MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA MENDENGARKAN KETERANGAN PRESIDEN DAN DPR (III) J A K A R T A SELASA, 24 FEBRUARI 2015

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan [Pasal 5 ayat (2)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Dahlan Pido ACARA Mendengarkan Keterangan Presiden Dan DPR (III) Selasa, 24 Februari 2015, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Arief Hidayat (Ketua) 2) Anwar Usman (Anggota) 3) Aswanto (Anggota) 4) Muhammad Alim (Anggota) 5) I Dewa Gede Palguna (Anggota) 6) Maria Farida Indrati (Anggota) 7) Wahiduddin Adams (Anggota) 8) Suhartoyo (Anggota) Saiful Anwar Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. DPR: 1. Junimart Girsang 2. Nur Ali 3. Kadari Agus B. Pemerintah: 1. Wicipto Setiadi 2. Nasrudin ii

4 1. KETUA: ARIEF HIDAYAT Bismillahirrahmaanirrahiim. Sidang dalam Perkara Nomor 5/PUU- XIII/2015 dengan ini dibuka dan terbuka untuk umum. Saya cek kehadirannya. Pemohon tidak hadir. DPR Pak Junimart datang, tolong diperkenalkan meskipun saya sudah kenal. 2. DPR: JUNIMART GIRSANG Terima kasih, Yang Mulia Hakim Mahkamah Konstitusi. Saya mewakili DPR Republik Indonesia. Nama saya Junimart Girsang. Nomor anggota 128. Terima kasih. 3. KETUA: ARIEF HIDAYAT Terima kasih. Dari Pemerintah yang mewakili presiden, saya persilakan. 4. PEMERINTAH: NASRUDIN Terima kasih, Yang Mulia. Dari Pemerintah mewakili presiden saya sendiri, Nasrudin. Terima kasih. 5. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik. Ini kelihatan wajahnya Pak Dirjen tidak sendiri. Senang DPR sudah hadir. Baik, pada hari ini kita agendanya adalah mendengarkan keterangan presiden dan DPR. Dari DPR dan presiden kita langsung saja bisa anu meskipun tidak dihadiri Pemohon, nanti kelanjutannya karena tidak ada berita sampai sekarang, tapi tetap masih bisa kita berjalan kecuali nanti dia menyatakan yang lain, gitu. Saya persilakan, Pak Junimart untuk menyampaikan keterangan DPR. 6. DPR: JUNIMART GIRSANG SIDANG DIBUKA PUKUL WIB KETUK PALU 3X Keterangan dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atas permohonan uji materiil Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Perkara Nomor 5/PUU-XIII/

5 Kepada yang terhormat Bapak Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dan Anggota di Jakarta, berdasarkan keputusan pimpinan DPR Republik Indonesia Nomor 341/PIM-I/2015 tanggal 28 November 2014 telah menugaskan pimpinan Komisi III DPR Republik Indonesia yaitu DR. H. Aziz Syamsuddin, Trimedya Panjaitan, Desmond Junaidi Mahesa, Benny Kabur Harman, Mulfachri Harahap, dan Junimart Girsang dalam hal ini baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertindak untuk dan atas nama dewan perwakilan rakyat Republik Indonesia yang selanjutnya disebut DPR. Sehubungan dengan permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan yang selanjutnya disebut sebagai Undang-Undang Yayasan yang telah diajukan oleh H. Dahlan Pido, S.H., seorang warga negara Indonesia untuk selanjutnya disebut Pemohon. Dengan ini, DPR menyampaikan keterangan terhadap permohonan pengujian atas Undang-Undang Yayasan terhadap Undang- Undang Dasar Tahun 1945 dalam Perkara Nomor 5/PUU-XIII/2015 sebagai berikut. a. Ketentuan Undang-Undang Yayasan yang dimohonkan pengujian terhadap Undang-Undang Dasar Tahun Pemohon dalam permohonannya mengajukan pengujian atas Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 70 Undang-Undang Yayasan. Mohon izin, Pak Ketua, kami tidak akan membacakan tentang isi pasal. Kami lanjutkan karena Pemohon beranggapan bahwa ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 70 Undang-Undang Yayasan bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1), dan Pasal 28I ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun b. Hak dan/atau kewenangan konstitusional yang dianggap Pemohon telah dirugikan oleh berlakunya Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 70 Undang-Undang Yayasan izin, Yang Mulia, kami juga tidak akan membacakan karena sudah termuat dalam permohonan. c. Tentang keterangan DPR Republik Indonesia terhadap dalil Pemohon sebagaimana diuraikan dalam permohonan a quo, DPR Republik Indonesia menyampaikan keterangan sebagai berikut. 1. Kedudukan hukum atau legal standing Pemohon. Menanggapi permohonan Pemohon a quo, DPR berpandangan bahwa Pemohon harus dapat membuktikan terlebih dahulu apakah benar Pemohon sebagai pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan atas berlakunya ketentuan yang dimohonkan untuk diuji khususnya dalam mengkonstruksikan adanya kerugian terhadap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya sebagai dampak dari diberlakukannya ketentuan yang dimohonkan untuk diuji. Terhadap kedudukan hukum atau legal standing Pemohon, DPR 2

