TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kemenyan (Styrax sumatranaj.j.sm) dalam sistematikatumbuhan dapat. Spesies : Styrax sumatrana J.J.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kemenyan (Styrax sumatranaj.j.sm) dalam sistematikatumbuhan dapat. Spesies : Styrax sumatrana J.J."

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Pohon Kemenyan Toba Tanaman kemenyan (Styrax sumatranaj.j.sm) dalam sistematikatumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Divisio Sub divisio Kelas Ordo Family Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Ebeneles : Styraceae : Styrax Spesies : Styrax sumatrana J.J.SM (Oetomo, 1974) Tempat tumbuh kemenyan terdapat pada ketinggian antara mdpl, namun di Tapanuli Utara kemenyan tumbuh baik pada ketinggian mdpl. Heyne (1987) menambahkan bahwa kemenyan toba mampu tumbuh baik pada tanah yang kaya humus dengan kelembapan cukup tinggi, berdrainase baik, curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun dengan temperature C dan dapat tumbuh baik pada topografi bergelombang sampai berbukit. Van Steenis (1953) menyebutkan bahwa secara umum hanya 4 jenis yangdibudidayakan dan bernilai ekonomi yaitu: kemenyan toba (Styrax paralleloneurumperk), kemenyan durame (Styrax benzoine DRYAND), kemenyan bulu (Styrax benzoinevar. hiliferum) dan kemenyan siam (Styrax tonkinennsis).umumnya masyarakat di Tapanuli dan Dairi, Provinsi Sumatera Utara hanya membudidayakan jenis toba dan durame secara luas sedangkan jenis bulu kurang banyak dibudidayakan. Jenis kemenyan siam hinggasaat ini belum

2 banyak dikembangkan di Indonesia, namun telah dirintispenguasaan budidayanya oleh Balai Penelitian Kehutanan Sumatera(BPK Pematanag Siantar). Morfologi Pohon Kemenyan Pohon Kemenyan termasuk pohon besar, tinggi dapat mencapai 20 40mdan diameter batang mencapai cm. Batang lurus denganpercabangan sedikit. Kulit beralur tidak terlalu dalam (3-7 mm) dengan warna kulit merah anggur (Jayusman, 2014). Pohon ini terdapat di daerah pegunungan pada ketinggian m di atas permukaan laut (Heyne, 1987). Daun Kemenyan berdaun tunggal dan tersusun secara spiral. Daun berbentukoval bulat, bulat memanjang (ellips) dengan dasar daun bulat denganujung runcing. Sebelah atas daun berwarna hijau dan sebelah bawahberwarna kekuning-kuningan dengan pinggiran daun rata. Panjang daunmencapai 4-15 cm, lebar daun 5-7,5 cm, tangkai daun 5 13 cm,helai daun mempunyai nervi 7-13 pasang. Warna daun jenis Toba lebihgelap kecoklatan dan lebih tebal dibandingkan jenis Durame dan Bulu (Jayusman, 2014). Kemenyan berdaun majemuk, berbentuk bulat telur, tersebar, panjang 8-14 cm, lebar 2-5 cm, tepi rata, ujung meruncing, pangkal tumpul, pertulangan menyirip, hijau dan berambut (Tjitrosoepomo, 1994). Bunga Kemenyan berkelamin dua, dengan tangkai bunga memiliki panjang6-11 cm. Daun mahkota bunga 9-12 helai berukuran 2-3 mm, kelopak dan mahkota bunga masing-masing 5 buah. Kemenyanberbunga secara teratur 1 kali setiap

3 tahun. Waktu berbunga pada bulannovember sampai Januari (Jayusman, 2014). Bunga banci, aktinomorf, rangkaian berbentuk malai dan terdapat pada ketiak daun (Tjitrosoepomo, 1994). Buah dan biji Buah Kemenyan berbentuk bulat gepeng dan lonjong berukuran 2,5 3 cm. Biji berukuran mm, dengan warna coklat keputihan. BijiKemenyan terdapat di dalam buah dengan kulit buah berukuran 1,75mm 3,1 mm. Biji kemenyan toba berwarna coklat tua dan lebih gelapdibandingkan jenis durame dan bulu (Jayusman, 2014). Manfaat Kemenyan Usaha pelestarian tanaman penghasil senyawa bioaktif di Indonesia perlu mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomi tinggi. Kemeyan tumbuh dengan baik di hutan Sumatera Utara menjadi salah satu sumber penghasilan masyarakat dibeberapa desa, yang dikenal dengan getah kemeyan. Pemanfaatan kemenyan telah dikenal luas di Indonesia terutama sebagai bahan obat, baik sebagai obat tradisional maupun industri rokok, batik dan upacara ritual. Lebih dari itu tanaman kemenyan sebagai golongan Styrax mengandung senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai obat-obatan. Kemenyan memiliki banyak senyawa bioaktif seperti asam sinamat dan turunannya yaitu senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri kosmetik dan obat-obatan. Tanaman kemenyan prospektif dikembangkan untuk tanaman hutan rakyat, hutan kemasyarakatan, rehabilitasi, sekat baker, penghara industri pulp, maupun untuk pohon ornamen. Selain itu kayunya dapat digunakan untuk

4 bangunan rumah dan jembatan serta akarnya mengandung cairan berwarna kemerah-merahan yang berfungsi sebagai insektisida (Rajagukguk, 2009). Habitat dan Penyebaran Burkil (1935) menjelaskan bahwa pohon kemenyan berasal dari pantaibarat Sumatera, tumbuh secara alami dan telah banyak dibudidayakan. Steenis (1953) menambahkan bahwa pohon kemenyan banyakditemukan di hutan alam, hidup berkelompok dan bercampur dengantanaman lain.pohon kemenyan menyebar pada berbagai negara meliputi Malaysia,Thailand, Indonesia dan Laos. Indonesia memiliki daerah sebaran pohon kemenyan di Pulau Sumatera, Pulau Jawa bagian barat dan KalimantanBarat. Sumatera memiliki sebaran terluas, terutama daerah Tapanuli dandairi. Diperkirakan hampir 67% dari luas kebun kemenyan yang adadi Indonesia terdapat di daerah Tapanuli Utara. Pohon kemenyan menyebar pada berbagai elevasi (60 m 2100 m). Di daerah Palembang (Sumatera Selatan) dan Tapanuli Selatan, pohon kemenyan banyak ditemukan pada daerah dengan ketinggian mdpl. Sentra kebun kemenyan di Tapanuli Utara yang dikenalsecara luas ratarata berada pada ketinggian lebih dari 600 mdpl. Pohon kemenyan tidak memerlukan persyaratan yang istimewa. Heyne (1987) menjelaskan pohon kemenyan mampu tumbuh pada tanah-tanah tinggiyang berpasir, maupun tanah lempung rendah di hutan alam. Mamputumbuh pada Andosol, Podsolik, Latosol, Regosol, dan berbagai asosiasimulai tanah bertekstur berat sampai ringan, serta tanah yang suburhingga kurang subur, tanah berpasir hingga tanah lempung rendah dihutan alam, namun secara umum pohon kemenyan menghendaki tanahyang memiliki kesuburan yang baik. Pohon kemenyan tidak tahanterhadap

5 genangan air, sehingga untuk pertumbuhannya membutuhkantanah yang porositasnya tinggi (mudah meneruskan/meresapkan air).tumbuh baik pada solum tanah yang dalam dengan ph tanah berkisar4-7, menghendaki bulan basah yang tersebar merata sepanjang tahun. Penanda Molekuler Penanda molekuler merupakan fragmen sekuen DNA yang berhubungan dengan bagian genom pembawa gen yang bertanggung jawab terhadap suatu karakter tertentu (Bagali et al., 2010). Penanda molekuler ini bekerja dengan cara memberi tanda bagian sekuen DNA yang mengalami polimorfisme dari individu yang berlainan. Perbedaan tersebut meliputi insersi, delesi, translokasi, duplikasi dan mutasi titik. Penanda molekuler ini bersifat stabil, dapat terdeteksi pada semua jaringan tanpa dipengaruhi oleh status pertumbuhan, diferensiasi, perkembangan maupun sistem pertahanan sel serta dapat diaplikasikan pada bagian manapun dari genom (intron, ekson maupun daerah regulasi), dapatmembedakan polimorfisme yang tidak menghasilkan variasi yang nampak secara fenotip dan tidak dipengaruhi langsung oleh lingkungan (Mondini et al., 2009). Teknik molekuler telah diaplikasikan pada gen yang spesifik dalam upaya meningkatkan pemahaman mengenai aksi gen, peta genetik dan pengembangan teknologi transfer gen. Teknik molekuler juga memegang peranan penting dalam studi filogeni dan evolusi suatu jenis serta digunakan dalam meningkatkan pemahaman mengenai distribusi dan variasi genetik di antara dan antar jenis (Mondini et al., 2009). Data molekuler yang diperoleh dari hasil analisis terhadapkarakter genetik ini menjadi pilihan utama dalam studi sistematika karena

