PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *)

Transkripsi

1 No. 40 / VII / 1 Juli 2004 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *) Pada bulan April 2004, petani padi, palawija, dan buah-buahan berhasil menjual hasil produksinya dengan harga lebih tinggi dibanding Maret Namun NTP masih turun 1,77 persen karena indeksnya turun dari 142,43 menjadi 139,91; yaitu disebabkan petani sayuran menjual hasil produksinya dengan harga 10,86 persen lebih rendah. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Jawa Tengah (5,67 persen), karena harga produsen komoditas kubis putih naik 22,79 persen, sedangkan penurunan terbesar di Jawa Timur (minus 7,38 persen) karena harga produsen cabe merah turun 21,05 persen. *) Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. I. Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Semakin tinggi NTP semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di 21 propinsi di Indonesia, pada bulan April 2004, petani padi, palawija, dan buah-buahan berhasil menjual hasil produksinya dengan harga lebih tinggi dibanding Maret Namun NTP masih turun 1,77 persen dari 142,43 menjadi 139,91 karena petani sayuran menjual hasil produksinya dengan harga 10,86 persen lebih rendah. II. Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) Melalui Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dapat dilihat fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan April 2004, secara nasional indeks harga yang diterima petani turun minus 2,34 persen dibanding bulan Maret 2004, yaitu dari 771,98 menjadi 753,93. Subsektor Tanaman Bahan Makanan (TBM) turun minus Berita Resmi Statistik No. 40 / VII / 1 Juli

2 4,20 persen, sedangkan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) mengalami kenaikan 2,50 persen. Ketiga kelompok pada subsektor TBM mengalami kenaikan, Kelompok palawija mengalami kenaikan 5,26 persen. kelompok padi naik 2,63 persen dan kelompok buahbuahan naik 1,23 persen. Hanya kelompok sayur-sayuran yang mengalami penurunan minus 10,86 persen. Bila dibandingkan dengan bulan April tahun 2003, indek harga yang diterima petani naik 30,43 persen. Hal tersebut disebabkan naiknya harga komoditas sayur-sayuran sebesar 92,83 persen. III. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) Melalui indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan April 2004 secara nasional Indeks Harga Yang Dibayar Petani turun minus 0,57 persen dibanding bulan Maret Subsektor Konsumsi Rumah Tangga turun minus 1,58 persen, sedangkan Subsektor Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal Pertanian naik 3,82 persen. Pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk makanan turun minus 2,52 persen, kelompok perumahan naik 0,25 persen, kelompok pakaian naik hanya 0,07 persen, dan kelompok aneka barang dan jasa turun minus 0,19 persen. Untuk pengeluaran biaya produksi dan penambahan barang modal, kelompok non faktor produksi naik 4,31 persen, kelompok upah naik 2,97 persen, kelompok lainnya naik 0,72 persen dan kelompok penambahan barang modal naik 1,76 persen. Bila dibandingkan dengan bulan April tahun 2003, indek harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 11,42 persen. Hal tersebut disebabkan naiknya harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumahtangga pertanian sebesar 11,39 persen dan naiknya harga barang dan jasa untuk produksi pertanian dan barang modal pertanian sebesar 11,88 persen. 2 Berita Resmi Statistik No.40 / VII / 1 Juli 2004

3 Tabel 1. Perubahan Nilai Tukar Petani Nasional (Tahun 1993=100) Perubahan Sektor, Kelompok dan Indeks Nasional Apr 2004 Apr 2004 Tahun 2003 Tahun 2004 thd thd Sub Kelompok Apr Des Mrt Apr Mrt 2004 Apr 2003 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Indeks Harga yang Diterima Petani 578,03 605,96 771,98 753,93-2,34 30, Tanaman Bahan Makanan 611,22 646,18 856,61 820,67-4,20 34, Padi 455,77 455,59 436,03 447,50 2,63-1, Palawija 465,33 479,86 476,45 501,49 5,26 7, Sayur-sayuran 1556, , , ,92-10,86 92, Buah-buahan 524,85 545,61 566,98 573,93 1,23 9, Tanaman Perkebunan Rakyat 415,23 417,73 442,22 453,27 2,50 9,16 2. Indeks Harga yang Dibayar Petani 483,66 498,82 541,99 538,88-0,57 11, Konsumsi Rumahtangga 496,30 512,28 561,69 552,85-1,58 11, Makanan 562,03 582,13 665,40 648,64-2,52 15, Perumahan 398,62 408,13 423,62 424,66 0,25 6, Pakaian 425,98 442,03 451,68 452,02 0,07 6, Aneka Barang dan Jasa 460,13 473,09 484,59 483,68-0,19 5, Biaya Produksi dan Penambahan 463,47 477,73 499,44 518,52 3,82 11,88 Barang Modal Non Faktor Produksi 497,60 507,23 501,80 523,43 4,31 5, Upah 462,52 481,85 531,90 547,71 2,97 18, Lainnya 195,10 204,29 214,43 215,98 0,72 10, Penambahan Barang Modal 323,48 330,67 334,05 339,94 1,76 5,09 3. Nilai Tukar Petani 119,51 121,48 142,43 139,91-1,77 17,07 IV. Perbandingan Antar Propinsi Bila bulan April 2004 dibandingkan dengan bulan Maret 2004, dari 21 propinsi yang dilaporkan, ada 12 propinsi yang NTP-nya meningkat dan 8 propinsi lainnya menurun. Hanya kenaikan NTP di Sulawesi Selatan dapat dikatakan stabil. Kenaikan tertinggi terjadi di propinsi Jawa Tengah yaitu 5,67 persen terutama disebabkan karena harga produsen komoditas kubis putih naik 22,79 persen. Sedangkan penurunan terbesar terjadi di propinsi Jawa Timur yaitu minus 7,38 persen, disebabkan turunnya harga produsen cabe merah besar minus 21,05 persen. a. Perbandingan antar propinsi di Pulau Sumatera Dari 6 propinsi di pulau Sumatera yang melaporkan hasil survei hingga April 2004, NTP Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Bengkulu tidak dihitung karena pemasukan dokumennya kurang dari 50 persen. NTP Riau mengalami kenaikan terbesar 5,40 persen. Hanya NTP propinsi Jambi yang mengalami penurunan yaitu minus 2,03 persen. b. Perbandingan antara propinsi di Pulau Jawa Dari 4 propinsi di Pulau Jawa yang melaporkan hasil survei hingga April 2004, NTP Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah D.I Yogyakarta mengalami kenaikan. Kenaikan Berita Resmi Statistik No. 40 / VII / 1 Juli

4 terbesar di propinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 5,67 persen. Hanya NTP Jawa Timur yang mengalami penurunan minus 7,38 persen. c. Perbandingan antar propinsi di luar Pulau Sumatera dan Jawa Sebelas propinsi di luar Pulau Jawa dan Sumatera melaporkan hasil survei hingga April Kenaikan NTP terbesar yaitu 4,47 persen terjadi di Sulawesi Utara. Penurunan terendah di Kalimantan Barat minus 6,14 persen. Tabel 2 : Rangking Nilai Tukar Petani (NTP) (1993=100) Maret 2004 April 2004 Beda (%) Apr 2003 PROPINSI NTP Ranking NTP Ranking kl(4) & kl(2) NTP (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Kalimantan Timur 265, ,20 1-1,09 272,52 Kalimantan Barat 186, ,38 2-6,14 151,96 Jawa Tengah 156, ,38 3 5,67 123,93 Nusa Tenggara Timur 162, ,71 Riau 148, ,47 5 5,40 139,41 Jawa Barat 151, ,10 6 2,84 128,86 Bali 149, ,40 7 2,46 154,19 Jawa Timur 165, ,93 8-7,38 123,78 Kalimantan Tengah 151, ,11 9-1,18 157,27 Nasional 142,43 139,91-1,77 119,51 D.I Yogyakarta 129, , ,27 131,64 Sulawesi Selatan 118, , ,03 117,10 Sulawesi Utara 107, , ,47 95,45 Sumatera Utara 104, , ,59 98,33 Kalimantan Selatan 102, , ,66 103,96 Jambi 102, , ,03 99,49 Sumatera Barat 95, , ,81 90,33 Nusa Tenggara Barat 88, , ,54 93,41 Sulawesi Tengah 77, , ,90 91,09 Lampung 74, , ,40 74,08 Sumatera Selatan 71, , ,19 75,08 Sulawesi Tenggara 72, , ,87 84,05 4 Berita Resmi Statistik No.40 / VII / 1 Juli 2004

5 PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH Pada bulan Juni 2004, harga gabah petani untuk kualitas Gabah Kering Giling (GKG) naik 2,03 persen dibanding Mei 2004, sedangkan Gabah Kering Simpan (GKS) turun 0,95 persen; Gabah Kering Panen (GKP) turun 0,05 persen; dan gabah kualitas rendah turun 0,16 persen. Persentase harga gabah di tingkat penggilingan yang di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) naik : dari 25,61 persen (Mei 2004) menjadi 26,40 persen (Juni 2004). Persentase gabah petani yang berkualitas rendah juga naik yaitu : dari 17,55 persen (Mei 2004) menjadi 17,97 persen (Juni 2004). Berdasarkan 651 observasi gabah berbagai jenis di 14 propinsi pada Juni 2004, harga gabah terendah di tingkat petani adalah Rp. 847,23/kg di Bali (Kec. Kerambitan, Kab. Tabanan, GKS). Harga tertinggi sebesar Rp ,00/kg di Kalimantan Tengah (Kec. Kapuas Murung, Kab. Kapuas, GKS). Pada bulan Juni 2004 BPS melakukan 651 observasi di 14 propinsi yaitu Aceh, Sumbar, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Observasi dilakukan terhadap kelompok kualitas yaitu : Gabah Kering Giling (GKG) sebanyak 3 observasi (0,46 persen), Gabah Kering Simpan (GKS) sebanyak 79 observasi (12,14 persen), Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 452 observasi (69,43 persen) dan di luar kelompok kualitas sebanyak 117 observasi (17,97 persen). Rincian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Berita Resmi Statistik No. 40 / VII / 1 Juli

6 Kelompok Kualitas Tabel 3 : Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Menurut Kelompok Kualitas Juni 2004 Jumlah Observasi ( % ) Harga Gabah di tingkat Petani (Rp./kg) Terendah Tertinggi Ratarata Ratarata Harga tingkat Penggi lingan (Rp/kg) Harga Pembelian Selisih Harga kol (6) Terhadap kol (7) Pemerintah (HPP) * (Rp/kg) (Rp/Kg) (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) GKG 3 (0,46 %) (Tj.Jabung Brt; Jambi) 1.700,00 (Tj.Jabung Brt; Jambi) 1.700, , ,00 0,88 GKS 79 (12,14 %) 847,23 (Tabanan; Bali) 1.750,00 (Kapuas; Kalteng) 1.404, , ,05-3,87 GKP 452 (69,43) 900,00 (Kndari, Sultra Blora, Jateng Luwu, Sulsel) 1.533,33 (Solok; Sumbar) 1.227, , ,37 2,63 Di luar Kualitas 117 (17,97) 950,00 (Grobogan & Demak, Jateng Ngawi, Jatim) 1.375,00 (Solok; Sumbar) 1.085, ,32 Jumlah 651 (100,00) Keterangan: GKG : kadar air 14 % dan kadar lain 3 %. GKP : kadar air (18,01-25%) dan kadar lain (8,01-15%). GKS : kadar air (14,01-18%) dan kadar lain (3,01-8%). Di luar kualitas : kadar air > 25 % atau kadar lain > 15%. * HPP di tingkat penggilingan berdasarkan SKB Kepala BBKP Dep. Pertanian dan Kepala Bulog No. 02/SKB/BBKP/I/2003 tgl. 16 Januari 2003 KEP-08/UP/01/2003 Tabel. 4. Persentase Harga di Bawah HPP Menurut Kualitas Kelompok Jumlah Harga Tingkat Penggilingan Kualitas Observasi Sama Dengan Di Bawah HPP HPP (1) (2) (3) (4) GKG GKS GKP (50,63 %) 101 (22,35 %) 5 (6,33 %) 35 (7,74 %) Semua Kualitas (26,40 %) 40 (7,49 %) Di luar Kualitas Berita Resmi Statistik No.40 / VII / 1 Juli 2004

7 1. Kasus Harga di Bawah HPP dan di Luar Kualitas Dari 651 observasi di 14 propinsi terdapat 26,40 % kasus harga di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP. Kasus harga tersebut terdapat di 10 propinsi, yaitu Sumbar; Jambi; Lampung; Jabar; Jateng; Yogya; Jatim; Bali; Sulsel; dan Sultra. Kasus di luar kelompok kualitas terdapat 17,97 %, ditemui di 6 propinsi yaitu Sumbar; Lampung; Jabar; Jateng; Jatim; dan Bali. 2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Pada bulan Juni 2004, dari 651 observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 847,23/kg, dan di tingkat penggilingan sebesar Rp. 857,23/kg. Semua harga terendah tersebut dijumpai di Bali (Kab. Tabanan, Kec. Kerambitan), Varietas Kukad Balian, kualitas Gabah Kering Simpan (GKS). Harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp ,00/kg, dan di tingkat penggilingan sebesar Rp ,00/kg, dijumpai di Kalimantan Tengah (Kab. Kapuas, Kec. Kapuas Murung), Varietas Siam, kualitas GKS. Di tingkat penggilingan sebesar Rp ,00/kg juga dijumpai di Jawa Barat (Kab. Bandung, Kec. Ciparay), Varietas Jembar, kualitas Gabah Kering Simpan (GKS). Untuk rata-rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air dan kadar lain, yaitu : untuk kualitas GKG kadar airnya sebesar 13,18 persen dan kadar lainnya 2,53 persen, untuk kualitas GKS kadar airnya sebesar 15,57 persen dan kadar lainnya sebesar 5,16 persen, untuk kualitas GKP kadar airnya sebesar 19,64 persen dan kadar lainnya sebesar 7,34 persen, sedangkan untuk kualitas di luar kelompok kadar airnya sebesar 25,11 persen dan kadar lainnya sebesar 11,65 persen. Tabel 5 : Rata-rata Komponen Mutu Kualitas Gabah yang Dijual Petani Menurut Kelompok Kualitas Gabah Juni 2004 Rata-rata Komponen Mutu (%) Kelompok Kualitas Kadar Air Kadar Lain G K G G K S G K P Diluar Kualitas 13,18 15,57 19,64 25,11 2,53 5,16 7,34 11,65 Berita Resmi Statistik No. 40 / VII / 1 Juli

8 Tabel. 6. Persentase Harga di Bawah HPP dan Di Luar Kualitas April s/d Juni 2004 Rincian Di tingkat Penggilingan (%) April Mei Mei (1) (2) (3) (4) Obs. Dibawah HPP 56,48 25,61 26,40 Obs. Diluar Kualitas 14,46 17,55 17,97 Tabel. 7. Rata-rata Harga Gabah Menurut Kualitas April s/d Juni 2004 Kualitas Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg) HPP 2003 April Mei Juni April Mei Juni % Perub (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) a. GKG b. GKS c. GKP d. Diluar kualitas , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,18 2,03-0,95-0,05-0,16 Grafik : Harga Rata-rata Gabah di tingkat Penggilingan Di Indonesia (Juli 2003 s/d Juni 2004) 1800,00 Harga Rata-rata (RP/kg) 1700, , , , , , ,00 GKG GKS GKP Di luar Kualitas HPP GKG HPP GKS HPP GKP 1000,00 Jul Ags Sep Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Bulan 8 Berita Resmi Statistik No.40 / VII / 1 Juli 2004