KATA PENGANTAR. Jakarta, 30 Januari 2017 Direktur Jenderal, dr. Bambang Wibowo, Sp. OG(K), MARS NIP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, 30 Januari 2017 Direktur Jenderal, dr. Bambang Wibowo, Sp. OG(K), MARS NIP"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2016 dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Pada tahun 2016 berdasarkan Permenkes nomor 64/Menkes/PER/IX/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, maka Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan bertransformasi menjadi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Ditjen Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pembinaan upaya kesehatan. Laporan akuntabilitas Ditjen Pelayanan Kesehatan merupakan pertanggungjawaban kinerja Ditjen Pelayanan Kesehatan ke Menteri Kesehatan dan salah satu cara evaluasi yang obyektif, efisien, dan efektif. Diharapkan laporan ini dapat menjadi bahan masukkan dalam pengambilan kebijakan pimpinan dan perencanaan pada tahun mendatang. Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Diharapkan adanya masukan umpan balik yang akan berguna dalam proses perbaikan kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan di masa mendatang. Jakarta, 30 Januari 2017 Direktur Jenderal, dr. Bambang Wibowo, Sp. OG(K), MARS NIP i

3 EXCUTIVE SUMMARY Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan kepada Menteri Kesehatan beserta seluruh pemangku kepentingan, serta sebagai sumber informasi untuk perbaikan perencanaan danpeningkatan kinerja di masa mendatang. Secara keseluruhan hasil capaian kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2016 telah berhasil mencapai target yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja. Pencapaian indikator jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi sebanyak kecamatan (target 700 kecamatan), dan indicator kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional sebanyak 201 kabupaten/kota (target 190 kab/kota). Upaya yang telah dilakukan untuk pencapaian target kedua indikator di atas adalah sosialisasi, advokasi, pengalokasian anggaran sesuai kewenangan, penyiapan SDM terlatih (pendamping dan surveyor), bimbingan teknis dan melakukan pendampingan kepada puskesmas dan RSUD. Adapun permasalahan yang dihadapi adalah beberapa pelaksanaan kegiatan terhambat karena adanya self blocking, masih kurangnya SDM yang kompeten, masih rendahnya komitmen daerah, dan masih adanya sarana prasarana fasyankes yang belum sesuai standar. Upaya pemecahan masalah yang diusulkan adalah sosialisasi, advokasi lintas program dan lintas sektor, serta pengalokasian dana sesuai kewenangannya untuk mendukung akreditasi fasyankes. Realisasi anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 sebesar 90,02% dari dana yang digunakan sebesar Rp ,- (alokasi akhir Rp ,-). Dana ini dialokasikan berdasarkan kewenangan yaitu kantor pusat, kantor daerah, dan dekonsentrasi. Alokasi anggaran yang mendukung pencapaian indikator kinerja program sebesar 0,94% (Rp ,-) dari total alokasi anggaran yang dapat digunakan Ditjen Pelayanan Kesehatan tahun Alokasi anggaran lainnya dipergunakan Ditjen Pelayanan Kesehatan untuk mendukung pelaksanaan prioritas kesehatan nasional. ii

4 DAFTAR ISI Kata Pengantar i Excutive Summary ii Daftar Isi iii Daftar Tabel iv Daftar Grafik vi Daftar Gambar vii Daftar Lampiran viii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Penjelasan Umum Organisasi B. Aspek Strategis Organisasi dan Isu Strategis yang dihadapi Organisasi C. Sistematika BAB II PERENCANAAN KINERJA 7 A. Perencanaan Kinerja B. Perjanjian Kinerja 7 8 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 9 A. Capaian Kinerja Organisasi 1. Pencapaian Indikator Sasaran Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2. Prestasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Dukungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 34 Terhadap Prioritas Kesehatan Nasional Lainnya B. Realisasi Anggaran C. Sumber Daya Lainnya BAB IV PENUTUP 52 Lampiran 53 iii

5 DAFTAR TABEL Tabel 1. : Sasaran Program Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun Tabel 2. : Perjanjian Kinerja yang Berisi Sasaran Program, Indikator Kinerja 8 dan Target Tahun 2016 Ditjen Pelayanan Kesehatan Tabel 3. : Pencapaian Kecamatan yang Memiliki Minimal 1 Puskesmas 15 yang Tersertifikasi Akreditasi Tabel 4. : Alokasi dan Realisasi Anggaran Kegiatan yang Mendukung 19 Pencapaian Indikator Puskesmas Tersertifikasi Akreditasi Tabel 5. : Pencapaian Kabupaten/Kota yang Memiliki Minimal 1 RSUD 22 yang Tersertifikasi Akreditasi Nasional Tabel 6. : Alokasi dan Realisasi Anggaran Kegiatan yang Mendukung 27 Pencapaian Indikator RSUD Tersertifikasi Akreditasi Nasional Tabel 7. : Target Indikator Puskesmas yang Memberikan Pelayanan Sesuai 35 Standar Tahun Tabel 8. : Target Indikator Jumlah Kabupaten/Kota yang Melakukan 36 Pelayanan Kesehatan Bergerak di Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil Tahun Tabel 9. : Target Indikator Jumlah RS Pratama yang dibangun Tahun Tabel 10. : Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan 40 Tahun 2016 Berdasarkan Kewenangan Tabel 11. : Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan 41 Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Belanja Tabel 12. : Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan 41 Tahun 2016 Berdasarkan Kegiatan Tabel 13. : Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan 42 Tahun 2016 Berdasarkan Sumber Dana Tabel 14. : Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan 42 Yang Mendukung Langsung Pencapaian Indikator Kinerja Tahun 2016 Tabel 15. : Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah Tahun iv

6 Berdasarkan Jenis Belanja Tabel 16. : Jumlah Pasien Rawat Inap, Rawat Jalan dan IGD di RS UPT 44 Vertikal tahun 2016 Tabel 17. : Jumlah Pemeriksaan Laboratorium di BBLK tahun Tabel 18. : Jumlah Kalibrasi Alat Kesehatan di BPFK dan LPFK tahun Tabel 19. : Distribusi Pegawai Ditjen Pelayanan Kesehatan 48 Berdasarkan Golongan Tabel 20. : Distribusi Pegawai Ditjen Pelayanan Kesehatan Berdasarkan 49 Tingkat Pendidikan Tabel 21. : Distribusi Pegawai Ditjen Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Tingkat Jabatan 49 v

7 TABEL GRAFIK Grafik1. : Distribusi Realisasi Akreditasi Puskesmas Tahun 2016 Per 16 Provinsi Grafik 2. : Distribusi Jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki Minimal 1 RSUD 22 Terakreditasi Berdasarkan Propinsi Grafik 3. : Tingkat Kelulusan Akreditasi RS 278 RS Daerah 23 Grafik 4. : Tingkat Kelulusan Akreditasi RS di Indonesia 23 Grafik 5. : Persentase Pegawai Ditjen Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Jenis Kelamin 48 vi

8 DAFTAR GAMBAR Gambar1. : Struktur Organisasi dan Nama Pejabat Eselon I dan Eselon II 2 Ditjen Pelayanan Kesehatan Keadaan tanggal 31 Desember 2016 Gambar 2. : Peta Strategis Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan 5 Tahun Gambar 3. : Foto Pelaksanaan Survey di Puskesmas Wondiboi, Kab. Teluk 12 Bituni Gambar 4. : Peningkatan Kemampuan Teknis Surveior Akreditasi FKTP 13 Angkatan Kedua, Yogyakarta, 9 s/d 20 Mei 2016 Gambar 5. : Rapat Kerja Komisi Akreditasi FKTP, Bogor Juni Gambar 6. : Aplikasi Sistem Rujukan 30 Gambar 7. : AplikasiPendaftaran Rawat Jalan Online 31 Gambar 8. : Aplikasi Berita dan Warta Yankes Berbasis Android 32 Gambar 9. : Piagam Penghargaan Warta Yankes Edisi 02/2016 sebagai 32 Juarake III Gambar 10. : Aplikasi e-kinerja 33 vii

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Perjanjian Kinerja Tahun Lampiran 2 : Daftar Rumah Sakit yang Tersertifikasi Akreditasi 48 Lampiran 3 : Daftar Puskesmas yang Terakreditasi 54 Lampiran 4 : Piagam Penghargaan Warta Yankes Edisi 02/2016 sebagai Juara III 74 viii

10 BAB I PENDAHULUAN A. PENJELASAN UMUM ORGANISASI Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan fungsi : 1. perumusan kebijakan di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan mutu pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer; 2. pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan mutu pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer; 3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan pelayanan,fasilitas, dan mutu pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer; 4. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan mutu pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer; 5. pelaksanaan evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan mutu pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer; 6. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan; dan 7. pelaksanaan fungsi laninnya yang diberikan Menteri. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, maka Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan terdiri atas : 1. Sekretariat Direktorat Jenderal; 1

11 2. Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer; 3. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan; 4. Direktorat Pelayanan Tradisional; 5. Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan 6. Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan. Gambar 1. Struktur Organisasi dan Nama Pejabat Eselon I dan Eselon II Ditjen Pelayanan Kesehatan Keadaan tanggal 31 Desember 2016 STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN B. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI DAN ISU STRATEGIS YANG DIHADAPI ORGANISASI Program pembinaan pelayanan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan akses fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas. Dari tahun 2009 sampai tahun 2013 telah terjadi peningkatan jumlah Puskesmas dengan laju pertambahan setiap tahun sebesar 3-3,5%. Akan tetapi akses masyarakat terhadap masih perlu ditingkatkan karena belum semua kecamatan memiliki minimal satu Puskesmas dengan standar minimal pelayanan. Jumlah rumah sakit (RS) dan tempat tidur (TT) mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 terdapat RS dengan TT dan pada tahun 2013 meningkat menjadi RS dengan TT, dengan laju pertumbuhan jumlah sakit rata-rata 147 per tahun. Untuk peningkatan kualitas di fasilitas kesehatan rujukan pada tahun telah terakreditasi nasional RS 2

12 dengan menggunakan instrumen akreditasi versi Diharapkan peningkatan mutu RS dan Puskesmas secara langsung akan diikuti dengan peningkatan kualitas pelayanan, sehingga pada tahun mendatang harus diupayakan peningkatan Puskesmas dan RS yang terakreditasi. Pada tahun 2015 mulai berlaku Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka Indonesia harus siap menghadapi ketatnya persaingan perdagangan bebas di antara negara-negara ASEAN, termasuk bidang kesehatan. Untuk itu diperlukan suatu kebijakan yang meliputi competition policy, consumer protection, dan lainnya. MEA dapat dipandang suatu tantangan, tetapi dapat juga dipandang sebagai peluang. Untuk itu perlu meningkatkan daya saing fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia dengan negara-negara di ASEAN lainnya. Beberapa upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan salahsatunya dengan akreditasi baik tingkat nasional maupun internasional. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 71 tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional, menyatakan bahwa fasilitas kesehatan tingkat pertama harus terakreditasi dan rumah sakit harus memiliki sertifikat akreditasi. Berdasarkan kondisi di atas, maka tantangan strategis yang dihadapi oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan dalam meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan yang tertuang di dalam Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan adalah sebagai berikut: 1. Perlunya penguatan pelayanan kesehatan primer 2. Perlunya penetapan sistem regionalisasi rujukan di seluruh provinsi 3. Perlunya penetapan dan pembangunan sistem rujukan nasional 4. Tidak meratanya jumlah, jenis dan kompetensi SDM Kesehatan 5. Kapasitas manajemen puskesmas dan rumah sakit yang tidak merata, dan belum berbasiskan sistem manajemen kinerja 6. Belum tersedianya sarana prasarana dan alkes pada PPK I yang sesuai standar secara merata di seluruh Indonesia 7. Belum terintegrasinya data dan sistem informasi di pusat, daerah, rumah sakit dan puskesmas 3

13 8. Kebijakan pemerintah daerah yang belum tersinkronisasi dengan kebijakan pemerintah pusat. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan upaya kesehatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan menetapkan visi: AKSES PELAYANAN KESEHATAN YANG TERJANGKAU DAN BERKUALITAS BAGI MASYARAKAT Untuk mewujudkan visinya, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan menjalankan misi sebagai berikut: 1. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan 2. Menyelenggarakan tata kelola yang baik. Dalam rangka pencapaian visi 2019, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan telah menetapkan suatu peta strategi yang menggambarkan hipotesis jalinan sebab akibat dari 15 sasaran strategis (yang menggambarkan arah dan prioritas strategis Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan yang diperlukan guna memampukannya dalam mencapai target kinerja yang berkelanjutan di masa yang akan datang). Peta strategi pencapaian visi tersebut disusun berbasiskan pendekatan thebalanced-score card dengan memperhatikan peta strategi pada Renstra Kementerian Kesehatan

14 Gambar 2. Peta Strategis Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun Visi Yankes 2016 Akses Pelayanan Kesehatan yang Terjangkau dan Berkualitas Bagi Masyarakat Peta strategi disusun untuk mencapai visi Ditjen Pelayanan Kesehatan 2019 menciptakan Akses pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas bagi masyarakat. Visi tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk 2 (dua) tujuan strategis (outcome), yaitu: terwujudnya peningkatan akses pelayanan kesehatan dan terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan (akreditasi fasyankes). C. SISTEMATIKA Sistematika penulisan laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan terdiri dari: Bab I Pendahuluan A. Penjelasan Umum Organisasi B. Aspek Strategis Organisasi dan Isu Strategis yang Dihadapi Organisasi C. Sistematika Bab II Perencanaan Kinerja 5

15 Bab II Bab IV A. Perencanaan Kinerja B. Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja A. Capaian Kinerja Organisasi 1. Pencapaian Indikator Sasaran Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2. Prestasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 3. Dukungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Terhadap Prioritas Kesehatan Nasional Lainnya B. Realisasi Anggaran C. Sumber Daya Lainnya Penutup Lampiran 6

16 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. PERENCANAAN KINERJA Perencanaan Kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam sasaran strategis. Dalam rencana kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan tahun 2016, sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dan target masing-masing indikator untuk mencapai sasaran strategis organisasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun , Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan melaksanakan program pembinaan upaya kesehatan. Sasaran strategis dan sasaran program/kegiatan yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 tahun sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun Tabel 1. Sasaran Program Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun No Sasaran Program 1 Meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat 1 2 Indikator Kinerja Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional Target

17 B. PERJANJIAN KINERJA Perjanjian kinerja yang diwujudkan dalam penetapan kinerja merupakan dokumen pernyataan kinerja atau kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan menyusun perjanjian kinerja tahun 2016 mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun Target kinerja ini menjadi komitmen bagi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan untuk mencapainya dalam tahun Tabel 2. Perjanjian Kinerja yang Berisi Sasaran Program, Indikator Kinerja dan Target Tahun 2016 Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan No Sasaran Program Indikator Kinerja 1. Meningkatnya akses 1. Jumlah kecamatan yang pelayanan kesehatan memiliki minimal 1 dasar dan rujukan yang Puskesmas yang berkualitas bagi tersertifikasi akreditasi masyarakat 2. Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional Target Pada tahun 2016 dialokasikan anggaran sebesar Rp ,- untuk program pembinaan pelayanan kesehatan. 8

