3.1 Metode Identifikasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3.1 Metode Identifikasi"

Transkripsi

1 B A B III IDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR DAS PENYEBAB KERUSAKAN KONDISI WILAYAH PESISIR BERKAITAN DENGAN PENGEMBANGAN ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL MASYARAKAT PESISIR 3.1 Metode Identifikasi Identifikasi adalah meneliti, menentukan, dan menetapkan karakteristik (identitas) suatu objek atau fenomena yang belum diketahui, dengan menggunakan alat atau metode tertentu. Mengidentifikasi jenazah korban pembunuhan berarti mencari tahu identitas korban, berupa nama dan keterangan lain yang diperlukan, dengan metode tertentu, seperti dengan melihat KTP yang bersangkutan atau mencocokkan sidik jari korban dengan data milik kepolisian, dan sebagainya. Identifikasi unsur-unsur DAS penyebab kerusakan kondisi wilayah pesisir berarti meneliti, menentukan, dan menetapkan unsur-unsur DAS yang dapat menyebabkan kerusakan kondisi wilayah pesisir, dengan mengkaji keterkaitan antara keduanya. Jenis hubungan yang terjadi terkait dengan DAS dan kerusakan kondisi wilayah pesisir adalah hubungan sebab-akibat. Jadi, alur identifikasi yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi korelasi antara output DAS (sebagai sebab) dengan kerusakan-kerusakan lingkungan wilayah pesisir (sebagai akibat). Identifikasi menggunakan pendekatan matriks korelasi. Dengan demikian, dapat ditelusuri penyebab kerusakan kondisi wilayah pesisir dari pengaruh output DAS. Output DAS ditetapkan sebanyak 3 komponen, yaitu air tawar (debit), dan material-material yang dibawanya, yaitu sedimen, dan material lainnya (polutan). 2. Mengidentifikasi unsur-unsur dalam DAS yang mempengaruhi hasil output DAS. Pendekatan yang dipakai juga matriks korelasi. 3. Mengkaji dampak kerusakan wilayah pesisir yang disebabkan oleh unsurunsur DAS terhadap aspek ekonomi dan sosial masyarakat pesisir. III-1

2 Tabel III-1 Matriks korelasi untuk mendeskripsikan hubungan sebab-akibat S 1 S 2 S 3 S 4 A 1 A 2 A 3 A 4 A 5 Keterangan tabel : A n = akibat S n = sebab = berkorelasi sebab-akibat = tidak berkorelasi sebab-akibat Sebagai contoh, sel pada baris A 1 dan kolom S 1 (A 1 -S 1 ) diarsir, artinya fenomena A 1 disebabkan oleh, salah satunya, unsur S 1, karena fenomena A 1 juga disebabkan oleh S 3. Begitu juga sel-sel yang diarsir lainnya. Sedangkan, sel-sel yang tidak diarsir bermakna sebaliknya, yakni S i bukan merupakan penyebab dari A i. Sebagai contoh, sel A 3 -S 4 tidak diarsir, artinya antara A 3 dan S 4 tidak ada hubungan sebab-akibat. 3.2 Unsur-unsur DAS Penyebab Kerusakan Kondisi Wilayah Pesisir Adanya potensi kerusakan lingkungan wilayah pesisir yang disebabkan oleh unsur-unsur DAS menunjukkan adanya keterkaitan antara unsur-unsur DAS dengan wilayah pesisir melalui hubungan hulu hilir. Berikut ini akan diidentifikasi unsur-unsur DAS yang menyebabkan kerusakan kondisi wilayah pesisir, dengan pendekatan matriks korelasi sesuai dengan alur yang telah dijelaskan pada sub-bab 3.1. III-2

3 Tabel III-2 Matriks korelasi output DAS terhadap kerusakan kondisi wilayah pesisir Sedimen Polutan Debit air Sedimentasi (pendangkalan Banyaknya hasil sedimen berpotensi Kecepatan aliran air menentukan pantai dan estuari) meningkatkan sedimentasi lokasi deposisi sedimen Banjir Pendangkalan muara sungai menyebabkan air sungai meluap saat curah hujan tinggi Limbah padat yang menyumbat aliran air sungai menyebabkan banjir Debit air yang terlampau besar berpotensi menyebabkan banjir Pencemaran Perairan Pesisir Sedimen menyebabkan peningkatan kekeruhan air laut Kandungan limbah yang tinggi dalam aliran sungai menyebabkan pencemaran perairan pesisir Kecepatan aliran air menentukan lokasi penyebaran bahan pencemar Perubahan jumlah pasokan sedimen yang Pencemaran perairan oleh limbah Perubahan suplai air tawar yang tidak Degradasi fisik habitat pesisir tidak sesuai batas normal menyebabkan akan menurunkan kualitas habitat sesuai batas normal menyebabkan penurunan kualitas habitat pesisir pesisir perubahan salinitas Debit air yang rendah pada aliran Intrusi Air Laut sungai menyebabkan intrusi air laut melalui mulut sungai ke arah hulu Eutrofikasi Kelebihan suplai nutrien dan hara dalam sedimen dapat menyebabkan eutrofikasi perairan pesisir Kelebihan nutrien dan unsur hara ke dalam perairan berpotensi menyebabkan eutrofikasi Kecepatan aliran air menentukan lokasi penyebaran bahan pencemar Abrasi Penurunan suplai sedimen menyebabkan terhambatnya pertumbuhan daratan pantai III-3

4 Tabel III-3 Matriks korelasi output DAS dengan unsur-unsur DAS Sedimen Polutan Debit air Curah Hujan Tumbukan air hujan menyebabkan erosi tanah Banyak mengalirkan limbah pertanian atau sampah perkotaan ke sungai Curah hujan yang tinggi meningkatkan hasil air permukaan Jaringan Sungai Jumlah cabang sungai dan bentuk sungai mempengaruhi besarnya hasil sedimen Banyaknya cabang sungai mempengaruhi debit aliran air sungai Topografi mempengaruhi erosi dari 2 DAS yang sebagian besar Topografi hal, yaitu kemiringan dan panjang topografinya curam dan tidak terputus lereng akan mempercepat laju air larian Vegetasi Vegetasi penutup tanah mempengaruhi besarnya erosi Adanya vegetasi mengurangi hasil air permukaan Tanah menentukan besarnya erosi Kemampuan tanah dalam menyerap Tanah dari tingkat kerentanannya terhadap dan menyimpan air menentukan debit erosi (erodibilitas) air pemukaan Penggunaan Lahan DAS Jenis lahan mempengaruhi potensi erosi dan hasil sedimen Permukiman, industri, dan pertanian berpotensi meningkatkan polusi sungai melalui pembuangan limbah Jenis penggunaan lahan mempengaruhi hasil air III-4

5 3.1.1 Curah Hujan Curah hujan yang tinggi di daerah hulu sungai, apalagi ditambah dengan kerusakan hutan dan sistem penanaman vegetasi yang tidak efektif dalam mengurangi erosi percikan (sistem penanaman dengan meminimalkan vegetasi-vegetasi berelevasi rendah / seresah), menyebabkan peningkatan erosi dan volume sedimen di dalam aliran sungai. Proses sedimentasi menyebabkan sungai menjadi dangkal. Saat musim hujan, kondisi sungai tersebut menyebabkannya rentan banjir. Pendangkalan dasar sungai di hilir dan muara berpotensi menimbulkan banjir di wilayah pesisir. Sebaliknya, curah hujan yang rendah, misalnya pada musim kemarau, juga berpotensi menimbulkan bencana dan permasalahan bagi kawasan pesisir. Pada musim kemarau, keberadaan air tanah menjadi penting bagi keberlangsungan aliran sungai. Dengan demikian, jika cadangan air tanahnya sedikit akibat penggunaan oleh penduduk sekitar DAS, maka debit air sungai akan menurun. Debit yang rendah pada aliran sungai akan menyebabkan intrusi air laut (masuknya air laut) melalui muara sungai [Fitria, 2007]. Curah hujan juga dapat berperan sebagai pembawa sampah / limbah yang ada di tanah DAS ke sungai, yang berpotensi mencemari perairan pesisir. Gambar III-1 Kaitan antara curah hujan dengan kerusakan wilayah pesisir III-5

6 3.1.2 Jaringan Sungai Pada suatu DAS dengan luas tertentu, makin banyak percabangan sungai, maka hasil erosi yang dihasilkan DAS tersebut juga makin besar, karena akumulasi hasil erosi dari masing-masing anak sungai. Selain itu, aliran sungai yang tidak teratur (berkelok-kelok) dan banyak kelokan tajam menjadi penyebab utama erosi tebing, selain faktor kecepatan aliran dan tekstur tanah. Makin banyak hasil erosi (sedimen) yang masuk ke sungai, makin besar pula proses sedimentasi yang akan terjadi, baik di dasar sungai maupun di muara dan pantai (pesisir). Perubahan alur sungai untuk kepentingan manusia, seperti bendungan dan irigasi, akan merubah kondisi fisik perairan di wilayah pesisir, meliputi : 1. Aliran air tawar. Volume air tawar yang masuk ke perairan pesisir akan berubah dari biasanya. Hal ini berpotensi menimbulkan perubahan salinitas pada perairan pesisir. 2. Aliran sedimen Pasokan sedimen dan nutrien ke perairan pesisir juga akan mengalami perubahan. Dengan demikian, akan mempengaruhi keberlangsungan ekosistem pesisir Topografi Lahan yang kemiringannya curam dan tidak terputus berpotensi menghasilkan erosi dan tanah longsor [Asdak, 2004]. Partikel-partikel tanah hasil erosi tersebut akan dibawa melalui aliran air sungai berupa sedimen. Sedimen tersebut akan dideposisikan di dasar sungai atau di daerah muara sungai. Terjadinya delta di muara sungai dan pendangkalan di perairan pesisir akan menimbulkan masalah-masalah baru dan kerusakan di wilayah pesisir, seperti kerusakan ekosistem-ekosistem pesisir Kondisi Tanah Partikel-partikel tanah yang terkelupas karena pengikisan (erosi) oleh air hujan, air sungai, dan atau oleh angin, sebagian akan mencapai sungai dan III-6

7 dibawa oleh aliran air sungai. Besarnya erosi yang ditimbulkan sebanding dengan kerentanan tanah terhadap erosi. Andosol, Regosol, atau Organosol merupakan jenis tanah yang mudah terkikis oleh air. Curah hujan yang tinggi dan sistem penanaman vegetasi penutup tanah juga berpengaruh terhadap terjadinya erosi Vegetasi Penutup Tanah Vegetasi memegang peranan yang sangat penting dalam kestabilan lingkungan, khususnya kestabilan dan kemantapan tanah. Tanamantanaman bawah menurunkan potensi erosi akibat tenaga kinetis air hujan. Sistem penanaman vegetasi yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan kaidah konservasi akan menghasilkan erosi yang lebih besar. Pembabatan vegetasi hutan di daerah hulu berpengaruh besar dalam peningkatan sedimentasi dan pendangkalan di wilayah pesisir Penggunaan Lahan DAS Penggunaan lahan DAS berpotensi untuk menyebabkan kerusakan wilayah pesisir. Dampak penggunaan lahan DAS terhadap aliran sungai terhadap lingkungan pesisir dapat dilihat pada Tabel III-4. Tabel III-4 Dampak penggunaan lahan DAS terhadap aliran sungai, yang berpotensi merusak lingkungan pesisir [Rais dkk,2004] Penggunaan dan aktivitas lahan DAS Material dalam aliran sungai Potensi kerusakan lingkungan wilayah pesisir Pertanian Limpasan air hujan yang mengandung residu dari pupuk, pestisida, dan kotoran hewan. Pencemaran perairan oleh pestisida Kandungan nutrien yang tinggi menyebabkan eutrofikasi Permukiman dan Industri Limbah cair dan padat, terkadang beracun. Kerusakan ekosistem pesisir dan matinya populasi biota laut Aktivitas Vulkanisme Sedimen dari abu, lumpur, dan pasir hasil aktivitas vulkanis Sedimentasi dan pendangkalan perairan pesisir III-7

8 Penggunaan dan aktivitas lahan DAS Material dalam aliran sungai Potensi kerusakan lingkungan wilayah pesisir Lahan terbuka dan hutan gundul Kikisan hara dan tanah berupa lumpur Sedimentasi dan pendangkalan perairan pesisir Bendungan, yang merupakan produk rekayasa manusia di sungai, juga berpotensi untuk menyebabkan kerusakan di wilayah pesisir. Bendungan dapat mempengaruhi aliran air sungai dalam sedikitnya dua hal, yaitu terhambatnya aliran air dan terpotongnya aliran sedimen. Dibangunnya bendungan akan mengakibatkan perubahan kuantitas aliran air sungai alami, dan menurunkan debit air. Debit air yang rendah pada hilir dan muara sungai akan mendorong terjadinya intrusi air laut melalui sungai. Begitu juga dengan aliran sedimen. Terpotongnya aliran sedimen alami sungai menyebabkan pemasokan sedimen ke wilayah pesisir menjadi menurun. Menurunnya suplai sedimen berupa lumpur akan menimbulkan kerusakan bagi ekosistem mangrove dan berkurangnya pasokan sedimen berupa pasir akan menghambat pertumbuhan ekosistem pantai berpasir. Berdasarkan matriks korelasi pada Tabel III-2 dan III-3, dapat dirangkum unsurunsur DAS yang memiliki potensi merusak lingkungan wilayah pesisir. Rangkuman tersebut dapat dilihat pada Tabel III-5. III-8

9 Tabel III-5 Tabel Rangkuman unsur-unsur DAS penyebab kerusakan lingkungan wilayah pesisir Unsur-unsur DAS Potensi Kerusakan Lingkungan Wilayah Pesisir Curah Hujan Jaringan Sungai Kondisi Tanah Topografi DAS Sedimentasi Banjir Intrusi air laut melalui sungai Kerusakan ekosistem pesisir Vegetasi lahan DAS Pemanfaatan ruang dan lahan Pencemaran limbah padat dan cair Pencemaran bahan kimia / logam berat Sedimentasi Eutrofikasi perairan pesisir Kerusakan ekosistem perairan pesisir dan daratan pantai Intrusi air laut 3.3 Keterkaitan antara Kondisi Wilayah Pesisir dengan Pengembangan Aspek Ekonomi dan Sosial Masyarakat Pesisir Seperti yang telah dijelaskan pada bagian Kajian Pustaka, bahwa pengembangan aspek sosial dan ekonomi masyarakat pesisir memiliki tujuan sebagai berikut : Tabel III-6 Tujuan pengembangan aspek ekonomi dan sosial masyarakat pesisir Pengembangan Masyarakat Pesisir Aspek Ekonomi 1. kenaikan pendapatan per kapita 2. pengentasan kemiskinan 3. penambahan lapangan kerja Aspek Sosial 1. memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. 2. peningkatan standar kesehatan 3. kebebasan menjalankan agama 4. mengenyam pendidikan yang baik 5. memenuhi kebutuhan berupa rasa aman III-9

10 Kondisi lingkungan wilayah pesisir merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan dari pengembangan aspek ekonomi dan sosial masyarakat yang berbasis potensi sumber daya dan jasa-jasa lingkungan wilayah pesisir. Lingkungan wilayah pesisir memainkan perannya sebagai sumber nafkah, sumber kesempatan kerja, dan sumber kekuatan ekonomi untuk dimanfaatkan demi tercapainya tujuan-tujuan pengembangan masyarakat. Dengan demikian, lingkungan wilayah pesisir harus selalu dalam keadaan baik dan lestari. Kerusakan kondisi wilayah pesisir mengakibatkan usaha pengembangan masyarakat pesisir terhambat. Salah saru faktor utama yang mempengaruhi kondisi lingkungan wilayah pesisir adalah DAS. Adanya keterkaitan ini menyebabkan lingkungan wilayah pesisir harus menerima dampak dari materialmaterial yang dibawa oleh aliran sungai. Jika kandungan material-material tersebut melebihi kadar yang dapat ditolerir oleh lingkungan wilayah pesisir, maka hal tersebut berpotensi untuk menyebabkan kerusakan kondisi lingkungan wilayah pesisir. Jika kondisi lingkungan wilayah pesisir tidak baik, maka pemanfaatan potensi sumber daya tidak dapat berjalan dengan optimal. Dengan demikian, tujuan pengembangan ekonomi dan sosial masyarakat pesisir tidak dapat dicapai, mengingat pemanfaatan potensi sumber daya wilayah pesisir merupakan komponen penting di dalamnya. Gambar III-2 Korelasi antara kerusakan wilayah pesisir dengan tersendatnya pengembangan aspek ekonomi dan sosial masyarakat pesisir III-10

11 3.4 Dampak Kerusakan Lingkungan Wilayah Pesisir terhadap Aspek Ekonomi dan Sosial Masyarakat Pesisir Pada bagian ini akan diidentifikasi dampak-dampak negatif dari kerusakan lingkungan wilayah pesisir terhadap aspek ekonomi dan sosial masyarakat pesisir. Kerusakan lingkungan wilayah pesisir akibat unsur-unsur DAS menyebabkan terganggunya kegiatan-kegiatan ekonomi yang menggunakan sumber-sumber daya dan jasa-jasa lingkungan pesisir, seperti kerusakan areal tambak akibat banjir dan pencemaran sungai dan terhambatnya distribusi minyak mentah akibat pendangkalan pada alur pelayaran pelabuhan. Dampaknya terhadap aspek sosial, selain merupakan akibat bawaan dari dampak ekonomi, juga terasa secara langsung, seperti kerusakan sarana-sarana pendidikan, tempattempat ibadah, dan permukiman penduduk, sampai keracunan akibat mengkonsumsi produk-produk laut yang telah tercemar. Dampak dari kerusakan wilayah pesisir dapat dilihat pada Tabel III-7. III-11

12 Tabel III-7 Dampak kerusakan wilayah pesisir akibat unsur-unsur DAS (Sumber : Dahuri dkk, 2004; Wahyono dkk, 2001) Unsur unsur DAS Kerusakan Wilayah Pesisir Aspek Ekonomi Masyarakat Pesisir Dampak Kerusakan Wilayah Pesisir Aspek Sosial Masyarakat Pesisir Penurunan daya beli dan kehilangan Hasil sedimen yang tinggi : a. Curah hujan yang tinggi b. Kondisi tanah yang rentan erosi c. Lereng yang curam d. Bentuk dan banyaknya cabang sungai e. Minimnya vegetasi bawah f. Pemanfaatan lahan yang mengakibatkan laju erosi tinggi Sedimentasi Zonasi tangkapan ikan makin menjauh dari pantai, akibatnya : 1. Pendapatan mereka berkurang, sehingga daya beli menurun 2. Dibutuhkan kapal yang lebih besar untuk melaut, sehingga para nelayan harus mengeluarkan biaya lebih banyak Pendangkalan di sekitar alur pelayaran kapal berdampak pada terganggunya transportasi. mata pencaharian membuat masyarakat pesisir sulit untuk memenuhi kebutuhan pokok, kesehatan dan pendidikan mereka. Zonasi perikanan yang semakin jauh dari pantai mengakibatkan hanya nelayan besar dan bermodallah yang dapat survive dalam keadaan ini. Kecemburuan sosial yang sudah mencapai puncaknya dapat mendorong para nelayan kecil untuk bertindak anarkis, seperti membakar kapal dan alat tangkap ikan milik nelayan besar. III-12

13 Debit air yang tinggi akibat : a. Curah hujan yang tinggi b. Hilangnya vegetasi penutup tanah c. Kerusakan hutan dan hilangnya daerah resapan air Terganggunya kegiatan perdagangan di kawasan pesisir akibat terendamnya infrastruktur perdagangan pesisir seperti kios-kios, TPI, KUD dan pasar, Banjir dapat merusak permukiman dan properti masyarakat wilayah pesisir. Dangkalnya sungai akibat : a. Curah hujan yang tinggi b. Kondisi tanah yang rentan erosi c. Lereng yang curam d. Bentuk dan banyaknya cabang sungai e. Minimnya vegetasi bawah f. Pemanfaatan lahan yang Banjir Areal pertanian dan budidaya (seperti tambak, budidaya rumput laut) yang terendam banjir dapat mengakibatkan gagal panen dan merugikan pemiliknya secara finansial. Menghambat kelancaran transportasi darat di wilayah pesisir Mengganggu kegiatan sosial dan merusak infrastruktur sosial Sanitasi yang buruk saat dan pascabanjir mengganggu kesehatan masyarakat pesisir mengakibatkan laju erosi tinggi III-13

14 Nelayan yang biasa menyandarkan hidupnya Perubahan salinitasi perairan akibat dari menangkap ikan, udang, kepiting, dan perubahan debit air tawar : a. curah hujan yang tinggi / rendah b. Hilangnya vegetasi penutup tanah c. Kerusakan hutan dan hilangnya daerah resapan air d. Pembangunan bendungan Peningkatan kekeruhan perairan akibat kadar sedimen yang tinggi : a. Curah hujan yang tinggi b. Kondisi tanah yang rentan erosi c. Lereng yang curam d. Bentuk dan banyaknya cabang Kerusakan ekosistem hutan mangrove kerang-kerangan di hutan mangrove tidak mendapat apa-apa. Ekosistem mangrove dapat berfungsi melindungi kawasan budidaya pesisir dari terjangan gelombang dan intrusi air laut. Kerusakan ekosistem ini berpotensi merusak kegiatan budidaya kawasan pesisir Kerusakan ekosistem mangrove mengakibatkan dampak abrasi makin terasa. Abrasi berpotensi merusak sarana perdagangan dan mengganggu kegiatan perdagangan masyarakat sekitar pantai, seperti TPI, dan Pasar. Kehilangan mata pencaharian menyebabkan masyarakat pesisir makin sulit untuk memenuhi kebutuhan pokok, kesehatan, dan pendidikan. Kerusakan ekosistem mangrove mengakibatkan dampak abrasi makin terasa. Abrasi berpotensi merusak sarana-sarana dan kegiatan sosial masyarakat pesisir yang berada di sekitar pantai. sungai e. Minimnya vegetasi bawah f. Pemanfaatan lahan yang mengakibatkan laju erosi tinggi Terhambatnya pasokan sedimen akibat a. Pembangunan bendungan Kerusakan ekosistem terumbu karang Kerusakan terumbu karang akan mengganggu kelangsungan hidup ikan-ikan, yang memiliki nilai komersial yang tinggi. Ekosistem terumbu karang juga memiliki nilai estetika tinggi dan bernilai tinggi bagi industri pariwisata bahari, seperti taman nasional Rendahnya daya beli masyarakat pesisir akan berimplikasi pada sulitnya mereka dalam memenuhi kebutuhan sosial mereka seperti kesehatan dan pendidikan. bahari. III-14

15 Kerusakan ekosistem padang lamun Beragam jenis moluska dan ikan yang memiliki nilai ekonomis akan punah karena kehilangan habitat Berkurangnya populasi organisme laut berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat dan menurunkan tingkat kesejahteraan mereka. Dampak kerusakan ekosistem rumput laut adalah rusak atau gagalnya budidaya rumput laut yang dilakukan masyarakat pesisir. Kerugian finansial karena kerusakan Kerusakan ekosistem rumput laut Menurunnya populasi ikan dan biota-biota laut berarti menurunkan pendapatan nelayan. budidaya rumput laut berdampak pada aspek sosial masyarakat pesisir yang menyandarkan hidupnya pada budidaya rumput laut. Pendapatan mereka Kehilangan ekosistem rumput laut berarti kehilangan potensi sumber daya ekonomi menurun dan pemenuhan kebutuhan hidup mereka pun terganggu. wilayah pesisir, yakni sebagai bahan baku industri pangan, obat-obatan, dan kosmetika. III-15

16 Intrusi air laut menyebabkan ekosistem dan biota-biota air tawar dan payau, seperti ikan, mati. Akibatnya, budidaya Intrusi air laut menyebabkan perikanan tambak mengalami masyarakat pesisir kehilangan dan Debit air sungai yang kurang : kegagalan dan kerugian bagi kesulitan untuk mendapatkan sumber a. curah hujan yang rendah pemiliknya. air bersih, baik dari sungai maupun akibat musim kemarau sumber air tanah, untuk keperluan b. pemanfaatan lahan yang Gagal panen sering kali dialami oleh sehari-hari, seperti minum, mencuci, menghambat aliran air tawar, seperti bendungan Intrusi air laut petani pesisir akibat intrusi air laut sampai sawah-sawah mereka. dan mandi. c. kondisi tanah, topografi, dan Kerugian akibat gagal panen vegetasi yang menyebabkan Kesulitan menemukan sumber air menyebabkan masyarakat pesisir hasil air permukaan menurun bersih membuat masyarakat pesisir makin sulit untuk memenuhi harus mencari sumber lain di kebutuhan pokok, kesehatan, dan perbukitan atau membeli air bersih dari pendidikan. pedagang air bersih, seperti pedagang jerigen air keliling. III-16

17 Pencemaran air laut melalui sungai akibat Berkuranganya pendapatan nelayan akibat kegiatan lahan atas menyebabkan menurunnya populasi ikan berimplikasi kerusakan ekosistem wilayah pesisir, pada kesulitan masyarakat pesisir untuk seperti terumbu karang, mangrove, padang memenuhi kebutuhan hidup yang pokok, Penggunaan lahan DAS yang memicu : - pembuangan limbah pertanian, peternakan, permukiman, dan industri langsung ke sungai - pembuangan limbah ke sungai tanpa pengelolaan limbah yang berwawasan lingkungan Pencemaran perairan pesisir dan Eutrofikasi lamun, rumput laut, dan biota-biota yang hidup di wilayah pesisir, seperti ikan dan udang. Pencemaran berdampak pada kerusakan areal tambak dan penurunan kesuburan lahan tambak. Eutrofikasi dapat mengurangi populasi ikan karena kekurangan oksigen. Penurunan kesehatan dan pendidikan. Pencemaran limbah industri yang menyebabkan kematian ikan-ikan dan biota-biota laut mendorong masyarakat untuk bertindak dan cenderung mengarah kepada perbuatan anarkis, seperti aksi nelayan untuk memprotes kegiatan perindustrian yang menyebabkan pencemaran. populasi ikan menyebabkan volume tangkapan ikan nelayan berkurang dan Masyarakat yang mengkonsumsi hasil laut berakibat pada penurunan pendapatan. yang telah tercemar berpotensi keracunan dan terkena gangguan kesehatan. III-17

B A B IV A N A L I S I S

B A B IV A N A L I S I S B A B IV A N A L I S I S Dalam Oxford Dictionary of Philosophy, kata Analisis (berasal dari kata Analysis) diartikan sebagai : The process of breaking a concept down into more simple parts, so that its

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis terhadap bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu analisis mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir, analisis mengenai pemetaan entitas-entitas

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam suatu wilayah pesisir terdapat beragam sistem lingkungan (ekosistem). Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove, terumbu karang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang ± 81.000 km dan luas sekitar 3,1 juta km 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) berfungsi sebagai penampung air hujan, daerah resapan, daerah penyimpanan air, penangkap air hujan dan pengaliran air. Wilayahnya meliputi

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wilayah Pesisir 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisir Wilayah pesisir sampai saat ini belum memiliki definisi yang baku. Pembatasan wilayah pesisir secara pasti bergantung pada kondisi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu

Lebih terperinci

3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa

3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.2 1. Tempat pelestarian hewan langka orang hutan di Tanjung Puting bertujuan agar Tidak merusak pertanian dan mampu berkembangbiak

Lebih terperinci

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut

Lebih terperinci

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SUKANDAR, IR, MP, IPM (081334773989/cak.kdr@gmail.com) Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sebagai DaerahPeralihan antara Daratan dan Laut 12 mil laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis terletak di antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kawasan yang berfungsi untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan sampai akhirnya bermuara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada daerah yang berair payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki ekosistem khas karena

Lebih terperinci

02/03/2015. Sumber daya Alam hayati SUMBER DAYA ALAM JENIS-JENIS SDA SUMBERDAYA HAYATI. Kepunahan jenis erat kaitannya dengan kegiatan manusia

02/03/2015. Sumber daya Alam hayati SUMBER DAYA ALAM JENIS-JENIS SDA SUMBERDAYA HAYATI. Kepunahan jenis erat kaitannya dengan kegiatan manusia SUMBER DAYA ALAM (SDA) Kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran dan kemaslahatan manusia SUMBER DAYA ALAM TIM ILMU LINGKUNGAN FMIPA UNSYIAH JENIS-JENIS SDA Sumber daya alam yang dapat diperbaharui

Lebih terperinci

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Oleh NUR ANITA SETYAWATI, 0706265705 Gambaran Umum DAS SIAK Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan kedalaman sekitar 20-30 meter. Dengan Panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan fakta fisiknya, Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km (terpanjang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI WILAYAH CIREBON

PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI WILAYAH CIREBON PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI WILAYAH CIREBON Oleh : Darsiharjo Pendahuluan Akhir-akhir ini masyarakat mulai menyadari bahwa dalam kehidupan tidak hanya cukup dengan pemenuhan pangan, papan dan sandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, daerah penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air. Yaitu daerah dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat tanpa memperhitungkan kemampuan lingkungan telah menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah lingkungan di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan 252 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Perairan Sagara Anakan memiliki potensi yang besar untuk dikelola, karena berfungsi sebagai tempat pemijahan biota laut, lapangan kerja, transportasi,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir PENDAHULUAN Latar belakang Wilayah pesisir merupakan peralihan ekosistem perairan tawar dan bahari yang memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup kaya. Indonesia mempunyai garis pantai sepanjang 81.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik

I. PENDAHULUAN. Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik daerahnya, kondisi fisik yang dimaksud yaitu topografi wilayah. Pengaruh kondisi fisik ini

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan 29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R Oleh : Andreas Untung Diananto L 2D 099 399 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah satu bagian dari

Lebih terperinci

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran merupakan dampak negatif dari kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini. Pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi

Lebih terperinci

MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI YUDI WAHYUDIN PUSAT KAJIAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Surade, 22 Juli 2003 APA ITU PANTAI? PANTAI adalah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan berpengaruh pada pemanfaatan sumberdaya lahan dalam jumlah besar untuk memenuhi ketersediaan kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di Jakarta yang terjadi

Lebih terperinci

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*) MODEL PENANGGULANGAN BANJIR Oleh: Dede Sugandi*) ABSTRAK Banjir dan genangan merupakan masalah tahunan dan memberikan pengaruh besar terhadap kondisi masyarakat baik secara social, ekonomi maupun lingkungan.

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa

Lebih terperinci

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami jenis sungai berdasarkan formasi batuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang berpotensi untuk dikembangkan dan didayagunakan bagi pemenuhan berbagai kepentingan. Danau secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam pengertian lingkungan hidup

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR Oleh: PROJO ARIEF BUDIMAN L2D 003 368 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Sungai Sragi terletak pada perbatasan antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Pemalang. Di bagian hulu sungai, terdapat percabangan membentuk dua alur sungai yaitu

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu BAB I PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral daripada pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur (Ditjen Tanaman Pangan, 1989). Agar pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan peralihan ekosistem perairan tawar dan laut yang memiliki potensi sumberdaya alam tinggi. Salah satu sumberdaya wilayah pesisir adalah hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Mahi (2001 a), sampai saat ini belum ada definisi wilayah pesisir yang

I. PENDAHULUAN. Menurut Mahi (2001 a), sampai saat ini belum ada definisi wilayah pesisir yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Mahi (2001 a), sampai saat ini belum ada definisi wilayah pesisir yang baku. Namun demikian terdapat kesepakatan umum bahwa wilayah pesisir didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari. II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Permukiman Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari. Permukiman perlu ditata agar dapat berkelanjutan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan jalan air alami yang mengalir menuju Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi merupakan proses penghancuran dan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga erosi (presipitasi, angin) (Kusumandari, 2011). Erosi secara umum dapat disebabkan

Lebih terperinci

PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DAN PROSES TERJADINYA EROSI E-learning Konservasi Tanah dan Air Kelas Sore tatap muka ke 5 24 Oktober 2013

PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DAN PROSES TERJADINYA EROSI E-learning Konservasi Tanah dan Air Kelas Sore tatap muka ke 5 24 Oktober 2013 PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DAN PROSES TERJADINYA EROSI E-learning Konservasi Tanah dan Air Kelas Sore tatap muka ke 5 24 Oktober 2013 Apakah Erosi Tanah? Erosi tanah adalah proses geologis dimana partikel

Lebih terperinci

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS) Stadia Sungai Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Dalam Bahasa Indonesia, kita hanya mengenal satu kata sungai. Sedangkan dalam Bahasa Inggris dikenal kata stream dan river.

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan transisi ekosistem terestrial dan laut yang ditandai oleh gradien perubahan ekosistem yang tajam (Pariwono, 1992). Kawasan pantai merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan wilayah berorientasi agribisnis, berproduktivitas tinggi, efisien, berkerakyatan, dan berkelanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH Nurmalita, Maulidia, dan Muhammad Syukri Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI 55 VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI 6.1 Analisis DPSIR Analisis DPSIR dilakukan dalam rangka memberikan informasi yang jelas dan spesifik mengenai faktor pemicu (Driving force), tekanan

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH Lampiran I Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 2 TAHUN 2011 Tanggal : 4 Pebruari 2011 Tentang : Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan tropis di Indonesia meliputi areal seluas 143 juta hektar dengan berbagai tipe dan peruntukan (Murdiyarso dan Satjaprapdja, 1997). Kerusakan hutan (deforestasi) masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Asahan secara geografis terletak pada ,2 LU dan ,4

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Asahan secara geografis terletak pada ,2 LU dan ,4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Asahan secara geografis terletak pada 2 0 56 46,2 LU dan 99 0 51 51,4 BT. Sungai Asahan merupakan salah satu sungai terbesar di Sumatera Utara, Indonesia. Sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir dan laut di Indonesia memegang peranan penting, karena kawasan ini memiliki nilai strategis berupa potensi sumberdaya alam dan jasajasa lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki potensi sumberdaya kelautan dan pesisir yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut TINJAUAN PUSTAKA Erosi Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagianbagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya alam utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Sebagai sumberdaya yang banyak digunakan, tanah dapat mengalami

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara, merupakan suatu daerah yang sebagian wilayahnya merupakan lokasi kegiatan beberapa perusahaan skala nasional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan Pendahuluan 1.1 Umum Sungai Brantas adalah sungai utama yang airnya mengalir melewati sebagian kota-kota besar di Jawa Timur seperti Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya. Sungai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai potensi sumber daya alam yang beraneka ragam, yang membentang di sepanjang Teluk Lampung dengan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Tjardhana dan Purwanto,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

SUMBER DAYA HABIS TERPAKAI YANG DAPAT DIPERBAHARUI. Pertemuan ke 2

SUMBER DAYA HABIS TERPAKAI YANG DAPAT DIPERBAHARUI. Pertemuan ke 2 SUMBER DAYA HABIS TERPAKAI YANG DAPAT DIPERBAHARUI Pertemuan ke 2 Sumber daya habis terpakai yang dapat diperbaharui: memiliki titik kritis Ikan Hutan Tanah http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/148111-

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. WILAYAH. NASIONAL. Pantai. Batas Sempadan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU Zonasi Wilayah Pesisir dan Lautan PESISIR Wilayah pesisir adalah hamparan kering dan ruangan lautan (air dan lahan

Lebih terperinci

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran adalah suatu hal yang telah lama menjadi permasalahan bagi kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan dapat menyebabkan dampak

Lebih terperinci

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL , Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume, Issue : () ISSN ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL Dzati Utomo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 1. Meningkatnya permukiman kumuh dapat menyebabkan masalah berikut, kecuali... Menurunnya kualitas kesehatan manusia Meningkatnya

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber daya alam merupakan suatu bentuk kekayaan alam yang pemanfaatannya bersifat terbatas dan berfungsi sebagai penunjang kesejahteraan makhluk hidup khususnya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik yang saling terkait satu sama lain. di bumi ada dua yaitu ekosistem daratan dan ekosistem perairan. Kedua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan pesisir yang cukup luas, dan sebagian besar kawasan tersebut ditumbuhi mangrove yang lebarnya dari beberapa

Lebih terperinci

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daur hidrologi merupakan perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut, air tersebut akan tertahan (sementara)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesisir memiliki peranan sangat penting bagi berbagai organisme yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesisir memiliki peranan sangat penting bagi berbagai organisme yang berada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesisir memiliki peranan sangat penting bagi berbagai organisme yang berada di sekitarnya. Kawasan pesisir memiliki beberapa ekosistem vital seperti ekosistem terumbu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari lebih 17.000 buah pulau besar dan kecil, dengan panjang garis pantai mencapai hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan

Lebih terperinci