UNGKAPAN LARANGAN RAKYAT DI KENAGARIAN LUBUK LAYANG KECAMATAN RAO SELATAN KABUPATEN PASAMAN ABSTRACT
|
|
- Yuliana Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 UNGKAPAN LARANGAN RAKYAT DI KENAGARIAN LUBUK LAYANG KECAMATAN RAO SELATAN KABUPATEN PASAMAN Neti Fitreni 1), Yetty Morelent 2), Dainur Putri 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta. ABSTRACT The background of this research is there are still many people than believe abaout unknown forbidden statement. Teh purpose of this research to know the meaning and the function of forbidden statement in Kenagarian Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman. Theory of this research are Danadjaya (1991)and Amir (2013) about Indonesian Folklor. Kind of this research is qualitative research that used descriptive method. Babatthering data methodh that used in this rehering data methodh that used in this ressearch are interview and note. The data will be transcribed, translate, identifisstion, analysis, and result. The result of data is showed that three functions forbidden statement in Kenagarian Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman are the first forbidden statemen urang sudah molahir ge ndo buliah disingguang kaki, beko bonten. The second is jangen bopayuang di tongah rumah beko dibuyun lobah and the first is Jangen mombaco di waktu magrib beko buto mato wak.meaning which there are in expression of is prohibition order represent symbolic meaning. Pursuant to result of research can be concluded that expression of is prohibition order which is used in general function to arrange someone behaviour in society. Keyword : Expression of is Prohibition order, Folklor. PENDAHULUAN Sumatera Barat adalah daerah yang masyarakat dengan menggunakan tuturan kata secara lisan yaitu ungkapan larangan. memiliki banyak kebudayaan, salah satu Ungkapan larangan merupakan budaya yang terkenal adalah budaya bentuk perkataan atau ungkapan yang Minangkabau. Setiap masyarakat dipercayai rakyat, tetapi tidak diketahui Minangkabau memiliki adat istiadat, kebenarannya. Ungkapan dalam bahasa bahasa, suku dan tradisi yang berbedabeda. Perbedaan-perbedaan yang ada pada masyarakat Minangkabau menjadi suatu Minangkabau disampaikan sesuai dengan sifat dan tingkah laku masyarakat itu sendiri. Ungkapan larangan ini sering ciri khas kebudayaan yang menjadi digunakan masyarakat yang berada di kebanggaan daerah dan berkembang dalam Kenagarian Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman sebagai alat
2 2 pendidik anak supaya mereka tidak melanggar dan dapat mematuhi peraturan tersebut. Akan tetapi didikan yang terdapat dalam keyakinan itu diwujudkan dengan memberi kabar yang menakutkan bagi pendengarnya sehingga kalau dilihat dari proses berfikir normal, keyakinan itu tidak dapat diterima atau tidak masuk akal. Salah satu budaya yang diwariskan secara turun temurun adalah ungkapan larangan. Ungkapan larangan telah dikenal masyarakat dari generasi ke generasi sehingga tidak dapat diketahui siapa pencetus utamanya. Sesuatu yang disampaikan secara turun temurun dinamakan folklor. Menurut Amir dalam Danadjaya (2013:162) menyatakan definisi folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turuntemurun di antara kolektif macam apa saja secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun corak disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. Sedangkan media yang digunakan untuk menyampaikan ungkapan larangan ini adalah bahasa. Bahasa memiliki berbagai macam fungsinya seperti bahasa daerah, dimana bahasa daerah ini memiliki fungsi sebagai alat komunikasi antar etnis, sebagai sarana menunjukkan keakraban, sebagai sarana menunjukkan identitas daerah dan kebanggaan daerah. Apabila seseorang ingin menyampaikan maksud, keinginan, perasaan, atau pola pikir dapat disampaikan atau diwujudkan melalui bahasa. Salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia adalah bahasa Minangkabau. Bahasa Minangkabau merupakan bahasa ibu atau bahasa pertama bagi sebagian besar masyarakat Minangkabau, bahasa Minangkabau juga merupakan salah satu bahasa daerah yang banyak memberi sumbangan terutama kosa kata dan ungkapan. Ungkapan dalam bahasa Minangkabau disampaikan sesuai dengan sifat dan tingkah laku masyarakat karena sifat dan tingkah laku seseorang akan terhambat dari bahasa dan tuturan kata terutama dalam bentuk ungkapan kepercayaan masyarakat. Ungkapan larangan sudah melekat, hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat khususnya di Kenagarian Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman. Ungkapan larangan ini dipakai dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat sekitar, dengan seiring berjalannya waktu dan perubahan zaman, ungkapan larangan ini tidak hilang begitu
3 3 saja, tetapi ada nilai-nilai yang terkandung dalam ungkapan tersebut. Seperti contoh ungkapan larangan yang masih melekat dipakai di masyarakat tersebut: urang manganduang ndo buliah duduak di muko pintu, beko payah molahia ge, maksudnya adalah orang hamil tidak boleh duduk di pintu, apabila ungkapan tersebut dilanggar maka nanti akan susah melahirkan. anak gadih ndo buliah monoruih ge korejo urang beko dapek laki urang, maksudnya adalah anak gadis tidak boleh melanjutkan pekerjaan seseorang, akibat dari ungkapan tersebut nantinya dapat suami orang. Dan dari sinilah peneliti tertarik untuk megungkapkan bentuk ungkapan larangan apa saja yang sering dipakai oleh masyarakat di Kenagarian Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman. Sebagian masyarakat merasa yakin dan percaya, terutama orang tua yang ingin mendidik anak-anak dan keluarganya. Penelitian tentang kepercayaan rakyat ini sangat penting untuk diteliti di Kenagarian Lubuk Layang Kecamatan Rao selatan Kabupaten Pasaman, karena merupakan suatu usaha untuk menggali dan mengembangkan kembali pemakaian dan fungsi ungkapan larangan. Adapun judul peneliti adalah Ungkapan Larangan Rakyat di Kenagarian Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengggambarkan fungsi sosial ungkapan larangan di Kenagarian Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman dan (2) untuk menggambarkan makna ungkapan larangan di Kenagarian Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman. KERANGKA TEORETIS Kata folklor adalah pengindonesiaan, dalam bahasa Inggris, yaitu folklor yang berasal dari folkn dan lore. Folk sama artinya dengan kata kolektif, sedangkan lore adalah tradisi Folklor dapat dikategorikan tiga golongan besar, (1) folklor lisan, (2) folklor sebagai lisan, (3) folklor bukan lisan. Amir (2013:163) dikutip dari pendapat Danandjaya. Menurut Amir (2013:162) dikutip dari pendapat Danadjaya menyatakan definisi folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar darn diwariskan turun-temurun di antara kolektif macam apa saja secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun corak disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.
4 4 Danandjaya mengutip pendapat Cervantes (1991:28) menjelaskan bahwa ungkapan adalah kalimat pendek yang disarikan dari pengalaman panjang. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ungkapan adalah suatu perkataan yang khusus untuk menyatakan suatu maksud yang memiliki makna khusus yang berkembang di masyarakat dan belum diketahui kebenarannya. Larangan menurut Kridalaksana (2008:140) adalah ujaran yang bersifat melarang; diungkapkan dengan berbagai bentuk, antara lain dengan bentuk imperatif negatif jangan atau dengan frase ingkar tidak dibenarkan. Ungkapan larangan merupakan bentuk perkataan atau ungkapan yang dipercayai rakyat, tetapi tidak diketahui kebenarannya. Ungkapan dalam bahasa Minangkabau disampaikan sesuai dengan sifat dan tingkah laku masyarakat itu sendiri. Ungkapan kepercayaan rakyat terbentuk atas susunan kata yang membentuk bahasa dan memiliki makna. Chaer (2009:43) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, atau bunyi ujaran yang mempunyai makna. Makna ungkapan diberikan langsung oleh informan. Setiap daerah memiliki ungkapan dan memiliki makna berbeda karena makna yang didapatkan itu berasal dari informan yang berbeda. Masyarakat tidak selalu mempercayai ungkapan larangan karena tidak diketahui kebenarannya dan masyarakat sering menduga bahwa ungkapan larangan sebagai takhayul. Bahasa memiliki fungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat berkomunikasi, dalam arti untuk menyampaikan pikiran, gagasan, atau juga perasaan. Fungsi ini sejalan dengan pendapat Chaer dan Agustina (2010:15) juga mengatakan bahwa fungsi bahasa adalah alat komunikasi manusia, baik tertulis maupun lisan. Ada tiga hal yang dijelaskan oleh para filsuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal itu, yakni: (1) menjelaskan makna secara alamiah, (2) mendeskripsikan kalimat secara ilmiah (3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi kesopanan (Pateda, 2001: 79). Apabila seseorang mendengar kata tertentu, ia dapat membayangkan bendanya atau sesuatu yang diacu, dan apabila seseorang membayangkan sesuatu, ia segera dapat mengatakan pengertiannya itu. Hubungan
5 5 antara nama dengan pengertian itulah yang disebut makna (Pateda, 2001:82). Chaer (2009:29) dikutip dari pendapat Saussure menyatakan tanda bahasa (sign) adalah sebuah sistem tanda yang terdiri atas unsur signifie dan signifiant. Signifie berarti yang ditandai atau petanda merupakan makna yang ada pada benak kita, sedangkan signifiant berarti yang menandai atau penanda adalah bentuk yang dapat ditangkap oleh pancaindra. Dengan kata lain, signifie itu adalah konsep atau makna suatu tanda bunyi, sedangkan signifiant adalah bunyibunyi yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa tersebut. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Moleong, (2014: 4) mengutip pendapat Bodgan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode yang dipakai adalah metode deskriptif. Menurut Moleong (2014: 11) metode deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, bukan gambar, dan bukan angka-angka. Dalam hal ini adalah untuk mendapatkan gambaran bentuk dan makna Ungkapan Larangan Rakyat di Kenagarian Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman. Data penelitian ini adalah Ungkapan Larangan di Kenagarian Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan dibantu oleh format, pedoman wawancara dan catatan yang didapatkan dari informan berupa pertanyaan. Selain itu, peneliti juga menggunakan alat bantu sebagai berikut : (1) tape recorder atau hp, digunakan sebagai alat perekam informasi pada saat wawancara berlangsung, (2) kertas dan pena untuk mencatat hal yang penting dari hasil wawancara serta informasi yang dianggap perlu. Menurut Reniwati dan Nadra (2009: 36) informan adalah orang yang akan memberi data penelitian. Informan akan memberi informasi kebahasaan yang dicari oleh peneliti. Tanpa informan, penelitian tidak dapat dilakukan. Informan ini merupakan syarat mutlak dalam penelitian kebahasaan yang bersumber pada bahasa lisan.
6 6 Informan dalam penelitian ini terdiri dari 6 orang yaitu : Nurma (Masyarakat), Nurmala (masyarakat), Nurhayati (masyarakat), Eliesti (masyarakat), Salamah (masyarakat), Radasmi (masyarakat). Penulis membatasi umur informan empat puluh tahun sampai enam puluh tahun, dikarenakan pada umumnya masyarakat yang berada pada usia itulah yang sering mengatakan atau memakai ungkapan larangan tersebut. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah : (1) Melakukan studi pustaka, yaitu mencari referensi atau teori-teori yang berkaitan dengan peneliti. (2) Melakukan wawancara langsung dengan informan yang telah ditentukan dengan cara memberi beberapa pertanyaan kepada informan sesuai dengan tujuan penelitian. (3) Menanyakan apa saja ungkapan yang ada di daerah tersebut yang diucapkan oleh informan untuk memperoleh data yang ilmiah. (4) Mentranskipkan data hasil rekaman ke dalam bahasa tulis, (5) menterjemahkan hasil rekaman ke dalam bahasa Indonesia. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah setelah data-data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan langkah berikut ini, (1) mengelompokkan data berdasarkan fungsi dan makna ungkapan larangan, (2) menganalisis data yang telah diidentifikasi berdasarkan fungsi, dan makna ungkapan larangan, (3) menarik kesimpulan dan menulis laporan. Pengaplikasian data ini dilakukan dengan menanyakan kembali data ungkapan larangan yang telah sudah diperoleh dari 6 informan yang telah ditunjukkan dan dipercayai masyarakat Nagari Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman. Penelitian tersebut dilakukan 2 Minggu pada bulan Mei tahun Penelitian dilakukan di Nagari Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten pasaman. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang masyarakat yang mengerti dan paham mengenai ungkapan larangan. Data yang terkumpul ini ditanyakan kepada responden yang mewakili masyarakat melalui angket yang disebar kepada masyarakat di Kenagarian Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman. Angket tentang rasionalisasi ungkapan larangan ini ditujukan untuk mengetahui apakah ungkapan larangan tersebut masih digunakan dan dipercayai oleh masyarakat.