6 menyerahkan sepenuhnya kepada Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. 2. Pengajuan Undang-Undang Yayasan. Terhadap permohonan pengujian Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 70 Undang- Undang Yayasan, DPR menyampaikan keterangan sebagai berikut. Bahwa dalam penjelasan umum Undang-Undang Yayasan disebutkan, fakta menunjukkan kecenderungan masyarakat mendirikan yayasan dengan maksud untuk berlindung di balik status badan hukum yayasan yang tidak hanya digunakan sebagai wadah mengembangkan kegiatan sosial, keagamaan, kemanusiaan, melainkan juga ada kalanya bertujuan untuk memperkaya para pendiri, pengurus, dan pengawas. Sejalan dengan kecenderungan tersebut timbul pula berbagai masalah, baik masalah yang berkaitan dengan yayasan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan yang tercantum dalam anggaran dasar, sengketa antara pengurus dan pendiri atau pihak lain, maupun adanya dugaan bahwa yayasan digunakan untuk menampung kekayaan yang berasal dari para pendiri atau pihak lain yang diperoleh dengan cara melawan hukum. Bahwa terkait dengan fakta sebagaimana diuraikan di atas, maka pembentukan Undang-Undang Yayasan dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai yayasan, menjamin kepastian dan ketertiban hukum, serta mengembalikan fungsi yayasan sebagaimana pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Bahwa salah satu upaya hukum untuk mencegah kecenderungan seseorang mendirikan yayasan dengan maksud untuk berlindung di balik status badan hukum yayasan yang tidak hanya digunakan sebagai wadah mengembangkan kegiatan sosial, keagamaan, kemanusiaan, melainkan bertujuan untuk memperkaya diri, para pendiri, pengurus, dan pengawas, atau untuk kegiatan pencucian uang, maka dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Yayasan secara tegas diatur mengenai larangan pengalihan atau pembagian kekayaan yayasan, baik langsung maupun tidak langsung, dalam bentuk gaji, upah, honorarium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada pembina, pengurus, dan pengawas. Bahwa pelarangan pengalihan dan pembagian kekayaan yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Yayasan, juga dimaksudkan agar kekayaan yayasan hanya dipergunakan untuk mencapai maksud dan tujuan didirikannya yayasan yaitu hanya untuk sebagai wadah untuk pengembangan kegiatan sosial, keagamaan, 3

7 kemanusiaan, dan tidak untuk kepentingan lainnya. Hal tersebut secara tegas diatur dalam Pasal 26 ayat (4) Undang-Undang Yayasan. Bahwa pada prinsipnya pelarangan pengalihan dan pembagian kekayaan yayasan ditujukkan kepada seluruh organ yayasan yaitu pembina, pengurus, maupun pengawas. Hal tersebut secara tegas dinyatakan dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Yayasan. Bahwa pengecualian terhadap ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Yayasan hanya untuk pemberian gaji, upah, atau honorarium kepada pengurus yayasan yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan pada Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Yayasan. Pengaturan pengecualian berupa pemberian gaji, upah, atau honorarium kepada pengurus yang memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Yayasan menurut pendapat DPR adalah hal yang wajar. Dan untuk memenuhi rasa keadilan, mengingat pengurus mempunyai tanggung jawab yang penuh terhadap pengelolaan kekayaan yayasan untuk kepentingan dan tujuan yayasan. Bahkan apabila sampai terjadi kepailitan akibat kesalahan atau kelalaian pengurus, maka setiap anggota pengurus secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Hal tersebut tercantum dalam Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Yayasan. Bahwa beban tanggung jawab yang besar dalam pengelolaan kekayaan yayasan oleh pengurus sebagaimana diuraikan di atas tidak dibebankan kepada pembina dan pengawas. Oleh karenanya adalah sangat wajar dan memenuhi rasa keadilan jika pengurus yang memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a dan huruf b diberikan gaji, upah, atau honorarium agar yayasan dapat dikelola secara profesional yang pada akhirnya maksud dan tujuan didirikan yayasan dapat tercapai dengan baik. Bahwa alasan pengecualian kepada pengurus yayasan diberikan gaji, upah, atau honorarium dalam pembahasan rancangan Undang-Undang Yayasan dapat dilihat dari Risalah Laporan Pansus Mengenai Rancangan Undang-Udang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan dan sambutan pemerintah pada pembahasan tingkat 2, pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna DPR RI tanggal 7 September 2004 yang kutipannya sebagai berikut. Mohon izin kami tidak perlu membacakan, Yang Mulia. Bahwa DPR berpendapat, terhadap yang memang berbeda dapat diberlakukan dengan ketentuan aturan yang berbeda dan 4

8 hal tersebut bukanlah hal yang bersifat diskriminatif. Oleh karenanya, ketentuan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Yayasan tidaklah bertentangan dengan Pasal 28I ayat (2) Undang- Undang Dasar Tahun Bahwa terkait dengan pengujian Pasal 70 Undang-Undang Yayasan yang merupakan ketentuan sanksi pidana apabila pembina, pengurus, dan pengawas melanggar ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Yayasan, DPR berpendapat bahwa ketentuan pemberian sanksi adalah merupakan bagian dari upaya penegakan hukum agar ketentuan yang diatur dalam normanorma Undang-Undang Yayasan khususnya Pasal 5 Undang- Undang Yayasan dapat dipatuhi, sehingga maksud dan tujuan dari dibentuknya Undang-Undang Yayasan dapat terwujud. Hal tersebut telah sejalan dengan prinsip negara hukum dan kepastian hukum sebagaimana diamanatkan pada Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun Demikian keterangan DPR Republik Indonesia ini kami sampaikan untuk menjadi bahan pertimbangan bagi Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi dalam memeriksa, memutus, dan mengadili perkara a quo. Tim Kuasa Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dr. Junimart Girsang. Terima kasih. 7. KETUA: ARIEF HIDAYAT Terima kasih, Pak Junimart. Saya persilakan dari Pemerintah yang mewakili Presiden, Pak Dirjen. 8. PEMERINTAH: WICIPTO SETIADI Assalamualaikum wr. wb. Perkenankan kami membaca keterangan Presiden atas permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, dengan hormat yang bertanda tangan di bawah ini, nama Yasonna H. Laoly, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Presiden Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Pemerintah. Perkenankanlah menyampaikan keterangan Presiden, baik lisan maupun tertulis yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan atas permohonan pengujian ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan (2), serta Pasal 70 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun

9 tentang Yayasan, selanjutnya disebut Undang-Undang Yayasan terhadap ketentuan Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat (1), dan Pasal 28I ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, selanjutnya disebut UUD 1945 yang dimohonkan oleh H. Dahlan Pido, S.H. Untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon, sesuai registrasi Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Nomor 5/PUU-XIII/2015, tanggal 14 Januari 2015, dengan perbaikan permohonan tanggal 27 Januari Selanjutnya perkenankanlah kami menyampaikan keterangan atas permohonan pengujian Undang-Undang Yayasan sebagai berikut. Pokok permohonan Para Pemohon. Izin kami tidak bacakan karena dianggap sudah diketahui para pihak. Kemudian yang kedua, kedudukan hukum Pemohon. Terhadap kedudukan hukum ini, Pemohon... terhadap kedudukan Pemohon, Pemerintah menyerahkan sepenuhnya kepada Mahkamah Konstitusi untuk mempertimbangkan dan menilainya apakah Pemohon memiliki kedudukan hukum atau tidak dalam pengujian undang-undang a quo. Tiga. Keterangan Pemerintah atas materi permohonan yang dimohonkan untuk diuji. Sebelum Pemerintah menyampaikan keterangan terkait norma materi muatan yang dimohonkan untuk diuji oleh Pemohon, Pemerintah terlebih dahulu menyampaikan landasan filosofis Undang-Undang Yayasan sebagai berikut. Bahwa pendirian yayasan sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, didirikan atas kebiasaan dalam masyarakat dan yurisprudensi Mahkamah Agung. Yayasan dalam fakta di masyarakat didirikan dengan maksud untuk berlindung di balik status badan hukum yayasan yang tidak hanya digunakan sebagai wadah mengembangkan kegiatan sosial, keagamaan, kemanusiaan, melainkan juga ada kalanya bertujuan untuk memperkaya diri para pendiri, pengurus, dan pengawas. Sejalan dengan kecenderungan tersebut, timbul pula berbagai masalah, baik masalah yang berkaitan dengan kegiatan yayasan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan yang tercantum dalam anggaran dasar, sengketa antara pengurus dengan pendiri atau pihak lain, maupun adanya dugaan bahwa yayasan digunakan untuk menampung kekayaan yang berasal dari para pendiri atau pihak lain yang diperoleh dengan cara melawan hukum. Masalah tersebut belum dapat diselesaikan secara hukum karena belum ada hukum positif mengenai yayasan sebagai landasan yuridis penyelesaiannya. Oleh karena itu, untuk memberikan landasan yuridis dalam pendiriannya, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan dibentuk dengan maksud untuk memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai yayasan, menjamin kepastian dan ketertiban hukum, serta mengembalikan fungsi yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusian. Undang-Undang Yayasan menegaskan 6

10 bahwa yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, didirikan dengan memperhatikan persyaratan formal yang ditentukan dalam undang-undang ini. Syarat formal dalam mendirikan yayasan adalah dengan adanya akta notaris dan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian memperoleh pengesahan dari menteri hukum dan HAM atau pejabat yang ditunjuk. Ketentuan tersebut dimaksudkan agar penataan administrasi pengesahan suatu yayasan sebagai badan hukum dapat dilakukan dengan baik guna mencegah berdirinya yayasan tanpa melalui prosedur yang ditentukan dalam undang-undang ini. Di samping itu, yayasan yang telah memperoleh pengesahan harus diumumkan dalam berita negara Republik Indonesia. Ketentuan ini dimaksudkan pula agar registrasi yayasan dengan pola penerapan administrasi hukum yang baik dapat mencegah praktik perbuatan hukum yang dilakukan yayasan yang dapat merugikan masyarakat. Bahwa sebagai badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan mempunyai organ yang terdiri atas pembina, pengurus, dan pengawas. Pemisahan yang tegas antara fungsi, wewenang, dan tugas masing-masing organ tersebut serta pengaturan mengenai hubungan antara ketiga organ yayasan dimaksudkan untuk menghidari kemungkinan konflik intern yayasan yang tidak hanya dapat merugikan kepentingan yayasan, melainkan juga pihak lain. Bahwa mengenai pengelolaan kekayaan dan pelaksanaan kegiatan yayasan dilakukan sepenuhnya oleh pengurus, sehingga pengurus wajib membuat laporan tahunan yang disampaikan kepada pembina mengenai keadaan keuangan dan perkembangan kegiatan yayasan. Selanjutnya terhadap yayasan yang kekayaannya berasal dari negara, bantuan luar negeri, atau pihak lain atau memiliki kekayaan dalam jumlah yang ditentukan dalam undang-undang ini kekayaannya wajib diaudit oleh akuntan publik dan laporan tahunannya wajib diumumkan dalam surat kabar berbahasa Indonesia. Ketentuan ini dalam rangka penerapan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas pada masyarakat. Bahwa dalam perkembangannya, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan belum menanpung seluruh kebutuhan hukum masyarakat, di samping itu terhadap beberapa substansi undangundang tentang yayasan dalam masyarakat masih terdapat berbagai penafsiran, sehingga dapat menimbulkan ketidakpastian dan ketidaktertiban hukum. Oleh karena itu, untuk lebih menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta memberikan pemahaman yang benar pada masyarakat mengenai yayasan, maka undang-undang yayasan diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 dengan maksud untuk mengembalikan fungsi yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. 7

11 Selain itu, mengingat peranan yayasan dalam masyarakat dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat, maka penyempurnaan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan dimaksudkan pula agar yayasan tetap dapat berfungsi dalam usaha mencapai maksud dan tujuannya di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas. Sehubungan dengan dalil Pemohon dalam permohonannya, pemerintah memberikan keterangan sebagai berikut. A. Terhadap dalil Pemohon dalam permohonannya yang pada intinya menganggap ketentuan a quo diskriminatif karena telah menghilangkan hak pembina dan pengawas yayasan untuk mendapatkan dan menerima gaji, upah, atau honorarium seperti halnya pengurus yayasan lainnya serta dapat dipidana apabila menerimanya, pemerintah berpendapat bahwa ketentuan Pasal 5 undang-undang a quo yang menyatakan ayat (1), Kekayaan yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh yayasan dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung kepada pembina, pengurus, pengawas, karyawan, atau pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap yayasan. Ayat (2), Pengecualian atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditentukan dalam anggaran dasar yayasan bahwa pengurus menerima gaji, upah, atau honorarium dalam hal pengurus yayasan: a. bukan pendiri yayasan dan tidak terafiliasi dengan pendiri, pembina, dan pengawas. b. Melaksanakan kepengurusan yayasan secara langsung dan penuh. B. Bahwa ketentuan Pasal 5 Undang-Undang a quo dimaksudkan dengan tujuan untuk memisahkan kekayaan yayasan dengan kekayaan pendirinya karena biasanya yayasan didirikan guna kepentingan sosial, tidak mencari keuntungan seperti untuk kepentingan rumah ibadah, pendidikan, memelihara yatim piatu, dan menyantuni orangorang miskin. C. Bahwa demi tercapainya tujuan yayasan serta untuk menjamin yayasan tidak disalahgunakan, maka seseorang yang menjadi pembina, pengurus, dan pengawas yayasan harus bekerja secara sukarela tanpa menerima gaji, upah, atau honor tetap. Selain itu dalam Undang-Undang Yayasan dicantumkan larangan untuk memberikan pada pihak ketiga, kecuali pemberian tunjangan sumbangan yang bersifat sosial dan kemanusiaan. D. Dengan demikian kegiatan usaha yayasan bukan ditujukan untuk kepentingan pengurusnya, melainkan tetap dipergunakan untuk kepentingan umum. Jadi, ditekankan bahwa yayasan dibentuk bukan mencari keuntungan, melainkan pada kemanfaatan. Dengan adanya pembatasan itu, maka walaupun perusahaan yang bersangkutan 8

12 pailit, yayasan masih dapat tetap melakukan misinya sebab dana yang dimiliki masih jauh lebih besar daripada yang diikutsertakan dalam perusahaan. E. Selanjutnya terhadap larangan bagi pembina, pengurus, karyawan, ataupun pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap yayasan dalam menerima pengalihan dan pembagian atas kekayaan yayasan, Pemerintah berpendapat. 1. Bahwa pada umumnya pendiri yayasan merupakan donator sekaligus sebagai pengurus, sehingga terhadap pemisahan kekayaan yayasan dengan kekayaan sendiri kekayaan pendiri, dimaksudkan agar pendiri yayasan harus betul-betul bertanggung jawab atas kelangsungan yayasan yang mempunyai motif untuk kegiatan amal sesuai dengan tuntunan agama. Hal ini dilakukan mengingat peranan pengurus dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan yayasan adalah sangat dominan pada suatu organisasi. Pada yayasan, pengurus adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan. Sebelum adanya Undang- Undang Yayasan, banyak terjadi pendiri merangkap sebagai pengurus ataupun sebaliknya. Hal ini mengakibatkan timbulnya kepentingan pribadi dari pengurus yayasan yang tentu saja dapat merugikan yayasan dalam menjalankan kegiatannya. 2. Bahwa pendiri yayasan bertujuan untuk kegiatan beramal, pemisahan sebagian kekayaan tidak dimaksudkan untuk kegiatan komersial, melainkan agar orang yang menghendaki pemisahan itu termasuk ahli warisnya tidak lagi mempunyai kekuasaan secara nyata atas kekuasaan yang dipisahkannya. Dengan demikian, pendiri bukan lagi pemilik atas harta yang dilepaskannya. Terhadap ketentuan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang a quo yang mengecualikan pengurus menerima gaji, upah, atau honorarium dalam hal pengurus yayasan yaitu bukan pendiri yayasan dan tidak terafiliasi dengan pendiri, Pembina, dan pengawas, dan melaksanakan kepengurusan yayasan secara langsung dan penuh, pemerintah berpendapat bahwa ada hal penting yang harus diingat bahwa yayasan mempunyai tujuan sosial, sehingga tujuan utama organ yayasan yang bekerja pada yayasan tersebut adalah untuk amal. Di samping itu, organ yayasan yang bekerja pada yayasan adalah sukarelawan yang biasanya mempunyai kesibukan lain. Bahwa di sisi lain yang perlu dipertimbangkan adalah profesionalisme di dalam pengelolaan yayasan, serta kemampuan yayasan itu sendiri. Dewasa ini tantangan yang dihadapi yayasan semakin besar sejalan dengan semakin meningkatnya tuntutan atas transparansi, akuntabilitas, serta efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan kegiatan yayasan. 9

13 Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga yang profesional dalam pengelolaan yayasan. Bahwa untuk mengatasi kebutuhan atas tenaga profesional tersebut, Undang-Undang Yayasan telah memberikan jalan keluar dengan mengangkat pelaksana kegiatan atau pengurus harian yang tidak dilarang untuk menerima imbalan atau kontraprestasi, sehingga organ yayasan yang melakukan pekerjaan untuk kepentingan yayasan harus diberi upah dalam melaksanakan pekerjaan dimaksud. Berdasarkan uraian di atas terhadap dalil Pemohon dalam permohonannya, menurut pemerintah Pemohon keliru dalam menafsirkan Ketentuan Pasal 5 undang-undang a quo karena sudah sewajarnya ada perbedaan di antara pengurus sebagai pendiri dan pengurus yang tidak terafiliasi dengan pendiri, sehingga menurut pemerintah ketentuan ini tidak diskriminatif dan tidak bertentangan dengan Pasal 28I ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun Terhadap ketentuan sanksi pidana dalam Ketentuan Pasal 70 ayat (2) yang menyatakan selain pidana penjara, anggota organ yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga dikenakan pidana tambahan berupa kewajiban mengembalikan uang, barang, atau kekayaan yayasan yang dialihkan atau dibagikan. Pemerintah berpendapat ketentuan di atas dimaksudkan untuk memberikan sanksi pidana kepada organ yayasan yang melanggar norma dalam ketentuan Pasal 5 undang-undang a quo sebagai upaya pemerintah dalam menegakkan hukum dan memberikan ketertiban dan kepastian hukum bagi yayasan dalam mencapai tujuannya yang bersifat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan agar tidak disalahgunakan dalam pengelolaan kekayaan yayasan tersebut. Berdasarkan keterangan di atas, terhadap dalil Pemohon yang menganggap Ketentuan Pasal 5 diskriminatif sehingga bertentangan dengan Ketentuan Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat (1), dan Pasal 28I ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah tidak sependapat karena justru dengan adanya ketentuan a quo bagi masyarakat yang hendak atau sedang menjalankan badan hukum dalam bentuk yayasan dapat diberikan kepastian hukum dan menjadi tertib ketika mendirikan dan menjelaskan menjalankan yayasannya sesuai dengan sifat yaitu sosial, keagamaan, kemanusiaan. Petitum. Berdasarkan penjelasan dan argumentasi di atas, pemerintah memohon kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Konstitusi Republik Indonesia yang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan pengujian ketentuan a quo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat memberikan putusan sebagai berikut. 10

14 1. Menolak permohonan pengujian Pemohon untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan permohonan pengujian Pemohon tidak dapat diterima. 2. Menerima keterangan presiden secara keseluruhan. 3. Menyatakan Ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 70 ayat (1) dan ayat (2) tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Hal-hal yang masih dianggap kurang nanti akan kami sertakan dan kami sampaikan kepada Yang Mulia secara tertulis. Atas perkenan dan perhatian Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Konstitusi Republik Indonesia, kami mengucapkan terima kasih. Jakarta, Februari 2015, Kuasa Hukum Presiden Republik Indonesia, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna H. Laoly. Demikian. Terima kasih. Assalamualaikum wr. wb. 9. KETUA: ARIEF HIDAYAT Terima kasih, Pak Dirjen yang telah memberikan keterangan pemerintah mewakili presiden. Perlu saya sampaikan pada DPR dan pemerintah, keterangan tertulis supaya bisa diserahkan pada Mahkamah dalam waktu yang tidak terlalu lama karena akan segera kita kirimkan kepada para Pemohon karena Pemohon nanti akan kita minta untuk apakah mengajukan ahli atau saksi atau tidak. Rencananya persidangan berikutnya akan kita selenggarakan pada hari Senin, 16 Maret 2015, pada pukul oh, masih ada, sebentar, sebelum saya sampaikan, saya teruskan dulu sebentar. Acaranya dengan mendengarkan keterangan ahli atau saksi dari Pemohon, tapi sebelum saya akhiri persidangan ini ada dari meja Hakim, Yang Mulia Dr. Patrialis Akbar akan menyampaikan beberapa permintaan untuk menambah keterangan dan klarifikasi dari pemerintah atau dari DPR. Saya persilakan. 10. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Ya, terima kasih Yang Mulia Pak Ketua. Saya ingin memperdalam sedikit, ini kan, kebetulan Pemohonnya juga tidak hadir, kebetulan DPR hadir dan pemerintah, kita apresiasilah DPR sudah sangat rajin sekarang ini. Ini khusus untuk DPR, mungkin Pak Junimart bisa mengklarifikasi atau menambahkan, ada sesuatu yang saya merasa agak ada ganjalan. Tadi dikatakan bahwa yayasan ada di antaranya yayasan yang didirikan justru memperkaya diri para pendiri gitu, dengan cara memperoleh kekayaan secara melawan hukum, selain tadi dikatakan bahwa yayasan itu adalah untuk amal sosial dan sudah selesai mereka dengan dirinya. 11

15 Nah, saya ingin mencoba mendalami, ini yang diminta oleh Pemohon ini kan, sebetulnya adalah minta gaji. Jadi, pendiri yang juga bekerja sama dengan pengurus, menghabiskan waktunya sama dengan pengurus, pengurusnya digaji, sementara dia kan, enggak digaji. Mungkin dia setelah menyerahkan hartanya untuk yayasan, terus dia memang habis juga kebetulan bangkrut. Nah, tadi kan, Pak Junimart mengatakan dikhawatirkan atau ada yayasan yang memang memperkaya diri para pendiri. Nah, ini korelasinya karena permohonan Pemohon ini hanya minta gaji dianggap diskriminatif, waktunya sudah sama-sama habis, bahkan Pemerintah tadi melalui Pak Wicipto mengatakan bahwa harta kekayaan yayasan termasuk yang diperoleh di luar negeri itu harus diaudit oleh akuntan publik. Ini apa korelasinya dengan pendiri minta gaji sama dengan pengurus? Penekanannya di situ. Jadi, bukan persoalan mereka ingin memperkaya diri sendiri. Kan, kalau memperkaya diri itu kan, jelas bisa memakan harta yayasan dengan cara bagaimanapun juga para pendiri ini. Kan, tidak ada kaitannya dengan gaji. Justru dia malah minta gaji supaya enggak melarat juga, padahal dia ingin mengabdi di yayasan itu. Sebagai pendiri, tapi ingin juga mengabdi. Saya minta klarifikasi dengan DPR maupun Pemerintah. Kalau memang bisa secara lisan, ya alhamdulillah, syukur terima kasih. Kalau enggak, tertulis. Terima kasih. 11. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, masih ada lagi dari Yang Mulia Dr. Wahiduddin. Saya persilakan. 12. HAKIM ANGGOTA: WAHIDUDDIN ADAMS Terima kasih. saya kira banyak hal yang sudah disampaikan oleh DPR dan dari Pemerintah. Hanya kepada Pemerintah kiranya dapat dilengkapi beberapa data keterangan. Pertama, ketika sebelum Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2001 belum ada Undang-Undang Yayasan itu tidak ada larangan bagi pendiri, pengurus, pengawas untuk mendapat upah honorium dari harta yayasan. Kemudian ketika lahir Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2001, dilarang. Kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004, dikecualikan untuk pengurus. Lah, ini tadi kita sudah mendengar beberapa alasan. Tapi atas dasar apa sebetulnya latar belakang dalam waktu dua tahun ketentuan itu diubah, apakah atas desakan masyarakat atau hal-hal yang lain. Meskipun di dalam konsiderans perubahan itu, ya disebutkan karena belum sepenuhnya menampung harapan-harapan masyarakat, maka ada perubahan. Terkait Pasal 5 yang ada perubahan, mengecualikan pengurus itu dapat memperoleh. Hal itu itu mengapa hanya lalu 12

16 pengurus, meskipun tadi sudah disebutkan. Tapi desakan pada waktu itu mungkin inginnya kembali seperti sebelum Undang-Undang Tahun 2001, ya pendiri, ya pengurus, pengawas juga dapat. Nah, ini sekarang ada kecenderungan ya, sudah ada permohonan untuk juga pembina juga dikembalikan untuk bisa mendapatkan karena disebutkan dalam alasannya, ya juga ikut mengurus, bahkan memberikan arahan-arahan di dalam pelaksanaan pengurusan. Nah, yang kedua mungkin datanya tidak langsung pada Kementerian Hukum dan HAM. Apakah ketentuan Pasal 5 ayat (2) itu yang ada dengan sanksi itu, ada yang melanggar ketentuan pidananya dan juga ada yang dendanya. Meskipun saya yakin bahwa ini bukan ranahnya pemerintah Hukum dan HAM untuk ada data, tapi apakah ada data, memang itu ditaati atau ternyata banyak dilanggar ketentuan bahwa hanya pengurus yang dapat menerima upah honorarium dan karena ada sanksinya karena ini ada permohonannya juga sanksinya minta di apa... dinyatakan bertentangan. Nah, sepanjang pelaksanaan selama ini apakah yayasan-yayasan itu mematuhi setelah adanya juga pengecualian itu dipatuhi. Dan yang terakhir mungkin juga karena minat untuk membentuk yayasan sangat banyak, saya baca sepintas tadi dalam rentang 6 bulan saja pada tahun 2012 itu dalam 6 bulan, katanya 45 permohonan untuk pengesahan badan hukum yayasan setiap hari. Ini kan, apakah ketentuan-ketentuan terutama larangan seperti ini dipatuhi dari... saya kira sudah puluhan ribu yayasan itu dan pengawasannya itu di mana, meskipun mungkin ada di aturannya dikecualikan lalu larangan, tapi apakah hal seperti itu dipatuhi karena memang banyak yang ingin mendirikan yayasan itu tadi, boleh jadi ingin mencari pendapatan di sana atau untuk kepentingan-kepentingan yang lain seperti disinyalir apa... untuk pencucian uang dan lain sebagainya karena demikian banyaknya jumlah yayasan yang sudah ada dan disahkan. Saya kira itu, mohon datanya saja supaya kita melihat pengecualian-pengecualian itu pun juga sebetulnya sudah dipatuhi atau tidak dipatuhi. Terima kasih. 13. KETUA: ARIEF HIDAYAT Terima kasih. Dari DPR atau dari Pemerintah apakah akan menjawab secara lisan atau nanti ditambahkan dalam keterangan tertulis, saya persilakan. 14. DPR: JUNIMART GIRSANG Ya, izin, Yang Mulia. sebagaimana pokok permohonan dari Pemohon adalah pengujian atas Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 70 Undang-Undang Yayasan yang berbunyi secara tegas. Ayat (1), 13

17 Kekayaan yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh yayasan berdasarkan undang-undang ini dilarang dialihkan, atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung, baik dalam bentuk gaji, upah, maupun honorarium atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada pembina, pengurus, dan pengawas. Sedangkan ayat (2), Pengecualian atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditentukan dalam anggaran dasar yayasan bahwa pengurus menerima gaji, upah, atau honorarium dalam hal pengurus yayasan: a. Bukan pendiri yayasan dan tidak terafiliasi dengan pendiri, pembina, dan pengawas. b. Melaksanakan kepengurusan yayasan secara langsung dan penuh. Sedangkan Pasal 70 Setiap anggota... ayat (1) Setiap anggota organ yayasan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun. Ayat (2), Selain pidana penjara, anggota organ yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga dikenakan pidana tambahan berupa kewajiban mengembalikan uang, barang, atau kekayaan yayasan yang dialihkan. Yang Mulia, kami sudah memberikan keterangan tadi bahwa kalaupun pendiri minta gaji sama dengan pengurus, secara jelas kami sudah uraikan dalam tanggapan ini sesuai dengan dasar permohonan pengajuan pengajuan pengujian Pasal 5. Jadi, kalaupun misalnya di dalam permohonannya pendiri minta gaji sama dengan pengurus sebagaimana yang telah disampaikan oleh Pak Yang Mulia Prof. Patrialis Akbar, menurut hemat kami DPR tetap pada keterangan ini, tidak ada yang kami tambah, tidak ada yang kami kurang karena sudah jelas kami hanya berbicara di Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 70 sebagaimana permohonan dalam pengujiannya. Terima kasih, Yang Mulia. 15. KETUA: ARIEF HIDAYAT Terima kasih, Pak Junimart. Dari pemerintah yang mewakili presiden akan tertulis saja? Ya, kalau ini kan, sesama Kumham ini tadi, diskusi sesama Kumham. 16. PEMERINTAH: NASRUDIN Ya. 17. KETUA: ARIEF HIDAYAT Menterinya, dirjennya sama juga. Dirjennya dulu, saya persilakan. 14

18 18. PEMERINTAH: NASRUDIN Ya, mohon izin, Yang Mulia. Ini untuk memberikan penjelasan yang lebih komprehensif, kami memilih untuk kami jelaskan secara tertulis. 19. KETUA: ARIEF HIDAYAT Baik, ya, terima kasih. Kalau begitu saya ulangi kembali, persidangan berikutnya akan diselenggarakan pada hari Senin, 16 Maret 2015, pukul WIB dengan agenda mendengarkan keterangan ahli atau saksi dari Pemohon. Sidang selesai dan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 24 Februari 2015 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 15