TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH DUA LANTAI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH DUA LANTAI"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH DUA LANTAI Disusun oleh: ANDI YUNIANTO NIM: I PROGRAM D-III TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKRTA 011

2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia teknik sipil menuntut bangsa Indonesia untuk dapat menghadapi segala kemajuan dan tantangan. Hal itu dapat terpenuhi apabila sumber daya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia memiliki kualitas pendidikan yang tinggi, Karena pendidikan merupakan sarana utama bagi kita untuk semakin siap menghadapi perkembangan ini. Dalam hal ini bangsa Indonesia telah menyediakan berbagai sarana guna memenuhi sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga Program D3 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai salah satu lembaga pendidikan dalam merealisasikan hal tersebut memberikan sebuah perencanaan gedung bertingkat dengan maksud agar menghasilkan tenaga yang bersumber daya dan mampu bersaing dalam dunia kerja. 1.. Rumusan Masalah Masalah-masalah yang akan dibahas dalam penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana mengetahui konsep-konsep dasar berdasarkan data-data yang diperoleh untuk merencanakan suatu bangunan. b. Bagaimana melakukan perhitungan struktur dengan tingkat keamanan yang memadai Maksud dan Tujuan Dalam menghadapi pesatnya perkembangan jaman yang semakin modern dan berteknologi, serta derasnya arus globalisasi saat ini, sangat diperlukan seorang teknisi yang berkualitas. Khususnya commit dalam to bidang user teknik sipil, sangat diperlukan BAB 1 Pendahuluan 1

3 teknisi-teknisi yang menguasai ilmu dan keterampilan dalam bidangnya. Program D3 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai lembaga pendidikan bertujuan untuk menghasilkan ahli teknik yang berkualitas, bertanggungjawab, kreatif dalam menghadapi masa depan serta dapat mensukseskan pembangunan nasional di Indonesia. Program D3 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret memberikan tugas akhir dengan maksud dan tujuan : a. Mahasiswa dapat merencanakan suatu konstruksi bangunan yang sederhana sampai bangunan bertingkat. b. Mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan, pengertian dan pengalaman dalam merencanakan struktur gedung. c. Mahasiswa dapat mengembangkan daya pikirnya dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi dalam perencanaan struktur gedung Metode Perencanaan Metode perencanaan yang digunakan untuk pembahasan tugas akhir ini meliputi: a. Sistem struktur. b. Sistem pembebanan. c. Perencanaan analisa struktur. d. Perencanaan analisa tampang. e. Penyajian gambar arsitektur dan gambar struktur. f. Perencanaan anggaran biaya Kriteria Perencanaan a. Spesifikasi Bangunan 1) Fungsi Bangunan : Gedung kuliah ) Luas Bangunan : 113 m 3) Jumlah Lantai : lantai. 4) Tinggi Tiap Lantai : 4,0 m. 5) Konstruksi Atap commit : to user Rangka kuda-kuda baja. BAB 1 Pendahuluan

4 3 6) Penutup Atap : Genteng. 7) Pondasi : Foot Plat. b. Spesifikasi Bahan 1) Mutu Baja Profil : BJ 37. ) Mutu Beton (f c) : 30 MPa. 3) Mutu Baja Tulangan (fy) : Polos : 40 MPa. Ulir : 360 MPa Peraturan-Peraturan Yang Berlaku a. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung (SNI ). b. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI ). c. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI ). BAB 1 Pendahuluan

5 Perencanaan Struktur Gedung kuliah lantai BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun beban khusus yang bekerja pada struktur bangunan tersebut. Beban-beban yang bekerja pada struktur dihitung menurut Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung SNI , beban-beban tersebut adalah : a. Beban Mati (qd) Beban mati adalah berat dari semua bagian suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung itu. Untuk merencanakan gedung ini, beban mati yang terdiri dari berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung adalah : 1) Bahan Bangunan : a. Beton Bertulang kg/m 3 b. Pasir (jenuh air) kg/m 3 ) Komponen Gedung : a. Langit langit dan dinding (termasuk rusuk rusuknya, tanpa penggantung langit-langit atau pengaku),terdiri dari : 1.semen asbes (eternit) dengan tebal maksimum 4mm kg/m.kaca dengan tebal 3-4 mm kg/m BAB Dasar Teori 4

6 5 b. Penutup atap genteng dengan reng dan usuk kg/m c. Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan beton (tanpa adukan) per cm tebal... 4 kg/m d. Adukan semen per cm tebal... 1 kg/m b. Beban Hidup (ql) Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan lantai dan atap tersebut. Khususnya pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan. Beban hidup yang bekerja pada bangunan ini disesuaikan dengan rencana fungsi bangunan tersebut. Beban hidup untuk bangunan ini terdiri dari : 1) Beban atap kg/m ) Beban tangga dan bordes kg/m 3) Beban lantai kg/m Berhubung peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang membebani semua bagian dan semua unsur struktur pemikul secara serempak selama unsur gedung tersebut adalah sangat kecil, maka pada perencanaan balok induk dan portal dari sistem pemikul beban dari suatu struktur gedung, beban hidupnya dikalikan dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan gedung yang ditinjau, seperti diperlihatkan pada Tabel.1. : BAB Dasar Teori

7 6 Tabel.1. Koefisien reduksi beban hidup Penggunaan Gedung PERUMAHAN/PENGHUNIAN : Rumah tinggal, hotel, rumah sakit PERDAGANGAN : Toko,toserba,pasar GANG DAN TANGGA : ~ Perumahan / penghunian ~ Pendidikan, kantor ~ Pertemuan umum, perdagangan dan penyimpanan, industri, tempat kendaraan Sumber : SNI Koefisien Beban Hidup untuk Perencanaan Balok Induk 0,75 0,80 0,75 0,75 0,90 c. Beban Angin (W) Beban Angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban Angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (hisapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan negatif yang dinyatakan dalam kg/m ini ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup dengan koefisien koefisien angin. Tekan tiup harus diambil minimum 5 kg/m, kecuali untuk daerah di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari tepi pantai. Pada daerah tersebut tekanan hisap diambil minimum 40 kg/m. Sedangkan koefisien angin untuk gedung tertutup : 1) Dinding Vertikal a. Di pihak angin ,9 b. Di belakang angin...- 0,4 ) Atap segitiga dengan sudut kemiringan a a. Di pihak angin : a < ,0 a - 0,4 BAB Dasar Teori 65 < a < ,9

8 7 b. Di belakang angin, untuk semua a ,4.1..Sistem Kerjanya Beban Bekerjanya beban untuk bangunan bertingkat berlaku sistem gravitasi, yaitu elemen struktur yang berada di atas akan membebani elemen struktur di bawahnya, atau dengan kata lain elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih besar akan menahan atau memikul elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih kecil. Dengan demikian sistem bekerjanya beban untuk elemen-elemen struktur gedung bertingkat secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut : Beban pelat lantai didistribusikan terhadap balok anak dan balok portal, beban balok portal didistribusikan ke kolom dan beban kolom kemudian diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi Provisi Keamanan Dalam pedoman beton SNI , struktur harus direncanakan untuk memiliki cadangan kekuatan untuk memikul beban yang lebih tinggi dari beban normal. Kapasitas cadangan ini mencakup faktor pembebanan (U), yaitu untuk memperhitungkan pelampauan beban dan faktor reduksi (Æ), yaitu untuk memperhitungkan kurangnya mutu bahan di lapangan. Pelampauan beban dapat terjadi akibat perubahan dari penggunaan untuk apa struktur direncanakan dan penafsiran yang kurang tepat dalam memperhitungkan pembebanan. Kekurangan kekuatan dapat diakibatkan oleh variasi yang merugikan dari kekuatan bahan, pengerjaan, dimensi, pengendalian dan tingkat pengawasan. Faktor pembebanan U untuk beton seperti diperlihatkan pada Tabel.. Faktor pembebanan U untuk baja pada Tabel.3., dan Faktor Reduksi Kekuatan Æ pada Tabel.4. : BAB Dasar Teori

9 8 Tabel.. Faktor pembebanan U untuk beton No. KOMBINASI BEBAN FAKTOR U L D, L D, L, W 1,4 D 1, D +1,6 L + 0,5 1, D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 Tabel.3. Faktor pembebanan U untuk baja No. KOMBINASI BEBAN FAKTOR U D D, L D, L, W 1,4 D 1, D +1,6 L + 0,5 1, D + 1,0 L ± 1,3 W + 0,5 Keterangan : D = Beban mati L = Beban hidup W = Beban angin Tabel.4. Faktor Reduksi Kekuatan Æ No GAYA Æ Lentur tanpa beban aksial Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur Komponen dengan tulangan spiral Komponen lain Geser dan torsi Tumpuan Beton Komponen struktur yang memikul gaya tarik a. Terhadap kuat tarik leleh b. Terhadap kuat tarik fraktur Komponen struktur yang memikul gaya tekan 0,80 0,80 0,70 0,65 0,75 0,65 0,9 0,75 0,85 BAB Dasar Teori

10 9 Kandungan agregat kasar untuk beton struktural seringkali berisi agregat kasar berukuran diameter lebih dari cm, maka diperlukan adanya jarak tulangan minimum agar campuran beton basah dapat melewati tulangan baja tanpa terjadi pemisahan material sehingga timbul rongga - rongga pada beton. Sedang untuk melindungi dari karat dan kehilangan kekuatannya dalam kasus kebakaran, maka diperlukan adanya tebal selimut beton minimum. Beberapa persyaratan utama pada pedoman beton SNI adalah sebagai berikut : a. Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama, tidak boleh kurang dari d b ataupun 5 mm, dimana d b adalah diameter tulangan. b. Jika tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih, tulangan pada lapisan atas harus diletakkan tepat diatas tulangan di bawahnya dengan jarak bersih tidak boleh kurang dari 5 mm. Tebal selimut beton minimum untuk beton yang dicor setempat adalah: a. Untuk pelat dan dinding = 0 mm b. Untuk balok dan kolom = 40 mm c. Beton yang berhubungan langsung dengan tanah atau cuaca = 50 mm.. Perencanaan Atap a. Pembebanan Pada perencanaan atap ini, beban yang bekerja adalah : 1) Beban mati ) Beban hidup 3) Beban air b. Asumsi Perletakan 1) Tumpuan sebelah kiri adalah sendi. ) Tumpuan sebelah kanan adalah rol. c. Analisa struktur menggunakan program SAP 000. d. Analisa tampang menggunakan commit peraturan to user SNI BAB Dasar Teori

11 10 e. Perhitungan dimensi profil kuda-kuda. 1) Batang tarik Ag perlu = P mak Fy An perlu = 0,85.Ag An = Ag-dt L = Panjang sambungan dalam arah gaya tarik x= Y-Yp x U = 1 - L Ae = U.An Cek kekuatan nominal : Kondisi leleh f Pn = 0,9. Ag. Fy Kondisi fraktur f Pn = 0,75. Ag. Fu f Pn>P. ( aman ) ) Batang tekan Periksa kelangsingan penampang : b tw = 300 Fy K. l lc= rp Fy E BAB Dasar Teori

12 11 Apabila = λc 0,5 ω = 1 0,5 < λs < 1, ω 1,43 = 1,6-0,67λc λs 1, ω = 1,5.l s Pn = f. Ag. Fcr= Ag Pu fp n f y w < 1. ( aman ).3. Perencanaan Tangga a. Pembebanan : 1) Beban mati ) Beban hidup : 300 kg/m b. Asumsi Perletakan 1)Tumpuan bawah adalah jepit. )Tumpuan tengah adalah sendi. 3)Tumpuan atas adalah jepit. c. Analisa struktur menggunakan program SAP 000. d. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI e. Perhitungan untuk penulangan tangga Mn = Mu f Dimana f = 0,8 m = fy f 0,85. ' c Mn Rn= b.d BAB Dasar Teori

13 1 r = 1 æ ç 1- mè 1-.m.Rn fy ö ø rb = 0,85.fc æ 600. b. ç fy è 600+ fy r max = 0,75. rb r min < r < r maks ö ø tulangan tunggal r < r min dipakai r min = 0,005 As = r ada. b. d.4. Perencanaan Plat Lantai a. Pembebanan : 1) Beban mati ) Beban hidup : 50 kg/m b. Asumsi Perletakan : jepit elastis dan jepit penuh c. Analisa struktur menggunakan program SAP 000. d. Analisa tampang menggunakan SNI Pemasangan tulangan lentur disyaratkan sebagai berikut : 1) Jarak minimum tulangan sengkang 5 mm ) Jarak maksimum tulangan sengkang 40 atau h Penulangan lentur dihitung analisa tulangan tunggal dengan langkah-langkah sebagai berikut : M u M n = f dimana, f = 0, 80 f y m = 0,85xf ' M Rn = n bxd c BAB Dasar Teori

14 13 r = 1 æ ç 1- mè 1-.m.Rn fy ö ø rb = 0,85.fc æ 600. b. ç fy è 600+ fy r max = 0,75. rb r min < r < r maks ö ø tulangan tunggal r < r min dipakai r min = 0,005 As = r ada. b. d Luas tampang tulangan As = Jumlah tulangan x Luas.5. Perencanaan Balok Anak a. Pembebanan : 1) Beban mati ) Beban hidup : 50 kg/m b. Asumsi Perletakan : jepit jepit c. Analisa struktur menggunakan program SAP 000. d. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI Perhitungan tulangan lentur : M u M n = f dimana, f = 0, 80 f y m = 0,85xf ' M Rn = n bxd c BAB Dasar Teori

15 14 r = 1 æ ç 1- mè 1-.m.Rn fy ö ø rb = 0,85.fc æ 600. b. ç fy è 600+ fy r max = 0,75. rb r min = 1,4/fy r min < r < r maks ö ø tulangan tunggal r < r min dipakai r min Perhitungan tulangan geser : f = 0,60 V c = 1 6 x f Vc=0,6 x Vc f ' cxbxd Φ.Vc Vu 3 Φ Vc ( perlu tulangan geser ) Vu < Æ Vc < 3 Ø Vc (tidak perlu tulangan geser) Vs perlu = Vu Vc ( pilih tulangan terpasang ) Vs ada = ( Av. fy. d) s ( pakai Vs perlu ).6. Perencanaan Portal a. Pembebanan : 1) Beban mati ) Beban hidup : 00 kg/m BAB Dasar Teori

16 15 b. Asumsi Perletakan 1) Jepit pada kaki portal. ) Bebas pada titik yang lain c. Analisa struktur menggunakan program SAP 000. Perhitungan tulangan lentur : M u M n = f dimana, f = 0, 80 f y m = 0,85xf ' M Rn = n bxd c r = 1 æ ç 1- mè 1-.m.Rn fy ö ø rb = 0,85.fc æ 600. b. ç fy è 600+ fy r max = 0,75. rb r min = 1,4/fy r min < r < r maks ö ø tulangan tunggal r < r min dipakai r min Perhitungan tulangan geser : f = 0,60 V c = 1 6 x f Vc=0,6 x Vc f ' cxbxd Φ.Vc Vu 3 Φ Vc ( perlu tulangan geser ) Vu < Æ Vc < 3 Ø Vc (tidak perlu tulangan geser) BAB Dasar Teori

17 16 Vs perlu = Vu Vc ( pilih tulangan terpasang ) ( Av. fy. d) Vs ada = s ( pakai Vs perlu ).7. Perencanaan Pondasi a. Pembebanan : Beban aksial dan momen dari analisa struktur portal akibat beban mati dan beban hidup. b. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI Perhitungan kapasitas dukung pondasi : s yang terjadi = Vtot Mtot + A 1.b.L 6 = σ tan ahterjadi < s ijin tanah...( dianggap aman ) Sedangkan pada perhitungan tulangan lentur Mu = ½. qu. t f y m = 0,85xf ' M Rn = n bxd c r = 1 æ ç 1- mè 1-.m.Rn fy ö ø 0,85.fc æ 600 rb = ö. b. ç fy è 600+ fyø r max = 0,75. rb r min < r < r maks BAB Dasar Teori tulangan tunggal

18 17 r < r min dipakai r min = 0,0036 As = r ada. b. d Luas tampang tulangan As = r xbxd Perhitungan tulangan geser : Vu = s x A efektif f = 0,60 V c = 1 x f ' cxbxd 6 f Vc = 0,6 x Vc Φ.Vc Vu 3 Φ Vc ( perlu tulangan geser ) Vu < Æ Vc < 3 Ø Vc (tidak perlu tulangan geser) Vs perlu = Vu Vc ( pilih tulangan terpasang ) Vs ada = ( Av. fy. d) s ( pakai Vs perlu ) BAB Dasar Teori

19 BAB 3 PERENCANAAN ATAP 3.1. Rencana Atap 31 4,5 4,5 4,5 4 4,5 4,5 4,5 G KT SK KU N KU KT SK 18 JR G G JR Gambar 3.1. Rencana Atap Keterangan : KU = Kuda-kuda utama G = Gording KT = Kuda-kuda trapesium N = Nok SK = Setengah kuda-kuda JR = Jurai BAB 3 Perencanaan Atap 18

20 Dasar Perencanaan Secara umum data yang digunakan untuk perhitungan rencana atap adalah sebagai berikut : a. Bentuk rangka kuda-kuda : seperti gambar 3.1 b. Jarak antar kuda-kuda : 4,5 m c. Kemiringan atap (a) : 1). Atap jenis 1 = 30 o ). Atap jenis = 45 o d. Bahan gording : baja profil kanal ( ) e. Bahan rangka kuda-kuda : baja profil double siku sama kaki (û ë) f. Bahan penutup atap : genteng tanah liat g. Alat sambung : baut-mur. h. Jarak antar gording : 1). Atap jenis 1 = 1,73 m ). Atap jenis =,1 m i. Bentuk atap : limasan j. Mutu baja profil : Bj-37 s ijin = 1600 kg/cm s Leleh = 400 kg/cm (SNI ) 3.. Perencanaan Gording Perencanaan Pembebanan Dicoba menggunakan gording dengan dimensi baja profil tipe kanal ( ) 40 x 85 x 9,5 x 13 pada perencanaan kuda- kuda dengan data sebagai berikut : a. Berat gording = 33, kg/m. f. t s = 13 mm b. I x = 3600 cm 4. g. t b = 13 mm c. I y = 48 cm 4. h. W x = 300 cm 3. d. h = 40 mm i. W y = 39,6 cm 3. e. b = 85 mm BAB 3 Perencanaan Atap

21 0 Pembebanan berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG 1989), sebagai berikut : a. Berat penutup atap = 50 kg/m. b. Beban angin = 5 kg/m. c. Berat hidup (pekerja) = 100 kg. d. Berat penggantung dan plafond = 18 kg/m 3...Perhitungan Pembebanan a. Atap jenis 1 1. Beban Mati (titik) y x q x a Gambar 3.. Beban mati P q y Berat gording = 33, kg/m Berat penutup atap = ( 1,73 x 50 ) = 86,5 kg/m Berat plafon = ( 1,5 x 18 ) 7 kg/m q = 146,7 kg/m + q x = q sin a = 146,7 x sin 30 = 73,35 kg/m. q y = q cos a = 146,7 x cos 30 = 17,05 kg/m. M x1 = 1 / 8. q y. L = 1 / 8 x 17,05 x ( 4,5 ) = 31,60 kgm. M y1 = 1 / 8. q x. L = 1 / 8 x 73,35 x ( 4,5 ) = 185,67 kgm. BAB 3 Perencanaan Atap

22 1. Beban hidup y x P x a P P y Gambar 3.3. Beban hidup P diambil sebesar 100 kg. P x = P sin a = 100 x sin 30 = 50 kg. P y = P cos a = 100 x cos 30 = 86,60 kg. M x = 1 / 4. P y. L = 1 / 4 x 86,60 x 4,5 = 97,43 kgm. M y = 1 / 4. P x. L = 1 / 4 x 50 x 4,5 = 56,5 kgm. 3. Beban angin TEKAN HISAP Gambar 3.4. Beban angin Beban angin kondisi normal, minimum = 5 kg/m (PPIUG 1989) Koefisien kemiringan atap (a) = 30 a) Koefisien angin tekan = (0,0a 0,4) = (0,0.30 0,4) = 0, b) Koefisien angin hisap = 0,4 Beban angin : a) Angin tekan (W 1 ) = koef. Angin tekan x beban angin x 1/ x (s 1 +s ) = 0, x 5 x ½ x (1,73+1,73) = 8,65 kg/m. BAB 3 Perencanaan Atap

23 b) Angin hisap (W ) = koef. Angin hisap x beban angin x 1/ x (s 1 +s ) = 0,4 x 5 x ½ x (1,73+1,73) = -17,3 kg/m. Beban yang bekerja pada sumbu x, maka hanya ada harga M x : a) M x (tekan) = 1 / 8. W 1. L = 1 / 8 x 8,65 x (4,5) = 1,90 kgm. b) M x (hisap) = 1 / 8. W. L = 1 / 8 x -17,3 x (4,5) = -43,80 kgm. Kombinasi = 1,D + 1,6L ± 0,8w a) M x M x (max) = 1,D + 1,6L + 0,8 = 1,(31,60) + 1,6(97,43) + 0,8(1,90) = 559,38 kgm M x (min) = 1,D + 1,6L - 0,8W = 1,(31,60) + 1,6(97,43) - 0,8(1,90) = 54,88 kgm b) M y M x (max) = M x (min) = 1,(185,67) + 1,6(56,5) = 31,81 kgm Tabel 3.1. Kombinasi Gaya Dalam Pada Gording Beban Beban Beban Angin Kombinasi Momen Mati Hidup Tekan Hisap Maksimum Minimum Mx (kgm) 31,60 97,43 1,90-43,80 559,38 54,88 My (kgm) 185,67 56, ,81 31,81 BAB 3 Perencanaan Atap

24 3 b. Atap jenis 1. Beban Mati (titik) y x q x a Gambar 3.5. Beban mati P q y Berat gording = 33, kg/m Berat penutup atap = (,1 x 50 ) = 106 kg/m Berat plafon = ( x 18 ) 36 kg/m q = 175, kg/m + q x = q sin a = 175, x sin 45 = 13,89 kg/m. q y = q cos a = 175, x cos 45 = 13,89 kg/m. M x1 = 1 / 8. q y. L = 1 / 8 x 13,89 x ( 4,5 ) = 313,60 kgm. M y1 = 1 / 8. q x. L = 1 / 8 x 13,89 x ( 4,5 ) = 313,60 kgm.. Beban hidup y x P x a P P y Gambar 3.6. Beban hidup BAB 3 Perencanaan Atap

25 4 P diambil sebesar 100 kg. P x = P sin a = 100 x sin 45 = 70,711 kg. P y = P cos a = 100 x cos 45 = 70,711 kg. M x = 1 / 4. P y. L = 1 / 4 x 70,711 x 4,5 = 79,550 kgm. M y = 1 / 4. P x. L = 1 / 4 x 70,711 x 4,5 = 79,550 kgm. 3. Beban angin TEKAN HISAP Gambar 3.7. Beban angin Beban angin kondisi normal, minimum = 5 kg/m (PPIUG 1989) Koefisien kemiringan atap (a) = 45 a) Koefisien angin tekan = (0,0a 0,4) = (0,0.45 0,4) = 0,5 b) Koefisien angin hisap = 0,4 Beban angin : a) Angin tekan (W 1 ) = koef. Angin tekan x beban angin x 1/ x (s 1 +s ) = 0,5 x 5 x ½ x (,1+,1) = 6,5 kg/m. b) Angin hisap (W ) = koef. Angin hisap x beban angin x 1/ x (s 1 +s ) = 0,4 x 5 x ½ x (,1+,1) = -1, kg/m. Beban yang bekerja pada sumbu x, maka hanya ada harga M x : a) M x (tekan) = 1 / 8. W 1. L = 1 / 8 x 6,5 x (4,5) = 67,08 kgm. b) M x (hisap) = 1 / 8. W. L = 1 / 8 x -1, x (4,5) = -53,66 kgm. BAB 3 Perencanaan Atap

26 5 Kombinasi = 1,D + 1,6L ± 0,8w a) M x M x (max) = 1,D + 1,6L + 0,8 = 1,(313,60) + 1,6(79,550) + 0,8(67,08) = 557,64 kgm M x (min) = 1,D + 1,6L - 0,8W = 1,(313,60) + 1,6(79,550) - 0,8(67,08) = 449,936 kgm b) M y M x (max) = M x (min) = 1,(313,60) + 1,6(79,550) = 503,6 kgm Tabel 3.. Kombinasi Gaya Dalam Pada Gording Beban Beban Beban Angin Kombinasi Momen Mati Hidup Tekan Hisap Maksimum Minimum Mx (kgm) 313,60 79,550 67,08-53,66 557,64 449,936 My (kgm) 313,60 79, ,6 503, Kontrol Tahanan Momen a. Atap jenis 1 Kontrol terhadap momen maksimum Mux = 559,38 kgm = 559,38 x10 4 Nmm Muy = 31,81 kgm = 31,81 x10 4 Nmm Mnx Mny = Wx.fy = 300 x10 3 (40) = Nmm = Wy.fy = 39,6 x10 3 (40) commit = to user Nmm BAB 3 Perencanaan Atap

27 6 Cek tahanan momen lentur Mux Muy + f b Mnx f b Mny 1, ,38x10 31,81x ,0 0,9x ,9x ,46 1,0.. ( aman ) b. Atap jenis Kontrol terhadap momen maksimum Mux = 557,64 kgm = 557,64 x10 4 Nmm Muy = 503,6 kgm = 503,6 x10 4 Nmm Mnx = Wx.fy = 300 x10 3 (40) = Nmm Mny = Wy.fy = 39,6 x10 3 (40) = Nmm Cek tahanan momen lentur Mux Muy + f b Mnx f b Mny 1, ,64x10 503,6 x10 + 1,0 0,9x ,9x ,67 1,0.. ( aman ) BAB 3 Perencanaan Atap

28 Kontrol Terhadap Lendutan a. Atap jenis 1 Di coba profil : 40 x 85 x 9,5 x 13 qx = 0,73 kg/cm E = x 10 6 kg/cm qy = 1,7 kg/cm Ix = 3600 cm 4 Px = 50 kg Iy = 48 cm 4 Py = 86,60 kg 1 Zijin= 450= 1,875 cm qx. L Px. L Zx = E. Iy 48. E. Iy ,73(450) = + = 0,977 cm qy. l Py. L Zy = E. Ix 48. E. Ix = 4 5.1,7.(450) ,60.(450) = 0,117 cm Z = Zx + Zy = ( 0,977) + (0,117) = 0,984 cm Z Z ijin 0,984 cm 1,875 cm aman! Jadi, baja profil kanal ( ) dengan dimensi 40 x 85 x 9,5 x 13 aman dan mampu menerima beban apabila digunakan untuk gording. BAB 3 Perencanaan Atap

29 8 b. Atap jenis Di coba profil : 40 x 85 x 9,5 x 13 q x = 1,39 kg/cm E = 10 6 kg/cm q y = 1,39 kg/cm I x = 3600 cm 4 P x = 70,711 kg I y = 48 cm 4 P y = 70,711 kg 1 Zijin= 450= 1,875 cm qx. L Px. L Zx = E. Iy 48. E. Iy ,39(450) 70, = + = 1,601 cm qy. l Py. L Zy = E. Ix 48. E. Ix = 4 5.1,39.(450) ,711.(450) = 0,11 cm Z = Zx + Zy = ( 1,601) + (0,11) = 1,605 cm Z Z ijin 1,605 cm 1,875 cm aman! Jadi, baja profil kanal ( ) dengan dimensi 40 x 85 x 9,5 x 13 aman dan mampu menerima beban apabila digunakan untuk gording. BAB 3 Perencanaan Atap

30 Perencanaan Setengah Kuda-kuda Gambar 3.8. Rangka Batang Setengah Kuda- kuda Perhitungan Panjang Batang Setengah Kuda-kuda Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel 3.3. Perhitungan Panjang Batang Pada Setengah Kuda-kuda Nomor batang Panjang (m) Nomor batang Panjang (m) 1 1, ,4 1, ,94 3 1,51 0,1 4 1,5 1,1 5 1,5 3,3 6 1,5 3,96 7 1,73 4 3,3 8 1,73 5 3,83 9 1,73 6 4, ,73 7 4,7 11 1,73 8 0,5 BAB 3 Perencanaan Atap

31 30 1 1,73 9 1,54 13,1 30 1,13 14,1 31 3,0 15,1 3 1, ,7 33 1, ,59 34, Perhitungan luasan Setengah Kuda-kuda o n m l k n o j m h i g j f k e l h i g' g f' e' d' c' b' a' d c b a f e d c b a Gambar 3.9 Luasan Atap Setengah Kuda-kuda Panjang atap ao Panjang atap bn Panjang atap cm Panjang atap dl Panjang atap ek Panjang atap fj Panjang atap gi = 10 m = 8,5 m = 6,75 m = 5,5 m = 3,38 m = 1,13 m = 0,75 m BAB 3 Perencanaan Atap

32 31 Panjang atap ab Panjang atap bc Panjang atap gh Panjang atap a b Panjang atap b c Panjang atap g h = no = 1,96 m = cd = de = ef = fg = ij = jk = kl = lm = mn = 1,68 m = hi = 0,84 m = 1,75 m = c d = d e = e f = f g = 1,5 m = 0,75 m Luas atap abno = ½ x (ao + bn) x a b = ½ x (10 + 8,5) x 1,75 = 15,97 m Luas atap bcmn = ½ x (bn + cm) x b c = ½ x (8,5 + 6,75) x 1,5 = 11,5 m Luas atap cdlm = ½ x (cm + dl) x c d = ½ x (6,75 + 5,5) x 1,5 = 9 m Luas atap dekl = ½ x (dl + ek) x d e = ½ x (5,5 + 3,75) x 1,5 = 6,75 m Luas atap efjk = ½ x (ek + fj) x e f = ½ x (3,75 +,5) x 1,5 = 4,50 m Luas atap fgij = ½ x (fj + gi) x f g = ½ x (,5+0,75) x 1,5 =,5 m Luas atap ghi = ½ x gi x g h = ½ x 0,75 x 0,75 = 0,8 m BAB 3 Perencanaan Atap

33 3 n o m l k o n j m h i g j f k e l h i g' g f' e' d' c' b' a' d c b a f e d c b a Gambar 3.10 Luasan Plafon Setengah Kuda-Kuda Panjang atap ao = 9 m Panjang atap bn = 8,5 m Panjang atap cm = 6,75 m Panjang atap dl = 5,5 m Panjang atap ek = 3,38 m Panjang atap fj = 1,13 m Panjang atap gi = 0,75 m Panjang atap ab = no = 1,96 m Panjang atap bc = cd = de = ef = fg = ij = jk = kl = lm = mn = 1,68 m Panjang atap gh = hi = 0,84 m Panjang atap a b = 1,75 m Panjang atap b c = c d = d e = e f = f g = 1,5 m Panjang atap g h = 0,75 m Luas atap abno = ½ x (ao + bn) x a b = ½ x (9 + 8,5) x 0,75 = 6,47 m BAB 3 Perencanaan Atap

34 33 Luas atap bcmn = ½ x (bn + cm) x b c = ½ x (8,5 + 6,75) x 1,5 = 11,5 m Luas atap cdlm = ½ x (cm + dl) x c d = ½ x (6,75 + 5,5) x 1,5 = 9 m Luas atap dekl = ½ x (dl + ek) x d e = ½ x (5,5 + 3,75) x 1,5 = 6,75 m Luas atap efjk = ½ x (ek + fj) x e f = ½ x (3,75 +,5) x 1,5 = 4,50 m Luas atap fgij = ½ x (fj + gi) x f g = ½ x (,5+0,75) x 1,5 =,5 m Luas atap ghi = ½ x gi x g h = ½ x 0,75 x 0,75 = 0,8 m Perhitungan Pembebanan Setengah Kuda-kuda Data-data pembebanan : Data-data pembebanan : Berat gording = 33, kg/m Berat penutup atap = 50 kg/m Berat plafon dan penggantung = 18 kg/m Berat profil kuda-kuda = 5 kg/m BAB 3 Perencanaan Atap

35 34 P8 P P P P P P P P1 P13 P14 P15 P11 P10 P9 Gambar Pembebanan Setengah Kuda-kuda akibat beban mati a) Perhitungan Beban 1) Beban Mati Beban P 1 Beban gording = Berat profil gording x Panjang Gording ao = 33, x 10 = 33 kg Beban atap = Luas atap abno x Berat atap = 15,97 x 50 = 798,45 kg Beban kuda-kuda = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,51 + 1,73) x 5 = 40,375 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 40,375 = 1,113 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 40,375 = 4,038 kg BAB 3 Perencanaan Atap

36 35 Beban plafon = Luas plafon abno x berat plafon = 6,47 x 18 = 116,46 kg Beban P Beban gording = Berat profil gording x Panjang Gording bn = 33, x 8,5 = 73,9 kg Beban atap = Luas atap atap bcmn x berat atap = 11,5 x 50 = 56,5 kg Beban kuda-kuda = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,73 + 1,73 + 0,7 + 1,59) x 5 = 71,88 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 71,88 = 1,564 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 71,88 = 7,188 kg Beban P 3 Beban gording Beban atap Beban kuda-kuda Beban bracing = Berat profil gording x Panjang Gording cm = 33, x 6,75 = 4,1 kg = Luas atap cdlm x berat atap = 9 x 50 = 450 kg = ½ x Btg( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,73 + 1,4 + 1,94 + 1,73 ) x 5 = 85 kg = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 commit x 85 to user BAB 3 Perencanaan Atap

37 36 = 8,5 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 85 = 5,5 kg Beban P 4 Beban gording = Berat profil gording x Panjang Gording dl = 33, x 5,5 = 174,3 kg Beban atap = Luas atap dekl x berat atap = 6,75 x 50 = 337,5 kg Beban kuda-kuda = ½ x Btg(9 + 0) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,73 +,1) x 5 = 47,875 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 47,875 = 4,788 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 47,875 = 14,363 kg Beban P 5 Beban gording Beban atap = Berat profil gording x Panjang Gording ek = 33, x 3,75 = 14,5 kg = Luas atap dekl x berat atap = 6,75 x 50 = 337,5 kg Beban kuda-kuda kuda - kuda = ½ x Btg( ) x berat profil = ½ commit x (,1+3,3+1,73+1,54+,1+0,5) to user x 5 BAB 3 Perencanaan Atap

38 37 = 141,38 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 141,38 = 14,14 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 141,38 = 4,41 kg Beban P 6 Beban gording = Berat profil gording x Panjang Gording fj = 33, x,5 = 74,7 kg Beban atap = Luas atap efjkl x berat atap = 4,50 x 50 = 5 kg Beban kuda-kuda = ½ x Btg( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (,96+1,73+1,54+,1+,1+3,0+1,73+1,13+3,3+3,3) x 5 = 87,38 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 87,38 = 8,74 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 87,38 = 86,14 kg BAB 3 Perencanaan Atap

39 38 Beban P 7 Beban atap = Luas atap fgij x berat atap =,5 x 50 = 11,5 kg Beban kuda-kuda = ½ x Btg( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (,1+3,0+1,73+3,83+1,73+1,75+,1+1,76) x 5 = 5,75 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 5,75 =,58 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 5,75 = 67,75 kg Beban P 8 Beban atap = Luas atap ghi x berat atap = 0,8 x 50 = 14 kg Beban kuda-kuda = ½ x Btg( )+34) x berat profil kuda kuda = ½ x (,1+1,75+1,73+4,93+4,7+,39) x 5 = 0,5 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 0,5 = 66,075 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 0,5 =,05 kg BAB 3 Perencanaan Atap

40 39 Beban P 9 Beban plafon = Luas plafon bcmn x berat plafon = 11,5 x 18 = 0,5 kg Beban kuda-kuda = ½ x Btg( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,51 + 0,7 + 1,51) x 5 = 46,5 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 46,5 = 13,95 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 46,5 = 4,65 kg Beban P 10 Beban plafon = Luas plafon cdlm x berat plafon = 9 x 18 = 16 kg Beban kuda-kuda = ½ x Btg( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,51 + 1,51 + 1,59 + 1,4) x 5 = 75,15 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 75,15 =,538 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 75,15 = 7,513 kg BAB 3 Perencanaan Atap

41 40 Beban P 11 Beban plafon = Luas plafon dekl x berat plafon = 6,75 x 18 = 11,5 kg Beban kuda-kuda = ½ x Btg(3+19+0) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,51 + 1,94 +,1) x 5 = 69,375 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 69,375 = 0,813 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 69,375 = 6,938 kg Beban P 1 Beban plafon = Luas plafon dekl x berat plafon = 6,75 x 18 = 11,5 kg Beban kuda-kuda = ½ x Btg( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,5 +,1 + 3,3) x 5 = 86,5 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 86,5 = 5,95 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 86,5 = 8,65 kg Beban P 13 Beban plafon = Luas plafon efjk x berat plafon = 4,50 x 18 = 81 commit kg to user BAB 3 Perencanaan Atap

42 41 Beban kuda-kuda = ½ x Btg( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,5 + 1,5 +,96) x 5 = 74,5 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 74,5 =,35 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 37,5 = 7,45 kg Beban P 14 Beban plafon = Luas plafon fgij x berat plafon =,5 x 18 = 40,5 kg Beban kuda-kuda = ½ x Btg( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,5+1,5+3,3+3,83+4,93) x 5 = 188,5 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 188,5 = 56,55 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 188,5 = 18,85 kg Beban P 15 Beban plafon Beban kuda-kuda = Luas plafon ghi x berat plafon = 0,8 x 18 = 5,04 kg = ½ x Btg(6+7) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,5+4,7) x 5 = 77,5 kg BAB 3 Perencanaan Atap

43 4 Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 77,5 = 3,5 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 77,5 = 7,75 kg Beban Tabel 3.4. Rekapitulasi Beban Mati Beban Atap (kg) Beban gording (kg) Beban Kudakuda (kg) Beban Bracing (kg) Beban Plat Penyambu ng (kg) Beban Plafon (kg) Jumlah Beban (kg) Input SAP 000 ( kg ) P1 798, ,375 4,038 1, , , P 56,5 73,9 71,88 7,188 1, , P ,1 85 8,5 5,5-793,1 794 P4 337,5 174,3 47,875 4,788 14, , P5 337,5 14,5 141,38 14,14 4,41-659, P6 5 74,7 87,38 8,74 86,14-70, P7 11,5-5,75,58 67,75-48, P8 14-0,5,05 66,075-3,35 33 P ,5 4,65 13,95 0,5 67,6 68 P ,15 7,513, , P ,375 6,938 0,813 11,5 18,66 19 P ,5 8,65 5,95 11,5 4,6 43 P ,5 7,45, ,3 186 P ,5 18,85 56,55 40,5 304,4 305 P ,5 7,75 3,5 5,04 113, ) Beban Hidup Beban hidup yang bekerja pada P 1, P, P 3 = 100 kg BAB 3 Perencanaan Atap

44 43 3) Beban Angin Perhitungan beban angin W8 W7 15 W3 9 W4 W W W1 W Gambar 3.1 Pembebanan setengah kuda-kuda utama akibat beban angin Beban angin kondisi normal, minimum = 5 kg/m (PPIUG 1983) a) Koefisien angin tekan atap jenis 1 = 0,0a - 0,40 = (0,0 x 30) - 0,40 = 0, ( untuk W1,W,W3,W4) b) Koefisien angin tekan atap jenis = 0,0a - 0,40 = (0,0 x 45) - 0,40 = 0,5 ( untuk W5,W6,W7,W8) W 1 W W 3 W 4 = luas atap abno x koef. angin tekan x beban angin = 15,97 x 0, x 5 = 79,85 kg = luas atap bcmn x koef. angin tekan x beban angin = 11,5 x 0, x 5 = 56,5 kg = luas atap cdlm x koef. angin tekan x beban angin = 9 x 0, x 5 = 45 kg = luas atap dekl x koef. angin tekan x beban angin = 6,75 x 0, x 5 = 33,75 kg BAB 3 Perencanaan Atap

45 44 W 5 W 6 W 7 W 8 = luas atap dekl x koef. angin tekan x beban angin = 6,75 x 0,5 x 5 = 84,375 kg = luas atap efjk x koef. angin tekan x beban angin = 4,50 x 0,5 x 5 = 56,5 kg = luas atap fgij x koef. angin tekan x beban angin =,5 x 0,5 x 5 = 8,15 kg = luas atap ghi x koef. angin tekan x beban angin = 0,8 x 0,5 x 5 = 3,5 kg Tabel 3.5. Perhitungan Beban Angin Beban Angin Beban (kg) Wx W.Cos a (kg) (Untuk Input SAP000) Wy W.Sin a (kg) (Untuk Input SAP000) W 1 79,85 69, ,93 40 W 56,5 48, ,13 9 W ,97 39,5 3 W 4 33,75 9, ,88 17 W 5 84,375 59, ,65 60 W 6 56,5 39, ,77 40 W 7 8,15 19, ,88 0 W 8 3,5,47 3,47 3 Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang kuda-kuda utama sebagai berikut : BAB 3 Perencanaan Atap

46 45 Tabel 3.6 Rekapitulasi Gaya Batang Setengah Kuda-kuda kombinasi Batang Tarik (+) Tekan (-) ( kg ) ( kg ) BAB 3 Perencanaan Atap

47 Perencanaan Profil Kuda- kuda a. Perhitungan profil batang tarik P maks. = 506,03 kg L = 1,94 m f y = 400 kg/cm f u = 3700 kg/cm Kondisi leleh P maks. = f.f y.ag P maks. Ag = = = F.f y 506,03 0, ,16 cm Kondisi fraktur P maks. = f.f u.ae P maks. = f.f u.an.u P F.f. U maks. An = = = u 506,03 0, ,75 L 194 i min = = = 0,81cm ,04 cm BAB 3 Perencanaan Atap

48 47 Dicoba, menggunakan baja profil ûë Dari tabel didapat Ag = 4,8 cm i = 1,51 cm Berdasarkan Ag kondisi leleh Ag = 1,16/ = 0,58 cm Berdasarkan Ag kondisi fraktur Diameter baut = 1/.,54 = 1,7 mm Diameter lubang = 1,7 + = 14,7 mm = 1,47 cm Ag = An + n.d.t = (1,04/) + 1.1,47.0,5 = 1,337 cm Ag yang menentukan = 1,337 cm Digunakan ûë maka, luas profil 4,8 > 1,337 ( aman ) inersia 1,51 > 0,81 ( aman ) b. Perhitungan profil batang tekan P maks. = 56,8 kg L = 1,94 m f y = 400 kg/cm f u = 3700 kg/cm Dicoba, menggunakan baja profil ûë Dari tabel didapat nilai nilai : Ag =.4,8 = 9,6 cm r b t = 1,51 cm = 15,1 mm = 50 mm = 5 mm Periksa kelangsingan penampang : b 00 = t f BAB 3 Perencanaan Atap y = 10 1,

49 48 f y λ c = kl r p E 1(1940) = 15,1 40 3,14 xx10 5 = 1,41 Karena l c >1, maka : w = 1,5 l c w = 1,5.1,41 =,49 f y P n = Ag.f cr = Ag w = = 9530,1 N = 953,01 kg,49 P max fp n 56,8 = = 0,9 0,85x953,01 < 1... ( aman ) Perhitungan Alat Sambung a. Batang Tekan Digunakan alat sambung baut-mur ( A 490,F b u = 85 Mpa = 850 kg/cm ) Diameter baut (Æ) = 1,7 mm = 1,7 cm Diamater lubang = 1,47 cm Tebal pelat sambung (d) = 0,65. d = 0,65. 1,7 = 0,794 cm Menggunakan tebal plat 0,80 cm (BJ 37,f u = 3700 kg/cm ) Tegangan tumpu penyambung Rn = f (,4xf u xdt) = 0,75(,4x 3700x1,7 x0,5) = 49,1 kg/baut BAB 3 Perencanaan Atap

50 49 Tegangan geser penyambung Rn = nx0, 5xf xa u b b = x 0,5x850x(0,5x3,14x(1,7) ) = 10445,544 kg/baut Tegangan tarik penyambung Rn = 0,75xf u xab b = 0,75x850x (0,5x 3,14x(1,7) ) = 7834,158 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 49,1 kg Perhitungan jumlah baut-mur : Pmaks. 56,8 n = = = 0,53 ~ buah baut P 49,1 tumpu Digunakan : buah baut Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) : Perhitungan jarak antar baut : 1) 1,5d S 1 3d Diambil, S 1 =,5. d =,5. 1,7 = 3,175 cm = 3 cm ),5 d S 7d Diambil, S = 5 d b = 1,5. 1,7 = 1,905 cm = cm b. Batang tarik Digunakan alat sambung baut-mur ( A 490,F b u = 85 Mpa = 850 kg/cm ) Diameter baut (Æ) = 1,7 mm = 1,7 cm Diamater lubang = 1,47 cm BAB 3 Perencanaan Atap

51 50 Tebal pelat sambung (d) = 0,65. d = 0,65. 1,7 = 0,794 cm Menggunakan tebal plat 0,80 cm (BJ 37,f u = 3700 kg/cm ) Tegangan tumpu penyambung Rn = f (,4xf u xdt) = 0,75(,4x 3700x1,7 x0,5) = 49,1 kg/baut Tegangan geser penyambung Rn = nx0, 5xf xa u b b = x 0,5x850x(0,5x3,14x(1,7) ) = 10445,544 kg/baut Tegangan tarik penyambung Rn = 0,75xf u xab b = 0,75x850x (0,5x 3,14x(1,7) ) = 7834,158 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 49,1 kg Perhitungan jumlah baut-mur : Pmaks. 506,03 n = = = 0,60 ~ buah baut P 49,1 tumpu Digunakan : buah baut Perhitungan jarak antar baut : 1) 1,5d S 1 3d Diambil, S 1 =,5 d =,5. 1,7 = 3,175 cm = 3 cm BAB 3 Perencanaan Atap

52 51 ),5 d S 7d Diambil, S = 5 d b = 1,5. 1,7 = 1,905 cm = cm Tabel 3.7. Rekapitulasi Perencanaan Profil Setengah Kuda-kuda Nomor Batang 1 ûë Æ 1,7 BAB 3 Perencanaan Atap Dimensi Profil Baut (mm) 1 ûë Æ 1,7 ûë Æ 1,7 3 ûë Æ 1,7 4 ûë Æ 1,7 5 ûë Æ 1,7 6 ûë Æ 1,7 7 ûë Æ 1,7 8 ûë Æ 1,7 9 ûë Æ 1,7 10 ûë Æ 1,7 11 ûë Æ 1,7 1 ûë Æ 1,7 13 ûë Æ 1,7 14 ûë Æ 1,7 15 ûë Æ 1,7 16 ûë Æ 1,7 17 ûë Æ 1,7 18 ûë Æ 1,7 19 ûë Æ 1,7 0 ûë Æ 1,7

53 5 ûë Æ 1,7 3 ûë Æ 1,7 4 ûë Æ 1,7 5 ûë Æ 1,7 6 ûë Æ 1,7 7 ûë Æ 1,7 8 ûë Æ 1,7 9 ûë Æ 1,7 30 ûë Æ 1,7 31 ûë Æ 1,7 3 ûë Æ 1,7 33 ûë Æ 1,7 34 ûë Æ 1,7 BAB 3 Perencanaan Atap

54 Perencanaan Jurai Gambar 3.13 Rangka Batang Jurai Perhitungan Panjang Batang Jurai Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel 3.8. Perhitungan Panjang Batang Pada Jurai Nomor Batang Panjang Batang (m) 1,13,13 3,13 4,1 5,1 6,1 7,9 8,9 9,9 10,9 11,9 1,9 13,59 14,59 15, ,7 17, ,4 19,45 0,1 1 commit,1 to user,98 BAB 3 Perencanaan Atap

55 54 3,96 4 3,64 5 3,83 6 4,38 7 4,7 8 0,5 9, , ,37 3 1, ,88 34, Perhitungan luasan jurai 13 a a' 1 b b' 11 c c' 10 d d' 9 e e' 8 f f' 7 g g' a" 6 h h' d" c" b" 5 i i' 4 j j' e" f" 3 k k' g" l l' i" h" j" 1m m' k" n m" l" a b c d e e' f f' g g' h' h 5 i i' d" c" 4 j j' e" f" 3 k k' g" l l' i" h" j" 1m m' k" n m" l" d' c' b' b" a' a" Gambar 3.14 Luasan Atap Jurai Panjang n1 = ½ x,1 = 1,06 m Panjang n1 = 1- = -3 = 3-4 = 4-5 = 5-6 = 6-7 = 1,06 m Panjang 7-8 = 8-9 = 9-10 = = 11-1 = 1,06 m Panjang 1-13= 1,41 m Panjang aa =,74 m Panjang a a = 5 m Panjang cc = 1,87 m commit Panjang to user c c = 4,1 m BAB 3 Perencanaan Atap

56 55 Panjang ee = 1,1 m Panjang e e = 3,38 m Panjang gg = 0,37 m Panjang g g =,6 m Panjang ii = 1,87 m Panjang i i = 1,88 m Panjang kk = 1,1 m Panjang k k = 1,1 m Panjang mm = 0,37 m Panjang m m = 0,37 m Luas aa a c c c = (½ (aa + cc ) 11-13) + (½ (a a + c c ) 11-13) = (½ (,74 + 1,87 ),47) + (½ (5 + 4,1),47) = 16,957 m Luas cc c e e e = (½ (cc + ee ) 9-11 ) + (½ (c c + e e ) 9-11) = (½ ( 1,87 + 1,1 ). 1,06) + (½ (4,1 + 3,38). 1,06) = 11,119 m Luas ee e g g g = (½ (ee + gg ) 7-9 ) + (½ (e e + g g ) 7-9) = (½ ( 1,1 + 0,37 ). 1,06) + (½ (3,38 +,63 ). 1,06) = 7,95 m Luas gg g i i ihh = (½ gg ) + (½ (g g + i i ) 5-7) + (½ (ii + hh ) 5-7) = (½ 1,06 0,37) + (½ (,6 + 1,88),1) + ( ½ ( 1,87 +,5 ),1) = 9,333 m Luas ii i k k k = (½ (ii + kk ) 3-5 ) + (½ (i i + k k ) 3-5) = (½ (1,87 + 1,1),1) + (½ (1,88+ 1,1),1) = 4,493 m Luas kk k m m m= (½ (kk + mm ) 1-3) + (½ (k k + m m ) 1-3) = (½ (1,1 + 0,37),1) + (½ (1,1+ 0,37),1) = 3,159 m Luas nmm m = (½ mm n1) x = (½ 0,37 1,06) x = 0,39 m BAB 3 Perencanaan Atap

57 56 13 a a' 1 b b' 11 c c' 10 d d' 9 e e' 8 f f' 7 g g' a" 6 h h' d" c" b" 5 i i' 4 j j' e" f" 3 k k' g" l l' i" h" j" 1m m' k" n m" l" a b c d e e' f f' g g' h' h 5 i i' d" c" 4 j j' e" f" 3 k k' g" l l' i" h" j" 1m m' k" n m" l" d' c' b' b" a' a" Gambar 3.15 Luasan Plafon Jurai Panjang n1 = ½ x 1,5 = 0,75 m Panjang n1 = 1- = -3 = 3-4 = 4-5 = 5-6 = 6-7 = 0,75 Panjang 7-8 = 8-9 = 9-10 = = 11-1 = 0,75 m Panjang 1-13= 1m Panjang bb =,4 m Panjang b b = 4,5 m Panjang cc = 1,87 m Panjang c c = 4,1 m Panjang ee = 1,1 m Panjang e e = 3,38 m Panjang gg = 0,37 m Panjang g g =,6 m Panjang ii = 1,87 m Panjang i i = 1,88 m Panjang kk = 1,1 m Panjang k k = 1,1 m Panjang mm = 0,37 m Panjang m m = 0,37 m Luas bb b c c c = (½ (bb + cc ) 11-13) + (½ (b b + c c ) 11-13) = (½ (,4 + 1,87 ) 1,75) + (½ (4,5 + 4,1) 1,75) = 11,139 m Luas cc c e e e = (½ (cc + ee ) 9-11 ) + (½ (c c + e e ) 9-11) = (½ ( 1,87 + 1,1 ). 0,75) + (½ (4,1 + 3,38). 0,75) = 7,868 m BAB 3 Perencanaan Atap

58 57 Luas ee e g g g = (½ (ee + gg ) 7-9 ) + (½ (e e + g g ) 7-9) = (½ ( 1,1 + 0,37 ). 0,75) + (½ (3,38 +,63 ). 0,75) = 5,65 m Luas gg g i i ihh = (½ gg ) + (½ (g g + i i ) 5-7) + (½ (ii + hh ) 5-7) = (½ 0,75 0,37) + (½ (,6 + 1,88) 1,5) + ( ½ ( 1,87 +,5 ) 1,5) = 6,604 m Luas ii i k k k = (½ (ii + kk ) 3-5 ) + (½ (i i + k k ) 3-5) = (½ (1,87 + 1,1) 1,5) + (½ (1,88+ 1,1) 1,5) = 4,493 m Luas kk k m m m= (½ (kk + mm ) 1-3) + (½ (k k + m m ) 1-3) = (½ (1,1 + 0,37) 1,5) + (½ (1,1+ 0,37) 1,5) =,35 m Luas nmm m = (½ mm n1) x = (½ 0,37 0,75) x = 0,78 m Perhitungan Pembebanan Jurai Data-data pembebanan : Berat penutup atap = 50 kg/m Berat profil kuda-kuda = 5 kg/m Berat gording = 33, kg/m Berat plafon dan penggantung = 18 kg/m BAB 3 Perencanaan Atap

59 58 P8 P7 15 P P P1 7 1 P 16 P P3 18 P P4 0 P P1 P11 P10 P9 7 Gambar 3.16 Pembebanan Jurai Akibat Beban Mati a. Perhitungan Beban 1) Beban Mati Beban P 1 Beban gording = Berat profil gording x panjang gording bb b = 33, x (,4+4,5) = 3,768 kg Beban atap = luasan aa a c c c x Berat atap = 16,957 x 50 = 847,85 kg Beban plafon = luasan bb b c c c x berat plafon = 11,139 x 18 = 00,50 kg Beban kuda-kuda = ½ btg (1 + 7) berat profil kuda-kuda = ½ x (,13 +,9) x 5 = 55,5 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 55,5 = 16,575 kg BAB 3 Perencanaan Atap

60 59 Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 55,5 = 5,55 kg Beban P Beban gording = Berat profil gording x panjang gording dd d = 33, x (1,49+3,75) = 173,968 kg Beban atap = luasan cc c e e e x berat atap = 11,119 x 50 = 555,95 kg Beban kuda-kuda = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (,9 + 0,7 +,19 +,9) x 5 = 93,375 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 93,375 = 8,013 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 93,375 = 9,338 kg Beban P 3 Beban gording Beban atap Beban kuda-kuda Beban bracing = Berat profil gording x panjang gording ff f = 33, x (0,75+3) = 14,5 kg = luasan ee e g g g x berat atap = 7,95 x 50 = 396 kg = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (,9 + 1,4 +,45 +,9) x 5 = 105,375 kg = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 commit x 105,375 to user BAB 3 Perencanaan Atap

61 60 = 10,54 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 105,375 = 31,613 kg Beban P 4 Beban gording = Berat profil gording x panjang gording hh h = 33, x (,5+,5) = 149,4 kg Beban atap = luasan gg g i i ihh x berat atap = 9,333 x 50 = 466,65 kg Beban kuda-kuda = ½ x Btg (9 + 0) x berat profil kuda kuda = ½ x (,9 +,1) x 5 = 54,875 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 54,875 = 5,488 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 54,875 = 16,463 kg Beban P 5 Beban gording Beban atap Beban kuda-kuda = ½ x Berat profil gording x panjang gording hh h = ½ x 33, x (,5+,5) = 149,4 kg = ½ x luasan gg qoi ihh x berat atap = ½ x 8,089 x 50 = 404,45 kg = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (0,5 +,15 +,59) x 5 = 65,5 kg BAB 3 Perencanaan Atap

62 61 Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 65,5 = 6,55 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 65,5 = 19,65 kg Beban P 6 Beban gording = Berat profil gording x panjang gording jj j = 33, x (1,5+1,5) = 99,6 kg Beban atap = luasan ii i k k k x berat atap = 4,493 x 50 = 4,65 kg Beban kuda-kuda = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (,9+,9+1,13+,59+,59+,15+3,37) x 5 = 05,15 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 05,15 = 0,513 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 05,15 = 61,538 kg Beban P 7 Beban gording Beban atap = Berat profil gording x panjang gording ll l = 33, x (0,75+0,75) = 49,8 kg = Luas atap kk k m m m x berat atap = 3,159 x 50 = 157,95 commit kg to user BAB 3 Perencanaan Atap

63 6 Beban kuda-kuda = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (,59+,59+3,37+1,76+3,88+3,83) x 5 = 5,875 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 5,875 =,588 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 5,875 = 67,763 kg Beban P 8 Beban atap = Luas atap nmm m x berat atap = 0,39 x 50 = 19,6 kg Beban kuda-kuda = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (,39+,59+4,7) x 5 = 11 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 11 = 1,1 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 11 = 36,3 kg Beban P 9 Beban plafon Beban kuda kuda = Luas plafon nmm m x berat plafon = 0,78 x 18 = 5,004 kg = ½ x Btg (6+7) x berat profil kuda kuda = ½ x (,1+4,7) x 5 = 85,5 commit kg to user BAB 3 Perencanaan Atap

64 63 Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 85,5 = 8,55 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 85,5 = 5,575 kg Beban P 10 Beban plafon = Luas plafon kk k m m m x berat plafon =,35 x 18 = 40,3 kg Beban kuda kuda = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (,1+,1+3,64+3,83+4,38) x 5 = 01,15 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 01,15 = 0,113 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 01,15 = 60,338 kg Beban P 11 Beban plafon Beban kuda kuda Beban bracing = Luas plafon ii i k k k x berat plafon = 4,493 x 18 = 80,874 kg = ½ x Btg (4+5+3) x berat profil kuda kuda = ½ x (,1+,1+,96) x 5 = 90 kg = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 90 = 9 kg BAB 3 Perencanaan Atap

65 64 Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 90 = 7 kg Beban P 1 Beban plafon = Luas plafon gg g i i i x berat plafon = 6,604 x 18 = 118,87 kg Beban kuda kuda = ½ x Btg (4+1+) x berat profil kuda kuda = ½ x (,1+,1+,98) x 5 = 90 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 90 = 9 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 90 = 7 kg Beban P 13 Beban plafon = Luas plafon ee e g g g x berat plafon = 5,65 x 18 = 101,5 kg Beban kuda kuda = ½ x Btg (3+19+0) x berat profil kuda kuda = ½ x (,13+,45+,1) x 5 = 83,5 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 83,5 = 8,35 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 83,5 = 5,05 kg BAB 3 Perencanaan Atap

66 65 Beban P 14 Beban plafon = Luas plafon cc c e e e x berat plafon = 7,868 x 18 = 141,64 kg Beban kuda kuda = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (,13+,13+,19+1,4) x 5 = 98,15 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 98,15 = 9,813 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 98,15 = 9,438 kg Beban P 15 Beban plafon = Luas plafon bb b c c c x berat plafon = 11,139 x 18 = 00,50 kg Beban kuda kuda = ½ x Btg (1++16) x berat profil kuda kuda = ½ x (,13+,13+0,7) x 5 = 6 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 6 = 6, kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 6 = 18,6 kg BAB 3 Perencanaan Atap

67 66 Beban Tabel 3.9. Rekapitulasi Pembebanan Jurai Beban Atap (kg) Beban gording (kg) Beban Kuda - kuda (kg) Beban Bracing (kg) Beban Plat Penyambug (kg) Beban Plafon (kg) Jumlah Beban (kg) Input SAP P 1 847,85 3,768 55,5 5,55 16,575 00, , P 555,95 173,968 93,375 9,338 8, , P ,5 105,375 10,54 31, , P 4 466,65 149,4 54,875 5,488 16,463-69, P 5 404,45 149,4 65,5 6,55 19,65-645, P 6 4,65 99,6 05,15 0,513 61, ,46 61 P 7 157,95 49,8 5,875,588 67,763-53, P 8 19,6-11 1,1 36, P ,5 8,55 5,575 5,004 14, P ,15 0,113 60,338 40,3 31,806 3 P ,874 06, P ,87 44,87 45 P ,5 8,35 5,05 101,5 18,15 19 P ,15 9,813 9, , P , 18,6 00,50 87,30 88 (kg) ) Beban Hidup Beban hidup yang bekerja pada P 1, P, P 3 = 100 kg BAB 3 Perencanaan Atap

68 67 3) Beban Angin Perhitungan beban angin : W8 W7 15 W W W W W3 W Gambar 3.17 Pembebanan Jurai Akibat Beban Angin Beban angin kondisi normal, minimum = 5 kg/m. (PPIUG 1983) a) Koefisien angin tekan atap jenis 1 30 o = 0,0a - 0,40 = (0,0 x 30) - 0,40 = 0, (untuk W1,W,W3,W4) b) Koefisien angin tekan atap jenis 45 o = 0,0a - 0,40 W 1 W W 3 BAB 3 Perencanaan Atap = (0,0 x 45) - 0,40 = 0,5 (untuk W5,W6,W7,W8) = luas atap aa a c c c x koef. angin tekan x beban angin = 16,957 x 0, x 5 = 84,785 kg = luas atap cc c e e e x koef. angin tekan x beban angin = 11,119 x 0, x 5 = 55,595 kg = luas atap ee e g g g x koef. angin tekan x beban angin = 7,95 x 0, x 5 = 39,75 kg

69 68 W 4 W 5 W 6 W 7 W 8 = luas atap gg g i i ihh x koef. angin tekan x beban angin = 9,333 x 0, x 5 = 46,665 kg = luas atap gg g i i ihh x koef. angin tekan x beban angin = 9,333 x 0,5 x 5 = 116,663 kg = luas atap ii i k k k x koef. angin tekan x beban angin = 4,493 x 0,5 x 5 = 56,163 kg = luas atap kk k m m m x koef. angin tekan x beban angin = 3,159 x 0,5 x 5 = 39,488 kg = luas atap nmm m x koef. angin tekan x beban angin = 0,39 x 0,5 x 5 = 4,9 kg Tabel Perhitungan beban angin Beban Wx (Untuk Input Wy (Untuk Input Beban (kg) Angin W.Cos a (kg) SAP000) W.Sin a (kg) SAP000) W 1 84,785 73, , W 55,595 48, ,798 8 W 3 39,75 34, ,875 0 W 4 46,665 40, ,333 4 W 5 116,663 8, , W 6 56,163 39, , W 7 39,488 7,9 8 7,9 8 W 8 4,9 3, ,465 4 Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang jurai sebagai berikut : BAB 3 Perencanaan Atap

70 69 Tabel Rekapitulasi Gaya Batang Jurai Kombinasi Batang Tarik (+) Tekan (-) ( kg ) ( kg ) , , , 4-183, , , , , , , , , , , , , , , , , ,0 783, , ,6 5-5, ,1 - BAB 3 Perencanaan Atap

71 , , , , 31 59, , , , Perencanaan Profil jurai a. Perhitungan profil batang tarik P maks. = 3099,66 kg L =,9 m f y = 400 kg/cm f u = 3700 kg/cm Kondisi leleh P maks. = f.f y.ag P F maks. Ag = = =.f Kondisi fraktur P maks. = f.f u.ae P maks. = f.f u.an.u y 3099,66 0, ,435cm (U = 0,75 didapat dari buku LRFD hal.39) P F.f. U maks. An = = = u 3099,66 0, ,75 L 9 i min = = = 0,954 cm ,490cm BAB 3 Perencanaan Atap

72 71 Dicoba, menggunakan baja profil ûë Dari tabel didapat Ag = 4,8 cm i = 1,51 cm Berdasarkan Ag kondisi leleh Ag = 1,435/ = 0,718 cm Berdasarkan Ag kondisi fraktur Diameter baut = 1/.,54 = 1,7 mm Diameter lubang = 1,7 + = 14,7 mm = 1,47 cm Ag = An + n.d.t = (1,490/) + 1.1,47.0,5 = 1,48 cm Ag yang menentukan = 1,48 cm Digunakan ûë maka, luas profil 4,8 > 1,48 ( aman ) inersia 1,51 > 0,954 ( aman ) b. Perhitungan profil batang tekan P maks. = 461,44 kg L =,45 m f y = 400 kg/cm f u = 3700 kg/cm Dicoba, menggunakan baja profil ûë Dari tabel didapat nilai nilai : Ag =. 4,8 = 9,6 cm r = 1,51 cm = 15,1mm b = 50 mm t = 5 mm Periksa kelangsingan penampang : b 00 = t f BAB 3 Perencanaan Atap y = 10 1,

73 7 f y λ c = kl r p E 1(450) = 15,1 40 3,14 xx10 5 = 1,790 Karena l c >1, maka : w = 1,5 l c w = 1,5. 1,790 = 4,01 f y P n = Ag.f cr = Ag w 40 = 960 = 57456,36 N = 5745,64 kg 4,01 P max fp n = 461,44 0,85x5745,64 = 0,5 < 1... ( aman ) Perhitungan Alat Sambung a. Batang Tekan Digunakan alat sambung baut-mur Diameter baut (Æ) = 1,7 mm = 1,7 cm Diamater lubang = 1,47 cm Tebal pelat sambung (d) = 0,65. d = 0,65. 1,7 = 0,794 cm Menggunakan tebal plat 0,80 cm Tegangan tumpu penyambung Rn = f (,4xf u xdt) = 0,75(,4x 3700x1,7 x0,8) = 6766,56 kg/baut BAB 3 Perencanaan Atap

74 73 Tegangan geser penyambung Rn = nx0, 5xf xa u b b = x 0,5x850x(0,5x3,14x(1,7) ) = 10445,544 kg/baut Tegangan tarik penyambung Rn = 0,75xf u xab b = 0,75x850x (0,5x 3,14x(1,7) ) = 7834,158 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 6766,56 kg Perhitungan jumlah baut-mur : Pmaks. 473,71 n = = = 0,36 ~ buah baut P 6766,56 tumpu Digunakan : buah baut Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) : 1) 1,5d S 1 3d Diambil, S 1 =,5 d b =,5. 1,7 = 3,175 cm = 3 cm ),5 d S 7d Diambil, S = 1,5 d b = 1,5. 1,7 = 1,905 cm = cm b. Batang tarik Digunakan alat sambung baut-mur Diameter baut (Æ) = 1,7 mm = 1,7 cm Diamater lubang = 1,47 cm Tebal pelat sambung (d) = 0,65. d = 0,65. 1,7 = 0,794 cm BAB 3 Perencanaan Atap

75 74 Menggunakan tebal plat 0,80 cm Tegangan tumpu penyambung Rn = f (,4xf u xdt) = 0,75(,4x 3700x1,7 x0,8) = 6766,56 kg/baut Tegangan geser penyambung Rn = nx0, 5xf xa u b b = x 0,5x850x(0,5x3,14x(1,7) ) = 10445,544 kg/baut Tegangan tarik penyambung Rn = 0,75xf u xab b = 0,75x850x (0,5x 3,14x(1,7) ) = 7834,158 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 6766,56 kg Perhitungan jumlah baut-mur : Pmaks. 4376,86 n = = = 0,46 ~ buah baut P 6766,56 tumpu Digunakan : buah baut Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) : 1) 1,5d S 1 3d Diambil, S 1 =,5 d b =,5. 1,7 = 3,175 cm = 3 cm ),5 d S 7d Diambil, S = 1,5 d = 1,5. 1,7 = 1,905 cm = cm BAB 3 Perencanaan Atap

76 75 Tabel 3.1. Rekapitulasi Perencanaan Profil Jurai Nomor Batang 6 ûë Æ 1,7 BAB 3 Perencanaan Atap Dimensi Profil Baut (mm) 1 ûë Æ 1,7 ûë Æ 1,7 3 ûë Æ 1,7 4 ûë Æ 1,7 5 ûë Æ 1,7 6 ûë Æ 1,7 7 ûë Æ 1,7 8 ûë Æ 1,7 9 ûë Æ 1,7 10 ûë Æ 1,7 11 ûë Æ 1,7 1 ûë Æ 1,7 13 ûë Æ 1,7 14 ûë Æ 1,7 15 ûë Æ 1,7 16 ûë Æ 1,7 17 ûë Æ 1,7 18 ûë Æ 1,7 19 ûë Æ 1,7 0 ûë Æ 1,7 1 ûë Æ 1,7 ûë Æ 1,7 3 ûë Æ 1,7 4 ûë Æ 1,7 5 ûë Æ 1,7

77 76 7 ûë Æ 1,7 8 ûë Æ 1,7 9 ûë Æ 1,7 30 ûë Æ 1,7 31 ûë Æ 1,7 3 ûë Æ 1,7 33 ûë Æ 1,7 34 ûë Æ 1, Perencanaan Kuda-kuda Trapesium Gambar Rangka Batang Kuda-kuda Trapesium Perhitungan Panjang Batang Kuda-kuda Trapesium Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel Perhitungan Panjang Batang pada Kuda-kuda Trapesium Panjang Batang Panjang Batang Nomer Batang Nomer Batang (m) (m) 1 1,51 5 1,73 1,51 6 1,73 3 1,51 7 0,7 4 1,5 8 1,59 BAB 3 Perencanaan Atap

78 77 5 1,5 9 1,4 6 1,5 30 1,94 7 1,5 31,1 8 1, ,5 33,6 10 1, ,51 35,6 1 1, ,73 37,6 14 1, ,73 39,6 16 0, ,5 41,6 18 1, ,5 43,1 0 1,5 44 1,94 1 1,5 45 1,4 1,5 46 1,59 3 0,5 47 0,7 4 1,73 BAB 3 Perencanaan Atap

79 Perhitungan luasan kuda-kuda trapesium a b j i a j c h d e g f b i c h d e g f Gambar Luasan Atap Kuda-kuda Trapesium Panjang aj = 5 m Panjang dg =,6 m Panjang bi = 4,1 m Panjang ef =,5 m Panjang ch = 3,37 m Panjang ab Panjang bc Panjang cd Panjang de = 1,75 m = 1,5 m = 1,5 m = 0,75 m æ aj+ biö Luas abij = ç ab è ø æ 5+ 4,1ö = ç 1,75 è ø = 7,98 m æ bi+ chö Luas bchi = ç bc è ø æ 4,1 + 3,37ö = ç 1,5 è ø = 5,618 m BAB 3 Perencanaan Atap

80 79 æ ch+ dgö Luas cdgh = ç cd è ø æ 3,37+,6ö = ç 1,5 è ø = 4,493 m æ dg+ ef ö Luas defg = ç de è ø æ,6+,5ö = ç 0,75 è ø = 1,86 m a b c d e j i h g f a b i j c h d e g f Gambar 3.0. Luasan Plafon Kuda-kuda Trapesium Panjang aj = 4,5 m Panjang dg =,6 m Panjang bi = 4,1 m Panjang ef =,5 m Panjang ch = 3,37 m Panjang ab Panjang bc Panjang cd Panjang de = 0,75 m = 1,5 m = 1,5 m = 0,75 m BAB 3 Perencanaan Atap

81 80 æ aj+ biö Luas abij = ç ab è ø æ 4,5+ 4,1ö = ç 0,75 è ø = 3,33 m æ bi+ chö Luas bchi = ç bc è ø æ 4,1 + 3,37ö = ç 1,5 è ø = 5,618 m æ ch+ dgö Luas cdgh = ç cd è ø æ 3,37+,6ö = ç 1,5 è ø = 4,493 m æ dg+ ef ö Luas defg = ç de è ø æ,6+,5ö = ç 0,75 è ø = 1,86 m 3.5. Perhitungan Pembebanan Kuda-kuda Trapesium Data-data pembebanan : Berat gording = 33, kg/m Berat penutup atap = 50 kg/m Berat profil = 5 kg/m BAB 3 Perencanaan Atap

82 81 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P P4 P13 P3 P P P P P4 P3 P P1 P0 P19 P18 P5 P6 P17 P16 Gambar 3.1. Pembebanan Kuda-kuda Trapesium akibat Beban Mati a. Beban Mati Beban P1 = P15 a) Beban gording = Berat profil gording Panjang Gording = 33, 5 = 166 kg b) Beban atap = Luasan Berat atap = 7,98 50 = 399 kg c) Beban plafon = Luasan berat plafon = 3,33 18 = 58,194 kg d) Beban kuda-kuda = ½ Btg (1 + 13) berat profil kuda kuda = ½ (1,51 + 1,73) 5 = 40,5 kg e) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 40,5 = 1,15 kg f) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 40,5 = 4,05 kg Beban P = P14 a) Beban gording = Berat profil gording Panjang Gording = 33, 4,1 = 136,784 kg b) Beban atap = Luasan Berat atap = 5,618 commit 50 to = user 80,9 kg BAB 3 Perencanaan Atap

83 8 c) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ (1,73+1,73+0,7+1,59) 5 = 71,875 kg d) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 71,875 = 1,563 kg e) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 71,875 = 7,188 kg Beban P3 = P13 a) Beban gording = Berat profil gording Panjang Gording = 33, 3 = 99,6 kg b) Beban atap = Luasan Berat atap = 4, = 4,65 kg c) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ (1,73+1,73+1,4+1,94) 5 = 85 kg d) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 85 = 5,5 kg e) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 85 = 8,5 kg Beban P4 = P1 a) Beban gording = Berat profil gording Panjang Gording = 33,,5 = 74,7 kg b) Beban atap = Luasan Berat atap = 1,86 50 = 91,3 kg c) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ (1,75 + 0,5 +,1) 5 = 54,375 kg d) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 54,375 = 16,313 kg e) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda BAB 3 Perencanaan Atap

84 83 = 10 % 54,375 = 5,438 kg f) Beban reaksi = reaksi jurai = 878,51 kg Beban P5 = P11 a) Beban kuda-kuda = ½ Btg (16+17) berat profil kuda kuda = ½ (0,5+1,5) 5 = 5 kg b) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 5 = 7,5 kg c) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 5 =,5 kg f) Beban reaksi = reaksi jurai = 606,17 kg Beban P6 = P10 a) Beban kuda-kuda = ½ Btg( ) berat profil kuda kuda = ½ (1,5+1,5+3+,6+3) 5 = 145 kg b) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 145 = 43,5 kg c) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 145 = 14,5 kg Beban P7 = P9 a) Beban kuda-kuda = ½ Btg( ) berat profil kuda kuda = ½ (1,5+1,5+,6) 5 = 70 kg b) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 70 = 1 kg c) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 commit % 70 to = user 7 kg BAB 3 Perencanaan Atap

85 84 Beban P8 a) Beban kuda-kuda = ½ Btg( ) berat profil kuda kuda = ½ (1,5+1,5+3+,6+3) 5 = 145 kg b) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 145 = 43,5 kg c) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 145 = 14,5 kg d) Beban reaksi = reaksi ½ kuda-kuda = 730,7 kg Beban P16 = P6 a) Beban plafon = Luasan plafon berat plafon = 3,33 x 18 = 58,194 kg b) Beban kuda-kuda = ½ Btg( ) berat profil kuda kuda = ½ (1,51+1,51+0,7) 5 = 46,5 kg c) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 46,5 = 13,95 kg d) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 46,5 = 4,65 kg Beban P17 = P5 a) Beban plafon = Luasan plafon berat plafon = 5,618 x 18 = 101,14 kg b) Beban kuda-kuda = ½ Btg( ) berat profil kuda kuda = ½ (1,51+1,51+1,4+1,59) 5 = 75,15 kg BAB 3 Perencanaan Atap

86 85 c) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 75,15 =,538 kg d) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 75,15 = 7,513 kg Beban P18 = P4 a) Beban plafon = Luasan plafon berat plafon = 4,493 x 18 = 80,874 kg b) Beban kuda-kuda = ½ Btg( ) berat profil kuda kuda = ½ (1,5+1,51+3+,1+1,94) 5 = 15,65 kg c) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 15,65 = 37,688 kg d) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 15,65 = 1,563 kg e) Beban reaksi = reaksi jurai = 149, ,1 = 198,53 kg Beban P19 = P3 a) Beban plafon = Luasan plafon berat plafon = 1,86 x 18 = 3,868 kg b) Beban kuda-kuda = ½ Btg(8+9+41) berat profil kuda kuda = ½ (1,5+1,5+,6) 5 = 70 kg c) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 70 = 1 kg d) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 70 = 0,7 kg BAB 3 Perencanaan Atap

87 86 Beban P0 = P a) Beban kuda-kuda = ½ Btg( ) berat profil kuda kuda = ½ (1,5+1,5+3+,6+3) 5 = 145kg b) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 145 = 43,5 kg c) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 145 = 14,5 kg Beban P1 a) Beban kuda-kuda = ½ Btg(6+7+37) berat profil kuda kuda = ½ (1,5+1,5+,6) 5 = 70 kg b) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 70 = 1 kg c) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 70 = 7 kg d) Beban reaksi = reaksi setengah kuda-kuda = 186, ,6 = 3355,85 kg Beban Tabel Rekapitulasi Pembebanan Kuda-kuda Trapesium Beban Beban Beban Beban Beban Plat Beban Kuda - Atap gording Bracing Penyambung Plafon kuda (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) P commit 14,5 to user 43,5-730,7 933,7 934 BAB 3 Perencanaan Atap Beban Reaksi (kg) Jumlah Beban (kg) P1=P ,5 4,05 1,15 58, , P=P14 80,9 136,784 71,875 7,188 1, , P3=P13 4,65 99,6 85 8,5 5, ,5 444 Input SAP (kg) P4=P1 91,3 74,7 54,375 5,438 16, ,5 310, P5=P ,5 7,5-606,17 641, P6=P ,5 43, P7=P

88 87 P16=P ,5 4,65 13,95 58,194-13,94 14 P17=P ,15 7,513, ,14-06,3 06 P18=P ,65 1,563 37,688 80, ,53 39,8 39 P19=P , , P0=P ,5 43, P , , b. Beban Hidup Beban hidup yang bekerja pada P1, P, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P1, P13,P14,P15 = 100 kg c. Beban Angin Perhitungan beban angin : W W W3 W5 W W6 W7 W8 W9 W10 Gambar 3.. Pembebanan Kuda-kuda Trapesium akibat Beban Angin Beban angin kondisi normal, minimum = 5 kg/m. 1) Koefisien angin tekan = 0,0a - 0,40 = (0,0 30) 0,40 = 0,. (untuk α=30 0 ) = (0,0 45) 0,40 = 0,5..(untuk α=45 0 ) a) W1 = luasan koef. angin tekan beban angin = 7,98 0, 5 = 39,9 kg b) W = luasan koef. angin tekan beban angin = 5,618 0, commit 5 = 8,09 to user kg BAB 3 Perencanaan Atap

89 88 c) W3 = luasan koef. angin tekan beban angin BAB 3 Perencanaan Atap = 4,493 0, 5 =,465 kg d) W4 = luasan koef. angin tekan beban angin = 1,86 x 0, x 5 = 9,13 kg e) W5 = luasan koef. angin tekan beban angin = 1,86 x 0,5 x 5 =,85 kg ) Koefisien angin hisap = - 0,40 a) W6 = luasan koef. angin tekan beban angin = 1,86-0,4 5 = -18,6 kg b) W7 = luasan koef. angin tekan beban angin = 1,86-0,4 5 = -18,6 kg c) W8 = luasan koef. angin tekan beban angin = 4,493-0,4 5 = -44,93 kg d) W9 = luasan koef. angin tekan beban angin = 5,618-0,4 5 = -56,18 kg e) W10 = luasan koef. angin tekan beban angin = 7,98-0,4 5 = -79,8 kg Tabel Perhitungan Beban Angin Kuda-kuda Trapesium W x Beban (Untuk Input (Untuk Input Beban (kg) Angin W.Cos a (kg) SAP000) W.Sin a (kg) SAP000) W 1 39,9 34, ,95 0 W 8,09 4, ,05 15 W 3,465 19, ,3 13 W 4 9,13 7, ,565 5 W 5,85 16, ,14 17 W 6-18,6-1, ,91-13 W 7-18,6-15, ,13-10 W 8-44,93-38, ,47-3 W 9-56,18-48, ,09-9 W 10-79,8-69, ,9-40 W y

90 89 Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang jurai sebagai berikut : Tabel Rekapitulasi Gaya Batang Kuda-kuda Trapesium Batang Kombinasi Tarik (+) (kg) Tekan (-) (kg) 1 713, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,71-33, , , , commit to 31417,33 user BAB 3 Perencanaan Atap

91 , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Perencanaan Profil Kuda-kuda Trapesium a. Perhitungan Profil Batang Tarik P maks. = 8084,33 kg L = 1,51 m F y = 400 kg/cm F u = 3700 kg/cm BAB 3 Perencanaan Atap

92 91 Kondisi leleh P maks. = f.f y.ag P F maks. Ag = = =.f y 8084,33 0, ,00cm Kondisi fraktur x U = 1- L L = 4 x 3d = 4 x 3.1,7 = 15,4 cm x,4 U = 1- = 1- = 0,84 L 15,4 P maks. = f.f u.ae P maks. = f.f u.an.u P F.f. U maks. An = = = u 8084,33 0, ,84 L 151 i min = = = 0,69 cm ,05 cm Dicoba, menggunakan baja profil ûë Dari tabel didapat Ag = 15,5 cm i =,54 cm Berdasarkan Ag kondisi leleh Ag = 13,00/ = 6,5 cm Berdasarkan Ag kondisi fraktur Diameter baut = 1/.,54 = 1,7 mm Diameter lubang = 1,7 + = 14,7 mm = 1,47 cm Ag = An + n.d.t = (1,05/) + 1.1,47.0,9 = 7,348 cm Ag yang menentukan = 7,348 commit cm to user BAB 3 Perencanaan Atap

93 9 Digunakan ûë maka, luas profil 15,50 > 7,348 ( aman ) inersia,54 > 0,69 ( aman ) b. Perhitungan profil batang tekan P maks. = 3145,48 kg L = 1,73 m f y = 400 kg/cm f u = 3700 kg/cm Dicoba, menggunakan baja profil ûë Dari tabel didapat nilai nilai : Ag =.15,5 = 31 cm r =,54 cm = 5,4 mm b = 90 mm t = 9 mm Periksa kelangsingan penampang : b 00 = t f f y λ c = kl r y p E = 10 1, (1730) = 5,4 40 3,14 xx10 5 = 0,751 Karena 0,5 < l c <1, maka : w = 1,43 1,6-0,67l c 1,43 w = = 1,30 1,6-0,67.0,751 BAB 3 Perencanaan Atap

94 93 f y P n = Ag.f cr = Ag w = = 57307,69 N = 5730,77 kg 1,30 Pu fp n 3145,48 = 0,85x5730,77 = 0,65 < 1... ( aman ) Perhitungan Alat Sambung a. Batang Tekan Digunakan alat sambung baut-mur. Diameter baut (Æ) = 1,7 mm ( ½ inches) Diameter lubang = 14,7 mm. Tebal pelat sambung (d) = 0,65. d b = 0,65. 1,7 = 7,94 mm. Menggunakan tebal plat 8 mm Tahanan geser baut P n Tahanan tarik penyambung P n Digunakan : 4 buah baut Perhitungan jarak antar baut : 3d S 15t atau 00 mm BAB 3 Perencanaan Atap = m.(0,4.f ub ).An =.(0,4.85).¼. p. 1,7 = 8356,43 kg/baut = 0,75.f ub.an =7833,9 kg/baut Tahanan Tumpu baut : P n = 0,75 (,4.fu.d b. t) = 0,75 (, ,7.9) = 761,38 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 761,38 kg. Perhitungan jumlah baut-mur, Pmaks. 3145,48 n = = = 3,81 ~ 4 buah baut P 761,38 tumpu

95 94 Diambil, S 1 = 4 d b = 4. 1,7 = 50,8 mm = 50 mm 1,5 d S (4t +100) atau 00 mm Diambil, S = d b =. 1,7 = 5,40 mm = 5 mm b. Batang tarik Digunakan alat sambung baut-mur. Diameter baut (Æ) = 1,7 mm ( ½ inches ) Diameter lubang = 14,7 mm. Tebal pelat sambung (d) = 0,65. d b = 0,65 x 1,7 = 7,94 mm. Menggunakan tebal plat 8 mm Tahanan geser baut P n Tahanan tarik penyambung P n = n.(0,4.f ub ).An =.(0,4.85).¼. p. 1,7 = 8356,43 kg/baut = 0,75.f ub.an =7833,9 kg/baut Tahanan Tumpu baut : P n = 0,75 (,4.fu. d b t) = 0,75 (, ,7.9) = 761,38 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 761,38 kg. Perhitungan jumlah baut-mur, Pmaks. 8084,33 n = = = 3,6 ~ 4 buah baut P 761,38 geser Digunakan : 4 buah baut BAB 3 Perencanaan Atap

96 95 Perhitungan jarak antar baut : 1,5d S1 3d Diambil, S 1 =,5 d b =,5. 1,7 = 31,75 mm = 30 mm,5 d S 7d Diambil, S = 5 d b = 1,5. 1,7 = 6,35 mm = 60 mm Tabel Rekapitulasi Perencanaan Profil Kuda-kuda Trapesium Nomer Batang Dimensi Profil Baut (mm) 1 ûë Æ 1,7 ûë Æ 1,7 3 ûë Æ 1,7 4 ûë Æ 1,7 5 ûë Æ 1,7 6 ûë Æ 1,7 7 ûë Æ 1,7 8 ûë Æ 1,7 9 ûë Æ 1,7 10 ûë Æ 1,7 11 ûë Æ 1,7 1 ûë Æ 1,7 13 ûë Æ 1,7 14 ûë Æ 1,7 15 ûë Æ 1,7 16 ûë Æ 1,7 17 ûë Æ 1,7 18 ûë Æ 1,7 19 ûë Æ 1,7 BAB 3 Perencanaan Atap

97 96 0 ûë Æ 1,7 1 ûë Æ 1,7 ûë Æ 1,7 3 ûë Æ 1,7 4 ûë Æ 1,7 5 ûë Æ 1,7 6 ûë Æ 1,7 7 ûë Æ 1,7 8 ûë Æ 1,7 9 ûë Æ 1,7 30 ûë Æ 1,7 31 ûë Æ 1,7 3 ûë Æ 1,7 33 ûë Æ 1,7 34 ûë Æ 1,7 35 ûë Æ 1,7 36 ûë Æ 1,7 37 ûë Æ 1,7 38 ûë Æ 1,7 39 ûë Æ 1,7 40 ûë Æ 1,7 41 ûë Æ 1,7 4 ûë Æ 1,7 43 ûë Æ 1,7 44 ûë Æ 1,7 45 ûë Æ 1,7 46 ûë Æ 1,7 47 ûë Æ 1,7 BAB 3 Perencanaan Atap

98 Perencanaan Kuda-kuda Utama (KU) Perhitungan Panjang Batang Kuda-kuda Gambar 3.3. Rangka Batang Kuda-kuda Utama Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel Perhitungan Panjang Batang pada Kuda-kuda Utama Panjang Panjang No batang No batang batang batang 1 1, ,83 1, ,93 3 1, ,7 4 1,5 36 4,93 5 1,5 37 3,83 6 1,5 38 3,3 7 1,5 39,96 8 1,5 40 3,3 9 1,5 41,1 10 1,51 4 1, , ,4 1 1, ,59 BAB 3 Perencanaan Atap

99 , ,7 14 1, , , ,73 16,1 48 1,73 17,1 49 1,73 18,1 50 1,73 19,1 51 1,73 0,1 5 0,5 1,1 53 1,54 1, ,13 3 1, ,5 4 1, ,76 5 0,7 57 1,75 6 1,59 58,39 7 1,4 59 1,75 8 1, ,76 9,1 61 1,5 30 3,3 6 1,13 31, ,54 3 3,3 64 0,5 BAB 3 Perencanaan Atap

100 4,5 4,5 3,87 perpustakaan.uns.ac.id Perhitungan Luasan Setengah Kuda-Kuda Utama a p b o a p c n b c d o n m d m e f gh i j l k e l f k gh i j Gambar 3.4. Luasan Atap Kuda-kuda Utama Panjang ap Panjang el Panjang fk Panjang gj Panjang hi Panjang ab Panjang gh = Panjang bo = Panjang cn = Panjang dm = 4,5 m = 3,87 m = 3,13 m =,37 m = m = 1,75 m, bc = cd = de = ef = fg = 1,5 m = ½. 1,5 = 0,75 m Luas abop = ap ab = 4,5 1,75 = 7,438 m Luas bcno = bo bc = 4,5 1,5 = 6,375 m Luas cdmn = cn cd = 4,5 1,5 = 6,375 m æ dm+ el ö Luas delm = (dm ½ de ) + ç 1.de commit è to user ø BAB 3 Perencanaan Atap

101 4,5 perpustakaan.uns.ac.id 100 æ 4,5+ 3,87 ö = (4,5 ½. 1,5) + ç 1.1,5 è ø = 9,356 m æ el+ fkö Luas efkl = ç ef è ø æ 3,87+ 3,13ö = ç 1,5 è ø = 5,5 m æ fk + gjö Luas fgjk = ç fg è ø æ 3,13+,37ö = ç 1,5 è ø = 4,15 m æ gj+ hiö Luas ghij = ç gh è ø æ,37+ ö = ç 0,75 è ø = 1,639 m a b p o a p c n b c d o n m d m e l f k gh i j e l f k gh i j BAB 3 Perencanaan Atap Gambar 3.. Luasan Plafon Kuda-kuda Utama

102 101 Panjang ap Panjang el Panjang fk Panjang gj Panjang hi Panjang ab Panjang gh = Panjang bo = Panjang cn = Panjang dm = 4,5 m = 3,87 m = 3,13 m =,37 m = m = 0,75 m, bc = cd = de = ef = fg = 1,5 m = ½. 1,5 = 0,75 m Luas abop = ap ab = 4,5 0,75 = 3,188 m Luas bcno = bo bc = 4,5 1,5 = 6,375 m Luas cdmn = cn cd = 4,5 1,5 = 6,375 m æ dm+ el ö Luas delm = (dm ½ de ) + ç 1.de è ø æ 4,5+ 3,87 ö = (4,5 ½. 1,5) + ç 1.1,5 è ø = 9,356 m æ el+ fkö Luas efkl = ç ef è ø æ 3,87+ 3,13ö = ç 1,5 è ø = 5,5 m æ fk + gjö Luas fgjk = ç fg è ø æ 3,13+,37ö = ç 1,5 è ø = 4,15 m BAB 3 Perencanaan Atap

103 10 æ gj+ hiö Luas ghij = ç è ø = 1,639 m æ,37+ ö gh = ç è ø 0, Perhitungan Pembebanan Kuda-kuda Utama Data-data pembebanan : Berat gording = 33, kg/m Jarak antar kuda-kuda utama = 4,5 m Berat penutup atap = 50 kg/m Berat profil = 5 kg/m P7 P P8 58 P P5 P P P P P P P P1 P0 P19 P18 P17 P16 P3 P4 P15 P P14 P13 Gambar 3.5. Pembebanan Kuda- kuda Utama akibat Beban Mati a. Beban Mati 1) Beban P1 = P13 a) Beban gording = Berat profil gording Panjang Gording = 33, 4,5 = 141,1 kg b) Beban atap = Luasan Berat atap = 7,438 commit 50 to = user 371,9 kg BAB 3 Perencanaan Atap

104 103 c) Beban plafon = Luasan berat plafon = 3, = 57,38 kg d) Beban kuda-kuda = ½ Btg (1 + 13) berat profil kuda kuda = ½ (1,51 + 1,73) 5 = 40,5 kg e) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 40,5 = 1,15 kg f) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 40,5 = 4,05 kg ) Beban P = P1 a) Beban gording = Berat profil gording Panjang Gording = 33, 4,5 = 141,1 kg b) Beban atap = Luasan Berat atap = 6, = 318,75 kg c) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ (1,73+1,73+0,7+1,4) 5 = 69,5 kg d) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 69,5 = 0,85 kg e) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 69,5 = 6,95 kg 3) Beban P3 = P11 a) Beban gording = Berat profil gording Panjang Gording = 33, 4,5 = 141,1 kg b) Beban atap = Luasan Berat atap = 6, = 318,75 kg c) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ (1,73+1,73+1,4+1,94) 5 = 85 kg BAB 3 Perencanaan Atap

105 104 d) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 85 = 5,5 kg e) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 85 = 8,5 kg 4) Beban P4 = P10 a) Beban gording = Berat profil gording Panjang Gording = 33, 4,5 = 141,1 kg b) Beban atap = Luasan Berat atap = 9, = 467,8 kg c) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ (1,73+,1+3,3+1,73+,1+0,5+1,54) 5 = 163 kg d) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 163 = 48,9 kg e) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 163 = 4,89 kg 5) Beban P5 = P9 a) Beban gording = Berat profil gording Panjang Gording = 33, 3,87 = 18,48 kg b) Beban atap = Luasan Berat atap = 5,5 50 = 6,5 kg c) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ (,1+,1+1,13+1,5+1,73+1,73+,96+3,3) 5 = 07,65 kg d) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 07,65 = 6,9 kg e) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 07,65 = 0,76 kg BAB 3 Perencanaan Atap

106 105 6) Beban P6 = P8 a) Beban gording = Berat profil gording Panjang Gording = 33, 3,13 = 103,9 kg b) Beban atap = Luasan Berat atap = 4,15 50 = 06,5 kg c) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ (,1+,1+1,76+1,75+1,73) 5 = 118,5 kg d) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 118,5 = 35,55 kg e) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 118,5 = 11,85 kg 7) Beban P7 a) Beban gording = Berat profil gording Panjang Gording = 33,,37 = 78,68 kg b) Beban atap = Luasan Berat atap = 1, = 81,95 kg c) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ (,1+,1+,39) 5 = 8,88 kg d) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 8,88 = 4,86 kg e) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 8,88 = 8,9 kg f) Beban reaksi = ( x reaksi jurai) + reaksi ½ kuda-kuda = ( x 606,17) + 497,66 = 1710 kg 8) Beban P14 = P4 a) Beban plafon = Luasan Berat plafon = 6, = 114,75 kg BAB 3 Perencanaan Atap

107 106 b) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ (1,51+1,51+0,7) 5 = 46,5 kg c) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 46,5 = 13,95 kg d) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 46,5 = 4,65 kg 9) Beban P15 = P3 a) Beban plafon = Luasan Berat plafon = 6, = 114,75 kg b) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ (1,51+1,51+1,4+1,59) 5 = 75,13 kg c) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 75,13 =,54 kg d) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 75,13 = 7,51 kg 10) Beban P16 = P a) Beban plafon = Luasan Berat plafon = 9, = 168,41 kg b) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ (1,5+1,51+,1+1,94) 5 = 88,13 kg c) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 88,13 = 6,44 kg d) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 88,13 = 8,81 kg BAB 3 Perencanaan Atap

108 107 11) Beban P17 = P1 a) Beban plafon = Luasan Berat plafon = 5,5 18 = 94,5 kg b) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ (1,5+1,5+,96+3,3) 5 = 116 kg c) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 116 = 34,8 kg d) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 116 = 11,6 kg 1) Beban P18 = P0 a) Beban plafon = Luasan Berat plafon = 4,15 18 = 74,5 kg b) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ (1,5+1,5+4,93+3,83+3,3) 5 = 188,5 kg c) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 188,5 = 56,55 kg d) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 188,5 = 18,85 kg 13) Beban P19 a) Beban plafon = Luasan Berat plafon = 1, = 9,50 kg b) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ (1,5+1,5+4,7+,39) 5 = 16,13 kg c) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 16,13 = 37,84 kg BAB 3 Perencanaan Atap

109 108 d) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 16,13 = 1,61 kg e) Beban reaksi = ( x reaksi jurai) + reaksi ½ kuda-kuda = ( x 574,40) + 818,14 = 1966,94 kg Beban Tabel Rekapitulasi Beban Mati Kuda-kuda Utama Beban Beban Beban Beban Beban Plat Beban Kuda - Atap gording Bracing Penyambung Plafon kuda (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) Beban Reaksi (kg) Jumlah Beban (kg) P1=P13 371,9 141,1 40,5 4,05 1,15 57,38-67,08 67 P=P1 318,75 141,1 69,5 6,95 0, , P3=P11 318,75 141,1 85 8,5 5, , P4=P10 467,8 141, ,89 48, ,69 86 P5=P9 6,5 18,48 07,65 0,76 6, ,66 68 P6=P8 06,5 103,9 118,5 11,85 35, , Input SAP (kg) P7 81,95 78,68 8,88 8,9 4, , P14=P ,5 4,65 13,95 114,75-179, P15=P ,13 7,51,54 114,75-19,93 0 P16=P ,13 8,81 6,44 168,41-91,79 9 P17=P ,6 34,8 94,5-56,9 57 P18=P ,5 18,85 56,55 74,5-338, P ,13 1,61 37,84 9, ,94 173,0 173 b. Beban Hidup Beban hidup yang bekerja pada P1, P, P3, P4,P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P1, P13 = 100 kg BAB 3 Perencanaan Atap

110 109 c. Beban Angin Perhitungan beban angin : W7 W8 W W6 W W W W4' W11' W4 W W W W W W14 Gambar 3.6. Pembebanan Kuda-kuda Utama akibat Beban Angin Beban angin kondisi normal, minimum = 5 kg/m. 1) Koefisien angin tekan 30 0 = 0,0a - 0,40 = (0,0 x 30) - 0,40 = 0, (Untuk W1, W, W3, W4 ) Koefisien angin tekan 45 0 = 0,0a - 0,40 = (0,0 45) 0,40 = 0,5 (Untuk W4,W5, W6, W7) a. W1 = luasan koef. angin tekan beban angin = 7,438 0, 5 = 37,19 kg b. W = luasan koef. angin tekan beban angin = 6,375 0, 5 = 31,88 kg c. W3 = luasan koef. angin tekan beban angin = 6,375 0, 5 = 31,88 kg d. W4 = luasan koef. angin tekan beban angin = 9,356 0, 5 = 46,78 kg BAB 3 Perencanaan Atap

111 110 e. W4 = luasan koef. angin tekan beban angin W 3 31,88 7, ,94 16 BAB 3 Perencanaan Atap = 9,356 0,5 5 = 116,95 kg f. W5 = luasan koef. angin tekan beban angin = 5,5 0,5 5 = 65,63 kg g. W6 = luasan koef. angin tekan beban angin = 4,13 0,5 5 = 51,63 kg h. W7 = luasan koef. angin tekan beban angin = 1,64 0,5 5 = 0,5 kg ) Koefisien angin hisap = - 0,40 a. W8 = luasan koef. angin tekan beban angin = 1,64-0,4 5 = -16,4 kg b. W9 = luasan x koef. angin tekan x beban angin = 4,13-0,4 5 = -41,3 kg c. W10 = luasan koef. angin tekan beban angin = 5,5-0,4 5 = -5,5 kg d. W11 = luasan koef. angin tekan beban angin = 9,356-0,4 5 = -93,56 kg e. W11 = luasan koef. angin tekan beban angin = 9,356-0,4 5 = -93,56 kg f. W1 = luasan koef. angin tekan beban angin = 6,375-0,4 5 = -63,75 kg g. W13 = luasan koef. angin tekan beban angin = 6,375-0,4 5 = -63,75 kg h. W14 = luasan koef. angin tekan beban angin = 7,438 x -0,4 x 5 = -74,38 Tabel 3.0. Perhitungan Beban Angin Kuda-kuda Utama Beban Wx (Untuk Input Wy (Untuk Input Beban (kg) Angin W.Cos a (kg) SAP000) W.Sin a (kg) SAP000) W 1 37,19 3,1 3 18, W 31,88 7, ,94 16

112 111 W 4 46,78 40, ,39 3 W 4 116,95 8, ,70 83 W 5 65,63 46, ,41 47 W 6 51,63 36, ,51 37 W 7 0,5 14, ,50 15 W 8-16,4-11, ,60-1 W 9-41,3-9, ,0-30 W 10-5,5-37, ,1-37 W 11-93,56-66, ,16-66 W 11-93,56-81, ,78-47 W 1-63,75-55, ,88-3 W 13-63,75-55, ,88-3 W 14-74,38-64, ,19-37 Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang kuda-kuda utama sebagai berikut : Tabel 3.1. Rekapitulasi Gaya Batang Kuda-kuda Utama Kombinasi Kombinasi Batang Batang Tarik (+) kg Tekan(-) kg Tarik (+) kg Tekan(-) kg , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,93 commit - to user ,79 - BAB 3 Perencanaan Atap

113 , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Perencanaan Profil Kuda- kuda Utama a. Perhitungan Profil Batang Tarik P maks. = 18065,93 kg L = 1,51 m f y = 400 kg/cm f u = 3700 kg/cm BAB 3 Perencanaan Atap

114 113 Kondisi leleh P maks. = f.f y.ag P F maks. Ag = = =.f y 18065,93 0, ,364cm Kondisi fraktur x U = 1- L L = 4 x 3d = 4 x 3.1,7 = 15,4 cm x,4 U = 1- = 1- = 0,84 L 15,4 P maks. = f.f u.ae P maks. = f.f u.an.u P F.f. U maks. An = = = u 18065,93 0, ,84 L 151 i min = = = 0,69 cm ,75 cm Dicoba, menggunakan baja profil ûë Dari tabel didapat Ag = 1,3 cm i =,4 cm Berdasarkan Ag kondisi leleh Ag = 8,364 / = 4,18 cm Berdasarkan Ag kondisi fraktur Diameter baut = 1/.,54 = 1,7 mm Diameter lubang = 1,7 + = 14,7 mm = 1,47 cm Ag = An + n.d.t = (7,75/) + 1.1,47.0,8 = 5,051 cm BAB 3 Perencanaan Atap

115 114 Ag yang menentukan = 5,051 cm Digunakan ûë maka, luas profil 1,3 > 5,051 ( aman ) inersia,4 > 0,69 ( aman ) b. Perhitungan profil batang tekan P maks. = 0565,33 kg L = 1,73 m f y = 400 kg/cm f u = 3700 kg/cm Dicoba, menggunakan baja profil ûë Dari tabel didapat nilai nilai : Ag =.1,3 = 4,6 cm r =,4 cm = 4, mm b = 80 mm t = 8 mm Periksa kelangsingan penampang : b 00 = t f f y λ c = kl r y p E = 10 1, (1730) = 4, 40 3,14 xx10 5 = 0,789 BAB 3 Perencanaan Atap

116 115 Karena 0,5 < l c <1, maka : w = 1,43 1,6-0,67l c w 1,43 = = 1,34 1,6-0,67.0,789 f y P n = Ag.f cr = Ag w = = ,0 N = 44059,70 kg 1,34 Pu fp n 0565,33 = = 0,550 0,85x44059,70 < 1... ( aman ) Perhitungan Alat Sambung a. Batang Tekan Digunakan alat sambung baut-mur. Diameter baut (Æ) = 1,7 mm ( ½ inches) Diameter lubang = 14,7 mm. Tebal pelat sambung (d) = 0,65. d b = 0,65. 1,7 = 7,94 mm. Menggunakan tebal plat 8 mm Tahanan geser baut P n = m.(0,4.f ub ).An =.(0,4.85).¼. p. 1,7 = 8356,43 kg/baut Tahanan tarik penyambung P n =7833,9 kg/baut Tahanan Tumpu baut : P n = 0,75 (,4.fu.d b. t) = 0,75 (, ,7.9) = 761,38 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu commit = 761,38 to user kg. BAB 3 Perencanaan Atap = 0,75.f ub.an

117 116 Perhitungan jumlah baut-mur, Pmaks. 0565,33 n = = =,7 ~ 4 buah baut P 761,38 tumpu Digunakan : 4 buah baut Perhitungan jarak antar baut : a. 1,5d S1 3d Diambil, S 1 =,5 d b = 3. 1,7 = 3,175 mm = 3 mm b.,5 d S 7d Diambil, S = 5 d b = 1,5. 1,7 = 6,35 mm = 6 mm b. Batang tarik Digunakan alat sambung baut-mur. Diameter baut (Æ) = 1,7 mm ( ½ inches ) Diameter lubang = 14,7 mm. Tebal pelat sambung (d) = 0,65. d b = 0,65 x 1,7 = 7,94 mm. Menggunakan tebal plat 8 mm Tahanan geser baut P n Tahanan tarik penyambung P n =7833,9 kg/baut Tahanan Tumpu baut : P n = 0,75 (,4.fu. d b t) = 0,75 (, ,7.9) = 761,38 kg/baut BAB 3 Perencanaan Atap = n.(0,4.f ub ).An =.(0,4.85).¼. p. 1,7 = 8356,43 kg/baut = 0,75.f ub.an

118 117 P yang menentukan adalah P tumpu = 761,38 kg. Perhitungan jumlah baut-mur, Pmaks ,93 n = = =,4 ~ 4 buah baut P 761,38 tumpu Digunakan : 4 buah baut Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) : 1) 3d S 1 15 t p,atau 00 mm Diambil, S 1 = 3 d = 3. 1,7 = 3,81 cm = 4 cm ) 1,5 d S (4t p + 100mm),atau 00 mm Diambil, S = 1,5 d = 1,5. 1,7 = 1,905 cm = cm BAB 3 Perencanaan Atap

119 118 Tabel 3.. Rekapitulasi Perencanaan Profil Kuda-kuda Nomor Batang Dimensi Profil Baut (mm) Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, commit 8 to user 4 Æ 1,7 BAB 3 Perencanaan Atap

120 Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1, Æ 1,7 BAB 3 Perencanaan Atap

121 10 SELESAI BAB 3 Perencanaan Atap

122 Perencanaan Kuda-kuda Utama B (KK B) Perhitungan Panjang Batang Kuda-kuda B P7 P P8 58 P P5 P P P P3 P P P P13 Gambar 3.5 Panjang Batang Kuda-Kuda Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel 3.3. Perhitungan Panjang Batang pada Kuda-kuda Utama Panjang Panjang No batang No batang batang batang 1 1, ,83 1, ,93 3 1, ,7 4 1,5 36 4,93 5 1,5 37 3,83 6 1,5 38 3,3 7 1,5 39,96 8 1,5 40 3,3 9 1,5 41,1 10 1,51 4 1, , ,4 BAB 3 Perencanaan Atap

123 1 1 1, , , ,7 14 1, , , ,73 16,1 48 1,73 17,1 49 1,73 18,1 50 1,73 19,1 51 1,73 0,1 5 0,5 1,1 53 1,54 1, ,13 3 1, ,5 4 1, ,76 5 0,7 57 1,75 6 1,59 58,39 7 1,4 59 1,75 8 1, ,76 9,1 61 1,5 30 3,3 6 1,13 31, ,54 3 3,3 64 0,5 BAB 3 Perencanaan Atap

124 Perhitungan Luasan Kuda-Kuda Utama B a p b o a b c p o n c n d e f m l k d m g h j i e l f k g j h i Gambar 3.6. Luasan Atap Kuda-kuda Utama B Panjang ap = bo = cn = dm = el = fk = gj = hi = 3,00 m Panjang ab = 1,75 m Panjang bc = cd = de = ef = fg = 1,5 m Panjang gh = 0,75 m Luas abop = ap x ab = 3 x 1,75= 5,5 m Luas bcno = bo x bc = 3 x 1,5 = 4,5 m Luas cdmn = cn x cd = 3 x 1,5 = 4,5 m Luas delm = dm x de = 3 x 1,5 = 4,5 m Luas efkl = el x ef = 3 x 1,5 = 4,5 m Luas fgjk = fk x fg = 3 x 1,5 = 4,5 m Luas ghij = gj x gh = 3 x 0,75 =,5 m BAB 3 Perencanaan Atap

125 14 a b p o a b c p o n c n d e f m l k d m g h i j e l f k g j h i Gambar 3.7. Luasan Plafon Kuda-kuda Utama B Panjang ap = bo = cn = dm = el = fk = gj = hi = 3,00 m Panjang ab = 0,75 m Panjang bc = cd = de = ef = fg = 1,5 m Panjang gh = 0,75 m Luas abop = ap x ab = 3 x 0,75=,5 m Luas bcno = bo x bc = 3 x 1,5 = 4,5 m Luas cdmn = cn x cd = 3 x 1,5 = 4,5 m Luas delm = dm x de = 3 x 1,5 = 4,5 m Luas efkl = el x ef = 3 x 1,5 = 4,5 m Luas fgjk = fk x fg = 3 x 1,5 = 4,5 m Luas ghij = gj x gh = 3 x 0,75 =,5 m BAB 3 Perencanaan Atap

126 15 æ 0,5+ 1,5ö = ( x ) + ( ç è ø x ) = 6 m a. Luas plafon afbk = ( ab x bg ) + (0,5 x fg x gk ) = ( 1 x ) + (0,5 x 1 x 0,5) =,5 m Perhitungan Pembebanan Kuda-kuda Utama A Data-data pembebanan : Berat gording = 9,4 kg/m Jarak antar kuda-kuda utama = 4,5 m Berat penutup atap = 50 kg/m Berat profil = 5 kg/m BAB 3 Perencanaan Atap

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan 3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun beban

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR BOARDING HOUSE

PERENCANAAN STRUKTUR BOARDING HOUSE PERENCANAAN STRUKTUR BOARDING HOUSE TUGAS AKHIR Oleh : Antonius Mahatma P. I.8507007 PROGRAM DIII TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 010 BAB 3 Perencanaan

Lebih terperinci

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia teknik sipil menuntut bangsa Indonesia untuk dapat menghadapi segala kemajuan dan tantangan. Hal itu dapat terpenuhi apabila sumber daya

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG RSUD 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG RSUD 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG RSUD LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi D3 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

Tugas Akhir Perencanaan Struktur Salon, fitness & Spa 2 lantai TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : Enny Nurul Fitriyati I

Tugas Akhir Perencanaan Struktur Salon, fitness & Spa 2 lantai TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : Enny Nurul Fitriyati I Tugas Akhir Perencanaan Struktur Salon, fitness & Spa lantai A- TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR SALON FITNES DAN SPA LANTAI Disusun Oleh : Enny Nurul Fitriyati I.85060 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia konstruksi saat ini semakin berkembang pesat, meningkatnya berbagai kebutuhan manusia akan pekerjaan konstruksi menuntut untuk terciptanya inovasi dan kreasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RESTORAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RESTORAN 2 LANTAI digilib.uns.ac.id PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RESTORAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D3 Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN DAN TOKO BUKU 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR DAN ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN DAN TOKO BUKU 2 LANTAI TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Gedung Swalayan dan Toko Buku Lantai PERENCANAAN STRUKTUR DAN ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN DAN TOKO BUKU LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI digilib.uns.ac.id PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil disusun oleh : MUHAMMAD NIM : D

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO ELEKTRONIK 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO ELEKTRONIK 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO ELEKTRONIK LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.) pada Program Studi Diploma III

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUMAH TINGGAL 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUMAH TINGGAL 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUMAH TINGGAL 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN LANTAI Oleh: Fredy Fidya Saputra I.8505014 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM D III JURUSAN TEKNIK SIPIL SURAKARTA 009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH DAN LABORATORIUM 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH DAN LABORATORIUM 2 LANTAI TUGAS AKHIR perpustakaan.uns.ac.id PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH DAN LABORATORIUM LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN CAFE DAN RESTO 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN CAFE DAN RESTO 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN CAFE DAN RESTO 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ASRAMA MAHASISWA 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ASRAMA MAHASISWA 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ASRAMA MAHASISWA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

GEDUNG ASRAMA DUA LANTAI

GEDUNG ASRAMA DUA LANTAI digilib.uns.ac.id PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG ASRAMA DUA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG UKM DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG UKM DUA LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG UKM DUA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Lebih terperinci

Oleh : Hissyam I

Oleh : Hissyam I PERENCANAANN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLETT DAN RESTO 2 LANTAI Oleh : Hissyam I 8507048 D3 TEKNIK SIPIL GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITASS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RESTORAN DAN KARAOKE 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RESTORAN DAN KARAOKE 2 LANTAI TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RESTORAN DAN KARAOKE 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI digilib.uns.ac.id PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR BUTIK 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR BUTIK 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR BUTIK LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH LANTAI Agus Supriyanto I.850033 D3 TEKNIK SIPIL GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET 011 iv v MOTTO Demi masa, sesungguhnya manusia

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN SEKOLAHAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN SEKOLAHAN 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN SEKOLAHAN LANTAI Oleh : Dede Setiawan I8506704 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 011 MOTTOO...Sesungguhnya

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSKESMAS DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSKESMAS DUA LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSKESMAS DUA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR PUSKESMAS PEMBANTU DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR PUSKESMAS PEMBANTU DUA LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR PUSKESMAS PEMBANTU DUA LANTAI TUGAS AKHIR Telah disetujui untuk dipertahankan di depan tim penguji sebagai persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya pada jurusan Teknik Sipil Dikerjakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL 2011

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL 2011 TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA 2 LANTAI Dikerjakan Oleh: CINTIA PRATIWI NIM. I 8508002 UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL 2011 LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG MALL 3 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG MALL 3 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG MALL 3 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D3 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLET DAN CAFE 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLET DAN CAFE 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLET DAN CAFE 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Tugas Akhir Perencanaan Struktur dan Rencana Anggaran Biaya Gedung Kuliah 2 Lantai

Tugas Akhir Perencanaan Struktur dan Rencana Anggaran Biaya Gedung Kuliah 2 Lantai 3 PERENCANAAN STRUKTUR Dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG KULIAH 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ASRAMA MAHASISWA 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ASRAMA MAHASISWA 2 LANTAI TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ASRAMA MAHASISWA 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR Dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR Dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR Dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG SEKOLAH LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RESTAURANT & TOKO 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RESTAURANT & TOKO 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RESTAURANT & TOKO 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi D-III Teknik Sipil Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 LATAR BELAKANG.FIX.pdf BAB 2 DASAR TEORI.FIX.pdf

BAB 1 LATAR BELAKANG.FIX.pdf BAB 2 DASAR TEORI.FIX.pdf BAB 1 LATAR BELAKANG.FIX.pdf BAB 2 DASAR TEORI.FIX.pdf BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum Islamic Center sebagai pusat kegiatan keislaman, dimana semua kegiatan pembinaan berupa kegiatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB I. Perencanaan Atap

BAB I. Perencanaan Atap BAB I Perencanaan Atap 1. Rencana Gording Data perencanaan atap : Penutup atap Kemiringan Rangka Tipe profil gording : Genteng metal : 40 o : Rangka Batang : Kanal C Mutu baja untuk Profil Siku L : BJ

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SUPERMARKET DAN FASHION DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SUPERMARKET DAN FASHION DUA LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SUPERMARKET DAN FASHION DUA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG LABORATORIUM 2 LANTAI & RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG LABORATORIUM 2 LANTAI & RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG LABORATORIUM 2 LANTAI & RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan

Lebih terperinci

TAMPAK DEPAN RANGKA ATAP MODEL 3

TAMPAK DEPAN RANGKA ATAP MODEL 3 TUGAS STRUKTUR BAJA 11 Bangunan gedung dengan struktur atap dibuat dengan struktur rangka baja. Bentang struktur bangunan, beban gravitasi, beban angin dan mutu bahan, dijelaskan pada data teknis berikut.

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR PERPUSTAKAAN DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR PERPUSTAKAAN DUA LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR PERPUSTAKAAN DUA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG LABORATORIUM DUA LANTAI. Tugas akhir. Sudarmono I

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG LABORATORIUM DUA LANTAI. Tugas akhir. Sudarmono I PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG LABORATORIUM DUA LANTAI Tugas akhir Sudarmono I 85 07 061 Fakultas teknik jurusan teknik sipil Universitas sebelas maret 2010 MOTTO...Sesungguhnya Alloh tidak mengubah keadaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ( RAB ) TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ( RAB ) TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH LANTAI DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ( RAB ) TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH DAN TOKO 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH DAN TOKO 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH DAN TOKO LANTAI TUAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh elar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin pesatnya perkembangan dunia teknik sipil di Indonesia saat ini menuntut terciptanya sumber daya manusia yang dapat mendukung dalam bidang tersebut.

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI. Diajukan Oleh : DANNY ARIEF M I

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI. Diajukan Oleh : DANNY ARIEF M I PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH LANTAI Diajukan Oleh : DANNY ARIEF M I8506009 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET 00 i MOTTO Walaupun hidup

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 PRESENTASI TUGAS AKHIR oleh : PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 LATAR BELAKANG SMA Negeri 17 Surabaya merupakan salah

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLET DAN RESTO DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLET DAN RESTO DUA LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLET DAN RESTO DUA LANTAI Oleh: Agus Catur kurniawan I.850608 PROGRAM DIII TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 011 MOTTO...Sesungguhnya

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH JUNE ADE NINGTIYA I

DISUSUN OLEH JUNE ADE NINGTIYA I PERENCANAAN STRUKTUR HOTEL 2 LANTAI DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH JUNE ADE NINGTIYA I 8507053 DIPLOMA TIGA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas Akhir Perencanaan Struktur Gedung Sekolah 2 Lantai Tinjauan Umum Perencanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas Akhir Perencanaan Struktur Gedung Sekolah 2 Lantai Tinjauan Umum Perencanaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Perencanaan Pendidikan Nasional di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN SHOWROOM DAN BENGKEL NISSAN

PERENCANAAN SHOWROOM DAN BENGKEL NISSAN PERENCANAAN SHOWROOM DAN BENGKEL NISSAN TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KECAMATAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KECAMATAN 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KECAMATAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya perpustakaan.uns.ac.id pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN BAB IV ANALISA PERHITUNGAN 4.1 PERHITUNGAN METODE ASD 4.1.1 Perhitungan Gording Data perencanaan: Jenis baja : Bj 41 Jenis atap : genteng Beban atap : 60 kg/m 2 Beban hujan : 20 kg/m 2 Beban hujan : 100

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan merupakan hasil dari perhitungan perencanaan struktur gedung Fakultas Teknik Informatika ITS Surabaya dengan metode SRPMM.

Lebih terperinci

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR 3.. Denah Bangunan Dalam tugas akhir ini penulis merancang suatu struktur bangunan dengan denah seperti berikut : Gambar 3.. Denah bangunan 33 34 Dilihat dari bentuk

Lebih terperinci

Tugas Besar Struktur Bangunan Baja 1. PERENCANAAN ATAP. 1.1 Perhitungan Dimensi Gording

Tugas Besar Struktur Bangunan Baja 1. PERENCANAAN ATAP. 1.1 Perhitungan Dimensi Gording 1.1 Perhitungan Dimensi Gording 1. PERENCANAAN ATAP 140 135,84 cm 1,36 m. Direncanakan gording profil WF ukuran 100x50x5x7 A = 11,85 cm 2 tf = 7 mm Zx = 42 cm 2 W = 9,3 kg/m Ix = 187 cm 4 Zy = 4,375 cm

Lebih terperinci

PERENCANAAN KANTOR KECAMATAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN KANTOR KECAMATAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR PERENCANAAN KANTOR KECAMATAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pendidikan Program Diploma III Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret adalah menciptakan Ahli madya yang terampil dan profesional serta kompeten

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT KEGIATAN MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT KEGIATAN MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM) PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT KEGIATAN MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM) Oleh : TRIA CIPTADI 3111 030 013 M. CHARIESH FAWAID 3111 030 032 Dosen

Lebih terperinci

ANALISA DIMENSI DAN STRUKTUR ATAP MENGGUNAKAN METODE DAKTILITAS TERBATAS

ANALISA DIMENSI DAN STRUKTUR ATAP MENGGUNAKAN METODE DAKTILITAS TERBATAS Analisa Dimensi dan Struktur Atap Menggunakan Metode Daktilitas Terbatas 1 - ANALISA DIMENSI DAN STRUKTUR ATAP MENGGUNAKAN METODE DAKTILITAS TERBATAS M. Ikhsan Setiawan ABSTRAK Sttruktur gedung Akademi

Lebih terperinci

BAB III METODE DESAIN DAN PERENCANAAN RANGKA BALOK BAJA

BAB III METODE DESAIN DAN PERENCANAAN RANGKA BALOK BAJA BAB III METODE DESAIN DAN PERENCANAAN RANGKA BALOK BAJA 3.1 Diagram Alir Perencanaan Kuda kuda Mulai KUDA KUDA TYPE 1 KUDA KUDA TYPE 2 KUDA KUDA TYPE 3 PRE/DESIGN GORDING PEMBEBANAN PRE/DESIGN GORDING

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI) 1 PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai S-1 Teknik Sipil diajukan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas BAB V PEMBAHASAN 5.1 Umum Pada gedung bertingkat perlakuan stmktur akibat beban menyebabkan terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas pekerjaan dilapangan, perencana

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PANJANG BATANG

PERHITUNGAN PANJANG BATANG PERHITUNGAN PANJANG BATANG E 3 4 D 1 F 2 14 15 5 20 A 1 7 C H 17 13 8 I J 10 K 16 11 L G 21 12 6 B 200 200 200 200 200 200 1200 13&16 0.605 14&15 2.27 Penutup atap : genteng Kemiringan atap : 50 Bahan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai 8 BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Pada Pelat Lantai Dalam penelitian ini pelat lantai merupakan pelat persegi yang diberi pembebanan secara merata pada seluruh bagian permukaannya. Material yang digunakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN BAB V ANALISIS PEMBEBANAN Analisis pembebanan pada penelitian ini berupa beban mati, beban hidup, beban angin dan beban gempa. 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 4,5 m 3,25 m 4,4 m 4,45 m 4 m Gambar 5.1.

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Tinjauan Umum Menurut Supriyadi dan Muntohar (2007) dalam Perencanaan Jembatan Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan mengumpulkan data dan informasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO BUKU 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO BUKU 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO BUKU 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.) pada Program Studi Diploma III Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL) PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S 1 Teknik Sipil diajukan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG SERBAGUNA 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG SERBAGUNA 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG SERBAGUNA 2 LANTAI TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.) pada Program Studi DIII Teknik Sipil Jurusan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Struktur Perhitungan struktur meliputi perencanaan atap, pelat, balok, kolom dan pondasi. Perhitungan gaya dalam menggunakan bantuan program SAP 2000 versi 14.

Lebih terperinci

Andini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Andini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Agustus 16 STUDI KOMPARASI PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG BERDASARKAN SNI 3 847 DAN SNI 847 : 13 DENGAN SNI 3 176 1 (Studi Kasus : Apartemen 11 Lantai

Lebih terperinci

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS) A. IDEALISASI STRUKTUR RAGKA ATAP (TRUSS) Perencanaan kuda kuda dalam bangunan sederhana dengan panjang bentang 0 m. jarak antara kuda kuda adalah 3 m dan m, jarak mendatar antara kedua gording adalah

Lebih terperinci

BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03

BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03 BAB II BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peraturan-Peraturan yang Dugunakan 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03 2847 2002), 2. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Bangunan

Lebih terperinci

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( ) TUGAS AKHIR STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7 Oleh : RACHMAWATY ASRI (3109 106 044) Dosen Pembimbing: Budi Suswanto, ST. MT. Ph.D

Lebih terperinci

PROSENTASE DEVIASI BIAYA PADA PERENCANAAN KONSTRUKSI BALOK BETON KONVENSIONAL TERHADAP BALOK BETON PRATEGANG PADA PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 5 SURABAYA

PROSENTASE DEVIASI BIAYA PADA PERENCANAAN KONSTRUKSI BALOK BETON KONVENSIONAL TERHADAP BALOK BETON PRATEGANG PADA PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 5 SURABAYA PROSENTASE DEVIASI BIAYA PADA PERENCANAAN KONSTRUKSI BALOK BETON KONVENSIONAL TERHADAP BALOK BETON PRATEGANG PADA PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 5 SURABAYA Shufiyah Rakhmawati, Koespiadi Program Studi Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1 Diagram Alir Mulai Data Eksisting Struktur Atas As Built Drawing Studi Literatur Penentuan Beban Rencana Perencanaan Gording Preliminary Desain & Penentuan Pembebanan

Lebih terperinci

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS) A. IDEALISASI STRUKTUR RAGKA ATAP (TRUSS) Perencanaan kuda kuda dalam bangunan sederhana dengan panjang bentang 0 m. jarak antara kuda kuda adalah 3 m dan m, jarak mendatar antara kedua gording adalah

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL JALAN MARTADINATA MANADO

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL JALAN MARTADINATA MANADO PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL JALAN MARTADINATA MANADO Claudia Maria Palit Jorry D. Pangouw, Ronny Pandaleke Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email:clauuumaria@gmail.com

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR PERPUSTAKAAN DUA LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR PERPUSTAKAAN DUA LANTAI TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR PERPUSTAKAAN DUA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19) dan Geser (Ø =8 mm) balok dengan pembebanan sbb : A B C 6 m 6 m

1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19) dan Geser (Ø =8 mm) balok dengan pembebanan sbb : A B C 6 m 6 m Ujian REMIDI Semester Ganjil 013/014 Mata Kuliah : Struktur Beton Bertulang Hari/Tgl/ Tahun : Jumat, 7 Pebruari 014 Waktu : 10 menit Sifat Ujian : Tutup Buku KODE : A 1. Rencanakan Tulangan Lentur (D19)

Lebih terperinci

E. PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER 3. PERENCANAAN TRAP TRIBUN DIMENSI

E. PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER 3. PERENCANAAN TRAP TRIBUN DIMENSI 1.20 0.90 0.90 1.20 0.90 0.45 0. E. PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER. PERENCANAAN TRAP TRIUN DIMENSI 0.0 1.20 0.90 0.12 TRAP TRIUN PRACETAK alok L : balok 0cm x 45cm pelat sayap 90cm x 12cm. Panjang bentang

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Penyelesaian : Penentuan beban kerja (Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983) : Penutup atap (genteng) = 50 kg/m2

Penyelesaian : Penentuan beban kerja (Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983) : Penutup atap (genteng) = 50 kg/m2 II. KONSEP DESAIN Soal 2 : Penelesaian : Penentuan beban kerja (Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983) : Penutup atap (genteng) = 50 kg/m2 = 0,50 kn/m2 Air hujan = 40 - (0,8*a) dengan a = kemiringan

Lebih terperinci

BAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR

BAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR BAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR 4.1. Estimasi Dimensi Estimasi dimensi komponen struktur merupakan tahap awal untuk melakukan analisis struktur dan merancang suatu bangunan gedung. Estimasi yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR. A. Spesifikasi Data Teknis Banguan

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR. A. Spesifikasi Data Teknis Banguan 58 BAB V ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR A. Spesifikasi Data Teknis Banguan 1. Denah Bangunan Gambar 5.1 Denah Struktur Bangunan lantai 1.. Lokasi Bangunan Gedung Apartemen Malioboro City Yogyakarta terletak

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN Oleh : 1. AGUNG HADI SUPRAPTO 3111 030 114 2.RINTIH PRASTIANING ATAS KASIH 3111

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1. Diagram Alir Perencanaan Struktur Atas Baja PENGUMPULAN DATA AWAL PENENTUAN SPESIFIKASI MATERIAL PERHITUNGAN PEMBEBANAN DESAIN PROFIL RENCANA PERMODELAN STRUKTUR DAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik

Lebih terperinci

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL Muhammad Igbal M.D.J. Sumajouw, Reky S. Windah, Sesty E.J. Imbar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL 5.1 Desain Penulangan Elemen Struktur Pada bab V ini akan membahas tentang perhitungan tulangan yang akan digunakan dalam perencaan struktur yang telah didesain.

Lebih terperinci

LAMPIRAN I (Preliminary Gording)

LAMPIRAN I (Preliminary Gording) LAMPIRAN I (Preliminary Gording) L.1. Pendimensian gording Berat sendiri gording dapat dihitung dengan menggunakan atau dengan memisalkan berat sendiri gording (q), Pembebanan yang dipikul oleh gording

Lebih terperinci

Perencanaan Struktur Tangga

Perencanaan Struktur Tangga 4.1 PERENCANAAN STRUKTUR TANGGA Skema Perencanaaan Struktur Tangga Perencanaan Struktur Tangga 5Pembebanan Tangga START Dimensi Tangga Rencanakan fc, fy, Ø tulangan Penentuan Tebal Pelat Tangga dan Bordes

Lebih terperinci

4.3.5 Perencanaan Sambungan Titik Buhul Rangka Baja Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang 15

4.3.5 Perencanaan Sambungan Titik Buhul Rangka Baja Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang 15 3.3 Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang 15 3.3.1 Peraturan-Peraturan 15 3.3.2 Pembebanan ]6 3.3.3 Analisis Struktur 18 3.3.4 Perencanaan Pelat 18 3.3.5 Perencanaan Struktur Portal Beton Bertulang

Lebih terperinci