7 7 Angket ungkapan larangan dibagikan kepada 5 orang responden. Berdasarkan ungkapan larangan yang terkumpul selama penelitian, ditemukan 61 ungkapan larangan. Ungkapan larangan yang disampaikan oleh masing-masing informan dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 1 Jumlah Ungkapan Larangan yang Disampaikan Informan No Nama Jumlah Ungkapan Larangan 1 Nurhayati 10 ungkapan larangan 2 Nurmala 10 ungkapan larangan 3 Nurma 9 ungkapan larangan 4 Eliesti 12 ungkapan larangan 5 Salamah 11 ungkapan larangan 6 Radasmi 10 ungkapan larangan Setelah data terkumpul, peneliti mentranskripsikan data dalam bentuk rekaman ke dalam bentuk tulis. Peneliti kemudian mengambil data yang terkumpul dan dikelompokkan menurut fungsi, makna dan realisasi ungkapan larangan masyarakat Minangkabau di Kenagarian Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman. Berdasarkan ungkapan larangan yang terkumpul selama penelitian, terdapat 61 ungkapan larangan yang disampaikan informan dengan tiga fungsi sosial dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2. Fungsi Sosial Ungkapan Larangan No Fungsi Ungkapan Jumlah Ungkapan 1 Melarang 18 2 Mendidik 20 3 Mengingatkan 23 Jumlah 61 Pada tebel 2 ditemukan fungsi sosial ungkapan larangan yaitu fungsi ungkapan larangan melarang terdapat 18 data, ungkapan larangan mendidik 20 data dan ungkapan larangan mengingatkan terdapat 23 data. Dari semua data yang terkumpul, terdapat 61 jumlah ungkapan larangan dengan tiga fungsi sosial. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan tiga fungsi sosial ungkapan larangan dalam bahasa Minangkabau di Kenagaian Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman. Fungsi sosial ungkapan larangan yang ditemukan adalah (1) melarang, (2) mendidik, dan (3) mengingatkan Fungsi Ungkapan Larangan Melarang Fungsi ungkapan larangan melarang yang ditemukan adalah sebanyak 18 ungkapan.
8 8 Melarang berarti memerintah supaya tidak melakukan sesuatu, tidak memperbolehkan berbuat sesuatu (KBBI). Hal tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini: Data (01) Jangen monyegah olang non sodang bobunyi, beko dapek ponyakik (jangan memanggil burung elang yang sedang berbunyi nanti dapat penyakit). Data 01 adalah ungkapan larangan melarang menurut ibu Nurhayati (Masyarakat) yaitu jangen monyegah. Data yang disampaikan ibu Nurhayati ini ada kelima responden seperti ibu Nurhayati, ibu Nurma, ibu Nurmala, Eli dan Salamah menyetujui ungkapan larangan tersebut karena memang benar berakibat buruk jika ada yang melanggarnya. Ungkapan ini berfungsi melarang seseorang agar tidak menyapa elang yang sedang terbang. Data (04) Urang monganduang ndo buliah duduak (orang hamil tidak boleh duduk di depan pintu nanti susah melahirkan). Data 04 adalah ungkapan larangan melarang menurut Ibu Nurhayati (masyarakat) yaitu ndo buliah. Data yang disampaikan ibu Nurhayati semua responden menyetujuinya ungkapan larangan tersebut karena ibu hamil tidak boleh duduk di depan pintu. Ungkapan ini berfungsi melarang ibu hamil agar tidak duduk di depan pintu Fungsi Ungkapan Larangan Mendidik Fungsi ungkapan larangan mendidik yang ditemukan adalah sebanyak 20 ungkapan. Mendidik berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntutan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (KBBI offline). Hal tersebut dapat dilihat dari contoh berikut ini: Data (02) Jangen bopayuang di tongah rumah, beko dimuko pintu, beko payah molahia ge dibuyun lobah (jangan pakai payung dalam rumah, nanti dikejar lebah). di
9 9 Data 02 adalah ungkapan larangan mendidik yang disampaikan oleh ibu Nurhayati (masyarakat) yaitu jangen bopayuang. Data yang disampaikan oleh ibu Nurhayati ada tiga responden yang menyetujui dan ada dua yang tidak menyetujui ungkapan larangan tersebut. Responden yang setuju yaitu ibu Nurhayati, ibu Salamah, dan ibu Eli, sedangkan yang tidak setuju adalah ibu Nurma dan Nurmala. Ungkapan larangan ini sering digunakan oleh masyarakat Nagari Lubuk Layang. Ungkapan larangan ini berfungsi sebagai ungkapan larangan mendidik karena orang tua melarang anaknya berpayung di dalam rumah. Data (03) Jangen boguliang di tompek non indo boatok, beko dilangkahi setan (Jangan tidur ditempat yang tidak ada atapnya, nanti dilangkahi setan). Data 03 adalah ungkapan larangan Nurhayati (masyarakat) yaitu jangen boguliang. Data yang disampaikan oleh ibu Nurhayati semua responden menyetujui ungkapan larangan tersebut karena sampai sekarang ungkapan tersebut masih digunakan. Ungkapan ini berfungsi untuk mendidik karena orang tua melarang anaknya untuk tiduran disembarang tempat apalagi di tempat yang tidak ada atapnya Fungsi Ungkapan Larangan Mengingatkan Fungsi ungkapan larangan mengingatkan yang ditemukan adalah sebanyak 23 ungkapan. Mengingatkan berarti memberi ingat, memberi nasehat (teguran) supaya ingat akan kewajibannya (KBBI offline). Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut ini: Data (05) Urang monganduang ndo buliah maken buah non kombar, beko kombar anaknyo (orang hamil tidak boleh makan buah yang kembar, nanti anaknya kembar). mendidik yang disampaikan oleh ibu
10 10 Data 05 ini adalah ungkapan larangan mengingatkan menurut ibu Nurhayati (masyarakat) yaitu ndo buliah. Data yang disampaikan oleh ibu Nurhayati semua responden menyetujui ungkapan larangan tersebut, tidak ada yang mengatakan tidak setuju karena sudah banyak terbukti jika ibu-ibu yang sedang hamil memakan buahbuahan yang kembar maka anaknya juga akan kembar. Ungkapan ini digunakan untuk mengingatkan orang yang lagi hamil agar tidak memakan buah yang kembar jika ia tidak menginginkan anak yang kembar. Data (14) Jangen mombaco diwaktu magrib, beko rabun mato wak (jangan membaca diwaktu magrib nanti mata kita rabun). Data 14 ini adalah ungkapan larangan mengingatkan yang disampaikan oleh ibu Nurmala (masyarakat) yaitu jangen mombaco. Data yang disampaikan oleh ibu Nurmala kelima responden menyetujui ungkapan larangan tersebut karena cahaya diwaktu sore kurang bagus untuk kita membaca dan akan bisa membuat mata rusak. Ungkapan ini digunakan untuk mengingatkan seseorang agar tidak membaca diwaktu magrib. Pembahasan Pada bagian ini akan dibahas hasil analisis data mengenai ungkapan larangan rakyat di Kenagarian Lubuk Layang kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman dapat dibedakan dalam bentuk Makna Ungkapan Larangan dan Fungsi ungkapan larangan. Berdasarkan data penelitian ditemukan fungsi sosial ungkapan larangan melarang terdapat 18 data, ungkapan larangan mendidik 20 data dan ungkapan larangan mengingatkan terdapat 23 data. Dari semua data yang terkumpul, terdapat 61 jumlah ungkapan larangan. Berdasarkan data yang telah dianalisis dapat disimpulkan bahwa ungkapan ada 1 responden yang lebih banyak menyetujui mempercayai ungkapan larangan tersebut seperti : Jangen monyegah olang non sodang bobunyi, beko dapek ponyakik (Jangan menyapa elang yang sedang berbunyi, nanti dapat penyakit). Ungkapan ini semua responden menyetujui dan
11 11 mempercayai dan ungkapan ini tidak hilang, masih dipakai oleh masyarakat Nagari Lubuk Layang. Ungkapan ini juga memiliki fungsi yang terkandung di dalamnya yaitu fungsi melarang kepada seseorang agar tidak menyapa elang yang sedang berbunyi karena elang yang sedang terbang tinggi tidak akan mendengar apabila kita memanggilnya dengan kata lain itu hanya perbuatan yang sia-sia. Ungkapan yang kedua yang semua responden menyetujui dan mempercayai ungkapan tersebut adalah seperti Jangen boguliang di tompek non indo boatok, beko dilangkahi setan (Jangan tiduran di tempat yang tidak ada atapnya, nanti dilangkahi setan), ungkapan ini masih dipercayai dan dipakai oleh masyarakat Lubuk Layang, ungkapan ini memiliki fungsi mengingatkan seseorang agar tidak tidur disembarangan tempat karena ungkapan larangan ini masih dipakai dan diyakini oleh masyarakat setempat, dan makna dari ungkapan larangan adalah mengingatkan seseorang agar tidak tidur disembarang tempat, karena tempat tidur itu ada di dalam rumah atau di kamar, sangat tidak baik jika ada orang tidur di luar rumah dan bisa membahayakan dirinya. Ungkapan Urang monganduang ndo buliah duduak di muko pintu, beko payah molahir ge (Orang hamil tidak boleh duduk di depan pintu, nanti susah melahirkan), ungkapan larangan ini masih dipercayai dan dipakai masyarakat dan semua responden menyetujui kalau ungkapan larangan ini tetap dipakai dan tidak ada yang berani untuk melanggarnya karena takut mendapat akibatnya. Ungkapan ini memiliki fungsi melarang orang yang sedang hamil agar tidak duduk di pintu, dan ungkapan ini memiliki makna yaitu seorang ibu hamil jangan duduk di pintu karena pintu adalah tempat orang lewat dan itu akan membahayakan kandungannya dan bisa membuat perutnya tersandung. Ungkapan Urang monganduang ndo buliah maken buah non kobar, beko anaknyo kombar (Orang hamil tidak boleh makan buah yang kembar, nanti anaknya kembar), ungkapan larangan ini masih dipercayai dan semua responden menyetujui kalau ungkapan ini tetap dipakai dan tidak berani melanggarnya jika seorang ibu hamil itu tidak menginginkan anak yang kembar. Makna ungkapan ini adalah ibu hamil kalau mau makan jangan buah-buahan yang kembar jika ia tidak menginginkan anak yang kembar. Ungkapan Jangen kolua rumah di waktu mogorid, beko dilari ge setan
12 12 (Jangan keluar rumah di waktu magrib, nanti dilarikan setan), ungkapan ini masih dipercayai dan semua responden menyetujui kalau ungkapan ini tetap dipakai masyarakat Lubuk Layang. Ungkapan ini memiliki fungsi mendidik seseorang agar tidak keluar pada waktu magrib, dan ungkapan ini memiliki makna mendidik seseorang agar tidak keluar pada waktu magrib karena magrib adalah waktu untuk shalat, jika seseorang keluar maka ia akan meninggalkan shalat magribnya. Ungkapan Jangen mombaco di waktu mogorid, beko rabun mato wak (jangan membaca di waktu magrib, nanti mata kita rabun), ungkapan ini masih dipakai dan semua respoden menyetujuinya karena petuah dari orang terdahulu dan tidak ada masyarakat yang berani melanggarnya. Ungkapan ini memiliki fungsi mengingatkan seseorang agar tidak membaca pada waktu magrib dan ungkapan ini memiliki makna mengingatkan seseorang agar tidak membaca di waktu magrib karena magrib adalah waktu untuk shalat dan waktu magrib juga kurang bagus untuk membaca karena cahayanya kurang terang. Ungkapan larangan yang kelima responden tidak menyetujui dan tidak mempercayai karena itu hanya kata larangan dan tidak ada hubungannya dengan ungkapan tersebut adalah Jangen moukua tinggi baden pakei jongka tangen, beko copek mati (jangan mengukur tinggi badan pakai jari tangan, nanti cepat mati), karena tidak masuk akal kalau mengukur tinggi badan pakai jari tangan akan cepat meninggal, fungsi ungkapan larangan ini adalah mengingakan seseorang agar tidak mengukur tinggi badannya pakai jari tangan, dan makna ungkapan larangan ini adalah seseorang jika ingin mengukur tingginya gunakanlah alat yang sudah ada dan yang semestinya digunakan, sangat lucu apabila ada orang yang melihat seseorang mengukur tinggi badannya menggunakan jarinya. Berdasarkan analisis data dan dari ungkapan tersebut peneliti telah menemukan ungkapan larangan yang disetujui dan dipercayai oleh kelima responden dari nagari Lubuk Layang, ungkapan tersebut masih melekat, masih ada dan dipercayai, dari masing-masing ungkapan itu juga memiliki fungsi dan makna ungkapan larangan yang berbeda dari masing-masing ungkapan, dan ungkapan yang terakhir juga ada ungkapan yang tidak disetujui kelima responden karena tidak masuk akal dan tidak ada hubungannya.
13 13 Hasil penelitian menurut peneliti sebelumnya yaitu Juli Hardani (2014) mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Bung Hatta, melakukan penelitian dengan judul Ungkapan Larangan Rakyat di Pilubung Kecamatan Sungai limau Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat: Suatu Tinjauan Dari Pemakaian, Fungsi dan Nilai-Nilai Edukatif. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu: Nilai edukatif yang menyangkut tentang budi pekerti, nilai pendidikan sosial, dan nilai kesejahteraan keluarga, peneliti sebelumnya mendapatkan 40 ungkapan larangan terbagi untuk pemakaian, I data untuk fungsi sebagai penebal emosi 28 data untuk fungsi alat pendidikan anak remaja, untuk nilai budi pekerti 3 data, 6 data untuk nilai sosial, 6 data untuk kesejahteraan, sedangkan peneliti sekarang membahas ungkapan larangan mengenai fungsi ungkapan larangan sebanyak 18 data untuk melarang, 20 data mendidik dan 23 data untuk mengingatkan dan makna setiap ungkapan larangan yang ada di daerah tersebut. Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian sebelumnya terdapat pada pamakaian, fungsi, dan makna ungkapan larangan. Peneliti sebelumnya memakai fungsi penebal emosi dan fungsi alat pendidikan, sedangkan peneliti sekarang membahas fungsi melarang, mendidik, dan mengingatkan karena dari semua data yang terkumpul peneliti banyak menemukan ungkapan larangan dengan tiga fungsi tersebut. Persamaan peneliti sekarang dengan penelti terdahulu yaitu sama-sama membahas tentang ungkapan larangan tetapi terdapat di daerah yang berbeda. PENUTUP Pada bagian ini, dikemukakan simpulan penelitian serta beberapa saran yang berhubungan dengan hasil penelitian ini. Simpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian dapat disimpukan bahwa ungkapan larangan rakyat di Kenagarian Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman adalah sebagai berikut: Pertama, ungkapan larangan di kenagarian Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman ungkapan yang didapatkan peneliti ada 61 ungkapan dari semua ungkapan tersebut ada beberapa responden yang menyetujui dan ada juga responden yang tidak menyetujui.
14 14 Ungkapan ini sudah lama melekat dan hidup di tengah-tengah masyarakat dan diwariskan secara turun-temurun, sehingga kita sekarang tidak tahu lagi siapa yang menciptakan ungkapan larangan tersebut. Kedua, setiap ungkapan larangan memiliki makna dan ungkapan yang telah didapatkan itu memiliki makna tersendiri yang sesuai dengan kepercayaan dan kebiasaan yang terdapat di kenagarian tersebut. Makna yang terdapat dalam ungkapan larangan tersebut merupakan makna simbolis.yang ketiga, setiap ungkapan larangan memiliki fungsi tersendiri seperti fungsi ungkapan larangan melarang 18 data, ungkapan larangan mendidik 20 data dan ungkapan larangan mengingatkan 23 data. Saran Saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut : yang Pertama, untuk sebagai pedoman guru dalam memberi pesan dalam pengajaran, guru dapat memberikan pelajaran dan pesan melalui ungkapan larangan yang diketahuinya. Kedua, sebagai pedoman untuk kaum muda agar lebih menjaga tingkah laku dan adat sopan santun dalam bertindak karena ungkapan larangan tersebut harus bisa dilestarikan yang sudah lama melekat dan berkembang di daerah tersebut agar ungkapan tersebut tidak hilang dan untuk para generasi muda agar bisa mengetahui apa saja larangan yang ada di nagari mereka dan nantinya generasi muda dapat meneruskannya untuk generasi berikutnya supaya ungkapan larangan tidak hilang begitu saja dan di dalam ungkapan dijelaskan bahwa setiap perbuatan manusia akan menyebabkan suatu akibat. Ketiga, bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan acuan dalam pembuatan skripsinya. DAFTAR PUSTAKA Amir, Adriyetti Sastra Lisan Indonesia. Yogyakarta: Andi Chaer, Abdul dan Leoni Agustina Sosiolinguistik Perkenalan Awal.Jakarta: Rineka Cipta Chaer, Abdul Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Danandjaya, James Folklor Indonesia. Jakarta : Grafiti Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Ke Tiga. Jakarta:Balai Pustaka Firstiana, Febriadeti Ungkapan Larangan Dalam Masyarakat Minangkabau di Kenagarian Bunuhampu Kabupaten Agam. (Skripsi). Padang : Bung Hatta Hardani, Juli Ungkapan Larangan Rakyat di Pilubang Kecamatan Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat : Suatu Tinjauan Dari Pemakaian, Fungsi
15 15 Dan Nilai-Nilai Edukatif. (Skripsi). Padang. BungHatta Kridalaksana, Harimurti Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Mahsun Metode Penelitian Bahasa. Jakarta : Raja Grafindo Persada Nurdian, Nella Ungkapan Larangan Rakyat di Kenagarian Lubuk Pandam Kecamatan 2X 11 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman. (Skripsi). Padang : Bung Hatta Pateda, Mansoer Semantik Leksikal.Jakarta : Rineka Cipta Reniwati dan Nandra Dialektologi Teori Dan Metode. Padang :Elamatera Publishing
UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT DI KANAGARIAN INDERAPURA KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN
UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT DI KANAGARIAN INDERAPURA KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Rosmina 1, Abdurahman 2, Andria Catri Tamsin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciUNGKAPAN LARANGAN DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI KENAGARIAN KUBANG PUTIAH KECAMATAN BANUHAMPU KABUPATEN AGAM
UNGKAPAN LARANGAN DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI KENAGARIAN KUBANG PUTIAH KECAMATAN BANUHAMPU KABUPATEN AGAM Febriadeti Firstiana 1), Marsis 2), Elvina A Saibi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciUNGKAPAN LARANGAN PADA MASYARAKAT NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK SKRIPSI ARTIKEL ILMIAH
UNGKAPAN LARANGAN PADA MASYARAKAT NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK SKRIPSI ARTIKEL ILMIAH AHMAD SYUKRI NPM 09080121 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan disuatu daerah. Salah satunya adalah dengan penelitian foklor.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada beberapa cara yang dilakukan oleh para peneliti dalam mengungkap kebudayaan disuatu daerah. Salah satunya adalah dengan penelitian foklor. Menurut Danandjaja (1984:2)
Lebih terperinciNILAI-NILAI EDUKATIF, MAKNA DAN PEMAKAIAN UNGKAPAN LARANGAN DI KAMPUNG TAMPUNIK KENAGARIAN KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN
1 NILAI-NILAI EDUKATIF, MAKNA DAN PEMAKAIAN UNGKAPAN LARANGAN DI KAMPUNG TAMPUNIK KENAGARIAN KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Ari Syaputra 1), Syofiani 2), Romi Isnanda 2). 1)
Lebih terperinciARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU
ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU Ditulis Kepada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA BUNGA TANJUNG DENGAN DIALEK DESA PASAR BANTAL KECAMATAN TERAMANG JAYA KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU
ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA BUNGA TANJUNG DENGAN DIALEK DESA PASAR BANTAL KECAMATAN TERAMANG JAYA KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU Oleh GAGA RUKI NPM 1110013111061 Ditulis untuk Memenuhi
Lebih terperinciKEKEEFEKTIFAN PENULISAN SURAT RESMI DI KANTOR CAMAT KECAMATAN KUMUN DEBAI KOTA SUNGAI PENUH
KEKEEFEKTIFAN PENULISAN SURAT RESMI DI KANTOR CAMAT KECAMATAN KUMUN DEBAI KOTA SUNGAI PENUH Eza dini fitri ¹), Syofiani²), Romi Isnanda²) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciALIH KODE GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 PADANG
ALIH KODE GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 PADANG Randi Alamhuri 1), Syofiani 2), Romi Isnanda 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciCAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang
CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang Oleh: Murliaty 1, Erizal Gani 2, Andria Catri Tamsin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciGAYA BAHASA UNGKAPAN KIASAN MASYARAKAT MINANGKABAU DAN APLIKASINYA DI NAGARI GUNUNG PADANG ALAI KECAMATAN V KOTO TIMUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN
GAYA BAHASA UNGKAPAN KIASAN MASYARAKAT MINANGKABAU DAN APLIKASINYA DI NAGARI GUNUNG PADANG ALAI KECAMATAN V KOTO TIMUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN Nia Gustina¹, Gusnetti², Syofiani² ¹Mahasiswa Program Studi
Lebih terperinciPlease purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata budaya terdiri dari dua kata yaitu budi dan daya. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak
Lebih terperinciUNGKAPAN LARANGAN BAGI SUAMI KETIKA ISTRINYASEDANG HAMIL DI KENAGARIAN ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK
UNGKAPAN LARANGAN BAGI SUAMI KETIKA ISTRINYASEDANG HAMIL DI KENAGARIAN ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK Oleh: Rahmawita 1, Nurizzati 2, M.Ismail Nst 3 Program Studi Sastra Indonesia
Lebih terperinciCAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT
1 CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN Dina Oktavia¹, Putri Dian Afrinda², Risa Yulisna² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku
Lebih terperinciSTRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG TUBUH MANUSIA DAN OBAT-OBATAN DI DESA TALAGO GUNUNG KECAMATAN BARANGIN KOTA SAWAHLUNTO
STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG TUBUH MANUSIA DAN OBAT-OBATAN DI DESA TALAGO GUNUNG KECAMATAN BARANGIN KOTA SAWAHLUNTO Indri Anggraeni 1, Yenni Hayati 2, M. Ismail Nst. 3 Program Studi
Lebih terperinciPENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG
PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI PADANG Risa Marjuniati ), Marsis ), Hj. Syofiani ) ) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ) Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang
Lebih terperinciPENGHILANGAN FONEM, PENAMBAHAN FONEM DAN PERUBAHAN MAKNA BAHASA INDONESIA DARI BAHASA MELAYU DIALEK DESA NEREKEH KABUPATEN LINGGA
PENGHILANGAN FONEM, PENAMBAHAN FONEM DAN PERUBAHAN MAKNA BAHASA INDONESIA DARI BAHASA MELAYU DIALEK DESA NEREKEH KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN
PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk
Lebih terperinciUNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU PADA MASYARAKAT PADANG GALUNDI DI KELURAHAN TANAH GARAM KECAMATAN LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK YANNI MAILIZAWATI
UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU PADA MASYARAKAT PADANG GALUNDI DI KELURAHAN TANAH GARAM KECAMATAN LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK YANNI MAILIZAWATI ABSTRACT The results of the expression of the People's
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 42 5.1 KESIMPULAN... 42 5.2 SARAN... 43 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan
Lebih terperinciFUNGSI DAN MAKNA MANTRA DALAM KAJI MUDO DI KANAGARIANKOTO RANAH BAYANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN
FUNGSI DAN MAKNA MANTRA DALAM KAJI MUDO DI KANAGARIANKOTO RANAH BAYANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN Rizqanil Fajri 1), Syofiani 2), Romi Isnanda 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan sebuah karya ilmiah diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka bertujuan untuk mengetahui keauntetikan sebuah karya ilmiah. Kajian yang
Lebih terperinciMANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT (INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY) DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Oleh
MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT (INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY) DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Oleh Septiana Dwi Puspita Sari Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan bahasa untuk berkomunikasi satu sama lain. Melalui bahasa pula, semua informasi yang ingin kita sampaikan akan dapat diterima
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis
Lebih terperinciPEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA
PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan
Lebih terperinciAbstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau
Kajian Dialektologi dan Sikap Bahasa Minang Pada Pedagang Rantau di Jakarta 1 Erni Hastuti, 2 Teddy Oswari 1 Fakultas Sastra dan Bahasa, Universitas Gunadarma 2 Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
Lebih terperinciKEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN
1 KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Putu Sosiawan Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstrak The
Lebih terperinciMAKNA IDIOM DALAM TABLOID NOVA SEBUAH TINJAUAN SEMANTIK
MAKNA IDIOM DALAM TABLOID NOVA SEBUAH TINJAUAN SEMANTIK oleh SISKA RAMAYANTI NPM 0910013111019 Artikel Ditulis untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Wisuda PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang, mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan. Menurut Nugroho, 2005:1, bahwa permainan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak
Lebih terperinciPada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan penelitian (4) mamfaat penelitian. A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disampaikan kepada orang lain. Sering disebut juga bahwa bahasa itu merupakan alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang menghubungkan antara satu orang dengan orang lain. Melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dan menyampaikan pesan yang ingin
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI
TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Rena Anggara 1), Marsis 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan cerminan dari suatu masyarakat penuturnya dan karya manusia yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia mengalami perkembangan; yaitu mengalami
Lebih terperinciSAJAK PERMAINAN ANAK PADA MASYARAKAT NAGARI MUARA PAITI KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN 50 KOTA (ANALISIS STRUKTUR, MAKNA, DAN FUNGSI) ABSTRACT
SAJAK PERMAINAN ANAK PADA MASYARAKAT NAGARI MUARA PAITI KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN 50 KOTA (ANALISIS STRUKTUR, MAKNA, DAN FUNGSI) Revika¹, Aruna Laila², Samsiarni² ¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini peranan bahasa sebagai alat komunikasi masih sangat penting. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam interaksi masyarakat, bahasa merupakan alat utama yang digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan seseorang kepada orang lain. Dewasa ini peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipergunakan dalam masyarakat. Bahasa memiliki peran dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat pemakai bahasa secara sadar atau tidak sadar menggunakan bahasa yang dipergunakan dalam masyarakat. Bahasa memiliki peran dan kedudukan yang sangat
Lebih terperinciPEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA
PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA Himawatul Azmi Nur dan Prembayun Miji Lestari Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, FBS, Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Tujuan
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010
ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ragam kebudayaan di Indonesia yang dapat menunjukan identitas budaya pemiliknya ialah folklor. Menurut Danandjaja (1984:2), folklor didefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tadut merupakan salah satu nama kesenian etnik Besemah yang berupa sastra tutur/ sastra lisan yang isinya pengajaran agama Islam di daerah provinsi Sumatera Selatan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Variasi bahasa Minangkabau merupakan sebuah fenomena yang dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Variasi bahasa Minangkabau merupakan sebuah fenomena yang dapat dilihat dari perbedaan dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat Minangkabau di berbagai wilayah.
Lebih terperinciKEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT
KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) Doretha Amaya Dhori 1, Wahyudi Rahmat², Ria Satini² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa di dunia memiliki khazanah cerita prosa rakyat. Menurut Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan besar,
Lebih terperinciANALISIS BENTUK-BENTUK DIKSI DIALEK MELAYU MASYARAKAT KELURAHAN TANJUNG UNGGAT KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG
ANALISIS BENTUK-BENTUK DIKSI DIALEK MELAYU MASYARAKAT KELURAHAN TANJUNG UNGGAT KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Oleh ANANDA RIKANA NIM 120388201145 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Adalah suatu kenyataan bahwa manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013
BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.
Lebih terperinciSTRUKTUR, MAKNA, DAN FUNGSI UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI NAGARI SOLOK AMBAH KABUPATEN SIJUNJUNG
STRUKTUR, MAKNA, DAN FUNGSI UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI NAGARI SOLOK AMBAH KABUPATEN SIJUNJUNG Oleh: Hayatul Fitri 1, Bakhtaruddin Nst. 2, Hamidin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciKATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DIALEK AMPANG KURANJI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA
KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DIALEK AMPANG KURANJI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA 1) Perlia Hayati¹ ), Yetty Morelent² ), DainurPutri² ) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu dimana manusia mempunyai perasaan, jiwa, hati dan pikiran masing-masing
Lebih terperinciRealisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa
REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciKATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DIALEK AMPING PARAK KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN
KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DIALEK AMPING PARAK KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN Sri Yomi 1, Yetty Morelent 2, Gusnetti 2 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciCERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL
CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL Firdauzia Nur Fatimah, Edy Tri Sulistyo Universitas Sebelas Maret ningfirda15@gmail.com, edytrisulistyo9@gmail.com
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Fokusnya adalah penggambaran secara menyeluruh tentang bentuk, fungsi, dan makna ungkapan larangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi
Lebih terperinciMEDAN MAKNA GERAK ORGAN TUBUH BAGIAN KEPALA MANUSIA DALAM BAHASA GORONTALO
1 MEDAN MAKNA GERAK ORGAN TUBUH BAGIAN KEPALA MANUSIA DALAM BAHASA GORONTALO Sry Inggriani Lakoro Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan sebagai makhluk sosial karena manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya membutuhkan bantuan
Lebih terperinciFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Abstract
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DI KELAS IV SD NEGERI 03 PURUS KECAMATAN PADANG BARAT Winda Anggraini 1,Marsis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,
Lebih terperinciIin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar Umar, M.Pd. ABSTRAK
1 2 Hubungan Penguasaan Struktur dan Ciri Kebahasaan Teks dengan Kemampuan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 23 Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu
Lebih terperinciREALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER
REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciKRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA
KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA Oleh,, 1) Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan
Lebih terperinci2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI
1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengakuan keesaan Tuhan dalam mantra Sahadat Sunda pengakuan keislaman sebagai mana dari kata Sahadat itu sendiri. Sahadat diucapkan dengan lisan dan di yakini dengan
Lebih terperinciKESANTUNAN BERBAHASA PEDAGANG SAYUR DALAM MELAYANI PEMBELI DI PASAR KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN
1 KESANTUNAN BERBAHASA PEDAGANG SAYUR DALAM MELAYANI PEMBELI DI PASAR KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Mutya Ramanda 1), Yetty Morelent 2), Romi Isnanda 2). 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang sempurna. Sebagai makhluk yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran yang dimiliki,
Lebih terperinciBENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI
BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciHelvina Septia 1), Yetty Morelent 2), Dainur Putri 2. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Bung Hatta
KESANTUNAN BERBAHASA MINANGKABAU DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF ANAK TERHADAP ORANG YANG LEBIH TUA DI KAMPUNG KOTO PULAI KENAGARIAN KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Helvina Septia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat dibutuhkan manusia dalam menyampaikan suatu maksud
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa, masyarakat, dan budaya adalah tiga entitas yang erat berhubungan. Ketiadaan yang satu menyebabkan ketiadaan yang lainnya. Bahasa merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciKESALAHAN PENULISAN SURAT RESMI DI KANTOR CAMAT LUBUK TAROK KABUPATEN SIJUNJUNG
KESALAHAN PENULISAN SURAT RESMI DI KANTOR CAMAT LUBUK TAROK KABUPATEN SIJUNJUNG Gusmaweni 1), Gusnetti 2), Syofiani 2) 1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2. Dosen Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan masyarakat. Mengingat hal itu, sudah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan didefinisikan sebagai cara-cara mendekati objek. Model pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan folklor modern. Pendekatan folklor
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMBACA SISWA KELAS V DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INDEX CARD MATCH SD NEGERI 04 PUNGGUANG KASIAK KABUPATEN PADANG PARIAMAN
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMBACA SISWA KELAS V DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INDEX CARD MATCH SD NEGERI 04 PUNGGUANG KASIAK KABUPATEN PADANG PARIAMAN Delvia Puspita Sari 1, Gusnetti 2, Syofiani 2. Mahasiswa
Lebih terperinciSTRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT BATU HAMPAR KABUPATEN PESISIR SELATAN
STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT BATU HAMPAR KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Nova Gusmayenti 1, Syahrul R. 2, Abdurahman 3 Program Studi Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciUNGKAPAN PANTANG LARANG WANITA HAMIL DI KENAGARIAN PANGIAN KECAMATAN LINTAU BUO KABUPATEN TANAH DATAR
UNGKAPAN PANTANG LARANG WANITA HAMIL DI KENAGARIAN PANGIAN KECAMATAN LINTAU BUO KABUPATEN TANAH DATAR Oleh: Linda Fitri Yeni 1, Nurizzati 2, Zulfikarni 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk
Lebih terperinciANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH
ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH Asriani, S.Pd, M. Pd Dan Erfinawati, S.Pd, M.Pd. Program Studi Pendidikan B.Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciASAL-USUL PENAMAAN KAMPUNG DI KENAGARIAN KAPALO HILALANG KECAMATAN 2XII KAYU TANAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN
ASAL-USUL PENAMAAN KAMPUNG DI KENAGARIAN KAPALO HILALANG KECAMATAN 2XII KAYU TANAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN Winda Yenita 1), Marsis 2), Dainur Putri 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun antara bahasa dan kebudayaan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran
BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian Analisis Pemanfaatan Prinsip Kesantunan Berbahasa pada Kegiatan Diskusi Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian
Lebih terperinciPRONOMINA OF CENTRAL JAVA LANGUAGE SOLO DIALECT
1 PRONOMINA OF CENTRAL JAVA LANGUAGE SOLO DIALECT Sri Suharti 1, Charlina 2, Mangatur Sinaga 3 srisuharti2525@gmail.com, charlinahadi@yahoo.com, sinaga.mangatur83162@gmail.com Hp: 085375625225 Faculty
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikator kepada komunikan. Pesan tersebut dapat berupa pikiran, ide,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia terjadi interaksi satu sama lain. Proses interaksi tersebut terjadi karena adanya komunikasi antar sesama anggota masyarakat. Komunikasi merupakan
Lebih terperinciANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH
ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) WILDASARI NIM 110388201136
Lebih terperinciPENGGUNAAN BAHASA BAKU DAN KALIMAT EFEKTIF DALAM SURAT RESMI DI KANTOR BPKD PADANG
PENGGUNAAN BAHASA BAKU DAN KALIMAT EFEKTIF DALAM SURAT RESMI DI KANTOR BPKD PADANG PENGGUNAAN BAHASA BAKU DAN KALIMAT EFEKTIF DALAM SURAT RESMI DI KANTOR BPKD PADANG Yesa Yuli Hadianis 1), Marsis 2),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh
Lebih terperinciSikap Terhadap Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMAN 2 TBU dan Implikasinya. Oleh
Sikap Terhadap Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMAN 2 TBU dan Implikasinya Oleh Wahyu Riyanti Munaris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: Wahyu_Riyanti.batrasia@yahoo.com ABSTRACT This research
Lebih terperinciKESANTUNAN BERBAHASA MINANGKABAU DALAM TINDAK TUTUR ANAK KEPADA ORANG YANG LEBIH TUA DI KENAGARIAN SUNUR KECAMATAN NAN SABARIS KABUPATEN PADANG PARIAMAN Ayu Wahyuni 1), Gusnetti 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah
Lebih terperinci