BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesejahteraan masyarakat merupakan masalah yang tidak
|
|
- Glenna Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan kesejahteraan masyarakat merupakan masalah yang tidak akan ada habisnya untuk dikaji pada suatu negara. Kesejahteraan merupakan tuntutan-tuntutan yang harus segera dipenuhi karena menyangkut hajat hidup masyarakat, negara dibebani kewajiban untuk menjamin hal itu kepada tiap warga negaranya. Dalam upaya pemenuhan kesejahteraan tersebut, tiap individu dituntut untuk aktif dan kreatif agar tidak hanya mengharapkan kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan hidupnya ditanggung oleh negara karena negara juga memiliki keterbatasan akan hal itu akan tetapi negara berkewajiban untuk memberikan akses bagi tiap warganya untuk dapat berusaha dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Salah satu cara yang ditempuh pemerintah yaitu dengan melaksanakan pemekaran daerah dengan tujuan agar tiap daerah dapat memberdayakan potensi serta kekuatan daerah untuk mengelola dan mengatur wilayah sendiri secara lebih luas, dengan begitu akses masyarakat terhadap pusat pemerintahan dan ekonomi menjadi lebih dekat dan harapan meningkatnya kesejahteraan akan dapat terpenuhi. Salah satu wilayah yang baru saja mengalami pemekaran daerah adalah Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kota Pinang ditetapkan sebagai ibu kota kabupaten yang secara resmi mengalami pemekaran sejak tahun Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang memiliki lahan perkebunan yang luas, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara tahun 2010 luas wilayah perkebunan serta kawasan hutan
2 produksi di wilayah Labuhanbatu Selatan seluas ,3 Ha sehingga sebagian besar masyarakatnya banyak yang bekerja sebagai petani dan buruh perkebunan. Selain menjadi petani dan buruh perkebunan sebesar 75% ( orang), masyarakat kabupaten ini juga ada yang berprofesi sebagai pegawai negeri dan karyawan sebesar 15% ( orang) serta pedagang 10% (1005 orang). Terdapat juga masyarakat yang bekerja sebagai pedagang Pekanan terutama yang beretnis Minang yang berjualan berbagai macam jenis barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggal di perkebunan yang jauh aksesnya dari pusat kota. Keterbatasan akses masyarakat perkebunan ke kota dikarenakan jarak yang jauh mengakibatkan terhambatnya usaha mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, misalnya daerah perkebunan yang terdekat yaitu Lohsari jaraknya ke Kota Pinang mencapai 25 km ditempuh dengan perjalanan selama 2 jam dan salah satu daerah perkebunan yang terjauh yakni Langkiman yang berjarak 250 km dari Kota Pinang dapat mencapai waktu tempuh 5 jam perjalanan. Hal inilah yang menjadi dasar bagi pedagang-pedagang terutama yang beretnis Minang melihatnya sebagai peluang usaha. Mereka menjual barang keperluan sehari-hari seperti sayur-sayuran, ikan dan daging, pakaian untuk anakanak, baju kaos, kemeja, celana pendek serta perabotan rumah tangga yang diperlukan masyarakat perkebunan tersebut. Jarak serta lokasi yang tidak mudah ditempuh karena infrastruktur jalan yang buruk, berlubang, masih berbatu, berdebu bahkan jika hujan akan berlumpur tidak menghambat mereka untuk berjualan ke kebun-kebun karena dari segi penghasilan yang mereka dapatkan cukup besar terutama pada saat pekerja-pekerja perkebunan yang merupakan
3 target utama sebagai pembeli baru menerima gaji dari perkebunan tempat mereka bekerja. Lokasi pekan yang didatangi para pedagang berbeda tiap harinya, pada hari senin para pedagang akan pergi ke pekan Sidodadi dengan jarak yang harus ditempuh lebih kurang 50 km. Pada hari selasa pedagang akan ke daerah Simpang Kanan dengan jarak tempuh lebih kurang 60 km daerah ini sudah masuk wilayah provinsi Riau. Pada hari rabu para pedagang libur, biasanya waktu libur ini digunakan pedagang untuk berbelanja barang ke Medan, sebagian pedagang yang tidak berbelanja akan memperbaiki mobil atau menghabiskan waktu bersama keluarganya. Hari kamis para pedagang akan pergi ke Lohsari, pekan ini merupakan yang terdekat karena hanya berjarak 20 km. Pada hari jumat pedagang sebagian pergi ke pekan Sidodadi sedangkan sebagian pedagang ada yang libur untuk beribadah sholat jumat. Hari sabtu pedagang kembali datang ke pekan Simpang Kanan karena daerah ini mengadakan pekanan dua kali dalam seminggu. Sedangkan pada hari minggu para pedagang akan menuju daerah Tanjung Medan yang berjarak 30 km. Terdapat juga pekanan yang hanya berlangsung satu kali dalam sebulan yaitu pekan Langkiman yang berjarak 250 km, merupakan pekan yang terjauh jarak serta terberat perjalanannya karena harus melewati perkebunan kelapa sawit hingga sampai ke wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Mayoritas pedagang Pekanan di sekitar Kota Pinang yang berjualan di kebun-kebun ini adalah pedagang Minang perantauan yang berasal dari Medan dan Padang. Mereka datang ke Kota Pinang karena melihat keberhasilan perantauperantau yang terlebih dahulu memulai usaha dagangnya di kota ini, para pedagang Minang ini membuka berbagai macam usaha mulai dari berdagang di
4 kota baik berjualan kaki lima bagi mereka yang tidak memiliki modal cukup besar ataupun menyewa toko bagi perantau yang memiliki modal cukup serta ada juga yang berdagang ke pekan-pekan perkebunan. Melihat peluang usaha yang cukup baik maka banyak pedagang membawa sanak family, kerabat dan teman-teman untuk ikut membuka usaha di kota ini sehingga semakin lama jumlah perantau Minang bertambah banyak dan akhirnya terbentuk komunitas masyarakat Minang yang mayoritas berprofesi sebagai pedagang. Berdagang merupakan salah satu kultur yang menonjol dalam masyarakat Minangkabau. Bagi mereka, berdagang tidak hanya sekedar mencari nafkah dan mengejar kekayaan, tetapi juga sebagai bentuk eksistensi diri untuk menjadi seorang yang merdeka. Dalam budaya Minang yang egaliter, setiap orang akan berusaha untuk menjadi seorang pemimpin. Menjadi sub-ordinat orang lain, sehingga siap untuk diperintah-perintah bukanlah sebuah pilihan yang tepat. Prinsip lebih baik menjadi pemimpin kelompok kecil daripada menjadi anak buah organisasi besar (elok jadi kapalo samuik daripado ikua gajah) merupakan prinsip sebagian besar masyarakat Minang. Menjadi seorang pedagang merupakan salah satu cara memenuhi prinsip tersebut, sekaligus menjadi orang yang merdeka. Dengan berdagang, orang Minang bisa memenuhi ambisinya dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan keinginannya, hidup bebas tanpa ada pihak yang mengekang. Sehingga banyak perantau muda Minangkabau lebih memilih berpanas-panas terik di pinggir jalan, berteriak berjualan kaos kaki, daripada harus kerja kantoran, yang acap kali di perintah dan di marah-marahi. ( diakses pada 8 Februari 2011)
5 Pertumbuhan besar-besaran pada masyarakat Minang tidak diikuti dengan ketersediaan peluang kerja yang memadai di daerah asal. Akibatnya, mereka pergi ke daerah lain untuk mencari pekerjaan dan pada awalnya sebagian besar dari mereka mengawali usaha dengan berdagang. Oleh karena itu menjadi pedagang kaki lima sering menjadi pekerjaan awal bagi banyak perantau Minang. Motivasi orang minang berdagang karena ingin melawan dunia orang, suatu tema yang mengandung amanat untuk hidup bersaing terus menerus mencapai kemuliaan, kenamaan, kepintaran dan kekayaan. ( diakses pada 8 Februari 2011 ) Berkembangnya kultur dagang dalam masyarakat Minang, disebabkan adanya harta pusaka tinggi yang menjamin kepemilikan tanah dan keberlangsungannya bagi setiap orang di Minangkabau. Dengan kepemilikan tanah tersebut, posisi masyarakat Minang tidak hanya sebagai pihak penggarap saja, melainkan juga menjadi pedagang langsung yang menjual hasil-hasilnya ke pasaran. Selain itu, kultur merantau yang menanamkan budaya mandiri, menjadikan profesi berdagang sebagai pekerjaan awal untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang Minangkabau termasuk ke dalam kelompok yang paling banyak bergerak dalam arti berpindah-pindah tempat untuk merantau. Kondisi tersebut didukung oleh budaya masyarakat Minangkabau yang gemar merantau dan melakukan kegiatan perdagangan. Untuk menemukan pedagang dari Minangkabau terutama pedagang kaki lima bukanlah hal yang sulit, baik di kota-kota besar maupun di pelosok daerah di seantero Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahkan menyebar sampai mancanegara etnik Minangkabau
6 dapat menyebar luas di sana (Naim, 1979). Jika ditanya mengapa mereka menjadi pedagang tentunya jawabannya beragam, namun yang pasti mereka menjadi pedagang tentunya memiliki harapan terhadap apa yang mereka usahakan. Pedagang dalam hal ini yang berfungsi sebagai penjual ketika mereka memulai usaha berdagang hal utama yang mereka harapkan adalah keuntungan setelah itu kemudian loyalitas dan eksistensi diri. Untuk mencapai hal tersebut mereka menerapkan berbagai strategi dalam berdagang khususnya untuk mempromosikan barang dagangan mereka mulai dari berteriak memanggil pembeli, menyapa pembeli, mempersilahkan pembeli melihat-lihat, tersenyum serta membuat bentuk pajangan yang menarik dan banderol harga yang murah dan terjangkau. Salah satu hal unik dari terbentuknya komunitas pedagang Minang di perantauan menurut Prof. Dr. Arif Nasution, MA (Ikatan Primordial dalam Kegiatan Bisnis Orang Minangkabau di Sukaramai Medan, Tahun 2002) adalah adanya kebiasaan saling mengangkat dan bergotong royong sebagai ciri masyarakat Minang tersebut, kuatnya komunalisme orang Minang yang didasarkan pada ikatan-ikatan primordial merupakan sumber terbentuknya jaringan bisnis orang Minang di perantauan. Selain itu para pedagang Minang juga terkenal dengan etos serta semangatnya yang pantang menyerah, mereka dapat bertahan di perantauan dengan modal awal yang sedikit dan merintis memulai usaha dagang mereka. Kelebihan lain yang dimiliki pedagang Minang yaitu pandai membaca peluang, di perantauan mereka dapat menyesuaikan modal yang dimiliki dengan memilih jenis usaha yang akan ditekuni dan mereka juga gigih untuk memperjuangkan usaha yang telah mereka rintis. Jusuf Kalla dalam pengantarnya di buku Meretas Sejuta Pedagang karangan H. Firmandez (2002)
