DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPOR"

Transkripsi

1

2 D T S SPemer i k s aanbar angi mpor T e kni kpe me r i ks a a n Ba r a ng Al a t T e ks t i l di s us unol eh: ADANG KARYANA SYAHBANA AHMAD DI MYAT I

3 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPOR 2016 P a g e i

4 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil ii P a g e

5 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPOR 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL PETA KONSEP MODUL Halaman i ii iv v vi vii A. PENDAHULUAN 1. Deskripsi Singkat 1 2. Prasyarat Kompetensi 1 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 2 4. Relevansi Modul 2 B. KEGIATAN BELAJAR 1. Kegiatan Belajar 1. Bahan dan Barang Tekstil Uraian dan Contoh 3 A. Serat Serat Nabati Serat Hewani Serat Tiruan Serat Sintetik Penentuan Kualitas Serat B. Benang C. Kain Kain Tenun Kain Rajut Kain Lainnya 18 D. Penyempurnaan Kain P a g e iii

6 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil E. Pengelompokan dan Kualitas Tekstil Pengelompokan Produk Tekstil Penilaian Mutu Tekstil Faktor Yang Mempengaruhi Harga Latihan Kegiatan Rangkuman Tes Formatif Umpan Balik dan Tindak Lanjut Kegiatan Belajar 2 Pemeriksaan Barang Tekstil 2.1. Uraian dan Contoh 28 A. Pemeriksaan Tekstil di Lapangan 1. Persiapan 2. Pelaksanaan Pemeriksaan Barang 3. Pelaporan B. Pemeriksaan Benang 1. Tahapan Pemeriksaan Benang 2. Pemeriksaan Konstruksi Benang C. Pemeriksaan Anyaman 1. Araha pemeriksaan 2. Tahapan Pemeriksaan jenis tenunan 3. Metode Pengujian Kerapatan Benang 4. Metode Pemeriksaan Konstruksi Benang D. Pemeriksaan Jenis serat Latihan Kegiatan Rangkuman Tes Formatif Umpan Balik dan Tindak Lanjut 42 PENUTUP TES SUMATIF 44 KUNCI JAWABAN. 48 DAFTAR ISTILAH 49 DAFTAR PUSTAKA 50 iv P a g e

7 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPOR 2016 DAFTAR TABEL NOMOR JUDUL TABEL HALAMAN 2.1 Karakteristik Sifat Pembakaran Serat 36 P a g e v

8 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil DAFTAR GAMBAR NOMOR JUDUL GAMBAR HALAMAN 1.1 Bagan Klasifikasi Serat Benang Wool Jenis Tenunan Polos Kain Tenun Polos Jenis Tenunan Silang Kepar Silang Satin Rajutan Jeratan Pakan Struktur Kaitan Non Moven Fabric Kenampakan Serat Nabati dalam Penampang melintang dan membujur 37 vi P a g e

9 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPOR 2016 PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Sebelum anda mempelajari modul teknik pemeriksaan barang tekstil ini, sebaiknya anda membaca terlebih dahulu petunjuk penggunaan berikut ini. 1) Untuk mencapai hasil belajar yang optimal pada modul Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil, pertama kali anda perlu membaca dan memahami peta konsep modul yang kami berikan. Peta konsep ini memberikan pemahaman mengenai kompetensi apa saja yang harus dikuasai hingga tercapai standar kompetensi yang diinginkan. 2) Untuk mempelajari modul ini hendaknya anda mengkomparasi antara teori yang diberikan dengan praktek-praktek pemeriksaan barang tekstil seharihari, dengan jalan memperhatikan berbagai jenis produk tekstil dan mempelajari identifikasi dalam kegiatan belajar 2. 3) Materi Modul ini disusun untuk mendukung proses pembelajaran mata diklat teknik pemeriksaan barang tekstil, dengan alokasi waktu belajar sebanyak 10 Jam Pelajaran ( 10 JP). Pengertiannya bahwa materi modul ini akan diselesaikan selama kurang lebih 450 Jam Pelajaran (@ 45 menit). Agar lebih efektif, sebaiknya anda mempelajari secara mandiri terlebih dahulu pokok bahasan yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran di kelas. 4) Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman (TP) Anda pada modul ini, pada tiap-tiap selesai kegiatan belajar telah tersedia tes formatif dan pada akhir modul ini telah tersedia tes sumatif sebagai sarana untuk mengukur hasil belajar Anda secara mandiri. 5) Demi mencapai tujuan hasil pembelajaran yang optimal pada peserta diklat, para Widyaiswara dengan tangan terbuka siap untuk membantu Anda baik di kelas maupun di luar kelas untuk memahami materi-materi yang tersaji dalam modul ini. P a g e vii

10 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil 6) PETA KONSEP Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil Bahan dan Barang Tekstil Serat, benang, kain, penyempurnaan kain, pengelompokan dan kualitas produk tekstil Pemeriksaan Barang Tekstil Pemeriksaan di lapangan, pemeriksaan benang, pemeriksaan anyaman dan pemeriksaan jenis serat viii P a g e

11 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPOR 2016 A. PENDAHULUAN 1. Deskripsi Singkat Modul Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil ini secara khusus disusun untuk untuk digunakan oleh para peserta Diklat Teknis Substantif Spesialisasi Teknik Pemeriksaan. Dalam kurikulum diklat dijelaskan bahwa mata pelajaran Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil merupakan mata pelajaran utama dengan jumlah jam pelajaran (JP) sebanyak 10 JP. Untuk itu materi modul ini disusun secara singkat dan lebih banyak mengedepankan praktek pemeriksaan barang tekstil. Pada kegiatan belajar 1, pokok bahasan yang kami uraikan adalah pengenalan bahan tekstil dan barang tekstil mulai dari serat, benang, kain, penyempurnaan kain dan pengelompokan serta kualitas produk tekstil. Pada kegiatan belajar 2, akan kami uraikan secara singkat tentang pemeriksaan barang tekstil, meliputi : pemeriksaan dilapangan, pemeriksaan kain dan benang serta pengidentifikasian jenis serat 2. Prasyarat Kompetensi Sebelum mempelajari modul ini peserta diklat telah memiliki kompetensi awal dan minimal kualifikasi sebagai berikut : a. Pelaksana Pemeriksa b. Memiliki pangkat minimal Pengatur (Gol. II/c) dengan usia maksimal 45 Tahun c. Sehat jasmani dan Rohani d. Memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti Diklat e. Tidak sedang menjalani atau dalam proses penjatuhan hukuman disiplin f. Tidak sedang ditunjuk mengikuti Diklat lain g. Ditunjuk oleh sekretaris DJBC P a g e 1

12 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil 3. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Standar Kompetensi : Setelah mempelajari materi modul ini peserta diharapkan mampu melakukan pemeriksaan barang tekstil dengan benar Kompetensi Dasar : Kompetensi dasar yang diharapkan kepada peserta setelah mempelajari modul ini, adalah : a. Peserta mampu menjelaskan berbagai jenis barang tekstil b. Peserta mampu melakukan pemeriksaan barang tekstil dengan benar 4. Relevansi Modul Relevansi modul terhadap tugas pekerjaan yang akan dijalankan peserta diklat adalah sebagai berikut : 1. memberikan pemahaman dan kemampuan tentang pemeriksaan benang tekstil, konstruksi benang tekstil, sifat benang tekstil dan proses pembuatan benang 2. Wawasan dan sudut pandang mengenai berbagai serat, kain dan tekstil. 3. Materi Modul ini telah disesuaikan dengan produk tekstil dan identifikasinya. 2 P a g e

13 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPOR 2016 B. KEGIATAN BELAJAR 1. Kegiatan Belajar (KB) 1 BAHAN DAN BARANG TEKSTIL Indikator Keberhasilan Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu: 1. Menjelaskan Serat 2. Menjelaskan Benang 3. Menjelaskan Kain 4. Menjelaskan Penyempurnaan Kain 1.1. Uraian dan Contoh Pengetahuan tekstil meliputi pengetahuan tentang karakteristik dan sifat serat dan produk tekstil. Sifat produk tekstil dipengaruhi oleh proses pengolahannya, yaitu dari serat diolah menjadi benang, dari benang ditenun menjadi kain kemudian dilakukan proses penyempurnaan hingga menjadi produk jadi. Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa P a g e 3

14 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil bahan/produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Secara lebih luas pengetahuan tekstil adalah pengetahuan yang bersangkut paut, mulai dari bahan (serat, benang dan kain), sifat, klasifikasi atau jenis bahan tekstil, proses pembuatan, penggunaan (untuk busana casual, fashion atau berdasarkan profesi) dan perdagangannya (niaga tekstil). A. Serat Serat adalah sebuah zat yang panjang, tipis, dan mudah dibengkokkan. Ditinjau dari segi zat kimia penyusunnya, serat tekstil tersusun atas molekulmolekul yang sangat besar yaitu berupa selulose, protein, thermoplastics atau mineral. Berdasarkan asal zat kimia seratnya, serat dikelompokkan menjadi serat alam dan serat buatan. Serat alam adalah serat yang molekulnya terbentuk secara alami (nabati dan hewani), misalnya : serat tumbuhan yang diperoleh dari bagian biji, batang, daun atau buahnya. Serat hewan diperoleh dari bagian bulu atau rambut binatang. Serat buatan adalah serat yang molekulnya disusun secara sengaja oleh manusia, terdiri dari serat tiruan dan serat sintetik. Serat tiruan dikelompokkan ke dalam serat alam yang diolah kembali dan serat setengah buatan (bahan dari serat alam dan bahan kimia buatan). Sedangkan serat sintetik adalah suatu serat yang dibuat dari bahan kimia murni. Bagan klasifikasi serat tekstil seperti pada Gambar 1.1. Tidak semua jenis serat dapat diproses menjadi produk tekstil. Untuk dapat diolah menjadi produk tekstil maka serat harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1. Perbandingan panjang dan lebar yang besar, 2. Kekuatan yang cukup, 3. Fleksibilitas tinggi, 4. Kemampuan mulur dan elastis, 5. Memiliki daya kohesi antar serat, 6. Memiliki daya serap terhadap air, 7. Tahan terhadap sinar dan panas, 4 P a g e

15 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPORUraian dan Contoh Tidak rusak dalam pencucian,tersedia dalam jumlah besar, 9. Tahan terhadap zat kimia tertentu. Gambar 1.1. Bagan Klasifikasi Serat P a g e 5

16 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil Persyaratan panjang minimal pada serat tekstil adalah mm. The Representation of Official Cotton Standar di Amerika Serikat menetapkan panjang minimal serat kapas adalah ½ inci. Serat alam yang panjangnya dibawah 10 mm sulit digunakan sebagai serat tekstil, sedangkan serat sintetik dapat dibuat dengan panjang yang disesuaikan dengan yang dikehendaki, bahkan biasanya dibuat dalam bentuk yang tidak terputus (filamen). Serat tekstil yang halus memiliki diameter kecil, biasanya lembut dan liat, sedangkan serat yang kasar lebih kaku. Kehalusan serat alam dinyatakan dalam satuan mikron. Sebagai perbandingan diameter serat kapas berkisar antara 1-20 mikron, flax antara mikron, wol antara mikron dan sutera berkisar antara mikron. Diameter serat sintetik ditentukan menurut keperluannya. Hal ini disebabkan karena ukuran seratnya dapat diatur dengan ukuran lubang spinneret pada pemintalan serat dan besarnya peregangan sewaktu atau setelah proses pemilinan. Pengertian serat yang dapat dijadikan sebagai bahan tekstil menurut Harmonized System apabila dalam bentuk monofilamen yang ukuran penampang silangnya melebihi 1 mm atau dalam bentuk strip dengan lebar melebihi 5 mm. 1. Serat nabati a. Kapas Jenis kapas adalah : - Gossypium barbadense disebut juga kapas sea island, merupakan jenis yang menghasilkan kapas yang bermutu sangat tinggi karena panjang serat mm, halus dan berkilau. - Gossypium arboreum dan gossypium herbareum menghasilkan serat yang pendek yaitu 7-25 mm. - Gossypium hirsutum disebut juga kapas upland, menghasilkan serat panjang mm. 6 P a g e

17 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPORa. Kapas 2016 b. Flax Flax adalah serat yang diambil dari batang linum usitatissimun. Benang dan kain yang dibuat dari serat flax lebih dikenal dengan nama linen. Panjang serat Flax melebihi panjang serat kapas, yaitu antara mm. c. Henep Henep adalah serat yang diperoleh dari batang tanaman cannabis sativa. Tanaman henep adalah tanaman tahunan, mempunyai batang yang kecil dan tinggi. Serat henep bentuk penampang membujurnya menyerupai silinder dengan ujung sel yang tumpul dan kadang-kadang bercabang. Lumen di bagian ujung serat menyempit. d. Rami Rami adalah serat yang diperoleh dari batang tanaman boehmeria nivea. Bentuk penampang membujurnya memanjang seperti silinder dengan permukaan bergaris-garis dan berkerut-kerut membentuk benjolan-benjolan kecil. 2. Serat Hewani a. Sutera Sutera adalah serat yang diperoleh dari sejenis serangga yang disebut lepidoptera. Serat sutera adalah satu-satunya serat alam yang berbentuk filament dihasilkan dari kepompong ulat sutera. Jenis serat sutera yang terbaik ialah yang berasal dari kepompong ulat sutera jenis bombyx mori. Jenis serat sutera lain diperoleh dari ulat sutera liar yaitu jenis ulat sutera tusah, dimana serat sutera yang dihasilkan lebih kasar dan sulit diwarnai. b. Wool Serat wool dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu wool halus, sedang, dan kasar. Wool halus bersifat lembut, kuat elastik, dan keriting sehingga dapat dijadikan benang halus. Wool sedang umumnya dihasilkan dari bulu biri-biri yang berasal dari Inggris, dimana seratnya lebih kasar, lebih panjang, dan lebih berkilau dari wool halus. P a g e 7

18 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil Gambar 1.2. Benang wool Wool kasar kebanyakan dihasilkan oleh biri-biri yang hidup dalam kondisi primitif. Warna serat wool lebih bervariasi dari putih hingga hitam. Serat wool ada yang diperdagangkan dari wool sisa (reja) dengan nama dagang sebagai : Shoddy, Mung,Extract wol atau alpaca dan Vigogne lihat Gambar 1.2. Benang wool 3. Serat Tiruan a. Rayon viskosa Rayon viskosa adalah serat selulose alam yang disusun kembali molekulnya sehingga susunannya sama dengan serat selulose yang lain, perbedaannya terletak pada tingkat pemanjangan rantai molekul serat. Panjang rantai molekulnya lebih rendah dari bahan alam pembentuknya karena terjadinya pemutusan rantai bahan pembentuknya selama pembuatan serat. Sebagai bahan dasar adalah kayu sebangsa cemara. b. Rayon kupramonium Serat rayon kupramonium adalah serat yang dibuat dari selulose kapas yang disusun kembali dengan cara mencampur ke dalam larutan amonia yang mengandung kuprooksida. Sebagai bahan baku dipergunakan kapas linter 8 P a g e

19 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPORa. Kapas 2016 atau kadang-kadang pulp kayu yang telah dimurnikan sehingga mempunyai kadar selulose yang tinggi. c. Rayon acetat Rayon acetat adalah serat yang dibuat dari linter atau selulose kayu, anhidrida dan aceton. Selulose kayu dilarutkan dalam natrium karbonat dan natrium hidroksida kemudian dicuci, diputihkan, dan dikeringkan. Larutan ini kemudian dilarutkan lagi dalam asam sulfat dan asam acetat sehingga terjadi acetil selulose. Acetil selulose dilarutkan dalam aceton, disemprotkan melalui alat pemintal ke arah suhu panas, aceton kemudian mengalami penguapan dan terbentuk filament acetil selulose. Karena penyusunannya banyak zat kimia buatan, dimasukkan kelompok thermoplastics. 4. Serat Sintetik Serat sintetik ialah serat buatan yang bahan dasarnya dari proses kimia. Sifat serat sintetik : 1. Tidak mempunyai kilat; 2. Sangat kuat dan sampai kini belum ada serat yang lebih kuat dari nilon; 3. Licin seperti sutera asli /tiruan; 4. Jika dibakar timbul gumpalan bundar yang keras meleleh dan baunya tidak dapat ditentukan (baunya kurang enak). a. Polyester Serat polyester dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol. Polyester pertama yang dibuat adalah terylene, kemudian menyusul dacron. Asam tereftalat dan etilena glikol diolah dalam tempat hampa udara dan dengan suhu yang tinggi, maka terjadilah larutan. Larutan kemudian disemprotkan melalui alat pemintal leleh menghasilkan filament polyester. b. Nilon Serat nilon mempunyai sifat yang kurang baik, yakni tidak dapat menghisap air, oleh karena itu pakaian dibuat dari nilon akan teras panas, karena tidak dapat menghisap keringat. Dalam laboratorium kimia serat sintetik bermacam nama seperti : orlon, perlon, dan sebagainya. Serat belakangan ini termasuk P a g e 9

20 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil dalam bagian serat plastik dan selain dipakai untuk membuat tenunan pakaian dipakai juga sebagai pelapis tempat duduk, kursi, bangku mobil dan sebagainya. Sifat dari serat ini ialah bahan dasarnya tidak dapat dijumpai kembali dan jika dipanasi atau dibakar meleleh. 5. Penentuan Kualitas Serat Serat sebagai bahan dalam pembuatan benang tekstil diharapkan mempunyai sifat yang diinginkan, yang meliputi kehalusan dan panjang, kekuatan, daya mulur, penyerapan lembab, pegangan, kestabilan kimia, daya tarik terhadap zat warna, dan ketahanan terhadap suhu dan sinar matahari. a. Kehalusan dan Panjang Serat yang halus pada umumnya dipilih untuk mendapatkan benang dengan pegangan yang enak dan daya isolasi panas yang baik, karena serat-serat yang halus mempunyai permukaan yang lebih besar. b. Kekuatan Kekuatan serat diperlukan agar serat tahan terhadap tarikan-tarikan dalam pemintalan dan pertenunan. Kekuatan serat dipengaruhi oleh asal serat, pertumbuhan serat, proses pemisahan serat, dan bakteri. Kekuatan serat dalam keadaan kering harus lebih besar dari 1,2 gr/denier dan dalam keadaan basah harus lebih besar dari 0,7 gr/denier. c. Kerataan Panjang Serat Kerataan panjang serat mempengaruhi daya pintalnya. Serat panjang yang rata dapat dibuat menjadi benang yang lebih kuat, kenampakannya baik, dengan sisa yang lebih sedikit. d. Sifat Gesekan Sifat-sifat gesekan merupakan sifat yang penting dalam pengolahan serat. Jumlah gelombang pada serat dan keadaan serat yang saling mengait mempengaruhi sifat gesekannya. e. Daya Serap Hampir semua serat menyerap air sampai batas tertentu. Beberapa serat mempunyai kemampuan menyerap uap air lebih besar dari serat yang lain sebagai contoh serat selulose. Serat yang demikian disebut lebih higroskopis. 10 P a g e

21 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPORa. Kapas 2016 Serat yang demikian mempunyai kelebihan yaitu lebih enak dipakai dan mempunyai isolator panas yang baik. f. Mulur dan Elastisitas Elastisitas adalah kemampuan serat untuk kembali ke panjang semula setelah mengalami tarikan. Untuk serat-serat tekstil diharapkan memiliki elastisitas yang baik, dan mulur saat putus minimal 10%. Elastisitas dan daya mulur dapat dipengaruhi oleh derajat penarikan pada waktu pembuatan serat. Makin tinggi derajat penarikan, makin tinggi kekuatan serat dan makin rendah mulurnya B. Benang Jenis benang tekstil dapat berupa : tunggal (single), gintir (multiple), atau kepang ( cable), untuk keperluan pengelompokan benang, maka pengertian beberapa jenis benang akan diuraikan dibawah ini : a. Benang tunggal (single yarn) ialah produk yang dihasilkan oleh mesin pintal dengan jalan memintal serat tekstil yang pendek atau benang satu filament atau memilin dua atau lebih filament b. Benang multi filament Benang multifilament adalah benang yang dibuat dari dua atau lebih benang tunggal yang disejajarkan dan tidak dipintal. c. Benang gintir adalah benang yang dibuat dari dua atau lebih benang tunggal yang dipintal bersama. d. Benang kepang ( cable yarn) adalah benang yang diperoleh dengan memintal paling sedikit dua benang gintir atau memintal satu atau lebih benang gintir dengan satu atau lebih benang tunggal. Untuk membedakan antara benang dengan tali agak sulit didefinisikan, namun demikian Petugas Bea dan Cukai dapat melakukan suatu perkiraan yaitu dengan cara sebagai berikut : 1. Ambil sebatang pensil yang bundar, diukur dari ujung sepanjang 1 cm, dan beri tanda 2. Benang yang akan ditentukan jenisnya dililitkan pada pensil dengan rapat pada jarak 1 cm tersebut P a g e 11

22 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil 3. Kemudian hitung lilitannya, jika jumlah lilitannya kurang dari 20 maka benang tersebut termasuk golongan tali dan jika lebih dari 20 termasuk golongan benang. C. Kain Proses pembuatan kain melalui sekumpulan serat yang diberi pilinan atau antihan membentuk menjadi benang yang dalam kuantitas tertentu dapat ditenun atau dirajut menjadi kain. Apabila serat berbentuk filamen dapat langsung berfungsi sebagai benang, tetapi jika berbentuk stapel harus diproses terlebih dahulu untuk menjadi benang yang dapat dilakukan dengan beberapa cara pemintalan, yaitu cara tradisional, konvensional maupun secara modern. Secara historis pembuatan kain telah dikenal sejak dahulu dan teknologinya berkembang terus, mulai dari kain yang dibuat dari kulit kayu atau kulit binatang sampai kemudian kain dibuat dengan cara pertenunan, perajutan atau dikempa. Karakteristik dan sifat serat juga sangat menentukan proses pengolahannya baik dari sisi pemilihan peralatan, prosedur pengerjaan maupun jenis zat-zat kimia yang digunakan. Selama proses pengolahan tekstil sifat-sifat dasar serat tidak akan hilang. Proses pengolahan tekstil hanya ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan, menambah dan mengoptimalkan sifat dasar serat tersebut sehingga menjadi bahan tekstil berkualitas sesuai tujuan pemakaiannya. Kain tekstil dapat digolongkan dalam dua golongan besar, yaitu: kain yang dibuat dari benang/filament dan yang dibuat tanpa benang misalnya non woven fabrics. 1. Kain tenun yang dibuat dengan mesin tenun, dengan jalan menyilangkan kelompok benang yang satu terhadap benang yang lain ( benang lusi dan benang pakan ). 2. Kain rajut yang dibuat dengan mesin rajut, dengan jalan menjeratkan benang yang satu dengan yang lain atau pada benang itu sendiri. 12 P a g e

23 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPORa. Kapas Kain Tenun Prinsip pembuatan kain tenun, adalah menyilangkan benang pakan pada celah deretan benang lusi yang disusun memanjang dari gulungan benang yang dipersiapkan sebelumnya. Proses pembuatan kain yang dibentuk oleh silangan/ anyaman benang lusi dan pakan. 1. Benang lusi (warp) : benang sepanjang kain ke arah lebar kain. 2. Benang pakan ( weft) : susunan sejumlah benang selebar kain ke arah panjang kain. Kain tenun dalam cara pembuatannya dikenal tiga cara silang utama, yaitu: 1. silang polos (Plain weave), 2. silang keper (twill weave) dan 3. silang satin (saten weave) a. Silang polos Gambar 1.3. Jenis Tenunan Polos P a g e 13

24 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil Gambar 1.4 Kain Tenun Polos 1) Kain mori (Cambric), ada tiga macam, yaitu : cambric biru, cambric prima dan cambric primisima 2) Kain voile, ada tiga macam, yaitu : voile asli (full voile), voile (half voile) dan voile tiruan (imitation voile), yaitu sebagai berikut : a. Voile asli ( full voile) yang berasal dari Zwitserland, Amerika dan lain-lain Negara. Voile asli ialah baik benang lusi maupun benang pakan dibuat dari benang yang disering atau 2 benang yang dipintal. b. Voilet (half voile = setengah voile) hanya pakan atau lungsinnya yang sering. c. Voile tiruan ( imitation voile), hanya rupanya saja sebagai Voile, tapi benang pakan dan benang lungsinnya tidak disering sama sekali, hanya terdiri dari satu benang yang dipintal kuat. d. Shirting / sheeting e. Poplin dan sebagainya. 14 P a g e

25 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPORa. Kapas 2016 b. Silang Kepar Dalam proses penyilangannya, apabila pada baris pertama penyilangan biasa maka pada baris kedua benang pakan loncat tiga benang dari baris awal pada penyilangan pertama. Karena perbedaan loncatan dengan baris sebelumnya maka akan nampak seperti garis yang menyilang kekiri atau kekanan seperti yang ditunjukan pada Gambar 1.4. Contoh kain dari jenis silang kepar ialah : jean, denim, gobardine, dan lain-lain. Gambar 1.5. Jenis Tenunan Silang Kepar P a g e 15

26 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil c. Silang satin Contoh produk tekstil jenis silang satin seperti digambarkan pada Gambar 1.6. ialah : satin, damast, dan lain-lain Gambar 1.6. Silang Satin 16 P a g e

27 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPORa. Kapas Kain Rajut Prinsip pembuatan kain rajut, adalah pembentukan jeratan benang secara berulang-ulang dengan bantuan jarum rajut. Perajutan pada awalnya dikerjakan dengan batang pengait benang dari kayu yang dikenal dengan cara pembuatan brein, kemudian menggunakan batang besi berkait disebut hakpen yang dikenal dengan cara merenda. a. Proses Perajutan (kniting) Proses pembuatan kain yang dibentuk oleh sejumlah susunan jeratan ( loop) baik ke arah panjang maupun ke arah lebar melalui proses perajutan pakan (weft) atau lusi (warp) dapat dilihat sesuai gambar 1.7, 1.8, dan 1.9. Gambar 1.7. P a g e 17

28 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil Rajutan Gambar 1.8. Jeratan pakan Gambar 1.9. Struktur Kaitan 18 P a g e

29 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPORa. Kapas 2016 b. Kain T u l e Kain tule dibuat dari sutera asli, sutera tiruan, wol atau nilon, umumnya bukan dari bahan kapas. Produk tule seperti ini disebut sebagai sebagai klambutule. Dalam pemeriksaan kain tule perhatikan, pertama jenis serat, kemudian jenis jeratan dan motiv tambahan kain. 3. Kain Lainnya Jenis kain yang tidak ditenun maupun dikaitkan disebut dengan jenis non woven fabric seperti terlihat pada Gambar Kain ini dibuat dengan mengempa langsung seratnya, sebagai contoh adalah Kain kempa. Kain kempa adalah kain yang dibuat dari serat yang dikempa dengan bahan tambahan perekat. Kain kempa umumnya sedikit tebal. Terdapat juga yang dibuat dengan penambahan kain lapis, atau penyatuan seratnya menggunakan perekat, salah satu produknya disebut sebagai kain khusus dengan penggunaan terbatas, misal : 1) tas dan karpet ; 2) upholstry atau lenan rumah tangga ; 3) tapestry atau bahan pelengkap rumah tangga, seperti kesed dan lap pel. Gambar Non Moven Fabric P a g e 19

30 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil Proses pembuatan kain (lembaran) bukan melalui proses pertenunan atau perajutan, yang dibentuk oleh sekelompok serat staple, filamen, atau hasil ekstraksi (daur ulang bahan tekstil) tetapi melalui proses pembentukan web dan pengikatan strukturnya. Web adalah suatu bahan berupa lembaran yang terdiri dari sekelompok serat yang diperoleh melalui proses carding, melt spinning dan proses yang mirip dengan teknologi pembuatan kertas. D. Penyempurnaan Kain Kain yang dihasilkan proses pertenunan atau perajutan disebut kain mentah atau grey yang pada umumnya masih belum dapat digunakan. Untuk itu perlu dilakukan proses penyempurnaan kain ( textile finishing) yang biasanya dilakukan dengan penyempurnaan fisika dan penyempurnaan kimia. Penyempurnaan secara fisika adalah segala perlakuan terhadap kain mentah dengan memanfaatkan sifat fisika kain yang berinteraksi dengan besaran fisika, antara lain panas untuk proses penyetrikaan ( calandering), pemantapan panas (heat setting), pemantapan stabilitas dimensi kain (sanforizing) dan sebagainya. Sedangkan penyempurnaan secara kimia, adalah segala perlakuan terhadap kain mentah dengan memanfaatkan sifat kimia kain dan reaksinya dengan zat atau senyawa kimia, misal Mercerisasi yaitu pengerjaan kain kapas dengan larutan soda api pada konsentrasi tinggi untuk memberikan kilau pada kain kapas, pencelupan ( dyeing) untuk memberikan warna pada kain, pencapan (printing) untuk memberikan motif pada kain dan sebagainya. 20 P a g e

31 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPORa. Kapas 2016 Berdasarkan tahapan proses penyempurnaan tekstil, dikenal : 1. Proses persiapan penyempurnaan, antara lain pembakaran bulu ( singeing), penghilangan kanji ( desizing), pemasakan ( scouring), pengelantangan (bleaching). 2. Proses pewarnaan, yaitu pencelupan (dyeing) atau pencapan (printing) dan 3. Penyempurnaan akhir antara lain, anti kusut ( anti crease), anti mengkerut (anti shrink), proses tolak air ( water repellent) dan proses lainnya yang bertujuan memberikan sifat khusus sesuai dengan penggunaan bahan tekstil tersebut. Selain tersebut diatas, sering juga ada istilah penyempurnaan basah dan kering, contoh penyempurnaan basah, seperti pencucian (washing), pencelupan (dyeing) dan lainnya. Contoh penyempurnaan kering, seperti penyetrikaan (calandering), pelipatan kain (folding) dan lainnya. E. Pengelompokan dan Kualitas Produk Tekstil 1. Pengelompokan Produk Tekstil Berdasarkan kegunaannya bahan tekstil dikelompokan sebagai berikut : a. Keperluan busana ( apparel textile) untuk kemeja, celana, pakaian dalam, pakaian sehari-hari, sepatu, kaus kaki dan sejenisnya b. Keperluan militer (military textile) untuk pakaian tempur, parasut, tenda, ransel dan lain lain. c. Keperluan medis ( hospitality textile) untuk perban, pakaian dokter / perawat saat bekerja, baju pasien, perlengkapan pasien saat dirawat di rumah sakit dan sebagainya. d. Keperluan industri ( industrial textile) kemasan produk, belt, tali, conveyor, pakaian kerja sesuai profesi misal pakaian montir, operator mesin dan lainnya. e. Keperluan olah raga ( sport wear and sport textile) untuk pakaian olah raga yang berbeda-beda desain dan spesifikasinya misal sepak bola, tenis, renang juga keperluan tekstil lainnya seperti net pingpong, layar dan banyak lagi sesuai dengan berbagai jenis cabang olah raga P a g e 21

32 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil f. Keperluan penyangga struktur tanah menggunakan geotextile, yaitu sejenis serat poliester dengan pembuatan khusus. Pada umumnya barang tekstil dikelompokan sebagai berikut: a. Berdasar jenis produk : staple, filamen, benang, kain, produk jadi b. Berdasar asal bahannya : alam, sintetis, campuran c. Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna, bermotif/bergambar d. Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang tunggal, benang gintir. 2. Penilaian Mutu Tekstil Penilaian kualitas bahan tekstil pada umumnya dilakukan dengan : a. Metode uji sensoris Metode ini biasanya dilakukan oleh konsumen tekstil (masyarakat umum) ketika membeli bahan tekstil. Dalam memilih bahan tekstil biasanya konsumen melakukan dengan cara dilihat, dipegang, diraba, diremas, diterawang, dibentang dan lainnya yang hanya mengandalkan kemampuan panca indera manusia. Disamping itu biasanya konsumen juga melihat berdasar tingkat harga (semakin mahal semakin baik), merk yang telah dikenal dan lainnya. Validitas metode uji sensoris ini sangat tergantung pada pengalaman si konsumen. b. Metode uji teknis/ laboratories Metode ini dilakukan oleh para produsen (industri), pedagang, akademisi dan pelajar untuk menentukan kualitas bahan tekstil. Metode uji teknis/laboratories ini memerlukan peralatan pengujian, standar pengujian, ruang pengujian di samping kemampuan panca indera. Untuk pengujian teknis ini dibedakan menjadi pengujian secara fisika dan pengujian secara kimia. Hasil pengujian teknis ini dapat dipertanggungjawabkan dan memiliki tingkat validitas yang tinggi serta memenuhi standar kualitas tertentu yang berlaku pada tingkat lokal, nasional dan internasional. 3. Faktor yang Mempengaruhi Harga 22 P a g e

33 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPORLatihan kegiatan a. Merk. Suatu kain merk famatex akan lain dengan merk Bellini b. Mutu dan jenis serat. Serat wool marino akan berbeda harga dengan serat wool asasl Australia c.kerapatan dan pola anyaman d. Besar kecilnya benang atau kehalusan benang e. Jenis penyempurnaan. Suatu kain akan memiliki harga lebih yang lebih tinggi bila telah diproses pewarnaan atau mercerized dan jenis penyempurnaan lainnya 1.2. Latihan kegiatan 1 1. Jelaskan pengertian tekstil? 2. Jelaskan syarat suatu serat dapat dijadikan bahan tekstil menurut Harmonized System? 3. Jelaskan sifat serat wool? 4. Terangkan pengelompokan produk tekstil? 5. Jelaskasn faktor yang mempengaruhi harga barang tekstil? 1.3. Rangkuman 1 1. Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya. Pengetahuan tentang tekstil diperlukan untuk memahami bahan tekstil, jenis serat, proses pembuatan dan sifat bahan tekstil tersebut sesuai penggunaannya, serta dalam rangka penetapan tarif dan harga untuk pengenaan bea masuk dan pajak dalam rangka 2. Proses pembuatan kain melalui sekumpulan serat yang diberi pilinan atau antihan menjadi benang yang dalam kuantitas tertentu dapat ditenun atau dirajut menjadi kain. Apabila serat berbentuk filamen dapat langsung berfungsi sebagai benang, tetapi jika berbentuk stapel harus diproses terlebih dahulu untuk menjadi benang yang dapat dilakukan dengan beberapa cara pemintalan, yaitu cara tradisional, konvensional maupun secara modern. P a g e 23

34 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil 3. Proses penyempurnaan tekstil meliputi : proses persiapan penyempurnaan, proses pewarnaan dan penyempurnaan akhir antara lain, anti kusut ( anti crease), anti mengkerut ( anti shrink), proses tolak air ( water repellent) dan proses lainnya yang bertujuan memberikan sifat khusus sesuai dengan penggunaan bahan tekstil tersebut. 4. Hal yang menentukan kualitas tekstil ialah kehalusan dan panjang, kekuatan, kerataan dan panjang serat, daya mulur serat, elastisitas. Sedangkan faktor penentu harga antara lain merk, jenis asal serat, kerapatan dan pola tenunan atau rajutan, kehalusan benang, jenis penyempurnaan dan proses mutu dalam perlakuan tekstil 1.4. Tes Formatif 1 Pilihlah jawaban yang Saudara anggap benar dengan cara melingkari huruf yang terdapat di depan jawaban tersebut a, b, c, atau d ) 1. Pengetahuan tekstil meliputi pengetahuan tentang karakteristik dan sifat serat dan a. pewarna. b. pembakaran c. produk tekstil d. mikoroskop 2. Faktor yang memungkinkan serat dapat dipintal menjadi benang, adalah... a. panjang serat. b. alam c. warna d. sintetik 3. The Representation of Official Cotton Standar di Amerika Serikat menetapkan panjang minimal serat kapas adalah... a. 1/3 inchi b. ½ inchi c. 2/3 inchi d. 3/2 inchi 24 P a g e

35 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPORTes Formatif Diameter serat kapas berkisar antara... a mikron. b mikron. c. 1-2 mikron d mikron 5. Pengertian serat yang dapat dijadikan sebagai bahan tekstil menurut Harmonized System apabila monofilament berdiameter... a. 0, 2 cm b. 0, 3 cm c. 0, 4 cm d. 0, 5 cm 6. Serat wool dapat dikelompokkan menjadi wool... a. Pendek, sedang, dan panjang b. halus, sedang, dan kasar c. Lebar, sedang dan pendek d. Baik, sedang dan buruk. 7. Contoh filament adalah... a. henep. b. wol. c. poliester. d. kapas. 8 Salah satu keperluan tekstil dalam medis ialah... a. alat suntik. b. perban. c. kereta d. pintu 9. Kekuatan serat diperlukan agar serat tahan terhadap... a. bakteri b. sobekan c. tarikan d. air P a g e 25

36 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil 10. Jenis benang tekstil dapat berupa... a. double b. triple c. multitwist. d. cable 11. Proses pembuatan kain melalui sekumpulan serat yang diberi a. pilinan b. pewarnaan c. pencelupan d. pemanasan 12. Alasan diperlukannya pemeriksaan kekuatan serat adalah a. untuk mendapatkan benang dengan pegangan yang enak dan daya isolasi panas yang baik. b. agar serat tahan terhadap tarikan-tarikan dalam pemintalan dan pertenunan. c. mempengaruhi daya pintalnya. d. Jumlah gelombang pada serat dan keadaan serat yang saling mengait mempengaruhi sifat gesekannya. 13 Alasan diperlukannya pemeriksaan sifat gesekan serat adalah a. untuk mendapatkan benang dengan pegangan yang enak dan daya isolasi panas yang baik. b. agar serat tahan terhadap tarikan-tarikan dalam pemintalan dan pertenunan. c. mempengaruhi daya pintalnya. d. Jumlah gelombang pada serat dan keadaan serat yang saling mengait mempengaruhi sifat gesekannya 14 Alasan diperlukannya pemeriksaan Kehalusan dan Panjang serat adalah... a. untuk mendapatkan benang dengan pegangan yang enak dan daya isolasi panas yang baik. b. agar serat tahan terhadap tarikan-tarikan dalam pemintalan dan pertenunan. 26 P a g e

37 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPOR 2016 c. mempengaruhi daya pintalnya. d. Jumlah gelombang pada serat dan keadaan serat yang saling mengait mempengaruhi sifat gesekannya 15 Serat mempunyai kemampuan menyerap uap air lebih besar dari serat yang lain disebut... a. caliper. b. calipeo c. hipokrit. d. higroskopis 1.5. Umpan balik P a g e 27

38 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil Untuk mengukur pemahaman anda terhadap kegiatan belajar 1, disarankan agar anda mencocokkan jawaban tes formatif yang anda buat dengan kunci jawaban yang kami sediakan. Hitunglah persentase tingkat pemahaman (TP) anda, dengan menggunakan rumus sebagai berikut : TP Jumlah Jawaban Yang Benar Jumlah Keseluruhan Soal x 100% Apabila anda hanya dapat menjawab pertanyaan tersebut kurang atau sama dengan 80 %, maka sebaiknya anda mengulang kembali materi kegiatan belajar 1 ini. Selanjutnya, apabila jawaban anda telah memenuhi standar kualifikasi yang diminta (lebih dari 80%) maka anda dapat melanjutkan pada kegiatan belajar 2. Skala pengukuran tingkat pemahaman belajar sesuai dengan tabel berikut : Tingkat Pemahaman Skala Nilai 90 < TP 100% Amat Baik 80 < TP 90% Baik 70 < TP 80% Cukup 60 TP 70% Kurang TP < 60 Kurang Sekali 28 P a g e

39 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPOR Kegiatan Belajar (KB) 2. PEMERIKSAAN BARANG TEKSTIL Indikator Keberhasilan Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu : 1. Menjelaskan prinsip pemeriksaan di lapangan 2. Melaksanakan pemeriksaan benang 3. Melaksanakan pemeriksaan anyaman 4. Melaksanakan pemeriksaan jenis serat 2.1. Uraian dan Contoh A. Prinsip Pemeriksaan Tekstil di Lapangan 1. Persiapan Untuk melalukan pemeriksaan fisik dimulai dengan persiapan, pelaksanaan pemeriksaan dan pelaporan. Tahapan ini dapat dipelajari pada Modul Teknik Pemeriksaan, namun demikian yang berkaitan dengan pemeriksaan tekstil dapat dikemukan hal yang spesifik yaitu : a. Pejabat Pemeriksa Barang menerima instruksi pemeriksaan, packing list dari staf Seksi Kepabeanan dan Cukai, meneliti jumlah, jenis dan uraian kemasan dalam packing list. Dalam hal packing list tidak mencantumkan nomor kemasan, atau tidak dapat digunakan sebagai dasar pemeriksaan fisik barang (misalnya uraian jenis barang dan/atau jumlah barang tidak jelas) maka P a g e 29

40 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil pemeriksaan fisik barang yang semula 10% atau 30% ditingkatkan menjadi 100% (seratus persen). b. Agar kegiatan pemeriksaan dapat berjalan efektif, hendaknya Pemeriksa Barang menyiapkan berbagai perlengkapan yang penting untuk mendukung tugas pemeriksaan. Perlengkapan pertama berkaitan dengan perlengkapan kepustakaan dan perlengakapan selanjutnya berkaitan dengan perlengkapan fisik. Untuk keperluan kepustakaan maka seharusnya pemeriksa fisik barang memiliki: Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI), buku pengetahuan barang dan komputer atau yang dapat berhubungan dengan internet. Adapun keperluan yang bersifat fisik yang dibutuhkan ialah : 1. Cutter / pisau saku, 2. Senter kecil, 3. Alat tulis kantor 4. Alat pengukur (meteran, macrom eter dan sejenisnya) berfungsi untuk mengukur panjang barang / carton / kemasan. 5. Kacamata / sarung tangan / Topi / Helm pengaman (bila perlu), 6. Kalkulator, 7. Kaca pembesar, 8. Pemantik dengan bahan bakar gas, 9. Tabel sifat serat dalam uji pembakaran, 10. Tas kecil (untuk menyimpan peralatan kerja selama proses pemeriksaan) 2. Pelaksanaan Pemeriksaan Barang Dari pemahaman kita tentang tekstil dalam Kegiatan Belajar 1. sebagaimana diuraikan di atas, maka untuk melakukan identifikasi dalam rangka pemeriksaan dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Perhatikan brosur, label atau keterangan spesifikasi mengenai barang tekstil tersebut. 2. Perhatikan pengemas. 3. Perhatikan fisik barang: 4. Lakukan identifikasi 30 P a g e

41 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPOR2.1. Uraian dan Contoh 2016 Hal yang harus diperhatikan dalam identifikasi barang tekstil adalah : a. Pemeriksaan serat atau benang: jenis serat/benang, benang tunggal atau gintir, arah twist benang, nomor benang, b. Pemeriksaan kain : bahan serat, jenis tenunan atau rajutan, proses finishing Kemudian perhatikan : a. Nama barang b. Merk, negara asal dan pabrik pembuat c. Spesifikasi barang bersangkutan seperti : 1) jumlah dan jenis 2) lebar, panjang dan warna atau motif 3) jenis anyaman, jenis serat dan besar kecilnya benang 4) proses penyempurnaan 3. Pelaporan Agar LHP dapat berfungsi secara optimal maka uraian jumlah dan jenis barang mesti dituangkan secara lengkap dan jelas, yang meliputi : a. Jumlah barang dalam satuan yang umum digunakan untuk barang bersangkutan. b. Uraian barang, sesuai dengan penyebutan umum barang bersangkutan. c. Merk dan motif tekstil d. Spesifikasi teknis dan asal barang e. Keterangan lain yang dapat memperjelas pengenalan barang dalam rangka pengklasifikasian barang dan penetapan nilai pabean. B. Pemeriksaan Benang P a g e 31

42 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil 1. Tahapan pemeriksaan benang Tahapan pemeriksaan benang terdiri dari beberapa tahap, yaitu sebagai berikut : a. Benang itu diletakkan di atas tangan. b. Tetapkan mengkilat, licin, rata, atau tidak Sebagai contoh sutera umumnya memiliki sifat mengkilat dan licin. Sedangkan serat wool dan kapas umumnya tidak rata. c. Benang diputuskan hingga diperoleh dua ujungnya. Sebagai contoh ujung benang kapas yang diputuskan menyerupai runcing pensil, jika serat kulit menyerupai sapu lidi. d. Ujung benang perlahan dibakar sehingga diperoleh hasil pembakaran. Jika serat kapas berbau kertas, jika serat wol berbau bulu ayam dibakar, jika serat tiruan dari sellulosa berbau kertas 2. Pemeriksaan Konstruksi Benang a. Dasar penulisan konstruksi benang Ketentuan penulisan kontruksi benang dapat dipakai tanda adalah sebagai berikut : - arah gintiran atau twist, Arah twist benang ada dua macam, yaitu : arah twist kiri, biasanya ditandai dengan huruf S, arah twist kanan, biasanya ditandai huruf Z. - Jumlah twist : banyaknya twist yang dinyatakan menurut jumlah twist tiap inci atau tiap cm. Ditulis twist per inci (tpi) atau twist per-cm (tpc). - Benang tunggal ( single ), misalnya benang Ne 1 20, maka konstruksi ditulis : 20 S - Benang gintir, misalnya dua helai benang tunggal Ne 1 20 digintir, maka konstruksi ditulis : 20/2 S. - Benang kepang, 5 helai benang tunggal Ne 1 20 digintir, kemudian 3 helai daripadanya ( benang gintir ) digintir lagi, maka konstruksi ditulis : 20/5/3 S 32 P a g e

43 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPOR2.1. Uraian dan Contoh 2016 b. Penulisan konstruksi benang tunggal. Untuk benang tunggal, meliputi : - Nomor benang ; - Arah pilinan/puntiran (twist) ; - Jumlah twist perinci. Contoh benang kapas Ne 1 20, arah twist ke kanan dan jumlah per inci 18, maka konstruksi ditulis : benang kapas 20 : Z, 18 tpi. c. Penulisan konstruksi benang gintir Benang gintir terdiri dari dua helai benang tunggal Ne 1 24, terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pertama menunjukan perincian kontruksi benang tunggalnya, sedang yang kedua menunjukan banyaknya helai benang yang digintir, arah twist gintir dan jumlah twist gintir. Maka konstruksi ditulis : Benang kapas : 24 : Z. 15/2:S.8 tpi C. Pemeriksaan Anyaman (Tenunan) 1. Arah pemeriksaan Hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan kain ialah : jenis tenunan, jenis benang (serat), nomor benang, jenis anyaman, jenis kanji dan densitas benang. 2. Tahapan pemeriksaan jenis tenunan dilakukan sebagai berikut : a. Tenunan diletakkan diatas tangan dan dilihat mempunyai kilat atau tidak Tenunan yang dibuat dari benang buatan atau sintetik umumnya mengkilat, sedangkan dari nabati umumnya tidak. b. Tenunan dipegang kearah sinar untuk mengetahui apakah serat atau benang rata atau tidak. Sebagai contoh bila tidak rata jenis linen. c. Tenunan diraba dengan tangan untuk mengetahui apakah kaku, lemas, licin, kasar dan sebagainya (kaku yaitu linen dan hennep : lemas berarti sutera buatan). P a g e 33

44 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil d. Apabila terdapat linen dicampur dengan kapas, untuk membuktikannya dapat menggunakan tinta yang diteteskan. Jika tenunan terdiri dari linen maka tinta akan lebih cepat meresap dibandingkan dengan kapas. Sehingga yang terdiri dari linen pada kain sesuai warna tinta, sedangkan kapas belum berwarna. 3. Metode Pengujian Kerapatan Benang a. Alat & Bahan - Loupe berskala, mistar, jarum, gunting b. Prinsip Pengujian - Penghitungan jumlah benang (tenun) atau jeratan (ra jut) setiap panjang tertentu dengan loupe berskala atau manual 4. Metode Pemeriksaan Konstruksi Kain a. Alat & Bahan : Buku blok, jarum, loupe, alat tulis b. Konstruksi kain meliputi : Jenis anyaman a) Anyaman Dasar - Kain Tenun : polos, kepar, satin - Kain Rajut : polos, rib, interlock (rajut pakan) b) Anyaman Turunan (kompleks) c. Prinsip pemeriksaan 1) Visual (mata, loupe) meliputi : silangan benang lusi/pakan (polos) dan pola bentuk jeratan (loop) 2) Penulisan dalam buku a) Gambarkan (plot) pada kertas blok setiap helai benang lusi b) Gambarkan/amati bentuk jeratan kiri kanan(rajut pakan) c) Tentukan 1 ulangan pola anyamannya d) Tetapkan jenis anyaman e) Penentuan nomor benang (langsung, tidak langsung) 34 P a g e

45 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPOR2.1. Uraian dan Contoh 2016 D. Pemeriksaan Jenis Serat Untuk mengetahui jenis serat dapat dilakukan melalui uji konvensional dengan peralatan yang sederhana dan umumnya saat ini sudah ditinggalkan. Uji secara instrumentasi umumnya dilakukan di laboratorium dengan peralatan yang canggih. Namun bagi Pejabat pemeriksa barang pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan pemeriksaan konvensional sebagai uji pendahuluan dilapangan masih diperlukan, karena harus mengetahui jenis, jumlah dan spesifikasi lain atas barang tekstil yang diperiksa. Cara uji konvensional meliputi : 1. Pembakaran 2. Dengan kaca pembesar atau mikroskop Dalam uji pembakaran serat, perhatikan serat pada saat dekat api, saat terbakar dan sisa pembakaran. Ternyata berbagai jenis serat akan memiliki ciri tersendiri, sesuai Tabel 2.1. Identifikasi serat melalui mikroskopis atau kaca pembesar, sangat membantu dalam melakukan identifikasi ini. Masing-masing serat mempunyai karakteristik tersendiri, terutama jenis serat alam. Dengan adanya berbagai ciri khas beberapa serat, akan memudahkan dalam mengidentifikasi jenis seratnya. Beberapa masalah dalam melakukan identifikasi apabila terdapat : 1. Serat campuran, terutama yang salah satu komponenya adalah serat yang persentase kecil, misalnya 5%. 2. Kotoran pada serat mentah, yang mengurangi akurasi identifikasi. 3. Bahan finishing pada bahan tekstil, seperti bahan pewarna, kanji dan sebagainya. Oleh sebab itu sebelum identifikasi dikerjakan, semua bahan yang mungkin mengganggu pemeriksaan harus dieliminasi terlebih dahulu. Misalnya dengan cara memisahkan kotoran, atau melarutkan bahan pewarna atau bahan lainnya dengan pelarut yang cocok. Dengan adanya perkembangan yang pesat dalam dunia pertekstilan, terutama penemuan baru berbagai jenis serat sintetik, juga proses finishing, maka identifikasi serat akan makin sulit. Sebagai contoh : suatu serat nilon akan meleleh, terbakar dan meninggalkan sisa pembakaran yang keras. Apabila terdiri P a g e 35

46 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil dari bahan tunggal dan tidak banyak proses finishing maka ciri tersebut akan sesuai dengan ciri nilon dalam pembakaran. Namun apabila terdiri dari beberapa bahan dan berbagai perlakukan finishing serat, maka identifikasi agak sulit karena sifat asli nilon akan terganggu oleh zat lain, baik karena adanya serat selain nilon atau karena adanya bahan lain akibat proses finishing. Cara pembakaran Cara ini didasarkan atas perbedaan sifat serat dalam pembakaran, arah pemeriksaan ditujukan terhadap 4 macam pengamatan : 1. Sifat serat ketika mendekati api 2. Bau asap hasil pembakaran 3. Kecepatan dan sifat pembakaran 4. Aksi sesudah meninggalkan api (continue or extinguish) Adapun alat yang dipakai dalam cara pembakaran : 1. Sumber api 2. Penjepit 3. Tabel sifat serat dalam pembakaran (to make conclusion) 4. Standar bermacam-macam serat yang dikenal (kalau ada) Identifikasi dalam pembakaran harus dibarengi dengan uji dengan metode lain. Penggolongan berdasarkan sifat pembakaran : 1. Terbakar cepat, sedikit abu ---> serat tumbuhan 2. Terbakar slowly, sisa gumpalan ---> serat hewan 3. Terbakar very slowly/ meleleh, gumpalan ---> serat buatan 4. Tidak terbakar ---> asbes, fibreglass Tabel 2.1. Karakteristik Sifat Pembakaran Serat 36 P a g e

47 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPOR2.1. Uraian dan Contoh 2016 N O. NAMA SERAT SEBELUM SENTUH API DALAM NYALA API SESUDAH MENINGGALK AN NYALA API BAU ASAP SIFAT ABU TERBAKAR SENDIRI TERBAKAR TERBAKAR SENDIRI ITSELF 1 Wol meleleh meleleh sukar rambu rapuh,. sebelum & membantu t bulat menyent terbakar pembakara terbak hitam uh api n ar 2 Sutera s.d.a. s.d.a. sukar s.d.a. s.d.a.. membantu pembakara n berbunyi slm terbakar 3 Nylon s.d.a. s.d.a. tidak seperti hard,. segera seledri bulat, membantu coklat pembakara muda n sampai abu-abu 4 Vicara s.d.a. s.d.a. sukar rambu easy. & membantu t dihancur Fibrolan pembakara terbak kn, n ar rapuh, (strong bulat, er hitam than wol) 5 Ardil s.d.a. meleleh, sukar s.d.a. s.d.a.. terbakar membantu,berbun pembakara yi slm n terbakar 6 Asbes & tidak bersinar tidak tidak bila. serat terpengar /bercah terbakar berba apinya P a g e 37

48 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil gelas uh aya atau membar a u panas, berbentu k bubuk Dengan kaca pembesar atau mikroskop Cara ini didasarkan atas kenampakan dibawah kaca pembesar atau mikroskop dengan keadaan membujur dan melintang dari serat. Lihat gambar 2.1. Kenampakan serat kapas dalam keadaan melintang dan membujur. Melaksanakan pemeriksaan serat ini dengan kaca pembesar atau mikroskop dilakukan bila di kantor atau di laboratorium mini tersedia mikroskop atau ada kaca pembesar yang bisa dibawa oleh pemeriksa. Alat bantu : 1. Jarum pengurai (pissecting needle) 2. Gelas slides (object glass) dan Cover glass 3. Alat pembuat penampang melintang Meskipun tidak ada hubungan dengan kehalusan serat, perlu diketahui juga bentuk penampang lintang ( cross section) dan bentuk memanjang (longitudinal) serat tekstil untuk mengidentifikasi serat tekstil, misal serat kapas memiliki bentuk penampang lintangnya seperti ginjal sampai pipih, berbeda dengan sutera yang penampang lintangnya berbentuk segitiga. Sedangkan serat sintetik yang dibuat dengan cara pemintalan leleh ( melt spinning), misal serat Nylon atau poliester umumnya berbentuk bulat dan penampang kearah panjangnya silindris, sedangkan rayon yang dipintal secara larutan (dry spinning) bentuk penampang lintangnya berlekuk atau seperti tulang anjing. Gambar 2.1. Kenampakan Serat Nabati dalam Penampang melintang dan membujur 38 P a g e

49 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPOR2.2. Latihan kegiatan Serat kapas Serat flax Serat yute 2.2. Latihan kegiatan 2 1. Mengapa pemeriksaan secara konvensional terhadap serat masih diperlukan bagi pejabat pemeriksa barang pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai? 2. Bagaimana ketentuan dasar dalam penulisan konstruksi yang menyatakan : gintir kearah kanan, jumlah gintiran 20 nomor benang Ne Apa yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan uji bakar serat? 4. Apa tanda yang khas dalam uji bakar kapas? 5. Jelaskan ciri khas dalam uji bakar poliester? 2.3. Rangkuman 1. Dalam pemeriksaan barang tekstil di lapangan meliputi 3 tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan pelaporan pemeriksaan. Jensi pemeriksaan terhadap barang teksril perhatikan asal serat, jenis benang dan konstruksi kain. 2. Untuk mengidentifikasi serat secara konvensional di lapangan dapat dilakukan melalui cara pembakaran dan pengamatan serat dengan kaca P a g e 39

50 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil pembesar atau mikroskop. Produk tekstil semakin berkembang sehingga banyak penemuan baru serat sintetik, kain dan proses finishing. Hal ini menyebabkan semakin sulit mengidentifikasi serat secara konvensional. 3. Hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan kain ialah : jenis tenunan, jenis benang (serat), nomor benang, jenis anyaman, jenis kanji dan densitas benang. Tahapan pemeriksaan benang meliputi : benang itu diletakkan di atas tangan, kemudian amati kondisi benang terhadap mengkilat, licin, rata, atau tidak. Kemudian benang diputuskan hingga diperoleh dua ujungnya. Ujung benang kapas yang diputuskan menyerupai runcing pensil, jika serat kulit menyerupai sapu lidi dan sutera tiruan. Selanjutnya ujung ini perlahan dibakar sehingga diperoleh hasil pembakaran. 4. Namun ada bebarapa hal menolong dalam mengidentifikasi serat, misalnya: hampir semua serat sintetik meleleh, terbakar dan meninggalkan sisa pembakaran yang keras, dalam pengerjaan identifikasi dengan cara pembakaran. Untuk mengatasi hal tersebut diatas, dilakukan pula cara identifikasi yang lain agar hasilnya lebih akurat Tes Formatif 2 Pilihlah jawaban yang Saudara anggap benar dengan cara melingkari huruf yang terdapat di depan jawaban tersebut a, b, c, atau d. 01. Arah twist kiri, biasanya ditandai dengan huruf... a. S b. T c. Z d. A. 02. Arah twist kanan, biasanya ditandai huruf... a. S b. T c. Z d. A. 40 P a g e

51 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPOR2.4. Tes Formatif Perlengkapan yang harus disiapkan Pemeriksa Barang adalah... a. kepustakaan dan fisik b. dokumen dan alamat importir c. surat keterangan asal barang d. sertifikat analisis barang. 04. Salah satu perlengkapan dalam uji bakar yang harus dibawa adalah... a. dokumen b. pisau c. sumber api d. kaca pembesar. 05. Tahapan dalam pemeriksaaan adalah... a. pembakaran, pemerhatian dan penulisan b. persiapan dan pelaporan c. persiapan, pelaksanaan dan pelaporan d. fisik, mental dan soaial. 06. Apabila dalam pengujian ada zat pengganggu, maka sebaiknya zat pengganggu tersebut.. a. dibiarkan b. dianalisa c. dipisahkan d. disatukan. 07. Pengertian pengujian secara konvensional berarti... a. pengujian sederhana b. menggunakan organoleptik c. menggunakan instrument baru d. perlu pengolahan komputer. 08. Hasil uji bakar serat sebaiknya hanyalah sebagai... a. ketetapan jenis serat b. uji pendahuluan serat c. mengikat secara hukum d. tidak perlu pemeriksaan laboratorium P a g e 41

52 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil 09. Dalam pemeriksaan fisik barang tekstil di lapangan umunya tidak memerlukan... a. tahap persiapan b. tahap pengujian c. pelaporan akhir d. data importir. 10. Sifat pembakaran suatu serat, jika tidak terbakar dan tidak berubah, maka termasuk... a. serat tumbuhan b. serat hewan c. serat buatan d. serat mineral 11. Tanda yang akan diberikan saat serat nilon sesudah meninggalkan api adalah... a. berbunyi selama terbakar b. sukar membantu pembakaran c. tidak terbakar d. ada gumpalan. 12. Salah satu kendala dalam pengujian serat dengan uji bakar adalah bila... a. serat tidak ada finishing b. serat tidak berwarna c. serat murni d. serat campuran 13. Serat linen dalam nyala api akan mengeluarkan sifat... a. meleleh seperti plastik b. terbakar seperti kertas c. terbakar dan mengeluarkan bunyi d. membara seperti mineral 14. Sifat wol sebelum menyentuh api adalah... a. meleleh sebelum menyentuh api b. langsung terbakar 42 P a g e

53 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPOR2.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 2016 c. mengeluarkan warna d. tidak terpengaruh. 15. Serat yang dapat diketahui dari sifat membujur dengan adanya pilinan adalah serat... a. polyester b. kapas c. polystyrene d. rayon 2.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Untuk mengukur pemahaman anda terhadap kegiatan belajar 2, disarankan agar anda mencocokkan jawaban tes formatif yang anda buat dengan kunci jawaban yang kami sediakan. Hitunglah persentase tingkat pemahaman (TP) anda, dengan menggunakan rumus sebagai berikut : TP Jumlah Jawaban Yang Benar Jumlah Keseluruhan Soal x 100% Apabila anda hanya dapat menjawab pertanyaan tersebut kurang atau sama dengan 80 %, maka sebaiknya anda mengulang kembali materi kegiatan belajar 1 ini. Selanjutnya, apabila jawaban anda telah memenuhi standar kualifikasi yang diminta (lebih dari 80%) maka anda dapat melanjutkan pada kegiatan belajar 2. Skala pengukuran tingkat pemahaman belajar sesuai dengan tabel berikut : Tingkat Pemahaman Skala Nilai 90 < TP 100% Amat Baik 80 < TP 90% Baik 70 < TP 80% Cukup 60 TP 70% Kurang P a g e 43

54 2016 Teknik Pemeriksaan Barang Tekstil TP < 60 Kurang Sekali 44 P a g e

55 DTSS PEMERIKSAAN BARANG IMPOR2.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 2016 PENUTUP Pengetahuan tentang jenis dan sifat serat tekstil sangat diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi dalam BTBMI. Karakteristik dan sifat bahan tekstil sangat ditentukan oleh karakteristik dan sifat serat penyusunnya. Disamping itu sifat-sifat bahan tekstil juga dipengaruhi oleh proses pengolahannya sperti dari serat dipintal menjadi benang, dari benang ditenun menjadi kain kemudian dilakukan proses penyempurnaanhingga menjadi produk jadi. Melihat berbagai kondisi serat, maka tidak semua serat dapat digunakan sebagai serat tekstil untuk dijadikan benang, tapi harus memenuhi syarat tertentu, yaitu faktor panjang serat, bentuk, kehalusan, kekuatan, perbandingan panjang dengan diameter, sifat fleksibilitas dan lainnya. Faktor tersebut memungkinkan serat dapat dipintal menjadi benang dengan pemberian antihan (spin ability). Dalam pemeriksaan tekstil dilapangan masih diperlukan keterangan yang berasal dari dokumen pabean, seperti PIB, invoice, packing list dan dokumen lainnya. Dalam hal identifikasi serat tekstil secara sederhana dapat dilakukan dengan uji bakar apabila serat diduga tunggal atau tidak mengandung bahan lainnya. Namun apabila mengandung bebera jenis serat dan bahan finishing seyogyanya pemeriksaan dilakukan di laboratorium P a g e 45

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT 4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengetahuan bahan dan alat kriya tekstil. Setelah mempelajari pengetahuan

Lebih terperinci

SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS)

SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS). SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) Pengertian serat. SERAT adalah suatu benda yang berbanding panjang diameternya sangat besar sekali. asal serat bahan tekstil

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI SERAT TEKSTIL

MENGIDENTIFIKASI SERAT TEKSTIL MENGIDENTIFIKASI SERAT TEKSTIL Oleh: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH

Lebih terperinci

Media Workshop. Kain dan Serat Pembentuknya. Oleh: Yuliab Koersen. May 22, Rahasia Kain untuk Kenyamanan Tidur

Media Workshop. Kain dan Serat Pembentuknya. Oleh: Yuliab Koersen. May 22, Rahasia Kain untuk Kenyamanan Tidur Media Workshop Rahasia Kain untuk Kenyamanan Tidur May 22, 2013 Kain dan Serat Pembentuknya Oleh: Yuliab Koersen 1. Flow Proses Pembuatan Kain (Fabric) Kain Satu jenis serat Katun, Rayon, Polyester, Nylon,

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Ambor Baju Pesta Balita Perempuan merupakan baju pesta untuk usia 1-5 tahun. Faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : Kain filament polyester 100% double side coated.

SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : Kain filament polyester 100% double side coated. MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT DIREKTORAT PEMBEKALAN ANGKUTAN SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : 20-251 I. BAHAN. 1. Kain filament polyester 100% double side coated. a. Lebar kain,cm (inchi)

Lebih terperinci

Pengadaan Tutup Kepala Biro Sarpras Polda Kep. Babel TA. 2015

Pengadaan Tutup Kepala Biro Sarpras Polda Kep. Babel TA. 2015 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BIRO SARANA DAN PRASARANA Pengadaan Tutup Kepala Biro Sarpras Polda Kep. Babel TA. 2015 SPESIFIKASI TEKNIS BEKAL UMUM : BARET POLRI

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Setelah mengikuti serangkaian kegiatan, peserta didik diharapkan mampu:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Setelah mengikuti serangkaian kegiatan, peserta didik diharapkan mampu: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu A. Tujuan Pembelajaran : SMP N 3 MAGELANG : Prakarya / Kerajinan : VII / 1 (satu) : 1 pertemuan (2 JP) Setelah

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL TEKNIK RAGAM JENIS PENGERTIAN DAN HIAS SIFAT BAHAN TEKSTIL BAHAN PEWARNA TEKSTIL Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru mapel Tekstil Indikator Esensial

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru mapel Tekstil Indikator Esensial KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN 2012 MATA PELAJARAN JENJANG : TEKNIK TEKSTIL : SMA/MA SMK/MAK KOMPETENSI PEDAGOGI No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru mapel Tekstil Indikator

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/M-DAG/PER/6/2009 TANGGAL : 19 Juni 2009 DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/M-DAG/PER/6/2009 TANGGAL : 19 Juni 2009 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/M-DAG/PER/6/2009 TANGGAL : 19 Juni 2009 DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran I : Daftar Tekstil dan Produk Tekstil 2. Lampiran II : Laporan Realisasi

Lebih terperinci

HANDOUT PENGUJIAN BENANG. Oleh: Widihastuti, M.Pd.

HANDOUT PENGUJIAN BENANG. Oleh: Widihastuti, M.Pd. HANDOUT PENGUJIAN BENANG Oleh: Widihastuti, M.Pd. widihastuti@uny.ac.id Sifat-sifat yang menentukan mutu benang antara lain: A. Grade dan kenampakan benang B. Kehalusan benang C. Kekuatan benang D. Twist

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.206, 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Tekstil. Produk Tekstil. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.206, 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Tekstil. Produk Tekstil. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.206, 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Tekstil. Produk Tekstil. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 02/M-DAG/PER/1/2010 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 02/M-DAG/PER/1/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 02/M-DAG/PER/1/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 02/M-DAG/PER/1/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 23/M-DAG/PER/6/2009 TENTANG KETENTUAN IMPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Judul yang dipilih sebagai Tugas Akhir adalah Eksplorasi Serat Kapuk

BAB II KAJIAN TEORITIS. Judul yang dipilih sebagai Tugas Akhir adalah Eksplorasi Serat Kapuk BAB II KAJIAN TEORITIS 2.5 Definisi Judul Judul yang dipilih sebagai Tugas Akhir adalah Eksplorasi Serat Kapuk Sebagai Bahan Baku Tekstil. Pengertian dan cakupan dari judul diatas dapat dijelaskan sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Filamen Sutera Beberapa atribut yang berperan pada penentuan kualitas filamen sutera diantaranya panjang filamen, bobot filamen, tebal filamen, persentase bobot filamen, dan

Lebih terperinci

BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari

BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari Setelah mempelajari dan memahami konsep atom, ion, dan molekul, kini saatnya mempelajari ketiganya dalam bahan kimia sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah dapat melihat atom, ion,

Lebih terperinci

Bulu hewan kasar, digaruk atau disisir -Coarse animal hair, carded or combed NT

Bulu hewan kasar, digaruk atau disisir -Coarse animal hair, carded or combed NT 3526 5105.39.00.00 --Lain-lain. --Other 5 0 0 0 0 NT 3527 5105.40.00.00 -Bulu hewan kasar, digaruk atau disisir -Coarse animal hair, carded or combed 5 0 0 0 0 NT 51.06 Benang dari wol digaruk, tidak disiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai banyak dikembangkan dalam dunia industri manufaktur. Penggunaan material komposit yang ramah lingkungan dan bisa

BAB I PENDAHULUAN. mulai banyak dikembangkan dalam dunia industri manufaktur. Penggunaan material komposit yang ramah lingkungan dan bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia yang modern ini penggunaan material komposit mulai banyak dikembangkan dalam dunia industri manufaktur. Penggunaan material komposit yang ramah lingkungan

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BIRO SARANA DAN PRASARANA. Pengadaan Tutup Kepala TA. 2015

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BIRO SARANA DAN PRASARANA. Pengadaan Tutup Kepala TA. 2015 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BIRO SARANA DAN PRASARANA Pengadaan Tutup Kepala TA. 2015 SPESIFIKASI TOPI RIMBA BRIMOB DAN SPN 1. BENTUK/DESAIN Bentuk/desain Topi

Lebih terperinci

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PENYEMPURNAAN KAIN

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PENYEMPURNAAN KAIN KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PENYEMPURNAAN KAIN No Kompetensi Utama Kompetensi Inti Guru (KI) Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi

Lebih terperinci

FILE 23 : MODUL V MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKSTIL

FILE 23 : MODUL V MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKSTIL FILE 23 : MODUL V MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKSTIL SERAT TEKSTIL DARI KHEWAN Serat tekstil dari khewan memiliki polimer protein, biasanya dari bulu binatang kecuali filamen sutera yang berasal dari ulat

Lebih terperinci

PENGERTIAN TEKSTIL. Pengenalan bahan tekstil

PENGERTIAN TEKSTIL. Pengenalan bahan tekstil Kata Pengantar Puji syukur kehadirat ALLAH Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Kliping ini dalam bentuk maupun isinya

Lebih terperinci

Tabel 3.3 Proses Pewarnaan Serat Kapuk. Proses Pewarnaan Serat Kapuk/3L air. Pewarna Bahan Durasi Hasil Wanteks Wadah 120 " 1.

Tabel 3.3 Proses Pewarnaan Serat Kapuk. Proses Pewarnaan Serat Kapuk/3L air. Pewarna Bahan Durasi Hasil Wanteks Wadah 120  1. Tabel 3.3 Proses Pewarnaan Serat Kapuk Proses Pewarnaan Serat Kapuk/3L air Pewarna Bahan Durasi Hasil Wanteks Wadah 120 " 1. warna kusam Air Mendidih 2. mudah luntur 3 bungkus 3. bisa diurai 4. bisa dipilin

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Nama : Jakariya Nugraha Noerma Rachamwati Fani Miftah Rizkiyah Boby Fansha Graha : Sukirman S.

Disusun Oleh : Nama : Jakariya Nugraha Noerma Rachamwati Fani Miftah Rizkiyah Boby Fansha Graha : Sukirman S. LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN TEKSTIL PROSES PENYEMPURNAAN MENGKERET (KREPING) PADA KAIN KAPAS DAN RAYON VARIASI KONSENTRASI NaOH, WAKTU KONTAK DAN JARAK MOTIF Disusun Oleh : Nama : Jakariya Nugraha

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO 2.1 Sejarah Kumihimo Kumihimo dikenal mulai sejak zaman Edo. Kumihimo pertama kali diciptakan oleh suatu bentuk jari loop mengepang. Kemudian alat takaida seperti

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: sebagai jaring nelayan untuk menangkap ikan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: sebagai jaring nelayan untuk menangkap ikan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1. KESIMPULAN Dari hasil tinjauan data, baik data teoritis maupun data lapangan, dan hasil eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: a. Kain seser adalah

Lebih terperinci

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER PRAKARYA KELAS VII

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER PRAKARYA KELAS VII SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER PRAKARYA KELAS VII 1. Arti dari kata kerajinan adalah? a. Kreativitas pada suatu barang melalui ketrampilan tangan. b. Kreativitas pada suatu barang dari bahan alam. c. Barang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA. Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang

BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA. Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA 3.6 Proses Pengambilan Serat Kapuk Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang waktu 2 atau 3 pekan, yang pertama kalinya biasanya

Lebih terperinci

Panduan penggunamu. ZANKER TD4213

Panduan penggunamu. ZANKER TD4213 Anda dapat membaca rekomendasi di buku petunjuk, panduan teknis atau panduan instalasi untuk ZANKER TD4213. Anda akan menemukan jawaban atas semua pertanyaan Anda pada ZANKER TD4213 di manual user (informasi,

Lebih terperinci

BENDA DAN KEGUNAANNYA

BENDA DAN KEGUNAANNYA BAB VI BENDA DAN KEGUNAANNYA Sumber: Dokumen penerbit Apa yang akan kamu pelajari pada bab enam ini? Pada bab ini akan mempelajari: A. Bahan penyusun benda B. Kegunaan benda Bab VI Benda dan Kegunaannya

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN UDARA INDUSTRI PT. CEMARA AGUNG. bidang industri tenun dan tekstil dengan kapasitas produski sebesar

BAB III PENCEMARAN UDARA INDUSTRI PT. CEMARA AGUNG. bidang industri tenun dan tekstil dengan kapasitas produski sebesar BAB III PENCEMARAN UDARA INDUSTRI PT. CEMARA AGUNG A. Profil Perusahaan PT. Cemara Agung PT. Cemara Agung merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri tenun dan tekstil dengan kapasitas produski

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL digilib.uns.ac.id BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL Hasil uji coba/eksperimen dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi beberapa kategori sesuai dengan jenisnya yaitu tentang

Lebih terperinci

ANALISA PROSES PRODUKSI SULAMAN KERAWANG KHAS GORONTALO. Hariana Jurusan Teknik Kriya - Universitas Negeri Gorontalo

ANALISA PROSES PRODUKSI SULAMAN KERAWANG KHAS GORONTALO. Hariana Jurusan Teknik Kriya - Universitas Negeri Gorontalo ANALISA PROSES PRODUKSI SULAMAN KERAWANG KHAS GORONTALO Hariana Jurusan Teknik Kriya - Universitas Negeri Gorontalo Trifandi Lasalewo Jurusan Teknik Industri - Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Setiap

Lebih terperinci

BAHAN SERAT. Arie Febrianto M Sakunda Anggarini. Departement of Agroindustry Brawijaya University 2014

BAHAN SERAT. Arie Febrianto M Sakunda Anggarini. Departement of Agroindustry Brawijaya University 2014 BAHAN SERAT Arie Febrianto M Sakunda Anggarini Departement of Agroindustry Brawijaya University 2014 Serat (fiber) suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang membentuk jaringan memanjang

Lebih terperinci

2. STRUKTUR RAMBUT. Gambar 1.2 Struktur Rambut Sumber web :

2. STRUKTUR RAMBUT. Gambar 1.2 Struktur Rambut Sumber web : 1. PENGERTIAN RAMBUT Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku dan bibir. Jenis rambut pada manusia pada garis besarnya dapat

Lebih terperinci

Pengembangan Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar ABSTRAK

Pengembangan Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar ABSTRAK Pengembangan Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar ABSTRAK Terbentuknya kain tenun, pada mulanya manusia purba menemukan cara membuat tambang, kemudian tali dan juga benang dari tumbuhantumbuhan merambat dan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK Boneka bisa terbuat dari bermacam bahan, bahan yang bisa digunakan yaitu kain, kulit, kertas, fiber, tanah liat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat baik

I. PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat baik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat baik yang sulit didapat seperti logam. Komposit merupakan material alternative yang dapat digunakan

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI BENANG TEKSTIL

MENGIDENTIFIKASI BENANG TEKSTIL MENGIDENTIFIKASI BENANG TEKSTIL Oleh: TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH

Lebih terperinci

SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018. Mata Pelajaran : Prakarya dan KWU Kompetensi Keahlian : AP/TB/MM/KK/UPW

SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018. Mata Pelajaran : Prakarya dan KWU Kompetensi Keahlian : AP/TB/MM/KK/UPW PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 TAMPAKSIRING Jl. DR. Ir. Soekarno, Desa Sanding, Kecamatan Tampaksiring Telp. (0361) 981 681 SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GANJIL

Lebih terperinci

22 Aqustus 202 Lingkup Akreditasi. SNI ISO 17202:2O10 Dimensi kain tenun

22 Aqustus 202 Lingkup Akreditasi. SNI ISO 17202:2O10 Dimensi kain tenun *xnnt LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-023-IDN Fax. (02) 42228 Telp. (02) 4244835 23 Agustus 207 22 Aqustus 202 yang diuji renandatanqan sertifikat : Grace Ellen, S.Teks, M.M, lr. Milzar

Lebih terperinci

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti Senyawa Polimer 22 Maret 2013 Polimer (poly = banyak; mer = bagian) suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia Suatu polimer

Lebih terperinci

FILE 24 : MODUL VI MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKSTIL

FILE 24 : MODUL VI MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKSTIL FILE 24 : MODUL VI MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKSTIL SERAT TEKSTIL BUATAN DARI BAHAN SELULOSA Serat tekstil dari bahan selulosa dibedakan antara serat rayon dan serat asetat. Serat rayon dan serat asetat

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif NBID42 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan benar.

Lebih terperinci

BAB II. Metodologi Perancangan

BAB II. Metodologi Perancangan BAB II Metodologi Perancangan A. Orisinalitas Sebuah desain tidak mungkin tercipta tanpa ada unsur-unsur pembentuknya dan tidak akan indah atau menarik di lihat tanpa mempertimbangkan prinsipprinsip desain.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

BAB II PRODUK DAN JASA

BAB II PRODUK DAN JASA BAB II PRODUK DAN JASA 2.1 Spesifikasi Produk Dari segi bahan KetoBatik menggunakan bahan Cotton Combed 20s dan kemeja menggunakan bahan Teteron Cotton. Bahan batik yang KetoBatik gunakan adalah batik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH SEDOTAN AQUA GELAS UNTUK PENINGKATAN KETRAMPILAN BAGI ANAK PANTI ASUHAN REKSO PUTRO YOGYAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH SEDOTAN AQUA GELAS UNTUK PENINGKATAN KETRAMPILAN BAGI ANAK PANTI ASUHAN REKSO PUTRO YOGYAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH SEDOTAN AQUA GELAS UNTUK PENINGKATAN KETRAMPILAN BAGI ANAK PANTI ASUHAN REKSO PUTRO YOGYAKARTA Oleh : Widyabakti Sabatari, M.Sn Staf Pengajar di Jurusan PTBB Prodi Teknik Busana FT UNY

Lebih terperinci

ALAT UKUR DAN PENANDA DALAM KERJA BANGKU

ALAT UKUR DAN PENANDA DALAM KERJA BANGKU ALAT UKUR DAN PENANDA DALAM KERJA BANGKU Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta diklat akandapat : 1. Menjelaskan jenis-jenis alat-alat ukur dalam kerja bangku 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2014 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNOLOGI TEKSTIL

KISI UJI KOMPETENSI 2014 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNOLOGI TEKSTIL KISI UJI KOMPETENSI 2014 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNOLOGI TEKSTIL Kompetensi keahlian Teknik Pemintalan serat buatan Teknik Pembuatan Benang Teknik Pembuatan Kain Teknik Penyempurnaan Tekstil Garmen Kompetensi

Lebih terperinci

KISI- KISI SOAL UKG TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN TEKSTIL (2015)

KISI- KISI SOAL UKG TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN TEKSTIL (2015) KISI- KISI SOAL UKG TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN TEKSTIL (2015) 1. Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 1.1. Memahami

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI

KATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI KATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI Menunjuk Surat Keputusan Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bea dan Cukai nomor KEP-46/PP.5/2012 tanggal 23 April 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini dalam industri manufaktur penggunaan material komposit mulai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini dalam industri manufaktur penggunaan material komposit mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini dalam industri manufaktur penggunaan material komposit mulai banyak dikembangkan, pengembangan material komposit diharapkan dapat meningkatkan sifat material

Lebih terperinci

a. Katun Combed Nama cotton combed (katun combed) diambil dari nama mesin pemintalnya, yaitu mesin combing. Mesin combing sendiri berfungsi untuk memb

a. Katun Combed Nama cotton combed (katun combed) diambil dari nama mesin pemintalnya, yaitu mesin combing. Mesin combing sendiri berfungsi untuk memb BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Buku merupakan salah satu media yang bisa digunakan dalam hal penyampaian informasi. Diantara faktor-faktor

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N S L E M A N

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N S L E M A N P E M E R I N T A H K A B U P A T E N S L E M A N Jalan Parasamya, Beran, Tridadi, Sleman, D.I. Yogyakarta, 55511 Telepon (0274) 868506, Faksimile (0274) 868506 website: http://satpolpp.slemankab.go.id,

Lebih terperinci

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer.

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer. Polimer Apakah Polimer? Polimer adalah suatu material yang tersusun dari suatu rantai molekul secara berulang. Polimer tersusun dari unit-unit yang disebut dengan monomer Contoh-contoh polimer yang sering

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.011/2014

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.011/2014 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.011/2014 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN KARPET

Lebih terperinci

akan sejalan dengan program lingkungan pemerintah yaitu go green.

akan sejalan dengan program lingkungan pemerintah yaitu go green. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, masyarakat Indonesia masih memahami bahwa serat alam tidak terlalu banyak manfaatnya, bahkan tidak sedikit yang menganggapnya sebagai bahan yang tak berguna

Lebih terperinci

PERANAN JASA LAUNDRY Laundry Service

PERANAN JASA LAUNDRY Laundry Service PERANAN JASA LAUNDRY Laundry Service Kepuasan para tamu akan hasil pencucian anda adalah sangat tergantung kepada diri anda, yakinkan proses pencucian yang anda lakukan sudah baik dan benar guna menciptakan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI TEKSTIL DAN GARMEN

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI TEKSTIL DAN GARMEN BAB II DESKRIPSI INDUSTRI TEKSTIL DAN GARMEN 2.1 Karakteristik Industri Tekstil dan Garmen Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi

Lebih terperinci

BAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK

BAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK BAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK A. Teknik Dasar Penataan Display Menata display yang baik selain harus memperhatikan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan desain dan keserasian warna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara menenun (weaving), merajut (knitting), ataupun dengan nonwoven.

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara menenun (weaving), merajut (knitting), ataupun dengan nonwoven. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak zaman dahulu manusia sudah mengenal pakaian untuk melindungi tubuhnya dari sengatan matahari, hujan ataupun perubahan suhu. Bahan yang digunakan untuk membuat

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNOLOGI TEKSTIL

KISI UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNOLOGI TEKSTIL KISI UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNOLOGI TEKSTIL Kompetensi keahlian Teknik Pemintalan serat buatan Teknik Pembuatan Benang Teknik Pembuatan Kain Teknik Penyempurnaan Tekstil Garmen Kompetensi

Lebih terperinci

BAB III SURVEY LAPANGAN

BAB III SURVEY LAPANGAN BAB III SURVEY LAPANGAN 3.6 Perolehan Material Renda di Indonesia Renda yang banyak ditemukan di pasaran adalah jenis renda yang digunakan sebagai bahan dekorasi atau benda aplikasi. Biasanya renda digunakan

Lebih terperinci

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan konsekuensi meningkatnya luas permukaan. Ukuran partikel atau

Lebih terperinci

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 1 A. Badan

Lebih terperinci

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar MEMBUAT TEKSTIL DENGAN TEKNIK REKALATAR 87 Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari cara membuat ragam hias dengan teknik rekalatar. Melalui kegiatan ini

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN KOMPONEN DAN/

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN KOMPONEN DAN/ BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 811, 2014 KEMENKEU. Impor Barang dan Bahan. Komponen. Produk Elektronika. Bea Masuk. Ditanggung Pemerintah. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/PMK.011/2014

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jagung (Zea mays) Menurut Effendi S (1991), jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain padi dan gandum. Kedudukan tanaman ini menurut

Lebih terperinci

PENYAMBUNGAN BENANG LUSI

PENYAMBUNGAN BENANG LUSI LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN KAIN TENUN PENYAMBUNGAN BENANG LUSI DISUSUN OLEH : Nama : Dwi Widiyanti Grup : 2B 1 Jurusan : D3 Teknologi Produk Tekstil Dosen : Irwan, S.Teks Tanggal Praktikum : 04 Oktober

Lebih terperinci

Kayu lapis dan papan blok bermuka kertas indah

Kayu lapis dan papan blok bermuka kertas indah Standar Nasional Indonesia Kayu lapis dan papan blok bermuka kertas indah ICS 79.060.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3

Lebih terperinci

Perawatan Pakaian yang Tepat sebagai Suatu Cara Alternatif dalam Penghematan 1

Perawatan Pakaian yang Tepat sebagai Suatu Cara Alternatif dalam Penghematan 1 Perawatan Pakaian yang Tepat sebagai Suatu Cara Alternatif dalam Penghematan 1 Mohammad Adam Jerusalem, S.T., S.H. Staf Pengajar Program Studi Teknik Busana- Jurusan Pendidikan Teknik Boga Busana-Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian dan siklus PTK sebagai berikut : Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Untuk pelajaran IPA sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian dan siklus PTK sebagai berikut : Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Untuk pelajaran IPA sebagai BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Setting dalam penelitian ini meliputi 3 : langkah penelitian, waktu penelitian dan siklus PTK sebagai berikut : 1. Tempat penelitian Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

., 6. A. Posisi benang dan hakpen. Penjelasan gambar: 1. Posisi benanq di tangan kiri 2. Poslsl hakpen di tangan kanan.

., 6. A. Posisi benang dan hakpen. Penjelasan gambar: 1. Posisi benanq di tangan kiri 2. Poslsl hakpen di tangan kanan. A. Posisi benang dan hakpen Penjelasan gambar: 1. Posisi benanq di tangan kiri 2. Poslsl hakpen di tangan kanan. B. Tusuk dasar dan simbol pola yang dipakai dalam buku ini 4. SI st (slip stitch) Sc (single

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN B. Tahapan Proses Pembuatan Papan Serat 1. Pembuatan Matras a. Pemotongan serat Serat kenaf memiliki ukuran panjang rata-rata 40-60 cm (Gambar 18), untuk mempermudah proses pembuatan

Lebih terperinci

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSETUJUAN Substansi Prosedur Tetap tentang Perbaikan Arsip Kartografik telah saya setujui. Disetujui di Jakarta pada tanggal Februari 2010 Plt. DEPUTI BIDANG

Lebih terperinci

PENYEMPURNAAN PELEMASAN PADA KAIN KAPAS, T/C, T/C DAN POLYESTER MENGGUNAKAN SILICON N-150 & SILICON AMZ-9 VARIASI KONSENTRASI SILICON.

PENYEMPURNAAN PELEMASAN PADA KAIN KAPAS, T/C, T/C DAN POLYESTER MENGGUNAKAN SILICON N-150 & SILICON AMZ-9 VARIASI KONSENTRASI SILICON. PENYEMPURNAAN PELEMASAN PADA KAIN KAPAS, T/C, T/C DAN POLYESTER MENGGUNAKAN SILICON N-150 & SILICON AMZ-9 VARIASI KONSENTRASI SILICON. Boby Fansha Graha (07k40015), Fani Miftah Rizkiyah (10020054), Jakariya

Lebih terperinci

MATERIA MEDIKA INDONESIA

MATERIA MEDIKA INDONESIA MATERIA MEDIKA INDONESIA MEMUAT: PERSYARATAN RESMI DAN FOTO BERWARNA SIMPLISIA YANG BANYAK DIPAKAI DALAM PERUSAHAAN OBAT TRADISIONAL. MONOGRAFI 1. SIMPLISIA YANG DIGUNAKAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL, MENCAKUP:

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Non Ruminansia dan Satwa Harapan Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNOLOGI SECARA MIKROBIOLOGI

APLIKASI TEKNOLOGI SECARA MIKROBIOLOGI APLIKASI TEKNOLOGI SECARA MIKROBIOLOGI Winarto B.W. *) ABSTRAK Pada umumnya proses degumming pada serat rami kasar hasil proses dekortikasi(=china grass) ialah dengan cara kimia. Cara ini menggunakan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekarang ini komunikasi modern, pendidikan, serta proses modernisasi telah membawa banyak dampak. Terutama pada perubahanperubahan dalam masyarakat dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pertekstilan merupakan industri yang cukup banyak. menghasilkan devisa bagi negara. Tahun 2003 devisa ekspor yang berhasil

BAB I PENDAHULUAN. Industri pertekstilan merupakan industri yang cukup banyak. menghasilkan devisa bagi negara. Tahun 2003 devisa ekspor yang berhasil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pertekstilan merupakan industri yang cukup banyak menghasilkan devisa bagi negara. Tahun 2003 devisa ekspor yang berhasil dikumpulkan melalui sektor pertekstilan

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01 DOKUMEN SEKOLAH SANGAT RAHASIA UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2014-2015 Mata Pelajaran Tata Busana/Ketrampilan Paket 01/Utama Hari/Tanggal... Waktu 08.30 09.30 (60 menit) P - 01 PETUNJUK UMUM :

Lebih terperinci

IV. KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN 1. Lingkungan Hidup a. Limbah Limbah merupakan buangan atau sisa yang dihasilkan dari suatu proses atau kegiatan dari industry maupun domestik ( rumah tangga

Lebih terperinci

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Chantiqa Handycraft merupakan suatu jenis usaha kerajinan yang memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi barang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SIFAT HANTARAN DAN KEGUNAAN BENDA

HUBUNGAN ANTARA SIFAT HANTARAN DAN KEGUNAAN BENDA BAB 5 HUBUNGAN ANTARA SIFAT HANTARAN DAN KEGUNAAN BENDA Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, kalian diharapkan dapat: 1. Membandingkan sifat kemampuan berbagai benda dalam menghantarkan panas.

Lebih terperinci

Kisi-kisi dan Format Soal Pilihan Ganda

Kisi-kisi dan Format Soal Pilihan Ganda Indikator utir Soal Kunci Jawaban menjelaskan pengertian kerajinan menjelaskan pengertian alam. apa bahan bahanbahan alam yang digunakan dalam pembuatan produk kerajinan dengan benar. bahanbahan alam yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR GRAFIK... vii

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR GRAFIK... vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Identifikasi dan Rumusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan untuk penelitian material komposit ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan untuk penelitian material komposit ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1. Alat Penelitian Alat yang digunakan untuk penelitian material komposit ini adalah: 1. Timbangan digital Digunakan untuk mengukur berat serat,

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses pembuatan pulp adalah pemisahan lignin untuk memperoleh serat (selulosa) dari bahan berserat. Oleh karena itu selulosa harus bersih dari lignin supaya

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POUCOWPANTS TEMAN SETIA PENELITI ILMU NUTRISI DALAM PENGUMPULAN FESES BIDANG KEGIATAN : PKM-KARSA CIPTA

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POUCOWPANTS TEMAN SETIA PENELITI ILMU NUTRISI DALAM PENGUMPULAN FESES BIDANG KEGIATAN : PKM-KARSA CIPTA LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POUCOWPANTS TEMAN SETIA PENELITI ILMU NUTRISI DALAM PENGUMPULAN FESES BIDANG KEGIATAN : PKM-KARSA CIPTA Diusulkan oleh: Lukman Maulana D24110082 2011 Chressya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.777, 2012 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Pemberlakuan SNI. Zat Warna Azo. Formaldehida. Kain Pakain Bayi. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/M-IND/PER/7/2012

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN ABSTRAK Di Indonesia kain jumputan dikenal dengan nama nama yang berbedabeda, masyarakat Jawa menyebutnya Jumputan, di daerah Bali dikenal dengan nama Sangsangan, sedangkan di Palembang orang menamakannya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Karet Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tekstil memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tekstil adalah suatu bahan yang berasal dari serat dan diolah menjadi benang atau kain

Lebih terperinci