BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Susanto Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Thalassemia merupakan kelompok kelainan genetik yang diakibatkan oleh mutasi yang menyebabkan kelainan pada hemoglobin. Kelainan yang terjadi akan mempengaruhi produksi darah baik secara kuantitas dan/atau kualitas (Weatherall dan Clegg, 2001). Thalassemia dilaporkan telah menyebar di dunia dengan sekitar 7% dari populasi dunia merupakan pembawa sifat thalassemia, terutama sepanjang Afrika dan Asia (Langlois et al., 2008; Weatherall dan Clegg, 2001). Berdasarkan data World Health Organisation (WHO) pada tahun 2016, 300 hingga 500 ribu kelahiran baru penyandang thalassemia berat terjadi. Thalassemia ditandai dengan gangguan sintesis atau penurunan produksi protein globin pada sel darah merah menyebabkan hemoglobin menjadi abnormal atau membentuk variasi hemoglobin selain Hb A (Weatherall, 1997). Mutasi yang terjadi pada gen α-globin dan gen beta globin merupakan penyebab terbanyak terjadinya kasus thalassemia, sekaligus menjadi dua tipe utama thalassemia yaitu α-thalassemia dan β-thalassemia (Weatherall dan Clegg, 2001). α-thalassemia merupakan jenis thalassemia yang dikarenakan terjadi mutasi pada gen α-globin (HBA1 dan/atau HBA2). Mutasi yang terjadi menyebabkan abnormalitas pada bentuk rantai α-globin yang dihasilkan dan mempengaruhi stabilitas dan fungsi dari hemoglobin yang terbentuk (Harteveld dan Higgs, 2010). α-thalassemia dicirikan dengan anemia hemolitik (Setianingsih et al., 2003). Kondisi homozigot α-thalassemia dapat menyebabkan anemia baik pada hemoglobin fetus maupun hemoglobin dewasa. Hal tersebut karena rantai α- globin merupakan subunit penyusun hemoglobin fetus dan dewasa, berbeda dengan rantai beta globin yang hanya menyusun hemoglobin dewasa (Higgs et al., 1989). Berdasarkan data dari Asian Network for Thalassemia Control pada tahun 2005 dilaporkan bahwa 3-20% dari populasi Indonesia diprediksi merupakan pembawa sifat α-thalassemia atau heterozigot α-thalassemia (Viprakasit et al., 2009). 1
2 Berdasarkan mutasi yang terjadi, α-thalassemia dibagi menjadi dua yaitu α- thalassemia delesi dan α-thalassemia non-delesi. Pada α-thalassemia delesi, seluruh sekuen gen α-globin tertentu hilang atau mengalami delesi. Terdapat empat jenis manifestasi klinis dari α-thalassemia delesi yaitu Hb Bart s hydrop foetalis (delesi 4 gen), penyakit Hb H (delesi 3 gen), α-thalassemia trait (delesi 2 gen) disebut juga pembawa α-thalassemia, dan α-thalassemia silent trait (delesi 1 gen) disebut juga pembawa α-thalassemia jenis ringan (Kan et al.,1968). Berdasarkan jumlah gen yang hilang pada alah satu kromosom homolog, α- thalassemia delesi dibagi menjadi 2 yaitu α 0 - thalassemia atau α-thalassemia tipe 1 ketika terjadi delesi pada kedua gen α-globin dan α + -thalassemia atau α- thalassemia tipe 2 ketika terjadi delesi hanya pada satu gen α-globin (Ikehara, 2011). Bentuk pembawa thalassemia terjadi pada individu dengan manifestasi klinis α-thalassemia trait baik homozigot α + -thalassemia atau heterozigot α 0 - thalassemia dan α-thalassemia silent trait yaitu heterozigot α + -thalassemia. Individu pembawa α-thalassemia secara fisik normal tetapi jika dilakukan skrining hematologis akan menampilkan hasil yang sedikit dibawah kisaran individu normal pada beberapa parameter. Pada uji indeks sel darah merah menunjukkan nilai Mean Corpuscular Volume (MCV) <80 fl, Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) <25 pg. Pada uji elektroforesis hemoglobin/hplc diperoleh nilai Hb A2 berkisar antara 1,5-3% dan Hb F <1%. Pada hasil sediaan apusan darah memperlihatkan morfologi sel darah merah mikrosit dan hipokromia (Pagon et al., 2013). Skrining pembawa α-thalassemia dilakukan sebagai salah satu strategi pencegahan kelahiran baru penyandang thalassemia berat (penyakit Hb H dan HB Bart s hydrop foetalis) juga untuk mengurangi jumlah kelahiran baru pembawa α- thalassemia. Perkawinan antar pembawa thalassemia memiliki kemungkinan melahirkan anak penyandang thalassemia dan hampir 50% kemungkinan anaknya juga pembawa thalassemia. Namun, kemungkinan ini kembali pada jenis mutasi yang terjadi pada orang tuanya, misalnya jika diketahui kedua orangtua membawa α- thalassemia jenis ringan maka kemungkinan anaknya penyandang thalassemia 2
3 berat adalah 0%, begitupun pada kasus mutasi lain yang hanya terjadi pada satu gen α-globin pada kedua orang tua (Vichinsky, 2009). Mutasi penyebab α-thalassemia yang umum terjadi di Asia Tenggara adalah mutasi delesi dua gen (α 0 -thalassemia) yang disebut South East Asia deletion (-- SEA deletion) dan mutasi delesi satu gen (α + -thalassemia) yaitu delesi - α 3,7 dan delesi -α 4,2, kelainan yang terjadi karena ketiga mutasi ini dapat berupa heterozigot maupun homozigot (Liu et al., 2004; Chong et al., 2000; Baysal dan Huisman, 1994; Chang et al., 1992; Bowden et al., 1992). Di Indonesia, Setianingsih et al. (2003) melaporkan prevalensi jenis mutasi yang terjadi pada α- thalassemia meliputi 0,5-2% mutasi delesi -α 3,7, 0,2% mutasi delesi -α 4,2, pada etnis jawa diperoleh 8% mutasi delesi -- SEA dan 58% mutasi delesi -α 3,7. Daerah titik potong dari delesi -- SEA telah dilaporkan oleh Nava et al. (2006) namun pada delesi -α 3,7 dan delesi -α 4,2 belum dilaporkan. Selain itu, sekuen alel dari tiga delesi tersebut belum dikarakterisasi dengan baik pada populasi Indonesia. Terdapat kemungkinan pada alel dengan mutasi yang sama memiliki titik potong yang berbeda sehingga membentuk lebih dari satu haplotype. Salah satunya delesi -α 3,7 terbagi menjadi 3 haplotype berdasarkan titik potongnya dan ditemukan pada populasi yang berbeda (Higgs et al., 1989). Identifikasi titik potong yang tepat dapat membantu pengembangan metode skrining yang cepat dengan sensitifitas dan spesifitas yang tinggi untuk deteksi mutasi spesifik penyebab thalassemia yang umum dijumpai pada populasi tertentu. Dalam hal ini utamanya untuk pengembangan metode skrining cepat untuk deteksi mutasi delesi -- SEA, delesi -α 3,7 dan delesi -α 4,2 pada populasi Indonesia. Pada tahun 2012 hingga 2016 telah dilakukan skrining pembawa thalassemia oleh Yayasan Thalassemia Indonesia / Persatuan Orang tua Penyandang Thalassemia (YTI/POPTI) Yogyakarta bekerjasama dengan Laboratorium Klinik Prodia dan Fakultas Biologi UGM. Dari skrining tersebut didapatkan dari total 360 sampel sebanyak 14 sampel diprediksi sebagai pembawa α-thalassemia dan 17 sampel sebagai pembawa α-thalassemia jenis ringan, hal ini didasarkan pada nilai haemoglobin, indeks eritrosit, sediaan apusan darah dan 3
4 hemoglobin elektroforesis/hplc. Namun, pengujian ini masih sebatas uji hematologis sementara pengujian secara molekuler belum dilakukan. Pengujian secara molekuler perlu dilakukan untuk medekteksi jenis mutasi yang terjadi pada 31 sampel diatas, terutama mutasi delesi -- SEA, delesi -α 3,7 dan delesi -α 4,2 sebagai tiga mutasi umum yang terjadi pada populasi Indonesia. Selain itu juga untuk mengkonfimasi hasil prediksi pembawa α-thalassemia dari uji hematologis. Selanjutnya perlu dilakukan analisis sekuen DNA perwakilan dari tiga delesi tersebut untuk mengetahui titik potong delesinya. Pada sampel dengan delesi -- SEA dibandingkan titik potongnya dengan referensi dari luar Indonesia, sedangkan pada sampel dengan delesi -α 3,7 dan delesi -α 4,2 untuk melengkapi data titik potongnya yang belum tersedia sekaligus mengetahui haplotype dari delesi -α 3,7 pada populasi Indonesia. B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas diketahui terdapat 31 sampel dari populasi skrining yang diselenggarakan oleh YTI/POPTI Yogyakarta-Laboratorium Klinik Prodia dan Fakultas Biologi UGM dari tahun yang diprediksi berdasarkan uji hematologis sebagai pembawa α-thalassemia dan pembawa α- thalassemia jenis ringan. Adapun permasalahan yang didapatkan meliputi: 1. Bagaimana distribusi mutasi delesi -- SEA, delesi -α 3,7 dan delesi -α 4,2 pada sampel? 2. Dimana daerah titik potong delesi -- SEA, delesi -α 3,7 dan delesi -α 4,2? 3. Bagaimana perbandingan hasil prediksi uji hematologis dan konfirmasi uji molekuler pada sampel? C. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeteksi kejadian mutasi delesi -- SEA, delesi -α 3,7 dan delesi -α 4,2 pada sampel pembawa α-thalassemia. 2. Mengetahui daerah titik potong delesi -- SEA, delesi -α 3,7 dan delesi -α 4,2. 3. Membandingkan hasil prediksi uji hematologis dan konfirmasi uji molekuler pada sampel. 4
5 D. Manfaat Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, referensi dan database α-thalassemia di Indonesia. Data distribusi mutasi bermanfaat untuk memberikan gambaran terkini dari jenis mutasi penyebab α-thalassemia yang umum di Indonesia sekaligus dapat memberikan rekomendasi prioritas pada skrining mutasi α-thalassemia yang akan datang. Informasi titik potong yang tepat dari mutasi bermanfaat dalam pengembangan metode cepat dan tepat untuk skrining pembawa dan penyandang α-thalassemia. Hasil evaluasi uji hematologis dengan uji molekuler bermanfaat untuk memberikan gambaran ketepatan parameter hematologis untuk memprediksi pembawa α-thalassemia. 5
BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi struktur hemoglobin yang menyebabkan fungsi eritrosit menjadi tidak normal dan berumur pendek.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rantai globin, yaitu gen HBA yang menyandi α-globin atau gen HBB yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Thalassemia merupakan kelainan genetik dengan pola pewarisan autosomal resesif yang disebabkan karena adanya mutasi pada gen penyandi rantai globin, yaitu gen HBA yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah merupakan jaringan yang sangat penting bagi kehidupan, yang tersusun atas plasma darah dan sel darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit) (Silbernagl & Despopoulos,
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan secara herediter. Centre of Disease Control (CDC) melaporkan bahwa thalassemia sering dijumpai pada populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin dalam darah individu. Eritrosit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Thalassemia adalah kelainan genetik bersifat autosomal resesif yang ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin dalam darah individu. Eritrosit mengandung hemoglobin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Mikrositer hipokrom adalah gambaran morfologi sel darah merah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Mikrositer hipokrom adalah gambaran morfologi sel darah merah dengan nilai MCV lebih kecil dari normal (< 80fl) dan MCH lebih kecil dari nilai normal (
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. β-thalassemia mayor memiliki prognosis yang buruk. Penderita β-thalassemia. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia adalah suatu penyakit herediter yang ditandai dengan adanya defek pada sintesis satu atau lebih rantai globin. Defek sintesis rantai globin pada penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyebab intrakorpuskuler (Abdoerrachman et al., 2007). dibutuhkan untuk fungsi hemoglobin yang normal. Pada Thalassemia α terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Thalassemia adalah suatu penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan dari kedua orangtua kepada anak-anaknya secara resesif yang disebabkan karena kelainan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi rantai globin mengalami perubahan kuantitatif. Hal ini dapat menimbulkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Thalassemia Thalassemia merupakan kelainan genetik dimana terjadi mutasi di dalam atau di dekat gen globin yang ditandai dengan tidak ada atau berkurangnya sintesis rantai globin.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hemoglobin Hemoglobin adalah pigmen yang terdapat didalam eritrosit,terdiri dari persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein yang disebut globin,dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah talasemia berasal dari kata Yunani yaitu Thalassa (laut) dan Haema (darah)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. THALASSEMIA 2.1.1. Defenisi Istilah talasemia berasal dari kata Yunani yaitu Thalassa (laut) dan Haema (darah) yang mengacu pada adanya gangguan sintesis dari rantai globin
Lebih terperinciPENGHITUNGAN INDEKS FORMULA ERITROSIT PADA UJI SARING THALASEMIA MINOR
PENGHITUNGAN INDEKS FORMULA ERITROSIT PADA UJI SARING THALASEMIA MINOR Eva Ayu Maharani, Dewi Astuti Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III Jl. Arteri JORR Jatiwarna Kec. Pondok Melati
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Anemia adalah penurunan jumlah normal eritrosit, konsentrasi hemoglobin, atau hematokrit. Anemia merupakan kondisi yang sangat umum dan sering merupakan komplikasi dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Salah satu kondisi berbahaya yang dapat terjadi. pada ibu hamil adalah anemia.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu kondisi berbahaya yang dapat terjadi pada ibu hamil adalah anemia. Anemia adalah berkurangnya massa sel darah merah yang berarti dan berhubungan dalam penurunan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Thalassemia Nama Thalassemia berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu thalassa yang berarti lautan dan anaemia ( weak blood ). Perkataan Thalassa digunakan karena
Lebih terperinciUji Diagnostik Indeks Darah dan Identifikasi Molekuler Karier Talasemia β pada Pendonor Darah di Banyumas
Uji Diagnostik Indeks Darah dan Identifikasi Molekuler Karier Talasemia β pada Pendonor Darah di Banyumas Diagnostic Test of Blood Index and Molecular Identification of β Thalassemia Carrier among Blood
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia β adalah kelainan sel eritrosit bawaan akibat berkurang atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia β adalah kelainan sel eritrosit bawaan akibat berkurang atau tidak disintesisnya rantai globin β yang di sebabkan oleh adanya mutasi gen globin β. Pembentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak dengan penyakit kronis lebih rentan mengalami gangguan psikososial dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit neurologi seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi dalam konteks kesehatan adalah suatu proses penyampaian pesan kesehatan oleh komunikator melalui saluran/media tertentu pada komunikan dengan tujuan yang
Lebih terperinciPendahuluan. Kelainan dan penyakit genetika. Kariotipe kromosom. Deteksi Mutasi DNA. Teknik pengecatan pada kromosom 5/25/2016
Pendahuluan Kelainan dan penyakit genetika Anas Tamsuri Penyakit atau kelainan yang terjadi pada materi genetik akan diturunkan pada turunannya Penyakit atau kelainan genetik terbagi 2 Kelainan kromosom
Lebih terperinciIndek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)
Indek (MCV, MCH, & MCHC) Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon
Lebih terperinciPELATIHAN THALASSEMIA 29 November 2010 s/d 1 Desember 2010
Lembaga Eijkman Perhimpunan Hematologi Dan Transfusi Darah Indonesia (PHTDI) Pusat PELATIHAN THALASSEMIA 29 November 2010 s/d 1 Desember 2010 Sejawat Yth., Lembaga Eijkman bekerjasama dengan Perhimpunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mediterania dan daerah sekitar khatulistiwa (Abdoerrachman et al., 2007).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalassemia Thalassemia adalah suatu penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan dari kedua orangtua kepada anak-anaknya secara resesif yang disebabkan karena kelainan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TALASEMIA 2.1.1. Definisi Menurut Setianingsih (2008), Talasemia merupakan penyakit genetik yang menyebabkan gangguan sintesis rantai globin, komponen utama molekul hemoglobin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. serta diwariskan melalui cara autosomal resesif (Cappillini, 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Thalassemia atau sindrom thalassemia merupakan sekelompok heterogen dari anemia hemolitik bawaan yang ditandai dengan kurang atau tidak adanya produksi salah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Central RSUP Dr. Kariadi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Central RSUP Dr. Kariadi Semarang. Kegiatan penelitian dilakukan oleh
Lebih terperinciwww.thalassemia.org www.thalassemia.org www.medimagazin.com.tr YTI/POPTI Thalassemia Kelainan herediter Mutasi gen penyandi rantai globin (Galanello, 2012) Autosomal Resesif (Galanello, 2012) Reduksi atau
Lebih terperinciPERBANDINGAN MUTASI BAND
PERBANDINGAN MUTASI BAND 3 DAN FRAGILITAS ERITROSIT PADA THALASSEMIA β MINOR DAN NON THALASSEMIA β MINOR YANG DISELEKSI DARI 1800 MAHASISWA USU BERDASARKAN NILAI MENTZER INDEX TESIS Oleh : H I D A Y A
Lebih terperinciBAB II HEMOGLOBINOPATI
BAB II HEMOGLOBINOPATI Hemoglobinopati ialah sekelompok kelainan herediter yang ditandai oleh gangguan pembentukan molekul hemoglobin. Kelainan ini dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu : 1. Hemoglobinopati
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen utama adalah hemoglobin A dengan struktur molekul α 2 β 2.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hemoglobin Darah orang dewasa normal memiliki tiga jenis hemoglobin, dengan komponen utama adalah hemoglobin A dengan struktur molekul α 2 β 2. Hemoglobin minor yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling sederhana yang ada di dalam tubuh. Eritrosit tidak memiliki nukleus dan merupakan sel terbanyak dalam darah.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran darah berupa jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit sapi perah FH umur satu sampai dua belas bulan ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Gambaran Eritrosit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Angka kejadian penyakit talasemia di dunia berdasarkan data dari Badan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta atau morbus Hansen merupakan infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Kusta dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal yang paling banyak di dunia dan juga banyak dijumpai di
Lebih terperinciTHALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010
THALASEMIA A. DEFINISI Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya penderita
Lebih terperinciSensitivitas dan Spesifisitas α-globin Strip Assay dalam Mendeteksi Mutasi Thalassemia-α
Sensitivitas dan Spesifisitas α-globin Strip Assay dalam Mendeteksi Mutasi Thalassemia-α Dian Puspita Sari,* Pustika Amalia W** *Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RS
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Talasemia adalah gangguan produksi hemoglobin yang diturunkan, pertama kali ditemukan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Talasemia Talasemia adalah gangguan produksi hemoglobin yang diturunkan, pertama kali ditemukan secara bersamaan di Amerika Serikat dan Itali antara tahun 1925 sampai 1927.
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang MIPA 2014 ISBN: Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor
DETEKSI MUTASI EKSON 2 GEN β-globin DAN DAERAH PENGAPITNYA PADA PEMBAWA SIFAT β-thalassemia DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION-SINGLE STRAND CONFORMATION POLYMORPHISM (PCR-SSCP) MUTATION DETECTION
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012). Selama proses kehamilan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan klasifikasi Gagal Ginjal Kronik. 1. Gangguan fungsi ginjal ditandai dengan adanya penurunan laju filtrasi
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia pada Gagal Ginjal Kronik 2.1.1 Definisi dan klasifikasi Gagal Ginjal Kronik Gagal ginjal kronik adalah sindoma klinik karena penurunan fungsi ginjal menetap karena
Lebih terperinciPENDEKATAN DIAGNOSIS LABORATORIUM TALASEMI
PENDEKATAN DIAGNOSIS LABORATORIUM TALASEMI Franciska Rahardjo. 2006; Pembimbing I : Dani Brataatmadja, dr., Sp.PK Pembimbing II : Penny Setyawati, dr., Sp.PK, M.Kes ABSTRAK Talasemi adalah kelainan darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu keganasan yang terjadi karena adanya sel dalam tubuh yang berkembang secara tidak terkendali sehingga menyebabkan kerusakan bentuk dan fungsi dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Talasemia merupakan penyakit bawaan yang diturunkan dari salah satu orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat perubahan atau kelainan
Lebih terperinciVALIDASI METODE TES STRIP (α-globin Strip Assay) TERHADAP METODE PCR RUTIN DALAM MENDETEKSI MUTASI THALASSEMIA ALFA TIPE SOUHTEAST ASIA (--SEA)
Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik ISSN 1411-0903 Vol. 14, No. 2, Juli 2012: 133-139 VALIDASI METODE TES STRIP (α-globin Strip Assay) TERHADAP METODE PCR RUTIN DALAM MENDETEKSI MUTASI THALASSEMIA
Lebih terperinciSurveilans Penderita Talasemia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2004
Mutiara Medika Vol. 7 No. 2:109-120, Juli 2007 Surveilans Penderita di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2004 Surveillance of Thalassemia at Dr. Sardjito General Hospital Yogyakarta in 2004 Linda Rosita
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan memberikan perubahan yang besar terhadap tubuh seorang ibu hamil. Salah satu perubahan yang besar yaitu pada sistem hematologi. Ibu hamil sering kali
Lebih terperinciSejawat Yth. Salam dan sampai jumpa di seminar Panitia
Sejawat Yth. Thalassemia alfa adalah penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan gen globin alfa. Kelainan ini mengakibatkan rantai globin alfa tidak diproduksi atau produksinya berkurang, sedangkan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Viskositas Darah Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap resistensi aliran darah. Viskositas darah tergantung beberapa faktor, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Thalassemia adalah penyakit kelainan darah herediter dimana tubuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia adalah penyakit kelainan darah herediter dimana tubuh mensintesis subunit α atau β-globin pada hemoglobin dalam jumlah yang abnormal (lebih sedikit). 1,2
Lebih terperinciGENETIKA (BIG100) Tempat : R122 Waktu Jam : 7 8 Pukul : Pengajar : Bambang Irawan Hari Supriandono
GENETIKA (BIG100) Tempat : R122 Waktu Jam : 7 8 Pukul : 12.30 14.20 Pengajar : Bambang Irawan Hari Supriandono ISI KONTRAK PERKULIAHAN DESKRIPSI TUJUAN STRATEGI MENGAJAR TUJUAN KOMPETENSI JUMLAH TATAP
Lebih terperinciAnemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya
Anemia Megaloblastik Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik : anemia makrositik yang ditandai peningkatan ukuran sel darah merah yang
Lebih terperinciLaporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Thalasemia
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Thalasemia Disusun Oleh : Gillang Eka Prasetya (11.955) PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN AKADEMI KESEHATAN ASIH HUSADA SEMARANG 2012 / 2O13 THALASEMIA A.
Lebih terperinciVarian Molekular Defisiensi Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase
Varian Molekular Defisiensi Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase Teresa Liliana Wargasetia Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Pendahuluan Defisiensi Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase
Lebih terperinciThalassemia-α pada Populasi Medan
Kajian Molekular Mutant Del -SEA Thalassemia-α pada Populasi Medan Ratna Akbari Ganie Departemen Patologi Klini, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan Abstrak: Jumlah total dari 1.521
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap
Lebih terperinciABSTRAK. Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes. Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.
iv ABSTRAK KESESUAIAN ANTARA MORFOLOGI ERITROSIT SEDIAAN APUS DARAH TEPI DENGAN NILAI HEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT PADA DARAH PENDONOR DI PALANG MERAH INDONESIA KOTA BANDUNG Alvin Senjaya, 2009 Pembimbing
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak. Penelitian akan dilakukan di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Lebih terperinciABSTRAK. Dewi Tantra, 2008, Pembimbing I : Aloysius Suryawan,dr., SpOG Pembimbing II : Penny Setyawati,dr.,SpPK., M.Kes
ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUKAWARNA KELURAHAN SUKAWARNA KECAMATAN SUKAJADI WILAYAH BOJONEGARA BANDUNG Dewi Tantra, 2008, Pembimbing I : Aloysius Suryawan,dr.,
Lebih terperinciABNORMALITAS GEN PADA THALASEMIA
49 ABNORMALITAS GEN PADA THALASEMIA Anisa Ell Raharyani ABSTRAK Thalasemia merupakan penyakit yang diakibatkan oleh mutasi gen globin sehingga menyebabkan kekurangan sintesis protein yang berperan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dirawat di Rumah Sakit minimal selama 1 bulan dalam setahun. Seseorang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kronis merupakan suatu kondisi yang menyebabkan seseorang dirawat di Rumah Sakit minimal selama 1 bulan dalam setahun. Seseorang yang menderita penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus
Lebih terperinciABSTRAK. UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER
ABSTRAK UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER Aisyah Mulqiah, 2016 Pembimbing I Pembimbing II : dr. Penny
Lebih terperinciABSTRAK. Latar belakang dan tujuan penelitian: Anemia defisiensi besi (ADB) sering bersamaan dengan anemia penyakit kronis (APK) dan keduanya
ABSTRAK Latar belakang dan tujuan penelitian: Anemia defisiensi besi (ADB) sering bersamaan dengan anemia penyakit kronis (APK) dan keduanya memberikan gambaran penurunan besi serum. Untuk membedakan ADB
Lebih terperinciKONSEP GOLONGAN DARAH ABO DAN RHESUS. Ns. Haryati
KONSEP GOLONGAN DARAH ABO DAN RHESUS Ns. Haryati 2015 Lingkup Pembelajaran 1. Sejarah Golongan Darah 2. Definisi Golongan Darah 3. Jenis Golongan Darah: ABO 4. Rhesus 5. Pewarisan Golongan Darah 6. Golongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang bersangkutan. Hemoglobin merupakan protein berpigmen
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
Lebih terperinciParamita Cahyaningrum Kuswandi* FMIPA UNY 2012
MK. GENETIKA (BIOLOGI SEM 4) Kuswandi* FMIPA UNY 2012 Email *: paramita@uny.ac.id 2 1. From Mendel to DNA 2. The double helix 3. Genomics 4. The impact of genetic engineering 5. Model organisms 6. The
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA FREKUENSI KONTROL DENGAN TINGGI BADAN PADA PASIEN TALASEMIA MAYOR SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan
HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI KONTROL DENGAN TINGGI BADAN PADA PASIEN TALASEMIA MAYOR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Adelia Kartikasari G0008190 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TALASEMIA By Rahma Edy Pakaya, S.Kep., Ns
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TALASEMIA By Rahma Edy Pakaya, S.Kep., Ns I. DEFINISI Talasemia adalah penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif. Ditandai oleh defisiensi produksi
Lebih terperinciDisusun oleh : Jheniajeng Sekartaji A. NIM. G0C
PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN METODE SEMI KUANTITATIF (CuSO 4 ) DAN KUANTITATIF (CYANMETHEMOGLOBIN) Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III (Tiga)
Lebih terperinciClinical classification Genotype Number of genes present Silent carrier Thalassemia α trait Hemoglobin H disease Hb Barts/ Hydrops fetalis
BAB I PENDAHULUAN Thalasemia adalah sekelompok kelainan genetik yang heterogen yang disebabkan oleh menurunnya kecepatan sintesis rantai alfa atau beta yang diturunkan secara autosomal ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008).
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes merupakan penyebab kematian nomor 6 di Amerika Serikat (AS) pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008). Sekitar 30%
Lebih terperinciCLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY
Vol 13. No. 3 Juli 2007 ISSN 0854-4263 INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Majalah Patologi Klinik Indonesia dan Laboratorium Medik DAFTAR ISI PENELITIAN Hubungan Antara Kadar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopticus.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini disebabkan oleh demam dimana terdapat kenaikan suhu
Lebih terperinciUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1. Fakultas / Program Studi : FMIPA / Biologi 2. Mata Kuliah / Kode : Genetika Molekuler / SBG 252 3. Jumlah SKS : Teori = 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA) merupakan salah satu penyakit di bidang hematologi yang terjadi akibat reaksi autoimun. AIHA termasuk
Lebih terperinciHubungan antara Tipe Mutasi Gen Globin dan Manifestasi Klinis Penderita Talasemia
Hubungan antara Tipe Mutasi Gen Globin dan Manifestasi Klinis Penderita Talasemia Correlation between Mutation Type of Globin Gene and Clinical Manifestations of Thalassemia 1 3 4 5 1 Moedrik Tamam, Suharyo
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Retensio Plasenta 1. Definisi Retensio plasenta adalah plasenta yang belum lahir 30 menit setelah bayi lahir pada manajemen aktif kala tiga. 1 2. Patologi Penyebab retensio plasenta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anemia merupakan masalah kesehatan global yang mempengaruhi derajat kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih menjadi masalah
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. negara berkembang yang tidak hanya mempengaruhi segi kesehatan masyarakat
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anemia merupakan masalah kesehatan global pada negara maju dan negara berkembang yang tidak hanya mempengaruhi segi kesehatan masyarakat namun juga segi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disabilitas intelektual dapat belajar keterampilan baru tetapi lebih lambat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disabilitas intelektual ditandai dengan gangguan fungsi kognitif secara signifikan dan termasuk komponen yang berkaitan dengan fungsi mental dan keterampilan fungsional
Lebih terperinciIdentifikasi Mutasi Gen β Globin Ekson 1 Pada Pembawa Thalassemia
ISSN 2302-1616 Vol 2, No. 1, Juni 2014, hal 63-69 Identifikasi Mutasi Gen β Globin Ekson 1 Pada Pembawa Thalassemia NIKEN SATUTI NUR HANDAYANI 1, ANDIKA TRIPRAMUDYA ONGGO 2 1 Fakultas Biologi, Universitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, yang merupakan salah satu masalah
Lebih terperinciASPEK GENETIK TALASEMIA
ASPEK GENETIK TALASEMIA Joyce Regar Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Abstract: Genetic disorders are caused by the presence of affected genes. Thalassaemia, a kind of
Lebih terperinciThalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N
Thalassemia Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N Maiyanti Wahidatunisa Nur Fatkhaturrohmah Nurul Syifa Nurul Fitria Aina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Infeksi Virus Hepatitis B (VHB) merupakan masalah. kesehatan global, terutama pada daerah berkembang.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infeksi Virus Hepatitis B (VHB) merupakan masalah kesehatan global, terutama pada daerah berkembang. Sepertiga dari populasi dunia atau lebih dari dua miliar orang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abad ke-21. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Polisitemia Vera (PV) adalah salah satu jenis keganasan mieloproliferatif.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polisitemia Vera (PV) adalah salah satu jenis mieloproliferatif. Pada penderita PV, terdapat produksi berlebih sel-sel darah akibat hipersensitifitas proses hematopoesis
Lebih terperinciMengatur perkembangan dan metabolisme individu. (pada peristiwa apa peran ini dapat dilihat/terjadi? ).
HEREDITAS Hubungan antara gen, DNA, Kromosom & Hereditas Pengertian hereditas? Melalui apa sifat diturunkan? Apa itu gen? Bagaimana hubungan antara gen dengan DNA? Bagaimana hubungan antara gen dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cukup tinggi di dunia. World Health Organization (WHO) tahun 2003
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya cukup tinggi di dunia. World Health Organization (WHO) tahun 2003 menyebutkan, penderita DM
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit Jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi jumlah darah pada saat fetus, perbedaan umur, perbedaan jenis kelamin, pengaruh parturisi
Lebih terperinciALEL OLEH : GIRI WIARTO
ALEL OLEH : GIRI WIARTO Sejarah Singkat Dengan adanya Mutasi,sering dijumpai bahwa pada suatu lokus didapatkan lebih dari satu macam gen. Mendel tidak dapat mengetahui adanya lebih dari satu alel yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
26 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 MCV (Mean Corpuscular Volume) Nilai MCV (Mean Corpuscular Volume) menunjukkan volume rata-rata dan ukuran eritrosit. Nilai normal termasuk ke dalam normositik, nilai di bawah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. yang ditandai dengan berkurangnya sintesis rantai. polipeptida globin (α atau β) yang membentuk
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Thalassemia merupakan kelompok penyakit darah yang ditandai dengan berkurangnya sintesis rantai polipeptida globin (α atau β) yang membentuk hemoglobin (Hb) normal,
Lebih terperinci