7 menyatakan bahwa orang Minang terkenal dengan tiga keunggulan yaitu banyak ulama yang berbobot berasal dari daerah Minang, pemikiran-pemikiran orang Minang sangat cemerlang dan jiwa kesaudagaran orang Minang sangat kuat. Meskipun ia itu sarjana teknik atau ekonomi atau yang lain, bahkan orang Minang yang tidak mengenyam pendidikan dapat menjadi saudagar yang hebat dan sukses. Salah satu daerah yang terdapat komunitas pedagang Minang Perantauan adalah di Pasar Sukaramai Medan, hasil penelitian Prof. Dr. Arif Nasution, MA (2002) menunjukkan bahwa keberadaan perantau Minang di pasar ini telah lama tepatnya sejak tahun 1939-an, para pedagang Minang ini merintis usahanya dari nol hingga sekarang menjadi salah satu etnis terbesar yang menguasai Pasar Sukaramai selain etnis Batak dan Cina. Di pasar ini kegiatan usaha yang ditekuni pedagang Minang antara lain usaha rumah makan atau kedai nasi, konveksi, pabrik roti, tukang emas atau intan, tukang kain, tukang becak, tukang sepatu, tukang goni butut, home industri lainnya dan menjadi pedagang lepas. Menurut Prof. Arif, sifat komunal dari orang Minangkabau merupakan faktor yang dapat mendukung kegiatan usaha mereka di perantauan. Di Sukaramai orang Minangkabau saling membantu dalam kehidupan sosial di perantauan ataupun dalam kegiatan-kegiatan berusaha seperti permasalahan permodalan yang sering terjadi pada para perantau baru ataupun dalam masalah-masalah yang timbul akibat interaksinya dengan kelompok etnik lain seperti adanya persaingan dan konflik. Sifat komunal ini menjadi salah satu faktor yang memajukan kegiatan usaha orang Minangkabau di Sukaramai, selain karena faktor lain seperti keuletan, hemat dan agresifitas mereka dalam berusaha sehingga pada tahun 1950 hingga
8 tahun 1960-an orang Minangkabau dapat memonopoli kegiatan usaha di Sukaramai. Di Kota Pinang salah satu kegiatan usaha yang ditekuni pedagang Minang perantauan adalah pedagang pekanan, umumnya mereka berkumpul dan membentuk suatu kelompok serta bersama-sama berangkat ke kebun tempat sedang berlangsungnya hari pekanan. Pekanan tersebut berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain di sekitar wilayah perkebunan Labuhanbatu Selatan dan berlangsung secara rutin. Kemunculan pasar Pekanan yang berkala, menjadikan sarana jual beli ini dapat muncul dengan sendirinya. Di berbagai wilayah di Indonesia muncul semacam pasar Pekanan dengan berbagai ragam nama seperti onan, pasaran, mingguan, dan lain-lain. Sebutan lain yang menjadi umum namun berbeda makna adalah pasar rakyat atau pasar tradisional. Dilihat dari skala usaha, Pekanan termasuk dalam usaha kecil dan biasanya tidak atau belum berbadan hukum maka layak Pekanan dikatakan sebagai bagian sektor informal terutama di bidang perdagangan. Selain pedagang etnis Minang, terdapat juga etnis Batak yang berprofesi sebagai pedagang pekanan. Kedua pedagang etnis ini adalah yang mendominasi usaha jualan di pekanan, usaha dagang etnis Batak antara lain menjual sayur-sayuran, ikan dan daging, bumbu masak, perabotan rumah tangga serta menjual pakaian sedangkan pedagang etnis Minang menjual segala jenis pakaian dan sepatu. Dari kelima lokasi Pekan yang ada didominasi oleh pedagang yang berasal dari etnis batak sebesar 60% dan pedagang etnis Minang sebesar 39% sisanya adalah penduduk asli yang merupakan etnis Jawa membuka usaha warung nasi yang pembelinya merupakan para pedagang pekan itu sendiri. Dominasi yang terjadi antara pedagang Etnis Batak dan Etnis Minang juga telah
9 menimbulkan persaingan di lokasi pekan, para pedagang yang berasal dari etnis masing-masing menggunakan strategi untuk memperlihatkan kelompok etnis mereka lebih solid seperti pergi berjualan bersama dan memusatkan lokasi berjualan yang saling berdekatan antara pedagang satu etnis. Berjualan Pekanan ke perkebunan ini sangat melelahkan serta membutuhkan perjuangan serta usaha yang keras, para pedagang melakukan persiapan muat barang ke mobil kemudian berangkat berjualan mulai pagi hari antara pukul menempuh perjalanan dari Kota Pinang ke daerah perkebunan yang mengadakan hari Pekanan. Perjalanan yang ditempuh mulai dari dua jam sampai ada daerah yang harus ditempuh selama lima jam perjalanan, ketika sampai di pekan mereka akan bongkar barang dan mendirikan tenda di lapak masing-masing. Dalam proses muat bongkar dan mendirikan tenda para pedagang akan melakukannya secara bersama-sama sampai tenda berdiri dan akan memajang barang dagangan mereka masing-masing begitu juga ketika selesai berjualan proses menutup tenda serta muat barang ke mobil akan dilakukan bersama-sama. Selain perjalanan yang ditempuh untuk mencapai lokasi jualan jaraknya jauh, kondisi jalan yang tidak baik juga harus dihadapi rombongan pedagang ini. Fasilitas yang ada di pekan juga tidak memadai sehingga untuk kamar mandi mereka akan menumpang di mushalla atau bahkan di rumah masyarakat. Mereka berjualan di tengah perkebunan dengan cuaca yang hujan serta panas harus dihadapi dengan tempat berjualan yang tidak permanen karena hanya terdiri dari tenda-tenda dan terpal-terpal yang pedagang tersebut dirikan.
