MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING"

Transkripsi

1 MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH KELOMPOK 9 NAMA ANGGOTA : PEGI DESVIKA DARMA PINTA ( ) SHERLY FATIKA AULIA ( ) SITI UTARI YULIANI ( ) YOLANDA GUSSELVIAN ( ) DOSEN : Prof. Dr. MUDJIRAN, M.S.Kons. UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2017

2 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segenap kekuatan dan kesanggupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Penulis menyadari baik isi maupun penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat dipergunakan demi kemajuan ilmu pengetahuan kita bersama. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Padang, 1 September 2017 Penulis

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI i ii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar belakang... 1 B. Rumusan masalah C. Tujuan BAB II PEMBAHASAN A. Aplikasi Instrumentasi Pengertian Tujuan Komponen 4 4. Asas Pendekatan dan Teknik 5 6. Operasionalisasi Kegiatan... 6 B.Himpunan Data Pengertian Tujuan Komponen 8 4. Asas Pendekatan dan Teknik Operasionalisasi Kegiatan C. Konferensi Kasus Pengertian Tujuan Komponen Asas Pendekatan dan Teknik Operasionalisasi Kegiatan... 15

4 D. Kunjungan Rumah Pengertian Tujuan Komponen Asas Pendekatan dan Teknik Operasionalisasi Kegiatan E. Tampilan Kepustakaan Pengertian Tujuan Komponen Asas Pendekatan dan Teknik Operasionalisasi Kegiatan G. Alih Tangan Kasus Pengertian Tujuan Komponen Asas Pendekatan dan Teknik Operasionalisasi Kegiatan BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA... 30

5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan program pendidikan. Program bimbingan menunjang tercapainya tujuan pendidikan yaitu perkembangan individu secara optimal. Oleh karena itu, kegiatan bimbingan dan konseling harus diselenggarakan dalam bentuk kerjasama sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan. Kegiatan itu harus diselenggarakan secara teratur, sistematik dan terarah atau berencana, agar benar-benar berdaya dan berhasil guna bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa. Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal mungkin. Dalam pemberian kegiatan pendukung bimbingan konseling bahwa kegiatan pendukung bimbingan konseling meliputi aplikasi instrumen bimbingan konseling, penyelenggaraan himpunan data, dan kegiatan khusus. Dalam ketiga kegiatan pendukung bimbingan konseling tersebut dilakukan agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diselesaikan sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan pembelajaran yang cukup berarti. Berdasar latar belakang tersebut, makalah ini akan membahas tentang kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dan penjelasan tentang aplikasi instrumentasi dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling? 2. Apa pengertian dan penjelasan tentang himpunan data dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling? 3. Apa pengertian dan penjelasan tentang kunjungan rumah dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling? 4. Apa pengertian dan penjelasan tentang konferensi kasus dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling? 5. Apa pengertian dan penjelasan tentang tampilan kepustakaan dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling?

6 6. Apa pengertian dan penjelasan tentang alih tangan kasus dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui tentang aplikasi instrumentasi BK dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling 2. Untuk mengetahui tentang himpunan data dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling 3. Untuk mengetahui tentang kunjungan rumah dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling 4. Untuk mengetahui tentang konferensi kasus dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling 5. Untuk mengetahui tentang tampilan kepustakaan dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling 6. Untuk mengetahui tentang alih tangan kasus dalam kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling

7 BAB II PEMBAHASAN A. Aplikasi Instrumentasi BK 1. Pengertian Aplikasi Instrumentasi berarti upaya pegungkapan melalui pengukuran dengan memakai alat ukur atau instrument tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi dan digunakan untuk memberikan perlakuan terhadap klien dalam bentuk layanan konseling. Sedangkan aplikasi instrumentasi bimbingan dankonseling yaitu kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik. Keterangan tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes. Aplikasi instrumentasi Bimbingn dan Konseling bermaksud mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik (baik secara individual maupun kelompok). 2. Tujuan a) Tujuan Umum Tujuan umum Aplikasi Instrumentasi (AI) adalah diperolehnya data hasil pengukuran terhadap kondisi tertentu klien. Data ini kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penyelenggaraan layanan konseling. Dengan menggunakan data tersebut, penyelenggaraan layanan konseling terhadap klien akan lebih efektif dan efisien. b) Tujuan Khusus Dikaitkan dengan fungsi-sungsi konseling, kegiatan AI didominasi oleh fungsi pemahaman. Data hasil aplikasi instrumentasi digunakan untuk memahami kondisis klien seperti potensi dasar, bakat dan minat, kondisis diri dan lingkungan, masalah yang dialami, dan sebagainya. Pemahaman yang diperoleh melalui data yang dimaksudkan itu digunakan oleh konselor sebagai bahan pertimbangan dalam upaya membantu klien sesuai dengan kebutuhan dan kemungkinan masalah-masalah yang dialaminya. Dalam hal ini fungsi pencegahan dan fungsi pengentasan jelas terlihat. Jadi, tujuan dari aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling tersebut adalah untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik dan lingkungannya. Untuk pengumpulan data dan keterangan dapat dilakukan dengan cara berbagai instrument baik tes maupun non tes. Hasil pengumpulan data tersebut dapat digunakan dalam setiap kegiatan layanan bimbingan dan konseling.

8 3. Komponen Kegiatan aplikasi instrumentasi mensinergikan tiga komponen pokok, yaitu: a) Instrumen Dalam instrumen ada hal yang harus diperhatikan, yaitu 1) Materi yang diungkapkan Materi yang diungkapkan melalui instrument atau alat ukur tertentu jenisnya bermacam-macam. Khususnya untuk keperluan konseling, materi tersebut pada umumnya menyangkut diri individu, yaitu seperti: (a) Kondisi fisik individu, meliputi keadaan dan kesehatan jasmani (b) Kondisi dasar psikologis, meliputi potensi dasar, bakat, minat, sikap (c) Kondisi dinamik-fungsional psikologis (d) Kondisi kegiatan dan hasil belajar (khusus untuk pelajar) (e) Kondisi hubungan sosial (f) Kondisi keluarga dan lingkungan (g) Kondisi arah pengembangan dan kenyataan karir (h) Permasalahan yang potensial dan atau sedang terjadi 2) Bentuk instrument Bentuk instrument pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu instrument tes dan nontes. Disebut instrumen tes jika jawaban responden atas soal-soal yang ada diperiksa berdasarkan benar salahnya jawaban tersebut. Jawaban benar bernilai positif, sedangkan jawaban salah bernilai negatif. Skor-skor positif dan negatif itu digabungkan untuk memperoleh gambaran tentang kualitas jawaban secara keseluruhan. Yang tergolong dalam instrumen tes psikologis (tes inteligensi, tes bakat dan minat), dan tes hasil belajar (soal ulangan, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester). Berbeda dari jawaban instrument tes, jawaban instrument non-tes diperiksa bukan atas benar salahnya, melainkan untuk melihat gambaran tentang kondisi responden tanpa menekankan apakah kondisi itu mutunya tinggi atau rendah, benar atau salah. Instrumen nontes digunakan untuk mengetahui kondisi responden apa adanya. Berbagai bentuk alat ukur dapat digolongkan ke dalam instrument non-tes seperti angket, inventori, wawancara, sosiometri, dan sebagainya. Seperti instrument tes, instrument non-tes juga ada yang diselenggarakan melalui tulisan atau lisan, secara individual atau kelompok. Berkenaan dengan isi dan bentuknya, konselor harus benar-benar cermat memilih instrument mana yang akan dipakai yang sesuai dengan apa yang akan diungkap dari responden dan kondesi pribadi responden atau konseling itu.

9 b) Responden Responden adalah orang yang mengerjakan instrument, baik tes maupun non-tes. Kondisi responden terbentang dalam rentangan semua karakteristik individu seperti umur,jenis kelamin, kondisis fisik dan psikologis, indivial atau kelompok, yang memungkinkan diselenggarakannya administrasi instrument yang dimaksudkan. Tentu saja tidak semua instrument cocok dan perlu digunakan untuk semua responden, bahkan sering kali suatu instrument hanya dapat digunakan untuk kelompok responden dengan kondisi tertentu. c) Pengguna Instrumen Konselor sebagai pengguna hasil instrument digunakan dalam melaksanakan layanan konseling. Untuk tes psikologis Konselor dapat bekerjasama dengan psikolog (kolaborasi professional). Dalam hal ini, konselor dapat menyelenggarakan tes psikologis yang lebih sederhana, seperti tes integensi dan tes bakat setelah menjalani pelatihan khusus dan memperoleh sertifikat kewenangan yang di maksud. Kewenangan menyelenggarakan administrasi instrumen non tes pada umumnya lebih terbuka, dengan catatan si (calon) penyelenggar itu harus terlebih dahulu berlatih diri sehingga benar-benar mampu menyelenggarakan sesuai dengan syarat-syarat yang baik. 4. Asas Layanan ini didominasi oleh asas kerahasiaan, yang sebelumnya diharapkan terlaksananya asas kesukarelaan klien untuk menjalani instrument yang diikuti juga dengan asas keterbukaan dalam menjawab item-item instrument agar hasilnya benar-benar mencerminkan kondisi responden sebagaimana adanya. 5. Pendekatan dan Teknik a) Penyiapan instrument dan responden Konselor hendaknya: 1) Mempelajari manual instrument 2) Mengindentifikasi karakteristik instrument 3) Melihat kesesuaian antara instrument dengan responden 4) Menyiapkan diri untuk mengadministrasikan instrument 5) Menyiapkan aspek teknik dan administratif

10 b) Pengadministrasian instrument Dilaksanakan sesuai dengan petunjuk manual instrument, berupa: 1) Pokok, isi, bentuk, tujuan dan kegunaan intrumen bagi responden 2) Bagaimana menjawab dan bekerja dengan instrument 3) Bagaimana jawaban responden diolah 4) Bagaimana hasil pengolahan disampaikan kepada responden 5) Bagaimana hasil instrumen tersebut dipakai dan apa yang akan dilakukan responden dengan hasil pengolahan itu c) Pegolahan dan pemaknaan jawaban responden Hasil pengolahan intrumen ditafsirkan dengan menggunakan kriteria atau norma yang terdapat dalam manual instrumen. d) Penyampaian hasil instrument Asas kerahasiaan hendaknya diterapkan dan Konselor dapat memanggil responden untuk menyampaikan hasil pengolahan instrumen. e) Penggunaan hasil instrument Hasil instrument digunakan untuk : 1) Perencanaan program konseling 2) Penetapan peserta layanan 3) Perencanaan program konseling 4) Hasil instrumentasi sebagai isi layanan 5) Hasil instrumentasi dan tindak lanjut 6) Hasil instrumentasi dan upaya pengembangan Aplikasi instrumentasi digunakan dan mendukung penyelenggaraan jenisjenis pelayanan dan kegiatan pendukung mulai dari perencanaan program, penetapan inidividu, menetapkan materi layanan, sebagai bahan evaluasi dan pengembangan program. 6. Operasionalisasi kegiatan a) Perencanaan Menetapkan objek yang akan diukur, menetapkan subjek, menyusun instrument, menetapkan prosedur, menetapkan fasilitas, menyiapkan kelengkapan administratif.

11 b) Pengorganisasian Unsur-unsur dan Sarana Kegiatan Menetapkan fasilitas dan menyiapkan fasilitas, menyiapkan kelengkapan administrasi. c) Pelaksanaan Mengkomunikasikan rencana pelaksanaan aplikasi instrumentasi, mengorganisasikan kegiatan instrument, pengadministrasi dengan diawali dengan LIMADMEN, mengolah jawaban responden, menafsirkan dan menetapkan arah penggunaan hasil instrumen. d) Evaluasi/penilaian Menetapkan materi evaluasi, menetapkan prosedur, melaksanakan evaluasi dan mengolah serta menafsirkan hasil evaluasi. e) Analisis hasil evaluasi Menetapkan norma/standar analisis, melakukan asanalisis dan menafsirkan hasil analisis. f) Tindak lanjut Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut aplikasi instrumentasi, mengkomunikasikan rencana tindak lanjut dan melaksanakan tindak lanjut. g) Pelaporan Menyusun laporan aplikasi instrumentasi, menyampaikan laporan dan mendokumentasi laporan. B. Himpunan Data 1. Pengertian Data adalah gambaran atau keterangan tentang ada atau keadaan tertentu. Layanan Himpunan Data adalah upaya Konselor untuk menghimpun, digolong-golongkan dan dikemas dalam betuk tertentu. Himpunan data mencakup semua usaha untuk memperoleh data tentang siswa, menganalisis dan menafsirkan data, serta menyimpan data itu. (Winkel, 2005:253 ).Prayitno, dkk (1997) menyatakan, bahwa salah satu di antara tugas guru pembimbing adalah melaksanakan segenap program kegiatan pendukung, sedangkan himpunan data merupakan bagian dari kegiatan pendukung. Kegiatan penyelenggaraan himpunan data menurutprayitno ( 2004:18 ) meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan laporan. Himpunan data adalah kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.

12 Jadi himpunan data merupakan kegiatan pendukung dalam kegiatan bimbingan konseling yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan laporan. 2. Tujuan a) Umum Menyediakan data dalam kualitas yang baik dan lengkap untuk menunjang penyelenggaraan pelayanan konseling sesuai dengan kebutuhan sasaran layanan. b) Khusus Didominasi oleh fungsi pemahaman terhadap individu yang datanya dihimpun. Ini akan mewujudkan fungsi pencegahan dan dapat pula fungsi pengentasan terhadap masalah individu. Lebih jauh, himpunan data ini dapat dijadikan bahan dalam melaksanakan fungsi pengembangan dan pemeliharaan dan dapatjuga digunakan dalam melindungi hak-hak individu yang sedang mengalami masalah HAM. 3. Komponen a) Jenis data Pada dasarnya jenis data yang terhimpun di dalam HD tidak dibatasi. Oleh karena itu, jenisnya bermacam-macam sesuai dengan proyeksi variasi kebutuhan mereka yang dilayani melalui program pelayanan konseling. Dari sekian banyak data yang volume dan jenis dapat ters berkembang dikenal tiga pengelompokan data, yaitu : 1) Data Pribadi Semua data yang bersangkut paut dengan pribadi seseorang disebut data pribadi, meliputi: (a) Identitas pribadi : nama, gelar, tempat dan tanggal lahir, alamat, kewarganegaraan, agama (b) Kondisi fisik dan kesehatan (c) Potensi diri : kemampuan dasar, bakat, minat dan kecenderungan pribadi, cita-cita (d) Hasil karya (e) Status dan kondisi keluarga (f) Status dan kondisi pekerjaan atau karir (g) Kondisi kehidupan sehari-hari dan permasalahannya Muatan data pribadi diatas ada yang bersifat statis (yaitu kenyataan atau kondisi yang relative tidak berubah) dan yang bersifat dinamis (yaitu kenyataan atau kondisi yang mudah berubah. sifat data yang statis dan dinamis itu sangat mempengaruhi dinamika

13 penyelenggaraan dan pengembangan HD. Data statis teru-menerus tetap dipertahankan, sedangkan data dinamis harus selalu disesuaikan dengan kondisi aktualnya. 2) Data Kelompok Data kelompok, yaitu data yang mengenai sekelompok individu (dalam jumlah yang terbatas). Data ini menyangkut misalnya, hubungan sosial antar individu dalam kelompok, kondisi kebersamaan dan kerjasama mereka, hasil perhitungan statistik tentang diri mereka. Dari data kelompok, mungkin ada yang dapat dipetik sebagai data pribadi dan pindahkan ke kelompok data pribadi. Sebaliknya data pribadi yang sejalan dapat dikelompokkan dan diletakkan pada bagian data kelompok. 3) Data Umum Data umum, yaitu data yang tidak mengenai diri seseorang dan tidak pula berkenaan dengan kelompok (terbatas) individu tertentu. Data umum berasal dari luar diri pribadi atau kelompok. Data ini berbicara tentang hal-hal yang bersifat umum, mengenai fakta atau keterangan tentang hal-hal yang bersifat umum, mengenai fakta atau keterangan tentang apa saja yang dapat diakses oleh siapa saja. Data umum ini dapat berbentuk buku, kumpulan leaflet, informasi karir dan pendidikan, data tentang lingkungan yang lebih luas. Bahan-bahan ensiklopedia, pedoman dan panduan umum atau khusus, sumber informasi dan latihan dan sebagainya. b) Bentuk himpunan data Semua data yang terhimpun di dalam HD berupa rekaman: tulisan, angka, gambar pada lembaran kertas, slide, film serta rekaman audio dan video. Semua rekaman itu dapat terhimpun secara menyeluruh dalam bentuk : 1) Buku data pribadi 2) Himpunan lembaran dengan format khusus 3) Kumpulan data kelompok dan laporan kegiatan 4) Program komputer 5) Kumpulan data umum c) Penyelenggaran HD Konselor sebagai penyelenggara Himpunan data memiliki fungsi: 1) Menghimpun data

14 Konselor menghimpun semua jenis data dari berbagai sumber : (a) Data pribadi, terutama dari individu-individu yang menjadi tanggungjawab Konselor dalam pelayanan konseling. Dalam hal ini seluruh spektrum data pribadi pokok perlu dikumpulkan. (b) Data kelompok, terutama dari kelompok-kelompok individu yang menjadi tanggungjawab konselor dalam pelayanan konseling. Dalam hal ini data hubungan sosial dan data dalam format-format statistic perlu dikumpulkan. (d) Data umum, terutama dari berbagai sumber yang secara prospektif perlu diakses oleh individu yang menjadi tanggungjawab Konselor dalam layanan konseling. Dalam hal ini data berkenaan dengan pengembangan wawasan, ilmu pengetahuan, aspirasi dan sikap, serta pengubahan tingkahlaku perlu dikumpulkan. Pengumpulan berbagai data tersebut di atas dilakukan melalui kegiatan AI (aplikasi instrumentasi) baik langsung oleh Konselor sendiri atau melalui kerjasama dengan pihak-pihak lain. Data yang diperoleh kemudian dihimpun dalam bentuk-bentuk yang sesuai. 2) Mengembangkan data Data yang terhimpun dalam HD bersifat 5L : langsung, luas, lugas, luwes dan lancar. 3) Menggunakan data Adalah mubadzir, membuang-buang waktu, tenaga, biaya dan fasilitas lainnya apabila HD diadakan, tetapi tidak digunakan. Isi HD merupakan kekayaan yang amat berguna untuk menyukseskan pelayanan konseling. Kegunaan itu terutama dalam: (a) Perencanaan Pelayanan Menetapkan klien atau peserta layanan, mengarahkan isi pokok layanan, mengarahkan jenis dan format layanan dan kegiatan pendukung layanan. (b) Isi Layanan Ketika layanan berlangsung data dari HD dapat dibuka dan dimanfaatkan dan data dari HD dapat memberikan pertimbangan ataupun arah untuk pelaksanaan tindak lanjut layanan yang telah dilaksanakan. (c) Laporan Kegiatan Layanan Pelayanan konseling yang komprehensif dan berkelanjutan dapat memanfaatkan berbagai kegiatan layanan yang pernah dilakukan terhadap individu tertentu atau kelompok-kalompok individu yang laporan kegiatannya terdapat dalam HD.

15 4. Asas Asa kerahasiaan mendominasi penyelenggaraan HD, artinya terhadap segala data, khususnya data yang bersifat pribadi, harus diberlakukan kerahasiaan. Asas kesukarelaan diterapkan ketika data itu dipetik langsung dari sumbernya. Lebih jauh, dalam rangka pengembangan HD, asa kedinamisan dan keterpaduan perlu mendapat perhatian. 5. Pendekatan dan Teknik a) Aplikasi intrumentasi Aplikasi instrumensi diselenggarakan untuk memperoleh data dari sumber-sumber yang relevan, terutama dari individu-individu yang menjadi tanggung jawab konselor. b) Penyusunan dan penyimpanan data Data dikelompokkan dan disusun secara sistematik. lokasi masing-masing data dapat diidentifikasikan dengan jelas sehingga mudah diakses dalam rangka penggunaannya, pengembangannya, dan penghapusannya. c) Penggunaan perangkat computer Penggunaan perangkat komputer dalam HD selain sangat membantu dalam penyimpanan data, uga sekaligus penggunaan data tertentu dalam pelayanan konseling. d) Tenaga administrasi tenaga pembantuan atau tenaga administrasi harus diyakini benar-benar mampu menyelenggarakan asas kerahasiaan dan paham dalam mekanisme penyusunan, penyimpanan dan penggunaan data. Kegiatan program komputerlah yang dimaksudkan sebagai tenaga administrasi tersebut. 6. Operasionalisasi Kegiatan Operasionalisasi kegiatan himpunan data meliputi a) Perencanaan Menetapkan jenis dan klasifikasi data serta sumber-sumbernya, menetapkan bentuk himpunan data, menetapkan dan manata fasilitas, menetapkan mekanisme pengisian, pemeliharaan dan penggunaan serta menyiapkan kelengkapan administrative. b) Pelaksanaan Memetik dan memasukkan ke dalam himpunan data sesuai dengan klasifikasi,memanfaatkan data,memelihara dan mengembangkan himpunan data.

16 c) Evaluasi dan Analisis Mengkaji evisiensi sistematika dan penggunaan fasilitas yang digunakan, memerikasa kelengkapan, keakuratan, keaktualan dan kemanfaatan himpuana data, serta melaksanakan analisis terhadap hasil evaluasi berkenaan dengan kelengkapan, keakuratan, keaktualan, kemanfaatan dan efisiensi penyelenggaraannya. d) Laporan, mencakup kegiatan: Menyusun laporan kegiatan himpunan data, menyampaikan laporan kepada pihak terkait dan mendokumentasikan laporan. e) Hambatan Hambatan-hambatan dalam penyelenggaraan kegiatan himpunan data dapat dibagi menjadi dua yaitu hambatan yang berasal dari konselor sekolah (hambatan internal) dan hambatan yang berasal selain dari konselor (hambatan eksternal). 1) Hambatan Internal (a) Konselor yang bukan berasal dari jurusan BK (b) Kurangnya kompetensi yang dimiliki oleh konselor (c) Kurangnya profesionalitas konselor (d)kurangnya waktu yang dimiliki konselor untuk menyelenggarakan kegiatan himpunan data (e)kurangnya materi yang dimiliki konselor untuk menyelenggarakan kegiatan himpunan data 2) Hambatan Eksternal (a) Kurangnya penggunaan teknologi dalam penyelenggaraan himpunan data (b) Kurangnya dokumentasi laporan yang dilakukan oleh konselor (c) Sarana dan prasarana yang kurang mendukung C. Konferensi Kasus 1. Pengertian Konferensi kasus merupakan forum terbatas yang di lakukukan oleh pembimbing atau konselor guna membahas suatu permasalahan dan arah pemecahannya. Konferensi kasus direncanakan dan dipimpin oleh pembimbing atau konselor, dihadiri oleh pihak-pihak tertentu yang terkait dengan kasus dan upanya pemecahannya.pihak-pihak yang terkait diharapkan memiliki komitmen yang tinggi untuk teratasinya kasus secara baik dan tuntas. Sesuai dengan

17 sifatnya yang kasus, pertemuan konferensi kasus bukan pertemuan formal, dalam arti berdasarkan surat keputusan tertentu, penyelenggaraan kasus tidak terkait pada jumlah peserta tertentu, waktu dan jadwal pertemuan tertentu, serta keharusan membuat surat keputusan tertentu. Konferensi kasus merupakan pertemuan terbuka dalam arti terbuka untuk kasus yang dibahas, terbuka dari segi pihak-pihak yang diundang, terbuka dalam waktu penyelenggaraan, terbuka dalam dinamika kegiatan, dan terbuka dalam hasil-hasilnya, namun tetap menjunjung tinggi norma-norma,kaidah-kaidah,prinsip-prinsip,dan asas-asas. Tidak semua masalah yang dihadapi siswa (konseli) harus dilakukan konferensi kasus, tetapi untuk masalah-masalah yang tergolong pelik dan perlu keterlibatan pihak lain tampaknya konferensi kasus sangat penting untuk dilaksanakan melalui konferensi kasus, proses penyelesaian masalah siswa (konseli) meelakukan tidak hanya mengandalkan pada konselor di sekolah semata, tetapi bisa dilakukan secara kolaboratif, dengan melibatkan berbagai pihak yang dianggap komponen dan memilki kepentingan dengan permasalahan yang dihadapi siswa (konseli). 2. Tujuan Secara umum konferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan data secara lebih luas dan akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak yang terkait dengan kasus (masalah tertentu) dalam rangka pemecahan masalah.secara khusus tujuan konferensi kasus berkenaan dengan fungsi-fungsi tertentu layanan bimbingan dan konseli.berkenaan dengan fungsi pemahaman, semakin lengkap degan akurat data tentang permasalahan yang dibahas, maka akan semakin dipahami secara mendalam permasalahan itu oleh konselor dan pihak-pihak lain yang hadir dalam konferensi kasus.pemahaman tersebut digunakan untuk menangani permasalahan baik dalam arah pencegahan kemungkinan-kemungkinan terjadi hal-hal yang lebih merugikan (fungsi pencegahan) maupun arah pengentasan masalah yang dialami oleh klien ( siswa). Secara khusus konferensi kasus bertujuan untuk : a) Mendapatkan konsistensi,kalau guru atau konselor teryata menemukan berbagai data informasi yang dipandang saling bertentangan atau kurang satu sama lain (cross Check data). 2) Mendapatkan konsensus dari para peserta konferensi dalam menafsirkan data yang cukup komprehensif dan pihak yang menyagkut diri siswa (konseli) guna memudahkan pemgambilan keputusan.

18 3) Mendapatkan pengertian,penerimaan,persetujuan dari komitmen peran dari para peserta konferensi tentang permasalahan yang dihadapi siswa (konseli) beserta upaya pengentasannya. 3. Komponen Ada tiga komponen utama dalam konferensi kasus yaiatu : kasus itu sendiri, peserta, dan pembimbing atau konselor. a) Kasus-kasus yang dibahas dalam konferensi kasus dapat mencakup : 1) masalah klien yang sedang ditangani oleh konselor 2) masalah yang dialami seseorang atau beberapa orang yang belum ditangani oleh konselor 3) kondisi lingkungan yang terindikasi atau berpotensi bermasalah 4) Laporan terjadinya masalah tertentu 5)Isu yang patut ditangani oleh memperoleh penanganan yang memadai. b) Peserta Para peserta dalam konferensi kasus pada dasarnya adalah semua pihak yang terkait dengan kasus atau permasalahan yang dibahas. Secara lebih rinci, pihak-yang terkait dengan permasalahan (peaerta konferensi kasus) adalah: 1) Individu (seorang atau lebih) yang secara langsung mengalami masalah, 2) Individu (seorang atau lebih) yang terindikasi secara masalah, 3) Orang-orang yang berperan penting berkenaan dengan masalah yg di bahas, 4) Orang-orang yang dapat memberikan sumbangan bagi pencapaian tujuan konferensi kasus, 5) Ahli berkenaan degan masalah byang dibahas. c) Konselor (pembimbing) merupakan penyelenggara konferensi kasus mulai perencanaan, peleksanaan, penggunaan hasil, hingga pelaporan secara menyeliruh. 4. Asas Asas kerahasiaan, kesukarelaan dan keterbukaan mendominasi kegiatan konferensi kasus. Asas kerahasiaan ditekankan apabila kasus yang dibahas adalah masalah pribadi yang dialami klien tertentu. Dalam hal ini, konselor sebagai penyelenggara dan penanggung jawab atas kerahasiaan segala data dan keterangan pribadi klien, harus mampu meyakinkan dan menggalang komitmen peserta untuk bersam-sama menjalankan asas kerahasiaan itu. Asas kesukarelaan dan keterbukaan mengiringi asas kerahasiaan.

19 5. Pendekatan dan Teknik Implementasi konferensi kasus dapat menerapkan beberapa teknik sebagai berikut: a) Kelompok informal. Konferensi kasus yang menggunakan teknik ini bersifat tidak resmi, Artinya tidak menggunakan cara-cara tertentu yang bersifat instruksional. Atau tidak ada instruksi atau perintah dari siapa pun. b) Pendekatan normatif. Penerapan teknik ini harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Penyebutan nama seseorang harus disertai penerapan asas kerahasiaan (apabila memungkinkan penyebutan nama dihindari) 2) Pengungkapan sesuatu dan pembahasannya harus didasarkan pada tujuan positif yang menguntungkan sumua pihak yang terkait. Dengan perkataan lain, apapun yang dibahas tidak merugikan pihak-pihak tertentu 3) Pembicaraan dalam suasana bebas dan terbuka, objektif tanpa pamrih, dan tidak didasarkan atas kriteria kalah menang 4) Diminta kelompok diwarnai semangat memberi dan menerima 5) Bahasa dan cara-cara yang digunakan diwarnai oleh asas kenormatifan. c) Pembicaraan terfokus Semua peserta konferensi kasus bebas menggembangkan yang diketahui, dipikirkan, dirasakan, dialami, dan dibanyagkan akan terjadi berkaitan dengan kasus yang dibicarakan,namun jangan samapi pembicaraan meluas dluar konteks,mengada-ada,apalagi samapi menyentuh daerah yang menyentuh daerah yang menyinggung pribadi-pribadi tertentu. Untuk itu, konselor harus mampu anatara lain : 1) Membangun suasana nyaman bagi seluruh peserta dalam mengukuti pembicaraan 2) Mendorong para peserta untuk berperan optimal dalam pembahasan kasus 3) Mengambil inti pembicaraan dan menyimpulkan seluruh isi pembicaraan 6. Operasionalisasi kegiatan Konferensi kasus dapat dilaksanakan dimana saja, di tempat konselor bertugas mempraktikan pelayanan profesional, di sekolah dan madrasah yang menyangkut siswa atau personil sekolah dan madrasah dan di tempat-tempat lainnya.atau dibuat kesepakatan anatara konselor dan peserta serta pihak yang bertanggung jawab atas tempat tertentu. Prinsipnya, tempat berlagsungnya konferensi kasus harus nyaman dan kondusif mendukung pelaksanaan konferensi kasus sesuai tuntutan asas-asas konseli

20 Pelaksanaan konferensi kasus menempuh tahap-tahap sebagai berikut : a) Perencanaan Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : 1) Menetapkan kasus yang akan dibawa ke konferensi 2) Menyakinkan klien (siswa),tentang pentingnya konferensi kasus 3) Menetapakan peserta konferensi kasus 4) Menetapkan waktu atau tempat knoferensi kasus 5) Menyiapkan kelengkapan bahan atau materi untuk pembahasan dalam konferensi kasus 6) Menyiapkan kelengkapan administrasi b) Pelaksanaan Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : 1) Mengomunikasikan rencana konferensi kasus kepada para peserta 2) Menyelenggarakan knoferensi kasus, yang meliputi kegiatan : (a) membuka pertemuan (b) menyelenggarakan penstrukturan dengan asas kerahasiaan sebagai pokok kasus, meminta komitmen peserta untuk penanganan kasus (c) membahas kasus (d) menegaskan peran masing-masing peserta dalam penanganan kasus (e) menyimpulkan hasil pembahasan,dan memantapkan komitmen peserta, dan (f) menutup pertemuan c) Evaluasi Pada tahap ini hal-hal yang yang di lakukan adalah : 1) mengevaluasi kelengkapan dan kemanfaatan hasil konferensi kasus sertan komitmen peserta dalam penanganan kasus 2) mengevaluasi proses pelaksanaan konferensi kasus 3) melakukan analisis (pembahasan) terhadap efektivitas hasil konferensi kasus terhadap penangan kasus d) Tindak lanjut dan laporan Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : 1) menggunakan hasil analisis untuk melengkapi data dan memperuat komitemn penanganan kasus 2) mempertimbangkan apakah diperlukan konferensi kasus lanjutan 3) menyusun laporan kegiatan konferensi kasus

21 4) mengoptimalkan laporan kepada pihak-pihak yang terkait dengan kasus yamg telah dibahas 5) mendokumentasikan laporan yang telah disusun D. Kunjungan Rumah 1. Pengertian Menurut Prayitno, kujungan rumah merupakan upaya untuk mendeteksi kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan anak atau individu yang menjadi tanggung jawab konselor dalam pelayanan konseling. Kunjungan rumah di lakukan apabila data siswa untuk kepentingan pelayanan bimbingan dan konseling belum atau tidak diperoleh melalui wawancara dan angket. Selain itu kunjungan rumah juga perlu di lakukan untuk melakukan cek silang berkenaan dengan data yang di peroleh melalui angket dan wawancara. Siswa yang bersangkutan dapat dilibatkan secara langsung dilibatkan dalam proses kunjungan rumah dan pembicaraan hasil-hasilnya untuk kepentingan pemecahan masalah siswa yang bersangkutan. Kegiatan kunjungan rumah dapat diganti dengan pemanggilan orang tua ke sekolah. Namun demikian, kunjungan rumah secara langsung akan lebih menguntungkan, karena penerimaan orang tua terhadap guru di rumahnya sendiri akan lebih akrab sehingga lebih memungkinkan dijalinnya kerja sama. 2. Tujuan Secara umum, kunungan rumah bertujuan untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat tentang siswa berkenaan dengan masalah yang di hadapinya. Selain itu, juga bertujuan untuk menggalang komitmen antara orang tua dan anggota keluarga lainnya dengan pihak sekolah atau madrasah, khususnya berkenaan dengan pemecahan masalah klien. Kunungan rumah bertujuan untuk mengenal lebih dekat lingkungan hidup siswa sehari-hari. Secara khusus tujuan kunjungan rumah berkenaan dengan fungsi-fungsi bimbingan. Dengan memahami siswa secara lebih luas dan komitmen orang tua serta anggota keluarga lainnya, maka pelayanan bimbingan dan konseling akan dapat terwujud secara Efektif dan evisien. Dan pada gilirannya dapat mengentaskan siswa dari kondisi bermasalah kepada kondisi yang lebih baik.

22 Kunjungan rumah dilakukan dalam rangka mengumpulkan data atau melengkapi data siswa yang terkait dengan keluarga. Dengan data yang lebih lengkap dan terbinanya komitmen orang tua maka upaya pencegahan masalah terutama yang disebabkan oleh faktor-faktor keluarga, lebih memungkinkan untuk data dilaksanakan. Dengan demikian, berkaitan dengan fungsi pencegahan, kunjungan rumah bertujuan untuk mencegah timbulnya atau atau memecahkan masalah siswa terutama yang disebabkan oleh faktor-faktor keluarga. Melalui kunjungan rumah, akan terbina kerjasama yang baik antar konselor dengan orang tua siswa, sehingga akan terwujud situasi yang kondusif bagi pengembangan dan pemeliharaan potensi siswa. Apabila tujuan-tujuan berkaitan dengan fungsi-fungsi diatas tercapai, maka berkenaan dengan fungsi advokasi, melalui kunjungan akan lebih memungkinkan tegaknya hak-hak siswa. 3. Komponen Ada tiga komponen pokok berkenaan dengan kunjungan rumah, yaitu kasus, keluarga dan konselor. a) Kasus Kunjungan rumah difokuskan pada penanganan kasus yang dialami oleh klien (siswa) yang terkait dengan faktor-faktor keluarga, kasus siswa terlebih dahulu dianalisis, dipahami, disikapi dan diberikan (dilaksanakan) perlakuan awal tertentu, dan selanjutnya diberikan pelayanan bimbingan konseling yang memadai. Perlakuan awal terhadap kasus dilakukan melalui kunjungan rumah. Hasil kunjungan rumah digunakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Kunjungan rumah juga dapat merupakan bagian langsung atau tindak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling terlebih dahulu terhadap kasus yang dimaksud. b) Keluarga Keluarga yang menjadi fokus kunjungan rumah meliputi kondisi-kondisi yang menyangkut: 1) Orang tua atau wali siswa, 2) Anggota keluarga yang lain, 3) Orang-orang yang tinggal dalam lingkungan keluarga yang bersangkutan, 4) Kondisi fisik rumah, isinya dan lingkungannya, 5) Kondisi ekonomi dan hubungan sosioemosional yang terjadi dalam keluarga. c) Konselor Konselor atau pembimbing bertindak sebagai perencana, pelaksana dan sekaligus pengguna-pengguna hasil kunjungan rumah. Seluruh kegiatan kunjungan rumah dikaitkan

23 langsung dengan pelayanan bimbingan dan konseling dan kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling lainnya. 4. Asas Pertama-tam asas kesukarelaan dan keterbukaan ditegakkan. Dalam hal ini, klien terlebih dahulu diminta persetujuannya untuk dilakukannya kunjungan rumah. Kemudian dibahas kegunaan kunjungan rumah, khususnya dalam kaitan dengan masalah yang dialami. Selanjutnya keluarga yang akan dikunjungi pun dimita persretujuannya, dilengkapi dengan informasi tentang waktu dan hal-hal teknis kedatangan konselor. Lebih jauh, asas keterpaduan, yaitu keterpaduan antara kunjungan rumah dengan berbagai aspek pelayanan konseling terhadap klien, perlu mendapat perhatian. Berkenaan dengan data yang diperoleh sebagai hasil kunjungan rumah asas kerahasiaan diberlakukan. 5. Pendekatan dan Teknik a) Format Kunjungan rumah dapat dilakukan mengikut format lapangan dan politik. Melalui kunjungan rumah konselor memasuki lapangan permasalahan klien yang menjangkau kehidupan keluarga klien. Dengan jangkauan yang lebih luas di harapkan penanganan masalah klien dapat dilakukan secara lebih komprehensif dan intensif. Strategi politik pun dapat dilakukan yaitu menghubungi pihak-pihak lain yang terkait dalam keluarga. peran positif pihak-pihak lain yang terkait dibangkitkan untuk penuntasan pengentasan (pemecahan masalah) klien serta optimalisasi pengembangan potensi-potensinya. Kunjungan rumah menjangkau lapangan permasalahan klien yang menjangkau kehidupan keluarga dan terlaksanakan politik yaitu menghubungi pihak-pihak terkait dengan keluarga. b) Materi Materi Yang perlu diperhatikan saat di hadapan keluarga : 1) Tidak melanggar asas kerahasiaan klien, 2) Semata-mata untuk memperdalam masalah klien, 3) Tidak merugikan klien dalam kaitannya dengan kedudukan hubungan kekeluargaan dalam keluarga yang bersangkutan, hubungan sosioemosional, pemberian kesempatan dan fasilitas serta keterkaitan kerja 4) Materi yang dibicarakan meliputi kondisi-kondisi : orang tua atau wali siswa, anggota keluarga lainnya, orang-orang yang tinggal dalam lingkungan keluarga yang dimaksud. Kondisi fisik rumah, isinya dan lingkungannya, kondisi ekonomi dan

24 hubungan sosio-emosional yang terjadi dalam keluarga. Keseluruhan materi diatas, dirangkai secara sistematis baik dalam penggaliannya bersama anggota keluarga yang dikunjungi maupun dalam menyusun hasil kunjungan rumah nantinya. c) Peran klien Menyetujui Kunjungan Rumah yang akan dilakukan klien dan mempertimbangkan perlu tidaknya ia terlibat saat kunjungan rumah. Keterbukaan, objektifitas, kenyamanan, suasana kelancaran kegiatan, serta dampak positif bagi siswa dan keluarganya, menjadi pertimbangan dan kriteria keterlibatan siswa. d) Kegiatan Melakukan wawancara dan pengamatan dan memeriksa dokumen-dokumen yang dimiliki keluarga. Konselor tidak diperbolehkan memeriksa berbagai dokumen yang dimiliki keluarga, kecuali keluarga yang bersangkutan menghendakinya. Format atau teknik layanan kelompok dapat diselenggarakan oleh konselor dengan mengikutsertakan sejumlah anggota keluarga dalam pembicaraan tentang masalah siswa. e) Undangan terhadap keluarga Keluarga dapat diundang ke sekolah sesuai dengan permasalahan klien. Pelaksanaan undangan ini memperhatikan: izin dari klien, perlu dipersiapkan materi pembicaraan dan peran klien. Undangan terhadap keluarga tidak boleh dilakukan oleh pembimbing atau konselor dengan tujuan untuk menyampaikan kepada anggota yang diundang keputusan tertentu yang isinya merugikan siswa. Orang tua diundang untuk di beritau atau hanya untuk menandatangani perjanjian bahwa anaknya diskors, tidak naik kelas dan lain sebagainya. f) Waktu dan tempat Kapan maupun berapa lama kunjungan rumah dilakukan tergantung kepada perkembangan proses pelayanan terhadap siswa. Kunjungan rumah dapa dilakukan di lakukan dari awal atau bahkan sebelum pelayanann, ketika proses pelayanan sedang berlangsung atau sebagai tindak lanjut dari pelayanan tertentu. Lamanya pembimbing atau konselor berkunjung berkunjung kerumah keluarga siswa juga tergantung materi yang dibicarakan dan kegiatan yang dilakukan dalam keluarga yang bersangkutan. Apabila kunjungan rumah diganti dengan kunjungan rumah diganti dengan undangan keluarga, maka tempat pertemuannya bisa dilakukan ditempat pembimbing atau konselor bekerja. g) Evaluasi Untuk mengetahui hasil dari kunjungan rumah, harus dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kunjungan rumah. Dalam konteks pelayanan bimbingan dan konseling., dapat

25 mencakup proses dan hasil-hasilnya. Evaluasi terhadap unsur-unsur proses dilakukan secara berkelanjutan selama proses kunjungan rumah berlangsung. Penilaian terhadap hasil-hasil kunjungan rumah dapat diarahkan pada kelengkapan dan akurasi data yang diperoleh serta manfaat data tersebut dalam pelayanan terhadap siswa. Komitmen seluruh anggota keluarga juga perlu mendapat perhatian secara seksama untuk pemecahan masalah siswa. 6. Operasionalisasi Kegiatan Pelaksanaan kegiatan kunjungan rumah juga menempuh tahap-tahap kegiatan seperti: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut dan laporan. a) Perencanaan Pada tahap perencanaan, hal-hal yang dilakukan adalah 1) Menetapkan kasus dan klien yang mengalaminya yang memerlukan kunjungan rumah, 2) Meyakinkan klien tentang pentingnya kunjungan rumah, 3) Menyiapkan data atau informasi pokok yang perlu dikomunikasikan kepada keluarga, 4) Menetapkan materi kunjungan rumah atau data yang perlu diungkapkan dan peranan masing-masing anggota keluarga yang akan ditemui, 5)Menyiapkan kelengkapan administrasi. b) Pelaksanaan Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah 1) Mengomunikasikan rencana kegiatan kunjungan rumah kepada berbagai pihak yang terkait, 2) Melakukan kunjungan rumah dengan melakukan kegiatan-kegiatan: (a) Bertemu orang tua atau wali siswa atau anggota keluarga lainnya, (b) Membahas permasalahan siswa, (c) Melengkapi data, (d) Mengembangkan komitmen orang tua atau wali siswa atau anggota keluarga lainnya, (e) Menyelenggarakan konseling keluarga apabila memungkinkan, (f) Merekam dan menyimpulkan hasil kegiatan. c) Evaluasi Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah: 1) Mengevaluasi proses pelaksanaan kunjungan rumah,

26 2) Mengevaluasi kelengkapan dan keakuratan hasil kunjungan rumah, serta komitmen orang tua/ wali/ anggota keluarga lain, 3) Mengevaluasi penggunaan data hasil kunjungan rumah dalam pengentasan masalah klien, 4)Analisis terhadap efektifitas penggunaan hasil kunjungan rumah terhadap penanganan kasus, khususnya pengentasan masalah klien. d) Analisis hasil evaluasi Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan anlisis terhadap evektifitas penggunaan hasil kunjungan rumah terhadap pemecahan kasus siswa. e) Tindak lanjut 1) Mempertimbangkan apakah diperlukan kunjungan rumah ulang atau lanjutan 2) Mempertimbangkan tindak lanjut layanan dengan menggunakan data hasil kunjungan rumah yang lebih atau akurat. f) Laporan Pada tahap ini pembimbing atau konselor melakukan kegiatan 1) Menyusun laporan kegiatan kunjungan rumah, 2) Menyampaikan laporan kepada pihak terkait, 3) Mendokumentasikan laporan. E. Tampilan Kepustakaan 1. Pengertian Tampilan kepustakaan berupa bantuan layanan untuk memperkaya diri berkenaan dengan permasalahan yang dialami klien. Substansi layanan konseling, dan juga kegiatan pendukungnya sering kali perlu dilengkapi dan diperkuat oleh berbagai bahan yang dapat diambil dari tampilan kepustakaan. Uraian atau cerita yang dapat dibaca atau diikuti dari buku, tabloid atau film dapat memperjelas apa-apa yang dibahas di dalam layanan konseling yang dijalani klien. Contoh, ide dan rumus dapat memperkuat dan memantapkan atau menjadi bahan perbandingan dari apa-apa yang dibicarakan dalam layanan konseling. Bahan-bahan tersebut memperluas pemahaman dan wawasan klien, serta mempertajam analisis terhadap permasalahan klien. Pemanfaatan tampilan kepustakaan dapat diarahkan oleh konselor dalam rangka pelaksanaan pelayanan, dan/atau klien secara mandiri mengunjungi perpustakaan untuk

27 mencari dan memanfaatkan sendiri bahan-bahan yang ada disana sesuai kebutuhan. Tampilan kepustakaan merupakan kondidsi yang sangat memungkinkan individu atau klien memperkuat atau memperkaya diri sendiri. Dengan atau tanpa konselor, terlebih-lebih pada tahap pascakonseling, individu yang bersangkutan dapat terus menerus mengembangkan diri melalui pemanfaatan tampilan kepustakaan. 2. Tujuan Tujuan umum dari tampilan kepustakaan yaitu: a) Melengkapi substansi pelayanan konseling berupa bahan-bahan tertulis dan /atau rekaman lainnya yang ada dalam tampilan kepustakaan b) Mendorong klien memanfaatkan bahan-bahan yang ada dalam tampilan kepustakaan untuk memperkuat pengentasan masalah dan pengembangan diri pihak-pihak yang bersangkutan c) Mendorong klien untuk dapat memanfaatkan pelayanan konseling secaralebih langsung dan berdaya guna Tampilan kepustakaan dapat didayagunkan untuk kepentingan pelayanan konseling baik dalam tahap pra-layanan, dalam layanan, maupun pasca-layanan. 3. Komponen a) Konselor Adalah tenaga profesi pelayanan konseling yang menyelenggarakan berbagai jenis layanan konseling dan kegiatan pendukungnya. b) Peserta kegiatan Individu (atau lebih) yang berkepentingan dalam mengakses terhadap bahan kepustakaan tertentu. Peserta layanan untuk tahap pra-konseling adalah mereka yang tanpa terikat dengan layanan konseling. Peserta pada dalam-konseling adalah mereka yang sedang menjalani konseling dan peserta pasca-konseling adalah mereka yang sebelumnya sudah menjalani layanan konseling. Peserta hendaknya paham membaca dan mampu mengaitkan materi dengan permasalahan dan pengembangan diri. c) Bahan tampilan kepustakaan 1) Bahan pengembangan pribadi: menyangkut tugas-tugas perkembangan 2) Bahan pengembangan kehidupan social: cara berkomunikasi 3) Bahan pengembangan kegiatan belajar: bacaan cara belajar yang baik 4) Bahan perencanaan dan pengembangan karir: bacaan tentang keterkaitan minat, bakat dan pekerjaan 5) Bahan pengembangan kehidupan keluarga: bacaan persiapan berumah tangga

28 6) Bahan pengembangan hidup beragama: bacaan tentang pembinaan keimanan dan ketakwaan. 4. Asas Asas Kegiatan mendominasi karena harus mencari referensi, memahami dan menyimpulkan yang diiringi dengan asas kesukarelaan. Kegiatan ini dilakukan dengan sukarela, apalagi dengan senang hati, akan membawakan hasil yang lebih baik. 5. Pendekatan dan Teknik Format yang digunakan adalah dapat secara individual, kelompok, klasikal, lapangan dan kolaboratif. Teknik yang dilaksanakan oleh peserta layanan: a) Mencari bahan yang digunakan b) Mengajarkan klien membaca teknik cepat dan tepat melalui kemampuan 5M : 1) membaca apa yang tertulis dengan akurat 2) memehami maksud dan makna apa yang dibaca 3) meringkas intisari bacaan 4) mempertanyakan materi yang dibaca 5) memperkaya materi yang dibaca dangan bacaan atau bahan lain c) Arah aplikasi materi yang dibaca bahan yang diambil dan baca dari kumpulan tampilan kepustakaan akan memperoleh makna yang lebih besar apabila dapat diterapkan. 6. Operasionalisasi Kegiatan a) Persiapan Menyampaikan perlunya tampilan kepustakaan, menetapkan bahan-bahan tampilan kepustakaan, menyiapkan klien untuk mengakses bahan-bahan yang dibutuhkan, menetapkan waktu kegiatan dan menetapkan pembicaraan terhadap hasil yang diperoleh dari tampilan kepustakaan. b) Monitoring pelaksanaan Dapat dilaksanakan secara tidak langsung (klien dimandirikan) dan secara langsung dimana peserta layanan ditugaskan menyiapkan diri dengan bahan atau topic tugas tertentu.

29 c) Evaluasi dan tindak lanjut Terlaksana pada kegiatan layanan yang berlanjut, terutama layanan dengan kontrak sambil dilaksanakan evaluasi. F. Alih Tangan Kasus 1. Pengertian Alih tangan kasus (ATK) merupakan kegiatan untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten. 2.Tujuan a) Tujuan umum Tujuan umum ATK adalah diperolehnya pelayanan yang optimal, setuntas mungkin atas masalah yang dialami klien. b) Tujuan khusus Tujuan khusus berkaitan dengan fungsi-fungsi konseling yaitu : 1) Fungsi pengentasan. Tenaga ahli yang menjadi arah ATK diminta memberikan pelayanan yang secara spesifik lebih menuntaskan pengentasan masalah klien. 2) Fungsi pemahaman. Untuk memahami masalah yang sedang dihadapi klien guna pengentasan. 3) Fungsi pencegahan. Merupakan dampak positif yang diharapkan dari ATK untuk menghindari masalah yang lebih pelik lagi. 4) Fungsi pengembangan dan pemeliharaan. Dengan terentaskannya masalah berbagai potensi dapat terpelihara dan terkembang. 5) Fungsi advokasi. Berhubungan dengan masalah klien berkenaan dengan terhambatnya atau teraniayanya hak-hak klien. 3. Komponen Penyelenggaraan ATK melibatkan tiga komponen pokok, yaitu : a) Klien dengan masalahnya

30 Tidak semua masalah dapat dialih tangankan, untuk itu perlu dikenali masalahmasalah apa saja yang menjadi kewenangan konselor. Seperti masalah-masalah berkenaan dengan : 1) Penyakit, baik penyakit fisik ataupun mental (kejiwaan) Kriminalitas, dengan segala bentuknya. 2) Psikotropika, yang didalamnya dapat terkait masalah kriminalitas dan penyakit. sehat. 3) Guna-guna, dalam segala bentuknya yaitu kondisi yang berada diluar akal 4) Keabnormalan akut, kondisi fisik dan mental yang bersifat luar biasa dalam arah dibawah normal. Apabila konselor mengetahui bahwa klien secara substansial berkenaan dengan salah satu atau lebih dari tersebut diatas, konselor harus mengalih tangankannya ke ahli lain yang berwenang. Namun bila berkenaan dengan kekhawatiran takut terkena penyakit atau gunaguna, hal ini menjadi kewenangan konselor untuk menanganinya. Bila berkenaan dengan masalah kriminal, siapapun yang mengetahuinya harus segera melapor ke pihak yang berwenang. Dalam hal ini konselor hanya menangani klien yang masalah kriminalnya telah diproses oleh pihak yang berwajib dan yang lainnya. b) Konselor Dalam menangani klien, hal-hal yang perlu dikenali secara langsung oleh konselor, yaitu : 1) Keadaan keabnormalan diri klien. 2) Substansi masalah klien. Hanya klien-klien yang normal saja yang ditangani konselor, diluar itu dialih tangankan kepada ahlinya. Untuk dapat mengalih tangankan klien dengan baik, konselor dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai tentang para ahli yang dapat menjadi arah ATK beserta nama dan alamatnya hendak dimiliki konselor. c) Ahli lain Lima ahli lain perlu dipahami oleh konselor sebagai arah ATK, yaitu dokter, psikiater, psikolog, guru, dan ahli lain dalam bidang tertentu. 1) Dokter adalah ahli yang menangani berbagai penyakit jasmaniah. 2) Psikiater adalah ahli yang menangani penyakit psikis. 3) Psikolog adalah ahli yang mendeskripsikan kondisi psikis. 4) Guru termasuk dosen adalah ahli dalam mata pelajaran atau bidang keilmuan tertentu. 5) Ahli bidang tertentu adalah mereka yang menguasai bidang-bidang tertentu, seperti adat, agama, budaya tertentu, dan hukuman, serta ahli lain pengembangan pribadi

untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah tersebut. Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di

untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah tersebut. Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di BAB I PENDAHULUAN Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan, sosial, dan pribadi. Lebih lanjut tujuan bimbingan dan

Lebih terperinci

PARTISIPASI GURU BIDANG STUDY DALAM

PARTISIPASI GURU BIDANG STUDY DALAM ARTIKEL ILMIAH PARTISIPASI GURU BIDANG STUDY DALAM KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN KONSELING DI SMP NEGERI 4 KOTA JAMBI OLEH : ELA WULANDARI ERA1D010125 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

KONFERENSI KASUS SEBAGAI TEKNIK PEMECAHAN MASALAH KONSELI. Kata kunci : konferensi; kasus; asas kerahasiaan; helper

KONFERENSI KASUS SEBAGAI TEKNIK PEMECAHAN MASALAH KONSELI. Kata kunci : konferensi; kasus; asas kerahasiaan; helper KONFERENSI KASUS SEBAGAI TEKNIK PEMECAHAN MASALAH KONSELI Widada Universitas Negeri Malang E-mail: widada.fip@um.ac.id ABSTRAK Untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang komplek dan rumit diperlukan

Lebih terperinci

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH I. Struktur Pelayanan Bimbingan dan Konseling Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan

Lebih terperinci

LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN. alizamar BK UNP Padang

LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN. alizamar BK UNP Padang LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN INDIVIDU PEMASANGAN JURUSAN/ PEKERJAAN KECOCOKAN/KETIDAKCOCOKAN INDIVIDU MEMILIKI KARAKTERISTIK JURUSAN/PEKERJAAN/ MEMILIKI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN LINGKUNGAN BUDAYA

Lebih terperinci

KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING

KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Dosen pengampu Arie Rakhmat Riyadi, M.Pd. Oleh : Aulia Nur Farhah 1607921 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KONSEP DAN STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING. A. Konsep Layanan Bimbingan dan Konseling

KONSEP DAN STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING. A. Konsep Layanan Bimbingan dan Konseling KONSEP DAN STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING A. Konsep Layanan Bimbingan dan Konseling Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor adalah guru yag mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak

Lebih terperinci

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. By: Asroful Kadafi

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. By: Asroful Kadafi KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING By: Asroful Kadafi Kelima belas kekeliruan pemahaman itu adalah: 1. Bimbingan dan Konseling Disamakan atau Dipisahkan Sama Sekali dari Pendidikan 2. Menyamakan Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya 22 BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling Kata layanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara melayani atau sesuatu

Lebih terperinci

VIII. RUBRIK PENILAIAN KINERJA GURU BK/KONSELOR

VIII. RUBRIK PENILAIAN KINERJA GURU BK/KONSELOR VIII. RUBRIK PENILAIAN KINERJA GURU BK/KONSELOR PETUNJUK 1. Kumpulkan dokumen perangkat pelayanan BK dari guru BK/Konselor sebelum pengamatan pembelajaran, cacatan hasil pengamatan selama dan sesudah pelayanan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. 1. Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling

BAB II KERANGKA TEORI. 1. Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling BAB II KERANGKA TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling a. Pengertian Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling merupakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling

Lebih terperinci

Konsep Dasar. Bimbingan & Konseling. Nur Hayati, M.Pd PGPAUD FIP UNY

Konsep Dasar. Bimbingan & Konseling. Nur Hayati, M.Pd PGPAUD FIP UNY Konsep Dasar Bimbingan & Konseling Nur Hayati, M.Pd PGPAUD FIP UNY A.1. Pengertian Bimbingan Upaya Bantuan Oleh Pembimbing/ Konselor Kepada Agar Selesainya masalah yg dihadapi konseli Mencapai Penyesuaian

Lebih terperinci

Konsep Dasar. Bimbingan & Konseling. Nur Hayati, M.Pd PGPAUD FIP UNY

Konsep Dasar. Bimbingan & Konseling. Nur Hayati, M.Pd PGPAUD FIP UNY Konsep Dasar Bimbingan & Konseling Nur Hayati, M.Pd PGPAUD FIP UNY A.1. Pengertian Bimbingan Upaya Bantuan Oleh Pembimbing/ Konselor Kepada Agar Selesainya masalah yg dihadapi konseli Mencapai Penyesuaian

Lebih terperinci

LAYANAN BK 2 (Keterkaitan Aplikasi Instrumentasi Dengan 9 Jenis Layanan)

LAYANAN BK 2 (Keterkaitan Aplikasi Instrumentasi Dengan 9 Jenis Layanan) LAYANAN BK 2 (Keterkaitan Aplikasi Instrumentasi Dengan 9 Jenis Layanan) Oleh: Rofikotus Solikah 06071181320006 Afsari 06071181320022 Fajar Mustika 06071182320014 Tribahariansyah 06071181320020 DosenPengasuh:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia. Dari manusia artinya pelayanan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP

STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP Juftiar Mahendra Zainur Putera Dr. Tamsil Muis Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

FAKTOR PENGHAMBAT OPERASIONALISASI KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) DI SMA NEGERI SE- KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015

FAKTOR PENGHAMBAT OPERASIONALISASI KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) DI SMA NEGERI SE- KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015 FAKTOR PENGHAMBAT OPERASIONALISASI KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) DI SMA NEGERI SE- KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015 Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

Volume 2 Nomor 3 September 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling

Volume 2 Nomor 3 September 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 3 September 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kons Info Artikel: Diterima 12/08/2013 Direvisi 16/08/2013 Dipublikasikan 11/09/2013 hlm. 1-6 PERAN

Lebih terperinci

PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI

PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah Landasan Pengembangan Diri UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas: Pasal 1 butir 6 tentang pendidik, pasal 3 tentang tujuan pendidikan,

Lebih terperinci

ISIAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BP/BK TAHUN 2014 (Diisi Oleh Kepala Sekolah)

ISIAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BP/BK TAHUN 2014 (Diisi Oleh Kepala Sekolah) ISIAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BP/BK TAHUN 2014 (Diisi Oleh Kepala Sekolah) Petunjuk Pengisian : 1. Setiap Pertanyaan hanya bisa diisi satu pilihan 2. Pilihan ditandai dengan Membubuhkan tanda centang

Lebih terperinci

LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK)

LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK) LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK) Pelayanan Pendidikan di Sekolah Administratif / Manajemen Pembelajaran Perkembangan individu yang optimal dan mandiri Konseling (Naskah Akademik ABKIN, 2007)

Lebih terperinci

TUGAS INSTRUMEN BIMBINGAN DAN KONSELING EVALUASI BIMBINGAN DAN KONSELING

TUGAS INSTRUMEN BIMBINGAN DAN KONSELING EVALUASI BIMBINGAN DAN KONSELING TUGAS INSTRUMEN BIMBINGAN DAN KONSELING EVALUASI BIMBINGAN DAN KONSELING Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan dan Konseling Dosen Pengampu : Prof. Dr. Edi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di seluruh Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) kota Cimahi pada tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini. Muthmainnah

Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini. Muthmainnah Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini Muthmainnah Pengertian Bimbingan proses pemberian bantuan (psikologis) dari konselor kepada konseli baik secara langsung maupun tidak langsung baik individual maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Tentang Layanan Penempatan dan Penyaluran. 1. Pengertian Layanan Penempatan dan Penyaluran

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Tentang Layanan Penempatan dan Penyaluran. 1. Pengertian Layanan Penempatan dan Penyaluran 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Tentang Layanan Penempatan dan Penyaluran 1. Pengertian Layanan Penempatan dan Penyaluran Layanan penempatan adalah usaha-usaha membantu siswa merencanakan masa depannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Pendidikan adalah suatu proses sadar tujuan, artinya bahwa kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Landasan Pemikiran Diagnosis dan Pemecahan Kesulitan Belajar

BAB I PENDAHULUAN Landasan Pemikiran Diagnosis dan Pemecahan Kesulitan Belajar BAB I PENDAHULUAN A. Landasan Pemikiran Diagnosis dan Pemecahan Kesulitan Belajar Proses pembelajaran adalah merupakan salah satu strategi untuk mentransfer pengetahuan (kebudayaan) dari guru ke sipembelajar.

Lebih terperinci

KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR

KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR No 1. Pedagogik 1 Menguasai teori dan praksis pendidikan 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya 1.1.1 Guru BK atau konselor dapat mengaplikasikan ilmu

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL (UKA) GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TAHUN 2015

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL (UKA) GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TAHUN 2015 KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL (UKA) GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TAHUN 2015 Standar Inti Pedagogik 1. Menguasai teori dan praksis pendidikan 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini dipaparkan hal-hal yang berkenaan dengan simpulan dan rekomendasi penelitian. Simpulan penelitian dikemukakan secara sistematis sesuai dengan pertanyaan penelitian,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling. Tugas Guru dan Pengawas (Depdiknas, 2009: 12-13) meliputi:

Lampiran 1. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling. Tugas Guru dan Pengawas (Depdiknas, 2009: 12-13) meliputi: LAMPIRAN 113 Lampiran 1. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling Jenis layanan bimbingan dan konseling menurut Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas (Depdiknas,

Lebih terperinci

PEROLEHAN SISWA SETELAH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING PERORANGAN

PEROLEHAN SISWA SETELAH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING PERORANGAN Volume 1 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Halaman 62-70 Info Artikel: Diterima21/02/2013 Direvisi25/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 PEROLEHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR KOMPETENSI PEDAGOGIK 1. Menguasai teori 1.1 Menguasai ilmu pendidikan 1.1.1. Menguraikan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN HIMPUNAN DATA OLEH GURU BK UNTUK KONSELING KARIR DI KELAS XI SMK NEGERI 1 SOLOK. Oleh: Junita SK Nanda NPM:

PELAKSANAAN HIMPUNAN DATA OLEH GURU BK UNTUK KONSELING KARIR DI KELAS XI SMK NEGERI 1 SOLOK. Oleh: Junita SK Nanda NPM: PELAKSANAAN HIMPUNAN DATA OLEH GURU BK UNTUK KONSELING KARIR DI KELAS XI SMK NEGERI 1 SOLOK Oleh: Junita SK Nanda NPM: 11060297 Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd Pendahuluan Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup peserta didik. Melalui pendidikan, peserta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Sesuai dengan hakikat pekerjaan bimbingan dan konseling yang berbeda dari pekerjaan pengajaran, maka sasaran pelayanan bimbingan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR KOMPETENSI PEDAGOGIK 1. Menguasai teori 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan praksis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Bimbingan dan Konseling di Sekolah Pada dasarnya bimbingan merupakan upaya pembimbing untuk membantu mengoptimalkan individu. Bimbingan dalam bahasa

Lebih terperinci

RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING. #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor

RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING. #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor Nama : Nella Andriyani NIM : 1002423 Kelas : Biologi B 2010 RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Warungasem

Lebih terperinci

ORGANISASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

ORGANISASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH Kompetensi mrpkn pengetahuan, ketrampilan nilai dan sikap dasar yang direfleksikan dlm kebiasaan berfikir dan bertindak yg bersifat dinamis, berkembang dan dapat diraih setiap waktu. Kebiasaan berfikir

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING

INSTRUMEN PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING INSTRUMEN PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING Pengantar : Di bawah ini terdapat pernyataan - pernyataan yang berhubungan dengan penyelengaraan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Anda diminta untuk

Lebih terperinci

BIMBINGAN DAN KONSELING

BIMBINGAN DAN KONSELING BIMBINGAN DAN KONSELING Apa yang dimaksud bimbingan & konseling? Mengapa ada BK di sekolah? Bagaimana pelaksanaan BK? PENGERTIAN BIMBINGAN Jones (1963) membantu seseorang agar yang dibimbing mampu membantu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 3 UNGARAN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 3 UNGARAN LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 3 UNGARAN Disusun oleh: Nama : Khuliyah NIM : 1301409010 Program studi : Bimbingan dan Konseling FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. Alasan Praktik B. Tujuan Praktik

BAB I PENGANTAR A. Alasan Praktik B. Tujuan Praktik BAB I PENGANTAR A. Alasan Praktik Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Bimbingan dan Konseling di sekolah merupakan salah satu kegiatan latihan yang bersifat intrakurikuler. Kegiatan ini diselenggarakan dalam

Lebih terperinci

DAFTAR SISWA ASUH SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA. Guru Pembimbing : Drs. Bandono, MM.

DAFTAR SISWA ASUH SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA. Guru Pembimbing : Drs. Bandono, MM. Lampiran: 8 DAFTAR SISWA ASUH Tahun Pelajaran : 2006-2007 Kelas : I - A : No. urut No.Buku Pokok No. Kode *) Nama Siswa Asuh Keterangan *) Nomor Kode siswa membuat tahun pelajaran (2002), kelas I-A, dan

Lebih terperinci

BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya Buku Kode Etik dan Tata tertib dosen Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMP NEGERI 7 SEMARANG TAHUN AJARAN 2012/ 2013

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMP NEGERI 7 SEMARANG TAHUN AJARAN 2012/ 2013 LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMP NEGERI 7 SEMARANG TAHUN AJARAN 2012/ 2013 Disusun Oleh Nama : Aldilla Firdausi NIM : 1301409020 Prodi : Bimbingan dan Konseling FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling

Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling Diana Septi Purnama, M.Pd Email : dianaseptipurnama@uny.ac.id Konsep Bimbingan Dan Konseling 5. - 1. PENGERTIAN BIMBINGAN KONSELING Suatu proses bantuan psikologis yang

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2017 tentang KODE ETIK KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2017 tentang KODE ETIK KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2017 tentang KODE ETIK KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Tujuan

I. PENDAHULUAN. A. Tujuan A. Tujuan I. PENDAHULUAN Setelah mempelajari modul ini para konselor diharapkan : 1. Memiliki pemahamam tentang konselor sebagai suatu profesi 2. Memiliki pemahamam tentang kinerja profesional konselor

Lebih terperinci

Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok Konselor Volume 2 Number 4 December 2013 ISSN: Print 1412-9760 Received October 11, 2013; Revised Nopember 11, 2013; Accepted December 30, 2013 Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 P E N D A H U L U A N

BAB 1 P E N D A H U L U A N BAB 1 P E N D A H U L U A N Program Bimbingan Konseling merupakan acuan dasar untuk pelaksanaan kegiatan satuan layanan bimbingan konseling. Perencanaan ini dibuat bersama oleh personil sekolah yang terkait

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DAN PERSIAPAN PEMINATAN DIREKTORAT P2TK DIKDAS 2014

PENGELOLAAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DAN PERSIAPAN PEMINATAN DIREKTORAT P2TK DIKDAS 2014 PENGELOLAAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DAN PERSIAPAN PEMINATAN DIREKTORAT P2TK DIKDAS 2014 PENGELOLAAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DAN PERSIAPAN PEMINATAN 3.JB (135Menit) 10 Menit PENDAHULUAN Petunjuk

Lebih terperinci

PEMETAAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN KONSELING DI PROVINSI BENGKULU. Oleh: Rita Sinthia, Anni Suprapti dan Mona Ardina.

PEMETAAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN KONSELING DI PROVINSI BENGKULU. Oleh: Rita Sinthia, Anni Suprapti dan Mona Ardina. PEMETAAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN KONSELING DI PROVINSI BENGKULU Oleh: Rita Sinthia, Anni Suprapti dan Mona Ardina Email:sinthia.rita@yahoo.com Dosen Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN A. KURIKULUM BAB I PENDAHULUAN A. KURIKULUM Kurikulum Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama merupakan seluruh kegiatan pengalaman pembelajaran peserta didik SMP baik yang dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas untuk

Lebih terperinci

Aplikasi Daftar Cek Masalah untuk Layanan Bimbingan dan Konseling

Aplikasi Daftar Cek Masalah untuk Layanan Bimbingan dan Konseling Paket Pelatihan untuk Guru BK/Konselor Madrasah Aliyah se-diy Aula AVA MAN Yogyakarta III, Rabu 21 September 2011 Aplikasi Daftar Cek Masalah untuk Layanan Bimbingan dan Konseling 1 2 3 PETA KOGNITIF PROGRAM

Lebih terperinci

Keterampilan Konseling. (Attending, Bertanya, Empati, Pemusatan)

Keterampilan Konseling. (Attending, Bertanya, Empati, Pemusatan) Keterampilan Konseling (Attending, Bertanya, Empati, Pemusatan) Pertanyaan : Apa komentar bapak dan ibu terkait dengan tayangan film Babies tadi? Kecenderungan mana yang bapak dan ibu pilih: 1. Bayi

Lebih terperinci

Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran

Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran Hal apa saja yang perlu dipahami oleh guru mengenai siswa? Aspek perkembangan anak sekolah dasar (SD) 1. Perkembangan motorik dan persepsi. Proses

Lebih terperinci

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar Kata Pengantar Pertama-tama, kami mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang atas izinnya revisi Pedoman Komisi Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP), yaitu Pedoman KNAPPP

Lebih terperinci

PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan.

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kedisiplinan Belajar 2.1.1. Pengertian Kedisiplinan Belajar Kedisiplinan belajar adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari sekolah yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.906, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pemilu. Penyelenggara Kode Etik. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 INSTRUMEN PK GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR

LAMPIRAN 2 INSTRUMEN PK GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR LAMPIRAN INSTRUMEN PK GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR 90 Lampiran B LAPORAN DAN EVALUASI PENILAIAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR Nama Guru NIP/Nomor Seri Karpeg Pangkat /Golongan

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 2 - PEDOMAN STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. menjadi petugas pelaksana pelayanan konseling. Sebutan pelaksana pelayanan ini

BAB II KAJIAN TEORI. menjadi petugas pelaksana pelayanan konseling. Sebutan pelaksana pelayanan ini BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Teacher Counsellor 1. Pengertian Teacher Counsellor Kata teacher counsellor menegaskan seorang guru bidang studi yang merangkap menjadi petugas pelaksana pelayanan

Lebih terperinci

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg No.1748, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Kode Etik dan Pedoman Perilaku. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN

Lebih terperinci

KINERJA KONSELOR SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA KONSELOR SEKOLAH SE- KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN AKADEMIK 2012/2013

KINERJA KONSELOR SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA KONSELOR SEKOLAH SE- KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN AKADEMIK 2012/2013 KINERJA KONSELOR SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA KONSELOR SEKOLAH SE- KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN AKADEMIK 2012/2013 Oleh: Muswardi Rosra, Shinta Mayasari, Ranni Rahmayanthi

Lebih terperinci

Tugas Bimbingan dan Konseling

Tugas Bimbingan dan Konseling Nama : Isnaini Ira Nur Andini NIM : 1606055 Dosen Pengampu : Ari Rahmat Riadi, M.Pd. Tugas Bimbingan dan Konseling 1. Apa yang membedakan istilah Bimbingan dan Konseling Bimbingan berasal dari kata guidance

Lebih terperinci

BIMBINGAN BELAJAR BAGI MAHASISWA

BIMBINGAN BELAJAR BAGI MAHASISWA BIMBINGAN BELAJAR BAGI MAHASISWA Dra. Gantina Komalasari, M.Psi Email : gantina_komalasari@yahoo.com Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta I. Pendahaluan Meskipun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Membolos 1. Pengertian Membolos Menurut Gunarsa (1981) membolos adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah. Membolos sering terjadi tidak hanya saat ingin

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELING PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

ARAH PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM : Program Pendidikan Sarjana (S-1) BK Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK)

ARAH PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM : Program Pendidikan Sarjana (S-1) BK Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK) ARAH PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM : Program Pendidikan Sarjana (S-1) BK Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK) PENGANTAR Perkembangan dunia di tanah air mendapat momentum yang amat menentukan, yaitu

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN FORMAL RAMBU-RAMBU PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM JALUR PENDIDIKAN FORMAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser dari sistem tradisional menjadi sistem yang berbasis kinerja yang dilakukan secara menyeluruh

Lebih terperinci

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k FOKUS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Suherman, M.Pd. Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah

Lebih terperinci

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Banyak pertanyaan dari mahasiswa tentang, bagaimana menjadi konselor professional? Apa yang harus disiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Layanan Bimbingan Siswa (Studi Kasus)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Layanan Bimbingan Siswa (Studi Kasus) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Layanan Bimbingan Siswa (Studi Kasus) Di era globalisasi sekarang ini pertumbuhan teknologi berkembang sangat cepat yang terjadi di berbagai bidang kehidupan manusia.

Lebih terperinci

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta 1. BK Komprehensif muncul berdasar evaluasi thp sistem sebelumnya 2. Sistem yang lama berorientasi tradisional/konselor 3. Sistim yang lama

Lebih terperinci

KRITERIA PENILAIAN KINERJA GURU PEMULA PADA PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP)

KRITERIA PENILAIAN KINERJA GURU PEMULA PADA PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP) KRITERIA PENILAIAN KINERJA GURU PEMULA PADA PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP) Kompetensi Elemen Kompetensi Deskripsi Kompetensi. Pedagogik. Memahami latar belakang siswa Guru memahami karakteristik siswa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA PEMBUKAAN

UNDANG-UNDANG DASAR IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG DASAR IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya mahasiswa adalah pemuda-pemudi yang memiliki keyakinan kepada kebenaran dan telah

Lebih terperinci

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA DI SUSUN OLEH : SURANTO HARIYO H RIAN DWI S YUNITA SETIA U YUYUN DESMITA S FITRA VIDIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2012 NOMOR 11 TAHUN 2012 NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PENYELENGGARA

Lebih terperinci

Landasan Pendidikan. PENDIDIKAN : Bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan.

Landasan Pendidikan. PENDIDIKAN : Bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Landasan Pendidikan Bimbingan dan Penyuluhan PENDIDIKAN : Bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Konsep dasar bimbingan Upaya bantuan untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata belajar merupakan kata yang tidak asing.

Lebih terperinci

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta 1. BK Komprehensif muncul berdasar evaluasi thp sistim sebelumnya 2. Sistem yang lama berorientasi tradisional/konselor 3. Sistim yang lama

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application IJGC 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk PELAKSANAAN KUNJUNGAN RUMAH OLEH GURU BIMBINGAN DAN KONSELING Yan Ermawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, secara fitrah manusia telah dibekali potensi untuk tumbuh dan berkembang serta mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

Paket Pelatihan untuk Guru BK SMA/SMK se-kabupaten Sleman. Analisis Kebutuhan Permasalahan Siswa dengan Daftar Cek Masalah

Paket Pelatihan untuk Guru BK SMA/SMK se-kabupaten Sleman. Analisis Kebutuhan Permasalahan Siswa dengan Daftar Cek Masalah Paket Pelatihan untuk Guru BK SMA/SMK se-kabupaten Sleman Analisis Kebutuhan Permasalahan Siswa dengan Daftar Cek Masalah Pertanyaan yang harus dijawab? Apa sih yang diharapkan Siswa kepada Guru Bimbingan

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN PROGRAM I-MHERE INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN Pedoman Perilaku Mahasiswa Universitas Negeri Makassar Dokumen dihasilkan oleh:

Lebih terperinci

Kajian Bimbingan dan Konseling di SD. Khairul Fahmi Hadi Dosen Pengampu mata kuliah Bimbingan dan Konseling : Arie Rakhmat Riyadi M.

Kajian Bimbingan dan Konseling di SD. Khairul Fahmi Hadi Dosen Pengampu mata kuliah Bimbingan dan Konseling : Arie Rakhmat Riyadi M. Kajian Bimbingan dan Konseling di SD Khairul Fahmi Hadi 1603397 Dosen Pengampu mata kuliah Bimbingan dan Konseling : Arie Rakhmat Riyadi M.Pd #1. Apa yang membedakan istilah Bimbingan dan Konseling? Pertama-tama

Lebih terperinci

ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA

ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA NAMA :... KELAS :... PETUNJUK : Bacalah setiap pertanyaan dan pernyataan di bawah ini dengan cermat. Bubuhkan tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Usia remaja merupakan saat pengenalan/ pertemuan identitas diri dan pengembangan diri. Pandangan tentang diri sendiri yang sudah berkembang

Lebih terperinci