KATA PENGANTAR. Jakarta, 29 Januari 2018 Direktur Jenderal, dr. Bambang Wibowo, Sp.OG(K), MARS NIP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, 29 Januari 2018 Direktur Jenderal, dr. Bambang Wibowo, Sp.OG(K), MARS NIP"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2017 dapat di selesaikan dengan tepat waktu. Berdasarkan Permenkes nomor 64/Menkes/PER/IX/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, maka Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan bertransformasi menjadi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, dengan tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan. Laporan akuntabilitas Ditjen Pelayanan Kesehatan merupakan pertanggungjawaban kinerja Ditjen Pelayanan Kesehatan ke Menteri Kesehatan dan salah satu cara evaluasi yang obyektif, efisien, dan efektif. Diharapkan laporan ini dapat menjadi bahan masukkan dalam pengambilan kebijakan pimpinan dan perencanaan pada tahun mendatang. Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Kami berharap dengan adanya masukan dan umpan balik akan memberi manfaat dalam proses perbaikan kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan di masa mendatang. Jakarta, 29 Januari 2018 Direktur Jenderal, dr. Bambang Wibowo, Sp.OG(K), MARS NIP i

3 EXECUTIVE SUMMARY Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggung jawaban kinerja Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan kepada Menteri Kesehatan beserta seluruh pemangku kepentingan, serta sebagai sumber informasi untuk perbaikan perencanaan dan peningkatan kinerja di masa mendatang. Secara keseluruhan hasil capaian kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2017 telah berhasil mencapai target yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja. Pencapaian indikator jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi sebanyak kecamatan (target kecamatan), dan indikator kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional sebanyak 331 kabupaten/kota (target 287 kab/kota). Upaya yang telah dilakukan untuk pencapaian target kedua indikator di atas adalah sosialisasi, advokasi, pengalokasian anggaran sesuai kewenangan, penyiapan SDM terlatih (pendamping dan surveior), bimbingan teknis dan melakukan pendampingan kepada puskesmas dan RSUD. Adapun permasalahan yang dihadapi adalah beberapa pelaksanaan kegiatan terhambat karena adanya keterlambatan pencairan anggaran, masih kurangnya SDM yang kompeten, masih rendahnya komitmen daerah, dan masih adanya sarana prasarana fasyankes yang belum sesuai standar. Upaya pemecahan masalah yang diusulkan adalah sosialisasi, advokasi lintas program dan lintas sektor, serta pengalokasian dana sesuai kewenangannya untuk mendukung akreditasi fasyankes. Realisasi anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan sampai dengan tanggal 31 Desember 2017 sebesar 90,99% dari dana yang digunakan sebesar Rp ,-.Dana ini dialokasikan berdasarkan kewenangan yaitu kantor pusat, kantor daerah, dan dekonsentrasi. Alokasi anggaran yang mendukung pencapaian indikator kinerja program sebesar 0,008% (Rp ,-) dari total alokasi anggaran yang dapat digunakan Ditjen Pelayanan Kesehatan tahun Alokasi anggaran lainnya dipergunakan Ditjen Pelayanan Kesehatan untuk mendukung pelaksanaan prioritas kesehatan nasional. ii

4 DAFTAR ISI Kata Pengantar i Executive Summary ii Daftar Isi iii Daftar Tabel iv Daftar Grafik vi Daftar Gambar vii Daftar Lampiran viii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Penjelasan Umum Organisasi B. Aspek Strategis Organisasi dan Isu Strategis yang dihadapi Organisasi C. Sistematika BAB II PERENCANAAN KINERJA 9 A. Perencanaan Kinerja B. Perjanjian Kinerja 9 10 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 11 A. Capaian Kinerja Organisasi 1. Pencapaian Indikator Sasaran Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2. Prestasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Dukungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 44 Terhadap Prioritas Kesehatan Nasional Lainnya B. Realisasi Anggaran C. Sumber Daya Lainnya BAB IV PENUTUP 58 Lampiran 59 iii

5 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. : Sasaran Program Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun Tabel 2.2 : Perjanjian Kinerja yang Berisi Sasaran Program, Indikator Kinerja 10 dan Target Tahun 2017 Ditjen Pelayanan Kesehatan Tabel 3.1 : Daftar Puskesmas yang mendapat penghargaan Inovasi Mutu dan Keselamatan Pasien Tabel 3.2 : Pencapaian Kecamatan yang Memiliki Minimal 1 Puskesmas Terakreditasi Tabel 3.3 : Alokasi dan Realisasi Anggaran Kegiatan yang mendukung Pencapaian Indikator Puskesmas Tersertifikasi Akreditasi Tabel 3.4 : Pencapaian Kabupaten/Kota yang Memiliki Minimal 1 RSUD yang Tersertifikasi Akreditasi Nasional Tabel 3.5 : Alokasi dan Realisasi Anggaran Kegiatan yang Mendukung Pencapaian Indikator RSUD Tersertifikasi Akreditasi Nasional Tabel 3.6 : Target Indikator Puskesmas yang Memberikan Pelayanan Sesuai Standar Tahun Tabel 3.7 : Target Indikator Jumlah Kabupaten/Kota yang Melakukan Pelayanan Kesehatan Bergerak di Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil Tahun Tabel 3.8 : Target Indikator Jumlah RS Pratama yang dibanguntahun Tabel 3.9. : Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2017 Berdasarkan Kewenangan Tabel : Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2017 Berdasarkan Jenis Belanja Tabel : Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2017 Berdasarkan Kegiatan Tabel : Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2017 Berdasarkan Sumber Dana Tabel : Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Yang Mendukung Langsung Pencapaian Indikator Kinerja Tahun iv

6 2017 Tabel : Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah Tahun 2017 Berdasarkan Jenis Belanja 49 Tabel Tabel 3.16 : : Jumlah Pasien Rawat Inap, Rawat Jalan dan IGD di Balai dan UPK tahun 2017 Jumlah Pasien Rawat Inap, Rawat Jalan dan IGD di RS Vertikal tahun Tabel : JumlahPemeriksaan Laboratorium di BBLK tahun Tabel : Jumlah Kalibrasi Alat Kesehatan di BPFK dan LPFK tahun Tabel : Distribusi Pegawai Ditjen Pelayanan Kesehatan 54 Berdasarkan Jabatan Tabel : Distribusi Pegawai Ditjen Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Jenis Kelamin 55 Tabel Tabel 3.22 : : Distribusi Pegawai Ditjen Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Distribusi Pegawai Ditjen Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Golongan v

7 TABEL GRAFIK Grafik 1.1 : Tren Jumlah RS Berdasarkan Jenisnya 3 Grafik 1.2. : TrenJumlah RS Grafik 1.3. : Pertumbuhan Jumlah RS Berdasarkan Kelas 4 Grafik 3.1 : Capaian dan Target Akreditasi Puskesmas tahun Grafik 3.2 Grafik 3.3 Grafik 3.4 Grafik 3.5 : : : : Distribusi Realisasi Akreditasi Puskesmas Per Provinsi Tahun 2017 Distribusi Jumlah Kab/Kota yang Memiliki Minimal 1 RSUD Terakreditasi Berdasarkan Provinsi Tingkat Kelulusan 465 RS Daerah Tingkat Kelulusan Akreditasi RS di Indonesia vi

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. : Struktur Organisasi Ditjen Pelayanan Kesehatan Keadaan 2 tanggal 31 Desember 2017 Gambar 1.2. : Peta Strategis Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 7 Tahun Gambar 3.1 : Foto Kegiatan Peningkatan Kemmapuan Teknis Surveoir 14 Akreditasi FKTP Gambar 3.2 : Foto Pelaksanaan Survei Akreditasi di Puskesmas Atambua 15 Gambar 3.3 : Foto Pelaksanaan Bimbingan Teknis persiapan akreditasi 16 puskesmas di Kab, Bengkayang Gambar 3.4 : Foto Rapat Kerja Komisi Akreditasi FKTP 16 Gambar 3.5 : Penganugerahan Penghargaan Lomba Inovasi Mutu dan 17 Keselamatan Pasien Gambar 3.6 : Kumpulan Foto Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan 18 Pasien di Puskesmas Gilingan, Jawa Tengah Gambar 3.7. Gambar 3.8 Gambar 3.9 Gambar 3.10 : : : : Aplikasi Telemedicine Indonesia Impelementasi Telemedicine di Puskesmas Aplikasi Pendaftaran Pasien Melalui SMS Gateway Piagam Penghargaan NCC vii

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Perjanjian KinerjaTahun Lampiran 2 : Daftar Puskesmas yang Terakreditasi 61 Lampiran 3 : Daftar Rumah Sakit yang Tersertifikasi Akreditasi 114 viii

10 BAB I PENDAHULUAN A. PENJELASAN UMUM ORGANISASI Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan fungsi : 1. perumusan kebijakan di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan mutu pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer; 2. pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan mutu pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer; 3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan pelayanan,fasilitas, dan mutu pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer; 4. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan mutu pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer; 5. pelaksanaan evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan mutu pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer; 6. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan; dan 7. pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan Menteri. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, maka Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan terdiri atas : 1. Sekretariat Direktorat Jenderal; 1

11 2. Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer; 3. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan; 4. Direktorat Pelayanan Tradisional; 5. Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan 6. Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan. Gambar 1.1. Struktur Organisasi Pejabat Eselon I dan Eselon II Ditjen Pelayanan Kesehatan Keadaan tanggal 31 Desember 2017 B. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI DAN ISU STRATEGIS YANG DIHADAPI ORGANISASI 2

12 Program pembinaan pelayanan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan akses fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas. Dari tahun 2009 sampai tahun 2017 telah terjadi peningkatan jumlah Puskesmas dengan laju pertambahan setiap tahun sebesar 3-3,5%. Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan di puskesmas, saat ini telah terakreditasi sebanyak puskesmas (dari taotal puskesmas) yang tersebar pada kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Jumlah rumah sakit (RS) dan tempat tidur (TT) juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 terdapat RS dengan TT dan pada tahun 2017 meningkat menjadi RS dengan TT, dengan laju pertumbuhan rata-rata 125 RS per tahun. Untuk peningkatan kualitas di fasilitas kesehatan rujukan pada tahun telah terakreditasi nasional RS dengan menggunakan instrumen akreditasi versi 2007, dan sampai akhir tahun 2017 telah terdapat 465 RS daerah terakreditasi nasional, yang tersebar di 331 kabupaten/kota, dengan menggunakan instrument penilaian akreditasi tahun Diharapkan peningkatan mutu RS dan Puskesmas secara langsung akan diikuti dengan peningkatan kualitas pelayanan, sehingga pada tahun mendatang harus diupayakan peningkatan jumlah Puskesmas dan RS yang terakreditasi RSK RSU Grafik 1.1 Tren Jumlah Rumah Sakit Berdasarkan Jenis Tahun Sumber: RS Online per 18 Januari

13 Grafik tersebut memperlihatkan pertumbuhan jumlah RS berdasarkan jenis (RS Umum dan RS Khusus) sejak tahun 2014 sampai dengan tahun Secara umum, kedua jenis RS terus mengalami pertambahan jumlah dari tahun ke tahun Jumlah RS Jumlah RS Gambar 1.2 Tren Jumlah Rumah Sakit Tahun Sumber: RS Online per 18 Januari Grafik tersebut memperlihatkan pertumbuhan jumlah RS secara keseluruhan, baik RS milik pemerintah maupun swsasta, sejak tahun 2014 sampai dengan tahun Kenaikan jumlah RS per tahun kurang lebih 3-6% Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D Non Kelas Grafik 1.3 Pertumbuhan Jumlah RS Berdasarkan Kelas 4

14 Sumber: RS Online per 18 Januari Berdasarkan Grafik 1.3 tersebut dapat terlihat perkembangan jumlah RS berdasarkan kelas sejak tahun 2014 sampai dengan tahun Seluruh kelas RS cenderung mengalami peningkatan, kecuali RS dengan kategori Non Kelas mengalami penurunan karena telah ditetapkannya kelas untuk RS dengan kategori tersebut. Pada tahun 2015 mulai berlaku Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka Indonesia harus siap menghadapi ketatnya persaingan perdagangan bebas di antara negara-negara ASEAN, termasuk bidang kesehatan. Untuk itu diperlukan suatu kebijakan yang meliputi competition policy, consumer protection, dan lainnya. MEA dapat dipandang suatu tantangan, tetapi dapat juga dipandang sebagai peluang. Untuk itu perlu meningkatkan daya saing fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia dengan negara-negara di ASEAN lainnya. Beberapa upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan salah satunya melalui akreditasi baik tingkat nasional maupun internasional. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 71 tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional, menyatakan bahwa fasilitas kesehatan tingkat pertama harus terakreditasi dan rumah sakit harus memiliki sertifikat akreditasi. Berdasarkan kondisi di atas, maka tantangan strategis yang dihadapi oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dalam meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan yang tertuang di dalam Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan adalah sebagai berikut: 1. Perlunya penguatan pelayanan kesehatan primer 2. Perlunya penetapan sistem regionalisasi rujukan di seluruh provinsi 3. Perlunya penetapan dan pembangunan sistem rujukan nasional 4. Tidak meratanya jumlah, jenis dan kompetensi SDM Kesehatan 5. Kapasitas manajemen puskesmas dan rumah sakit yang tidak merata, dan belum berbasiskan sistem manajemen kinerja 5

15 6. Belum tersedianya sarana prasarana dan alkes pada PPK I yang sesuai standar secara merata di seluruh Indonesia 7. Belum terintegrasinya data dan sistem informasi di pusat, daerah, rumah sakit dan puskesmas 8. Kebijakan pemerintah daerah yang belum tersinkronisasi dengan kebijakan pemerintah pusat. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pembinaan upaya kesehatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan menetapkan visi: Untuk mewujudkan visinya, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan menjalankan misi sebagai berikut: 1. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan 2. Menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang baik. Dalam rangka pencapaian visi 2019, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan telah menetapkan suatu peta strategis yang menggambarkan hipotesis jalinan sebab akibat dari 14 sasaran strategis (yang menggambarkan arah dan prioritas strategis Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan yang diperlukan guna memampukannya dalam mencapai target kinerja yang berkelanjutan di masa yang akan datang). Peta strategi pencapaian visi tersebut disusun berdasarkan pendekatan balanced-score card dengan memperhatikan peta strategis pada Renstra Kementerian Kesehatan

16 Gambar 1.2. Peta Strategis Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun Peta strategi disusun untuk mencapai visi Ditjen Pelayanan Kesehatan 2019 menciptakan Akses pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas bagi masyarakat. Visi tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk sebuah tujuan strategis (outcome), yaitu: terwujudnya akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat (akreditasi fasyankes primer dan rujukan). C. SISTEMATIKA Sistematika penulisan laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan terdiri dari: 7

17 Bab I Pendahuluan A. Penjelasan Umum Organisasi B. Aspek Strategis Organisasi dan Isu Strategis yang Dihadapi Organisasi C. Sistematika Bab II Bab II Bab IV Perencanaan Kinerja A. Perencanaan Kinerja B. Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja A. Capaian Kinerja Organisasi 1. Pencapaian Indikator Sasaran Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2. Prestasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 3. Dukungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Terhadap Prioritas Kesehatan Nasional Lainnya B. Realisasi Anggaran C. Sumber Daya Lainnya Penutup Lampiran 8

18 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. PERENCANAAN KINERJA Perencanaan Kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam sasaran strategis. Dalam rencana kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan tahun 2017, sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dan target masing-masing indikator untuk mencapai sasaran strategis organisasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 52 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun yang telah direvisi dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/MENKES/422//2017 tentang Revisi Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun , Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan melaksanakan program pembinaan pelayanan kesehatan. Sasaran strategis dan sasaran program/kegiatan yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 tahun, adalah sebagai berikut: No Sasaran Program 1 Meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat 1 2 Indikator Kinerja Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional Target Tabel 2.1. Sasaran Program Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun

19 B. PERJANJIAN KINERJA Perjanjian kinerja yang diwujudkan dalam penetapan kinerja merupakan dokumen pernyataan kinerja atau kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan menyusun perjanjian kinerja tahun 2017 mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun Target kinerja ini menjadi komitmen bagi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan untuk mencapainya dalam tahun No Sasaran Program Indikator Kinerja 1. Meningkatnya akses 1. Jumlah kecamatan yang pelayanan kesehatan memiliki minimal 1 dasar dan rujukan yang Puskesmas yang berkualitas bagi tersertifikasi akreditasi masyarakat 2. Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional Target Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja yang Berisi Sasaran Program, Indikator Kinerja dan Target Tahun 2017 Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Pada tahun 2017 Kementerian Kesehatan mengalokasikan anggaran sebesar Rp (Tujuh Belas Triliun Delapan Puluh Lima Miliar Tiga Juta Enam Ratus Tujuh Puluh Dua Ribu Rupiah) untuk program pembinaan pelayanan kesehatan, dengan target capaian kinerja berupa kecamatan yang memiliki minimal 1 (satu) puskesmas terakreditasi dan 287 kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 (satu) RSUD terakerditasi nasional. 10

20 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Tahun 2017 adalah tahun ketiga dalam pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun , serta tahun pertama pelaksanaan SOTK baru yaitu dari Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan menjadi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator program dalam Rencana Strategis, sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan masing-masing indikator. Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut dapat diperoleh informasi pencapaian indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program di masa yang akan datang, agar setiap program yang direncanakan ke depan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna. Sasaran Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan adalah sebagai berikut:. Indikator pencapaian sasaran tahun 2017 dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan adalah sebagai berikut: 1. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi 2. Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional. 11

21 Di bawah ini akan disampaikan pencapaian program dan kegiatan Ditjen Pelayanan Kesehatan tahun 2017, yaitu: 1. PENCAPAIAN INDIKATOR SASARAN DITJEN PELAYANAN KESEHATAN Indikator kinerja program Ditjen Pelayanan Kesehatan merupakan indikator outcome. Dalam upaya mendapatkan capaian indikator outcome tersebut diperlukan proses-proses strategis yang yang dapat diukur melalui indikator kinerja kegiatan di masing-masing eselon II Kantor Pusat Ditjen Pelayanan Kesehatan. Pada LAKIP Ditjen Pelayanan Kesehatan ini hanya memaparkan pencapaian indikator kinerja program Ditjen Pelayanan Kesehatan sesuai dengan perjanjian kinerja. Adapun pencapaian indikator kinerja kegiatan dapat dilihat di masing-masing LAKIP eselon II Kantor Pusat Ditjen Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan pada tahun 2017 telah melaksanakan program dan kegiatan untuk mencapai indikator kinerja program. Uraian pencapaian kinerja dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut: a. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi 1) Sasaran strategis Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas bagi masyarakat. 2) Definisi Operasional Yang dimaksud kecamatan yang memiliki satu Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi yaitu kecamatan yang memiliki minimal satu Puskesmas yang telah memiliki sertifikat akreditasi yang dikeluarkan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi atau Komisi Akreditasi FKTP sesuai dengan peraturan yang berlaku. DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN 12

22 3) Cara Perhitungan Cara perhitungan adalah dengan menjumlahkan seluruh kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang terakreditasi (kumulatif). Sedangkan cara mengukur adalah dengan dibuktikan adanya sertifikat akreditasi untuk Puskesmas yang dikeluarkan oleh Komisi Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. 4) Rencana Aksi yang Dilakukan untuk Mencapai Target a) Mewujudkan tersedianya regulasi dan NSPK dalam peningkatan mutu melalui pelaksanaan akreditasi Puskesmas b) Mewujudkan penguatan tugas dan fungsi Dinkes Provinsi dan Kabupaten/Kota c) Penguatan Komisi Akreditasi FKTP d) Peningkatan Kompetensi SDM Kesehatan dalam pelaksanaan akreditasi Puskesmas dan FKTP lainnya e) Penguatan dukungan Stakeholder terkait. 5) Upaya yang Dilaksanakan untuk Mencapai Target: a) Dukungan pemenuhan sarana prasarana dan alat kesehatan Puskesmas melalui Dana Alokasi Khusus Fisik tahun 2017 sebesar Rp ,- b) Dukungan pelaksanaan Akreditasi Puskesmas melalui Dana Alokasi Khusus Non Fisik untuk akreditasi Puskesmas Tahun Anggaran 2017 sebesar Rp Rp 475,991,880,000,- untuk 422 Kabupaten/Kota c) Dukungan pelaksanaan Akreditasi Puskesmas melalui Dana Dekonsentrasi tahun 2017 untuk kegiatan Pelatihan Pendamping Akreditasi FKTP dan Workshop Teknis Akreditasi FKTP sebesar Rp 11,967,960,727,- di 34 Provinsi d) Penyediaan minimal 1 (satu) Tim Pelatih Pendamping Akreditasi di tingkat Provinsi. Sampai saat ini sudah tersedia 74 tim pelatih akreditasi FKTP yang tersebar di 34 provinsi. e) Penyediaan minimal 1 (satu) Tim Surveior per Provinsi. Sampai saat ini sudah tersedia 612 Surveior (204 Tim) yang tersebar di 34 13

23 provinsi. Penyediaan calon surveior tahun 2017 melalui Kegiatan Peningkatan Teknis Calon Surveior FKTP sebanyak 8 angkatan. Gambar 3.1. Kegaiatan Peningkatan Kemampuan Teknis Surveior Akreditasi FKTP Tahun 2017 f) Penyediaan minimal 1 (satu) Tim Pendamping Akreditasi di setiap Kab/kota. Saat ini sudah tersedia Tim pendamping Akreditasi sebanyak 1405 Tim yang tersebar di 497 Kab/Kota di 34 provinsi. 14

24 Bagi Kabupaten/Kota yang belum memilki Tim Pendamping Akreditasi terlatih akan dipenuhi di Gambar 3.2. Foto Pelaksanaan Survey di Puskesmas Kota Atambua Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur g) Penyusunan pedoman penyelenggaran akreditasi Puskesmas, seperti : Buku Pedoman Pendampingan Akreditasi FKTP Buku Pedoman Petunjuk Teknis Survei akreditasi FKTP Pedoman Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Primer Pedoman Penyelenggaran Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko di FKTP Pedoman Audit Internal dan Rapat Tinjauan Manajemen Pedoman Bimtek Mutu dan Akreditasi FKTP Pedoman Pelaksanaan Sistem Informasi Akreditasi FKTP berbasis Internet (website) Bimbingan Teknis oleh Komisi dan Subdit Mutu dan Akreditasi ke Kabupaten/kota dalam rangka persiapan akreditasi Puskesmas. Bimtek ini dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mempersiapkan dan mempercepat kesiapan Puskesmas dalam pelaksanaan akreditasi agar tidak terjadi penumpukan pengusulan survei di akhir tahun 15

25 Gambar 3.3. Foto Pelaksanaan Bimbingan teknis persiapan akreditasi Puskesmas. Di kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat h) Pengembangan sistem pencatatan pelaporan pelaksanaan akreditasi FKTP yang real time berbasis internet (website) melalui WebSite SIAF i) Pelaksanaan Rapat Kerja Komisi Akreditasi FKTP dalam rangka evaluasi teknis penyelenggaraan akreditasi Puskesmas yang dilaksanakan di Bali Tanggal Mei 2017 yang menghasilkan kesepakatan untuk perbaikan pelaksanaan akreditasi FKTP Gambar 3.4. Rapat Kerja Komisi Akreditasi FKTP, Bali Mei 2017 j) Peningkatan Kemampuan Teknis Pelatih Pendamping Akreditasi FKTP (1 angkatan). 16

26 k) Lomba inovasi peningkatan mutu dan keselamatan pasien di Puskesmas dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 53 tahun 2017 dan untuk menjamin kesinambungan perbaikan mutu dan kinerja Puskesmas sebagai garda terdepan dalam upaya pelayanan kesehatan tingkat primer. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk penghargaan yang diberikan secara institusi kepada Puskesmas. Berdasarkan hasil verifikasi pada 6 (enam) Puskesmas, maka Puskesmas yang mendapat penghargaan sebagai berikut : Peringkat Nama Puskesmas Kab/Kota Provinsi Juara I Kebayoran Baru Jakarta Selatan DKI Jakarta Juara II Gilingan Surakarta Jawa Tengah Juara III Dempo Palembang Sumatera Selatan Harapan I Tegalrejo Yogyakarta DI Yogyakarta Harapan II Tanru Tedong Sidrap Sulawesi Selatan Harapan III Ngadi Kediri Jawa Timur Tabel 3.1. Daftar Puskesmas yang mendapakan penghargaan Inovasi Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Gambar 3.5: Penganugrahaan Penghargaan Pada Pemenang Lomba Inovasi Mutu dan Keselamatan Pasien tahun

27 Penyampaian informasi UPAYA PENINGKATAN MUTU UPAYA PENINGKATAN MUTU Keselamatan & Keamanan Pasien Gambar 3.6. Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di Puskesmas Gilingan Surakarta Jawa Tengah 18

28 6) Pencapaian Kinerja Indikator Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi T R T R T R T T (26,6%) (186,85%) (123,1 1%) Tabel 3.2. Pencapaian Kecamatan yang Memiliki Minimal 1 Puskesmas yang Tersertifikasi Akreditasi Pada tahun 2017 realisasi kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas tersertifikasi akreditasi sebanyak Kecamatan (sumber data dari laporan Komisi Akreditasi per 31 Desember 2017). Dari tabel 3 menunjukan bahwa capaian melampaui dari target tahun 2017 karena beberapa Kabupaten/Kota menggunakan APBDI II murni ( bukan berasal dari DAK Non Fisik) RPJMN (TARGET KUMULATIF) RENSTRA (TARGET KUMULATIF) REALISASI Grafik 3.1. Capaian dan Target akreditasi Puskesmas Periode tahun Dari grafik 3.1 tersebut menunjukan bahwa baik target Renstra Kemenkes maupun target RPJMN dalam on the track sesuai target yang telah ditetapkan. 19

29 Gambar 3.2 berikut mengambarkan distribusi capaian Akreditasi Puskesmas per provinsi secara kumulatif selama periode tahun dengan total Puskesmas tersebar di kecamatan, dan di 468 kab/kota dan 34 provinsi KAB/KOTA KECAMATAN PUSKESMAS Grafik 3.2. Distribusi Realisasi Akreditasi Puskesmas Tahun 2017 Per Provinsi 7) Permasalahan Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaran akreditasi Puskesmas, antara lain sebagai berikut : a) Faktor Sumber Dana Keterlambatan pencairan anggaran akreditasi Puskesmas (DAK Non Fisik), sebagian besar dicairkan pada pertengahan tahun sehingga berpengaruh pada persiapan akreditasi yang pada gilirannya menyebabkan satker baru dapat mengusulkan survei di akhir tahun. b) Faktor SDM dan Jaringan Internet : Tenaga pendamping akreditasi di kab/kota yang sudah terlatih dimutasi/alih fungsi/tugas. Karena pengusulan survei menumpuk diakhir tahun sehingga menyebabkan ketidakseimbangan antara ketersediaan surveior dengan permintaan survei. 20

30 Meskipun sudah disediakan aplikasi sistem pengusulan berbasis internet (WebSite SIAF: namun selain karena kesulitan akses internet juga karena belum siapnya tenaga Puskesmas c) Faktor Waktu persiapan Puskesmas Waktu persiapan akreditasi (pendampingan) waktu survei pada tahun yang sama, sehingga memperngaruhi kesiapan Puskesmas yang pada gilirannya diusulkan survei pada akhir tahun. d) Tingkat Kelulusan akreditasi Puskesmas Tingkat kelulusan akreditasi masih didominasi tingkat dasar dan madya. e) Belum optimalnya pembinaan akreditasi pasca Survei hal ini dibuktikan belum optimalnya pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi hasil survei 8) Usulan Pemecahan Masalah a) Masalah Dana Berkoordinasi dengan Kemendagri untuk menghimbau Bupati/Walikota agar mempercepat pencairan dana DAK Non Fisik. Diusulkan dana DAK Non Fisik bidang kesehatan terpisah dari sektor non kesehatan Merubah menu DAK Non Fisik untuk akreditasi Puskesmas (Permenkes 61 tahun 2017 tentang Juknis DAK) b) Masalah faktor SDM dan Jaringan Internet : Menghimbau kepada Dinkes Kabupaten/Kota agar mempercepat akreditasi Puskesmas melalui SE Dirjen Pelayanan Kesehatan 21

31 Menghimbau kepada Dinkes Kabupaten/Kota agar menyediakan akses internet dan menyediakan tenaga khusus yang kompeten terkait dengan tehnologi informasi Menambah tenaga surveior sesuai dengan kebutuhan c) Masalah faktor waktu persiapan Puskesmas Untuk menghindari penumpukan usulan survei di akhir tahun, maka pada tahun anggran 2018 dilakukan hal perubahan menu DAK Non Fisk untuk akreditasi menjadi 3 menu, yaitu : Menu Persiapan akreditasi Puskesmas Menu Survei akreditasi Puskesmas Menu persiapan dan survei akreditasi Puskesmas d) Masalah Tingkat kelulusan akreditasi Puskesmas Untuk meningkatkan kelulusan akreditasi maka dilakukan hal-hal sebagai berikut, antara lain: Bimtek kepada daerah yang memiliki komptensi masih kurang terhadap akreditasi Puskesmas Membuat SE Dirjen Yankes untuk mempercepat akreditasi dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas DAK non fisik TA 2018 dapat digunakan untuk workshop pendukung peningkatan mutu (audit internal dan rtm serta manajemen resiko dan keselamatan pasien) Dana dekonsentrasi, untuk tahun 2018 untuk Workshop teknis percepatan akreditasi FKTP dan peningkatan teknis kemampuan pendamping Pada tahun 2018 dilakukan Standarisasi honor surveior (Permenkes 61 tahun 2017 tentang Juknis DAK) e) Belum optimalnya pembinaan akreditasi pasca Survei, hal ini dibuktikan belum optimalnya pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi hasil survei 22

32 Untuk optimalisasi pembinaan akreditasi pasca survei maka dihimbau Dinkes Kabupaten/Kota melalui SE Dirjen Nomor. HK.02.02/VI/3973/2017 f) Sarana Implementasi aplikasi SIAF berbasis web pada tahun 2017 Pengadaan ruang sekretariat Komisi Akreditasi FKTP 9) Efisiensi Sumber Daya a. Menugaskan surveior yang berdomisili dekat dengan lokasi survei untuk menghemat anggaran transportasi b. Menugaskan surveior untuk melaksanakan survei dua puskesmas yang lokasinya berdekatan secara berturut turut (maraton) untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya. c. Penyediaan sistem pencatatan pelaporan pelaksanaan akreditasi FKTP yang real time berbasis internet (website) melalui WebSite SIAF d. Terlampauinya target tahun anggaran 2017 hal ini menunjukkan adanya efisiensi dalam penggunaan anggaran tahun ) Realisasi Anggaran Pada tahun 2017 alokasi anggaran yang dapat dipergunakan untuk kegiatan ini sebesar Rp ,- dengan realisasi 93,8% (Rp ,-). Alokasi anggaran tersebut berasal dari kantor pusat dan dana dekonsentrasi. Kewenangan Alokasi Realisasi % Kantor Pusat 9,080,009,000 8,725,759, % Dekonsentrasi 12,915,844,000 11,897,590, % TOTAL 21,995,853,000 20,623,349, % Tabel 3.3. Alokasi dan Realisasi Anggaran Kegiatan yang Mendukung Pencapaian Indikator Puskesmas Tersertifikasi Akreditasi Sumber data: emonev DJA 23

33 b. Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional. 1) Sasaran strategis Meningkatnya akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat. 2) Definisi Operasional RSUD adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah (kabupaten, kota atau propinsi). Yang dimaksud kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional yaitu kabupaten/kota yang memiliki minimal satu RSUD yang telah memiliki sertifikat akreditasi yang dikeluarkan oleh Lembaga independen penyelenggara akreditasi atau Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) versi 2012 baik lulus perdana, dasar, madya, utama atau paripurna sesuai dengan peraturan yang berlaku. 3) Cara Perhitungan Cara perhitungan adalah dengan menjumlahkan kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional. Sedangkan cara pengukuran hasil adalah dengan dibuktikan adanya sertifikat akreditasi rumah sakit dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit. 4) Rencana Aksi Yang Dilakukan Untuk Mencapai Target a. Penyusunan Regulasi di Bidang Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan. b. Pembinaan di Bidang Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan. 24

34 5) Upaya yang Dilaksanakan untuk Mencapai Target: a. Penyusunan Juknis Standar Mutu dan Akreditasi RS dengan menyusun Indikator Mutu di Pelayanan Kesehatan Rujukan sampai saat ini telah dilakukan pertemuan dan pembahasan yang dilakukan serta ujicoba di beberapa rumah sakit didapatkan 12 indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit yang sifatnya wajib. b. Pendampingan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Standar Internasional (JCI) pada rumah sakit rujukan nasional. Pada tahun 2017 dilaksanakan pendampingan pada 8 rumah sakit dibawah ini : 1. RSUP H. Adam Malik Medan (Persiapan akreditasi JCI) 2. RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado (Persiapan akreditasi JCI) 3. RSUP dr. Wahidin Sudiro Husodo Makasar (Persiapan Trienial Survey JCI) 4. RSUP dr. Sardjito Yogyakarta (Persiapan Trienial Survey JCI) 5. RS Mata Cicendo Bandung (Persiapan Survey JCI) 6. RS Kanker Dharmais (Persiapan Survey JCI) 7. RSUP M Djamil (Persiapan Survey JCI) 8. RSUP dr. Soetomo Surabaya (Persiapan Survey JCI) c. Melakukan pertemuan bimbingan teknis tim pokja akreditasi rumah sakit yang sudah terakreditasi paripurna menjadi tim pendamping akreditasi Kemenkes. Pertemuan dilaksanakan di Jakarta (Regional Tengah) dengan jumlah 62 peserta, dan di Medan untuk Regional Barat dengan jumlah 65 peserta. d. Melakukan kegiatan Bimtek Akreditasi RS sebagai surveior verifikator bagi tenaga SDM Dinas Kesehatan Provinsi di 34 propinsi. Pelatihan dilaksanakan di Batam (Regional Barat) dengan jumlah 50 peserta, Bali (Regional Tengah dan Timur) dengan jumlah 43 peserta. 25

35 e. Melakukan kegiatan pelaksanaan pendampingan magang survey verifikasi bagi tenaga medis kesehatan propinsi. Kegiatan dilakukan di RS disetiap propinsi yang ada RS terjadwal survei verifikasi dari KARS di 18 Rumah Sakit. f. Melakukan Kegiatan pendampingan Akreditasi Nasional pada RSUD Kabupaten/ Kota dan RS TNI POLRI bersama tim dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit atau tim pendamping yang terlatih pada 11 RSUD dan 15 RS TNI POLRI. g. Mengalokasikan dana DAK Non Fisik akreditasi rumah sakit tahun 2017 sebesar Rp ,- untuk 73 RS untuk memfasilitasi RSUD yang mendapat dana DAK Non Fisik Akreditasi RS. h. Mengalokasikan dana Dekonsentrasi untuk mendukung pelaksanaan akreditasi rumah sakit tahun 2017 sebesar Rp ,- untuk 12 Dinas Kesehatan Propinsi, yaitu Bimtek SDM RS dan Dinkes Kabupaten/Kota terkait standar PMKP dan TKP. i. Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait dengan mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan rujukan dengan KARS, PERSI, ARSADA, Kemenhan, Kemenpan, RS Vertikal dan RS Lain yang sudah terakreditasi nasional dan internasional. j. Melakukan pendampingan evaluasi dalam persiapan akreditasi di beberapa RS. k. Sosialisasi SNARS Edisi I untuk Dewan Pengawas Rumah Sakit Vertikal untuk 28 RS Vertikal di Jakarta. l. Sosialisasi SNARS Edisi I untuk Dewan Pengawas RS Rujukan Nasional, Rujukan Propinsi dan Rujukan Regional di Jakarta untuk 49 RS. 26

36 6) Pencapaian Kinerja Cara pengukuran hasil adalah dengan dibuktikan adany sertifikat atau data RSUD terakreditasi dari KARS atau melalui website KARS. Untuk Kabupaten/Kota dengan lebih dari 1 RSUD terakreditasi, maka hanya dihitung sebagai satu Kabupaten/Kota. Indikator Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional T R T R T R T T (53,2%) (105,8%) (115,3%) Tabel 3.4. Pencapaian Kabupaten/Kota yang Memiliki Minimal 1 RSUD yang Tersertifikasi Akreditasi Nasional Pada tahun 2017, pencapaian indikator sebanyak 331 kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional. Data capaian berasal dari laporan Komisi Akreditasi Rumah Sakit per 31 Desember Analisa Pencapaian tahun 2017 adalah sebagai berikut: a) Pencapaian tahun 2017 sebanyak 331 kab/kota apabila dibandingkan dengan target tahun 2017 (287 kab/kota), maka persentase capaiannya sebesar 115,33% b) Jika dibandingkan dengan pencapaian tahun 2016 (201 kab/kota), maka pencapaian tahun 2017 meningkat sebesar 64,67%. c) Jika dibandingkan dengan target akhir jangka menengah (481 kab/kota), maka baru mencapai 68,8%, sehingga masih perlu upaya yang keras untuk mencapainya. 27