18 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Tahun 2016 adalah tahun kedua dalam pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun , serta tahun pertama pelaksanaan SOTK baru yaitu dari Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan menjadi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator program dalam Rencana Strategis, sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan masing-masing indikator. Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut dapat diperoleh informasi pencapaian indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program di masa yang akan datang, agar setiap program yang direncanakan ke depan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna. Sasaran Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan adalah sebagai berikut:. MENINGKATNYA AKSES PELAYANAN KESEHATAN DASAR DAN RUJUKAN YANG BERKUALITAS BAGI MASYARAKAT Indikator pencapaian sasaran tahun 2016 dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan adalah sebagai berikut: 1. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi 2. Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional. 9

19 Di bawah ini akan disampaikan pencapaian program dan kegiatan Ditjen Pelayanan Kesehatan tahun 2016, yaitu: 1. PENCAPAIAN INDIKATOR SASARAN DITJEN PELAYANAN KESEHATAN Indikator kinerja program Ditjen Pelayanan Kesehatan merupakan indikator outcome. Dalam upaya mendapatkan capaian indikator outcome tersebut diperlukan proses-proses strategis yang yang dapat diukur melalui indikator kinerja kegiatan di masing-masing eselon II Kantor Pusat Ditjen Pelayanan Kesehatan. Pada LAKIP Ditjen Pelayanan Kesehatan ini hanya memaparkan pencapaian indikator kinerja program Ditjen Pelayanan Kesehatan sesuai dengan perjanjian kinerja. Adapun pencapaian indikator kinerja kegiatan dapat dilihat di masing-masing LAKIP eselon II Kantor Pusat Ditjen Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan pada tahun 2016 telah melaksanakan program dan kegiatan untuk mencapai indikator kinerja program. Uraian pencapaian kinerja dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut: a. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi 1) Sasaran strategis Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas bagi masyarakat. 2) Definisi Operasional Yang dimaksud kecamatan yang memiliki satu Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi yaitu kecamatan yang memiliki minimal satu Puskesmas yang telah memiliki sertifikat akreditasi yang dikeluarkan oleh Lembaga independen penyelenggara akreditasi atau Komisi Akreditasi FKTP sesuai dengan peraturan yang berlaku. Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah memenuhi standar akreditasi. Permenkes No. 46 tahun

20 3) Cara Perhitungan Cara perhitungan adalah dengan menjumlahkan seluruh kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang terakreditasi (kumulatif). Sedangkan cara mengukur adalah dengan dibuktikan adanya sertifikat akreditasi untuk Puskesmas yang dikeluarkan oleh Komisi Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. 4) Rencana Aksi yang Dilakukan untuk Mencapai Target a) Mewujudkan tersedianya regulasi dan NSPK dalam peningkatan mutu melalui pelaksanaan akreditasi Puskesmas b) Mewujudkan penguatan tugas dan fungsi Dinkes Provinsi dan Kabupaten/Kota c) Penguatan Komisi Akreditasi FKTP d) Peningkatan Kompetensi SDM Kesehatan dalam pelaksanaan akreditasi Puskesmas dan FKTP lainnya e) Penguatan dukungan Stakeholder terkait. 5) Upaya yang Dilaksanakan untuk Mencapai Target: a) Dukungan pemenuhan sarana prasarana dan alat kesehatan Puskesmas melalui Dana Alokasi Khusus Fisik sebesar Rp ,- b) Dukungan pelaksanaan Akreditasi Puskesmas melalui Dana Alokasi Khusus Non Fisik untuk akreditasi Puskesmas Tahun Anggaran 2016 sebesar Rp untuk 274 Kabupaten/Kota c) Dukungan pelaksanaan Akreditasi Puskesmas melalui Dana Dekonsentrasi untuk kegiatan Pelatihan Pendamping Akreditasi FKTP dan Workshop Teknis Akreditasi FKTP sebesar Rp ,- bagi 34 Provinsi d) Penyediaan minimal 1 (satu) Tim Pelatih Pendamping Akreditasi di tingkat Provinsi. Sampai saat ini sudah tersedia 62 tim pelatih akreditasi FKTP yang tersebar di 34 provinsi. e) Penyediaan minimal 1 (satu) Tim Surveior per Provinsi. Sampai saat ini sudah tersedia 342 Surveior (114 Tim) yang tersebar di 34 provinsi. 11

21 f) Penyediaan minimal 1 (satu) Tim Pendamping Akreditasi di setiap Kab/kota. Saat ini sudah tersedia Tim pendamping Akreditasi sebanyak 1045 Tim yang tersebar di 497 Kab/Kota di 34 provinsi (masih ada 17 Kabupaten/Kota yang belum memiliki 1 Tim pendamping terlatih akan dipenuhi di 2017). g) Menyusun rencana survei akreditasi Puskesmas tahun 2016 Untuk memudahkan pelaksanaan akreditasi Puskesmas oleh Komisi Akreditasi FKTP maka perlu diketahui jumlah Puskesmas yang diusulkan untuk diakreditasi setiap bulan termasuk distribusi jumlah Puskesmas yang diusulkan survei per minggunya. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengantisipasi jumlah kebutuhan rill surveior. h) Penyusunan rencana survei ini didasarkan pada usulan kab/kota dan tergantung sejauhmana kesiapan Puskesmas yang akan disurvei. Gambar 3. Foto Pelaksanaan Survey di Puskesmas Wondiboi, Kab. Teluk Bintuni i) Penyediaan dan pendistribusian buku-buku pedoman penyelenggaran Puskesmas dan pelaksanaan akreditasi Puskesmas ke provinsi maupun kab/kota: Permenkes Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas Permenkes Nomor 39 Tahun 2016 tentang Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga 12

22 Buku Panduan Instrumen Pemantauan Puskesmas Memberikan Pelayanan Sesuai Standar Buku Standar dan Instrumen Akeditasi FKTP Buku Pedoman Penyusunan Dokumen FKTP Buku Pedoman Pendampingan Akreditasi FKTP Buku Pedoman Survei Buku Pedoman Pendampingan Buku Kurmod Pelatihan Pendamping Akreditasi Saat ini juga telah difinalisasi beberapa pedoman yang terkait pelaksanaan akreditasi FKTP, antara lain: Pedoman Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Primer Pedoman Penyelenggaran Keselamatan Pasien di FKTP Pedoman Pelaksanaan Rapat Tinjauan Manajemen dan Audit Internal Pedoman Bimtek dan Evaluasi Pelaksanaan Akreditasi FKTP Pedoman Pelaksanaan Sistem Informasi Akreditasi FKTP berbasis Internet (website) j) Bimbingan Teknis oleh Komisi dan Subdit Mutu dan Akreditasi ke Kabupaten/kota dalam rangka persiapan akreditasi Puskesmas. Bimtek ini dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mempersiapkan dan mempercepat kesiapan Puskesmas dalam pelaksanaan akreditasi agar dapat dihindari penumpukan pengusulan survei akreditasi di akhir tahun. Gambar 4. Peningkatan Kemampuan Teknis Surveior Akreditasi FKTP Angkatan Kedua, Yogyakarta, 9 s/d 20 Mei

23 k) Advokasi dan Sosialisasi ke pemangku kepentingan untuk memperoleh dukungan percepatan akreditasi Puskesmas. Pada tahun 2016 telah diupayakan memasukan kegiatan akreditasi Puskesmas di dalam draft Peraturan Pemerintah tentang Urusan Pemeritahan Konkuren (PPUPK). Dengan masuknya akreditasi Puskesmas dalam PP tersebut, maka pemerintah Pusat dan Daerah secara bersama-sama memiliki kewajiban untuk melaksanakan akreditasi Puskesmas sehingga pada akhirnya akan mempercepat implementasi Akreditasi Puskesmas. l) Saat ini sedang finalisasi sistem pencatatan pelaporan pelaksanaan akreditasi FKTP yang real time berbasis internet (website) melalui WebSite SIAF m) Pelaksanaan Rapat Kerja Komisi Akreditasi FKTP dalam rangka evaluasi teknis penyelenggaraan akreditasi Puskesmas. Gambar 5. Rapat Kerja Komisi Akreditasi FKTP, Bogor Juni

24 6) Pencapaian Kinerja Tabel 3. Pencapaian Kecamatan yang Memiliki Minimal 1 Puskesmas yang Tersertifikasi Akreditasi Indikator T R T R T T T Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi (26,6%) (186,85%) Pada tahun 2016 realisasikecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas tersertifikasi akreditasi sebanyak Kecamatan (sumber data dari laporan Komisi Akreditasi per 31 Desember 2016): a) Realisasi tahun 2016 (1.308 kecamatan) jika dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan(700 kecamatan), maka pencapaian tahun 2016 sebesar 186,85%. Dari kecamatan tersebut jumlah Puskesmas yang sudah terakreditasi sebanyak Puskesmas tersertifikasi akreditasi. b) Realisasi tahun 2016 (1.308 kecamatan) bila dibandingkan dengan tahun 2015 (93 kecamatan), maka capainnya meningkat 1.306%. c) Realisasi tahun 2016 jika dibandingkan dengan target 2019, maka capaiannya baru sebesar 23,4%. Akan tetapi capaian tersebut sudah on the track dengan target yang telah ditetapkan. Capaian Akreditasi Puskesmas tahun 2016 sebanyak Puskesmas tersebar di kecamatan, 320 kab/kota dan 34 provinsi ditampilkan pada grafik berikut. 15

25 Grafik 1. Distribusi Realisasi Akreditasi Puskesmas Tahun 2016 Per Provinsi Sumber data : Komisi Akreditasi FKTP per 31 Desember ) Permasalahan Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian indikator adalah: a) Faktor Dana : Dari 274 Kab/kota yang menerima DAK Non Fisik untuk akreditasi Puskesmas, baru 106 kab/kota yang sudah dapat menggunakan dana tersebut. Sementara sisanya mengalami keterlambatan pencairan dana sehingga menghambat prsoses pendampingan, hal ini disebabkan oleh: Pergantian pimpinan atau pimpinan terkait masalah hukum Adanya perubahan kebijakan daerah (pembahasan ulang RKA atau dimasukkan ke dalam APBD Perubahan, tidak memberikan honor kepada tenaga pendamping akreditasi) Ketergantungan dengan lintas sektor lainnya dalam hal pencairan dana. b) Faktor Waktu : Pengusulan survey dari daerah terlambat tidak sesuai dengan roadmap yang telah diusulkan Usulan survei menumpuk di triwulan ke IV. 16

26 c) Faktor SDM : Tenaga pendamping akreditasi di kab/kota yang sudah terlatih dimutasi/alih fungsi/tugas Jumlah surveior terbatas Kompetensi surveior yang bervariasi dan pengetahuan tentang manajemen Puskesmas yang masih kurang. Hal ini disebabkan karena pengalaman masih kurang/tidak memiliki pengalaman mengelola Puskesmas Kekurangan tenaga administrasi di Komisi Akreditasi FKTP Belum semua anggota Komisi Akreditasi FKTP bekerja optimal. d) Faktor Sarana : Mekanisme pengajuan berkas kelengkapan survei masih manual lewat surat atau dan belum berbasis web Sistem pencatatan dan pelaporan pelaksanaan akreditasi pada tahun 2016 masih manual Pada akhir tahun 2016 belum ada informasi antara menu yang terealisasi dengan menu awal yang direncanakan daerah sesuai hasil reviu DAK. 8) Usulan Pemecahan Masalah a) Dana Memotivasi peran daerah untuk menggunakan sumber dana lain Berkoordinasi dengan Kemendagri untuk menghimbau Bupati/Walikota agar mempercepat pencairan dana DAK Non Fisik. Diusulkan dana DAK Non Fisik bidang kesehatan terpisah dari sektor non kesehatan b) Waktu Bersurat kepada 34 provinsi untuk mengirimkan rencana survey per triwulan Mengadvokasi daerah untuk tidak menumpuk usulan survey di akhir tahun 17

27 c) SDM Kab/kota yang memutasi tenaga atau alih fugsikan tenaga pendamping/pelatih pendamping diusulkan untuk tidak memperoleh dana DAK non Fisik tahun berikutnya Mengusulkan penambahan tenaga honorer sebagai tenaga administrasi komisi dan menganggarkan pada tahun 2017 Rekruitmen surveior purna bakti dan telah memiliki pengalaman bekerja di Puskesmas Penggantian anggota Komisi Akreditasi yang tidak aktif dengan melakukan revisi Kepmenkes No 59 Tahun 2015 menjadi Kepmenkes No 432 Tahun 2016 d) Sarana Implementasi aplikasi SIAF berbasis web pada tahun 2017 Pengadaan ruang sekretariat Komisi 9) Efisiensi Sumber Daya a. Menugaskan surveior yang berdomisili dekat dengan lokasi survei untuk menghemat anggaran transportasi b. Menugaskan surveior untuk melaksanakan survei dua puskesmas yang lokasinya berdekatan secara berturut turut (marathon) untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya. c. Penyediaan sistem pencatatan pelaporan pelaksanaan akreditasi FKTP yang real time berbasis internet (website) melalui WebSite SIAF d. Alokasi anggaran tahun 2016 ditargetkan untuk mencapai 700 kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi, akan tetapi capaian melebihi target yang ditetapkan (1308 kecamatan). Hal ini menunjukkan adanya efisiensi dalam penggunaan anggaran tahun e. Untuk mendukung capaian kinerja tahun 2016 telah dikeluarkan dana sebesar Rp ,- atau 92,73% dari pagu sebesar Rp ,-, sedangkan capaian kinerja sebesar 186,85%.Hal tersebut menunjukkan adanya efisiensi/penghematan penggunaan anggaran. 18

28 10) Realisasi Anggaran Pada tahun 2016 alokasi anggaran yang dapat dipergunakan untuk kegiatan ini sebesar Rp ,- dengan realisasi 92,73% (Rp ,-). Alokasi anggaran tersebut berasal dari kantor pusat dan dana dekonsentrasi. Tabel 4. Alokasi dan Realisasi Anggaran Kegiatan yang Mendukung Pencapaian Indikator Puskesmas Tersertifikasi Akreditasi No. Kewenangan Alokasi Alokasi yang dapat digunakan Realisasi % 1 Kantor Pusat 41,709,641,000 30,780,219,000 29,254,019, Dekonsentrasi 38,712,765,000 24,078,292,000 21,618,265, Total 80,422,406,000 54,858,511,000 50,872,285, Sumber data SPAN 03 Februari 2017 b. Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional. 1) Sasaran strategis Meningkatnya akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat. 2) Definisi Operasional RSUD adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah (kabupaten, kota atau propinsi). Yang dimaksud kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional yaitu kabupaten/kota yang memiliki minimal satu RSUD yang telah memiliki sertifikat akreditasi yang dikeluarkan oleh Lembaga independen penyelenggara akreditasi atau Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) versi 2012 baik lulus perdana, dasar, madya, utama atau paripurna sesuai dengan peraturan yang berlaku. Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh menteri, setelah dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan. (Permenkes No. 12 tahun 2012) 19

29 3) Cara Perhitungan Cara perhitungan adalah dengan menjumlahkan kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional. Sedangkan cara pengukuran hasil adalah dengan dibuktikan adanya sertifikat akreditasi rumah sakit dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit. 4) Rencana Aksi Yang Dilakukan Untuk Mencapai Target a. Penyusunan Regulasi di Bidang Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan. b. Pembinaan di Bidang Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan. 5) Upaya yang Dilaksanakan untuk Mencapai Target: a. Penyusunan NSPK Juknis Standar Akreditasi RS Versi 2012 (4 Standar) Hak Pasien dan Keluarga (HPK) Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO) Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS) b. Penyiapan Indikator Mutu di Pelayanan Kesehatan Rujukan sampai saat ini telah dilakukan pertemuan dan pembahasan yang dilakukan serta ujicoba di beberapa rumah sakit didapatkan 12 indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit yang sifatnya wajib. c. Pendampingan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Standar Internasional (JCI) pada rumah sakit rujukan nasional. Pada tahun 2016 dilaksanakan pendampingan pada 8 rumah sakit dibawah ini : RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta (Lulus Trenial dengan AMC) RSUP Sanglah Denpasar (Lulus Trenial dengan AMC) RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung (Lulus JCI dengan AMC) RSUP M Hoesin Palembang (Lulus JCI dengan AMC) RSUP H. Adam Malik Medan (Persiapan akreditasi JCI) RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado (Persiapan akreditasi JCI) 20

30 RSUD dr. Soetomo Surabaya (Persiapan akreditasi JCI) RSUP dr. M. Djamil Padang (Persiapan lulus akreditasi paripurna) RSUD dr. Soedarso Pontianak (Persiapan lulus akreditasi paripurna) d. Melakukan pertemuan bimbingan teknis tim pokja akreditasi rumah sakit yang sudah terakreditasi paripurna menjadi tim pendamping akreditasi Kemenkes. Pertemuan dilaksanakan di Jakarta (Regional Barat) dengan jumlah 59 peserta, dan di Bali untuk Regional Tengah dan Timur dengan jumlah 94 peserta. e. Melakukan pelatihan kepada tenaga dinas kesehatan di 34 propinsi sebagai Surveior Verifikator. Pelatihan dilaksanakan di Jakarta (Regional Barat) dengan jumlah 45 peserta, Surabaya (Regional Tengah) dengan jumlah 38 peserta, dan Makassar (Regional Timur) dengan jumlah 34 peserta. f. Melakukan pendampingan pada RSUD Target yaitu RS rujukan regional dan RSUD Kabupaten/Kota bersamatim darikomisi Akreditasi Rumah Sakit atau tim pendamping yang terlatih dengan menggunakan dana DAK Non Fisik akreditasi RS tahun g. Memfasilitasi dinas kesehatan propinsi untuk melakukan pendampingan akreditasi bagi RSUD kelas C dan D yang tidak mendapatkan dana DAK Non Fisik akreditasi RS tahun h. Mengalokasikan dana DAK Non Fisik akreditasi rumah sakit tahun 2016 sebesar Rp ,00 untuk 183 RS. i. Mengalokasikan dana Dekonsentrasi untuk mendukung pelaksanaan akreditasi rumah sakit tahun 2016 sebesar Rp ,- untuk 30 Dinas Kesehatan Propinsi. 6) Pencapaian Kinerja Cara pengukuran hasil adalah dengan dibuktikan adany asertifikat atau data RSUD terakreditasi dari KARS atau melalui website KARS. Untuk Kabupaten/Kota dengan lebih dari 1 RSUD terakreditasi, maka hanya dihitung sebagai satu Kabupaten/Kota. 21

31 N.A.D SUM UT SUM BAR RIAU KEP RIAU JAMBI SUM SEL BABEL BENGKULU LAMPUNG JAKARTA JAWA BARAT BANTEN JAWA TENGAH DIY JAWA TIMUR BALI N T B N T T KAL BAR KAL TIM KAL SEL KAL TENG SUL BAR SUL TENG SUL TRA SUL SEL SUL UT GORONTALO MALUKU MALUKU PAPUA BARAT Tabel 5. Pencapaian Kabupaten/Kota yang Memiliki Minimal 1 RSUD yang Tersertifikasi Akreditasi Nasional Indikator T R T R T T T Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional (53,2%) (105,8%) Pada tahun 2016, pencapaian indikator sebanyak 201 kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional. Data capaian berasal dari laporan Komisi Akreditasi Rumah Sakit per 31 Desember Analisa Pencapaian tahun 2016 adalah sebagai berikut: a) Pencapaian tahun 2016 sebanyak 201 kab/kota apabila dibandingkan dengan target tahun 2016 (190 kab/kota), maka persentase capaiannya sebesar 105,8% b) Jika dibandingkan dengan pencapaian tahun 2015(50 kab/kota), maka pencapaian tahun 2016 meningkat sebesar 302%. c) Jika dibandingkan dengan target akhir jangka menengah (481 kab/kota), maka baru mencapai 41,8%, sehingga masih perlu upaya yang keras untuk mencapainya. Grafik 2. Distribusi Jumlah Kabupaten/Kota yang Memiliki Minimal 1 RSUD Terakreditasi Berdasarkan Provinsi JMLH KAB/KOTA JMLH RS Sumber : KARS tanggal 31 Desember

32 Pada tahun 2016 sebanyak 278 RS Daerah yang sudah terakreditasi di 201 kab/kota tersebut di atas. Adapun tingkat kelulusannya bervariasi, yaitu 86 RS lulus perdana, 11 RS lulus dasar, 20 RS lulus madya, 47 RS lulus utama dan 114 RS lulus paripurna. Adapun presentasi kelulusannya dapat dilihat dalam grafik nomor 3. Grafik 3. Tingkat Kelulusan Akreditasi 278 RS Daerah Sumber : KARS tanggal 31 Desember 2016 Pada tahun 2016 di Indonesia terdapat 833 rumah sakit yang sudah terakreditasi nasional (versi 2012) yang terdiri dari 364 RS Pemerintah dan 464 RS swasta. Adapun tingkat kelulusan sebagai berikut : Grafik 4. Tingkat Kelulusan Akreditasi RS di Indonesia 833 Sumber : KARS tanggal 31 Desember

33 7) Permasalahan a. Faktor Dana Belum semua Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran yang mendukung pelaksanaan akreditasi di RSUD wilayah kerjanya. Keterlambatan pencairan anggaran DAK Non Fisik di Pemerintah Daerah. Adanya self blocking dan penghentian sementara pelaksanaan kegiatan dengan dana dekonsentrasi menyebabkan beberapa kegiatan pendampingan di RSUD terhambat. Adanya pemotongan APBD untuk pemenuhan sarana, prasarana dan alat kesehatan. Kesalahan daerah dalam membuat Rencana Anggaran Biaya yang dikaitkan dengan ketidaksesuaian dengan Juknis DAK. b. Waktu Proses akreditasi merupakan rangkaian yang panjang dan memakan waktu yang lama, mulai dari pelatihan sampai terakreditasi. RSUD yang melakukan workshop, bimbingan, maupun survey simulasi harus masuk dalam waiting list oleh KARS karena banyaknya permintaan RS, sedangkan jumlah SDM pembimbing terbatas. Padahal penggunaan anggaran hanya berlaku 1 tahun. Kegiatan yang bersumber dana dekonsentrasi boleh dilaksanakan kembali pada bulan Oktober 2016, sehingga waktu pelaksanaan tidak mencukupi. c. SDM Komitmen pemerintah daerah yang belum merata sehingga kurang mendukung persyaratan pelaksanaan akreditasi yaitu dengan menunjuk direktur rumah sakit yang bukan tenaga medis, sehingga struktur organisasi RS tidak sesuai dengan Perpres Nomor 77 tahun 2015 tentang Organisasi Rumah Sakit. 24

34 Komitmen Pimpinan RS dan pegawai yang kurang sehingga tidak terlibat aktif dalam kegiatan persiapan akreditasi dan kurang mendukung kegiatan akreditasi. Ketersediaan SDM tenaga kesehatan yang masih belum memenuhi kebutuhan pegawai sesuai dengan kelas RS. Diperlukan perubahan budaya kerja dalam memberikan pelayanan kesehatan yang senantiasa berorientasi pada peningkatan mutu pelayanan sesuai dengan standar akreditasi. Minimnya pelatihan SDM dalam memenuhi persyaratan akreditasi seperti pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD), Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), Sasaran Keselamatan Pasien (SKP), Manajemen Penggunaan Obat (MPO), Keselamatan dankesehatan Kerja (K3) rumah sakit sesuai dengan standar Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK). Mutasi pegawai yang sudah terlatih akreditasi sehingga tidak dapat berperan optimal dalam akreditasi. Kemampuan tenaga dinas kesehatan provinsi dalam persiapan akreditasi belum cukup untuk mendorong dinkes dalam menjalankan fungsi pembinaan sesuai Permenkes 12/2012. d. Sarana dan Prasarana Masih banyak RS yang akan diakreditasi namun belum memiliki sarana, prasarana dan alat kesehatan sesuai dengan standar. 8) Usulan Pemecahan Masalah a. Dana 1) Menyediakan alokasi DAK Non Fisik akreditasi RS pada tahun ) Melakukan koordinasi dengan Kemendagri untuk dapat meningkatkan komitmen Pemerintah Daerah dalam pencairan DAK Non Fisik. 3) Mendorong pemerintah daerah untuk menyediakan dana akreditasi rumah sakit bersumber APBD. 25

35 b. Waktu 1) Berkoordinasi dengan KARS untuk menjadwalkan survey simulasi akreditasi agar sesuai dengan target indikator RS terakreditasi. 2) Melakukan advokasi kepada dinkes provinsi untuk mengatur jadwal pendampingan akreditasi ke RSUD target Kabupaten/Kota dalam satu tahun anggaran. c. SDM 1) Peningkatan keterlibatan dinas kesehatan propinsi dan kab/kota dalam persiapan akreditasi RS. 2) Koordinasi dengan Kemendagri untuk dapat menguatkan komitmen pemerintah daerah dalam penyiapan SDM sesuai standar pelaksanaan akreditasi RS. 3) Melakukan koordinasi dengan Badan PPSDMK untuk melakukan pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan sesuai dengan kelas RS. 4) Membuat pakta integritas direktur RS terutama RS rujukan regional dalam persiapan akreditasi. 5) Melakukan sosialisasi transformasi budaya kerja untuk meningkatkan budaya mutu. 6) Membentuk tim pendamping akreditasi yang dapat memberikan bimbingan kepada RS yang membutuhkan sesuai dengan penugasan Kemenkes. d. Sarana dan prasarana Mengalokasikan anggaran DAK Fisik 2016 untuk seluruh RSUD dalam pemenuhan sarana, prasarana dan alat kesehatan sesuai standar kelas RS. 9) Efisiensi Sumber Daya a. Membentuk tim pendamping akreditasi yang berasal dari daerah atau provinsi yang sama, sehingga penggunaan anggaran menjadi lebih rendah (efisien). 26

36 b. Melakukan koordinasi dengan KARS untuk melaksanakan pelatihan surveior internal RS sehingga dapat berperan dalam persiapan akreditasi RS. c. RSUD yang sudah siap melaksanakan survey akreditasi tidak harus melalui semua tahap akreditasi (pelatihan, bimbingan, survey simulasi) terlebih dahulu sehingga anggaran dan waktu pelaksanaan lebih efisien. d. Alokasi anggaran tahun 2016 ditargetkan untuk mencapai 190 kab/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi, akan tetapi capaian melebihi target yang ditetapkan (201 kak/kota). Hal ini menunjukkan adanya efisiensi dalam penggunaan anggaran tahun e. Untuk mendukung capaian kinerja tahun 2016 telah dikeluarkan dana sebesar Rp ,- atau 80,32% dari pagu sebesar Rp ,-, sedangkan capaian kinerja sebesar 105,8%.Hal tersebut menunjukkan adanya efisiensi/penghematan penggunaan anggaran. 10) Realisasi Anggaran Pada tahun 2016 alokasi anggaran yang dapat dipergunakan untuk kegiatan ini sebesar Rp ,- dengan realisasi 80,32% (Rp ,-). Alokasi anggaran berdasarkan kewenangan, yaitu kantor pusat dan dekonsentrasi. Tabel 6. Alokasi dan Realisasi Anggaran Kegiatan yang Mendukung Pencapaian Indikator RSUD Tersertifikasi Akreditasi No. Kewenangan Alokasi Alokasi yang dapat digunakan Realisasi % 1 Kantor Pusat 166,150,329,000 94,087,513,000 73,424,711, Dekonsentrasi 27,735,783,000 16,375,657,000 15,296,603, Total 193,886,112, ,463,170,000 88,721,315, Sumber data SPAN 03 Februari

37 2. PRESTASI DAN INOVASI DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN a. SPGDT 119 Upaya penguatan akses pelayanan kesehatan antara lain dengan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) yang bertujuan memberikan pertolongan pertama pada kasus kegawatdaruratan di bidang kesehatan. SPGDT merupakan layanan emergency medik di Indonesia yang diselenggarakan melalui pelayanan berbasis call center yaitu Pusat Komando Nasional/National Comand Center (NCC) 119 dan Pusat Pelayanan Kesehatan Terpadu/Public Safety Center (PSC) 119. NCC merupakan pusat panggilan kegawatdaruratan medik dengan nomor akses 119 yang digunakan diseluruh wilayah Indonesia, yang berada di Kementerian Kesehatan. PSC merupakan pusat layanan yang menjamin kebutuhan masyarakat dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegawatdaruratan medik yang berada di kabupaten/kota yang merupakan ujung tombak pelayanan untuk mendapatkan respon cepat. Fungsi PSC yaitu (1) Pemberi pelayanan gawat darurat, (2) Pemandu pertolongan pertama (first aid), (3) Pengevakuasi korban/pasien gawat darurat dan (4) Pengoordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan. Tugas PSC (1) Menerima terusan (dispatch) panggilan kegawatdaruratan dari Pusat Komando Nasional; (2) Melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan dengan menggunakan algoritme kegawatdaruratan; (3) Memberikan layanan ambulans; (4) Memberikan informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan; dan memberikan informasi tentang ketersediaan tempat tidur di rumah sakit. PSC yang sudah terintegrasi dengan NCC 119 sebanyak 28 PSC, yaitu : 1. Propinsi Aceh 2. Propinsi Sumatera Utara 3. Kabupaten Bangka 4. Propinsi Sumatera Selatan 5. Propinsi DKI Jakarta 6. Kabupaten Tangerang 7. Kota Tangerang Selatan 8. Kota Bandung 9. Kota Cirebon 10. Kabupaten Bekasi 11. Kota Bekasi 28

38 12. Kabupaten Wonosobo 13. Kabupaten Boyolali 14. Kabupaten Kendal 15. Kota Solo 16. Kota Yogyakarta 17. Kabupaten Sragen 18. Kabupaten Tuban 19. Kabupateng Tulung Agung 20. Kabupaten Trenggalek 21. Propinsi Sulawesi Utara 22. Kabupaten Bentaeng 23. Kota Makasar 24. Kota Mataram 25. Propinsi Bali 26. Kabupaten Badung Bali 27. Kota Denpasar 28. Kabupaten Soppen b. Perluasan cakupan Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE) Dengan adanya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Kementerian Kesehatan menunjuk beberapa rumah sakit sebagai rumah sakit rujukan nasional, provinsi dan regional yang bertujuan untuk memperkuat sistem rujukan. Namundalam pelaksanaannya sering terjadi berbagai permasalahan, seperti lambatnya penanganan pasien di IGD, fasyankes perujuk kesulitan mencari rumah sakit penerima rujukan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, dan kesulitan mendapatkan informasi tentang ketersediaan tempat tidur. Untuk itu, Kementerian Kesehatan mengembangkan Sistem Rujukan Terintegrasi atau disingkat Sisrute. Sisrute adalah media komunikasi dan informasi yang selalu update antara fasyankes perujuk dengan fasyankes penerima rujukan untuk bisa memberikan informasi yang dibutuhkan agar 29

39 penanganan pasien lebih cepat, efektif dan efisien. Sisrute bertujuan untuk mengintegrasikan sistem informasi rujukan pasien pada seluruh rumah sakit dan mewujudkan percepatan pelayanan rujukan di rumah sakit. Aplikasi ini pertama kali dikembangkan di RS Wahidin Sudiro Husodo Makassar dengan cakupan layanan hanya di Propinsi Sulawesi Selatan, saat ini Kementerian Kesehatan sedang memperluas cakupan layanan melalui sisrute ke seluruh Indonesia. Gambar 6. Aplikasi Sistem Rujukan c. Sistem Pendaftaran rawat jalan online Di era JKN ini, semakin banyak masyarakat yang dapat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) baik Puskesmas maupun Rumah Sakit. Namun, kapasitas fasyankes dalam melayani masyarakat masih belum memadai yang dapat dilihat dengan sering terjadinya antrian pasien rawat jalan yang panjang di beberapa rumah sakit. Hal ini menjadi keluhan masyarakat kepada Kementerian Kesehatan dan telah mejnadi sorotan dari berbagai pihak seperti Presiden, DPR, KPK, dan lembaga lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut, Kementerian Kesehatan melalui Ditjen Pelayanan Kesehatanmembuat inovasi aplikasi Pendaftaran Pasien Rawat Jalan Online. Hal ini dilakukan untuk membangun dan mengembangkan sistem informasi pelayanan kesehatan secara cepat, tepat, bersahabat, 30

40 sehingga memberikan kemudahan bagi pasien rawat jalan yang pernah berobat sebelumnya di sebuah rumah sakit. Gambar 7. Aplikasi Pendaftaran Rawat Jalan Online. d. Pengembangan aplikasi berita dan warta yankes berbasis android Pada saat ini kebutuhan informasi tentang program dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Ditjen Pelayanan Kesehatan sangatlah penting, terlebih di era teknologi dan informasi yang berkembang pesat. Informasi tersebut bukan hanya dimanfaatkan oleh kalangan internal Ditjen Pelayanan Kesehatan saja, dapat juga diakses dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Untuk menjawab kebutuhan informasi tersebut, maka Ditjen Pelayanan Kesehatan mengembangkan aplikasi berita dan warta yankes berbasis android. Aplikasi berita Yankes android berisikan informasi, berita dan foto-foto pelaksanaan kegiatan Pelayanan Kesehatan. Dimana kontributor berita yankes bukan hanya dari kantor pusat Ditjen Yankes melainkan juga seluruh humas UPT Vertikal dan Fasyankes lainnya. Untuk aplikasi warta yankes adalah sebuah aplikasi dimana pengguna dapat membaca setiap edisi warta yankes secara online dan offline, warta yankes merupakan pembahasan lebih dalam (in depth) terkait isu strategis ataupun kebijakan 31

41 terbaru yang dikeluarkan oleh Ditjen Pelayanan Kesehatan. Kontributor warta yankes dari internal Ditjen Pelayanan Kesehatan. Gambar 8. Aplikasi Berita dan Warta Yankes Berbasis Android e. Penghargaan pada majalah warta yankes edisi 02/2016 Pada lomba terbitan berkala internal dilingkungan Kementerian Kesehatan tahun 2016,Warta Yankes edisi 02/2016 dengan judul Indonesia punya 119 meraih juara III dalam kategori majalah. Gambar 9. Piagam Penghargaan Warta Yankes Edisi 02/2016 sebagai Juara ke III f. e-kinerja e-kinerja merupakan aplikasi pelaporan indikator kinerja BLU (Badan Layanan Umum) dibawah Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Indikator kinerja yang dilaporkan adalah IKI (Indikator Kinerja Individu) dan IKT (Indikator 32

42 Kinerja Terpilih).IKI digunakan sebagai dasar penilaian kinerja individu Direktur Utama RS dan Kepala Balai Satker BLU serta dijadikan sebagai dasar pembayaran besaran remunerasi yang akan diberikan.untuk itu diperlukan suatu sistem pelaporan yang transparan, akuntabel dan tepat waktu. Gambar 10. Aplikasi e-kinerja g. Rumah Sakit Terakreditasi Internasional Dalam rangka menghadapi persaingan perdagangan bebas dunia terutama di ASEAN, maka perlu meningkatan mutu fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan standar kelas dunia (internasional). Kementerian Kesehatan berupaya untuk mewujudkan hal tersebut yaitu dengan adanya fasilitas pelayanan kesehatan rujukan yang tersertifikasi akreditasi internasional oleh lembaga independent dalam hal ini Joint Commision International (JCI). Sampai dengan tahun 2016 terdapat 24 rumah sakit yang telah tersertifikasi akreditasi dari JCI, yaitu : a. RS Pemerintah a) RS UPT Vertikal 1. RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta 2. RSUP Fatmawati Jakarta 3. RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung 4. RSUP dr. Kariadi Semarang 5. RSUP dr. Sardjito Yogyakarta 6. RSUP Sanglah Bali 33

43 7. RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar 8. RSUP Moh. Hoesin Palembang 9. RS Jantung Harapan Kita b) RS Pemerintah Lainnya 1. RSPAD Gatot Soebroto Jakarta b. RS Swasta 1) RS Awal Bros Bekasi 2) RS Awal Brol Pekanbaru 3) RS Awal Bros Batam 4) RS Awal Bros Tangerang 5) RS Eka Hospital BSD 6) RS Eka Hospital Pekanbaru 7) RS Siloam Kebun Jeruk 8) RS Siloam Karawaci 9) RS Premier Jatinegara 10) RS Premiere Surabaya 11) RS Premier Bintaro 12) RS Santosa Bandung 13) RS Puri Indah Jakarta 14) RS Mata JEC Jakarta 3. DUKUNGAN DITJEN PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PRIORITAS KESEHATAN NASIONAL LAINNYA Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan harus melaksanakan program dan kegiatan untuk mencapaian target indikator yang telah ditetapkan. Di samping itu Ditjen Pelayanan Kesehatan yang merupakan salah satu unsur dari Kementerian Kesehatan di samping berkewajiban untuk turut mendukung pencapaian target dalam Nawacita/Janji Presiden, prioritas nasional Kementerian Kesehatan, Sustainable Development Goals (SDGs), Quick Wins, Percepatan Papua dan Papua Barat, dan lain-lainnya. 34

44 Dukungan Ditjen Bina Upaya Kesehatan terhadap prioritas kesehatan nasional lainnya adalah: a. Janji Presiden Presiden Joko Widodo menyampaikan beberapa janji untuk menyejahterakan rakyat Indonesia. Pada tahun 2016 Kantor Staf Presiden (KSP) memilih 100 program dan kegiatan prioritas nasional dari janji-janji presiden dan wakil presiden. Ditjen Pelayanan Kesehatan bertanggung jawab 4 rencana aksi pada tahun 2016, yaitu: 1) Puskesmas yang Memberikan Pelayanan Sesuai Standar Untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas kepada masyarakat diperlukan Puskesmas yang memberikan pelayanan sesuai standar. Dengan terbitnya Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, maka diharapkan Puskesmas dapat memberikan pelayanan sesaui standar yang telah diatur dalam Permenkes tersebut, baik dari sumber daya (sarana, prasana, alat kesehatan, tenaga dan pembiayaan) maupun upaya yang diselenggarakan Puskesmas. Adapun target Puskesmas untuk tahun 2019 akan dicapai secara bertahap seperti dalam tabel dibawah ini. Tabel 7. Target Indikator Puskesmas yang Memberikan Pelayanan Sesuai Standar Tahun Target Indikator Jumlah puskesmas non rawat inap dan puskesmas rawat inap yang memberikan pelayanan sesuai standar KSP memantau proses pencapaian indikator dengan melakukan pemantauan pencapaian indikator proses yang telah disepakati bersama antara KSP dengan Kemenkes setiap tiga bulan sekali. 35

45 Sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 pencapaian sebesar 192,3% (2.692 Puskesmas) dan mendapatkan rapor hijau. 2) Pelayanan Kesehatan Bergerak di 150 Kabupaten/kota Dalam rangka meningkatkan jangkauan dan pemerataan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi asyarakat di daerah terpencil/sangat terpencil, perbatasan dan kepulauan, maka Kemenkes melaksanakan upaya inovasi untuk mengatasai keterbatasan akses pelayanan melalui pelayanan kesehatan bergerak. Tabel 8. Target Indikator Kabupaten/Kota yang Melakukan Pelayanan Kesehatan Bergerak di Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil Tahun Target Indikator Jumlah kabupaten/kota yang melakukan Pelayanan Kesehatan Bergerak di daerah terpencil dan sangat terpencil Pencapaian sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 sebesar 107,6% (128 kabupaten/kota) dan mendapatkan rapor hijau. 3) Kabupaten/Kota yang Siap Akreditasi Rujukan Indikator ini merupakan indikator antara untuk mencapai indikator outcome yaitu jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional. Target tahun 2016 adalah 50% kabupaten/kota yang siap akreditasi fasilitas kesehatan rujukan. Rumah sakit yang dikategorikan siap akreditasi adalah rumah sakit yang telah melaksanakan proses persiapan akreditasi. Rumah sakit yang siap sebanyak 96 rumah sakit di 87 Kabupaten/Kota. Tahun 2016 kabupaten/kota yang siap akreditasi Fasilitas Kesehatan Rujukan sebesar 51,98% (250 kabupaten/kota). 36

46 4) RS Pratama Rumah Sakit pratama dibangun dalam rangka meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan di DTPK, pemekaran wilayah, daerah yang belum memiliki rumah sakit dan daerah dengan geografis sulit. Tabel 9. Target Indikator Jumlah RS Pratama yang dibangun Tahun Target Indikator Jumlah RS Pratama yang dibangun Pencapaian sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 sebesar 70,5% (24 RS) dan mendapatkan rapor merah. b. Quick Wins Quick Wins adalah program yang mempunyai daya ungkit (key leverage) yang berkaitan dengan perbaikan pada core business. Hasil perbaikan dapat dengan mudah terlihat dan manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat. Berdasarkan kesepakatan antara Bappenas dan Kemenkes pada tahun 2016 Ditjen Pelayanan Kesehatan bertanggungjawab terhadap 5 rencana aksi, yaitu: 1) Jumlah Puskesmas yang BekerjaSama Melalui Dinas Kesehatan dengan Unit Transfusi Darah dan Rumah Sakit. Definisi operasional:puskesmas yang telah bekerjasama melalui dinas kesehatan dengan Unit Transfusi Darah dan Rumah Sakit sesuai dengan Permenkes nomor 92 tahun 2015 dalam rangka rekrutmen dan seleksi donor guna persiapan penyediaan darah bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung program penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. 37

47 Target dalam RPJMN dan Renstra tahun 2015=200, tahun 2016=1.600, tahun 2017=3.000, tahun 2018=4.400, dan tahun 2019=5.600 Puskesmas. PencapaianPuskesmas yang telah bekerjasama melalui Dinkes dengan Unit Transfusi Darah (UTD) dan rumah sakit sebanyak Puskesmas (104,3%). 2) Jumlah Dokumen tentang Kebutuhan Kapal Rumah Sakit di Daerah Kepulauan Definisi operasional: adanya data kebutuhan kapal rumah sakit di kabupaten kepulauan. Target dalam RPJMN dan Renstra tahun 2016=1 dokumen. Pencapaian telah tersusun satu dokumen tentang kebutuhan kapal RS di daerah kepulauan (100%) 3) Kesiapan 6000 Puskesmas dalam Memberikan Pelayanan Termasuk Puskemas Rawat Inap Definisi operasional: sebanyak 6000 Puskesmas termasuk di dalamnya Puskesmas Rawat Inap yang memenuhi standar pelayanan sesuai PMK nomor 75 tahun Indikator dalam Renstra: jumlah Puskesmas non rawat inap dan rawat inap yang memberikan pelayanan sesuai standar. Target tahun 2015=700, tahun 2016=1.400, tahun 2017=2.800, tahun 2018=5.600, dan tahun 2019=6.000 Puskesmas. Pencapaian Puskesmas non rawat inap dan rawat inap yang memberikan pelayanan sesuai standar sebanyak Puskesmas (192,3%). 4) Pengembangan RS Rujukan Nasional dengan RS Rujukan Regional yang Menerapkan Integrasi Data Rekam Medis Definisi operasional: telah terintegrasinya data rekam medis antara rumah sakit rujukan nasional dan atau rumah sakit rujukan regional termasuk rumah sakit rujukan propinsi dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan rujukan. Indikator dalam Renstra: jumlah RS Rujukan Nasional dengan RS Rujukan Regional yang menerapkan integrasi data rekam medis. 38

48 Target tahun 2015=0, tahun 2016=15, tahun 2017=30, tahun 2018=45, dan tahun 2019=60 RS. Pencapaian: pada tahun 2016 Ditjen Pelayanan Kesehatan terdapat 7 RS Rujukan yang menerapkan integrasi data rekam medis. 5) Jumlah RS Rujukan Regional yang Memiliki Pelayanan Sesuai Standar Definisi operasional: tersedianya 150 RS (180 RS/184 RS) rujukan regional yang sesuai standar RS Rujukan Regional. Indikator dalam Renstra: jumlah RS Rujukan Regional yang memiliki pelayanan sesuai standar. Target tahun 2015=30, tahun 2016=60, tahun 2017=90, tahun 2018=120, tahun 2019=150 RS. Pencapaian: RS Rujukan Regional yang memiliki pelayanan sesuai standar sebanyak 23 RS (38,3%). c. Dukungan Ditjen Pelayanan Kesehatan dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Meningkatnya akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan rujukan dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sehingga jumlah pasien di rumah sakit meningkat. Kementerian kesehatan berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. Untuk itu Ditjen Pelayanan Kesehatan dalam rangka memberikan dukungan pelaksanaan JKN, menetapkan kebijakan sebagai berikut : 1. Membuat sistem rujukan berjenjang. Rujukan bermula dari fasyankes primer ke fasyankes sekunder, dan yang terakhir ke fasyankes tersier. 2. Menetapkan 144 RS Rujukan. RS rujukan nasional sebanyak 14 RS, RS rujukan propinsi sebanyak 10 RS, dan RS rujukanan regional sebanyak 110 RS. Dari 14 RS rujukan nasional tersebut terdapat 10 RS UPT Vertikal Ditjen Pelayanan Kesehatan yang merupakan fasyankes rujukan tersier dalam sistem rujukan berjenjang. Ditjen Pelayanan Kesehatan memiliki 49 UPT Vertikal dimana 33 UPT Vertikal merupakan rumah sakit, baik RS umum maupun RS khusus. Ke 39

49 tiga puluh tiga rumah sakit tersebut telah bekerja sama dengan BPJS sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) bagi peserta JKN. Di samping 10 RS UPT Vertikal yang telah ditetapkan menjadi RS rujukan nasional, terdapat RS khusus yang menjadi rujukan terakhir untuk beberapa penyakit/permasalahan tertentu, yaitu : RS rujukan untuk penyakit jantung dan pembuluh darah adalah RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. RS rujukan untuk penyakit paru adalah RS Paru Dr. Goenawan Cisarua, RS Paru Rotinsulu Bandung, dan RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. RS rujukan untuk penyakit kanker adalah RS Kanker Dharmais. RS rujukan untuk masalah ibu dan anak adalah RSAB Harapan Kita. RS rujukan untuk penyakit infeksi adalah RSPI Sulianti Saroso Jakarta. RS rujukan untuk masalah ketergantungan obat adalah RS Ketergantungan Obat Jakarta. RS rujukan untuk penyakit otak adalah RS Pusat Otak Nasional. RS rujukan untuk penyakit stroke adalah RS Stroke Nasional Bukittinggi. RS rujukan untuk penyakit kusta adalah RS Kusta dr. Rivai Abdullah Palembang, RS Kusta Sitanala Tangerang, dan RS dr. Tadjuddin Chalid Makasar. RS rujukan untuk penyakit mata adalah RS Mata Cicendo Bandung. RS rujukan untuk masalah gangguan kejiwaan adalah RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta, RS Jiwa dr. Marzoeki Mahdi Bogor, dan RS Jiwa dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. B. REALISASI ANGGARAN Tabel 10. Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2016 Berdasarkan Kewenangan No. Kewenangan Alokasi Alokasi yang dapat digunakan Realisasi % 1 Kantor Pusat 811,568,416, ,268,518, ,646,399, Kantor Daerah 17,490,126,754,000 16,966,998,837,000 15,293,221,717, Dekonsentrasi 210,240,241, ,290,999, ,606,114, Total 18,511,935,411,000 17,587,558,354,000 15,831,474,231, Sumber data : SPAN 03 Februari

50 Realisasi Ditjen Pelayanan Kesehatan sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 sebesar Rp ,- (90,02%). Persentase realisasi anggaranyang paling rendah adalah kantor pusat.hal ini disebabkan lamanya revisi DIPA dan self blockingdi kantor pusat yang berdampak pada realisasi anggaran. Tabel 11. Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Belanja No. Jenis Belanja Alokasi Alokasi yang dapat digunakan Realisasi % 1 Belanja Pegawai 2,450,178,615,000 2,355,519,293,000 2,213,557,424, Belanja Barang 12,052,826,608,000 11,568,851,659,000 10,445,490,842, Belanja Modal 4,008,930,188,000 3,663,187,402,000 3,172,425,964, Total 18,511,935,411,000 17,587,558,354,000 15,831,474,231, Sumber data SPAN 03 Februari 2017 Persentase realisasi anggaran berdasarkan jenis belanja yang paling rendah adalah belanja modal. Waktu pelaksanaan yang sempit terutama dana yang berasal dari APBN-P yang sebagian besar merupakan belanja modal, menyebabkan penyerapan anggaran tidak optimal. Tabel 12. Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2016 Berdasarkan Kegiatan No. Kegiatan Alokasi Alokasi yang dapat digunakan Realisasi % 1 Pembinaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan 1,081,749,010, ,987,561, ,845,196, Pembinaan Pelayanan Kesehatan Primer 63,528,172,000 42,363,699,000 39,688,795, Pembinaan Pelayanan Kesehatan Rujukan 178,806,273, ,878,859,000 82,030,773, Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program 17,061,175,841,000 16,521,340,509,000 14,835,861,981, Pembinaan Pelayanan Kesehatan 5 Pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional 62,848,241,000 40,100,863,000 36,097,348, Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan 63,827,874,000 40,886,863,000 37,950,135, Total 18,511,935,411,000 17,587,558,354,000 15,831,474,231, Sumber data : SPAN 03 Februari

51 Persentase realisasi anggaran berdasarkan kegiatan yang paling rendah adalah pembinaan pelayanan rujukan sebesar 79,74%. Adanya self blocking menyebabkan anggaran tidak bisa terserap secara optimal. Tabel 13. Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2016 Berdasarkan Sumber Dana No. Sumber Dana Alokasi Alokasi yang dapat digunakan Realisasi % 1 Rupiah Murni 7,531,951,431,000 6,607,932,655,000 6,271,230,732, PNBP 22,779,388,000 22,421,107,000 17,798,595, BLU 10,957,204,592,000 10,957,204,592,000 9,542,444,903, Total 18,511,935,411,000 17,587,558,354,000 15,831,474,231, Sumber data : SPAN 03 Februari 2017 Persentase realisasi anggaran berdasarkan sumber dana yang paling rendah adalah dana PNBP. Tabel 14. Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan yang Mendukung Pencapaian Indikator Kinerja Tahun 2016 No. Indikator Alokasi Realisasi % 1 2 Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional Total 54,858,511,000 50,872,285, ,463,170,000 88,721,315, ,321,681, ,593,600, Sumber data : SPAN 03 Februari 2017 Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan telah mengalokasikan sebesar Rp ,- untuk mendukung pencapaian indikator kinerja program dengan realisasi sebesar 84,44% (Rp ,-). Dana tersebut dialokasikan ke berbagai satuan kerja berdasarkan kewenangannya, yaitu kantor pusat dan dekonsentrasi. Alokasi anggaran yang mendukung pencapaian indikator kinerja program sebesar 0,94% dari total alokasi anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan tahun Alokasi anggaran lainnya dipergunakan Ditjen Pelayanan Kesehatan untuk mendukung pelaksanaan prioritas kesehatan nasional. Alokasi dana terbesar terdapat di kantor daerah yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan program JKN, seperti meningkatkan sarana, prasarana dan operasional kantor 42

52 daerah. Di samping itu dalam peta strategi Ditjen Pelayanan Kesehatan, optimalisasi peran UPT Vertikal dapat mewujudkan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan (sebagai pengampu akreditasi rumah sakit lainnya serta peningkatan rumah sakit UPT Vertikal menjadi terakreditasi JCI) dan mewujudkan peningkatan akses pelayanan kesehatan (telemedicine). Alokasi anggaran untuk kantor daerah sebesar Rp ,- atau 94,48 % dari total alokasi anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan tahun Realisasi anggaran sebesar Rp ,- (90,14%) dari anggaran yang dapat digunakan (Rp ,-). Tabel 15. Alokasi dan Realisasi Anggaran Kantor Daerah Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Belanja Jenis Belanja Alokasi Alokasi yang dapat digunakan Realisasi % Belanja Pegawai 2,283,989,080,000 2,214,043,435,000 2,112,591,911, Belanja Barang 11,231,918,663,000 11,119,835,530,000 10,023,912,700, Belanja Modal 3,974,219,011,000 3,633,119,872,000 3,156,717,105, Total 17,490,126,754,000 16,966,998,837,000 15,293,221,717, Sumber data : SPAN 03 Februari 2017 Anggaran kantor daerah terdiri dari 64,22% belanja barang, 22,72% belanja modal dan 13,06% belanja pegawai. Belanja barang digunakan untuk biaya operasional perkantoran, penyediaan barang habis pakai dan obat-obatan. Sedangkan belanja modal digunakan untuk pengadaan barang investasi (alat kesehatan, pembangunan gedung, dll). Belanja modal ini digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Adapun output dari 49 UPT Vertikal Ditjen Pelayanan Kesehatan yaitu : 1. Tiga puluh tiga RS, 1 Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), 3 Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) dan 2 Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) melayani pasien baik umum maupun BPJS. Pada tahun 2016 telah melayani pasien dengan rincian : pasien rawat jalan 43

53 sebanyak pasien, rawat inap pasien dan IGD sebanyak pasien. Tabel 16. Jumlah Pasien Rawat Inap, Rapat Jalan dan IGD di RS UPT Vertikal Tahun 2016 NO UPT JUMLAH PASIEN RAWAT JALAN RAWAT INAP IGD JUMLAH 1 RS. Adam Malik 232,321 22,805 22, ,961 2 RS. M. Djamil 170,212 17,478 32, ,794 3 RS. Stroke 44,921 7,949 9,251 62,121 4 RS. M. Hoesin 242,624 35,291 23, ,420 5 RS. Rivai Abdullah 17,980 2,425 3,776 24,181 6 RS. Sitanala 36,145 8,381 10,412 54,938 7 RS. Dharmais 111,501 92,183 7, ,010 8 RSJP Harkit 122,090 12,598 11, ,786 9 RSAB Harkit 154,584 12,665 14, , RSCM 651, ,748 33, , RS PON 38,661 3,194 4,604 46, RSKO 34, ,406 38, RSPI 69,370 5,083 12,511 86, RS Fatmawati 329,622 40,645 38, , RS. Persahabatan 291,028 25,965 3, , RSJ. Soeharto Herdjan 59,004 2,468 3,266 64, RS. Marzoeki Mahdi 136,316 8,952 17, , RSP Goenawan P 65,010 8,304 18,082 91, RS.Hasan Sadikin 355,272 52,638 43, , RSP Rotinsulu 21,343 4,190 4,342 29, RS. Cicendo 161,034 9,904 5, , RS.Sardjito 404,385 26,958 25, , RS. Kariadi 525,884 42,373 35, , RSJ. Soerojo 78,417 9,163 12, , RS. Soeradji 187,555 23,561 26, , RS. Ario W 27,963 7,861 9,864 45, RSOP Soeharso 67,683 5,067 5,606 78, RSJ Radjiman 47,583 4,819 4,918 57, RS. Sanglah 194,461 31,631 44, , RS.Kandou 172,453 55,918 35, , RS. Ratatotok 3,627 1,041 2,533 7, RS. Tadjuddin C 18,955 3,860 5,204 28, RS. Wahidin 145,855 36,334 28, , BBKPM Makassar 17,884 1,248 1,262 20, BBKPM Bandung 52, , BBKPM Surakarta 36, ,538 38, BKMM Makassar 55, , BKMM Cikampek 15, , Unit Pelayanan Kesehatan 19, ,040 JUMLAH 5,418, , ,281 6,854, Empat Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) yang mempunyai tupoksi pemeriksaan laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan masyarakat. 44

54 Pada tahun 2016 telah melakukan pemeriksaan laboratorium sebanyak laboratorium. Tabel 17. Jumlah Pemeriksaan Laboratorium di BBLK tahun 2016 Pemeriksaan No. Satker Laboratorium 1 BBLK Palembang 407,206 2 BBLK Jakarta 162,652 3 BBLK Makassar 90,042 4 BBLK Surabaya 320,877 Total 980, Empat Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) dan 2 Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan (LPFK) yang mempunyai tupoksi melaksanakan pengamanan fasilitas kesehatan meliputi sarana, prasarana, dan peralatan kesehatan melalui pengujian, kalibrasi dan proteksi radiasi. Pada tahun 2016 telah melakukan kalibrasi pada alat kesehatan. Tabel 18. Jumlah Kalibrasi Alat Kesehatan di BPFK dan LPFK tahun 2016 No. Satker Jumlah Alat yang dikalibrasi 1 BPFK Jakarta 13,604 2 BPFK Makkasar 15,792 3 BPFK Surabaya 26,282 4 BPFK Medan 15,812 5 LPFK Surakarta 8,732 6 LPFK Banjarbaru 5,084 Total 85,306 Adapun layanan unggulan yang dimiliki RS UPT Vertikal Ditjen Pelayanan Kesehatan sebagai berikut : 1. RS H. Adam Malik memiliki layanan unggulan pelayanan jantung dan kanker terpadu. 2. RS Dr. M. Hoesin memiliki layanan unggulan onkologi terpadu, cardicerebro vaskuler dan minimal invasive surgery. 3. RS Kusta Dr. Rivai Abdullah memiliki layanan unggulan pusat rujukan rehabilitasi kusta. 45

55 4. RS Kusta Sitanala memiliki layanan unggulan pusat layanan kusta terpadu. 5. RS Kanker Dharmais memiliki layanan unggulan screening kanker payudara dengan mobile unit mammografi, PET scan dan patologi molekuler (Padan PK), transplantasi sumsung tulang pada pasien leukemia, Microsurgery dan rekonstruksi (head dan neck, mmamae dan soft tissue tumor), intervensi onkologi (cryo surgery, radiologi intervensi), Handling cytotoxic. 6. RSAB Harapan Kita memiliki layanan unggulan pusat kelainan bawaan dan perinatal terpadu. 7. RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita memiliki layanan unggulan lead less permanent pace maker. 8. RS Fatmawati memiliki layanan unggulan spine dan trauma centre. 9. RS Persahabatan memiliki layanan unggulan pusat respirasi nasional. 10. RS Pusat Otak Nasional memiliki layanan unggulan Brain Check Up, Brain Microsurgery, pelayanan gangguan memori dan neurobehaviour, dan comprehensive stroke care. 11. RSJ Dr. Soeharto Heerdjan memiliki layanan unggulan Rehabilitasi Psikososial, kesehatan jiwa anak & remaja, dan MHCU (Medical Health Check-Up). 12. RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso memiliki layanan unggulan rujukan infeksi nasional. 13. RS Ketergantungan Obat memiliki layanan unggulan pelayanan gangguan penggunaan NAPZA dan penyakit terkait secara komprehensif dan terintegrasi. 14. RSJ Dr. Soeharto Heerdjan memiliki layanan Rehabilitasi Psikososial, kesehatan jiwa anak & remaja, dan MHCU (Medical Health Check-Up). 15. RS Dr Hasan Sadikin memiliki layanan unggulan pelayanan onkolgi, jantung terpadu, kedokteran nuklir dan pencitraan molekuler, infeksi, minimal invasif surgery, dan transplantasi ginjal 16. RS Mata Cicendo memiliki layanan unggulan Layanan Mata Anak Terpadu Retinoblastoma. 17. RS Paru DR. H.A. Rotinsulu memiliki layanan unggulan Pelayanan Biologi Molekuler. 46

56 18. RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo memiliki layanan unggulan pengembangan pelayanan, pencegahan dan pengobatan penyakit kanker paru. 19. RS Dr. Marzuki Mahdi memiliki layanan unggulan Rehabilitasi Psikososial. 20. RS Dr. Kariadi memiliki layanan unggulan Pelayanan Jantung, Onkologi, transplant organ, dan bedah minimal invasif. 21. RS Paru Dr. Ario wirawan memiliki layanan unggulan Penanganan PPOK. 22. RSO Prof. Dr. R. Soeharso dengan layanan unggulan Pusat ortopedi nasional untuk bedah rekonstruksi tulang, sendi, dan tulang belakang. 23. RS Dr. Soeradji Tirtonegoro memiliki layanan unggulan Hip n Knee dan geriatric. 24. RSJ Prof. Dr. Soeroyo memiliki layanan unggulan Pusat Kesehatan Jiwa Anak Remaja. 25. RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat memiliki layanan unggulan Pelayanan Psikogeriatri. 26. RSUP Kandou memiliki program unggulan terapi penyinaran kanker, jantung terbuka, cathlab, endoscopy ultrasound, dan MRI. 27. RS Kusta DR. Tadjudin Chalid memiliki layanan unggulan Pusat Rujukan Rehabilitasi Kusta. Selain rumah sakit, balai UPT Vertikal Ditjen Pelayanan Kesehatan juga memiliki layanan unggulan, antara lain : 1. BBKPM Bandung memiliki layanan unggulan Pelayanan Paru Komunitas/ Community Pulmonology. 2. BBKPM Surakarta memiliki layanan unggulan Pelayanan TB HIV secara komprehensif. 3. BBKPM Makassar memiliki layanan unggulan Pulmo Intervensi. 4. BBLK Surabaya memiliki layanan unggulan laboratorium rujukan nasional TBC untuk Kultur dan DST, laboratorium rujukan terpadu untuk penyakit potensial wabah dan KLB, pemeriksaan logam berat untuk spesimen manusia dan pemeriksaan PCR. 5. BBLK Makassar memiliki layanan unggulan Pelayanan pemeriksaan toksikologi lingkungan. 47

57 C. SUMBER DAYA LAINNYA 1. SUMBER DAYA MANUSIA Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat penting bahkan tidak bisa dilepaskan dari sebuah organisasi atau institusi. SDM dalam hal ini disebut sebagai pegawai merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan organisasi atau dapat dikatakan sebagai penggerak untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Keadaan Pegawai Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan pada tanggal 24 Januari 2017 berjumlah 529 pegawai, yang dapat dilihat secara lebih rinci pada tabel sebagai berikut : Tabel 19. Distribusi Pegawai Ditjen Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Golongan No Nama Satuan Organisasi 1. Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2. Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer 3. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan 4. Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional 5. Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan 6. Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan TOTAL Golongan Jumlah I II III IV Sumber : SIMKA tanggal 24 Januari 2017 Berdasar tabel 19 maka golongan pegawai di Ditjen Pelayanan Kesehatan yang terbanyak adalah golongan III sebesar 76,9%, diikuti golongan IV dan golongan II. Grafik 5. Persentase Pegawai Ditjen Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Jenis Kelamin 48

58 Berdasarkan grafik 5 maka menunjukkan bahwa pegawai di Ditjen Pelayanan Kesehatan pegawai wanita lebih banyak dari pegawai pria. Tabel 20. Distribusi Pegawai Ditjen Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Nama Satuan Organisasi 1. Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2. Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer 3. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan 4. Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Pendidikan S3 S2 Spesialis Jmh Akademi A IV S1 D IV D III SM D II D I SMA SMP SD 1/2/A V Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan 6. Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan TOTAL Sumber : SIMKA tanggal 24 Januari 2017 Berdasarkan tabel 20 maka tingkat pendidikan pegawai di Ditjen Pelayanan Kesehatan yang terbanyak adalah S1 sebesar 40,5%. Tabel 21. Distribusi Pegawai Ditjen Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Jabatan No Nama Satuan Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan TOTAL Eselon I Eselon II Struktural Eselon III Jabatan Eselon IV Eselon V Fungsional Staf Jumlah Sumber : SIMKA tanggal 24 Januari

59 Berdasarkan tabel di atas maka berdasarkan jabatan pegawai di Ditjen Pelayanan Kesehatan yang terbanyak adalah staf 81,1%, eselon IV 9,8% dan yang memiliki jabatan fungsional sebesar 3,97%. 2. SUMBER DAYA SARANA DAN PRASARANA Pengelolaan Barang Milik Negara Ditjen Pelayanan Kesehatan selama periode 1 Januari s/d 31 Juni 2016, dapat dilaporkan dalam bentuk Intrakomtable, Ekstrakomtable, Gabungan Intrakomtable dan Ekstrakomtable, Aset Tak Berwujud dan Konstruksi dalam pengerjaaan. Adapun laporan perkembangan masing-masing Barang Milik Negara adalah sebagai berikut : a. BMN Intrakomtable Posisi Awal ( 1 Januari 2016 ) : Rp ,- Penambahan : Rp ,- Pengurangan : Rp ,- Posisi Akhir ( 30 Juni 2016) : Rp ,- b. BMN Ekstrakomtable Posisi Awal ( 1 Januari 2016 ) : Rp ,- Penambahan : Rp ,- Pengurangan : Rp ,- Posisi Akhir ( 30 Juni 2016) : Rp ,- c. BMN Gabungan Intra Dan Ekstra Posisi Awal ( 1 Januari 2016 ) : Rp ,- Penambahan : Rp ,- Pengurangan : Rp ,- Posisi Akhir ( 30 Juni 2016) : Rp ,- d. BMN Aset Tak Berwujud Posisi Awal ( 1 Januari 2016 ) : Rp ,- Penambahan : Rp ,- Pengurangan : Rp ,- Posisi Akhir ( 30 Juni 2016) : Rp ,- 50

60 e. Konstruksi Dalam Pengerjaan Posisi Awal ( 1 Januari 2016 ) : Rp ,- Penambahan : Rp ,- Pengurangan : Rp ,- Posisi Akhir ( 30 Juni 2016) : Rp ,- Berdasarkan hasil laporan Posisi Barang Milik Negara Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan berdasarkan neraca sampai dengan 30 Juni 2016 tercatat bruto sebesar Rp ,- dan netto sebesar Rp ,- dengan angka penyusutan sebesar Rp ,- (Sumber : SIMAKBMN UAPPBE1 Ditjen Yankes per 30 Juni 2016). 51

61 BAB IV PENUTUP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) disusun sebagai pelaksanaan akuntabilitas kinerja Ditjen Pelayanan Kesehatan serta sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja Ditjen Pelayanan Kesehatan kepada Menteri Kesehatan. Tahun 2016 merupakan tahun kedua pelaksanaan Renstra Kemenkes, serta tahun pertama perubahan dari Ditjen Bina Upaya Kesehatan menjadi Ditjen Pelayanan Kesehatan.Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dari sasaran dan kegiatan Ditjen Pelayanan Kesehatan tahun 2016 secara umum berhasil mencapai target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja antara Menteri Kesehatan dengan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan. Pencapaian pada tahun 2016 ini diharapkan dapat menjadi parameter agar kegiatan-kegiatan di masa mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien. Sedangkan hal-hal yang menghambat tercapainya target diharapkan dapat ditemukan solusi serta alternatif penyelesaiannya dengan mengedepankan profesionalisme di lingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Mengingat target akhir pembangunan jangka menengah masih cukup besar, maka pada tahun 2017 Ditjen Pelayanan Kesehatan harus melakukan teroboson inovatif yang berguna untuk mengejar ketertinggalan dan mempercepat pencapaian target yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan yang baik dan pengimplementasian kegiatan yang konsisten dengan perencanaan tersebut. 52

62 LAMPIRAN 1 PERJANJIAN KINERJA TAHUN

63 54

64 LAMPIRAN 2 Jumlah Kabupaten/Kota Yang Memiliki Minimal 1 RSUD yang Tersertifikasi Akreditasi Nasional NO PROVINSI KABUPATEN NAMA RS STATUS 1 N.A.D 2 Sumatera Utara 3 Sumatera Barat 4 Riau 5 Jambi 6 Sumatera Selatan 7 Bengkulu 8 Lampung 1 Kota Banda Aceh 1 RSU Dr. Zainoel Abidin Paripurna 2 Kab. Aceh Tengah 2 RSUD Datu Beru Takengon Paripurna 3 Kab. Bener Meriah 3 RSUD Muyang Kute Redelong Madya 4 Kab. Aceh Timur 4 RSUD Idi Rayeuk (RSUD dr. Zubir Mahmud) Dasar 5 Kab. Pidie 5 RSUD TGK Chik Ditiro Sigli Dasar 6 Kota Medan 6 RS H. Adam Malik Paripurna 7 RSU Dr Pirngadi Utama 7 Kab.Deli Serdang 8 RSUD Deli Serdang Utama 8 Kota Tebing Tinggi 9 RSUD.Dr. H.Kumpulan Pane Dasar 9 Tapanuli Tengah 10 RSUD Pandan Perdana 11 RS Dr. M. Djamil Paripurna 10 Kota Padang RS Jiwa Prof.Dr. Hasan Basri 12 Saanin Datuk Tan Pari Paripurna 11 Kota Bukittinggi 13 RSUD Dr. Achmad Mochtar Paripurna 12 Kota Solok 14 RSUD Solok Utama 13 Kab. Sijunjung 15 RSUD Kab Sijunjung Perdana 14 Kab. Bengkalis 16 RSUD Kec.Mandau Utama 15 Kota Pekanbaru 17 RSUD Petala Bumi Perdana 18 RS Jiwa Tampan Paripurna 16 Kab. Pelalawan 19 RSUD Selasih Riau Dasar 17 Kab. Kepulauan Meranti 20 RSUD Kab. Kepulauan Meranti Perdana 21 RSU Raden Mattaher Jambi Paripurna 18 Kota Jambi 22 RSUD H. Abdul Manap Madya 23 RS Jiwa Jambi Madya 19 Kab. Bungo 24 RSUD H. Hanafi/Muara Bungo Madya 20 Kab. Sarolangun 25 RSUD Prof.DR.H.M.Chatib Quzwain Perdana 21 Kab. Tanjung Jabung Timur 26 Tanjung Jabung Timur Perdana 22 Kab. Tebo 27 RSUD Sultan Taha Saifudin Perdana 23 Kota Palembang 28 RSUD Palembang Bari Paripurna 29 RS Dr. Mohammad Hoesin Paripurna 24 Kota Prabumulih 30 RSUD Prabumulih Utama 25 Kab. Ogan Komering Ulu 31 RSUD Dr. Ibnu Sutowo Baturaja Utama 26 Kab. Musi Banyuasin 32 RSUD Sekayu Madya 27 Kab. Ogan Komering Ulu Timur 33 RSUD Oku Timur (Gumawang) Perdana 28 Kota Bengkulu 34 RSUD Dr M Yunus Bengkulu Paripurna 35 RSUD KOTA BENGKULU Perdana 29 Kab Kepahiang 36 RSUD Kepahiang Perdana 30 Kab. Bengkulu Utara 37 RSUD Arga Makmur Perdana 31 Kota Metro 38 RSUD Ahmad Yani,Metro Paripurna 32 Kota Bandar Lampung 39 RSUD Dr H Abdul Moeloek Paripurna 33 Kab. Tulang Bawang 40 RSUD Menggala Tulang Bawang Madya 34 Kab. Lampung Timur 41 RSUD Sukadana Perdana 55

65 NO PROVINSI KABUPATEN NAMA RS STATUS 9 DKI Jakarta 48 RS Ketergantungan Obat Madya RSU Kecamatan Mampang 49 Perdana Prapatan 36 Jakarta Selatan 50 RSU Kecamatan Jagakarsa Perdana 51 RSU Kecamatan Pesanggrahan Perdana 52 RSU Kecamatan Tebet Perdana 53 RSUD Cengkareng Paripurna 37 Jakarta Barat 54 RS Jiwa Dr. Soeharto Heerjan Utama 55 RSU Kecamatan Kembangan Perdana 56 RSU Kecamatan Kalideres Perdana 57 RSU Kecamatan Johar Baru Perdana 58 RS Dr. Cipto Mangunkusumo Paripurna 38 Kota Jakarta Pusat 59 RSU Tarakan Paripurna 60 RSU Kecamatan Cempaka Putih Perdana 61 RSU Kecamatan Kemayoran Perdana 62 RSU Kecamatan Sawah Besar Perdana 63 RS Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Utama 39 Jakarta Utara 64 RSU Kecamatan Koja Perdana 65 RSU Kecamatan Pademangan Perdana 66 RSU Kecamatan Cilincing Perdana 40 Kota Cirebon 67 RSUD Gunung Jati Paripurna 41 Kab.Cirebon 68 RSUD Waled Paripurna 42 Kota Cimahi 69 RSU Cibabat Paripurna 43 Kab. Bandung Barat 70 RS Jiwa Provinsi Jawa Barat Paripurna 44 Kab. Sumedang 71 RSUD Sumedang Paripurna 72 RSK Ibu & Anak Kota Bandung Paripurna 73 RS Dr. Hasan Sadikin Paripurna 45 Kota Bandung 74 RSUD Ujung Berung Utama 75 RSK Gigi dan Mulut Kota Bandung Perdana 46 Kota Bogor 76 RS Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Paripurna 77 RSUD Cibinong Paripurna 10 Jawa Barat 47 Kab. Bogor 78 RSU Ciawi Madya 79 RSUD CILEUNGSI KAB. BOGOR Perdana 80 RSUD Sekarwangi Paripurna 48 Kab. Sukabumi 81 RSUD Jampang Kulon Perdana 82 RSUD Pelabuhan Ratu Utama 49 Kab. Karawang 83 RSUD Karawang Paripurna 50 Kota Sukabumi 84 RSUD R Syamsudin SH Paripurna 51 Kota Bekasi 85 RSUD Bekasi Utama RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Kab. Bandung Barat Utama 87 RSUD Majalaya Utama 53 Kota Depok 88 RSUD Kota Depok Madya 54 Kab. Cianjur 89 RSUD Cimacan Perdana 56

66 NO PROVINSI KABUPATEN NAMA RS STATUS 55 Kab. Rembang 90 RSUD dr. R. Soetrasno Rembang Paripurna 11 Jawa Tengah 12 Yogyakarta 56 Kota Surakarta 91 RSU Dr. Moewardi Surakarta Paripurna 92 RS Jiwa Surakarta Paripurna 93 RSUD Tugurejo Semarang Paripurna 57 Kota Semarang 94 RS Jiwa dr. Amino Gondohutomo Paripurna 95 RS Dr. Kariadi Paripurna 96 RSUD Kota Semarang Paripurna RS Jiwa Dr.R.M.Soedjarwadi Kab. Klaten Klaten Paripurna 98 RS dr. Soeradji Tirtonegoro Paripurna 59 Kota Salatiga 99 RS Paru dr. Ario Wirawan* Paripurna 60 Kab.Banyumas 100 RSUD Prof Dr. M Soekarjo Paripurna 101 RSUD Banyumas Utama 61 Kab.Wonosobo 102 RSU Wonosobo Paripurna 62 Kab.Semarang 103 RSUD Ambarawa Paripurna 104 RSUD Ungaran Paripurna 63 Kota Tegal 105 RSUD Kardinah Utama 64 Kab. Tegal 106 RSU Dr. H.RM Soeselo W Paripurna 65 Kab. Boyolali 107 RSUD Pandan Arang Boyolali Paripurna 108 RSUD Simo Perdana 66 Kab. Wonogiri 109 RSUD Dr. Soediran MS Wonogiri Paripurna 67 Kab. Purworejo 110 RSUD dr. Tjitrowardojo Purworejo Utama 68 Kab. Pekalongan 111 RSUD Kraton Kab. Pekalongan Paripurna 112 RSUD Kajen Kab. Pekalongan Utama 69 Kab. Pemalang 113 RSUD Dr. M Ashasi Pemalang Utama 70 Kab. Kudus 114 RSUD dr. Loekmono Hadi Utama 71 Kab. Banjarnegara 115 RSUD Hj. ANNA LASMANAH Utama 72 Kota Magelang 116 RSUD Tidar Utama 73 Kab. Magelang 117 RSUD Muntilan Madya 74 Kab. Jepara 118 RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah Paripurna 119 RSUD R. A. Kartini Paripurna 75 Kab. Pati 120 RSUD RAA Soewondo Paripurna 76 Kab. Kebumen 121 RSUD Kebumen Paripurna 77 Kab. Purbalingga 122 RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA Paripurna RS Orthopedi Prof. Dr. R Kab. Sukoharjo Soeharso Paripurna 124 RSUD Sukoharjo Paripurna 79 Kab. Cilacap 125 RSU Cilacap Paripurna 80 Kab. Demak 126 RSU Sunan Kalijaga Paripurna 81 Kab. Kendal 127 RSUD Dr. H. Soewondo Kendal Paripurna 82 Kab. Batang 128 RSUD Kab. Batang Paripurna 83 Kab. Sragen 129 RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Paripurna 84 Kab. Bantul 130 RSUD Panembahan Senopati Paripurna 131 RS Jiwa Ghrasia Paripurna 85 Kab. Sleman 132 RSUD Prambanan Paripurna 133 RS Dr. Sardjito Paripurna 134 RSUD Sleman Paripurna 86 Kab. Kulon Progo 135 RSUD Wates Paripurna 87 Kota Yogjakarta 136 RSUD Kota Yogyakarta Utama 137 RS Paru Respira Yogyakarta Perdana 88 Gunung Kidul 138 RSUD Wonosari Paripurna 57

67 NO PROVINSI KABUPATEN NAMA RS STATUS 13 Jawa Timur 14 Kalimantan Barat 15 Kalimantan Tengah 89 Kab.Sidoarjo 139 RSUD Sidoarjo Paripurna 90 Kota Malang 140 RSU Dr. Saiful Anwar Paripurna 91 Kab.Tulungagung 141 RSUD dr. Iskak Tulungagung Paripurna 92 Kota Madiun 142 RSU Dr. Soedono Madiun Paripurna 143 RSUD Kota Madiun Paripurna 93 Kab. Ponorogo 144 RSUD Dr. Harjono S Ponorogo Paripurna 94 Kota Mojokerto 145 RSU Dr. Wahidin S Husodo Paripurna 95 Kab. Pacitan 146 RSUD dr. Darsono Paripurna 96 Kab. Banyuwangi 147 RSUD Genteng Paripurna RSU Dr. Soetomo Paripurna 148 RSU Haji Surabaya Paripurna 149 RS Jiwa Menur Paripurna 97 Kota Surabaya 150 RSUD Dr. Mohamad Soewandhie Utama 151 RSUD Bhakti Dharma Husada Utama 152 RS Khusus Paru Surabaya Perdana 153 RSUD Prof. Dr. Soekandar Paripurna 98 Kab. Mojokerto 154 RSUD RA. Basoeni Utama 155 RS Kusta Sumberglagah Utama 99 Kab. Jombang 156 RSUD Kab Jombang Utama 100 Kab. Pamekasan 157 RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo Utama 158 RSUD Asy-Syaafi Pamekasan Perdana 101 Kota Probolinggo 159 RSU Dr. Moh Saleh Probolinggo Utama 102 Kab. Jember 160 RSU Dr. Soebandi Utama 103 Kab.Gresik 161 RSUD Ibnu Sina Kab. Gresik Madya 104 Kota Kediri 162 RSUD Gambiran Paripurna 163 RS Kusta Kediri Perdana 105 Kab. Bangkalan 164 RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Utama 106 Kab. Blitar 165 RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Paripurna 107 Kab. Tuban 166 RSUD Dr. R Koesma Tuban Paripurna 108 Kab. Bondowoso 167 RSUD Dr. H.Koesnadi Paripurna 109 Kab. Magetan 168 RSUD Dr. Saydiman Magetan Paripurna 110 Kab. Pasuruan 169 RSUD Bangil Paripurna 111 Kab. Kediri 170 RSUD Kabupaten Kediri Paripurna 112 Trenggalek 171 RSUD dr. Soedomo Trenggalek Paripurna 113 Kab. Lamongan 172 RSUD Dr Soegiri Lamongan Paripurna 173 RSUD Ngimbang Perdana 114 Kab. Sampang 174 RSUD Kab. Sampang Utama 115 Kab. Malang 175 RSU "Kanjuruhan" Kepanjen Utama 176 RSUD Lawang Perdana 177 RSU Dr Sudarso PTK Paripurna 116 Kota Pontianak RSUD Sultan Syarif Mohamad 178 Alkadrie Dasar 117 Kota Singkawang 179 RSUD Dr Abdul Aziz Paripurna 118 Ketapang 180 RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Utama 119 Kab. Landak 181 RSUD Landak Perdana 120 Kab. Sanggau 182 RSU Sanggau Perdana 121 Kab. Kapuas 183 RSUD Dr H Soemarno S Dasar 122 Kota Palangkaraya 184 RS Jiwa Kalawa Atei Perdana 123 Kab. Seruyan 185 RSUD Kuala Pembuang Perdana 124 Kab. Murung Raya 186 RSUD Puruk Cahu Perdana 125 Kab. Gunung Mas 187 RSUD Kuala Kurun Perdana 126 Kab. Sukamara 188 RSUD Sukamara Perdana 127 Kab. Katingan 189 RSUD MAS AMSYAR KASONGAN Perdana 58

68 NO PROVINSI KABUPATEN NAMA RS STATUS 128 Kota Banjarmasin 190 RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh Paripurna 191 RSUD Ulin Banjarmasin Paripurna 16 Kalimantan Selatan 129 Kab. Hulu Sungai Selatan 192 RSU Brigjen H Hasan Basry Paripurna 130 Kab. Banjar 193 RSUD Ratu Zalecha Utama 131 Kab. Tanah Laut 194 RSUD H Boejasin Pelaihari Madya 132 Kab. Tapin 195 RSU Datu Sanggul Rantau Perdana 133 Kota Balikpapan 196 RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Paripurna 134 Kab. Kutai Timur 197 RSUD Kudungga Utama RS Jiwa Atmamahusada 198 Paripurna Mahakam/Samarinda 17 Kalimantan Timur 135 Kota Samarinda 199 RSUD H A Wahab Sjahranie Utama 200 RSUD Inche Abdoel Moeis Dasar 136 Kab. Kutai Kartanegara 201 RSUD AM Parikesit Tenggarong Paripurna 202 RSUD Dayaku Raja Perdana 137 Kota Manado 203 RS Prof. Dr. R. D. Kandou Paripurna 138 Kab. Minahasa Utara 204 RSUD Maria Walanda Maramis Perdana 139 Kepulauan Talaud 205 RSUD Talaud Perdana 206 RSU Dr.Sam Ratulangi Perdana 140 Kab. Minahasa 18 Sulawesi Utara 207 RSU Noongan Perdana 141 Kepulauan Sangihe 208 RSU Liun Kendage Dasar 142 Kota Kotamobagu 209 RSUD Kota Kotamobagu Perdana 19 Sulawesi Tengah 20 Sulawesi Selatan 21 Sulawesi Tenggara 22 Bali 143 Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 210 RSUD Tagulandang Perdana 144 Kab. Minahasa Tenggara 211 RSUP Ratatotok - Buyat Perdana 145 Kab. Parigi Moutong 212 RSU Anuntaloko Parigi Utama 146 Kab. Banggai 213 RSU Luwuk Madya 147 Kota Palu 214 RSU Undata Palu Paripurna 148 Kab. Buol 215 RSU Buol Perdana 149 Kab. Morowali 216 RSUD Morowali Perdana 150 Kab. Sinjai 217 RSU Sinjai Dasar 151 Kab. Luwu Timur 218 RSUD I Lagaligo Perdana 152 Kab. Wajo 219 RSUD Siwa Perdana 220 RS dr. Wahidin Sudirohusodo Paripurna RS Kusta Dr. Tadjuddin Chalid, Kota Makassar MPH Dasar 222 RSUD KOTA MAKASSAR Dasar 223 RSU Sayang Rakyat Perdana 154 Kab. Sidenreng Rappang 224 RSUD Arifin Numang Perdana 225 RSU Nene Mallomo Perdana 155 Kab. Barru 226 RSU Barru Perdana 156 Kab. Bone 227 RSU Tenriawaru Bone Utama 157 Kab. Kepulauan Selayar 228 RSUD KH Hayyung Kepulauan Selayar Perdana 158 Kab. Enrekang 229 RSU Enrekang Perdana 159 Kota Kendari 230 RSU Bahteramas Provinsi Sultra Paripurna 160 Kab. Kolaka 231 RSU Benyamin Guluh Kolaka Perdana 161 Kab. Badung 232 RSUD Kab. Badung Mangusada Paripurna 162 Kab. Tabanan 233 RSU Tabanan Paripurna 234 RSUD Wangaya Paripurna 163 Kota Denpasar 235 RS Sanglah Bali Paripurna 236 RS Khusus Mata Bali Mandara Paripurna 164 Kab. Karangasem 237 RSUD Karangasem Paripurna 165 Kab. Bangli 238 RS Jiwa Provinsi Bali Paripurna 239 RSU Bangli Utama 166 Kab. Jembrana 240 RSU Negara Madya 167 Kab. Gianyar 241 RSUD Sanjiwani Gianyar Madya 168 Kab. Buleleng 242 RSUD Kab. Buleleng Madya 169 Kab. Klungkung 243 RSU Klungkung Paripurna 59

69 NO PROVINSI KABUPATEN NAMA RS STATUS 22 Bali 23 NTB 161 Kab. Badung 232 RSUD Kab. Badung Mangusada Paripurna 162 Kab. Tabanan 233 RSU Tabanan Paripurna 234 RSUD Wangaya Paripurna 163 Kota Denpasar 235 RS Sanglah Bali Paripurna 236 RS Khusus Mata Bali Mandara Paripurna 164 Kab. Karangasem 237 RSUD Karangasem Paripurna 165 Kab. Bangli 238 RS Jiwa Provinsi Bali Paripurna 239 RSU Bangli Utama 166 Kab. Jembrana 240 RSU Negara Madya 167 Kab. Gianyar 241 RSUD Sanjiwani Gianyar Madya 168 Kab. Buleleng 242 RSUD Kab. Buleleng Madya 169 Kab. Klungkung 243 RSU Klungkung Paripurna 170 Kab. Lombok Barat 244 RSUD Patut Patuh Patju Perdana 171 Kota Mataram 245 RS Jiwa Propinsi NTB Paripurna 246 RSUD Kota Mataram Utama 172 Kab. Bima 247 RSU Bima Perdana 173 Kab. Sumbawa Barat 248 RSUD Asy-Syifa Sumbawa Barat Perdana 174 Kota Kupang 249 RSU Prof Dr WZ Johanes Madya 175 Kab. Sikka 250 RSU Dr TC Hillers Maumere Madya 176 Kab. Ende 251 RSUD Ende Madya 24 NTT 177 Kab. Ngada 252 RSU Bajawa Perdana 178 Kab. Alor 253 RSUD Alor Perdana 179 Kab. Kupang 254 RSUD Naibonat Perdana 180 Kab. Lembata 255 RSUD Lewoleba Perdana 181 Kab. Timor Tengah Selatan 256 RSU Soe Perdana 182 Kota Ambon 257 RSU Dr M Haulussy Ambon Utama 25 Maluku 183 Kab.Maluku Tengah 258 RSU Tulehu Perdana 259 RSU Masohi Perdana 184 Kab. Maluku Tenggara Barat 260 RSU Karel Sadsuitubun Dasar 26 Maluku Utara 185 Kab. Halmahera Barat 261 RSUD Tobelo Perdana 186 Halmahera Tengah 262 RSU Kota Tidore Kepulauan Perdana 187 Kota Tangerang 263 RS Kusta Dr. Sitanala Paripurna 264 RSU Tangerang Paripurna 188 Kab. Tangerang 27 Banten 265 RSUD Balaraja Perdana 189 Kota Serang 266 RSUD Banten Paripurna 190 Kab. Serang 267 RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara Utama 191 Kota Pangkal Pinang 268 RSUD Depati Hamzah Madya 192 Kab. Bangka Barat 269 RSUD Sejiran Setason Perdana 28 Bangka Belitung 193 Kab. Bangka 270 RSUD Dr. (H.C.) Ir. SOEKARNO Perdana 194 Kab. Bangka Tengah 271 RSUD Kab.Bangka Tengah Perdana 195 Kab. Belitung 272 RSUD dr. H. Marsidi Judono Perdana 29 Gorontalo 196 Kab. Pohuwato 273 RSUD Bumi Panua Perdana Kepulauan Riau Papua Barat Kota Batam Kab. Sorong Selatan RSUD Embung Fatimah RSU SCHOLOO Keyen Paripurna Perdana Kab. Bintan Kab. Teluk Bintuni RSUD Tanjung Uban RSU Bintuni Paripurna Perdana 32 Sulawesi Barat 201 Kab. Mamuju 278 RSUD Provinsi Sulawesi Barat Perdana 60

70 LAMPIRAN 3 Jumlah Kabupaten/kota Yang Memiliki Minimal 1 Puskesmas Yang Tersertifikasi Akreditasi Nasional 61

KATA PENGANTAR. Jakarta, 29 Januari 2018 Direktur Jenderal, dr. Bambang Wibowo, Sp.OG(K), MARS NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, 29 Januari 2018 Direktur Jenderal, dr. Bambang Wibowo, Sp.OG(K), MARS NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2017 dapat di selesaikan

Lebih terperinci

Nomor : PR.05.04/VI.4/ /2018 Januari 2018 Lampiran : satu berkas : Lakip Dit.Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2017.

Nomor : PR.05.04/VI.4/ /2018 Januari 2018 Lampiran : satu berkas : Lakip Dit.Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2017. Nomor : PR.05.04/VI.4/ /2018 Januari 2018 Lampiran : satu berkas Hal : Lakip Dit.Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2017. Yang terhormat : Sekretaris Ditjen.Pelayanan Kesehatan Ub. Kepala Bagian

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2016

IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2016 IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja Sekretaris Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan beserta Direktur Jenderal Pelayanan

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA 3.1 DASAR HUKUM Dalam menetapkan tujuan, sasaran dan indikator kinerja Balai Besar Laboratorium menggunakan acuan berupa regulasi atau peraturan sebagai berikut : 1) Peraturan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-24.4-/216 DS5499-692-385-9 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.802, 2016 KEMENKES. Gawat Darurat Terpadu. Penanggulangan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT

Lebih terperinci

2016, No Penunjang Subbidang Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran 2016 perlu disesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum; c. bahwa berdasar p

2016, No Penunjang Subbidang Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran 2016 perlu disesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum; c. bahwa berdasar p No.1272, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Dana Alokasi Khusus. Penggunaan. Juknis. Perubahan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Dr. Bambang Wibowo, SpOG (K), MARS Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan. RAKERKESNAS 2016 Gelombang II 4-6 April 2016

Dr. Bambang Wibowo, SpOG (K), MARS Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan. RAKERKESNAS 2016 Gelombang II 4-6 April 2016 Dr. Bambang Wibowo, SpOG (K), MARS Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan RAKERKESNAS 2016 Gelombang II 4-6 April 2016 SISTEMATIKA PENYAJIAN A PENINGKATAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN BERKUALITAS B DIMENSI

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU KABUPATEN BLORA

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU KABUPATEN BLORA BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

Disampaikan pada : PRA RAKERKESNAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Hotel Luwansa, Palangkaraya, 17 Februari 2016

Disampaikan pada : PRA RAKERKESNAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Hotel Luwansa, Palangkaraya, 17 Februari 2016 Disampaikan pada : PRA RAKERKESNAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Hotel Luwansa, Palangkaraya, 17 Februari 2016 1 GARIS BESAR PENYAJIAN 1.KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN 2.INDIKATOR PELAYANAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2 MOR SP DIPA-24.12-/2 DS3612-4187-984-7 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS. Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan

Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS. Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan Outline Paparan 1. Kinerja Pelaksanaan Rencana Kerja Kemenkes 2014-2015 - Capaian Indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 48 menyatakan bahwa salah satu dari 17 upaya kesehatan komprehensif adalah Pelayanan Kesehatan Tradisional.

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PUSAT PELAYANAN KESELAMATAN TERPADU (PUBLIC SAFETY CENTER) 119 KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna jasa layanan kesehatan akan mutu, keselamatan serta

Lebih terperinci

D R W A H I D I N S U D I R O H U S O D O

D R W A H I D I N S U D I R O H U S O D O R S U P D R W A H I D I N S U D I R O H U S O D O J L. P E R I N T I S K E M E R D E K A A N K M 1 1, T A M A L A N R E A, M A K A S S A R KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT 1 2 Penanggung Jawab : Sekjen Kemenkes Pimpinan Sidang : Kadinkes Sumatera

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/410/2016 TENTANG RUMAH SAKIT PELAKSANA REGISTRASI KANKER DAN RUMAH SAKIT PUSAT PENGENDALI DATA BEBAN KANKER NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... IKHTISAR EKSEKUTIF... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... IKHTISAR EKSEKUTIF... DAFTAR ISI... IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan beserta kepada Menteri Kesehatan, dan seluruh

Lebih terperinci

PENYIAPAN FASYANKES RUJUKAN DALAM JKN. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan KEMENTERIAN KESEHATAN R.I

PENYIAPAN FASYANKES RUJUKAN DALAM JKN. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan KEMENTERIAN KESEHATAN R.I PENYIAPAN FASYANKES RUJUKAN DALAM JKN Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan KEMENTERIAN KESEHATAN R.I INDONESIA SEHAT 2019 Paradigma Sehat JKN Penguatan Yankes Latar Belakang Masalah Supply Side Readiness

Lebih terperinci

DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Plt. Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RAPAT KONSULTASI NASIONAL PROGRAM KEFARMASIAN

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN Akses pelayanan kesehatan rujukan yang terjangkau dan berkualitas bagi masyarakat

KATA SAMBUTAN Akses pelayanan kesehatan rujukan yang terjangkau dan berkualitas bagi masyarakat KATA SAMBUTAN Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-nya Rencana Aksi (Renaksi) Kegiatan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan ini dapat tersusun. Dengan berakhirnya

Lebih terperinci

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan No.1161, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPUSNAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan Perpusnas. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN

Lebih terperinci

Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan. Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan. Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 SISTEMATIKA 1. Arah Kebijakan Prioritas Nasional 2. Isu-isu Penting dalam Prioritas Nasional (PN)

Lebih terperinci

E-Health. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

E-Health. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan IMPLEMENTASI E-Health Di Indonesia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan + Disampaikan pada Future City 2017 Tangerang, 19 September 2017 PROGRAM INDONESIA

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3 Lampiran 3 DAFTAR NAMA TLD/FDI PENERIMA DANA INSENTIF TAHUN 2012 PROVINSI :... NO NAMA ALAMAT *) KAB/KOTA NAMA BANK CABANG/UNIT NO. REKENING MASA KERJA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) *) sesuai dengan

Lebih terperinci

GUBERNURJAWATENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH 15 TARUN 2017 TENTANG SISTEM PENANGGULANGANGAWATDARURATTERPADU (SPGDT) DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNURJAWATENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH 15 TARUN 2017 TENTANG SISTEM PENANGGULANGANGAWATDARURATTERPADU (SPGDT) DI PROVINSI JAWA TENGAH GUBERNURJAWATENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 15 TARUN 2017 TENTANG SISTEM PENANGGULANGANGAWATDARURATTERPADU (SPGDT) DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHAESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Bidang Data dan Informasi Komite Penanggulangan Kanker Nasional. dr. Evlina Suzanna, SpPA Ketua Bidang Data dan Informasi

Laporan Perkembangan Bidang Data dan Informasi Komite Penanggulangan Kanker Nasional. dr. Evlina Suzanna, SpPA Ketua Bidang Data dan Informasi Laporan Perkembangan Bidang Data dan Informasi Komite Penanggulangan Kanker Nasional dr. Evlina Suzanna, SpPA Ketua Bidang Data dan Informasi 14 RS RUJUKAN NASIONAL (Kepmen No. HK.02.02/Menkes/390/2014)

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-24.3-/216 DS71-99-46-4 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat-nya lah sehingga Tahun Anggaran 2015 dapat kami lalui dengan melaksanakan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.12-0/AG/2014 DS 4316-8012-2670-5502 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG AKREDITASI PUSKESMAS, KLINIK PRATAMA, TEMPAT PRAKTIK MANDIRI DOKTER, DAN TEMPAT PRAKTIK MANDIRI DOKTER GIGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG 1 dari 8 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG REGIONALISASI PUSAT BANTUAN PENANGANAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

Disampaikan oleh : Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Makassar, 24 April 2014

Disampaikan oleh : Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Makassar, 24 April 2014 PROGRAM DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN 2014 Disampaikan oleh : Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Makassar, 24 April 2014 O U T L I N E Dasar Hukum Struktur Organisasi

Lebih terperinci

Disampaikan oleh : Kepala Bagian Program dan Informasi Pada acara Pertemuan Sinkronisasi dan Validasi Data Rumah Sakit

Disampaikan oleh : Kepala Bagian Program dan Informasi Pada acara Pertemuan Sinkronisasi dan Validasi Data Rumah Sakit Disampaikan oleh : Kepala Bagian Program dan Informasi Pada acara Pertemuan Sinkronisasi dan Validasi Data Rumah Sakit Dasar Hukum Selayang Pandang Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Sistem Informasi

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-24.-/216 DS634-9258-3394-618 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1712, 2016 PERRPUSNAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. TA 2017. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN

Lebih terperinci

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan Dasar Hukum Pengertian Akreditasi Maksud dan Tujuan Akreditasi Proses Akreditasi Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

ORIENTASI RAKORNAS BAP PAUD DAN PNF TAHUN 2017

ORIENTASI RAKORNAS BAP PAUD DAN PNF TAHUN 2017 ORIENTASI RAKORNAS BAP PAUD DAN PNF TAHUN 2017 STRUKTUR ORGANISASI BAN & BAP PAUD dan PNF ADMIN KEU. BAN PAUD dan PNF - Ketua - Sekretaris - Anggota SEKRETARIAT KOMISI RENBANG KOMISI PENINGKATAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 35

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 35 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 35 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN PUSAT PELAYANAN KESELAMATAN TERPADU (PUBLIC SAFETY CENTER) 119 KABUPATEN BANJARNEGARA

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Rencana Strategis Bisnis (RSB) bagi suatu organisasi pemerintah merupakan suatu kewajiban sebagai upaya mewujudkan tata kelola system yang modern. RSB

Lebih terperinci

Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013

Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 DAFTAR ISI 1 Pengertian, Kebijakan,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja. No.2, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016 INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016 Tantangan Pembangunan Kesehatan Derajat kesehatan rakyat yg setinggitingginya

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Memasuki awal tahun 2016 sesuai dengan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat IV melakukan kegiatan yang

Lebih terperinci

BAPPEDA PROVINSI BANTEN

BAPPEDA PROVINSI BANTEN RANCANA KERJA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA ( DISPORA )PROVINSI BANTEN TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 RECANA KERJA 2016 DISPORA PROVINSI BANTEN i KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah Kami

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pusat Pelatihan SDM Kesehatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-33.-/216 DS334-938-12-823 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

TA 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

TA 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN TA 2016 DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN WONOSOBO

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Konsep Akreditasi Pelayanan Kesehatan

Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Konsep Akreditasi Pelayanan Kesehatan Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Konsep Akreditasi Pelayanan Kesehatan 1. Pengertian dan konsep akreditasi a. Pengertian Umum Akreditasi merupakan bentuk pengakuan yang diberikan oleh pemerintah untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surakarta, 24 Januari 2017 Direktur Poltekkes Surakarta. Satino, SKM. M.Sc.N. NIP

KATA PENGANTAR. Surakarta, 24 Januari 2017 Direktur Poltekkes Surakarta. Satino, SKM. M.Sc.N. NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja ini disusun sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Politeknik Kesehatan Surakarta selama menjalankan tugas-tugas kedinasan dan dimaksudkan

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 417/MENKES/PER/II/2011 TENTANG KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 417/MENKES/PER/II/2011 TENTANG KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 417/MENKES/PER/II/2011 TENTANG KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja RSUD dr Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo merupakan wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas sesuai visi dan misi yang dibebankan kepada

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.6-/21 DS264-891-4155-6432 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 315, 2016 BAPPENAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. Pelimpahan. Tahun Anggaran 2016. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.97,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pelimpahan. Sebagian Urusan. Dekonsentrasi PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

PENGANTAR AKREDITASI PROGRAM KHUSUS KARS

PENGANTAR AKREDITASI PROGRAM KHUSUS KARS PENGANTAR AKREDITASI PROGRAM KHUSUS KARS TATA LAKSANA AKREDITASI PROGRAM KHUSUS DASAR Keputusan KARS nomor : 1666/KARS/X/2014 tanggal 1 Oktober 2014, tentang Penetapan Status Akreditasi Rumah Sakit,dimana

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1043, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsentrasi. PERATURAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-115.1-/217 DS887-83-754-948 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA TAHUN 2016 [Document subtitle] BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pembangunan Kesejahteraan Sosial bagi Lanjut Usia merupakan bagian

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

PENGANTAR AKREDITASI PROGRAM KHUSUS KARS

PENGANTAR AKREDITASI PROGRAM KHUSUS KARS PENGANTAR AKREDITASI PROGRAM KHUSUS KARS BEDA PENDAPAT ANTARA SURVEIOR DENGAN RS/SURVEIOR Beda secara signifikan: standar jumlah apoteker di RS ( bila kurang, pengaruhnya terhadap mutu pelayanan farmasi

Lebih terperinci

DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEKONSENTRASI & DANA ALOKASI KHUSUS: STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Plt. Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RAPAT KONSULTASI NASIONAL PROGRAM KEFARMASIAN

Lebih terperinci

B. SUMBER PENDANAAN (10) PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta Rupiah) Prakiraan Kebutuhan

B. SUMBER PENDANAAN (10) PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta Rupiah) Prakiraan Kebutuhan PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta ) 2075 Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan bagi SDM Kesehatan 2075.0 Terselenggaranya Standarisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan awal dari implementasi Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA--0/AG/2014 DS 0221-0435-5800-5575 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUBLIC

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA BAGIAN PERENCANAAN DAN EVALUASI TAHUN 2017

PROGRAM KERJA BAGIAN PERENCANAAN DAN EVALUASI TAHUN 2017 PROGRAM KERJA BAGIAN PERENCANAAN DAN EVALUASI TAHUN 2017 RSUP SANGLAH DENPASAR JL. Diponegoro, Denpasar Bali 80114 Telp. (0361) 227911-15, Fax. (0361) 224206 Contoh Pernyataan Perjanjian Kinerja RSUP SANGLAH

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1 - 2-5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN DIREKTORAT FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TAHUN (REVISI)

RENCANA AKSI KEGIATAN DIREKTORAT FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TAHUN (REVISI) RENCANA AKSI KEGIATAN DIREKTORAT FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TAHUN 2017-2019 (REVISI) DIREKTORAT FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2017 Direktorat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKREDITASI RUMAH SAKIT DI INDONESIA DARI BERBAGAI SUMBER

KEBIJAKAN AKREDITASI RUMAH SAKIT DI INDONESIA DARI BERBAGAI SUMBER KEBIJAKAN AKREDITASI RUMAH SAKIT DI INDONESIA DARI BERBAGAI SUMBER PELAYANAN KESEHATAN BERMUTU WAJIB AKREDITASI TANTANGAN MASA DEPAN FASILITAS KESEHATAN DI INDONESIA Globalisasi ( Asean Framework Agreement

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2012 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Urusan Pemerintah. Pelimpahan dan Penugasan. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN PEMERINTAHAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016 Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016 DIREKTORAT PELAYANAN KEFARMASIAN Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan KEMENTERIAN KESEHATAN RI KATA PENGANTAR Kami memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah

Lebih terperinci

LAKIP Inspektorat Tahun 2014 KATA PENGANTAR

LAKIP Inspektorat Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan ridho yang telah diberikan, penyusunan LAKIP Tahun 2014 dapat selesai tepat waktu. Penyusunan LAKIP sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PELATIHAN PETUGAS PENGAMAT OPT PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Pelatihan

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT Untuk Masyarakat Indonesia

RUMAH SAKIT Untuk Masyarakat Indonesia PERCEPATAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT Untuk Masyarakat Indonesia + Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Gambaran Umum Sistem Informasi Rawat Inap (Ketersediaan TT) MANAJEMEN

Lebih terperinci

Rencana Aksi Kegiatan Tahun

Rencana Aksi Kegiatan Tahun Rencana Aksi Kegiatan Tahun 2015-2019 DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI KATA PENGANTAR Kami memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhaanahu Wa Ta ala, Tuhan Yang Maha Kuasa,

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2014 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2015 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS INSENTIF PETUGAS PENGAMAT TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Kegiatan Insentif Petugas

Lebih terperinci

2015, No dan Usaha Kecil dan Menengah yang dilaksanakan dan dikelola secara efisien, efektif, berdaya guna dan berhasil guna yang dikelola Satua

2015, No dan Usaha Kecil dan Menengah yang dilaksanakan dan dikelola secara efisien, efektif, berdaya guna dan berhasil guna yang dikelola Satua BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.236, 2015 KEMENKOP-UKM. Pedoman. Kegiatan. Anggaran Dekonsentrasi. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR/PER/M.KUKM/II/2015

Lebih terperinci

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan hidayahnya sehingga Laporan Kinerja Direktorat Rumah Umum dan Komersial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

URGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

URGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH URGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Cirebon, 22 Desember 2015 OUTLINE PEMBAHASAN 1 SIPD DALAM UU 23 TAHUN 2014 2 PERMENDAGRI 8/2014 TENTANG SIPD AMANAT UU 23 TAHUN 2014 Pasal 274: Perencanaan

Lebih terperinci

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci