BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi 1. Definisi persepsi Sensasi yang ditransmisikan ke otak adalah bentuk mentah dari energi yang harus diinterpretasi dan diorganisasi melalui sebuah proses yang disebut persepsi (Lahey, 2007). Atkinson (2000) mendefinisikan persepsi sebagai proses pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukan individu baik positif maupun negatif terhadap suatu benda, manusia, atau kejadian. Sebuah kejadian pada umumnya didefinisikan sebagai peristiwa yang meliputi ruang dan waktu. Melalui definisi ini, dapat disimpulkan bahwa kejadian meliputi semua persepsi mengenai gerak, namun persepsi mengenai kejadian sering kali disebut sebagai event perception, bukan motion perception. Event perception digunakan untuk menjelaskan persepsi visual dari aliran optik, pergerakan manusia dan objek yang relatif terhadap lingkungan (Shiffrar, 2005). Shaw, Flascher & Mace (1995) mendefinisikan event perception sebagai deteksi dari informasi mengenai gaya dari perubahan yang terjadi pada struktur dalam ruang dan waktu tertentu. Perbedaan antara event perception dan motion perception adalah pada motion perception terjadi dalam isolasi, sedangkan event perception terjadi pada ruang dan waktu. 14

2 15 Berdasarkan theory of unconscious inference yang dicetuskan oleh Helmholtz, beberapa dari persepsi adalah hasil dari asumsi ketidaksadaran yang dibuat mengenai lingkungan. Teori ini meliputi prinsip likelihood, yang mengatakan bahwa individu merasakan objek yang menyebabkan pola stimulis yang diterima. Proses persepsi dinilai sama dengan proses pemecahan masalah. Dalam persepsi, masalahnya adalah untuk menentukan objek mana yang menyebabkan pola tertentu dari stimulus, dan masalah ini diselesaikan dengan proses dimana pengamat menerapkan pengetahuannya untuk menarik kesimpulan mengenai apakah objek tersebut (Goldstein, 2011). Dalam penelitian ini, definisi persepsi yang akan digunakan adalah proses pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukan individu terhadap suatu benda, manusia, atau kejadian. 2. Aspek persepsi Ittelson (dalam Carmona dkk, 2003) menyatakan bahwa ada 4 aspek persepsi yaitu : a. Kognitif, meliputi berpikir mengenai, mengorganisasi dan menyimpan informasi. b. Afektif, perasaan kita yang mempengaruhi bagaimana kita mempersepsi sesuatu. c. Interpretatif, sejauhmana individu memaknai sesuatu. d. Evaluatif, menilai sesuatu sebagai aspek yang baik dan buruk.

3 16 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi. Faktor-faktor ini menyebabkan adanya perbedaan persepsi tiap-tiap individu. Menurut Rookies & Willson (2000), faktor-faktor tersebut adalah : a. Usia Kemampuan perseptual berubah dan matang seiring dengan perkembangan. Secara umum, kemampuan perseptual meningkat dansecara lebih akurat merepresentasikan dunia fisik, namun ada juga kemampuan perseptual yang menurun seiring bertambahnya usia. Perbedaan ini dapat memberikan perubahan dalam dunia persepsi seseorang. b. Gender Masalah perbedaan gender dalam proses psikologi sangat kontroversial. Kemampuan yang memiliki perbedaan gender yang konstan adalah kemampuan visual spasial. Pada kemampuan ini, pria mempunyai skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. c. Kepribadian Orang-orang dengan kepribadian yang berbeda akan bersikap berbeda dalam berbagai situasi sosial dan mungkin saja memberikan respon yang berbeda terhadap berbagai informasi. d. Keadaan psikologis Ada banyak kerusakan fisik yang dapat mempengaruhi persepsi. Penyakit seperti katarak, agnosia dan prosopagnosia dapat

4 17 mengakibatkan kesulitan dalam mempersepsikan sesuatu. Selain kerusakan dan penyakit, penggunaan obat-obatan baik yang legal maupun illegal juga dapat mempengaruhi persepsi. Oleh karena itu, mungkin saja orang yang menggunakan zat tertentu seperti kafein, akan mempunyai pengalaman perseptual yang berbeda. e. Perceptual set Set adalah ekspektansi yang dibawa oleh observer ke dalam situasi perseptual. Latar belakang dan pengalaman kita sepertinya membuat kita melihat suatu hal dengan cara tertentu, terutama jika stimulus yang diberikan ambigu. Ada beberapa hal yang mempengaruhi set yaitu motivasi, konteks, ekpektansi, pengalaman sebelumnya dan emosi. f. Budaya Ada aspek dalam lingkungan dan budaya yang membuat individu mempersepsikan dan mendapatkan pengalaman yang berbeda. Individu yang dibesarkan dengan pengaruh budaya Barat akan mengenali stimulus visual tertentu seperti televisi dan film, namun stimulus tersebut akan membingungkan individu yang dibesarkan dari daerah yang terpencil. Beberapa studi telah menemukan bukti yang kuat untuk mendukung adanya pengaruh lingkungan fisik terhadap persepsi individu. g. Pengetahuan sebelumnya Persepsi bergantung kepada informasi tambahan yang dimiliki oleh individu. Individu dapat mengenali objek yang berbeda karena adanya

5 18 pengetahuan sebelumnya yang dibawa individu ke dalam situasi tersebut (Goldstein, 2011). B. E-Learning 1. Pengertian e-learning Comerchero (dalam Berman, 2006) mengatakan bahwa e-learning adalah sebuah pendidikan yang menggabungkan motivasi diri, komunikasi, efisiensi dan teknologi. Adanya keterbatasan dalam interaksi sosial pada e-learning membuat pelajar harus memotivasi diri mereka sendiri. E-learning mengharuskan pelajar sering berkomunikasi dengan satu sama lain dan dengan pengajar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka. E-learning efektif karena mengatasi masalah jarak dimana materi disusun dengan media yang dapat diakses dengan komputer dan internet. E-learning adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan pembelajaran melalui teknologi. Naidu mendefinisikan e-learning sebagai penggunaan dari teknologi informasi dan komunikasi dalam proses belajar mengajar (Naidu, 2006). Menurut American Society for Training and Development, e-learning adalah segala sesuatu yang disampaikan dan dimediasi oleh teknologi elektronik untuk tujuan pembelajaran. Definisi ini lebih luas daripada online learning, Web-based learning, dan computer-based training.e-learning meliputi pembelajaran satu arah dan dua arah serta interaksi antar pelajar (Fee, 2009) Mengacu pada pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa e-learning adalah proses pembelajaran yang menggunakan dan dimediasi oleh teknologi informasi dan komunikasi.

6 19 2. Tipe-tipe e-learning Menurut Romiszowski (dalam Naidu, 2006), tipe-tipe e-learning dibagi menjadi empat yaitu : a. Individualized self-paced e-learning online adalah situasi dimana individu mengakses bahan belajar secara online via internet. Contoh dari tipe ini adalah saat individu belajar sendiri atau melakukan suatu penelitian di internet. b. Individualized self-paced e-learning offline adalah situasi dimana individu menggunakan bahan belajar saat tidak dihubungkan dengan internet. Contoh dari tipe ini adalah saat individu belajar sendiri menggunakan CD atau DVD. c. Group-based e-learning synchronously adalah situasi dimana kelompok bekerja sama menggunakan internet dalam real time. Tipe ini meliputi text-based conferencing dan audio atau video conferencing. d. Group-based e-learning asynchronously adalah situasi dimana kelompok bekerja menggunakan internet dimana pertukaran terjadi dengan penundaan waktu. Contohnya adalah dengan menggunakan e- mail. C. Kualitas E-Learning 1. Pengertian kualitas Tidak ada cara yang universal untuk mendeskripsikan kualitas. Dalam mengukur kualitas, berbagai perspektif yang berbeda harus dipertimbangkan.