10 Namun dengan kondisi demikian, pedagang-pedagang tersebut terutama pedagang yang telah lama berjualan memliki kondisi perekonomian yang dilihat cukup baik bahkan dapat dikatakan hidup berkecukupan. Mereka mampu mengembangkan usaha mereka, menambah barang dagangan serta dapat mempekerjakan orang lain sebagai anggota atau anak buah, tidak sedikit dari mereka memiliki lebih dari satu lapak jualan di pekan dan menjadi tempat pedagang lain untuk membeli barang dagangan sehingga dijuluki toke oleh pedagang lain. Selain itu mereka juga mampu membangun dan memiliki rumah, kendaraan pribadi dan menyekolahkan anak-anak mereka sampai tingkat kuliah. Setiap pedagang memiliki lahan tempat berjualan di Pekanan perkebunan tersebut baik dengan cara menyewa lahan atau lapak maupun pemberian dari pedagang sebelumnya dan bagi perantau yang baru merintis akan menumpang pada pedagang yang telah terlebih dahulu berjualan yang antara satu pedagang dengan pedagang lainnya masih ada hubungan saudara. Hal inilah yang menjadikan pedagang Pekanan Minang disini sangat unik karena jika umumnya yang terjadi di kota-kota besar, para pedagang akan berusaha baik secara nyata maupun tersirat untuk mengurangi persaingan agar memperoleh hasil yang besar. Dengan jenis jualan para pedagang yang sama yaitu menjual pakaian, potensi konflik dan persaingan antara sesama pedagang seharusnya besar namun para pedagang ini memiliki siasat tertentu untuk mengatasi persaingan yang tidak sehat seperti mengkhususkan jenis barang jualan masing-masing pedagang contohnya ada pedagang yang menjual pakaian pajangan, jenis obralan, pakaian anak-anak, pakaian dalam dan menjual sepatu dan aksesoris, selain itu lapak berjualan pedagang yang sejenis juga terpisah dan tidak saling berdekatan.
11 Namun bagi pedagang-pedagang minang Kota Pinang yang berjualan Pekanan, persaingan menjadi hal yang biasa karena justru mereka memberikan kesempatan dan peluang bagi perantau-perantau yang baru datang untuk berjualan di pekan. Bahkan pedagang Pekan yang telah berhasil akan mengajak saudara dan sanak family atau kerabat untuk berjualan serta memberikan lapak sekaligus tumpangan kendaraan untuk berjualan, meskipun para pedagang tersebut bersaing dalam berjualan dan meraih keuntungan tapi juga timbul kerjasama antara sesama pedagang untuk sama-sama mempertahankan usaha dagangnya seperti pergi berjualan bersama dan membangun tenda lapak berjualan yang dilakukan juga bersama-sama. Sehingga yang dapat terlihat dari pedagang pekan etnis Minang adalah bentuk kerjasama yang juga dilakukan dalam persaingan antara pedagang tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang diteliti adalah 1. Bagaimana pola jaringan sosial yang terbentuk pada pedagang Pekanan etnis Minang Kota Pinang yang berjualan di perkebunan wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan? 2. Bagaimana bentuk moral ekonomi yang terbangun pada pedagang Pekanan etnis Minang Kota Pinang yang berjualan di perkebunan wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan?
12 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian Adapun yang diharapkan menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis serta melihat pola jaringan sosial yang terbangun serta aspekaspek moral ekonomi yang terbangun pada pedagang-pedagang Minang yang berjualan dengan sistem pekanan serta usaha mereka untuk mempertahankan kelangsungan usahanya tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah-masalah yang menyeluruh yang terjadi pada pedagang-pedagang tersebut. 2. Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas pedagang-pedagang minang dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan mata pencahariannya tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat teoritis: Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan sumbangan kepada peneliti lain sebagai bahan perbandingan referensi dalam meneliti masalah yang mirip dengan penelitian ini dalam bidang Ilmu Sosiologi tertentu terutama bidang sosiologi ekonomi khususnya sektor informal dan studi masyarakat perkebunan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah rujukan bagi mahasiswa Sosiologi Fisip USU mengenai penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
13 b. Manfaat praktis : Bagi penulis, penelitian ini dapat mengasah penulis dalam membuat karya tulis ilmiah serta menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang diteliti. Penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi pemerintahan daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan dalam pendataan serta input data kependudukan masyarakat etnis minang yang berprofesi sebagai pedagang pekanan. 1.5 Definisi Konsep Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk memfokuskan penelitian sehingga memudahkan penelitian. Konsep adalah definisi, abstraksi mengenai gejala atau realita ataupun suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Meleong, 2006:67). Disamping berfungsi untuk memfokuskan dan mempermudah penelitian, konsep ini juga berfungsi sebagai panduan yang nantinya digunakan peneliti untuk menindak lanjuti sebuah kasus yang diteliti dan menghindari terjadinya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam sebuah penelitian. Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini antara lain adalah: 1. Jaringan sosial menurut George Ritzer dalam Ritzer dan goodman (2004:382) merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antara banyak individu dalam suatu kelompok dengan kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Dalam penelitian ini jaringan sosial adalah hubungan-hubungan yang terbentuk baik antar sesama pedagang, hubungan pedagang dengan pedagang grosir serta hubungan pedagang dengan pelanggan yang memungkinkan terciptanya suatu jalinan yang saling menguntungkan.
14 2. Moral ekonomi pedagang, H.D. Evers dalam Damsar (2000: 90-92) mengemukakan bahwa moral ekonomi pedagang timbul ketika mereka menghadapi permasalahan dalam aktivitas jual beli para pedagang seringkali mengalami dilema. Dalam hal ini aspek moral pedagang yang dimaksud adalah moral pedagang pekanan terutama yang beretnis Minang dalam melakukan transaksi jual beli seperti penetapan harga barang yang tidak terlalu tinggi agar dapat terjangkau oleh masyarakat perkebunan yang mayoritas bekerja sebagai buruh perkebunan. Selain itu juga dilihat saling tolong menolong antara sesama pedagang dalam bentuk peminjaman uang untuk berbelanja barang yang dilakukan secara bergantian maupun saling berbagi lapak berjualan dan memberikan tumpangan bagi pedagang yang tidak memiliki kendaraan. 3. Solidaritas sosial, menurut Soerjono Soekanto (2002: 68-69) solidaritas sosial merupakan kohesi yang ada antara anggota suatu asosiasi, kelompok, kelas sosial atau kasta, dan diantara berbagai pribadi, kelompok maupun kelas-kelas membentuk masyarakat dan bagian-bagiannya. Solidaritas ini menghasilkan persamaaan, saling ketergantungan, dan pengalaman yang sama, merupakan unsur pengikat bagi unit-unit kolektif seperti keluarga, kelompok atau komunitas tertentu. Dalam penelitian ini, solidaritas sosial yang dilihat adalah sikap pedagang yang saling berbagai lapak jualan dan memberikan tumpangan bagi pedagang yang tidak memiliki kendaraan. Dalam perjalanan tidak jarang satu rombongan akan membantu rombongan yang lain jika mengalami kerusakan mobil atau terdapat kendala diperjalanan. 4. Kerja sama, menurut Charles Horton Cooley dalam J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (2007:57) kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa
15 mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut. Dalam penelitian ini, kerja sama antar pedagang yang dapat dilihat adalah proses bongkar muat barang ke mobil yang dilakukan bersama-sama serta pendirian dan bongkar tenda yang dilakukan juga bersama-sama. 5. Co-competition adalah bentuk kerjasama yang terjalin antara sesama pedagang padahal disaat yang bersamaan mereka sedang berkompetisi karena pedagang tersebut juga menjual jenis barang dagangan yang sama. 6. Moral Sosial adalah aturan serta nilai-nilai yang di dalamnya terdapat kebaikan yang ditujukan untuk kebaikan dan kepentingan orang banyak tanpa mengharapkan pamrih yang dari orang sekitar. Dalam hal ini moral sosial pedagang yang dapat dilihat adalah sikap mereka yang saling tolong menolong antara sesama pedagang, penentuan harga barang yang disesuaikan dengan kemampuan daya beli pedagang, serta solidaritas erat yang terbangun antara sesama pedagang pekan. 7. Pedagang Pekanan adalah pedagang yang melakukan aktivitas usaha dagang atau jual belinya pada waktu-waktu tertentu yang berjualan di lokasi pekan yang berpindah-pindah. Misalnya pekan senin, selasa dan seterusnya. 8. Pedagang Minang Perantauan adalah para pedagang yang merupakan berasal dari etnis Minang yang melakukan aktivitas usaha dagangnya di daerah perantauan. 9. Pekan adalah tempat jual beli yang berlangsung pada hari-hari tertentu, misalnya mingguan.
16 10. Sektor informal adalah sektor yang tidak terorganisasi (unorganized), tidak teratur (unregulated), dan kebanyakan legal tetapi tidak terdaftar (unregistered). Sektor informal memiliki karakteristik seperti jumlah unit usaha yang banyak dalam skala kecil, kepemilikan oleh individu atau keluarga, teknologi yang sederhana dan padat tenaga kerja, tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah, akses, produktivitas tenaga kerja yang rendah dan tingkat upah yang juga relatif lebih rendah dibandingkan sektor formal. 11. Stratifikasi pedagang adalah tingkatan atau jenjang yang terbentuk antara para pedagang dalam hal ini tingkatan pedagang didasarkan atas lama berjualan, banyaknya barang yang dimiliki serta tingkat keberhasilan pedagang tersebut. 12. Pedagang grosiran adalah para pedagang besar yang menjual barang kepada pedagang pekan untuk dijual kembali, dalam hal ini barang yang dijual dengan harga yang lebih murah daripada dijual secara satuan atau eceran. 13. Pembeli adalah orang yang membeli dagangan para pedagang pekan dalam hal ini pembeli adalah buruh perkebunan atau masyarakat yang tinggal di daerah perkebunan yang mengadakan pekanan. 14. Pelanggan adalah orang yang membeli dagangan para pedagang pekan secara rutin sehingga harga yang ditawarkan pedagang akan berbeda dengan harga yang di tawarkan kepada pembeli biasa. 15. Strategi adalah cara-cara yang dilakukan pedagang untuk mempertahankan usahanya atau cara pedagang tersebut untuk menarik pembeli dan pelanggan. 16. Persaingan adalah dalam hal ini muncul dari pedagang yang menjual jenis barang yang sama sehingga masing-masing pedagang memiliki cara-cara tersendiri untuk lebih unggul dari pedagang lain dari segi penjualan, persaingan
17 ini juga terjadi antara pedagang yang berlainan etnis seperti pedagang etnis Batak dan pedagang etnis Minang.
BAB I PENDAHULUAN. kepada kelompok usaha kecil dan menengah semakin meningkat karena berbagai studi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997, perhatian kepada kelompok usaha kecil dan menengah semakin meningkat karena berbagai studi
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Konseptual
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Konseptual Pedagang Kaki Lima dari etnik Minangkabau merupakan kelompok terbesar dalam kelompok pedagang kaki lima yang ada diseluruh wilayah Indonesia. Tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Sumatera Barat beserta masyarakatnya, kebudayaannya, hukum adat dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para cendikiawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan memiliki keunggulan bersaing secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar tradisional merupakan pasar yang berperan penting dalam memajukan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan memiliki keunggulan bersaing secara alamiah. Keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan propinsi paling barat di Indonesia yang beribukota di Banda Aceh terbagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Provinsi Aceh yang terletak di ujung utara pulau sumatera dan merupakan propinsi paling barat di Indonesia yang beribukota di Banda Aceh terbagi dalam 18 kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat terdapat kelompok sosial, ada sekelompok orang orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat terdapat kelompok sosial, ada sekelompok orang orang yang hidup di bawah garis kemiskinan, sedangan sekelompok yang hidup dalam batas berlebihan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa lepas dari sektor informal. Keberadaan sektor informal di Indonesia tidak terlepas dari proses pembangunan yang sedang
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan
Lebih terperinciCitra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi
TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi Gina Asharina, Agus S. Ekomadyo Program Studi Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki potensi alam melimpah ruah yang mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat bermukim di pedesaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan diperkotaan merupakan masalah sosial yang masih belum
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan diperkotaan merupakan masalah sosial yang masih belum terselesaikan di Indonesia khususnya Provinsi Sumatera Utara. Sebagai masalah bangsa, kemiskinan perkotaan
Lebih terperinciPekerjaan. Bab 4. Peta Konsep. Kata Kunci. Jenis pekerjaan Barang Jasa Semangat kerja. Pekerjaan yang Menghasilkan Barang. Pekerjaan.
Bab 4 Pekerjaan Peta Konsep Pekerjaan Pekerjaan yang Menghasilkan Barang Jenis-Jenis Pekerjaan Mencakup tentang Mencakup tentang Pekerjaan yang Menghasilkan Jasa Semangat Kerja Terdiri atas Alasan Orang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar
74 BAB V KESIMPULAN Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar ini diperkirakan sudah ada sejak zaman belanda namun hanya sebatas untuk pasar untuk kebutuhan masyarkat nagari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam di sektor pertanian dan perkebunan. Adapun produksi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Asahan dikenal dengan daerah yang memiliki potensi akan sumber daya alam di sektor pertanian dan perkebunan. Adapun produksi di sektor pertanian adalah, tanaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa pulau-pulau besar, yang salah satunya adalah Pulau Jawa yang merupakan pulau besar yang ada di Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27. perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan usaha perseorangan sering didengar oleh banyak masyarakat luas namun belum paham apa makna dari usaha perseorangan tersebut. Badan usaha perseorangan disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dan didukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku daerah, etnis, budaya, bahkan berbeda kepercayaan dan agama, sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat di perkotaan dilihat dari struktur masyarakatnya yang heterogen, yaitu dari segi mata pencaharian utama yang beragam, mayoritas masyarakatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terletak di kota Medan. Kecamatan Medan Marelan merupakan satu-satunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kecamatan medan marelan merupakan salah satu dari 21 kecamatan yang terletak di kota Medan. Kecamatan Medan Marelan merupakan satu-satunya Kecamatan yang memiliki
Lebih terperinciBAB II KONDISI OBJEKTIF DESA CIPETE KEC. PINANG KOTA TANGERANG BANTEN
BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA CIPETE KEC. PINANG KOTA TANGERANG BANTEN A. Kondisi Geografis Desa Cipete Kec. Pinang Kota Tangerang Banten Desa Cipete merupakan bagian dari Kota Tangerang Provinsi Banten,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pasar adalah sekumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari keberadaan pasar sangatlah penting bagi kita. Kebutuhan yang tidak bisa kita hasilkan sendiri, bisa kita peroleh melalui pasar. Pasar adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan pembangunan di Indonesia membawa banyak kemajuan disegala sektor kehidupan, baik itu bidang sosial, ekonomi, pendidikan, pertanian, teknologi dan
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.kondisi ini
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini Indonesia masih merupakan negara petanian, artinya petanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.kondisi ini dapat dibuktikan
Lebih terperinciWAWASAN SOSIAL BUDAYA. Kehidupan Pedesaan Dan Perkotaan
WAWASAN SOSIAL BUDAYA Kehidupan Pedesaan Dan Perkotaan Disusun Oleh : Nur Fazheera Al Gadri (D0217023) Hendra Lesmana (D0217515) Asmirah (D0217024) Abdillah Resky Amiruddin (D0217514) FAKULTAS TEKNIK PRODI
Lebih terperinciKeterkaitan Aktifitas Ekonomi Nelayan Terhadap Lingkungan Pesisir Dan Laut SKRIPSI
Keterkaitan Aktifitas Ekonomi Nelayan Terhadap Lingkungan Pesisir Dan Laut (Studi Deskriptif Di Desa Pekan Tanjung Beringin Dan Desa Pantai Cermin Kanan Kabupaten Serdang Bedagai) SKRIPSI Diajukan guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. beberapa bentuk dari interaksi. Bentuk-bentuk interaksi sosial yakni dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial karena manusia merupakan makhluk yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, oleh sebab itu manusia memerlukan interaksi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN Lampiran 1 Tabel Jawaban Pemiliki CUTE Butik No. Faktor Pertanyaan Jawaban 1 SWOT Indikator: Kekuatan Apa yang menjadi kekuatan yang dimiliki CUTE Butik dalam menjalankan usahanya? Harga produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Utara setelah Medan. Karena letak Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Pematangsiantar adalah satu Kota di Provinsi Sumatera Utara dan Kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Utara setelah Medan. Karena letak Kota Pematangsiantar
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
130 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Cihampelas termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipungkiri. Selama ini masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari saling ketergantungan antar makhluk hidup untuk selalu berkembang dan bertahan hidup.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Sari Mandala I, Kecamatan Medan Denai, kota Medan sebagai daerah studi.
BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi studi merupakan salah satu pemukiman padat penduduk yang dekat dengan pusat kota dan tingkat pendapatan masyarakat menengah ke bawah. Berdasarkan kriteria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan adalah studi yang membahas struktur dan proses kependudukan yang terjadi di suatu wilayah yang kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek non demografi. Struktur
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pertanian dan Petani Pertanian memiliki arti penting dalam pembangunan perekonomian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyediaan kebutuhan pangan melainkan sumber kehidupan.
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.
Lebih terperinciDampak Pembangunan Industri Terhadap Diversifikasi Mata Pencaharian, Interaki Sosial dan Nilai Pendidikan Pada Masyarakat Perdesaan.
Dampak Pembangunan Industri Terhadap Diversifikasi Mata Pencaharian, Interaki Sosial dan Nilai Pendidikan Pada Masyarakat Perdesaan. Daftar Kuesioner Bapak/Ibu yang terhormat, Pertanyaan yang ada dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terdapat berbagai rumah makan dengan ciri khas yang berbeda-beda di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terdapat berbagai rumah makan dengan ciri khas yang berbeda-beda di Yogyakarta. Masing-masing rumah makan menawarkan keunggulan yang berbedabeda kepada pelanggannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang sosial, kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal, dan kekacauan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR
BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR 5.1 Gambaran Umum UPTD Pasar Baru Bogor Penelitian ini dilakukan di UPTD Pasar Baru Bogor, merupakan salah satu dari 7 unit dari pasar yang ada di Kota Bogor.
Lebih terperinciJENIS- JENIS PEKERJAAN
JENIS- JENIS PEKERJAAN Apakah yang dimaksud pekerjaan? Jenis pekerjaan apa saja yang ada di sekitar tempat tinggalmu? Pekerjaan apa yang menghasilkan barang dan jasa? Bagaimana cara melakukan pekerjaan?
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan keindahan alamnya. Keindahaan alam yang terdapat di Indonesia sangat berpotensi menjadi obyek wisata yang
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai di sudut-sudut kota besar, selalu saja ada anak-anak yang mengerumuni mobil di persimpangan lampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekonomi keluarga indonesia sebagian besar masih bergelut dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ekonomi keluarga indonesia sebagian besar masih bergelut dalam kemiskinan, baik di desa maupun di kota masyarakat sama-sama mengalami hidup dibawah garis kemiskinan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa dipisahkan dari komunitas lingkungan di sekitarnya. Manusia dikatakan makhluk sosial karena manusia hidup secara berkelompok
Lebih terperinciKeseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada
BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori UKM Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha
Lebih terperinciBAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian
BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM Metodologi penelitian ini menguraikan tahapan penelitian yang dilakukan dalam studi ini. Penggunaan metode yang tepat, terutama dalam tahapan pengumpulan dan pengolahan data,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan (palawija), merupakan makanan pokok bagi masyarakat. total pendapatan domestik bruto (id.wikipedia.org).
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian sebagai petani. Penggolongan pertanian terbagi atas dua macam, yakni
Lebih terperinciBAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN
BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Jaringan Sosial Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Hubunganhubungan
Lebih terperinciPETATAH PETITIH KEARIFAN LOKAL EKONOMI DAN BISNIS MASYARAKAT MINANG PEDAGANG RANTAU DI JAKARTA
PETATAH PETITIH KEARIFAN LOKAL EKONOMI DAN BISNIS MASYARAKAT MINANG PEDAGANG RANTAU DI JAKARTA Erni Hastuti 1 Teddy Oswari 2 Defi Julianti 3 1,3 Fakultas Sastra dan Bahasa, Universitas Gunadarma 2 Fakultas
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap karakteristik setting fisik dan non fisik (aktivitas) di kawasan penelitian
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN KUNCI
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN KUNCI Pemilik Rumah Makan A. Biodata Informan 1. Nama : Marnita 2. Umur : 36 tahun 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Status : Sudah Menikah 5. Daerah Asal : Pariaman 6. Alamat
Lebih terperinciANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN
Fani Julia Putri, Analisis Konflik Antara Masyarakat Dengan Perhutani ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN Fani Julia Putri 1, Bunyamin Maftuh 2,Elly Malihah
Lebih terperinciBAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN
50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi
BAB 1 PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan daerah yaitu mencari kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Moral Ekonomi Pedagang Kehidupan masyarakat akan teratur, baik, dan tertata dengan benar bila terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu
Lebih terperinci2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupan dan memenuhi segala kebutuhannya. Seperti yang dikemukakan oleh Soekanto (2007, hlm.23) Manusia senantiasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan berdirinya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan berdirinya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan, meningkatkan volume penjualan, dan mempertahankan kelangsungan perusahaan untuk memastikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di sekitar lingkungan kita. Perpindahan yang kita temukan seperti perpindahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan dan diharapkan untuk selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehiduan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan dan diharapkan untuk selalu berkembang
Lebih terperinciDampak Kenaikan Harga BBM bagi Golongan Termiskin di Dua Desa
Dampak Kenaikan Harga BBM bagi Golongan Termiskin di Dua Desa Arief Budiman * PADA akhirnya, harga BBM dinaikkan juga pada tanggal 12 Januari 1984. banyak orang kemudian berkomentar, bahwa kenaikan ini
Lebih terperinci2015 ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara dengan hutan yang luas. Hutan di Indonesia tersebar di berbagai pulau besar yakni Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Hutan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia, seperti kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan seutuhnya yaitu tercapainya kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan tersebut dapat tercapai bila seluruh kebutuhan
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok selalu terjadi, baik secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Dalam masyarakat, interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok selalu terjadi, baik secara langsung maupun
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sisobambowo merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan. - sebelah Utara : Desa Iraono Geba
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN II.1.Lokasi dan Letak Desa Kabupaten Nias adalah salah satu daerah kabupaten di Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Nias berada satu pulau dengan Kabupaten Nias Selatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar terorganisasi (Hart Keith, 1971). Richardson (1984) menyatakan bahwa di sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor informal digambarkan sebagai bagian angkatan kerja kota yang berada di luar pasar terorganisasi (Hart Keith, 1971). Richardson (1984) menyatakan bahwa di sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan dengan dibekali potensi yang luar biasa oleh Sang Pencipta, baik aspek-aspek yang berkaitan dengan jasmaniah maupun rohaniah. Kenyataannya
Lebih terperinciBAB VIII ANALISIS KOMUNITAS PEMULUNG
103 BAB VIII ANALISIS KOMUNITAS PEMULUNG 8.1 Keberadaan Pemulung Keberadaan pemulung yang menempati daerah pinggiran perkotaan maupun pusat perkotaan menjadi suatu fenomena sosial yang tidak dapat dihindari.
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG PENELITIAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang tidak seimbang dengan sempitnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang tidak seimbang dengan sempitnya lapangan pekerjaan formal mengakibatkan bertambah besarnya angka pengangguran. Hal ini menyebabkan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta menjanjikan tetap saja menjadi suatu faktor
Lebih terperinciJurnal Wahana Foresta Vol 8, No. 2 Agustus 2014 IDENTIFIKASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI SEKITAR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI TEBING TINGGI
IDENTIFIKASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI SEKITAR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI TEBING TINGGI 1) Oleh : Evi Sribudiani 1), dan Yuliarsa 2) Dosen Jurusan Kehutanan Universitas Riau (Email : sribudiani_unri@yahoo.co.id)
Lebih terperinciBAB IV FAKTOR KEBERHASILAN SOSIAL EKONOMI H. OEMAR
BAB IV FAKTOR KEBERHASILAN SOSIAL EKONOMI H. OEMAR A. Faktor Internal Keberhasilan H. Oemar Ungkapan pekerjaan bagi orang Gresik adalah bagian dari ungkapan kebebasan, karenanya pekerjaan tidak bisa dilakukan
Lebih terperinciBAB IV PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
50 BAB IV PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT A. Dampak Bidang Sosial Adanya pabrik teh hitam Kaligua telah membawa dampak pada mata pencaharian masyarakat Pandansari dan sekitarnya, baik dampak langsung
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian
BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, yang memiliki berbagai latar belakang dan penyebab. Bahkan, di beberapa negara menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki peran penting dalam sistem transportasi setiap kota karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas berjalan kaki merupakan suatu bagian integral dari aktivitas lainnya. Bagi masyarakat di daerah tropis, berjalan kaki mungkin kurang nyaman karena masalah
Lebih terperinciBAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa
17 BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN A. Sejarah Perkembangan Desa Koto Perambahan Desa Koto Perambahan adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor informal memiliki peran yang besar di negara-negara sedang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor informal memiliki peran yang besar di negara-negara sedang berkembang (NSB) termasuk Indonesia. Sektor informal adalah sektor yang tidak terorganisasi
Lebih terperinciBAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten
BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ke bawah justru mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini ditunjukkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ditengah keadaan ekonomi masyarakat yang belum stabil di Indonesia perkembangan dunia usaha dan perdagangan, khususnya dalam usaha menengah ke bawah justru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pekarangan pada dasarnya merupakan lahan di sekitar rumah yang di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pekarangan pada dasarnya merupakan lahan di sekitar rumah yang di dalamnya tumbuh sayur-mayur, kolam ikan, tanaman buah-buahan dan obatobatan yang dapat digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi. Menurut Bintarto dalam Budiyono (2003: 3) geografi ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan
BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA A. Data Umum 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan Secara umum, letak desa Tahunan Baru adalah
Lebih terperinci