37 Grafik 3.3. Distribusi Jumlah Kabupaten/Kota yang Memiliki Minimal 1 RSUD Terakreditasi Berdasarkan Provinsi Sumber : KARS tanggal 31 Desember 2017 Pada tahun 2017 sebanyak 465 RS Daerah yang sudah terakreditasi di 331 kab/kota tersebut di atas. Adapun tingkat kelulusannya bervariasi, yaitu 144 RS lulus perdana, 16 RS lulus dasar, 29 RS lulus madya, 49 RS lulus utama dan 227 RS lulus paripurna. Adapun presentasi kelulusannya dapat dilihat dalam grafik 3.4 berikut ini: Dasar Madya Utama Paripurna Grafik 3.4. Tingkat Kelulusan Akreditasi 465 RS Daerah Sumber : KARS tanggal 31 Desember

38 Pada tahun 2017 di Indonesia terdapat RS rumah sakit yang sudah terakreditasi nasional (versi 2012) yang terdiri dari 604 RS Pemerintah dan 877 RS swasta. Adapun tingkat kelulusan sebagai berikut: Grafik 3.5. Tingkat Kelulusan Akreditasi RS di Indonesia Sumber : KARS tanggal 31 Desember ) Peluang KARS menetapkan Standar Nasional Akreditasi RS (SNARS) edisi I yang akan berlaku mulai 1 Januari 2018 sehingga RS berusaha untuk melakukan survey akreditasi sebelum 1 Januari ) Permasalahan a. Faktor Dana Belum semua Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran yang mendukung pelaksanaan akreditasi di RSUD wilayah kerjanya. Keterlambatan pencairan anggaran DAK Non Fisik di Pemerintah Daerah. Adanya self blocking dan penghentian sementara pelaksanaan kegiatan dengan dana dekonsentrasi menyebabkan beberapa kegiatan pendampingan di RSUD terhambat. Adanya pemotongan APBD untuk pemenuhan sarana, prasarana dan alat kesehatan. 29

39 Kesalahan daerah dalam membuat Rencana Anggaran Biaya yang dikaitkan dengan ketidaksesuaian dengan Juknis DAK. b. Waktu Proses akreditasi merupakan rangkaian yang panjang dan memakan waktu yang lama, mulai dari pelatihan sampai terakreditasi. RSUD yang melakukan workshop, bimbingan, maupun survey simulasi harus masuk dalam waiting list oleh KARS karena banyaknya permintaan RS, sedangkan jumlah SDM pembimbing terbatas. Padahal penggunaan anggaran hanya berlaku 1 tahun. c. SDM Komitmen pemerintah daerah yang belum merata sehingga kurang mendukung persyaratan pelaksanaan akreditasi yaitu dengan menunjuk direktur rumah sakit yang bukan tenaga medis, sehingga struktur organisasi RS tidak sesuai dengan Perpres Nomor 77 tahun 2015 tentang Organisasi Rumah Sakit. Komitmen Pimpinan RS dan pegawai yang kurang sehingga tidak terlibat aktif dalam kegiatan persiapan akreditasi dan kurang mendukung kegiatan akreditasi. Ketersediaan SDM tenaga kesehatan yang masih belum memenuhi kebutuhan pegawai sesuai dengan kelas RS. Diperlukan perubahan budaya kerja dalam memberikan pelayanan kesehatan yang senantiasa berorientasi pada peningkatan mutu pelayanan sesuai dengan standar akreditasi. Minimnya pelatihan SDM dalam memenuhi persyaratan akreditasi seperti pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD), Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), Sasaran Keselamatan Pasien (SKP), Manajemen Penggunaan Obat (MPO), Keselamatan dankesehatan Kerja (K3) rumah sakit sesuai dengan standar Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK). Mutasi pegawai yang sudah terlatih akreditasi sehingga tidak dapat berperan optimal dalam akreditasi. 30

40 Kemampuan tenaga dinas kesehatan provinsi dalam persiapan akreditasi belum cukup untuk mendorong dinkes dalam menjalankan fungsi pembinaan sesuai Permenkes 12/2012. d. Sarana dan Prasarana Masih banyak RS yang akan diakreditasi namun belum memiliki sarana, prasarana dan alat kesehatan sesuai dengan standar misalnya RS belum memiliki IPAL yang menjadi persyaratan mutlah bagi akreditasi RS. 9) Usulan Pemecahan Masalah a. Dana 1) Menyediakan alokasi DAK Non Fisik akreditasi RS pada tahun ) Melakukan koordinasi dengan Kemendagri untuk dapat meningkatkan komitmen Pemerintah Daerah dalam pencairan DAK Non Fisik. 3) Mendorong pemerintah daerah untuk menyediakan dana akreditasi rumah sakit bersumber APBD. b. Waktu 1) Berkoordinasi dengan KARS untuk menjadwalkan survey simulasi akreditasi agar sesuai dengan target indikator RS terakreditasi. 2) Melakukan advokasi kepada dinkes provinsi untuk mengatur jadwal pendampingan akreditasi ke RSUD target Kabupaten/Kota dalam satu tahun anggaran. c. SDM 1) Peningkatan keterlibatan dinas kesehatan propinsi dan kab/kota dalam persiapan akreditasi RS. 2) Koordinasi dengan Kemendagri untuk dapat menguatkan komitmen pemerintah daerah dalam penyiapan SDM sesuai standar pelaksanaan akreditasi RS. 3) Melakukan koordinasi dengan Badan PPSDMK untuk melakukan pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan sesuai dengan kelas RS. 31

41 4) Membuat pakta integritas direktur RS terutama RS rujukan regional dalam persiapan akreditasi. 5) Melakukan sosialisasi transformasi budaya kerja untuk meningkatkan budaya mutu. 6) Membentuk tim pendamping akreditasi yang dapat memberikan bimbingan kepada RS yang membutuhkan sesuai dengan penugasan Kemenkes. d. Sarana dan prasarana Mengalokasikan anggaran DAK Fisik 2018 untuk seluruh RSUD dalam pemenuhan sarana, prasarana dan alat kesehatan sesuai standar kelas RS. 10) Efisiensi Sumber Daya a. Membentuk tim pendamping akreditasi yang berasal dari daerah atau provinsi yang sama, sehingga penggunaan anggaran menjadi lebih rendah (efisien). b. Melakukan koordinasi dengan KARS untuk melaksanakan pelatihan surveior internal RS sehingga dapat berperan dalam persiapan akreditasi RS. c. RSUD yang sudah siap melaksanakan survei akreditasi tidak harus melalui semua tahap akreditasi (pelatihan, bimbingan, survei simulasi) terlebih dahulu sehingga anggaran dan waktu pelaksanaan lebih efisien. d. Alokasi anggaran tahun 2017 ditargetkan untuk mencapai 287 kab/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi, akan tetapi capaian melebihi target yang ditetapkan (331 kak/kota). Hal ini menunjukkan adanya efisiensi dalam peningkatan capaian kinerja tahun ) Realisasi Anggaran Pada tahun 2017 alokasi anggaran yang dapat dipergunakan untuk kegiatan ini sebesar Rp ,- dengan realisasi 89,7% (Rp ,-). Berikut rincian alokasi anggaran berdasarkan kewenangan, yaitu kantor pusat dan dekonsentrasi: 32

42 Kewenangan Alokasi Realisasi % Kantor Pusat 4,237,571,000 3,796,166, % Dekonsentrasi 3,433,014,000 3,081,399, % TOTAL 7,670,585,000 6,877,565, % Tabel 3.5. Alokasi dan Realisasi Anggaran Kegiatan yang Mendukung Pencapaian Indikator RSUD Tersertifikasi Akreditasi Sumber data: emonev DJA tanggal 30 Januari PRESTASI DAN INOVASI DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN a. SPGDT 119 Salah satu upaya penguatan akses pelayanan kesehatan antara lain dengan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), yang bertujuan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kegawatdaruratan medik, serta mempercepat waktu respon penanganan pasien gawat darurat dalam upaya menurunkan angka kematian dan kecacatan. SPGDT merupakan layanan emergensi medik di Indonesia yang diselenggarakan melalui layanan berbasis call center yaitu Pusat Komando Nasional (National Comand Center/NCC) 119 dan Public Safety Center (PSC) 119. NCC merupakan pusat panggilan kegawatdaruratan medik dengan nomor akses tunggal 119 yang digunakan di seluruh wilayah Indonesia, yang berada di Kementerian Kesehatan. PSC merupakan pusat layanan yang menjamin kebutuhan masyarakat dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegawatdaruratan medik yang berada di kabupaten/kota yang merupakan ujung tombak pelayanan untuk mendapatkan respon cepat. Fungsi PSC antara lain (1) Pemberi pelayanan gawat darurat, (2) Pemandu pertolongan pertama (first aid), (3) Pengevakuasi korban/pasien 33

43 gawat darurat dan (4) Pengoordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan. Tugas PSC yaitu: 1) Menerima terusan (dispatch) panggilan kegawatdaruratan dari NCC 119; 2) Melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan dengan menggunakan algoritme kegawatdaruratan; 3) Memberikan layanan ambulans; 4) Memberikan informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan; dan 5) memberikan informasi tentang ketersediaan tempat tidur di rumah sakit. Saat ini sudah terbentuk 135 PSC yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, PSC yang sudah terintegrasi dengan NCC 119 sebanyak 54 PSC, di antara sebagai berikut: 1. Provinsi Aceh 2. Kabupaten Bungo (Jambi) 3. Kota Sungaipenuh 4. Kota Solok 5. Kabupaten Padang Pariaman 6. Provinsi Riau 7. Kota Pekanbaru 8. Kabupaten Bangka 9. Provinsi Sumatera Selatan 10. Propinsi DKI Jakarta 11. Kabupaten Tangerang 12. Kota Tangerang 13. Kota Tangerang Selatan 14. Kota Bandung 15. Kota Depok 16. Kota Cirebon 17. Kabupaten Karawang 18. Kabupaten Bekasi 19. Kota Bekasi 20. Kabupaten Wonosobo 21. Kabupaten Boyolali 22. Kabupaten Kendal 23. Kabupaten Brebes 24. Kabupaten Pemalang 25. Kabupaten Tegal 34

44 26. Kabupaten Purworejo 27. Kabupaten Klaten 28. Kota Salatiga 29. Kota Solo 30. Provinsi DI Yogyakarta 31. Kota Yogyakarta 32. Kabupaten Sragen 33. Kabupaten Tuban 34. Kabupateng Tulung Agung 35. Kabupaten Trenggalek 36. Provinsi Kalimantan Timur 37. Provinsi Sulawesi Utara 38. Kabupaten Mamuju 39. Kabupaten Banggai 40. Kabupaten Bantaeng 41. Kota Makasar 42. Kota Mataram 43. Kabupaten Sumbawa 44. Kota Ambon 45. Provinsi Bali 46. Kabupaten Badung Bali 47. Kabupaten Tabanan 48. Kabupaten Gianyar 49. Kota Denpasar 50. Kabupaten Soppeng 51. Kabupaten Barru 52. RSUD Kota Tangerang 53. Sungai Limau Sumbar 54. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Dalam ajang penghargaan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (Kemenpan) terkait inovasi pelayanan public, NCC 119 (Kolaborasi Nasional Layanan Emergensi Medik) berhasil meraih penghargaan Top 99 dan Top 40 Inovasi Pelayanan Publik Tahun b. Pengembangan Telemedicine Pelayanan Telemedicine merupakan salah satu terobosan Kementerian Kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan menggunakan teknologi informasi untuk mendekatkan akses dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Layanan Telemedicine ini juga diharapakan dapat memudahkan komunikasi antara dokter umum yang berada di daerah terpencil ataupun daerah 35

45 yang jauh dari pusat kota dengan dokter spesialis, subspesialis guna meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat. Telemedicine sudah dikembangkan di Indonesia sebagai pilot project yang diawali dengan teleradiologi, tahun 2012 dengan Jenis layanan tele-radiologi dan sampai tahun 2017 telah ada tiga jenis layanan telemedicine yaitu Teleradiologi, tele-ekg dan Tele-USG. Pelayanan Telemedicine memiliki Konsep Pengampuan dimana sebagai Pengampu adalah RS Rujukan Nasional, Rujukan Provinsi dan Rujukan Regional, dan sebagai Diampu adalah Rumah Sakit yang tidak memiliki tenaga Spesialis dan/atau Puskesmas yang tidak memiliki tenaga medis terutama terletak di daerah DTPK (Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan). Kementerian Kesehatan menyediakan Aplikasi pelayanan telemedicine dengan alamat yang dapat diakses oleh semua fasilits pelayanan kesehatan yang menyediakan layanan telemedicine. Gambar 3.7. Aplikasi Telemedicine Indonesia Foto Implementasi Telemedicine Indonesia berupa pemeriksaan EKG dan upload hasil pemeriksaan pada aplikasi telemedicine di Puskesmas. 36