7 20 Kualitas bukanlah sesuatu yang absolut, tidak memiliki kategori yang tetap dan bergantung pada situasi (Ehlers, 2006). Dalam bidang pendidikan, ada lima arti berbeda dari kualitas yaitu (Harvey dalam Ehlers, 2006) : a. Kualitas adalah sebuah pengecualian, mendeskripsikan proses yang melampui standard. b. Kualitas adalah kesempurnaan, mendeskripsikan sebuah keadaan yang tidak bercela. c. Kualitas adalah fungsionalitas, mengacu pada derajat kegunaan. d. Kualitas adalah adequate return, diukur dengan rasio cost benefit. e. Kualitas adalah transformasi, mendeskripsikan hubungan antara pelajar dan lingkungan belajar dan mengacu pada kemajuan pelajar dalam proses belajar. 2. Pengertian kualitas e-learning Kualitas adalah faktor yang paling menentukan masa depan dari e- learning. Kualitas e-learning adalah konsep yang beragam dan bergantung pada situasi. Tidak ada negara yang telah mencapai kesepakatan mengenai apa sebenarnya kualitas e-learning itu. Definisi dari kualitas selalu mengacu pada konteks yang spesifik. Berbagai metode yang berbeda telah dipakai untuk mengukur kualitas e-learning (Ehlers & Pawlowski, 2006). Quality Assurance Framework merupakan salah satu contoh program yang digunakan di Inggris untuk mengukur kualitas e-learning berdasarkan mekanisme penyampaiannya.

8 21 Total Quality Management (TQM) dan Continuous Quality Improvement (CQI) juga merupakan metode untuk mengukur kualitas e-learning (Parker, 2004). Subjective learning theory adalah sebuah konsep mengenai deskripsi dari aspek dan faktor dari pengembangan kualitas e-learning yang berfokus pada pelajar. Menurut teori ini, konsep kualitas berarti memperhitungkan motivasi, kognitif dan situasi personal pelajar sebagai dasar dari penilaian. Subjective model of quality adalah model yang digunakan untuk mengukur kualitas e-learning yang didasarkan pada teori tersebut (Ehlers & Pawlowski, 2006). Dalam penelitian ini, konsep kualitas e-learning yang digunakan adalah subjective model of quality, dimana penilaian kualitas berfokus pada pelajar.. 3. Model kualitas subjektif (subjective model of quality) Ehlers (dalam Ehlers & Pawlowski, 2006) melakukan sebuah penelitian di Eropa yang mengukur kualitas e-learning berdasarkan persepsi pelajar dan kemudian merumuskan subjective model of quality. Penelitian ini dilakukan dalam tiga level. Seratus lima puluh tiga subjective quality factor merupakan dasar empiris dari model ini yang berasal dari wawancara secara mendalam dengan subjek, kemudian faktor-faktor ini dibentuk menjadi survei online yang terstandarisasi. Hasilnya disusun menjadi 30 dimensi dari kualitas e-learning dengan menggunakan principal component analysis. Pada level ketiga, 30 faktor ini kemudian dikelompokkan menjadi 7 area kualitas subjektif (fields of subjective quality) menurut temanya. Dimensi ini adalah hasil dari principal component analysis (PCA). Metode ini dapat mengurangi banyak faktor yang bervariasi menjadi beberapa kumpulan

9 22 faktor atau dimensi yang dapat menjelaskan perbedaan preferensi kualitas pada pelajar.ketiga puluh dimensi ini tidak sama pentingnya bagi tiap-tiap pelajar. Dimensi-dimensi ini akan membentuk jaringan yang akan relevan bagi pelajar tertentu. Bagi setiap pelajar, dimensi tersebut akan menjadi kualitas e-learning yang berbeda tingkat kepentingannya bagi tiap-tiap pelajar. Ketujuh area kualitas subjektif tersebut adalah : 1. Dukungan tutor (tutor support) a. Interaksi (interaction) Dimensi ini berhubungan dengan komunikasi dan interaksi antara pengajar dan pelajar. Dalam interaksi, aspek yang paling penting adalah interaksi dua arah (bi-directional interaction), dimana pelajar tidak hanya menerima feedback tetapi juga memberikan feedback kepada pengajar. b. Moderasi dari proses belajar (moderation of learning processes) Dimensi ini menggambarkan kecenderungan untuk memilih proses belajar yang aktif melalui pengajar dalam cara yang komunikatif. c. Pemusatan pada pelajar vs. materi (learner vs. content centredness) Pelajar berbeda dalam pilihan mereka mengenai prilaku dalam pembelajaran. Ada sebagian pelajar yang memilih pembelajaran yang mempunyai interaksi yang lebih berfokus kepada pelajar dimana interaksi antara pengajar dan pelajar di dalam kelas berfokus pada proses belajar pelajar secara personal. Kelompok pelajar lainnya lebih memilih interaksi yang lebih berorientasi pada materi belajar.

10 23 d. Individualised learner support Dimensi ini berhubungan dengan dukungan yang diberikan oleh pengajar kepada pelajar. Dukungan ini disesuaikan dengan situasi pelajar. Dukungan dapat diberikan pada pelajar dengan memberikan informasi tambahan yang menarik minat pelajar, walaupun informasi tambahan tersebut tidak berhubungan dengan materi pembelajaran. e. Pemusatan pada tujuan vs. perkembangan (goal vs. development centredness) Dimensi ini mendeskripsikan bahwa ada pembelajaran lebih berorientasi pada tujuan belajar dan ada pula pembelajaran yang berorientasi pada pelajar dan mendukung perkembangan personal serta kompetensi sosial pelajar. Pelajar tidak hanya berbeda dalam pilihan mereka mengenai komunikasi dalam pembelajaran tetapi juga pada jenis media yang ingin mereka gunakan untuk berhubungan dengan pengajar. f. Media komunikasi tradisional (traditional communication media) Media dalam dimensi ini yang disukai oleh pelajar adalah telepon, faks dan surat. g. Media komunikasi synchronous (synchronous communication media) Media dalam dimensi ini yang disukai oleh pelajar adalah konferensi video dan chat.

11 24 h. Media komunikasi asynchronous (asynchronous communication media) Media dalam dimensi ini yang disukai oleh pelajar adalah dan forum diskusi. 2. Kooperasi dan komunikasi (cooperation and communication) Area ini meliputi persyaratan kualitas yang diekspresikan pelajar terhadap pembelajaran yang berhubungan dengan komunikasi dan kooperasi dengan pelajar lain, dalam kelompok belajar dan dengan pengajar. a. Kerjasama sosial (social cooperation) Kerja sama seharusnya berfokus pada aspek dalam interaksi sosial seperti pada diskusi online, aktivitas yang melibatkan kerja kelompok dan komunikasi tatap muka. b. Discursive cooperation Dalam dimensi ini, ditekankan bahwa pelajar harus mampu bekerja sama bukan hanya pada situasi yang datar tetapi juga dalam situasi konflik. Pelajar diharapkan dapat bekerja sama dalam memecahkan masalah pada topik yang saling bertentangan, misalnya dalam forum debat. Pada dimensi ini, yang ditekankan bukan aspek sosial, melainkan bagaimana pelajar dapat membangun pengetahuan mereka secara aktif dalam setting yang argumentatif. 3. Teknologi (technology) Area teknologi juga dapat menjadi sesuatu yang penting bagi pelajar, namun, teknologi merupakan hygienic factor yang artinya, jika standar

12 25 terpenuhi, kualitas tidak akan meningkat terlalu banyak. Akan tetapi apabila tidak terpenuhi, penilaian kualitas menurun. a. Adaptivitas dan personalisasi (adaptivity and personalisation) Teknologi yang digunakan dalam program harus memiliki kapasitas untuk beradaptasi dengan pengguna dan dapat memberikan fasilitas yang memungkinkan pengguna untuk starting where the user logged off last time. b. Kemungkinan komunikasi synchronous (synchronous communication possibilities) Teknologi yang digunakan harus dapat mendukung komunikasi synchronous seperti konferensi video dan chatting. c. Ketersediaan materi (availability of contents (technical)) Materi yang digunakan dalam proses pembelajaran harus tersedia dalam berbagai format. Materi harus dapat diperoleh dan disimpan oleh pelajar dalam komputer mereka masing-masing di rumah. 4. Biaya ekspektansi keuntungan (costs expectations benefit) Area ini merupakan salah satu faktor yang menentukan penilaian terhadap kualitas.aspek ini dapat dilihat dalam hubungan yang dekat dengan ekspektansi mereka terhadap setting pembelajaran. Usaha yang dilakukan oleh pelajar dalam proses belajar harus seimbang dengan keuntungan dan hasil. a. Ekspektansi dari individualisasi dan orientasi kebutuhan (expectation of individualisation and need orientation)

13 26 Program e-learning diharapkan merupakan program yang fleksibel dalam hal waktu. Program juga harus merupakan sesuatu yang memiliki setting yang terindividualisasi, dalam artian dapat memenuhi kebutuhan tiap-tiap individu. b. Biaya non-ekonomi individual (individual non-economic costs) Walaupun e-learning lebih menekankan pada proses individual, program harus dapat memotivasi pelajar untuk belajar dan berkonsentrasi pada hal yang diajarkan. c. Biaya ekonomi (economic costs) Dimensi yang paling penting adalah yang menyangkut hal ekonomis. d. Keuntungan praktis (practical benefits) Materi yang dipelajari oleh pelajar di kelas harus memiliki manfaat praktis yang dapat digunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari. e. Ketertarikan dalam Rangkaian Pelajaran dan Penggunaan Media (Interest in Course and Media Usage) Program harus membuat pelajar bukan hanya berminat pada topik yang diajarkan tetapi juga pada penggunaan internet dan online learning. 5. Information transparency Area ini meliputi informasi yang dimiliki oleh pelajar sebelum memulai pelajaran dan mengenai institusi yang memberikan pelajaran. Area ini meliputi pemberian informasi yang formal dan standard dan juga

14 27 konseling individual terhadap isi pelajaran, metode pembelajaran atau nasehat teknis. a. Counseling, advise Konseling dan nasehat yang diberikan kepada pelajar sebelum memulai suatu program dapat menjadi aspek yang berguna. b. Informasi organisasional (organisational information) Dimensi ini menekankan bahwa penting bagi pelajar untuk mendapat informasi mengenai mata pelajaran yang akan mereka jalani dan juga masalah berkaitan dengan sertifikat mata pelajaran, kualifikasi pengajar dan organisasi yang menawarkan mata pelajaran tersebut. c. Informasi mengenai tujuan dan materi pembelajaran (information about course goals and contents) Dimensi ini menekankan bahwa penting bagi pelajar untuk mendapat informasi mengenai mata pelajaran secara mendetail. 6. Struktur dari skenario belajar (structure of the learning scenario) Area ini meliputi persyaratan pelajar yang berkaitan dengan struktur dari progam e-learning. a. Dukungan personal dari proses belajar (personal support of learning processes) Dimensi ini menekankan pentingnya dukungan individual dan personal dalam program.

15 28 b. Pengenalan kepada aspek teknis dan materi (introduction to technical aspects and to the content) Pelajar hendaknya mendapat pengenalan mengenai materi dan aspek teknis yang penting dalam program yang akan dijalaninya. c. Ujian (tests and exams) Fungsi penting dalam aspek ini adalah kemungkinan untuk mengikuti ujian. 7. Didactics Aspek ini meliputi isi, tujuan belajar, metode dan materi. a. Background material Dimensi ini menekankan bahwa penting bagi pelajar untuk mendapatkan akses terhadap background material dari topik yang dibahas. b. Multimedia enriched presentation material Ada kelompok pelajar tertentu yang lebih memilih untuk menggunakan materi yang diperkaya oleh multimedia dan menggunakan tidak hanya satu tetapi beberapa sumber media seperti audio, visual, film, teks dan sebagainya. c. Materi yang terstruktur dan berorientasi pada tujuan (structured and goal oriented course material) Program harus dibangun dalam struktur yang berorientasi pada tujuan. d. Dukungan belajar (support of learning)

16 29 Program harus dapat mendukung pelajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membantu pelajar menjadi lebih kompeten dalam pembelajaran sepanjang masa. e. Feedback pada proses belajar (feedback on learning progress) Ujian harus disertakan dalam program untuk mendapatkan feedback. f. Tugas individual (individualised tasks) Tugas harus didesign untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan pelajar. D. Mahasiswa 1. Pengertian mahasiswa Secara harfiah, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut, maupun akademi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Hurlock (1999) mengkategorikan usia mahasiswa ke dalam masa dewasa dini. Menurut Hurlock (1999) masa dewasa dini dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira usia 40 tahun dimana tugas perkembangan pada masa dewasa dini salah satunya adalah mencakup pemilihan karir atau mendapatkan suatu pekerjaan. Pada masa dewasa dini terjadi perubahan nilai dimana banyak nilai pada masa kanak-kanak dan remaja berubah karena pengalaman dan hubungan sosial yang lebih luas dengan orang-orang yang berbeda usia. Berdasarkan definisi yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu serta berada pada masa dewasa dini dimana tugas

17 30 perkembangan pada masa dewasa dini salah satunya adalah mencakup pemilihan karir atau mendapatkan suatu pekerjaan. 2. Mahasiswa sebagai e-learner E-learner dapat didefinisikan sebagai pelajar yang mengikuti proses e- learning (Keiser, Kollar & Schmidt, 2006). Dalam penelitian ini, e-learner adalah mahasiswa yang mengikuti proses e-learning. Mahasiswa sebagai e-learner akan menghadapi banyak tantangan akademis, termasuk memiliki motivasi diri dan disiplin diri yang tinggi. E-learner juga harus menunjukkan kemampuan untuk berpartisipasi dengan nyaman, mempunyai pikiran yang terbuka dan kemampuan komunikasi yang baik. Seorang e-learner juga harus memperhatikan netiquette atau yang sering disebut sebagai etika internet. Proses e-learning memerlukan komunikasi dan kerja sama kelompok. Untuk dapat mempertahankan lingkungan belajar yang baik, seorang e-learner harus mempersiapkan dirinya dengan baik. Jika e-learner tidak siap untuk menyelesaikan tugas, kesempatan mereka untuk berhasil dalam proses e-learning akan berkurang secara drastis. Ada beberapa rintangan yang dapat menghambat e- learner : a. Global accessibility E-learner harus mempunyai akses terhadap teknologi yang diperlukan agar dapat berpartisipasi dengan baik dalam lingkungan e-learning. Tanpa sistem koneksi yang baik, partisipasi dalam e-learning tidak dapat dilakukan.

18 31 b. Rural vs urban/suburban community Komunitas di pedesaan mungkin saja tertinggal dalam hal akses internet. Pengguna internet di pedesaan cenderung lebih tertarik pada kelas e-learning dibandingkan dengan yang ada di kota atau pinggiran kota. c. Pengalaman web E-learners harus mempunyai latar belakang yang cukup di bidang komputer dan merasa nyaman dengan berbagai tugas komputer. d. Tertarik pada subjek Mempunyai pikiran terbuka dan ketertarikan pada subjek yang dipelajari penting untuk menjadi seorang e-learner yang sukses. Faktor lain yang mempengaruhi keterlibatan e-learner dalam proses e- learning adalah e-readiness, kesiapan untuk menerima e-learning. Komponen pertama dalam e-readiness adalah kemampuan teknikal, namun kemampuan teknikal saja tidak cukup untuk melihat kesiapan individu untuk berpartisipasi dalam kelas e-learning. Ada dua komponen dalam e-readiness yaitu technical readiness dan readiness for self directed learning. Masing-masing komponen terdiri dari pengetahuan, sikap, kemampuan dan kebiasaan yang spesifik. Pengetahuan adalah tahap pertama dari pemahaman yaitu memiliki informasi dasar yang diperlukan. Sikap adalah perasaan, kepercayaan dan kecenderungan berperilaku individu yang berasal dari hereditas maupun lingkungan yang memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku. Pengetahuan dan sikap merupakan dasar bagi self directed learning, namun kedua hal itu saja tidak cukup jika tidak

19 32 mempunyai kemampuan yang diperlukan untuk implementasi. Bila ketiga aspek sudah dipenuhi, pembentukan kebiasaan yang positif akan memperkuat tingkat kesuksesan e-learning (Guglielmino & Guglielmino, 2003). Masalah lain dalam sistem belajar e-learning adalah perbedaan gender. Penelitian yang dilakukan oleh (Salminen-Karlsson, 2010) ditemukan bahwa pria dan wanita mempunyai perbedaan yang sangat besar dalam hal computer competency, dimana pria menunjukkan skor yang lebih tinggi. Pria juga cenderung membantu orang lain yang mempunyai masalah dengan komputer. Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa wanita mempunyai computer anxiety yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pria. E. Gambaran Persepsi Mahasiswa tentang Kualitas E-Learning pada Fakultas Psikologi Ketertarikan terhadap penggunaan metode e-learning telah meningkat dengan pesat. E-learning juga telah menjadi suatu ranah yang diminati dalam proses pembelajaran di universitas. Organisasi pendidikan melihat e-learning sebagai suatu cara untuk meningkatkan program mereka (Naidu, 2006). Pada saat pertama diaplikasikan, penekanan e-learning diletakkan pada ekspektansi yang tidak realistis bahwa e-learning akan dapat mengurangi biaya dan dapat menggantikan proses belajar tatap muka. Hasil yang didapat jauh dari memuaskan dimana pelajar menjadi terisolasi. Pada saat ini, e-learning telah dimengerti dengan lebih baik dan pendekatan yang sepenuhnya menggunakan teknologi telah digantikan oleh pandangan bahwa e-learning seharusnya menjadi proses belajar yang diperkaya oleh penggunaan teknologi.

20 33 Di Fakultas Psikologi, ada beberapa mata kuliah yang menggunakan sistem e-learning yang menggunakan blog, group chat dan forum diskusi online. Pembelajaran dengan e-learning ini diintegrasikan dengan pembelajaran tatap muka. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa orang mahasiswa, ada mahasiswa yang mempunyai persepsi yang positif dan mengatakan bahwa sistem pembelajaran ini dapat menghemat waktu mereka, namun ada juga mahasiswa dengan persepsi negatif yang merasa terbebani dan tidak terbiasa dengan sistem yang baru ini. Perbedaan persepsi pada mahasiswa bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti pengalaman belajar sebelumnya, perbedaan gender, perbedaan tingkat e-readiness atau dalam hal accessibility. Banyak peneliti telah menemukan bahwa efektivitas e-learning sama dengan atau bahkan melampaui proses belajar di kelas, akan tetapi kualitas dari e- learning masih diperdebatkan. Individu yang terbiasa dengan kelas tradisional dan menyukai pembelajaran tatap muka akan mengalami kesulitan dengan pembelajaran online (Elango, 2008). Hal ini menyebabkan berbagai organisasi, pengajar maupun pelajar sendiri mencari cara untuk mengukur kualitas dari program yang telah dijalankan terutama efektivitas dan efisiensinya (Eschenlohr, 2004). Kualitas adalah konsep yang multifaset. Kualitas bukan sesuatu yang absolut tetapi selalu bergantung pada situasi dimana proses belajar terjadi (Ehlers, 2003). Garvin (dalam Nichols, 2002) mengatakan bahwa walaupun kualitas sulit didefinisikan, pentingnya kualitas telah diakui secara universal. Ehlers (2006)

21 34 berpendapat bahwa kualitas adalah sebuah kategori yang sangat dipengaruhi oleh subjektivitas individual. Ehlers (2003) menyebutkan bahwa sekelompok pelajar mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Perbedaan ini meliputi komponen demografik (status profesionalitas dan tingkat pendidikan), isi (pengetahuan dan kemampuan sebelumnya) dan pengalaman belajar. Schulmeister (dalam Ehlers, 2006) mengatakan bahwa mengabaikan keberagaman pelajar dapat berakibat pada kegagalan. Ehlers (2006) mengembangkan sebuah program untuk mengukur kualitas berdasarkan perspektif pelajar yang disebut sebagai model kualitas subjektif. Model ini meliputi tujuh area kualitas subjektif yaitu dukungan tutor, kooperasi dan komunikasi, teknologi, biaya, ekspektansi dan keuntungan, information transparency, struktur dari skenario belajar, dan didactics. Dimensi yang pertama adalah dukungan tutor. Komunikasi antara dosen dengan mahasiswa hendaknya berlangsung secara dua arah dimana bukan hanya dosen saja yang memberikan umpan balik kepada mahasiswa tetapi mahasiswa juga diberikan kesempatan memberikan umpan balik kepada dosen. Dosen hendaknya menjadi moderator yang komunikatif dalam proses belajar mahasiswa. Orientasi pengajaran di kelas hendaknya bukan hanya berfokus pada materi tetapi dosen perlu memperhatikan proses belajar mahasiswa secara personal. Dukungan secara personal perlu diberikan kepada masing-masing mahasiswa untuk membantu proses belajar mereka. Pembelajaran di kelas hendaknya tidak hanya berfokus pada tujuan pembelajaran. Perkembangan personal masing-masing mahasiswa juga merupakan aspek yang tidak kalah pentingnya.

22 35 Dimensi kedua adalah kooperasi dan komunikasi. Mahasiswa mengharapkan kerjasama sosial melibatkan interaksi sosial dengan menggunakan diskusi online, kerja kelompok dan juga komunikasi tatap muka. Mahasiswa juga mengharapkan kerjasama yang dibentuk dalam situasi konflik seperti forum debat. Foum debat diharapkan dalam membantu mahasiswa membangun pengetahuan dalam situasi yang argumentatif. Dimensi ketiga, teknologi, merupakan hal yang penting dalam menentukan kualitas. Teknologi diharapkan dalam memiliki kapasitas untuk beradaptasi dengan keperluan mahasiswa serta dapat mendukung fasilitas chatting dan konferensi video. Ada baiknya bila materi pembelajaran dapat diakses oleh mahasiswa dalam berbagai format dan dapat disimpan oleh mahasiswa dalam komputer mereka masing-masing. Dimensi keempat adalah biaya, ekspektansi dan keuntungan. Program e- learning diharapkan sebagai program yang fleksibel dalam hal waktu dan juga dapat memenuhi kebutuhan masing-masing individu. Selain menekankan pada proses individu, program harus dapat memotivasi mahasiswa untuk belajar dan berkonsentrasi pada hal yang diajarkan. Biaya yang dikeluarkan untuk e-learning hendaknya tidak memberatkan mahasiswa. Mahasiswa berharap apa yang telah dipelajari di kelas dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Program e- learning juga harus membuat mahasiswa bukan hanya tertarik pada materi tetapi juga tertarik pada penggunaan internet. Dimensi kelima, information transparency, meliputi informasi yang dimiliki mahasiswa sebelum memulai pelajaran. Konseling dan nasehat yang

23 36 diberikan kepada mahasiswa akan berguna bagi mereka. Informasi mengenai mata pelajaran yang akan dijalani, pengajar, tujuan dan materi kuliah penting diketahui oleh mahasiswa. Dimensi keenam adalah struktur dari skenario belajar. Penting bagi mahasiswa untuk mendapatkan dukungan dalam menjalani program, mendapatkan informasi mengenai aspek teknis dari program dan juga mengenai ujian yang akan dijalani. Dimensi terakhir adalah didactics. Dimensi ini menekankan penting bagi mahasiswa untuk mendapatkan informasi mengenai background material dari topik yang sedang dibahas. Banyak mahasiswa yang menyukai penggunaan beberapa media yang berbeda untuk mendukung proses pembelajaran. Materi yang diajarkan juga harus terstruktur dan berorientasi pada tujuan. Mahasiswa juga memerlukan dukungan yang dapat membantu mereka mendapatkan pengetahuan. Ujian sebaiknya dirancang untuk memberikan umpan balik bagi mahasiswa. Tugas juga harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa. Penilaian kualitas dari proses belajar dengan sistem e-learning di Fakultas Psikologi menggunakan teori Ehlers akan dapat memberikan gambaran mengenai persepsi mahasiswa tentang kualitas program e-learning yang telah mulai diujicobakan di Fakultas Psikologi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Definisi persepsi Sensasi yang ditransmisikan ke otak adalah bentuk mentah dari energi yang harus diinterpretasi dan diorganisasi melalui sebuah proses yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti e-learning (Haverila, 2009). Saat membicarakan e-learning, banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. seperti e-learning (Haverila, 2009). Saat membicarakan e-learning, banyak orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi ini, teknologi telah berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan teknologi ini tentu saja memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan, contohnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, atau kejadian. Selanjutnya, Lahey (2007) mendefinisikan persepsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, atau kejadian. Selanjutnya, Lahey (2007) mendefinisikan persepsi 27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERSEPSI 1. Definisi Persepsi Atkinson (2000) menyebutkan persepsi sebagai proses pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya dalam bidang teknologi yang merupakan alat bantu

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya dalam bidang teknologi yang merupakan alat bantu 12 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dunia pendidikan di zaman modern saat ini telah berkembang dengan sangat pesat, salah satunya dalam bidang teknologi yang merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siap pakai dan berkualitas. Berkaitan dengan itu, pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. siap pakai dan berkualitas. Berkaitan dengan itu, pendidikan diharapkan mampu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penggunaan teknologi dalam bidang pendidikan semakin meluas seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang begitu pesat menuntut untuk dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Lahey (2007) mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang

BAB II LANDASAN TEORI. Lahey (2007) mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang BAB II LANDASAN TEORI A. Self-Directed Learning 1. Pengertian belajar Lahey (2007) mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang relatif permanen dan terjadi sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paradigma lama. Para paradigma baru mahasiswa menjadi active learner. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. paradigma lama. Para paradigma baru mahasiswa menjadi active learner. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada paradigma lama proses belajar mengajar pada umumnya berlangsung di ruang kelas dan ditandai dengan kehadiran pendidik di muka kelas. Pendidik memiliki tanggung

Lebih terperinci

Mengapa menggunakan ICT. Bagaimana level kompetensi ICT bagi seorang guru? Pemanfaatan ICT untuk Pembelajaran 5/24/12. Learning: dahulu vs sekarang

Mengapa menggunakan ICT. Bagaimana level kompetensi ICT bagi seorang guru? Pemanfaatan ICT untuk Pembelajaran 5/24/12. Learning: dahulu vs sekarang Learning: dahulu vs sekarang Pemanfaatan ICT untuk Pembelajaran Herman Dwi Surjono, Ph.D. Dosen FT dan PPs UNY Kepala Puskom UNY hermansurjono@uny.ac.id http://blog.uny.ac.id/hermansurjono http://herman.elearning-jogja.org

Lebih terperinci

Kata Kunci : Aplikasi E-Learning, ISO , Model Kualitas

Kata Kunci : Aplikasi E-Learning, ISO , Model Kualitas Penilaian Kualitas Sistem Elearning Dengan Menggunakan ISO 19796-1 Andharini Dwi Cahyani, Daniel Oranova Siahaan, Sarwosri Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN BAB I BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam pendidikan di Indonesia. Dalam pembelajaran terdapat berbagai macam strategi dan metode yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan merupakan suatu proses yang membantu manusia dalam mengembangkan

Lebih terperinci

Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran

Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran Tujuan Khusus : Setelah mempelajari bagian ini, Anda diharapkan akan mampu: menjelaskan pentingnya teori-teori belajar dalam kaitannya dengan pemilihan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

Mengapresiasi e-learning Berbasis MOODLE Basori 1

Mengapresiasi e-learning Berbasis MOODLE Basori 1 Mengapresiasi e-learning Berbasis MOODLE Basori 1 A. Pendahuluan Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat mendorong berbagai lembaga pendidikan memanfaatkan sistem e-learning untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Gantina (2011) mengatakan bahwa self management merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Gantina (2011) mengatakan bahwa self management merupakan BAB II LANDASAN TEORI A. SELF MANAGEMENT 1. Definisi Self Management Menurut Gantina (2011) mengatakan bahwa self management merupakan prosedur pada individu untuk mengatur prilakunya sendiri. Pendapat

Lebih terperinci

Pemanfaatan E-Learning sebagai Media Pembelajaran

Pemanfaatan E-Learning sebagai Media Pembelajaran Pemanfaatan E-Learning sebagai Media Pembelajaran Merry Agustina Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma Jalan A. Yani No. 12 Plaju Palembang 30264 merry_agst@mail.binadarma.ac.id Abstrak Seiring

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi menjadi ciri khas pada era globalisasi saat ini. Perkembangan sistem informasi saat ini sangat pesat khusunya dalam urusan bisnis manusia. Terlebih

Lebih terperinci

Pendahuluan. Buku Panduan WebCT 4.1 Untuk Pengajar. Definisi e-learning :

Pendahuluan. Buku Panduan WebCT 4.1 Untuk Pengajar. Definisi e-learning : 1 Pendahuluan Definisi e-learning Banyak perubahan dengan sangat cepat tentang e-learning, sebelum kata Elearning menjadi popular banyak kata-kata pembelajaran yang telah digunakan dan masih tetap digunakan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)Untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran Dalam Rangka Menuju Profesionalitas Guru Hardi Santoso 3)

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)Untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran Dalam Rangka Menuju Profesionalitas Guru Hardi Santoso 3) ISSN : 1693 1173 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)Untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran Dalam Rangka Menuju Profesionalitas Guru Hardi Santoso 3) Abstrak Perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka 5 Bab II Tinjauan Pustaka II.1. Definisi E-Learning Terdapat berbagai definisi mengenai e-learning. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut : 1. E-learning adalah proses belajar yang difasilitasi

Lebih terperinci

Alat Bahasa isyarat alat peraga gambar Bahasa verbal Teks (symbol atau huruf) Interaksi: Langsung Tidak langsung. sumber media tujuan

Alat Bahasa isyarat alat peraga gambar Bahasa verbal Teks (symbol atau huruf) Interaksi: Langsung Tidak langsung. sumber media tujuan KholidA.Harras Alat Bahasa isyarat alat peraga gambar Bahasa verbal Teks (symbol atau huruf) Interaksi: Langsung Tidak langsung sumber media tujuan 2 Media tak langsung (Offline) Orang lain Buku Kaset

Lebih terperinci

UPI Bandung. Tugas Kuliah Komputer Masyarakat

UPI Bandung. Tugas Kuliah Komputer Masyarakat UPI Bandung Beberapa Definisi Pembelajaran jarak jauh Pembelajaran dengan perangkat komputer Pembelajaran formal vs informal Pembelajaran yang ditunjang oleh para ahli dibidang masing-masing Definisi E-Learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King Imogene M. King mengawali teori ini melalui studi literatur dalam keperawatan, ilmu-ilmu perilaku terapan, diskusi dengan beberapa

Lebih terperinci

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS SISTEM BELAJAR MENGAJAR ON-LINE Pembelajaran on-line adalah pembelajaran yang menggunakan internet untuk menyampaikan bahan

Lebih terperinci

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU SEBAGAI BENTUK STUDENT SUPPORT

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU SEBAGAI BENTUK STUDENT SUPPORT PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU SEBAGAI BENTUK STUDENT SUPPORT Zulharman Staf Pengajar FK Unri Mahasiswa S2 Ilmu Pendidikan Kedokteran FK UGM PENDAHULUAN Para mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan komunikasi pada era globalisasi seperti sekarang ini. Teknologi informasi merupakan istilah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pertukaran informasi di dunia maya ini dapat juga diterapkan pada proses belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. pertukaran informasi di dunia maya ini dapat juga diterapkan pada proses belajar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi informasi, maka proses belajarpun mengalami perubahan. Adanya media internet memudahkan kita untuk dapat mengakses ke berbagai sumber

Lebih terperinci

Teknik Presentasi Informasi, meliputi ceramah/kuliah, konferensi/diskusi, media audiovisual, pembelajaran jarak jauh/kursus korespondensi, internet

Teknik Presentasi Informasi, meliputi ceramah/kuliah, konferensi/diskusi, media audiovisual, pembelajaran jarak jauh/kursus korespondensi, internet Perubahan bekerja setiap saat dan salah satu tanda organisasi yang hebat adalah mereka memiliki komitmen untuk terusmenerus melatih dan mendidik orang-orangnya sehingga mereka memiliki pengetahuan yang

Lebih terperinci

Problem-based learning (PBL) berbasis teknologi informasi (ICT)

Problem-based learning (PBL) berbasis teknologi informasi (ICT) Problem-based learning (PBL) berbasis teknologi informasi (ICT) RANGKUMAN I Wayan Warmada Laboratorium Bahan Galian Jurusan Teknik Geologi FT-UGM 1 Apa dan bagaimana? PBL adalah metode belajar yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Research and Development (R&D) atau metode penelitian dan pengembangan. Hal ini

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORI 3.1 Electronic Commerce 3.2 Transaksi dalam E-Commerce

III. LANDASAN TEORI 3.1 Electronic Commerce 3.2 Transaksi dalam E-Commerce III. LANDASAN TEORI Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat telah membawa banyak perubahan pada stabilitas ekonomi global, yaitu maraknya penggunaan Internet sebagai medium untuk melakukan transaksi

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN PELANGGAN

BAB VI HUBUNGAN PELANGGAN BAB VI HUBUNGAN PELANGGAN Agar mendapat keuntungan, suatu perusahaan harus menciptakan hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan mereka. Untuk mencapai hal ini, pertama perusahaan harus mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran penelitian. Kesimpulan diharapkan dapat memberikan gambaran secara menyeluruh terhadap temuan dan analisis data terkait pokok permasalahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

Transformasi Nilai Kepahlawanan dalam Membagun Nasionalisme

Transformasi Nilai Kepahlawanan dalam Membagun Nasionalisme Pembelajaran Berbasis TIK Disampaikan oleh: Awan Sundiawan pada BIMTEK Transformasi Nilai Kepahlawanan dalam Membagun Nasionalisme Ribuan aplikasi baru akan muncul secara online Sumber: http://socialbakers.com

Lebih terperinci

BAB V STUDI KASUS. Pada bab ini dilakukan studi kasus untuk menerapkan model komunitas belajar learnercentered hasil perancangan pada bab IV.

BAB V STUDI KASUS. Pada bab ini dilakukan studi kasus untuk menerapkan model komunitas belajar learnercentered hasil perancangan pada bab IV. BAB V STUDI KASUS Pada bab ini dilakukan studi kasus untuk menerapkan model komunitas belajar learnercentered hasil perancangan pada bab IV. V.1 Deskripsi Umum Studi Kasus Studi kasus dipilih adalah forum

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Model pembelajaran menulis karya ilmiah dokumentasi keperawatan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Model pembelajaran menulis karya ilmiah dokumentasi keperawatan 281 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Model pembelajaran menulis karya ilmiah dokumentasi keperawatan melalui e-learning berbasis MOODLE adalah model yang diujicobakan pada penelitian ini. Model ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era industri gelombang keempat, industri ekonomi kreatif (creative

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era industri gelombang keempat, industri ekonomi kreatif (creative BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan tahapan industrialisasi global, saat ini dunia tengah memasuki era industri gelombang keempat, industri ekonomi kreatif (creative economic

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered BAB IV PERANCANGAN Pada bab ini dilakukan perancangan model komunitas belajar dengan prinsip psikologis learner-centered sesuai dengan analisis yang telah dilakukan sebelumnya, berikut penjelasannya. IV.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telepon genggam hanya sebatas SMS dan telepon, namun beberapa tahun terakhir,

BAB I PENDAHULUAN. telepon genggam hanya sebatas SMS dan telepon, namun beberapa tahun terakhir, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman telah memberikan dampak yang besar bagi kemajuan teknologi komunikasi. Pada beberapa tahun yang lalu, penggunaan telepon genggam hanya sebatas

Lebih terperinci

untuk mengembangkan kualifikasi tenaga kesehatan

untuk mengembangkan kualifikasi tenaga kesehatan PJJ& TIK untuk mengembangkan kualifikasi tenaga kesehatan Direktorat Pembelajaran, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, KEMENRISTEKDIKTI, 2017 Uwes A. Chaeruman Pendidikan Jarak Jauh proses

Lebih terperinci

WORKSHOP Pelatihan Pembelajaran Online Dosen

WORKSHOP Pelatihan Pembelajaran Online Dosen Fakultas Syari ah Universitas Islam Negeri SMH Banten WORKSHOP Pelatihan Pembelajaran Online Dosen Oleh : Edy Nasri,M.Kom Serang, 26 April 2017 Pembelajaran Online Sistem pembelajaran online adalah hasil

Lebih terperinci

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi PROFIL MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS WEB DENGAN LMS MOODLE PADA MATERI SUBSTANSI GENETIKA WEB BASED LEARNING MEDIA BY UTILITATING LMS MOODLE ON GENETICS SUBSTANCE MATTER Rizqi Maulida, Sifak Indana, Lisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membantu aktivitas manusia. Melalui internet, manusia

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membantu aktivitas manusia. Melalui internet, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi begitu pesat dan penggunaannya sudah mencakup seluruh bidang kehidupan. Teknologi informasi yang berkembang saat ini dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang yang memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya sebagai mahasiswa di salah satu universitas pasti memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan gelar

Lebih terperinci

Tatyana Dumova Point Park University, USA. Kegunaan Kuis Online : Mengevaluasi Persepsi Mahasiswa

Tatyana Dumova Point Park University, USA. Kegunaan Kuis Online : Mengevaluasi Persepsi Mahasiswa Tatyana Dumova Point Park University, USA Kegunaan Kuis Online : Mengevaluasi Persepsi Mahasiswa Abstrak Fokus studi ini adalah penilaian, komponen penting dari pengajaran dan pembelajaran. Mengkaji kegunaan

Lebih terperinci

Disusun oleh Ari Pratiwi, M.Psi., Psikolog & Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., Psikolog

Disusun oleh Ari Pratiwi, M.Psi., Psikolog & Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., Psikolog PELATIHAN PSIKOLOGI DAN KONSELING BAGI DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA Disusun oleh Ari Pratiwi, M.Psi., Psikolog & Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., Psikolog MAHASISWA Remaja Akhir 11 20 tahun,

Lebih terperinci

e-learning: Konsep dan Pemanfaatan Outline Definisi E-learning Konsep e-learning

e-learning: Konsep dan Pemanfaatan Outline Definisi E-learning Konsep e-learning 1 2 3 4 e-learning: Konsep dan Pemanfaatan Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. http://blog.uny.ac.id/hermansurjono Outline Definisi e-learning Konsep e-learning E-learning framework Komponen e-learning Pemanfaatan

Lebih terperinci

Nomor : 05/465/F-/III/2009 Jakarta, 10 Maret Perihal: Tata Cara Perkuliahan e-learning

Nomor : 05/465/F-/III/2009 Jakarta, 10 Maret Perihal: Tata Cara Perkuliahan e-learning Nomor : 05/465/F-/III/2009 Jakarta, 10 Maret 2009 Yang terhormat, Bapak Bapak/Ibu Dosen Pengampu Mata Kuliah e-learning Semester Genap Tahun Akademik 2008/2009 Program Kelas Karyawan, Universitas Mercu

Lebih terperinci

BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ

BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ SEAMEO SEAMOLEC Jakarta - INDONESIA 2012 Pendahuluan Dalam topik ini akan diuraikan evaluasi hasil belajar

Lebih terperinci

Metode Belajar di MEDIU

Metode Belajar di MEDIU Metode Belajar di MEDIU Dalam proses belajar mengajar di MEDIU, ada 4 metode utama yang digunakan: a) Aktifitas belajar mengajar : i- Kuliah ii- Tutorial iii- Kuliah Online b) Aktifitas pendukung belajar:

Lebih terperinci

Virtual Office Semester Ganjil 2014 Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika. caca.e.supriana@unpas.ac.id

Virtual Office Semester Ganjil 2014 Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika. caca.e.supriana@unpas.ac.id Virtual Office Semester Ganjil 2014 Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika Universitas i Pasundan Caca E Supriana S Si MT Caca E. Supriana, S.Si., MT. caca.e.supriana@unpas.ac.id Kantor virtual 2 Kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa banyak ditentukan oleh pendidikannya. (Nasir, 1999 : 17).

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa banyak ditentukan oleh pendidikannya. (Nasir, 1999 : 17). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan manusia seutuhnya, karena kemampuan, kecerdasan, dan kepribadian suatu bangsa yang akan datang

Lebih terperinci

S Pembelajaran berbasis komputer (CBL) S CD pembelajaran S Multimedia pembelajaran S Aplikasi tutorial S Games, dll. S Pembelajaran berbasis web (WBL)

S Pembelajaran berbasis komputer (CBL) S CD pembelajaran S Multimedia pembelajaran S Aplikasi tutorial S Games, dll. S Pembelajaran berbasis web (WBL) Belajar: dahulu vs sekarang Perkembangan Teknologi E-Learning Herman Dwi Surjono, Ph.D. Dosen FT dan PPs UNY Kepala Puskom UNY http://blog.uny.ac.id/hermansurjono http://herman.elearning-jogja.org http://www.facebook.com/hermands

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Teknologi merupakan salah satu aspek yang sangat mempengaruhi kehidupan

Bab I. Pendahuluan. Teknologi merupakan salah satu aspek yang sangat mempengaruhi kehidupan Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Teknologi merupakan salah satu aspek yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Dewasa ini dengan kemajuan teknologi yang pesat, hampir seluruh kehidupan

Lebih terperinci

SAINS & TEKNOLOGI INFORMASI DALAM KONTEKS PENDIDIKAN SEJARAH. Hansiswany Kamarga

SAINS & TEKNOLOGI INFORMASI DALAM KONTEKS PENDIDIKAN SEJARAH. Hansiswany Kamarga SAINS & TEKNOLOGI INFORMASI DALAM KONTEKS PENDIDIKAN SEJARAH Hansiswany Kamarga Posisi Informasi dalam KBM A Informasi Guru Siswa B Guru Siswa Informasi Konsep Belajar Pendidikan adalah proses dinamis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai pendahuluan, rumusan masalah,tujuan, batasan yang dikerjakan, hipotesis, metodologi penyelesaian masalah, sistematika penulisan, dan jadwal pengerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peranan regulasi dari pemerintah atau departemen terkait dalam mendukung realisasinya e-learning dalam proses pendidikan di tanah air tersirat dalam Undang-undang

Lebih terperinci

METODE DAN JENIS PELATIHAN

METODE DAN JENIS PELATIHAN METODE DAN JENIS PELATIHAN Perubahan bekerja setiap saat dan salah satu tanda organisasi yang hebat adalah mereka memiliki komitmen untuk terus-menerus melatih dan mendidik orang-orangnya sehingga mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN E-LEARNING

PEMBELAJARAN E-LEARNING PEMBELAJARAN E-LEARNING Oleh Nuryadin Eko Raharjo, M.Pd HP: 08157915225 e-mail: nuryadin_er@uny.ac.id Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri ayogyakarta Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang sangat cepat di semua sektor kehidupan khususnya dunia kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ELECTRONIC MODULE OF CHEMISTRY MATERI IKATAN KIMIA KELAS X SMA/MA

PENGEMBANGAN ELECTRONIC MODULE OF CHEMISTRY MATERI IKATAN KIMIA KELAS X SMA/MA PENGEMBANGAN ELECTRONIC MODULE OF CHEMISTRY MATERI IKATAN KIMIA KELAS X SMA/MA THE DEVELOPMENT OF ELECTRONIC MODULE OF CHEMISTRY ON CHEMICAL BONDING FOR GRADE X SMA/MA Sri Sunarmiati, Regina Tutik Padmaningrum

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN EVALUASI DAN PENUGASAN ONLINE BERBASIS E-LEARNING DENGAN MOODLE PADA MATA KULIAH MEDIA PEMBELAJARAN ILMU KOMPUTER

PENGEMBANGAN EVALUASI DAN PENUGASAN ONLINE BERBASIS E-LEARNING DENGAN MOODLE PADA MATA KULIAH MEDIA PEMBELAJARAN ILMU KOMPUTER PENGEMBANGAN EVALUASI DAN PENUGASAN ONLINE BERBASIS E-LEARNING DENGAN MOODLE PADA MATA KULIAH MEDIA PEMBELAJARAN ILMU KOMPUTER Siti Husnul Bariah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan-STKIP Garut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Berbagi Pengetahuan Berbagi pengetahuan adalah kegiatan bekerjasama yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar tercapai tujuan individu

Lebih terperinci

2016 PENGARUH KOMUNIKASI HIPERPERSONAL TERHADAP PEMELIHARAAN HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) MAHASISWA DI KOTA BANDUNG

2016 PENGARUH KOMUNIKASI HIPERPERSONAL TERHADAP PEMELIHARAAN HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) MAHASISWA DI KOTA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang sangat mendasar untuk saling berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui komunikasi, manusia menunjukkan kodratnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Kepuasan dalam Hubungan Romantis

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Kepuasan dalam Hubungan Romantis BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan dalam Hubungan Romantis 1. Definisi Kepuasan dalam Hubungan Romantis Hubungan romantis merupakan aktivitas bersama yang dilakukan oleh dua individu dalam usaha untuk saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata globalisasi sering terdengar dalam kehidupan sehari-hari. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata globalisasi sering terdengar dalam kehidupan sehari-hari. Globalisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata globalisasi sering terdengar dalam kehidupan sehari-hari. Globalisasi adalah hal yang tidak dapat dipungkiri atau dihindari. Menurut Anggara (2013) Globalisasi

Lebih terperinci

Komponen. E-Learning. 17 Maret MK E-Learning. Taufik Ikhsan Slamet

Komponen. E-Learning. 17 Maret MK E-Learning. Taufik Ikhsan Slamet Komponen E-Learning 17 Maret 2015 Tujuan Isi Proses Hasil Siswa Guru Komponen Pembelajaran (Konvensional) Keuntungan dan tantangan pembelajaran konvensional dan online learning Benefit Challenges Classroom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruangan kelas, dengan kondisi dimana guru atau pengajar mengajar di depan

BAB I PENDAHULUAN. ruangan kelas, dengan kondisi dimana guru atau pengajar mengajar di depan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum kegiatan belajar mengajar harus dilakukan hanya dalam ruangan kelas, dengan kondisi dimana guru atau pengajar mengajar di depan kelas sambil sesekali

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar yaitu perantara atau pengantar sumber

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VIDEO TUTORIAL SEBAGAI MEDIA DALAM BELAJAR MANDIRI MATERI BUNYI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENGEMBANGAN VIDEO TUTORIAL SEBAGAI MEDIA DALAM BELAJAR MANDIRI MATERI BUNYI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PENGEMBANGAN VIDEO TUTORIAL SEBAGAI MEDIA DALAM BELAJAR MANDIRI MATERI BUNYI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Ninda Ekawati, Supurwoko, Daru Wahyuningsih Pendidikan Fisika, FKIP, UNS Jl. Ir. Sutami No. 36A,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) hadir sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) hadir sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) hadir sebagai bentuk tanggapan terhadap perubahan lingkungan luar dunia pendidikan, mulai dari lingkungan sosial, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. dan rekomendasi. Pembahasan dari masing-masing dijelaskan secara runtut sebagai

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. dan rekomendasi. Pembahasan dari masing-masing dijelaskan secara runtut sebagai BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI Bab ini membahas tentang kesimpulan penelitian, implikasi, saran, keterbatasan dan rekomendasi. Pembahasan dari masing-masing dijelaskan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Ringkasan Perkembangan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga akan meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

Pelatihan Menggunakan E learning Bagi. Guru SMK N 4 Yogyakarta

Pelatihan Menggunakan E learning Bagi. Guru SMK N 4 Yogyakarta Pelatihan Menggunakan E learning Bagi Guru SMK N 4 Yogyakarta Oleh: Yoga Guntur Sampurno M. Pd (yoga_gs@uny.ac.id) Ibnu Siswanto M.Pd. (ibnusiswanto@uny.ac.id) Dibiayai oleh Dana DIPA UNY Tahun Anggaran

Lebih terperinci

Pengantar E-learning dan Learning Management System (LMS)

Pengantar E-learning dan Learning Management System (LMS) Pengantar E-learning dan Learning Management System (LMS) Nurkhamid Email: nurkhamid@uny.ac.id Blog: http://nurkhamid.blogspot.com E-learning dan LMS E-learning merupakan sarana pembelajaran melalui teknologi,

Lebih terperinci

Digital Marcomm. Karakteristik Media & Pemasaran Digital. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Advertising & Marketing Communication.

Digital Marcomm. Karakteristik Media & Pemasaran Digital. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Advertising & Marketing Communication. Modul ke: Digital Marcomm Karakteristik Media & Pemasaran Digital Fakultas Ilmu Komunikasi Yani Pratomo, S.S, M.Si. Program Studi Advertising & Marketing Communication www.mercubuana.ac.id Karakteristik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI Husni Mubarok, S.Pd., M.Si. Tadris Biologi IAIN Jember PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI CHAPTER 6 Pengembangan Ajar Berbasis Web/ Internet/ Elektronik Jenis Software OS/ Operating System: software yang

Lebih terperinci

PERANAN DIALOG DALAM SISTEM PEMBELAJARAN JARAK JAUH. Titi Chandrawati 1 dan Suryo Prabowo 2

PERANAN DIALOG DALAM SISTEM PEMBELAJARAN JARAK JAUH. Titi Chandrawati 1 dan Suryo Prabowo 2 PERANAN DIALOG DALAM SISTEM PEMBELAJARAN JARAK JAUH Titi Chandrawati 1 dan Suryo Prabowo 2 tchandrawati@gmail.com, sprabowo@ecampus.ut.ac.id Abstrak Dialog dalam Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (SPJJ) merupakan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, Drs., M.Pd. Hakekat pembelajaran sebenarnya menunjuk pada fungsi pendidikan sebagai wahana untuk menjadikan

Lebih terperinci

MEMBANGUN DIMENSI MANUSIA-TUGAS DALAM PENGEMBANGAN E-LEARNING

MEMBANGUN DIMENSI MANUSIA-TUGAS DALAM PENGEMBANGAN E-LEARNING MEMBANGUN DIMENSI MANUSIA-TUGAS DALAM PENGEMBANGAN E-LEARNING Shabrina Syntha Dewi 16702251022 shabrina.syntha2016@student.uny.ac.id Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak E-Learning

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Mahasiswa sering menganggap dirinya mahir dalam mempergunakan teknologi-teknologi modern, tetapi beberapa diantaranya cenderung keliru dalam konteks akademis. Banyak mahasiswa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kurikulum dan ilmu pendidikan (Anonim, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kurikulum dan ilmu pendidikan (Anonim, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dokter merupakan pendidikan akademik profesional yang diselenggarakan di tingkat universitas. Pendidikan ini berbeda dengan pendidikan tinggi lainnya karena

Lebih terperinci

E-learning dan Aspek-aspek Penting dalam Penerapannya

E-learning dan Aspek-aspek Penting dalam Penerapannya E-learning dan Aspek-aspek Penting dalam Penerapannya Kelompok 207 120400022X Daniel Albert Y. A. 120400061Y Michael B. Mulyadi Abstrak E-learning saat ini sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh konflik pekerjaan..., Sekar Adelina Rara, FPsi UI, 2009

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh konflik pekerjaan..., Sekar Adelina Rara, FPsi UI, 2009 1 1. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Manajer merupakan seseorang yang berusaha menggapai tujuan organisasi atau perusahaan dengan mengatur orang lain agar bersedia melakukan tugas yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

MEMBANGUN LITERASI DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN OLEH : Nunuk Suryani. Page 1

MEMBANGUN LITERASI DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN OLEH : Nunuk Suryani. Page 1 MEMBANGUN LITERASI DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN OLEH : Nunuk Suryani Page 1 APAKAH LITERASI DIGITAL?. Page 2 Era global Mengapa Penting? Pendidikan perlu menyiapkan manusia yang mampu menjawab tantangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan di Indonesia sedang menuju pada suatu perubahan besar.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan di Indonesia sedang menuju pada suatu perubahan besar. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan di Indonesia sedang menuju pada suatu perubahan besar. Beberapa tahun yang lalu, siswa hanya terfokus pada kegiatan belajar selama kurang lebih 5 jam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap negara. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, internet menjadi salah satu inovasi teknologi komunikasi yang banyak digunakan. Kehadiran internet tidak hanya menjadi sekadar media komunikasi, tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indriyani Hargesta, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indriyani Hargesta, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan pada saat ini mendorong upaya pembaharuan teknologi yang dapat menunjang proses belajar. Beragam media sebagai alat bantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi komputer membawa pengaruh yang cukup besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi komputer membawa pengaruh yang cukup besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi komputer membawa pengaruh yang cukup besar bagi kehidupan manusia di seluruh dunia. Dalam berbagai aspek kehidupan, manusia terus mengembangkan teknologi

Lebih terperinci

Software User Manual E-Learning Panduan Bagi Mahasiswa

Software User Manual E-Learning Panduan Bagi Mahasiswa Software User Manual E-Learning Panduan Bagi Mahasiswa [E-learning Mahasiswa] Page 0 KATA PENGANTAR Pendidikan merupakan salah satu pilar bangsa yang perlu diselenggarakan dan ditingkatkan pelaksanaannya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya evolusi sistem informasi membuat laju perkembangan sistem informasi tidak dapat dibendung lagi. Organisasi dituntut untuk selalu beradaptasi dengan perubahan

Lebih terperinci

Web Engineering Mengenal Rekayasa Web. Husni Husni.trunojoyo.ac.id

Web Engineering Mengenal Rekayasa Web. Husni Husni.trunojoyo.ac.id Web Engineering Mengenal Rekayasa Web Husni husni@if.trunojoyo.ac.id Husni.trunojoyo.ac.id Aplikasi Web Aplikasi web modern merupakan sistem yang kompleks Perlu pendekatan engineering secara metodologi

Lebih terperinci