JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 3 Oktober 2017 ISSN :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 3 Oktober 2017 ISSN :"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MANARCHE DINI PADA REMAJA PUTRI DI SMP N. 10 KOTA MEDAN RIZKY BAKKARA, LUKMAN HAKIM, SUPRAPTO ABSTRACT Menarche is the first menstrual period experienced by a fertile woman under 12 years old. Based on previous research, there was students in SMP Negeri 10 Medan who experienced early menarche. The purpose of this research was to determine what factors affect the occurrence of early menarche in SMP Negeri 10 Medan, using cross sectional design study, with the number of samples was 83 samples by using the method of Proportionate Stratified Random Sampling. Data analysis was done by univariate analysis, bivariate used chisquare test, and multivariate used logistic regression analyzed. Based on the result of analysis there is correlation between respondent's diet with the occurrence of Early Menarche with p value of significancy is 0,030 and PR is 2,933, there is correlation between Nutritional status of respondent with the occurrence of early Menarche with p value of significance is 0,004 and PR is 4,902, there is correlation between Heredity Factor of respondent with occurrence of early Menarche with p value of significancy is 0,004 and PR is 2,786, there is a correlation between External Stimulus of respondent with the occurrence of early Menarche with p value of significancy is 0,019 and PR is 3,071, there is no correlation between Physical Activity of respondent with the occurrence of early Menarche with p value of significancy is 0,758 and PR is 0,833, no correlation between Economic Status of respondent and occurrence of early Menarche with p value of significancy value is and PR is The factors that are most associated with the "Early Menarche" occurrence in SMP Negeri 10 Medan is Heredity Factor. Therefore, we should provide continuous health education on reproductive health, especially on early menstruation of junior high school students by re-enabling adolescent reproductive health program by doing routine visit to schools Keywords: Factors, Occurance of early Menarche PENDAHULUAN Menurut World Health Organization (WHO) yang dikatakan remaja adalah pada rentang usia tahun. Namun menurut Departemen Kesehatan Indonesia yang dikategorikan remaja adalah pada rentang usia tahun. Masa remaja merupakan suatu periode terjadinya baik itu pertumbuhan dan perkembangan yang pesat secara fisik,psikologis maupun intelektual (Depkes, 2013). Masa ini merupakan periode yang sulit bagi remaja, hal ini disebabkan karena adanya perubahan fisik dan biologis serta perubahan tuntutan dari lingkungan sehingga diperlukan suatu proses penyusuaian diri dari temannya tersebut. Perubahan yang dialami oleh remaja putri meliputi perubahan secara sekunder seperti pertumbuhan payudara, rambut kemaluan, perubahan tinggi badan,dll maupun perubahan secara primer yaitu dengan menarche atau haid pertama (Zulkifli, 2015). Menarche dini merupakan menstruasi pertama yang dialami seorang wanita subur pada usia dibawah 12 tahun. Kondisi menarche dini karena mendapat produksi hormone esterogen lebih banyak dibanding wanita lain pada umumnya, itulah sebabnya menjadikan masalah ini menjadi penting (Rosental, 2009). Pendapat lainnya menyebutkan bahwa, menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa awal reproduksi (Proverawati, 2009). Di Amerika Serikat, sekitar 95% wanita remaja mempunyai tanda-tanda pubertas dengan menarche pada umur 12 tahun dan umur rata-rata 12,5 tahun yang diiringi dengan pertumbuhan fisik saat menarche. Di Maharashtra, India rata-rata usia menarche pada anak perempuan adalah 12,5 tahun. 24,92% menarche dini (10-11 tahun, 64,77% menarche ideal (12-13 tahun) dan 10,30% menarche terlambat (14-15

2 tahun) (Rokade et al. 2009). Usia mendapat menarche tidak pasti atau bervariasi, akan tetapi terdapat kecenderungan bahwa dari tahun ke tahun wanita remaja mendapat haid pertama pada usia yang lebih muda (Lestari, 2011). Lebih dari setengah abad, rata-rata usia menarche mengalami penurunan dari usia 16 tahun menjadi rata-rata 13 tahun (Pardede, 2002). Saat ini usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda yang disebut menarche dini yaitu antara tahun (Wiknjosastro, 2005). Penelitian Gudineau (2010) mendefinisikan bahwa fenomena menarche dini terjadi pada usia kurang dari 11 tahun. Remaja yang memiliki riwayat menarche yang terlalu dini menyebabkan remaja tersebut terpapar hormon esterogenyang lebih lama dibandingkan dengan remaja yang menarchenya normal. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas hormonhormon reproduksi (Susanti, 2012). Remaja yang sudah mengalami menarche secara dini apabila tidak dibekali dengan keimanan yang kuat dan pengawasan dari orangtua dapat menimbulkan masalah hamil diluar nikah, hamil muda dan terjadi aborsi karena ketidaksiapan remaja putri menerima kehamilan disaat yang belum tepat (Santrock,2003). Indonesia mengalami angka penurunan menarche berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010 terdapat 5,2% anak anak di 17 provinsi di Indonesia telah memasuki usia menarche dibawah usia 12 tahun. Indonesia sendiri menempati urutan ke-15 dari 67 negara dengan penurunan usia menarche mencapai 0,145 Tahun per dekade. Di Jawa Timur Sebesar 74,8 % remaja putri mengalami menarche pada usia tahun (Kemenkes RI, 2010). Membaiknya standar kehidupan berdampak pada penurunan usia menarche ke usia yang lebih muda (menarche dini). Hal ini dikaitkan dengan pubertas prekoks yang terjadi pada anak di usia kurang dari 12 tahun. Pergeseran usia menarche ke usia yang lebih muda, akan menyebabkan remaja putri mengalami dampak stress emosional. Penurunan usia menarche dihubungkan karena beberapa faktor yang meliputi keadaan gizi, genetik, konsumsi makanan, hormon, sosial ekonomi, keterpaparan media massa orang dewasa (pornografi) (Soetjiningsih, 2010). Kemajuan teknologi menyebabkan informasi yang makin cepat dalam berbagai hal. Kemajuan sistem informasi ini mempermudah remaja untuk menjangkau penerimaan informasi. Media massa memberikan banyak informasi dan pengaruh terhadap remaja melalui pesan yang disampaikan. Mudahnya mengakses media massa dewasa seperti majalah bergambar seks, film-film yang bersifat dewasa dan kemudahan mengakses internet akan mempercepat pematangan hormon seksual sehingga menyebabkan menarche dini. Dari keseluruhan remaja sebanyak 2/3 remaja lebih menyukai informasi yang ada di media massa mengenai hal hal yang berkaitan dengan seksualitas. Dalam hal ini pengawasan orang tua sangat diperlukan terhadap anak saat mengakses media (Syarif, 2010). Remaja yang mengalami menarche dini lebih berisiko untuk mengalami kehamilan di bawah umur. Hal ini dapat dibuktikan melalui data Riskesdas 2013 sebanyak 2,6 % menikah pertama kali di usia kurang dari 15 tahun dan 23,9% menikah pada usia tahun. Menikah pada usia dini merupakan masalah kesehatan reproduksi karena semakin muda usia menikah semakin panjang rentang waktu untuk bereproduksi. Angka kehamilan penduduk perempuan antara usia tahun adalah 2,68%,dan kehamilan pada usia 15 tahun 0,02% meskipun sangat kecil juga memiliki resiko yang tinggi terhadap ibu dan bayi. Kehamilan pada umur remaja usia tahun sebesar 1,97 %. Hal ini akan mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia jika tidak dilakukan pengaturan kehamilan melalui prongram KB (Riskesdas,2013). Menarche dini dikaitkan dengan faktor risiko beberapa penyakit keganasan. Di pandang dari segi klinis usia menarche dini merupakan faktor resiko terjadinya kanker ovarium, hyperplasia endometrium, dan kehamilan pada usia yang lebih muda. Insiden kanker uterus dan kanker payudara juga dihubungkan dengan usia menarche oleh alasan hormonal, yang lebih didominasi oleh estrogen (Althuis, MD. 2005). Berdasarkan data yang dipublikasikan WHO, kanker merupakan penyakit pembunuh nomor 2 di dunia setelah penyakit jantung. Di Kota Medan sendiri, jumlah penderita kanker pada Tahun 2014 mencapai 786 orang meliputi kanker payudara, kanker paru dan kanker leher rahim.

3 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Menarche Menarche adalah menstruasi pertama yang menjadi pertanda kematangan seksual pada remaja wanita (Dariyo, 2012). Menarche merupakan menstruasi pertama yang terjadi pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Seiring dengan perkembangan biologis maka pada usia tertentu seseorang mencapai tahap kematangan organ-organ seks yang ditandai dengan menstruasi pertama. Menarche merupakan menstruasi yang pertama kali dialami oleh wanita, dimana secara fisik ditandai dengan keluarnya darah dari vagina akibat peluruhan lapisan endometrium. Menarche terjadi pada periode pertengahan pubertas atau yang biasa terjadi 6 bulan setelah mencapai pucak percepatan pertumbuhan (Gaudineau. 2013) Karakteristik Usia Menarche Usia menarche bervariasi dari rentang umur tahun akan tetapi usia menarche dikatakan normal apabila terjadi pada usia tahun. Usia menarche normalnya tahun, sebagian perempuan mengalami lebih awal usia 11 tahun dan lebih lambat usia 15 sampai 18 tahun. Sekitar usia tahun haid berhenti atau dinamakan menopause. Menarche dini merupakan menstruasi yang terjadi pada usia yang lebih muda yaitu usia < 12 tahun (Proverawati, 2009). Usia remaja yang mendapatkan menarche bervariasi yaitu : antara usia tahun, tetapi rata-rata 12,5 tahun (Wiknjosastro,2012). Usia menarche adalah menstruasi pertama yang biasanya terjadi pada perempuan umur tahun dengan rentang umur tahun. Menarche merupakan tanda diawalinya masa pubertas pada perempuan. (Waryana, 2008). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Menarche Menarche yaitu menstruasi yang biasanya terjadi pada usia tahun (Prince, 2006). Namun kenyataanya saat ini banyak ditemukan remaja perempuan yang mendapatkan menstruasi pertamanya di usia tahun. Berikut faktor-faktor yang berhubungan dengan menarche dini : 1. Pola Makan 2. Status gizi 3. Faktor Keturunan/Genetik 4. Aktifitas Fisik 5. Stimulasi Eksternal 6. Status Sosial Ekonomi Dampak Menarche Dini Kanker Payudara Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Kanker Ovarium Paritas merupakan faktor resiko penting pada kasus kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beragam. Resiko kanker ovarium meningkat pada wanita yang belum memiliki anak dan pada wanita yang mengalami menstruasi dini atau terlambat menopause Mioma Uteri Mioma uteri merupakan suatu pertumbuhan jinak (neoplasma) dari sel-sel otot polos rahim.neoplasma jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leimioma, ataupun fibroid

4 Menopause Menarche adalah umur pertama menstruasi sebaliknya makin lambatmenarche terjadi, makin cepat menopause timbul. Pada umumnya sekarang ini nampak bahwa menarche makin dini timbul dan menopause makin lambat terjadi, sehingga masa reproduksi menjadi lebih panjang (Siti, 2013) METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat analitik dengan menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya kejadian menarche dini pada Remaja Putri SMP Negeri 10 Kota Medan Tahun Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 kota Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Remaja Putri SMP Negeri 10 Kota Medan Tahun 2017 yang berjumlah sebanyak 475 orang siswi,dimana kelas VII sebanyak 238 siswi dan kelas VIII sebanyak 237 orang siswi. Sampel Penelitian Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin seperti berikut : N n = N( d) Keterangan : n N 2 1 = Jumlah sampel = Jumlah populasi = tingkat akurasi (d) Slovin sebesar 0.1 Sehingga dengan menggunakan rumus tersebut diatas, jumlah sampel dalam penelitian ini dapat dihitung sebagai berikut ; 475 n = 475(0.1) n = 5.75 n = dibulatkan menjadi 83. Setelah penentuan jumlah sampel sebesar 83 orang, maka pengambilan sampel sebanyak 83 dari 475 orang menggunakan metode Proportionate Stratified Random Sampling. Alasan menggunakan metode ini adalah karena populasinya tidak homogen, dimana populasi penelitian ini terdiri dari kelas VII dan kelas VIII sehingga tidak homogen dan berstarata secara proporsional. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2011) bahwa, Proportionate Stratified Random Sampling digunakan apabila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Strata yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu kelas VII dan kelas VIII yang ada dan tersedia sesuai dengan kebutuhan peneliti dan kriteria inklusi yang ditetapkan antara lain : 1. Siswi yang hadir pada saat penelitian 2. Sudah mengalami menstruasi

5 3. Bersedia menjadi responden Berdasarkan metode pengambilan sampel proportionate stratified random sampling tersebut di atas, maka pembagian sampel secara proporsional per kelas adalah sebagai berikut : Perhitungan Sampel Penelitian Jumlah sampel No Kelas Jumlah Siswi Proporsional 1 Kelas VII /475 x Kelas VIII /475 x Jumlah Sumber : Hasil penelitian 2017 Dengan demikian 41 orang sampel diambil dari kelas VII dan 42 orang dari kelas VIII. Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari proses wawancara langsung kepada siswi dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder yang diperoleh langsung dari pihak sekolah. Tehnik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah : 1. Data primer 2. Data sekunder Aspek Pengukuran Pengukuran dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan data yang ingin diperoleh dari indikator variabel yang telah ditentukan. Bentuk pengukuran yang digunakan yaitu pengukuran ordinal. Aspek pengukuran variabel bebas Aspek pengukuran untuk variabel bebas adalah usia menarche ibu (genetika), pola makan, status gizi, stimulasi eksternal,aktivitas fisik dan social ekonomi. 1. Variabel Faktor Keturunan Umur menarche ibu adalah umur pertama menstruasi ibu yang masih hidup dari siswi kelas VII dan kelas VIII SMP negeri 10 tahun 2017, yang dapat dikategorikan sebagai: Dini : < 12 tahun Normal : 12 tahun 2. Variabel Pola Makan Pola makan adalah kebiasaan siswi dalam mengonsumsi makanan berdasarkan jenis makanan, frekuensi makan, dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap harioleh siswi dengan wawancara menggunakan tabel frekuensi makan, dengan kategori (Saragih, 2014). Buruk : Bila skor yang diperoleh 72 Baik : Bila skor yang diperoleh <72 Pemberian Skor dilakukan dengan cara : Frekuensi makan 1 kali/hari diberi skor 3 Frekuensi makan 1 5 kali/minggu diberi skor 2 Frekuensi makan 2 kali/bulan diberi skor 1 Frekuensi makan tidak pernah diberi skor 0 3. Variabel status gizi Status gizi adalah keadaan gizi individu pada siswi kelas VII dan kelas VIII SMP negeri 10 tahun 2017 yang diukur dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan membandingkan berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m2), dapat dikategorikan atas (Almatsier, 2010): buruk Obesitas bila IMT > 25 kg/m2 Tidak buruk Tidak obesitas bila IMT 25kg/m2

6 4. Variabel stimulasi eksternal Untuk mengetahui status stimulasi eksternal responden diukur dengan cara wawancara langsung pada responden dengan menggunakan kuesioner penelitian tentang paparan media dewasa dan keterpaparan terhadap lawan jenis. Terpapar, bila responden menjawab ya walaupun satu saja dari seluruh pernyataan Tidak terpapar, bila responden menjawab tidak dari seluruh pernyataan Variabel aktifitas fisik Aktivitas fisik adalah seluruh kegiatan yang dilakukan oleh siswi SMP Negeri 10 Kota Medan setiap hari dengan Wawancara terstruktur (Kuesioner) sumber FAO 2001, yang dapat dikategorikan sebagai (Riskesdas, 2013): Tidak Aktif (Ringan) jika PAL = <1.70 Aktif (Sedang dan Berat), jika PAL 1,70 PAL ditentukan dengan menggunakan rumus : PAL = Pengolahan Data Menurut Arikunto (2006) setelah dilakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut diolah dengan cara : a. Editing b. Coding c. Transfering d. Tabulating Analisis Data Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel yang diteliti. Selanjutnya data yang telah diolah dari kuesioner dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi, kemudian di persentase ke tiap-tiap kategori dengan menggunakan rumus sudijono (2005) sebagai berikut: P = x100% Keterangan : P = persentase F = Frekuensi n = jumlah sampel Analisa Bivariat Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan antar variabel independen dan dependen melalui uji Chi-Square Tes ( ), untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik antara 2 variabel digunakan batas kemaknaan 0,05% (95%) (p < 0,05), karena pada umumnya penelitian-penelitian dibidang pendidikan menggunakan taraf signifikan 0,05 (Arikunto, 2006). Rumus : = Keterangan : = Chi-Square test O = Frekuensi observasi E = Frekuensi harapan Adapun ketentuan yang dipakai pada uji statistik ini adalah : Ho diterima, jika x2 hitung < x2 (jika P value > 0,05) tabel artinya tidak ada hubungan antara variabel yang diteliti dengan kejadian menarche dini pada siswi Ho ditolak, jika x2 hitung x2 tabel (jika P value < 0,05) artinya ada hubungan antara variabel yang diteliti dengan kejadian menarche dini pada siswi. Melalui perhitungan uji Chi-square test selanjutnya ditarik pada

7 kesimpulan bila nilai p lebih kecil dari alpha (<0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima,yang menunjukan ada pengaruh bermakna antara variabel bebas. Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai E (harapan) kurang dari 5, maka uji yang digunakan adalah Ficher exact test. Bila pada tabel contingency 2x2, dan tidak dijumpai nilai E (harapan) kurang dari 5, maka uji yang digunakan adalah continuity correction. Bila pada tabel-tabel contingency lebih dari 2x2, misalnya 2x3, 3x3, dan lain-lain, maka uji yang digunakan adalah uji person chi-square. Analisis multivariat Metode statistik yang memungkinkan kita melakukan penelitian terhadap lebih dari dua variabel secara bersamaan. Dengan menggunakan teknik analisis ini maka kita dapat menganalisis pengaruh beberapa variable terhadap variabel (variabel) lainnya dalam waktu yang bersamaan (Sarwono, 2010). Analisis ini menggunakan uji regresi linear logistic untuk mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian menarche dini pada siswi SMP Negeri 10 Kota Medan. HASIL PENELITIAN Analisis Data Univariat Analisis Data univariat adalah analisis data yang dilakukan untuk satu variabel atau per variabel, pada penelitian ini analisis data univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi responden di SMP Negeri 10 Kota Medan Tahun Deskripsi Distribusi Responden Distribusi responden dalam penelitian ini meliputi: Distribusi Umur Responden, Distribusi Kelas Responden, Distribusi Pola Makan Responden, Distribusi Status Gizi Responden, Distribusi Faktor Keturunan Responden, Distribusi Aktifitas Fisik, Distribusi Stimulasi Eksternal, Distribusi Sosial Ekonomi. Adapun distribusi responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Distribusi Pola Makan Responden Adapun distribusi Pola Makan responden di SMP Negeri 10 Kota Medan dapat dilihat pada diketahui bahwa dari 83 responden, sebagian besar responden memiliki pola makan yang buruk, yaitu sebanyak 59 responden atau 71,1 %, sedangkan responden lainnya memiliki pola makan yang baik yaitu sebanyak 24 responden atau 28,9 %. Distribusi Status Gizi Responden Adapun distribusi Status Gizi responden di SMP Negeri 10 Kota Medan dapat diketahui bahwa dari 83 responden,sebagian besar responden yang memiliki status gizi baik, yaitu sebanyak 67 responden atau 80,7 %, sedangkan responden lainnya memiliki status gizi buruk yaitu sebanyak 16 responden atau 19,3 %. Distribusi Faktor Keturunan Responden Adapun distribusi Faktor Keturunan responden di SMP Negeri 10 Kota Medan dapat diketahui bahwa dari 83 responden, sebagian besar responden yang ada hubungannya dengan faktor keturunan usia menarche ibu, yaitu sebanyak 56 responden atau 67,5 %, sedangkan responden lainnya yang mengalami menarche tidak ada hubungannya dengan faktor keturunan usia menarche ibu tidak yaitu sebanyak 27 responden atau 32,35%. Distribusi Stimulasi Eksternal Responden Adapun distribusi Stimulasi Eksternal responden di SMP Negeri 10 Kota Medan dapat diketahui bahwa dari 83 responden, sebagian besar stimulasi eksternal responden terpapar, yaitu sebanyak 49 responden atau 59,0 %, sedangkan stimulasi eksternal responden yang tidak terpapar yaitu sebanyak 34 responden atau 41,0 %.

8 Distribusi Aktifitas Fisik Responden Adapun distribusi Aktifitas Fisik responden di SMP Negeri 10 Kota Medan dapat diketahui bahwa dari 83 responden, sebagian besar responden aktif dalam beraktifitas, yaitu sebanyak 66 responden atau 79,5 %, sedangkan responden yang kurang aktif dalam beraktifitas yaitu sebanyak 17 responden atau 20,5 %. Distribusi Sosial Ekonomi Responden Adapun distribusi Sosial Ekonomi responden di SMP Negeri 10 Kota Medan dapat diketahui bahwa dari 83 responden, sebagian besar responden memiliki orangtua yang berpenghasilan > , yaitu sebanyak 63 responden atau 63,8 %, sedangkan responden yang memiliki orangtua yang berpenghasilan < yaitu sebanyak 27 responden atau 36,2 %. Distribusi Kejadian Menarche Dini Responden di SMP Negeri 10 Kota Medan Adapun distribusi Kejadian Menarche responden di SMP Negeri 10 Kota Medan dapat diketahui bahwa dari 83 responden, sebagian besar responden mengalami menarche dini, yaitu sebanyak 56 responden atau 67,5 %, sedangkan responden yang lainnya mengalami menarche normal yaitu sebanyak 27 responden atau 32,5 %. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan variabel independen. Adapun hasil analis bivariat dalam penelitian ini mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Menarche dini pada remaja putri di SMP Negeri 10 Kota Medan Tahun 2017, adalah sebagai berikut: Hubungan Pola Makan Responden dengan Kejadian Menarche dini di SMP Negeri 10 Kota Medan Tahun 2017 Untuk mengetahui hubungan antara Pola Makan responden dengan Kejadian Menarche dini yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 10 Kota Medan Tahun 2017, diketahui bahwa hubungan antara pola makan responden dengan kejadian Menarche Dini di SMP Negeri 10 Kota Medan, dengan kategori buruk - Normal (>12 tahun) yaitu sebanyak 44 responden (53,0%), dengan kategori buruk Dini (<12 tahun) yaitu sebanyak 15 responden (18,0%). Adapun hubungan antara pola makan responden dengan kejadian Menarche Dini dengan kategori baik Normal (>12 tahun) yaitu sebanyak 12 responden (14,5 %), dengan kategori Baik- Dini (<12 tahun) yaitu sebanyak 12 responden (14,5 %). Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai pada baris PR yaitu 2,933 (95%CI: 1,030 7,908) yang artinya responden yang memiliki pola makan yang baik kemungkinan 2,933 lebih berhubungan dengan kejadian menarche dari pada responden yang memiliki pola makan yang buruk. Nilai p significancy yaitu 0,030 sehingga p < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pola pola makan responden dengan kejadian Menarche Dini di SMP Negeri 10 Kota Medan Hubungan antara Status Gizi Responden dengan Kejadian Menarche di SMP Negeri 10 Kota Medan Tahun 2017 Untuk mengetahui hubungan antara Status gizi responden dengan Kejadian Menarche dini yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 10 Kota Medan Tahun 2017, diketahui bahwa hubungan antara status gizi responden dengan kejadian Menarche Dini di SMP Negeri 10 Kota Medan, dengan kategori baik - Normal (>12 tahun) yaitu sebanyak 50 responden (60,2%), dengan kategori baik-dini (<12 tahun) yaitu sebanyak 17 responden (20,5 %). Adapun hubungan antara Status Gizi responden dengan kejadian Menarche Dini dengan kategori buruk Normal (>12 tahun) yaitu sebanyak 6 responden (7,2 %), dengan kategori Buruk- Dini (<12 tahun) yaitu sebanyak 10 responden (12,1 %). Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai pada baris PR yaitu 4,902 (95%CI: 1,549 7,329) yang artinya responden yang memiliki Status Gizi yang baik kemungkinan 4,902 lebih berhubungan dengan kejadian

9 menarche dari pada responden yang memiliki Status Gizi yang buruk. Nilai p significancy yaitu 0,004 sehingga p < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Status Gizi responden dengan kejadian Menarche Dini di SMP Negeri 10 Kota Medan. Hubungan antara Faktor Keturunan Responden dengan Kejadian Menarche di SMP Negeri 10 Kota Medan Tahun 2017 Untuk mengetahui hubungan antara Faktor Keturunan responden dengan Kejadian Menarche dini yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 10 Kota Medan Tahun 2017, diketahui bahwa hubungan antara Faktor Keturunan responden dengan kejadian Menarche Dini di SMP Negeri 10 Kota Medan, dengan kategori ada - Normal (>12 tahun) yaitu sebanyak 42 responden (50,6 %), dengan kategori ada - Dini (<12 tahun) yaitu sebanyak 14 responden (16,9 %). Adapun hubungan antara Faktor Keturunan responden dengan kejadian Menarche Dini dengan kategori tidak Normal (>12 tahun) yaitu sebanyak 14 responden (16,9 %), dengan kategori tidak - Dini (<12 tahun) yaitu sebanyak 13 responden (15,7 %). Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai pada baris PR yaitu 2,786 (95%CI: 1,059 7,239) yang artinya responden yang berpengaruh dari Faktor Keturunan kemungkinan 2,786 lebih berhubungan dengan kejadian menarche dari pada responden yang tidak memiliki pengaruh. Nilai p significancy yaitu 0,035 sehingga p < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Faktor Keturunan responden dengan kejadian Menarche Dini di SMP Negeri 10 Kota Medan. Hubungan Stimulus Eksternal Responden dengan Kejadian Menarche di SMP N 10 Kota Medan Untuk mengetahui hubungan antara Stimulus Eksternal responden dengan Kejadian Menarche dini yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 10 Kota Medan Tahun 2017, diketahui bahwa hubungan antara Stimulus Eksternal responden dengan kejadian Menarche Dini di SMP Negeri 10 Kota Medan, dengan kategori Terpapar - Normal (>12 tahun) yaitu sebanyak 38 responden (45,8 %), dengan kategori Terpapar - Dini (<12 tahun) yaitu sebanyak 11 responden (13,2 %). Adapun hubungan antara Stimulus Eksternal responden dengan kejadian Menarche Dini dengan kategori Tidak Terpapar Normal (>12 tahun) yaitu sebanyak 18 responden (21,7 %), dengan kategori Tidak Terpapar - Dini (<12 tahun) yaitu sebanyak 16 responden (19,3 %).Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai pada baris PR yaitu 3,071 (95%CI: 1,187 7,945) yang artinya responden yang Stimulus Eksternal terpapar kemungkinan 3,071 lebih berhubungan dengan kejadian menarche dari pada responden yang Stimulus Ekternal tidak terpapar. Nilai p significancy yaitu 0,019 sehingga p < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Stimulus Eksternal responden dengan kejadian Menarche Dini di SMP Negeri 10 Kota Medan. Hubungan Antara Aktifitas Fisik Responden dengan Kejadian Menarche Dini di SMP N 10 Kota Medan Untuk mengetahui hubungan antara aktifitas fisik responden dengan Kejadian Menarche dini yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 10 Kota Medan Tahun 2017, diketahui bahwa hubungan antara Aktifitas Fisik responden dengan kejadian Menarche Dini di SMP Negeri 10 Kota Medan, dengan kategori Aktif - Normal (>12 tahun) yaitu sebanyak 44 responden (26,5 %), dengan kategori Aktif - Dini (<12 tahun) yaitu sebanyak 22 responden (14,6 %). Adapun hubungan antara Aktifitas Fisik responden dengan kejadian Menarche Dini dengan kategori Kurang aktif Normal (>12 tahun) yaitu sebanyak 12 responden (14,6 %), dengan kategori Kurang Aktif - Dini (<12 tahun) yaitu sebanyak 5 responden (6,0 %). Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai pada baris Pr yaitu 0,833 (95%CI: 0,261 2,664) yang artinya responden yang memiliki aktifitas Fisik aktif kemungkinan 0,833 lebih berhubungan dengan kejadian menarche dari pada responden yang kurang melakukan aktifitas. Nilai p tidak significancy yaitu 0,758 sehingga p > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara Aktifitas Fisik responden dengan kejadian Menarche Dini di SMP Negeri 10 Kota Medan.

10 Hubungan antara Status Ekonomi Responden dengan Kejadian Menarche di SMP N 10 Kota Medan Untuk mengetahui hubungan antara Status Ekonomi responden dengan Kejadian Menarche dini yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 10 Kota Medan Tahun 2017, diketahui bahwa hubungan antara Status Ekonomi responden dengan kejadian Menarche Dini di SMP Negeri 10 Kota Medan, dengan kategori Cukup (> ) - Normal (>12 tahun) yaitu sebanyak 35 responden (42,2 %), dengan - Dini (<12 tahun) yaitu sebanyak 18 responden ( 21,7 %). Adapun hubungan antara Status Ekonomi responden dengan kejadian Menarche Dini dengan kategori kategori Cukup (> ) Normal (>12 tahun) yaitu sebanyak 21 responden (25,3 %), dengan kategori kategori Kurang (< ) - Dini (<12 tahun) yaitu sebanyak 9 responden (10,8 %). Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai pada baris PR yaitu 0,833 (95%CI: 0,317 2,189) yang artinya responden yang memiliki Status Ekonomi Cukup (> ) kemungkinan 0,833 lebih berhubungan dengan kejadian menarche dari pada responden yang memiliki Status Ekonomi Kurang (< ). Nilai p tidak significancy yaitu 0,711 sehingga p > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara Status Ekonomi responden dengan kejadian Menarche Dini di SMP Negeri 10 Kota Medan. Analisis Multivariat Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Negeri 10 Kota Medan Tahun 2017, yang diolah dengan logistic regression dapat diketahui bahwa terdapat Hubungan antara Faktor Pola Makan Responden, Faktor Status Gizi, Faktor Keturunan, Faktor Stimulasi Eksternal, Faktor dengan Kejadian Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Negeri 10 Kota Medan Tahun Faktor pola makan tidak memiliki hubungan dengan kejadian menarche dini pada remaja putri di smp negeri 10 kota medan tahun 2017, yaitu dengan p value 0,335 sehingga p > 0,05, dengan nilai PR 1,721 (95 % CI : 0,544 5,439) yang bermakna bahwa responden yang memiliki pola makan yang baik 1,721 kali lebih cenderung mengalami kejadian menarche dini dibandingkan responden yang memiliki pola makan buruk pada remaja putri di smp negeri 10 kota medan tahun Faktor status gizi memiliki hubungan dengan kejadian menarche dini pada remaja putri di smp negeri 10 kota medan tahun 2017 yaitu dengan p value 0,035 sehingga p < 0,05, dengan nilai PR 4,004 (95 % CI : 1,102-14,542) yang bermakna bahwa responden yang memiliki status gizi baik 4,004 kali lebih cenderung mengalami kejadian menarche dini dibandingkan yang memiliki status gizi buruk pada remaja putri di smp negeri 10 kota medan tahun Faktor keturunan memiliki memiliki hubungan dengan kejadian menarche dini pada remaja putri di smp negeri 10 kota medan tahun 2017, yaitu dengan p value 0,231 sehingga p > 0,05, dengan nilai PR 1,972 (95 % CI : 0,649-5,987) yang bermakna bahwa responden yang memiliki faktor keturunan yang mendukung 1,972 kali lebih memiliki hubungan dengan kejadian menarche dini dibandingkan dengan yang tidak memiliki faktor keturunan pada remaja putri di smp negeri 10 kota medan tahun Faktor stimulasi eksternal tidak memiliki memiliki hubungan dengan kejadian menarche dini pada remaja putri di smp negeri 10 kota medan tahun 2017, yaitu dengan p value 0,087 sehingga p > 0,05, dengan nilai PR 2,523 (95 % CI : -0,876-7,270) yang bermakna bahwa responden yang memiliki stimulasi eksternal terpapar 2,523 kali lebih cenderung memiliki hubungan dengan kejadian menarche dini dibandingkan dengan yang memiliki stimulasi eksternal tidak terpapar pada remaja putri di smp negeri 10 kota medan tahun Dengan overall precentage 75,9. Pada pengolahan data logistic regresion tahap 2 (Metode Forward : Conditional) untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh, maka faktor yang paling berpengaruh adalah faktor status gizi. Faktor statatus gizi memiliki hubungan dengan kejadian menarche dini pada remaja putri di smp negeri 10 kota medan tahun 2017, yaitu dengan p value 0,010 sehingga p < 0,05, dengan nilai PR 4,831 (95 % CI : 1,463 15,957) yang bermakna bahwa responden yang memiliki faktor status gizi yang baik 4,831 kali lebih memiliki hubungan dengan kejadian menarche dini dibandingkan dengan yang tidak memiliki faktor keturunan pada remaja putri di smp negeri 10 kota medan tahun Dengan overall precentage 72,3.

11 PEMBAHASAN Hubungan Pola Makan Responden dengan Kejadian Menarche dini di SMP Negeri 10 Kota Medan Tahun 2017 Pola makan seorang remaja dapat dilihat dari jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsinya. Semakin banyak seorang remaja mengkonsumsi makanan yang mengandung protein hewani, makanan berlemak, makanan cepat saji, dan minuman yang menggadung soft drink maka akan semakin cepat seorang remaja mendapatkan menarche. Pola makan yang buruk bagi seorang remaja menjadi faktor resiko terjadinya menarche dini.(kartini, 2014) Pola konsumsi remaja dewasa ini kaya akan makanan olahan, susu, daging olahan serta makanan cepat saji yang dapat mengganggu proses perkembangan tubuh serta menyebabkan pubertas yang lebih awal. Konsumsi junk food pada remaja berpengaruh terhadap peningkatan gizi remaja. Umumnya makanan cepat saji mengandung kalori, kadar lemak, gula dan sodium yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asam korbat, kalsium, dam folat (Khomsan, 2013). Nutrisi mempunyai pengaruh terhadap kematangan seksual manusia, karena gizi mempengaruhi sekresi hormon gondotropin dan respon terhadap Luetinizing Hormone (LH), hormon ini berfungsi untuk sekresi estrogen dan progesteron dalam ovarium sehingga tanda tanda seks sekunder akan cepat muncul dibanding remaja putri yang kekurangan nutrisi. Remaja putri dengan kelebihan nutrisi (kelebihan lemak dan berat badan), menarche juga terjadi lebih dini. Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya, diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pola makan responden dengan kejadian Menarche Dini di SMP Negeri 10 Kota Medan dengan uji statistik diperoleh nilai pada baris PR yaitu 2,933 (95%CI: 1,088 7,908) yang artinya responden yang memiliki pola makan yang baik kemungkinan 2,933 lebih berhubungan dengan kejadian menarche dari pada responden yang memiliki pola makan yang buruk. Nilai p t significancy yaitu 0,030 sehingga p > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pola pola makan responden dengan kejadian Menarche Dini di SMP Negeri 10 Kota Medan. Siswa SMP Negeri 10 Kota Medan tersebut memiliki tingkat keseringan mengkonsumsi junkfood yang tinggi pada meliputi konsumsi makanan-makanan seperti mie instans, sosis, fried chicken, dan makanan cepat saji lainnya. Tingginya pola konsumsi junk food pada remaja Siswa SMP Negeri 10 Kota Medan tersebut dipengaruhi pula oleh pola perilaku masyarakat tempat mereka tinggal yang memilih makanan praktis, mudah didapat dan siap saji. Kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji dikarenakan pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi yang mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat, terutama di daerah perkotaan. Hubungan antara Status Gizi Responden dengan Kejadian Menarche di SMP Negeri 10 Kota Medan Tahun 2017 Masa remaja adalah suatu masa terjadinya peningkatan kebutuhan energi dan nutrien yang berarti. Remaja menjadi tanda periode siklus kehidupan yang mempunyai kebutuhan nutrisi total tertinggi dan periode pertumbuhan fisik kedua selama tahun pertama kehidupan. Nutrisi memengaruhi dan dipengaruhi oleh siklus menstruasi (Mulastin. 2013). Gizi merupakan suatu proses organisme makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi. Status Gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2013). Status gizi berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan dan fungsi organ reproduksi. Pada wanita dengan usia subur diperlukan status gizi baik dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena sangan dibutuhkan pada saat menstruasi. Wanita dengan status gizi kurang memiliki risiko terjadinya gangguan menstruasi yang diakibatkan oleh terganggunya pertumbuhan dan perkembangan sistem reproduksi (Dieny, 2014) Status gizi perlu diperhatikan karena status gizi yang kurang dapat mengakibatkan menstruasi lebih lambat dibandingkan remaja putri yang bergizi baik mempunyai cepatan pertumbuhan yang lebih tinggi pada

12 masa sebelum pubertas. Pada periode pubertas inilah akan terjadi percepatan pertumbuhan dan perkembangan fisik serta mengalami kematangan organ reproduksi. Salah satu tanda seorang perempuan telah memasuki usia pubertas adalah terjadinya menarche. Pada umumnya, remaja yang lebih tinggi dan lebih berat dengan massa lemak tubuh yang lebih besar cenderung mencapai menarche di usia muda. Faktor ukuran tubuh termasuk tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh dan persentase lemak tubuh telah lama dibuktikan berasosiasi kuat dengan mulainya menarche (Pulungan, 2009). Kenaikan berat badan merupakan faktor yang berkait secara konsisten dengan awalnya kematangan seksual pada dewasa muda dan remaja. Beberapa kajian retrospektif telah menunjukkan bahawa remaja yang mengalami menarche sebelum usia 12 tahun adalah lebih berat dan gemuk berbanding dengan remaja yang mengalami menarche normal. Status gizi mempengaruhi usia menarche terkait dengan jumlah lemak dalam tubuh. Jaringan lemak menghasilkan hormon leptin. Hormon leptin, yakni satu hormon yang menimbulkan rasa kenyang dan dihasilkan oleh sel lemak yang merupakan penghubung antara berat badan dan pubertas. Kadar leptin dalam darah juga berkait dengan gluteofemoral menunjukkan bahwa leptin menyampaikan informasi tentang distribusi lemak ke hipotalamus semasa pubertas dan mempengaruhi usia awal menarche. Peningkatan kronis kadar leptin dalam darah dapat menyebabkan peningkatan kadar LH. Peningkatan LH berhubungan dengan peningkatan estrogen dan awal menarche (Edward et al, 2015). Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian pada bab sebelumnya, diketahui bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai pada baris PR yaitu 4,902 (95%CI: 1,549 15,329) yang artinya responden yang memiliki Status Gizi yang baik kemungkinan 4,902 lebih berhubungan dengan kejadian menarche dari pada responden yang memiliki Status Gizi yang buruk. Nilai p significancy yaitu 0,004 sehingga p < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Status Gizi responden dengan kejadian Menarche Dini di SMP Negeri 10 Kota Medan. Menarche pada remaja Siswa SMP Negeri 10 Kota Medan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi menarche adalah status gizi dan persen lemak tubuh Hubungan antara Faktor Keturunan Responden dengan Kejadian Menarche di SMP Negeri 10 Kota Medan Tahun 2017 Menarche merupakan kejadian awal perempuan mendapatkan menstruasi yang ditandai dengan pendarahan pada vagina dan terjadi sekali seumur hidup. Menarche sama dengan menstruasi yang terjadi setiap bulannya secara normal dan berlangsung selama 3 7 hari, namun yang membedakan pemahamannya adalah waktu terjadinya. Menarche merupakan awal mula perempuan mengalami kesuburan secara biologisnya dan dianggap telah siap untuk menjadi ibu. Menarche identik dengan usia perempuan di mana masa tersebut menjadi acuan pematangan seksual, pertumbuhan dan perkembangan, kesehatan perempuan, hingga kapasitas dalam bereproduksi. Usia saat menarche dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor genetika, etnis, tinggi, berat, indeks massa tubuh (BMI), dan lingkungan (keadaan sosial ekonomi) (Talma dkk, 2013). Tingginya kejadian menarche dalam penelitian ini adalah akibat sebagian besar ibu mengalami usia menarche dini. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa umur menarche ibu dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan badan anak sehingga mempengaruhi waktu menarche nya (Luigi, 2010).Penelitian yang dilakukan Putri (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan umur menarche ibu (umur menstruasi pertama ibu) dengan umur menarche pada anak. Berdasarkan hasil perhitungan pada bab sebelumnya diketahui bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai pada baris PR yaitu 2,786 (95%CI: 1,059 7,329) yang artinya responden yang berpengaruh dari Faktor Keturunan kemungkinan 2,786 lebih berhubungan dengan kejadian menarche dari pada responden yang tidak memiliki pengaruh. Nilai p significancy yaitu 0,035 sehingga p < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Faktor Keturunan responden dengan kejadian Menarche Dini di SMP Negeri 10 Kota Medan. Berdasarkan hasil tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa usia menarche ibu sangat berperan penting sebagai faktor penentu usia menarche remaja putri. Menurunnya usia menarche menandakan adanya

13 perbaikan faktor-faktor yang berhubungan dengan kesehatan dimana kondisi ini tampak pada usia menarche anak yang lebih cepat dari ibunya. Usia menarche ibu dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan badan anak sehingga mempengaruhi waktu menarchenya (Luigi, 2013). Hubungan Stimulus Eksternal Responden dengan Kejadian Menarche di SMP N 10 Kota Medan Remaja saat ini cenderung mudah terpengaruh oleh media informasi. Media informasi merupakan alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual. Menurut Kartono (2014) salah satu faktor yang mempengaruhi menarche dini pada remaja putri adalah rangsangan-rangsangan kuat dari luar, salah satunya melalui keterpaparan media informasi, baik cetak maupun elektronik. Keterpaparan media informasi dengan kecepatan usia pubertas remaja yang secara tidak langsung menyebabkan percepatan usia menarche remaja putri. Para perempuan atau remaja putri yang mengalami menarche dini memperlihatkan minat yang lebih kuat ketika menonton tayangan yang mengandung unsur-unsur seksual di film, televisi, dan majalah dibandingkan dengan para remaja yang menarche dalam rentang usia normal. (Santrock, 2013) Berdasarkan hasil perhitungan data pada bab sebelumnya dengan menggunakan uji statistik diperoleh nilai pada baris PR yaitu 3,071 (95%CI: 1,187 7,945) yang artinya responden yang Stimulus Eksternal terpapar kemungkinan 3,071 lebih berhubungan dengan kejadian menarche dari pada responden yang Stimulus Ekternal tidak terpapar. Nilai p significancy yaitu 0,019 sehingga p < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Stimulus Eksternal responden dengan kejadian Menarche Dini di SMP Negeri 10 Kota Medan. Berdasarkan lembar jawaban Siswa SMP Negeri 10 Kota Medan pada kuesioner penelitian menunjukkan bahwa informasi yang mereka terima khususnya tentang perilaku orang-orang dewasa yang ada disekitar mereka, mereka selalu diberikan gambar-gambar artis idola mereka yang sebagian besar sedang melakukan adegan ciuman dengan artis lainnya. selain itu siswa SMP Negeri 10 Kota Medan sering juga menonton filmfilm dewasa. Hal tersebut merupakan rangsangan-rangsangan yang kuat dari luar, misalnya berupa tayangan tayangan sinetron yang menampilkan anak-anak berperan sebagai orang dewasa, film-film seks (blue films), buku-buku bacaan dan majalah-majalah bergambar seks, godaan dan rangsangan dari kaum pria, pengamatan secara langsung terhadap perbuatan seksual atau coitus masuk ke pusat pancaindera diteruskan melalui striae terminalis menuju pusat yang disebut pubertas inhibitor. Rangsangan yang terus menerus, kemudian menuju hipotalamus dan selanjutnya menuju hipofisis pars anterior, melalui sistem portal. Hipofisis anterior mengeluarkan hormon yang merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormon spesifik. Kelenjar indung telur memproduksi hormon estrogen dan progesteron.hormon spesifik yan dikeluarkan kelenjar indung telur memberikan umpan balik ke pusat pancaindera dan otak serta kelenjar induk hipotalamus dan hipofisis, sehingga mengeluarkan hormon berfluktuasi.dengan dikeluarkannya hormon tersebut mempengaruhi kematangan organ-organ reproduksi. Paparan media pada remaja akan meningkatkan banyak aspek yang berhubungan dengan pematangan seksual anak-anak gadis. Rangsangan-rangsangan kuat dari luar yang berupa film-film seks (blue film), bukubuku atau majalah yang bergambar tidak senonoh (porno), godaan dan rangsangan dari kaum pria, pengamatan secara langsung terhadap perbuatan seksual, masuk ke pusat pancaindera diteruskan melalui striae terminalis menuju pusat yang disebut pubertas inhibitor. Rangsangan yang terus menerus, kemudian menuju hipotalamus dan selanjutnya menuju hipofise pars anterior, melalui sistem portal. Hipofise anterior mengeluarkan hormon yang merangsang kelenjar indung telur untuk mengeluarkan hormon spesifik, yaitu hormon estrogen dan progesteron. Hormon yang dikeluarkan kelenjar indung telur tersebut memberikan umpan balik ke pusat pancaindera dan otak serta kelenjar induk hipotalamus dan hipofise, sehingga mengeluarkan hormon berfluktuasi. Dengan dikeluarkannya hormon tersebut mempengaruhi kematangan organ-organ reproduksi, sehingga semua hal tersebut mengakibatkan kematangan seksual yang lebih cepat pada diri anak (Santrock, 2014).

14 Hubungan Antara Aktifitas Fisik Responden dengan Kejadian Menarche Dini di SMP N 10 Kota Medan Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat mempengaruhi fungsi menstruasi. Atlet wanita seperti pelari, senam balet memiliki risiko untuk mengalami amenorrhea, anovulasi, dan defek pada fase luteal. Aktivitas fisik yang berat menyebabkan disfungsi hipotalamus yang menyebabkan gangguan pada sekresi GnRH sehingga menurunkan level estrogen (Ganong,2015). Berdasarkan hasil perhitungan data pada bab sebelumnya dengan menggunakan uji statistik diperoleh nilai pada baris PR yaitu 0,833 (95%CI: 0,261 2,189) yang artinya responden yang memiliki aktifitas Fisik aktif kemungkinan 0,833 lebih berhubungan dengan kejadian menarche dari pada responden yang kurang melakukan aktifitas. Nilai p tidak significancy yaitu 0,758 sehingga p > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara Aktifitas Fisik responden dengan kejadian Menarche Dini di SMP Negeri 10 Kota Medan. Tingginya kejadian menarche dini dalam penelitian ini dikaitkan penundaan sekresi dari hormon-hormon spesifik yang ada dalam tubuh terhadap kematangan seksualitas pada remaja putri. Diperkirakan bahwa aktivitas fisik berat akan menunda usia menarche melalui mekanisme hormonal karena telah menurunkan produksi progesteron sehingga menunda kematangan endometrium. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa aktivitas fisik yang kurang akan mempercepat terjadinya menarche. Penurunan usia menarche yang terjadi saat ini sangat berkaitan dengan aktifitas fisik. Penelitian di Iran yang menunjukkan penurunan usia menarche dibandingkan usia menarche ibu sebesar 3-4 bulan. Penurunan tersebut dikarenakan sejak usia 10,8 tahun melakukan latihan dengan rata-rata waktu 6,5 jam (aktifitas ringan dan sedang) (Matondang, 2006) Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik, mental dan kualitas hidup sehat. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan aktivitas fisik merupakan suatu kondisi yang memerlukan tingkatan gerakan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan energi yang dikeluarkan, sehingga kalori per jam akan berkurang tergantung tingkat aktivitasnya. Ativitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan untuk metabolisme basal.aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya.selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh.banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan. Seorang yang gemuk menggunakan lebih banyak energi untuk melakukan suatu pekerjaan daripada seorang yang kurus, karena orang gemuk membutuhkan usaha lebih besar untuk menggerakkan berat badan tambahan (Almatsier, 2004) Hubungan antara Status Ekonomi Responden dengan Kejadian Menarche di SMP N 10 Kota Medan Usia menarche menggambarkan berbagai kerakteristik-karakteristik kesehatan dari suatu populasi, termasuk kondisi sosial-ekonomi dan lingkungan (Kalichman, et al., 2006). Status ekonomi keluarga mempunyai peran yang cukup penting dalam percepatan usia menarche saat ini. Tingkat sosial ekonomi dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam hal kecukupan gizi keluarga terutama gizi anak perempuannya, kemampuan anak menikmati media cetak maupun media elektronik serta mengakses informasi budaya luar dan tingkat rangsangan psikis yang akhirnya akan berhubungan dengan usia menarche. Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai pada baris PR yaitu 0,833 (95%CI: 0,317 2,189) yang artinya responden yang memiliki Status Ekonomi Cukup (> ) kemungkinan 0,833 lebih berhubungan dengan kejadian menarche dari pada responden yang memiliki Status Ekonomi Kurang (< ). Nilai p tidak significancy yaitu 0,758 sehingga p > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara Status Ekonomi responden dengan kejadian Menarche Dini di SMP Negeri 10 Kota Medan.