46 Gambar 3.8. Implementasi Telemedicine di Puskesmas c. Sistem Pendaftaran rawat melalui SMS Gateway Di era JKN ini, kebutuhan masyarakat untuk dapat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) baik Puskesmas maupun Rumah Sakit semakin meningkat. Namun, kapasitas fasyankes dalam melayani masyarakat masih belum memadai yang dapat dilihat dengan sering terjadinya antrian pasien rawat jalan yang panjang di beberapa rumah sakit, sehingga terjadi penumpukan pasien, waktu tunggu yang lama, yang pada akhirnya mengakibatkan mutu pelayanan pasien rawat jalan juga ikut terganggu. Hal ini menjadi keluhan masyarakat kepada Kementerian Kesehatan dan telah mejnadi sorotan dari berbagai pihak seperti Presiden, DPR, KPK, dan lembaga lainnya. Kementerian Kesehatan melalui Ditjen Pelayanan Kesehatan membuat inovasi aplikasi Pendaftaran Pasien Rawat Jalan melaui SMS Gateway. SMS Gateway bersama dengan Sistem Pendaftaran Online (berbasis web dan android) diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah antrian. pasien tersebut. Tujuan lainnya dari inovasi ini adalah untuk membangun dan mengembangkan sistem informasi pelayanan kesehatan secara cepat, tepat, bersahabat, sehingga memberikan kemudahan bagi pasien rawat jalan untuk mendaftar ke rumah sakit yang dituju. Saat ini, sistem SMS Gateway sedang diujicoba pada 3 RS Vertikal di Jakarta, yaitu: RSUP Fatmawati, RSAB Harapan Kita, dan RS Pusat Otak Nasional. 37

47 Gambar 3.9. Aplikasi Pendaftaran Rawat Melalui SMS Gateway Selain sebagai salah elemen penilaian dalam Standar Akreditasi Nasional (SNARS), Sistem Pendaftaran Pasien (baik online maupun melalui SMS Gateway) juga merupakan salah satu indikator kinerja yang harus dicapai oleh RS Vertikal dan pencapaiannya ikut menetukan dalam pemberian remunerasi. d. Penghargaan pada Program Pelayanan NCC 119 Dalam ajang penghargaan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (Kemenpan) terkait inovasi pelayanan public, NCC 119 (Kolaborasi Nasional Layanan Emergensi Medik) meraih penghargaan Top 99 dan Top 40 Inovasi Pelayanan Publik Tahun

48 Gambar Piagam Penghargaan NCC 199 e. Rumah Sakit Terakreditasi Internasional Dalam rangka menghadapi persaingan perdagangan bebas dunia terutama di ASEAN, maka perlu meningkatan mutu fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan standar kelas dunia (internasional). Kementerian Kesehatan berupaya untuk mewujudkan hal tersebut yaitu dengan adanya fasilitas pelayanan kesehatan rujukan yang tersertifikasi akreditasi internasional oleh lembaga independent dalam hal ini Joint Commision International (JCI). Sampai dengan tahun 2016 terdapat 24 rumah sakit yang telah tersertifikasi akreditasi dari JCI, yaitu : a. RS Pemerintah a) RS UPT Vertikal 1. RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta 2. RSUP Fatmawati Jakarta 3. RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung 4. RSUP dr. Kariadi Semarang 5. RSUP dr. Sardjito Yogyakarta 6. RSUP Sanglah Bali 39

49 7. RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar 8. RSUP Moh. Hoesin Palembang 9. RS Jantung Harapan Kita b) RS Pemerintah Lainnya 1. RSPAD Gatot Soebroto Jakarta b. RS Swasta 1) RS Awal Bros Bekasi 2) RS Awal Bros Pekanbaru 3) RS Awal Bros Batam 4) RS Awal Bros Tangerang 5) RS Eka Hospital BSD 6) RS Eka Hospital Pekanbaru 7) RS Siloam Kebun Jeruk 8) RS Siloam Karawaci 9) RS Siloam Hospital Bali 10) RS Premier Jatinegara 11) RS Premiere Surabaya 12) RS Premier Bintaro 13) RS Pondok Indah-Puri Indah Jakarta 14) RS Pondok Indah-Pondok Indah Jakarta 15) RS Mata JEC Jakarta 1. DUKUNGAN DITJEN PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PRIORITAS KESEHATAN NASIONAL LAINNYA Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan harus melaksanakan program dan kegiatan untuk mencapaian target indikator yang telah ditetapkan. Di samping itu Ditjen Pelayanan Kesehatan yang merupakan salah satu unsur dari Kementerian Kesehatan di samping berkewajiban untuk turut mendukung pencapaian target dalam Nawacita/Janji Presiden, prioritas nasional Kementerian Kesehatan, Sustainable Development Goals (SDGs), Quick Wins, Percepatan Papua dan Papua Barat, dan lain-lainnya. 40

50 Dukungan Ditjen Bina Upaya Kesehatan terhadap prioritas kesehatan nasional lainnya adalah: a. Janji Presiden Presiden Joko Widodo menyampaikan beberapa janji untuk menyejahterakan rakyat Indonesia. Pada tahun 2016 Kantor Staf Presiden (KSP) memilih 100 program dan kegiatan prioritas nasional dari janji-janji presiden dan wakil presiden. Ditjen Pelayanan Kesehatan bertanggung jawab 4 rencana aksi pada tahun 2016, yaitu: 1) Puskesmas yang Memberikan Pelayanan Sesuai Standar Untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas kepada masyarakat diperlukan Puskesmas yang memberikan pelayanan sesuai standar. Dengan terbitnya Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, maka diharapkan Puskesmas dapat memberikan pelayanan sesaui standar yang telah diatur dalam Permenkes tersebut, baik dari sumber daya (sarana, prasana, alat kesehatan, tenaga dan pembiayaan) maupun upaya yang diselenggarakan Puskesmas. Adapun target Puskesmas untuk tahun 2019 akan dicapai secara bertahap seperti dalam tabel dibawah ini. Indikator Jumlah puskesmas non rawat inap dan puskesmas rawat inap yang memberikan pelayanan sesuai standar Target Tabel 3.6. Target Indikator Puskesmas yang Memberikan Pelayanan Sesuai Standar Tahun

51 KSP memantau proses pencapaian indikator dengan melakukan pemantauan pencapaian indikator proses yang telah disepakati bersama antara KSP dengan Kemenkes setiap tiga bulan sekali. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 pencapaian sebesar 192,3% (2.692 Puskesmas) dan mendapatkan rapor hijau. 2) Pelayanan Kesehatan Bergerak di 150 Kabupaten/kota Dalam rangka meningkatkan jangkauan dan pemerataan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi asyarakat di daerah terpencil/sangat terpencil, perbatasan dan kepulauan, maka Kemenkes melaksanakan upaya inovasi untuk mengatasai keterbatasan akses pelayanan melalui pelayanan kesehatan bergerak. Target Indikator Jumlah kabupaten/kota yang melakukan Pelayanan Kesehatan Bergerak di daerah terpencil dan sangat terpencil Tabel 3.7. Target Indikator Kabupaten/Kota yang Melakukan Pelayanan Kesehatan Bergerak di Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil Tahun Pencapaian sampai dengan tanggal 31 Desember 2017 sebesar 100% (128 kabupaten/kota). 3) Kabupaten/Kota yang Siap Akreditasi Rujukan Indikator ini merupakan indikator antara untuk mencapai indikator outcome yaitu jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional. Target tahun 2017 adalah 50% kabupaten/kota yang siap akreditasi fasilitas kesehatan rujukan. Rumah sakit yang dikategorikan siap akreditasi adalah rumah sakit yang telah melaksanakan proses persiapan akreditasi. 42

52 Tahun 2017 dijadwalkan 129 RSUD di 94 kabupaten/kota yang siap akreditasi Fasilitas Kesehatan Rujukan, dengan demikian capaian tahun 2017 sebesar 132,9%. 4) RS Pratama Rumah Sakit pratama dibangun dalam rangka meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan di DTPK, pemekaran wilayah, daerah yang belum memiliki rumah sakit dan daerah dengan geografis sulit. Indikator Jumlah RS Pratama yang dibangun Target Tabel 3.8. Target Indikator Jumlah RS Pratama yang dibangun Tahun Pencapaian sampai dengan tanggal 31 Desember 2017 sebesar 72,8% (16 RS) dikarenakan ada lokasi yang masih melakukan perpanjangan kontrak konstruksi maupun yang tidak melakukan pelaporan ke Ditjen Yankes (sehingga tidak bisa dilakukan penilaian progress pekerjaan). b. Quick Wins Quick Wins adalah program yang mempunyai daya ungkit (key leverage) yang berkaitan dengan perbaikan pada core business. Hasil perbaikan dapat dengan mudah terlihat dan manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat. Berdasarkan kesepakatan antara Bappenas dan Kemenkes pada tahun 2017 Ditjen Pelayanan Kesehatan bertanggungjawab terhadap renacana aksi: Jumlah Puskesmas yang Bekerja Sama Melalui Dinas Kesehatan dengan Unit Transfusi Darah dan Rumah Sakit. Definisi operasional: Puskesmas yang telah bekerjasama melalui dinas kesehatan dengan Unit Transfusi Darah dan Rumah Sakit sesuai dengan 43

53 Permenkes nomor 92 tahun 2015 dalam rangka rekrutmen dan seleksi donor guna persiapan penyediaan darah bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung program penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Target dalam RPJMN dan Renstra tahun 2015=200, tahun 2016=1.600, tahun 2017=3.000, tahun 2018=4.400, dan tahun 2019=5.600 Puskesmas. Pencapaian Puskesmas yang telah bekerjasama melalui Dinkes dengan Unit Transfusi Darah (UTD) dan rumah sakit sebanyak Puskesmas (114,57%). c. Dukungan Ditjen Pelayanan Kesehatan dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Meningkatnya akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan rujukan dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sehingga jumlah pasien di rumah sakit meningkat. Kementerian kesehatan berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. Untuk itu Ditjen Pelayanan Kesehatan dalam rangka memberikan dukungan pelaksanaan JKN, menetapkan kebijakan sebagai berikut: 1. Membuat sistem rujukan berjenjang. Rujukan bermula dari fasyankes primer ke fasyankes sekunder, dan yang terakhir ke fasyankes tersier. 2. Menetapkan 144 RS Rujukan. RS rujukan nasional sebanyak 14 RS, RS rujukan propinsi sebanyak 10 RS, dan RS rujukanan regional sebanyak 110 RS. Dari 14 RS rujukan nasional tersebut terdapat 10 RS UPT Vertikal Ditjen Pelayanan Kesehatan yang merupakan fasyankes rujukan tersier dalam sistem rujukan berjenjang. Ditjen Pelayanan Kesehatan memiliki 49 UPT Vertikal dimana 33 UPT Vertikal merupakan rumah sakit, baik RS umum maupun RS khusus. 44

54 Ke tiga puluh tiga rumah sakit tersebut telah bekerja sama dengan BPJS sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) bagi peserta JKN. Di samping 10 RS UPT Vertikal yang telah ditetapkan menjadi RS rujukan nasional, terdapat RS khusus yang menjadi rujukan terakhir untuk beberapa penyakit/permasalahan tertentu, yaitu : RS rujukan untuk penyakit jantung dan pembuluh darah adalah RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. RS rujukan untuk penyakit paru adalah RS Paru Dr. Goenawan Cisarua, RS Paru Rotinsulu Bandung, dan RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. RS rujukan untuk penyakit kanker adalah RS Kanker Dharmais. RS rujukan untuk masalah ibu dan anak adalah RSAB Harapan Kita. RS rujukan untuk penyakit infeksi adalah RSPI Sulianti Saroso Jakarta. RS rujukan untuk masalah ketergantungan obat adalah RS Ketergantungan Obat Jakarta. RS rujukan untuk penyakit otak adalah RS Pusat Otak Nasional. RS rujukan untuk penyakit stroke adalah RS Stroke Nasional Bukittinggi. RS rujukan untuk penyakit kusta adalah RS Kusta dr. Rivai Abdullah Palembang, RS Kusta Sitanala Tangerang, dan RS dr. Tadjuddin Chalid Makasar. RS rujukan untuk penyakit mata adalah RS Mata Cicendo Bandung. RS rujukan untuk masalah gangguan kejiwaan adalah RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta, RS Jiwa dr. Marzoeki Mahdi Bogor, dan RS Jiwa dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. 45

55 B. REALISASI ANGGARAN No Kegiatan Alokasi Realisasi % 1 Kantor Pusat 368,778,868, ,501,680, Kantor Daerah 16,615,935,188,000 15,164,013,007, Dekonsentrasi 100,289,616,000 87,386,200, Total 17,085,003,672,000 15,545,900,889, Sumber Data: emonev DJA 30 Januari 2018 Tabel 3.9. Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2017 Berdasarkan Kewenangan (Sumber data : emonev DJA) Realisasi Ditjen Pelayanan Kesehatan sampai dengan tanggal 26 Januari 2018 sebesar Rp ,- (90,99%). Persentase realisasi anggaran yang paling rendah adalah kantor pusat.hal ini disebabkan lamanya revisi DIPA dan self blocking di kantor pusat yang berdampak pada realisasi anggaran. No Kegiatan Alokasi Realisasi % 1 Belanja Pegawai 2,414,425,163,000 2,196,593,036, Belanja Barang 12,270,002,623,000 11,405,385,934, ,400,575,886,000 1,943,921,917, Belanja Modal 17,085,003,672,000 15,545,900,889,100 Total Sumber Data: emonev DJA 30 Januari 2018 Tabel Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2017 Berdasarkan Jenis Belanja (Sumber data emonev DJA) Persentase realisasi anggaran berdasarkan jenis belanja yang paling rendah adalah belanja modal. Waktu pelaksanaan yang sempit terutama dana yang berasal dari APBN-P yang sebagian besar merupakan belanja modal, menyebabkan penyerapan anggaran tidak optimal. 46

56 No Kegiatan Alokasi Realisasi % Pembinaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan 75,945,585,000 67,201,450, Pembinaan Pelayanan Kesehatan Primer 35,168,594,000 32,135,923, Pembinaan Pelayanan Kesehatan Rujukan 79,769,833,000 62,403,721, Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan 16,828,705,972,000 15,324,445,754, Pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional 17,006,254,000 15,589,054, Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan 48,407,434,000 44,124,985, TOTAL 17,085,003,672,000 15,545,900,889, Sumber Data: emonev DJA 30 Januari 2018 Tabel Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2017 Berdasarkan Kegiatan (Sumber data : emonev DJA) Persentase realisasi anggaran berdasarkan kegiatan yang paling rendah adalah pembinaan pelayanan rujukan sebesar 78.23%. Adanya self blocking menyebabkan anggaran tidak bisa terserap secara optimal. No Kegiatan Alokasi Realisasi % RM 5,286,315,675,000 4,856,684,711, PLN 1,350,000, PNBP 26,812,330,000 20,372,813, BLU 11,770,525,667,000 10,668,843,363, TOTAL 17,085,003,672,000 15,545,900,889, Sumber Data: emonev DJA 30 Januari 2018 Tabel Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2017 Berdasarkan Sumber Dana (Sumber data : emonev DJA) Persentase realisasi anggaran berdasarkan sumber dana yang paling rendah adalah dana PNBP. 47

57 Indikator Alokasi Realisasi Persentase Jumlah Kecamatan yang Memiliki Minimal 1 Puskesmas Tersertifikasi ,84% Akreditasi Jumlah Kab/Kota yang memiliki Minimal 1 RSUD Tersertfikasi ,12% Akreditasi Nasional Total 131,551,928, ,915,532, % Tabel Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan yang Mendukung Pencapaian Indikator Kinerja Tahun 2017 (Sumber data : emonev DJA Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan telah mengalokasikan sebesar Rp ,- untuk mendukung pencapaian indikator kinerja program dengan realisasi sebesar 88,87% (Rp ,-). Dana tersebut dialokasikan ke berbagai satuan kerja berdasarkan kewenangannya, yaitu kantor pusat dan dekonsentrasi. Adapun alokasi ini diterima oleh Direktorat Mutu dan Akreditasi. Alokasi anggaran yang mendukung pencapaian indikator kinerja program sebesar 0,08% dari total alokasi anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan tahun Alokasi anggaran lainnya dipergunakan Ditjen Pelayanan Kesehatan untuk mendukung pelaksanaan prioritas kesehatan nasional. Alokasi dana terbesar terdapat di kantor daerah yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan program JKN, seperti meningkatkan sarana, prasarana dan operasional kantor daerah. Di samping itu dalam peta strategi Ditjen Pelayanan Kesehatan, optimalisasi peran UPT Vertikal dapat mewujudkan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan (sebagai pengampu akreditasi rumah sakit lainnya serta peningkatan rumah sakit UPT Vertikal menjadi terakreditasi JCI) dan mewujudkan peningkatan akses pelayanan kesehatan (telemedicine). Alokasi anggaran untuk kantor daerah sebesar Rp ,- atau 97% dari total alokasi anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan tahun Realisasi anggaran sebesar Rp ,- (90,99%) dari alokasi anggaran yang diterima (Rp ,-). 48

58 No Kegiatan Alokasi Realisasi % 1 Belanja Pegawai 2,304,758,330,000 2,114,083,022, Belanja Barang 11,974,161,348,000 11,150,241,468, Belanja Modal 2,337,015,510,000 1,899,399,826, Total 16,615,935,188,000 15,163,724,316, Sumber Data: emonev DJA 30 Januari 2018 Tabel Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah Tahun 2017 Berdasarkan Jenis Belanja (Sumber data : emonev DJA) Anggaran kantor daerah terdiri dari 13,9% belanja pegawai, 72% belanja barang dan 14% belanja modal. Belanja barang digunakan untuk biaya operasional perkantoran, penyediaan barang habis pakai dan obat-obatan. Sedangkan belanja modal digunakan untuk pengadaan barang investasi (alat kesehatan, pembangunan gedung, dll). Belanja modal ini digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Adapun output dari 49 UPT Vertikal Ditjen Pelayanan Kesehatan yaitu : 1. Tiga puluh tiga RS, 1 Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), 3 Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) dan 2 Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) melayani pasien baik umum maupun BPJS. Pada tahun 2017, RS Vertikal telah melayani pasien dengan rincian: pasien rawat jalan sebanyak pasien, rawat inap pasien dan IGD sebanyak pasien, sedangkan di satker BBKPM, BKMM, dan UPK telah melayani pasien sejumlah pasien. No Satker Rawat Jalan Rawat Inap IGD 1 BBKPM Bandung BBKPM Surakarta BBKPM Makassar BKMM Cikampek BKMM Makassar UPK Total Tabel Jumlah Pasien Rawat Inap, Rapat Jalan dan IGD di di Balai dan UPK Tahun

59 No. NAMA RS KUNJUNGAN Rawat Jalan Rawat Inap IGD Total 1 RSUP Dr. M. Djamil 125,734 2 RS Anak dan Bunda Harapan Kita 134,976 3 RS Stroke Nasional 35,114 4 RSUP Fatmawati 329,622 5 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou RSK Pusat Otak Nasional 38,661 7 RS Paru Dr. Ario Wirawan 27,963 8 RSUP Persahabatan 233,246 9 RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso 34, RS Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi 136, RS Khusus Mata Cicendo 161, RS Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro 214, RSUP Dr. Sardjito 429, RSUP Sanglah 331, RS Jiwa Dr. Soeharto Heerjan 39, RS Jiwa Prof. Dr. Soerojo 88, ,376 21, ,876 11,431 17, ,137 7,197 9,855 52,166 40,645 38, , ,194 4,603 46,458 7,861 9,864 45,688 25,904 39, ,227 2,482 2,805 39,729 8,952 17, ,054 9,501 6, ,323 23,561 28, ,828 27,809 23, ,738 66,282 42, ,969 3,088 4,000 46,812 8,437 11, , RS Umum Pusat Dr. Kariadi 525,884 42,373 35, ,289 RS Jantung dan Pembuluh Darah ,620 Harapan Kita 13,231 11, , RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu 24, RS Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang 266,560 50, RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo 180, RS Ketergantungan Obat 34, RS Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin 576, RSUP H. Adam Malik 232, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo 956,849 5,293 4,846 34,871 37,340 25, ,284 4,262 4,843 59, ,917 28, , ,406 38,052 52,638 38, ,555 22,805 22, ,961 48,068 33,189 1,038, RS Kusta Dr. Rivai Abdullah RS Kusta Dr. Tadjuddin Chalid, MPH RS Kusta Dr. Sitanala 36, RS Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso 69, RSU Ratatotok - Buyat 3,627 8,396 10,412 54,953 5,083 12,511 86,964 1,041 2,533 7, RS Kanker Dharmais 111,501 92,183 7, ,010 Total 5,555, , ,546 7,030,018 Tabel 3.17.Jumlah Pelayanan RS Vertikal Tahun

60 2. Empat Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) yang mempunyai tupoksi pemeriksaan laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan masyarakat. Pada tahun 2017 telah melakukan pemeriksaan laboratorium sebanyak laboratorium. No Satker Jumlah Pemeriksaan Laboratorium 1 BBLK Jakarta 151,164 2 BBLK Palembang 254,167 3 BBLK Makassar 154,483 4 BBLK surabaya 330,160 Total 889,974 Tabel Jumlah Pemeriksaan Laboratorium di BBLK tahun Empat Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) dan 2 Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan (LPFK) yang mempunyai tupoksi melaksanakan pengamanan fasilitas kesehatan meliputi sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan melalui pengujian, kalibrasi dan proteksi radiasi. Pada tahun 2017 telah melakukan kalibrasi pada alat kesehatan. No Satker Jumlah Alat yang Dikalibrasi 1 BPFK Jakarta 18,312 2 BPFK Medan 18,000 3 BPFK surabaya 26,954 4 BPFK Makassar 18,275 5 LPFK Surakarta 8,732 6 LPFK Banjarbaru 6,291 Total 96,564 Tabel Jumlah Kalibrasi Alat Kesehatan di BPFK dan LPFK tahun 2017 Adapun layanan unggulan yang dimiliki RS UPT Vertikal Ditjen Pelayanan Kesehatan sebagai berikut : 1. RS H. Adam Malik memiliki layanan unggulan pelayanan jantung dan kanker terpadu. 2. RS Dr. M. Hoesin memiliki layanan unggulan onkologi terpadu, cardicerebro vaskuler dan minimal invasive surgery. 51

61 3. RS Kusta Dr. Rivai Abdullah memiliki layanan unggulan pusat rujukan rehabilitasi kusta. 4. RS Kusta Sitanala memiliki layanan unggulan pusat layanan kusta terpadu. 5. RS Kanker Dharmais memiliki layanan unggulan screening kanker payudara dengan mobile unit mammografi, PET scan dan patologi molekuler (Padan PK), transplantasi sumsung tulang pada pasien leukemia, Microsurgery dan rekonstruksi (head dan neck, mmamae dan soft tissue tumor), intervensi onkologi (cryo surgery, radiologi intervensi), Handling cytotoxic. 6. RSAB Harapan Kita memiliki layanan unggulan pusat kelainan bawaan dan perinatal terpadu. 7. RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita memiliki layanan unggulan lead less permanent pace maker. 8. RS Fatmawati memiliki layanan unggulan spine dan trauma centre. 9. RS Persahabatan memiliki layanan unggulan pusat respirasi nasional. 10. RS Pusat Otak Nasional memiliki layanan unggulan Brain Check Up, Brain Microsurgery, pelayanan gangguan memori dan neurobehaviour, dan comprehensive stroke care. 11. RSJ Dr. Soeharto Heerdjan memiliki layanan unggulan Rehabilitasi Psikososial, kesehatan jiwa anak & remaja, dan MHCU (Medical Health Check-Up). 12. RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso memiliki layanan unggulan rujukan infeksi nasional. 13. RS Ketergantungan Obat memiliki layanan unggulan pelayanan gangguan penggunaan NAPZA dan penyakit terkait secara komprehensif dan terintegrasi. 14. RSJ Dr. Soeharto Heerdjan memiliki layanan Rehabilitasi Psikososial, kesehatan jiwa anak & remaja, dan MHCU (Medical Health Check-Up). 15. RS Dr Hasan Sadikin memiliki layanan unggulan pelayanan onkolgi, jantung terpadu, kedokteran nuklir dan pencitraan molekuler, infeksi, minimal invasif surgery, dan transplantasi ginjal 16. RS Mata Cicendo memiliki layanan unggulan Layanan Mata Anak Terpadu Retinoblastoma. 52