6 menghasilkan lebih sedikit homoplasi dibandingkan dengan karakter morfologi, merupakan indikator yang lebih nyata untuk filogeni serta menyediakan lebih banyak karakter yang obyektif (Pryer et al., 1995). DNA Kloroplasuntuk Analisis Genetika Populasi DNA kloroplas merupakan molekul DNA sirkular yang ditemukan pada kloroplas tanaman (Frankhamet al., 2010), bersifat stabil secara struktur, haploid, non-rekombinan dan pada sebagian besar tumbuhan diwariskan dari induk betina (Small et al., 2004). DNA kloroplas juga dapat dimanfaatkan untuk studi populasi tanaman, deteksi hibridisasi, analisis keanekaragaman genetik maupun filogeografi populasi tanaman (Mondini et al., 2009). Sekuen DNA kloroplas banyak digunakan untuk mengetahui hubungan kekerabatan antar jenis pada Angiospermae dan tumbuhan lainnya, namun lambatnya laju evolusi pada molekul ini merupakan kekurangan untuk mengetahui hubungan kekerabatan di dalam jenis (Taberlet et al., 1991). Intergenic spacer (IGS) trnl-trnf dari genom kloroplas memiliki variabilitas yang tinggi dan dapat digunakan untuk menganalisis strain yang berbeda (Guzmán & Vargas, 2005). Penanda kloroplas telah digunakan secara luas untuk penilaian filogenetik pada tumbuhan. Tingkat evolusi yang rendah dari DNA kloroplas adalah kelemahan tebesar untuk hubungan antar jenis diantara set sampel. Di sisi lain,urutan DNA noncoding dari genom kloroplas berkembang dengan cepat, dan menyajikan sumber berharga untuk studi filogenetik. Karena daerah noncoding DNA ini adalah hotspot mutasi, trna-leu (trnl) intron, dan intergenic spacer (IGS) diantara ekson trnl 3 dan trna-phe (trnf)merupakandaerah gen yang sangat cocok untuk analisis filogenetik variasi

7 intraspesies. Dengan demikian, konsensus primer digambarkan untuk daerahdaerah noncoding (Türktaşet al., 2012). trnl-trnf merupakan daerah yang terbentang dari trnl (UAA) 5 ekson hingga trnf (GAA) (Adjie et al., 2008). Gen plastid trnl (UAA) dan trnf (GAA) merupakan gen pengkode RNA transfer dan di antara kedua gen tersebut terdapat sekitar bp sekuen daerah non-pengkode (intron dari trnl (UAA) dan intergenic spacer (IGS) dari trnl-trnf (GAA) (Holt et al., 2005). Daerah non-pengkode tersebut merupakan daerah yang menunjukkan frekuensi mutasi paling tinggi dan mudah diamplifikasi maupun disekuen secara langsung karena ukurannya yang tidak terlalu panjang (Taberlet et al., 1991). Daerah non-pengkode pada genom kloroplas ini dianggap lebih sesuai untuk studi filogenetik mulai dari tingkatan di dalam jenis hingga antar suku dibanding plastid non-pengkode lainnya (Tsai et al., 2006). Daerah trnl-trnf (intron dan IGS) ini dapat menghubungkan banyak sekuen melalui perbandingan basis data di tingkat marga pada hampir seluruh keturunan tumbuhan darat. Gambar 1. Bagian-bagian pada daerah trnl-trnf.

8 Keterangan : Daerah trnl-trnf yang terbentang dari trnl (UAA) 5 ekson hingga trnf (GAA) dan dua daerah non-pengkode diantaranya (intron dan intergenic spacer (IGS)) serta primer universal yang digunakan untuk mengamplifikasi daerah tersebut (c-f) (Taberlet et al., 1991). Jumlah populasi yang besarmemungkinkan terbentuknya subpopulasi dan meningkatkan angka kompetisi. Dampak darisubpopulasi yang dikhawatirkan adanyainbreeding (perkawinan sedarah) yangmenjadikan populasi lebih rentan terhadapkepunahan. Kompetisi dapat mengakibatkan perubahanperilaku (adaptasi) yang memungkinkanterjadinya mutasi pada genotipe sehingggaterjadi evolusi baik secara mikro maupun makro (Hendra et al., 2013). Sekuensing merupakan metode yang digunakan untuk menentukan urutan basa nukleotida (adenine, guanine, cytosine dan thymine). Sekuensing DNA dapat dimanfaatkan untuk menentukan identitas maupun fungsi gen atau fragmen DNA lainnya dengan cara membandingkan sekuens target dengan sekuens DNA lain yang sudah diketahui. Teknik ini digunakan dalam riset dasar biologi maupun berbagai bidang terapan seperti DNA barcoding, kedokteran, bioteknologi, forensik, dan antropologi (Snustad & Simmons, 2003). Kata Filogenetik (Phyolgenetics) berasal dari bahasa Yunani, phyle dan phylon yang berarti suku dan ras, serta kata genetikos yang berarti kerabat dari kelahiran. Filogenetik merupkan sebuah ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana keterhubungan organisme satu dan yang lainnya dilihat dari nenek moyang terakhir yang dimilki bersama. Dimana pada nenek moyang tersebut terdapat sebuah sifat khusus baik secara morfologi ataupun molekular yang masih dimiliki oleh dua atau lebih organisme tersebut. Lalu saat diturunkan dari nenek moyang tersebut terdapat sifat-sifat yang hilang ataupun tidak menurun pada

9 beberapa oganisme sehingga menyebabkan terpisahnya organisme tersebut dari satu organisme, karena sudah merupakan organisme yang berbeda satu dan lainnya. Melalui filogenetik, dapat diamati dengan lebih jelas bagaimana evolusi dapat terjadi, bagaimana alur evolusi itu terjadi pada mahkluk hidup, bagaimanakedekatan makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya dan banyak hal lainnya dapat dilihat melalui pendekatan dengan filogenetik ini (Mirabella, 2011). Untuk menghindari terjadinya interbreeding antar spesies yang berbeda dari nenek moyangnya, harus ada isolasi. Isolasi yang paling berpengaruh adalah isolasi geografi dimana kelompok atau populasi terhalang oleh keadaan fisik lingkungan seperti laut, gunung, gurun pasir, sungai, dan bukit. Isolasi genetik yang disebabkan oleh satu atau lebih mutasi hanya dapat timbul sesudah terjadinya isolasi geologi dalam waktu yang lama. Isolasi ini menghasilkan perbedaan yang nyata antara kedua kelompok populasi. Apabila dua populasi yang berbeda beradaptasi pada lingkungan yang berbeda, maka masing-masing populasi akan mengakumulasi perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam kumpulan gen (perbedaan frekuensi alel dan genotip) (Henuhili, 2008). Evolusi adalah perubahan struktur genetika populasi, paling sedikit terjadi pada satu gen lokus. Proses evolusi akan mengakibatkan terjadinya keragaman genetika pada organisme tidak terkecuali pada pohon hutan. Proses evolusi tersebut meliputi: mutasi (mutation), migrasi (migration), hanyutan genetika (genetic drift), seleksi (selection) dan sistem perkawinan (mating system). Informasi keragaman genetika pohon hutan sangat diperlukan oleh para

10 konservasionis untuk konservasi genetika sumber daya pohon, dan pemulia (breeder) sebagai dasar untuk pemuliaan pohon (Finkeldey, 1998). METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga September Pengambilan sampel dilaksanakan di Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Pakpak Bharat, dan di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, Kabupaten Tapanuli Utara. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain plastik klip kedap udara, gunting, tissue, GPS (Global Positioning System), meteran, sarung tangan, masker, mortar, tabung mikro 1,5 ml dan 0,5 ml, rak tabung, rak tip, mikropipet, vortex, water bath, sentrifuge, gelas kimia, timbangan, tabung erlenmeyer, microwave, freezer, satu set alat elektroforesis, parafilm, spin down, mesin PCR (Polymerase Chain Reaction) PTC-100 Programmable Thermal Cycler,tabung PCR 0,5 ml, mesin UV transiluminator, mesin sekuenser, kamera digital. Bahan penelitian untuk analisis keragaman genetik berupa daun kemenyan toba (StyraxsumatranaJ.J.SM) yang diperoleh dari tiga lokasi geografis yang berbeda di Sumatera Utara, yaitu Tapanuli Utara, Dairi, dan Humbang Hasundutan, setiap populasi diambil sebanyak 10 individu, silika gel, aquades, CTABextraction buffer, Natrium chloride (NaCl), 1 M Tris HCl (ph 8,0), EDTA (ph 8,0), polivinilvirolidon (PVP) 1%, chloroform, phenol, agarose, buffer

11 TAE encer, etanol, buffer TE, pewarna GelRed, Blue Juice,loading dye, DNA ladder,nucleas Free Water (NFW), Green Go Taq, primer trnl-trnf. Prosedur Penelitian Sampel Daun Studikeragamangenetikdan genetika populasi DNA akandilakukanterhadap kemenyan toba (StyraxsumatranaJ.J.SM). Masing-masing jenis akan diwakili oleh 10 individu yang diambil dari minimal tiga populasi yang berbeda. Sehingga total semua sampel yang akan diekstraksi adalah 30 sampel dari pohon yang berdiameter 11 hingga 40 cm dengan jarak antar pohon minimal 3 meter. Pengambilan sampel meliputi setidaknya 3 populasi berbeda dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh sebaran geografis dalam variasi genetik dan strukturisasi populasi pada setiap spesimen. Kemenyan toba atau S. sumatranadiambil dari populasi yang berasal daridesa Sosortolong Sihite III, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan, Desa Pardomuan, Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, Kabupaten Pakpak Bharat, dan di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting meliputi desa Banuaji IV, Kabupaten Tapanuli Utara. Bagian tumbuhan yang dijadikan target adalah daun dewasa segar. Sampel daun dipotong dengan ukuran ± 2 cm x 2 cm dan kemudian dimasukkan ke dalam plastik klip kedap udara yang telah diisisilika gel dengan perbandingan 1:5, disimpan sampai semua sampel daun dariseluruh populasi terkumpul. Ekstraksi DNA Ekstraksi DNA dilakukanterhadapseluruhsampeldaunkering yang sebelumnyadisiapkandalamkantungplastikklipbersilika gel.metode ekstraksi

12 dilakukandenganmetode CTAB (Cetyl Trimethyl Ammonium Bromide) (Aritonang et al., 2007) denganbeberapamodifikasi ringan pada beberapa tahapan. Sampel digerus dengan menggunakan mortar hingga berbentuk tepung kemudian dimasukkan kedalam tabung mikro 1,5 ml. Kemudian ditambahkan buffer ekstrak 500 µl dan PVP 100 µl, diletakkan diatas vortex agar tepung daun dan buffer ekstrak tercampur merata. Selanjutnya diinkubasi selama 45 menit sampai dengan 1 jam di dalam water bath, setiap 15 menit tabung dibolak-balik sebentar agar tidak terbentuk endapan. Setelah didinginkan ditambahkan chloroform 500 µl dan fenol 5 µl untuk mendapatkan supernatan, kemudian diaduk lalu disentrifugasi rpm selama 10 menit. Setelah itu supernatan dipindahkan ke dalam tabung mikro yang baru dan ditambahkan chloroform 500 µl dan fenol 10 µl. Larutan diaduk dan kemudia disentrifugasi kembali dengan kecepatan rpm selama 10 menit. Dipindahkan kembali supernatan ke tabung mikro yang baru dan ditambahkan isopropanol 500 µl dan NaCl 300 µl kemudian diinkubasi dingin selama 1 jam. Setelah itu disentrifugasi dengan kecepatan yang sama dan dibuang cairan di dalam tabung dan ditambahkan etanol 70% 300 µl untuk memisahkan DNA kemenyan dan disentrifugasi kembali. Cairan etanol di dalam tabung dibuang hingga menyisakan cairan DNA yang menempel pada ujung tabung. Kemudian tabung dibalik, dikeringkan di atas silica gel ± 15 menit. Ditambahkan larutan buffer TE 50µl, lalu disentrifugasi dengan kecepatan rpm selama 3 menit. Uji Kualitas DNA Uji kualitas DNA menggunakan agarose sebagai media dan menggunakan mesin elektroforesis untuk melihat DNA setelah ekstraksi. Pembuatan agarose

13 menggunakan agarose 1% yang dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer, kemudian dipanaskan didalam microwave selama 2,5 menit hingga larutan jernih. Setelah itu ditambahkan GelRed atau pewarna agarose sebanyak 0,5 µl. Agarose dicetak didalam wadah cetakan elektroforesis dan didinginkan hingga membeku. Komponen yang dibutuhkan untuk elektroforesis DNA antara lain adalah DNA kemenyan, DNA leader, dan loading dye (Blue Juice). Loading dye (Blue Juice) sebagai pewarna DNA diletakkan diatas parafilm sebanyak 1 µl,dan ditambahkan DNA kemenyan sebanyak 3 µl. Dicampur dan diletakkan ke dalam pallete agarose (sumur). DNA leader diletakkan di pallete agarose pada ujung sebelah kiri, dengan catatan letak sumur cetakan pada sumbu negatif agar terjadi aliran energi. Kemudian di elektroforesis selama 30 menit dan setelah itu agarose PCR Amplifikasi PCR dilakukandengan volume final sebanyak 16µl, selanjutnyaamplikondilihatdalam agarose 2%. Pembuatan agarose untuk PCR sama dengan pembuatan agarose pada uji kualitas DNA. Komposisi PCR produk dalam satu tabung mikro antara lain DNA sebanyak 2 µl, primer reverse 1µl, primer forward 1 µl, NFW sebanyak 4 µl, dan Green GoTaq sebanyak 8 µl. Produk PCR dalam satu tabung mikro di spin down hingga tercampur merata. PCR dilakukandenganmenggunakan mesin PCR (Polymerase Chain Reaction) PTC-100 Programmable Thermal Cycler. Sampel dimasukkan ke dalam blok PCR dan disusun secara seimbang. Tahap peleburan (denaturasi) dengan suhu 94 C selama 30 detik, tahap penempelan (annealing) dengan suhu 55 C selama 30 detik, dan tahap pemanjangan (elongasi) dengan suhu 72 C selama 1 menit. Visusalisai DNA dilakukan dengan mesin UV transiluminator dengan cara yang sama dengan uji kualitas DNA sebelumnya.

14 Sekuensing DNA DNA kemenyan yang telah teramplifikasi kemudian dikirim ke PT. Genetika Science di Singapura untuk dilakukan sekuensing. Analisa Sekuens dan Analisa Data Sekuen-sekuen yang menunjukan hasil amplifikasi yang jelas dan tidak rancu selanjutnya dirakit menggunakan software perakitan nukleotida. Pada penelitian ini perakitan nukleotida lebih jelas nya menggunakan software BioEdit (Hall, 1999).Sekuen disejajarkan dengan menggunakan software MEGA 5.05 (Tamura et al., 2011) yang terdapat pada menu ClustalW (Larkin et al., 2007) secara otomatis dan selanjutnya disesuaikan secara manual. Hasil sekuen dibandingkan dengan database yang terdapat di National Center for Biotechnology Information (NCBI). Studi filogenetik dianalisis dengan menggunakan software MEGA 5.05 pada menu Phylogenymenggunakan metode Neighbor-Joining (NJ). Konsistensi pohon filogenetik NJdiuji dengan metodebootstrap (Felsenstein, 1985) sebanyak kali ulangan. Jarak genetik antar sampel dianalisis dengan metode Kimura 2-parameter (K2P) (Kimura, 1980). Untuk studi filogenetik terhadap beberapa jenis kemenyan dengan primer trnl-trnf dapat diperoleh dari pangkalan data sekuens-sekuensberbagaijenisstyrax yang sudahterdeposit di NCBI, urutan DNA kemudian dijajarkan dengan Mega 5.05 menggunakan Align by Musclelalusetelah itu pilih menu Phylogenyuntuk memperoleh pohon filogenetiknya.

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi pohon Kemenyan menurut Jayusman (2014) sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi pohon Kemenyan menurut Jayusman (2014) sebagai berikut: 11 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Pohon Kemenyan Taksonomi pohon Kemenyan menurut Jayusman (2014) sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Angiospermae : Spermatophyta

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 9 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan Juli 2012. Kegiatan ekstraksi DNA sampai PCR-RFLP dilakukan di laboratorium Analisis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Amplifikasi Sampel Daun Ekstraksi dalam penelitian ini menggunakan metode CTAB yang telah dilakukan terhadap 30 sampel daun. Hasil elektroforesis rata-rata menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel 7 IV. METODE PENELITIAN Ikan Lais diperoleh dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan dari sungaisungai di Propinsi Riau yaitu S. Kampar dan S. Indragiri. Identifikasi jenis sampel dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 Agustus Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 Agustus Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 Agustus 2011. Penelitian ini bertempat di Laboratorium Analisis Genetika, Departemen Silvikultur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di II. MATERI DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di enam desa yaitu tiga desa di Kecamatan Grokgak dan tiga desa di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. LARUTAN STOK CTAB 5 % (100 ml) - Ditimbang NaCl sebanyak 2.0 gram - Ditimbang CTAB sebanyak 5.0 gram. - Dimasukkan bahan kimia ke dalam erlenmeyer

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD Herdiyana Fitriani Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 2. Rincian pengambilan contoh uji baik daun maupun kayu jati

METODE PENELITIAN. Tabel 2. Rincian pengambilan contoh uji baik daun maupun kayu jati METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Dalam penelitian ini contoh uji yang digunakan dibedakan atas contoh uji daun dan kayu. Penelitian terhadap daun dan kayu dilakukan di Ruang Analisis Genetika, Laboratorium

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR II. BAHAN DAN METODE Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila hibrida hasil persilangan resiprok 3 strain BEST, Nirwana dan Red NIFI koleksi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Sempur, Bogor.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii R.Br dan Rafflesia

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Analisis Polymerase Chain Reaction (PCR) serta analisis penciri Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN Penelitian penanda genetik spesifik dilakukan terhadap jenis-jenis ikan endemik sungai paparan banjir Riau yaitu dari Genus Kryptopterus dan Ompok. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas PRAKATA Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas segala nikmat dan karunia-nya, penulisan Tugas Akhir dengan judul Keragaman Genetik Abalon (Haliotis asinina) Selat Lombok

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu,

Lebih terperinci

7. KERAGAMAN GENETIKA NEPENTHES GRACILIS KORTH. DI HUTAN KERANGAS

7. KERAGAMAN GENETIKA NEPENTHES GRACILIS KORTH. DI HUTAN KERANGAS 92 7. KERAGAMAN GENETIKA NEPENTHES GRACILIS KORTH. DI HUTAN KERANGAS A. Pendahuluan Nepenthes atau kantong semar merupakan salah jenis tumbuhan bawah yang mampu beradaptasi dan tumbuh dominan di habitat

Lebih terperinci

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum Pendahuluan Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai September tahun 2011. Sampel ikan berasal dari 3 lokasi yaitu Jawa (Jawa Barat), Sumatera (Jambi),

Lebih terperinci

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah.

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 56 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen FNBP1L. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Nopember 2010. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetik Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad 15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Tanjung Priok Wilayah Kerja Bogor, mulai bulan Oktober 2011 sampai Februari 2012. Bahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen STX1A. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo, Laut Maluku dan Teluk Tomini (Gambar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Spesies Azadirachta indica memiliki nama lokal mimba atau nimbi. Tanaman mimba dapat beradaptasi di daerah tropis. Di Indonesia, tanaman mimba dapat tumbuh dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan prosedur isolasi DNA

Lampiran 1. Bagan prosedur isolasi DNA Lampiran 1. Bagan prosedur isolasi DNA 0.2-0.3 gr daun segar digerus dgn nitrogen cair,sambil digerus masukkan 0.1 gr PVPP sampai menjadi tepung. Lalu masukkan dalam tube 2 ml yng telah berisi 1 ml CTAB

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional molekuler. Data yang diperoleh berasal dari pemeriksaan langsung yang dilakukan peneliti sebanyak

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-) HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Daerah D-loop Amplifikasi daerah D-loop DNA mitokondria (mtdna) pada sampel DNA sapi Bali, Madura, Pesisir, Aceh, dan PO dilakukan dengan menggunakan mesin PCR Applied

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. 6. Warna buah Buah masak fisiologis berwarna kuning (Sumber : diolah dari berbagai sumber dalam Halawane et al.

II. TELAAH PUSTAKA. 6. Warna buah Buah masak fisiologis berwarna kuning (Sumber : diolah dari berbagai sumber dalam Halawane et al. 4 II. TELAAH PUSTAKA Jabon (Neolamarckia sp.) merupakan tanaman yang tumbuh di daerah beriklim muson tropika seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Filipina. Jabon juga ditemukan tumbuh di Sri Lanka,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) hasil tangkapan dari Laguna Segara Anakan berdasarkan haplotipe

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST MspI) Amplifikasi fragmen gen calpastatin (CAST MspI) pada setiap bangsa sapi dilakukan dengan menggunakan mesin thermal cycler (AB Bio System) pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Hingga saat ini jati masih menjadi komoditas mewah

I. PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Hingga saat ini jati masih menjadi komoditas mewah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jati (Tectona grandis Linn. f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan diminati oleh banyak orang, baik dalam maupun luar negeri.

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 1 Bahan tanaman : (a) Tetua IR64; (b) tetua Hawarabunar, dan (c) F 1 (IRxHawarabunar) c a b

METODOLOGI. Gambar 1 Bahan tanaman : (a) Tetua IR64; (b) tetua Hawarabunar, dan (c) F 1 (IRxHawarabunar) c a b METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dua tahap yaitu penanaman padi dan analisis fisiologi dan marka molekuler. Penanaman padi secara gogo pada tanah masam dilakukan di rumah kaca Cikabayan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. hutan memiliki 3 fungsi utama yang saling terkait satu sama lain, yakni fungsi

TINJAUAN PUSTAKA. hutan memiliki 3 fungsi utama yang saling terkait satu sama lain, yakni fungsi TINJAUAN PUSTAKA Hutan Secara normatif, tujuan utama pengelolaan hutan sebenarnya adalah memanfaatkan seoptimal mungkin fungsi hutan. Secara konseptual sumber daya hutan memiliki 3 fungsi utama yang saling

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dengan jenis yang dimanfaatkan antara lain kemenyan toba (Styrax sumatrana),

TINJAUAN PUSTAKA. dengan jenis yang dimanfaatkan antara lain kemenyan toba (Styrax sumatrana), 4 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi pohon kemenyan Di Sumatera Utara jenis tanaman ini umumnya tumbuh secara alami dengan jenis yang dimanfaatkan antara lain kemenyan toba (Styrax sumatrana), kemenyan durame

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2010 di Laboratorium Mikrobiologi, Biokimia dan Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI DNA SEL MUKOSA

Lebih terperinci

Pengambilan sampel tanah dari lahan tambang timah di Belitung. Isolasi bakteri pengoksidasi besi dan sulfur. Pemurnian isolat bakteri

Pengambilan sampel tanah dari lahan tambang timah di Belitung. Isolasi bakteri pengoksidasi besi dan sulfur. Pemurnian isolat bakteri Lampiran 1. Skema Kerja Penelitian Pengambilan sampel tanah dari lahan tambang timah di Belitung Isolasi bakteri pengoksidasi besi dan sulfur Pemurnian isolat bakteri Karakteriasi isolat bakteri pengoksidasi

Lebih terperinci

PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR

PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR Tujuan: i) Mengerti metode umum mengisolasi DNA ii) Mengisolasi DNA dari buah dan sel-sel epithelial mulut iii) Mengerti dan mempraktek teknik PCR dengan sempel DNA

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

TATA CARA PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2017 di Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN M

III. HASIL DAN PEMBAHASAN M III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Profil RAPD Keragaman profil penanda DNA meliputi jumlah dan ukuran fragmen DNA. Hasil amplifikasi dengan menggunakan primer OPA-02, OPC-02, OPC-05 selengkapnya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN IV (ISOLASI RNA DARI TANAMAN) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI RNA DARI TANAMAN TUJUAN Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green House dan Laboratorium Genetika dan Molekuler jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kamboja (Plumeria sp.)

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kamboja (Plumeria sp.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kamboja (Plumeria sp.) Tanaman kamboja (Plumeria sp.) merupakan salah satu contoh dari famili Apocynaceae. Kamboja diketahui merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika

Lebih terperinci

III. Bahan dan Metode

III. Bahan dan Metode III. Bahan dan Metode A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Mei-Juli 2011 yang dilakukan di LPPT UGM Yogyakarta. B. Bahan Penelitian Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Objek Penelitian Empat spesies burung anggota Famili

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian murni yang dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tahapan Analisis DNA S. incertulas

BAHAN DAN METODE. Tahapan Analisis DNA S. incertulas 11 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Koleksi sampel dilakukan pada beberapa lokasi di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan hasil perikanan yang beranekaragam, sehingga mendatangkan devisa negara yang cukup besar terutama dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2006 sampai dengan bulan April 2007. Penelitian dilakukan di rumah kaca, laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMULIAAN DAN TEKNIK SILVIKULTUR UNTUK PENINGKATAN KUALITAS KEMENYAN TOBA (Styrax sumatrana)

STRATEGI PEMULIAAN DAN TEKNIK SILVIKULTUR UNTUK PENINGKATAN KUALITAS KEMENYAN TOBA (Styrax sumatrana) STRATEGI PEMULIAAN DAN TEKNIK SILVIKULTUR UNTUK PENINGKATAN KUALITAS KEMENYAN TOBA (Styrax sumatrana) Oleh : Cut Rizlani Kholibrina Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan 2 sampel yaitu kultivar pisang Mas Kirana dan pisang Agung

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan 2 sampel yaitu kultivar pisang Mas Kirana dan pisang Agung BAB III METODE PENELITIAN 3.1Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan 2 sampel yaitu kultivar pisang Mas Kirana dan pisang Agung Semeru sebagai

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK BEBERAPA POPULASI IKAN BATAK (Tor soro) DENGAN METODE RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA (RAPD) 1

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK BEBERAPA POPULASI IKAN BATAK (Tor soro) DENGAN METODE RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA (RAPD) 1 ANALISIS KERAGAMAN GENETIK BEBERAPA POPULASI IKAN BATAK (Tor soro) DENGAN METODE RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA (RAPD) 1 (The Genetic Variation Analysis of Some Populations of Mahseer (Tor soro) Using

Lebih terperinci

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM)

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DNA GENOM TUJUAN 16s rrna. Praktikum

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut: 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani ubikayu: taksonomi dan morfologi Dalam sistematika tumbuhan, ubikayu termasuk ke dalam kelas Dicotyledoneae. Ubikayu berada dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai sekitar

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Morfologi Pada penelitian ini digunakan lima sampel koloni karang yang diambil dari tiga lokasi berbeda di sekitar perairan Kepulauan Seribu yaitu di P. Pramuka

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.. Tempat dan Waktu Tempat penelitian analisis DNA dilakukan di Common Laboratory SEAMEO BIOTROP dan laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni

TINJAUAN PUSTAKA. Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni TINJAUAN PUSTAKA Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni siklus hidupnya terdiri dari telur larva pupa imago. E. kamerunicus

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH 62 MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan, yaitu dari bulan Oktober 2009 sampai dengan Juni 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler,

Lebih terperinci