Thalassemia-α pada Populasi Medan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Thalassemia-α pada Populasi Medan"

Transkripsi

1 Kajian Molekular Mutant Del -SEA Thalassemia-α pada Populasi Medan Ratna Akbari Ganie Departemen Patologi Klini, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan Abstrak: Jumlah total dari merupakan individu dewasa sehat dari tujuh kelompok etnik berbeda yang hidup di kota Medan yang tersaring pembawa α thalessemia dengan hemoglobin electrophoresis. Diantara semua sampel, 51 orang dicurigai terdapat ciri thalassemia, mutasi DNA dideteksi dengan metode PCR. Mutasi 21 del -SEA ditemukan pada suku Aceh sebanyak 3.5%, 2.97% di suku Melayu, 2,69% Cina, 1,71% suku Jawa, 1.19% suku Batak dan tidak ditemukan pada suku Minangkabau dan Nias. Mutasi 21 del -SEA biasanya juga ditemukan pada populasi di Asia Tenggara dan Pasifik atau gen Mongoloid dan Malenesian sepanjang 17.5 kb pada gen globin α 1 maupun α 1. Penggolongan subjek homozigot dengan cara menurunkan atau menghilangkan gen globin pada hipokromik, anemia hemolitik, dan ketergantungan pada tranfusi darah untuk memperpanjang hidup orang yang terjangkit thalassemia-α. Berdasarkan pada pembiayaan ini, dapat dipahami bahwa semua kelompok etnik yang ada di Medan secara genetik termasuk ke dalam bagian gen Mongolia dan Malanesia. Kata kunci: α-thalassemia, mutan del-sea, kelompok etnik di Medan Abstract: A total number of apparently healthy adult individuals from seven mayor different ethnic groups who habited Medan were screened for α-thalassemia carrier by hemoglobin electrophoresis. Among these, 51 subjects were suspected as α-thalassemia trait; the DNA mutation were determined using PCR method to detect the del -SEA mutation performance. During this study, 21 del -SEA mutations have been identified by specific olygonucleotides primers in descending frequencies, 3.5% in Aceh; 2.97% in Malay; 2,69% in Chinese; 1.71% in Javanese; 1,19% in Batak and absent in Minang and Nias. The del -SEA mutant was commonly found in Southeast Asian and Pacific populations or Mongoloid and Melanesian gene pools result in about 17.5 Kb deletion along the α 1 and α 2 globin genes. The homozygote subject characterized by reduced or absent of α-globin gene expression leading to hypochromic, hemolytic anemia and dependence on blood transfusions to sustain life which was known as thalassemia-α. Based on this funding, understandable that these Medan s ethnic groups genetically share the Mongoloid and Melanesian gene pools. Keywords: α-thalassemia, del-sea mutant, Medan s ethnic group PENDAHULUAN Seperti daerah endemik malaria lainnya, keberadaan penyakit thalassemia dan hemoglobinopatia pada penduduk Indonesia cukup tinggi, sebagai seleksi positif terhadap invasi plasmodium (Flint et al., 1993). 1 Dari beberapa penelitian terdahulu telah dilaporkan bahwa keberadaan thalassemia-β dan Hemoglobin-E cukup tinggi baik dalam skala sporadis maupun nasional, bahkan pada beberapa populasi frekuensinya mencapai >15%. Sementara itu, penelitian tentang keberadaan thalassemia-α masih sangat terbatas, walaupun telah dilaporkan oleh Hill et al., (1989) bahwa prevalensi mutasi yang menyebabkan gangguan sintesis globin-α ini cukup tinggi pada populasi Asia Daratan dan Pasifik. 2 WHO (1994) memperkirakan terdapat kira-kira bayi thalassemia-α baru, lahir setiap tahunnya di seluruh dunia dan jika mereka dapat mencapai usia dewasa maka diperkirakan ada penderita thalassemia-α di Asia Tenggara (Higgs, 1983). 3,4 Prevalensi thalasemia-α sangat tinggi pada ras Mongoloid terutama di China daratan yang pada beberapa populasi terdahulu dapat mencapai 42% ((Lie et al., 1982; Yang et al, 1985). 5,6 93 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 No. 2 Juni 2008

2 Ratna Akbari Ganie Kajian Molukuler Mutant Sementara itu, angka yang banyak dirujuk para ahli epidemiologi genetic Indonesia adalah estimasi Wong (1983) yang memperkirakan terdapat kira-kira 0,5% carrier thalassemia-α di Indonesia secara nasional, jauh di bawah angka pembawa sifat thalassemia-β yang diperkirakan mencapai 3,5% dan Hb-E yang mencapai 5%. 7 Nanum demikian banyak peneliti percaya bahwa angka thalassemia-α jauh di atas angka tersebut, bahkan pada beberapa populasi Indonesia di Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi yang telah diteliti mencapai 2,5-3-2% (Setianingsih, 2003). 8 Dugaan tersebut diperkuat dengan keberadaan kasus bayi Hydrop Fetalis dan Hb-H yang dijumpai di rumah sakit-rumah sakit rujukan cukup tinggi. Walaupun keberadaan thalassemia-α di Medan telah pernah dilaporkan sebelumnya oleh Hariman et al.(1984) yaitu masingmasing sebesar 2,5% untuk thalassemia-α o dan thalassemia-α +, tetapi masih terbatas pada aras Biokimiawi melalui skrining hematologis. 9 Penelitian tingkat molekular untuk mengetahui dasar molekular penyakit tersebut pada populasi Medan sampai saat ini belum pernah dilakukan. Sebelumnya telah dilaporkan terdapat setidaknya 37 jenis mutan pada gen globin-α 1 dan globin-α 2 sebagai penyebab thalassemia-α o dan thalassemia-α + di seluruh dunia (Huisman et al., 1997). 10 Mutasi paling umum pada populasi Asia Pasifik adalah delesi 4,2 Kb dan 3,7 Kb yang menyebabkan thalassemia-α + (Hill et al., 1989). Mutasi paling sering di Populasi Asia Tenggara yang mendapat pengaruh kuat unggun gen Mongoloid adalah mutasi SEA sepanjang 17,5 Kb pada gen globin-α 1 maupun globin-α 2 (Bowden et al., 1992). Mutan ini menyebabkan sintesis protein globin-α gagal karena tidak terbentuknya mrna, sehingga bentuk homozigotnya menyebabkan bayi Hydrop Fetalis yang bersifat lethal (Pressley et al., 1980; Wasi, 1983). 12,13 Distribusi mutan tersebar pada populasi Thailand, Malaysia dan Philipina dengan frekuensi polymorfik mencapai 5% (Wasi, 1981). 14 Pengetahuan tentang dasar molekular thalassemia-α sangat penting untuk mempersiapkan prenatal diagnosis pada awal kehamilan, yang merupakan salah satu strategi untuk mengurangi insidensi penderita thalassemia-α yang baru. Sampai saat ini belum ada terapi kuratif yang memadai untuk penderita, walaupun cangkok sumsum tulang telah berhasil dilakukan, tetapi dibutuhkan biaya yang sangat besar dan survival ratenya maksimal 15 tahun (Kanokpongsakdi et al., 1990; Cao et al., 1999). 15,16 Terapi gen sendiri untuk penderita thalassemia-α memang telah dilakukan di Amerika tetapi masih terbatas pada skala penelitian belum untuk pelayanan (Weatherall and Clegg, 2001). 17 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tindakan preventif merupakan strategi yang paling tepat dalam managemen penyakit thalassemia. Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan penelitian tentang kajian molekular thalassemia-α pada penduduk kota Medan untuk mengetahui keberadaan mutasi paling umum del SEA pada berbagai kelompok suku di Medan. Data yang diperoleh diharapkan dapat menjadi acuan dasar dalam pengembangan prenatal diagnosis dalam managemen penyakit thalassemia di Medan dan sekitarnya sehingga munculnya bayi hidrop fetalis dan Hb H dapat dihindari. BAHAN DAN CARA PENELITIAN Populasi dan Sampel Sampel DNA dikoleksi dari darah vena individu dewasa sehat, pendonor darah dengan kisaran umur tahun, terdiri dari laki-laki dan 215 perempuan. Sampel darah dikoleksi dari 7 kelompok etnik penduduk kota Medan yang mewakili populasi penduduk yang dominan. Komposisi jumlah sampel wakil tiap suku diambil sedemikian rupa sehingga mendekati keadaan sebenarnya yang merupakan representasi komposisi penduduk kota Medan berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 2000 (Katalog BPS; ). 18 Cara Penelitian Terhadap 51 sampel darah dari keseluruhan sampel yang diperiksa, yang terdeteksi sebagai carrier thalasemia-α, secara hematologis atau biokimiawi berdasarkan serangkaian hasil pemeriksaan indeks hematologis, serum feritin dan tranferin, kuantifikasi HbA 2 dan keberadaan badan inklusi, selanjutnya dilakukan pemeriksaan DNA. Isolasi DNA dari buffycoat dilakukan dengan metode modifikasi Lysis buffer Sucrose Tris HCl- SDS (Gibco-BRL) dilanjutkan dengan purifikasi DNA menggunakan Proteinase-K (Merck) dan Proteinase-E (Merck). Deteksi mutan SEA dilakukan dengan teknik Polymerase Chaín Reaction (PCR) menggunakan 3 primer Southeast Asian Type (Nicholl et al., 1987; Chang et al., 1991; Bowden et al, 1992) dari Sigma: 11,19,20 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 No. 2 Juni

3 Karangan Asli Tabel 1. Distribusi jumlah sampel penelitian tiap suku terhadap komposisi penduduk Kota Medan pada Sensus Penduduk 2000 dan jumlah carrier Thalassemia-α. Jumlah Sampel Penelitian Jumlah Penduduk Medan SP 2000* Ratio : SP Carrier Thal-α Suku n % % n % 1. Batak , ,70 Relatif sama 9 1,78 2. Jawa , ,03 Relatif sama 17 3,64 3. Cina , ,65 Relatif sama 15 6,72 4. Melayu 136 8, ,59 Relatif sama 6 4,41 5. Minangkabau 128 8, ,60 Relatif sama 2 1,56 6. Aceh 57 3, ,78 Relatif sama 2 3,07 7. Nias 8 0,53 13,159 0,69 Relatif sama Lain-lain suku 0 0, ,95 Berbeda 0 0 Jumlah ,35 * SP = Sensus Penduduk A 4 Forward = 5 -GGG-GCG- CCT-TGG- GGA-GGT-TC-3 A 1B Reverse = 5 -GTT-CCC-TGA-GCC- CCG-ACA-CG-3 A 9 Reverse = 5 -ATA-TAT-GGG-TCT- GGA-AGT-GTA-TC-3 Reaksi dilakukan dengan komposisi 10x buffer PCR (Roche) 2 mm dntps (Perkin- Elmer), 25 mm MgCl 2, 10 pmole masingmasing primer dan 0,2 IU enzim Tag Polymerase (Perkin Elmer) dengan Termocycler Gene Amp PCR System 2400 Perkin Elmer. Siklus PCR diawali dengan hot start pada 95 o C selama 1 menit, annealing pada suhu 63 o C selama 1 menit dikuti dengan fase ekstensi selama 30 detik pada suhu 72 o C. Inkubasi utama dilakukan pada siklus denaturasi pada suhu 95 o C selama 1 menit; annealing pada suhu 63 o C selama 1 menit dan ekstensi pada suhu 72 o C selama 1 menit sebanyak 30 siklus. Diakhiri dengan fase terminasi dengan suhu denaturasi 95 o C selama 30 detik; annealing pada 63 o C selama 1 menit dan ekstensi pada suhu 72 o C selama 10 menit. Pasangan primer A 4 dan A 1B akan menghasilkan fragmen DNA sepanjang 194 bp pada sampel DNA normal maupun mutan SEA, sedangkan pasangan primer A 4 dengan A 9 akan menghasilkan fragment DNA sepanjang 570 bp pada sampel DNA mutan SEA dan tidak dijumpai pada DNA normal. Visualisasi fragment DNA hasil PCR dilakukan dengan elektroforesis1,55% agarosa dalam buffer TBE 1x (Gibco-BRL) dengan pengecatan ethidium bromida. Sebagai standard digunakan DNA marker DNA 100bp ladder (Amersham Pharmacia Biotech). HASIL PENELITIAN Pola elektroforesis hasil PCR DNA mutan del SEA 17 Kb Southeast Asia type dan pola DNA normal atau non-del -SEA pada 1,55% agarosa dapat dilihat pada gambar berikut: bp 194 bp Gambar 1. Pola Elektroforesis 1,55% agarosa hasil PCR sampel DNA del -- SEA. 1= Marker DNA 100 bp Ladder, 2 = DNA non-del -SEA, 3 = DNA del- SEA 95 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 No. 2 Juni 2008

4 Ratna Akbari Ganie Kajian Molukuler Mutant Tabel 2. Distribusi Carrier Thalassemia-α 0 del SEA 17,5 Kb dan non- del-- SEA 17,5 Kb pada berbagai suku penduduk Kota Medan Sampel Penelitian thal-α Del-SEA 17,5 kb Non Del-SEA 17,5 Kb Suku n % n % n % n % 1. Batak ,07 2. Jawa ,64 3. Cina ,66 4. Melayu 136 8,94 5. Minangkabau 128 8,42 6. Aceh 57 3,75 7. Nias 8 0,53 Jumlah ,78 6 1,19 3 0, ,64 8 1,71 9 1, ,72 6 2,69 9 4,03 6 4,41 4 2,94 2 1,47 2 1,56 0 0,00 2 1,56 2 3,07 2 3,50 0 0, ,00 0 0, , , ,64 Tabel 3. Persentase carrier thal-α del-sea terhadap seluruh carrier thal-α pada bebagai suku di Medan thal-α Del-SEA 17,5 kb Non Del-SEA 17,5 Kb Suku n % n % n % 1. Batak ,7 3 33,3 2. Jawa ,0 9 53,0 3. Cina ,0 9 60,0 4. Melayu ,7 2 33,3 5. Minangkabau , ,0 6. Aceh ,0 0 0,0 7. Nias 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Jumlah , ,02 Deteksi mutasi gen delesi SEA 17,5 Kb terhadap 51 sampel DNA carrier thalassemiaα pada penduduk kota Medan menunjukkan hasil seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2. PEMBAHASAN Analisis molekular terhadap 51 sampel DNA yang dicurigai sebagai pembawa sifat (carrier) thalassemia-α, 26 sampel (51%) di antaranya ternyata positif mengalami mutasi delesi del -SEA sepanjang 17,5 Kb pada kromosom 11. Hasil penelitian ini tidak mengejutkan karena sebelumnya telah dilaporkan bahwa mutasi del -SEA merupakan mutasi utama pada populasi Asia Tenggara dan Pasifik di samping mutasi delesi utama lainnya seperti del (α) 4,2 dan del (α) 3,7 dan mutasi minor delesi Fil, -- Thai dan HW yang sering dijumpai pada populasi Filipina, Thailand dan Hawai (Wasi, 1983). 13 Mutasi SEA diakibatkan delesi sepanjang kira-kira 17,5 Kb yang mengakibatkan sebagian fragmen kedua gen globin-α, baik α 1 maupun α 2 ikut hilang, sehingga sintesis globin-α tidak terjadi atau thalassemia-α 0 (Liebhaber et al., 1985). 21 Mutan ini banyak dijumpai pada populasi yang mendapat kuat unggun gen Mongoloid misalnya Asia Timur maupun Asia Tenggara. Keberadaan gen ini dalam suatu populasi perlu diwaspadai karena bentuk homozigotnya menghasilkan bayi hydrop fetalis yang bersifat lethal. Jika gen tersebut berkombinasi dengan alel lainnya yang juga sering dijumpai pada populasi Asia Tenggara seperti del (α) 4,2, del (α) 3,7 dan Constant spring (CS) maka akan menghasilkan bayi Hb-H yang secara klinik Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 No. 2 Juni

5 Karangan Asli sama dengan thalassemia Intermedia atau Mayor yang membutuhkan transfusi darah rutin seumur hidupnya (Bowden et al., 1997). 11 Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutan del SEA dominan (>50%) ditemukan pada total carrier thalassemia-α dibanding dengan mutan lainnya pada populasi Batak dan Melayu (66,7%), dan Aceh (100%). Mutan ini ditemukan dengan frekuensi lebih rendah pada populasi Medan non-melayu yaitu 47% dan 40% pada populasi Jawa dan China. Angka tersebut relevan dengan hasil penelitian sebelumnya. George (1994) melaporkan bahwa frekuensi gen del SEA pada populasi Melayu di Semenanjung Malaya mencapai 4,5% atau 61,3% dari keseluruhan kasus thalassemia-α. 22 Laporan lainnya juga menyebutkan bahwa mutasi yang sering dijumpai pada populasi China adalah del (α)((lie et al., 1982; Yang et al, 1985). 5,6 Dan pada populasi Jawa del (α) 4,2, del (α) 3,7 (Setianingsih et al., 2003). 8 Jika dilihat dari frekuensi gen dalam populasi secara keseluruhan maka mutant ini paling banyak dijumpai berturut-turut pada populasi Aceh (3.5%); Melayu (2.97%); China (2,69%); Jawa (1.71%) dan Batak (1,19%) dan tidak dijumpai pada populasi Minangkabau and Nias. Hasil penelitian ini sangat berguna dalam pengembangan prenatal diagnosis untuk populasi Medan, dengan menetapkan mutasi del SEA menjadi prioritas utama dalam skrining prenatal diagnosis pada pasangan pembawa sifat thalassemia-α, terutama jika mereka berasal dari etnik Batak, Melayu, Aceh, Jawa, dan China. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: - Mutant thalassemia-α paling sering dijumpai pada populasi Medan adalah del - SEA - Mutan del -SEA dijumpai terutama pada suku Aceh, Batak dan Jawa melebihi 50% dari total kasus thalassemia-αyang ada. - Hasil penelitian dapat dilakukan sebagai acuan untuk pengembangan Prenatal Diagnosis thalassemia-α untuk populasi Medan dengan menetapkan mutan del -SEA sebagai prioritas utama deteksi. DAFTAR PUSTAKA 1. Flint J, Harding R, Clegg JB and Boyce A (1993). Why are some genetic diseases so common? Distinguishing selection from other process by molecular analysis of globin gene variants. Hum Genet. 91: Hill, A.V.S., O Shaughnessy, D.F. and Clegg, J.B Haemoglobin and globin gene variants in the Pacific. In: Hill A.V.S. and Serjeantson S.W. (eds); The Colonization of the Pacific; a genetic trial. Clarendon Press. Oxford. UK. 3. WHO (1994) Guidelines for the control of haemoglobin disorders. Report of the VIth annual Meeting of the WHO Working Group on Haemoglobinopathies. Cagliari. Sardinia, 8-9 April Word Health Organization, Geneva. 4. Higgs D.R, Wood WG., Jarman A.P., Vickers M.A., Wilkie A.O., Lamb J., Vyas P and Bannett J.P. (1990) The alpha thalassenias. Ann.N.Y. Acad.Sci. 612: Li, AMC, Lee, FT and Tood D (1982) The screening of Chinese blood cord blood for hemoglobinopathies. Hum Hered 32 : Yang TY, Yang XY and Chen WC (1985) Thalassemia in China. Ann N.Y. Acad. Sci 445: Wong H.B (1983) Thalassemia as community health in Southeast Asia. Naskah Lengkap Kongres National PHDTI. Yogyakarta September Setianingsih, I., Harahap, A. and Nainggolan, I.M Alpha thalassaemia in Indonesia: phenotypes and molecular defects. Tropical Diseases, Edited by Marzuki, Verhoef, and Snippe. Kluwer Academic/Plenum Publishers, New York Hariman, H., Abdullah, I., Nasution, B Some aspects of alpha-thalassamias in the region. Medika X(1). 54: Huisman, T.H.J., Carver, M.F.H. and Baysal, E A Syllabus of Thalassemia Mutations. The Sickle Cell Anemia Foundation, Augusta. GA. P Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 No. 2 Juni 2008

6 Ratna Akbari Ganie Kajian Molukuler Mutant 11. Bowden, D.K., Vickers, M.A. and Higgs, D.R A PCR-based strategy to detect the common severe determinants of α-thalassemia. Br. J. Haematol. 81: Pressley, L., Higgs, D.R., Clegg, J.B. and Weatherall, D.J Gene deletions in an α thalassemia prove that the 5 ξ locus is functional. Proc. Natl. Acad. Sci. USA. 77: Wasi, P Population Screening. In: Weatherall, D.J. (ed). Method in Hematology. The Thalassemias. London. Churchill Livingstone Wasi, P Haemoglobinopathies including thalassemia. Clin. Haematol. 10: Kanokpongsakdi, S., Winichagoon, P. and Fucharoen, S Control of thalassaemia in Southeast Asia. Journal of Paediatrics, Obstetrics and Gynaecology. Thailand Cao, A., Galanello, R. and Rosatelli, M.C Prenatal diagnosis and screening of the haemaglobinopathies. The Electronic Journal Of the International Federation Of Clinical Chemistry And Laboratory Medicine. Italy. 3: Weatherall DJ and Clegg JB (2001) The Thalassemia Syndromes, 4 th eds. Blackwell Scientific Publ. Oxford. P Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara Angka Sementara Penduduk Sumatera Utara : Hasil Sensus Penduduk Katalog BPS: Nicholls, R.D., Fischel-Ghodsian, N., Higgs, D.R Recombination at the human α-globin gene cluster: sequence features and topological constraints. Cell. 49: Liebhaber S.A, Goorsens M and Kan Y.W (1981) Cloning ang complete nucleotide sequence of the human 5 α-globin gene. Proc. Natl.Acad.Scid USA 77: Chang, J.G., L.S., Lin, C.P and Chen C.P Rapid diagnosis of -thalassaemia-1 of Southeast Asia type and hydrops fetalis by polymerase chain reaction. Blood. 78: George, E., Diagnosis Pranatal Talasemia di Malaysia. Universiti Kebangsaan Malaysia Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 No. 2 Juni

BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi

BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi struktur hemoglobin yang menyebabkan fungsi eritrosit menjadi tidak normal dan berumur pendek.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Thalassemia merupakan kelompok kelainan genetik yang diakibatkan oleh mutasi yang menyebabkan kelainan pada hemoglobin. Kelainan yang terjadi akan mempengaruhi produksi

Lebih terperinci

Distribusi Pembawa Sifat Thalassemia (α & β) dan Hemoglobin-E pada Penduduk Medan

Distribusi Pembawa Sifat Thalassemia (α & β) dan Hemoglobin-E pada Penduduk Medan Distribusi Pembawa Sifat Thalassemia ( & ) dan Hemoglobin-E pada Penduduk Medan Ratna Akbari Ganie Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran USU, Medan, Sumatera Utara variant were commonly found

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin dalam darah individu. Eritrosit

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin dalam darah individu. Eritrosit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Thalassemia adalah kelainan genetik bersifat autosomal resesif yang ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin dalam darah individu. Eritrosit mengandung hemoglobin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rantai globin, yaitu gen HBA yang menyandi α-globin atau gen HBB yang

BAB I PENDAHULUAN. rantai globin, yaitu gen HBA yang menyandi α-globin atau gen HBB yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Thalassemia merupakan kelainan genetik dengan pola pewarisan autosomal resesif yang disebabkan karena adanya mutasi pada gen penyandi rantai globin, yaitu gen HBA yang

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan secara herediter. Centre of Disease Control (CDC) melaporkan bahwa thalassemia sering dijumpai pada populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah merupakan jaringan yang sangat penting bagi kehidupan, yang tersusun atas plasma darah dan sel darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit) (Silbernagl & Despopoulos,

Lebih terperinci

VALIDASI METODE TES STRIP (α-globin Strip Assay) TERHADAP METODE PCR RUTIN DALAM MENDETEKSI MUTASI THALASSEMIA ALFA TIPE SOUHTEAST ASIA (--SEA)

VALIDASI METODE TES STRIP (α-globin Strip Assay) TERHADAP METODE PCR RUTIN DALAM MENDETEKSI MUTASI THALASSEMIA ALFA TIPE SOUHTEAST ASIA (--SEA) Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik ISSN 1411-0903 Vol. 14, No. 2, Juli 2012: 133-139 VALIDASI METODE TES STRIP (α-globin Strip Assay) TERHADAP METODE PCR RUTIN DALAM MENDETEKSI MUTASI THALASSEMIA

Lebih terperinci

Varian Molekular Defisiensi Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase

Varian Molekular Defisiensi Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase Varian Molekular Defisiensi Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase Teresa Liliana Wargasetia Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Pendahuluan Defisiensi Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase

Lebih terperinci

Sensitivitas dan Spesifisitas α-globin Strip Assay dalam Mendeteksi Mutasi Thalassemia-α

Sensitivitas dan Spesifisitas α-globin Strip Assay dalam Mendeteksi Mutasi Thalassemia-α Sensitivitas dan Spesifisitas α-globin Strip Assay dalam Mendeteksi Mutasi Thalassemia-α Dian Puspita Sari,* Pustika Amalia W** *Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia β adalah kelainan sel eritrosit bawaan akibat berkurang atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia β adalah kelainan sel eritrosit bawaan akibat berkurang atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia β adalah kelainan sel eritrosit bawaan akibat berkurang atau tidak disintesisnya rantai globin β yang di sebabkan oleh adanya mutasi gen globin β. Pembentukan

Lebih terperinci

Uji Diagnostik Indeks Darah dan Identifikasi Molekuler Karier Talasemia β pada Pendonor Darah di Banyumas

Uji Diagnostik Indeks Darah dan Identifikasi Molekuler Karier Talasemia β pada Pendonor Darah di Banyumas Uji Diagnostik Indeks Darah dan Identifikasi Molekuler Karier Talasemia β pada Pendonor Darah di Banyumas Diagnostic Test of Blood Index and Molecular Identification of β Thalassemia Carrier among Blood

Lebih terperinci

BABm METODE PENELITIAN

BABm METODE PENELITIAN BABm METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross-sectioned, yaitu untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan distnbusi genotipe dan subtipe VHB

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Riset Biomedik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis

Lebih terperinci

PENGHITUNGAN INDEKS FORMULA ERITROSIT PADA UJI SARING THALASEMIA MINOR

PENGHITUNGAN INDEKS FORMULA ERITROSIT PADA UJI SARING THALASEMIA MINOR PENGHITUNGAN INDEKS FORMULA ERITROSIT PADA UJI SARING THALASEMIA MINOR Eva Ayu Maharani, Dewi Astuti Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III Jl. Arteri JORR Jatiwarna Kec. Pondok Melati

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk deskriptif molekuler potong lintang untuk mengetahui dan membandingkan kekerapan mikrodelesi

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikrositer hipokrom adalah gambaran morfologi sel darah merah

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikrositer hipokrom adalah gambaran morfologi sel darah merah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Mikrositer hipokrom adalah gambaran morfologi sel darah merah dengan nilai MCV lebih kecil dari normal (< 80fl) dan MCH lebih kecil dari nilai normal (

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi rantai globin mengalami perubahan kuantitatif. Hal ini dapat menimbulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi rantai globin mengalami perubahan kuantitatif. Hal ini dapat menimbulkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Thalassemia Thalassemia merupakan kelainan genetik dimana terjadi mutasi di dalam atau di dekat gen globin yang ditandai dengan tidak ada atau berkurangnya sintesis rantai globin.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hemoglobin Hemoglobin adalah pigmen yang terdapat didalam eritrosit,terdiri dari persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein yang disebut globin,dan

Lebih terperinci

PENDEKATAN DIAGNOSIS LABORATORIUM TALASEMI

PENDEKATAN DIAGNOSIS LABORATORIUM TALASEMI PENDEKATAN DIAGNOSIS LABORATORIUM TALASEMI Franciska Rahardjo. 2006; Pembimbing I : Dani Brataatmadja, dr., Sp.PK Pembimbing II : Penny Setyawati, dr., Sp.PK, M.Kes ABSTRAK Talasemi adalah kelainan darah

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

www.thalassemia.org www.thalassemia.org www.medimagazin.com.tr YTI/POPTI Thalassemia Kelainan herediter Mutasi gen penyandi rantai globin (Galanello, 2012) Autosomal Resesif (Galanello, 2012) Reduksi atau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN FUNDAMENTAL. TAHUN ANGGARAN 2014 (Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun)

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN FUNDAMENTAL. TAHUN ANGGARAN 2014 (Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun) Kode/Nama Rumpun Ilmu: 307/Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedis ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN FUNDAMENTAL TAHUN ANGGARAN 2014 (Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun) KLONING DAN ANALISIS SEKUEN DBLβC2-VAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab intrakorpuskuler (Abdoerrachman et al., 2007). dibutuhkan untuk fungsi hemoglobin yang normal. Pada Thalassemia α terjadi

BAB I PENDAHULUAN. penyebab intrakorpuskuler (Abdoerrachman et al., 2007). dibutuhkan untuk fungsi hemoglobin yang normal. Pada Thalassemia α terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Thalassemia adalah suatu penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan dari kedua orangtua kepada anak-anaknya secara resesif yang disebabkan karena kelainan

Lebih terperinci

Proporsi Infeksi HBV, HCV, dan HIV pada Pasien Talasemia-β Mayor di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari Juli 2013

Proporsi Infeksi HBV, HCV, dan HIV pada Pasien Talasemia-β Mayor di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari Juli 2013 Proporsi Infeksi HBV, HCV, dan HIV pada Pasien Talasemia-β Mayor di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2009 - Juli 2013 Oleh : DIADORA 100100068 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MUTASI BAND

PERBANDINGAN MUTASI BAND PERBANDINGAN MUTASI BAND 3 DAN FRAGILITAS ERITROSIT PADA THALASSEMIA β MINOR DAN NON THALASSEMIA β MINOR YANG DISELEKSI DARI 1800 MAHASISWA USU BERDASARKAN NILAI MENTZER INDEX TESIS Oleh : H I D A Y A

Lebih terperinci

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI GEN flic DENGAN METODE PCR UNTUK DETEKSI Salmonella typhi GALUR INDONESIA

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI GEN flic DENGAN METODE PCR UNTUK DETEKSI Salmonella typhi GALUR INDONESIA ABSTRAK OPTIMASI AMPLIFIKASI GEN flic DENGAN METODE PCR UNTUK DETEKSI Salmonella typhi GALUR INDONESIA T. Robertus, 2007. Pembimbing I : Johan Lucianus, dr., M.Si. Pembimbing II : Ernawati Arifin Giri

Lebih terperinci

BAB V HASIL. Studi ini melibatkan 46 sampel yang terbagi dalam dua kelompok, kelompok

BAB V HASIL. Studi ini melibatkan 46 sampel yang terbagi dalam dua kelompok, kelompok 34 BAB V HASIL Studi ini melibatkan 46 sampel yang terbagi dalam dua kelompok, kelompok sampel hipospadia isolated (n=23) dan kelompok laki-laki normal (n=23). Karakteristik pasien hipospadia di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 9,1%, usia tahun sebesar 8,13%. pada anak dengan frekuensi kejadian 4-6 kasus/1.000 anak (Nelson, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 9,1%, usia tahun sebesar 8,13%. pada anak dengan frekuensi kejadian 4-6 kasus/1.000 anak (Nelson, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah

Lebih terperinci

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah.

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak dengan penyakit kronis lebih rentan mengalami gangguan psikososial dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit neurologi seperti

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER

ABSTRAK. UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER ABSTRAK UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER Aisyah Mulqiah, 2016 Pembimbing I Pembimbing II : dr. Penny

Lebih terperinci

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN Chaperonin 60.1 PADA Mycobacterium tuberculosis

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN Chaperonin 60.1 PADA Mycobacterium tuberculosis ABSTRAK OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN Chaperonin 60.1 PADA Mycobacterium tuberculosis Nia Oktriviany, 2009 Pembimbing I : Ernawati Arifin Giri Rachman, Ph.D Pembimbing serta I : Debbie Sofie Retnoningrum,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

Identifikasi Mutasi Gen β Globin Ekson 1 Pada Pembawa Thalassemia

Identifikasi Mutasi Gen β Globin Ekson 1 Pada Pembawa Thalassemia ISSN 2302-1616 Vol 2, No. 1, Juni 2014, hal 63-69 Identifikasi Mutasi Gen β Globin Ekson 1 Pada Pembawa Thalassemia NIKEN SATUTI NUR HANDAYANI 1, ANDIKA TRIPRAMUDYA ONGGO 2 1 Fakultas Biologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menidentifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE)

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menidentifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk menidentifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE) insersi/ delesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi dalam konteks kesehatan adalah suatu proses penyampaian pesan kesehatan oleh komunikator melalui saluran/media tertentu pada komunikan dengan tujuan yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan kanker kepala dan leher yang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan kanker kepala dan leher yang BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan kanker kepala dan leher yang paling sering dijumpai di dunia maupun di Indonesia (Thompson, 2007; Adham et al., 2012). Insidensi

Lebih terperinci

Kata kunci : sel punca, darah tali pusat, FcγRIIb, Reseptor Fc, Imunoglobulin

Kata kunci : sel punca, darah tali pusat, FcγRIIb, Reseptor Fc, Imunoglobulin ABSTRAK EKSPRESI FC γ RIIB YANG DIISOLASI DARI SEL PUNCA DARAH TALI PUSAT Elvine, 2009 Pembimbing I : Caroline Tan Sardjono,dr., PhD Pembimbing II: DR. Susi Tjahjani,dr., M.Kes Penggunaan sel punca sebagai

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR 1 (PIT1) PADA KERBAU LOKAL (Bubalus bubalis) DAN SAPI FH (Friesian-Holstein) SKRIPSI RESTU MISRIANTI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang MIPA 2014 ISBN: Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor

Prosiding Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang MIPA 2014 ISBN: Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor DETEKSI MUTASI EKSON 2 GEN β-globin DAN DAERAH PENGAPITNYA PADA PEMBAWA SIFAT β-thalassemia DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION-SINGLE STRAND CONFORMATION POLYMORPHISM (PCR-SSCP) MUTATION DETECTION

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

ABSTRAK. Analisis Mutasi Gen Pengekspresi Domain B dan C DNA Polimerase HBV Dari Pasien Yang Terinfeksi Dengan Titer Rendah.

ABSTRAK. Analisis Mutasi Gen Pengekspresi Domain B dan C DNA Polimerase HBV Dari Pasien Yang Terinfeksi Dengan Titer Rendah. ABSTRAK Analisis Mutasi Gen Pengekspresi Domain B dan C DNA Polimerase HBV Dari Pasien Yang Terinfeksi Dengan Titer Rendah. Natalia, 2006 Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping : Johan Lucianus, dr., M.Si.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Objek Penelitian Empat spesies burung anggota Famili

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 4 Amplifikasi gen GH exon 4 pada kambing Peranakan Etawah (PE), Saanen dan PESA (Persilangan PE-Saanen) diperoleh panjang fragmen 200 bp (Gambar 8). M 1 2 3

Lebih terperinci

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum Pendahuluan Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya sel myeloid (Perrotti et al., 2010). Di Asia,

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya sel myeloid (Perrotti et al., 2010). Di Asia, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Chronic myelogenous leukemia (CML) merupakan keganasan hematologi yang ditandai dengan meningkatnya sel myeloid (Perrotti et al., 2010). Di Asia, CML merupakan keganasan

Lebih terperinci

Kelainan pada Sintesis Hemoglobin: Thalassemia dan Epidemiologi Thalassemia

Kelainan pada Sintesis Hemoglobin: Thalassemia dan Epidemiologi Thalassemia Kelainan pada Sintesis Hemoglobin: Thalassemia dan Epidemiologi Thalassemia Retno Dwi Wulandari* Bagian Biomedik Penelitian Biomolekuler Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya *e-mail :

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3 Amplifikasi gen Pit1 exon 3 pada sapi FH yang berasal dari BIB Lembang, BBIB Singosari, BPPT Cikole,

Lebih terperinci

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010 THALASEMIA A. DEFINISI Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya penderita

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Nopember 2010. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetik Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak,

Lebih terperinci

2015 IDENTIFIKASI KANDIDAT MARKER GENETIK DAERAH HIPERVARIABEL II DNA MITOKONDRIA PADA EMPAT GENERASI DENGAN RIWAYAT DIABETES MELITUS TIPE

2015 IDENTIFIKASI KANDIDAT MARKER GENETIK DAERAH HIPERVARIABEL II DNA MITOKONDRIA PADA EMPAT GENERASI DENGAN RIWAYAT DIABETES MELITUS TIPE ABSTRAK Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah akibat tubuh menjadi tidak responsif terhadap insulin. Salah satu faktor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap pasangan pasti ingin merencanakan sebuah keluarga yang bahagia dengan menikah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menikah adalah ikatan (akad) perkawinan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Amplifikasi Gen Mx Amplifikasi gen Mx telah berhasil dilakukan. Hasil amplifikasi gen Mx divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita yang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Analisis Polymerase Chain Reaction (PCR) serta analisis penciri Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala umumnya muncul 10 hingga

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : Caroline Tan Sardjono, dr., Ph.D. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes.

ABSTRAK. Pembimbing I : Caroline Tan Sardjono, dr., Ph.D. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes. ABSTRAK DETEKSI Fc RI PADA STEM CELL YANG DIISOLASI DARI DARAH TEPI Cynthia Winarto, 2009. Pembimbing I : Caroline Tan Sardjono, dr., Ph.D. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes. Penelitian terhadap

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN SUKABUMI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN SUKABUMI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN SUKABUMI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 Dimas Aditia Gunawan, 2012 Pembimbing I : July Ivone, dr., MKK., MPd. Ked. Pembimbing II : Prof. Dr. Susy Tjahjani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat

BAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Talasemia merupakan penyakit bawaan yang diturunkan dari salah satu orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat perubahan atau kelainan

Lebih terperinci

Deteksi Mutasi Langka, Delesi 619 bp, pada Gen Beta- Globin dari Etnis Melayu Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

Deteksi Mutasi Langka, Delesi 619 bp, pada Gen Beta- Globin dari Etnis Melayu Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI JURNAL KEDOKTERAN YARSI 23 (2) : 067-075 (2015) Deteksi Mutasi Langka, Delesi 619 bp, pada Gen Beta- Globin dari Etnis Melayu Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Detection of a Rare 619 bp

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan berdasarkan langkah-langkah penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya dalam empat bagian yang meliputi; sampel mtdna,

Lebih terperinci

ANALISIS MUTASI GEN PENGEKSPRESI DOMAIN B DAN C DNA POLIMERASE HBV DARI PASIEN YANG TERINFEKSI DENGAN TITER TINGGI

ANALISIS MUTASI GEN PENGEKSPRESI DOMAIN B DAN C DNA POLIMERASE HBV DARI PASIEN YANG TERINFEKSI DENGAN TITER TINGGI ABSTRAK ANALISIS MUTASI GEN PENGEKSPRESI DOMAIN B DAN C DNA POLIMERASE HBV DARI PASIEN YANG TERINFEKSI DENGAN TITER TINGGI Anton Mulyono., 2003 ; Pembimbing I: Johan Lucianus, dr, M.Si. Pembimbing II:

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di II. MATERI DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di enam desa yaitu tiga desa di Kecamatan Grokgak dan tiga desa di Kecamatan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Kelainan dan penyakit genetika. Kariotipe kromosom. Deteksi Mutasi DNA. Teknik pengecatan pada kromosom 5/25/2016

Pendahuluan. Kelainan dan penyakit genetika. Kariotipe kromosom. Deteksi Mutasi DNA. Teknik pengecatan pada kromosom 5/25/2016 Pendahuluan Kelainan dan penyakit genetika Anas Tamsuri Penyakit atau kelainan yang terjadi pada materi genetik akan diturunkan pada turunannya Penyakit atau kelainan genetik terbagi 2 Kelainan kromosom

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA THALASSEMIA DI RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN

KARAKTERISTIK PENDERITA THALASSEMIA DI RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN KARAKTERISTIK PENDERITA THALASSEMIA DI RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2012- Jane Ruby Tomita 1, Rasmaliah 2, Jemadi 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU 2 Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU Jl.

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Talasemia adalah gangguan produksi hemoglobin yang diturunkan, pertama kali ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Talasemia adalah gangguan produksi hemoglobin yang diturunkan, pertama kali ditemukan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Talasemia Talasemia adalah gangguan produksi hemoglobin yang diturunkan, pertama kali ditemukan secara bersamaan di Amerika Serikat dan Itali antara tahun 1925 sampai 1927.

Lebih terperinci

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Disusun oleh: Hanif Wahyuni (1210411003) Prayoga Wibhawa Nu Tursedhi Dina Putri Salim (1210412032) (1210413031) SEJARAH Teknik ini dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1985

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

(A) 530C-550C; (B) 560C, 570C, 580C, 600C; (C) 590C, 610C, 620C; (D)

(A) 530C-550C; (B) 560C, 570C, 580C, 600C; (C) 590C, 610C, 620C; (D) 2 melawan mikroba. Peran flavonol dalam bidang kesehatan sebagai antiinflamatori, antioksidan, antiproliferatif, menekan fotohemolisis eritrosit manusia, dan mengakhiri reaksi rantai radikal bebas (Albert

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendadak adalah hipertensi. Joint National Committee on Prevention, Detection,

BAB I PENDAHULUAN. mendadak adalah hipertensi. Joint National Committee on Prevention, Detection, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan di dunia yang sering menimbulkan kematian mendadak adalah hipertensi. Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Lebih terperinci

Hubungan antara Tipe Mutasi Gen Globin dan Manifestasi Klinis Penderita Talasemia

Hubungan antara Tipe Mutasi Gen Globin dan Manifestasi Klinis Penderita Talasemia Hubungan antara Tipe Mutasi Gen Globin dan Manifestasi Klinis Penderita Talasemia Correlation between Mutation Type of Globin Gene and Clinical Manifestations of Thalassemia 1 3 4 5 1 Moedrik Tamam, Suharyo

Lebih terperinci

PELATIHAN THALASSEMIA 29 November 2010 s/d 1 Desember 2010

PELATIHAN THALASSEMIA 29 November 2010 s/d 1 Desember 2010 Lembaga Eijkman Perhimpunan Hematologi Dan Transfusi Darah Indonesia (PHTDI) Pusat PELATIHAN THALASSEMIA 29 November 2010 s/d 1 Desember 2010 Sejawat Yth., Lembaga Eijkman bekerjasama dengan Perhimpunan

Lebih terperinci

Thalassemia Alfa Mayor dengan Mutasi Non-Delesi Heterozigot Ganda

Thalassemia Alfa Mayor dengan Mutasi Non-Delesi Heterozigot Ganda Sari Pediatri, Sari Vol. Pediatri, 8, No. Vol. 3, Desember 8, No. 3, 2006: Desember 244-2006 250 Thalassemia Alfa Mayor dengan Mutasi Non-Delesi Heterozigot Ganda Dina Muktiarti*, Pustika Amalia Wahidiyat*,

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI NUKLEOTIDA DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA PADA SATU INDIVIDU SUKU BALI NORMAL

ANALISIS VARIASI NUKLEOTIDA DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA PADA SATU INDIVIDU SUKU BALI NORMAL ISSN 1907-9850 ANALISIS VARIASI NUKLEOTIDA DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA PADA SATU INDIVIDU SUKU BALI NORMAL Ketut Ratnayani, I Nengah Wirajana, dan A. A. I. A. M. Laksmiwati Jurusan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo, Laut Maluku dan Teluk Tomini (Gambar

Lebih terperinci

OPTIMASI KONSENTRASI MgCl2 DAN SUHU ANNEALING PADA PROSES AMPLIFIKASI MULTIFRAGMENS mtdna DENGAN METODA PCR

OPTIMASI KONSENTRASI MgCl2 DAN SUHU ANNEALING PADA PROSES AMPLIFIKASI MULTIFRAGMENS mtdna DENGAN METODA PCR OPTIMASI KONSENTRASI MgCl2 DAN SUHU ANNEALING PADA PROSES AMPLIFIKASI MULTIFRAGMENS mtdna DENGAN METODA PCR Mukhammad Asy ari 1) dan A. Saifuddin Noer 2) 1) Laboratorium Biokimia jurusan Kimia FMIPA UNDIP

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. serta diwariskan melalui cara autosomal resesif (Cappillini, 2012).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. serta diwariskan melalui cara autosomal resesif (Cappillini, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Thalassemia atau sindrom thalassemia merupakan sekelompok heterogen dari anemia hemolitik bawaan yang ditandai dengan kurang atau tidak adanya produksi salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen utama adalah hemoglobin A dengan struktur molekul α 2 β 2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen utama adalah hemoglobin A dengan struktur molekul α 2 β 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hemoglobin Darah orang dewasa normal memiliki tiga jenis hemoglobin, dengan komponen utama adalah hemoglobin A dengan struktur molekul α 2 β 2. Hemoglobin minor yang memiliki

Lebih terperinci

ABSTRAK. DETEKSI FcγRIIb PADA STEM CELL YANG DIISOLASI DARI DARAH TEPI

ABSTRAK. DETEKSI FcγRIIb PADA STEM CELL YANG DIISOLASI DARI DARAH TEPI ABSTRAK DETEKSI FcγRIIb PADA STEM CELL YANG DIISOLASI DARI DARAH TEPI Esther Hintono, 2008 Pembimbing I : Caroline Tan Sardjono, dr., Ph.D Pembimbing II : Ernawati Arifin Giri Rachman, Ph.D Stem cell saat

Lebih terperinci

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel 7 IV. METODE PENELITIAN Ikan Lais diperoleh dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan dari sungaisungai di Propinsi Riau yaitu S. Kampar dan S. Indragiri. Identifikasi jenis sampel dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 56 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen FNBP1L. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

AMPLIFIKASI in vitro GEN PENGKODE PEMSILIN V ASILASE dari Bacillus sp. strain BACS

AMPLIFIKASI in vitro GEN PENGKODE PEMSILIN V ASILASE dari Bacillus sp. strain BACS ABSTRAK' AMPLIFIKASI in vitro GEN PENGKODE PEMSILIN V ASILASE dari Bacillus sp. strain BACS Di dalam materi genetik Bacillus sp. strain diketahui - - ' terdapat gen Penisilin V Asilase. Hal ini terbukti

Lebih terperinci

ABSTRAK. DETEKSI FcγRIIA PADA STEM CELL YANG DIISOLASI DARI UMBILICAL CORD BLOOD

ABSTRAK. DETEKSI FcγRIIA PADA STEM CELL YANG DIISOLASI DARI UMBILICAL CORD BLOOD ABSTRAK DETEKSI FcγRIIA PADA STEM CELL YANG DIISOLASI DARI UMBILICAL CORD BLOOD Lucia Leonie L. S,Hp, 2009. Pembimbing 1 : Caroline Tan Sardjono,dr,Ph.D Pembimbing 2 : Rimonta F Gunanegara,dr,SpOG Stem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Virus hepatitis B (VHB) merupakan virus yang dapat. menyebabkan infeksi kronis pada penderitanya (Brooks et

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Virus hepatitis B (VHB) merupakan virus yang dapat. menyebabkan infeksi kronis pada penderitanya (Brooks et BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Virus hepatitis B (VHB) merupakan virus yang dapat menyebabkan infeksi kronis pada penderitanya (Brooks et al., 2008). Virus ini telah menginfeksi lebih dari 350 juta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan membuat gambaran secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. β-thalassemia mayor memiliki prognosis yang buruk. Penderita β-thalassemia. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. β-thalassemia mayor memiliki prognosis yang buruk. Penderita β-thalassemia. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia adalah suatu penyakit herediter yang ditandai dengan adanya defek pada sintesis satu atau lebih rantai globin. Defek sintesis rantai globin pada penderita

Lebih terperinci