62 17. RS Paru DR. H.A. Rotinsulu memiliki layanan unggulan Pelayanan Biologi Molekuler. 18. RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo memiliki layanan unggulan pengembangan pelayanan, pencegahan dan pengobatan penyakit kanker paru. 19. RS Dr. Marzuki Mahdi memiliki layanan unggulan Rehabilitasi Psikososial. 20. RS Dr. Kariadi memiliki layanan unggulan Pelayanan Jantung, Onkologi, transplant organ, dan bedah minimal invasif. 21. RS Paru Dr. Ario wirawan memiliki layanan unggulan Penanganan PPOK. 22. RSO Prof. Dr. R. Soeharso dengan layanan unggulan Pusat ortopedi nasional untuk bedah rekonstruksi tulang, sendi, dan tulang belakang. 23. RS Dr. Soeradji Tirtonegoro memiliki layanan unggulan Hip n Knee dan geriatric. 24. RSJ Prof. Dr. Soeroyo memiliki layanan unggulan Pusat Kesehatan Jiwa Anak Remaja. 25. RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat memiliki layanan unggulan Pelayanan Psikogeriatri. 26. RSUP Kandou memiliki program unggulan terapi penyinaran kanker, jantung terbuka, cathlab, endoscopy ultrasound, dan MRI. 27. RS Kusta DR. Tadjudin Chalid memiliki layanan unggulan Pusat Rujukan Rehabilitasi Kusta. Selain rumah sakit, balai UPT Vertikal Ditjen Pelayanan Kesehatan juga memiliki layanan unggulan, antara lain : 1. BBKPM Bandung memiliki layanan unggulan Pelayanan Paru Komunitas/ Community Pulmonology. 2. BBKPM Surakarta memiliki layanan unggulan Pelayanan TB HIV secara komprehensif. 3. BBKPM Makassar memiliki layanan unggulan Pulmo Intervensi. 4. BBLK Surabaya memiliki layanan unggulan laboratorium rujukan nasional TBC untuk Kultur dan DST, laboratorium rujukan terpadu untuk penyakit potensial wabah dan KLB, pemeriksaan logam berat untuk spesimen manusia dan pemeriksaan PCR. 53

63 5. BBLK Makassar memiliki layanan unggulan Pelayanan pemeriksaan toksikologi lingkungan. C. SUMBER DAYA LAINNYA 1. SUMBER DAYA MANUSIA Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat penting bahkan tidak bisa dilepaskan dari sebuah organisasi atau institusi. SDM dalam hal ini disebut sebagai pegawai merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan organisasi atau dapat dikatakan sebagai penggerak untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Keadaan Pegawai Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan pada tanggal 24 Januari 2018 berjumlah 477 pegawai, yang dapat dilihat secara lebih rinci pada tabel sebagai berikut : No Nama Satuan Organisasi Eselon I Eselon II Struktural Eselon III Jabatan Eselon IV Eselon V Fungs ional Staf Dokume n Tidak Lengkap Jml Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tabel Distribusi Pegawai Ditjen Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Jabatan Sumber : SIMKA tanggal 24 Januari

64 No 1. Nama Satuan Organisasi Jenis Kelamin PRIA WANITA Jumlah Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tabel Persentase Pegawai Ditjen Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan grafik tersebut, maka menunjukkan bahwa pegawai di Ditjen Pelayanan Kesehatan pegawai wanita lebih banyak dari pegawai pria. Tabel Distribusi Pegawai Ditjen Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sumber : SIMKA tanggal 24 Januari 2018 Berdasarkan tabel 20 maka tingkat pendidikan pegawai di Ditjen Pelayanan Kesehatan yang terbanyak adalah S1 sebesar 44,6%. 55

65 Tabel Distribusi Pegawai Ditjen Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Golongan Sumber : SIMKA tanggal 24 Januari 2018 Berdasarkan tabel di atas maka berdasarkan pangkat dan golongan pegawai di Ditjen Pelayanan Kesehatan yang terbanyak adalah Golongan III 76,9%, Golongan IV 16,5% dan yang Golongan II sebesar 0,6%. 2. SUMBER DAYA SARANA DAN PRASARANA Pengelolaan Barang Milik Negara Ditjen Pelayanan Kesehatan selama periode 1 Januari s/d 30 Juni 2017, dapat dilaporkan dalam bentuk Intrakomtable, Ekstrakomtable, Gabungan Intrakomtable dan Ekstrakomtable, Aset Tak Berwujud dan Konstruksi Dalam Pengerjaaan. Adapun laporan perkembangan masing-masing Barang Milik Negara adalah sebagai berikut : a. BMN Intrakomtable Posisi Awal ( 1 Januari 2017 ) : Rp ,- Penambahan : Rp ,- Pengurangan : Rp ,- Posisi Akhir ( 30 Juni 2017 ) : Rp ,- b. BMN Ekstrakomtable Posisi Awal ( 1 Januari 2017 ) : Rp ,- Penambahan : Rp ,- Pengurangan : Rp ,- Posisi Akhir ( 30 Juni 2017 ) : Rp ,- 56

66 c. BMN Gabungan Intra Dan Ekstra Posisi Awal ( 1 Januari 2017 ) : Rp ,- Penambahan : Rp ,- Pengurangan : Rp ,- Posisi Akhir ( 30 Juni 2017 ) : Rp ,- d. BMN Aset Tak Berwujud Posisi Awal ( 1 Januari 2017 ) : Rp ,- Penambahan : Rp ,- Pengurangan : Rp ,- Posisi Akhir ( 30 Juni 2017 ) : Rp ,- e. Konstruksi Dalam Pengerjaan Posisi Awal ( 1 Januari 2017 ) : Rp ,- Penambahan : Rp ,- Pengurangan : Rp ,- Posisi Akhir ( 30 Juni 2017 ) : Rp ,- Berdasarkan hasil laporan Posisi Barang Milik Negara Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan berdasarkan neraca sampai dengan 30 Juni 2017 tercatat bruto sebesar Rp ,- dan netto sebesar Rp ,- dengan angka penyusutan sebesar Rp ,- (Sumber : SIMAKBMN UAPPBE1 Ditjen Yankes per 30 Juni 2017). 57

67 BAB IV PENUTUP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) disusun sebagai pelaksanaan akuntabilitas kinerja Ditjen Pelayanan Kesehatan serta sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja Ditjen Pelayanan Kesehatan kepada Menteri Kesehatan. Tahun 2017 merupakan tahun kedtiga pelaksanaan Renstra Kemenkes, serta tahun kedua perubahan dari Ditjen Bina Upaya Kesehatan menjadi Ditjen Pelayanan Kesehatan.Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dari sasaran dan kegiatan Ditjen Pelayanan Kesehatan tahun 2017 secara umum berhasil mencapai target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja antara Menteri Kesehatan dengan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan. Pencapaian pada tahun 2017 ini diharapkan dapat menjadi parameter agar kegiatan-kegiatan di masa mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien. Sedangkan hal-hal yang menghambat tercapainya target diharapkan dapat ditemukan solusi serta alternatif penyelesaiannya dengan mengedepankan profesionalisme di lingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Mengingat target akhir pembangunan jangka menengah masih cukup besar, maka pada tahun 2018 Ditjen Pelayanan Kesehatan harus melakukan teroboson inovatif yang berguna untuk mengejar ketertinggalan dan mempercepat pencapaian target yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan yang baik dan pengimplementasian kegiatan yang konsisten dengan perencanaan tersebut. 58

68 LAMPIRAN 1 PERJANJIAN KINERJA TAHUN

69 60

Nomor : PR.05.04/VI.4/ /2018 Januari 2018 Lampiran : satu berkas : Lakip Dit.Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2017.

Nomor : PR.05.04/VI.4/ /2018 Januari 2018 Lampiran : satu berkas : Lakip Dit.Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2017. Nomor : PR.05.04/VI.4/ /2018 Januari 2018 Lampiran : satu berkas Hal : Lakip Dit.Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2017. Yang terhormat : Sekretaris Ditjen.Pelayanan Kesehatan Ub. Kepala Bagian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 30 Januari 2017 Direktur Jenderal, dr. Bambang Wibowo, Sp. OG(K), MARS NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, 30 Januari 2017 Direktur Jenderal, dr. Bambang Wibowo, Sp. OG(K), MARS NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2016 dapat diselesaikan dengan

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2016

IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2016 IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja Sekretaris Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan beserta Direktur Jenderal Pelayanan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU KABUPATEN BLORA

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU KABUPATEN BLORA BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.802, 2016 KEMENKES. Gawat Darurat Terpadu. Penanggulangan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT

Lebih terperinci

2016, No Penunjang Subbidang Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran 2016 perlu disesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum; c. bahwa berdasar p

2016, No Penunjang Subbidang Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran 2016 perlu disesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum; c. bahwa berdasar p No.1272, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Dana Alokasi Khusus. Penggunaan. Juknis. Perubahan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PUSAT PELAYANAN KESELAMATAN TERPADU (PUBLIC SAFETY CENTER) 119 KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-24.4-/216 DS5499-692-385-9 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

Disampaikan pada : PRA RAKERKESNAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Hotel Luwansa, Palangkaraya, 17 Februari 2016

Disampaikan pada : PRA RAKERKESNAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Hotel Luwansa, Palangkaraya, 17 Februari 2016 Disampaikan pada : PRA RAKERKESNAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Hotel Luwansa, Palangkaraya, 17 Februari 2016 1 GARIS BESAR PENYAJIAN 1.KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN 2.INDIKATOR PELAYANAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

Dr. Bambang Wibowo, SpOG (K), MARS Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan. RAKERKESNAS 2016 Gelombang II 4-6 April 2016

Dr. Bambang Wibowo, SpOG (K), MARS Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan. RAKERKESNAS 2016 Gelombang II 4-6 April 2016 Dr. Bambang Wibowo, SpOG (K), MARS Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan RAKERKESNAS 2016 Gelombang II 4-6 April 2016 SISTEMATIKA PENYAJIAN A PENINGKATAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN BERKUALITAS B DIMENSI

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2 MOR SP DIPA-24.12-/2 DS3612-4187-984-7 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

E-Health. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

E-Health. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan IMPLEMENTASI E-Health Di Indonesia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan + Disampaikan pada Future City 2017 Tangerang, 19 September 2017 PROGRAM INDONESIA

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN Akses pelayanan kesehatan rujukan yang terjangkau dan berkualitas bagi masyarakat

KATA SAMBUTAN Akses pelayanan kesehatan rujukan yang terjangkau dan berkualitas bagi masyarakat KATA SAMBUTAN Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-nya Rencana Aksi (Renaksi) Kegiatan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan ini dapat tersusun. Dengan berakhirnya

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA 3.1 DASAR HUKUM Dalam menetapkan tujuan, sasaran dan indikator kinerja Balai Besar Laboratorium menggunakan acuan berupa regulasi atau peraturan sebagai berikut : 1) Peraturan

Lebih terperinci

GUBERNURJAWATENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH 15 TARUN 2017 TENTANG SISTEM PENANGGULANGANGAWATDARURATTERPADU (SPGDT) DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNURJAWATENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH 15 TARUN 2017 TENTANG SISTEM PENANGGULANGANGAWATDARURATTERPADU (SPGDT) DI PROVINSI JAWA TENGAH GUBERNURJAWATENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 15 TARUN 2017 TENTANG SISTEM PENANGGULANGANGAWATDARURATTERPADU (SPGDT) DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHAESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan hidayahnya sehingga Laporan Kinerja Direktorat Rumah Umum dan Komersial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/410/2016 TENTANG RUMAH SAKIT PELAKSANA REGISTRASI KANKER DAN RUMAH SAKIT PUSAT PENGENDALI DATA BEBAN KANKER NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna jasa layanan kesehatan akan mutu, keselamatan serta

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... IKHTISAR EKSEKUTIF... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... IKHTISAR EKSEKUTIF... DAFTAR ISI... IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan beserta kepada Menteri Kesehatan, dan seluruh

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PENYIAPAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PENYIAPAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PENYIAPAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN dr. Tri Hesty Widyastoeti, SpM, MPH Direktur Pelayanan Kesehatan

Lebih terperinci

V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN Upaya Pemerintah untuk melaksanakan pembangunan yang bermuara kepada kesejahteraan rakyat semakin meningkat. Penyerahan wewenang urusan pemerintahan kepada Daerah Otonom

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 35

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 35 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 35 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN PUSAT PELAYANAN KESELAMATAN TERPADU (PUBLIC SAFETY CENTER) 119 KABUPATEN BANJARNEGARA

Lebih terperinci

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016 INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016 Tantangan Pembangunan Kesehatan Derajat kesehatan rakyat yg setinggitingginya

Lebih terperinci

Revisi ke 03 Tanggal : 30 September 2016

Revisi ke 03 Tanggal : 30 September 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

PENYIAPAN FASYANKES RUJUKAN DALAM JKN. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan KEMENTERIAN KESEHATAN R.I

PENYIAPAN FASYANKES RUJUKAN DALAM JKN. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan KEMENTERIAN KESEHATAN R.I PENYIAPAN FASYANKES RUJUKAN DALAM JKN Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan KEMENTERIAN KESEHATAN R.I INDONESIA SEHAT 2019 Paradigma Sehat JKN Penguatan Yankes Latar Belakang Masalah Supply Side Readiness

Lebih terperinci

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan Dasar Hukum Pengertian Akreditasi Maksud dan Tujuan Akreditasi Proses Akreditasi Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja RSUD dr Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo merupakan wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas sesuai visi dan misi yang dibebankan kepada

Lebih terperinci

Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Konsep Akreditasi Pelayanan Kesehatan

Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Konsep Akreditasi Pelayanan Kesehatan Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Konsep Akreditasi Pelayanan Kesehatan 1. Pengertian dan konsep akreditasi a. Pengertian Umum Akreditasi merupakan bentuk pengakuan yang diberikan oleh pemerintah untuk

Lebih terperinci

PENGANTAR AKREDITASI PROGRAM KHUSUS KARS

PENGANTAR AKREDITASI PROGRAM KHUSUS KARS PENGANTAR AKREDITASI PROGRAM KHUSUS KARS BEDA PENDAPAT ANTARA SURVEIOR DENGAN RS/SURVEIOR Beda secara signifikan: standar jumlah apoteker di RS ( bila kurang, pengaruhnya terhadap mutu pelayanan farmasi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN KATA PENGANTAR Segala puji dan rasa syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 48 menyatakan bahwa salah satu dari 17 upaya kesehatan komprehensif adalah Pelayanan Kesehatan Tradisional.

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS TINGKAT PERTAMA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS TINGKAT PERTAMA PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS TINGKAT PERTAMA DRG LILI APRILI ANT I KEPAL A SEKS I KESE H ATAN DASAR DAN PENUNJAN G Pertimbangan Penyusunan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Memasuki awal tahun 2016 sesuai dengan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat IV melakukan kegiatan yang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Dr. dr. H. Rachmat Latief, Sp.PD. KPTI, M.Kes., FINASIM Disampaikan pada PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIS PENDAMPING

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.12-0/AG/2014 DS 4316-8012-2670-5502 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target program kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG 1 dari 8 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG REGIONALISASI PUSAT BANTUAN PENANGANAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS. Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan

Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS. Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan Outline Paparan 1. Kinerja Pelaksanaan Rencana Kerja Kemenkes 2014-2015 - Capaian Indikator

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG AKREDITASI PUSKESMAS, KLINIK PRATAMA, TEMPAT PRAKTIK MANDIRI DOKTER, DAN TEMPAT PRAKTIK MANDIRI DOKTER GIGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat-nya lah sehingga Tahun Anggaran 2015 dapat kami lalui dengan melaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2017 1 KATA PENGANTAR Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan awal dari implementasi Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Lebih terperinci

PENGANTAR AKREDITASI PROGRAM KHUSUS KARS

PENGANTAR AKREDITASI PROGRAM KHUSUS KARS PENGANTAR AKREDITASI PROGRAM KHUSUS KARS TATA LAKSANA AKREDITASI PROGRAM KHUSUS DASAR Keputusan KARS nomor : 1666/KARS/X/2014 tanggal 1 Oktober 2014, tentang Penetapan Status Akreditasi Rumah Sakit,dimana

Lebih terperinci

D R W A H I D I N S U D I R O H U S O D O

D R W A H I D I N S U D I R O H U S O D O R S U P D R W A H I D I N S U D I R O H U S O D O J L. P E R I N T I S K E M E R D E K A A N K M 1 1, T A M A L A N R E A, M A K A S S A R KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan. Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan. Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 SISTEMATIKA 1. Arah Kebijakan Prioritas Nasional 2. Isu-isu Penting dalam Prioritas Nasional (PN)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-24.3-/216 DS71-99-46-4 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PERALATAN E-PEMBELAJARAN. 2. NAMA PROGRAM : BANTUAN PERALATAN e-pembelajaran

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PERALATAN E-PEMBELAJARAN. 2. NAMA PROGRAM : BANTUAN PERALATAN e-pembelajaran KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga telah tersusun Petunjuk Teknis (Juknis) Bantuan Pemerintah untuk pembinaan SMK

Lebih terperinci

Disampaikan oleh : Kepala Bagian Program dan Informasi Pada acara Pertemuan Sinkronisasi dan Validasi Data Rumah Sakit

Disampaikan oleh : Kepala Bagian Program dan Informasi Pada acara Pertemuan Sinkronisasi dan Validasi Data Rumah Sakit Disampaikan oleh : Kepala Bagian Program dan Informasi Pada acara Pertemuan Sinkronisasi dan Validasi Data Rumah Sakit Dasar Hukum Selayang Pandang Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Sistem Informasi

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016 Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016 DIREKTORAT PELAYANAN KEFARMASIAN Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan KEMENTERIAN KESEHATAN RI KATA PENGANTAR Kami memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan haruslah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional. Berdasarkan hal tersebut,

Lebih terperinci

REVIEW ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI DALAM APBN TAHUN 2017

REVIEW ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI DALAM APBN TAHUN 2017 REVIEW ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI DALAM APBN TAHUN 2017 Dalam APBN TA 2017, anggaran Kementerian Kesehatan sebesar Rp58,27 triliun atau menurun sebesar 8,07 persen dibandingkan dengan alokasi anggaran

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.6-/21 DS264-891-4155-6432 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

Dr. Kirana Pritasari, MQIH Sekretaris Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan

Dr. Kirana Pritasari, MQIH Sekretaris Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Dr. Kirana Pritasari, MQIH Sekretaris Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Jakarta, 22 Maret 2017 OUTLINE PENYAJIAN: 2 3 4 5 SPM KESEHATAN DAERAH KABUPATEN/KOTA NO JENIS LAYANAN DASAR MUTU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Rencana Strategis Bisnis (RSB) bagi suatu organisasi pemerintah merupakan suatu kewajiban sebagai upaya mewujudkan tata kelola system yang modern. RSB

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN 2017 DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA, ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI GORONTALO

RENCANA KINERJA TAHUNAN 2017 DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA, ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI GORONTALO RENCANA KINERJA TAHUNAN 2017 DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA, ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Puji syukur hanya patut dihaturkan kehadirat Allah

Lebih terperinci

B. SUMBER PENDANAAN (10) PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta Rupiah) Prakiraan Kebutuhan

B. SUMBER PENDANAAN (10) PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta Rupiah) Prakiraan Kebutuhan PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta ) 2075 Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan bagi SDM Kesehatan 2075.0 Terselenggaranya Standarisasi,

Lebih terperinci

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat () Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat Keberhasilan pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, pemerintah dan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT 1 2 Penanggung Jawab : Sekjen Kemenkes Pimpinan Sidang : Kadinkes Sumatera

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBENTUKAN INSTITUSI PENGUJI ALAT KESEHATAN (IPAK) DI DINAS KABUPATEN/KOTA. Wahyudi Ifani, ST, M.Si Kepala BPFK Surabaya

PROGRAM PEMBENTUKAN INSTITUSI PENGUJI ALAT KESEHATAN (IPAK) DI DINAS KABUPATEN/KOTA. Wahyudi Ifani, ST, M.Si Kepala BPFK Surabaya PROGRAM PEMBENTUKAN INSTITUSI PENGUJI ALAT KESEHATAN (IPAK) DI DINAS KABUPATEN/KOTA Wahyudi Ifani, ST, M.Si Kepala BPFK Surabaya DISAMPAIKAN PADA ACARA PENGUATAN DINAS KESEHATAN DALAM PENGUJIAN DAN KALIBRASI

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM BEASISWA PRESTASI TAHUN 2016

DESKRIPSI PROGRAM BEASISWA PRESTASI TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga telah tersusun Petunjuk Teknis (Juknis) Bantuan Pemerintah untuk pembinaan SMK

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan PPSDM Kesehatan tahun 2014 Page 1

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan PPSDM Kesehatan tahun 2014 Page 1 Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan PPSDM Kesehatan tahun 2014 Page 1 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya manusia

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Le

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Le No.1761, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. DAK Fisik. TA 2017. Perubahan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2009-2013

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Pelayanan Medik. dr. Supriyantoro,Sp.P, MARS

Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Pelayanan Medik. dr. Supriyantoro,Sp.P, MARS Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Pelayanan Medik dr. Supriyantoro,Sp.P, MARS 1 UPAYA DITJEN BINA UPAYA KESEHATAN DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN I. PENGEMBANGAN INSTITUSI 1. Klasifikasi dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-24.-/216 DS634-9258-3394-618 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN DIREKTORAT FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TAHUN (REVISI)

RENCANA AKSI KEGIATAN DIREKTORAT FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TAHUN (REVISI) RENCANA AKSI KEGIATAN DIREKTORAT FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TAHUN 2017-2019 (REVISI) DIREKTORAT FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2017 Direktorat

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Bidang Data dan Informasi Komite Penanggulangan Kanker Nasional. dr. Evlina Suzanna, SpPA Ketua Bidang Data dan Informasi

Laporan Perkembangan Bidang Data dan Informasi Komite Penanggulangan Kanker Nasional. dr. Evlina Suzanna, SpPA Ketua Bidang Data dan Informasi Laporan Perkembangan Bidang Data dan Informasi Komite Penanggulangan Kanker Nasional dr. Evlina Suzanna, SpPA Ketua Bidang Data dan Informasi 14 RS RUJUKAN NASIONAL (Kepmen No. HK.02.02/Menkes/390/2014)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surakarta, 24 Januari 2017 Direktur Poltekkes Surakarta. Satino, SKM. M.Sc.N. NIP

KATA PENGANTAR. Surakarta, 24 Januari 2017 Direktur Poltekkes Surakarta. Satino, SKM. M.Sc.N. NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja ini disusun sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Politeknik Kesehatan Surakarta selama menjalankan tugas-tugas kedinasan dan dimaksudkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tanggal 7 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

PAPARAN KESIAPAN PELAKSANAAN AKRDITASI PUSKESMAS DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO UTARA

PAPARAN KESIAPAN PELAKSANAAN AKRDITASI PUSKESMAS DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO UTARA PAPARAN KESIAPAN PELAKSANAAN AKRDITASI PUSKESMAS DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO UTARA DISAMPAIKAN PADA PERTEMUAN PRA-RAKERKESNAS TAHUN 2016 TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PALANGKA RAYA, 16 18 FEBRUARI

Lebih terperinci

TA 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

TA 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN TA 2016 DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER DI WILAYAH DTPK

KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER DI WILAYAH DTPK KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER DI WILAYAH DTPK PERTEMUAN KOORDINASI PENINGKATAN AKSES YANKES DI DTPK DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (MAKASSAR, 26 27 MARET 2018) OUTLINE PENDAHULUAN VISI, MISI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN TAHUN 2014 DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2015 tentang Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Lembaran

2016, No Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2015 tentang Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 63, 2016 KEMENHUB. Badan Penelola Transportasi JABODETABEK. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 3 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS

LAPORAN AKUNTABILITAS Pusat Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan SDM Kesehatan L LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, maka diperlukan suatu pedoman dan arahan yang jelas sebagai acuan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Pedoman dan arahan dituangkan dalam

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.834 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017

KATA PENGANTAR. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

BAPPEDA PROVINSI BANTEN

BAPPEDA PROVINSI BANTEN RANCANA KERJA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA ( DISPORA )PROVINSI BANTEN TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 RECANA KERJA 2016 DISPORA PROVINSI BANTEN i KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah Kami

Lebih terperinci

(021) Direktur RSUD Kota Bekasi

(021) Direktur RSUD Kota Bekasi SPGDT PRA RUMAH SAKIT (021) 884 1005 Dr. dr. Titi Masrifahati, MKM Direktur RSUD Kota Bekasi Untuk melaksanakan SPGDT perlu dilakukan secara : Terkoordinasi antar berbagai sektor dan program terkait.

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN PADA ACARA RAPAT KERJA KESEHATAN PROPINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 YTH. Gubernur Sulawesi Tenggara; YTH. Para Bupati/Walikota Se Sulawesi

Lebih terperinci