BAB V PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Responden menurut Usia. sisanya merupakan kelompok remaja awal.

BAB V PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Responden menurut Usia. sisanya merupakan kelompok remaja awal. BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Karakteristik Responden menurut Usia Karakteristik usia responden menunjukan distribusi tertinggi adalah usia 9-11 tahun sebanyak 16 responden (53%) dan sisanya

Lebih terperinci

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Fahmi Fuadah 1 1 Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan. perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Buku-buku Pediatri

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan. perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Buku-buku Pediatri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja atau masa adolescence merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang remaja akan tumbuh dan berkembang menuju tahap dewasa. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga tahap antara lain masa remaja awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pubertas merupakan suatu tahapan yang sangat penting bagi wanita. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi dewasa. Perubahan tersebut meliputi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI KELAS V DAN VI DI SD MUHAMMADIYAH WIROBRAJAN 3 YOGYAKARTA

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI KELAS V DAN VI DI SD MUHAMMADIYAH WIROBRAJAN 3 YOGYAKARTA HUBUNGAN PAPARAN MEDIA DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI KELAS V DAN VI DI SD MUHAMMADIYAH WIROBRAJAN 3 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Lilis Yuliasari 201510104081 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI Devillya Puspita D. dkk, Hubungan antara Status Gizi dan Siklus Menstruasi... 99 HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI Devillya Puspita D, Selty Tingubun Universitas Respati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN USIA MENARCHE DI SMPN 7 BANJARMASIN. Erni Yuliastuti

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN USIA MENARCHE DI SMPN 7 BANJARMASIN. Erni Yuliastuti HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN USIA MENARCHE DI SMPN 7 BANJARMASIN Erni Yuliastuti Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Email : yuliastutierni @ ymail.com Abstrak Masa remaja merupakan masa transisi

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE. Nita Monica. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Siliwangi ABSTRAK

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE. Nita Monica. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Siliwangi ABSTRAK HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE Nita Monica Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi ABSTRAK Menarche adalah menstruasi pertama di tengah masa pubertas yang terjadi di awal masa remaja.

Lebih terperinci

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 Firina Adelya Sinaga, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked Pembimbing II : Cherry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para pemimpin negara-negara di dunia telah membuat kesepakatan internasional untuk mengatasi masalah-masalah kependudukan dituangkan dalam Millenium Development Goals

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja putri merupakan salah satu sarana dalam program kesehatan reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu harus mendapatkan perhatian yang

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain Hospital Based Case Control Study. Prinsip yang mendasari studi ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial, dan perilaku. Perubahan fisik yang dominan terjadi selama proses ini, diikuti

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial, dan perilaku. Perubahan fisik yang dominan terjadi selama proses ini, diikuti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Setiap anak dalam perkembangannya akan mengalami perubahan fisik, psikis, sosial, dan perilaku. Perubahan fisik yang dominan terjadi selama proses ini, diikuti oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk adalah berusia tahun (BKKBN, 2003) Leutinizing Hormon (LH) yang signifikan (Aulia, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk adalah berusia tahun (BKKBN, 2003) Leutinizing Hormon (LH) yang signifikan (Aulia, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Remaja adalah usia di antara anak-anak dan dewasa, yang secara biologis yaitu antara umur 10 sampai 19 tahun. Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis remaja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun

Lebih terperinci

KETELAN. Oleh: PUTRI J Disusun Fakultas

KETELAN. Oleh: PUTRI J Disusun Fakultas HUBUNGAN ANTARA ASUPAN LEMAK DAN STAT TUS GIZI DENGANN STAT US MENARCHE DINI PADAA SISWI DI SD MUHAMMADIYAH 1 KETELAN SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 213 PERMATA SHANTI Mahasiswa Pada STiKes Ubudiyah Banda Aceh Abtract Menarche

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum seorang wanita siap menjalani masa reproduksi, terdapat masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang lebih dikenal dengan masa pubertas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa, hasil

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa, hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa, hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa 63,4 juta diantaranya adalah remaja yang terdiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menarche merupakan perdarahan pertama kali dari uterus yang terjadi pada wanita di masa pubertas sekitar usia 10-16 tahun. Menarche merupakan perubahan yang menandakan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR A. Ulfa Fatmasanti Akbid Batari Toja Watampone (Alamat Koresponden: andiulfafatmasanti@gmail.com/ 085399168227)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menghawatirkan. Tidak hanya di Indonesia, penelitian di berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. semakin menghawatirkan. Tidak hanya di Indonesia, penelitian di berbagai negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus kelebihan berat badan pada anak terus mengalami peningkatan dan semakin menghawatirkan. Tidak hanya di Indonesia, penelitian di berbagai negara membuktikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Defenisi Remaja Remaja merupakan suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan

Lebih terperinci

Universitas Lampung. Abstrak CORRELATION BETWEEN NUTRITIONAL STATUS AND MENARCHE AGE IN TEENAGE GIRLS AT SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG.

Universitas Lampung. Abstrak CORRELATION BETWEEN NUTRITIONAL STATUS AND MENARCHE AGE IN TEENAGE GIRLS AT SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG. Hubungan Status Gizi dengan Usia Menarche pada Remaja Putri di SMP Negeri 22 Bandar Lampung Sylvia V 1), Fitria Saftarina 2) Email: s8182830@gmail.com 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi pertama (darah yang pertama kali keluar dari vagina) yang dialami oleh remaja putri disebut sebagai menarche. Menarche adalah sebuah tanda dimana seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah menstruasi, kehamilan, dan seksualitas (Gibs, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. adalah menstruasi, kehamilan, dan seksualitas (Gibs, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD dan SMP sedang menjalani pendidikan dasar yang merupakan titik awal anak mengenal sekolah yang sesungguhnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG Eka Rahmadhayanti 1, Anur Rohmin 2 1,2 Program Studi D III Kebidanan, STIK Siti Khadijah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN Indah Nur aini *, Rizqy Amelia 1, Fadhiyah Noor Anisa 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. World Health Organisation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pubertas Pubertas adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju kedewasaan, yang terjadi karena adanya aktivasi hormon gonadotropin pada hipofisis, dan juga hormon steroid terkait

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TERJADINYA MENARCHE PADA REMAJA. (CORRELATION NUTRITIONAL STATUS AND OCCURRED OF MENARCHE AT ADOLESCENT) Elita Rosdiyanti

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TERJADINYA MENARCHE PADA REMAJA. (CORRELATION NUTRITIONAL STATUS AND OCCURRED OF MENARCHE AT ADOLESCENT) Elita Rosdiyanti HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TERJADINYA MENARCHE PADA REMAJA. (CORRELATION NUTRITIONAL STATUS AND OCCURRED OF MENARCHE AT ADOLESCENT) Elita Rosdiyanti Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SIARAN TELEVISI DAN STATUS GIZI TERHADAP STATUS MENARCHE PADA SISWI SMP NEGERI 5 TINAMBUNG KABUPATEN POLMAN ABSTRACK

HUBUNGAN ANTARA SIARAN TELEVISI DAN STATUS GIZI TERHADAP STATUS MENARCHE PADA SISWI SMP NEGERI 5 TINAMBUNG KABUPATEN POLMAN ABSTRACK HUBUNGAN ANTARA SIARAN TELEVISI DAN STATUS GIZI TERHADAP STATUS MENARCHE PADA SISWI SMP NEGERI 5 TINAMBUNG KABUPATEN POLMAN Harpenas 1 ), Asmarudin Pakhri 2 ), Ismail 3 ) 1 )STIKES Bina Bangsa Majene Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap perempuan sebagai tanda bahwa organ reproduksi sudah berfungsi matang (Kusmiran, 2014). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran kanker tidak terkontrol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut WHO dalam RISKESDAS (2010) merupakan suatu keadaan yang utuh, sehat dan sejahtera secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya kondisi yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA Neni Rusnita*, Estu Lovita.P Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7 Palangka Raya ABSTRAK Mioma Uteri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Remaja atau adolescense berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Remaja atau adolescense berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja Remaja atau adolescense berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence yang berasal dari bahasa ingris, saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana terjadi perkembangan bentuk tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu perkembangan tersebut adalah perkembangan

Lebih terperinci

PERBEDAAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DAN ASUPAN LEMAK PADA REMAJA PUTRI MENARCHE DINI DAN NORMAL DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA

PERBEDAAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DAN ASUPAN LEMAK PADA REMAJA PUTRI MENARCHE DINI DAN NORMAL DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA PERBEDAAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DAN ASUPAN LEMAK PADA REMAJA PUTRI MENARCHE DINI DAN NORMAL DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program

Lebih terperinci

PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE DINI PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SURAKARTA

PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE DINI PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SURAKARTA PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE DINI PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SURAKARTA Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana, et al. HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana 1, Heru Santosa, Taufik Ashar 3 1 Mahasiswa Program Magister

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah individu yang berada pada tahap masa transisi yang unik yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu masa yang berada

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMANDING

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMANDING HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMANDING Nurus Safaah STIKES NU TUBAN PRODI S1 Keperawatan ABSTRAK Menarche

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat kontrasepsi hormonal merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat mencegah ovulasi dan kehamilan. Alat kontrasepsi non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses. kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses. kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa. Selama masa

Lebih terperinci

Analisis Usia Menarchee Dan Status Gizi Terhadap Usia Ibu Menopause

Analisis Usia Menarchee Dan Status Gizi Terhadap Usia Ibu Menopause Analisis Usia Menarchee Dan Status Gizi Terhadap Usia Ibu Menopause Diane Magriece Kalengkongan 1, Linda Makalew 2, Jenny Mandang 1,3.Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado 2. Jurusan Analis Poltekkes

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Rismintarti Sulastinah 1610104193 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK DIPLOMA IV

Lebih terperinci

ABSTRAK KAITAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SMPN 1 DENPASAR TAHUN 2016

ABSTRAK KAITAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SMPN 1 DENPASAR TAHUN 2016 ABSTRAK KAITAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SMPN 1 DENPASAR TAHUN 2016 Menarche adalah permulaan dari menstruasi dan merupakan salah satu tonggak penanda di kehidupan seorang gadis.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak terkendali, yang dapat menyerang dan menyebar ke tempat yang jauh dari tubuh. Kanker dapat menjadi penyakit yang parah,

Lebih terperinci

HUBUNGAN GANGGUAN HAID DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT)

HUBUNGAN GANGGUAN HAID DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) HUBUNGAN GANGGUAN HAID DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) Sri Utami, Keilmuan Dasar Keperawatan Maternitas Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia, Staf Akademik Departemen Keperawatan Maternitas

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 20 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DINI ARIANI NIM : 20000445 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMP Negeri 6 Gorontalo didirikan pada tahun 1951 dan mulai beroperasi pada tahun 1979.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMP Negeri 6 Gorontalo didirikan pada tahun 1951 dan mulai beroperasi pada tahun 1979. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian SMP Negeri 6 Gorontalo didirikan pada tahun 1951 dan mulai beroperasi pada tahun 1979. Sekolah yang beralamat di jalan

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014 i HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014 OLEH: RANI LESTARI B. 110100128 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik maupun psikis. Perubahan tersebut meliputi kematangan mental, emosional, dan sosial. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

Menstruasi prekok pada remaja Page 1

Menstruasi prekok pada remaja Page 1 Studi Kasus Menstruasi Prekok Pada Remaja Marwati Biswan, Siti Rahmadani, Alice Leiwakabessy Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta I Email : aksarahmadani@gmail.com Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

GAMBARAN FAKTOR RESIKO PENYEBAB TERJADINYA MIOMA UTERI DI POLIKLINIK KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2012

GAMBARAN FAKTOR RESIKO PENYEBAB TERJADINYA MIOMA UTERI DI POLIKLINIK KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2012 Jurnal Kesehatan Masyarakat GAMBARAN FAKTOR RESIKO PENYEBAB TERJADINYA MIOMA UTERI DI POLIKLINIK KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2012 ITA RAHMI 1 1 Mahasiswa Prodi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA HIDUP TERHADAP KEJADIAN BUNGKUK OSTEOPOROSIS TULANG BELAKANG WANITA USIA LANJUT DI KOTA BANDAR LAMPUNG Merah Bangsawan * Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya kepadatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan ataupun remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah remaja yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 3 KOTA JAMBI TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 3 KOTA JAMBI TAHUN 2014 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 3 KOTA Irma Harahap 1 *, Erris 2 1 Akademi Keperawatan Jambi 2 Politeknik Kesehatan Jambi Jurusan Kesehatan Lingkungan *Korespondensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan perubahan atau peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Menarche a. Pengertian menarche Menarche adalah pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebabkan oleh pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang yang menjadi Obesitas dan overweight merupakan suatu yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak kandungan (uterus) yang terjadi pada otot polos dan jaringan ikat. Mioma dikenal juga dengan istilah leiomyoma uteri, fibromioma uteri,

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

Media audio visual. Hubungan media audio visual dengan Menarche

Media audio visual. Hubungan media audio visual dengan Menarche Media audio visual 1. Pengertian Audia visual adalah perangkat yang dilengkapi dengan penampilan suara dan gambar biasanya digunakan untuk presentasi, home theather, dan sebagainya. Media merupakan media

Lebih terperinci

Novita Lusiana, Faktor-faktor yang berhubungan dengan Usia Menarche Siswi SMP PGRI Pekanbaru 2012

Novita Lusiana, Faktor-faktor yang berhubungan dengan Usia Menarche Siswi SMP PGRI Pekanbaru 2012 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Usia Menarche Siswi SMP PGRI Factors Associated with Age of Menarche Junior High School Student PGRI Program Studi D III Kebidanan STIKes Hang Tuah Abstrak Beberapa

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Zulliati 1, Muhammad Basit 2,Tria Dwi Putri 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin 2 STIKES

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR SISWI DENGAN KEJADIAN MENARCHE PADA REMAJA AWAL DI SMPN 11 KOTA SEMARANG BULAN JUNI- AGUSTUS Doni Anggar Kusuma

HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR SISWI DENGAN KEJADIAN MENARCHE PADA REMAJA AWAL DI SMPN 11 KOTA SEMARANG BULAN JUNI- AGUSTUS Doni Anggar Kusuma HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR SISWI DENGAN KEJADIAN MENARCHE PADA REMAJA AWAL DI SMPN 11 KOTA SEMARANG BULAN JUNI- AGUSTUS 2012 Doni Anggar Kusuma 1. Mahasiswa Peminatan Biostatistik & Kependudukan Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan suatu tahap perkembangan dari masa anak anak menuju masa dewasa akan terjadi perubahan fase kehidupan dalam hal fisik, fisiologis dan sosial (WHO,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja sering disebut masa pubertas. Dimana masa pubertas adalah masa peralihan dari anak anak menjadi dewasa. Dimulai antara usia 7-13 tahun untuk perempuan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA PRE MENARCHE DI SMPN 1 BRATI

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA PRE MENARCHE DI SMPN 1 BRATI 16 HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA PRE MENARCHE DI SMPN 1 BRATI Yuli Irnawati 1 Yulia Diana 2 Anik Siti Juariyah 3 Email : billa_yuli@yahoo.com Akademi Kebidanan Bakti Utama Pati Jl. Ki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kegemukan bukanlah hal baru dalam masyarakat kita, bahkan 20 tahun yang lalu kegemukan merupakan kebanggaan dan lambang kemakmuran. Bentuk tubuh yang gemuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menstruasi pertama (menarche) merupakan peristiwa paling penting pada remaja putri sebagai pertanda siklus masa subur sudah di mulai. Datangnya menstruasi pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ini merupakan pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Ini merupakan pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan manusia melewati beberapa fase, salah satunya adalah masa remaja. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksual mulai berkembang pesat. Ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian menggunakan rancangan penelitian kuantitatif pendekatan analitik dengan menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari penduduk

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan lingkari pada jawaban yang paling

Lebih terperinci