PERTANYAAN TRADISIONAL MASYARAKAT MINANGKABAU DI KELURAHAN SIMPANG RUMBIO KECAMATAN LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERTANYAAN TRADISIONAL MASYARAKAT MINANGKABAU DI KELURAHAN SIMPANG RUMBIO KECAMATAN LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK"

Transkripsi

1 PERTANYAAN TRADISIONAL MASYARAKAT MINANGKABAU DI KELURAHAN SIMPANG RUMBIO KECAMATAN LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK SANDRA VERMAYANTI ABSTRACT This research is motivated by the lack of scientific and empirical studies on the question of traditional Minangkabau society, especially in the Village District Simpang Lubuk Rumbio Sikarah Solok. The purpose of this study is twofold, namely ( 1 ) describing the classification question Minangkabau traditional village communities in Simpang Lubuk Rumbio Sikarah Solok District, ( 2 ) describing the functions of traditional Minangkabau question for the people in the village of Simpang Lubuk Rumbio Sikarah Solok District. This research is a descriptive qualitative research methods that do not use the figures and objects in the form of a group of people. Data were obtained through interview techniques and recording traditional questions. Informants in this study determined by the snowball technique is to ask recommendation from someone. From an informant that a little amount of data sources belipat can double in number. Mengelinding like a snowball. Data were analyzed by the study formula. Based on the analysis of data and discussion concluded the following things. First, the traditional question types are classified into question the actual traditional and traditional questions that are categorized as other forms. second, the traditional question types are divided into two general functions, to test one's intelligence or to exceed the others and for the entertainment of others. Traditional communities in question Minangkabu Simpang Village Rumbio Solok found as many as 53 questions. From these data there are 8 traditional same question, so that the actual data are 45 traditional questions. 1

2 A. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri atas berbagai daerah dan suku bangsa. Daerah-daerah tersebut memiliki kebudayaan yang beragam dan diwariskan oleh nenek moyang mereka secara turun-temurun. Kebudayaan tercipta karena manusia hidup bermasyarakat, bergaul, dan sesuai dengan daerah dan tradisi yang dianutnya. Budaya-budaya daerah merupakan kebanggaan dari suku bangsa yang menghuni daerah tersebut. Salah satu kebudayaan yang berkembang di masyarakat Indonesia adalah folklor yang merupakan sastra lisan yang dipercaya oleh masyarakat secara turun-termurun. Sastra lisan secara umum mencakup: (a) bahasa rakyat seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan titel kebangsawanan, (b) ungkapan tradisional seperti pribahasa, pepatah dan pemeo, (c) pertanyaan tradisional seperti teka-teki, (d) puisi rakyat seperti pantun, gurindam, dan syair, (e) nyanyian rakyat, dan (f) cerita prosa rakyat seperti mite, legenda, dan dongeng (Danandjaja, 1991:22). Salah satu sastra lisan yang termasuk dalam folklor lisan yaitu pertanyaan tradisional yang berkembang dalam masyarakat Indonesia yang secara turuntermurun disampaikan, sehingga tidak lagi diketahui siapa yang menciptakannya. Pertanyaan tradisional merupakan salah satu bentuk sastra lisan yang paling menarik, karena selain untuk mengasah otak dapat juga untuk hiburan diwaktu senggang. Perkembangan pertanyaan tradisional seperti teka-teki di kalangan masyarakat sudah mulai berkurang dan dikhawatirkan pada suatu saat nanti akan hilang. Pertanyaan tradisional ini adalah milik masyarakat yang merupakan cerminan budaya daerah Minangkabau yang perlu di lestarikan. Pertumbahan dan perkembangannya patut dikaji dan diteliti dalam usaha menumbuhkembangkan serta melestarikan budaya nusantara melalui budaya daerah. Penelitian tentang warisan budaya dalam hal ini pertanyaan tradisional dan kebudayaan merupakan dua unsur yang saling melengkapi dan tidak 2

3 dapat dipisahkan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi yang semakin canggih membuat warisan budaya tersebut sudah mulai di tinggalkan. Oleh sebab itu, pertanyaan tradisional makin tidak dikenal oleh generasi muda. Untuk menguji kepintaran seseorang dan menjebak seseorang sehingga pertanyaan tradisional tidak lagi dipakai atau sudah jarang dipergunakan. Untuk itu masyarakat Minangkabau khususnya di Kelurahan Simpang Rumbio Kota Solok harus mengembangkan serta mewariskan kepada generasi muda karena dalam kenyataannya hanya orang tua saja yang mengetahui pertanyaan tradisional, sehingga pewarisan atau orang yang masih mengetahui tentang pertanyaan tradisional Minangkabau setiap hari bahkan setiap detik akan terus berkurang. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan umur manusia, jika keberadaan ini dibiarkan berlanjut maka konsekuensinya generasi muda di Kelurahan Simpang Rumbio Kota Solok tidak dapat mengetahui kekayaan budaya mereka sendiri. Sastra daerah yang berupa pertanyaan tradisional (tekateki rakyat) ini akan sangat menarik untuk diteliti karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat memperlihatkan ciri khas pemikiran seseorang. Salah satu contoh pertanyaan tradisional rakyat seperti: diarak bukannyo marapulai, dipayung bukannyo rajo, ditanam bukannyo tanaman, apo kok yo? maik (diiringi bukannya pengantin, dipayungi bukannya raja, ditanam bukannya tanaman, apakah itu?) mayat. Dari contoh pertanyaan tradisional ini berfungsi untuk menguji kepandaian dan melebihi orang lain. Apabila si pendengar tidak dapat menjawab pertanyaan tradisional, maka si penanya akan lebih pintar dari sipendengar. Pertanyaan tradisional juga untuk berfikir dan menyampaikan pendidikan, sehingga dengan bermain pertanyaan tradisional menuntut para penutur dan penjawabnya untuk berfikir. Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis perlu untuk melakukan penelitian dengan judul Pertanyaan Tradisional (teka-teki) Masyarakat Minangkabau di 3

4 Kelurahan Simpang Rumbio Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok. Alasan penulis memilih penelitian di Kelurahan Simpang Rumbio ini supaya lebih dikenalnya pertanyaan tradisional yang ada di Kelurahan Simpang Rumbio oleh masyarakat umum, serta kaum muda pada khususnya karena pertanyaan tradisional ini tidak banyak lagi dikenal oleh generasi muda sekarang. Oleh sebab itu, upaya peneliti menggali dan mendokumentasikan pertanyaan tradisional penting untuk diadakan penelitian dan juga untuk mengetahui penggolongan dan fungsi pertanyaan tradisional yang terdapat di Kelurahan Simpang Rumbio Kota Solok agar tidak hilang begitu saja. b. Fokus Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini difokuskan folklor lisan yaitu: Pertanyaan Tradisional Masyarakat Minangkabau di Kelurahan Simpang Rumbio Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok. Pertanyaan tradisional tersebut dilihat dari segi penggolongan dan fungsi pertanyaan tradisional bagi masyarakat. c. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah penggolongan pertanyaan tradisonal di Kelurahan Simpang Rumbio Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok? 2. Bagaimanakah fungsi sosial pertanyaan tradisional di Kelurahan Simpang Rumbio Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok? d. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan penggolongan pertanyaan tradisional Minangkabau masyarakat di Kelurahan Simpang Rumbio Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok. 2. Mendeskripsikan fungsi pertanyaan tradisional Minangkabau bagi masyarakat di Kelurahan Simpang Rumbio Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok. 4

5 e. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, sebagai sarana untuk memperluas wawasan dan pengetahuan serta lebih memahami lagi tentang 2. Bagi pemerhati sastra, sebagai masukan dalam pengembangan sastra khususnya sastra lisan tentang pertanyaan tradisional seperti tekateki. 3. Bagi mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai sastra lisan daerah Minangkabau khususnya pertanyaan tradisional seperti teka-teki. 4. Bagi peneliti lainnya, sebagai bahan perbandingan untuk penelitian lain yang relevan. B. METODE PENELITIAN a. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena data penelitian berupa kata-kata lisan dari informan dengan menggunakan metode deskriptif. Sesuai pendapat Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2005:4), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data tulisan atau lisan tentang orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pemilihan metode deskriptif dalam penelitian ini dikarenakan tujuan dari penelitian adalah mendeskripsikan penggolongan dan fungsi sosial yang terdapat dalam pertanyaan tradisional masyarakat Minangkabau di Kelurahan Simpang Rumbio Kota Solok. b. Latar, Entri, Kehadiran Penelitian Latar merupakan gambaran tempat dan waktu dalam melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Simpang Rumbio Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok. jumlah penduduk 6791 jiwa. Luas wilayah Kelurahan Simpang Rumbio Hektar. Mata pencarian penduduknya kebanyakan berdagang. Sisanya bekerja sebagai tukang ojek, petani dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Entri penelitian ini adalah dilihat dari segi penggolongan dan fungsi pertanyaan tradisional bagi masyarakat di Kelurahan Simpang Rumbio Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok. Kehadiran Penelitian dalam pengumpulan data, peneliti terlibat langsung dengan informan. Peneliti langsung mendatangi rumah-rumah informan dan melakukan wawancara 5

6 dengan informan, serta merekam perkataan informan yang berhubungan dengan objek yang diteliti. c. Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini informan yang mengetahui tentang pertanyaan tradisional rakyat di kelurahan tersebut. Informan tersebut ditetapkan berdasarkan teknik bola salju, yaitu merupakan teknik penentuan sampel penelitian dengan mengikuti informasi-informasi dari sampel sebelumnya. Informan yang dipilih merupakan hasil rekomendasi dari informan sebelumnya. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan meminta rekomendasi dari seseorang. Dari seseorang informan, jumlah sumber data berlipat ganda jumlahnya, seperti bola salju yang menggelinding. d. Instrumen Penelitian Menurut Moleong (2009:169), peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksanaan pengumpulan data, analisis, penafsiran data dan pada akhirnya sebagai pelapor hasil penelitiannya. Jadi, peneliti adalah instrumen utama penelitian karena peneliti menjadi segalanya dari proses penelitian. Dalam menggumpulkan data digunakan alat tulis, lembaran pencatatan, alat handphone, dan pedoman wawancara. Alat tulis, handphone, dan lembaran pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data ketika peneliti melakukan wawancara dengan informan, sedangkan panduan wawancara digunakan sebagai pedoman dalam berwawancara dengan informan agar peneliti memperoleh data yang akurat. e. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik rekam. Peneliti merekam perkataan yang disampaikan oleh informan, kemudian melakukan wawancara untuk memperoleh informasi pertanyaan tradisional rakyat. Sudaryanto (1993: ) menyatakan teknik memperoleh data adalah sebagai berikut: (1) melakukan studi pustaka yaitu membaca referensi dan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, (2) melakukan wawancara langsung dengan informan yang telah ditentukan dengan cara memberi pertanyaan kepada informan sesuai dengan tujuan penelitian, (3) merekam langsung katakata informan untuk memperoleh data yang ilmiah, dan (4) melakukan 6

7 pencatatan kembali hasil rekaman yang telah dilakukan. f. Teknik Analisis Data Menurut Semi (1993: 31-32), pada tahap ini dilakukan analisis data, pemberian interpretasi, dan melakukan deskripsi bagian demi bagian yang ditentukan dalam penelitian, selanjutnya dirumuskan kesimpulan umum tentang hasil penelitian secara lengkap dalam bentuk tertulis. Dalam penelitian ini setelah data didapatkan, penelitian ini dilanjutkan pada proses analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) mentranskripsikan hasil rekaman ke dalam bahasa tulis, (2) mencatat dan menerjemahkan data ke dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar yang telah terkumpul, (3) mengidentifikasikan pertanyaan tradisional berdasarkan penggolongan, (4) menganalisis fungsi pertanyaan tradisional, dan (5) menarik kesimpulan. g. Teknik Pengabsahan Data Teknik pengabsahan data pada dasarnya digunakan untuk menyanggah balik apa yang dituduhkan kepada peneliti kualitatif yang mengatakan suatu hal yang tidak ilmiah, selain itu teknik pengabsahan data merupakan dua unsur yang tidak terpisahkan dari penelitian kualitatif (Moleong, 2005:320). Pengabsahan data ini bapak Kamril, SH. DT. RJ. Kubuang, beliau adalah ketua panggung adat di Kelurahan Simpang Rumbio dan juga banyak mengetahui adat istiadat Minangkabau. C. HASIL PENELITIAN A. Temuan Penelitian 1. Deskripsi Data Data pertanyaan tradisional masyarakat Minangkabau di Kelurahan Simpang Rumbio Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok, diperoleh wawancara langsung dengan informan. Pada penelitian dan wawancara ini, peneliti memerlukan waktu selama tiga minggu untuk pengambilan data. Pengumpulan data pertanyaan tradisional yang diperoleh menggunakan bahasa asli Minangkabau setempat. Dalam melakukan penelitian peneliti tidak banyak menemukan kesulitan, karena penelitian dilakukan di daerah asal peneliti sendiri. Informan dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan teknik bola salju yaitu meminta rekomendasi dari seseorang. Dari seorang informan jumlah sumber data yang sedikit dapat berlipat ganda 7

8 jumlahnya seperti bola salju yang mengelinding. Pengumpulan data dilakukan dengan cara merekam dan mencatat pertanyaan tradisional yang di ungkapkan oleh para informan. Setelah mendapatkan data, data tersebut diterjemahkan dari bahasa Minangkabau ke dalam bahasa Indonesia dan mengklasifikasikan data berdasarkan penggolongan pertanyaan tradsisional dan fungsi sosial pertanyaan tradisional. Berdasarkan data yang terkumpul selama penelitian, ditemukan sebanyak 53 Pertanyaan tradisional sedangkan teka-teki berbentuk pantun peneliti tidak menemukan, setelah dilakukan pengecekan kembali ternyata ada beberapa informan yang memberikan pertanyaan tradisional yang sama. Jadi, pertanyaan tradisional yang akan dianalisis berjumlah 45 pertanyaan tradisional. 2. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan membahas penggolongan pertanyaan tradisional dan fungsi sosial dari pertanyaan tradisional tesebut. Penggolongan pertanyaan dibagi menjadi dua bagian, yaitu pertanyaan tradisional yang sesungguhnya dan pertanyaan tradisional yang tergolong bentuk lainnya. Penggolongan pertanyaan yang sesungguhnya terbagi atas tiga golongan, yaitu pertanyaan berdasarkan sifat atau hal yang digambarkan dalam pertanyaan, terdiri atas tujuh klasifikasi yaitu, persamaan dengan makluk hidup contohnya kok ketek menjadi kawan kok lah gadang nyo menjadi lawan, apo kok yo?api (Teka-teki ini di samakan sifatnya dengan makhluk hidup karena pada setiap makhluk hidup pertumbuhannya dari yang kecil menuju besar. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai makhluk hidup pada akhirnya bertemu dengan lawan dan kawan), persamaan dengan binatang contohnya bersisik bukan nyo ikan, bapayung bukan nyo rajo, a kok yo? Naneh (Teka-teki ini di samakan dengan binatang karena menyatakan nama binatang yaitu bersisik bukannya ikan. Tetapi bersisik dalam pertanyaan ini jawabannya adalah nenas yang memiliki sisik seperti ikan), dalam penelitian tidak ditemukan pertanyaan tradisional persamaan dengan beberapa binatang, persamaan dengan manusia contohnya inyo ketek tapi alah ba uban, a kok yo? Onde-onde (teka-teki ini di samakana dengan manusia karena menyatakan kecil tapi sudah beruban, 8

9 menggambarkan kalau umur manusia sudah lanjut pasti akan tumbuh uban), persamaan dengan beberapa manusia contohnya kok anak nyo batanangtanang, kok induk nyo barantangrantang tali, a t kok yo? Buah kondua (Teka-teki ini di samakan dengan beberapa orang karena pertanyaannya menyatakan kehidupan sehari-hari manusia yang terdiri atas ibu dan anak yang tidak bisa dipisahkan. Dari tekateki tersebut terlihat ibu dan anak tidak terpisahkan), persamaaan dengan tumbuhan contohnya ubi-ubi apo yang bisa manjala, kok yo? Ubi jala (Tekateki ini di samakan dengan tumbuhan karena dari pertanyaan menyatakan Ubi jalar yang menjalar di dalam tanah. Setiap tumbuhan akan subur dan akan berakar bila hidup didalam tanah), dan persamaan dengan benda contohnya apo kok yo paguno nyo kalau ari ah ujan? Payuang (Teka-teki ini di samakan dengan benda karena menyatakan bahwa payung adalah benda yang bila diperlukan apabila datang hari hujan. Benda tersebut sewaktu-waktu dipakai ketika hujan turun). Pertanyaan bukan berdasarkan sifat hal yang digambarkan dalam pertanyaan, dibagi atas empat klasifikasi yaitu, pertambahan keterangan perumpamaan contohnya a kok yo badan nyo bungkuak, makan nyo sagalo nan ijau? Sabik (pertanyaan ini termasuk pertambahan keterangan perumpamaan karena jawabannya sabit diumpamakan berbadan bungkuk dan makanannya bewarna hijau, sabit tersebut digunakan untuk memotong sesuatu yang bewarna hijau seperti rumput), pertambahan keterangan pada bentuk dan fungsi contohnya bantuak nyo sagi ampek atau bulek, tiok ari indak baranti bajalan, a kok yo? Jam (pertambahan keterangan pada bentuk dan fungsi karena pertanyaannya memberikan keterangan tentang bentuk benda tersebut yaitu jam yang berfungsi untuk melihat waktu setiap hari berjalan), pertambahan keterangan pada warna contohnya warnanyo putiah, kok saketek dicabuik, kok lah banyak inyo dipadiaan, a kok yo? Uban (pertanyaan ini termasuk ke dalam pertambahan keterangan pada warna karena pada pertanyaan disebutkan bewarna putih) dan pertambahan keterangan pada tindakan contohnya Namonyo sikalamualam, mandaki ka yang data, jajak menjadi kato-kato? Pena (pertanyaan ini termasuk pertambahan keterangan pada tindakan karena pada bagian pertanyaannya melakukan 9

10 sesuatu yang berupa tindakkan yaitu mendaki ke yang datar). Pertanyaan tradisional yang seolah-olah cabul contohnya kok masuak nyo tagang, kok kalua kandua, a t kok yo? Tabu (pertanyaan ini termasuk ke dalam Pertanyaan tradisional seolah cabul karena memberikan kesan cabul. Teka-teki ini di samakan dengan cabul karena pada bagian pertanyaannya menyatakan kalau masuk tegang, kalau keluar kendor sehingga beranggapan bahwa sipenanya memberikan pertanyaan yang bersifat cabul padahal maksudnya bukan seperti itu. Pertanyaannya saja yang cabul tapi jawabannya tidak cabul). Penggolongan pertanyaan tradisional yang tergolong bentuk lainnya dalam penelitian ini ditemukan pertanyaan tradisional yang bersifat teka-teki ditemukan 10 pertanyaan salah satu contohnya satiok dikarek namo nyo panjang juo, apo kok yo? kacang panjang (termasuk ke dalam golongan pertanyaan yang bersifat teka-teki karena jawaban dari teka-teki ini tidak dapat diramalkan sebelumnya oleh pendengar teka-teki) dan pertanyaan perangkap ditemukan 2 pertanyaan salah satu contohnya Apo yang ado di tangah sawah, kok yo? Huruf w (termasuk ke dalam golongan pertanyaan yang bersifat perangkap, karena sipenanya menanyakan apa yang ada di tengah sawah? Hal ini membuat sipendengar terperangkap dari teka-teki tersebut dan pasti sipendengar akan menjawab kalau yang ada ditengah sawah itu adalah padi, padahal jawaban dari teka-teki ini adalah huruf w). Fungsi sosial Pertanyaan Tradisional Masyarakat Minangkabau di Kelurahan Simpang Rumbio Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok adalah berfungsi sebagai menguji kepandaian seseorang dan sebagai hiburan dalam bermain pertanyaan tradisional. Salah satu contoh dari pertanyaan tradisional ini. B. Pembahasan Bedasarkan hasil penelitian mengenai pertanyaan tradisional masyarakat di Kelurahan Simpang Rumbio Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok ditemukan sebanyak 53 pertanyaan tradisional. Dari data tersebut terdapat 8 data yang sama, sehingga data sebenarnya berjumlah 45 Pertanyaan tardisional. Pertanyaan tradisional tersebut digolongkan kedalam folklor lisan karena bentuknya memang murni lisan, diantaranya yang 10

11 termasuk kedalam sastra lisan (a) bahasa rakyat seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan title kebangsaan, (b) ungkapan tradsional seperti pepatah, pameo, dan pribahasa, (c) pertanyaan tradisional seperti tekateki, (d) puisi rakyak seperti pantun, gurindam, dan syair, (e) cerita prosa rakyat seperti mite, legenda, dongeng, dan (f) nyanyian rakyat. Salah satu sastra lisan Minangkabau adalah pertanyaan tradisional yang peneliti lakukan sekarang. Pertanyaan tradisional masyarakat berfungsi sebagai berfikir dan melebihi orang lain karena dalam bermain pertanyaan tradisional menuntut para penutur dan penjawabnya untuk berfikir salah satu contohnya kok digigik indak dagiang, kok diambuih indak balon, kok dikunyah raso o manih, a kok yo?gulo-gulo kajai (kalau digigit tidak daging, kalau dihembus tidak balon. Kalau dikunyah rasanya manis, apakah itu? Gula-gula karet. Dari pertanyaan tradisional tersebut dituntut sipendengar untuk bisa berpikir apa jawaban dari teka-teki tersebut. Sedangkan pertanyaan tradisional berfungsi sebagai hiburan, salah satu contohnya ujuang nyo runciang, di bawah nyo babulu, mamasuakan nyo sambia manunggiang, apo kok yo?urang mananan padi (apakah itu yang ujungnya runcing, dibawahnya berbulu memasukkannya sambil menungging? orang yang sedang menanam padi) dari teka-teki tersebut membuat sipendengar akan tertawa mendengarnya dan bersenda gurau. Dari contoh tersebut menuntut seseorang agar bisa berpikir dan memiliki wawasan yang luas mengenai teka-teki tersebut. Penggolongan pertanyaan yang sesungguhnya terbagi atas tiga golongan, yaitu pertanyaan berdasarkan sifat atau hal yang digambarkan dalam pertanyaan, terdiri atas tujuh klasifikasi yaitu, persamaan dengan makluk hidup ditemukan 3 pertanyaan tradisional, persamaan dengan binatang ditemukan ditemukan 3 pertanyaan tradisional, dalam penelitian tidak ditemukan pertanyaan tradisional persamaan dengan beberapa binatang, persamaan dengan manusia ditemukan 1 pertanyaan tradisional, persamaan dengan beberapa manusia ditemukan 2 pertanyaan tradisional, persamaaan dengan tumbuhan ditemukan 3 pertanyaan tradisional dan persamaan dengan benda ditemukan 2 pertanyaan tradisional. Pertanyaan bukan 11

12 berdasarkan sifat hal yang digambarkan dalam pertanyaan, dibagi atas empat klasifikasi yaitu, pertambahan keterangan perumpamaan ditemukan 3 pertanyaan tradisional, pertambahan keterangan pada bentuk dan fungsi ditemukan 1 pertanyaan tradisional, pertambahan keterangan pada warna ditemukan 2 pertanyaan tradisional dan pertambahan keterangan pada tindakan ditemukan 11 pertanyaan tradisional, dalam penelitian ditemukan 2 pertanyaan tradisional yang seolah-olah cabul. Penggolongan pertanyaan tradisional yang tergolong bentuk lainnya dalam penelitian ini ditemukan pertanyaan tradisional yang bersifat teka-teki dan pertanyaan perangkap. Ditemukan 10 pertanyaan tradisional yang bersifat teka-teki dan pertanyaan perangkap ditemukan 2. Fungsi sosial Pertanyaan Tradisional Masyarakat Minangkabau di Kelurahan Simpang Rumbio Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok adalah berfungsi sebagai menguji kepandaian seseorang dan sebagai hiburan dalam bermain pertanyaan tradisional. D. PENUTUP Sesuai dengan hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa: 1 Setiap daerah memiliki folklor lisan yang diturunkan secara turun termurun, seperti yang terdapat dalam masyarakat Kelurahan Simpang Rumbio, dan antara satu daerah dengan daerah-daerah lain memiliki folklor lisan yang bentuknya berbeda. Salah satunya folklor lisan yaitu pertanyaan tradisional, pertanyaan tradisional ini dikenal dengan nama teka-teki atau tebak-tebakkan untuk menguji kepandaian seseorang. 2. Berdasarkan temuan penelitian Pertanyaan Tradisional Masyarakat Minangkabau di Kelurahan Simpang Rumbio Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok berjumlah 53 pertanyaan, dari data tersebut terdapat 8 pertanyaan tradisional yang sama, sehingga data yang sebenarnya berjumlah 45 pertanyaan tradisional. Salah satu contoh pertanyaan tradisional yaitu apo kok yo, mandaki-mandaki basuo aia satitiak? urang manjek pinang (mendaki-mendaki bertemu air 12

13 setitik, apakah itu? orang manjat pohon pinang). 3. Penggolongan pertanyaan tradisional yaitu pertanyaan tradisional yang sesungguhnya dan pertanyaan tradisional yang tergolong bentuk lainnya. Penggolongan pertanyaan yang sesungguhnya terbagi atas tiga golongan, yaitu pertanyaan berdasarkan sifat atau hal yang digambarkan dalam pertanyaan, Pertanyaan bukan berdasarkan sifat atau hal yang digambarkan dalam pertanyaan, serta pertanyaan tradisional seolah-olah cabul. Penggolongan pertanyaan tradisional yang tergolng bentuk lainnya diklasifikasikan atas pertanyaan tradisional yang bersifat teka-teki dan bersifat perangkap 4. Fungsi sosial Pertanyaan Tradisional Masyarakat Minangkabau di Kelurahan Simpang Rumbio Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok adalah berfungsi sebagai menguji kepandaian seseorang dan sebagai hiburan dalam bermain pertanyaan tradisional. E. KEPUSTAKAAN Atmazaki Ilmu Sastra, Teori dan Terapan. Padang: Yayasan Citra Budaya Indonesia. Asni, Ayub, dkk Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Danandjaja, James Folklor Indonesia (Ilmu Gossip, Dongeng, dll). Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Djamaris, Edwar Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik (Sastra Indonesia Lama). Jakarta: Balai Pustaka. Idrus, Diana Teka-teki di Kanagarian Pasa Baru Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi: Universitas Negeri Padang. Mahsun Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Moleong, Lexy J Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda karya. Moleong, Lexy J Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda karya. Moussay, Gerard Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Kepustakaan Popular Gramedia. 13

14 Nadra Rekontruksi Bahasa Minangkabau. Padang: Andalas University Press. Pusat Bahasa Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Riafni, Neli Teka-teki di Kecamatan Lubuk Begalung Padang. Skripsi: Universitas Negeri Padang. Semi, Atar Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Sudaryanto, Metode dan Teknik Analisis Data. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Yanti, Yasri Fitri Pengklasifikasi teka-teki dan teka-teki Berdasarkan Bentuk Sebagai Cerminan Budaya Nagari Koto Gaek Guguak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok Skripsi: Universitas Andalas. Zainuddin, Muayair Membangkit Batang Tarandam Adat Salingka Nagari di Minangkabau. Padang: Ombak. 14

BAB I PENDAHULUAN. pendahuluan. Adapun dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang,

BAB I PENDAHULUAN. pendahuluan. Adapun dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab kesatu dari lima bab penulisan tesis ini akan dimulai dengan pendahuluan. Adapun dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, pertanyaan penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Ada beberapa buku yang penulis pakai dalam memahami dan langsung mendukung penelitian ini, diantaranya buku yang berkaitan dengan revitalisasi yang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa di dunia memiliki khazanah cerita prosa rakyat. Menurut Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan besar,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah diantaranya: pertama; pandangan dari objek yang utama, kedua;

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah diantaranya: pertama; pandangan dari objek yang utama, kedua; BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian metafora merupakan analogi atau perbandingan suatu yang memiliki kemiripan dengan sesuatu yang lainya. Sebagai contoh sifat manusia yang dianalogikan atau diperbandingkan

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN BAGI SUAMI KETIKA ISTRINYASEDANG HAMIL DI KENAGARIAN ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK

UNGKAPAN LARANGAN BAGI SUAMI KETIKA ISTRINYASEDANG HAMIL DI KENAGARIAN ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK UNGKAPAN LARANGAN BAGI SUAMI KETIKA ISTRINYASEDANG HAMIL DI KENAGARIAN ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK Oleh: Rahmawita 1, Nurizzati 2, M.Ismail Nst 3 Program Studi Sastra Indonesia

Lebih terperinci

FUNGSI DAN MAKNA MANTRA DALAM KAJI MUDO DI KANAGARIANKOTO RANAH BAYANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN

FUNGSI DAN MAKNA MANTRA DALAM KAJI MUDO DI KANAGARIANKOTO RANAH BAYANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN FUNGSI DAN MAKNA MANTRA DALAM KAJI MUDO DI KANAGARIANKOTO RANAH BAYANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN Rizqanil Fajri 1), Syofiani 2), Romi Isnanda 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal bahwa tradisi lisan masih hidup di berbagai suku bangsa di Indonesia. Tradisi lisan sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini akan membahas tentang tinjauan pustaka atau kajian teori yang berkaitan dengan judul penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi 1) Repustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Katalog Profil Daerah Kota Padang (2012: 8) keadaan topografi wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Katalog Profil Daerah Kota Padang (2012: 8) keadaan topografi wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat merupakan daerah yang kaya dengan panorama alamnya. Dalam Katalog Profil Daerah Kota Padang (2012: 8) keadaan topografi wilayah Sumatera Barat bervariasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat

Lebih terperinci

Keywords: structure, social function, expression of prohibition

Keywords: structure, social function, expression of prohibition STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG KEMATIAN DAN ADAT PEMAKAMAN MASYARAKAT DI JORONG KOTO PANJANG KENAGARIAN SUNGAI TARAB KECAMATAN SUNGAI TARAB KABUPATEN TANAH DATAR Femmy Fahriandari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (Strata I)

ARTIKEL ILMIAH. diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (Strata I) SASTRA LISAN MANTRA PENANGKAL BISO DI NAGARI TALANG BABUNGO KECAMATAN HILIRAN GUMANTI KABUPATEN SOLOK PROVINSI SUMATRA BARAT ARTIKEL ILMIAH diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua manusia berpikir, setelah berpikir dia ingin menyatakan pikirannya dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG TUBUH MANUSIA DAN OBAT-OBATAN DI DESA TALAGO GUNUNG KECAMATAN BARANGIN KOTA SAWAHLUNTO

STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG TUBUH MANUSIA DAN OBAT-OBATAN DI DESA TALAGO GUNUNG KECAMATAN BARANGIN KOTA SAWAHLUNTO STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG TUBUH MANUSIA DAN OBAT-OBATAN DI DESA TALAGO GUNUNG KECAMATAN BARANGIN KOTA SAWAHLUNTO Indri Anggraeni 1, Yenni Hayati 2, M. Ismail Nst. 3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian pustaka sangat diperlukan dalam penyusunan sebuah karya ilmiah. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam suatu penelitian yang

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA

CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA Oleh Sandro Tamba Hendra K. Pulungan, S. Sos., M.I.Kom Pengkajian terhadap sastra merupakan kajian yang cukup menarik dengan memperhatikan segi media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI NAGARI GUGUAK SARAI

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI NAGARI GUGUAK SARAI KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI NAGARI GUGUAK SARAI Oleh: Inda Fahmi Sari 1, Andria Catri Tamsin 2, Hamidin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan

Lebih terperinci

NILAI SOSIAL KEROHANIAN PANTUN MINANGKABAU DALAM BUKU 1000 PEPATAH-PETITIH, MAMANG-BIDAL, DAN PANTUN-GURINDAM KARYA IDRUS HAKIMY DT.

NILAI SOSIAL KEROHANIAN PANTUN MINANGKABAU DALAM BUKU 1000 PEPATAH-PETITIH, MAMANG-BIDAL, DAN PANTUN-GURINDAM KARYA IDRUS HAKIMY DT. NILAI SOSIAL KEROHANIAN PANTUN MINANGKABAU DALAM BUKU 1000 PEPATAH-PETITIH, MAMANG-BIDAL, DAN PANTUN-GURINDAM KARYA IDRUS HAKIMY DT. RAJO PENGHULU Mefri Diamanda 1), Marsis 2), Gusnetti 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU Oleh: Nepi Sutriati 1, Hasanuddin WS 2, Zulfadhli 3 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU PADA MASYARAKAT PADANG GALUNDI DI KELURAHAN TANAH GARAM KECAMATAN LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK YANNI MAILIZAWATI

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU PADA MASYARAKAT PADANG GALUNDI DI KELURAHAN TANAH GARAM KECAMATAN LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK YANNI MAILIZAWATI UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU PADA MASYARAKAT PADANG GALUNDI DI KELURAHAN TANAH GARAM KECAMATAN LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK YANNI MAILIZAWATI ABSTRACT The results of the expression of the People's

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT SI BAGEJE DI JORONG SAWAH MUDIK NAGARI BATAHAN KECAMATAN RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT

STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT SI BAGEJE DI JORONG SAWAH MUDIK NAGARI BATAHAN KECAMATAN RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT SI BAGEJE DI JORONG SAWAH MUDIK NAGARI BATAHAN KECAMATAN RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT Oleh: Lidia Oktalina 1, Abdurahman 2, Hamidin 3 Program Studi Sastra

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN PADA MASYARAKAT NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK SKRIPSI ARTIKEL ILMIAH

UNGKAPAN LARANGAN PADA MASYARAKAT NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK SKRIPSI ARTIKEL ILMIAH UNGKAPAN LARANGAN PADA MASYARAKAT NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK SKRIPSI ARTIKEL ILMIAH AHMAD SYUKRI NPM 09080121 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA MINANGKABAU DALAM TINDAK TUTUR ANAK KEPADA ORANG YANG LEBIH TUA DI KENAGARIAN SUNUR KECAMATAN NAN SABARIS KABUPATEN PADANG PARIAMAN Ayu Wahyuni 1), Gusnetti 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI KENAGARIAN KUBANG PUTIAH KECAMATAN BANUHAMPU KABUPATEN AGAM

UNGKAPAN LARANGAN DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI KENAGARIAN KUBANG PUTIAH KECAMATAN BANUHAMPU KABUPATEN AGAM UNGKAPAN LARANGAN DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI KENAGARIAN KUBANG PUTIAH KECAMATAN BANUHAMPU KABUPATEN AGAM Febriadeti Firstiana 1), Marsis 2), Elvina A Saibi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

GAYA BAHASA UNGKAPAN KIASAN MASYARAKAT MINANGKABAU DAN APLIKASINYA DI NAGARI GUNUNG PADANG ALAI KECAMATAN V KOTO TIMUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN

GAYA BAHASA UNGKAPAN KIASAN MASYARAKAT MINANGKABAU DAN APLIKASINYA DI NAGARI GUNUNG PADANG ALAI KECAMATAN V KOTO TIMUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN GAYA BAHASA UNGKAPAN KIASAN MASYARAKAT MINANGKABAU DAN APLIKASINYA DI NAGARI GUNUNG PADANG ALAI KECAMATAN V KOTO TIMUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN Nia Gustina¹, Gusnetti², Syofiani² ¹Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) Oleh: Dyah Susanti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa shanti.kece@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks sastra adalah teks artistik yang disusun dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu, ada sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang

BAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak folklor yang telah berkembang dari dulu hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang dimiliki oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negeri yang memiliki aneka ragam budaya yang khas pada setiap suku bangsanya. Tidak hanya bahasa daerah, pakaian adat, rumah adat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG. lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan

BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG. lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG 2.1 Cerita Rakyat Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat. Cerita rakyat atau legenda adalah cerita pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam, benda, tempat, dan makna nama orang hebat atau pintar. Nama juga diberikan pada kafe. Kafe menurut KBBI (2014) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. alam, benda, tempat, dan makna nama orang hebat atau pintar. Nama juga diberikan pada kafe. Kafe menurut KBBI (2014) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Semua benda di dunia memiliki nama. Pemberian nama bertujuan untuk memudahkan seseorang mengenal identitas dari benda tersebut. Nama merupakan media yang dihasilkan

Lebih terperinci

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengakuan keesaan Tuhan dalam mantra Sahadat Sunda pengakuan keislaman sebagai mana dari kata Sahadat itu sendiri. Sahadat diucapkan dengan lisan dan di yakini dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi merupakan aktivitas ilmiah tentang prilaku manusia yang berkaitan dengan proses mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/ kanak-kanak, Gending Rare berarti nyanyian untuk bayi/ kanak-kanak. Gending Rare diketahui sebagai

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata budaya terdiri dari dua kata yaitu budi dan daya. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP NEGERI I TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN

KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP NEGERI I TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP NEGERI I TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN Sri Elfina 1, M. Atar Semi 1, Dainur Putri 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2 Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia kaya keragaman budaya. Keragaman budaya yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia kaya keragaman budaya. Keragaman budaya yang dimiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia kaya keragaman budaya. Keragaman budaya yang dimiliki masyarakat Indonesia dapat dilihat dari kekayaan sastra yang dimilikinya, termasuk cerita rakyat.

Lebih terperinci

JURNAL KORI HARTATI NIM

JURNAL KORI HARTATI NIM FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KURANGNYA MOTIVASI ORANG TUA UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN ANAK KE TINGKAT SMP DI KAMPUNG SUNGAI SALAK NAGARI KOTO RAWANG KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA Rizky Imania Putri Siswandari 1, Muh. Ariffudin Islam 2, Khamadi 3 Jurusan Desain Komunikasi

Lebih terperinci

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) Doretha Amaya Dhori 1, Wahyudi Rahmat², Ria Satini² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA Modul ke: 03 Primi Fakultas FTPD ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA Vernakular dalam Arsitektur Tradisional Artiningrum Program Studi Teknik Arsitektur Tradisi berasal dari bahasa Latin: traditio, yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang beragam yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kekayaan budaya dan tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Cerita rakyat bagi masyarakat Minangkabau berperan penting bagi kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Cerita rakyat bagi masyarakat Minangkabau berperan penting bagi kehidupannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerita rakyat merupakan salah satu dari sekian banyak ragam tradisi lisan di Minangkabau. Cerita rakyat bagi masyarakat Minangkabau berperan penting bagi kehidupannya.

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK-BENTUK DIKSI DIALEK MELAYU MASYARAKAT KELURAHAN TANJUNG UNGGAT KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG

ANALISIS BENTUK-BENTUK DIKSI DIALEK MELAYU MASYARAKAT KELURAHAN TANJUNG UNGGAT KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG ANALISIS BENTUK-BENTUK DIKSI DIALEK MELAYU MASYARAKAT KELURAHAN TANJUNG UNGGAT KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Oleh ANANDA RIKANA NIM 120388201145 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

FUNGSI TRADISI GOBA-GOBA MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI BAGI MASYARAKAT BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL

FUNGSI TRADISI GOBA-GOBA MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI BAGI MASYARAKAT BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL FUNGSI TRADISI GOBA-GOBA MENYAMBUT HARI RAYA IDUL FITRI BAGI MASYARAKAT BIDAR ALAM KECAMATAN SANGIR JUJUAN KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL ERWIN LUTER NIM. 09070140 PROGRAM PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SISWA KELAS VII SMP PERTIWI 2 PADANG DALAM MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG

KEMAMPUAN SISWA KELAS VII SMP PERTIWI 2 PADANG DALAM MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG KEMAMPUAN SISWA KELAS VII SMP PERTIWI 2 PADANG DALAM MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG Rio Analdi 1), Gusnetti 2), Dainur Putri 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS SASTRA LISAN SISINDIRAN DALAM TRADISI SUNDA MENGGUNAKAN PENDEKATAN STRUKTURALISME DINAMIK: IMPLIKASI TERHADAP PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL

ANALISIS SASTRA LISAN SISINDIRAN DALAM TRADISI SUNDA MENGGUNAKAN PENDEKATAN STRUKTURALISME DINAMIK: IMPLIKASI TERHADAP PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL ANALISIS SASTRA LISAN SISINDIRAN DALAM TRADISI SUNDA MENGGUNAKAN PENDEKATAN STRUKTURALISME DINAMIK: IMPLIKASI TERHADAP PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL PROPOSAL SKRIPSI DITUJUKAN UNTUK TUGAS UAS MATA KULIAH METODE

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. untuk mendeskripsikan setting, asal-usul, prosesi, sesaji, makna simbolik, serta

BAB V PENUTUP. untuk mendeskripsikan setting, asal-usul, prosesi, sesaji, makna simbolik, serta BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian Ritual Malem Minggu Wage ini berlokasi di Gunung Srandil Desa Glempang Pasir, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap yang bertujuan untuk mendeskripsikan setting, asal-usul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satua merupakan salah satu karya sastra dari kesusastraan Bali purwa (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng (bahasa Indonesia)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra diciptakan pengarang berdasarkan realita (kenyataan) yang ada di dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sastra memang mencerminkan kenyataan,

