Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.1 No.4 (2015) : 44-49
|
|
- Susanto Darmali
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.1 No.4 (2015) : IDENTIFIKASI JENIS PERIFITON SEBAGAI PENENTU KUALITAS AIR DI SUNGAI RAY 17 KELURAHAN BERANGAS BARAT KABUPATEN BARITO KUALA Fitriani 1, Fujianor Maulana 1 1. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP-PGRI Banjarmasin, Jl. Sultan Adam Kompleks H.Iyus Blok A No.18 RT.23 jungsoofitri@yahoo.co.id Abstrak Sungai Ray 17 memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat sekitar untuk berbagai keperluan seperti transportasi, MCK, mencari ikan, bahkan sungai ini juga dijadikan tempat pembuangan limbah rumah tangga dan pabrik. Oleh karena itu, peneliti tertarik ingin mengetahui kualitas air sungai ini melalui perifiton, karena perifiton dapat dijadikan bioindikator perairan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis perifiton yang ditemukan, keanekaragaman perifiton, kemelimpahan perifiton dan kualitas air di Sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengambilan sampel secara survei di beberapa titik di Sungai Ray 17. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di 3 zona yang berbeda yaitu zona alami, pabrik dan penduduk. Data dikumpulkan dengan cara pengambilan sampel dan observasi sampel. Data dianalisis dengan Identifikasi Sampel Perifiton, Indeks Keanekaragaman (H ) untuk mengetahui keanekaragaman jenis perifiton dan dengan rumus Lackey Drop Microtransecting Methods untuk menghitung kemelimpahan perifiton. Hasil penelitian ditemukan 11 jenis perifiton di Sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala yaitu Navicula sp., Nitzschia sp., Pinnularia viridis, Synedra acus, Fragilaria capucina, Rhizoclonium sp., Cladophora sp., Mougeotia sp., Gomphosphaeria sp., Merismopedia sp. dan Klebsormidium sp. Keanekaragaman perifiton di Sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala tergolong tingkat sedang. Keanekaragaman pada zona alami dan penduduk tergolong sedang, sedangkan keanekaragaman pada zona pabrik tergolong rendah. Kemelimpahan perifiton di Sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala tertinggi yaitu pada zona penduduk sebanyak 288 ind/cm 2 dan kemelimpahan terendah dimiliki oleh zona pabrik sebanyak 120 ind/cm 2. Kualitas air di Sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala adalah tercemar ringan. Kata kunci: Identifikasi, Kualitas Air, Perifiton Published : Desember 2015 PENDAHULUAN Perifiton adalah hewan maupun tumbuhan yang hidup di bawah permukaan air, sedikit bergerak, melekat pada batu, ranting, tanah atau substrat lainnya. Perifiton adalah campuran kompleks dari alga, cyanobacteria, mikroba heterotrofik dan detritus yang melekat pada dasar 44
2 Identifikasi Jenis Perifiton Sebagai Penentu Kualitas Air Di Sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala ekosistem perairan. Perifiton dari kelompok hewan pada umumnya terdiri dari protozoa dan rotifera, sedangkan perifiton dari kelompok tumbuhan sebagian besar terdiri dari mikroalga (Nabilla, 2011). Perifiton merupakan produsen anorganik primer yang menduduki tempat utama dalam pembentukan makanan di perairan sehingga komunitas ini sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup biota perairan. Selain dimanfaatkan sebagai pakan alami, perifiton juga dapat dijadikan sebagai bioindikator perairan. Secara alami perifiton bersifat tetap dan menempel pada akar tumbuhan, bebatuan, kayu dan benda dalam air lainnya sehingga memiliki kecenderungan lebih banyak menerima polutan dari area tersebut dibandingkan dengan hidrobiota yang lain (Marini, 2011). Sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat sekitar untuk berbagai keperluan seperti transportasi, MCK, mencari ikan, bahkan sungai ini juga dijadikan tempat pembuangan limbah rumah tangga dan pabrik. Kegiatan masyarakat sekitar sungai tentunya akan mempengaruhi kualitas air sungai dan kehidupan di dalamnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik ingin mengetahui kualitas air sungai ini melalui perifiton, karena perifiton dapat dijadikan bioindikator perairan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul Identifikasi Jenis Perifiton sebagai Penentu Kualitas Air di Sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis perifiton yang ditemukan di Sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala, keanekaragaman perifiton di Sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala, kemelimpahan perifiton di Sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala dan kualitas air di Sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengambilan sampel secara survei di beberapa titik di Sungai Ray 17. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di 3 zona yang berbeda yaitu zona alami, pabrik dan penduduk. Penelitian dilaksanakan di perairan sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala. 45
