BAB I PENDAHULUAN. Jambi merupakan sebuah wilayah kesultanan sejak tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Jambi merupakan sebuah wilayah kesultanan sejak tahun"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jambi merupakan sebuah wilayah kesultanan sejak tahun Wilayahnya tercatat membentang 350 kilometer dari Timur ke Barat dan 220 kilometer dari Utara ke Selatan. 1 Jambi memiliki posisi yang sangat strategis yakni di cekungan sebuah sungai yang memiliki banyak anak sungai, Batang Hari merupakan sungai utama yang ada di wilayah Kesultanan Jambi. 2 Sungai sungai inilah yang memiliki fungsi vital dalam menghubungkan kawasan ulu dan ilir. Sungai Batang Hari menjadi urat nadi utama transportasi yang menghubungkan antar wilayah yang ada di kawasan Kesultanan Jambi. Sungai Batang Hari berhulu di Pegunungan Bukit Barisan dan bermuara di Selat Berhala. Sungai Batang Hari merupakan sungai yang memiliki kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) terbesar di Sumatera yang berkelok kelok menyusuri wilayah sepanjang 800 kilometer. Sungai yang menjadi anak sungai Batang Hari terdiri dari Batang Asai,Batang Tembesi, Batang Merangin, Batang Tabir, Batang Tebo, Batang Sumay, Batang Bungo, dan Batang Suliti. 1 Elsbeth Locher-Scholten, Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial: Hubungan Jambi- Batavia ( ) dan Bangkitnya Imperialisme Belanda, terj. Noor Cholis, (Jakarta: KITLV dan Banana, 2008). hal 39 2 Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Hari merupakan DAS terbesar kedua di Indonesia,mencakup luas areal tangkapan (catchment area) ± 4.9 juta Ha.Sekitar 76 % DAS Batang Hari berada pada provinsi Jambi, sisanya berada pada provinsi Sumatera Barat. DAS Batang Hari juga berasal dan berada di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Di landscape TNKS terdapat Margo Batin Pengambang dan Margo Sungai Tenang. Sedangkan di Landscape TNBD terdapat Margo Sumay.Sungai Batang Hari merupakan muara dari sembilan hulu anak sungai. 1

2 Sungai Batang Hari memiliki fungsi yang vital dalam hubungan perdagangan dari Jambi ke Selat Malaka, hal ini telah mendatangkan keuntungan bagi penduduk lokal. Hasil hutan seperti damar, karet, rotan dan kayu dihimpun dan dikirimkan melalui sungai Batang Hari ke pasar pasar di luar Jambi utamanya ke Singapura setelah tahun Melalui sungai hasil bumi yang terdapat di hulu di bawa ke hilir untuk di perdagangkan dan di ekspor ke luar terutama Singapura dan Penang. 4 Peran sungai selain sebagai jalur perdagangan, juga berguna sebagai jalur untuk menjangkau ke pedalaman. Pada awal sebelum di bangunnya jalan raya, masyarakat melakukan perdagangan melalui sungai. Hal inilah yang menyebabkan transportasi utama masyarakat pada saat itu adalah melalui jalur sungai. 5 Pada umumnya sungai- sungai yang berada di Kawasan Jambi merupakan sarana transportasi yang amat penting karena memiliki kedalaman yang dapat dilayari oleh kapal berukuran 5 sampai 1000 ton bobot mati. Pentingnya sungai dalam kehidupan masyarakat Jambi dapat dilihat dari pemukiman-pemukiman di wilayah Jambi yang berada disepanjang jalur sungai. 6 Masuknya pengaruh Belanda ke wilayah Kesultanan Jambi mulai pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Fachrudin yakni pada tahun 1833, ketika Sultan meminta bantuan kepada Belanda untuk mengusir bajak laut yangmenguasai kawasan 3 Elsbeth Locher-Scholten, op.cit., hal Bambang Triatmodjo, Pelabuhan, Jakarta : Beta Offset, 1992, hlm.7. 5 Edi sumarno, Mundurnya Kota Pelabuhan Tradisional di Sumatera Timur Pada Priode Kolonia, dalam Buletin Historisme Edisi No 22 ( Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,2006) hlm Resosudarmo, (ed.),geografi Budaya Daerah Jambi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hal

3 penting Kesultanan Jambi yakni di kawasan Sungai Batang Hari yang menjadi pusat ekonomi pada saat itu. Pada tahun 1615 Jan Pieterzoon Coen, Gubernur Jenderal VOC, mengirim dua kapal ke Jambi di bawah pimpinan kepala perwakilan dagang (opperkoopman) Sterck. Selain tujuan kunjungan untuk memberantas bajak laut jugamenyelidiki kemungkinan perdagangan di Jambi. 7 Setelah bantuan diberikan oleh Belanda kemudian muncul korte verkelaring atau perjanjian pendek yang berisikan tentang penguasaan dan perlindungan Negeri Jambi diserahkan kepada Belanda, Pemerintah Belanda memiliki hak untuk membangun kekuatan di Kesultanan Jambi. 8 Perjanjian inilah yang menyebabkan masuknya imperialis modern ke Jambi. 9 Pada tahun 1876 Perhimpunan Geografi Kerajaan Belanda ataukoninklijknederlandsaardrijkskundig Genootschap (KNAG) menyarankan dilakukan survey mengenai kelayakan sungai Batang Hari dilayari dari Gassing yang terletak di Hulu Batang Hari hingga ke Hilir Batang Hari. Hal ini dilakukan untuk mengeksplorasi jalur transportasi lain bagi kepentingan angkutan Batu Baradari Ombilin. 10 Sebab Batu Bara merupakan salah satu komoditi yang sangat dibutuhkan sebagai penggerak pelayaran dari Eropa ke Asia. 7 Taufik Abdullah, Reaksi terhadap Perluasan Kuasa Kolonial: Jambi dalam Perbandingan, Prisma 11 (1984), hlm Tim penyusun, Sejarah Perjuangan Rakyat Jambi, ( Jambi: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jambi,2000,hlm Imperialisme modern adalah istilah dalam historiografi untuk memaparkan periode , yakni saat negara-negara Barat merampas kekuasaan di wilayah-wilayah non-lat Barat, terutama Asia dan Afrika. 10 Elsbeth Locher-Scholten,op.cit., hal

4 Sungai Batang Hari pada awalnya menjadi salah satu pilihan bagi penyaluran hasil Batu Bara dari Ombilin, namun hasil survey yang dilakukan menyatakan sungai Batang Hari tidak layak untuk jalur pengangkutan Batu Bara dari Ombilin. Hal ini karena muatan kapal lebih kecil dari muatan gerbong yang diangkut menggunakan kereta api. Pilihan penggunaan rel kereta api sebagai pengangkut Batu Bara Ombilin merupakan sebuah hal yang dianggap lebih rasional. Sehingga penggunaan sungai Batang Hari sebagai pengangkut hasil Ombilin di kesampingkan. Sungai- sungai merupakan urat nadi utama transportasi di Jambi. Para penduduk biasanya bertempat tinggal di kawasan tepi sungai. Namun pada musim kemarau aliran sungai Batang Hari tidak dapat dilalui, hal ini karena debit air pada musim kemarau mengalami penurunan yang mengakibatkan aliran sungai pada beberapa bagian mengalami surut sehingga memutus jalur antara Jambi Hulu dan Jambi Hilir. 11 Namun pada musim hujan debit air sungai Batang Hari mengalami peningkatan, sehingga tidak jarang luapan air sungai meluber sampai ke pemukiman warga yang ada di tepian sungai. Walaupun sungai merupakan sarana transportasi paling utama di Jambi namun pada tahun 1920 mulai dibangun sarana infrastruktur jalan raya untuk menjangkau wilayah pemukiman yang tidak dilalui sungai. Pada tahun 1900 perekonomian Jambi tidak terlalu berarti, hal ini dikarenakan perdagangan total daerah lain yang lebih besar, perdagangan Jambi yang didominasi oleh hasil hutan hanya memiliki nilai keseluruhan f per tahun, jumlah 11 Ibid., hal

5 tersebut kurang dari 1 persen dari jumlah statistik perdagangan Hindia Belanda. 12 Namun, pada tahun 1925 pendapatan Jambi dari hasil karet sangat menakjubkan yakni gulden per tahun, jumlah yang menakjubkan ini menduduki tempat teratas dari berbagai jenis komoditi ekspor Hindia Belanda. 13 Penyaluran hasil karet ini tidak terlepas dari penggunaan sungai Batang Hari sebagai jalur untuk menyalurkan hasil karet dari kawasan Jambi Hulu ke Jambi Hilir. Perdagangan hasil karet di kuasai oleh pedagang pedagang Cina. Para pedagang Cina mengumpulkan karet langsung dari petani karet yang berada jauh di pedalaman Jambi dengan menggunakan kapal kapal beroda (hekwieler). 14 Dalam mengumpulkan karet pada tahun 1925 di Jambi terdapat 2 kongsi kapal beroda milik orang Cina, yang setiap minggunya melakukan dua kali perjalanan dalam mengumpulkan karet. Hubungan antara Jambi dan Singapura dilayani tiga kapal milik kongsi kapal Cina, dua diantaranya merupakan pengangkut karet. Hal ini menjadikan pedagang Cina menjadi pelaku utama dalam memonopoli penyaluran maupun perdagangan. Selain itu pedagang Cina juga memiliki jaringan pemilik pabrik remilling di Singapura. 15 Kedatangan Koninklijke Paketvaart Maatschapitj (KPM) pada tahun 1926 telah menggeser sejenak monopoli pedagang-pedagang Cina dari kekuasaannya 12 Ibid., hal Ibid., hal Lindayanti, Perkebunan Karet Rakyat di Jambi pada Masa Pemerintahan Hindia Belanda, , Arikel sejarah 5, hal Ibid. 5

6 dalam bisnis pengangkutan hasil karet. 16 Hal ini karena KPM menambah armadanya untuk mengangkut hasil karet dari Jambi, selain itu KPM membayar hasil karet rakyat sesuai dengan harga pasar. 17 Aktifitas yang dilakukan oleh KPM menguntungkan bagi pedagang karet pribumi sehingga menyebabkan banyaknya pengapalan karet yang dilakukan KPM yang memperkuat kedudukan pedagang perantara pribumi. Dari uraian di atas, penelitian ini diberi judul Perdagangan Komoditi Karet di Daerah Aliran Sungai Batang Hari Jambi tahun Periode waktu yang dipilih dalam penelitian ini adalah tahun Pada tahun 1906 merupakan periode dimana masuknya tanaman karet ke Kesultanan Jambi, masuknya komoditi ini menjadi penyebab majunya perekonomian Jambi secara signifikan. Terutama karena pertumbuhan perusahaan otomotif banyak membutuhkan Ban sebagai salah satu komponen utamanya, sehingga permintaan yang banyak terhadap karet menyebabkan harga karet yang cukup tinggi di pasaran internasional pada saat itu. Permintaan yang tinggi ini di imbangi oleh semakin banyak warga Jambi yang melakukan penanaman karet secara besar-besaran, perkembangan karet rakyat di Jambi mengalami peningkatan secara signifikan berdampak pada kehidupan masyarakat Jambi pada saat itu. Perkembangan yang terjadi pada perdagangan 16 Elsbeth Locher-Scholten, op.cit., hal Lindayanti, op.cit.,hal

7 komoditi karet ini tidak terlepas dari keberadaan Sungai Batang Hari yang memiliki peran sangat vital dalam penyaluran dan perdagangan karet. Tahun 1942 menjadi akhir periode penelitian, karena pada tahun ini perdagangan karet di Jambi mengalami kemerosotan, karena disebabkan terjadinya perang dunia ke II. Sehingga permintaan akan karet di pasaran internasional mengalami penurunan. Turunnya permintaan terhadap karet ini memberikan dampak yang cukup luas bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Jambi Rumusan Masalah Dalam melakukan suatu penelitian, rumusan masalah menjadi landasan yang sangat penting dari sebuah penelitian kerena dapat mempermudah penelitian dalam proses pengumpulan data dan analisis data. Dari latar belakang yang telah saya paparkan diatas, maka penelitian ini mencoba mengkaji bagaimanaperan Sungai Batang Hari dalam kurun tahun Sub pertanyaan yang akan menjadi fokus penelitian mencakup: 1. Bagaimana peran Sungai Batang Hari dalam menyalurkan berbagai komoditi lokal antara Hulu dan Hilir sebelum masuknya Belanda Ke Jambi? 2. Bagaimana penyaluran hasil karet melalui sungai Batang Hari dari kawasan Hulu ke kawasan Hilir pada tahun ? 3. Bagaimana dampak perdagangan karet bagi kehidupan masyarakat Jambi? 7

8 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat yang penting tentunya, bukan hanya bagi peneliti tetapi juga bagi masyarakat umum. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan tentang : 1. Peran sungai Batang Hari dalam menyalurkan berbagai komoditi lokal antara Hulu dan Hilir sebelum masuknya Belanda Ke Jambi. 2. Penyaluran hasil karet melalui sungai Batang Hari dari kawasan Hulu ke kawasan Hilir pada tahun Dampak perdagangan karet terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat Jambi. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan perdagangan karet yang terjadi di daerah aliran Sungai Batang Hari 2. Untuk menjelaskan pengaruh berkembangnya perdagangan karet terhadap masyarakat Jambi. 3. Menambah pembendaharaan karya sejarah, khususnya sejarah lokal Tinjauan Pustaka Dalam melakukan penelitian ini, penulis mencoba menelusuri pandanganpandangan penulis lain yang relevan dengan objek yang akan diteliti,terutama untuk mendukung kerangka berfikir yang telah dibangun, kemudian bermuara pada sebuah historiografi. 8

9 Penulis juga telah berusaha mengumpulkan sejumlah sumber pustaka yang membahas mengenai pokok permasalahan yang berkaitan dengan apa yang diteliti. Pencaharian sumber pustaka tidak hanya terfokus kepada buku-buku saja, tulisantulisan dalam bentuk skripsi, tesis, arsip-arsip serta jurnal yang berkaitan dengan kajian ini juga menjadi sumber yang dapat membantu penulis dalam penelitian. Peran daerah aliran Sungai Batang Hari dalam perdagangan karet telah disinggung dalam beberapa tulisan, baik berupa skripsi, disertasi, maupun buku. Informasi yang didapatkan dari sumber memberikanpenjelasan tentang peran Sungai Batang Hari dan alasan masuknya pengaruh Belanda ke Jambi. Taufik Abdullah dalam karyanya yang berjudul Reaksi terhadap Perluasan Kuasa Kolonial: Jambi dalam Perbandingan menyebutkan bahwa, perwakilan dagang di Jambi adalah yang pertama milik Belanda. Sebagai yang pertama tentu saja ia harus diperhatikan. Kelak ketika Malaka dan Palembang telah jatuh ke kekuasaan Belanda, perwakilan dagang di Jambi ditutup. Karyanya Taufik Abdullah ini memberikan gambaran yang cukup luas bagi penulis untuk memahami keadaan Jambi pada awal masuknya Belanda. Ulasan tentang perdagangan karet padadaerah aliran sungai Batang Hari terdapat dalam karya Elsbeth Locher Scholten,Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial: Hubungan Jambi-Batavia ( ) dan Bangkitnya Imperialisme Belanda, Karya Elsbeth Locher Scholten ini menjelaskan tentang hubungan antara Batavia dan Kesultanan Jambi dalam kurun , dengan epilog pada Selain itu dalam karyanya ini Elsbeth Locher Scholten, memberikan gambaran 9

10 mengenai keadaan ekonomi dan sosial yang terjadi di Jambi. Sehigga membantu dalam memahami keadaan masyarakat Jambi pada awal abad ke 20, selain itu dalam buku ini dijelaskan juga peran sungai sebagai sebuah urat nadi penting menghubungkan antara wilayah Ulu dan Ilir sungai Batang Hari. Ulasan lain mengenai perdagangan karet pada daerah aliran sungai Batang Hari terdapat pada buku karya Resosudarmo(ed) yang berjudul Geografi Budaya Daerah Jambi,buku ini menjelaskan mengenai keadaan geografi wilayah Jambi dan memberikan gambaran umum mengenai kondisi sungai maupun penggunaan sungai sebagai transportasi utama masyarakat Jambi dari sebelum masuknya kolonial Belanda sampai saat sekarang. Lalu lintas sungai menjadi sangat penting karena sanggup menerobos jauh ke pelosok pedalaman dan memainkan peranan penting dalam menghubungkan antar kampung yang di aliri oleh sungai Batang Hari. Selain itu buku ini juga menjelaskan tentang hasil hasil bumi maupun hasil hutan yang ada di kawasan provinsi Jambi. Ulasan tentang perdagangan karet pada daerah aliransungai Batang Hari dapat ditelusuri dalam skripsi yang ditulis oleh YurisaAndika, Pengaruh Terbentuknya Karesidenan Jambi Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi ( ).Pada tulisan ini Yurisa Andika, menjelaskan tentang pengaruh terbentuknya Karesidenan Jambi yang memberikan dampak signifikan dalam kehidupan masyarakatnya baik dibidang sosial maupun ekonomi.dalam skripsi ini hanya membahas mengenai pengaruh yang terjadi setelah pembentukan karesidenan Jambi 10

11 secara luas bagi masyarakat Jambi, tidak membahas mengenai kegiatan perdagangan yang terjadi di kawasan sungai Batang Hari. Perdagangan karet pada daerah aliran sungai Batang Hari juga diulas dalam artikel karya Lindayanti, yang berjudul Perkebunan Karet Rakyat di Jambi pada Masa Pemerintahan Hindia Belanda, Dalam artikel ini disebutkan mengenai perkebunan karet milik rakyat Jambi yang menjadi daya tarik masuknya kolonial Belanda ke Jambi. Pada artikelnya ini juga menyampaikan secara detail hasil karet dan dampak yang ditimbulkan dari melonjaknya hasil karet bagi rakyat Jambi. Ulasan yang lebih rinci tentang perdagangan karet rakyat di Jambi dapat dilihat dari laporan Departemen Van Landbouw, Nijverheid En Handel oleh Dr.N.R Pekelharing De BevolkingsRubberCultuur In Nederlandsch-Indie: I. Djambi (1925). Laporan ini menjadi rujukan utama dalam memahami bagaimana gambaran tentang pertanian karet rakyat di Jambi, baik itu tentang cara penanaman, pemeliharaan, produksi hingga perdagangan. Informasi ini begitu berharga dalam penulisan ini Metode Penelitian Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode sejarah dengan melalui beberapa tahap-tahap penelitian guna mendapatkan tulisan yang akurat. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan jejak-jejak 11

12 peninggalan dimasa lampau. 18 Sebelum melakukan rekonstruksi serta menuliskannya ke dalam sebuah historiografi, terlebih dahulu perlu menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan jejak-jejak peninggalan sejarah tersebut. Dalam pengimplementasiannya, metode sejarah menggunakan empat tahapan pokok, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Tahap pertama adalah Heuristik. Secara sederhana Heuristik merupakan proses mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini, peneliti telah melakukan studi arsip dan studi pustaka. Studi arsip awalnya dilakukan dengan mengunjungi Kantor Arsip Daerah Provinsi Jambi di Jalan Ade Irma Suryani Nasution. Kunjungan yang dilakukan pada bulan Maret 2016 guna mencari sumber-sumber kolonial yang tersimpan di arsip daerah. Pada kunjungan ke Arsip Daerah Provinsi Jambi peneliti mendapatkan berbagai data yang memberikan informasi yang berguna bagi penulisan, beberapa diantaranya Memorie van Overgave (MvO) dan arsip-arsip mengenai penundukan Jambi oleh Belanda. Selain itu penulis juga telah mengunjungi Pusat Arsip Nasional Republik Indonesia di Jalan Ampera Raya, Cilandak, Jakarta Selatan dan juga Perpustakaan Nasional, di Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat. Studi Arsip ini dilakukan mengingat periode dari penelitian ini adalah pada masa kolonial. Kunjungan yang dilakukan pada bulan April2016 merupakan pengalaman yang didapatkan oleh peneliti dalam mengunjungi dan mengakses arsip. Meskipun telah mendapat arahan dari pegawai 18 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985, hlm

13 Arsip Nasional Indonesia. Awalnya, peneliti yang masih awam ini merasa sangat kesulitan, baik dalam pemesanan arsip ataupun dalam melakukan penggandaan arsip. Namun, karena mulai terbiasa dan mulai mengerti bagaimana mencari dan memesan arsip yang berhubungan dengan pertanian karet rakyat di Jambi pada masa kolonial. Kesulitan yang dihadapi hanyalah data yang menggunakan bahasa Belanda, dimana peneliti harus menterjemahkannya terlebiih dahulu agar lebih mengerti apa yang tertulis dalam arsip. Di Arsip Nasional Republik Indonesia, peneliti mendapatkan banyak data yang berguna bagi penulisan, beberapa diantaranya yakni Staatsblad, Foto-foto lama, dan arsip-arsip lainnya. Meskipun telah mendapat data di Arsip Nasional Republik Indonesia, rasa puas penulis belum terwujud. Penulis juga mengunjungi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Pada kunjungan ke Perpustakaan Nasional peneliti menemukan sumber-sumber yang memberikan informasi bagi penulisan. Setelah mendapatkan sumber-sumber yang diinginkan, maka tahapan selanjutnya adalah kritik sumber. 19 Kritik ini dilakukan agar mengetahui apakah data yang didapatkan benar-benar asli, ataukah sudah dirubah isi-nya, dan juga bisa dilakukan sebuah perbandingan jika sumber yang berbeda menyebutkan hal yang sama, ataupun hampir sama. 19 Kritik sumber dilakukan dengan dua cara yaitu kritik intern dan kritik ekstern. Kritik ekstern dilakukan untuk memilah apakah dokumen itu diperlukan atau tidak, serta menganalisis apakah dokumen yang telah dikumpulkan asli atau tidak dengan mengamati tulisan, ejaan, jenis kertas serta apakah dokumen tersebut masih utuh isinya atau sudah di ubah sebahagian. Kritik intern yaitu suatu langkah untuk menilai isi dari sumber-sumber yang telah di kumpulkan.hal ini bertujuan untuk mendapatkan kredibilitas sumber atau kebenaran isi dari sumber tersebut. Lihat Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hlm

14 Setelah dokumen-dokumen tersebut telah di kritik, tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah interpretasi yang memuat analisis dan sintesis terhadap data yang telah di verifikasi (di kritik). Pada tahapan ini, peneliti dituntut untuk melakukan penafsiran fakta lalu kemudian membandingkannya serta mengelompokkannya berdasarkan daftar isi yang ada sebelum mendapatkan kesimpulan lalu kemudian menceritakannya kembali kedalam sebuah bentuk tulisan (historiografi). 20 Tahap terakhir dari penelitian sejarah adalah histotiografi. Pada tahapan ini bertujuan agar fakta-fakta yang telah ditafsirkan dan didapat baik secara tematis ataupun kronologis dapat dirangkai sesuai outline yang telah dirancang sebelumnya sehingga menjadi tulisan yang kritis analisis, serta bersifat ilmiah sehingga tahap akhir penulisan ini dapat dituangkan kedalam bentuk sebuah skripsi. 20 Ibid, hal

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelabuhan Tanjung Balai Asahan yang terletak di Pantai Timur Sumatera berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena berhadapan

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelum pemekaran, desa ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pada abad ke-19 untuk menamakan wilayah di sekitar pantai timur Pulau

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pada abad ke-19 untuk menamakan wilayah di sekitar pantai timur Pulau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumatera Timur (Ooskust van Sumatra atau Sumatra s Ooskust) merupakan istilah yang berkembang pada abad ke-19 untuk menamakan wilayah di sekitar pantai timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1 Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kota ini terletak sekitar 40 km arah Timur dari ibukota Kabupaten Simalungun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda antara tahun 1830 hingga akhir abad ke-19 dinamakan Culturstelsel (Tanam Paksa).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka dimana, sebagian besar interaksi adalah sekelompok manusia yang bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukunya Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria.

BAB I PENDAHULUAN. bukunya Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melihat literatur tentang perkebunan di Sumatera Utara yang umumnya hanya terdapat di daerah eks Sumatera Timur 1, seperti yang ditulis oleh Karl J. Pelzer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Nias merupakian salah satu dari 17 kabupaten di Propinsi Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang mengelilinginya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah adalah peristiwa yang ada hubungannya dengan kegiatan manusia sehingga terjadi berbagai dimensi perubahan baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut adalah memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut adalah memerlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya sudah berlangsung sejak manusia itu ada. Salah satu kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB I KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI BUNGA DI DESA TONGKOH KABUPATEN KARO ( )

BAB I KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI BUNGA DI DESA TONGKOH KABUPATEN KARO ( ) BAB I KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI BUNGA DI DESA TONGKOH KABUPATEN KARO (1970-1990) 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya untuk mencapai taraf kesempurnaannya manusia hidup dari dan dalam masyarakatnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Sulivan, Arthur, dan Steven M.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Sulivan, Arthur, dan Steven M. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Infrastruktur Infrastruktur fisik dan sosial dapat diartikan sebagian kebutuhan dasar fisik pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia, Budi Utomo mendapat tempat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia, Budi Utomo mendapat tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia, Budi Utomo mendapat tempat yang penting. Hari lahirnya ditetapkan sebagai hari kebangkitan nasional yang diperingati

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan sebuah kota, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji, karena memiliki berbagai permasalahan kompleks yang menjadi ciri khas dan membedakan antara

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang prospeknya cerah, dan mempunyai potensi serta peluang yang sangat besar untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. Manusia itu sendiri merupakan objek pelaku dalam peristiwa sejarah. Demikian juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki sumber daya alam dan mineral, seperti minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang. Pergerakan ini bertujuan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Untuk menunjang segala aktifitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 35 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang ini, yaitu metode historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya. Dalam interaksinya tersebut, manusia dapat mempengaruhi lingkungan dan mengusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI KOPI DI DESA SIDIANGKAT KABUPATEN DAIRI ( )

BAB I PENDAHULUAN KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI KOPI DI DESA SIDIANGKAT KABUPATEN DAIRI ( ) BAB I PENDAHULUAN KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI KOPI DI DESA SIDIANGKAT KABUPATEN DAIRI (1985-2000) 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya untuk mencapai taraf kesempurnaannya manusia hidup dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metodologi penelitian yang digunakan peneliti untuk mengkaji skripsi yang berjudul Peranan K.H Mas Mansur Dalam Perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karesidenan Semarang di sebelah Barat berbatasan dengan Karesidenan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karesidenan Semarang di sebelah Barat berbatasan dengan Karesidenan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karesidenan Semarang di sebelah Barat berbatasan dengan Karesidenan Pekalongan, di sebelah Selatan berbatasan dengan Karesidenan Kedu, Surakarta, Madiun. Di

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN M PROGRAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LITBANG IPTEK (PROLIPTEK) TAHUN 2012 (KORIDOR-I)

LAPORAN KEMAJUAN M PROGRAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LITBANG IPTEK (PROLIPTEK) TAHUN 2012 (KORIDOR-I) LAPORAN KEMAJUAN M PROGRAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LITBANG IPTEK (PROLIPTEK) TAHUN 2012 (KORIDOR-I) PEMBERDAYAAN JASA MARITIM BERBASIS PERKAPALAN DI SELAT MALAKA KOORDINATOR PENELITI : KOLONEL INF JEFRI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Kajian yang penulis ambil dalam penelitian skripsi ini adalah mengenai Perkembangan Pendidikan Islam di Bandung Tahun 1901-1942. Untuk membahas berbagi aspek mengenai judul

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37'

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya 1324 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir prestasi sepakbola di Sumatera Utara semakin menurun. Terakhir kali klub sepakbola Sumatera Utara menjuarai Liga Perserikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia senantiasa menyesuaikan diri dengan kondisi geografis tempat tinggal mereka. Kondisi inilah yang menyebabkan mengapa sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintahan Soeharto adalah pemerintahan yang berlangsung selama kurang lebih 32 tahun. Dalam memerintah, Soeharto terkenal dengan ketegasannya. Di bawah pemerintahannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh United States Bureau of Mines (USBM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk

Lebih terperinci

B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Kajian Pustaka F. Historiografi yang Relevan...

B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Kajian Pustaka F. Historiografi yang Relevan... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang digunakanuntuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul Perkembangan Transportasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan yang data analisis datanya secara deskriptif dengan menggunakan metode penelitian sejarah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1958 pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan Nasionalisasi perusahaan asing. Salah satunya Pabrik Gula (PG) Karangsuwung yang berubah status menjadi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5. IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0 0 45 sampai 2 0 45 lintang selatan dan antara 101 0 10

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia, meskipun tanaman tersebut baru terintroduksi pada tahun 1864. Hanya dalam kurun waktu sekitar 150

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri pada 1849 di Weltevreden, Batavia. Sekolah ini selanjutnya mengalami berbagai perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa awal orde baru situasi dan keadaan ketersediaan pangan Indonesia sangat memprihatinkan, tidak ada pembangunan bidang pengairan yang berarti pada masa sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. 1 Yang direkonstruksi ialah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia. Kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pertama kali dirintis oleh Jacobus

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pertama kali dirintis oleh Jacobus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pertama kali dirintis oleh Jacobus Nienhuys pada tahun 1863. Nienhuys dalam membuka perkebunan mengalami kesulitan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dan analisis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2016

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 24/05/16/Th.XVIII, 02 Mei PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET Jumlah

Lebih terperinci

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pada 20 Agustus tahun 1746 oleh Gubernur Jenderal G.W.Baron Van Imhoff mendirikan Kantor Pos dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di Hindia Belanda sejak tahun 1900. Pada masa ini diterapkan suatu politik yang bertujuan untuk melunasi hutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. di Cilacap untuk mempertahankan pengaruhnya di kota tersebut. Pembangunan

BAB V PENUTUP. di Cilacap untuk mempertahankan pengaruhnya di kota tersebut. Pembangunan BAB V PENUTUP Pemerintah Kolonial Hindia Belanda banyak membangun fasilitas pertahanan di Cilacap untuk mempertahankan pengaruhnya di kota tersebut. Pembangunan fasilitas pertahanan di Cilacap dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Masalah Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan pendapatan, perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha di Indonesia. Pengembangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. teknik serta alat tertentu. (Winarno Surakhmad, 1982; 121).

III. METODE PENELITIAN. teknik serta alat tertentu. (Winarno Surakhmad, 1982; 121). III. METODE PENELITIAN Di dalam penelitian, metode merupakan faktor penting untuk memecahkan masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian. Menurut winarno Surahkmad, metode adalah cara utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang terdapat di Pulau Jawa. Sungai Ciliwung ini dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia. Pendidikan juga diperlukan jika ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangPenelitian Orang Tionghoa yang ada di Indonesia, sebenarnya tidak merupakan satu kelompok yang asalnya dari satu daerah di negara Cina/Tiongkok, tetapi terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologinya (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologinya (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, transportasi merupakan pengangkutan barang yang menggunakan berbagai jenis kendaraan sesuai dengan perkembangan teknologinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka

BAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengusahaan tanaman kelapa sawit di Indonesia sebagai suatu komoditi perkebunan selalu dilakukan oleh perkebunan besar yang dimiliki baik oleh pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB II PERAN SUNGAI BATANG-HARI DALAMMENYALURKAN KOMODITI LOKAL. sungai yang mengalir di sekitarnya. Sungai Batang-Hari berhulu di pegunungan Bukit

BAB II PERAN SUNGAI BATANG-HARI DALAMMENYALURKAN KOMODITI LOKAL. sungai yang mengalir di sekitarnya. Sungai Batang-Hari berhulu di pegunungan Bukit BAB II PERAN SUNGAI BATANG-HARI DALAMMENYALURKAN KOMODITI LOKAL Wilayah Jambi terletak pada cekungan sungai yang memiliki banyak anak sungai yang mengalir di sekitarnya. Sungai Batang-Hari berhulu di pegunungan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra berfungsi sebagai penuangan ide penulis berdasarkan realita kehidupan atau imajinasi. Selain itu, karya sastra juga dapat diposisikan sebagai dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang besar, yang memiliki keberagaman kehidupan dengan berbagai macam peristiwa sejarah. Salah satunya adalah sejarah perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. itu, dikumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan tema

BAB III METODOLOGI. itu, dikumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan tema BAB III METODOLOGI A. Bentuk dan Strategi Penelitian Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Louis Gottschalk, 1986: 32). Metode yang digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk dan masuknya migrasi penduduk di suatu daerah, maka akan semakin banyak jumlah lahan yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan sandang, papan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandung yang terjadi setelah selesainya pembangunan jalur

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandung yang terjadi setelah selesainya pembangunan jalur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kota Bandung merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Khususnya perubahan kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kota Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses industrialisasi dan pengembangan industri merupakan salah satu jalur kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang peranan penting bagi keseluruhan perekonomian Nasional. Hal ini, dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu wilayah tidak dapat dilepaskan dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu wilayah tidak dapat dilepaskan dari perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu wilayah tidak dapat dilepaskan dari perkembangan transportasi. 1 Hal ini tidak dapat dipungkiri mengingat transportasi memiliki peran yang penting dalam

Lebih terperinci

BAB III PERLAWANAN SULTAN MUHAMMAD FACHRUDDIN TERHADAP KOLONIAL BELANDA ( M) Mengenai kapan dan di mana Sultan Muhammad Fachruddin dilahirkan

BAB III PERLAWANAN SULTAN MUHAMMAD FACHRUDDIN TERHADAP KOLONIAL BELANDA ( M) Mengenai kapan dan di mana Sultan Muhammad Fachruddin dilahirkan A. Biografi BAB III PERLAWANAN SULTAN MUHAMMAD FACHRUDDIN TERHADAP KOLONIAL BELANDA (1833-1855 M) Mengenai kapan dan di mana Sultan Muhammad Fachruddin dilahirkan tidak diketahui sampai sekarang. Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai 17.508 pulau dengan bentangan laut yang sangat panjang yaitu 94.166 kilometer merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGENDALIAN BANJIR DI KECAMATAN ILIR TIMUR I PALEMBANG. Zainuddin

KAJIAN PENGENDALIAN BANJIR DI KECAMATAN ILIR TIMUR I PALEMBANG. Zainuddin KAJIAN PENGENDALIAN BANJIR DI KECAMATAN ILIR TIMUR I PALEMBANG Zainuddin Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Polsri Jalan Srijaya Negara Bukit Besar Palembang E-mail: Zainuddin_muchtar@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 60 km. Kota ini berada ditepi Sungai Asahan, sebagai salah satu sungai terpanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah satu bagian dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, penelitian 14 III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian. Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada hakikatnya, Indonesia telah mengenal sistem kebun sebagai sistem perekonomian tradisional dengan penanaman tanaman-tanaman seperti kopi, lada, kapur barus dan rempah-rempah,

Lebih terperinci