UNGKAPAN LARANGAN PADA MASYARAKAT NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK SKRIPSI ARTIKEL ILMIAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNGKAPAN LARANGAN PADA MASYARAKAT NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK SKRIPSI ARTIKEL ILMIAH"

Transkripsi

1 UNGKAPAN LARANGAN PADA MASYARAKAT NAGARI ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK SKRIPSI ARTIKEL ILMIAH AHMAD SYUKRI NPM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2016

2 UNGKAPAN LARANGAN PADA MASYARAKAT NAGARI ALAHAN PANJANG, KECAMATAN LEMBAH GUMANTI, KABUPATEN SOLOK Oleh Ahmad Syukri, Dr. Eva Krisna, M. Hum 2, Zulfitriyani, S.S., M.Pd 3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) Dan 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) kategori ungkapan larangan pada masyarakat nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok; (2) makna ungkapan larangan pada masyarakat nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok; dan (3) fungsi sosial ungkapan larangan pada masyarakat nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok. Untuk itu teori yang akan digunakan adalah teori tentang folklor, khususnya sastra lisan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, dimana penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta atau fenomena yang terjadi di sekitar lingkungan hidup penuturnya. Data penelitian diperoleh dengan cara: (1) merekam ungkapan larangan, tuturan informan direkam dengan menggunakan perekam audio dan tuturan tersebut ditraksripkan ke dalam bentuk tulisan; (2) tuturan yang awalnya berbentuk bahasa Minang di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia; dan (3) data yang sudah terkumpul disimpulkan ke dalam katagori, makna, dan fungsi sosial. Hasil dari penelitian ini berupa data ungkapan larangan yang berjumlah 50 ungkapan larangan dan diperoleh dari lima orang informan. Data-data tersebut dikelompokkan sesuai dengan kategori, makna, dan fungsi sosial ungkapan larangan. Kesimpulan penelitian ini adalah ungkapan larangan sebagian masih digunakan oleh masyarakat nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok. Ungkapan ini digunakan sebagai alat untuk mendidik, melarang, dan mengingatkan siapa saja. Ungkapan larangan yang masih banyak digunakan dan berkembang adalah ungkapan mengenai tubuh manusia dan obatobatan, masa lahir, bayi, dan masa kanak-kanak. Kata kunci: kategori, makna, fungsi sosial.

3 PENDAHULUAN Masyarakat Minangkabau merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia yang memiliki berbagai bentuk kepercayaan rakyat. Kehidupan sosial masyarakat Minangkabau juga diatur dengan memanfaatkan kepercayaan rakyat. Sebagian besar kepercayaan rakyat digunakan untuk menyampaikan perintah, larangan, serta didikan bagi anak-anak Minangkabau. Meskipun masyarakat Minangkabau sekarang telah berpikir modern, mereka tidak bisa melepaskan diri sepenuhnya dari kepercayaan rakyat yang telah menjadi tradisi dalam kehidupan mereka pada masa lalu. Salah satu bentuk kepercayaan rakyat Minangkabau adalah ungkapan larangan. Ungkapan larangan merupakan bagian dari folklor dan juga tradisi lisan yang diwariskan secara turun-temurun sehingga tidak diketahui siapa yang menciptakan. Menurut Brundvand (dalam Danandjaya, 1991:153) ungkapan larangan yang disebut takhayul bukan saja mencakup tentang kepercayaan (belief), melainkan ada juga kelakuan (behavior), pengalaman-pengalaman (experiences), ada kalanya juga alat, dan biasanya juga ungkapan (sajak). Ungkapan larangan sering didengar dari orang-orang tua, seperti larangan anak gadis tidak boleh menyapu pada waktu magrib atau senja hari, larangan anak gadis tidak boleh duduk di pintu, dan larangan makan di tutup wadah atau panci. Ungkapan larangan Minangkabau merupakan salah satu bahasa lisan milik masyarakat Minangkabau. Ungkapan larangan telah lama digunakan dari generasi ke generasi. Itulah sebabnya ungkapan larangan menjadi satu tradisi bagi masyarakat Minangkabau. Ungkapan larangan banyak berkembang di kalangan orang-orang tua dan digunakan sebagai sarana pendidikan untuk anak-anak. Ungkapan larangan ini bertujuan untuk mengingatkan dan mengajarkan anak-anak untuk menjaga etika dalam kehidupan sehari-hari. Ungkapan larangan merupakan salah satu khazanah budaya masyarakat Minangkabau dan merupakan kearifan lokal yang harus diwariskan ke generasi berikutnya. Pesatnya ilmu pengetahuan, perkembangan zaman, dan masuknya budaya asing yang menimbulkan pengaruh terhadap masyarakat dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap generasi muda dan masyarakat. Banyak generasi muda yang tidak acuh dan kurang peduli dengan ungkapan larangan tersebut, bahkan menganggap bahwa itu merupakan suatu pemikiran konyol dan tidak masuk akal. Pada dasarnya, ungkapan larangan perlu dilestarikan keberadaannya, meskipun banyak yang beranggapan bahwa ungkapan larangan itu hanya sebuah takhayul. Masyarakat penuturnya harus paham dengan makna dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam ungkapan larangan tersebut sehingga masyarakat tidak lagi menganggap sekedar takhayul. Berdasarkan masalah dan kenyataan yang ada, perlu dilakukan pengkajian terhadap ungkapan larangan. Dalam kehidupan remaja, tidak banyak yang menggunakan ungkapan larangan. Hal tersebut merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian karena ungkapan larangan merupakan tradisi yang tetap memiliki relevansi dengan kehidupan masyarakat pemiliknya. Mengingat banyaknya jenis dan ragam ungkapan larangan, maka dapat diduga ungkapan larangan memiliki berbagai kategori. Selain kategori, ungkapan larangan pun memiliki makna dan fungsi sosial yang berlaku di tengah masyarakat pendukungnya. Suatu saat, ungkapan larangan akan hilang karena proses pewarisannya terhenti. Pelestarian dan pewarisan itu dapat dilakukan antara lain dengan melaksanakan penelitian ungkapan larangan. Pada penelitian ini, ungkapan larangan yang akan diteliti adalah yang hidup di tengah masyarakat Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan medote deskriptif. Menurut Semi (1990:23), penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan tidak menggunakan angka-angka, tetapi menggunakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris. Sejalan dengan itu, Moleong (2006:4) mengatakan bahan penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat

4 penelitian, rancangan penelitian bersifat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian. Metode deskriptif merupakan metode meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran, atau suatu peristiwa pada saat sekarang. Pemilihan metode deskriptif dalam penelitian ini disebabkan tujuan penelitian adalah mendeskripsikan kategori, makna, dan fungsi sosial yang terkandung dalam ungkapan larangan yang ada pada masyarakat Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah melakukan wawancara dengan informan yang telah ditentukan, merekam ungkapan larangan, tuturan informan direkam dengan menggunakan perekam audio dan hasil rekaman ditranskripkan ke dalam bentuk tulisan. Menurut Patton (dalam Moleong, 2006:280), analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Teknik penganalisisan data pada penelitian ini adalah: (1) mentraskripkan hasil tuturan informan ke dalam bentuk tulisan, (2) hasil transkripsi ditransliterasi (translate) dari bahasa daerah Minangkabau ke Bahasa Indonesia, (3) menganalisis dan mengelompokkan ungkapan larangan berdasarkan teori tentang kategori, makna, dan fungsi sosial ungkapan larangan, dan (4) menyimpulkan hasil penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengumpulkan 50 ungkapan larangan yang diperoleh dari 5 orang informan, dan ungkapan larangan yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan kategori, makna, dan fungsi sosial ungkapan larangan. 1. Kategori Ungkapan Larangan Pada kategori ini, ungkapan larangan digolongkan menjadi empat golongan besar, yaitu: (a) ungkapan larangan di sekitar lingkungan hidup manusia, (b) ungkapan larangan mengenai alam ghaib, (c) ungkapan larangan mengenai terciptanya alam semesta, dan (d) jenis takhayul lainnya. 1.1 Ungkapan Larangan di Sekitar Lingkungan Hidup Manusia Lahir, Masa bayi, dan Masa Kanak-Kanak Data (2) Urang hamil indak buliah malilik salendang, beko talilik tali pusek anak (Orang yang sedang hamil tidak boleh melilitkan selendang, nanti anak yang dikandungnya terlilit tali pusar) Ungkapan larangan pada data (2) di tujukan kepada orang hamil. Orang hamil tidak boleh melilitkan selendang ke leher. Bila pantangan itu dilanggar, maka anak yang berada di dalam kandungan akan terlilit tali pusar. Ungkapan ini mengandung asosiasi bahwa selendang yang melilit di leher menggambarkan hal yang sama terhadap bayi, yaitu tali pusar akan melilit leher bayi. Hal tersebut adalah mitos yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat Tubuh Manusia dan Obat-obatan Rakyat Ungkapan larangan di sini berkaitan dengan tubuh manusia dan obat-obatan rakyat. Ungkapan larangan ini ditujukan kepada masyarakat umumnya. Apabila ungkapan larangan ini dilanggar, maka berakibat kepada tubuh manusia dan obat-obatan rakyat. Ungkapan yang termasuk kategori tubuh manusia dan obat-obatan rakyat dapat dilihat sebagai berikut.

5 Data (6) Indak elok mamotong kuku di malam hari, beko pamburuak dagiang wak dek nyo (Tidak baik memotong kuku di malam hari, nanti pemburuk daging) Ungkapan larangan pada data (6) ditujukan pada masyarakat umum. Tidak boleh memotong kuku pada malam hari. Bagi yang melanggar, maka akan mengakibatkan luka pada jari. Pada zaman dahulu cahaya lampu belum memadai. Masyarakat hanya menggunakan lampu dinding untuk penerangan. Memotong kuku pada malam hari bisa mengakibatkan luka pada jari Rumah dan Pekerjaan Rumah Tangga Ungkapan larangan di sini berkaitan dengan rumah dan pekerjaan rumah. Ungkapan larangan ini ditujukan kepada masyarakat umumnya. Apabila ungkapan ini dilanggar maka berakibat pada rumah dan pekerjaan rumah. Ungkapan yang termasuk kategori rumah dan pekerjaan rumah dapat dilihat sebagai berikut. Data (1) Anak gadih indak elok duduak di jendela, beko buruak bantuak (Anak gadis tidak boleh duduk di jendela, nanti buruk rupanya) Ungkapan larangan pada data (1) ditujukan kepada masyarakat umum khususnya anak gadis. Tidak diperbolehkan duduk di jendela, bagi yang melanggar akan mengakibatkan buruk rupa bagi seorang anak gadis Mata Pencarian dan Hubungan Sosial Ungkapan larangan ini termasuk dalam kategori mata pencarian dan hubungan sosial. Ungkapan larangan ini dapat ditujukan pada masyarakat umum. Apabila ungkapan ini dilanggar akan berakibat pada mata pencarian dan hubungan sosial dengan masyarakat lain. Ungkapan yang termasuk kategori mata pencarian dan hubungan sosial ini dapat dilihat sebagai berikut. Data (23) Kalau makan basamo, ndak buliah minum sambia makan, beko disangko urang samba ndak lamak (Kalau makan bersama, tidak boleh minum dan makan diselang-seling, nanti disangka orang sambal yang dibuat tidak enak) Ungkapan larangan pada data (23) ini ditujukan kepada masyarakat umum. Tidak diperbolehkan untuk menjangkau makanan pada saat makan bersama. Bagi yang melanggar maka orang lain jadi ragu dan malas mengambil makanan karena sikap kita yang kurang sopan Perjalanan dan Perhubungan Ungkapan larangan ini termasuk ke dalam kategori perjalanan dan perhubungan. Ungkapan tersebut dapat ditujukan pada masyarakat umum. Apabila ungkapan tersebut dilanggar, maka akan berakibat pada perjalanan dan perhubungan. Ungkapan larangan yang termasuk ke dalam kategori perjalanan dan perhubungan dapat dilihat sebagai berikut. Data (13) Indak elok bajalan jauah di hari salasa, beko dapek musibah di jalan (Tidak boleh berjalan jauh pada di hari selasa, nanti akan mendapat musibah) Ungkapan larangan pada data (13) ditujukan pada masyarakat umum. Tidak diperbolehkan bagi seseorang untuk bepergian pada hari Selasa. Bagi yang melanggar akan mengalami kendala dalam perjalanannya. Sebagian besar masyarakat menganggap kalau hari Selasa adalah hari api atau hari panas dan bagi mereka yang melakukan perjalanan pada hari tersebut bisa mendapat malapetaka

