PENYEMPURNAAN PELEMASAN PADA KAIN KAPAS, T/C, T/C DAN POLYESTER MENGGUNAKAN SILICON N-150 & SILICON AMZ-9 VARIASI KONSENTRASI SILICON.
|
|
- Lanny Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENYEMPURNAAN PELEMASAN PADA KAIN KAPAS, T/C, T/C DAN POLYESTER MENGGUNAKAN SILICON N-150 & SILICON AMZ-9 VARIASI KONSENTRASI SILICON. Boby Fansha Graha (07k40015), Fani Miftah Rizkiyah ( ), Jakariya Nugraha ( ), Noerma Rachmaniar ( ) Mahasiswa Jurusan Kimia Tekstil, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung INTISARI Telah dilakukan penelitian tentang penyempurnaan pelemasan kain kapas, t/c, t/c dan polyester menggunakan silicon n-150 & silicon amz-9 variasi konsentrasi silicon. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis dan dosis silicon yang tepat dalam proses penyempurnaan pelemasan untuk masing-masing kain. Parameter uji yang diamati adalah uji kekakuan kain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan silicon N-150 cocok digunakan untuk kapas dan silicon AMZ-9 untuk polyester. Ini disimpulkan dari nilai kekakuan kain yang kecil dibandingkan dengan yang lainnya Keywords: Pelemasan, Kekakuan, Silicon PENDAHULUAN Kain kapas, t/c, t/r dan polyester memegang peranan penting bagi industry tekstil pada umumnya. Karena jenis kain-kain ini mempunya sifat yang baik dan bisa saling melengkapi pada serat campurannya, juga bisa sebagai bahan alternative. Kain j 1enis ini umum dipakai untuk kain sandang, terutama untuk kain kemeja (shirting), kain celana, seragam, dan setelan(suiting). Namun ada beberapa kekurangan dari jenis kain-kain ini, terutama pada serat campuran yaitu bahan cenderung kaku. Oleh karena itu perlu ditambahkan suatu zat pelemas sehingga memperoleh hasil yang baik.
2 Zat pelemas yang umum digunakan dalam proses penyempumaan resin terdiri at as 3 golongan, yaitu golongan anionik, kationik, dan nonionik. Pelemasan pada kain diperoleh dengan memperkecil koefisien gesekan di antara serat-serat clan benang. Senyawa silikon biasanya digunakan sebagai zat tolak air, tetapi dalam jumlah kecil dapat digunakan sebagai pelemas. Senyawa ini merupakan senyawa polisiloksana yang cocok digunakan untuk serat sintetik atau serat campuran bersifat netral, stabil dalam penyimpanan, dan tidak bereaksi dengan klor, sehingga tidak memberikan efek kekuningan (yellowing) pada kain. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pelemas silikon pada proses penyempumaan pelemasan pada kain kapas, t/c, t/r dan poliester. Maka dilakukan penelitian penggunaan pelemas silikon pada penyempumaan pelemasan kain kapas, t/c, t/r dan polyester menggunakan dua jenis silicon yang berbeda. Pertama dengan silicon N-150 dan Silicon AMZ-9. Untuk mengetahui konsentrasi penggunaan pelemas silikon, dilakukan variasi konsentrasi pelemas silicon dari 5 sampai dengan 15 gram/i dengan selang 5 gram/i. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui konsentrasi optimum pelemas silicon untuk setiap jenis kain. TATA KERJA Bahan Bahan yang digunakan adalah kain-kain dari kapas, T/C, T/R dan polyester. Selanjutnya zat pelemas silicon dengan nama dagang silicon N-150 dan silicon AMZ-9. Peralatan Alat yang dipakai antara lain messin padder, mesin stenter (untuk drying dan curing), timbangan serta alat gelas lainnya.
3 Metoda Kerja a. Pembuatan larutan dengan zat pelemas sebanyak 5, 10 dan 15 dengan kebutuhan air sebanyak 200 ml untuk 4 kain yang akan dilakukan penyempurnaan pelemasan. b. Proses penyempurnaannya dilakukan dengan merendam-peraskan (padding) kain pada larutan dengan zat pelemas (2dip-2nip) pada WPU 160%. Kemudian di drying dengan mesin stenter pada suhu 100 C dan di curring untuk memfiksasikan zat pelemas pada kain. Proses curring ini dilakukan dengan mesin yang sama (mesin curing) namun pada suhu yang berbeda. Suhu untuk proses curing lebih tinggi dari pada suhu drying, yaotu pada suhu 160 C. Setelahnya dilakukan pencuciaan. c. Pengujian dilakukan dengan uji kekakuan. Uji kekakuan ini merunut pada SNI HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan prosedur kerja dari persiapan hingga pengujian, didapat beberapa data yang selanjutnya menjadi bahan untuk dibahas. Yang pertama adalah pengaruh konsentrasi terhadap hasil yang didapat. Namun karena inti dari penelitian ini pada pencarian hasil optimum untuk jenis-jenis kain yang diuji, maka penyajian data dan pembahasannya dikelompokan berdasarkan jenis kain.
4 Nilai Kekakuan Kain (mg.cm) Grafik Pengaruh Konsentrasi zat pelemas Silikon terhadap kekakuan pada kain Kapas 2 1,8 1,6 1,4 1,2 1 0,8 Kapas 0,6 0,4 0,2 0 N N N AMZ-9 5 AMZ-9 10 AMZ-9 15 Blangko Data yang tersaji diatas adalah data hasil pengujian kekakuan kain setelah dilakukan perhitungan pada data mentah. Perhitungannya dengan rumus : G = 0,10 x W x C 3 mg/cm Dimana G adalah Fleural rigidity yaitu ukuran kekakuan yang diasosiasikan dengan pegangan atau dengan kata lain nilai kekakuan dari suatu jenis kain. Sedang W adalah berat kain tersebut pada ukuran 10 x 10 cm. dan C sendiri adalah bending length, yaitu panjang kain yang melengkung karena beranya sendiri pada suatu pemanjangan tertentu. Atau C ini adalah data mentah hasil pengujiannya. Data tersebut juga menunjukan hasil optimum dari penggunaan zat pelemas silicon. Dan zat pelemas yang tepat digunakan untuk serat kapas adalah zat pelemas jenis Sillicon N-150. Karena dari hasil yang didapatkan dan dibandingkan dengan Sillicon AMZ-9, N-150 lebih baik hasilnya. Pada grafik diatas terlihat juga bahwa semakin tinggi konsentrasi zat pelemas akan berbanding lurus dengan penurunan nilai kekakuan kain. Dalam pengujian kekakuan kain, semakin kecil nilai yang didapat berarti semakin bagus hasil. Nilai kekakuan menurun bisa diartikan bahwa kain tersebut semakin lembut. Sehingga dari grafik
5 NIlai Kekakuan Kain (mg.cm) diatas, penggunaan zat pelemas dengan konsentrasi tinggi pada kain kapas akan menghasilkan kain kapas semakin lembut. Zat pelemas bisa teradsopsi sempurna dengan serat kapas. Sehingga penambahan konsentrasi sebanding dengan penurunan nilai kekakuannya. Hal ini disebabkan karena serat kapas (selulosa) mempunyai gugus hidroksil yang memungkinkan ia bisa berikatan secara hydrogen dengan zat pelemas tersebut. Apalagi dengan adanya gugus hidroksil tersebut kapas termasuk serat yang bersifat hidrofil atau menyerap air. Dari struktur yang dimilikinya sehingga kapas kecil kemungkinan terjadi kejenuhan pada saat penambahan konsetrasi zat pelemas ditambahkan. Hal ini berbeda dengan serat polyester dan serat campurannya Dimana hasil optimumnya bukan pada konsentrasi paling tinggi. Seperti yang ditunjukan pada grafik berikut. 1,6 Grafik Pengaruh Konsentrasi zat pelemas Silikon terhadap kekakuan pada kain Poliester 1,4 1,2 1 0,8 0,6 Series 1 0,4 0,2 0 N N AMZ-9 10 AMZ-9 15 Blangko Dari grafik yang tersaji diatas, terlihat perbedaan dengan grafik sebelumnya. Dimana hasil optimum tidak didapat dari konsentrasi yang paling tinggi. Malah sebaliknya. Untuk proses penyempurnaan pelemasan pada kain polyester ini hanya menggunakan variasi 10 dan 15 tidak dengan 5. ini dikarenakan terbatasnya waktu
6 pengerjaan dan praktikan yang mengerjakannya. Sehingga pembandingnnya hanya dua konsentrasi saja. Namun dari dua variasi ini juga cukup terlihat hasil yang didapatkan. Pada polyester, hasil yang kontra dengan hasil pada kapas ini disebabkan dengan sifat dari polyester itu sendiri. Dimana polyester adalah serat sintetis, yang terbuat dari asam tereftalat dan etilena glikol. Sehingga gugus hidroksil yang dipunyai oleh polyester lebih sedikit daripada kapas. Dan factor ini yang menyebabkan hasil dari penyempurnaan pelemasan pada polyester berbeda dengan kapas. Dimana kemampuan serat polyester untuk berikatan dan mengabsorpsi zat pelemas terbatas. Jika terjadi penambahan konsentrasi zat pelemas dalam takaran tertentu akan terjadi kejenuhan pada polyester. Sehingga mengakibatkan hasil tidak sempurna, karena zat pelemas hanya menempel saja pada permukaan. Dan inipun bisa menjadi asumsi ketika nilai kekakuan blangko malah lebih rendah dari pada nilai kekakuan dari hasil penyempurnaan dengan konsentrasi tinggi tadi. Selain daripada nilai kekakuan, hasil lain yang didapat adalah peminihan zat pelemas yang coco dan tepat digunakan untuk jenis kain. Dan untuk polyester, jika dilihat dari grafik diatas maka yang cocok adalah jenis sillocon AMZ-9. AMZ-9 hasilnya lebih baik daripada N-150. Selanjutnya pembahasan ini juga didukung dengan data yang didapat pada pelemasan kain-kain campuran. Dimana kain campuran ini terdiri dari kapas dan polyester disamping campuran lainnya, yaitu rayon. Setelah membandingkan serat kapas dan polyester, ada satu lagi proses penyempurnaan pelemasan yang dilakukan. Yaitu pelemasan pada kain campuran T/C dan T/R. Berikut data yang didapat setelah pengerjaannya
7 NIlai Kekakuan Kain (mg.cm) 2,5 Grafik Pengaruh Konsentrasi zat pelemas Silikon terhadap kekakuan pada kain Campuran 2 1,5 1 0,5 T/C T/R 0 N N N AMZ-9 5 AMZ-9 10 AMZ-9 15 Blangko analisa yang diambil dari grafik ini adalah bahwa kain campuran T/C dan T/R yang memiliki kandungan polyester lebih banyak dari pada kapas, ini bisa mendukung pembahasan sebelumnya. Yaitu polyester memiliki lebih sedikit gugus hidroksil daripada kapas yang bisa berikat dengan zat pelemas. Sehingga mengakibatkan hasil optimum pelemasannya pada konsentrasi zat pelemas yang tidak terlalu tinggi. Jika dilakukan penambahan konsentrasi zat pelemas, maka akan terjadi kejenuhan pada polyester. Ini juga bisa menyebabkan zat pelemas yang tidak berikatan dan berabsorpsi pada serat akan menempel pada permukaan serat. Maka akan terjadi sebaliknya, dimana kain hasil penyempurnaan pelemasan nilai kekakuannya lebih besar daripada kain yang tidak dilakukan proses penyempurnaan (blanko). KESIMPULAN Untuk pelemasan kain Polyester jenis yang zat pelemas yang tepat untuk digunakan adalah dengan silicone AMZ-9 Untuk pelemasan kain Kapas jenis yang zat pelemas yang tepat untuk digunakan adalah dengan silicone N-150
8 Untuk pelemasan kain campuran jenis yang zat pelemas yang tepat untuk digunakan tergantung dari komposisi kain yang paling banyak dari campuran tersebut Pada penyempurnaan pelemasan kapas, semakin tinggi konsentrasi zat pelemas berbanding lurus dengan hasil nilai kekakuan yang kecil Resep paling optimal untuk penyempurnaan pelemasan kapas adalah 15 silicone N-150 Pada penyempurnaan pelemasan poliester, semakin tinggi konsentrasi zat pelemas berbanding terbalik dengan hasil nilai kekakuan yang kecil Resep paling optimal untuk penyempurnaan pelemasan poliester adalah 10 silicone AMZ-9 Resep paling optimal untuk penyempurnaan pelemasan T/C adalah 10 silicone AMZ-9 Resep paling optimal untuk penyempurnaan pelemasan T/R adalah 5 silicone AMZ-9 SARAN Karena terbatas nya waktu pengujian yang disebabkan harus menyesuaikan dengan kalender akademik dari perguruan tinggi, maka penilitian ini dilakukan hanya satu kali. Alangkah lebih baik untuk kemudian hari penelitian tidak hanya dilakukan satu kali. Supaya lebih banyak data yang didapat sehingga pembahasan dan asumsi akan semakin terkesimpulakan. Selanjutnya pengujian penyempurnaan pelemasan ini tidak hanya uji kekakuan saja. Seharusnya dengan pengujian kelangsaian dan kekuatan tarik. Namun karena keterbatasan bahan, kurang memungkinkan untuk dilakukan pengujian yang lainnya. Dengan bahan yang berukuran sekitar 20x20 cm kurang untuk pengujian kelangsaian dan kekuatan tarik. Sehingga alangkah lebih baik jika dikemudian hari, untuk penyempurnaan ini bahan yang sediakan lebih besar lagi.
9 Daftar Pustaka RUKAESIH, OKEY : Pengaruh Senyawa Silikon Sebagai Pelemas Dalam Proses Penyempurnaan Anti Kusut Kain Poliesterkapas, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir P3TM-BATAN Yogyakarta Juli 2000 Nugraha, jakariya dkk : Jenis-Jenis Nama Dagang Resin Beserta Karakteristiknya. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung. 2013
PENYEMPURNAAN TAHAN KUSUT PADA KAIN KAPAS DENGAN KNITEX LE VARIASI KONSENTRASI DAN PENAMBAHAN RESIN PELEMAS SILIKON AMZ-9
PENYEMPURNAAN TAHAN KUSUT PADA KAIN KAPAS DENGAN KNITEX LE VARIASI KONSENTRASI DAN PENAMBAHAN RESIN PELEMAS SILIKON AMZ-9 Prihatini (07k40015), Jakariya Nugraha (10020067), Mahasiswa Jurusan Kimia Tekstil,
Lebih terperinciPENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN ANTI API DAP DAN NICCA Fi NONE P205 PADA KAIN KAPAS, T/C, T/R dan POLIESTER
LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN TEKSTIL PENYEMPURNAAN TAHAN API DENGAN VARIASI RESIN ANTI API DAP DAN NICCA Fi NONE P205 PADA KAIN KAPAS, T/C, T/R dan POLIESTER Disusun Oleh : Nama : Jakariya Nugraha 10020067
Lebih terperinciDisusun Oleh : Nama : Jakariya Nugraha Noerma Rachamwati Fani Miftah Rizkiyah Boby Fansha Graha : Sukirman S.
LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN TEKSTIL PROSES PENYEMPURNAAN MENGKERET (KREPING) PADA KAIN KAPAS DAN RAYON VARIASI KONSENTRASI NaOH, WAKTU KONTAK DAN JARAK MOTIF Disusun Oleh : Nama : Jakariya Nugraha
Lebih terperinciPENCELUPAN KAIN T/C DENGAN ZAT WARNA DISPERSI-BEJANA METODA 2 BATH 2 STAGE CONITUE VARIASI NaCl dan SUHU THERMOSOL. Kiki Bayu Murti
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENCELUPAN III PENCELUPAN KAIN T/C DENGAN ZAT WARNA DISPERSI-BEJANA METODA 2 BATH 2 STAGE CONITUE VARIASI NaCl dan SUHU THERMOSOL Disusun Oleh : Kiki Bayu Murti 0702007 Noerma
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR GRAFIK... vii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR GRAFIK... vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Identifikasi dan Rumusan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BAHAN BAKU Analisis bahan baku bertujuan untuk mengetahui karakteristik bahan baku yang digunakan pada penelitian utama. Parameter yang digunakan untuk analisis mutu
Lebih terperinciSERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS)
SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS). SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) Pengertian serat. SERAT adalah suatu benda yang berbanding panjang diameternya sangat besar sekali. asal serat bahan tekstil
Lebih terperinciAgus Haerudin, Dana Kurnia Syabana, Dwi Wiji Lestari Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta
93 PENGARUH KONSENTRASI ZAT PENGEMBAN PADA PEWARNAAN ALAM BATIK KAIN CAMPURAN CHIEF VALUE OF COTTON (CVC) Carrier Concentration Effect on Natural Color Batik Mixed Fabric Chief Value of Cotton (CVC) Agus
Lebih terperinciDAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK.. DAFTAR DIAGRAM.. DAFTAR BAGAN...
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.... DAFTAR GRAFIK.. DAFTAR DIAGRAM.. DAFTAR BAGAN.... i ii iii iv vii viii ix x xi BAB
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI
Lebih terperinciPADA BENANG POLIESTER UNTUK KAIN SONGKET PALEMBANG. Luftinor. Abstrak
PADA BENANG POLIESTER UNTUK KAIN SONGKET PALEMBANG THE USE OF DISPERSE DYES OF HIGH TEMPERATUR SYSTEM FOR POLYESTER YARN PALEMBANG SONGKET Luftinor Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang e-mail:
Lebih terperinciDAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iii v vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah...
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program
Lebih terperinci4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT
4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengetahuan bahan dan alat kriya tekstil. Setelah mempelajari pengetahuan
Lebih terperinciProses pemberian warna pada bahan tekstil secara merata dengan menggunakan media air.
MATA KULIAH TEKNOLOGI TEKSTIL TEKNOLOGI PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL Oleh: Dr. WIDIHASTUTI, M.PD widihastuti@uny.ac.id PENGERTIAN PENCELUPAN: Proses pemberian warna pada bahan tekstil secara merata dengan
Lebih terperinciPENGARUH JENIS KANJI DAN KONSENTRASI RESIN TERHADAP NILAI FLEXURALRIGIDITY PADA PROSES FINISHING GOOD KAIN KAPAS
PENGARUH JENIS KANJI DAN KONSENTRASI RESIN TERHADAP NILAI FLEXURALRIGIDITY PADA PROSES FINISHING GOOD KAIN KAPAS Didik Achadi Wedyatmo Akademi Teknologi Warga Surakarta ABSTRACT This study has the objective
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN TEKSTIL
LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN TEKSTIL (PENGARU VARIASI KONSENTRASI KANJI TAPIOKA TERADAP PENYEMPURNAAN PENGANJIAN BERBAGAI JENIS KAIN (KAPAS, POLIESTER, & POLIESTER KAPAS)) Nama Kelompok : DISUSUN OLE
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia industri suatu kompetisi adalah hal yang wajar terjadi. Kompetisi mempunyai dampak yang positif bagi suatu perusahaan karena dengan adanya kompetisi, perusahaan
Lebih terperinciMAKALAH PROGRAM PPM PEMUTIHAN SERAT ECENG GONDOK. Oleh: Kun Sri Budiasih, M.Si NIP Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA
MAKALAH PROGRAM PPM PEMUTIHAN SERAT ECENG GONDOK Oleh: Kun Sri Budiasih, M.Si NIP.19720202 200501 2 001 Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011 I. Pendahuluan Pemutihan
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Diskusi
Bab IV Hasil dan Diskusi IV.1 Hasil Eksperimen Eksperimen dikerjakan di laboratorium penelitian Kimia Analitik. Suhu ruang saat bekerja berkisar 24-25 C. Data yang diperoleh mencakup data hasil kalibrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting di dalam peningkatan kualitas sumber
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting di dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, kemajuan suatu negara sangat erat hubungannya dengan tingkat pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dicapai
Lebih terperinciJenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer.
Polimer Apakah Polimer? Polimer adalah suatu material yang tersusun dari suatu rantai molekul secara berulang. Polimer tersusun dari unit-unit yang disebut dengan monomer Contoh-contoh polimer yang sering
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA. Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang
BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA 3.6 Proses Pengambilan Serat Kapuk Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang waktu 2 atau 3 pekan, yang pertama kalinya biasanya
Lebih terperinciFaktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sebagai berikut. Konsentrasi Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah partikel
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. akan disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tentang Penerapan Hasil
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini penulis menguraikan kesimpulan, dan rekomendasi yang akan disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tentang Penerapan Hasil Belajar Pengetahuan Tekstil
Lebih terperinciPENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT
PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal
Lebih terperinciPENGARUH SENYAWA SILIKON SEBAGAI PELEMAS DALAM PROSES PENYEMPURNAAN ANTI KUSUT KAIN POLIESTER- KAPAS
PENGARUH SENYAWA SILIKON SEBAGAI PELEMAS DALAM PROSES PENYEMPURNAAN ANTI KUSUT KAIN POLIESTER- KAPAS Okay Rukaesih Ba/ai Besar Pene/itian dan Pengembangan Industri Tekstil, J/. Jend.A. Yani 390. Bandung
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
97 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan dan saran yang dipaparkan berikut ini, disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian mengenai manfaat hasil belajar pencelupan kain kapas (cotton) sebagai
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan Oleh : Nama : Fanny Siti Khoirunisa NRP : 123020228 Kel / Meja : H / 10 Asisten :
Lebih terperinciPENELITIAN PEMBUATAN KAIN ANTIBAKTERI MENGGUNAKAN KITOSAN
PENELITIAN PEMBUATAN KAIN ANTIBAKTERI MENGGUNAKAN KITOSAN Wiwin Winiati, Cica Kasipah, Wulan Septiani, Rizka Yulina, Eva Novarini ZAT ANTIBAKTERI UNTUK TEKSTIL Existing : Senyawa fenol, organo logam, turunan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MATERIAL DAN DESAIN BLOK REM KOMPOSIT
BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MATERIAL DAN DESAIN BLOK REM KOMPOSIT Analisis dilakukan dengan membandingkan parameter komposisi modifikasi material terhadap kekuatan mekanik dari spesimen serta koefisien
Lebih terperinciPROSES PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI SORGUM DENGAN PENGISI BATANG SINGKONG
Deskripsi PROSES PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI SORGUM DENGAN PENGISI BATANG SINGKONG Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan proses pembuatan bioplastik, lebih khusus lagi proses pembuatan
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan I.1 Deskripsi Penelitian dan Latar Belakang
BAB I Pendahuluan I.1 Deskripsi Penelitian dan Latar Belakang Material tekstil dari serat selulosa merupakan material tekstil yang banyak diminati dibanding material tekstil lainnya. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. struktural seperti papan pelapis dinding (siding), partisi, plafon (celing) dan lis.
4 TINJAUAN PUSTAKA Kayu jabon (Anthocephalus cadamba M.) memiliki berat jenis 0,48 dan tergolong kayu kelas kuat IV. Berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki dan informasi penggunaan kayu secara lokal oleh
Lebih terperinciMANFAAT SURFAKTAN DALAM PROSES PEWARNAAN TEKSTIL
Arneli & Wahyu Widi N.:Manfaat Surfaktan dalam Proses Pewarnaan Tekstil MANFAAT SURFAKTAN DALAM PROSES PEWARNAAN TEKSTIL Arnelli, Wahyu Widi Nugraheni Laboratorium Kimia Fisik FMIPA UNDIP ABSTRAK ABS (Alkil
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas piala, neraca analitik, gelas ukur, penangas air, wadah (baskom), dan sudip. Alat-alat yang digunakan
Lebih terperinciDifusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.
Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Contoh difusi : a. Difusi gas b. Difusi air Hukum I Ficks : Q = - D dc/dx Ket : D Q dc/dx = Koofisien
Lebih terperinciPEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan.
PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan. B. Pelaksanaan Kegiatan Praktikum Hari : Senin, 13 April 2009 Waktu : 10.20 12.00 Tempat : Laboratorium
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK METIL ESTER SULFONAT (MES) Pada penelitian ini surfaktan MES yang dihasilkan berfungsi sebagai bahan aktif untuk pembuatan deterjen cair. MES yang dihasilkan merupakan
Lebih terperinciMAKALAH PENDAMPING : PARALEL A
MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini dalam industri manufaktur penggunaan material komposit mulai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini dalam industri manufaktur penggunaan material komposit mulai banyak dikembangkan, pengembangan material komposit diharapkan dapat meningkatkan sifat material
Lebih terperinciPEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 13
Lebih terperinciResin sebagai media penukar ion mempunyai beberapa sifat dan keunggulan tertentu. Sifat-sifat resin yang baik adalah sebagai berikut:
DASAR TEORI Resin penukar ion ( ion exchange) yang merupakan media penukar ion sintetis pertama kali dikembangkan oleh Adam dan Holmes. Penemuan ini membuka jalan pembuatan resin hasil polimerisasi styrene
Lebih terperinciHasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping produksi biodiesel dari minyak goreng 1 kali penggorengan, pemurnian gliserol
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KOMPOSISI SAMPEL PENGUJIAN Pada penelitian ini, komposisi sampel pengujian dibagi dalam 5 grup. Pada Tabel 4.1 di bawah ini tertera kode sampel pengujian untuk tiap grup
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan
TINJAUAN PUSTAKA A. Papan Partikel A.1. Definisi papan partikel Kayu komposit merupakan kayu yang biasa digunakan dalam penggunaan perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar,
Lebih terperinciPRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP
PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK 090324 Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP. 19530226 198502 2 001 INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 I.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sambungan material komposit yang telah. banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan sambungan material komposit yang telah dilakukan banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan sambungan ikat, tetapi pada zaman sekarang para rekayasawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nata de coco merupakan produk hasil fermentasi air kelapa dengan bakteri asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter xylinum
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN UNSATURATED POLYESTER RESIN TERHADAP MUTU BETON K-350 EFFECT OF ADDITION UNSATURATED POLYESTER RESIN IN MIXED CONCRETE K-350
PENGARUH PENAMBAHAN UNSATURATED POLYESTER RESIN TERHADAP MUTU BETON K-350 EFFECT OF ADDITION UNSATURATED POLYESTER RESIN IN MIXED CONCRETE K-350 Aditya Sanjaya Putra aditya.2012ts001@civitas.ukrida.ac.id
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI SERAT RAMI TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER SERAT ALAM SKRIPSI
PENGARUH KONSENTRASI SERAT RAMI TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER SERAT ALAM SKRIPSI Oleh : AMAR BRAMANTIYO 040304005Y DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
Lebih terperinciI. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS DALAM JUMLAH YANG DISUN
Pembawa, Syarat dan Evaluasi Obat Suntik Oleh : Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS
Lebih terperinciPANDUAN PEMBELIAN NORSBORG. Seri tempat duduk. FUNGSI/BAGIAN Bagian 2 dudukan Bagian 3 dudukan Bagian chaise longue Sandaran lengan Kaki
PANDUAN PEMBELIAN NORSBORG Seri tempat duduk FUNGSI/BAGIAN Bagian 2 dudukan Bagian 3 dudukan Bagian chaise longue Sandaran lengan Kaki Sarung dapat dilepas Pilihan sarung Sarung dapat dicuci Baca lebih
Lebih terperinciPEMBAHASAN. I. Definisi
PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
Lebih terperinciPANDUAN PEMBELIAN NORSBORG. Seri tempat duduk. FUNGSI/BAGIAN Bagian 2 dudukan Bagian 3 dudukan Bagian chaise longue Bagian sudut Sandaran lengan Kaki
PANDUAN PEMBELIAN NORSBORG Seri tempat duduk FUNGSI/BAGIAN Bagian 2 dudukan Bagian 3 dudukan Bagian chaise longue Bagian sudut Sandaran lengan Kaki Sarung dapat dilepas Pilihan sarung Sarung dapat dicuci
Lebih terperinciBAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA
59 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 4.1 PENDAHULUAN Hasil perhitungan dan pengujian material uji akan ditampilkan pada Bab IV ini. Hasil perhitungan didiskusikan untuk mengetahui komposisi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Polimer adalah makromolekul (molekul raksasa) yang tersusun dari satuan-satuan kimia sederhana yang disebut monomer, Misalnya etilena, propilena, isobutilena dan
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN NATA DE CITRULLUS
LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN NATA DE CITRULLUS Disusun Oleh : Harisda Gresika Fitriati Vigisha Laudia Harning I8310037 I8310065 JURUSAN TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai banyak dikembangkan dalam dunia industri manufaktur. Penggunaan material komposit yang ramah lingkungan dan bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia yang modern ini penggunaan material komposit mulai banyak dikembangkan dalam dunia industri manufaktur. Penggunaan material komposit yang ramah lingkungan
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH
PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal
Lebih terperinciDari data di atas yang tergolong polimer jenis termoplastik adalah. A. 1 dan 5 B. 2 dan 5
Latihan contoh soal dan jawaban soal polimer Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar! 1. Polimer berikut yang tidak termasuk polimer alam adalah. A. tetoron B.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang
32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KETAHANAN TARIK DAN KETAHANAN SOBEK KERTAS SENI Hasil penelitian tentang kertas yang terbuat dari bulu ayam dan kulit jagung diperoleh data hasil pengujian ketahanan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesis Katalis Katalis Ni/Al 2 3 diperoleh setelah mengimpregnasikan Ni(N 3 ) 2.6H 2 0,2 M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2
Lebih terperinciDAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN PERNYATAAN
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR BAGAN... i ii iii iv v vii ix x BAB
Lebih terperinciBAB II. Metodologi Perancangan
BAB II Metodologi Perancangan A. Orisinalitas Sebuah desain tidak mungkin tercipta tanpa ada unsur-unsur pembentuknya dan tidak akan indah atau menarik di lihat tanpa mempertimbangkan prinsipprinsip desain.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek yang akan diamati dalam penelitian ini adalah manifestasi panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. Penelitian dikhususkan kepada aspek-aspek
Lebih terperinciBAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL
digilib.uns.ac.id BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL Hasil uji coba/eksperimen dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi beberapa kategori sesuai dengan jenisnya yaitu tentang
Lebih terperinciPenyerapan Zat Warna Tekstil BR Red HE 7B Oleh Jerami Padi +) Saepudin Suwarsa Jurusan Kimia FMIPA - ITB Jl. Ganesa 10 Bandung, 40132
JMS Vol. 3 No. 1, hal. 32-40, April 1998 Penyerapan Zat Warna Tekstil BR Red HE 7B Oleh Jerami Padi +) Saepudin Suwarsa Jurusan Kimia FMIPA - ITB Jl. Ganesa 10 Bandung, 40132 Diterima tanggal 20 Desember
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini. Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Lebih terperinciSTUDI KASUS PENYEBAB KETIDAKRATAAN WARNA HASIL PENCELUPAN DENGAN ZAT WARNA REAKTIF
STUDI KASUS PENYEBAB KETIDAKRATAAN WARNA HASIL PENCELUPAN DENGAN ZAT WARNA REAKTIF Harjito,Supardi Sigit, dan Indrato Harsadi Dosen Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Industri Universitas Islam Syekh
Lebih terperinciPembahasan Materi #13
1 TIN107 Material Teknik Pembahasan 2 Definisi Pengelompokkan Polimer Homopolimer dan Kopolimer Polimer Buatan Kegunaan Polimer 6623 - Taufiqur Rachman 1 Definisi 3 Polimer (Polymer) merupakan molekul
Lebih terperinciTIN107 Material Teknik. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d
1 TIN107 Material Teknik Definisi 2 Polimer (Polymer) merupakan molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia. Poly = banyak Mer = bagian
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI
METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembentukan Senyawa Indotimol Biru Reaksi pembentukan senyawa indotimol biru ini, pertama kali dijelaskan oleh Berthelot pada 1859, sudah sangat lazim digunakan untuk penentuan
Lebih terperinciA. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori
PERCOBAAN III A. Judul : Penetapan Besi secara Spektrofotometri B. Tujuan : dapat menetapkan kandungan besi dalam suatu sampel dengan teknik kurva kalibrasi biasa dan teknik standar adisi. C. Dasar Teori
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Tanaman Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah kulit kentang (Solanum tuberosum L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan Cipaganti,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. produksi karet alam dunia 8,307 juta ton. Diprediksi produk karet alam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai tahun 2004, produksi karet alam Indonesia 1,905 juta ton, masih menempati nomor 2 setelah Thailand sebesar 2,848 juta ton dari produksi karet alam dunia 8,307
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan material di dunia industri khususnya manufaktur semakin lama semakin meningkat. Material yang memiliki karakteristik tertentu seperti kekuatan, keuletan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas kimia (50,100, 250, dan 500 ml), ph indikator, gelas ukur 100 ml, thermometer, kaca arloji,
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pengaruh ph larutan terhadap pembentukan Cr-PDC ph merupakan faktor yang penting dalam pembentukan senyawa kompleks, oleh karena itu perlu dilakukan percobaan penentuan
Lebih terperinciSTUDI KUAT LENTUR BETON PADA PERKERASAN KAKU DENGAN PENAMBAHAN SERAT FIBERGLASS PADA BETON NORMAL
STUDI KUAT LENTUR BETON PADA PERKERASAN KAKU DENGAN PENAMBAHAN SERAT FIBERGLASS PADA BETON NORMAL Muhammad Ilham Mustari Dosen STITEK Dharma Yadi Makassar 90231 ABSTRAK Beton serat dapat didefinisikan
Lebih terperinciII. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian
II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2011 di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini kebutuhan akan material yang memiliki sifat mekanik yang baik sangat banyak. Selain itu juga dibutuhkan material dengan massa jenis yang kecil serta
Lebih terperinciBAB IV DATA HASIL PENELITIAN
BAB IV DATA HASIL PENELITIAN 4.1 PEMBUATAN SAMPEL 4.1.1 Perhitungan berat komposit secara teori pada setiap cetakan Pada Bagian ini akan diberikan perhitungan berat secara teori dari sampel komposit pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Warna Dendeng Sapi Warna merupakan salah satu indikator fisik yang dapat mempengaruhi konsumen terhadap penerimaan suatu produk. Derajat warna menunjukkan tingkat warna
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN KELOMPOK 1 SHIFT A 1. Dini Mayang Sari (10060310116) 2. Putri Andini (100603) 3. (100603) 4. (100603) 5. (100603) 6. (100603) Hari/Tanggal Praktikum
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakterisasi Minyak Goreng Bekas. Minyak goreng bekas yang digunakan dalam penelitian adalah yang berasal dari minyak goreng bekas rumah tangga (MGB 1), minyak goreng
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sehingga perlu dilakukan peningkatan kualitas, kuatitas, dan kontinyutasnya. maupun dalam bentuk kering (Susetyo, 1980).
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pakan merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan usaha peternakan karena berkaitan dengan produktifitas ternak, sehingga perlu dilakukan peningkatan
Lebih terperinciPemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan
TEMU ILMIAH IPLBI 26 Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan Evelin Novitasari (), Edelbertha Dalores Da Cunha (2), Candra Dwiratna Wulandari (3) () Program Kreativitas Mahasiswa,
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian
II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah akuarium dengan dimensi 50 x 30 x 30 cm 3 untuk wadah pemeliharaan ikan, DO-meter, termometer, ph-meter, lakban, stoples bervolume 3 L,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin
Lebih terperinciEmisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer
Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data statistik Kehutanan (2009) bahwa hingga tahun 2009 sesuai dengan ijin usaha yang diberikan, produksi hutan tanaman mencapai 18,95 juta m 3 (HTI)
Lebih terperinciBAB 3 RANCANGAN PENELITIAN
BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap: 1. Pembuatan (sintesis) material. Pada tahap ini, dicoba berbagai kombinasi yaitu suhu, komposisi bahan, waktu pemanasan dan lama pengadukan.
Lebih terperinci