THE PROHIBITIONS UTTERANCE IN MINANGKABAU COMMUNITY IN PADANG PARIAMAN DISTRICT ZURAIDA CHAIRANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "THE PROHIBITIONS UTTERANCE IN MINANGKABAU COMMUNITY IN PADANG PARIAMAN DISTRICT ZURAIDA CHAIRANI"

Transkripsi

1 Jurnal Ilmiah Scholastic THE PROHIBITIONS UTTERANCE IN MINANGKABAU LANGUAGE COMMUNITY IN PADANG PARIAMAN DISTRICT ZURAIDA CHAIRANI Volume 1 Nomor 3 JIPS ISSN: E-ISSN: ABSTRACT This journal is intendedd to describe and analyze the prohibitional expressions, structure, rationalization of the meanings, and the functions of the prohibitional expressions existing in language Minangkabau at Kanagarian Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman. The sources of this research are based on oral narratives, i.e. prohibitional expressions spoken by the villagers in their daily communication elicitated through interviews. The collecting data by using interview, record, and take a note methods. Based on the data analysis and discussion it can be concluded that: Firstly, there are fivety prohibitional expressions are found in theresearch. Secondly, prohibitional expressions that are found can be defided into two types. Thirdly, the meaning of the prohibitional expressions is found as rasionalitas meaning and as general have kias meaning or conotation. Fourdly, there are at least two functions of the prohibitional expressions, (1) to educate (30 the prohibitional expressions) and to entertainment (20 the prohibitional expressions). The prohibitional expressions are also called superstition since they related to some mystical beliefs. Keywords: the phrase, structure, meaning, and function UNGKAPAN LARANGAN DALAM BAHASA MINANGKABAU MASYARAKAT KENAGARIAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN ABSTRAK 55

2 Jurnal Ilmiah Scholastic Penulisan jurnal ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis ungkapan larangan, struktur, rasionalisasi makna, dan fungsi ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat di Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Sumber data penelitian ini adalah sumber lisan, yaitu ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau yang diucapkan masyarakat dalam berkomunikasi yang diperoleh melalui wawancara. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, rekam, dan catat. Berdasarkan analisis data dan pembahasan, diperoleh simpulan sebagai berikut: Pertama, di Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman ditemukan lima puluh ungkapan larangan. Kedua, struktur ungkapan larangan yang ditemukan dapat dibedakan atas dua jenisnya, yaitu ungkapan larangan yang berstruktur dua bagian (sebab dan akibat) dan ungkapan larangan yang berstruktur tiga bagian (tanda, perubahan keadaan, dan akibat). Ketiga, ungkapan larangan yang ditemukan memiliki rasionalitas makna dan umumnya mengandung makna kias atau konotasi. Keempat, dalam ungkapan larangan tersebut, terdapat dua fungsi, yaitu fungsi pendidikan (30 ungkapan larangan) dan fungsi hiburan (20 ungkapan larangan). Ungkapan larangan disebut juga takhyul karena berkaitan dengan kepercayaan rakyat yang bersifat mistis. Kata kunci: ungkapan, struktur, makna, dan fungsi I PENDAHULUAN Bahasa Minangkabau merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Sumatera Barat (Saydam, 2010:14). Bahasa Minangkabau umumnya digunakan oleh masyarakat Minangkabau dalam kehidupan sehari-hari. Pengggunaan bahasa Minangkabau ini pun tidak hanya dalam bentuk lisan, melainkan juga dalam bentuk tulisan. Secara lisan, masyarakat Minangkabau sering menggunakan kata-kata kiasan atau perumpamaan dalam percakapan sehari-hari. Penggunaan kata-kata kiasaan atau perumpamaan ini hampir dalam semua aspek kehidupan, seperti upacara adat dan keagamaan. Kata-kata kiasan atau perumpamaan ini dipercaya rakyat memiliki kekuatan gaib. Kepercayaan rakyat ini disebut juga dengan ungkapan larangan atau takhyul yang merupakan hasil buah pikir seseorang dan sudah dikenal masyarakat secara turun temurun, sehingga tidak dikenal lagi siapa penciptanya. (Danandjaya, 1991:153).Lebih lanjut menurut Danandjaya, keoercayaan rakyat yang diyakini mengandung makna gaib ini disampaikain secara lisan dan sudah menjadi tradisi masyarakat. Berbicara tentang kepercayaan rakyat, Djamaris (dalam Kosasih,2008:19) mengungkapkan bahwa folklor merupakan kebudayaan rakyat yang disampaikan secara turun-temurun, sesuatu yang sudah mentradisi, dapat berupa sastra rakyat, kepercayaan rakyat, resep-resep tradisional, tarian rakyat, musik, dan arsitektur rakyat. Brunvand (dalam Danandjaya, 1982: 21) menggolongkan folklor ke dalam tiga kelompok, yaitu folklor lisan, folklor sebagian lisan, dan folklor bukan lisan. Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya murni lisan, seperti nyanyian rakyat, puisi rtakyat, cerita rakyat. Folklor sebagian lisan merupakan campuran unsur lisan dengan unsur bukan lisan, seperti kepercayaan rakyat, takhyul. Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, seperti makanan rakyat. Salah satu contoh folklor sebagian lisan adalah kepercayaan rakyat. Kepercayaan rakyat dimaksud terdiri atas pernyataan lisan disertai gerak isyarat yang diyakini memiliki makna gaib.. Kepercayaan rakyat ini juga dimiliki oleh masyarakat di Kenagarian Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman. Kepercayaaan rakyat dimaksud berupa suatu ungkapan yang diucapkan oleh seseorang kepada orang lain, untuk melarang atau mencegah melakukan suatu perbuatan yang dilarang. Selanjutnya, kepercayaan rakyat berupa ungkapan untuk melarang atau mencegah melakukan perbuatan yang dilarang, dalam penelitian ini diistilahkan dengan ungkapan larangan. Penggunaan istilah ungkapan larangan dimaksudkan agar lebih universal karena di daerah lain juga ditemukan 56

3 Jurnal Ilmiah Scholastic istilah yang berbeda mengenai ungkapan larangan. Ungkapan larangan rakyat biasanya menyangkut kepercayaan atau kebiasaan masyarakat yang diwariskan lewat tutur kata yang umumnya berstruktur dua bagian. Kendatipun demikian, ungkapan larangan ada juga yang berstruktur tiga bagian. Danandjaya (1991:154) membagi struktur ungkapan larangan menjadi dua jenis, (1) ungkapan larangan yang berstruktur dua bagian (sebab dan akibat), dan (2) ungkapan larangan yang berstruktur tiga bagian (tanda, perubahan keadaan, dan akibat). Ungkapan larangan rakyat berasal dari rangkaian kata yang bermakna. Makna ungkapan larangan berasal dari masyarakat dan diinformasikan oleh informan. Ungkapan larangan tersebut umumnya mengandung makna kiasan atau makna konotasi. Manaf (2008:30) mengungkapkan bahwa ada beberapa ungkapan larangan yang berbeda, tetapi memiliki makna yang sama atau hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan sistematis antara simbol dan acuannya. Dengan demikian, kendatipun ada beberapa ungkapan larangan yang mirip atau hampir sama, itu hanya suatu kebetulan saja. Ungkapan larangan memiliki berbagai fungsi bagi kehidupan masyarakat. Fungsi utama ungkapan larangan bagi masyarakat Minangkabau adalah menyampaikan isi hati, petunjuk, serta keinginan penutur kepada petutur dengan bahasa kias yang bersifat tidak kasar, tidak menyinggung perasaan, dan tetap saling menghormati. Ungkapan larangan ini disampaikan penutur agar petutur dapat menangkap maksud dan memahami keinginan penutur. Hal ini berarti, ungkapan larangan memiliki fungsi bagi masyarakat, khususnya masyarakat di Kenagarian Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman.. Berkaitan dengan fungsi ungkapan larangan, Danandjaya (1991:169) mengungkapkan fungsi kepercayaan rakyat sebagai berikut: (a) sebagai penebal emosi keagamaan atau kepercayaan, (b) sebagai proyeksi khayalan, suatu kolektif yang berasal dari halusinasi seseorang, (c) alat pendidikan anak atau remaja, (d) penjelasan yang dapat diterima akal terhadap gejala alam yang sangat sukar dimengerti sehingga sangat menakutkan, dan (e) untuk menghibur orang yang sedang mengalami musibah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi kepercayaan rakyat yang disebut ungkapan larangan itu antara lain dapat mempertebal nilai-nilai keagamaan pada diri sendiri, dapat menghibur orang yang dalam kesusahan atau musibah, dan dapat mendidik seorang anak, baik dari segi tingkah laku, maupun moral untuk menjadi lebih baik. II METODE PENELITIAN Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berkaitan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan (Sugiyono, 2014: 8). Selanjutnya, Moleong (2011: 6) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa katakata dan gambaran secara holistik. Penerapan metode deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan data penelitian berupa ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau yang terdapat di Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Moleong (2011: 11) yang menyatakan bahwa penerapan metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi dalam penelitian. Sumber data penelitian ini adalah sumber lisan, berupa ungkapan larangan yang diucapkan masyarakat dan diperoleh melalui wawancara dengan para informan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, rekam, dan catat. Menurut Sugiyono (2008:23) metode wawancara digunakan untuk mewawancarai langsung informan. metode rekam untuk merekam semua informasi yang disampaikan informan, dan metode catat untuk mencatat keterangan penting yang didapatkan dari informan. Untuk menganalisis data penelitian, digunakan teknik analisis data yang dikemukakan Danandjaya (1991:191) dengan langkah sebagai berikut: (1) pengumpulan, (2) penggolongan, dan (3) penganalisisan. 57

4 Jurnal Ilmiah Scholastic III PEMBAHASAN Data penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung dengan informan penelitian. Data tersebut berupa ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat Kenagarian Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman. Informan penelitian ini adalah masyarakat Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman yang mengetahui dan memahami makna ungkapan larangan beserta fungsi yang terkandung di dalam ungkapan larangan tersebut. Berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian, berikut ini akan dijelaskan temuan penelitian sebagai berikut. (1) Ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat Kenagarian Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman, (2) Struktur ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, (3) Rasionalisasi makna ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, dan (4) Fungsi ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat Kenagarian Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman. 1. Ungkapan Larangan dalam Bahasa Minangkabau Masyarakat Kenagarian Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman. Berpedoman pada data penelitian yang terkumpul, ditemukan lima puluh ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat di Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Data penelitian yang berjumlah lima puluh ungkapan larangan itu diperoleh dari. informan penelitian yakni masyarakat Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut ini. Data Ungkapan Larangan yang Diperoleh dari Informan No Ungkapan Larangan dalam Bahasa Minangkabau 1 Indak buliah manjaik baju di badan, beko didilik utang awak. Ungkapan Larangan dalam Bahasa Indonesia menjahit baju yang sedang dipakai di badan, nanti kita dililit utang. Struktur Ungkapan Larangan Fungsi Ungkapan Larangan 2 Indak buliah malakak anak jo sapu, dek sawan anak 3 Indak buliah mandi tangah malam, beko dipicik antu. memukul anak dengan sapu, nanti anak itu akan menjadi gila. mandi malam hari, nanti dicubit hantu. 4 Indak buliah basiua tangah malam, beko naiak ula ka rumah. bersiul tengah malam, nanti naik ular ke rumah. 5 Indak buliah duduk 58

5 Jurnal Ilmiah Scholastic duduak di ateh banta, dek bisua di atas bantal, nanti bisulan. 6 Indak buliah madahului kakak padusi manikah, beko kakak tu payah mandapek laki. mendahului kakak perempuan untuk menikah, nanti kakak tersebut akan susah mendapat suami. 7 Indak buliah mandi sasudah makan, beko buncik paruik awak. 8 Indak buliah mamandian kuciang. beko labek ujan. mandi sesudah makan, nanti perut menjadi besar. memandikan kucing, nanti hujan lebat. 9 Indak buliah mandi batimbo di batang aia, beko dimakan buayo. mandi memakai gayung di sungai, nanti dimakan buaya 10 Indak buliah manunjuak palangi, bengkok tunjuak 11 Indak buliah mambali panjaik malam hari, payah rasaki deknyo. 12 Indak buliah mangecek katiko makan, beko tacakiak. 13 Indak buliah mancigok urang mandi, beko batuneh mato. 14 Indak buliah mampagunjiangan urang, beko parangai awak takah tu pulo. 15 Indak buliah maambuih ka muko anak ketek, menunjuk pelangi, nanti jari telunjuk akan bengkok. membeli jarum di malam hari, nanti susah mendapat rezeki.. berbicara ketika makan, nanti tercekik. mengintip orang mandi, nanti mata akan berbisul. mempergunjingkan orang, nanti kelakuan kita akan seperti orang itu pula menghembuskan nafas ke wajah anak 59

6 Jurnal Ilmiah Scholastic bisa gagok anak tu 16 Indak buliah tagak di sabalah ateh kapalo anak, beko sela matonyo. 17 Indak buliah mancikuik samba di dalam kuali, beko itam muko. 18 Indak buliah malatakan tangah di ateh kapalo, mati urang gaek 19 Indak buliah pai bulak-baliak, beko dapek sial. 20 Indak buliah bagandanggandang di meja, beko banyak utang. 21 Indak buliah lalok di ateh rimah, mimpi dikaja harimau 22 Indak buliah malangkahan sajadah, katulahan awak 23 Indak buliah bajalan tangah hari, tasapo awak 24 Indak buliah bapoto batigo, mati salah surang beko 25 Indak buliah bapayuang di ateh rumah, ditembak patuih 26 Indak buliah kajamban sumbarang tampek, digaduah anak ubilih 27 Indak buliah mancium tangan kecil, nanti anak itu akan gagap. berdiri di sebelah atas kepala anak kecil, nanti mata anak itu akan jadi juling. mengambil makanan yang dalam kuali, nanti wajah akan hitam. meletakkan tangan di atas kepala, nanti orang tua kita akan meninggal. pergi dengan ragu-ragu, nanti akan mendapat sial. memukul meja dengan tangan, nanti banyak utang. tidur di atas sisa nasi, nanti mimpi dikejar harimau. melangkahi sajadah, nanti akan mendapat sial. berjalan di tengah hari, nanti bisa demam. berfoto bertiga, nanti mati salah seorang berpayung di atas rumah, nanti disambar petir. buang air kecil di sembarang tempat, nanti diganggu anak setan. mencim tangan anak kecil, s 60

7 Jurnal Ilmiah Scholastic anak ketek, pamintak anak tu 28 Indak buliah makan barimah, beko banyak anak tiri. 29 Indak buliah mambuai ayunan anak, katiko inyo indak ado di buaian, beko sakik paruik anak tu. 30 Indak buliah makan karambia banyak-banyak, gata-gata badan 31 Kalau makan Indak buliah barimah, manangih nasi tu 32 Kalau bajalan jo urang tuo, indak buliah mandahului, baduso awak. 33 Kalau mamakan pisang kamba, beko kamba pulo anak. nanti anak itu akan suka meminta. makan bersisa, nanti akan banyak anak tiri. mengayunkan ayunan anak, ketika ia tidak berada dalam ayunan, nanti sakit perut anak itu. makan kelapa banyakbanyak, nanti badan menjadi gatal-gatal. Kalau makan tidak boleh bersisa, nanti nasi itu akam menangis.. Kalau berjalan dengan orang tua, tidak boleh mendahului, nanti kita berdosa. Kalau makan pisang kembar, nanti anak akan kembar pula. Tiga Bagian Tiga bagian 34 Urang makan di tenong, beko laweh bibia anak. boleh makan di panci, nanti bibir anak menjadi lebar. 35 Urang makan di piriang ratak, beko sumbiang bibia anknyo. boleh makan di piring yang retak, nanti bibir anaknya akan menjadi sumbing. 36 Urang banci maliek urang, beko anaknyo bantuak urang boleh benci melihat orang, nanti anak yang dilahirkan akan mirip dengan orang yang 61

8 Jurnal Ilmiah Scholastic nan dibancinyo. 37 Urang makan pucuak parancih, hijau anak 38 Urang pamaleh manggarik, beko payah malahian. 39 Urang palala, palala pulo anak 40 Urang makan murai, bijak anak dek nyo. 41 Urang makan rabuang, taba bulu anak 42 Urang mangubak buah tabaliak, beko sunsang anak nan lahia. dibencinya. boleh makan daun singkong, nanti anak akan menjadi hijau. boleh malas bergerak, nanti susah melahirkan. boleh bertandang, nanti anak suka bertandang pula. boleh makan murai, nanti anak yang lahir akan cerewet. boleh makan rebung, nanti bulu anak akan menjadi tebal. boleh mengupas buah secara terbalik, nanti anak yang lahir akan sunsang. 43 Urang nan lah gaek mananam jaguang, beko umpang isi jaguang. 44 Urang nan baranak ketek makan nan angekangek, beko malatua bibia anaknyo. 45 Anak gadih indak elok makan kalang ayam, itam Orang ya.g sudah tua tidak boleh menanam jagung, nanti isi jagung akan menjadi jarang. Orang yang mempunyai anak kecil tidak boleh makan yang panaspanas, nanti bibir anak akan melepuh. Anak gadis tidak boleh makan rempela ayam, nanti 62

9 Jurnal Ilmiah Scholastic bibia dek nyo. 46 Anak ketek indak buliah tagak di ateh niru, panjatuah anak 47 Anak gadih indak buliah makan karak nasi, beko bakarak pulo muko. 48 Anak gadih kalau lah sudah makan harus capek mambasuah tangan, beko payah dapek laki. 49 Barang nan alah diagiahan ka urang, indak buliah dimintak baliak, beko tajulua lidah. 50 Ijan bajalan sanjo, beko tapijak anak ubilih. bibir akan menjadi hitam. Anak kecil tidak boleh berdiri di atas niru, nanti akan sering jatuh. Anak gadis tidak boleh makan kerak nasi, nanti wajahnya akan berkerak pula. Anak gadis kalau selesai makan harus cepat mencuci tangan, nanti susah dapat suami. Barang yang sudah diberikan kepada orang, tidak boleh diminta kembali, nanti lidah kita akan terjulur. jamham berjalan di waktu senja, nanti terpijak anak setan. Tiga bagian 2. Struktur Ungkapan Larangan Berdasarkan data yang berjumlah lima puluh ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat Kenagarian Lubuk Alung, ditemukan adanya ungkapan larangan yang berstruktur dua bagian dan ungkapan larangan yang berstruktur tiga bagian. Ungkapan larangan yang berstruktur dua bagian berjumlah 47 dan ungkapan larangan yang berstruktur tiga bagian berjumlah 3 ungkapan larangan. Ungkapan larangan yang berstruktur dua bagian itu terdiri dari bagian pertama sebagai sebab dan bagian ke dua sebagai akibatnya. Selanjutnya, ungkapan larangan yang berstruktur tiga bagian, terdiri dari bagian pertama sebagai tanda, bagian ke dua sebagai perubahan keadaan, dan bagian ke tiga sebagai akibatnya. Contoh: Ungkapan Larangan yang Berstruktur Dua Bagian. Data (1) Indak buliah mainjaik baju di badan, beko talilik utang awak. Struktur ungkapan larangan data 1 di atas terdiri atas dua bagian. Bagian pertama (Indak buliah manjaik baju di badan) yang merupakan sebab dan bagian ke dua (beko talilik utang awak)yang merupakan akibat. Data (2) Indak buliah malakak anak jo sapu, dek sawan anak Struktur ungkapan larangan data 2 di atas terdiri atas dua bagian. Bagian pertama (Indak buliah malakak anak jo sapu) yang merupakan sebab dan bagian kedua (dek sawan anak beko) yang merupakan akibat. Contoh Ungkapan Larangan yang Berstruktur Tiga Bagian. Data (29) (Indak buliah mambuai ayunan anak, katiko inyo indak ado di buaian, beko sakik paruik anak tu). Struktur ungkapan larangan data 29 di atas terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama (Indak buliah mambuai ayunan anak) yang merupakan tanda, bagian ke dua (katiko inyo indak ado di buaian) yang merupakan perubahan keadaan, dan bagian ke tiga (beko sakik paruik anak tu) yang merupakan akibatnya. Data (32) 63

10 Jurnal Ilmiah Scholastic (Kalau bajalan jo urang tuo, mandahului, baduso awak). Struktur ungkapan larangan data 32 di atas terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama (Kalau bajalan jo urang tuo) yang merupakan sebab, bagian ke dua ( mandahului) yang merupakan perubahan keadaan, dan bagian ke tiga (baduso awak) yang merupakan akibatnya.. Dari lima puluh ungkapan larangan yang ditemukan, 47 ungkapan larangan berstruktur dua bagian dan hanya 3 ungkapan larangan yang berstruktur tiga bagian. Ungkapan larangan yang berstruktur dua bagian itu terdiri atas bagian pertama sebagai sebab dan bagian ke dua merupakan akibatnya. Ungkapan larangan yang berstruktur tiga bagian terdiri atas, bagian pertama merupakan sebab, bagian ke dua merupakan perubahan keadaan, dan bagian ke tiga sebagai akibatnya.. Hal ini sejalan dengan pendapat Danandjaya (1991: 154) yang membagi struktur ungkapan larangan atas dua jenis, yaitu ungkapan larangan yang berstruktur dua bagian dan ungkapan larangan yang berstruktur tiga bagian. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel data ungkapan larangan yang diperoleh dari informan penelitian Makna Ungkapan Larangan Ditinjau dari segi makna, ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau yang ditemukan di Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman memiliki makna tersendiri karena terkait dengan kepercayaan dan kebiasaan atau tradisi masyarakat di nagari tersebut. Berikut ini akan dijelaskan makna ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat di Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Data (1) (Indak buliah manjaik baju di badan, beko dililik utang awak). ( menjahit baju yang sedang dipakai di badan, nanti kita terlilit utang). Makna ungkapan larangan data 1 adalah melarang orang agar tidak menjahit baju yang sedang dipakai, karena dapat mencelakakan diri sendiri, yakni terluka tertusuk jarum yang digunakan. Hal ini menunjukkan adanya rasionalisasi makna, karena kalau kita menjahit baju yang sedang dipakai, ada kemungkinan jarum itu dapat melukai tubuh kita. Makna yang terungkap pada data 1 merupakan makna kiasan atau makna konotasi, sebab makna tersebut tidak tersurat secara nyata, melainkan tersirat dalam ungkapan larangan tersebut. Data (2) (Indak buliah malakak anak jo sapu, dek sawan anak beko). ( memukul anak dengan sapu, nanti anak itu akan menjadi gila).. Makna ungkapan larangan data 2 adalah melarang orang agar tidak memukul anak dengan sapu, karena kalau sapu itu mengenai kepala dapat mengakibatkan hilangnya kesadaran anak. Hal ini menunjukkan adanya rasionalisasi makna, karena kalau kita memukul anak dengan sapu yang tangkainya umumnya terbuat dari kayu atau besi yang keras dan mengenai kepala anak, akan membahayakan jiwa anak, seperti hilangnya kesadaran akibat luka dalam di bagian kepala. Makna yang terungkap pada data 2 merupakan makna kiasan atau makna konotasi, sebab makna tersebut tidak tersurat secara nyata, melainkan tersirat dalam ungkapan larangan tersebut. Data(3) (Indak buliah mandi tangah malam, beko dipicik antu). ( mandi di tengah malam, nanti dicubit hantu). Makna ungkapan larangan data 3 adalah melarang orang agar tidak mandi di malam hari, karena tidak baik untuk kesehatan dan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini menunjukkan adanya rasionalisasi makna, sebab kalau kita mandi di malam hari yang udaranya sudah mulai dingin disebabkan tenggelamnya matahari, akan berdampak terhadap gangguan kesehatan kita seperti kambuhnya penyakit rematik, dan lainlain. Makna yang terungkap pada data 3 merupakan makna kiasan atau makna konotasi, sebab makna tersebut tidak tersurat secara nyata, melainkan tersirat dalam ungkapan larangan tersebut. Data (4) (Indak buliah basiua tangah malam, beko naiak ula ka rumah0. ( bersiul tengah malam, nanti naik ular ke rumah). Makna uangkapan larangan data 4 adalah melarang orang agar tidak bersiul di malam hari, karena dianggap tidak sopan dan dapat mengganggu ketenangan orang yang sedang tidur. Hal ini menunjukkan adanya rasionalisasi makna, karena kalau kita bersiul di malam hari, saat orang sudah tidur, tentu akan mengusik ketenangan orang yang sedang beristirahat. Makna yang terungkap pada data 3 merupakan makna kiasan atau makna konotasi, sebab makna 64

11 Jurnal Ilmiah Scholastic itu tidak tersurat secara nyata, melainkan tersirat dalam ungkapan larangan tersebut. Berdasarkan pembahasan makna ungkapan larangan yang ditemukan, tampaklah bahwa ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, memiliki rasionalitas makna dan umumnya mengandung makna kiasan atau makna konotasi. Hal ini disebabkan, ungkapan larangan yang ditemukan itu disampaikan secara lisan dan maknanya tersirat ke dalam susunan kata, yang oleh masyarakat penggunanya diyakini memiliki kekuatan gaib. Selain itu, ungkapan larangan ini sudah menjadi tradisi masyarakat di Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Danandjaya (1991: 153) yang menyatakan bahwa kepercayaan rakyat yang disebut ungkapan larangan itu diyakini memiliki makna gaib dan disampaikan secara lisan, serta sudah menjadi tradisi masyarakat. Dengan demikian, masyarakat penggunanya dituntut untuk memahami dan memaknai ungkapan larangan dengan baik dan benar. 4. Fungsi Ungkapan Larangan Selain menganalisis ungkapan larangan dari segi makna, penelitian ini juga membahas masalah fungsi ungkapan larangan bagi masyarakat.. Berdasarkan data yang terkumpul, ditemukan dua fungsi ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau di Kenagarian Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman. Fungsi ungkapan larangan yang ditemukan adalah (1) fungsi pendidikan, berjumlah tiga puluh ungkapan larangan dan (2) fungsi hiburan, berjumlah dua puluh ungkapan larangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Danandjaya (1991: 169) yang menyatakan bahwa kepercayaan rakyat yang disebut ungkapan larangan, antara lain mengandung fungsi pendidikan, hiburan, dan lain-lain. Pembahasan lebih lanjut mengenai fungsi ungkapan larangan dapat dilihat pada tabel data ungkapan larangan yang diperoleh dari informan. Temuan di atas menunjukkan bahwa ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat di Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman umumnya mengandung fungsi pendidikan. Dengan demikian, ungkapan larangan dapat dijadikan sebagai alat pendidikan anak atau remaja, sehingga terwujudnya perubahan tingkah laku anak dan remaja ke arah yang lebih baik. IV PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut..: Pertama, ditemukan lima puluh ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau masyarakat di Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Ungkapan larangan tersebut sudah lama dikenal masyarakat karena diwariskan secara turun-temurun, sehingga tidak diketahui lagi siapa penciptanya, Kedua,.ditemukan ungkapan larangan yang berstruktur dua bagian (sebab dan akibat) dan ungkapan larangan yang berstruktur tiga bagian (tanda, perubahan keadaan, dan akibat). Ungkapan larangan yang berstruktur dua bagian, berjumlah 47 dan ungkapan larangan yang berstruktur tiga bagian, berjumlah 3 ungkapan larangan.. Ketiga, ungkapan larangan masyarakat Kenagarian Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman memiliki rasionalitas makna dan umumnya mengandung makna kias atau konotasi, karena makna ungkapan larangan tersebut umumnya disampaikan secara tersirat. Keempat, ditemukan dua fungsi ungkapan larangan, yaitu (1) fungsi pendidikan, berjumlah 30 ungkapan larangan, dan (2) fungsi hiburan, berjumlah 20 ungkapan larangan. Selanjutnya, saran yang ingin peneliti sampaikan adalah sebagai berikut. Pertama, untuk masyarakat di Kenagarian Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman dan masyarakat di daerah lain, diharapkan dapat menerapkan dan sekaligus melestarikan ungkapan larangan dalam kehidupan sehari-hari, karena banyak mengandung nilai-nilai pendidikan.. Kedua, kepada masyarakat penutur ungkapan larangan, diharapkan dapat memahami makna yang tersirat dan menjadikan ungkapan larangan sebagai alat pendidikan anak atau remaja. 65

12 Jurnal Ilmiah Scholastic DAFTAR PUSTAKA Atmazaki Ilmu Sastra.: Teori dan Terapan. Padang: Citra Budaya. Chaer, Abdul Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta. Danandjaya, James Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dll. Jakarta: Grafiti. Djamaris, Edwar Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik. Jakarta: Balai Pustaka. Depdiknas KBBI Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta: Balai Pustaka. Kosasih, E Khazanah Sastra Melayu Klasik. Jakarta: Nobel Edumedia Manaf, Ngusman Abdul Semantik: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia. Padang: Sukabina Offset. Moleong. J. Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rosda Karya. Rahmadani, Yelvi Ungkapan Larangan Masyarakat Lubuak Sariak Kenagarian Kambang Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi. Padang: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UNP. Saydam, Gouzali Kamus Lengkap Bahasa Minang (Minang-Indonesia) Bagian Pertama. Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM) Sumatera Barat Keajaiban Pepatah Minang. Bandung: CV Pustaka Setia. Semi, M. Atar Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Sugiyono Metode Penelitian : Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 66

UNGKAPAN LARANGAN PADA MASYARAKAT NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK SKRIPSI ARTIKEL ILMIAH

UNGKAPAN LARANGAN PADA MASYARAKAT NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK SKRIPSI ARTIKEL ILMIAH UNGKAPAN LARANGAN PADA MASYARAKAT NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK SKRIPSI ARTIKEL ILMIAH AHMAD SYUKRI NPM 09080121 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN DI KENAGARIAN PADANG LAWEH KECAMATAN SUNGAI TARAB KABUPATEN TANAH DATAR

UNGKAPAN LARANGAN DI KENAGARIAN PADANG LAWEH KECAMATAN SUNGAI TARAB KABUPATEN TANAH DATAR UNGKAPAN LARANGAN DI KENAGARIAN PADANG LAWEH KECAMATAN SUNGAI TARAB KABUPATEN TANAH DATAR Oleh: Yopi Ramadhani 1, Abdurahman 2, Andria Catri Tamsin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT DI KANAGARIAN INDERAPURA KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN

UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT DI KANAGARIAN INDERAPURA KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT DI KANAGARIAN INDERAPURA KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Rosmina 1, Abdurahman 2, Andria Catri Tamsin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT LUBUAK SARIAK KENAGARIAN KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT LUBUAK SARIAK KENAGARIAN KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT LUBUAK SARIAK KENAGARIAN KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Yelvi Rahmadani 1, Ermanto 2, Ena Noveria 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU PADA MASYARAKAT PADANG GALUNDI DI KELURAHAN TANAH GARAM KECAMATAN LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK YANNI MAILIZAWATI

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU PADA MASYARAKAT PADANG GALUNDI DI KELURAHAN TANAH GARAM KECAMATAN LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK YANNI MAILIZAWATI UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU PADA MASYARAKAT PADANG GALUNDI DI KELURAHAN TANAH GARAM KECAMATAN LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK YANNI MAILIZAWATI ABSTRACT The results of the expression of the People's

Lebih terperinci

STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT BATU HAMPAR KABUPATEN PESISIR SELATAN

STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT BATU HAMPAR KABUPATEN PESISIR SELATAN STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT BATU HAMPAR KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Nova Gusmayenti 1, Syahrul R. 2, Abdurahman 3 Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI KENAGARIAN KUBANG PUTIAH KECAMATAN BANUHAMPU KABUPATEN AGAM

UNGKAPAN LARANGAN DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI KENAGARIAN KUBANG PUTIAH KECAMATAN BANUHAMPU KABUPATEN AGAM UNGKAPAN LARANGAN DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI KENAGARIAN KUBANG PUTIAH KECAMATAN BANUHAMPU KABUPATEN AGAM Febriadeti Firstiana 1), Marsis 2), Elvina A Saibi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

STRUKTUR, MAKNA, DAN FUNGSI UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI NAGARI SOLOK AMBAH KABUPATEN SIJUNJUNG

STRUKTUR, MAKNA, DAN FUNGSI UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI NAGARI SOLOK AMBAH KABUPATEN SIJUNJUNG STRUKTUR, MAKNA, DAN FUNGSI UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI NAGARI SOLOK AMBAH KABUPATEN SIJUNJUNG Oleh: Hayatul Fitri 1, Bakhtaruddin Nst. 2, Hamidin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh JULI HARDANI NPM

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh JULI HARDANI NPM ARTIKEL PENELITIAN UNGKAPAN LARANGAN RAKYAT DI NAGARI PILUBANG KECAMATAN SUNGAI LIMAU KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT: SUATU TINJAUAN DARI PEMAKAIAN, FUNGSI DAN NILAI-NILAI EDUKATIF Oleh JULI

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG TUBUH MANUSIA DAN OBAT-OBATAN DI DESA TALAGO GUNUNG KECAMATAN BARANGIN KOTA SAWAHLUNTO

STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG TUBUH MANUSIA DAN OBAT-OBATAN DI DESA TALAGO GUNUNG KECAMATAN BARANGIN KOTA SAWAHLUNTO STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG TUBUH MANUSIA DAN OBAT-OBATAN DI DESA TALAGO GUNUNG KECAMATAN BARANGIN KOTA SAWAHLUNTO Indri Anggraeni 1, Yenni Hayati 2, M. Ismail Nst. 3 Program Studi

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN BAGI SUAMI KETIKA ISTRINYASEDANG HAMIL DI KENAGARIAN ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK

UNGKAPAN LARANGAN BAGI SUAMI KETIKA ISTRINYASEDANG HAMIL DI KENAGARIAN ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK UNGKAPAN LARANGAN BAGI SUAMI KETIKA ISTRINYASEDANG HAMIL DI KENAGARIAN ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK Oleh: Rahmawita 1, Nurizzati 2, M.Ismail Nst 3 Program Studi Sastra Indonesia

Lebih terperinci

NILAI-NILAI EDUKATIF, MAKNA DAN PEMAKAIAN UNGKAPAN LARANGAN DI KAMPUNG TAMPUNIK KENAGARIAN KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

NILAI-NILAI EDUKATIF, MAKNA DAN PEMAKAIAN UNGKAPAN LARANGAN DI KAMPUNG TAMPUNIK KENAGARIAN KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN 1 NILAI-NILAI EDUKATIF, MAKNA DAN PEMAKAIAN UNGKAPAN LARANGAN DI KAMPUNG TAMPUNIK KENAGARIAN KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Ari Syaputra 1), Syofiani 2), Romi Isnanda 2). 1)

Lebih terperinci

Oleh: Fadhla Hayati 1, Agustina 2, Nurizzati 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang

Oleh: Fadhla Hayati 1, Agustina 2, Nurizzati 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang STRUKTUR, KATEGORI, DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT BAGI CALON ANAK DARO DI KENAGARIAN KOTO BARU KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Fadhla Hayati 1, Agustina 2, Nurizzati 3

Lebih terperinci

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU DI PARAK GADANG KECAMATAN PADANG TIMUR

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU DI PARAK GADANG KECAMATAN PADANG TIMUR UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU DI PARAK GADANG KECAMATAN PADANG TIMUR Oleh: Rini Atniyanti 1, Amril Amir 2, Hamidin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri

Lebih terperinci

Sefridanita 1, Nurizzati 2, Zulfikarni 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang. Abstract

Sefridanita 1, Nurizzati 2, Zulfikarni 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang. Abstract KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT LARANG PANTANG CALON PENGANTIN PEREMPUAN DI NAGARI BARUNG-BARUNG BALANTAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN Sefridanita 1, Nurizzati

Lebih terperinci

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DALAM UPACARA PENYELENGARAAN JENAZAH DI KENAGARIAN SELAYO KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DALAM UPACARA PENYELENGARAAN JENAZAH DI KENAGARIAN SELAYO KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DALAM UPACARA PENYELENGARAAN JENAZAH DI KENAGARIAN SELAYO KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK Riri Purnama Sari 1, Novia Juita 2, Zulfadhli 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dansastra

Lebih terperinci

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI NAGARI GUGUAK SARAI

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI NAGARI GUGUAK SARAI KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI NAGARI GUGUAK SARAI Oleh: Inda Fahmi Sari 1, Andria Catri Tamsin 2, Hamidin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang

Lebih terperinci

Abstract. Keywords : The prohibition expression, livelihood, and relation social

Abstract. Keywords : The prohibition expression, livelihood, and relation social STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL KEPERCAYAAN RAKYAT UNGKAPAN LARANGAN MENGENAI MATA PENCAHARIAN DAN HUBUNGAN SOSIAL KELURAHAN BUNGUS TIMUR KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Hairunnisa 1, Nurizzati 2,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN RAKYAT DI KENAGARIAN LUBUK LAYANG KECAMATAN RAO SELATAN KABUPATEN PASAMAN ABSTRACT

UNGKAPAN LARANGAN RAKYAT DI KENAGARIAN LUBUK LAYANG KECAMATAN RAO SELATAN KABUPATEN PASAMAN ABSTRACT 1 UNGKAPAN LARANGAN RAKYAT DI KENAGARIAN LUBUK LAYANG KECAMATAN RAO SELATAN KABUPATEN PASAMAN Neti Fitreni 1), Yetty Morelent 2), Dainur Putri 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

GAYA BAHASA UNGKAPAN KIASAN MASYARAKAT MINANGKABAU DAN APLIKASINYA DI NAGARI GUNUNG PADANG ALAI KECAMATAN V KOTO TIMUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN

GAYA BAHASA UNGKAPAN KIASAN MASYARAKAT MINANGKABAU DAN APLIKASINYA DI NAGARI GUNUNG PADANG ALAI KECAMATAN V KOTO TIMUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN GAYA BAHASA UNGKAPAN KIASAN MASYARAKAT MINANGKABAU DAN APLIKASINYA DI NAGARI GUNUNG PADANG ALAI KECAMATAN V KOTO TIMUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN Nia Gustina¹, Gusnetti², Syofiani² ¹Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT NAGARI PUNGGASAN KECAMATAN LINGGO SARIBAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT NAGARI PUNGGASAN KECAMATAN LINGGO SARIBAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT NAGARI PUNGGASAN KECAMATAN LINGGO SARIBAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Fitria Anggela 1,Agustina 2,Hamidin 3 Program Studi Sastra Indonesia

Lebih terperinci

UNGKAPAN PANTANG LARANG WANITA HAMIL DI KENAGARIAN PANGIAN KECAMATAN LINTAU BUO KABUPATEN TANAH DATAR

UNGKAPAN PANTANG LARANG WANITA HAMIL DI KENAGARIAN PANGIAN KECAMATAN LINTAU BUO KABUPATEN TANAH DATAR UNGKAPAN PANTANG LARANG WANITA HAMIL DI KENAGARIAN PANGIAN KECAMATAN LINTAU BUO KABUPATEN TANAH DATAR Oleh: Linda Fitri Yeni 1, Nurizzati 2, Zulfikarni 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Keywords: structure, social function, expression of prohibition

Keywords: structure, social function, expression of prohibition STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG KEMATIAN DAN ADAT PEMAKAMAN MASYARAKAT DI JORONG KOTO PANJANG KENAGARIAN SUNGAI TARAB KECAMATAN SUNGAI TARAB KABUPATEN TANAH DATAR Femmy Fahriandari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

Lebih terperinci

KEPERCAYAAN RAKYAT YANG TERDAPAT DALAM KUMPULAN CERPEN MURJANGKUNG KARYA A.S. LAKSANA ARTIKEL ILMIAH. Khuratul Aini NPM

KEPERCAYAAN RAKYAT YANG TERDAPAT DALAM KUMPULAN CERPEN MURJANGKUNG KARYA A.S. LAKSANA ARTIKEL ILMIAH. Khuratul Aini NPM KEPERCAYAAN RAKYAT YANG TERDAPAT DALAM KUMPULAN CERPEN MURJANGKUNG KARYA A.S. LAKSANA ARTIKEL ILMIAH Khuratul Aini NPM 10080210 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan disuatu daerah. Salah satunya adalah dengan penelitian foklor.

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan disuatu daerah. Salah satunya adalah dengan penelitian foklor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada beberapa cara yang dilakukan oleh para peneliti dalam mengungkap kebudayaan disuatu daerah. Salah satunya adalah dengan penelitian foklor. Menurut Danandjaja (1984:2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan cerminan dari suatu masyarakat penuturnya dan karya manusia yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia mengalami perkembangan; yaitu mengalami

Lebih terperinci

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI KENAGARIAN TAPAN KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI KENAGARIAN TAPAN KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI KENAGARIAN TAPAN KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Alfianto 1, Harris Effendi Thahar 2, Zulfikarni 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN MASA BAYI DAN KANAK-KANAK DI KENAGARIAN BATU BULEK KECAMATAN LINTAU BUO UTARA KABUPATEN TANAH DATAR

STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN MASA BAYI DAN KANAK-KANAK DI KENAGARIAN BATU BULEK KECAMATAN LINTAU BUO UTARA KABUPATEN TANAH DATAR STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN MASA BAYI DAN KANAK-KANAK DI KENAGARIAN BATU BULEK KECAMATAN LINTAU BUO UTARA KABUPATEN TANAH DATAR Resi Juwita 1, Hasanuddin WS 2, Novia Juita 3, Program Studi

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata budaya terdiri dari dua kata yaitu budi dan daya. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA MINANGKABAU DALAM TINDAK TUTUR ANAK KEPADA ORANG YANG LEBIH TUA DI KENAGARIAN SUNUR KECAMATAN NAN SABARIS KABUPATEN PADANG PARIAMAN Ayu Wahyuni 1), Gusnetti 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

STURKTUR DAN FUNGSI SOSIAL KEPERCAYAAN MASYARAKAT DI NAGARI SUNGAI ASAM SICINCIN KECAMATAN 2X11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN

STURKTUR DAN FUNGSI SOSIAL KEPERCAYAAN MASYARAKAT DI NAGARI SUNGAI ASAM SICINCIN KECAMATAN 2X11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN STURKTUR DN FUNGSI SOSIL KEPERCYN MSYRKT DI NGRI SUNGI SM SICINCIN KECMTN 2X11 ENM LINGKUNG KBUPTEN PDNG PRIMN Oleh: Isyatil Mardiah 1, Wisral Chan 2, mril mir 3 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

NILAI-NILAI MORAL DALAM CERITA RAKYAT SABAI NAN ALUIH SADURAN TULIS SUTAN SATI ARTIKEL ILMIAH

NILAI-NILAI MORAL DALAM CERITA RAKYAT SABAI NAN ALUIH SADURAN TULIS SUTAN SATI ARTIKEL ILMIAH NILAI-NILAI MORAL DALAM CERITA RAKYAT SABAI NAN ALUIH SADURAN TULIS SUTAN SATI ARTIKEL ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) FITRA WATI NPM 11080298

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung menggunakan ragam lisan. Dalam ragam lisan terdapat kekhususan atau kekhasan suatu bahasa. Salah satu

Lebih terperinci

UNGKAPAN PANTANG LARANG MASYARAKAT MELAYU BELANTIK. Elvina Syahrir

UNGKAPAN PANTANG LARANG MASYARAKAT MELAYU BELANTIK. Elvina Syahrir UNGKAPAN PANTANG LARANG MASYARAKAT MELAYU BELANTIK Elvina Syahrir Balai Bahasa Provinsi Riau Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Jalan Binawidya, Kompleks Universitas Riau, Panam, Pekanbaru 28293 Pos-el:

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) Oleh: Dyah Susanti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa shanti.kece@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian pustaka sangat diperlukan dalam penyusunan sebuah karya ilmiah. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam suatu penelitian yang

Lebih terperinci

NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI NAGARI LUAK KAPAU KECAMATAN PAUH DUO KABUPATEN SOLOK SELATAN

NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI NAGARI LUAK KAPAU KECAMATAN PAUH DUO KABUPATEN SOLOK SELATAN NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI NAGARI LUAK KAPAU KECAMATAN PAUH DUO KABUPATEN SOLOK SELATAN Oleh: Hesti Fiska Marsa Putri 1, Ermanto, 2, Hamidin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini akan membahas tentang tinjauan pustaka atau kajian teori yang berkaitan dengan judul penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi 1) Repustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Ada beberapa buku yang penulis pakai dalam memahami dan langsung mendukung penelitian ini, diantaranya buku yang berkaitan dengan revitalisasi yang

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. tepat yang mana diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut:

BAB 2 DATA DAN ANALISA. tepat yang mana diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut: BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Isue / Kasus Untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini dibutuhkan data dan informasi yang tepat yang mana diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut: 1. Literatur pengumpulan

Lebih terperinci

STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI BUDAYA LEGENDA ORANG SIBUNIAN GUNUNG SINGGALANG DI PANDAI SIKEK TANAH DATAR

STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI BUDAYA LEGENDA ORANG SIBUNIAN GUNUNG SINGGALANG DI PANDAI SIKEK TANAH DATAR STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI BUDAYA LEGENDA ORANG SIBUNIAN GUNUNG SINGGALANG DI PANDAI SIKEK TANAH DATAR Oleh: Yullya Kartika Ayu 1, Nurizzati 2, Zulfikarni 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

MANTRA PELARIS DAGANGAN DALAM MASYARAKAT HILIA PARIK NAGARI LUBUK BASUNG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

MANTRA PELARIS DAGANGAN DALAM MASYARAKAT HILIA PARIK NAGARI LUBUK BASUNG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM MANTRA PELARIS DAGANGAN DALAM MASYARAKAT HILIA PARIK NAGARI LUBUK BASUNG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM Metty Jasentika 1, Hamidin Dt. R. Endah 2, M.Ismail Nasution 3 Program Studi Sastra Indonesia

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana SI pada Jurusan Satra Daerah Diajukan oleh : IMELDA NIM 06186002 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Untuk mencapai hasil penelitian yang objektif penulis berusaha menjelaskan variabel-variabel atau kata-kata kunci yang berhubungan dengan penelitian ini. Variabel variabel tersebut

Lebih terperinci

Hasanuddin WS Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang

Hasanuddin WS Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang 198 KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Oktober 2015, Volume 1, Nomor 2, hlm 198-204 PISSN 2442-7632 EISSN 2442-9287 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/ kembara/index KEARIFAN

Lebih terperinci

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.)

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.) A. Pengertian Kosakata PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.) Guru Bahasa Indonesia SMAN 3 Parepare Kosakata menurut Kridalaksana (1993: 122) sama dengan leksikon. Leksikon adalah (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa di dunia memiliki khazanah cerita prosa rakyat. Menurut Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan besar,

Lebih terperinci

berjalan, mungkin karena posisi memboncengnya atau bagaimana. Motor yang dikendarai mengalami kecelakaan setelah menabrak sebuah mobil di tengah

berjalan, mungkin karena posisi memboncengnya atau bagaimana. Motor yang dikendarai mengalami kecelakaan setelah menabrak sebuah mobil di tengah NENEK GAYUNG Nenek Gayung adalah sebuah urban legend yang berasal dari Indonesia tentang penampakan nenek misterius yang tiba-tiba muncul di tepi jalan. Menurut legendanya, Nenek Gayung merupakan suatu

Lebih terperinci

SAJAK PERMAINAN ANAK PADA MASYARAKAT NAGARI MUARA PAITI KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN 50 KOTA (ANALISIS STRUKTUR, MAKNA, DAN FUNGSI) ABSTRACT

SAJAK PERMAINAN ANAK PADA MASYARAKAT NAGARI MUARA PAITI KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN 50 KOTA (ANALISIS STRUKTUR, MAKNA, DAN FUNGSI) ABSTRACT SAJAK PERMAINAN ANAK PADA MASYARAKAT NAGARI MUARA PAITI KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN 50 KOTA (ANALISIS STRUKTUR, MAKNA, DAN FUNGSI) Revika¹, Aruna Laila², Samsiarni² ¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

FUNGSI DAN MAKNA MANTRA DALAM KAJI MUDO DI KANAGARIANKOTO RANAH BAYANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN

FUNGSI DAN MAKNA MANTRA DALAM KAJI MUDO DI KANAGARIANKOTO RANAH BAYANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN FUNGSI DAN MAKNA MANTRA DALAM KAJI MUDO DI KANAGARIANKOTO RANAH BAYANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN Rizqanil Fajri 1), Syofiani 2), Romi Isnanda 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih

Lebih terperinci

FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT BATU BUJANG LENGONG DI NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK

FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT BATU BUJANG LENGONG DI NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT BATU BUJANG LENGONG DI NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK Nofel Efanita 1, Bakhtaruddin 2, Hamidin 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universit

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (Strata I)

ARTIKEL ILMIAH. diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (Strata I) SASTRA LISAN MANTRA PENANGKAL BISO DI NAGARI TALANG BABUNGO KECAMATAN HILIRAN GUMANTI KABUPATEN SOLOK PROVINSI SUMATRA BARAT ARTIKEL ILMIAH diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negeri yang kaya dengan budayanya. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain bahasa daerah,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

STRUKTUR, NILAI DAN FUNGSI PADA KEPERCAYAAN RAKYAT MASYARAKAT DESA CIKAHURIPAN KECAMATAN KADUDAMPIT KABUPATEN SUKABUMI

STRUKTUR, NILAI DAN FUNGSI PADA KEPERCAYAAN RAKYAT MASYARAKAT DESA CIKAHURIPAN KECAMATAN KADUDAMPIT KABUPATEN SUKABUMI STRUKTUR, NILAI DAN FUNGSI PADA KEPERCAYAAN RAKYAT MASYARAKAT DESA CIKAHURIPAN KECAMATAN KADUDAMPIT KABUPATEN SUKABUMI Asep Firdaus Dosen PBSI FKIP Universitas Muhammadiyah Sukabumi asepfirdaus2204@gmail.com

Lebih terperinci

Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Minangkabau

Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Minangkabau Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Minangkabau Iman Laili Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Abstract: Demonstrative pronouns in Minangkabau language consist of demonstrative

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 11 Kota Jambi dalam Mengidentifikasi Tema Amanat, dan Latar Cerita Rakyat. Oleh: Desi Nurmawati A1B109078

Kemampuan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 11 Kota Jambi dalam Mengidentifikasi Tema Amanat, dan Latar Cerita Rakyat. Oleh: Desi Nurmawati A1B109078 Kemampuan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 11 Kota Jambi dalam Mengidentifikasi Tema Amanat, dan Latar Cerita Rakyat Oleh: Desi Nurmawati A1B109078 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi

Lebih terperinci

ASAL USUL DAN MAKNA NAMA GELAR DATUAK DI NAGARI NAN TUJUAH KECAMATAN PALUPUH KABUPATEN AGAM ( Analisis Semiotik ) SKRIPSI

ASAL USUL DAN MAKNA NAMA GELAR DATUAK DI NAGARI NAN TUJUAH KECAMATAN PALUPUH KABUPATEN AGAM ( Analisis Semiotik ) SKRIPSI ASAL USUL DAN MAKNA NAMA GELAR DATUAK DI NAGARI NAN TUJUAH KECAMATAN PALUPUH KABUPATEN AGAM ( Analisis Semiotik ) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Pada Jurusan

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI PIDATO ADAT DALAM TRADISI BATAGAK GALA DI NAGARI LUNDAR KECAMATAN PANTI TIMUR KABUPATEN PASAMAN JURNAL

STRUKTUR DAN FUNGSI PIDATO ADAT DALAM TRADISI BATAGAK GALA DI NAGARI LUNDAR KECAMATAN PANTI TIMUR KABUPATEN PASAMAN JURNAL STRUKTUR DAN FUNGSI PIDATO ADAT DALAM TRADISI BATAGAK GALA DI NAGARI LUNDAR KECAMATAN PANTI TIMUR KABUPATEN PASAMAN JURNAL Diajukan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) ABDUL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal bahwa tradisi lisan masih hidup di berbagai suku bangsa di Indonesia. Tradisi lisan sering

Lebih terperinci

JMSC Tingkat SD/MI2017

JMSC Tingkat SD/MI2017 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan cara menyilang (X)abjad jawaban pada lembar jawaban kerja yang disediakan. 1. Pada sore hari jika kita menghadap pada matahari, bayangan tubuh kita tampak lebih...

Lebih terperinci

PERTANYAAN TRADISIONAL MASYARAKAT MINANGKABAU DI KELURAHAN SIMPANG RUMBIO KECAMATAN LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK

PERTANYAAN TRADISIONAL MASYARAKAT MINANGKABAU DI KELURAHAN SIMPANG RUMBIO KECAMATAN LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK PERTANYAAN TRADISIONAL MASYARAKAT MINANGKABAU DI KELURAHAN SIMPANG RUMBIO KECAMATAN LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK SANDRA VERMAYANTI ABSTRACT This research is motivated by the lack of scientific and empirical

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 A. Pendekatan dan Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan Strategi grounded theory (teori dari bawah). Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang,

BAB I PENDAHULUAN. Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang, mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan. Menurut Nugroho, 2005:1, bahwa permainan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. jelaskan pada bab sebelumnya, dapat peneliti simpulkan persepsi. masyarakat Desa Noenoni mengenai tradisi sifon dalam beberapa bagian

BAB VI PENUTUP. jelaskan pada bab sebelumnya, dapat peneliti simpulkan persepsi. masyarakat Desa Noenoni mengenai tradisi sifon dalam beberapa bagian BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari semua analisis dan interpretasi data yang telah peneliti jelaskan pada bab sebelumnya, dapat peneliti simpulkan persepsi masyarakat Desa Noenoni mengenai tradisi sifon

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU Oleh: Nepi Sutriati 1, Hasanuddin WS 2, Zulfadhli 3 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. masih dijalankan dalam masyarakatnya. Di Nagari Batu Gajah salah satu tradisi

BAB V PENUTUP. masih dijalankan dalam masyarakatnya. Di Nagari Batu Gajah salah satu tradisi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Tradisi adalah adat atau kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakatnya. Di Nagari Batu Gajah salah satu tradisi yang masih dilaksanakan

Lebih terperinci

Simpulan bahasa Bandingan Perumpamaan Pepatah Bidalan Kata-kata hikmat

Simpulan bahasa Bandingan Perumpamaan Pepatah Bidalan Kata-kata hikmat Peribahasa digunakan orang sebagai kiasan, teladan, dan pengajaran. Itulah sebabnya peribahasa sering digunakan sebagai hiasan untuk mengindahkan karangan atau ketika memberikan ucapan atau syarahan Peribahasa

Lebih terperinci

MAKNA GRAMATIKAL DALAM MANTRA PENGOBATAN TRADISIONAL DI KANAGARIAN SAOK LAWEH KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK SELVI HENI ABSTRACT

MAKNA GRAMATIKAL DALAM MANTRA PENGOBATAN TRADISIONAL DI KANAGARIAN SAOK LAWEH KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK SELVI HENI ABSTRACT MAKNA GRAMATIKAL DALAM MANTRA PENGOBATAN TRADISIONAL DI KANAGARIAN SAOK LAWEH KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK SELVI HENI ABSTRACT The results spell of traditional medicine, there are three pieces of traditional

Lebih terperinci

PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL

PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL Oleh: MELISA 11060280 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ragam kebudayaan di Indonesia yang dapat menunjukan identitas budaya pemiliknya ialah folklor. Menurut Danandjaja (1984:2), folklor didefinisikan

Lebih terperinci

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN Oleh : Ade Reza Palevi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa aderezahidayat@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI

CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan Guna memperoleh gelar sarjana S1 Pada Jurusan Sastra Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah penelitian tersebut akan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah penelitian tersebut akan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah penelitian tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah mengambil

Lebih terperinci

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Oleh: Murti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Murti_tinah@yahoo.com.id Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan manusia. Hal inilah kemudian yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tadut merupakan salah satu nama kesenian etnik Besemah yang berupa sastra tutur/ sastra lisan yang isinya pengajaran agama Islam di daerah provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan sebuah karya ilmiah diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka bertujuan untuk mengetahui keauntetikan sebuah karya ilmiah. Kajian yang

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA RAKYAT KARO BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA.

PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA RAKYAT KARO BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA. 1 PERSEPSI MASYARAKAT DESA MERDEKA KECAMATAN MERDEKA KABUPATEN KARO TERHADAP CERITA RAKYAT KARO BEGU GANJANG KAJIAN RESEPSI SASTRA Oleh Boy Syahputra Surbakti Drs. Syamsul Arif, M.Pd Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia terkenal dengan keragaman budayanya. Ragam budaya yang terdapat di Indonesia memiliki nilai-nilai budaya yang tinggi di tiap-tiap penganutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

ASAL-USUL PENAMAAN KAMPUNG DI KENAGARIAN KAPALO HILALANG KECAMATAN 2XII KAYU TANAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ASAL-USUL PENAMAAN KAMPUNG DI KENAGARIAN KAPALO HILALANG KECAMATAN 2XII KAYU TANAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN ASAL-USUL PENAMAAN KAMPUNG DI KENAGARIAN KAPALO HILALANG KECAMATAN 2XII KAYU TANAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN Winda Yenita 1), Marsis 2), Dainur Putri 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

Analisis metaforis..., Widya, FIB, UI, 2010.

Analisis metaforis..., Widya, FIB, UI, 2010. 119 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penggunaan bahasa adalah cerminan dinamika masyarakat penuturnya. Keunikan dan keapikan kemasan sebuah ujaran adalah cerminan keunikan sebuah budaya. Setiap budaya memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan sesama manusia atau kelompok. Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pesan kepada seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG. lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan

BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG. lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG 2.1 Cerita Rakyat Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat. Cerita rakyat atau legenda adalah cerita pada

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN 1. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman terletak di antara 100º 21 00 Bujur Timur atau 0º

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bloomfield, Leonard Language. New York: Henry Holt and Company

DAFTAR PUSTAKA. Bloomfield, Leonard Language. New York: Henry Holt and Company 241 DAFTAR PUSTAKA Bloomfield, Leonard. 1958. Language. New York: Henry Holt and Company Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Colemen, Simon dan Watson Helen.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Malang Press, 2008, hlm Ahmad Khalili, M.Fiil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, UIN

BAB IV ANALISIS. Malang Press, 2008, hlm Ahmad Khalili, M.Fiil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, UIN 60 BAB IV ANALISIS A. Pantangan diyakini Masyarakat Karanggadung Lazimnya manusia yang hidup di tengah-tengah alam liar yang bebas beraktifitas. Penduduk pulau Jawa adalah para pengembara handal di alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang teletak di bagian Asia tenggara yang dilalui garis khatulistiwa. Indonesia berada diantara benua Asia dan Australia serta diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam, benda, tempat, dan makna nama orang hebat atau pintar. Nama juga diberikan pada kafe. Kafe menurut KBBI (2014) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. alam, benda, tempat, dan makna nama orang hebat atau pintar. Nama juga diberikan pada kafe. Kafe menurut KBBI (2014) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Semua benda di dunia memiliki nama. Pemberian nama bertujuan untuk memudahkan seseorang mengenal identitas dari benda tersebut. Nama merupakan media yang dihasilkan

Lebih terperinci