untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah tersebut. Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah tersebut. Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan, sosial, dan pribadi. Lebih lanjut tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu dalam mencapai: (a) kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan, (b) kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat, (c) hidup bersama dengan individu-individu lain, (d) harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian peserta didik dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat umumnya. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, peserta didik harus mendapatkan kesempatan untuk: (1) mengenal dan melaksanakan tujuan hidupnya serta merumuskan rencana hidup yang didasarkan atas tujuan itu; (2) mengenal dan memahami kebutuhannya secara realistis; (3) mengenal dan menanggulangi kesulitan-kesulitan sendiri; (4) mengenal dan mengembangkan kemampuannya secara optimal; (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan pribadi dan untuk kepentingan umum dalam kehidupan bersama; (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan di dalam lingkungannya; (7) mengembangkan segala yang dimilikinya secara tepat dan teratur, sesuai dengan tugas perkembangannya sampai batas optimal. Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ialah agar peserta didik, dapat: (1) mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin; (2) mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri; (3) mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga, pekerjaan, sosial-ekonomi, dan kebudayaan; (4) mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya; (5) mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan bakatnya dalam bidang pendidikan dan pekerjaan; (6) memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar sekolah

2 untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah tersebut. Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar mengacu kepada jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung yang telah diuraikan pada pedoman umum bimbingan dan konseling berbasis kompetensi, maka pelaksanaan jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung itu dapat dimodifikasi dalam pola-pola tertentu. Guru Sekolah Dasar harus melaksanakan ketujuh layanan bimbingan konseling tersebut agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan pembelajaran yang cukup berarti.

3 BAB II PEMBAHASAN A. Aplikasi instrumentasi Aplikasi instrumentasi dapat bermaknan ungkapan melalui pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen tertentu. Atau kegiatan menggunakan instrumen untuk mengungkapkan kondisi tertentu atas diri siswa. Kondisi dalam diri klien perlu melalui aplikasi instrumen dalam rangka pelayanan bimbingan gan konseling untuk memperoleh pemahaman tentang klien secara lebih tepat. Upaya pengungkapan sebagai aplikasi instrumentasi dapat dilakukan melalui tes dan non tes. Hasil aplikasi instrumen dianalisis dan ditafsirkan serta disikapi dan digunakan untuk memberikan perlakuan secara tepat pada klien dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling. Secara umum, tujuan aplikasi instrumentasi adalah supaya diperolehnya data tentang kondisi tertentu atas diri klien. Data yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi selanjutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Dengan data tersebut, penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling khususnya di sekolah dan madrasah akan lebih efektif dan efisien. Secara khusus, apabila dikaitkan dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling terutama fungsi pemahaman, data hasil aplikasi instrumentasi bertujuan untuk memahami kondisi klien seperti potensi dasarnya, bakat dan minatnya, kondisi diri dan lingkungannya, masalah-masalah yang dialami dan lain sebagainya. 1. Komponen Komponen-komponen yang terkait dan sinergi dengan aplikasi instrumentasi adalah instrumen itu sendiri (materi yang diungkap dan bentuk instrumen), responden, dan penggunaan.

4 2. Teknik Sebelum instrumen tertentu di terapkan, terlebih dahulu diadakan analisis yang mendalam tentang perlunya instrumen tertentu diaplikasikan terhadap siswa atau sekelompok siswa. Kesesuaian antara jenis instrumen dengan responden, penyelenggara administrasi instrumen sangat menentukan keberhasilan layanan. Untuk itu perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Penyiapan instrumen 2. Pengadministrasian instrumen 3. Pengolahan dan Pemaknaan Jawaban Responden 4. Penyampaian Hasil Instrumentasi 5. Penggunaan Hasil Instrumen 3. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan aplikasi instrumentasi merupakan suatu proses di mana pelaksanaanya menempuh tahapan-tahapan tertentu. Adapun tahapan kegiatannya adalah perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut, dan pembuatan laporan. Pertama, perencanaan. Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan pembimbing adalah : (a) menetapkan objek yang akan diukur atau diungkapkan, (b) menetapkan subjek yang akan menjalani pengukuran, (c) menyusun instrumen sesuai dengan objek yang akan diungap, (d) menetapkan prosedur pengungkapan, (e) menetapkan fasilitas, (f) menyiapkan kelengkapan administasi. Kedua, pelaksanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan pembimbing adalah : (a) mengkomunikasikan rencana pelaksanaan aplikasi instrumentasi kepada pihak terkait, (b) mengorganisasi kegiatan instrumentasi. Ketiga, evaluasi. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah : (a) menetapkan materi evaluasi terhadap kegiatan instumentasi serta penggunaan hasil-hasilnya, (b) menetapkan prosedur dan cara-cara evaluasi, (c) melaksanakan evaluasi, (d) mengolah dan menafsirkan atau memaknai hasil evaluasi.

5 Keempat, analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : (a) menetapkan norma atau standar analisis, (b) melakukan analisis, (c) menafsirkan hasil analisis. Kelima, tindak lanjut. Pada tahap ini yang dilakukan pembimbing adalah : (a) menetapkan jenis dan arah tindak lanjut terhadap kegiatan instrumentasi serta penggunaan hasil-hasilnya, (b) mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak terkait, (c) melaksanakan tindak lanjut. Keenam, pembuatan laporan. Pada tahap ini yang dilakukan pembimbing adalah : (a) menyusun laporan kegiatan aplikasi instrumentasi, (b) menyampaikan laporan kepada pihak terkait, (c) mendokumentasikan laporan kegiatan. 4. Contoh Aplikasi Instrumentasi Penggunaan angket untuk mengetahui kondisi klien/siswa. B. Himpunan Data Penyelenggaraan himpunan data bertujuan untuk memperoleh pengertian yang lebih luas, lebih lengkap, dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta didik dan membantu siswa memperoleh pemahaman diri sendiri. Dengan adanya himpunan data yang berkualitas dan lengkap, diharapkan pelaksanaan berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dapat terselenggara secara efektif dan efisien. Secara lebih khusus, penyelenggaraan himpunan data terkait dengan fungsi-fungsi tertentu dalam layananan bimbingan dan konseling terutama fungsi pemahaman. Merujuk kepada fungsi pemahaman, penyelenggaraan himpunan data bertujuan untuk memperoleh pemahaman secara baik tentang masing-masing pribadi siswa dan (bagi siswa) bertujuan untuk membantu siswa memperoleh pemahaman tentang diri sendiri. Apabila pemahaman tentang diri sendiri telah terpenuhi oleh siswa, maka diharapkan mereka dapat tercegah dari masalah-masalah yang mungkin dialami. Selain itu, apabila siswa telah memperoleh pemahaman diri secara baik dan tercegah dari masalah-masalah yang dialami sangat mungkin siswa terentaskan masalahnya.

6 1. Komponen Penyelengaraan himpunan atau pengumpulan data terkait dengan tiga komponen pokok, yaitu jenis data itu sendiri, bentuk himpunan data, dan penyelenggaraan himpunan data. 2. Teknik Untuk memperoleh data yang lengkap, teratur, dan efekif sehingga dapat menunjang pelayanan bimbingan dan konseling secara efektif pula, pembimbing perlu menerapkan beberapa teknik seperti aplikasi instrumen, penyusunan, dan penyiapan data, penggunaan perangkat komputer, tenaga administrasi. 3. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan himpunan data meliputi tahap-tahap sebagai berikut : perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut, dan laporan. Pertama, perencanaan yang mencakup kegiatan : (a) menetapkan jenis dan klasifikasi data dan sumber-sumbernya, (b) menetapkan bentuk himpunan data, (c) menetapkan dan menata fasilitas untu penyelenggaraan himpunan data, (d) menetapkan mekanisme pengisian, pemeliharaan, dan penggunaan himpunan data, dan (e) menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua, pelaksanaan yang mencakup kegiatan : (a) mengumpulkan data dan memasukkannya ke dalam himpunan data sesuai dengan klafisikasi dan sistem etika yang ditetapkan, (b) memanfaatkan data untuk berbagai jenis layanan konseling, (c) memelihara dn mengembangkan himpunan data. Ketiga, evaluasi yang mencakup kegiatan : (a) mengkaji atau menelaah efisiensi sistematika dan penggunaan fasilitas yang digunakan, (b) memeriksa kelengkapan, keakuratan, keaktualan, dan kemanfaatan data dalam himpunan data. Keempat, anlisis hasil evaluasi. Pada tahap ini yang dilakukan adalah melakukan analisis terhadap hasil evaluasi berkenaan kelengkapan,

7 keakuratan, keaktualan, kemanfaatan data serta efisiensi penyelenggaraannya. Kelima, tindak lanjut. Pada tahap ini adalah mengembangkan himpunan data lebih lanjut sesuai dengan hasil analisis yang mencakup : (a) bentuk, klasifikasi dan sistematika data, (b) kelengkapan, keakuratan, dan keaktualan data, (c) kemanfaatan data, (d) penggunaan teknologi, dan (e) teknik penyelenggaraan Keenam, laporan. Yang dilakukan pada tahap ini adalah : (a) menyusun laporan kegiatan himpunan data, (b) menyampaikan laporan kepada pihak terkait, (c) mendokumentasikan. 4. Contoh Himpunan Data Guru mengumpulkan data-data yang tidak dapat membantunya untuk menyelesaikan masalah siswa seperti : absensi, identitas pribadi siswa C. Konferensi Kasus Kasus bisa bermakna kondisi yang mengandung permasalahan tertentu. Dikatakan kasus karena kondisi-kondisi yang mengandung permasalahan tertentu hanya terjadi pada individu atau sekelompok individu tertentu saja dan tidak terjadi pada individu atau atau sekelompok individu lain. 1. Tujuan Secara umum konferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan data secara lebih luas dan akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak terkait dengan kasus dalam rangka pemecahan masalah. Secara khusus tujuan konferensi kasus berkenaan dengan fungsi-fungsi tertentu layanan bimbingan dan konseling. Selain itu, tujuan konferensi kasus adalah untuk pengembangan dan pemeliharaan potensi-potensi individu (siswa) atau pihak-piha yang terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam konferensi kasus (fungsi pengembangan dan pemeliharaan).

8 2. Komponen Ada tiga komponen utama dalam konferensi kasus, yaitu kasus itu sendiri, peserta, dan pembimbing. Pertama, kasus-kasus yang dibahas dalam konferensi kasus dapat mencakup : (a) masalah klien yang sedang ditangani oleh pembimbing, (b) masalah yang dialami seseorang atau beberapa orang yang belum ditangani oleh pembimbing, (c) kondisi lingkungan yang terindikasi atau berpotensi bermasalah, (d) laporan terjadinya masalah tertentu, (e) isu yang patut ditanggapi dn memperoleh penanganan yang memadai. Kedua, peserta. Para peserta dalam konferensi kasus pada dasarnya adalah semua pihak yang terkait dengan kasus atau permasalah yang dibahas. Ketiga, pembimbing merupakan penyelenggaraan konferensi kasus mulai perencanaan, pelaksanaan, penggunaan hasil, hingga pelaporan secara menyeluruh. 3. Teknik Implementasi konferensi kasus dapat menerapkan beberapa teknik sebagai berikut : pertama, kelompok nonformal. Konferensi kasus menggunakan teknik ini bersifat tidak resmi, artinya tidk menggunakan cara-cara tertentu yang bersifat instruksional. Atau tidak ada instruksi atau perintah dari siapa pun. Kedua, pendekatan normatif. Penerapan ini harus memeperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) penyebutan nama seseorang harus disertai penerapan asas kerahasiaan. (b) Pengungkapan sesuatu dan pembahasan harus didasarkan pada tujuan positif yang menguntungkan semua pihak yang terkait. (c) Pembicaraan dalam suasana bebas dan terbuka, objektif tanpa pamrih dan tidak didasarkan atas kriteria kalah menang. (d) Diminta kelompok diwarnai semangat memberi dan menerima. (e) Bahasa dan cara-cara yang digunakan diwarnai oleh asas kenormatifan. Ketiga, pembicaraan terfokus. Semua peserta konferensi kasus bebas mengembangkan apa yang diketahui, dipikiran, dirasakan, dialami, dan dibayangkan akan terjadi berkaitan dengan kasus yang dibicarakan, namun

9 jangan sampai pembicaraan meluas di luar konteks, mengada-ada, apalagi sampai menyentuh daerah yang menyinggung pribadi-pribadi tertentu. 4. Pelaksanaan Kegiatan Konferensi kasus dapat dilaksanakan di mana saja, di tempat pembimbing bertugas dan mempraktikkan pelayanan profesional, di sekolah, dan madrasah yang menyangkut siswa atau personil sekolah dan madrasah dan di tempat-tempat lainnya. Pelaksanaan konferensi kasus menempuh tahap-tahap sebagai berikut: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut, dan laporan. Pertama, perencanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : (a) menetapkan kasus yang akan dibawa kekonferensi, (b) meyakinkan klien tentang pentingnya konferensi kasus, (c) menetapkan peserta konferensi kasus, (d) menetapkan waktu dan tempat konferensi kasus, (e) menyiapkan kelengkapan bahan atau materi untuk pembahasan dalam konferensi kasus, (f) menyiapkan fasilitas penyelenggaraan konferensi kasus, (g) menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua, pelaksanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : (a) mengomunikasikan rencana konferensi kasus kepada para peserta, (b) menyelenggarakan konferensi kasus yang meliputi kegiatan : (1) membuka pertemuan, (2) menyelenggarakan penstrukturan dengan asas kerahasiaan sebagai pokok kasus, (3) meminta komitmen peserta untuk penanganan kasus. Ketiga, evaluasi. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : (a) mengevaluasi kelengapan dan kemanfaatan hasil konferensi kasus, serta komitmen peserta dalam penanganan kasus, dan (b) mengevaluasi proses pelaksanaan konferensi kasus. Keempat, analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan analisis terhadap efektivitas hasil konferensi kasus terhadap penanganan kasus. Kelima, tindak lanjut. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : (a) menggunakan hasil analisis untuk melengkapi data dan memperkuat

10 komitmen penanganan kasus, (b) mempertimbangkan apakah diperlukan konferensi kasus lanjutan. Keenam, laporan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah : (a) menyusun laporan kegiatan konferensi kasus. (b) mengoptimalkan laporan kepada pihak-pihak yang terkait dengan kasus yang telah dibahas, (c) mendokumentasikan laporan yang telah disusun. 5. Contoh Konferensi Kasus Seorang siswa yang senang bermain PS di rumahnya sehingga membuat siswa tersebut malas untuk belajar. Dari masalah tersebut guru pembimbing bisa menyelesaikan masalah dengan meminta bantuan kepada orang tua siswa tersebut agar bisa mengatur dalam bermain sehingga tidak mengganggu belajar siswa tersebut atau dapat belajar dengan baik. D. Kunjungan Rumah Kunjungan rumah bisa bermakna upaya mendeteksi kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan individu atau siswa yang menjadi tanggung jawab pembimbing dalam pelayanaan bimbingan dan konseling (Prayitno, 2004). Kunjungan rumah dilakukan apabila data siswa untuk kepentingan pelayanan bimbingan dan konseling belum atau tidak diperoleh melalui wawancara dan angket. 1. Tujuan Secara umum, kunjungan rumah bertujuan untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat tentang siswa berkenaan dengan masalah yang dihadapinya. Selain itu, juga bertujuan untuk menggalang komitmen antara orang tua dan anggota keluarga lainnya dengan pihak sekolah atau madrasah, khususnya berkenaan dengan pemecahan masalah klien. Menurut Winkel (1991), kunjungan rumah bertujuan untuk mengenal lebih dekat lingkungan hidup siswa sehari-hari. Secara khusus tujuan rumah berkenaan dengan fungsi-fungsi bimbingan. Misalnya dalam kaitannya dengan fungsi pemahaman, kunjungan rumah bertujuan untuk lebih memahami kondisi siswa

11 kunjungan rumah bertujuan untuk lebih memahami kondisi siswa, kondisi rumah dan keluarga. 2. Komponen Ada tiga komponen pokok berkenaan dengan kunjungan rumah, yaitu kasus, keluarga, dan pembimbing. Pertama, kasus. Kunjungan rumah difokuskan pada penanganan kasus yang dialami klien yang terkait dengan faktor-faktor keluarga. Kasus siswa terlebih dahulu dianalisis, dipahami, disikapi, dan diberikan perlakuan awal tertentu, dan selanjutnya diberikan pelayanan bimbingan dan konseling yang memadai. Kedua, keluarga. Keluarga yng menjadi fokus kunjungan rumah meliputi kondisi-kondisi yang menyangkut : (a) orang tua atau wali siswa, (b) anggota keluarga yang lain, (c) orang-orang yang tinggal dalam lingkungan keluarga yang berdangkutan, (d) kondisi fisik rumah, isinya dan lingkungannya, (e) kondisi ekonomi dan hubungan sosioemosional yang terjadi dalam keluarga. Ketiga, pembimbing. Pembimbing bertindak sebagai perencanaan, pelaksanaan, dan sekaligus penggunaan hasil-hasil kunjungan rumah. 3. Teknik Hal-hal yang terkait dengan teknik kunjungan rumah adalah : format, materi, peran klien, kegiatan, undangan terhadap keluarga, waktu dan tempat serta evaluasi. Pertama, format. Kunjungan rumah dapat dilakukan mengikuti format lapangan dan politik. Melalui kunjungan rumah, pembimbing memasuki lapangan permasalahan klien. Dengan jangkauan yang lebih luas, diharapkan penanganan masalah klien dapat dilakukan secara lebih komprehensif dan intensif. Kedua, materi. Dalam merencanakan kunjungan rumah, pembimbing mempersiapkan berbagai informasi umum dan data tentang klien yang layak diketahui oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya dengn catatan

12 : (a) tidak melanggar asas kerahasiaan klien, (b) semata-mata untuk pendalaman masalah dan penuntasan penanganannya. Materi yang dibicarakan meliputi kondisi-kondisi : (a) orang tua atau wali siswa, (b) anggota keluarga lainnya, (c) orang-orang yang tinggal dalam lingkungan keluarga yang dimaksud, (d) kondisi fisik rumah, isinya dan lingkungannya, (e) kondisi ekonomi dan hubungan sosio-emosional yang terjadi dalam keluarga. Ketiga, peran klien. Keikutsertaan siswa dalam kegiatan kunjungan rumah, diwujudkan melalui persetujuan terhadap penyelenggaraan kunjungan rumah. Pembimbing perlu mempertimbangkan secara matang apakah siswa akan dilibatkan atau tidak dalam pembicaraan antara pembimbing dengan anggota keluarga yang akan dikunjungi. Keterbukaan, objektivitas, kenyamanan, suasana, kelancaran kegiatan, serta dampak positif bagi siswa dan keluarganya, menjadi pertimbangan dan kriteria keterlibatan siswa. Keempat, kegiatan. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh pembimbing dalam melakukan kunjungan rumah adalah melakukan pembicaraan (wawancara) dengan anggota keluarga kunci dan anggota keluarga lainnya sesuai dengan permasalahan siswa. Selain itu juga melakukan pengamatan terhadap berbagai objek dlam keluarga yang dikunjungi dan lingkungan sekitarnya tentunya atas izin pemilik rumah. Kelima, undangan terhadap keluarga. Apabila tidak memungkinkan untuk dilakukan, kunjungan rumah dapat diganti dengan undangan terhadap keluarga. Orang tua dan atau anggota keluarg lainnya dapat diundang misalnya ke sekolah atau madrasah atau tempat lainya sesuai dengan permasalah siswa. Undangan terhadap keluarga bukan pemanggil. Undangan terhadap keluarga tigak boleh dilakukan oleh pembimbing dengan tujuan untuk menyampaikan kepada anggota yang diundang keputusan tertentu yang isinya merugikan siswa. Keenam, waktu dan tempat. Kapan maupun berapa lama kunjungan rumah dilakukan tergantung kepada perkembangan proses pelayanan terhasap siswa. Kunjungan rumah dapat dilakukan pada awal atau bahkan

13 sebelum pelayanan sedang berlangsung atau sebagai tinga lanjut dari pelayanan tertentu. Lamanya pembimbing berkunjung rumah keluarga siswa juga tergantung materi yang dibicarakan dan kegiatan yang dilakukan di dalam keluarga yang bersangkutan. Ketujuh, evaluasi. Untuk mengetahui hasil-hasil dari kunjungan rumah, harus dilakukan evaluasi. Evaluasi terhadap pelaksanaan kunjungan rumah dalam konteks pelayanan bimbingan dn konseling, dapat mencakup proses dan hasil-hasilnya. Evaluasi terhadap unsur-unsur proses dilakukan secara berkelanjutan selama proses kunjungan rumah berlangsung. 4. Pelaksanaan Kegiatan Sebagaimana kegiatan-kegiatan bimbingan yang lainnya yang telah disebutkan di atas, pelaksanaan kegiatan kunjungan rumah juga menempuh tahap-tahap kegiatan seperti: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut dan laporan. Pertama, perencanaan. Pada tahap perencanaan, hal-hal yang dilakukan adalah: (a) menetapkan kasus dan siswa yang memerlukan kunjungan rumah, (b) meyakinkan siswa tentang pentingnya kunjungan rumah, (c) menyiapkan data atau informasi pokok yang perlu dikomunikasikan dengan keluarga, (d) menetapkan materi kunjungan rumah atau data yang perlu diungkap dan peranan masing-masing anggota keluarga yang akan ditemui, (e) menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua, pelaksanaan. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah: (a) mengomunikasikan rencana kegiatan kunjungan rumah kepada berbagai pihak yang terkait, (b) melakukan kunjungan rumah dengan melaklukan kegiatan-kegiatan: (1) bertemu orang tua atau wali siswa atau anggota keluarga lainnya, (2) membahas permasalahan siswa, (3) melengkapi data, (4) mengembangkan komitmen orang tua atau wali siswa atau anggota keluarga lainnya, (5) rnenyelengarakan konseling keluarga apabila memungkinkan, (6) merekam dan menyimpulkan hasil kegiatan.

14 Ketiga, evaluasi. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah: (a) mengevaluasi proses pelaksanaan kunjungan rumah, (b) mengevaluasi kelengkapan dan keakuratan hasil kunjungan rumah serta komitmen orang tua atau wali atau anggota keluarga lainnya, (c) mengevaluasi penggunaan data hasil kunjungan rumah untuk mengentaskan masalah siswa. Keempat analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan analisis terhadap efektivitas penggunaan hasil kunjungan rumah terhadap pemecahan kasus siswa. Kelima, tindak lanjut. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah; (a) mempertimbangkan apakah perlu dilakukan kunjungan rumah ulang atau lanjutan, dan (b) mempertimbangkan tindak lanjut layanan dengan menggunakan data hasil kunjungan rumah yang lebih lengkap dan akurat. Keenam, laporan. Pada tahap ini, pembimbing melakukan kegiatan: (a) menyusun laporan kegiatan junjungan rumah, (b) menyampaikan laporan kunjungan rumah kepada berbagai pihak yang terkait, dan (c) mendokumentasikan laporan kunjungan rumah. 5. Contoh Kunjungan Rumah Ketika ada siswa yang menjadi korban perkelahian adalah bermaksud untuk menjenguk korban atau menyampaikan hasil-hasil mediasi bahwa konflik antar ke -2 siswa kelas 5 telah dapat teratasi, dan pihak keluarga tidak perlu merasa risau tentang apa yang akan terjadi dan diminta mendukung upaya yang telah dicapai. Ketika ada siswa yang menjadi korban perkelahian adalah bermaksud untuk menjenguk korban atau menyampaikan hasil-hasil mediasi bahwa konflik antar ke-2 siswa kelas 5 telah dapat teratasi, dan pihak keluarga tidak perlu merasa risau tentang ap yang akan terjadi dan diminta mendukung upaya yang telah dicapai. E. Alih Tangan Kasus Secara umum alih tangan kasus atau layanan rujukan bertujuan untuk memperoleh pelayanan yang optimal dan pemecahan masalah klien secara lebih tuntas. Sedangkan secara lebih khusus, alih tangan khusus, tujuan alih

15 tangan kasus terkait dengan fungsi-fungsi bimbingan dn konseling. Apabila merujuk kepada fungsi pengentasan, alih tangan kasus bertujuan untu memperoleh pelayanan yang lebih spesifik dan menuntaskan masalah siswa. Apabila merujuk kepada fungsi pencegahan, tujuan alih tangan kasus adalah tercegahnya siswa dari masalah-masalah lain yang lebih parah. 1. Komponen Ada tiga komponen pokok dalam alih tangan kasus, yaitu klien dengan masalahnya, pembimbing, dan alih lain. 2. Teknik Beberapa hal yang terkait dengan teknik alih tangan kasus adalah : pertimbangan, kontak, waktu, dan tempat dan evaluasi. 3. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan alih tangan kasus menempuh beberapa langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, dan tindak lanjut serta penyusunan laporan. Pertama, perencanaan. Yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a) menetapkan kasus atau siswa yang memerlukan alih tangan kasus, (b) meyakinkan siswa tentang penting alih tangan kasus, (c) menghubungi ahli lain yang terkait dengan kasus yang sedang dipecahkan. (d) menyiapkan materi yang akan disertakan dalam alih tangan kasus, (e) menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua, pelaksanaan. Yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a) mengomunikasikan rencana alih tangan kasus kepada pihak terkait dan, (b) mengalihtangankan klien kepada ahli lain yang terkait dengan kasus yang sedang dipecahkan. Ketiga, evaluasi. Yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a) membahas hasil alih tangan kasus melalui klien yang bersangkutan, laporan ahli yang terkait dengan kasus yang dialihtangankan, dan analisis alih tangan kasus. (b) mengkaji hasil alih tangan kasus terhadap pengentasan masalah siswa.

16 Keempat analisis hasil evaluasi. Yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan analisis terhadap efektivitas/ alih tangan kasus berkenaan dengan pengentasan masalah klien secara menyeluruh. Kelima, tindak lanjut. Pada tahap ini, yang dilakukan adalah menyelenggarakan layanan lanjutan (apabila diperlukan) oleh pemberi layanan terdahulu dan atau alih tangan kasus lanjutan. Ketujuh, menyusun laporan. Yang dilakukan adalah: (a) menyusun laporan kegiatan alih tangan kasus, (b) menyampaikan laporan terhadap pihak-pihak terkait, dan (c) mendokumentasikan laporan. 4. Contoh Alih Tangan Kasus Seorang siswa melakukan tindakan kriminal, seperti mencuri. Hal tersebut sudah di luar kuasa guru pembimbing. Oleh sebab itu kasus tersebut harus di alihkan kepada yang lebih berwenang

17 BAB III PENUTUP Kesimpulan 1. Aplikasi Instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes 2. Himpunan Data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia. 3. Konferensi Kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup. 4. Kunjungan Rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua dan atau keluarganya. 5. Alih Tangan Kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.

PARTISIPASI GURU BIDANG STUDY DALAM

PARTISIPASI GURU BIDANG STUDY DALAM ARTIKEL ILMIAH PARTISIPASI GURU BIDANG STUDY DALAM KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN KONSELING DI SMP NEGERI 4 KOTA JAMBI OLEH : ELA WULANDARI ERA1D010125 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Sesuai dengan hakikat pekerjaan bimbingan dan konseling yang berbeda dari pekerjaan pengajaran, maka sasaran pelayanan bimbingan

Lebih terperinci

LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK)

LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK) LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK) Pelayanan Pendidikan di Sekolah Administratif / Manajemen Pembelajaran Perkembangan individu yang optimal dan mandiri Konseling (Naskah Akademik ABKIN, 2007)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling. Tugas Guru dan Pengawas (Depdiknas, 2009: 12-13) meliputi:

Lampiran 1. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling. Tugas Guru dan Pengawas (Depdiknas, 2009: 12-13) meliputi: LAMPIRAN 113 Lampiran 1. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling Jenis layanan bimbingan dan konseling menurut Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas (Depdiknas,

Lebih terperinci

KONFERENSI KASUS SEBAGAI TEKNIK PEMECAHAN MASALAH KONSELI. Kata kunci : konferensi; kasus; asas kerahasiaan; helper

KONFERENSI KASUS SEBAGAI TEKNIK PEMECAHAN MASALAH KONSELI. Kata kunci : konferensi; kasus; asas kerahasiaan; helper KONFERENSI KASUS SEBAGAI TEKNIK PEMECAHAN MASALAH KONSELI Widada Universitas Negeri Malang E-mail: widada.fip@um.ac.id ABSTRAK Untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang komplek dan rumit diperlukan

Lebih terperinci

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH I. Struktur Pelayanan Bimbingan dan Konseling Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan

Lebih terperinci

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH KELOMPOK 9 NAMA ANGGOTA : PEGI DESVIKA DARMA PINTA (15029015) SHERLY FATIKA AULIA (15029117) SITI UTARI YULIANI (15029048)

Lebih terperinci

LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN. alizamar BK UNP Padang

LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN. alizamar BK UNP Padang LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN INDIVIDU PEMASANGAN JURUSAN/ PEKERJAAN KECOCOKAN/KETIDAKCOCOKAN INDIVIDU MEMILIKI KARAKTERISTIK JURUSAN/PEKERJAAN/ MEMILIKI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN LINGKUNGAN BUDAYA

Lebih terperinci

KONSEP DAN STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING. A. Konsep Layanan Bimbingan dan Konseling

KONSEP DAN STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING. A. Konsep Layanan Bimbingan dan Konseling KONSEP DAN STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING A. Konsep Layanan Bimbingan dan Konseling Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor adalah guru yag mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak

Lebih terperinci

Volume 2 Nomor 3 September 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling

Volume 2 Nomor 3 September 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 3 September 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kons Info Artikel: Diterima 12/08/2013 Direvisi 16/08/2013 Dipublikasikan 11/09/2013 hlm. 1-6 PERAN

Lebih terperinci

LAYANAN BK 2 (Keterkaitan Aplikasi Instrumentasi Dengan 9 Jenis Layanan)

LAYANAN BK 2 (Keterkaitan Aplikasi Instrumentasi Dengan 9 Jenis Layanan) LAYANAN BK 2 (Keterkaitan Aplikasi Instrumentasi Dengan 9 Jenis Layanan) Oleh: Rofikotus Solikah 06071181320006 Afsari 06071181320022 Fajar Mustika 06071182320014 Tribahariansyah 06071181320020 DosenPengasuh:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya 22 BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling Kata layanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara melayani atau sesuatu

Lebih terperinci

ISIAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BP/BK TAHUN 2014 (Diisi Oleh Kepala Sekolah)

ISIAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BP/BK TAHUN 2014 (Diisi Oleh Kepala Sekolah) ISIAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BP/BK TAHUN 2014 (Diisi Oleh Kepala Sekolah) Petunjuk Pengisian : 1. Setiap Pertanyaan hanya bisa diisi satu pilihan 2. Pilihan ditandai dengan Membubuhkan tanda centang

Lebih terperinci

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. By: Asroful Kadafi

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. By: Asroful Kadafi KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING By: Asroful Kadafi Kelima belas kekeliruan pemahaman itu adalah: 1. Bimbingan dan Konseling Disamakan atau Dipisahkan Sama Sekali dari Pendidikan 2. Menyamakan Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, secara fitrah manusia telah dibekali potensi untuk tumbuh dan berkembang serta mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana berlangsungnya penelitian tersebut. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP

Lebih terperinci

Konsep Dasar. Bimbingan & Konseling. Nur Hayati, M.Pd PGPAUD FIP UNY

Konsep Dasar. Bimbingan & Konseling. Nur Hayati, M.Pd PGPAUD FIP UNY Konsep Dasar Bimbingan & Konseling Nur Hayati, M.Pd PGPAUD FIP UNY A.1. Pengertian Bimbingan Upaya Bantuan Oleh Pembimbing/ Konselor Kepada Agar Selesainya masalah yg dihadapi konseli Mencapai Penyesuaian

Lebih terperinci

ORGANISASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

ORGANISASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH Kompetensi mrpkn pengetahuan, ketrampilan nilai dan sikap dasar yang direfleksikan dlm kebiasaan berfikir dan bertindak yg bersifat dinamis, berkembang dan dapat diraih setiap waktu. Kebiasaan berfikir

Lebih terperinci

PELAKSANAAN HIMPUNAN DATA OLEH GURU BK UNTUK KONSELING KARIR DI KELAS XI SMK NEGERI 1 SOLOK. Oleh: Junita SK Nanda NPM:

PELAKSANAAN HIMPUNAN DATA OLEH GURU BK UNTUK KONSELING KARIR DI KELAS XI SMK NEGERI 1 SOLOK. Oleh: Junita SK Nanda NPM: PELAKSANAAN HIMPUNAN DATA OLEH GURU BK UNTUK KONSELING KARIR DI KELAS XI SMK NEGERI 1 SOLOK Oleh: Junita SK Nanda NPM: 11060297 Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA DI SUSUN OLEH : SURANTO HARIYO H RIAN DWI S YUNITA SETIA U YUYUN DESMITA S FITRA VIDIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

FAKTOR PENGHAMBAT OPERASIONALISASI KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) DI SMA NEGERI SE- KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015

FAKTOR PENGHAMBAT OPERASIONALISASI KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) DI SMA NEGERI SE- KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015 FAKTOR PENGHAMBAT OPERASIONALISASI KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) DI SMA NEGERI SE- KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015 Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN A. KURIKULUM BAB I PENDAHULUAN A. KURIKULUM Kurikulum Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama merupakan seluruh kegiatan pengalaman pembelajaran peserta didik SMP baik yang dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas untuk

Lebih terperinci

KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR

KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR No 1. Pedagogik 1 Menguasai teori dan praksis pendidikan 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya 1.1.1 Guru BK atau konselor dapat mengaplikasikan ilmu

Lebih terperinci

Pertama, penulis bermaksud mengembangkan konsep pemikiran,

Pertama, penulis bermaksud mengembangkan konsep pemikiran, 114 BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengkaji permasalahan dan memperoleh makna yang lebih mendalam sesuai dengan kondisi lingkungan.

Lebih terperinci

2013/2014 SKRIPSI. untuk. oleh Yan Ermawan JURUSAN

2013/2014 SKRIPSI. untuk. oleh Yan Ermawan JURUSAN PELAKSANAAN KUNJUNGAN RUMAH OLEH GURU BIMBINGANN DAN KONSELING DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Pendidikan adalah suatu proses sadar tujuan, artinya bahwa kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia. Dari manusia artinya pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah-sekolah dengan dicantumkannya bimbingan dan konseling pada

BAB I PENDAHULUAN. sekolah-sekolah dengan dicantumkannya bimbingan dan konseling pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah di Indonesia sebenarnya telah dirintis sejak tahun 1960 dan baru mulai 1975 secara resmi memasuki sekolah-sekolah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. 1. Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling

BAB II KERANGKA TEORI. 1. Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling BAB II KERANGKA TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling a. Pengertian Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling merupakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULIAN. memberikan informasi kepada siswa terkait pembentukan konsep diri.

BAB I PEDAHULIAN. memberikan informasi kepada siswa terkait pembentukan konsep diri. 1 BAB I PEDAHULIAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan bimbingan dan konseling bisa dilakukan dalam setting lembaga pendidikan (sekolah atau madrasah), keluarga, masyarakat, organisasi, industri, dan lain

Lebih terperinci

I. ANALISIS KEBUTUHAN A. RASIONAL Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penerapan program Bimbingan dan Konseling di sekolah bukan hanya terletak

I. ANALISIS KEBUTUHAN A. RASIONAL Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penerapan program Bimbingan dan Konseling di sekolah bukan hanya terletak I. ANALISIS KEBUTUHAN A. RASIONAL Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penerapan program Bimbingan dan Konseling di sekolah bukan hanya terletak pada atau tidaknya landasan hukum (perundang-undangan).

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Etika Profesi

Tinjauan Umum Etika Profesi ETIKA PROFESI IT Tinjauan Umum Etika Profesi 1.1. Norma Adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui lingkungan sosialnya. Menurut Sony Keraf (1991) ada dua macam norma : Norma Umum (Universal)

Lebih terperinci

RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING. #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor

RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING. #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor Nama : Nella Andriyani NIM : 1002423 Kelas : Biologi B 2010 RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Warungasem

Lebih terperinci

KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING

KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Dosen pengampu Arie Rakhmat Riyadi, M.Pd. Oleh : Aulia Nur Farhah 1607921 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini dipaparkan hal-hal yang berkenaan dengan simpulan dan rekomendasi penelitian. Simpulan penelitian dikemukakan secara sistematis sesuai dengan pertanyaan penelitian,

Lebih terperinci

STANdAR PENGENDALIAN MUTU 1 PENGENDALIAN MUTU BAGI KJA YANG MELAKSANAKAN PERIKATAN SELAIN PERIKATAN ASURANS

STANdAR PENGENDALIAN MUTU 1 PENGENDALIAN MUTU BAGI KJA YANG MELAKSANAKAN PERIKATAN SELAIN PERIKATAN ASURANS STANdAR PENGENDALIAN MUTU PENGENDALIAN MUTU BAGI KJA YANG MELAKSANAKAN PERIKATAN SELAIN PERIKATAN ASURANS Tanggapan tertulis atas exposure draft paling lambat diterima pada Agustus 0. Dewan Standar Profesi

Lebih terperinci

DAFTAR SISWA ASUH SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA. Guru Pembimbing : Drs. Bandono, MM.

DAFTAR SISWA ASUH SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA. Guru Pembimbing : Drs. Bandono, MM. Lampiran: 8 DAFTAR SISWA ASUH Tahun Pelajaran : 2006-2007 Kelas : I - A : No. urut No.Buku Pokok No. Kode *) Nama Siswa Asuh Keterangan *) Nomor Kode siswa membuat tahun pelajaran (2002), kelas I-A, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Asertif 2.1.1. Pengertian Perilaku Asertif Menurut Smith (dalam Rakos, 1991) menyatakan bahwa perilaku asertif merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan metode pengembangan (research and development) dalam upaya menghasilkan

Lebih terperinci

PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI

PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah Landasan Pengembangan Diri UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas: Pasal 1 butir 6 tentang pendidik, pasal 3 tentang tujuan pendidikan,

Lebih terperinci

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k FOKUS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Suherman, M.Pd. Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah

Lebih terperinci

Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran

Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran Hal apa saja yang perlu dipahami oleh guru mengenai siswa? Aspek perkembangan anak sekolah dasar (SD) 1. Perkembangan motorik dan persepsi. Proses

Lebih terperinci

Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran.

Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran. Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran. Penelitian pada umumnya dilakukan oleh pakar pendidikan,

Lebih terperinci

BIMBINGAN DAN KONSELING

BIMBINGAN DAN KONSELING BIMBINGAN DAN KONSELING Apa yang dimaksud bimbingan & konseling? Mengapa ada BK di sekolah? Bagaimana pelaksanaan BK? PENGERTIAN BIMBINGAN Jones (1963) membantu seseorang agar yang dibimbing mampu membantu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. a. pengertian layanan konseling individual

BAB II KAJIAN TEORI. a. pengertian layanan konseling individual 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. layanan konseling individual a. pengertian layanan konseling individual Konseling individual merupakan layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam lingkungan persekolahan saat ini istilah kegiatan BK (Bimbingan dan Konseling) sudah dikenal terutama oleh para siswa dan juga personil sekolah lainnya, eksistensi

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR KOMPETENSI PEDAGOGIK 1. Menguasai teori 1.1 Menguasai ilmu pendidikan 1.1.1. Menguraikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING

INSTRUMEN PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING INSTRUMEN PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING Pengantar : Di bawah ini terdapat pernyataan - pernyataan yang berhubungan dengan penyelengaraan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Anda diminta untuk

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR KOMPETENSI PEDAGOGIK 1. Menguasai teori 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan praksis

Lebih terperinci

Persepsi siswa SMK Negeri 9 Muaro Jambi terhadap Pelaksanaan Layanan Mediasi

Persepsi siswa SMK Negeri 9 Muaro Jambi terhadap Pelaksanaan Layanan Mediasi Persepsi siswa SMK Negeri 9 Muaro Jambi terhadap Pelaksanaan Layanan Mediasi Bimbingan dan konseling mencakup sepuluh jenis layanan dan enam bidang bimbingan. Salah satu layanan yang harus diaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini akan dikemukakan metodologi penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini akan dikemukakan metodologi penelitian yang 55 BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini akan dikemukakan metodologi penelitian yang penyajiannya diklasifikasikan menjadi lima bagian. Bagian pertama membicarakan metoda, teknik dan alat pengumpulan

Lebih terperinci

PEROLEHAN SISWA SETELAH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING PERORANGAN

PEROLEHAN SISWA SETELAH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING PERORANGAN Volume 1 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Halaman 62-70 Info Artikel: Diterima21/02/2013 Direvisi25/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 PEROLEHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung, baik secara face to face maupun melalui media (telepon atau

BAB I PENDAHULUAN. langsung, baik secara face to face maupun melalui media (telepon atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konseling merupakan pelayanan terpenting dalam program bimbingan. Layanan ini memfasilitasi siswa untuk memperoleh bantuan pribadi secara langsung, baik secara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Singkat SMPN 13 Bandar Lampung. Kelurahan Beringin Raya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Singkat SMPN 13 Bandar Lampung. Kelurahan Beringin Raya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. 60 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Singkat SMPN 13 Bandar Lampung Sekolah Menengah Pertama Negeri 13 Bandar Lampung berlokasi di jalan Marga Kelurahan Beringin Raya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2017 tentang KODE ETIK KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2017 tentang KODE ETIK KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2017 tentang KODE ETIK KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Teknik Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai proses konseling terhadap klien HIV/AIDS. Untuk memperoleh gambaran yang sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini disajikan uraian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini disajikan uraian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan 70 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini disajikan uraian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian. Metode yang dimaksud adalah berkaitan dengan pendekatan lokasi dan subjek penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Chairil Fajar Hadiansyah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Chairil Fajar Hadiansyah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan kekayaan utama dalam suatu organisasi maupun lembaga, karena tanpa keikutsertaan mereka, aktivitas organisasi atau lembaga

Lebih terperinci

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1507, 2017 KEMENKUMHAM. Kode Etik. Kode Perilaku Pegawai. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG KODE

Lebih terperinci

Konsep Dasar. Bimbingan & Konseling. Nur Hayati, M.Pd PGPAUD FIP UNY

Konsep Dasar. Bimbingan & Konseling. Nur Hayati, M.Pd PGPAUD FIP UNY Konsep Dasar Bimbingan & Konseling Nur Hayati, M.Pd PGPAUD FIP UNY A.1. Pengertian Bimbingan Upaya Bantuan Oleh Pembimbing/ Konselor Kepada Agar Selesainya masalah yg dihadapi konseli Mencapai Penyesuaian

Lebih terperinci

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan.

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kedisiplinan Belajar 2.1.1. Pengertian Kedisiplinan Belajar Kedisiplinan belajar adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari sekolah yang

Lebih terperinci

ED SPM 1: PENGENDALIAN MUTU BAGI KJA YANG MELAKSANAKAN PERIKATAN SELAIN PERIKATAN ASURANS

ED SPM 1: PENGENDALIAN MUTU BAGI KJA YANG MELAKSANAKAN PERIKATAN SELAIN PERIKATAN ASURANS 1 ED SPM 1: PENGENDALIAN MUTU BAGI KJA YANG MELAKSANAKAN PERIKATAN SELAIN PERIKATAN ASURANS Grha Akuntan, 3 Agustus 2017 Materi ini dipersiapkan sebagai bahan pembahasan isu terkait, dan tidak merepresentasikan

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application IJGC 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk PELAKSANAAN KUNJUNGAN RUMAH OLEH GURU BIMBINGAN DAN KONSELING Yan Ermawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi saat ini, banyak tantangan harus dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi saat ini, banyak tantangan harus dihadapi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menghadapi era globalisasi saat ini, banyak tantangan harus dihadapi oleh perusahaan dalam rangka memenangkan persaingan. Perusahaan kecil, menengah, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hanna Amalia Mustopa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hanna Amalia Mustopa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk Tuhan YME yang kompleks, unik dan diciptakan dalam integrasi dua substansi yang tidak dapat berdiri sendiri. Substansi pertama disebut

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. PENDIDIKAN BERMUTU efektif atau ideal harus mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergis, yaitu (1) bidang administratif dan kepemimpinan, (2) bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sekolah memiliki tanggung jawab membantu siswa agar berhasil dalam belajar. Untuk itu sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengatasi masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI MAN 2 PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI MAN 2 PEKALONGAN 84 BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI MAN 2 PEKALONGAN Analisis data pada penelitian ini mengenai Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan hal penting dalam kegiatan penelitian, karena dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan hal penting dalam kegiatan penelitian, karena dalam 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan hal penting dalam kegiatan penelitian, karena dalam hal ini peneliti dapat mengumpulkan segala informasi dan data yang diperlukan berkenaan

Lebih terperinci

Lihat https://acrobat.adobe.com/sea/en/how-to/pdf-to-word-doc-converter.html untuk informasi lebih lanjut. LAMPIRAN 3

Lihat https://acrobat.adobe.com/sea/en/how-to/pdf-to-word-doc-converter.html untuk informasi lebih lanjut. LAMPIRAN 3 Untuk mengedit teks ini: Buka file ini pada Adobe Acrobat Klik 'Export PDF tool' pada bagian kanan Pilih Microsoft Word' untuk formatnya kemudian pilih Word Document Klik Export. Simpan file dengan memberikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Tentang Layanan Penempatan dan Penyaluran. 1. Pengertian Layanan Penempatan dan Penyaluran

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Tentang Layanan Penempatan dan Penyaluran. 1. Pengertian Layanan Penempatan dan Penyaluran 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Tentang Layanan Penempatan dan Penyaluran 1. Pengertian Layanan Penempatan dan Penyaluran Layanan penempatan adalah usaha-usaha membantu siswa merencanakan masa depannya

Lebih terperinci

Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling

Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling Diana Septi Purnama, M.Pd Email : dianaseptipurnama@uny.ac.id Konsep Bimbingan Dan Konseling 5. - 1. PENGERTIAN BIMBINGAN KONSELING Suatu proses bantuan psikologis yang

Lebih terperinci

Panduan Standar Pengendalian Mutu 1: Pengendalian Mutu bagi KJA yang Melaksanakan Perikatan Selain Perikatan Asurans

Panduan Standar Pengendalian Mutu 1: Pengendalian Mutu bagi KJA yang Melaksanakan Perikatan Selain Perikatan Asurans IKATAN AKUNTAN INDONESIA KOMPARTEMEN AKUNTAN KANTOR JASA AKUNTANSI Panduan Standar Pengendalian Mutu 1: Pengendalian Mutu bagi KJA yang Melaksanakan Perikatan Selain Perikatan Asurans Dra. Tia Adityasih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu instansi pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan misi dan tujuan

Lebih terperinci

Pekerjaan Sosial PB :

Pekerjaan Sosial PB : Pekerjaan Sosial PB : Suatu bidang praktik profesi pekerjaan sosial dimana Peksos menggunakan keahlian khusus untuk membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melaksanakan peran sosial mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan tiga bidang utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan,

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALANGKA RAYA. Oleh : Taufik Yusuf * dan M.

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALANGKA RAYA. Oleh : Taufik Yusuf * dan M. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALANGKA RAYA Oleh : Taufik Yusuf * dan M. Fatchurahman ** Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi

Lebih terperinci

KINERJA KONSELOR SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA KONSELOR SEKOLAH SE- KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN AKADEMIK 2012/2013

KINERJA KONSELOR SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA KONSELOR SEKOLAH SE- KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN AKADEMIK 2012/2013 KINERJA KONSELOR SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA KONSELOR SEKOLAH SE- KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN AKADEMIK 2012/2013 Oleh: Muswardi Rosra, Shinta Mayasari, Ranni Rahmayanthi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam pelaksanaan proses pendidikan sekolah, tidak lagi menjadi pelengkap, tetapi sudah menjadi satu kesatuan

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 16 KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 16 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 16 KOTA JAMBI Oleh: LENI MARLINA EA1D209032 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja adalah masa pencarian nilai-nilai hidup. Dalam situasi demikian

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja adalah masa pencarian nilai-nilai hidup. Dalam situasi demikian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa yang sangat berpotensi untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan bakat dan minat, karena masa remaja adalah

Lebih terperinci

KOMPETENSI KONSELOR. Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

KOMPETENSI KONSELOR. Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani KOMPETENSI KONSELOR Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani 1. Menghargai dan menjunjung tinggi 1.1. Mengaplikasikan pandangan positif nilai-nilai

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang a. bahwa Peraturan

Lebih terperinci

KESIAPAN MAHASISWA DALAM MELAKSANAKAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SEKOLAH

KESIAPAN MAHASISWA DALAM MELAKSANAKAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SEKOLAH KESIAPAN MAHASISWA DALAM MELAKSANAKAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SEKOLAH (Studi pada Mahasiswa yang Telah Melaksanakan PPLBK Kependidikan dan PPLBK Sekolah Angkatan 2011 STKIP PGRI Sumatera Barat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bimbingan dan konseling yang lebih dikenal dengan nama BK adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bimbingan dan konseling yang lebih dikenal dengan nama BK adalah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bimbingan dan konseling yang lebih dikenal dengan nama BK adalah suatu proses interaksi antara konselor dengan konseli baik secara langsung (tatap muka) atau tidak

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam penelitian diperlukan suatu metode dan teknik penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa setiap orang dalam mengembangkan

Lebih terperinci

ASPEK LEGAL DAN ETIK DALAM DOKUMENTASI KEPERAWATAN

ASPEK LEGAL DAN ETIK DALAM DOKUMENTASI KEPERAWATAN ASPEK LEGAL DAN ETIK DALAM DOKUMENTASI KEPERAWATAN By. A h m a d H a s a n B a s r i, S. K e p. NS L/O/G/O MOTIVASI HARI INI ANDA BISA SUKSES SEKALIPUN TIDAK ADA ORANG YANG PERCAYA ANDA BISA. TAPI ANDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Namun, pendidikan di sekolah sampai

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Namun, pendidikan di sekolah sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa adalah manusia berpotensi yang layak dikembangkan untuk mencapai kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Namun, pendidikan di sekolah sampai saat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara. 95 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan yang signifikan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Bimbingan Konseling, Manajemen Berbasis sekolah

Kata Kunci: Bimbingan Konseling, Manajemen Berbasis sekolah PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR Oleh: G. Rohastono Ajie FIP IKIP PGRI SEMARANG Abstrak Sekolah Dasar yang selanjutnya dipaparkan dengan singkatan SD adalah

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5520 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI IPTEK. Keinsinyuran. Profesi. Penyelenggaraan. Kelembagaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 61) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SUMENEP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : BUPATI SUMENEP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sendiri yaitu mempunyai potensi yang luar biasa. Pendidikan yang baik akan

I. PENDAHULUAN. sendiri yaitu mempunyai potensi yang luar biasa. Pendidikan yang baik akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan jalan efektif bagi upaya pengembangan sumber daya manusia, karena melalui pendidikan siswa dibina untuk menjadi dirinya

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011 NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG : PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP

STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP Juftiar Mahendra Zainur Putera Dr. Tamsil Muis Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci