ASOSIASI SERANGGA PADA STUP LEBAH Apis cerana DI PATALANGAN KABUPATEN PADANG PARIAMAN JURNAL DIKY OKTORINANDO NIM

Transkripsi

1 ASOSIASI SERANGGA PADA STUP LEBAH Apis cerana DI PATALANGAN KABUPATEN PADANG PARIAMAN JURNAL DIKY OKTORINANDO NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2015

2

3 ASOSIASI SERANGGA PADA STUP LEBAH Apis cerana DI PATALANGAN KABUPATEN PADANG PARIAMAN Diky Oktorinando, Jasmi, Meliya Wati Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat doktorinando@yahoo.co.id Abstract Bees are one of insects that can be used for pollination of plants, health, and balance. Insects are not only life alone but also association with others insects. The interaction of species will produce association with species who patter decided whether two of species choosing or avoiding the same mullet, have the power of rejection, appeal or not interacting. Interaction will give impact to two sides. It can weakness, strengthens or there is no impact. Design of this research was survey description. The purpose of this research was to know, how the association directed of stup and observed interaction of others insects with Apis cerana. The data supporting physical factors were temperature, humidity, and wind speed. The analysis data were covers index association and type of interaction Apis cerana with others insects. The result of this research showed nine species had index association with high category, and there were nine types of interaction, the types of interaction were negative. The result of physical factors measurement showed good environment. There were nine types of interaction which harm for Apis cerana which are pests. So it needed pest s control of cultivation bees in Patalang Kabupaten Padang Pariaman Key word : Association, association indeks, stup, Apis cerana, kinds of interaction. Pendahuluan Salah satu keanekaragaman hayati yang dapat dibanggakan Indonesia adalah serangga, dengan jumlah jenis atau sekitar 15% dari jumlah jenis biota utama yang diketahui di Indonesia (Bappenas, 1993). Serangga adalah hewan yang paling besar jumlah individunya. Sehingga dapat ditemukan jutaan individu hanya pada tanah seluas 1 area (sama dengan 4047 m2 (Borror, Triplehorn, dan Johnson, 1992). Serangga juga hidup berinteraksi dan berasosiasi (hidup bersama) dengan tumbuhan atau hewan serangga lain untuk dan kelangsungan hidupnya. Interaksi adalah hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya. Ada dua macam interaksi berdasarkan jenis organisme yaitu intraspesies dan interspesies. (Suin, 2003). Interaksi spesies akan menghsilkan suatu asosiasi antar spesies yang polanya sangat ditentukan oleh apakah kedua spesies memilih atau menghindari habitat yang sama, mempunyai daya penolakan atau daya tarik, atau bahkan tidak berinteraksi (Suin, 2003). Asosiasi adalah adanya saling ketergantungan antara jenis dengan jenis yang lain. Baik hewan maupun tumbuhan dari yang paling sederhana sampai yang bertingkat tinggi. Fenomena asosiasi atau interaksi yang juga sering disebut dengan simbiosis merupakan suatu hal yang alamiah terjadi di alam (Tabba dalam Herianto, 2013). Budidaya lebah terdapat di Provinsi Sumatera Barat, Kabupaten Padang Pariaman, di Patalangan, ditemukan serangga lain yang berasosiasi pada stup kotak lebah, jenis serangga yang ditemukan antara lain semut, kecoa, kelabang/sipasan dan galo-galo. Selain asosiasis serangga akan membentuk suatu tipe interaksi. Jenis lebah madu yang dibudidayakan adalah Apis cerana atau lebah lokal. Bahan dan Metode Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus September Koleksi sampel dilakukan di perlebahan pilot proyek Patalangan Kabupaten Padang Pariaman. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, pinset, cawan petri, loup, inseknet, masker, kertas label, kantong plastik, karet, kamera, dan alat-alat tulis. Bahan yang digunakan adalah hama yang dikoleksi dan alkohol 70 %. Penelitian ini dilakukan di Desa Patalangan perlebahan pilot proyek Kabupaten Padang Pariaman.

4 Kotak lebah madu diletakan di sekitar perkebunan warga. Di sekitar lokasi penelitian, terdapat banyak jenis tanaman yang dikunjunggi Apis cerana sebagai sumber pakan. Metode yang digunakan penelitian ini adalah metode survey deskriptif yaitu dengan cara memeriksa langsung di dalam kotak, di luar kotak dan di celah kotak lebah madu. Kriteria kotak yang dijadikan tempat pengambilan sampel yaitu kotak yang terdapat lebah madu, dan berdasarkan umur kotak, ketinggian kotak pada tanah dan kotak yang dekat dengan pohon. Jumlah kotak yang di ambil 10% dari jumlah kotak, jumlah kotak yang ada sebanyak 300 kotak. Sebelum pengambilan sampel, dilakukan pengamatan interaksi serangga dengan Apis cerana selama 15 menit. Pengambilan sampel dilakukan pada malam dan siang hari dan dilakukan identifikasi di laboratorium STKIP PGRI Sumbar. Hasil analisis data berupa indeks asosiasi dan tipe interaksi asosiasi yang terjadi antara spesies lebah dengan serangga lain dan akan di sajikan dalam bentuk tabel. Indeks Asosiasi IO = IO = Indeks Ochiai, a = Jenis A dan B hadir, b = Jenis A hadir, B tidak hadir. c = Jenis A tidak hadir, B hadir Kategori Nilai Indeks Asosiasi sangat tnggi (ST) 0,75-1,00; tinggi (T) 0,49-0,74; rendah (R) 0,23-0,48 dan sangat rendah (SR) < 0,22. (Kurniawan dalam Kianto, 2011). Hasil dan Pembahasan Terdapat sembilan spesies, spesies yang banyak adalah semut yang termasuk ke dalam Famili Formicidae berjumlah 5 spesies dan spesies yang sedikit adalah Famili Blatidae dan Termitidae. Spesies yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Spesies serangga yang ditemukan pada stup lebah Apis cerana. Ordo Famili Genus Spsesies Tempat di temukan Isoptera Termitidae Microtermes Microtermes sp. Pada kayu stup Orthoptera Blatidae Periplaneta Periplaneta Americana Dalam stup Hymenoptera Vespidae Vespa Vespa tropica Di luar stup Vespa Vespa sp. Di luar stup Formicidae Solenopsis Solenopsis molesta Pada sisiran Pheidole Pheidole sythiesi Di dalam stup Myrmecocystus Myrmecocystus tenunodis Di dalam stup Diacama Diacama scelpartum Pada sisiran Odontomachus Odontomachus bauri Di dalam stup Keterangan : Spesies serangga yang di temukan pada stup Apis cerana di Patalangan Kabupaten Padang Pariaman Tpe interaksi yang terjadi yaitu bersifat negatif terhadap Apis cerana. Terdapat sembilan indeks asosiasi yang tinggi, nilai indeks asosiasi yang tertinggi adalah 0,698 yaitu Vespa tropica dan yang terendah adalah 0,673 yaitu Solenopsis molesta. Tipe interaksi dan indek asosiasi dapat dilihat pada Tabel 2.

5 Tabel 3. Tipe Interaksi Apis cerana dengan serangga yang ditemukan pada stup lebah Apis cerana. No Spesies I Spesies II Indek Asosiasi Kategori Indeks Tipe Interaksi Waktu di temukan S M 1 Apis cerana Microtermes sp. T Negatif 2 Apis cerana Periplaneta T Negatif americana 3 Apis cerana Vespa tropica T Negatif 4 Apis cerana Vespa sp. T Negatif 5 Apis cerana Solenopsis molesta T Negatif 6 Apis cerana Pheidole sythiesi T Negatif 7 Apis cerana Myrmecocystus T Negatif tenunodis 8 Apis cerana Diacama scelpartum T Negatif 9 Apis cerana Odontomachus bauri T Negatif Keterangan : Waktu ditemukan : S = Siang. M = Malam. Indek asosiasi : (ST) Sangat Tinggi, (T) Tinggi, (R) Rendah, (SR) Sangat Rendah. Faktor fisika pada siang dan malam hari, faktor fisika yang di ukur yaitu suhu udara, kecepatan angin, dan kelembaban. Pengukuran faktor fisika dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Pengukuran Faktor Fisika. Parameter Siang Suhu Udara (ºC) Kecepatan Angin (m/s) Kelembaban (%) ,00-0, Kisaran Malam ,00-0, Keterangan : Pengukuran faktor fisika pada siang dan malam hari. Pada Tabel 1 merupakan spesies serangga yang ditemukan di stup lebah. Serangga yang banyak ditemukan adalah Famili Formicidae sebanyak 5 spesies dan beberapa spesies serangga lainnya. Berdasarkan hasil Tabel 2 indeks asosiasi serangga menunjukan kategori indeks yang tinggi, sesuai dengan kategori indeks menurut (Ludwig dan Reynold dalam Kurniawan, 2008). Tingginya kategori indeks asosiasi dihitung dari kehadiran jenis serangga yang ditemukan pada setiap kotak yang dibuka yaitu sebanyak 30 kotak. Indeks asosiasi serangga bekisar antara 0,673-0,698. Kategori indeks menunjukan semua spesies mempunyai tingkat indeks asosiasi yang tinggi, hal ini berarti bahwa semua spesies serangga yang ditemukan mempunyai ketergantungan yang tinggi oleh faktor makanan, dan faktor tempat tinggal. Asosiasi adalah adanya saling ketergantungan antara jenis dengan jenis yang lain, baik hewan maupun tumbuhan dari yang paling sederhana sampai yang bertingkat tinggi. Berdasarkan Tabel 2 terdapat berbagai macam serangga pada stup Apis cerana. Serangga yang terdapat menimbulkan berbagai macam interaksi, rayap atau Microtermes sp. memakan kayu stup dan membuat koloni lebah madu pergi sehingga bentuk interaksi yaitu negatif. Kerusakan yang ditimbulkan oleha rayap yaitu memakan serat kemudian membuat ruangan dan akan dihubungkan dengan lorong-lorong kecil (Singgih, 2006). Kecoa atau Periplaneta americana menghasilkan tipe interaksi negatif. Jenis serangga ini yang bila berhasil masuk ke dalam kotak (stup) lebah madu akan memangsa beberapa ekor lebah, akan mengacaukan koloni lebah madu. Bila tidak segera ditanggulangi dapat menyebabkan sebagian lebah madu meninggalkan koloninya (Murtidjo, 1991). Tabuhan atau Vespa tropica adalah serangga yang mencari makanan nektar bunga, namun dapat menjadi predator untuk lebah madu. Sama dengan Famili Vespidae, Famili Vespidae mempunyai tipe interaksi

6 6 negatif karna memangsa lebah madu. Famili vespidae yang termasuk genus Vespa termasuk dalam keluarga lebah, tetapi menjadi hama (pemangsa) bagi lebah madu. Tabuhan akan memangsa lebah madu yang berada di depan kotak atau sedang terbang (Aninomous, 2010). Jenis semut paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 5 jenis. Semut termasuk kedalam Famili Formicidae dan terdiri dari beberapa genus. Tipe interaksi semut yaitu negatif, karena mengambil madu yang dihasilkan lebah dan membuat sarang pada stup. Semut merupakan serangga yang aktif mencari makan dan membawa makanan ke dalam sarangnya (Van Mele, 2004). Suhu yang terdapat di perlebahan di patalangan berkisar antara (30 33ºC) pada siang hari dan (26º 29ºC) pada malam hari, karna faktor suhu yang tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin maka asosiasi serangga dapat terjadi pada stup lebah apis cerana, Menurut Jumar (2000) pengaruh suhu dapat jelas terlihat pada proses fisiologis serangga, pada suhu tertentu aktifitas serangga akan tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan menurun. Pada umumnya kisran suhu yang efektif utntuk suhu minimun (15ºC), suhu optimum (25ºC) dan suhu maksimum (45ºC). Suhu udara yang cocok untuk beternak lebah madu adalah ( C) Kesimpulan dan Saran Jenis serangga yang di temukan sebanyak 9 spesies (Microtermes sp. Periplaneta Americana, Vespa tropica, Vespa sp. Solenopsis molesta, Pheidole sythiesi, Myrmecocystus tenunodis, Diacama scelpartum, Odontomachus baur)i, termasuk kedalam 8 genus, 4 Famili dan 3 Ordo. Indeks asosiasi serangga tinggi yaitu (0,49 0,74). Semua Tipe interaksi serangga dengan Apis cerana bersifat negatif. Suhu pada siang hari (30º- 33ºC), pada malam hari (26ºC-29ºC). Kecepatan angin (0,00 0,1 m/s) dan kelembaban udara pada siang hari 64 66% dan pada malam hari kelembaban udara79 85%. Dengan adanya penelitian ini didapatkan serangga yang bersifat hama maka perlu dilakukan pengendalian hama pada budi daya lebah di Patalanag Kabupaten Padang Pariaman, agar produksi lebah madu dapat meningkat, dan sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya. Ucapan Terimaksih Penulis mengucapkan terimakasih kepada Nursyahra, M.Si. Armein Lusi. Z., M.Si. Elza Safitri, M.Si yang telah memberikan kritik dan saran agar artikel ini menjadi lebih baik. Daftar Pustaka Agung. K. Ni Kadek. E. U. dan I Made. R. P Asosiasi jenis-jenis Pohon Dominan di Hutan Dataran Rendah Cagar Alam Tangkoko Bitung Sulawesi Utara. Biodiversitas. (No 3, Vol 9). Aninomous Lebah Madu: Cara Beternak dan Pemanfaatan. Jakarta: Penebar Swadaya. Badan Perencana Pembangunan Nasional Biodiversity Action Plan for Indonesia, Jakarta: BAPPENAS Borror, J.D., Triplehorn, A. C. dan Johnson, F. N., Pengenalan Pelajaran Serangga, Edisi keenam. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Herianto. M. Sri. N. Dan M. Ihsan Asosiasi Burung Julang Sulawesi Dengan Pohon Eboni Di Cagar Alam Pangi Binagga Desa Panggi Kabupaten Parigi Moutog.Universitas Tandulako. Jumar Entomologi Pertanian. Jakarta: PT Renika Cipta. M. Fajri dan Ngatiman Analisis Vegetasi Dan Assosiasi Jenis Pada HabitatParashorea Malaanonan MERR. (No 1, vol 5). Murtidjo, B. A Memelihara Lebah Madu. Yogyakarta: Kanisius. Singgih. H. S. dan Upik. K. H Hama Permukiman Indonesia. Bogor : Fakultas kedokteran hewan

7 7 Suin M.N Ekologi Populasi: Universitas Andalas. Padang. CV. Yakinku Futura. Tim Karya Tani Mandiri Pedoman Budidaya Lebah Madu. Bandung: Nuansa Aulia. Van Mele, P. dan Cuc, N.T.T Semut Sahabat Petani: meningkatkan hasil buah-buahan dan menjaga kelestarian lingkungan bersama semut rangrang (Alih bahasa oleh: Rahayu, S.). World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor.