MIKROALGA PADA AIR PANAS DI NAGARI PARIANGAN KABUPATEN TANAH DATAR. Oleh: Vivi Desfani Putri Hidayat, Erismar Amri, Yosmed Hidayat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MIKROALGA PADA AIR PANAS DI NAGARI PARIANGAN KABUPATEN TANAH DATAR. Oleh: Vivi Desfani Putri Hidayat, Erismar Amri, Yosmed Hidayat"

Transkripsi

1 MIKROALGA PADA AIR PANAS DI NAGARI PARIANGAN KABUPATEN TANAH DATAR Oleh: Vivi Desfani Putri Hidayat, Erismar Amri, Yosmed Hidayat Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. ABSTRACT Periphyton microalgae is a group of algae that lives attached to various substrates, such as stone and other hard objects under the water surface. The habitat of microalgae always occupy a damp place and one of them was able to grow up in hot spring. In principle, the hot spring has high temperature, the water temperature is important factor that can trigger or inhibit the development of microalgae. Therefore, the temperature and substrate influences the growth and development that cause the diversity of microalgae on territorial water. The purpose of this research determine the types of microalgae in hot spring in Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar. This research was conducted in September The type of this research is descriptive research, in taking the sample was done directly, the location was determinated by purposive sampling. The result of this research showed that there were 17 types of microalgae, 14 of them belong to the Class Bacillariophyceae and 3 other types belonging to the Class Cyanophyceae. In the first location found as many as 14 species of microalgae, second and third location as many as 4 types of microalgae. Key Words : Microalgae; periphyton; hot spring PENDAHULUAN Mikroalga merupakan organisme primitif, berukuran renik dan hidup di wilayah air tawar maupun air laut (Hermanto dkk, 2011). Umumnya mikroalga yang hidup di air tawar berukuran mikroskopis dan yang hidup di air laut kebanyakan berukuran makroskopis, bentuk hidup mikroalga di perairan sebagai plankton dan atau perifiton (Tjitrosoepomo, 2009). Habitat mikroalga selalu menempati tempat yang lembab seperti batang pohon, batu karang, tebingtebing, kayu, tanah basah dan sungai serta juga diketahui mampu tumbuh di padang gurun, padang salju dan sumber air panas (Gusrianto, 2012). Permukaan bumi terdapat banyak sumber air panas, air panas tersebut berasal dari batubatuan yang meleleh atau magma yang menerima panas dari inti bumi.bila air panas tadi keluar ke permukaan bumi melalui celah atau rekahan kulit bumi, maka muncul air panas yang biasa disebut dengan hot spring (Siregar, 2009). Suhu air merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi aktivitas serta dapat memicu atau menghambat perkembangan mikroalga. Pengaruh perubahan suhu terhadap organisme sangat bervariasi dan umumnya peningkatan suhu air sampai skala tertentu akan mempercepat proses metabolisme dan mempengaruhi perkembangbiakan mikroalga. Air panas secara alami merupakan faktor seleksi alam yang dapat memicu perubahan karakteristik dan komposisi jenis mikroalga di suatu habitat (Siregar, 2009). Menurut Smith (1950) dalam Gusrianto (2012), salah satu Divisi mikroalga yang mampu hidup pada sumber air panas yaitu Cyanophyta (alga biru). Secara prinsip air panas memiliki suhu tinggi, suhu tinggi dapat menyebabkan protein mengalami denaturasi, serta dapat merusak enzim dan membran sel yang bersifat labil terhadap suhu yang tinggi. Hanya spesies tertentu yang mampu hidup pada perairan yang bersuhu tinggi. Mayasari (2009), melaporkan adanya mikroalga yang hidup di suhu 85 0 C. Jika terdapatnya mikroalga di air panas, maka mikroalga tersebut memiliki keunggulan dari organisme lain yang tidak mampu beradaptasi di suhu tinggi, salah satu keunggulannya mikrolaga tersebut mampu menghasilkan

2 enzim yang tahanpanas dan tidak mudah sangat mempengaruhi beberapa hal yang terkait dengan kehidupan mikroalgaseperti kelangsungan hidup, reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan yang menyebabkan keragaman mikroalga. Mikroalga memiliki peranan penting sebagai produsen primer penghasil oksigen yang dihasilkan dari fotosintesis (Waluyo, 2004). Gusrianto (2012) telah meneliti jenisjenis mikroalga di sumber air panas Sapan Maluluang Kabupaten Solok Selatan. Dari penelitian tersebut ditemukan 36 jenis mikroalga yang berasal dari tiga Kelas yaitu Bacillariophyceae sebanyak 25 jenis, Chyanophyceae sebanyak 9 jenis dan Chlorophyceae sebanyak 2 jenis. Selain itu Mayasari (2009) telah menemukan 23 jenis alga epilitik yang terdiri dari Kelas Bacillariophyceae sebanyak 12 jenis dan Chyanophyceae sebanyak 11 jenis di sumber air panas Bukit Sile Kabupaten Solok. Wahyuni (2011) juga menemukan alga epilitik sebanyak 11 jenis dan termasuk ke dalam dua Kelas yaitu Bacillariophyceae dan Cyanophyceae di Air Panas Rimbo Panti Kabupaten Pasaman. Nofrika (2011) menemukan 23 jenis alga epilitik termasuk Kelas Cyanophyceae, Chlorophyceae, Bacillaryophyceae. Pada Kelas Cyanophyceae ditemukan 6 jenis, Kelas Chlorophyceae ditemukan 7 jenis dan Kelas Bacillaryophyceae ditemukan 10 jenis di sumber air panas Nagari Padang Gantiang Kabupaten Tanah Datar. Salah satu air panas yang terdapat di Sumatera Barat yaitu air panas Nagari Pariangan yang terdapat di kabupaten Tanah Datar. Air panas ini berada tepat di lereng Gunung Marapi. Berdasarkan survey yang telah dilakukan adanya beberapa lokasi pemandian, pada lokasi pemandian tersebut terdapat beberapa mata air panas yang berasal dari celahcelah bebatuan, bebatuan ini diindikasi tempat menempelnya mikroalga di perairan. Pada lokasi ini beberapa mata air panas langsung digunakan untuk aktivitas manusia seperti mandi. Aktivitas mandi ini tentunya menyebabkan adanya limbah sabun yang dapat mempengaruhi kelangsungan mikroalga dan keragaman mikroalga yang terdenaturasi.terkait hal tersebut, maka suhu hidup disana. Namun belum ada laporan tentang jenis mikroalga di Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti telah melakukan penelitian tentang Mikroalga pada Air Panas di Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September Pengambilan sampel dilakukan di air panas Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar. Pengukuran kandungan sulfur dilakukan di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan dan pengamatan morfologi mikroalga dilakukan di Laboratorium Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Padang. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan secara langsung pada kolam air panas di Nagari Pariangan Kabupten Tanah Datar.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan menetapkan tiga lokasi penelitian, lokasi I pada air panas berbentuk kolam kecil dengan kondisi dalam kolam bebatuan yang merupakan tempat mikroalga menempel, lokasi II padaair panas yang dialiri melalui pipa pancuran, dimana tempat penampungan airnya sudah dibeton yang merupakan tempat mikroalga menempel dan lokasi III pada air panas pada kolam yang airnya dialirkan menuju kolam renang, terdapatnya bebatuan yang merupakan tempat melekatnya mikroalga, tetapi tidak digunakan untuk aktivtas mandi. Mikroalga yang sudah diamati di bawah mikroskop selanjutnya diidentifikasi dengan buku acuan Prescott (1975), Watanabe dan Hoiuki (1988), Akbulut (2003) dan Prowse (1962). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang mikroalga pada air panas di Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar, didapat hasil sebagai berikut:

3 Tabel 1. Mikroalga yang ditemukan pada air panas di Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar Lokasi No Jenis I II III Kelas Bacillariophyceae Rhopalodia gibberula (Ehr.) O. Muller Pinnularia legumen Ehr Pinnularia gibba W. Smith var. Interrupta A. CleveEuler Pinnularia braunii (Grunow) P. T. Cleve Naviculla gastrum Ehrenberg Diploneis parma P. T. Cleve Cymbella turgida Gregory Cymbella tumida (Brebisson). van Heurck Ephitemia argus (Ehrenb.) Kutz Nitzschia sigma (Kuetzing) W. Smith var. Clausii (Hantzsch) Grunow Nitzschia parvula Lewis Fragillaria vaucheria (Kuetzing) Boye Petersen. Synedra ulna (Nitzsch) Ehrenberg var. Amphirhynchus (Ehrenberg) Grunow Melosira varians Ag Kelas Cyanophyceae Oscillatoria geminata Maneghini Oscillatoria tenuis (Kuetz.) Rabenhorst Oscillatoria limosa Agardh Jumlah Keterangan: = ditemukan; = tidak ditemukan; Lokasi I= air panas yang berada dalam kolam kecil dengan kondisi kolam bebatuan, lokasi II= air panas yang dialiri melalui pipa pancuran, penampungannya sudah dibeton, lokasi III= air panas yang berada di kolam yang akan dialirkan menuju kolam renang. Tabel 2. Faktor fisikakimia pada air panas di Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar Parameter Lokasi I II III Suhu air (ºC) ph air Oksigen Terlarut (DO) (mg/l) 2,32 1,69 3,72 Karbondioksida (CO2) bebas (mg/l) ,2 Kandungan Sulfur (mg/l) 0,006 0,006 0,006 Keterangan: I= air panas yang berada dalam kolam kecil dengan kondisi kolam bebatuan, II= air panas yang dialiri melalui pipa pancuran, penampungannya sudah dibeton, III= air panas yang berada di kolam yang akan dialirkan menuju kolam renang. Monograf Mikroalga yang Ditemukan 1. Rhopalodia gibberula (Ehr.) O. Muller Rhopalodia gibberula (Ehr.) O. Muller ditemukan pada lokasi I dan II dengan suhu 4445ºC, ph 7, O 2 terlarut 1,69 2,32 mg/l, Karbondioksida (CO 2 ) Bebas mg/l substrat berbatu dan beton. Hidup soliter, warna sel coklat kekuningan, memiliki dinding sel seperti bulan sabit, memiliki polar nodul membulat, bagian punggung sel cembung dan memiliki loccus yang jelas berbentuk radial. Menurut Prowse (1962) Rhopalodia gibberula memiliki frustule seperti bulan sabit, polar nodul membulat, bagian dorsal cembung, ventral agak melengkung, panjang 4045µm, lebar 2225µm, costae radial 34 dalam 10µm, masingmasing 46 striae.

4 O Mikroalga pada Air Panas di Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar : 1. Rhopalodia gibberula (Ehr.) O. Muller; 2. Pinnularia legumen Ehr; 3. Pinnularia gibba W. Smith var. Interrupta A. Cleve Euler; 4. Pinnularia braunii (Grunow) P. T. Cleve; 5. Navicula gastrum Ehrenberg; 6. Diploneis parma P. T. Cleve; 7. Cymbella turgida Gregory; 8. Cymbella tumida (Brebisson). van Heurck; 9. Epithemia argus (Ehrenb.) Kutz; 10. Nitzschia sigma (Kuetzing) W. Smith var. Clausii (Hantzsch) Grunow; 11. Nitzschia parvula Lewis; 12. Fragilaria vaucheria (Kuetzing) Boye Petersen; 13. Synedra ulna (Nitzsch) Ehrenberg var. Amphirhynchus (Ehrenberg) Grunow; 14. Melosira varians Ag; 15. Oscillatoria geminata Maneghini; 16. Oscillatoria tenuis (Kuetz.) Rabenhorst; 17. Oscillatoria limosa Agardh

5 2. Pinnularia legumen Ehr Pinnularia legumen Ehrditemukan pada lokasi I dengan suhu 44ºC, ph 7, O 2 terlarut dengan substrat berbatu.hidup soliter, warna sel coklat kekuningan, dinding sel lansetlurus, dengan polar nodul berbonggol (jelas), katup sel kecil, striae tidak jelas dan raphe tidak jelas. Menurut Prowse (1962) Pinnularia legumen memiliki frustule berbentuk lanset lurus, valve linear, sisifrustule kurang lengkung dan polar nodul berbentuk bonggol, panjang 7075 µm, lebar 1215 µm, raphe kasar lurus. 3. Pinnularia gibba W. Smithvar. Interrupta A. CleveEuler Pinnularia gibba W. Smith var. Interrupta A. CleveEuler ditemukan pada lokasi I dengan suhu 44ºC, ph 7, O 2 terlarut dengan substrat berbatu. Hidup soliter, warna sel coklat kekuningan, dinding sel Panjang dengan polar nodul membulat dan sedikit berbonggol, memiliki sel kecil, striae dan raphe kurang jelas. Menurut Prowse (1962) Pinnularia gibba memiliki valve sempit, central nodul melebar, raphe linear dan striae mengarah ke central nodul, panjang 6570 µm, lebar 810 µm. 4. Pinnularia braunii (Grunow) P. T. Cleve Pinnularia braunii (Grunow) P. T. Cleve ditemukan pada lokasi III dengan suhu 34ºC, ph 7, O 2 terlarut 3,72 mg/l, Karbondioksida (CO 2 ) Bebas 79,2 mg/l dan kandungan sulfur 0,006 mg/l dengan substrat berbatu. Hidup soliter, dinding sel panjanglanset, polar nodul bulatpanjang, memiliki central nodul, memiliki katup besar dengan striae jelas dan raphe lurus. Menurut Prowse (1962) Pinnularia braunii memiliki valve bulat panjanglanset, daerah aksial melebar, striae jelas, raphe linear panjang µm, lebar µm, raphe lurus, costae radial, daerah aksial lebar. 5. Navicula gastrum Ehrenberg Navicula gastrum Ehrenberg ditemukan pada lokasi I dan II dengan suhu 4445ºC, ph 7, O 2 terlarut 1,69 2,32 mg/l, Karbondioksida (CO 2 ) Bebas mg/l substrat berbatu dan beton. Hidup soliter, warna sel coklatkekuningan dinding sel elipspendek, polar nodul berbonggol, memiliki central nodul serta memiliki striae dan raphe yang jelaslurus. Menurut Prowse (1962) Navicula gastrum memiliki panjang µm, lebar µm, daerah aksial sempit, raphe lurus, striae radial 8 12 dalam 10 µm, dengan panjang tidak teratur berlawanan daerah pusat. 6. Diploneis parma P. T. Cleve Diploneis parma P. T. Cleve ditemukan pada lokasi I suhu 44ºC, ph 7, O 2 terlarut dengan substrat berbatu. Hidup soliter, warna sel coklatkekuningan, dinding sel bulatpanjang, memiliki striae jelas berbentuk radial serta raphe jelaslurus. Memurut Prowse (1962) Diploneis parma memilki panjang µm, lebar µm, meruncing ke kutub bulat, rusuk sentral sempit, nodul pusat kecil, alur diperluas di pusat untuk melampirkan daerah pusat lanset sekitar 1/3 lebar katub, costae radial dalam 10 µm. 7. Cymbella turgida Gregory Cymbella turgida Gregory ditemukan pada lokasi I suhu 44ºC, ph 7, O 2 terlarut dengan substrat berbatu. Hidup soliter, warna sel coklatkekuningan, dinding sel bulan sabit, dengan polar nodul membulat, memiliki striae dan raphe jelas. Menurut Prowse (1962) Cymbella turgida memiliki Sisi dorsal sangat cembung dan sisi ventral lurus, daerah aksial sempit, linier, hanya sedikit lebih lebar di tengah, striae di sisi dorsal radial, 8 10 dalam 10 µm, punctae kasar, punctae dalam 10µm. 8. Cymbella tumida (Brebisson). van Heurck Cymbella tumida (Brebisson). van Heurck ditemukan pada lokasi I suhu 44ºC, ph 7, O 2 terlarut 2,32 mg/l, Karbondioksida (CO 2 ) Bebas 88 mg/l dan kandungan sulfur 0,006 mg/l dengan substrat berbatu. Hidup soliter, warna sel coklatkekuningan, dinding sel luaslunatum dengan memiliki polar nodul berbonggol serta striae dan raphe

6 jelas. Menurut Prowse (1962) Cymbella tumida memiliki frustule secara luas lunatum, dengan sisi punggung sangat cembung, bagian ventral lurus atau sedikit cekung, gembung di wilayah tengah, penyempitan sedikit di ujung bawah yang luas. Striae kasar, punctae radial, 8 10 dalam 10 µm. 9. Epithemia argus (Ehrenb.) Kutz Epithemia argus (Ehrenb.) Kutz ditemukan pada lokasi I suhu 44ºC, ph 7, O 2 terlarut 2,32 mg/l, Karbondioksida (CO 2 ) Bebas 88 mg/l dan kandungan sulfur 0,006 mg/l dengan substrat berbatu. Hidup soliter, warna sel coklatkekuningan, dinding sel elips, memiliki polar nodul membulat serta striae dan raphe yang jelas. Menurut Akbulut (2003) panjang µm, lebar 4 18 µm, striae 10 µm, sisi dorsal cembung dan cekung. 10. Nitzschia sigma (Kuetzing) W. Smith var. Clausii (Hantzsch) Grunow Nitzschia sigma (Kuetzing) W. Smith var. Clausii (Hantzsch) Grunow ditemukan pada lokasi I suhu 44ºC, ph 7, O 2 terlarut dengan substrat berbatu. Hidup soliter, warna sel coklatkekuningan dinsing sel sigmoid dan memiliki striae pendek berbentuk caranial dot. Menurut Prowse (1962) Nitzschia sigma memiliki sel jauh lebih pendek, sel sigmoid, valve linear, panjang 40 µm, lebar 4 µm, sisi paralel atau sedikit cekung menyempit di ujung, striae pendek dan memiliki keel. 11. Nitzschia parvula Lewis Nitzschia parvula Lewis ditemukan pada lokasi I suhu 44ºC, ph 7, O 2 terlarut 2,32 mg/l, Karbondioksida (CO 2 ) Bebas 88 mg/l substrat berbatu. Hidup soliter, warna sel coklatkekuningan. Dinding sel luruspersegi panjang (hampir tidak sigmoid), striae berbentuk caranial dot kurang jelas. Memurut Prowse (1962) Nitzschia parvula memiliki sel kecil, frustule linearpersegi panjang, hampir tidak sigmoid, tampilan valve linear, panjang 3040 µm, lebar 45 µm, sedikit mengerut di tengah, striae pendek dan memiliki keel. 12. Fragilaria vaucheria (Kuetzing) Boye Petersen Fragilaria vaucheria (Kuetzing) Boye Petersen ditemukan pada lokasi I suhu 44ºC, ph 7, O 2 terlarut 2,32 mg/l, Karbondioksida (CO 2 ) Bebas 88 mg/l dan kandungan sulfur 0,006 mg/l dengan substrat berbatu. Hidup koloni, warna sel coklatkekuningan, memiliki dinding sel panjangseperti tongkat, memiliki katup kecilsempit dan memiliki striae halus. Menurut Prowse (1962) Fragilaria vaucheria memiliki panjang sel µm, lebar 3 6 µm, membentuk rajutan pita, frustule linear persegi panjang, tampilan valve sempit, striae halus, 912 dalam 10 µm. 13. Synedra ulna (Nitzsch) Ehrenberg var. Amphirhynchus (Ehrenberg) Grunow. Synedra ulna (Nitzsch) Ehrenberg var. Amphirhynchus (Ehrenberg) Grunow. ditemukan pada lokasi I dan II dengan suhu 4445ºC, ph 7, O 2 terlarut 1,69 2,32 mg/l, Karbondioksida (CO 2 ) Bebas mg/l substrat berbatu dan beton. Hidup soliter, warna sel coklatkekuningan, dinding sel seperti tongkat, memiliki katup kecilsempit dan memiliki striae lurus. Menurut Prowse (1962) Synedra ulna memiliki panjang µm, lebar 5 7 µm, striae lurus dan jelas, 8 10 µm dalam 10 µm. 14. Melosira varians Ag Melosira varians Ag ditemukan pada lokasi I suhu 44ºC, ph 7, O 2 terlarut 2,32 mg/l, Karbondioksida (CO 2 ) Bebas 88 mg/l substrat berbatu. Warna sel coklatkekuningan, dinding sel silinder, tidak memiliki striae ataupun raphe, tetapi memiliki punctae (kurang jelas). Menurut Watanabe (1988) Melosira varians memilki sedikit cembung, ditutupi dengan duri kecil. 15. Oscillatoria geminata Maneghini Oscillatoria geminata Maneghini ditemukan pada lokasi I suhu 44ºC, ph 7, O 2 terlarut 2,32 mg/l, Karbondioksida (CO 2 ) Bebas 88 mg/l dan kandungan sulfur 0,006 mg/l dengan substrat berbatu. Warna sel hijau kebiruan, berfilamen, sel bengkok/lurus, memiliki septum dan tidak bergranula. Menurut Prescott (1975) Oscillatoria geminata hidup berfilamen,

7 trikom lurus, warna biru hijau, sel bengkok atau lurus, septum terbatas, panjang 2,3 16 µm, lebar 2,3 4 µm. 16. Oscillatoria tenuis (Kuetz.) Rabenhorst Oscillatoria tenuis (Kuetz.) Rabenhorst ditemukan pada lokasi III dengan suhu 34ºC, ph 7, O 2 terlarut 3,72 mg/l, Karbondioksida (CO 2 ) Bebas 79,2 mg/l dan kandungan sulfur 0,006 mg/l dengan substrat berbatu. Warna sel hijau kebiruan, sel filamenpanjang, sel lurus, memiliki septum dan tidak bergranula. Menurut Prescott (1975) Oscillatoria tenuis hidup berfilamen, warna biruhijau, sel memiliki panjang 4 6 µm, lebar 2,5 µm. 17. Oscillatoria limosa Agardh Oscillatoria limosa Agardhditemukan pada lokasi II dan III dengan suhu 3445ºC, ph 7, O 2 terlarut 1,69 3,72 mg/l, Karbondioksida (CO 2 ) Bebas 79,2101 mg/l substrat beton dan berbatu. Warna sel hijau, sel filamenpanjang, memiliki septum serta memiliki granula pada septum.menurut Prescott (1975) Oscillatoria limosa hidup berfilamen, trikom lurus, warna biruhijau, adanya granula pada septum, panjang 3 5 µm, lebar µm. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa mikroalga pada ketiga lokasi pengambilan sampel ditemukan 2 Kelas, yaitu Kelas Bacillariophyceae sebanyak 14 jenis dan Kelas Cyanophyceae sebanyak 3 jenis. Pada penelitian ini didapatkan hasil yang didominasi oleh Kelas Bacillaryophyceae, karena dipengaruhi oleh kondisi fisikakimia air (suhu, ph, Oksigen terlarut, karbondioksida bebas, kandungan sulfur) yang akan memepengaruhi aktivitas mikroalga yang dapat memicu atau menghambat pertumbuhan serta perkembangan dan berpengaruh terhadap keragaman mikroalga. Banyaknya jenis yang ditemukan pada Kelas Bacillariophyceae ini menunjukkan bahwa Bacillariophyceae ini penyebarannya paling banyak. Menurut Smith (1950) dalam Anggraini (2013) mikroalga yang sering dijumpai dan memiliki penyebaran yang sangat luas pada perairan adalah Kelas Bacillariophyceae Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan pada masingmasing lokasi, lokasi I ditemukan 14 jenis diantaranya Rhopalodia gibberula., Pinnularia legumen., Pinnularia gibba., Naviculla gastrum., Diploneis parma., Cymbella turgida., Cymbella tumida., Ephitemia argus., Nitzschia sigma., Nitzschia parvula., Fragillaria vaucheria., Synedra ulna., Melosira varians., Oscillatoria geminata. Individu setiap jenis mikroalga yang terbanyak ditemukan pada lokasi 1 diantaranya Rhopalodia gibberula., Naviculla gastrum., Nitzschia sigma., Synedra ulna., Banyaknya jenis yang ditemukan pada lokasi 1 ini dibanding dengan dua lokasi lainnya pertama disebabkan oleh kondisi lokasi tersebut, dimana banyaknya bebatuan yang ada pada lokasi ini sebagai substrat dari mikroalga yang bewarna coklatkeemasan yang menunjukkan tempat mikroalga tumbuh, sebab batubatuan merupakan substrat yang baik bagi kehidupan mikralga. Selain disebabkan oleh kondisi dari substrat pada lokasi tersebut, banyaknya mikroalga pada lokasi ini juga dipengaruhi oleh kondisi fisikakimia air diantaranya suhu yaitu 44ºC yang tergolong tinggi untuk kehidupan mikroalga yang berada di atas suhu optimum, karena suhu optimum untuk perkembangbiakan alga berkisar antara 20 40ºC, jenisjenis yang mampu hidup pada suhu tinggi atau suhu ekstrim tersebut, dikarenakan jenis tersebut memiliki musilagenous yang dapat melindungi dari pengaruh kondisi lingkungan yang ekstrim, sehingga dapat hidup pada suhu tinggi secara bebas (Smith, 1955 dan Sachlan, 1975 dalam Anggraini, 2013). Kemudian banyaknya mikroalga yang ditemukan pada lokasi I ini karena karbondioksida cukup tinggi yaitu 88 mg/l dibanding lokasi III yang digunakan untuk proses fotosintesis mikroalga tersebut yang baik untuk perkembangbiakan mikroalga sehingga meningkatkan banyak jenis mikroalga yang ditemukan, Oksigen terlarut juga mempengaruhi kehidupan organisme, menurut Sastrawijaya (2009) dalam Anggraini (2013) kehidupan di air dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mg oksigen setiap liter air (5 bpj atau 5 ppm), sedangkan oksigen terlarut pada lokasi ini rendah yaitu 2,32 mg/l. Menurut Suin (2002) konsentrasi oksigen terlarut terlalu rendah mengakibatkan organisme air yang membutuhkan oksigen akan mati, bagi yang bisa bertahan tergantung pada ketahanan dan derajat keaktifannya. Rendahnya kadar oksigen terlarut dalam air juga disebabkan oleh naiknya temperatur dan salinitas serta proses respirasi organisme perairan (Edward, 2003). Selain faktor di atas banyaknya mikrolaga pada lokasi ini juga dikarenakan oleh cahaya yang cukup

8 untuk proses fotosisntesis mikroalga yang ada pada lokasi ini, sebab mikroalga akan tumbuh apabila mendapatkan asupan cahaya matahari yang cukup. Meskipun lokasi I ini terjamah oleh masyarakat untuk aktivitas seperti mandi dan mencuci memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan mikroalga tersebut sebab bahan kimia deterjen yang menggunakan fosfat dan nitrogen dapat menyebabkan alga dan tumbuhan air menjadi lebih subur sebab nutrisi alga diperoleh dari air sekelilingnya. Terjadinya perubahan faktor fisika, kimia dan biologi maka jenis biota air yang mempunyai toleransi tinggi akan mengalami peningkatan dan penyebaran yang luas, sebab organisme yang toleran dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang kualitas buruk sekalipun dan sebaliknya (Oey, dkk, 1978 dalam Fachrul, 2007) Pada lokasi II ditemukan 4 jenis diantaranya Naviculla gastrum., Fragillaria vaucheria., Oscillatoria geminata., Oscillatoria limosa. Individu yang terbanyak ditemukan pada jenis Naviculla gastrum danoscillatoria limosa. Sedikitnya jenis yang ditemukan pada lokasi ini dibanding lokasi I dengan 14 jenis, dikarenakan dari kondisi lokasi II ini yang dibeton, dimana air panas tersebut di aliri dengan pipa paralon dan air langsung dibuang pada pembuangan dan tidak ada bebatuan yang terendam lama pada kolam penampungan sebagai substrat mikroalga tersebut seperti pada lokasi I, sehingga tidak ditemukan bebatuan yang dindikasi tempat tumbuh mikroalga seperti pada kolam 1 serta pada lokasi ini kurangnya cahaya yang masuk yang diperlukan mikroalga untuk fotosintesis. Pada lokasi II ini juga terjamah oleh masyarakat untuk aktivitas seperti mandi dan mencuci seperti pada lokasi I, tetapi mikroalga yang ada pada lokasi ini tidak memiliki toleransi tinggi, sehingga jenis yang ditemukan tidak sebanyak pada lokasi I. Selain faktor di atas, faktor seperti suhu pada lokasi ini yaitu 45ºC yang tergolong tinggi untuk perkembangbiakan alga menyebabkan sedikitnya jenis yang ditemukan karena sedikit jenis yang memiliki musilageous. Kemudian karbondioksida cukup tinggi 101 mg/l tetapi jenis yang ditemukan tidak sebanyak pada lokasi dikarenakan suhu pada lokasi ini lebih tinggi pada lokasi I. Sehingga sedikit jenis yang bisa bertahan, tetapi individu yang ditemukan cukup banyak yang mengakibatkan karbondioksida pada lokasi ini tinggi. Sedikit ditemukan jenis pada lokasi ini juga disebabkan oleh oksigen terlarut yang terlalu rendah di bawah standar perairanyaitu 1,69 mg/l yang mengakibatkan jenis mikroalga yang tidak bisa bertahan dengan oksigen yang sedikit akan mati. Pada lokasi III ditemukan 4 jenis diantaranya Rhopalodia gibberula., Pinnularia braunii., Oscillatoria tenuis., Oscillatoria limosa. Jenis mikroalga yang ditemukan pada lokasi III ini sebanyak dengan lokasi II yaitu 4 jenis, sedikitnya jenis yang diemukan pada lokasi disebabkan oleh kondisi kolam yang tidak banyak ditemukan bebatuan bewarna coklatkeemasan seperti pada kolam I, bebatuan yang ditemukan pada lokasi ini seperti bebatuan biasa terendam oleh air yang tidak terlalu mencolok perbedaannya dengan bebatuan yang tidak terendam oleh air seperti pada kolam 1. Pada lokasi III ini tidak terjamah oleh masyarakat seperti aktivitas mandi, yang seharusnya tidak terjamahnya oleh masyrakat lebih banyak jenis ditemukan, sebab tidak adanya limbah sabun dan detergen yang masuk, tetapi fakta di lapangan mengatakan bahwa jenis yang ditemukan sedikit dibandingkan lokasi I yang terjamah oleh masyarakat, hal ini bisa dikarenakan bahwa sedikitnya jenis yang ditemukan disebabkan oleh sedikitnya asupan nutrisi mikroalga yang didapat yang akan mempengaruhi pertumbuhan mikroalga tersebut, sebab limbah sabun atau limbah detergen yang menggunakan fosfat dan nitrogen dapat menyebabkan alga dan tumbuhan air menjadi lebih subur. Kemudian karbondioksida rendah dibandingkan dengan lokasi lain yaitu 79,2 mg/l. Serta jenis yang ditemukan tidak sebanyak pada lokasi I dikarenakan kurangnya cahaya yang masuk pada lokasi ini yang akan mengganggu fotosintesis mikroalga tersebut dan berdampak pada pertumbuhan mikroalga dan juga menyebabkan sedikitnya invidu jenis mikroalga pada lokasi ini. Sedikit ditemukan jenis pada lokasi ini juga disebabkan oleh oksigen terlarut yang terlalu rendah di bawah standar perairan yaitu 3,72 mg/l yang mengakibatkan jenis mikroalga yang tidak bisa bertahan dengan oksigen yang sedikit akan mati. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai mikrolaga pada air panas di Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar dapat diambil beberapa kesimpulan : Jenis mikroalga yang ditemukan pada air panas di Nagari

9 Pariangan Kabupaten Tanah Datar terdiri dari Kelas Bacillariophyceae dan Kelas Cyanophyceae. Kualitas fisikakimia air panas di Nagari Pariangan suhu berkisar 3445ºC, ph 7, DO 1,69 3,72 mg/l, CO 2 bebas 79,2101 mg/l dan sulfur mg/l. Berdasarkan penelitian di atas maka, penulis menyarankan untuk melakukan penelitian tentang budidaya mikroalga serta jenisjenis mikroalga kelompok plankton yang ditemukan pada air panas di Nagari Pariangan Kabupaten Tanah Datar. DAFTAR PUSTAKA Akbulut, A. (2002). Planktonic Diatom (Bacillariophyceae) Flora of Sultan Sazligi Marshes (Kayseri). Hacettepe Universitesi : Turkey Anggraini, Devi. (2013). Keanekaragaman Alga Epilitik Di Sumber Air Panas Bukik Gadang Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok. Skripsi. Padang : STKIP PGRI Edward dan F.S. Pulumahuny. (2003). Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Raha Pulau Muna Sulawesi Tenggara. Jakarta : Pusat Penelitian Oseanografi. Fachrul, M. F. (2007). Metode Sampling Bioekologi. Jakarta : Bumi Aksara Gusrianto, D. (2012). Mikroalga Pada Sumber Air Panas Sapan Maluluang Kabupaten Solok Selatan. Skripsi. Padang: Universitas Andalas Hermanto, M. B. dkk. (2011). Perancangan Bioreaktor Untuk Pembudidayaan Mikroalga. Jurnal Teknologi Pertanian. Mayasari, S. R. (2009). Keragaman Jenis Alga Epilitik Pada Sumber Air Panas di Bukit Sileh Desa Batu Bajanjang Kecamatan 17 jenis yang termasuk ke dalam kelas 2 yaitu Lembang Jaya Kabupaten Solok Sumatera Barat. Skripsi. Padanmg : Universitas Andalas Nofrika. (2011). Jenisjenis Alga Epilitik pada Sumber Air Panas di Nagari Padang Gantiang Kecamatan Padang Gantiang Kabupaten Tanah Datar. Skripsi. Padang : STKIP PGRI Prescott, G. W. (1975). Algae of The Western Great Lakes Area.WM.C. Brown Company Publishers. Dubuque Iowa. Prowse, G. A. (1962). Diatomic Of Malayan Fresh Water. The Garden Bull Singapore Siregar, R. M. (2009). Keragaman Jenis Alga Epilitik Pada Sumber Air Panas di Bukit Sileh Desa Batu Bajanjang Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok Sumatera Barat. Skripsi. Padang : Universitas Andalas Suin, N. M. (2002). Metoda Ekologi. Padang : Universitas Andalas Tjitrosoepomo, G. (2009). Taksonomi Tumbuhan (Taksonomi Khusus). Jakarta : Bhratara Karya Aksara Wahyuni, S JenisJenis Alga Epilitik di Sumber Air Panas dan di Aliranaya di Kawasan Alam Rimbo Panti Kabupaten PasamanTimur. Skripsi. Padang : STKIP PGRI Waluyo. (2004). Mikrobiologi Umum. Malang : Universitas Muhammadiyah Watanabe, T and A. Houki. (1988). Attached Diatom In Lake Biwa. The Japanes Journal Of Diatomology

KEANEKARAGAMAN ALGA EPILITIK DI SUMBER AIR PANAS BUKIK GADANG KECAMATAN LEMBANG JAYA KABUPATEN SOLOK. Oleh ABSTRACT

KEANEKARAGAMAN ALGA EPILITIK DI SUMBER AIR PANAS BUKIK GADANG KECAMATAN LEMBANG JAYA KABUPATEN SOLOK. Oleh ABSTRACT KEANEKARAGAMAN ALGA EPILITIK DI SUMBER AIR PANAS BUKIK GADANG KECAMATAN LEMBANG JAYA KABUPATEN SOLOK Oleh Devi Anggraini 1) Renny Risdawati 2) dan Nursyahra 3) ¹ ) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2)3)

Lebih terperinci

SPECIES ALGA PERIFITON YANG DITEMUKAN DI SUNGAI JORONG MUDIAK PALUPUH NAGARI KOTO RANTANG KECAMATAN PALUPUH KABUPATEN AGAM

SPECIES ALGA PERIFITON YANG DITEMUKAN DI SUNGAI JORONG MUDIAK PALUPUH NAGARI KOTO RANTANG KECAMATAN PALUPUH KABUPATEN AGAM SPECIES ALGA PERIFITON YANG DITEMUKAN DI SUNGAI JORONG MUDIAK PALUPUH NAGARI KOTO RANTANG KECAMATAN PALUPUH KABUPATEN AGAM Isra Mahdiawati 1, Nursyahra 2, Vivi Fitriani 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

JENIS JENIS DIATOM (BACILLARYOPHYCEAE) YANG TERDAPAT PADA KOLAM BEKAS PENAMBANGAN EMASDI NAGARI PAMUATAN KECAMATAN KUPITAN KABUPATEN SIJUNJUNG

JENIS JENIS DIATOM (BACILLARYOPHYCEAE) YANG TERDAPAT PADA KOLAM BEKAS PENAMBANGAN EMASDI NAGARI PAMUATAN KECAMATAN KUPITAN KABUPATEN SIJUNJUNG BioCONCETTA VOL. 1 NO 1 ISSN: 2460-8556 Juli 2015 Versi Online http://ejournal.stkip-pgrisumbar.ac.id/index.php/bioconcetta JENIS JENIS DIATOM (BACILLARYOPHYCEAE) YANG TERDAPAT PADA KOLAM BEKAS PENAMBANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PLANKTON Plankton merupakan kelompok organisme yang hidup dalam kolom air dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas (Wickstead 1965: 15; Sachlan

Lebih terperinci

KOMPOSISI FITOPLANKTON DI BATANG BAWAN KECAMATAN AMPEK NAGARI KABUPATEN AGAM. Artikel Ilmiah MELYA MAYA SARI NIM

KOMPOSISI FITOPLANKTON DI BATANG BAWAN KECAMATAN AMPEK NAGARI KABUPATEN AGAM. Artikel Ilmiah MELYA MAYA SARI NIM KOMPOSISI FITOPLANKTON DI BATANG BAWAN KECAMATAN AMPEK NAGARI KABUPATEN AGAM Artikel Ilmiah MELYA MAYA SARI NIM. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi plankton sampai tingkat genus pada tambak udang Cibalong disajikankan pada Tabel 1. Hasil identifikasi komunitas plankton

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.1 No.4 (2015) : 44-49

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.1 No.4 (2015) : 44-49 Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : 2443-3608 Vol.1 No.4 (2015) : 44-49 IDENTIFIKASI JENIS PERIFITON SEBAGAI PENENTU KUALITAS AIR DI SUNGAI RAY 17 KELURAHAN BERANGAS BARAT KABUPATEN BARITO KUALA Fitriani 1,

Lebih terperinci

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018 Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018 Faktor Pembatas Keadaan yang mendekati atau melampaui batas toleransi. Kondisi batas

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing

Lebih terperinci

JENIS-JENIS ALGA EPILITIK PADA SUMBER AIR PANAS DAN ALIRANNYA DI KAWASAN CAGAR ALAM RIMBO PANTI KABUPATEN PASAMAN

JENIS-JENIS ALGA EPILITIK PADA SUMBER AIR PANAS DAN ALIRANNYA DI KAWASAN CAGAR ALAM RIMBO PANTI KABUPATEN PASAMAN Jurnal Sainstek Rina ol. Widiana, III No.2: et al., 155164, JenisJenis Desember Alga Epilitik 2011 pada Sumber Air Panas ISSN: 20858019 JENISJENIS ALGA EPILITIK PADA SUMBER AIR PANAS DAN ALIRANNYA DI KAWASAN

Lebih terperinci

JENIS-JENIS GASTROPODA DI SUNGAI KUYUNG DESA KUMBUNG NAGARI LUNANG UTARA KECAMATAN LUNANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

JENIS-JENIS GASTROPODA DI SUNGAI KUYUNG DESA KUMBUNG NAGARI LUNANG UTARA KECAMATAN LUNANG KABUPATEN PESISIR SELATAN JENIS-JENIS GASTROPODA DI SUNGAI KUYUNG DESA KUMBUNG NAGARI LUNANG UTARA KECAMATAN LUNANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Ayu Wahyuni 1, Armein Lusi 2, Lora Purnamasari 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi komunitas plankton sampai tingkat genus di Pulau Biawak terdiri dari 18 genus plankton yang terbagi kedalam 14 genera

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 35 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Penelitian Tahap I 4.1.1.1. Percobaan 1: 4.1.1.1.a. Komposisi Perifiton Selama penelitian ditemukan tiga kelas perifiton yaitu Bacillariophyceae (9 genus),

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kesejahteraan hidup rakyat melalui pembangunan di bidang industri, nampak memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan perairan pesisir dan laut karena

Lebih terperinci

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities. Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities Dedy Muharwin Lubis, Nur El Fajri 2, Eni Sumiarsih 2 Email : dedymuh_lubis@yahoo.com This study was

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm. 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki

Lebih terperinci

KOMPOSISI ALGA EPILITIK DI PERAIRAN BATANG KAMUMUAN KECAMATAN SUNGAI LIMAU KABUPATEN PADANG PARIAMAN ABSTRACT

KOMPOSISI ALGA EPILITIK DI PERAIRAN BATANG KAMUMUAN KECAMATAN SUNGAI LIMAU KABUPATEN PADANG PARIAMAN ABSTRACT KOMPOSISI ALGA EPILITIK DI PERAIRAN BATANG KAMUMUAN KECAMATAN SUNGAI LIMAU KABUPATEN PADANG PARIAMAN Megawati 1, Nursyahra 2, Elza Safitri 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera

Lebih terperinci

KOMPOSISI FITOPLANKTON DI MUARA SUNGAI SIKABALUAN KECAMATAN SIBERUT UTARA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI ABSTRACT

KOMPOSISI FITOPLANKTON DI MUARA SUNGAI SIKABALUAN KECAMATAN SIBERUT UTARA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI ABSTRACT KOMPOSISI FITOPLANKTON DI MUARA SUNGAI SIKABALUAN KECAMATAN SIBERUT UTARA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI Lamasi Nababan¹, Abizar², Lince Meriko² ¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun

Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika Perairan 4.1.1 Suhu Setiap organisme perairan mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap perubahan suhu perairan bagi kehidupan dan pertumbuhan organisme

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Danau Perintis merupakan danau air tawar yang mempunyai areal seluas 6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Danau Perintis merupakan danau air tawar yang mempunyai areal seluas 6 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Danau Perintis merupakan danau air tawar yang mempunyai areal seluas 6 Ha yang terdapat di Desa Huluduotamo Kec. Suwawa Kab. Bone Bolango.

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM CHRYSOPHYTA MATA KULIAH BOTANY CRYPTOGAMAE

PANDUAN PRAKTIKUM CHRYSOPHYTA MATA KULIAH BOTANY CRYPTOGAMAE PANDUAN PRAKTIKUM CHRYSOPHYTA MATA KULIAH BOTANY CRYPTOGAMAE (ENI NURAENI, M. Pd) Chrysophyta merupakan ganggang keemasan karena mengandung pigmen kuning keemasan (chrysos). Alga ini tidak memiliki pirenoid

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR

MANAJEMEN KUALITAS AIR MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,

Lebih terperinci

KOMPOSISI ALGA EPILITIK PADA SUMBER MATA AIR LUBUK MATA KUCING DAN ALIRAN KELUAR DI KOTA PADANG PANJANG. Oleh

KOMPOSISI ALGA EPILITIK PADA SUMBER MATA AIR LUBUK MATA KUCING DAN ALIRAN KELUAR DI KOTA PADANG PANJANG. Oleh KOMPOSISI ALGA EPILITIK PADA SUMBER MATA AIR LUBUK MATA KUCING DAN ALIRAN KELUAR DI KOTA PADANG PANJANG Oleh Metri Risma Nengsih, Abizar, Lince Meriko Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain: 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan maritim yang sangat luas sehingga Indonesia memiliki kekayaan perikanan yang sangat kaya.pengetahuan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan sungai Sungai merupakan salah satu dari habitat perairan tawar. Berdasarkan kondisi lingkungannya atau daerah (zona) pada sungai dapat dibedakan menjadi tiga jenis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke perairan yang menyebabkan pencemaran. Limbah tersebut

Lebih terperinci

ROTIFERA PADA AREA BEKAS TAMBANG EMAS DI KABUPATEN SAWAHLUNTO SIJUNJUNG ROTIFERA AT GOLD MINED AREAS IN KABUPATEN SAWAHLUNTO SIJUNJUNG

ROTIFERA PADA AREA BEKAS TAMBANG EMAS DI KABUPATEN SAWAHLUNTO SIJUNJUNG ROTIFERA AT GOLD MINED AREAS IN KABUPATEN SAWAHLUNTO SIJUNJUNG Bio-site. Vol. 02 No. 1, Mei 2016 : 1-5I SSN: 2502-6178 ROTIFERA PADA AREA BEKAS TAMBANG EMAS DI KABUPATEN SAWAHLUNTO SIJUNJUNG ROTIFERA AT GOLD MINED AREAS IN KABUPATEN SAWAHLUNTO SIJUNJUNG Silvi Susanti

Lebih terperinci

SPESIES ALGA PERIFITON YANG DITEMUKAN DI SUNGAI BATANGHARI KENAGARIAN LUBUK ULANG ALING KECAMATAN SANGIR BATANGHARI KABUPATEN SOLOK SELATAN

SPESIES ALGA PERIFITON YANG DITEMUKAN DI SUNGAI BATANGHARI KENAGARIAN LUBUK ULANG ALING KECAMATAN SANGIR BATANGHARI KABUPATEN SOLOK SELATAN SPESIES ALGA PERIFITON YANG DITEMUKAN DI SUNGAI BATANGHARI KENAGARIAN LUBUK ULANG ALING KECAMATAN SANGIR BATANGHARI KABUPATEN SOLOK SELATAN ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan lentik.

I. PENDAHULUAN. atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan lentik. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem perairan di daratan secara umum dibagi menjadi dua yaitu perairan mengalir atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air memegang peranan penting dalam bidang perikanan terutama untuk kegiatan budidaya serta dalam produktifitas hewan akuatik. Parameter kualitas air yang sering

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jenis-jenis Organisme Makanan Ikan Keperas

Lampiran 1. Jenis-jenis Organisme Makanan Ikan Keperas Lampiran 1. Jenisjenis Organisme Makanan Ikan Keperas Kelas Family Genus Fitoplankton Bacillariophyceae Cymbellaceae Cymbella Coscinodiscaceae Coscinodiscus Thalassiosira Fragilariaceae Diatoma Fragilaria

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya akan mineral dengan ph sekitar 6. Kondisi permukaan air tidak selalu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi PENDAHULUAN Latar Belakang Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi dalam suatu media air pada wilayah tertentu. Ketiga komponen tersebut saling berinteraksi, jika terjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peranan penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah disekitarnya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp. Spirulina sp. merupakan mikroalga yang menyebar secara luas, dapat ditemukan di berbagai tipe lingkungan, baik di perairan payau, laut dan tawar. Spirulina

Lebih terperinci

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perairan lokasi budidaya kerang hijau (Perna viridis) Perairan Pantai Cilincing, Jakarta Utara. Sampel plankton diambil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA

PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh: BETZY VICTOR TELAUMBANUA 090302053 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon TINJAUAN PUSTAKA Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fisika Kimia Perairan Lokasi budidaya rumput laut diketahui memiliki dasar perairan berupa substrat pasir dengan serpihan karang mati. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang sulit dengan struktur uniseluler atau multiseluler sederhana. Contoh

2. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang sulit dengan struktur uniseluler atau multiseluler sederhana. Contoh 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroalga Nannochloropsis sp. Mikroalga merupakan mikroorganisme prokariotik atau eukariotik yang dapat berfotosintesis dan dapat tumbuh dengan cepat serta dapat hidup dalam kondisi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG SS Oleh: Ennike Gusti Rahmi 1), Ramadhan Sumarmin 2), Armein Lusi

Lebih terperinci

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 49 V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 5.1 Distribusi Parameter Kualitas Perairan Karakteristik suatu perairan dan kualitasnya ditentukan oleh distribusi parameter fisik dan kimia perairan yang berlangsung

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan Kondisi alami sampel karang berdasarkan data (Lampiran 1) dengan kondisi tempat fragmentasi memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu DKI Jakarta pada bulan Maret 2013. Identifikasi makrozoobentos dan pengukuran

Lebih terperinci

STUDI DISTRIBUSI SPASIAL KELIMPAHAN PERIFITON DI SUNGAI KUMBE MERAUKE PAPUA 1

STUDI DISTRIBUSI SPASIAL KELIMPAHAN PERIFITON DI SUNGAI KUMBE MERAUKE PAPUA 1 STUDI DISTRIBUSI SPASIAL KELIMPAHAN PERIFITON DI SUNGAI KUMBE MERAUKE PAPUA 1 ABSTRAK Mirna dwirastina 2 dan Yoga Candra Ditya 2 Perifiton merupakan flora atau tumbuhan yang tumbuh atau hidup menempel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem terbesar kedua setelah hutan bakau dimana kesatuannya

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN

PRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN PRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN SAHABUDDIN PenelitiPada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Dan Penyuluhan Perikanan Dipresentasikan pada Kuliah umum Praktik Lapang Terpadu mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK BANTEN DAN PANTAI PENET LAMPUNG

KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK BANTEN DAN PANTAI PENET LAMPUNG KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK BANTEN DAN PANTAI PENET LAMPUNG Sri Handayani dan Imran SL Tobing Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRACT A study of phytoplankton

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan lokasi dilakukan dengan purposive sampling (penempatan titik sampel dengan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN ALGA MIKROSKOPIS PADA DAERAH PERSAWAHAN DI DESA SUNGAI LUMBAH KECAMATAN ALALAK KABUPATEN BARITO KUALA

KEANEKARAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN ALGA MIKROSKOPIS PADA DAERAH PERSAWAHAN DI DESA SUNGAI LUMBAH KECAMATAN ALALAK KABUPATEN BARITO KUALA 72 ABSTRAK KEANEKARAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN ALGA MIKROSKOPIS PADA DAERAH PERSAWAHAN DI DESA SUNGAI LUMBAH KECAMATAN ALALAK KABUPATEN BARITO KUALA Oleh: Lia Erdina, Aulia Ajizah, Hardiansyah Alga merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Tambak Cibalong (Sumber : Google Earth)

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Tambak Cibalong (Sumber : Google Earth) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 15 Juni sampai dengan 6 Juli 2013 di perairan tambak udang Cibalong, Kabupaten Garut (Gambar 2). Analisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter fisik-kimia dalam penelitian ini digunakan sebagai data penunjang, yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter fisik-kimia dalam penelitian ini digunakan sebagai data penunjang, yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter fisik-kimia dalam penelitian ini digunakan sebagai data penunjang, yang terdiri atas ph, DO (Dissolved Oxygen atau Oksigen Terlarut), kejernihan dan temperatur air.

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. Ketersediaan Karbohidrat. Chrysolaminarin (= leukosin)

II. TELAAH PUSTAKA. Ketersediaan Karbohidrat. Chrysolaminarin (= leukosin) II. TELAAH PUSTAKA Chrysophyta merupakan salah satu divisio fitoplankton. Fitoplankton dikelompokkan ke dalam lima divisio yaitu Chrysophyta, Pyrrophyta, Chlorophyta, Cyanophyta, dan Euglenophyta. Semua

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komunitas Fitoplankton Di Pantai Balongan Hasil penelitian di perairan Pantai Balongan, diperoleh data fitoplankton selama empat kali sampling yang terdiri dari kelas Bacillariophyceae,

Lebih terperinci

PENGAMATAN MORFOLOGI KOLONI BAKTERI

PENGAMATAN MORFOLOGI KOLONI BAKTERI PENGAMATAN MORFOLOGI KOLONI BAKTERI A. Dasar Teori Bakteri merupakan golongan prokariot. Salah satu karakteristik utama bakteri adalah ukuran, bentuk, struktur, dan penataan selnya. Berbagai ciri ini mencakup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponenkomponen biotik dan abiotik yang saling berintegrasi sehingga membentuk satu kesatuan. Di dalam ekosistem

Lebih terperinci

JURNAL KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI WADUK WONOREJO KECAMATAN PAGERWOJO KABUPATEN TULUNGAGUNG

JURNAL KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI WADUK WONOREJO KECAMATAN PAGERWOJO KABUPATEN TULUNGAGUNG JURNAL KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI WADUK WONOREJO KECAMATAN PAGERWOJO KABUPATEN TULUNGAGUNG DIVERSITY OF MICROALGAE AT WONOREJO RESERVOIR IN PAGERWOJO SUBDISTRICT TULUNGAGUNG REGENCY Oleh: NOVI DAMAYANTI

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem perairan yang ada disekitarnya. Lingkungan perairan sungai tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem perairan yang ada disekitarnya. Lingkungan perairan sungai tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan sungai merupakan tempat yang memiliki peran penting bagi semua makhluk hidup. Keberadaan ekosistem sungai dapat memberikan manfaat bagi makhluk hidup, baik

Lebih terperinci

ABSTRAK KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI SUNGAI PANYIURAN DAN SUNGAI ANTARAKU KECAMATAN PENGARON KABUPATEN BANJAR

ABSTRAK KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI SUNGAI PANYIURAN DAN SUNGAI ANTARAKU KECAMATAN PENGARON KABUPATEN BANJAR 42 ABSTRAK KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI SUNGAI PANYIURAN DAN SUNGAI ANTARAKU KECAMATAN PENGARON KABUPATEN BANJAR Oleh : Dwi Kundar Setiyati, Asri Lestari, Aulia Ajizah Aktivitas pertambangan batubara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai merupakan suatu perairan yang airnya berasal dari air tanah dan air hujan, yang mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Sungai Air merupakan salah satu sumber daya alam dan kebutuhan hidup yang penting dan merupakan sadar bagi kehidupan di bumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA Oleh: Yuri Hertanto C64101046 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tetraselmis sp. Menurut B u t c h e r ( 1 9 5 9 ) klasifikasi Tetraselmis sp. adalah sebagai berikut: Filum : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Volvocales Sub ordo Genus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

YUDI MIFTAHUL ROHMANI

YUDI MIFTAHUL ROHMANI Faktor Pembatas OLEH: YUDI MIFTAHUL ROHMANI Pendahuluan Liebig menyatakan bahwa jumlah bahan utama yang dibutuhkan apabila mendekati keadaan minimum kritis cendrung menjadi pembatas. Ditambahkannya bahwa

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id II.KUALITAS FAKTOR FISIK PERAIRAN KOLAM IKAN KUALITAS FAKTOR FISIK PERAIRAN KOLAM IKAN I.PENDAHULUAN

bio.unsoed.ac.id II.KUALITAS FAKTOR FISIK PERAIRAN KOLAM IKAN KUALITAS FAKTOR FISIK PERAIRAN KOLAM IKAN I.PENDAHULUAN KUALITAS FAKTOR FISIK PERAIRAN KOLAM IKAN Oleh: Dra.Erie Kolya Nasution.M.Si I.PENDAHULUAN Jumlah wilayah desa dan kota di Indonesia di dominasi oleh desa, namun masyarakat pedesaan lebih tertinggal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang secara geografis memiliki daerah pesisir yang sangat panjang. Di sepanjang daerah tersebut hidup beranekaragam biota laut (Jati dan

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP KEANEKARAGAMAN MIKROALGA SEKITAR KAMPUS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN REALIA MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI

PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP KEANEKARAGAMAN MIKROALGA SEKITAR KAMPUS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN REALIA MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP KEANEKARAGAMAN MIKROALGA SEKITAR KAMPUS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN REALIA MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI Firda Ama Zulfia, Ika Airin Nur Rohmadhani, Indah Syafinatu Zafi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lichenes yang lazim dikenal dengan nama lumut kerak merupakan jenis tumbuhan yang belum banyak diketahui oleh sebagian orang. Dan sesungguhnya berbeda dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia memiliki banyak hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terumbu adalah serangkaian struktur kapur yang keras dan padat yang berada di dalam atau dekat permukaan air. Sedangkan karang adalah salah satu organisme laut yang tidak

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik (Specific Growth Rate) Selama 40 hari masa pemeliharaan nilem terjadi peningkatan bobot dari 2,24 ± 0,65 g menjadi 6,31 ± 3,23 g. Laju

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Sungai Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh karena itu, sumber air sangat dibutuhkan untuk dapat menyediakan air yang baik dari segi kuantitas

Lebih terperinci

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chironomida Organisme akuatik yang seringkali mendominasi dan banyak ditemukan di lingkungan perairan adalah larva serangga air. Salah satu larva serangga air yang dapat ditemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif (Nazir, 1999: 63). Penelitian ini hanya mengungkapkan fakta mengenai struktur komunitas fitoplankton

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudera Pasifik dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudera Pasifik dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perairan Indonesia Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudera Pasifik dan samudera Hindia dan mempunyai tatanan geografi laut yang rumit dilihat dari topografi

Lebih terperinci

Keanekaragaman Plankton yang Toleran terhadap Kondisi Perairan Tercemar di Sumber Air Belerang, Sumber Beceng Sumenep, Madura

Keanekaragaman Plankton yang Toleran terhadap Kondisi Perairan Tercemar di Sumber Air Belerang, Sumber Beceng Sumenep, Madura ISSN: 226 2252-3979 LenteraBio Vol. 3 No. 3, September 2014: 226 231 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio Keanekaragaman Plankton yang Toleran terhadap Kondisi Perairan Tercemar di Sumber Air

Lebih terperinci

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT Hesti Wahyuningsih Abstract A study on the population density of fish of Jurung (Tor sp.) at Bahorok River in Langkat, North

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI LINGKUNGAN Adaptasi : Proses penyesuaian diri secara bertahap yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS DISUSUN OLEH: KELOMPOK 6 ADI SAPUTRA FAUZI ISLAHUL RIDHO ILHAM NENCY MAHARANI DWI PUJI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI AKUAKULTUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar hutan Indonesia termasuk dalam kategori hutan hujan tropis karena memiliki curah hujan tinggi dan suhu hangat sepanjang tahun. Hutan hujan tropis merupakan

Lebih terperinci

Alga (ganggang) Alga sering disebut ganggang.

Alga (ganggang) Alga sering disebut ganggang. Alga (ganggang) Alga sering disebut ganggang. Alga termasuk golongan tumbuhan berklorofil tubuh disebut talus yaitu tidak punya akar, batang dan daun. Alga dianggap sebagai bentuk tumbuhan rendah karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak kurang dari 70% dari permukaan bumi adalah laut. Atau dengan kata lain ekosistem laut merupakan lingkungan hidup manusia yang terluas. Dikatakan bahwa laut merupakan

Lebih terperinci