PERENCANAAN STRUKTUR BOARDING HOUSE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN STRUKTUR BOARDING HOUSE"

Transkripsi

1 PERENCANAAN STRUKTUR BOARDING HOUSE TUGAS AKHIR Oleh : Antonius Mahatma P. I PROGRAM DIII TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 010 BAB 3 Perencanaan Atap

2 A-19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia teknik sipil menuntut bangsa Indonesia untuk dapat menghadapi segala kemajuan dan tantangan. Hal itu dapat terpenuhi apabila sumber daya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia memiliki kualitas pendidikan yang tinggi, Karena pendidikan merupakan sarana utama bagi kita untuk semakin siap menghadapi perkembangan ini. Dalam hal ini bangsa Indonesia telah menyediakan berbagai sarana guna memenuhi sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai salah satu lembaga pendidikan dalam merealisasikan hal tersebut memberikan Tugas Akhir sebuah perencanaan gedung bertingkat dengan maksud agar menghasilkan tenaga yang bersumber daya dan mampu bersaing dalam dunia kerja. 1.. Rumusan Masalah Masalah-masalah yang akan dibahas dalam penulisan Tugas Akhir ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana mengetahui konsep-konsep dasar berdasarkan data-data yang diperoleh untuk merencanakan suatu bangunan. b. Bagaimana melakukan perhitungan struktur dengan tingkat keamanan yang memadai. c. Bagaimana membuat Gambar Kerja. d. Bagaimana menyusun Rencana Anggran Biaya suatu pekerjaan bangunan. BAB 3 Prencanaan Atap

3 A Maksud dan Tujuan Dalam menghadapi pesatnya perkembangan jaman yang semakin modern dan berteknologi, serta derasnya arus globalisasi saat ini, sangat diperlukan seorang teknisi yang berkualitas. Khususnya dalam bidang teknik sipil, sangat diperlukan teknisi-teknisi yang menguasai ilmu dan keterampilan dalam bidangnya. Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai lembaga pendidikan bertujuan untuk menghasilkan ahli teknik yang berkualitas, bertanggungjawab, kreatif dalam menghadapi masa depan serta dapat mensukseskan pembangunan nasional di Indonesia. Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Program D3 Jurusan Teknik Sipil memberikan tugas akhir dengan maksud dan tujuan : a. Mahasiswa dapat merencanakan suatu konstruksi bangunan yang sederhana sampai bangunan bertingkat. b. Mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan, pengertian dan pengalaman dalam merencanakan struktur gedung. c. Mahasiswa dapat mengembangkan daya pikirnya dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi dalam perencanaan struktur gedung Metode Perencanaan Metode perencanaan yang digunakan untuk pembahasan tugas akhir ini meliputi: a. Sistem struktur. b. Sistem pembebanan. c. Perencanaan analisa struktur. d. Perencanaan analisa tampang. e. Penyajian gambar arsitektur dan gambar struktur. f. Perencanaan anggaran biaya. BAB 3 Prencanaan Atap

4 A Kriteria Perencanaan a. Spesifikasi Bangunan 1) Fungsi Bangunan : Boarding House ) Luas Bangunan : m 3) Jumlah Lantai : lantai. 4) Elevasi Lantai : 4,0 m. 5) Konstruksi Atap : Rangka kuda-kuda baja. 6) Penutup Atap : Genteng. 7) Pondasi : Foot Plat. b. Spesifikasi Bahan 8) Mutu Baja Profil : BJ 37. 9) Mutu Beton (f c) : 5 MPa. 10) Mutu Baja Tulangan (fy) : Polos : 40 MPa. Ulir : 380 MPa Peraturan-Peraturan Yang Berlaku a. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung (SNI ). b. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI ). c. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI ). d. Daftar Analisa Pekerjaan Gedung Swakelola Tahun 010 Kota Surakarta (SNI ) BAB 3 Prencanaan Atap

5 A- BAB DASAR TEORI.1 Dasar Perencanaan.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun beban khusus yang bekerja pada struktur bangunan tersebut. Beban-beban yang bekerja pada struktur dihitung menurut Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung SNI , beban-beban tersebut adalah : a. Beban Mati (qd) Beban mati adalah berat dari semua bagian suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung itu. Untuk merencanakan gedung ini, beban mati yang terdiri dari berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung adalah : 1) Bahan Bangunan : i. Beton Bertulang kg/m 3 ii.pasir (jenuh air) kg/m 3 ) Komponen Gedung : i.langit langit dan dinding (termasuk rusuk rusuknya, tanpa penggantung langit-langit atau pengaku),terdiri dari : BAB 3 Prencanaan Atap

6 A-3 semen asbes (eternit) dengan tebal maksimum 4mm kg/m penggantung langit-langit (dari kayu) dengan bentang maksimum 5 m dan jarak s.k.s minimum 0,8 m....7 kg/m ii.penutup atap genteng dengan reng dan usuk kg/m iii.penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan beton (tanpa adukan) per cm tebal... 4 kg/m iv.adukan semen per cm tebal... 1 kg/m b. Beban Hidup (ql) Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan lantai dan atap tersebut. Khususnya pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan. Beban hidup yang bekerja pada bangunan ini disesuaikan dengan rencana fungsi bangunan tersebut. Beban hidup untuk bangunan ini terdiri dari : 1) Beban atap kg ) Beban tangga dan bordes kg/m 3) Beban lantai kg/m Berhubung peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang membebani semua bagian dan semua unsur struktur pemikul secara serempak selama unsur gedung tersebut adalah sangat kecil, maka pada perencanaan balok induk dan portal dari sistem pemikul beban dari suatu struktur gedung, beban hidupnya dikalikan dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan gedung yang ditinjau, seperti diperlihatkan pada tabel.1 : BAB 3 Prencanaan Atap

7 A-4 Tabel.1 Koefisien reduksi beban hidup Penggunaan Gedung PERUMAHAN/PENGHUNIAN : Rumah tinggal, hotel, rumah sakit PERDAGANGAN : Toko,toserba,pasar GANG DAN TANGGA : Perumahan / penghunian Pendidikan, kantor Pertemuan umum, perdagangan dan penyimpanan, industri, tempat kendaraan Sumber : SNI Koefisien Beban Hidup untuk Perencanaan Balok Induk 0,75 0,80 0,75 0,75 0,90 c. Beban Angin (W) Beban Angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban Angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (hisapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan negatif yang dinyatakan dalam kg/m ini ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup dengan koefisien koefisien angin. Tekan tiup harus diambil minimum 5 kg/m, kecuali untuk daerah di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari tepi pantai. Pada daerah tersebut tekanan hisap diambil minimum 40 kg/m. Sedangkan koefisien angin untuk gedung tertutup : 1) Dinding Vertikal i. Di pihak angin ,9 ii. Di belakang angin ,4 ) Atap segitiga dengan sudut kemiringan BAB 3 Prencanaan Atap

8 A-5 i. Di pihak angin : < ,0-0,4 65 < < ,9 ii. Di belakang angin, untuk semua ,4 d. Beban Gempa (E) Beban gempa adalah semua beban statik equivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu..1. Sistem Kerjanya Beban Bekerjanya beban untuk bangunan bertingkat berlaku sistem gravitasi, yaitu elemen struktur yang berada di atas akan membebani elemen struktur di bawahnya, atau dengan kata lain elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih besar akan menahan atau memikul elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih kecil. Dengan demikian sistem bekerjanya beban untuk elemen-elemen struktur gedung bertingkat secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut : Beban pelat lantai didistribusikan terhadap balok anak dan balok portal, beban balok portal didistribusikan ke kolom dan beban kolom kemudian diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi..1.3 Provisi Keamanan Dalam pedoman beton SNI , struktur harus direncanakan untuk memiliki cadangan kekuatan untuk memikul beban yang lebih tinggi dari beban normal. Kapasitas cadangan ini mencakup faktor pembebanan (U), yaitu untuk memperhitungkan pelampauan beban dan faktor reduksi (), yaitu untuk memperhitungkan kurangnya mutu bahan di lapangan. Pelampauan beban dapat terjadi akibat perubahan dari penggunaan untuk apa struktur direncanakan dan penafsiran yang kurang tepat dalam memperhitungkan pembebanan. Sedang BAB 3 Prencanaan Atap

9 A-6 kekurangan kekuatan dapat diakibatkan oleh variasi yang merugikan dari kekuatan bahan, pengerjaan, dimensi, pengendalian dan tingkat pengawasan. Tabel.. Faktor pembebanan U untuk beton No. KOMBINASI BEBAN FAKTOR U L D, L D, L, W 1,4 D 1, D +1,6 L + 0,5 ( A atau R ) 1, D + 1,0 L 1,6 W + 0,5 (A atau R) Tabel.3. Faktor pembebanan U untuk baja No. KOMBINASI BEBAN FAKTOR U L D, L D, L, W 1,4 D 1, D +1,6 L + 0,5 ( A atau R ) 1, D + 1,0 L 1,3 W + 0,5 (A atau R) Keterangan : D = Beban mati A = Beban atap L = Beban hidup R = Beban hujan W = Beban angin Tabel.4. Faktor Reduksi Kekuatan No GAYA Lentur tanpa beban aksial Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur Komponen dengan tulangan spiral Komponen lain Geser dan torsi Tumpuan Beton Komponen struktur yang memikul gaya tarik 0,80 0,80 0,70 0,65 0,75 0,65 BAB 3 Prencanaan Atap

10 A ) Terhadap kuat tarik leleh ) Terhadap kuat tarik fraktur Komponen struktur yang memikul gaya tekan 0,9 0,75 0,85 Karena kandungan agregat kasar untuk beton struktural seringkali berisi agregat kasar berukuran diameter lebih dari cm, maka diperlukan adanya jarak tulangan minimum agar campuran beton basah dapat melewati tulangan baja tanpa terjadi pemisahan material sehingga timbul rongga - rongga pada beton. Sedang untuk melindungi dari karat dan kehilangan kekuatannya dalam kasus kebakaran, maka diperlukan adanya tebal selimut beton minimum. Beberapa persyaratan utama pada pedoman beton SNI adalah sebagai berikut : a. Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama, tidak boleh kurang dari d b ataupun 5 mm, dimana d b adalah diameter tulangan. b. Jika tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih, tulangan pada lapisan atas harus diletakkan tepat diatas tulangan di bawahnya dengan jarak bersih tidak boleh kurang dari 5 mm. Tebal selimut beton minimum untuk beton yang dicor setempat adalah: a. Untuk pelat dan dinding = 0 mm b. Untuk balok dan kolom = 40 mm c. Beton yang berhubungan langsung dengan tanah atau cuaca = 40 mm.. Perencanaan Atap a. Pembebanan Pada perencanaan atap ini, beban yang bekerja adalah : 1) Beban mati ) Beban hidup 3) Beban air b. Asumsi Perletakan 1) Tumpuan sebelah kiri adalah sendi. BAB 3 Prencanaan Atap

11 A-8 ) Tumpuan sebelah kanan adalah rol. c. Analisa struktur menggunakan program SAP 000. d. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI e. Perhitungan dimensi profil kuda-kuda. 1) Batang tarik Ag perlu = P mak Fy An perlu = 0,85.Ag An = Ag-dt L = Panjang sambungan dalam arah gaya tarik x Y Yp U 1 x L Ae = U.An Cek kekuatan nominal : Kondisi leleh Pn 0,9. Ag. Fy Kondisi fraktur Pn 0,75. Ag. Fu Pn P. ( aman ) ) Batang tekan Periksa kelangsingan penampang : b tw 300 Fy BAB 3 Prencanaan Atap

12 A-9 K. l c r Fy E Apabila = λc 0,5 ω = 1 0,5 < λs < 1, ω λs 1, ω 1,43 1,6-0,67λc 1,5. s Pn. Ag. Fcr Ag Pu P n f y 1. ( aman ).3. Perencanaan Tangga a. Pembebanan : 1) Beban mati ) Beban hidup : 300 kg/m b. Asumsi Perletakan 1)Tumpuan bawah adalah jepit. )Tumpuan tengah adalah sendi. 3)Tumpuan atas adalah jepit. c. Analisa struktur menggunakan program SAP 000. d. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI e. Perhitungan untuk penulangan tangga Mn = Mu Dimana = 0,8 BAB 3 Prencanaan Atap

13 A-30 m fy f 0,85. ' c Mn Rn b.d = 1 1 m 1.m.Rn fy b = 0,85.fc fy 600 fy max = 0,75. b min < < maks tulangan tunggal < min dipakai min = 0,005 As = ada. b. d.4. Perencanaan Plat Lantai a. Pembebanan : 1) Beban mati ) Beban hidup : 50 kg/m b. Asumsi Perletakan : jepit elastis dan jepit penuh c. Analisa struktur menggunakan tabel SNI d. Analisa tampang menggunakan SNI Pemasangan tulangan lentur disyaratkan sebagai berikut : 1) Jarak minimum tulangan sengkang 5 mm ) Jarak maksimum tulangan sengkang 40 atau h Penulangan lentur dihitung analisa tulangan tunggal dengan langkah-langkah sebagai berikut : M n M u dimana, 0,80 BAB 3 Prencanaan Atap

14 A-31 f y m = 0,85xf ' c Rn = M n bxd = 1 1 m 1.m.Rn fy b = 0,85.fc fy 600 fy max = 0,75. b min < < maks tulangan tunggal < min dipakai min = 0,005 As = ada. b. d Luas tampang tulangan As = Jumlah tulangan x Luas.5. Perencanaan Balok Anak a. Pembebanan : 1) Beban mati ) Beban hidup : 50 kg/m b. Asumsi Perletakan : jepit jepit c. Analisa struktur menggunakan program SAP 000. d. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI Perhitungan tulangan lentur : M n M u dimana, 0,80 f y m = 0,85xf ' c BAB 3 Prencanaan Atap

15 A-3 Rn = = M n bxd 1 1 m 1.m.Rn fy b = 0,85.fc fy 600 fy max = 0,75. b min = 1,4/fy min < < maks tulangan tunggal < min dipakai min Perhitungan tulangan geser : 0,60 V c = 1 6 x Vc=0,6 x Vc f ' cxbxd Φ.Vc Vu 3 Φ Vc ( perlu tulangan geser ) Vu < Vc < 3 Ø Vc (tidak perlu tulangan geser) Vs perlu = Vu Vc ( pilih tulangan terpasang ) Vs ada = ( Av. fy. d) s ( pakai Vs perlu ).6. Perencanaan Portal a. Pembebanan : 1) Beban mati BAB 3 Prencanaan Atap

16 A-33 ) Beban hidup : 00 kg/m b. Asumsi Perletakan 1) Jepit pada kaki portal. ) Bebas pada titik yang lain c. Analisa struktur menggunakan program SAP 000. Perhitungan tulangan lentur : M n M u dimana, 0,80 f y m = 0,85xf ' c Rn = = M n bxd 1 1 m 1.m.Rn fy b = 0,85.fc fy 600 fy max = 0,75. b min = 1,4/fy min < < maks tulangan tunggal < min dipakai min Perhitungan tulangan geser : 0,60 V c = 1 6 x Vc=0,6 x Vc f ' cxbxd Φ.Vc Vu 3 Φ Vc ( perlu tulangan geser ) Vu < Vc < 3 Ø Vc BAB 3 Prencanaan Atap

17 A-34 (tidak perlu tulangan geser) Vs perlu = Vu Vc ( pilih tulangan terpasang ) ( Av. fy. d) Vs ada = s ( pakai Vs perlu ).7. Perencanaan Pondasi a. Pembebanan : Beban aksial dan momen dari analisa struktur portal akibat beban mati dan beban hidup. b. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI Perhitungan kapasitas dukung pondasi : yang terjadi = Vtot Mtot A 1.b.L 6 = σ tan ahterjadi < ijin tanah...( dianggap aman ) Sedangkan pada perhitungan tulangan lentur Mu = ½. qu. t f y m = 0,85xf ' c Rn = = M n bxd 1 1 m 1.m.Rn fy 0,85.fc 600 b =.. fy 600 fy max = 0,75. b BAB 3 Prencanaan Atap

18 A-35 min < < maks tulangan tunggal < min dipakai min = 0,0036 As = ada. b. d Luas tampang tulangan As = xbxd Perhitungan tulangan geser : Vu = x A efektif V c = 1 x f ' cxbxd 6 Vc = 0,6 x Vc Φ.Vc Vu 3 Φ Vc ( perlu tulangan geser ) Vu < Vc < 3 Ø Vc (tidak perlu tulangan geser) Vs perlu = Vu Vc ( pilih tulangan terpasang ) Vs ada = 0,60 ( Av. fy. d) s ( pakai Vs perlu ) BAB 3 Prencanaan Atap

19 A-36 BAB 3 PERENCANAAN ATAP 3.1 Rencana Atap ( Sistem Kuda-Kuda) JR SK KD A TS KD B KD B G KD B KD B KD B KD B KD B KD B KD B KD A JR SR Gambar 3.1 Rencana Atap Keterangan : KK A = Kuda-kuda utama A G = Gording KK B = Kuda-kuda utama B N = Nok BAB 3 Prencanaan Atap

20 A-37 SK = Setengah kuda-kuda JR = Jurai SR = Sag Rod TS = Track Stang Gambar 3. Setengah Kuda- kuda BAB 3 Prencanaan Atap

21 A-38 Gambar 3.3 Jurai Gambar 3.4 Kuda-kuda utama BAB 3 Prencanaan Atap

22 A Dasar Perencanaan Secara umum data yang digunakan untuk perhitungan rencana atap adalah sebagai berikut : a. Bentuk rangka kuda-kuda : seperti gambar 3.1 b. Jarak antar kuda-kuda : 4,5 m c. Kemiringan atap () : 30 d. Bahan gording : baja profil kanal ( ) e. Bahan rangka kuda-kuda : baja profil double siku sama kaki ( ) f. Bahan penutup atap : genteng tanah liat g. Alat sambung : baut-mur. h. Jarak antar gording :,30 m i. Bentuk atap : limasan j. Mutu baja profil : Bj-37 Fy = 400 kg/cm Fu = 3700 kg/cm (SNI ) 3. Perencanaan Gording Perencanaan Pembebanan Dicoba menggunakan gording dengan dimensi baja profil tipe kanal ( ) 0 x 80 x 9 x 1,5 pada perencanaan kuda- kuda dengan data sebagai berikut : a. Berat gording = 9,4 kg/m. f. t s = 1,5 mm b. I x = 690 cm 4.w g. t b = 1,5 mm c. I y = 197 cm 4. h. W x = 45 cm 3. d. h = 0 mm i. W y = 33,6 cm 3. e. b = 80 mm BAB 3 Prencanaan Atap

23 A-40 Pembebanan berdasarkan Peraturan Pembebanan (PPIUG 1989), sebagai berikut : a. Berat penutup atap (genting) = 50 kg/m. b. Beban angin (lokasi biasa) = 5 kg/m. c. Berat hidup (pekerja) = 100 kg. d. Berat penggantung dan plafond = 18 kg/m Indonesia Untuk Gedung 3...Perhitungan Pembebanan a. Beban Mati (titik) y x q x q y P Gambar 3.5 Beban mati BAB 3 Prencanaan Atap

24 A-41 Berat gording = 9,4 kg/m Berat penutup atap = (,3 x 50 ) = 115 kg/m Berat plafon = ( x 18 ) 36 kg/m q = 180,4 kg/m + q x = q sin = 180,4 x sin 30 = 90, kg/m. q y = q cos = 180,4 x cos 30 = 156, kg/m. M x1 = 1 / 8. q y. L = 1 / 8 x 156, x ( 4,5 ) = 395,38 kgm. M y1 = 1 / 8. q x. L = 1 / 8 x 90, x ( 4,5 ) = 8,3 kgm. b. Beban hidup y x P x P P y Gambar 3.6 Beban hidup P diambil sebesar 100 kg. P x = P sin = 100 x sin 30 = 50 kg. BAB 3 Prencanaan Atap

25 A-4 P y = P cos = 100 x cos 35 = 86,60 kg. M x = 1 / 4. P y. L = 1 / 4 x 86,60 x 4,5 = 97,43 kgm. M y = 1 / 4. P x. L = 1 / 4 x 50 x 4,5 = 56,5 kgm. c. Beban angin TEKAN HISAP Gambar 3.7 Beban angin Beban angin kondisi normal, minimum = 5 kg/m (PPIUG 1989) Koefisien kemiringan atap () = 30 1) Koefisien angin tekan = (0,0 0,4) = (0,0.30 0,4) = 0, ) Koefisien angin hisap = 0,4 Beban angin : 1) Angin tekan (W 1 ) = koef. Angin tekan x beban angin x 1/ x (s 1 +s ) = 0, x 5 x ½ x (,3+,3) = 11,5 kg/m. ) Angin hisap (W ) = koef. Angin hisap x beban angin x 1/ x (s 1 +s ) = 0,4 x 5 x ½ x (,3+,3) = -3 kg/m. Beban yang bekerja pada sumbu x, maka hanya ada harga M x : 1) M x (tekan) = 1 / 8. W 1. L = 1 / 8 x 11,5 x (4,5) = 9,11 kgm. ) M x (hisap) = 1 / 8. W. L = 1 / 8 x -3 x (4,5) = -58, kgm. Kombinasi = 1,D + 1,6L ± 0,8w 1) M x M x (max) = 1,D + 1,6L + 0,8 BAB 3 Prencanaan Atap

26 A-43 = 1,(395,38) + 1,6(97,43) + 0,8(9,11) = 653,63 kgm M x (min) = 1,D + 1,6L - 0,8W = 1,(395,38) + 1,6(97,43) - 0,8(58,) = 583,768 kgm ) M y M x (max) = M x (min) = 1,(8,3) + 1,6(56,5) = 363,984 kgm Tabel 3.1 Kombinasi Gaya Dalam Pada Gording Beban Beban Beban Angin Kombinasi Momen Mati Hidup Tekan Hisap Maksimum Minimum Mx (kgm) 395,38 97,43 9,11-58, 653,63 583,768 My (kgm) 8,3 56, , , Kontrol Tahanan Momen a. Kontrol terhadap momen maksimum Mux = 653,63 kgm = 653,63x10 4 Nmm Muy = 363,984 kgm = 363,984x10 4 Nmm Mnx = Wx.fy = 45x10 3 (40) = Nmm Mny = Wy.fy = 33,6x10 3 (40) = Nmm Cek tahanan momen lentur BAB 3 Prencanaan Atap

27 A-44 Mux Muy b Mnx b Mny 1, ,63x10 363,984x10 1,0 0,9x ,9x ,6 1,0.. ( aman ) Kontrol Terhadap Lendutan Di coba profil : 0 x 80 x 9 x 1,5 qx = 0,90 kg/cm E = x 10 6 kg/cm qy = 1,56 kg/cm Ix = 690 cm 4 Px = 50 kg Iy = 197 cm 4 Py = 86,60 kg 1 Zijin 450 1,875 cm qx. L Px. L Zx = 384. E. Iy 48. E. Iy 4 5.0,90(450) = = 1,46 cm Zy = = Z = qy. l Py. L 384. E. Ix 48. E. Ix ,56.(450) 86,60.(450) Zx Zy = 0,18 cm = ( 1,46) (0,18) 1,49 cm Z Z ijin 1,49 cm 1,875 cm aman! BAB 3 Prencanaan Atap

28 A-6 Jadi, baja profil kanal ( ) dengan dimensi 0 x 80 x 9 x 1,5 aman dan mampu menerima beban apabila digunakan untuk gording Perencanaan Setengah Kuda-kuda Gambar 3.8 Rangka Batang Setengah Kuda- kuda Perhitungan Panjang Batang Setengah Kuda-kuda Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel 3. Perhitungan Panjang Batang Pada Setengah Kuda-kuda Nomer Batang Panjang Batang 1,3, ,15 BAB 3 Perencanaan Atap

29 A-7 6,3 7,3 3.. Perhitungan luasan Setengah Kuda-kuda m a d g j k h e b l i f c Gambar 3.9 Luasan Atap Setengah Kuda-kuda Panjang atap ac Panjang atap mk = 4 m = 1,15 m Panjang atap mb = ( x,3) = 4,6 m Panjang atap me =,3 + 1,15 Panjang atap df = = 3,45 m me.ac mb = 3,45.4 4,6 = 3 m Panjang atap jl = mk.ac mb = 1,15.4 4,6 = 1 m BAB 3 Perencanaan Atap

30 A-8 df ac a. Luas atap acdf = ( xeb) b. 3 4 = ( ) x1, 15 = 4,05 m df jl ( xke) Luas atap dfjl = c. Luas atap jklm =½.mk.jl 31 = ( ) x, 3 = 4,6 m =½. 1.1,15 =0,575 m BAB 3 Perencanaan Atap j m k l g h i

31 A-9 Gambar 3.10 Luasan Plafon Setengah Kuda-Kuda Panjang plafon ac = 4 m Panjang plafon me = + 1 = 3 m Panjang plafon ke = m Panjang plafon eb = 1 m Panjang plafon mb = 1 m Panjang plafon gi = Panjang plafon jl = mh.df mb = m mk.ac mb = 1 m ac df ( xeb) a. Luas plafon acdf = = = BAB 3 Perencanaan Atap

32 A = ( ) x1 = 3,5 m df jl ( xke) b. Luas plafon afjl = 3 1 = ( ) x = 4 m c. Luas plafon jklm =½. jk. mk =½. 1.1 =0,5 m Perhitungan Pembebanan Setengah Kuda-kuda Data-data pembebanan : Berat penutup atap = 50 kg/m Berat profil rangka kuda-kuda = 5 kg/m Berat profil gording = 9,4kg/m Beban hujan = (40-0,8α ) kg/m = 40 0,8.30 = 16 kg/m BAB 3 Perencanaan Atap

33 A-31 P3 P P1 P4 P5 Gambar 3.11 Pembebanan Setengah Kuda-kuda akibat beban mati a) Perhitungan Beban 1) Beban Mati Beban P 1 Beban gording Beban atap Beban kuda-kuda Beban plat sambung = Berat profil gording x Panjang Gording ac = 9,4 x 4 = 117,6 kg = Luas atap acdf x Berat atap = 4,05 x 50 = 01,5 kg = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (,3 + ) x 5 = 53,75 kg = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 53,75 BAB 3 Perencanaan Atap

34 A-3 Beban bracing = 16,15 kg = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 53,75 = 5,375 kg Beban plafon = Luas plafon acdf x berat plafon = 3,5x 18 = 63 kg Beban P Beban gording Beban atap Beban kuda-kuda Beban plat sambung Beban bracing = Berat profil gording x Panjang Gording gi = 9,4 x = 58,8 kg = Luas atap atap dfjl x berat atap = 4,6 x 50 = 30 kg = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (,3 +,3 + 1,15 +,3) x 5 = 100,65 kg = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 100,65 = 30,1875 kg = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 100,65 = 10,063 kg Beban P 3 Beban atap = Luas atap jklm x berat atap = 0,575 x 50 = 8,75 kg BAB 3 Perencanaan Atap

35 A-33 Beban kuda-kuda Beban bracing = ½ x Btg( +6 +7) x berat profil kuda kuda = ½ x (,3 +,3 +,3 ) x 5 = 86,5 kg = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 86,5 = 8,65 kg Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 86,5 = 5,875 kg Beban P 4 Beban kuda-kuda Beban bracing Beban plafon Beban plat sambung = ½ x Btg( ) x berat profil kuda kuda = ½ x ( + +1,15) x 5 = 64,375 kg = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 64,375 = 6,438 kg = Luas plafon dfjl x berat plafon = 4 x 18 = 7 kg = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 64,375 = 19,31 kg Beban P 5 Beban kuda-kuda Beban bracing BAB 3 Perencanaan Atap = ½ x Btg(4 + 7) x berat profil kuda kuda = ½ x ( +,3) x 5 = 53,75 kg = 10 x beban kuda-kuda

36 A-34 Beban plafon Beban plat sambung = 0,1 x 53,75 = 5,375 kg = Luas plafon jklm x berat plafon = 0,5 x 18 = 9 kg = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 53,75 = 16,15 kg Beban Tabel 3.3 Rekapitulasi Beban Mati Beban Atap (kg) Beban gording (kg) Beban Kuda - kuda (kg) Beban Bracing (kg) Beban Plat Penyambug (kg) Beban Plafon (kg) Jumlah Beban (kg) Input SAP 000 ( kg ) P 1 01,5 117,6 53,75 5,375 16, ,1 458 P 30 58,8 111,5 11,15 33, , P 3 8, ,5 8,65 5, ,5 150 P ,5, P ,75 5,375 16, ,5 85 ) Beban Hidup Beban hidup yang bekerja pada P 1, P, P 3 = 100 kg 3) Beban Hujan Beban P1 = beban hujan x luas atap giac = 16 x 4,05 = 64,4 kg Beban P = beban hujan x luas atap mogi = 16 x 4,6 = 73,6 kg Beban P3 = beban hujan x luas atap sumo = 16 0,575 = 9, kg BAB 3 Perencanaan Atap

37 A-35 Tabel3.4 Rekapitulasi Beban Hujan Beban Beban Hujan (kg) Input SAP (kg) P 1 64,4 65 P 73,6 74 P 3 9, 10 4) Beban Angin Perhitungan beban angin : W3 W W1 Gambar 3.1 Pembebanan setengah kuda-kuda utama akibat beban angin Beban angin kondisi normal, minimum = 5 kg/m (PPIUG 1983) Koefisien angin tekan = 0,0 0,40 = (0,0 x 30) 0,40 W 1 = 0, = luas atap acdf x koef. angin tekan x beban angin = 4,05 x 0, x 5 = 0,15 kg BAB 3 Perencanaan Atap

38 A-36 W = luas atap dfjl x koef. angin tekan x beban angin = 4,6 x 0, x 5 = 3 kg W 3 = luas atap jklm x koef. angin tekan x beban angin = 0,575 x 0, x 5 =,875 kg Tabel 3.5 Perhitungan Beban Angin Beban Beban Wx (Untuk Input Wy (Untuk Input Angin (kg) W.Cos (kg) SAP000) W.Sin (kg) SAP000) W 1 0,15 17, ,06 11 W 3 19, ,5 1 W 3,875,48 3 1,437 Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang kuda-kuda utama sebagai berikut : Tabel 3.6 Rekapitulasi Gaya Batang Setengah Kuda-kuda kombinasi Batang Tarik (+) ( kg ) Tekan (-) ( kg ) 1-85,56 650,1-3 46,8-4 38,9-5 38, , BAB 3 Perencanaan Atap

39 A Perencanaan Profil Kuda- kuda a. Perhitungan profil batang tarik P maks. L = 650,1 kg =,3 m f y = 400 kg/cm f u = 3700 kg/cm Kondisi leleh P maks. =.f y.ag Ag P maks..f y 650,1 0, ,3 cm Kondisi fraktur P maks. =.f u.ae P maks. =.f u.an.u An i min Pmaks..f. U L 40 BAB 3 Perencanaan Atap u 650,1 0, , ,9583 cm 40 0,31 cm Dicoba, menggunakan baja profil Dari tabel didapat Ag = 4,3 cm i = 1,35 cm Berdasarkan Ag kondisi leleh Ag = 0,3/ = 0,15 cm Berdasarkan Ag kondisi fraktur Diameter baut = 1/.,54 = 1,7 mm Diameter lubang = 1,7 + = 14,7 mm = 1,47 cm Ag = An + n.d.t

40 A-38 = (0,31/) + 1.1,47.0,5 = 0,891 cm Ag yang menentukan = 0,891 cm Digunakan maka, luas profil 4,3 > 0,891 ( aman ) inersia 1,35 > 0,9583 ( aman ) b. Perhitungan profil batang tekan P maks. L = 93,5 kg =,3 m f y = 400 kg/cm f u = 3700 kg/cm Dicoba, menggunakan baja profil Dari tabel didapat nilai nilai : Ag =.4,3 = 8,6 cm r = 1,35 cm = 13,5 mm b = 45 mm t = 5 mm Periksa kelangsingan penampang : b 00 = t kl r f y f y λc E = 9 1, (300) 13,5 40 3,14 xx10 5 = 1,88 Karena c >1, maka : = 1,5 c BAB 3 Perencanaan Atap

41 A-39 = 1,5.1,88 = 4,4 f y P n = Ag.f cr = Ag = = 46696,83 N = 4669,68 kg 4,4 P u P n 93,5 0,3 0,85x4669,68 < 1... ( aman ) Perhitungan Alat Sambung a. Batang Tekan Digunakan alat sambung baut-mur ( A 490,F b u = 85 Mpa = 850 kg/cm ) Diameter baut () = 1,7 mm = 1,7 cm Diamater lubang = 1,47 cm Tebal pelat sambung () = 0,65. d = 0,65. 1,7 = 0,794 cm Menggunakan tebal plat 0,50 cm (BJ 37,f u = 3700 kg/cm ) Tegangan tumpu penyambung Rn = (,4xf u xdt) = 0,75(,4x3700x1,7x0,5) = 49,1 kg/baut Tegangan geser penyambung Rn = nx0, 5xf xa u b b = x0,5x850x(0,5x3,14x(1,7) ) = 10445,544 kg/baut Tegangan tarik penyambung Rn = 0,75xf u xab b = 0,75x850x (0,5x3,14x(1,7) ) = 7834,158 kg/baut BAB 3 Perencanaan Atap

42 A-40 P yang menentukan adalah P tumpu = 49,1 kg Perhitungan jumlah baut-mur : P n P maks. tumpu 93,5 0, 49,1 ~ buah baut Digunakan : buah baut Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) : 1) 3d S 1 15 t p,atau 00 mm Diambil, S 1 = 3 d = 3. 1,7 = 3,81 cm = 4 cm ) 1,5 d S (4t p + 100mm),atau 00 mm Diambil, S = 1,5 d = 1,5. 1,7 = 1,905 cm = cm b. Batang tarik Digunakan alat sambung baut-mur ( A 490,F b u = 85 Mpa = 850 kg/cm ) Diameter baut () = 1,7 mm = 1,7 cm Diamater lubang = 1,47 cm Tebal pelat sambung () = 0,65. d = 0,65. 1,7 = 0,794 cm Menggunakan tebal plat 0,50 cm (BJ 37,f u = 3700 kg/cm ) Tegangan tumpu penyambung Rn = (,4xf u xdt) = 0,75(,4x3700x1,7x0,5) = 49,1 kg/baut BAB 3 Perencanaan Atap

43 A-41 Tegangan geser penyambung Rn = nx0, 5xf xa u b b = x0,5x850x(0,5x3,14x(1,7) ) = 10445,544 kg/baut Tegangan tarik penyambung Rn = 0,75xf u xab b = 0,75x850x (0,5x3,14x(1,7) ) = 7834,158 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 49,1 kg Perhitungan jumlah baut-mur : P n P maks. tumpu 650,1 49,1 0,15 ~ buah baut Digunakan : buah baut Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) : 1) 3d S 1 15 t p,atau 00 mm Diambil, S 1 = 3 d = 3. 1,7 = 3,81 cm = 4 cm ) 1,5 d S (4t p + 100mm),atau 00 mm Diambil, S = 1,5 d = 1,5. 1,7 = 1,905 cm = cm BAB 3 Perencanaan Atap

44 A-4 Tabel 3.7. Rekapitulasi Perencanaan Profil Setengah Kuda-kuda Nomor Batang Dimensi Profil Baut (mm) , , , , , , , Perencanaan Jurai Gambar 3.13 Rangka Batang Jurai BAB 3 Perencanaan Atap

45 A Perhitungan Panjang Batang Jurai Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel 3.8. Perhitungan Panjang Batang Pada Jurai Nomor Batang Panjang Batang (m) 1 3,05 3,05 3,83 4,83 5 1,15 6 3,05 7, Perhitungan luasan jurai a d e j g k l h i f m l' i' f' b c c' Gambar 3.14 Luasan Atap Jurai Panjang atap ml = 0.5 x,3 BAB 3 Perencanaan Atap

46 A-44 Panjang atap ml Panjang atap i l Panjang atap bc Panjang atap mf Panjang atap ef = Panjang atap hi = 1,15 m = l i = i f = f c =i f + f c = 1,15 + 1,15 =,3 m = m = (3 x1,15) = 3,45 m bc. mf ' mc' = 3 m = 1 m =.3,45 4,6 a. ef bc Luas atap abcdef = ( x ( x f c ) 1,5 = ( x ( x1,15) = 4,05 m b. Luas atap defjkl ef kl = ( x ( x l f ) 1,5 0,5 = ( x ( x,3) = 4,6 m c. Luas atap jklm = x ( ½ x kl x ml ) = x ( ½ x 0,5 x 1,15) = 0,575 m Panjang Gording abc = ab + bc = + BAB 3 Perencanaan Atap

47 A-45 = 4 m Panjang Gording ghi = gh+ hi = = m Panjang Gording jkl = jk+ kl = 0,5 + 0,5 = 1 m a d e j g k l h i f m l' i' f' b c c' Gambar 3.15 Luasan Plafon Jurai Panjang plafon ml = 0.5 x = 1,15 m Panjang plafon ml = l i = i f = f c Panjang plafon bc = m Panjang plafon ef = 1,5 m Panjang plafon kl = 0,5 m BAB 3 Perencanaan Atap

48 A-46 a. Luas plafon abcdef ef bc = ( x ( xf c ) 1,5 = ( x ( x 1) =,5 m b. Luas plafon defjkl ef kl = ( x ( x l f ) 1,5 0,5 = ( x ( x,3) = 4 m c. Luas plafon jklm = x ( ½ x kl x ml ) = x ( ½ x 0,5 x 1) = 0,5 m Perhitungan Pembebanan Jurai Data-data pembebanan : Berat penutup atap = 50 kg/m Berat profil kuda-kuda = 5 kg/m Berat gording = 9,4 kg/m Beban hujan = (40-0,8α ) kg/m = 40 0,8.30 = 16 kg/m BAB 3 Perencanaan Atap

49 A-47 P3 P P1 P4 P5 Gambar 3.16 Pembebanan Jurai Akibat Beban Mati a. Perhitungan Beban 1) Beban Mati Beban P 1 Beban gording Beban atap Beban plafon Beban kuda-kuda = Berat profil gording x Panjang Gording abc = 9,4 x 4 = 117,6 kg = Luas atap abcdef x Berat atap = 4,05x 50 = 01,5 kg = Luas plafon abcdef x berat plafon =,5 x 18 = 45 kg = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (3,05 +,83) x 5 = 73,5 kg BAB 3 Perencanaan Atap

50 A-48 Beban plat sambung Beban bracing = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 73,5 =,05 kg = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 73,5 = 7,35 kg Beban P Beban gording Beban atap Beban kuda-kuda Beban plat sambung Beban bracing = Berat profil gording x Panjang Gording ghi = 9,4 x = 58,8 kg = Luas atap defjkl x berat atap = 4,6 x 50 = 30 kg = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (3,05 + 3,05 + 1,15 + 3,05) x 5 = 18,75 kg = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 18,75 = 38,65 kg = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 18,75 = 1,875 kg Beban P 3 Beban atap Beban kuda-kuda BAB 3 Perencanaan Atap = Luas atap jklm x berat atap = 0,575 x 50 = 8,75 kg = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (3,05 + 3,05 +,3) x 5

51 A-49 Beban bracing Beban plat sambung = 105 kg = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 105 = 10,5 kg = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 105 = 31,5 kg Beban P 4 Beban kuda-kuda Beban bracing Beban plafon Beban plat sambung Beban P 5 Beban kuda-kuda Beban bracing Beban plafon BAB 3 Perencanaan Atap = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (,83 +,83 + 1,15) x 5 = 85,15 kg = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 85,15 = 8,513 kg = Luas plafon defjkl x berat plafon = 4 x 18 = 7 kg = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 85,15 = 5,538 kg = ½ x Btg (4 + 7) x berat profil kuda kuda = ½ x (,83 +,3) x 5 = 64,15 kg = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 64,15 = 6,413 kg = Luas plafon jklmx berat plafon = 0,5 x 18

52 A-50 Beban plat sambung = 9 kg = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 64,15 = 19,38 kg Tabel 3.9. Rekapitulasi Pembebanan Jurai Beban Beban Atap (kg) Beban gording (kg) Beban Kuda - kuda (kg) Beban Bracing (kg) Beban Plat Penyambug (kg) Beban Plafon (kg) Jumlah Beban (kg) Input SAP P 1 01,5 117,6 73,5 7,35, , P 30 58,8 18,75 1,875 38,65-469, P 3 8, ,5 31,5-175, P ,15 8,513 5, , P ,15 6,413 19, , (kg) ) Beban Hidup Beban hidup yang bekerja pada P 1, P, P 3 = 100 kg 3) Beban Hujan Beban P1 = beban hujan x luas atap abcdef = 16 x 4,05 = 64,4 kg Beban P = beban hujan x luas atap defjkl = 16 x 4,6 = 73,6 kg Beban P3 = beban hujan x luas atap jklm = 16 x 0,575 = 9, kg Tabel3.10. Rekapitulasi Beban Hujan Beban Beban Hujan (kg) Input SAP (kg) BAB 3 Perencanaan Atap

53 A-51 P 1 64,4 65 P 73,6 74 P 3 9, 10 4) Beban Angin Perhitungan beban angin : W3 W W1 Gambar 3.17 Pembebanan Jurai Akibat Beban Angin Beban angin kondisi normal, minimum = 5 kg/m. Koefisien angin tekan = 0,0 0,40 = (0,0 x 30) 0,40 W 1 W W 3 = 0, = luas atap abcdef x koef. angin tekan x beban angin = 4,05 x 0, x 5 = 0,15 kg = luas atap defjkl x koef. angin tekan x beban angin = 4,6 x 0, x 5 = 3 kg = luas atap jklm x koef. angin tekan x beban angin = 0,575 x 0, x 5 =,875 kg BAB 3 Perencanaan Atap

54 A-5 Tabel Perhitungan beban angin Beban Angin Beban (kg) Wx W.Cos (kg) (Untuk Input SAP000) Wy W.Sin (kg) (Untuk Input SAP000) W 1 0,15 17, ,06 11 W 3 19,9 0 11,5 1 W 3,875,49 3 1,45 Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang jurai sebagai berikut : Tabel 3.1. Rekapitulasi Gaya Batang Jurai kombinasi Batang Tarik (+) ( kg ) Tekan (-) ( kg ) 1-366,15 935, , , , Perencanaan Profil jurai a. Perhitungan profil batang tarik P maks. L = 935,16 kg = 3,05 m f y = 400 kg/cm f u = 3700 kg/cm Kondisi leleh BAB 3 Perencanaan Atap

55 A-53 P maks. =.f y.ag Ag P maks..f y 935,16 0, ,43 cm Kondisi fraktur P maks. =.f u.ae P maks. =.f u.an.u An i min Pmaks..f. U L 40 u 935,16 0, , ,7 cm 40 0,693 cm Dicoba, menggunakan baja profil Dari tabel didapat Ag = 4,3 cm i = 1,35 cm Berdasarkan Ag kondisi leleh Ag = 0,43/ = 0,15 cm Berdasarkan Ag kondisi fraktur Diameter baut = 1/.,54 = 1,7 mm Diameter lubang = 1,7 + = 14,7 mm = 1,47 cm Ag = An + n.d.t = (0,693/) + 1.1,47.0,5 = 1,08 cm Ag yang menentukan = 1,08 cm Digunakan maka, luas profil 4,3 > 1,08( aman ) b. Perhitungan profil batang tekan P maks. L = 184,5 kg = 3,05 m f y = 400 kg/cm inersia 1,35 > 1,7 ( aman ) BAB 3 Perencanaan Atap

56 A-54 f u = 3700 kg/cm Dicoba, menggunakan baja profil Dari tabel didapat nilai nilai : Ag =.4,3 = 8,6 cm r = 1,35 cm = 13,5 mm b = 45 mm t = 5 mm Periksa kelangsingan penampang : b 00 = t kl r f y f y λc E = 9 1, (3050) 13,5 40 3,14 xx10 5 =,49 Karena c >1, maka : = 1,5 c = 1,5.,49 = 7,75 f y P n = Ag.f cr = Ag = = 663,6 N = 663, kg 7,75 P u P n 184,5 0,57 0,85x663, < 1... ( aman ) Perhitungan Alat Sambung a. Batang Tekan BAB 3 Perencanaan Atap

57 A-55 Digunakan alat sambung baut-mur ( A 490,F b u = 85 Mpa = 850 kg/cm ) Diameter baut () = 1,7 mm = 1,7 cm Diamater lubang = 1,47 cm Tebal pelat sambung () = 0,65. d = 0,65. 1,7 = 0,794 cm Menggunakan tebal plat 0,50 cm (BJ 37,f u = 3700 kg/cm ) Tegangan tumpu penyambung Rn = (,4xf u xdt) = 0,75(,4x3700x1,7x0,5) = 49,1 kg/baut Tegangan geser penyambung Rn = nx0, 5xf xa u b b = x0,5x850x(0,5x3,14x(1,7) ) = 10445,544 kg/baut Tegangan tarik penyambung Rn = 0,75xf u xab b = 0,75x850x (0,5x3,14x(1,7) ) = 7834,158 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 49,1 kg Perhitungan jumlah baut-mur : P n P maks. tumpu 184,5 0,30 49,1 ~ buah baut Digunakan : buah baut Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) : BAB 3 Perencanaan Atap

58 A-56 1) 3d S 1 15 t p,atau 00 mm Diambil, S 1 = 3 d = 3. 1,7 = 3,81 cm = 4 cm ) 1,5 d S (4t p + 100mm),atau 00 mm Diambil, S = 1,5 d = 1,5. 1,7 = 1,905 cm = cm b. Batang tarik Digunakan alat sambung baut-mur ( A 490,F b u = 85 Mpa = 850 kg/cm ) Diameter baut () = 1,7 mm = 1,7 cm Diamater lubang = 1,47 cm Tebal pelat sambung () = 0,65. d = 0,65. 1,7 = 0,794 cm Menggunakan tebal plat 0,50 cm (BJ 37,f u = 3700 kg/cm ) Tegangan tumpu penyambung Rn = (,4xf u xdt) = 0,75(,4x3700x1,7x0,5) = 49,1 kg/baut Tegangan geser penyambung Rn = nx0, 5xf xa u b b = x0,5x850x(0,5x3,14x(1,7) ) = 10445,544 kg/baut Tegangan tarik penyambung Rn = 0,75xf u xab b = 0,75x850x (0,5x3,14x(1,7) ) BAB 3 Perencanaan Atap

59 A-57 = 7834,158 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 49,1 kg Perhitungan jumlah baut-mur : P n P maks. tumpu 935,16 49,1 0, ~ buah baut Digunakan : buah baut Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) : 1) 3d S 1 15 t p,atau 00 mm Diambil, S 1 = 3 d = 3. 1,7 = 3,81 cm = 4 cm ) 1,5 d S (4t p + 100mm),atau 00 mm Diambil, S = 1,5 d = 1,5. 1,7 = 1,905 cm = cm Tabel Rekapitulasi Perencanaan Profil Jurai Nomor Batang Dimensi Profil Baut (mm) , , , , , , ,7 BAB 3 Perencanaan Atap

60 A Perencanaan Kuda-kuda Utama (KK) Perhitungan Panjang Batang Kuda-kuda A Gambar 3.18 Panjang Batang Kuda-Kuda Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel Perhitungan Panjang Batang Pada Kuda-kuda Utama (KK) No batang Panjang batang (m) ,3 6,3 7,3 8,3 9 1,15 10,3 11,3 1,3 13 1, Perhitungan Luasan Setengah Kuda-Kuda Utama A BAB 3 Perencanaan Atap

61 A-59 G Gambar 3.19 Luasan Atap Kuda-kuda A Panjang atap fj = x,3 Panjang atap ej Panjang atap ab Panjang atap im = = 4,6 m BAB 3 Perencanaan Atap = jn = m = bc = cd = de = 1,15 m = Panjang atap hl = fi. jn fj 3,45. 4,6 = 1,5 m = Panjang atap gk = fh. jn fj,3. 4,6 = 1 m = fg. jn fj 1,15. 4,6 = 0,5 m

62 A-60 a. Luas atap demn im jn = ( de x ej ) + ( x de ) 1,5 = (1,15 x ) + ( x1,15 ) = 4,31 m b. Luas atap bdkm gk im = (bd x di ) + ( x gi ) 0,5 1,5 = (,3 x ) + ( x,3) = 6,9 m c. Luas atap afbk = ( ab x bg ) + (0,5 x fg x gk ) = ( 1,15 x ) + (0,5 x 1,15 x 0,5) =,5875 m Panjang Gording en = ej + jn = + = 4 m Panjang Gording cl = ch + hl = + 1 = 3 Panjang Gording af = BAB 3 Perencanaan Atap

63 A-61 a b c d e f g h i j k l m n Gambar 3.0 Luasan Plafon Kuda-Kuda A Panjang plafon fj = x Panjang plafon ej Panjang plafon ab Panjang plafon im = = 4 m BAB 3 Perencanaan Atap = jn = m = bc = cd = de = m = Panjang plafon hl = fi. jn fj 3. 4 = 1,5 m = Panjang plafon gk = fh. jn fj. 4 = 1 m fg. jn fj

64 A-6 = 1. 4 = 0,5 m a. Luas plafon demn im jn = ( de x ej ) + ( x de ) 1,5 = ( 1 x ) + ( x 1 ) = 3,75 m b. Luas plafon bdkm gk im = ( bd x di ) + ( x gi ) 0,5 1,5 = ( x ) + ( x ) = 6 m c. Luas plafon afbk = ( ab x bg ) + (0,5 x fg x gk ) = ( 1 x ) + (0,5 x 1 x 0,5) =,5 m BAB 3 Perencanaan Atap

65 A Perhitungan Pembebanan Kuda-kuda Utama A Data-data pembebanan : Berat gording = 9,4 kg/m Jarak antar kuda-kuda utama = 4,5 m Berat penutup atap = 50 kg/m Berat profil = 5 kg/m P3 P P4 P1 P5 P6 P7 P8 Gambar 3.1 Pembebanan Kuda- Kuda Utama A Akibat Beban Mati a. Perhitungan Beban 1) Beban Mati Beban P 1 = P 5 Beban gording = Berat profil gording x panjang gording en = 9,4 x 4 BAB 3 Perencanaan Atap

66 A-63 Beban atap Beban kuda-kuda Beban plat sambung Beban bracing Beban plafon = 117,6 kg = Luas atap demn x Berat atap = 4,31 x 50 = 15,5 kg = ½ x Btg (1 + 5) x berat profil kuda kuda = ½ x ( +,3) x 5 = 53,75 kg = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 53,75 = 16,15 kg = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 53,75 = 5,375 kg = Luas plafon demn x berat plafon = 3,75 x 18 = 67,5 kg Beban P =P 4 Beban gording Beban atap Beban kuda-kuda Beban plat sambung Beban bracing = Berat profil gording x panjang gording cl = 9,4 x 3 = 88, kg = Luas atap bdkm x berat atap = 6,9 x 50 = 345 kg = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (,3 +,3 + 1,15 +,3) x 5 = 100,65 kg = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 100,65 = 30,1875 kg = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 100,65 BAB 3 Perencanaan Atap

67 A-64 = 10,063 kg Beban P 3 Beban gording Beban atap Beban kuda-kuda Beban plat sambung Beban bracing Beban reaksi Beban P 6 = P 8 Beban kuda-kuda Beban plafon Beban plat sambung = Berat profil gording x panjang gording af = 9,4 x = 58,8 kg = ( x Luas atap afbk ) x berat atap = ( x,5875 ) x 50 = 58,75 kg = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (,3 +,3 +,3) x 5 = 86,5 kg = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 86,5 = 5,875 kg = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 86,5 = 8,65 kg = ( x reaksi jurai) + reaksi setengah kuda-kuda = ( x 733,3) + 673,01 = 139,47 kg = ½ x Btg (1+5) x berat profil kuda kuda = ½ x (+,3) x 5 = 53,75kg = Luas plafon demn x berat plafon = 3,75x 18 = 67,5 kg = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 71,875 = 1,565 kg BAB 3 Perencanaan Atap

68 A-65 Beban bracing Beban P 7 Beban kuda-kuda Beban plafon Beban plat sambung Beban bracing Beban reaksi = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 71,875 = 7,1875 kg = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (++,3+,3+,3) x 5 = 136,5 kg = ( x luas plafon afbk) x berat plafon = ( x,5 ) x 18 = 81 kg = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 136,5 = 40,875 kg = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 136,5 = 13,65 kg = ( x reaksi jurai) + reaksi setengah kuda-kuda = ( x 87,05) + 570,56 = 314,66 kg Beban Tabel Rekapitulasi Beban Mati Beban Atap (kg) Beban gording (kg) Beban Kuda - kuda (kg) Beban Bracing (kg) Beban Plat sambung (kg) Beban Plafon (kg) Beban reaksi (kg) Jumlah Beban P 1 =P 5 15,5 117,6 53,75 5,375 16,15 67,5 475, P =P , 100,65 10,063 30, , (kg) Input SAP P 3 58,75 58,8 86,5 8,65 5, ,47 577, P 6 =P ,75 7,1875 1,565 67, P ,5 13,65 40, ,66 586, (kg) BAB 3 Perencanaan Atap

69 A-66 ) Beban Hidup Beban hidup yang bekerja pada P 1, P, P 3, P 4, P 5 = 100 kg 3) Beban Hujan Beban P1 = P5 = beban hujan x luas atap demn = 16 x 4,31 = 68,96 kg Beban P = P4 = beban hujan x luas atap bdkm = 16 x 6,9 = 110,4 kg Beban P3 = beban hujan x (luas atap afbk x ) = 16 x (,5875 x ) = 8,8 kg Tabel Rekapitulasi Beban Hujan Beban Beban Hujan (kg) Input SAP (kg) P 1 68,96 69 P 110,4 111 P 3 8,8 83 4) Beban Angin Perhitungan beban angin : W3 W4 W W5 W1 BAB 3 Perencanaan Atap

70 A-67 Gambar 3. Pembebanan Kuda-Kuda Utama Akibat Beban Angin Beban angin kondisi normal, minimum = 5 kg/m. 1) Koefisien angin tekan = 0,0 0,40 = (0,0 x 30) 0,40 W 1 W W 3 = 0, = luas atap demn x koef. angin tekan x beban angin = 4,31x 0, x 5 = 1,55 kg = luas atap bdkm x koef. angin tekan x beban angin = 6,9 x 0, x 5 = 34,5 kg = luas atap afbk x koef. angin tekan x beban angin =,5875 x 0, x 5 = 1,9375 kg Koefisien angin hisap = - 0,40 W 4 = luas atap afbk x koef. angin tekan x beban angin =,5875 x -0,4 x 5 = -5,875 kg BAB 3 Perencanaan Atap

71 A-68 W 5 W 6 = luas atap bdkm x koef. angin tekan x beban angin = 6,9 x -0,4 x 5 = -69 kg = luas atap demn x koef. angin tekan x beban angin = 4,31 x -0,4 x 5 = -43,1kg Tabel Perhitungan Beban Angin Beban Wx (Untuk Input Wy (Untuk Input Beban (kg) Angin W.Cos (kg) SAP000) W.Sin (kg) SAP000) W 1 1,55 18, ,78 11 W 34,5 9, ,5 18 W 3 1, ,04 1 6,468 7 W 4-5,875 -, , W , ,5 35 W 6-43,1-37, ,55 Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang kuda-kuda utama sebagai berikut : Tabel Rekapitulasi Gaya Batang Kuda-kuda Utama Batang kombinasi Tarik (+) Tekan (-) BAB 3 Perencanaan Atap

72 A-69 ( kg ) ( kg ) , , , , , , , , , , , , , Perencanaan Profil Kuda- kuda Utama A a. Perhitungan profil batang tarik P maks. L = 4494,57 kg =.3 m f y = 400 kg/cm f u = 3700 kg/cm Kondisi leleh P maks. =.f y.ag Ag P maks..f y 4494,57 0,9.400,08 cm Kondisi fraktur BAB 3 Perencanaan Atap

73 A-70 P maks. P maks. =.f u.ae =.f u.an.u An i min Pmaks..f. U L 40 u 4494,57 0, , ,9583 cm 40 3,33 cm Dicoba, menggunakan baja profil Dari tabel didapat Ag = 4,3 cm i = 1,35 cm Berdasarkan Ag kondisi leleh Ag =,08/ = 1,04 cm Berdasarkan Ag kondisi fraktur Diameter baut = 1/.,54 = 1,7 mm Diameter lubang = 1,7 + = 14,7 mm = 1,47 cm Ag = An + n.d.t = (3,33/) + 1.1,47.0,5 =,4 cm Ag yang menentukan =,4 cm Digunakan maka, luas profil 4,3 >,4( aman ) b. Perhitungan profil batang tekan P maks. L = 645, kg = 1,15 m f y = 400 kg/cm f u = 3700 kg/cm inersia 1,35 > 0,9583 ( aman ) Dicoba, menggunakan baja profil Dari tabel didapat nilai nilai : Ag =.4,3 = 8,6 cm BAB 3 Perencanaan Atap

74 A-71 r b t = 1,35 cm = 13,5 mm = 45 mm = 5 mm Periksa kelangsingan penampang : b 00 = t kl r f y f y λc E = 9 1, (1150) 13,5 40 3,14 xx10 5 = 0,94 Karena 0,5 < c <1, maka : 1,43 1,6-0,67 c 1,43 1,6-0,67.0,94 = 1,47 f y P n = Ag.f cr = Ag = = ,16 N = 14040,8 kg 1,47 P u P n 645, 0,5 0,85x14040,8 < 1... ( aman ) Perhitungan Alat Sambung a. Batang Tekan Digunakan alat sambung baut-mur ( A 490,F b u = 85 Mpa = 850 kg/cm ) Diameter baut () = 1,7 mm = 1,7 cm Diamater lubang = 1,47 cm Tebal pelat sambung () = 0,65. d BAB 3 Perencanaan Atap

75 A-7 = 0,65. 1,7 = 0,794 cm Menggunakan tebal plat 0,50 cm (BJ 37,f u = 3700 kg/cm ) Tegangan tumpu penyambung Rn = (,4xf u xdt) = 0,75(,4x3700x1,7x0,5) = 49,1 kg/baut Tegangan geser penyambung Rn = nx0, 5xf u xab b = x0,5x850x(0,5x3,14x(1,7) ) = 10445,544 kg/baut Tegangan tarik penyambung Rn = 0,75xf u xab b = 0,75x850x (0,5x3,14x(1,7) ) = 7834,158 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 49,1 kg Perhitungan jumlah baut-mur : P n P maks. tumpu 645, 1,48 49,1 ~ buah baut Digunakan : buah baut Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) : 1) 3d S 1 15 t p,atau 00 mm Diambil, S 1 = 3 d = 3. 1,7 = 3,81 cm = 4 cm BAB 3 Perencanaan Atap

76 A-73 ) 1,5 d S (4t p + 100mm),atau 00 mm Diambil, S = 1,5 d = 1,5. 1,7 = 1,905 cm = cm b. Batang tarik Digunakan alat sambung baut-mur ( A 490,F b u = 85 Mpa = 850 kg/cm ) Diameter baut () = 1,7 mm = 1,7 cm Diamater lubang = 1,47 cm Tebal pelat sambung () = 0,65. d = 0,65. 1,7 = 0,794 cm Menggunakan tebal plat 0,50 cm (BJ 37,f u = 3700 kg/cm ) Tegangan tumpu penyambung Rn = (,4xf u xdt) = 0,75(,4x3700x1,7x0,5) = 49,1 kg/baut Tegangan geser penyambung Rn = nx0, 5xf xa u b b = x0,5x850x(0,5x3,14x(1,7) ) = 10445,544 kg/baut Tegangan tarik penyambung Rn = 0,75xf u xab b = 0,75x850x (0,5x3,14x(1,7) ) = 7834,158 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 49,1 kg Perhitungan jumlah baut-mur : BAB 3 Perencanaan Atap

77 A-74 P n P maks. tumpu 4494,57 49,1 1,06 ~ buah baut Digunakan : buah baut Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) : 1) 3d S 1 15 t p,atau 00 mm Diambil, S 1 = 3 d = 3. 1,7 = 3,81 cm = 4 cm ) 1,5 d S (4t p + 100mm),atau 00 mm Diambil, S = 1,5 d = 1,5. 1,7 = 1,905 cm = cm Tabel Rekapitulasi Perencanaan Profil Kuda-kuda Nomor Batang Dimensi Profil Baut (mm) , , , , , , , , , , ,7 BAB 3 Perencanaan Atap

78 A , , Perencanaan Kuda-kuda Utama (KK B) Perhitungan Panjang Batang Kuda-kuda B BAB 3 Perencanaan Atap Gambar 3.3 Panjang Batang Kuda-Kuda

79 A-76 Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel 3.0. Perhitungan Panjang Batang Pada Kuda-kuda Utama (KK) No batang Panjang batang (m) ,3 6,3 7,3 8,3 9 1,15 10,3 11,3 1,3 13 1, Perhitungan Luasan Setengah Kuda-Kuda Utama B a b c d e f g h i j k l m n o BAB 3 Perencanaan Atap

80 A-77 Gambar 3.4 Luasan Atap Kuda-kuda B Panjang atap ak = bl = dn = 4 Panjang atap ab = de = ( 0,5 x,3 ) = 1,15 Panjang atap bd =,3 m a. Luas atap afkbgl = ab x ak = 1,15 x 4 = 4,6 m b. Luas atap bgldin = bl x bd =4 x,3 =9, m c. Luas atap dinejo = dn x de = 4 x 1,15 = 4,6 m Panjang Gording ak = 4 m Panjang Gording cm = 4 m BAB 3 Perencanaan Atap

81 A-78 Panjang Gording eo = 4 m a b c d e f g h i j k l m n o Gambar 3.5 Luasan Plafon Kuda-Kuda B Panjang plafon ak = bl = dn = 4 Panjang plafon ab = de = ( 0,5 x ) = 1 Panjang plafon bd = m a. Luas plafon afkbgl = ab x ak = 1 x 4 = 4 m b. Luas plafon bgldin = bl x bd = 4 x = 8 m c. Luas plafon dinejo = dnx de BAB 3 Perencanaan Atap

82 A-79 = 4 x 1 = 4 m Perhitungan Pembebanan Kuda-kuda Utama B Data-data pembebanan : Berat gording = 9,4 kg/m Jarak antar kuda-kuda utama = 4,5 m Berat penutup atap = 50 kg/m Berat profil = 5 kg/m BAB 3 Perencanaan Atap

83 P3 P P4 P1 P5 P6 P7 P8 Gambar 3.6 Pembebanan Kuda- Kuda Utama B Akibat Beban Mati a. Perhitungan Beban 1) Beban Mati Beban P 1 = P 5 Beban gording Beban atap Beban kuda-kuda Beban plat sambung Beban bracing = Berat profil gording x panjang gording eo = 9,4 x 4 = 117,6 kg = Luas atap dinejo x Berat atap = 4,6 x 50 = 30 kg = ½ x Btg (1 + 5) x berat profil kuda kuda = ½ x ( +,3) x 5 = 53,75 kg = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 53,75 = 16,15 kg = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 53,75 1

84 Beban plafon = 5,375 kg = Luas plafon dinejo x berat plafon = 4 x 18 = 7 kg Beban P =P 4 Beban gording Beban atap Beban kuda-kuda Beban plat sambung Beban bracing Beban plafon = Berat profil gording x panjang gording cn = 9,4 x 4 = 117,6 kg = Luas atap bgldin x berat atap = 9, x 50 = 460 kg = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (,3 +,3 + 1,15 +,3) x 5 = 100,65 kg = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 100,65 = 30,1875 kg = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 100,65 = 10,063 kg = Luas plafon bgldin x berat plafon = 8 x 18 = 144 kg Beban P 3 Beban gording Beban atap = Berat profil gording x panjang gording ak = 9,4 x 4 = 117,6 kg = ( x Luas atap afkbgl ) x berat atap = ( x 4,6 ) x 50

85 3 Beban kuda-kuda Beban plat sambung Beban bracing Beban P 6 = P 8 Beban kuda-kuda Beban plafon Beban plat sambung Beban bracing = 460 kg = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (,3 +,3 +,3) x 5 = 86,5 kg = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 86,5 = 5,875 kg = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 86,5 = 8,65 kg = ½ x Btg (1+5) x berat profil kuda kuda = ½ x ( +,3 ) x 5 = 53,75 kg = Luas plafon dinejo x berat plafon = 4 x 18 = 7 kg = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 64,375 = 19,315 kg = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 64,375 = 6,4375 kg Beban P 7 Beban kuda-kuda Beban plafon = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (++,3+,3+,3) x 5 = 136,5 kg = ( x luas plafon afkbgl ) x berat plafon = ( x 4 ) x 18

86 4 Beban plat sambung Beban bracing = 144 kg = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 136,5 = 40,875 kg = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 136,5 = 13,65 kg Beban Tabel 3.1 Rekapitulasi Beban Mati Beban Atap (kg) Beban gording (kg) Beban Kuda - kuda (kg) Beban Bracing (kg) Beban Plat sambung (kg) Beban Plafon (kg) Beban reaksi (kg) Jumlah Beban P 1 =P ,6 53,75 5,375 16, , P =P ,6 100,65 10,063 30, , P ,6 86,5 8,65 5, , P 6 =P ,75 6, ,315-79,5 80 P ,5 13,65 40, , (kg) Input SAP (kg) ) Beban Hidup Beban hidup yang bekerja pada P 1, P, P 3, P 4, P 5 = 100 kg 3) Beban Hujan Beban P1= P5 = beban hujan x luas atap dinejo = 16 x 4 = 64 kg Beban P = P4 = beban hujan x luas atap bgldin = 16 x 9, = 147, kg Beban P3 = beban hujan x (luas atap afkbgl x ) = 16 x (4,6 x ) = 147, kg Tabel3.. Rekapitulasi Beban Hujan

87 5 Beban Beban Hujan (kg) Input SAP (kg) P P 147, 148 P 3 147, 148 4) Beban Angin Perhitungan beban angin : W3 W4 W W5 W1 Gambar 3.7 Pembebanan Kuda-Kuda Utama Akibat Beban Angin Beban angin kondisi normal, minimum = 5 kg/m. Koefisien angin tekan = 0,0 0,40 = (0,0 x 30) 0,40 W 1 W = 0, = luas atap dinejo x koef. angin tekan x beban angin = 4 x 0, x 5 = 0 kg = luas atap bgldin x koef. angin tekan x beban angin = 9, x 0, x 5 = 46 kg

88 6 W 3 = luas atap afkbgl x koef. angin tekan x beban angin = 4,6 x 0, x 5 = 3 kg ) Koefisien angin hisap = - 0,40 W 4 = luas atap afkbgl x koef. angin tekan x beban angin = 4,6 x -0,4 x 5 = -46 kg W 5 = luas atap bmdo x koef. angin tekan x beban angin = 9, x -0,4 x 5 = -9 kg W 6 = luas atap dinejo x koef. angin tekan x beban angin = 4 x -0,4 x 5 = -40 kg Tabel 3.3. Perhitungan Beban Angin Beban Angin Beban (kg) Wx W.Cos (kg) (Untuk Input SAP000) Wy W.Sin (kg) (Untuk Input SAP000) W , W 46 39, W ,9 0 11,5 1 W , W , W , Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang kuda-kuda utama sebagai berikut : Tabel 3.4. Rekapitulasi Gaya Batang Kuda-kuda Utama kombinasi Batang Tarik (+) ( kg ) Tekan (-) ( kg )

89 ,66-167, , , , , , , , , , , , Perencanaan Profil Kuda- kuda Utama B a. Perhitungan profil batang tarik P maks. L = 179,44 kg =.3 m f y = 400 kg/cm f u = 3700 kg/cm Kondisi leleh P maks. =.f y.ag Ag P maks..f y 179,44 0, ,8 cm Kondisi fraktur P maks. P maks. =.f u.ae =.f u.an.u

90 8 An i min Pmaks..f. U L 40 u 179,44 0, , ,9583 cm 40 1,8 cm Dicoba, menggunakan baja profil Dari tabel didapat Ag = 4,3 cm i = 1,35 cm Berdasarkan Ag kondisi leleh Ag = 0,8/ = 0,4 cm Berdasarkan Ag kondisi fraktur Diameter baut = 1/.,54 = 1,7 mm Diameter lubang = 1,7 + = 14,7 mm = 1,47 cm Ag = An + n.d.t = (1,8/) + 1.1,47.0,5 = 1,375 cm Ag yang menentukan = 1,375 cm Digunakan maka, luas profil 4,3 > 1,375( aman ) b. Perhitungan profil batang tekan P maks. L = 845,8 kg = 1,15 m f y = 400 kg/cm f u = 3700 kg/cm inersia 1,35 > 0,9583 ( aman ) Dicoba, menggunakan baja profil Dari tabel didapat nilai nilai : Ag =.4,3 = 8,6 cm r = 1,35 cm = 13,5 mm b = 45 mm t = 5 mm

91 9 Periksa kelangsingan penampang : b 00 = t kl r f y f y λc E = 9 1, (1150) 13,5 40 3,14 xx10 5 = 0,94 Karena 0,5 < c <1, maka : 1,43 1,6-0,67 c 1,43 1,6-0,67.0,94 = 1,47 f y P n = Ag.f cr = Ag = = ,16 N = 14040,8 kg 1,47 P u P n 845,8 0,4 0,85x14040,8 < 1... ( aman ) Perhitungan Alat Sambung a. Batang Tekan Digunakan alat sambung baut-mur ( A 490,F b u = 85 Mpa = 850 kg/cm ) Diameter baut () = 1,7 mm = 1,7 cm Diamater lubang = 1,47 cm Tebal pelat sambung () = 0,65. d = 0,65. 1,7 = 0,794 cm Menggunakan tebal plat 0,50 cm (BJ 37,f u = 3700 kg/cm )

92 10 Tegangan tumpu penyambung Rn = (,4xf u xdt) = 0,75(,4x3700x1,7x0,5) = 49,1 kg/baut Tegangan geser penyambung Rn = nx0, 5xf xa u b b = x0,5x850x(0,5x3,14x(1,7) ) = 10445,544 kg/baut Tegangan tarik penyambung Rn = 0,75xf u xab b = 0,75x850x (0,5x3,14x(1,7) ) = 7834,158 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 49,1 kg Perhitungan jumlah baut-mur : P n P maks. tumpu 845,8 0,67 ~ buah baut 49,1 Digunakan : buah baut Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) : 1) 3d S 1 15 t p,atau 00 mm Diambil, S 1 = 3 d = 3. 1,7 = 3,81 cm = 4 cm ) 1,5 d S (4t p + 100mm),atau 00 mm Diambil, S = 1,5 d = 1,5. 1,7 = 1,905 cm = cm

93 11 b. Batang tarik Digunakan alat sambung baut-mur ( A 490,F b u = 85 Mpa = 850 kg/cm ) Diameter baut () = 1,7 mm = 1,7 cm Diamater lubang = 1,47 cm Tebal pelat sambung () = 0,65. d = 0,65. 1,7 = 0,794 cm Menggunakan tebal plat 0,50 cm (BJ 37,f u = 3700 kg/cm ) Tegangan tumpu penyambung Rn = (,4xf u xdt) = 0,75(,4x3700x1,7x0,5) = 49,1 kg/baut Tegangan geser penyambung Rn = nx0, 5xf xa u b b = x0,5x850x(0,5x3,14x(1,7) ) = 10445,544 kg/baut Tegangan tarik penyambung Rn = 0,75xf u xab b = 0,75x850x (0,5x3,14x(1,7) ) = 7834,158 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 49,1 kg Perhitungan jumlah baut-mur : P n P maks. tumpu 179,44 49,1 0,41 ~ buah baut Digunakan : buah baut Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) :

94 1 1) 3d S 1 15 t p,atau 00 mm Diambil, S 1 = 3 d = 3. 1,7 = 3,81 cm = 4 cm ) 1,5 d S (4t p + 100mm),atau 00 mm Diambil, S = 1,5 d = 1,5. 1,7 = 1,905 cm = cm Tabel 3.5. Rekapitulasi Perencanaan Profil Kuda-kuda Nomor Batang Dimensi Profil Baut (mm) , , , , , , ,7

95 , , , , , ,7

96 14 BAB 4 PERENCANAAN TANGGA 4.1. Uraian Umum Tangga merupakan bagian dari struktur bangunan bertingkat yang penting sebagai penunjang antara struktur bangunan lantai dasar dengan struktur bangunan tingkat atasnya. Penempatan tangga pada struktur suatu bangunan berhubungan dengan fungsi bangunan bertingkat yang akan dioperasionalkan. Pada bangunan umum, penempatan tangga harus mudah diketahui dan strategis untuk menjangkau ruang satu dengan yang lainya, penempatan tangga harus disesuaikan dengan fungsi bangunan untuk mendukung kelancaran hubungan yang serasi antara pemakai bangunan tersebut. 4.. Data Perencanaan Tangga Naik 400 Gambar 4.1. Tampak Atas

97 Gambar 4.. Detail tangga Data data tangga : Tinggi tangga = 400 cm Lebar tangga = 150 cm Lebar datar = 400 cm Tebal plat tangga = 1 cm Tebal plat bordes tangga = 1 cm Dimensi bordes = 100 x 300 cm lebar antrade = 30 cm Tinggi optrade = 18 cm Jumlah antrede = 300 / 30 = 10 buah Jumlah optrade = = 11 buah = Arc.tg ( 00/300 ) = 33,69 0 = 34 0 < 35 0 (Ok) 4.3. Perhitungan Tebal Plat Equivalen dan Pembebanan

98 Perhitungan Tebal Plat Equivalen y 30 C t D B A 18 T eq Gambar 4.3. Tebal equivalen Ht = 1 cm BD BC = AB AC BD = AB BC AC = 18 = 15,43 cm T eq = /3 x BD = /3 x 15,43 = 10,9cm 30 Jadi total equivalent plat tangga Y = t eq + ht = 10,9 + 1 =,9 cm = 0,9 m Perhitungan Beban a. Pembebanan tangga ( SNI ) 1) Akibat beban mati (qd)

99 17 Berat tegel keramik (1 cm) = 0,01 x 1,4 x,4 = 0,0336 ton/m Berat spesi ( cm) = 0,0 x 1,4 x,1 = 0,0588 ton/m Berat plat tangga = 0,1 x 1,4 x,4 = 0,403 ton/m qd = 0,4956 ton/m + ) Akibat beban hidup (ql) ql= 1,4 x 0,300 ton/m = 0,4 ton/m 3) Beban ultimate (qu) qu = 1,. qd ql = 1,. 0, ,6. 0,4 = 1,357 ton/m b. Pembebanan pada bordes ( SNI ) 1) Akibat beban mati (qd) Berat tegel keramik (1 cm) = 0,01 x 3 x,4 = 0,07 ton/m Berat spesi ( cm) = 0,0 x 3 x,1 = 0,16 ton/m Berat plat bordes = 0,1 x 3 x,4 = 0,864 ton/m qd = 1,06 ton/m + ) Akibat beban hidup (ql) ql = 3 x 0,300 ton/m = 0,900 ton/m 3) Beban ultimate (qu) qu = 1,. qd ql = 1,. 1, ,6. 1,050 =,7144 ton/m 4.4. Perhitungan Tulangan Tangga dan Bordes Perhitungan Tulangan Tumpuan

100 18 Dicoba menggunakan tulangan 13 mm h = 10 mm d = p + 1/ tul = 0 + 6,5 = 6,5 mm d = h d = 10 6,5 = 93,5 mm Dari perhitungan SAP 000 diperoleh momen terbesar pada batang nomor 1: M u Mn = = 8,58 kgm =, Nmm Mu, ,8 7, fy 40 m = 11, 9 0,85. fc 0,85.5 0,85.fc 600 b =.. fy 600 fy max 0, = = 0,051 = 0,75. b = 0,0384 min = 0,005 Mn Rn = b.d, ,5 7 Nmm,13 N/mm ada = 1 1 m 1.m.Rn fy

101 19 = ,9 = 0, ,9.,13 40 ada < max > min di pakai min = 0,005 As = min. b. d = 0,00937 x 1500 x 94 = 131,17 mm Dipakai tulangan 1 mm = ¼. x 13 = 13,665 mm 131,17 Jumlah tulangan = 9,95 10 buah 13,665 Jarak tulangan 1 m = 1000 = 100 mm Jarak maksimum tulangan 10 = h Dipakai tulangan 13 mm 100 mm = x 10= mm As yang timbul = 10. ¼.π. d = 10 x 0,5 x 3,14 x (13) = 136,65 mm > As... Aman! Perhitungan Tulangan Lapangan Dari perhitungan SAP 000 diperoleh momen terbesar pada batang nomor 1: M u Mn = = 1446,79 kgm = 1, Nmm 7 1, ,8 1, Nmm fy 40 m = 11, 9 0,85. fc 0,85.5 0,85.fc 600 b =.. fy 600 fy

102 0 max 0, = = 0,051 = 0,75. b = 0,0384 min = 0,005 Mn Rn = b.d 1, ,5 1,38 N/mm ada = 1 1 m 1.m.Rn fy = ,9 = 0, ,9.1,38 40 ada max > min di pakai ada = 0,00595 As = min. b. d = 0,00595 x 1500 x 93,5 = 834,49 mm Dipakai tulangan 13 mm = ¼. x 13 Jumlah tulangan dalam 1 m = = 13,665 mm 834,49 13, Jarak tulangan 1 m = = 14 mm 7 Jarak maksimum tulangan = h Dipakai tulangan 13 mm 150 mm = 6,9 7 tulangan = x 10 = mm As yang timbul = 7. ¼ x x d = 98,66 mm > As...aman!

103 1 4.5 Perencanaan Balok Bordes qu balok ,0 m Data data perencanaan balok bordes: h = 300 mm b = 150 mm tul = 13 mm sk = 8 mm d = p + sk + ½ tul = ,5 = 54 mm d = h d` = ,5 = 45,5 mm Pembebanan Balok Bordes a. Beban mati (qd) Berat sendiri = 0,15 x 0,3 x 400 = 108 kg/m Berat dinding = 0,15 x 3 x 1700 = 765 kg/m Berat plat bordes = 0,1 x 400 = 88 kg/m qd = 1161 kg/m b. Beban Hidup (ql) =300 kg/m

104 c. Beban ultimate (qu) qu = 1,. qd + 1,6.qL = 1, ,6.300 = 1873, Kg/m d. Beban reaksi bordes qu = = Re aksibordes lebar bordes 870,665 3,0 = 90, kg/m Perhitungan tulangan lentur Dari perhitungan SAP 000 diperoleh momen terbesar pada batang nomor : M u Mn = = 345,13 kgm = 3, Nmm Mu φ 3, ,8 fy 380 m = 17, 88 0,85. fc 0,85.5 0,85. fc 600 b =.. fy 600 fy max 0, = = 0,091 = 0,75. b = 0,0183 1, 4 min = fy = 0, = 4, Nmm 7 Mn 4, Rn = 4, 49 b. d 150.(45,5) N/mm ada = 1 1 m 1.m.Rn fy

105 3 = ,88 = 0, ,88.4, ada > min ada < max As = ada. b. d = 0,0134 x 150 x 45,5 = 493,46 mm Dipakai tulangan 13 mm As = ¼.. (13) = = 13,665 mm Jumlah tulangan = 493,46 13,665 As yang timbul = 6. ¼.π. d = 6. ¼. 3,14. (13) = 3,71 4 buah = mm > As (784,37 mm ) Aman! Coba dipakai tulangan 4 D 13 mm dengan 1 lapis. Kontrol Spasi : S = b - p - n tulangan - sengkang n = = 0,67 < 5 mm.. tidak oke!! 4 1 Karena S < 5 mm, maka digunakan tulangan lapis. Dengan d = h s Ø sengkang Ø tul.utama ( 1 30 ) = = 4 mm 7 Mn 4,05610 Rn = 5,389 Nmm b.d ada = 1 1 m 1.m.Rn fy

106 4 = ,88 = 0, ,88.5, > min < max dipakai tulangan tunggal Digunakan = 0,0134 As perlu =. b. d = 0, = 450,4 mm As perlu n = 1/ ,4 n = 3,39 ~ 4 tulangan 13,665 As = 4 x 13,665 = 530,66 > 450,4 mm As > As.aman Ok! Jadi, digunakan tulangan 4 D Perhitungan Tulangan Geser Dari perhitungan SAP 000 diperoleh gaya geser terbesar pada batang nomor : Vu = 3785,41 kg = 37854,1 N Vc = 1/ 6. b.d. f'c. = 1/ ,5. 5. = 30687,5 N Vc = 0,6. Vc = 0, ,5 N = 1841,5 3 Vc = 3. Vc = 5537 N Vu < Vc tidak perlu tulangan geser

107 5 Tulangan geser minimum 8 00 mm 4.6. Perhitungan Pondasi Tangga Pu Mu Gambar 4.4. Pondasi Tangga Direncanakan pondasi telapak dengan kedalaman 1 m,dan lebar telapak (B) 1,0 m Tebal footplate = 300 mm d Ukuran alas = (50 + 6,5 + 8) = 35,5 mm = 1000 x 1900 mm tanah = 1,7 t/m 3 = 1700 kg/m 3 tanah = 500 kg/m Dari perhitungan SAP 000 pada Frame nomor 1 diperoleh gaya geser terbesar : - Pu = 889,35 kg - Mu = 1333,5 kgm Dimensi Pondasi : tanah = A Pu A = Pu tanah 889, 35 = 500

108 6 = 0,39 m B = L = A = 0, 39 Chek Ketebalan = 0,63 m ~ 1,00 m Pu 889,35 d = 117,7 < 35,5 mm ( aman ) 1 1 f ' c b 0, Perencanaan kapasitas dukung pondasi a. Perhitungan kapasitas dukung pondasi Pembebanan pondasi Berat telapak pondasi = 1 x 1,9 x 0,3 x 400 = 91 kg ( 0,7 0,8) Berat tanah = 1,9 ( ) x x 1700 = 1550,4 kg Berat kolom = 0, x 1,9 x 0,8 x 400 = 547, kg Pu = 11379,16 kg v =14388,76 kg M 1333,5 e = V 14388,76 = 0,093 kg < 1/6.B = 0,093 kg < 1/6.1,0 = 0,093 < 0, ok yang terjadi = V A 14388,76 tanah = 1.1,9 Mu 1.b.L ,5 1/ ,9 = 1114,6 kg/m = 9790,01 kg/m < 500 kg/m = σ yang terjadi < ijin tanah...ok! Perhitungan Tulangan Lentur

109 7 Mu = ½.. t = ½. 9790,01. (0,4) = 783, kg/m 7 0, Mn = = 0, Nmm 0,8 fy 380 m = 17, 88 0,85. f ' c 0,85.5 0,85.f'c 600 b = fy 600 fy 0, =.0, = 0,091 Mn Rn = b.d max = 0,175 = 0,75. b 0, = 0,75. 0,091 = 0,018 1,4 min = fy 1, ,5 0,00368 perlu = 1 1 m 1 m. Rn fy 1 =. 17,88 1 = 0, ,88. 0, perlu < max < min dipakai min = 0,00368 As perlu = min. b. d = 0, ,5 = 866,64 mm Dipakai tulangan 13 mm = ¼.. 13 = 13,665 mm

110 8 866,64 Jumlah tulangan = 6,53 7 buah 13,665 Jarak tulangan = , 86 mm 7 Sehingga dipakai tulangan D mm As yang timbul = 7 ¼ π 13 = 98,665 mm > As... Aman! 4.7. Perhitungan Tulangan Geser Vu = x A efektif = 9790,01 x (0,4 x 1) = 3916,004 N Vc = 1/ 6. f'c. b. d = 1/ ,5 = N Vc = 0,6. Vc = 0, = N 3 Vc = 3. Vc = = N Vu < Vc < 3 Ø Vc = 4457,05 < < tidak perlu tulangan geser Dipakai tulangan geser minimum 8 00 mm

111 9 BAB 5 PLAT LANTAI 5.1. Perencanaan Plat Lantai Gambar 5.1 Denah Plat lantai 5.. Perhitungan Pembebanan Plat Lantai a. Beban Hidup ( ql ) Berdasarkan PPIUG 1989 yaitu : Beban hidup fungsi asrama = 50 kg/m b. Beban Mati ( qd ) Berat keramik ( 1 cm ) = 0,01 x 400 x 1 = 4 kg/m Berat Spesi ( cm ) = 0,0 x 100 x 1 = 4 kg/m Berat Pasir ( cm ) = 0,0 x 1600 x 1 = 3 kg/m Berat plat sendiri = 0,1 x 400 x 1 = 88 kg/m

112 30 Berat plafond + instalasi listrik = 5 kg/m + qd = 411 kg/m c. Beban Ultimate ( qu ) Untuk tinjauan lebar 1 m plat maka : qu = 1, qd + 1,6 ql = 1, ,6. 50 = 973,0 kg/m 5.3. Perhitungan Momen a. Tipe pelat A Ly Lx A Ly Lx 4,0 4,0 1,0 Gambar 5. Plat tipe A Mlx= 0,001.qu. Lx. x = ,. (1,0).94 Mly= 0,001.qu. Lx. x = ,. (1,0).1 = 91,48 kgm = 11,68 kgm b. Tipe pelat B B Ly Lx 4,5 1,8,5 Gambar 5.3 Plat tipe B

113 31 Mlx= 0,001.qu. Lx. x = ,. (,5).40 = 43,3 kgm Mly= 0,001.qu. Lx. x = ,. (,5).1 = 7,99 kgm Mtx= - 0,001.qu. Lx. x = ,. (,5).83 = - 504,85 kgm Mty= - 0,001.qu. Lx. x = ,. (,5).37 = - 5,05 kgm c. Tipe pelat C C Ly Lx 4,5 1,8,5 Gambar 5.4 Plat tipe C Mlx= 0,001.qu. Lx. x = ,. (,5).40 Mly= 0,001.qu. Lx. x = ,. (,5).13 = 43,3 kgm = 79,07 kgm Mtx= - 0,001.qu. Lx. x = ,. (,5).8 = - 498,66 kgm Mty= - 0,001.qu. Lx. x = ,. (,5).57 = - 346,70 kgm d. Tipe pelat D D

114 3 Ly Lx 4,5 1,5 3,0 Gambar 5.5 Plat tipe D Mlx= 0,001.qu. Lx. x = ,. (3,0).48 Mly= 0,001.qu. Lx. x = ,. (3,0).5 = 40,4 kgm = 18,97 kgm Mtx= - 0,001.qu. Lx. x = ,. (3,0).103= - 90,17 kgm Mty= - 0,001.qu. Lx. x = ,. (3,0).77 = - 674,43 kgm e. Tipe pelat E E Ly Lx 4,5 1,5 3,0 Gambar 5.6 Plat tipe E Mlx= 0,001.qu. Lx. x = ,. (3,0).43 Mly= 0,001.qu. Lx. x = ,. (3,0).6 = 376 kg m = 7,73 kgm Mtx= - 0,001.qu. Lx. x = ,. (3,0).94 = - 83,33 kgm Mty= - 0,001.qu. Lx. x = ,. (3,0).76 = - 665,67 kgm

115 33 f. Tipe pelat F F Gambar 5.7 Plat tipe H Ly Lx 4,5 1,5 3,0 Mlx= 0,001.qu. Lx. x = ,. (3,0).40 Mly= 0,001.qu. Lx. x = ,. (3,0).14 = 350,35 kgm = 1,6 kgm Mtx= - 0,001.qu. Lx. x = ,. (3,0).8 = -718, kgm g. Tipe pelat G G Ly Lx 4,5 1,1 4,0 Gambar 5.8 Plat tipe G Mlx= 0,001.qu. Lx. x = ,. (4,0).6 Mly= 0,001.qu. Lx. x = ,. (4,0).7 = 404,85 kgm = 18,97 kgm Mtx= - 0,001.qu. Lx. x = ,. (4,0).65 = - 101,13 kgm Mty= - 0,001.qu. Lx. x = ,. (4,0).65 = - 101,13 kgm

116 34 h. Tipe pelat H H Ly Lx 4,5 1,5 3 Gambar 5.9 Plat tipe H Mlx= 0,001.qu. Lx. x = ,. (3,0).38 Mly= 0,001.qu. Lx. x = ,. (3,0).15 = 33,83 kgm = 131,38 kgm Mtx= - 0,001.qu. Lx. x = ,. (3,0).79 = - 691,95 kgm Mty= - 0,001.qu. Lx. x = ,. (3,0).57 = - 499,5 kgm i. Tipe pelat I I Ly Lx 4,5 1,5 3,0 Gambar 5.10 Plat tipe I Mlx= 0,001.qu. Lx. x = ,. (3,0).36 Mly= 0,001.qu. Lx. x = ,. (3,0).17 = 315,3 kgm = 148,9 kgm Mtx= - 0,001.qu. Lx. x = ,. (3,0).76 = - 665,67 kgm

117 35 Mty= - 0,001.qu. Lx. x = ,. (3,0).57 = - 499,5 kgm j. Tipe pelat J Lx j Ly Lx,0 1,3 1,5 Ly Gambar 5.9 Plat tipe J Mlx= 0,001.qu. Lx. x = ,. (1,5).35 Mly= 0,001.qu. Lx. x = ,. (1,5).18 = 76,64 kgm = 39,41 kgm Mtx= - 0,001.qu. Lx. x = ,. (1,5).74 = - 16,04 kgm Mty= - 0,001.qu. Lx. x = ,. (1,5).57 = - 499,5 kgm k. Tipe pelat K L x K L y

118 36 Ly Lx,0 1,3 1,5 Gambar 5.9 Plat tipe K Mlx= 0,001.qu. Lx. x = ,. (1,5).31 Mly= 0,001.qu. Lx. x = ,. (1,5).19 = 67,88 kgm = 41,60 kgm Mtx= - 0,001.qu. Lx. x = ,. (1,5).69 = - 151,09 kgm Mty= - 0,001.qu. Lx. x = ,. (1,5).57 = - 14,81 kgm 5.4. Penulangan Plat Lantai Tabel 5.1. Perhitungan Plat Lantai Tip e Plat Ly/Lx (m) Mlx (kgm) Mly (kgm) Mtx (kgm) Mty (kgm)

119 37 A 3,0/1 =>,5 91,48 11, B 4,5/,5=1,8 43,30 7,99-504,85-5,05 C 4,5/,5=1,8 43,3 79,07-498,66-346,70 D 4,5/3,0=1,5 40,4 18,97-90,17-674,43 E 4,5/3,0=1, ,73-83,33-665,67 F 4,5/3,0=1,5 350,35 1,6-718, - G 4,5/4,0=1,1 404,85 18,97-101,13-101,13 H 4,5/3,0=1,5 33,83 131,38-691,95-499,5 I 4,5/3,0=1,5 315,3 148,90-665,67-499,5 J,0/1,5=1,3 76,64 39,41-16,04-14,81 K,0/1,5=1,3 67,88 41,60-151,09-14,81 Dari perhitungan momen diambil momen terbesar yaitu: Mlx = 40,4 kgm Mly = 7,73 kgm Mtx = - 101,13 kgm Mty = - 101,13 kgm Data data plat : Bentang pendek Lx = 300 cm Fy Faktor pengali (P) = 0,4 700 Tebal plat ( h min ) = 380 = 0,4 0, Lx 8 xp 300 = x 0,94 8 = 10,07 1 cm

120 38 Diameter tulangan ( ) = 10 mm fy = 40 MPa f c = 5 MPa b = 1000 mm p = 0 mm Tebal penutup ( d ) = p + ½ tul = = 5 mm Tinggi Efektif ( d ) = h - d = 10 5 = 95 mm Tingi efektif h d y d x d ' Gambar 5.11 Perencanaan Tinggi Efektif dx = h p - ½Ø = = 95 mm dy = h d Ø - ½ Ø = ½. 10 = 85 mm 0,85. fc 600 b =.. fy 600 fy 0, =.0, = 0,05376 max = 0,75. b = 0,75. 0,05376

121 39 = 0,0403 min = 0, Penulangan tumpuan arah x Mu = 101,13 kgm = 10, Nmm Mn = Mu 10,113x10 = 0,8 6 1, Nmm Mn Rn = b.dx 1,65x ,40 N/mm fy 40 m = 11, 94 0,85. f ' c 0,85.5 perlu = 1. 1 m 1 m.rn fy 1 =. 11,94 = 0,00605 < max ,94.1,40 40 > min, di pakai perlu = 0,00605 As perlu = perlu. b. dx = 0, = 574,75 mm Digunakan tulangan 10 A = ¼ (10) = 78,5 mm 574,75 Jumlah tulangan = 7, 3 ~ 8 buah. 78,5 Jarak tulangan dalam 1 m = 15 mm 8 Dalam aplikasi di lapangan digunakan jumlah tulangan = 10 buah. Jarak tulangan dalam 1 m = 100 mm 10 Jarak maksimum = x h = x 10 = 40 mm

122 40 As yang timbul = 10 ¼ (10) = 785 mm > As ok! Dipakai tulangan mm 5.6. Penulangan tumpuan arah y Mu = 101,13 kgm = 10, Nmm Mn = Mu 10,113x10 = 0,8 6 1, Nmm Mn Rn = b.dy 1,65x ,75 N/mm fy 40 m = 11, 94 0,85. f ' c 0,85.5 perlu = 1. 1 m 1 m.rn fy 1 =. 11,94 = 0,0076 < max ,94.1,75 40 > min, di pakai perlu = 0,0076 As perlu = perlu. b. dy = 0, = 647,7 mm Digunakan tulangan 10 A = ¼ (10) = 78,5 mm 647,7 Jumlah tulangan = 8, 5 ~ 9 buah. 78,5 Jarak tulangan dalam 1 m 1 = , 11 mm 9 Dalam aplikasi di lapangan digunakan jumlah tulangan = 10 buah Jarak tulangan dalam 1 m = 100 mm 10

123 41 Jarak maksimum = x h = x 10 = 40 mm As yang timbul = 10 ¼ (10) = 785 mm > As ok! Dipakai tulangan mm 5.7. Penulangan lapangan arah x Mu = 40,4 kgm = 4, Nmm Mn = Mu 6 4,04x10 = 5, ,8 Nmm Mn Rn = b.dx 5, ,583 N/mm fy 40 m = 11, 94 0,85. f ' c 0,85.5 perlu = 1. 1 m 1 m.rn fy = 1 x11,94 0, x 11,94 40 < max = 0,0046 < min, di pakai min = 0,005 As = min. b. dx = 0, = 37,5 mm Digunakan tulangan 10 A = ¼ (10) = 78,5 mm 37,5 Jumlah tulangan = 3, 05 ~ 4 buah. 78,5 Jarak tulangan dalam 1 m = 50 mm 4 Dalam aplikasi di lapangan digunakan jumlah tulangan = 5 buah Jarak tulangan dalam 1 m = 00 mm 5

124 4 Jarak maksimum = x h = x 10 = 40 mm As yang timbul = 5 ¼ (10) = 39,5 mm > As ok! Dipakai tulangan mm 5.8. Penulangan lapangan arah y Mu = 7,73 kgm =, Nmm Mn = Mu 6,773x10 =,85x10 6 0,8 Nmm Mn Rn = b.dx,85x ,3 N/mm fy 40 m = 11, 94 0,85. f ' c 0,85.5 perlu = 1. 1 m 1 m.rn fy = 1 x11,94 0, x 11,94 40 < max = 0, < min, di pakai min = 0,005 As = min. b. dy = 0, = 1,5 mm Digunakan tulangan 10 A = ¼ (10) = 78,5 mm 1,5 Jumlah tulangan =, 7 ~ 3 buah. 78,5 Jarak tulangan dalam 1 m 1 = , 33 mm 3 Dalam aplikasi di lapangan digunakan jumlah tulangan = 5 buah Jarak tulangan dalam 1 m = 00 mm 5

125 43 Jarak maksimum = x h = x 10 = 40 mm As yang timbul = 5 ¼ (10) = 39,5 mm > As ok! Dipakai tulangan mm 5.9. Rekapitulasi Tulangan Dari perhitungan diatas diperoleh : Tulangan lapangan arah x mm Tulangan lapangan arah y mm Tulangan tumpuan arah x mm Tulangan tumpuan arah y ,11 mm Dari aplikasi penulangan diatas diperoleh : Tulangan lapangan arah x mm Tulangan lapangan arah y mm Tulangan tumpuan arah x mm Tulangan tumpuan arah y mm Tabel 5.. Penulangan Plat Lantai Penulangan Berdasarkan Perhitungan Penulangan Berdasarkan Aplikasi Tipe Tulangan Lapangan Tulangan Tumpuan Tulangan Lapangan Tulangan Tumpuan Plat Arah x (mm) Arah y (mm) Arah x (mm) Arah y (mm) Arah x (mm) Arah y (mm) Arah x (mm) Arah y (mm) A , B , C , D ,

126 44 E , F , G , H , I , J , K , Perencanaan Plat Atap

127 45 Gambar 5.1 Denah Plat lantai Perhitungan Pembebanan Plat Atap a. Beban Hidup ( ql ) Berdasarkan PPIUG 1989 yaitu : Beban hidup Atap = 100 kg/m b. Beban Mati ( qd ) Berat plat sendiri = 0,1 x 400 x 1 = 88 kg/m Berat plafond + instalasi listrik = 5 kg/m + qd = 313 kg/m c. Beban Ultimate ( qu ) Untuk tinjauan lebar 1 m plat maka : qu = 1, qd + 1,6 ql = 1, , = 535,6 kg/m 5.1. Perhitungan Momen a. Tipe pelat A

128 46 Ly Lx 4,5 1,5 3,0 Gambar 5.13 Tipe plat Mlx= 0,001.qu. Lx. x = ,6. (3,0).36 = 173,53 kg m Mly= 0,001.qu. Lx. x = ,6. (3,0).17 = 81,95 kg m Mtx= - 0,001.qu. Lx. x = ,6. (3,0).76 = - 366,35 kg m Mty= - 0,001.qu. Lx. x = ,6. (3,0).57 = - 74,76 kg m b. Tipe pelat B Ly Lx 4,5 3,0 1,5 Gambar 5.14 Tipe plat B Mlx= 0,001.qu. Lx. x = ,6. (1,5).63 = 75,9 kg m Mly= 0,001.qu. Lx. x = ,6. (1,5).13 = 15,67 kg m

129 47 Mtx= - 0,001.qu. Lx. x = ,6. (1,5).15 Mty= - 0,001.qu. Lx. x = ,6. (1,5).79 = -150,64 kg m = - 95,0 kg m c. Tipe pelat C Ly Lx 4,5 1,5 3,0 Gambar 5.15 Tipe plat C Mlx= 0,001.qu. Lx. x = ,6. (3,0).66 = 318,15 kg m Mly= 0,001.qu. Lx. x = ,6. (3,0).4 Mty= - 0,001.qu. Lx. x = ,6. (3,0).11 d. Tipe pelat D = 0,46 kg m = -539,88 kg m Ly Lx 4,5 1,5 3,0 Gambar 5.16 Tipe plat D Mlx= 0,001.qu. Lx. x = ,6. (3,0).43 = 07,8 kg m Mly= 0,001.qu. Lx. x = ,6. (3,0).6 Mtx= - 0,001.qu. Lx. x = ,6. (3,0).94 Mty= - 0,001.qu. Lx. x = ,6. (3,0).76 = 15,33 kg m = -453,1 kg m = -366,35 kg m

130 48 e. Tipe pelat E Ly Lx 4,5 1,5 3,0 Gambar 5.17 Tipe plat E Mlx= 0,001.qu. Lx. x = ,6. (3,0).48 = 31,38 kg m Mly= 0,001.qu. Lx. x = ,6. (3,0).5 Mtx= - 0,001.qu. Lx. x = ,6. (3,0).103 Mty= - 0,001.qu. Lx. x = ,6. (3,0).77 = 10,51 kg m = -496,50 kg m = -371,17 kg m Penulangan Plat Atap Tabel 5.3. Perhitungan Plat Atap Tipe Plat Ly/Lx (m) Mlx (kgm) Mly (kgm) Mtx (kgm) Mty (kgm) A 4,5/3,0 = 1,5 173,53 81,95-366,35-74,76 B 4,5/1,5=>,5 75,9 15,67-150,64-95,0 C 4,5/3,0 = 1,5 318,15 0, ,88 D 4,5/3,0 = 1,5 07,8 15,33-453,1-366,35 E 4,5/3,0 = 1,5 31,38 10,51-496,50-371,17 Dari perhitungan momen diambil momen terbesar yaitu: Mlx = 318,15 kgm Mly = 0,46 kgm

131 49 Mtx Mty = -496,50 kgm = -539,88 kgm Data data plat : Bentang pendek Lx = 300 cm Fy Faktor pengali (P) = 0,4 700 Tebal plat ( h min ) = 380 = 0,4 0, Lx 8 xp 300 = x 0,94 8 = 10,07 1 cm Diameter tulangan ( ) =10 mm fy = 40 MPa f c = 5 MPa p = 0 mm Tebal penutup ( d ) = p + ½ tul = = 5 mm Tinggi Efektif ( d ) = h - d = 10 5 = 95 mm Tingi efektif h d y d x d '

132 50 Gambar 5.18 Perencanaan Tinggi Efektif dx = h p - ½Ø = = 95 mm dy = h d Ø - ½ Ø = ½. 10= 85 mm 0,85. fc 600 b =.. fy 600 fy 0, =.0, = 0,05376 max = 0,75. b = 0,75. 0,05376 = 0,0403 min = 0, Penulangan tumpuan arah x Mu = 496,50 kgm = 4, Nmm Mn = Mn Rn = b.dx 6 Mu 4, = 0,8 6, , Nmm ,679 N/mm fy 40 m = 11, 94 0,85. f ' c 0,85.5 perlu = 1. 1 m 1 m.rn fy 1 =. 11,94 = 0,0088 < max ,94.0,679 40

133 51 As perlu > min, di pakai perlu = perlu. b. dx = 0, = 66 mm Digunakan tulangan 10 A = ¼ (10) = 78,5 mm Jumlah tulangan = 66 3, 38 ~ 4 buah. 78,5 Jarak tulangan dalam 1 m = 50 mm 4 Dalam aplikasi di lapangan digunakan jumlah tulangan = 5 buah Jarak tulangan dalam 1 m = 00 mm 5 Jarak maksimum = x h = x 10 = 40 mm As yang timbul = 5 ¼ (10) = 39,5 mm > As ok! Dipakai tulangan mm Penulangan tumpuan arah y Mu = 539,88 kgm =5, Nmm Mn = Mu = 6 5, ,8 6, Nmm Mn Rn = b.dy 6, fy 40 m = 11, 94 0,85. f ' c 0, ,934 N/mm perlu = 1. 1 m 1 m.rn fy 1 =. 11,94 = 0,00398 < max 1 1 > min, di pakai perlu.11,94.0,934 40

134 5 As perlu = perlu. b. dy = 0, = 338,3 mm Digunakan tulangan 10 A = ¼ (10) = 78,5 mm Jumlah tulangan 338,3 = 4, 31 ~ 5 buah. 78,5 Jarak tulangan dalam 1 m = 00 mm 5 Jarak maksimum = x h = x 10 = 40 mm As yang timbul = 5 ¼ (10) = 39,5 mm > As ok! Dipakai tulangan mm Penulangan lapangan arah x Mu = 318,15 kgm = 3, Nmm Mn = Mu 6 3, = 3, Nmm 0,8 Mn Rn = b.dx 3, ,441 N/mm fy 40 m = 11, 94 0,85. f ' c 0,85.5 perlu = 1. 1 m 1 m.rn fy As perlu = ,94 = 0,00186 < max < min, di pakai min = min. b. dx.11,94.0,

135 53 = 0, = 37,5 mm Digunakan tulangan 10 A = ¼ (10) = 78,5 mm 37,5 Jumlah tulangan = 3, 05 ~ 4 buah. 78,5 Jarak tulangan dalam 1 m = 50 mm 4 Dalam aplikasi di lapangan digunakan jumlah tulangan = 5 buah Jarak tulangan dalam 1 m = 00 mm 5 Jarak maksimum = x h = x 10 = 40 mm As yang timbul = 5 ¼ (10) = 39,5 mm > As ok! Dipakai tulangan mm Penulangan lapangan arah y Mu = 0,40 kgm =, Nmm Mn = Mu 6,04.10 =, ,8 Nmm Mn Rn = b.dy, ,37 N/mm fy 40 m = 11, 94 0,85. f ' c 0,85.5 perlu = 1. 1 m 1 m.rn fy As perlu = ,94 = 0,00137 < max 1 < min, di pakai min = min. b. dy.11,94.0,37 40

136 54 = 0, = 1,5 mm Digunakan tulangan 10 A = ¼ (10) = 78,5 mm 1,5 Jumlah tulangan =, 71~ 3 buah. 78,5 Jarak tulangan dalam 1 m 1 = , 33 mm 3 Dalam aplikasi di lapangan digunakan jumlah tulangan = 5 buah Jarak tulangan dalam 1 m = 00 mm 5 Jarak maksimum = x h = x 10 = 40 mm As yang timbul = 5 ¼ (10) = 39,5 mm > As ok! Dipakai tulangan mm Rekapitulasi Tulangan Dari perhitungan diatas diperoleh : Tulangan lapangan arah x Tulangan lapangan arah y Tulangan tumpuan arah x Tulangan tumpuan arah y mm mm mm mm Dari aplikasi penulangan diatas diperoleh : Tulangan lapangan arah x mm Tulangan lapangan arah y mm Tulangan tumpuan arah x mm Tulangan tumpuan arah y mm Tipe Plat Tabel 5.. Penulangan Plat Atap Penulangan Berdasarkan Perhitungan Penulangan Berdasarkan Aplikasi Tulangan Lapangan Tulangan Tumpuan Tulangan Lapangan Tulangan Tumpuan Arah x Arah y Arah x Arah y Arah x Arah y Arah x Arah y

137 55 (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) A B C D E

138 56 BAB 6 BALOK ANAK 6.1. Perencanaan Balok Anak Gambar 6.1 Area Pembebanan Balok Anak Keterangan: Balok Anak Balok Anak : As 1 (A -B) : As A (1-11) Beban Plat Lantai Beban Mati (qd) Beban plat sendiri = 0, = 88 kg/m Beban spesi pasangan = 0, = 4 kg/m Beban pasir = 0, = 3 kg/m

139 57 Beban keramik = 0, = 4 kg/m Plafond + penggantung = = 18 kg/m qd = 404 kg/m Perhitungan Lebar Equivalen Untuk mengubah beban segitiga dan beban trapesium dari plat menjadi beban merata pada bagian balok, maka beban plat harus diubah menjadi beban equivalent yang besarnya dapat ditentukan sebagai berikut : a Lebar Equivalen Tipe I Leq ½ Lx Leq = 1/6 Lx 3 4. Lx.Ly Ly b Lebar Equivalen Tipe II Leq ½Lx Leq = 1/3 Lx Ly Lebar Equivalen Balok Anak Tabel 6.1. Hitungan Lebar Equivalen No. Ukuran Plat Lx Ly Leq Leq (m ) (m) (m) (segitiga) (trapesium) 1. 1,5,0 1,5,0 0,50 -.,5 4,5,5 4,5-1,1 3. 1,5,5 1,5,5-0, ,5,0 1,5,0-0,61

140 58 6..Pembebanan Balok Anak Pembebanan Balok Anak As 1 (A -B) Gambar 6. Lebar Equivalen Balok Anak As 1 (A -B) Perencanaan Dimensi Balok h = 1/10. Ly = 1/ = 300 mm b = 1/. h = 1/. 300 = 150 mm (h dipakai = 300 mm, b = 00 mm ) 1) Beban Mati (q D ) Pembebanan balok as A Berat sendiri = 0,0x (0,30 0,1) x 400 kg/m 3 = 86,4 kg/m Beban Plat = ( x 0,50) x 404 kg/m = 404 kg/m Berat dinding = 0,15 x (4,0-0,30) x 1700 = 918 kg/m +

141 59 q D = 1433,9 kg/m ) Beban hidup (q L ) Beban hidup lantai untuk gedung kuliah digunakan 50 kg/m q L = ( x 0,50) x 50 kg/m = 50 kg/m 3) Beban berfaktor (q U ) q U = 1,. q D + 1,6. q L = (1, x 1433,9) + (1,6 x 50) = 10,68 kg/m 6... Perhitungan Tulangan Data Perencanaan : h = 300 mm Ø t = 1 mm b = 00 mm Ø s = 8 mm p = 40 mm d = h - p - 1/ Ø t - Ø s fy = 380 Mpa = /.1-8 f c= 5 MPa = 46 0,85. fc. 600 b =. fy 600 fy max 0,85.5.0, = = 0,091 = 0,75. b = 0,75. 0,091 = 0,018 1, 4 min = 380 = 0,00368 a. Penulangan Daerah Tumpuan Dari Perhitungan SAP 000 diperoleh momen sebagai berikut:

142 60 Mu = 397,65 kgm = 0, Nmm Mn = Mu 0, = φ 0, 8 7 = 0, Nmm Rn = b.d m = 0, Mn = fy 0,85. f = c, 380 0,85.5 = 0,41 N/mm = 17,88 = 1 1 m 1.m.Rn fy = ,88 = 0, ,88.0, < min < max dipakai tulangan tunggal Digunakan min = 0,00368 As perlu = min. b. d = 0, = 181,06 mm As perlu n = 1/4..1 = 181,06 = 1,60 ~ tulangan 113,04 As ada =. ¼.. 1 =. ¼. 3,14. 1 = 6,08 mm > As perlu Aman..!! Asada. fy a = 0,85, f ' c. b Mn ada = As ada. fy (d a/) 6, = 1,7 0, = 6, (46 1,7/) =, Nmm

143 61 Mn ada > Mn Aman..!! Kontrol Spasi : b - S = = s n tulangan - sengkang n = 80 > 5 mm. (dipakai tulangan 1 lapis) 1 Dipakai tulangan D 1mm b. Penulangan Daerah Lapangan Dipakai tulangan D1 ( sebagai tulangan pembentuk ) c. Tulangan Geser Balok Anak Dari perhitungan SAP 000 Diperoleh : Vu f c fy d = 1590,6 kgm = N = 5 Mpa = 40 Mpa = 46 mm Vc = 1/6. f' c.b.d = 1/ Ø Vc = N = 0, N = 4600 N ½ Ø Vc = ½ = 1300 N ½ Ø Vc > Vu, tidak memerlukan tulangan geser Dipakai tualangan geser minimum Ø8 00 mm 6..Pembebanan Balok Anak As A (1-11)

144 6 Gambar 6. 3 Lebar Equivalen Balok Anak As A (1-11) Perencanaan Dimensi Balok h = 1/10. Ly = 1/ = 450 mm b = 1/. h = 1/. 450 = 5 mm (h dipakai = 450 mm, b = 50 mm ) a. Beban Mati (q D ) Pembebanan balok elemen A (1-a) Berat sendiri = 0,5x (0,45 0,1) x 400 kg/m 3 = 198 kg/m Beban Plat = (1,1 + 0,66 + 0,61) x 404 kg/m = 965,56 kg/m Berat dinding = 0,15 (4,0-0,45) x 1700 = 905,5 kg/m + q D = 068,81 kg/m b. Beban hidup (q L ) Beban hidup lantai untuk gedung kuliah digunakan 50 kg/m q L = (1,1 + 0,66 + 0,61) x 50 kg/m = 597,5 kg/m c. Beban berfaktor (q U ) q U = 1,. q D + 1,6. q L = (1, x 068,81 ) + (1,6 x 597,5) = 3438,57 kg/m d. Beban reaksi (P1) qu balok anak As 1 (A -B) = 10,68 kg/m qu x l reaksi P1 =

145 63 10,68 x1,5 = = 1590,51 kg/m Perhitungan Tulangan Data Perencanaan : h = 450 mm Ø t = 16 mm b = 50 mm` Ø s = 8 mm p = 40 mm d = h - p - 1/ Ø t - Ø s fy = 400 Mpa = /.16-8 f c = 5 MPa = 394 0,85. fc. 600 b =. fy 600 fy max 0,85.5.0, = = 0,091 = 0,75. b = 0,75. 0,091 = 0,018 1, 4 min = 380 = 0,00368 a. Penulangan Daerah Tumpuan Dari Perhitungan SAP 000 diperoleh momen sebagai berikut: Mu = 8659 kgm = 8, Nmm Mn = Mu 8, = φ 0, 8 7 = 10, Nmm Rn = b.d m = 10, Mn = fy 0,85. f = c, 380 0,85.5 =,79 = 17,88

146 64 = 1 1 m 1.m.Rn fy = ,88 = 0, ,88., > min < max dipakai tulangan tunggal Digunakan = 0,0079 As perlu As perlu n = 1/4..16 = =. b. d = 0, = 778,15 mm 778,15 = 3,87 ~4 tulangan 00,96 As ada = 4. ¼.. 16 = 4. ¼. 3, = 803,84 mm > As perlu Aman..!! Asada. fy a = 0,85, f ' c. b Mn ada = As ada. fy (d a/) 803, , = 803, (394 57,50/) = 11, Nmm Mn ada > Mn Aman..!! Kontrol Spasi : S = b - p - n tulangan - sengkang n -1 = 57, = = 30 > 5 mm..oke!! 4 1 Dipakai tulangan 4 D 16mm

147 65 b. Penulangan Daerah Lapangan Dari Perhitungan SAP 000 diperoleh momen sebagai berikut: Mu = 6871 kgm = 6, Nmm Mn = Mu 6, = φ 0, 8 7 = 8, Nmm Rn = b.d 8, Mn = =,1 m = fy 0,85. f = c, 380 0,85.5 = 17,88 = 1 1 m 1.m.Rn fy = ,88 = 0, ,88., > min < max dipakai tulangan tunggal Digunakan = 0,00615 As perlu As perlu n = 1/4..16 = =. b. d = 0, = 605,78 mm 605,78 = 3,05 ~4 tulangan 00,96 As ada = 4. ¼.. 16 Asada. fy a = 0,85, f ' c. b = 4. ¼. 3, = 803,84 mm > As perlu Aman..!! 803, , Mn ada = As ada. fy (d a/) = 57,50

148 66 = 803, (394 57,50/) = 11, Nmm Mn ada > Mn Aman..!! Kontrol Spasi : S = b - p - n tulangan - sengkang n = = 30 > 5 mm..oke!! 4 1 Dipakai tulangan 4 D 16mm c. Tulangan Geser Balok anak Dari perhitungan SAP 000 diperoleh : Vu f c fy d = 1051 kgm = N = 5 Mpa = 380 Mpa = 394 mm Vc = 1/6. f' c.b.d = 1/ Ø Vc = 8083,33 N = 0, ,33 N = 4949,99 N 3 Ø Vc = ,99 = ,99 N Syarat tualangan geser : Ø Vc < Vu < 3 Ø Vc Jadi diperlukan tualangan geser : S max d/ 600 mm Ø Vsperlu = Vu - Ø Vc Vs perlu = : 4949,99 N < N < ,99 N = ,99 =55870,01 N Vsp 0, ,01 = = 93116,68 N 0,6

149 67 Av =. ¼ (8) =. ¼. 3, = 100,48 mm Av. fy.d 100, S = 10, 04 Vs perlu 93116,68 mm S max = d/ = 394 = 197 mm Jadi dipakai sengkang dengan tulangan Ø mm

150 68 BAB 7 PORTAL Gambar 7.1. Gambar Denah Portal Keterangan: Balok Portal : As 1 Balok Portal : As 10 Balok Portal : As Balok Portal : As 11 Balok Portal : As 3 Balok Portal : As 1 Balok Portal : As 4 Balok Portal : As A Balok Portal : As 5 Balok Portal : As B Balok Portal : As 6 Balok Portal : As C Balok Portal : As 7 Balok Portal : As D Balok Portal : As 8 Balok Portal : As E Balok Portal : As 9 Balok Portal : As F

151 Perencanaan Portal Dasar perencanaan Secara umum data yang digunakan untuk perhitungan recana portal adalah sebagai berikut : a. Bentuk denah portal : Seperti tergambar b. Model perhitungan : SAP 000 ( 3 D ) c. Perencanaan dimensi rangka : b (mm) x h (mm) Dimensi kolom : 400mm x 400mm Dimensi sloof : 00mm x 300mm Dimensi balok Balok 1 : 300mm x 400mm Balok : 50mm x 450mm Balok 3 : 00mm x 300mm Balok 4 : 00mm x 150mm Dimensi ring balk : 50mm x 450mm d. Kedalaman pondasi :,0 m e. Mutu beton : K50 (fc = 5 Mpa) f. Mutu baja tulangan : U38 (fy = 380 MPa) g. Mutu baja sengkang : U4 (fy = 40 MPa) h. Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal adalah Perencanaan pembebanan Secara umum data pembebanan portal adalah sebagai berikut: a. Berat sendiri balok 1= 0,3 x (0,4-0,1) x 400 = 01,6 kg/m balok = 0,5 x (0,45-0,1) x 400 = 198 kg/m balok 3 = 0,0 x 0.3x 400 = 144kg/m balok 4 = 0,15 x (0.-0.1) x 400 = 8,8 kg/m

152 70 b. Plat Lantai Berat plat sendiri = 0,1 x 400 x1 = 88 kg/m Berat keramik ( 1 cm ) = 0,01 x 400 x1 = 4 kg/m Berat Spesi ( cm ) = 0,0 x 100 x1 = 4 kg/m Berat plafond + instalasi listrik = 5 kg/m Berat Pasir ( cm ) = 0,0 x 1600 x1 = 3 kg/m qd = 411 kg/m c. Plat atap Berat plat sendiri = 0,1 x 400 x1 = 88 kg/m Beban air hujan = 40 kg/m Berat plafond + instalasi listrik = 5 kg/m qd = 353 kg/m d. Atap Reaksi Kuda kuda Utama A = 4369,40 kg ( SAP 000 ) Reaksi Kuda kuda Utama B = 4036,83 kg ( SAP 000 ) Reaksi Tumpuan Setengah Kuda-kuda = 888,30 kg ( SAP 000 ) Reaksi Tumpuan Jurai = 894,3 kg ( SAP 000 ) e. Beban rink balk Beban Mati (qd) Beban sendiri balok = 0,5. 0, = 70 kg/m f. Beban Sloof Beban Mati (qd) Beban sendiri balok = 0,. 0, = 144 kg/m Beban dinding = 0,15.(4-0,30) = 943,5kg/m + qd = 1087,5 kg/m

153 Perhitungan luas equivalen untuk plat lantai 1 Luas equivalent segitiga :. lx 3 Luas equivalent trapezium : 1 lx. lx ly Table7.1. Hitungan Lebar Equivalen No. Ukuran Plat Lx Ly Leq Leq (m ) (m) (m) (segitiga) (trapesium) ,5 1 4,5 0,33 0,49.,5 4,5,5 4,5 0,83 1,1 3. 1,5 1,5 0,50 0, ,5,5 1,5,5 0,50 0, ,5 3 4,5 1,0 1, ,5 4 4,5 1,33 1,47

154 7 Gambar 7.. Gambar Daerah Pembebanan 7.. Perencanaan Balok Portal Gambar 7.3 Denah Balok Portal Keterangan : Balok Portal : As A, B, C, D, E,F, 1,,3,4,5,6,7,8,9,10,11 Balok Anak : As A ( 1-11 ), As 1 (A-B), As (A-B), As 3 (A-B), As 4 (A-B), As 5 (A-B) As 6 (A-B), As 7 (A-B), As 8 (A-B), As 9 (A-B),As 10 (A-B)

155 Perhitungan Pembebanan Balok Perhitungan Pembebanan Balok Memanjang Gambar 7.4 Pembebanan Portal As F (1-11) a. Pembebanan balok Portal As A ) Pembebanan balok induk element 1-11 i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. ( 0,69 + 1,1 ) = 661, 71 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 1883,31 kg/m

156 74 ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (1,61 ).0,75 = 301,88 kg/m iii. Beban berfaktor (qu1) qu1 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 1883,31 ) + (1,6. 301,88) = 74,98 kg/m b. Pembebanan balok Portal As B Bentang ) Pembebanan balok induk element 1-11 i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. ( 0,61 + 0,66 + 1,8 ) = 1048,05 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 69,65 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (,55 ).0,75 = 478,13 kg/m

157 75 iii. Beban berfaktor (qu1) qu1 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 69,65 ) + (1,6. 478,13) = 3488,59 kg/m c. Pembebanan balok Portal As C = As D Bentang ) Pembebanan balok induk element 1- i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (1,8 ) = 56,08 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 1747,68 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (1,8 ).0,75 = 40 kg/m iii. Beban berfaktor (qu1) qu1 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 1747,68 ) + (1,6. 40) = 481, kg/m

158 76 ) Pembebanan balok induk element -3 i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (1,8 + 1,8) = 105,16 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 73,76 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (,56 ).0,75 = 480 kg/m iii. Beban berfaktor (qu) qu = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 73,76 ) + (1,6. 480) = 3496,51 kg/m d. Pembebanan balok Portal As E Bentang ) Pembebanan balok induk element 1- i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. ( 0,61 + 0,66 + 1,8 ) = 1048,05 kg/m

159 77 ii. Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 69,65 kg/m Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (,55 ).0,75 = 478,13 kg/m iii. Beban berfaktor (qu1) qu1 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 69,65 ) + (1,6. 478,13) = 3488,59 kg/m ) Pembebanan balok induk element 5-6 i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 8,8 kg/m Berat plat lantai = 411. ( 1,8+ 1,47 ) = 1048,05 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 351,85 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (,75 ).0,75 = 515,65 kg/m iii. Beban berfaktor (qu) qu = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 351,85 ) + (1,6. 515,65) = 3647, kg/m

160 78 e. Pembebanan balok Portal As F Bentang ) Pembebanan balok induk element 1-11 i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. ( 0,69 + 1,1 ) = 661, 71 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 1883,31 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (1,61 ).0,75 = 301,88 kg/m iii. Beban berfaktor (qu1) qu1 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 1883,31 ) + (1,6. 301,88) = 74,98 kg/m ) Pembebanan balok induk element 5-6 i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. ( 1,47 ) = 604,17 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 185,77 kg/m ii. Beban hidup (ql)

161 79 Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (1,47).0,75 = 75,63 kg/m iii. Beban berfaktor (qu1) qu = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 185,77 ) + (1,6. 75,63) = 631,93 kg/m f. Pembebanan balok Portal Kantilever A = Kantilever F 1) Pembebanan balok induk element 1- i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 8,8 kg/m Berat plat lantai = 411. (0,49 ) = 01,39 kg/m Berat dinding = 0,15. 0, = 04 kg/m Jumlah = 434,19 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (0,49).0,75 = 91,88 kg/m iii. Beban berfaktor (qu1) qu1 = 1,. qd + 1,6. ql

162 80 = (1,. 150,19 ) + (1,6. 91,88) = 1647,01 kg/m ) Pembebanan balok induk element 5-6 i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 8,8 kg/m ii. Beban berfaktor (qu) qu = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 1048,80 ) + (1,6. 0) = 158,56 kg/m Perhitungan Pembebanan Balok Melintang

163 81 Gambar 7.5 Pembebanan Portal As 11 (A-F) a. Pembebanan balok Portal As 1 = As 11 Bentang A-F 1) Pembebanan balok induk element Kantilever A A i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (0,33 ) = 135,63 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 1357,3 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (0,33).0,75 = 61,88 kg/m iii. Beban berfaktor (qu1) qu1 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 1357,3 ) + (1,6. 61,88) = 177,68 kg/m ) Pembebanan balok induk element A B i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (0,83 + 0,5) = 546,63 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 1768,3 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (1,33).0,75 = 49,38 kg/m

164 8 iii. Beban berfaktor (qu) qu = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 1768,3 ) + (1,6. 49,38) = 50,88 kg/m 3) Pembebanan balok induk element B C i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (1,0) = 411 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 163,6 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (1,0). 0,75 = 187,5 kg/m iii. Beban berfaktor (qu3) qu3 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 163,6 ) + (1,6. 187,5 ) = 59,1 kg/m 4) Pembebanan balok induk element C D i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 11,6 kg/m ii. Beban berfaktor (qu4) qu4 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 11,6 ) + (1,6. 0 ) = 1465,9 kg/m

165 83 b. Pembebanan balok Portal As = As 10 Bentang A-F 1) Pembebanan balok induk element Kantilever A A i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (0,33. ) = 71,6 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 149,86 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (0,66).0,75 = 13,76 kg/m iii. Beban berfaktor (qu1) qu1 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 149,86) + (1,6. 13,76) = 1989,45 kg/m ) Pembebanan balok induk element A B

166 84 i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (0,83 + 0,5). = 1093,6 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 314,86 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (1,33. ).0,75 = 498,76 kg/m iii. Beban berfaktor (qu) qu = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 314,86 ) + (1,6. 498,76) = 3575,85 kg/m 3) Pembebanan balok induk element B C i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (1,0. ) = 8 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 043,6 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (1,0. ). 0,75 = 375 kg/m iii. Beban berfaktor (qu3) qu3 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 043,6 ) + (1,6. 375) = 305,3 kg/m 4) Pembebanan balok induk element C D i. Beban Mati (qd):

167 85 ii. Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (1,0) = 411 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 163,6 kg/m Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (1,0). 0,75 = 187,5 kg/m iii. Beban berfaktor (qu4) qu4 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 163,6 ) + (1,6. 187,5 ) = 59,1 kg/m c. Pembebanan balok Portal As 3 = As 9 Bentang A-F 1) Pembebanan balok induk element Kantilever A A i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (0,33. ) = 71,6 kg/m

168 86 ii. Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 149,86 kg/m Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (0,66).0,75 = 13,76 kg/m iii. Beban berfaktor (qu1) qu1 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 149,86) + (1,6. 13,76) = 1989,45 kg/m ) Pembebanan balok induk element A B i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (0,83 + 0,5). = 1093,6 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 314,86 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (1,33. ).0,75 = 498,76 kg/m iii. Beban berfaktor (qu) qu = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 314,86 ) + (1,6. 498,76) = 3575,85 kg/m 3) Pembebanan balok induk element B C i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (1,0. ) = 8 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m

169 87 ii. Jumlah = 043,6 kg/m Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (1,0. ). 0,75 = 375 kg/m iii. Beban berfaktor (qu3) qu3 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 043,6 ) + (1,6. 375) = 305,3 kg/m 4) Pembebanan balok induk element C D i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (1,0) = 411 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 163,6 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (1,0). 0,75 = 187,5 kg/m iii. Beban berfaktor (qu4) qu4 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 163,6 ) + (1,6. 187,5 ) = 59,1 kg/

170 88 d. Pembebanan balok Portal As 4 = As 8 Bentang A-F 1) Pembebanan balok induk element Kantilever A A i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (0,33. ) = 71,6 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 149,86 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (0,66).0,75 = 13,76 kg/m iii. Beban berfaktor (qu1) qu1 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 149,86) + (1,6. 13,76) = 1989,45 kg/m ) Pembebanan balok induk element A B i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (0,83 + 0,5). = 1093,6 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 314,86 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (1,33. ).0,75 = 498,76 kg/m

171 89 iii. Beban berfaktor (qu) qu = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 314,86 ) + (1,6. 498,76) = 3575,85 kg/m 3) Pembebanan balok induk element B C i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (1,0. ) = 8 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 043,6 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (1,0. ). 0,75 = 375 kg/m iii. Beban berfaktor (qu3) qu3 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 043,6 ) + (1,6. 375) = 305,3 kg/m

172 90 e. Pembebanan balok Portal As 5 = As 7 Bentang A-F 1) Pembebanan balok induk element Kantilever A A i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (0,33. ) = 71,6 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 149,86 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (0,66).0,75 = 13,76 kg/m iii. Beban berfaktor (qu1) qu1 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 149,86) + (1,6. 13,76) = 1989,45 kg/m ) Pembebanan balok induk element A B i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (0,83 + 0,5). = 1093,6 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 314,86 kg/m ii. Beban hidup (ql)

173 91 Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (1,33. ).0,75 = 498,76 kg/m iii. Beban berfaktor (qu) qu = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 314,86 ) + (1,6. 498,76) = 3575,85 kg/m 3) Pembebanan balok induk element B C i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (1,0. ) = 8 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 043,6 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (1,0. ). 0,75 = 375 kg/m iii. Beban berfaktor (qu3) qu3 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 043,6 ) + (1,6. 375) = 305,3 kg/m 4) Pembebanan balok induk element C D i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (1,0) = 411 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 163,6 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75

174 9 ql = 50. (1,0). 0,75 = 187,5 kg/m iii. Beban berfaktor (qu4) qu4 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 163,6 ) + (1,6. 187,5 ) = 59,1 kg/m 5) Pembebanan balok induk element E F i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (0,83+ 0,5+1,33) = 1093,6 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 314,86 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (,66). 0,75 = 498,75 kg/m iii. Beban berfaktor (qu4) qu4 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 314,86 ) + (1,6. 498,75 ) = 3575,83 kg/m f. Pembebanan balok Portal As 6 Bentang A-F 1) Pembebanan balok induk element Kantilever A A i. Beban Mati (qd):

175 93 ii. iii. Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (0,33. ) = 71,6 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 149,86 kg/m Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (0,66).0,75 = 13,76 kg/m Beban berfaktor (qu1) qu1 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 149,86) + (1,6. 13,76) = 1989,45 kg/m ) Pembebanan balok induk element A B i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (0,83 + 0,5). = 1093,6 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 314,86 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (1,33. ).0,75 = 498,76 kg/m iii. Beban berfaktor (qu) qu = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 314,86 ) + (1,6. 498,76) = 3575,85 kg/m 3) Pembebanan balok induk element B C i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (1,0. ) = 8 kg/m

176 94 ii. Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 043,6 kg/m Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (1,0. ). 0,75 = 375 kg/m iii. Beban berfaktor (qu3) qu3 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 043,6 ) + (1,6. 375) = 305,3 kg/m 4) Pembebanan balok induk element E F i. Beban Mati (qd): Berat sendiri = 01,6 kg/m Berat plat lantai = 411. (1,33. ) = 1093,6 kg/m Berat dinding = 0, = 100 kg/m Jumlah = 314,86 kg/m ii. Beban hidup (ql) Koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal = 0,75 ql = 50. (1,33. ). 0,75 = 498,75 kg/m iii. Beban berfaktor (qu3) qu3 = 1,. qd + 1,6. ql = (1,. 314,86 ) + (1,6. 498,75) = 3575,83 kg/m

177 Penulangan Balok Portal Perhitungan Tulangan Lentur Rink Balk Gambar 7.6 Bidang Momen Ringbalk As F (1-11) Gambar 7.7 Bidang Geser Ringbalk As F (1-11)

178 96 Data perencanaan : h = 300 mm b = 00 mm p = 40 mm fy = 380 Mpa f c= 5 MPa Ø t = 13 mm Ø s = 8 mm d = h - p - Ø s - ½.Ø t = ½.13 = 45,5 mm 0,85.f' c.β 600 b = fy 600 fy 0,85 5 0, = = 0,0910 max = 0,75. b = 0,75. 0,0910 = 0,0183 1,4 1,4 min = 0, fy 380 a. Daerah Tumpuan : Dari Perhitungan SAP 000 diperoleh momen terbesar pada batang As F bentang Mu = 746,0 kgm = 0, Nmm Mn = Mu 0,74610 = φ 0, 8 7 = 0, Nmm

179 97 7 Mn 0, Rn = 0,77 Nmm b.d 00 45,5 fy 380 m = 17, 88 0,85.f'c 0,85 5 = 1 1 m 1.m.Rn fy = ,88 = 0, ,88 0, < min < max dipakai tulangan tunggal Digunakan min = 0,00368 As perlu = min. b. d = 0, ,5 = 180,69 mm Digunakan tulangan D 13 n = As perlu ,69 13,665 = 1,36 tulangan As = 13,665 = 65,33 mm As > As.aman Ok! Jadi dipakai tulangan D 13 mm b. Daerah Lapangan Mu = 3,58 kgm = 0, Nmm Mn = Mu 0,3310 = φ 0, 8 7 = 0, Nmm 7 Mn 0, Rn = 0,4 Nmm b. d 00 45,5

180 98 fy 380 m = 17, 88 0,85.f'c 0,85 5 = 1 1 m 1.m.Rn fy = ,88 = 0, ,88 0, < min < max dipakai tulangan tunggal Digunakan min = 0,00368 As perlu = min. b. d = 0, ,5 = 180,69 mm Digunakan tulangan D 13 n = As perlu ,69 13,665 = 1,36 tulangan As = 13,665 = 65,33 mm As > As.aman Ok! Kontrol Spasi : S = b - p - n tulangan - sengkang n = = 78 > 5 mm..oke!! 1 Jadi dipakai tulangan D 13 mm 7.4. Perhitungan Tulangan Geser Ring Balk Dari Perhitungan SAP 000 diperoleh gaya geser terbesar pada batang As E bentang Vu = 796,5 kg = 7965, N

181 99 Vc = 1/6. f ' c. b. d = 1/ ,5 = 40916,67 N Ø Vc = 0, ,67 N = 4550 N 3 Ø Vc = N = N Vu < Ø Vc < 3 Ø Vc (tidak perlu tulangan geser) dipakai tulangan geser minimum Ø 8 00 mm 7.4. Hitungan Tulangan Lentur Balok Portal memanjang Hitungan Tulangan Lentur Balok Portal Memanjang As A-F Gambar 7.8 Bidang Momen Balok Portal Memanjang As E (1-11)

182 100 Gambar 7.9 Bidang Geser Balok Portal Memanjang As E (1-11) Untuk pehitungan tulangan lentur balok portal memanjang, diambil pada bentang dengan moment terbesar dari perhitungan SAP 000, yaitu Portal As E bentang Data perencanaan: b = 300 mm fy = 380 MPa Hasil SAP 000: Mu tumpuan (-) = 8,593 tm h = 400 mm f c = 5 MPa fys = 40 MPa Mu lapangan (+) = 4,834 tm Ø tulangan = 19 mm Ø sengkang = 10 mm Tebal selimut (s) = 40 mm d = h s - Ø sengkang ½ Ø tul.utama = /. 19 = 341,5 mm 0,85.f' c.β 600 b = fy 600 fy 0,85 5 0, = = 0,0910

183 101 max = 0,75. b = 0,75. 0,0910 = 0,0183 1,4 1,4 min = 0, fy 380 fy 380 m = 17, 88 0,85.f'c 0,85 5 a. Penulangan Daerah Tumpuan : Mu = 8,593 tm = 8, Nmm Mn = Mu 8, ,8 7 = 10, Nmm 7 Mn 10,7410 Rn = 3,07 Nmm b.d ,5 = 1 1 m 1.m.Rn fy = ,88 = 0, ,88 3, > min < max dipakai tulangan tunggal Digunakan ada = 0,00877 As perlu = ada. b. d = 0, ,5 = 898,49 mm Digunakan tulangan D 19 As perlu n = 1/ ,49 = 3,17~ 4 tulangan 83,385

184 10 As = 4 83,385 = 1133,54 > 898,49 mm As > As.aman Ok! Kontrol Spasi : S = b - p - n tulangan - sengkang n = = 41,33 > 5 mm..oke!! 4 1 Digunakan tulangan 4 D 19 b. Penulangan Daerah Lapangan Mu = 4,834 tm = 4, Nmm Mn = Mu 4, ,8 7 = 6, Nmm 7 Mn 6,04510 Rn = 1,73 Nmm b.d ,5 = 1 1 m 1.m.Rn fy = ,88 = 0, ,881, > min < max dipakai tulangan tunggal Digunakan ada = 0,00475 As perlu = ada. b. d = 0, ,5 = 486,64 mm As perlu n = 1/ ,64 = 1,71 ~ tulangan 83,385 As = 83,385 = 566,77 > 486,64 mm

185 103 As > As.aman Ok! Kontrol Spasi : S = b - p - n tulangan - sengkang n = = 16 > 5 mm..oke!! 1 Digunakan tulangan D 19 c. Perhitungan Tulangan Geser Balok Portal Memanjang Dari Perhitungan SAP 000 diperoleh momen terbesar pada Portal As-4 bentang A-B Vu = 10017,68 kg = ,8 N Vc = 1/6. f ' c.b.d = 1/ ,5 = N Ø Vc = 0,6. Vc = 515 N 3 Ø Vc = N Syarat tulangan geser : Ø Vc < Vu < 3 Ø Vc Ø Vs Vs perlu = = Vu - Ø Vc Jadi diperlukan tulangan geser = ,8 515= 48951,8 N Av =. ¼ (10) Vs 48951,8 = = 81586,33N 0,6 0,6 =. ¼. 3, = 157 mm S = Av. fy. d ,5 = = 157,7 mm Vsperlu 81586,33 Smax = d/ = 341,5/ = 170,75 mm Jadi dipakai sengkang dengan tulangan Ø mm Dipakai tulangan Ø mm: Av. fy. d ,5 Vs ada = = = 85784,8 N S 150 Vs ada > Vs perlu

186 ,8 > 81586,33 N...(Aman) Hitungan Tulangan Lentur Balok Portal Melintang Gambar 7.10 Bidang Momen Balok Portal Melintang As 10 (A-F)

187 105 Gambar 7.11 Bidang Geser Balok Portal Melintang As 11 (A-F) Untuk perhitungan tulangan lentur balok portal, diambil pada bentang dengan momen terbesar dari perhitungan SAP 000, yaitu Portal As 10 bentang E-F Data perencanaan: b = 300 mm h = 400 mm d = 341,5 mm fy = 380 MPa fys = 40 MPa f c = 5 MPa Hasil SAP 000: Mu tumpuan (-) = 10,407 tm Mu lapangan (+) = 10,098 tm Ø tulangan = 19 mm Ø sengkang = 10 mm Tebal selimut (s) = 40 mm d = h s - Ø sengkang ½ Ø tul.utama = /. 19 = 341,5 mm 0,85.f' c.β 600 b = fy 600 fy 0,85 5 0, = = 0,0910 max = 0,75. b

188 106 = 0,75. 0,0910 = 0,0183 1,4 1,4 min = 0, fy 380 fy 380 m = 17, 88 0,85.f'c 0,85 5 a. Penulangan Daerah Tumpuan Dari Perhitungan SAP 000 diperoleh momen terbesar pada Portal As 10 bentang E-F Mu = 10,407 tm = 10, Nmm Mn = Mu 10, ,8 7 = Nmm 7 Mn 1310 Rn = 3,7 Nmm b.d ,5 = 1 1 m 1.m.Rn fy = ,88 = 0, ,88 3, > min < max dipakai tulangan tunggal Digunakan ada = 0,01084 As perlu =. b. d = 0, ,5 = 1110,56 mm As perlu n = 1/ ,56 = 3,9~ 4 tulangan 83,385 As = 4 83,385 = 1133,54 > 1110,56 mm

189 107 As > As.aman Ok! Kontrol Spasi : S = b - p - n tulangan - sengkang n = = 41,33 > 5 mm..oke!! 4 1 Digunakan tulangan 4 D 19 b. Penulangan Daerah Lapangan Dari Perhitungan SAP 000 diperoleh momen terbesar pada Portal As 10 bentang E-F Mu = 10,098 tm = 10, Nmm Mn = Mu 10, ,8 7 = 1, Nmm 7 Mn 1,610 Rn = 3,61 Nmm b.d ,5 = 1 1 m 1.m.Rn fy = ,88 = 0, ,88 3, > min < max dipakai tulangan tunggal Digunakan ada = 0,01048 As perlu =. b. d = 0, ,5 = 1073,88 mm As perlu n = 1/ ,88 = 3,79~ 4 tulangan 83,385

190 108 As = 4 83,385 = 1133,54 > 1073,88 mm As > As.aman Ok! Kontrol Spasi : S = b - p - n tulangan - sengkang n = 4 1 = 41,33 > 5 mm..oke!! Digunakan tulangan 4 D Perhitungan Tulangan Geser Dari Perhitungan SAP 000 diperoleh momen terbesar pada Portal As 11 bentang A-B. Vu = 9461,67 kg = 94616,7 N Vc = 1/6. f ' c.b.d = 1/ ,5 = N Ø Vc = 0,6. Vc = 515 N 3 Ø Vc = N Syarat tulangan geser : Ø Vc < Vu < 3 Ø Vc Jadi diperlukan tulangan geser Ø Vs = Vu - Ø Vc Vs perlu = = 94616,7 515= 43391,7 N Av =. ¼ (10) Vs 43391,7 = = 7319,5 N 0,6 0,6 =. ¼. 3, = 157 mm S = Av. fy. d ,5 = Vsperlu 7319,5 = 177,93 mm Smax = d/ = 341,5/ = 170,75 mm Jadi dipakai sengkang dengan tulangan Ø mm Dipakai tulangan Ø mm:

191 109 Av. fy. d ,5 Vs ada = = = 85784,8 N S 150 Vs ada > Vs perlu 85784,8 > 7319,5 N...(Aman) 7.5. Penulangan Kolom A Hitungan Tulangan Lentur Kolom Gambar 7.1 Bidang Axial Kolom As E-8

192 110 Gambar 7.13 Bidang Momen Kolom As E (10-11) Gambar 7.14 Bidang Geser Kolom As E (10-11) Untuk contoh pehitungan tulangan lentur kolom diambil momen terbesar dari perhitungan dengan SAP 000, yaitu As E 8 Data perencanaan : b = 400 mm h = 400 mm f c = 5 MPa fy = 380 MPa Ø tulangan =16 mm Ø sengkang = 10 mm s (tebal selimut) = 40 mm Dari perhitungan SAP didapat : Pu = 44194,51 kg = ,1 N Mu = 3488,59 kgm = 3, Nmm

193 111 d = h s Ø sengkang ½ Ø tulangan utama = ½.16 = 34mm d = h d = = 58 mm e = 7 Mu 3,48910 Pu ,1 = 78,95 mm e min= 0,1.h = 0, = 40 mm Cb =. d fy = 09,39 ab = β 1.cb = 0,85 09,39 = 177,98 Pn b = 0,85 f c ab b = 0, , = 15, N Pn Perlu = Pnb 0,65 15,1310 0,65 5 = 3, N Pn perlu > Pn b analisis keruntuhan tekan e K 1 = 5 d d' 0, 40 = 0, 5 = 0, h e K = 1, 18 d y = 1, 18 = 1,59 34 = b h fc = = 4, N

194 11 1 K 1 As = K 1. P n Perlu. y fy K 1 5 0,641 6 = 0,641 3,810 4, ,59 = 316,66 mm As t = 1 % Ag =0, = 1600 mm As t = As + As, dimana As t > As As = As t mm Dipakai As = 800 mm Menghitung jumlah tulangan : 800 n = 3,98 4 tulangan 1..(16) 4 As ada = 4. ¼. π. 16 = 803,84 mm > 800 mm As ada > As perlu.. Ok! Kontrol Spasi : S = b - p - n tulangan - sengkang n = = 78,67 > 5 mm..oke!! 4 1 Jadi dipakai tulangan 4 D Hitungan Tulangan Geser Kolom Vu = 10017,68 kg = 10, N Pu = 44194,51 kg = ,1 N Pu Vc = Ag f ' c. b. d ,1 5 = , N

195 113 Ø Vc = 0,6 Vc = 0, N 0,5 Ø Vc = 10, N Vu < 0,5 Ø Vc => tanpa diperlukan tulangan geser. Dipakai sengkang praktis untuk penghubung tulangan memanjang : mm. 7.6 PENULANGAN SLOOF Perhitungan Tulangan Lentur Sloof Gambar 7.15 Bidang Momen Sloof As F (1-11)

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan 3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH DUA LANTAI

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH DUA LANTAI TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH DUA LANTAI Disusun oleh: ANDI YUNIANTO NIM: I 8507035 PROGRAM D-III TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKRTA

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun beban

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia konstruksi saat ini semakin berkembang pesat, meningkatnya berbagai kebutuhan manusia akan pekerjaan konstruksi menuntut untuk terciptanya inovasi dan kreasi

Lebih terperinci

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia teknik sipil menuntut bangsa Indonesia untuk dapat menghadapi segala kemajuan dan tantangan. Hal itu dapat terpenuhi apabila sumber daya

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN DAN TOKO BUKU 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR DAN ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN DAN TOKO BUKU 2 LANTAI TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Gedung Swalayan dan Toko Buku Lantai PERENCANAAN STRUKTUR DAN ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN DAN TOKO BUKU LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Tugas Akhir Perencanaan Struktur Salon, fitness & Spa 2 lantai TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : Enny Nurul Fitriyati I

Tugas Akhir Perencanaan Struktur Salon, fitness & Spa 2 lantai TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : Enny Nurul Fitriyati I Tugas Akhir Perencanaan Struktur Salon, fitness & Spa lantai A- TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR SALON FITNES DAN SPA LANTAI Disusun Oleh : Enny Nurul Fitriyati I.85060 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG RSUD 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG RSUD 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG RSUD LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi D3 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO ELEKTRONIK 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO ELEKTRONIK 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO ELEKTRONIK LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.) pada Program Studi Diploma III

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil disusun oleh : MUHAMMAD NIM : D

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RESTORAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RESTORAN 2 LANTAI digilib.uns.ac.id PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RESTORAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH DAN LABORATORIUM 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH DAN LABORATORIUM 2 LANTAI TUGAS AKHIR perpustakaan.uns.ac.id PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH DAN LABORATORIUM LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI digilib.uns.ac.id PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN LANTAI Oleh: Fredy Fidya Saputra I.8505014 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM D III JURUSAN TEKNIK SIPIL SURAKARTA 009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D3 Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUMAH TINGGAL 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUMAH TINGGAL 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUMAH TINGGAL 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL 2011

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL 2011 TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA 2 LANTAI Dikerjakan Oleh: CINTIA PRATIWI NIM. I 8508002 UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL 2011 LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

GEDUNG ASRAMA DUA LANTAI

GEDUNG ASRAMA DUA LANTAI digilib.uns.ac.id PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG ASRAMA DUA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR Dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR Dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR Dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG SEKOLAH LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ASRAMA MAHASISWA 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ASRAMA MAHASISWA 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ASRAMA MAHASISWA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

Oleh : Hissyam I

Oleh : Hissyam I PERENCANAANN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLETT DAN RESTO 2 LANTAI Oleh : Hissyam I 8507048 D3 TEKNIK SIPIL GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITASS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN CAFE DAN RESTO 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN CAFE DAN RESTO 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN CAFE DAN RESTO 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN SEKOLAHAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN SEKOLAHAN 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN SEKOLAHAN LANTAI Oleh : Dede Setiawan I8506704 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 011 MOTTOO...Sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB 1 LATAR BELAKANG.FIX.pdf BAB 2 DASAR TEORI.FIX.pdf

BAB 1 LATAR BELAKANG.FIX.pdf BAB 2 DASAR TEORI.FIX.pdf BAB 1 LATAR BELAKANG.FIX.pdf BAB 2 DASAR TEORI.FIX.pdf BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum Islamic Center sebagai pusat kegiatan keislaman, dimana semua kegiatan pembinaan berupa kegiatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ASRAMA MAHASISWA 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ASRAMA MAHASISWA 2 LANTAI TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ASRAMA MAHASISWA 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG MALL 3 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG MALL 3 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG MALL 3 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D3 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR BUTIK 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR BUTIK 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR BUTIK LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH LANTAI Agus Supriyanto I.850033 D3 TEKNIK SIPIL GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET 011 iv v MOTTO Demi masa, sesungguhnya manusia

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RESTORAN DAN KARAOKE 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RESTORAN DAN KARAOKE 2 LANTAI TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RESTORAN DAN KARAOKE 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

BAB I. Perencanaan Atap

BAB I. Perencanaan Atap BAB I Perencanaan Atap 1. Rencana Gording Data perencanaan atap : Penutup atap Kemiringan Rangka Tipe profil gording : Genteng metal : 40 o : Rangka Batang : Kanal C Mutu baja untuk Profil Siku L : BJ

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SUPERMARKET DAN FASHION DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SUPERMARKET DAN FASHION DUA LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SUPERMARKET DAN FASHION DUA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin pesatnya perkembangan dunia teknik sipil di Indonesia saat ini menuntut terciptanya sumber daya manusia yang dapat mendukung dalam bidang tersebut.

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR PUSKESMAS PEMBANTU DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR PUSKESMAS PEMBANTU DUA LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR PUSKESMAS PEMBANTU DUA LANTAI TUGAS AKHIR Telah disetujui untuk dipertahankan di depan tim penguji sebagai persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya pada jurusan Teknik Sipil Dikerjakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSKESMAS DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSKESMAS DUA LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSKESMAS DUA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Tugas Akhir Perencanaan Struktur dan Rencana Anggaran Biaya Gedung Kuliah 2 Lantai

Tugas Akhir Perencanaan Struktur dan Rencana Anggaran Biaya Gedung Kuliah 2 Lantai 3 PERENCANAAN STRUKTUR Dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG KULIAH 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik

Lebih terperinci

TAMPAK DEPAN RANGKA ATAP MODEL 3

TAMPAK DEPAN RANGKA ATAP MODEL 3 TUGAS STRUKTUR BAJA 11 Bangunan gedung dengan struktur atap dibuat dengan struktur rangka baja. Bentang struktur bangunan, beban gravitasi, beban angin dan mutu bahan, dijelaskan pada data teknis berikut.

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG UKM DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG UKM DUA LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG UKM DUA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI digilib.uns.ac.id PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI. Diajukan Oleh : DANNY ARIEF M I

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI. Diajukan Oleh : DANNY ARIEF M I PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH LANTAI Diajukan Oleh : DANNY ARIEF M I8506009 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET 00 i MOTTO Walaupun hidup

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLET DAN CAFE 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLET DAN CAFE 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLET DAN CAFE 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 PRESENTASI TUGAS AKHIR oleh : PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 LATAR BELAKANG SMA Negeri 17 Surabaya merupakan salah

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG LABORATORIUM DUA LANTAI. Tugas akhir. Sudarmono I

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG LABORATORIUM DUA LANTAI. Tugas akhir. Sudarmono I PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG LABORATORIUM DUA LANTAI Tugas akhir Sudarmono I 85 07 061 Fakultas teknik jurusan teknik sipil Universitas sebelas maret 2010 MOTTO...Sesungguhnya Alloh tidak mengubah keadaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RESTAURANT & TOKO 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RESTAURANT & TOKO 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RESTAURANT & TOKO 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi D-III Teknik Sipil Jurusan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH JUNE ADE NINGTIYA I

DISUSUN OLEH JUNE ADE NINGTIYA I PERENCANAAN STRUKTUR HOTEL 2 LANTAI DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH JUNE ADE NINGTIYA I 8507053 DIPLOMA TIGA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

PERENCANAAN SHOWROOM DAN BENGKEL NISSAN

PERENCANAAN SHOWROOM DAN BENGKEL NISSAN PERENCANAAN SHOWROOM DAN BENGKEL NISSAN TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Lebih terperinci

Tugas Besar Struktur Bangunan Baja 1. PERENCANAAN ATAP. 1.1 Perhitungan Dimensi Gording

Tugas Besar Struktur Bangunan Baja 1. PERENCANAAN ATAP. 1.1 Perhitungan Dimensi Gording 1.1 Perhitungan Dimensi Gording 1. PERENCANAAN ATAP 140 135,84 cm 1,36 m. Direncanakan gording profil WF ukuran 100x50x5x7 A = 11,85 cm 2 tf = 7 mm Zx = 42 cm 2 W = 9,3 kg/m Ix = 187 cm 4 Zy = 4,375 cm

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ( RAB ) TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ( RAB ) TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH LANTAI DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ( RAB ) TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLET DAN RESTO DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLET DAN RESTO DUA LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLET DAN RESTO DUA LANTAI Oleh: Agus Catur kurniawan I.850608 PROGRAM DIII TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 011 MOTTO...Sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN BAB IV ANALISA PERHITUNGAN 4.1 PERHITUNGAN METODE ASD 4.1.1 Perhitungan Gording Data perencanaan: Jenis baja : Bj 41 Jenis atap : genteng Beban atap : 60 kg/m 2 Beban hujan : 20 kg/m 2 Beban hujan : 100

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH DAN TOKO 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH DAN TOKO 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH DAN TOKO LANTAI TUAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh elar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

ANALISA DIMENSI DAN STRUKTUR ATAP MENGGUNAKAN METODE DAKTILITAS TERBATAS

ANALISA DIMENSI DAN STRUKTUR ATAP MENGGUNAKAN METODE DAKTILITAS TERBATAS Analisa Dimensi dan Struktur Atap Menggunakan Metode Daktilitas Terbatas 1 - ANALISA DIMENSI DAN STRUKTUR ATAP MENGGUNAKAN METODE DAKTILITAS TERBATAS M. Ikhsan Setiawan ABSTRAK Sttruktur gedung Akademi

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan merupakan hasil dari perhitungan perencanaan struktur gedung Fakultas Teknik Informatika ITS Surabaya dengan metode SRPMM.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pendidikan Program Diploma III Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret adalah menciptakan Ahli madya yang terampil dan profesional serta kompeten

Lebih terperinci

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR 3.. Denah Bangunan Dalam tugas akhir ini penulis merancang suatu struktur bangunan dengan denah seperti berikut : Gambar 3.. Denah bangunan 33 34 Dilihat dari bentuk

Lebih terperinci

PERENCANAAN KANTOR KECAMATAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN KANTOR KECAMATAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR PERENCANAAN KANTOR KECAMATAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG LABORATORIUM 2 LANTAI & RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG LABORATORIUM 2 LANTAI & RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG LABORATORIUM 2 LANTAI & RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas Akhir Perencanaan Struktur Gedung Sekolah 2 Lantai Tinjauan Umum Perencanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas Akhir Perencanaan Struktur Gedung Sekolah 2 Lantai Tinjauan Umum Perencanaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Perencanaan Pendidikan Nasional di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas BAB V PEMBAHASAN 5.1 Umum Pada gedung bertingkat perlakuan stmktur akibat beban menyebabkan terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas pekerjaan dilapangan, perencana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1 Diagram Alir Mulai Data Eksisting Struktur Atas As Built Drawing Studi Literatur Penentuan Beban Rencana Perencanaan Gording Preliminary Desain & Penentuan Pembebanan

Lebih terperinci

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( ) TUGAS AKHIR STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7 Oleh : RACHMAWATY ASRI (3109 106 044) Dosen Pembimbing: Budi Suswanto, ST. MT. Ph.D

Lebih terperinci

BAB III METODE DESAIN DAN PERENCANAAN RANGKA BALOK BAJA

BAB III METODE DESAIN DAN PERENCANAAN RANGKA BALOK BAJA BAB III METODE DESAIN DAN PERENCANAAN RANGKA BALOK BAJA 3.1 Diagram Alir Perencanaan Kuda kuda Mulai KUDA KUDA TYPE 1 KUDA KUDA TYPE 2 KUDA KUDA TYPE 3 PRE/DESIGN GORDING PEMBEBANAN PRE/DESIGN GORDING

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR PERPUSTAKAAN DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR PERPUSTAKAAN DUA LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR PERPUSTAKAAN DUA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PANJANG BATANG

PERHITUNGAN PANJANG BATANG PERHITUNGAN PANJANG BATANG E 3 4 D 1 F 2 14 15 5 20 A 1 7 C H 17 13 8 I J 10 K 16 11 L G 21 12 6 B 200 200 200 200 200 200 1200 13&16 0.605 14&15 2.27 Penutup atap : genteng Kemiringan atap : 50 Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Struktur Perhitungan struktur meliputi perencanaan atap, pelat, balok, kolom dan pondasi. Perhitungan gaya dalam menggunakan bantuan program SAP 2000 versi 14.

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI) 1 PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai S-1 Teknik Sipil diajukan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT KEGIATAN MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT KEGIATAN MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM) PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT KEGIATAN MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM) Oleh : TRIA CIPTADI 3111 030 013 M. CHARIESH FAWAID 3111 030 032 Dosen

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai 8 BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Pada Pelat Lantai Dalam penelitian ini pelat lantai merupakan pelat persegi yang diberi pembebanan secara merata pada seluruh bagian permukaannya. Material yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( ) BAB 4 STUDI KASUS Struktur rangka baja ringan yang akan dianalisis berupa model standard yang biasa digunakan oleh perusahaan konstruksi rangka baja ringan. Model tersebut dianggap memiliki performa yang

Lebih terperinci

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL Muhammad Igbal M.D.J. Sumajouw, Reky S. Windah, Sesty E.J. Imbar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN BAB V ANALISIS PEMBEBANAN Analisis pembebanan pada penelitian ini berupa beban mati, beban hidup, beban angin dan beban gempa. 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 4,5 m 3,25 m 4,4 m 4,45 m 4 m Gambar 5.1.

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KECAMATAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KECAMATAN 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KECAMATAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya perpustakaan.uns.ac.id pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG PARKIR UNISMA BEKASI DENGAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA

PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG PARKIR UNISMA BEKASI DENGAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA 25 PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG PARKIR UNISMA BEKASI DENGAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA Nana Suryana 1), Eko Darma 2), Fajar Prihesnanto 3) 1,2,3) Teknik Sipil Universitas Islam 45 Bekasi Jl. Cut Mutia

Lebih terperinci

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa Peraturan dan Standar Perencanaan 1. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung SNI - PPTGIUG 2000 2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Gedung SKSNI 02-2847-2002 3. Tata Cara Perencanaan Struktur

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL JALAN MARTADINATA MANADO

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL JALAN MARTADINATA MANADO PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL JALAN MARTADINATA MANADO Claudia Maria Palit Jorry D. Pangouw, Ronny Pandaleke Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email:clauuumaria@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB IV ANALISA STRUKTUR BAB IV ANALISA STRUKTUR 4.1 Data-data Struktur Pada bab ini akan membahas tentang analisa struktur dari struktur bangunan yang direncanakan serta spesifikasi dan material yang digunakan. 1. Bangunan direncanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1. Diagram Alir Perencanaan Struktur Atas Baja PENGUMPULAN DATA AWAL PENENTUAN SPESIFIKASI MATERIAL PERHITUNGAN PEMBEBANAN DESAIN PROFIL RENCANA PERMODELAN STRUKTUR DAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL) PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S 1 Teknik Sipil diajukan

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON TUGAS AKHIR RC09 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON OLEH: RAKA STEVEN CHRISTIAN JUNIOR 3107100015 DOSEN PEMBIMBING: Ir. ISDARMANU, M.Sc

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas Akhir Perencanaan Struktur dan Rencana Anggaran Biaya Gedung Serbaguna 2 lantai Latar Belakang. 1.2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas Akhir Perencanaan Struktur dan Rencana Anggaran Biaya Gedung Serbaguna 2 lantai Latar Belakang. 1.2. Tugas Akhir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia teknik sipil menuntut bangsa Indonesia untuk dapat menghadapi segala kemajuan dan tantangan. Hal itu dapat terpenuhi apabila

Lebih terperinci

Penyelesaian : Penentuan beban kerja (Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983) : Penutup atap (genteng) = 50 kg/m2

Penyelesaian : Penentuan beban kerja (Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983) : Penutup atap (genteng) = 50 kg/m2 II. KONSEP DESAIN Soal 2 : Penelesaian : Penentuan beban kerja (Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983) : Penutup atap (genteng) = 50 kg/m2 = 0,50 kn/m2 Air hujan = 40 - (0,8*a) dengan a = kemiringan

Lebih terperinci

BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR 4.1 Permodelan Elemen Struktur Di dalam tugas akhir ini permodelan struktur dilakukan dalam 2 model yaitu model untuk pengecekan kondisi eksisting di lapangan dan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO BUKU 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO BUKU 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO BUKU 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.) pada Program Studi Diploma III Teknik

Lebih terperinci

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Perencanaan Awal (Preliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi rencana struktur, yaitu pelat, balok dan kolom agar diperoleh

Lebih terperinci

4.3.5 Perencanaan Sambungan Titik Buhul Rangka Baja Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang 15

4.3.5 Perencanaan Sambungan Titik Buhul Rangka Baja Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang 15 3.3 Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang 15 3.3.1 Peraturan-Peraturan 15 3.3.2 Pembebanan ]6 3.3.3 Analisis Struktur 18 3.3.4 Perencanaan Pelat 18 3.3.5 Perencanaan Struktur Portal Beton Bertulang

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Tinjauan Umum Menurut Supriyadi dan Muntohar (2007) dalam Perencanaan Jembatan Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan mengumpulkan data dan informasi

Lebih terperinci

BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03

BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03 BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peraturan-Peraturan yang Dugunakan 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03 2847 2002), 2. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Bangunan

Lebih terperinci

1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19) dan Geser (Ø =8 mm) balok dengan pembebanan sbb : A B C 6 m 6 m

1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19) dan Geser (Ø =8 mm) balok dengan pembebanan sbb : A B C 6 m 6 m Ujian REMIDI Semester Ganjil 013/014 Mata Kuliah : Struktur Beton Bertulang Hari/Tgl/ Tahun : Jumat, 7 Pebruari 014 Waktu : 10 menit Sifat Ujian : Tutup Buku KODE : A 1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19)

Lebih terperinci

Interpretasi dan penggunaan nilai/angka koefisien dan keterangan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna.

Interpretasi dan penggunaan nilai/angka koefisien dan keterangan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna. DISCLAIMER Seluruh nilai/angka koefisien dan keterangan pada tabel dalam file ini didasarkan atas Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1.3.5.3-1987), dengan hanya mencantumkan nilai-nilai

Lebih terperinci

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Balok Lentur.

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Balok Lentur. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Balok Lentur Pertemuan 11, 12 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Analisis Penopang 3.1.1. Batas Kelangsingan Batas kelangsingan untuk batang yang direncanakan terhadap tekan dan tarik dicari dengan persamaan dari Tata Cara Perencanaan Struktur

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN Oleh : 1. AGUNG HADI SUPRAPTO 3111 030 114 2.RINTIH PRASTIANING ATAS KASIH 3111

Lebih terperinci