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI

CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan Guna memperoleh gelar sarjana S1 Pada Jurusan Sastra Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Variasi bahasa Minangkabau merupakan sebuah fenomena yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Variasi bahasa Minangkabau merupakan sebuah fenomena yang dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Variasi bahasa Minangkabau merupakan sebuah fenomena yang dapat dilihat dari perbedaan dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat Minangkabau di berbagai wilayah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan sesama manusia atau kelompok. Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pesan kepada seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Khasanah budaya bangsa Indonesia yang berupa naskah klasik, merupakan peninggalan nenek moyang yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Naskah-naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bararak adalah suatu tradisi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala (pengangkatan) penghulu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan

Lebih terperinci

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT 1 CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN Dina Oktavia¹, Putri Dian Afrinda², Risa Yulisna² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negeri yang kaya dengan budayanya. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain bahasa daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan disuatu daerah. Salah satunya adalah dengan penelitian foklor.

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan disuatu daerah. Salah satunya adalah dengan penelitian foklor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada beberapa cara yang dilakukan oleh para peneliti dalam mengungkap kebudayaan disuatu daerah. Salah satunya adalah dengan penelitian foklor. Menurut Danandjaja (1984:2)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata

BAB II KAJIAN TEORI. Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata 5 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Folklor Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata dasar, yaitu folk dan lore. Menurut Alan Dundes (Danandjaja, 2007: 1-2), folk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia menyimpan limpahan budaya dan sumber sejarah dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi ke generasi

Lebih terperinci

ASAL-USUL PENAMAAN KAMPUNG DI KENAGARIAN KAPALO HILALANG KECAMATAN 2XII KAYU TANAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ASAL-USUL PENAMAAN KAMPUNG DI KENAGARIAN KAPALO HILALANG KECAMATAN 2XII KAYU TANAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN ASAL-USUL PENAMAAN KAMPUNG DI KENAGARIAN KAPALO HILALANG KECAMATAN 2XII KAYU TANAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN Winda Yenita 1), Marsis 2), Dainur Putri 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dendang yang terdapat dalam Tari Adok merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Dendang yang terdapat dalam Tari Adok merupakan salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dendang yang terdapat dalam Tari Adok merupakan salah satu bentuk penggunaan bahasa oleh masyarakat Minangkabau. Masyarakat Minangkabau merupakan kelompok masyarakat

Lebih terperinci

Sefridanita 1, Nurizzati 2, Zulfikarni 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang. Abstract

Sefridanita 1, Nurizzati 2, Zulfikarni 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang. Abstract KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT LARANG PANTANG CALON PENGANTIN PEREMPUAN DI NAGARI BARUNG-BARUNG BALANTAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN Sefridanita 1, Nurizzati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan. Kejadian-kejadian yang menjerumus pada kekerasan, seolah menjadi hal yang biasa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 A. Pendekatan dan Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan Strategi grounded theory (teori dari bawah). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Dalam penelitian kualitatif objek penelitian adalah teks. Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2012, hlm. 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Teluk Wondama merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, yang baru berdiri pada 12 April 2003. Jika dilihat di peta pulau Papua seperti seekor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya. Banyaknya pulau-pulau di Indonesia menghadirkan suku dan budaya yang memiliki adat istiadat yang berbeda disetiap

Lebih terperinci

NILAI ESTETIKA DAN GAYA BAHASA PANTUN UPACARA ADAT PERNIKAHAN MELAYU KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ARTIKEL E-JOURNAL

NILAI ESTETIKA DAN GAYA BAHASA PANTUN UPACARA ADAT PERNIKAHAN MELAYU KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ARTIKEL E-JOURNAL NILAI ESTETIKA DAN GAYA BAHASA PANTUN UPACARA ADAT PERNIKAHAN MELAYU KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ARTIKEL E-JOURNAL Oleh YUSRA HAYATY NIM. 090388201366 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar 9 Tahun Dalam Sastra Dayak Ngaju, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003), 20.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar 9 Tahun Dalam Sastra Dayak Ngaju, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003), 20. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Dayak Ngaju merupakan suku Dayak yang berdomisili di Provinsi Kalimantan Tengah. Umumnya, suku Dayak Ngaju tinggal di sepanjang sungaisungai besar seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ragam kebudayaan di Indonesia yang dapat menunjukan identitas budaya pemiliknya ialah folklor. Menurut Danandjaja (1984:2), folklor didefinisikan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL DALAM MANTRA MASYARAKAT DESA CEMAGA SELATAN KECAMATAN BUNGURAN SELATAN KABUPATEN NATUNA ARTIKEL E-JOURNAL

ANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL DALAM MANTRA MASYARAKAT DESA CEMAGA SELATAN KECAMATAN BUNGURAN SELATAN KABUPATEN NATUNA ARTIKEL E-JOURNAL ANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL DALAM MANTRA MASYARAKAT DESA CEMAGA SELATAN KECAMATAN BUNGURAN SELATAN KABUPATEN NATUNA ARTIKEL E-JOURNAL Oleh EVA SUKRISNA NIM 120388201025 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan generasi mudah kita terjebak dalam koptasi budaya luar. Salah kapra dalam memanfaatkan teknologi membuat generasi

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT DI KANAGARIAN INDERAPURA KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN

UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT DI KANAGARIAN INDERAPURA KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT DI KANAGARIAN INDERAPURA KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Rosmina 1, Abdurahman 2, Andria Catri Tamsin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cincin. Terlebih pada tahun 2015 ini, batu akik semakin digemari oleh masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN. cincin. Terlebih pada tahun 2015 ini, batu akik semakin digemari oleh masyarakat luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batu akik merupakan benda yang dipergunakan sebagai perhiasan tangan, yang memiliki keindahan tersendiri, dan biasanya banyak masyarakat menjadikannya sebagai cincin.

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI

ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI 1 ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI Andi nova 1,Dainur Putri 2, Gusnetti 2 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci