Latar Belakang. Perikanan merupakan salah satu Sector unggulan di Sidoarjo.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Latar Belakang. Perikanan merupakan salah satu Sector unggulan di Sidoarjo."

Transkripsi

1

2

3 Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu Sector unggulan di Sidoarjo. Terdapat penurunan produktivitas di hampir 4 kecamatan, kecamatan porong dengan penurunan jumlah produksi tertinggi yaitu sebesar 25,93% dan kecamatan Jabon sebesar 21,28 %, sehingga dari total keseluruhan produksi terjadi penurunan dari 7 kecamatan tersebut yaitu sebesar 24,81 %. Hasil studi dari Sudinno, 2009 menunjukkan bahwa secara kualitatif perairan Sidoarjo mempunyai nilai indeks pencemaran (13,3433) maka perairan pesisir Sidoarjo tercemar berat. Sedangkan di kabupaten Sidoarjo. Pencemaran kawasan pesisir sangat berdampak pada produktivitas perikanan di Sidoarjo karena lebih dari 90% perikanan berasal dari perikanan laut dan air payau. Perbandingan potensi perikanan air payau dan air tawar yang belum dimanfaatkan menurut Sarnita et al (2001); Ditjen. Perikanan Budidaya (2004); dan DKP (2008) dalam dahuri. wordpress.com adalah sebagai berikut : Perikanan air payau (perikanan pesisir) ha Perikanan air tawar (perikanan darat) ha

4 Lanjutan KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SEKTORAL DAN SPASIAL KABUPATEN SIDOARJO : Pengembangan kawasan budidaya untuk sektor perikanan dan kelautan diarahkan pada pengembangan pertambakan dan kolam air tawar dengan luas rencana pengembangan ,2 Ha. Wilayah pertambakan berada di Kec. Waru, Buduran, Sedati, Sidoarjo, Candi, Tanggulangin, Porong dan Jabon. Sedangkan wilayah kolam air tawar berada di 18 Kecamatan Kabupaten Sidoarjo.

5 Rumusan Masalah Hasil studi dari Sudinno, 2009 menunjukkan bahwa secara kualitatif perairan Sidoarjo mempunyai nilai indeks pencemaran (13,3433) maka perairan pesisir Sidoarjo tercemar berat. Hal ini berdampak pada hasil perikanan budidaya air payau yang terus menurun dari tahun. (BPS ) Padahal sector perikanan merupakan sector unggulan di kabupaten Sidoarjo. Kegiatan perikanan budidaya dapat dilakukan di lingkungan perairan laut (mariculture), perairan payau/tambak (brackishwater), atau di perairan tawar. Sedangkan di Sidoarjo perikanan tambak air tawar masih belum optimal, hanya menyumbangkan sekitar 0.56 % dari total produksi perikanan Sidoarjo % kawasan Sidoarjo merupakan perairan air tawar dengan ketinggian 3-10 m. (Laporan Tahunan DKP SIdoarjo 2009). Karakteristik kawasan ini merupakan kawasan potensial perikanan air tawar. Pertanyaan penelitian dalam penelitian Penentuan Alternatif Lokasi Tambak Air Tawar di Kabupaten Sidoarjo adalah apa saja faktor penentu lokasi tambak air tawar di Kabupaten Sidoarjo?

6 Menentukan Lokasi pengembangan tambak air tawar di Kabupaten Sidoarjo 1. Teridentifikasi kriteria penentu lokasi tambak air tawar di Kabupaten Sidoarjo 2. Penentuan bobot setiap kriteria penentu lokasi tambak air tawar di Kabupaten Sidoarjo 3. Teridentifikasi lokasi pengembangan tambak air tawar di Kabupaten Sidoarjo

7 Adapun ruang lingkup substansi pada penelitian ini meliputi Teori Lokasi, Teori Tata Guna Lahan, Pendekatan Ambang Batas, Karakteristik tambak air tawar. Ruang lingkup penelitian ini adalah seluruh kecamatan yang ada di kabupaten Sidoarjo. Peta wilayah studi dapat dilihat pada gambar berikut ini :

8

9 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat yang ingin dicapai adalah memberikan masukan mengenai penentuan lokasi tambak air tawar di bidang ilmu teori lokasi perencanaan wilayah dan kota. Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan rekomendasi kepada pemerintah Kabupaten Sidoarjo terkait dengan pembuatan kebijakan dalam penggunaan lahan dan masukan dalam pengembangan kawasan Minapolitan di kabupaten Sidoarjo.

10

11 Dasar Teori Kesimpulan Indikator Penelitian Mather (1986) Teori Tata Guna Lahan - Fisik Lahan - Kekuatan Ekonomi Barlowe (1986) Teori Tata Guna Lahan - Fisik dan biologis - Pertimbangan ekonomi - Institusi (kelembagaan) Hoover dan Giarratani (Teori Lokasi) - Bahan Baku - Permintaan Von Thunen (Teori Lokasi Pertanian) Lokasi dalam radius pasar Kozlow(Teori pendekatan Keterbatasan ambang batas) - Keterbatasan pembangunan Kodoatie (2005) - Infrastruktur Kriteria Umum Sumber Lain - Fisik Lahan - Sosial Ekonomi - Institusi - Bahan Baku - Tata Guna Lahan - Infrastruktur - Bebas dari Bencana - Fisik Lahan - Sosial-Ekonomi - Bahan Baku - Tata Guna Lahan - Infrastruktur - Bebas dari bencana

12 Fisik Lahan - Topografi - Kelerengan - Jarak Sungai - Jenis Tanah Teori Tata Guna Lahan Teori Von thunen Sosial Ekonomi Lokasi Dalam radius Pasar Sosial Ekonomi - Jumlah Tenaga - Kelompok Umur - Kepadatan - Radius Pasar Teori lokasi Permintaan Bahan Baku Jarak Sumber Bibit Jarak Sumber Pakan Pendekatan Ambang Batas Keterbatasan Pembangunan Tata Guna Lahan Pengaruh berbagai jenis Tata Guna Lahan Ketersediaan Infrastruktur Infrastruktur Jalan Pengaruh Jarak Infrastruktur Jalan Study Lain Skema Sintesis Kajian Pustaka Sumber : Hasil Sintesa, 2011 Pengaruh BencanaBencana Pengaruh Terhadap Bencana

13

14 Pendekatan positivisme konsep yang dihasilkan monotetis Termasuk penelitian deduktif Merupakan penelitian kualitatif dan Kuantitatif

15 Indikator Fisik Lahan Sosial Ekonomi Bahan Baku Tata Guna Lahan Infrastruktur Pengaruh Bencana Variabel Jarak dengan Sungai, Curah hujan, Kelerengan, Jenis tanah Tenaga Kerja Kelompok Umur Kerja Lokasi Dalam Radius Pasar Kepadatan Penduduk Jarak Sumber Pakan Jarak Sumber Bibit Pengaruh kawasan permukiman Pengaruh kawasan perdagangan dan jasa Pengaruh kawasan Industri Pengaruh kawasan polusi kendaraan bermotor. Pengaruh kawasan tambak air payau Infrastruktur Jalan Pengaruh Bencana

16 Indikator Variabel Definisi Operasional 1.Fisik Lahan Kelerengan Kemiringan lahan tiap satuan wilayah dalam derajat ( o ) atau persen (%) Jenis tanah Klasifikasi macam tanah Jarak dengan Sungai Kedekatan kegiatan tambak air tawar dengan sungai Intensitas jatuhnya air hujan dalam satuan wilayah tiap satuan Curah hujan waktu (mm/th) 2.Sosial Jumlah Kelompok Umur Kerja Jumlah angkatan kerja tiap kecamatan Ekonomi Jumlah tenaga kerja Jumlah tenaga kerja tiap kecamatan Lokasi Dalam Radius Pasar Lokasi berada pada radius pasar menurut teori Von Thunen Kepadatan Penduduk Permintaan suatu kawasan terhadap komoditas ikan berdasarkan kepadatan penduduk 3.Bahan Baku Kedekatan dengan sumber bibit Jarak lokasi tambak terhadap lokasi bahan baku bibit Kedekatan dengan sumber Jarak lokasi tambak terhadap lokasi sumber pakan pakan 4. Tata Guna Lahan Pengaruh guna lahan permukiman Ada atau tidaknya guna lahan permukiman Pengaruh guna lahan perdagangan dan jasa Ada atau tidaknya guna lahan perdagangan dan jasa Pengaruh guna lahan industry hingga radius polusi Industri atau tidaknya guna lahan industri hingga radius polusi berdasarkan jenis-jenis industrinya. Pengaruh guna lahan tambak air payau Ada atau Tidaknya guna lahan tambak air payau Pengaruh kawasan polusi jaringan jalan Ada atau Tidaknya kawasan jaringan jalan hingga radius polusi jalan Jarak lokasi tambak dengan infrastruktur jalan Infrastruktur 6. Pengaruh Bencana - Ada atau tidaknya bencana banjir

17 Data Sumber Metode -Buku, hasil penelitian, tugas akhir, - Literatur serta artikel di internet dan media massa Survey - Data Instansi - Data data dan informasi dari instansi terkait Sekunder - Pola pemanfaatan ruang - Persebaran pasar - Persebaran lokasi bibit dan pakan - Kondisi infrastruktur Jalan -Potensi dan permasalahan wilayah studi - Penentuan faktor dan Pembobotan faktor dalam menentukan lokasi tambak air tawar Lokasi penelitian Instansi pemerintah Bappeda, Dinas Pertanian, Dinas Perikanan, Dinas Pengairan, Kantor Kecamatan (PPL), Akademi Perikanan Sidoarjo dan Pembudidaya Pemerintah, akademisi dan Masyarakat pembudidaya Observasi Wawancara Kuisioner

18 Indikator Variabel Data Yang Dibutuhkan Sumber Data 1.Fisik Lahan Kelerengan Kelerengan tanah yang dihitung dari prosentase (%)/derajat (O) Hasil olahan Peta SRTM dan Jurusan Geomatika PWK ITS Jenis tanah Data Persebaran Jenis Tanah Diwilayah Studi Bapeda Jarak dengan Sungai Data Persebaran Sungai Diwilayah Studi Bapeda dan Dinas Pengairan Sidoarjo Curah hujan Curah Hujan Di wilayah Studi Bapeda dan Dinas Pengairan Sidoarjo 2.Sosial Jumlah Kelompok Umur Kerja Jumlah kelompok Umur Kerja Perkecamatan BPS Ekonomi Jumlah tenaga kerja Jumlah tenaga kerja petani BPS Lokasi Dalam Radius Pasar Persebaran Pasar Survey Primer, Dinas Pasar dan Dinas Kelautan dan Perikanan Sidoarjo Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk perkecamatan BPS 3.Bahan Baku 4. Tata Guna Lahan 5. Infrastruktur 6. Pengaruh Bencana BPS dan diolah Kedekatan dengan sumber bibit Persebaran lokasi Balai Bibit di Kabupaten Dinas Kelautan dan Perikanan Sidoarjo Sidoarjo Kedekatan dengan sumber pakan Peta Persebaran Peternakan dan Industri Dinas Kelautan dan Perikanan Pakan Ikan Di Sidoarjo Sidoarjo Pengaruh guna lahan permukiman Peta persebaran Permukiman Bapeda Sidoarjo Pengaruh guna lahan perdagangan Peta persebaran Perdagangan dan Jasa Bapeda Sidoarjo dan jasa Pengaruh guna lahan industry hingga Peta Kawasan Tata Guna Lahan Industri Bapeda Sidaorjo radius polusi Industri Pengaruh guna lahan tambak air Peta Persebaran Tambak Bapeda Sidoarjo dan Dinas payau Kelautan dan Perikanan Sidoarjo Pengaruh polusi jaringan jalan Peta Jaringan Jalan Eksisting Bapeda Sidoarjo - Peta Jaringan Jalan Eksisting Bapeda Sidoarjo - Peta Persebaran kawasan bencana banjir / Genangan Bapeda Sidoarjo, Dinas Pengairan

19 Kepentingan Rendah Kepentingan Tinggi Pengaruh Rendah Kelompok stakeholder yang paling rendah prioritasnya Kelompok stakeholder yang penting namun barang kali perlu pemberdayaan Pengaruh Tinggi Kelompok yang bermanfaat untuk merumuskan atau menjembatani keputusan dan opini Kelompok stakeholder yang paling kritis

20 Kepentingan Stakeholder dalam Program Pengaruh Stakeholder Tidak penting (1) Sedikit berkepentingan (2) Netral (3) Sangat Penting (4) Critical Player (5) Tidak berpengaruh Konsultan (1) Sedikit berpengaruh (2) Netral (3) Berpengaruh signifikan (4) Sangat berpengaruh (5) Petani Akademisi Bapeda Dinas Perikanan, Pertanian dan Pengairan, Penyuluh Perikanan (Kecamatan)

21 Sasaran Data Input Teknik Analisis Menentukan - Kondisi Fisik Delphi Faktor - Kondisi Sosial Ekonomi Penentuan - Kondisi Infrastruktur Lokasi Tambak - Kondisi Tata Guna Lahan Air Tawar - Kondisi Bahan Baku - Lokasi Bencana Menentukan Bobot Faktor Penentuan Lokasi Tambak Air Tawar Menentukan Lokasi Tambak Air Tawar - Kondisi Fisik - Kondisi Sosial Ekonomi - Kondisi Infrastruktur - Kondisi Tata Guna Lahan - Kondisi Bahan Baku - Lokasi Bencana - Kondisi Fisik - Kondisi Sosial Ekonomi - Kondisi Infrastruktur - Kondisi Tata Guna Lahan - Kondisi Bahan Baku - Lokasi Bencana Hasil Akhir Faktor Penentuan Lokasi Tambak Air Tawar AHP Bobot Faktor Penentuan Lokasi Tambak Air Tawar Eucladien Distance,Weigthed Overlay Lokasi Tambak Air Tawar

22 Analisa AHP Dilakukan untuk memberikan bobot atau skor tingkat kepentingan pada masing-masing variabel dan sub-variabel. Tahap-tahap yang akan dilakukan: Pra-Wawancara Penyusunan Hierarki (variabel dan sub variabel yang telah diuji pada analisa Delphi) Penentuan Responden (hasil dari analisa stakeholders) Tahap Wawancara Penilaian/ pemberian bobot pada masing-masing variabel dan sub variabel oleh stakeholders terpilih Setelah Wawancara Tabulasi hasil penilaian Uji Konsistensi Pada penelitian ini analisa AHP dilakukan menggunakan software Expert Choice 11

23

24 Analisa Kesesuaian Lahan Teknik Overlay dengan ArcView GIS analisa tumpang terhadap peta terkait SubKriteria dibobotkan lebih dahulu (Analytical Hierarchy Process) Skor Tiap Sub Kriteria : Nilai 0 = tidak layak Nilai 1 = kurang layak Nilai 2 = layak sbg kawasan tambak

25 Produktivitas Perikanan Yang menurun Pencemaran pesisir Sidoarjo akibat Lumpur Lapindho Potensi Tambak Air Tawar Sidoarjo Yang belum optimal Rumusan Masalah & Tujuan Penentuan Lokasi Tambak Air Tawar di Kabupaten Sidoarjo Teori Tata Guna Lahan Teori lokasi Teori Von Thunen Pendekatan Ambang Batas Study Lain Kriteria Penelitian Studi Literatur Fisik Sosial Ekonomi Infrastruktur Tata Guna Lahan Bencana Bahan Baku Analisa AHP Analisa Delphi Kriteria Lokasi Tambak Air Tawar Analisa Data yang dibutuhkan Analisa GIS Penarikan Kesimpulann Lokasi Pengembangan Tambak Air Tawar Di Kabupaten Sidoarjo Skema Penelitian

26

27 No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) 1 Sidoarjo 6.256,00 2 Buduran 4.102,50 3 Candi 4.066,75 4 Porong 2.982,25 5 Krembung 2.955,00 6 Tulangan 3.120,50 7 Tanggulangin 3.229,00 8 Jabon 8.099,75 9 Krian 3.250,00 10 Balongbendo 3.140,00 11 Wonoayu 3.392,00 12 Tarik 3.606,00 13 Prambon 3.422,50 14 Taman 3.153,50 15 Waru 3.032,00 16 Gedangan 2.405,75 17 Sedati 7.943,00 18 Sukodono 3.267,75 Jumlah ,25

28 Sidoarjo Buduran 3% 4% 4% 5% 5% 11% 5% 9% 6% 6% 4% 4% 4% Candi Porong Krembung Tulangan Tanggulang in Jabon Krian 5% 4% 5% 11% 5% Balongben do Wonoayu Tarik

29 No Kecamatan Tahun 2007 (kg) Tahun 2008 (kg) Pertumbuhan (kg) Pertumbuhan (%) 1 Sedati ,19 % 2 Buduran ,1 % 3 Sidoarjo ,23 % 4 Candi ,96 % 5 Tanggulangi ,63 % n 6 Porong ,93 % 7 Jabon ,28 % Total ,81%

30 No Jenis Produksi 2007 (kg) 2008 (kg) Perkembangan (kg) Perkembangan ( % ) A Perairan umum 1 Tawes ,15 % 2 Mujaer ,20 % 3 Lele 4 Udang (yang lain) ,26 % 5 Lain lain ,89 % Jumlah ,23 % B Budidaya kolam 2007 (kg) 2008 (kg) Perkembangan (kg) Perkembangan ( % ) 1 Tawes ,29 % 2 Mujaer ,60 % 3 Lele ,66 % 4 Nila ,98 % 5 Gurami ,60 % Jumlah ,63 % C Budidaya tambak 2007 (kg) 2008 (kg) Perkembangan (kg) Perkembangan ( % ) 1 Bandeng ,00 % 2 Udang windu ,90 % 3 Udang putih ,30 % 4 Udang campur ,69 % 5 Tawes ,84 % 6 Lain - lain ,95 % Jumlah ,55 %

31 3% 4% 2% 2% Sidoarjo 8% 17% Buduran Candi Porong Krembung 5% 3% Tulangan Tanggulangi n Jabon 31% 6% Krian Balongbend o Wonoayu Tarik 5% Prambon Taman 2% 3% 5% 2% 1% 0% Waru 0%

32 Produktivitas Ikan Tawar Sukodono Sedati Gedangan Waru Taman Prambon Tarik Wonoayu Balongbendo Krian Jabon Tanggulangin Gurameh Nila Lele Mujair Tawes Tulangan Krembung Porong Candi Buduran Sidoarjo

33

34

35 No Kriteria R 1 1. Tata Guna Lahan a Pengaruh Guna Lahan Permukiman b c Pengaruh guna lahan perdagangan dan jasa Pengaruh guna lahan industry hingga radius polusi Industri R 2 R 3 R 4 R 5 R 6 R 7 Penjelasan s s s s s s s Kegiatan Tambak Air tawar sebaiknya tidak berada pada kwasan permukiman agar Lebih fokus pada kegiatan budidaya tambak air tawar jika sudah berkembang, Selain itu Untuk Menghindari Pencemaran limbah domestic dari permukiman. Untuk kawasan permukiman perdesaan masih dapat dilakukan kegiatan ini dengan skala kecil. Selain itu factor keamanan juga mempengaruhi kegiatan ini jika dekat dengan permukiman s s s s s s s Kegiatan perdagangan dan jasa khususnya pertokoan merupakan kegiatan yang intensitasnya tinggi dan dapat mengganggu ikan (tingkat stress) serta pencemaran. Selain itu dapat mengurangi keindahan kota karena umumnya berada pada daerah perkotaan, kawasan perkotaan tidak cocok dengan kegiatan pertanian. s s s s s s s Industri selalu Menimbulkan pencemaran yang mengganggu Kegiatan Kolam Air Tawar pencemaran industri dapat melalui darat, air maupun udara sehingga tambak diusahakan menghindari lokasi industri dan raidus pencemarannya sehingga produk bebas dari bahan kimia pencemar. Polusi industri dapat

36 d e Pengaruh guna lahan tambak air payau Pengaruh kawasan polusi jaringan jalan 2. Sosial Ekonomi Lokasi dalam radius pasar s s ts s s s s Lokasi tambak air tawar diusahakan tidak berada pada kawasan tambak air payau karena sanitasi dan Kadar Garam Berbeda, Tambak Air tawar 0-5 ppt dan Air payau diatas 5 ppt. sanitasi berhubungan dengan kadar air laut yang menyebabkan air menjadi asin. Jenis ikan air tawar tidak cocok dengan air campuran tawar dan asin (payau) tersebut. Tetapi tambak air tawar dapat dilakukan di kawasan tambak air payau asalkan campuran air payau tidak masuk dalam tambak air tawar tersebut. s s s ts s s s Pencemaran Polusi dan kegiatan lalu lalang jalan membuat produktivitas perikanan rendah, ini dikarenakan pencemaran dari kendaraan bermotor baik polusi suara, bahan kimia dan lain-lain dapat membuat ikan strees. Selain itu kendaraan bermotor dapat membawa bahan-bahan pencemar dari lokasi lain dan saat hujan turun maka jejak kendaraan yang mengandung polutan tersebut akan terlimpas ke dalam tambak s s s s s s s Untuk mempermudah pemasaran hasil panen dan aksesibilitas kegiatan maka lokasi pasar harus dekat dengan pasar hal ini berkaitan dengan kualitas produk hasil panen yang akan berkutang jika jauh dari pasar Kepadatan penduduk s s s s s s s Untuk pemasaran local lebih mudah, terlebih lagi harga lebih murah karena jumlah konsumen yang tinggi. Tetapi kepadatan penduduk yang tinggi dapat menyebabkan benturan kepentingan dengan guna lahan lain, serta factor keamanan rentan dengan pencurian Jumlah Tenaga Kerja s s s s s s s Lokasi tambak diusahakan dapat menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitarnya, sehingga ketersediaan tenaga kerja diperlukan dalam pemilihan lokasi tambak air tawar agar lebih mudah dakam proses penyerapannya. Selain itu untuk petani dapat meningkatkan produktivitasnya dalam melakukan kegiatan perikanan dan perttanian

37 3 FISIK Kelerengan lahan s s s s s s s Kelerengan lahan akan berpengaruh pada biaya pembuatan kolam, semakin miring maka pembuatan tambak juga semakin sulit. Kemiringan lahan yang tidak terlalu curam mempermudah pengelolaan aliran air untuk tambak Jenis Tanah s s s s s s s Jenis tanah berpengaruh terhadap proses infiltrasi dan perkolasi. Jenis tanah yang baik untuk kegiatan tambak adalah yang memilki kandungan liat cukup untuk menahan air tambak Kedekatan dengan sungai s s s s s s s Sungai merupakan sumber air utama tambak, selain sebagai akses pembuangan air, juga sebagai media transportasi dan sumber air sehingga lokasi diusahakan berada dekat dengan sungai. Lokasi tambak yang dekat dengan sungai maka ketersediaan air akan terpenuhi. Curah hujan s s s s s s s Air hujan masih belum tercemar sehingga masih sterill dan baik untuk sumber air perikanan tawar. Selain itu untuk tambak tadah hujan harus mempertimbangkan curah hujan agar pasokan air tetap terjaga. 4 Infrastruktur Jalan s s s s s s s Untuk Mempermudah pemasaran, mobilisasi benih, dan pakan maka lokasi tambak harus

38 5 Kedekatan dengan sumber pembibitan Kedekatan dengan sumber makanan 6 Pengaruh Bencana s s s s s s s Jika tidak terdapat sumber bibit maka kegiatan tambak tidak dapat berjalan, bibit tambak juga jangan terlalu jauh dari tambak dikarenakan bibit dapat bertahan kurang lebih 8 jam dikarenakan terbatasnya oksigen dalam kemasan. Semakin dekat dengan sumber pembibitan maka semakin mengurangi biaya produksi dan waktu, selain itu kualitas bibit dapat terjaga. s t s t s s s s t s Sumber makanan tidak terlalu berpengaruh dengan lokasi tambak jika kondisi alami tambak terjaga. Selain itu pakan alami lebih ekonomis. Tetapi jika tambak sudah tidak dapat menghasilkan makanan alami maka harus dipupuk atau diberi pakan. Selain itu kedekatan dengan sumber pakan perlu diperhatikan untuk memperkecil biaya produksi. s s s s s s s Daerah bencana khususnya bencana banjir dapat menyebabkan gagal panen. Sehingga lokasi diusahakan tidak berada pada lokasi bencana dan menyebabkan kerugian. Selain itu di Sidoarjo juga terdapat lumpur lapindo yang menimbulkan dampak negative terhadap keberlanjutan tambak

39 Adapun Variabel yang akan dieksplorasi pada wawancara II adalah sebagai berikut : Pada Faktor Penggunaan Lahan, yaitu variabel pengaruh guna lahan tambak air payau dan pengaruh polusi jaringan jalan Pada Faktor Bahan Baku, yaitu variabel Kedekatan dengan Sumber makanan

40 No Kriteria R 1 1 Penggunaan Lahan a Pengaruh guna lahan tambak air payau b Pengaruh kawasan polusi jaringan jalan 2 Bahan Baku Kedekatan dengan sumber makanan R 2 R 3 R 4 R 5 R 6 R 7 Penjelasan s s s s s s s Sanitasi dan kadar garam antara tambak air payau dan tawar berbeda, ini berhubungan dengan jenis komoditasnya, Kegiatan tambak air tawar sumber airnya berasal dari sungai yang bersifat tawar s s s s s s s Polusi kendaraan yang lalu lintasnya tinggi perlu dihindari, selain itu juga untuk keselamatan petani. Pencemaran kendaraan bermotor juga dapat menyebabkan polusi bagi ikan. Kendaraan dapat membawa polusi yang berasal dari daerah lain yang dapat jatuh ke tambak melalui air hujan t s t s t s t s t s t s t s Jarak lokasi dengan sumber pakan ikan tidak terlalu dibutuhkan karena biasanya pembudidaya mendapatkannya dari orang yang membeli dalam jumlah banyak. pakan dapat berasal dari ikan sisa yang di potong kecil-kecil. Sumber pakan alami seperti sisa makanan hewan ternak atau nutrisi dari tanah lebih baik

41 Dari wawancara II dan setelah dilakukan analisis putaran II dapat diketahui telah terjadi kesepakatan/ konsensus di antara para responden pada beberapa sub variabel yaitu : Kedekatan dengan sumber pakan, dimana sub variabel ini tidak dapat dijadikan kriteria penentu pada penelitian ini. Pengaruh Huna Lahan Tambak Air payau, dimana sub variabel ini dapat dijadikan kriteria penentu pada penelitian ini. Pengaruh kawasan polusi jaringan jalan, dimana sub variabel ini dapat dijadikan kriteria penentu pada penelitian ini.

42 Kriteria Responden Perubahan Pendapat Putaran I Putaran II Pengaruh Guna Lahan Tambak Air R3 Tidak Setuju, karena penggunaan lahan tambak air payau tidak mengganggu aktivitas tambak air Setuju, Karena Salinitas Tambak Air tawar 0 ppt dan Air payau sekitar 10 ppt dengan perbedaan salinitas yang cukup tinggi akan Payau tawar asalkan tambak airnya dijaga mempengaruhi ketahanan (Imun) Ikan salinitasnya tidak masalah Pengaruh kawasan polusi jaringan jalan Kedekatan dengan sumber makanan R4 R1 R4 R5 R6 Tidak Setuju, karena Polusi jaringan jalan tidak terlalu tinggi sehinga tidak berpengaruh tetapi berpengaruh dalam hal aksesibilitas Ya, Untuk memperkecil biaya produksi Ya, Daya dukung pakan dapat terjamin dan mengurangi cost Ya, Berpengaruh pada biaya transportasi dan produksi, semakin jauh maka semakin tinggi biaya produksi Ya, Akan mengurangi waktu dan biaya jika dekat dengan sumber pakan Setuju, karena Meskipun aksesibilitas tetap dipertimbangkan tetapi pencemaran polusi kendaraan bermotor dengan akumulasi jumlah yang besar misal jalan tol atau arteri juga mempengaruhi produktivitas tambak Tidak Setuju, Lokasi yang dekat dengan sumber pakan untuk memperkecil biaya produksi tetapi pakan dapat berasal dari ikan sisa yang di potong kecil-kecil Tidak Setuju, Sumber pakan alami seperti sisa makanan hewan ternak atau nutrisi dari tanah lebih baik Tidak Setuju, Sumber bisa berasal dari nutrisi tanah dan tumbuhan Tidak Setuju, Pakan juga bisa didapatkan dari ternak atau tumbuhan sawah

43 Kriteria Tata Guna Lahan yang meliputi Sub kriteria Pengaruh Guna Lahan Permukiman, Pengaruh guna lahan perdagangan dan jasa, Pengaruh guna lahan industry hingga radius polusi Industri, Pengaruh guna lahan tambak air payau, Pengaruh kawasan polusi jaringan jalan. Kriteria Sosial Ekonomi yang meliputi Sub Kriteria Lokasi dalam radius pasar, Kepadatan penduduk, Jumlah Tenaga Kerja, Jumlah kelompok Umur kerja Kriteria Fisik yang meliputi Sub kriteria Kelerengan lahan, Jenis Tanah, Kedekatan dengan sungai, Curah hujan, Kriteria Infrastruktur Jalan, Kedekatan dengan sumber pembibitan dan Pengaruh Bencana

44

45

46 R1 : Kasi Pengendalian Mutu Air Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sidoarjo R2 : Kepala Laboratorium Perkolaman Akademi Perikanan Sidoarjo R3 : Penyuluh Perikanan Badan Ketahanan Pangan Kecamatan Wonoayu R4 : Kasubag Perencanaan dan Pelaporan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sidoarjo R5 : Staf Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah Bapeda Sidoarjo R6 : Kasi Perencanaan Teknis Dinas PU Pengairan Kabupaten Sidoarjo R7 : Pembudidaya / pengusaha Tambak Air Tawar di Kabupaten Sidoarjo

47

48 Model Spasial Weighted Overlay Dengan Menggunakan Model Builder. Sumber : Hasil Analisis, 2011

49 No. Kriteria Penjabaran 1. Tata Guna Lahan Tata guna lahan yang tidak dapat dikembangkan sebagai kawasan tambak air tawar adalah kawasan industry, perdagangan dan jasa dan permukiman, sehingga lokasi yang tidak berada pada kawasan tersebut sesuai 2. Ketersediaan Tenaga Kerja 3. Kedekatan dengan Pasar 4. Kedekatan dengan bahan baku Ketersediaan tenaga kerja yang sesuai tiap kecamatan adalah > 876 Jarak minimal lokasi dengan pasar menurut teori von thunen adalah 10,926 Km, jadi diluar jarak itu tidak sesuai Jarak minimal lokasi dengan bahan baku adalah M, jadi diluar jarak itu tidak sesuai

50 No No Lokasi Sebaran Lokasi dalam Kecamatan 1 L2 Balongbendo 2 L3 Tarik, Prambon 3 L5 Prambon 4 L10 Tanggulangin, Porong, Jabon 5 L13 Buduran, Sidoarjo, Sedati 6 L14 Sedati 7 L15 Sedati 8 L19 Wonoayu, Sidoarjo 9 L20 Candi

51

52 Faktor Tata Guna Lahan yang meliputi variable Pengaruh Guna Lahan Permukiman, Pengaruh guna lahan perdagangan dan jasa, Pengaruh guna lahan industry hingga radius polusi Industri, Pengaruh guna lahan tambak air payau, Pengaruh kawasan polusi jaringan jalan. Faktor Sosial Ekonomi yang meliputi variable Lokasi dalam radius pasar, Kepadatan penduduk, Jumlah Tenaga Kerja, Jumlah kelompok Umur kerja Faktor Fisik yang meliputi variable Kelerengan lahan, Jenis Tanah, Kedekatan dengan sungai, Curah hujan, Faktor Infrastruktur Jalan, Kedekatan dengan sumber pembibitan dan Pengaruh Bencana

53 1. Tata Guna Lahan (0.327) dengan urutan variabel Pengaruh Guna Lahan Industri Hingga Radius Polusi Industri (0,159), Pengaruh Guna Lahan Perdagangan dan Jasa (0,079), Pengaruh Guna Lahan Permukiman (0,066), Pengaruh Guna Lahan Tambak Air Payau (0,053), Pengaruh Kawasan Polusi Jaringan Jalan (0.023). 2. Fisik Lahan (0.287) dengan urutan variabel jarak dengan sungai (0.139), jenis tanah (0.119), Kelerengan (0.064), Curah hujan (0.045) 3. Infrastruktur Jalan (0.126) 4. Kedekatan Dengan Lokasi Pembibitan (0.117) 5. Sosial Ekonomi (0.082) dengan urutan variabel Lokasi dalam radius pasar (0.040), Jumlah Tenaga Kerja (0.035), Jumlah Kelompok Umur Kerja (0.015), Kepadatan penduduk (0.014), 6. Pengaruh Bencana (0.062)

54 Lokasi yang didapatkan 9 lokasi yang tersebar dalam 11 kecamatan yaitu Kecamatan Balongbendo, Tarik, Prambon, Wonoayu, Tanggulangin, Porong, Jabon, Sidaorjo, Candi, Buduran.

55 Dari penelitian yang dilakukan, saran yang dapat diberikan adalah : Kabupaten Sidoarjo memiliki potensi besar di bidang perikanan tambak, sebagai salah satu bagian dari budidaya perikanan maka tambak air tawar yang merupakan potensi yang belum berkembang di Sidoarjo dan perlu ditingkatkan. Lokasi yang akan ditetapkan layak sebagai kawasan perikanan air tawar berada pada kawasan pertanian, dan pesisir. Sehingga dalam penerapannya perlu di kaji lebih lanjut agar antara budidaya perikanan air tawar dan kegiatan lain saling mendukung.

56 Terima Kasih

57 Sumber : Jianbo Lu, 2006 Interactions among different components in rice fish agricultural ecosystems.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) Kesesuaian Lahan Perikanan berdasarkan Faktor-Faktor Daya Dukung Fisik di Kabupaten Sidoarjo Anugrah Dimas Susetyo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Semburan lumpur Lapindo terjadi di area pengeboran sumur Banjar Panji 1 yang dioperasikan oleh Lapindo Brantas Incorporation (LBI), yang berlokasi di desa Renokenongo,

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 63 TAHUN 2015

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 63 TAHUN 2015 BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SIDOARJO

Lebih terperinci

Gambar 1. Kawasan Minapolitan Kabupaten Sidoarjo

Gambar 1. Kawasan Minapolitan Kabupaten Sidoarjo PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL PADA KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO Sayyidatu Ulish Shofa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 61 TAHUN 2014

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 61 TAHUN 2014 BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SIDOARJO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pembangunan Bangsa Indonesia bidang ekonomi telah mendapat prioritas

Lebih terperinci

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010 PENENTUAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI KABUPATEN SIDOARJO Oleh : Mochamad Luqman Fenda Dosen Pembimbing: Bapak Putu Gde Ariastita, ST.MT Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI

Lebih terperinci

Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo

Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-197 Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo Sisca Henlita, Ketut Dewi Martha

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 55 TAHUN 2013

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 55 TAHUN 2013 , 4 ' BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 55 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SIDOARJO TAHUN

Lebih terperinci

URUSAN DESENTRALISASI

URUSAN DESENTRALISASI BAB III URUSAN DESENTRALISASI 1. Ringkasan Urusan Desentralisasi Setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan tanggap terhadap perubahan,

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Insentif dan Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Instrumen Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian di Sidoarjo

Penentuan Nilai Insentif dan Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Instrumen Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian di Sidoarjo JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (26) 2337-352 (23-928X Print) F-47 Penentuan Nilai Insentif dan Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Instrumen Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki luas sekitar enam juta mil persegi, 2/3 diantaranya berupa laut, dan 1/3 wilayahnya berupa daratan. Negara

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013 sebanyak 41.287 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013 sebanyak 6 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc Oleh : CUCU HAYATI NRP. 3606 100 018 Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KAJIAN KONDISI EMPIRIS DRAINASE KAWASAN PESISIR MENUJU SANITASI BERKELANJUTAN

KAJIAN KONDISI EMPIRIS DRAINASE KAWASAN PESISIR MENUJU SANITASI BERKELANJUTAN KAJIAN KONDISI EMPIRIS DRAINASE KAWASAN PESISIR MENUJU SANITASI BERKELANJUTAN Suning 1, Ela Rolita Arifianti 2 1 Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang :

Lebih terperinci

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 C-58 Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso Bambang Budi Utomo dan Rima Dewi Supriharjo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. budidaya perikanan, hasil tangkapan, hingga hasil tambaknya (Anonim, 2012).

I. PENDAHULUAN. budidaya perikanan, hasil tangkapan, hingga hasil tambaknya (Anonim, 2012). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah potensial penghasil perikanan dan telah menyokong produksi perikanan nasional sebanyak 40 persen, mulai dari budidaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, semakin membuka kesempatan yang cukup luas bagi daerah untuk mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab,

Lebih terperinci

ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG

ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG Oleh : RIZKY KHAIRUNNISA Nrp : 3607 1000 41 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

2015 BAB I PENDAHULUAN

2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, semakin membuka kesempatan yang cukup luas bagi daerah untuk mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab,

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Kabupaten Sidoarjo Menurut informasi dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo tahun 2004, kondisi geografis Kabupaten Sidoarjo ini terletak pada

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PROFIL DAERAH KABUPATEN SIDOARJO BERBASIS WEB

SISTEM INFORMASI PROFIL DAERAH KABUPATEN SIDOARJO BERBASIS WEB SISTEM INFORMASI PROFIL DAERAH KABUPATEN SIDOARJO BERBASIS WEB Hani Nurhayati Teknik Informatika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Abstrak - Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD) adalah suatu sistem informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO Veny Rachmawati 1), Rachmat Boedisantoso 2) dan Joni Hermana 3) 1,2,3) Environmental

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian pendirian agroindustri berbasis ikan dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN JALAN PRODUKSI PERIKANAN DI KABUPATEN SIDOARJO. Oleh. Farida Hardaningrum ABSTRAK

PENGEMBANGAN JALAN PRODUKSI PERIKANAN DI KABUPATEN SIDOARJO. Oleh. Farida Hardaningrum ABSTRAK e-jurnal Spirit Pro Patria Volume 1 Nomor 1 April 2015 E-ISSN 2443-1532 PENGEMBANGAN JALAN PRODUKSI PERIKANAN DI KABUPATEN SIDOARJO Oleh Farida Hardaningrum ABSTRAK Keberadaan jalan produksi oleh para

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 31 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Minapolitan Kampung Lele Kabupaten Boyolali, tepatnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TAHAPAN PENELITIAN Tahapan penelitian disajikan dalam diagram langkah-langkah metodologi penelitian yang merupakan skema sistematis mengenai keseluruhan proses studi yang

Lebih terperinci

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI Preview Sidang 3 Tugas Akhir ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KECAMATAN BANGOREJO, KABUPATEN BANYUWANGI Disusun: Nyimas Martha Olfiana 3609.100.049

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2015 TENTANG EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG

ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG Sidang Ujian PW 09-1333 ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG IKA RACHMAWATI SURATNO 3606100051 DOSEN PEMBIMBING Ir. SARDJITO, MT 1 Latar belakang Luasnya lahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

PERUMUSAN ZONASI RISIKO BENCANA BANJIR ROB DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR ARIFIN

PERUMUSAN ZONASI RISIKO BENCANA BANJIR ROB DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR ARIFIN PERUMUSAN ZONASI RISIKO BENCANA BANJIR ROB DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR ARIFIN 3607100 020 LATAR BELAKANG Banjir rob melanda 27 desa pesisir Kabupaten Demak Kejadian banjir rob terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggal 29 Mei 2006 di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur menjadi sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Tanggal 29 Mei 2006 di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur menjadi sejarah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggal 29 Mei 2006 di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur menjadi sejarah penting karena peristiwa keluarnya gas dan lumpur panas dari dalam tanah dengan suhu 100 C yang

Lebih terperinci

Tugas Akhir PW Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP

Tugas Akhir PW Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP Tugas Akhir PW 09-1333 Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Sawah Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit dikabupaten Siak-Riau Ikhlas Saily NRP 3607 100 027 Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP PROGRAM

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DEDIARTA BINTORO ( ) Dosen Pembimbing : Ir. PUTU RUDY SETIAWAN, Msc

DEDIARTA BINTORO ( ) Dosen Pembimbing : Ir. PUTU RUDY SETIAWAN, Msc DEDIARTA BINTORO (3607 100 038) Dosen Pembimbing : Ir. PUTU RUDY SETIAWAN, Msc BAB 1 Latar Belakang Spesialisasi Kabupaten Sampang sektor pertanian data PDRB => dominasi sektor pertanian di Kabupaten Sampang

Lebih terperinci

NASKAH PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI ANGGOTA DPRD KABUPATEN SIDOARJO 2019

NASKAH PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI ANGGOTA DPRD KABUPATEN SIDOARJO 2019 NASKAH PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN SIDOARJO 2019 A. DASAR HUKUM PENATAAN Meliputi: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum; 2. Peraturan KPU Nomor 16 Tahun 2017

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan

Lebih terperinci

ANCAMAN & KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM BIDANG PERIKANAN BUDIDAYA

ANCAMAN & KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM BIDANG PERIKANAN BUDIDAYA ANCAMAN & KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM BIDANG PERIKANAN BUDIDAYA ANDI KURNIAWAN Pusat Studi Pesisir & Kelautan Universitas Brawijaya Workshop II - Kajian Kerentanan dan Risiko Iklim untuk Kota/Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Semarang merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah yang memiliki topografi bervariasi, seperti waduk, telaga, sungai, dan rawa yang terbentuk secara alami maupun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim ABSTRAK Pembangunan Wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo adalah kabupaten sekaligus kota yang terletak di Propinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo adalah kabupaten sekaligus kota yang terletak di Propinsi Jawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Objek Sidoarjo adalah kabupaten sekaligus kota yang terletak di Propinsi Jawa Timur. Secara geografis, berbatasan dengan kota Surabaya,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Perencanaan pembangunan wilayah harus mengedepankan pemanfaatan sumberdaya lokal yang diyakini akan lebih menghidupkan aktivitas ekonomi daerah sehingga mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kompleks, karena curah hujan yang tinggi akan meningkatkan laju erosi (Paiman dan

I. PENDAHULUAN. kompleks, karena curah hujan yang tinggi akan meningkatkan laju erosi (Paiman dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan kritis atau sering disebut juga lahan marginal merupakan lahan bermasalah yang dalam pemanfaatanya memerlukan teknologi khusus. Lahan kritis atau marginal menurut

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara 36 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode penelitian Metode penelitian merupakan sebuah pedoman untuk merancang penelitian dengan baik dan benar, metode penelitian juga merupakan suatu cara untuk mendapatkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kabupaten Tulang yang terdiri dari 13 kecamatan. Waktu pelaksanaan penelitian selama kurang lebih 8 (delapan) bulan,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini dirumuskan dengan menentukan tingkat bahaya banjir kemudian menentukan kerentanan wilayah terhadap banjir. Penentuan kelas kerentanan maupun

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO KEPUTUSAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 188/ / /2012 TENTANG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI SIDOARJO KEPUTUSAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 188/ / /2012 TENTANG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO KEPUTUSAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 188/ /404.1.3.2/2012 TENTANG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa informasi publik

Lebih terperinci

Studi Potensi Air Tanah di Pesisir Surabaya Timur Untuk Budidaya Perikanan Air Payau

Studi Potensi Air Tanah di Pesisir Surabaya Timur Untuk Budidaya Perikanan Air Payau JURNAL TEKNIK POMITS (2013) 1-5 1 Studi Potensi Air Tanah di Pesisir Surabaya Timur Untuk Budidaya Perikanan Air Payau Arif Setiyono, Wahyudi, Suntoyo Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian METODE PENELITIAN 36 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Peta-peta tematik (curah hujan, tanah, peta penggunaan lahan, lereng, administrasi dan RTRW), data-data

Lebih terperinci

S K R I P S I. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh : RIZATUL FAZRIYAH NPM :

S K R I P S I. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh : RIZATUL FAZRIYAH NPM : PERAN DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM KEBERSIHAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus di Desa Janti, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo) S K R I P S I Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng wiwifadly@gmail.com ABSTRAK Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah enganalisis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) Artikel OPINI Harian Joglosemar 1 MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) ŀ Turunnya hujan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan hari-hari ini membuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian yang Pernah Dilakukan Penelitian terdahulu tentang analisis tigkat bahaya dan tingkat kerentanan wilayah terhadap bencana banjir sudah banyak dilakukan dengan judul

Lebih terperinci

ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN RANGKING PENGGUNAAN LAHAN

ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN RANGKING PENGGUNAAN LAHAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN RANGKING PENGGUNAAN LAHAN Anita Theresia Kurniawati * dan Misbahul Munir Jurusan Teknik Informatika, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya *e-mail: anitateku@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumberdaya alam yang dapat di gali untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu sumberdaya alam yang berpotensi yaitu sektor perikanan.

Lebih terperinci

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN PREVIEW III TUGAS AKHIR PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN Dosen Pembimbing Putu Gde Ariastita, ST., MT. Merisa Kurniasari 3610100038

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN.  (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sektor agribisnis yang hingga saat ini masih memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Indonesia. Dari keseluruhan total ekspor produk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di Provinsi Lampung yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung,

Lebih terperinci

3.1 Metode Identifikasi

3.1 Metode Identifikasi B A B III IDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR DAS PENYEBAB KERUSAKAN KONDISI WILAYAH PESISIR BERKAITAN DENGAN PENGEMBANGAN ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL MASYARAKAT PESISIR 3.1 Metode Identifikasi Identifikasi adalah meneliti,

Lebih terperinci

Petunjuk Pelaksanaan Pemutakhiran Data Kemiskinan Daerah (DKD) Kabupaten Sidoarjo Tahun 2015

Petunjuk Pelaksanaan Pemutakhiran Data Kemiskinan Daerah (DKD) Kabupaten Sidoarjo Tahun 2015 1 Pemerintah Kabupaten Sidoarjo KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-nya akhirnya Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Pemutakhiran Data Kemiskinan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B.

Lebih terperinci

NASKAH PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI ANGGOTA DPRD KABUPATEN SIDOARJO PEMILU 2019

NASKAH PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI ANGGOTA DPRD KABUPATEN SIDOARJO PEMILU 2019 NASKAH PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI ANGGOTA DPRD KABUPATEN SIDOARJO PEMILU 2019 Jl. Raya Cemengkalang No. 1 Sidoarjo Telp. 031-8956691, 8956692 Fax. 031-8054345 Website : kpud-sidoarjokab.go.id

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI RUMAH SAKIT KELAS D DI KABUPATEN PASURUAN

PENENTUAN LOKASI RUMAH SAKIT KELAS D DI KABUPATEN PASURUAN TUGAS AKHIR S i d a n g T u g a s A k h i r PENENTUAN LOKASI RUMAH SAKIT KELAS D DI KABUPATEN PASURUAN Oleh: Ayu Yulinar K 3607.100.030 OUTLINE Pendahuluan Tinjauan Pustaka Metode Penelitian Hasil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian Pengaruh faktor bermukim masyarakat terhadap pola persebaran adalah pendekatan penelitian deduktif

Lebih terperinci

Faktor Penentu Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan Di Kabupaten Sidoarjo melalui Pengembangan Ekonomi Lokal

Faktor Penentu Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan Di Kabupaten Sidoarjo melalui Pengembangan Ekonomi Lokal JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (205) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) C-76 Faktor Penentu Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan Di Kabupaten Sidoarjo melalui Pengembangan Ekonomi Lokal Sayyidatu

Lebih terperinci

BAB III SETTING PENELITIAN. Timur. Ibu kotanya adalah Sidoarjo. Kabupaten Sidoarjo adalah Kabupaten

BAB III SETTING PENELITIAN. Timur. Ibu kotanya adalah Sidoarjo. Kabupaten Sidoarjo adalah Kabupaten BAB III SETTING PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Sidoarjo adalah salah satu Kabupaten di provinsi Jawa Timur. Ibu kotanya adalah Sidoarjo. Kabupaten Sidoarjo adalah

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

Faktor-faktor Penentu Konversi Hutan Mangrove di Kabupaten Pasuruan Berdasarkan Perkembangan Struktur Ruang. Nuniek Sri Widyanti

Faktor-faktor Penentu Konversi Hutan Mangrove di Kabupaten Pasuruan Berdasarkan Perkembangan Struktur Ruang. Nuniek Sri Widyanti Faktor-faktor Penentu Konversi Hutan Mangrove di Kabupaten Pasuruan Berdasarkan Perkembangan Struktur Ruang Nuniek Sri Widyanti 3607 100 056 PENDAHULUAN Perkembangan Struktur Ruang No. Kecamatan RUTRD

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian 3.1.1. Pendekatan Penelitian Substansi yang diteliti dari penelitian ini ialah pola persebaran permukiman yang terdapat di Kawasan Rawan III dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu dari luar sistem perairannya sehingga dapat dinetralkan atau distabilkan kembali dalam jangka waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Industri Cilegon yang meliputi Anyer (perbatasan kota Cilegon-Kabupaten Serang), Merak, dan Cilegon, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan suatu tempat terjadinya kehidupan dan aktivitas bagi penduduk yang memiliki batas administrasi yang diatur oleh perundangan dengan berbagai perkembangannya.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial Kabupaten Tulang Bawang merupakan wilayah yang dilalui oleh jalan lintas sumatera. Kecamatan Menggala merupakan pertemuan antara jalan lintas timur sumatera

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan, dimana memiliki sumber daya perikanan yang besar, baik ditinjau dari kuantitas maupun diversitas. Sektor kelautan dan perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

Kawasan Cepat Tumbuh

Kawasan Cepat Tumbuh Terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi Terjadi dorongan kerjasama pembangunan antar wilayah secara fungsional Kawasan Cepat Tumbuh Meningkatnya nilai tambah dan daya saing produk unggulan Tercipta keterpaduan,

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM Izzati Winda Murti 1 ), Joni Hermana 2 dan R. Boedisantoso 3 1,2,3) Environmental Engineering,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan banyak digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu lahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di kawasan agropolitan Cendawasari, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Kegiatan analisis data dilakukan

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN SIFAT LAHAN SAWAH DENGAN PRODUKTIVITAS PADI DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU

2015 HUBUNGAN SIFAT LAHAN SAWAH DENGAN PRODUKTIVITAS PADI DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan, sehingga memiliki kawasan pesisir yang luas dari tiap wilayah pulaunya. Kawasan pesisir ini digunakan oleh penduduk Indonesia

Lebih terperinci

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Artikel Ilmiah Diajukan kepada Program Studi Sistem Informasi guna memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP :

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP : OLEH : TOMI DWICAHYO NRP : 4301.100.036 LATAR BELAKANG Kondisi Kab. Blitar merupakan lahan yang kurang subur, hal ini disebabkan daerah tersebut merupakan daerah pegunungan berbatu. Sebagian Kab. Blitar

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM) Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau

Lebih terperinci