3 Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.1 No.4 (2015) : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Jenis perifiton yang ditemukan di sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala yaitu terdapat 11 jenis perifiton yang termasuk dalam 4 kelas, 5 ordo dan 8 famili meliputi Navicula sp., Nitzschia sp., Pinnularia viridis, Synedra acus, Fragilaria capucina, Rhizoclonium sp., Cladophora sp., Mougeotia sp., Gomphosphaeria sp., Merismopedia sp. dan Klebsormidium sp.. Kedalaman substrat perifiton yang paling banyak ditemukan jenis perifiton yaitu 5 jenis adalah kedalaman 1,8 m pada zona penduduk, sedangkan kedalaman substrat perifiton yang sama sekali tidak ditemukan jenis perifiton adalah kedalaman 0,3 m pada zona penduduk. Indeks Keanekaragaman (H') perifiton di sungai Ray 17 pada zona alami sebesar 1,55, pada zona pabrik sebesar 0,50 dan pada zona penduduk sebesar 1,31. Secara umum, indeks Keanekaragaman (H') perifiton di sungai Ray 17 sebesar 2,1. Kemelimpahan perifiton di sungai Ray 17 pada zona alami sebanyak 192 ind/cm 2, pada zona pabrik sebanyak 120 ind/cm 2 dan pada zona penduduk sebanyak 288 ind/cm 2. B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian terhadap identifikasi jenis perifiton sebagai penentu kualitas air di sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala ditemukan 11 jenis perifiton yaitu Navicula sp., Nitzschia sp., Pinnularia viridis, Synedra acus, Fragilaria capucina, Rhizoclonium sp., Cladophora sp., Mougeotia sp., Gomphosphaeria sp., Merismopedia sp. dan Klebsormidium sp. Jenis perifiton yang paling banyak ditemukan pada semua zona penelitian adalah dari kelas Bacillariophyceae yaitu 5 jenis, sedangkan dari kelas Chlorophyceae 3 jenis, Cyanophyceae 2 jenis dan Charophyceae 1 jenis. Pada zona alami ditemukan 5 jenis perifiton yaitu Synedra acus, Fragilaria capucina, Gomphosphaeria sp., Merismopedia sp. dan Mougeotia sp. Pada zona pabrik ditemukan 2 jenis perifiton yaitu Klebsormidium sp. dan Mougeotia sp. Pada zona penduduk ditemukan 6 jenis perifiton yaitu Navicula sp., Nitzschia sp., Pinnularia viridis, Rhizoclonium sp., Cladophora sp. dan Klebsormidium sp. Navicula sp. berbentuk lonjong memanjang, terdapat penebalan pada pinggiran selnya. Spesies ini ditemukan pada substrat kedalaman 1,8 m di zona pabrik. Nitzschia sp. berbentuk lonjong memanjang yang meruncing pada bagian ujung tubuhnya seperti perahu dan terdapat tonjolan pada tubuhnya. Spesies ini ditemukan pada substrat kedalaman 1,8 m di zona pabrik. Pinnularia viridis berbentuk memanjang, bagian ujung tubuhnya menyerupai persegi panjang. Spesies ini ditemukan pada substrat kedalaman 1,8 m di zona pabrik. Synedra acus berbentuk 46
4 Identifikasi Jenis Perifiton Sebagai Penentu Kualitas Air Di Sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala panjang dan tipis, pada tengah selnya terdapat sebuah garis. Spesies ini ditemukan pada substrat kedalaman 1,05 m di zona alami. Fragilaria capucina berbentuk persegi panjang yang tersusun berdempetan. Spesies ini ditemukan pada substrat kedalaman 1,05 m di zona alami. Rhizoclonium sp. berbentuk panjang, bersekat, tidak bercabang dan didalamnya terdapat inti yang menggumpal. Spesies ini ditemukan pada substrat kedalaman 1,8 m di zona pabrik. Cladophora sp. memiliki cabang dan bersekat. Spesies ini ditemukan pada substrat kedalaman 1,8 m di zona pabrik. Mougeotia sp. berbentuk batang, bersekat, didalamnya terdapat inti berbentuk pita yang berpilin. Spesies ini ditemukan pada kedalaman substrat 0,3 m di zona alami dan pada kedalaman substrat 1,8 m di zona pabrik. Gomphosphaeria sp. memiliki bentuk sel yang bulat dan oval yang tersusun membentuk lingkaran. Spesies ini ditemukan pada substrat kedalaman 1,8 m di zona alami. Merismopedia sp. memiliki sel yang bulat, berkoloni dan susunannya teratur. Spesies ini ditemukan pada substrat kedalaman 1,05 m di zona alami. Klebsormidium sp. berbentuk batang yang bersekat. Didalamnya terdapat inti yang bentuknya melengkung. Spesies ini ditemukan pada substrat kedalaman 0,3 m dan 1,05 m di zona pabrik dan pada kedalaman 1,05 m di zona penduduk. Indeks keanekaragaman perifiton di sungai Ray 17 tertinggi dimiliki oleh zona alami sebesar 1,55 dan indeks keanekaragaman terendah dimiliki oleh zona pabrik sebesar 0,5. Secara umum indeks keanekaragaman perifiton di sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala yaitu sebesar 2,1, indeks ini tergolong keanekaragaman tingkat sedang. Keanekaragaman pada zona alami tergolong sedang, pada zona pabrik indeks keanekaragaman tergolong dalam tingkat rendah dan pada zona penduduk keanekaragaman tergolong sedang. Kemelimpahan perifiton di sungai Ray 17 tertinggi dimiliki oleh zona penduduk sebanyak 288 ind/cm 2 dan kemelimpahan terendah dimiliki oleh zona pabrik sebanyak 120 ind/cm 2. Kemelimpahan tertinggi dimiliki oleh Nitzschia sp. yang ditemukan pada zona pabrik yaitu sebanyak 168 ind/cm 2. Kualitas air dapat dinilai tingkat pencemarannya dilihat dari indeks Keanekaragamannya. Menurut Yunasfi dkk (2013), suatu perairan yang memiliki indeks keanekaragaman perifiton >3 tergolong perairan tidak tercemar, indeks keanekaragaman 1-3 tergolong tercemar ringan dan indeks keanekaragaman <1 tergolong tercemar berat. Secara umum, indeks keanekaragaman perifiton di Sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala sebesar 2,1. Indeks ini tergolong dalam perairan yang tercemar ringan, sedangkan berdasarkan hasil perhitungan terhadap indeks Keanekaragaman (H') pada setiap zona pengamatan, zona alami memiliki indeks sebesar 1,55, sehingga tergolong perairan yang tercemar ringan. Indeks keanekaragaman pada zona pabrik sebesar 0,50 sehingga tergolong 47
5 Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.1 No.4 (2015) : perairan yang tercemar berat. Pada zona penduduk, indeks keanekaragamannya sebesar 1,31 sehingga tergolong perairan yang tercemar ringan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis perifiton yang ditemukan di Sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala ada 11 meliputi Navicula sp., Nitzschia sp., Pinnularia viridis, Synedra acus, Fragilaria capucina, Rhizoclonium sp., Cladophora sp., Mougeotia sp., Gomphosphaeria sp., Merismopedia sp. dan Klebsormidium sp. Keanekaragaman perifiton di Sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala tergolong tingkat sedang. Keanekaragaman pada zona alami dan penduduk tergolong sedang, sedangkan keanekaragaman pada zona pabrik tergolong rendah. Kemelimpahan perifiton di Sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala tertinggi yaitu pada zona penduduk sebanyak 288 ind/cm 2 dan kemelimpahan terendah dimiliki oleh zona pabrik sebanyak 120 ind/cm 2. Kualitas air dapat dinilai tingkat pencemarannya dilihat dari indeks Keanekaragamannya. Menurut Yunasfi dkk (2013), suatu perairan yang memiliki indeks keanekaragaman perifiton >3 tergolong perairan tidak tercemar, indeks keanekaragaman 1-3 tergolong tercemar ringan dan indeks keanekaragaman <1 tergolong tercemar berat. Secara umum, indeks keanekaragaman perifiton di sungai Ray 17 sebesar 2,1. Indeks ini tergolong dalam perairan yang tercemar ringan, sedangkan berdasarkan hasil perhitungan terhadap indeks Keanekaragaman (H') pada setiap zona pengamatan, zona alami memiliki indeks sebesar 1,55, sehingga tergolong perairan yang tercemar ringan. Hal ini dikarenakan air sungai tercemari oleh kegiatan masyarakat sekitar yang menggunakan sungai ini untuk transportasi kadang membuang sampahnya sembarangan ke sungai. Indeks keanekaragaman pada zona pabrik sebesar 0,50 sehingga tergolong perairan yang tercemar berat. Hal ini diduga dikarenakan limbah dari pabrik kayu berupa potongan kecil serpihan kayu dari hasil penggergajian, debu, serbuk gergaji dan limbah lainnya yang dibuang ke sungai. Sungai sudah tidak dapat menetralisir limbah yang terlalu banyak sehingga berpengaruh terhadap kualitas air dan kehidupan didalamnya. Pada zona penduduk, indeks keanekaragamannya sebesar 1,31 sehingga tergolong perairan yang tercemar ringan. Hal ini dikarenakan aktivitas masyarakat sekitar yang menggunakan air sungai untuk mandi, mencuci, buang air besar di sungai karena safety tank yang kurang memadai, bahkan membuang sampah ke sungai sehingga limbah yang dihasilkan akan menyebabkan kualitas air berubah dan tidak layak untuk dipakai dan dikonsumsi. Berdasarkan kesimpulan tersebut disarankan untuk masyarakat sekitar agar menjaga kebersihan sungai ini karena sungai sudah mulai tercemar, 48
6 Identifikasi Jenis Perifiton Sebagai Penentu Kualitas Air Di Sungai Ray 17 Kelurahan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala mengingat peranan sungai yang vital bagi masyarakat sekitar dan ekosistem yang ada didalam sungai tersebut. DAFTAR RUJUKAN Marini, M Kelimpahan dan Keanekaragaman Jenis Perifiton di Perairan Sungai Belida Kabupaten Muaraenim, Sumatera Selatan. Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum. Palembang. Nabilla, D Perifiton. (online: diakses 1 April 2015). Yunasfi, Suryanti, Barus Keanekaragaman dan Kelimpahan Perifiton di Perairan Sungai Deli, Sumatera Utara. Skripsi USU. Medan. 49
STUDI DISTRIBUSI SPASIAL KELIMPAHAN PERIFITON DI SUNGAI KUMBE MERAUKE PAPUA 1
STUDI DISTRIBUSI SPASIAL KELIMPAHAN PERIFITON DI SUNGAI KUMBE MERAUKE PAPUA 1 ABSTRAK Mirna dwirastina 2 dan Yoga Candra Ditya 2 Perifiton merupakan flora atau tumbuhan yang tumbuh atau hidup menempel
Lebih terperinciABSTRAK KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI SUNGAI PANYIURAN DAN SUNGAI ANTARAKU KECAMATAN PENGARON KABUPATEN BANJAR
42 ABSTRAK KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI SUNGAI PANYIURAN DAN SUNGAI ANTARAKU KECAMATAN PENGARON KABUPATEN BANJAR Oleh : Dwi Kundar Setiyati, Asri Lestari, Aulia Ajizah Aktivitas pertambangan batubara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia sehingga kualitas airnya harus tetap terjaga. Menurut Widianto
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya akan mineral dengan ph sekitar 6. Kondisi permukaan air tidak selalu
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN IKAN SUNGAI LAHEI BERDASARKAN ALAT TANGKAP IKAN OLEH MASYARAKAT DESA LAHEI KABUPATEN BARITO UTARA
Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : 2443-3608 Vol.3 No.1 (2017) : 7-11 KEANEKARAGAMAN IKAN SUNGAI LAHEI BERDASARKAN ALAT TANGKAP IKAN OLEH MASYARAKAT DESA LAHEI KABUPATEN BARITO UTARA Mada Ellyana 1, Bayu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah sekitarnya. Oleh karena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak kurang dari 70% dari permukaan bumi adalah laut. Atau dengan kata lain ekosistem laut merupakan lingkungan hidup manusia yang terluas. Dikatakan bahwa laut merupakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penentuan kualitas suatu perairan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air kurang memberikan
Lebih terperinciSPESIES ALGA PERIFITON YANG DITEMUKAN DI SUNGAI BATANGHARI KENAGARIAN LUBUK ULANG ALING KECAMATAN SANGIR BATANGHARI KABUPATEN SOLOK SELATAN
SPESIES ALGA PERIFITON YANG DITEMUKAN DI SUNGAI BATANGHARI KENAGARIAN LUBUK ULANG ALING KECAMATAN SANGIR BATANGHARI KABUPATEN SOLOK SELATAN ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN PERIFITON DI PERAIRAN SUNGAI DELI SUMATERA UTARA
139 KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN PERIFITON DI PERAIRAN SUNGAI DELI SUMATERA UTARA Susanti Lawati Barus 1, Yunasfi 2, Ani Suryanti 2 1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian USU
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi
PENDAHULUAN Latar Belakang Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi dalam suatu media air pada wilayah tertentu. Ketiga komponen tersebut saling berinteraksi, jika terjadi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
35 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Penelitian Tahap I 4.1.1.1. Percobaan 1: 4.1.1.1.a. Komposisi Perifiton Selama penelitian ditemukan tiga kelas perifiton yaitu Bacillariophyceae (9 genus),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan mengalir (lotik) dan perairan menggenang (lentik). Perairan mengalir bergerak terus menerus kearah
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN PERIFITON DI PERAIRAN SUNGAI DELI SUMATERA UTARA SUSANTI LAWATI BARUS
KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN PERIFITON DI PERAIRAN SUNGAI DELI SUMATERA UTARA SUSANTI LAWATI BARUS 090302022 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA
PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh: BETZY VICTOR TELAUMBANUA 090302053 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Mollusca merupakan salah satu filum yang terbesar pada kelompok hewan, baik dalam jumlah spesies maupun dalam jumlah individu, dua kelas terbesar dari filum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Brantas adalah sungai terpanjang yang ada di provinsi Jawa Timur. Panjangnya yaitu mencapai sekitar 320 km, dengan daerah aliran seluas sekitar 12.000 km 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyediaan air yang aman dan pengelolaan limbah cair memegang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyediaan air yang aman dan pengelolaan limbah cair memegang peranan penting dalam menurunkan kejadian banyak penyakit yang ditularkan melalui air atau terkait dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air
TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya,
Lebih terperinciPOSTER KERAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI OGAN, SUMATERA SELATAN 1 Marson 2
POSTER KERAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI OGAN, SUMATERA SELATAN 1 Marson 2 ABSTRAK Sungai Ogan dimanfaatkan penduduk untuk kepentingan sosial dan ekonomi, dampak kegiatan tersebut mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waduk Mulur Sukoharjo merupakan objek wisata alam yang terletak di provinsi Jawa Tengah.Tepatnya berada di daerah Kabupaten Sukoharjo, Kecamatan Bendosari, Kelurahan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan
PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia yang sangat tinggi telah menimbulkan banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan pembangunan, terutama di sektor industri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang melimpah. Sumberdaya hutan Indonesia sangat bermanfaat bagi kehidupan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciPENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam
PENDAHULUAN Latar Belakang Logam dan mineral lainnya hampir selalu ditemukan dalam air tawar dan air laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam logam baik logam ringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terluas di dunia sekitar ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia sekitar 3.735.250 ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove Indonesia
Lebih terperinciKonsep Populasi dan Komunitas. Ekologi Perairan Pertemuan Saifullah Jurusan Perikanan Untirta
Konsep Populasi dan Komunitas Ekologi Perairan Pertemuan 10-11 Saifullah Jurusan Perikanan Untirta Konsep Populasi Individu Populasi kelompok organisme dari spesies yang sama dan menduduki ruang atau
Lebih terperincimemiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelecypoda merupakan biota bentik yang digunakan sebagai indikator biologi perairan karena hidupnya relatif menetap (sedentery) dengan daur hidup yang relatif lama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ( Jamilah, 2009 ). Menurut Direktorat Bina Produksi Kehutanan (2006) bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia terhadap kayu sebagai konstruksi, bangunan atau furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk, sementara ketersediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Suatu lingkungan dikatakan tercemar apabila telah terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Kebutuhan air kita menyangkut dua hal. Pertama, air untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua makhluk hidup memerlukan air, tanpa air tak akan ada kehidupan termasuk manusia. Kebutuhan air
Lebih terperinciANALISIS KOMUNITAS BACILLARIOPHYTA PERIFITON SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS AIR DI SUNGAI BRANTAS MALANG, JAWA TIMUR
ANALISIS KOMUNITAS BACILLARIOPHYTA PERIFITON SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS AIR DI SUNGAI BRANTAS MALANG, JAWA TIMUR Agnes Purwani, Hadi Suwono 1, Sitoresmi Prabaningtyas 2 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas
Lebih terperinciSEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA
SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA Oleh: Yuri Hertanto C64101046 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sungai merupakan salah satu sumber air utama bagi masyarakat luas baik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu sumber air utama bagi masyarakat luas baik yang digunakan secara langsung ataupun tidak langsung. Sungai Konto merupakan salah satu anak
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Danau Perintis merupakan danau air tawar yang mempunyai areal seluas 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Danau Perintis merupakan danau air tawar yang mempunyai areal seluas 6 Ha yang terdapat di Desa Huluduotamo Kec. Suwawa Kab. Bone Bolango.
Lebih terperinci1BAB I PENDAHULUAN. memiliki garis pantai sepanjang km (Cappenberg, dkk, 2006). Menurut
1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam baik laut maupun darat. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki garis
Lebih terperinciProduktivitas Primer Perifiton di Sungai Naborsahan Sumatera Utara (Periphyton Primary Productivity in Naborsahan River North Sumatra) ABSTRACT
1 Produktivitas Primer Perifiton di Sungai Naborsahan Sumatera Utara (Periphyton Primary Productivity in Naborsahan River North Sumatra) Betzy Victor Telaumbanua 1, Ternala Alexander Barus 2, Ani Suryanti
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakterisasi Lokasi Penelitian Lokasi penelitian Sungai Ciliwung bagian hulu hingga tengah memiliki ketinggian antara 1,289 sampai 163 m diatas permukaan laut. Kondisi ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perairan sangat penting bagi semua makhluk hidup, sebab air merupakan media bagi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukaan bumi sebagian besar ditutupi oleh badan perairaan (Nontji, 2008). Ekosistem perairan sangat penting bagi semua makhluk hidup, sebab air merupakan media bagi
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perairan laut Indonesia memiliki keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut yang hidup di sekitarnya. Ekosistem
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat
Lebih terperincisedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan. Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Chlorella SP 1. Klasifikasi Penamaan Chlorella sp karena memiliki kandungan klorofil yang tinggi dan juga merupakan produsen primer dalam rantai makanan (Sidabutar, 1999).
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Titik yang dijadikan lokasi penelitian adalah Jalan H.B. Jasin (eks Jalan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Titik yang dijadikan lokasi penelitian adalah Jalan H.B. Jasin (eks Jalan Agus Salim) dari Hotel Astro sampai di perempatan lampu merah Jalan Rambutan
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN ALGA MIKROSKOPIS PADA DAERAH PERSAWAHAN DI DESA SUNGAI LUMBAH KECAMATAN ALALAK KABUPATEN BARITO KUALA
72 ABSTRAK KEANEKARAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN ALGA MIKROSKOPIS PADA DAERAH PERSAWAHAN DI DESA SUNGAI LUMBAH KECAMATAN ALALAK KABUPATEN BARITO KUALA Oleh: Lia Erdina, Aulia Ajizah, Hardiansyah Alga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan apa adanya (langsung tanpa pengolahan tertentu), dengan begitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bagi manusia, air sangat esensial untuk proses pencernaan, absorpsi dan ekskresi, tetapi air juga rentan terhadap kontaminasi dan pencemaran. Kebanyakan manusia memanfaatkan
Lebih terperinciKeanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN
Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta Oleh Arief Setyadi Raharjo M O499014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perairan mempunyai peran yang sangat besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang memiliki luas 240 ha. Pemanfaatan lahan di sekitar Waduk Cengklik sebagian besar adalah
Lebih terperinciKARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY
KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan
Lebih terperincimemenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan sumber daya alam untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta
Lebih terperincibanyaknya zat anorganik di perairan. Kecepatan pertumbuhan populasi enceng gondok dan ganggang hijau ini dapat mengganggu biota perairan yang lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perairan sungai merupakan salah satu ekosistem yang berperan penting dalam lingkungan. Sungai biasa dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan air dan sumber
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan analisis dari bab I dan bab IV guna menjawab permasalahan dalam penelitian yang dilakukan. Maka hasil penelitian yang menjadi titik tekan sehingga kesimpulan
Lebih terperinciISBN : Berkelanjutan 2015, STP JAKARTA
POSTER STATUS KUALITAS SUNGAI MUSI BAGIAN HILIR DITINJAU DARI KOMUNITAS PERIFITON 1 ABSTRAK Sevi Sawestri 2 & Dwi Atminarso 2 Perifiton memiliki peranan penting dalam jaring makanan di perairan. Karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkat genetika (Saptasari, 2007). Indonesia merupakan negara dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati merupakan kehadiran berbagai macam variasi bentuk penampilan, jumlah, dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan jenis, dan tingkat genetika
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Keragaman Vegetasi Mangrove Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada 20 plot yang masing-masing petak ukur 5x5 m, 10x10 m dan 20x20 m diketahui bahwa vegetasi mangrove
Lebih terperinciPOLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG
POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG Wienty Triyuly Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang-Prabumulih km 32 Indralaya OI 30662 Email
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan lentik.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem perairan di daratan secara umum dibagi menjadi dua yaitu perairan mengalir atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan
Lebih terperinciSTRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON PADA ZONA LITORAL DI RANU PAKIS KABUPATEN LUMAJANG SKRIPSI. Oleh Abdur Rasit NIM
STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON PADA ZONA LITORAL DI RANU PAKIS KABUPATEN LUMAJANG SKRIPSI Oleh Abdur Rasit NIM. 081810401030 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan Pulau Pramuka terletak di Kepulauan Seribu yang secara administratif termasuk wilayah Jakarta Utara. Di Pulau Pramuka terdapat tiga ekosistem yaitu, ekosistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika, kimia, dan biologi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai mempunyai peranan yang sangat penting bagi masyarakat. Berbagai aktivitas manusia seperti pembuangan limbah industri dan rumah tangga menyebabkan menurunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke perairan yang menyebabkan pencemaran. Limbah tersebut
Lebih terperinciSTRUKTUR KOMUNITAS PERIFITON PADA MAKROALGA Ulva lactuca DI PERAIRAN PANTAI ULEE LHEUE, BANDA ACEH
Volume 1, Nomor 3: 337347 ISSN. 25276395 STRUKTUR KOMUNITAS PERIFITON PADA MAKROALGA Ulva lactuca DI PERAIRAN PANTAI ULEE LHEUE, BANDA ACEH COMMUNITY STRUCTURE IN MACROALGAE ULVA LACTUCA PERIFITON IN COASTAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai berlindung, laguna, dan muara sungai yang tergenang pada saat pasang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air bersih merupakan sumber kehidupan yang sangat vital bagi manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air bersih merupakan sumber kehidupan yang sangat vital bagi manusia. Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan industri, kebutuhan air bersih terus meningkat, disamping
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai
TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peranan penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah disekitarnya,
Lebih terperinci"ft LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH BERSAING LANJUTAN. Dra. Retno Wimbaningrum, M.Si. Drs. Siswoyo, M.Sc., Ph.D.
"ft rt LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH BERSAING LANJUTAN PEMANTAUAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKOSISTEM LOTIK SUNGAI BEDADU}IG DAN REMBANGAN DI JEMBER BERDASARKAN KEBERADAAN DIATOM EPI LITHI K SEBAGAI BIOINDIKATOR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bakteri berpigmen sebagian besar merupakan kelompok bakteri yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri berpigmen sebagian besar merupakan kelompok bakteri yang bersifat heterotrofik, namun dapat menggunakan cahaya sebagai sumber energi tambahan (Madigan et al., 2009).
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Sungai Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh karena itu, sumber air sangat dibutuhkan untuk dapat menyediakan air yang baik dari segi kuantitas
Lebih terperinciUJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIO-COAL CAMPURAN BATUBARA DENGAN SERBUK GERGAJI DENGAN KOMPOSISI 100%, 70%, 50%, 30%
TUGAS AKHIR UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIO-COAL CAMPURAN BATUBARA DENGAN SERBUK GERGAJI DENGAN KOMPOSISI 100%, 70%, 50%, 30% Diajukan Guna Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Derajat Sarjana Strata
Lebih terperinciPENDAHULUAN. hal yang penting dan harus tetap dijaga kestabilannya (Effendi, 2003).
PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan sebagai hajat hidup orang banyak. Semua makhluk hidup membutuhkan air untuk kehidupannya sehingga sumberdaya air perlu dilindungi
Lebih terperinci5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir
BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis terhadap bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu analisis mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir, analisis mengenai pemetaan entitas-entitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sungai merupakan suatu badan perairan tawar yang memiliki karakter air mengalir yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan suatu badan perairan tawar yang memiliki karakter air mengalir yang alirannya bergerak dari daerah yang topografi tinggi ke daerah topografi yang rendah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian Plankton yang telah dilakukan di sungai
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Hasil pengamatan plankton Berdasarkan hasil penelitian Plankton yang telah dilakukan di sungai Brantas, diperoleh 13 genus fitoplankton yang terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber bagi kehidupan manusia. Salah satu sumber air
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber bagi kehidupan manusia. Salah satu sumber air yang ada di permukaan bumi adalah mata air. Mata air sebagai salah satu ekosistem perairan yang berperan
Lebih terperinciLUMUT KERAK SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN UDARA (Studi Kasus Di Jalan H.B. Jasin Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo)
LUMUT KERAK SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN UDARA (Studi Kasus Di Jalan H.B. Jasin Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo) Yuliani Usuli 1, Wirnangsi D. Uno 2, Dewi W. K. Baderan 3 Mahasiswa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk merupakan bahan alami atau buatan yang ditambahkan ke tanah dan dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah satu atau lebih hara esensial. Pupuk dibedakan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Indonesia sedang berkembang menjadi sebuah negara industri. Sebagai suatu negara industri, tentunya Indonesia membutuhkan sumber energi yang besar. Dan saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar, jika pengelolaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas manusia yang semakin beragam di berbagai sektor sekarang ini sehingga menimbulkan dampak positif dan dampak negatif, salah satu dampak negatif dari aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, mengalir dari hulu di Kabupaten Simalungun dan terus mengalir ke
Lebih terperinciJURNAL KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI WADUK WONOREJO KECAMATAN PAGERWOJO KABUPATEN TULUNGAGUNG
JURNAL KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI WADUK WONOREJO KECAMATAN PAGERWOJO KABUPATEN TULUNGAGUNG DIVERSITY OF MICROALGAE AT WONOREJO RESERVOIR IN PAGERWOJO SUBDISTRICT TULUNGAGUNG REGENCY Oleh: NOVI DAMAYANTI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sekitar 21% persediaan air Asia Pasifik (Walhi, 2005). Perairan air tawar, salah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia memiliki 65% dari persediaan air di dunia atau sekitar 21% persediaan air Asia Pasifik (Walhi, 2005). Perairan air tawar, salah satunya waduk menempati
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sudah menjadi kebutuhan vital bagi makhluk hidup. Tidak hanya untuk mandi atau mencuci, tapi kebutuhan akan air bersih juga diperlukan
Lebih terperinciKOMPOSISI PERIFITON DI BATANG NARAS NAGARI PILUBANG KECAMATAN SUNGAI LIMAU KABUPATEN PADANG PARIAMAN Oleh:
KOMPOSISI PERIFITON DI BATANG NARAS NAGARI PILUBANG KECAMATAN SUNGAI LIMAU KABUPATEN PADANG PARIAMAN Oleh: Winda Annisa Fitra, Nursyahra, Meliya Wati Program Studi Pendidikan Bioligi Sekolah Tinggi Keguruan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah rumput laut atau yang dikenal dengan sebutan ganggang laut atau alga laut. Beberapa diantaranya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65-75% dari berat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65-75% dari berat badan manusia dewasa terdiri
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai
TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter fisik-kimia dalam penelitian ini digunakan sebagai data penunjang, yang
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter fisik-kimia dalam penelitian ini digunakan sebagai data penunjang, yang terdiri atas ph, DO (Dissolved Oxygen atau Oksigen Terlarut), kejernihan dan temperatur air.
Lebih terperinciIDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI PERAIRAN MUARA BADAK, KALIMANTAN TIMUR
3 Dhani Dianthani Posted 3 May, 3 Makalah Falsafah Sains (PPs ) Program Pasca Sarjana /S3 Institut Pertanian Bogor Mei 3 Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab) Dr Bambang Purwantara IDENTIFIKASI
Lebih terperinciKOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN SUNGAI OGAN KABUPATEN OGAN KOMERING ULU, SUMATERA SELATAN
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIRAN SUNGAI OGAN KABUPATEN OGAN KOMERING ULU, SUMATERA SELATAN Endri Junaidi, Zazili Hanapiah, Sefty Agustina Jurusan Biologi,
Lebih terperinciADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Aliran sungai dari sumber Kuluhan banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar warga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Air tawar hanya menempati 3 % dari jumlah air dipermukaan bumi, yang sebagian besar tersimpan dalam bentuk bekuan berupa gletser dan es, atau terbenam
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi penelitian Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo. Sungai ini bermuara ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang secara geografis memiliki daerah pesisir yang sangat panjang. Di sepanjang daerah tersebut hidup beranekaragam biota laut (Jati dan
Lebih terperinciPENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN
PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN Junaidi, Ariefin 2, Indra Mawardi 2 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi Dan Perawatan 2 Dosen Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumber kekayaan yang sangat melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Lebih terperinci