6 1.1.6 Cinta, Pacaran, dan Menikah Ungkapan larangan ini termasuk ke dalam kategori cinta, pacaran, dan menikah. Ungkapan tersebut dapat ditujukan kepada masyarakat umum. Apabila ungkapan ini dilanggar akan berakibat pada hubungan seperti cinta, pacaran, dan pernikahan. Ungkapan larangan yang termasuk kategori cinta, pacaran dan menikah dapat dilihat sebagai berikut. Data (15) Anak gadih indak buliah duduak di janjang rumah, beko payah dapek laki (Anak gadis tidak boleh duduk di tangga rumah nanti susah dapat suami) Ungkapan pada data (15) ini ditujukan kepada anak gadis. Anak gadis tidak diperbolehkan duduk di tangga rumah. Bagi yang melanggar maka anak gadis tersebut akan susah dalam mendapatkan jodoh Kematian dan Pemakaman Ungkapan larangan ini termasuk ke dalam kategori kematian dan pemakaman, ungkapan tersebut ditujukan pada masyarakat umum. Apabila ungkapan ini dilanggar maka akan berakibat kepada masalah kematian dan pemakaman. Ungkapan larangan yang termasuk ke dalam kategori kematian dan pemakaman dapat dilihat sebagai berikut. Data (12) Indak buliah lalok di tangah padang, beko mati mande awak (Tidak boleh tidur ditengah lapangan, nanti meninggal ibu kita) Ungkapan larangan pada data (12) ditujukan kepada masyarakat umum. Tidak diperbolehkan untuk tidur di tengah padang atau lapangan. Bagi yang melanggar maka orang tua perempuan akan meninggal. Lapangan merupakan tempat untuk berolahraga, bukan untuk tidur. 1.2 Ungkapan Mengenai Alam Ghaib Ungkapan larangan ini termasuk kepada alam ghaib. Ungkapan tersebut dapat ditujukan pada masyarakat umum. Apabila ungkapan ini dilanggar maka akan berakibat pada masalah ghaib. Ungkapan larangan yang termasuk ke dalam kategori alam ghaib dapat dilihat sebagai berikut. Data (11) Indak buliah mandi tangah hari, beko tasapo (Tidak boleh mandi tengah hari, nanti kesurupan) Ungkapan larangan pada data (11) sama halnya dengan data (21) yang ditujukan kepada masyarakat umum. Tidak diperbolehkan bagi siapapun mandi pada saat tengah hari. Bagi yang melanggar maka tubuh akan menjadi sakit. 1.3 Ungkapan Larangan Mengenai Terciptanya Alam Semesta Cuaca Ungkapan larangan mengenai terciptanya alam semesta dapat dilihat sebagai berikut. Data (40) Indak buliah bapayuang di dalam rumah, beko nyo tembak dek patuih (Tidak boleh mengembangkan payung di dalam rumah, nanti disambar petir)

7 Ungkapan pada data (40) ditujukan kepada masyarakat umum. Tidak diperbolehkan untuk mengembangkan payung di dalam rumah. Bagi yang melanggar maka diri atau rumahnya bisa disambar petir. Selain itu memakai payung di dalam rumah juga termasuk pekerjaan yang sia-sia, karena di dalam rumah kita sudah terlindung dari panas dan hujan Binatang dan Peternakan Data (34) Urang hamil indak buliah mambunuah binatang, beko cacat anak laia (Orang hamil tidak boleh membunuh binatang, nanti anaknya cacat ketika lahir) Ungkapan larangan pada data (34) ditujukan kepada wanita yang sedang hamil. Wanita yang sedang hamil tidak boleh membunuh binatang. Bagi yang melanggar, maka akan berakibat dan beresiko anak yang dilahirkan akan mengalami cacat. 2. Makna Ungkapan Larangan Ungkapan harus dimaknai konotasi atau kias karena makna ungkapan sering disampaikan secara tersirat agar tidak menyakiti hati atau perasaan orang lain. Makna ungkapan yang terdapat di ungkapan larangan pada Masyarakat Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, ada yang bermakna sebenarnya da nada juga yang berupa makna tersirat. 2.1 Makna Sebenarnya Makna sebenarnya adalah makna yang disampaikan dalam ungkapan merupakan makna sebenarnya. Apa yang ada dalam ungkapan itulah makna sebenarnya. Ungkapan yang memiliki makna sebenarnya hanya ada satu ungkapan yang ditemukan dalam ungkapan larangan pada Masyarakat Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok. Hal ini disebabkan karena pada umumnya ungkapan mengandung makna tersirat. Ungkapan yang memiliki makna sebenarnya ini dapat dilihat pada ungkapan berikut ini. Data (42) Anak gadih indak buliah basiua, beko disangko urang laki-laki (Anak gadis tidak boleh bersiul, nanti disangka orang laki-laki) Makna dari ungkapan di atas adalah seorang anak gadis tidak boleh dan tidak sepatutnya bersiul seperti seorang anak laki-laki. Seorang anak gadis yang suka bersiul, orang akan beranggapan bahwa dia menyerupai seorang anak laki-laki, karena bersiul hanya dilakukan oleh anak laki-laki. 2.2 Makna Tersirat Makna tersirat adalah makna yang disampaikan secara tidak langsung melainkan melalui makna yang tersembunyi yang disampaikan dalam ungkapan itu. Pada umumnya ungkapan mengandung makna tersirat. Ungkapan yang memiliki makna tersirat bisa dilihat sebagai berikut. Data (1) Anak gadih indak elok duduak di jendela, beko buruak bantuak (Anak gadis tidak boleh duduk di jendela nanti buruk rupanya) Jendela merupakan tempat pertukaran udara di dalam rumah, jadi tidak baik seorang anak gadis duduk di jendela dan perbuatan itu tidak enak di pandang oleh orang lain.

8 3. Fungsi Sosial Ungkapan Larangan 3.1 Berfungsi Mempertebal Keyakinan Fungsi sosial mempertebal keimanan adalah menambah keyakinan dan pengucapannya secara lisan serta mengamalkan dengan anggota badan. Berdasarkan data yang diperoleh, ada beberapa ungkapan larangan yang berfungsi untuk mempertebal keimanan, yaitu sebagai berikut. Data (35) Anak gadih indak buliah bajalan sanjo hari, beko dicilok dek antu (Anak gadis tidak boleh berjalan sore hari, nanti disembunyikan setan) Ungkapan pada data (35) memiliki fungsi sosial mempertebal keimanan, karena menambah keyakinan seseorang bahwa selain manusia masih ada makhluk lain di dunia ini. Dengan kata lain ungkapan di atas berfungsi mempertebal keimanan seseorang dalam menjalankan ibadah. 3.2 Berfungsi Mengingatkan Fungsi sosial mengingatkan adalah memberi nasehat atau mengingatkan akan sesuatu perbuatan yang kurang baik. Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 14 ungkapan larangan, yaitu sebagai berikut. Data (2) Urang hamil indak buliah malilik salendang, beko talilik tali pusek anak (Orang yang sedang hamil tidak boleh melilitkan selendang, nanti anak yang dikandungnya terlilit tali pusar) Ungkapan larangan pada data (2) memiliki fungsi sosial mengingatkan, karena memberikan nasehat kepada seseorang yang sedang hamil untuk menghindari bahaya yang akan menimpa dirinya, dengan kata lain ungkapan di atas berfungsi untuk mengingatkan orang yang sedang hamil untuk menjaga kandungannya. 3.4 Berfungsi Mendidik Fungsi sosial mendidik adalah fungsi sosial yang bersifat mendidik dan memberikan pendidikan mengenai akhlak dan sopan santun,. Berdasarkan data yang diperoleh, ungkapan larangan yang berfungsi untuk mendidik bisa dilihat sebagai berikut. Data (1) Anak gadih indak elok duduak di jendela, beko buruak bantuak (Anak gadis tidak boleh duduk di jendela nanti buruk rupanya) Ungkapan larangan pada data (1) memiliki fungsi sosial mendidik, mendidik anak gadis agar menjaga kesopanan dan tidak memperlihatkan sikap dan perbuatan yang tidak baik. 3.5 Berfungsi Melarang dan Menyuruh Fungsi melarang dan menyuruh dimaksudkan agar kita melakukan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu. Berdasarkan data yang diperoleh, ungkapan larangan yang berfungsi untuk melarang dan menyuruh bisa dilihat sebagai berikut. Data (10) Indak buliah malapia anak jo sapu lidi, sawan anak dek nyo (Tidak boleh memukul anak dengan sapu lidi, nanti idiot anak nya)

9 Ungkapan larangan pada data (10) memiliki fungsi melarang, yaitu tidak boleh meukul anak dengan sapu, karena perbuatan itu tidak baik untuk mental anak, ada baiknya mengajarkan anak dengan tidak menggunakan kekerasan. IMPLIKASI Pesatnya ilmu pengetahuan, perkembangan zaman, dan masuknya budaya asing yang menimbulkan pengaruh terhadap masyarakat dikhawatirkan akan berdampak negative terhadap generasi muda dan masyarakat. Banyak generasi muda yang tidak acuh dan kurang peduli dengan ungkapan larangan tersebut, bahkan menganggap bahwa itu merupakan suatu pemikiran konyol dan tidak masuk akal. Ungkapan larangan perlu dilestarikan keberadaannya, meskipun banyak yang beranggapan bahwa ungkapan larangan itu hanya sebuah takhayul. Masyarakat penuturnya harus paham dengan makna dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam ungkapan larangan tersebut sehingga masyarakat tidak lagi menganggap sekedar takhayul. Ungkapan larangan sebagai aturan hidup masyarakat Minangkabau mempunyai fungsi mendidik, baik itu dalam pendidikan formal maupun dalam pendidikan nonformal. Dalam pendidikan formal misalnya di sekolah, ungkapan larangan bisa diimplementasikan dalam pelajaran Budaya Alam Minangkabau. Dalam pendidika nonformal misalnya dalam keluarga, ungkapan larangan disampaikan langsung oleh orang tua sebagai upaya mengajarkan nilai-nilai adat dan moral yang melingkupi masyarakat Minangkabau. Seperti yang telah disebut di atas, ungkapan larangan berfungsi sebagai aturan yang menyeimbangkan hidup dalam bermasyarakat. Jika sebuah keluarga memiliki anak gadis, maka orang tua dapat menggunakan ungkapan larangan tersebut sebagai nasehat dan peringatan agar anak gadisnya mengerti dengan sopan santun. SIMPULAN DAN SARAN Bedasarkan hasil penelitian mengenai ungkapan larangan pada masyarakat Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat maka dapat disimpulkan ungkapan larangan bisa dilihat dari segi kategori, makna, dan fungsi sosial. Dari segi katagori, ungkapan larangan dibagi empat, yaitu: (1) takhayul di sekitar lingkungan hidup manusia; (2) takhayul mengenai alam ghaib; (3) takhayul mengenai terciptanya alam semesta dan dunia; dan (4) jenis takhayul lainnya. Selanjutnya ungkapan larangan sekitar lingkungan hidup manusia dibagi atas tujuh bagian, yaitu (1) lahir, masa bayi, dan kanak-kanak; (2) tubuh manusia dan obat-obatan rakyat; (3) rumah dan pekerjaan rumah tangga; (4) mata pencarian dan hubungan sosial; (5) perjalanan dan perhubungan; (6) cinta, pacaran, dan menikah; dan (7) kematian dan pemakaman. Selanjutnya ungkapan larangan mengenai terciptanya alam semesta dibagi jadi lima, yaitu (1) gejala alam atau fenomena kosmik; (2) cuaca; (3) binatang dan peternakan; (4) penangkapan dan berburu; dan (5) tanaman dan pertanian. Ungkapan larangan pada masyarakat nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok juga bisa dilihat dari segi makna. Makna sebenarnya adalah makna yang disampaikan dalam ungkapan larangan dan memiliki makna yang sebenarnya. Selanjutnya makna tersirat, yaitu makna yang disampaikan secara tidak langsung melainkan melalui makna yang tersembunyi yang disampaikan dalam ungkapan itu. Ungkapan larangan juga bisa dilihat dari segi fungsi sosial. Dalam penelitian ini terdapat beberapa ungkapan larangan yang berfungsi untuk mempertebal keyakinan, berfungsi untuk mengingatkan, berfungsi untuk mendidik, dan berfungsi untuk melarang dan menyuruh. Ungkapan larangan adalah suatu kepercayaan masyarakat Minangkabau yang dipakai menjadi acuan dan mengatur hidup masyarakat pada kehidupan sehari-hari. Ungkapan larangan dipakai dengan maksud menyampaikan isi hati, perasaan, petunjuk, serta keinginan penutur pada lawan tuturnya dengan bahasa kias dan tidak kasar, tidak menyinggung, dan tetap saling menghormati. Masyarakat

10 Minangkabau di nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat sebagian masih menggunakan ungkapan ini untuk mendidik anak, keluarga, dan kerabat dekat agar mengerti dan paham dalam bersikap dan sopan santun. Berdasarkan simpulan penelitian di atas, disarankan beberapa hal sebagai berikut. pertama, ungkapan larangan yang masih berkembang pada masyarakat nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok sebagian besar masih mempertahankan ungkapan larangan bagi generasi berikutnya. Selain itu, ungkapan larangan tersebut dapat digunakan sebagai alat kontrol sosial dan pendidik bagi masyarakat. Kedua, penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itudiharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai ungkapan larangan pada masyarakat nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. DAFTAR PUSTAKA Danandjaya, James Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng dan Lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Moleong, Lexi. J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Semi, M. Atar Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Angkasa.

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU PADA MASYARAKAT PADANG GALUNDI DI KELURAHAN TANAH GARAM KECAMATAN LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK YANNI MAILIZAWATI

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU PADA MASYARAKAT PADANG GALUNDI DI KELURAHAN TANAH GARAM KECAMATAN LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK YANNI MAILIZAWATI UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU PADA MASYARAKAT PADANG GALUNDI DI KELURAHAN TANAH GARAM KECAMATAN LUBUK SIKARAH KOTA SOLOK YANNI MAILIZAWATI ABSTRACT The results of the expression of the People's

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI KENAGARIAN KUBANG PUTIAH KECAMATAN BANUHAMPU KABUPATEN AGAM

UNGKAPAN LARANGAN DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI KENAGARIAN KUBANG PUTIAH KECAMATAN BANUHAMPU KABUPATEN AGAM UNGKAPAN LARANGAN DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI KENAGARIAN KUBANG PUTIAH KECAMATAN BANUHAMPU KABUPATEN AGAM Febriadeti Firstiana 1), Marsis 2), Elvina A Saibi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN BAGI SUAMI KETIKA ISTRINYASEDANG HAMIL DI KENAGARIAN ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK

UNGKAPAN LARANGAN BAGI SUAMI KETIKA ISTRINYASEDANG HAMIL DI KENAGARIAN ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK UNGKAPAN LARANGAN BAGI SUAMI KETIKA ISTRINYASEDANG HAMIL DI KENAGARIAN ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK Oleh: Rahmawita 1, Nurizzati 2, M.Ismail Nst 3 Program Studi Sastra Indonesia

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT LUBUAK SARIAK KENAGARIAN KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT LUBUAK SARIAK KENAGARIAN KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT LUBUAK SARIAK KENAGARIAN KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Yelvi Rahmadani 1, Ermanto 2, Ena Noveria 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN DI KENAGARIAN PADANG LAWEH KECAMATAN SUNGAI TARAB KABUPATEN TANAH DATAR

UNGKAPAN LARANGAN DI KENAGARIAN PADANG LAWEH KECAMATAN SUNGAI TARAB KABUPATEN TANAH DATAR UNGKAPAN LARANGAN DI KENAGARIAN PADANG LAWEH KECAMATAN SUNGAI TARAB KABUPATEN TANAH DATAR Oleh: Yopi Ramadhani 1, Abdurahman 2, Andria Catri Tamsin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT DI KANAGARIAN INDERAPURA KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN

UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT DI KANAGARIAN INDERAPURA KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN UNGKAPAN LARANGAN MASYARAKAT DI KANAGARIAN INDERAPURA KECAMATAN PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Rosmina 1, Abdurahman 2, Andria Catri Tamsin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT BATU HAMPAR KABUPATEN PESISIR SELATAN

STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT BATU HAMPAR KABUPATEN PESISIR SELATAN STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT BATU HAMPAR KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Nova Gusmayenti 1, Syahrul R. 2, Abdurahman 3 Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

Sefridanita 1, Nurizzati 2, Zulfikarni 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang. Abstract

Sefridanita 1, Nurizzati 2, Zulfikarni 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang. Abstract KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT LARANG PANTANG CALON PENGANTIN PEREMPUAN DI NAGARI BARUNG-BARUNG BALANTAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN Sefridanita 1, Nurizzati

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG TUBUH MANUSIA DAN OBAT-OBATAN DI DESA TALAGO GUNUNG KECAMATAN BARANGIN KOTA SAWAHLUNTO

STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG TUBUH MANUSIA DAN OBAT-OBATAN DI DESA TALAGO GUNUNG KECAMATAN BARANGIN KOTA SAWAHLUNTO STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG TUBUH MANUSIA DAN OBAT-OBATAN DI DESA TALAGO GUNUNG KECAMATAN BARANGIN KOTA SAWAHLUNTO Indri Anggraeni 1, Yenni Hayati 2, M. Ismail Nst. 3 Program Studi

Lebih terperinci

KEPERCAYAAN RAKYAT YANG TERDAPAT DALAM KUMPULAN CERPEN MURJANGKUNG KARYA A.S. LAKSANA ARTIKEL ILMIAH. Khuratul Aini NPM

KEPERCAYAAN RAKYAT YANG TERDAPAT DALAM KUMPULAN CERPEN MURJANGKUNG KARYA A.S. LAKSANA ARTIKEL ILMIAH. Khuratul Aini NPM KEPERCAYAAN RAKYAT YANG TERDAPAT DALAM KUMPULAN CERPEN MURJANGKUNG KARYA A.S. LAKSANA ARTIKEL ILMIAH Khuratul Aini NPM 10080210 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian yang menggunakan metode deskriptif maka data yang dipoeroleh dianalisis dan diuraikan

Lebih terperinci

STRUKTUR, MAKNA, DAN FUNGSI UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI NAGARI SOLOK AMBAH KABUPATEN SIJUNJUNG

STRUKTUR, MAKNA, DAN FUNGSI UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI NAGARI SOLOK AMBAH KABUPATEN SIJUNJUNG STRUKTUR, MAKNA, DAN FUNGSI UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI NAGARI SOLOK AMBAH KABUPATEN SIJUNJUNG Oleh: Hayatul Fitri 1, Bakhtaruddin Nst. 2, Hamidin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan disuatu daerah. Salah satunya adalah dengan penelitian foklor.

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan disuatu daerah. Salah satunya adalah dengan penelitian foklor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada beberapa cara yang dilakukan oleh para peneliti dalam mengungkap kebudayaan disuatu daerah. Salah satunya adalah dengan penelitian foklor. Menurut Danandjaja (1984:2)

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (Strata I)

ARTIKEL ILMIAH. diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (Strata I) SASTRA LISAN MANTRA PENANGKAL BISO DI NAGARI TALANG BABUNGO KECAMATAN HILIRAN GUMANTI KABUPATEN SOLOK PROVINSI SUMATRA BARAT ARTIKEL ILMIAH diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

UNGKAPAN LARANGAN RAKYAT DI KENAGARIAN LUBUK LAYANG KECAMATAN RAO SELATAN KABUPATEN PASAMAN ABSTRACT

UNGKAPAN LARANGAN RAKYAT DI KENAGARIAN LUBUK LAYANG KECAMATAN RAO SELATAN KABUPATEN PASAMAN ABSTRACT 1 UNGKAPAN LARANGAN RAKYAT DI KENAGARIAN LUBUK LAYANG KECAMATAN RAO SELATAN KABUPATEN PASAMAN Neti Fitreni 1), Yetty Morelent 2), Dainur Putri 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

UNGKAPAN PANTANG LARANG WANITA HAMIL DI KENAGARIAN PANGIAN KECAMATAN LINTAU BUO KABUPATEN TANAH DATAR

UNGKAPAN PANTANG LARANG WANITA HAMIL DI KENAGARIAN PANGIAN KECAMATAN LINTAU BUO KABUPATEN TANAH DATAR UNGKAPAN PANTANG LARANG WANITA HAMIL DI KENAGARIAN PANGIAN KECAMATAN LINTAU BUO KABUPATEN TANAH DATAR Oleh: Linda Fitri Yeni 1, Nurizzati 2, Zulfikarni 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Abstract. Keywords : The prohibition expression, livelihood, and relation social

Abstract. Keywords : The prohibition expression, livelihood, and relation social STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL KEPERCAYAAN RAKYAT UNGKAPAN LARANGAN MENGENAI MATA PENCAHARIAN DAN HUBUNGAN SOSIAL KELURAHAN BUNGUS TIMUR KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Hairunnisa 1, Nurizzati 2,

Lebih terperinci

Oleh: Fadhla Hayati 1, Agustina 2, Nurizzati 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang

Oleh: Fadhla Hayati 1, Agustina 2, Nurizzati 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang STRUKTUR, KATEGORI, DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT BAGI CALON ANAK DARO DI KENAGARIAN KOTO BARU KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Fadhla Hayati 1, Agustina 2, Nurizzati 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

NILAI-NILAI EDUKATIF, MAKNA DAN PEMAKAIAN UNGKAPAN LARANGAN DI KAMPUNG TAMPUNIK KENAGARIAN KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

NILAI-NILAI EDUKATIF, MAKNA DAN PEMAKAIAN UNGKAPAN LARANGAN DI KAMPUNG TAMPUNIK KENAGARIAN KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN 1 NILAI-NILAI EDUKATIF, MAKNA DAN PEMAKAIAN UNGKAPAN LARANGAN DI KAMPUNG TAMPUNIK KENAGARIAN KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Ari Syaputra 1), Syofiani 2), Romi Isnanda 2). 1)

Lebih terperinci

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU DI PARAK GADANG KECAMATAN PADANG TIMUR

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU DI PARAK GADANG KECAMATAN PADANG TIMUR UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU DI PARAK GADANG KECAMATAN PADANG TIMUR Oleh: Rini Atniyanti 1, Amril Amir 2, Hamidin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri

Lebih terperinci

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI KENAGARIAN TAPAN KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI KENAGARIAN TAPAN KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI KENAGARIAN TAPAN KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Alfianto 1, Harris Effendi Thahar 2, Zulfikarni 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tadut merupakan salah satu nama kesenian etnik Besemah yang berupa sastra tutur/ sastra lisan yang isinya pengajaran agama Islam di daerah provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh JULI HARDANI NPM

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh JULI HARDANI NPM ARTIKEL PENELITIAN UNGKAPAN LARANGAN RAKYAT DI NAGARI PILUBANG KECAMATAN SUNGAI LIMAU KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT: SUATU TINJAUAN DARI PEMAKAIAN, FUNGSI DAN NILAI-NILAI EDUKATIF Oleh JULI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

Hasanuddin WS Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang

Hasanuddin WS Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang 198 KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Oktober 2015, Volume 1, Nomor 2, hlm 198-204 PISSN 2442-7632 EISSN 2442-9287 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/ kembara/index KEARIFAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar 9 Tahun Dalam Sastra Dayak Ngaju, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003), 20.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar 9 Tahun Dalam Sastra Dayak Ngaju, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003), 20. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Dayak Ngaju merupakan suku Dayak yang berdomisili di Provinsi Kalimantan Tengah. Umumnya, suku Dayak Ngaju tinggal di sepanjang sungaisungai besar seperti

Lebih terperinci

THE PROHIBITIONS UTTERANCE IN MINANGKABAU COMMUNITY IN PADANG PARIAMAN DISTRICT ZURAIDA CHAIRANI

THE PROHIBITIONS UTTERANCE IN MINANGKABAU COMMUNITY IN PADANG PARIAMAN DISTRICT ZURAIDA CHAIRANI Jurnal Ilmiah Scholastic THE PROHIBITIONS UTTERANCE IN MINANGKABAU LANGUAGE COMMUNITY IN PADANG PARIAMAN DISTRICT ZURAIDA CHAIRANI Volume 1 Nomor 3 JIPS ISSN: 2579-5449 E-ISSN: 2597-6540 ABSTRACT This

Lebih terperinci

pada posisi diakui dan dapat diikutsertakan dalam musyawarah (dapek dilawan baiyo)

pada posisi diakui dan dapat diikutsertakan dalam musyawarah (dapek dilawan baiyo) BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan permasalahan, tujuan, temuan dan analisia data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini telah mencapai tujuan teoritis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan panduan kepada peneliti tentang urutan-urutan bagaimana penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan panduan kepada peneliti tentang urutan-urutan bagaimana penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara untuk mengumpulkan data, sedangkan penelitian merupakan aktivitas dan cara berpikir yang menggunakan kerangka ilmiah yang terancang dan sistematis untuk memecahkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam perjalanan hidupnya mengalami tiga peristiwa penting, yaitu waktu dilahirkan, waktu menikah atau berkeluarga dan ketika meninggal dunia. Meskipun semuanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses tersebut dapat ditemukan dalam lingkungan yang paling kecil,

I. PENDAHULUAN. Proses tersebut dapat ditemukan dalam lingkungan yang paling kecil, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, kehidupan manusia tidak akan lepas dari interaksi. Agar interaksi dapat berjalan dengan baik, tiap manusia memerlukan proses berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan umum Budaya tolak bala masih tetap dipertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL Firdauzia Nur Fatimah, Edy Tri Sulistyo Universitas Sebelas Maret ningfirda15@gmail.com, edytrisulistyo9@gmail.com

Lebih terperinci

WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH

WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH WARNA LOKAL MINANGKABAU DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR ST. ISKANDAR ARTIKEL ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) ENZI PATRIANI NPM 10080297 PROGRAM

Lebih terperinci

NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI NAGARI LUAK KAPAU KECAMATAN PAUH DUO KABUPATEN SOLOK SELATAN

NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI NAGARI LUAK KAPAU KECAMATAN PAUH DUO KABUPATEN SOLOK SELATAN NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DI NAGARI LUAK KAPAU KECAMATAN PAUH DUO KABUPATEN SOLOK SELATAN Oleh: Hesti Fiska Marsa Putri 1, Ermanto, 2, Hamidin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Malang Press, 2008, hlm Ahmad Khalili, M.Fiil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, UIN

BAB IV ANALISIS. Malang Press, 2008, hlm Ahmad Khalili, M.Fiil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, UIN 60 BAB IV ANALISIS A. Pantangan diyakini Masyarakat Karanggadung Lazimnya manusia yang hidup di tengah-tengah alam liar yang bebas beraktifitas. Penduduk pulau Jawa adalah para pengembara handal di alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai data

Lebih terperinci

KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT

KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT Dedi Mardia Fitri 1 Erianjoni, M.Si 2 Elvawati, M.Si 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. isinya. Beberapa pengkajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

BAB VI PENUTUP. isinya. Beberapa pengkajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Peribahasa Jawa cukup banyak jumlahnya dan beraneka ragam isinya. Beberapa pengkajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ajaran moral yang cukup tinggi terkandung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan A. Latar Belakang Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-nya. Ikatan suci ini adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita hidup di zaman modern yang menuntut setiap individu untuk meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang dianggap kuno dan memperbaharui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dinyatakan oleh Aristoteles bahwa manusia yang hidup bersama dalam

I. PENDAHULUAN. yang dinyatakan oleh Aristoteles bahwa manusia yang hidup bersama dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup dan memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan dari orang lain. Oleh karenanya, manusia selalu hidup dalam sebuah kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang teletak di bagian Asia tenggara yang dilalui garis khatulistiwa. Indonesia berada diantara benua Asia dan Australia serta diantara

Lebih terperinci

Kata kunci: ungkapan, ora ilok, pengajaran, budi pekerti

Kata kunci: ungkapan, ora ilok, pengajaran, budi pekerti Ungkapan ora ilok (larangan) pada masyarakat Jawa di Jawa Timur sebagai pengajaran berbudi pekerti Siti Komariyah Balai Bahasa Surabaya abstrak Ungakapan ora ilok (larangan) dalam bahasa Jawa, pada masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter secara eksplisit maupun implisit telah terbentuk dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Melalui pendidikan karakter diharapkan

Lebih terperinci

BAB II INFORMASI MITOS SAAT KEHAMILAN

BAB II INFORMASI MITOS SAAT KEHAMILAN BAB II INFORMASI MITOS SAAT KEHAMILAN 2.1 Definisi Informasi Menurut Gordon B. Davis dalam Rahmat, mengenai Defini Informasi 2, 2005 bahwa Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lakunya remaja itu sehari-hari baik di rumah, di sekolah, maupun di dalam

BAB I PENDAHULUAN. lakunya remaja itu sehari-hari baik di rumah, di sekolah, maupun di dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman modern sekarang ini, semenjak ilmu pengetahuan telah berkembang dengan pesatnya, terutama psikologi dan pendidikan, maka fasefase perkembangan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen

Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen Oleh: Mentari Nurul Nafifa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa mentarinurul.93@gmail.com

Lebih terperinci

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT )

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) Dewifebrina 1 Dra. Fachrina,M.Si 2 Erningsih,S.Sos 3 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat Ciamis. Ronggeng gunung sebenarnya masih dalam koridor terminologi ronggeng secara umum, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan ibu berperan sebagai orangtua bagi anak-anaknya. Namun, dalam kehidupan nyata sering dijumpai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kehidupan masyarakat atas alasan menjaga lingkungan bersama yang harmonis.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kehidupan masyarakat atas alasan menjaga lingkungan bersama yang harmonis. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dendang di desa Gunung Ayu kota Manna Bengkulu Selatan memiliki nilai-nilai yang disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. pemberian saran dari proses pengembangan masyarakat melalui nilai-nilai. kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB IV PENUTUP. pemberian saran dari proses pengembangan masyarakat melalui nilai-nilai. kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: 135 BAB IV PENUTUP Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, maka sebagai penutup penulis akan memberikan beberapa kesimpulan penting dan dilengkapi dengan pemberian saran dari proses pengembangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, adat istiadat serta tradisi. Jika dilihat, setiap daerah memiliki kebudayaan dan tradisinya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bararak adalah suatu tradisi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala (pengangkatan) penghulu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan aset, anak adalah titisan darah orang tua, anak adalah warisan, dan anak adalah makhluk kecil ciptaan Tuhan yang kelak menggantikan peran orang tua sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH BAGI SISWA, MAHASISWA DAN KARYAWAN BUPATI PASAMAN BARAT Menimbang : a. bahwa salah satu perwujudan dari

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA

KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA KRITIK SOSIAL TERHADAP ADAT MINANGKABAU DALAM NOVEL MERANTAU KE DELI KARYA HAMKA Oleh,, 1) Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang, hal itu dapat terlihat dari pertumbuhan didunia teknologi, ekonomi, yang begitu pesat khususnya di daerah perkotaan. Tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman yang bertambah modern ini nilai-nilai yang bersifat baik atau nilai moral menjadi semakin berkurang didalam kehidupan bermasyarakat. Pergaulan yang salah dan terlalu

Lebih terperinci

BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG

BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG Seperti halnya masalah sosial lainnya, fenomena Sekkusu shinai shokogun ini turut memberi dampak

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan. dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak

I. PENDAHULUAN. Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan. dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dari budaya

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD FKIP UNP Kediri

JURNAL PENELITIAN. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD FKIP UNP Kediri MENINGKATKAN NILAI-NILAI AGAMA DAN MORAL MELALUI METODE KARYAWISATA PADA ANAK KELOMPOK A TK DHARMA WANITA I PADANGAN DESA PADANGAN KECAMATAN NGANTRU KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015 JURNAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja dalam peralihan ini, sama halnya seperti pada masa anak mengalami perubahan

Lebih terperinci

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mantra merupakan puisi lisan yang bersifat magis. Magis berarti sesuatu yang dipakai manusia untuk mencapai tujuannya dengan cara-cara yang istimewa. Perilaku magis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi masa depan bangsa yang harus dijaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi masa depan bangsa yang harus dijaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi masa depan bangsa yang harus dijaga karena sebagian besar anak pada generasi saat ini terjerumus pada pergaulan yang bebas dan menyimpang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat muslim semakin kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang dihadapi ataupun ditanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 pasal 1 perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergaulan adalah salah satu kebutuhan manusia, sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI (Studi Kasus Sanggar Seni Sekar Jagad Desa Kotakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL KEMI CINTA KEBEBASAN YANG TERSESAT KARYA ADIAN HUSAINI ARTIKEL ILMIAH DELVI SEPTIANI NPM

NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL KEMI CINTA KEBEBASAN YANG TERSESAT KARYA ADIAN HUSAINI ARTIKEL ILMIAH DELVI SEPTIANI NPM NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL KEMI CINTA KEBEBASAN YANG TERSESAT KARYA ADIAN HUSAINI ARTIKEL ILMIAH DELVI SEPTIANI NPM 10080100 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI PERGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah sesuatu yang sangat sakral. Kesakralan itu berada dalam proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan menjalaninya

Lebih terperinci

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU Oleh: Nepi Sutriati 1, Hasanuddin WS 2, Zulfadhli 3 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai ragam suku bangsa yang memiliki jenis kebudayaan yang beragam pula.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai ragam suku bangsa yang memiliki jenis kebudayaan yang beragam pula. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai ragam suku bangsa yang memiliki jenis kebudayaan yang beragam pula. Masyarakat Karo sebagai salah satu ragam suku bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan dalam adat Minangkabau merupakan salah satu hal yang penting karena berhubungan erat dengan sistem kekerabatan matrilineal dan garis keturunan. Menurut alam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

Keywords: structure, social function, expression of prohibition

Keywords: structure, social function, expression of prohibition STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG KEMATIAN DAN ADAT PEMAKAMAN MASYARAKAT DI JORONG KOTO PANJANG KENAGARIAN SUNGAI TARAB KECAMATAN SUNGAI TARAB KABUPATEN TANAH DATAR Femmy Fahriandari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci