukses, bagian mana yang menantang anda sebagai MUDIKA?

158 138 (3) Apa saja yang menjadi hambatan dalam upaya menuju sukses?bagaimana solusinya? d) Rangkuman Teman-teman yang terkasih, dalam hidup ini begitu banyak tawaran dan pilihan yang harus kita ambil secara bijaksana; artinya tawaran itu kita ambil setelah memperhitungkan untung dan ruginya bagi perkembangan kepribadian kita, contohnya seperti dalam permainan tadi. Mengapa memilih benda itu: suka, antik, menarik, lucu, sesuai dengan selera, dll. Bagaimana mencarinya: bingung karena banyak pilihan, mudah, harus memilih berganti-ganti, dll. Perasaan sebelum menemukan benda: gelisah, takut, kecewa, jengkel, sedih, dll. Perasaan setelah menemukan benda: gembira, senang, puas, bahagia, dll. Cita-cita juga dapat digambarkan atau diibaratkan seperti memilih benda tadi; banyak pikiran yang muncul: aku mau ini, aku mau itu; tetapi akhirnya saya harus memilih satu saja untuk hidup. Saat memilih sudah sulit apalagi saat mengusahakannya. Memilih sesuatu harus sesuai dengan kemampuan, selera, bakat, kekurangan, kelebihan agar tidak salah pilih dan menyesal di kemudian hari. Cita-cita kita yang terdekat adalah menyusun program kerja atau kegiatan MUDIKA. Sebenarnya hanya ada dua pilihan yaitu segera di mulai atau tinggal menunggu. Segala sesuatu tidak akan pernah dapat teraih kalau tanpa ada usaha dan keberanian untuk melakukannya. Gagal dalam berjuang mewujudkan cita-cita merupakan hal yang menyakitkan tetapi bisa menjadi pelajaran untuk siap dan berhasil dengan baik di kesempatan lain. Dalam 10 Rahasia menuju sukses dikatakan bahwa bila cita-cita membuat kita berkeringat sedikit maka kemungkinannya adalah benar-benar cita-cita yang bagus yang akan menyita waktu kita. Manusia tidak berencana untuk gagal tetapi manusia gagal untuk berencana. Maka sikap yang perlu kita buat sekarang adalah fokus akan

159 139 komitmen yang telah kita pilih sehingga kegiatan MUDIKA yang kita laksanakan memiliki arahan yang jelas. e) Lagu selingan: Ke bukit Sion (Karya Kepausan Indonesia. Kumpulan lagu anak- anak: Hatiku Penuh Nyanyian, h. 112). Kumendaki ke bukit Sion, kujalani bersama-sama Kumendaki ke bukit Sion, kujalani bergandeng tangan Alleluia...o...alleluia, kujalani bersama-sama Alleluia...o...alleluia, kujalani bergandeng tangan 3) Langkah III: Menggali pengalaman Iman Kristiani a) Pembacaan Sabda Allah dari Surat Yakobus 2:14-22 Masing-masing peserta dibagi teks Kitab Suci ayat per ayat kemudian dibacakan secara bergiliran sampai semua mendapat giliran. Kemudian peserta diajak untuk hening meresapkan kata-kata Kitab Suci sesuai yang dipegangnya. Setelah itu diberi kesempatan kepada semua peserta untuk mensharingkan pengalamannya sesuai dengan ayat yang dipegangnya. Pertanyaan penuntun: (1) Apa komentar anda terhadap teks yang dipegang dan telah anda renungkan? (2) Bagaimana pendapat anda dengan ungkapan yang terdapat dalam ayat 16, dan apa yang akan anda lakukan? b) Pendamping memberikan tafsir dari Surat Yakobus 2:14-22 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan. Cinta adalah suatu kata yang mudah diungkapkan namun sulit untuk dipraktekkan. Cinta berarti saling memberi dan menerima; ada kerelaan untuk berbagi; menghormati; mempercayai. Cinta adalah suatu usaha dan tindakan yang mempersatukan dan bekerja

160 140 sama untuk saling mengembangkan. Cinta yang dewasa didasarkan pada sebuah kepercayaan dan penghargaan. Ini kiranya penting untuk disadari, terlebih bila menyangkut dasar iman. Mencintai/mengasihi yang bertitik tolak pada pengalaman merasakan kasih Allah yang begitu besar kepada kita secara pribadi. Dalam kehidupan sehari-hari orang bisa berkata banyak tentang cinta, mengucapkan kata-kata penghiburan manis, Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang (ayat 16); tetapi jika tidak disertai dengan perbuatan, maka tidak ada gunanya; bahkan bisa terjadi itu justru sebuah ungkapan penghinaan karena pernyataan tidak dibarengi dengan kebenaran dan kesungguhan. Seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan adalah mati, sebab perbuatanlah yang menjiwai iman. Dengan perbuatan, iman tidak hanya nampak tetapi bertumbuh dan berkembang juga seperti manusia bertumbuh dan berkembang dalam kesatuan jiwa-raga, tubuh dan roh saling bekerja sama. Kalau iman Abraham ditantang untuk mengorbankan puteranya Ishak, ia menunjukkan sikap imannya dengan cara: keluar berjalan, membawa anak memikul kayu, membawa sendiri pisau dan api, siap untuk perbuatan. Korban Abraham, pembawa iman yang pertama, bapa segala orang beriman; itu menunjukkan imannya dengan sikap, segala tingkah laku dan perbuatannya. Dengan demikian iman bekerja sama dengan perbuatanperbuatan seperti jiwa dan raga; dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna (ayat 22). Manusia bertumbuh dan berkembang lewat perbuatannya, melihat, berpikir, bertindak dengan segala perhitungan serta kekuatan melaksanakan rencananya sampai selesai. Iman dalam kesatuan dengan perbuatan itulah baru dinamakan iman yang hidup. Iman tanpa artikulasi yang dinyatakan dalam perbuatan itu ibarat badan tanpa gerak, dan kalau jantung pun sudah tidak bergerak maka orang itu akan mati. Hidup dinyatakan dalam gerak, dan gerak diarahkan pada perbuatan nyata yang meningkatkan manusia

161 141 menjadi sempurna. Maka iman mencapai kesempurnaan dalam gerak, langkah dan dinamika perbuatan yang terarah pada memuji nama Tuhan. c) Lagu selingan: Bagaikan bejana (Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta. Kumpulan lagu-lagu pilihan: Gita Ria, h. 41). Bagaikan bejana siap dibentuk, demikian hidupku di tangan-mu Dengan urapan kuasa Roh-Mu, ku dibaharui selalu Jadikan ku alat dalam rumah--mu Inilah hidupku di tangan-mu Bentuklah sturut kehendak-mu Pakailah sesuai rencana-mu Ku mau sperti-mu Yesus, disempurnakan slalu Dalam segnap jalanku, memuliakan nama-mu 4) Langkah IV: Menerapkan iman Kristiani dalam situasi konkrit peserta a) Pengantar Dalam pembicaraan yang telah kita lalui bersama menunjukkan bahwa kita telah menemukan bagaimana sikap kita dalam menyemarakkan kegiatan MUDIKA. Seringkali kegiatan dilaksanakan tanpa suatu perencanaan yang matang dan sistematis sehingga kegiatannya menjadi tidak menarik, bahkan menyebabkan kegiatan menajdi timbul tenggelam. Selain itu kita juga telah mendengar bagaimana Yakobus dalam suratnya mengkritik para pendengar bahwa iman tidak terlepas dari tindakan nyata sehari-hari. Maka tidak ada gunanya orang beriman apabila tidak diwujudnyatakan dalam kehidupan bersama dengan orang lain; sebab iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati. Sebagai MUDIKA kiranya kritikan Yakobus juga berlaku bagi kita sekaligus mengingatkan bahwa kita seringkali jatuh dalam ritual perayaan keagamaan dan melupakan yang pokok yaitu mewujudkan iman yang dihayati melalui keterlibatan di Lingkungan, Gereja dan masyarakat. Sebab iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatanperbuatan itu iman menjadi sempurna. Maka sebagai pengikut Kristus kita hanya dapat

162 142 menghasilkan buah-buah iman apabila kita selalu mengusahakan waktu, tenaga dan pikiran untuk menimba kekuatan dari pada-nya. b) Pertanyaan penuntun: (1) Apa makna kritikan yang disampaikan Rasul Yakobus melalui Kitab Suci bagi diriku sebagai MUDIKA yang beriman? (2) Sikap-sikap mana yang perlu diperbaharui dan kuperjuangkan sebagai MUDIKA dalam menyusun rencana kegiatan MUDIKA di masa yang akan datang? c) Rangkuman oleh Pemandu Rasul Yakobus telah begitu banyak memberikan contoh dan teladan hidup bagaimana mewujudkan iman yang dihayati melalui tindakan nyata sehari-hari. Sebagai MUDIKA, kita menyadari akan kelemahan dan keterbatasan kita dalam mengusahakan terwujudnya iman yang dihayati karena masih cenderung memiliki sikap idealis dalam membangun sebuah MUDIKA seperti yang dicita-citakan. Namun kita percaya bahwa Yesus tidak pernah jemu mengingatkan kita melalui pengalaman hidup sehari-hari, baik secara pribadi, bersama dalam MUDIKA, keluarga maupun orang lain. Marilah kita selalu menimba kekuatan dari-nya yang selalu menyeimbangkan antara perbuatan dan perkataan. 5) Langkah V: Mengusahakan suatu aksi konkrit a) Pengantar Rekan-rekan muda yang terkasih untuk mewujudkan niat konkret yang akan kita laksanakan, marilah kita terlebih dahulu mencari hal-hal yang berkaitan dengan suksesnya kegiatan yang akan kita laksanakan. Peserta diajak masuk kedalam kelompok semula

163 143 untuk menyusun rencana kegiatan konkrit yang bisa dibuat dan dilaksanakan, baik itu kegiatan jangka pendek maupun panjang kemudian dipresentasikan dengan pertanyaan penuntun: (1) Sebutkanlah kelemahan-kelemahan yang ada dalam wadah MUDIKA! (2) Sebutkanlah kekuatan-kekuatan yang ada dalam wadah MUDIKA! (3) Sebutkanlah peluang-peluang yang ada dalam wadah MUDIKA! (4) Sebutkanlah hambatan-hambatan yang ada dalam wadah MUDIKA! (5) Buatlah dua contoh kegiatan konkrit yang dapat dilaksanakan dalam waktu dekat/ jangka pendek dan satu kegiatan untuk jangka panjang! b) Pendamping mengelompokkan kegiatan-kegiatan yang telah dibuat sesuai jangka waktunya kemudian dibacakan sehingga semua peserta dengan jelas menangkap jenis kegiatan yang dapat dilakukan sesuai dengan keadaan MUDIKA Lingkungannya masingmasing. c) Pendamping mengarahkan peserta untuk menelusuri seluruh rangkaian kegiatan dan memberikan penegasan-penegasan yang perlu. Harapannya selesai pertemuan masingmasing lingkungan segera dapat melaksanakan program kerja yang sudah dibuat bersama. 6) Penutup a) Setelah menentukan niat-niat yang akan dilaksanakan, peserta diberi kesempatan untuk berdoa secara spontan lalu dilanjutkan dengan doa Bapa Kami. b) Doa Penutup Allah Bapa yang Maha baik, kami bersyukur dan berterima kasih kepada-mu atas bimbingan dan penyertaan-mu dari awal hingga akhir pertemuan ini. Kami sangat

164 144 bergembira dan bersukacita karena hari ini kami boleh mensharingkan pengalaman tentang kehadiranmu dalam diri kami masing-masing dengan penuh akrab dan persaudaraan. Melalui permainan, dinamika kelompok, menyusun rencana kegiatan maupun pada saat sharing secara pribadi, kami menjadi diperkaya satu sama lain. Berkat FirmanMu kami dikuatkan dan diteguhkan agar kami selalu percaya bahwa Engkau selalu hadir di setiap waktu dalam hidup kami. Selain itu kami juga merasa di tantang agar iman yang kami miliki dan hayati selama ini mampu kami wujudkan melalui kehidupan konkrit dengan cara terlibat dalam MUDIKA, karang taruna, Lingkungan, Gereja dan masyarakat tempat kami tumbuh dan berkembang. Semoga harapan dan niat-niat baru yang hendak kami bangun yaitu membuat kegiatan MUDIKA lebih menarik, kreatif dan inovatif Engkau restui dengan rahmat-mu. Doa ini kami haturkan kepada-mu dengan perantaraan Yesus, Tuhan dan Juru Selamat kami. Amin. c) Lagu penutup: Sungguh ku bangga Bapa (Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta. Kumpulan lagu-lagu pilihan: Gita Ria, h. 33). Sungguh kubangga Bapa Punya Allah seperti Engkau Sungguh kubangga Yesus Atas sgala pengorbanan-mu Tak ingin aku hidup, lepas dari kasih-mu Kasih-Mu menyelamatkan, dan briku pengharapan Kini kupersembahkan, apa yang aku miliki Memang tiada berarti, bila dibanding dengan kasih-mu Namun ku ingin membri, dengan sukacita di hati Karna kutahu ini, menyenangkan hati-mu

165 BAB V PENUTUP Pada bagian terakhir dari penulisan skripsi ini, penulis melihat kembali secara keseluruhan Bab I-IV dan mencoba mengemukakan beberapa pokok gagasan yang perlu di perdalam dan di perjelas lagi. A. Kesimpulan 1. Permasalahan Pokok Berkaitan dengan Kaum Muda Kaum muda adalah kelompok orang berusia muda yang sedang mengalami proses pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, emosional, sosial, moral dan religius dengan segala permasalahannya. Maka pendampingan bagi mereka secara terus menerus dan sesuai dengan kebutuhan mereka sangat diharapkan. Ada pun permasalahan pokok yang berkaitan dengan kaum muda adalah: a. Kaum muda kurang di beri kepercayaan untuk aktif terlibat di MUDIKA secara maksimal karena orang tua masih menganggap bahwa sekolah adalah yang utama, sedangkan kegiatan MUDIKA hanya sekedar sampingan. b. Kaum muda masih tergantung sepenuhnya pada orang tua sehingga segala sesuatu harus dibicarakan dengan orang tua. c. Kaum muda kurang dilibatkan secara penuh dalam pelaksanaan pendalaman iman. Dalam arti mereka belum dilibatkan mulai dari perencanaan, penyusunan program, persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini terjadi karena peran orang tua yang masih dominan dalam penyelenggaraan pendalaman iman. 145

166 146 d. Kaum muda membutuhkan suasana, kemasan baru dan kreatif dalam proses pendampingan sesuai dengan perkembangan zaman melalui penggunaan sarana-sarana yang bervariasi. e. Kaum muda perlu menumbuhkan kepercayaan dalam diri masing-masing bahwa mereka mempunyai potensi untuk mengembangkan diri sebagai salah satu bentuk perwujudan iman yang dihidupi dan dihayati selama ini. f. Kaum muda membutuhkan kegiatan yang menantang dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang mereka hadapi. g. Berbagai tantangan yang disebabkan oleh perkembangan tehnologi informasi yang semakin maju, kesibukan studi dan kerja serta kegiatan di komunitas lain yang lebih menarik. Kenyataan di atas menunjukkan begitu banyak permasalahan yang dialami oleh kaum muda. Untuk itu diperlukan perhatian yang khusus dan menyeluruh akan keberadaan mereka. Hal ini perlu dipertimbangkan mengingat kaum muda adalah generasi penerus keberlangsungan Gereja di masa depan. Untuk itu diperlukan tenaga pendamping yang berkualitas dan memiliki jiwa muda. Kaum muda adalah generasi penerus perkembangan Gereja, maka keberadaan mereka di dalam Gereja baik secara individual maupun kolektif disadari sebagai sumbangan yang berharga. Mengingat peran dan keberadaannya yang penting MUDIKA hendaknya didampingi secara terus menerus, utuh dan menyeluruh. Artinya MUDIKA diberi pendampingan sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan mereka. 2. Peranan Orang Tua dan Gereja dalam Upaya Meningkatkan Penghayatan Iman Kaum Muda

167 147 Berdasarkan kodratnya, perkawinan terarah pada kelahiran anak. Anak yang telah dikonsepsi harus dipelihara dan dirawat dengan penuh cinta sehingga anak dapat tumbuh menjadi manusia yang utuh. Melalui hal ini, orang tua perlu mendidik anak dalam hidup keimanan. Untuk itu orang tua di tuntut memiliki pengalaman iman yang baik, menampilkan perilaku hidup yang baik sehingga anak dapat mencontoh perbuatan orang tuanya (Tim Pusat pendampingan Keluarga Brayat Minulyo, 2007: 22). Demikian pula orang tua yang aktif terlibat di Lingkungan, Gereja dan masyarakat akan memberikan kesempatan dan kemudahan serta kepercayaan bagi anak-anaknya untuk aktif terlibat pula. Hal ini terjadi berdasarkan pengalaman bahwa orang tua yang pada masa mudanya aktif di organisasi tertentu dengan sendirinya anak-anak juga ikut meneladan sikap hidup mereka. Orang tua mempunyai prinsip bahwa semakin kita aktif di kegiatan maka kita akan terdorong untuk lebih serius dalam menjalankan hidup dan tugas yang telah dipercayakan oleh Allah kepada manusia. Kesadaran seperti inilah yang diperlukan oleh kaum muda, yaitu orang tua yang memberi teladan bukan hanya dengan kata-kata tetapi melalui kesaksian hidup nyata. Gereja adalah kumpulan umat beriman yang dipanggil oleh Allah berkat iman akan Yesus Kristus. Maka peran Gereja sangat besar dalam mengusahakan peningkatan penghayatan iman umatnya. Tetapi pada kenyataannya Gereja tetap memiliki keterbatasan untuk sepenuhnya mengemban tugasnya dalam melayani umat. Gereja sudah mencoba membuka pintu lebar-lebar bagi kreativitas umat dalam mengekspresikan diri terutama kaum mudanya. Namun seringkali pula Gereja masih sulit mencari sebuah bentuk pewartaan yang pas bagi kaum muda agar mereka dapat lebih terlibat aktif. Maka peran Gereja dalam hal ini adalah mengadakan pembekalan, pelatihan dan pendampingan bagi para pendamping umat kemudian mengutus mereka untuk terjun langsung mendampingi umat sesuai dengan kebutuhan peserta yang dilayani. Dengan demikian

168 148 iman umat akan menjadi tumbuh dan berkembang dan mereka siap menjadi saksi Kristus di tengah tengah masyarakat melalui kehidupan dan keterlibatan mereka di lingkungan, Gereja dan masyarkat. 3. Peranan Pendamping Pendalaman Iman Pendampingan bagi MUDIKA adalah usaha membantu untuk menyalurkan bakat dan talenta yang mereka miliki melalui kehadiran dan keterlibatan MUDIKA dalam kegiatan yang dilaksanakan, baik di tingkat Lingkungan, Gereja maupun masyarakat. Sebab hanya dalam dan melalui partisipasi yang aktif MUDIKA dapat menyatakan diri serta menyatukan semua pontensinya dan dengan sendirinya mereka turut serta dalam membangun dunia sekaligus mempersiapkan diri untuk menata hari esok yang lebih cerah. Melalui pendampingan diharapkan MUDIKA dapat mengalami dan merasakan perjumpaan dengan Yesus secara langsung. Dengan demikian pendampingan dapat membantu MUDIKA dalam usaha menghayati iman mereka akan Kristus dan mengembangkan nilai-nilai Kristiani yang diwujudkan dalam kesaksian hidup sehari-hari. Artinya para pendamping iman kaum muda perlu membuka wawasan dalam melaksanakan model-model pendampingan yang relevan dengan situasi MUDIKA dan sesuai dengan cita-cita Gereja. Pendampingan yang dimaksud lebih mengarah pada usaha membantu MUDIKA agar dapat terbuka dalam mengkomunikasikan imannya, kesadaran untuk menyalurkan potensi-potensi yang dimiliki melalui keterlibatan aktif di lingkungan, Gereja dan masyarakat. Dengan demikian MUDIKA menjadi pribadi yang peka melihat kebutuhan, peluang dan kebutuhan masyarakat tempat mereka tinggal sehingga mampu membekali diri dalam menghadapi perkembangan dan tuntutan zaman yang terus berkembang. Untuk itu pendamping iman kaum muda perlu mempersiapkan diri secara matang, terencana, terprogram dan terorganisasi. Artinya pendampingan bukan

169 149 dilaksanakan hanya atas dasar persiapan pendamping melainkan perlu melihat kebutuhan MUDIKA saat ini. Hal ini terjadi dengan pengandaian pendamping memperhatikan tujuan pokok pendampingan, materi yang akan disampaikan, metode dan tehnik pengolahannya serta bentuk pendampingan yang akan dilaksanakan. Katekese adalah proses pendidikan iman, di mana dengan sadar umat beriman berkumpul untuk mengkomunikasikan pengalaman iman mereka, mengolah serta mendalaminya dalam perspektif Kitab Suci dan Tradisi Kristiani sehingga dapat menemukan ilham atau inspirasi dan semangat baru untuk mewujudkannya dalam hidup bersama di tengah jemaat dan masyarakat demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Karena iman bersumber pada Yesus Kristus, maka dalam pendampingan iman perlu juga diuraikan tentang pribadi Yesus secara utuh. Artinya MUDIKA diajak untuk memahami dan mendalami siapa Yesus, isi Sabda dan ajaran serta karya-nya; keteladanan hidup-nya dalam menderita sengsara, wafat dan kebangkitan-nya juga kehadiran-nya kembali ke dunia melalui Roh Kudus. Dengan demikian pengetahuan yang disampaikan memberikan pencerahan sekaligus acuan bagi MUDIKA dalam upaya meningkatkan penghayatan iman mereka akan Kristus. Maka pendalaman iman khusus MUDIKA dengan menggunakan bahasa dan cara mereka, akan mendorong minat MUDIKA untuk hadir dan terlibat didalamnya. Sebab bagaimana pun juga MUDIKA perlu wadah dan sarana untuk membagikan pengalaman iman mereka sekaligus sebagai tempat tersalurkannya komunikasi iman secara dialogis dan partisipatif. Maka diharapkan pendamping pendalaman iman sungguh mengenal, memahami peserta serta kebutuhannya dan membekali diri dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan pendampingan iman kaum muda. Dengan demikian pendalaman iman merupakan suatu kegiatan yang selalu dirindukan dan ditunggu oleh MUDIKA, sekaligus

170 150 menjadi wadah dan sarana bagi mereka untuk mengembangkan diri dalam imannya menuju kedewasaan Kristiani. B. Saran 1. Saran umum bagi MUDIKA, orang tua, pendamping kaum muda Pendampingan iman bagi MUDIKA dapat berjalan dengan baik dan lancar apabila ada kerjasama antara keduanya. Maka ada beberapa hal yang kiranya perlu diperhatikan oleh MUDIKA, orang tua, para pendamping iman kaum muda, yaitu: a. MUDIKA tidak dipandang sebagai obyek pembinaan yang terus menerus dibina dan dibentuk melainkan sebagai subyek yang turut berperan dalam pengembangan iman umat. Dengan demikian MUDIKA perlu dilibatkan dalam kegiatan yang dilaksanakan mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan evaluasi, karena keterlibatan itu membantu proses belajar MUDIKA. Untuk itu pendamping perlu mengenal, memahami latar belakang dan kebutuhan kaum muda serta berjiwa muda. b. Perlu diadakan pendalaman iman khusus untuk MUDIKA sehingga mempermudah pendamping dalam mengemas bahan dan penggunaan bahasa serta sarana yang akan digunakan. c. MUDIKA secara pribadi semakin berusaha memupuk kepercayaan pada diri sendiri bahwa mereka memiliki potensi untuk mengembangkan diri. d. Katekese bukan merupakan hal yang mati melainkan kegiatan Gereja yang terus berkembang sesuai dengan zamannya. Maka sarana, metode, bahan dan cara penyampaiannya hendaknya disesuaikan dengan perkembangan zaman. e. Untuk mendapatkan informasi dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan MUDIKA maka diperlukan suatu survei lapangan dan pendekatan dengan mereka sehingga bahan dan metode yang disampaikan mengena pada sasaran.

171 151 f. Dalam mengadakan pendampingan secara berkesinambungan hendaknya melibatkan orang-orang yang terdekat dengan MUDIKA yaitu teman-teman muda, orang tua, pengurus Lingkungan, Gereja dan masyarakat. Sebab mereka semua secara tidak langsung turut bertanggung jawab dalam upaya meningkatkan penghayatan iman Kristiani bagi MUDIKA 2. Saran khusus bagi Gereja Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta a. Dewan Pastoral Paroki berani mengusahakan pendamping yang berkualitas bagi kaum muda melalui pembekalan dan pelatihan atau kaderisasi menyangkut tentang katekese. b. Gereja mengadakan pendampingan secara rutin bagi kaum muda, baik yang ada di Lingkungan maupun paroki sehingga Gereja semakin maju dan berkembang secara seimbang. Kuncinya menyediakan orang-orang khusus yang berjiwa muda dan mempunyai kualifikasi sebagai seorang pendamping kaum muda.

172 DAFTAR PUSTAKA Banyu Dewa, HS. (1999). Mempersiapkan dan Mengemas Pertemuan Katekese yang Menarik. Umat Baru, 190, hh Bergant, Dianne & Karris, Robert. (Ed.). (2002a). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. (A.S. Hadiwiyata, Lembaga Biblika Indonesia, Penerjemah).Yogyakarta: Kanisius.. (2002b). Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius. Brannen, Julia. (2005). Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang. (2003). Nota Pastoral: Menghayati Iman dalam Arus-arus Besar Zaman ini. Yogyakarta: Kanisius.. (2007). Nota Pastoral: Menjadikan Keluarga Basis Hidup Beriman. Muntilan: Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang.. (2008). Nota Pastoral: Melibatkan Anak dan Remaja untuk Pengembangan Umat. Muntilan: Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang. Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese (F.X. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. (Buku asli diterbitkan 1991). Hadiwiyata, A. (1984). Sejenak Bersama Yohanes. Jakarta: Obor. Hardjana, A.M. (1993). Penghayatan Agama: Yang Otentik dan Tidak Otentik. Yogyakarta: Kanisius. Hermanto Riyadi, F. (2005). Koleksi Aneka Bahan Retret dan Rekoleksi. Manuskrip yang berisi kumpulan Bahan-bahan Retret dan Rekoleksi. Oleh para Frater SCJ untuk tim pemberi Retret di Kaliurang: Yogyakarta. Huber, Th. (1981). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius. Karya Kepausan Indonesia. (2003). Kumpulan Lagu Anak-anak: Hatiku Penuh Nyanyian. Jakarta: KKI. Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius.. (2004). Nota Pastoral : Keadaan Publik: Menuju Habitus Baru Bangsa. Keadilan Sosial bagi Semua: Pendekatan Sosio-Budaya. Jakarta: Sekretariat Jenderal KWI. Kongregasi Suci untuk para Klerus. (1991). Direktorium Kateketik Umum. (Thom Wignyata & Lukas Lege, Penerjemah). Ende: Nusa Indah. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1971). Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966). Lalu, Yosef. (2005). Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI. Madya Utama, I. et al. (2002). Dinamika Hidup Beriman: Bunga Rampai Refleksi Teologis. Yogyakarta: Kanisius. Mangunhardjana, A.M. (1986). Pendampingan Kaum Muda. Yogyakarta: Kanisius. Martasudjita, E. (1998). Makna Liturgi bagi Kehidupan Sehari-hari: Memahami Liturgi secara Kontekstual. Yogyakarta: Kanisius. Moleong, L.J. (2007). Dasar Penelitian Kualitatif: Perbedaan antara Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. (Seri Pastoral No. 393). Yogyakarta: Pusat Pastoral. Perhimpunan Pendidikan dan Pengajaran Kristen PETRA. Tanpa tahun penerbitan.. Pujipujian bagi Tuhan. Kumpulan lagu-lagu yang diterbitkan untuk kalangan sendiri 152

173 153 oleh Dewan Pengurus Perhimpunan Pendidikan dan Pengajaran Kristen PETRA. Surabaya. Poerwadarminta, W.J.S. (2006). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Purnawan Kristanto. (2000). 77 Permainan Asyik 1. Yogyakarta: Andi. Rencana Induk Strategik Pengembangan Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. (2004). Manuskrip yang berisi penjelasan tentang Rencana Lima Tahun Gereja Kristus Raja Paroki Baciro Yogyakarta Disusun dalam rangka persiapan kunjungan Krisma Paroki Baciro, Yogyakarta, Mei Ruchiyat, Y. (1981). Membentuk Jemaat. (Seri Pastoral No. 55). Yogyakarta: Pusat Pastoral. Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta. (Ed.). (2002). Kumpulan Lagu-lagu Pilihan: Gita Ria. Untuk kalangan sendiri. Jakarta: Sekretariat Keuskupan Agung Jakarta. Soenarja, A. (1987). Inspirasi Hidup: dari Hari ke Hari dalam Terang Alkitab. Yogyakarta: Kanisius. Suban, Simon. (Ed.). (1995). Kaum Muda Sebagai Gembala Tradisi dan Nabi Masa Depan. Seri Buku Vox, 40/2, Membangun Manusia Muda. (hh ). Dalam para Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero Maumere. Arnoldus: Ende. Sugiyono, (2006). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sumarno, Ds., M. (2005). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat mata kuliah Program Pengalaman Lapangan untuk Mahasiswa semester V, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Tangdilintin, Philips. (1981). Menjajaki Arah dan Bentuk Kaderisasi Pembina Kaum Muda. (Seri Pastoral No. 53). Yogyakarta: Pusat Pastoral. Tim Pusat Pendampingan Keluarga Brayat Minulyo. (2007). Kursus Persiapan Hidup Berkeluarga. Yogyakarta: Kanisius. Trihendradi, Cornelius. (2005). Step by Step SPSS 13: Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Andi. Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae, (Penyelenggaraan Katekese). (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979). Widadaprayitna, YR. (1999). Kidung Ekaristi. Manuskrip yang berisi kumpulan lagu-lagu untuk kaum muda di Gereja Kota Baru. Yogyakarta.

174 LAMPIRAN

175 Lampiran 1: Pengantar Kuesioner Kepada yang terkasih: Teman-teman MUDIKA Lingkungan Santo Andreas, Lingkungan Santo Don Bosco dan Lingkungan Santo Simon Rasul, Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta. Di tempat Syaloom, Rekan- rekan muda yang terkasih dalam Yesus Kristus, selama ini anda telah berupaya menghidupi dan menghayati iman akan Kristus dalam kehidupan seharihari. Oleh karena itu sehubungan dengan adanya tugas penelitian dalam rangka skripsi, maka pada kesempatan ini saya memohon kesediaan dari rekan-rekan muda untuk mengisi kuesioner sesuai dengan pengalaman hidup sehari-hari dalam meningkatkan penghayatan iman. Jawaban rekan-rekan merupakan sesuatu yang berharga bagi saya dalam penyusunan skripsi ini. Ada pun judul skripsi yang saya tulis yaitu Upaya Meningkatkan Penghayatan Iman Kristiani Kaum Muda Miliran, Paroki Kristus Raja Baciro, Yogyakarta, Melalui Katekese. Saya secara pribadi berharap, semoga skripsi ini berguna bagi MUDIKA se-miliran dalam upaya meningkatkan penghayatan iman melalui pendampingan katekese yang dilakukan secara khusus untuk kaum muda dan bagi pribadi dalam upaya mengenal kehidupan kaum muda Katolik. Akhirnya dengan penuh syukur dan suka cita, saya mengucapkan terima kasih yang mendalam atas perhatian, kesediaan dan kerjasamanya dalam mengisi kuesioner ini. Tuhan memberkati anda! Yogyakarta, 10 April 2008 Salam kasih persaudaraan, ( Sr. Theresia Tincerustina, SMFA ) (1)

176 Lampiran 2: Kuesioner Penelitian Petunjuk untuk mengerjakan kuesioner 1. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan yang ada. 2. Lingkarilah pernyataan yang ada sesuai dengan pengalaman anda. Jawablah pernyataan di bawah ini sesuai dengan pengalaman anda. 1. MUDIKA menurut pendapatku adalah mereka a. Yang saat ini duduk di kelas III SLTP sampai dengan SLTA b. Umur tahun / belum menikah dan berjiwa muda c. Yang menjadi tulang punggung perkembangan Gereja d. Lainnya 2. Peranan orang tua terhadap perkembangan iman anda sebagai kaum muda a. Mendukung kaum muda untuk aktif terlibat dalam kegiatan yang positif b. Mendidik kaum muda secara seimbang sesuai kebutuhan mereka c. Mendukung kaum muda terlibat di Lingkungan Gereja d. Lainnya 3. Hambatan yang anda hadapi sebagai kaum muda dalam lingkup keluarga a. Masih tergantung sepenuhnya pada orang tua b. Kurang diberi kepercayaan dan tanggung jawab c. Kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tua d. Lainnya.. 4. Hambatan yang anda hadapi sebagai kaum muda dalam lingkup Gereja a. Komunikasi yang tidak searah / atas-bawah b. Pengurus Lingkungan kurang memberi perhatian c. Kaum tua yang dominan dalam kegiatan keagamaan d. Kurang diberi kepercayaan dan kesempatan untuk mandiri 5. Dukungan yang anda peroleh dari keluarga a. Diberi kesempatan untuk aktif dalam kegiatan di Lingkungan dan masyarakat b. Orang tua memberi teladan bukan hanya dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan c. Orang tua selalu mengingkatkan kalau ada kegiatan yang dilaksanakan d. Relasi dan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak 6. Dukungan yang anda peroleh dalam lingkup Gereja a. Diberi kesempatan untuk mengadakan kegiatan keagamaan yang membantu penghayatan iman b. Didampingi secara langsung c. Memberikan kemudahan dalam hal fasilitas yang akan digunakan d. Memberikan dukungan dalam hal finansial 7. Yang anda butuhkan sebagai kaum muda saat ini a. Kepercayaan untuk melakukan kegiatan tanpa campur tangan sepenuhnya dari orang tua / pendampingan seperlunya saja b. Pendampingan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan kaum muda (2)

177 c. Kegiatan yang menantang dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi kaum muda d. Kegiatan yang membuat kaum muda aktif dan kreatif untuk meneruskan pembinaan iman yang telah dimulai 8. Tantangan yang anda hadapi sebagai kaum muda yang mempengaruhi keterlibatan dalam kegiatan MUDIKA Lingkungan a. Perkembangan tehnologi informasi yang semakin maju b. Kesibukan studi dan kerja c. Kegiatan di komunitas lain yang lebih menarik d. Lainnya.. 9. Menurut anda kegiatan MUDIKA mengurangi waktu belajar dan kesempatan kerja a. Setuju b. Tidak setuju c. Ragu-ragu d. Lainnya. 10. Komunikasi dan relasi yang baik diantara rekan-rekan MUDIKA mempengaruhi minat anda untuk aktif terlibat dalam kegiatan MUDIKA yang dilaksanakan a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Lainnya 11. Menurut anda, terlibat dalam kegiatan MUDIKA memberi dampak positif bagi penghayatan iman anda a. Setuju b. Tidak setuju c. Selalu d. Lainnya Kegiatan yang pernah diikuti di Lingkungan a. Latihan koor b. Terlibat dalam kegiatan MUDIKA Lingkungan c. Menghadiri pendalaman iman Lingkungan bersama orang tua d. Lainnya Kegiatan yang pernah diikuti di lingkungan masyarakat a. Kerja bakti membersihkan kampung b. Membantu tetangga yang memiliki hajat c. Mengikuti kegiatan karang taruna d. Lainnya 14. Kegiatan yang anda lakukan untuk meningkatkan penghayatan iman pribadi a. Membaca dan merenungkan Sabda Tuhan setiap hari b. Terlibat dalam kegiatan yang berhubungan dengan penghayatan iman c. Berdoa setiap hari d. Saling membagikan pengalaman iman dengan orang lain 15. Iman yang diyakini perlu diwujudkan dengan perbuatan konkrit a. Sangat setuju b. Setuju (3)

178 c. Tidak setuju d. Ragu-ragu 16. Perkembangan iman seseorang merupakan tanggung jawab pribadi a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Lainnya Pendampingan iman bagi kaum muda selama ini sudah cukup baik a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Lainnya 18. Dalam mengikuti pendalaman iman yang dilaksanakan seringkali peserta tidak aktif, karena : a. Tema yang disajikan kurang sesuai dengan minat dan keperluan pesertanya b. Pesertanya menganggap bahwa pendalaman iman hanya berlaku untuk orang tua saja c. Proses pendalaman iman kurang menarik dalam penyajiannya d. Lainnya. 19. Yang dialami dan dirasakan setelah mengikuti pendalaman iman a. Biasa saja b. Merasa terbantu untuk semakin mengenal pribadi Yesus dan diriku sehingga memperdalam imanku c. Merasa terganggu karena mengurangi waktu untuk belajar dan bekerja d. Merasa tertarik untuk menghadiri pertemuan berikutnya 20. Kegiatan Pendalaman Iman yang menarik. a. Kegiatan yang dapat membantu pesertanya untuk semakin terlibat baik di lingkungan Gereja maupun masyarakat b. Kegiatan yang dapat menjawab kebutuhan para pesertanya c. Kegiatan yang dapat menantang pesertanya untuk peka menanggapi tantangan zaman yang terus berkembang d. Kegiatan yang membuat pesertanya menjadi aktif dan kreatif 21. Sikap yang anda lakukan dalam kegiatan pendalaman iman a. Duduk manis mendengarkan b. Aktif terlibat menanggapi segala sesuatu yang disampaikan c. Menjawab pertanyaan kalau ditunjuk namanya d. Berani mengusulkan sesuatu yang berguna bagi perkembangan pendalaman iman selanjutnya 22. Menurut anda, pelaksanaan pendalaman iman yang dibuat menarik a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Ragu-ragu 23. Pendalaman iman khusus MUDIKA dilakukan secara menarik dan kreatif dalam penyampaiannya a. Sangat setuju (4)

179 b. Setuju c. Tidak setuju d. Lainnya 24. Yang anda harapkan dari pendamping pendalaman iman a. Memiliki ketrampilan dalam memimpin pendalaman iman b. Berperan aktif dan melibatkan peserta tanpa pilih kasih c. Mengutamakan kebutuhan dan kepentingan peserta pendalaman iman d. Lainnya. 25. Sikap yang dimiliki pendamping pendalaman iman a. Bersikap sebagai fasilitator / pemudah dalam proses kegiatan b. Menguasai tehnik memimpin pendalaman iman c. Terampil berkomunikasi dan berelasi dengan peserta d. Penuh persaudaraan dan melibatkan seluruh peserta untuk bersama-sama berproses selama pendalaman iman berlangsung 26. Wawasan yang dimiliki oleh pendamping pendalaman iman a. Memahami seluk beluk tentang liturgi b. Memamahi secara mendalam ketujuh sakramen dalam Gereja dan penerapannya c. Menyeluruh, dalam arti memahami segala sesuatu yang menyangkut tentang Gereja, iman dan perwujudannya serta katekese d. Kurang memadai / terbatas 27. Bahan atau materi pendalaman iman yang selama ini diberikan a. Sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi peserta b. Menyangkut kaum muda, persoalan dan tantangannya c. Menyangkut permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat d. Sesuai dengan persiapan pendamping 28. Sarana yang biasa dipergunakan selama proses pendalaman iman a. Hanya menggunakan Kitab Suci b. Menggunakan sarana audio visual (tape recorder, film, cerita bergambar) c. Pengalaman iman seseorang d. Lainnya. 29. Suasana yang terbentuk selama proses pendalaman iman berlangsung a. Penuh persaudaraan b. Menegangkan sehingga terkesan kaku dan pasif c. Santai tetapi serius sehingga memudahkan peserta untuk terlibat d. Terbuka, yang ditandai dengan saling mendengarkan dan saling menghargai 30. Tema yang diberikan selama ini sesuai dengan kebutuhan peserta dan sesuai dengan perkembangan zaman terutama menyangkut permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Lainnya.. (5)

180 Lampiran 3: Daftar pertanyaan wawancara bagi MUDIKA 1. Apa yang anda ketahui tentang penghayatan iman? 2. Sebagai MUDIKA, apa yang sesungguhnya anda butuhkan saat ini dalam upaya meningkatkan penghayatan iman? 3. Menurut anda, bagaimana sikap orang tua terhadap upaya meningkatkan penghayatan iman di Lingkungan anda? 4. Menurut anda, bagaimana caranya agar pendalaman iman berjalan menarik? 5. Menurut anda, apa yang menjadi penyebab pendalaman iman kurang diminati oleh kaum muda? 6. Menurut anda, sikap seperti apa yang hendaknya dimiliki oleh seorang pemimpin pendalaman iman? (6)

181 Lampiran 4: Daftar pertanyaan wawancara bagi pengurus Lingkungan, pendamping MUDIKA, dan orang tua 1. Sejauhmana usaha pengurus Lingkungan dalam menggerakkan MUDIKA dalam berpartisipasi di setiap kegiatan, baik di Lingkungan, Gereja maupun masyarakat? 2. Hambatan apa saja yang merintangi MUDIKA dalam usaha melibatkan diri dalam setiap kegiatan, baik di Lingkungan, Gereja maupun masyarakat? 3. Dukungan apa saja yang diberikan Lingkungan kepada MUDIKA dalam upaya meningkatkan penghayatan iman mereka? 4. Ada pepatah dari Ki Hajar Dewantara yang berbunyi, Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mbangun Karsa, Tut Wuri handayani. Bagaimana pelaksanaannya di Lingkungan Miliran? (7)

182 Lampiran 5: Hasil wawancara A. Kaum Muda 1. Apa yang anda ketahui tentang penghayatan iman? a. Aloysius Ruwi Suharyono (Miliran Barat, ketua II) Iman yang dihayati dan dihidupi diwujudnyatakan dalam keterlibatan di berbagai kegiatan di tingkat Lingkungan maupun paroki, yaitu menjadi motor penggerak MUDIKA dan anggota lektor Gereja. b. Antonius Eko Purwanto (Miliran Timur, ketua II) Apa yang dimiliki dan diyakini diwujudnyatakan melalui terlibat dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan, baik di Lingkungan, Gereja maupun masyarakat, antara lain: menjadi penggerak dan pengurus MUDIKA maupun karang taruna, terlibat dalam kegiatan di Lingkungan bersama dengan orang tua. Intinya bisa menyesuaikan diri dengan siapa pun dan dimana pun dilandasi iman kepercayaan akan Kristus. 2. Sebagai MUDIKA apa yang sesungguhnya anda butuhkan saat ini dalam upaya meningkatkan penghayatan iman? a. Aloysius Ruwi Suharyono (Miliran Barat, ketua II) Meningkatkan rasa solidaritas melalui kegiatan, yaitu : kunjungan pada kaum muda yang sakit, Menyambangi MUDIKA yang kurang terlibat di Lingkungan dengan menyapa dan mengajak untuk aktif, kembali, mengadakan diskusi iman (dialog menyangkut iman yang diwujudkan dengan cara membahas permasalahan yang terjadi di masyarakat dilandasi Kitab Suci) sehingga MUDIKA semakin peka dengan sesama tanpa dibatasi oleh agama dan suku. b. Antonius Eko Purwanto (Miliran Timur, ketua II) Meningkatkan kebersamaan diantara rekan-rekan MUDIKA melalui berbagai kegiatan tanpa membeda-bedakan umur, status dan jenis kelamin. Dengan kata lain mudika bersama-sama meleburkan diri dalam kegiatan yang ada sebagai saudara sehingga tidak ada jarak. Harapannya segala sesuatu menjadi pemikiran dan keprihatinan bersama bukan hanya menjadi tugas pengurus mudika saja. 3. Menurut anda, bagaimana sikap orang tua terhadap upaya meningkatkan penghayatan iman di lingkungan anda? a. Aloysius Ruwi Suharyono (Miliran Barat, ketua II) Hambatan: kesenjangan antar generasi, kesibukan studi dan kerja sehingga orang tua membatasi anak untuk ikut kegiatan MUDIKA. Dukungan: memberikan fasilitas yang diperlukan demi kelancaran kegiatan MUDIKA. b. Antonius Eko Purwanto (Miliran Timur, ketua II) (8)

183 Hambatan: orang tua membatasi kegiatan anak selama mengikuti kegiatan karena takut mengganggu studi berhubung biaya pendidikan cukup mahal. MUDIKA yang sibuk dengan tugas dari kampus. Dukungan: memberi kepercayaan penuh untuk terlibat dalam kegiatan baik di Lingkungan, Gereja maupun masyarakat. Memberi kesempatan untuk bersosialisasi. Memberi fasilitas yang dibutuhkan demi kelancaran kegiatan. 4. Menurut anda, bagaimana caranya agar pendalaman iman berjalan menarik? a. Aloysius Ruwi Suharyono (Miliran Barat, ketua II) Kegiatannya dilakukan secara bervariasi: Tempat: dilakukan di dalam dan di luar ruangan serta mengambil tempat di luar Lingkungan. Metode: dikemas dalam bentuk permainan, diskusi kelompok, menyanyi, outbound dan nonton film yang dilandasi pesan dari Kitab Suci. b. Antonius Eko Purwanto (Miliran Timur, ketua II) Dalam kegiatan pendalaman iman porsinya untuk sharing pengalaman iman diperbanyak dengan tujuan agar semua peserta dapat mengungkapkan pengalaman imannya sehingga semakin diperkaya dalam iman. Membahas topik-topik permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat. Menggunakan sarana audio visual dengan tujuan menarik minat peserta untuk hadir mengikuti pendalaman iman. Pemandu menyampaikan isi pembahasan dengan bahasa yang sederhana namun berbobot sehingga mudah ditangkap. Pendalaman iman MUDIKA diadakan secara khusus/terpisah dengan orang tua sehingga bahasa, kemasan dan metode pendampingan bisa disesuaikan dengan kebutuhan MUDIKA 5. Menurut anda, apa yang menjadi penyebab pendalaman iman kurang diminati oleh kaum muda? a. Aloysius Ruwi Suharyono (Miliran Barat, ketua II) Penyajiannya kurang menarik karena tidak ada pemisahan peserta antara kaum muda dan orang tua. Bahasa yang digunakan terlalu tinggi sehingga kaum muda kurang mampu menangkap pesan yang disampaikan. Pemimpin dominan sehingga peserta kurang dilibatkan. Petugas memimpin doa pembukaan, doa penutup dan mengangkat lagu selalu orang yang sama sehingga membosankan karena kurang variasi. b. Antonius Eko Purwanto (Miliran Timur, ketua II) Orang tua terlalu dominan sehingga kaum muda hanya datang, duduk, diam dan mendengarkan. Tema yang disampaikan kurang mengena pada sasaran. Pemimpin kurang menguasai bahan yang akan disampaikan dan terkesan kurang trampil mengemas pendalaman iman sehingga terkesan monoton. 6. Menurut anda, sikap seperti apa yang hendaknya dimiliki oleh seorang pemimpin pendalaman iman? a. Aloysius Ruwi Suharyono (Miliran Barat, ketua II) (9)

184 Bijaksana: dalam arti pandai menyesuaikan diri dengan pesertanya, memahami dan menguasai Kitab Suci, terampil dan kreatif dalam memimpin pendalaman iman. b. Antonius Eko Purwanto (Miliran Timur, ketua II) Mengenal peserta, menguasai bahan yang akan disampaikan, kreatif dalam penyajian bahan dan prosesnya serta Luwes /tidak kaku dalam penyampaian bahan sehingga suasana persaudaraan terbangun. B. Orang Tua, Pendamping MUDIKA, Pengurus Lingkungan 1. Sejauhmana usaha pengurus Lingkungan dalam menggerakkan MUDIKA dalam berpartisipasi di setiap kegiatan, baik di Lingkungan, Gereja maupun masyarakat? a. Bapak Matius Sutrisno (wakil pamong lingkungan sekaligus pendamping mudika Miliran Timur) Mengutamakan MUDIKA sebagai motor penggerak dalam setiap kegiatan yang diadakan sehingga MUDIKA merasa memiliki Lingkungan, Gereja dan masyarakat. Dengan demikian MUDIKA melibatkan diri bukan karena takut atau terpaksa tetapi dengan kesadaran pribadi. Memberi motivasi kepada MUDIKA dengan cara mendukung kegiatan yang dilakukan, menghargai kemampuan dan usaha MUDIKA dalam mengembangkan diri dalam wadah MUDIKA. Memfasilitasi kegiatan dengan memberikan dukungan finansial dan sarana serta prasarana yang diperlukan oleh MUDIKA. Hadir dalam pertemuan yang diadakan walaupun tidak setiap saat. Mengadakan pendekatan dengan orang tua agar memberi kesempatan kepada putera-puterinya untuk aktif terlibat dalam kegiatan yang diadakan, baik di Lingkungan, Gereja maupun masyarakat. b. Bapak Ag. Bambang Utoyo (wakil orang tua) Memberi dukungan demi kelancaran kegiatan MUDIKA dengan memberi bantuan dana yang diperoleh dari hasil persembahan bulanan umat atau ketika ada even tertentu kolektenya secara khusus diberikan MUDIKA. Alasannya selama ini kegiatan MUDIKA kurang berjalan karena terkendala oleh keuangan. Memberi motivasi kepada MUDIKA bahwa terlibat dalam kegiatan MUDIKA menambah wawasan dan pengetahuan sekaligus memperdalam iman. Selain itu kegiatan MUDIKA menjadi wadah bagi MUDIKA dalam mewujudkan iman yang selama ini dihidupi dan dihayati. 2. Hambatan apa saja yang merintangi MUDIKA dalam usaha melibatkan diri dalam setiap kegiatan, baik di Lingkungan, Gereja maupun masyarakat? a. Bapak Matius Sutrisno (wakil pamong Lingkungan sekaligus pendamping MUDIKA Miliran Timur) Tugas studi, orang tua kurang sepenuh hati melepaskan anaknya untuk terlibat dalam setiap kegiatan yang diadakan sehingga membatasi gerak anak (jamnya (10)

185 untuk terlibat dalam kegiatan dibatasi sehingga selesai tidak selesai harus pulang). b. Bapak Ag. Bambang Utoyo (wakil orang tua) Faktor usia: MUDIKA terdiri dari pelajar SLTP, SLTA, kuliah dan bekerja sehingga kalau tidak pandai menempatkan diri dapat menimbulkan pengelompokan. Akibatnya MUDIKA tidak mau terlibat kalau tidak ada teman sebayanya. MUDIKA kurang memiliki sikap percaya pada diri sendiri. Juga karena kesibukan studi dan kerja, serta tidak adanya motor penggerak. Sementara dalam wadah MUDIKA diperlukan orang-orang yang mau bekerja dan rela berkorban bukan pribadi yang pandai dan banyak ngomong tetapi kurang bertindak secara konkret. 3. Dukungan apa saja yang diberikan Lingkungan kepada MUDIKA dalam upaya meningkatkan penghayatan iman mereka? a. Bapak Matius Sutrisno (wakil pamong Lingkungan sekaligus pendamping MUDIKA Miliran Timur) Memfasilitasi kegiatan dengan memberikan dukungan finansial dan sarana serta prasarana yang diperlukan oleh MUDIKA. Memberi kesempatan dan peluang bagi MUDIKA untuk mengekspresikan diri, yang penting bermanfaat bagi perkembangan iman mereka dan tidak merugikan siapa pun. Orang tua dan pengurus Lingkungan memberikan teladan dengan memegang prinsip, Mengikuti kegiatan, baik di Lingkungan, Gereja maupun masyarakat karena saya yang butuh sebagai wadah perwujudan iman. Dengan demikian dalam melibatkan diri tidak menunggu siapa temannya atau siapa pengurusnya, namun dengan kesadaran pribadi melibatkan diri. b. Bapak Ag. Bambang Utoyo (wakil orang tua) Memberi teladan dan wawasan bahwa mengikuti kegiatan MUDIKA tidak mengurangi semangat dan minat untuk belajar melainkan semakin termotivasi untuk menunjukkan kemampuan melalui prestasi yang diperoleh. Biasanya orang yang aktif terlibat di Lingkungan orangnya mampu membagi waktu untuk belajar dan berpikir secara kritis. Orang tua dan pengurus Lingkungan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada MUDIKA untuk berekspresi melalui keterbukaan dalam berliturgi secara kreatif dan inovatif. 4. Ada pepatah dari Ki Hajar Dewantara yang berbunyi, Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mbangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Bagaimana pelaksanaannya di Lingkungan Miliran? a. Bapak Matius Sutrisno (wakil pamong Lingkungan sekaligus pendamping MUDIKA Miliran Timur) (11)

186 Dalam pendampingan selalu melihat situasi dan kondisi kapan diperlukan. Yang biasanya dibuat mendukung melalui kehadiran dan sapaan sehingga MUDIKA tidak merasa berjalan sendirian. Kalau ada kegiatan yang akan dilaksanakan MUDIKA selalu menghubungi pengurus Lingkungan sehingga pengurus bisa memberi pengarahan seperlunya. Artinya kalau kegiatan yang direncanakan dianggap sesuai maka didukung tetapi kalau kurang pas diberi solusi atau wawasan lain sehingga MUDIKA tidak merasa digurui atau kurang dihargai usahanya. Selama dan setelah kegiatan juga dipantau hasilnya sehingga baik orang tua, pengurus maupun MUDIKA sendiri merasa samasama mendukung, terlibat dan bekerjasama. b. Bapak Ag. Bambang Utoyo (wakil orang tua) Pada dasarnya orang tua sudah menerapkannya tetapi tergantung pada pribadi yang bersangkutan. Intinya ketika orang tua pada masa mudanya aktif terlibat di Lingkungan, Gereja maupun masyarakat maka ketika punya anak juga tetap memiliki prinsip yang sama. Dengan demikian orang tua tidak perlu terlalu ketat dalam mendampingi anak. Artinya bisa menyesuaikan diri, kapan anak harus didampingi dan diberitahu, kapan anak dibiarkan mandiri dan berekspresi serta kapan orang tua memposisikan diri sebagai sahabat anak yang sama-sama mengalami jatuh dan bangun dalam menghidupi dan menghayati iman yang diyakini selama ini. (12)

187 Lampiran 6: Photo Kegiatan Wisata Rohani di Sendang Sono (13)

188 (14)

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 SURAT GEMBALA PRAPASKA 2014 KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 Allah Peduli dan kita menjadi perpanjangan Tangan Kasih-Nya untuk Melayani Saudari-saudaraku yang terkasih,

Lebih terperinci

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENGARUH SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT UMAT DALAM MENGIKUTI KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci

Pembaptisan Air. Pengenalan

Pembaptisan Air. Pengenalan Pembaptisan Air Pengenalan Penting sekali bagi kita membaca Alkitab dan mempelajari apa yang Tuhan katakan kepada umatnya. Saya percaya kita perlu meneliti Kitab Suci secara menyeluruh untuk mengetahui

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 !!! DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 I. HAKEKAT, TUJUAN, DAN SPIRITUALITAS 3 II. ALASAN DAN DASAR 4 III. MANFAAT 5 IV. KEGIATAN-KEGIATAN POKOK 5 V. KEGIATAN-KEGIATAN LAIN 6 VI. ORGANISASI 6 VII. PENDAFTARAN

Lebih terperinci

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J.

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal 28-32 Paul Suparno, S.J. Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 6 Januari 1997 telah menetapkan bahwa tanggal 2 Februari, pada pesta Kanak-kanak

Lebih terperinci

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan subyek yang ikut berperan 14 1 7. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI Menurut Anda pribadi, manakah rencana Allah bagi keluarga Anda? Dengan kata lain, apa yang menjadi harapan Allah dari keluarga Anda? Menurut Anda

Lebih terperinci

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Revitalisasi Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND Revitalisasi bagi Kongregasi Aktif Merasul berarti menggambarkan kembali

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Para suster yang terkasih, Generalat/Rumah Induk Roma Paskah, 5 April 2015 Kisah sesudah kebangkitan dalam

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG KEGIATAN

LATAR BELAKANG KEGIATAN PENDAHULUAN Kegiatan Lomba dalam rangka Perayaan Bulan Kitab Suci Nasional 2015 Berikut kami sadur sejarah BKSN sebagai pendahuluan. Saudara saudari terkasih dalam Kristus, bagi umat Katolik di Indonesia,

Lebih terperinci

ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA

ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA 2010-2019 1. HAKIKAT ARAH DASAR Arah Dasar Keuskupan Surabaya merupakan panduan hidup menggereja yang diterima, dihayati dan diperjuangkan bersama oleh segenap umat Keuskupan

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a 1 Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a. 6-7. 9-11 Bagian-bagian Kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan sehingga pembacaan dimengerti.

Lebih terperinci

XII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan

XII.  Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan Bab XII A. Pengantar Bernyani Kucinta Keluarga Tuhan Kucinta k luarga Tuhan, terjalin mesra sekali semua saling mengasihi betapa s nang kumenjadi k luarganya Tuhan Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi

Lebih terperinci

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8 Yoh 15:1-8 POKOK ANGGUR YANG BENAR HARI MINGGU PASKAH V 03 MEI 2015 (1) Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. (2) Setiap ranting pada-ku yang tidak berbuah, dipotong-nya dan setiap

Lebih terperinci

Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 1 Sam. 1:

Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 1 Sam. 1: 1 Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA Bacaan Pertama 1 Sam. 1:20-22. 24-28 Seumur hidupnya Samuel diserahkan kepada Tuhan. Bacaan diambil dari Kitab Pertama Samuel: Setahun

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA - 273 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN Disampaikan sebagai pengganti khotbah dalam Perayaan Ekaristi Minggu Biasa VI tanggal 10-11

Lebih terperinci

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Modul ke: 12Fakultas Psikologi Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Program Studi Psikologi Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Sejarah Konsili Vatikan II Konsili

Lebih terperinci

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Warta 22 November 2015 Tahun VI - No.47 KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia IV (sambungan minggu lalu) Tantangan Keluarga dalam Memperjuangkan Sukacita Anglia 9.

Lebih terperinci

BAB IV HATI NURANI. 2. KOMPETENSI DASAR Mengenal suara hati, sehingga dapat bertindak secara benar dan tepat

BAB IV HATI NURANI. 2. KOMPETENSI DASAR Mengenal suara hati, sehingga dapat bertindak secara benar dan tepat BAB IV HATI NURANI A. KOMPETENSI 1. STANDAR KOMPETENSI Memahami nilai nilai keteladanan Yesus Kristus sebagai landasan mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki laki yang memiliki rupa rupa kemampuan

Lebih terperinci

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang

Lebih terperinci

LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA

LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Teologi untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si Teol) Oleh David Sarman H Pardede Nim

Lebih terperinci

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang 5 Bab Empat Penutup Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang merupakan uraian singkat dari bab pendahuluan dan ketiga bab di atas, guna membuktikan kebenaran hipotesis penelitian dan hal-hal

Lebih terperinci

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Bulan Oktober adalah bulan Maria. Banyak orang menyempatkan diri untuk menghormati Bunda Maria dan mohon bimbingannya

Lebih terperinci

BAPA SURGAWI BERFIRMAN KEPADA SAUDARA

BAPA SURGAWI BERFIRMAN KEPADA SAUDARA BAPA SURGAWI BERFIRMAN KEPADA SAUDARA Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Allah Ingin Berbicara kepada Saudara Allah Berfirman dalam Berbagai-bagai Cara Bagaimana Kitab Allah Ditulis Petunjuk-petunjuk

Lebih terperinci

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET 1 TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET Seminar Religius di BKS 2016 Kanisius, 8 September 2016 Paul Suparno, SJ Pendahuluan Tema BKS tahun 2016 ini adalah agar keluarga mewartakan

Lebih terperinci

Seri Kedewasaan Kristen (3/6)

Seri Kedewasaan Kristen (3/6) Seri Kedewasaan Kristen (3/6) Nama Kursus   : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab untuk Hidup Benar dan Menggunakan                 Karunia-karunia

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kurikulum : 2006 Jumlah Kisi-Kisi : 60 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 NO KOMPETENSI DASAR

Lebih terperinci

Editorial Merawat Iman

Editorial Merawat Iman Editorial Merawat Iman... kita percaya bahwa Allahlah Sang Penabur, yang menaburkan benih Injil dalam kehidupan kita. Melalui karya katekese, kita semua dipanggil untuk bersama Allah menumbuhkan dan memelihara

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS EKARISTI

SPIRITUALITAS EKARISTI SPIRITUALITAS EKARISTI SUSUNAN PERAYAAN EKARISTI RITUS PEMBUKA LITURGI SABDA LITURGI EKARISTI RITUS PENUTUP RITUS PEMBUKA Tanda Salib Salam Doa Tobat Madah Kemuliaan Doa Pembuka LITURGI SABDA Bacaan I

Lebih terperinci

Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya.

Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya. Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya. Sesungguhnya tujuan pembaruan karismatik bukan lain daripada tujuan hidup Kristiani pada umumnya, yaitu

Lebih terperinci

-uhan BERSUKACITA. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. (Joh 15:16)

-uhan BERSUKACITA. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. (Joh 15:16) -uhan BERSUKACITA dengan panggilan kita Dalam panggilanmu, Tuhan berkata kepadamu: Kamu penting bagi-ku, Aku mencintaimu, Aku memperhitungkanmu. (Paus Fransiskus) Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA Tahun 2011 2015 1 Latar Belakang Ecclesia Semper Reformanda >> gerak pastoral di KAJ >> perlunya pelayanan pastoral yg semakin baik. 1989 1990: Sinode I KAJ

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus.

LITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. 1 Tahun C Minggu Paskah III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 5:27b-32. 40b-41 Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul: Setelah ditangkap oleh pengawal

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 01Fakultas Psikologi GEREJA DAN HAKIKATNYA Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Program Studi Psikologi HAKEKAT GEREJA A.pengertian Gereja Kata Gereja berasal dari bahasa

Lebih terperinci

TAHUN AYIN ALEPH. Minggu I. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

TAHUN AYIN ALEPH. Minggu I. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. TAHUN AYIN ALEPH Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Matius 6:33) Minggu I Pada tanggal 8 September 2010, kalender orang Yahudi berubah

Lebih terperinci

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017

Th A Hari Minggu Biasa VIII 26 Februari 2017 1 Th A Hari Minggu Biasa V 26 Februari 2017 Antifon Pembuka Mzm. 18 : 19-20 Tuhan menjadi sandaranku. a membawa aku keluar ke tempat lapang. a menyelamatkan aku karena a berkenan kepadaku. Pengantar Rasa-rasanya

Lebih terperinci

KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT

KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS) DALAM PEMBINAAN IMAN REMAJA KATOLIK DI PAROKI ST. MARIA ASSUMPTA TANJUNG, KETAPANG KALIMANTAN BARAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Mistika dikenal oleh orang sekitar sebagai seorang yang suci, orang yang dekat dengan Tuhan,

Lebih terperinci

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO.

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO. KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO. 29 (Sebuah Tinjauan Teologis) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat

Lebih terperinci

PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang

PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang Tahun 2009 Dewan Paroki Santo Yusup - Gedangan Jl. Ronggowarsito 11 Semarang - 50127 Telp. 3552252,

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SEKAMI adalah gerakan Internasional anak-anak yang tertua di seluruh dunia. Serikat

BAB I PENDAHULUAN. SEKAMI adalah gerakan Internasional anak-anak yang tertua di seluruh dunia. Serikat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner atau yang lebih dikenal dengan SEKAMI adalah gerakan Internasional anak-anak yang tertua di seluruh dunia. Serikat ini didirikan

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

42. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

42. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK 42. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

Santo Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa.

Santo Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa. 1. Allah, Sumber Segala Kasih Santo Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa. Pada perjamuan malam ia boleh duduk dekat Yesus dan bersandar dekat dengan

Lebih terperinci

Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang- orang majus dari Timur ke Yerusalem 2 dan bertanya- tanya: "Di manakah Dia, raja

Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang- orang majus dari Timur ke Yerusalem 2 dan bertanya- tanya: Di manakah Dia, raja Persembahanku. Hari Raya Penampakkan Tuhan - 04 Januari 2015 Matius 2 : 1 12 1 Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang- orang majus dari Timur ke Yerusalem

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA - 165 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 04Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Kristen Protestan GEREJA SESUDAH ZAMAN PARA RASUL (2) Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro,M.M. A. Latar Belakang Dalam kepercayaan Iman Kristen,

Lebih terperinci

MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI

MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON 1055 1 KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira

Lebih terperinci

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014)

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014) (Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014) Para Ibu/Bapak, Suster/Bruder/Frater, Kaum muda, remaja dan anak-anak yang yang terkasih dalam Kristus, 1. Bersama dengan

Lebih terperinci

GPIB Immanuel Depok Minggu, 14 Agustus 2016

GPIB Immanuel Depok Minggu, 14 Agustus 2016 PERSIAPAN : TATA IBADAH HARI MINGGU XIII SESUDAH PENTAKOSTA Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah

Lebih terperinci

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3 Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3 Pengantar Dalam dua bagian pertama pelajaran ini, kita telah belajar pentingnya menerima Roh Kudus, membaca Alkitab, dan berkembang di mana kita ditanamkan. Dalam

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN KRISTIANI SEBAGAI PELAYAN DI BIARA Rohani, Juni 2013, hal Paul Suparno, S.J.

KEPEMIMPINAN KRISTIANI SEBAGAI PELAYAN DI BIARA Rohani, Juni 2013, hal Paul Suparno, S.J. 1 KEPEMIMPINAN KRISTIANI SEBAGAI PELAYAN DI BIARA Rohani, Juni 2013, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Serviana saat ini menjadi pimpinan suatu kongregasi. Ia termasuk pimpinan yang disenangi banyak

Lebih terperinci

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan Persiapan untuk Penelaahan Alkitab Sekarang setelah kita membicarakan alasan-alasan untuk penelaahan Alkitab dan dengan singkat menguraikan tentang Alkitab, kita perlu membicarakan bagaimana menelaah Alkitab.

Lebih terperinci

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH SOSIALISASI DALAM ARDAS KAJ UNTUK TIM PENGGERAK PAROKI KOMUNITAS DAN TAREKAT DIBAWAKAN OLEH TIM KERJA DKP GERAKAN ROHANI TAHUN KERAHIMAN DALAM ARDAS KAJ tantangan

Lebih terperinci

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana PASTORAL DIALOGAL Erik Wahju Tjahjana Pendahuluan Konsili Vatikan II yang dijiwai oleh semangat aggiornamento 1 merupakan momentum yang telah menghantar Gereja Katolik memasuki Abad Pencerahan di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan dan nilai-nilai rohani masyarakat. Kehidupan rohani menjadi semakin terdesak dari perhatian umat

Lebih terperinci

PROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF ALKITAB PERJANJIAN BARU. Yulia Citra

PROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF ALKITAB PERJANJIAN BARU. Yulia Citra PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAK II DAN CALL FOR PAPERS, Tema: Profesionalisme dan Revolusi Mental Pendidik Kristen. Ungaran, 5 Mei 2017. ISBN: 978-602-60350-4-2 PROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF

Lebih terperinci

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA 1. PENGANTAR Keluarga Kristiani dipanggil untuk menjadi rasul kehidupan Setiap pasangan suami-istri dipanggil oleh Tuhan untuk bertumbuh dan berkembang dalam

Lebih terperinci

KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM

KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM Komisi Kateketik KWI Jakarta 2011 Kurikulum PAK - PTU Kurikulum PAK - PTU 1 4. Iman yang memasyarakat Ajaran Sosial Gereja Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Para Suster yang terkasih, Generalat/Rumah Induk Roma Natal, 2013 Natal adalah saat penuh misteri dan

Lebih terperinci

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini ix U Pengantar ndang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J.

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. Isi singkat 1. Semangat mistik 2. Semangat kenabian 3. Spiritualitas

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 Menit Jumlah soal : 40 + 5 Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

(Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013)

(Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013) (Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013) Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbela Rasa Melalui Pangan Sehat Para Ibu dan Bapak, Suster, Bruder, Frater,

Lebih terperinci

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 8 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Keluarga merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak, dalamnya harus terdapat keseimbangan, keselarasan kasih sayang

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN REFLEKSI RASA SYUKUR UNTUK MENURUNKAN BURNOUT PADA PENGASUH PANTI ASUHAN. Oleh: Sisilia Priyantiningsih

PENDAMPINGAN REFLEKSI RASA SYUKUR UNTUK MENURUNKAN BURNOUT PADA PENGASUH PANTI ASUHAN. Oleh: Sisilia Priyantiningsih PENDAMPINGAN REFLEKSI RASA SYUKUR UNTUK MENURUNKAN BURNOUT PADA PENGASUH PANTI ASUHAN Oleh: Sisilia Priyantiningsih 13.92.0001 MAGISTER SAINS PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

Lebih terperinci

Pernikahan Kristen Sejati (2/6)

Pernikahan Kristen Sejati (2/6) Pernikahan Kristen Sejati (2/6) Nama Kursus   : Pernikahan Kristen yang Sejati Nama Pelajaran : Memilih Pasangan Kode Pelajaran : PKS-P02                    Pelajaran 02 - MEMILIH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kristiani. Gereja tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk. beribadah,tetapi digunakan juga sebagai wadah untuk pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. kristiani. Gereja tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk. beribadah,tetapi digunakan juga sebagai wadah untuk pelayanan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja sebagai bangunan merupakan tempat ibadah umat kristiani. Gereja tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk beribadah,tetapi digunakan juga sebagai wadah untuk

Lebih terperinci

Gereja untuk Apa? Ef.1:1-14. Pdt. Andi Halim, S.Th.

Gereja untuk Apa? Ef.1:1-14. Pdt. Andi Halim, S.Th. Gereja untuk Apa? Ef.1:1-14 Pdt. Andi Halim, S.Th. Ayat 1. Orang-orang kudus bukan orang yang sama sekali tidak ada cacatnya. Di dunia ini semua orang berdosa, tanpa kecuali, temasuk bunda Maria, santo-santa

Lebih terperinci

TATA IBADAH Minggu Adven I

TATA IBADAH Minggu Adven I TATA IBADAH Minggu Adven I PERSIAPAN Doa Konsistori dan Doa Pribadi Saat Teduh UNGKAPAN SITUASI P.2. Saudara - saudara yang terkasih dalam Yesus kristus Minggu, 29 Nopember 2015 kita memasuki minggu Adven

Lebih terperinci

Pnt. : Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata:

Pnt. : Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata: Tema : Keluarga : Bersatu Kita Teguh, Terpisah Pun Kita Kuat (1 Timotius 1 : 5) Sub Tema : Menghidupi Kasih Ibadah ini dikemas dalam bentuk ibadah keluarga. Oleh karena itu mohon diusahakan agar masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis-komersial, salah satu tujuan perusahaan adalah mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan melakukan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

EVANGELISASI BARU. Rohani, Desember 2012, hal Paul Suparno, S.J.

EVANGELISASI BARU. Rohani, Desember 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 EVANGELISASI BARU Rohani, Desember 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Budayanita waktu mengajar agama pada beberapa orang tua yang ingin menjadi Katolik, sering meneguhkan bahwa mereka itu sebenarnya

Lebih terperinci

PROFESIONALISME DOSEN DARI SUDUT PANDANG KRISTIANI. Maria Lidya Wenas Sekolah Tinggi Teologi Simpson

PROFESIONALISME DOSEN DARI SUDUT PANDANG KRISTIANI. Maria Lidya Wenas Sekolah Tinggi Teologi Simpson PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAK II DAN CALL FOR PAPERS, Tema: Profesionalisme dan Revolusi Mental Pendidik Kristen. Ungaran, 5 Mei 2017. ISBN: 978-602-60350-4-2 PROFESIONALISME DOSEN DARI SUDUT PANDANG

Lebih terperinci

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa

Lebih terperinci

EVALUASI PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA GEREJA-GEREJA DI RAYON BANTUL SKRIPSI. Pada Program Studi Akuntansi

EVALUASI PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA GEREJA-GEREJA DI RAYON BANTUL SKRIPSI. Pada Program Studi Akuntansi EVALUASI PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA GEREJA-GEREJA DI RAYON BANTUL SKRIPSI Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi (S1) Pada Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

EVALUASI STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN KAS PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA KUMETIRAN YOGYAKARTA SKRIPSI

EVALUASI STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN KAS PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA KUMETIRAN YOGYAKARTA SKRIPSI EVALUASI STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN KAS PAROKI HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA KUMETIRAN YOGYAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi (S1) Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harapan merupakan satu syarat yang sangat penting bagi hidup manusia. Tanpa harapan,

BAB I PENDAHULUAN. Harapan merupakan satu syarat yang sangat penting bagi hidup manusia. Tanpa harapan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Harapan merupakan satu syarat yang sangat penting bagi hidup manusia. Tanpa harapan, seorang manusia tidak dapat berada. Manusia mengalami keberadaannya sebagai kerinduan

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Generalat/ Rumah Induk Roma Natal, 2014 Para Suster yang terkasih, Sabda telah menjadi manusia dan berdiam

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

Karunia Karunia Pelayanan Lainnya: 1 Melayani Mengajar Menasihati

Karunia Karunia Pelayanan Lainnya: 1 Melayani Mengajar Menasihati Karunia Karunia Pelayanan Lainnya: 1 Melayani Mengajar Menasihati Kita telah menyelesaikan penelaahan mengenai keempat karunia yang kita sebut karunia pelayanan. Walaupun daftar karunia-dalam Efesus 4

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PENYEGARAN DAN PEMBENAHAN KEMBALI KEGIATAN PELAYANAN LITURGI PAROKI se KAJ

KERANGKA ACUAN PENYEGARAN DAN PEMBENAHAN KEMBALI KEGIATAN PELAYANAN LITURGI PAROKI se KAJ KERANGKA ACUAN PENYEGARAN DAN PEMBENAHAN KEMBALI KEGIATAN PELAYANAN LITURGI PAROKI se KAJ LATAR BELAKANG Sesuai Arah Dasar Pastoral KAJ dan Pedoman Reksa Pastoral Komisi Liturgi 2011-2015,maka semua umat

Lebih terperinci

TATA IBADAH HARI MINGGU IV SESUDAH PASKAH

TATA IBADAH HARI MINGGU IV SESUDAH PASKAH TATA IBADAH HARI MINGGU IV SESUDAH PASKAH PERSIAPAN : Doa Pribadi Latihan lagu-lagu baru (Jika tidak ada kantoria, bagian kantoria dinyanyikan oleh umat). Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN

Lebih terperinci

Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LITURGI SABDA

Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LITURGI SABDA 1 Tahun C Minggu Tri Tunggal Maha Kudus LTRG SABDA Bacaan Pertama Ams. 8 : 22-31 Sebelum bumi ada, kebijaksanaan sudah ada. Bacaan diambil dari Kitab Amsal: Tuhan telah menciptakan aku sebagai permulaan

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN STANDAR PENGELOLAAN KEUANGAN DAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PAROKI SANTO YUSUP PEKERJA MERTOYUDAN SKRIPSI

EVALUASI PENERAPAN STANDAR PENGELOLAAN KEUANGAN DAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PAROKI SANTO YUSUP PEKERJA MERTOYUDAN SKRIPSI EVALUASI PENERAPAN STANDAR PENGELOLAAN KEUANGAN DAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PAROKI SANTO YUSUP PEKERJA MERTOYUDAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi (S1)

Lebih terperinci