KEPADATAN POPULASI LALAT BUAH Bactrocera cucurbitae PADA BUAH PARE (Momordica charantia L.)

Transkripsi

1 KEPADATAN POPULASI LALAT BUAH Bactrocera cucurbitae PADA BUAH PARE (Momordica charantia L.) ARTIKEL ILMIAH FIRDA SEPTRIA DENI NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2016

2

3 KEPADATAN POPULASI LALAT BUAH Bactrocera cucurbitae PADA BUAH PARE (Momordica charantia L.) Firda Septria Deni, Jasmi dan Yosmed Hidayat Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat ABSTRACT Many insect attack to Momordica charantia L. is B. cucurbitae. Make be will easy fall in fruit, it is malle lost farmer product. The purpose of this research is to knows density populasion of B. cucurbitae on Momordica charantia L., temperature air dampness, and progress larva of B. cucurbitae. Methode that used is rearing methode until the larva became imago. Sampling methode is purposive sampling based on fruit criteria was assault by B. cucurbitae. Momordica charantia L. was collected is rearing on laboratorium. Observation was doing everyday until the imago appear, imago of B. cucurbitae counted. Based on research we knows that B. cucurbitae density population is 15,3 individu for each fruit. B. cucurbitae thrive at room temperature conditions and humidity still within the tolerance range. Keywords: Momordica charantia L., Bactrocera cucurbitae, laboratorium PENDAHULUAN Tanaman pare (Momordica charantia L.) merupakan tanaman yang hidup di dataran rendah dan sangat mudah dibudidayakan masyarakat. Dalam pertumbuhannya tanaman pare tidak tergantung pada musim. Budidaya tanaman pare memiliki hasil yang sangat mudah ditemukan di pasar tradisional dan mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi (Subahar, 2004). Bagian utama tanaman pare yang mempunyai nilai ekonomi tinggi adalah bagian buahnya. Buah pare dapat dikonsumsi sebagai sayuran dan bermanfaat sebagai obat tradisional (Rukmana, 1997). Buah pare memiliki rasa yang pahit, namun dibalik rasa pahitnya terkandung khasiat sebagai obat berbagai jenis penyakit seperti penyakit diabetes, malaria, campak, dan lain-lain. Dalam budidaya, tanaman pare mengalami berbagai kendala yang disebabkan oleh serangan hama. Salah satu hama yang menyerang buah pare adalah lalat buah Bactrocera cucurbitae (Subahar, 2004). Bactrocera cucurbitae adalah lalat buah yang menyerang tanaman cucurbitae diantaranya adalah tanaman pare (Sunarno & Popoko, 2013). Dalam proses penyerangan buah pare, B. cucurbitae tidak menyerang buah pare secara keseluruhan (Swibawa, 2003). B. cucurbitae hanya menyerang buah pare dengan tekstur kulit buah yang lunak, karena tekstur kulit buah yang lunak akan memudahkan B. cucurbitae untuk menusukkan ovipositornya ke dalam buah saat meletakkan telur (Syahfari & Mujianto 2013). Hal ini menunjukkan bahwa buah yang masih muda akan mendapatkan serangan B. cucurbitae dan lama-kelamaan buah akan menjadi kuning dan membusuk. Serangan B. cucurbitae yang sangat dini menyebabkan tanaman pare mengalami pengguguran buah yang normal untuk mengurangi kompetisi nutrisi antar buah pada tanaman pare (Swibawa, 2003). B. cucurbitae memiliki peranan penting dalam membantu proses pengguguran buah, jika buah tidak ada yang gugur maka kebutuhan nutrisi tanaman pare tidak akan terpenuhi. Buah yang terserang B. cucurbitae akan mudah gugur sebelum kematangan yang 1

4 diinginkan, hal ini akan menyebabkan kerugian apabila terserang dalam jumlah yang sangat banyak. Menurut Syahfari & Mujianto (2013), suatu organisme bisa dikategorikan sebagai hama perusak dan merugikan tanaman apabila kepadatan populasi hama dalam standar tingkat tinggi. Produksi tanaman akan mengalami kerugian akibat serangan hama apabila kerusakan terjadi sekitar 25% dari total produksi. Jika terjadi kerusakan dibawah 25% dari total produksi berarti suatu organisme tersebut tidak merugikan. Saat ini di daerah pertanian pare masyarakat mengalami keluhan dari serangan B. cucurbitae yang menyebabkan buah busuk sebelum waktu panen yang diinginkan. Populasi B. cucurbitae dalam jumlah yang tinggi akan menyebabkan kerugian terhadap hasil produksi. Namun hingga saat ini belum diketahui kepadatan populasi B. cucurbitae di Nagari Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam. Sehingga kepadatan populasi suatu organisme pada suatu lokasi penting dilakukan untuk mengetahui jumlah B. cucurbitae. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan populasi lalat buah Bactrocera cucurbitae pada buah pare (Momordica charantia L.) serta kondisi suhu ruang dan kelembaban udara pada perkembangan larva. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan sampel dilakukan pada buah pare (Momordica charantia L.) di Nagari Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam. Sampel yang telah didapat di lapangan dibawa ke laboratorium Zoologi STKIP PGRI Sumatera Barat. Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kotak rearing, botol koleksi, termohigrometer, kertas label, kertas mm, kamera, gunting, kantong plastik, karet gelang, lakban, dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk kayu dan alkohol 70%. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rearing yaitu pemeliharaan larva hingga menjadi imago. Pengambilan sampel buah pare dilakukan secara purposive sampling dengan pengambilan sampel berdasarkan kriteria buah yang terserang B. cucurbitae. Pengamatan dilakukan setiap hari sampai kemunculan imago dan dilakukan penghitungan terhadap jumlah imago yang muncul. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari pukul WIB. Luas area tanaman pare sekitar 20 m x 30 m yang terdiri dari 10 bedengan. Buah pare yang terserang lalat buah B. cucurbitae dikoleksi secara langsung dan diberi label kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik. Di laboratorium sampel dimasukkan ke dalam kotak rearing pada bagian dasarnya telah berisi serbuk kayu setinggi 3-5 cm. Kotak diberi label sesuai nomor pengambilan buah. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat kemunculan imago. Imago lalat buah B. cucurbitae yang muncul dikoleksi dan dimasukkan kedalam botol koleksi yang berisi alkohol 70% dan beri label, kemudian lakukan penghitungan imago B. cucurbitae. Pengukuran suhu dan kelembaban udara dilakukan dalam ruang laboratorium dengan menggunakan termohigrometer. Termohigrometer digantungkan pada salah satu sisi ruangan dan pengukuran dilakukan pada pukul WIB. Analisis Data Dalam penelitian ini dilakukan analisis data dengan menghitung kepadatan populasi dengan rumus yang telah dimodifikasi : = (Suin, 2002). HASIL DAN PEMBAHASAN Imago yang muncul dari buah pare merupakan genus Bactrocera dari jenis Bactrocera cucurbitae. Ciri-ciri imago B cucurbitae ditemukan relatif sama dengan yang dikemukakan oleh Siwi & Hidayat (2004), B cucurbitae berwarna coklat 2

5 oranye (coklat muda), ukuran 8-10 mm termasuk ovipositor (lalat betina). Sayap tembus pandang dengan pita gelap seperti asap. Toraks berwarna coklat dengan garis lateral dan medial berwarna kuning. Imago yang muncul pada buah pare yang terserang B. cucurbitae memiliki jumlah yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan imago B. cucurbitae meletakkan telur dalam jumlah yang berbeda sehingga menyebabkan kemunculan imago pada masing-masing buah pare tidak sama banyak. Menurut Putra (1997), bahwa lalat betina mampu meletakkan telur berkisar antara 2-15 butir setiap periode. Setiap lalat betina mampu meletakkan telur sekitar 800 butir selama masa peletakan telur. Kepadatan populasi B. cucurbitae yang diperoleh dari hasil pengamatan 15,3 individu per buah. Populasi B. cucurbitae pada buah pare dapat dipengaruhi oleh jumlah telur yang diletakkan oleh lalat betina kedalam buah pare. Menurut Kardinan (2003), satu ekor lalat buah betina mampu meletakkan telur 1-10 butir sebanyak satu kali dalam satu buah. Lalat buah meletakkan telur secara berkelompok. Dalam sehari seekor lalat buah betina mampu meletakkan telur sampai 40 butir telur. Tabel 1. Ukuran buah dan jumlah imago Bactrocera cucurbitae yang muncul dari buah pare yang diperoleh dari Nagari Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam No Buah Panjang buah Jumlah Imago yang muncul (Individu) Pare (cm) 1 23, , , , , , , , , ,0 11 Jumlah 153 Rata-rata/ buah 15, 3 Selain pada jumlah telur yang diletakkan dalam buah kepadatan populasi juga tergantung pada kelolosan hidup dari larva hingga menjadi imago. Pada tahap pupa hingga menjadi imago tingkat kelolosan hidupnya tinggi. Menurut Tariyani dkk (2013), imago yang mun cul dari buah pare dalam jumlah yang besar dengan rata-rata 17,6 individu per buah dengan tingkat kelolosan hidup 82%. Pupa yang berkembang dari larva sebanyak 181 dan yang berhasil muncul menjadi imago sebanyak 176 individu. Imago B. cucurbitae muncul dalam waktu yang berbeda-beda. Pada buah 1 dan 2 imago muncul pada hari ke Buah 3 imago muncul pada hari ke 8-11, buah 4 imago muncul pada hari ke dan buah 5 imago muncul pada hari ke Buah 6 dan 8 imago muncul pada hari ke 9-11, buah 7 imago muncul pada hari ke 8-9, buah 9 imago muncul pada hari ke 8-12 dan buah 10 imago muncul pada hari ke Jumlah Individu Waktu pengamatan (hari) Kemunculan imago B. cucurbitae pada 10 buah yang diamati tidak muncul secara bersamaan. Disebabkan saat lalat betina meletakkan telurnya tidak secara bersamaan sehingga kemunculan imago akan berbeda. Pada buah yang menguning dan mulai membusuk kemunculan imago B. cucurbitae lebih cepat dibandingkan buah yang masih berwarna hijau. Karena buah yang menguning sudah terjadi proses perkembangan larva pada buah sehingga buah lama kelamaan menjadi busuk. 3

6 Buah yang telah membusuk berarti larva yang ada dalam buah sudah aktif memakan daging buah. Menurut putra (1997), bahwa larva melewati tiga instar dalam waktu 7-10 hari. Selanjutnya larva akan berkembang menjadi pupa. Masa pupa membutuhkan waktu 5-25 hari tergantung dengan keadaan lingkungan (Kardinan, 2003). Siklus hidup lalat buah dari telur sampai imago berlangsung selama kurang lebih 27 hari (Siwi, 2005). Pada pengamatan kemunculan imago B. cucurbitae dari buah pare yang terserangan B. cucurbitae dapat berkembang hingga menjadi imago dalam 14 hari. Karena sebelumnya tahap larva sudah aktif dalam daging buah dan cepat mengalami masa pupa sampai menjadi imago. Selama pengamatan kemunculan imago, B. cucurbitae mampu berkembang pada suhu ruang 31 0 C. Pada suhu ruang 31 0 C perkembangan imago yang muncul tidak terlalu lama karena pada hari 8 sudah terjadi kemunculan imago. Menurut Ginting (2009), lalat buah akan cepat berkembang pada suhu C. Pada suhu C telur lalat buah akan cepat menetas dalam waktu yang singkat. B. cucurbitae berkembang pada kelembaban udara 70%. Menurut Alim at al., (2 012), kelembaban yang rendah dapat menurunkan kemampuan lalat betina untuk bertelur dan meningkatkan mortalitas imago yang baru keluar dari pupa. Kelembaban udara yang terlalu tinggi % dapat mengurangi laju peletakan telur Semakin tinggi kelembaban udara maka perkembangan akan semakin panjang. Kelembaban optimum perkembangan lalat buah berkisar antara 70-80%. Lalat buah dapat hidup baik pada kelembaban antara 62-90%. KESIMPULAN DAN SARAN Kepadatan populasi B. cucurbitae yang ditemukan pada buah pare yang berasal dari Nagari Manggopoh kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam sebanyak 15,3 individu per buah. B. cucurbitae berkembang pada kondisi suhu ruang dan kelembaban udara yang masih berada dalam kisaran toleransi. Disarankan kepada para petani untuk dapat mengendalikan dan menanggulangi hama tersebut dengan cepat supaya tidak menurunkan hasil produksi pare. Salah satu pengendalian dapat dilakukan dengan cara membungkus buah saat pentil untuk menurunkan tingkat serangan lalat buah. UCAPAN TERIMA KASIH Kepada Bapak Nurhadi, Ibu Armein Lusi Z dan Ibu Novi saya ucapkan terima kasih. Telah bersedia memberi arahan, kritikan maupun saran yang bersifat membangun hingga tugas akhir ini dapat terwujud benar. DAFTAR PUSTAKA Alim, M. A., M. A. Hosain., M. A. Khan., S. A. Khan., M. S. Islam., & M. Khalequzzaman Seasonal Variations Of Melon Fly, Bactrocera cucurbitae (Coquillett) (Diptera: Tephritidae) In Different Agricultural Habitats Of Bangladesh. Jurnal of Agricultural and Biological Science Volume 7(11): Ginting, R Keanekaragaman Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) di Jakarta, Depok, dan Bogor sebagai Bahan Kajian Penyusunan Resiko Hama. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Kardinan, A Tanaman Pengendali Lalat Buah. Jakarta: AgroMedia Pustaka. Putra, N. S Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Yogyakarta: Kanisius. Rukmana, R Budidaya Tanaman Pare. Yogyakarta: Kanisius. Siwi, S. S Eko-Biologi Hama Lalat Buah. Bogor : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. 4

7 Siwi, S. S. & P. Hidayat Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting Bactrocera spp. (Diptera: Tephritidae) di Indonesia. Bogor : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Subahar, T. S. S Kasiat dan Manfaat Pare Sipahit Pembasmi Penyakit. Jakarta: Agromedia Pustaka. Suin, N. M Metoda Ekologi. Padang: Universitas Andalas. Sunarno & S. Popoko Keragaman Jenis Lalat Buah (Bactrocera Sp) Di Tobelo Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal Agroforestri Volume 8 (4): Swibawa, I. G Serangan Dacus cucurbitae (Diptera: Trypetidae) Pada Buah Mentimun Dan Pare Yang Dibungkus Pada Saat Pentil. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika Volume 3 (2): Syahfari, H. & Mujiyanto Identifikasi Hama Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) Pada Berbagai Macam Buah-Buahan. Jurnal Ziraa ah Volume 36 (1) : Tariyani., J. A. Patty., & V. G. Siahaya Identifikasi Lalat Buah (Bactrocera Spp) Di Chili, Bitter Melon, Jambu dan Jambu Bol Di Kota Ambon. Jurnal Agrologia Volume 2 (1):